75 lampiran 1. struktur organisasi rsud dr. pirngadi kota medan

60
75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan DIREKTUR KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL WAKIL DIREKTUR BIDANG ADMINISTRASI UMUM WAKIL DIREKTUR BIDANG PELAYANAN MEDIS DAN KEPERAWATAN WAKIL DIREKTUR BIDANG SUMBER DAYA MANUSIA DAN PENDIDIKAN BAGIAN UMUM BAGIAN KEUANGAN BAGIAN PERLENGKAPAN PEMELIHARAAN SUB BAGIAN TATA USAHA SUB BAGIAN PERBENDAHAR AAN SUB BAGIAN INVENTARIS RUMAH SAKIT SUB BAGIAN KEPEGAWAIA N SUB BAGIAN MOBILISASI DANA SUB BAGIAN PENGADAAN BARANG SUB BAGIAN HUKUM HUBUNGAN MASYRAKAT SUB BAGIAN AKUNTANSI DAN VERIFIKASI SUB BAGIAN PERGUDANGAN BIDANG PELAYANAN MEDIS BIDANG PELAYANAN KEPERAWATAN BIDANG PELAYANAN PENUNJANG MEDIS SEKSI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGA N PELAYAAN SEKSI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PELA-YAAN KEPERAWATAN SEKSI PELAYANAN PENUNJANG SARANA MEDIS SEKSI MONITORING DAN EVALUASI PELAYANAN MEDIS SEKSI MONITORING DAN EVALUASI PELAYANAN KEPERAWATAN SEKSI PELAYANAN PENUNJANG SARANA NON MEDIS BIDANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANG AN SEKSI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI SEKSI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN NON PEGAWAI SEKSI PENELITIAN SEKSI PERPUSTAKAA N BIDANG PENGOLAHAN DATA DAN REKAM MEDIK SEKSI PENGOLAHAN DATA RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP SEKSI REKAM MEDIK Instalasi Rehabilitasi Medis Instalasi Farmasi Instalasi Gizi Instalasi Pemulasaran Jenazah dan Kedokteran Instalasi Kemotoran Instalasi Loundry dan Sandang Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Instalasi Gas Medis Instalasi CSSD Instalasi Rawat Jalan Instalasi Rawat Inap Instalasi Diagnostik Instalasi Bedah Sentral Instalasi Pelayanan Instalasi Hemodialisis Instalasi Radiologi Instalasi Patologi Instalasi Gawat Darurat Instalasi Patologi Universitas Sumatera Utara

Upload: vonguyet

Post on 31-Dec-2016

330 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

75

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

DIREKTUR

KELOMPOK

JABATAN

FUNGSIONAL

WAKIL DIREKTUR

BIDANG ADMINISTRASI

UMUM

WAKIL DIREKTUR

BIDANG PELAYANAN

MEDIS DAN

KEPERAWATAN

WAKIL DIREKTUR

BIDANG SUMBER

DAYA MANUSIA DAN

PENDIDIKAN

BAGIAN

UMUM

BAGIAN

KEUANGAN

BAGIAN

PERLENGKAPAN

PEMELIHARAAN

SUB BAGIAN

TATA USAHA

SUB BAGIAN

PERBENDAHAR

AAN

SUB BAGIAN

INVENTARIS

RUMAH SAKIT

SUB BAGIAN

KEPEGAWAIA

N

SUB BAGIAN

MOBILISASI

DANA

SUB BAGIAN

PENGADAAN

BARANG

SUB BAGIAN

HUKUM

HUBUNGAN

MASYRAKAT

SUB BAGIAN

AKUNTANSI

DAN

VERIFIKASI

SUB BAGIAN

PERGUDANGAN

BIDANG

PELAYANAN

MEDIS

BIDANG

PELAYANAN

KEPERAWATAN

BIDANG

PELAYANAN

PENUNJANG MEDIS

SEKSI

PERENCANAAN

DAN

PENGEMBANGA

N PELAYAAN

MEDIS

SEKSI

PERENCANAAN DAN

PENGEMBANGAN

PELA-YAAN

KEPERAWATAN

SEKSI

PELAYANAN

PENUNJANG SARANA

MEDIS

SEKSI

MONITORING DAN

EVALUASI

PELAYANAN

MEDIS

SEKSI

MONITORING DAN

EVALUASI

PELAYANAN

KEPERAWATAN

SEKSI

PELAYANAN

PENUNJANG SARANA

NON MEDIS

BIDANG

PENDIDIKAN

DAN

PELATIHAN

BIDANG

PENELITIAN

DAN

PENGEMBANG

AN

SEKSI

PENDIDIKAN DAN

PELATIHAN

PEGAWAI

SEKSI

PENDIDIKAN

DAN

PELATIHAN

NON PEGAWAI

SEKSI

PENELITIAN

SEKSI

PERPUSTAKAA

N

BIDANG

PENGOLAHAN

DATA DAN

REKAM MEDIK

SEKSI

PENGOLAHAN

DATA RAWAT

JALAN DAN

RAWAT INAP

SEKSI

REKAM MEDIK

Instalasi Rehabilitasi Medis

Instalasi Farmasi

Instalasi Gizi

Instalasi Pemulasaran Jenazah dan Kedokteran

Kehakiman

Instalasi Kemotoran

Instalasi Loundry dan Sandang

Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)

Instalasi Gas Medis

Instalasi CSSD

Instalasi Rawat Jalan

Instalasi Rawat Inap

Instalasi Diagnostik

Terpadu

Instalasi Bedah Sentral

Instalasi Pelayanan

Intensive

Instalasi Hemodialisis

Instalasi Radiologi

Instalasi Patologi

Anatomi

Instalasi Gawat Darurat

Instalasi Patologi

Klinik

Universitas Sumatera Utara

Page 2: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

76

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 3. Daftar Permintaan Dan Pengeluaran Farmasi (Form B-2)

DIREKTUR RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

KEPALA INSTALASI FARMASI Dra. Erlina, Apt

KOMITE FARMASI &

TERAPI PIO Dik & Lit Konseling Obat

Pel. Farmasi IBS Nurhikmah A P,

SSi, Apt

Pel. Farmasi IGD Naomi Basaria Siagian,

S.Si, Apt

Koordinator PERLENGKAPAN

Dra. Nur Intan S, Apt

Pemilihan Perencanaan Pengadaan Penyimpanan Produksi

Adm & Keuangan Umum

Perencanaan Dan Evaluasi

Jhonson L Tobing, S.Si, Apt

KOORDINATOR DISTRIBUSI Dra. Peri, Apt

SEKRETARIS Dra. Singgar NR, Apt

Pel. Farmasi Pasien Umum Jhonson L. Tobing S, SSi, Apt

Pel. Farmasi Pasien Jaminan Kesehatan Rawat Jalan/Rawat Inap

Pel. Farmasi Umum Rawat Inap/Jalan Pel. Farmasi BMHP Ruangan &

Poliklinik Pel. Kemoterapi

Universitas Sumatera Utara

Page 3: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

77

Universitas Sumatera Utara

Page 4: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

78

Lampiran 4. Form Pelayanan Pencampuran Obat Sitostatika

Lampiran 5. Catatan Pemberian Obat (CPO)

Universitas Sumatera Utara

Page 5: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 6. Kartu Obat

Universitas Sumatera Utara

Page 6: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 7. Kartu Kendali Obat Pasien

Universitas Sumatera Utara

Page 7: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 8. Form Surat Pesanan/ Order Pembelian

Universitas Sumatera Utara

Page 8: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 9. Formulir P1 (Permohonan Pembelian Barang Medis)

Universitas Sumatera Utara

Page 9: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 10. Surat Pesanan Barang

Universitas Sumatera Utara

Page 10: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 11. Berkas Pemeriksaan Untuk Pengajuan Pembayaran

Universitas Sumatera Utara

Page 11: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 12. Surat Pesanan Psikotropika

Universitas Sumatera Utara

Page 12: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 13. Surat Pesanan Narkotika

Universitas Sumatera Utara

Page 13: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 14. Form Pemakaian Obat Golongan Narkotika

Universitas Sumatera Utara

Page 14: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 15. Form Pemakaian Obat-Obatan Dan Alat Kesehatan Untuk Pasien

Operasi

Universitas Sumatera Utara

Page 15: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 16. Rekapitulasi Perhitungan Unit Cost

Universitas Sumatera Utara

Page 16: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 17. Kuitansi Pembayaran Pengadaan Perbekalan Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Page 17: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 18. Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh)

Universitas Sumatera Utara

Page 18: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 19. Surat Setoran Pajak Pertambahan Nilai (SSP PPN)

Universitas Sumatera Utara

Page 19: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 20. Faktur Pajak Standar

Universitas Sumatera Utara

Page 20: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

lampiran 21. Formulir Protokol Terapi dari IGD

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menegaskan bahwa pasien

Nama :...................................................................

