4. analisa dan pembahasan 4.1 pengumpulan data · (firdaus, 2009). fmea adalah proses dengan tujuan...
TRANSCRIPT
21 Universitas Kristen Petra
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan data
Pada tahap pengumpulan data, data-data yang dikumpulkan meliputi
semua informasi data yang diperoleh berupa record data kecelakaan kerja selama
Januari 2017 sampai dengan 25 November 2017. Selain menggunakan data
kecelakaan kerja sebagai data utama, juga mengumpulkan data pendukung yaitu
berupa hasil diskusi, brainstroming dengan pihak manajerial dan staf EHS yang
terkait dengan kecelakaan kerja yang telah terjadi pada tahun tersebut. Dari data
kecelakaan kerja tersebut diketahui bahwa terjadi sebanyak 134 kecelakaan pada
tahun 2017.
4.2 Pengolahan Data
Risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian
pada periode tertentu atau siklus operasi tertentu (Tarwaka, 2008). Penilaian risiko
pada dasarnya merupakan proses untuk menentukan pengaruh atau akibat
pemaparan potensi bahaya yang dilaksanakan melalui tahap atau langkah yang
berkesinambungan. Analisa risiko yang digunakan di PT. XYZ adalah dengan
metode FMEA dan tahap Risk Assesment pada HIRARC. Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA) adalah suatu prosedur terstruktur merupakan proses yang
sistematis yang digunakan untuk mengidentifikasi potensi kegagalan yang timbul
dalam untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan
(Firdaus, 2009). FMEA adalah proses dengan tujuan mengeliminasi dan
meminimalisasi risiko kegagalan produksi yang akan timbul, risiko akan dianalisa
sehingga dapat mengetahui potensi mana yang benar-benar berisiko dan harus
ditindaklanjuti. Pada proses analisa risiko di PT. XYZ menggunakan dua metode.
Metode pertama menggunakan Risk Priority Number (RPN) dan metode yang
kedua dengan menggunakan Risk Rating Matrix (RRM). Penentuan batasan pada
metode RPN sangat diperlukan, batasan pada metode RPN merujuk pada (Ahmed,
2014). Tabel 4.1 menunjukan batasan RPN yang digunakan dalam penelitian ini.
22 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.3 FMEA Failures Grouping
RPN Group Legend
0<RPN≤50 Very low risk
50<RPN≤150 Low risk
150<RPN≤200 Medium risk
200<RPN≤300 High risk
RPN> 300 Very high risk
Hasil perhitungan perkalian S X O X D yang memiliki nilai RPN 0
sampai 50 dapat dikatakan memiliki risiko yang sangat rendah. Hasil perhitungan
RPN yang memiliki nilai 50 sampai 149 memiliki risiko yang rendah. Hasil
perhitungan RPN yang memiliki nilai 150 sampai 199 memiliki risiko yang
sedang. Hasil perhitungan RPN yang memiliki nilai 200 sampai 299 memiliki
risiko yang sedang. Hasil perhitungan yang melebihi 300 memiliki risiko yang
sangat tinggi.
Pada penelitian ini analisa risiko menggunakan 2 metode yaitu
menggunakan metode FMEA biasa dengan menggunakan RPN (Risk Priorty
Number) dan dengan menggunakan RRM (Risk Rating Matrix). Perbedaan yang
terdapat pada keduanya adalah pada menggunakan RPN (Risk Priorty Number)
kriteria yang digunakan adalah severity, occurene, dan detection. Perhitungan
menggunakan metode RRM (Risk Rating Matrix) hanya menggunakan severity
dan Likellihood atau yang bisa disebut occurence pada RPN. Pada penelitian ini
bukan hanya memfokuskan pada tujuan tapi juga ingin membandingkan kedua
metode tersebut. Perbandingan tersebut ditujukan untuk menilai metode mana
yang terbaik dalam menilai resiko kecelakaan kerja. Perhitungan yang dilakukan
apabila memiliki perbedaan yang cukup signifikan maka nantinya akan dianalisa
hal yang dapat membuat hasil tersebut bisa berbeda. Perhitungan yang sama atau
bisa dibilang hampir sama antara RPN dan RRM maka nantinya bisa disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan yang cukup signifakan antara kedua metode tersebut.
23 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4 Kategori Kejadian Kecelakaan Kerja
No Failure Mode No Failure Mode No Failure Mode
1 Kejatuhan meja 24 Terjepit mesin punching 47 Terpecik cairan release agent
2 Keseleo 25 Terjepit mesin punching hole 48 Terpecik Lem
3 Terbentur last 26 Terjepit mesin toe moulding 49 Tersayat pisau cutter
4 Terbentur mesin cutting 27 Terjepit mesin trimming 50 Tersayat pisau mesin seset
5 Terbentur spion forklift 28 Terjepit mesin wosser 51 Tersengat aliran listrik
6 Terbentur troly packing upper 29 Terjepit stende mesin jahit 52 Tersengat mesin panas
7 Terjepit flat press 30 Terkena baling-baling Kipas angin 53 Tersentuh mesin back part moulding
8 Terjepit hook mesin jahit 31 Terkena Gergaji 54 Tersentuh mesin flat press
9 Terjepit keranjang 32 Terkena lem panas 55 Tersentuh mesin press
10 Terjepit lasting 33 Terkena logan tempat sampah injector 56 Tersentuh mesin slomot
11 Terjepit meja mesin juki 34 Terkena mesin crimping 57 Tersentuh setrika
12 Terjepit mesin backpart moulding 35 terkena mesin mata ayam 58 Tertabrak trolly
13 Terjepit mesin crimping 36 Terkena mesin press 59 Tertusuk jarum mesin jahit
14 Terjepit mesin cutting 37 Terkena mesin trimming 60 Tertusuk jarum mesin strobble
15 Terjepit mesin delasting 38 terkena mesin wosser 61 Tertusuk jarum seam color
16 Terjepit mesin emboss 39 Terkena muncratan spray colour 62 Tertusuk mesin babin case
17 Terjepit mesin hammer 40 Tersayat pisau cutting 63 Tertusuk rotari hook mesin jahit
18 Terjepit mesin hand punching 41 Terkena pisau yang tersangkut dimata bor 64 Terkena mesin split
19 Terjepit mesin mata ayam 42 Terkena rifet metal gortex 65 Tertusuk alat pembuka sandal
20 Terjepit mesin pictogram 43 Terkena tutup botol chemical 66 Tertabrak hand pallet
21 Terjepit mesin press 44 Terkena uap air panas 67 Terjatuh dari pijakan pallet
22 Terjepit mesin press emboss 45 Terlempar sepatu 68 Terjepit conveyer
23 Terjepit mesin press performing 46 Terpecik Aceton 69 Terjepit mesin jahit
24 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4 menunjukan pengkategorian kejadian kecelakaan kerja
berdasarkan kemiripan kejadian. Total keseluruhan kecelakan berjumlah sebesar
134 kecelakaan kerja, dari hasil pengkategorian didapatkan sebanyak 69 kategori
kecelakaan kerja. 69 kategori tersebut nantinya akan di analisa untuk dicari mana
yang benar-benar memiliki risiko dan harus ditindaklanjuti untuk dapat
mengurangi risiko. Hasil penilaian RRM dapat dilihat pada tabel 4.5, 4.6 dan 4.7.
Tabel 4.5 Hasil Penilaian RRM kategori Low Risk
Jumlah No FM Failure Mode S L RRM
1 3 Terbentur last 1 4 4
1 19 Terjepit mesin mata ayam 1 4 4
1 28 Terjepit mesin wosser 1 4 4
1 51 Tersengat aliran listrik 1 4 4
1 1 Kejatuhan meja 1 3 3
1 5 Terbentur spion forklift 1 3 3
1 6 Terbentur troly packing upper 1 3 3
1 7 Terjepit flat press 1 3 3
1 8 Terjepit hook mesin jahit 1 3 3
1 9 Terjepit keranjang 1 3 3
1 11 Terjepit meja mesin juki 1 3 3
1 27 Terjepit mesin trimming 1 3 3
1 29 Terjepit stende mesin jahit 1 3 3
1 30 Terkena baling-baling Kipas angin 1 3 3
1 33 Terkena logan tempat sampah injector 1 3 3
1 36 Terkena mesin press 1 3 3
1 37 Terkena mesin trimming 1 3 3
1 43 Terkena tutup botol chemical 1 3 3
1 44 Terkena uap air panas 1 3 3
1 46 Terpecik Aceton 1 3 3
1 47 Terpecik cairan release agent 1 3 3
1 52 Tersengat mesin panas 1 3 3
1 55 Tersentuh mesin press 1 3 3
1 60 Tertusuk jarum mesin strobble 1 3 3
1 61 Tertusuk jarum seam color 1 3 3
1 62 Tertusuk mesin babin case 1 3 3
1 65 Tertusuk alat pembuka sandal 1 3 3
25 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.5 menunjukan potensi kegagalan yang memiliki nilai RRM yang
masuk kategori prioritas kecil dan memiliki risiko yang kecil. Berdasarkan
prosedur recommendation Action dari PT.XYZ kategori kecelakaan dengan nilai 1
sampai 4 memiliki risiko kecil sehingga aktivitas boleh terus dilanjutkan, tidak
ada pengawasan atau pemantauan tambahan yang diperlukan, dan bukan berarti
memiliki risiko kecil tidak harus ditindaklanjuti, namun tetap ditindaklanjuti tetapi
menjadi prioritas yang terakhir. Total keseluruhan kategori kecelakaan dengan
risiko yang kecil didapatkan sebanyak 28 dari 69 kategori kecelakaan kerja.
Semua nilai pada severity rating yang terdapat pada tabel 4.5 atau kategori
kecelakaan dengan risiko kecil memiliki nilai sebesar 1. Nilai 1 didapatkan
berdasarkan teori severity rating, apabila dampak dari kecelakaan kerja hanya
memerlukan pertolongan pertama atau perawatan di klinik yang terdapat pada
PT.XYZ saja maka nilai untuk severity rating yang bisa diberikan sebesar 1.
Lampiran 1 menunjukan keseluruhan dampak yang diakibatkan dari seluruh
kecelakaan kerja khusunya kecelakaan dengan kategori kecil tersebut. Sebagai
contoh pada kategori kecelakaan terbentur last, pekerja yang secara tidak sengaja
membenturkan lengan kanannya ke mesin last sehingga membuat lengannya
memar. Pekerja tersebut hanya dirawat di klinik saja, setelah menerima
pengobatan dari dokter, pekerja tersebut dapat kembali bekerja lagi sehingga nilai
severity rating untuk kecelakaan terbentur last sebesar 1. Nilai Likellihood rating
pada tiap kategori kecelakaan kerja yang memiliki risiko kecil berbeda-beda
dengan rentang 3 sampai 5. Kecelakaan kerja dengan nilai Likellihood rating 3
menandakan bahwa kecelakaan kerja tersebut terjadi satu kali dalam 5 tahun.
Nilai Likellihood rating sejumlah 4 berarti kejadian kecelakaan tersebut terjadi di
tahun ini dan tahun berikutnya. Nilai Likellihood 5 berarti kecelakaan tersebut
terjadi lebih dari 1 kali dalam setahun. Sebagai contoh pada kategori kecelakaan
terbentur last, kejadian tersebut terjadi pada tahun 2017 dan juga terjadi pada
tahun sebelumnya sehingga rating yang didapatkan pada kecelakaan tersebut
sebesar 4. Sebagai contoh yang lain pada kecelakaan tersentuh mesin flat press,
kecelakaan tersebut terjadi 2 kali dalam setahun sehingga nilai Likellihood rating
yang didapatkan sebesar 5. Penjelasan untuk kategori kecelakaan kerja lain yang
memiliki risiko atau prioritas kecil sama dengan penjelasan contoh tersebut.
26
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.6 Hasil Penilaian RRM kategori Medium Risk
1 10 Terjepit lasting 2 4 8
1 12 Terjepit mesin backpart moulding 2 4 8
1 17 Terjepit mesin emboss 2 4 8
1 21 Terjepit mesin press 2 4 8
1 24 Terjepit mesin punching 2 4 8
1 66 Tertabrak hand pallet 2 4 8
1 67 Terjatuh dari pijakan pallet 2 4 8
1 68 Terjepit conveyer 2 4 8
1 69 Terjepit mesin jahit 2 4 8
1 2 Keseleo 2 3 6
1 18 Terjepit mesin hand punching 2 3 6
1 22 Terjepit mesin press emboss 2 3 6
1 23 Terjepit mesin press performing 2 3 6
1 25 Terjepit mesin punching hole 2 3 6
1 34 Terkena mesin crimping 2 3 6
1 39 Terkena muncratan spray colour 2 3 6
1 41 Terkena pisau yang tersangkut dimatabor 2 3 6
1 42 Terkena rifet metal gortex 2 3 6
1 45 Terlempar sepatu 2 3 6
1 56 Tersentuh mesin slomot 2 3 6
1 58 Tertabrak trolly 2 3 6
2 15 Terjepit mesin delasting 1 5 5
3 31 Terkena Gergaji 1 5 5
3 32 Terkena lem panas 1 5 5
3 40 Tersayat pisau cutting 1 5 5
2 53 Tersentuh mesin back part moulding 1 5 5
2 54 Tersentuh mesin flat press 1 5 5
2 57 Tersentuh setrika 1 5 5
2 63 Tertusuk rotari hook mesin jahit 1 5 5
Tabel 4.6 menunjukan potensi kegagalan yang memiliki nilai RRM yang
masuk kategori prioritas sedang dan memiliki risiko yang sedang. Berdasarkan
prosedur recommendation Action dari PT.XYZ kategori kecelakaan dengan nilai
RRM 5 sampai 9 memiliki risiko sedang sehingga seharusnya kegiatan hanya
dapat dilanjutkan dengan kontrol tambahan yang disetujui oleh departemen EHS,
27
Universitas Kristen Petra
kontrol harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang ditentukan. Bila tingkat
keparahannya sedang dan di atas, penilaian lebih lanjut harus diperlukan untuk
menetapkan kemungkinan kejadian yang lebih tepat sebagai dasar untuk
menentukan kontrol yang lebih baik.
Total keseluruhan kategori kecelakaan dengan risiko yang sedang
didapatkan sebanyak 29 dari 69 kategori kecelakaan kerja. Nilai severity rating
kebanyakan memiliki nilai sebesar 1 dan 2. Nilai 1 dan 2 didapatkan berdasarkan
teori severity rating, apabila dampak dari kecelakaan kerja hanya memerlukan
pertolongan pertama atau perawatan di klinik yang terdapat pada PT.XYZ saja
maka nilai untuk severity rating yang bisa diberikan sebesar 1. Nilai 2 diberikan
apabila dampak dari kecelakaan kerja mengakibatkan 1 korban pada masing-
masing kategori kecelakaan mengalami cidera atau dampak yang serius. Lampiran
1 menunjukan keseluruhan dampak yang diakibatkan dari seluruh kecelakaan
kerja khusunya kecelakaan dengan kategori sedang tersebut. Sampel kategori
kecelakaan yang akan diambil sebagai contoh adalah kategori kecelakaan terjepit
mesin hammer. Penyebab terjadinya kecelakaan tersebut adalah karena pekerja
kurang hati-hati dalam melakukan tugasnya dan melakukan banyak pekerjaan
secara bersama-sama. Pekerja tersebut mengalami luka yang serius sehingga
dibawa dan dirawat ke rumah sakit. Berdasarkan kriteria dari PT. XYZ maka
severity rating pada kecelakaan tersebut mendapatkan nilai sebesar 2. Kategori
kecelakaan kerja tersebut mendapatkan nilai 2 karena korban kecelakaan tersebut
mengalami luka yang serius sehingga harus dirawat di rumah sakit. Kategori
kecelakaan terjepit mesin hammer tersebut telah terjadi sekali pada tahun 2017
dan juga terjadi pada tahun sebelumnya sehingga nilai Likellihood rating
diperoleh sebesar 4. Pekerja seharusnya tidak melakukan banyak pekerjaan secara
bersama-sama dan harus tetap fokus terhadap pekerjaannya saja. Rekomendasinya
adalah perusahaan melalui pihak supervisor memberikan pengetahuan kepada
seluruh pekerja lain bukan hanya pekerja yang menjadi korban kecelakaan agar
kesalahan seperti itu tidak terulangi lagi. Supervisor masing-masing line
memberitahu dan memberikan arahan kepada seluruh pekerja agar pekerja hanya
melakukan pekerjaanya saja dan hanya 1 pekerjaan saja. Perusahaan melalui pihak
28
Universitas Kristen Petra
supervisor juga melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap para pekerjanya
agar para pekerja tetap fokus dalam melakukan tugasnya.
Tabel 4.7 Hasil Penilaian Risk Rating Matrix Kategori High Risk
Jumlah No FM Failure Mode S L 15
2 4 Terbentur mesin cutting 3 5 15
2 13 Terjepit mesin crimping 3 5 15
5 16 Terjepit mesin emboss 3 5 15
4 20 Terjepit mesin pictogram 3 5 15
2 38 terkena mesin washer 3 5 15
13 49 Tersayat pisau cutter 3 5 15
18 50 Tersayat pisau mesin seset 3 5 15
1 26 Terjepit mesin toe moulding 3 4 12
2 14 Terjepit mesin cutting 2 5 10
2 35 terkena mesin mata ayam 2 5 10
2 48 Terpecik Lem 2 5 10
12 59 Tertusuk jarum mesin jahit 2 5 10
2 64 Terkena mesin split 2 5 10
Tabel 4.7 menunjukan potensi kegagalan yang memiliki nilai RRM yang
masuk kategori prioritas dan memiliki risiko yang tinggi. Berdasarkan prosedur
recommendation Action dari PT.XYZ kategori kecelakaan dengan nilai 10 sampai
25 memiliki risiko yang tinggi dan pekerjaan tersebut harus dihentikan. Segala
aktivitas proses yang memiliki risiko yang tinggi berdasarkan perhitungan RRM
sebenarnya harus dihentikan sampai risiko yang ada berkurang bahkan sampai
tidak ada. Semua kategori kecelakaan yang memiliki kategori yang tinggi harus
dilaporkan kepada Group Health and Safety Specialist. Berdasarkan hasil tersebut
dibutuhkan tindakan langsung dan pengawasan serta pemantauan khusus terhadap
kategori kecelakaan yang memiliki risiko tinggi. Pada dasarnya seharusnya segala
kegiatan yang berhubungan dengan risiko tinggi harus diberhentikan namun
langkah tersebut tidak dapat dilakukan karena akan menggangu proses produksi
dan proses produksi bisa terhambat bahkan sampai terhenti. Pembobotan nilai
severity dan Likellihood diambil berdasarkan prosedur Severity and Likellihood
Evaluation Criteria yang terdapat pada PT.XYZ. Nilai Severity yang terdapat
29
Universitas Kristen Petra
pada tabel tersebut memiliki nilai sebesar 3 dan 2. Nilai severity sebesar 3
didapatkan apabila kejadian kecelakaan terjadi lebih dari satu kali dan ada
beberapa pekerja yang masuk dan dirawat di rumah sakit akibat dampak dari
kecelakaan yang diterima. Nilai severity sebesar 2 didapatkan apabila satu korban
dari kecelakaan mengalami luka atau dampak yang serius. Sebagai contoh pada
kategori kecelakaan mesin crimping didapati dari hasil perhitungan bahwa hasil
RRM berjumlah sebesar 15 berasal dari perkalian Severity dan Likellihood. Nilai
Severity yang terdapat pada kategori kecelakaan tersebut berjumlah sebesar 3, hal
itu dikarenakan terdapat lebih dari satu pekerja yang dirawat di rumah sakit akibat
dari kecelakaan yang dia alami. Pada kategori tersebut jumlah kecelakaannya
sebanyak 2 kali dan kedua kecelakaan tersebut mengakibatkan korban sampai
harus dirawat dirumah sakit. Nilai Likellihood pada kategori kecelakaan tersebut
berjumlah 5 dikarenakan kejadian kecelakaan tersebut lebih dari satu kali tepatnya
sebanyak 2 kali. Penjelasan untuk pembobotan nilai kategori kecelakaan lain yang
memiliki prioritas lain sama dengan kategori kecelakaan terjepit mesin crimping.
Lampiran 1 menunjukan hasil analisa risiko dengan metode risk rating
matrix yang masuk pada kategori prioritas. 69 Kategori kecelakaan kerja diambil
13 risiko yang memiliki risiko tinggi dan harus diprioritaskan. Tahap terakhir
pada metode FMEA setelah melakukan pembobotan nilai adalah memberikan
rekomendasi langkah berikutnya agar dapat mencegah dan meminimalisir risiko
yang ada . Penjelasan untuk setiap rekomendasi langkah berikutnya pada setiap
kategori kecelakaan yang memiliki risiko tinggi sebagai berikut.
• Kategori kecelakaan kerja terjepit mesin crimping mendapatkan nilai RRM
sebesar 15 yang masuk pada kategori risiko tinggi. Nilai RRM tinggi disebabkan
karena dari 2 kecelakaan yang terjadi kedua korban masuk dan harus dirawat di
rumah sakit serta kejadian kecelakaan tersebut terjadi lebih dari sekali dalam
setahun. Penyebab utama dikarenakan safety instruction dari mesin crimping
tersebut belum ada dan masih belum bisa diimplementasikan langsung pada waktu
itu. Pekerja pada awalnya tidak mengetahui risiko bahaya dan prosedur keamanan
dalam mengoperasikan mesin tersebut. Pekerja yang dalam kondisi yang tidak
mengetahui risiko bahaya dan kesadaran bahaya dalam menggunakan mesin
tersebut maka akan menggunakan mesin tersebut tanpa ada kesadaran yang tinggi
30
Universitas Kristen Petra
akan bahaya pada mesin tersebut. Suatu hal yang wajar apabila seseorang yang
tidak mengetahui apapun tentang risiko bahaya suatu mesin dan tidak mengetahui
prosedur keamanan tentang mesin tersebut akan mengalami kecelakaan kerja.
Rekomendasi yang dapat diberikan terhadap kejadian tersebut adalah dengan
membuat job safety instruction atau safety procedure. Job safety instruction yang
telah dibuat nantinya akan di print dan akan diletakkan pada mesin tersebut, tidak
hanya hal tersebut tapi juga memastikan bahwa para pekerja yang menggunakan
membaca dan mengerti serta mengimplementasikan prosedur keamanan kerja
khusus mesin crimping.
Pada saat pertama kali yang harus dilakukan pekerja adalah menyalakan mesin
tersebut. Tahap kedua yang harus dilakukan oleh pekerja adalah memeriksa lampu
sensor yang terdapat pada mesin tersebut. Tanda sensor pada mesin tersebut
sudah menyala adalah lampu sensor yang terdapat pada mesin tersebut sudah
menyala berkedip-kedip. Tahap ketiga adalah memeriksa apakah sensor sudah
berjalan atau tidak, apabila tidak berjalan maka tidak akan bisa menjalankan
mesin. Jika tangan diletakkan dibawah lampu sensor maka pastikan pedal tidak
berfungsi. Jika sensor berfungsi baik maka dapat dimulai bekerja. Jika sensor
tidak bekerja dan belum menyala pekerja tidak boleh memperbaiki mesin tersebut
sendiri namun harus memanggil mekanik dan mekanik yang akan membetulkan
mesin tersebut. Pekerja dilarang memulai pekerjaan sebelum mekanik benar-benar
membetulkan mesin tersebut.
Rekomedasi berikutnya adalah dengan mengadakan pelatihan khusus dari pihak
EHS terhadap penggunaan mesin tersebut, dalam pelatihan tersebut juga
disuguhkan materi yang dapat menimbulkan kesadaran bahaya pada saat bekerja
apabila nantinya pekerja yang bekerja pada mesin tersebut tidak bekerja lagi pada
mesin tersebut.
• Terjepit mesin emboss
Kategori kecelakaan kerja terjepit mesin emboss mendapatkan nilai RRM sebesar
15 yang masuk pada kategori risiko tinggi. Nilai RRM tinggi disebabkan karena
nilai Severity dan Likellihood yang tinggi. Nilai Likellihood pada kategori tersebut
didapatkan sejumlah 5 dikarenakan kejadian tersebut terjadi lebih dari 1 kali
dalam setahun, lebih tepatnya sebanyak 5 kali. Nilai Severity tinggi dikarenakan
31
Universitas Kristen Petra
korban kecelakaan akibat terjepit mesin emboss sebanyak 4 pekerja dari 5
kejadian kecelakaan tersebut masuk dan dirawat di rumah sakit. Penyebab
utamanya adalah karena tombol untuk menyalakan mesin tersebut terdapat di kaki
sehingga ada kemungkinan tangan masih berada diatas dan kaki secara tidak
sengaja menyentuh tombol berupa pedal dibawah kaki. Penyebab kedua adalah
karena pekerja yang kurang fokus dan hati-hati dalam menjalankan tugasnya.
Salah satu kronologi kecelakaannya adalah saat meletakan material jari operator
terlalu dekat di dalam area kerja press mesin dan posisi kaki operator berada di
atas pedal/foot switch. Karena kurang fokus tiba-tiba kaki operator menekan
pedal/foot switch, akibatnya jarinya terjepit press mesin. Kejadian tersebut
disebabkan karena jari operator terlalu dekat dengan mesin penahan (mesin
penutup tidak berfungsi) dan posisi kaki berada di atas pedal / foot switch saat
operator meletakan material. Penyebab utamanya adalah karena pekerjanya
kurang fokus dan kurang berhati-hati serta tipe dari foot switch tersebut.
Rekomendasi yang dapat diberikan adalah mengganti semua tombol untuk
menyalakan mesin yang awalnya di kaki menjadi di tangan dengan tombol 2
tangan bukan hanya mesin emboss tapi juga semua mesin yang lain.
• Kategori kecelakaan kerja terjepit mesin pictogram mendapatkan nilai RRM
sebesar 15 yang masuk pada kategori risiko tinggi. Nilai RRM tinggi disebabkan
karena nilai Severity dan Likellihood yang tinggi. Nilai Likellihood pada kategori
tersebut didapatkan sejumlah 5 dikarenakan kejadian tersebut terjadi lebih dari 1
kali dalam setahun, lebih tepatnya sebanyak 4 kali. Nilai Severity tinggi
dikarenakan korban kecelakaan akibat terkena mesin pictogram sebanyak 3
pekerja dari 4 kejadian kecelakaan tersebut masuk dan dirawat di rumah sakit.
Penyebab utama terjadinya kecelakaan tersebut adalah pekerja kurang fokus dan
bekerja dengan tidak aman serta kurang hati-hati dalam melakukan tugasnya.
Penyebab utama kedua adalah karena foot switch yang tidak normal. Salah satu
penyebab dari mesin pictogram adalah ketika pekerja memperbaiki mesin yang
tidak biasa, pekerja menekan tombol kondisi darurat setelah itu pekerja menarik
kembali tombol darurat, tiba-tiba mesin ditekan ke bawah karena saklar kaki tidak
normal. Pekerja tercabik pada jari telunjuk tangan kanannya karena terjepit jarinya
saat ditarik dan dirujuk ke rumah sakit. Penyebab tersebut intinya adalah karena
32
Universitas Kristen Petra
foot switch yang tidak normal. Penyebab lainnya adalah ketika pekerja masih
memegang material, kaki operator berada diatas pedal. Tiba-tiba saja kaki
operator menginjak pedal dan tangannya terjepit mesin pictogram. Kejadian
tersebut terjadi karena kaki operator selalu diatas pedal tidak peduli mesin
tersebut menyala atau tidak, intinya adalah pekerja bekerja dengan tidak aman.
Rekomendasi yang dapat diberikan adalah perusahaan dari pihak mekanik selalu
memeriksa setiap mesin pictogram yang ada agar saklar kaki pada mesin tersebut
tidak dapat menimbulkan bahaya yang dapat mencelakai pekerja tersebut.Mesin
yang sudah memiliki saklar tersebut selalu diperiksa agar saklar tersebut berjalan
normal, bagi mesin yang belum memiliki tentunya langsung diberikan saklar kaki
tersebut. Rekomendasi lain yang dapat diberikan adalah dengan memberikan
pelatihan kesadaran akan bahaya agar para pekerja tersebut sadar akan bahaya
yang terdapat pada mesin tersebut dan mesin lainnya. Rekomendasi lainnya
adalah dengan mengganti semua saklar kaki dengan saklar tangan sehingga dapat
menghindarkan dan meminimalisir kecelakaan kerja tersebut.
• Kategori kecelakaan kerja terkena mesin wosser mendapatkan nilai RRM
sebesar 15 yang masuk pada kategori risiko tinggi. Nilai RRM tinggi disebabkan
karena nilai Severity dan Likellihood yang tinggi. Nilai Likellihood pada kategori
tersebut didapatkan sejumlah 5 dikarenakan kejadian tersebut terjadi lebih dari 1
kali dalam setahun, lebih tepatnya sebanyak 2 kali. Nilai Severity tinggi
dikarenakan korban kecelakaan akibat terkena mesin wosser sebanyak 2 pekerja
masuk dan dirawat di rumah sakit. Penyebab utama dari kecelakaan tersebut
adalah pekerja yang kurang fokus dan hati-hati dalam melakukan tugasnya.
Penyebab kedua adalah pada mesin tersebut tombol untuk menyalakannya masih
berada di kaki. Salah satu contoh penyebabnya adalah pada saat pekerja
memegang material lalu meletakanya ke bagian mesin namun kakinya masih
berada di atas pedal setelah itu secara tidak sengaja menginjak pedal dan jari
tangannya terjepit mesin mata ayam. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah
mengganti semua mesin yang masih memiliki tombol di kaki dengan 2 tombol
tangan diatas meja mesin sehingga waktu menekan tombol tangan sudah pasti
tidak akan bisa masuk kedalam mesin. Mesin yang sudah memiliki pembaharuan
tersebut hanya diperiksa saja agar tombolnya berjalan sesuai, bagi mesin yang
33
Universitas Kristen Petra
belum memiliki langsung diganti dengan tombol pembaharuan. Membuat Job
Safety Instruction yang diprint lalu ditempelkan ditempat ia bekerja agar pada saat
pekerja bekerja akan langsung melihat instruksi tersebut dan mempraktekkannya.
Job Safety Instruction tersebut tidak hanya di tempelkan saja tapi juga
disosialisasikan kepada seluruh pekerja agar benar-benar diimplementasikan.
• Kategori kecelakaan kerja tersayat pisau cutter mendapatkan nilai RRM
sebesar 15 yang masuk pada kategori risiko tinggi. Nilai tersebut didapatkan dari
perkalian severity sebesar 3 dan Likellihood sebesar 5. Nilai RRM tinggi
disebabkan karena kecelakaan tersayat pisau cutter terus berulang, dalam periode
Januari sampai November sudah terdapat sebanyak 13 kecelakaan. Pada teori
Likellihood matrix apabila kecelekaan lebih dari sekali dalam 1 tahun maka akan
mendapatkan rating sebesar 5. Lampiran 1 menunjukan jumlah korban kecelakaan
tersayat pisau cutter tersebut. Terdapat 3 korban yang masuk dan dirawat ke
rumah sakit dari total kecelakaan yang terjadi sebanyak 13 kali, hal tersebut yang
membuat kecelakaan tersebut mendapatkan rating severity sebesar 3. Penggunaan
cutter dalam PT. XYZ boleh digunakkan dalam proses kerja apabila dalam proses
kerja tersebut perlu menggunakan bantuan cutter dan di dalam showboard
masing-masing proses terdapat prosedur penggunaan cutter. Proses kerja selain
mesin cutting sebenarnya tidak diperbolehkan ada penggunaan cutter, hal itu
didukung dengan tidak adanya penggunaan cutter pada showboard masing-masing
mesin. Proses kerja pada masing-masing mesin selain mesin cutting sebenarnya
memerlukan bantuan cutter, sehingga pekerja tetap menggunakan cutter meskipun
pada prosedur tidak terdapat penggunaan cutter. Para pekerja kebanyakan tidak
memiliki kesadaran dan pengetahuan tentang bahaya penggunaan cutter.
Kegagalan penggunaan cutter yang pertama adalah kebanyakan pekerja tidak
menutup cutter saat setelah digunakan, hal tersebut dapat menimbulkan risiko
tangan bisa tersayat. Kegagalan yang kedua adalah pekerja menggunakan cutter
yang tidak memiliki badan hanya besi tajam saja, hal tersebut tentunya sangat
membahayakan apabila pekerja tidak fokus dan kurang hati-hati dalam
penggunaanya. Cutter yang tepat adalah cutter yang memiliki badan/ full cover
sehingga pisau terlindungi, diujung cutter terdapat cover penutup yang dapat
mencegah pisau keluar pada saat setelah penggunaan, serta cutter harus memiliki
34
Universitas Kristen Petra
lock yang dapat mengunci pisau. Kegagalan yang terakhir adalah tidak adanya
kesadaran akan bahaya terhadap penggunaan cutter oleh para pekerja.
Rekomendasi atau usulan yang bisa disarankan adalah dengan mengeliminasi
sumber bahaya yaitu cutter dengan melarang penggunaan cutter dan
menggantikan proses yang perlu bantuan cutter dengan proses lain sehingga
bahaya dari penggunaan cutter akan berkurang drastis. Penggantian proses
pastinya tidak mudah, apabila proses tidak bisa diganti maka perusahaan dari
pihak EHS harus mengadakan pelatihan dan peningkatan kesadaran penggunaan
cutter serta mengambil semua cutter yang tidak layak pakai dan menggantinya
dengan cutter yang layak sehingga risiko dapat berkurang. Pihak perusahaan
melalui supervisor harus memberikan pengawasan dan pemantauan yang lebih
terhadap penggunaan cutter yang dilakukan oleh bawahannya sehingga dapat
mengurangi risiko kecelaakan akibat cutter.
• Kategori kecelakaan kerja terjepit mesin toe moulding mendapatkan nilai RRM
sebesar 12 yang masuk pada kategori risiko tinggi. Nilai RRM tinggi disebabkan
karena nilai Severity dan Likellihood yang tinggi. Nilai Severity pada kategori
tersebut didapatkan sejumlah 3 dikarenakan kejadian tersebut terjadi pada tahun
2017 dan juga terjadi pada tahun sebelumnya. Nilai Likellihood tinggi
dikarenakan korban kecelakaan akibat mesin toe moulding pada tahun 2017 dan
pada tahun sebelumnya selalu masuk dan dirawat di rumah sakit. Salah satu
penyebab yang mengakibatkan kecelakaan kerja karena terjepit mesin toe
moulding adalah pekerja melakukan setting mesin sendiri tanpa bantuan mekanik
dan mesin tidak terkunci. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah para pekerja
seharusnya tidak boleh setting mesin tersebur sendiri kecuali kalau memang dia
memang benar-benar sudah diberi pelatihan sehingga benar-benar ahli.
Rekomendasi lain yang dapat diberikan adalah dengan memberikan kunci pada
semua mesin yang ada, bukan hanya pada mesin tersebut sehingga pekerja tidak
bisa seenakanya membuka mesin dan melakukan pekerjaan tersebut sendiri.
Kunci yang digunakan untuk membuka seharusnya diberikan kepada setiap
Supervisor sehingga akan lebih memudahkan apabila mekanik tidak ada ditempat.
• Terbentur mesin cutting
35
Universitas Kristen Petra
Kategori kecelakaan kerja terbentur mesin cutting mendapatkan nilai RRM
sebesar 15 yang masuk pada kategori tinggi. Nilai severity rating pada kecelakaan
tersebut didapatkan sebesar 3 dan nilai Likellihood rating didapatkan sebesar 5.
Nilai severity rating didapatkan sejumlah 3 dikarenakan terdapat 2 kecelakaan
yang dimana kedua korban mengalami luka serius sehingga harus masuk dan
dirawat dirumah sakit. Nilai Likellihood rating didapatkan sejumlah 5
dikarenakan terjadi kecelakaan lebih dari 1 kali dalam setahun. Penyebab kejadian
tersebut adalah ketika pekerja pingsan kemudian jatuh kebelakang dan terbentur
mesin cutting sehingga menyebabkan pendarahan bagian belakang kepala.
Penyebab kedua adalah karena pada saat mengambil input produksi kaki kiri
terbentur mesin cutting. Penyebab utama dari kecelakaan tersebut adalah karena
pekerja kurang fokus dan hati-hati dalam melakukan tugasnya. Penyebab
terjadinya kecelakaan tersebut sebenarnya sepele hanya saja posisi jatuh tidak pas
sehingga mengenai bagian belakang kepala. Penyebab lainnya juga sebenarnya
sepele hanya saja pekerja tidak memperhatikan posisi tubuhnya pada saat
mengambil input produksi. Rekomendasi yang bisa diberikan adalah dengan
memberikan awareness training kepada para pekerja dan juga memberikan
pelatihan kesadaran akan lingkungan kerja dan sekitar sehingga para pekerja
saling membantu satu sama lain serta mengawasi dan memantau sehingga dapat
menghindarkan terjadinya kecelakaan.
• Kategori kecelakaan kerja terkena mesin mata ayam mendapatkan nilai RRM
sebesar 10 yang masuk pada kategori tinggi. Nilai severity rating pada kecelakaan
tersebut didapatkan sebesar 2 dan nilai Likellihood rating didapatkan sebesar 5.
Nilai severity rating didapatkan sejumlah 2 dikarenakan terdapat 2 kecelakaan
yang dimana salah satu korban mengalami luka serius sehingga harus masuk dan
dirawat dirumah sakit. Nilai Likellihood rating didapatkan sejumlah 5
dikarenakan terjadi kecelakaan lebih dari 1 kali dalam setahun. Salah satu pekerja
harus sampai masuk dan dirawat dirumah sakti dikarenakan ketika pekerja
tersebut memegang material tangan yang lain secara tidak sengaja menyentuh
tombol on. Pada saat itu posisi jari tangannya dekat dengan mesin sehingga saat
mesin menyala tangannya terjeit mesin mata ayam. Permasalahan utamanya
adalah pekerja tersebut kurang fokus dan berhati-hati dalam melakukan
36
Universitas Kristen Petra
pekerjaannya. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah Supervisor yang
membawahi pekerja tersebut dan pekerja lainnya yang bersangkutan dengan
pekerjaan mesin mata ayam harus di berikan pengarahan agar dalam melakukan
pekerjaannya harus fokus dan berhati-hati. Supervisor juga harus memberikan
pengawasn dan pemantauan secara khusus terhadap pekerjaan yang berkaitan
dengan mesin mata ayam agar kejadian tersebut tidak terjadi lagi. Rekondasi
selanjutnya adalah perusahaan dari pihak EHS mensosialisakan kepada para
pekerja bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan mesin mata ayam memiliki
risiko yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kesadaran para pegawai dalam
melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan mesin tersebut.
• Kategori kecelakaan kerja terpecik lem mendapatkan nilai RRM sebesar 10
yang masuk pada kategori tinggi. Nilai severity rating pada kecelakaan tersebut
didapatkan sebesar 2 dan nilai Likellihood rating didapatkan sebesar 5. Nilai
severity rating didapatkan sejumlah 2 dikarenakan terdapat 2 kecelakaan yang
dengan kategori terpercik lem yang dimana kedua korban mengalami luka serius
sehingga harus masuk dan dirawat dirumah sakit. Nilai Likellihood pada kategori
tersebut berjumlah 5 dikarenakan kecelaakan tersebut terjadi lebih dari 1 kali
dalam satuh tahun lebih tepatnya terjadi selama 2 kali. Pada 2 kecelakaan yang
terjadi bagian tubuh yang terkena percikan lem adalah bagian mata. Pada
pekerjaan yang berhubungan dengan lem apabila pekerja sampai bisa terpercik
dikarenakan jarak penggunaan lem dengan mata yang terlalu dekat dan juga
pekerja yang ceroboh serta kurang hati-hati dalam melakukan pekerjaan yang
berhubungan dengan lem. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah dengan
mengganti metode, yaitu dengan memberikan jarak yang jauh pada saat
melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan pengeleman. Penggantian metode
tersebut tentunya akan menyulitkan pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya
karena untuk melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan pengelaman
tentunya butuh jarak yang dekat agar dapat memudahkan. Rekomendasi
berikutnya yang dapat dibeikan adalah dengan memberikan kacamata khusus bagi
pekerjaan berhubungan dengan lem sehingga pekerja akan dengan bebas
melakukan pekerjaannya dan tidak akan terpercik lagi.
• Tertusuk jarum mesin jahit
37
Universitas Kristen Petra
Kategori kecelakaan kerja tertusuk jarum mesin jahit mendapatkan nilai RRM
sebesar 10 yang masuk pada kategori risiko tinggi. Nilai severity rating pada
kecelakaan tersebut didapatkan sejumlah 2 dikarenakan dari 12 kecelakaan yang
terjadi satu korban masuk dan harus dirawat kerumah sakit. Nilai Likellihood
rating mendapatkan nilai sebesar 5 dikarenakan kecelakaan tersebut terjadi lebih
dari sekali dalam 12 kali dalam periode Januari sampai 25 November 2017.
Penyebab adalah karena penggunaan mesin jahit memang harus mendekat ke
mesinnya terutama terhadap jarumnya dan jarumnya tidak bisa diberi pelindung
karena akan menyusahkan pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Penyebab itu
tidak akan terjadi apabila pekerja bekerja sesuai dengan prosedur dan mereka
bekerja dengan fokus, hati-hati, dan bekerja dengan aman. Penyebab lainnya
adalah para pekerja terkadang tidak mematikan mesin saat mengganti mesin jahit
tersebut sehingga pada saat mengganti jarum pada saat mesin menyala ada risiko
tangannya terkena jarum mesin jahit. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah
perusahaan lewat pihak EHS atau dari pihak supervisor terus menerus
memberikan informasi kepada para pekerjaannya agar selalu fokus dan berhati-
hati serta selalu bekerja dengan aman. Para supervisor khususnya haru melakukan
pengawasan dan pemantauan kepada para pekerjanya yang mengerjakan mesin
jahit. Pihak perusahaan melalui pihak EHS juga memberikan Training Awareness
untuk menimbulkan kesadaran akan bahaya dalam bekerja dengan mesin jahit
agar dapat menghindari dan meminimalkan kecelakaan kerja sedikit demi sedikit.
Rekomendasi lain yang bisa diberikan adalah dengan memberikan sarung tangan
khusus kepada para penjahit agar tangannya terlindung dari tusukan jarum jahit.
Rekomendasi lainnya adalah dari pihak perusahaan melalui departemen
memberikan stiker yang bertuliskan matikan mesin saat mengganti jarum yang
ditempel pada semua mesi jahit. Pemeriksaan dilakukan secara berlanjut melalui
safety tour yang dilakukan pihak EHS, bagi mesin yang sudah memiliki stiker
tersebut maka hanya di periksa apakah stiker tersebut masih layak dan dapat
terlihat dengan jelas, apabila mesin tersebut belum memiliki stiker tersebut maka
langsung diberikan dan ditempelkan stiker tersebut. Perusahaan melalui pihak
Supervisor juga harus selalu mengingatkan agar dalam penggantian mesin jahit
yang dilakukan pekerja sendiri harus mematikan mesin tersebut lebih dahulu.
38
Universitas Kristen Petra
• Terkena mesin split
Kategori kecelakaan kerja terkena mesin split mendapatkan nilai RRM sebesar 10
yang masuk pada kategori risiko tinggi. Nilai severity rating pada kecelakaan
tersebut didapatkan sejumlah 2 dikarenakan dari 2 kecelakaan yang terjadi satu
korban masuk dan harus dirawat kerumah sakit. Nilai Likellihood rating
mendapatkan nilai sebesar 5 dikarenakan kecelakaan tersebut terjadi lebih dari
sekali dalam setahun Penyebab utama dari kecelakaan tersebut adalah karena
pekerja yang ceroboh dan kurang hati-hati. Penyebab dari salah satu korban dari
dua korban yang masuk ke rumah sakit adalah pada saat pekerja membantu
membersihkan kotoran diarea kabel yang terbakar dengan sapu kecil lalu jari
telunjuk tangan kanan tersenggol pisau split yang tidak terlihat, pada saat itu
semua laki-laki sedang sholat jumat. Penyebabnya adalah karena kesalahan dan
kelalaian pekerja itu sendiri. Pekerja tersebut seharusnya juga melihat pisau split
yang ada pada saat dia membersihkan kabel tersebut. Pekerja seharusnya selalu
fokus dan berhati-hati dalam melakukan pekerjaan apapun yang ada diluar
pekerjaan dia yang sebenarnya karena disekeliling mereka tentunya terdapat
mesin-mesin yang dapat membahayakan dirinya sendiri.
• Terkena pisau mesin seset
Kategori kecelakaan kerja tersayat piasau mesin seset mendapatkan nilai RRM
sebesar 15 yang masuk pada kategori tinggi. Nilai severity rating pada kecelakaan
tersebut didapatkan sebesar 3 dan nilai Likellihood rating didapatkan sebesar 5.
Nilai severity rating didapatkan sejumlah 3 dikarenakan terdapat 2 korban
mengalami luka serius sehingga harus masuk dan dirawat dirumah sakit. Nilai
Likellihood pada kategori tersebut berjumlah 5 dikarenakan kecelaakan tersebut
terjadi lebih dari 1 kali dalam satuh tahun lebih tepatnya terjadi selama 18 kali.
Terdapat 3 penyebab utama yang menyebabkan kecelakaan tersebut dapat tejadi
yaitu cover mesin, kelalaian pekerja( pekerja kurang hati-hati dan waspada), dan
material yang dikerjakan ukurannya kecil. Setiap mesin seset memiliki cover yang
dapat melindungi pekarja dari bahaya tersayat pisau mesin tersebut. Mesin yang
sudah memiliki cover sangat meminimalisir risiko yang diberikan mesin tersebut.
Mesin yang tidak memiliki cover dapat meningkatkan risiko bahaya apabila
pekerja memakai mesin tersebut. Sebagai contoh salah satu kronologi kejadian
39
Universitas Kristen Petra
kecelakan adalah pekerja line x meminjam mesin seset di line y, kemudian pada
saat menjalankan program dari yang sebelumnya ke program yang diinginkan
terjadi kecelakaan kerja. Saat kondisi mesin di periksa ternyata mesin yang
digunakan kondisinya tidak normal (cover menutup tidak sempurna).
Rekomendasi yang dapat diberikan adalah seharusnya tim mekanik memeriksa
setiap mesin seset untuk memastikan semua mesin sudah memiliki cover dan
cover tertutup dengan sempurna. Mesin yang tidak memiliki cover atau cover
yang tidak menutup secara sempurna segera diberikan cover atau diperbaiki.
Pengecekan tersebut harus dilakukan secara intensif dikarenakan jumlah
kecelakaan akibat mesin seset besar dan memiliki risiki yang tinggi. Penyebab
kedua adalah material yang di olah dalam bentuk yang kecil. Rekomedasi yang
dapat diberikan adalah pada saat pelatihan awal penggunaan mesin seset diberikan
pelatihan dengan menggunakan material yang beragam dari yang paling kecil
sampai yang paling besar sehingga pekerja bisa terbiasa dan mengetahui seluk-
beluk penggunaan mesin dengan ukuran material apapun. Pekerja yang sudah
melewati masa pelatihan dan sudah beroperasi kelanjutan, meninjau kembali
metode dalam mengerjakan proses seset dengan material yang kecil, apabila
metodenya kurang bagus makan diberikan metode baru lagi agar dapat
terhindarkan dari kecelakaan.
Tabel 4.8 Computation Matrix
Likellihood 1 - Rare 2 - Unlikely 3 - Possible 4 - Likely
5 - Almost
certain Severity
5 - Catastrophic
4 - Major
3 - Moderate
1 7
2 - Minor 12 9 5
1 - Insignificant 23 4 8
Tabel 4.8 berisikan matrix perkalian antara Severity dan Likellihood.
Pada tabel risiko kecelakaan kerja tersebut menggunakan metode RRM.
Dapat terlihat bahwa perkalian Severity dan Likellihood untuk 3 X 5 berjumlah
sebanyak 7, 3 X 4 berjumlah sebanyak 1, dan begitu seterusnya.
40
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.1 Percentage Risk Total Work Incident per Category
Gambar 4.1 merupakan persentase dari total jumlah kategori kecelakaan
yang memiliki kategori high, medium, dan low. Jumlah semua kategori
kecelakaan per . Nilai persentase Kategori kecelakaan high sejumlah 19 %
didapatkan dari total jumlah semua kategori kecelakaan yang memiliki risiko
tinggi sejumlah 13 dibagi dengan jumlah semua kategori yaitu 69 kategori
kecelakaan kerja dikali dengan 100. Pie chart tersebut melihat dari sudut pandang
total jumlah kategori kecelakaan kerja yang memiliki kategori high, medium, dan
low yang dipersentaseskan per kategori. Pie chart tersebut digunakan hanya untuk
melihat tingkat risiko kecelakaan kerja yang dimiliki oleh perusahaan saja.
Dari gambar tersebut dapat terlihat bahwa untuk kategori kecelakaan
kerja yang memiliki risiko tinggi sebesar 19% berarti tingkat risiko kecelakaan
kerja yang dimiliki perusahaan cukup rendah, hal itu juga didukung dengan
kategori kecelakaan kerja yang memiliki risiko kecil sebanyak 40%. Hal tersebut
bukan berarti bagus karena masih ada sejumlah 40 % risiko kecelakaan sedang.
Perusahaan bisa menjadi lebih baik lagi apabila risiko kecelakaannya kebanyakan
masuk dalam kategori rendah bahkan sampai persentase risiko kecelakaan kerja
memiliki risiko yang semakin kecil. Perhitungan berdasarkan sudut pandang
tersebut bisa dikatakan bias, karena hanya melihat jumlah saja maka dari itu
diperlukan melihat kondisi risiko dengan sudut pandang total jumlah nilai RRM
ataupun RPN.
19%
41%
40% High
Medium
Low
41
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.2 Percentage Risk Total Risk Rating Matrix Value per Category
Gambar 4.2 merupakan persentase dari total nilai risk rating matrix per
masing-masing kategori yaitu kategori high, medium dan low . Nilai persentase
Kategori kecelakaan high sejumlah 38 % didapatkan dari total seluruh nilai risk
rating matriks yang memiliki kategori tinggi dibagi dengan nilai total keseluruhan
risk rating matriks dikali dengan 100 . Nilai persentase Kategori kecelakaan high
sejumlah 42 % didapatkan dari total seluruh nilai risk rating matriks yang
memiliki kategori sedang dibagi dengan nilai total keseluruhan risk rating matriks
dikali dengan 100 . Nilai persentase Kategori kecelakaan high sejumlah 20 %
didapatkan dari total seluruh nilai risk rating matriks yang memiliki kategori kecil
dibagi dengan nilai total keseluruhan risk rating matriks dikali dengan 100 . Pie
chart tersebut melihat dari sudut pandang total risk rating matrix yang
dipersentaseskan per kategori. Pie chart tersebut digunakan hanya untuk melihat
tingkat risiko kecelakaan kerja yang dimiliki oleh perusahaan saja.
Dari gambar tersebut dapat terlihat bahwa untuk kategori kecelakaan
kerja yang memiliki risiko tinggi sebesar 38% berarti tingkat risiko kecelakaan
kerja yang dimiliki perusahaan masih cukup tinggi, hal itu juga didukung dengan
kategori kecelakaan kerja yang memiliki risiko sedang sebanyak 42%. Hal
tersebut berarti perusahaan harus segera memperbaiki pelayanan kecelakaan kerja
yang dimiliki oleh perusahaan sehingga risiko tersebut dapat diminimalisir.
38%
42%
20%
High
Medium
Low
42
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.9 Hasil Penilaian RPN kategori High Risk
NO FM Failure Mode S O D RPN
13 Terjepit mesin crimping 7 6 6 252
26 Terjepit mesin toe moulding 8 5 6 240
50 Tersayat pisau mesin seset 5 8 6 240
49 Tersayat pisau cutter 4 8 7 224
20 Terjepit mesin pictogram 6 6 6 216
35 terkena mesin mata ayam 6 6 6 216
48 Terpecik Lem 6 6 6 216
16 Terjepit mesin emboss 6 6 6 216
4 Terbentur mesin cutting 7 5 6 210
10 Terjepit lasting 7 5 6 210
17 Terjepit mesin hammer 7 5 6 210
38 Terkena mesin wosser 7 6 5 210
Perhitungan dengan metode RPN yang merupakan metode lain yang
dapat digunakan untuk menganalisa risiko pada kecelakaan kerja. Penjelasan
masing- masing kategori kecelakaan kerja sama seperti contoh pada penjelasan
pada perhitungan RRM. Perbedaanya adalah pada metode RPN dalam
perhitungan severtiy rating lebih spesifik karena bukan hanya apa yang dialami
seperti pekerja yang mengalami kecelakaan hanya diberikan pertolongan pertama
atau beberapa pekerj mengalami luka serius. Pada perhitungan severity di RPN
kriteria lebih spesifik karena langsung terhadap jenis luka yang dialami seperti
luka ringan, sengatan serangga, luka bakar, patah, dan jenis luka yang lainnya.
Berbeda dengan perhitungan Occurence pada metode RRM yang langsung
spesifik terhadap berapa kali kejadian kecelakaan yang sudah terjadi. Pada
metode RPN perhitungan kemungkinannya hanya berdasarkan proporsi
kejadiannya. Perbedaan yang membuat beda dengan metode RRM adalah terdapat
kriteria deteksi pada metode RPN yaitu adanya alat pengontrol untuk mendeteksi
bentuk dan penyebab kegagalan. Tabel 4.7 menunjukan potensi kegagalan yang
memiliki nilai RPN yang masuk kategori prioritas dan memiliki risiko yang
tinggi. Kategori kecelakaan dengan nilai lebih besar dari 200 dapat dikategorikan
sebagai kecelekaan dengan risiko yang tinggi. Sebagai contoh untuk perhitungan
pada metode RPN sampel yang diambil adalah terjepit mesin crimping. Nilai
severity didapatkan sejumlah 7 dikarenakan dari 2 kejadian kecelakaan yang
terjadi 2 korban masuk dan dirawat dirumah sakit dan masing-masing kehilangan
43
Universitas Kristen Petra
hari kerja selama 4 dan 9 hari. Penjelasan lebih lengkap dan detail tentang
perhitungan metode RPN dapat dilihat pada lampiran 1. Nilai occurence
didapatkan sejumlah 6 dikarenakan kejadian tersebut terjadi 2 kali dari 134
kecelakaan kerja yang terjadi. Nilai detection sejumlah 6 didapatkan karena
kemampuan alat kontrol dari perusahaan untuk mendeteksi bentuk terjadinya
kecelakaan tersebut rendah, perusahaan sudah memberikan cara bahwa
sebenarnya pekerja tidak boleh memegang material tapi tetap dipegang oleh
pekerja. Perusahan tidak mungkin selalu siaga dalam menjaga pekerja tersebut.
Kemampuan alat kontrol dari perusahaan untuk mendeteksi penyebab kejadian
sudah lumayan bagus karena dapat mengetahui kenapa kecelakaan tersebut terjadi
namun kurang bisa mencari tahu kenapa pekerja tersebut tidak mematuhi aturan
yang ada, perusahaan tidak bisa memeriksa kesadaran akan bahaya yang dimiliki
seseorang secara langsung.
Gambar 4.3. Perbandingan Perhitungan RPN & RRM
Hasil pada perhitungan RPN tersebut hampir semuanya sama dengan
metode perhitungan RRM. Persamaan yang dimiliki oleh RPN dan RRM adalah
sama-sama memiliki Terbentur mesin cutting, Terjepit mesin crimpin, Terjepit
mesin emboss, Terjepit mesin pictogram, terkena mesin washer, Tersayat pisau
cutter, Tersayat pisau mesin seset, Terjepit mesin toe moulding, terkena mesin
mata ayam, Terpecik Lem. Perbedaannya adalah pada metode RPN terdapat
Tertusuk jarum mesin jahit, Terkena mesin split, Terjepit mesin cutting yang tidak
ada pada RRM. Pada RRM terdapat terjepit mesin lasting dan terjepit mesin
hammer yang tidak terdapat pada RPN.
44
Universitas Kristen Petra
Berdasarkan perhitungan baik menggunakan RPN atau RRM terdapat
kesamaan dan perbedaan. Perbedaan yang ada disebabkan karena pada RPN
terdapat kriteria pengukuran yaitu Detection (D). Detection adalah Kemampuan
alat kontrol untuk mendeteksi bentuk dan penyebab dari suatu kejadian
kecelakaan kerja. Penilaian yang diberikan menunjukan seberapa jauh kita dapat
mendeteksi kemungkinan terjadinya kesalahan atau timbulnya dampak dari suatu
kesalahan. Hal ini dapat diukur dengan seberapa jauh pengendalian atau indikator
terhadap hal tersebut tersedia. Bila tidak ada makan nilainya rendah, tetapi bila
indicator sehingga kecil kemungkinan tidak terdeteksi maka nilainya tinggi.
Kriteria tersebut tidak ada pada perhitungan RRM dikarenakan pada konsep Risk
assesment dianggap bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak
dikehendaki dan sering kali tidak terduga. Usulannya adalah PT.XYZ dalam
melakukan perhitungan nilai risiko kecelakaan kerja lebih baik dengan
menggunakan tambahan kriteria yaitu tingkat Detection (D).
• Terjepit mesin lasting
Nilai severity didapatkan sejumlah 7 dikarenakan dari 1 kejadian
kecelakaan yang terjadi korban tersebut masuk dan dirawat dirumah sakit dan
kehilangan hari kerja selama 2 hari. Penjelasan lebih lengkap dan detail tentang
perhitungan metode RPN dapat dilihat pada lampiran 1. Nilai occurence
didapatkan sejumlah 5 dikarenakan kejadian tersebut terjadi 1 kali dari 134
kecelakaan kerja yang terjadi. Nilai detection sejumlah 6 didapatkan karena
kemampuan alat kontrol dari perusahaan untuk mendeteksi bentuk terjadinya
kecelakaan tersebut rendah. Penyebab utamannya adalah karena pekerja tidak
memiliki kesadaran akan bahaya, Bekerja tidak sesuai dengan prosedur, dan
mesin tidak dimatikan saat memeriksa sensor. Rekomendasi yang dapat diberikan
adalah dengan memberikan stiker tanda agar mesin dimatikan saat memeriksa
sensor, lalu membuat prosedur tentang keamanan mesin tersebut yang di cetak
dan ditempel pada semua mesin lasting serta juga mensosialisasikan prosedur
keamanan tersebut kepada semua pekerja.
• Terjepit mesin hammer
Nilai severity didapatkan sejumlah 7 dikarenakan dari 1 kejadian
kecelakaan yang terjadi korban tersebut masuk dan dirawat dirumah sakit dan
45
Universitas Kristen Petra
kehilangan hari kerja selama 3 hari. Penjelasan lebih lengkap dan detail tentang
perhitungan metode RPN dapat dilihat pada lampiran 1. Nilai occurence
didapatkan sejumlah 5 dikarenakan kejadian tersebut terjadi 1 kali dari 134
kecelakaan kerja yang terjadi. Nilai detection sejumlah 6 didapatkan karena
kemampuan alat kontrol dari perusahaan untuk mendeteksi bentuk terjadinya
kecelakaan tersebut rendah. Penyebab utamanya adalah karena pekerja tersebut
terburu-buru dan panik saat waktu kerja hampir selesai dan langsung mengerjakan
3 pekerjaan sekaligus. Rekomendasinya adalah pihak perusahaan melalui pihak
supervisor seharusnya mengawasi secara khusus saat jam kerja hampir selesai
karena pada saat ini merupakan saat yang berbahaya dan memiliki risiko untuk
menimbulkan kecelakaan kerja.
Tabel 4.9.1 Hasil Perkiraan Hasil Perbaikan Penilaian RPN kategori High Risk
NO FM Failure Mode S O D RPN
13 Terjepit mesin crimping 4 4 5 80
26 Terjepit mesin toe moulding 4 4 5 80
50 Tersayat pisau mesin seset 5 6 5 150
49 Tersayat pisau cutter 5 5 5 125
20 Terjepit mesin pictogram 3 3 5 45
35 terkena mesin mata ayam 3 5 5 75
48 Terpecik Lem 3 3 5 45
16 Terjepit mesin emboss 4 5 5 100
4 Terbentur mesin cutting 2 3 5 30
10 Terjepit lasting 3 3 5 45
17 Terjepit mesin hammer 3 3 5 45
38 Terkena mesin wosser 3 4 5 60
Tabel diatas merupakan tabel yang berisikan perkiraan apabila usulan
yang telah diberikan telah dilaksanakan dengan baik. Tabel perbaikan yang
menajdi contoh menggunakan metode RPN. Sebagai contoh pada kategori
kecelakaan terpercik Lem apabila untuk berikutnya dan tahun depan pada proses
kerjanya memang benar-benar diberikan kacamata yang pasti dapat melindungi
matanya dari percikan lem maka tidak ada kejadian kecelakaan tersebut lagi,
karena tidak ada kejadian maka tidak ada keparahan yang akan dialami pekerja.
Pendeteksian pun harus dilakukan perusahaan agar pekerja memang benar-benar
46
Universitas Kristen Petra
terus memakai kacamata tersebut. Perhitungan RPN perbaikan diatas tetap
diberikan nilai risiko minimal karena ada kemungkinan bisa terjadi lagi apabila
pendeteksian yang dilakukan perusahaan kurang.
Rekomendasi tambahan yang dapat diberikan dan diterapkan:
• Wawancara (testimoni dengan orang yang mengalami kecelakaan kerja) ,
wawancara tersebut direkam untuk dijadikan dasar untuk pekerja yang lain dan
akan ditampilkan di televisi kantin atau televisi di factory serta pada training yang
dilakukan oleh pihak EHS. Pada PT. XYZ sudah terdapat incident report untuk
kategori Major. Pada incident report tersebut terdapat kronologi kejadian
kecelakaan kerja, namun kronologi tersebut merupakan hasil analisa dari orang
lain yang menganalisa. Wawancara ini berguna untuk benar-benar mengetahui
kronologi kecelakaan yang terjadi karena yang paling mengetahui bagaimana
terjadinya kecelakaan adalah pekerja yang mengalami kecelakaan tersebut.
• Pemakaian Alat Pelindung Diri hanya pada mesin atau aktivitas tertentu yang
memang membutuhkan APD. Pada aktivitas atau mesin yang memerlukan APD,
pekerja harus benar-benar menggunakan sehingga meminimalkan risiko
kecelakaan kerja. Pada perilaku pekerja pada umumnya pekerja tidak selalu
memakai APD meskipun sudah diwajibkan. Usulannya adalah dengan
menggunakan surat perjanjian yang berupa form, pekerja sebelum bekerja harus
mengisi form yang berisikan bahwa dia akan terus memakai APD tersebut saat ia
bekerja dan ditandatangani oleh supervisor. Pekerja yang tidak mau atau
kedapatan tidak memakai APD dapat dikenakan sanksi seperti tidak boleh
bekerja, potong gaji, tetap bekerja dengan potong gaji, dan sebagainya.
• Standarisasi Safety Device Function, Menyamakan atau membuat semua Safety
Device memiliki standar yang sesuai. Semua mesin yang ada memiliki Safety
Device yang sama dan sesuai dengan standar yang dimiliki oleh PT. XYZ.
• Safety Device Checklist (Check by PIC), sebelum pekerja bekerja yang harus
pertama kali dilakukan oleh mereka adalah memeriksa apakah Safety Device yang
ada sudah berfungsi secara sempurna.
• Posibillity Change Foot Button to Hand Button, pada PT.XYZ terdapat mesin
yang memiliki tombol pada kaki dengan menggunakan pedal dan tombol diatas
meja dengan 2 tombol sehingga tangan tidak ada dibawah mesin pada saat mesin
47
Universitas Kristen Petra
bekerja. Mengganti semua mesin yang memang bisa diganti dari pedal kaki
menjadi 2 tombol tangan. Pada PT. XYZ tidak semua mesin bisa diganti dari
pedal kaki menjadi tombol tangan dikarenakan pada beberapa mesin pekerja
masih membutuhkan untuk memegang material agar material tersebut bisa sesuai
dengan yang telah ditentukan.
• Preventive Maintenance secara berkala, Preventive Maintenance adalah
kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya
kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan
yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu
proses produksi. Jadi, semua fasilitas produksi yang mendapatkan perawatan
(Preventive Maintenance) akan terjamin kontinuitas kerjanya dan selalu
diusahakan dalam kondisi atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap
operasi atau proses produksi pada setiap saat.
• Training (Safety, Procedure, APD, Awareness Training)
• Safety Procedure, salah satu cara untuk mencegah kecelakaan di tempat kerja
adalah dengan menetapkan dan menyusun prosedur pekerjaan dan melatih semua
pekerja untuk menerapkan metode kerja yang efisien dan aman. Menyusun
prosedur kerja yang benar merupakan salah satu keuntungan dari menerapkan dari
Safety Procedure. Prosedur tersebut meliputi mempelajari dan membuat laporan
setiap langkah pekerjaan, identifikasi bahaya pekerjaan yang sudah ada atau
potensi (baik kesehatan maupun keselamatan), dan menentukan jalan terbaik
untuk mengurangi dan mengeliminasi bahaya yang ada.
• Implementasinya pada incident report memang untuk satu jenis incident tapi
sebenarnya juga harus buat semua mesin dan pekerja agar kecelakaan yang sama
tidak terualngi dan di tahun yang sama maupun berikutnya.
• Pada PT.XYZ sudah terdapat incident report untuk kategori Major, namun
perlu dibuat juga untuk kategori Near Miss & Minor karena apabila memiliki
penyebab yang luas maka bisa dianalisakan seluruh risiko yang dapat menimpa
pada sebuah mesin atau pekerjaan, mungkin saja saat ini masih tidak berisiko
namun bisa saja risiko yang kecil tersebut bisa jadi risiko yang besar.