5. bab ii fix

26
 3 II. PEMBAHASAN 2.1 Kepe mi mp ina n d an Kerj asa ma Tim 2.1.1 Definisi dan Karakterist ik Kepemimpinan Kepemimpin an merup akan suatu konsep abstra k, tetapi hasilnya nyat a. Kadangkala kepemimpinan mengarah pada seni, tetapi seringkali pula berkaitan dengan ilmu. Pada kenyataanya, kepemimpinan merupakan seni sekaligus ilmu. Ada banyak definisi mengenai kepemimpinan, tergantung pada perspektif yang digunakan. Kepemimpinan dapat didefinisikan berdasarkan penerapannya  pada bidang militer, olah raga, bisnis, pendidikan, industri, dan bidang-bidang lainnya. Robbins (1991 mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok anggota agar beker!a men"apai tu!uan dan sasaran yang ditetapkan. #"hriesheim, et al. (dalam Kreitner dan Kini"ki, 199$, p. %1& menyatakan  bah'a kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial dimana pemimpin men gup ayakan par tisipasi sukarela par a ba'aha nny a dal am usah a men "apai tu!uan organisasi. ibson et al. (1991, p. 3&9 memberikan definisi kepemimpinan sebagai kemampuan untuk memp engaru hi moti) asi atau kompetensi indi) idu-in di)id u lainnya dalam suatu kelompok.

Upload: mei-indrawati

Post on 01-Nov-2015

233 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Kepemimpinan dan kerja sama tim

TRANSCRIPT

28

II. PEMBAHASAN

2.1 Kepemimpinan dan Kerjasama Tim2.1.1 Definisi dan Karakteristik KepemimpinanKepemimpinan merupakan suatu konsep abstrak, tetapi hasilnya nyata. Kadangkala kepemimpinan mengarah pada seni, tetapi seringkali pula berkaitan dengan ilmu. Pada kenyataanya, kepemimpinan merupakan seni sekaligus ilmu.Ada banyak definisi mengenai kepemimpinan, tergantung pada perspektif yang digunakan. Kepemimpinan dapat didefinisikan berdasarkan penerapannya pada bidang militer, olah raga, bisnis, pendidikan, industri, dan bidang-bidang lainnya.Robbins (1991) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.

Schriesheim, et al. (dalam Kreitner dan Kinicki, 1992, p. 516) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial dimana pemimpin mengupayakan partisipasi sukarela para bawahannya dalam usaha mencapai tujuan organisasi.

Gibson et al. (1991, p. 369) memberikan definisi kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi motivasi atau kompetensi individu-individu lainnya dalam suatu kelompok.

Ketiga definisi tersebut hanyalah sebagian dari definisi-definisi yang ada. Sedangkan dalam kaitannya dengan TQM, definisi yang diberikan oleh Goetsch dan Davis (1994, p. 192) adalah bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggungjawab total terhadap usaha mencapai atau melampaui tujuan organisasi.

Definisi-definisi di atas pada hakikatnya mengandung kesamaan, di mana konsep dasarnya berkaitan dengan penerapannya dalam TQM, yaitu membangkitkan motivasi atau semangat orang lain, yaitu dengan jalan memberikan inspirasi atau mengilhami. Konsep ini mengandung pengertian bahwa motivasi tersebut telah ada dalam diri setiap karyawan dan motivasi yang ada tersebut bukanlah sekedar tanggapan temporer terhadap rangsangan eksternal. Kepemimpinan sendiri tidak hanya berada pada posisi puncak struktur organisasi perusahaan, tetapi juga meliputi setiap level yang ada dalam organisasi.

Istilah manajer dan pemimpin tidaklah perlu dicampuradukkan, karena kepemimpinan merupakan salah satu bagian dari manajemen. Manajer melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, komunikasi, dan pengawasan. Termasuk di dalam fungsi-fungsi itu adalah perlunya memimpin dan megarahkan: Zaleznik dalam Robbins (1991) menyatakan bahwa tidak semua pemimpin adalah manajer. Seorang manajer yang diberi hak-hak tertentu (formal) dalam suatu organisasi belum tentu dapat menjadi seorang pemimpin yang efektif. Akan tetapi kemampuan untuk mempengaruhi orang lain yang didapatkan dari luar struktur formal adalah sama atau bahkan lebih penting daripada pengaruh formal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin dapat muncul secara informal dari suatu kelompok dan dapat pula ditunjuk secara formal.Secara formal seorang pemimpin yang baik harus memiliki beberapa karakteristik (Goetsch, 1997: 170) sebagai berikut:

1. Tanggung jawab yang seimbangKeseimbangan di sini adalah antara tanggungjawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang yang harus melaksanakan pekerjaan tersebut.

