37788115 pasar tradisional vs modern tugas ekkot2

26
EKONOMI KOTA FAKTOR PENYEBAB DAN AKIBAT PENGARUH PASAR MODERN TERHADAP PENURUNAN KONTRIBUSI DAN KINERJA PASAR TRADISIONAL PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Oleh :

Upload: agus-ary

Post on 29-Nov-2015

209 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

EKONOMI

KOTA

FAKTOR PENYEBAB DAN AKIBAT PENGARUH PASAR MODERN

TERHADAP PENURUNAN KONTRIBUSI

DAN KINERJA PASAR TRADISIONAL

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Oleh :

Page 2: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan suatu kota erat kaitannya dengan perubahan pola pemanfaatan lahan.

Meningkatnya pertumbuhan penduduk mengakibatkan meningkatnya permintaan lahan untuk

melakukan berbagai kegiatan, dimana pengguna lahan akan berusaha memaksimalkan

pemanfaatan lahan yang tercermin dari semakin meningkatnya usaha-usaha pemanfaatan lahan.

Kegiatan-kegiatan yang dianggap kurang menguntungkan dan produktif akan dengan cepat

tersaingi oleh kegiatan yang lebih menguntungkan dan produktif. Salah satu kegiatan yang

produktif adalah kegiatan perdagangan (Tarigan, 2005).

Keberadaan kegiatan perdagangan skala besar seperti pasar modern jenis hypermarket sudah

menjadi bagian yang tidak terlepaskan dalam kehidupan masyarakat perkotaan. Dalam

pemenuhan kebutuhan sehari-harinya masyarakat perkotaan cenderung membeli kebutuhan

tersebut dari pada memproduksi sendiri. Dahulu, tempat berbelanja untuk membeli kebutuhan

sehari-hari tersebut umumnya adalah pasar tradisional. Namun sesuai dengan perkembangan

kota dan perekonomian, perdagangan eceran mengalami perkembangan dengan munculnya

perdagangan eceran modern di Indonesia pada tahun 1970-an yaitu munculnya pasar modern

dalam bentuk supermarket (Sulistyowati, 1999). Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 112

Tahun 2007, ada beberapa jenis pasar modern yang ada di Indonesia saat ini yaitu: minimarket,

supermarket, hypermarket, department store dan perkulakan.

Kehadiran hypermarket di wilayah perkotaan di Indonesia memberikan implikasi negatif

baik dari aspek fisik, lingkungan, transportasi, sosial dan ekonomi (Dirjen Cipta Karya Dep.

Pekerjaan Umum, 2006). Keberadaan hypermarket dan pasar modern jenis lainnya ternyata

mampu menyulut gejolak sosial dari pedagang pasar tradisional akibat menurunnya minat

masyakat untuk berbelanja di pasar tradisional (Lukisari, 2008).

Keberadaan pasar tradisional di perkotaan dari waktu ke waktu semakin terancam dengan

semakin maraknya pembangunan pasar modern. Pangsa pasar dan kinerja usaha pasar tradisional

menurun, sementara pada saat yang sama pasar modern mengalami peningkatan. Penelitian

Page 3: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 2

lembaga ACNielsen menemukan fakta, bahwa pada tahun 2004, kontribusi pasar tradisional

sekitar 69,9%, menurun dari tahun sebelumnya yaitu 73,7% (2003), 74,8% (2002), 75,2%

(2001), dan 78,1% (2000). Kondisi sebaliknya terjadi pada supermarket dan hypermarket,

kontribusi mereka kian hari kian besar (bisnisIndonesia.com). Sementara penelitian SMERU

Research Institute (2006) menyimpulkan, bahwa keberadaan supermarket memberikan pengaruh

terhadap penurunan kontribusi dan kinerja pasar tradisional.

Pusat perbelanjaan sejenis hypermarket di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya

banyak yang dibangun pada jalur lalu lintas dalam kategori padat dengan ruas jalan sempit.

Kehadiran pusat perbelanjaan itu menambah kemacetan di jalur yang sudah padat tersebut.

Selain itu, mengoperasikan pusat perbelanjaan juga membutuhkan daya listrik yang sangat besar.

Untuk pusat perbelanjaan seluas 20.000 meter persegi, misalnya, dibutuhkan listrik sekitar

3.000.000 VA atau 3 megawatt. Apabila sebuah rumah tangga membutuhkan 1.350 VA, berarti

daya listrik pusat perbelanjaan dapat digunakan untuk hampir 2.000 rumah tangga (Sudono,

2003).

Hypermarket dan pusat perbelanjaan jenis lainnya juga kerap memanfaatkan air tanah

untuk mendukung kelangsungan bisnis dengan jumlah yang sangat besar (OneWord Indonesia,

2008). Untuk itu perlu adanya pengawasan yang ketat agar tidak mengganggu kepentingan

masyarakat sekitar dan keseimbangan lingkungan. Dampak nyata lainnya adalah meningkatnya

jumlah dan luasan hypermarket di kota-kota besar di Indonesia adalah makin hilangnya daerah

resapan air dan ruang terbuka hijau (RTH) (OneWord Indonesia, 2008). Surabaya Pusat

misalnya, perkembangan ekonomi yang pesat khususnya sektor perdagangan dan jasa,

menyebabkan proporsi penggunaan lahan yang diperuntukkan RTH masih kurang untuk

memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Dengan jumlah penduduk mencapai 354.484 jiwa dan luas

wilayah 1.479,18 Ha, luas RTH yang ada hanya 20,77 Ha atau sekitar 0.014% saja dari luas

wilayah Surabaya Pusat keseluruhan. Hal ini berarti penyediaan RTH di Surabaya Pusat sekitar

0,59 m2

untuk setiap penduduk. Padahal, dalam master plan Kota Surabaya tahun 2000,

kebutuhan ideal RTH untuk setiap penduduk per jiwa adalah 10,03 m².

