5 bab ii 2.1.1 pengertian model pembelajaran andreas...

27
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas Kosasih (2010:54) mengemukakan bahwa istilah model secara khusus diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Mills (Suprijono,2011) berpendapat bahwa model adalah bentuk reprensentasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Model pembelajaran merupakan landasan praktis pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends (Suprijono,2011) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model adalah “each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir,

Upload: trinhdan

Post on 26-Mar-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran

Andreas Kosasih (2010:54) mengemukakan bahwa istilah model

secara khusus diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan

sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Mills (Suprijono,2011)

berpendapat bahwa model adalah bentuk reprensentasi akurat sebagai

proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang

mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan

interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari

beberapa sistem. Model pembelajaran merupakan landasan praktis

pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar

yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum

dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran

dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan

kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.

Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

Menurut Arends (Suprijono,2011) model pembelajaran mengacu

pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-

tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,

lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran

dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar. Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model adalah

“each model guides us as we design instruction to help students achieve

various objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu

peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir,

Page 2: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

6

dan mengeskpresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam

merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Model pembelajaran tediri dari model pembelajaran langsung

(direct instruction), model pembelajaran kooperatif (cooperative

learning), model pembelajaran diskusi (discussion learning) dan model

pembelajaran strategi (strategy learning).

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang

berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama

dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar

(Sugiyanto,2010:37). Menurut Panitz (Suprijono,2011), pembelajaran

kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja

kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau

diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap

lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan

pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi

yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah

yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada

akhir tugas.

Menurut Roger dkk (Miftahul Huda, 2011:29) menyatakan

pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran Kelompok

yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan

pada perubahan informasi secara social di antara Kelompok-kelompok

pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas

pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran

anggota-anggota yang lain.

Artz dan Newman (1990) mendefinisikan pembelajaran kooperatif

sebagai Kelompok kecil pembelajar / siswa yang bekerja sama dalam satu

Page 3: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

7

tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas atau

mencapai satu tujuan bersama. Menurut Slavin (1985) pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Jonhson &

Johnson (Isjoni, 2010:17) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif

adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas kedalam suatu kelompok

kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang

mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.

Sunal dan Hans (2000) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus

dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja

sama selama proses pembelajaran sedangkan Jonhson dan Jonhson (Isjoni,

2010:17) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil

agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka

miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik,

penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial

(Ibrahim, dkk, 2000:7). Dukungan teori Vygotsky terhadap model

pembelajaran kooperatif adalah penekanan belajar sebagai proses dialog

interaktif dan arti penting belajar kelompok.. Pembelajaran kooperatif

adalah pembelajaran berbasis sosial. Pembelajaran kooperatif tidak sama

dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar

pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian

kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model

pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru

mengelola kelas lebih efektif.

Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan

pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan (1)

Page 4: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

8

“memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti, fakta,

keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama ;

(2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang

berkompenten menilai. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang lebih

menekankan pada adanya kerja siswa dalam kelompok-kelompok kecil.

2.1.2.2 Elemen Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johnson (Suprijono,2011) mengatakan bahwa

tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model

pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah

1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif).

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua

pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang

ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota

kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu:

a. Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi

dalam kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota

kelompok mencapai tujuan. Peserta didik harus bekerjasama untuk

dapat mencapai tujuan. Tanpa kebersamaan, tujuan mereka tidak

akan tercapai.

b. Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan

penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai

tujuan.

c. Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam

kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas

kelompok. Artinya, mereka belum dapat menyelesaikan tugas,

sebelum mereka menyatukan perolehan tugas mereka menjadi satu.

Page 5: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

9

d. Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling

mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling

terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok.

2. Personal responsibility (tanggungjawab perseorangan).

Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap

keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah

membentuk semua anggota kelomok menjadi pribadi yang kuat.

Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua

anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah

mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat

menyelesaikan tugas yang sama.

