4.1.1 foto suprapti seorang pedagang -...
TRANSCRIPT
41
4.1.1 Foto Suprapti seorang pedagangperantara sayuran (pengepul sayur)
IV. HASIL PENELITIAN
4.1 Profil Pedagang Perantara“Suprapti lahir 24 juni 1969 di
Dusun Sowanan, RT II/ Rw III,
Kelurahan Ngablak, Kecamatan
Ngablak, Kabupaten Magelang.
Dia adalah seorang pedagang
perantara untuk komoditas hasil
pertanian yang berupa sayuran
yang berada di daerah tempat
tinggalnya”.
Menjalani usaha/bisnia
sayuran atau menjadi seorang
pengumpul atau pengepul (istilah
yang digunakan orang-orang di
desa untuk menyebut pedagang perantara), buat ibu Prapti bukanlah suatu hal
yang mudah, semuannya butuh proses, kerja keras dan semangat untuk tetap
bertahan pada situasi dan kondisi yang mungkin tidak diharapkan. Bagi ibu dua
orang anak ini, kejujuran dan kepercayaan merupakan modal yang sangat penting
dalam menentukan keberhasilan menjadi seorang pedagang perantara, walaupun
tidak mengesampingkan modal uang juga penting, tapi kejujuran dan
kepercayaanlah yang membuat ibu Prapti bisa menjadi seperti sekarang ini. Karir
ibu Prapti sebagai pedagang perantara, di mulai pada waktu dia lulus dari bangku
SMP di Sowanan, tepatnya tahun 1980, setelah itu dia bekerja menjadi seorang
buruh pabrik di salah satu Perusahaan Garment di wilayah Semarang. Selama 2
tahun menjadi buruh pabrik ternyata membuat ibu Prapti menjadi jenuh dan tidak
betah, sehingga pada tahun 1983 dia memutuskan untuk keluar dari pabrik.
42
Berikut pernyataan dari ibu Prapti:
“Saya jenuh dan ingin berdikari mas”...,ingin memulai usaha sendiri yangbisa membantu orang lain mas”....ucapnya sambil tertawa...ketikadiwawancari peneliti di rumahnya.
Setelah itu ibu Prapti memilih untuk membantu kakaknya yang seorang
pedagang sayur yang berada di Klaten. Sejak itulah awal mula ibu Prapti mulai
belajar menjadi seorang pengepul, diawali mencarikan dagangan sayuran seperti
kulbis, wortel, lombok, sawi, tomat, kentang dan lain sebagainya, setelah dapat
langsung menghubungi kakaknya dan barang diambil terus dibawa ke Klaten, dan
tidak jarang juga dia pergi ke Klaten untuk langsung melihat bagaimana kakaknya
dalam menjalankan usaha jual beli sayuran.
4.1.1 Awal mula mendapatkan pemasok dan pelanggan
Awal mula ibu Prapti mendapatkan pemasok memang di mulai ketika dia
masih membantu kakaknya dalam mencarikan dagangan berupa sayuran. Hal
pertama yang dilakukan dalam mengumpulkan dagangan berupa hasil pertanian
sayuran adalah menjelajah atau mencari barang dagangan di wilayah dusun
tempat tinggalnya karena akan mudah untuk mendapatkan dagangan karena sudah
sangat mengenal daerah tersebut dan para penduduknya, dan para petani di Dusun
Sowanan adalah pemasok pertama ibu Prapti. Karena kebiasaan orang desa yang
sudah turun-temurun yaitu setiap hasil panen langsung dikumpulkan ke pengepul
yang ada di daerahnya, membuat ibu Prapti lebih mudah dalam mendapatkan
pemasok yang pertama. Pada sisi lain ibu Prapti juga mencari dagangan di luar
dusun, hal ini dikarenakan kekhawatiran kalau pelanggan nanti semakin banyak
dan semakin banyak permintaannya, mungkin hasil pertanian dari satu dusun
tidak cukup untuk memenuhi permintaan tersebut. Karena hal tersebut ibu Prapti
memutuskan untuk mencari lagi di luar dusun. Sebut saja Dusun Kragon Kulon,
Dusun Sidan dan Dusun Srigading tempat di mana ibu ini mencari dagangan.