Umur : ..................................................................

Jenis Kelamin :...................................................................

No. KP Askes :...................................................................

No.MR :...................................................................

Diagnosa :...................................................................

Memerlukan obat khusus yang menggunakan protokol terapi dan digunakan di

IGD antara lain :

1.

2.

3.

Alasan pemberian : ................................................................................

................................................................................................................

................................................................................................................

Medan , .....................

Dokter Jaga IGD

(........................................)

Petugas Yang Menyerahkan Tim Legalisasi

(……………………………..) (………………………..)

(......................................) (........................................)

(...................................)

No.S.I.K

Universitas Sumatera Utara

Page 21: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 22. Formulir Protokol Terapi dari Ruangan

SURAT KETERANGAN PERMINTAAN OBAT KHUSUS

Dengan Hormat,

Dengan ini kami mohon diberikan untuk penderita:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

No. KP Askes :

No. MR :

Alamat :

Ruangan :

Diagnosa :

Memerlukan obat khusus yang menggunakan Protokol Terapi, antara lain:

1.

2.

3.

Alasan pemberian: .....................................................................................................

.........................................................................................................................

.............................................................................................................................

Disetujui oleh:

Petugas PT. Askes Dokter Yang Merawat

( ) ( )

Tim legalisasi

( )

Universitas Sumatera Utara

Page 22: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lampiran 23. Form PIO (Pelayanan Informasi Obat)

PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)

INSTALASI RSU Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

No :

Tanggal :

Status : Pasien / Perawat / Dokter / ……………….

Asal : Ruangan / Umum / Poliklinik…………….

Nama Obat / Isi : 1. …………………………………………..

2. …………………………………………..

3. …………………………………………..

4. …………………………………………..

Indikasi : ……………………………………………..

……………………………………………..

……………………………………………..

Efek Samping : ……………………………………………..

……………………………………………..

……………………………………………..

Kontra indikasi : ……………………………………………..

……………………………………………..

Informasi Tambahan : ……………………………………………..

……………………………………………..

……………………………………………..

Penerima Informasi Pemberi Informasi

( ) ( )

Universitas Sumatera Utara

Page 23: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

FARMASI RUMAH SAKIT

di

RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

Studi Kasus

Tuberkulosis Paru

Disusun Oleh:

Thiomas Ester L. Hutajulu, S.Farm.

NIM 133202073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

Universitas Sumatera Utara

Page 24: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

RINGKASAN

Telah dilakukan studi kasus pada Praktik Kerja Profesi (PKP) Apoteker di

Instalasi Rawat Inap Penyakit Paru di ruang XVIII/Flamboyan Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Kota Medan. Pengamatan dilaksanakan pada

tanggal 18 April 2014 s/d 27 April 2014. Tujuan dilaksanakannya studi kasus ini

adalah untuk memantau penggunaan obat pada pasien TLS (29 tahun) yang

dirawat di ruang Rawat Inap Penyakit Paru di ruang XVIII/Flamboyan Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Kota Medan.

Studi kasus yang diambil yaitu pada pasien dengan diagnosa Tuberkulosis

Paru. Kegiatan studi kasus meliputi visite (kunjungan) terhadap pasien,

memberikan pemahaman dan dorongan kepada pasien untuk mematuhi terapi

yang telah ditetapkan oleh dokter, memberikan informasi obat kepada pasien dan

keluarga pasien, melihat rasionalitas penggunaan obat terhadap pasien.

Penilaian Rasionalitas penggunaan Obat meliputi 4 T + 1 W yaitu: Tepat

Pasien, Tepat Obat, Tepat Indikasi, Tepat Dosis dan Waspada Efek samping.

Obat-obatan yang dipantau dalam kasus ini adalah infus Ringer Laktat (RL),

Cefotaxime injeksi, Obat Batuk Hitam (OBH) sirup, Streptomisin injeksi,

Rifampisin tablet, Pirazinamid tablet, Isoniazid tablet, Etambutol tablet,

Parasetamol tablet, Asam Mefenamat tablet, Methylprednisolon tablet,

Ciprofloxacin tablet, dan Neurodex tablet.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ....................................................................................................... i

RINGKASAN ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Tujuan ........................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 4

2.1 Defenisi dan Kuman Penyebab Tuberkulosis .......................... 4

2.2 Klasifikasi Tuberkulosis............................................................ 4

2.2.1 Letak Anatomi Penyakit (Organ yang diserang) ........... 5

2.2.1.1 Tuberkulosis Paru ............................................ 5

2.2.1.2 Tuberkulosis Ekstra Paru .................................. 6

2.2.2 Riwayat Pengobatan Sebelumnya ................................... 6

2.2.3 Resistensi Obat Anti TB (OAT) ..................................... 7

2.2.4 Status HIV ....................................................................... 7

2.3 Tanda-tanda dan Gejala Klinis ................................................. 8

2.4 Diagnosis Tuberkulosis ........................................................... 8

2.4.1 Pemeriksaan BTA .......................................................... 8

2.4.2 Pemeriksaan Radiologi .................................................. 9

2.5 Pengobatan Tuberkulosis ......................................................... 9

BAB III PENATALAKSANAAN UMUM ............................................... 14

Universitas Sumatera Utara

Page 26: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

3.1 Identitas Pasien ......................................................................... 14

3.2 Riwayat Penyakit dan Pengobatan ........................................... 14

3.2.1 Riwayat Penyakit Terdahulu ......................................... 14

3.2.2 Riwayat Penyakit Keluarga ............................................ 14

3.2.3 Riwayat Sosial ............................................................... 14

3.2.4 Riwayat Pengunaan Obat Terdahulu ............................. 14

3.3 Keadaan Pasien Waktu Masuk RSUD

Dr. Pirngadi Kota Medan ......................................................... 15

3.4 Pemeriksaan yang Dilakukan ................................................... 15

3.4.1 Pemeriksaan Fisik .......................................................... 16

3.4.2 Pemeriksaan Hematologi ............................................... 16

3.4.3 Pemeriksaan Sputum ..................................................... 17

3.4.4 Pemeriksaan Radiologi .................................................. 17

3.5 Terapi Obat .............................................................................. 17

BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................ 20

4.1 Tepat Pasien ............................................................................... 22

4.2 Tepat Indikasi ............................................................................ 22

4.3 Tepat Obat ................................................................................. 24

4.4 Tepat Dosis ............................................................................... 26

4.5 Waspada Efek Samping Obat ................................................... 29

4.6 Pelayanan Konseling, Informasi dan Edukasi (KIE) Pasien .... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 32

5.1 Kesimpulan .......................................................................... 32

5.2 Saran .................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 33

Universitas Sumatera Utara

Page 27: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Paduan pengobatan standar yang direkomendasikan oleh WHO dan

IUATLD .............................................................................................. 12

3.1 Hasil Pemeriksaan Fisik ..................................................................... 16

3.2 Hasil Pemeriksaan Hematologi …………………………………… .. 17

3.3 Hasil Pemeriksaan Sputum .................................................................. 17

3.4 Daftar Terapi Obat Yang Digunakan Pasien ...................................... 18

4.1 Pengkajian Tepat Dosis ...................................................................... 27

4.2 Pengkajian Efek Samping dan Interaksi Obat .................................... 29

4.3 Pelayanan Konseling, Informasi, dan Edukasi (KIE) pasien ............... 30

Universitas Sumatera Utara

Page 28: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu penyakit penyebab kematian utama yang disebabkan oleh

infeksi adalah Tuberkulosis (TB). TB merupakan ancaman bagi penduduk

Indonesia, pada tahun 2004 sebanyak 250.000 orang bertambah menjadi penderita

baru dan sekitar 140.000 orang meninggal setiap tahunnya. Sebagian besar

penderita TB adalah penduduk yang berusia produktif antara 15-55 tahun (Depkes

RI, 2005).