Beberapa cara menumbuhkan tanggungjawab perseorangan adalah (a)

kelompok belajar jangan terlalu besar ; (b) melakukan assesmen

terhadap setiap siswa ; (c) memberi tugas kepada siswa, yang dipilih

secara random untuk mempresentasikan hasil kelompoknya kepada

guru maupun kepada seluruh peserta didik di depan kelas; (d)

mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi individu dalam

membantu kelompok ; (e) menugasi seorang peserta didik untuk

berperan sebagai pemeriksa di kelompoknya ; (f) menugasi peserta

didik mengajar temannya.

3. Face to face promotive interaction ( interaksi promotif).

Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan

positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah:

Saling membantu secara efektif dan efisien.

Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan.

Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien.

Saling mengingatkan.

Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan

argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap

masalah yang dihadapi.

Saling percaya.

Page 6: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

10

Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

4. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota).

Untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian

tujuan pesertadidik harus:

Saling mengenal dan mempercayai.

Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius.

Saling menerima dan saling mendukung.

Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.

5. Group processing (pemrosesan kelompok).

Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau

tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa

di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang

tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan

efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan

kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat

pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil

belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan

pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu

model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan interdependensi

peserta didik dalam struktur tugas, strutur tujuan, dan struktur reward-

nya.

Pendapat lain juga disampaikan Anita Lie (Sugiyanto,2010) yang

menyebutkan pembelajaran kooperatif memiliki elemen-elemen sebagai

berikut:

a. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang

mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang

saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling

ketergantungan positif yang dapat dicapai melalui saling

ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan

Page 7: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

11

menyelesaikan tugas, saling ketergantuangan bahan atau sumber,

saling ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah

b. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam

Kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Interaksi semacam itu

sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari

sesamanya. Ini juga mencerminkan konsep pengajaran teman sebaya.

c. Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar

kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa

terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian ini

selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua

kelompok mengetahui siapa kelompok yang memerlukan bantuan dan

siapa yang dapat memberikan bantuan,maksudnya yang dapat

mengajarkan kepada temannya. Nilai kelompok tersebut harus

didasarkan pada rata-rata, karena itu anggota kelompok harus

memberikan kontribusi untuk kelompoknya. Intinya yang dimaksud

dengan akuntabilitas individual adalah penilaian kelompok yang

didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota secara

individual.

d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap

teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani

mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain,

mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin

hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja

diajarkan.

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan elemen

pembelajaran kooperatif adalah 1) saling ketergantungan positif, 2)

tanggungjawab individu, 3) komunikasi antar pribadi, 4) interaksi tatap

muka dan, 5) kerja kelompok.

Page 8: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

12

2.1.2.3 Tujuan Cooperatif Learning

Menurut Ibrahim, (Isjoni, 2010: 27) terdapat tiga tujuan instruksional

penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif:

a. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial,

juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting

lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam

membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang

model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan

kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar

akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil

belajar pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada

siswa Kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama

menyelesaikan tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara

luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas

sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran

kooperatif memberi peluang bagi siswa dari bebagai latar belakang

dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas

akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar

saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan social

Tujuan penting ketiga pembelajaran koperatif adalah mengajarkan

kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan

ini amat penting untuk dimiliki oleh siswa, karena kenyataan yang

dihadapi bangsa ini dalam mengatasi masalah – masalah sosial yang

semakin kompleks, serta tantangan bagi peserta didik supaya mampu

dalam menghadapi persaingan global.

Page 9: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

13

2.1.2.4 Keuntungan Cooperatif Learning

Keuntungan dari pembelajaran kooperatif (Sugiyanto,2010:43) yaitu:

a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social

b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,

ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.

c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.

d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan

komitmen.

e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.

g. Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara

hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.

h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari

berbagai perspektif.

j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan

lebih baik.

k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan

kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial,

agama dan orientasi tugas.

Jarolelimek & Parker (Isjoni, 2010:24) mengungkapkan tentang

kelebihan dari pembelajaran kooperatif antara lain : 1) saling

ketergantungan positif, 2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan

individu, 3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, 4)

suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, 5) terjalinnya hubungan

yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan gurunya, dan 6) memiliki

banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang

menyenangkan.

Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor,

yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari

dalam yaitu sebagai berikut: 1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran

Page 10: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

14

secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran

dan waktu. 2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka

dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai. 3)

selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik

permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan 4) saat diskusi kelas,

terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang

lain menjadi pasif.

