4. faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim

40
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia terjadi bermacam-macam proses biokimia dan tiap proses menggunakan katalis enzim tertentu untuk membedakannya maka tiap enzim diberi nama. Dalam tubuh kita, terjadi reaksi kimia yang beraneka ragam. Dimana suatu reaksi kimia, khususnya antara senyawa organik, memerlukan suatu kondisi yang ditentukan oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan, waktu, dan lain-lain. Apabila salah satu kondisi tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dibutuhkan maka reaksi tidak dapat berlangsung dengan baik. Reaksi atau proses kimia yang berlangsung dengan baik dalam tubuh kita ini memungkinkan karena adanya katalis yang disebut enzim. Enzim adalah subtansi yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan berperan sebagai katalisator pada reaksi kimia yang berlangsung dalam oraganisme. Semua sel menghasilkan sejumlah besar enzim yang berbeda-beda dan fungsi sel ditentukan oleh enzim yang terdapat di dalamnya. Beberapa sel melepaskan enzim yang berperan di luar sel, sebagai

Upload: albayssag1

Post on 25-Nov-2015

52 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

biokimia 2 kerja enzim

TRANSCRIPT

BAB 1

126

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam tubuh manusia terjadi bermacam-macam proses biokimia dan tiap proses menggunakan katalis enzim tertentu untuk membedakannya maka tiap enzim diberi nama. Dalam tubuh kita, terjadi reaksi kimia yang beraneka ragam. Dimana suatu reaksi kimia, khususnya antara senyawa organik, memerlukan suatu kondisi yang ditentukan oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan, waktu, dan lain-lain. Apabila salah satu kondisi tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dibutuhkan maka reaksi tidak dapat berlangsung dengan baik.

Reaksi atau proses kimia yang berlangsung dengan baik dalam tubuh kita ini memungkinkan karena adanya katalis yang disebut enzim.

Enzim adalah subtansi yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan berperan sebagai katalisator pada reaksi kimia yang berlangsung dalam oraganisme. Semua sel menghasilkan sejumlah besar enzim yang berbeda-beda dan fungsi sel ditentukan oleh enzim yang terdapat di dalamnya. Beberapa sel melepaskan enzim yang berperan di luar sel, sebagai contoh sel-sel di bagian permukaan saluran pencernaan menghasilkan enzim yang mencerna makanan. Semua enzim yang telah dikenal berupa protein dan disintesis dalam sel, serupa dengan cara sintesis protein yang lain.

Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu di atas dan di bawah suhu optimalnya, aktivitas enzim berkurang. Diatas suhu 500C enzim secara bertahap menjadi inaktif karena protein terdenaturasi. Pada suhu 1000C semua enzim rusak. Pada suhu yang sangat rendah, enzim tidak benar-benar rusak tetapi aktivitasnya sangat banyak berkurang. Selain itu enzim juga dipengaruhi oleh pH. Untuk kebanyakan enzim pH optimal adalah sekitar pH 7 (Netral) dan jika medium menjadi sangat asam atau sangat alkalis enzim mengalami inaktivasi.

Oleh karena itulah dilakukan percobaan ini, untuk mengetahui secara praktek, faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim dan selain itu mengetahui bagaimana karakteristik yang diperoleh pada tiap-tiap percobaan. Agar dapat mengerti dan paham bagaimana kondisi optimal untuk kerja enzim, sehingga dilakukan percobaan ini.

1.2 Tujuan Percobaan Mengetahui pengaruh dari suhu 00C, 270C, 1000C pada aktivitas enzim dalam percobaan

Mengetahui pengaruh dari pH 6, 7, dan 12 pada aktivitas enzim dalam percobaan

Mengetahui pengaruh konsentrasi pada pengenceran 10 kali, 50 kali dan 100 kali terhadap aktivitas enzim dalam percobaan1.3 Prinsip Percobaan1.3.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim

Prinsip percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kinerja enzim dengan cara mencampurkan amilum dan amilase pada suhu yang berbeda yaitu 00C, 270C, dan 1000C lalu diinkubasi selama 10 menit dan uji dengan Iodium. Kinerja enzim yang baik ditandai dengan warna larutan yang tetap warna Iod. Pada percobaan ini pada suhu 00C yang akan merusak suatu enzim yang terdapat didalam amilum suhu 270C yang merupakan suhu optimum yang bekerja dengan baik dan optimal pada suatu enzim. Dan pada suhu 1000C yang merupakan suhu tinggi 600C akan mengakibatkan enzim mengalami denaturasi sehingga prinsip didasarkan pada proses uji dengan larutan I2 bila hasil ditambah larutan tidak berubah warna, tetap warna I2. 1.3.2 Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim

Prinsip percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH terhadap kinerja enzim dengan cara mencampurkan amilum dan amilase serta buffer pH spesifik pH 6, 7, dan 12 lalu diinkubasi dan diuji dengan Iodium. Kinerja enzim yang baik ditandai dengan warna larutan yang tetap warna Iod. Pada umumnya pH pada enzim berkisaran antara 6-8 kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada pH optimumnya. Selain pada pH optimumnya, maka akan mengakibatkan enzim terdenaturasi. Prinsipnya didasarkan pada pencampuran larutan enzim dengan larutan buffer pH spesifik.1.3.3 Pengaruh Kadar Enzim Terhadap Aktivitas Enzim

Prinsip percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi enzim terhadap kinerja enzim dengan cara mencampurkan amilum dan amilase dengan konsentrasi berbeda diencerkan 10 kali, 50 kali, dan 100 kali lalu diinkubasi dan diuji dengan Iodium. Kinerja enzim yang baik ditandai dengan warna larutan yang tetap warna Iod. Peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi pada enzim. Dimana prinsip percobaan ini didasarkan pada proses pengenceran dengan aquadest, dengan pengenceran 10 kali, 50 kali dan 100 kali dengan mencampurkan larutan induk yang beberapa amilase dengan amilum yang diinkubasi pada suhu ruang dan ditambah I2.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Enzim dikenal pertama kali sebagai protein yang berhasil mengisolasi uerase. Uerase adalah enzim yang dapat menguraikan urea menjadi CO2 dan NH3. Beberapa tahun kemudian Northtrop dapat mengisolasi pepsin, dan tripsin. Dan makin banyak didapat enzim yang dapat diisolasi dapat dibuktikan enzim adalah protein. Pengetahuan tentang enzim berkembang dengan pesat dari hasil penelitian ahli biokimia bahwa kebanyakan enzim mempunyai gugus bukan protein, tetapi termasuk golongan protein majemuk. Enzim seperti ini terdiri atas protein dan suatu gugus bukan protein. Sebagai contoh enzim katalase terdiri atas protein dan Feriotofirin. Ada juga enzim yang terdiri atas protein dan logam. Misalnya askorbat oksidase protein yang mengikat tembaga (Poedjiadi,1994).

Gugus bukan protein ini yang dinamakan kofaktor ada yang terikat kuat pada protein, ada juga yang tidak begitu kuat ikatannya. Gugus yang terikat kuat pada bagian protein artinya yang sukar terurai dalam larutan disebut gugus prostetik, sedangkan yang tidak begitu kuat ikatannya. Jadi mudah dipisahkan dapat disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun koenzim merupakan bagian enzim yang memungkinkan enzim bekerja terhadap substrat yaitu zat-zat yang diubah atau direaksikan oleh enzim (Poedjiadi, 1994).

Dalam tubuh manusia terjadi bermacam-macam proses biokimia dan tiap proses menggunakan katalis enzim tertentu. Untuk membedakan maka setiap enzim diberi nama. Secara umum nama tiap enzim disesuaikan dengan nama substratnya dengan penambahan ase belakangnya. Substrat adalah senyawa yang bereaksi dengan bantuan enzim. Contoh enzim yang menguraikan urea dinamakan urease. Kelompok enzim yang mempunyai fungsi sejenis diberi nama menurut fungsinya sebagai katalis dalam reaksi hidrolisis. Karena itu disamping nama trival (biasa) maka ditetapkan pula tata nama yang sistematik, disesuaikan dengan pembagian atau penggolongan enzim yang didasarkan pada fungsinya.

Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substratnya. Kekhasan inilah ciri suatu enzim. Ini sangat berbeda dengan katalis lain (bukan enzim) yang dapat bekerja terhadap berbagai macam reaksi. Enzim urease hanya bekerja terhadap urea sebagai substratnya namun enzim tersebut tetap mempunyai kekhasan tertentu. Misalnya enzim esterase dapat menghidrolisis beberapa ester asam lemak, tetapi tidak dapat menghidrolisis beberapa substrat lain yang bukan ester (Poedjiadi, 1994).

Kekhasan terhadap suatu reaksi disebut kekhasan reaksi. Suatu asam amino tertentu sebagai substrat dapat mengalami berbagai reaksi dengan berbagai enzim. Contohnya enzim oksidase yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi oksidasi asam amino. Untuk reaksi lain dekarboksilase bekerja sebagai katalis. Sedangkan transaminase dapat pula bekerja terhadap asam amino untuk memindahkan gugus-NH2 kepada senyawa lain. Jadi walaupun ketiga reaksi tersebut mungkin berjalan, namun tiap enzim hanya bekerja pada satu reaksi. Enzim dekarboksilase dan transaminase mempunyai koenzim yang sama yaitu, piridoksalfosfat. Jadi kekhasan reaksi bukan disebabkan oleh koenzim tetapi apoenzim (Hawab, 2004).

Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel maupun diluar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat dari pada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, disamping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi seperti juga katalis lainnya. Maka enzim dapat menurunkan energi aktivitasi suatu reaksi kimia.reaksi kimia ada yang membutuhkan energi (reaksi endergenik) dan ada pula yang menghasilkan energi atau mengeluarkan energi (eksergenik) (Hawab, 2004).

Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masing-masing enzim diberi nama menurut nama substratnya misalnya urease. Arginase dan lain-lainnya. Oleh Commision on Enzymer of the Internasional Union of Biochemestry. Enzim dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia dimana enzim memegang peranan. Enam golongan tersebut ialah:

1. Oksidoreduktase

2. Transferase

3. Hidrolase

4. Liase

5. Isomerase

6. Ligase

Untuk memperoleh gambaran tentang penggolongan ini secara lebih jelas. Berikut ini secara lebih jelas, berikut ini akan dibahas masing-masing golongan dengan memberikan beberapa contoh :

1. Oksidoreduktase

Enzim-enzim yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu, dehidrogenase dan oksidase. Dehidrogenase bekerja pada reaksi-reaksi dehidrogenase, yaitu reaksi pengambilan atom hidrogen dan suatu senyawa (donor). Hidrogen yang dilepas diterima oleh senyawa lain (akseptor). Reaksi pembentukan aldehida dari alkohol adalah contoh reaksi dehidrogenase. Enzim yang bekerja pada reaksi ini ialah alkohol dehidrogenase. Disini alkohol adalah donor hidrogen. Sedangkan senyawa yang menerima hidrogen adalah suatu koenzim nikotina dehindinukleotida.

2. Transferase Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa contoh enzim yang termasuk golongan ini, ialah metiltransferase, hidroksimetri, transferase atau transaminase. Enzim metiltransferase bekerja pada reaksi pembentukan kreatin dari asam guanidino asetat.

3. Hidrolase Enzim yang termasuk dalam kelompok ini bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Ada tiga jenis hidrolase, yaitu yang memecah ikatan ester, memecah ikatan peptida. Beberapa enzim sebagai contoh ialah esterase, lipase, fosfatase, amilase, amino peptidase, pepsin, dan tripsin ialah enzim yang memecah ikatan ester dengan cara hidrolisis. Esterase ialah enzim yang terdapat dalam hati dapat memecah ester sederhana, misalnya etil butirat menjadi etanol dan asam butirat (Victor,1987).

Enzim yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi pemecahan molekul protein dengan cara hidrolisis disebut enzim proeolitik atau protease, oleh karena yang dipecah adalah ikatan pada rantai peptida, maka enzim tersebut dinamakan juga peptidase. Ada dua macam peptidase, yaitu endopeptidase dan eksopeptidase. Dimana endopeptidase memecah protein pada tempat-tempat tertentu dalam molekul protein dan biasanya tidak mempengaruhi gugus yang terletak diujung molekul.

4. Liase Enzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan penting dalam reaksi pemisahan suatu gugus dari suatu substrat (bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya. Contoh enzim golongan ini antara lain di dekarboksilase, aldose, dan hidralase. Piruvat dekarboksilase adalah enzim yang bekerja pada reaksi dekarboksilase asam piruvat dan menghasilkan aldehida.

