64050195 miopia bab i ii iii iv

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penglihatan merupakan indera yang sangat penting dalam menentukan kualitas hidup manusia. Indera penglihatan yang dimaksud adalah mata. Tanpa mata, manusia mungkin tidak dapat melihat sama sekali apa yang ada disekitarnya. Dalam penglihatan, mata mempunyai berbagai macam kelainan refraksi. Kelainan refraksi tersebut antara lain seperti emetropia, miopia, ametropia, presbiopia, hipermetropia, dan afakia. Kelainan refraksi merupakan gangguan yang banyak terjadi di dunia tanpa memandang jenis kelamin, usia, maupun kelompok etnis. 1 Dalam hal ini dari semua kelainan refraksi yang ada, angka kejadian miopia didunia terus meningkat, data WHO pada tahun 2004 menunjukkan angka kejadian 10% dari 66 1

Upload: latoya-shop

Post on 08-Dec-2014

11 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 64050195 Miopia Bab i II III IV

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penglihatan merupakan indera yang sangat penting dalam menentukan

kualitas hidup manusia. Indera penglihatan yang dimaksud adalah mata.

Tanpa mata, manusia mungkin tidak dapat melihat sama sekali apa yang ada

disekitarnya. Dalam penglihatan, mata mempunyai berbagai macam kelainan

refraksi. Kelainan refraksi tersebut antara lain seperti emetropia, miopia,

ametropia, presbiopia, hipermetropia, dan afakia. Kelainan refraksi

merupakan gangguan yang banyak terjadi di dunia tanpa memandang jenis

kelamin, usia, maupun kelompok etnis.1

Dalam hal ini dari semua kelainan refraksi yang ada, angka kejadian

miopia didunia terus meningkat, data WHO pada tahun 2004 menunjukkan

angka kejadian 10% dari 66 juta anak usia sekolah menderita kelainan

refraksi yaitu miopia. Puncak terjadinya miopia adalah pada usia remaja yaitu

pada tingkat SMA dan miopia paling sering banyak terjadi pada anak

perempuan daripada anak laki-laki, dengan perbandingan perempuan

terhadap laki-laki 1,4 : 1. Perbandingan serupa pada miopia tinggi adalah

3,5 : 1. Sebanyak 30% penderita miopia berasal dari keluarga dengan

golongan ekonomi menengah ke atas.1

1

Page 2: 64050195 Miopia Bab i II III IV

Miopia merupakan salah satu gangguan penglihatan yang memiliki

prevalensi tinggi di dunia. Di Amerika Serikat, berdasarkan data yang

dikumpulkan dari 7.401 orang berumur 12-54 tahun oleh National Health and

Nutrition Examination Survey pada tahun 1971-1972 diperkirakan prevalensi

miopia di Amerika Serikat sebanyak 25%. Bila dibandingkan dengan Amerika

Serikat, Asia merupakan daerah yang memiliki prevalensi miopia yang lebih

tinggi, terutama pada masyarakat Cina dan Jepang. Pada awal 1930,

Rasmusssen memperkirakan prevalensi miopia kira-kira 70% di Cina, tetapi

prosedur pengambilan datanya tidak dijelaskan secara rinci. Di Taiwan

sekitar 4000 anak sekolah didiagnosa mengalami kelainan refraksi dengan

sikloplegia pada sebuah survey tahun 1983. Ada peningkatan

prevalensimiopia seiring dengan peningkatan umur, dari 4% umur 6 tahun

sampai sampai 40% pada umur 12 tahun. Lebih dari 70% dari umr 17 tahun

dan lebih dari 75% dari umur 18 tahun(Saw 1996). Di Indonesia, dari seluruh

kelompok umur (berdasarkan sensus penduduk tahun 1990), kelainan

refraksi (12,9%) merupakan penyebab low visison/penglihatan terbatas

terbanyak kedua setelah katarak (61,3%).2

Miopia adalah bentuk kelainan refraksi di mana sinar-sinar sejajar, pada

mata yang istirahat, akan dibiaskan pada suatu titik di depan retina. Faktor

Resikonya antara lain adalah genetika dan lingkungan. Bahwa membaca

