6. bab iirepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/ii.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna...

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Konsep kebutuhan dasar manusia Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow yang atau disebut dengan Hierarki kebutuhan dasar Maslow yang meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yaitu a. Kebutuhan fisiologis (physiologic needs) Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan primer yang menjadi syarat dasar bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak dapat berpengaruh terhadap kebutuhan lainnya. Kebutuhan fisiologis tersebut, meliputi: oksigen, air, makanan, eliminasi, istirahat dan tidur, penanganan nyeri, pengaturan suhu tubuh, seksual, dan lain-lain (Budiono, 2016). b. Kebutuhan keselamatan dan keamanan (safety and security needs) Kebutuhan dan keselamatan adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat dikategorikan sebagai ancaman mekanis, kimiawi, termal dan bakteriologis. Kebutuhan akan kemanan terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan seseorang. Dalam konteks hubungan interpersonal bergantung pada banyak faktor, seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengontrol masalah, kemampuan memahami tingkah laku yang konsisten dengan orang lain, serta kemampuan memahami orang-orang di sekitarnya dan lingkungannya. Ketidaktahuan akan sesuatu kadang membuat perasaan cemas dan tidak aman (Budiono, 2016).

Upload: others

Post on 25-Jul-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

1. Konsep kebutuhan dasar manusia

Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow yang atau disebut

dengan Hierarki kebutuhan dasar Maslow yang meliputi lima kategori

kebutuhan dasar, yaitu

a. Kebutuhan fisiologis (physiologic needs)

Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan primer yang menjadi syarat dasar

bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh.

Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak dapat

berpengaruh terhadap kebutuhan lainnya. Kebutuhan fisiologis tersebut,

meliputi: oksigen, air, makanan, eliminasi, istirahat dan tidur,

penanganan nyeri, pengaturan suhu tubuh, seksual, dan lain-lain

(Budiono, 2016).

b. Kebutuhan keselamatan dan keamanan (safety and security needs)

Kebutuhan dan keselamatan adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari

bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat

dikategorikan sebagai ancaman mekanis, kimiawi, termal dan

bakteriologis. Kebutuhan akan kemanan terkait dengan konteks fisiologis

dan hubungan interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan dengan

sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan seseorang. Dalam

konteks hubungan interpersonal bergantung pada banyak faktor, seperti

kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengontrol masalah,

kemampuan memahami tingkah laku yang konsisten dengan orang lain,

serta kemampuan memahami orang-orang di sekitarnya dan

lingkungannya. Ketidaktahuan akan sesuatu kadang membuat perasaan

cemas dan tidak aman (Budiono, 2016).

Page 2: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

7

c. Kebutuhan cinta dan dicintai (love and beloging needs)

Kebutuhan cinta adalah kebutuhan dasar yang menggambarkan emosi

seseorang. Kebutuhan ini merupakan suatu dorongan saat seseorang

berkeinginan menjalin hubungan yang efektif atau hubungan emosional

dengan orang lain. Dorongan ini akan terus menekan seseorang

sedemikian rupa sehingga ia akan berupaya semaksimal mungkin untuk

mendapatkan perasaan saling mencintai dan memiliki tersebut.

Kebutuhan untuk dicintai atau memiliki adalah keinginan untuk

berteman,bersahabat, atau bersama-sama beraktivitas. Ini merupakan

identitas dan prestise untuk seseorang. Kebutuhan dimilki sangat penting,

artinya bagi seseorang yang ingin mendapatkan pengakuan. Kebutuhan

dicintai dan mencintai meliputi kebutuhan untuk memberi dan menerima

cinta serta kasih sayang, menjalani peran yang memuaskan, serta

diperlakukan baik (Budiono, 2016).

d. Kebutuhan harga diri (self-esteem needs)

Penghargaan terhadap diri sering merujuk pada penghormatan diri, dan

pengakuan diri. Untuk mencapai penghargaan diri, seseorang harus

menghargai apa yang telah dilakukannya dan apa yang akan

dilakukannya serta meyakini bahwa dirinya benar dibutuhkan dan

berguna (Budiono, 2016).

e. Kebutuhan aktualisasi diri (needs for self actualization)

Kebutuhan aktualisasi diri adalah tingkat kebutuhan yang paling tinggi

menurut Maslow dan Kalish. Aktualisasi diri adalah kemampuan

seseorang untuk mengatur diri dan otonominya sendiri, serta bebas dari

tekanan luar. Lebih dari itu, atualisasi diri adalah hasil dari kematangan

diri. Berdasarkan teori Abraham maslow aktulisasi diri, pada asumsi

dasar bahwa manusia pada hakikatnya memiliki nilai intrinsik berupa

kebaikan. dari sinilah manusia memiliki peluang untuk mengembangkan

dirinya. Dalam proses perkembangannya manusia dihadapkan pada dua

pilihan bebas, yakti pilihan untuk maju atau pilihan untuk mundur.

Page 3: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

8

Pilihan-pilihan ini akan menentukan arah perjalanan hidup manusia

(Budiono, 2016).

2. Konsep Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman Nyeri

Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Donahue

(1989) (dalam buku Potter dan Perry, 2005) meringkaskan “melalui rasa nyaman

dan tindakan untuk mengupayakan kenyamanan. Perawat memberikan kekuatan,

harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan.” Berbagai teori keperawatan

menyatakan kenyamanan sebagai kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan

pemberian asuhan keperawatan.

Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri. setiap

individu memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual, psikologis, dan

kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan dan merasakan

nyeri. Kolcaba mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhi

kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman

(suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebuthan

telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah

atau nyeri).

Penilaian tentang konteks kenyamanan memberikan seorang perawat rentang

pilihan yang lebih luas dalam mencari tindakan untuk mengatasi nyeri. Cara

pandang yang holistik ini menguatkan konsep Mahon (1994) (dalam buku Potter

dan Perry, 2005) yaitu harus memahami pengalaman nyeri sebagaimana nyeri itu

berlangsung. Dengan memahami nyeri dengan holistik, maka perawat dapat

mengembangkan strategi yang lebih baik pada penanganan nyeri yang berhasil

(1992, Potter dan Perry, 2005).

a. Pengertian nyeri

Nyeri Akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang yang

berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset

mendadak atau lambat, biasanya berlangsung dalam waktu yang singkat

kurang dari 6 bulan, dan memiliki onset yang tiba-tiba, nyeri akut mungkin di

sertai respon fisik yang dapat di observasi, seperti peningkatan atau

Page 4: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

9

penurunan tekanan darah, diaferosis, takikardia, takipnea, fokus pada nyeri,

melindungi bagian tubuh yang nyeri, respon kardiofaskular dan pernapasan

merupakan akibat stimulasi system saraf simpati sebagai sebagian dari

respon. (M. Black dan Hokanson Hawks, 2014).

Nyeri merupakan sensasi rasa diluar batas normal sehingga membuat subyek

merasa tidak nyaman.

Nyeri merupakan sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan

berintensitas ringan hingga berat (Tim Pokja SDKI PPNI Edisi 1, 2016).

Nyeri sangat tidak menyenangkan dan merupakan sensasi yang sangat

personal yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Namun nyeri adalah

konsep yang sulit untuk dikomunikasikan oleh seorang klien. Seorang

perawat tidak dapat merasa ataupun melihat nyeri yang dialami klien (Kozier

dan Erb, 2011).

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan

akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial yang digambarkan

dalam bentuk kerusakan (Wiarto, 2017). The Internasional Association for

The Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri adalah pengalaman sensorik

dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan atau

ancaman kerusakan jaringan. Berdasarkan definisi tersebut nyeri adalah suatu

gabungan dari komponen objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan

komponen subjektif (aspek emosional dan psikologis).

Nyeri adalah sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual.

Dikatakan bersifat individual karena respons individu terhdap sensori nyeri

beragam dan tidak bisa disamakan dengan orang lain (Sutanto, 2017).

b. Sifat nyeri

Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat

berupa atau bersifat fisik atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada

jaringan aktual atau pada fungsi ego seseorang individu (Mahon, 1994) (buku

Potter dan Perry, 2005). Mahon menemukan empat atribut pasti untuk

pengalaman nyeri, yaitu: nyeri bersifat individu, tidak menyenangkan,

Page 5: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

10

merupakan suatu kekuatan yang mendominasi, dan bersifat tifak

berkesudahan (1992, Potter dan Perry, 2005). Mc Caffery mendefinisikan

nyeri sebagai “apapun pengalaman yang dikatakan seseorang, ada kapanpun

orang tersebut mengatakannya” (Kozier dan Erb, 2011).

c. Penyebab nyeri

Penyebab rasa nyeri dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu yang

berhubungan dengan fisik dan psikologis.

1) Nyeri fisik;

Nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya

serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf kinki terletak dan tersebar pada

lapisan kulit dan jaringan-jaringan tertentu yang terletak lebih dalam.

Penyebab nyeri secara fisik yaitu akibat trauma (trauma mekanik, termis,

kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi

darah, dan lain-lain.

2) Nyeri psikologis;

Nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeru yang

dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma

psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik (Andina dan Fitriana 2017).

d. Klasifikasi nyeri

Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat, sifat, dan berat ringannya

nyeri, dan waktu lamanya serangan.

1) Nyeri Berdasarkan Tempat

a) Pheriperalpain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh,

misalnya pada kulit atau mukosa;

b) Deep pain yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih

dalam atau pada organ-organ tubuh visceral;

c) Refered pain yaitu nyeri dalam yang disebabkan penyakit organ atau

struktur dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh didaerah

yang berbeda, bkan daerah asal nyeri; dan

d) Central pain yaitu nyeri yang terjadi akibat rangsangan pada sistem

saraf pusat, spinal cord, batang otak, hipotalamus, dan lain-lain.

Page 6: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

11

2) Nyeri berdasarkan sifat

a) Incidental pain yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu

menghilang;

b) Steady pain yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan

dalam waktu lama; dan

c) Paroxymal pain yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan

sangat kuat. Nyeri ini biasanya menetap selama 10-15 menit, lalu

menghilang, kemudian timbul lagi.

3) Nyeri berdasarkan berat ringan

a) Nyeri ringan yaitu nyeri dengan intensitas rendah;

b) Nyeri sedang yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi; dan

c) Nyeri berat yaitu nyeri dengan intensitas tinggi.

