4. hasil dan pembahasan 4.1 key...
TRANSCRIPT
11
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Partisipan dan Key Informant
Penelitian ini terdiri dari 5 orang partisipan yang ditetapkan dengan
kriteria merupakan petani sayuran organik yang tergabung dalam anggota dan
pengurus kelompok tani Tranggulasi, yaitu Bapak Harto Slamet, Bapak
Suparyono, Bapak Syaifrudin, Bapak Jumarno dan Bapak Harun. Karakteristik
partisipan dapat dilihat berdasarkan tabel 4.1.
Tabel 4.1. Karakteristik Umum Partisipan Anggota Kelompok Tani
Tranggulasi Nama Umur
(tahun)
Pendidikan Pendapatan
/bulan (Rp)
Keterangan
Harto Slamet 58 SD 2.500.000 Wakil Ketua / Sesepuh
Harun 48 SD 1.500.000 Anggota / Seksi Pengelola Lahan
Jumarno 47 SMP 2.000.000 Anggota / Seksi Usaha
Suparyono 49 SD 1.500.000 Sekretaris II
Syaifrudin 35 SMP 1.000.000 Bendahara
Sumber : Data primer, 2013
Selain data dari para partisipan diambil juga data dari key informant yang
bertujuan untuk memvalidasi data hasil wawancara dengan partisipan.
Karakteristik key informant dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Karakteristik Umum Key Informant
Nama Umur
(tahun)
Pendidikan Keterangan
Pitoyo Ngatimin 46 S1 Ketua Kelompok Tani Tranggulasi
Abdul Wahab 41 SLTA Sekretaris 1 Kelompok Tani Tranggulasi
Petrus Kriswigati 55 D3 PPL Dinas Pertanian
Sumber : Data primer, 2013
4.2 Bentuk Partisipasi Petani di Kelompok Tani Tranggulasi
4.2.1 Partisipasi Buah Pikiran
Menurut Khotim (2004), partisipasi buah pikiran merupakan sumbangan
ide bentuk keterlibatan yang mengarah pada perumusan, perancangan dan
perencanaan kegiatan. Partisipasi buah pikiran di kelompok tani Tranggulasi
selebihnya berupa sumbangan ide dan informasi dalam mendukung budidaya
organik. Berikut pernyataan dari partisipan mengenai partisipasi buah pikiran:
12
“ sebagai pengurus seksi usaha saya biasa nyumbang ide misalnya kita kelompok butuh
pupuk organik, selain pakai kotoran sapi, saya juga pakai urine sapi untuk buat pupuk
organik cair, itu dicampur EM4 biar bisa jadi, ide ini yang saya kasih ke kelompok trus
kita coba buat dan hasilnya juga memuaskan.” (Bapak Jumarno)
“ dalam rapat rutin kelompok tani Tranggulasi, ide atau pemikiran yang sering
disampaikan kebanyakan merupakan informasi tentang budidaya misalnya kendala cuaca,
hama, kebutuhan air. Selain itu informasi pasar juga sering disampaikan dalam rapat
seperti informasi harga, kontrak jual-beli.” (Bapak Harto Slamet)
Partisipasi buah pikiran yang tergambar dari pernyataan parisipan adalah
sumbangan ide dalam membuat pupuk cair organik dan informasi mengenai
budidaya, harga dan kontrak jual-beli. Hal ini juga didukung dengan pernyataan
key informant :
“ dalam rapat tidak menutup kemungkinan anggota kelompok memberi masukan
informasi atau pun ide-ide untuk mendukung kegiatan organik disini, informasi mengenai
harga yang ditawarkan, kontrak jual-beli. Selain itu pada proses budidaya organik,
banyak kendala-kendala yang anggota rasakan misalnya kekurangan pupuk organik,
disitu muncul ide-ide baru misalnya membuat pupuk cair organik, tidak hanya kotoran
sapi saja yang kita manfaatkan tetapi air kencing sapi juga bisa kita jadikan pupuk.”
(Bapak Abdul Wahab)
Penuturan dari partisipan dan key informant tentang bentuk partisipasi
buah pikiran yang diberikan oleh anggota kelompok adalah ide dan informasi.
Terdapat ide - ide berupa pemikiran untuk memanfaatkan sumberdaya yang ada di
kelompok guna mendukung kegiatan budidaya sayuran organik yaitu
memanfaatkan urine sapi untuk dijadikan pupuk organik cair. Sumbangsih
partisipasi buah pikiran selanjutnya adalah informasi. Informasi yang diberikan
mencakup aspek budidaya dan pemasaran produk. Informasi dalam aspek
budidaya meliputi; kendala dalam budidaya organik seperti serangan hama
penyakit, kebutuhan akan pupuk organik dan air sedangkan dari aspek pemasaran
produk meliputi informasi pasar, harga, kontrak jual-beli dan komuditas sayuran
organik.
4.2.2 Partisipasi Tenaga
Menurut Khotim (2004), bahwa partisipasi tenaga merupakan bentuk
keterlibatan seserorang secara fisik dalam aktifitas sosial. Sejalan dengan
pernyataan tersebut partisipasi tenaga merupakan hal yang penting dalam
budidaya sayuran organik bagi anggota kelompok tani Tranggulasi. Berikut
pernyataan dari partisipan mengenai partisipasi tenaga :
13
“ partisipasi tenaga yang sering diberikan oleh anggota kelompok dari budidaya sampai
pasca panen. Saya pribadi juga seperti itu, lahan yang saya punya, yah saya yang
mengelola, mulai dari mencangkul, memasang mulsa, tanam, perawatan sampai panen
hasil dari itu semua saya serahkan ke kelompok.” (Bapak Jumarno)
“ tenaga yang saya punya yah saya bisa kerja buat kelompok mas, kalau ada kegiatan
mbangun pipa irigasi atau kita disuruh ngerawat pipa irigasi, yah saya kerja, tenaga saya
untuk ngasih ke kelompok.” (Bapak Harun)
Tergambar dari pernyataan di atas, bahwa partisipasi tenaga yang diberikan adalah
mengikuti kegiatan kerja kelompok dalam berbudidaya organik. Mendukung
pernyataan dari partisipan, selaku key informant membenarkan:
“ partisipasi tenaga yang diberikan anggota kelompok yaitu dari aspek budidaya,
contohnya masing-masing dari anggota mengelola lahan mereka sendiri. Hal ini
merupakan kewajiban dari anggota karena jika mereka tidak memberikan tenaga maka
hasilnya tentu tidak akan maksimal atau rugi. Selain budidaya, partisipasi tenaga dalam
kegiatan pasca panen juga sering diberikan, bisa dilihat dalam proses pensortiran dan
pengepakan di gudang, disana teman-teman anggota berkerja dalam menyelesaikan
kegiatan tersebut.”( Bapak Pitoyo)
“ seluruh kegiatan kelompok tani Tranggulasi mulai dari proses budidaya sampai pasca
panen ini dibutuhkan tenaga. Setiap anggota kelompok wajib memberikan tenaganya
untuk mendukung kegiatan kelompok. Tenaga yang diberikan tidak hanya mengelola
lahan pribadi selain itu juga untuk mendukung keberlangsungan kegiatan kelompok
seperti membuat embung, saluran irigasi.” (Bapak Abdul Wahab)
Partisipasi tenaga yang diberikan oleh anggota kelompok tani Tranggulasi
meliputi kegiatan fisik yaitu kegiatan kerja berbudidaya organik mulai dari
kegiatan produksi hingga pasca panen dan perawatan fasilitas kelompok.