Dampak lain dari keberadaan hypermarket adalah dampak lalulintas yang berkaitan

dengan volume tarikan dan bangkitan lalulintas yang tinggi terutama hypermarket yang berlokasi

di jalur utama perkotaan (Silaban, 2008). Hal ini terjadi karena guna lahan komersial mempunyai

implikasi yang berbeda dari guna lahan yang lain seperti perumahan. Konsekuensinya adalah

Page 4: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 3

pola pergerakan dan kebutuhan parkir yang awalnya tidak menjadi masalah, sekarang menjadi

masalah.

Memperhatikan fenomena tersebut di atas, pada akhir tahun 2007 pemerintah melakukan

intervensi kebijakan melalui Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tentang penataan dan

pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Lokasi pasar modern harus

mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah pada daerah/kota masing-masing. Dalam hal ini

pemerintah pusat menyerahkan kewenangan mengenai kewilayahan kepada pemerintah daerah.

Propinsi Jawa Timur menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 30 Tahun 2008 tentang

perlindungan, pemberdayaan pasar tradisional dan penataan pasar modern di Jawa Timur. Isinya

antara lain mengatur tentang lokasi pendirian pasar modern yang wajib mengacu pada Rencana

Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota,

termasuk peraturan zonasinya. Dalam peraturan daerah ini masih belum diatur secara detail

aturan zonasi. Dalam hal ini pemerintah Propinsi Jawa Timur memberi kewenangan kepada

pemerintah kabupaten/kota.

Seperti halnya di kota-kota besar lainnya, perkembangan pasar modern di Kota Surabaya

sangat pesat. Tercatat, sampai akhir 2005, pasar modern di Surabaya sudah mencapai 228 buah.

Terdiri dari 43 supermarket, 10 departement store, 27 factory outlet dan 148 minimarket

(Kompas Jatim, 31 Mei 2005). Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Surabaya, sampai tahun 2008 telah terdapat dua belas hypermarket yang berkembang di

Surabaya, yaitu group dari Giant (3 gerai), Carrefour (6 gerai), Hypermart (3 gerai), dan

Indogrosir (1 gerai). Berdasarkan skala pelayanannya, maka kondisi hypermarket saat ini sudah

berlebih.

Pesatnya perkembangan hypermarket tampaknya tidak diimbangi dengan upaya

menanggulangi dampak yang ditimbulkan baik dari aspek fisik maupun aspek nonfisik (Sulistya

Rusgianto dalam Kompas, 26 Juni 2006). Hypermarket boleh berdiri di mana saja asalkan

lokasinya di kawasan perdagangan dan jasa berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

(Suhur, dalam Kompas, 26 Juni 2006). Pasar modern memperoleh kemudahan memperoleh ijin

lokasi akibat belum terdapatnya sebuah pengaturan perijinan lokasi dan aturan zonasi yang

mengatur secara lebih spesifik kebutuhan lokasi hypermarket dalam rencana tata ruang (Suhur,

dalam Kompas, 26 Juni 2006). Selain itu distribusi hypermarket tidak merata dan berkumpul

bagian-bagian utama kota. Pola perdagangan hypermarket sudah berkembang menjadi pasar

Page 5: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 4

bebas, hypermarket mulai dibangun di kawasan-kawasan strategis. Jika tidak segera diatur

melalui penataan zonasi hypermarket, jelas bisa menjadi dampak baik dari segi fisik, lingkungan,

tata ruang maupun transportasi.

Dampak-dampak diatas muncul akibat dari belum optimalnya upaya pengendalian

kegiatan hypermarket berupa pengaturan zonasi kawasan perdangangan kususnya untuk kegiatan

perdangan hypermarket di Kota Surabaya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk

merumuskan arahan zonasi kawasan perdagangan untuk mengatur kegiatan hypermarket di Kota

Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja faktor yang mempengaruhi penurunan produktifitas pasar pasar tradisional?

2. Apa dampak yang ditimbulkan dari menurunnya produktifitas pasar tradisional

1.3 Tujuan

Pada pembahasan makalah ini mengidentifikasi menurunnya kontribusi dan kinerja pasar

tradisional terhadap pasar modern. Berikut tujuan pembahasan:

1. Mengidentifikasi Faktor Penyebab Menurunnya Produktifitas Pasar tradisional

2. Menggambarkan Dampak Menurunnya Produktifitas Pasar Tradisional

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup terdiri dari ruang lungkup wilayah dan ruang lingkup pembahasan

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup pembahasan karya tulis ini adalah mengambil studi kasus wilayah Surabaya.

1.4.2 Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan spesifik pada pengaruh pasar modern terhadap kinerja dan kontribusi

pasar tradisional.

