6.bab ii new

28
 BAB II TEORI PENUNJANG Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penyelesaian proyek akhir ini, dintaranya sekilas tentang tanaman tomat, pembua tan min iat ur  greenhouse, ka ra kt er ist ik sensor suhu, kelembaban, cahaya yang digunakan, serta perangkat keras lain yang digunakan. 2.1. DASAR TEORI TOMAT 2.1.1. Karakteristik Tomat Klasifikasi botani tanaman bayam adalah sebagai berikut : Ki ngdom : Pl antae ( Tumbuh-t umbuha n) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji) Subdivisi : Ang ios per mae (berbi ji ter tutup) Kelas : Dicotylodenae ( biji berkeping s atu) Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae Genus : Lycopersicum Sp esi es : Lyc ope rsi cum escul ent um Mil l  2.1.2 Syarat Pertumbuhan Tomat Syarat tumbuh tanaman tomat adalah sebagai berikut: a) Tumbuh pada dataran rendah maupun dataran tinggi  b) Suhu : 25-30 ° C c) Kelembaban : 80% 2.2. LDR (Light Dependent Resistor) LDR atau light Dependent Resistor adalah salah satu jenis res isto r yan g nil ai hambat ann ya dipeng aru hi ole h cah aya yan g diterima olehnya. LDR dibuat dari Cad mium Sulfida yang pek a terhadap caha ya . Sepe rt i ya ng te lah diketahui ba hwa ca ha ya me mi lik i du a sif at ya ng be rbe da ya it u se bag ai gel omba ng elektromagnetik dan foton/partikel energi (dualisme cahaya). Saat cahaya menerangi LDR, foton akan menabrak ikatan Ca dmium Su lf ida da n me le pa skan el ek tr on. Se ma ki n be sar  intensit as ca ha ya yang da tang, sema ki n ba nyak el ektron ya ng

Upload: teguh-d-sulistiyo

Post on 14-Jul-2015

63 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 1/28

BAB II

TEORI PENUNJANG

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang digunakan

dalam penyelesaian proyek akhir ini, dintaranya sekilas tentang tanaman

tomat, pembuatan miniatur   greenhouse, karakteristik sensor suhu,

kelembaban, cahaya yang digunakan, serta perangkat keras lain yang

digunakan.

2.1. DASAR TEORI TOMAT

2.1.1. Karakteristik Tomat

Klasifikasi botani tanaman bayam adalah sebagai berikut :Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotylodenae (biji berkeping satu)

Ordo : Tubiflorae

Famili : Solanaceae

Genus : Lycopersicum

Spesies : Lycopersicum esculentum Mill

 2.1.2 Syarat Pertumbuhan Tomat

Syarat tumbuh tanaman tomat adalah sebagai berikut:

a) Tumbuh pada dataran rendah maupun dataran tinggi

 b) Suhu : 25-30 ° C

c) Kelembaban : 80%

2.2. LDR (Light Dependent Resistor)

LDR atau light Dependent Resistor adalah salah satu jenis

resistor yang nilai hambatannya dipengaruhi oleh cahaya yangditerima olehnya. LDR dibuat dari Cadmium Sulfida yang peka

terhadap cahaya. Seperti yang telah diketahui bahwa cahaya

memiliki dua sifat yang berbeda yaitu sebagai gelombang

elektromagnetik dan foton/partikel energi (dualisme cahaya).

Saat cahaya menerangi LDR, foton akan menabrak ikatan

Cadmium Sulfida dan melepaskan elektron. Semakin besar 

intensitas cahaya yang datang, semakin banyak elektron yang

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 2/28

terlepas dari ikatan. Sehingga hambatan LDR akan turun saat

cahaya meneranginya.

Gambar 2.1 Karakteristik LDR

Gambar 2.2 Simbol LDR

Gambar 2.3 Fisik LDR

2.3. Sensor Temperatur dan Kelembaban

H500M sebagai alat deteksi temperature dan kelembaban

yang memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Range kelembaban 0% - 100%RH

2. Output kelembaban berupa tegangan dengan range 0.38-3.68V

(linier 0%RH – 100%RH)

3. Akurasi ±≤ 4%RH (@250C, 30%RH – 80%RH)

4. Konsumsi Daya < 1.5mA

5. Input tegangan 5V dc ±2%

6. Range temperatur 0 - 50

0

C

6

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 3/28

Gambar 2.4 Sensor H500M 

2.4. Programmable Logic Controller (PLC)

Sebuah PLC ( Programmable Logic Controller ) adalah sebuah

alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan relai

yang dijumpai pada sistem kontrol proses konvensional. PLC

  bekerja dengan cara mengamati masukan (melalui sensor-sensor 

terkait), kemudian melakukan proses dan melakukan tindakan

sesuai yang dibutuhkan, yang berupa menghidupkan atau

mematikan keluarannya.

Semakin kompleks proses yang harus ditangani, semakin

 penting penggunaan PLC untuk mempermudah proses-proses

tersebut (dan sekaligus menggantikan beberapa alat yang

diperlukan). Selain itu sistem kontrol proses konvensional

memiliki beberapa kelemahan, antara lain :

1) Perlu kerja keras saat dilakukan pengkabelan.

