6. analisis penatausahaan dan perhitungan pbb...

21
ANALISIS PENATAUSAHAAN DAN PERHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA TAHUN PAJAK 2013 Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pertambangan Mineral dan Batubara semakin meningkat dari tahun ke tahun dan menjadi penyumbang terbesar keseluruhan penerimaan PBB pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Penatausahaan dan perhitungan PBB Pertambangan Mineral dan Batubara mulai dilakukan di tahun 2013. Tahun sebelumnya PBB Pertambangan Mineral dan Batubara terdiri atas tiga objek PBB, yaitu objek PBB Sektor Pertambangan Non Migas selain Pertambangan Energi Panas Bumi dan Galian C; objek PBB Sektor Pertambangan Non Migas Galian C; dan objek PBB sektor pertambangan yang dikelola berdasarkan Kontrak Karya atau Kontrak Kerjasama. Ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang terkait dengan PBB Pertambangan Mineral dan Batubara, yaitu Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-32/PJ/2012, Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-132/PJ/2013, dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-64/PJ/2012. Dokumentasi penatausahaan PBB Pertambangan Mineral dan Batubara meliputi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP), dan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Penatausahaan tersebut dijalankan sesuai prosedur yang telah ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Perhitungan PBB Pertambangan Mineral dan Batubara meliputi penetapan PBB Pertambangan Mineral dan Batubara pada Areal Onshore, Areal Offshore, dan Tubuh Bumi. Penetapan tersebut sesuai dengan pengumpulan data masukan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PBB Pertambangan Mineral dan Batubara meliputi Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bangunan yang telah dibuatkan Bagan SPPT untuk Areal Onshore, SPPT untuk Areal Offshore, dan SPPT untuk Tubuh Bumi. Agar perhitungan PBB Pertambangan Mineral dan Batubara tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda, Direktorat Jenderal Pajak harus membuat buku panduan PBB Pertambangan Mineral dan Batubara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku Kata Kunci: PBB Pertambangan Mineral dan Batubara. Berdasarkan Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 (http://www.depkeu.go.id/Ind/ ), penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) cenderung meningkat dalam periode tahun 2006 s.d. 2010, yaitu pada tahun tahun 2006 sebesar Rp. 20,9 triliun menjadi Rp. 28,6 triliun pada tahun 2010. Penyumbang penerimaan PBB terbesar dalam lima tahun terakhir adalah PBB pertambangan, PBB perkotaan, dan PBB pedesaan. PBB pertambangan merupakan penyumbang terbesar dengan kontribusi rata-rata sebesar 65,8 persen dan nilainya cenderung meningkat. Data selengkapnya mengenai perkembangan PBB tahun 2006 s.d. 2011 dapat dilihat dibawah ini.

Upload: nguyennhan

Post on 26-Jun-2018

256 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

ANALISIS PENATAUSAHAAN DAN PERHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

TAHUN PAJAK 2013

Disusun oleh:

Deddy Arief Setiawan

ABSTRAK

Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pertambangan Mineral dan Batubara semakin

meningkat dari tahun ke tahun dan menjadi penyumbang terbesar keseluruhan penerimaan PBB pada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Penatausahaan dan perhitungan PBB

Pertambangan Mineral dan Batubara mulai dilakukan di tahun 2013. Tahun sebelumnya PBB

Pertambangan Mineral dan Batubara terdiri atas tiga objek PBB, yaitu objek PBB Sektor

Pertambangan Non Migas selain Pertambangan Energi Panas Bumi dan Galian C; objek PBB Sektor

Pertambangan Non Migas Galian C; dan objek PBB sektor pertambangan yang dikelola berdasarkan

Kontrak Karya atau Kontrak Kerjasama. Ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang

terkait dengan PBB Pertambangan Mineral dan Batubara, yaitu Peraturan Direktur Jenderal Pajak

nomor PER-32/PJ/2012, Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-132/PJ/2013, dan Surat

Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-64/PJ/2012. Dokumentasi penatausahaan PBB

Pertambangan Mineral dan Batubara meliputi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), Lampiran

Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP), dan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).

Penatausahaan tersebut dijalankan sesuai prosedur yang telah ditentukan oleh Direktorat Jenderal

Pajak. Perhitungan PBB Pertambangan Mineral dan Batubara meliputi penetapan PBB Pertambangan

Mineral dan Batubara pada Areal Onshore, Areal Offshore, dan Tubuh Bumi. Penetapan tersebut

sesuai dengan pengumpulan data masukan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Dasar

Pengenaan Pajak (DPP) PBB Pertambangan Mineral dan Batubara meliputi Nilai Jual Objek Pajak

(NJOP) Bumi dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bangunan yang telah dibuatkan Bagan SPPT untuk

Areal Onshore, SPPT untuk Areal Offshore, dan SPPT untuk Tubuh Bumi. Agar perhitungan PBB

Pertambangan Mineral dan Batubara tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda, Direktorat

Jenderal Pajak harus membuat buku panduan PBB Pertambangan Mineral dan Batubara sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku

Kata Kunci: PBB Pertambangan Mineral dan Batubara.

Berdasarkan Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran

2012 (http://www.depkeu.go.id/Ind/), penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) cenderung

meningkat dalam periode tahun 2006 s.d. 2010, yaitu pada tahun tahun 2006 sebesar Rp. 20,9 triliun

menjadi Rp. 28,6 triliun pada tahun 2010. Penyumbang penerimaan PBB terbesar dalam lima tahun

terakhir adalah PBB pertambangan, PBB perkotaan, dan PBB pedesaan. PBB pertambangan merupakan

penyumbang terbesar dengan kontribusi rata-rata sebesar 65,8 persen dan nilainya cenderung meningkat.

Data selengkapnya mengenai perkembangan PBB tahun 2006 s.d. 2011 dapat dilihat dibawah ini.

