5 analisis pengembangan pariwisata...sebagai kawasan heritage, perdagangan dan jasa, rekreasi dan...
TRANSCRIPT
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -1
5.1 ANALISIS KEBIJAKAN (CONTENT ANALYSIS)
Analisis kebijakan (Content Analysis) merupakan analisis berbagai kebijakan dan
strategi pembangunan yang tertuang dalam berbagai dokumen pembangunan kota dan peraturan
perundangan yang berlaku. Analisis kebijakan yang digunakan pada laporan ini berkaitan
dengan bidang kepariwisataan di Kabupaten Gresik dengan memakai dokumen Rencana
Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Gresik Tahun 2011-2015, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Gresik Tahun 2011-2015, dan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gresik. Dokumen akan memuat kebijakan
terkait, strategi, dan program yang akan dilaksanakan. Penjelasan dari isi dokemen-dokumen
tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1.
5.2 ANALISIS PENDEKATAN KESESUAIAN EKOLOGI DAN SUMBER DAYA ALAM
Pada pendekatan ini akan diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Potensi Angin
Potensi angin dalam perencanaan meliputi arah dan kekuatan angin untuk mendapatkan
udara yang sejuk dan mengurangi kelembaban.
b. Binatang/Habitat
Mengidentifikasikan adanya habitat liar yang membahayakan pengembangan area
permukiman.
c. Daerah Banjir
Perencanaan dan pengolahan daerah-daerah yang rendah pemanfaatan saluran-saluran
alam secara optimal diharapkan mampu mencegah kemungkinan bahaya banjir. Saluran
drainase direncanakan mengikuti arah kemiringan kontur pada titik terendah dalam
kawasan menuju saluran drainase induk.
ANALISIS PENGEMBANGAN PARIWISATA 5 PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -2
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -3
Tabel 5.1Kajian Kebijakan dan Strategi Pembangunan
Dokumen Permasalahan Kebijakan Program / Rencana
Rencana Program
Investasi Jangka
Menengah (RPIJM)
Kabupaten Gresik Tahun
2011-2015
1. Fasilitas kebudayaan dan rekreasi di wilayah
perencanaan seperti balai pertemuan gedung
pertunjukan terdapat di Kecamatan Gresik.
2. Tempat rekreasi berupa wisata budaya banyak
terdapat di wilayah perencanaan antara lain;
Makam Ibu Angkat Sunan Giri Kyai Ageng
Pinatih, Makam Sunan Giri, Makam Kyai dan
Nyai Condrodipo dan lain-lain.
3. Membuka dan mengembangkan potensi
kawasan strategis Kabupaten Gresik yang dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah
seperti pengembangan kawasan industrial
estate.
4. Membuka dan pengembangan kawasan
perbatasan, tertinggal dan terisolir dengan
pengembangan sistem jaringan jalan yang dapat
menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan
wilayah, perkotaan dan perdesaan.
5. Pengembangan dan peningkatan sistem
transportasi yang terintegrasi dengan wilayah
pusat-pusat pertumbuhan regional-nasional.
Pengembangan transportasi ini direncanakan
terpadu antara jaringan jalan, terminal, kereta
api, bandara udara dan transportasi sungai.
6. Dukungan pembangunan sarana dasar wilayah
seperti jaringan listrik, telepon dan air bersih,
promosi yang dapat menunjang perkembangan
pusat-pusat pelayanan wilayah, industri,
pertanian dan pariwisata.
7. Penanganan dan pengelolaan kawasan Daerah
Aliran Sungai Bengawan Solo, anak sungai,
sumber mata air, pembangunan dan
pengembangan sumberdaya alam berlandaskan
kelestarian lingkungan.
Pengembangan pusat
kota lama
1. Memperkuat karakter kawasan pusat kota lama
sebagai kawasan heritage, perdagangan dan jasa,
rekreasi dan wisata budaya.
2. Pelestarian (preservasi) kawasan heritage.
3. Mengembalikan citra dan kualitas fisik kawasan
yang berperan penting dalam sejarah Kota Gresik,
antara lain Kawasan Alun-alun, kawasan
pelabuhan.
4. Membuat linkage kawasan-kawasan bersejarah
agar saling terintegrasi.
5. Menciptakan sinergi antara aktivitas ekonomi,
sosial dan budaya yang mampu mengangkat nilai-
nilai sejarah.
6. Meningkatkan sarana dan prasarana lingkungan.
7. Menata kawasan minat khusus dan fasilitas
pendukung disekitarnya menjadi satu kesatuan
dalam menunjang kegiatan wisata religi.
8. Menata dan mengembangkan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) yang mengekspresikan suasana
tempo dulu.
Pengembangan kawasan
reklamasi pantai.
1. Reklamasi kecil dengan luasan di bawah 100 ha.
2. Pengembangan dan penataan kawasan pelabuhan
industri.
3. Pengembangan kawasan pelabuhan nelayan.
4. Pengembangan kawasan wisata pantai.
5. Pengembangan kawasan hutan mangrove.
Meningkatkan sarana
dan prasarana pariwisata
1. Dukungan pembangunan sarana dasar wilayah
seperti jaringan listrik, telepon dan air bersih,
promosi yang dapat menunjang perkembangan
pusat-pusat pelayanan wilayah, industri, pertanian
dan pariwisata.
Menstimulan
berkembangnya
aktivitas industri
1. Swasta, untuk mendanai program/proyek yang
dinilai memiliki direct profit seperti
pertambangan, industri, pariwisata,
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -4
Dokumen Permasalahan Kebijakan Program / Rencana
8. Peningkatan sumberdaya manusia dengan
penguasaan ilmu dan teknologi, keterampilan
dan wirausahaan dalam mempersiapkan
penduduk pada semua lini sektor, menghadapi
tantangan globalisasi dan pasar bebas.
9. Swasta, untuk mendanai program/proyek yang
dinilai memiliki direct profit seperti
pertambangan, industri, pariwisata,
perumahan/properti, pusat perbelanjaan, pasar
induk, dan lain sebagainya; termasuk ke dalam
kelompok sumber dana ini adalah partisipasi
Masyarakat.
pariwisata dan
perdagangan.
perumahan/properti, pusat perbelanjaan, pasar
induk, dan lain sebagainya; termasuk ke dalam
kelompok sumber dana ini adalah partisipasi
Masyarakat.
Rencana Pembangunan
Jangka Menengah
Daerah (RPJMD)
Kabupaten Gresik Tahun
2011-2015
Isu-isu strategis kepariwisataan di Kabupaten Gresik
:
1. Kurangnya penataan fasilitas penunjang wisata
religi dan wisata untuk mewujudkan rasa
aman, senang, dan nyaman bagi wisatawan
domestic maupun luar negeri.
2. Potensi alam di Kabupaten Gresik belum
seluruhnya dikemas sebagai representative,
sebagai contohnya adalah potensi alam wisata
pantai delegan dan surowiti di Kecamatan
Panceng, wisata pulau bawean, dan goa gelang
agung di kecamatan bungah.
3. Menata pesisir pantai, baik yang ada di
wilayah daratan maupun Pulau bawean untuk
mempertahankan ekosistem yang ada dan
menjadikan tempat wisata yang layak jual.
4. Membangun dan memperbaiki sarana dan
prasarana wisata religious agar memberikan
kenyamanan dan kekhusu’an pengunjung
wisata religi.
5. Mensinergikan antara wisata religi untuk
membangun daya tarik dan minat wisatawan
religi untuk memperpanjang waktu berkunjung
Meningkatkan jumlah
kunjungan wisata
1. Peningkatan koordinasi dengan pengusaha
pariwisata baik di dalam maupun luar kabupaten
Mengembangkan
produk-produk wisata
dan meningkatkan
promosi
1. Program pembangunan adalah program
peningkatan industri pariwisata
a. Program pengembangan pemasaran
pariwsata
b. Program pengembangan destinasi pariwisata
c. Program pengembangan kemitraan
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -5
Dokumen Permasalahan Kebijakan Program / Rencana
ke tempat-tempat wisata di Kabupaten Gresik.
6. Membuat master plan pengembangan wisata
Pulau Bawean menuju ikon wisata Jawa Timur
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Jawa Timur.
7. Membangun sarana dan prasarana wisata
Pantai Delegan sehingga dapat menarik minat
wisatawan untuk berkunjung dan dapat
dijadikan sebagai slah satu tujuan wisata alam
di Kabupaten Gresik.
Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW)
Kabupaten Gresik
1. Revitalisasi kawasan pantai untuk
pengembangan wisata bahari di Kelurahan
Lumpur dank roman, Kecamatan Gresik serta
Pantai Delegan Kecamatan Panceng.
2. Memiliki potensi wisata bahari yang memiliki
nilai jual tinggi
3. Kawasan stategis sosio-kultural yang
dikembangkan karena merupakan salah satu
pusat penyebaran agama islam di Pulau Jawa.
4. Belum tertatanya beberapa kawasan makam
yang banyak dikunjungi wisatawan domestic
ataupun asing.
Strategi untuk
peningkata rute
penyebrangan
1. Mendorong tumbuhnya kegiatan pariwisata yang
didukung penyebrangan pulau.
2. Menambah frekuensi penyebrangan antar pulau.
3. Mengoptimalkan pengembangan kawasan melalui
peningkatan nilai ekonomi kawasan melalui
pemanfaatan sekitar danau dan waduk sebagai
sumber air irigasi, sumber air bersih, pembangkit
tenaga listrik serta kegiatan pariwisata dengan
tetap memperhatikan keseimbangan pasokan air
dan kebutuhan masyarakat setempat.
4. Rencana pengembangan pelabuhan di wilayah
Kecamatan Sangkapura untuk mendukung sektor
pariwisata dan perikanan.
Strategi untuk
pelestarian dan
pemantapan fungsi
lindung pada kawasan
cagar budaya dan ilmu
pengetahuan.
1. Melestarikan bangunan kuno yang masih terdapat
di berbagai desa dan kelurahan yang ada di
Kabupaten Gresik.
2. Menjaga keaslian bentuk bangunan kuno.
3. Memanfaatkan kawasan cagar budaya sebagai
kawasan wisata.
4. Kebijakan dan strategi kawasan peruntukan
pariwisata.
5. Kebijakan kawasan peruntukan pariwisata, yaitu
pengembangan kawasan pariwisata yang ramah
lingkungan.
6. Pengembangan wilayah kepulauan yaitu di
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -6
Dokumen Permasalahan Kebijakan Program / Rencana
Bawean meliputi Kecamatan Sangkapura dan
Tambak didukung oleh jaringan transportasi
udara.
7. Pengembangan pariwisata dengan tetap
mempertahankan aspek ekologis.
8. Penetapan wilayah sungai sebagai salah satu
bagian dari wisata perairan dan tramsportasi
sesuia karakter masing-masing.
9. Penetapan kawasan lindung sepanjang pantai yang
memiliki nilai ekologis sebagai daya tarik wisata
dan penelitian.
10. Pengelolaan cagar alam dan suaka margasatwa
untuk pengembangan pendidikan, rekreasi, dan
pariwisata.
Strategi pengembangan
kawasan pariwisata
yang ramah lingkungan.
1. Mengembangkan obyek wisata andalan prioritas.
2. Membentuk zona wisata dengan disertai
pengembangan paket wisata.
3. Mengkaitkan kalender wisata dalam skala
nasional.
4. Meningkatkan sarana dan prasarana wisata yang
ada di masing-masing objek wisata.
5. Melakukan diversifikasi program dan produk
wisata.
6. Melestarikan tradisi dan kearifan masyarakat
lokal.
7. mengembangkan pusat kerajinan dan cinderamata.
8. meningkatan promosi dan kerjasama wisata.
9. meningkatkan potensi agroekowisata dan
ekowisata.
Strategi pengembangan
ruang sektor informal.
1. Mengembangkan kegiatan perdagangan berupa
pedagang kaki lima dikembangkan di kawasan-
kawasan wisata.
Peningkatan konservasi
ekosistem kawasan
pesisir dan pulau-pulau
1. Mempertahankan dan menjaga kelestariannya
ekosistem.
2. Membatasi kegiatan yang mengakibatkan
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -7
Dokumen Permasalahan Kebijakan Program / Rencana
kecil yang menjadi
fungsi perlindungan,
baik perlindungan bagi
kawasan bawahannya,
kawasan perlindungan
setempat, suaka alam
maupun pelestarian
alam.
terganggunya ekosistem di kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil.
3. Menjaga kelestarian berbagai kehidupan,
utamanya satwa yang terancam punah.
Pengoptimalan
pengembangan Kawasan
pesisir dan pulau-pulau
kecil.
1. Melakukan optimasi pemanfaatan kawasan pesisir
dan pulau-pulau kecil sebagai kawasan budidaya
perikanan, permukiman, pelabuhan, pertambangan
industri, perdagangan dan jasa.
2. Melindungi ekosistem pesisir yang rentan
terhadap perubahan fungsi kawasan.
3. Meningkatkan kegiatan kepariwisataan dan
penelitian di kawasan pesisir dan pulau-pulau
kecil.
Peningkatan upaya-
upaya untuk
mempertahankan dan
memperbaiki ekosistem
pesisir.
1. Meningkatkan kerjasama antara pemerintah
dengan masyarakat setempat dalam memelihara
ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil.
2. Meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung
melalui pemanfaatan bakau dan terumbu karang
sebagai sumber ekonomi perikanan dengan cara
penangkapan yang ramah lingkungan dan
mendukung keberlanjutan.
3. Menjadikan kawasan lindung sebagai obyek
wisata dan penelitian ekosistem pesisir dan pulau-
pulau kecil.
4. Menghindari penggunaan hutan mangrove untuk
berbagai kegiatan yang mengakibatkan kerusakan
di kawasan tersebut.
Peningkatan
operasionalisasi
perwujudan
pengembangan kawasan
1. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi perikanan
tangkap dan budidaya secara berkelanjutan.
2. Mendorong peningkatan nilai tambah manfaat
hasil-hasil perikanan.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -8
Dokumen Permasalahan Kebijakan Program / Rencana
andalan dengan produk
unggulan sektor
kelautan dan perikanan.
3. Meningkatkan fasilitas pelayanan informasi dan
jasa terpadu.
4. Meningkatkan industri pengolahan ikan yang
memiliki dukungan akses yang baik ke pasar.
5. Mengembangkan kerjasama perdagangan atau
pemasaran dengan daerah-daerah produsen
lainnya dan kerjasama perdagangan antardaerah.
6. Promosi potensi wisata, penyiapan / pematangan
lokasi / obyek wisata melalui kelengkapan sarana
dan prasaran.
7. Peningkatan peran swasta baik melalui kerjasama
maupun investasi.
Pengembangan dan
pengendalian daerah
daerah pesisir di
Kabupaten Gresik.
1. Meningkatkan akses menuju kota-kota pesisir
yang menjadi orientasi utama di wilayah
Kabupaten Gresik.
2. Mengembangkan pelayanan penunjang kegiatan
perdagangan, berskala kecil hingga besar.
3. Mengembangkan prasarana dan sarana penunjang
kegiatan sosial – ekonomi masyarakat.
4. Mengembangkan kegiatan ekonomi dengan
sebesar-besarnya memanfaatkan sumber daya
lokal.
5. Meningkatkan industri di daerah-daerah pesisir
secara ramah lingkungan dan mendukung
keberlanjutan.
6. Meningkatkan daya saing daerah-daerah pesisir
sesuai dengan potensinya.
7. Meminimalkan aspek-aspek penyebab
ketertinggalan.
8. Melakukan pengendalian dan pengawasan
sumberdaya kelautan di wilayah pesisir.
9. Melakukan pencegahan abrasi di wilayah pesisir
dengan melibatkan masyarakat.
10. Mengendalikan sedimentasi atau pendangkalan
pelabuhan dan alur atau koridor penghubung laut.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -9
Dokumen Permasalahan Kebijakan Program / Rencana
11. Mengendalikan dampak pencemaran laut.
Pengembangan kawasan
pariwisata
1. Pengembangan kawasan pariwisata dengan
melakukan promosi wisata baik secara regional
maupun nasional.
2. Penataan kawasan pariwisata dengan
memperhatikan keberlangsungan lingkungan.
3. Pengembangan kegiatan pendukung pariwisata
(hotel, restoran, dll) dengan memperhatikan arahan
RUTR/RDTR/RTRK yang ada.
4. Menerapkan paket-paket wisata. Paket wisata ini
diharapkan mampu menghubungkan antara satu
ODTW dengan ODTW lainnya.
5. Pengembangan event wisata budaya.
6. Pengembangan jalur transportasi wisata.
7. Pengembangan sentra perdagangan di masing-
masing makam tujuan perjalanan wisata.
8. Pengembangan pusat penginapan di Gresik Kota
terutama di Kecamatan Kebomas dan Kecamatan
Gresik.
9. Pengembangan desa wisata.
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -10
d. Unit Visual dan Kapasitas Visual
Daerah yang berpotensi memiliki arah view yang bagus antara lain adalah daerah hijau
hutan, daerah sepanjang aliran sungai, dan tepi pantai. Pemanfaatan daerah-aerah yang
berpotensi ini diperuntukkan untuk pariwisata, permukiman menengah ke atas.
e. Area dengan Visitas Tinggi
Kawasan yang memiliki visibilitas tinggi adalah kawasan yang memungkinkan untuk
terlihat dari berbagai sudut (sebagai landmark kawasan) dapat difungsikan untuk zona
magnet pusat kota.
f. Topografi
Dalam suatu perencanaan perlu diperhatikan bagaimana kondisi topografi eksisting
wilayah tersebut, juga guna lahan dan karakter wilayahnya. Selain hal-hal tersebut di atas
juga perlu diperhatikan kesesuaian/kelayakan kawasan itu sendiri. Untuk itu yang perlu
dipertimbangkan adalah:
1. Keserasian Penggunaan Energi
a) Upaya identifikasi kesesuaian fungsi kawasan/wilayah dengan potensi alam yang
dapat menghasilkan energi yang baik berupa angin, aliran air dan laut.
b) Pada beberapa kawasan wisata diKab. Gresik masih belum memanfaatkan fungsi
dan potensi energi yang ada, sehingga membutuhkan pengembangan pada
pemanfaatan energi untuk pengembangan pariwisata.
2. Kesesuaian untuk Preservasi
a) Identifikasi yang disesuaikan dengan konsep dasar perencanaan wilayah dan kondisi
wilayah kawasan yang memiliki potensi untuk di preservasi baik yang buatan
maupun alam. Buatan dapat berupa kawasan bersejarah, monumen, atau
peninggalan kuno. Kawasan preservasi alam dapat dipreservasi karena perlu
dilindungi seperti daerah aliran sungai, hutan, tepian pantai, danau, terumbu karang,
laut, atau daerah yang dianggap berbahaya seperti daerah mudah longsor, patahan
geologis, daerah gunung berapi dan sebagainya.
b) Pada kawasan pesisir Kab. Gresik terdapat dua bentuk pariwisata yang dominan
yaitu bangunan-bangunan makan yang merupakan peninggalan bersejarah yang
tersebar hampir diseluruh Kab. Gresik, dan bentuk lainnya adalah kawasan pesisir
yang memiliki daya tarik berupa pantai yang memiliki potensi besar sebagai
destinasi wisata di Kab. Gresik khususnya di Pulau Bawean.
3. Kesesuaian untuk Rekreasi
a) Pemanfaatan lahan kawasan yang sesuai untuk dikembangkan sebagai area rekreasi
yang mendukung pelayanan fasilitas umum untuk penghuni sekitar maupun sebagai
daya tarik wilayah seperti danau/telaga, pantai/ laut, daerah sepanjang sungai, hutan,
taman kota, kawasan cagar budaya dan bukit.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -11
b) Kab. Gresik memiliki banyak kawasan cagar budaya dan pantai-pantai wisata yang
sesuai untuk arahan pengembangan kepariwisataan, destinasi berupa pantai, makam-
makam bersejarah, air terjun, kawasan agrowisata, namun dalam pengembangannya
masih belum optimal baik dari fasilitas dan infrastruktur.
4. Kesesuaian untuk Hunian
a) Perencanaan wilayah sebagai daerah hunian, dengan mempertimbangkan beberapa
aspek perencanaan antara lain dari segi aksesibilitas, kondisi topografi, kestrategisan
lokasi, kondisi kontur tanah, kebisingan dan potensi alam dan buatan.
b) Dengan melihat beberapa pertimbangan yaitu kawasan yang cocok dengan hunian
adalah sesuai dengan guna lahan permukiman yang benar, untuk kawasan wisata
pantai hunian tidak cocok berada dekat dengan tempat wisata atau kawasan pantai
wisata karena untuk kawasan tersebut sering terjadi erosi akibat gelombang air laut
yang tinggi sehunga akan menggerus tanah yang ada dekat pantai. Sehingga lokasi
permukiman harus berada pada tingkat kerawanan bencana yang rendah, yaitu jauh
dari tempat wisata.
5.3 ANALISIS DAYA DUKUNG FISIK DAN LINGKUNGAN
Analisis daya dukung fisik dan lingkungan merupakan analisis kemampuan fisik,
lingkungan dan lahan potensial bagi pengembangan kawasan selanjutnya. Analisis fisik dan
lingkungan wilayah atau kawasan ini adalah untuk mengenali karakteristik sumber daya alam
tersebut, dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan, agar penggunaan lahan dalam
pengembangan wilayah dan atau kawasan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap
memperhatikan keseimbangan ekosistem. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut :
a. Klimatologi dan Hidrologi
b. Topografi
c. Geologi
d. Bencana Alam dan
5.3.1 Klimatologi dan Hidrologi
Keadaan iklim di Kabupaten Gresik ditandai dengan keadaan curah hujan dan
intensitas hujan. Iklim merupakan gabungan dari berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau rata-
rata cuaca di suatu tempat dalam periode tertentu. Keadaan iklim menjadi faktor penting dalam
kepariwisataan, karena keadaan iklim dapat menjadi faktor penunjang atau menjadi faktor
penghambat.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -12
A. Curah Hujan
Curah hujan merupakan salah satu faktor penunjang kegiatan kepariwisataan di
Kabupaten Gresik, dengan melihat beberapa kecenderungan pola dan jumlah curah hujan pada
waktu tertentu dapat menjadi faktor penting pendukung dan penghambat. Dari data yang
didapat yaitu data curah hujan tahun 2010 dapat dilihat bahwa terjadi kecenderungan penurunan
jumlah curah hujan, yaitu dari 2.046 mm menjadi 1.354 mm, atau mengalami penurunan
sebesar 33,82 %.
Tabel 5.2Jumlah Curah Hujan Rata-rata Menurut Bulan (mm)Kabupaten Gresik
No Bulan Curah Hujan (mm)
2006 2007 2008 2009 2010
1 Januari 136 282 319 517 417
2 Pebruari 225 167 236 261 366
3 Maret 246 21 242 288 173
4 April 192 244 134 153 119
5 Mei 137 63 126 153 58
6 Juni 105 13 64 88
7 Juli 123 25 9 36 11
8 Agustus 1 5
9 September 66
10 Oktober 162 14 396 146
11 Nopember 287 382 256 138 33
12 Desember 250 309 130 266 177
Jumlah 1930 1525 1912 2046 1354
Rata-rata 160,83 127,08 159,33 170,50 112,83
Sumber : RTRW Kabupaten Gresik 2010-2030
B. Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah nilai perbandingan antara curah hujan dengan hari hujan baik
dalam bulanan maupun tahunan. Nilai intensitas hujan akan mempengaruhi pembagian wilayah
untuk kawasan lindung maupun budidaya, karena nilai intensitas tersebut mempengaruhi
kemampuan daya dukung tanah apabila untuk kegiatan budidaya. Semakin tinggi nilai tersebut
akan semakin kurang layak untuk budidaya. Banyaknya hari hujan (Number of Rainy Days)
pada tahun 2001 dan tahun 2010 bisa dilihat pada tabel di bawah, Yaitu sebesar 86 hari dan 64
hari. Hal ini bisa diartikan bahwa pada tahun 2010 jumlah hari hujan mengalami penurunan
sebesar 25,58 %. Hari hujan pada tahun 2001, yaitu sebesar 15 hari, diikuti oleh bulan Januari
dan Pebruari sebanyak sebanyak 14 hari dan 12 hari. Pada tahun 2010, hari hujan justru terjadi
pada bulan Januari 2010 diikuti oleh bulan Pebruari dan Maret masing-masing sebesar 16 hari,
14 hari dan 12 hari.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -13
Tabel 5.3Banyaknya Hari Hujan Menurut Bulan (Hari) Kabupaten Gresik
No Bulan Jumlah Hari Hujan
2006 2007 2008 2009 2010
1 Januari 9 11 17 14 16
2 Pebruari 13 11 12 12 14
3 Maret 13 16 12 15 12
4 April 11 10 10 8 7
5 Mei 8 4 8 4 3
6 Juni 7 2 5 2
7 Juli 10 2 1 5 1
8 Agustus 1 1
9 September 4
10 Oktober 8 1 7 8
11 Nopember 15 12 13 8 2
12 Desember 10 13 7 10 9
Jumlah 109 83 92 86 64
Rata-rata 9,08 6,92 7,67 7,17 5,33
Sumber : RTRW Kabupaten Gresik 2010-2030
C. Iklim dan Hidrologi
Seperti halnya kondisi Jawa Timur lainnya, di wilayah Kabupaten Gresik mempunyai
kondisi iklim yang hampir sama. Untuk menentukan kondisi iklim di Kabupaten Gresik
menggunakan data dari stasiun Meteorologi yang terdekat, karena di wilayah Gresik belum ada
stasiun meteorologi yaitu dengan menggunakan stasiun Meteorologi Tanjung Perak Surabaya
sebagai acuan. Berdasarkan data dari stasiun hujan Tanjung Perak Surabaya kondisi iklim yang
berada di Kabupaten Gresik adalah sebagai berikut :
1. Temperatur rata-rata sebesar 27,8 o C
2.
3.
Temperatur minimum terjadi pada bulan Juli sedangkan temperatur tertinggi terjadi
pada bulan Oktober. Radiasi matahari terbesar 84 % terjadi pada bulan Maret, kecepatan angin
berkisar antara 4 – 6 per detik dengan arah rata-rata ke Selatan. Wilayah Kota Gresik seperti
daerah di Jawa Timur lainnya di pengaruhi oleh iklim tropis. Terhadap iklim daerah Kota
Gresik dapat dibedakan :
1. Iklim kemarau kering terjadi pada bulan Juni sampai dengan Bulan September.
2. Musim penghujan basah terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret.
3. Musim peralihan dari musim kemarau sampai musim penghujan terjadi pada bulan Oktober
dan November.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -14
4. Pada bulan April dan Mei terjadi musim peralihan dari musim penghujan ke musim
kemarau.