atau kerja dekat dalam waktu yang lama menyebabkan miopia. Terdapat

korelasi kuat antara tingkat pencapaian pendidikan dan prevalensi serta

2

Page 3: 64050195 Miopia Bab i II III IV

progresitivitas gangguan refraksi miopia. Individu dengan profesi yang

banyak membaca seperti pengacara, dokter, pekerja dengan mikroskop, dan

editor mengalami miopia derajat lebih tinggi. Miopia dapat berkembang tidak

hanya pada usia remaja, namun melewati usia 20-30 tahun. Gejala utama

miopia adalah gangguan penglihatan jarak jauh.1,3

Di Indonesia terutama anak-anak remaja yang golongan ekonomi

keluarganya menengah keatas mempunyai angka kejadian miopia yang

semakin meningkat. Banyak berpengaruh dalam perkembangan miopia

adalah aktivitas melihat dekat atau nearwork. Adanya kemajuan teknologi

dan telekomunikasi, seperti televisi, komputer, video game, dan lain-lain,

secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan aktivitas melihat

dekat.1

Faktor gaya hidup mendukung tingginya akses anak terhadap media

visual yang ada. Hampir seluruh murid di sekolah manapun di Indonesia rata-

rata mempunyai faktor-faktor yang menyebabkan miopia, salah satu faktor

yang Universitas Sumatera Utara televisi (94,5%), video game (39,4%), dan

komputer (15,7%). Tingginya akses terhadap media visual ini apabila tidak

diimbangi dengan pengawasan terhadap perilaku buruk, seperti jarak lihat

yang terlalu dekat serta istirahat yang kurang, tentunya dapat meningkatkan

terjadinya miopia.1

3

Page 4: 64050195 Miopia Bab i II III IV

Oleh karena latar belakang inilah maka diperlukan penelitian-penelitian

lebih lanjut tentang tentang Karakteristik Penderita Miopia di Klinik Spesialis

Mata Orbita Celebes Eye Center Makassar pada periode tahun 2009-2010.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan penelitian untuk

menjawab pertanyaan yaitu, “Bagaimanakah Karakteristik Penderita Miopia di

Klinik Spesialis Mata Orbita Celebes Eye Center Makassar pada periode

tahun 2009-2010?”

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui karakteristik penderita miopia di Klinik Spesialis Mata

Orbita Celebes Eye Center Makassar pada periode tahun 2009-2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik umur penderita miopia di Klinik Spesialis Mata

Orbita Celebes Eye Center Makassar pada periode tahun 2009-2010.

2. Mengetahui karakteristik jenis kelamin penderita miopia di Klinik Spesialis

Mata Orbita Celebes Eye Center Makassar pada periode tahun 2009-

2010.

4

Page 5: 64050195 Miopia Bab i II III IV

3. Mengetahui karakteristik pendidikan penderita miopia di Klinik Spesialis

Mata Orbita Celebes Eye Center Makassar pada periode tahun 2009-

2010.

4. Mengetahui karakteristik pekerjaan penderita miopia kerjaan di Klinik

Spesialis Mata Orbita Celebes Eye Center Makassar pada periode tahun

2009-2010.

5. Mengetahui karakteristik riwayat orangtua penderita miopia di Klinik

Spesialis Mata Orbita Celebes Eye Center Makassar pada periode tahun

2009-2010.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pihak Institusi Pendidikan

Sebagai bahan tambahan informasi ilmiah mengenai karakteristi penderita

miopia.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Untuk memberikan informasi tentang miopia sehingga masyarakat dapat

memahami dan mengetahui karakteristik penderita miopia.

1.4.3 Bagi Peneliti

1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu

yang diperoleh semasa perkuliahan.

2. Dapat meningkatkan dalam mengaplikasikan dan menerapkan

pengetahuan statistik kedokteran ke dalam penelitian.

