3931.doc

16
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA Reza Mariah Ulfa 1) , Heni Setyowati 2) , Ari Andayani 3) Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Email: UP2M@AKBIDNgudiWaluyo ABSTRAK Mariah Ulfa, Reza. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Bayi Ny. I Umur 0 Hari dengan Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014, Karya Tulis Ilmiah. Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran. Pembimbing I : Heni Setyowati, S.SiT.M.Kes., Pembimbing II : Ari Andayani, S.SiT.M.Kes. Latar belakang : Angka Kematian Bayi di Indonesia masih sangat tinggi, sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup, salah satu penyebabnya adalah BBLR.BBLR adalah bayi yang berat badannya kurang dari 2500 kg. BBLR ini perlu penanganan yang khusus karena bayi yang berat badannya kurang dapat terjadi infeksi. BBLR di RSUD Ambarawa pada bulan Januari sampai Agustus 2013 sebesar 172 bayi (17,6%). Tujuan penelitian ini adalah peneliti mampu melakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi penanganan segera, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan menganalisis kesenjangan serta memecahkan masalah jika terdapat kesenjangan antara teori dan praktek pada bayi Ny. I dengan BBLR. Metode penelitian : jenis laporan studi kasus dengan metode diskriptif. Lokasi studi kasus di RSUD Ambarawa pada tanggal 1 Juli 2014. Subjek adalah bayi Ny. I dengan BBLR, instrumen yang digunakan adalah format asuhan kebidanan. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Hasil studi kasus dari hasil pengkajian pada bayi Ny. I dengan BBLR diketahui berat badan lahir yaitu 2330 gram, PB : 41 cm, LK : 30 cm, LD : 29 cm, LILA : 10 cm. Apgar Score : 6, 7, 8. Asuhan yang diberikan yaitu keringkan bayi, letakkan bayi di bawah lampu sorot, bersihkan jalan nafas dari mulut hingga hidung, menilai APGAR akor pada menit kelima dan kesepuluh. Setelah diberikan asuhan selama 2 hari kondisi asfiksia dapat segera teratasi dan bayi segera diletakkan di dalam inkubator dan dilakukan pemberian nutrisi setiap 2 jam sekali atau sesuai keinginan. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA 1

Upload: elin-eka-iyan

Post on 11-Apr-2016

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3931.doc

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGANBAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA

Reza Mariah Ulfa1), Heni Setyowati2), Ari Andayani3)

Akademi Kebidanan Ngudi WaluyoEmail: UP2M@AKBIDNgudiWaluyo

ABSTRAK

Mariah Ulfa, Reza. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Bayi Ny. I Umur 0 Hari dengan Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014, Karya Tulis Ilmiah. Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran. Pembimbing I : Heni Setyowati, S.SiT.M.Kes., Pembimbing II : Ari Andayani, S.SiT.M.Kes.

Latar belakang : Angka Kematian Bayi di Indonesia masih sangat tinggi, sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup, salah satu penyebabnya adalah BBLR.BBLR adalah bayi yang berat badannya kurang dari 2500 kg. BBLR ini perlu penanganan yang khusus karena bayi yang berat badannya kurang dapat terjadi infeksi. BBLR di RSUD Ambarawa pada bulan Januari sampai Agustus 2013 sebesar 172 bayi (17,6%).

Tujuan penelitian ini adalah peneliti mampu melakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi penanganan segera, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan menganalisis kesenjangan serta memecahkan masalah jika terdapat kesenjangan antara teori dan praktek pada bayi Ny. I dengan BBLR.

Metode penelitian : jenis laporan studi kasus dengan metode diskriptif. Lokasi studi kasus di RSUD Ambarawa pada tanggal 1 Juli 2014. Subjek adalah bayi Ny. I dengan BBLR, instrumen yang digunakan adalah format asuhan kebidanan. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder.