Limpahan tenaga ini diperuntukkan guna mendukung seluruh kegiatan di
kelompok tani Tranggulasi. Hal ini dikarenakan partisipasi tenaga dirasa sebagai
suatu kewajiban karena tanpa partisipasi tenaga maka seluruh kegiatan budidaya
pengembangan agribisnis pertanian sayuran organik tidak akan berjalan dengan
baik.
4.2.3 Partisipasi Harta Benda
Menurut Fahrudin (2011) dalam Setiawan (2013), partisipasi harta benda
adalah yang diberikan orang dalam bentuk uang atau materi sebagai modal
pembangunan. Begitu juga yang tergambar di kelompok tani Tranggulasi seperti
penyediaan tanah dan iuran yang disampaikan oleh Bapak Syarifudin (35th)
sebagai berikut:
“ untuk harta benda kami hanya memberikan semampu kami saja,yah namanya kita
hanya petani mas…untuk saya pribadi saya menyewakan kepada anggota sebidang tanah
untuk ditanami sayur oleh kelompok...uang sewanya enggak banyak sih mas hanya
Rp.500.000,- per tahunnya, kalau untuk kelompok saya rela yang penting untuk
14
kepentingan bersama nomer 1 mas. Kebetulan saya sebagai bendahara 2 di kelompok,
saya juga yang mengurus keuangan dari kelompok…itu berasal dari iuran-iuran wajib
dari anggota.”
Berdasarkan penuturan Bapak Syaifrudin (35th), dalam hal sumbangsih harta
benda seluruh anggota menyumbangkan seturut dengan kemampuan mereka.
Sumbangan yang diberikan berupa lahan yang disewakan untuk kelompok dan
iuran wajib. Memperjelas pernyataan tentang iuran wajib dari partisipan, selaku
key informant menambahkan :
“ dalam partisipasi harta benda, biasanya seperti ini, yaitu memberikan fasilitas untuk
kegiatan magang siswa/mahasiswa, memberikan akomodasi dalam mengikuti
pameran/pelatihan organik. Selain itu ada iuran untuk tanam pertama itu ada iuran saham
Rp.25.000/anggota, iuran wajib Rp.1000/bulan, potongan hasil panen diambil Rp.100/kilo
semuanya itu masuk ke kas kelompok.”(Bapak Pitoyo)
“ untuk kelompok tani ini, bentuk dari partisipasi harta benda tidak hanya berupa uang
iuran tetapi juga ada iuran pupuk kandang masing-masing anggota harus 2 keranjang atau
± 60 kg.”(Bapak Abdul Wahab)
Menyimpulkan hasil wawancara dengan partisipan dan key informant di
atas, bahwa partisipasi dalam bentuk harta benda terdiri dari iuran wajib dan
bangunan. Iuran wajib diperuntukkan sebagai pendukung pembiayaan dalam
berbudidaya organik, sedangkan sumbangan bangunan berupa rumah dan tanah,
rumah dipergunakan sebagai wadah atau fasilitas dalam kegiatan permagangan
serta tanah sebagai lahan tempat berbudidaya sayuran organik. Seluruh
sumbangsih harta benda yang diberikan oleh anggota ini berdasarkan kemampuan
dan sukarela dari seluruh anggota.
4.2.4 Partisipasi Keterampilan
Tentang bentuk partisipasi keterampilan, tidak semua anggota kelompok
mempunyai keterampilan yang sama. Bentuk partisipasi keterampilan hampir
mirip dengan partisipasi tenaga, namun bentuk partisipasi ini lebih spesifik pada
kemampuan personal dari masing-masing anggota kelompok tani tersebut. Berikut
pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Jumarno (47th) menggambarkan
keterampilan yang dimilikinya:
“ untuk partisipasi keterampilan, saya bisa dalam hal pembukuan kelompok, jadi semua
pencatatan akuntansi saya yang urus, keluar masuknya sayur saya yang catat itu butuh
terampil dan kita harus teliti mas.”
15
Seperti yang disebutkan dalam pernyataan di atas yaitu bentuk partisipasi yang
diberikan adalah pembukuan seluruh transaksi di kelompok. Membenarkan bentuk
keterampilan yang disebutkan partisipan, berikut pernyataan dari key informant :
“ dalam keanggotaan kelompok tani ada yang bisa administrasi…nah hal ini bisa dipakai
untuk mendukung kegiatan kelompok tani contohnya Pak Jumarno, beliau mahir dalam
hal pembukuan…yah saya tugaskan saja jadi pengelola gudang.” (Bapak Pitoyo)
“ kami membagi pekerjaan berdasarkan keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing
anggota kelompok. Saya dan beberapa anggota lain seperti Pak Suparyono, Harto Slamet,
dan juga Pak Supardi khusus menangani pembuatan pupuk.”(Bapak Abdul Wahab)
Bentuk partisipasi keterampilan yang muncul di kelompok tani
Tranggulasi ini bermacam-macam, mulai dari keterampilan dalam pembuatan
pupuk organik serta pembukuan administrasi kelompok. Selaras dengan
pernyataan dari Fahrudin (2011) bahwa partisipasi keterampilan adalah kemahiran
yang diberikan orang untuk mendorong aneka ragam bentuk usaha dan industri.
Partisipasi keterampilan yang diberikan oleh seluruh anggota kelompok sesuai
dengan kelebihan dan kemampuan dari masing-masing anggota dan semuanya itu
untuk mendukung kegiatan pengembangan pertanian sayuran organik di
Kelompok Tani Tranggulasi.