Berikut adalah cerita dari ibu Prapti, saat pertama kali ibu prapti menjelajahh
Dusun Kragon Kulon :
“Saat itu saya langsung bertemu dengan petaninya langsung mas, sayabertanya kepada petani : “Pinten niki kulbise pak?, si petani menjawab :ajeng tumbas nopo pripun buk!...saya menjawab : nggih pak, kulonembe padhos kulbis...si petani menjawab : langsung kalian bu Fatimah
43
mawon nggih, soale niku pedagang sayur ting mriki”, (si petanilangsung mengantarkan ibu Prapti ke tempat ibu Fatimah), ketikasampai di rumah ibu Fatimah ternyata dia juga satu profesi dengan sayamas... sama-sama pedagang sayur”...tuturnya saat diwawancari disela-sela aktifitasnya di rumahnya.
Hal yang sama juga dilakukan ketika ibu Prapti mencari dagangan di
Dusun Sidan dan Dusun Srigading, awalnya bertemu langsung dengan petani dan
pada akhirnya bertemu dengan pedaganganya langsung. Untuk Dusun Sidan nama
pengepulnya adalah pak Ngatemin dan untuk Dusun Srigading adalah pak Wajib,
mereka semua yang selama ini menjadi mitra bisnis dari ibu Prapti sampai
sekarang.
Pelanggan pertama adalah para bakul atau para pedagang yang berada di
luar daerah Sowanan, sebut saja para bakul dari Semarang, Klaten, Klepu, Pati,
Yogya dan Cepogo. Pertamanya para bakul ini hanya sekedar mencari dagangan
dan tidak tetap, tetapi lama-kelaman karena terus-menerus membeli dagangan di
tempat ibu Prapti dalam partai besar akhirnya para bakul ini menjadi pelanggan
tetap sampai sekarang.
4.1.2 Sistem Pembelian Dan Penetapan Harga Yang Diterapkan
Untuk sistem pembelian yang dilakukan ibu Prapti dalam menjalankan
usaha jual beli sayur ini, memang tidak selalu sama, dalam arti selalu berubah
atau fleksibel tergantung pada harga pasaran sayur pada saat itu. Dalam
menghadapi petani, biasanya petani tidak pernah menawar atau jarang sekali
dalam menawar, hal ini dikarenakan rasa saling percaya yang sudah menjadi
ikatan kehidupan para warga di desa tersebut. Berikut pernyataan ibu Prapti
berkaitan dengan sistem pembelian dan penetapan harga yang diterapkan dan
dijalankan :
“Saya hanya mencoba jujur dengan para petani mas.., misal jika padabulan ini harga kulbis pasaranya Rp. 1.500 /Kg, ya saya menjual kepadapara pembeli Rp.1.600 /Kg, dan keuntungan yang saya dapat Rp.100/Kg”...ucapnya kepada peneliti di saat kegiatan wawancara dirumahnya.
44
4.1.2 Foto Girik (sebagaiidentitas berat sayuran)
4.1.3 Foto Buku merah (untukmenyalin data dari girik)
Berbeda untuk dagangan yang di dapat dari luar dusun, biasanya
keuntungan yang di dapat bisa lebih dari Rp.100 /Kg, hal ini dikarenakan
kesepakatan atau pun kesadaran dan saling pengertian di antara sesama pedagang.
Berikut penuturan ibu Prapti :
“Misal harga beli dari petani Rp.1500 /Kg, dan harga jual biasanya bisasampai Rp.1700 s/d Rp.2000 /Kg...mas,...dalam hal ini, saya juga harusmembayar atau memberi komisi kepada pedagang di luar dusun tohmas...karena mereka sudah membantu mencarikan dagangan yangdicari, jadi keuntungan dibagi dua orang pedagang mas...”ucapnyapada saat wawancara dengan peneliti di kediamannya.
Bagi ibu Prapti yang mempunyai prinsip dalam berdagang “yang terpenting
jangan sampai ciri/cacat di mata petani” ini, kesejahterana petani adalah yang utama,
karena dari mereka lah ibu Prapti bisa seperti sekarang ini.
