5. analisis kadar kafein pada kopi hitam di lebah bukian gianyar menggunakan

8
ANALISIS KADAR KAFEIN PADA KOPI HITAM DI LEBAH BUKIAN GIANYAR MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS Analysis of Caffeine Level in Black Coffee at Lebah Bukian Gianyar Using Spectrophotometer UV-VIS Ni Made Dwi Aptika 1 , I Ketut Tunas 2 , Ida Ayu Manik Parta Sutema 1 1 Program Studi Analis Kesehatan STIKes Wira Medika Bali 1 2 PS. Kesehatan Masyarakat Universitas Dhyana Pura 2 ABSTRAK Pendahuluan: Kopi bubuk yang diproduksi di Banjar Lebah, Desa Bukian, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali merupakan bubuk kopi murni tanpa campuran, jenis Robusta. Pada tahap pengolahan kopi bubuk tidak melewati proses dekafeinasi. Masyarakat di Banjar Lebah, Desa Bukian, hampir seluruhnya mengkonsumsi minuman kopi. Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji kopi, memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secara klinis dan efek berlebihan mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan gugup, gelisah, insomnia, hipertensi, mual dan kejang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar kafein pada kopi bubuk dan untuk mengetahui kadar kafein pada kopi hitam tersebut apakah sudah memenuhi SNI 01-7152-2006 tentang batas maksimum kafein dalam makanan dan minuman. Metode: Penentuan kadar kafein dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil: Hasil penentuan kadar kafein dari 3 sampel yang diambil secara acak diperoleh kadar kafein dari 10 mg bubuk kopi sampel A, B, dan C berturut-turut adalah 9,2500 ppm; 9,8720 ppm dan 9,7233 ppm. Diskusi: Masyarakat menggunakan dua sendok teh kopi bubuk/sajian sehingga dapat diasumsikan pada kopi sampel A mengandung 647,50 mg/sajian, sampel B mengandung 690,90 mg/sajian dan sampel C mengandung 680,40 mg/sajian, dengan demikian, konsumsi kafein oleh masyarakat di Banjar Lebah, Desa Bukian, melebihi batas maksimum yang ditetapkan SNI 01-7152-2006. Kata kunci: Kopi bubuk, Kafein, Spektrofotometer UV-Vis ABSTRACT Introduction: The Coffee powder that has been produced in Banjar Lebah, Bukian village, Sub of Payangan, at Gianyar Regency, Bali, is a kind of pure coffee without the mixes of Robusta coffee. In their step of manufacturing process it’s not passing the decaffeination. Almost the recident of Banjar Lebah, Bukian village are like to consuming coffee. Caffeine is one of Alkaloids which is mostly contained in a coffee bean, they have an effect that clinically benefits, and too much consuming caffeine can cause a nervouse, confuses, insomnia, hypertency, queasy, and spastic. The research of current study are to know the caffeine level in coffee powder and to know whether or not the caffeine level standard of SNI 01- 7152-2006 and the maximum limit of caffeine level in the food and beverages. Method: The caffeine level judgment can be measuring by using Spectrophotometer UV-Vis. Result: The result determination of caffeine level from random three samples are obtained from 10 mg sample powder of coffee A, B, and C, respectively are 9,2500 ppm; 9,8720 ppm and 9,7233 ppm. Discussion: The recidents are using two teaspoon of coffee powder/serve, so it can be assumed for sample coffee A contain 647,50 mg/serve, sample B contain 690,90 mg/serve, and sample C contain 680,40 mg/serve, so the review of caffeine that has been consumed by the recident in Banjar Lebah, Bukian Village, are over maximum limit that has been set by SNI 01-7152-2006. Keywords: Coffee powder, Caffeine, Spectrophotometer UV-Vis Alamat Korespondensi : Banjar Susut, Buahan, Payangan, Gianyar, Bali Email : [email protected] PENDAHULUAN Kabupaten Gianyar merupakan salah satu tempat tujuan wisata, karena daerah Kabupaten Gianyar memiliki daya tarik tersendiri dengan letak geografis yang cukup strategis komplit dengan kekayaan alam yang berlimpah. Dimana-mana bermunculan usaha perhotelan, tempat makan, maupun warung kopi. Jenis kopi yang paling terkenal di lingkungan Kecamatan Payangan adalah kopi yang dihasilkan dan diproduksi di Banjar Lebah, Desa Bukian, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar. sebagian besar penduduk di Banjar Lebah adalah petani penghasil kopi Bali. Posisi letak geografis wilayah Banjar Lebah, berada di ketinggian 500 m dari permukaan air laut, luas lahan basah (sawah) 45,733 Ha, luas lahan kering 266,733 Ha dan 10% dari luas areal tersebut adalah perkebunan kopi. Jenis kopi yang dibudidayakan warga adalah kopi Robusta, dimana produk industri rumah tangga yang dihasilkan adalah biasa disebut bubuk kopi hitam Bali (Sudiayasa dan Mawan, 2013).