2) Kesulitan saat dilakukan penggantian dan atau perubahan.

3) Kesulitan saat dilakukan pelacakan kesalahan.

4) Saat terjadi masalah, waktu tunggu tidak menentu dan

 biasanya lama.Sedangkan penggunaan kontroler PLC memiliki beberapa

kelebihan dibandingkan dengan sistem kontrol konvesional, antara

lain:1) Dibandingkan dengan sistem kontrol proses konvensional,

 jumlah kabel yang dibutuhkan bisa berkurang hingga 80 %.

2) PLC mengkonsumsi daya lebih rendah dibandingkan dengan

sistem kontrol proses konvensional (berbasis relay).

3) Fungsi diagnostik pada sebuah kontroler PLC membolehkan

7

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 4/28

 pendeteksian kesalahan yang mudah dan cepat.4) Perubahan pada urutan operasional atau proses atau aplikasi

dapat dilakukan dengan mudah, hanya dengan melakukan perubahan atau penggantian program, baik melalui terminal

konsol maupun komputer PC.5) Tidak membutuhkan spare part yang banyak.

6) Ketahanan PLC jauh lebih baik dibandingkan dengan relay

auto- mekanik.

2.4.1. Komponen-Komponen PLC

PLC sesungguhnya merupakan sistem mikrokontroller 

khusus untuk industri, artinya seperangkat perangkat lunak dan

keras yang diadaptasi untuk keperluan aplikasi dalam dunia

industri. Elemen – elemen dasar sebuah PLC terdiri dari CPU,Memory, dan Perangkat Input/Output. Gambar dibawah

menunjukkan elemen-elemen dari PLC

Gambar 2.5  Elemen – Elemen PLC 

2.4.1.1. CPU (Central Processing Unit )

CPU merupakan otak dari sebuah kontroller PLC. CPU itu

sendiri biasanya merupakan sebuah mikrokontroller (versi mini

mikrokomputer lengkap). Pada awalnya merupakan

8

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 5/28

mikrokontroller 8-bit seperti 8051, namun saat ini bisa

merupakan mikrokontroller 16 atau 32-bit.

2.4.1.2. Memori

Memori digunakan oleh PLC untuk sistem kontrol proses.

Selain berfungsi untuk menyimpan sistem operasi, juga

digunakan untuk menyimpan program yang harus dijalankan,

dalam bentuk biner, hasil terjemahan diagram tangga yang telah

dibuat oleh pemrogram.

Sistem memori PLC dibagi berdasarkan tugas yang

diberikan:

1.  Executive Memory, lokasi memori untuk menyimpan

kumpulan program secara permanen yang merupakan

instruksi software, yaitu relay instruction, block transfer, dan

math instruction. Lokasi memori ini tidak tersedia bagi

 pemakai tetapi memori ini yang menjalankan sistem.

2.   Application Memory, lokasi memori untuk  

menyimpan kumpulan user program (program pemakai),

yaitu area yang menyimpan ladder diagram, timer, dan data – 

data yang telah dimasukkan.

2.4.1.2.1. Tipe Memori PLC

1. ROM ( Read Only Memory)

ROM dirancang untuk menyimpan secara permanent

yang telah fixed. Isinya masih bisa diuji dan dibaca tetapi

tidak bisa dubah, ROM tidak memerlukan back up power 

untuk menjaga memorinya. Executive program biasanya

disimpan di ROM.2. RAM ( Random Access Memory)

RAM dikenal sebagai read write memori dan

dirancang supaya informasi dapat ditulis dan dibaca dari

lokasi manapun. Ada 2 jenis RAM, Volatile dan Non

Volatile. Volatile memerlukan battery back up kalau power 

hilang sedangkan non volatile RAM akan menjaga

 programnya meskipun power hilang.

3. PROM ( Programmable Read Only Memory)

9

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 6/28

PERIKSA STATUS

MASUKAN

EKSEKUSI

PROGRAM

UPDATE STATUS

KELUARAN

Memori ini biasanya digunakan untuk program yang

diyakini benar untuk system control dengan PLC. Jika

dibutuhkan perubahan algoritma pada sistem kontrol

tersebut, maka PROM harus diganti (di upload) dengan

 program baru. PROM bisa digunakan sebagai back up

 permanen user program.

4. EPROM (  Erasable Programmable Read Only

Memory)

Memori ini mirip PROM, tetapi masih dapat dihapus

dengan membuka jendela dibagian atas IC dengan disinari

UV selama beberapa menit. EPROM bisa dipertimbangkan

sebagai alat penyimpanan semi permanen sehingga akan

menyimpan sebuah program secara permanen sampaidirasakan perlu adanya perubahan.

5. EEPROM ( Electrically Erasable Programmable Read 

Only Memory)

Memori ini mirip EPROM, tetapi cara

  penghapusannya lebih fleksible. Cara penghapusan

 program dengan memberikan tegangan pada kedua kaki

(pin) memori untuk proses burning. Hal ini berarti bahwa

tipe memori ini bisa dipakai berulang.