“Mereka (petani) harus mendapat haknya secara pantas sebagai hasiljerih payah selama menanam sampai panen”..ucapnya pada saatmenutup kegiatan wawancara di kediamannya.
4.1.3 Kegiatan Perdagangan Dan Pemasaran Yang Dijalankan
Kegiatan perdagangan dan pemasaran
yang diterapkan dan dijalankan memang
hampir sama dengan para pedagang sayur
lainnya. Petani yang selesai memanen hasil
pertaniannya di ladang biasanya langsung
membawanya ke TKP (Tempat Kediaman
Pengepul), hasil pertanian yang berupa
sayuran ini, biasanya di bawa sendiri oleh
petani dan tidak jarang juga memakai jasa
buruh, setelah sampai di timbang terlebih
dahulu oleh ibu Prapti atau pun karyawan
yang ada pada saat itu, sayuran yang selesai
45
di timbang diberikan identitas yang dinamakan girik (secarik kertas yang
bertuliskan jumlah berat sayuran yang di timbang dan diikat pada sayuran yang
sudah dimuat ke dalam bagor/kranjang). Setelah itu, girik disalin kemballi pada
buku merah (sebuah buku catatan yang berisi : hari/tgl/tahun, jenis
sayuran/berat/nama pemilik), hal ini dikarenkan agar segala data yang masuk bisa
tertata dengan rapi sehingga bisa mengantisipasi segala kekeliruan yang bisa saja
terjadi dan sebagai data untuk mengecek kembali pada saat para petani
mencairkan uang. Setelah girik di salin ke dalam buku merah, proses yang
terakhir adalah para petani di berikan girik kembali untuk di bawa pulang dan di
bawa lagi pada saat mau mencairkan uang.
Untuk kegiatan pemasaran hampir sama juga dengan kegiatan
perdagangan yang dilakukan ibu Prapti, setiap bakul yang mengambil dagangan
dari TKP, biasanya satu hari sebelumnya sudah menghubungi terlebih dahulu
untuk memesan sayuran, dan saat itu juga ibu Prapti langsung mengecek apakah
persediaan di tempatnya ada atau tidak, kalau pun tidak ada, biasanya ibu Prapti
langsung menghubungi para pengepul lain di luar Dusun sebagai mitra bisnisnya,
baru keesokan paginya ibu Prapti langsung mengecek barang pesanannya, setelah
terjadi kesepakatan, pada siang hari para bakul yang memesan sayuran datang ke
TKP dan langsung menuju lokasi pengambilan barang bersama salah satu
karyawan. Pada saat pengambilan barang, biasanya barang sudah berada atau
disiapakan di luar rumah petani atau pun penduduk lainnya, dan tinggal di ambil
saja. Untuk urusan segala macam pembayaran biasanya para bakul langsung
berhubungan dengan ibu Prapti, antara pihak satu dan ketiga tidak saling tahu.
Proses pembayaran oleh para bakul dilakukan satu s/d dua hari lagi setelah barang
sampai dilokasi juragan dan dipasarakan kembali oleh para bakul-bakul yang
lainnya baik dalam partai besar atau pun dalam partai kecil atau eceran.
4.1.4 Suka Duka Menjadi Pedagang Perantara
Suka duka memang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan seorang
pedagang, dan begitu juga yang dialami oleh ibu Prapti, selama 10 tahun lebih
menjalani profesi sebagai pedagang perantara, berbagai kisah suka atau pun duka
46
4.1.4 Foto Marjono disela-selaaktifitas di ladang.
mengiringi perjalanan hidupnya. Berikut adalah pengakuan dari ibu Prapti
berkaitan dengan suka duka sebagai pengepul:
“Biasanya ketika panen raya tiba mas...para petani berbondong-bondong datang ke rumah saya dan menyerahkan/mengumpulkan hasilpertanian berupa sayuran, sampai kadang-kadang rumah saya ini..hampir penuh sesak dengan barang dagangan mas..dan para bakul pundatang tiap hari, yang biasanya pada waktu tidak panen raya, para bakuldatang hanya dua atau tiga hari sekali, tapi pada waktu panen rayahampir datang tiap hari. Apalagi kalau harga pada saat itu sedang bagus-bagusnya, maka keuntungan yang saya dapat juga semakin banyak tohmas.....”ucap ibu prapti sambil tersipu malu di sela-sela aktifitaswawancara di depan rumahnya).