Upload: dhewy-whiyanie-mulyanie

Post on 13-Jul-2016

73 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

analisis kafein

TRANSCRIPT

Page 1: 5. Analisis Kadar Kafein Pada Kopi Hitam Di Lebah Bukian Gianyar Menggunakan

ANALISIS KADAR KAFEIN PADA KOPI HITAM DI LEBAH BUKIAN GIANYAR MENGGUNAKANSPEKTROFOTOMETER UV-VIS

Analysis of Caffeine Level in Black Coffee at Lebah Bukian Gianyar Using SpectrophotometerUV-VIS

Ni Made Dwi Aptika1, I Ketut Tunas2, Ida Ayu Manik Parta Sutema1

1Program Studi Analis Kesehatan STIKes Wira Medika Bali12PS. Kesehatan Masyarakat Universitas Dhyana Pura2

ABSTRAKPendahuluan: Kopi bubuk yang diproduksi di Banjar Lebah, Desa Bukian, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar,Bali merupakan bubuk kopi murni tanpa campuran, jenis Robusta. Pada tahap pengolahan kopi bubuk tidak melewatiproses dekafeinasi. Masyarakat di Banjar Lebah, Desa Bukian, hampir seluruhnya mengkonsumsi minuman kopi. Kafeinadalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji kopi, memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secaraklinis dan efek berlebihan mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan gugup, gelisah, insomnia, hipertensi, mual dankejang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar kafein pada kopi bubuk dan untuk mengetahuikadar kafein pada kopi hitam tersebut apakah sudah memenuhi SNI 01-7152-2006 tentang batas maksimum kafein dalammakanan dan minuman. Metode: Penentuan kadar kafein dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.Hasil: Hasil penentuan kadar kafein dari 3 sampel yang diambil secara acak diperoleh kadar kafein dari 10 mg bubuk kopisampel A, B, dan C berturut-turut adalah 9,2500 ppm; 9,8720 ppm dan 9,7233 ppm. Diskusi: Masyarakat menggunakandua sendok teh kopi bubuk/sajian sehingga dapat diasumsikan pada kopi sampel A mengandung 647,50 mg/sajian,sampel B mengandung 690,90 mg/sajian dan sampel C mengandung 680,40 mg/sajian, dengan demikian, konsumsi kafeinoleh masyarakat di Banjar Lebah, Desa Bukian, melebihi batas maksimum yang ditetapkan SNI 01-7152-2006.

Kata kunci: Kopi bubuk, Kafein, Spektrofotometer UV-Vis

ABSTRACTIntroduction: The Coffee powder that has been produced in Banjar Lebah, Bukian village, Sub of Payangan, at GianyarRegency, Bali, is a kind of pure coffee without the mixes of Robusta coffee. In their step of manufacturing process it’s notpassing the decaffeination. Almost the recident of Banjar Lebah, Bukian village are like to consuming coffee. Caffeine isone of Alkaloids which is mostly contained in a coffee bean, they have an effect that clinically benefits, and too muchconsuming caffeine can cause a nervouse, confuses, insomnia, hypertency, queasy, and spastic. The research of currentstudy are to know the caffeine level in coffee powder and to know whether or not the caffeine level standard of SNI 01-7152-2006 and the maximum limit of caffeine level in the food and beverages. Method: The caffeine level judgment canbe measuring by using Spectrophotometer UV-Vis. Result: The result determination of caffeine level from random threesamples are obtained from 10 mg sample powder of coffee A, B, and C, respectively are 9,2500 ppm; 9,8720 ppm and9,7233 ppm. Discussion: The recidents are using two teaspoon of coffee powder/serve, so it can be assumed for samplecoffee A contain 647,50 mg/serve, sample B contain 690,90 mg/serve, and sample C contain 680,40 mg/serve, so thereview of caffeine that has been consumed by the recident in Banjar Lebah, Bukian Village, are over maximum limit thathas been set by SNI 01-7152-2006.

Keywords: Coffee powder, Caffeine, Spectrophotometer UV-Vis

Alamat Korespondensi : Banjar Susut, Buahan, Payangan, Gianyar, Bali

Email : [email protected]

PENDAHULUANKabupaten Gianyar merupakan salah satu

tempat tujuan wisata, karena daerah KabupatenGianyar memiliki daya tarik tersendiri denganletak geografis yang cukup strategis komplitdengan kekayaan alam yang berlimpah.Dimana-mana bermunculan usaha perhotelan,tempat makan, maupun warung kopi. Jenis kopiyang paling terkenal di lingkungan KecamatanPayangan adalah kopi yang dihasilkan dandiproduksi di Banjar Lebah, Desa Bukian,

Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar.sebagian besar penduduk di Banjar Lebahadalah petani penghasil kopi Bali. Posisi letakgeografis wilayah Banjar Lebah, berada diketinggian 500 m dari permukaan air laut, luaslahan basah (sawah) 45,733 Ha, luas lahankering 266,733 Ha dan 10% dari luas arealtersebut adalah perkebunan kopi. Jenis kopiyang dibudidayakan warga adalah kopiRobusta, dimana produk industri rumah tanggayang dihasilkan adalah biasa disebut bubukkopi hitam Bali (Sudiayasa dan Mawan, 2013).