2.4.1.3. Pemrograman PLC

Kontroller PLC dapat diprogram melalui komputer, tetapi

 juga bisa diprogram melalui pemrograman manual, yang biasa

disebut dengan konsol (console). Untuk keperluan ini

dibutuhkan perangkat lunak, yang biasanya juga bergantung

 pada produk PLC-nya.

2.4.2. Operasional PLC

Sebuah PLC bekerja secara kontinyu dengan cara men- scan program. Ibaratnya kita bisa mengilustrasikan satu siklus

 scan ini menjadi 3 langkah atau 3 tahap. Umumnya lebih dari 3

tetapi secara garis besarnya ada 3 tahap sebagaimana ditunjukkan

 pada gambar dibawah.

10

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 7/28

Gambar 2.6 Proses Scanning Program PLC 

Keterangan :

1. Periksa status masukan, pertama PLC akan melihat masing-

masing status keluaran apakah kondisinya sedang ON  atau

OFF . Dengan kata lain, apakah sensor yang terhubungkandengan masukan pertama ON ? Bagaimana dengan yang

terhubungkan pada masukan kedua ? Demikian seterusnya,

hasilnya disimpan ke dalam memori yang terkait dan akan

digunakan pada langkah berikutnya.2. Eksekusi Program, berikutnya PLC akan mengerjakan atau

mengeksekusi program Anda (diagram tangga) per instruksi.Mungkin program Anda mengatakan bahwa masukan pertamastatusnya ON  maka keluaran pertama akan di-ON -kan.

Karena PLC sudah tahu masukan yang mana saja yang ON dan OFF , dari langkah pertama dapat ditentukan apakahmemang keluaran pertama harus di-ON -kan atau tidak (berdasarkan status masukan pertama). Kemudian akanmenyimpan hasil eksekusi untuk digunakan kemudian.

3. Perbaharui status keluaran, akhirnya PLC akanmemperbaharui atau mengupdate status keluaran. Pembaharuankeluaran ini bergantung pada masukan mana yang ON selamalangkah 1 dan hasil dari eksekusi program di langkah 2. Jikamasukan pertama statusnya ON , maka dari langkah 2,eksekusi program akan menghasilkan keluaran pertama,sehingga pada langkah 3 ini keluaran pertama akandiperbaharui menjadi ON .

Setelah langkah 3, PLC akan menghalangi lagi  scanning 

  program-nya dari langkah 1, demikian seterusnya. Waktu

 scan didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan untuk 

mengerjakan tiga langkah tersebut. Masing- masing langkah bisa

memiliki waktu tanggap (response time) yang berbeda-beda,

11

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 8/28

waktu total tanggap atau total response time adalah jumlah

semua waktu tanggap masing-masing langkah.

2.5. PLC Allen BradleyProgrammable Logic Controler  (PLC)   Allen Bradley

merupakan salah satu jenis PLC yang banyak digunakan untuk keperluan otomasi di industri. Ada 2 macam bentuk PLC AllenBradley yaitu bentuk  compact  dan bentuk  modular . Untuk bentuk compact , PLCnya menggunakan system rak (CPU dan I/O jadi satukesatuan) dengan kapasitas memori yang terbatas.

Gambar 2.7 Bentuk PLC Compact 

Sedangkan untuk PLC bentuk modular terdiri dari modulCPU dan modul I/O (merupakan bagian yang terpisah-pisah).

Gambar 2.8 Bentuk PLC Modular 

2.5.1. Modul PLC Allen Bradley Bentuk Modular Didalam 1 backplane ada yang bisa untuk 4, 7, 10, dan 13

modul. Pemilihan backplane disesuaikan dengan kebutuhan,

12

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 9/28

semakin komplek system yang dibuat maka semakin banyak  backplane yang digunakan. Apabila modul yang dibutuhkan lebihdari 13, maka harus menggunakan tambahan backplane karenatiap backplane maksimal untuk 13 modul saja.

2.5.1.1. Processor SLC 5/05Kecerdasan PLC ditentukan oleh tipe prosesor 

(mikroprosesor) yang digunakan. Prosesor bertugas untuk memerintah dan mengontrol kegiatan-kegiatan di seluruhsistem. Prosesor tipe SLC  5/05(1747-L552C 5/05 CPU -32K Mem) mempunyai kapasitas maksimum 28,672instruction words.

2.5.1.2. Analog Input (1746-N14)Modul analog input ini terdiri dari 4 channel, input tiapchannel dapat berupa tegangan dc maupun arus dc. Untuk merubah input tegangan atau arus digunakan dip switch yangletaknya berada pada sisi modul. Pada modul tipe ini rangetegangannya +/- 10 V sedangkan range arus +/- 20 mA.

2.5.1.3. Analog Output (1746-NO41)Seperti modul analog input, modul ini juga terdiri dari 4

channel namun output tiap channelnya hanya berupa arus dc

dengan range 4mA – 21mA.

