3.dekon tp ub-atiya talisa

45
MAKALAH KEUANGAN DAN MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK MANAJEMEN DANA DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN, DAN URUSAN BERSAMA Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen Sektor Publik kelas CA Dosen Pengajar Mirna Amirya Disusun oleh: Atiya Fitriani 145020304111001 Talisa Noor Widya 145020304111011

Upload: lukes12

Post on 09-Feb-2016

237 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asdf

TRANSCRIPT

Page 1: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

MAKALAHKEUANGAN DAN MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK

MANAJEMEN DANA DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN, DAN URUSAN BERSAMA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugasMata Kuliah Akuntansi Manajemen Sektor Publik kelas CA

Dosen PengajarMirna Amirya

Disusun oleh:Atiya Fitriani 145020304111001Talisa Noor Widya 145020304111011

UNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSIMALANG

2015

Page 2: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Dalam rangka mengentaskan kemiskinan dan mempercepat kesejahteraan

masyarakat, pemerintah melakukan berbagai kebijakan dan program. Hal ini

mendasari dibentuknya desentralisasi, dekonsentrasi, tugas pembantuan, serta

urusan bersama pemerintah pusat (Pusat) dan peerintah daerah (Daerah).

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pusat ke Gubernur atau

ke instansi vertikal di Daerah. Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pusat ke

Daerah, yang dapat diteruskan dari Provinsi ke Kabupaten/Kota/Desa, atau

Kabupaten/Kota ke Desa. Sedangkan Urusan Bersama adalah urusan pemerintah

yang dilakukan dan didanai bersama oleh Pusat dan Daerah.

Tidak seperti desentralisasi yang seluruh programnya diatur secara otonomi

oleh Daerah dan dananya bersumber dari APBD, dekonsentrasi dan tugas

pembantuan sejatinya adalah program dari Pusat dan dananya bersumber dari

APBN. Sedangkan urusan bersama bersifat gabungan, yang dananya bersumber

dari APBN dan APBD.

Makalah ini akan membahas secara khusus tentang dekonsentrasi, tugas

pembantuan, dan urusan bersama.

2. Dasar Hukum

Dasar hukum yang terkait dengan 3 hal tersebut di antaranya adalah:

a. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerahb. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasionalc. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negarad. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negarae. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerahf. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuang. Peraturan Menteri Keuangan No. 156/PMK.07/2008 sebagaimana diubah

dengan PMK No. 248/PMK.07/2010 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

h. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga

i. Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya (diperbarui setiap tahun)j. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan

Page 3: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

k. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah

l. Peraturan Menteri Keuangan No. 171/PMK.06/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat

m. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

n. Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2009 sebagaimana diubah dalam Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

o. Peraturan Menteri Keuangan No. 168/PMK/07/2009 sebagaimana diubah dengan PMK No. 148/PMK.07/2014 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah Untuk Penanggulangan Kemiskinan

p. Peraturan Menteri Keuangan tentang Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah dalam Rangka Perencanaan Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan (terbit setiap tahun)

B. Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

Terdapat tiga asas pemerintahan di Indonesia yang mungkin sudah sering kita dengar

yaitu: Desentralisasi, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Desentralisasi adalah

penyerahan wewenang/urusan pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI). Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang/urusan pemerintahan oleh

Pemerintah kepada gubernur selaku wakil Pemerintah di daerah dan/atau kepada instansi

vertikal di wilayah tertentu. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada

daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota, serta dari pemerintah

kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dapat juga diartikan sebagai bentuk

kepedulian/intervensi Pemerintah terhadap daerah melalui kewenangan yang dimiliki dalam

rangka mengurangi kesenjangan pembangunan antar daerah dalam kerangka NKRI. Tujuan

utama dari Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan adalah untuk mempercepat terwujudnya

kesejahteraan masyarakat di daerah, sebagaimana dimaksud dalam UU No.32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah serta Penjelasan Peraturan Pemerintag No.7 tahun 2008 tentang

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

Pelaksanaan dan pendanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan melibatkan

beberapa instansi Pemerintah di pusat dan daerah dalam suatu pola hubungan

penyelenggaraan tugas dan wewenang. Pada tingkat pemerintah pusat, instansi yang terlibat

terdiri dari Kementerian Dalam Negeri, Bappenas, Kementerian Keuangan, dan Kementerian

Page 4: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

Teknis yang berkoordinasi dalam perumusan kebijakan, perencanaan, dan evaluasi.

Kementerian Dalam Negeri mempunyai tugas dan wewenang dalam hal penataan urusan

pemerintahan sejalan dengan ketentuan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan aturan pelaksanaannya. Bappenas mempunyai tugas dan

wewenang dalam hal penetapan dan sinkronisasi program sejalan dengan ketentuan Undang-

undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Kementerian Keuangan mempunyai tugas dan wewenang dalam hal pengelolaan pendanaan

sejalan dengan undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-

undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-undang Nomor 33

Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah, dan aturan pelaksanaannya. Sementara Kementerian Teknis mempunyai tugas dan

wewenang dalam hal pelimpahan/penugasan urusan kepada Daerah yang berkaitan dengan

program/kegiatan.

Pelimpahan dan penugasan urusan pemerintahan dimaksud didanai dari APBN

melalui bagian anggaran kementerian/ lembaga (K/L). Hal ini berarti dekonsentrasi dan tugas

pembantuan merupakan penyelenggaran sebagian urusan Pemerintah di daerah yang

dilaksanakan oleh aparat pemerintah daerah, sedangkan pertanggungjawabannya kepada K/L

yang memberikan Dana Dekonsentrasi/ Dana Tugas Pembantuan.

Pengelolaan pendanaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan di Kementerian

Keuangan dilaksanakan oleh beberapa unit eselon I yang mempunyai peranan dalam siklus

pendanaan. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan mempunyai tugas dalam

pengelolaan informasi, evaluasi, dan perumusan rekomendasi Dana Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008 tentang

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

156/PMK.07/2008 sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

248/PMK.07/2010 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan. Direktorat Jenderal Anggaran mempunyai tugas dalam penelaahan RKA-Kl,

penerbitan RABPP dan RKA-satker sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun

2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/lembaga dan aturan

pelaksanaannya termasuk Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai standar

biaya. Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas dalam pengesahan Daftar

Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), penerbitan Surat Rincian Alokasi Anggaran (SRAA),

pencairan dana, pengenaan sanksi, pembinaan dan koordinasi Sistem Akuntansi Instansi

(SAI) dan pelaporan keuangan sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005

Page 5: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang

Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan Nomor

171/PMK.06/2007 tentang sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan pemerintah Pusat,

serta aturan pelaksanaannya. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara mempunyai tugas

dalam bidang pengelolaan barang milik negara/daerah sejalan dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 6 Tahun 2006 tentang pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan aturan

pelaksanaannya.