5. Isomerase Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi perubahan intramolekuler, misalnya reaksi perubahan glukosa menjadi fruktosa. Perubahan senyawa L menjadi senyawa D. Senyawa cis menjadi senyawa trans dan lain-lain. Contohnya: Tibulosafasfat epimerase.

Adapun juga faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim antara lain :

Konsentrasi enzim

Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu. Kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi.

Suhu Katalis enzim yang dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung cepat.

Pengaruh pH

Berpengaruh pada enzim, pH rendah atau pH tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim (Poedjiadi,1994).

Enzim dikenal untuk pertama kalinya sebagai protein oleh Sumner pada tahun 1926 yang telah berhasil mengisolasi urease dari Kara Pedang (Jack Bean). Urease adalah enzim yang dapat menguraikan urea menjadi CO2 dan NH3. Beberapa tahun kemudian Northrop dan Kunit 2 dapat mengisolasi pepsin, tripsin, kimotripsin. Selanjutnya makin banyak enzim yang telah dapat diisolasi dan telah dibuktikan bahwa enzim tersebut ialah suatu protein (Anna,1994).

Enzim merupakan katalis yang lebih efisien dari pada kebanyakan katalis laboratorium atau industri (seperti pada dalam suatu reaksi hidrogenasi). Reaksi biologis dalam tubuh manusia berlangsung pada 370C dan dalam medium berair. Temperatur tinggi atau reagensia yang dapat reaktif (seperti NaOH atau LIAI) tidak tersedia bagi suatu organisme. Enzim juga memungkinkan suatu selektivitas pereaksi-pereaksi dan suatu pengendalian laju reaksi yang tidak dimungkinkan oleh kelas katalis lain (Fessenden, Ralph J,1992).

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat -alat

Beaker glass Pipet tetes

Penjepit tabung Gelas ukur

Corong kaca

Tabung reaksi

Rak tabung reaksi

Stopwatch

Hot plate

Wadah es batu 3.1.2 Bahan- bahan Enzim amilase (air liur) Larutan amilum

Larutan Iodium Larutan buffer pH = 6 Larutan buffer pH = 7 Larutan buffer pH = 12

Es batu

Garam

Aquadest Tissue Botol semprot3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Pengaruh Suhu3.2.1.1 Pada suhu 00C Dimasukkan 1 mL amilase Diencerkan 10x (larutan induk) Diambil 1 mL Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 0oC

Ditambah amilum 10 tetes Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 0oC

Ditambah 3 tetes I2 Diamati 3.2.1.2 Pada suhu 270C Dimasukkan 1 mL amilase Diencerkan 10x (larutan induk) Diambil 1 mL Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 27oC

Ditambah amilum 10 tetes Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 27oC

Ditambah 3 tetes I2 Diamati

3.2.1.3 Pada suhu 1000C Dimasukkan 1 mL amilase Diencerkan 10x (larutan induk) Diambil 1 mL Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 100oC

Ditambah amilum 10 tetes Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 100oC

Ditambah 3 tetes I2 Diamati

3.2.2 Pengaruh pH

3.2.2.1 Pada pH 6

Dimasukkan 1 mL larutan induk

Ditambah buffer pH 6 10 tetes

Ditambah 10 tetes amilum

Diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruang

Ditambah 3 tetes I2 Diamati

3.2.2.2 Pada pH 7

Dimasukkan 1 mL larutan induk

Ditambah buffer pH 7 10 tetes

Ditambah 10 tetes amilum

Diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruang

Ditambah 3 tetes I2 Diamati

3.2.2.3 Pada pH 12

Dimasukkan 1 mL larutan induk

Ditambah buffer pH 12 10 tetes

Ditambah 10 tetes amilum

Diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruang

Ditambah 3 tetes I2 Diamati

3.2.3 Pengaruh Kadar Enzim 3.2.3.1 Pengenceran 10X Dimasukkan larutan induk (yang tersisa)

Diencerkan hingga 10 mL aquadest, diambil 1 mL

Ditambah 10 tetes amilum

Diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menit

Ditambah 3 tetes I2 Diamati3.2.3.2 Pengenceran 50X

Dimasukkan larutan induk (yang tersisa)