2.1.2.5 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran

Tradisional

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional

Adanya saling ketergantunganpositif, saling membantu dansaling memberikan motivaisehingga ada interaksi promotif.

Guru sering membiarkan adanyasiswa yang mendominasikelompok atau menggantungkandiri pada kelompok.

Adanya akuntabilitas individualyang mengukur penguasaanmateri pelajaran tiap anggotakelompok. Kelompok diberiumpan balik tentang hasil belajarpara anggotanya sehingga dapatsaling mengetahui siapa yangmemerlukan bantuan dan siapayang dapat memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual seringdiabaikan sehingga tugas- tugassering diborong oleh salahseorang anggota kelompok,sedangkan anggota kelompoklainnya hanya ‘enak-enak saja’diatas keberhasilan temannyayang dianggap ‘ pemborong’.

Kelompok belajar heterogen, baikdalam kemampuan akademik,jenis kelamin, ras, etnik, dsbsehingga dapat saling mengetahuisiapa yang memerlukan bantuandan siapa yang dapat memberikanbantuan.

Kelompok belajar biasanyahomogen

Pimpinan kelompok dipilih secarademokratis atau bergilir untukmemberikan pengalamanmemimpin bagi para anggota

Pemimpin kelompok seringditentukan oleh guru ataukelompok dibiarkan untukmemilih pemimpinnya dengan

Page 11: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

15

kelompok. cara masing-masing.

Ketrampilan social yangdiperlukan dalam kerja gotongroyong seperti kepemimpinan,kemampuan berkomu nikasi,mempercayai orang lain danmengelola konflik secaralangsung diajarkan.

Ketrampilan sosial sering tidakdiajarkan secara langsung.

Pada saat belajar kooperatifsedang berlangsung, guru terusmelakukan pemantauan melaluiobservasi dan melakukanintervensi jika terjadi masalahdalam kerja sama antar anggotakelompok.

Pemantauan melalui observasidan intervensi sering dilakukanoleh guru pada saatbelajarkelompok sedangberlangsung.

Guru memperhatikan secaralangsung proses kelompok yangterjadi dalam kelompok –kelompok belajar.

Guru sering tidakmemperhatikan proseskelompok yang terjadi dalamkelompok – kelompok belajar.

Penekanan tidak hanya padapenyelesaian tugas tetapi jugahubungan interpersonal(hubungan antar pribadi yangsaling menghargai).

Penekanan sering hanya padapenyelesaian tugas.

2.1.2.6 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase.

FASE – FASE PERILAKU GURUFase 1 : Present goals andsetMenyampaikan tujuan danmempersiapkanpeserta didik

Menjelaskan tujuanpembelajaran danmempersiapkan peserta didiksiap belajar

Fase 2 : Present informationMenyajikan informasi

Mempresentasikankaninformasi kepada pesertadidik secara verbal

Fase 3 : Organize students Memberikan penjelasan kepada

Page 12: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

16

into learning teamsMengorganisir peserta didikke dalam tim-timbelajar

peserta didik tentang tatacarapembentukan tim belajar danMembantu kelompokmelakukan transisi yang efisien

Fase 4 : Assist team workand studyMembantu kerja tim danbelajar

Membantu tim-tim belajarselama peserta didikmengerjakan tugasnya

Fase 5 : Test on the materialsMengevaluasi

Menguji pengetahuan pesertadidik mengenai berbagai materipembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikanhasil kerjanya

Fase 6 : Provide recognitionMemberikan pengakuan ataupenghargaan

Mempersiapkan cara untukmengakui usaha dan prestasiindividu maupun kelompok

Fase pertama, guru mengklarifikasimaksud pembelajaran kooperatif.

Hal ini penting untuk dilakukan karena pesera didik harus memahami

dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran. Fase kedua, guru

menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik.

Fase ketiga, kekacauan bisa terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi

pembelajaran dari dan ke kelompok-kelompok belajar harus diorkestrasi

dengan cermat. Sejumlah elemen perlu dipertimbangkan dalam

menstrukturisasikan tugasnya.

