6 kumpul abstrak ing s2 2

82
Kumpulan Abstrak Tesis Semester Genap 2008/2009 Pendidikan Bahasa Inggris (ING)

Upload: hani-selistilia

Post on 24-Nov-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

abstrak

TRANSCRIPT

ABSTRAK

228 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009Program Studi S2 ING 277

Kumpulan Abstrak Tesis

Semester Genap 2008/2009

Pendidikan Bahasa Inggris (ING)Menggunakan Film untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas 8 MTs Negeri Planjan Kesugihan Cilacap dalam Menulis Paragraf Narasi

Akhmad Fauzan

AbstrakPenelitian ini dilaksanakan berdasarkan pada permasalahan yang dialami oleh peneliti sebagai guru Bahasa Inggris di MTs Negeri Planjan Kesugihan Cilacap. Berdasarkan hasil stui pendahuluan siswa kelas VIII MTs Negeri Planjan Kesugihan Cilacap, menunjukkan bahwa kemampuan menulis teks narrative siswa kelas VIII E masih kurang memuaskan dan siswa mempunyai motivasi yang rendah dalam proses belajar dan mengajar. untuk mengatasi masalah tersebut peneliti menggunakan film teknik. Teknik ini dipilih karena dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan menulis sehingga kemampuan menulis mereka dapat meningkat. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana film bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis siswa MTs Negeri Planjan Kesugihan Cilacap dalam menulis paragraph narrative?.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas secara kolaborasi. Dalam penelitian ini, peneliti dan kolaborator bekerja sama dalam menyusun rencana pelajaran, mengimplementasikan tindakan, mengamati tindakan, dan melakukan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII E pada MTs Negeri Planjan Kesugihan Cilacap tahun ajaran 2008-2009. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan mengikuti prosedur penelitian tindakan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Prosedur penerapan media film dalam pembelajaran menulis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) mengawali pelajaran dengan ice breaking,(2) mengelompokan anak-anak dengan cara memberi daftar kata kunci.(3) menyuruh anak-anak duduk berkelompok, terdiri dari empat sampai lima orang setiap kelompoknya,(4) menyuruh anak-anak untuk membaca daftar kata dipandu oleh , (5). menampilkan gambar sesuai dengan tema , (6) menapilkan model teks, (6) menayangkan narrative film pendek secara lambat atau bahkan berhenti pada bebarapa kejadian dan mengisi narrative chart berkelompok, (8) Siswa menjawab pertanyaan bersama anggota kelompoknya, (9) Siswa mengembangkan draft berdasarkan jawaban-jawaban pada pertanyaan, (10) Siswa diminta untuk merevisi dan mengedit draft yang telah mereka buat, (11) Siswa diberi kesempatan untuk menampilkan karya tulisnya,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraf narrative. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai tes rerata siswa pada siklus 1,dan siklus 2.Nilai rerata siswa pada sikulus 1 adalah 61dan pada siklus 2 menjadi 72. Selain itu film juga mampu meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa selama pembelajaran menulis. Hal ini dapat dilihat dari prosentase keterlibatan siswa pada siklus1 yaitu 63% dan 70% pada siklus 2. Berkaitan dengan response siswa, 86% menyatakn termotivasi pada siklus 1 dan 87% pada siklus 2.

Berdasarkan temuan di atas, beberapa saran dikemukakan.Bagi guru bahasa inggris, untuk menerapkan media film dalam mengajar menulis. Kepada pihak sekolah untuk menyediakan media pembelajaran seperti halnya computer dan LCD proyektor Ketiga, bagi peneliti mendatang, disarankan melakukan studi semacam ini dengan ketrampilan dan type teks yang berbeda.Kata kunci: films, kemampuan menulis, paragraph narrativePenggunaan Blog untuk Memperbaiki Keterampilan Menulis Mahasiswa dalam Mengembangkan Esai Percontohan (Example Essay) di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Palangka RayaAkhmad Fauzan

Abstrak

Ada empat masalah utama dalam pengajaran menulis di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Masalah tersebut berhubungan dengan keterbatasan sumber materi cetak, kegiatan yang terpusat pada guru, pembaca tulisan mahasiswa, dan timbal balik terhadap tulisan mahasiswa. Keempat masalah ini kemudian mempengaruhi mahasiswa dalam menulis Bahasa Inggris, khususnya menulis esai akademik. Oleh sebab itu, penelitian ini mencoba memecahkan masalah dalam pengajaran menulis. Penggunaan blog dimaksudkan untuk membantu mahasiswa memperbaiki keterampilan menulis mereka dalam mengembangkan esai percontohan. Blog digunakan sebagai strategi dalam penelitian ini karena blog adalah sumber potensial untuk pembelajaran bahasa, blog cocok untuk mahasiswa, blog adalah pembelajaran otentik, dan blog praktis digunakan.

Penelitian ini dilaksanakan pada mahasiswa Menulis 3 di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Palangka Raya. Rancangan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini memiliki 2 siklus. Pada siklus pertama, perbaikan keterampilan menulis mahasiswa tidak menunjukkan kemajuan berarti. Hanya ada 3 mahasiswa yang memiliki skor 2 atau 3 poin untuk semua sub-kriteria dalam rubrik penilaian. Jadi, siklus pertama tidak memenuhi kriteria keberhasilan. Kegagalan strategi dalam memperbaiki kemampuan menulis mahasiswa pada siklus pertama terdapat pada kekurangan waktu, kesulitan dalam mengungkapkan ide, dan keraguan dalam menggunakan kosa kata yang sesuai dan tata bahasa Inggris yang tepat. Setelah strategi diperbaiki berdasarkan temuan-temuan selama pelaksanaan siklus pertama, mahasiswa pun menunjukkan perbaikan dalam mengembangkan esai percontohan. Ada 16 mahasiswa yang memiliki skor 2 atau 3 poin untuk semua sub-kriteria di rubrik penilaian. Angka ini menunjukkan 80% dari jumlah keseluruhan mahasiswa, dan ini berarti kriteria keberhasilan telah dicapai.

Berdasarkan temuan-temuan pada kedua siklus, peneliti mengambil kesimpulan untuk keefektifan penerapan strategi blog. Pertama, dosen dan mahasiswa harus mendaftar di blog untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan blog. Kedua, mahasiswa harus menggunakan mesin pencari untuk menemukan situs jejaring atau blog yang berkenaan dengan topik tulisan mereka. Ketiga, mahasiswa juga harus memeriksa situs jejaring tata bahasa dan kamus Bahasa Inggris selama proses menulis untuk meyakinkan struktur kalimat dan pilihan kata. Keempat, dosen dan mahasiswa harus memberikan komentar, pembenaran, dan saran kepada blog mahasiswa.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengilhami guru Bahasa Inggris dalam memanfaatkan teknologi di dalam ruang kelas, mahasiswa yang berlatih keterampilan berbahasa melalui aplikasi internet, dan peneliti lain untuk melakukan penelitian serupa yang bertujuan meningkatkan keterampilan mahasiswa tidak hanya dalam menulis, tetapi juga dalam menyimak dan membaca.Kata kunci: blog, keterampilan menulis, esai percontohanKeefektifan Jurnal Dialog dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Naratif Siswa Kelas 12 MAN 3 Malang

Ali Mukti

Abstrak

Jurnal dialog adalah sesuatu yang baru dan keefektifannya pada siswa MAN 3 Malang belum terbukti. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan teknik jurnal dialog dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa dalam menulis teks naratif. Masalah penelitian umum yang harus dijawab adalah, Apakah para siswa yang diajar dengan menggunakan teknik jurnal dialog menunjukkan hasil yang lebih baik dalam menulis teks naratif dari pada mereka yang tidak diajarkan dengan menggunakan teknik jurnal dialog? Jawaban sementara untuk pertanyaan tersebut kemudian di formulasikan dalam sebuah hipotesa kerja yang berbunyi Nilai rerata kelompok yang diajar dengan menggunakan jurnal dialog lebih tinggi secara signifikan dari pada nilai rerata kelompok yang tidak diajar menggunakan teknik jurnal dialog.Desain penelitian ini adalah semi-eksperimen dengan tes awal-tes akhir kelompok control yang tidak diacak. Sampel penelitian ini diambil dari populasi kelas 12 MAN 3 Malang tahun pelajaran 2008/2009; yaitu kelas 12 IPA 3 sebagai kelompok kontrol, dan kelas 12 IPA 2 sebagai kelompok eksperimen. Kedua kelas ini masing-masing diisi oleh 36 siswi. Dalam pengumpulan data, dua soal tes menulis digunakan sebagai instrumen; satu soal digunakan dalam tes awal, dan satu soal lain dalam tes akhir. Dalam tes tersebut, siswa diminta untuk menulis teks naratif. Kemudian, pekerjaan mereka dinilai dengan menggunakan rubrik penskoran analitik. Disamping itu, kuesioner digunakan sebagai instrumen sekunder. Kuesioner ini diberikan hanya pada kelompok eksperimen guna mengevaluasi pelaksanaan jurnal dialog. Berdasarkan karakteristik deskriptif, hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rerata dari kelima aspek menulis kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol. Dengan demikian, teknik jurnal dialog yang diterapkan di kelompok eksperimen membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks naratif. Disamping itu, dengan menggunakan analisa covarian (ANCOVA) dengan tingkat signifikan 0,05, hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek kosa kata dan tata bahasa menghasilkan perbedaan yang signifikan. Hal ini karena F hitung untuk kosa kata adalah 4,595 dan 27,548 untuk tata bahasa sementara F tabelnya adalah 3,988. Untuk tiga aspek yang lain, yaitu isi, organisasi, dan mekanis, menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitung ketiga aspek ini lebih kecil dari pada F tabelnya. Secara berurutan nial F hitung untuk masing-masing adalah 0,071, 0,669, and 3,755. Secara umum, akan tetapi, hasil yang dihitung dari keseluruhan aspek menunjukkan bahwa nilai F hitung dari seluruh aspek menulis (8,580) lebih besar dari pada F tabel (3,988). Maka, terdapat cukup bukti untuk menolak hipotesa nol. Dengan kata lain, hipotesa kerja dapat diterima.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa teknik jurnal dialog yang diberikan kepada kelompok eksperimen terbukti efektif meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis teks naratif. Oleh karena itu, disarankan bahwa guru bahasa Inggris menerapkan teknik jurnal dialog ini dalam pengajaran menulis. Disamping itu, guru juga perlu memberikan perhatian lebih terhadap kemampuan menulis siswa berkaitan dengan tata bahasa dan mekanik selain ketiga aspek yang lain. Hal ini dikarenakan kedua aspek yang disebut pertama berada pada criteria rendah hingga sedang. Saran juga ditujukan kepada peneliti yang akan datang bahwa percobaan penelitian dapat dilakukan lebih dari 10 kali pertemuan dan pada siswa kelas 10 atau 11 sebagai subjeknya.Disamping itu, peneilitian dapat dilakukan pada kelas atau program yang memiliki perkembangan kognitif rendah dan atau masalah afektif. Peneliti, agar lebih netral, tidak perlu terlibat langsung dalam pengajaran di kelas tetapi dapat menugaskan seorang atau dua orang guru lain untuk mengajar di kedua kelompok.Kata kunci: keefektifan, jurnal dialog, keterampilan menulis, teks naratif

Menerapkan Strategy DRTA untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Membaca Siswa Kelas Sebelas MAN Kandangan Kediri