Page 2: 5. Analisis Kadar Kafein Pada Kopi Hitam Di Lebah Bukian Gianyar Menggunakan

Ni Made Dwi Aptika, dkk: Analisis Kadar Kafein pada…

31

Masyarakat di Banjar Lebah, Desa Bukianmembudidayakan tanaman kopi secara turun-temurun. Cara pengolahan kopi tradisional danbelum memiliki label, menjadikan wilayah itulebih dikenal daripada beberapa daerahpenghasil kopi di kawasan Payangan. Menurutpengamatan dan penggalian informasi olehpeneliti masyarakat lokal lebih menyukai kopitradisional yaitu kopi murni tanpa campuran,dalam setiap jamuan makan baik acara formalmaupun non formal, sajian kopi hampir tidakpernah dilupakan, bahkan dalam seharimasyarakat minum 2-4 gelas kopi dan dalam 1gelas kopi diperlukan 1-3 sendok teh kopibubuk. Hal ini menyebabkan seseorang dapatketergantungan meminum kopi.Ketergantungan tersebut diakibatkan olehkandungan kafein.

Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yangbanyak terdapat dalam biji kopi, daun teh, danbiji coklat. Kafein memiliki efek farmakologisyang bermanfaat secara klinis, sepertimenstimulasi susunan syaraf pusat, relaksasiotot polos terutama otot polos bronkus danstimulasi otot jantung (Coffeefag, 2001 dalamMaramis, dkk. 2013). Efek berlebihan (overdosis) mengkonsumsi kafein dapatmenyebabkan gugup, gelisah, insomnia,hipertensi, mual dan kejang (Farmakologi UI,2002).

Menurut Rejo, dkk. (2011) seperti halnyacitarasa yang terdapat pada kopi, kadar kafeinpada setiap daerah penghasil kopi adalahberbeda-beda. Kandungan kafein pada biji kopiberbeda-beda tergantung dari jenis kopi danletak geografis dimana kopi tersebut ditanam.Kopi Arabika mengandung kafein 0,4―2,4%dari total berat kering sedangkan kopi Robustamengandung kafein 1―2% (Petracco, 2005).

Berdasarkan FDA (Food DrugAdministration) yang diacu dalam Liska (2004),dosis kafein yang diizinkan 100―200mg/hari,sedangkan menurut SNI 01-7152-2006 batasmaksimum kafein dalam makanan danminuman adalah 150 mg/hari dan 50 mg/sajian.Kafein sebagai stimulan tingkat sedang (mildstimulant) memang seringkali diduga sebagaipenyebab kecanduan. Kafein hanya dapatmenimbulkan kecanduan jika dikonsumsi dalamjumlah yang banyak dan rutin, namunkecanduan kafein berbeda dengan kecanduanobat psikotropika, karena gejalanya akan hilanghanya dalam satu dua hari setelah konsumsi.

Ketidaknyamanan fisik dan kejiwaan yangdialami ketika menghentikan konsumsi kafein

secara tiba-tiba bervariasi pada setiap individu.Hal ini dipengaruhi oleh faktor genetik dantingkat penggunaan kafein. Beberapa penelitimengatakan bahwa karena berfungsi sebagaicandu, kafein dapat mengakibatkanketergantungan psikologis pada sedikit orang.Ketika kombinasi ketergantungan jenis iniberkombinasi dengan ketergantungan fisikmaka akan memberikan pengaruh padakehidupan seseorang. Gejala putus pemakaiankafein dengan urutan berdasarkan tingkatprevalensi (tinggi ke rendah): sakit kepala,kelelahan, kurang tidur, emosi buruk, kesulitanberkonsentrasi, kesulitan bekerja, depresi,cemas, sensitif, gejala menyerupai flu (mual,nyeri otot, panas dingin dan hidung berair)(Bennett Alan Weinberg dan Bonnie K. Bealer,2009).

Spektrofotometri merupakan salah satumetode yang sangat penting dalam analisiskimia kuantitatif. Kelebihannya yaitu mampumenganalisa senyawa organik secarakuantitatif dengan menggunakan hukumLambert-Beer, dapat menjelaskan informasidari struktur berdasarkan panjang gelombangmaksimum suatu senyawa dan metode inimemberikan cara sederhana untuk menetapkankuantitas zat yang sangat kecil (Basset et al,1994).

Maramis, dkk. (2013) melakukan penelitiantentang analisis kafein dalam kopi bubuk yangberedar di kota Manado menggunakanspektrofotometri UV-Vis. Deteksi absorbansilarutan standar pada rentang panjanggelombang 250-300 nm dengan menggunakaninstrument spektrofotometer UV-Vis dan dibacaserapan sinar (absorbansi) denganspketrofotometer pada panjang gelombang 275nm dengan blanko serapan akuades. Wanyika,dkk. (2010) telah melakukan penelitiankandungan kafein pada beberapa produk tehdan kopi instan yang beredar di pasar Kenya.Penelitian tersebut dilakukan dengan caramembandingkan metode penetapan kadarnyamenggunakan metode spektrofotometri UV-Visdan KCKT detektor photodiode array, panjanggelombang yang digunakan 278 nm, dan fasegerak air-asam asetat-metanol (79,9:0,1:20).Penggunaan metode spektrofotometri UV-Vislebih efisien dalam segi biaya dan waktu.