Dari data iklim tersebut dalam perencanaan kepariwisataan di Kabupaten Gresik dapat
menentukan perencanaan dan kesesuaian pembangunan konsep dan fisik destinasi wisata
sehingga dapat disesuaikan dengan keadaan eksisting yang ada .
5.3.2 Topografi
Dalam perencanaan kota kemiringan lahan/topografi merupakan unsur yang penting
untuk ditelaah. Peta ketinggian dibuat dari peta topografi yang bersumber dari peta topografi
dengan skala terbesar yang tersedia. Dari peta topografi ini dapat diturunkan beberapa peta
yang berkaitan dengan bentuk bentang alam dan kemiringannya, yakni peta morfologi dan
peta kemiringan lereng/lahan, Kesesuaian lahan bagi peruntukkan bangunan tertentu tidak
terlepas dari pertimbangan kemiringan lahan di kawasan tersebut. Pada umumnya Ketinggian
tempat di Wilayah Kabupaten Gresik berada pada 0 – 500 m diatas permukaan laut (dpl) pada
elevasi terendah terdapat di daerah sekitar muara Sungai Bengawan Solo dan Kali Lamong.
Tabel 5.4Luas Daerah Berdasarkan KetinggianKabupaten Gresik Tahun 2010
No Kecamatan Ketinggian (Meter dpl)
Jumlah 0 – 10 10 - 20 > 20
1 Wringinanom 0,00 6254,00 0,00 6262,00
2 Driyorejo 0,00 5130,00 0,00 5130,00
3 Kedamean 6588,00 0,00 0,00 6596,00
4 Menganti 6196,00 0,00 0,00 6367,00
5 Cerme 6126,00 0,00 0,00 6126,00
6 Benjeng 0,00 6862,00 0,00 6871,00
7 Balongpanggang 7167,00 0,00 0,00 7167,00
8 Duduksampeyan 7440,00 0,00 0,00 7449,00
9 Kebomas 2966,00 0,00 0,00 3433,00
10 Gresik 524,00 0,00 0,00 799,00
11 Manyar 8287,00 0,00 0,00 8671,00
12 Bungah 8022,00 0,00 0,00 7936,00
13 Sidayu 4521,00 0,00 0,00 4521,00
14 Dukun 5909,00 0,00 0,00 5909,00
15 Panceng 0,00 0,00 6318,00 6259,00
16 Ujungpangkah 9470,00 0,00 0,00 10406,00
17 Sangkapura 11872,00 0,00 0,00 11872,00
18 Tambak 7755,00 0,00 0,00 7739,00
Jumlah 92843,00 18246,00 6318,00 119.513,00
Prosentase 79,08 15,54 5,38 100,00
Sumber : RTRW Kabupaten Gresik 2010-2030
Distribusi wilayah di Kabupaten Gresik berdasarkan ketinggian dapat diuraikan sebagai
berikut;
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -15
a. Wilayah dengan ketinggian 0 –
seluruh luas wilayah Kabupaten Gresik. Wilayah dengan ketinggian 10 – 20 mdpl
b.
1. Kondisi topografi pada Kabupaten Gresik bervariasi pada kemiringan 0 – 2 %, 3 – 15
%, dan 16 – 40 % serta lebih dari 40 %. Sebagian besar mempunyai kemiringan 0 - 2 %
2. Lereng, adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang horisontal
dimana hal ini dinyatakan dalam persen. Berdasarkan kemiringan lerengnya, maka
Kabupaten Gresik dibagi menjadi 4 (empat) kelompok wilayah, yang terdiri dari :
a) Kemiringan lereng 0 – 2 %; meliputi 80,57 % dari luas Kabupaten Gresik serta
tersebar hampir diseluruh wilayah Kabupaten Gresik.
b) Kemiringan Lereng 3 – 15 %; meliputi 10,44 % dari luas Kabupaten Gresik,
tersebar di Kecamatan Panceng, Kecamatan Ujungpangkah, Kecamatan Driyorejo,
Kecamatan Kedamean dan Kecamatan Wringinanom.
c) Kemiringan 15 – 40 %; meliputi prosentase 8,70 % dari luas wilayah Kabupaten
Gresik, lahan – lahan tersebut tersebar di wilayah Kecamatan Panceng dan
Ujungpangkah serta wilayah Kecamatan Kebomas.
d) Kemiringan Lereng > 40 %; meliputi prosentase 0,92 % dari luas wilayah
Kabupaten Gresik yang terletak di wilayah Kepulauan di Bawean dan Kecamatan
Ujungpangkah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 5.5Luas Daerah Berdasarkan KelerenganKabupaten Gresik Tahun 2010
No Kecamatan Lereng
Jumlah 0 - 2 % 3 - 15 % 16 - 40 % >40 %
1 Wringinanom 3968,00 2286,00 0,00 0,00 6262,00
2 Driyorejo 4680,00 450,00 0,00 0,00 5130,00
3 Kedamean 5684,00 904,00 0,00 0,00 6596,00
4 Menganti 6196,00 0,00 0,00 0,00 6367,00
5 Cerme 6126,00 0,00 0,00 0,00 6126,00
6 Benjeng 6862,00 0,00 0,00 0,00 6871,00
7 Balongpanggang 7167,00 0,00 0,00 0,00 7167,00
8 Duduksampeyan 7440,00 0,00 0,00 0,00 7449,00
9 Kebomas 2409,00 518,00 39,00 0,00 3433,00
10 Gresik 524,00 0,00 0,00 0,00 799,00
11 Manyar 8197,00 90,00 0,00 0,00 8671,00
12 Bungah 8022,00 0,00 0,00 0,00 7936,00
13 Sidayu 4521,00 0,00 0,00 0,00 4521,00
14 Dukun 5909,00 0,00 0,00 0,00 5909,00
15 Panceng 3897,00 2324,00 72,00 25,00 6259,00
16 Ujungpangkah 8063,00 972,00 243,00 192,00 10406,00
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -16
No Kecamatan Lereng
Jumlah 0 - 2 % 3 - 15 % 16 - 40 % >40 %
17 Sangkapura 4805,00 2050,34 4216,68 799,98 11872,00
18 Tambak 143,00 2656,94 4899,81 55,25 7739,00
Jumlah 94613,00 12251,28 9470,49 1072,23 119.513,00
Prosentase 80,59 10,43 8,07 0,91 100,00
Sumber : RTRW Kabupaten Gresik 2010-2030
5.3.3 Geologi
Bentang alam yang merupakan view dan potensial wilayah Kabupaten Gresik, secara
garis besar dibedakan menjadi 2 (dua) antara lain:
a. Daerah perbukitan batu gamping
Daerah perbukitan batu gamping terbesar dibagian Utara dan Selatan antara lain di
Kecamatan Bungah dan Kecamatan Ujungpangkah. Struktur geologi didaerah ini
merupakan lipatan yang berbentuk antilklinal dan sinklinal, hal tersebut adanya sistem
rekahan dan rongga akibat pelarutan menyebabkan batu gamping banyak menyimpan
banyak air.
b. Daerah dataran rendah
Daerah dataran rendah ini tertutup oleh belahan hasil rombakan daerah atas didekat
ataupun di daerah hulu, lapisan tanah bagian atas ini terdiri dari lempung, lempung pasiran
dan napal. Pada umumnya berupa dataran alluvial yang batuannya bersifat kedap air, oleh
karena itu peresapan air hujan lebih kecil apabila dibandingkan dengan daerah batu
gamping.
Persebaran jenis tanah yang ada di wilayah Kabupaten Gresik berdasarkan pada jenis
tanah masing-masing mempunyai proporsi dan sifat. Adapun masing-masing jenis tanah
adalah sebagai berikut :
1. Alluvial, bahan induk dari tanah liat dan pasir yang beraneka ragam tanah kelabu
kehitam-hitaman dengan tekstur liat berat sedikit plastis. Penggunaan lahan pada
umumnya berupa persawahan dengan pengairan yang sebagian besar sudah teratur dan
sebagian berupa empang/tambak. Dengan ini baik untuk perluasan sawah yang
dipergunakan sebagai tanaman bahan pangan.
2. Kompleks mediteran, tanah jenis ini berasal dari bahan induk batu liat napal, sifat
lainnya dari jenis tanah ini mempunyai kadar bahan organik rendah sampai sedang.
Fisiografi daerah berupa bukit lipatan dengan bentuk wilayah berbukit sampai
bergunung, sebagian besar merupakan wilayah berbukit dengan kemiringan lereng 30
%. Jenis tanah ini biasanya dipakai untuk bermacam-macam bentuk penggunaan lahan,
antara lain persawahan tadah hujan dan tegalan serta galian batu gamping.
3. Grumusol, jenis tanah ini berasal dari bahan induk , bahan kapur, napal dan batu liat.
Tanah kelabu tua dengan tekstur liat dan struktur sangat gempal serta konsisten teguh
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -17
sampai plastis. Tanah Grumusol ini tersebar di daerah bukit lipatan yang merupakan
bagian bawah punggung antiklinal dan lembah-lembah sinklinal dengan bentuk wilayah
bergelombang. Jenis tanah ini mempunyai kemampuan lahan untuk pertanian yang
sangat terbatas oleh air.
Tabel 5.6Luas Daerah Berdasarkan Klasifikasi Jenis Tanah (Ha)Kabupaten Gresik Tahun 2010
No Kecamatan Jenis Tanah (ha)
Jumlah A B C D E F G
1 Wringinanom 0,00 199,00 1358,00 0,00 3245,00 1458,00 0,00 6262,00
2 Driyorejo 0,00 3414,00 0,00 0,00 1403,00 312,00 0,00 5130,00
3 Kedamean 3906,00 0,00 0,00 0,00 2524,40 685,00 0,00 6596,00
4 Balongpanggang 0,00 5880,00 0,00 0,00 320,00 0,00 0,00 6367,00
5 Benjeng 0,00 4817,00 0,00 0,00 1311,00 0,00 0,00 6126,00
6 Menganti 0,00 2449,40 0,00 0,00 0,00 4423,00 0,00 6871,00
7 Cerme 223,00 5909,90 0,00 0,00 1039,00 0,00 0,00 7167,00
8 Duduksampeyan 2936,00 4511,40 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7449,00
9 Kebomas 885,00 444,00 0,00 0,00 0,00 1161,00 447,60 3433,00
10 Gresik 0,00 0,00 0,00 0,00 525,30 0,00 0,00 799,00
11 Manyar 4222,90 792,00 1685,00 0,00 0,00 0,00 1586,00 8671,00
12 Bungah 0,00 0,00 7282,80 0,00 740,00 0,00 0,00 7936,00
13 Sidayu 2223,00 0,00 0,00 447,00 1577,90 0,00 273,00 4521,00
14 Dukun 5915,90 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5909,00
15 Panceng 0,00 0,00 0,00 6258,50 0,00 0,00 0,00 6259,00
16 Ujungpangkah 5926,00 0,00 0,00 0,00 3320,00 0,00 237,00 10406,00
17 Sangkapura 0,00 0,00 0,00 11357,00 0,00 0,00 0,00 11872,00
18 Tambak 0,00 0,00 0,00 7746,00 0,00 0,00 0,00 7739,00
Jumlah 26237,80 28416,70 10325,80 25808,50 16005,60 8039,00 2543,60 119.513,00
Prosentase 22,35 24,20 8,79 21,98 13,63 6,85 2,17 100,00
Sumber : RTRW Kabupaten Gresik 2010-2030
Keterangan :
A : Alluvial Hidromorf
B : Alluvial Kelabu Tua
C : Alluvial Kelabu
D : Kompleks Mediteran Coklat Kemerahan
E : Alluvial Kelabu Tua
F : Grumosol Kelabu
G : Kompleks Mediteran Merah dan Litosol
5.3.4 Bencana alam
a. Erosi, adalah peristiwa pengikisan permukaan tanah oleh aliran permukaan, sehingga
mengakibatkan butiran-butiran tanah tergerus. Penyebab lain terjadinya kerusakan sumber
daya lahan adalah terjadinya proses erosi. Di Kabpaten Gresik, luas lahan yang mengalami
erosi adalah sebesar 3.924,34 ha atau sekitar 3,28 % dari luas lahan total dan tersebar di 10
Kecamatan. Kecamatan dengan luas daerah tererosi terbesar adalah Kecamatan Kebomas
(37,73 %), diikuti dengan Kecamatan Gresik (18,52 %) dan Ujungpangkah (9,54 %). Erosi
dapat terjadi di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) maupun pantai. Daerah Pengaliran
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -18
Sungai adalah wilayah tangkapan air hujan yang akan mengalir ke sungai yang
bersangkutan. Perubahan fisik yang terjadi di DPS akan berpengaruh langsung pada
kemampuan retensi DPS menghadapi banjir. Retensi DPS adalah kemampuan DPS untuk
menahan air di bagian hulu. Perubahan tata guna lahan di sepanjang DPS, misalnya dari
hutan dijadikan perumahan atau perkebunan, akan menyebabkan retensi DPS berkurang
secara drastis. Luas lahan yang mengalami erosi di Daerah Pengaliran Sungai (DPS)
belum terinventarisasi dan teridentifikasi secara lengkap.
b. Erosi pantai atau abrasi adalah proses pengikisan pantai yang disebabkan oleh gelombang,
pasang surut dan angin. Terlihat bahwa lahan pantai yang tererosi meliputi area pada 5
(lima) dengan luas sebesar 1.185,06 ha atau 47,9 % dari seluruh luas lahan tererosi.
Sebagian besar erosi pantai atau abrasi tersebut terjadi di Kecamatan Ujungpangkah dan
Panceng. Kondisi sebaliknya juga terjadi dimana terjadi penambahan tanah oloran,
diantaranya pada beberapa tempat Kecamatan Ujungpangkah dan Pulau Galang di
Kecamatan Kebomas. Penambahan tanah oloran juga terjadi akibat kegiatan reklamasi
untuk kperluan pengembangan industri dan pelabuhan, sebagai contoh pelabuhan
Nusantara Playwood. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut
Tabel 5.7Luas Daerah Berdasarkan Klasifikasi Erosi Tanah (Ha)Kabupaten Gresik Tahun 2010
No Kecamatan Erosi
Luas Lahan (Ha) Persentase (%)
Tidak Erosi
(Ha)
Total
(Ha)
1 Wringinanom 127,31 2,03 6134,69 6262,00
2 Driyorejo 64,00 1,25 5066,00 5130,00
3 Kedamean 0,00 0,00 6596,00 6596,00
4 Balongpanggang 0,00 0,00 6367,00 6367,00
5 Benjeng 0,00 0,00 6126,00 6126,00
6 Menganti 0,00 0,00 6871,00 6871,00
7 Cerme 0,00 0,00 7167,00 7167,00
8 Duduksampeyan 0,00 0,00 7449,00 7449,00
9 Kebomas 1295,37 37,73 2137,63 3433,00
10 Gresik 148,00 18,52 651,00 799,00
11 Manyar 223,00 2,57 8448,00 8671,00
12 Bungah 414,02 5,22 7521,98 7936,00
13 Sidayu 0,00 0,00 4521,00 4521,00
14 Dukun 0,00 0,00 5909,00 5909,00
15 Panceng 169,36 2,70 6089,64 6259,00
16 Ujungpangkah 992,55 9,54 9413,45 10406,00
17 Sangkapura 433,73 3,65 11438,27 11872,00
18 Tambak 57,00 0,74 7682,00 7739,00
Jumlah 3924,34 3,28 115588,66 119513,00
Sumber : RTRW Kabupaten Gresik 2010-2030
Tabel 5.8Luas Lahan Pantai TererosiKabupaten Gresik Tahun 2010
No. Kecamatan Luas Erosi (Ha)
1. Kebomas 1,06
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -19
2. Gresik 11,00
3. Manyar 38,00
4. Panceng 541,00
5. Ujungpangkah 594,00
Jumlah 1185,06
Sumber : RTRW Kabupaten Gresik 2010-2030
c. Drainase adalah keadaan yang menunjukkan lamanya dan seringnya tanah jenuh terhadap
kandungan air atau menunjukkan kecepatan meresapnya air dari permukaan tanah. Kondisi
ini akan mempengaruhi tingkat genangan dan potensi banjir Secara umum Kabupaten
Gresik memiliki drainase yang cukup baik, wilayah yang mengalami genangan air periodik
meliputi Kecamatan Ujungpangkah, Kecamatan Sidayu dan Kecamatan Bungah, sebagian
Kecamatan Panceng dan Kecamatan Dukun serta Kecamatan Balongpanggang. Untuk
lebih jelasnya dapat dillihat pada Tabel brikut :
Tabel 5.9Luas Daerah Berdasarkan Klasifikasi Genangan (Ha)Kabupaten Gresik Tahun 2010
No Kecamatan
Genangan (Ha)
Jumlah Tidak Tergenang
Tergenang
Periodik
Selalu
Tergenang
1 Wringinanom 6260,00 0,00 0,00 6262,00
2 Driyorejo 5029,00 0,00 100,00 5130,00
3 Kedamean 7040,40 0,00 75,00 6596,00
4 Balongpanggang 6100,00 100,00 0,00 6367,00
5 Benjeng 6103,00 0,00 25,00 6126,00
6 Menganti 6847,40 0,00 25,00 6871,00
7 Cerme 7046,90 0,00 125,00 7167,00
8 Duduksampeyan 5097,40 0,00 2350,00 7449,00
9 Kebomas 2892,60 0,00 75,00 3433,00
10 Gresik 525,30 0,00 0,00 799,00
11 Manyar 4248,90 37,00 4000,00 8671,00
12 Bungah 2797,80 2875,00 2350,00 7936,00
13 Sidayu 2895,90 1625,00 0,00 4521,00
14 Dukun 4990,90 925,00 0,00 5909,00
15 Panceng 6258,50 0,00 0,00 6259,00
16 Ujungpangkah 3313,00 6170,00 0,00 10406,00
17 Sangkapura 0,00 11357,00 0,00 11872,00
18 Tambak 0,00 7746,00 0,00 7739,00
Jumlah 77447,00 30835,00 9125,00 119.513,00
Prosentase 65,96 26,26 7,77 100,00
Sumber : RTRW Kabupaten Gresik 2010-2030
5.4 ANALISIS SUPPLY (PENAWARAN)
Tujuan dari analisis supply (penawaran) adalah untuk memenuhi karakter dan kondisi
produk pariwisata, sehingga nantinya akan lebih jelas pangsa pasar pariwisata yang menjadi
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -20
sasaran dan pemasarannya, beberapa komponen sediaan atau penawaran yang digunakan dalam
analisis ini diantaranya: Keanekaragama daya tarik, aksesibilitas, amenitas dan kondisi sosial
budaya masyarakat.Analisis supply merupakan salah satu dari analisis kepariwisataan, dimana
unsur-unsur yang berada didalamnya meliputi keanekaragaman daya tarik wisata, aksesibilitas
kawasan wisata, amnenitas dan sosial budaya masyarakat.
5.4.1 Kenakeragaman Daya Tarik Wisata
A. Daya Tarik Wisata Alam
Daya Tarik wisata alam yang berada di Kabupaten Gresik terdiri dari alam di
pegunungan dan di pantai. Untuk wisata alam di pegunungan terdapat wisata petilasan Sunan
Kalijaga di bukit surowiti, danau kastoba, Air Terjun Laccar, Air Terjun Patar Selamat, dan Air
Panas Kebondaya yang sebagian besar berada di Pulau Bawean. Wisata alam di pegunungan
menawarkan suhu udara yang masih segar dan dingin, yang masih dikelilingi oleh hutan-hutan
yang masih alami. Pemandangan alam yang indah juga menjadi daya tarik wisatawan unutk
berkunjung ke wisata pegunungan tersebut. Selain itu, daya tarik lainnya adalah air yang masih
segar dan bersih, sehingga wisatawan dapat mandi atau berendam.
Untuk wisata alam pantai antara lain: Pantai Labuhan, Pantai Nyimas, Pantai Hutan
Lindung, Pantai Tinggen, Pantai Dalegan, Pulau Noko dan Pulau Gili, Kawasan Pantai Selayar,
serta Pantai Pulau Cina yang tersebar di Kabupaten Gresik. Daya tarik wisata pantai yang
paling utama yaitu pantainya yang masih alami, selain itu garis pantai juga panjang, sehingga
akan lebih memuaskan para wisatawan untuk menikmati pemandangan pantai sambil berjalan
di sepanjang garis pantai. Pada Pulau Noko dan Pulau Gili pantai yang ditawarkan lebih indah
karena warna pasirnya yang putih, bersih, dan halus. Selain itu juga terdapat terumbu karang
yang masih alami dan indah. Pemandangan laut lepas yang indah juga menarik wisatawan
untuk berkunjung menikmati wisata pantai.
Air terjun Kudhu-Kudhu
Air Panas
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -21
Danau Kastoba
Air Terjun Laccar
Pantai Makam Panjang
Pantai Tandjung Ke’en
Tandjung Ke’en
Pulau Noko
Gambar 5.1Daya Tarik Wisata Alam Kabupaten Gresik
B. Daya Tarik Wisata Religi/ Budaya
Daya tarik wisata budaya yang terdapat di Kabupaten Gresik merupakan wisata religi
yang berupa makam-makam para ulama-ulama Islam dan beberapa tokoh bersejarah yang
berpengaruh pada pembentukan Kabupaten Gresik. Objek wisata religi tersebut antara lain:
Makam Maulana Malik Ibrahim, Makam Sunan Giri, Petilasan Giri Kedaton, Makam Kanjeng
Tumenggung Pusponegoro, Makam Nyi Ageng Pinatih, Makam Raden Santri, Makam Sunan
Prapen, Makam Siti Fatimah Binti Maimun, Makam Kanjeng Sepuh Sidayu, Makam Dewi
Sekardadu, serta Makam Putri Cempo. Daya Tarik yang ditawarkan dari wisata religi adalah
ketenangan batin, pengkayaan pengetahuan akan sejarah islam dan pembentukan Gresik.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -22
Makam Kandjeng Sepuh Sidayu
Makam Maulana Malik Ibrahim
Makam Nyai Ageng Pinatih
Makam Raden Santri
Makam Siti Fatimah binti Maemun
Makam Sunan Giri
Makam Sunan Prapen
Situs Giri Kedaton
Gambar 5.2Daya Tarik Wisata Budaya Kabupaten Gresik
C. Daya Tarik Wisata Buatan
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -23
Wisata buatan yang terdapat di Kabupaten Gresik yaitu Giri Warna Tirta atau Telaga
Ngipik. Daya Tarik yang ditawarkan pada wisata buatan tersebut antara lain pemandangan
telaga yang indah dengan suasana sejuk, tenang, dan nyaman. Telaga yang terbentuk akibat
penambangan tanah lapang oleh PT Petrokimia Gresik sehingga terbentuk lubang seluas 20
hektar tersebut telah dilengkapi denga permainan anak yang dapat menjadi daya Tarik bagi
wisatawan yang berkunjung ke wisata tersebut.
Pintu Masuk
Ski Air
Tempat Permaianan Anak
Tempat Permaianan Anak
Outbond
Tempat Pemancingan
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -24
Ski Air Rumah Makan
Gambar 5.3Daya Tarik Wisata Buatan Kabupaten Gresik
D. Daya Tarik Wisata Khusus
Wisata khusus yang terdapat di Kabupaten Gresik antara lain Kawasan Wisata
Adenium, Benteng Lodewijk, Kampung Kemasan, serta Sentra Songkok dan Rebana. Daya
tarik dari wisata khusus tersebut bermacam-macam tergantung dari jenis objek wisatanya.
Seperti wisata kampung Adenium dimana daya Tarik dari wisata ini tentunya tanaman adenium
yang indah tersebar di seluruh kampung yang membudidayakan tanaman tersebut. Jenis
tanaman adenium ini juga sangat bervariasi sehingga wisatawan tidak akan bosan. Daya Tarik
dari wisata Benteng Lodewijk tentunya benteng peninggalan Belanda yang dahulu berfungsi
sebagai benteng pertahanan. Meskipun Benteng Lodewijk saat ini sudah tidak utuh, namun
sisa-sisa situs benteng tersebut sangat menarik dan dapat di dijadikan objek foto yang bagus
dengan berlatar belakang laut lepas. Selain itu, data tarik Kampung Kemasan yaitu bangunan-
bangunan peninggalan Belanda yang masih berdiri kokoh sampai saat ini. Bangunan-bangunan
tersebut memiliki arsitektur yang kental akan budaya Belanda, sehingga wisatawan akan
merasakan suasana seperti di Negara Belanda. Serta daya Tarik terakhir yang ditawarkan oleh
Sentra Songkok dan Rebana tentunya berasal dari produk unggulan yang dihasilkan berupa
Songkok dan Rebana. Wisatawan dapat melihat langsung proses pembuatan Songkok dan
Rebana yang tersebar di rumah-rumah pribadi para pengerajin, karena industry ini merupakan
industry rumahan.
Pengerajin Rebana
Kampung Adenium
Kampung Kemasan
Benteng Lodewijk
Gambar 5.4Daya Tarik Wisata Khusus Kabupaten Gresik
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -25
5.4.2 Aksesibilitas Kawasan Wisata
Kondisi aksesibilitas menuju ke kawasan wisata di Kabupaten Gresik terbagi menjadi
tiga kondisi, yaitu aksesibilitas di dalam kota, aksesibilitas di luar kota, serta aksesibilitas di
Pulau Bawean.
A. Aksesibilitas Dalam Kota
Untuk aksesibiltas menuju tempat wisata di dalam kota sudah sangat baik. Kondisi
jalan sudah beraspal dan terdapat beberapa petunjuk yang memudahkan wisatawan untuk
menuju tempat wisata. Untuk wisatawan dari luar kota dapat mengakses jalan tol yang
memudahkan menuju ke Gresik. Selain itu juga terdapat moda angkutan umum di dalam kota
Gresik menuju tempat-tempat wisata yang memudahkan wisatawan local maupun luar kota
yang tidak mengendarai kendaraan pribadi. Permasalahan yang muncul adalah kemacetan yang
sering terjadi di ruas-ruas jalan utama di dalam kota. Kemacetan tersebut sering timbul pada
saat jam-jam berangkat kerja dan pulang kerja, serta dipenuhi juga dengan truk-truk industry,
sehingga akan sedikit mengganggu perjalanan menuju tempat-tempat wisata di dalam kota.
Wisata-wisata yang berada di dalam kota antara lain Makam Sunan Giri, Makam
Maulana Malik Ibrahim, Petilasan Giri Kedaton, Makam Kanjeng Tumenggung Pusponegoro,
Makam Nyi Ageng Pinatih, Makam Raden Santri, Makam Sunan Prapen, Makam Dewi
Sekardadu, Giri Wana Tirta, dan Kampung Kemasan. Untuk wisata-wisata religi yang ada di
dalam kota dan Kampung Kemasan letaknya sebagian besar berada di pusat kota, sehingga
pada saat-saat tertentu ketika banyak wisatawan yang datang akan terjadi kemacetan di pusat
kota tersebut.
