5w+1h evaluasi pendidikan
TRANSCRIPT
Tugas Evaluasi Pendidikan
Melakukan Pemahaman Tentang Evaluasi Pendidikan melalui pertanyaan Apa,
Bagaimana, Mengapa, Siapa, dimana, dan Kapan
Oleh : Saiful Qodri
A. Apakah Evaluasi Pendidikan
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation
yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983).
Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai the process of
delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision
alternatives," Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan
menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Evaluasi berarti pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan
apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh
mana tingkat perubahan dalam diri pribadi siswa. Evaluasi Pendidikan adalah kegitan
menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Bertujuan melakukan evaluasi dalam
proses belajar mengajar untuk mendapatkan informasi akurat mengenai tingkat
pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan
pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban
penyelenggaraan pendidikan.
Evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hasil
belajar-mengajar, padahal antara keduanya punya arti yang berbeda meskipun saling
berhubungan. mengukur adalah membandingkan sesuatu dan satu ukuran (kuantitatif),
sedangkan menilai berarti mengambil satu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran
baik buruk (kualitatif). Adapun pengertian evaluasi meliputi keduanya.
B. Bagaimana Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan
Sebelum melakukan desain evaluasi maka terlebih dahulu harus dilakukan fokus
evaluasi yaitu mengkhususkan apa dan bagaimana evaluasi akan dilakukan. Bila evaluasi
sudah terfokus, maka ini berarti proses dan desain dimulai. Ada tiga elernen dalam
proses pemfokusan, yaitu : mempertemukan pengetahuan dan harapan, mengumpulkan
informasi, dan merumuskan rencana evaluasi.
Penyusunan desain evaluasi program merupakan langkah pertama dan
menyangkut aspek perencanaan. Di dalam tahap perencanaan ini diuraikan garis garis
besar mengenai hal hal lain yang berkaitan dengan kegiatan evaluasi tersebut. Evaluasi
program merupakan pelayanan bantuan kepada pelaksana program untuk memberikan
input bagi pengambilan keputusan tentang kelangsungan program tersebut. Oleh karena
itu, maka pelaksana evaluasi program harus memahami seluk beluk program yang
dinilai.
1. Pengambilan keputusan mengeluarkan kebijakan mengenai pelaksanaan suatu
program.
2. Kepala Sekolah menunjuk evaluator program (dapat dari bagian dalam pengelola
ataupun orang luar dari program) untuk melaksanakan evaluasi program setelah
melaksanakan selama jangka waktu tertentu.
3. Penilai program melaksanakan kegiatan penilaiannya, mengumpulkan data,
menganalisis dan menyusun laporan.
4. Penilai program menyampaikan penernuannya kepada pengelola program.
Adapun komponen komponen evaluasi program, sebagai berikut:
1. Tujuan yang ditetapkan oleh pengambil keputusan dan diberitahukan kepada
pelaksana program.
2. Kegiatan semua aktifitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu,
kegiatan harus relevan benar dengan tujuan
3. Sarana fasilitas penunjang kegiatan
4. Person pelaksana kegiatan
5. Hasil keluaran sebagai akibat dari kegiatan.
Efektifitas program ditentukan oleh sejauh mana hasil ini telah mendekati tujuan.
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan seorang evaluator dalam
penyusunan desain evaluasi program. Sebelum evaluator menyusun desain terlebih
dahulu harus mengetahui betul apa tugasnya. Secara garis besar terdapat tiga hal yang
harus ditangani oleh seorang evaluator, yaitu :
1. Keberhasilan pencapaian tujuan:
Hubungan antara tujuan dengan hasil merupakan hal utama yang harus
ditangani oleh seorang evaluator. Mereka harus memusatkan perhatiannya terhadap
keberhasilan ini. Namun, evaluator tidak boleh terpaku terlalu erat dengan tujuan.
Hal ini disebabkan, ada beberapa program mencanturnkan dengan jelas apa yang
ingin dicapai dengan kegiatannya akan tetapi ada pula yang ticlak merumuskannya
sama sekali. Pada kondisi ini, evaluator harus mencari informasi mengenai tujuan
program tersebut karena ticlak mungkin seorang evaluator bekerja tanpa
mengetahui tujuan apa yang ingin dicapai.