Berbagai macam kisah duka atau tidak diharapkan juga pernah ibu Prapti
alami selama menjadi pedagang, kerugian ratusan ribu bahkan sampai jutaan
pernah terjadi, ditipu pembeli juga pernah dialami oleh ibu Prapti. Berikut adalah
penuturan dia :
“Yang sering terjadi adalah resiko kerusakan atau dagangan sampaibeberapa hari di rumah sehingga pada akhirnya menjadi layu dankadang tidak laku di jual mas...,untuk barang yang layu biasanya kamiharus mengupas lagi bagian sayuran yang hampir layu, untuk bisa dijual lagi, dan hal itu bisa mengurangi harga jual sayur mas...karenasetelah di timbang, beratnya menyusut dan harganya juga berkurang,yang tadinya Rp.1000 /Kg bisa jadi sampai Rp.500 /Kg, dan semua ituyang menanggung adalah saya, dan tidak jarang juga, saat sedang tidakada uang, saya juga harus mengambil uang pribadi..yah.. petanitahunya...mereka hanya menyerahkan hasil pertanian dan terima bersihsaja....mas...Bagi saya, ya...semua itu saya lakukan untuk menjagahubungan yang baik dengan para pelanggan saya, sehingga mereka bisatetap setia kepada saya mas”....tuturnya di saat wawancara dirumahnya.
4.2 Profil Pemasok (Petani Sayur)
Profil pemasok berasal dari kalangan
petani, sebut saja bapak Marjono, pria berusia
46 tahun dan berpfofesi sebagai petani ini,
bertempat tinggal di Dusun Sowanan, Rt I/Rw
IV, Kelurahan Ngablak, Kecamatan Ngablak,
Kabupaten Magelang. Aktifitas sehari-hari dia
47
memang tidak bisa dilepaskan dari kegiatan bercocok tanam di ladang, ketika pagi
menjelang, dia bersama sang isteri sudah berangkat ke ladang, sesampainya di
sana, kegiatan seperti mencangkul, memupuk, menanam, menyempprot hama,
sampai mengecek tanaman yang akan mulai panen, menjadi rutinitas sehari-hari
yang dilakukan oleh bapak Marjono. ladang yang luasnya tidak lebih dari 1 ha
ini, merupakan tulang punggung untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Dari hasil ladang itu lah dia sekeluarga bisa bertahan hidup, bahkan dari hasil
ladang itu juga, bapak Marjono bisa membiayai anaknya kuliah di salah satu
universitas terkemuka di Salatiga. Sudah 10 tahunan lebih bapak Marjono menjadi
pelanggan dari ibu Prapti, setiap kali selesai memanen hasil pertanian dari ladang
yang biasa ditanami berbagai jenis sayuran seperti sawi, kulbis, wortel, kentang,
lombok dan lain sebagainya dengan model tumpang sari ini, di bawa langsung ke
tempat ibu Prapti, baik di bawa sendiri atau pun di buruhkan, dan sesekali
berharap harga pasaran sayuran sedang bagus-bagusnya. Biasanya hasil pertanian
berupa sayuran yang dibawa ke ibu Prapti setelah ditimbang biasanya 50 Kg s/d
100 Kg, bahkan tidak jarang juga mencapai 1000 Kg. Setelah ditimbang langsung
mendapatkan girik untuk di bawa pulang dan beberapa hari kemudian dibawa
kembali untuk mencairkan uang. Dalam hal mencairkan uang, bagi bapak
Marjono sekeluraga memang disesuaikan kebutuhan atau keperluan keluarga,
kalau memang ada keperluan yang benar-benar penting dan mendesak barulah dia
meminta atau mencairkan uang ke tempat ibu Prapti dengan membawa girik yang
diterimanya beberapa hari yang lalu.