Ani Mutadayyinah

Abstrak

Membaca sebagai salah satu ketrampilan dasar bahasa yang harus dikuasai dipembelajaran bahasa. Biasanya diajarkan bersama dengan tiga ketrampilan bahasa lain. Sebagai salah satu ketrampilan bahasa, membaca mendapat perhatian lebih dari keterampilan bahasa lainnya. Ada prioritas utama. Bagaimanapun, banyak siswa tidak mempunyai cukup ketrampilan dalam membaca dan prestasi membaca mereka rendah.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dan bertujuan meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa kelas sebelas pada teks narasi di MAN Kandangan melalui DRTA (Directed Reading Thinking Activity). Strategi ini dipilih karena membantu mengembangkan kemampuan membaca kritis and mendorong membaca aktif. Selain itu, strategi ini telah terbukti, melalui banyak penelitian, telah mampu meningkatkan prestasi pemahaman membaca dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

Subjek penelitian ini adalah tiga puluh siswa kelas tiga MAN Kandangan pada tahun akademik 2008/2009. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan mengacu pada prosedur penelitian tindakan yaitu, planning, implementing, observing, dan reflecting. Masing-masing siklus dalam penelitian terdiri dari dua pertemuan untuk penerapan strategi dan satu pertemuan untuk tes. Data penelitian ini dikumpulkan melalui beberapa instrument berikut; lembar observasi, lembar catatan, kuestioner, dan tes membaca pemahaman. Hasil penelitian ini menunjukkan model yang tepat dari DRTA strategi dalam pengajaran membaca di MAN Kandangan terdiri dari langkah langkah berikut: ditahap membaca awal; (1) mengelompokkan siswa, (2) menjelaskan tujuan pelajaran, (3) mengiring siswa pada topic dengan memberi beberapa pertanyaan dan menunjukkan gambar, (4) meminta siswa memprediksi topic bacaan dari gambar dan judul yang diberikan, (5) mengenalkan kosakata baru. Ditahap membaca diam terpadu; (1) memberikan pertanyaan, (2) meminta siswa memprediksi bacaan kemudian menulisnya dalam lembaran, (3) meminta siswa berbagi dengan kelompok. Dalam hal ini, beberapa prediksi siswa ditulis di papan tulis, (4) menugaskan salah satu siswa untuk membaca keras diikuti oleh semua siswa membaca secara diam, (5) meminta untuk mencatat informasi, (6) meminta siswa berdiskusi dengan kelompok. Di tahap membaca akhir; (1) menugaskan untuk memeriksa dan membuktikan prediksi mereka, (2) meminta menemukan bukti untuk mendukung prediksi, (3) berdiskusi prediksi murid, (4) meminta siswa mengerjakan tugas, (5) mendiskusikan jawaban siswa.

Lebih lanjut, hasil penelitian ini menjelaskan bahwa strategi DRTA meningkatkan pemahaman membaca siswa. Peningkatan ini dapat dilihat dari bertambahnya skor pemahaman membaca siswa yang dapat mencapai nilai target (75 pada rentang 0 sampai 100), yaitu pada tes awal, hanya ada 8 siswa atau 24% dari 33 siswa yang dapat mencapai nilai target. Pada siklus pertama, ada 17 siswa atau 48% dari 33 siswa yang dapat mencapai nilai target. Pada siklus kedua, ada 22 siswa atau 67% out of 33 siswa yang dapat mencapai nilai target. Selain itu, penemuan ini menjelaskan bahwa strategi DRTA sukses meningkatkan murid aktif terlibat dikelas.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa strategi DRTA tidak hanya sukses dalam meningkatkan pemahaman membaca siswa tetapi juga dapat meningkatkan keterlibatan siswa pada proses pembelajara. Oleh sebab itu, beberapa saran dibuat. Pertama, guru-guru bahasa Inggris dapat menerapkan strategi DRTA dalam pembelajaran membaca. Mereka harus mengunakan teks bacaan yang belum dibaca oleh siswa dan mereka juga harus positif, suportif, and memberi semangat. Kedua, peneliti-peneliti selanjutnya disarankan mereka melakukan penelitian yang sama mengunakan strategi DRTA pada ketrampilan bahasa lainnya dan pada jenis teks yang lain seperti expository, report, dan recount.

Kata kunci: strategy directed reading thinking activity, pemahaman membacaMeningkatkan Kemampuan Menulis Teks Recount Dengan Menggunakan Teknik Pertanyaan Berakhir Terbuka Bagi Siswa MTsN Godean Kelas Delapan

B.M. Hartono

Abstrak

Studi awal menunjukkan bahwa pengajaran menulis di MTsN Godeanbelum membantu siswa terampil menulis. Tulisan siswa terdapat kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu peneliti benar-benar perlu mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan teknik pertanyaan berakhir terbuka dalam mengajarkan menulis. Teknik ini merupakan gabungan dari proses menulis yang terdiri dari menggali gagasan, mengembangkan gagasan, menambah atau mengurangi gagasan, dan membenarkan kekeliruan-kekeliruan serta jenis teks ,khususnya recount, yang mengaitkan antara tujuan dan bentuk.Masalah penelitian yang diajukan adalah bagaimana teknik pertanyaan berakhir terbuka dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam teks recount? Berbasis pada masalah penelitian itu, penelitian menekankan pada penggunaan pertanyaan berakhir terbuka untuk meningkatkan kemampuan kemampuan menulis teks recount bagi siswa MTsN Godean kelas delapan.Rancangan penelitian yang diterapkan adala penelitian tindakan kelas. Pada penelitian ini peneliti dibantu oleh seorang teman sejawat. Penelitian dilakukan pada sebuah kelas yang terdiri 41 siswa yang diambil sebagai subyek penelitian. Prosedur penelitian meliputi perencanaan, penerapan, pengamatan, dan penilaian.

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa instrumen seperti daftar pengamatan, catatan-catatan lapangan, angket, dan porto folio atau tulisan-tulisan siswa.

Penarapan open-ended questioning technique diawali dengan menanyakan kegiatan siswa yang telah mereka lakukan sebagai persiapan menulis. Berdasarkan jawaban siswa, guru mendisain gambaran situasi (prompt) dengan mempertimbangkan bahwa prompt tersebut menarik, dialami oleh seluruh siswa, dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan bahasa siswa. Kemudian secara berkelompok siswa mengubah prompt menjadi pembuka cerita pengalamannya yang akan ditulisnya. Kemudian untuk mengembangkan tulisan tentang pengalamannya guru memberikan pertanyaan terbuka. Untuk memperbaiki tulisannya, guru meminta siswa menambah keterangan yang diperlukan atau menghilangkan keterangan yang tidak diperlukan. Sebagai penutup tulisan siswa guru menanyakan kesan yang telah dirasakan dari apa yang telah ditulisan. Terakhir, siswa diminta membenahi hal-hal yang terkait dengan teknik penulisan.

Penemuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan teknik pertanyaan berakhir terbuka meningkatkan kemampuan menulis siswa. Peningkatan skor rata-rata tulisan siswa dapat dilihat dari tiap-tiap siklus. Sebelum teknik ini diterapkan skor rata-rata tulisan siswa 45.585. Setelah teknik ini diterapkan pada siklus pertama skor rata-rata tulisan siswa 57.870. Dan skor rata-rata tulisan siswa pada siklus kedua 76.121.Berdasarkan hasil dari penerapan teknik pertanyaan berakhir terbuka untuk pengajaran menulis, guru-guru bahasa Inggris dianjurkan menerapkan teknik tersebut terutama dalam mengajar menulis teks recount. Dan bagi peneliti selanjutnya, khususnya bagi mereka yang tertarik untuk menerapkan teknik ini, dianjurkan untuk menerapkan teknik ini dalam menulis jenis-jenis teks yang lain seperti deskripsi, narasi, prosedur, dan laporan. Kata kunci: kemampuan menulis, teknik pertanyaan berakhir terbujka, recountPeningkatan Kemampuan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP Universitas Tadulako dalam Menulis Paragraf melalui Pendekatan Berbasis Proses

Budi

AbstrakBerdasarkan pengalaman peneliti dalam mengajar mata kuliah menulis paragraf dan hasil evaluasi diri program studi pendidikan bahasa Inggris, kemampuan mahasiswa menulis paragraf masih rendah. Sehubungan dengan data tersebut, beberapa masalah utama dalam paragraf yang berkaitan dengan isi, organisasi, pemilihan kata, dan struktur kalimat termasuk tata bahasa dan mekanik (ejaan, tanda baca, dan huruf besar) dihadapi oleh mahasiswa di program studi tersebut. Oleh karena itu, salah satu cara yang cocok untuk mengatasi masalah itu adalah menerapkan pendekatan berbasis proses. Penelitian ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis paragraf deskriptif melalui pendekatan berbasis proses. Pendekatan ini dipilih karena dapat meningkatkan keaktifan mahasiswa dalam proses menulis. Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana kemampuan mahasiswa dalam menulis paragraf dapat ditingkatkan melalui pendekatan berbasis proses?

Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif. Peneliti dan collaborator bekerja sama untuk membuat rencana satuan pelajaran, menerapkan, mengamati, dan merefleksikannya. Subyek penelitian ini melibatkan 29 mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris semester dua tahun pelajaran 2008/2009, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako, Palu. Selama melaksanakan penelitian, dua orang tidak hadir karena sakit. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan mengikuti prosedur: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Setiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari 3 pertemuan. Pertemuan pertama difokuskan pada kegiatan pramenulis dan menulis draf awal, pertemuan kedua digunakan untuk kegiatan merevisi dan mengedit, dan pertemuan ketiga dilakukan untuk kegiatan menulis draf akhir. Data yang diambil melalui lembar pengamatan, catatan lapangan, questionnaire, dan hasil pekerjaan mahasiswa.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi pendekatan berbasis proses berhasil meningkatkan kemampuan mahasiswa menulis paragraf. Peningkatan itu dapat diketahui dari hasil skor rata-rata 19,04 (63,46) pada siklus pertama bertambah menjadi 25,37 (84,57) pada siklus kedua. Selanjutnya, peningkatan juga diketahui dari partisipasi aktif mahasiswa dalam proses menulis dari 56,82% pada siklus pertama bertambah menjadi 84,09% pada siklus kedua. Hasil tersebut diperoleh dari implementasi pendekatan ini yang dilakukan melalui lima tahap dalam menulis. Tahap pramenulis dilaksanakan untuk mengeluarkan dan mengorganisasikan gagasan dengan cara mengklasifikasi ide (gagasan) dan membuat kerangka atau outline dari sebuah paragraf. Tahap menulis draf awal digunakan untuk mengembangkan gagasan dari kerangka tersebut dengan cara menulis kalimat dalam draf dan mengorganisasikan kalimat itu menjadi tiga bagian yakni kalimat topik, pendukung, dan simpulan. Kalimat-kalimat itu disusun secara berhubungan dan beraturan dengan menggunakan tanda pengatur atau penghubung. Tahap merevisi dilakukan untuk mengidentifikasi dan memberbaiki isi dan organisasi sebuah paragraf dengan menggunakan strategi merevisi sendiri dan teman pasangan. Tahap mengedit dilaksanakan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan pada struktur kalimat, pemilihan kata, tata bahasa, dan mekanik seperti penulisan ejaan, tanda baca, dan huruf besar, dengan cara mengedit sendiri dan teman pasangan. Tahap menulis draf akhir dilakukan untuk menulis kembali draf yang telah direvisi dan diedit ke dalam draf akhir dengan menggunakan tulisan tangan dan pengetikan di komputer.

