(4) bab 3 perancangan geometrikkkkk

Upload: ardhikhulfah

Post on 08-Mar-2016

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Ardhi Khulfah 2411131088

BAB 1PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANGPerencanaan geometrik adalah bagian dari perencanaan jalan yang bersangkut paut dengan dimensi nyata dari bentuk fisik dari suatu jalan beserta bagian-bagiannya, masing-masing disesuaikan dengan tuntutan serta sifat-sifat lalu lintas untuk memperoleh modal layanan transfortasi yang mengakses hingga ke rumah-rumah.

Dalam perencanaan geometrik jalan terdapat beberapa parameter perencanaan seperti kendaraan rencana, kecepatan rencana, volume dan kapasitas jalan, dan tingkat pelayanan yang diberikan oleh jalan tersebut. Parameter parameter ini merupakan penentu tingkat kenyamanan dan keamanan yang dihasilkan oleh suatu bentuk geometrik jalan

Dalam menentukan trase kita akan menghadapi beberapa persoalan diantaranya mengenai bentuk dari permukaan alam yang tidak teratur, turun naik kemudian keadaan tanah dasar dan lain sebagainya.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan trase diantaranya yaitu :1. Perencanaan Garis trase dibuat sependek mungkin.2. Dipilih Route rencana jalan dipilih sedatar mungkin mengikuti garis kontur atau transis.

3. Syarat antara sudut belokan pertama dan sudut belokan kedua diusahakan sepanjang panjangnya. (4,0 cm pada gambar dengan skala 1 : 10.000).4. Perencanaan sudut belok pada masing-masing tikungan disesuaikan dengan kecepatan rencana kendaraan (Vr).

Walaupun kita tahu bahwa jarak yang tersingkat untuk menghubungkan dua tempat adalah merupakan garis lurus, tetapi dalam hai ini tidak mungkin untuk membuat centre line selurus lurusnya karena banyak menghadapi rintangan rintangan yang berupa bukit, lembah, sungai yang sukar dilalui, maka trase jalan dibuat sedemikian rupa dengan memperhatikan faktor keamanan dan kenyamanan pemakai jalan.

Untuk menghitung koordinat ada dua alternatif hitungan, yaitu :1. Pengukuran lapangan langsung.2. Perhitungan pada peta topografi.Pada perencanaan disini hanya akan dibahas perhitungan koordinat dari peta topografi. Yaitu dengan cara menginterpolasi koordinat yang telah ada pada peta topografi yaitu dengan adanya perpotongan sumbu X dan sumbu Y.Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari Perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas.Jadi tujuan dari perencanaan geometrik jalan adalah nenghasilkan infra struktur yang aman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaa-n/biaya pelaksanaan. Ruang, bentuk dan ukuran jalan dikatakan baik jika dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi Para pemakai/pengemudi.Salah satu Langkah awal dalam membangun suatu daerah pembangunan jalan yang menghubungkan kawasan derwan kawasan. yang lain sehingga aktivitas manusia sebagai mahluk sosial dalam dapat berlangsung dengan baik. Jalan derwan berbagai jenisnya telah berhasil menghubungkan manuia ke manusia, keluarga ke keluarga yang lain, rumah ke rumah, desa ke desa, kota ke kota bahkan antar pulau dan antar negara yang dulunya tidak terhubung karena rintangan berupa hutan, sungai, jurang bahkan laut. Suatu daerah tidak terisolasi lagi karena sudah dibangun jalan. Perekonomian akan meningkat derwan adanya jalan karena distribusi barang dan jasa dapat berlangsung derwan baik. Kualitas hidup manusia jugs meningkat karena adanya jalan. Banyak hal yang dulunya tidak mungkin dilakukan sekarang menjadi mungkin derwan adanya jalan. Kini, jalan telah menjadi penentu kualitas suatu kawasan.Pembuatan suatu jalan melalui tiga tahapan utama yaitu perencanaan (planning), perancangan (design) dan pembangunan (build). Dalam laporan ini, akan dibahas berbagai aspek dalam perancangan suatu jalan (design). Jalan yang akan dirancang adalah jalan antar kota karena memang jenis jalan ini yang memiliki banyak aspek desain. Dasar perancangan geometrik adalah sifat gerakan, dan ukuran kendaraan, sifat pemgemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya, dan karakteristik lalu lintas. Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal dikenal juga dengan sebutan "situasi jalan". Alinyemen horizontal terdiri dari garis-garis lurus yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung. Garis-garis lengkung tersebut terdiri dari busur lingkaran ditambah busur peralihan, busur peralihan saja, ataupun busur lingkaran saja.Sedangkan Alinyemen vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal melalui sumbu jalan dengan bidang permukan pengerasan jalan, yang biasa disebut puncak tanjakan dan lembah turunan (jalan turun)