Berikut adalah penuturan bapak Marjono berkaitan dengan keberadaan
pedagang perantara di tengah-tengah kehidupannya, khusunya yang berkaitan
dengan kehidupan bercocok tanam:
“Kehadiran atau adanya pedagang sayur sangat membantu sekalimas...apalagi dalam hal pemasaran hasil pertanian para petani, walaupunpasar agribisnis tidak jauh dari rumah, tetapi semua itu jugamembutuhkan biaya toh mas...seperti sarana angkut dan biayaoperasional, misal hasil pertanian lebih dari 100 Kg sangat terasa sekalipengeluaranya mas... berbeda kalau langsung dibawa ke tempatpengepul dan tidak harus memikirkan biaya operasional dan lainsebagainya, sehingga petani tahunya terima bersih saja. Apalagi si
48
pengepul adalah warga setempat yang sudah dikenal baik, akan semakinmembuat petani merasa nyaman dan tidak takut seperti misalnya haruslangsung membawa ke pasar dan dikejar oleh banyaknya pengepul yangada di pasar”...ucap bapak ini ketika di wawancari di rumahnya.
Pengalaman suka dan duka selama menjadi pemasok untuk ibu Prapti,
menurut bapak satu orang anak ini, lebih banyak suka dari pada dukanya, menurut
dia :
“Ibu Prapti adalah pedagang yangbaik, jujur dan selalu mengertiapa yang petani butuhkan danperlukan mas... Setiap petani yangingin meminta uang ataumencairkan uang, dia selalu adadan tidak membuat petanikecewa, “Seperrti itulah yangmembuat saya dan petani lainyasuka dan terus menjadipemasoknya”...ucapnya di sela-sela percakapan dengan penelitidi rumahnya.
4.3 Profil Pelanggan (Pedagang)
Profil pelanggan berasal dari kalangan pedagang, bapak Sutris dan Ibu
Waginah adalah pedagang yang sudah 8
tahun lebih menjadi pelanggan ibu Prapti.
Pasangan suami isteri ini, bisa digolongan
sebagai pedagang besar, karena setiap
mengambil atau membeli dagangan selalu
dalam partai yang besar. Awal mula
pasangan pedagang yang beralamatkan di
Getak Kidul, Rt 02/Rw 07, Kelurahan
Karang Anom, Kecamatan Klaten Utara,
Kabupaten Klaten ini, kenal dengan ibu
Prapti, diawali ketika mereka sedang mencari dagangan sayuran di Ngablak,
setelah beberapa survei di beberapa dusun, bertemu banyak pedagang dan tanya-
4.1.6 Foto Sutris dan Waginah(Pedagang besar dari Klaten)
4.1.5 Foto rumah bapak Marjono
49
tanya di sana, sampailah di tempat ibu Prapti. Sesampainya di sana, langsung di
sambut baik oleh pemilikinya dan melihat dagangan sayuran yang ada di sana,
setelah melihat dan tanya, ternyata dagangan sayurannya sangat komplit, dan
sayuran yang sedang di cari ada di sana, maka mereka memutuskan membelinya
dan bernegosiasi tentang hal pembayaran dan pengambilan barang. Setelah
negosiasi, maka terjadi kesepakatan antara mereka dan ibu Parpti bahwa
pembayaran dilakukan setelah proses pengambilan barang, pembayaran akan
dilakukan satu s/d dua hari berikutnya, karena menunggu barang sampai di pasar
Klaten dan diambil para bakul yang ada di sana, dengan membawa girik sebagai
bukti pengambilan barang dan bukti pembayaran.
Kenal dengan ibu Prapti, buat mereka bukan hanyalah hubungan sesama
pedagang atau pun pembeli dan penjual, lebih dari itu. Bukan rahasia lagi, saling
pengertian dan kesadaran adalah modal yang utama menjaga hubungan baik.
Berikut penuturan mereka berdua saat di wawancari di rumahnya :
“Misalnya dalam hal bisnis, ada barang yang tidak sesuai dengan pesanan,komplain kami sampaikan kepada mereka dan diterima oleh ibu Prapti sebagaievaluasi untuk kedepannya dan kebalikanya juga seperti itu juga mas..., misalnyadagangan yang di pesan sedang langka, maka ibu Prapti harus mencarikandagangan di luar Dusun, dan harganya naik atau tidak seperti biasa, kami jugamenyanggupi dan memaklumi”.