Page 2: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

Page 2

Perkembangan Pajak Bumi Dan Bangunan, 2006-2011*)

(triliun rupiah)

Berdasarkan data dan informasi mengenai pertumbuhan penerimaan PBB Pertambangan

tersebut, pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah melakukan penataan PBB

Pertambangan Minyak dan Gas Bumi serta Panas Bumi pada tahun 2012 dan berlanjut tahun 2013,

sedangkan PBB Pertambangan Mineral dan Batubara baru dilakukan tahun 2013. Penatausahaan dan

perhitungan PBB Pertambangan baik PBB Pertambangan Minyak dan Gas Bumi serta Panas Bumi, dan

PBB Pertambangan Mineral dan Batubara memiliki perbedaan dengan tahun-tahun sebelumnya dan sulit

dilaksanakan, maka penulis tertarik untuk melakukan analisis penatausahaan dan perhitungan objek PBB

Pertambangan. Namun, ruang lingkupnya penelitian ini hanya meliputi PBB Pertambangan Mineral dan

Batubara. Metode penelitian menggunakan analisis deskriptif dengan metode kasus (Kuncoro, 2003).

Metode kasus lebih sering digunakan untuk menemukan ide-ide baru mengenai hubungan antarvariabel,

yang kemudian diuji lebih mendalam dalam penelitian eksploratif. Ide tersebut bersumber dari

pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan dan peraturan tersebut sebagai metode

pengumpulan data.

DASAR HUKUM PBB PERTAMBAGAN MINERAL DAN BATUBARA

Sebelum tahun 2013 PBB Pertambangan Mineral dan Batubara terbagi menjadi tiga objek PBB,

yaitu:

a. Objek PBB Sektor Pertambangan Non Migas selain Pertambangan Energi Panas Bumi dan

Galian C;

b. Objek PBB Sektor Pertambangan Non Migas Galian C; dan

c. Objek PBB sektor pertambangan yang dikelola berdasarkan Kontrak Karya atau Kontrak

Kerjasama.

Rincian Objek PBB Pertambangan Mineral dan Batubara yang terdiri atas tiga objek PBB tersebut diatas

dapat dilihat dibawah ini.

Page 3: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

Page 3

Rincian Objek PBB Pertambangan Mineral dan Batubara

Objek PBB Sektor Pertambangan Non Migas Galian C (http://www.ortax.org/ortax/)

berdasarkan Pasal 63 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, diatur

bahwa bahan Galian Golongan C sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi: Asbes; Batu Tulis;

Batu Setengah Permata; Batu Kapur; Batu Apung; Batu Permata; Bentonit; Dolomit; Feldspar; Garam

Batu (Halite); Grafit; Granit/Andesit; Gips; Kalsit; Kaolin; Leusit; Magnesit; Mika; Marmer; Nitrat;

Opsidien; Oker; Pasir Dan Kerikil; Pasir Kuarsa; Perlit; Phospat; Talk; Tanah Serap (Fullers Earth);

Tanah Diatome; Tanah Liat; Tawas (Alum); Tras; Yarosif; Zeolit; Basal; Trakkit. Ketentuntan tersebut

selaras dengan Pasal 57 ayat (1) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tetang Pajak Daerah dan

Retribusai Daerah, diatur bahwa Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan

pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang meliputi: asbes; batu tulis; batu setengah permata;

batu kapur; batu apung; batu permata; bentonit; dolomit; feldspar; garam batu (halite); grafit;

granit/andesit; gips; kalsit; kaolin; leusit; magnesit; mika; marmer; nitrat; opsidien; oker; pasir dan

kerikil; pasir kuarsa; perlit; phospat; talk; tanah serap (fullers earth); tanah diatome; tanah liat; tawas

(alum); tras; yarosif; zeolit; basal; trakkit; dan Mineral Bukan Logam dan Batuan lainnya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sejarah ketentuan peraturan perpajakan objek PBB Pertambangan Mineral dan Batubara yang

meliputi ketiga objek PBB tersebut diatas menjadi bagian yang terpenting untuk dijelaskan sebelum

memberikan ulasan landasan teori berdasarkan dasar hukum objek PBB Pertambangan Mineral dan

Batubara. Sejarah tersebut dapat dilihat dibawah ini.

Objek PBB Pertambangan Non

Minyak dan Gas selain

Pertambangan Energi Panas

Bumi dan Galian C

Objek PBB Pertambangan

Non Minyak dan Gas

Galian C

Objek PBB Pertambangan

Perjanjian Pengusahaan

Pertambangan Batubara

Objek PBB Pertambangan Mineral dan

Batubara

Page 4: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

Page 4

Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan

Objek PBB Pertambangan Mineral dan Batubara

Dasar hukum pemajakan Objek Pajak PBB Pertambangan Mineral dan Batubara tahun 2013

sebagai bahan pertimbangan meliputi:

a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999);

b. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3569);

c. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4959);

Objek PBB Pertambangan

Non Minyak dan Gas

selain Pertambangan

Energi Panas Bumi dan

Galian C

Objek PBB Pertambangan

Non Minyak dan Gas

Galian C

Objek PBB Pertambangan

Perjanjian Pengusahaan

Pertambangan Batubara

Objek PBB Pertambangan Mineral dan

Batubara

1. KEP-16/PJ/1998

2. SE-26/PJ.6/1999 jo. SE- 47/PJ.6/1999

3. SE-48/PJ/2011

1. KEP-16/PJ/1998

2. SE-27/PJ.6/1999

KEP-16/PJ/1998

1. PER-32/PJ/2012

2. KEP-132/PJ/2013

3. SE-64/PJ/2012

Tahun Pajak

2013

Page 5: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

Page 5

d. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5049);

e. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5110);

f. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan

Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111);

g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.03/2010 tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai

Jual Objek Pajak sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan;

h. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 Tahun 2010 tentang Tata Cara

Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral dan Batubara;

i. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2011 tentang Tata Cara

Penetapan Wilayah Usaha Pertambangan dan Sistem Informasi Wilayah Pertambangan Mineral

dan Batubara

KAJIAN TEORI

Objek Pajak, Subjek Pajak dan Wajib Pajak

Objek pajak PBB Pertambangan Mineral dan Batubara adalah bumi dan/atau bangunan yang

berada di dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara.

Bumi pada Objek pajak PBB Pertambangan Mineral dan Batubara terdiri dari:

a. Permukaan bumi, meliputi:

1) tanah dan/atau perairan pedalaman (onshore), terdiri dari Areal Produktif, Areal Belum

Produktif yang meliputi Areal Cadangan Produksi dan Areal Belum Dimanfaatkan, Areal

Tidak Produktif, Areal Emplasemen, dan Areal Pengaman;

2) perairan lepas pantai (offshore).

Permukaan bumi tersebut digunakan untuk kegiatan eksplorasi dan/atau operasi produksi.