1.2. MAKSUD DAN TUJUANAdapun maksud dalam perancangan geometrik mencakup hal-hal berikut :a. Dapat menentukan alinemen horizontal / trace jalan, terutarna perencanaan sumbu jalan, yang berkaitan mengenai : Kontrol atau ketentuan umum dari alinemen horizontal, alinemen sebaiknya mencari jarak yang terpendek dengan menyesuaikan dengan kondisi topografi, namun jangan berkelak-kelok trasenya (E tikungan diusahakan seminimal mungkin ). Jarak pandang menyiap pads jalan 2 lajur/ 3 lajur sebanyak mungkin diberikan. Jari-jari tikungan yang digunakan diusahakan lebih besar dari jari-jari minimun ( batas standar ). Alinemen sebaiknya konsisten, jangan memberikan perubahan yang tiba-tiba ( misalnya tikungan tajam diakhir dengan alinemen vertikal ( untuk menghindarkan penampilan yang buruk Mengetahui dasar-dasar perencanaan alinemen horizontal, hat ini mencakup Hubungan antara kecepatan, jari-jari tikungan, kemiringan melintang / superelevasi dan gaga gesek camping antara ban dan permukaan jalan. Mengetahui nilai-nilai batas perencanaan alinemen horizontal, ketentuan ini mengacu kepada peraturan yang berlaku di Indonesia. Mengetahui perencanaan dan perhitungan tikungan yang mencakup jari-jari tikungan, pemilihan jenis tikungan, perhitungan komponen-komponen tikungan yang dikoreksikan dengan jari-jari tikungan untuk menentukan desain tikungan. Penentuan stasioning. Pads alinemen horizontal yang merupakan proyeksi jalan pada bidang datar akan terlihat mans bagian jalan yang lures atau menikung.b. Dapat menentukan alinemen vertikal serta penampang jalan. Hal ini mencakup hal-hal berikut: Kontrol dan batasan perencanaan lengkung vertikal diusahakan memiliki kelandaian yang mengikuti tanah aslinya, penggunaan landai maksimun sebaiknya dihindari. Jika memakai landai maksimun, perlu ditambahkan lajur pendakian khusus. Selain itu mengurang galian timbunan dan galian untuk menghemat waktu dan biaya. Perencanaan hares dilakukan sebaik mungkin untuk jangka waktu tertentu. Penentuan panjang lengkung vertikal, apakah lengkung cembung atau cekung Penentuan lajur pendakian, lajur pendakian harus disesuaikan dengan runs jalan dengan kelandaian bestir, menerus dan volume lalu lintas yang relatif padat. Penempatan lajur pendakian terutama pada jalan arteri atau kolektor. Lajur pendakian sama dengan lajur rencana. Mengkoordinasikan perencanaan alinemen vertikal dengan alinemen horizontal, hal dilakukan agar perancangan jalan akurat secara perhitungan. Alinemen horizontal dengan alinemen vertikal dan secara ideal alinemen horizontal sedikit lebih panjang dan melingkupi alinemen vertikal. Tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung atau pada cembung harus dihindari. Lengkung vertikal cembung pada jalan yang lurus dan panjang harus dihindari. Dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horizontal harus dihindari. Tikungan tajam diantara bagian jalan yang lurus dan panjang harus dihindari.

Pada alinemen vertikal akan kelihatan berapa jarak mendatar jalan berapa kelandaian jalan. Kemudian apakah jalan naik atau turun Berta berapa panjang lengkung vertikal. Sclain itu kita bisa mengetahui berapa elevasi awal dan akhir yang berpengaruh terhadap jarak pandang henti dan jarak pandang menyiap.Adapun yang menjadi tujuan dari perancangan geometrik jalan adalah sebagai berikut Menghasilkan konstruksi jalan yang efisien dan efektif dalam melayani arus lalu-limas yang ada. Jalan yang kita rancang merupak jalur yang tepat sebagai sarana lalu-lintas sesuai dengan fungsi jalan tersebut. Memberikan keamanan dan kenyamanan ketika melintasi jalan, seperti jarak pandangan, ruang yang cukup bagi manuver kendaraan dan koefisien gesek permukaan jalan yang layak Menjamin suatu perancangan yang ekonomis, karena jalan akan didesain dengan seoptimal mungkin secara akurat dan efisien sehingga biaya yang akan dikeluarkan diupayakan seoptimal. pule. Memberikan suatu keseragaman geometrik jalan sehubungan dengan jenis medan. ( terrain )Dapat membantu perkembangan ekonomi, sosial, budaya dan arus distribusi lainnya di suatu wilayah.