4) Nyeri berdasarkan lama waktu penyerangan

Berdasarkan lama penyerangan nyeri, maka dapat dibedakan antara nyeri

akut dengan nyeri kronis:

a) Nyeri akut;

Nyeri akut yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan

berakhir kurang dari enam bulan.

b) Nyeri kronis;

Nyeri kronis merupakan nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan

(Andina dan Fitriana 2017).

5) Penilaian respon intensitas nyeri

a) Numeric Rating Scale

Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah divalidasi. Berat

ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan

mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numeric dari 0

hingga 10, di bawah ini, nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas

nyeri, sedangkan sepuluh (10), suatu nyeri yang sangat hebat.

Page 7: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

12

Sumber: Sumber Wiarto 2017

Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri

Skala pada Numeric Rating Scale dan interpretasinya. Intensitas

nyeri pada skala 1-3 disebut nyeri ringan, 4-6 disebut nyeri sedang,

7-10 dikatakan nyeri amat berat.

b) Face Pain Rating Scale

Sumber: Kozier dan Erb(2011)

Gambar 2.2 Skala Peringkat Wajah

Selain menentukan intensitas nyeri, perlu di identifikasikan juga

onset, durasi, karakteristik, rasa nyerinya, seperti apakah nyerinya

tajam, tumpul, berdenyut, dll. Intensitas nyeri pada saat ada aktivitas

tubuh juga sebaiknya dinilai, misalnya pasien diminta menilai

nyerinya ketika dia batuk, bernafas dalam-dalam, atau berbaring.

6) Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

a) Etnik dan nilai budaya;

Latar belakang etink dan budaya merupakan faktor yang

mempengaruhi reaksi terhadap nyeri dan ekspresi nyeri. sebagai

contoh, individu dari budaya tertentu cenderung ekspresif dalam

mengungkapkan nyeri, sedangkan individu dari budaya lain justru

lebih memilih menahan perasaan mereka dan tidak ingin merepotkan

orang lain.

b) Tahap perkembangan;

Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variable penting

yang akan mempengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri. dalam

hal ini, anak-anak cenderung kurang mampu mengungkapkan nyeri

Page 8: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

13

yang mereka rasakan dibandingkan orang dewasa, dan kondisi ini

dapat menghambat penanganan nyeri untuk mereka. Disisi lain,

prevalensi nyeri pada individu lansia lebih tinggi karena penyakit

akut dan kronis yang mereka derita. Walaupun ambang batas nyeri

tidak berubah karena penuaan, tetapi efek analgesik yang diberikan

menurun karena perubahan fisiologis yang terjadi.

c) Lingkungan dan individu pendukung;

Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi,

pencahayaan, dan aktivitas yang tinggi di lingkungan tersebut dapat

memperberat nyeri. selain itu, dukungan dari keluarga dan orang

terdekat menjadi salah satu faktor penting mempengaruhi persepsi

nyeri individu.

d) Jenis kelamin;

Karakteristik jenis kelamin dan hubungannya dengan sifat

keterpaparan dan tingkat kerentanan memegang peranan

tersendiri.Berbagai penyakit tertentu ternyata erat hubungannya

dengan jenis kelamin, dengan berbagai sifat tertentu.Penyakit yang

hanya dijumpai pada jenis kelamin tertentu, terutama yang

berhubungan erat dengan alat reproduksi atau yang secara genetik

berperan dalam perbedaan jenis kelamin. Di beberapa kebudayaan

menyebutkan bahwa anak laki-laki harus berani dan tidak boleh

menangis, sedangkan seorang anak perempuan boleh menangis

dalam situasi yang sama. Toleransi nyeri dipengaruhi oleh faktor-

faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu

tanpa memperhatikan jenis kelamin.Meskipun penelitian tidak

menemukan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam

mengekspresikan nyerinya. Pengobatan ditemukan lebih sedikit pada

perempuan. Perempuan lebih suka mengkomunikasikan rasa

sakitnya, sedangkan laki-laki menerima analgesik oploid lebih sering

sebagai pengobatan untuk nyeri (Haswita dan Sulistyowati, 2017).

Page 9: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

14

Jenis kelamin menjadi faktor yang signifikan dalam respons nyeri,

pria lebih jarang melaporkan nyeri dibandingkan wanita.Di beberapa

budaya di Amerika Serikat, pria diharapkan lebih jarang

mengekspresikan nyeri dibandingkan wanita.Hal ini tidak berarti

bahwa pria jarang merasakan nyeri, hanya saja mereka jarang

memperlihatkan hal itu. Meskipun demikian, pemberi layanan

kesehatan yang memiliki nilai untuk bertahan dari nyeri tanpa

mengeluh akan melihat wanita sebagai “tukang mengeluh” dan

mungkin mengabaikan atau menyepelekan ekspresi nyeri mereka.