Kegiatan eksplorasi merupakan tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh

informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas, dan

sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan

lingkungan hidup. Kemudian, kegiatan operasi produksi merupakan tahapan kegiatan usaha

pertambangan yang meliputi konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk

pengangkutan dan penjualan, serta sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil

studi kelayakan.

Pengertian areal permukaan bumi pada onshore meliputi areal produktif adalah areal yang

dimanfaatkan untuk kegiatan penambangan yang sedang dilakukan pengambilan galian tambang;

areal cadangan produksi adalah areal yang dimanfaatkan untuk kegiatan penambangan, tetapi

belum dilakukan pengambilan galian tambang; areal belum dimanfaatkan adalah areal yang

belum dimanfaatkan untuk kegiatan penambangan atau areal yang sedang dilakukan kegiatan

penyelidikan umum, eksplorasi dan/atau studi kelayakan; areal tidak produktif adalah areal yang

sama sekali tidak dapat diusahakan untuk kegiatan penambangan, atau areal yang telah selesai

diusahakan; areal emplasemen adalah areal yang di atasnya dimanfaatkan untuk bangunan

dan/atau pekarangan serta fasilitas penunjangnya; dan areal pengaman adalah areal yang

dimanfaatkan sebagai pendukung dan pengaman kegiatan usaha pertambangan.

Page 6: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

Page 6

b. Tubuh bumi yang berada di bawah permukaan bumi, berupa Tubuh Bumi Eksplorasi atau Tubuh

Bumi Operasi Produksi, yaitu Tubuh Bumi Eksplorasi adalah tubuh bumi yang memiliki potensi

hasil produksi galian tambang berupa sumber daya mineral atau batubara; dan Tubuh Bumi

Operasi Produksi adalah tubuh bumi yang telah menghasilkan hasil produksi galian tambang

berupa mineral atau batubara.

Bangunan pada objek pajak PBB Pertambangan Mineral dan Batubara adalah konstruksi teknik yang

ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan.

Kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara tersebut

meliputi:

a. wilayah izin pertambangan atau wilayah pertambangan sejenis; dan

b. wilayah di luar wilayah izin pertambangan atau wilayah pertambangan sejenis yang merupakan

satu kesatuan yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara.

Wilayah pertambangan adalah wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak

terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari tata ruang nasional.

Wilayah izin pertambangan adalah wilayah pertambangan yang diberikan kepada pemegang izin

pertambangan untuk kegiatan usaha pertambangan yang meliputi Wilayah Izin Usaha Pertambangan

(WIUP), Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK), atau Wilayah Pertambangan Rakyat

(WPR). Wilayah Izin Usaha Pertambangan adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang Izin Usaha

Pertambangan. Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus adalah wilayah yang diberikan kepada

pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus. Wilayah Pertambangan Rakyat adalah bagian dari wilayah

pertambangan tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat. Wilayah pertambangan sejenis

adalah wilayah pertambangan yang telah diberikan kepada pemegang kontrak karya atau perjanjian

karya pengusahaan pertambangan batubara yang masih berlaku.

Subjek pajak PBB Pertambangan Mineral dan Batubara adalah orang atau badan yang secara

nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki,

menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan, atas objek pajak PBB Pertambangan Mineral

dan Batubara. Subjek pajak tersebut yang dikenakan kewajiban membayar PBB Pertambangan Mineral

dan Batubara menjadi Wajib Pajak PBB Pertambangan Mineral dan Batubara.

Pengenaan PBB Pertambangan Mineral dan Batubara

1. Pendaftaran dan Pendataan

Sarana pendataan objek pajak PBB Pertambangan Mineral dan Batubara adalah pengisian Surat

Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP) dengan

jelas, benar, dan lengkap, serta dilampiri peta. Surat Pemberitahuan Objek Pajak PBB Mineral dan

Batubara adalah surat yang digunakan oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk melaporkan data objek

pajak sektor pertambangan untuk pertambangan mineral dan batubara ke Direktorat Jenderal Pajak.

Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak PBB Mineral dan Batubara adalah formulir yang digunakan

oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk melaporkan data rinci objek pajak sektor pertambangan untuk

pertambangan mineral dan batubara.

Surat Pemberitahuan Objek Pajak PBB Pertambangan Mineral dan Batubara digunakan untuk

jenis sub sektor onshore, offshore, dan tubuh bumi, serta harus ditandatangani oleh subjek pajak atau

Wajib Pajak, dan dalam hal ditandatangani oleh bukan subjek pajak atau Wajib Pajak, harus dilampiri

dengan surat kuasa khusus.

Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak PBB Pertambangan Mineral dan Batubara terdiri

dari:

a. LSPOP untuk objek pajak permukaan bumi, meliputi:

Page 7: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

Page 7

1. LSPOP untuk onshore (kode L01-41) yang rincian objek pajak Bumi adalah sebagai

berikut:

a). Areal Objek Pajak Onshore

1). Areal Produktif

2). Areal Belum Produktif

(a). Areal Cadangan Produksi

(b). Areal Belum Dimanfaatkan

3). Areal Tidak Produktif

4). Areal Emplasemen

5). Areal Pengaman

b). Areal Objek Pajak di luar wilayah izin pertambangan atau wilayah pertambangan

sejenis

c). Areal Lainnya

Areal Objek Pajak Onshore merupakan areal onshore di dalam wilayah izin

pertambangan yang merupakan objek pajak PBB Mineral dan Batubara. Areal Objek

Pajak di luar wilayah izin pertambangan atau wilayah pertambangan sejenis merupakan

areal onshore di luar wilayah izin pertambangan/wilayah pertambangan sejenis yang

merupakan objek pajak PBB Pertambangan Mineral dan Batubara. Areal Lainnya

merupakan areal onshore dalam wilayah izin pertambangan yang dikuasai oleh pihak

ketiga dan dikenakan PBB sektor lainnya, atau objek pajak yang tidak dikenakan PBB

sesuai Pasal 3 ayat (1) Undang-undang PBB.