4.2.5 Partisipasi Sosial
Bentuk partisipasi ini adalah dimana setiap anggota akan dianggap sebagai
bagian dari kelompoknya. Huraerah (2008) memaparkan bahwa partisipasi sosial
adalah yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban. Menurut KBBI arti dari
keguyuban adalah berasal dari kata dasar guyub yang berarti perkumpulan yang
bersifat kekeluargaan, didirikan orang-orang yang sepaham (sedarah) untuk
membina persatuan (kerukunan) diantara para anggotanya (Anonim 2014a).
Berikut petikan wawancara dengan Bapak Suparyono (49th) tentang bentuk
partisipasi sosial:
“ partisipasi sosial untuk kelompok tani, yah semua anggota itu sering mengikuti rapat
rutin, gotong royong, semua itu dilakukan secara sukarela mas…semua anggota punya
inisiatif sendiri,..yah karena itu semua untuk kebutuhan kelompok juga. Kalau untuk
partisipasi sosial dengan desa disini, kita sering mengikuti pengajian bersama, kegiatan
bersih-bersih kampung.”
Tercermin dari pernyataan partisipan bahwa partisipasi sosial sebagai tanda
keguyuban yang diberikan anggota kelompok tani Tranggulasi adalah mengikuti
16
rapat rutin internal kelompok, gotong royong dalam membangun fasilitas
kelompok. Mendukung pernyataan di atas, key informant menambahkan :
“ untuk kegiatan sosial di internal kelompok pasti semua anggota ikut serta contohnya
rapat rutin, gotong royong waktu bangun fasilitas kelompok. Semua kegiatan diikuti
anggota karena mereka mempunyai tujuan dan kepentingan bersama untuk kemajuan
kelompok tani ini mas.. Kalau untuk kegiatan sosial dengan masyarakat desa disini,
anggota kelompok sering ikut kerja bakti dalam kegiatan bersih-bersih kampung, kegiatan
lain lagi kalau ada warga desa yang terkena musibah, kelompok tani sudah menyiapkan
sumbangan.”(Bapak Pitoyo)
“ namanya kita bersosial kelompok pasti ada tujuan yang kita mau tuju, yah untuk itu kita
kelompok ini saling membantu dan aktif mulai dari ikut rapat, gotong royong tanam atau
panen, hajatan, pengajian dan misalnya ada anggota atau warga sini yang kena musibah
pasti kita bantu mas, semua itu untuk kepentingan bersama dan untuk kemajuan
kelompok tani Tranggulasi disini juga mas tooh kita sama-sama rasa juga.”(Bapak Abdul
Wahab)
Berdasarkan argumen dari partisipan dan key informant mengenai
partisipasi sosial, dapat disimpulkan bahwa ada 2 (dua) kelompok partisipasi
sosial yaitu internal dan eksternal kelompok. Internal kelompok meliputi
mengikuti rapat, gotong royong dalam berkerjasama membangun dan merawat
fasilitas kelompok. Hal ini dikarenakan anggota kelompok menyadari menyadari
satu paham dan tujuan yang sama dalam memajukan kegiatan pengembangan
agribisnis pertanian sayuran organik di kelompok tani Tranggulasi. Eksternal
yaitu anggota kelompok ikut andil dalam semua kegiatan di desa tersebut mulai
dari mengikuti pengajian, hajatan dan sumbangan sosial kepada warga desa yang
terkena musibah, hal ini dikarenakan seluruh anggota kelompok tani Tranggulasi
menyadari bahwa mereka adalah bagian dari desa tersebut.
4.3 Faktor-faktor Pendorong Partisipasi Petani
Menurut Suciati (2006), ada 2 (dua) faktor yang dapat menjadi pendorong
komunitas untuk berpartisipasi. Faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal itu antara lain usia, tingkat pendidikan dan tingkat
penghasilan. Sementara faktor eksternal dapat berupa lembaga-lembaga yang
memberikan dukungan agar mendorong terjadinya partisipasi komunitas.
4.3.1 Faktor Internal Petani
a. Usia
Menurut Slamet (1994), bahwa usia berpengaruh pada keaktifan seseorang
dalam berpartisipasi. Dalam hal ini golongan tua yang dianggap lebih
17
berpengalaman atau senior akan lebih banyak memberikan pendapat dan motivasi
(Yulianti, 2000 dalam Suciati, 2006). Hal ini juga terlihat di kelompok tani
Tranggulasi, dimana anggota yang sudah sesepuh bentuk partisipasinya hanya
sebatas partisipasi buah pikiran yaitu berbagi pengalaman dan motivasi. Berikut
petikan wawancara dengan Bapak Harto Slamet (58th) sebagai sesepuh kelompok
mengenai bentuk partisipasi yang diberikan:
“ saya bertambah umur berarti bertambah pengalaman, jadi yang bisa saya berikan itu
hanya pengalaman saja sama anggota kelompok. Dalam rapat juga seperti itu mas…saya
biasa memberikan motivasi kepada teman-teman anggota agar terus semangat
berbudidaya organik, karena saya juga yang paling sesepuh disini makanya saya harus
bisa memberikan contoh yang baik juga mas, di umur saya yang sudah tua ini yah saya
hanya bisa berbagi pengalaman saja mas…kalau untuk tenaga dan lainnya saya serahkan
pada yang muda saja, saya sebagai penasehat saja.”
Penuturan Bapak Harto Slamet (58th) sependapat dengan Tamarli (1994), yang
menyatakan bahwa semakin tua usia seseorang, relatif berkurang kemampuan
fisiknya dan keadaan tersebut akan berperan dalam partisipasinya. Namun pada
anggota kelompok tani Tranggulasi yang lain, yang usianya lebih muda juga
memberikan kontribusi yang berbeda dalam kelompok tani Tranggulasi. Berikut
pernyataan dari Bapak Jumarno (47th):
“ kalau saya masih siap untuk segala sesuatu mas….yah umur saya baru 47 tahun, masih
kuat lah mas. Untuk kegiatan kelompok saya pasti nomer satu, mau dari budidaya sampai
pasca panen, kebetulan juga saya sebagai pengelola gudang jadi setiap hari saya kudu
stanby di gudang, jadi saya yang mengawasi, mencatat keluar masuknya sayur.”