1.3. LINGKUP PEMBAHASANRuang lingkup pembahasan dalam penentuan geometri jalan meliputi: Perhitungan awal meliputi : koordinat titik awal dan titik akhir, penentuan trase alinemen horisontal, perhitungan koordinat, jarak, azimuth, dan sudut tikungan, penentuan klasifikasi medan, penentuan kelas jalan, keeepatan rencana, jarak pandangan henti Perencanaan alinemen horizontalPerencanaan alinemen horisontal meliputi perhitungan tikungan,, stasioning, pelebaran camping, dan penentuan diagram superelevasi Perencanaan alinemen verticalPerencanaan alinemen vertikal meliputi penentuan profil tanah asli, perhitungan alinemen vertikal, kelandaian, lengkung vertikal, penentuan koordinasi trase alinemen horisontal dan alinemen vertikal, serta perhitungan elevasi titik penting Penggambaran potongan melintangPenggambaran potongan melintangyang meliputi penggambaran bentuk / tipikal potongan melintang beserta ukurannya, menetukan panjang Damaja, Damija, dan Dawasja serta menentukan drainase jalan. Penentuan galian dan timbunanPenentuan galian dan timbunan meliputi pekerjaan tanah, volume galian dan timbunan serta menentukan kurva massa.

1.4. SISTEMATIKA PEMBAHASANLaporan ini terdiri dari enarn bab yang masing-masing terdapat bab-bab penjelasan juga sub bab-sub bab nya sebagai berikutBab I PendahuluanPada bab ini dijelaskan mengenai Tatar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika penulisan. laporan.

Bab II Kriteria Desain GeometrikPada bab ini akan dijelaskan teori tentang perhitungan awal, alinement horizontal, alinemen vertical, potongan melintang.

Bab III Perancangan GeometrikPada bab ini dijelaskan cara penentuan trase alinemen horizontal, perhitungan koordinat,azimuth dan sudut tikungan, klasifikasi medan, kelas jalan dan kecepatan rencana,dan jarak Pandang henti dan menyusul.Perencanaan Alinemen HorizontalStasioning, pelebaran camping, dan digram superelevasi.Perencanaan Alinemen VertikalDijelaskan profil tanah asli, perhitungan alinemen verikal, kelandaian, lengkung vertical, koordinasi trase alinemen horizontal dan vertical, dan perhitungan elevasi titik penting.Potongan Melintang

BAB 2KAJIAN PUSTAKA

2.1. Volume lalu lintasVolume lalu lintas yang akan menggunakan jalan dinyatakan dalam Satuan Massa Penumpang (SMP) yang besarnya menunjukkan jumlah lalu lintas harian rata rata untuk kedua jurusan volume LHR yang baru, untuk suatu jalan dapat langsung diperoleh pada lalu lintas pada waktu tersebut.Klasifikasi jalan di Indonesia menurut Bina Marga dalam Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (TPGJAK) No: 038 / T/ BM / 1997, disusun pada tabel berikut :

Tabel Ketentuan Klasifikasi : Fungsi, Kelas beban, Medan.Fungsi JalanARTERIKOLEKTORLOKAL

Kelas JalanIIIIII AIII BIII C

Muatan Sumbu> 10108Tidak di tentukan

Terberat (ton)

Tipe MedanDBGDBGDBG

Kemiringan < 33 25> 25< 33 25> 25< 33 25> 25

Medan (%)

Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan (administrasi) sesuai PP. No. 26 / 1985 : Jalan Nasional, Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten/ Kotamadya, Jalan desa, dan Jalan khusus.Keterangan: Datar (D), Perbukitan (B), dan Pegunungan (G)

2.2. Tingkat Pelayanan Yang DiinginkanJalan mempunyai fungsi sebagai alat penghubung di bidang sosial, ekonomi, politik, militer dan kebudayaan.Jalan arteri, adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.Jalan arteri primer, adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.

Jalan arteri sekunder, adalah jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.Jalan Kolektor, adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan/ pembagian dengan ciri ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.Jalan Kolektor Primer, adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.Jalan Kolektor Sekunder, adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.Jalan Lokal, adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.Jalan Lokal Primer, adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau yang menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, atau dengan jenjang di bawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil, atau kota dibawah jenjang ketiga sampai persil.Jalan Lokal Sekunder, adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.

2.3. Kendaraan Rencana1. Kendaraan Ringan / Kecil (LV)Kendaraan ringan / kecil adalah kendaraan bermotor ber as dua dengan empat roda dan dengan as 2,0 3,0 ( meliputi : mobil penumpang, oplet, microbus, pick up dan truck kecil sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).2. Kendaraan Sedang (MHV)Kendaraan bermotor dengan dua gandar, dengan jarak 3,5 5,0 (termasuk bus kecil, truck dua as dengan enam roda, sesuai dengan klasifikasi Bina Marga).3. Kendaraan Berat / Besar (LB LT)

a. Bus besar (LB)Bus dengan dua atau tiga gandar dengan jarak as 5,0 6,0 mb. Truck Besar (LT)Truck tiga gandar dan truck kombinasi tiga, jarak gandar (gandar pertama ke kedua) < 3,5 m (sesuai sistem klasifikasi Bina Marga)4. Sepeda Motor (MC)Kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 ( meliputi : sepeda motor dan kendaraan roda tiga sesuai sistem klasifikasi Bina Marga)5. Kendaraan Tak Bermotor (UM)Kendaraan dengan roda yang digerakkan oleh orang atau hewan (meliputi: sepeda, becak, kereta kuda, dan kereta dorong sesuai dengan klasifikasi Bina Marga)Catatan : Kendaraan tak bermotor tidak dianggap sebagai bagian dari arus lalu lintas tetapi unsur hambatan samping.