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa saran. Saran pertama ditujukan kepada para dosen untuk mengimplementasikan prosedur dari strategi pada pendekatan ini dalam mengajar menulis paragraf dengan cara mengetahui dulu permasalahan mahasiswa jika mereka menemukan permasalahan yang hampir sama dalam penelitian ini. Saran kedua ditujukan kepada pimpinan program studi pendidikan bahasa Inggris pada fakultas ini agar membuat suatu kebijakan untuk peningkatan kualitas pendidikan dengan mengadakan deseminasi dari prosedur pendekatan ini kepada para dosen mata kuliah Writing II (menulis paragraf) and meminta kepada mereka agar menggunakannya untuk mengajar mata kuliah tersebut. Selain itu, para peneliti disarankan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan prosedur pendekatan ini untuk memecahkan permasalahan yang hampir sama dalam penelitian ini pada penulisan bentuk paragraf yang lain seperti narasi, eksposisi, persuasi, ataupun bentuk argumentasi. Kata kunci:pendekatan berbasis proses, paragraf, paragraf deskriptif, koherensi, kesatuan, kemampuan menulis

Menerapkan Metode Pengajaran Timbal-Balik untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Membaca Siswa Kelas Sebelas MAN Muara Teweh, Kalimantan Tengah

Budi Suryanto

Abstrak

Membaca merupakan salah satu dari keterampilan berhahasa yang harus diajarkan kepada murid-murid Sekolah Menengah Atas dalam pelajaran Bahasa Inggris. Melalui proses belajar mengajar membaca, para siswa diharapkan mampu memahami teks bacaan yang mereka baca. Akan tetapi berdasarkan study pendahuluan ditemukan bahwa siswa siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Muara Teweh masih mengalami kesulitan dalam menemukan gambaran umum dari suatu bacaan, menemukan informasi tertentu, menemukan pokok pikiran serta menemukan informasi yang tersurat dan tersirat. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti; rendahnya motivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris, terbatasnya jumlah kosakata bahasa Inggris yang mereka kuasai, kurangnya kemampuan siswa dalam menguasai keterampilan membaca, serta teknik mengajar yang kurang variatif. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa, penerapan sebuah metode atau strategi yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar membaca sangatlah diperlukan. Dalam hal ini Reciprocal Teaching (RT) Method atau Metode Pengajaran Timbal Balik dengan empat strateginya; predicting (memprediksi), clarifying (mengklarifikasi), questioning (bertanya), dan summarizing (menyimpulkan) diterapkan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan kemampuan memahami bacaan.

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan keampuan pemahaman membaca siswa dalam bahasa Inggris melalui penerapan Metode Pengajaran Timbal-Balik. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa. Dalam kegiatan Metode Pengajaran Timbal-Balik, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari empat orang siswa. Siswa belajar bagaimana memprediksi isi materi berikutnya; menjelaskan kata-kata, frase, atau kalimat yang dianggap sulit kepada rekannya; dan menyimpulkan isi dari apa yang mereka telah baca. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang mana peneliti dan guru bekerja sama dalam menyiapkan prosedur Metode Pengajaran Timbal-Balik yang sesuai, merancang rencana pembelajaran, menentukan criteria keberhasilan, melaksanakan kegiatan, mengamati, dan melakukan refleksi. Subyek penelitian ini berjumlah 40 orang siswa kelas XI IPS 2 MAN Muara Teweh-Kalimantan Tengah pada tahun akademik 2008/2009. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari tiga kali pertemuan.

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil (1) lembar observasi, untuk memperoleh informasi tentang kegiatan dan penampilan guru dan siswa selama pelaksanaan Metode Pengajaran Timbal-Balik, (2) catatan lapangan, digunakan untuk mencatat data yang tidak tercakup pada lembar observasi, (3) kuis, digunakan untuk mengidentifikasikan apakah siswa sudah memperoleh kemajuan dalam pemahaman membaca, dan (4) kuesener digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa apakah strategi yang diterapkan dapat memotivasi siswa terlibat selama proses pengajaran dan pembelajaran. Prosedur penerapan Metode Pengajaran Timbal-Balik dalam pengajaran dan pembelajaran pemahaman membaca dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama adalah kegiatan awal. Tahap kedua adalah kegiatan inti yang terdiri dari empat strategi; memprediksi, menjelaskan, bertanya, dan merangkum. Tahap ketiga adalah kegiatan akhir.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Metode Pengajaran Timbal-Balik dalam pengajaran dan pembelajaran pemahaman membaca adalah efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa. Peningkatan tersebut ditunjukan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa melalui siklus kegiatan yaitu 53,56 untuk tes awal; 58,69 untuk tes Siklus 1; dan 72,00 untuk tes Siklus 2. Selain itu siswa termotivasi dan aktif dalam kelas belajar yang menggunakan metode tersebut dalam hal belajar bekerja bersama dan saling membantu satu sama lainnya dalam sebuah kelompok yang berbeda kemampuan yang ditunjukan dengan hasil kerja mereka.

Berdasarkan temuan tesebut, disarankan kepada para guru untuk menggunakan Metode Pembelajaran Timbal-Balik sebagai satu alternative pengajaran pemahaman membaca di kelas dan pengajaran bahasa Inggris lainnya untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa. Kepada para siswa juga disarankan untuk menggunakan Metode Pengajaran Timbal-Balik untuk melatih kemampuan pemahaman membaca mereka yang dapat dilakukan melalui kegiatan intra atau ekstra kurikuler. Selanjutnya bagi para peneliti berikutnya disarankan untuk melakukan penelitian yang sama yang mencakup tingkat siswa yang lebih tinggi atau rendah seperti menggunakan siswa kelas X and XII sekolah lanjutan tingkat atas sebagai subyek penelitian berikutnya.

Kata kunci: metode pengajaran timbal-balik, meningkatkan, pemahaman membaca

Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa di Madrasah Aliyah Sunan Drajat Sugio-Lamongan melalui Teknik Bermain Peran

Chothibul Umam

Abstrak

Berdasarkan penelitian pendahuluan, peneliti menemukan beberapa masalah terkait dengan aktivitas pembelajaran bahasa Inggris di Madrasah Aliyah Sunan Drajat Sugio-Lamongan. Masalah-masalah tersebut adalah rendahnya kemampuan berbicara siswa, rendahnya motivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris, dan penggunaan teknik yang monoton dan tidak tepat oleh guru. Oleh karena itu, peneliti sangat termotivasi untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara menerapkan teknik bermain peran dalam pengajaran ketrampilan berbicara.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan bagaimana teknik bermain peran meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas 11 Madrasah Aliyah Sunan Drajat Sugio-Lamongan. Rancangan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus secara kolaboratif dimana peneliti dibantu oleh guru kolaborator didalam melakukan penelitian. Penelitian dilakukan di dalam satu kelas yang terdiri dari 24 siswa yang secara keseluruhan dijadikan subyek penelitian. Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, penerapan, pengamatan (pengambilan data), dan refleksi. Untuk memperoleh data penelitian, peneliti menggunakan beberapa instrumen penelitian, yaitu lembar observasi, catatan lapangan, dan angket.

Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketrampilan berbicara siswa meningkat secara signifikan dari satu siklus ke siklus berikutnya. Ini bisa dilihat dari hasil di tiap siklus. Kemampuan berbicara siswa meningkat dari 41.7% siswa yang mampu mencapai paling tidak tingkat baik (good) di siklus pertama menjadi 66.7% siswa di siklus kedua. Rasa percaya diri siswa juga meningkat dari 37.5% siswa di siklus pertama menjadi 62.5% siswa di siklus kedua.

Prosedur teknik bermain peran yang diterapkan oleh peneliti dalam penelitian ini terdiri dari 7 langkah pokok, yaitu: menentukan materi pembelajaran, mengatur kelompok siswa, memberikan teks situasi dan dialog yang harus dimainkan, mengajari teks dialog yang telah diberikan, menyuruh siswa praktek bermain peran dengan teman kelompoknya sesuai dialog yang telah diberikan, menyuruh siswa memodifikasi situasi dan dialog yang telah dimainkan bersama kelompoknya masing-masing, dan menyuruh siswa menampilkan dialog yang telah mereka buat atau modifikasi sendiri di depan kelas bersama anggota kelompoknya masing-masing.

Berdasarkan efektifitas dari penerapan teknik bermain peran dalam pengajaran berbicara, maka bagi guru bahasa Inggris yang siswanya memiliki masalah kelas, karakter, dan situasi yang sama dengan Madrasah Aliyah Sunan Drajat Sugio-Lamongan, disarankan bahwa teknik bermain peran ini bisa digunakan sebagai teknik alternativ untuk mengajarkan kemampuan berbicara bahasa Inggris di tingkat SMA/MA.Kata kunci: teknik bermain peran, kemampuan berbicaraMeningkatkan Kemampuan Menulis Siswa dalam Menulis Teks Recount melalui Gambar Berseri di MTs Negeri Lubuk Basung I Sumatera Barat

Era Susanti

Abstrak

Menulis merupakan keterampilan yang paling sulit bagi siswa di MTs Negeri Lubuk Basung 1 Sumatra Barat. Hal ini dapat dilihat dari skor yang tidak memuaskan dan beberapa masalah yang dihadapi siswa ketika menulis. Menulis menempati skor terendah dibandingkan tiga kemampuan bahasa lainnya. Selain itu, siswa mengalami kesulitan untuk mendapatkan ide. Mereka tidak dapat menulis dengan lancar karena mereka tidak tahu apa yang akan ditulis dan mereka mandek ketika sedang menulis. Selain itu, mereka juga mendapatkan kesulitan bagaimana membuat kalimat. Hasilnya, siswa tidak memiliki motivasi untuk menulis dan menjadikan menulis sebagai kegiatan yang sulit dan membosankan bagi mereka. Berkenaan dengan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menguraikan bagaimana gambar berseri digunakan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks recount di MTs Negeri Lubuk Basung 1 Sumatera Barat.

Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaborasi dimana peneliti dan guru kolaborasi bekerja sama dalam melaksanakan penelitian. Prosedur penelitian terdiri dari empat tahapan utama, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi pelaksanaan, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes menulis, format observasi, catatan lapangan, dan wawancara. Subyek penelitian ini adalah 31siswa MTs Negeri Lubuk Basung 1 Sumatera Barat kelas VIII.4 tahun pelajaran 2008/2009.