2. Model peranan yang positif

Peranan adalah tanggungjawab, perilaku, atau prestasi yang diharapkan dari seseorang yang memiliki posisi khusus tertentu. Oleh karena itu seorang pemimpin yang baik harus dapat dijadikan panutan dan contoh bawahannya. Mereka melakukan apa yang diharapkan dari karyawannya, misalnya ia mengharapkan karyawannya untuk tepat waktu, maka pemimpin tersebut harus bersikap tepat waktu dalam memenuhi janji atau melaksanakan tugasnya.3. Memiliki keterampilan komunikasi yang baik

Pemimpin yang baik harus bisa menyampaikan ide-idenya secara ringkas dan jelas, serta dengancara yang tepat.4. Memiliki pengaruh positif

Pemimpin yang baik memiliki pengaruh terhadap karyawannya dan menggunakan pengaruh tersebut untuk hal-hal yang positif. Pengaruh adalah seni menggunakan kekuasaan untuk menggerakkan atau mengubah pandangan orang lain kearah suatu tujuan atau sudut pandang tertentu.5. Mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang lain (persuasif)Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dapat menggunakan keterampilan komunikasi dan pengaruhnya untuk meyakinkan orang lain akan sudut pandangnya serta mengarahkan mereka pada tanggung jawab total terhadap sudut pandang tersebut.

Selain memiliki karakteristik sebagaimana telah dijelaskan diatas, seorang pemimpin yang baik harus dapat memainkan peranan penting dalam melakukan tiga hal berikut (Bennis dan Nanus 1985:184-186).1. Mengatasi penolakan terhadap perubahan

Orang-orang yang memiliki posisi manajemen sering kali berusaha mengatasi hal ini dengan menggunakan kekuasaan dan kendali. Akan tetapi, pemimpin mengatasi penolakan dengan menciptakan komitmen total secara sukarela terhadap tujuan dan nilai-nilai sama.

2. Mengatasi kebutuhan kelompok-kelompok didalam dan diluar organisasi

Bila terjadi konflik kepentingan antara perusahaan dengan salah satu pemasoknya, maka pemimpin harus dapat menemukan cara mengatasinya tanpa merugikan ssalah satu pihak.3. Membentuk kerangka etis yang menjadi dasar kegiatan setiap karyawan dan perusahaan serta keseluruhanKerangka etis ini dapat diwujudkan dengan cara sebagai berikut:

a) Memberikan contoh perilaku yang etisb) Memilih orang-orang yang berperilaku etis sebagai anggota timc) Mengkomunikasikan tujuan organisasid) Memperkuat perilaku yang sesuai didalam dan diluar organisasie) Menyampaikan posisi-posisi yang etis, secara internal dan eksternal

Kepemimpinan bukanlah fungsi dari kharisma. Oleh karena itu, seseorang tidak bisa hanya mengandalkan kharisma yang dia miliki semata dalam usaha memimpin suqatu kelompok tertentu. Bila seorang pemimpin mencoba menggunakan citra dan kharismanya semata untuk memimpin suatu organisasi, maka ia bukanlah pemimpin, tetapi missleader. Ada beberapa karakteristik yang membedakan seorang pemimpindengan missleader, yaitu sebagai berikut (Drucker, 1992:122):a) Pemimpin menentukan dan mengungkapkan misi organisasi secara jelas.

b) Pemimpin menetapkan tujuan, prioritas dan standar.

c) Pemimpin lebih memandang kepemimpinan sebagai tanggungjawab daripada suatu hak istimewa dari suatu kedudukan.d) Pemimpin bekerja dengan orang-orang berpengetahuan dan tangguh, serta dapat memberikan kontribusi kepada organisasi.e) Pemimpin memperoleh kepercayaan, respek, dan integritas.2.1.2 Kepemimpinan Versus ManajemenKonsep manajemen dan manajerial pun sebenarnya agak berbeda. Kepemimpinan merupakan salah satu bagian dari manajemen. Meskipun demikian, keduanya saling melengkapi. Beberapa perbedaan antara manajemen dan kepemimpinan mcnurut John P. Kotter (dalam Goetsch dan Davis, 1994: 209) antara lain adalah sebagai berikut:

1. Manajemen berhubungan dengan usaha menanggulangi kompleksitas, sedangkan manajerial menanggulangi perubahan.2. Manajemen berkaitan dengan perencanaan dan penganggaran untuk mengatasi kompleksitas, sedangkan manajerial mengenai penentuan arah perubahan melalui pembentukan visi.3. Manajemen mengembangkan kemampuan untuk melaksanakan rencana melalui pengorganisasian dan penyusunan staf, sedangkan manajerial mengarahkan orang untuk bekerja berdasarkan visi.4. Manajemen menjamin pencapaian rencana melalui pengendalian dan pemecahan masalah, sedangkan manajerial memotivasi dan mengilhami orang agar berusaha melaksanakan rencana.