Pola Hubungan Antar Instansi Terkait dalam Penyelenggaraan dan Pendanaan

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

PENGERTIAN DANA DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN

Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan merupakan salah satu unsur dalam

sistem perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah adalah suatu sistem

pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab

dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan

Page 6: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

potensi, kondisi dan kebutuhan daerah serta besaran pendanaan penyelenggaraan

dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Tugas Pembantuan dalam tataran implementasi harus

mempertimbangkan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah serta besaran pendanaan yang

tersedia bagi penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Sistem perimbangan

keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam UU

No. 33 Tahun 2004 menegaskan bahwa:

1. Penyelenggaraan urusan Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan

Desentralisasi didanai dari APBD;

2. Penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh Gubernur selaku

wakil Pemerintah di daerah dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi didanai dari

APBN;

3. Penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh

Gubernur/Bupati/Walikota selaku kepala daerah otonom dalam rangka Tugas

Pembantuan didanai dari APBN.

PRINSIP PENDANAAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN

Menurut UU No. 33 Tahun 2004, pelimpahan kewenangan dalam rangka pelaksanaan

Dekonsentrasi dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah diikuti dengan pemberian

dana. Dana yang diberikan untuk mendanai sebagian kewenangan yang dilimpahkan

merupakan Dana Dekonsentrasi yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur

sebagai wakil Pemerintah Pusat, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk Instansi

Vertikal Pusat di daerah.

Demikian pula dengan Tugas Pembantuan, dimana setiap adanya penugasan dari

Kementerian/Lembaga kepada kepala daerah akan diikuti dengan pemberian dana. Dana yang

diberikan untuk mendanai penugasan merupakan Dana Tugas Pembantuan yang berasal dari

APBN yang dilaksanakan oleh perangkat daerah dan/atau desa yang mencakup semua

penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan. Hal ini berarti

bahwa Dana Tugas Pembantuan merupakan bagian anggaran kementerian negara/lembaga

yang dialokasikan untuk daerah provinsi/ kabupaten/kota dan/atau desa sesuai dengan beban

dan jenis penugasan yang diberikan dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggung

jawabkan kepada yang memberikan penugasan.

Sesuai dengan undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah Nomor 7

tahun 2008, dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/ PMK.07/2008 sebagaimana

Page 7: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010, pendanaan

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip sebagai

berikut:

a. Pendanaan Dekonsentrasi dilaksanakan setelah adanya pelimpahan wewenang

dari Pemerintah melalui kementerian negara/lembaga kepada gubernur (sebagai

wakil Pemerintah Pusat di daerah);

b. Pendanaan Tugas Pembantuan dilaksanakan setelah adanya penugasan dari

Pemerintah melalui kementerian negara/lembaga kepada gubernur/bupati/walikota

(sebagai kepala daerah);

c. Pelimpahan/penugasan wewenang dimaksud dijabarkan dalam bentuk program

dan kegiatan kementerian/lembaga;

d. Pendanaan kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan oleh Pemerintah

disesuaikan dengan beban dan besar/kecilnya wewenang yang dilimpahkan/

ditugaskan;

e. Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan merupakan bagian anggaran

kementerian/lembaga yang dialokasikan di dalam Rencana Kerja dan Anggaran

Kementerian/lembaga (RKA-K/L);

f. Kegiatan yang didanai dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan adalah lingkup kewenangan yang sudah menjadi tupoksi

kementerian/lembaga;

g. Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan di daerah dilaksanakan oleh

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku kuasa pengguna anggaran/barang

(KPA/B);

h. Pendanaan dalam rangka Dekonsentrasi dialokasikan untuk kegiatan bersifat non-

fisik, yaitu kegiatan yang menghasilkan keluaran yang tidak menambah aset tetap,

antara lain sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, fasilitasi, bimbingan teknis,

pelatihan, penyuluhan, supervisi, penelitian dan survei, pembinaan dan

pengawasan, serta pengendalian. Kegiatan tersebut menggunakan akun belanja

barang sesuai dengan peruntukannya. Dalam rangka mendukung pelaksanaan

kegiatan Dekonsentrasi, sebagian kecil Dana Dekonsentrasi dapat dialokasikan

sebagai dana penunjang untuk pelaksanaan tugas administratif dan/atau pengadaan

input berupa barang habis pakai dan/atau aset tetap. Dana penunjang tersebut

menggunakan akun Belanja Barang Penunjang Kegiatan Dekonsentrasi dengan

kode akun 521311;

Page 8: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

i. Pendanaan dalam rangka Tugas Pembantuan dialokasikan untuk kegiatan bersifat

fisik, yaitu kegiatan yang menghasilkan keluaran yang menambah nilai aset

Pemerintah, antara lain pengadaan tanah, bangunan, peralatan dan mesin, jalan,

irigasi dan jaringan, serta kegiatan fisik lain yang menambah nilai aset Pemerintah

(antara lain pengadaan barang habis pakai, seperti obat-obatan, vaksin, pengadaan

bibit dan pupuk yang akan diserahkan kepada daerah). Pengadaan kegiatan yang

bersifat fisik seperti tersebut di atas menggunakan akun belanja modal sesuai

dengan peruntukannya, sedangkan pengadaan kegiatan fisik lain menggunakan

akun Belanja Barang Fisik lainnya Tugas Pembantuan dengan kode akun 521411.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan, sebagian

kecil Dana Tugas Pembantuan dapat dialokasikan sebagai dana penunjang untuk

pelaksanaan tugas administratif dan/atau pengadaan input berupa pengadaan

barang/jasa dan penunjang lainnya. Dana penunjang tersebut yang menghasilkan

aset tetap menggunakan akun Belanja Barang Penunjang Kegiatan Tugas

Pembantuan dengan kode akun 521321;

j. Gubernur memberitahukan RKA-K/L yang telah diterima dari kementerian/

lembaga kepada DPRD pada saat pembahasan RAPBD berkaitan dengan kegiatan

Dekonsentrasi di daerahnya;

k. Gubernur/bupati/walikota memberitahukan RKA-K/Lyang telah diterima dari

kementerian/lembaga kepada DPRD setempat pada saat pembahasan RAPBD

berkaitan dengan rencana kegiatan Tugas Pembantuan di daerah provinsi/

kabupaten/kota.

PENGANGGARAN DANA DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN

Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan merupakan bagian anggaran

kementerian/lembaga yang dialokasikan untuk mendanai program dan kegiatan yang

merupakan urusan Pemerintah di daerah dan disusun berdasarkan RKA-Kl. Dengan

demikian mekanisme pengganggaran Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tersebut

dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi APBN.

Berdasarkan PP No. 7 tahun 2008, dalam perencanaan dan penganggaran Dana

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan disebutkan bahwa rencana lokasi dan anggaran untuk

program dan kegiatan yang akan didekonsentrasikan/ditugaskan disusun dengan

memperhatikan kemampuan keuangan negara dan kebutuhan pembangunan di daerah.

