57056175 merger bank permata

10
Ade Christian S. 408422412355 Cindy Ayu Kartika 408422418523 PROSES MERGER DAN AKUISISI BANK PERMATA Bank Permata merupakan hasil merger dari 5 bank di bawah badan penyelamatan bank di Indonesia (BPPN) yaitu PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan PT Bank Patriot. Dalam merger, Bank Bali ditunjuk sebagai bank platform (bank rangka). Bank Bali berganti nama menjadi Bank Permata pada bulan Februari 2002. Merger ini merupakan bagian dari program pemerintah yang diluncurkan pada tahun 2001. Tujuannya untuk merestrukturisasi industri perbankan Indonesia guna menciptakan industri perbankan yang kuat dan sehat, yang sempat terkena dampak krisis moneter tahun 1997/1998. Pada awalnya, Bank Permata memiliki operasi yang lebih terfokus pada pembiayaan usaha kecil dan menengah, ritel dan sektor komersial. Setiap bank yang mengambil bagian dalam merger memiliki latar belakang yang berbeda. Bank Bali Tbk didirikan pada tahun 1954 sebagai bank komersial. Pada tahun 1990 itu menjadi bank umum menjual 15 juta saham melalui Bursa Efek Jakarta (BEJ). Bank Universal Tbk didirikan pada tahun 1990 sebagai penggabungan Bank Perkembangan Asia dan Bank Kredit Universal. Pada tahun 1997, Bank Universal tercatat di BEJ menjual 25 juta saham untuk investasi publik. Bank Prima Express didirikan pada tahun 1956 dengan nama Bank Tani Nasional. Pada tahun 1990, itu diubah namanya Bank Prima Express. Bank Artamedia didirikan pada tahun 1990 sebagai bank umum. Itu diberikan status bank devisa pada tahun 1995. Dan Bank Patriot didirikan tahun 1958 sebagai bank komersial. Beberapa bank-bank yang melakukan merger dimiliki oleh kaum konglomerat. Bank Bali dimiliki oleh Bank Bali Group yang dikendalikan oleh keluarga Djaja Ramli. Sementara Bank Universal dimiliki oleh Astra Group dan Bank Artamedia dimiliki oleh Gramedia Group dan Kalbe Farma Group. Kondisi Sebelum Merger Pada bulan Maret 1999, Pemerintah memutuskan untuk

Upload: tiaskarina

Post on 24-Nov-2015

22 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Ade Christian S. 408422412355Cindy Ayu Kartika 408422418523PROSES MERGER DAN AKUISISI BANK PERMATA Bank Permata merupakan hasil merger dari 5 bank di bawah badan penyelamatan bank di Indonesia (BPPN) yaitu PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan PT Bank Patriot. Dalam merger, Bank Bali ditunjuk sebagai bank platform (bank rangka). Bank Bali berganti nama menjadi Bank Permata pada bulan Februari 2002.

Merger ini merupakan bagian dari program pemerintah yang diluncurkan pada tahun 2001. Tujuannya untuk merestrukturisasi industri perbankan Indonesia guna menciptakan industri perbankan yang kuat dan sehat, yang sempat terkena dampak krisis moneter tahun 1997/1998.

Pada awalnya, Bank Permata memiliki operasi yang lebih terfokus pada pembiayaan usaha kecil dan menengah, ritel dan sektor komersial.

Setiap bank yang mengambil bagian dalam merger memiliki latar belakang yang berbeda. Bank Bali Tbk didirikan pada tahun 1954 sebagai bank komersial. Pada tahun 1990 itu menjadi bank umum menjual 15 juta saham melalui Bursa Efek Jakarta (BEJ). Bank Universal Tbk didirikan pada tahun 1990 sebagai penggabungan Bank Perkembangan Asia dan Bank Kredit Universal. Pada tahun 1997, Bank Universal tercatat di BEJ menjual 25 juta saham untuk investasi publik. Bank Prima Express didirikan pada tahun 1956 dengan nama Bank Tani Nasional. Pada tahun 1990, itu diubah namanya Bank Prima Express. Bank Artamedia didirikan pada tahun 1990 sebagai bank umum. Itu diberikan status bank devisa pada tahun 1995. Dan Bank Patriot didirikan tahun 1958 sebagai bank komersial.