Hasil studi kasus dari hasil pengkajian pada bayi Ny. I dengan BBLR diketahui berat badan lahir yaitu 2330 gram, PB : 41 cm, LK : 30 cm, LD : 29 cm, LILA : 10 cm. Apgar Score : 6, 7, 8. Asuhan yang diberikan yaitu keringkan bayi, letakkan bayi di bawah lampu sorot, bersihkan jalan nafas dari mulut hingga hidung, menilai APGAR akor pada menit kelima dan kesepuluh. Setelah diberikan asuhan selama 2 hari kondisi asfiksia dapat segera teratasi dan bayi segera diletakkan di dalam inkubator dan dilakukan pemberian nutrisi setiap 2 jam sekali atau sesuai keinginan.

Saran : agar bidan lebih meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya serta selalu mengikuti perkembangan dalam rangka deteksi dini faktor resiko bayi baru lahir.

Kata kunci : asuhan kebidanan, bayi baru lahir, BBLR

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA1

Page 2: 3931.doc

ABSTRACT

Mariah Ulfa, Reza. 2014. Midwifery Care Newborn Baby In Ny. I Age 0 Day with Low Birth Weight Infants at Hospital Regional Ambarawa 2014. Scientific Paper. Midwifery Academy Ngudi Waluyo Unggaran. Supervisor I : Heni Setyowati, S.SiT.M.Kes., Supervisor II : Ari Andayani, S.SiT.M.Kes.

Background The infant mortality rate in Indonesia is still very high, amounting to 34per 1,000 live births, one of the reasons is LBW. LBW babies weight is less than 2500kg, this LBW need special handling due to underweight babies infection can occur. LBW in hospitals Ambarawa in January to August 2013 amounted to 172 infants (17.6%).

Purpose able to do the assessment, interpretation of data, the potential diagnosis, immediate treatment of anticipation, planning, implementation, evaluation and analyze the gaps and solve the problem if there is a gap between theory and practice in infants Ny. I with LBW.

Method: The type of case study reports the descriptive method. Case studies in hospitals Ambarawa on 1st July 2014 are subject Ny baby. I with LBW, the instrument used is the format of midwifery care. Data collection techniques using primary data and secondary data.

The results of a case study of the results of the assessment in infants Ny. I with known birth weight LBW is 2330 grams, PB: 41 cm, LK: 30 cm, LD: 29 cm, upper arm circumference: 10 cm. Apgar Score: 6, 7, 8 care given the baby dry, put the baby under the spotlights, clear the airway from the mouth to the nose, assess Apgar chord on the fifth and tenth minute. After being given the care for 2 days asphyxia conditions can be resolved soon and the baby immediately placed in an incubator and nutrition conducted once every 2 hours or as desired.

Suggestion: in order to further improve the Midwife knowledge and skills as well as keep up to date in order to early detection of risk factors for newborn babies.

Keywords: midwifery care, newborn babies, LBW.

PENDAHULUAN

Latar BelakangTingginya Angka Kematian Ibu (AKI)

maupun Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia memerlukan perhatian khusus dalam pelaksanaan asuhan yang berkualitas pada ibu sejak hamil. Sampai nifas atau selama ibu dalam usia reproduksi dan bayi baru lahir. Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI eksklusif, yaitu pemberian hanya ASI kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan (50 tahun IBI, 2006 hal. 201).

Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia, terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan angka kematian khususnya neonatus sebesarnya 10.000.000 jiwa per tahun. Kematian maternal dan neonatal terutama terjadi di negara berkembang (Manuaba, 2010). Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-

11 bulan) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu 1 tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di daerah tersebut rendah (Dinkes, 2011). AKB di provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 10,34/1.000 kelahiran hidup, menurun bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 10,62/1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 17/1.000 kelahiran hidup, maka AKB di provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sudah cukup baik karena telah melampui targer (Dinkes, 2011).

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Jawa Tengah pada tahun 2011 sebanyak 21,184 meningkat banyak apabila dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebanyak 15.631. Adapun presentasi BBLR tahun 2011

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA2

Page 3: 3931.doc

sebanyak 3,73%, meningkat bila dibandinkan tahun 2010 sebesar 2,69%. Presentasi BBLR yang ditangani di Jawa Tengah pada tahun 2010 seluruh kabupaten/kota sudah memenuhi target dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah sebesar 70% (Dinkes, 2011). Penyebab BBLR secara umum bersifat multi-faktorial, sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun penyebab terbanyak bayi BBLR adalah kelahiran prematur (Proverawati dan Ismawati, 2010).