Di atas sudah dijelaskan mengenai perbedaan antara manajemen dan manajerial. Tentunya antara manajer selaku orang yang melaksanakan aktivitas manajemen dan pemimpin yang melaksanakan manajerial juga memiliki beberapa perbedaan. Dalam konteks TQM, manajer yang sukses adalah manajer yang dapat menggabungkan karakteristik manajer dan pemimpin secara tepat. Berikut ini adalah perbandingan antara pemimpin dan manajer.

1. Manajer mengelola; pemimpin melakukan inovasi.

2. Managers are copies; leaders are originals.

3. Manajer memelihara; pemimpin mengembangkan.

4. Manajer berfokus pada sistem dan struktur; pemimpin berfokus pada manusia.

5. Manajer mangandalkan pengendalian; pemimpin mengilhami.

6. Manajer menggunakan pandangan jangka pendek; pemimpin menggunakan pandangan jangka panjang.

7. Manajer menekankan aspek bagaimana dan kapan; pemimpin aspek apa dan mengapa.

8. Manajer manerima status quo; pemimpin menantangnya.

9. Manajer melakukan sesuatu dengan benar; pemimpin melakukan sesuatu secara tepat.

Terdapat sejumlah perbedaan tugas pemimpin dibandingkan dengan manajer dalam manajemen kualitas. Perbaikan terus-menerus pada produk, pelayanan, dan proses dapat dipercepat bila setiap tantangan menjadi keadaan tetap setiap hari. Pemimpin dapat merumuskan atau menyusun rencana dalam menghadapi tantangan dengan membentuk jawaban pada enam pertanyaan yang fundamental yaitu:1) Bagaimana kita tetap eksis atau hidup, apa tujuan kita (mission)?

2) Apa yang kita lihat dimasa depan, apa kegiatan kita ingin segala sesuatu dipatuhi (vision)?

3) Apa kegiatan kita dipercaya dan apa kegiatan kita ingin segala sesuatu dipatuhi (values)?

4) Apa pedoman yang diberiakan pada karyawan, bagaimana mereka akan menetapkan kualitas produk dan pelayanan pelanggan (policy)?

5) Apakah dalam jangka panjang dan jangka pendek prestasi akan memungkinkan atau membolehkan kita untuk mengisi misi (tugas) untuk mencapai visi (impian) dan tujuan (goals and objective)?

6) Bagaimana kita menggerakan ke arah visi dan mencapai cita-cita atau sasaran dan tujuan (methodology)?

2.1.3 Kepemimpinan Manajemen Kualitas

Dalamperspektif TQM, kepemimpinan didasarkan pada filosofi perbaikan metode dan proses kerja secara berkesinambungan akan dapat memperbaiki kualitas, biaya, produktivitas, ROI, dan pada gilirannya juga meningktakan daya saing.Filosofi ini dikemukakan pertama kali oleh Deming yang menyatakan bahwa setiap oerbaikan metode dan proses kerja akan memberikan rangkaian hasil sebagai berikut:

1) Perbaikan kualitas2) Penurunan biaya3) Peningkatan produktivitas4) Penurunan harga5) Peningkatan pangsa pasar6) Kelangsungan hidup yang lebih lama dalam industri/bisnis7) Lapangan kerja yang lebih luas.8) Peningkatan ROI (Return on Investment)

Kepemimpinan kualitas seperti itu memiliki beberapa karakteristik berikut:

a) Visible,commited dan knowldgeableKepemimpinan yang baik mengembangkan fokus pada aspek kualitas, melibatkan setiap orang dalam pendidikan dan pelatihan. Selain itu, juga mengembangkan hubungan rutin dengan para karyawan, pelanggan, dan pemasok.

b) Semangat misionaris

Pemimpin yang baik berusaha mempromosikan aspek kualitas diluar organisasi, baik melalui pemasok, distributor, maupun pelanggan.

c) Target yang agresif

Kepemimpinan yang baik mengarah pada perbaikan yang bersifat inkremental, yang tidak sekedar memperbaiki proses, tetapi juga mengupayakan proses-proses yang berbeda.

d) Strong driver

Tujuan yang ingin dicapai dalam aktivitas perbaikan diterapkan dengan jelas dalam ukuran kepuasan pelanggan dan kualitas.

e) Komunikasi nilai-nilai

Kepemimpinan yang baik melakukan perubahan budaya ke arah budayakualitas secara efektif. Hal ini dilakukan dengan menyusun suatu sistem komunikasi yang jelas dan konsisten melalui kebijakan tertulis, misi, pedoman dan pernyataan lainnya mengenai nilai-nilai kualitas

f) Organisasi

Struktur organisasi yang dimiliki adalah struktur datar(flat structure) yang memungkinkan adanya wewenang yang lebih besar bagi tingkatan yang lebih rendah. Setiap karyawan diberdayakan dan dilibatkan dalam tim-tim perbaikan antar departemen.

g) Kontak dengan pelanggan

Para pelanggan memiliki akses untuk menghubungi manajer puncak dan proses manajer senior perusahaan.