Gambar 5.5 Kondisi jalan masuk ke Makam Sunan Giri yang baik
B. Aksesibilitas Luar Kota
Aksesibilitas menuju tempat-tempat wisata di luar Kota Gresik sudah dapat terjangkau
pada umumnya. Kondisi jalan sebagian besar sudah beraspal, namun terdapat kondisi jalan
yang masih tanah ataupun macadam, yaitu jalan menuju Wisata Bukit Surowiti, dimana jalan
macadam tersebut dimulai dari jalan masuk dari jalan utama kabupaten hingga tempat parkir.
Belum lagi jalannya yang menanjak sehingga lebih menyulitkan untuk menuju tempat wisata
tersebut.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -26
Moda angkutan umum yang menuju tempat-tempat wisata di luar kota sangat jarang,
sehingga wisatawan akan kesulitan menuju tempat wisata tersebut apabila tidak menggunakan
kendaraan pribadi atau sewa. Tempat wisata di luar kota Gresik dapat di akses dari Kabupaten
Lamongan yang berada di sebelah barat Kabupaten Gresik dan dari Kota Surabaya yang berada
di sebelah timur Kabupaten Gresik.
C. Aksesibilitas Pulau Bawean
Pulau Bawean terletak di Laut Jawa, sekitar 80 Mil atau 120 kilometer sebelah utara
Gresik yang hanya dapat diakses dengan menggunakan transportasi laut. Kapal yang beroperasi
menuju Pulau Bawean hanya ada dua, yaitu Kapal Tungkal Samudra dan Kapal Bahari Ekspres.
Perjalanan menuju Pulau Bawean dari pelabuhan Gresik menempuh waktu antara 3 hingga 6
jam. Apabila cuaca sedang buruk maka transportasi menuju dan dari Pulau Bawean akan
lumpuh.
Tempat-tempat wisata di Pulau Bawean terdiri dari wisata pantai dan wisata di
pegunungan. Aksesibilitas menuju tempat-tempat wisata tersebut sebagian besar sangat buruk,
dengan kondisi jalan berupa tanah dan batu. Jalan yang beraspal pada Pulau Bawean hanya
terdapat pada pusat kota dan jalan lingkar Bawean. Medan yang dilewati untuk menuju tempat-
tempat wisata tersebut juga berbukit dan terjal. Pada beberapa titik aksesnya sangat menanjak
dengan sisi satunya berupa jurang. Jalan tersebut hanya dapat dilewati untuk satu mobil saja
dengan lebar hanya 1,5 meter. Untuk moda transportasi umum tidak ada di Pulau Bawean,
sehingga jika ingin berkeliling menuju tempat-tempat wisata tersebut harus sewa kendaraan,
baik roda dua maupun roda empat.
Jalan masuk ke Makam Panjang
Jalan Masuk ke Penangkaran Rusa
Gambar 5.6 Kondisi Jalan Masuk ke Obyek-obyek Wisata di Pulau Bawean
5.4.3 Amenitas/Fasilitas
A. Sarana Pokok Kepariwisataan
Sarana Pokok Kepariwisataan, adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat
tergantung kepada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata. Termasuk
dalam kelompok ini adalah travel agent atau tour operator, perusahaan-perusahaan
angkutan wisata, hotel, dan jenis akomodasi lainnya, restoran dan rumah makan lainnya
serta objek wisata dan atraksi wisata.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -27
1. Wisata alam, wisata buatan, wisata religi, dan wisata khusus
Kabupaten Gresik memiliki potensi yang dangat besar dalam bidang pariwisata. Hal
tersebut dibuktikan dengan adanya seluruh macam objek wisata yang mendukung.
Wisata alam di Kabupaten Gresik meliputi wisata pantai, air panas, perbukitan dan air
terjun. Wisata buatan yang disajikan dalam bentuk telaga. Wisata religi yaitu makam-
makam tokoh islam yang ada di Kabuapten Gresik. Wisata khusus yaitu terdiri dari
sentra dan industri rumahan.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -28
Gambar 5.7 Peta Aksesibilitas Destinasi Wisata Kabupaten Gresik
Wisata Alam Danau Kastoba
Wisata Buata Telaga Ngipik
Wisata Makam Maulana Malik Ibrahim
Wisata Khusus Kampung Adenium
Gambar 5.8 Jenis Wisata di Kabupaten Gresik
2. Villa atau Penginapan
Pada seluruh objek wisata di Kabupaten Gresik dan Pulau Bawean belum terdapat
penginapan maupun hotel yang mengakomodasi wisatawan untuk menginap maupun
ingin beristirahat. Para wisatawan harus mencari penginapan di luar kawasan objek
wisata. Pada beberapa objek wisata menggunakan perkemahan seperti Kawasan Pantai
Selayar. Terkadang juga para wisatawan dapat memanfaatkan atau menyewa rumah
penduduk sebagai tempat menginap seperti yang ada pada Pantai Noko dan Pulau Gili.
3. Restoran atau Rumah Makan
Biasanya pada saat berwisata para wisatawan pasti membutuhkan rumah makan
maupun restoran sebagai akomodasi. Apalagi Kabupaten Gresik dikenal sebagai salah
satu Kabupaten yang memiliki beberapa makanan khas yang terkenal enak. Pada
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -29
beberapa kawasan objek wisata seperti Pantai Delegan dan Kawasan Makam Kanjeng
Sepuh sudah terdapat warung-warung makanan yang menjual aneka makanan khas dari
Kabupaten Gresik seperti sego krawu, sego rawon, dan sego bebek. Para wisatawan
sangat menggemari makanan-makanan tersebut karena memiliki kekhasan rasa
tersendiri.
Gambar 5.9Warung Makanan Pantai Delegan
Pada beberapa kawasan makam tidak diperbolehkan adanya warung atau restoran
dikarenakan demi menjaga kekhusukan para pengunjung dalam berziarah.
4. Parkir
Pada kawasan objek wisata yang ada di Kabupaten Gresik kebanyakan sudah tersedia
raung atau lahan untuk memarkir kendaraan namun kebanyakan lahan tersebut tidak
disediakan oleh pengelola namun oleh masyarakat sekitar. Namun beberapa ada yang
telah disediakan oleh pengelola objek wisata. Terkadang tempat parkir juga kurang
disebabkan para wisatawan yang terlalu banyak tidak sebanding dengan lahan parkir
yang ada.
Gambar 5.10Parkir Kawasan Makam Fatimah Binti Maimun
5. Biro Perjalanan
Bagi Biro Perjalanan yang mengakomodasi untuk objek wisata yang ada di Kabupaten
Gresik dan Pulau Bawean masih sangat sedikit. Karena memang biasanya para
wisatawan yang datang ke Gresik lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi. Para
wisatawan yang berziarah ke wisata makam biasanya yang menggunakan biro
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -30
perjalanan karena mereka datang bersama rombongan pengajian ataupun
oraganisasinya.
B. Sarana Pelengkap Kepariwisataan
Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan atau tempat-tempat
yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana
pokok kepariwisataan, tetapi yang terpenting adalah menjadikan para wisatawan lebih
lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata.
1. Aula
Pada wisata makam pasti harus ada aula yang digunakan sebagai tempat untuk para
wisatawan berdoa maupun beristirahat. Hal tersebut telah ada di beberapa kawasan
wisata makam misalnya di Makam Maulana Malik Ibrahim, Makam Sunan Giri,
maupun makam lainnya. Selain sebagai tempat untuk berdoa aula juga digunakan
sebagai tempat makam-makam yang bukan makam utama sehingga orang-orang dapat
juga berziarah pada tempat tersebut.
Gambar 5.11Aula Makam Sunan Prapen
2. Gazebo atau shelter
Biasanya gazebo atau shelter digunakan para wisatawan sebagai tempat istirahata atau
sebagai tempat untuk melihat pemandangan kawasan objek wisata. Beberapa objek
wisata yang ada di Kabupaten Gresik sudah memiliki shelter namun pada objek wisata
yang ada pada Pulau Bawean belum memiliki sehingga para wisatawan sangat sulit
sekali dalam mencari tempat untuk berteduh maupun bersantai menikmati
pemandangan.
Shelter Pantai Delegan
Shelter Danau Kastoba
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -31
Shelter Pantai Labuhan
Gambar 5.12 Fasilitas Shelter di Obyek-Obyek Wisata
3. Tempat Peribadatan
Tempat peribadatan digunakan sebagai tempat untuk beribadah dan berdoa. Pada
kawasan wisata makam Kabupaten Gresik sudah telah tersedia tempat untuk beribadah
bagi wisatawan Karen hal tersebut salah satu tempat untuk berziarah maupun berdoa.
Untuk kawasan wisata lainnya sudah ada namun untuk tempat wisata alam kurang
tersedia dikarenakan tempat wisata alam yang sulit dijangkau dan opengunjungnya
masih sangat sepi.
4. MCK atau Toilet
Pda masing-masing objek wisata rata-rata telah memiliki MCK maupun toilet namun
pada objek wisata yang berbau alam masih sangat minim hal tersebut dikarenakan
belum ada pengelola objek wisata dan akses menuju objek wisata masih sulit.
MCK Kawasan Makan Sunan
Prapen
MCK Kawasan Penangkaran Rusa
Gambar 5.13 Fasilitas Toilet di Obyek-Obyek Wisata
C. Sarana Penunjang Kepariwisataan
Sarana penunjang kepariwisataan adalah perusahaan yang menunjang sarana pelengkap
dan sarana pokok dan berfungsi tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal pada
suatu daerah tujuan wisata, tetapi fungsi yang lebih penting adalah agar wisatawan lebih
banyak mengeluarkan atau membelanjakan uangnya ditempat yang dikunjunginya.
1. Pasar Wisata dan Toko Souvenir
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -32
Pasar wisata dan took souvenir pada objek wisata yang ada di Kabuapten Gresik dan
Pulau Bawean hanya terdapat pada sepanjang jalan menuju Kawasan Makam Sunan
Giri. Jalan setapak yang digunakan sebagai jalur menuju makam utama tertutupi dan
menjadi tidak terakomodir karena banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan di
sepanjang jalan tersebut. Hal tersebut menyebabkan para wisatawan kurang merasa
nyaman karena pedagang membuat badan jalan menjadi kotor dan sempit.
Gambar 5.14Pasar Wisata dan toko souvenir Kawasan Makam Sunan Giri
2. Area Permainan Anak
Beberapa objek wisata yang ada pada Kabupaten Gresik dan Pulau Bawean belum
memiliki area permaianan anak namun beberapa telah ada. Biasanya masyarakat yang
berwisata tentunya akan membawa anak mereka baik yang telah berusia dewasa
maupun yang masih anak-anak. Pada Salah satu objek di Kabupaten Gresik yaitu
Telaga Ngipik telah memiliki tempat permainan anak.
Gambar 5.15Permainan Anak Telaga Ngipik/ Giri Wana Tirta
3. Permainan Air
Pada bagian permainan air hanya terdapat pada wisata alam seperti pantai, telaga, dan
danau. Namun keberadaan permainan tersebut belum terakomodir dengan baik. Telaga
ngipik merupakan objek wisata dengan permainan air yang telah terkelola karena telaga
ini sering digunakan sebagai tempat lomba nasiona maupun internasional.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -33
Gambar 5.16Ski Air Telaga Ngipik/ Giri Wana Tirta
D. Infrastruktur
Atraksi dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada fasilitas
pendukung/infrastruktur. Prasarana pariwisata pada Kawasan Wisata dibagi menjadi dua
bagian yang penting, yaitu prasarana perekonomian dan prasarana sosial.
1. Prasarana Perekonomian
Prasarana perekonomian (economic infrstructures) adalah semua fasilitas yang dapat
memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga
dapat memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Yang termasuk
dalam prasarana ekonomi ini adalah pengangkutan (transportation), utilitas dan sistem
perbankan.
a) Pengangkutan (transportation)
Pada objek wisata yang ada di Kabupaten Gresik dapat menggunakan transportasi
darat karena jaraknya yang relative dekat dari pusat kota. kawasan-kawasan tersebut
dapat dijangkau dengan angkutan umum maupun dengan kendaraan pribadi. Namun
pada objek wisata yang ada pada Pulau Bawean dibutuhkan adanya transportasi laut
yaitu kapal untuk menyebrang dan pelabuhan. Berdasarkan informasi yang didapat
dari para warga dan para wisatawan banyak jalan menuju objek wisata yang kurang
layak yang digunakan karena selain perkerasan yang masih buruk namun jalan yang
digunakan juga sempit. Tidak semua jalan yang menuju objek wisata beraspal
namun juga ada yang masih berupa tanah dan macadam.
b) Sistem utilitas
Air bersih
Air Bersih pada objek wisata sangat penting selain sebagai akomodasi para
wisatawan namun juga akan bermanfaat sebagai fasilitas untuk para wisatawan.
Sistem jaringan air bersih pada objek-objek wisata di gresik dan pulau bawean
masih sangat minim. Pada beberapa objek di Kabupaten Gresik sudah terlayani
jaringan air bersih namun ketersediannya tidak memenuhi kebutuhan para
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -34
wisatawan, seperti contoh yang ada pada kawasan makam Sunan Giri. Pada
Objek wisata alam memang kurang terlayani oleh jaringan air bersih. Hal
tersebut dikarenakan belum adanya pipa air PDAM maupun jaringan air bersih
lainnya.
Listrik
Pada Kawasan wisata yang ada di Kabupaten Gresik semuanya telah terlayani
oleh jaringan listrik yang berasal dari PLN. Artinya para wisatawan tidak perlu
mengkhawatirkan mengenai akomodasi listrik. Namun pada objek wisata yang
ada di Pulau Bawean listrik memang sangat minim hal tersebut dikarenakan
belum adanya jaringan listrik. Hal tersebut akan mengganggu kenyamanan para
wisatawan dalam menikmati kondisi dari objek wisata
Komunikasi
Sebenarnya jaringan telepon sangat dibutuhkan dalam dunia kepariwisataan.
Untuk objek wisata yang ada pada Kabupaten Gresik memang sebagian bersar
terlayani oleh jaringan telepon baik yang berasal dari TELKOM maupun BTS.
Namun pada kawasan objek wisata yang ada di Pulau Bawean sangat sulit sekali
mencari sinyal untuk telepon karena belum adanya jaringan telepon maupun BTS
sehingga komunikasi akan terputus jika menuju Pulau Bawean.
Persampahan
Sistem persampahan yang ada pada objek wisata Kabupaten Gresik dan Pulau
bawean masih menngunakan sistem konvensional yaitu masih berupa tempat
sampah biasa berupa tong ataupun kotak. Keberadaan tong-tong sampah pada
objek wisata gresik masih sangat kurang. Hal tersebut sangat jelas dapat dilihat
melalui banyaknya timbunan sampah pada sekitar objek wisata. Selain itu tidak
ada sistem lain setelah sampah masuk dalam tong.
Drainase
Sistem drainase pada objek wisata Kabupaten Gresik dan Pulau Bawean masih
sangat buruk. Hal tersebut dapat dilihat pada banyaknya sampah yang ada pada
drainase. Nantinya apabila tumpukan sampah tersebut tidak diatasi maka akan
menyebabkan banjir. Selain itu drainase yang sempit juga akan menurunkan
kinerja drainase dalam menerima limpasan air
Sistem Perbankan
Dari kondisi yang ditemui di lapangan semua objek wisata baik di kabupaten
Gresik maupun di Pulau Bawean belum mempunyai sistem perbankan seperti
bank atau ATM.
2. Prasarana Sosial
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -35
Prasarana Sosial (Social Infrastructures), adalah semua faktor yang menunjang
kemajuan atau menjamin kelangsungan prasarana perekonomian yang ada. termasuk
dalam kelompok ini adalah pelayanan kesehatan (Health Services Facilities), Faktor
Keamanan (Safety) dan Petugas yang langsung melayani wisatawan (Goverment
apparatus).
a) Pelayanan Kesehatan (Health Services Fasilities)
Prasarana kesehatan dimaksudkan sebagai pemberi jasa wisatawan dalam bidang
kesehatan, sehingga apabila ada wisatawan yang sakit tidak perlu keluar objek
wisata. Pada objek wisata yang ada di Kabupaten Gresik dan Pulau Bawean belum
terdapat fasilitas kesehatan ini.
b) Faktor Keamanan (Safety)
Suatu objek wisata pasti butuh faktor kemanan. Hal tersebut dikarenakan apabila
suatu objek wisata aman maka akan lebih banyak wisatawan yang datang menuju
objek wisata sehingga nantinya wisata akan berkembang pesat. Pada kawasan objek
wisata gresik memang sudah ada pos keamanan terutama pada objek wisata makam
karena telah terkeloka dengan baik namun pada objek wisata yang masih kurang
terjamah sangat minim faktor keamanan.
c) Petugas yang langsung melayani wisatawan (Government Apparatus)
Pada beberapa kawasan objek wisata telah terdapat unit pelayanan yaitu apabila
kawasan wisata tersebut telah memiliki pengelola. Kebanyakan untuk objek wisata
di Kabupaten Gresik sudah memiliki unit pelayanan karena telah ada kantor
pengelola sebagai pusat informasi.
5.4.4 Sosial Budaya Masyarakat
Sosial budaya masyarakat ditentukan dari masyarakat yang mendiami daerah tersebut.
Adat yang masih dijunjung hingga sangat ini akan menentukan prilaku yang ada pada wilayah
tersebut. Karakteristik masyarakat akan menjadi daya tarik sendiri bagi para wisatawan untuk
berkunjung ke objek wisata. Masyarakat yang ada di Kabupaten Gresik maupun Pulau Bawean
memiliki potensi sebagai daya tarik pariwisata. Hal tersebut dapat dilihat dari perilaku
masyarakat yang selalu merayakan atau menyambut hari-hari besar islam yang akan
meramaikan dan menunjang pariwisata makam yang ada di Kabupaten Gresik. Mereka akan
berziarah dan berdoa di makam-makam para wali. Hal tersebut secara tidak langsung akan
mengundang para masyarakat yang ada di luar Kabuapten Gresik juga akan tergerak hatinya
untuk berziarah dan berdoa pada objek wisata makam yang ada Kabupaten Gresik.
Dengan ditumbuh ekmbangkan kebiasaan, kesadaran, dan peran masyarakat akan
secara drastis menunjang tumbuhnya objek wisata. Ditambah lagi adanya event-event khus
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -36
yang diselenggarakan tiap tahunnya akan menambah rasa kebersamaan dari para wisatawan dan
para penduduk setempat. Melalui pengenalan Gresik jaman dulu maka wisatawan akan
mengetahui asal mula berdirinya Kabupaten Gresik. Pada event itulah masyarakat diharapkan
berperan sebagai orang yang mengenalkan budaya dan objek wisata yang mereka punyai
sebagai ajang promosi.
Namun terkadang dalam upaya pengembangan ini terdapat beberapa masalah yang
kurang bisa diastase misalnya saja adanya perselisihan antara pengelola objek wisata dengan
masyarakat setempat yang menjadi pedagang di sepanjang sisi jalan menuju objek wisata. Hal
tersebt dikarenakan terkadang para pedagang kuarang mentaati peraturan yang diberikan oleh
pengelola akibatnya kawasan objek menjadi kurang teratur dan menjadi kotor sehingga
pemandangan atau suasana objek wisata menjadi tidak enak.
5.4.5 Lingkungan
Tautan lingkungan ini menggambarkan kondisi lingkungan disekitar yang berbatasan
langsung dengan wilayah studi. Sehingga dapat diketahui posisi dan kedudukan wilayah studi
terhadap lingkungan sekitarnya. Adapun kondisi lingkungan sekitar waduk adalah sebagai
berikut:
a. Sebelah Utara merupakan Laut jawa yang digunakan sebagai penghubung dengan pulau-
pulau lain. Hal tersebut akan bermanfaat sebagai pola pengembangan pelebuhan yang akan
menarik para wisatawan untuk datang menuju objek wisata.
b. Sebelah timur merupakan Selat Madura dan Kota Surabaya sebagai kota yang
bersebelahan maka Kota Surabaya yang sebagian besar penduduknya apabila berlibur akan
menuju objek wisata yang ada di gresik. Kota Surabaya merupakan pusat ibukota di Jawa
Timur dengan perekonomian tinggi.
c. Sebelah selatan merupakan Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Mojokerto sebagai
Kota-kota berkembang sebagai pendukung objek wisata Kabupaten Gresik bukan hanya
dari segi pengunjung namun juga akomodasi.
d. Sebelah barat merupakan Kabupaten Lamongan sebagai Kabupaten pesisir yang
diharapkan membantu perkembangan objek wisata Gresik.
5.5 ANALISIS DEMAND (PERMINTAAN/PASAR PARIWISATA
Analisis demand (permintaan) digunakan untuk mengetahui sisi permintaan akan
menggunakan beberapa komponen diantaranya segmentasi pasar, faktor demand dan atraksi
wisata.Komponen permintaan/demand pariwisata mencakup segmentasi pasar, faktor demand
dan atraksi wisata yang meliputi something to see, something to do, something to buy dan
something to remember.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -37
5.5.1 Segmentasi Pasar
Berdasarkan umurnya, wisatawan yang datang ke tempat-tempat wisata di Kabupaten
Gresik terbagi menjadi dua segmen. Pada wisata-wisata budaya/religi lebih banyak wisatawan
yang tua meskipun ada pula yang masih muda dengan tujuan utama untuk mengingat kembali
perjuangan para wali dalam membawa agama Islam ke tanah Jawa dan mendoakannya agar
selalu mendapatkan rahmat dari Tuhan. Sedangkan pada wisata-wisata alam, buatan, dan minat
khusus wisatawan yang berkunjung lebih banyak kalangan muda dengan tujuan utama untuk
menikmati pemandangan dan mendapatkan kesegaran pikiran.
Wisatawan yang berkunjung ke tempat-tempat wisata di Kabupaten Gresik sebagian
besar berasal dari Luar Kota. Untuk wisatawan wisata religi berasal dari berbagai macam kota
yang ada di Pulau Jawa karena wisata religi di Kabupaten Gresik sudah sangat terkenal.
Sebagian besar masih berasal dari Propinsi Jawa Timur karena kedekatan dengan Kabupaten
Gresik sehingga lebih mudah untuk berkunjung/ berziarah.
Dengan melihat potensi wisata yang ada dan ditunjang dengan promosi dan
pengelolaan yang baik, sangat memungkinkan obyek wisata-obyek wisata di Kabupaten Gresik
akan dapat berkembang dan dapat menarik wisatawan mancanegara, mengingat seperti Makam
Maulana Malik Ibrahim, Makam Sunan Giri, serta Pulau Noko merupakan beberapa destinasi
unggulan Provinsi Jawa Timur. Potensi lain yang dapat menjadi peluang untuk menarik
wisatawan dari mancanegara adalah kestrategisan lokasi yang tidak terlalu jauh dengan pusat
kota dan mudah dicapai oleh alat transportasi.
5.5.2 Faktor Demand
Yang termasuk dalam faktor demand (permintaan) adalah motivasi, tipe aktivitas,
tingkat kepuasan dan lama kunjungan.
A. Motivasi wisatawan
Motivasi wisatawan yang berkunjung di obyek wisata-obyek wisata di Kabupaten
Gresikdapat dilihat dari kegiatan yang menjadi prioritas wisatawan pada saat berkunjung di
obyek wisata tersebut. Untuk lebih memudahkan dalam menganalisa, maka motivasi wisatawan
akan dibagi berdasarkan jenis obyek wisatanya, yaitu wisata alam, wisata budaya/religi, wisata
buatan, dan wisata khusus.
Untuk wisata alam dan wisata buatan, tujuan wisatawan untuk berkunjung ke lokasi
obyek wisata-obyek wisata ini sebagian besar adalah untuk berekreasi dan menyegarkan
pikiran. Untuk wisata budaya/ religi, tujuan wisatawan untuk berkunjung ke lokasi obyek
wisata-obyek wisata ini sebagian besar adalah untuk mendoakan para wali dan pejuang-pejuang
islam lainnya dan mengenang kembali perjuang mereka dalam membawa Islam ke tanah Jawa.
Serta untuk wisata minat khusus, tujuan wisatawan untuk berkunjung ke lokasi obyek wisata-
obyek wisata ini sebagian besar adalahuntuk menyalurkan hobi atau kegemaran wisatawan.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -38
B. Tipe aktivitas
Seperti pembahasan motivasi wisatawan, dalam pembahasan tipe aktivitas juga akan
dibagi berdasarkan jenis obyek wisatanya, yaitu wisata alam, wisata budaya/religi, wisata
buatan, dan wisata khusus.
Untuk wisata alam dan wisata buatan merupakan obyek wisata yang mengandalkan
keindahan alamnya yang masih alami, oleh karena itu sebagian besar wisatawan melakukan
kegiatan berupa menikmati keindahan alam. Selain itu, wisatawan juga ada yang melakukan
jalan-jalan, berenang, mandi, berendam, piknik, berfoto, dan lain sebagainya. Untuk wisata
budaya/ religi merupakan obyek wisata yang berupa makam, sehingga sebagian besar
wisatawan melakukan kegiatan berupa berdoa dan mengaji. Selain itu, kegiatan lain yang dapat
dilakukan pada wisata budaya/ religi adalah melakukan pembelajaran dan sholat di
musholla/masjid yang terdapat di area makam. Serta untuk wisata minat khusus, sebagian besar
wisatawan melakukan kegiatan berupa menikmati berbagai jenis tanaman adenium, menikmati
tempat-tempat bersejarah, serta belajar proses pembuatan songkok dan rebana.
C. Kepuasaan Wisatawan
Tingkat kepuasaan wisatawan ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa
wisatawan di setiap obyek wisata. Pada obyek wisata alam, sebagian besar wisatawan
merasakan kepuasan saat berada di Pulau Bawean, terutama di Pulau Gili dan Pulau Noko
dengan alasan keindahan dari pulau tersebut. Pada obyek wisata budaya/ religi, sebagian besar
wisatawan merasakan kepuasan saat berada di Makam Maulana Malik Ibrahim dan Makam
Sunan Giri dengan alasan kedua obyek wisata tersebut memiliki sejarah yang kuat dan banyak
dihormati oleh pengikutnya. Sedangkan makam-makam lainnya wisatawan merasa biasa saja.
Serta pada obyek wisata minat khusus, sebagian besar wisatawan merasa biasa setelah
berkunjung ke obyek-obyek wisata tersebut.