Penyakit yang terjadi pada bayi prematur berhubungan dengan belum matangnya fungsi organ-organ tubuhnya. Hal ini berhubungan dengan umur kelahiran saat bayi dilahirkan. Makin muda umur kelahiran, makin tidak sempurna organ-organnya. Konsekuensi dari anotomi dan fisiologi yang belum matang. Bayi prematur cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada saat neonatal (Proverawati dan Ismawati, 2010).

Dalam menegakan kemungkinan infeksi pada BBLR sangat penting terutama pada bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Disamping itu gejala klinis infeksi pada bayi tidak khas (Manuaba, 2010). Oleh karena itu, setiap bayi lahir dari kemungkinan tersebut perlu mendapat antibiotika prokfilaksis, sehingga memperkecil kemungkinan menjadi sepsis atau meningitis. Disamping gejala umum seperti di atas, seperti menigitis padat dijumpai kejang, fontanela menonjol, kejang kaku, bahkan terjadi ikhterus. Bila terjadi demikian bidan segera melakukan rujukan medis ke puskesmas atau dokter spesialis anak untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat (Manuaba, 2010). Pentingnya memberikan lingkungan yang tepat bagi BBLR yang sehat tidak dapat diabaikan. Lingkungan yang ideal adalah lingkungan yang mirip dengan lingkungan rumah, yang menyiapkan suatu daur siang dan malam, makanan yang teratur, istirahat, stimulasi dan pemberian perhatian cinta kasih (Fraser, 2009).

Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian

perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena Intra Uterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang, banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% - 38 % dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabiulitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan (Retnasih, 2005).

Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisa antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9% -30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1% - 17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran perogram perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2015 yakni maksimal 7 %. Bayi dengan berat badan lahir rendah mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita sakit atau kematian daripada bayi normal dan diperlukan pengawasan ekstra beberapa jam bahkan beberapa hari setelah bayi itu dilahirkan (Asrining, 2006).

Salah satu dampak kesehatan yang mungkin timbul dari paritas yang tinggi adalah yang berhubungan dengan kejadian BBLR. Pengaruh paritas terhadap kejadian BBLR berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor resiko penyebab kejadian BBLR dimana ibu dengan paritas > 3 anak beresiko 2 kali

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA3

Page 4: 3931.doc

terhadap melahirkan bayi dengan BBLR (Akhyar Yayan, 2007).

Bedasarkan Rekam Medik RSUD Ambarawa selama setahun terakhir pada bulan Agustus 2013 didapatkan data jumlah kelahiran sebanyak 972 bayi, jumlah BBLR sebanyak 172 bayi (17,6%), BBLSR 30 bayi (2,77%), BBLASR 12 bayi (1,20%), dengan jumlah bayi yang mengalami resiko tinggi berdasarkan penyakit, Hipotermi 240 bayi (24,6%), asfiksia 211 bayi (21,7%), Sepsis 36 bayi (3,33%), Kejang 31 bayi (2,86%), omfalocel 3 bayi (0,27%), kembar siam 1 bayi (0.09%), labiopalatoskisis 1 bayi (0.09%), labiogratoskisis 1 bayi (0.09%), atresiani 1 bayi (0.09%), kontreksibond 1 bayi (0.09%). Jumlah kematian bayi sesuai dengan patologis-nya selama satu tahun sebanyak 34 bayi (3,14%) meninggal, BBLR 19 bayi (1,26%) meninggal, Asfiksia 7 bayi (0,64%) meninggal, kelainan congenital 2 bayi (0,18%) meninggal, sepsis 2 bayi (0,18%) meninggal.

Asuhan yang diberikan yaitu adalah timbang bayi setiap hari, hitung penambahan/ pengurangan berat, sesuaikan pemberian cairan dan susu, serta catat hasilnya (asuhan pertumbuhan neonatus, 2012hal. 90). Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian terutama untuk mengantisipasi dan menurunkan morbiditas dan mortalitas dengan menggunakan asuhan kebidanan yang komprehensif pada kasus BBLR.