Fase keempat, guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan

tentang tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik dan waktu yang

dialokasikan. Pada fase ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa

petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa peserta didik mengulangi

hal yang sudah ditunjukkannya. Fase kelima guru melakukan evaluasi

dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan

pembelajaran. Fase keenam guru mempersiapkan struktur reward yang

akan diberikan kepada peserta didik. dengan orang lain. Struktur reward

kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota tim-timnya saling

bersaing.

Page 13: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

17

2.1.3 Numbered Heads Together (NHT)

2.1.3.1 Pengertian Numbered Heads Together (NHT)

Numbered Heads Together disebut pula dengan penomoran,

berpikir bersama, kepala bernomor merupakan salah satu inovasi dalam

pembelajaran kooperatif. Numbered Heads Together pertama kali

dikembangkan oleh Spenser Kagan tahun 1993 untuk melibatkan lebih

banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran

dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif

struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki

agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil

secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif

dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu

untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah

dilontarkan. Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara

tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi,

mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan,

sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Model ini dapat

digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan peserta didik

(Anita Lie, 2004:59).

Menurut Anita Lie (2004:59) Numbered Heads Together (NHT)

adalah suatu tipe dari pembelajaran kooperatif pendekatan structural yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide

dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Numbered Heads

Together (NHT) menurut Trianto (2007:62) merupakan jenis pembelajaran

kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan

sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Ahmad Zuhdi

(2010:64) Numbered Heads Together adalah suatu model pembelajaran

kooperatif dimana siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok,

lalu secara acak guru memanggil nomor dari siswa.

Page 14: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

18

Menurut Rahayu (2006) Numbered Heads Together adalah suatu

model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa

dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber

yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Jadi dapat disimpulkan

Numbered Heads Together (NHT) adalah model pembelajaran kooperatif

dimana terdapat penomoran siswa dalam kelompok untuk bekerja sama

dalam menyelesaikan soal.

2.1.3.2 Tahap-tahap Numbered Heads Together (NHT)

Tahap-tahap dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together menurut Trianto (2007:62) sebagai berikut:

a. Penomoran

Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini

guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang

beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor

sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda,

sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.

b. Pengajuan Pertanyaan

Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan

pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil

dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam

membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik

hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi

pula.

c. Berpikir Bersama

Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir

bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada

anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban

dari masing-masing pertanyaan.

Page 15: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

19

d. Pemberian Jawaban

Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap

siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan

dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara

random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyaan tersebut,

selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut

mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan.

Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.

Menurut Anita Lie (2004:60) tahapan pembelajaran Numbered

Heads Together (NHT) sebagai berikut:

a. Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam kelompok

mendapat nomor.

b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok

mengerjakannya.

c. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan

memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.

d. Guru memanggil salah satu nomor, siswa dengan nomor yang

dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

Miftahul Huda (2011:138) menyebutkan prosedur pembelajaran

Numbered Heads Together (NHT) sebagai berikut:

a. Siswa dibagi dalam kelompok- kelompok. Masing-masing siswa

dalam Kelompok diberi nomor

b. Guru memberikan tugas atau pertanyaan dan masing-masing

Kelompok mengerjakannya.

c. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap

paling benar dan memastikan semua anggota Kelompok mengetahui

jawaban tersebut.

d. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang

dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi Kelompok mereka.

Page 16: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

20

Tahap-tahap tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut ini:

Pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads

Together diawali dengan penomoran siswa yaitu guru membagi kelas

menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari beberapa siswa. Tiap-

tiap orang dalam kelompok diberi nomor yang berbeda-beda. Tahap

berikutnya guru memberikan beberapa pertanyaan atau soal yang harus

dijawab oleh tiap Kelompok dan tiap kelompok berdiskusi memikirkan

jawaban atas pertanyaan dari guru.

Tahap selanjutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki

nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan

memberi jawaban atas pertanyaan atau soal yang telah diberikan oleh guru.

Hal itu dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang

sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan

jawaban atas pertanyaan guru.

