6 tantangan cloud

3
A. Keamanan: masalah keamanan telah memainkan peran paling penting dalam menghambat penerimaan Cloud computing. Masalah keamanan yang terkenal pada Cloud Computing adalah kehilangan data, phishing, botnet yang menimbulkan ancaman serius terhadap data dan perangkat lunak organisasi. Selain itu, model multi-tenancy dan sumber daya pooled computing dalam cloud computing telah memperkenalkan tantangan keamanan baru yang membutuhkan teknik baru untuk diatasi. Sebagai contoh, hacker dapat menggunakan Cloud untuk mengatur botnet sebagai Cloud yang sering menyediakan layanan infrastruktur yang lebih handal dengan harga yang relatif lebih murah bagi mereka untuk memulai serangan. B. Costing Model: Bermigrasi ke Cloud dapat secara signifikan mengurangi biaya infrastruktur, namun meningkatkan biaya komunikasi data, yaitu biaya transfer data organisasi ke dan dari public dan community Cloud dan biaya per unit sumber daya komputasi yang digunakan lebih tinggi. C. Charging Model: Elastic resource pool telah membuat analisis biaya yang jauh lebih rumit daripada pusat data biasa, yang menghitung biayanya berdasarkan konsumsi static computing. Selain itu, sebuah mesin virtual yang dipakai telah menjadi unit analisis biaya daripada server fisik yang mendasari. Untuk penyedia SaaS cloud, biaya pengembangan multitenancy dalam penawarannya bisa sangat besar. D. Service Level Agreement (SLA): Jaminan kualitas, ketersediaan, keandalan, dan kinerja sumber daya dalam cloud computing disediakan melalui Service Level Agreements (SLA), yang dinegosiasikan antara penyedia dan konsumen. Masalah pertama adalah

Upload: hariwindaty-purwa

Post on 20-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tantangan cloud computing

TRANSCRIPT

Page 1: 6 Tantangan Cloud

A. Keamanan: masalah keamanan telah memainkan peran paling penting dalam menghambat penerimaan Cloud computing. Masalah keamanan yang terkenal pada Cloud Computing adalah kehilangan data, phishing, botnet yang menimbulkan ancaman serius terhadap data dan perangkat lunak organisasi. Selain itu, model multi-tenancy dan sumber daya pooled computing dalam cloud computing telah memperkenalkan tantangan keamanan baru yang membutuhkan teknik baru untuk diatasi. Sebagai contoh, hacker dapat menggunakan Cloud untuk mengatur botnet sebagai Cloud yang sering menyediakan layanan infrastruktur yang lebih handal dengan harga yang relatif lebih murah bagi mereka untuk memulai serangan.

B. Costing Model: Bermigrasi ke Cloud dapat secara signifikan mengurangi biaya infrastruktur, namun meningkatkan biaya komunikasi data, yaitu biaya transfer data organisasi ke dan dari public dan community Cloud dan biaya per unit sumber daya komputasi yang digunakan lebih tinggi.

C. Charging Model: Elastic resource pool telah membuat analisis biaya yang jauh lebih rumit daripada pusat data biasa, yang menghitung biayanya berdasarkan konsumsi static computing. Selain itu, sebuah mesin virtual yang dipakai telah menjadi unit analisis biaya daripada server fisik yang mendasari. Untuk penyedia SaaS cloud, biaya pengembangan multitenancy dalam penawarannya bisa sangat besar.

D. Service Level Agreement (SLA): Jaminan kualitas, ketersediaan, keandalan, dan kinerja sumber daya dalam cloud computing disediakan melalui Service Level Agreements (SLA), yang dinegosiasikan antara penyedia dan konsumen. Masalah pertama adalah definisi dari spesifikasi SLA yang sedemikian rupa sehingga memiliki tingkat yang tepat dari granularity. Selain itu, pada penawaran cloud yang lain (IaaS, PaaS, dan SaaS) perlu untuk mendefinisikan spersifikasi meta SLA yang berbeda. Ini juga menimbulkan sejumlah masalah pelaksanaan untuk penyedia cloud. Selain itu, mekanisme SLA tingkat lanjut perlu terus-menerus memasukkan umpan balik pengguna dan customisasi fitur ke dalam framework evaluasi SLA.

E. Apa yang akan diimigrasi: Berdasarkan survei (ukuran sampel = 244) yang dilakukan oleh IDC tahun 2008, tujuh sistem IT/aplikasi yang bermigrasi ke cloud adalah: Aplikasi Manajemen TI (26,2%), Aplikasi Kolaboratif (25,4%), Aplikasi Personal (25%), Aplikasi Bisnis (23,4%), Aplikasi Pengembangan dan Penyebaran (16,8%), Server Kapasitas (15,6%), dan Kapasitas Penyimpanan (15,5%). Hasil ini menunjukkan bahwa organisasi masih memiliki masalah keamanan/privasi dalam memindahkan data mereka ke Cloud. Survei tersebut juga menunjukkan bahwa dalam waktu tiga tahun, 31,5% dari organisasi akan memindahkan Kapasitas Penyimpanan mereka ke cloud. Namun

Page 2: 6 Tantangan Cloud

jumlah ini masih relatif rendah dibandingkan dengan Aplikasi Kolaboratif (46,3%) pada waktu itu.

F. Masalah Interoperabilitas Cloud: Ada beberapa tingkatan interoperabilitas yang sangat penting untuk cloud computing. Pertama, untuk mengoptimalkan sumber daya aset TI dan komputasi, sebuah organisasi seringkali perlu untuk menyimpan aset in-house TI dan kemampuan TI yang terkait dengan kompetensi inti saat outsourcing fungsi marginal dan kegiatan (misalnya sistem sumber daya manusia) ke cloud. Kedua, untuk tujuan optimasi, sebuah organisasi mungkin perlu untuk melakukan outsourcing beberapa fungsi marginal layanan cloud yang ditawarkan oleh vendor yang berbeda. Standardisasi tampaknya menjadi solusi yang baik untuk mengatasi masalah interoperabilitas.