Berdasarkan uraian dan fakta diatas makapenulis merasa tertarik untuk melakukanpenelitian tentang kadar kafein dalam kopi,dengan harapan dapat memperoleh informasitentang kadar kafein pada kopi hitam di Lebah,

Page 3: 5. Analisis Kadar Kafein Pada Kopi Hitam Di Lebah Bukian Gianyar Menggunakan

Chemistry Laboratory Juli Vol. 2 No. 1 2015

32

Bukian, Payangan, Gianyar, Bali menggunakanSpektrofotometer UV-Vis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikadar kafein pada kopi hitam di Lebah, Bukian,Gianyar, Bali menggunakan spektrofotometerUV-Vis dan untuk mengetahui kadar kafeinpada kopi hitam di Lebah, Bukian, Gianyar, Balisudah memenuhi SNI 01-7152-2006 tentangbatas maksimum kafein dalam makanan danminuman.

BAHAN DAN METODEBahan yang digunakan dalam penelitian ini

berkualitas pro analisis seperti, standar kafein,kloroform, HCl 37%, akuades dan sampel kopibubuk.

Alat-alat yang digunakan pada penelitianini, yaitu seperangkat alat spektrofotometer(perkin elmer UV/Vis lambda 20), timbangananalitik (mettler toledo), lemari asam (mach-aireLTD), alat-alat gelas (pyrex), hot plate (SM 26),mikropipet (eppendorf reference), kertas saring(whatman 41), extrelute (NT) dan botolakuades.

Jenis penelitian ini bersifat observasionaldeskriptif, yaitu penelitian yang dilakukandengan tujuan mengetahui gambaran ataudeskripsi tentang suatu keadaan obyektif(Notoatmodjo, 2005). Penelitian dilakukan diLaboratorium Forensik Cabang Denpasar.Populasi penelitian ini adalah bubuk kopi hitamyang diperoleh dari seluruh produsen di BanjarLebah, Bukian, Payangan, Gianyar, Bali.Sampel yang dipergunakan dalam penelitian iniadalah kopi hitam yang diambil secara acakpada produsen kopi di Banjar Lebah, Bukian,Payangan, Gianyar, Bali.

Prosedur Penelitian1. Pengambilan sampel bubuk kopi

Pengambilan sampel atau sampling padapenelitian ini dilakukan dengan mengambilsecara acak 3 sampel bubuk kopi dari 5produsen bubuk kopi. Sampling bubuk kopidilakukan pada pagi hari. Sampel bubuk kopiditampung didalam plastik, kemudian diberilabel, selanjutnya sampel dikirim keLaboratorium Forensik Cabang Denpasar.2. Pembuatan larutan HCl 0,1 M dari HCl

37%Sebanyak 8,3 mL HCl 37% dimasukkan

kedalam gelas beaker dan dilarutkan denganakuades secukupnya, dimasukkan kedalamlabu ukur 1000 mL kemudian diencerkan

dengan akuades hingga garis tanda dandihomogenkan.3. Pembuatan larutan standar kafein 100

ppmDitimbang sebanyak 2,50 mg kafein,

kemudian dimasukkan ke dalam gelas beaker,dan dilarutkan dengan HCl 0,1 M secukupnya,dimasukkan kedalam labu ukur 25 mLkemudian diencerkan dengan HCl 0,1 M hinggagaris tanda dan dihomogenkan.4. Penentuan panjang gelombang

maksimum larutan kafeinSebanyak 1 mL larutan standar kafein 100

ppm dipipet, lalu dimasukkan kedalam labu ukur10 mL, diencerkan dengan HCl 0,1 M hinggagaris tanda, dihomogenkan. Besarnyaabsorbansi yang diperoleh dari larutan diukurdengan spektrofotometer UV-Vis pada panjanggelombang 263,00-280,00 nm. Sebagai ujiblanko digunakan HCl 0,1 M.5. Pembuatan kurva kalibrasi

Berdasarkan larutan standar kafein 100ppm dipipet dengan tepat masing-masing 0,2;0,4; 0,8; 1,0 dan 2,0 mL kemudian dimasukkankedalam labu ukur 10 mL, diencerkan denganHCl 0,1 M hingga garis tanda, dihomogenkan,besarnya absorbansi dari masing-masinglarutan diukur dengan spektrofotometer UV-Visdengan panjang gelombang maksimum yangtelah ditentukan. Pengukuran dilakukansebanyak 1 kali, sebagai uji blanko digunakanHCl 0,1 M.