Page 9: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

Pengangaran dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dituangkan dalam penyusunan

RKA-K/L. RKA-K/L yang telah disusun menjadi dasar dalam pembahasan bersama antara

kementerian/lembaga dengan komisi terkait di DPR. Hasil pembahasan RKA-K/L tersebut,

oleh Menteri teknis disampaikan kepada Menteri Keuangan dan Bappenas untuk dilakukan

penelahaan. Hasil penelahaan RKA-K/L kemudian ditetapkan menjadi Satuan Anggaran Per

Satuan Kerja (SAPSK) dan disampaikan kepada kementerian/lembaga. Proses selanjutnya

adalah penyampaian ke daerah.

- Untuk Dana Dekonsentrasi, kementerian/lembaga menyampaikan RKA-K/L yang

telah ditetapkan menjadi SAPSK kepada gubernur. Setelah menerima RKA-K/L,

gubernur menetapkan pejabat pengelola keuangan dekonsentrasi yang terdiri dari

Satuan Kerja Perangka Daerah (SKPD), Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat

Penguji Tagihan/Penandatangan Surat Perintah Membayar, dan Bendahara

Pengeluaran dan menyampaikannya kepada menteri/pimpinan lembaga dan

Menteri Keuangan selambat-lambatnya minggu pertama bulan Desember pada

tahun berjalan. RKAK/L tersebut juga diberitahukan oleh gubernur kepada DPRD

Provinsi pada saat pembahasan RAPBD untuk tujuan sinkronisasi program dan

kegiatan yang akan didanai dari APBN dan APBD.

- Untuk Dana Tugas Pembantuan, Kementerian/lembaga menyampaikan RKAK/L

yang telah ditetapkan menjadi SAPSK kepada Gubernur/Bupati/Walikota. Setelah

menerima RKA-K/L tersebut, Gubernur/Bupati/walikota menyampaikan usulan

pejabat pengelola keuangan tugas pembantuan yang terdiri dari SKPD selaku

Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penguji

Tagihan/Penandatangan Surat Perintah Membayar, dan Bendahara Pengeluaran

dan menyampaikannya kepada kementerian/lembaga selambat-lambatnya minggu

pertama bulan Desember pada tahun berjalan.

RKA-K/L tersebut juga diberitahukan oleh Gubernur/Bupati/ Walikota kepada DPRD

pada saat pembahasan RAPBD untuk tujuan sinkronisasi program dan kegiatan yang akan

didanai dari APBN dan APBD. RKA-K/L yang telah ditetapkan menjadi SAPSK sebagai

dasar dalam penyusunan DIPA. Tata cara penyusunan RKA-K/L dan penetapan/pengesahan

DIPA mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Keseimbangan Pendanaan di Daerah dalam Rangka Perencanaan Lokasi dan Alokasi

Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

Page 10: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

Keseimbangan pendanaan di daerah dalam rangka perencanaan lokasi dan alokasi

Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 156/PMK.07/2008 sebagaimana diubah dengan PMK No.248/PMK.07/2010 sebagai

berikut:

- Keseimbangan pendanaan dilakukan secara proporsional agar sebaran alokasi

Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tidak terkonsentrasi pada daerah

tertentu.

- Pengalokasian Dana Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan

mempertimbangkan Kemampuan Fiskal Daerah yang terdiri dari besarnya

Transfer ke Daerah dan kemampuan keuangan daerah.

- Hasil rumusan keseimbangan pendanaan di daerah dimaksud dituangkan dalam

Rekomendasi Menteri Keuangan.

- Rekomendasi Menteri Keuangan menjadi dasar pertimbangan bagi

kementerian/lembaga dalam rangka perencanaan lokasi dan anggaran kegiatan

dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

- Rekomendasi Menteri Keuangan disampaikan kepada kementerian/lembaga

dengan tembusan kepada Kepala Bappenas selambat-lambatnya bulan Maret

sebelum penyusunan Renja-Kl.

Ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008

sebagaimana dirubah dengan PMK No.248/PMK.07/2010 tersebut di atassejalan dengan

ketentuan dalam Pasal 3 ayat (1) undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara yang mengamanatkan bahwa keuangan negara dikelola secara tertib, taat pada

peraturan perundangundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab

dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. oleh karena itu, Dana Dekonsenstrasi

dan Tugas Pembantuan sebagai bagian dari keuangan negara harus dikelola sesuai dengan

prinsip-prinsip tersebut. Selanjutnya dalam Penjelasan umum poin (5) kekuasaan atas

pengelolaan keuangan negara dalam undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 dikatakan bahwa

Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan (pengelola fiskal)

pada hakekatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia,

sementara setiap menteri/pimpinan lembaga pada hakekatnya adalah Chief Operational

Officer (COO) untuk suatu bidang tertentu pemerintahan. Prinsip ini perlu dilaksanakan

secara konsisten agar terdapat kejelasan dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab,

terlaksananya mekanisme checks and balances serta untuk mendorong upaya peningkatan

profesionalisme dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan.

Page 11: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

Pola Hubungan Kementrian Keuangan dengan Kementrian dalam Pendanaan

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

Secara umum aspek pengelolaan fiskal meliputi beberapa fungsi yaitu pengelolaan kebijakan

fiskal dan kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan, administrasi

kepabeanan, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan. Terkait dengan fungsi pengelolaan

kebijakan fiskal dan penganggaran dalam rangka Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan,

Menteri Keuangan mempunyai kewenangan untuk mengarahkan kementerian/lembaga dalam

perencanaan lokasi dan alokasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Hal ini dilakukan

melalui indikator umum berupa peta keseimbangan pendanaan di daerah yang disampaikan

dalam bentuk rekomendasi, sedangkan kementerian/lembaga teknis berwenang

merencanakan lokasi dan besaran alokasi Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

berdasarkan indikator teknis yang dimiliki setelah mempertimbangkan rekomendasi Menteri

Keuangan. Maksud dan tujuanrekomendasi ini adalah untuk mewujudkan transparansi dan

akuntabilitas, serta proporsional dalam pengalokasian Dana Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan; meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan Dana Dekonsentrasi

dan Tugas Pembantuan; dan memberikan masukan bagi kementerian/lembaga dalam

merencanakan lokasi dan alokasi Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan agar tepat

sasaran dan tidak terkonsentrasi di daerah tertentu. Variabel yang digunakan dalam formulasi

keseimbangan pendanaan di daerah adalah Variabel Kemampuan Fiskal Daerah (KFD) dan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Variabel KFD diukur berdasarkan besaran: Pendapatan

Asli Daerah, lain-lain Pendapatan yang sah, Dana Alokasi umum, Dana Alokasi Khusus,

Page 12: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

Dana Bagi Hasil, Dana otonomi Khusus, Dana Penyesuaian, dan Belanja PNsD (sebagai

pengurang). sementara IPM merupakan cerminan tingkat pendidikan, kesehatan dan

kesejahteraan masyarakat yang dibentuk dari 4 (empat) indikator, yaitu: angka melek huruf

penduduk dewasa, rata-rata lama sekolah, angka harapan hidup, serta Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) per kapita. langkah-langkah formulasi keseimbangan pendanaan

adalah sebagai berikut:

i. Menentukan Indeks Kemampuan Fiskal Daerah:

a. Menghitung besaran transfer daerah (jumlah dana perimbangan: DAU, DAK,

DBH Pajak, DBH SDA, dan Dana Otsus).

