76865839-labirinitis
DESCRIPTION
ReferatTRANSCRIPT
Labirinitis
Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum (general),
dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang terbatas (labirinitis
sirkumskripta) menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja.
Labirinitis terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perilimfa. Terdapat dua
bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat
berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi
dalam bentuk labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus.
Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum (general),
dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang terbatas (labirinitis
sirkumskripta) menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja.
Labirinitis terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perilimfa. Terdapat dua
bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat
berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi
dalam bentuk labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus.
Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang,
sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin, sehingga terjadi kerusakan
yang ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi.
Pada kedua bentuk labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan
infeksi dari telinga tengah. Kadang-kadang juga diperlukan drainase nanah dari labirin untuk
mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat terutama ditujukan kepada
pengobatan otitis media kronik dengan atau tanpa kolesteatoma.
A. Labirinitis Serosa Difus
Labirinitis serosa difus seringkali terjadi sekunder dari labirinitis sirkumskripta atau dapat
terjadi primer pada otitis media akut. Masuknya toksin atau bakteri melalui tingkap lonjong, atau
melalui erosi tulang labirin. Infeksi tersebut mencapai end osteum melalui saluran darah.
Diperkirakan penyebab labirinitis serosa yang paling sering adalah absorpsi produk bakteri di
telinga dan mastoid ke dalam labirin.
Bentuk ringan labirinitis serosa selalu terjadi pada operasi telinga dalam, misalnya pada
operasi fenestrasi, terjadi singkat, danbiasanya tidak menyebabkan gangguan pendengaran.
Kelainan patologiknya seperti inflamasi non purulen labirin. Pemeriksaan histlogik pada
potongan labirin menunjukkan infiltrasi seluler awal dengan eksudat serosa atau serofibrin.
Gejala dan tanda serangan akut labirinitis serosa difus adalah vertigo spontan dan
nistagmus rotatoar, biasanya ke arah telinga yang sakit. Kadang-kadang disertai mual dan
muntah, ataksia dan tuli saraf.
Labirinitis serosa difus yang terjadi sekunder dan labirinitis sirkumskriota mempunyai
gejala yang serupa tetapi lebih ringan, akibat telah terjadi kompensasi. Tes fistula akan positif
kecuali bila fistulanya tertutup jaringan. Ada riwayat gejala labirinitis sebelumnya, suhu badab
normal atau mendekati normal.
Pada labirinitis serosa ketulian bersifat temporer, biasanya tidak berat, sedangkan pada
labirinitis supuratif terjadi tuli saraf total yang permanen. Bila pada labirinitis serosa ketulian
menjadi berat atau total, maka mungkin telah terjadi perubahan ,menjadi labirinitis supuratif.
Bila pendengaran masih tersisa sedikit disisi yang sakit, berarti tidak terjadi labirinitis supuratif
difus. Ketulian pada labirinitis serosa difus harus dibedakan dengan ketulian pada penyakit non
inflamasi labirin dan saraf ke VIII.
Prognosis labirinitis serosa baik, dalam arti menyangkut kehidupan dan kembalinya
fungsi labirin secara lengkap. Tetapi tuli saraf tempore yang berat dapat menjad tuli saraf yang
permanen bila tidak diobati dengan baik.
Pengobatan pada stadium akut yaitu pasien harus tirah baring (bed rest) total, diberikan
sedatif ringan. Pemberian antibiotika yang tepat dan dosis yang adekuat. Drainase telinga tengah
harus dipertahankan. Pembedahan merupakan indikasi kontra. Pada staium lanjut OMA,
mungkin diperlukan mastoidektomi sederhana (simpel) untuk mencegah labirinitis serosa.
Timpanomastoidektomi diperlukan bila terdapat kolesteatom dengan fistula.
B. Labirinitis supuratif akut difus
Labirinitis supuratif akut difus, ditandai dengan tuli total pada telinga yang sakit diikuti
dengan vertigo berat, mual, muntah, ataksia dan nistagmus spontan ke arah telinga yang sehat.
Labirinitis supuratif akut difus dapat merupakan kelanjutan dari labirinitis serosa yang
infeksinya masuk melalui tingkap lonjong atau tingkap bulat. Pada banyak kejadian, labirinitis
ini terjadi sekunder dari otits media akut maupun kronik dan mastoiditis. Pada beberapa kasus
abses subdural atau meningitis, infeksi dapat menyebar ke dalam labirin dengan atau tanpa
terkenanya telinga tengah, sehingga terjadi labirinitis supuratif.