Penelitian ini menemukan prosedur yang cocok dalam penggunaan gambar berseri dalam mengajar menulis teks recount sebagai berikut: (1) membagi siswa dalam kelompok-kelompok, (2) meminta siswa menyusun gambar acak menjadi gambar berseri (3) meminta siswa mencari kosakata dan informasi-informasi dari gambar,(4) meminta siswa menentukan outline masing-masing gambar, (5) memberikan model teks recount kepada siswa, (6) meminta siswa mengidentifikasi kata kerja yang digunakan di dalam teks, (7) meminta siswa mengidentifikasi kata sambung yang digunakan dalam teks,(8) meminta siswa mendiskusikan bagian-bagian teks, (9) mendiskusikan isi teks dengan memberikan beberapa pertanyaan, (10) menyuruh siswa mengidentifikasi penggunaan huruf kapital dan tanda baca dalam teks model, (11) meminta siswa menyusun kalimat acak menjadi teks recount yang baik berdasarkan gambar berseri,(12) menyuruh siswa memasang kartu-kartu yang bertuliskan kata hubung untuk menghubungkan gambar-gambar, (13) meminta siswa menulis teks recount secara individu berdasarkan gambar berseri, (14) meminta siswa membaca kembali draf dan mengoreksinya, (15) meminta siswa membaca nyaring hasil tulisan siswa di depan kelas, dan (16) meminta siswa merespon karangan yang dibacakan oleh temanya. Setelah dites, skor rata-rata pada siklus ini naik menjadi 66.0 dimana 73.3% siswa memperoleh skor 65 keatas.

Di samping peningkatan skor karangan siswa, temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa aktif dan antusias dalam kegiatan belajar. Menulis menjadi kegiatan yang menyenangkan dan menarik bagi mereka. Penerapan penggunaan gambar berseri dalam mengajar menulis teks recount juga mendapat tanggapan positif dari siswa.

Dari temuan penelitian, disarankan kepada guru-guru bahasa Inggris yang menerapkan strategi ini untuk memberikan instruksi yang jelas kepada siswa, mengatur waktu seefektif mungkin, memberikan kontrol dan bimbingan dalam kerja kelompok, dan memilih topik dan gambar berseri yang dekat dengan kehidupan siswa. Bagi peneliti lain, disarankan untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang penggunaan gambar berseri dalam pengajaran bahasa Inggris yang berfokus pada peningkatan penguasaan tata bahasa siswa. Kata kunci: kemampuan menulis, gambar berseri, teks recount

Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa Kelas Dua MTs Tarbiyah Takalar melalui Permainan Bahasa

Herman

Abstrak

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan juga pengalaman peneliti sebagai guru, siswa MTs Tarbiyah Takalar belum mampu berbahasa Inggris dengan baik, khususnya kelas VIIIC yang menjadi subyek penelitian ini. Nilai rata-rata yang mereka peroleh dalam pelajaran berbicara bahasa Inggris adalah paling rendah diantara empat ketrampilan berbahasa. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan siswa tersebut yakni perasaan takut melakukan kesalahan, motivasi yang rendah, teknik mengajar guru yang monoton, dan penguasaan kosa kata yang kurang. Dari faktor tersebut, teknik mengajar yang monoton menjadi fokus penelitian ini. Karena teknik mengajar yang beragam sangat menentukan keberhasilan siswa, maka guru menyiapkan teknik yang menarik dalam mengajar ketrampilan berbahasa Inggris yaitu teknik permainan bahasa. Masalah penelitian ini adalah Bagaimana permainan bahasa bisa meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris siswa kelas VIII MTs Tarbiyah Takalar?Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang prosedurnya meliputi empat tahapan: perencanaan, penerapan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan tiga pertemuan setiap siklus. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar observasi, catatan lapangan, alat rekam, lembar penilaian diri siswa, dan lembar kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur permainan bahasa yang efektif dalam pengajaran berbicara memiliki prosedur yang berbeda. Dalam permainan Trainee Reporter, prosedurnya adalah: (1) memberi contoh cara melakukan permainan dibantu dua orang siswa, (2) mengelompokkan siswa, (3) meminta satu kelompok untuk mencontohkan kembali permainan tersebut, (4) membagikan gambar berbeda kepada setiap kelompok sebagai acuan pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan oleh Trainee Reporter, (5) meminta setiap kelompok menentukan reporter nya masing-masing, (6) meminta siswa menukar gambar dengan kelompok lain sebagai acuan wawancara, (7) meminta setiap kelompok memilih dua orang di dalam gambar tersebut untuk diperankan dan menyiapkan berbagai informasi yang berhubungan dengan kejadian di gambar tersebut untuk wawancara, (8) meminta reporter setiap kelompok mewawancarai kelompok yang bertukar gambar dengan kelompoknya, (9) meminta para reporter kembali ke kelompoknya masing-masing dan mendiskusikan hasil wawancara untuk laporan lisan, (10) meminta para reporter menyampaikan laporan secara bergiliran dan siswa lain memperhatikan isi, tata bahasa dan pengucapan dari para reporter, (11) menanyakan beberapa pertanyaan kepada siswa lain setiap selesai satu reporter menyampaikan laporan untuk mengecek perhatian mereka, (12) meminta umpan balik dari siswa mengenai kesalahan tata bahasa dan pengucapan dari setiap reporter dan masalah yang mereka hadapi selama proses belajar mengajar, (13) menugaskan kepada masing-masing kelompok merevisi laporan mereka dan mengumpulkannya dalam bentuk tertulis. Sedangkan prosedur permainan Be Someone Else adalah: (1) memberikan contoh cara melakukan permainan itu dengan menjadi orang lain dan memberi beberapa informasi tentang diri barunya (misalnya saya seorang polisi, saya sering menangkap penjahat, dst.), (2) memotivasi siswa bertanya sebanyak mungkin tentang diri baru nya, (3) meminta siswa menentukan diri baru mereka masing-masing dan memikirkan informasi-informasi tentang diri baru mereka itu, (4) mengelompokkan siswa dalam dua kelompok (A dan B), (5) meminta siswa kelompok A mewawancarai siswa kelompok B secara berpasangan, (6) meminta siswa bertukar peran dan berganti pasangan, (7) melaporkan hasil wawancara mereka secara bergiliran dan menyuruh siswa yang lain memperhatikan isi, masalah tata bahasa, dan pengucapan dari setiap laporan, (8) menjawab beberapa pertanyaan setiap satu laporan selesai melaporkan, (9) meminta umpan balik dari siswa mengenai kesalahan tata bahasa dan pengucapan dari setiap reporter dan masalah yang mereka hadapi selama proses belajar mengajar, (10) menugaskan masing-masing siswa merevisi laporan mereka dan mengumpulkannya dalam bentuk tertulis.

Hasil penelitian pada Siklus Dua menunjukkan peningkatan berarti, baik mengenai keterlibatan siswa maupun unjuk kerja berbicara siswa. Rata-rata 86% siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Sedangkan nilai rata-rata siswa dalam melakukan dialog sederhana adalah 76 dan dalam menyampaikan laporan lisan adalah 74. Ini berarti bahwa temuan di Siklus Dua telah mencapai ke tiga kriteria keberhasilan yang ditetapkan.

Oleh karena itu, disarankan kepada para guru bahasa Inggris agar menerapkan teknik ini dalam pengajaran berbahasa Inggris di kelas yang siswanya bermotivasi rendah dan kemampuan yang beragam dan menyampaikan teknik ini pada kegiatan MGMP, workshop, ataupun pelatihan guru. Selain itu, disarankan pula kepada para calon peneliti untuk melakukan penelitian yang sejenis dengan permasalahan yang mirip pula tetapi dengan tempat penelitian yang berbeda. Mereka dapat juga melalukan penelitian eksperimen mengenai keterampilan berbicara untuk menguji atau memperkuat hasil penelitian ini. Kata kunci: permainan bahasa, keterampilan berbicaraMeningkatkan Pemahaman Membaca Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya melalui Strategi Pemahaman Membaca PreQueSHermanto

Abstrak

Dalam konteks pengajaran dan pembelajaran Bahasa Inggris, membaca adalah keterampilan wajib yang diajarkan di sekolah-sekolah mulai tingkat sekolah dasar dampai pendidikan tinggi. Namun demikian, hasil hasil yang diperoleh oleh para siswa dalam hal membaca tidak sebaik seperti yang diharapkan. Berdasarkan hasil beberapa penelitian, keadaan ini terjadi karena beberapa faktor, antara lain, siswa menganggap membaca merupakan kegiatan yang tidak menarik dan mereka kurang menguasai strategi yang efektif untuk memahami suatu teks.

Pada kasus mahasiswa ITS, kegagalan mendapatkan hasil yang memuaskan dalam membaca, menurut hasil survey yang diadakan, adalah terbatasnya latar belakang pengetahuan dan kurangnya penguasaan strategi membaca. Akibatnya, kemampuan memahami bacaan mereka tidak memuaskan. Berdasarkan hasil analisa kemampuan membaca mahasiswa Kelas XI TPB ITS semester Genap 2007/2008 menunjukkan bahwa rata-rata nilai tes membaca mereka adalah 68.8 dengan bentangan nilai 56 di mana nilai terendah adalah 40 dan yang tertinggi adalah 96. Untuk memperbaiki keadaan ini, maka strategi PreQueS, yaitu sebuah strategi yang merupakan gabungan dari previewing, questioning, dan summarizing diterapkan untuk meningkatkan kemampuan membaca mahasiswa ITS Surabaya.Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode penelitian tindakan kelas kolaborasi yang terdiri dari empat langkah, yaitu perencanaan berupa kegiatan untuk mempersiapkan rencana pembelajaran, kriteria keberhasilan serta instrument penelitian, pelaksanaan rencana yaitu kegiatan pelaksanaan rencana pembelajaran, pengamatan yaitu kegiatan pengumpulan data serta analisa data dan refleksi pelaksanaan kegiatan. Refleksi dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian dengan criteria keberhasilan yang terdiri dari 1). mahasiswa mampu menerapkan strategi PreQueS dalam kegiatan membaca mereka, 2). nilai rata-rata membaca yang dicapai meningkat dari 68.8 (setara dengan B atau Baik menurut peraturan akademik ITS) menjadi 71 (setara dengan AB atau Sangat Baik menurut peraturan akademik ITS), 3). nilai terendah yang dicapai oleh mahasiswa adalah 56 (setara dengan C atau Cukup menurut peraturan akademik ITS).Setelah satu putaran selesai, hasil penelitian menunjukkan dua aspek penting. Aspek pertama berhubungan dengan implementasi strategi PreQueS oleh pengajar. Dari empat pertemuan kelas yang dilakukan, guru secara bertahap berhasil memperkenalkan strategi PreQueS kepada siswa. Guru berhasil menerapkan langkah-langkah yang diperlukan dalam mengimplementasikan strategi PreQueS seperti yang telah direncanakan sehingga pada akhir penelitian para siswa yang pada mulanya tidak mengetahui strategi PreQueS akhirnya menjadi tahu dan dapat menerapkannya sendiri. Aspek kedua adalah respon mahasiswa terhadap penerapan strategi PreQueS dan hasil yang dapat dicapai oleh mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dari mahasiswa (73.5%) mampu mengimplementasikan strategi PreQueS dengan baik dan sebanyak 76.5% mampu menunjukkan secara eksplisit bagaimana cara mengimplementasikan strategi PreQueS dalam membaca. Selanjutnya pencapaian kemampuan membaca mahasiswa juga menunjukkan peningkatan dari rata-rata semula 68.8 menjadi 81.3 pada akhir penelitian. Nilai terendah yang diperoleh mahasiswa juga berubah dari semula 40 menjadi 66 pada akhir putaran.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah bahwa penerapan strategi PreQueS mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi guru di mana penelitian ini dilakukan dalam 2 aspek.