2. Tujuan program, yang dirumuskan oleh pengembang program.
Tujuan umum suatu program akan dijadikan titik awal kegiatan evaluator
dalam menyusun desain evaluasi.
3. Proses yang terjadi dalam program, meliputi kegiatan, sarana penunjang dan
personil pelaksana program.
Dalam hal ini, kegiatan merupakan aktualisasi yang ditentukan oleh para
pengembang program. Kegiatan menunjukkan pada aktivitas yang diperhitungkan
dari prosedur, teknik dan proses lain yang berkaitan dengan sumber pencapaian
tujuan. Banyak evaluator program hanya terpaku pada hasil pencapaian dan kurang
memperhatikan kegiatan yang menghasilkan pencapaian tujuan tersebut. Sarana
biasanya terwujud pada peralatan, ruangan, biaya dan hal hal lain yang
diperhitungkan antara lain: Apakah sarana yang digunakan sudah tepat ? Apakah
program itu mahal ? Apakah ada biaya yang belum diperhitungkan ?; sedangkan
Person adalah pelaksana program baik yang tergolong sebagai tenaga edukatif,
administratif maupun pengelola.
Sesudah memahami tentang isi yang terdapat di dalam program yang merupakan
objek evaluasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penyusunan desain. Adapun
hal hal yang perlu dilaksanakan, antara lain:
1. Latar belakang.
2. Problematika (yang akan dicari jawabannya).
3. Tujuan evaluasi.
4. Populasi dan sampel
5. Instrumen dan sumber data
6. Teknik analisis data.
Adapun langkah langkah yang harus dilalui dalam menyusun instrumen, adalah :
1. Merurnuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun.
Bagi para peneliti pemula, merumuskan tujuan seperti ini tidak lazim. Padahal
sebenarnya langkah ini sangat perlu. Ticlak mungkin kiranya, atau apabila
mungkin akan sukar sekali dilakukan, menyusun instrumen tanpa tahu untuk apa
data terkumpul, apa yang harus dilakukan sesudah itu, apa fungsi setiap jawab
dalam setiap butir bagi jawaban problematika dan sebagainya.
2. Membuat kisi kisi yang mencanangkan tentang perincian variabel dan jenis
instrumen yang akan digunakan untuk mengukur bagian variabel yang
bersangkutan.
3. Membuat butir butir instrumen.
Kriteria evaluasi selalu berhubungan dengan kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya. Dasar pertimbangannya adalah memudahkan evaluator dalam
mempertimbangkan nilai atau harga terhadap komponen-komponen program yang
dinilainya, apakah telah berhasil sesuai dengan yang ditentukan atau tidak, seperti yang
dinyatakan oleh Sudarsono (1994) bahwa kriteria yang dimaksud adalah kriteria
keberhasilan program dan hal yang dinilai dapat berupa dampak atau hasil yang dicapai
atau prosesnya itu sendiri.
Menyusun instrumen bukanlah pekerjaan yang mudah. Bagi peneliti pemula atau
orang yang kurang tertarik pada pekerjaan evaluasi, tugas menyusun instrumen
merupakan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang tinggi.
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang akurat, maka diperlukan kriteria
keberhasilan dan kriteria tertentu terutama bagi evaluator program, kriteria tersebut
dijelaskan sebagai berikut :
a. Memahami materi
Memahami materi yaitu memahami tentang seluk beluk program yang dievaluasi,
antara lain :
1. Tujuan program yang telah ditentukan sebelum dimulai kegiatan
2. Komponen komponen program
3. Variabel yang akan diujicobakan atau dilaksanakan
4. Jangka waktu dan penjadualan kegiatan
5. Mekanisme pelaksanaan program
6. Pelaksanaan program
7. Sistem monitoring kegiatan program
Kriteria keberhasilan yang ditetapkan adalah dilihat dari materi, maka
Evaluator membuat format pencapaian materi program yang direncanakan
dibandingkan dengan yang telah digapai berdasarkan penjabaran point 1 sampai
dengan 7.
b. Menguasai Teknik
Karena kegiatan evaluasi program mengenai sejumlah evaluasi, maka
evaluator program dituntut agar menguasai metodologi evaluasi, yang meliputi :
1. Cara membuat perencanaan evaluasi
2. Teknik menentukan populasi dan sampel
3. Teknik menyusun instrumen
4. Prosedur dan teknik pengumpulan data
5. Penguasaan teknik pengolahan data
6. Cara menyusun laporan evaluasi
Untuk metodologi yang terakhir ini evaluator program harus menguasai
sesuatu yang lebih dibandingkan dengan peneliti karena apa yang disampaikan akan
sangat menentukan kebijaksanaan yang terkadang memiliki resiko lebih besar.