Diencerkan hingga 50 mL aquadest, diambil 1 mL

Ditambah 10 tetes amilum

Diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menit

Ditambah 3 tetes I2 Diamati3.2.3.3 Pengenceran 100X

Dimasukkan larutan induk (yang tersisa)

Diencerkan hingga 100 mL aquadest, diambil 1 mL

Ditambah 10 tetes amilum

Diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menit

Ditambah 3 tetes I2 Diamati3.3 Flowsheet

3.3.1 Pengaruh Suhu

3.3.1.1 Pada Suhu 00C

3.3.1.2 Pada suhu 270C

3.3.1.3 Pada Suhu 1000C

3.3.2 Pengaruh pH

3.3.2.1 Pada pH 6

3.3.2.2 Pada pH 7

3.3.2.3 Pada pH 12

3.3.3 Pengaruh Kadar Enzim

3.3.3.1 Pengaruh 10 kali

3.3.3.2 Pengenceran 50 kali

3.3.3.3 Pengenceran 100 kali

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil pengamatan

PerlakuanPengamatan

4.1.1 Pengaruh Suhu

4.1.1.1 Pada Suhu 00C

Dimasukkan 1 mL amilase Diencerkan 10X (larutan induk) Diambil 1 mL Diinkubasi selama 10 menit pada 00C Ditambah amilum 10 tetes Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 00C Ditambah 3 tetes I2 Diamati Larutan bening

Larutan bening

Larutan bening

Larutan coklat tua

4.1.1.2 Pada Suhu 270C

Dimasukkan 1 mL amilase Diencerkan 10X (larutan induk) Diambil 1 mL Diinkubasi selama 10 menit pada 270C Ditambah amilum 10 tetes Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 270C Ditambah 3 tetes I2 Diamati Larutan bening

Larutan bening

Larutan bening

Larutan coklat

4.1.1.3 Pada Suhu 1000C

Dimasukkan 1 mL amilase Diencerkan 10X (larutan induk) Diambil 1 mL Diinkubasi selama 10 menit pada 1000C Ditambah amilum 10 tetes Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 1000C Ditambah 3 tetes I2 Diamati Larutan bening

Larutan bening

Larutan bening

Larutan hitam

4.1.2 Pengaruh pH

4.1.2.1 Pada pH 6

Dimasukkan 1 mL larutan induk

Ditambah buffer pH 6 10 tetes

Ditambah 10 tetes amilum

Diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruang

Ditambah 3 tetes I2 Diamati Larutan bening

Larutan bening

Larutan bening

Larutan coklat muda

4.1.2.2 Pada pH 7

Dimasukkan 1 mL larutan induk

Ditambah buffer pH 7 10 tetes

Ditambah 10 tetes amilum

Diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruang

Ditambah 3 tetes I2 Diamati Larutan bening

Larutan bening

Larutan bening

Larutan coklat

4.1.2.3 Pada pH 12

Dimasukkan 1 mL larutan induk

Ditambah buffer pH 12 10 tetes

Ditambah 10 tetes amilum

Diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruang

Ditambah 3 tetes I2 Diamati Larutan bening

Larutan bening

Larutan bening

Larutan hitam

4.1.3 Pengaruh kadar enzim 4.1.3.1 Pengenceran 10 kali

Dimasukkan larutan induk (yang tersisa)

Diencerkan hingga 10 mL aquadest diambil 1 mL

Ditambahkan 10 tetes amilum

Diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menit

Ditambahkan 3 tetes I2 Diamati Larutan bening

Larutan bening

Larutan coklat

4.1.3.2 Pengenceran 50 kali

Dimasukkan larutan induk (yang tersisa)

Diencerkan hingga 50 mL aquadest diambil 1 mL

Ditambahkan 10 tetes amilum

Diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menit

Ditambahkan 3 tetes I2 Diamati Larutan bening

Larutan bening

Larutan coklat tua

4.1.3.3 Pengenceran 50 kali

Dimasukkan larutan induk (yang tersisa)