Aspek pertama terkait dengan pengembangan strategi membaca. Strategi membaca PreQueS yang pada dasarnya terdiri dari strategi previewing, questioning dan summarizing mampu membantu mahasiswa ITS Surabaya meningkatkan kemampuan membaca. Previewing membantu mahasiswa dalam membaca untuk menangkap ide umum dari isi bahan bacaan, sehingga mereka mampu mengantisipasi apa yang akan dibahas selanjutnya dari bahan bacaan tersebut. Questioning membantu mahasiswa dalam menentukan apa yang ingin mereka ketahui lebih lanjut pada saat membaca. Dari apa yang telah mereka putuskan untuk mereka ketahui dari bahan bacaan itu, mahasiswa akan menjadi lebih penasaran ingin tahu dan menikmati bahan bacaan itu. Summarizing membantu mahasiswa membangun kembali atau merekonstruksi apa yang telah mereka pahami dari bahan bacaan yang telah mereka baca. Penerapan strategi membaca PreQueS terdiri dari empat tahap yaitu brain storming, pemodelan, kerja kelompok, dan kerja individu. Brain storming berguna untuk memberi mahasiswa konsep strategi PreQueS secara kuat. Pemodelan adalah suatu langkah yang dilakukan oleh pengajar untuk memberi contoh atau model bagaimana menerapkan strategi PreQueS. Kerja kelompok berguna untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa pada tahap awal dalam menerapkan strategi PreQueS. Dalam tahap kerja kelompok ini mahasiswa dipandu oleh guru dalam menerapkan strategi. Kerja individu bertujuan untuk meltih siswa menerapkan strategi PreQueS secara mandiri.

Aspek kedua adalah peningkatan prestasi kemampuan membaca mahasiswa. Dalam hal ini, peningkatan prestasi tersebut ditunjukkan oleh hasil penelitian berupa peningkatan nilai rata-rata dan nilai minimum mahasiswa.

Dengan hasil penelitian yang baik, maka disarankan para mahasiswa menerapkan strategi pemahaman membaca PreQueS dalam kegiatan membaca mereka. Para guru yang mengajar membaca juga disarankan untuk mengajar siswa strategi pemahaman membaca PreQueS. Selain itu, para peneliti lain juga disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan untuk mengembangkan strategi pemahaman membaca PreQueS ini. Supaya semua yang disarankan ini dapat berjalan maka dukungan dari institusi juga sangat diharapkan.Kata kunci:meningkatkan pemahaman membaca, strategi pemahaman membaca PreQueS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) SurabayaMeningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas Sebelas MAN 2 Madiun Melalui Diskusi dalam kelompok kecil

Ida Sriwidati

Abstrak

Membaca sebagai satu kegiatan yang penting pada setiap kegiatan bahasa. Dengan membaca orang dapat memperoleh informasi dari berbagai macam teks tertulis yang berasal dari koran, majalah, iklan, brosur, dan lain-lainnya. Menurut Djiwandono (2008:62), membaca merupakan kegiatan yang lebih penting dalam kehidupan dunia moderen dengan perkembangan setiap aspek kehidupan yang serba cepat

Penelitian ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan pemahaman membaca dengan menggunakan diskusi kelompok kecil. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Sasaran penelitian siswa kelas XI IPA 3 MAN 2 Madiun tahun 2008-2009 yang terdiri empat puluh siswa. Penelitian ini menggunakan kegiatan yang berkesinambungan untuk pengumpulan data yang terdiri dari penelitian sebelumnya, perencanaan, penerapan, pengamatan dan refleksi. Ada dua kriteria untuk menunjukan bahwa penelitian ini berhasil jika nilai rata-rata siswa yang didapatkan dari 5,6 menjadi 6,5 dimana siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan 80% siswa dapat menjawab tes pemahaman membaca.

Hasil penelitian ini mengungkapkan model yang sesuai pada diskusi kelompok kecil dengan diterapkan tiga prosedur: (a) sebelum kegiatan membaca berfokus untuk mengaktifkan pengetahuan awal siswa; (b) kegiatan inti berfoukus untuk membaca teks dengan diam, mendiskusikan isi bacaan dengan diskusi kelompok kecil mereka, menjawab pertanyaan-pertanyaan pemahaman, mengamati dengan memberikan pengarahan dan memeriksa hasil tes siswa; (c) kegiatan akhir memfokuskan pemeriksaan kembali pada pemahaman bacaan siswa pada teks.

Selanjutnya penemuan ini juga menunjukan bahwa siklus diskusi kelompok kecil berhasil dalam meningkatan kemampuan pemahaman bacaan siswa. Peningkatan ini dapat dilihat dari kenaikan nilai rata-rata siswa dan keterlibatan dalam kegiatan pemahaman membaca. Nilai rata-rata diperoleh siswa pada dua siklus yang ditunjukkan dengan daftar pengamatan, catatan lapangan dan hasil tes siswa. Nilai rata-rata 64,70 di siklus I belum mencapai kriteria kesuksesan I. Di siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 70,83 yang berarti kriteria kesuksesan II tercapai. Disamping itu penemuan tersebut juga menunjukan bahwa diskusi kelompok kecil merupakan teknik yang efektif untuk menumbuhkan keterlibatan siswa dalam kegiatan membaca pemahaman. Di siklus I, 65% keterlibatan siswa dalam kegiatan membaca meningkat dan prosentase 80% lebih besar di siklus kedua. Hal ini menunjukkan bahwa criteria kedua tercapai.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa diskusi kelompok kecil tidak hanya efektif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman membaca siswa tetapi juga meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan membaca. Oleh sebab itu, guru Bahasa Inggris disarankan untuk menerapkan diskusi kelompok kecil khususnya dalam pengajaran membaca pemahaman. Namun, guru harus mendesain model diskusi kelompok kecil yang sesuai, mendesain rencana pembelajaran, memilih jenis teks, menyusun tugas-tugas, dan membagi waktu karena membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengajarkan siswa yang berkemampuan rendah. Disamping itu guru juga perlu memperhatikan prinsip-prinsip diskusi kelompok kecil sehingga sesuai dengan tugas yang dikerjakan siswa. Tugas-tugas tersebut bisa menjadi pekerjaan rumah apabila waktu di sekolah terbatas. Semakin banyak dan beragam tugas untuk siswa maka semakin meningkat pengetahuan siswa dan membuat mereka semakin terlatih.

Kepada peneliti selanjutnya, khususnya yang berminat dalam meneliti didalam kelasnya, dianjurkan untuk meneliti penerapan diskusi kelompok kecil dalam pengajaran membaca pemahaman yang berhubungan dengan jenis-jenis teks yang tidak hanya jenis teks penelitian ini , misalnya: procedure, report, recount, narrative dan hortatory exposition.Kata kunci: meningkatkan, kemampuan pemahaman membaca, teknik diskusi kelompok kecilMeningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas Sebelas MA Darul Lughah Wal Karomah Kraksaan Probolinggo dengan menggunakan Strategi Berpikir- Berpasangan-Berbagi

Juhari

Abstrak

Membaca adalah salah satu dari empat komponen bahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Tanpa membaca, siswa tiadak bisa memperluas pengetahuannya, membuka cakrawala dunia, dan mengakses teknologi informasi dengan mendalam. Agar siswa dapat memahami bacaan dengan baik, banyak alternative strategy pengajaran reading dapat dikembangkan. Salah satunya adalah penerapan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman dengan menggunakan stategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Dalam kegiatan ini, siswa di bagi dua (berpasangan) dan setiap pasang melakukan tiga tahap kegiatan kerjasama yang terpadu yaitu pada langkah awal, setiap siswa berpikir sendiri tentang pertanyaan atau masalah yang diberikan guru. Langkah ke dua, siswa berpasangan dan bertukar pikiran dengan pasangannya masing-masing. Pada langkah ke tiga, setiap pasangan berbagi jawaban dengan pasangan lain, kelompok lain, atau dengan seluruh kelompok atau kelas.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yaitu kolaborasi antara peniliti dengan guru untuk berkerjasama untuk mengembangkan prosedur strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi yang sesuai, membuat rencana pengajaran, menentukan kreteria kesuksesan belajar, melakukan tindakan, mengamati dan melakukan refleksi. Subjek penelitian ini adalah 32 siswa kelas sebelas MA Darul Lughah Wal Karomah Kraksaan Probolinggo tahun ajaran 2008-2009. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus yang terdiri atas tiga kali pertemuan. Dua Pertemuan untuk penerapan strategy Berpikir- Berpasangan-Berbagi dan satu pertemuan untuk test.

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil (1) lembar observasi, untuk memperoleh informasi tentang kegiatan dan penampilan guru dan siswa selama pelaksanaan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi, (2) Catatan lapangan digunakan untuk mencatat data yang tidak terdapat pada lembar observasi, (3) Kuis membaca pemahaman digunakan untuk mengidentifikasikan apakah siswa sudah memperoleh kemajuan dalam membaca pemahaman dan (4) kuesiner digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa apakah strategi yang diterapkan dapat memotivasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa langhah-langkah dalam melaksanakan stategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi dalam pengajaran membaca pemahaman terdiri atas tiga langkah. Langkah pertama adalah kegiatan awal, yaitu (1) menunjukkan gambar kepada siswa dan memberikan beberapa pertanyaan lisan yang berhubungan dengan gambar, (2) menyuruh siswa memprediksi topic yang akan dipelajari, (3) meminta siswa menyebutkan kata-kata yang mungkin digunakan dalam tek dan menuliskan kata-kata yang telah diprediksi di papan tulis. Langkah ke dua adalah kegiatan initi, yaitu (1) menyuruh siswa membaca tek dalam hati, (2) memberikan contoh bagaimana cara membaca tek yang benar dan meminta siswa untuk mengikuti dan menggaris-bawahi kata-kata yang sulit, (3) menjelaskan arti dari kata-kata sulit, (4) menjelaskan isi dari tek, (5) memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, (6), menyuruh siswa untuk menjawab pertanyaan (ya-tidak) secara lisan, (7) menjelaskan langkah-langkah dan kegiatan yang akan siswa lakukan dalam kelas membaca, (8) menyuruh siswa untuk menjawab sendiri pertanyaan pemahaman dan memberikan bantuan apabila diperlukan, (9) menyuruh siswa berpasangan, (10) menyuruh setiap pasangan untuk mendiskusikan pertanyaan dan memberikan semangat kepada siswa untuk membantu pasangannya, memonitor dan memberikan bantuan jika diperlukan, (11) menyuruh setiap pasangan untuk berbagi jawaban secara bergiliran. Langkah ke tiga adalah kegiatan akhir, yaitu (1) memeriksa kembali jawaban siswa, (2) menulis jawaban yang benar di papan tulis dan (3) membuat kesimpulan dan menutup pelajaran.

Penelitian ini menunjukkan bahawa pelaksanaan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Lebih lanjut, siswa terlihat aktif dalam berbagi pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan selama pembelajaran dengan menggunakan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi. Siswa juga memberikan respon yang positip terhadap pembelajaran dengan menggunakan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi.

Disarankan kepada para guru untuk menggunakan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi sebagai salah satu strategi alternatif dalam pengajaran membaca pemahaman di dalam kelas dan pelajaran bahasa Inggris lainnya. Siswa juga direkomendasikan untuk menggunakan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi sebagai strategi belakajar dalam membaca pemahaman yang dapat mereka lakukan pada kegiatan intra kurikuler atau ekstra kurikuler.

Kata kunci: meningkatkan, kemampuan membaca pemahaman, strategy berpikir berpasangan berbagi.

