53794905 wiwik-case

43
PERSENTASI KASUS Hidramnion Pembimbing : Dr. Harry Syarif, Sp.OG Disusun oleh : Wiwik Firliana Oponen: Julia ike H Rinda Amalia Farilsah KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI PERIODE 19 November 2007 – 26 Januari 2008 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTi JAKARTA

Upload: homeworkping2

Post on 15-Apr-2017

296 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 53794905 wiwik-case

PERSENTASI KASUS

HidramnionPembimbing :

Dr. Harry Syarif, Sp.OG

Disusun oleh :Wiwik Firliana

Oponen:Julia ike H

Rinda AmaliaFarilsah

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGANRUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

PERIODE 19 November 2007 – 26 Januari 2008FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTi

JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN

Page 2: 53794905 wiwik-case

Polihidramnion berasal dari kata Poly (=banyak) Hydra (=air ; cairan) dan amnion

atau ketuban, sehingga bila disatukan akan memiliki arti yaitu cairan amnion yang

berjumlah banyak, dari kata polihidramnion tersebut kita dapat menggambarkan suatu

keadaan dimana terdapat keadaan cairan amnion yang berjumlah banyak.

Cairan amnion sendiri yang lebih sering dikenal sebagai air ketuban adalah

merupakan suatu cairan pada wanita hamil yang terdapat dalam kantung yang

terbungkus dalam suatu selaput / membran amnion yang terdiri dari lapisan amnion dan

chorion, yang sering disebut sebagai amniotic sac .Cairan amnion ini bersifat jernih

berwarna agak putih, sedikit keruh, berbau khas agak amis. Volume cairan amnion pada

hamil cukup bulan sekitar 1000 – 1500 ml. Akan meningkat sampai pada kehamilan 32

minggu, dan kemudian menurun dan relatif stabil pada volume antara 700 – 800 ml, lalu

menurun sampai kehamilan aterm dan mencapai volume sekitar 400 ml pada kehamilan

42 minggu. Amnion dalam keadaan normal akan dipertahankan dalam jumlah stabil

melaui suatu mekanisme pembuangan dengan cara proses menelan dari janin yang

selanjutnya akan diserap ke dalam sistem peredaran darah fetus. Cairan ini dengan

berat jenis 1.008, terdiri atas 98% air. Sisanya terdiri dari garam anorganik serta bahan

organik dan bila diteliti benar terdapat lanugo, sel-sel epitel, dan verniks kaseosa.

Protein ditemukan rata-rata 2,6% g/L, sebagian besar sebagai albumin. Cairan amnion

masih belum diketahui asalnya dengan pasti. Ada teori yang mengatakan bahwa cairan

amnion berasal dari urine, keringat dan eksudasi alveolar janin..

Polihidramnion adalah jumlah volume cairan amnion yang lebih dari 2000 cc.

Polihidramnion menggambarkan kelainan (abnormalitas) pada janin atau status

maternal dan tingginya risiko terhadap tingkat kematian dan tingkat keabnormalan.

Secara umum, cairan amnion memberikan beberapa manfaat potensial untuk

kehamilan. Cairan amnion mendukung fetus dalam mengatasi trauma, menjaga

temperatur dan memiliki sifat-sifat antibakteria, membekali janin dengan cairan dan gizi

(nutrisi). Cairan amnion juga dibutuhkan untuk pengembangan morfologi kesehatan

janin. Volume atau kandungan amnion yang memadai sangat penting bukan hanya

untuk evolusi dan kematangan paru-paru janin, tetapi juga untuk pengembangan sistem

gastrointestinal dan sistem muskuloskeletal. Perubahan dramatis pada volume cairan

amnion mungkin menggambarkan keabnormalan apakah pada status fetal maupun

1

Page 3: 53794905 wiwik-case

status maternal, dan mungkin menyebabkan meningkatnya angka kematian dan

kecacatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2

Page 4: 53794905 wiwik-case

Definisi

Secara anatomi, hidramnion atau polihidramnion adalah keadaan dimana

banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc.

Secara klinis, hidramnion atau polihidramnion adalah penimbunan berlebihan

dari cairan amnion yang menyebabkan ketidaknyamanan pada ibu dan saat

pemeriksaan imaging dibutuhkan untuk menyokong diagnosa klinis dari letak dan

keberadaan janin

.

Dengan pemeriksaan USG kebanyakan studi klinis mendefinisikan hidramnion

dimana ICA lebih dari 24-25 cm. Studi lain mendefinisikan hidramnion sebagai kantung

berukuran vertikal lebih besar dari 8 cm. Hidramnion atau polihidramnion adalah

keadaan cairan amnion yang berlebihan, yaitu lebih dari 2000 ml atau ICA lebih dari 24.

Jumlah cairan yang berlebihan tersebut dilaporkan dapat mencapai sebanyak 15 L.

Penambahan air ketuban ini dapat mendadak dalam beberapa hari yang disebut

hidramnion akut atau secara perlahan-lahan yang disebut hidramnion kronis. Bila dilihat

dari usia kehamilan, hidramnion dikatakan akut bila terjadi sebelum usia kehamilan 24

minggu dan dikatakan kronis bila diagnosis dibuat pada trimester III.

Dahulu definisi hidramnion dibuat hanya berdasarkan pemeriksaan klinis, bukan

berdasarkan pemeriksaan jumlah cairan amnion yang diproleh dari pemeriksaan

ultrasonografi. Pada tahun 1984 Chamberlain dkk, mendefinisikan batas atas jumlah

cairan amnion normal adalah cairan ketuban yang mempunyai ukuran vertikal lebih dari

3

Page 5: 53794905 wiwik-case

sama dengan 8 cm. Tahun 1987 Phelan dkk, memperkenalkan indeks cairan amnion

(ICA/AFI= Amnion Fluid Indeks) untuk menghitung volume cairan amnion. Dengan

metode ICA Carlson mendefinisikan diagnosis pasti hidramnion dengan ICA > 24 cm.

Usia kehamilan antara 26 – 39 minggu, batas atas normal pada ICA melampaui 24 cm,

oleh karena itu kriteria hidramnion yang lebih besar daripada 97,5% dihubungkan

dengan usia kehamilan.

Insiden Dengan adanya banyak kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan

hidramnion, insidens hidramnion bervariasi antara 0,5 – 1 % dari seluruh kasus. Lebih

sering terjadi pada multipara dibanding primipara. DiIndonesia insiden hidramnion

berkisar antara 1 : 62 sampai 1 : 754 persalinan. Walaupun kebanyakan hidramnion

ringan, namun menimbulkan keluhan pada 1 dari 1000 kehamilan.

Hydramnion yang diidentifikasi pada semua kehamilan mencapai sekitar 1

persen. Dengan menggunakan indeks 25 cm atau diatasnya, Biggio dan rekan (1999)

pada Universitas Alabama melaporkan 1 persen insiden dari 36.450 pada wanita yang

diperiksa.

