52851446-laporan-pendahuluan

9
LAPORAN PENDAHULUAN BPH (POST OPEN PROSTATEKTOMI) LANTAI 4B GEDUNG A RSCM JULIANA, 0606102612 1. Anatomi dan Fisiologi Prostat adalah suatu organ yang terdiri dari komponen kelenjar, stroma dan muskular. Kelenjar ini mulai tumbuh pada kehamilan umur 12 minggu karena pengaruh dari horman androgen yang berasal dari testis janin. Prostat merupakan derivat dari jaringan embrional sinus urogenital. Kelenjar prostat bentuknya seperti konnus terbalik yang terjepit (kemiri ). Letak kelenjar prostat disebelah inferior buli-bulu, didepan rektum dan membungkus uretra posterior. Ukuran rata-rata prostat pada pria dewasa 4 x 3 x 2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram. Pada tahun 1972 Mc. NEAL, mengemukakan konsep tantang zona anatomi dari prostat. Menurut Mc. NEAL, komponen kelenjar dari prostat sebagian besar terletak/membentuk zona perifer. Zona perifer ini ditambah dengan zona sentral yang terkecil merupakan 95 % dari komponen kelenjar. Komponen kelenjar yang lain ( 5% ) membentuk zona transisi. Zona transisi ini terletak tepat di luar uretra di daerah verumontanum. Proses hiperplasia dimulai di zona transisi ini. Sebagian besar proses keganasan (60-70 % ) bermula di zona perifer, sebagian lagi dapat tumbuh di zona transisi dan zona sentral. Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari cairan ejakulat. Cairan kelenjar ini dialirkan

Upload: bambang-heruju

Post on 16-Feb-2015

31 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 52851446-LAPORAN-PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

BPH (POST OPEN PROSTATEKTOMI)

LANTAI 4B GEDUNG A RSCM

JULIANA, 0606102612

1. Anatomi dan Fisiologi

Prostat adalah suatu organ yang terdiri dari komponen kelenjar, stroma dan muskular.

Kelenjar ini mulai tumbuh pada kehamilan umur 12 minggu karena pengaruh dari horman

androgen yang berasal dari testis janin. Prostat merupakan derivat dari jaringan embrional

sinus urogenital. Kelenjar prostat bentuknya seperti konnus terbalik yang terjepit (kemiri ).

Letak kelenjar prostat disebelah inferior buli-bulu, didepan rektum dan membungkus uretra

posterior. Ukuran rata-rata prostat pada pria  dewasa 4 x 3 x 2,5 cm dan  beratnya kurang

lebih 20 gram.

Pada tahun 1972  Mc. NEAL, mengemukakan konsep tantang zona anatomi dari

prostat. Menurut Mc. NEAL, komponen kelenjar dari prostat  sebagian besar

terletak/membentuk zona perifer. Zona perifer ini ditambah dengan zona sentral yang terkecil

merupakan 95 % dari komponen kelenjar. Komponen kelenjar yang lain ( 5% ) membentuk

zona transisi. Zona transisi ini terletak tepat di luar uretra di daerah verumontanum. Proses

hiperplasia dimulai di zona transisi ini.  Sebagian besar proses keganasan (60-70 % ) bermula

di zona perifer, sebagian lagi dapat tumbuh di zona transisi dan zona sentral.

Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari cairan

ejakulat. Cairan kelenjar ini dialirkan melalui duktus sekretorius dan bermuara di uretra

posterior untuk kemudian bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi. Cairan ini

merupakan    25 % dari volume ejakulat. Jika kelenjar ini mengalami hiperplasia jinak atau

berubah menjadi kanker ganas dapat membuntu uretra posterior dan mengakibatkan

terjadinya obstruksi saluran kemih.

Page 2: 52851446-LAPORAN-PENDAHULUAN

1. Definisi

Adalah pembesaran prostate yang berhubungan dengan usia yang merupakan akibat

proliferasi bagian srtoma dan kelenjar. Hal ini dapat menyebabkan sumbatan dan penekanan

saluran kencing.