Meningkatkan Kemampuan Menulis Argumentasi Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin dengan Menggunakan Teknik Diagram Pohon

Jumariati

Abstrak

Menulis esei argumentasi adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh mahasiswa Strata 1 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Lambung Mangkurat. Kemungkinan penyebab dari masalah tersebut adalah penggunaan strategi pembelajaran yang kurang efektif untuk membimbing mahasiswa dalam menulis. Untuk mengatasi masalah tersebut, diadakanlah studi ini dengan menerapkan Teknik Diagram Pohon (TDP) dalam pengajaran menulis esei argumentasi. Teknik ini dipilih untuk mengatasi masalah mahasiswa karena berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, (Lee, 2004; Riley, 2002) teknik ini membantu siswa melihat hubungan antar ide-ide dalam tulisannya. Sebagai hasilnya, siswa dapat meningkatkan kualitas tulisan mereka, tidak hanya dalam hal organisasi tapi juga tata bahasa, kosakata, dan mekanisme penulisan.

Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif: peneliti bekerjasama dengan kolaborator dalam hal: merancang rencana pembelajaran, menerapkan dan mengamati tindakan, dan mengadakan refleksi. Subyek penelitian ini adalah para mahasiswa Strata 1 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Lambung Mangkurat yang sedang mengikuti Mata Kuliah Writing III pada Tahun Ajaran 2008/2009. Mereka adalah mahasiswa jalur non-reguler (mandiri), kelas B3. Mereka dipilih sebagai subyek karena berdasarkan silabus Mata Kuliah Writing III, mereka belajar bagaimana mengembangkan paragraf dan menulis esei. Hal ini sejalan dengan kegunaan teknik yang diterapkan, yakni Teknik Diagram Pohon. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus mengikuti langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tiap siklus terdiri dari tiga pertemuan. Data penelitian diperoleh dari hasil tulisan akhir mahasiswa, lembar pengamatan, dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TDP dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis esei argumentasi. Pada studi awal, dari 27 mahasiswa hanya 4 orang yang mencapai nilai sama dengan atau lebih dari 70 (kriteria keberhasilan minimal dalam studi ini). Setelah penerapan Teknik Diagram Pohon, 18 orang dari 33 mahasiswa mencapai nilai minimal. Meskipun demikian, peningkatan jumlah mahasiswa yang mencapai nilai minimal masih belum memenuhi kriteria keberhasilan studi, yakni 75% dari seluruh jumlah mahasiswa di kelas. Sehingga, tindakan dilanjutkan ke siklus kedua. Setelah penerapan TDP di siklus kedua, sejumlah 26 orang dari 31 mahasiswa (83.87%) berhasil mencapai kriteria keberhasilan studi.

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, akhirnya dapat disarankan bahwa: (1) para mahasiswa mata kuliah Writing menggunakan Teknik Diagram Pohon untuk merencanakan dan menyusun tulisannya, (2) para pengajar ketrampilan menulis menerapkan Teknik Diagram Pohon didalam pengajarannya, (3) Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Lambung Mangkurat memberikan perhatian lebih terhadap masalah pengajaran ketrampilan menulis di lembaganya dengan mempertimbangkan kekuatan Teknik Diagram Pohon dan mensosialisasikan teknik tersebut, dan (4) para peneliti lain mengadakan penelitian serupa dengan menerapkan Teknik Diagram Pohon untuk meningkatkan tidak hanya kemampuan menulis esei dalam jenis teks lain seperti deskripsi, narasi, atau eksposisi, tetapi juga meningkatkan kemampuan berbicara dan membaca.Kata kunci: menulis, argumentasi, teknik diagram pohon

The Implementation of Cooperative Learning in Developing Students Speaking Ability at SMA Negeri 1 Malang

Junette Cinthya Tamaela

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan Cooperative Learning untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris interaksi antara siswa yang terjadi saat penerapan Cooperative Learning memberikan kesempatan bagi siswa untuk mendapat pemerolehan Bahasa Inggris. Mempertimbangkan hal ini maka penelitian ini berusaha untuk memperlihatkan bahwa Cooperative Learning dapat membantu mengembangkan kemampuan berbicara siswa.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek dari penelitian ini adalah 35 orang siswa Kelas X-4 SMAN 1 Malang. Data diperoleh dari proses belajar dan mengajar melalui hasil observasi, catatan lapangan, dan wawancara yang dilakukan dilokasi penelitian. Dari data yang diperoleh, pendeskripsian penerapan Cooperative Learning untuk meningkatkan kemapuan berbicara siswa dapat diperoleh.

Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, Cooperative Learning memungkinkan siswa untuk berpartisipasi dalam bekerja sebagai suatu tim dimana mereka saling mengisi antar satu dengan yang lain dalam kelompok-kelompok kecil, hal ini terlihat saat siswa yang mengetahui jawaban memberitahukan kepada teman yang lainnya dalam kelompok itu dan menanyakan pendapat mereka tentang jawaban yang ia berikan. Sehingga adanya saling mendorong dan saling mengembangkan kelemahan satu dengan yang lain. Kedua, dengan bekerja melalui Cooperative Learning, siswa termotivasi untuk berbicara. Mereka berkomunikasi satu dengan yang lain dengan memberikan opini, bertanya, menjawab pertanyaan, meminta klarifikasi, dan meresponi dukungan yang diberikan oleh teman. Mereka mengembangkan kemampuan berbicara mereka dengan mempraktekkan berbicara sebanyak mungkin melalui interaksi dengan teman sekelompok. Siswa memperoleh banyak kesempatan untuk berbicara karena Cooperative Learning menuntut dan memperdalam kemampuan berbicara siswa. Keberhasilan kelompok bergantung pada interaksi dari masing-masing anggota. Dengan belajar dalam kelompok koperatif ada kesempatan bagi siswa untuk menerima bantuan secara individu dari teman sekelompoknya. Bantuan dari teman meningkatkan kemampuan baik bagi siswa yang dibantu maupun bagi yang membantu.

Ada beberapa saran bagi guru Bahasa Inggris yang ingin menerapkan Cooperative Learning untuk meningkatkan berbicara siswa. Guru harus merencanakan dengan baik sebelum mengajar siswa menggunakan Cooperative Learning dimana guru harus mempersiapkan materi yang sesuai dengan tingkatan kelas dan kemampuan siswa dan menerapkan beberapa prinsip dasar (manajemen kooperatif, struktur tugas, tanggungjawab individu dan kelompok, peranan guru dan siswa, dan proses pengelompokkan). Dalam menggunakan kelompok kecil, empat siswa dalam satu kelompok merupakan jumlah yang maksimum untuk mengatur pembelajaran. Studi menunjukan bahwa empat siswa dapat bekerja secara berpasangan, karena masing-masing siswa mempunyai tiga kesempatan dalam berpasangan untuk bertukar pikiran. Hal ini memberikan kesempatan untuk mengalami pengalaman pembelajaran yang baik dan memberi ruang untuk memberi kontribusi secara individu. Formasi kelompok disusun sehingga siswa duduk berdekatan dan saling berhadapan dalam satu dengan mencampurkan siswa berdasarkan jenis kelamin dan kemampuan agar tercipta perbedaan pandangan. Guru harus memonitor siswa saat mereka kerja kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. Kata kunci: cooperative learning, speaking abilityMeningkatkan Kemampuan Menulis Siswa Kelas Delapan MTs PKP Manado Melalui Pemetaan Konsep

Kalsum Maloho

AbstrakPenelitian ini dilaksanakan berdasarkan temuan pada studi pendahuluan yang menunjukkan bahwa kemampuan menulis siswa kelas delapan MTs PKP Manado masih kurang memuaskan. Siswa kesulitan menulis dalam hal memperoleh ide, membuat tulisan relevan dengan topic, dan memilih kata-kata. Untuk mengatasi masalah ini, salah satu alternatif strategi digunakan dalam pengajaran menulis paragraf deskripsi. Masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pemetaan konsep meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas delapan MTs PKP Manado? Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dirancang untuk mengembangkan stategi pemetaan konsep untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas delapan. Pemetaan konsep ini dipilih karena dapat membantu siswa berusaha secara kooperatif dalam kegiatan menulis dan belajar menulis secara bersama dengan cara yang menyenangkan namun kompetitif. Selain itu, telah terbukti, dalam banyak penelitian, pemetaan konsep dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa dan meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan menulis.

Menulis sebagai salah satu keterampilan bahasa berperan penting dalam konteks pengajaran bahasa Inggris. Menulis adalah salah satu cara bertukar pikiran dan menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan cara pandang berdasarkan topik tertentu (Hyland, 2003). Ini berarti bahwa pengungkapan ide dari pesan tertentu di tuangkan dalam bentuk tulisan. Menulis berarti menyalurkan pesan dalam bentuk tulisan. Subyek penelitian ini adalah dua puluh siswa (Kelas VIII-A) MTs PKP Manado, Sulawesi Utara pada tahun akademik 2008/2009. Penelitian ini dilakukan melalui dua siklus yang mengacu pada prosedur penelitian tindakan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.Tiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari satu pertemuan untuk pelaksanaan strategi dan dua pertemuan untuk pemberian tugas melalui proses menulis. Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa instrumen yaitu portofolio, lembar pengamatan dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemetaan konsep efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa. Peningkatan dapat dilihat dari kenaikan nilai rata-rata dan keterlibatan siswa dalam kegiatan menulis. Perolehan nilai rata-rata siswa pada dua siklus ditunjukkan melalui portofolio. Sementara keterlibatan siswa dalam kegiatan menulis ditunjukkan melalui lembar pengamatan dan catatan lapangan. Berkaitan dengan produk akhir siswa, kriteria keberhasilan pertama dari penelitian ini adalah nilai rata-rata siswa harus mencapai 65 atau lebih. Sementara, berkaitan dengan keterlibatan siswa dalam keiatan menulis, kriteria keberhasilan kedua adalah 70% siswa harus terlibat dan keterlibatan mereka berada pada skala Baik dan Lebih Baik. Nilai rata-rata 59.68 pada Siklus 1 belum memenuhi kriteria keberhasilan pertama. Pada Siklus 2, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 69.85. Disamping itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemetaan konsep juga sangat efektif untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan menulis. Pada Siklus 1, 70% siswa terlibat dalam kegiatan menulis, dan persentasenya meningkat pada Siklus 2 menjadi 80%. Hal ini berarti memenuhi kriteria keberhasilan kedua.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa model pemetaan konsep yang sesuai dalam pengajaran menulis meliputi langkah-langkah berikut: (1) mengarahkan siswa kepada topik dengan memberikan pertanyaan, (2) menghubungkan topik dengan pengetahuan siswa sebelumnya, (3) memperkenalkan topik dan menjelaskan tujuan pembelajaran, (4) menunjukkan gambar yang berkaitan dengan topik dengan cara menempelkannya di papan tulis, (5) meminta siswa untuk mengamati gambar, (6) meminta siswa memperoleh ide dan menyusun ide-ide mereka melalui pemetaan konsep sebagai contoh dipapan tulis, (7) membagikan contoh paragraf deskripsi, (8) meminta siswa duduk dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang, (9) membagikan gambar-gambar binatang lucu, kertas berukuran (A4), dan spidol warna, (10) memberitahukan siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan dalam kelompok, (11) meminta siswa menulis judul berdasarkan gambar yang dimulai dari tengah kertas, (12) meminta siswa menulis draf awal secara indifidu, (13) meminta siswa untuk saling bertukar draft mereka dalam kelompok, (14) membimbing siswa merevisi tulisan mereka dari segi isi dan organisasi, (15) meminta siswa untuk mengomentari dan memberikan saran terhadap tulisan mereka, (16) membimbing siswa mengedit tulisan mereka dari segi tata bahasa dan pilihan kata, (17) ) meminta siswa untuk saling bertukar draf mereka untuk di baca kembali oleh teman lain dalam kelompok, (18) meminta siswa untuk menulis draf akhir, dan (19) menyimpulkan pelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemetaan konsep tidak hanya efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa tetapi juga meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan menulis, terutama dalam memperoleh dan menyusun ide-ide. Oleh sebab itu, disarankan kepada guru Bahasa Inggris untuk menerapkan pemetaan konsep khususnya dalam pengajaran menulis. Namun, guru harus mendisain model pemetaan konsep yang sesuai, mendisain rencana pembelajaran, memilih jenis teks, menyusun tugas-tugas, dan membagi waktu karena membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengajarkan siswa yang berkemampuan rendah. Disamping itu guru juga perlu memperhatikan prinsip-prinsip pemetaan konsep sehingga sesuai dengan tugas yang dikerjakan siswa. Kepada peneliti selanjutnya, khususnya yang berminat dalam meneliti pemetaan konsep didalam kelasnya, dianjurkan untuk meneliti penerapan pemetaan konsep dalam pengajaran menulis yang berhubungan dengan jenis teks yang berbeda, misalnya narasi, prosedur, dan recount.