Tujuan Penulisan1. Tujuan umum

Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir secara komprehensif dengan pendekatan manajemen Hallen Varney.

2. Tujuan khususa. Dapat melakukan pengkajian pada

bayi baru lahir dengan BBLR di RSUD Ambarawa.

b. Dapat menentukan interpretasi data dan asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan BBLR di RSUD Ambarawa.

c. Dapat mengidentifikasi diagnosa potensial yang membutuhakan penanganan segera pada bayi baru lahir dengan BBLR di RSUD Ambarawa.

d. Dapat melakukan antisipasi tindakan segera pada bayi baru lahir dengan BBLR di RSUD Ambarawa.

e. Dapat merencanakan secara efisien asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan BBLR di RSUD Ambarawa.

f. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan BBLR di RSUD Ambarawa.

g. Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan BBLR di RSUD Ambarawa

PEMBAHASAN

Berdasarkan pada asuhan kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Dengan Bayi Berat Lahir Rendah pada Ny. I di RSUD Ambarawa” dilakukan dengan membandingkan antara pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien dengan konsep teori yang ada. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi Ny. I dengan BBLR ini penulis diberi kesempatan untuk melaksanakan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney sehingga pelaksanaan asuhan kebidanan dapat sesuai dengan teori. Berdasarkan teori yang ditemukan pada bab sebelumnya manajemen kebidanan menurut Varney terdiri dari 7 langkah meliputi pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

PengkajianPengkajian dengan pengumpulan data

dasar yang merupakan data awal dari manajemen kebidanan secara Varney, dilaksanakan dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.

Pengkajian pada bayi baru lahir dengan BBLR dilaksanakan pengumpulan data dasar yaitu data subyektif dan data obyektif sebagai berikut:

Data Subyektif dari hasil pengkajian didapatkan : ibu mengatakan baru saja melahirkan bayi perempuan, ibu mengatakan melahirkan secara spontan pervaginam, ibu mengatakan melahirkan pada umur kehamilan 35 minggu, ibu mengatakan melahirkan kurang bulan atau preterm karena ibu

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA4

Page 5: 3931.doc

mengalami jatuh pada saat melakukan aktifitas dirumah.

Data Obyektif dari hasil pengkajian adalah : pada pemeriksaan umum didapatkan keadaan umum bayi: baik, kesadaran: Composmentis, S: 35,60C, N: 120x/ menit, Rr: 40x/ menit, BB: 2330 gram, PB: 41 cm, LD: 29 cm, LK: 30 cm, LILA: 10cm, APGAR score : 6, 7, 8. Pada pemeriksaan fisik terdiri dari Telinga: tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk sempurna, Dada : payudara belum terlihat, puting masih berupa titik. Kulit : tipis, mengkilap, lemak bawah kulit tipis, kemerahan. Genetalia : labia mayora belum menutupi labia minora.

Menurut Varney (2002), pengkajian bayi baru lahir pada hari-hari pertama kelahiran pengkajianya berhubungan dengan perkembangan dan kebiasaan bayi sehari-hari. Seperti makan, tidur, eliminasi. Pada pemeriksaan didapatkan Suhu 36-37°C diukur selama 3-5 menit, respirasi 40-60 ×/mnt, nadi 120-130 ×/ mnt.

Menurut Roesli (2008), bayi yang baru lahir biasanya akan tidur lebih lama, rata-rata mereka tidur selama 16 jam setiap harinya dengan rentang waktu 3-4 jam per sesi. Bayi yang baru lahir belum bisa membedakan siang dan malam, mereka mengikuti ritme semasa mereka berada dalam rahim.

Pada pengkajian tersebut tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan praktik

Interpretasi DataUntuk menegakan diagnosa diperlukan

data dasar yang terdiri data subjektif dan data objektif. Pada teori data subyektifnya diperoleh dari pernyataan keluarga pasien, sedangkan pada data objektif didapatkan pada pemeriksaan keadaan umum, TTV, pemeriksaan antropometri, apgar score. (Varney, 2002).