2.1.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Numbered Heads Together (NHT)

Menurut Hill dalam Tryana (2008) menyebutkan kelebihan dari

Numbered Heads Together yaitu dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa

dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan

sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa,

meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling

memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan,

sedangkan kekurangan dari Numbered Heads Together yaitu kemungkinan

nomor yang sudah dipanggil, akan dipanggil lagi oleh guru, tidak semua

anggota kelompok dipanggil guru dan waktu yang dibutuhkan banyak.

Menurut Ahmad Zuhdi (2010:65) adapun kelebihan dan kelemahan

NHT (Numbered Heads Together) adalah Kelebihan: 1) Setiap siswa

menjadi siap semua, 2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-

sungguh, 3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Page 17: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

21

Kelemahan: 1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh

guru. 2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

2.1.4 Pembelajaran Konvensional

Dalam pendekatan konvensional yang pembelajarannya berpusat

pada guru (teacher-centred approaches), model yang digunakan adalah

ceramah. Disebabkan karena model ini relative mudah dalam

penyampaiannya. Cara ini kadang akan membuat bosan siswa, maka

dalam pelaksanaannya diperlukan ketrampilan tertentu agar penyajiannya

tidak membosankan. Menurut Roestiyah (1998:137) cara mengajar dengan

ceramah dapat dikatakan juga sebagai teknik kuliah, merupakan suatu cara

mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau

informasi, atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara

lisan. Dalam menerapkan metode ceramah Jusuf Djajadisastra

mengatakan sebagaimana yang tercantum dalam tabel berikut :

Penerapan pembelajaran konvensional di kelasGuru Siswa

1. Berbicara sepanjang waktujam pelajaran tersedia

2. Aktif sendiri sepanjangwaktu pelajaran

3. Mendominasi kelas. Guruyang menentukan semuakegiatan yang harusdilaksanakan siswa.

4. Menempati suatu tempatkedudukan yang tetap (dibelakang meja guru)

5. Komunukasi searah, yaituguru kepada siswa saja.

1. Mendengarkan atau mencatatuaraian yang diberikangurusepanjang waktu yangtersedia

2. Pasif dalam arti tidakdiberikan kesempatan untukbertanya, mengemukakanpendapat sendiri ataubergerak keluar dari kursiatau bangkunya.

3. Mengikuti segala sesuatuyang ditetapkan guru.

4. Menempati temapat dudukyang tetap sepanjang waktu.

5. Komunikasi searah , yaituhanya dari guru kepadasiswa.

Page 18: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

22

Pembelajaran konvensional mempunyai beberapa kelebihan dan

kekurangan seperti pendapat yang dikemukakan oleh Sudaryo (1990,29),

yaitu :

a. Kelebihan pembelajaran konvensional

- Murah biayanya karena media pelajaran yang digunakan cukup

suara guru

- Mudah mengulangnya kalau diperlukan, sebab guru yang cermat,

bahan dapat disampaikan dengan cara yang sangat menarik, lebih

mudah diterima dan diingat oleh siswa

- Dengan penguasaan materi yang baik dan persiapan guru yang

cermat, bahan dapat disampaikan dengan cara yang sanagat

menarik, lebih mudah diterima dan diingat oleh siswa

- Memberi peluang kepada siswa untuk melatih pendengaran

- Siswa dilatih menyimpulkan pembicaraan yang panjang menjadi

inti

b. Kekurangan pembelajaran konvensional

- Tidak semua siswa memiliki daya tangkap yang baik, sehingga

akan menimbulkan verbalisme.

- Agak sulit untuk mencerna atau menganalisis materi yang

diceramahkan bersama-sama dengan kegiatan mendengarkan

penjelasan atau ceramah guru.

- Tidak memberikan kesempatan sisiwa untuk “belajar” dan

“berbuat”.

- Tidak semua guru pandai melaksanakan ceramah sehingga tujuan

pelajaran tidak dapat tercapai.

- Menimbulkan rasa bosan, sehingga materi tidak dapat dicamkan.

- Menjadikan siswa malas membaca isi buku, mereka

mengandalakan suara guru saja.