5

Page 6: 64050195 Miopia Bab i II III IV

3. Dapat juga meningkatkan daya nalar, minat, dan kemampuan dalam

meneliti bidang penelitian.

1.4.4 Bagi Peneliti Lainnya

Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi peneliti

lainnnya untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan

penelitian yang telah dilakukan penulis.

1.4.5 Bagi Klinik Spesialis Mata Orbita Celebes Eye Center Makassar

Sebagai bahan masukan dalam hal perncanaan dan penanggulangan factor-

faktor yang mempengaruhi kejadian miopia.

6

Page 7: 64050195 Miopia Bab i II III IV

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Miopia

Istilah miopia sendiri sebenarnya baru dikenal pada sekitar abad ke 2,

yang mana terbentuk dari dua kata, meyn yang berarti menutup, dan ops

yang berarti mata. Ini memang menyiratkan salah satu ciri - ciri penderita

miopia yang suka menyipitkan matanya ketika melihat sesuatu yang baginya

nampak kurang jelas, karena dengan cara ini akan terbentuk debth of focus

di dalam bola mata sehingga titik fokus yang tadinya berada di depan retina,

akan bergeser ke belakang mendekati retina.4

Miopia adalah kondisi di mana sinar - sinar sejajar yang masuk ke

bolamata titik fokusnya jatuh di depan retina. Miopia adalah bentuk kelainan

refraksi di mana sinar-sinar sejajar, pada mata yang istirahat, akan dibiaskan

pada suatu titik di depan retina.3,5

2.2 Etiologi

Miopia dapat terjadi karena ukuran sumbu bola mata yang relatif

panjang dan disebut sebagai miopia aksial. Dapat juga karena indeks bias

media yang tinggi, atau akibat indeks refraksi kornea dan lensa yang terlalu

kuat; dalam hal ini disebut sebagai miopia refratif.3,4

7

Page 8: 64050195 Miopia Bab i II III IV

Faktor genetik dapat menurunkan sifat miopia ke keturunannya, baik

secara autosomal dominan maupun autosomal resesif. Selain faktor genetik,

menurut Curtin (2002) ada 2 mekanisme dasar yang menjadi penyebab

miopia yaitu :

a. Hilangnya bentuk mata (hilangnya pola mata), terjadi ketika kualitas

gambar dalam retina berkurang.

b. Berkurangnya titik fokus mata maka akan terjadi ketika titik fokus cahaya

berada di depan atau di belakang retina. Miopia akan terjadi karena bola

mata tumbuh terlalu panjang pada saat masih bayi. Dikatakan bahwa

semakin dini mata seseorang terkena sinar terang secara langsung, maka

semakin besar kemungkinan mengalami miopia. Ini karena organ mata

sedang berkembang dengan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan.

Akibatnya, para penderita miopia umumnya merasa bayangan benda yang

dilihatnya jatuh tidak tepat pada retina matanya, melainkan didepannya.1

Berikut ini adalah hal-hal umum yang bisa menyebabkan mata minus :6

1. Jarak terlalu dekat membaca buku, menonton televisi, bermain

videogames, main komputer, main hp ponsel, dll. Mata yang dipaksakan

dapat merusak mata. Pelajari jarak aman aktivitas mata kita agar selalu

terjaga kenormalannya.

2. Terlalu lama beraktifitas pada jarak pandang yang sama seperti bekerja di

depan komputer, di depan layar monitor, di depan mesin, di depan berkas,

8

Page 9: 64050195 Miopia Bab i II III IV

dan lain-lain. Mata butuh istirahat yang teratur dan sering agar tidak terus

berkontraksi yang monoton.

3. Tinggal di tempat yang sempit penuh sesak karena mata kurang

berkontraksi melihat yang jauh-jauh sehingga otot mata jadi tidak normal.

Atur sedemikian rupa ruang rumah kita agar kita selalu bisa melihat jarak

pandang yang jauh.

4. Kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan mata kita seperti

membaca sambil tidur-tiduran, membaca di tempat yang gelap, membaca

di bawah sinar matahari langsung yang silau, menatap sumber cahaya

terang langsung, dan lain sebagainya.

5. Terlalu lama mata berada di balik media transparan yang tidak cocok untuk

mata dapat mengganggu kesehatan mata seperti sering kelamaan

memakai helm, lama memakai kacamata yang tidak sesuai dengan mata

normal kita, dan sebagainya.

6. Kekurangan gizi yang dibutuhkan mata juga bisa memperlemah mata

sehingga kurang mampu bekerja keras dan mudah untuk terkena rabun

jika mata bekerja terlalu diporsir. Vitamin A, betakaroten, ekstrak billberry,

alpukat, dan lain sebagainya bagus untuk mata.

9

Page 10: 64050195 Miopia Bab i II III IV

2.3 Klasifikasi

Dikenal beberapa bentuk miopia seperti:7

a. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan

kelengkungan kornea dan lensa yang normal.

b. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti

terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih lebih cembung

sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia bias atau miopia

indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea

dan lensayang terlalu kuat.

Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam:3,7

a. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri

b. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri

c. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri.

Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk:7

a. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa

b. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat

bertambah panjangnya bola mata

c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat

mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan Miopia

pernisiosa = miopia maligna = miopia degenerative.

10

Page 11: 64050195 Miopia Bab i II III IV

2.4 Faktor Resiko

2.4.1 Faktor Genetik

Orang tua yang mempunyai sumbu bolamata yang lebih panjang dari

normal akan melahirkan keturunan yang memiliki sumbu bolamata yang lebih

panjang dari normal pula. Anak dengan kedua orang tua menderita miopia

akan lebih beresiko menderita miopia dibanding anak dengan salah satu

orang tua menderita miopia atau kedua orang tua tanpa miopia. Pada

penelitian anak usia 6-12 th didapatkan angka kejadian miopia pada anak

dengan kedua orang tua miopia sebesar 12,2%. Sedangkan angka kejadian

miopia pada anak dengan salah satu orang tua miopia sebesar 8,2%, dan

pada anak dengan kedua orang tua normal sebesar 2,7%.4,8

2.4.2 Lingkungan

Bahwa membaca atau kerja dekat dalam waktu yang lama

menyebabkan miopia. Terdapat korelasi kuat antara tingkat pencapaian

pendidikan dan prevalensi serta progresitivitas gangguan refraksi miopia.

Individu dengan profesi yang banyak membaca seperti pengacara, dokter,

pekerja dengan mikroskop, dan editor mengalami miopia derajat lebih tinggi.

Miopia dapat berkembang tidak hanya pada usia remaja, namun melewati

usia 20-30 tahun. Iluminasi atau tingkat penerangan juga dianggap sebagai

faktor pencetus yang mempengaruhi timbulnya miopia pada faktor

lingkungan. Gangguan penerangan dapat menimbulkan gangguan

11

Page 12: 64050195 Miopia Bab i II III IV

akomodasi mata, kontraksi otot siliar secara terus-menerus akan

menimbulkan gangguan refraksi mata yaitu miopia.1,4

2.5 Gambaran Klinis

2.5.1 Gejala subyektif :1,7,9

1. Akibat sinar dari suatu objek jauh difokuskan di depan retina, maka

penderita miopia hanya dapat melihat jelas pada waktu melihat dekat,

sedangkan penglihatan kabur bila melihat objek jauh.

2. Keluhan astenopia, seperti sakit kepala yang dengan sedikit koreksi dari

miopianya dapat disembuhkan.

3. Kecenderungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh

untuk mendapatkan efek “pinhole” agar dapat melihat dengan lebih jelas.

2.5.2 Gejala obyektif :3,9

1. Miopia simpleks :

a. Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang

relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak

menonjol.

b. Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang ringan di

sekitar papil saraf optik.

2. Miopia patalogik :

a. Gambaran pada segmen antierior serupa dengan miopia simpleks.

