4.1.1 foto suprapti seorang pedagang -...

12
41 4.1.1 Foto Suprapti seorang pedagang perantara sayuran (pengepul sayur) IV. HASIL PENELITIAN 4.1 Profil Pedagang Perantara “Suprapti lahir 24 juni 1969 di Dusun Sowanan, RT II/ Rw III, Kelurahan Ngablak, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Dia adalah seorang pedagang perantara untuk komoditas hasil pertanian yang berupa sayuran yang berada di daerah tempat tinggalnya”. Menjalani usaha/bisnia sayuran atau menjadi seorang pengumpul atau pengepul (istilah yang digunakan orang-orang di desa untuk menyebut pedagang perantara), buat ibu Prapti bukanlah suatu hal yang mudah, semuannya butuh proses, kerja keras dan semangat untuk tetap bertahan pada situasi dan kondisi yang mungkin tidak diharapkan. Bagi ibu dua orang anak ini, kejujuran dan kepercayaan merupakan modal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan menjadi seorang pedagang perantara, walaupun tidak mengesampingkan modal uang juga penting, tapi kejujuran dan kepercayaanlah yang membuat ibu Prapti bisa menjadi seperti sekarang ini. Karir ibu Prapti sebagai pedagang perantara, di mulai pada waktu dia lulus dari bangku SMP di Sowanan, tepatnya tahun 1980, setelah itu dia bekerja menjadi seorang buruh pabrik di salah satu Perusahaan Garment di wilayah Semarang. Selama 2 tahun menjadi buruh pabrik ternyata membuat ibu Prapti menjadi jenuh dan tidak betah, sehingga pada tahun 1983 dia memutuskan untuk keluar dari pabrik.

Upload: trinhduong

Post on 26-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 4.1.1 Foto Suprapti seorang pedagang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2754/5/T1_522004012_BAB IV.pdf · sudah turun-temurun yaitu setiap hasil panen langsung

41

4.1.1 Foto Suprapti seorang pedagangperantara sayuran (pengepul sayur)

IV. HASIL PENELITIAN

4.1 Profil Pedagang Perantara“Suprapti lahir 24 juni 1969 di

Dusun Sowanan, RT II/ Rw III,

Kelurahan Ngablak, Kecamatan

Ngablak, Kabupaten Magelang.

Dia adalah seorang pedagang

perantara untuk komoditas hasil

pertanian yang berupa sayuran

yang berada di daerah tempat

tinggalnya”.

Menjalani usaha/bisnia

sayuran atau menjadi seorang

pengumpul atau pengepul (istilah

yang digunakan orang-orang di

desa untuk menyebut pedagang perantara), buat ibu Prapti bukanlah suatu hal

yang mudah, semuannya butuh proses, kerja keras dan semangat untuk tetap

bertahan pada situasi dan kondisi yang mungkin tidak diharapkan. Bagi ibu dua

orang anak ini, kejujuran dan kepercayaan merupakan modal yang sangat penting

dalam menentukan keberhasilan menjadi seorang pedagang perantara, walaupun

tidak mengesampingkan modal uang juga penting, tapi kejujuran dan

kepercayaanlah yang membuat ibu Prapti bisa menjadi seperti sekarang ini. Karir

ibu Prapti sebagai pedagang perantara, di mulai pada waktu dia lulus dari bangku

SMP di Sowanan, tepatnya tahun 1980, setelah itu dia bekerja menjadi seorang

buruh pabrik di salah satu Perusahaan Garment di wilayah Semarang. Selama 2

tahun menjadi buruh pabrik ternyata membuat ibu Prapti menjadi jenuh dan tidak

betah, sehingga pada tahun 1983 dia memutuskan untuk keluar dari pabrik.

Page 2: 4.1.1 Foto Suprapti seorang pedagang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2754/5/T1_522004012_BAB IV.pdf · sudah turun-temurun yaitu setiap hasil panen langsung

42

Berikut pernyataan dari ibu Prapti:

“Saya jenuh dan ingin berdikari mas”...,ingin memulai usaha sendiri yangbisa membantu orang lain mas”....ucapnya sambil tertawa...ketikadiwawancari peneliti di rumahnya.