Page 6: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 5

1.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan makalah ini menggunakan dua metode

yaitu :

1. Tinjauan Pustaka

Data yang diperoleh diambil dari reverensi buku yang diperoleh dari perpustakaan, yang

memiliki relevansi dengan pembahasan.

2. Tinjauan Media

Informasi lain yang diperoleh sebagai input dalam penyusunan makalah ini diperoleh dari

internet, media cetak dan media elektronik. Informasi yang diperoleh dalam tinjauan ini

merupakan tambahan dari teori-teori yang menjadi acuan.

1.6 Kerangka Penulisan

Gambar 1 Kerangka Penulisan

PENURUNAN PRODUKTIFITAS DAN

KINERJA PASAR TRADISIONAL

PERKEMBANGAN PASAR

MODERN YANG PESAT

FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PENURUNAN

PRODUKTIFITAS DAN KINERJA PASAR

TRADISIONAL

DAMPAK PENURUNAN PRODUKTIFITAS

DAN KINERJA PASAR TRADISIONAL

Page 7: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pasar Modern dan Pasar Tradisional

Secara umum pengertian pasar (open market) merupakan bentuk tertua dari tempat

berbelanja, mempunyai sederetan kios pada sebuah ruang terbuka atau tertutup. Disekelilingnya

dapat dilalui oleh sirkulasi untuk umum. Tidak ada pemisahan antara pembeli dan barang

dagangan. Menurut kelas mutu pelayanan dapat digolongkan menjadi Pasar Tradisional dan

Pasar Modern, dan menurut sifat pendistribusinya dapat digolongkan menjadi Pasar Eceran dan

Pasar Perkulakan/Grosir. Pasar dalam arti sempit adalah tempat permintaan dan penawaran

bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan dalam arti luas adalah

proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar

modern. Permintaan dan Penawaran dapat berupa Barang atau Jasa. Secara umum perbedaan

antara pasar modern dan pasar tradisional dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Perbandingan Antara Pasar Modern dan Pasar Tradisional

Kriteria Pasar Modern Pasar Tradisional

1. Sistem pelayanan Pengunjung melayani dirinya

sendiri (tidak terjadi taransaksi

tawar menawar/harga barang

berlabel)

Terjadi transaksi tawar menawar

antara penjual dan pembeli

secara langsung.

2. Kondisi fisik Bangunan berupa gedung

dengan kondisi lebih modern

(ber-AC,dll)

Terdiri atas banyak kios yang

dimiliki secara personal.

3. Cakupan pelayanan Luas, bisa mencakup satu kota. Lebih sempit, melayani maksimal

satu kecamatan.

4. Barang yang dijual Barang yang dijual beragam

dengan kualitas yang lebih

terjamin.

Barang yang dijual lebih pada

kebutuhan sehari-hari.

Page 8: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 7

2.1.1 Pasar Modern

Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan

manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa

dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas

menengah ke atas). Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis

ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label

harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya

dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Pasar Modern juga dapat

diartikan sebagai pasar yang dibangun oleh Pemerintah atau koperasi yang dalam

pengelolaannya dilaksanakan secara modern, dan mengutamakan pelayanan kenyamanan

berbelanja dengan manajemen berada di satu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi label

harga yang pasti. Pasar modern ini hadir dengan berbagai kelebihan yang mampu menarik minat

masyarakat seperti keberagaman komoditas barang yang dijual lebih beragam, kenyamanan dan

keamanan bagi pengunjung yang datang, dan pelayanan konsumen yang memuaskan. Hal lain

yang membedakan yaitu jangkauan pelayanannya yang tidak hanya terbatas pada satu

lingkungan atau permukiman tertentu, tetapi semua masyarakat yang tinggal diseluruh kawasan

perkotaan.

Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran,

daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama.

Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan dan hypermarket, supermarket, dan

minimarket.

Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store, shopping centre,

waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang

dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal,

pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang

relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang

yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern

umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern

Page 9: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 8

memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah dikenakan pajak). Pasar

modern juga memberikan pelayanan yang baik dengan adanya pendingin udara.

2.1.2 Pasar Tradisional

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai

dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-

menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang

dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Selain itu, Pasar Tradisional adalah pasar

yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Swasta, Koperasi atau Swadaya Masyarakat

dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh Pedagang Kecil

dan Menengah dan Koperasi, dengan usaha skala kecil dan modal kecil, dan dengan proses jual

beli melalui tawar menawar. Keberadaan pasar tradisional memiliki jangkauan pelayanan yang

tidak terlalu luas. Untuk jangkauan pelayanan pasar tradisional adalah penduduk yang tinggal

tidak lebih dari 5 km dari lokasi pasar tersebut.