6. Pemisahan kafein secara ekstraksi daribubuk kopi

Sebanyak 10 mg bubuk kopi dimasukkanke dalam gelas beaker kemudian ditambahkan10 mL akuades panas kedalamnya, selanjutnyadiseduh selama 2 menit sambil diaduk. Larutankopi panas disaring melalui corong dengankertas saring whatman 41 ke dalam erlenmeyer,kemudian larutan kopi tadi dimasukkan kedalamfase padat, dibiarkan sampai mengendap.Ditambahkan kloroform 10 mL kedalam fasepadat tersebut. Ekstrak kloroform diampungkedalam erlenmeyer dan diuapkan di lemariasam. Ekstrak tersebut kemudian dilarutkankembali dengan HCl 0,1 M di dalam labu ukur10 mL, kemudian ditentukan kadarnya denganspektrofotometri UV-Vis pada panjanggelombang maksimum yang telah ditentukan.Perlakuan yang sama dilakukan untuk tiap-tiapsampel kopi hitam dengan berat 10 mg.

Page 4: 5. Analisis Kadar Kafein Pada Kopi Hitam Di Lebah Bukian Gianyar Menggunakan

Ni Made Dwi Aptika, dkk: Analisis Kadar Kafein pada…

33

Analisis DataData pengukuran panjang gelombang

maksimum dari kafein dianalisis secaradeskriptif untuk mengetahui kandungan kafein

berdasarkan SNI 01-7152-2006 tentang batasmaksimum kafein dalam minuman dilaporkandan disajikan dalam tabel dan narasi.

HASILTabel 1. Data kadar kafein dalam 10 mg sampel bubuk kopi

No. Kode Sampel Berat (mg)yang ditimbang

Kadar Kafein Dalam BubukKopi (ppm)

1 A 10 9,25002 B 10 9,87203 C 10 9,7233

Tabel 2. Data kadar kafein persajian dalam dua sendok teh kopi bubuk

No. KodeSampel

Berat Bubukpersajian (mg)

(dalam Dua SendokTeh)

Kadar Kafeinpersajian (mg)

SNI persajian BeratBubuk Kopi yangseharusnya (mg)

Kadar Kafeinper sajian

Menurut SNI

1 A 7000 647,50 540,5450 mg2 B 7000 690,90 506,59

3 C 7000 680,40 514,40

PEMBAHASANAnalisis kadar kafein pada kopi hitam di

Banjar Lebah, Desa Bukian, KecamatanPayangan, Kabupaten Gianyar, Bali, dilakukanuntuk mengetahui gambaran kadar kafein padakopi yang diproduksi secara tradisional, yangmerupakan bubuk kopi murni tanpa campuran,jenis robusta, dan masyarakat disana hampirseluruhnya mengkonsumsi minuman kopi.

Preparasi sampel dilakukan denganmelarutkan sampel bubuk kopi sebanyak 10 mgdengan aquades panas 10 mL, fungsinya agarkafein yang berada dalam sampel dapat terlarutkarena proses penyeduhan berfungsi pulauntuk menambah kelarutan dari kafein, larutankopi panas di saring dengan kertas saringwhatman 41. Penyaringan berfungsi untukmemisahkan suspensi dengan kafein yanglarut, sehingga seharusnya dihasilkan larutanyang berwarna bening tanpa suspensi. Tetapi,dalam penelitian ini sampel setelah penyaringantetaplah berwarna cokelat. Hal ini disebabkanfiltrat sampel kopi masih terdapat campuran lainyang tidak dapat tersaring oleh pori-pori kertassaring.

Setelah filtrat didapatkan, filtrat tersebutdiekstraksi menggunakan extrelute (fase padat)dibiarkan sampai mengendap, selanjutnya kedalam fase padat ditambahkan 10 mL

kloroform. Ekstrak kloroform diuapkan didalamlemari asam, sehingga hanya ekstrak kafeinyang tertinggal. Fungsi penambahan kloroformadalah untuk melarutkan kafein. MenurutDjajanegara (2009) menyatakan bahwa,kloroform dapat melarutkan beberapa zatberkhasiat salah satunya adalah zat alkaloid.Karena kafein merupakan alkaloid, makadengan penambahan kloroform akanmemudahkan pelarutan kafein. Ekstrak tersebutkemudian dilarutkan kembali dengan asamklorida (HCl) 0,1 M, di dalam labu ukur 10 mL,dimana HCl dapat melarutkan kafein dan padasuasana asam panjang gelombang yangdihasilkan kafein maksimum (Rohman, 2007).

Penelitian ini dilakukan denganmenggunakan spektrofotometer UV-Vis,dimana terlebih dahulu dilakukan penentuanpanjang gelombang absorbansi maksimum darikafein, selanjutnya dilakukan pengukuranabsorbansi pada berbagai konsentrasi kafeinyaitu 2, 4, 8, dan 10 ppm. Maka persamaangaris regresinya adalah Y= 0,0490x+0,1107dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar0,9990, hal tersebut menunjukan bahwakorelasi dari kurva adalah bernilai positif, yangartinya setiap pertambahan nilai konsentrasidiikuti pertambahan nilai absorban secaraproporsional dengan kata lain absorbanberbanding lurus dengan konsentrasi.