Baik laki-laki maupun perempuan dapat merasakan pengalaman

nyeri yang tidak perlu jika perawat tidak menyadari adanya bias

gender dalam mengekspresikan nyeri (M. Black dan Hokanson

Hawks, 2014).

e) Pengalaman nyeri sebelumnya;

Pengalaman masa lalu juga berpengaruh terhadap persepsi nyeri

individu dan kepekaan terhadap nyeri. individu yang pernah

mengalami nyeri atau menyaksikan penderitaan orang terdekatnya

saat mengalami nyeri cenderung merasa terancam dengan peristiwa

nyeri yang akan terjadi dibandingkan individu lainn yang belum

pernah mengalaminya. Selain itu, keberhasilan atau kegagalan

metode penanganan nyeri sebelumnya juga berpengaruh terhadap

harapan individu terhadap penanganan nyeri saat itu.

f) Ansietas dan stres;

Ansietas sering kali menyertai peristiwa nyeri yang terjadi. Ancaman

yang tidak jelas asalnya dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau

peristiwa disekelilingnya dapat memperberat persepsi nyeri.

sebaliknya, individu yang percaya bahwa mereka mampu

mengontrol nyeri yang mereka rasakan akan mengalami penurunan

rasa takut dan kecemasan yang akan menurunkan persepsi nyeri

mereka. (Kozier dan Erb, 2011)

Page 10: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

15

7) Penatalaksanaan nyeri

a) Tindakan non farmakologis intervensi perilaku kognitif dan

penggunaan agen-agen fisik:

(1) Bimbingan antisipasi;

Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan

nyeri menghilangkan nyeri dan menambah efek tindakan untuk

menghilangkan nyeri yang lain. Klien harus diberi penjelasan

tentang semua prosedur medis. Pengetahuan tentang nyeri

membantu klien mengontrol rasa cemas.

(2) Kompres panas dan dingin

Reseptor panas dan dingin mengaktivasi serat-serat A-beta

ketika temperatur mereka berada antara 4◦-5◦C dari temperatur

tubuh.Reseptor-reseptor ini mudah beradaptasi, membutuhkan

temperatur untuk disesuaikan pada interval yang sering berkisar

tiap 5-15 menit.

Pemberian panas merupakan cara yang baik dalam menurunkan

atau meredakan nyeri sehingga disetujui termasuk kedalam

otonomi keperawatan. Kompres panas dapat diberikan dengan

menghangatkan peralatan (seperti bantal pemanas, handuk

hangat).

Kompres dingin juga dapat menurunkan atau meredakan nyeri,

dan perawat dapat mempertimbangakan metode ini.Es dapat

digunakan untuk mengurangi atau mengurangi nyeri dan untuk

mencegah atau mengurangi edema dan inflamasi (M. Black dan

Hokanson Hawks, 2014).

(3) Akupuntur

Akupuntur telah dipraktikan di buadaya asia selama berabad-

abad untuk mengurangi atau meredakan nyeri. Jarum metal yang

secara cermat ditusukan kedalam tubuh pada lokasi tertentu dan

pada kedalaman dan sudut yang bervariasi. Kira-kira terdapat

1000 titik akupuntur yang diketahui yang menyebar diseluruh

Page 11: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

16

permukaan tubuh dalam pola yang dikenal sebagai meridian (M.

Black dan Hokanson Hawks, 2014).

(4) Akupresur

Akupresur adalah metode noninvasif dari pengurangan atau

peredaan nyeri yang berdasarkan pada prinsip

akupuntur.Tekanan, pijatan, atau stimulus kutaneus lainnya,

seperti kompres panas atau dingin, diberikan pada titik-titik

akupuntur (M. Black dan Hokanson Hawks, 2014).

(5) Napas dalam

Napas dalam untuk relaksasi mudah dipelajari dan berkontribusi

dalam menurunkan atau meredakan nyeri dengan mengurangi

tekanan otot dan ansietas (M. Black dan Hokanson Hawks,

2014).

(6) Distraksi;

Sistem aktivasi retikuler menghambat stimulus yang

menyakitkan jika seseorang menerima masukan sensori yang

cukup ataupun berlebihan. Stimulus sensori yang menyenangkan

menyebabkan pelepasan endorfin. Individu yang merasa bosan

atau diisolasi hanya memikirkan nyeri yang dirasakan sehingga

ia mempersepsikan nyeri tersebut dengan lebih akut.

(7) Biofeedback ;

Merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan

individu informasi tentang respon fisiologis (misalnya: tekanan

darah atau ketegangan) dan cara untuk melatih kontrol volunter

terhadap respon tersebut.

(8) Hipnotis diri;

Hipnotis dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui

pengaruh sugesti positif. Suatu pendekatan kesehatan holistik,

hipnotis diri menggunakan sugesti diri dan kesan tentang

perasaan yang rileks dan damai.

Page 12: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

17

(9) Stimulasi kutaneus;

Stimulasi yang digunakan untuk menghilangkan nyeri. macam-

macam stimulasi kutaneus adalah massase, mandi air hangat,

kompres menggunakan kantong es dan stimulasi saraf elektrik

(TENS).

b) Tindakan peredaan nyeri farmakologis

Beberapa agens farmakologis digunakan untuk menangani nyeri.

semua agen tersebut memerlukan resep dokter. Keputusan perawat,

dalam penggunaan obat-obatan dan penatalaksanaan klien yang

menerima terapi farmakologis. Analgesik merupakan metode yang

paling umum untuk mengatasi nyeri.