Pada penelitian sebelumnya oleh Hill dan rekan (1987) dari Klinik Mayo, lebih

dari 9.000 pasien prenatal yang menjalani pengukuran ultrasonik secara rutin hingga

mendekati trimester ketiga. Insiden (kasus) hydramnion menunjukan 0,9%. Hydramnion

ringan - ditetapkan sebaga ukuran kantung antara 8 hingga 11 cm menurut dimensi

vertikal yang terdapat 80% dari kasus dengan adanya kelebihan cairan. Hydramnion

sedang - ditetapkan sebagai kantung yang. hanva memuat sebagian kecil yang diukur

pada kedalaman 12 cm hingga 15 cm, yang ditemukan 15% dari kasus. Hanya 5% yang

termasuk hydramnion berat yang ditetapkan dengan fetus yang mengapung bebas (free-

floating fetus) yang ditemukan pada kantung cairan sedalam 16 cm atau lebih. Meskipun

dua pertiga dari semua kasus termasuk idiopathic, sepertiga kasus lainnya berhubungan

dengan kelainan (anomali), diabetes maternal, atau masa kehamilan multifetal (multifetal

gestation). Golan dan rekan (1863) melaporkan hasil penelitian serupa pada 14.000

wanita.

KlasifikasiBerdasarkan onset hidramnion dibagi menjadi :

1. Akut : Onset tiba-tiba, dimana penambahan cairan ketuban terjadi

4

Page 6: 53794905 wiwik-case

mendadak dan uterus akan mengalami distensi yang nyata dalam

beberapa hari. Biasanya terjadi pada trimester II dan kehamilan sering

berakhir pada usia 28 minggu.

2. Kronik : Onset perlahan-lahan dan terjadi pada trimester III.

Berdasarkan Maksimum Vertical Pocket (MVP), hidramnion dibagi menjadi:

1. Hidramnion ringan : Ukuran vertikal kantong cairan amnion 8 - 11 cm.

2. Hidramnion sedang: Ukuran vertikal kantong cairan amnion 12 - 15 cm.

3. Hidramnion berat : Ukuran vertikal kantong cairan amnion > 16cm. Dan ditemukan

fetus yang bebas mengapung

Berdasarkan Indeks Cairan Amnion (ICA), hidramnion dibagi menjadi:

1. Meningkat (>24 cm)

2. Normal (10-24cm)

3. Rendah normal (5,1-9,9 cm)

4. Menurun (<5 cm)

Etiologi Sampai sekarang etiologi hidramnion belum jelas, tetapi diketahui bahwa

hidramnion terjadi bila produksi air ketuban bertambah, bila pengaliran air ketuban

terganggu atau kedua-duanya. Ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain:

1. Anomali Fetal

- Anencefali

- Spina bifida

- Atresia esofagus atau duodenum

- Facial clefts dan massa pada leher

- Hidrops fetalis

2. Plasenta

Choriangioma dari plasenta

3. Kehamilan ganda

4. Maternal

- Diabetes Mellitus

- Penyakit jantung atau ginjal

5. Idiopatik

5

Page 7: 53794905 wiwik-case

Teori lain mengungkapkan beberapa fakta yang pada umumnya sama, antara lain:

Idiopathic (60%)

Sindrom genetik/Kelainan Janin (19%)

- Sistem Gastrointestinal

- Sistem Saraf Pusat

- Sistem Jantung

- Sistem Genitourinary

- Sistem lain

. Kehamilan kembar (7,5%)

Diabetes (5%)

Macrosomia (4%)

Isoimmunisasi (1,7%)

Prevalensi yang dilaporkan mengenai polihydramnion berkisar antara 0,4% hingga

3,5%, tergantung pada luasnya definisi yang dipilih. Beberapa kondisi fetal dan maternal

merupakan penjajakan mengenai sebab-sebab yang diketahui. Ben-Cherit telah meneliti

120 kasus yang didiagnosa pada trimester ketiga. Pada penelitian ini, polyhydramnion

idiopathic menunjukkan 60% dari kasus, sedangkan 19% kasus berhubungan dengan

kelainan fetal, 7,5 % berhubungan dengan kehamilan rangkap, 5% berhubungan

diabetes melitus, 4% berhubungan fetus makrosomia dan 1,7% berhubungan dengan

sensitisasi Rh. Bila kelainan janin diklasifikasi, kelainan saluran gastrointestinal akan

mencapai 39% dari kasus (duodenal atresia, hernia diafragmatika, atresi esophagus,

dan omphalocele) diikuti dengan kelainan CNS (26%), gangguan Jantung (22%), dan

kelainan saluran genitourinary (13%). Penelitian ini melaporkan beberapa kelainan CNS

dibandingkan dengan beberapa penelitian terdahulu, yang menemukan beberapa lesi

yang sudah umum. Bagaimanapun, perbedaan yang berkaitan dengan kelebihan

deteksi terhadap kelainan CNS pada trimester kedua dan pengakhiran beberapa

kehamilan menghadapi gangguan akibat beberapa kelainan.

PatofisiologiTerdapat 6 jalur regulasi dari cairan amnion yang mempengaruhi jumlah volume

cairan amnion. Jalur-jalur tersebut adalah :

6

Page 8: 53794905 wiwik-case

1. Urine dari janin

2. Proses menelan pada janin

3. Proses pertukaran melalui korionik

a. pada tali pusat

b. melalui kulit janin

4. sekresi dari saluran pernafasan

5. Sekresi dari oral dan nasal

6. Jalur transmembraneal

Pada dasarnya terdapat 2 jalur penting yang mempengaruhi secara nyata

sebagai sumber dari volume cairan amniotik, yaitu urine dari janin dan cairan paru dan

ditambah juga dengan sedikit penambahan dari sekresi dari oral dan nasal. Terdapat

juga 2 jakur penting yang mempengaruhi secara nyata dari pengeluaran cairan amnion

yaitu proses menelan pada janin dan absorsi oleh plasenta

Meskipun terdapat jalur rangkap untuk masuk atau keluarnya cairan ke dalam

ruang amnion, hanya terdapat dua sumber penting dan dua rute penting sebagai

jalan cairan amnion selama masa kehamilan terakhir. Dua sumber penting dari

cairan amnion adalah urine janin dan cairan paru-paru dengan melibatkan kontribusi

kecil yang disebabkan pada sekresi melalui katup oral-nasal fetal. Dua rute penting

dari cairan amnion akan memindahkan fetal swallow dan penyerapannya ke dalam

perfusi permukaan fetal pada plasenta. Jalur potensial akhir untuk pertukaran antara

cairan amnion dengan darah maternal pada dinding uterus. Jalur terakhir

berhubungan dengan jalur "transmembran”, sedangkan rute untuk pertukaran

antara cairan amnion dengan darah fetal pada permukaan fetal plasenta

berhubungan dengan jaiur "intra-membran" rute selanjutnya telah disesuaikan yang

melibatkan semua pertukaran pasif antara cairan amnion dengan darah fetal yang

7

Page 9: 53794905 wiwik-case

mungkln terjadi pada permukaan lain seperti kulit fetal dan umbilical cord. Dua

Pertukaran pasif selanjutnya tidak memperlihatkan hubungan bermakna selama

masa gestasi (masa kehamilan).