Pada dasarnya karakteristik diatas mengandung prinsi-prinsip yang sama dengan prinsip-prinsip TQM, yaitu meliputi sebagai berikut (Scholtes dalam Goestsh dan Davis, 1994:197-199)

a) Fokus pada pelanggan

Kemepimpinan kualitas membutuhkan fokus pada pelanggan.Hal ini berarti tujuan utama organisasi adalah untuk memenuhi atau melampaui harapan pelanggan mealui suatu cara yang memberikan nilai abadi (lasting value) kepada para pelanggan, baik pelanggan internal maupun ekternal.

b) Obsesi terhadap kualitas

Obsesi terhadap kualitas mengandung makna bahwa setiap karyawan secara agresif berusaha mencapai kualitas dalam rangka melampaui harapan pelanggan internal maupun ekternal.

c) Pemahaman megenai struktur pekerjaan

Proses pekerjaan perlu analisis utuk menentukan susunan struktural yang tepat (organisasi, urutan pekerjaan, alat yang digunakan, dan lain-lain. Bila struktur optimum telah tercapai maka proses pekerjaan harus dianalisis, dievaluasi, dan dipelajari terus menerus dalam rangka penyempurnaannya.

d) Kebebasan yang terkendali

Pengendalian dalam pengertian TQM adalah pengendalian manusia terhadap metode dan proses kerja. Pemimin harus menjamin bahwa manajer dan karyawan mengendalikan proses dan mtode kerja dengan jalan bersama-sama membakukannya. Tujuannya adalah untuk mengurangi variasi output dengan jalan mengurangi variasi proseskerja.

e) Satuan tujuan

Seorang pemimpin bertanggungjawab dalam menentukan dan menyampaikan misi organisasi secara jelas dan seksama agar semua karyawanmemahami, menyakini, dan bertanggungjawab terhadap misi tersebut.dengan adanya kesatuan tujuan, maka semua karyawan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama.

f) Mencarikesalahan dalam sistem

Diperlukan perubahan dalam fokus atau penkanan terhadap penilaian kesalahan karena adanya masalah menjadi penilaian sistem dalam rangka menemukan dan mengatasi masalah yang berhubungan dengan sistem.g) Kerja sama tim

Prinsip ini didasarkan pada keyakinan bahwa kerja sama tim akan dapat memberikan hasil yangjauh lebih baik daripada bekerja secara individual.

h) Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan

Dalam era teknologi tinggi, mesin yang paling penting dalam lingkungan kerja adalah pikiran manusia.oleh karena itu, belajar terus menerus merupakan unsur yang fundamental dalam TQM.

Tujuan dari kepemimpinan dalam manajemen kualitas adalah untuk meningkatkan: Performansi manusia dan mesin, memperbaiki kulaitas yang ada, meningkatkan output dan produktivitas, serta secara stimulan mampu menciptakan kebanggan kerja (pride of workmanship)

Pada dasarnya terdapat delapan kunci tugas pemimpin (Gaspeerz, 1997:203) untuk melaksanakan komitmen perbaikan kualitas secara terus menerus, yaitu sebagai berikut:

1) Menetapkan suatu dewan kualitas.

2) Menetapkan kebikaksanaan kualitas.

3) Menetapkan dan mnyebarkanluaskan sasaran kualitas.

4) Memberikan dan menyiapkan sumber-sumber daya.

5) Memberikan dan menyiapkan pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada pemecahan masalah-masalah kuaitas.

6) Menetapkan tim perbaikan kualitas.

7) Menetapkan tim perbaikan mutu terus menerus.

8) Memberikan penghargaan.Sementara itu, juran menyatakan, bahwa kepemimpinan yang mengarah pada kulitas meliputi tiga fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pengendalian, dan perbaikankualitas secara berkesinambungan.

1) Perencanaan kualitas

Perencanaan ini meliputi langkah-langkah:identifikasi pelanggan, identifikasi kebutuhan planggan, mengembangkan metode dan proses kerja yang dapat menghasilkan produk yang memenuhi atau melampaui harapan pelanggan, dan mengubah hasil perencanaan ke dalam tindakan.

2) Pengendalian kualitas

Fungsi ini mencakup langkah-langkah :mengevaluasi kinerja aktual, membandingkan kinerja aktual, membandingkan kinerja aktual dengan tujuan, dan melakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi perbedaankinerja yang ada.