Tabel. Dimensi Kendaraan RencanaKATEGORI DIMENSI KENDARAANTONJOLANRADIUS PUTARRADIUS

KENDARAAN(cm)(cm)(cm)TONJOLAN

RENCANATinggi Lebar PanjangDepanBelakangMinimumMaksimum( cm )

Kecil13021058090150420730780

Sedang410260121021024074012801410

Besar41026021001209029014001370

2.4 Kecepatan Rencana (VR)VR adalah kecepatan rencana pada suatu ruas jalan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik, jalan yang memungkinkan kendaraan kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti, VR untuk masing masing fungsi jalan dapat ditetapkan dari tabel :

FUNGSI JALANKECEPATAN RENCANA VR (Km / Jam)

DATARBUKITGUNUNG

Arteri70 - 12060 - 8040 - 70

Kolektor60 - 9050 - 6030 - 50

Lokal40 - 7030 - 5020 - 30

Catatan : Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km / jam.

2. 5. Kelas Jalan Sesuai FungsinyaKelas jalan menentukan jumlah jalur dan arah pada seatu segmen jalan, untuk jalan jalan luar kota sebagai berikut : 2 lajur 1 arah (2/1) 2 lajur 2 arah tak terbagi (2 / 2 TB) 4 lajur 4 arah tak terbagi (4 / 2 TB) 4 lajur 2 arah terbagi (4 / 2 B) 6 lajur 2 arah terbagi (6 / 2 B)

2. 6. Merencanakan Geometrik JalanTrase JalanPada gambar trase jalan akan terlihat apakah jalan tersebut merupakan jalan lurus, menikung ke kiri, atau ke kanan. Sumbu jalan terdiri dari serangkaian garis lurus lengkung berbentuk lingkaran, atau lengkung peralihan dari bentuk garis lurus ke bentuk busur lingkaran. Perencanaan geometrik jalan menfokuskan pada pemilihan letak dan panjang dari bagian-bagian ini sesuai dengan kondisi meedan sehingga terpenuhi kebutuhan akan pengoperasian lalu lintas dan keamanan.

Gambar Potongan memanjang dan Melintang

Pada gambar potongan melintang akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa kelandaian, mendaki, ataupun menurun. Pada perencanaan ini yang dipertimbangkan adalah bagaimana meletakkan sumbu jalan sesuai kondisi medan dengan memperhatikan sifat operasi kendaraan, keamanan, jarak pandang, dan fungsi jalan. Penampang melintang berkaitan pula dengan pekerjaan tanah yang mungkin menimbulkan galian dan timbunan.Penampang melintang jalan merupakan potongan melintang tegak lurus jalan.Potongan melintang jalan merupakan potongan melintang tegak lurus sumbu jalan. Pada potongan melintang jalan dapat terlihat bagian bagian jalan. Bagian bagian jalan yang utama dapat dikelompaokkan sebagai berikut :a. Bagian yang langsung berguna untuk lalu lintas Jalur lalu lintas Lajur lalu lintas Bahu jalan Trotoar Medianb. Bagian yang berguna untuk draenase jalan Saluran samping Kemirangan melintang jalur lalu lintas Kemirangan melintang bahu Kemiringan tegakc. Bagian pelengkap jalan. Kereb Pengaman tepid. Bagian konstruksi jalan Lapisan perkerasan jalan Lapisan pondasi atas Lapisan lpondasi bawah Lapisan tanah dasare. Daerah manfaat jalan (damanja)f. Daerah milik jalan (damija)g. Daerah pengawasan jalan (dawasja)

Penjelasan:1. Jalur Lalu Lintas

Jalur lalu lintas adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang diperuntukkan untuk lalu lintas kendaraan. Jalur lalu lintas terdiri dari beberapa jalur (lane) kendaranaan. Lajur kendaraan yaitu bagian dari jalur lalu lintas yang khusus untuk dilewati oleh suatu rangkaian beroda empat atau lebih dalam satu arah. Jadi jumlah lajur minimal untuk 2 arah adalah 2 dan pada umumnya disebut sebagai jalan 2 lajur 2 arah. Jalur lalu lintas untuk 1 arah minimal 1 lajur lalu lintas.2. Lebar Lajur Lalu LintasLebar lajur lalu lintas merupakan bagian yang paling menentukan lebar melintang jalan secara keseluruhan. Besarnya lebar lajur lalu lintas hanya dapat ditentukan dengan pengamatan langsung dilapangan karena : Lintasan kendaraan yang satu tidak mungkin akan dapat diikuti oleh lintasan kendaraan lain dengan tepat. Lajur lalu lintas mungkin tepat sama degan lebar kendaraan maksimum. Untuk keamanan dan kenyamanan setiap pengemudi membutuhkan ruang gerak antara kendaraan. Lintasan kendaraan tidak mengkin dibuat tetap sejajar sumbu lajur lalu lintas, karena selama bergerak akan mengalami gaya gaya samping seperti tidak ratanya permukaan, gaya sentritugal ditikungan, dan gaya angin akibat kendaraan lain yang menyiap.Lebar lajur lalu lintas merupakan lebar kendaraan ditambah dengan ruang bebas antara kendaraan yang besarnya sangat ditentukan oleh keamanan dan kenyamanan yang diharapkan. Pada jalan local (kecepatan rendah) lebar jalan minimum 5,50 m (2 x 2,75) cukup memadai untuk jalan 2 jalur dengan 2 arah. Dengan pertimbangan biaya yang tersedia, lebar 5 m pun masih diperkenankan. Jalan arteri yang direncanakan untuk kecepatan tinggi, mempunyai lebar lajur lalu lintas lebih besar dari 3,25 m sebagiknya 3,50 m.

3. Bahu jalan Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang berfungsi sebagai berikut: 1. Ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang mogok atau yang sekedar berhenti untuk beristirahat. 2. Ruangan untuk menghindarkan diri dari saat saat darurat, sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan. 3. Memberikan kelegaan pada pengemudi, dengan demikian dapat meningkatkan kapasilitas jalan yang bersangkutan. 4. Memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan jalan dari arah samping. 5. Ruang pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan jalan (tempat penempatan alat alat dan penimbunan material).6. Ruang untuk lintasan kendaraan kendaraan patroli, ambulans, yang sangat dibutuhkan pada keadaan darurat seperti terjadinya kecelakaan.

3. Trotoar (Jalur pejalan kaki / side walk)Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang khusus dipergunakan untuk pelalan kaki (pedestrian). Untuk keamanan pejalan kaki maka trotoar harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik berupa kereb. Lebar trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang khusus dipergunakan untuk pejalan kaki yang di inginkan, dan fungsi jalan. Untuk itu lebar 1,5 3,0 m merupakan nilai yang umum diguanakan.4. MedianPada arus lalu lintas yang tinggi sering kali dibutuhkan median guna memisahkan arus lalu lintas yang berlawanan arah. Jadi median adalah jalur yang terletak ditengah jalanyang membagi jalan dalam masing masing arah. Lebar median bervariasi 1,0 12 m. median dengan lebar sampai 5 m sebaiknya ditinggikan dengan kereb atau dilengkapi dengan pembatas agar tidak dilanggar kendaraan.Funsi Median : Menyediakan daerah netral yang cukup lebar dimana pengemudi masih dapat mengontrol kendaraannya pada saat saat darurat. Menyediakan jarak yang cukup untuk membatasi / mengurangi kesilauan terhadap lampu besar dari kendaraan yang berlawanan arah. Menambah rasa kelegaan, kenyamanan dan keindahan bagi setiap pengemudi. Mengamankan kebebasan samping dari masing masing arah arus lalu lintas.

5. Saluran SampingSaluran samping berbentuk trapesium atau persegi panjang. Untuk daerah perkotaan dimana daerah pembebasan jalan sudah sangat terbatas, maka saluran samping dapat dibuat persegi panjang dari konstruksi beton dan ditempatkan di bawah trotoar. Saluran samping berguna untuk : Mengalirkan air dari permukaan perkerasan jalan atau pun dari bagian luar jalan. Menjaga supaya konstruksi jalan selalu berada dalam keadaan kering tidak terendam air. 6. Talud kemiringan lerengTalud jalan umumnya dibuat 2 H : 1 V, tetapi untuk tanah tanah yang mudah longsor talud jalan harus dibuat sesuai dengan besarnya landai yang aman. Berdasarkan keadaan tanah lokasi tersebut, mungkin saja dibuat bronjong, tembok penahan tanah, lereng bertingkat (brem) atau pun hanya ditutupi rumput saja.7. KerebKereb adalah penonjolan atau peninggian tepi perkerasan atau bahu jalan , yang terutama dimaksudkan untuk keperluan keperluan draenase, mencegah keluarnya kendaraan dari tepi perkerasan, dan memberikan ketegasan tepi perkerasan.

Jarak PandangAdalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat mengemudi sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk menghidari bahaya tersebut dengan aman. Dibedakan dua Jarak Pandang, yaitu Jarak Pandang Henti (Jh) dan Jarak Pandang Mendahului (Jd).Jarak pandang (Sight distance), ialah panjang yang diukur sepanjang garis tengah pada suatu jalur lalu lintas, dari suatu titik dengan ketinggian 100 cm di atas garis tengah ke titik terjauh dengan ketinggian 10 cm di atas garis yang sama di depan, yang dapat dilihat mata pengemudi dari tempat semula.

Jarak Pandang HentiJh adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan di depan. Setiap titik di sepanjang jalan harus memenuhi Jh. Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan 15 cm diukur dari permukaan jalan. Jh terdiri atas 2 elemen jarak, yaitu:(1) jarak tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengemudi melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat pengemudi menginjak rem; (2) jarak pengereman (Jh,) adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan berhenti.Faktor-faktor yang mempengaruhi:VR = kecepatan rencana (km/jam)T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detikg = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35-0,55.

Jarak Pandang MendahuluiJd adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain di depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur. Jd diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan adalah 105 cm.Jd, dalam satuan meter ditentukan sebagai berikut:Jd=dl+d2+d3+d4 dimana :d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m),d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur semula (m),d3 = jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang datang dari arah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m),d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah berlawanan, yang besarnya diambil sama dengan 213 d2 (m).

Alinemen Horizontala. Tipe tkungan1. Full Circle(FC)Adalah jenis tikungan yang hanya terdiri dari bagian suatu lingkaran saja. Tikungan FC hanya digunakan untuk jari-jari tikungan yang besar agar tidak terjadi patahan, karena dengan jari-jari kecil diperlukan superelevasi yang besar.Syarat-syarat:Untuk menggunakan bentuk ini adalah tergantung pada kecepatan rencana, jika sudah memenuhi yaitu dengan melihat tabel sebagai berikut :Kec. Rencana12010080604030

Jari Jari min.200015001100700300120

2. Spial-Circle-Spiral(S-C-S)Merupakan lengkung peralihan yang dibuat untuk menghindari terjadinya perubahan alintemen yang tiba-tiba dari bentuk lurus ke bentuk lingkaran. Jadi diletakkan antara bagian lurus dan bagian lingkaran yaitu, sebelum dan sesudah tikungan berbentuk busur lingkaran.

3. Spiral-Spiral(S-S)Merupakan lengkung tanpa busur lingkaran, panjang maksimum bagian lurus haruslah ditempuh dalam waktu kurang dari 2,5 menit sesuai Vr dengan pertimbangan keselamatan pengemudi akibat kelelahan.

b. SuperelevasiSuper elevasi adalah kemiringan melintang pada lengkung horizontal, super elevasi dirancang untuk mengimbangi gaya sentrifugal dari komponen berat kendaraan. Super elevasi ini diperoleh dengan membuat kemiringan melintang jalan.Metode untuk melakukan super elevasi yaitu merubah lereng potongan melintang, dilakukan dengan bentuk profil dari tepi perkerasan yang dibundarkan, tetapi disarankan untuk cukup mengambil garis lurus saja, ada 3 cara untuk mendapatkan superelevasi:a. memutar perkerasan jalan terhadap profil sumbub. memutar perkerasan jalan terhadap tepi jalan sebelah dalamc. memutar perkerasan jalan terhadap tepi jalan sebelah luarPada kecepatan tertentu superelevasi maksimum dan asumsi dari faktor gesekan maksimum bersama sama menenrukan jari jari minimum yang diperoleh beberapa faktor yaitu :a. Kondisi cuaca b. Kondisi lapangan, datar atau pegununganc. Tipe dari daerah pedalaman atau kotad. Sering terdapat kendaraan yang berjalan lambatSuperelevasi maksimum untuk jalan raya terbuka pada umumnya 0,12 dimana penggunaannya terbatas di daerah yang tidak bersalju.Jadi, superelevasi diperlukan untuk menjaga kestabilan kendaraan saat melewati tikungan.c. Lengkung peralihanLengkung peralihan ialah lengkung yang berfungsi untuk menstabilkan kendaraan ketika melewati suatu tikungan simpangan yang tajam, sehingga kendaraan masih dapat tetap berada pada lajur jalannya ketika melalui tikungan yang tajam. Bentuk lengkung peralihan dapat berupa parabola atau spiral. Panjang lengkung peralihan (Ls) ditetapkan atas pertimbangan sebagai berikut:a. lama waktu perjalanan di lengkung peralihan perlu dibatasi untuk menghindari kesan perubahan alinyemen yang mendadak , ditetapkan 3 detik.b. Gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan dapat diantisipasi berangsur-angsur pada lengkung peralihan dengan aman.c. Tingkat perubahan kelandaian melintang jalan dari bentuk kelandaian normal ke kelandandaian superelevasi penuh tidak boleh melampaui re-max.Di sisi lain dengan adanya lengkung peralihan, pengemudi dapat dengan mudah mengikuti lajur yang telah disediakan untuknya, tanpa melintasi lajur lain yang berdampingan.Beberapa keunggulan dari penggunaan lengkung peralihan pada alinyamen horizontal:a. Memungkinkan mengadakan perubahan dari lereng jalan normal ke kemiringan sebesar super elevasi secara berangsur-angsur, sesuai dengan gaya sentrifugal yang timbul.b. Memungkinkan mengadakan peralihan pelebaran perkerasan yang diperlukan dari jalan lurus ke kebutuhan lebar perkerasan pada tikungan-tikungan yang tajam.c. Menambah keamanan dan kenyamanan bagi pengemudi karena sedikit kemungkinan pengemudi keluar dari lajur.d. Menambah keindahan bentuk dari jalan tersebut, menghindari kesan patahnya jalan dari batasan bagian lurus dan lengkung busur lingkaran.

d.Pelebaran Pada Tikungan

Pelebaran pada tikungan ialah perubahan dimensi jalan menjadi lebih lebar pada daerah-daerah menikung, dimaksudkan agar ketika kendaraan membelok maka tersedia beberapa ruang untuk manufer kendaraan.e.Landai Relatifa. Landai minimumBerdasarkan kepentingan arus lalu lintas, landai ideal adalah landai datar(0%). Seballiknya ditinjau dari kepentingan drainase jalan, jalan berlandailah yang ideal, dalam perencanaan disarankan: Landai datar untuk jalan-jalan di atas tanah timbunan yang tidak mempunyai kereb. Landai 0,15% dianjurkan untuk jalan-jalan di atas tanah timbunan dengan medan datar dam mempergunakan kereb, kelandaian ini cukup membantu mengalirkan air hujan ke saluran pembuangan. Landai minimum sebesar 0,3-0,5 % dianjurkan dipergunakan untuk jalan-jalan di daerah galain atau jalan yang memakai kereb.b. Landai maksimumKelandaian 3 % mulai memberikan pengaruh kepada gerak kendaraan mobil penumpang, walaupun tidak seberapa dibandingkan dengan gerakan kendaraan truk yang terbebani penuh. Pengaruh dari adanya kelandaian ini dapat terlihat dari berkurangnya kecepatan kendaraan.

Lengkung VertikalLengkung vertical berfungsi pada saat pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian yang lain. Lengkung vertical tersebut direncanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi keamanan, kenyamanan dan drainase.Jenis lengkung vertical dilihat dari letak titik perpotongan kedua bagian lurus (tangent), adalah:a. Lengkung vertikal cekung, adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangent berada di bawah permukaan jalan.Di samping bentuk lengkung yang berbentuk parabola sederhana, panjang lengkung vertical cekung juga harus ditentukan dengan memperhatikan : jarak penyinaran lampu kendaraan, jarak pandangan bebas di bawah bangunan, persyaratan drainase, kenyamanan mengemudi, dan keluwesan bentuk.b. Lengkung vertikal cembung, adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangent berada di atas permukaan jalan yang bersangkutan.

BAB 3PERHITUNGAN

3.1. PERHITUNGAN AWAL3.1.1. Penentuan Trase Alinemen HorizontalTrase jalan dibuat dengan membuat garis atau jalur pada peta rencana dengan memilih area yang relatif datar dan jangan sampai ada belokan yang menanjak.3.1.2. Perhitungan Koordinat, Jarak, Azimuth, dan Sudut TikunganKoordinat AzimutDari peta topografi ditentukan koordinat-koordinat Point of Intersection (PI) sebagai berikut :Tabel 3.1. Koordinat Point of Intersection (PI).No.TITIK X Y

1A703366.6719274080.321

2PI-1703410.7449274025.742

3PI-2703459.1889274001.970

4PI-3703521.9479274010.357

5B703561.5889273954.811

Koordinat Azimuth. Gbr 3.1 Koordinat Azimut

Tabel 3.2. Koordinat titikNo.TITIK X Y

1A703366.6719274080.321

2PI-1703410.7449274025.742

3PI-2703459.1889274001.970

4PI-3703521.9479274010.357

5B703561.5889273954.811

Langkah 1 : Menghitung Jarak

Langkah 2 : Menghitung Azimuth

443

299,74

Langkah 3 : Menghitung Sudut belok 245534

33

6252,74

Tabel 3.3. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Point of Intersection (PI).No.TITIKXYJARAK ( D )

1A703366.6719274080.321-

2PI-1703410.7449274025.742245534

3PI-2703459.1889274001.97033

4PI-3703521.9479274010.3576252,74

5B703561.5889273954.811

Klasifikasi medanDirencanakan jalan kolektor dengan ROW=15 mtinggirendah((tinggi-rendah)/ROW)x100

1821820

1821816,66666667

18317926,6666667

18217826,6666667

18217826,6666667

18217733,3333333

18518033,3333333

18517940

18417933,3333333

18417933,3333333

18317833,3333333

1781776,66666667

1781780

1771766,66666667

17617413,3333333

1741736,66666667

1751750

1771766,66666667

1771770

1781780

1781780

1781780

1801796,66666667

18217920

rata-rata15

Klasifikasi medanJENIS MEDAN NOTASIKEMIRINGAN MEDAN (%)

DATARD25%

Karena di dapat rata-rata kemiringan medan adalah 15% maka dapat disimpulkan bahwa medan jalan tersebut adalah perbukitan.3.1.3. Kelas Jalan dan Kecepatan Rencana1. Kelas JalanKlasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu berat.

Tabel 3.4 Klaisifikasi menurut kelas JalanFungsiKelasMuatan Sumbu Terberat

MTS(ton)

ArteriI> 10

II10

III A8

KolektorIII A8

III B

Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu berat. Klasifikasi Menurut Kelas Jalan.Jalan pada ruas Jombang raya adalah jalan arteri kelas III A dengan sumbu terberat yaitu 8 ton

2. Kecepatan Rencanakecepatan rencana adalah suatu kecepatan yang ditetapkan untuk desain dan korelasi segi-segi fisik dari suatu jalan yang mempengaruhi operasi kendaraan.

FUNGSIKECEPATAN RENCANA, Vr (km/jam)

DATARPERBUKITANPEGUNUNGAN

ARTERI70-12060-8040-70

KOLEKTOR60-9050-6030-50

LOKAL40-7030-5020-30

Karena fungsi jalan yang dipilih adalah kolektor dan medannya perbukitan maka dipilih kecepatan rencananya adalah 60 km/jam.

3. Kedaraan Rencanakendaraan rencana umumnya dikelompokkan: Mobil penumpang Bus, truk Semi trailer,trilerAtau sesuai dengan pengelompokan pada manual bina marga. Ukuran kendaraan rencana diperlihatkan seperti pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.5 Ukuran kendaraan rencanaJenis KendaraanPanjang totalLebar totaltinggiDepan tergantungJarak gandarBelakang tergantungRadiusPutar min.

Kendaraan Penumpang4,71,72,00,81,22,76,0

Truk/bus Tanpa gandengan12,02,54,51,56,54,012,0

Kombinasi16,52,54,01,34,0 (depan)9.0 (belakang)2,212,0

3.1.4. Jarak Pandangan Henti dan MenyusulJarak pandangan adalah panjang jalan didepan kendaraan yang masih dapat dilihat dengan jelas diukur dari titik kedudukan pengemudi.Jarak pandangan berguna untuk : Menghindarkan terjadinya tabrakan Memberi kemungkinan untuk mendahului kendaraan lain. Menambahefisiensi jalan.Sebagai pedoman bagi pengatur lalu-lintas dalam penempatan rambu-rambu lalu-lintas.

1. Jarak pandangan hentiJarak pandangan henti minimum adalah jarak yang ditempuh pengemudi untuk menghentikan kendaraan yang bergerak setelah melihat adanya rintangan pada alajur jalannyaTabel 3.6 Jarak Pandangan Henti (Jh) minimumVr, km/jam120100806050403020

Jh minimum ( m )2501751207555402716

Keterangan : VR= Kecepatan rencana ( km/jam ) T = waktu reaksi, di tetapkan 2,5 detik g= percepatan gravitasi, di tetapkan 9,8 m/detik f= koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapakan 0,35 0,55

Dari table jarak pandang henti minimum untuk kecepatan rencana 60 km/jam adalah 75 m

2. Jarak pandangan Mendahului yaitu jarak pandangan yang dibutuhkan untuk dapat menyalip kendaraan lain yang berada pada lajur jalannya dengan menggunakan lajur lain.Jarak pandangan menyiap standar dihitung berdasarkan beberapa asumsi terhadap sifat arus lalu-lintas : Kendaraan yang akan disiap harus mempunyai kecepatan tetap. Sebelum menyiap,kendaraan harus mengurangi kecepatannya dan mengikuti kendaraan yang akan disiap dengan kecepatan yang sama. Bila kendaraan sudah berada pada lajur untuk menyiap,maka pengemudi harus mempunyai waktu untuk menetukan apakah gerakan menyiap dapat diteruskan atau tidak. Kecepatan kendaraan yang menyiap mempunyai perbedaan sekitar 15 km/jam dengan kecepatan kendaraan yang akan disiap. Pada saat kendaraan yang menyiap telah berada kembali pada lajur jalannya,maka harus tersedia cukup jarak dengan kecepatan yang berada didepannya.Tinggi mata pengemudi diukur dari permukaan perkerasan menurut AASTHO 90=1,06 m (3.5 ft) dan tinggi obyek yaitu kendaraan yang akan disiap 1,25 m(4,25 ft),sedangkan bina marga (urban) mengambil tinggi mata pengemudi sama dengan tinggi obyek 1,00 mTabel 3.7 Jarak Pandang MendahuluiVr, km/jam120100806050403020

Jh minimum ( m )800670550350250200150100

Dari table jarak pandang mendahului minimum untuk kecepatan rencana 60 km/jam adalah 350 m

3.1.5. Kelandaian MaksimumKelandaian maksimum untuk memungkinkan kendaraan bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang berarti.

Tabel 3.8 Kelandaian maksimum yang diijinkan.Vr, km/jam12011010080605040