Setelah itu ibu Prapti memilih untuk membantu kakaknya yang seorang

pedagang sayur yang berada di Klaten. Sejak itulah awal mula ibu Prapti mulai

belajar menjadi seorang pengepul, diawali mencarikan dagangan sayuran seperti

kulbis, wortel, lombok, sawi, tomat, kentang dan lain sebagainya, setelah dapat

langsung menghubungi kakaknya dan barang diambil terus dibawa ke Klaten, dan

tidak jarang juga dia pergi ke Klaten untuk langsung melihat bagaimana kakaknya

dalam menjalankan usaha jual beli sayuran.

4.1.1 Awal mula mendapatkan pemasok dan pelanggan

Awal mula ibu Prapti mendapatkan pemasok memang di mulai ketika dia

masih membantu kakaknya dalam mencarikan dagangan berupa sayuran. Hal

pertama yang dilakukan dalam mengumpulkan dagangan berupa hasil pertanian

sayuran adalah menjelajah atau mencari barang dagangan di wilayah dusun

tempat tinggalnya karena akan mudah untuk mendapatkan dagangan karena sudah

sangat mengenal daerah tersebut dan para penduduknya, dan para petani di Dusun

Sowanan adalah pemasok pertama ibu Prapti. Karena kebiasaan orang desa yang

sudah turun-temurun yaitu setiap hasil panen langsung dikumpulkan ke pengepul

yang ada di daerahnya, membuat ibu Prapti lebih mudah dalam mendapatkan

pemasok yang pertama. Pada sisi lain ibu Prapti juga mencari dagangan di luar

dusun, hal ini dikarenakan kekhawatiran kalau pelanggan nanti semakin banyak

dan semakin banyak permintaannya, mungkin hasil pertanian dari satu dusun

tidak cukup untuk memenuhi permintaan tersebut. Karena hal tersebut ibu Prapti

memutuskan untuk mencari lagi di luar dusun. Sebut saja Dusun Kragon Kulon,

Dusun Sidan dan Dusun Srigading tempat di mana ibu ini mencari dagangan.

Berikut adalah cerita dari ibu Prapti, saat pertama kali ibu prapti menjelajahh

Dusun Kragon Kulon :

“Saat itu saya langsung bertemu dengan petaninya langsung mas, sayabertanya kepada petani : “Pinten niki kulbise pak?, si petani menjawab :ajeng tumbas nopo pripun buk!...saya menjawab : nggih pak, kulonembe padhos kulbis...si petani menjawab : langsung kalian bu Fatimah

Page 3: 4.1.1 Foto Suprapti seorang pedagang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2754/5/T1_522004012_BAB IV.pdf · sudah turun-temurun yaitu setiap hasil panen langsung

43

mawon nggih, soale niku pedagang sayur ting mriki”, (si petanilangsung mengantarkan ibu Prapti ke tempat ibu Fatimah), ketikasampai di rumah ibu Fatimah ternyata dia juga satu profesi dengan sayamas... sama-sama pedagang sayur”...tuturnya saat diwawancari disela-sela aktifitasnya di rumahnya.

Hal yang sama juga dilakukan ketika ibu Prapti mencari dagangan di

Dusun Sidan dan Dusun Srigading, awalnya bertemu langsung dengan petani dan

pada akhirnya bertemu dengan pedaganganya langsung. Untuk Dusun Sidan nama

pengepulnya adalah pak Ngatemin dan untuk Dusun Srigading adalah pak Wajib,

mereka semua yang selama ini menjadi mitra bisnis dari ibu Prapti sampai

sekarang.

Pelanggan pertama adalah para bakul atau para pedagang yang berada di

luar daerah Sowanan, sebut saja para bakul dari Semarang, Klaten, Klepu, Pati,

Yogya dan Cepogo. Pertamanya para bakul ini hanya sekedar mencari dagangan

dan tidak tetap, tetapi lama-kelaman karena terus-menerus membeli dagangan di

tempat ibu Prapti dalam partai besar akhirnya para bakul ini menjadi pelanggan

tetap sampai sekarang.

4.1.2 Sistem Pembelian Dan Penetapan Harga Yang Diterapkan

Untuk sistem pembelian yang dilakukan ibu Prapti dalam menjalankan

usaha jual beli sayur ini, memang tidak selalu sama, dalam arti selalu berubah

atau fleksibel tergantung pada harga pasaran sayur pada saat itu. Dalam

menghadapi petani, biasanya petani tidak pernah menawar atau jarang sekali

dalam menawar, hal ini dikarenakan rasa saling percaya yang sudah menjadi

ikatan kehidupan para warga di desa tersebut. Berikut pernyataan ibu Prapti

berkaitan dengan sistem pembelian dan penetapan harga yang diterapkan dan

dijalankan :

“Saya hanya mencoba jujur dengan para petani mas.., misal jika padabulan ini harga kulbis pasaranya Rp. 1.500 /Kg, ya saya menjual kepadapara pembeli Rp.1.600 /Kg, dan keuntungan yang saya dapat Rp.100/Kg”...ucapnya kepada peneliti di saat kegiatan wawancara dirumahnya.

Page 4: 4.1.1 Foto Suprapti seorang pedagang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2754/5/T1_522004012_BAB IV.pdf · sudah turun-temurun yaitu setiap hasil panen langsung

44

4.1.2 Foto Girik (sebagaiidentitas berat sayuran)

4.1.3 Foto Buku merah (untukmenyalin data dari girik)

Berbeda untuk dagangan yang di dapat dari luar dusun, biasanya

keuntungan yang di dapat bisa lebih dari Rp.100 /Kg, hal ini dikarenakan

kesepakatan atau pun kesadaran dan saling pengertian di antara sesama pedagang.

Berikut penuturan ibu Prapti :

“Misal harga beli dari petani Rp.1500 /Kg, dan harga jual biasanya bisasampai Rp.1700 s/d Rp.2000 /Kg...mas,...dalam hal ini, saya juga harusmembayar atau memberi komisi kepada pedagang di luar dusun tohmas...karena mereka sudah membantu mencarikan dagangan yangdicari, jadi keuntungan dibagi dua orang pedagang mas...”ucapnyapada saat wawancara dengan peneliti di kediamannya.

Bagi ibu Prapti yang mempunyai prinsip dalam berdagang “yang terpenting

jangan sampai ciri/cacat di mata petani” ini, kesejahterana petani adalah yang utama,

karena dari mereka lah ibu Prapti bisa seperti sekarang ini.

“Mereka (petani) harus mendapat haknya secara pantas sebagai hasiljerih payah selama menanam sampai panen”..ucapnya pada saatmenutup kegiatan wawancara di kediamannya.

4.1.3 Kegiatan Perdagangan Dan Pemasaran Yang Dijalankan

Kegiatan perdagangan dan pemasaran

yang diterapkan dan dijalankan memang

hampir sama dengan para pedagang sayur

lainnya. Petani yang selesai memanen hasil

pertaniannya di ladang biasanya langsung

membawanya ke TKP (Tempat Kediaman

Pengepul), hasil pertanian yang berupa

sayuran ini, biasanya di bawa sendiri oleh

petani dan tidak jarang juga memakai jasa

buruh, setelah sampai di timbang terlebih

dahulu oleh ibu Prapti atau pun karyawan

yang ada pada saat itu, sayuran yang selesai

Page 5: 4.1.1 Foto Suprapti seorang pedagang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2754/5/T1_522004012_BAB IV.pdf · sudah turun-temurun yaitu setiap hasil panen langsung

45

di timbang diberikan identitas yang dinamakan girik (secarik kertas yang

bertuliskan jumlah berat sayuran yang di timbang dan diikat pada sayuran yang

sudah dimuat ke dalam bagor/kranjang). Setelah itu, girik disalin kemballi pada

buku merah (sebuah buku catatan yang berisi : hari/tgl/tahun, jenis

sayuran/berat/nama pemilik), hal ini dikarenkan agar segala data yang masuk bisa

tertata dengan rapi sehingga bisa mengantisipasi segala kekeliruan yang bisa saja

terjadi dan sebagai data untuk mengecek kembali pada saat para petani

mencairkan uang. Setelah girik di salin ke dalam buku merah, proses yang

terakhir adalah para petani di berikan girik kembali untuk di bawa pulang dan di

bawa lagi pada saat mau mencairkan uang.

Untuk kegiatan pemasaran hampir sama juga dengan kegiatan

perdagangan yang dilakukan ibu Prapti, setiap bakul yang mengambil dagangan

dari TKP, biasanya satu hari sebelumnya sudah menghubungi terlebih dahulu

untuk memesan sayuran, dan saat itu juga ibu Prapti langsung mengecek apakah

persediaan di tempatnya ada atau tidak, kalau pun tidak ada, biasanya ibu Prapti

langsung menghubungi para pengepul lain di luar Dusun sebagai mitra bisnisnya,

baru keesokan paginya ibu Prapti langsung mengecek barang pesanannya, setelah

terjadi kesepakatan, pada siang hari para bakul yang memesan sayuran datang ke

TKP dan langsung menuju lokasi pengambilan barang bersama salah satu

karyawan. Pada saat pengambilan barang, biasanya barang sudah berada atau

disiapakan di luar rumah petani atau pun penduduk lainnya, dan tinggal di ambil

saja. Untuk urusan segala macam pembayaran biasanya para bakul langsung

berhubungan dengan ibu Prapti, antara pihak satu dan ketiga tidak saling tahu.

Proses pembayaran oleh para bakul dilakukan satu s/d dua hari lagi setelah barang

sampai dilokasi juragan dan dipasarakan kembali oleh para bakul-bakul yang

lainnya baik dalam partai besar atau pun dalam partai kecil atau eceran.

4.1.4 Suka Duka Menjadi Pedagang Perantara

Suka duka memang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan seorang

pedagang, dan begitu juga yang dialami oleh ibu Prapti, selama 10 tahun lebih

menjalani profesi sebagai pedagang perantara, berbagai kisah suka atau pun duka

Page 6: 4.1.1 Foto Suprapti seorang pedagang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2754/5/T1_522004012_BAB IV.pdf · sudah turun-temurun yaitu setiap hasil panen langsung

46

4.1.4 Foto Marjono disela-selaaktifitas di ladang.

mengiringi perjalanan hidupnya. Berikut adalah pengakuan dari ibu Prapti

berkaitan dengan suka duka sebagai pengepul:

“Biasanya ketika panen raya tiba mas...para petani berbondong-bondong datang ke rumah saya dan menyerahkan/mengumpulkan hasilpertanian berupa sayuran, sampai kadang-kadang rumah saya ini..hampir penuh sesak dengan barang dagangan mas..dan para bakul pundatang tiap hari, yang biasanya pada waktu tidak panen raya, para bakuldatang hanya dua atau tiga hari sekali, tapi pada waktu panen rayahampir datang tiap hari. Apalagi kalau harga pada saat itu sedang bagus-bagusnya, maka keuntungan yang saya dapat juga semakin banyak tohmas.....”ucap ibu prapti sambil tersipu malu di sela-sela aktifitaswawancara di depan rumahnya).

Berbagai macam kisah duka atau tidak diharapkan juga pernah ibu Prapti

alami selama menjadi pedagang, kerugian ratusan ribu bahkan sampai jutaan

pernah terjadi, ditipu pembeli juga pernah dialami oleh ibu Prapti. Berikut adalah

penuturan dia :

“Yang sering terjadi adalah resiko kerusakan atau dagangan sampaibeberapa hari di rumah sehingga pada akhirnya menjadi layu dankadang tidak laku di jual mas...,untuk barang yang layu biasanya kamiharus mengupas lagi bagian sayuran yang hampir layu, untuk bisa dijual lagi, dan hal itu bisa mengurangi harga jual sayur mas...karenasetelah di timbang, beratnya menyusut dan harganya juga berkurang,yang tadinya Rp.1000 /Kg bisa jadi sampai Rp.500 /Kg, dan semua ituyang menanggung adalah saya, dan tidak jarang juga, saat sedang tidakada uang, saya juga harus mengambil uang pribadi..yah.. petanitahunya...mereka hanya menyerahkan hasil pertanian dan terima bersihsaja....mas...Bagi saya, ya...semua itu saya lakukan untuk menjagahubungan yang baik dengan para pelanggan saya, sehingga mereka bisatetap setia kepada saya mas”....tuturnya di saat wawancara dirumahnya.

4.2 Profil Pemasok (Petani Sayur)

Profil pemasok berasal dari kalangan

petani, sebut saja bapak Marjono, pria berusia

46 tahun dan berpfofesi sebagai petani ini,

bertempat tinggal di Dusun Sowanan, Rt I/Rw

IV, Kelurahan Ngablak, Kecamatan Ngablak,

Kabupaten Magelang. Aktifitas sehari-hari dia

Page 7: 4.1.1 Foto Suprapti seorang pedagang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2754/5/T1_522004012_BAB IV.pdf · sudah turun-temurun yaitu setiap hasil panen langsung

47

memang tidak bisa dilepaskan dari kegiatan bercocok tanam di ladang, ketika pagi

menjelang, dia bersama sang isteri sudah berangkat ke ladang, sesampainya di

sana, kegiatan seperti mencangkul, memupuk, menanam, menyempprot hama,

sampai mengecek tanaman yang akan mulai panen, menjadi rutinitas sehari-hari

yang dilakukan oleh bapak Marjono. ladang yang luasnya tidak lebih dari 1 ha

ini, merupakan tulang punggung untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Dari hasil ladang itu lah dia sekeluarga bisa bertahan hidup, bahkan dari hasil

ladang itu juga, bapak Marjono bisa membiayai anaknya kuliah di salah satu

universitas terkemuka di Salatiga. Sudah 10 tahunan lebih bapak Marjono menjadi

pelanggan dari ibu Prapti, setiap kali selesai memanen hasil pertanian dari ladang

yang biasa ditanami berbagai jenis sayuran seperti sawi, kulbis, wortel, kentang,

lombok dan lain sebagainya dengan model tumpang sari ini, di bawa langsung ke

tempat ibu Prapti, baik di bawa sendiri atau pun di buruhkan, dan sesekali

berharap harga pasaran sayuran sedang bagus-bagusnya. Biasanya hasil pertanian

berupa sayuran yang dibawa ke ibu Prapti setelah ditimbang biasanya 50 Kg s/d

100 Kg, bahkan tidak jarang juga mencapai 1000 Kg. Setelah ditimbang langsung

mendapatkan girik untuk di bawa pulang dan beberapa hari kemudian dibawa

kembali untuk mencairkan uang. Dalam hal mencairkan uang, bagi bapak

Marjono sekeluraga memang disesuaikan kebutuhan atau keperluan keluarga,

kalau memang ada keperluan yang benar-benar penting dan mendesak barulah dia

meminta atau mencairkan uang ke tempat ibu Prapti dengan membawa girik yang

diterimanya beberapa hari yang lalu.

Berikut adalah penuturan bapak Marjono berkaitan dengan keberadaan

pedagang perantara di tengah-tengah kehidupannya, khusunya yang berkaitan

dengan kehidupan bercocok tanam:

“Kehadiran atau adanya pedagang sayur sangat membantu sekalimas...apalagi dalam hal pemasaran hasil pertanian para petani, walaupunpasar agribisnis tidak jauh dari rumah, tetapi semua itu jugamembutuhkan biaya toh mas...seperti sarana angkut dan biayaoperasional, misal hasil pertanian lebih dari 100 Kg sangat terasa sekalipengeluaranya mas... berbeda kalau langsung dibawa ke tempatpengepul dan tidak harus memikirkan biaya operasional dan lainsebagainya, sehingga petani tahunya terima bersih saja. Apalagi si

Page 8: 4.1.1 Foto Suprapti seorang pedagang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2754/5/T1_522004012_BAB IV.pdf · sudah turun-temurun yaitu setiap hasil panen langsung

48

pengepul adalah warga setempat yang sudah dikenal baik, akan semakinmembuat petani merasa nyaman dan tidak takut seperti misalnya haruslangsung membawa ke pasar dan dikejar oleh banyaknya pengepul yangada di pasar”...ucap bapak ini ketika di wawancari di rumahnya.

Pengalaman suka dan duka selama menjadi pemasok untuk ibu Prapti,

menurut bapak satu orang anak ini, lebih banyak suka dari pada dukanya, menurut

dia :

“Ibu Prapti adalah pedagang yangbaik, jujur dan selalu mengertiapa yang petani butuhkan danperlukan mas... Setiap petani yangingin meminta uang ataumencairkan uang, dia selalu adadan tidak membuat petanikecewa, “Seperrti itulah yangmembuat saya dan petani lainyasuka dan terus menjadipemasoknya”...ucapnya di sela-sela percakapan dengan penelitidi rumahnya.

4.3 Profil Pelanggan (Pedagang)

Profil pelanggan berasal dari kalangan pedagang, bapak Sutris dan Ibu

Waginah adalah pedagang yang sudah 8

tahun lebih menjadi pelanggan ibu Prapti.

Pasangan suami isteri ini, bisa digolongan

sebagai pedagang besar, karena setiap

mengambil atau membeli dagangan selalu

dalam partai yang besar. Awal mula

pasangan pedagang yang beralamatkan di

Getak Kidul, Rt 02/Rw 07, Kelurahan

Karang Anom, Kecamatan Klaten Utara,

Kabupaten Klaten ini, kenal dengan ibu

Prapti, diawali ketika mereka sedang mencari dagangan sayuran di Ngablak,

setelah beberapa survei di beberapa dusun, bertemu banyak pedagang dan tanya-

4.1.6 Foto Sutris dan Waginah(Pedagang besar dari Klaten)

4.1.5 Foto rumah bapak Marjono

Page 9: 4.1.1 Foto Suprapti seorang pedagang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2754/5/T1_522004012_BAB IV.pdf · sudah turun-temurun yaitu setiap hasil panen langsung

49

tanya di sana, sampailah di tempat ibu Prapti. Sesampainya di sana, langsung di

sambut baik oleh pemilikinya dan melihat dagangan sayuran yang ada di sana,

setelah melihat dan tanya, ternyata dagangan sayurannya sangat komplit, dan

sayuran yang sedang di cari ada di sana, maka mereka memutuskan membelinya

dan bernegosiasi tentang hal pembayaran dan pengambilan barang. Setelah

negosiasi, maka terjadi kesepakatan antara mereka dan ibu Parpti bahwa

pembayaran dilakukan setelah proses pengambilan barang, pembayaran akan

dilakukan satu s/d dua hari berikutnya, karena menunggu barang sampai di pasar

Klaten dan diambil para bakul yang ada di sana, dengan membawa girik sebagai

bukti pengambilan barang dan bukti pembayaran.

Kenal dengan ibu Prapti, buat mereka bukan hanyalah hubungan sesama

pedagang atau pun pembeli dan penjual, lebih dari itu. Bukan rahasia lagi, saling

pengertian dan kesadaran adalah modal yang utama menjaga hubungan baik.

Berikut penuturan mereka berdua saat di wawancari di rumahnya :

“Misalnya dalam hal bisnis, ada barang yang tidak sesuai dengan pesanan,komplain kami sampaikan kepada mereka dan diterima oleh ibu Prapti sebagaievaluasi untuk kedepannya dan kebalikanya juga seperti itu juga mas..., misalnyadagangan yang di pesan sedang langka, maka ibu Prapti harus mencarikandagangan di luar Dusun, dan harganya naik atau tidak seperti biasa, kami jugamenyanggupi dan memaklumi”.

Di luar hubungan bisnis, hubungan

kekeluargaan pun tercipta di antara mereka,

hal ini di tunjukan ketika keluarga ibu Prapti

sedang pergi ke Klaten, maka

menyempatkan mampir ke rumahnya, begitu

juga sebaliknya.

4.1.7 Foto Rumah sutris dan waginahdi Klaten

Page 10: 4.1.1 Foto Suprapti seorang pedagang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2754/5/T1_522004012_BAB IV.pdf · sudah turun-temurun yaitu setiap hasil panen langsung

50

4.4 Profil Usaha Pedagang Perantara

Seperti yang sudah dipaparkan di bab 4.1, bahwa usaha yang dijalankan

oleh ibu Prapti memang sudah berjalan lama sekali, terhitung mulai tahun 1983

samapai sekarang ini, dan pada bagian ini akan dijelaskan tentang alur usaha

yang dijalankan oleh ibu Prapti. Ada pun alur usaha yang dijalankan oleh ibu

Prapti sebagai pengepul adalah sebagai berikut :

Alur 4.4.1 Profil usaha yang dijalankan pengepulSumber : Data primer (participant-observationa), 2011.

PETANI(Pemasok)

PENGECER

PENGEPUL

PEDAGANG(Pelanggan)

KONSUMEN

Mengumpulkan ,menyerahkan hasil

pertanian

Mencairkan /meminta uang

Mengambil danmembeli hasil

pertanian

Mengambil danmembeli hasil

pertanian

Menjual hasil

pertanian

PENGEPUL LAIN(MITRA BISNIS)

Mencari danmembeli hasil

pertanian

Page 11: 4.1.1 Foto Suprapti seorang pedagang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2754/5/T1_522004012_BAB IV.pdf · sudah turun-temurun yaitu setiap hasil panen langsung

51

Dari alur usaha pengepul, dapat dijelaskan bahwa alur di mulai dari petani

(pemasok) menyerahkan, mengumpulkan hasil pertanian kepada pengepul,

sesampai di tempat pengepul, hasil pertanian di ambil dan dibeli oleh para

pedagang (pelanggan) yang sudah memesan kepada pengepul satu hari

sebelumnya, dan pembayaran dilakukan oleh pedagang (pelanggan) satu s/d dua

hari setelah pengambilan barang. Hal ini dikarenakan dagangan biar sampai dulu

di pasar dan diambil/dibeli oleh para bakul atau pengecer yang akan menjualnya

kepada konsumen. Tidak jarang juga, kalau persediaan di tempat pengepul sedang

sepi atau hasil pertanian yang di pesan oleh pedagang (pelanggan) tidak ada, maka

pengepul mencarikan ke tempat pengepul lain (mitra bisnis). Biasanya untuk

dagangan yang di dapat dari tempat lain, biasanya langsung diantar sendiri oleh

pengepul (mitra bisnis) ke tempat pengepul yang mencari dagangan tadi, dan tidak

jarang juga langsung di ambil sendiri oleh pedagang yang di temani salah satu

karyawan dari pengepul. Setelah dagangan di bayar oleh pedagang (pelanggan),

barulah pengepul memberikan uang kepada petani (pemasok) dan pengepul lain

(mitra bisnis). Dari penjelasan alur usaha pengepul tersebut, bahwa dari

pandangan/persepsi negatif orang selama ini dan selalu mengkaitkan pedagang

perantara dengan tengkulak, tidak benar, disini malah ada hal positif yang

dilakukan oleh pedagang perantara, yaitu sebagai penolong petani dalam

mengatasi masalah pemasaran yang dialami oleh petani selama ini. Dari dari

penjelasan tersebut dapat di lihat status dan peran pedagang perantara dalam

bidang perdagangan dan pemasaran hasil pertanian, ada pun status dan peran

pedagang perantara dirangkum melalui tabel berikut ini :

Page 12: 4.1.1 Foto Suprapti seorang pedagang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2754/5/T1_522004012_BAB IV.pdf · sudah turun-temurun yaitu setiap hasil panen langsung

52

Tabel 4.4.2 Status dan peran pedagang perantara dalam perdagangan dan

pemasaran hasil pertanian.

STATUS PERAN

Pengepul/

pengumpul

1. Sebagai orang yang menerima, mengumpulkan, dan mencari hasil

pertanian dari petani dan pengepul lain.

2. Sebagai orang yang ikut memasarkan dan mendistribusikan hasil

pertanian dari produsen ke konsumen

3. Sebagai penolong bagi petani dalam mengatasi masalah pemasaran hasil

pertanian

Sumber : Data primer (participant-observation), 2011