Walaupun di Indonesia telah banyak kemajuan yang diperoleh, yakni

pencapaian penemuan kasus baru 51,6 % dari target global 70 % dibandingkan

pencapaian 20 % pada tahun 2002 dan 37 % pada tahun 2003, juga penyediaan

obat-obat anti TB yang dijamin oleh pemerintah untuk sarana pelayanan

kesehatan pemerintah mencukupi kebutuhan prakiraan kasus di seluruh Indonesia,

TB tetap belum dapat diberantas, bahkan diperkirakan jumlah penderita TB terus

meningkat (Depkes RI, 2005).

Peningkatan jumlah penderita TB disebabkan oleh berbagai faktor, yakni

kurangnya tingkat kepatuhan penderita untuk berobat dan meminum obat, harga

obat yang mahal, timbulnya resistensi ganda, kurangnya daya tahan hospes

terhadap mikobakteria, berkurangnya daya bakterisid obat yang ada,

meningkatnya kasus HIV/AIDS dan krisis ekonomi (Depkes RI, 2005).

Meskipun berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah, namun tanpa peran

serta masyarakat tentunya tidak akan dicapai hasil yang optimal. Keberhasilan

Universitas Sumatera Utara

Page 29: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

penanggulangan TB sangat bergantung pada tingkat kesadaran dan partisipasi

masyarakat. Oleh karena itu perlu keterlibatan berbagai pihak dan sektor dalam

masyarakat, terutama profesi Apoteker di Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit

maupun tempat lain yang melayani masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya

akan obat TB (Depkes RI, 2005).

Apoteker dalam hal ini dapat membantu: mengarahkan pasien yang diduga

menderita TB untuk memeriksakan diri, memotivasi pasien untuk patuh dalam

pengobatan, memberikan informasi dan konseling. Ketersediaan informasi yang

memadai merupakan bekal yang penting untuk meningkatkan kompetensi dalam

rangka melaksanakan praktik kefarmasian, khususnya penerapan konsep

pharmaceutical care sebagai mitra dalam pengendalian TB (Depkes RI, 2005).

Dalam lingkungan rumah sakit, farmasis seharusnya diberi akses ke semua

rekam medis pasien, dan melakukan komunikasi secara rutin dengan pasien,

kerabat pasien maupun tenaga kesehatan profesional lainnya sehingga tercapai

pengobatan yang rasional (4T+1W) (Aslam, dkk., 2003).

Dalam rangka menerapkan praktik farmasi klinis di rumah sakit, maka

mahasiswa apoteker perlu diberi perbekalan dan pengalaman dalam bentuk

Praktik Kerja Profesi (PKP) di rumah sakit. Praktik Kerja Profesi (PKP) di rumah

sakit menerapkan salah satu praktik pelayanan kefarmasian yang bertujuan untuk

mengidentifikasi, dan menyelesaikan masalah obat serta masalah yang

berhubungan dengan kesehatan pasien. Adapun studi Pengkajian Penggunaan

Obat Secara Rasional (PPOSR) dilaksanakan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

pada pasien paru. Studi kasus yang diambil adalah pasien dengan diagnosa TB

paru di ruang XVIII/ Flamboyan.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukan studi kasus ini adalah:

1. Mengkaji penggunaan obat yang rasional terhadap pasien.

2. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam hal penggunaan obat.

3. Mengetahui pengaruh pemberian obat terhadap kondisi pasien.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Kuman Penyebab Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosa, yang sebagian besar (80%) menyerang paru-

paru. Mycobacterium tuberculosa termasuk basil gram positif, berbentuk batang,

dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin (wax) yang sulit

ditembus zat kimia (Depkes RI, 2005).

Umumnya Mycobacterium tuberculosa menyerang paru dan sebagian kecil

organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam

pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis.

Sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis

cepat mati dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat

yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman dapat dormant (tertidur

sampai beberapa tahun) (Depkes RI, 2005).

2.2 Klasifikasi Tuberkulosis

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita TB memerlukan suatu

definisi kasus yang memberikan batasan baku setiap klasifikasi dan tipe penderita.

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk

menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan

sebelum pengobatan dimulai (Depkes RI, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 32: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Klasifikasi kasus TB menurut WHO (2013) adalah berdasarkan letak anatomi

penyakit (organ yang diserang), riwayat pengobatan sebelumnya, resistensi OAT,

dan status HIV pasien.

2.2.1 Letak Anatomi Penyakit (Organ yang diserang)

Berdasarkan tempat/organ yang diserang oleh kuman, maka TB dibedakan

menjadi Tuberkulosis Paru dan Tuberkulosis Ekstra Paru (Depkes RI, 2005;

WHO, 2013).

2.2.1.1 Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis Paru adalah TB yang menyerang jaringan parenkim paru. TB

milier diklasifikasikan sebagai TB paru karena terdapat lesi di paru-paru. TB

limfadenopati intra-toraks (mediastinum dan/ atau hilus) atau efusi pleura, tanpa

kelainan radiografi di paru-paru, merupakan kasus TB ekstra paru. Seorang pasien

dengan kasus TB paru dan ekstra paru diklasifikasikan sebagai kasus TB paru

(WHO, 2013).

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi dalam (Depkes RI,

2005):

1. Tuberkulosis Paru BTA Positif.

a. Sekurang-kurangnya dua dari tiga spesimen dahak SPS hasilnya BTA

positif.

b. Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada

menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.

2. Tuberkulosis Paru BTA Negatif.

Pemeriksaan tiga spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto

rontgen dada menunjukkan gambaran TB aktif. TB Paru BTA Negatif

Universitas Sumatera Utara

Page 33: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Rontgen Positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu

bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgen dada

memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses "far

advanced" atau millier), dan/atau keadaan umum penderita buruk.

2.2.1.2 Tuberkulosis Ekstra Paru

Tuberkulosis ekstra paru mengacu pada setiap kasus TB yang melibatkan

organ selain paru-paru, misalnya pleura, kelenjar getah bening, perut, saluran

genitourinari, kulit, sendi dan tulang (WHO, 2013).

2.2.2 Riwayat Pengobatan Sebelumnya

Berdasarkan riwayat pengobatan TB dibagi berdasarkan beberapa tipe,

yaitu (WHO, 2013):

1. Pasien baru: pasien yang belum pernah menggunakan obat anti TB atau sudah

pernah menggunakan obat anti TB selama kurang dari 1 bulan.

2. Pasien yang sudah pernah mendapatkan pengobatan TB selama lebih dari 1

bulan. Kasus ini diklasifikasikan lagi ke dalam beberapa jenis, yaitu:

- Relaps (kambuh) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapat

pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi

berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

- Gagal adalah penderita TB yang sudah mendapat pengobatan TB, namun

BTA masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke

5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih; atau penderita

dengan hasil BTA negatif Rontgen positif menjadi BTA positif.