2. LSPOP untuk offshore (kode L01-42) yang rincian objek pajak Bumi adalah sebagai

berikut:

a). Areal Objek Pajak Offshore

b). Areal Objek Pajak di luar wilayah izin pertambangan atau wilayah pertambangan

sejenis

c). Areal Lainnya

Areal Objek Pajak Offshore merupakan areal Offshore atau laut di dalam wilayah izin

pertambangan yang merupakan objek pajak PBB Mineral dan Batubara. Areal Objek

Pajak di luar wilayah izin pertambangan atau wilayah pertambangan sejenis merupakan

areal Offshore atau laut di luar wilayah izin pertambangan/wilayah pertambangan sejenis

yang merupakan objek pajak PBB Pertambangan Mineral dan Batubara. Areal Lainnya

merupakan areal Offshore dalam wilayah izin pertambangan yang dikuasai oleh pihak

ketiga dan dikenakan PBB sektor lainnya, atau objek pajak yang tidak dikenakan PBB

sesuai Pasal 3 ayat (1) Undang-undang PBB.

b. LSPOP untuk objek pajak bangunan meliputi:

1. LSPOP untuk bangunan umum (kode L02-41) yang rincian objek pajak Bangunan adalah

sebagai berikut:

a). Perumahan

b). Perkantoran

c). Pabrik

d). Toko/Apotik/Ruko

e). RS/Klinik

f). Olahraga/Rekreasi

g). Hotel/Resto/Wisma

h). Bengkel/Gudang

i). Gedung Pertemuan

j). Bangunan Pabrik

Page 8: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

Page 8

k). Apartemen/Kondominium

l). Pompa Bensin (Kanopi)

m). Tangki Minyak

n). Gedung Sekolah

o). Lain-lain

2. LSPOP untuk bangunan khusus (kode L02-42) yang rincian objek pajak Bangunan

adalah sebagai berikut:

a). Jalan yang diperkeras di lokasi penambangan dan/atau dalam komplek

b). Dermaga/Pelabuhan Khusus

c). Landasan pesawat terbang

d). Cerobong

e). Conveyor

f). Pipa

g). Silo

h). Tangki

i). Kilang

j). Lain-lain

c. LSPOP untuk objek pajak tubuh bumi meliputi:

1. LSPOP untuk tubuh bumi eksplorasi (kode L03-41) yang rincian objek pajak Tubuh

Bumi adalah luas total wilayah izin pertambangan atau wilayah pertambangan sejenis

dengan tahapan kegiatan usaha pertambangan yang meliputi:

a). Eksplorasi yang terdiri atas penyelidikan umum, eksplorasi, perpanjangan

eksplorasi, dan studi kelayakan.

b). Operasi Produksi yang terdiri atas konstruksi dan penambangan.

LSOP ini berisi data galian tambang Batubara terdiri atas jenis batubara dan kualitas dan

harga jual setahun; Mineral Logam terdiri atas bentuk produksi dan hasil produksi; dan

Mineral Bukan Logam atau Batuan terdiri atas bentuk produksi dan hasil produksi.

2. LSPOP untuk tubuh bumi operasi produksi (kode L03-42) yang rincian objek pajak

Tubuh Bumi adalah biaya produksi galian tambang Biaya Pengupasan Lapisan Tanah,

Biaya Pengambilan Hasil Produksi Galian Tambang, Biaya Pengolahan dan/atau

Pemurnian Hasil Produksi Galian Tambang, dan Biaya Pengangkutan Hasil Produksi

Galian Tambang.

Penyampaian SPOP dan LSPOP PBB Pertambangan Mineral dan Batubara berdasarkan jenis sub

sektor meliputi:

a. SPOP jenis sub sektor onshore dilampiri dengan LSPOP untuk onshore dan LSPOP untuk objek

pajak bangunan.

b. SPOP jenis sub sektor offshore dilampiri dengan LSPOP untuk offshore dan LSPOP untuk objek

pajak bangunan.

c. SPOP jenis sub sektor tubuh bumi dilampiri dengan LSPOP untuk objek pajak tubuh bumi

Kantor Pelayanan Pajak Pratama menyampaikan SPOP dan LSPOP kepada subjek pajak atau

Wajib Pajak paling lambat tanggal 31 Januari tahun pajak. Subjek pajak atau Wajib Pajak tersebut harus

menyampaikan SPOP dan LSPOP ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama paling lama 30 (tiga puluh) hari

setelah tanggal diterimanya SPOP dan LSPOP oleh subjek pajak atau Wajib Pajak.

Page 9: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

Page 9

2. Penilaian

Penilaian objek PBB Pertambangan Mineral dan Batubara dalam rangka penentuan besarnya

nilai bumi per meter persegi dan/atau nilai bangunan per meter persegi adalah sebagai berikut:

a. Nilai bumi per meter persegi:

1). Permukaan Bumi

Nilai bumi per meter persegi untuk permukaan bumi merupakan hasil pembagian antara

total nilai permukaan bumi dengan total luas areal objek pajak yang dikenakan. Total

nilai permukaan bumi merupakan jumlah dari perkalian luas masing- masing areal objek

pajak yang dikenakan dengan nilai bumi per meter persegi masing-masing areal objek

pajak dimaksud, tidak termasuk areal produktif.

Tata cara menentukan nilai bumi per meter persegi masing-masing areal adalah sebagai

berikut:

a). untuk Areal Belum Dimanfaatkan dan Areal Emplasemen, melalui tahapan:

(1). melakukan pengumpulan data pembanding berupa objek sejenis;

(2) melakukan analisis terhadap data pembanding tersebut untuk menentukan

nilai bumi per meter persegi dari masing-masing data pembanding;

(3) menentukan nilai indikasi rata-rata bumi per meter persegi.

Nilai indikasi rata-rata bumi per meter persegi untuk Areal Belum Dimanfaatkan

dan Areal Emplasemen tersebut merupakan nilai bumi per meter persegi untuk

Areal Belum Dimanfaatkan dan Areal Emplasemen.

b) untuk Areal Cadangan Produksi, Areal Tidak Produktif, dan Areal Pengaman,

ditentukan dengan cara melakukan penyesuaian terhadap nilai bumi per meter

persegi untuk Areal Belum Dimanfaatkan.

c) untuk Areal Offshore, menggunakan nilai bumi per meter persegi yang ditetapkan

dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

2). Tubuh Bumi Eksplorasi

Nilai bumi per meter persegi untuk tubuh bumi eksplorasi menggunakan nilai bumi per

meter persegi yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

3). Tubuh Bumi Operasi Produksi

a). Nilai bumi per meter persegi untuk tubuh bumi operasi produksi merupakan hasil

pembagian antara nilai bumi untuk tubuh bumi operasi produksi dengan luas

wilayah izin pertambangan.

b). Nilai bumi untuk tubuh bumi operasi produksi ditentukan sebesar hasil bersih

produksi galian tambang dalam satu tahun sebelum tahun pajak dikalikan dengan

Angka Kapitalisasi.

b. Nilai bangunan per meter persegi

1). Nilai bangunan per meter persegi merupakan hasil pembagian antara total nilai bangunan

dengan total luas bangunan.