b. Menghitung kemampuan keuangan daerah (jumlah PAD dan lainlain Pendapatan

yang sah dikurangi Belanja PNSD).

c. Menentukan Kemampuan Fiskal Daerah (KFD) yang merupakan hasil

penjumlahan dana transfer daerah dan kemampuan keuangan daerah.

d. Menghitung KFD per kapita yang didapat dari KFD dibagi dengan jumlah

penduduk.

e. Menghitung KFD Riil yang didapat dari KFD per kapita dibagi Indeks Kemahalan

Konstruksi (IKK) sebagai proxy perbedaan tingkat harga antar daerah.

f. Menentukan Indeks KFD sebagai hasil dari pembagian KFD Riil terhadap rata-

rata KFD Riil nasional sehingga diperoleh Peta KFD.

ii. Mengkaitkan KFD dengan IPM:

a. Membandingkan indeks KFD daerah dengan rata-rata KFD Nasional sehingga

menghasilkan daerah yang berada di atas dan di bawah rata-rata nasional.

b. Membandingkan IPM daerah dengan rata-rata IPM Nasional sehingga

menghasilkan daerah yang berada di atas dan di bawah rata-rata nasional.

c. Hasil kedua perbandingan KFD dan IPM tersebut di atas tersusun dalam 4 cluster

daerah sebagai berikut:

- Cluster 1: Kelompok daerah yang mempunyai KFD dan IPM di atas rata-rata

nasional

- Cluster 2: Kelompok daerah yang mempunyai KFD di bawah rata-rata nasional

namun IPM di atas rata-rata nasional.

- Cluster 3: Kelompok daerah yang mempunyai KFD dan IPM di bawah rata-rata

nasional

- Cluster 4: Kelompok daerah yang mempunyai KFD di atas rata-rata nasional

namun IPM di bawah rata-rata nasional.

Page 13: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

Berdasarkan hasil formulasi tersebut, prioritas daerah yang akan direkomendasikan

sebagai penerima dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan sebagai berikut:

a. Prioritas I: Daerah pada Cluster 3;

b. Prioritas II: Daerah pada Cluster 2.

Selanjutnya untuk menentukan besaran alokasi Dana Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan ke masing-masing daerah digunakan indikator teknis yang disusun oleh

kementerian/lembaga terkait.

Proses Penganggaran Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

Penganggaran Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dituangkan dalam

penyusunan RKA-K/L yang setelah melalui proses pembahasan dan penelaahan dengan

kementerian/lembaga terkait kemudian ditetapkan menjadi RKA-satker. RKA-satker

dimaksud kemudian disampaikan kepada gubernur dalam hal Dekonsentrasi dan kepada

gubernur/bupati/walikota dalam hal Tugas Pembantuan. Dalam mekanisme penganggaran

Dana Dekonsentrasi, penyampaian RKA-satker dilakukan bersamaan dengan penyampaian

Peraturan Menteri/Pimpinan lembaga tentang pelimpahan wewenang. Setelah menerima

pelimpahan wewenang tersebut, gubernur menetapkan pejabat pengelola keuangan Dana

Dekonsentrasi. Dalam mekanisme penganggaran Dana Tugas Pembantuan, setelah menerima

RKA satker, gubernur/bupati/walikota menyampaikan usulan pejabat pengelola keuangan

dana tugas pembantuan kepada menteri/pimpinan lembaga. Pejabat pengelola keuangan Dana

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan terdiri dari Kuasa Pengguna Anggaran/Barang, Pejabat

Pembuat Komitmen, Pejabat Penguji Tagihan/Penandatangan surat Perintah Membayar,

Pejabat Akuntansi dan Bendahara Pengeluaran. RKA-satker tersebut juga diberitahukan oleh

gubernur dalam hal Dekonsentrasi dan gubernur/bupati/walikota dalam hal Tugas

Pembantuan, kepada DPRD pada saat pembahasan RAPBD sebagai bahan sinkronisasi

program dan kegiatan.

RKA-K/L yang telah ditetapkan menjadi RKA-satker sebagai dasar dalam

penyusunan DIPA. Tata cara penyusunan RKA-K/L dan penetapan/pengesahan DIPA

mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

PENYALURAN DANA DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN

Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004, Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas

Pembantuan disalurkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) melalui

Page 14: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

Rekening Kas Umum Negara. Peraturan Menteri Keuangan No. 134/2005 tentang Pedoman

Pembayaran Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menyebutkan

bahwa mekanisme penyaluran Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan secara

ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN oleh KPPN dilakukan berdasarkan Surat

Perintah Membayar (SPM) yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa

Pengguna Anggaran dengan penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) oleh

KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara;

b. Penerbitan SPM oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran didasarkan

pada alokasi dana yang tersedia dalam DIPA atau dokumen pelaksanaan anggaran

lainnya yang dipersamakan dengan DIPA;

c. Pelaksanaan pembayaran tagihan atas beban APBN tersebut dapat dilakukan dengan

cara:

1. Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS)

2. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM-UP)

3. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan (SPM-GU)

4. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan (SPM-TU)

Apabila di dalam pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan terdapat saldo, maka

saldo tersebut wajib disetor ke Rekening Kas Umum Negara dan apabila menghasilkan

penerimaan, maka penerimaan tersebut merupakan penerimaan APBN yang harus disetor ke

Rekening Kas Umum Negara.

PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN

PP No. 7 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pertanggungjawaban dan pelaporan

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan mencakup aspek manajerial dan aspek akuntabilitas.

Aspek manajerial terdiri dari perkembangan realisasi penyerapan dana, pencapaian target

keluaran, kendala yang dihadapi, dan saran tindak lanjut sejalan dengan PP No. 39 Tahun

2007 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

Sementara aspek akuntabilitas terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, catatan atas

laporan keuangan, dan laporan barang sejalan dengan PP No. 6 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara dan/Daerah dan PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan

Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

Page 15: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

1. Dana Dekonsentrasi

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 dijelaskan bahwa Kepala SKPD

provinsi selaku Kuasa Pengguna Anggaran/Barang dekonsentrasi wajib menyelenggarakan

akuntansi dan bertanggung jawab terhadap penyusunan dan penyampaian laporan

pertanggungjawaban keuangan dan barang. Penyusunan dan penyampaian laporan dimaksud

dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 sebagaimana diubah dengan

PMK Nomor 248/PMK.07/2010 yang secara garis besar dapat disajikan sebagai

berikut:

a. setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran, kepala SKPD provinsi atas

nama gubernur menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan

dan barang kepada menteri/pimpinan lembaga pemberi dana dekonsentrasi dengan

tembusan kepada SKPD yang membidangi pengelolaan keuangan daerah;

b. gubernur menggabungkan laporan pertanggungjawaban dimaksud dan

menyampaikannya kepada Menteri Keuangan setiap triwulan dan setiap berakhirnya

tahun anggaran. Untuk melaksanakan penggabungan laporan tersebut, gubernur

menugaskan/ menetapkan SKPD yang membidangi pengelolaan keuangan daerah

sebagai Koordinator Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah

(Koordinator UAPPA-W) dan SKPD yang membidangi pengelolaan barang/

kekayaan daerah sebagai Koordinator unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang

Wilayah (Koordinator UAPPB-W);

c. Menteri/ pimpinan lembaga yang mengalokasikan Dana Dekonsentrasi

menyampaikan laporan pertanggungjawaban dimaksud kepada Presiden melalui

Menteri Keuangan setiap berakhirnya tahun anggaran;

d. laporan pertanggungjawaban keuangan secara tahunan atas pelaksanaan dekonsentrasi

oleh gubernur dilampirkan dalam Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

kepada DPRD.

2. Dana Tugas Pembantuan

Penyusunan dan penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan dan barang atas

pelaksanaan Tugas Pembantuan secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

a. setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran, Kepala SKPD provinsi atas

nama gubernur menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan

dan barang kepada menteri/pimpinan lembaga pemberi dana tugas pembantuan,

dengan tembusan kepada SKPD yang membidangi pengelolaan keuangan daerah;

Page 16: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

b. setiap triwulan dan setiap berakhirnya tahun anggaran, Kepala SKPD kabupaten/

kota atas nama bupati/walikota menyusun dan menyampaikan laporan

pertanggungjawaban keuangan dan barang kepada menteri/pimpinan lembaga

pemberi dana tugas pembantuan, dengan tembusan kepada SKPD yang membidangi

pengelolaan keuangan daerah;

c. gubernur menggabungkan laporan pertanggungjawaban dimaksud dan

menyampaikannya kepada Menteri Keuangan setiap triwulan dan setiap berakhirnya

tahun anggaran. Untuk melaksanakan penggabungan laporan tersebut, gubernur

menugaskan/menetapkan SKPD yang membidangi pengelolaan keuangan daerah

sebagai Koordinator UAPPAW dan SKPD yang membidangi pengelolaan

barang/kekayaan daerah sebagai Koordinator UAPPB-W;

d. Bupati/walikota menggabungkan laporan pertanggungjawaban dimaksud dan

menyampaikannya kepada Menteri Keuangan setiap triwulan dan setiap berakhirnya

tahun anggaran, dengan tembusan kepada gubernur. Untuk melaksanakan

penggabungan laporan tersebut, bupati/walikota menugaskan/menetapkan SKPD yang

membidangi pengelolaan keuangan daerah sebagai Koordinator UAPPA-W dan

SKPD yang membidangi pengelolaan barang/kekayaan daerah sebagai Koordinator

UAPPB-W;

e. Menteri/pimpinan lembaga yang mengalokasikan Dana Tugas Pembantuan

menyampaikan laporan pertanggungjawaban dimaksud kepada presiden melalui

Menteri Keuangan setiap berakhirnya tahun anggaran;

f. laporan pertanggungjawaban keuangan secara tahunan atas pelaksanaan tugas

pembantuan setiap berakhirnya tahun anggaran dilampirkan dalam laporan

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD kepada DPRD.

Adapun bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban keuangan atas barang dan jasa

Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tetap mengacu pada ketentuan yang berlaku,

khususnya Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai sistem Akuntansi dan

Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA

1. Status Barang Hasil Pelaksanaan Dekonsentrasi

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang Perubahan atas

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana

Page 17: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan pasal 37A mengatur bahwa barang yang diperoleh

dari Dana Dekonsentrasi merupakan Barang Milik Negara (BMN) yang dicatat sebagai

persediaan (eks Dekonsentrasi). BMN tersebut harus ditatausahakan dalam Sistem Informasi

Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara. Tata cara Hibah BMN berupa persediaan

yang diperoleh dari Dana Dekonsentrasi tersebut adalah sebagai berikut:

i. Persediaan diserahkan oleh Pengguna Barang kepada daerah c.q. SKPD pelaksana

tugas Dekonsentrasi dengan Berita Acara Serah Terima selambat-lambatnya 6 bulan

setelah realisasi pengadaan barang;

ii. Berdasarkan berita acara serah terima, SKPD penerima wajib menatausahakan dan

melaporkan pada neraca daerah;

iii. Pengguna Barang melaporkan serah terima barang kepada Menteri Keuangan selaku

Pengelola Barang c.q. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dengan melampirkan

Berita Acara Serah Terima;

iv. Dalam hal kementerian/lembaga tidak menyerahkan dalam jangka waktu 6 bulan

sejak pengadaan atau SKPD tidak bersedia menerima BMN maka BMN dimaksud

direklasifikasi menjadi aset tetap pada kementerian/lembaga.

2. Status Barang dalam Pelaksanaan Tugas Pembantuan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang Perubahan atas

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan pasal 37B mengatur bahwa barang yang diperoleh

dari Dana Tugas Pembantuan merupakan BMN. BMN yang dihasilkan dari kegiatan fisik lain

dan yang berasal dari dana penunjang dicatat sebagai persediaan, sedangkan BMN selain

yang berasal dari kegiatan fisik lain dicatat sebagai aset tetap. BMN tersebut harus

ditatausahakan dalam sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara.

Tata cara hibah BMN berupa aset tetap yang diperoleh dari Dana Tugas Pembantuan adalah

sebagai berikut:

i. Aset tetap dihibahkan oleh Pengguna Barang kepada daerah c.q. SKPD pelaksana

Tugas Pembantuan sepanjang pihak kementerian/lembaga bermaksud menyerahkan

yang dituangkan dalam Surat Pernyataan Kesediaan Menghibahkan dan daerah

menyatakan kesediaannya untuk menerima aset tetap dimaksud yang dituangkan

dalam surat Pernyataan Kesediaan Menerima Hibah.

Page 18: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

ii. Surat Pernyataan Kesediaan Menghibahkan dan Surat Pernyataan Kesediaan

Menerima Hibah diterbitkan sebelum disampaikannya Surat keputusan Menteri

Kementerian/lembaga tentang penugasan atas program dan kegiatan yang akan

dilaksanakan di daerah.

iii. Permohonan persetujuan hibah kepada Menteri Keuangan c.q. Direktorat Jenderal

Kekayaan Negara harus diajukan oleh menteri/pimpinan lembaga selambat-lambatnya

6 bulan setelah realisasi pengadaan barang.

iv. Pengguna Barang melaporkan pelaksanaan hibah kepada Menteri Keuangan selaku

Pengelola Barang c.q. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Direktorat Jenderal

Pengelolaan utang, dan Direktorat Jenderal Anggaran dengan melampirkan Berita

Acara serah Terima. Dalam hal kementerian/lembaga tidak melaksanakan ketentuan

tersebut maka kementerian/lembaga tidak diperkenankan mengalokasikan anggaran

untuk pengadaan aset tetap dalam rangka Tugas Pembantuan untuk tahun berikutnya.

v. Dalam hal SKPD tidak bersedia menerima BMN maka BMN dimaksud tetap dicatat

sebagai aset tetap pada kementerian/lembaga.