- Lalai (Pengobatan setelah default/drop-out) adalah penderita yang sudah

berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian

Universitas Sumatera Utara

Page 34: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

datang kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan

hasil dahak BTA positif.

- Lainnya adalah mereka yang sebelumnya telah diobati untuk TB tetapi

yang hasilnya tidak diketahui atau tidak tercatat.

2.2.3 Resistensi obat anti tuberkulosis (OAT)

Berdasarkan resistensi terhadap obat anti TB, dibagi menjadi 5 kelompok

yaitu (WHO, 2013):

- Monoresistance : resisten terhadap satu obat anti TB lini pertama.

- Polydrug resistance : resisten terhadap lebih dari 1 obat anti TB lini

pertama (selain isoniazid dan rifampisin).

- Multidrug resistance : resisten terhadap banyak obat anti TB, setidaknya

terhadap isoniazid dan rifampisin.

- Extensive drug resistance : resistensi terhadap fluorokuinolon apapun dan

setidaknya terhadap salah satu dari tiga obat suntik lini kedua

(kapreomisin, kanamisin dan amikasin), selain multidrug resistance.

- Rifampicin resistance : resistensi terhadap rifampisin dengan atau tanpa

resistensi terhadap obat anti-TB lain. Ini termasuk resisten terhadap

rifampisin, apakah monoresistance, multidrug resistance, polydrug

resitance atau extensive drug resistance.

2.2.4 Status HIV

Berdasarkan status HIV, kasus TB dibagi menjadi 3 yaitu pasien positif

HIV, negatif HIV dan yang tidak diketahui (tidak terdokumentasi).

Universitas Sumatera Utara

Page 35: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

2.3 Tanda-tanda dan Gejala Klinis

Gejala TB pada orang umumnya penderita mengalami batuk dan berdahak

terus-menerus selama 3 minggu atau lebih, batuk darah atau pernah batuk darah.

Adapun gejala-gejala lain dari TB adalah sesak nafas dan nyeri dada, badan

lemah, nafsu makan dan berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise),

berkeringat malam, walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan

(Depkes RI, 2005).

2.4 Diagnosis Tuberkulosis

2.4.1 Pemeriksaan BTA

Riwayat diagnosis TB dimulai dari penemuan basil tahan asam (BTA) TB

oleh Robert Koch di tahun 1882. Kini yang luas digunakan dalam menemukan

BTA adalah pemeriksaan mikroskop langsung. Selain pemeriksaan mikroskop

langsung untuk mendapatkan BTA, maka pemeriksaan mikrobiologik untuk TB

paru ini meliputi juga pemeriksaan kultur untuk identifikasi dan resistensi

(Aditama, 2002).

Diagnosis TB paru yakni dengan pemeriksaan sputum atau dahak secara

mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya 2 dari 3

spesimen SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu) BTA hasilnya positif. Apabila hanya 1

spesimen yang positif maka perlu dilanjutkan dengan rontgen dada atau

pemeriksaan SPS diulang (Depkes RI, 2005).

Penemuan BTA merupakan suatu alat penentu yang amat penting dalam

diagnosis TB paru. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemilihan rangkaian

kegiatan mulai dari mengumpulkan dahak, teknik pewarnaan dan pengolahan

sediaan serta membaca sediaan dibawah mikroskop. Harus diketahui bahwa untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 36: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

mendapatkan BTA (+) di bawah mikroskop diperlukan jumlah kuman tertentu,

yaitu sekitar 5.000 kuman/ml sputum. Sementara itu, untuk mendapatkan kuman

pada biakan/kultur dibutuhkan jumlah sekitar 50-100 kuman/ml sputum (Aditama,

2002).

2.4.2 Pemeriksaan Radiologi

Diagnosis TB juga tentunya dapat dibuat berdasarkan gambaran radiologis

pada dada (thorak) dengan menggunakan roengent. Gambaran radiologis pada TB

paru dalam terlihat dalam berbagai bentuk. Untuk itu diperlukan pengalaman dan

juga penilaian keadaan klinik penderita, gambaran mikrobiologik dan lain-lain

(Aditama, 2002).

Gambaran radiologi dada adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2005) :

• Infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal

• Milier

• Atelektasis/kolaps konsolidasi

• Konsolidasi (lobus)

• Reaksi pleura dan atau efusi pleura

• Kalsifikasi

• Bronkiektasis

• Kavitas

• Destroyed lung

2.5 Pengobatan Tuberkulosis

Tujuan pengobatan TB ialah memusnahkan basil TB dengan cepat dan

mencegah kambuh. Selain itu juga bertujuan mengurangi transmisi TB kepada

Universitas Sumatera Utara

Page 37: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

orang lain dan mencegah/memperlambat timbulnya resistensi TB terhadap obat

(Yati dan Rianto, 2007).

Regimen Pengobatan

Menurut Panduan WHO, Regimen Pengobatan TB terdiri atas dua fase,

ialah : satu fase awal (initial phase) dan satu fase lanjutan (continoum phase)

(Yati dan Rianto, 2007).

Regimen ditulis dengan kode baku sebagai berikut : angk a di depan satu

fase menunjukkan jangka waktu pengobatan fase tersebut dalam bulan. Huruf

menunjukkan obat dan angka di belakang (di samping bawah) huruf menunjukkan

frekuensi pemberian obat perminggu. Kalau tidak ada angka di

belakang/disamping bawah huruf, menunjukkan pemberian obat setiap

hari/minggu (Yati dan Rianto, 2007).

Kode huruf tersebut adalah akronim dari nama obat yang dipakai, yakni :

H = Isoniazid, R = Rifampisin, Z = Pirazinamid, E = Etambutol dan S =

Streptomisin (Depkes RI, 2005).

DOTS (directly observed treatment, short-course)

DOT ialah Strategi Program pemberantasan TB yang direkomendasikan

oleh WHO untuk memastikan hasil penyembuhan pasien tuberkulosis yang tinggi.

Strategi observasi langsung pada program ini maksudnya satu pengawas makan

obat (PMO) melihat pasien menelan obat antituberkulosis yang diberikan. Hal ini

untuk menjamin bahwa pasien makan obat yang benar, dosis benar, dan pada

interval waktu yang benar. Pengawas makan obat (PMO) bisa seorang petugas

kesehatan atau anggota masyarakat yang sudah dilatih (Yati dan Rianto, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 38: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Terapi Kortikosteroid pada Tuberkulosis

Pada dasarnya tidak ada indikasi penggunan kortikosteroid pada

pengobatan rutin TB (Yati dan Rianto, 2007).

Kortikosteroid hanya digunakan pada keadaan khusus seperti : TB

meningitis, TB milier, TB pleuritis eksudativa, TB perikarditis konstriktiva

(Depkes RI, 2005).

Paduan pengobatan standar yang direkomendasikan oleh WHO dan

IUATLD dapat dilihat pada Tabel 2.1

Universitas Sumatera Utara

Page 39: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Tabel 2.1 Paduan pengobatan standar yang direkomendasikan oleh WHO

dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung

Disease):

Kategori 1

2HRZE/4H3R3

2HRZE/4HR

2HRZE/6HE

Kategori 2

2HRZES/HRZE/5H3R3E3

2HRZES/HRZE/5HRE

Kategori 3

2HRZ/4H3R3

2HRZ/4HR

2HRZ/6HE

KATEGORI-1 (2HRZE/4H3R3)

Tahap intensif terdiri dari HRZE diberikan setiap hari selama 2 bulan. Kemudian

diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR diberikan tiga kali dalam

seminggu selama 4 bulan.