Mendukung dari pernyataan partisipan, key informant menambahkan:
“ kalau dari segi usia, semua anggota punya hak untuk berpartisipasi, tidak terkecuali
anggota yang sudah lanjut usia contohnya mbah Harto Slamet, beliau sering sekali
menyampaikan pengalaman dia dalam bertani jadi misalnya dalam rapat ada anggota
yang terkendala masalah hama, beliau pasti langsung memberikan solusi dan beliau
menjadi panutan di kelompok tani Tranggulasi ini karena sudah banyak makan garam.
Dalam organisasi kelompok, beliau saya percayakan sebagai wakil ketua dan penasehat di
kelompok tani ini.”(Bapak Pitoyo)
“ semua anggota punya hak dan kewajiban untuk berpartisipasi, baik yang tua atau yang
muda. Banyak hal yang bisa diberikan untuk kemajuan dan pengembangan kelompok tani
disini, untuk buah pikiran bagi yang sudah sesepuh mereka bisa menyumbangkan
pengalaman mereka dalam bertani organik…yah mereka kan sudah lahir duluan dari kita
mas jadi yah otomatis pengalaman mereka lebih banyak, tetapi untuk yang masih muda
seperti saya dan anggota yang lain pasti untuk semua bentuk partisipasi…pasti kami siap
mas.”(Bapak Abdul Wahab)
Menyimpulkan berdasarkan usia anggota kelompok tani Tranggulasi
terhadap bentuk partisipasi yang diberikan adalah kelompok usia lanjut
(>50tahun) akan berkontribusi sebatas bentuk partisipasi buah pikiran yaitu
18
berbagi pengalaman dan motivasi, sedangkan kelompok usia yang masih
produktif (< 50 tahun) cenderung berpartisipasi dalam seluruh bentuk partisipasi
baik dalam menyumbangkan buah pikiran, tenaga, harta benda, keterampilan dan
sosial.
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang dalam komunitas turut menentukan bentuk
partisipasi yang diberikan pada komunitasnya. Anggota kelompok tani
Tranggulasi tidak semuanya berpendidikan tinggi, hal ini menentukan bentuk
partisipasi yang diberikan. Berdasarkan latar belakang tingkat pendidikan, bentuk
partisipasi yang muncul adalah buah pikiran dan keterampilan. Membedakan
partisipasi buah pikiran, anggota yang berpendidikan rendah cenderung hanya
mengikuti kebijakan yang dibuat oleh pengurus kelompok. Berikut penuturan dari
Bapak Harun (48th) dengan latar belakang pendidikan SD :
“ pendidikan saya hanya SD atau dulu itu sekolah rakyat mas, untuk ide-ide saya hanya
ikut saja apa kata pengurus, biar mereka saja yang atur saya terima kerja saja.”
Berdasarkan penuturan Bapak Harun (48th) bahwa buah pikiran yang
diberikannya hanya sebatas mengikuti saja. Hal ini membedakan bentuk
partisipasi buah pikiran pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Berikut
penuturan dari Bapak Jumarno (47th) dengan latar belakang pendidikan SMP :
“ kalau di kelompok saya termasuk dalam pengurus, disitu kami yang rancang rencana
kerja misalnya kalau ada hibah dana disitu kita yang tentukan mau diapakan dana itu, jadi
dirapat itu saya biasa memberikan ide-ide misalnya uang itu kita pakai untuk beli sapi,
selain bermanfaat kotorannya nanti juga bisa kita jual.”
Membenarkan dari pernyataan kedua partisipan tersebut, berikut pernyataan key
informant :
“ memang jauh berbeda mas...antara orang yang berpendikan dengan yang tidak, artinya
dari segi pandangan, pola pikir dan imajinasi itu orang yang berpendidikan akan
mempunyai kelebihan dalam menyampaikan ide dan pemikiran yang memajukan
kelompok disini dan pastinya berbanding terbalik dengan orang yang kurang dalam
pendidikan mereka akan cenderung untuk mengikuti saja apa yang sudah ada, tapi tidak
hanya itu saja mereka juga punya kemampuan dalam memecahkan masalah sendiri atas
dasar pengalaman yang mereka punya.” (Bapak Abdul Wahab)
Latar belakang tingkat pendidikan mempengaruhi bentuk partisipasi buah
pikiran yang diberikan. Anggota kelompok yang berpendidikan rendah cenderung
tidak memberikan partisipasi buah pikiran yang berarti sedangkan anggota yang
berpendidikan tinggi memberikan ide-ide yang bersifat nomatif dalam merancang
19
rencana kerja dalam kelompok tani Tranggulasi. Hal ini seiring dengan pernyataan
Slamet (1994), bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi dalam berpartisipasi
karena dengan latar belakang pendidikan yang diperoleh, seseorang akan lebih
mudah berinovasi dan mempunyai pikiran yang kreatif.
Bentuk partisipasi keterampilan juga terlihat berbeda berdasarkan tingkat
pendidikan yang dimiliki anggota kelompok tani Tranggulasi. Berikut penuturan
dari Bapak Harun (48th) dengan latar belakang pendidikan SD:
“ yah bisa lah mas keterampilan yang saya punya bisa nukang atau tukang bangunan
wong saya ini hanya lulusan SD kok, jadi kalau kelompok mau mbangun saya siap bantu
biar mereka enggak cari tukang lain lagi kan kalau pakai tukang lain pasti bayar lagi
mas.”
Keterampilan yang dijabarkan oleh Bapak Harun (48th) merupakan keterbatasan
dari latar belakang pendidikannya sehingga hanya menyumbangkan seturut
dengan kemampuan yang dimiliki berupa keterampilan menjadi tukang bangunan.
Keterampilan lain juga diberikan oleh Bapak Jumarno (47th)lewat penuturan
berikut:
“ kalau pendidikan yah saya hanya lulusan SMP mas…saya dipercayakan oleh kelompok
sebagai sekretaris pengelola gudang, kebetulan saya mahir dalam pembukuan yang saya
dapat di sekolah dulu, itu yang saya pakai mas…yah lumayan lah mas bisa untuk
membantu kelompok.”
Terlihat jelas perbedaan keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing
partisipan, yaitu pada latar belakang pendidikan rendah, keterampilan yang
muncul berupa menjadi tukang bangunan dan pada latar belakang pendidikan
tinggi yaitu keterampilan dalam hal pembukuan administrasi kelompok.