Gambar 2. Perbedaan pasar modern dan pasar tradisional

Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan,

buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu,

ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak

ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan

pembeli untuk mencapai pasar. Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain adalah

Page 10: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 9

pasar Beringharjo di Jogja, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di

seluruh Indonesia terus mencoba bertahan menghadapi serangan dari pasar modern.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya Nomor 2 Tahun

1999 tentang pengurusan pasar di kotamadya daerah tingkat II Surabaya., pasar

daerah(Tradisional) dibedakan menjadi beberapa klasifikasi, yaitu :

1) Berdasarkan sifat kegiatan

a. Pasar induk

Pasar induk adalah pasar yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan, pelelangan,

penyimpanan, penyaluran barang sehari-hari anatara lain pasar induk sayur, buah-buahan

dan beras.

b. Pasar grosir

Pasar grosir adalah pasar yang menjual berbagai jenis barang dalam jumlah besar

misalnya perkwintal, perton, pergros, perlosin, dan lain-lain.

c. Pasar eceran

Pasar eceran adalah pasar yang menjual berbagai jenis barang dalam jumlah kecil

misalnya : perbuah, perbatang, per kilogram dan lain-lain.

d. Pasar khusus

Pasar yang memperjualbelikan jenis barang tertentu miasalnya : suku cadang, alat-

alat tehnik, ikan, ayam, burung, bungan, dan lain-lain.

2) Berdasarkan ruang lingkup pelayanan

a. Pasar regional

Pasar regional adalah pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi kawasan kota

Surabaya dan daerah di luar wilayah kota Surabaya.

b. Pasar kota

Pasar yang ruang lingkup pelayanan meliputi seluruh wilayah kota dan tempat

barang-barang yang diperdagangkan lebih lengkap.

c. Pasar wilayah

Pasar wilayah adalah pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi beberapa

lingkungan pemukiman dan barang yang diperdagangkan lebih besar dari pada pasar

lingkungan.

d. Pasar lingkungan

Pasar lingkungan adalah pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi satu

lingkungan pemukiman di sekitar pasar tersebut (melayani 10.000 s/d 15.000 penduduk)

terutama kebutuhan sehari-hari.

Page 11: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 10

2.2 Faktor Penyebab Menurunnya Produktivitas Pasar Tradisional

Saat ini perkembangan pasar modern semakin berkembang sehingga keadaan pasar

tradisional semakin terhimpit sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kembali kegiatan

perekonomian di pasar tradisional . Salah satu upaya yang ditempuh pemerintah untuk

menggairahkan kembali kegiatan perekonomian di pasar tradisional adalah dengan melakukan

revitalisasi pasar tradisional. Wacana revitalisasi pasar tradisional hampir selalu diwarnai oleh

pro – kontra. Upaya pemerintah untuk merevitalisasi pasar tradisional tidak terlepas dari

pertimbangan bahwa perkembangan pasar tradisional di Indonesia dalam beberapa tahun

belakangan ini sangat mengkhawatirkan. Survei yang dilakukan oleh AC Nielsen menyebutkan

bahwa jumlah pasar tradisional di Indonesia saat ini mencapai 1,7 juta unit atau mengambil porsi

73% dari keseluruhan jumlah pasar yang ada.

Dari survei tersebut diketahui bahwa pasar tradisional masih mendominasi pasar di

Indonesia. Namun dari segi pertumbuhan, laju pertumbuhan pasar tradisional tidak sebanding

dengan pasar modern. Pertumbuhan pasar tradisonal yang hanya mencapai 5% per tahun.

Sedangkan pertumbuhan pasar modern jauh lebih tinggi yaitu 16% per tahun (Sindo,

21/01/2008). Menjamurnya pasar modern hingga ke pelosok pemukiman penduduk, membuat

minat masyarakat untuk berbelanja ke pasar tradisonal semakin berkurang. Pada tahun 2005 AC

Nielsen mengadakan survei terkait minat masyarakat untuk belanja di pasar tradisional. Hasil

survei menunjukkan bahwa rasio keinginan masyarakat untuk belanja di pasar tradisional

cederung mengalami penurunan. Pada tahun 1999 minat masyarakat untuk belanja di pasar

tradisional mencapai 65%, sedangkan pada tahun 2004 turun menjadi 53%. Sebaliknya untuk

kasus pasar modern, rasio itu meningkat dari 35% (di tahun 1999) menjadi 47% (di tahun 2004).

Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) menyebutkan bahwa sekitar 400 los pasar

tradisional tutup tiap tahunnya (Suara Merdeka, 01/05/2007). Dari hasil survei diatas

menunjukkan bahwa keberadaan pasar tradisional semakin terhimpit oleh pasar modern atau

istilah kata mati segan hiduppun tak mau. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

menyebabkan matinya pasar modern, yaitu :

Page 12: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 11

Gambar 3. Gambaran Umum Faktor yang Mempengaruhi Menurunnya Kontribusi dan

Kinerja Pasar Tradisional terhadap Pasar Modern

Pertumbuhan pasar modern yang begitu cepat dan tersebar diberbagai kecamatan dan

pelosok Pertumbuhan pasar modern yang begitu cepat dan tersebar diberbagai kecamatan dan

pelosok di Kota Surabaya sehingga pelayanannya sudah melebihi yang seharusnya. Menurunnya

kinerja pasar tradisional disebakan kompetisi antara pasar tradisional dan pasar modern yang

pada akhirnya pasar modern lebih banyak menarik minat pengunjung. Hal ini berarti semakin

tergusurnya pasar tradisional yang berdampak pada beberapa faktor. Misalnya saja dari segi

sosial perkembangan pasar modern akan menimbulkan sifat individualis pada masyarakat.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pasar tradisional terdapat proses tawar menawar sehingga

adanya interaksi, namun sebaliknya pada pasar modern harga jual sudah ditetapkan sehingga

tidak ada transaksi jual beli.sehingga pelayanannya sudah melebihi yang seharusnya.