D. Lama kunjungan
Dari hasil wawancara dapat diketahui tingkat lama tinggal wisatawan,untuk wisata
alam dan buatan sebagian besar wisatawan akan menghabiskan waktu di obyek wisata selama
setengah hari hingga satu hari karena banyak menghabiskan waktu untuk menikmati
pemandangan dan berekreasi menyegarkan pikiran. Untuk wisata budaya/ religi sebagian besar
wisatawan menghabiskan waktu di obyek wisata selama 1-3 jam karena hanya melakukan
kegiatan berdoa dan mengaji saja. Sedangkan untuk wisata minat khusus sebagian besar
wisatawan menghabiskan waktu di obyek wisata selama setengah hari. Semakin tinggi tingkat
lama tinggal dari wisatawan maka semakin meningkatkan daya dukung kepariwisataan. Jika
jumlah wisatawan sedikit tetapi tingkat lama tinggal dari wisatawan tinggi akan lebih baik
daripada jumlah wisatawan yang banyak dengan tingkat lama tinggal yang rendah.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -39
5.5.3 Atraksi Wisata
A. Something to do
Analisis terhadap faktor something to do meliputi penilaian atraksi obyek wisata
berdasarkan aktivitas/kegiatan wisatawan di dalam obyek-obyek wisata di Kabupaten Gresik.
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui kegiatan wisatawan yang berpotensi dalam
pengembangan obyek serta jenis atraksi dan kegiatan wisata lain. Kegiatan wisata yang dapat
dilakukan pada setiap obyek wisata akan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu wisata alam
dan buatan, wisata budaya/ religi, serta wisata minat khusus.
Tabel 5.10Atraksi Something to dodi Obyek Wisata Kabupaten Gresik
No. Atraksi
Wisata Something to do Visualisasi
Wisata Alam dan Buatan
1 Berenang/
berendam
Adanya pantai dengan air laut yang biru
menarik wisatawan untuk dapat berenang di
laut lepas atau hanya sekedar bermain air di
bibir pantai.
2 Snorkling Dengan adanya keindahan terumbu karang,
wisatawan dapat menikmatinya dengan
melakukan snorkling.
3 Mandi Adanya sumber air panas alami dari panas
bumi yang dapat menyehatkan tubuh membuat
wisatawan dapat melakukan mandi pada
sumber air panas tersebut.
4 Taman
Bermain
Bagi wisatawan yang mengajak keluarganya
dapat memanfaatkan fasilitas taman bermain
yang biasanya digemari oleh anak-anak. Saat
ini kondisinya masih dapat digunakan, namun
kurang bersih dan terawat.
5 Sepeda air Berkeliling di pinggi pantai dengan
menggunakan speed boat/sepeda air
merupakan hal yang menarik dan sayang untuk
dilewatkan.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -40
No. Atraksi
Wisata Something to do Visualisasi
6 Outbound Memanfaatkan berdirinya pohon-pohon dan
kerindangan pepohonan yang ada pada lokasi
wisata. Terdapat berbagai macam kegiatan
outbound yang ditawarkan dan harga yang
terjangkau, seperti flying fox, elvis bridge,
shark bridge, shirot bridge, birma bridge dan
wahana permainan lainnya.
7 Ski air Memanfaatkan sumber air yang ada dengan
melakukan ski air dapat menambah
kesenangan dalam menikmati wisata alam.
Wisata Budaya/ Religi
1 Pendopo Adanya pendopo pada wisata-wisata religi
akan membuat nyaman wisatawan dalam
berdoa dan mengaji untuk para ulama dan
pejuang Islam.
2 Museum Wisatawan dapat belajar mengenai sejarah dari
setiap perjuangan ulama dan tokoh-tokoh
penting lainnya dalam penyebaran islam di
tanah Jawa.
Wisata Minat Khusus
1 Workshop Wisatawan dapat belajar dalam pembuatan
songkok, rebana, dan menanam adenium
dengan para ahlinya langsung.
Sumber: Hasil Analisis, 2013
B. Something to see
Analisis terhadap faktor something to see meliputi penilaian potensi objek berdasarkan
pemandangan atau daya tarik lain yang dapat dilihat dan dinikmati wisatawan di dalam objek
wisata. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan pada setiap obyek wisata akan dibedakan
menjadi tiga kelompok, yaitu wisata alam dan buatan, wisata budaya/ religi, serta wisata minat
khusus.
Tabel 5.11Atraksi Something to seedi Obyek Wisata Kabupaten Gresik
No. Atraksi Wisata Something to see Visualisasi
Wisata Alam dan Buatan
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -41
No. Atraksi Wisata Something to see Visualisasi
1 Pantai/ laut Pantai yang panjang dan laut yang biru
dengan gulungan ombak yang berkejaran
menjadi daya tarik yang kuat para wisatawan
untuk menikmati keindahan pemandangan
pantai
2 Terumbu Karang Kondisi terumbu karang yang masih alami,
berwarna-warni, serta sebagai tempat hidup
ikan-ikan hias yang cantik-cantik akan
menjadi daya tarik yang kuat bagi para
wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Noko
dan Gili dan menikmati keindahan bawah laut
3 Batu karang Keberadaan batu karang yang besar dan
kokoh di pinggir pantai juga menjadi daya
tarik sendiri bagi wisatawan untuk
menikmatinya dan berfoto dengan latar
belakang batu karang yang besar dan indah
4 Air Terjun Wisatwan dapat menikmati keindahan air
terjun yang jatuh dari sumber air yang tinggi
dengan merasakan hempasan air di bawahnya
yang segar dan dingin
5 Telaga Menikmati pesona keindahan Telaga Ngipik
yang memiliki hamparan air luas yang
menjadikannya daya tarik utama yang
didukung oleh pemandangan alam sekitaran
telaga yang masih alami
Wisata Budaya/ Religi
1 Makam ulama/
tokoh
Wisatawan dapat berdoa dan mengaji lebih
khusyuk dengan melihat langsung makam-
makam para ulama dan pejuang islam yang
mereka hormati
Wisata Minat Khusus
1 Tanaman
Adenium
Kumpulan tanaman adenium yang berwarna-
warni dan indah membuat wisatawan lebih
betah untuk menikmati kebun adenium
tersebut
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -42
No. Atraksi Wisata Something to see Visualisasi
2 Situs Benteng Adanya sisa-sisa benteng Lodewijk di pinggir
laut menjadikan daya tarik bagi para
wisatawan untuk dapat melihat langsung
upaya pertahanan dalam melawan penjajah di
masa lalu
3 Bangunan kuno Bangunan-bangunan peninggalan Belanda
dengan kondisi yang masih terawat dan
berarsitektur khas Belanda menjadi obyek
kuat untuk dinikmati wisatawan yang datang
dan dapat mengabadikan keindahan arsitektur
tersebut juga
4 Proses pembuatan
songkok & rebana
Wisatwan dapat melihat langsung proses
pembuatan songkok dan rebana, serta belajar
membuatnya sendiri
Sumber: Hasil Analisis, 2013
C. Something to buy
Something to buy dapat diartikan sebagai kegiatan wisatawan untuk membelanjakan
uangnya di dalam obyek wisata. Belanja dapat dilakukan untuk memenuhi minat atau
permintaan wisatawan akan kebutuhan makan, minum dan barang-barang kerajinan sebagai
cinderamata. Selain untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, penyediaan sarana belanja juga
dapat meningkatkan ekonomi masyarakat melalui pengembangan produksi cinderamata dan
produk khas masyarakat sekitar Obyek-obyek wisata di Kabupaten Gresik.
Tabel 5.12Atraksi Something to buydi Obyek Wisata Kabupaten Gresik
No. Atraksi Wisata Something to buy Visualisasi
1 Rumah/kios
makanan
Terdapat beberapa rumah/kios makanan di
beberapa obyek-obyek wisata yang menjual
berbagai jenis makanan khas Gresik
2 Toko Souvenir Para wisatawan dapat membeli berbagai
macam souvenir khas Gresik di Toko-toko
souvenir yang ada di tersebar beberapa
obyek-obyek wisata di Kabupaten Gresik.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -43
No. Atraksi Wisata Something to buy Visualisasi
3 Showroom Hasil kerajinan songkok dan rebana yang
telah dibuat para pengerajin dipamerkan di
showrom-showroom depan rumah mereka,
sehingga wisatawan juga lebih mudah untuk
melihat hasilnya dan dapat membelinya untuk
buah tangan.
Sumber: Hasil Analisis, 2013
D. Something to remember
Analisis terhadap faktor something to remembermeliputi penilaian potensi objek
berdasarkan daya tarik obyek wisata yang dapat dikenang lama setelah selesai berkunjung.
Kegiatan wisata yang dapat dilakukan pada setiap obyek wisata akan dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu wisata alam dan buatan, wisata budaya/ religi, serta wisata minat khusus.
Tabel 5.13Atraksi Something to rememberdi Obyek Wisata Kabupaten Gresik
No. Atraksi Wisata Something to remember Visualisasi
Wisata Alam dan Buatan
1 Keindahan alam Dengan daya tarik keindahan alam yang bagus
membuat wisatawan akan terus mengenang
dan mengingat daya tarik tersebut yang tidak
mereka dapatkan di kehidupan perkotaan,
sehingga membuat mereka ingin kembali lagi.
2 Kesegaran udara
dan air
Wisatawan akan mengingat akan kesegaran
udara dan mata air yang ada di obyek wisata
karena berbeda dengan kondisi udara dan air
yang ada di perkotaan.
3 Kesenangan
melakukan atraksi
wisata
Melakukan beberapa atraksi yang ditawarkan
oleh obyek-obyek wisata, seperti berenang, ski
air, sepeda air, flying fox, dan lain sebagainya
akan menjadikan moment yang tidak dapat
dilupakan oleh wisatawan yang datang ke
obyek wisata.
Wisata Budaya/ Religi
1 Jasa para ulama
dan pejuang Islam
Wisatawan melakukan ziarah wali untuk
mendoakan para wali dan ulama, mereka akan
mengenang kembali perjalanan para wali
dalam memasukkan agama Islam ke Jawa dan
dapat belajar unutk selalu
mempertahankannya.
Wisata Minat Khusus
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -44
No. Atraksi Wisata Something to remember Visualisasi
1 Arsitektur
bangunan kuno
Keindahan arsitektur bangunan-bangunan
kuno di Kampung Kemasan akan selalu
dikenang oleh wisatawan yang datang karena
karakteristik lingkungannya yang menyerupai
Negara Belanda yang berbeda dengan
lingkungan mereka tinggal sehari-hari.
2 Sejarah Gresik Wisatawan yang telah mengunjungi Benteng
Lodewijk dapat menambah pengetahuan
mengenai terbentuknya Gresik, dimana salah
satunya adanya pertahanan Belanda terhadap
musuhnya, yang dapat selalu diingat oleh
wisatawan yang pernah datang ke tempat
tersebut.
3 Belajar membuat
produk unggulan
Belajar proses pembuatan produk unggulan
tentunya akan selalu diingat wisatawan yang
datang ke sentra Songkok dan Rebana, dimana
mereka tidak mendapatkan pembelajaran
tersebut dalam keseharian mereka.
Sumber: Hasil Analisis, 2013
5.6 ANALISIS IPA
Penilaian tingkat kepuasan atau persepsi terhadap kondisi kepariwisataan di Kabupaten
Gresik dapat dilakukan dengan suatu metode analisis yang merupakan kombinasi antara atribut-
atribut tingkat kepentingan dan persepsi terhadap kualitas keberadaan kepariwisataanke dalam
bentuk dua dimensi. Pihak yang memberikan penilaian yaitu pengunjung di setiap objek wisata.
Untuk mempermudah dalam pembahasan tingkat kepuasan dan kepentingan terhadap kondisi
kepariwisataan di Kabupaten Gresik, maka analisis IPA dilakukan pada objek-objek wisata di
seluruh Kabupaten Gresik.
Hasil analisis meliputi empat saran berbeda berdasarkan ukuran tingkat kepentingan
(importance) dan kualitas pelayanan (performance), yang selanjutnya dapat dipergunakan
untuk menetapkan strategi perencanaan, pengembangan dan pengelolaan kepariwisataan di
Kabupaten Gresik.
1. Kuadran 1: Keep Up The Good Work, menunjukkan bahwa variabel-variabel terkait
dengan keberadaan dan kinerja kepariwisataan di Kabupaten Gresikdipandang penting
oleh masyarakat adalah sangat baik.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -45
2. Kuadran 2: Possible Overkill, menunjukkan bahwa variabel-variabel terkait dengan
keberadaan dan kinerja kepariwisataan di Kabupaten Gresikmempunyai kualitas pelayanan
yang baik.
3. Kuadran 3: Low Priority, menunjukkan bahwa variabel-variabel terkait dengan keberadaan
dan kinerja kepariwisataan di Kabupaten Gresikmengalami penurunan, karena baik tingkat
kepentingan dan kualitas pelayanan lebih rendah dari nilai rata-rata.
4. Kuadran 4: Concentrate Here, menunjukkan bahwa variabel-variabel terkait dengan
keberadaan dan kinerja kepariwisataan di Kabupaten Gresiksangat penting, tetapi tidak
memiliki kualitas pelayanan yang baik.
Gambar 5.17Pembagian Kuadran Importance-Performance Analysis
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 (lima) tingkat dengan bobot
penilaian terhadap tingkat kepentingan yang diharapkan serta penilaian persepsi terhadap
kondisi kepariwisataan di Kabupaten Gresiksebagai berikut:
1. Jawaban sangat penting / sangat puas diberi bobot 5.
2. Jawaban penting / puas diberi bobot 4.
3. Jawaban ragu-ragu diberi bobot 3.
4. Jawaban tidak penting / tidak puas diberi bobot 2.
5. Jawaban sangat tidak penting / sangat tidak puas diberi bobot 1.
5.6.1 Makam Maulana Malik Ibrahim (Kec. Gresik)
Dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap pengunjung yang
terdapat di Makam Maulana Malik Ibrahim, didapatkan hasil perhitungan pada tabel sebagai
berikut.
Tabel 5.14Tingkat Kepuasan dan Kepentingan Pengunjung Makam Maulana Malik Ibrahim
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -46
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%)
Keamanan
1 Keamanan dari gangguan penjahat 4.20 4.70 89.4
2 Terdapatnya pos keamanan 4.20 4.40 95.5
3 Ketersediaan petugas dan tempat parkir 2.60 4.80 54.2
Ketertiban
4 Keteraturan penempatan sarana dan
prasarana wisata 3.90 4.30 90.7
5 Keteraturan sirkulasi internal. 2.60 4.30 60.5
6 Adanya pusat informasi dan pelayanan 3.40 4.80 70.8
Kebersihan
7 Kebersihan kondisi lingkungan 4.50 4.90 91.8
8 Kebersihan kondisi sarana wisata 4.40 4.90 89.8
9 Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti
MCK dan tempat sampah 4.30 4.70 91.5
Kenyamanan
10 Ketersediaan sarana akomodasi seperti
hotel /penginapan 2.70 3.60 75.0
11 Ketersediaan tempat peristirahatan/
shelter 4.60 4.50 102.2
12 Ketersediaan tempat makan dan minum 3.00 4.20 71.4
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan
listrik, air bersih dan komunikasi 4.10 4.40 93.2
Keindahan
14 Keserasian bangunan wisata dengan alam
sekitar. 3.90 4.50 86.7
Keramah-tamahan
15 Keramah-tamahan petugas/pengelola
pusat informasi wisata. 4.10 4.70 87.2
16
Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas
parkir, para pedagang, dan penyedia jasa
lainya)
3.50 4.70 74.5
Kenangan
17 Adanya atraksi seni budaya daerah yang
khas 4.20 3.50 120.0
18 Adanya makanan dan minuman khas
daerah 3.40 3.40 100.0
19 Adanya cinderamata/ souvenir khas
daerah yang unik 3.00 3.90 76.9
Aksesibilitas
20 Jaringan jalan 4.10 4.70 87.2
21 Moda transportasi 3.90 4.70 83.0
22 Waktu Perjalanan 4.30 4.40 97.7
Rata - rata 3.77 4.41 Sumber: Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata di Kabupaten Gresik Tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas di dapatkan kesimpulan bahwa terdapat 3 variabel yang
menyatakan pengunjung atau wisatawan sudah merasa puas, dilihat dari variabel yang nilainya
≥100%. Sedangkan variabel dengan nilai <100% menunjukkan bahwa belum merasa puas dan
perlu ditingkatkan pelayanannya masih sebanyak 19 variabel.
Seteleh mengetahui tingkat kepuasan pengunjung atau wisatawan, langkah selanjutnya
adalah mengetahui variabel prioritas yang perlu diperbaiki dan dikembangan di Makam
Maulana Malik Ibrahim berdasarkan persepsi pengunjung atau wisatawan. Untuk mengetahui
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -47
prioritas tiap-tiap variabel yang perlu diperbaiki dan dikembangkan, maka dilakukan
pendistribusian nilai tiap variabel kedalam diagram kartesius. Adapun parameter yang akan
membagi prioritas kedalam empat bagian adalah rata-rata tingkat kinerja/kepuasan ( X )
pengguna terhadap seluruh variabel sebagai sumbu horizontal ( X ), sedangkan rata-rata tingkat
kepentingan (Y ) seluruh variabel yang mempengaruhi kepuasan pengguna sebagai sumbu
vertikal (Y ). Hasil gabungan pembobotan persepsi dari pengunjung atau wisatawan dapat
dilhat di diagram kartesius pada Gambar berikut.
Gambar 5.18Diagram Kartesius IPA Makam Maulana Malik Ibrahim
Dilihat dari diagram kartesius diatas, menurut pengunjung atau wisatawan yang
menjadi prioritas utama untuk diperbaiki kinerjanya, yang kondisinya tidak memuaskan tetapi
memilki tingkat kepentingan yang tinggi adalahvariabel ketersediaan petugas dan tempat
parkir, adanya pusat informasi dan pelayanan, serta keramah-tamahan pelaku usaha (petugas
parkir, para pedagang, dan penyedia jasa lainya). Untuk lebih jelasnya pembagian variabel pada
setiap kuadran adalah sebagai berikut.
KUADRAN IV
Concentrate Here
(Tingkatkan kinerja/prioritas utama)
KUADRAN I
Keep Up The good Work
(Pertahankan kinerja)
bahwa atribut-atribut pada kinerja pelayanan
sangat penting dalam keputusan pengguna, tetapi
tidak memiliki kualitas pelayanan yang
Merupakan indikator yang mempengaruhi
tingkat kepuasan pengguna terhadap kinerja
yang kondisinya telah memenuhi harapan dan
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -48
baik.sehingga perlu mendapatkan prioritas
peningkatan. Adapun variabel yang masuk
kedalam kuadran ini adalah:
3. Ketersediaan petugas dan tempat parkir
6. Adanya pusat informasi dan pelayanan
16. Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas
parkir, para pedagang, dan penyedia jasa
lainya)
perlu dipertahankan. Adapun variabel yang
masuk kedalam kuadran ini adalah:
1. Keamanan dari gangguan penjahat.
7. Kebersihan kondisi lingkungan.
8. Kebersihan kondisi sarana wisata.
9. Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti MCK
dan tempat sampah.
11. Ketersediaan tempat peristirahatan/ shelter.
14. Keserasian bangunan wisata dengan alam
sekitar.
15. Keramah-tamahan petugas/pengelola pusat
informasi wisata.
20. Jaringan jalan.
21. Moda transportasi.
KUADRAN III
Low Priority
(Prioritas Rendah)
KUADRAN II
Possible Overkill
(Berlebihan)
Merupakan atribut pada kinerja pelayanan
mengalami penurunan, baik tingkat kepentingan
dan kualitas pelayanan lebih rendah dari nilai
rata-rata. Adapun variabel yang masuk kedalam
kuadran ini adalah:
5. Keteraturan sirkulasi internal.
10. Ketersediaan sarana akomodasi seperti hotel
/penginapan.
12. Ketersediaan tempat makan dan minum.
18. Adanya makanan dan minuman khas daerah.
19. Adanya cinderamata/ souvenir khas daerah
yang unik.
Merupakan atribut-atribut pada kinerja
pelayanan kurang penting bagi pengguna tetapi
mempunyai kualitas pelayanan yang baik.
Adapun variabel yang masuk kedalam kuadran
ini adalah:
2. Terdapatnya pos keamanan.
4. Keteraturan penempatan sarana dan
prasarana wisata.
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan listrik,
air bersih dan komunikasi.
17. Adanya atraksi seni budaya daerah yang
khas.
22. Waktu perjalanan.
5.6.2 Makam Sunan Giri (Kec. Kebomas)
Dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap pengunjung yang
terdapat di Makam Sunan Giri, didapatkan hasil perhitungan pada tabel sebagai berikut
Tabel 5.15Tingkat Kepuasan dan Kepentingan PengunjungMakam Sunan Giri
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%)
Keamanan
1 Keamanan dari gangguan penjahat 3.80 4.40 86.4
2 Terdapatnya pos keamanan 3.60 3.90 92.3
3 Ketersediaan petugas dan tempat parkir 4.10 4.40 93.2
Ketertiban
4 Keteraturan penempatan sarana dan
prasarana wisata 4.20 4.30 97.7
5 Keteraturan sirkulasi internal. 3.70 3.90 94.9
6 Adanya pusat informasi dan pelayanan 3.50 4.40 79.5
Kebersihan
7 Kebersihan kondisi lingkungan 3.50 4.80 72.9
8 Kebersihan kondisi sarana wisata 4.20 4.80 87.5
9 Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti
MCK dan tempat sampah 3.90 4.40 88.6
Kenyamanan
10 Ketersediaan sarana akomodasi seperti
hotel /penginapan 3.00 3.00 100.0
11 Ketersediaan tempat peristirahatan/ 3.80 4.50 84.4
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -49
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%) shelter
12 Ketersediaan tempat makan dan minum 4.20 4.50 93.3
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan
listrik, air bersih dan komunikasi 4.20 4.20 100.0
Keindahan
14 Keserasian bangunan wisata dengan
alam sekitar. 4.00 4.10 97.6
Keramah-tamahan
15 Keramah-tamahan petugas/pengelola
pusat informasi wisata. 3.70 4.20 88.1
16
Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas
parkir, para pedagang, dan penyedia jasa
lainya)
3.00 4.20 71.4
Kenangan
17 Adanya atraksi seni budaya daerah yang
khas 3.60 3.80 94.7
18 Adanya makanan dan minuman khas
daerah 3.50 4.20 83.3
19 Adanya cinderamata/ souvenir khas
daerah yang unik 3.60 4.10 87.8
Aksesibilitas
20 Jaringan jalan 3.70 4.30 86.0
21 Moda transportasi 4.00 4.20 95.2
22 Waktu Perjalanan 4.10 3.90 105.1
Rata - rata 3.77 4.205 Sumber: Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata di Kabupaten Gresik Tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas di dapatkan kesimpulan bahwa terdapat 2 variabel yang
menyatakan pengunjung atau wisatawan sudah merasa puas, dilihat dari variabel yang nilainya
≥100%. Sedangkan variabel dengan nilai <100% menunjukkan bahwa belum merasa puas dan
perlu ditingkatkan pelayanannya masih sebanyak 20 variabel.
Seteleh mengetahui tingkat kepuasan pengunjung atau wisatawan, langkah selanjutnya
adalah mengetahui variabel prioritas yang perlu diperbaiki dan dikembangan di Sunan Giri
berdasarkan persepsi pengunjung atau wisatawan. Untuk mengetahui prioritas tiap-tiap variabel
yang perlu diperbaiki dan dikembangkan, maka dilakukan pendistribusian nilai tiap variabel
kedalam diagram kartesius. Adapun parameter yang akan membagi prioritas kedalam empat
bagian adalah rata-rata tingkat kinerja/kepuasan ( X ) pengguna terhadap seluruh variabel
sebagai sumbu horizontal ( X ), sedangkan rata-rata tingkat kepentingan (Y ) seluruh variabel
yang mempengaruhi kepuasan pengguna sebagai sumbu vertikal (Y ). Hasil gabungan
pembobotan persepsi dari pengunjung atau wisatawan dapat dilhat di diagram kartesius pada
gambar berikut.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -50
Gambar 5.19Diagram Kartesius IPA Makam Sunan Giri
Dilihat dari diagram kartesius diatas, menurut pengunjung atau wisatawan yang
menjadi prioritas utama untuk diperbaiki dan dikembangkan karena kondisinya tidak
memuaskan tetapi memilki tingkat kepentingan yang tinggi adalah variabel adanya pusat
informasi dan pelayanan, kebersihan kondisi lingkungan, keramah-tamahan pelaku usaha
(petugas parkir, para pedagang, dan penyedia jasa lainya), serta jaringan jalan. Untuk lebih
jelasnya pembagian variabel pada setiap kuadran adalah sebagai berikut.
KUADRAN IV
Concentrate Here
(Tingkatkan kinerja/prioritas utama)
KUADRAN I
Keep Up The good Work
(Pertahankan kinerja)
bahwa atribut-atribut pada kinerja pelayanan
sangat penting dalam keputusan pengguna, tetapi
tidak memiliki kualitas pelayanan yang
baik.sehingga perlu mendapatkan prioritas
peningkatan. Adapun variabel yang masuk
kedalam kuadran ini adalah:
6. Adanya pusat informasi dan pelayanan
7. Kebersihan kondisi lingkungan.
16. Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas
parkir, para pedagang, dan penyedia jasa
lainya)
20. Jaringan jalan.
Merupakan indikator yang mempengaruhi
tingkat kepuasan pengguna terhadap kinerja
yang kondisinya telah memenuhi harapan dan
perlu dipertahankan. Adapun variabel yang
masuk kedalam kuadran ini adalah:
1. Keamanan dari gangguan penjahat.
3. Ketersediaan petugas dan tempat parkir
4. Keteraturan penempatan sarana dan
prasarana wisata.
8. Kebersihan kondisi sarana wisata.
9. Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti MCK
dan tempat sampah.
11. Ketersediaan tempat peristirahatan/ shelter.
12. Ketersediaan tempat makan dan minum.
KUADRAN III
Low Priority
(Prioritas Rendah)
KUADRAN II
Possible Overkill
(Berlebihan)
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -51
Merupakan atribut pada kinerja pelayanan
mengalami penurunan, baik tingkat kepentingan
dan kualitas pelayanan lebih rendah dari nilai
rata-rata. Adapun variabel yang masuk kedalam
kuadran ini adalah:
2. Terdapatnya pos keamanan.
5. Keteraturan sirkulasi internal.
10. Ketersediaan sarana akomodasi seperti hotel
/penginapan.
15. Keramah-tamahan petugas/pengelola pusat
informasi wisata.
17. Adanya atraksi seni budaya daerah yang
khas.
18. Adanya makanan dan minuman khas daerah.
19. Adanya cinderamata/ souvenir khas daerah
yang unik.