Kriteria keberhasilannya adalah seorang evaluator harus dapat membuat point 1
sampai dengan 6 secara operasional.
c. Objektif dan Cermat
Tim evaluator adalah sekelompok orang yang mengemban tugas mengevaluasi
program serta ditopang oleh data yang dikumpulkan secara cermat dan objektif. Atas
dasar tersebut mereka diharapkan, mengklasifikasikan, mentabulasikan, mengolah
dan sebagainya secara cermat dan objektif pula. Khususnya di dalam menentukan
pengambilan strategi penyusunan laporan, evaluator tidak boleh memandang satu
atau dua aspek sebagai hal yang istimewa dan tidak boleh pula memihak. Kriteria
keberhasilan yang dipakai adalah apabila hasil penilaian dari evaluator dapat
menunjukkan hasil yang objektif dengan alasan rasional dan didukung oleh data data
yang akurat.
d. Jujur dan Dapat Dipercaya
Evaluator adalah orang yang dipercaya oleh pengelola dan pengambil
keputusan, oleh karena itu mereka harus jujur dan dapat dipercaya. Mereka harus
dapat memberikan penilaian yang jujur, tidak membuat baik dan jelek, menyajikan
data apa adanya. Dengan demikian pengelola dan pengambil keputusan tidalk salah
membuat treatment akan programnya.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang evaluator agar
dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara tepat, yaitu :
1. Evaluator hendaknya merupakan evaluator yang otonom artinya orang luar
yang sama sekali tidak ada ikatan dengan pengambilan kebijaksanaan maupun
pengelola dan pelaksanaan program.
2. Ada hubungan baik dengan responden dalam arti dapat memahami sedalam
dalamnya watak, kebiasaan dan cara hidup klien yang akan dijadikan sumber
data evaluasi.
3. Tanggap akan masalah politik dan sosial karena tujuan evaluasi adalah
pengembangan program.
4. Evaluator berkualitas tinggi, dalarn arti jauh dari biasa. Evaluator adalah orang
yang mempunyai self concept yang tinggi, tidak mudah terombang-ambing.
5. Menguasai teknik untuk membuat desain dan metodologi penelitian yang tepat
untuk program yang dievaluasi.
7. Bersikap terbuka terhadap kritik. Untuk mengurangi dan menahan diri dari
bias, maka evaluator memberi peluang kepada orang luar untuk melihat apa
yang sedang dan telah dilakukan.
8. Menyadari kekurangan dan keterbatasannya serta bersikap jujur,
menyampaikan (menerangkan) kelemahan dan keterbatasan tentang evaluasi
yang dilakukan.
9. Bersikap pasrah kepada umum mengenai penemuan positif dan negatif.
Evaluator harus berpandangan luas dan bersikap tenang apabila menemukan
data yang tidak mendukung program dan berpendapat bahwa penemuan
negatif sama pentingnya dengan penemuan positif.
10. Bersedia menyebarluaskan hasil evaluasi. Untuk program kegiatain yang
penting dan menentukan, hasil evaluasi hanya pantas dilaporkan kepada
pengambil keputusan dalam sidang tertutup atau pertemuan khusus. Namun
untuk program yang biasa dan dipandang bahwa masyarakat dapat menarik
manfaat dari evailuasinya, sebaiknya hasil evaluasi disebarluaskan, khususnya
bagi pihak pihak yang membutuhkan.
11. Tidak mudah membuat kontrak. Evaluasi yang tidak memenuhi persyaratan
persyaratan yang telah disebutkan sebaiknya tidak dengan mudah
menyanggupi menerima tugas karena secara etis dan moral akan merupakan
sesuatu yang kurang dapat dibenarkan.