Menurunnya kinerja pasar tradisional disebakan kompetisi antara pasar tradisional dan pasar

modern yang pada akhirnya pasar modern lebih banyak menarik minat pengunjung. Berikut

Faktor-Faktor secara umum yang menyebabkan menurunnya kinerja dan kontribusi pasar

tradisional.

Page 13: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 12

Pertama, pasar rakyat/tradisional yang tidak mampu bersaing; Ketidak berdayaan pasar

tradisional rakyat itu dikarenakan keterbatasan modal, rantai distibusi barang yang

terlampau panjang sehingga harganya menjadi mahal. Kondisi fisik pasar tradisional

yang tidak nyaman, dan kualitas barang dagangan yang ada di pasar rakyat/tradisional

tidak lebih baik dari pasar modern. Keempat hal itulah yang menyatu menjadi fenomena

sosial ketidakberdayaan.

Kedua, etika bisnis dimana persaingan tak wajar antar pesaing terus terjadi. Para

pengusaha di pasar moredn sering kali melakukan politik dumping. Mereka menjual

barang yang lebih rendah dari harga pasar. Hal itu mereka lakukan karena mereka

mendapatkan barang tidak melalui jalur distribusi yang panjang. Selain itu, jarak yang

berdekatan antara pasar tradisional dan pasar modern seringkali menjadi alasan

menurunnya produktifitas pasar tradisional.

Ketiga, kurang berpihaknya/kelalaian pemerintah. Dalam hal ini yang dimaksud adalah

kelalaian pemerintah dalam kebijakan regulasi operasionalisasi pasar modern dan pasar

tradisional yang telah ditetapkan pemerintah lebih memihak pada pemilik modal besar.

Selain itu, pemerintah juga cenderung mengikuti pasar dan tidak melakukan tidakan atau

kebijakan sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Padahal,seharusnya

regulasi pada awalnya untuk menjamin kepentingan masing-masing pengusaha, baik

pengusaha besar maupun pengusaha kecil. Hal ini juga disebabkan oleh system

perekonomian kita yang saat ini bersifat ekonomi liberal. Pemerintah cenderung

mementingkan proyek yang menguntungkan golongan berduit dari pada rakyat kecil. Jika

ada keberpihakan kepada rakyat kecil, semestinya pemerintah memperbaiki pasar

rakyat/tradisional tanpa menghilangkan pedagang kecil yang ada di sana. Kurangnya

perhatian pemerintah ini terbukti dengan tidak adanya kebijakan yang tegas, melindungi

pasar tradisonal ataupun pembatasan kuota jumlah pasar modern di suatu wilayah yang

implementasinya benar-benar dijamin pemerintah.

Keempat, ekonomi kapitalisme; Sistem ekonomi kapitalisme adalah sistem ekonomi yang

berpihak pada kalangan bermodal. Pada akhirnya, uang hanya akan berputar di kalangan

bermodal saja. Adanya akumulasi modal inilah yang menyebabkan terjadinya

kesenjangan ekonomi. Terlihat dengan jelas, pada kasus banyaknya ditemukan pasar

modern berarti telah terjadi perputaran uang pada sebagian kecil orang saja. Padahal,

Page 14: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 13

pedagang pasar tradisional merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

nasional, sebab melibatkan jutaan pedagang. Merebaknya pasar-pasar modern, dalam

bentuk hipermarket dan retail-retail berpengaruh terhadap perkembangan pasar

tradisional. Menurut data dari AC Nielsen, pada tahun 2005 pertumbuhan pasar modern

melaju pesat, karena semua retail besar melakukan ekspansi. Tahun 2003 saja di

indonesia terdapat 367 department store, 683 supermarket, 972 minimarket dan 34

hipermarket dan angka ini diperkirakan terus meningkat. Berikut peringkat pasar modern

di indonesia.

Tabel 2. Peringkat Pasar Modern Berdasarkan Penjualan Rata-rata

Ranki

ng

Indon

esia

Rankin

g

RAP*

Tipeout

let

Merek Perusahaan

Retailing

Out

let

Penjualan(Rp

milliar)

Area

Penjual

an(m2)

Penjuala

nper m2

1 147 Hyperm

arket

CARREFOU

R

Carrefour

Indonesia

24 7,228 168,000 43,021,4

27

2 195 Dept

Store

RAMAYAN

A

Ramayana

Lestari

Sentosa

89 4,850 456,900 10,615,0

14

3 233 Hyperm

arket

HYPERMA

RKET

MatahariPutra

Prima

28 3,528 140,000 25,200,0

01

4 254 C-Store INDOMAR

ET

IndomarcoPris

matama

180

0

3,035 237,180 12,797,6

23

5 263 C-Store ALFAMART SumberAlfaria

Trijaya

147

5

2,849 184,380 15,453,1

94

6 313 Superm

arket

ALFA

SUPERMA

RKET

Alfa

Supermarket

34 1,993 70,600 28,206,1

97

7 320 Superm

arket

SUPER

INDO

Lion

Superindo

49 1,878 62,230 30,175,6

38

8 352 Superm HERO Hero 93 1,593 133,920 11,895,7

Page 15: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 14

Selain itu terdapat faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi matinya pasar

tradisional karena pengaruh pasar modern, yaitu :