Obat ini diberikan untuk:

Penderita baru TB Paru BTA Positif.

Penderita baru TB Paru BTA negatif Röntgen Positif yang “sakit berat”

Penderita TB Ekstra Paru berat

KATEGORI -2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)

Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan HRZES

setiap hari. Dilanjutkan 1 bulan dengan HRZE setiap hari. Setelah itu diteruskan

dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam

seminggu.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Obat ini diberikan untuk penderita TB paru BTA(+) yang sebelumnya

pernah diobati, yaitu:

Penderita kambuh (relaps)

Penderita gagal (failure)

Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default).

KATEGORI-3 (2HRZ/4H3R3)

Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ),

diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali

seminggu.

Obat ini diberikan untuk:

Penderita baru BTA negatif dan röntgen positif sakit ringan,

Penderita TB ekstra paru ringan.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

BAB III

PENATALAKSANAAN UMUM

3.1 Identitas Pasien

Nama : TLS

Umur : 29 tahun

No. RM : 00.92.24.72

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama/Suku : Kristen Protestan/Batak

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Medan

Tinggi Badan : 160 cm

Berat Badan : 52 kg

Tanggal Masuk : 18 April 2014

Tanggal Keluar : 27 April 2014

3.2 Riwayat Penyakit dan Pengobatan

3.2.1 Riwayat Penyakit Terdahulu

Tuberkulosis paru.

3.2.2 Riwayat Penyakit keluarga

Tidak ada.

3.2.3 Riwayat Sosial

Pasien adalah seorang perokok.

3.2.4 Riwayat Penggunaan Obat Terdahulu

Obat antituberkulosis selama ± 1 bulan.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

3.3 Keadaan Pasien Waktu Masuk RSUD dr. Pirngadi

Kota Medan

Pasien masuk ke RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada tanggal 18 April

2014 pada jam 14.06 WIB melalui IGD (Instalasi Gawat Darurat) dengan keluhan

utama yaitu batuk berdahak selama 3 hari, dahak berwarna kekuning-kuningan.

Pasien datang dengan kondisi lemah. Pasien juga mengeluhkan nyeri dada dan

demam yang bersifat hilang timbul selama 3 hari. Pasien mengalami keringat

malam, mual dan muntah. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien

di IGD dan diperoleh data sebagai berikut:

- Keadaan umum : Composmentis

- Suhu tubuh : 36,8 0C

- Respiratory rate : 26 x/menit

- Heart rate : 80 x/menit

- Blood pressure : 120/80 mmHg

Berdasarkan keluhan dan pemeriksaan fisik tersebut, dilakukan

pengobatan terhadap pasien dengan pemberian terapi sebagai berikut:

- Infus Ringer Laktat (RL) 10gtt/menit.

- Cefotaxime Injeksi 1000 mg/12 jam.

- Sirup Obat Batuk Hitam (OBH) 3 x sehari 1 sendok

makan.

Dan selanjutnya pasien menjalani rawat inap di ruang XVIII/Flamboyan

penyakit paru.

3.4 Pemeriksaan Yang Dilakukan

Universitas Sumatera Utara

Page 43: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Selama dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pasien telah menjalani

beberapa pemeriksaan berupa pemeriksaan fisik, beberapa pemeriksaan laboratorium

dan pemeriksaan radiologi.

3.4.1 Pemeriksaan Fisik

Selama dirawat di rumah sakit, pasien telah menjalani pemeriksaan fisik.

Hasil pemeriksaan fisik dilakukan mulai tanggal 18 April 2014 sampai dengan

tanggal 27 April 2014, dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Fisik

Tanggal

Pemeriksaan

JENIS PEMERIKSAAN

Keadaan

umum

T

(0C)

RR

(x/menit)

HR

(x/menit)

BP

(mmHg)

18-04-2014 Compos mentis 36,8 26 80 120/80

19-04-2014

Compos mentis 37,0 26 80 120/80

20-04-2014 Compos mentis 37,6 24 80 120/80

21-04-2-14 Compos mentis 37,5 20 80 110/70

22-04-2014 Compos mentis 36,3 20 80 100/70

23-04-2-14 Compos mentis 36,0 20 80 100/70

24-04-2014 Compos mentis 36,5 20 80 100/70

25-04-2-14 Compos mentis 36,5 20 80 100/70

26-04-2-14 Compos mentis 37,0 20 80 100/70

27-04-2014 Compos mentis 36,5 20 80 110/70

Keterangan:

T = temperature,

RR = respiratory rate,

BP = blood pressure,

HR = heart rate.

3.4.2 Pemeriksaan Hematologi

Hasil pemeriksaan hematologi yang dilakukan pada tanggal 19 April 2014

dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 44: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

HGB (hemoglobin) 14 13-18 g/dl

WBC (leukosit) 10.200 5000-11.000 /mm3

PLT (trombosit) 421.000 150.000-450.000 /ul

HCT (hematokrit) 39,5 39-54 %

RBC (eritrosit) 4,63 4,5-6,5 juta/mm3

MCV 81 76-96 fl

MCH 28,0 27-32 pg

MCHC 32,1 30-35 g/dl

LED 24* 0-<15 mm/jam

3.4.3 Pemeriksaan Sputum

Klasifikasi Penyakit : Paru

Alasan Pemeriksaan : Diagnosa

Tabel 3.3 Hasil Pemeriksaan Sputum

Tanggal Sputum Hasil

19 April 2014 Dahak Sewaktu Positif (+)

20 April 2014 Dahak Pagi Negatif (-)

20 April 2014 Dahak Sewaktu Negatif (-)

3.4.4 Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi foto thoraks dilakukan pada tanggal 19 April 2014

menunjukkan adanya lesi tuberkulosis.

3.5 Terapi Obat

Universitas Sumatera Utara

Page 45: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Selama dirawat di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan pasien mendapat terapi

obat-obatan. Daftar terapi obat yang digunakan pasien dapat dilihat pada Tabel

3.4, halaman 18.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Tabel 3.4 Daftar Terapi Obat yang digunakan Pasien

No Jenis Obat Bentuk

Sediaan

Komposisi Dosis Rute April 2014

18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

1. Ringer laktat Infus

500 ml

Na Laktat 3,1

gr,NaCl 6

gram, KCl

0,3 gram,

CaCl2 0,2

gram,

air/Liter

10 gtt/menit I.V √ √ √

2. Cefotaxime Vial 1000 mg/vial 1000 mg/12

jam

I.V √ √ √

3. OBH Sirup

100 ml

Succus

Liquiritae

166,66 mg,

Ammonium

Chlorida 100

mg,

Ammonium

Anisi Spir

100 mg/5 ml

3 x sehari

1 sendok

makan

Oral √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4. Asam mefenamat Tablet 500 mg/tablet 3 x sehari

1 tablet

Oral √ √ √ √ √ √ √

5. Streptomycin Vial 1000 mg 750 mg

I.V √ √ √ √ √ √ √

Universitas Sumatera Utara

Page 47: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Lanjutan Tabel 3.4

6. Metilprednisolon Tablet 4 mg/tablet 3 x sehari

1 tablet

Oral √ √ √ √ √ √ √

7. Rifampisin Tablet 450 mg/tablet 1 x sehari

1 tablet

Oral √ √ √ √ √ √ √

8. Pirazinamid Tablet 500 mg/tablet 1 x sehari

1 ½ tablet

Oral √ √ √ √ √ √ √

9. Isoniazid Tablet 300 mg/tablet 1 x sehari

1 tablet

Oral √ √ √ √ √ √ √

10. Etambutol Tablet 500 mg/tablet 1 x sehari

1 ½ tablet

Oral √ √ √ √ √ √ √

11. Ciprofloksasin Tablet 200 mg/tablet 2 x sehari

1 tablet

Oral √ √ √ √ √ √ √

12. Parasetamol Tablet 500 mg/tablet 3 x sehari

1 tablet

Oral √ √ √ √ √ √

13. Neurodex Tablet Vit. B1 100

mg, Vit. B6

200 mg, Vit.