Maka, terdapat enam rute dimana air dan larutan mungkin akan masuk atau keluar dari

ruang amnion. Pada setiap rute, air dan larutan selalu bergerak atau pindah dengan arah

yang sama (misalnya arus gabungan) kecuali untuk jalur intra-membran dan jalur trans-

membran, air atau larutan mana yang dapat pindah dengan arah yang berlawanan

(misalnya arus osmotic air dan diffusi larutan). Satu rute terbesar yang mempengaruhi volume

cairan amnion adalah urin janin, rute lain yang cukup bermakna adalah penelanan oleh janin dan

reabsorpsi usus, diketahui dari adanya debris epidermal termasuk lanugo pada mekonium.

Dimana terdapat jalur intramembanous (amnion dengan plasenta janin maupun amnion dengan

tali pusat dan kulit janin), sekresi dari traktus respiratorius, sekresi oral-nasal, dan jalur

transmembranous (amnion dengan darah ibu) yang turut berperan dalam mengatur jumlah

volume cairan amnion. Tiga mekanisme potensial yang dianggap sebagai penyebab

kelebihan cairan amnion pada kasus dimana kelainan janin (fetal) berhubungan dengan

polyhydramnion.

Gangguan Penerimaan Fetal

Gangguan Gastrointestinal bagian atas, susunan leher (contoh goiter atau treatoma),

kelainan sistem skeletal yang berhubungan dengan thorax rawan/lembut, kelainan CNS,

lesi penempatan ruang thorax (diafragmatic hernia, efusi pleura, atau kelainan

adenomatoid cystic bawaan, dan gangguan saraf/neurologis (contoh, myotonic

dystrophia) yang dapat menyebabkan gangguan penerimaan fetal.

Transudasi Cairan pada beberapa lesi membran

Meskipun tidak semua anencephaly menyebabkan hidramnion, yaitu hanya 67% dari

kasus, tetapi disimpulkan bahwa faktor-faktor lain, seperti transudasi meningeal, atau

kekurangan vasopressin (ADH) dapat menyebabkan kelebihan cairan pada beberapa

kasus.

Kegagalan Jantung Congestive yang disebabkan oleh Penyakit Jantung Bawaan,

anemia berat, atau lesi massa

8

Page 10: 53794905 wiwik-case

Selanjutnya apa yang dapat menyebabkan perusakan pembuluh, seperti kelainan

adenomatoid cystic bawaan pada paru-paru, atau disebabkan oleh gangguan output

yang tinggi, seperti sacrococcygeal teratoma.

Polyhydramnion akut - berbeda dengan bentuk kronisnya - yaitu sebagai kondisi

berat atau parah dimana volume cairan amnion mengalami peningkatan secara

cepat pada periode waktu singkat. Sebagian kasus terjadi sebelum 24 minggu.

Polyhydramnion akut adalah gejala yang umum yang dapat diamati dengan sindrom

kembar-kembar (TTTS), atau berhubungan dengan kelainan janin (fetal).

Bagaimanapun, kasus vang berkaitan dengan polyhydramnion telah dilaporkan pada

kehamilan singleton dengan fetus normal secara anatomi.

Volume cairan amnion dikendalikan dengan sejumlah cara. Pada awal kehamilan,

rongga amnion akan terisi oleh cairan yang komposisinya serupa dengan komposisi cairan

ekstrasel. Selama trimester pertama transfer air dan molekul kecil lainnya tidak berlangsung

hanya lewat selaput amnion tetapi juga melalui kulit fetus.

Pada trimester kedua, janin mulai memperlihatkan kegiatan urinasi, menelan dan

menghisap cairan amnion. Proses ini hampir selalu mempunyai peranan penting dalam

mengendalikan volume cairan amnior meskipun sumber utama cairan amnion pada kasus

hidramnion dianggap terdapat pada epitel amnion, namun perubahan riwayat dalam amnion atau

perubahan kimia pada cairan amnion tidak ditemukan.

Menelan pada janin diperkirakan menjadi salah satu mekanisme untuk mengendalikan

volume cairan amnion. Kebenaran teori ini dibuktikan dengan hidramnion terjadi saat refleks

menelan terganggu, misalnya pada kasus atresia esophagus. Namun demikian,refleks menelan

bukan satu-satunya mekanisme untuk mencegah terjadinya hidramnion

9

Page 11: 53794905 wiwik-case

.

Pada anensefalus dan spina bifida, peningkatan transudasi cairan dari meningen yang

terbuka ke dalam rongga amnion adalah faktor penyebab hidramnion. Keadaan lain yang

mungkin menerangkan terjadinya hidramnion pada anensefalus adalah refleks menelan hilang

serta pengeluaran urin berlebihan yang dapat terjadi akibat stimulasi pada pusat serebrospinal

yang kehilangan penutup pelindungnya dan penekanan pada efek antidiuretik karena kekurangan

sekresi vasopresin arginin.

Pada janin dengan facial clefts (palatoschisis dll) ataupun dengan massa di leher, reflek

menelan akan lebih susah sampai hilang.

Tumor pada plasenta seperti chorioangioma juga dapat menyebabkan hidramnion.

Tumor tersebut berasal dari satu vili yang terdiri dari pembuluh-pembuluh darah dan jaringan

penyambung yang hyperplasia. Keadaan tersebut dapat meningkatkan transudasi cairan ke

kantung amnion.

Pada hidramnion yang berkaitan dengan kehamilan kembar monozigot, dikemukakan

hipotesis yang mengatakan bahwa salah satu janin yang menggunakan bagian terbesar dari

sirkulasi darah bagi kedua janin akan mengalami hipertrofi jantung yang selanjutnya akan

mengakibatkan peningkatan pengeluaran urin. Naeye dan Blane (1972) menemukan dalam

sindrom tersebut tubulus renal yang berdilatasi, kandung kemih yang membesar dan

peningkatan ekskresi urin dalam periode neonatus dini, yang semuanya menunjukkan bahwa

peningkatan produksi urin janin bertanggungjawab terhadap terjadinya hidramnion.

10

Page 12: 53794905 wiwik-case

Hasil pengamatan Duonhoelter dan Prichard (1976) terhadap janin yang normal

mempunyai potensi untuk pertukaran cairan dengan volume yang relatif besar akibat inspirasi

cairan amnion. Paru-paru yang hiperplastik dapat mengganggu lintasan pengeluaran cairan

amnion ini.

Hidramnion yang sering dijumpai pada diabetes maternal selama trimester ketiga tetap

tidak jelas penyebabnya. Diyakini dengan peningkatan gula darah ibu, gula darah fetus juga

meningkat, kemudian terjadi diuresis yang berlebihan sehingga akhirnya menyebabkan

hidramnion.