2.5.1.4. Digital Input (746-IB16)Modul digital input mempunyai 16 terminal. Inputnya

 berupa tegangan dc dengan range 10-30 V.

2.5.1.5. Digital Output (1746-OW16)Modul digital output mempunyai 2 channel dengan 8

terminal output tiap channelnya. Outputnya dapat berupa

tegangan dc dengan range 5-125 V atau berupa tegangan acdengan range 5-265 V.

2.5.2. Instruksi-Instruksi PemrogramanInstruksi-instruksi pemrograman PLC tipe ini yakni :

Tabel 2.1 Tipe-tipe Relay Logic ( Bit )

T e  Nama  Mnemonic

 Rela Normall Close XIC

13

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 10/28

 Lo ic Bit Normall O en XIO

Out ut Ener ize OTE

Out ut Latch OTL

Out ut Unlatch OTU

One Shot Risin OSR 

Dimana :

1. Examine If Close (XIC)

Gambar 2.9 Instruksi XIC 

Fun g si : Menentukan status bit B sebagaikondisi eksekusi untuk operasi selanjutnya di dalamsuatu baris instruksi.

Contoh:

Gambar 2.10 Contoh Penggunaan Instruksi XIC 

2. Examine If Open (XIO)

Gambar 2.11 Instruksi XIO

14

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 11/28

F u ngsi : Menentukan status dari invers bit  B sebagai

kondisi eksekusi untuk operasi selanjutnya di dalam

suatu baris instruksi.

Contoh :

Gambar 2.12 Contoh Penggunaan Instruksi XIO

3. Output Energize (OTE)

Gambar 2.13 Instruksi OTE 

F u ng s i : Status bit  B ON  untuk suatu kondisi

eksekusi ON  dan status bit  B akan OFF  untuk 

suatu kondisi eksekusi OFF .

Contoh :

Gambar 2.14 Contoh Penggunaan OTE 

15

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 12/28

4. Pewaktu (Timer )

Timer pada jenis ini terdiri dari Timer On

Delay (TON) dan Timer Off Delay (TOD). Alamat padatimer dimulai dari T4:00 sampai 39. Timer inidilengkapi dengan bits yang terdiri dari EN (Timer EnableBit), TT (Timer Timing Bit) dan DN (Timer Done Bit).

Simbol dari TON :

Gambar 2.15 Simbol TON 

Time Base = satuan waktu yang digunakan

 Preset  = waktu yang dibutuhkan untuk mengaktifkan

DN setelah EN aktif  Accum = nilai timer, ketika Accum sama dengan

 Preset , DN akan aktif 

Contoh :

Gambar 2.16 Contoh Penggunaan TON 

5. Pencacah (Counter )Counter  terdiri dari 2 bagian yakni CTU (Counter 

UP ) dan CTD (Counter Down). Simbol dari CTU:

16

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 13/28

Gambar 2.17 Simbol CTU 

 Preset  = hitungan dimana DN akan aktif  Accum = nilai counter, ketika Accum sama dengan

 Preset , DN akan aktif 

Contoh :

Gambar 2.18 Contoh Penggunaan CTU 

6. Reset ( RES )Digunakan untuk mereset nilai accum dari suatu

counter hingga nilai menjadi nol (untuk CTU).

Contoh :

Gambar 2.19 Contoh Penggunaan RES 

7. Add ( ADD)

17

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 14/28

Nilai pada  source A ditambahkan dengan nilai pada source B dan disimpan pada Destination.

Gambar 2.20 Simbol ADD

Contoh :

Gambar 2.21 Contoh Penggunaan ADD

8. Move ( MOV )Proccessor meng-copy nilai pada source ke alamat

tujuan destination

Gambar 2.22 Simbol MOV 

Contoh :

Gambar 2.23 Contoh Penggunaan MOV 

18

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 15/28

9. Jump to Subroutine (JSR)Jika kondisi pada rung untuk instruksi JSR adalah true,

maka processor akan jump ke subroutine dengan nomor yang

 bersesuaian.

Gambar 2.24 Simbol JSR

Contoh :

Gambar 2.25 Contoh Penggunaan JSR

10. Subroutine (SBR)Target dari subroutine diidentifikasi oleh nomor file

yang dimasukkan dalam instruksi JSR.

Contoh :

Gambar 2.26 Simbol SBR

11. Return from Subroutine (RET)Instruksi output ini menandakan akhir dari subroutine

atau akhir dari eksekusi subroutine sehingga scanningdilanjutkan ke rung setelah rung yang memanggil subroutineini.

Contoh :

19

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 16/28

Gambar 2.27 Simbol RET 

2.5.3. RSLinx

RSLinx merupakan software yang digunakan untuk setting

komunikasi antara PLC dengan PC. Secara singkat setting

komunikasinya adalah sebagai berikut:

1. Menjalankan RSLinx kemudian klik menu communication, lalu

masuk ke menu RSWho seperti terlihat pada gambar di

  bawah ini. Disitu akan ditemukan driver yang sudah aktif.

Pada percobaan ini dipakai AB_DFI-1, DH-485.