Page 5: 5. Analisis Kadar Kafein Pada Kopi Hitam Di Lebah Bukian Gianyar Menggunakan

Chemistry Laboratory Juli Vol. 2 No. 1 2015

34

Deteksi absorbansi larutan standar dimanapada rentang panjang gelombang 263,00-280,00 nm. Hasil yang diperoleh dari penentuanpanjang gelombang absorbansi maksimumadalah 270,00 nm. Penentuan kadar kafeindalam bubuk kopi berdasarkan nilai absorbansidiperlukan kurva kalibrasi dari hubungan antaraabsorbansi yang terukur terhadap berbagaikonsentrasi kafein standar.

Penentuan panjang gelombang maksimumdigunakan pula larutan blanko, denganmenggunakan larutan HCl 0,1 M tanpa kafein.Larutan blanko berfungsi sebagaipengkondisian, agar ketika pengukuran sampelpereaksi yang ditambahkan pada sampel tidakmerubah nilai absorban pengukuran karenaadanya faktor koreksi dengan blanko.

Berdasarkan hasil penelitian diperolehbahwa kadar kafein dari 10 mg bubuk kopisampel A adalah 9,2500 ppm, sampel B adalah9,8720 ppm dan sampel C adalah 9,7233 ppm.Menurut SNI 01-7152-2006 batas maksimumkafein dalam minuman adalah 150mg/hari dan50 mg/sajian. Masyarakat di Banjar Lebah,Desa Bukian, Kecamatan Payangan,Kabupaten Gianyar, Bali mengkonsumsi kopibubuk persajinya sekitar dua sendok teh.Menurut Yohanes (2014) takaran ideal dalampembuatan kopi yaitu sebanyak ±150 mL airpanas (seukuran cangkir kecil) untuk duasendok teh bubuk kopi (sekitar 7000 mg atausama dengan satu sendok makan), dengandemikian dapat diasumsikan pada kopi sampelA mengandung kafein sebesar 647,50mg/sajian, sampel B mengandung 690,90mg/sajian dan sampel C mengandung 680,40mg/sajian. Konsumsi kopi oleh masyarakat diBanjar Lebah biasanya lebih dari 1 gelasperhari. Ditinjau dari kadar kafein yangdikonsumsi telah melebihi batas maksimumyang ditetapkan SNI.

Manfaat kafein bila dikonsumsi dalam dosisyang telah ditentukan dapat memberikan efekyang positif. Namun, mengkonsumsi kafeinsebanyak 100 mg tiap hari dapat menyebabkanindividu tersebut ketergantungan pada kafein(Fitri, 2008). Berdasarkan hasil penelitian,masyarakat di Banjar Lebah, Desa Bukian,Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Balididuga telah mengalami ketergantungan kafeinkarena dalam persajian kopi dosis kafein padaminuman kopi tersebut sudah melebihi 100 mg.

Penelitian membuktikan bahwa kafeinmemiliki efek sebagai stimulasi sel saraf pusat,otot jantung dan meningkatkan diuresis

(Farmakologi UI, 2002). Efek lain dari kafeindapat meningkatkan denyut jantung danberesiko terhadap penumpukan kolesterol,menyebabkan kecacatan pada anak yangdilahirkan (Hoeger et al., 2002).

Peningkatan kadar kafein dipengaruhi olehberat kopi bubuk yang digunakan sehinggasemakin banyak bubuk kopi yang digunakanmaka semakin tinggi kadar kafein padaminuman kopi (Maramis, dkk., 2013), tingginyakadar kafein pada penelitian ini dikarenakansampel bubuk kopi yang digunakan adalahbubuk kopi robusta murni, tanpa campuranyang dihasilkan serta diproduksi secaratradisional di Banjar Lebah, Desa Bukian,Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Balidan pada proses pengolahan kopi bubuk tidakmelewati proses dekafeinasi.

Dekafeinasi adalah sebuah proses yangmembantu untuk mengurangi kadar kafeindalam kopi sehingga konsumen dapatmenikmati flavor dan rasa khas dari kopi tanpaefek stimulant. Adapun tujuan dari dekafeinasiialah mengurangi kadar kafein, mengurangiefek psikologis dan menjamin keamanankonsumen (Nurfauziawati, N., 2013).

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan padasampel bubuk kopi dengan berat 10 mg yangdiperiksa menggunakan spektrofotometer UV-Vis, peneliti dapat mengambil simpulan ditinjaudari kadar kafein yang dikonsumsi telahmelebihi batas maksimum yang ditetapkan SNI,dimana kadar kafein persajian yang dikonsumsioleh masyarakat Banjar Lebah, Desa Bukian,Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar,Bali, adalah 647,50–690,90 mg. Kadar kafeinmenurut SNI 01-7152-2006 adalah 50 mg/sajiandan 150 mg/hari. Jumlah maksimum kopi bubukyang dapat dikonsumsi masyarakat ditinjau darikadar kafeinnya berdasarkan SNI adalah506,59–540,54 mg/sajian.