2. Etiologi

Penyebab yang pasti terjadinya BPH sampai saat ini belum jelas namun diprediksi

akibat ketidakseimbangan hormonal. Usia juga memiliki peran yang penting terhadap

terjadinya BPH. Seseorang yang berusia lebih dari 50 tahun memiliki resiko terkena BPH

50% dan usia di atas 75 tahun memiliki resiko 75%.

3. Patofisiologi

Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika

prostat membesar akan meluas ke atas (bladder), di dalam mempersempit saluran uretra

prostatica dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesikal.

Sebagai kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dan buli-buli

berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang terus-menerus

menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli berupa : Hipertropi otot detrusor, trabekulasi,

terbentuknya selula, sekula dan difertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli

dirasakan klien sebagai keluhan pada saluran kencing bagian bawah atau Lower Urinary

Tract Symptom/LUTS.

Pada fase-fase awal dari Prostat Hyperplasia, kompensasi oleh muskulus destrusor

berhasil dengan sempurna. Artinya pola dan kualitas dari miksi tidak banyak berubah. Pada

fase ini disebut Sebagai Prostat Hyperplasia Kompensata. Lama kelamaan kemampuan

kompensasi menjadi berkurang dan pola serta kualitas miksi berubah, kekuatan serta lamanya

kontraksi dari muskulus destrusor menjadi tidak adekuat sehingga tersisalah urine di dalam

buli-buli saat proses miksi berakhir seringkali Prostat Hyperplasia menambah kompensasi ini

dengan jalan meningkatkan tekanan intra abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang

disertai timbulnya hernia dan haemorhoid puncak dari kegagalan kompensasi adalah tidak

berhasilnya melakukan ekspulsi urine dan terjadinya retensi urine, keadaan ini disebut

sebagai Prostat Hyperplasia Dekompensata. Fase Dekompensasi yang masih akut

menimbulkan rasa nyeri dan dalam beberapa hari menjadi kronis dan terjadilah inkontinensia

urine secara berkala akan mengalir sendiri tanpa dapat dikendalikan, sedangkan buli-buli

tetap penuh. Ini terjadi oleh karena buli-buli tidak sanggup menampung atau dilatasi lagi.

Page 3: 52851446-LAPORAN-PENDAHULUAN

Puncak dari kegagalan kompensasi adalah ketidak mampuan otot detrusor memompa urine

dan menjadi retensi urine.Retensi urine yang kronis dapat mengakibatkan kemunduran fungsi

ginjal.

4. Gejala

Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai

Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu:

1. Gejala Obstruktif

a. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan

yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa

lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra

prostatika.

b. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena

ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika sampai

berakhirnya miksi.

c. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.

d. Pancaran lemah: kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan

waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.

e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.

2. Gejala Iritasi

a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.

b. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam

hari (Nocturia) dan pada siang hari.

c. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

5. Derajat Benign Prostate Hyperplasia

Benigne Prostat Hyperplasia terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan klinisnya :

1. Derajat satu: keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1 – 2 cm, sisa urine

kurang dari 50 cc, pancaran lemah, nocturia, berat + 20 gram.

2. Derajat dua: keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nocturia bertambah berat, panas

badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol, batas atas masih

teraba, sisa urine 50 – 100 cc dan beratnya + 20 – 40 gram.

Page 4: 52851446-LAPORAN-PENDAHULUAN

3. Derajat tiga: gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba, sisa urine lebih

100 cc, penonjolan prostat 3 – 4 cm, dan beratnya 40 gram.

4. Derajat empat: inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit ke ginjal

seperti gagal ginjal, hydroneprosis.

6. Penatalaksanaan

Hanya dengan dilakukan prostatektomi yang merupakan reseksi bedah bagian prostat

yang memotong uretra untuk memperbaiki aliran urin dan menghilangkan retensi urinaria

akut, ada beberapa alternatif pembedahan meliputi :

Transsurethral resection of prostate (TURP)

Dimanan jaringan prostat obstruksi dari lobus medial sekitar uretra diangkat dengana

sistoskop/resektoskop dimasukkan melalui uretra

Suprapubic /open prostatektomi

Dengan diindikasikan untuk massa lebih dari 60 g/60 cc. penghambat jaringan prostat

diangkat melalui insisi garis tengah bawah dibuat melalui kandung kemih,pendekatan ini

lebih ditujukan bila ada batu kandung kemih. Pedekatan ini lebih ditujukan bila ada batu

kandung kemih.