Tata cara Hibah BMN yang dihasilkan dari kegiatan fisik lain dan yang berasal dari

dana penunjang yang dicatat sebagai persediaan adalah sebagai berikut:

i. BMN dihibahkan oleh Pengguna Barang kepada daerah c.q. SKPD pelaksana Tugas

Pembantuan dengan Berita Acara serah Terima selambat-lambatnya 6 bulan setelah

realisasi pengadaan barang.

ii. Berdasarkan Berita Acara serah Terima, sKPD penerima wajib menatausahakan dan

melaporkan pada neraca daerah

iii. Pengguna Barang melaporkan serah terima barang kepada Menteri Keuangan c.q.

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dengan melampirkan Berita Acara serah

Terima. Dalam hal kementerian/lembaga tidak menyerahkan maka BMN dimaksud

direklasifikasikan menjadi aset tetap pada kementerian/lembaga.

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN DEKONSENTRASI/TUGAS PEMBANTUAN

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008, pembinaan dan pengawasan

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dapat dilaksanakan sesuai ketentuan sebagai berikut:

Page 19: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

a. Menteri negara/pimpinan lembaga melakukan pembinaan dan pengawasan dalam

penyelenggaraan urusan pemerintah yang dilimpahkan kepada gubernur terhadap

pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

b. Menteri Keuangan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penggunaan

Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan.

c. Pembinaan tersebut dilakukan dalam rangka peningkatan kinerja, transparansi, dan

akuntabilitas pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yang

meliputi pemberian pedoman, fasilitasi dan bimbingan teknis, serta pemantauan dan

evaluasi.

d. Pengawasan tersebut dilaksanakan dalam rangka pencapaian efisiensi dan efektivitas

pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan serta mengikuti ketentuan

yang berlaku bagi APBN.

PEMERIKSAAN DANA DEKONSENTRASI DAN DANA TUGAS PEMBANTUAN

Pemeriksaan atas Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan meliputi pemeriksaan

keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu:

a. Pemeriksaan keuangan yang dapat berupa pemeriksaan atas laporan keuangan;

b. Pemeriksaan kinerja berupa pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang

terdiri dari pemeriksaan atas aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas atas

pelaksanaan kegiatan;

c. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi pemeriksaan atas hal-hal lain dibidang

keuangan, pemeriksaan investigatif dan pemeriksaan atas sistem pengendalian intern

Pemerintah.

Pemeriksaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dilakukan oleh unit

pemeriksaan internal kementerian/lembaga dan/atau unit pemeriksaan eksternal Pemerintah.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeriksaan keuangan, kinerja dan tujuan tertentu

berpedoman pada peraturan perundangan-undangan.

SANKSI

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 sebagaimana diubah

dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 diatur bahwa SKPD

Page 20: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

penerima Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yang secara sengaja atau lalai tidak

menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan dana dimaksud kepada

kementerian/lembaga dikenakan sanksi berupa:

1. sanksi penundaan pencairan, apabila SKPD tidak melakukan rekonsiliasi laporan

keuangan dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara setempat sesuai

ketentuan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai sistem akuntansi

dan pelaporan keuangan Pemerintah Pusat. Pengenaan sanksi penundaan pencairan

dimaksud tidak membebaskan SKPD dari kewajiban menyampaikan laporan Dana

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

2. Penghentian pembayaran dalam tahun berjalan, dapat dilakukan apabila:

a. SKPD tidak menyampaikan laporan keuangan triwulanan kepada

kementerian/lembaga yang memberikan Dana Dekonsentrasi dan/atau Dana Tugas

Pembantuan secara berturut-turut 2 (dua) kali dalam tahun anggaran berjalan;

dan/atau

b. ditemukan adanya penyimpangan dari hasil pemeriksaan BPK, BPKP, Inspektorat

Jenderal Kementerian/Lembaga yang bersangkutan, atau aparat pemeriksa

fungsional lainnya.

3. Kementerian/lembaga tidak diperkenankan mengalokasikan Dana Dekonsentrasi

dan/atau Dana Tugas Pembantuan untuk tahun berikutnya apabila SKPD penerima

dana dimaksud:

a. tidak memenuhi target kinerja pelaksanaan kegiatan tahun sebelumnya yang telah

ditetapkan;

b. tidak pernah menyampaikan laporan keuangan dan barang sesuai ketentuan yang

berlaku pada tahun anggaran sebelumnya;

c. melakukan penyimpangan sesuai hasil pemeriksaan BPK, BPKP, Inspektorat

Jenderal Kementerian/lembaga yang bersangkutan atau aparat pemeriksa

fungsional lainnya; dan/atau

d. Tidak bersedia menerima hibah terhadap BMN yang disetujui untuk diterima

Selanjutnya dalam surat Edaran Bersama Menteri PPN/Kepala Bappenas, Menteri

Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri tentang Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan

Program dan Kegiatan Kementerian/lembaga di Daerah serta Peningkatan Peran Aktif

gubernur selaku Wakil Pemerintah Pusat, gubernur dapat mengusulkan kepada

kementerian/lembaga untuk mengenakan sanksi berupa tidak mengalokasikan Dana Tugas

Page 21: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

Pembantuan kepada kabupaten/kota yang tidak melaksanakan koordinasi penyelenggaraan

Tugas Pembantuan.

PERAN KEPALA DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI

DAN TUGAS PEMBANTUAN

Berdasarkan butir-butir penjelasan mengenai Dana Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan di atas, dapat kita garis bawahi bahwa kepala daerah (gubernur/bupati/walikota)

mempunyai peran yang sangat besar dalam penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan baik pada tataran perencanaan, penganggaran maupun pembinaan dan

pengawasan. Pada aspek perencanaan, sinkronisasi pengalokasian Dana Dekonsentrasi dan

Tugas Pembantuan antara kepala daerah (gubernur, bupati, walikota) dengan

kementerian/lembaga sebagaimana diatur dalam Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 7

Tahun 2008 dilaksanakan sejak tahap penyusunan Renja K/l dan pelaksanaan

Musrenbangnas. selanjutnya, setelah kementerian/lembaga menerima pagu sementara dan

menyusun RKA-Kl maka kementerian/lembaga berkewajiban untuk menyampaikan kepada

daerah tentang indikasi kegiatan Dekonsentrasi atau Tugas Pembantuan yang akan

dilaksanakan oleh daerah. Pemberitahuan definitif tentang kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan yang akan dilaksanakan oleh daerah disampaikan oleh kementerian/lembaga

kepada pemerintah daerah dengan surat Keputusan/Penetapan Menteri/Pimpinan lembaga

berkenaan setelah ditetapkannya Keputusan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja

Pemerintah Pusat (RABPP). selanjutnya sesuai dengan pasal 22 Peraturan Pemerintah

tersebut, pada tahap penganggaran, setelah menerima RKA-Kl yang ditetapkan menjadi

RKA-satker, kepala daerah (gubernur, bupati, walikota) melakukan penyiapan perangkat

daerah yang akan melaksanakan program dan kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan. selain itu kepala daerah (gubernur/bupati/walikota) juga melakukan koordinasi,

pengendalian, pembinaan, pengawasan dan pelaporan pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan dengan kementerian/lembaga terkait seperti diatur dalam Pasal 72 dan Pasal 73

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008.