C. Mengapa Dilakukan Evaluasi Pendidikan
Evaluasi pendidikan adalah suatu proses pembuatan pertimbangan tentang jasa,
nilai, atau manfaat program, hasil dan proses. Evaluasi biasanya dilakukan untuk
kepentingan pengambilan keputusan, misalnya tentang akan digunakan atau tidaknya
sesuatu sistem, strategi atau metode. Penelitian evaluasi merupakan kegiatan
pengumpulan data secara sistematis guna membantu para pengambil keputusan. Para
peneliti evaluasi yakin bahwa hasil kerjanya akan bermanfaat bagi para pengambil
keputusan dalam mengambil keputusan yang lebih baik jika dibandingkan dengan
apabila tidak ada penelitian yang dilakukan.
Nana Syaodih Sukamadinata (2005) mengemukakan bahwa tujuan evaluasi
adalah untuk menyempurnakan program, kelayakan program, program dilanjutkan atau
dihentikan, diubah atau diganti. Sedangkan Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin (2004)
menyatakan bahwa ada dua macam tujuan evaluasi yaitu tujuan khusus dan tujuan
umum. Tujuan umum diarahkan pada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan
khusus diarahkan pada masing-masing komponen.
Terdapat beberapa alasan yang mendasari adanya evaluai dalam pendidikan ,
akan tetapi di sini Sumadi Suryabrata membagi tiga kelompok alasan yang mendasar
yaitu dasar psikologis, didaktis, dan administrative.
1. Dasar psikologis
1) Di tinjau dari anak didik
Anak manusia yang belum dewasa pada umumnya belum mampu memilih
ide dan melaksanakannya secara lepas dari pendukung ide tersebut. Mereka
belum mandiri dalam menentukan sikap dan tingkah lakunya, dan belum bisa
berpegang pada pedoman yang berasal dari dalam dirinya, melainkan
berpegang pada norma-norma yang berasal dari luar dirinya, yaitu orang
dewasa dan termasuk pula seorang guru.
2) Di tinjau dari pendidik
Orang tua adalah orang yang pertama yang mempunyai kepentingan
mengenai pendidikan anak-anakya. Oleh karenanya mereka secara psikologis
ingin mengetahui hasil belajar anak-anak mereka.
2. Dasar didaktis
1) Di tinjau dari segi anak didik
Keberhasilan anak didik dalam mencapai status yang terhormat akan
menimbulkan kepuasan tersendiri, kepuasan yang senantiasa akan di
perolehnya dalam waktu-waktu lain. Akibatnya siswa akan termotivasi
dengan cukup besar untuk belajar yang lebih giat lagi, begitu juga sebaliknya,
bila siswa mengetahui status dalam kelompoknya, mereka akan berusaha agar
hasil yang kurang menyenangkan tidak terulang lagi.
2) Di tinjau dari segi pendidik
Hasil yang di capai oleh siswa akan member petunjuk kepada guru, dalam
hal-hal yang dia berhasil dan gagal, karena semua itu akan menjadi bakal
mendasar pada saat-saat berikutnya.
3. Dasar administratif
Jika semua kebutuhan ingin terpenuhi maka penilaian harus di lakukan
karena tanpa data dan informasi yang di peroleh dari evaluasi, maka petugas
dalam lembaga pendidikan tidak mungkin dapat mengisi raport, STTB,
menentukan naik kelas atau tidak dan sejenisnya.
Agar dapat melakukan tugasnya maka seorang evaluator dituntut untuk mampu
mengenali komponen-komponen program. Program kerja yang dianggap sebagai
perwujudan kinerja dan pengembangan sumber daya pengurus dalam menjalankan
perannya. Dengan mengelolanya secara wajar dan berhasil guna akan dapat membantu
meningkatkan partisipasi masyarakat di daerah. Karena itu, ketika program tersebut tidak
memperlihatkan hasil yang maksimal diperlukan evaluasi terhadapnya. Pendapat-
pendapat tersebut dapat saja digolongkan ke dalam dua tujuan pokok, yakni sebagai
penyempurnaan program yang biasanya disebut formatif dan untuk memutuskan apakah
program diteruskan atau dihentikan, yang sering disebut sumatif.
Kegiatan evaluasi program tidak hanya ingin melanjutkan program, tetapi juga
menghentikan program, di samping meningkatkan prosedur-prosedur pelaksanaannya,
mengalokasikan sumber-sumber kelemahan, tetapi juga menentukan strategi serta teknik-
teknik tertentu untuk memperbaiki program di masa yang akan datang.