3) Perbaikan kualitas

Fungsi ini terdiri dari atas langkah-langkah:membentuk infrastruktur untuk perbaikan kualitas secara berkesinambungan, identifisikasi proses atau metode yang membutuhkan perbaikan, membentuk tim yang bertanggungjawab atas proyek perbaikan tertentu, dan menyediakan sumber daya serta pelatihan yang dibutuhkan tim perbaikan tersebut agar dapat mendiagnosis masalah dan mengidentifisikan penyebabnya, menentukan pemecahannya, dan melalukan perbaikan terhadap masalah tersebut.

Dalam kaitannya dengan cara menghadapi perubahan, manajer dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut.

1) Driver, yaitu manajer yang mempimpin dengan pedoman dan arah baru sebagai tanggapan terhadapperubahan.driver bersifat proaktif dan memainkan peranan sebagai fasilitor dalam membantu karyawan dan organisasi untuk beradaptasi terhadap perubahan serta berkesinambungan.2) Rider, yaitu manajer yang hanya bereaksi bila telah terjadi perubahan.3) Spoiler, yaitu manajer yang secara aktif menolak perubahan.

Deming mengemukakan suatu jalan menuju perbaikan kualitas terus menerus yang dikenal sebagai Jalan Deming Perbaikan Kualitas Terus Menerus (Demings Road To Continual Quality Improvement), yaitu sebagai berikut:

1) Menciptakan lebih banyak pemimpin.

2) Berfokus pada pelanggan.

3) Mengetahui kapan bertindak sebagai pelatih dan kapan bertindak sebagai wasit.4) Menghilangkan menuju kerja yang lebih baik.5) Memahami variasi dalam proses.

6) Bekerja memperbaiki sistem kualitas.

7) Menciptakan rasa saling percaya.

8) Memaafkan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh bawahannya.9) Mendengarkan suara pelanggan.

10) Meningkatkan pendidikan dan pelatihan karyawan secara terus menerus.

2.1.4 Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Umumnya dikenal lima macam gaya kepemimpinan, yaitu otokratis, demokratis, partisipatif, orientasi pada tujua, dan situasional.1) Kepemimpinan Otokratis

Kepemimpinan otokratis disebut juga kepemimpinan diktator atau direktif. Orang yang menganut pendekatan ini mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengan para karyawan yang harus melaksanakannya atau karyawan yang dipengaruhi keputusan tersebut. Mereka menentukan apa yang harus dilakukan orang lain dan mengharapkan mereka mematuhinya. Kritik yang muncul adalah pendekatan ini tidak akan efektif dalam jangka panjang.2) Kepemimpinan DemokratisGaya kepemimpinan ini dikenal pula dengan istilah kepemimpinan konsultatif atau konsensus. Orang yang menganut pendekatan ini melibatkan para karyawan yang harus melaksanakan keputusan dalam proses pembuatannya. Sebenarnya yang membuat keputusan akhir adalah pemimpin, tetapi hanya setelah menerima masukan dan rekomendasi dari anggota tim. Kritik terhadap pendekatan ini adalah keputusan yang paling popular/ disukai tidak selalu merupakan keputusan terbaik, dan bahwa kepemimpinan demokratis, sesuai dengan sifatnya, cenderung menghasilkan keputusan yang disukai daripada keputusan yang tepat. Gaya ini juga dapat mengarah pada kompromi, yang pada akhirnya bisa memberikan hasil yang tidak diharapkan.3) Gaya Kepemimpinan Partisipatif