Ketentuan dalam Pasal 72 dan Pasal 73 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008

tersebut telah sejalan dengan ketentuan dalam pasal 3 ayat (1) huruf i Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta

Kedudukan Keuangan gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi, yang

menyatakan bahwa gubernur sebagai wakil pemerintah memiliki tugas melaksanakan urusan

Page 22: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

pemerintah yang antara lain meliputi koordinasi pembinaan dan pengawasan

penyelenggaraan Tugas Pembantuan di daerah provinsi dan kabupaten/kota. Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 dimaksud juga menggaris-bawahi bahwa salah satu peran

dan tugas utama gubernur adalah melakukan koordinasi dan sinkronisasi dalam setiap tahap

dan dengan seluruh stakeholders agar tujuan penyelenggaran pemerintahan dapat tercapai

secara efektif dan efisien.

C. Dana Urusan Bersama

1. Pengertian dan Sumber Pendanaan

Urusan Bersama Pusat dan Daerah adalah urusan pemerintahan di luar

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan sepenuhnya Pusat, yang

diselenggarakan bersama oleh Pusat, Daerah Provinsi, dan Daerah

Kabupaten/Kota.

Penanggulangan Kemiskinan adalah kebijakan dan program Pemerintah dan

Pemda yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan bersinergi dengan dunia

usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka

meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat.

Pendanaan Urusan Bersama adalah pendanaan yang bersumber dari APBN

dan APBD yang digunakan untuk mendanai program/kegiatan bersama Pusat dan

daerah untuk penanggulangan kemiskinan. Dana Urusan Bersama yang

selanjutnya disebut DUB, adalah dana yang bersumber dari APBN. Dana Daerah

untuk Urusan Bersama yang selanjutnya disebut DDUB, adalah dana yang

bersumber dari APBD.

2. Latar Belakang Pendanaan Urusan Bersama

Dalam rangka penanggulangan kemiskinan, pemerintah melaksanakan

berbagai program, salah satunya adalah Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) Mandiri, yang mencakup jangkauan yang luas. PNPM

Mandiri merupakan program pemerintah yang melibatkan Daerah, serta

memerlukan dana pendamping dari Daerah.

Dahulu, pemerintah menyalurkan dana melalui mekanisme Dekonsetrasi

dan Tugas Pembantuan, yang ditambahkan dengan dana pendamping dari Daerah.

Ketentuan mengenai dana pendamping tersebut belum diatur pada sebuah

Page 23: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

peraturan perundang-undangan maupun pedoman teknis lainnya, sehingga

pelaksanaannya menjadi rancu. Atas dasar tersebut, akhirnya dibuatlah peraturan

mengenai Urusan Bersama yang pendanaannya berasal dari Pusat dan Daerah.

3. Prinsip Pendanaan Urusan Bersama

a. UB dapat didanai dari APBN, APBD, atau keduanya.

b. Pendanaan dari APBN dialokasikan melalui anggaran K/L dalam bentuk

DUB, sedangkan pendanaan dari APBD dialokasikan melalui SKPD dalam

bentuk DDUB.

c. Kesepakatan dituangkan dalam naskah perjanjian antara Pusat dan Daerah.

d. Pengelolaannya dilakukan dengan tertib, taat peraturan, efisien, ekonomis,

efektif, transparan, dan bertanggung jawab, serta adil dan patut.

e. Pendanaan UB ditujukan untuk program pemberdayaan kelompok masyarakat

miskin yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat

kapasitasnya.

f. Kegiatan bersifat bantuan langsung ke masyarakat dan jenis belanja yang

dialokasikan didominasi dengan bantuan sosial.

4. Perencanaan dan Penganggaran

PMK 148/2014 pasal 5 dan 6, serta PMK 168/2009 pasal 7 menyebutkan hal-hal

sebagai berikut:

a. Perencanaan Program Penanggulangan Kemiskinan merupakan bagian dari

sistem perencanaan pembangunan nasional.

b. Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan dikoordinasikan oleh

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Nasional/Provinsi/

Kabupaten/Kota.

c. Program/kegiatan yang akan didanai dari APBN wajib mengaju pada RKP dan

dituangkan dalam Renja-KL.

d. K/L memberitahukan indikasi program/kegiatan UB kepada kepala daerah

paling lambat pertengahan bulan Juni atau setelah ditetapkannya pagu

sementara (tembusan Menkokesra selaku Ketua TKPK Nasional).

e. Pemberitahuan tersebut disertai dengan informasi mengenai ketentuan

penyelenggaraan UB yang akan dituangkan ke dalam naskah perjanjian.

Page 24: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

f. Menteri/pimpinan lembaga dan kepala daerah menandatangani naskah

perjanjian UB paling lambat minggu pertama bulan Desember atau setelah

ditetapkannya perpres tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat.

Naskah perjanjian setidaknya memuat:

Subyek kerja sama

Rincian alokasi dan lokasi dana

Penanggung jawab pengelolaan UB

Komitmen daerah untuk tertib pelaporan LK

Jangka waktu kerja sama

g. Program/kegiatan yang didanai dari APBD wajib mengacu pada RKPD dan

dituangkan dalam Renja SKPD.

h. Dalam hal pemberitahuan indikasi program/kegiatan sesuai dengan kebijakan

Daerah, kepala daerah meneruskannya kepada SKPD sebagai bahan

penyusunan Renja SKPD, rencana penyediaan DDUB, dan pembahasan

dengan DPRD.

i. Kepala daerah menyampaikan usulan nama SKPD yang akan melaksanakan

program/kegiatan kepada K/L, disertai Surat Pernyataan Tanggung Jawab

Mutlak dari kepala daerah.

j. Dalam hal indikasi program/kegiatan tidak sesuai dengan kebijakan Daerah,

kepala daerah dapat menolaknya.

Page 25: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

k. Rencana penyelenggaraan dan alokasi anggaran DUB disusun dengan

mempertimbangkan kemampuan keuangan negara (APBN), indeks fiskal dan

kemiskinan daerah (IFKD), serta indikator teknis.

l. IFKD disusun dan ditetapkan oleh Menkeu, serta disampaikan kepada

Bappenas dan K/L terkait dengan tembusan kepada TKPK Nasional paling

lambat bulan Maret sebelum penyusunan Renja-KL.

5. Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah (IFKD)

Menurut PMK 142/2015 tentang Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah

Tahun Anggaran 2015, IFKD terdiri dari:

a. Indeks Ruang Fiskal Daerah (IRFD)

IFRD= KFD riil per kapita DaerahRata−rata KFD riil per kapitaNasional

KFD riil per kapita Daerah= KFDεPenduduk x IKK Daerah

KFD = kemampuan keuangan daerah + transfer ke daerah – belanja wajibdimana

KFD: Kemampuan Fiskal Daerah

IKK: Indeks Kemahalan Konstruksi

Kemampuan keuangan daerah: PAD, lain-lain pendapatan daerah yang sah

Transfer ke daerah: Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Dana

Penyesuaian, Dana Otonomi Khusus

b. Indeks Persentase Penduduk Miskin Daerah (IPPMD)

IPPMD= IKM DaerahRata−rata IKM Nasional

dimana

IKM: Indeks Kemiskinan Manusia (atau Persentase Penduduk Miskin)

Nilai rata-rata nasional untuk IFRD dan IPPMD adalah 1. Selanjutnya, hasil

penghitungan IFRD dan IPPMD dikaitkan masing-masing sebagai sumbu tegak

dan mendatar dalam peta kuadran.IPPMD

Page 26: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

Berdasarkan peta kuadran tersebut, diperoleh kelompok daerah berikut:

a. Kelompok 1: IRFD dan IPPMD di atas rata-rata nasional (IRFD>1, IPPMD>1)

b. Kelompok 2: IRFD di bawah rata-rata nasional, IPPMD di atas rata-rata

nasional (IRFD<1, IPPMD>1)

c. Kelompok 3: IRFD dan IPPMD di bawah rata-rata nasional (IRFD<1,

IPPMD<1)

d. Kelompok 4: IRFD di atas rata-rata nasional, IPPMD di bawah rata-rata

nasional (IRFD>1, IPPMD<1)

Kelompok tersebut digunakan untuk merencanakan lokasi dan alokasi

DUB, serta menentukan besaran DDUB. Besaran presentase DDUB ditetapkan

lebih lanjut melalui Keputusan Ketua TKPK Nasional.

6. Pencairan dan Penyaluran

a. Pencairan DUB secara umum dilakukan sesuai dengan mekanisme yang

berlaku dalam pembayaran atas beban APBN, sedangkan ketentuan lebih

lanjut diatur dengan Perdirjen Perbendaharaan.

b. DUB disalurkan secara langsung kepada masyarakat, kelompok masyarakat

dan/atau lembaga partsipatif masyarakat dalam bentuk uang.

c. DUB yang telah ditransfer ke rekening masyarakat, kelompok masyarakat

dan/atau lembaga partsipatif masyarakat harus telah dimanfaatkan sesuai

IFRD

Page 27: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

dengan rencana selambat-lambatnya 3 bulan setelah tahun anggaran

bersangkutan berakhir.

d. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana tersebut di atas, dana tersebut

belum dimanfaatkan maka dana tersebut harus disetorkan ke rekening kas

umum negara.

e. Mekanisme pencairan dan penyaluran DDUB berpedoman pada peraturan

yang mengatur mengenai pengelolaan keuangan daerah.

7. Pelaporan dan Pertanggungjawaban

a. SKPD yang menjadi pelaksana kegiatan penanggulangan kemiskinan (DUB

dan DDUB) wajib menyusun Laporan Keuangan berupa:

Neraca;

Laporan Realisasi Anggaran; dan

Catatan atas Laporan Keuangan

b. Tata cara penyusunan dan penyampaian laporan keuangan DUB mengacu

pada Peraturan Menteri Keuangan tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan

Keuangan Pemerintah Pusat.

c. Tata cara penyusunan dan penyampaian laporan keuangan DDUB mengacu

ketentuan peraturan mengenai pengelolaan keuangan daerah dan Sistem

Akuntansi Pemerintah Daerah

d. Kepala daerah melampirkan laporan keuangan tahunan atas pelaksanaan DUB

dalam Laporan Pertanggungjawaban APBD kepada Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas DUB dan

DDUB.

8. Pembinaan

a. TKPK Nasional melakukan koordinasi pembinaan terhadap efektivitas

pelaksanaan UB untuk penanggulangan kemiskinan minimal 3 bulan sekali.

b. Bappenas melakukan pembinaan terhadap efektivitas perencanaan dan

perencanaan program.

c. Menteri/pimpinan lembaga dan kepala daerah melakukan pembinaan terhadap

efektivitas pengelolaan kegiatan UB untuk penanggulangan kemiskinan.

d. Menteri Keuangan melakukan pembinaan terhadap pengelolaan DUB dalam

hal: efisiensi dan efektivitas alokasi anggaran; pelaksanaan anggaran; dan

Page 28: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

penyusunan indeks fiskal dan kemiskinan di daerah dan pengelolaan

informasi.

e. Kepala daerah melakukan pembinaan terhadap efisiensi dan efektivitas

pengelolaan DDUB.

9. Pengawasan

a. TKPK Nasional melakukan koordinasi pengawasan dan pengendalian terhadap

efektivitas pelaksanaan UB untuk penanggulangan kemiskinan minimal 3

bulan sekali.

b. Menteri/pimpinan lembaga dan kepala daerah melakukan pengawasan dan

pengendalian terhadap efektivitas pengelolaan kegiatan UB untuk

penanggulangan kemiskinan.

c. Menteri Keuangan melakukan pembinaan terhadap pengelolaan DUB dalam

hal: efisiensi dan efektivitas alokasi anggaran; pelaksanaan anggaran; dan

penyusunan indeks fiskal dan kemiskinan di daerah dan pengelolaan

informasi.

d. Kepala daerah melakukan pembinaan terhadap efisiensi dan efektivitas

pengelolaan DDUB.

e. Pengawasan dilaksanakan dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas

pengelolaan DUB dan DDUB.

Page 29: 3.Dekon TP UB-Atiya Talisa

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kemenkeu RI. 2011. Pelengkap Buku Pegangan

2011 – Peningkatan Kualitas Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam

Mendorong Pertumbuhan Ekonomi.

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

Peraturan Menteri Keuangan No. 156/PMK.07/2008 sebagaimana diubah dengan PMK No. 248/PMK.07/2010 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah

Peraturan Menteri Keuangan No. 171/PMK.06/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2009 sebagaimana diubah dalam Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Peraturan Menteri Keuangan No. 168/PMK/07/2009 sebagaimana diubah dengan PMK No. 148/PMK.07/2014 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah Untuk Penanggulangan Kemiskinan

Peraturan Menteri Keuangan No. 142 Tahun 2015 tentang Indeks Fiskal dan Kemiskinan

Daerah dalam Rangka Perencanaan Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah

untuk Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015.