2). Total nilai bangunan merupakan jumlah nilai bangunan masing-masing bangunan.

3). Nilai bangunan masing-masing bangunan ditentukan sebesar biaya pembangunan baru

setelah dikurangi penyusutan.

Page 10: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

Page 10

Tata cara penetapan PBB Mineral dan Batubara menurut ketentuan Kontrak Karya atau

Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam

Kontrak Karya atau Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara, yang masih berlaku.

Penilaian objek PBB Pertambangan Mineral dan Batubara terkait dengan tiga ketentuan yang

berlaku, yaitu:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2002 tentang Penetapan Besarnya Nilai Jual Kena Pajak

untuk Penghitungan Pajak bumi dan Bangunan.

Pasal 1, diatur bahwa besarnya Nilai Jual Kena Pajak sebagai dasar penghitungan pajak yang

terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985

tentang Pajak dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 1994, ditetapkan untuk :

a. obyek pajak dan perkebunan, kehutanan dan pertambangan sebesar 40 % (empat puluh

persen ) dari Nilai jual Objek Pajak;

b. objek pajak lainnya:

sebesar 40 % ( empat puluh persen ) dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai Jual Objek

Pajaknya Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah ) atau lebih;

sebesar 20 % (dua puluh persen ) dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai Jual Pajak

Objeknya kurang dari Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.03/2010 tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai

Jual Objek Pajak Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan.

Pasal 2 ayat (1), Klasifikasi NJOP Bumi untuk Objek Pajak Sektor Perkebunan, Objek Pajak

Sektor Perhutanan, dan Objek Pajak Sektor Pertambangan adalah sebagaimana ditetapkan

dalam Lampiran I huruf A Peraturan Menteri Keuangan ini, yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan ini.

Pasal 2 ayat (2), dalam hal nilai jual Bumi untuk Objek Pajak Sektor Perkebunan, Objek Pajak

Sektor Perhutanan, dan Objek Pajak Sektor Pertambangan lebih besar dari nilai jual tertinggi

Klasifikasi NJOP Bumi yang tercantum dalam Lampiran I huruf A Peraturan Menteri Keuangan

ini sebagaimana dimaksud pada ayat (1), nilai jual Bumi tersebut ditetapkan sebagai NJOP

Bumi.

Pasal 2 ayat (3), Klasifikasi NJOP Bangunan untuk Objek Pajak Sektor Perkebunan, Objek

Pajak Sektor Perhutanan, dan Objek Pajak Sektor Pertambangan adalah sebagaimana

ditetapkan dalam Lampiran I huruf B Peraturan Menteri Keuangan ini, yang merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan ini.

Pasal 2 ayat (3), dalam hal nilai jual Bangunan untuk Objek Pajak Sektor Perkebunan, Objek

Pajak Sektor Perhutanan, dan Objek Pajak Sektor Pertambangan lebih besar dari nilai jual

tertinggi Klasifikasi NJOP Bangunan yang tercantum dalam Lampiran I huruf B Peraturan

Menteri Keuangan ini sebagaimana dimaksud pada ayat (3), nilai jual Bangunan tersebut

ditetapkan sebagai NJOP Bangunan.

c. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-132/PJ/2013 tentang Nilai Bumi Per Meter

Persegi untuk Areal Offshore, Nilai Bumi Per Meter Persegi untuk Tubuh Bumi Eksplorasi, dan

Angka Kapitalisasi, untuk Penentuan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Pajak Bumi dan

Bangunan Sektor Pertambangan untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi

dan Pertambangan Mineral dan Batubara Tahun Pajak 2013.

KESATU:

Nilai bumi per meter persegi untuk areal offshore pertambangan minyak bumi, gas bumi dan

panas bumi dan pertambangan mineral dan batubara ditetapkan sebesar Rp.11.204,00 (sebelas

ribu dua ratus empat rupiah).

Page 11: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

Page 11

KEDUA:

Nilai bumi per meter persegi untuk tubuh bumi eksplorasi pertambangan minyak bumi, gas bumi

dan panas bumi dan pertambangan mineral dan batubara ditetapkan sebesar sebesar Rp140,00

(seratus empat puluh rupiah).

KETIGA:

Angka kapitalisasi untuk :

1. Pertambangan minyak bumi dan gas bumi, serta panas bumi sebesar 10,04 (sepuluh

koma nol empat);

2. Pertambangan mineral sebesar 8,20 (delapan koma dua puluh);

3. Pertambangan batubara sebesar 10,25 (sepuluh koma dua puluh lima).

Penetapan dan Pengadministrasian Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)

Penetapan dan Pengadministrasian Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) PBB

Pertambangan Mineral dan Batubara meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Berdasarkan SPOP dan LSPOP, Kantor Pelayanan Pajak Pratama:

1). melakukan penelitian kelengkapan SPOP dan LSPOP;

2). melakukan perekaman SPOP dan LSPOP ke dalam basis data;

3). melakukan perekaman Formulir Data Masukan (FDM).

4). membuat dan menyampaikan usulan konsep Keputusan Menteri Keuangan mengenai

Klasifikasi dan Besarnya NJOP sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan ke

Kanwil DJP paling lambat tanggal 31 Maret tahun pajak;

5). mencetak SPPT dan salinan:

a). SPPT untuk onshore;

b). SPPT untuk offshore; dan/atau

c). SPPT untuk tubuh bumi,

paling lambat tanggal 31 Mei tahun pajak.

6). mengirimkan SPPT kepada ke Wajib Pajak paling lambat tanggal 15 Juni tahun pajak.

b. KPP Pratama membuat Daftar Ketetapan PBB Mineral dan Batubara dan menyampaikan ke

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Ekstensifikasi dan Penilaian, paling

lambat tanggal 30 Juni tahun pajak.

c. KPP Pratama melakukan pemberkasan SPOP dan LSPOP, FDM, dan Salinan SPPT per objek

pajak.