Diencerkan hingga 50 mL aquadest diambil 1 mL

Ditambahkan 10 tetes amilum

Diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menit

Ditambahkan 3 tetes I2 Diamati Larutan bening

Larutan bening

Larutan hitam

4.3 Reaksi

Reaksi amilum + I2

Reaksi Hidrolisis Amillum

4.4 Pembahasan Pada percobaan pertama pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim, dimana prinsip dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kinerja enzim dengan cara mencampurkan amilum dan amilase pada suhu yang berbeda yaitu pada suhu 00C, 270C, dan 1000C lalu diinkubasi selama 10 menit dan uji dengan Iodium. Kinerja enzim yang baik ditandai dengan warna larutan yang tetap Iod. Pertama-tama diambil enzim amilase diencerkan 10x (larutan induk) kemudian diambil 1 mL kedalam 3 tabung reaksi, kemudian diinkubasi selama 10 menit pada masing-masing suhu yaitu pada suhu 00C, 270C, dan 1000C. Kemudian masing-masing tabung reaksi ditambahkan 10 tetes amilum, larutan tetap berwarna bening. Fungsi inkubasi yaitu untuk menyesuaikan enzim dengan suhu didalam tubuh. Kemudian diinkubasi lagi selama 10 menit pada masing-masing suhu yaitu pada suhu 00C, 270C, dan 1000C. Kemudian ditambahkan 3 tetes larutan I2 pada masing-masing tabung reaksi, didapatkan hasil pada suhu 00C larutan berwarna coklat tua enzim amilase menghidrolisis amilum menjadi monosakarida sehingga I2 tidak dapat mengidentifikasi amilum, jadi dapat diketahui dalam larutan tersebut enzim bekerja dengan baik. Pada suhu 270C (suhu ruang) didapatkan hasil larutan coklat. Ini menandakan enzim bekerja secara optimum pada suhu ruang. Pada suhu 1000C didapat hasil larutan hitam, ini menandakan pada suhu 1000C enzim tidak bekerja secara optimum, karena pada suhu 1000C enzim tidak dapat bereaksi atau berikatan dengan amilum. Amilum berikatan dengan I2 sehingga meghasilkan warna hitam, karena panas dapat digunakan untuk mengacaukan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik non polar. Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat meningkatkan energi kinetik dan menyebabkan molekul penyusun enzim yang berupa protein bergerak atau bergetar sangat cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul tersebut. Oleh karena itulah, pada suhu tinggi enzim terdenaturasi.

Pada percobaan kedua pengaruh terhadap aktivitas enzim, dimana prinsip dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH terhadap buffer pH spesifik 6,7 dan 12 lalu diinkubasi dan diuji dengan Iodium. Kinerja enzim yang baik ditandai dengan warna larutan yang tetap warna Iod. Pertama-tama dimasukkan 1 mL larutan induk pada masing-masing tabung reaksi ditambahkan larutan buffer pada masing-masing tabung reaksi tersebut yaitu pH 6, 7, dan 12. Larutan berwarna bening kemudian ditambahkan 10 tetes amilum dan diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruang. Fungsi inkubasi yaitu menyesuaikan enzim dengan suhu dalam tubuh. Kemudian ditambahkan 3 tetes I2 kedalam masing-msing tabung reaksi.dan diamati dari hasil pengamatan didapat yaitu pada pH=6 larutan berwarna coklat muda sesuai warna I2 awal yang menandakan I2 tidak bereaksi disebabkan amilum telah sedikit dihidrolisis oleh enzim amilase. Pada pH 7 larutan berwarna coklat ini menandakan enzim bekerja pada pH netral karena sesuai warna I2 awal yang menandakan I2 tidak bereaksi disebabkan amilum telah dihidrolisis oleh enzim amilase sedangkan pada pH=12 didapatkan larutan hitam yang terbentuk dari reaksi antara I2 dan amilum. Amilum yang seharusnya dihidrolisis oleh enzim amilase namun tidak karena enzim amilase tidak bekerja pada pH optimumnya yaitu pH= 7.