SaranDisarankan untuk produsen dalam

pengolahan bubuk kopi dapat menurunkankadar kafein. Disarankan bagi masyarakat yangmengkonsumsi minuman kopi, mengurangitakaran bubuk kopi persajian kopi yangdikonsumsi untuk mengurangi efek negatif darikafein.

Page 6: 5. Analisis Kadar Kafein Pada Kopi Hitam Di Lebah Bukian Gianyar Menggunakan

Ni Made Dwi Aptika, dkk: Analisis Kadar Kafein pada…

35

Peneliti selanjutnya supaya melakukananalisis kadar kafein dengan metode yang lainseperti: GCMS, TLC scanner sebagaiperbandingan dan melakukan penelitian kafeinpada sampel-sampel yang mengandung kafeinseperti minuman, permen, obat dan lain-lain.

KEPUSTAKAANAlaerts, G., 1987. Metode Penelitian Air.

Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Dokumen., 2010. PE-UV-Vis-Spectrophotometers-Lambda-20,(Online),(http://www.spectralabsci.com/PE-UV-Vis-Spectrophotometers-Lambda-20.php., diakses tanggal 26 Mei 2014).

Dokumen., 2013. Kopi, (Online),(http://astaga.com/wp-content/uploads/2013/08/kopi.jpg.,diakses tanggal 1 Februari 2014).

F.Simanjuntak, 2011. Keanekaragaman HayatiNematoda Parasitik Pada Tanaman Kopi(Coffea sp.) di Sumatera Utara. Medan:Departemen Hama dan PenyakitTumbuhan Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara, (Online),(http:// repository. usu. ac.id/ handle/123456789/22512., diakses tanggal 10Desember 2013).

Baseet, J, R, C. Denny G, H. Jeffery, J.Mendham., 1994. Kimia AnalitikKuantitatif Anorganik. Ed. 4. Jakarta:EGC Kedokteran.

Belitz HD, Grosch W, dan Schieberle P., 2009.Food Chemistry (4th ed.). Heidelberg:Springer.

Bennett Alan Weinberg dan Bonnie K. Bealer,2009. The miracle of caffeine: Manfaattak terduga kafein berdasarkanpenelitian paling mutakhir. Alih bahasaoleh Warastuti; Penyunting, Rani S.Ekawati, Nur Aini. Bandung: Qanita

Clarke RJ dan Macrae R., 1987 dalamPastiniasih, L., 2012. Pengolahan KopiInstan Berbahan Baku Kopi LokalBuleleng, Bali (Campuran Robusta danArabika). Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor, (Online),(http://repository. ipb.ac.id/handle/123456789/62132., diakses padatanggal 3 Desember 2013).

Coffeefag, 2001 dalam Maramis, K. M.,Citraningtyas, G., Wehantouw., F., 2013.Analisis Kafein Dalam Kopi Bubuk diKota Manado MenggunakanSpektrofotometri UV-Vis. Program StudiFarmasi FMIPA UNSRAT:Manado,Vol2(4)2302-2493, (Online),(http:// ejournal.unsrat. ac.id/index. php/pharmacon/article/view/ 3100 /2644.,diakses tanggal 22 Nopember 2013).

Djajanegara, I., 2009. Pemakaian Sel HeLadalam Uji Sitotoksisitas Fraksi Kloroformdan Etanol Ekstrak Daun Annonasquamosal. Jurnal Ilmu KefarmasianIndonesia, 7(1), 7-11.

Farmakologi UI., 2002. Farmakologi dan Terapi,Ed. 4. Jakarta: Gaya Baru.

Fitri , N.S., 2008. Pengaruh Berat dan WaktuPenyeduhan terhadap Kadar Kafein dariBubuk Teh. Medan: FakultasMatematika dan Ilmu pengetahuanAlam, Universitas Sumatera Utara,(Online), (http:// repository.usu.ac.id/handle/ 123456789/13968.,diakses tanggal 12 November 2013).

Franca et al, 2005 dalam Pastiniasih, L 2012.Pengolahan Kopi Instan Berbahan BakuKopi Lokal Buleleng, Bali (CampuranRobusta dan Arabika). FakultasTeknologi Pertanian Institut PertanianBogor, (Online), (http://repository. ipb.ac.id/ handle /123456789/62132., diaksestanggal 3 Desember 2013).

Ganjar, I, G dan Rohman, A., 2012. AnalisisObat Secara Spektroskopi danKromatografi. Jogjakarta: Penerbit:Pustaka Pelajar.

Hasbi, 2009 dalam Simanjuntak, F., 2010.Keanekaragaman Hayati NematodaParasitik Pada Tanaman Kopi (Coffeasp) di Sumatera Utara. Medan:Departemen Hama dan PenyakitTumbuhan Fakultas Pertanian

Page 7: 5. Analisis Kadar Kafein Pada Kopi Hitam Di Lebah Bukian Gianyar Menggunakan

Chemistry Laboratory Juli Vol. 2 No. 1 2015

36

Universitas Sumatera Utara, (Online),(http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/22512., diakses tanggal 10Desember 2013).