Kata kunci: pemetaan konsep, kemampuan menulis

Menggunakan Teknik Incomplete Picture Series untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas II MTs. Hikmatusysyarif NW Salut, Lombok

Laila Wati

Abstrak

Penelitian ini didasarkan pada perlunya meningkatkan kemampuan berbicara siswa, maka penelitian ini diadakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa melalui teknik Incomplete Picture Series. Dalam teknik ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok diberi gambar seri yang berbeda. Teknik ini dipercaya bisa meningkatkan kemampuan berbicara dan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.

Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas. Sebagai penelitian tindakan kelas, penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan seorang guru bahasa Inggris dalam mengamati penerapan teknik tersebut. Penelitian ini diadakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 2A MTs. Hikmatusysyarief NW Salut, Lombok Barat. Instrumen penelitian ini adalah angket, ceklist pengamatan, catatan lapangan, alat perekam suara, dan lembar penilaian diri siswa. Kriteria keberhasilan penelitian ini diketahui berdasarkan pada tanggapan siswa terhadap penerapan teknik tersebut dan keterlibatan mereka dalam proses belajar mengajar. Kedua kriteria keberhasilan ini dinyatakan tercapai apabila 70% dari keseluruhan siswa memberi tanggapan positif terhadap teknik tersebut dan terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Kesuksesan teknik ini juga ditandai dengan nilai berbicara siswa. Apabila 65% dari keseluruhan siswa memperoleh nilai lebih dari dan/atau sama dengan 65, maka criteria keberhasilan dalam hal kemampuan berbicara siswa telah tercapai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik Incomplete Picture Series berhasil meningkatkan kemampuan berbicara siswa sebagaimana halnya juga meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari persentase siswa yang memperoleh nilai yang telah ditentukan pada kriteria keberhasilan yaitu minimal 65. Pada Siklus 1, hanya ada 48.6% dari keseluruhan siswa yang memperoleh nilai lebih dari dan/atau sama dengan 65. Sementara di Siklus 2, ada 91.4% dari keseluruhan siswa memperoleh nilai lebih dari dan/atau sama dengan 65. Disamping itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik Incomplete Picture Series ini juga efektif dalam meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan berbicara, khususnya ketika berkelompok.

Lebih lanjut, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa cara yang tepat dalam menggunakan teknik Incomplete Picture Series untuk pengajaran berbicara meliputi langkah-langkah sebagai berikut: (1) melakukan pemanasan dengan bernyanyi kemudian memberi pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang akan dilakukan berikutnya, (2) memberi tahu apa yang akan dilakukan, (3) membagi siswa menjadi beberapa kelompok; masing-masing kelompok duduk melingkar, (4), memberikan gambar seri yang tidak lengkap yang berbeda kepada setiap kelompok, (5) menugaskan siswa untuk memberitahukan kepada teman kelompoknya tentang gambar yang mereka lihat secara bergiliran, (6) meminta siswa untuk mengumpulkan informasi yang diperoleh dari teman kelompok mereka; siswa dianjurkan untuk menulis informasi tersebut, (7) meminta siswa untuk meyimpulkan akhir cerita setelah mereka mengumpulkan informasi dari semua teman kelompok mereka, (8) memberitahukan kepada siswa bahwa akhir ceritanya bebas berdasarkan imajinasi mereka, (9) menugaskan siswa untuk menyampaikan cerita tersebut di depan kelas satu persatu secara individu.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa teknik Incomplete Picture Series telah terbukti tidak hanya meningkatkan kemampuan berbicara siswa melainkan juga meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar bahasa, khususnya dalam pembelajaran berbicara. Dengan demikian, disarankan kepada guru bahasa Inggris untuk menerapkan teknik ini sebagai salah satu pilihan yang bisa dilakukan dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Disarankan juga kepada peneliti yang akan datang supaya mengadakan penelitian serupa dengan menggunakan teknik Incomplete Picture Series terhadap subyek dan tempat yang berbeda untuk mengetahui apakah teknik ini efektif dan bisa diterapkan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Bisa juga teknik ini diterapkan dalam meningkatkan keahlian produktif seperti keahlian menulis. Karena kelebihan teknik ini bukan hanya meningkatkan kemampuan berbicara siswa melainkan juga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, disarankan kepada para siswa untuk mengadopsi teknik ini sebagai strategi belajar dalam praktek berbicara dan bahkan untuk latihan menulis dalam bahasa Inggris. Kegiatan seperti ini bisa dilakukan dalam ekstra kurikuler. Kata kunci: teknik incomplete picture series, kemampuan berbicaraMenggunakan Photo untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa Kelas Dua MTsN Mojorejo Blitar

Lilik Lutfiyah

Abstrak

Menulis adalah salah satu dari empat keahlian berbahasa yang memainkan sebuah peranan yang sangat penting dalam pengajaran bahasa inggris karena sebenarnya menulis dapat membantu siswa mempelajari bahasa kedua. Bagaimanapun juga, kemampuan menulis siswa MTsN Mojorejo masih belum memuaskan. Siswa cenderung merasa kesulitan dalam menemukan dan menghasilkan ide-ide. Di samping itu, siswa merasa bingung memulai kegiatan menulis dan siswa juga tampak kurang tertarik dengan kegiatan menulis.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas delapan MTsN Mojorejo Blitar dalam menulis teks recount dengan menggunakan foto. Strategi ini dipilih karena dapat menuntun siswa dalam menemukan dan menghasilkan ide-ide sampai menjadi tulisan yang bermakna. Foto biasanya menangkap masalalu, dan pasti ini dapat membantu siswa mengingat secara detail orang, tempat, dan kejadian yang ada dalam foto tersebut. Pendeknya, foto dapat menjadi sumber sebuah tulisan. Disamping itu, sebuah foto bisa bernilai beribu-ribu kata karena satu gambar dapat menceritakan sesuatu bahkan cerita di baliknya. Masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana penggunaan foto dapat meningkatkan kemampuan menulis teks recount siswa kelas dua MTs Negeri Mojorejo Blitar?. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian tindakan kelas dilakukan dalam studi ini dengan menggunakan 4 langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah 29 siswa kelas VIII MTs Negeri Mojorejo Blitar tahun pelajaran 2008/2009. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus satu terdiri atas enam pertemuan, sedang siklus dua terdiri dari dua pertemuan. Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa instrumen yaitu lembar observasi, catatan lapangan, kuisioner dan tulisan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa langkah-langkah yang tepat yang digunakan penerapan foto dalam menulis recount meliputi prosedur berikut: (1) mengarahkan siswa kepada topic yang akan dibahas dengan memberikan pertanyaan (2) memperkenalkan strategi dan prosedur tentang cara membuat recount, (3) menyuruh siswa untuk bekerja dalam kelompok, (4) menyuruh siswa untuk meletakkan foto masing-masing di depan mereka. (5) menyuruh siswa untuk melihat foto dengan seksama selama beberapa saat (6) menjelaskan kepada siswa tentang apa yang harus mereka lakukan dalam kelompok, (7) menyuruh siswa untuk mendaftar kata sebanyak mungkin yang berkaitan dengan foto, lalu menghasilkan ide dengan menjawab pertanyaan, (8) memberikan model sebuah teks recount lalu menjelaskan tentang teks recount beserta ciri-ciri kebahasaannya (Simple Past Tense, Connectors) kepada siswa sebelum mereka menulis draf kasar, (9) meminta siswa untuk menulis draf awal secara individu, (10) memberi siswa waktu untuk melihat kembali dan merevisi draft awal menggunakan panduan revisi (11) meminta siswa untuk menulis kembali draft berdasarka feedback dari guru, yang selanjutnya dikumpulkan sebagai draft akhir. Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan foto telah meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII MTs Negeri Mojorejo Blitar dalam menulis teks recount. Pada siklus satu, nilai rata-rata siswa adalah 60,7 dan hanya 14 siswa yang mendapatkan nilai sama dengan atau lebih besar 65. Dan, di siklus kedua, nilai rata-rata siswa menjadi 70,3 dengan 23 sisws mendapat nilai sama dengan atau lebih besar 65. Di samping itu, siswa kelihatan active dan bersemangat dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan foto.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan foto sangat bermanfaat tidak hanya dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa tetapi juga dalam meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, disarankan kepada guru Bahasa Inggris untuk menerapkan strategi ini dalam pengajaran menulis karena ini sangat membantu siswa dalam memberikan cara yang menarik untuk menemukan dan menghasilkan ide-ide yang akhirnya menjadi tulisan yang bermakna. Akhirnya, bagi peneliti selanjutnya, terutama yang mempunyai masalah yang sama dan memang tertarik mengadakan penelitian, disarankan untuk mengadakan penelitian tindakan dgn bidang sama tapi untuk tingkat pendidikan yang berbeda contohnya SMA. Disamping itu, disarankan pula untuk mengadakan penelitian dalam bidang menulis tapi dengan genre yang berbeda khususnya teks deskriptif.

Akhirnya, bagi peneliti selanjutnya, terutama yang mempunyai masalah yang sama dan memang tertarik mengadakan penelitian, disarankan untuk mengadakan penelitian tindakan dalam bidang menulis tapi dengan genre yang berbeda khususnya teks deskriptif. Disamping itu, disarankan pula untuk mengadakan penelitian dgn bidang sama tapi untuk tingkat pendidikan yang berbeda contohnya SMA.