Merupakan atribut-atribut pada kinerja
pelayanan kurang penting bagi pengguna tetapi
mempunyai kualitas pelayanan yang baik.
Adapun variabel yang masuk kedalam kuadran
ini adalah:
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan listrik,
air bersih dan komunikasi.
14. Keserasian bangunan wisata dengan alam
sekitar.
21. Moda transportasi.
22. Waktu perjalanan.
5.6.3 Makam Pusponegoro (Kec. Gresik)
Dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap pengunjung yang
terdapat di Makam Pusponegoro, didapatkan hasil perhitungan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 5.16Tingkat Kepuasan dan Kepentingan PengunjungMakam Pusponegoro
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%)
Keamanan
1 Keamanan dari gangguan penjahat 4.30 4.60 93.5
2 Terdapatnya pos keamanan 4.10 4.60 89.1
3 Ketersediaan petugas dan tempat parkir 2.40 4.90 49.0
Ketertiban
4 Keteraturan penempatan sarana dan
prasarana wisata 3.90 4.40 88.6
5 Keteraturan sirkulasi internal. 3.60 4.10 87.8
6 Adanya pusat informasi dan pelayanan 4.00 4.90 81.6
Kebersihan
7 Kebersihan kondisi lingkungan 4.30 5.00 86.0
8 Kebersihan kondisi sarana wisata 5.00 4.90 102.0
9 Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti MCK
dan tempat sampah 4.40 5.00 88.0
Kenyamanan
10 Ketersediaan sarana akomodasi seperti hotel
/penginapan 3.10 2.70 114.8
11 Ketersediaan tempat peristirahatan/ shelter 4.40 4.70 93.6
12 Ketersediaan tempat makan dan minum 3.70 4.40 84.1
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan listrik,
air bersih dan komunikasi 4.20 4.50 93.3
Keindahan
14 Keserasian bangunan wisata dengan alam
sekitar. 3.90 4.40 88.6
Keramah-tamahan
15 Keramah-tamahan petugas/pengelola pusat
informasi wisata. 4.20 4.40 95.5
16
Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas
parkir, para pedagang, dan penyedia jasa
lainya)
3.80 4.20 90.5
Kenangan
17 Adanya atraksi seni budaya daerah yang 3.50 3.40 102.9
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -52
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%) khas
18 Adanya makanan dan minuman khas daerah 3.30 3.50 94.3
19 Adanya cinderamata/ souvenir khas daerah
yang unik 3.50 3.60 97.2
Aksesibilitas
20 Jaringan jalan 4.20 4.50 93.3
21 Moda transportasi 3.70 4.40 84.1
22 Waktu Perjalanan 4.00 4.50 88.9
Rata - rata 3.89 4.35 Sumber: Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata di Kabupaten Gresik Tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas di dapatkan kesimpulan bahwa terdapat 3 variabel yang
menyatakan pengunjung atau wisatawan sudah merasa puas, dilihat dari variabel yang nilainya
≥100%. Sedangkan variabel dengan nilai <100% menunjukkan bahwa belum merasa puas dan
perlu ditingkatkan pelayanannya masih sebanyak 19 variabel.
Seteleh mengetahui tingkat kepuasan pengunjung atau wisatawan, langkah selanjutnya
adalah mengetahui variabel prioritas yang perlu diperbaiki dan dikembangan di Pusponegoro
berdasarkan persepsi pengunjung atau wisatawan. Untuk mengetahui prioritas tiap-tiap variabel
yang perlu diperbaiki dan dikembangkan, maka dilakukan pendistribusian nilai tiap variabel
kedalam diagram kartesius. Adapun parameter yang akan membagi prioritas kedalam empat
bagian adalah rata-rata tingkat kinerja/kepuasan ( X ) pengguna terhadap seluruh variabel
sebagai sumbu horizontal ( X ), sedangkan rata-rata tingkat kepentingan (Y ) seluruh variabel
yang mempengaruhi kepuasan pengguna sebagai sumbu vertikal (Y ). Hasil gabungan
pembobotan persepsi dari pengunjung atau wisatawan dapat dilhat di diagram kartesius pada
gambar berikut.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -53
Gambar 5.20Diagram Kartesius IPA Makam Pusponegoro
Dilihat dari diagram kartesius diatas, menurut pengunjung atau wisatawan yang
menjadi prioritas utama untuk diperbaiki dan dikembangkan karena kondisinya tidak
memuaskan tetapi memilki tingkat kepentingan yang tinggi adalahvariabel ketersediaan petugas
dan tempat parkir, dan moda transportasi. Untuk lebih jelasnya pembagian variabel pada setiap
kuadran adalah sebagai berikut.
KUADRAN IV
Concentrate Here
(Tingkatkan kinerja/prioritas utama)
KUADRAN I
Keep Up The good Work
(Pertahankan kinerja)
bahwa atribut-atribut pada kinerja pelayanan
sangat penting dalam keputusan pengguna, tetapi
tidak memiliki kualitas pelayanan yang
baik.sehingga perlu mendapatkan prioritas
peningkatan. Adapun variabel yang masuk
kedalam kuadran ini adalah:
3. Ketersediaan petugas dan tempat parkir
21. Moda transportasi.
Merupakan indikator yang mempengaruhi
tingkat kepuasan pengguna terhadap kinerja
yang kondisinya telah memenuhi harapan dan
perlu dipertahankan. Adapun variabel yang
masuk kedalam kuadran ini adalah:
1. Keamanan dari gangguan penjahat.
2. Terdapatnya pos keamanan.
4. Keteraturan penempatan sarana dan
prasarana wisata.
6. Adanya pusat informasi dan pelayanan
7. Kebersihan kondisi lingkungan.
8. Kebersihan kondisi sarana wisata.
9. Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti MCK
dan tempat sampah.
11. Ketersediaan tempat peristirahatan/ shelter.
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan listrik,
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -54
air bersih dan komunikasi.
14. Keserasian bangunan wisata dengan alam
sekitar.
15. Keramah-tamahan petugas/pengelola pusat
informasi wisata.
20. Jaringan jalan.
22. Waktu perjalanan.
KUADRAN III
Low Priority
(Prioritas Rendah)
KUADRAN II
Possible Overkill
(Berlebihan)
Merupakan atribut pada kinerja pelayanan
mengalami penurunan, baik tingkat kepentingan
dan kualitas pelayanan lebih rendah dari nilai
rata-rata. Adapun variabel yang masuk kedalam
kuadran ini adalah:
5. Keteraturan sirkulasi internal.
10. Ketersediaan sarana akomodasi seperti hotel
/penginapan.
12. Ketersediaan tempat makan dan minum.
16. Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas
parkir, para pedagang, dan penyedia jasa
lainya)
17. Adanya atraksi seni budaya daerah yang
khas.
18. Adanya makanan dan minuman khas daerah.
19. Adanya cinderamata/ souvenir khas daerah
yang unik.
Tidak ada atribut-atribut pada kinerja pelayanan
kurang penting bagi pengguna tetapi mempunyai
kualitas pelayanan yang baik.
5.6.4 Makam Raden Santri (Kec. Gresik)
Dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap pengunjung yang
terdapat di Makam Raden Santri, didapatkan hasil perhitungan pada tabel sebagai berikut
Tabel 5.17Tingkat Kepuasan dan Kepentingan PengunjungMakam Raden Santri
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%)
Keamanan
1 Keamanan dari gangguan penjahat 3.30 3.70 89.2
2 Terdapatnya pos keamanan 1.80 4.00 45.0
3 Ketersediaan petugas dan tempat parkir 1.30 4.10 31.7
Ketertiban
4 Keteraturan penempatan sarana dan
prasarana wisata 2.80 3.60 77.8
5 Keteraturan sirkulasi internal. 2.20 3.70 59.5
6 Adanya pusat informasi dan pelayanan 2.10 3.80 55.3
Kebersihan
7 Kebersihan kondisi lingkungan 2.90 3.90 74.4
8 Kebersihan kondisi sarana wisata 2.70 3.90 69.2
9 Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti
MCK dan tempat sampah 1.90 4.10 46.3
Kenyamanan
10 Ketersediaan sarana akomodasi seperti
hotel /penginapan 1.50 2.80 53.6
11 Ketersediaan tempat peristirahatan/
shelter 1.60 3.60 44.4
12 Ketersediaan tempat makan dan minum 1.70 3.10 54.8
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -55
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%) 13
Ketersediaan utilitas seperti jaringan
listrik, air bersih dan komunikasi 2.90 3.60 80.6
Keindahan
14 Keserasian bangunan wisata dengan alam
sekitar. 2.60 3.70 70.3
Keramah-tamahan
15 Keramah-tamahan petugas/pengelola
pusat informasi wisata. 2.40 3.70 64.9
16
Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas
parkir, para pedagang, dan penyedia jasa
lainya)
2.10 3.50 60.0
Kenangan
17 Adanya atraksi seni budaya daerah yang
khas 2.00 2.70 74.1
18 Adanya makanan dan minuman khas
daerah 1.80 2.50 72.0
19 Adanya cinderamata/ souvenir khas
daerah yang unik 1.80 2.60 69.2
Aksesibilitas
20 Jaringan jalan 3.20 3.60 88.9
21 Moda transportasi 3.20 3.60 88.9
22 Waktu Perjalanan 3.10 3.50 88.6
Rata - rata 2.31 3.51 Sumber: Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata di Kabupaten Gresik Tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas di dapatkan kesimpulan bahwa terdapat 2 variabel tertinggi,
yaitu jaringan jalan dan moda transportasi walaupun pengunjung atau wisatawan belum merasa
puas, dilihat dari variabel yang nilainya di atas <100%. Sedangkan variabel terendah adalah
ketersediaan tempat istirhat/shelter.
Seteleh mengetahui tingkat kepuasan pengunjung atau wisatawan, langkah selanjutnya
adalah mengetahui variabel prioritas yang perlu diperbaiki dan dikembangan di Makam Raden
Santri berdasarkan persepsi pengunjung atau wisatawan. Untuk mengetahui prioritas tiap-tiap
variabel yang perlu diperbaiki dan dikembangkan, maka dilakukan pendistribusian nilai tiap
variabel kedalam diagram kartesius. Adapun parameter yang akan membagi prioritas kedalam
empat bagian adalah rata-rata tingkat kinerja/kepuasan ( X ) pengguna terhadap seluruh
variabel sebagai sumbu horizontal ( X ), sedangkan rata-rata tingkat kepentingan (Y ) seluruh
variabel yang mempengaruhi kepuasan pengguna sebagai sumbu vertikal (Y ). Hasil gabungan
pembobotan persepsi dari pengunjung atau wisatawan dapat dilhat di diagram kartesius pada
gambar berikut.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -56
Gambar 5.21Diagram Kartesius IPA Makam Raden Santri
Dilihat dari diagram kartesius diatas, menurut pengunjung atau wisatawan yang
menjadi prioritas utama yang perlu diperbaiki karena kondisinya tidak memuaskan tetapi
memilki tingkat kepentingan yang tinggi yaitu variabel terdapatnya pos keamanan, ketersediaan
petugas dan tempat parkir, keteraturan sirkulasi internal, adanya pusat informasi dan pelayanan,
ketersediaan fasilitas sanitasi seperti MCK dan tempat sampah, serta ketersediaan tempat
peristirahatan/shelter. Untuk lebih jelasnya pembagian variabel pada setiap kuadran adalah
sebagai berikut
KUADRAN IV
Concentrate Here
(Tingkatkan kinerja/prioritas utama)
KUADRAN I
Keep Up The good Work
(Pertahankan kinerja)
bahwa atribut-atribut pada kinerja pelayanan sangat
penting dalam keputusan pengguna, tetapi tidak
memiliki kualitas pelayanan yang baik.sehingga
perlu mendapatkan prioritas peningkatan. Adapun
variabel yang masuk kedalam kuadran ini adalah:
2. Terdapatnya pos keamanan.
3. Ketersediaan petugas dan tempat parkir
5. Keteraturan sirkulasi internal.
6. Adanya pusat informasi dan pelayanan
9. Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti MCK dan
tempat sampah.
11. Ketersediaan tempat peristirahatan/shelter.
Merupakan indikator yang mempengaruhi tingkat
kepuasan pengguna terhadap kinerja yang kondisinya
telah memenuhi harapan dan perlu dipertahankan.
Adapun variabel yang masuk kedalam kuadran ini
adalah:
1. Keamanan dari gangguan penjahat.
4. Keteraturan penempatan sarana dan prasarana
wisata.
7. Kebersihan kondisi lingkungan.
8. Kebersihan kondisi sarana wisata.
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan listrik, air
bersih dan komunikasi.
14. Keserasian bangunan wisata dengan alam
sekitar.
15. Keramah-tamahan petugas/pengelola pusat
informasi wisata.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -57
20. Jaringan jalan.
21. Moda transportasi.
22. Waktu perjalanan.
KUADRAN III
Low Priority
(Prioritas Rendah)
KUADRAN II
Possible Overkill
(Berlebihan)
Merupakan atribut pada kinerja pelayanan
mengalami penurunan, baik tingkat kepentingan dan
kualitas pelayanan lebih rendah dari nilai rata-rata.
Adapun variabel yang masuk kedalam kuadran ini
adalah:
10. Ketersediaan sarana akomodasi seperti hotel
/penginapan.
12. Ketersediaan tempat makan dan minum.
16. Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas parkir,
para pedagang, dan penyedia jasa lainya)
17. Adanya atraksi seni budaya daerah yang khas.
18. Adanya makanan dan minuman khas daerah.
19. Adanya cinderamata/ souvenir khas daerah
yang unik.
Tidak ada atribut-atribut pada kinerja pelayanan
kurang penting bagi pengguna tetapi mempunyai
kualitas pelayanan yang baik.
5.6.5 Makam Nyai Ageng Pinatih (Kec. Gresik)
Dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap pengunjung yang
terdapat di Makam Nyai Ageng Pinatih, didapatkan hasil perhitungan pada tabel sebagai
berikut.
Tabel 5.18Tingkat Kepuasan dan Kepentingan PengunjungMakam Nyai Ageng Pinatih
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%)
Keamanan
1 Keamanan dari gangguan penjahat 4.20 4.60 91.3
2 Terdapatnya pos keamanan 2.80 4.40 63.6
3 Ketersediaan petugas dan tempat parkir 2.40 5.00 48.0
Ketertiban
4 Keteraturan penempatan sarana dan prasarana
wisata 4.00 4.40 90.9
5 Keteraturan sirkulasi internal. 3.00 3.40 88.2
6 Adanya pusat informasi dan pelayanan 3.00 4.20 71.4
Kebersihan
7 Kebersihan kondisi lingkungan 4.20 4.80 87.5
8 Kebersihan kondisi sarana wisata 4.20 5.00 84.0
9 Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti MCK
dan tempat sampah 2.00 4.80 41.7
Kenyamanan
10 Ketersediaan sarana akomodasi seperti hotel
/penginapan 1.40 1.80 77.8
11 Ketersediaan tempat peristirahatan/ shelter 3.80 4.00 95.0
12 Ketersediaan tempat makan dan minum 2.20 2.40 91.7
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan listrik,
air bersih dan komunikasi 3.60 4.80 75.0
Keindahan
14 Keserasian bangunan wisata dengan alam
sekitar. 3.00 3.20 93.8
Keramah-tamahan
15 Keramah-tamahan petugas/pengelola pusat 4.00 4.80 83.3
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -58
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%) informasi wisata.
16
Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas
parkir, para pedagang, dan penyedia jasa
lainya)
2.80 4.60 60.9
Kenangan
17 Adanya atraksi seni budaya daerah yang khas 3.00 3.00 100.0
18 Adanya makanan dan minuman khas daerah 2.60 2.60 100.0
19 Adanya cinderamata/ souvenir khas daerah
yang unik 2.60 3.60 72.2
Aksesibilitas
20 Jaringan jalan 4.00 4.60 87.0
21 Moda transportasi 3.80 4.40 86.4
22 Waktu Perjalanan 3.00 3.20 93.8
Rata - rata 3.16 3.98 Sumber: Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata di Kabupaten Gresik Tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas di dapatkan kesimpulan bahwa terdapat 2 variabel yang
menyatakan pengunjung atau wisatawan sudah merasa puas, dilihat dari variabel yang nilainya
mencapai 100%. Sedangkan variabel dengan nilai <100% menunjukkan bahwa belum merasa
puas dan perlu ditingkatkan pelayanannya masih sebanyak 20 variabel.
Seteleh mengetahui tingkat kepuasan pengunjung atau wisatawan, langkah selanjutnya
adalah mengetahui variabel prioritas yang perlu diperbaiki dan dikembangan di Makam Nyai
Ageng Pinatih berdasarkan persepsi pengunjung atau wisatawan. Untuk mengetahui prioritas
tiap-tiap variabel yang perlu diperbaiki dan dikembangkan, maka dilakukan pendistribusian
nilai tiap variabel kedalam diagram kartesius. Adapun parameter yang akan membagi prioritas
kedalam empat bagian adalah rata-rata tingkat kinerja/kepuasan ( X ) pengguna terhadap
seluruh variabel sebagai sumbu horizontal ( X ), sedangkan rata-rata tingkat kepentingan (Y )
seluruh variabel yang mempengaruhi kepuasan pengguna sebagai sumbu vertikal ( Y ). Hasil
gabungan pembobotan persepsi dari pengunjung atau wisatawan dapat dilhat di diagram
kartesius pada gambar berikut.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -59
Gambar 5.22Diagram Kartesius IPA Makam Nyai Ageng Pinatih
Dilihat dari diagram kartesius diatas, menurut pengunjung atau wisatawan yang
menjadi prioritas utama terhadap kinerja yang kondisinya tidak memuaskan tetapi memilki
tingkat kepentingan yang tinggi adalah variabel terdapatnya pos keamanan, ketersediaan
petugas dan tempat parkir, adanya pusat informasi dan pelayanan, ketersediaan fasilitas sanitasi
seperti MCK dan tempat sampah, dan keramah-tamahan pelaku usaha (petugas parkir, para
pedagang, dan penyedia jasa lainya). Untuk lebih jelasnya pembagian variabel pada setiap
kuadran adalah sebagai berikut.
KUADRAN IV
Concentrate Here
(Tingkatkan kinerja/prioritas utama)
KUADRAN I
Keep Up The good Work
(Pertahankan kinerja)
bahwa atribut-atribut pada kinerja pelayanan sangat
penting dalam keputusan pengguna, tetapi tidak
memiliki kualitas pelayanan yang baik.sehingga
perlu mendapatkan prioritas peningkatan. Adapun
variabel yang masuk kedalam kuadran ini adalah:
2. Terdapatnya pos keamanan.
3. Ketersediaan petugas dan tempat parkir
6. Adanya pusat informasi dan pelayanan
9. Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti MCK dan
tempat sampah.
16. Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas
parkir, para pedagang, dan penyedia jasa
lainya)
Merupakan indikator yang mempengaruhi tingkat
kepuasan pengguna terhadap kinerja yang
kondisinya telah memenuhi harapan dan perlu
dipertahankan. Adapun variabel yang masuk
kedalam kuadran ini adalah:
1. Keamanan dari gangguan penjahat.
4. Keteraturan penempatan sarana dan prasarana
wisata.
7. Kebersihan kondisi lingkungan.
8. Kebersihan kondisi sarana wisata.
11. Ketersediaan tempat peristirahatan/ shelter.
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan listrik,
air bersih dan komunikasi.
15. Keramah-tamahan petugas/pengelola pusat
informasi wisata.
20. Jaringan jalan.
21. Moda transportasi.
22. Waktu perjalanan.
KUADRAN III
Low Priority
(Prioritas Rendah)
KUADRAN II
Possible Overkill
(Berlebihan)
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -60
Merupakan atribut pada kinerja pelayanan
mengalami penurunan, baik tingkat kepentingan
dan kualitas pelayanan lebih rendah dari nilai rata-
rata. Adapun variabel yang masuk kedalam kuadran
ini adalah:
5. Keteraturan sirkulasi internal.
10. Ketersediaan sarana akomodasi seperti hotel
/penginapan.
12. Ketersediaan tempat makan dan minum.
14. Keserasian bangunan wisata dengan alam
sekitar.
17. Adanya atraksi seni budaya daerah yang khas.
18. Adanya makanan dan minuman khas daerah.
19. Adanya cinderamata/ souvenir khas daerah
yang unik.
Tidak ada atribut-atribut pada kinerja pelayanan
kurang penting bagi pengguna tetapi mempunyai
kualitas pelayanan yang baik.
5.6.6 Makam Sunan Prapen (Kec. Kebomas)
Dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap pengunjung yang
terdapat di Makam Sunan Prapen, didapatkan hasil perhitungan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 5.19Tingkat Kepuasan dan Kepentingan PengunjungMakam Sunan Prapen
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%)
Keamanan
1 Keamanan dari gangguan penjahat 3.80 4.40 86.4
2 Terdapatnya pos keamanan 3.60 3.90 92.3
3 Ketersediaan petugas dan tempat parkir 4.10 4.40 93.2
Ketertiban
4 Keteraturan penempatan sarana dan
prasarana wisata 4.20 4.30 97.7
5 Keteraturan sirkulasi internal. 3.70 3.90 94.9
6 Adanya pusat informasi dan pelayanan 3.50 4.40 79.5
Kebersihan
7 Kebersihan kondisi lingkungan 3.50 4.80 72.9
8 Kebersihan kondisi sarana wisata 4.20 4.80 87.5
9 Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti
MCK dan tempat sampah 3.90 4.40 88.6
Kenyamanan
10 Ketersediaan sarana akomodasi seperti
hotel /penginapan 3.00 3.00 100.0
11 Ketersediaan tempat peristirahatan/
shelter 3.80 4.50 84.4
12 Ketersediaan tempat makan dan minum 4.20 4.50 93.3
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan
listrik, air bersih dan komunikasi 4.20 4.20 100.0
Keindahan
14 Keserasian bangunan wisata dengan alam
sekitar. 4.00 4.10 97.6
Keramah-tamahan
15 Keramah-tamahan petugas/pengelola
pusat informasi wisata. 3.70 4.20 88.1
16 Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas
parkir, para pedagang, dan penyedia jasa 3.00 4.20 71.4
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -61
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%) lainya)
Kenangan
17 Adanya atraksi seni budaya daerah yang
khas 3.60 3.80 94.7
18 Adanya makanan dan minuman khas
daerah 3.50 4.20 83.3
19 Adanya cinderamata/ souvenir khas
daerah yang unik 3.60 4.10 87.8
Aksesibilitas
20 Jaringan jalan 3.70 4.30 86.0
21 Moda transportasi 4.00 4.20 95.2
22 Waktu Perjalanan 4.10 3.90 105.1
Rata - rata 3.77 4.205 Sumber: Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata di Kabupaten Gresik Tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas di dapatkan kesimpulan bahwa terdapat 3 variabel yang
menyatakan pengunjung atau wisatawan sudah merasa puas, dilihat dari variabel yang nilainya
≥100%. Sedangkan variabel dengan nilai <100% menunjukkan bahwa belum merasa puas dan
perlu ditingkatkan pelayanannya masih sebanyak 19 variabel.
Seteleh mengetahui tingkat kepuasan pengunjung atau wisatawan, langkah selanjutnya
adalah mengetahui variabel prioritas yang perlu diperbaiki dan dikembangan di Makan Sunan
Prapen berdasarkan persepsi pengunjung atau wisatawan. Untuk mengetahui prioritas tiap-tiap
variabel yang perlu diperbaiki dan dikembangkan, maka dilakukan pendistribusian nilai tiap
variabel kedalam diagram kartesius. Adapun parameter yang akan membagi prioritas kedalam
empat bagian adalah rata-rata tingkat kinerja/kepuasan ( X ) pengguna terhadap seluruh
variabel sebagai sumbu horizontal ( X ), sedangkan rata-rata tingkat kepentingan (Y ) seluruh
variabel yang mempengaruhi kepuasan pengguna sebagai sumbu vertikal (Y ). Hasil gabungan
pembobotan persepsi dari pengunjung atau wisatawan dapat dilhat di diagram kartesius pada
gambar berikut.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -62
Gambar 5.23Diagram Kartesius IPA Makam Maulana Sunan Prapen
Dilihat dari diagram kartesius diatas, menurut pengunjung atau wisatawan yang
menjadi prioritas utama untuk diperbaiki dan dikembangkan karena kondisinya tidak
memuaskan tetapi memilki tingkat kepentingan yang tinggi adalah variabel adanya pusat
informasi dan pelayanan, kebersihan kondisi lingkungan, keramah-tamahan pelaku usaha
(petugas parkir, para pedagang, dan penyedia jasa lainya), serta jaringan jalan. Untuk lebih
jelasnya pembagian variabel pada setiap kuadran adalah sebagai berikut.
KUADRAN IV
Concentrate Here
(Tingkatkan kinerja/prioritas utama)
KUADRAN I
Keep Up The good Work
(Pertahankan kinerja)
bahwa atribut-atribut pada kinerja pelayanan
sangat penting dalam keputusan pengguna, tetapi
tidak memiliki kualitas pelayanan yang
baik.sehingga perlu mendapatkan prioritas
peningkatan. Adapun variabel yang masuk
kedalam kuadran ini adalah:
1. Keamanan dari gangguan penjahat.
2. Terdapatnya pos keamanan.
4. Keteraturan penempatan sarana dan
prasarana wisata.
9. Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti MCK
dan tempat sampah.
14. Keserasian bangunan wisata dengan alam
sekitar.
16. Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas
parkir, para pedagang, dan penyedia jasa
lainya)
Merupakan indikator yang mempengaruhi
tingkat kepuasan pengguna terhadap kinerja
yang kondisinya telah memenuhi harapan dan
perlu dipertahankan. Adapun variabel yang
masuk kedalam kuadran ini adalah:
5. Keteraturan sirkulasi internal.
6. Adanya pusat informasi dan pelayanan
7. Kebersihan kondisi lingkungan.
8. Kebersihan kondisi sarana wisata.
11. Ketersediaan tempat peristirahatan/ shelter.
15. Keramah-tamahan petugas/pengelola pusat
informasi wisata.
20. Jaringan jalan.
21. Moda transportasi.
KUADRAN III KUADRAN II
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -63
Low Priority
(Prioritas Rendah)
Possible Overkill
(Berlebihan)
Merupakan atribut pada kinerja pelayanan
mengalami penurunan, baik tingkat kepentingan
dan kualitas pelayanan lebih rendah dari nilai
rata-rata. Adapun variabel yang masuk kedalam
kuadran ini adalah:
3. Ketersediaan petugas dan tempat parkir
10. Ketersediaan sarana akomodasi seperti hotel
/penginapan.
12. Ketersediaan tempat makan dan minum.
17. Adanya atraksi seni budaya daerah yang
khas.