Kepemimpinan partisipatif juga dikenal dengan istilah kepemimpinan terbuka, bebas, atau nondirective. Orang yang menganut pendekatan ini hanya sedikit memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan. Ia hanya menyajikan informasi mengenai suatu permasalahan dan memberikan kesempatan kepada anggota tim untuk mengembangkan strategi dan pemecahannya. Tugas pemimpin adalah mengarahkan tim kepada tercapainya konsensus. Asumsi yang mendasari gaya kepemimpinan ini adalah bahwa para karyawan akan lebih siap menerima tanggung jawab terhadap solusi, tujuan dan strategi dimana mereka diberdayakan untuk mengembangkannya. Kritik terhadap pendekatan ini menyatakan bahwa pembentukkan konsensus banyak membuang waktu dan hanyaberjalan bila semua orang yang terlibat memiliki komitmen terhadap kepentingan utama organisasi atau perusahaan.4) Kepemimpinan Berorientasi pada TujuanGaya kepemimpinan ini juga disebut kepemimpinan berdasarkan hasil atau berdasarkan sasaran. Orang yang menganut pendekatan ini meminta anggota tim untuk memusatkan perhatiannya hanya pada tujuan yang ada. Hanya strategi yang dapat menghasilkan kontribusi nyata dan dapat diukur dalam mencapai tujuan oganisasilah yang dibahas. Pengaruh kepribadian dan faktor lainnya yang tidak berhubungan dengan tujuan organisasi tertentu diminimumkan. Kritik terhadap pendekatan ini adalah bahwa gaya kepemimpinan ini memiliki fokus yang terlampau sempit, dan sering kali berfokus pada perhatian yang keliru.5) Kepemimpinan SituasionalGaya kepemimpinan ini dikenal pula sebagai kepemimpinan tak tetap (fluid) atau kontingensi. Asumsi yang digunakan dalam gaya ini adalah tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap manajer dalam semua kondisi. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan situasional akan menerapkan suatu gaya tertentu berdasarkan pertimbangan atas faktor-faktor seperti pemimpin, pengikut, situasi (dalam arti struktur tugas, peta kekuasaan, dan dinamika kelompok). Ketiga faktor tersebut merupakan variabel-variabel kritis yang saling berhubungan dan berinteraksi. Pernyataannya ini dikenal dengan istilah hukum situasi (law of situation). Dengan demikian, berdasarkan pertimbangan terhadap faktor-faktor tersebut, seorang manajer memutuskan apakah akan menggunakan pendekatan otokratis, demokratis, partisipatif, atau berorientasi pada tujuan. Pada situasi yang berbeda, manajer yang sama dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang berlainan.Dari beberapa gaya kepemimpinan di atas, kesemuanya bagus, akan tetapi harus menyesuaikan dengan kondisi bawahan dan pemimpin itu sendiri. Sebab dari semua gaya kepemimpinan belum tentu tepat bagi seorang pemimpin, atau dalam situasi dan kondisi tertentu2.1.4.1 Gaya Kepemimpinan dalam konteks TQMGaya kepemimpinan yang tepat dalam konteks TQM adalah kepemimpinan partisipatif yang lebih tinggi level/ tingkatannya. Kepemimpinan partisiptif dalam pandangan tradisional meliputi usaha mencari masukan dari karyawan. Sedangkan dalam pandangan TQM meliputi upaya mencari masukan dari karyawan yang diberdayakan, mempertimbangkan masukan tersebut, dan bertindak berdasarkan masukan itu.Agar para bawahan respek terhadapnya dan bersedia mengikutinya, maka ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh manajer di antaranya meliputi:a) Rasa tanggung jawab yang besar.b) disiplin pribadi.c) Bersifat jujur.d) Memiliki kredibilitas tinggi. Menggunakan akal sehat, sehingga dapat menentukan kapan harus bersikap fleksibel dan kapan harus bersikap tegas.e) Memiliki energi dan stamina tinggi.f) Memegang teguh komitmen terhadap tujuan organisasi, setiap orang yang bekerja dengannya, dan terhadap pengembangan pribadi dan profesionalnya secara berkesinambungan.g) Setia dan tabah dalam menghadapi segala situasi, termasuk situasi yang paling sulit.

Dalam rangka membentuk keanakbuahan (followship), ada enam paradigma dalam interaksi manusia yang harus diperhatikan. Melalui pemahaman ini, maka dapat dipilih suatu pendekatan yang paling tepat dalam menjalin hubungan antarindividu dalam suatu organisasi atau perusahaan. Keenam paradigma interaksi manusia, menurut Covey (1994, 204-232), meliputi sebagai berikut:

1) Menang/ menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus-menerus mencari keuntungan bersama di dalam setiap interaksi manusia. Pendekatan ini berarti kesepakatan atau solusi memberikan keuntungan dan kepuasan yang timbale balik.

2) Menang/ kalah adalah pendekatan otoriter yang yang berpendapat, Saya mendapatkan apa yang saya inginkan; Anda tidak mendapatkan apa yang anda inginkan. Orang yang menggunakan paradigma menang/ kalah cenderung menggunakan jabatan, kekuasaan, mandate, atau kepribadian untuk memperoleh apa yang mereka inginkan.3) Kalah/ menang adalah kerangka pikiran dan hati yang selalu menjadi pecundang, biasanya cepat menyenangkan atau memenuhi tuntutan orang lain. Mereka tidak memiliki tuntutan, harapan, dan visi. Umumnya mereka mudah diintimidasi oleh kekuatan ego orang lain, karena kurang memiliki keberanian untuk mengeksperesikan perasaan dan keyakinannya sendiri.

4) Kalah/ kalah adalah pendekatan yang terjadi bila kedua pihak yang berinteraksi bersifat keras kepala, egois, dan ingin membalas dendam, yang hasilnya adalah keduanya rugi/ kalah, apa pun keputusan yang dihasilkan.

5) Menang adalah suatu pendekatan yang menyatakan, Saya tidak menginginkan orang lain kalah, tetapi yang pasti saya ingin menang.Sikap yang dipegang adalah, Saya mengurus diri saya sendiri dan kamu urus diri kamu sendiri.