Tabel 2.1 Analgesik dan indikasi

Kategori Obat

Indikasi

Analgesik Non Narkotik Asetamninofen (tyenol) Asam asetilsalsilat (aspirin)

Nyeri operasi ringan demam

Nsaid Ibuprofen (Motrin, Nuprin) Naproksen (Nasprosyn) Indometasin (Indocin) Tolmetin (Tolectin) Piroksikam (Faldane) Katerolak (Toradol)

Disminore Nyeri kepala vascular Arthritis rheumatiod Cidera atletik jaringan lunak Gout Nyeri pasca operasi Nyeri traumatik berat

Analgesik Narkotik Meperidin (Damerol) Metilmorfin (Kodein) Morfin sulfat Fentanil (Sublimaze) Butofanol (Stadol) Hidromorfin HCL (Dilaudid)

Nyeri kanker (kecuali meperidin) Infark miokard

Adjuvan Amitriptilin (Elavil) Hidroksin (Vistaril) Klorpromazin ( Thorazine) Diazepam (Valium)

Cemas Depresi Mual Muntah

Sumber: Potter dan Perry (2006).

Page 13: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

18

8) Makna nyeri

Beberapa dapat lebih mudah menerima nyeri dibandingkan klien lain,

bergantung pada keadaaan dan interpretasi klien mengenai makna nyeri

tersebut. Seseorang klien yang menghubungkan rasa nyeri dengan hasil

akhir yang positif dapat menahan nyeri dengan sangat baik. Misalnya,

seorang wanita yang melahirkan anak atau seorang atlet yang menjalanin

bedah lutut untuk memperpanjang karirnya dapat menoleransikan rasa

nyeridengan lebih baik karena manfaat yang dikaitkan dengan rasa nyeri

tersebut. Klien ini dapat memandang nyeri sebagai ketidaknyamanan

sementara dan bukan ancaman atau gangguan terhadap kehidupan sehari-

hari.

Sebaliknya, klien yang nyeri kroniknya tidak mereda dapat merasa lebih

menderita. Mereka dapat berespons dengan putus asa, ansietas, dan

depresi karena mereka tidak dapat menghubungkan makna positif atau

tujuan nyeri. Dalam situasi ini, nyeri mungkin dilihat sebagai sebuah

ancaman bagi citra tubuh atau gaya hidup dan sebagai sebuah tanda

kemungkinan menjelang kematian (Kozier dan Erb, 2011).

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian pada kebutuhan rasa nyaman nyeri, meliputi pengkajian

identitas pasien dan pengkajian nyeri.

a. Pengkajian identitas pasien

Data ini meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,

agama, alamat, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis

medis. Sedangkan penanggung jawab dapat berupa keluarga, datanya:

nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat serta hubungan dengan klien.

b. Pengkajian nyeri

Pengkajian nyeri yang akurat sangat penting untuk penatalaksanaan nyeri

yang efektif. Nyeri adalah pengalaman subjektif dan dialami secara unik

oleh setiap individu, perawat perlu mengkaji faktor-faktor yang

Page 14: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

19

mempengaruhi pengalaman nyeri yaitu faktor fisiologi, psikologi,

perilaku, emosional, dan sosial budaya (Kozier dan Erb, 2011).

Pengkajian nyeri terdapat dua komponen utama yaitu: riwayat nyeri

untuk mendapatkan data diri klien dan observasi langsung pada respon

perilaku dan fisiologis klien. Tujuan pengkajian adalah untuk

mendapatkan pemahaman objek subjek terhadap pengalaman subjektif.

Tabel 2.2 Pengkajian Karakteristik Nyeri

Nemorik untuk pengkajian nyeri P Provoking atau pemicu, yaitu faktor yang memicutimbulnya nyeri

Q Quality atau kualitas nyeri (mis: tumpul,tajam)

R Region atau daerah yaitu daerah perjalanan ke daerah lain

S Saferity atau keganasan atau intensitasnya

T Time atau waktu serangan, lamanya, kekerapan, dan sebab

Sumber: Mubarak (2008).

c. Riwayat nyeri

Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberi klien

kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri

dan situasi tersebut dengan kata-kata mereka sendiri. Langkah ini akan

membantu perawat memahami makna nyeri bagi klien dan bagaimana ia

berkoping terhdap situasi tersebut. Secara umum, pengkajian riwayat

nyeri meliputi beberapa aspek, antara lain:

1) Lokasi. Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien

menunjukan area nyerinya. Pengkajian ini bisa dilakukan dengan

bantuan gambar tubuh. Klien bisa menandai bagian tubuh yang

mengalami nyeri, ini sangat bermanfaat, terutama untuk klien yang

memiliki lebih dari satu sumber nyeri;

2) Intensitas nyeri. penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode

yang mudah dan terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri klien.