12

Page 13: 64050195 Miopia Bab i II III IV

b. Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-

kelainan pada:

Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa perdarahan atau

degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang

mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi

badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan

keadaan miopia.

Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, presen miopia, papil

terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal.

Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran papil, sehingga seluruh

papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang

tak teratur.

Makula : berupa pigmentasi yang tak teratur.

Retina bagian perifer : berupa degenerasi kista retina bagian

perifer.

Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid

dan retina. Akibat penipisan retina ini maka bayangan koroid

tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.

13

Page 14: 64050195 Miopia Bab i II III IV

2.6 Diagnosis

Diagnosis dilakukan dengan melakukan Pengukuran Uji Miopia:14

1. Tujuan

Pemeriksaan dilakukan guna mengetahui derajat lensa negatif yang

diperlukan untuk memperbaiki tajam penglihatan sehingga penglihatan

menjadi normal atau tercapai tajam penglihatan terbaik.

2. Dasar

Mata miopia mempunyai daya lensa positif yang lebih sehingga sinar

yang sejajar atau datang dari tidak terhingga difokuskan di depan

retina.

Lensa negatif menggeser bayangan benda ke belakang sehingga

dapat diatur tepat jatuh pada retina.

3. Teknik

Pasien duduk menghadap kartu snellen pada jarak 6 meter.

Pada mata dipasang bingkai percobaan.

Satu mata ditutup.

Pasien diminta membaca kartu snellen mulai huruf terkecil yang masih

dibaca.

Lensa negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila tajam

penglihatan menjadi lebih baik ditambah kekuatannya perlahan-lahan

hingga dapat dibaca huruf pada baris terbawah.

14

Page 15: 64050195 Miopia Bab i II III IV

Sampai terbaca baris 6/6.

Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama.

4. Nilai

Bila dengan S -1.50 tajam penglihatan 6/6, kemudian dengan S -1.75

penglihatan 6/6 – 2 sedang dengan S – 2.00 penglihatan 6/7.5 maka

pada keadaan ini derajat miopi mata yang diperiksa adalah S – 1.50

dan kaca mata dengan ukuran ini diberikan pada pasien.

Pada pasien miopia selamanya diberikan lensa sferis minus terkecil

yang memberikan tajam penglihatan terbaik.

2.7 Penatalaksanaan

Penanganan Miopi meliputi:

a. Kacamata dan Kontak Lens (lensa konkaf)

Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan

menggunakan lensa konkaf (cekung/negatif) karena berkas cahaya yang

melewati suatu lensa cekung akan menyebar. Bila permukaan refraksi

mata mempunyai daya bias terlalu tinggi atau bila bola mata terlalu

panjang seperti pada miopia, keadaan ini dapat dinetralisir dengan

meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata. Lensa cekung yang akan

mendivergensikan berkas cahaya sebelum masuk ke mata, dengan

demikian fokus bayangan dapat dimundurkan ke arah retina. Cara ini

15

Page 16: 64050195 Miopia Bab i II III IV

paling mudah dan banyak dilakukan, yaitu dengan menggunakan

kacamata maupun lensa kontak.2,4,9

b. Operasi Refraksi (LASIK)

Metode operatif yang mulai populer di Indonesia saat ini adalah LASIK

(Laser-assisted in situ keratomileusis) yang mana laser digunakan

mengurangi lapisan kornea sehingga kornea menjadi lebih datar yang

menyebabkan bayangan benda lebih fokus ke retina.4,10,11,12

2.8 Pencegahan

Menurut Curtin (2002) ada cara untuk mencegah terjadinya miopia, yaitu

dengan:1,13

1. Melakukan kebiasaan baik seperti:

a. Biasakan anak duduk dengan posisi tegak sejak kecil.

b. Memegang alat tulis dengan benar.

c. Lakukan istirahat setiap 30 menit setelah melakukan kegiatan membaca

atau menonton televisi.

d. Batasi jam untuk membaca.

e. Atur jarak membaca buku dengan tepat (kurang lebih 30 centimeter dari

buku) dan gunakan penerangan yang cukup.

f. Membaca dengan posisi tidur atau tengkurap bukanlah kebiasaan yang

baik.