Faktor Eksternal

Disebut faktor eksternal karena faktor tersebut berasal dari lingkungan luar pasar

tradisional, seperti kebijakan-kebijakan pemerintah yang dikeluarkan. Faktor eksternal

tersebut anatara lain :

Pedagang-pedagang dengan modal yang besar akan memberikan insentif yang lebih besar

kepada pemerintah daerah daripada pemerintah daerah tetap mempertahankan pedagang-

pedagang yang lemah secara modal di pasar tradisional. Sudut pandang yang digunakan

oleh pemerintah daerah (terutama timur Indonesia) hanya berorientasikan kepada

perwujudan surplus transaksi konsumen, yang berdampak pada pemberian keleluasaan

yang besar bagi retail eceran modern untuk memperluas usaha.

arket Supermarket 59

9 354 Dept

Store

SOGO,

JAVA,

DEBENHA

MS

MitraAdiPerka

sa

17 1,583 162,540 9,739,14

1

10 369 Book

Store

GRAMEDIA GramediaAsri

Media

63 1,487 79,380 18,729,0

25

11 414 Hardlin

e

ELECTRONI

C CITY

GrahaSudirma

nCentre

7 1,170 57,420 20,381,0

52

12 453 Dept

Store

TOSERBA

YOGYA

AkurPratama 48 956 137,890 6,931,61

2

13 458 Health

&

Beauty

KIMIA

FARMA

Kimia

FarmaApotek

325 945 35,750 26,422,6

59

14 492 Hardlin

e

ACE

HARDWAR

E

Ace 20 804 80,000 10,043,9

99

Page 16: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 15

Aturan formal yang diformulasikan oleh pemerintah (daerah), misalnya Perda tentang

pasar, secara tidak langsung telah meminggirkan pedagang - pedagang kecil yang syarat

dengan nilai-nilai kearifan lokal dari pedagang-pedagang dengan modal besar. Pola

peminggiran inilah yang akhirnya memperlihatkan bahwa pemiskinan itu merupakan

sesuatu yang terjadi secara alamiah.

Perkembangan pasar retail modern di Indonesia, terutama pedagang pengecer telah

merambah wilayah-wilayah perdesaan. Tidak sedikit wilayah perdesaan di Indonesia

yang telah menjadi ladang usaha bagi pedagang eceran modern. Preferensi masyarakat

desa yaitu selain lebih mudah untuk menjangkau kebutuhan sehari – hari juga keinginan

masyarakat desa untuk turut merasakan imbas modernisasi.

Pergeseran pola perdagangan eceran di Indonesia, dari berbelanja di pedagang eceran

tradisional kepada retail modern, tidak dapat dilepaskan dari kebijakan perdagangan

internasional Indonesia yang sangat lunak, sehingga Indonesia yang memiliki potensi

pasar yang sangat besar hanya dimanfaatkan oleh korporasi retail asing dalam rangka

menggandakan keuntungan. Lebih jauh, realitas itu juga menampakkan Indonesia tidak

dapat mengakses keuntungan dari potensi globalisasi justru dikarenakan berbagai regulasi

yang digunakan sendiri di dalam negeri.

Faktor Internal

Disebut faktor internal karena faktor berasal dari dalam pengelolaan pasar itu sendiri,

seperti manajemen pengelolaan pasar tradisional. Berikut factor-faktor internal yang

mempengaruhi :

Manajemen yang buruk pada pasar tradisional

Dalam manajemen pengolaan pasar tradisional saat ini sangat kurang jika dibanding

dengan manajemen pasar modern yang sangat lengkap. Hal ini dapat dilihat dari

manajemen pengelolaan keamanan dan kebersihan pasar tradisional yang tidak terkontrol

sehingga tingkat keamanan dan kebersihan sangat kurang.

Kurangnya infrastruktur pada pasar tradisional,

Kondisi pasar tradisional yang kumuh, becek, semrawut karena dijejali oleh pedagang

kaki lima (PK-5) kian memperburuk citra pasar tradisional. Bila kondisi ini tidak segera

dibenahi, maka bukan mustahil pasar tradisional akan semakin terpinggirkan . Selain itu

Page 17: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 16

fasilitas-fasilitas pendukung yang kurang memadai seperti toilet, mushola, tempat

penitipan barang, dan lain-lain.

Ketidak beragaman jenis komoditas yang ditawarkan pada pasar tradisional,

Saat ini pasar tradisional tidak dapat menyaingi pasar modern terutama dalam hal

keberagaman komoditas yang dijual,apalagi saat ini di pasar modern juga menjual barang

yang dijual di pasar tradisional seperti sayur-mayur, daging, dan buah-buahan. Jika pasar

tradisional tetap tidak dapat bersaing dengan pasar modern dalam hal komoditas

keberagaman jenis barang maka keberadaan pasar tradisional akan semakin tergeser.

Dana Operasional yang minim

Faktor lain yang cukup penting, adanya masalah kurangnya dana operasional yang

digunakan untuk mendukung perbaikan dan penambahan infrastruktur bagi pasar

tradisional.