Skala nyeri yang paling sering digunakan adalah rentan 0-5 atau 0-

Page 15: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

20

10. Angka “0” menandakan tidak nyeri sama sekali dan angka

tertinggi menandakan nyeri “terhebat” yang dirasakan klien;

3) Kualitas nyeri. terkadang nyeri bisa terasa seperti “dipukul-pukul”

atau “ditusuk-tusuk”. Perawat perlu mencatat kata-kata yang

digunakan untuk menggambarkan nyerinya sebab informasi yang

akurat dapat berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi

nyeriserta pilihan tindakan yang akan diambil;

4) Pola. Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kekambuhan atau

interval nyeri. karenanya, perawat perlu mengkaji kapan nyeri

terakhir kali muncul;

5) Faktor presipitasi. Terkadang, aktivitas tertentu dapat memicu

munculnya nyeri. sebagai contoh, aktifitas fisik yang berat dapat

menimbulkan nyeri dada. Selain itu, faktor lingkungan (lingkungan

yang sangat dingin atau sangat panas), stressor fisik dan emosional

juga dapat memicu munculnya nyeri;

6) Gejala yang menyertai. Gejala ini meliputi mual, muntah, pusing,

dan diare. Gejala tersebut bisa disebabkan oleh awitan nyeri atau

oleh nyeri itu sendiri;

7) Pengaruh pada aktivitas sehari-hari. Dengan mengetahui sejauh

mana nyeri memperngaruhi aktivitas harian klien akan membantu

perawat memahami perspektif klaien tentang nyeri. Beberapa aspek

kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri adalah tidur, nafsu makan,

konsentrasi, pekerjaan, hubungan interpersonal, hubungan

pernikahan, aktivitas dirumah, aktivitas diwaktu senggang, serta

status emosional;

8) Sumber koping. Setiap iindividu memiliki strategi koping yang

berbeda dalam menghadiapi nyeri. Strategi tersebut dapat

dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya atau pengaruh

agama atau budaya; dan

9) Respon afektif. Respon afektif klien terhadap nyeri bervariasi,

bergantung pada situasi, derajat, dan durasi nyeri, interpretasi

Page 16: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

21

tentang nyeri, dan banyak faktor lainnya. Perawat perlu mengkaji

adanya perasaan ansietas, takut, lelah, depresi, atau perasaan gagal

pada diri klien (Mubarak, 2008).

d. Observasi respons perilaku dan fisiologis

Banyak respons non verbal yang bisa dijadikan indikator nyeri. salah

satunya yang paling utama adalah ekspresi wajah. Perilaku seperti

menutup mata rapat-rapat atau membukanya lebar-lebar, menggigiti bibir

bawah, dan sering wajah dapat mengindikasikan nyeri. selain ekspresi

wajah, respons perilaku lain yang dapat menandakan nyeri adalah

vokalisasi (misal: erengan, menangis, berteriak), imobilisasi bagian tubuh

yang megalami nyeri, gerak tubuh tanpa tujuan (misal: menendang-

nendang, membolak-balikan tubuh diatas kasur), dll. Sedangkan respons

fisiologis untuk nyeri bervariasi, bergantung pada sumber peningkatan

tekanan darah, nadi, dan pernafasan, diaforsis, sertas dilatasi pupil akibat

terstimulusnya sistem syaraf simpatis. Akan tetapi, jika nyeri

berlangsung lama, dan syaraf simpatis telah beradaptasi, respons fisiologi

tersebut mungkin akan berkurang atau bahkan tidak ada. Karenanya,

penting bagi perawat untuk mengkaji lebih dari satu respons fisiologis

sebab bisa jadi respons tersebut merupakan indikator buruk untuk nyeri

(Mubarak, 2018).

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut M. Asikin dkk (2007) diagnosa keperawatan yang muncul pada

pasien dengan MCI yaitu:

a. Nyeri akut berhubungan dengan hipoksia miokard (oklusi arteri koroner);

b. Resiko penurunan curah jantung berhuubungan dengan perubahan laju,

irama, dan konduksi elektrikal; dan

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai

oksigen akibat adanya iskemia dan jaringan nekrotik miokard.

Page 17: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

22

Menurut Herdman (2015), diagnosis keperawatan yang muncul adalah:

a. Intoleransi aktivitas beruhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen;

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi,

irama jantung;

c. Resiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal berhubungan dengan

infark miokardium; dan

d. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri.

Menurut tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2007 diagnosis yang muncul pada

kasus nyeri akut antara lain:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis,

inflamasi, iskemia, neoplasma)

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi (mis, terbakar,

bahan kimia iritan)

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis, abses,

amputasu, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi,

trauma, latihan fisik berlebihan).

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Tabel 2.3 Rencana Asuhan Keperawatan No Diagnosa Keperawatan Intervensi Utama Intervensi Pendukung 1. Nyeri (akut)

berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia). Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien berkurang dengan kriteria hasil sebagai berikut:

Mampu mengontrol nyeri

Melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

Manajemen Nyeri: Observasi:

Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

Identifikasi skala nyeri Identifikasi respons nyeri

non verbal Identifikasi faktor yang

memperberat dan memperingan nyeri

Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

Identifikasi pengaruh

Aromaterapi Dukungan hipnotis diri

3. Dukungan pengungkapan kebutuhan

Edukasi efek samping obat Edukasi manajemen nyeri Edukasi proses penyakit Edukasi teknik nafas Kompres dingin Kompres panas Konsultasi Latihan pernafasan Manajemen efek samping

obat Manajemen kenyamanan

lingkungan

Page 18: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

23

budaya terhadap nyeri Identifikasi pengaruh

nyeri pada kualitas hidup Monitor keberhasilan

terapi kompementer yang sudah diberikan

Monitor efek samping penggunaan analgetik Teraupetik:

Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis, TENS, hipnotis, akupresur, terapi musil dll.)

Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

Fasilitasi istirahat dan tidur

Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemulihan strategi meredakan nyeri Edukasii:

Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

Jelaskan strategi meredakan nyeri

Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi:

Kolaborasi pemberian analgetik bila perlu Pemberian Analgesik: Observasi:

Identifikasi karakteristik nyeri

Identifikasi riwayat alergi obat

Identifikasi kesesuaian jenis analgesik

Monitor adanya tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik

Monitor efektifitas analgesik Teraupetik:

Manajemen medikasi Manajemen seadsi Manajemen terapi radiasi Pemantauan nyeri Pemberian obat Pemberian obat intravena Pemberian obat oral Pemberian obat topikal Pengaturan posisi Perawatan amputasi Perawatan kenyamanan Teknik distraksi Teknik imajinasi

terbimbing Terapi akupresur Terapi akupuntur Terapi bantuan hewan Terapi humor Terapi murattal Terapi musik Terapi pemijatan Terapi relaksasi Terapi sentuhan Transcutaneous electrical

nerves stimulation (TENS)

Page 19: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

24

Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu

Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus aploid untuk mempertahankan kadar dalam serum

Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan respons pasien

Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak diinginkan Edukasi:

Jelaskan efek terapi dan efek samping obat Kolaborasi:

Kolaborasikan pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi

Sumber: Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018)

4. Implementasi

Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang

dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Dengan rencana

keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat, intervensi

diharapkan dapat mencapai tujuan dari hasil yang diinginkan untuk

mendukung dan mengingatkan status kesehatan pasien (Potter dan Perry,

2010).

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah proses kontinu yang penting untuk

menjamin kualitas dan ketepatan tindakan keperawatan yang dilakukan dan

keefektifan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien selalu

berubah dengan cepat dan perencanaan pun selalu memerlukan revisi dan

Page 20: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

25

pembaruan dengan menambahkan informasi klien yang berkembang

(Doenges,2012).

Menurut Dinarti dkk, (2013). Evaluasi asuhan keperawatan

didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subyek, obyektif, assessment,

planning). Komponen SOAP yaitu S (subyektif) dimana perawat menemukan

keluhan klien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan. O (obyektif)

adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi klien secara

langsung dan dirasakan setelah selesai tindakan keperawatan. A (assessment)

adalah kesimpulan dari data subyektif dan obyektif (biasanya ditulis dalam

bentuk masalah keperawatan). P (planning) adalah rncana keperawatan yang

akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi atau ditambah dengan rencana

kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya.

C. Tinjauan Konsep Penyakit

1. Definisi MCI

MCI disebabkan oleh penurunan aliran darah melalui satu atau lebih

arteri koroner, mengakibatkan iskemia miokard dan nekrosis (Doengoes,

2012). MCI merupakan suatu keadaan miokard yang disebabkan oleh tidak

adanya aliran darah yang cukup pada waktu yang berkelanjutan, sehingga

terjadi kekurangan oksigen pada jaringan tersebut yang mengakibatkan

kematian jaringan miokard (Andina dan Fitriana 2017).

MCI merupakan keadaan pada miokard yang disebabkan oleh tidak

adanya aliran darah yang cukup pada waktu yang berkelanjutan, sehingga

terjadi kekurangan oksigen pada jaringan tersebut yang mengakibatkan

kematian jaringan miokard, atau dengan kata lain kematian sel miokard

terjadi akibat kekurangan oksigen yang berkepanjangan (M. Asikin

dkk,2018).

2. Etiologi

MCI disebabkan oleh beberapa kelainan atau gangguan, yaitu dibagi

menjadi 2 yaitu:

Page 21: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

26

a. Aterosklerosis dengan jenis trombosis dan penyumbatan arteri koroner

b. Non-aterosklerosis dengan jenis:

1) Oklusi koroner akibat vaskulitis;

2) Hipertrofi vemtrikel;

3) Penggunaan obat-obatan, misalnya kokain, amfetamin, dan efedrin;

4) Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen;

5) Faktor yang menrunkan penghantaran oksigen, misalnya hipoksemia atau

anemia berat;

6) Diseksi aorta; dan

7) Arteritis.

MCI terjadi karena suplai darah ke otot jantung berkurang, sebagai akibat

tersumbatnya pembuluh darah arteri koronia. Faktor-faktor resiko penyakit

ini diantaranya adalah:

a. Faktor-faktor resiko besar

1) Usia;

2) Jenis kelamin;

3) Tekanan darah tinggi;

4) Hiperlipidemia; dan

5) Merokok.

b. Faktor-faktor resiko kecil:

1) Obesitas;

2) Kurang gerak;

3) Diabetes melitus;

3. Klasifikasi

a. MCI Subendokardial;

Ini terjadi akibat aliran darah subendokardial yang relatid menurun dalam

waktu yang lama sebagai akibat perubahan derajat penyempitan arteri

koroner atau dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti hipotensi,

pendarahan dan hipoksia (Rendi dan Margareth, 2012).

Page 22: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

27

b. MCI Transmural;

Pada lebih dari 90% pasien MCI transmural berkaitan dengan terombosis

koroner. Trombosis sering terjadi didaerah yang mengalami penyempitan

arteriosklerosis (Rendi dan Margareth,2012).

4. Patofisiologi

MCI mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah

yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab

penurunan suplai mungkin akibat penyempitan kritis arteri koroner karena

aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau trombus.