PEMBAHASAN PERHITUNGAN PBB PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Pembahasan perhitungan PBB Pertambangan Mineral Dan Batubara meliputi bagan SPPT untuk

Onshore, SPPT untuk Offshore, dan SPPT untuk Tubuh Bumi. Bagan tersebut menjelaskan Nilai Jual

Objek Pajak (NJOP) Bumi dan Bangunan setiap SPPT. Berdasarkan bagan tersebut, studi kasus

perhitungan PBB Pertambangan Mineral Dan Batubara dibuat dan disertai solusi jawabannya. Bagan

setiap SPPT dapat dilihat dibawah ini.

Page 12: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

Page 12

SPPT untuk onshore

Dasar Pengenaan PBB Mineral dan Batubara adalah NJOP Bumi dan NJOP Bangunan.

NJOP Bangunan

Hasil perkalian antara total luas bangunan dengan

NJOP bangunan per meter persegi

Hasil konversi nilai bangunan per meter persegi ke

dalam klasifikasi NJOP bangunan.

Nilai Bangunan Per Meter Persegi

Hasil pembagian antara total nilai bangunan dengan

total luas bangunan.

Total Nilai Bangunan

Jumlah nilai bangunan masing-masing bangunan

Hasil konversi nilai bumi per meter persegi ke dalam

klasifikasi NJOP bumi.

Nilai Bumi Per Meter Persegi

Permukaan bumi merupakan hasil pembagian antara

total nilai permukaan bumi dengan total luas areal

objek pajak yang dikenakan.

Total Nilai Bumi Untuk Permukaan bumi

Jumlah dari perkalian luas masing-masing areal objek

pajak yang dikenakan dengan nilai bumi per meter

persegi masing-masing areal objek pajak dimaksud,

tidak termasuk areal produktif.

NJOP Bangunan Per Meter Persegi

NJOP Bumi

Permukaan bumi merupakan hasil perkalian antara

total luas areal objek pajak yang dikenakan dengan

NJOP bumi per meter persegi.

NJOP Bumi Per Meter Persegi

Page 13: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

Page 13

SPPT untuk Offshore

Dasar Pengenaan PBB Mineral dan Batubara adalah NJOP Bumi dan NJOP Bangunan.

Hasil konversi nilai bangunan per meter persegi ke

dalam klasifikasi NJOP bangunan.

Nilai Bangunan Per Meter Persegi

Hasil pembagian antara total nilai bangunan dengan

total luas bangunan.

Total Nilai Bangunan

Jumlah nilai bangunan masing-masing bangunan

NJOP Bangunan Per Meter Persegi NJOP Bangunan

Hasil perkalian antara total luas bangunan dengan

NJOP bangunan per meter persegi

Hasil konversi nilai bumi per meter persegi ke dalam

klasifikasi NJOP bumi.

Nilai Bumi Per Meter Persegi

Permukaan bumi merupakan hasil pembagian antara

total nilai permukaan bumi dengan total luas areal

objek pajak yang dikenakan.

Total Nilai Bumi Untuk Permukaan bumi

Areal Offshore ditetapkan dengan Keputusan

Direktur Jenderal Pajak

NJOP Bumi

Permukaan bumi merupakan hasil perkalian antara

total luas areal objek pajak yang dikenakan dengan

NJOP bumi per meter persegi.

NJOP Bumi Per Meter Persegi

Page 14: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

Page 14

SPPT untuk Tubuh Bumi

Dasar Pengenaan PBB Mineral dan Batubara adalah NJOP Bumi.

Hasil konversi nilai bumi per meter persegi ke dalam

klasifikasi NJOP bumi.

Nilai Bumi Per Meter Persegi

Tubuh bumi eksplorasi ditetapkan dengan Keputusan

Direktur Jenderal Pajak

Tubuh Bumi Eksplorasi

Hasil perkalian antara luas wilayah izin pertambangan

dengan NJOP bumi per meter persegi.

NJOP Bumi Per Meter Persegi

NJOP Bumi

Hasil konversi nilai bumi per meter persegi ke dalam

klasifikasi NJOP bumi.

Nilai Bumi Per Meter Persegi

Tubuh bumi operasi produksi merupakan hasil

pembagian antara nilai bumi untuk tubuh bumi

operasi produksi dengan luas wilayah izin

pertambangan.

Nilai Bumi Untuk Tubuh Bumi Operasi Produksi

Hasil bersih produksi galian tambang dalam satu

tahun sebelum tahun pajak dikalikan dengan Angka

Kapitalisasi.

NJOP Bumi Per Meter Persegi Tubuh Bumi Operasi

ProduksiHasil perkalian antara luas wilayah izin pertambangan

dengan NJOP bumi per meter persegi.

Hasil bersih produksi galian tambang ditentukan

sebesar pendapatan kotor dikurangi dengan biaya

produksi galian tambang atas objek dimaksud.

Angka Kapitalisasi ditetapkan dengan Keputusan

Direktur Jenderal Pajak.

Page 15: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

Page 15

Studi kasus perhitungan PBB Pertambangan Mineral dan Batubara

Perusahaan ABC merupakan pengusaha pertambangan mineral bukan logam atau golongan C. Data

penguasaaan dan pemanfaatan bumi dan bangunan Tahun Pajak 2013 pada areal onshore_nya adalah

sebagai berikut:

A. Bumi

1. Areal Produktif = 50 Ha, Nilai Bumi Rp. 1.500,00/M2

2. Areal Belum Produktif

a). Areal Cadangan Produksi = 100 Ha, Nilai Bumi Rp. 1.200,00/M2

b). Areal Belum Dimanfaatkan = 50 Ha, Nilai Bumi Rp. 800,00/M2

3. Areal Tidak Produktif = 10 Ha, Nilai Bumi Rp. 500,00/M2

4. Areal Emplasemen

a). Pabrik = 5.000 M2, Nilai Bumi Rp. 10.000,00/M

2

b). Gudang = 1.000 M2, Nilai Bumi Rp. 10.000,00/M

2

c). Kantor = 500 M2, Nilai Bumi Rp. 10.000,00/M

2

d). Perumahan = 3.000 M2, Nilai Bumi Rp. 10.000,00/M

2

5. Areal Pengaman = 5 Ha, Nilai Bumi Rp. 500,00/M2

6. Areal Objek Pajak Diluar Wilayah Izin = 0 M2, Nilai Bumi Rp. 0,00/M

2

Pertambangan/Wilayah Pertambangan

Sejenis

7. Areal Lainnya = 0 M2, Nilai Bumi Rp. 0,00/M

2

B. Bangunan

1. Pabrik = 3.000 M2, Nilai Bangunan Rp. 450.000,00/M

2

2. Gudang = 900 M2, Nilai Bangunan Rp. 150.000,00/M

2

3. Kantor = 200 M2, Nilai Bangunan Rp. 500.000,00/M

2

4. Perumahan = 2.000 M2, Nilai Bangunan Rp. 200.000,00/M

2

C. Tubuh Bumi untuk Eksplorasi = 215 Ha, Nilai Bumi Rp. 1.500,00/M2

D. Lama Penambangan 30 Tahun

E. Hasil bersih produksi galian tambang Tahun Pajak 2012 sebesar Rp. 500.000.000,00.

F. 1 Ha = 10.000 M2

Page 16: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

Page 16

A. Rekapitulasi Data Bumi Areal untuk Onshore

No.

1.

2.

a.

b.

3.

4.

a.

b.

c.

d.

5.

6.

7.

8.

9.

Luas (M2)

Areal Objek Pajak Diluar Wilayah Izin

Pertambangan/Wilayah Pertambangan

Sejenis

Areal Lainnya

500.000

1.000.000

500.000

100.000

5.000

1.000

Areal Emplasemen

Pabrik

Gudang

Kantor

Perumahan

Areal Pengaman

Peruntukan Areal

Areal Produktif

Areal Belum Produktif

Areal Cadangan Produksi

Areal Belum Dimanfaatkan

Areal Tidak Produktif

1.200

800

500

500

3.000

50.000

-

-

30.000.000

25.000.000

-

-

Nilai Bumi Per M2 Nilai Bumi (Rp)

-

1.200.000.000

400.000.000

50.000.000

-

50.000.000

10.000.000

5.000.000

10.000

10.000

10.000

10.000

500

-

1.659.500 - 1.770.000.000 Jumlah ( 2.a. + 2.b. + 3 + 4 + 5 + 6 + 7)

1.067 Nilai Bumi Per M2

Keterangan:

Nilai Bumi per meter persegi sebesar Rp. 1.067,00/M2 merupakan pembagian antara total nilai

permukaan bumi sebesar Rp. 1.770.000.000,00 dengan total luas areal objek pajak yang dikenakan

sebesar 1.659.500 M2

tidak termasuk areal produktif.

B. Rekapitulasi Data Bangunan

No.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

3.000 450.000 1.350.000.000

900 150.000 135.000.000 Gudang

Pabrik

Peruntukan Bangunan Luas (M2) Nilai Bangunan Per M

2 Nilai Bangunan (Rp)

6.100 - 1.985.000.000 Jumlah ( 1 + 2 + 3 + 4 )

200 500.000 100.000.000

2.000 200.000 400.000.000

Kantor

Perumahan

325.410 Nilai Bangunan Per M2

Keterangan:

Nilai Bangunan per meter persegi sebesar Rp. 325.410,00/M2 merupakan pembagian antara total nilai

bangunan sebesar Rp. 1.985.000.000,00 dengan total luas bangunan sebesar 6.100 M2.

Page 17: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

Page 17

C. Rekapitulasi Data Tubuh Bumi Eksplorasi

No.

1.

Objek Luas (M2) Nilai Bumi Per M

2

Tubuh Bumi Eksplorasi 2.150.000 140

Nilai Tubuh Bumi (Rp)

301.000.000

Keterangan:

Nilai Tubuh Bumi Eksplorasi per meter persegi sebesar Rp. 140,00/M2 merupakan Keputusan Direktur

Jenderal Pajak Nomor KEP-132/PJ/2013.

D. Rekapitulasi Data Tubuh Bumi Operasi Produksi

No.

1.

Hasil Bersih Produksi Galian Tambang Angka Kapitalisasi

500.000.000 8,20

Nilai Tubuh Bumi (Rp)

4.100.000.000

Keterangan:

Angka Kapitalisasi pertambangan mineral sebesar 8,20 merupakan Keputusan Direktur Jenderal Pajak

Nomor KEP-132/PJ/2013.

E. PBB Terutang untuk Areal Onshore dan Tubuh Bumi

No.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

301.000.000

1.100

310.000

Luas NJOP

1.659.500 1.825.450.000

Kelas Klasifikasi

NJOP

Kelas A.183

Kelas B.086

Kelas A.200140

1.990

Objek Pajak

Bumi

Bangunan

Tubuh Bumi Eksplorasi

Tubuh Bumi Operasi Produksi 2.150.000 4.100.000.000

Nilai

Bumi/Bangunan

Per M2

1.067

325.410

140

1.907

Kelas

Bumi/Bangunan

Per M2

6.100 1.891.000.000

2.150.000

Kelas A.176

8.117.450.000

10.000.000

8.107.450.000

40%

3.242.980.000

Jumlah = 1 s.d. 4

Rumus = 5 - 6

Rumus = 7 x 8

Rumus = 9 x 10

0,50%

16.214.900

NJOP sebagai Dasar Pengenaan Pajak

NJOPTKP

NJOPKP

Persentase NJKP

NJKP

Tarif PBB

PBB Terutang

Keterangan:

Nilai Tubuh Bumi Operasi Produksi sebesar Rp. 1.907/M2 merupakan pembagian antara Nilai Tubuh

Bumi Operasi Produksi sebesar Rp. 4.100.000.000,00 dengan Luas Wilayah Izin Pertambangan.