Hoeger, W.W.K., Turner, L.W. dan Hafen, B. Q.2002. Wellness: Guidelines for a healthylifestyle (3rd ed). Belmont, CA:Wadsworth Group.

Jacobe, 1959 dalam ciptadi & Nasution, 1989dalam Najiyati, S dan Danarti, 2009.Kopi, Budi Daya dan PenangananPascapanen, Edisi Revisi. Jakarta:Penebar Swadaya.

Kantor Desa Bukian, Profil Peta Desa Bukian.2013.

Kenner, C,T. Busch, K, W.,1979. QuantitativeAnalysis. New York: Mac MillanPublishing Co.

Khopkar, S, M., 2003. Konsep Dasar Anlitik.Jakarta: UI-Press

Khopkar, S, M., 2002. Konsep Dasar KimiaAnalitik. Jakarta: UI Press

Lansida, 2010. Ekstraksi-Fase-Padat, (Online),(http://lansida.blogspot.com/2010/08/ekstraksi-fase-padat.html., diaksespada tanggal 26 mei 2014).

Liska, K., 2004. Drugs and The Body withImplication for Society. Ed. 7. New 1Jersey Pearson

Maramis, K. M., Citraningtyas, G., Wehantouw.,F., 2013. Analisis Kafein Dalam KopiBubuk di Kota Manado MenggunakanSpektrofotometri UV-Vis. Manado:Program Studi Farmasi FMIPAUNSRAT, Vol. 2(4) 2302-2493, (Online),(http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/3100/2644.,diakses tanggal 22 Nopember 2013).

Najiyati, S dan Danarti., 2009. Kopi, Budi Dayadan Penanganan Pascapanen, EdisiRevisi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Notoatmojo., 2005. Metode PenelitianKesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurfauziawati, N., 2013. Dekafeinasi kopi,(Online), (http:// novanurfauziawati.wordpress. com., diakses tanggal 15Juni 2014).

Panggabean E., 2011. Buku Pintar Kopi Agro.Jakarta: Media Pustaka.

Petracco, Marino J., 2005. Our Everyday Cupof Coffea: The Chemistry Behind ItsMagic. Chemical. Education.

Randi S., 2006. Kebijakan PengembanganIndustri Pengolahan dan PemasaranKopi. Jakarta: Bina Pengolahan danPemasaran Hasil Pertanian,Departemen Pertanian.

Rejo, A., Rahayu,S., Panggabean,T., 2011.Karakteristik Mutu Biji Kopi pada ProsesDekafeinasi. Jurusan TeknologiPertanian Fakultas Pertanian,Universitas Sriwijaya, (Online),(http://eprints.unsri.ac.id/22/1/makalah_Amin15_nop_11.doc.,diakses tanggal 15 Juni 2014).

Rohman, A., 2007. Kimia Farmasi Analisis.Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kemenperin., 2006. Bahan Tambahan Pangan-Persyaratan Perisa dan Penggunaandalam Produk Pangan, (Online) (http://pustan. bpkimi.Kemenp,erin.go.id/files/SNI01-7152-2006.pdf., diakses tanggal 16 Nopember2013).

Stephen Fulder, 2004. Khasiat Teh Hijau.Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Tarigan, D, B., 2009. Penentuan Kadar NatriumSiklamat dalam Minuman Ringan SecaraSpektrofotometri UV-Vis. Program StudiD-III Kimia Analis Departemen KimiaFakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam UniversitasSumatera Utara, (Online),(http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23117., diakses tanggal 10Desember 2013)

Underwood, A, L., 1992. Analisis KimiaKuantitatif. Ed. 5. Jakarta: Erlangga.

Page 8: 5. Analisis Kadar Kafein Pada Kopi Hitam Di Lebah Bukian Gianyar Menggunakan

Ni Made Dwi Aptika, dkk: Analisis Kadar Kafein pada…

37

Underwood, A. L., 2002. Analisis KimiaKuantitatif. Jakarta: Erlangga

Varnam HA dan Sutherland JP., 1994.Beverages (Technology, Chemestry andMicrobiology). London: Chapman andHall.

Wanyika, et al., 2010. Determination of CaffeineContent of Tea and Instant CoffeeBrands Found in the Kenyan Market.African Journal of Food Science Vol.4(6): 353–358, (Online),(http://www.academicjournals.org/ajfsdiakses tanggal 11 Nopember 2013).

Williamson, Fieser, 1983. OrganicExperiments. Sixth Edition. Canada: DCHeath & Company

Wilson and Gisvold, 1982. Text book of OrganicMedical and Pharmaceutical Chemistry.Philadelphia: JB Lippincolt Company.

Yohanes, 2014. Seni Menyeduh Kopi, (Online),(http://mangkatnekat.wordpress.com/2014/02/11/seni-menyeduh-kopi/., diaksestanggal 14 Juli 2014)