Membenarkan perbedaan tersebut, berikut pernyataan key informant mengenai
bentuk partisipasi keterampilan:
“ keterampilan yang dikasih anggota macam-macam bentuknya, kalau yang
berpendidikan SD apa yang mereka bisa yah itu yang dikasih, ada yang bisa nukang yah
silahkan selama itu membangun dan menguntungkan kelompok enggak papa, seperti ini
lagi mas, untuk mengelola aktifitas di gudang misalnya pencatatan administrasi saya
menugaskan anggota yang mengerti dan paham tentang pembukuan..nah ini butuh orang-
orang yang pinter dalam hal ini yang berpendidikan baik seperti pak Jumarno sebagai
pengelola gudang dan Syaifrudin sebagai bendahara.”(Bapak Pitoyo)
Menyimpulkan hasil temuan melalui wawancara, ditemukan bahwa tingkat
pendidikan mempengaruhi bentuk partisipasi yang diberikan. Hal ini selaras
dengan pernyataan Mubyarto dan Kartodirdjo (1988) yang mengatakan bahwa
faktor pendidikan mempunyai pengaruh positif dalam derajat partisipasi yang
20
diberikan. Pada tingkat pendidikan rendah, bentuk partisipasi keterampilan yang
diberikan hanya berdasarkan kemampuan individu yaitu menjadi tukang bangunan
guna mendukung pembangunan fasilitas di kelompok tani Tranggulasi.
Selanjutnya pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi maka bentuk partisipasi
keterampilan yang diberikan akan lebih berkualitas berdasarkan pada pendidikan
yang pernah ditempuh seperti pembukuan dalam administrasi kelompok.
c. Tingkat Penghasilan
Menurut Panudju (1999) dalam Suciati (2006), masyarakat hanya akan
bersedia untuk mengerahkan semua kemampuannya apabila hasil yang dicapai
akan sesuai dengan keinginan dan prioritas kebutuhan mereka. Selaras dengan
pendapat tersebut, bahwa tingkat penghasilan yang didapat oleh petani anggota
kelompok tani Tranggulasi menjadi faktor pendorong dalam memberikan
partisipasi. Bentuk partisipasi yang dominan muncul adalah bentuk partisipasi
buah pikiran, tenaga dan harta benda.
Pertama akan dibahas bentuk partisipasi buah pikiran dimana para anggota
kelompok tani Tranggulasi memberikan motivasi atau ajakan untuk berbudidaya
organik baik kepada anggota ataupun ke orang lain. Berikut pernyataan dari
Bapak Harto Slamet (58th) untuk bentuk partisipasi buah pikiran:
“ kalau dari penghasilan begini mas…saya hanya bisa mengajak dan motivasi orang lain
untuk berbudidaya organik, karena sehat dan harganya lumayan juga. Alhamdulilah saya
sangat menikmati hasilnya sekarang mas...harga juga tinggi dan sehat makanya saya
mengajak teman-teman untuk ikut jejak saya, dengan hasil yang saya dapat sekarang pasti
mereka mau ikut berorganik.”
Mempertegas pernyataan mengenai bentuk partisipasi buah pikiran yang muncul
berikut pernyataan dari key informant:
“ Alhamdulilah anggota kelompok disini saling berbagi ilmu dan motivasi untuk teman-
teman yang lain untuk berbudidaya organik karena sehat dan penghasilan mereka yang
baik.”(Bapak Pitoyo)
“ untuk memacu keinginan petani lain untuk ikut bertani organik maka yang kita
butuhkan adalah contoh orang yang telah berhasil yah dalam hal ini orang yang
berpenghasilan baik dari budidaya organik. Nah dari situ kita bisa menyumbangkan ide
dan motivasi untuk mengajak oranglain berbudidaya organik.”(Bapak Abdul Wahab)
Berdasarkan pernyataan dari partisipan dan key informant, bahwa tingkat
penghasilan mempengaruhi bentuk partisipasi buah pikiran. Partisipasi buah
pikiran yang dimaksud adalah berbagi pengalaman dan motivasi untuk ikut
berbudidaya organik.
21
Partisipasi tenaga, dimana dengan tingkat penghasilan yang baik secara
langsung mempengaruhi partisipasi tenaga yang muncul. Bapak Jumarno (47th)
misalnya, menyebutkan bahwa keterlibatan dirinya dalam bentuk partisipasi
tenaga dipengaruhi oleh tingkat penghasilan :
“ saya kerja keras berorganik ini yah untuk cari duit mas…cari penghasilan itu, karena
berorganik ini penghasilan saya jadi lumayan. Misalnya yah mas…harga untuk brokoli
organik Rp. 14.000,- harga di pasar bisa setengah harga dengan non organik, dengan
tingkat penghasilan yang seperti itu yah saya mau bekerja mas ngasih tenaga untuk
kelompok dan untuk saya pribadi juga.”
Pernyataan Bapak Jumarno (47th) bahwa bentuk partisipasi yang diberikan adalah
bentuk partisipasi tenaga yaitu kerja budidaya organik, karena beliau merasa
penghasilan yang didapat dari bertani organik sangat baik dibandingkan dengan
penghasilan bertani non organik. Mempertajam pernyataan dari partisipan, key
informant menambahkan :
“ sudah pasti ada tenaganya mas, orang yang berpenghasilan baik pasti harus kerja
keras..yah yang terjadi disini juga seperti itu mas…teman-teman anggota kelompok
bekerja keras untuk penghasilan yang lebih baik.”(Bapak Pitoyo)
“ semakin banyak penghasilan, otomatis orang itu berkerja keras. Sama halnya juga di
kelompok tani Tranggulasi ini, semakin kita berkerja keras pasti hasilnya juga
memuaskan, jadi tenaga punya peran penting dalam budidaya organik disini.”(Bapak
Abdul Wahab)
Terlihat dari pernyataan partisipan dan key informant dapat disimpulkan bahwa
faktor tingkat penghasilan sangat mempengaruhi bentuk partisipasi tenaga, dalam
hal ini seluruh anggota memberikan tenaga dan kerja keras untuk mendapatkan
penghasilan yang lebih baik.
Selanjutnya adalah tingkat penghasilan mempengaruhi bentuk partisipasi
harta benda yang diberikan anggota kelompok tani Tranggulasi. Berikut
pernyataan dari Bapak Syaifrudin (35th) mengenai hal tersebut :
“ dari penghasilan berorganik yang lumayan itulah ada saya sisipkan untuk kelompok,
yah itu tadi iuran wajib sama sumbangan-sumbangan lainya, pokoknya mas kalau untuk
kelompok pasti saya siap sedia.”