Kelainan patologik terdiri dari infiltrasilabirin oleh sel-sel leukosit polimorfonuklear dan
destruksi struktur jaringan lunak. Sebagian dari tulang labirin nekrosis, dan terbentuk jaringan
granulasi yang dapat menutup bagian tulang yang nekrotik tersebut. Keadaan ini akan
menyebabkan terbentuknya sekuestrum, paresis fasialis, dan penyebab infeksi ke intrakranial.
Mual, muntah, vertigo dan ataksia dapat berat sekali bila awal dari perjalana labirinitis
supiratif tersebut cepat. Pada bentuk yang perkembangannya lebih lambat, gejala akan lebih
ringan oleh karena kompensasi labirin yang sehat. Terdapat nistagmus horizontal rotatoar yang
komponen cepatnya mengarah ke telinga yang sehat. Dalam beberapa jam pertama penyakit,
sebelum seluruh fungsi labirin rusak, nistagmus dapat mengarah ke telinga yang sakit. Jika
fungsi koklea hancur, akan mentebabkan tuli saraf total permanen. Suhu badan normal atau
mendekati normal, bila terdapat kenaikan, mungkin disebabkan oleh otitis media atau
mastoiditis. Tidak terdapat rasa nyeri. Bila terdapat, mungkin disebabkan oleh lesi lain, bukan
oleh labirinitis.
Selama fase akut, posisi pasien sangat khas. Pasien akan berbaring pada sisi ynag sehat
dan matanya mengarah ke sisi yang sakit, jadi ke arah komponen lambat nistagmu. Posisi ini
akan mengurangi perasaan vertigo.
Tes kalori maupun tes rotasi tidak boleh dilakukan selama fase akut, sebab vertigo akan
diperhebat.
Diagnosis ditegakkan dari riwayat penyakit, tanda dan gejala labirinitis dengan hilangnya
secara total dan permanen fungsi labirin. Pemeriksaan rontgen telinga tengah. Os mastoid dan os
petrosus mungkin menggambarakan sejumlah kelianan yang tidak berhubungan dengan labirin.
Bila dicurigai terdapat iritasi meningeal, maka harus dilakukan pemeriksaan cairan spinal.
Labirinitis supuratif akut difus tanpa komplikasi, prognosis ad vitam baik. Dengan
antibiotika mutahir komplikasi meningitis dapat sukses diobati, sehingga harus dicoba terapi
medikamentosa dahulu sebelum tindakan operasi. Bila terjadi gejala dan tanda komplikasi
intrakranial yang menetap, walaupun telah diberikan terapi adukuat dengan antibiotika, drainase
labirin akan memberiprognosis lebih baik daripada bila dilakukan tindakan operasi radikal.
C. Labirinitis kronik (laten) difus
Labirinits supurati stadium kronik atau laten dimulai, segera sesudah gejala vestibuler
akut berkurang. Hal ini mulai dari 2-6 minggu sesudah awal periode akut.
Patologi
Kira-kira akhir minggu ke X setelah serangan akut telinga dalam hampir seluruhnya terisi
oleh jaringan granulasi. Beberapa area infeksi tetap ada. Jaringan granulasi secara bertahap
berubah menjadi jaringan ikat dengan permulaan kalsifikasi. Pembentukan tulang baru dapat
mengisi penuh ruangan-ruangan labirin dalam 6 bulan sampai beberapa tahun pada 50 % kasus.
Gejala
Terjadi tuli total di sisi yang sakit. Vertigo ringan dan nistagmus spontan biasanya ke
arah telinga yang sehat dapat menetap sampai beberapa bulan atau sampai sisa labirin yang
berfungsi dapat mengkompensasinya. Tes kalori tidak menimbulkan respon di sisi yang sakit dan
tes fistula pun negatif, walaupun terdapat fistula.
Pengobatan
Terapi lokal harus ditujukan keseiap infeksi yang mungkin ada. Drainase bedah atau
eksenterasi labirin tidak di indikasikan, kecuali suatu fokus di labirin atau daerah perilabirin telah
menjalar atau dicurigsi menyebar ke struktur intrakaranial dan tidak memberi respons
terhadapterapi antibiotika. Bila ada indikasi dapat dilakukan mastoidektomi. Bila dicurigai ada
fokus infeksi dilabirin atau di os petrosus, dapat dilakukan drainase labirin dengan salah satu
operasi labirin. Setipa sekuestrum yang lepas harus dibuang, harus dihindari terjadinya trauma N
VII. Bila saraf fasial lumpuh, maka harus dilakukan dengan kompresi saraf tersebut. Bila
dilakukan operasi tulang temporal, maka harus biberikan antibiotika sebelun dan sesuadah
operasi.