Page 19: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

23

2.1.5 Hakekat Matematika

Menurut Rusefendi (1993: 27-28) matematika itu terorganisasikan

dari unsur- unsur yang tidak didefinisikan, definesi-definisi, aksioma-

aksioma dan dalil-dalil yang dibuktikan kebenarannya, sehingga

matematika disebut ilmu deduktif. Ruseffendi juga mengutip beberapa

definisi matematika menurut pendapat beberapa ahli, yaitu:

a. Menurut James & James matematika adalah ilmu tentang logika

mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling

berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya

terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.

b. Menurut Johnson & Rising matematika merupakan pola pikir, pola

mengorganisasikan pembuktian logik, pengetahuan struktur yang

terorganisasi memuat: sifat-sifat, teori-teori dibuat secara deduktif

berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori

yang telah dibuktikan kebenarannya (Reseffendi, 1993: 28).

c. Menurut Reys matematika merupakan telaah tentang pola dan

hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan

suatu alat (Reseffendi, 1993: 28)

d. Menurut Kline matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat

sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaanya karena untuk

membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan

sosial, ekonomi dan alam (Reseffendi, 1993: 28)

Jadi matematika adalah ilmu yang melibatkan angka-angka dalam

pembelajaran dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 20: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

24

2.1.5.1 Tujuan Matematika

Menurut Badan Standart Nasional Pendidikan (2006) menyatakan

bahwa tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) adalah

untuk:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah.

2.1.6 Pengertian Hasil Belajar

2.1.6.1 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar tampak sebagai

perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur

dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan ketrampilan (Oemar

Hamalik:2003). Menurut Nana Sudjana (1990) pada dasarnya hasil belajar

adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima

pengalaman belajar.

Page 21: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

25

Menurut Suprijono (2010) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Jadi hasil belajar adalah perubahan yang diperoleh siswa baik kognitif,

afektif dan psikomotoriknya setelah proses pembelajaran. Merujuk

pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.Kemampuan merespon

secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut

tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun

penerapan aturan.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep

dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

mengkategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan

mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual

merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan

konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian

gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud

otomatisme gerak jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan

penilaian terhadap obyek tersebut. Sikap berupa kemampuan

menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan

kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge

(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,

meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,

menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,

membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif

Page 22: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

26

adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons),

valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).

Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.

Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial,

managerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil

pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.

Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, menururt Heri

Basuki (2005) faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah :

1. Faktor internal

a. Faktor Biologis (Jasmaniah)

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik

yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan

sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus

meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi

kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat

mempengaruhi keberhasilan belajar.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini

meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental

seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan

belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil.

2. Faktor Eksternal

a. Faktor keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan

pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar

seseorang.

b. Faktor sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan

keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi

keberhasilan belajar para siswa di sekolah mencakup metode

Page 23: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

27

mengajar, alat peraga, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi

siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau

disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

c. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh

terhadap belajar siswa karena keberadaannya dalam masyarakat.

Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar

diantaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan non formal,

seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja.

Selain itu juga pergaulan-pergaulan di masyarakat juga

mempengaruhi siswa.

2.1.6.2 Pengukuran Hasil Belajar

Dalam proses pembelajaran guru harus melakukan evaluasi

terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan suatu alat evaluasi

melalui pengukuran. Alat evaluasi tersebut biasanya berupa suatu

instrumen tes yang disusun oleh guru sendiri. Tes adalah seperangkat

tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab

oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaanya

terhadap cakupan materi yang sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu.

Tes meliputi berbagai macam bentuk antara lain sebagai berikut:

a. Tes perbuatan

Pertanyaan atau persoalan disampaikan dalam bentuk suatu tugas yang

harus dikerjakan oleh murid.

b. Tes lisan

Pertanyaan maupun jawaban disampaikan secara lisan.

c. Tes tertulis

Pertanyaan maupun jawaban disajikan secara tertulis dengan

menggunakan kertas dan alat tulis. Tes tertulis dapat berupa tes essay

atau tes obyektif. Tes obyektif sendiri masih dibagi menjadi beberapa

tipe yaitu tes betul salah, tes menjodohkan, dan tes pilihan ganda.