Bapak Abdul Wahab (41th) juga memperjelas tentang partisipasi harta benda:
“ semakin banyak penghasilan kita, katakanlah kita harus banyak-banyak juga
memberikan sumbangan untuk mendukung pengembangan kelompok tani Tranggulasi
ini, tooh semuanya itu kita rasakan sendiri kog mas... di kelompok ada iuran wajib
Rp.1000/bulan, iuran hasil panen Rp.100,-/kg dan sumbangan kalau ada musibah.”
22
Pernyataan dari partisipan dan key informant disimpulkan bahwa sumbangsih
bentuk partisipasi harta benda yang muncul dikelompok tani Tranggulasi dalam
bentuk uang yaitu iuran wajib.
Berdasarkan pemaparan dari partisipan dan key informant, bentuk
partisipasi buah pikiran, tenaga dan harta benda yang diberikan anggota kelompok
tani berdasarkan tingkat penghasilan sangat mempengaruhi hal tersebut. Pada
partisipasi buah pikiran yaitu muncul keinginan dari anggota untuk menceritakan,
mengajak, membagi pengalaman dan informasi tentang budidaya organik yang
telah dijalani sampai sekarang. Selanjutnya mengenai partisipasi tenaga yang
muncul yaitu seluruh anggota berkerja keras dalam berbudidaya organik mulai
dari proses budidaya hingga pasca panen, karena seluruh anggota kelompok ingin
mendapatkan penghasilan yang baik dari budidaya organik tersebut. Mengenai
bentuk partisipasi harta benda yang muncul adalah dalam bentuk iuran wajib dan
dari semuanya itu diperuntukan memperlancar dan mendukung kegiatan budidaya
guna memperoleh penghasilan yang baik.
4.3.2 Faktor Eksternal Petani
a. Lembaga Pemerintah (Dinas Pertanian Kabupaten Semarang)
Dinas Pertanian Kabupaten Semarang dalam hal ini berperan dalam
mendukung dan memfasilitasi kegiatan pengembangan agribisnis pertanian
sayuran organik di kelompok tani Tranggulasi. Adapun bentuk dukungan dan
fasilitas dapat dilihat secara fisik dan non fisik. Secara fisik yaitu gudang
penyimpanan, alat pengepakan, cooling storage, pembangkit listrik tenaga surya,
embung , saluran irigasi dan satu unit mobil box. Sedangkan untuk dukungan non
fisik berupa pendidikan dan pelatihan budidaya organik, baik yang diberikan oleh
petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL) atau pun melalui pelatihan dalam
bidang budidaya organik.
Berkaitan dengan dukungan dan fasilitas secara fisik, bentuk partisipasi
yang muncul adalah tenaga, keterampilan, harta benda dan sosial sedangkan
bentuk dukungan secara non fisik memicu bentuk partisipasi buah pikiran. Berikut
pernyataan Bapak Jumarno (47th) untuk bentuk partisipasi tenaga yang tergambar
di kelompok tani Tranggulasi :
“ kalau partisipasi tenaga Alhamdulilah saya selalu siap, seluruh kegiatan kelompok
membutuhkan tenaga mulai dari budidaya sampai pasca panen. Dulu waktu ada kegiatan
23
pembangunan embung, saya ikut gabung dan bersama-sama anggota kelompok, tidak
hanya itu saja mas..dengan inisiatif saya sendiri, saya merawat saluran air dari embung
tadi..pokoknya seluruh kegiatan kelompok yang berhubungan dengan tenaga saya siap.”
Penuturan dari Bapak Jumarno (47th) menjelaskan bahwa bentuk partisipasi
tenaga disiapkan mulai dari proses tanam sampai pasca panen, selain itu juga
untuk kegiatan pembangunan dan perawatan fasilitas fisik yang diberikan oleh
Dinas Pertanian. Memperkuat pernyataan dari partisipan, Bapak Petrus (55th)
menambahkan :
“ tenaga sudah pasti dari anggota kelompok yah…dengan adanya fasilitas itu otomatis
mendukung kegiatan usaha mereka dan mereka juga harus melimpahkan tenaga mereka
untuk memanfaatkan, mengelola sekaligus merawat seluruh fasilitas itu.”
Menyempurnakan dari pernyataan di atas, Bapak Pitoyo (46th) menambahkan :
“ tenaga diperlukan untuk seluruh aspek dalam budidaya sayuran organik disini, nah
dengan bermacam-macam fasilitas dari dinas pertanian, anggota dituntut untuk
memanfaatkan, mengelola dan merawat. Untuk memanfaatkan seperti ini mas…ketika
kita ingin mengirim hasil panen otomatis kita harus packing dulu pakai alat packing itu
terus diangkut pake mobil box, nah disini kita harus menyumbangkan tenaga kita,
lanjutnya lagi untuk perawatan fasilitas disini juga pasti butuh tenaga, perawatan saluran
irigasi dan embung misalnya, intinya mas bentuk partisipasi tenaga sangat diutamakan di
kelompok kami baik untuk pemanfaatan, pengelolaan dan perawatan fasilitas itu.”
Berdasarkan penuturan dari partisipan dan key informant mengenai bentuk
partisipasi tenaga yang muncul di kelompok tani Tranggulasi yaitu tenaga
diperlukan untuk memanfaatkan, mengelola dan merawat fasilitas yang telah
diberikan oleh Dinas Pertanian yang diperuntukkan guna keberlangsungan
budidaya oganik di kelompok tani Tranggulasi.
Bentuk partisipasi keterampilan juga muncul dengan adanya dukungan
fasilitas fisik dari Dinas Pertanian. Pernyataan dari Bapak Harun (48th)
menjelaskan tentang bentuk keterampilan yang muncul :
“ kita dikasih mobil box dari dinas, dulu dikelompok tidak ada yang bisa nyetir akhirnya
kita suruh Pak Rebo untuk belajar nyetir…akhirnya dia bisa yah dari situ kita manfaatkan
untuk dukung usaha kita misalnya waktu ngirim sayur jadi kita enggak perlu sewa orang
lagi. Yah saya juga bisa nukang mas…jadi kalau kelompok mau bangun fasilitas dari
dinas saya siap untuk bantu.”