B12 250

mcg/tablet

1 x sehari

1 tablet

Oral √ √ √ √ √ √ √

Universitas Sumatera Utara

Page 48: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien masuk ke RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada tanggal 18 April

2014 pada jam 14.06 WIB melalui IGD (Instalasi Gawat Darurat) dengan keluhan

utama yaitu selama 3 hari mengalami batuk berdahak. Pasien datang dengan

kondisi lemah. Pasien juga mengalami nyeri dada dan demam yang bersifat hilang

timbul, keringat malam, mual, muntah, dan mempunyai riwayat merokok.

Terapi yang diberikan kepada pasien pada saat di IGD adalah infus Ringer

Laktat (10 gtt/menit), Cefotaxime injeksi (1000 mg/12 jam), dan Sirup OBH (3 x

sehari 1 sendok makan). Infus Ringer Laktat diberikan untuk mengembalikan

keseimbangan elektrolit dalam tubuh pasien, karena pasien datang dengan kondisi

lemah. Pemberian Cefotaxime injeksi bertujuan sebagai tindakan profilaksis. Sirup

OBH diberikan untuk membantu mengencerkan dahak pasien supaya mudah

dikeluarkan. Pasien dirawat inap dan masuk di ruang XVIII/Flamboyan (ruangan

paru).

Kemudian dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap kondisi pasien,

yaitu dengan pemeriksaan hematologi, pemeriksaan sputum (dahak), dan

pemeriksaan radiologi.

Hasil pemeriksaan hematologi pasien dapat dilihat pada Tabel 3.2,

halaman 17. Berdasarkan hasil pemeriksaan hematologi ini yang perlu

diperhatikan adalah nilai pemeriksaan pasien dan nilai normal. Kemudian yang

menjadi perhatian khusus adalah nilai pemeriksaan pasien yang berada dibawah

atau diatas nilai normal. Dari hasil pemeriksaan hematologi pasien beberapa

Universitas Sumatera Utara

Page 49: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

memiliki nilai yang masih berada dalam rentang nilai normal, dan beberapa

memiliki nilai yang berada diatas nilai normal. Walaupun masih dalam rentang

nilai normal, namun nilai WBC pasien hampir mendekati batas atas nilai normal.

Nilai WBC pasien adalah 10.200 /mm3 sedangkan nilai normalnya adalah 5000-

11.000 /mm3. WBC (white blood cell) adalah leukosit yang berperan melawan

organisme asing yang masuk ke dalam tubuh. Apabila nilai WBC pasien tinggi,

ini menginterpretasikan adanya infeksi di dalam tubuh pasien tersebut. Nilai Laju

Endap Darah (LED) pasien 24 mm/jam, berada diatas nilai normal yaitu 0-<15

mm/jam, nilai meningkat terjadi pada kondisi infeksi akut dan kronis. Dalam

kasus ini adanya infeksi menyebabkan peningkatan nilai LED.

Hasil pemeriksaan sputum pasien dapat dilihat pada Tabel 3.3, halaman

17. Pemeriksaan sputum (dahak) harus dilakukan sebanyak 3 spesimen, yaitu

sputum sewaktu-pagi-sewaktu (SPS). Oleh karena itu pemeriksaan dilakukan pada

tanggal 19 dan 20 April 2014. Dari 3 spesimen yang diperiksa, 1 spesimen sputum

positif dan 2 spesimen sputum negatif. Dan hasil pemeriksaan radiologi pada

thoraks pasien menunjukkan adanya lesi tuberkulosis.

Dari hasil pemeriksaan lebih lanjut terhadap kondisi pasien, yaitu dengan

pemeriksaan hematologi, pemeriksaan sputum (dahak), dan pemeriksaan

radiologi, dokter mendiagnosa pasien mengalami tuberkulosis milier.

Penilaian kerasionalan terapi pasien harus didasarkan pada penilaian

4T+1W, yaitu tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis dan waspada efek

samping obat. Berikut akan dijelaskan mengenai penilaian kerasionalan terapi

yang diterima oleh pasien.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

4.1 Tepat Pasien

Pasien bernama TLS, jenis kelamin laki-laki, berusia 29 tahun, dengan

Nomor Rekam Medik 00.92.42.72 di rawat inap di ruangan XVIII/Flamboyan

(paru). Berdasarkan keluhan yang dialami pasien dan hasil pemeriksaan yang

dilakukan, pasien didiagnosis tuberkulosis milier. Terapi obat-obatan yang

diberikan adalah terapi obat-obatan untuk pasien tuberkulosis milier. Terapi obat-

obatan diberikan kepada pasien yang tepat.

4.2 Tepat Indikasi

Selama dirawat pasien mendapatkan terapi obat–obatan, pemberian terapi

dimulai pada tanggal 18 April 2014. Infus RL diberikan kepada pasien karena

pasien datang dalam keadaan lemah, oleh karena itu pemberian infus RL untuk

mengembalikan keseimbangan elektrolit pasien. Sehingga pemberian infus RL

sudah tepat indikasi.

Obat Batuk Hitam (OBH) sirup merupakan obat yang berfungsi untuk

mengencerkan dahak (mukolitik). Diberikan karena pasien mengeluhkan batuk

berdahak. Dalam kasus ini OBH berfungsi untuk membantu mengencerkan dahak

pasien sehingga mudah dikeluarkan. Sehingga pemberian OBH sirup ini dinilai

sudah tepat indikasi.

Pasien diberikan obat antituberkulosis yaitu rifampisin, pirazinamid,

isoniazid, etambutol dan streptomisin. Dimana obat tuberkulosis tersebut

termasuk dalam regimen pengobatan kategori II yang ditujukan untuk pasien

tuberkulosis paru yang pernah diobati tetapi kambuh atau pengobatan sesudah

gagal, anjuran utamanya yaitu rifampisin, pirazinamid, isoniazid, etambutol dan

streptomisin. Pasien merupakan pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah

Universitas Sumatera Utara

Page 51: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

diobati tetapi pengobatannya gagal dikarenakan pasien tidak mengkonsumsi obat

antituberkulosis dalam jangka waktu yang ditentukan sebelumnya. Penggunaan

rifampisin, pirazinamid, isoniazid, etambutol dan streptomisin sudah tepat

indikasi.

Cefotaxime diberikan selama 3 hari mulai tanggal 18 April 2014 sampai

tanggal 20 April 2014. Kemudian penggunaan cefotaxime dihentikan dan diganti

dengan ciprofloxacin. Ciprofloxacin diberikan selama 7 hari mulai tanggal 21

April 2014 sampai 27 April 2014. Pemberian cefotaxime dan ciprofloxacin

berdasarkan indikasi infeksi pada pasien. Pemberian Cefotaxime dan

ciprofloxacin bertujuan sebagai antibiotik. Berdasarkan hal tersebut, pemberian

cefotaxime dan ciprofloxacin sudah tepat indikasi.

Asam mefenamat berkhasiat analgetis yang cukup baik, obat ini banyak

digunakan sebagai obat nyeri dan rema. Dalam kasus ini asam mefenamat

diberikan untuk mengobati keluhan nyeri dada yang dialami oleh pasien.

Pemberian asam mefenamat sudah tepat indikasi.

Pasien diberikan Methylprednisolon dengan dosis 3 kali sehari 1 tablet

karena dokter mendiagnosa pasien mengalami tuberkulosis milier. Pemberian

methylprednisolon sudah tepat indikasi.