Page 18: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

Page 18

KESIMPULAN

Kesimpulan pembahasan penatausahaan dan perhitungan PBB Pertambangan Mineral dan

Batubara terdiri atas:

a. Penatausahaan merupakan suatu kegiatan yang meliputi prosedur pendataan Subjek Pajak

dan/atau Objek Pajak PBB Pertambangan Mineral; dan prosedur penerbitan Keputusan Direktur

Jenderal Pajak tentang Nilai Bumi Per Meter Persegi untuk Areal Offshore, Nilai Bumi Per

Meter Persegi untuk Tubuh Bumi Eksplorasi, dan Angka Kapitalisasi PBB Pertambangan

Mineral dan Batubara. Untuk tahun 2013, Wajib Pajak menggunakan Keputusan Direktur

Jenderal Pajak Nomor KEP-132/PJ/2013 tentang Nilai Bumi Per Meter Persegi untuk Areal

Offshore, Nilai Bumi Per Meter Persegi untuk Tubuh Bumi Eksplorasi, dan Angka Kapitalisasi,

untuk Penentuan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan Sektor

Pertambangan untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi dan

Pertambangan Mineral dan Batubara Tahun Pajak 2013.

b. Perhitungan merupakan suatu pengumpulan data masukan pertambangan mineral dan batubara

areal onshore/offshore dan penetapan PBB Pertambangan Mineral dan Batubara pada Areal

Onshore, Areal Offshore, dan Tubuh Bumi. Data masukan yang terkait dengan PBB

Pertambangan Mineral dan Batubara dapat dirinci sebagai berikut:

1). Areal Objek Pajak Onshore meliputi Areal Produktif, Areal Belum Produktif (Areal

Cadangan Produksi dan Areal Belum Dimanfaatkan), Areal Tidak Produktif, Areal

Emplasemen, dan Areal Pengaman;

2). Areal Objek Pajak Offshore;

3). Bangunan umum meliputi perumahan, perkantoran, pabrik, toko/apotik/ruko, rs/klinik,

olahraga/rekreasi, hotel/resto/wisma, bengkel/gudang, gedung pertemuan, bangunan

pabrik, apartemen/kondominium, pompa bensin (kanopi), tangki minyak, gedung

sekolah, lain-lain;

4). Bangunan khusus meliputi jalan yang diperkeras di lokasi penambangan dan/atau dalam

komplek, dermaga/pelabuhan khusus, landasan pesawat terbang, cerobong, conveyor,

pipa, silo, tangki, kilang, lain-lain;

5). Tubuh bumi eksplorasi; dan

6). Tubuh bumi operasi produksi.

Pehitungan PBB Pertambangan Mineral dan Batubara tahun pajak 2013 sangat berbeda dengan

perhitungan PBB Pertambangan Non Migas selain Pertambangan Energi Panas Bumi dan Galian C,

serta PBB Sektor Pertambangan Non Migas Galian C. Hal tersebut terlihat dalam beberapa buku

perpajakan yang mengulas perhitungan PBB Pertambangan Non Migas selain Pertambangan Energi

Panas Bumi dan Galian C, serta PBB Sektor Pertambangan Non Migas Galian C seperti Buku 8

(Delapan) Tahun Pembahasan Soal Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak (USKP) PBB, BPHTB dan Bea

Meterai 2002 – 2009 (Murtopo, 2010); Buku Cara Menghitung PBB, BPHTB, dan Bea Meteral

(Supriyanto, 2010); dan Perpajakan – Pendekatan Sertifikasi A-B-C, Buku I (Purno Murtopo,

Sjafardamsah, Tugiman Binsarjono, 2011).

Pehitungan PBB Pertambangan Mineral dan Batubara tahun pajak 2013 didasarkan pada

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang meliputi Peraturan Direktur Jenderal Pajak

nomor PER-32/PJ/2012, Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-132/PJ/2013, dan Surat Edaran

Direktur Jenderal Pajak nomor SE-64/PJ/2012. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PBB Pertambangan

Mineral dan Batubara meliputi Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

Bangunan yang telah dibuatkan Bagan SPPT untuk Areal Onshore, SPPT untuk Areal Offshore, dan

SPPT untuk Tubuh Bumi.

Page 19: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

Page 19

SARAN

Saran yang terkait dengan PBB Pertambangan Mineral dan Batubara adalah Direktorat Jenderal

Pajak segera membuat buku panduan PBB Pertambangan Mineral dan Batubara sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku agar tidak menimbulkan suatu penafsiran yang

berbeda-beda agar pemungutan PBB Pertambangan Mineral dan Batubara menjadi pasti dan adil.

Kemudian bersamaan dengan itu, Direktorat Jenderal Pajak melakukan penyuluhan atau sosialisasi PBB

Pertambangan Mineral dan Batubara kepada fiskus sebagai petugas pajak dan Wajib Pajak sebagai

masyarakat pembayar pajak.

Page 20: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

Page 20

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Kuncoro, Mudrajad. (2003). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Murtopo, Purno. (2010). Buku 8 (Delapan) Tahun Pembahasan Soal Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak

(USKP) PBB, BPHTB dan Bea Meterai 2002 – 2009. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Purno Murtopo, Sjafardamsah, Tugiman Binsarjono. (2011). Perpajakan – Pendekatan Sertifikasi A-B-

C, Buku I. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Rusjidi, Muhammad. (2005). PBB, BPHTB, dan Bea Meterai. Jakarta. PT INDEKS.

Supriyanto, Heru. (2010). Buku Cara Menghitung PBB, BPHTB, dan Bea Meteral. Jakarta: PT

INDEKS.

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999).

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3569).

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4959).

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5049).

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5110).

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan

Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111).

Page 21: 6. Analisis Penatausahaan dan Perhitungan PBB ...portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/2017/1/6...Page 4 Sejarah Ketentuan Peraturan Perpajakan Objek PBB Pertambangan Mineral

Page 21

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.03/2010 tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual

Objek Pajak sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan.

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 Tahun 2010 tentang Tata Cara

Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral dan Batubara.

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2011 tentang Tata Cara

Penetapan Wilayah Usaha Pertambangan dan Sistem Informasi Wilayah Pertambangan Mineral

dan Batubara.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-32/PJ/2012 tentang Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan

Bangunan Sektor Pertambangan untuk Pertambangan Mineral dan Batubara.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-132/PJ/2013 tentang Nilai Bumi Per Meter Persegi

untuk Areal Offshore, Nilai Bumi Per Meter Persegi untuk Tubuh Bumi Eksplorasi, dan Angka

Kapitalisasi, untuk Penentuan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan Sektor

Pertambangan untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi dan

Pertambangan Mineral dan Batubara Tahun Pajak 2013.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-64/PJ/2012 tentang Tata Cara Penatausahaan Pajak

Bumi Dan Bangunan Sektor Pertambangan Untuk Pertambangan Mineral Dan Batubara.

Website:

Http://www.pajak.go.id.

Http://www.ortax.org.

Http://www.klikpajak.com.

http://www.depkeu.go.id.