Faktor-faktor tersebut mempengaruhi keberadaan pasar modern yang semakin hari

semakin berhimpit. Matinya pasar modern bagi beberapa orang tidak berpengaruh terhadap

perekonomian atau menjadi banyaknya pengangguran karena mereka beranggapan bahwa

dengan adanya pasar modern tersebut banyak menyerap tenaga kerja. Sesungguhnya anggapan

bahwa pasar modern menyerap banyak tenaga kerja, hal itu tidaklah sebanding dengan

bangkrutnya usaha dan hilangnya pangsa pasar jutaan pedagang di pasar tradisional. Masih

dalam pandangan ekonomi kapitalis, tidak ada batasan kepemilikan. Sehingga, setiap orang

memiliki akses terhadap apapun, asalkan memiliki modal untuk memilikinya. Kapitalis

memandang bahwa pasar rakyat/tradisional dapat dimiliki oleh individu. Tidaklah aneh jika para

pengelola pasar rakyat/tradisonal adalah pihak swasta. Keterlibatan pemerintah dalam hal ini

sangat minim sekali. Pemerintah cenderung mengikuti trend yang ada di pasar tanpa

mengendalikan keinginan pasar. Hal ini terbukti dari semakin menjamurnya pasar modern yang

mulai menggeser kinerja dan produktifitas pasar tradisional. Dapat dilihat pada peta di bawah ini

jangkauan pelayanan pasar modern yang sudah menjangkau semua wilayah perkotaan.

Page 18: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Gambar 4. Peta Pasar Tradisional Yang Berada Dekat Dengan Spot Hypermarket (Surabaya)

Legenda :

Hypermarket :

1. Giant 6. Carrefour Bj

2. Hypermarket Royal 7. Carrefour ITC

3. Hypermarket Prapen

4. Hypermarket SP

5. Carrefour Gocci

Page 19: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

2.3 Dampak Menjamurnya Pasar Modern

Kehadiran pasar modern telah mengancam eksistensi pasar tradisional. Fakta ini antara lain

diungkap dalam penelitian AC Nielson yang menyatakan bahwa pasar modern telah tumbuh

sebesar 31,4%. Bersamaan dengan itu, pasar tradisional telah tumbuh secara negatif sebesar 8%.

Berdasarkan kenyataan ini maka pasar tradisional akan habis dalam kurun waktu sekitar 12 tahun

yang akan datang, sehingga perlu adanya langkah preventif untuk menjaga kelangsungan pasar

tradisional.

Dalam hal penurunan omzet penjualan. Yaitu berdasarkan penelitian jurnlah pengkajian

koperasi dan ukm nomor 1 tahun 2006, penelitian dilakukan dengan menggunakan uji beda pada

taraf signifikansi a = 0,05, hasil analisis menunjukkan bahwa dari 3 variabel yang diteliti,

variable omzet penjualan pasar tradisional menunjukkan perbedaan yang signifikan antara

sebelum dan sesudah hadirnya pasar modern dimana omzet setelah ada pasar modern lebih

rendah dibandingkan sebelum hadirnya pasar modern. Sedangkan variabel lainnya, yaitu jumlah

tenaga kerja dan harga jual barang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Merugikan elemen-elemen yang ada di pasar tradisional. Setiap satu mall beroperasi, maka

pedagang kecil, warung dan pasar di sekitar mall akan bangrut. Yaitu dengan perbandingan satu

mall berdiri maka 100 pedagang dan warung akan gulung tikar. Dan secara langsung

menurunkan pendapatan dan keuntungan bagi para pedagang pasar tradisional.

Namun dibalik semua dampak dari keberadaan pasar modern yang sepertinya secara

keseluruhan berdampak negative, masih ada beberapa dampak positif dengan adanya pasar

modern. Berikut dampak yang dapat ditimbulkan:

Dampak Negatif

Dampak negatif dari munculnya pasar modern yakni pertama, munculnya ketidakadilan

dalam persaingan. Dengan hadirnya pasar modern yang sangat gencar semakin

memperparah kondisi pasar rakyat/tradisonal. Akhirnya, pasar rakyat/tradisonal semakin

termajinalkan. Pedagang-pedagang kecil yang tidak mampu bertahan akhirnya gulung

tikar di tengah perjalanan usahanya.Ruang bersaing pedagang di pasar rakyat/tradisional

kini mulai terbatas. Jika selama ini pasar rakyat/tradisional dianggap unggul dalam

memberikan harga relatif lebih rendah untuk banyak komoditas, dengan fasilitas

berbelanja yang lebih baik. Faktanya, skala ekonomis pengecer pada pasar modern yang

cukup luas dan akses langsung terhadap produsen dapat menurunkan harga pokok

penjualan mereka, sehingga mereka mampu menawarkan harga yang lebih rendah.

Sebaliknya, para pedagang di pasar rakyat/tradisional, mereka umumnya mempunyai

Page 20: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 19

skala yang kecil dan menghadapi rantai pemasaran yang cukup panjang untuk membeli

barang yang akan dijualnya. Keunggulan biaya rendah pedagang rakyat kini mulai

terkikis bahkan nyaris lenyap, digantikan keunggulan bersaing pengecer berduit di pasar

modern.

Omzet pada pasar rakyat/tradisional semakin menurun. Pada tahun 70-an sampai 80-an,

seluruh pembeli, kelas bawah hingga atas, belanja di pasar rakyat/tradisional.