Di luar hubungan bisnis, hubungan
kekeluargaan pun tercipta di antara mereka,
hal ini di tunjukan ketika keluarga ibu Prapti
sedang pergi ke Klaten, maka
menyempatkan mampir ke rumahnya, begitu
juga sebaliknya.
4.1.7 Foto Rumah sutris dan waginahdi Klaten
50
4.4 Profil Usaha Pedagang Perantara
Seperti yang sudah dipaparkan di bab 4.1, bahwa usaha yang dijalankan
oleh ibu Prapti memang sudah berjalan lama sekali, terhitung mulai tahun 1983
samapai sekarang ini, dan pada bagian ini akan dijelaskan tentang alur usaha
yang dijalankan oleh ibu Prapti. Ada pun alur usaha yang dijalankan oleh ibu
Prapti sebagai pengepul adalah sebagai berikut :
Alur 4.4.1 Profil usaha yang dijalankan pengepulSumber : Data primer (participant-observationa), 2011.
PETANI(Pemasok)
PENGECER
PENGEPUL
PEDAGANG(Pelanggan)
KONSUMEN
Mengumpulkan ,menyerahkan hasil
pertanian
Mencairkan /meminta uang
Mengambil danmembeli hasil
pertanian
Mengambil danmembeli hasil
pertanian
Menjual hasil
pertanian
PENGEPUL LAIN(MITRA BISNIS)
Mencari danmembeli hasil
pertanian
51
Dari alur usaha pengepul, dapat dijelaskan bahwa alur di mulai dari petani
(pemasok) menyerahkan, mengumpulkan hasil pertanian kepada pengepul,
sesampai di tempat pengepul, hasil pertanian di ambil dan dibeli oleh para
pedagang (pelanggan) yang sudah memesan kepada pengepul satu hari
sebelumnya, dan pembayaran dilakukan oleh pedagang (pelanggan) satu s/d dua
hari setelah pengambilan barang. Hal ini dikarenakan dagangan biar sampai dulu
di pasar dan diambil/dibeli oleh para bakul atau pengecer yang akan menjualnya
kepada konsumen. Tidak jarang juga, kalau persediaan di tempat pengepul sedang
sepi atau hasil pertanian yang di pesan oleh pedagang (pelanggan) tidak ada, maka
pengepul mencarikan ke tempat pengepul lain (mitra bisnis). Biasanya untuk
dagangan yang di dapat dari tempat lain, biasanya langsung diantar sendiri oleh
pengepul (mitra bisnis) ke tempat pengepul yang mencari dagangan tadi, dan tidak
jarang juga langsung di ambil sendiri oleh pedagang yang di temani salah satu
karyawan dari pengepul. Setelah dagangan di bayar oleh pedagang (pelanggan),
barulah pengepul memberikan uang kepada petani (pemasok) dan pengepul lain
(mitra bisnis). Dari penjelasan alur usaha pengepul tersebut, bahwa dari
pandangan/persepsi negatif orang selama ini dan selalu mengkaitkan pedagang
perantara dengan tengkulak, tidak benar, disini malah ada hal positif yang
dilakukan oleh pedagang perantara, yaitu sebagai penolong petani dalam
mengatasi masalah pemasaran yang dialami oleh petani selama ini. Dari dari
penjelasan tersebut dapat di lihat status dan peran pedagang perantara dalam
bidang perdagangan dan pemasaran hasil pertanian, ada pun status dan peran
pedagang perantara dirangkum melalui tabel berikut ini :
52
Tabel 4.4.2 Status dan peran pedagang perantara dalam perdagangan dan
pemasaran hasil pertanian.
STATUS PERAN
Pengepul/
pengumpul
1. Sebagai orang yang menerima, mengumpulkan, dan mencari hasil
pertanian dari petani dan pengepul lain.
2. Sebagai orang yang ikut memasarkan dan mendistribusikan hasil
pertanian dari produsen ke konsumen
3. Sebagai penolong bagi petani dalam mengatasi masalah pemasaran hasil
pertanian
Sumber : Data primer (participant-observation), 2011