Pada percobaan ketiga pengaruh kadar enzim terhadap aktivitas enzim, dimana prinsip percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi enzim terhadap kinerja enzim dengan cara mencampurkan amilum dan amilase dengan konsentrasi berbeda diencerkan10x, 50x dan 100x lalu diinkubasi dan diuji dengan iodium. Kinerja enzim yang baik ditandai dengan warna larutan yang tetap warna Iod. Pertama-tama diambil 1 mL larutan induk, diencerkan 10 kali dengan aquadest dan ditambahkan 10 tetes amilum. Penambahan amilum, amilum yaitu sebagai substrat enzim amilase yang akan dihidrolisis. Prosedur selanjutnya yaitu diinkubasi larutan pada suhu ruang selama 5 menit dan dilakukan pengujian dengan penambahan 3 tetes I2 untuk mengetahui apakah enzim amilase menghidrolisis amilum atau tidak. Prosedur selanjutnya yaitu dilakukan pengamatan dan didapat hasil larutan berwarna coklat mendekati warna I2 yang menandakan enzim amilase menghidrolisis hanya sebagian amilum dikarenakan kadar enzim yang berkurang dari pengenceran 10 kali dari larutan induk. Prosedur terakhir yang dilakukan perlakuan yang sama untuk pengenceran 50 kali dan 100 kali. Larutan induk enzim amilase dan didapat hasil pengamatan pada pengenceran 50 kali menghasilkan larutan sedikit berwarna coklat tua, warna larutan ini hasil reaksi amilum dihidrolisis oleh enzim amilase yang kadarnya hanya sedikit karena pengenceran 50 kali dan sebagian amilum bereaksi dengan I2, sedangkan pada pengenceran 100 kali larutan induk enzim amilase menghasilkan larutan berwarna hitam yang terbentuk dari reaksi antara I2 dan amilum. Amilum yang seharusnya dihidrolisis oleh enzim amilase namun tidak bereaksi karena semakin besar kadar enzim maka kecepatan reaksi semakin besar.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja enzim antara lain :

Efek temperatur

Dalam batas-batas temperatur tertentu, kecepatan reaksi yang dikatakan lisis enzim naik bila temperatur naik. Kenaikan kecepatan dibawah temperatur optimal disebabkan oleh kenaikan energi kinetika molekul-molekul yang bereaksi. Akan tetapi bila temperatur tetap dinaikkan terus energi kinetika molekul-molekul enzim menjadi demikian besar sehingga melampaui penghalang energi untuk memecahkan ikatan-ikatan sekunder yang mempertahankan enzim dalam keadaan aslinya atau keadaan katalitik aktif. Akibatnya struktur sekunder dan tersier hilang disertai hilangmya aktivitas katalitik.

Efek pHPada nilai pH yang sangat tinggi atau rendah enzim terdenaturasi. Pada pH rendah enzim akan kehilangan muatan negatifnya dan cenderung bermuatan positif, akibat muatan yang sama gaya tolak intramolekul enzim akan tinggi sehingga merusak struktur sekunder dan tersiernya. Sedangkan pada pH tinggi enzim akan kehilangan muatan positifnya dan cenderung bermuatan negatif.

Konsentrasi enzim

Kecepatan reaksi yang dikatalis enzim akan berbanding langsung dengan jumlah enzim yang ada, jadi semakin banyak jumlah enzim semakin cepat pula reaksi yang dilakukannya. Konsentrasi substrat

Kecepatan reaksi yang dikatalis enzim meningkat sesaat konsentrasi substrat ditingkatkan sampai pada suatu titik dimana enzim dikatakan jenuh dengan substrat. Kecepatan awal yang diukur mencapai nilai maksimal dan tidak dipengaruhi oleh peningkatan substrat berikutnya, karena substrat beberapa dalam kelebihan molar yang besar diatas enzim.

BAB 5

PENUTUP5.1 Kesimpulan

Pada pengaruh suhu 00C, larutan berwarna coklat tua enzim amilase sedikit menghidrolisis amilum menjadi monosakarida sehingga I2 tidak dapat mengidentifikasi amilum, karena enzim tidak bekerja pada suhu rendah. Pada suhu 270C larutan berwarna coklat ini menandakan enzim bekerja secara optimum pada suhu ruang. Enzim amilase menghidrolisis amilum sehingga I2 tidak dapat mengidentifikasi amilum. Pada suhu 1000C didapatkan hasil larutan berwarna hitam, karena pada suhu 1000C enzim tidak dapat bereaksi atau berikatan dengan amilum. Amilum berikatan dengan I2, karena pada suhu tinggi protein pada enzim dapat terdenaturasi.

Dari percobaan pengaruh pH pada aktivitas enzim didapatkan hasil dimana pada pH larutan berwarna coklat muda sesuai warna I2 awal yang menandakan I2 tidak bereaksi disebabkan amilum sedikit dihidrolisis oleh enzim amilase, pada pH 7 larutan berwarna coklat ini menandakan enzim bekerja secara optimum pada pH netral karena sesuai warna I2 awal yang menandakan I2 tidak bereaksi disebabkan amilum telah dihidrolisis oleh enzim amilase, pada pH 12 larutan berwarna hitam yang terbentuk dari reaksi antara I2 dan amilum, amilum yang seharusnya dihidrolisis oleh enzim amilase namun tidak bekerja pada pH optimumnya. Dari percobaan pengaruh konsentrasi pada aktivitas enzim didapatkan hasil dimana pada pengenceran 10 kali larutan berwarna coklat mendekati warna dari I2 yang menandakan enzim amilase menghidrolisis sebagian amilum dikarenakan kadar enzim yang berkurang dari pengenceran 10 kali dari larutan induk. Pada 50 kali pengenceran larutan berwarna coklat tua karena amilum sedikit dihidrolisis oleh enzim amilase yang kadarnya hanya sedikit karena pengenceran 50 kali dan sebagian amilum bereaksi dengan I2. Pada pengenceran 100 kali larutan berwarna hitam yang terbentuk dari reaksi I2 dan amilum. Amilum yang seharusnya dihidrolisis oleh enzim amilase namun tidak bereaksi karena semakin besar kadar enzim maka kecepatan reaksi semakin besar.

5.2 SaranSebaiknya dilakukan pula percobaan pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim sehingga dibandingkan dengan pengaruh konsentrasi enzim.

DAFTAR PUSTAKAFessenden, Ralph J. 1992. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.Hawad, HM. 2004. Pengantar Biokimia. Malang: Bayu Media.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

Roedwell, Victor. W. et-al. 1987. HarperS Review of Biochemistry. Jakarta: EED.Larutan hitam

Diencerkan 10X (larutan induk)

Diambil 1 mL

Larutan bening

Larutan bening

Larutan coklat

Diencerkan 10X (larutan induk)

Diambil 1 mL

Larutan bening

Larutan bening

1 mL amilase

Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 270C

Ditambah 3 tetes I2

Diamati

Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 270C

Ditambah amilum 10 tetes

Larutan coklat tua

Larutan bening

Larutan bening

1 mL amilase

Diencerkan 10X (larutan induk)

Diambil 1 mL

Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 00C

Ditambah 3 tetes I2

Diamati

Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 00C

Ditambah amilum 10 tetes

1 mL amilase

Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 1000C

Ditambah 3 tetes I2

Diamati

Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 1000C

Ditambah amilum 10 tetes

Larutan bening

1 mL larutan induk

Larutan coklat muda

Larutan bening

1 mL larutan induk

Diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruang

Ditambah 3 tetes I2

Diamati

Ditambahkan buffer pH 6 10 tetes

Ditambah 10 tetes amilum

Larutan coklat

Diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruang

Ditambah 3 tetes I2

Diamati

Ditambahkan buffer pH 7 10 tetes

Ditambah 10 tetes amilum

Larutan bening

1 mL larutan induk

Larutan hitam

Diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruang

Ditambah 3 tetes I2

Diamati

Ditambahkan buffer pH 12 10 tetes

Ditambah 10 tetes amilum

Diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menit

Ditambah 3 tetes I2

Diamati

Ditambah 10 tetes amilum

Diencerkan 10 kali

Larutan induk (yang tersisa)

1 mL larutan

Larutan bening

Larutan coklat

Diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menit

Ditambah 3 tetes I2

Diamati

Larutan coklat tua

Ditambah 10 tetes amilum

1 mL larutan

Larutan induk (yang tersisa)

Larutan bening

Diencerkan 50 kali

Diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menit

Ditambah 3 tetes I2

Diamati

Larutan Hitam

Ditambah 10 tetes amilum

1 mL larutan

Larutan induk (yang tersisa)

Larutan bening

Diencerkan 100 kali

100

103

108

117

126

_1447562411.unknown

_1447747062.unknown

_1447747063.unknown

_1447645101.unknown

_1447560293.unknown