Gambar 2.28 Menu Window RSWho

2. Bila AB_DFI-1, DH-485 tersebut belum ada maka untuk 

membuatnya dengan cara berikut (pada contoh ini

menggunakan AB_DFI-2, DH-485). Pada menucommunication, klik configure driver kemudian pilih driver 

RS-232 DFI Devices lalu klik Add New. Setelah di klik 

kemudian akan muncul menu Add New RSLinx Driver lalu

ketik nama driver yang baru. Hasilnya seperti gambar di bawah

ini.

20

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 17/28

Gambar 2.29 Window Pengisian New RSLinx Driver 

3. Setelah itu akan muncul menu configure RS-232 DFI Device.

Kemudian setting semua menu, atau untuk lebih mudah pilihAuto-configure setelah itu klik OK.

Gambar 2.30 Window Configure RS-232 DF1 Device

2.5.4. RSView32RSView32 adalah salah satu software HMI yang

memungkinkan monitoring data-data yang ada di lapangan,dalam hal ini data dari sensor dan tranducer yang ada dilapangan yang di kontrol oleh PLC.

PLC dikomunikasikan dengan RSView32 dan RSView32akan menampilkan data-data tersebut dalam tampilan yangmemudahkan operator untuk mengamati jalannya prosesyang ada di lapangan. Kelebihan lain dari penggunaansoftware ini adalah efektivitas dan keamanan dari proses

21

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 18/28

kontrol dan monitoring. Berikut adalah setting supaya RSView bisa dihubungkan dengan PLC :

1 1. Mengatur konfigurasi komunikasi antara PC ( Personal 

Computer ) dengan PLC ( Programmable Logic Controller )menggunakan software RSLinx.

2 2. Menjalankan   software RSLogix lalu membuka ladder  yang

telah dibuat atau membuat ladder  baru.

3 3. Men-download ladder yang aktif ke PLC.

4 4. Menjalankan   software RSView lalu membuka  project  yang

telah dibuat atau membuat project  baru.

5. Me-run project  tersebut untuk  monitoring  data dari PLC.

Agar  project yang dibuat dapat online dengan PLC, terlebih

dahulu kita menentukan channel yang sedang aktif.

Gambar 2.31 Tampilan Window Dari Sub Sistem Channel 

Setelah itu dibuat node untuk  system yang telah dibuat :

Gambar 2.32 Tampilan Window Node

22

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 19/28

Maka  project  yang telah dibuat telah online dengan PLC,

dengan mengisi tag database. Pada data source dipilih type

device, pada node

name ketikkan node yang telah dibuat dan pada address

ketikkan input  atau output  yang diperlukan atau yang telah

digunakan dalam  RSLogix. Untuk  type tag-nya pilih digital. Pada

object yang akan dimonitoring di animasi dengan tag yang telah

dibuat.

Jadi dapat dikatakan,  software RS Logix   berfungsi sebagai

  pemrogram / pengendali PLC, sedangkan   RS View  berfungsi

sebagai visualisasi / monitoring data-data dari plant (PLC).

2.5.5. RSLogic 500

RSLogic merupakan software yang digunakan untuk membuat

 program didalam PLC.  Adapun cara-cara yang harus dilakukan untuk 

membuat suatu program ladder diagram dengan menggunakan software

ini adalah sebagai berikut :

0 1. Dari Start Menu Program pilih Program Files → Rockwell 

 Software →   RS Logix 500 English →   RS Logix 500

 English.

1 2. Pada layar monitor akan muncul logo  RS Logix 500 English

untuk beberapa saat saja.

2 3. Apabila kita ingin membuat suatu program ladder diagramyang baru maka pilihlah icon New sedangkan apabila kita

ingin membuka sebuah  file  program ladder diagram yang

telah kita buat sebelumnya maka pilihlah icon Open a File

dan pilih nama file-nya.

3 4. Setelah itu akan muncul sebuah layar gambar yang

digunakan untuk menggambar ataupun mengedit program

ladder diagram yang telah kita buat sebelumnya.

4 5. Untuk meng-on-line-kan program ladder yang telah kita buat

kedalam PLC  Allen Bradley maka pilih icon ↓ disampingkata OFFLINE  yang terletak di pojok sebelah kiri atas

  bidang gambar dan pilihlah  Download . Apabila seluruh

  penulisan program ladder diagram yang telah kita buat

adalah benar maka tidak akan muncul pesan kesalahan

apapun pada layar monitor dan proses download  akan

selesai 100%. Kemudian apabila muncul perintah “ Do you

want to go Online ?” pada layar monitor maka pilihlah OK 

untuk meng-on-line-kan program ladder diagram tersebut

23

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 20/28

kedalam PLC  Allen Bradley dan apabila kita tidak ingin

meng-on-line-kan program tersebut maka klik Cancel .

2.6. Kontroller

Karakteristik pada semua plant harus diterima sesuai dengan

yang telah dibuat sehingga komponen penyusun dari suatu sistem

tdak dapat diubah. Perubahan perilaku sistem hanya bisa dilakukan

dengan menambah suatu bab sistem yaitu kontroler. Oleh karena itu

kontroler dalam sebuah sistem kontrol mempunyai pengaruh yang

 besar terhadap perilaku sistem.