Gejala KlinikGejala klinik pada hidramnion terjadi karena faktor mekanik sebagai akibat penekanan

uterus yang besar terhadap organ-organ sekitarnya. Keluhan sesak akan dirasakan karena

penekanan diafragma akibat uterus yang terlalu besar. Penekanan vena-vena yang besar

menyebabkan edema terutama di kedua tungkai dan abdomen. Kadangkala, oliguri berat dapat

terjadi akibat obstruksi ureter oleh uterus yang besar.

Pada hidramnion akut, distensi tersebut dapat menimbulkan gangguan yang cukup serius

sehingga mengancam keselamatan ibu. Tanpa adanya penanganan, rasa nyeri akan menjadi

begitu intensif dan gejala dispnoe menjadi begitu berat sehingga pada kasus-kasus ekstrim ibu

hanya bisa bernafas dalam keadaan tegak. Ibu dapat menjadi sangat gelisah akibat desakan

tekanan uterus yang sangat tegang pada organ-organ yang berdekatan.

11

Page 13: 53794905 wiwik-case

Pada hidramnion kronis, penumpukan cairan berlangsung secara bertahap dan pasien

dapat mentoleransi distensi abdomen yang berlebihan dan hanya merasa sedikit tidak nyaman.

Gejala-gejala yang umum terjadi pada hidramnion meliputi pertumbuhan cepat pada

uterus dimana :inggi uterus lebih tinggi dari waktu amenoreanya, ketidaknyamanan dalam

abdomen, kontraksi uterus. Pada hidramnion palpasi anak sulit dan bunyi jantung sering tidak

terdengar.

DiagnosisDiagnosis ditegakkan dengan anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik dapat juga

denganultrasound dengan mengukur kantong cairan amnion untuk menghitung volume total.

HIDRAMNION AKUT

A Anamnesis

1. Abdomen membesar melebihi usia kehamilan

2. Abdomen membesar dalam beberapa hari

3. Biasanya terjadi pada usia kehamilan dibawah 20 minggu

4. Nyeri perut karena perut tegang

5. Mual dan muntah

6. Pada proses akut dan perut besar sekali bisa menyebabkan syok

B. Pemeriksaan Fisik

1. Tinggi fundus uteri melebihi usia kehamilan

2. Edema tungkai, mungkin bersama dengan tanda-tanda preeklamsia

3. Bisa ditemui tanda-tanda syok karena proses akut

4. Palpasi bagian kecil janin sulit dan bunyi jantung sulit terdengar.

HIDRAMNION KRONIK

Anamnesis

1. Dyspnoe.terutama pada posisi berbaring

2 Palpitasi

3. Edema pada tungkai, vulva, perut dan hemoroid

Pemeriksaan Fisik

Mungkin terdapat tanda-tanda preeklamsia

1. Inspeksi

- Abdomen terlihat besar, sangat buncit, tidak sesuai umur kehamilan

- Kulit abdomen dapat terlihat tegang, mengkilat, dengan striae yang lebar

12

Page 14: 53794905 wiwik-case

2. Palpasi

- Fundus lebih tinggi dari usia kehamilannya

- Fluid thrill dapat dirasakan di semua tempat

- Bagian-bagian janin, presentasi dan letak sukar dikenal karena banyaknya

cairan

- Kesalahan letak janin dapat terjadi karena janin dapat bergerak bebas.

3. Auskultasi

- Denyut jantung sukar didengar atau kalau dapat terdengar halus sekali.

4. Pemeriksaan dalam

- Serviks terdorong ke atas dan dilatasi

- Ketuban terasa tegang dan menonjol bila diraba melalui lubang pembukaan.

Pemeriksaan Penunjang1. Ultrasonografi (USG)2

Hidramnion, asites dan kista ovarium yang besar dapat dibedakan tanpa kesulitan dengan

USG Cairan amnion yang banyak dapat dilihat sebagai ruang non-echoik yang besar dan

abnormal. Kadang-kadang abnormalitas janin seperti anensefalus atau defek neural tube

lainnya, ataupun anomali traktus. gastrointestinal dapat terlihat.

Hidramnion dinilai dengan cara semikuantitatif untuk menghitung volume cairan amnion

berdasarkan indeks cairan amnion (ICA) > 24 cm. Pertama kali digambarkan oleh Phelan dkk,

metode ini membagi uterus menjadi 4 kuadran dengan umbilikus dan linea nigra sebagai titik

acuan dan memperhitungkan ICA dengan menjumlahkan kantung vertikal maksimum (MVP) dari

masing-masing kuadran.

Penilaian ICA:

a. Meningkat (>24 cm)

Peningkatan ICA adalah sebuah indikasi untuk tes antepartum, termasuk pengukuran ICA berse

aetidaknya aetiap minggu. Sebuah pemeriksaan ultrasound lengkap harua dilakukan untuk manca

adanya anomali pada janin dan plasenta seperti yang terjadi pada hidramnion.

b. Normal (10-24 cm)

c. Rendah normal (5,1-9,9 cm)

d. Menurun ( <5 cm)

13

Page 15: 53794905 wiwik-case

2. Radiografi

Daerah radiolusen yang luas di sekeliling skeleton janin menunjukkan adanya

hidramnion meskipun massa jaringan lunak seperti tumor juga dapat memberikan gambaran

yang sama. Adanya kelainan kongenital anensefalus mudah terdeteksi dengan pemeriksaan

ini.

Amniografi dengan bahan kontras Hypaque dapat membantu mengenali cairan

amnion yang berlebihan, tumor jaringan lunak yang menonjol dari tubuh janin dan kegiatan

menelan pada janin. Namun sekarang pemeriksaan ini kurang populer.

3. Pemeriksaan darah

a. ABO dan Rh

Rhesus isoimunisasi dapat menyebabkan hydrops fetalis dan asites pada janin.

b. Gula darah post prandial dan tes toleransi glukosa bila diperlukan.

PenatalaksanaanPrinsip penatalaksanaan hidramnion adalah untuk mengatasi ketidaknyamanan,

mengetahui penyebabnya dan untuk menghindari dan mengatasi komplikasinya.

Penatalaksanaan spesifik hidramnion dapat dilakukan berdasarkan keadaan kehamilan,

keadaan umum dan riwayat penyakit ibu, derajat penyakit, toleransi untuk pengobatan spesifik,

prosedur dan terapi. Pada hidramnion harus melakukan monitoring ketat jumlah cairan amnion.

Hidramnion ringan jarang membutuhkan terapi.Bahkan hidramnion sedang

terkadang tidak membutuhkan terapi walaupun ada ketidaknyamanan sampai saat persalinan

atau sampai ketuban pecah. Apabila rasa ketidaknyamanan benar-benar mengganggu, maka

dibutuhkan bed rest ataupun hospitalisasi.

Amniosintesis (memasukkan jarum melalui uterus dan masuk ke kantong cairan amnion)

dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan ibu dengan melakukan drainase cairan amnion.