Parasetamol diberikan selama 6 hari, mulai tanggal 22 April 2014 sampai

tanggal 27 April 2014. Parasetamol diindikasikan untuk demam (antipiretik),

sebaiknya diberikan jika suhu tubuh pasien tinggi (demam) yaitu lebih dari sama

dengan 380C. Dari hasil pemeriksaan mulai tanggal 22 April 2014 sampai tanggal

27 April 2014, suhu tubuh pasien berkisar antara 36,00C-37,0

0C namun

Universitas Sumatera Utara

Page 52: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

parasetamol diberikan 3 kali sehari 1 tablet. Sehingga pemberian parasetamol

tidak tepat indikasi.

Neurodex mengandung kombinasi vitamin B1, vitamin B6, dan vitamin B12

yang diindikasikan untuk gejala neurotropik, gangguan neurologik, mual, muntah,

anemia, dan lesu. Neurodex diberikan untuk membantu mengatasi keluhan pasien

seperti mual, muntah dan lesu. Pemberian neurodex sudah tepat indikasi.

4.3 Tepat obat

Selama dirawat pasien mendapatkan terapi obat–obatan, pemberian terapi

dimulai pada tanggal 18 April 2014. Infus RL diberikan kepada pasien karena

pasien datang dalam keadaan lemas, oleh karena itu diberikan infus RL untuk

mengembalikan keseimbangan elektrolit pasien. Sehingga pemberian infus RL

sudah tepat obat.

Pasien mengeluhkan batuk berdahak dan diberikan Obat Batuk Hitam

(OBH) sirup. Obat Batuk Hitam (OBH) sirup merupakan obat yang berfungsi

untuk mengencerkan dahak (mukolitik). Dalam kasus ini OBH sirup membantu

mengencerkan dahak pasien sehingga mudah dikeluarkan. Pemberian OBH sirup

ini dinilai sudah tepat obat.

Pasien merupakan pasien tuberkulosis yang pernah diobati namun

pengobatannya gagal, untuk itu pasien mendapat pengobatan tuberkulosis kategori

II. Dimana regimen pengobatan tuberkulosis kategori II ditujukan untuk pasien

yang pernah diobati dengan obat antituberkulosis tetapi kambuh atau pengobatan

gagal. Regimen pengobatan tuberkulosis kategori II, anjuran utamanya yaitu

rifampisin, pirazinamid, isoniazid, etambutol dan streptomisin. Dalam kasus ini

Universitas Sumatera Utara

Page 53: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

pemberian rifampisin, pirazinamid, isoniazid, etambutol dan streptomisin dinilai

sudah tepat obat.

Cefotaxime diberikan selama 3 hari mulai tanggal 18 April 2014 sampai

tanggal 20 April 2014. Kemudian penggunaan cefotaxime dihentikan dan diganti

dengan ciprofloxacin. Ciprofloxacin diberikan selama 7 hari mulai tanggal 21

April 2014 sampai 27 April 2014. Pemberian cefotaxime dan ciprofloxacin

bertujuan sebagai antibiotik, berdasarkan indikasi infeksi pada pasien. Pemberian

cefotaxime dan ciprofloxacin sudah tepat obat.

Pasien mengeluhkan nyeri dada dan diberikan asam mefenamat untuk

mengobati keluhannya. Asam mefenamat berkhasiat analgetis yang cukup baik,

obat ini banyak digunakan sebagai obat nyeri dan rema. Pemberian asam

mefenamat sudah tepat obat.

Dokter mendiagnosa pasien menderita tuberkulosis milier, sehingga

diberikan terapi kortikosteroid. Oleh karena itu Pasien diberikan

Methylprednisolon 3 kali sehari 1 tablet, pemberian methylprednisolon sudah

tepat obat.

Parasetamol diberikan selama 6 hari, mulai tanggal 22 April 2014 sampai

tanggal 27 April 2014. Parasetamol diindikasikan untuk demam (antipiretik),

sebaiknya diberikan jika suhu tubuh pasien tinggi (demam) yaitu lebih dari sama

dengan 380C. Dari hasil pemeriksaan mulai tanggal 22 April 2014 sampai tanggal

27 April 2014, suhu tubuh pasien berkisar antara 36,00C-37,0

0C namun

parasetamol diberikan 3 kali sehari 1 tablet. Sehingga pemberian parasetamol

tidak tepat obat.

Universitas Sumatera Utara

Page 54: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Neurodex mengandung kombinasi vitamin B1, vitamin B6, dan vitamin B12

yang diindikasikan untuk gejala neurotropik, gangguan neurologik, mual, muntah,

anemia, dan lesu. Neurodex diberikan untuk membantu mengatasi keluhan pasien

seperti mual, muntah dan lesu. Pemberian neurodex sudah tepat obat.

4.4 Tepat Dosis

Sesuai dengan tanggung jawab untuk meningkatkan penggunaan dan

pengelolaan obat secara rasional maka seorang apoteker perlu melakukan

pengkajian obat dalam hal ketepatan dosis. Pengkajian tepat dosis dapat dilihat

pada Tabel 4.1 berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 55: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Tabel 4.1 Pengkajian Tepat Dosis

Nama Obat/ Bentuk

Sediaan / Kekuatan

Sediaan

Dosis Lazim Dosis

Diberikan

Lama

Pemberian

Waktu dan

Cara

Pemberian

Interval

Pemberian

Keterangan

Ringer Laktat/Infus

Na Laktat 3,1 gr, NaCl 6

gram, KCl 0,3 gram,

CaCl2 0,2 gram, air/ Liter

20-30 gtt/menit

(sesuai kondisi

pasien)

10 gtt/ menit Sesuai kondisi

pasien

Infus i.v - Tepat dosis

Cefotaxime/Injeksi

Cefotaxime 1 gr/vial

1 gr setiap 12 jam

(Badan POM RI,

2008)

1 gr/12 jam 5-10 hari Diinjeksikan

tiap 12 jam

Setiap 12 jam Tepat dosis

OBH/Sirup/

Succus Liquiritae 166,66

mg, Ammonium Chlorida

100 mg, Ammonium

Anisi Spir 100 mg/5 ml (1

sendok teh).

3-4 kali sehari

1 sendok makan

3 kali sehari

1 sendok

makan

5-7 hari Obat

diminum

setelah

makan

Setiap 8 jam Tepat dosis

Streptomisin/Injeksi

Streptomisin 1 gram/vial

15 mg/kgBB/hari

Maksimum 1

gram/hari

(Badan POM RI,

2008)

750 mg/24 jam 2-3 minggu Diinjeksikan

tiap 24 jam

Setiap 24 jam Tepat dosis

Rifampisin/ tablet/

Rifampisin 450 mg/tablet

10 mg/kgBB/hari

(8-12 mg/kgBB)

Maksimum 600

mg/hari

(Badan POM RI,

2008)

1 kali sehari

1 tablet

(450 mg)

Intensif selama

2 bulan

Obat

diminum

Pagi hari,

saat perut

kosong

Setiap 24 jam

Tepat dosis

Universitas Sumatera Utara

Page 56: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Pirazinamid/ tablet/

Pirazinamid 500 mg/tablet

15-30 mg/ Kg BB/ hari

(Depkes RI, 2005). 1 kali sehari

1 ½ tablet

(750 mg)

Intensif selama

2 bulan

Obat

diminum pagi

hari.

Setiap 24 jam

Tepat dosis

Isoniazid/ tablet

Isoniazid 300 mg/tablet

5 mg/kgBB/hari

(4-6 mg/kgBB)

Maksimum 300

mg/hari

(Badan POM RI,

2008)

1 kali sehari

1 tablet

(300 mg)

Intensif selama

2 bulan

Obat

diminum pagi

hari, pada

saat perut

kosong.

Setiap 24 jam

Tepat dosis

Etambutol/ tablet

Etambutol 500 mg/tablet

15-25 mg/KgBB/hari

(Badan POM RI,

2008; Depkes RI,

2005)

1 kali sehari

1 ½ tablet

(750 mg)

Intensif selama

2 bulan.

. Obat

diminum pagi

hari.

Setiap 24 jam

Tepat dosis

Parasetamol/tablet

Parasetamol 500

mg/Tablet

3-4 kali sehari

1 tablet (500 mg)

3 x sehari

1 tablet

(500 mg)

Jika Demam

saja (jika

perlu)

Obat

diminum jika

demam saja

Setiap 8 jam Tepat dosis

Asam mefenamat/tablet

Asam mefenamat 500

mg/tablet

3 x sehari

1 tablet (500 mg)

(Badan POM RI,

2008)

3 x sehari

1 tablet

(500 mg)

Tidak lebih

dari 7 hari

Obat

diminum

setelah

makan

Setiap 8 jam Tepat dosis

Methylprednisolon/tablet

Methyiprednisolon 4

mg/tablet

2-40 mg/hari

(Badan POM RI,

2008)

3 x sehari

1 tablet

(4 mg)

- - Setiap 8 jam Tepat dosis

Siprofloksasin/tablet

Siprofloksasin 500

mg/tablet

2 x sehari

250-750 mg

2 x sehari

1 tablet

(500 mg)

- - Setiap 12 jam Tepat dosis

Universitas Sumatera Utara

Page 57: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

4.5 Waspada Efek Samping Obat

Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak

diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan interaksi

obat oleh apoteker menjadi sangat penting untuk membantu dalam

mengoptimalkan terapi pasien. Pengkajian waspada efek samping dan interaksi

obat dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Pengkajian Efek Samping dan Interaksi Obat

Jenis obat Efek samping

Ringer laktat Panas, infeksi dan iritasi pada tempat penyuntikan,

thrombosis atau flebitis vena yang meluas dari tempat

penyuntikan.

Cefotaxime Mual, muntah, diare, gangguan fungsi hati dan ginjal,

hematologi, reaksi hipersensitif dan nyeri pada tempat

suntikan (Tan dan Rahardja, 2007).

OBH Gangguan lambung (mual, muntah) (Tan dan Rahardja,

2007).

Streptomisin Neurotoksik terhadap saraf cranial ke-8 dapat

menimbulkan ketulian permanen (Tan dan Rahardja,

2007).

Asam mefenamat Terhadap saluran cerna : dispepsia, diare sampai diare

berdarah, dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung

(Yati dan Rianto, 2007).

Methylprednisolon Gangguan elektrolit dan cairan tubuh, kelemahan otot,

penurunan resistensi terhadap infeksi, gangguan

penyembuhan luka, meningkatnya tekanan darah, katarak,

gangguan pertumbuhan pada anak, insufisiensi adrenal,

sindroma chusing, osteoporosis, tukak lambung.

Rifampisin Urin berwarna merah. Penyakit kuning (ikterus), gangguan

saluran cerna seperti mual, muntah, sakit ulu hati, kejang

perut dan diare (Tan dan Rahardja, 2007).

Isoniazid

Polineuritis, yakni radang saraf dengan gejala kejang dan

gangguan penglihatan, perasaan tidak sehat, letih dan

lemah, serta anoreksia, kerusakan hati (Tan dan Rahardja,

2007).

Pirazinamid

Kerusakan hati (hepatotoksis), menghambat pengeluaran

asam urat sehingga meningkatkan kadarnya didalam darah

(hiperuricemia), menimbulkan serangan encok (gout),

gangguan lambung-usus, artralgia, demam, malaise,

anemia, juga menurunkan kadar gula darah (Tan dan

Rahardja, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 58: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Etambutol

Neuritis optika (radang saraf mata) yang mengakibatkan

gangguan penglihatan, antara lain kurang tajamnya

penglihatan dan buta warna terhadap warna merah hijau,

meningkatkan kadar asam urat dalam plasma akibat

penurunan ekskresinya oleh ginjal (Tan dan Rahardja,

2007).

Ciprofloksasin Gangguan lambung-usus, mual, muntah, anoreksia, dan

diare, reaksi alergi, efek neurologi (sakit kepala, pening,

neuropati) (Tan dan Rahardja, 2007).

Parasetamol Hepatotoksik (Tan dan Rahardja, 2007).

Neurodex -

Interaksi obat – obat :

1. Rifampisin + Isoniazid

Meningkatkan resiko hepatotoksik isoniazid (Stockley, 2008).

2. Rifampisin + Pirazinamid

Meningkatkan efek/toksisitas yang berhubungan dengan reaksi hepatotoksik

yang fatal dan berat (Stockley, 2008).

3. Isoniazid+ Parasetamol

Konsentrasi parasetamol ditingkatkan oleh isoniazid. Sehingga

meningkatkan resiko hepatotoksik (Depkes RI, 2005).

4. Interaksi obat – makanan

Makanan akan mengurangi absorbsi rifampisin dan isoniazid pada saluran

pencernaan jika digunakan bersama dengan makanan sehingga menurunkan

konsentrasinya (Stockley, 2008).

4.6 Pelayanan Konseling, Informasi dan Edukasi (KIE)

- Rekomendasi untuk pasien

Pelayanan konseling, informasi dan edukasi (KIE) pasien dapat dilihat

pada Tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 Pelayanan Konseling, Informasi dan Edukasi (KIE) pasien

No. Jenis Obat Nasehat/Pemberitahuan

1. Rifampisin - Urin akan berwarna merah.

- Diminum pada pagi hari, pada saat perut

kosong.

2. Isoniazid - Diminum pada pagi hari, saat perut

Universitas Sumatera Utara

Page 59: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

kosong.

3. Pirazinamid - Diminum pada pagi hari.

4. Etambutol - Diminum pada pagi hari.

5. Parasetamol - Hanya diminum jika demam saja.

6. Sirup OBH - Banyak minum air putih, karena dapat

membantu mengeluarkan dahak

Anjuran:

- Pasien harus banyak mengkonsumsi sayur, buah dan makanan

bernutrisi tinggi.

- Pasien harus menghentikan kebiasaan merokok.

- Pasien harus minum obat secara teratur, tidak terputus dan tidak boleh

berhenti sebelum pengobatan selesai.

- Rekomendasi untuk dokter

Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau meliputi

pengkajian dan perencanaan penggunaan obat. Dari hasil pemeriksaan fisik

suhu tubuh pasien menunjukkan nilai normal, tetapi pasien diberikan

parasetamol. Sebaiknya tidak diberikan parasetamol pada pasien karena suhu

tubuh pasien masih dalam rentang nilai normal.

- Rekomendasi untuk perawat

Rekomendasi untuk perawat oleh apoteker dimaksudkan untuk ketepatan

waktu pemberian obat pada pasien dan menjaga kestabilan obat-obat yang

digunakan dalam terapi. Saran yang diberikan pada perawat yaitu: obat

disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering pada suhu

ruangan 25oC-30

oC, hindari obat dari panas dan cahaya matahari langsung.

Universitas Sumatera Utara

Page 60: 75 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan studi kasus di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan, maka

dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemberian parasetamol dalam kasus ini tidak rasional, karena suhu tubuh

pasien masih dalam rentang nilai normal.

2. Pasien dalam kasus ini adalah pasien TB Paru Kategori 2, yaitu pasien

kambuh atau pengobatan sesudah gagal diobati dengan obat antituberkulosis

dan termasuk pada Regimen Pengobatan Kategori 2.

3. Kombinasi obat antituberkulosis (OAT) yang diberikan kepada pasien pada

tahap intensif dalam kasus ini adalah 2HRZES.

5.2 Saran

1. Sebaiknya tidak diberikan parasetamol pada

pasien dalam kasus ini, karena suhu tubuh pasien masih dalam rentang nilai

normal.

Universitas Sumatera Utara