Selaku key informant dalam penelitian ini menambahkan :
“ untuk keterampilan ini jelas sekali muncul misalnya waktu proses packing, ini butuh
keterampilan menggunakan alat packing itu kalau enggak terampil pasti amburadul
hasilnya mas…sama halnya juga waktu grading mas, kalau enggak terampil pasti akan
tercampur semua mana yang grade A dengan grade B.”(Bapak Petrus)
Menyimpulkan bentuk partisipasi keterampilan yang muncul di anggota kelompok
tani Tranggulasi adalah keterampilan dalam mengemudikan mobil box, menjadi
24
tukang bangunan dalam membangun fasilitas dari Dinas Pertanian serta
keterampilan dalam proses pengepakan. Keterampilan ini muncul berdasarkan
inisiatif dari anggota kelompok karena ingin memanfaatkan fasilitas dan menjadi
suatu keharusan bagi anggota untuk mendukung kegiatan pengembangan
pertanian sayuran organik di kelompok tani Tranggulasi.
Partisipasi harta benda yang muncul di kelompok tani Tranggulasi ini
berdasarkan kemampuan secara sukarela dari setiap anggota kelompok. Berikut
pernyataan dari Bapak Syaifrudin (35th) untuk bentuk partisipasi harta benda :
“ dengan adanya dukungan dari dinas pertanian ini mas, saya merasa sangat terbantu,
pendapatan saya tambah makin hari makin baik, yah setidaknya saya bisa
menyumbangkan sebagian tanah saya untuk menjadi inventaris kelompok yang penting
untuk kemajuan kelompok saya pasti siap.”
Mempertegas pernyataan di atas, Bapak Petrus (55th) selaku PPL menambahkan :
“ memang saya lihat antusias untuk partisipasi harta benda ini sangat tinggi, anggota
kelompok banyak yang menyumbangkan apa yang mereka punya untuk kelompok, ada
yang ngasih uang iuran, misalnya kelompok mau bangun saluran irigasi disitu kelompok
patungan untuk membeli bahan, sama lagi untuk perawatan fasilitas, mereka ada iuran
untuk biaya operasional semua fasilitas itu.”
Bapak Pitoyo (46th) juga menambahkan: “ saya pribadi mas, untuk menghadiri pelatihan di dinas misalnya saya harus
mengeluarkan duit saya sendiri untuk berangkat kesana, ini berlaku juga untuk semua
anggota dengan ada fasilitas dari dinas yah mereka harus tanggung jawab untuk merawat,
biaya perawatan itu ditarik dari iuran-iuran wajib dan sukarela.”
Bentuk partisipasi harta benda berdasarkan adanya fasilitas, maka dapat
disimpulkan tidak hanya sumbangsih dalam bentuk uang tetapi juga dalam bentuk
sebidang tanah dalam hal ini untuk mendukung kegiatan budidaya organik.
Sumbangan dalam bentuk uang diperuntukan guna memanfaatkan dan merawat
seluruh fasilitas yang sudah diberikan oleh Dinas Pertanian.
Bentuk partisipasi sosial juga nampak dalam kegiatan berbudidaya organik
di kelompok tani Tranggulasi. Hal ini berhubungan dengan aktifitas kelompok
tani terhadap kehidupan sosial di Desa Batur. Berikut pernyataan dari Bapak
Suparyono (49th) untuk menggambarkan bentuk partisipasi tersebut :
“ namanya hidup sosial yah mas…kita harus bisa berbagi, sering di desa atau kelompok
tani ini ada kedukaan atau hajatan itu sering diminta sumbangan sukarelanya untuk
sekedar membantu, dan kita sebagai anggota kelompok sekaligus warga di desa sini..yah
kudu siap sedia semuanya mas, seperti kalau ada pembangunan jalan desa ini, itu jalan
setapak yang di desa sini, itu bantuan juga dari kelompok mas, kelompok yang cari dana
trus kita bangun bareng-bareng.”
25
Terlihat dari pernyataan Bapak Suparyono (49th), bahwa peran dari kelompok
tani Tranggulasi melingkupi kegiatan sosial dan pembangunan desa. Hal ini
dibenarkan oleh Bapak Petrus (55th) selaku PPL Dinas Pertanian :
“ kelompok tani ini sudah berdiri dari tahun 2000 mas, jadi sampai sekarang sudah
mandiri, jadi seluruh akses jalan atau fasilitas pendukung lain mereka sudah bisa
usahakan sendiri, satu lagi mas, itu kalau ada acara di kampung mereka gotong royong
dan kerja sama misalnya kalau ada warga hajatan mereka ramai-ramai yah anggota
kelompok juga pasti ikut disitu, lah wong mereka itu warga desa Batur juga kog jadi
wajib itu mas.”
Tidak hanya dalam kegiatan sosial dan pembangunan desa, kelompok tani
Tranggulasi juga berperan dalam pemberdayaan dan peningkatan pendapatan
warga desa tersebut. Berikut pernyataan dari Bapak Pitoyo (46th) mengenai hal
tersebut :
“ sering kita kalau panen kekurangan tenaga kerja mas, jadi saya sendiri berinisiatif untuk
mencari tenaga kerja yang ada di desa ini untuk membantu saya dan kelompok, yah nanti
kita tinggal bayar saja, kan lumayan mas untuk tambah-tambah uang jajan. Satu lagi mas,
kita kan ada listrik tenaga surya itu, itu hibah dari KEMENTAN jadi kita manfaatkan saja
selain untuk kelompok juga bantu warga desa di sini misalnya kalau ada acara di Masjid
atau hajatan warga disini.”
Mengkonfirmasi hal tersebut, berikut pernyataan dari Bapak Petrus (55th) selaku
PPL Dinas Pertanian :
“ jumlah anggota kelompok hanya 32 orang, jadi sering waktu panen mereka kewalahan
jadi mereka kadang membayar orang untuk bantu, untuk penggunaan fasilitas dari dinas
diluar kepentingan kelompok, selama itu bermanfaat saya rasa itu aman-aman saja mas.”
Berdasarkan penuturan dari partisipan dan key informant mengenai partisipasi
sosial, bahwa kelompok tani Tranggulasi dengan adanya fasilitas dari Dinas
Pertanian, berperan dalam pembangunan, pemberdayaan dan ikut berpartisipasi
dalam kegiatan desa. Bentuk partisipasi sosial yang muncul adalah mengikuti
kegiatan kampung seperti hajatan, turut ikut serta dalam pembangunan desa,
memberdayakan warga desa yang kekurangan dan menggunakan fasilitas dari
Dinas Pertanian untuk kegiatan warga desa.