16

Page 17: 64050195 Miopia Bab i II III IV

2. Beberapa penelitian melaporkan bahwa usaha untuk melatih jauh atau

melihat jauh dan dekat secara bergantian dapat mencegah terjadinya

miopia.

3. Jika ada kelainan pada mata, kenali dan perbaiki sejak awal. Jangan

menunggu sampai ada gangguan mata. Jika tidak diperbaiki sejak awal,

maka kelainan yang ada bisa menjadi permanen. Contohnya bila ada bayi

prematur harus terus dipantau selama 4-6 minggu pertama di ruang

inkubator supaya dapat mencegah tanda-tanda retinopati.

4. Untuk anak dengan tingkat miopia kanan dan kiri tinggi, segera lakukan

konsultasi dengan dokter spesialis mata anak supaya tidak terjadi juling.

Dan selama mengikuti rehabilitasi tersebut, patuhilah setiap perintah

dokter dalam mengikuti program tersebut.

5. Walaupun sekarang ini sudah jarang terjadi defisiensi vitamin A, ibu hamil

tetap perlu memperhatikan nutrisi, termasuk pasokan vitamin A selama

hamil.

6. Periksalah mata anak sedini mungkin jika dalam keluarga ada yang

memakai kacamata.

7. Dengan mengenali keanehan, misalnya kemampuan melihat yang kurang,

maka segeralah melakukan pemeriksaan. Selain Curtin (2002) Menurut

Wardani (2009) ada cara lain untuk mencegah terjadinya miopia, yaitu

dengan:

17

Page 18: 64050195 Miopia Bab i II III IV

a. Melakukan pemeriksaan mata secara berkala setiap 1 tahun sekali atau

sebelum 1 tahun bila ada keluhan (terutama yang telah memakai

kacamata).

b. Istirahat yang cukup supaya mata tidak cepat lelah.

c. Kurangi kebiasaan yang kurang baik untuk mata, misalnya membaca

sambil tiduran dengan cahaya yang redup. Jarak aman untuk membaca

adalah sekitar 30 cm dari mata dengan posisi duduk dengan

penerangan yang cukup baik (tidak boleh terlalu silau atau redup).

Lampu harus difokuskan pada buku yang dibaca.

d. Jaga jarak aman aman saat menonton televisi. Jarak yang ideal adalah

2 meter dari layar televisi dan usahakan posisi layar sejajar dengan

mata dan pencahayaan ruangan yang memadai.

e. Bila bekerja di depan komputer, usahakan setiap 1-1,5 jam sekali

selama 5-10 menit untuk memandang ke arah lain yang jauh, dengan

maksud untuk mengistirahatkan otot-otot bola mata. Dan jangan lupa

untuk sering berkedip supaya permukaan bola mata selalu basah.

f. Perbanyak konsumsi makanan, baik sayuran maupun buah-buahan yang

banyak mengandung vitamin A, C, E dan lutein yang berfungsi sebagai

antioksidan karotenoid pemberi warna kuning jingga pada sayuran dan

buah-buahan.

2.9 Prognosis

18

Page 19: 64050195 Miopia Bab i II III IV

Miopia sangat dipengaruhi oleh usia. Setiap derajat miopia pada usia

kurang dari 4 tahun harus dianggap serius. Pada usia lebih dari 4 tahun dan

terutama 8-10 tahun, miopia sampai dengan -6 D harus diawasi dengan hati-

hati. Jika telah melewati usia 21 tahun tanpa progresivitas serius maka

kondisi miopia dapat diharapkan telah menetap dan prognosis dianggap

baik.1

Pada tingkat ringan dan sedang dari miopia simple prognosisnya baik

bila penderita miopia memakai kacamata yang sesuai dan mengikuti petunjuk

kesehatan. Bila progresif miopia prognosisnya buruk terutama bila di sertai

oleh perubahan koroid dan vitreus, sedangkan pada miopia maligna

prognosisnya sangat jelek.9

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

19

Page 20: 64050195 Miopia Bab i II III IV

3.1 Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, dapat disusun

kerangka teori sebagai berikut:

3.2 Kerangka Konsep

20

MIOPIA

Genetik

Berkurangnya titik fokus

mata

Faktor Resiko

Umur

Jenis Kelamin

Pendidikan

Pekerjaan

Riwayat Orang tua

Page 21: 64050195 Miopia Bab i II III IV

Keterangan:

= Variabel dependent

= Variabel independent

3.3 Definisi Operasional Variabel dan Kriteria Objektif

21

MIOPIA

Jenis Miopia

Umur

Jenis Kelamin

Pendidikan

Pekerjaan

Riwayat Orangtua

Page 22: 64050195 Miopia Bab i II III IV

Definisi operasional sangat dibutuhkan untuk membatasi ruang atau

pengertian variabel-variabel penelitian dan akan memudahkan untuk

mengukurnya. Definisi operasional variabel adalah rumusan pengertian

variabel-variabel yang diamati, diteliti, dan diberi batasan.

1. Jenis miopia

Miopia adalah kondisi di mana sinar - sinar sejajar yang masuk ke

bolamata titik fokusnya jatuh di depan retina.3

Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam:3,7

a. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri.

b. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri.

c. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri.

2. Umur

Lama waktu hidup dimulai sejak dilahirkan sampai tercatat miopia

dalam satuan tahun.15

3. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah yang membedakan seks laki-laki dan seks

perempuan penderita miopia.15

Kriteria objektif:

Laki-laki

Perempuan

4. Pendidikan

22

Page 23: 64050195 Miopia Bab i II III IV

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang tertinggi dan

mempunyai ijazah resmi.15

Kriteria objektif:

SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi

dll

5. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh

pendapatan.15

Kriteria objektif:

Siswa

Mahasiswa

Pengacara

Dokter

Editor

dll

6. Riwayat orang tua

Riwayat orang tua artinya penderita mempunyai salah satu atau kedua orang

tua yang mengalami miopia.

23

Page 24: 64050195 Miopia Bab i II III IV

Kriteria objektif:

Ada: salah satu atau kedua orang tua mengalami miopia

Tidak ada: kedua orang tua tidak mengalami miopia

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

24

Page 25: 64050195 Miopia Bab i II III IV

4.1 Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif dengan

pendekatan cross sectional yang dimaksudkan untuk mengetahui

karakteristik pada penderita miopia.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Spesialis Mata Orbita Celebes Eye

Center Makassar.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu pengumpulan data akan mulai dilakukan pada tanggal

…….......... s/d ……........2011.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Semua penderita miopia yang pernah berobat di Klinik Spesialis Mata

Orbita Celebes Eye Center Makassar pada periode tahun 2009-2010

4.3.2 Sampel

25

Page 26: 64050195 Miopia Bab i II III IV

Seluruh populasi yaitu semua pasien penderita miopia yang pernah di

Klinik Spesialis Mata Orbita Celebes Eye Center Makassar pada periode

tahun 2009-2010 dan memenuhu kriteria inklusi.

Kriteria inklusi:

Pasien yang tercatat dan memiliki status

Kriteria eksklusi:

Pasien tidak memiliki status

Pasien memiliki status namun data yang dibutuhkan tidak lengkap

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Sampel diambil dengan cara “total sampling” yang berasal dari rekam

medik Klinik Spesialis Mata Orbita Celebes Eye Center Makassar pada

periode tahun 2009-2010. Yang meliputi sampel adalah pasien yang

didiagnosis menderita miopia.

4.5 Pengolahan dan Penyajian Data

Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan sistem Excel,

metode statistik yang akan digunakan adalah distribusi frekuensi dan

hasilnya akan disajikan dalam bentuk tabel disertai penjelasan.

26