Tujuan pembuatan sistem kontrol adalah untuk mendapatkan

sinyal aktual sesuai dengan yang diinginkan sehingga sinyal

tersebut sama dengan sinyal yang disetting. Pada sistem kontrol

yang berumpan balik merupakan sistem kontrol yang cenderung

menjaga hubungan yang telah ditentukan antara keluaran dan

masukan acuan dengan membandingkan dan menggunakan selisih

sebagai alat pengontrolan. Kerja dari kontroler yang maksimum dan

 baik harus mampu mengamati perbedaan antara nilai setting dengan

nilai keluaran secara cepat agar segera dapat menghasilkan sinyal

keluaran untuk mempengaruhi plant. Apabila reaksi sistem semakin

cepat mengikuti sinyal aktual dan semakin kecil kesalahan (error)

yang terjadi, maka semakin baik kinerja dari sistem kontrol.

Dalam persyaratan umum sistem kontrol terdapat persyaratan

utama yaitu setiap sistem kontrol harus stabil. Tetapi selain

kestabilan mutlak, suatu sistem kontrol harus mempunyai kestabilan

relatif yang kayak jadi kecepatan respon harus cukup cepat dan

menunjukkan peredaman yang layak. Suatu sistem kontrol juga

harus mampu memperkecil kesalahan sampai nol atau sampai pada

suatu harga yang dapat ditoleransi. Setiap sistem kontrol yang

  berguna harus memenuhi persyaratan ini. Persyaratan kestabilan

relatif yang layak dan ketelitian keadaan yang tunak (steady state)

cenderung tidak dapat dipenuhi secara bersama-sama. Oleh karena

itu dalam mendesain sistem kontrol perlu dilakukan kompromi yang

efektif diantara dua persyaratan ini.

Dalam menganalisis dan mendesain sistem kontrol, kita

harus mempunyai suatu dasar perbandingan performansi berbagai

sistem kontrol. Dengan sinyal masukan uji dapat dilakukan analisis

matematik dan eksperimental sistem kntrol secara mudah karena

sinyal-sinyal ini merupakan fungsi waktu yang sederhana. Sinyal

masukan uji yang biasa digunakan adalah fingsi tangga, fungsi

24

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 21/28

”ramp”, fungsi percepatan, fungsi sinusoidal,dsb. Salah satu

eksperimen yang dilakukan yaitu jika masukan sistem kontrol

merupakan fungsi waktu yang berangsur-angsur berubah maka

fungsi waktu ”ramp” merupakan sinyal uji yang baik.

Respon waktu sistem kontrol terdiri dari dua bagian yaitu

respon transien dan keadaan tunak (steady state). Yang dimaksud

dengan respon transien adalah respon sistem yang berlangsung dari

keadaan awal sampai keadaan akhir. Untuk respon keadaan tunak 

dimaksudkan sebagai perilaku keluaran sistem jika t mendekati tak 

terhingga. Sistem kontrol berada dalam kesetimbangan jika tidak 

ada suatu gangguan atau masukan, keluaran berada dalam keadaan

yang tetap. Sistem kontrol linier parameter konstan tidak stabil jika

keluaran berosilasi terus-menerus atau keluaran membesar tanpa

  batas dari keadaan kesetimbangannya ketika dikenai suatu

gangguan. Respon transien sistem kontrol praktis sering

menunjukkan osilasi teredam sebelum mencapai keadaan tunak.

Dalam menentukan karakteristik respon transien sistem

kontrol terhadap masukan tangga satuan, secara umum dicari

 parameter berikut :

1. Waktu tunda (delay time) td : Waktu yang diperlukan

respon untuk mencapai setengah harga akhir yang pertama kali.

2. Waktu naik (rise time) tr : Waktu yang diperlukan

respon untuk naik dai 10-90% dari harga akhir.

3. Waktu puncak (peak time) tp : Waktu yang

diperlukan respon untuk mencapai puncak lewatan yang

 pertama kali.

4. Lewatan maksimum (maksimum overshoot) Mp :

Harga puncak maksimum dari kurva respon yang diukur dari

satu.

Waktu penetapan (settling time) ts : Waktu yang diperlukan

kurva respon untuk mencapai dan menetap dalam daerah sekitar 

harga akhir dengan ukuran ditentukan dari presentasi mutlak harga

akhir (5% atau 2%).

2.6.1 KONTROLER PROPORTIONAL

Kontroler proporsional memiliki keluaran yang

sebanding/proposional dengan besar dari sinyal kesalahan (selisih

antara besaran yang diinginkan dengan harga aktual). Secara lebih

sederhana dapat dikatakan, bahwa keluaran kontroler proporsional

merupakan perkalian antara konstanta proporsional dengan error.

25

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 22/28

Perubahan pada sinyal masukan akan segera menyebabkan sistem

secara langsung mengubah keluaran sebesar konstanta pengali.