Kata kunci: photo, kemampuan menulis, teks recount

Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VIII dalam Menulis Teks Recount melalui Starategi Menulis Proses di MTsN Grogol Kediri

Luluk Rahmawati

Abstrak

Menurut para siswa kelas 8 di MTsN Grogol Kediri, menulis dianggap sebagai kecakapan berbahasa yang paling sulit dikuasai. Sayangnya, pembelajaran menulis tidak dilakukan dengan baik oleh para guru bahasa Inggris di sekolah tersebut dan hal itu menyebabkan rendahnya kemampuan menulis para siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut, strategi menulis proses diajukan karena telah dibuktikan berhasil oleh beberapa peneliti dalam meningkatkan kemampuan menulis para siswa. Kemudian, penelitian yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas 8 dalam menulis teks recount melalui strategi menulis proses di MTsN Grogol Kediri dilaksanakan.Rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan yang terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan, dan refleksi. Tahap-tahap tersebut didahului oleh penelitian awal yang bertujuan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan masalah-masalah dalam pembelajaran menulis. Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa tidak ada seorang siswapun yang mendapatkan nilai 65 sebagai nilai minimal. Subyek penelitian ini adalah 37 siswa kelas VIII-C pada tahun ajaran 2008-2009. Untuk pengumpulan data peneliti menggunakan 4 instrumen yaitu lembar observasi, catatan lapangan, portofolio, dan kuesioner. Penelitian ini dianggap berhasil apabila memenuhi kriteria kesuksesan berikut: (1) 75% siswa atau lebih berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, (2) sekurang-kurangnya 50% siswa memperoleh nilai sama dengan atau lebih dari 65, dan (3) sekurang-kurangnya 75% siswa memiliki tanggapan yang bagus terhadap penggunaan strategi menulis proses.

Prosedur yang tepat dalam penerapan strategi menulis proses untuk mengajar menulis adalah (1) membagi siswa menjadi beberapa kelompok, (2) membagikan gambar berangkai untuk tahap pemodelan, lembar kerja siswa, dan media, (3) menugaskan siswa untuk memperoleh ide, (4) meminta siswa untuk menyusun ide-ide tersebut ke dalam paragraf, (5) menugaskan siswa untuk merevisi draf dalam hal isi dan penyusunan, (6) meminta siswa untuk mengedit draf dalam hal tata bahasa, kosa kata, ejaan, pemakaian huruf kapital, dan tanda baca, dan (7) meminta siswa untuk menulis hasil akhir karangan mereka. Pada setiap langkah, siswa diberi contoh terlebih dahulu.

Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa semua indikator kesuksesan telah dapat dicapai pada Siklus I. Mengenai indikator yang pertama, hasil temuan menunjukkan bahwa 75% siswa telah berpartisipasi pada sekurang;kurangnya 9 kegiatan dari 13 kegiatan di lembar observasi. Berkenaan dengan kriteria yang kedua, hasil analisis data menunjukkan bahwa 72.97% siswa (27 siswa) telah memperoleh nilai sama dengan atau lebih dari 65. Untuk kriteria yang ketiga, hasil analisis data dari kuesioner menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya 94% siswa (34 siswa) memberikan respon positif terhadap penggunaan strategi menulis proses.

Mempertimbangkan hasil temuan penelitian yang positif mengenai penggunaan strategi menulis proses untuk mengajar menulis, disarankan kepada para guru bahasa Inggris untuk memanfaatkan strategi ini untuk mengajar menulis. Bagi peneliti lainnya, disarankan agar mereka mengadakan penelitian mengenai pemanfaatan strategi menulis proses di tingkat SD (khususnya RSBI) dan SMA/MA karena belum ada penelitian mengenai hal itu di tingkat tersebut. Kata kunci: kemampuan menulis, teks recount, strategi menulis proses

Memanfaatkan Gambar Kartun Berangkai Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Narasi Siswa Kelas IX Madrasah Tsanawiyah Negeri Nganjuk

Mochammad Abdul Rasyid

AbstrakSalah satu permasalahan pengajaran menulis Bahasa Inggris di MTsN Nganjuk adalah tidak efektifnya pengajaran menulis yang diterapkan guru. Guru bahasa Inggris tidak membuat perencanaan yang baik dalam pengajaran menulis. Mereka tidak terbiasa menerapkan langkah-langkah pembejaran menulis sebagai proses. Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan peneliti di kelas IX-E, ditemukan beberapa fakta sebagai berikut: (1) Siswa mempunyai masalah dalam mengembangkan ide dan mengorganisasikan teks; (2) Kempuan siswa terhadap kemampuan tata bahasa dan kosa kata kurang memadai; (3) Siswa kelas IX-E menginginkan adanya kegiatan menulis teks narasi karena mereka belum pernah menulis teks tersebut sebelumnya. Dari fakta di atas, peneliti merasa sangat termotivasi untuk memecahkan permasalahan tersebut dengan memanfaatkan gambar kartun berangkai melalui pendekatan menulis sebagai proses dan empat tahap pembelajaran Bahasa Inggris (BKoF, MoT, JCoT, dan ICoT). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambar kartun berangkai dapat meningkatkan kemampuan menulis teks narasi siswa kelas IX MTsN Nganjuk. Mengacu pada rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan strategi dengan memanfaatkan gambar kartun berangkai dalam pengajaran menulis dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa kelas IX dalam menulis teks narasi.

Desain penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tinadakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan atau penerapan strategi, tahap observasi atau pengamatan, dan refleksi dan dilaksanakan dalam dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX-E yang terdiri dari 33 siswa. Sejumlah alat bantu penelitian seperti lembar observasi, kuesioner, dan catatan lapangan digunakan untuk mengumpulkan data tentang tingkat keterlibatan siswa dan tingkat motivasi siswa selama penerapan strategi pembelajaran. Sedangakan hasil tulisan siswa dinilai berdasarkan format penilaian dengan menyesuaikan format yang dikembangkan oleh Hill, dkk (1998) dengan mempertimbangkan cara pendeskripsian tokoh pelaku dan tempat kejadian, alur cerita, tema, dan kesimpulan atau pesan cerita serta mempertimbangkan aspek bahasa seperti tata bahasa, kosa kata, dan susunan kalimat. Penelitian ini dianggap berhasil jika memenuhi tiga criteria. Pertama, tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran mencapai 75% dari hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat. Kedua, jumlah siswa yang mendapat nilai 65 atau lebih mencapai 70% (24 siswa) dari jumlah siswa keseluruhan. Ketiga, nilai rata-rata siswa minimal 65.

Sejumlah temuan selama penelitian ini menunjukkan bahwa gambar kartun berangkai yang diimplementasikan dalam empat tahap pembelajaran dan pendekatan menulis sebagai proses sangat efektif dalam pengajaran menulis teks narasi. Pertama, gambar kartun berangkai membantu siswa dalam hal pengembangan ide dan mengorganisasikan teks. Kedua, pendekatan menulis sebagai proses memandu siswa terhadap langkah-langkah penciptaan teks, sedangkan empat tahap pembelajaran sangat efektif diterapkan dalam pengajaran menulis. Strategi tersebut lebih efektif dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengakses sendiri gambar kartun berangaki dan mengembangkankannya dalam bentuk cerita narasi. Pendekatan individu terhadap siswa juga mendorong mereka untuk lebih berkreasi dan meminimalkan jarak antara guru dan murid.

Langkah-langkah penerapan gambar kartun berangkai dalam pengajaran menulis teks narasi mengikuti empat tahap pembelajaran (BKoF, MoT, JCoT, dan ICoT). Kegiatan diawali dengan BKoF, yaitu bercerita oleh guru dan menulis kembali cerita tersebut. Dalam tahap MoT, sebuah teks narasi dicontohkan oleh guru untuk dipahami dan dianalisis. Pendekatan menulis sebagai proses muncul pada tahap JCoT. Diberikan satu set gambar kartun berangkai, siswa membuat garis besar cerita, mengembangkannya dalam bentuk teks, meminta teman lain untuk membaca untuk kemudian dikoreksi dan diperbaiki. Dalam tahap ICoT, siswa secara individu mengakses gambar kartun berangkai dari koran atau majalah dan mengembangkannya dalam bentuk cerita narasi. Para siswa melakukan proses menulis yang dimulai dari mengembangkan ide cerita, saling mengoreksi dengan teman dan atau guru, memperbaiki teks, dan menulis kembali teks setelah mendapatkan masukan dari teman dan atau guru. Pada akhir kegiatan, guru mempublikasikan karya-karya mereka melalui kegiatan membaca, bermain peran, dan memajangkannya di majalah dinding.

Mengacu pada hasil-hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa gambar kartun berangkai efektif dalam pengajaran menulis teks narasi. Gambar kartun berangkai menginspirasi siswa dalam berimajinasi, mengembangkan ide-ide mereka, dan mengorganisasikan teks. Pendekatan menulis sebagai proses mengarahkan siswa untuk melakukan langkah-langkah dalam menulis. Sedangkan empat tahap pembelajaran memfasilitasi siswa terhadap langkah-langkah pembelajaran menulis secara berkelompok dan menulis secara mandiri. Guru Bahasa Inggris disarankan untuk memanfaatkan gambar kartun berangkai dalam pengajaran menulis teks narasi. Para siswa disarankan untuk senantiasa berlatih menulis dalam topik yang berbeda dengan memanfaatkan keberadaan gambar kartun berangkai yang terdapat di koran, majalah, dsb. Untuk peneliti yang lain, diharapkan untuk melakukan penelitian berdasarkan temuan dalam penelitian ini demi mengembangkan strategi yang lebih baik dalam pengajaran menulis.Kata kunci: gambar kartun berangkai, meningkatkan, kemampuan menulis, teks narasi

Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas Tiga Madrasah Aliyah Tarbiyatul Wathon Gresik dalam Menulis Teks Narrative melalui Peer Feedback

Mohammad Faizal Mubarok

Abstrak

Sebagai bagian dari tahapan-tahapan dalam writing process, feedback sangat penting dalam membantu siswa untuk memperbaiki tulisannya. Mereka pada umumnya menginginkan teksnya dibaca oleh guru mereka untuk melihat bagaimana respon guru terhadap pekerjaan mereka, dan berharap bahwa mereka bisa belajar dari respon tersebut untuk memperbaiki drafnya. Namun demikian, berdasarkan penelitian awal di kelas saya, kelas tiga Madrasah Aliyah Tarbiyatul Wathon Gresik, dan pengalaman saya menjadi guru bahasa Inggris di sekolah tersebut, saya menemukan bahwa kebanyakan siswa tidak mampu memperbaiki draft pertama mereka khususnya draf dalam bentuk teks narrative setelah mendapatkan feedback dari saya, guru mereka. Kemungkinan penyebab dari permasalahan siswa tersebut terletak pada feedback yang tidak efektif yang diberikan oleh saya.Sebagai jawaban atas permasalahan tersebut, peer feedback dalam bentuk revising checklists diajukan sebagai solusinya. Hal yang menonjol dari strategi ini adalah bahwa peer feedback memberi siswa cara bagaimana memperbaiki draft awal mereka. Karena alasan itulah, penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kemampuan siswa kelas tiga Madrasah Aliyah Tarbiyatul Wathon Gresik dalam menulis teks narrative melalui pengimplementasian peer feedback. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian tindakan kelas model kolaborasi dengan empat tahapan, yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, diimplementasikan dalam penelitian ini. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dalam dua siklus saja karena pada siklus kedua kriteria kesuksesan dalam penelitian ini telah tercapai. Setiap siklus dari penelitian ini terdiri dari tiga pertemuan. Berkenaan dengan subjek penelitian, subjek penelitian ini adalah siswa kelas tiga Madrasah Aliyah Tarbiyatul Wathon Gresik tahun ajaran 2008/2009. Data dari penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan instrumen-instrumen sebagai berikut: lembar pengamatan checklists, catatan lapangan, angket, wa