Data Subyektif dari hasil pengkajian didapatkan : ibu mengatakan baru saja melahirkan bayi perempuan, ibu mengatakan melahirkan secara spontan pervaginam, ibu mengatakan melahirkan pada umur kehamilan 35 minggu, ibu mengatakan melahirkan kurang bulan atau preterm karena ibu mengalami jatuh pada saat melakukan aktifitas di rumah.

Data Obyektif dari hasil pengkajian didapatkan : pada pemeriksaan umum didapatkan keadaan umum bayi : baik, kesadaran: Composmentis, S: 35,6°C, N : 120 ×/menit, Rr : 40 ×/menit, BB : 2330 gram, PB : 41 cm, LD : 29 cm, LK : 30 cm, LILA: 10 cm, APGAR score : 6, 7, 8. Pada pemeriksaan fisik terdiri dari Telinga : tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk sempurna, dada:payudara belum terlihat, puting masih berupa titik. Kulit: tipis, mengkilap, lemak bawah kulit tipis, kemerahan. Genetalia: labia mayora belum menutupi labia minora.

Berdasarkan data subyektif dan data obyektif diatas, pada kasus ini penulis menentukan diagnosa kebidanan bayi Ny. I umur 0 hari dengan berat lahir rendah dengan asfiksia ringan. Diagnosa kebidanan sudah sesuai teori menurut Dewi (2003), yang menyatakan bahwa asfiksia ringan ditandai dengan bayi tampak sianosis, bayi merintih, adanya pernafasan cuping hidung dan wheezing positif.

Masalah yang ditemukan pada bayi Ny. I dengan asfiksia ringan adalah terjadi gangguan pernafasan. Kebutuhan yang diberikan adalah membersihkan jalan nafas. Dari kasus ini masalah yang ditemukan dan kebutuhan sudah sesuai dengan teori, yaitu masalah yang terjadi adalah pernafasan bayi kurang dan bayi mengalami hipotermi. Asuhan yang diberikan adalah membersihkan jalan nafas, pemberian oksigen, rasa nyaman, dan menjaga kehangatan.

Pada kasus ini masalah yang terjadi hanya gangguan pernafasan dan kebutuhan yang diberikan adalah pembersihan jalan nafas. Jadi pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.

Diagnosa PotensialPada langkah ini mengidentifikasi diagnosa

potensial. Berdasarkan masalah yang ada membutuhkan antisipasi jika memungkinkan dilakukan pencegahan. (Pusdiknakes, 2003).

Pada kasus bayi Ny. I ini tidak terjadi diagnosa potensial karena dapat ditangani dengan baik sehingga bayi dapat bernafas dengan spontan dan tidak terjadi hipotermi yang berkelanjutan.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA5

Page 6: 3931.doc

Antisipasi Penanganan SegeraMenurut teori, Antisipasi dilakukan

apabila pada diagnosa muncul kegawat daruratan yang memerlukan tindakan segera seperti mencegah timbulnya hipotermi, asfiksia, hipoglikemia (Pusdiknakes, 2003).

Pada bayi Ny. I terdapat diagnosa yang memerlukan tindakan segera yaitu kolaborasi dengan dokter Sp.A yaitu suction segera setelah bayi lahir dan menjaga kehangatan bayi dan memberikan nutrisi. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek pada kasus bayi baru lahir normal.

PerencanaanPada teori menurut Proverawati, secara

umum perawatan yang dilakukan pada bayi BBLR dengan asfiksia sedang meliputi :1. Mengeringkan tubuh bayi, di lahan praktik

dengan merencanakan asuhan menggunakan handuk kering, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dam praktik.

2. Mengatur posisi bayi dengan sedikit ekstensi, di lahan praktik merencanakan asuhan dengan dilakukan agar pernafasan bayi tidak terganggu, sehingga tidak ada kesenjangan teori dan praktik.

3. Membersihkan jalan nafas dari mulut hingga hidung, di lahan praktik merencanakan dengan menggunakan selang suction, sehingga tidak ada kesenjangan teori dan praktik.