Penurunan aliran darah koroner juga bisa disebabkan oleh syok atau

perdarahan. Pada setiap kasus ini selalu terjadi ketidak seimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen jantung.

“Penyumbatan arteri koroner”, “serangan jantung” dan “infark

miokardium” mempunyai arti yang sama namun istilah yang paling disukai

adalah Infark Miokardium (MI). Di Amerika serikat, terjadi jutaan serangan

penyakit ini pertahun. MI dijelaskan lebih lanjut berdasarkan lokasi terjadinya

dinding miokard. Inferior (posterior) atau lateral. Meskipun ventrikel kiri

merupakan tempat cerdera yang paling sering ditemukan, namun ventrikel

kanan juga dapat mengalami infark. Diagnosis dibuat berdasarkan hasil EKG.

Tanpa memperhatikan lokasinya, tujuam terapi medis adalah mencegah dan

memperkecil nekrosis jaringan jantung (Chandrasoma dan Tylor, 2006).

5. Manifestasi Klinis

Banyak penelitian menjunjukan pasien dengan MCI biasanya pria atau

wanita diatas 40 tahun, dan mengalami aterosklerosis pada pembuluh

koronernya, sering disertai hipertensi aterial. Serangan juga terjadi pada

wanita dan pria muda diawal 30 tahun atau bahkan 20 tahun. Wanita yang

memakai kontrasepsi pil dan merokok mempunyai resiko sangat tinggi.

Namun secara keseluruhan, angka kejadian MCI pada pria lebih tinggi

dibandingkan wanita pada semua usia.

Page 23: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

28

Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung secara terus menerus,

terletak dibagian bawah sternum dan perut atas adalah gejala utama yang

biasanya muncul. Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak tertahankan.

Rasa nyeri yang tajan dan berat, bisa menyebar kebahu dan lengan. Nyeri ini

muncul secara spontan dan mencakup selama beberapa jam sampai beberapa

hari dan tidak akan hilang dengan istirahat dan nitrogliserin. Nyeri disertai

dengan napas pendek, pucat, berkeringat dingin, pusing dan kepala ringan

(Chandrasoma dan Tylor, 2006).

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. EKG;

Pada infark, diawali dengan elevasi ST dan intervensi gelombang T, yang

akhirnya terjadi gangguan gelombang Q. Selain itu, infark dapat ditandai

dengan depresi segmen ST

b. Enzim jantung;

Peningkatan enzim jantung, misalnya teroponin, CK, CKMD, miogsslobin,

dan LDH.

c. Leukosit;

Pada awalnya, jumlah leukosit normal. Namun, akan meningkat dalam 2

jam dan memuncak dalam2-4 hari.

d. LED; dan

Meningkat dalam 3 hari dan tetap tinggi selama beberapa minggu.

e. Pencitraan jantung

CT, PET, dan ekokardiografi.

Page 24: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

29

Tabel 2.4 spesifik pada rekaman EKG infark miokard akut

Daerah infark Perubahan EKG

Anterior Inferior Lateral Posterior Ventrikel

kanan

Elevasi segmen ST pada lead v3-v4, perubahan resiprokal (depresi ST) pada lead II,III,aVF Elevasi segmen T pada local II,III,Afv, perubahan respirokal (depresi ST) VI,V6 I- Avl Elevasi segmen ST pada I,Avl,v5-v6 Perubahan resiprokal (depresi ST) pada II,II,aVF, terutama gelombang R pada V1-v2 Perubahan gambaran dinding inferior

Sumber: (Aspiani, 2015).

7. Komplikasi

Pada kondisi ini dapat mengakibatkan sejumlah keadaan, komplikasi

yang sering muncul akibat MCI adalah:

a. Aritma;

b. Syok kardiogenik; dan

c. Perikarditis.

8. Diagnosis

Menurut M. Asikin dkk (2007) diagnosa keperawatan yang muncul pada

pasien dengan MCI yaitu:

a. Nyeri akut berhubungan dengan hipoksia miokard (oklusi arteri koroner);

b. Resiko penurunan curah jantung berhuubungan dengan perubahan laju,

irama, dan konduksi elektrikal; dan

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai

oksigen akibat adanya iskemia dan jaringan nekrotik miokard.

Page 25: 6. BAB IIrepository.poltekkes-tjk.ac.id/450/3/II.pdf · bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis tubuh. Kebutuhan fisiologis ini mutlak harus terpenuhi, jika tidak

30

9. Penatalaksanaan

Tujuan awal tata laksana MCI akut yaitu mengembalikan perfusi

miokard sesegera mungkin, meredakan nyeri, serta mencegah dan tata laksana

komplikasi. Tata laksana awal meliputi:

a. Pemberian oksigen tambahan melalui sungkup/kanula hidung dan

pemantauan saturasi oskigen

b. Mengurangi nyeri dada dengan

1) Nitrat;

2) Morfin;

3) NSAID;

c. Terapi fibrinolitik

Dengan pemberian tissue-type plasminogen activator (t-PA), serta aspirin

dan heparin dalam waktu 90 menit sejak onset gejala.

d. Modifikasi pola hidup

Setelah tata laksana awal dan stabilisai klien, tujuan berikutnya yaitu

mengembalikan aktivitas normal dan mencegah komplikasi jangka

panjang (M. Asikin dkk, 2018).