Evaluasi pendidikan memberikan manfaat baik bagi siswa/peserta pendidikan,
pengajar maupun manajemen. Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat mengetahui
sejauh mana keberhasilan yang telah digapai selama mengikuti pendidikan. Pada kondisi
dimana siswa mendapatkan nilai yang mernuaskan maka akan memberikan dampak
berupa suatu stimulus, motivator agar siswa dapat lebih meningkatkan prestasi. Pada
kondisi dimana hasil yang dicapai tidlak mernuaskan maka siswa akan berusaha
memperbaiki kegiatan belajar, namun demikian sangat diperlukan pemberian stimulus
positif dari guru/pengajar agar siswa tidak putus asa. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi
dapat digunakan sebagai umpan balik untuk menetapkan upaya upaya meningkatkan
kualitas pendidikan.
D. Siapakah Sasaran Evaluasi Pendidikan
Adapun beberapa sasaran evaluasi pendidikan adalah sebagai berikut :
1. InputInput merupakan aspek yang bersifat rohani yang setidak-tidaknya mencakup
empat hal yaitu: Kemampuan, Kepribadian, sikap dan inteligensi.
2. TransformasiUnsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian meliputi:
kurikulum atau materi, metode dan cara penilaian, sasaran pendidikan/media, sistem administrasi, guru dan personal lainnya.
3. OutputPenilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui
sebeapa jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti program. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement test.
E. kapankah Dilaksanakan Evaluasi Pendidikan
Ruang lingkup evaluasi pendidikan mencakup dua sasaran pokok, yaitu : evaluasi
makro (program) dan evaluasi mikro (kelas). Secara umum, evaluasi terbagi dalam tiga
tahapan sesuai proses belajar mengajar yakni dimulai dari evaluasi input, evaluasi proses
dan evaluasi output.
Setiap jenis evaluasi memiliki fungsi yang berbeda satu dengan yang lain.
Evaluasi input mencakup fungsi kesiapan penempatan dan seleksi. Evaluasi proses
mencakup formatif, diagnostik dan monitoring, sedangkan evaluasi output mencakup
sumatif.
Fungsi kesiapan penempatan dan seleksi adalah penilaian yang ditujukan untuk
mengetahui ketrampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan
penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk
program tersebut. Fungsi seleksi yaitu penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi,
seperti ujian saringan masuk perguruan tinggi tertentu dengan berdasarkan kriteria
tertentu.
Fungsi formatif yaitu penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar
mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Adapun fungsi
diagnostik dan monitoring adalah penilaian yang bertujuan untuk mengidentifikasi
kelemahan kelemahan siswa dan faktor yang menjadi penyebab serta menetapkan cara
untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut.
Fungsi sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program,
dengan tujuan untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa. Dengan kata lain
berfungsi untuk mengetahui seberapa jauh suatu proses pendidikan telah mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
F. Dimanakah Evaluasi Pendidikan Dilaksanakan
Dalam konteks pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan hasil kerja siswa,
Nitko dan Brookhart (2007) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses penetapan
nilai yang berkaitan dengan kinerja dan hasil karya siswa. Fokus evaluasi dalam konteks
ini adalah individu, yaitu prestasi belajar yang dicapai kelompok siswa atau kelas.
Konsekuensi logis dari pandangan ini, mengharuskan evaluator untuk mengetahui betul
tentang tujuan yang ingin dievaluasi. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai objek
evaluasi yaitu prestasi belajar, perilaku, motivasi, motivasi diri, minat, dan tanggung
jawab. dari pernyataan di atas dapat dikemukakan bahwa evaluasi pendidikan
dilaksanakan di dalam ruang lingkup pendidikan, maksudnya lebih mengarah dalam arti
kegiatan yang dilaksanakan bukan pada tempat yang disediakan, sehingga penerapan
evaluasi pendidikan dapat dilaksanakan di manapun selama masih dalam ruang lingkup
pendidikan.
Kajian Pustaka
Suharsimi, Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Dalam Pebdidikan. Jakarta: Bumi
Aksara. 2008
http://guruidaman.blogspot.com/2011/11/pengertian-prinsip-evaluasi-dan-model.html
http://riniastuti0909.blogspot.com/2012/04/sasaran-evaluasi.html