Amniosintesis dapat dilakukan berulang, terutama dilakukan pada hidramnion akut. Cairan

amnion dapat dikeluarkan sebanyak 500 cc/jam, dapat mencapai 1500 - 2000 cc sekali

pengeluaran.2,4 Ibu dengan hidramnion dimana bayinya menderita cacat kongenital, dilakukan

terminasi kehamilan tanpa mempedulikan usia kehamilan.

14

Page 16: 53794905 wiwik-case

Penatalaksanaan lain dari hidramnion adalah pemakaian indomethasin.

Indomethasin (1,5mg/kgBB/hari) mengurangi produksi cairan paru-paru dan meningkatkan

penyerapan, serta mengurangi produk urin fetus, serta meningkatkan aliran cairan yang melintasi

membran fetus. Tetapi terapi ini sangat potensi menyebabkan penutupan lebih awal dari duktus

arteriosus fetalis.

KomplikasiKomplikasi ibu antara lain persalinan preterm, pregnancy-induced hypertension, ketuban

pecah dini kesulitan bernapas. Komplikasi intraparturn antara lain solutio plasenta, prolaps tali

pusat, inersia uteri, insufisiensi plasenta dan bertambahnya insiden sectio caesar. Perdarahan

post partum adalah komplikasi yang paling dikhawatirkan. Kematian janin dapat terjadi, dimana

penyebab utama kemartian janin adalah kelainan kongenital yang tidak memungkinan janin

untuk hidup serta prematuritas.

PrognosisPrognosis tergantung dari berat ringannya hidramnion dan kelaianan yang ada,

menentukan tinggi rendahnya angka mortalitas perinatal, sehingga bayi dalam kehamilan

dengan derajat berat menunjukkan prognosis yang lebih buruk. Dalam beberapa penelitian oleh

Hill dkk (1987), hampir sebanyak 80 % ibu dengan hidramnion ringan melahirkan bayi sehat dan

atern Sebaliknya, separuh ibu dengan hidramnion sedang hingga berat mempunyai janin dengan

kelainan. Meskipun hasil pemeriksaan penunjang tidak tampak kelainan, tidak menjamin

prognosis yang balk pada janin, karena insidens terjadinya malformasi janin sekitar 15 - 20 %

(Landy dkk 1987). Penyebab prognosis kurang baik ialah cacat bawaan, prematuritas,

prolapsus funikuli, eritroblastosis, preeklamsi, diabetes mellitus. Prognosis yang buruk pada ibu

terjadi dikarenakan terjadinya komplikasi inersia uteri, perdarahan postpartum, solutio plasenta.

15

Page 17: 53794905 wiwik-case

BAB III STATUS PASIEN

A. IDENTITAS :

Pasien Suami

Nama : Ny. N. Tn. D.

Umur : 27 thn 30 thn

Agama : Islam Islam

Pendidikan : tamat SD Tamat SMP

Pekerjaan : IRT Buruh

Suku/Bangsa : Jawa Jawa

Alamat : Jl. Bango III Rt 7/3 Pdk Labu

Jakarta selatan

Masuk RSF : 18 desember 2007

No. R. M : 818475

B. ANAMNESISAutoanamnesis 18 Desember 2007 pukul 21.00

Keluhan Utama

Pasien datang dengan rujukan dari dr.SPOG karena suspek tumor abdomen

janin .

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan rujukan oleh dr.SPOG dgn suspek tumor abdomen

janin ,Pasien mengaku hamil lewat waktu. HPHT lupa karena pasien jarang haid sejak

menggunakan suntik KB tiap 3 bulan, ketika datang pasien tidak ada keluhan mules,

lendir dan darah (-), keluar air-air (-),gerak janin (+). Pasien tidak pernah memeriksakan

kehamilannya, pasien baru di USG 1 hari SMRS. Selama kehamilan terkadang pasien

merasa sesak dan tidak nyaman saat berbaring terutama akhir-akhir ini,

Riwayat Menstruasi

Menarche : 13 tahun, teratur, 7 hari, 1-2x ganti pembalut / hari, Dismenorrhe (-)

HPHT : lupa

TP : -

16

Page 18: 53794905 wiwik-case

Riwayat Perkawinan

St Pernikahan : menikah 1 x

Usia menikah : 22 tahun

Usia Suami : 25 tahun

Riwayat Kehamilan

1. Tahun 2002, dokter ,9 bulan ,spontan, 3100 gr, baik

2 Ini

Hamil Muda : mual (+), muntah (+), perdarahan (-)

Hamil Tua : perdarahan (-), sakit kepala (-), tekanan darah tinggi (-), kejang

(-), sesak (+)

Riwayat KB

Suntik,selama 4 tahun

Riwayat Penyakit Dahulu: -

Riwayat Penyakit Keluarga

DM (-), hipertensi (-), peny.jantung (-), asma (-)

Riwayat Kebiasaan Pribadi

Jamu (-), merokok (-), alkohol (-), narkotika (-).

C. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis

KU / Kes : Baik / compos mentis

TV : TD : 120/80 mmHg RR : 20x/mnt

N : 76 x/menit S : 36,5°C

Mata : CA -/-, SI -/-

Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru : Suara nafas vesikuler, rh (-), wh (-)

Abd : Membuncit ,tegang à lihat st. obstetrik

Ekstr : Akral hangat, edema tungkai -/-

17

Page 19: 53794905 wiwik-case

Status Obstetrikus

Abdomen

Inspeksi : Perut membuncit, tegang, memanjang

Palpasi :

Leopold I : TFU :36 cm, teraba 1 bagian besar, bulat, lunak, tidak

melenting

Leopold II : kiri : Teraba bagian - bagian janin

Kanan : Teraba 1 bagian keras seperti papan

Leopold III : Teraba bagian keras dan melenting

Leopold IV : 5/5

Kontraksi (-), gerak janin (+)

Auskultasi : djj 148dpm, teratur, punctum maksimum sulit ditentukan

Kesan : TFU 36 cm ,Presentasi kepala, PUKA,BJJ 148 dpm, TBJ 3700

Anogenital

I : V/U tenang, edema (-), varises (-)

Io : Portio tertutup, fluxus (-), fluor (-), tak tampak air ketuban mengalir

VT : Portio tebal, posterior, pembukaan (-) ketuban (-), kepala di H I.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANGUSG VK DBP 91 AC 440 HC 320 FL 70 ICA 22 TBJ sulit dinilai

Tampak janin presentasi kepala tunggal hidup dengan kelainan kongenital mayor,

berupa gastroschizis, dilatasi usus, asites fetalis, paru- paru tampak normal, profil wajah

dalam batas normal.lain-lain dalam batas normal

Plasenta di korpus belakang

Kesan : JPKTH, janin dgn KKM, Gastroschizis,dilatasi usus,asites fetalis,hidramnion

Pemeriksaan Laboratorium DPL : 8,9/29/97000/295.000

GDS : 98 mg/dl BT / CT: 2’30” / 4’00” Na :135

Gol. Darah : AB/+ K :3,2

SGOT/SGPT : 23/11 Cl :93

Ureum/creatinin: 13/0,76

18

Page 20: 53794905 wiwik-case

Urine:

Warna : kuning Darah : +1

Kejernihan : jernih Protein : -

BJ : 1,015 Glukosa : (-)

Sedimen : sel epitel (+) Keton : (-)

Leukosit : 4-6 /LPB Bilirubin : (-)

Eritrosit : 5-7/LPB Urobilinogen : 0,1

PH : 7 Urobilin : (+)

CTG

Frekuensi 150 dpm

Variabilitas 5-10 dpm

Akselerasi (+)

Deselerasi (-)

His (-)

Gerak janin (+).

Kesan : janin reaktif

E. RESUMENy. 27 thn,datang dgn rujukan dari dokter SPOG karena suspek tumor abdomen

janin. Pasien mengaku hamil lewat waktu. HPHT lupa karena pasien jarang haid sejak

menggunakan suntik KB tiap 3 bulan, ketika datang pasien tidak ada keluhan mules,

lendir dan darah (-), keluar air-air (-) , gerak janin (+),Pasien tidak pernah memeriksakan

kehamilannya dan USG 1 kali SMRS. Terkadang pasien merasa Sesak dan tidak

nyaman saat berbaring terutama akhir – akhir ini. .

Pemeriksaan Fisik :

Tanda Vital

KU / Kes : Baik / compos mentis

TV : TD : 120/80 mmHg RR : 20x/mnt

N : 76 x/menit S : 36,5°C

19

Page 21: 53794905 wiwik-case

Status Generalis

Dalam batas normal

Status obstretikus

Inspeksi : Perut membuncit, tegang,memanjang

Palpasi :

Leopold I : TFU :36 cm, teraba1bagian besar, bulat, lunak, tidak

melenting

Leopold II : kiri : Teraba bagian bagian janin

Kanan : Teraba 1 bagian keras seperti papan,

Leopold III : Teraba bagian keras dan melenting

Leopold IV : 5/5

Kontraksi (-), gerak janin (+)

Auskultasi : djj 148dpm, teratur, punctum maksimum sulit ditentukan

Kesan : TFU 36cm,JPKTH,PUKA,BJJ 148 dpm, TBJ 3700

Anogenital

I : V/U tenang, edema (-), varises (-)

Io : Portio tertutup, fluxus (-), fluor (-), tak tampak air ketuban mengalir

VT : Portio tebal, posterior, pembukaan (-) ketuban (-), kepala di H I

Pemeriksaan Penunjang

USG

Kesan : Hamil aterm, JPKTH,KKM,Gastroschizis,dilatasiusus,asites

fetalis,hidramnion

Pemeriksaan Laboratorium

DPL : 8,9/29/97000/295.000

GDS : 98 mg/dl BT / CT: 2’30” / 4’00”

Na :135

Gol. Darah : AB/+ K :3,2

SGOT/SGPT : 23/11 Cl :93

Ureum/creatinin: 13/0,76

URIN : Dalam batas nornmal

CTG

Kesan :janin reaktif

20

Page 22: 53794905 wiwik-case

F. DIAGNOSISIbu : G2P1A0 hamil 40 minggu, Belum inpartu

Janin : JPKTH, KKM, Gastroschizis, Dilatasi usus,asites fetalis, hidramnion

G. PrognosisIbu : dubia

Anak : malam

H. Penatalaksanaan Rdx/ :Cek DPL,UL,GDS,BT/CT

- Observasi TNP/1jam, S/4jam

- Observasi his, DJJ,CTG

- Rencana USG konfrimasi

- Konsul bagian perinatologi

- Transfusi sampai dgn HB 10mg (10-8,9)x65x4 =286cc=300cc

- Observasi tanda-tanda Inpartu

- Observasi tanda-tanda perburukan

- Menjelaskan masalah dan rencana diatas pada pasien dan keluarga

Rth/

-Sulfas ferrosus2x1

- Konsul dengan konsulen jaga : dikarenakan bedah anak dan perinatologi tidak

tidak ada back up sedangkan melahirkan bayi menimbulkan resiko yang besar

maka direncanakan SC elektif dengan back up bedah anak dan perinatologi,jika

jika ada gawat janin lakukan SC cito .

USG Fetomaternal (19/12/2007)

Janin presentasi kepala tunggal hidup. Plasenta di fundus Gr I.

ICA 33,7 cm

Tampak asites pada janin dengan usus yang melebar.

Tampak hidrothorax pada janin

Tidak tampak gastroschisis

DBP 9,3 cm, Fl 6,8 cm , AC 44,6 cm, TBJ 3000 gr

Penilaian : hamil aterm, hidramnion

Janin dengan kelainan kongenital mayor asites, megaintestin

hidrothorax

21

Page 23: 53794905 wiwik-case

LAB post transfusi :

10/31/7900/244000

Hasil diskusi dgn konsulen FM:

janin dgn KKM asites,megaintestine,polihydramnion Kemungkinan terjadi karena

obstruksi saluran cerna distal,Janin tidak gastroschizis maka prognosa bayi adalah

Bonam jika dilakukan pembedahan setelah dilahirkan karena tdk ada ketergesaan utk

dilahirkan maka direncanakan SC elektif dengan persiapan perinatologi dan bedah anak

tanggal 26/12/2007

Bagian Perinatologi menyarankan pasien dirujuk ke RSCM karena keterbatasan

sumber daya yang ada untuk perawatan bayi setelah dilahirkan dan dioperasi.

Bagian Bedah Anak bsersedia melakukan tindakan operatif pada bayi setelah dilahirkan

dgn back up NICU

FOLLOW UP

Tgl S O A P20 Mules (-),gerak janin

(+), keluar air-air (-)

KU : sakit sedang

Kes : composmentis

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/mnt

Suhu : 36,20 C

RR : 20 x/mnt

St.Gen : dbn

St.Obst : His (-), gerak janin(+),

perdarahan (-)djj 148

- G2P1A0 H40mg, blm inpartu-KKM,Gastroschizis,dilatasi usus,asites fetalis, Hidramnion

- Observasi his, djj, tanda-tanda inpartu, tanda-tanda perburukanSF 2x1

 21 Mules (-),gerak janin

(+), keluar air-air (-)

KU : sakit sedang

Kes : composmentis

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/mnt

Suhu : 360 C

RR : 20 x/mnt

St.Gen : dbn

St.Obst : His (-), gerak janin(+),

Perdarahan (-),djj148

- G2P1A0 H40mg, blm inpartu-KKM,Gastroschizis,dilatasi usus,asites fetalis, Hidramnion

- Observasi his, djj, tanda-tanda inpartu, tanda-tanda perburukan- Sf 2x1 

22 Perut tegang, Mules

(-),gerak janin (+),

keluar air-air (+)

KU : sakit sedang

Kes : composmentis

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/mnt

Suhu : 36,50 C

RR : 20 x/mnt

St.Gen : Abd : tegang, NT (+)

St.Obst : His (-), gerak janin(+),

- G2P1A0 H40mg, blm inpartu-KKM,Gastroschizis,dilatasi usus,asites fetalis, Hidramnion

- Observasi his, djj, tanda-tanda inpartu, tanda-tanda perburukan- Sf 2x1

22

Page 24: 53794905 wiwik-case

DJJ 148 dpm,teratur

Vt : portio kenyal, arah

Belakang, tebal 3 cm,

pembukaan (-),ket (+)kep

di H I

- Rencana CTG ulang

23 gerak janin (+), keluar

air-air (+),

Punggung terasa

Pegal

KU : sakit sedang

Kes : composmentis

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x/mnt

Suhu : 360 C

RR : 20 x/mnt

St.Gen : dbn

St.Obst : His (-), gerak janin(+)

DJJ 148dpm

Tidak teratur

CTG

Kesan : janin reaktif

- G2P1A0 H40mg, blm inpartu-KKM,Gastroschizis,dilatasi usus,asites fetalis, Hidramnion

- Observasi his, djj, tanda-tanda inpartu, tanda-tanda perburukan- Sf 2x1

 

24 Mules (-),gerak janin

(+), keluar air-air (-),

Dada terasa seperti

tertarik, sesak (+)

KU : sakit sedang

Kes : composmentis

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 88 x/mnt

Suhu : 36,50 C

RR : 24 x/mnt

St.Gen : dbn

St.Obst : His (-), gerak janin(+)

Perdarahan (-)djj 140

- G2P1A0 H40mg, blm inpartu-KKM,Gastroschizis,dilatasi usus,asites fetalis, Hidramnion

- Observasi his, djj, tanda-tanda inpartu, tanda-tanda perburukan- Sf 2x1 

25 Mules kadang2,

gerak janin (+),

keluar air-air (+),

 

KU : sakit sedang

Kes : composmentis

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/mnt

Suhu : 360 C

RR : 20 x/mnt

St.Gen : dbn

St.Obst : His (+), gerak janin(+)

DJJ 140 dpm, teratur.

VT : Portio lunak, arah

belakang, tebal 2 cm,

pembukaan 2 cm,

ket (+),kepala H I-II

- G2P1A0 H40mg, blm inpartu-KKM,Gastroschizis,dilatasi usus,asites fetalis, Hidramnion

- Observasi his, djj, tanda-tanda inpartu, tanda-tanda perburukan- Sf 2x1- Persiapan SC elektif (lab.lengkap, konsul PD,Cardio, Anestesi) 

26/12/07 Jam 03.30 WIB

23

Page 25: 53794905 wiwik-case

Dikirim dari ruangan dengan keluhan :

S : mulas (+), gerak janin (+)

O : ku/kes = baik/cm

Status Generalis dbn

Status Obstetricus

His 1x/10’/25’

DJJ : 140 dpm

I Anogenital

I: v/u tenang

VT : portio kenyal, aksial, tebal 2cm, pembukaan 2cm, ketuban (+), kep HII

A : Ibu : G2P1A0 belum Inpartu

Janin : JPKTH, KKM, Gastroschizis, dilatasi usus, asites fetalis, hidramnion.

P : Pro SC

26/12/2007 jam 10.00S : Mulas

O : ku/kes : baik / compos mentis

T;N;S;P: 120/80 mmHg;84 x/mnt; afebris; 22 x/mnt

St generalis : dbn

St Obstetrikus : His (+), 3-4x/10’/30”,kontraksi sedang,relaksasi baik, djj 140

dpm, teratur,

Anogenital

I : V/U tenang, edema (-), varises (-)

Io : Portio licin, fluxus (+), fluor (-), tampak air ketuban mengalir

VT : Pembukaan 5cm, ketuban (+),H II

A : Ibu : G2P1A0 hamil 40 minggu, PK I aktif

Janin : JPKTH, KKM, Gastroschizis,dilatasi usus,asites fetalis,hidramnion

P : - Keluarga pasien menolak SC rencanakan partus pervaginam

- Nilai kemajuan persalinan selama 4jam

- Observasi TNP/1jam, S/4jam

- Observasi his, DJJ

24

Page 26: 53794905 wiwik-case

Diskusi dengan Dr.Taufik.SPOG Pasien dengan lingkar kepala besar dan suspek

obstruksi usus distal: Informed consent ulang untuk SC

Pk 16.00Keluarga pasien setuju dilakukan SC

Berlangsung SCTPP

 

Laporan operasi Operator : dr.Dyah

Diagnosis pre-op : G2P1A0 H40 minggu, JPKTH,KKM,Gastroschizis,dilatasi

usus,asites fetalis,hidramnion

Diagnosis post-op : P2, BSC 1x,NCB-SMK dengan kelainan kongenital Gastroschizis

Pasien Telentang di meja OP dengan anastesi spinal

Dilakukan A dan Antisepsis daerah Operasi dan sekitarnya

Insisi pfannestiel

Setelah peritonium dibuka tampak uterus gravidus

SBU disayat tajam ditembus tumpul,dilebarkan secara tajam berbentuk huruf U

Dengan bantuan vakum dilahirkan bayi perempuan BB 3500 gr, PB 52 cm, A/S

8/9,Janin dengan kelaianan gastroschizis dengan diameter 5cm,usus yang

berada diekstrakorporal ukuran 8x7x7 tanpa selaput, air ketuban jernih dan

banyak

Dengan tarikan ringan lahir plasenta spontan dan lengkap

Kedua ujung SBU dijahit hemostasis, SBU di jahit satu lapis dengan vicril no 1

Kedua tuba dan ovarium dalam batas normal

Diyakini tidak ada perdarahan ,dinding abdomen dijahit lapis demi lapis, fascia

dengan vicryl, kulit subkutikular dengan chromic cat gut 3-0

Perdarahan selama operasi ± 350 cc, urin 100cc

 

25

Page 27: 53794905 wiwik-case

Instruksi post op 1.      Observasi kontraksi, perdarahan setiap 30 menit dlm 2 jam pertama

2.      Observasi TNSP setiap 30 menit dalam 2 jam pertama

3.      Cek DPL post op

4.      Imobilisasi setelah 24 jam

5.      Oksitosin drip 20 iu/500 RL per 8 jam hingga 24 jam post op

6. Cairan 2000cc/24jam

7. Kalori :2000kal

6.      Ampicillin 4 x 1 gr

8.      Profenid supp 3x1

9.      Motivasi ASI dan KB

 

Observasi Post SC

Pukul TD N RR S Kontraksi Perdarahan

18.00 120/80 88 24 37 + -

20 .00 120/80 84 22 36,8 + -

21. 00 120/70 80 22 36,5 + -

22..00 120/70 80 20 36,5 + -

 

26

Page 28: 53794905 wiwik-case

Follow Up

  27 desember 2007 28 desenber 2007 29 desember 2007 S Nyeri luka operasi, ASI (+),urin 500cc Nyeri luka operasi Nyeri luka operasi

O KU : sakit sedang

Kes : composmentis

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/mnt

Suhu : 36,50 C

RR : 22 x/mnt

St.Gen : extr edema -/-

St.Obst : TFU 2 jari bawah pusat kontraksi (+), lokia (+), perdarahan (-).Lab : DPL 9,7/30/18,3/254

 

KU : sakit sedang

Kes : composmentis

TD : 110/60 mmHg

Nadi : 80 x/mnt

Suhu : 36,20 C

RR : 22 x/mnt

St.Gen : extr edema -/-

St.Obst : TFU 2 jari bawah pusat kontraksi (+), lokia (+), perdarahan (-).

 

 

KU : sakit sedang

Kes : composmentis

TD : 110/60 mmHg

Nadi : 78 x/mnt

Suhu : 360 C

RR : 22 x/mnt

St.Gen : extr edema -/-

St.Obst : TFU 2 jari bawah pusat kontraksi (+), lokia (+), perdarahan (-). Luka operasi kering

 

 

A - NH1 P2 Post SC a.i KKM hr 1 JPKTH,kkm,gastroschizis

- NH2 P2 Post SC a.i KKM hr 2 JPKTH,kkm,gastroschizis

- NH3 P2 Post SC a.i KKM hr 3 JPKTH,kkm,gastroschizis

- Observasi TNSP, perdarahan- off infus dan catheter- Ampicillin 3x1 gr- Pronalges supp 3x1- Sf 2x1- Rawat Luka- Ganti verban 

- Amoxicillin 3x500 mg- Asam mefenamat 3x500 mg- Rawat Luka- Ganti verban  

- Amoxicillin 3x500 mg- Asam mefenamat 3x500 mg - Rawat Luka- Ganti verban - Besok boleh pulang 

27

Page 29: 53794905 wiwik-case

BAB IVAnalisa Kasus

Pada kasus ini diagnosis hidramnion ditegakkan atas dasar anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

Dari anamnesa diketahui pasien datang dirujuk Sp.OG dengan suspek tumor

abdomen janin serta terdapat keluhan rasa tidak nyaman pada perut dan sesak yang

timbul bila berbaring, keluhan sesak yang dirasakan hanya kadang-kadang saja akibat

desakan uterus terhadap organ sekitarnya.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal .Status

obstretikus didapatkan perut membuncit, tegang, TFU 36 cm,JPKTH,PUKA,BJJ 148

dpm, TBJ 3700, bagian-bagian janin masih dapat dinilai dengan palpasi, gerak janin

dirasakan lemah pada palpasi dan punctum maksimum sulit ditemukan. Hal ini sesuai

dengan pemeriksaan fisik hidramnion pada tinjauan pustaka.

Pemeriksaan penunjang yang paling berguna adalah USG didapatkan ICA 33 cm

yang memberi kesan hidramnion. Ini sesuai dengan definisi tinjauan pustaka bahwa

diagnosis pasti hidramnion jika didapat ICA > 24 cm. Pada USG tampak kelainan

kongenital mayor gastroschizis, dilatasi usus, asites fetalis.hal ini menyatakan janin

memiliki kelainan bawaan yang merupakan salah satu penyebab hidramnion, dengan

demikian dapat dinyatakan penyebab hidramnion pada kasus ini adalah kelainan

bawaan gastroschizis. Pada gastroschizis terjadi gangguan pada baik rute

transmembran ataupun rute intramembran, dikarenakan terjadinya gangguan dalam

proses menelan, gangguan reabsorbsi usus, sekresi oral nasal dan proses pengeluaran

urin . Hal ini menyebabkan keseimbangan volume cairan amnion jadi terganggu,

sehingga terjadi penumpukan cairan amnion.

Penatalaksanaan hidramnion pada pasien ini dengan dilakukan seksio sesaria

elektif. Karena pada pasien ini dengan kehamilan 40 minggu dan belum didapatkan

tanda-tanda inpartu. Setelah operasi seksio sesaria, lahir bayi perempuan dengan berat

3500 gr, Apgar score 8/9, dirawat diinkubator di ruang perinatologi karena NICU penuh.

Penanganan hidramnion pada pasien ini tidak dapat dikatakan baik ataupun tidak,

karena boleh dikatakan hidramnion pada pasien ini tidak diketahui, karena pasien tidak

pernah di USG maupun memeriksakan kehamilannya. Bahkan keluhan sesak pada

pasien tidak membuat pasien datang ke bidan atau dokter.

28

Page 30: 53794905 wiwik-case

BAB VKesimpulan Dan Saran

Hidaramnion adalah suatu kelainan akumulasi cairan amnion yang berlebihan.

Penyebab hidramnion dibagi berdasarkan kondisi ibu, janin, dan idiopatik. Adapun

secara klinis terdapat hidramnion akut dan kronis. Diagnosis hidramnion ditegakkan

berdasarkan anamnesis yang menunjukkan gejala yang tampak akibat penekanan

uterus yang besar terhadap organ-organ sekitarnya, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang terutama USG.

Hidramnion dapat menyebabkan beberapa komplikasi, baik komplikasi pada ibu,

janin, maupun intrapartum. Komplikasi tersebut dapat meningkatkan resiko kematian ibu

dan janin. Antisipasi dan penanganan yang tepat dapat mencegah terjadinya komplikasi-

komplikasi tersebut.

Etiologi hidramnion pada pasien ini adalah kelainan bawaan pada janinnya yaitu

gastroschizis. Diagnosis ini didapatkan dengan pemeriksaan USG yang sudah

dilakukan.

Antenatal care yang teratur termasuk pemeriksaan USG dan menjalani evaluasi

rutin menjelang akhir trimester kedua dan permulaan trimester ketiga supaya dapat

terdeteksi adanya hidramnion secara dini. USG sangat berguna untuk menyingkirkan

keraguan diagnosis.

29

Page 31: 53794905 wiwik-case

DAFTAR PUSTAKA

1. William M Gilbert, MD, Amniotic Fluid. Dalam: Clinical Obstetrics and

Gynecology, edisi June 1997, volume 40,California,Lippincort-Raven.265-

310

2. Martaasoebrata D, Sumapraja S.Penyakit serta kelainan plasenta dan

selaput janin. Dalam:Winkjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T,

penyunting. Ilmu kebidanan, edisi ke 3. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka

sarwono P. 358-9.

3. Moise KJ. MD. Polyhydramnios. Clinical Obstetrics and Gynecology Vol 40

NO.2 June: 1997. Page 267 - 283

4. Cunningham 6. MD, etal. Williams Obstetrics. 21 St Edition. McSRAW-

HILL Medical Publishing Division USA: 2001. Page 817 - 821.

5. http://www.emedicine.com/ped/topic1854.htm

6. http://www.yahoo.com/medicastore/topic1042.htm

Research Paper helphttps://www.homeworkping.com/

30