4. Memberikan rangsangan taktil, di lahan praktik merencanakan asuhan dengan cara mengusap bagian punggung dan telapak kaki bayi gunanya untuk membuat bayi menangis, ini tidak ada kesenjangan teori dan praktik.

5. Melakukan penilaian Apgar Score, di lahan praktik merencanakan asuhan dengan dilakukan pada menit kelima, sehingga tidak ada kesenjangan teori dan praktik.

6. Mengikat tali pusat, di lahan praktik dengan menggunakan tali pusat DTT dan bungkus dengan kassa steril, ini tidak ada kesenjangan teori dan praktik.

7. Melakukan IMD, di lahan praktik tidak dilakukan IMD karena setelah bayi lahir bayi dipindah ke ruang perinatologi untuk medapatkan perawatan lebih lanjut, ini terdapat kesenjangan antara teori dan

praktik.8. Memberi injeksi vitamin K 0,5 mg, di

lahan praktik dilakukan pada paha kanan bagian luar secara IM untuk menghindari terjadinya perdarahan pada bayi baru lahir, sehingga tidak ada kesenjangan teori dan prktik.

9. Memberikan tetes mata gentamicin, di lahan praktik diberikan 1 tetes pada mata kanan dan kiri, sehingga tidak ada kesenjangan teori dan praktik.

10. Melakukan penilaian Apgar score, di lahan prktik dilakukan pada menit kesepuluh, ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

11. Melakukan pemeriksaan antropometri, di lahan praktik dilakukan dari ujung kepala sampai ujung kaki, ini tidak terdapat kesenjangan teori dan praktik.

12. Mempertahankan suhu tubuh optimal, di lahan praktik merencanakan asuhan untuk mempertahankan suhu optimal bayi yaitu dengan membedong, dan dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 33,50C, sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

13. Memberikan oksigen, di lahan praktik merencanakan asuhan dengan memberi-kan oksigen 2 L/menit untuk membantu pernafasan bayi, sehingga tidak ada kesenjangan teori dan praktik.

14. Melakukan observasi KU dan TTV, di lahan praktik merencanakan asuhan dengan mengobservasi N, S, RR, dan Apgar score bayi, ini tidak ada kesenjangan teori dan praktik.

15. Mencegah dan mengatasi infeksi, di lahan praktik merencanakan asuhan untuk mencegah terjadinya infeksi yaitu menjaga pola kebersihan bayi mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi, mengganti popok segera setelah terkena BAK atau BAB, memandikan bayi, sehingga tidak terdapat kesenjangan antar teori dan praktik.

16. Memberi asupan nutrisi pada bayi, di lahan praktik merencanakan asuhan dengan memberikan ASI sebanyak 10-20cc setiap 2 jam atau sesuai keinginan, ini tidak terdapat kesenjangan teori dan praktik.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA6

Page 7: 3931.doc

17. Memonitor kenaikan berat badan, di lahan praktik merencanakan asuhan dengan cara menimbang bayi, ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

18. Memenuhi kebutuhan psikologis, di lahan praktik merencanakan asuhan untuk pemenuhan kebutuhan psikologis bayi yaitu kasih sayang ibu yang tulus saat merawat bayinya, sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

19. Melakukan pencatatan hasil dan pelaporan, di lahan praktik merencanakan asuhan dengan mendokumentasikan dan pelaporan, ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

Pelaksanaan Pada teori menurut Proverawati, dilakukan

mempertahankan suhu tubuh optimal, memenuhi kebutuhan nutrisi, mencegah dan mengatasi infeksi, memenuhi kebutuhan psikologis melibatkan program imunisasi.

Di lahan dilakukan mempertahankan suhu optimal dengan cara membedong atau memberikan selimut pada bayi, bayi ditempatkan di inkubator, dan di lakukan metode kanguru setelah pasien pulang kerumah.

Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan cara menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam sekali, dan di rumah sakit pada waktu malam hari bayi di berikan tambahan PASI (bila ibu tidak bisa menyusui dikarenakan pulang).