Berikut ini merupakan ketentuan-ketentuan kontroler proporsional

yang perlu diperhatikan saat diterapkan pada suatu sistem, antara

lain:

1. Jika nilai Kp kecil, kontroler  

 proporsional hanya mampu melakukan koreksi kesalahan yang

kecil, sehingga akan menghasilkan respon sistem yang lambat.

2. Jika nilai Kp dinaikkan, respon sistem

menunjukkan semakin cepat mencapai keadaan mantap.

 Namun jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang

 berlebihan, akan mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil,

atau respon sistem akan berosilasi.

Gambar 2.33 menunjukkan blok diagram yang menggambarkan

hubungan antara besaran setting, besaran aktual dengan besaran

keluaran pengendali proporsional. Sinyal keasalahan (error)

merupakan selisih antara besaran setting dengan besaran

aktualmya. Selisih ini akan mempengaruhi pengendali, untuk 

mengeluarkan sinyal positipf (mempercepat pencapaian harga

 setting ) atau negatif (memperlambat tercapainya harga yang

diinginkan).

Gambar 2.33  Diagram Blok Pengendali Proporsional 

Secara matematis dinyatakan sebagai :

u(t) = KP . e(t).......................................(2.1)

Dalam bentuk Transformasi Laplace dinyatakan sebagai :

.........................................(2.2)

2.6.2 KONTROLER INTEGRATOR 

Fungsi dari kontroler Integral yaitu untuk menghasilkan

respon sistem yang memiliki kesalahan dengan keadaan mantap

nol. Untuk mendapatkan kerja kontroler yang maksimal maka

dalam sebuah plant harus memiliki unsur integrator (I/s).

Pemasangan kontroler integral dalam sebuah sistem dapat

26

 p K  s E  sU  =)()(

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 23/28

memperbaiki respon sistem yaitu mempunyai kesalahan (error)

dengan keadaan stabil nol. Hal ini disebabkan terlalu cepat respon

yang dihasilkan oleh pengendali proporsional sehingga sulit

menekan agar sinyal error yang dihasilkan menjadi nol. Keluaran

kontroler integral sangat dipengaruhi olch perubahan yang

sebanding dengan nilai sinyal kesalahan. Keluaran kontroler ini

merupakan jumlahan yang terus menerus dari perubahan masukan.

Kalau sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan, keluaran akan

menjaga keadaan seperti sebelum terjadi perubahan masukan.

Beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan saat menggunakan

kontroler integral antara lain :

1. Keluaran kontroler membutuhkan

selang waktu tertentu, sehingga kontroler integral cenderung

memperlambat respon.

2. Ketika sinyal kesalahan berharga nol.

keluaran kontroler akan bertahan pada nilai sebelum ada

kesalahan.

3. Jika sinyal kesalahan tidak berharga

nol, keluaran akan menunjukkan kenaikan atau penurunan yang

dipengaruhi oleh besar dari sinyal kesalahan dan nilai Ki.

4. Konstanta integral Ki yang berharga

 besar akan mempercepat penghilangan offset. Tetapi semakin  besar nilai konstanta Ki akan mengakibatkan peningkatan

osilasi dari sinyal keluaran kontroler 

Pada gambar 2.34 menunjukkan blok diagram antara besaran

kesalahan dengan keluaran suatu pengendali integral.

Gambar 2.34    Blok Diagram Hubungan Antara Besaran Kesalahan Dengan Pengendali Integral 

Secara matematis dinyatakan sebagai :

..............................(2.3)

Dalam bentuk Transformasi Laplace dinyatakan sebagai :

........................................(2.4)

27

∫ =t 

i dt t e K t u0

)()(

 s

 K 

 s E 

 sU  i

=)(

)(

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 24/28

2.6.3. KONTROLER DIFERENSIAL

Keluaran kontroler diferensial memiliki sifat sama seperti

suatu operasi derivatif. Perubahan yang mendadak pada masukan

kontroler akan mengakibatkan perubahan yang sangat besar dan

cepat.

Karakteristik kontroler diferensial adalah sebagai berikut :

1. Kontroler ini tidak dapat menghasilkan keluaran bila tidak 

ada perubahan pada masukan (berupa sinyal kesalahan).

2. Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka

keluaran yang dihasilkan kontroler  tergantung pada nilai Td dan

laju perubahan sinyal kesalahan.3. Kontroler diferensial mempunyai suatu karakter untuk 

mendahului, sehingga kontroler ini dapat menghasilkan koreksi

yang signifikan sebelum pembangkit kesalahan menjasi sangat

 besar.

Jadi kontroler diferensial dapat mengantisipasi pembangkit

kesalahan, memberikan aksi yang bersifat korektif dan cenderung

meningkatkan stabilitas sistem

Berdasarkan karakteristik kontroler tersebut, kontroler 

diferensial secara umum dipakai untuk mempercepat respon awalsuatu sistem, tetapi tidak memperkecil kesalahan pada keadaan

mantap. Kerja kontroler diferensial hanya efektif pada lingkup

yang sempit, yaitu pada periode peralihan. Oleh sebab itu

kontroler diferensial tidak pernah digunakan tanpa ada kontroler 

lain sebuah sistem.