18. Adanya makanan dan minuman khas daerah.
19. Adanya cinderamata/ souvenir khas daerah
yang unik.
Merupakan atribut-atribut pada kinerja
pelayanan kurang penting bagi pengguna tetapi
mempunyai kualitas pelayanan yang baik.
Adapun variabel yang masuk kedalam kuadran
ini adalah:
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan listrik,
air bersih dan komunikasi.
22. Waktu perjalanan.
5.6.7 Makam Siti Fatimah binti Maemun (Kec. Manyar)
Dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap pengunjung yang
terdapat di Makam Siti Fatimah binti Maemun, didapatkan hasil perhitungan pada tabel sebagai
berikut
Tabel 5.20Tingkat Kepuasan dan Kepentingan PengunjungMakam Siti Fatimah binti Maemun
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%)
Keamanan
1 Keamanan dari gangguan penjahat 3.30 4.10 80.5
2 Terdapatnya pos keamanan 2.90 4.50 64.4
3 Ketersediaan petugas dan tempat
parkir 3.00 4.20 71.4
Ketertiban
4 Keteraturan penempatan sarana dan
prasarana wisata 3.10 4.30 72.1
5 Keteraturan sirkulasi internal. 2.70 3.70 73.0
6 Adanya pusat informasi dan pelayanan 3.00 4.10 73.2
Kebersihan
7 Kebersihan kondisi lingkungan 3.40 4.50 75.6
8 Kebersihan kondisi sarana wisata 2.60 4.10 63.4
9 Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti
MCK dan tempat sampah 3.30 4.60 71.7
Kenyamanan
10 Ketersediaan sarana akomodasi seperti
hotel /penginapan 3.00 3.30 90.9
11 Ketersediaan tempat peristirahatan/
shelter 2.70 4.40 61.4
12 Ketersediaan tempat makan dan
minum 3.60 4.00 90.0
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan
listrik, air bersih dan komunikasi 3.70 4.00 92.5
Keindahan
14 Keserasian bangunan wisata dengan
alam sekitar. 3.50 4.10 85.4
Keramah-tamahan
15 Keramah-tamahan petugas/pengelola
pusat informasi wisata. 2.40 4.30 55.8
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -64
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%)
16
Keramah-tamahan pelaku usaha
(petugas parkir, para pedagang, dan
penyedia jasa lainya)
2.10 4.40 47.7
Kenangan
17 Adanya atraksi seni budaya daerah
yang khas 3.10 3.20 96.9
18 Adanya makanan dan minuman khas
daerah 2.70 3.40 79.4
19 Adanya cinderamata/ souvenir khas
daerah yang unik 2.00 3.80 52.6
Aksesibilitas
20 Jaringan jalan 2.90 4.10 70.7
21 Moda transportasi 2.90 4.30 67.4
22 Waktu Perjalanan 3.00 3.90 76.9
Rata - rata 2.95 4.06 Sumber: Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata di Kabupaten Gresik Tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas di dapatkan kesimpulan bahwa terdapat tidak variabel yang
menyatakan pengunjung atau wisatawan sudah merasa puas, dilihat dari variabel yang nilainya
di bawah 100%. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung belum merasa puas dan perlu
ditingkatkan pelayanannya terhadap seluruh variabel.
Seteleh mengetahui tingkat kepuasan pengunjung atau wisatawan, langkah selanjutnya
adalah mengetahui variabel prioritas yang perlu diperbaiki dan dikembangan di Makan Siti
Fatimah binti Maemun berdasarkan persepsi pengunjung atau wisatawan. Untuk mengetahui
prioritas tiap-tiap variabel yang perlu diperbaiki dan dikembangkan, maka dilakukan
pendistribusian nilai tiap variabel kedalam diagram kartesius. Adapun parameter yang akan
membagi prioritas kedalam empat bagian adalah rata-rata tingkat kinerja/kepuasan ( X )
pengguna terhadap seluruh variabel sebagai sumbu horizontal ( X ), sedangkan rata-rata tingkat
kepentingan (Y ) seluruh variabel yang mempengaruhi kepuasan pengguna sebagai sumbu
vertikal (Y ). Hasil gabungan pembobotan persepsi dari pengunjung atau wisatawan dapat
dilhat di diagram kartesius pada gambar berikut.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -65
Gambar 5.24Diagram Kartesius IPA Makam Siti Fatimah binti Maemun
Dilihat dari diagram kartesius diatas, menurut pengunjung atau wisatawan yang
menjadi prioritas utama untuk diperbaiki dan dikembangkan karena kondisinya tidak
memuaskan tetapi memilki tingkat kepentingan yang tinggi adalah variabel Terdapatnya pos
keamanan, kebersihan kondisi sarana wisata, ketersediaan tempat peristirahatan/ shelter,
keramah-tamahan petugas/pengelola pusat informasi wisata.keramah-tamahan pelaku usaha
(petugas parkir, para pedagang, dan penyedia jasa lainya), jaringan jalan, serta moda
transportasi. Untuk lebih jelasnya pembagian variabel pada setiap kuadran adalah sebagai
berikut.
KUADRAN IV
Concentrate Here
(Tingkatkan kinerja/prioritas utama)
KUADRAN I
Keep Up The good Work
(Pertahankan kinerja)
bahwa atribut-atribut pada kinerja pelayanan
sangat penting dalam keputusan pengguna, tetapi
tidak memiliki kualitas pelayanan yang
baik.sehingga perlu mendapatkan prioritas
peningkatan. Adapun variabel yang masuk
kedalam kuadran ini adalah:
2. Terdapatnya pos keamanan.
8. Kebersihan kondisi sarana wisata.
11. Ketersediaan tempat peristirahatan/ shelter.
15. Keramah-tamahan petugas/pengelola pusat
informasi wisata.
16. Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas
parkir, para pedagang, dan penyedia jasa
lainya)
20. Jaringan jalan.
Merupakan indikator yang mempengaruhi tingkat
kepuasan pengguna terhadap kinerja yang kondisinya
telah memenuhi harapan dan perlu dipertahankan.
Adapun variabel yang masuk kedalam kuadran ini
adalah:
1. Keamanan dari gangguan penjahat.
3. Ketersediaan petugas dan tempat parkir
4. Keteraturan penempatan sarana dan prasarana
wisata.
5. Keteraturan sirkulasi internal.
6. Adanya pusat informasi dan pelayanan
7. Kebersihan kondisi lingkungan.
9. Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti MCK dan
tempat sampah.
14. Keserasian bangunan wisata dengan alam sekitar.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -66
21. Moda transportasi.
KUADRAN III
Low Priority
(Prioritas Rendah)
KUADRAN II
Possible Overkill
(Berlebihan)
Merupakan atribut pada kinerja pelayanan
mengalami penurunan, baik tingkat kepentingan
dan kualitas pelayanan lebih rendah dari nilai rata-
rata. Adapun variabel yang masuk kedalam
kuadran ini adalah:
18. Adanya makanan dan minuman khas daerah.
19. Adanya cinderamata/ souvenir khas daerah
yang unik.
Merupakan atribut-atribut pada kinerja pelayanan
kurang penting bagi pengguna tetapi mempunyai
kualitas pelayanan yang baik. Adapun variabel yang
masuk kedalam kuadran ini adalah:
10. Ketersediaan sarana akomodasi seperti hotel
/penginapan.
12. Ketersediaan tempat makan dan minum.
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan listrik, air
bersih dan komunikasi.
17. Adanya atraksi seni budaya daerah yang khas.
22. Waktu perjalanan.
5.6.8 Makam Kanjeng Sepuh (Kec. Sidayu)
Dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap pengunjung yang
terdapat di Makam Kanjeng Sepuh, didapatkan hasil perhitungan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 5.21Tingkat Kepuasan dan Kepentingan PengunjungMakam Kanjeng Sepuh
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%)
Keamanan
1 Keamanan dari gangguan penjahat 4.00 4.40 90.9
2 Terdapatnya pos keamanan 3.90 4.60 84.8
3 Ketersediaan petugas dan tempat parkir 3.60 4.60 78.3
Ketertiban
4 Keteraturan penempatan sarana dan
prasarana wisata 3.80 4.50 84.4
5 Keteraturan sirkulasi internal. 3.80 4.20 90.5
6 Adanya pusat informasi dan pelayanan 3.80 4.20 90.5
Kebersihan
7 Kebersihan kondisi lingkungan 4.10 4.80 85.4
8 Kebersihan kondisi sarana wisata 4.10 4.70 87.2
9 Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti
MCK dan tempat sampah 3.80 4.60 82.6
Kenyamanan
10 Ketersediaan sarana akomodasi seperti
hotel /penginapan 2.20 2.60 84.6
11 Ketersediaan tempat peristirahatan/
shelter 3.20 3.80 84.2
12 Ketersediaan tempat makan dan minum 3.30 3.80 86.8
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan
listrik, air bersih dan komunikasi 4.00 4.60 87.0
Keindahan
14 Keserasian bangunan wisata dengan alam
sekitar. 3.50 3.60 97.2
Keramah-tamahan
15 Keramah-tamahan petugas/pengelola
pusat informasi wisata. 3.60 3.90 92.3
16
Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas
parkir, para pedagang, dan penyedia jasa
lainya)
3.60 3.90 92.3
Kenangan
17 Adanya atraksi seni budaya daerah yang 3.30 3.30 100.0
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -67
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%)
khas
18 Adanya makanan dan minuman khas
daerah 2.70 2.50 108.0
19 Adanya cinderamata/ souvenir khas
daerah yang unik 2.50 3.10 80.6
Aksesibilitas
20 Jaringan jalan 3.90 4.70 83.0
21 Moda transportasi 3.80 4.50 84.4
22 Waktu Perjalanan 3.50 4.60 76.1
Rata - rata 3.55 4.07 Sumber: Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata di Kabupaten Gresik Tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas di dapatkan kesimpulan bahwa terdapat 2 variabel yang
menyatakan pengunjung atau wisatawan sudah merasa puas, dilihat dari variabel yang nilainya
≥100%. Sedangkan variabel dengan nilai <100% menunjukkan bahwa belum merasa puas dan
perlu ditingkatkan pelayanannya masih sebanyak 20 variabel.
Seteleh mengetahui tingkat kepuasan pengunjung atau wisatawan, langkah selanjutnya
adalah mengetahui variabel prioritas yang perlu diperbaiki dan dikembangan di Makan Kanjeng
Sepuh berdasarkan persepsi pengunjung atau wisatawan. Untuk mengetahui prioritas tiap-tiap
variabel yang perlu diperbaiki dan dikembangkan, maka dilakukan pendistribusian nilai tiap
variabel kedalam diagram kartesius. Adapun parameter yang akan membagi prioritas kedalam
empat bagian adalah rata-rata tingkat kinerja/kepuasan ( X ) pengguna terhadap seluruh
variabel sebagai sumbu horizontal ( X ), sedangkan rata-rata tingkat kepentingan (Y ) seluruh
variabel yang mempengaruhi kepuasan pengguna sebagai sumbu vertikal (Y ). Hasil gabungan
pembobotan persepsi dari pengunjung atau wisatawan dapat dilhat di diagram kartesius pada
gambar berikut.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -68
Gambar 5.25Diagram Kartesius IPA Makam Kanjeng Sepuh
Dilihat dari diagram kartesius diatas, menurut pengunjung atau wisatawan yang
menjadi prioritas utama untuk diperbaiki dan dikembangkan karena kondisinya tidak
memuaskan tetapi memilki tingkat kepentingan yang tinggi adalah variabel waktu perjalanan.
Untuk lebih jelasnya pembagian variabel pada setiap kuadran adalah sebagai berikut.
KUADRAN IV
Concentrate Here
(Tingkatkan kinerja/prioritas utama)
KUADRAN I
Keep Up The good Work
(Pertahankan kinerja)
bahwa atribut-atribut pada kinerja pelayanan
sangat penting dalam keputusan pengguna, tetapi
tidak memiliki kualitas pelayanan yang
baik.sehingga perlu mendapatkan prioritas
peningkatan. Adapun variabel yang masuk
kedalam kuadran ini adalah:
22. Waktu perjalanan.
Merupakan indikator yang mempengaruhi tingkat
kepuasan pengguna terhadap kinerja yang kondisinya
telah memenuhi harapan dan perlu dipertahankan.
Adapun variabel yang masuk kedalam kuadran ini
adalah:
1. Keamanan dari gangguan penjahat.
2. Terdapatnya pos keamanan.
3. Ketersediaan petugas dan tempat parkir
4. Keteraturan penempatan sarana dan prasarana
wisata.
5. Keteraturan sirkulasi internal.
6. Adanya pusat informasi dan pelayanan
7. Kebersihan kondisi lingkungan.
8. Kebersihan kondisi sarana wisata.
9. Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti MCK dan
tempat sampah.
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan listrik, air
bersih dan komunikasi.
20. Jaringan jalan.
21. Moda transportasi.
KUADRAN III KUADRAN II
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -69
Low Priority
(Prioritas Rendah)
Possible Overkill
(Berlebihan)
Merupakan atribut pada kinerja pelayanan
mengalami penurunan, baik tingkat kepentingan
dan kualitas pelayanan lebih rendah dari nilai
rata-rata. Adapun variabel yang masuk kedalam
kuadran ini adalah:
10. Ketersediaan sarana akomodasi seperti hotel
/penginapan.
11. Ketersediaan tempat peristirahatan/ shelter.
12. Ketersediaan tempat makan dan minum.
14. Keserasian bangunan wisata dengan alam
sekitar.
17. Adanya atraksi seni budaya daerah yang
khas.
18. Adanya makanan dan minuman khas daerah.
19. Adanya cinderamata/ souvenir khas daerah
yang unik.
Merupakan atribut-atribut pada kinerja pelayanan
kurang penting bagi pengguna tetapi mempunyai
kualitas pelayanan yang baik. Adapun variabel yang
masuk kedalam kuadran ini adalah:
15. Keramah-tamahan petugas/pengelola pusat
informasi wisata.
16. Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas parkir,
para pedagang, dan penyedia jasa lainya)
5.6.9 Bukit Surowiti (Kec. Panceng)
Dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap pengunjung yang
terdapat di Bukit Surowiti, didapatkan hasil perhitungan pada tabel sebagai berikut
Tabel 5.22Tingkat Kepuasan dan Kepentingan Pengunjung Bukit Surowiti
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%)
Keamanan
1 Keamanan dari gangguan penjahat 3.10 4.60 67.4
2 Terdapatnya pos keamanan 2.80 4.30 65.1
3 Ketersediaan petugas dan tempat
parkir 3.90 4.50 86.7
Ketertiban
4 Keteraturan penempatan sarana dan
prasarana wisata 2.50 4.50 55.6
5 Keteraturan sirkulasi internal. 3.40 3.90 87.2
6 Adanya pusat informasi dan pelayanan 2.10 4.10 51.2
Kebersihan
7 Kebersihan kondisi lingkungan 3.90 4.70 83.0
8 Kebersihan kondisi sarana wisata 3.70 4.60 80.4
9 Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti
MCK dan tempat sampah 2.50 4.70 53.2
Kenyamanan
10 Ketersediaan sarana akomodasi seperti
hotel /penginapan 1.90 2.90 65.5
11 Ketersediaan tempat peristirahatan/
shelter 1.90 4.40 43.2
12 Ketersediaan tempat makan dan
minum 3.20 4.60 69.6
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan
listrik, air bersih dan komunikasi 2.90 4.50 64.4
Keindahan
14 Keserasian bangunan wisata dengan
alam sekitar. 3.30 4.50 73.3
Keramah-tamahan
15 Keramah-tamahan petugas/pengelola
pusat informasi wisata. 3.40 4.20 81.0
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -70
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%)
16
Keramah-tamahan pelaku usaha
(petugas parkir, para pedagang, dan
penyedia jasa lainya)
3.00 4.00 75.0
Kenangan
17 Adanya atraksi seni budaya daerah
yang khas 2.80 4.20 66.7
18 Adanya makanan dan minuman khas
daerah 2.10 3.80 55.3
19 Adanya cinderamata/ souvenir khas
daerah yang unik 1.90 3.80 50.0
Aksesibilitas
20 Jaringan jalan 2.20 4.10 53.7
21 Moda transportasi 2.40 4.20 57.1
22 Waktu Perjalanan 2.50 3.90 64.1
Rata - rata 2.79 4.23 Sumber: Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata di Kabupaten Gresik Tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas di dapatkan kesimpulan bahwa terdapat tidak variabel yang
menyatakan pengunjung atau wisatawan sudah merasa puas, dilihat dari variabel yang nilainya
di bawah 100%. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung belum merasa puas dan perlu
ditingkatkan pelayanannya terhadap seluruh variabel.
Seteleh mengetahui tingkat kepuasan pengunjung atau wisatawan, langkah selanjutnya
adalah mengetahui variabel prioritas yang perlu diperbaiki dan dikembangan di Bukit Surowiti
berdasarkan persepsi pengunjung atau wisatawan. Untuk mengetahui prioritas tiap-tiap variabel
yang perlu diperbaiki dan dikembangkan, maka dilakukan pendistribusian nilai tiap variabel
kedalam diagram kartesius. Adapun parameter yang akan membagi prioritas kedalam empat
bagian adalah rata-rata tingkat kinerja/kepuasan ( X ) pengguna terhadap seluruh variabel
sebagai sumbu horizontal ( X ), sedangkan rata-rata tingkat kepentingan (Y ) seluruh variabel
yang mempengaruhi kepuasan pengguna sebagai sumbu vertikal (Y ). Hasil gabungan
pembobotan persepsi dari pengunjung atau wisatawan dapat dilhat di diagram kartesius pada
gambar berikut.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -71
Gambar 5.26Diagram Kartesius IPA Makam Bukit Surowiti
Dilihat dari diagram kartesius diatas, menurut pengunjung atau wisatawan yang
menjadi prioritas utama untuk diperbaiki dan dikembangkan karena kondisinya tidak
memuaskan tetapi memilki tingkat kepentingan yang tinggi adalah variabel keteraturan
penempatan sarana dan prasarana wisata, ketersediaan fasilitas sanitasi seperti MCK dan tempat
sampah, serta Ketersediaan tempat peristirahatan/ shelter. Untuk lebih jelasnya pembagian
variabel pada setiap kuadran adalah sebagai berikut.
KUADRAN IV
Concentrate Here
(Tingkatkan kinerja/prioritas utama)
KUADRAN I
Keep Up The good Work
(Pertahankan kinerja)
bahwa atribut-atribut pada kinerja pelayanan
sangat penting dalam keputusan pengguna, tetapi
tidak memiliki kualitas pelayanan yang
baik.sehingga perlu mendapatkan prioritas
peningkatan. Adapun variabel yang masuk
kedalam kuadran ini adalah:
4. Keteraturan penempatan sarana dan
prasarana wisata.
9. Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti MCK
dan tempat sampah.
11. Ketersediaan tempat peristirahatan/ shelter.
Merupakan indikator yang mempengaruhi tingkat
kepuasan pengguna terhadap kinerja yang
kondisinya telah memenuhi harapan dan perlu
dipertahankan. Adapun variabel yang masuk
kedalam kuadran ini adalah:
1. Keamanan dari gangguan penjahat.
2. Terdapatnya pos keamanan.
3. Ketersediaan petugas dan tempat parkir
7. Kebersihan kondisi lingkungan.
8. Kebersihan kondisi sarana wisata.
12. Ketersediaan tempat makan dan minum.
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan listrik,
air bersih dan komunikasi.
14. Keserasian bangunan wisata dengan alam
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -72
sekitar.
KUADRAN III
Low Priority
(Prioritas Rendah)
KUADRAN II
Possible Overkill
(Berlebihan)
Merupakan atribut pada kinerja pelayanan
mengalami penurunan, baik tingkat kepentingan
dan kualitas pelayanan lebih rendah dari nilai
rata-rata. Adapun variabel yang masuk kedalam
kuadran ini adalah:
6. Adanya pusat informasi dan pelayanan
10. Ketersediaan sarana akomodasi seperti hotel
/penginapan.
18. Adanya makanan dan minuman khas daerah.
19. Adanya cinderamata/ souvenir khas daerah
yang unik.
20. Jaringan jalan.
21. Moda transportasi.
22. Waktu perjalanan.
Merupakan atribut-atribut pada kinerja pelayanan
kurang penting bagi pengguna tetapi mempunyai
kualitas pelayanan yang baik. Adapun variabel
yang masuk kedalam kuadran ini adalah:
5. Keteraturan sirkulasi internal.
15. Keramah-tamahan petugas/pengelola pusat
informasi wisata.
16. Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas
parkir, para pedagang, dan penyedia jasa
lainya)
17. Adanya atraksi seni budaya daerah yang
khas.
5.6.10 Pantai Dalegan (Kec. Panceng)
Dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap pengunjung yang
terdapat di Pantai Dalegan, didapatkan hasil perhitungan pada tabel sebagai berikut
Tabel 5.23Tingkat Kepuasan dan Kepentingan PengunjungPantai Dalegan
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%)
Keamanan
1 Keamanan dari gangguan penjahat 3.90 4.70 83.0
2 Terdapatnya pos keamanan 3.00 4.00 75.0
3 Ketersediaan petugas dan tempat parkir 3.00 4.80 62.5
Ketertiban
4 Keteraturan penempatan sarana dan
prasarana wisata 3.40 4.30 79.1
5 Keteraturan sirkulasi internal. 3.30 3.70 89.2
6 Adanya pusat informasi dan pelayanan 3.20 4.50 71.1
Kebersihan
7 Kebersihan kondisi lingkungan 1.70 4.20 40.5
8 Kebersihan kondisi sarana wisata 1.90 3.70 51.4
9 Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti
MCK dan tempat sampah 3.00 4.40 68.2
Kenyamanan
10 Ketersediaan sarana akomodasi seperti
hotel /penginapan 2.50 3.50 71.4
11 Ketersediaan tempat peristirahatan/
shelter 3.30 3.80 86.8
12 Ketersediaan tempat makan dan minum 3.80 4.10 92.7
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan
listrik, air bersih dan komunikasi 3.00 4.30 69.8
Keindahan
14 Keserasian bangunan wisata dengan
alam sekitar. 2.70 4.30 62.8
Keramah-tamahan
15 Keramah-tamahan petugas/pengelola
pusat informasi wisata. 3.20 3.90 82.1
16 Keramah-tamahan pelaku usaha 3.00 4.00 75.0
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -73
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%) (petugas parkir, para pedagang, dan
penyedia jasa lainya)
Kenangan
17 Adanya atraksi seni budaya daerah yang
khas 2.10 3.50 60.0
18 Adanya makanan dan minuman khas
daerah 2.70 4.20 64.3
19 Adanya cinderamata/ souvenir khas
daerah yang unik 2.40 4.30 55.8
Aksesibilitas
20 Jaringan jalan 2.30 4.30 53.5
21 Moda transportasi 3.20 3.50 91.4
22 Waktu Perjalanan 3.60 3.60 100.0
Rata - rata 2.92 4.07 Sumber: Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata di Kabupaten Gresik Tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas di dapatkan kesimpulan bahwa terdapat 1 variabel yang
menyatakan pengunjung atau wisatawan sudah merasa puas, dilihat dari variabel yang nilainya
mencapai 100%. Sedangkan variabel dengan nilai <100% menunjukkan bahwa belum merasa
puas dan perlu ditingkatkan pelayanannya masih sebanyak 21 variabel.
Seteleh mengetahui tingkat kepuasan pengunjung atau wisatawan, langkah selanjutnya
adalah mengetahui variabel prioritas yang perlu diperbaiki dan dikembangan di Pantai Dalegan
berdasarkan persepsi pengunjung atau wisatawan. Untuk mengetahui prioritas tiap-tiap variabel
yang perlu diperbaiki dan dikembangkan, maka dilakukan pendistribusian nilai tiap variabel
kedalam diagram kartesius. Adapun parameter yang akan membagi prioritas kedalam empat
bagian adalah rata-rata tingkat kinerja/kepuasan ( X ) pengguna terhadap seluruh variabel
sebagai sumbu horizontal ( X ), sedangkan rata-rata tingkat kepentingan (Y ) seluruh variabel
yang mempengaruhi kepuasan pengguna sebagai sumbu vertikal (Y ). Hasil gabungan
pembobotan persepsi dari pengunjung atau wisatawan dapat dilhat di diagram kartesius pada
gambar berikut.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -74
Gambar 5.27Diagram Kartesius IPA Pantai Dalegan
Dilihat dari diagram kartesius diatas, menurut pengunjung atau wisatawan yang
menjadi prioritas utama untuk diperbaiki dan dikembangkan karena kondisinya tidak
memuaskan tetapi memilki tingkat kepentingan yang tinggi adalah variabel kebersihan kondisi
lingkungan, kebersihan kondisi sarana wisata, keserasian bangunan wisata dengan alam sekitar,
adanya makanan dan minuman khas daerah, adanya cinderamata/ souvenir khas daerah yang
unik dan jaringan jalan. Untuk lebih jelasnya pembagian variabel pada setiap kuadran adalah
sebagai berikut.
KUADRAN IV
Concentrate Here
(Tingkatkan kinerja/prioritas utama)
KUADRAN I
Keep Up The good Work
(Pertahankan kinerja)
bahwa atribut-atribut pada kinerja pelayanan
sangat penting dalam keputusan pengguna, tetapi
tidak memiliki kualitas pelayanan yang
baik.sehingga perlu mendapatkan prioritas
peningkatan. Adapun variabel yang masuk
kedalam kuadran ini adalah:
7. Kebersihan kondisi lingkungan.
8. Kebersihan kondisi sarana wisata.
14. Keserasian bangunan wisata dengan alam
sekitar.
18. Adanya makanan dan minuman khas
daerah.
19. Adanya cinderamata/ souvenir khas daerah
yang unik.
Merupakan indikator yang mempengaruhi tingkat
kepuasan pengguna terhadap kinerja yang kondisinya
telah memenuhi harapan dan perlu dipertahankan.
Adapun variabel yang masuk kedalam kuadran ini adalah:
1. Keamanan dari gangguan penjahat.
3. Ketersediaan petugas dan tempat parkir
4. Keteraturan penempatan sarana dan prasarana wisata.
6. Adanya pusat informasi dan pelayanan
9. Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti MCK dan
tempat sampah.
12. Ketersediaan tempat makan dan minum.
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan listrik, air bersih
dan komunikasi.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -75
20. Jaringan jalan.
KUADRAN III
Low Priority
(Prioritas Rendah)
KUADRAN II
Possible Overkill
(Berlebihan)
Merupakan atribut pada kinerja pelayanan
mengalami penurunan, baik tingkat kepentingan
dan kualitas pelayanan lebih rendah dari nilai
rata-rata. Adapun variabel yang masuk kedalam
kuadran ini adalah:
10. Ketersediaan sarana akomodasi seperti hotel
/penginapan.