Retropubic prostatektomi

Massa jairingan prostat hipertropi (lokasi tinggi dibagian pelvis) diangkat melalui

insisi abdomen bawah tanpa pembukaan kandung kemih

Perineal prosteatektomi

Massa prostat besar dibawah area pelvis diangkat melalui insisi diantara skrotum dan

rektum, prosedur radikal ini dilakukan untuk kanker dan dapat mengakibatkan impotensi.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN BPH

Pengkajian post operasi prostatektomi

Pengkajian ini dilakukan setelah klien  menjalani operasi, yang meliputi:

Keluhan utama : Keluhan pada klien berbeda – beda antara klien yang satu dengan yang

lain. Kemungkinan keluhan yang bisa timbul pada klien post operasi prostektomi adalah

keluhan rasa tidak nyaman, nyeri karena spasme kandung kemih atau karena adanya

bekas insisi pada waktu pembedahan. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi klien dan

ungkapan dari klien sendiri.

Keadaan umum : Kesadaran, GCS, ekspresi wajah klien, suara bicara.

Page 5: 52851446-LAPORAN-PENDAHULUAN

Sistem respirasi: Bagaimana pernafasan klien, apa ada sumbatan pada jalan nafas atau

tidak. Apakah perlu dipasang O2. Frekuensi nafas , irama nafas, suara nafas. Ada

wheezing dan ronchi atau tidak. Gerakan otot Bantu nafas seperti gerakan cuping hidung,

gerakan dada dan perut. Tanda – tanda cyanosis ada atau tidak.

Sistem sirkulasi: Yang dikaji: nadi (takikardi/bradikardi, irama), tekanan darah, suhu

tubuh, monitor jantung (EKG ).

Sistem gastrointestinal: Hal yang dikaji: Frekuensi defekasi, inkontinensia alvi,

konstipasi / obstipasi, bagaimana dengan bising usus, sudah flatus apa belum, apakah ada

mual dan muntah.

Sistem neurology: Hal yang dikaji: keadaan atau kesan umum, GCS, adanya nyeri

kepala.

Sistem muskuloskleletal :Bagaimana aktifitas klien sehari – hari setelah operasi.

Bagaimana memenuhi kebutuhannya. Apakah terpasang infus  dan dibagian mana

dipasang serta keadaan disekitar daerah yang terpasang infus. Keadaan ekstrimitas.

Sistem eliminasi: Apa ada ketidaknyamanan pada supra pubik,  kandung kemih penuh .

Masih ada gangguan miksi seperti retensi. Kaji apakah ada tanda – tanda perdarahan,

infeksi. Memakai kateter jenis apa. Irigasi kandung kemih. Warna urine dan jumlah

produksi urine tiap hari. Bagaimana keadaan sekitar daerah pemasangan kateter.

Terapi yang diberikan setelah operasi: Infus yang terpasang, obat – obatan seperti

antibiotika, analgetika, cairan irigasi kandung kemih.

Diagnosa setelah operasi

1. Nyeri berhubungan dengan spasme kandung kemih dan insisi sekunder pada

prostatektomi

2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder dari

prostatektomi bekuan darah odema .

3. Potensial infeksi berhubungan dengan prosedur invasif : alat selama

pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.

4. Kurang pengetahuan: tentang prostatektomi sehubungan dengan kurang

informasi .

5. Gangguan tidur dan  istirahat berhubungan dengan nyeri.

Page 6: 52851446-LAPORAN-PENDAHULUAN

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1998. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, edisi 2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC.

Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran, EGC.

Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar – dasar urologi. Malang: CV    Infomedika.

Price, A.S. & Wilson. L.M. (2002). Konsep klinis proses-proses penyakit. (ed 6). Jakarta:

EGC

Smeltzer, S. C & Bare, B. G. (2002). Brunner & Suddarth’s textbook of medical-surgical

nursing. (ed 8). (Agung waluyu, et al, Penerjemah). Philadelphia: Lippincott. (Buku

asli diterbitkan 1996)