Mencegah dan mengatasi infeksi dengan cara selalu menggaanti popok setiap kali terkena BAK atau BAB, mencuci dan merendam dalam air panas supaya bakteri yang masih tersisa di tempat minum bayi, sebelum dan sesudah memegang bayi harus cuci tangan,

Memenuhi kebutuhan psikologis yaitu merawat bayi dengan kasih sayang.

Faktor pendukung : bidan memberikan kesempatan pada peneliti untuk melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan bersedia untuk mendampingi peneliti

Faktor penghambat : peneliti harus melakukan dengan cepat untuk menghindari terjadinya diagnosa potensial dan hal-hal yang tidak diinginkan.

Pelaksanaan pada kasus ini ditemukan kesenjangan yaitu pada lahan praktek tidak dilakukan inisiasi menyusu dini, sedangkan di dalam teori dilakukan inisiasi menyusu dini, adapun pengertian dari inisiasi menyusu dini (IMD) yaitu memberikan kesempatan kepada bayi untuk mulai menyusu sendiri segera setelah bayi dilahirkan. (Sintha, 2008).

EvaluasiBerdasarkan hasil asuhan yang diberikan

pada Ny. I dengan bayi berat lahir rendah dengan asfiksia ringan tidak ada hambatan dan masalah yang terjadi pada bayi dapat teratasi.

Setelah asuhan tersebut diberikan, dilanjutkan dengan asuhan hipotermi dengan menjaga kehangatan, pemantauan nutrisi, timbang bayi, dan pemantauan eliminasi

Berdasarkan hasil asuhan selama 4 hari masalah bayi teratasi dan bayi dalam keadaan normal. Evaluasi pada kasus ini yang dihasilkan sudah sesuai dengan teori menurut (Prasetyono, 2008), yaitu bayi dapat bernafas dengan normal, tidak hipotermi, tidak infeksi, nutrisi dan vital sign baik

PENUTUP

Kesimpulan 1. Pengkajian pada bayi berat lahir rendah

dengan asfiksia ringan dan hipotermi pada bayi Ny. I diketahui nilai APGAR score pada menit pertama adalah 6, warna kulit tubuh kemerahan, mulut kebiruan, hidung terdapat secret, suhu tubuh bayi adalah 35,6°C

2. Interpretasi data ditegakkan diagnosa kebidanan bayi berat lahir rendah dengan asfiksia ringan dan hipotermi pada bayi Ny. I umur 0 hari. Masalah yang timbul adalah bayi sedikit kesulitan bernafas, bayi merasa kedinginan. Kebutuhan yang diberikan adalah membersihkan jalan nafas, dan menjaga kehangatan bayi.

3. Diagosa potensial pada bayi Ny. I tidak terjadi karena dapat ditangani dengan baik sehingga bayi dapat bernafas dengan spontan dan kehangatan bayi selalu dijaga.

4. Antisipasi penanganan segera tidak dilakukan karena diagnosa potensial tidak muncul

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA7

Page 8: 3931.doc

5. Rencana asuhan kebidanan pada bayi Ny. I dengan bayi berat lahir rendah dengan asfiksia ringan dan hipotermi dilakukan secara menyeluruh yaitu Keringkan tubuh bayi dengan menggunakan handuk kering, Jaga kehangatan bayi dengan meletakkan bayi di bawah lampu infant warmer, Atur posisi bayi sedikit ekstensi, Bersihkan jalan nafas dari mulut hingga hidung menggunakan selang suction, Berikan rangsang taktil pada telapak kaki dan punggung bayi, Lakukan penilaian APGAR score pada menit kelima, Ikat tali pusat dengan menggunakan tali pusat DTT dan bungkus dengan menggunakan kassa steril, Berikan injeksi vitamin K1 0,5 mg pada 1/3 paha kanan bagian luar secara IM, Berikan tetes mata gentamicim 1 tetes pada mata kiri dan kanan, Lakukan penilaian APGAR score pada menit ke-10, Lakukan pemeriksaan antropometri dan pemeriksaan fisik, Jaga kehangatan bayi dengan memakaikan pakaian bayi, bedong, dan meletakkan bayi kedalam inkubator dengan suhu 33,5°C, Berikan oksigen 2 L, pemenuhan nutrisi bayi, Lakukan pencatatan dan pelaporan.

6. Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada bayi Ny. I dengan bayi berat lahir rendah dengan asfiksia ringan sesuai dengan rencana yang sudah dibuat yaitu Keringkan tubuh bayi dengan menggunakan handuk kering, Jaga kehangatan bayi dengan meletakkan bayi di bawah lampu infant warmer, Atur posisi bayi sedikit ekstensi, Bersihkan jalan nafas dari mulut hingga hidung menggunakan selang suction, Berikan rangsang taktil pada telapak kaki dan punggung bayi, Lakukan penilaian APGAR score pada menit kelima, Ikat tali pusat dengan menggunakan tali pusat DTT dan bungkus dengan menggunakan kassa steril, Berikan injeksi vitamin K1 0,5 mg pada 1/3 paha kanan bagian luar secara IM, Berikan tetes mata gentamicim 1 tetes pada mata kiri dan kanan, Lakukan penilaian APGAR score pada menit kesepuluh, Lakukan pemeriksaan antropo-metri dan pemeriksaan fisik, Jaga kehangatan bayi dengan memakaikan pakaian bayi, bedong, dan meletakkan

bayi kedalam inkubator dengan suhu 33,5°C, Berikan oksigen 2 L, berikan pemenuhan nutrisi, Lakukan pencatatan dan pelaporan.

7. Pada langkah Evaluasi setelah dilakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan bayi berat lahir rendah dengan asfiksia ringan dan hipotermi selama 4 hari hasilnya kondisi bayi dapat teratasi dan kondisi bayi membaik. Pernafasan bayi sudah teratur, suhu bayi sudah normal, pemenuhan nutrisi sudah tercukupi, tidak terdapat infeksi. Jadi asuhan yang diberikan pada bayi Ny. I dapat berhasil dengan baik

Saran1. Bagi bidan

Bidan lebih meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya serta selalu mengikuti perkembangan dalam rangka deteksi dini faktor resiko bayi baru lahir dan dalam melakukan pengkajian hendaknya dilakukan secara lengkap sehingga diperoleh suatu diagnosa yang tepat dan dapat disusun suatu perencanaan yang sesuai dengan kondisi klien.

2. Bagi RSUD AmbarawaDapat digunakan sebagai masukan

atau tambahan pada masa yang akan datang mengenai pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.

3. Bagi penulisBagi penulis hendaknya mampu

melaksanakan asuhan kebidanan dan mampu mengaplikasikan teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada.

4. Bagi Akademi Kebidanan Ngudi WaluyoDiharapkan dapat menambah bahan

bacaan serta menambah literatur di perpustakaan, agar mahasiswa lebih mudah dalam menyelesaikan tugas khususnya tentang BBLR dengan asfiksia sedang dan hipotermi.

5. Bagi peneliti lainDiharapkan dapat melakukan studi

kasus mengenai BBLR dengan asfiksia sedang dan hipotermi dengan teknik yang berbeda.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA8

Page 9: 3931.doc

DAFTAR PUSTAKA

Gde Manuaba, Ida Bagus.1998. 50 tahun IBI, 2006.

Masjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesulaplus.

Mochtar, Rustam. 2008. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Mohamad Judha, 2012. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Nuha Medika.

Notoatmodjo, S. 2010. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta : Media Aesculapius.

Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP.

Proverawati, Imawati. 2010. BBLR. Yogyakarta : Nuha Medika.

Rekam Medik RSUD Ambarawa, 2013.Surasmi, Astrining. 2003. Perawatan Bayi

Resiko TInggi. Jakarta : EGC.Varney, Hellen. 2007. Varney’s midwifery

third edition. Baston : jones and bartles.Wiknjosastro H, 2007. Kapita Selekta

Kedokteran. Jakarta : Medika Aesulaplus.Wong, D. 2004. Pedoman Klinis Perawat

Pediatrik. Jakarta : EGC.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA9

Page 10: 3931.doc

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGANBAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA

ARTIKEL

Disusun Oleh :REZA MARIAH ULFA

NIM. 0111478

AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO UNGARAN

2014

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA10