4 laporan lapang dyah(1).docx
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGMATA KULIAH KENAUTIKAAN
DI BBPPI SEMARANG
Oleh :Nama : Dyah Purnama SariNim : H1K010012Kelompok : 1 (Satu)Asisten : Wahyu Andri
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTANFAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO
2013
I. PENDAHULUAN
I.1. Sejarah berdirinya BBPPI Semarang
Kepanjangan BBPPI adalah Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan.
Berdirinya BPPI diawali sebagai Pangkalan Armada Survei dan Eksplorasi Direktorat
Jenderal Perikanan Departemen Pertanian RI bertempat di Semarang tahun 1975 dengan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 190/Kpts/Org/5/1975, tanggal 2
Mei 1975.
Pada perkembangan selanjutnya ditetapkan sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis
(UPT) di bidang perikanan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
308/Kpts/Org/1978 Tahun 1978. Pada tahun 1999, dan BPPI berada dibawah naungan
Departemen Eksplorasi Laut RI setelah mengalami pemisahan dari Departemen Pertanian
RI.
Sesuai dengan beban tugas yang diberikan, maka berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor : 308/Kpts/Org/1978, tanggal 1 April 1978 maka BPPI Semarang
ditetapkan sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang perikanan lingkup
Direktorat Jenderal Perikanan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : Kep.26G/MEN/2001,
tanggal 01 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Penangkapan
Ikan Semarang. BPPI Semarang mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan penerapan
dan pengembangan teknik penangkapan dan pengawasan serta kelestarian sumberdaya
hayati perairan.
BBPPI Semarang menjadi Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI).
Perubahan tersebut, berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor :
Per.03/MEN/2006, tanggal 12 Januari 2006, tentang Susunan Struktur Organisasi Balai
Besar Pengembangan Penangkapan Ikan.
I.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari peraktikum Kenauntikaan ini adalah :
1. Menganal macam-macam alat navigasi yang ada di BBPPI Semarang
2. Mengetahui fungsi dan cara kerja alat bantu navigasi kapal penagkapan
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikumdilaksanakanpada hari kamis, tangggal 29 November 2012 yang
bertempat di BBPPI - Semarang
II. PEMBAHASAN
II.1. Tutorial Menjangka Peta
II.1.1. Mentukan waypoint
Tentukan lokasi perjalanan kapal, kemudian tentukan alur pelayaran atau waypoint.
Penentuan jalur pelayaran harus melihat kedalaman perairan yang akan di lewati oleh
kapal. Perhitungkan dengan dalam lunas kapal dan pasang surut agar kapal kita tidak
kandas.
II.1.2. Menentukan longitude dan latitude
Penentuan waypoint dimulai dari awal keberangkatan hingga tujuan akhir ini harus
diperhatikan keberadaan latitude dan longitude nya, catat longitude dan latitudenya sesuai
keterangan waypoint. Dalam menentukan latitude dan longitudenya pada peta manual bisa
mengguakan dua pengggaris segitiga atau jangka.
2.1.2.1 Menggunakan penggaris
Gunakan kedua penggaris yang saling di tempelkan, letakkan kedua penggaris pada
titik yang akan kita lihat lat-longnya, lalu geser secara bergantian kedua penggaris ke
pinggir peta hingga bertemu garis keterangan longitude dan latitude. Lalu catat hasilnya.
2.1.2.2 Menggunakan jangka
Pada peta terdapat garis lintang/bujur namun hanya pada nilai tertentu saja (angka
bulat/ satuan besar). Untuk menentukannya gunakan bagian jangka yang tajam di letakan
pada titik waypoint dan yang bagian pensil regangkan pada garis lintang/bujur terdekat,
pertahankan bentuk jangka dan sesuaikan dengan nilai lintang bujur pada garis keterangan
bujur/lintang di pinggir gambar peta.
Gambar 1. Contoh Latitude dan longitude yang di perhatikan dan dicatat
II.1.3. Menetukan haluan
Catat tiap haluan pada tiap waypoint, caranya menggunakan 2 penggaris segitiga.
Pada tiap peta alur pelayaran terdapat mawar pedoman, mawar pedoman ini yang akan
digunakan untuk menentukan haluan. Caranya dengan mensejajarkan garis pergerakan
waypoint titik satu ke titik dua, lalu pertahankan posisinya dan geser hingga ke maewar
pedoman. Untuk catatan ingatlah arah kemana kapal berlayar agar menentukan haluan tidak
terbalik.
II.1.4. Menetukan jarak pelayaran
Seluruh waypoint yang telah ditentukan dihitung jaraknya dengan cara
menjumlahkan seluruh jarak pada tiap waypoint. Dengan menggunakan teknik yang sama
seperti menentukan lintang/bujur menggunakan jangka. Letakkan jangka bagian jarum pada
titik waypoint kemudian regangkan bagian jangka yang pensil hingga tepat pada waypoint
berikutnya. Langkah selanjutnya hitung jarak dengan letakkan jangka pada keterangan
bujur/lintang di pinggir peta, letakkan titik jarum pada awal angka kisaran yang besar agar
dengan mudah dihitung. lalu hitung berapa mil jaraknya.
Gambar 2. Perhitungan jarak dapat dilihat pada garis hitam putih yang ada pada bagian
paling ujung peta
II.1.5. Menghitung jumlah haluan, jarak dan waktu yang dibutuhkan dalam
berlayar
WAY POINT HALUAN (˚) JARAK (')LAMA
WAKTU
WP1-WP2 336 63 6˚18'
WP2-WP3 23 53 5˚18'
WP3-WP4 98 40 4˚
WP4-WP5 180 44 4˚24'
WP5-WP6 221 51 5˚6'
WP6-WP7 180 18 1˚48'
Jumlah 1038 269 26˚48'
II.1.6. Perhitungan haluan
Perhitungan haluan dengan menjumlah seluruh haluan di tiap waypoint.
II.1.7. Perhitungan jarak
Perhitunga jarak dilakukan dengan menjumlah seluruh jarak pada tiap waypoint.
II.1.8. Perhitungan lama waktu
Perhitungan lama waku terlebih dahulu harus diketahui berapa kecepatan standar
yang akan di gunakan. untuk simulasi digunakan data diatas dengan menggunakan
kecepatan 10 knot. Jarak (mil )
Kecepatan (knot )=lama waktu ( jam , menit )
hasil dari perhitungan diatas kemudian dikonfersikan dalam jam dan menit. Lama waktu
antar waypoint sudah dalam bentuk jam dan menit kemudian di jumlahkan keseluruhan.
Cara menghitung waypoint WP1- WP2
Waktu tempuh = knot
menit =
1063
= 6,3 jam = 6 jam 18 menit
Jadi waktu tempuh dari WP1-WP2 adalah 6 jam 18 menit.
2.2. ARPA ( Automatic Radar Plotting Aid )
Sebuah radar maritim dengan Automatic Radar Plotting Aid (ARPA)
memilikikemampuan dapat membuat trek menggunakan kontak radar. Sistem ini dapat
menghitung saja tracking, kecepatan dan titik terdekat pendekatan (CPA), sehingga tahu
jika ada bahaya tabrakan dengan kapal lain atau daratan.Pengembangan ARPA dimulai
setelah kecelakaan ketika kapal SS Italia Andrea Doria bertabrakan dalam kabut tebal dan
tenggelam di lepas pantai timur Amerika Serikat.
Radar ARPA mulai muncul di tahun 1960 dan, dengan perkembangan
mikroelektronika. The ARPA yang tersedia secara komersial pertama disampaikan kepada
kapal kargo dan diproduksi oleh Norcontrol, sekarang menjadi bagian dari Kongsberg
Maritim.
ARPA-radar diaktifkan sekarang tersedia bahkan untuk yacht kecil.Radar dan
ARPA (Automatic Radar Plotting Aids) adalah sistem standar pada semua kapal komersial
dan secara luas digunakan di sektor maritim rekreasi.
Edisi baru ini sepenuhnya direvisi mencakup radar lengkap / ARPA instalasi,
termasuk AIS (Automatic Identification System) dan ECDIS (Electronic Chart Display &
Sistem Informasi). Ini berfungsi sebagai yang paling komprehensif dan up-to-date
referensi.
Pada peralatan dan teknik untuk pengamat radar menggunakan sistem lama dan baru sama.
Cocok untuk digunakan baik sebagai referensi pengguna profesional dan sebagai teks
pelatihan, mencakup semua aspek dari radar dan teknologi ARPA, penggunaan dan
perannya dalam operasi kapal.
Referensi dibuat sepanjang untuk IMO (International Maritime Organization)
Standar Kinerja, peran radar dalam navigasi dan dalam menghindari tabrakan, dan untuk
internasional profesional dan amatir laut operasi kualifikasi.
Penggunaan radar sebagai bantuan navigasi primer serta alat keselamatan.
Memahami teori dasar radar dengan teknik merencanakan akan mengarah pada penggunaan
yang tepat dari ARPA dan fungsi lainnya.
Perkembangan cepat mengintegrasikan radar, ECDIS dan bantuan navigasi lebih
lanjut membutuhkan pelatihan permanen.Ketersediaan mikroprosesor biaya rendah dan
perkembangan teknologi komputer tingkat lanjut selama tahun 1970-an dan 1980-an telah
memungkinkan untuk menerapkan teknik-teknik komputer untuk meningkatkan sistem
komersial RADAR laut.
Radar memproduksi menggunakan teknologi ini untuk menciptakan Automatic
Radar Plotting Aids. ARPAs adalah komputer pengolahan data radar dibantu sistem yang
menghasilkan vektor prediksi dan informasi gerakan lainnya kapal.
Seperti yang bisa kita lihat dari pernyataan ini keuntungan utama ARPA adalah
untukpengurangan beban kerja personil jembatan dan informasi lebih lengkap dan lebih
cepat pada sasaran yang terpilih.Sebuah ARPA khas memberikan presentasi dari situasi
saat ini dan menggunakan teknologi komputer untuk memprediksi situasi masa depan.
Sebuah ARPA menilai risiko tabrakan, dan memungkinkan operator untuk melihat
manuver yang diusulkan oleh kapal sendiri.Sementara model yang berbeda dari ARPA
yang tersedia di pasaran, fungsi-fungsi berikut ini biasanya diberikan:
1. Gerak Benar atau relatif radar presentasi.
2. Otomatis akuisisi target akuisisi ditambah manual.
3. Digital membaca-out target diakuisisi yang menyediakan kursus, kecepatan, jangkauan,
bantalan, titik terdekat pendekatan (CPA, dan waktu untuk BPA (TCPA).
4. Kemampuan untuk menampilkan informasi tabrakan penilaian langsung pada PPI,
dengan menggunakan vektor (benar atau relatif) atau Prediksi grafis Luas Bahaya (PAD)
layar.
5. Kemampuan untuk melakukan manuver sidang, termasuk perubahan Tentu saja,
perubahan kecepatan, dan tentu saja gabungan / perubahan kecepatan.
6.Otomatis stabilisasi tanah untuk keperluan navigasi. ARPA proses informasi radar jauh
lebih cepat dari radar konvensional namun masih tunduk pada keterbatasan yang sama.
ARPA data hanya seakurat data yang berasal dari input seperti giro dan log
kecepatan. Rpaadalah singkatan dari Automatic Radar Plotting Aid, atau disebut alat
plotting radar secara otomatis.
Program yang dikembangkan ARPA berasal dari teknit segi tiga kecil dengan rasio
yang sama dan memanfaatkan arah baringan dan jarak pada tiap - tiap plotting, namun
dengan interval yang relatif sangat rapat (cepat) sesuai dengan resolusi komputer yang
digunakan, oleh karena itu ARPA mampu plotting sampai lebih 20 target sekaligus.
Secara garis besar, yang menjadi perhatian ada 2 hal yaitu:
a. Bagaimana cara menghindari tubrukan, dan
b. Bagaimana menentukan haluan atau arah yang benar berkaitan dengan rute kapal,
kemana kapal harus dilayarkan.
Menurut G.W.Anderson, seorang ahli navigasi dari Norwegia model navigasi dapat
digambarkan bentuk formatnya dibagi menjadi 2 loop tertutup, dimana loop sebelah kiri
menunjukkan adanya usaha mencegah resiko tubrukan dan loop sebelah kanan
menunjukkan loop untuk menentukan arah (haluan) yang benar:
2. Hal-hal yang menjadi perhatian IMO tentang instalasi ARPA di Kapal
Ketentuan selengkapnya tentang standard ARPA yang memenuhi syarat untuk dapat
dipasang dan digunakan di atas kapal adalah sebagaimana terdapat dalam Resolusi IMO
nomor A.422 (XII) antara lain:
a. Apakah ARPA dihubungkan dengan Radar secara ‘Independent’, ‘Integrated’, atau
‘Separate’. Independent maksudnya diatas kapal terdapat satu set Radar yang dilengkapi
dengan satu ARPA, ditambah dengan satu Radar tanpa ARPA. ‘Integrated’ artinya diatas
kapal terdapat satu set ARPA yang dihubungkan dengan sebuah Radar dengan
menggunakan satu ‘display-unit’ (Bila ada 2 Radar berarti ada 2 ARPA).
Gambar radar dari raster-scan display sintetis yang dihasilkan di layar televisi dan
terdiri dari sejumlah besar garis horizontal yang membentuk pola yang dikenal sebagai
suatu raster.
Jenis layar ini jauh lebih kompleks daripada layar sintetis radial-scan dan
membutuhkan sejumlah besar memori. Ada sejumlah keuntungan untuk operator dari
tampilan-raster scan dan secara bersamaan ada beberapa kekurangan juga.
Keuntungan yang paling jelas dari raster-scan layar adalah kecerahan gambar. Hal
ini memungkinkan pengamat untuk melihat layar dalam hampir semua kondisi cahaya
ambient. Dari semua manfaat yang ditawarkan oleh raster-scan radar inilah kemampuan
yang telah meyakinkan keberhasilannya.
Perbedaan lain antara radial-scan dan raster-scan display adalah bahwa yang kedua
memiliki layar persegi panjang. Ukuran layar yang ditentukan oleh panjang diagonal dan
lebar dan tinggi layar dengan perkiraan rasio 4:3. raster The-scan tabung televisi memiliki
kehidupan yang lebih lama daripada sebuah tabung sinar katoda radar tradisional (CRT).
Meskipun tabung lebih murah atas rekan mereka, kompleksitas dari pengolahan
sinyal membuatnya lebih mahal secara keseluruhan.Kelebihanya adalah kemampuan dapat
membuat trek menggunakan kontak radar.Kekurangannya adalah data yang ditampilkan
tidak semuanya akurat,masih ada kekurangannya.
Prinsip kerja
Sebuah radar maritim dengan Automatic Radar Plotting Aid (ARPA) memiliki
kemampuan dapat membuat trek menggunakan kontak radar. Sistem ini dapat menghitung
saja tracking, kecepatan dan titik terdekat pendekatan (CPA), sehingga tahu jika ada bahaya
tabrakan dengan kapal lain atau daratan.
Kelebihan alat
Keuntungan utama ARPA adalah untuk mengurangi beban kerja personil jembatan
dan informasi lebih lengkap dan lebih cepat pada sasaran yang terpilih.Sebuah ARPA khas
memberikan presentasi dari situasi saat ini dan menggunakan teknologi komputer untuk
memprediksi situasi kedepannya. Sebuah ARPA menilai risiko tabrakan, dan
memungkinkan operator untuk melihat manuver yang diusulkan oleh kapal sendiri.
Keuntungan yang paling jelas dari raster-scan layar adalah kecerahan gambar. Hal
ini memungkinkan pengamat untuk melihat layar dalam hampir semua kondisi cahaya
ambient. Dari semua manfaat yang ditawarkan oleh raster-scan radar inilah kemampuan
yang telah meyakinkan keberhasilannya
Perbedaan lain antara radial-scan dan raster-scan display adalah bahwa yang kedua
memiliki layar persegi panjang. Ukuran layar yang ditentukan oleh panjang diagonal dan
lebar dan tinggi layar dengan perkiraan rasio 4:3. raster The-scan tabung televisi memiliki
kehidupan yang lebih lama daripada sebuah tabung sinar katoda radar tradisional (CRT).
Kekurangan alat
Meskipun tabung lebih murah atas rekan mereka, kompleksitas dari pengolahan
sinyal membuatnya lebih mahal secara keseluruhan.Kelebihanya adalah kemampuan dapat
membuat trek menggunakan kontak radar.Kekurangannya adalah data yang ditampilkan
tidak semuanya akurat,masih ada kekurangannya.
2.3. GMDSS (Global Maritime Distress Safety System)
GMDSS adalah suatu paket keselamatan yang disetujui secara internasional yang
terdiri dari prosedur keselamatan, jenis-jenis peralatan, protokol-protokol komunikasi yang
dipakai untuk meningkatkan keselamatan dam mempermudah saat menyelamatkan kapal,
perauh, ataupun pesawat terbang yang mengalami kecelakaan.
II.1.9. Prinsip kerja
Peralatan EPIRB yang bekerja secara otomatis saat kapal mengalami kecelakaan ini
(saat ini diharuskan oleh SOLAS untuk dipakai pada semua kapal, baik kapal-kapal
komersial maupun kapal-kapal penumpang) didesain untuk mentransmisikan sinyalnya
yang berisi data indentifikasi registrasi sebuah kapal yang mengalami kecelakaan dan
lokasi akurat kapal tersebut ke Rescue Coordinaion Centre (RCC) terdekat.
Desain terbaru EPIRB saat ini terkoordinasi pula dengan system GPS, sehingga
memungkinkan bagi receiver (penerima sinyal) untuk dapat memastikan posisi kapal yang
mengalami kecelakaan dengan sangat akurat.
NAVTEX Sistem Satelit yang dioperasikan oleh Inmarsat, yang berada di bawah
kontrak dengan IMSO (International Mobile Satellite Organization), juga merupakan
elemen penting dari system GMDSS.
Empat jenis Inmarsat Ship Earth Station Terminal(Terminal Stasiun Penerima
Inmarsat di Bumi ) yang kompatibel dengan GMDSS antara lain : Inmarsat versi A, B, C,
dan F77 Inmarsat-A – Versi pertama yang dioperasikan oleh Inmarsat, memiki fungsi
sebagai penerima sinyal mengenai informasi yang diperlukan oleh sistem GMDSS melalui
transmisi oleh satelit milik inmarsat.
Kelebihan alat
Kelebihannya adalah setelah semua peralatan yang benar di kapal dalam situasi
darurat mungkin menggunakan sedikit jika orang di atas kapal belum melalui latihan
darurat yang diperlukan.
Sebelum kedatangan dari komunikasi nirkabel, kapal terputus di laut, tergantung
pada lewat kapal untuk membantu dalam keadaan darurat. Sekarang kita dapat
berkomunikasi dengan kapal di mana saja di dunia dalam keadaan darurat.
Kekurangan alat
Kekurangannya adalah harus ada orang yang ahli di dalam kapal untuk menghindari
terjadinya pemberitahuan yang palsu.
2.4. Emergency position Indicating Radio Beacon (EPIRB)
Emergency position Indicating Radio Beacon (EPIRB) berfungsi yaitu untuk
mendeteksi keberadaan / lokasi suatu benda ( pesawat atau kapal laut ) yang sedang
mengalami distress atau musibah sehingga mempermudah tim SAR atau tim penolong
untuk mengetahui lokasi di mana pesawat atau kapal laut mengalami distress atau musibah
sehingga cepat untuk mengadakan pertolongan atau bantuan.
EPIRB ( Emergency position Indicating Radio Beacon ) tentu bukan barang asing
bagi para pelaut baik yang bekerja pada kapal cargo maupun kapal tunda (Tug boat). Alat
yang satu ini tidak kalah penting dengan alat - alat keselamatan yang lainnya yang berada
di atas kapal. Biasanya kalau di Tug boat di tempatkan di sisi luar main deck atau tempat
yang mudah untuk di realase.
Prinsip Kerja
Ketika beacon aktif, sinyal akan diterima oleh satelit selanjutnya diteruskan
ke Local User Terminal (LUT) untuk diproses seperti penentuan posisi, encoded data dan
lain-lainnya. Selanjutnya data ini diteruskan ke Mission Control Cetre (MCC) di manage.
Bila posisi tersebut diluar wilayahnya akan dikirim ke MCC yang bersangkutan, bila di
dalam wilayahnya maka akan diteruskan ke instansi yang bertanggung jawab.
Cospas-Sarsat merupakan sistem search and Rescue (SAR) berbasis
satelit internasional yang pertama kali digagas oleh empat negara yaitu perancis, kanada,
american dan Rusia pada tahun 1979.
Misi program Cospas-Sarsat adalah untuk memberikan bantuan pelaksanaan SAR
dengan menyediakan distress alert dan data lokasi secara akurat, terukur serta dapat
dipercaya kepada seluruh komonitas internasional.
Tujuannya agar dikuranginya sebanyak mungkin keterlambatan dalam melokasi
suatu distress alert sehingga operasi akan berdampak besar dalam peningkangkatan
probabilitas keselamatan korban.
Keempat negara tersebut mengemabangkan suatu sistem satelit yang mampu
mendeteksi beacon pada frekuensi 121,5/243 MHz dan 406 MHz. Emergency Position-
Indicating Radio Beacon (EPIRB) adalah beacon 406 Mhz untuk pelayaran merupakan
elemen dari Global Maritime Distress Safety System (GMDSS) yang didesain beroperasi
dengan sistem the Cospas-Sarsat. EPIRB sekerang menjadi persyaratan dalam konvensi
internasioal bagi kapal Safety of Life at Sea (SOLAS).
Prinsip kerjaEmergency Position-Indicating Radio Beacon (EPIRB)
Perangkat berisi pemancar radio dua, 5-watt satu, dan satu 0,25 watt, masing-
masing beroperasi di 406 MHz, frekuensi standar internasional biasanya sinyal distress,
406MHz. Pemancar radio 5-watt yang disinkronkan dengan satelit cuaca GOES berkeliling
bumi dalam orbit geosynchronous.
Sinyal ditransmisikan oleh radio berisi nomor identifikasi unik. Jika satelit cuaca
dilengkapi dengan penerima GPS terinstal, dapat mendeteksi lokasi yang tepat dari
pemancar dari sinyal radio. Bahkan bisa mendapatkan informasi tentang pemilik radio set
jika EPIRB terdaftar.
Ketika beacon aktif, sinyal akan diterima oleh satelit selanjutnya diteruskan
ke Local User Terminal (LUT) untuk diproses seperti penentuan posisi, encoded data dan
lain-lainnya. Selanjutnya data ini diteruskan ke Mission Control Cetre (MCC) di manage.
Bila posisi tersebut diluar wilayahnya akan dikirim ke MCC yang bersangkutan,
bila di dalam wilayahnya maka akan diteruskan ke instansi yang bertanggung jawab.
Sistem Cospas-Sarsat terdiri dari satelit berorbit polar berjumlah 7 satelit yang
disebut LEOSAR dan berorbit geostasioner berjumlah 4 satelit yang disebut GEOSAR.
LEOSAR mempunyai cover area seluruh permukaan bumi secara periodik sehingga mampu
menjangkau kutub.
LEOSAR satelit beroperasi dengan mode -store-and-forward- yaitu men-store
sinyal dari beacon dan selanjutnya men-forward ke LUT. Satelit Cospas LEOSAR
disediakan oleh Rusia dan berorbit dengan ketinggian 1.000 km sedangkan satelit Sarsat
LEOSAR disediakan oleh AS dan berorbit dengan ketinggian 800 km sementara
instrumentnya disediakan oleh Perancis dan Kanada.
GEOSAR mempunyai cover area di bawah 70° lintang secara kontinu dan tidak
mampu menjangkau daerah kutub. Penentuan posisi beacon menggunakan prinsip dopler,
oleh karena GEOSAR tidak ada pergerakan posisi satelit maka prinsip dopler tidak bisa
diterapkan, dengan demikian posisi beacon berasal dari peralatan eksternal GPS atau
dengan kata lain GEOSAR hanya memproses beacon 406 MHz. Sampai tahun 2004, LUT
LEOSAR berjumlah 46 LUT yang tersebar di 30 negara sementara LUT GEOSAR
berjumlah 18 LUT.
Dalam hal EPIRB tidak kompatibel dengan penerima GPS, satelit geosinkron yang
mengorbit bumi hanya dapat memilih hanya radio sinyal yang dipancarkan oleh radio.
Lokasi pemancar atau identitas pemilik tidak dapat disimpulkan dalam kasus ini. Satelit ini
hanya dapat mengambil elemen sinyal tersebut dan mereka hanya dapat memberikan
gambaran kasar tentang lokasi EPIRB.
Sebuah sinyal 406MHz diperlakukan sebagai sinyal darurat sesuai standar
internasional. Sinyal bisa membantu Anda dalam menemukan pemancar bahkan jika itu
adalah 3 mil. Kapal atau individu dalam kesusahan dapat diidentifikasi jika EPIRB
terdaftar.
Jika emitor suatu mentransmisikan sinyal 121.5 MHz, penyelamat atau pihak yang
bersangkutan dapat mencapai orang hilang bahkan jika mereka berada pada jarak 15 mil.
Keakuratan mencapai target itu bisa diperbesar jika EPIRB juga berisi penerima GPS.
Menggunakan sebuah EPIRB
EPIRB harus diaktifkan untuk memancarkan sinyal. Hal ini dapat dilakukan dengan
menekan tombol pada unit, atau bisa terjadi secara otomatis jika dan ketika terjadi kontak
dengan air.
Berbagai terakhir ini dikenal sebagai EPIRB hidrostatik kualitas membuat EPIRB
hidrostatik pilihan terbaik bagi para pelaut karena mereka bisa secara otomatis dia aktif
dalam kasus kapal atau kapal memenuhi kecelakaan dan menemukan dirinya dalam
perairan dalam.
Titik untuk diingat adalah bahwa EPIRB perlu aktivasi untuk operasi, dan ini bisa
terjadi hanya jika muncul dari braket itu ditempatkan masuk ini dapat dilakukan secara
manual atau bisa terjadi secara otomatis, seperti dikatakan sebelumnya. Perangkat dasarnya
adalah baterai yang dioperasikan. Ini membantu karena daya adalah entitas pertama
yang akan terpengaruh jika terjadi bencana.
Kekurangannya adalah Dalam hal EPIRB tidak kompatibel dengan penerima GPS,
satelit geosinkron yang mengorbit bumi hanya dapat memilih hanya radio sinyal yang
dipancarkan oleh radio.
Lokasi pemancar atau identitas pemilik tidak dapat disimpulkan dalam kasus ini.
Satelit ini hanya dapat mengambil elemen sinyal tersebut dan mereka hanya dapat
memberikan gambaran kasar tentang lokasi EPIRB.
Kelebihannya adalah sebuah kapal dapat mengetahui keberadaan kita bahkan hingga jarak
15 mil jauhnya.
2.5. TransponderSearch and Rescue(SART)
Sebuah Transponder Search and Rescue (SART) adalah radar transponder tahan air
ditujukan untuk penggunaan darurat di laut. Radar-SART digunakan untuk mencari sekoci
penyelamat atau kapal tertekan dengan menciptakan serangkaian titik pada layar radar
kapal penyelamatan. Sart biasa rata-rata berbentuk silinder dan berwarna cerah.
Prinsip kerja
Radar-SART dapat dipicu oleh radarX-band dalam jarak sekitar 8mil laut(15
kilometer). Setiap pulsa radar yang diterima menyebabkan SART untuk mengirimkan
respon yang berulang-ulang menyapu seluruh pita frekuensi radar lengkap.
Ketika diinterogasi, pertama kali menyapu dengan cepat (0,4 mikrodetik) melalui
band sebelum memulai sapuan relatif lambat (7,5 mikrodetik) melalui jalur kembali ke
frekuensi awal.
Proses ini diulang untuk total dua belas siklus lengkap. Di beberapa titik disetiap
menyapu, frekuensi radar-SART akan cocok dengan radar interogasi dan berada dalam
band pass dari penerima radar. Jika radar-SART berada dalam jangkauan, frekuensi
pertandingan masing-masing selama 12 menyapu lambat akan menghasilkan respon pada
layar radar, sehingga garis 12 titik sama spasi sekitar 0,64 mil laut (1,2 km) akan
ditampilkan.
Ketika rentang ke SART radar-direduksi menjadi sekitar 1mil laut (2 km), layar
radar dapat menunjukkan juga 12 tanggapan yang dihasilkan selama menyapu cepat.
Respon ini dot tambahan, yang juga sama-sama spasi oleh 0,64 mil laut (1,2 km), akan
diselingi dengan garis aslinya dari 12 titik. Mereka akan muncul sedikit lebih lemah dan
lebih kecil dari titik-titik yang asli.
Kelebihan alat
Kelebihannya adalah dapat mengetahui keberadaan kita saat berada dalam keadaan
darurat dangan bantuan radar untuk mencarinya
Kekurangan alat
Kekurangannya adalah batasan jangkauannya yang tidak terlalu besar dengan
frekuensi tertentu
2.6. Global Positioning System (GPS)
Global Positioning System (GPS) adalah satu-satunya sistem navigasi satelit yang
berfungsi dengan baik. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal
gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan
digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan, arah, dan waktu.
Cara kerjaGlobal Positioning System (GPS)
Sistim ini menggunakan sejumlah satelit yang berada di orbit bumi, yang
memancarkan sinyalnya ke bumi dan ditangkap oleh sebuah alat penerima. Ada tiga bagian
penting dari sistim ini, yaitu bagian kontrol, bagian angkasa, dan bagian pengguna.
Bagian Kontrol
Seperti namanya, bagian ini untuk mengontrol. Setiap satelit dapat berada sedikit
diluar orbit, sehingga bagian ini melacak orbit satelit, lokasi, ketinggian, dan kecepatan.
Sinyal-sinyal sari satelit diterima oleh bagian kontrol, dikoreksi, dan dikirimkan kembali ke
satelit. Koreksi data lokasi yang tepat dari satelit ini disebut dengan data ephemeris, yang
nantinya akan di kirimkan kepada alat navigasi kita.
Bagian Angkasa
Bagian ini terdiri dari kumpulan satelit-satelit yang berada di orbit bumi, sekitar
12.000 mil diatas permukaan bumi. Kumpulan satelit-satelit ini diatur sedemikian rupa
sehingga alat navigasi setiap saat dapat menerima paling sedikit sinyal dari empat buah
satelit.
Bagian Pengguna
Bagian ini terdiri dari alat navigasi yang digunakan. Satelit akan memancarkan data
almanak dan ephemeris yang akan diterima oleh alat navigasi secara teratur. Data almanak
berisikan perkiraan lokasi (approximate location) satelit yang dipancarkan terus menerus
oleh satelit.
Data ephemeris dipancarkan oleh satelit, dan valid untuk sekitar 4-6 jam. Untuk
menunjukkan koordinat sebuah titik (dua dimensi), alat navigasi memerlukan paling sedikit
sinyal dari 3 buah satelit. Untuk menunjukkan data ketinggian sebuah titik (tiga dimensi),
diperlukan tambahan sinyal dari 1 buah satelit lagi.
Kelebihan GPS yaitu Proses navigasi lebih mudah dan cepat Demikian pula bagi
personel militer yang bergerak dengan menggunakan platform (kendaraan), bila
menggunakan peta (terutama dijital) dan GPS (receiver), navigasinya menjadi jauh lebih
mudah, menyenangkan, dan cepat.
Kekurangan GPS yaitu
1. Penggunaan GPS untuk mengetahui posisi yang mengandalkan setidaknya tiga satelit ini
tidak selamanya akurat.
2. Terkadang, dibutuhkan satu satelit untuk memperbaiki sinyal yang diterima
3. kecepatan sinyal GPS seringkali berubah karena dipengaruhi oleh kondisi atmosfer yang
ada
2.7. Radar
Radar adalah kependekan dari Radio detecting and ranging. Radar merupakan salah
satu alat bantu navigasi elektronika, yang digunakan untuk mendeteksi obyek (target/
sasaran) berdasarkan prinsip pengukuran waktu tempuh yang diperlukan untuk
merambatkan pulsa sinyal gelombang elektromagnetik, sejak sinyal tersebut dipancarkan
oleh transmitter hingga gema (echo) yang dipantulkan oleh obyek dan diterima pada
receiver. Obyek pengamatan radar dapat berupa: kapal, pulau, radar reflektor, pelampung
rambu dan benda lainnya yang dapat memantulkan gelombang elektromagnetik, bahkan
awan yang rendah serta hujanpun dapat dideteksi oleh radar.
Prinsip kerja RADAR
Konsep radar adalah mengukur jarak dari sensor ke target. Ukuran jarak tersebut
didapat dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan gelombang elektromagnetik selama
penjalarannya mulai dari sensor ke target dan kembali lagi ke sensor
Cara Pengoperasian RADAR
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan , maka teknologi yang
diterapkan pada radar semakin meningkat. Bermacam merk dan jenis radar dipasarkan
dengan beraneka fasilitas teknologi yang ditawarkan, antara lain : bentuk radar, jenis-jenis
tombol penyetel pun bervariasi. Namun demikian , walaupun bermacam-macam akan tetapi
pada dasarnya cara penggunaannya terdapat suatu prosedur yang baku.
Tombol pengatur yang terdapat pada display unit radar :
Tombol Power.
Pada tombol power terdapat 3 arah tampilan ; OFF, Stanby, ON. Pada posisi OFF;
aliran sumber tenaga (aliran listrik) yang menuju radar diputuskan, sehingga seluruh
komponen radar tidak bekerja. Posisi Stanby; sumber tenaga yang menuju ke radar
dialirkan, dan pada kedudukan tersebut aliran sumber tenaga dikendalikan oleh pengatur
waktu (timer) untuk pemanasan (warming up) seluruh komponen radar. Pada umumnya
pemanasan memerlukan waktu antara 3 ~ 5 menit. Sebelum lampu indikator READY
menyala, tombol power belum diijinkan diputar pada arah ON. Posisi ON; pada posisi ini
seluruh komponen radar sudah siap untuk dioperasikan.
Brightness
Tombol brightness merupakan pengatur terang atau gelapnya layar kaca (PPI) . Dengan
memutar tombol searah jarum jam, maka tampilan lingkaran jarak, garis baringan dan
obyek dapat dilihat pada PPI.
Sensitivity
Tombol sensitivity (kepekaan), adalah untuk mengatur kepekaan penerimaan receiver.