Page 24: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

28

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan pernah dilakukan oleh Noor Azizah (2007)

dengan judul Keefektifan Penggunaan Model Pembelajarn Kooperatif Tipe

Numbered Heads Together Dengan Pemanfaatan LKS Pokok Bahasan

Bangun Ruang Sisis Datar (Kubus dan Balok) Siswa Selas VIII Semester

2 SMP N 6 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007 dan hasilnya adalah

nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) dengan pemanfaatan LKS lebih baik daripada

nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran dengan model konvensional.

Penelitian serupa dilakukan oleh Intan Putri Utami (2011) dengan

judul Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together Terhadap Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas V SD dan

hasilnya didapat signifikan 0,006 < 0,05 dan t hitung sebesar 2,840 > t

tabel 2,000 sehingga kesimpulannya ada perbedaan hasil belajar antara

siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT

(Numbered Heads Together) dengan siswa yang diajar menggunakan

pembelajaran konvensional, hasil belajar matematika siswa kelas V SD

yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(Numbered Heads Together) lebih baik dibandingkan siswa yang diajar

menggunakan pembelajaran konvensional, dan model

pembelajarankooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) efektif

terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SD.

Penelitian lainnya oleh Efi Andriyani dengan judul Pengaruh

Model Pembelajaran NHT Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V

SDN Blotongan 2 Salatiga Semester II Tahun 2010/1012 yang hasilnya

menunjukkan rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen 79,09

sedangkan kelompok kontrol 66,66 dengan hasil uji t signifikansi sebesar

0,00 sehingga kesimpulannya ada perbedaan pengaruh penggunaan NHT

terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Blotongan 2 Salatiga

semester II tahun 2010/1012.

Page 25: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

29

2.3 Kerangka Pikir

Melihat dari kajian pustaka di atas, hasil belajar siswa erat

hubungannya dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru

dalam mengajar. Sebuah kelas dengan guru yang menggunakan model

pembelajaran konvensional yang cenderung ceramah, siswa dalam kelas

hanya mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Akan

berbeda jika sebuah kelas dengan seorang guru yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dalam mengajar.

Siswa dalam kelas akan dibagi menjadi beberapa kelompok-kelompok

kecil siswa yang anggotanya heterogen baik dari jenis kelamin maupun

kemampuan belajarnya.

Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan memberikan Pre Test

terhadap kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pembelajaran dalam kelas

kontrol dilaksanakan sebagaimana guru biasa mengajar (konvensional),

sedangkan untuk kelas eksperimen guru mengajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Kemudian

dilakukan Post Test untuk kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Hasil

belajar yang diperoleh melalui Pre Test maupun Post Test baik dari kelas

kontrol dan kelas eksperimen diukur untuk mengetahui apakah ada

pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together.

Page 26: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

30

2.4 . Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini yaitu:

a. H0 : μ1= μ2 : Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT ) tidak berpengaruh terhadap hasil

belajar matematika kelas IV di SD Gugus Hasanudin.

H1 : μ1≠ μ2 : Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT ) berpengaruh terhadap hasil belajar

matematika kelas IV di SD Gugus Hasanudin.

Pengukuranhasil belajarsiswa(Pre Test-Post Test)

Gurumengajardengan modelpembelajarankooperatiftipeNumberedHeadsTogether

Gurumengajardengan modelpembelajarankonvensional

KelasIV

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

KelasKontrol

KelasEksperimen

Pre Test Post Test

Page 27: 5 BAB II 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Andreas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/906/3/T1_292008167_BAB II.… · peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan,

31

b. H0 :μ1=μ2 :Penggunaan model pembelajaran konvensional tidak

berpengaruh terhadap hasil belajar matematika kelas IV

di SD Gugus Hasanudin.

H1 : μ1≠ μ2 : Penggunaan model pembelajaran konvensional berpengaruh

terhadap hasil belajar matematika kelas IV di SD Gugus

Hasanudin.

c. H0 : μ1= μ2 : Tidak ada perbedaan signifikan antara pembelajaran model

kooperatif tipe Numbered Heads Together dengan model

konvensional terhadap hasil belajar matematika kelas IV di

SD Gugus Hasanudin.

H1 : μ1≠ μ2 : Ada perbedaan signifikan antara pembelajaran model

kooperatif tipe Numbered Heads Together dengan model

konvensional terhadap hasil belajar matematika kelas IV

di SD Gugus Hasanudin.