Beberapa bank-bank yang melakukan merger dimiliki oleh kaum konglomerat. Bank Bali dimiliki oleh Bank Bali Group yang dikendalikan oleh keluarga Djaja Ramli. Sementara Bank Universal dimiliki oleh Astra Group dan Bank Artamedia dimiliki oleh Gramedia Group dan Kalbe Farma Group.

Kondisi Sebelum Merger

Pada bulan Maret 1999, Pemerintah memutuskan untuk rekapitalisasi Bank Bali, namun sampai April tahun itu pemegang saham mayoritas gagal memenuhi persyaratan untuk membayar ke escrow account di Bank Indonesia sebesar 20% dari dana rekapitalisasi. Pada waktu itu Standard Chartered Bank (SCB) menunjukkan minatnya untuk mengakuisisi bank dan setuju untuk membayar dana sebesar 20% dari dana rekapitalisasi seperti yang diperlukan.

Kemudian SCB melakukan studi dengan sungguh-sungguh selama 3 bulan, tapi pada akhirnya SCB memutuskan untuk tidak melanjutkan rencana untuk mengakuisisi bank karena Bank Bali menghadapi kasus hukum atas skandal money politic yang melibatkan PT Era Giat Pratama. SCB juga kehilangan minatnya setelah mengetahui CAR Bank Bali turun dari minus 8,2% menjadi minus 32%.

Jumlah modal yang harus dibayar oleh pemegang saham (SCB) juga meningkat dari US $ 56 juta menjadi US $ 123.9 juta. SCB juga menduga pemilik lama menyembunyikan sebagian besar aset bank.

Akhirnya, Bank Bali dimasukkan dalam daftar bank yang akan direkapitalisasi pada tahun 1999 dengan suntikan dana sebesar Rp 5,36 triliun. Pada waktu itu modalnya minus Rp 1.466.140 juta, aset sebesar Rp 8.646.540 juta, CAR minus 16,96% dan LDR 53,01%.

Bank Artamedia juga dimasukkan ke dalam daftar bank yang akan direkapitalisasi dengan suntikan dana sebesar Rp 130 milyar pada tahun 1999. Oleh karena itu, kepemilikan perusahaan sebesar 78,9% dipegang oleh pemerintah. Dana tersebut termasuk Rp 22 miliar dengan tingkat bunga tahunan sebesar 12% dan 14% serta sisanya Rp 108 miliar dengan tingkat bunga tertimbang dari catatan Bank Indonesia. Pada saat itu, modalnya sebesar Rp 95,742 juta dengan aset sebesar Rp 705 juta, CAR 13,59% dan LDR 38,83%.

Bank Patriot menerima injeksi sebesar Rp 52 miliar pada tahun 1999 termasuk Rp 4 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar 12% dan 14% yang masing-masing jatuh temponya pada tahun 2004 dan 2009.

Sedangkan sisanya sebesar Rp 48 miliar dilakukan tingkat suku bunga tahunan sebesar 13,06% -23,33% jatuh tempo pada tahun 2002 dan 2009. Pada waktu itu modal sebesar Rp 11.278 juta, aset sebesar Rp 232.000 juta, CAR sebesar 4,87% dan LDR 17,19%.

Bank Prima Express diletakkan di bawah kendali BPPN pada tahun 1999 dan menerima dana rekapitalisasi sebesar Rp 533.400.000.000, terdiri dari Rp 47 miliar dengan tingkat bunga tahunan sebesar 12% dan 14% jatuh tempo pada tahun 2004 dan 2009 dan Rp 486.400.000.000 dengan tingkat bunga sekitar 13,06% -23,33% jatuh tempo pada tahun 2002 dan 2009. Pada waktu itu modal sebesar Rp 121,735 juta, aset senilai Rp 1,775 juta, CAR 6,87% dan LDR 34,02%.

Bank Universal menerima dana rekapitalisasi sebesar Rp 4,6 triliun pada tahun 1999 terdiri dari Rp 313 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar 12% dan 14% masing-masing jatuh tempo pada tahun 2004 dan 2009, dan Rp 4,3 triliun dengan tingkat bunga sekitar 13,06% -23,33% jatuh tempo pada 2002 dan 2009. Modalnya saat itu sebesar Rp 1.327.474 juta, aktiva Rp 9.920.155 juta, CAR 13,87% dan LDR 44,61%.

Proses merger dan masalah

Proses merger dimulai pada bulan Mei tahun 2002 ketika lima bank menandatangani perjanjian. Pada bulan Agustus 2002, BPPN menunjuk PT Bank Bali Tbk sebagai bank platform dan empat bank lain digabungkan pada Bank Bali.

Nama Bank Bali kemudian berubah dengan PT. Bank Permata Tbk. Merger yang sah berlaku efektif sejak September 2002 dengan persetujuan dari Bank Indonesia dan Menteri Kehakiman.

Bank Artamedia, yang merupakan proyek percontohan integrasi menyelesaikan proses konversi pada bulan Oktober 2002, diikuti oleh Bank Prima Express, Bank Universal dan Bank Patriot pada bulan berikutnya sampai akhirnya proses merger selesai pada akhir tahun 2002.

Kondisi dan kinerja setelah merger

Setelah merger, pemerintah membantu dengan kontribusi sebesar Rp 4,6 triliun dalam penempatan modal yang terdiri dari kas sebesar Rp 2,8 triliun dan obligasi sebesar Rp 1,8 triliun dengan tingkat bunga tetap. Setelah 5,5 bulan, Bank Permata berhasil meningkatkan CAR menjadi 10,4%, jauh di atas tingkat minimum 8% yang ditetapkan oleh bank sentral.

Pada bulan Februari 2003, Bank Permata meluncurkan logo baru dalam warna biru, merah dan hijau. Sepanjang 2003, menutup 40 kantor cabang dan memindahkan 5 kantor cabang untuk meningkatkan efisiensi. Setelah merger, Bank Permata melaporkan laba bersih sebesar Rp 102.290.000.000. Pada saat itu, Bank Permata memiliki 328 kantor cabang di seluruh Indonesia.

Pada tahun 2004, setelah kondisi Bank Permata meningkat, pemerintah memutuskan untuk menjual sahamnya untuk meningkatkan dana segar guna membantu menjembatani defisit APBN.

Dengan penempatan modal sebesar Rp 4,6 triliun, pemerintah memiliki 96,6% dari Bank Permata dan investasi publik memegang 3,4% saham sisanya.

Berdasarkan laporan keuangan pada tahun 2002, Bank Permata memiliki modal sebesar Rp 1.157.252 juta, aset senilai Rp 28.027.532 juta dan kredit yang beredar sebanyak Rp 7.194.883 juta dengan CAR sebesar 10,4% dan LDR 40,5%.

Proses akuisisi dan masalah

Program divestasi dibuat oleh fase awal tahun 2004. Tahap pertama adalah untuk 71% saham termasuk saham 51% melalui penjualan strategis dan 20% saham melalui penempatan pasar. Pada bulan September 2004, PPA mengumumkan lima penawar untuk 51% saham termasuk konsorsium Maybank, United Overseas Bank Limited, Niaga, Standard Chartered Bank dan PT Astra International Tbk, dan Panin & ANZ.

Maybank membentuk konsorsium dengan Khazanah dan Jamsostek, namun konsorsium gagal. Akhirnya, Standard Chartered Bank dan PT Astra International Tbk berhasil mengambil alih Bank Permata dan memulai proses transformasi secara besar-besaran didalam organisasi. Selanjutnya, sebagai wujud komitmennya terhadap Bank Permata, kepemilikan gabungan pemegang saham utama ini meningkat menjadi 89,01% pada tahun 2006.

Kombinasi unik dari kedua pemegang saham strategis merupakan salah satu kekuatan utama Bank Permata. PT Astra International Tbk merupakan perusahaan Indonesia yang besar dan memiliki pengalaman kuat di pasar domestik. Standard Chartered Bank dengan keahlian dan pengalaman global terkemuka yang dimilikinya menjadikan Bank Permata berada dalam posisi yang unik.

ANALISIS KASUS

1. Mengidentifikasi Jenis Penggabungan dari Bank Permata:Bank Permata mengalami dua kali penggabungan, yaitu merger dan akuisisi. a. MergerIstilah merger berasal dari kata kerja merge yang berarti menggabungkan atau memfungsikan (Jhon M.E. & Hassan S, 1990; 378). Merger atau penggabungan perusahaan adalah salah satu cara penyatuan perusahaan, di samping peleburan perusahaan (konsolidasi) danpengambilalihan perusahaan (akuisisi). Merger melibatkan dua pihak, yaitu satu perusahaan yang menerima penggabungan dan satu atau lebih perusahaan yang menggabungkan diri. Perusahaan yang menerima penggabungan akan menerima pengambilalihan seluruh saham, harta kekayaan, hak, kewajiban, dan utang perusahaan yang menggabungkan diri.Dalam kasus ini semua unsur merger terpenuhi. Proses merger Bank Permata dimulai pada Mei 2002 dan berakhir pada Desember 2002.. PermataBank merupakan Bank Hasil Penggabungan dari 5 (lima) bank di bawah pengelolaan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yaitu PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan PT Bank Patriot, dimana PT Bank Bali Tbk telah ditunjuk menjadi Bank Rangka (Platform Bank) dan berganti nama menjadi Permata Bank, sedangkan keempat bank lainnya sebagai Bank Yang Menggabungkan Diri. Penggabungan (merger) 5 bank ini merupakan implementasi dari keputusan Pemerintah mengenai Program Restrukturisasi Lanjutan yang dikeluarkan pada tanggal 22 November 2001. Proses merger dimulai dengan penandatanganan kesepakatan pendahuluan antara kelima Bank Peserta Merger dan BPPN pada tanggal 20 Mei 2002 dan proses legal merger selesai pada tanggal 30 September 2002 setelah dikeluarkannya persetujuan dari Bank Indonesia dan Menteri Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.b. AkuisisiAkuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan suatu bank yang mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap bank. (SK Dir. BI No.32/51/KEP/DIR pasal 1). Pengambilalihan kepemilikan dapat berupa pembelian sebagian terbesar atau seluruhnya saham-saham dari perusahaan lainnya itu. Masing-masing perusahaan baik perusahaan yang mengambil alih maupun perusahaan yang diambil alih tetap mempertahankan aktivitasnya, identitasnya, dan kedudukannya sebagai perusahaan-perusahaan yang mandiri. Pengambilalihan perusahaan inisering diistilahkan dengan Acquisition, Take Over, dan Overname, yaitu pengambilalihan suatu perusahaan (perusahaan target) oleh perusahaan lainnya (perusahaan raider) melalui penawaran untuk membeli sebagian atau seluruh saham dari perusahaan target dengan harga yang lebih tinggi dari nilai harga pasar yang normal. Di tahun 2004, Standard Chartered Bank dan PT Astra International Tbk mengambil alih Bank Permata dan memulai proses transformasi secara besar-besaran didalam organisasi. Selanjutnya, sebagai wujud komitmennya terhadap Bank Permata, kepemilikan gabungan pemegang saham utama ini meningkat menjadi 89,01% pada tahun 2006. Kombinasi unik dari kedua pemegang saham strategis merupakan salah satu kekuatan utama Bank Permata. PT Astra International Tbk merupakan perusahaan Indonesia yang besar dan memiliki pengalaman kuat di pasar domestik. Standard Chartered Bank dengan keahlian dan pengalaman global terkemuka yang dimilikinya menjadikan Bank Permata berada dalam posisi yang unik.2. Mengidentifikasi Tujuan Merger dan AkuisisiA. Secara umum tujuan dari merger, yaitu :a. Meningkatkan EfisiensiDengan diadakan merger penggabungan akan meningkatkan efisiensi kerja, karena akan melahirkan sinergi manajemen, sinergi operasional, dan sinergi keuangan, serta mendatangkan keuntungan yang berlipat ganda. Bila manajemen perusahaan A kurang efisien dibandingkan dengan perusahaan B, maka merger dapat menjadi jalan untuk meningkatkan efisiensi, dengan catatan kedua perusahaan memiliki bidang usaha yang sama, sehingga para manajer memiliki landasan pengetahuan yang relatif sama tentang kegiatan usaha yang dikelola, sepeti merger bank yang memiliki jenis usaha yang sama.b. Penganekaragaman Bidang Usaha atau DiversifikasiPenganekaragaman bidang usaha atau diversifikasi dapat juga menjadi motivasi yang melatarbelakangi terjadinya suatu merger. Dengan memiliki bidang usaha yang beranekaragam, maka suatu perusahaan dapat menjaga stabilitas pendapatan.Misalnya divisi kartu kredit mengalami penurunan pendapatan, sedangkan di bidang lain seperti divisi KPR mengalami peningkatan penjualan sehingga secara keseluruhan pendapatan perusahaan tetap terjaga.c. Meningkatkan Penguasaan Pangsa Pasar (Market Share)Penggabungan dua atau lebih perusahaan yang bersaing menjual produk yang sama, seperti bank, secara teoritis akan meningkatkan penguasaan pangsa pasar secara berlipat ganda.d. Pengurangan Kewajiban Pembayaran PajakDengan adanya merger dua perusahaan akan mengurangi kewajiban pembayaran pajak, misalnya perusahaan A adalah perusahaan yang senantiasa mendapatkan keuntungan yang besar, sedangkan perusahaan B baru mulai meraih keuntungan kecil yang setelah bertahun-tahun mengalami kerugian, sehingga perusahaan B memiliki fasilitas pembebasan pajak. Dengan digabungkannya dua perusahaan tersebut, maka fasilitas yang dimiliki perusahaan B akan beralih ke perusahaan A yang kemudian digunakan oleh perusahaan A untuk mengurangi perhitungan kewajiban pajaknya. Pada umumnya bentuk merger ini berbentuk Merger Konglomerat.

e. Penilaian harta yang lebih rendah dari yang sebenarnyaDengan diadakan merger perusahaan penerima penggabungan akan memperoleh keuntungan dari selisih harga harta milik perusahaan yang digabungkan, yang disebabkan oleh beberapa hal :1. Kinerja perusahaan rendah mengakibatkan harga saham menjadi rendah;2. Bidang usaha perusahaan tersebut kurang diminati oleh investor;3. Perusahaan tersebut menerapkan kebijaksanaan pembayaran deviden yang terbatas, sehingga tidak diminati investor, dan akibatnya harga saham menjadi turun.f. Ingin meningkatkan prestiseKadang-kadang terjadinya merger tidak karena motivasi ekonomi, tetapi karena motivasi ingin meningkatkan prestise. Dengan melakukan merger perusahaan akan makin meningkat pesat, dan hal ini akan meningkatkan prestise direksi perusahaan tersebut. (Joni Emirzon - 2005, hal 52-53)

Dalam artikel di atas disebutkan bahwa tujuan penggabungan bank 5 adalah untuk menciptakan bank yang kuat, sehat dan kompetitif. Dapat diartikan bahwa tujuan merger adalah untuk meningkatkan efisiensi kerja, karena akan melahirkan sinergi manajemen, sinergi operasional, dan sinergi keuangan, serta mendatangkan keuntungan yang berlipat ganda. Selain itu, merger bertujuan untuk membentuk suatu bank yang memiliki struktur permodalan yang kuat, kondisi keuangan yang sehat dan berdaya saing tinggi dalam menjalankan fungsi intermediasi, dengan jaringan layanan yang lebih luas dan produk yang lebih beragam. Oleh karena itu, pola dari merger yang menghasilkan PermataBank ini adalah dengan menggabungkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing Bank Peserta Merger menjadi satu kesatuan sinergi yang positif. Untuk itu pula, BPPN mewakili Pemerintah telah melakukan Penempatan Modal Sementara sebesar Rp 4,6 triliun yang terdiri dari setoran tunai sebesar Rp 2,8 triliun dan penerbitan obligasi Pemerintah bersuku bunga tetap sebesar Rp 1,8 triliun.

B. Secara umum tujuan akuisisi , yaitu:Tujuan akuisisi umumnya antara lain untuk meningkatkan barrier of market entry bagi calon pesaing yang akan muncul, memperoleh akses pada teknologi baru atau teknologi yang lebih baik yang dimiliki oleh perusahaan yang menjadi obyek akuisisi, menciptakan penguasaan pangsa pasar yang luas, mendorong harga saham di pasar modal, memperkuat struktur permodalan, dan menjamin kelangsungan perusahaan.Dalam artikel ini, kombinasi unik dari kedua pemegang saham strategis merupakan salah satu kekuatan utama Bank Permata. PT Astra International Tbk merupakan perusahaan Indonesia yang besar dan memiliki pengalaman kuat di pasar domestik. Standard Chartered Bank dengan keahlian dan pengalaman global terkemuka yang dimilikinya menjadikan Bank Permata berada dalam posisi yang unik.