Seperti diungkapkan sebelumnya bahwa fasilitas yang diberikan Dinas
Pertanian terdiri dari bentuk fisik dan non fisik. Fasilitas non fisik seperti ilmu
dan pengetahuan tentang budidaya organik yang didapat dari penyuluh (PPL) atau
seminar dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian. Hal ini memicu
bentuk partisipasi buah pikiran. Berikut pernyataan dari Bapak Suparyono (49th)
mengenai bentuk partisipasi buah pikiran :
26
“ pernah saya yang ditugaskan untuk mengikuti pelatihan di dinas pertanian, pasti saya
dapat ilmu dari situ, nah ilmu itu pasti saya informasikan ke teman-teman anggota lain,
jadi yah saya hanya berbagi saja dengan kelompok supaya kita sama-sama bisa, begitu
juga dengan informasi dari Pak PPL.”
Hal ini dibenarkan juga oleh Bapak Petrus (55th) selaku PPL:
“ saya pribadi sebagai fasilitas dan pendamping petani dari Dinas Pertanian kabupaten
Semarang sering memberikan arahan kepada anggota kelompok, misalnya saya ngasih
informasi tentang obat hama sama Mbah Harto, pasti Mbah Harto bawa informasi itu ke
rapat anggota. Jadi otomatis mas, mereka berbagi informasi tadi itu.”
Menambahkan pernyataan di atas, Bapak Pitoyo (46th):
“ semua informasi yang ada baik dari luar atau dari dalam kelompok, pasti akan dibawa
ke rapat rutin anggota. Misalnya ada anggota yang ditugaskan untuk ikut pelatihan
penggunaan teknologi tepat guna di Dinas Pertanian, nah begitu beliau pulang dari sana
pasti dan harus berbagi dengan kelompok.”
Pelatihan dan seminar tentang budidaya organik merupakan salah satu
sarana bagi Dinas Pertanian untuk menyampaikan seluruh teknik dan teknologi
tepat guna dalam budidaya organik. Selain itu juga Petugas Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL) dalam hal ini berperan sebagai perpanjangan tangan dari dinas
pertanian untuk menyampaikan seluruh informasi yang mendukung kegiatan
budidaya organik. Nampak jelas dari pernyataan partisipan dan key informant
bahwa berbagi informasi menjadi bentuk partisipasi buah pikiran yang tercermin
di kelompok tani Tranggulasi. Informasi masalah budidaya atau penggunaan
teknologi tepat guna yang berasal dari instansi tersebut dimanfaatkan secara
bersama-sama untuk mendukung keberlangsungan kegiatan pengembangan
budidaya pertanian sayuran organik di kelompok tani ini.
b. Lembaga Keuangan (Bank Pembangunan Daerah – Jawa Tengah)
Lembaga keuangan dalam hal ini adalah lembaga penyedia kredit.
Lembaga keuangan ini dapat memicu anggota kelompok tani Tranggulasi untuk
berpartisipasi, artinya bahwa kehadiran dan dukungan dana yang diberikan, turut
menjadi pendorong partisipasi anggota untuk terlibat dalam kegiatan
pengembangan pertanian sayuran organik. Sejalan dengan pernyataan tersebut
Pujoalwanto (2012) menyatakan bahwa dibutuhkan dana bagi keberlangsungan
partisipasi, sehingga dana menjadi bagian yang menentukan aktivitas partisipasi,
semakin baik kondisi dana semakin baik pula partisipasinya.
Lembaga keuangan yang terlibat dalam hal ini adalah BPD (Bank
Pembangunan Daerah) Jawa tengah. Bantuan meliputi pemberian kredit usaha
27
rakyat (KUR). KUR merupakan fasilitas pembiayaan yang dapat diakses oleh
UMKM dan koperasi terutama memiliki usaha layak namun belum bankable.
Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki
kemampuan untuk mengembalikannya. UMKM dan koperasi yang diharapkan
dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha produktif seperti :
pertanian, perikanan, perindustrian, kehutanan dan jasa simpan pinjam (Anonim,
2014b).
Bentuk partisipasi yang muncul di kelompok tani Tranggulasi adalah
partisipasi buah pikiran dan tenaga. Berikut pernyataan dari Bapak Harun (48th)
mengenai hal tersebut :
“kita anggota hanya mengikuti aja mas, soalnya yang lebih paham masalah begituan
pengurus, kita cukup kerja saja tenaga yang kita punya yah itu yang kami kasih, yang
penting bisa bayar kredit.”
Penuturan dari Bapak Harun (48th) menegaskan bahwa untuk partisipasi buah
pikiran di kalangan anggota hampir tidak ada dan lebih cenderung ke partisipasi
tenaga yaitu melimpahkan tenaga mereka untuk kerja berbudidaya sayuran
organik. Hal ini dikarenakan pengurus kelompok dianggap paling paham dalam
mengelola kredit yang ada. Membenarkan pernyataan tersebut, selaku key
informant menambahkan:
“ untuk pengelolaan dana, kami para pengurus yang punya andil untuk itu mas, untuk
anggota hanya mengikuti saja mereka cenderung untuk kerja saja ngasih tenaga aja untuk
kerja budidaya. Artinya disini yang butuh orang-orang yang bisa mengeluarkan ide-ide
yang bagus untuk pengelolaan bantuan ini contohnya yah mas, ketika ada bantuan kredit,
pasti anggota bingung mau diapakan dana itu, disini kita sebagai pengurus berinisiatif
untuk membeli sapi, selain menguntungkan juga bisa dipakai untuk dukung kegiatan
organik disini dan aturan-aturan lainnya seperti pembayaran kredit kita juga yang atur
biar enggak memberatkan anggota.”(Bapak Abdul Wahab)
“ mekanismenya seperti ini mas, ketika ada dana kredit kita para pengurus, pengurus loh
mas…beda dengan anggota, mengadakan rapat untuk membuat draft rencana kerja,
kemudian hasil dari sana kita lempar kedalam rapat dengan anggota dan itu pasti anggota
mengikutinya.”(Bapak Pitoyo)
Partisipasi buah pikiran dalam pengelolaan fasilitas kredit yang muncul adalah
ide-ide dalam membuat rancangan kerja kelompok dan hanya muncul di kalangan
pengurus kelompok tani Tranggulasi. Hal ini dikarenakan beda latar belakang
pendidikan, sebab kemampuan untuk mengeluarkan ide-ide yang tepat hanya
mampu dikemukakan oleh pengurus dengan latar belakang pendidikan yang baik.
Selanjutnya untuk bentuk partisipasi tenaga yang muncul adalah seluruh anggota
28
berinisiatif untuk berkerja keras dalam berbudidaya organik untuk memanfaatkan
fasilitas kredit yang disediakan oleh Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa
Tengah.