17. Adanya atraksi seni budaya daerah yang
khas.
Merupakan atribut-atribut pada kinerja pelayanan kurang
penting bagi pengguna tetapi mempunyai kualitas
pelayanan yang baik. Adapun variabel yang masuk
kedalam kuadran ini adalah:
2. Terdapatnya pos keamanan.
5. Keteraturan sirkulasi internal.
11. Ketersediaan tempat peristirahatan/ shelter.
15. Keramah-tamahan petugas/pengelola pusat informasi
wisata.
16. Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas parkir, para
pedagang, dan penyedia jasa lainya)
21. Moda transportasi.
22. Waktu perjalanan.
5.6.11 Telaga Ngipik (Kec. Kebomas)
Dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap pengunjung yang
terdapat di Telaga Ngipik, didapatkan hasil perhitungan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 5.24Tingkat Kepuasan dan Kepentingan PengunjungTelaga Ngipik
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%)
Keamanan
1 Keamanan dari gangguan penjahat 3.40 4.80 70.8
2 Terdapatnya pos keamanan 3.10 5.00 62.0
3 Ketersediaan petugas dan tempat parkir 2.90 4.00 72.5
Ketertiban
4 Keteraturan penempatan sarana dan
prasarana wisata 3.00 4.50 66.7
5 Keteraturan sirkulasi internal. 2.70 4.40 61.4
6 Adanya pusat informasi dan pelayanan 2.20 4.50 48.9
Kebersihan
7 Kebersihan kondisi lingkungan 3.30 4.80 68.8
8 Kebersihan kondisi sarana wisata 3.10 4.90 63.3
9 Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti
MCK dan tempat sampah 3.30 4.50 73.3
Kenyamanan
10 Ketersediaan sarana akomodasi seperti
hotel /penginapan 2.20 3.40 64.7
11 Ketersediaan tempat peristirahatan/
shelter 3.10 4.60 67.4
12 Ketersediaan tempat makan dan minum 3.10 4.00 77.5
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan
listrik, air bersih dan komunikasi 3.40 4.90 69.4
Keindahan
14 Keserasian bangunan wisata dengan alam
sekitar. 3.10 4.20 73.8
Keramah-tamahan
15 Keramah-tamahan petugas/pengelola
pusat informasi wisata. 3.20 4.90 65.3
16
Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas
parkir, para pedagang, dan penyedia jasa
lainya)
3.30 4.50 73.3
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -76
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%) Kenangan
17 Adanya atraksi seni budaya daerah yang
khas 1.80 3.70 48.6
18 Adanya makanan dan minuman khas
daerah 2.00 4.30 46.5
19 Adanya cinderamata/ souvenir khas
daerah yang unik 2.40 4.20 57.1
Aksesibilitas
20 Jaringan jalan 2.70 4.60 58.7
21 Moda transportasi 2.70 4.30 62.8
22 Waktu Perjalanan 3.70 4.20 88.1
Rata - rata 2.90 4.42 Sumber: Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata di Kabupaten Gresik Tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas di dapatkan kesimpulan bahwa terdapat tidak variabel yang
menyatakan pengunjung atau wisatawan sudah merasa puas, dilihat dari variabel yang nilainya
di bawah 100%. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung belum merasa puas dan perlu
ditingkatkan pelayanannya terhadap seluruh variabel.
Seteleh mengetahui tingkat kepuasan pengunjung atau wisatawan, langkah selanjutnya
adalah mengetahui variabel prioritas yang perlu diperbaiki dan dikembangan di Telaga Ngipik
berdasarkan persepsi pengunjung atau wisatawan. Untuk mengetahui prioritas tiap-tiap variabel
yang perlu diperbaiki dan dikembangkan, maka dilakukan pendistribusian nilai tiap variabel
kedalam diagram kartesius. Adapun parameter yang akan membagi prioritas kedalam empat
bagian adalah rata-rata tingkat kinerja/kepuasan ( X ) pengguna terhadap seluruh variabel
sebagai sumbu horizontal ( X ), sedangkan rata-rata tingkat kepentingan (Y ) seluruh variabel
yang mempengaruhi kepuasan pengguna sebagai sumbu vertikal (Y ). Hasil gabungan
pembobotan persepsi dari pengunjung atau wisatawan dapat dilhat di diagram kartesius pada
gambar berikut.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -77
Gambar 5.28Diagram Kartesius IPA Telaga Ngipik
Dilihat dari diagram kartesius diatas, menurut pengunjung atau wisatawan yang
menjadi prioritas utama untuk diperbaiki dan dikembangkan karena kondisinya tidak
memuaskan tetapi memilki tingkat kepentingan yang tinggi adalah variabel adanya pusat
informasi dan pelayanan dan jaringan jalan. Untuk lebih jelasnya pembagian variabel pada
setiap kuadran adalah sebagai berikut.
KUADRAN IV
Concentrate Here
(Tingkatkan kinerja/prioritas utama)
KUADRAN I
Keep Up The good Work
(Pertahankan kinerja)
bahwa atribut-atribut pada kinerja pelayanan
sangat penting dalam keputusan pengguna, tetapi
tidak memiliki kualitas pelayanan yang
baik.sehingga perlu mendapatkan prioritas
peningkatan. Adapun variabel yang masuk
kedalam kuadran ini adalah:
6. Adanya pusat informasi dan pelayanan
20. Jaringan jalan.
Merupakan indikator yang mempengaruhi tingkat
kepuasan pengguna terhadap kinerja yang
kondisinya telah memenuhi harapan dan perlu
dipertahankan. Adapun variabel yang masuk
kedalam kuadran ini adalah:
1. Keamanan dari gangguan penjahat.
2. Terdapatnya pos keamanan.
4. Keteraturan penempatan sarana dan prasarana
wisata.
7. Kebersihan kondisi lingkungan.
8. Kebersihan kondisi sarana wisata.
9. Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti MCK
dan tempat sampah.
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan listrik, air
bersih dan komunikasi.
15. Keramah-tamahan petugas/pengelola pusat
informasi wisata.
16. Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas
parkir, para pedagang, dan penyedia jasa
lainya)
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -78
KUADRAN III
Low Priority
(Prioritas Rendah)
KUADRAN II
Possible Overkill
(Berlebihan)
Merupakan atribut pada kinerja pelayanan
mengalami penurunan, baik tingkat kepentingan
dan kualitas pelayanan lebih rendah dari nilai
rata-rata. Adapun variabel yang masuk kedalam
kuadran ini adalah:
5. Keteraturan sirkulasi internal.
10. Ketersediaan sarana akomodasi seperti hotel
/penginapan.
11. Ketersediaan tempat peristirahatan/ shelter.
17. Adanya atraksi seni budaya daerah yang
khas.
18. Adanya makanan dan minuman khas
daerah.
19. Adanya cinderamata/ souvenir khas daerah
yang unik.
21. Moda transportasi.
Merupakan atribut-atribut pada kinerja pelayanan
kurang penting bagi pengguna tetapi mempunyai
kualitas pelayanan yang baik. Adapun variabel
yang masuk kedalam kuadran ini adalah:
3. Ketersediaan petugas dan tempat parkir
12. Ketersediaan tempat makan dan minum.
14. Keserasian bangunan wisata dengan alam
sekitar.
22. Waktu perjalanan.
5.6.12 Kampung Kemasan (Kec. Gresik)
Dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap pengunjung yang
terdapat di Kampung Kemasan, didapatkan hasil perhitungan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 5.25Tingkat Kepuasan dan Kepentingan PengunjungKampung Kemasan
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%)
Keamanan
1 Keamanan dari gangguan penjahat 3.60 3.60 100.0
2 Terdapatnya pos keamanan 2.80 3.80 73.7
3 Ketersediaan petugas dan tempat parkir 2.40 4.60 52.2
Ketertiban
4 Keteraturan penempatan sarana dan
prasarana wisata 2.60 3.60 72.2
5 Keteraturan sirkulasi internal. 3.20 3.00 106.7
6 Adanya pusat informasi dan pelayanan 2.80 3.60 77.8
Kebersihan
7 Kebersihan kondisi lingkungan 3.20 4.10 78.0
8 Kebersihan kondisi sarana wisata 2.80 4.00 70.0
9 Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti
MCK dan tempat sampah 3.00 3.40 88.2
Kenyamanan
10 Ketersediaan sarana akomodasi seperti
hotel /penginapan 2.40 2.60 92.3
11 Ketersediaan tempat peristirahatan/
shelter 3.00 3.40 88.2
12 Ketersediaan tempat makan dan minum 2.40 2.80 85.7
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan
listrik, air bersih dan komunikasi 3.00 3.20 93.8
Keindahan
14 Keserasian bangunan wisata dengan
alam sekitar. 3.40 3.60 94.4
Keramah-tamahan
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -79
NO PERNYATAAN KEPUASAN
(X)
KEPENTINGAN
(Y)
KESESUAIAN
(%)
15 Keramah-tamahan petugas/pengelola
pusat informasi wisata. 2.60 3.20 81.3
16
Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas
parkir, para pedagang, dan penyedia jasa
lainya)
1.80 4.00 45.0
Kenangan
17 Adanya atraksi seni budaya daerah yang
khas 2.40 2.40 100.0
18 Adanya makanan dan minuman khas
daerah 2.60 2.00 130.0
19 Adanya cinderamata/ souvenir khas
daerah yang unik 2.20 4.00 55.0
Aksesibilitas
20 Jaringan jalan 2.70 3.60 75.0
21 Moda transportasi 3.00 3.40 88.2
22 Waktu Perjalanan 3.00 3.00 100.0
Rata - rata 2.77 3.405 Sumber: Kajian Pengembangan Potensi Pariwisata di Kabupaten Gresik Tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas di dapatkan kesimpulan bahwa terdapat 5 variabel yang
menyatakan pengunjung atau wisatawan sudah merasa puas, dilihat dari variabel yang nilainya
≥100%. Sedangkan variabel dengan nilai <100% menunjukkan bahwa belum merasa puas dan
perlu ditingkatkan pelayanannya masih sebanyak 17 variabel.
Seteleh mengetahui tingkat kepuasan pengunjung atau wisatawan, langkah selanjutnya
adalah mengetahui variabel prioritas yang perlu diperbaiki dan dikembangan di Kampung
Kemasan berdasarkan persepsi pengunjung atau wisatawan. Untuk mengetahui prioritas tiap-
tiap variabel yang perlu diperbaiki dan dikembangkan, maka dilakukan pendistribusian nilai
tiap variabel kedalam diagram kartesius. Adapun parameter yang akan membagi prioritas
kedalam empat bagian adalah rata-rata tingkat kinerja/kepuasan ( X ) pengguna terhadap
seluruh variabel sebagai sumbu horizontal ( X ), sedangkan rata-rata tingkat kepentingan (Y )
seluruh variabel yang mempengaruhi kepuasan pengguna sebagai sumbu vertikal ( Y ). Hasil
gabungan pembobotan persepsi dari pengunjung atau wisatawan dapat dilhat di diagram
kartesius pada gambar berikut.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -80
Gambar 5.29Diagram Kartesius IPA Kampung Kemasan
Dilihat dari diagram kartesius diatas, menurut pengunjung atau wisatawan yang
menjadi prioritas utama untuk diperbaiki dan dikembangkan karena kondisinya tidak
memuaskan tetapi memilki tingkat kepentingan yang tinggi adalah variabel waktu perjalanan.
Untuk lebih jelasnya pembagian variabel pada setiap kuadran adalah sebagai berikut.
KUADRAN IV
Concentrate Here
(Tingkatkan kinerja/prioritas utama)
KUADRAN I
Keep Up The good Work
(Pertahankan kinerja)
bahwa atribut-atribut pada kinerja pelayanan
sangat penting dalam keputusan pengguna, tetapi
tidak memiliki kualitas pelayanan yang
baik.sehingga perlu mendapatkan prioritas
peningkatan. Adapun variabel yang masuk
kedalam kuadran ini adalah:
3. Ketersediaan petugas dan tempat parkir
4. Keteraturan penempatan sarana dan
prasarana wisata.
16. Keramah-tamahan pelaku usaha (petugas
parkir, para pedagang, dan penyedia jasa
lainya)
19. Adanya cinderamata/souvenir khas daerah
yang unik.
20. Jaringan jalan.
Merupakan indikator yang mempengaruhi
tingkat kepuasan pengguna terhadap kinerja
yang kondisinya telah memenuhi harapan dan
perlu dipertahankan. Adapun variabel yang
masuk kedalam kuadran ini adalah:
1. Keamanan dari gangguan penjahat.
2. Terdapatnya pos keamanan.
6. Adanya pusat informasi dan pelayanan
7. Kebersihan kondisi lingkungan.
8. Kebersihan kondisi sarana wisata.
14. Keserasian bangunan wisata dengan alam
sekitar.
KUADRAN III
Low Priority
KUADRAN II
Possible Overkill
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -81
(Prioritas Rendah) (Berlebihan)
Merupakan atribut pada kinerja pelayanan
mengalami penurunan, baik tingkat kepentingan
dan kualitas pelayanan lebih rendah dari nilai
rata-rata. Adapun variabel yang masuk kedalam
kuadran ini adalah:
10. Ketersediaan sarana akomodasi seperti hotel
/penginapan.
12. Ketersediaan tempat makan dan minum.
15. Keramah-tamahan petugas/pengelola pusat
informasi wisata.
17. Adanya atraksi seni budaya daerah yang
khas.
18. Adanya makanan dan minuman khas daerah.
Merupakan atribut-atribut pada kinerja
pelayanan kurang penting bagi pengguna tetapi
mempunyai kualitas pelayanan yang baik.
Adapun variabel yang masuk kedalam kuadran
ini adalah:
5. Keteraturan sirkulasi internal.
9. Ketersediaan fasilitas sanitasi seperti MCK
dan tempat sampah.
11. Ketersediaan tempat peristirahatan/ shelter.
13 Ketersediaan utilitas seperti jaringan listrik,
air bersih dan komunikasi.
21. Moda transportasi.
22. Waktu perjalanan.
5.7 ANALISIS POTENSI MASALAH
Analisis potensi masalah Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Gresik digunakan
untuk mengetahui potensi dan permasalahan terkait dengan pengembangan kepariwisataan
selanjutnya. Permasalahan didapat dari masalah yang terkait dengan kepariwisataan dari
analisis isi (content analysis) dan artikel-artikel terkait wilayah perencanaan. Tinjauan terhadap
analisis potensi masalah dilakukan terhadap aspek destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata,
industri pariwisata, dan kelembagaan kepariwisataan, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
berikut.
Tabel 5.26Potensi dan Permasalahan Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Gresik No Variabel Potensi Masalah
1 Destinasi pariwisata
Wisata alam memiliki panorama pemandangan yang indah
Flora dan fauna di sekitar objek wisata alam masih alami dan langka
Potensi pengembangan wisata minat khusus (hiking)/pecinta alam, dan olahraga air
Jenis pantai yang landai dapat dimanfaatkan untuk olah raga air.
Adanya rencana pembangunan bandara di Pulau Bawean
Tarif/tiket masuk relatif sangat murah
Sarana dan prasarana wisata di pusat kota sudah cukup memadai
Prasarana jaringan jalan untuk menuju destinasi wisata belum memadai
Sarana dan prasarana wisata di luar pusat kota masih belum memadai
Kondisi sarana dan prasarana wisata yang sudah ada rusak dan kurang terawat.
Atraksi wisata masih sangat kurang Sebagian besar destinasi wisata belum
terjangkau moda transportasi umum. Pengembangan wisata alam dapat
mengancam kerusakan hutan, pantai, terumbu karang, dan lain sebagainya.
Adanya reklamasi liar oleh penduduk sekitar.
Banyak sampah berserakan Transportasi laut untuk menuju P.
Bawean masih terbatas Tidak ada perahu khusus untuk
wisatawan menyebrang ke pulau-pulau di sekitar Bawean
Belum ada dermaga di pulau-pulau sekitar Bawean
Belum ada persewaan alat-alat snorkeling dan diving
Belum memiliki workshop untuk memamerkan hasil produk khas daerah.
Sebagian besar destinasi wisata belum memiliki kantor pengelola, pusat informasi dan pemasaran.
Belum tersedia lahan parkir khusus
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -82
No Variabel Potensi Masalah
pengunjung dan petugasnya. Belum ada pengaturan sirkulasi jalur
kendaraan. Kurang papan penujuk jalan ke
destinasi wisata. Kesadaran wisatawan kurang peduli
dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
Tiket parkir untuk bus pariwisata terlalu mahal
Tidak ada petugas dan pos keamanan Tempat parkir masih kurang memadai
untuk wisata ziarah wali Belum adanya investor untuk
pengembangan pariwisata
2 Pemasaran pariwisata
Destnasi wisata di Gresik mulai dikenal oleh wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri.
Adanya event atau pameran produk-produk unggulan gresik.
Komunitas masyarakat Bawean memiliki web sendiri, untuk mengenalkan aneka budaya dan wisata.
Ziarah wali sudah menjadi paket wisata yang terkenal dan banyak peminatnya
Terdapat pasar souvenir di sekitar destinasi ziarah wali
Kurangnya promosi destinasi wisata, baik wisata religi, alam maupun minat khusus
Pasar souvenir wisata hanya berada di salah satu destinasi wisata saja
Kurangnya kemitraan pemasaran pariwisata di Gresik
3 Industri pariwisata Adanya kerjasama dengan biro-biro perjalanan untuk kegiatan ziarah wali
Adanya persaingan dengan destinasi wisata lain.
Persaingan antara penjual souvenir, makanan, dan minuman sangat tinggi
Belum optimalnya paket-paket wisata yang ditawarkan
4 Kelembagaan kepariwisataan
Adanya kebijakan pengembangan potensi pariwisata bawean pada dokumen RTRW
Adanya yayasan pengelola makam-makam
Ketersediaan sumber daya manusia
Terjadi konflik antara pengelola wisata karena kecemburuan sosial.
Pengelolaan objek wisata belum maksimal
Pendanaan pengembangan sarana dan prasarana pariwisata kurang baik dari pemerintah maupun swasta
Belum adanya penelitian dan pengembangan sector pariwisata
Belum optimalnya instansi-instansi terkait dalam mengelola destinasi wisata di Gresik
Sumber: Hasil Analisa, 2013
5.7.1 Akar Masalah
Analisis akar masalah sering dipakai dengan masyarakat sebab sangat visual dan dapat
melibatkan banyak orang dengan waktu yang sama. Teknik ini dapat dipakai dengan situasi
yang berbeda dan dapat dipakai dimana saja. Teknik ini adalah teknik yang cukup fleksibel.
Melalui teknik ini, orang yang terlibat dalam memecahkan satu masalah dapat melihat
penyebab yang sebenarnya, yang mungkin belum bisa dilihat kalau masalah hanya dapat dilihat
secara sepintas. Akar masalah yang terjadi dalam Penyusunan Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan (RIPKA) Kabupaten Gresik dapat di lihat pada Gambar 5.14.
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -83
5.7.2 Akar Tujuan
Analisis tujuan pada prinsipnya sama dengan analisis masalah yaitu sebagai batas atau
frame dalam menentukan usaha-usaha pengembangan nantinya yang berdasar pada
permasalahan yang ada diatas. Lingkup perumusan tujuan ini juga mempunyai skala makro
yaitu memberikan suatu pemecahan masalah yang terdapat pada Penyusunan Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan (RIPKA) Kabupaten Gresik.
Analisis akar tujuan juga sering disebut sebagai teknik jembatan bambu. Analisis akar
tujuan ini merupakan salah satu teknik yang dipergunakan untuk menyusun suatu rencana
kegiatan masyarakat dengan jalan memberikan gambaran masalah yang dihadapi dan tujuan
yang akan dicapai serta tahapan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Teknik
ini sangat visual, sehingga mudah dipahami oleh masyarakat dan tingkat partisipasinya sangat
tinggi. Akar tujuan yang dicapai dalam Penyusunan Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan (RIPKA) Kabupaten Gresik dapat di lihat pada Gambar 5.15.
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -84
Gambar 5.30Akar Masalah Pembangunan Kepariwisataan (RIPKA) Kabupaten Gresik
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -85
Lanjutan Gambar 5.14
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -86
Gambar 5.31Akar TujuanPembangunan Kepariwisataan (RIPKA) Kabupaten Gresik
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -87
Lanjutan Gambar 5.15
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -88
5.8 ANALISIS SWOT
Analisis SWOT merupakan salah satu teknik analisis yang digunakan dalam
menginterpretasikan wilayah perencanaan, khususnya pada kondisi yang sangat kompleks
dimana faktor eksternal dan internal memegang peran yang sama pentingnya, dengan analisis
SWOT akan diketahui kekuatan dan kesempatan yang terbuka sebagai faktor positif dan
kelemahan serta ancaman yang ada sebagai faktor negatif. Maka diperoleh semacam core
strategy yang prinsipnya merupakan :
Strategi yang memanfaatkan kekuatan dan kesempatan yang ada secara terbuka
Strategi yang mengatasi ancaman yang ada.
Strategi yang memperbaiki kelemahan yang ada.
SWOT secara harfiah merupakan akronim yang terdiri dari konsep :
S (Strength / kekuatan) : suatu keadaan atau kondisi yang ada / dimiliki, yang dianggap /
merupakan hal yang sudah baik.
W (Weakness / kelemahan / masalah) : suatu keadaan atau kondisi yang dianggap memiliki
kelemahan atau masalah
O (Opportunity / kesempatan / peluang) : suatu keadaan atau kondisi yang ada atau yang
akan terjadi didalam / sekitar daerah yang dianggap berpeluang untuk digunakan bagi
pengembangan potensi.
T (Threat / ancaman / hambatan) : suatu keadaan / kondisi yang ada atau yang akan terjadi
didalam / sekitar daerah yang dianggap dapat menghambat / mengancam pengembangan
potensi.
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -89
Tabel 5.27Aspek SWOT Kepariwisataan Kabupaten Gresik Aspek
Strength / kekuatan Weakness / kelemahan Opportunity / kesempatan Threat / ancaman
Wisata alam memiliki panorama pemandangan yang indah
Flora dan fauna di sekitar objek wisata
alam masih alami dan langka
Potensi pengembangan wisata minat
khusus (hiking)/pecinta alam, dan olahraga air
Jenis pantai yang landai dapat dimanfaatkan untuk olah raga air.
Tarif/tiket masuk relatif sangat murah
Sarana dan prasarana wisata di pusat kota sudah cukup memadai
Komunitas masyarakat Bawean memiliki web sendiri, untuk mengenalkan aneka
budaya dan wisata.
Ziarah wali sudah menjadi paket wisata
yang terkenal dan banyak peminatnya
Terdapat pasar souvenir di sekitar
destinasi ziarah wali
Adanya yayasan pengelola makam-makam
Ketersediaan sumber daya manusia
Prasarana jaringan jalan untuk menuju destinasi wisata belum memadai
Sarana dan prasarana wisata di luar pusat kota masih belum memadai
Kondisi sarana dan prasarana wisata yang sudah ada rusak dan kurang terawat.
Atraksi wisata masih sangat kurang
Sebagian besar destinasi wisata belum terjangkau moda transportasi umum.
Banyak sampah berserakan
Transportasi laut untuk menuju P. Bawean masih terbatas
Tidak ada perahu khusus untuk wisatawan menyebrang ke pulau-pulau di sekitar
Bawean
Belum ada dermaga di pulau-pulau sekitar Bawean
Belum ada persewaan alat-alat snorkeling dan diving
Belum memiliki workshop untuk memamerkan hasil produk khas daerah.
Sebagian besar destinasi wisata belum memiliki kantor pengelola, pusat informasi dan pemasaran.
Belum tersedia lahan parkir khusus pengunjung dan petugasnya.
Belum ada pengaturan sirkulasi jalur kendaraan.
Kurang papan penujuk jalan ke destinasi wisata.
Tiket parkir untuk bus pariwisata terlalu mahal
Tidak ada petugas dan pos keamanan
Tempat parkir masih kurang memadai untuk wisata ziarah wali
Kurangnya promosi destinasi wisata, baik wisata religi, alam maupun minat
khusus
Pasar souvenir wisata hanya berada di salah satu destinasi wisata saja
Adanya persaingan dengan destinasi wisata lain.
Persaingan antara penjual souvenir, makanan, dan minuman sangat tinggi
Belum optimalnya paket-paket wisata yang ditawarkan
Pengelolaan objek wisata belum maksimal
Pendanaan pengembangan sarana dan prasarana pariwisata kurang baik dari pemerintah maupun swasta
Belum optimalnya instansi-instansi terkait dalam mengelola destinasi wisata di Gresik
Adanya kerjasama dengan biro-biro perjalanan untuk
kegiatan ziarah wali
Adanya kebijakan pengembangan potensi
pariwisata bawean pada
dokumen RTRW
Adanya event atau pameran
produk-produk unggulan gresik.
Destnasi wisata di Gresik mulai dikenal oleh wisatawan
baik dalam negeri maupun luar
negeri.
Adanya rencana pembangunan
bandara di Pulau Bawean
Belum adanya investor untuk pengembangan pariwisata
Pengembangan wisata alam dapat
mengancam kerusakan hutan, pantai, terumbu karang, dan lain
sebagainya.
Adanya reklamasi liar oleh penduduk sekitar.
Kesadaran wisatawan kurang peduli dalam menjaga kebersihan
dan kelestarian lingkungan.
Kurangnya kemitraan pemasaran
pariwisata di Gresik
Terjadi konflik antara pengelola wisata karena kecemburuan sosial.
Belum adanya penelitian dan pengembangan sector pariwisata
Sumber: Hasil Analisa, 2013
Kekuatan dan kelemahan merupakan faktor intern sedangkan kesempatan dan ancaman merupakan faktor ekstern. Dalam memanfaatkan SWOT, juga
terdapat alternatif penggunaan yang didasarkan dari kombinasi masing-masing aspek, sebagai berikut :
SO : memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk meraih peluang (O).
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -90
ST : memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk mengantisipasi atau menghadapi ancaman (T) dan berusaha maksimal menjadikan ancaman
sebagai peluang.
WO : meminimalkan kelemahan (W) untuk meraih peluang (O).
WT : meminimalkan kelemahan (W) untuk menghindari secara lebih baik dari ancaman (T).
Untuk lebih jelas, keterkaitan diantara keempat aspek SWOT dapat terlihat pada tabel berikut.
Tabel 5.28Matriks Analisis SWOTKepariwisataan Kabupaten Gresik INTERNAL
Strength Weakness
Wisata alam memiliki panorama pemandangan
yang indah
Flora dan fauna di sekitar objek wisata alam masih
alami dan langka
Potensi pengembangan wisata minat khusus
(hiking)/pecinta alam, dan olahraga air
Jenis pantai yang landai dapat dimanfaatkan untuk
olah raga air.
