7. pengembangan dan pemanfaatan bahan ajar non cetak

Upload: yuni-anggiya-nasution

Post on 06-Mar-2016

1.327 views

Category:

Documents


149 download

DESCRIPTION

Tugas pengembangan Bahan Ajar

TRANSCRIPT

TUGAS MATA KULIAH

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN BAHAN AJAR NON CETAK

YUNI ANGGIYA (15175049)DOSEN PEMBIMBING

PROF. DR. FESTIYED, MSPROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2015

DAFTAR ISI

iDAFTAR ISI

iiDAFTAR TABEL

iiiDAFTAR GAMBAR

1LANDASAN TEORI

1A.Bahan Ajar Non Cetak

11.Karakteristik Bahan Ajar Non Cetak

22.Unsur-unsur Bahan Ajar Non Cetak

23.Macam-macam Bahan Ajar Non Cetak

3B.Model Pengembangan Borg and Gall

6C.Pengembangan Bahan Ajar Non Cetak

61.Pengembangan Bahan Ajar CAI

133.Audio

144.Video

16D.Pemanfaatan Bahan Ajar Non Cetak

18PEMBAHASAN

18Matriks Pengembangan Bahan Ajar Video

21DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

18Tabel 1. Matriks Pengembangan Bahan Ajar Video

DAFTAR GAMBAR5Gambar 1. Skema prosedur pengembangan hasil adaptasi dari prosedur pengembangan Borg & Gall (Sumber: Borg & Gall, 1983)

11Gambar 2. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar Non Cetak CAI

14Gambar 3. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar Audio

15Gambar 4. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar Video

LANDASAN TEORIA. Bahan Ajar Non Cetak1. Karakteristik Bahan Ajar Non CetakBeberapa karakteristik Bahan Ajar berbasis TIK/ICT dapat dikemukakan antara lain :

a. Memanfaatkan teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.

b. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media ataupun teknologi jaringan / computer network).

c. Memanfaatkan teknologi multimedia, sehingga suasana pembelajaran menjadi menarik, tidak membosankan dan pada akhirnya memotivasi siswa untuk belajar mandiri.d. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.

e. Memanfaatkan Pertukaran Data (Information sharing) yang secara interaktif dapat dilihat setiap saat di komputer.

Adapun Keunggulan Terkini yang dimiliki oleh Bahan Ajar berbasis TIK/ICT dapat dirangkum sebagai berikut :

a. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif serta mempunyai ketertarikan pada materi yang sedang dibahas .

b. Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar sewaktu-waktu karena bahan ajar dapat tersimpan di komputer.

c. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual melalui jaringan, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.

d. Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.

e. Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi dan berinteraksi melalui fasilitas-fasilitas internet yang dapat dilakukan secara kelompok/group.2. Unsur-unsur Bahan Ajar Non CetakBahan ajar setidak tidaknya harus memiliki enam unsur, yaitu mencakup tujuan, sasaran, uraian materi, sistematika sajian, petunjuk belajar, dan evaluasi. Sebuah bahan ajar harus mempunyai tujuan. Tujuan harus dirumuskan secara jelas dan terukur mencakup kriteria ABCD (audience, behavior, criterion, dan degree). Sasaran perlu dirumuskan secara spesifik, untuk siapa bahan belajar itu ditujukan. Sasaran bukan sekedar mengandung pernyataan subjek orang, Namun juga harus mencakup kemampuan apa yang menjadi prasyarat yang harus sudah mereka kuasai agar dapat memahami bahan ajar ini.3. Macam-macam Bahan Ajar Non CetakBerdasarkan peran teknologi yang digunakan, bahan ajar non cetak dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, antara lain :a. Technology based learning Material (Bahan Ajar berbasis Teknologi) yang meliputi Bahan ajar dengar atau Audio Information Technologies (radio, audio tape/kaset, piringan hitam, Audio Compact Disc, voice mail telephone, dan sebagainya) dan Bahan ajar pandang dengar atau Video Information Technologies (video tape, video text, video compact disc, film, dan sebagainya).

b. Computer assisted learning (CAL) material yaitu bahan ajar yang menggunakan komputer sebagai alat bantu, misalnya penggunaan komputer dalam menyampaikan Media Pembelajaran Presentasi (Presentation Slide), penggunaan komputer dalam mengelola laboratorium bahasa, dan sebagainya.c. Computer based learning (CBL) material yaitu bahan ajar yang sepenuhnya menggunakan komputer secara terintegrasi, misalnya Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compac disk (CD) multimedia, software pembelajaran interaktif, dan sebagainya.d. Information and Communication Technology (ICT) based learning material, atau lebih dikenal dengan Bahan Ajar berbasis TIK/ICT, yaitu bahan ajar yang memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan telah mengacu pada Technology e-learning dan Data Information Technologies. Contoh : Internet based tutorial, distance learning, e-library, bulletin board, e-book, jurnal online, online module dan sebagainya) (MGMP Guru SMA, 2010).B. Model Pengembangan Borg and Gall

Dalam model pengembangan, Borg and Gall memuat panduan sistematika langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti agar produk yang dirancangnya mempunyai standar kelayakan. Dengan demikian, yang diperlukan dalam pengembangan ini adalah rujukan tentangprosedur produk yang akan dikembangkan. Uraian model pengembangan Borg dan Gall, dijelaskan sebagai berikut.Educational research and development (R & D) is a process used to develop and validate educational products. The steps of this process are usually referred to as the R & D cycle , which consists of studying research findings pertinent to the product to be developed, developing the product based on the finding, field testing it in the setting where it wil be used eventually, and revising it to correct the deficiencies found in the field testing stage. In indicate that product meets its behaviorally defined objectives.(Borg & Gall, 1983:772)Terjemahan:Riset dan pengembangan bidang pendidikan (R & D) adalah suatu proses yang yang digunakan untuk mengembangkan dan mengesahkan produk bidang pendidikan. Langkah-langkah dalam proses ini pada umumnya dikenal sebagai siklus R& D, yang terdiri dari: pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan validitas komponen-komponen pada produk yang akan dikembangkan, mengembangkannya menjadi sebuah produk, pengujian terhadap produk yang dirancang, dan peninjauan ulang dan mengoreksi produk tersebut berdasarkan hasil uji coba. Hal itu sebagai indikasi bahwa produk temuan dari kegiatan pengembangan yang dilakukan mempunyai obyektivitas.Dalam teknologi pembelajaran, deskripsi tentang prosedur dan langkah-langkah penelitian pengembangan sudah banyak dikembangkan. Borg & gall (1983) menyatakan bahwa prosedur penelitian pengembangan pada dasarnya terdiri dari dua tujuan utama, yaitu: (1) mengembangkan produk, dan (2) menguji keefektifan produk dalam mencapai tujuan.Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengemban sedangkan tujuan kedua disebut sebagai validasi. Dengan demikkian, konsep penelitian pengembangan lebih tepat diartikan sebagai upaya pengembangan yang sekaligus disertai dengan upaya validasinya.Borg dan Gall (1983: 775) mengajukan serangkaian tahap yang harus ditempuh dalam pendekatan ini, yaituresearch and information collecting, planning, develop preliminary form of product, preliminary field testing, main product revision, main field testing, operational product revision, operational field testing, final product revision, and dissemination and implementation. Secara konseptual, pendekatan penelitian dan pengembangan mencakup 10 langkah umum, sebagaimana diuraikan Borg & Gall (1983:775), seperti model di bawah ini:

Gambar 1. Skema prosedur pengembangan hasil adaptasi dari prosedur pengembangan Borg & Gall (Sumber: Borg & Gall, 1983)Keterangan:a. Research and information collecting; termasuk dalam langkah ini antara lain studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, dan persiapan untuk merumuskan kerangka kerja penelitian;b. Planning; termasuk dalam langkah ini merumuskan kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan, dan jika mungkin/diperlukan melaksanakan studi kelayakan secara terbatas;c. Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah ini adalah persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan buku petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat pendukung;d. Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba lapangan awal dalam skala terbatas. dengan melibatkan subjek sebanyak6 12 subjek. Pada langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan cara wawancara, observasi atau angket;e. Main product revision, yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini sangat mungkin dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dalam ujicoba terbatas, sehingga diperoleh draft produk (model) utama yang siap diujicoba lebih luas;f. Main field testing, uji coba utama yang melibatkan seluruh mahasiswa.g. Operational product revision, yaitu melakukan perbaikan/penyempurnaan terhadap hasil uji coba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah merupakan desain model operasional yang siap divalidasi;h. Operational field testing, yaitu langkah uji validasi terhadap model operasional yang telah dihasilkan;i. Final product revision,yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final);j. Dissemination and implementation,yaitu langkah menyebarluaskan produk/model yang dikembangkanSkema tersebut dirujuk darithe major steps in the R & D cycleBorg dan Gall. Pengadaptasiannya diwujudkan dalam bentuk perencanaan teknis sasaran dan jenis kegiatan yang akan dilakukan dalam tiap tahapnya.Sukmadinata (2010) menjelaskan Jika kesepuluh langkah penelitian dan pengembangan diikuti dengan benar, maka akan dapat menghasilkan suatu produk pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.Langkah-langkah tersebut bukanlah hal baku yang harus diikuti, langkah yang diambil bisa disesuaikan dengan kebutuhan peneliti.C. Pengembangan Bahan Ajar Non CetakPengembangan Bahan Ajar Non-Cetak menjadi hal yang sangat penting berkaitan dengan upaya membantu peserta didik meraih kompetensinya dengan lebih cepat. Bahan Ajar Cetak yang digunakan dalam pembelajaran sejauh ini dinilai belum mampu mengakomodasi seluruh upaya penyampaian materi pembelajaran. Ketidakmampuan ini dapat ditemukan pada berkembangnya materi pembelajaran yang pada kondisi tertentu sulit direpresentasikan secara tertulis, pada akhirnya bisa dilakukan dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi (Susuri, Riduan ; 2010).1. Pengembangan Bahan Ajar CAIDalam mengaplikasikan program-program komputer ke dalam kegiatan pembelajaran, ada dua kemungkinan yang dapat dilakukan bagi institusi pendidikan. Kemungkinan pertama, menggunakan software atau program pembelajaran yang sudah tersedia di pasaran (by utilization) untuk diintegrasikan ke dalam pembelajaran. Dalam memilih program-program yang sudah jadi, tentu harus selalu mengacu pada tujuan pembelajaran.Prosedur pengembangan bahan ajar CAI yaitu,a. Analisis kebutuhan

Suatu program media dikatakan baik apabila program tersebut dapat menjawab kebutuhan dari penggunanya. Berdasarkan pengalaman, kebutuhan biasanya diketahui dari adanya masalah-masalah yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas. Misalnya rendahnya prestasi siswa, kesulitan guru dalam menyampaikan materi pelajaran, kurangnya bahan belajar, kurangnya motivasi dan minat siswa dalam belajar, dsb. Namun, tidak semua masalah dapat diatasi dengan hanya membuat media pembelajaran. Tentu kita perlu melakukan identifikasi masalah secara tepat. Allah berfirman dalam surat Al-Kahfi ayat 68,

Artinya: 68. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?".Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, misalnya dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang dapat membantu kita untuk melakukan analisis kebutuhan. Pertanyaan yang dimaksud adalah sebagai berikut,

1) Apakah ada kesulitan dalam proses pembelajaran?

2) Masalah apa saja yang menyebabkan kesulitan tersebut?

3) Apakah kesulitan-kesulitan yang dijumpai tersebut penanganannya dapat diatasi dengan media seperti bahan ajar CAI?

4) Dalam pengadaan media yang dimaksud dalam poin nomor 3, apakah harus mencari yang sudah tersedia ataukah perlu membuat sendiri?

5) Dan seterusnya.b. PerencanaanTahap perencanaan selalu diawali dengan pengidentifikasian tujuan atau kemampuan yang akan dikuasai pengguna setelah mempelajari suatu materi, serta mengidentifikasi pula kemampuan awal pengguna, kebutuhan belajar, atau dalam beberapa hal perlu pula disinggung masalah-masalah yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas. Selanjutnya adalah menganalisis karakteristik penggunanya. Beberapa karakteristik dari pengguna yang perlu diketahui adalah terkait dengan tingkatan pengguna, apakah program akan digunakan di kelas secara berkelompok atau secara individual, dsb.Hal penting lainnya yang harus dipertimbangkan adalah dalam hal pemilihan topik atau materi. Pemilihan topik ini perlu dilakukan agar kita dapat menentukan prioritas topik-topik apa saja yang sangat memerlukan bahan ajar CAI. Dalam memilih topik, hendaknya memperhatikan katrakteristik dari bahan ajar CAI dan juga rambu-rambu berikut:1) Topik harus esensial dan relevan dengan tujuan

2) Topik harus cocok untuk pembelajaran melalui komputer

3) Topik yang dipilih hendaknya dibutuhkan banyak orang

4) Topik hendaknya tidak sering berubah (relatif tetap) dan dapat berguna untuk selamanya.c. Merancang Penyusunan Software ProgramAda beberapa tahap kegiatan yaitu,

1) Mengembangkan peta kompetensi (PK).Hal ini dilakukan melalui proses analisis kompetensi. Peta kompetensi merupakan proses penjabaran kemampuan atau perilaku umum yang harus dimiliki siswa (pengguna) ke dalam perilaku yang lebih khusus dan sekaligus menentukan hubungan antar perilaku-perilaku tersebut. Dari hubungan ini akan tergambar susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir menurut pola susunan yang terlihat secara hierarki, prosedural, pengelompokan, atau kombinasi diantara ketiganya.

2) Mengembangkan Garis Besar Program Media (GBPM-CAI)

Tercantum komponen-komponen berikut dalam GBPM-CAI yaitu,

a) Identifikasi programb) Deskripsi singkat programc) Standar kompetensid) Kompetensi intie) Topikf) Sub topicg) Teknis (strategi) penyajianh) Estimasi waktui) referensi

3) Membuat FlowchartFlowchart sangat berguna sebagai bahasa komunikasi ide dari pengembang materi kepada ahli pemrograman komputer agar seorang programmer mempunyai acuan dalam menentukan bentuk atau format yang dikehendaki pengembang materi. Melalui Flowchart, programmer akan merasa tertolong dalam menggambarkan atau mendesain bagian-bagian utama dari desain bahan ajar CAI yang telah dirancang dan sekaligus menentukan urutan-urutan materi yang akan disajikan. Flowchart memperlihatkan peta hubungan antar komponen dalam suatu pelajaran secara utuh. Bentuk Flowchart dapat berupa linier, bercabang, ataupun gabungan keduanya. Penyusunan Flowchart mengacu pada PK dan GBPM-CAI yang telah dirancang pada tahap sebelumnya.4) Menyusun bingkai (storyboard/ naskah CAI).Bingkai ini merupakan sarana komunikasi antara pengembang materi dengan ahli pemrograman komputer. Teknik menyusun naskah materi ke dalam bingkai disebut dengan istilah screen mapping. Artinya penyajian materi yang dituangkan ke dalam bingkai nantinya tampak sama persis seperti apa yang akan tampak pada layar monitor. Selain materi, bingkai juga berisi petunjuk-petunjuk teknis pemrograman, penyediaam gambar, suara, animasi, simulasi, dsb. Penyusunan bingkai bahan ajar CAI harus memikirkan sekaligus merancang aspek-aspek yang harus ada, mulai dari alur pembelajaran, kejelasan materi, interaktivitas, petunjuk teknis, dll. Penyusunan bingkai yang baik tentu akan sangat mebantu dalam pelaksanaan pembuatan programnya pada tahap berikutnya (melakukan pemrograman). Format bingkai antara lain topik, sub topik, nomor bingkai, bingkai sebelumnya, bingkai selanjutnya, dan informasi tentang keberadaan bingkai. Pada dasarnya bingkai terbagi ke dalam tiga kelompok yaitu bingkai transisi, bingkai pelajaran, dan bingkai pertanyaan.

d. Pelaksanaan ProduksiMencakup pembuatan rancangan tampilan, pemrograman, pembuatan gambar/grafis, pembuatan animasi, pengetikan teks, pengisian suara, musik, dan lain-lain. Kegiatan produksi dapat dilakukan oleh satu tim maupun satu orang.e. Evaluasi dan PreviewBahan ajar CAI belum dapat dikatakan sebagai program yang baik jika belum divalidasi. Memvalidasi program adalah membuktikan validitasnya secara empirik dengan cara melakukan evaluasi formatif, yakni evaluasi yang bertujuan untuk memperbaiki produk. Evaluasi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain tes, preview, dan uji coba.Tes bertujuan untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan, kekurangan, ataupun kelemahan produk. Ada beberapa jenis tes dalam pembuatan media yaitu tes fungsi, tes kehandalan, dan tes kompatibilitas. Sementara itu preview adalah proses melihat awal suatu produk sebelum produk tersebut dipublikasikan. Preview biasanya dilakukan oleh tim ahli dan produser. Sedangkan uji coba lapangan merupakan evaluasi yang dilaksanakan setelah produk sudah dianggap selesai. Uji coba bertujuan untuk mendapatkan masukan dari calon pengguna yang dilakukan secara perorangan, kelompok kecil, ataupun kelas.f. RevisiProgram yang telah melewati proses revisi merupakan program yang kondisinya sudah lebih baik, utuh, dan terpadu, serta siap digunakan dalam proses pembelajaran di kelas.

g. PengemasanUsahakan membuat desain cover dan kemasan yang baik.

Berikut ini merupakan prosedur pengembangan bahan ajar non cetak CAI.

Gambar 2. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar Non Cetak CAI2. WEB

Langkah-langkah pengembangan bahan ajar berbasis web adalah sebagai berikut:

a. Penentuan Sasaran

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menyusun sebuah bahan ajar adalah menentukan secara jelas siapa sasaran bahan ajar tersebut. Di dalam kelas konvensional,sasaran telah sangat terstruktur, misalnya siswa kelas dua SMA semester pertama. Pernyataan tersebut telah mengandung indikasi yang jelas tentang siapa mereka, kemampuan apa yang harus mereka kuasai, serta di mana kedudukan bahan belajar yangakan disajikan dalam keseluruhan kurikulum sekolah. Demikian pula pada penyusunan bahan belajar berbasis web sasaran harus dicantumkan secara spesifik.b. Pemilihan Topik

Setelah sasaran ditentukan, langkah selanjutnya adalah memilih topik yang sesuai dengankebutuhan sasaran tersebut. Pemilihan topik dapat dilakukan dengan pertimbangan, antaralain; materi sulit, penting diketahui, bermanfaat, merupakan sesuatu yang baru, sesuatuyang belum banyak diketahui, atau bahasan dari sudut pandang lain, dll.c. Pembuatan Peta Materi

Peta materi sangat membantu dalam merumuskan keluasan dan kedalaman materi yang akan dibahas. Membuat peta materi dapat diibaratkan menggambar sebuah batang pohon yang bercabang dan beranting, semakin banyak cabang maka semakin luas bahasan materi. Sedangkan apabila kita menghendaki bahasan yang fokus dan spesifik, maka kembangkanlah bagian ranting-ranting.d. Perumusan Tujuan

Gambar peta materi akan sangat bermanfaat untuk menentukan tujuan. Setiap ranting dapat dirumuskan menjadi sebuah indikator tujuan yang spesifik. Sedangkan cabang menjadi besaran tujuan tersebut. Tujuan besar (cabang) dapat dicapai dengan memenuhi semua tujuan yang spesifik (ranting).e. Penyusunan Alat Evaluasi

Setelah merumuskan tujuan, langsung diikuti dengan perumusan alat evaluasi. Alat evaluasi dimaksudkan untuk mejawab dengan cara bagaimana kita dapat mengetahui sesuatu tujuan itu telah tercapai. Setiap indikator tujuan harus dapat diukurkeberhasilannya. Sebuah rumusan tujuan dapat diukur dengan satu butir alat evaluasi. Dapat satu set alat evaluasi mengukur serangkai tujuan. Misalnya kita merumuskan tujuanmampu mengendari sepeda motor, maka alat evaluasi yang mungkin adalah lembarobservasi tentang kemampuan mengendarai sepeda motor.f. Pengumpulan referensi

Tidak ada bahan ajar yang berdiri sendiri tanpa sumber referensi. Referensi digunakanuntuk memberi dukungan teoretis, data, fakta, ataupun pendapat. Referensi juga dapatmemperkaya khasanah bahan belajar, sehingga pembaca yang menginginkan pendalamanmateri yang dibahas dapat mencari dari sumber yang disebutkan. Dalam web, pembacadapat dengan mudah diberikan link ke sumber referensi tersebut.

g. Penyusunan Bahan

Setelah bahan-bahan pendukung siap, maka penulisan dapat dimulai. Penulisan bahan hendaklah konsisten dengan peta materi dan tujuan yang telah disusun. Secara umumstruktur penulisan sekurang-kurangnya terdiri dari tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutupan.Padapendahuluankitaharussudahmenyampaikan secararingkasapayang akan dibahas pada bahan belajar ini. Sedangkan bagian isi menguraikan secara gamblangseluruh materi. Agar lebih jelas, uraian bisa dilengkapi dengan contoh-contoh. Untukmengecek pemahaman, pada bagian ini dapat pula diberikan latihan - latihan. Pada bagaian penutup sampaikan kembali secara ringkas apa yang telah dibahas.Proses selanjutnya adalah editing, upload, dan testing.3. Audio

Untuk prosedur pengembangan bahan ajar audio dimulai dari pemilihan materi yang akan disampaikan. Materi yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik bahan ajar audio, yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan dan informasi yang bersifat verbal dan naratif. Materi yang dipilih dituangkan ke dalam GBPM yang dalam hal ini berperan sebagai rancangan dasar program dan sekaligus fondasi dalam penulisan naskah. Penulisan GBPM diikuti dengan penulisan naskah. Naskah yang telah direview dan direvisi sehingga menjadi naskah program audio final yang siap untuk diproduksi.

Gambar 3. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar Audio(Sumber: Direktorat Jenderal Pendidikan, 2010)

Naskah program audio yang baik memiliki kriteria sebagai berikut,

a. Mengemukakan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang dapat dicapai oleh peserta didik/ target/ audience setelah mengikuti program.

b. Mengomunikasikan materi pembelajaran secara akurat.

c. Menjelaskan materi pembelajaran secara sistematik.

d. Mendeskripsikan dengan jelas unsur narasi yang digunakan untuk mengomunikasikan materi pembelajaran kepada peserta didik.

e. Menjelaskan bahan rujukan yang digunakan sebagai dasar untuk menyampaikan materi.

f. Secara umum naskah dapat dijadikan sebagai landasan bagi kerabat kerja untuk memproduksi program audio yang komunikatif.

4. Video

Prosedur pengembangan bahan ajar video hampir sama dengan audio yaitu dimulai dari pemilihan materi yang akan disampaikan melalui program video. Materi yang dipilih hars sesuai dengan karakteristik bahan ajar video yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan dan informasi dalam bentuk kombinasi antara unsur gambar (visual) dan suara (audio).Materi yang dipilih dituangkan ke dalam GBPM yang dalam hal ini berperan sebagai rancangan dasar program dan sekaligus fondasi dalam penulisan naskah. Penulisan GBPM diikuti dengan penulisan naskah. Naskah yang telah direview dan direvisi sehingga menjadi naskah program video final yang siap untuk diproduksi.

Prosedur pengembangan bahan ajar video dapat digambarkan sebagai berikut,

Gambar 4. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar Video(Sumber: Direktorat Jenderal Pendidikan, 2010)

Penilaian kualitas program video dapat dilakukan dengan menilai kualitas GBPM, naskah dan kualitas produk yaitu program video yang telah diproduksi. Penilaian kualitas GBPM dan naskah program video hampir sama dengan kriteria penilaian GBPM naskah program audio.Penilaian kriteria program video mencakup beberapa kriteria sebagai berikut,

a. Program terlihat mengalir dengan alur yang baik.

b. Menarik minat peserta didik untuk mengetahui isi program yang disampaikan.

c. Mengemukakan informasi yang akan dikemukakan dalam program.

d. Isi program disampaikan dengan jelas dan runtun disertai dengan contoh-contoh konsep yang akurat.

e. Pemilihan pemain, lokasi syuting, dan properti yang tepat.

f. Tidak ada noise baik berupa suara ataupun gambar.

g. Program dapat memotivasi peserta didik untuk belajar lebih lanjut.D. Pemanfaatan Bahan Ajar Non Cetak

Peran penting Bahan Ajar berbasis TIK/ICT dalam proses pembelajaran didasari oleh karakteristik Bahan Ajar yang lebih kompleks dibanding jenis bahan ajar lain. Beberapa karakteristik Bahan Ajar berbasis TIK/ICT dapat dikemukakan antara lain :

1. Memanfaatkan teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.

2. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media ataupun teknologi jaringan / computer network).

3. Memanfaatkan teknologi multimedia, sehingga suasana pembelajaran menjadi menarik, tidak membosankan dan pada akhirnya memotivasi siswa untuk belajar mandiri

4. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.

5. Memanfaatkan Pertukaran Data (Information sharing) yang secara interaktif dapat dilihat setiap saat di komputer.

Adapun keunggulan terkini yang dimiliki oleh bahan ajar berbasis TIK/ICT dapat dirangkum sebagai berikut :

1. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif serta mempunyai ketertarikan pada materi yang sedang dibahas .

2. Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar sewaktu-waktu karena bahan ajar dapat tersimpan di komputer.

3. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual melalui jaringan, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.

4. Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.

5. Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi dan berinteraksi melalui fasilitas-fasilitas internet yang dapat dilakukan secara kelompok/group.

Manfaat ICTdalamberbagaikegiatanpendidikan

1. Meningkatkankecepatanlayananinformasiyang

2. Integral,akuratdanmudahdidapat,

3. Memberikanpelayananinformasiterpadu,

4. Menciptakanbudayatransparandanakuntabel,

5. Merupakanmediapromosiyanghandal,

6. Meningkatkankomunikasibaiksecaralokalmaupun

7. internasional,

8. Mengaksesberbagaibahanajardariseluruhdunia,dan

9. Meningkatkanefisiensidariberbagaikegiatan.

PEMBAHASANMatriks Pengembangan Bahan Ajar VideoTabel 1. Matriks Pengembangan Bahan Ajar Video

Prosedur Pengembangan Bahan Ajar Non CetakModel Pengembangan Bahan Ajar (Menggunakan Pengembangan Borg and Gall)Langkah yang dilakukan

Pemilihan Materi yang akan disampaikan melalui program video. Penentuan materi harus mengacu dari hasil analisis KI, KD dan indikator pencapaian yang telah dibuat melalui pemetaan KI-KDa. Research and information collectingstudi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, dan persiapan untuk merumuskan kerangka kerja penelitian;memilih materi video yang dapat disesuaikan dengan video.

Penulisan GBPMmembuat kerangka

b. Planning; merumuskan kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan, dan jika mungkin/diperlukan melaksanakan studi kelayakan secara terbatas;1. Format Video disesuaikan dengan struktur GBPM 2. Video berbasis suatu model pembelajaran yang juga menggunakan pendekatan saintifik sesuai kurikulum 2013.3. Membuat konsep video

Penulisan naskah videoc. Develop preliminary form of product, mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan. naskah video di buat menarik sehingga tidak membosankan bagi peserta didik

Review dan Revisi GBPMd. Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba lapangan awal dalam skala terbatas. dengan melibatkan subjek sebanyak6 12 subjek. video duji cobakan pada 12 peserta didik

Review dan Revisi GBPMe. Main product revision, yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini sangat mungkin dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dalam ujicoba terbatas, sehingga diperoleh draft produk (model) utama yang siap diujicoba lebih luas;melihat efesiensi dan keefektifan video setelah diujikan kepada peserta didik. Kemudia merevisi video

Review dan Revisi Produkf. Main field testing, uji coba utama yang melibatkan seluruh mahasiswa.video diujikan kembali kepada peserta didik dengan skala yang lebih besar

Review dan Revisi Produkg. Operational product revision, melakukan perbaikan/penyempurnaan terhadap hasil uji coba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah merupakan desain model operasional yang siap divalidasi;merevisi kembali video yang telah diujikan kepada peserta didik dalam skala besar

Review dan Revisi Produkh. Operational field testing, yaitu langkah uji validasi terhadap model operasional yang telah dihasilkan;memvalidasi video yang telah di revisi

Review dan Revisi Produki. Final product revision,melakukan perbaikan akhir terhadap model yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final);memperbaiki video kembali untuk mendapatkan hasil akhir video (final)

Produksi dan Shootingj. Dissemination and implementation,yaitu langkah menyebarluaskan produk/model yang dikembangkanmemproduksi video dan menyebarluaskannya.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2010. Bahan Ajar Non Cetak. http://mgmpgurusma.wordpress.com/2010/08/01/bahan-ajar-non-cetak/ (15 Oktober 2015)Arsyad, Azhar. 2011.Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Direktorat Pembinaan SMA. 2010. Juknis Pengembangan Bahan Ajar SMA. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional. 2010.

Panduan Pengembangan Bahan Ajar Non Cetak. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.Ismaniati, Ch. 2001. Pengembangan Program Pembelajaran Berbantuan

Komputer. Buku Pegangan Kuliah. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Isniatun Munawaroh, http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti (diakses

tanggal 16 Oktober 2015)Oni Arlitasari,dkk. 2013. Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Berbasis Salingtemas dengan Tema Biomassa Sumber Energi Alternatif Terbarukan. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika. Volume 1 No.1 halaman 81. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

21