Dengan memutar tombol ini searah jarum jam, display unit akan mengatur kepekaannya
untuk menghilangkan tampilan gambar yang kotor (noise) agar layar PPI dapat
menampilkan gambar yang jelas.
Tuning
Tombol tuning ; untuk mengatur penerimaan echo dari obyek yang akan ditampilkan.
Untuk maksud tersebut , diupayakan jarum penunjuk tuning (tuning meter) menunjuk pada
tanda optimum, agar tampilan gambar pada PPI sempurna.
STC (Sea Turned Control)
Pada saat cuaca buruk , ketika sedang melakukan pelayaran dilaut permukaan
gelombang laut dapat terdeteksi oleh radar dan tergambar pada PPI, yang menyebabkan
tampilan obyek terkadang tertutup oleh pantulan gelombang laut tersebut. Dengan
mengatur tombol STC, maka kepekaan penerimaan refleksi sinyal permukaan laut
diperlemah, sehingga tampilan gambar obyek menjadi lebih jelas.
FTC (Fog Turned Control)
Ketika awan gelap dan rendah , atau hujan lebat maupun salju tampak pada
tampilan layar PPI, maka pengamat menjadi sulit untuk mengidentifikasi gambar
obyek pada PPI. Dengan mengatur tombol FTC, maka kepekaan penerimaan
pantulan dari hujan, awan ataupun salju dapat dikurangi, sehingga tampilan gambar
obyek menjadi lebih jelas.
Cursor
Cursor digunakan untuk memutar piringan penunjuk arah baringan (azimuth) kapal
terhadap obyek pada layar PPI.
Ring Marker
Tombol ini berfungsi untuk menampilkan lingkaran jarak dari pada PPI. Dengan
mengetahui jarak yang terdapat pada PPI tersebut, maka pengamat dapat menduga berapa
jarak dari pengamat ke obyek tersebut
VRM (Variable Ring Marker)
Dengan mengatur tombol ini dapat menduga jarak dan arah baringan dari pengamat
terhadap obyek.
Keuntungan dan Kerugian Radar
Ada banyak keuntungan penggunaan radar untuk remote sensing. Sensor radar tersedia
pada semua kapabilitas cuaca sebagaimana energi gelombang mikro menembus awan dan
hujan, biarpun, hujan menjadi sebuah faktor pada radar wavelength < 3 cm. Sensor radar
merupakan system penginderaan jauh yang aktif (active remote sensing system),
independen terhadap cahaya matahari, menyediakan sumber energi sendiri, dan juga
mampu meneyediakan kemampuan pada siang/malam. Ada penetrasi partial terhadap
vegetasi dan tanah. Data radar menawarkan informasi berbeda dari daerah visible dan infra
merah dari spektrum elektromagnetik. Sebagaimana dengan yang ada terdapat/ada
kekurangan dengan (drawback) dengan data radar. Radar imagery menampilkan “distorsi”
yang melekat (inherent) pada geometry citra radar. Juga satu yang harus dikoreksi untuk
speckle (bintik, bercak, kurik) atau coherent fading (warna yang pudar, kehilangan saling
berlengketan). Radar sensitive terhadap topografi, permukaan yang kasar seperti tanah
lapang (terrain) dan penutup tanah (ground cover), sifat-sifat dielektrik (dielectric
properties) (moisture content), dan gerakan. Semuanya ini bias dihubungkan dengan cirri-
ciri permukaan seperti landform dan morfologinya, landcover (penutup tanah), dan cirri-ciri
hidrologis (hydrological features).
DAFTAR PUSTAKA
Agung wahyono (1994), Navigasi dan seluruh sistemnya dalam menyelesaikan problem
pelayaran kapal survai dan ekspolasi perikanan, balai pengembangan penagkapan
ikan semarang
Argo Net News Letter (2000), Sea lions and satelites VMS in Alaska
FS.Howell MBE, capt.(1986), Navigation primer for fishermen
http://id.shvoong.com/exact-sciences/engineering/2165535-pengertian-radar-jenis-radar-
sistem/#ixzz2Ek7vqZUj diakses pada tanggal 8 desember 2013 pukul 10:30.
http://nurcahyanto88.wordpress.com/2010/06/02/sistem-radar-pada-pengindraan-jauh/
diakses pada tanggal 15 desember 2013 pada pukul 16.00 wib
http://www.bbppi.info/index.php?pilih=hal&id=6 diakses pada tanggal 8 desember 2013
pukul 10:30
http://www.maritimeworld.web.id/2010/11/pengertian-dari-arpa-dan-radar.html diakses
pada tanggal 8 desember 2013 pukul 10:30
http://www.stipjakarta.ac.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=544&Itemid=524 diakses pada tanggal 15
desember 2013 pada pukul 16.00 wib
M.N.Allery, H.E.Price, J.W. Ward and R.A.Da silva curiel (1995), Low earth orbit micro
satellites for data communications using small terminal, surrey satellite technology
Ltd, UK
Suwadiyono (2002), Alat bantu navigasi elctronik, balai pengembangan penangkapan ikan
semarang
Virtual safty training education platfrom (2003), Ship simulator
Lampiran
Kegiatan saat praktikum