Gambar 2.35 menunjukkan blok diagram yang menggambarkan

hubungan antara sinyal kesalahan dengan keluaran pengendali.

Gambar 2.35    Blok Diagram Hubungan Antara Besaran Kesalahan Dengan Pengendali Diferensial 

Secara matematis dinyatakan sebagai :

28

)()( t edt d  K t u =

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 25/28

...................................(2.5)

Dalam bentuk Transformasi Laplace dinyatakan sebagai :

...................................(2.6)

2.6.4. KONTROLLER PID

Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing – masing

kontroler P, I, D dapat saling menutupi dengan menggabungkan

ketiganya secara paralel menjadi kontroler proporsional plus

integral plus differensial ( kontroller PID ). Elemen – elemen

kontroller P,I, dan D masing – masing secara keseluruhan

  bertujuan untuk mempercepat reaksi sebuah sistem,

menghilangkan offset dan menghasilkan perubahan awal yang

  besar [3]. Keluaran kontroller PID merupakan jumlahan dari

keluaran kontroller proporsional, integral dan differensial.

Penyetelan konstanta K  p, Ti dan Td akan mengakibatkan

 penonjolan sifat dari masing – masing elemen. Satu atau dua dari

ketiga konstanta tersebut dapat disetel lebih menonjol dibanding

yang lain. Konstanta yang menonjol itulah yang akan memberi

konstribusi pengaruh pada respon sistem secara keseluruhan.

Kontroller PID memproduksi keluaran yang tergantung

 pada magnitud ( besaran ), waktu, dan perubahan rata – rata dari

sinyal error sistem. PID bisa lebih cepat mengurangi error sistem

hingga nol daripada kontroller – kontroller yang lain.

Bagaimanapun kontroller ini harus selalu dituning untuk setiap

  proses yang dikontrolagar bisa menghadapi perubahan – 

 perubahan proses dari waktu ke waktu. Tuning pada kontroller 

PID terdiri dari penentuan – penentuan nilai yang sesuai untuk 

 penguatan ( proportional ) dan waktu ( integral dan differensial ).

Parameter tuning saling berhubungan untuk mengubah keluaran

kontroller dan memproduksi perubahan – perubahan nilai dari

 proses variabel.

Gambar 2.36 berikut menunjukkan blok diagram pengendali PID

29

S  K  s E  sU   D .)()( =

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 26/28

.Gambar 2.36    Blok Diagram Hubungan Antara Besaran

 Kesalahan Dengan Pengendali Proposional 

 Plus Integral Plus Diferensial 

Secara matematis dinyatakan sebagai :

...............(2.7)

Dalam bentuk Transformasi Laplace dinyatakan sebagai :

.......................(2.8)

 

Pembuatan kontroller PID ini hanya digunakan untuk 

 proses – proses yang membutuhkan energi besar seperti proses

 panas, proses pengaturan pada posisi valve sedangkan untuk 

mengontrol kecepatan motor kita cukup menggunakan kontrol 

 PI saja agar efisien dalam proses kontrol dan juga hemat dalam

 biaya.

2.7. Motor

Prinsip kerja sebuah motor dapat dijelaskan sebagai

  berikut: bila ada penghantar yang dialiri arus listrik, yang

ditempatkan di suatu medan magnet, maka penghantar tersebut akan

mengalami gaya dan gaya itu akan menghasilkan torsi yang akan

memutar jangkar.

30

)()()()(.)( t edt 

d  Kd t d t e Kit e Kpt u ++= ∫ 

 

 

 

 

 

  ++=

   

  

 ++=

 s

 s s Kp

 s s

 Kpe E 

 sU 

i

i Di

 D

i

τ  

τ  τ  τ  

τ  

τ  

1

11

)(

)(

2

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 27/28

Gambar 2.37  Prinsip Kerja Motor 

Proses perubahan energi pada motor DC arus searah dapat

digambarkan pada gambar 2.38 berikut ini:

Gambar 2.38 Proses Perubahan Energi Pada Motor DC 

Mengingat hukum kekekalan energi, proses perubahan

energi listrik menjadi energi mekanik dapat dinyatakan sebagai

 berikut:

 Energi listrik sebagai masukan = Energi mekanik sebagai

keluaran + energi yang diubah menjadi panas + energi yang 

tersimpan dalam medan magnet.

Besarnya gaya yang ditimbulkan oleh penghantar yang

dialiri arus, tergantung pada:

1. Kuatnya medan magnet (Besarnya induksi magnet)

2. Besarnya arus yang mengalir pada penghantar 

3. Panjang kawat penghantar 

Berdasarkan point-point diatas, maka akan didapatkan

rumusan untuk gaya tersebut yaitu:

 BIL F  = .........................................................................(2.9)

31

EnergiListrik

MedanMagnet

EnergiMekanik

5/12/2018 6.BAB II new - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/6bab-ii-new-55a4d8dd57f78 28/28

 

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

32