Tarif/tiket masuk relatif sangat murah
Sarana dan prasarana wisata di pusat kota sudah
cukup memadai
Komunitas masyarakat Bawean memiliki web
sendiri, untuk mengenalkan aneka budaya dan
wisata.
Ziarah wali sudah menjadi paket wisata yang
terkenal dan banyak peminatnya
Terdapat pasar souvenir di sekitar destinasi ziarah
wali
Adanya yayasan pengelola makam-makam
Ketersediaan sumber daya manusia
Prasarana jaringan jalan untuk menuju destinasi wisata belum memadai
Sarana dan prasarana wisata di luar pusat kota masih belum memadai
Kondisi sarana dan prasarana wisata yang sudah ada rusak dan kurang terawat.
Atraksi wisata masih sangat kurang
Sebagian besar destinasi wisata belum terjangkau moda transportasi umum.
Banyak sampah berserakan
Transportasi laut untuk menuju P. Bawean masih terbatas
Tidak ada perahu khusus untuk wisatawan menyebrang ke pulau-pulau di sekitar Bawean
Belum ada dermaga di pulau-pulau sekitar Bawean
Belum ada persewaan alat-alat snorkeling dan diving
Belum memiliki workshop untuk memamerkan hasil produk khas daerah.
Sebagian besar destinasi wisata belum memiliki kantor pengelola, pusat informasi dan pemasaran.
Belum tersedia lahan parkir khusus pengunjung dan petugasnya.
Belum ada pengaturan sirkulasi jalur kendaraan.
Kurang papan penujuk jalan ke destinasi wisata.
Tiket parkir untuk bus pariwisata terlalu mahal
Tidak ada petugas dan pos keamanan
Tempat parkir masih kurang memadai untuk wisata ziarah wali
Kurangnya promosi destinasi wisata, baik wisata religi, alam maupun minat khusus
Pasar souvenir wisata hanya berada di salah satu destinasi wisata saja
Adanya persaingan dengan destinasi wisata lain.
Persaingan antara penjual souvenir, makanan, dan minuman sangat tinggi
Belum optimalnya paket-paket wisata yang ditawarkan
Pengelolaan objek wisata belum maksimal
Pendanaan pengembangan sarana dan prasarana pariwisata kurang baik dari pemerintah maupun swasta
Belum optimalnya instansi-instansi terkait dalam mengelola destinasi wisata di Gresik
EK
S
TE
R
NA
L
Opportunity SO WO
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -91
Adanya kerjasama dengan biro-biro perjalanan
untuk kegiatan ziarah wali
Adanya kebijakan pengembangan potensi pariwisata
pada dokumen RTRW
Adanya event atau pameran produk-produk
unggulan gresik.
Destinasi wisata di Gresik mulai dikenal oleh
wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri.
Adanya rencana pembangunan bandara di Pulau
Bawean
Adanya makam-makam wali di Gresik berpeluang
untuk pengembangan wisata religi yang
berkelanjutan, apalagi jika didukung dengan adanya
kerjasama dengan biro-biro perjalanan dalam
pengadaan kegiatan ziarah wali.
Dengan adanya kebijakan pengembangan potensi
wisata di Kab Gresik merupakan dukungan hukum
yang kuat dalam upaya pengembangan pariwisata.
Adanya event atau pameran produk-produk
unggulan Gresik dapat menjadi ajang dalam
memperkenalkan produk-produk khas Gresik ke
masyarakat luas, dan dapat di pasarkan di pasar-
pasar wisata setiap objek wisata.
Dengan adanya rencana pembangunan bandara di
Pulau Bawean akan sangat mendorong
pengembangan pariwisata di Pulau Bawean
khususnya dan Kab Gresik pada umumnya, karena
akan menjadi salah satu pilihan moda transportasi
selain kapal laut.
Melakukan pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana wisata, serta menambah atraksi wisata
untuk mengembangkan pariwisata di Kab Gresik, dimana tertuang dalam kebijakan pengembangan
potensi pariwisata pada dokumen RTRW.
Membangun pasar-pasar wisata di setiap destinasi wisata agar dapat menarik para wisatawan untuk
membeli serta dapat menjadi ajang untuk memperkenalkan produk-produk unggulan Gresik kepada
wisatawan.
Melancarkan transportasi darat untuk pengembangan pariwisata melalui: perbaikan jalan akses menuju
objek-objek wisata, pengadaan moda transpotasi umum menuju objek-objek wisata agar lebih terjangkau,
pengaturan sirkulasi kendaraan pada titik-titik rawan macet, serta pemberian petunjuk-petunjuk arah yang
jelas menuju setiap objek wisata.
Melancarkan transportasi laut untuk pengembangan pariwisata melalui: pembangunan dermaga di pulau-
pulau sekitar Bawean, penambahan jumlah kapal penyebrangan Gresik-Bawean, serta penyediaan perahu-
perahu khusus wisata untk menyebrang ke pulau-pulau di sekitar Bawean.
Pengaturan system parkir di setiap objek wisata, terutama pada objek makam-makam wali dimana pada
waktu tertentu jumlah wisatawan/peziarah akan meningkat, pengaturan tersebut dengan menyediakan
lahan-lahan parkir, pengaturan sirkulasi kendaraan, serta penetapan tarif parkir yang sesuai dengan
kebijakan yang berlaku.
Dengan adanya kerjasama dengan biro-biro perjalanan dapat menjadi ajang promosi paket-paket wisata di
Kab Gresik, sehingga wisatawan akan lebih mengenal objek-objek wisata lainnya di Kab Gresik.
Threats ST WT
Belum adanya investor untuk pengembangan
pariwisata
Pengembangan wisata alam dapat mengancam
kerusakan hutan, pantai, terumbu karang, dan lain
sebagainya.
Adanya reklamasi liar oleh penduduk sekitar.
Kesadaran wisatawan kurang peduli dalam menjaga
kebersihan dan kelestarian lingkungan.
Kurangnya kemitraan pemasaran pariwisata di
Gresik
Terjadi konflik antara pengelola wisata karena
kecemburuan sosial.
Belum adanya penelitian dan pengembangan sector
pariwisata
Dengan tingginya potensi pariwisata di Kab Gresik
dapat menjadi peluang bagi investor untuk
menanamkan modalnya dalam pengembangan
pariwisata.
Meingkatkan kesadaran wisatawan, petugas, dan
masyarakat sekitar objek wisata untuk bersama-
sama menjaga kelestarian alam sekitar, salah
satunya dengan membuang sampah pada
tempatnya.
Peningkatan kemitraan pemasaran pariwisata antar
pengelola-pengelola objek wisata untuk
mengurangi konflik antar pengelola.
Melakukan penelitian dan pengembangan sector
pariwisata
Perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana wisata agar investor tertarik untuk menanamkan
modalnya dalam pengembangan sector pariwisata
Penyediaan tempat sampah agar wisatawan dapat membuang sampahnya di tempatnya dan dapat menjaga
kelestarian lingkungan objek wisata
Pengoptimalan paket-paket wisata yang ada dengan bekerjasama biro-biro perjalanan atau pengadaan
event-event wisata untuk mempromosikan pariwisata
Peningkatan pendanaan di sector pariwisata baik dari pemerintah maupun swasta untuk mengadakan
penelitian dan studi pengembangan sector pariwisata
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -92
5.9 ANALISIS EFAS-IFAS
Konsep dasar pengembangan pariwisata Kabupaten Gresik dibuat berdasarkan analisis
matriks SWOT yang ada. Analisis SWOT ini bertujuan untuk memperoleh semacam core
strategy, seperti misalnya :
Strategi yang memanfaatkan kekuatan dan kesempatan yang ada secara terbuka
Strategi yang mengatasi ancaman yang ada.
Strategi yang memperbaiki kelemahan yang ada.
Beberapa aspek SWOT meliputi aspek kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O) dan
ancaman (T), dimana keempatnya memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Dengan adanya
keterkaitan tersebut maka akan diperoleh beberapa strategi atau konsep dasar pengembangan
yang dapat digunakan dalam pengembangan pariwisata Kabupaten Gresikbaik fisik maupun
non fisik. Penentuan konsep dasar pengembangan dilakuan berdasarkan analisis SWOT dengan
melakukan penilaian (pembobotan) menggunakan analisis IFAS-EFAS untuk penentuan
strategi pengembangan kawasan, kemudian hasi dari penilaian (pembobotan) tersebut
ditampilkan dalam bentuk kuadran yang akan menentukan strategi pengembangan selanjutnya.
Penilaian dilakukan pada setiap aspek SWOT dengan memberi bobot antara 0,00 hingg
1,00 , dimana jika aspek-aspek masing-masing faktor (internal/eksternal) dijumlahkan akan
menghasilkan bobot 1. Setelah melakukan pembobotan, diberikan rating dimana rating ini
menunjukkan tingkat kepentingan (1 = agak penting ; 2 = penting ; 3 = sangat penting) masing-
masing aspek. Kemudian, nilai pembobotan dikalikan dengan rating yang telah ditentukan.
Penjumlahan pada masing-masing faktor (internal/eksternal) kemudian ditotal untuk diketahui
letak dalam kuadran SWOT dalam menentukan strategi pengembangan.
Tabel 5.29Matriks Analisis IFAS Pengembangan Pariwisata Kabupaten Gresik Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan / Strength:
Wisata alam memiliki panorama pemandangan yang indah
Flora dan fauna di sekitar objek wisata alam masih alami dan
langka
Potensi pengembangan wisata minat khusus (hiking)/pecinta alam,
dan olahraga air
Jenis pantai yang landai dapat dimanfaatkan untuk olah raga air.
Tarif/tiket masuk relatif sangat murah
Sarana dan prasarana wisata di pusat kota sudah cukup memadai
Komunitas masyarakat Bawean memiliki web sendiri, untuk
mengenalkan aneka budaya dan wisata.
Ziarah wali sudah menjadi paket wisata yang terkenal dan banyak
peminatnya
Terdapat pasar souvenir di sekitar destinasi ziarah wali
Adanya yayasan pengelola makam-makam
Ketersediaan sumber daya manusia
0.045
0.035
0.040
0.040
0.035
0.035
0.035
0.040
0.030
0.035
0.030
3
2
3
2
2
1
1
2
2
2
2
0.135
0.07
0.12
0.08
0.07
0.035
0.035
0.08
0.06
0.07
0.06
TOTAL 0.40 0.815
Kelemahan / Weakness:
Prasarana jaringan jalan untuk menuju destinasi wisata belum
memadai
Sarana dan prasarana wisata di luar pusat kota masih belum
0.030
0.028
3
3
0.090
0.084
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -93
Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating
memadai
Kondisi sarana dan prasarana wisata yang sudah ada rusak dan
kurang terawat.
Atraksi wisata masih sangat kurang
Sebagian besar destinasi wisata belum terjangkau moda transportasi
umum.
Banyak sampah berserakan
Transportasi laut untuk menuju P. Bawean masih terbatas
Tidak ada perahu khusus untuk wisatawan menyebrang ke pulau-
pulau di sekitar Bawean
Belum ada dermaga di pulau-pulau sekitar Bawean
Belum ada persewaan alat-alat snorkeling dan diving
Belum memiliki workshop untuk memamerkan hasil produk khas
daerah.
Sebagian besar destinasi wisata belum memiliki kantor pengelola,
pusat informasi dan pemasaran.
Belum tersedia lahan parkir khusus pengunjung dan petugasnya.
Belum ada pengaturan sirkulasi jalur kendaraan.
Kurang papan penujuk jalan ke destinasi wisata.
Tiket parkir untuk bus pariwisata terlalu mahal
Tidak ada petugas dan pos keamanan
Tempat parkir masih kurang memadai untuk wisata ziarah wali
Kurangnya promosi destinasi wisata, baik wisata religi, alam
maupun minat khusus
Pasar souvenir wisata hanya berada di salah satu destinasi wisata
saja
Adanya persaingan dengan destinasi wisata lain.
Persaingan antara penjual souvenir, makanan, dan minuman sangat
tinggi
Belum optimalnya paket-paket wisata yang ditawarkan
Pengelolaan objek wisata belum maksimal
Pendanaan pengembangan sarana dan prasarana pariwisata kurang
baik dari pemerintah maupun swasta
Belum optimalnya instansi-instansi terkait dalam mengelola
destinasi wisata di Gresik
0.025
0.025
0.025
0.028
0.028
0.020
0.020
0.020
0.020
0.020
0.023
0.018
0.025
0.020
0.020
0.023
0.025
0.020
0.020
0.024
0.023
0.022
0.025
0.023
2
3
2
3
2
1
1
2
2
2
2
1
2
1
1
2
2
1
1
2
2
2
3
2
0.050
0.075
0.050
0.084
0.056
0.020
0.020
0.040
0.040
0.040
0.046
0.018
0.050
0.020
0.020
0.046
0.050
0.020
0.020
0.048
0.046
0.044
0.075
0.046
TOTAL 0.60 1.198
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2013
Tabel 5.30Matriks Analisis EFAS Pengembangan Pariwisata Kabupaten Gresik Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang / Opportunity:
Adanya kerjasama dengan biro-biro perjalanan untuk kegiatan
ziarah wali
Adanya kebijakan pengembangan potensi pariwisata pada dokumen
RTRW
Adanya event atau pameran produk-produk unggulan gresik.
Destinasi wisata di Gresik mulai dikenal oleh wisatawan baik dalam
negeri maupun luar negeri.
Adanya rencana pembangunan bandara di Pulau Bawean
0.12
0.10
0.12
0.08
0.15
2
2
3
2
3
0.24
0.20
0.36
0.16
0.45
TOTAL 0.50 1.41
Ancaman / Threat:
Belum adanya investor untuk pengembangan pariwisata
Pengembangan wisata alam dapat mengancam kerusakan hutan,
pantai, terumbu karang, dan lain sebagainya.
Adanya reklamasi liar oleh penduduk sekitar.
Kesadaran wisatawan kurang peduli dalam menjaga kebersihan dan
kelestarian lingkungan.
Kurangnya kemitraan pemasaran pariwisata di Gresik
Terjadi konflik antara pengelola wisata karena kecemburuan sosial.
Belum adanya penelitian dan pengembangan sector pariwisata
0.05
0.09
0.09
0.07
0.07
0.08
0.05
2
3
3
2
2
2
2
0.10
0.27
0.27
0.14
0.14
0.16
0.10
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -94
Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
TOTAL 0.50 1.18
X = POTENSI + MASALAH Y = PELUANG + ANCAMAN
= 0.815 + (-1.198) = 1.41 + (-1.18)
= - 0.383 = 0.23
Gambar 5.32Kuadran Strategi Analisis IFAS – EFAS Pengembangan Pariwisata Kabupaten
Gresik
Berdasarkan kuadran strategi diatas pengembangan Pariwisata Kabupaten Gresik
berada pada kuadran II ruang D. Sehingga strategi yang digunakan dalam pengembangan
kawasan adalah Selective Maintenence yaitu dimana pengelolaan obyek dengan pemilihan hal-
hal yang dianggap penting.
(+ ) Internal
(KEKUATAN)
(+ ) Eksternal
(KESEMPATAN)
(-) Internal
(KELEMAHAN)
(-) Eksternal
(ANCAMAN)
KuadranKuadranII
Rapid Rapid
GrowthGrowth
StabelStabel
GrowthGrowth
AgresifAgresif
MainteMainte--
nancenance
Selective Selective
MainteMainte--
nancenance
Turn Turn
AroundAround
GuirelleGuirelleConcenConcen--
trictric
CongloConglo--
meratemerate
KuadranKuadranIIIIII
KuadranKuadranIIII
KuadranKuadranIVIV
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -95
5.1 ANALISIS KEBIJAKAN (CONTENT ANALYSIS) .................................................................. 1
5.2 ANALISIS PENDEKATAN KESESUAIAN EKOLOGI DAN SUMBER DAYA ALAM .................. 1
5.3 ANALISIS DAYA DUKUNG FISIK DAN LINGKUNGAN ..................................................... 11
5.3.1 Klimatologi dan Hidrologi ...................................................................................... 11
5.3.2 Topografi ................................................................................................................ 14
5.3.3 Geologi ................................................................................................................... 16
5.3.4 Bencana alam ........................................................................................................ 17
5.4 ANALISIS SUPPLY (PENAWARAN) ................................................................................ 19
5.4.1 Kenakeragaman Daya Tarik Wisata ...................................................................... 20
5.4.2 Aksesibilitas Kawasan Wisata ................................................................................ 25
5.4.3 Amenitas/Fasilitas ................................................................................................. 26
5.4.4 Sosial Budaya Masyarakat ..................................................................................... 35
5.4.5 Lingkungan ............................................................................................................. 36
5.5 ANALISIS DEMAND (PERMINTAAN/PASAR PARIWISATA............................................. 36
5.5.1 Segmentasi Pasar ................................................................................................... 37
5.5.2 Faktor Demand ...................................................................................................... 37
5.5.3 Atraksi Wisata ........................................................................................................ 39
5.6 ANALISIS IPA ................................................................................................................ 44
5.6.1 Makam Maulana Malik Ibrahim (Kec. Gresik) ....................................................... 45
5.6.2 Makam Sunan Giri (Kec. Kebomas) ........................................................................ 48
5.6.3 Makam Pusponegoro (Kec. Gresik) ........................................................................ 51
5.6.4 Makam Raden Santri (Kec. Gresik) ......................................................................... 54
5.6.5 Makam Nyai Ageng Pinatih (Kec. Gresik) .............................................................. 57
5.6.6 Makam Sunan Prapen (Kec. Kebomas) .................................................................. 60
5.6.7 Makam Siti Fatimah binti Maemun (Kec. Manyar) ................................................ 63
5.6.8 Makam Kanjeng Sepuh (Kec. Sidayu) ..................................................................... 66
5.6.9 Bukit Surowiti (Kec. Panceng) ................................................................................ 69
5.6.10 Pantai Dalegan (Kec. Panceng) ............................................................................ 72
5.6.11 Telaga Ngipik (Kec. Kebomas) .............................................................................. 75
5.6.12 Kampung Kemasan (Kec. Gresik) ......................................................................... 78
5.7 ANALISIS POTENSI MASALAH ...................................................................................... 81
5.7.1 Akar Masalah ......................................................................................................... 82
5.7.2 Akar Tujuan ............................................................................................................ 83
5.8 ANALISIS SWOT ........................................................................................................... 88
5.9 ANALISIS EFAS-IFAS ..................................................................................................... 92
TABEL 5.1 KAJIAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN .................................................................................. 3
TABEL 5.2 JUMLAH CURAH HUJAN RATA-RATA MENURUT BULAN (MM) KABUPATEN GRESIK ....................................... 12
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -96
TABEL 5.3 BANYAKNYA HARI HUJAN MENURUT BULAN (HARI) KABUPATEN GRESIK ................................................... 13
TABEL 5.4 LUAS DAERAH BERDASARKAN KETINGGIAN KABUPATEN GRESIK TAHUN 2010 ............................................ 14
TABEL 5.5 LUAS DAERAH BERDASARKAN KELERENGAN KABUPATEN GRESIK TAHUN 2010 ........................................... 15
TABEL 5.6 LUAS DAERAH BERDASARKAN KLASIFIKASI JENIS TANAH (HA) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2010 .................... 17
TABEL 5.7 LUAS DAERAH BERDASARKAN KLASIFIKASI EROSI TANAH (HA) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2010 ................... 18
TABEL 5.8 LUAS LAHAN PANTAI TEREROSI KABUPATEN GRESIK TAHUN 2010 ............................................................ 18
TABEL 5.9 LUAS DAERAH BERDASARKAN KLASIFIKASI GENANGAN (HA) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2010 ..................... 19
TABEL 5.10 ATRAKSI SOMETHING TO DO DI OBYEK WISATA KABUPATEN GRESIK ........................................................ 39
TABEL 5.11 ATRAKSI SOMETHING TO SEE DI OBYEK WISATA KABUPATEN GRESIK ....................................................... 40
TABEL 5.12 ATRAKSI SOMETHING TO BUY DI OBYEK WISATA KABUPATEN GRESIK ...................................................... 42
TABEL 5.13 ATRAKSI SOMETHING TO REMEMBER DI OBYEK WISATA KABUPATEN GRESIK ............................................. 43
TABEL 5.14 TINGKAT KEPUASAN DAN KEPENTINGAN PENGUNJUNG MAKAM MAULANA MALIK IBRAHIM ....................... 45
TABEL 5.15 TINGKAT KEPUASAN DAN KEPENTINGAN PENGUNJUNG MAKAM SUNAN GIRI ............................................ 48
TABEL 5.16 TINGKAT KEPUASAN DAN KEPENTINGAN PENGUNJUNG MAKAM PUSPONEGORO ....................................... 51
TABEL 5.17 TINGKAT KEPUASAN DAN KEPENTINGAN PENGUNJUNG MAKAM RADEN SANTRI ........................................ 54
TABEL 5.18 TINGKAT KEPUASAN DAN KEPENTINGAN PENGUNJUNG MAKAM NYAI AGENG PINATIH ............................... 57
TABEL 5.19 TINGKAT KEPUASAN DAN KEPENTINGAN PENGUNJUNG MAKAM SUNAN PRAPEN ....................................... 60
TABEL 5.20 TINGKAT KEPUASAN DAN KEPENTINGAN PENGUNJUNG MAKAM SITI FATIMAH BINTI MAEMUN .................... 63
TABEL 5.21 TINGKAT KEPUASAN DAN KEPENTINGAN PENGUNJUNG MAKAM KANJENG SEPUH ...................................... 66
TABEL 5.22 TINGKAT KEPUASAN DAN KEPENTINGAN PENGUNJUNG BUKIT SUROWITI .................................................. 69
TABEL 5.23 TINGKAT KEPUASAN DAN KEPENTINGAN PENGUNJUNG PANTAI DALEGAN ................................................ 72
TABEL 5.24 TINGKAT KEPUASAN DAN KEPENTINGAN PENGUNJUNG TELAGA NGIPIK ................................................... 75
TABEL 5.25 TINGKAT KEPUASAN DAN KEPENTINGAN PENGUNJUNG KAMPUNG KEMASAN ............................................ 78
TABEL 5.26 POTENSI DAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN GRESIK .............................. 81
TABEL 5.27 ASPEK SWOT KEPARIWISATAAN KABUPATEN GRESIK ........................................................................... 89
TABEL 5.28 MATRIKS ANALISIS SWOT KEPARIWISATAAN KABUPATEN GRESIK .......................................................... 90
TABEL 5.29 MATRIKS ANALISIS IFAS PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN GRESIK ............................................ 92
TABEL 5.30 MATRIKS ANALISIS EFAS PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN GRESIK ........................................... 93
GAMBAR 5.1 DAYA TARIK WISATA ALAM KABUPATEN GRESIK ................................................................................ 21
GAMBAR 5.2 DAYA TARIK WISATA BUDAYA KABUPATEN GRESIK ............................................................................ 22
GAMBAR 5.3 DAYA TARIK WISATA BUATAN KABUPATEN GRESIK ............................................................................ 24
GAMBAR 5.4 DAYA TARIK WISATA KHUSUS KABUPATEN GRESIK ............................................................................. 24
GAMBAR 5.5 KONDISI JALAN MASUK KE MAKAM SUNAN GIRI YANG BAIK ................................................................. 25
GAMBAR 5.6 KONDISI JALAN MASUK KE OBYEK-OBYEK WISATA DI PULAU BAWEAN ................................................... 26
GAMBAR 5.7 PETA AKSESIBILITAS DESTINASI WISATA KABUPATEN GRESIK ................................................................ 27
GAMBAR 5.8 JENIS WISATA DI KABUPATEN GRESIK .............................................................................................. 28
GAMBAR 5.9 WARUNG MAKANAN PANTAI DELEGAN ........................................................................................... 29
L A P O R A N A K H I R
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK V -97
GAMBAR 5.10 PARKIR KAWASAN MAKAM FATIMAH BINTI MAIMUN ...................................................................... 29
GAMBAR 5.11 AULA MAKAM SUNAN PRAPEN .................................................................................................... 30
GAMBAR 5.12 FASILITAS SHELTER DI OBYEK-OBYEK WISATA ................................................................................. 31
GAMBAR 5.13 FASILITAS TOILET DI OBYEK-OBYEK WISATA .................................................................................... 31
GAMBAR 5.14 PASAR WISATA DAN TOKO SOUVENIR KAWASAN MAKAM SUNAN GIRI................................................. 32
GAMBAR 5.15 PERMAINAN ANAK TELAGA NGIPIK/ GIRI WANA TIRTA ..................................................................... 32
GAMBAR 5.16 SKI AIR TELAGA NGIPIK/ GIRI WANA TIRTA .................................................................................... 33
GAMBAR 5.17 PEMBAGIAN KUADRAN IMPORTANCE-PERFORMANCE ANALYSIS .......................................................... 45
GAMBAR 5.18 DIAGRAM KARTESIUS IPA MAKAM MAULANA MALIK IBRAHIM .......................................................... 47
GAMBAR 5.19 DIAGRAM KARTESIUS IPA MAKAM SUNAN GIRI .............................................................................. 50
GAMBAR 5.20 DIAGRAM KARTESIUS IPA MAKAM PUSPONEGORO .......................................................................... 53
GAMBAR 5.21 DIAGRAM KARTESIUS IPA MAKAM RADEN SANTRI .......................................................................... 56
GAMBAR 5.22 DIAGRAM KARTESIUS IPA MAKAM NYAI AGENG PINATIH ................................................................. 59
GAMBAR 5.23 DIAGRAM KARTESIUS IPA MAKAM MAULANA SUNAN PRAPEN .......................................................... 62
GAMBAR 5.24 DIAGRAM KARTESIUS IPA MAKAM SITI FATIMAH BINTI MAEMUN ...................................................... 65
GAMBAR 5.25 DIAGRAM KARTESIUS IPA MAKAM KANJENG SEPUH ........................................................................ 68
GAMBAR 5.26 DIAGRAM KARTESIUS IPA MAKAM BUKIT SUROWITI ........................................................................ 71
GAMBAR 5.27 DIAGRAM KARTESIUS IPA PANTAI DALEGAN ................................................................................... 74
GAMBAR 5.28 DIAGRAM KARTESIUS IPA TELAGA NGIPIK ...................................................................................... 77
GAMBAR 5.29 DIAGRAM KARTESIUS IPA KAMPUNG KEMASAN .............................................................................. 80
GAMBAR 5.30 AKAR MASALAH PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK ................................. 84
GAMBAR 5.31 AKAR TUJUAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN (RIPKA) KABUPATEN GRESIK.................................... 86
GAMBAR 5.32 KUADRAN STRATEGI ANALISIS IFAS – EFAS PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN GRESIK .............. 94