6) Menang/ menang atau tidak ada transaksi adalah pendekatan yang tidak menghasilkan solusi sinergistik (solusi yang disepakati oleh kedua belah pihak). Ini berarti tidak ada harapan dan kontrak kerja yang ditetapkan, karena masing-masing pihak setuju untuk tidak melakukan kesepakatan.Dari keenam paradigma di atas, yang paling tepat untuk membentuk dan mempertahankan pengikut (anak buah) adalah pendekatan menang/ menang, karena dalam pendekatan ini kedua pihak bekerja sama untuk menemukan solusi yang terbaik. Paradigma ini sesuai pula dengan gaya kepemimpinan partisipatif model TQM.2.1.5 Penerapan Kepemimpinan KualitasThe Joint Commision for the Accreditaton of Healthcare(JCAHO) di Amerika serikat menjabarkan kepemimpinan kualitas sebagai proses empat tahap, yaitu sebagai berikut.

1) Perencanaan untuk pelayanan kesehatan

2) Pengaturan pelayanan kesehatan

3) Implementasi dan koordinasi pelayanan kesehatan

4) Perbaikan pelayanan kesehatan.

2.1.5.1 Tugas dan peran kepemimpinan

Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin:

1) Pemimpinbekerja dengan orang lain

Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerjanya atau atasan lain dalam organisasisebaik orang diluar organisasi

2) Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggung jawabkan (akontabilotas)

Seorang pemmpin bertanggungjawab untukmenyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan valuasi, untuk mencapai outcome yang terbaik.pemimpin bertanggungjawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.

3) pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyususn tugas dengan mendahuluan priorotas.dalam upaya pencapaiantujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf.kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif, dan menyelesaikan masalah secara efektif.

4) Pemimpin harus berfikir secara analitis dan konseptual

Seorang pemimpin harus dapat menjadi pemikir yang analisdan konseptual.selanjutnya dapat mengidentifikasikan masalah dengan akurat.pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.

5) Pemimpin adalah politisi dan diplomat

Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi .sebagai seorang diplomat, seorangpemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.

6) Pemimpin membuat keputusan yang sulit

Seorang pemimpinharus dapat memecahkan masalah.Menurut henry mintzberg, peran pemimpin adalah:

a) Peran huungan antar perorangan ,dalam kasusu ini fungsinya sebagai pemimpin yangcontoh,pembangunan tim , pelatih, direktur, mentor dan konsultasi.b) Fungsi peran informasi sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.c) Peran pembuat keputusan berfungsi sebagai pengusaha, penaganan gangguan, sumber alokasi dan negosiator.

2.1.6 Kerjasama TimKerja sama tim merupakan salah satu unsur fundamental dalam TQM. Tim merupakan sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama. Faktor-faktor yang mendasari perlunya dibentuk suatu tim adalah:

a. Pemikiran dari 2 orang atau lebih cenderung lebih baik daripada pemikiran satu orang saja.

b. Konsep sinergi (1+1 > 2), yaitu bahwa hasil keseluruhan (tim) jauh lebih baik daripada sejumlah bagiannya (anggota individual).

c. Anggota Tim dapat saling mengenal dan saling percaya, sehingga dapat saling membantu.

d. Kerja sama tim dapat menyebabkan komunikasi terbina dengan baik.

Untuk dikatakan suatu tim hendaknya paling tidak memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Ada kesepakatan terhadap misi tim.2. Semua anggota mentaati peraturan tim yang berlaku.3. Ada pembagian tanggung jawab dan wewenang yang adil.4. Setiap anggota harus dapat saling membantu dalam beradabtasi terhadap perubahan secara adil.

Menurut Johnson, Kantner, dan Kikora yang dikutif oleh Tjiptono dan Anastasia, pada ummnya tim dapat diklasifikasikan kedalam tiga jenis, yaitu:

1. Tim penyempurnaan departemen

Jenis paling baling banyak dijumpai. Tim terdiri dari personil yang menyusun unit, departemen, ayau fungsi tertentu dalam organisasi dan seringkali disebut gugus kualitas (quality circle)2. Tim perbaikan proses

Tim ini memiliki misi untuk melakukan perbaikan terhadap keseluruhan proses. Oleh karena itu tim ini terdiri dari personil dari setiap fase proses.3. Gugus tugas

Gugus tugas seringkali disebut pula tim proyek. Yaitu tim sementara yang dibentuk untuk suatu misi tertentu. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah tim proyek khusus dan tim pemecahan masalah. Gugus tugas terdiri dari orang-orang yang sanggup memenuhi misi khususnya. Gugus tugas tersebut akan dibubarkan bila misinya telah tercapai.Selain karakteristik di atas yang perlu juga di perhatikan oleh pemimpin dan bawahan adalah Komunikasi. Sebab komunikasi dalam setiap perusahaan memegang peranan penting dalam menunjang kelancaran segala aktivitasnya. Komunikasi berfungsi untuk beberapa tujuan, yaitu untuk pengendalian, motivasi, ekspresi perasaan, dan informasi. Komunikasi bisa berupa komunikasi verbal maupun nonverbal. Komunikasi nonverbal biasanya dilakukan melalui beberapa cara, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh tertentu, intonasi suara, serta jarak antara individu dalam percakapan.Komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian makna dari pengirim kepada penerima. Kualitas suatu proses komunikasi ditentukan oleh seberapa jauh pemahaman penerima terhadap pesan yang diterimanya. Proses decoding dan encording dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan (tingkat pendidikan), keterampilan dan system sosial cultural yang dianut penerima dan pengirim.Tujuan dibentuknya suatu tim agar memiliki sejumlah fungsi penting yang mencakup; a) bertanggung jawab pada mutu pembelajaran; b) bertanggung jawab pada pemanfaatan waktu para guru, material serta ruang yang dimanfaatkan; c) menjadi sarana untuk mengawasi, mengevaluasi dan meningkatkan mutu; d) bertindak sebagai penyalur informasi kepada pihak manajemen tentang perubahan-perubahan yang diperlukan dalam proses peningkatan mutu. (Edward Sallis, 2010: 182).2.1.6.1 Faktor-faktor penghambat kesuksesan kerja sama tim

Selain hal-hal yang pendukung, factor-faktor yang bisa menhambat dalam kerjasa tim juga perlu diperhatikan sebab orang-orang dalam membangun kerja sama tim seringkali tidak dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Penyebab utamanya adalah faktor manusia. Beberapa aspek di antaranya adalah:

1. Identitas pribadi anggota tim

Sudah suatu hal yang alamiah bila seseorang ingin tahu apakah mereka cocok di suatu organisasi, termasuk di dalam suatu tim. Hal ini di khawatirkan kemungkinan terjadi outsider, pergaulan dengan tim lainnya.2. Hubungan antar anggota tim

Agar setiap anggota dapat bekerja sama, maka anggota tim harus saling mengenal dan berhubungan.

3. Identitas tim di dalam organisasiFaktor ini terdiri dari dua aspek. Pertama, kesesuaian atau kecocokan tim di dalam organisasi. Aspek ini menyangkut apakah misi tersebut merupakan prioritas dalam perusahaan? Apakah tim memperoleh dukungan dari manajemen puncak?. Aspek kedua, adalah pengaruh keanggotaan dalam tim tertentu terhadap hubungan dengan anggota di luar tim. Aspek ini terutama sangat penting dalam gugus tugas dan tim proyek di mana anggota tim itu berusaha mempertahankan hubungan yang telah terbina dengan rekan kerja yang bukan anggota tim.Pembentukan suatu tim tidak berjalan dengan sendirinya, untuk itu diperlukan usaha mengatasi factor-faktor yang dapat menghambat kesuksesan kerja sama tim dan dibutuhkan pula berbagai upaya agar tim dapat mencapai misi dan tujuan pembentukannya. Disini di utarakan paling tidak ada 10 kunci keberhasilan kerjasa sama tim. 1) Saling ketergantungan; 2) Perluasan tugas; 3) Penjajaran (menyisihkan sikap individualis); 4) Memakai bahasa yang umum; 5) Kepercayaan; 6) Kepemimpinan/ keanakbuahan yang dibagi rata; 7) Keterampilan pemecahan masalah; 8) Keterampilan menangani konflik; 9) Penilaian/ tindakan; 10) Perayaan.Dari karakteristik yang bisa membangun kerja sama tim terdapat pula factor-faktor yang bisa menghambat dalam kerja sama tim. Hal ini sebagimana pribahasa ada obat ada penyakit demikian juga sebaliknya. Tapi disini kami tawarkan cara mensupport Tim kerja anda dan menjaga peningkatan etos kerjanya. Ingat! Tebarkanlah benihmu di kebun persahabatan, maka engkau akan memetik buahnya dari keranjang para pekerja yang penuh dengan kesungguhan. (Muhammad Abdul Jawwad, 2009: 29)Jadi dalam membangun tim diperlukan penumbuhan motivasi para rekan kerja, selain berdasarkan peraturan formal tidak kalah pentingnya untuk membangun persatuan dengan mempererat persahabatan. Kata pepatah musuh satu lebih dari cukup, sahabat seribu jauh dari cukup (kurang). Sebab dengan banyaknya sahabat maka kekuatan akan semakin kuat, ibarat sapu lidi jika bersatu maka kekuatannya luarbiasa bisa menyapu sampah yang lebih besar dan lebih banyak darinya. Jadi tebarkanlah ukhuwah Islamiyah di kalangan para tim kerja.3