Pertengahan 80-an sampai awal 90-an, mulai muncul pasar modern, seperti Golden

Trully, Hero, Ramayana, Matahari. Sebagian pembeli beralih dari pasar tradisional ke

pasar modern. Tahun 90-an merupakasn booming pasar modern. Masyarakat pun

berbondong-bondong ke pasar modern. Tahun 2000-an, pasar rakyat/tradisonal makin

meredup. Apalagi dengan makin menjamurnya hipermarket. Sekitar50-60 persen pangsa

pasar rakyat/tradisonal terambil oleh pasar modern. Sisa yang 40 persen itulah yang saat

ini masih diraih oleh pedagang pada pasar rakyat/tradisional. Bahkan, saat ini keberadaan

pasar rakyat/tradisional makin terpukul. Logislah jika omzet pasar tradisional menurun

tajam.

Menyebabkan terjadinya perubahan secara signifikan atas tenaga kerja di pasar

tradisional sehingga menimbulkan pengangguran pada masyarakat marginal akibat uang

dikuasai oleh kaum kapitalis. Hal ini memicu terjadinya kriminalitas, permukiman

kumuh, peningkatan pengemis dsb. Realitas tersebut dapat terjadi karena untuk menarik

para konsumen dari pasar tradisional, pasar modern menggunakan strategi diskon,

sehingga keuntungan yang didapatkan tidak mengalami peningkatan yang besar. Tapi

untuk beberapa waktu mendatang realitas ini sangat mungkin untuk berubah, dimana

intinya pendapatan dan keuntungan pasar modern yang dikuasai oleh segelintir pemilik

akan terus meningkat. Tingkat pengangguran menjadi momok menakutkan ekonomi kota.

Tingginya angka pengangguran di masa krisis ekonomi telah membalikkan bandul

kekuatan ekonomi rakyat dari sektor formal ke informal. Pangsa pekerja sektor formal

berkurang menjadi 35,1%. Peran sektor informal menjadi terasa penting dalam periode

krisis ekonomi. Sektor informal yang diwakili oleh usaha kecil dan menengah (UKM)

kendati sumbangannya dalam output nasional (PDRB) hanya 56,7 persen dan dalam

ekspor non-migas hanya 15 persen, namun UKM memberi kontribusi 99,6 persen dalam

penyerapan tenaga kerja. Dan secara relatip memiliki daya dukung dalam mengurangi

Page 21: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 20

pengangguran sekaligus kemiskinan. Sektor informal tersebut berhulu sekaligus

bermuara di pasar tradisional. Dengan demikian wajar bila dikatakan pasar tradisional

merupakan salah satu tulang punggung perekonomian nasional.

Tingkat pengangguran menjadi momok menakutkan ekonomi kota. Tingginya angka

pengangguran di masa krisis ekonomi telah membalikkan bandul kekuatan ekonomi

rakyat dari sektor formal ke informal. Pangsa pekerja sektor formal berkurang menjadi

35,1%. Peran sektor informal menjadi terasa penting dalam periode krisis ekonomi.

Sektor informal yang diwakili oleh usaha kecil dan menengah (UKM) kendati

sumbangannya dalam output nasional (PDRB) hanya 56,7 persen dan dalam ekspor non-

migas hanya 15 persen, namun UKM memberi kontribusi 99,6 persen dalam penyerapan

tenaga kerja. Dan secara relatip memiliki daya dukung dalam mengurangi pengangguran

sekaligus kemiskinan. Sektor informal tersebut berhulu sekaligus bermuara di pasar

tradisional. Dengan demikian wajar bila dikatakan pasar tradisional merupakan salah satu

tulang punggung perekonomian nasional.

Matinya pasar tradisional.Hal tersebut bisa terjadi karena pasar tradisional dan kios yang

tutup setiap tahun karena kalah bersaing dengan hypermarket. Keberadaan hypermarket

dan pasar modern jenis lainnya mampu menyulut gejolak sosial dari pedagang pasar

tradisional akibat menurunnya minat masyarakat lebih memilih pasar

modern.Keberadaan pasar tradisional di perkotaan dari waktu ke waktu semakin

terancam dengan semakin maraknya pembangunan pasar modern. Pangsa pasar dan

kinerja usaha pasar tradisional menurun, sementara pada saat yang sama pasar modern

mengalami peningkatan.Kontribusi pasar menurun, kondisi sebaliknya terjadi pada

supermarket dan hypermarket, kontribusi mereka kian hari kian besar

Dampaknya bagi pasar tradisional, karena dipasar inilah sesungguhnya perputaran

ekonomi masyarakat terjadi. Disini uang beredar dibanyak tangan, tertuju dan tersimpan

dibanyak saku, rantai perpindahannya lebih panjang, sehingga kelipatan perputaran yang

panjang itu berdampak pada pergerakan perekonomian bagi kota dan daerah. Berbeda

dengan pasar modern besar, semua uang yang dibelanjakan tersedot pada hanya segelintir

penerima yang disebut dengan kasir dan efeknya bagi perputaran ekonomi lebih pendek,

karena itu sesungguhnya tidak terlalu membawa dampak pada perputaran sektor lain

diluar dirinya. Teori ini merupakan teori ekonomi makro sederhana, dimana bila uang

Page 22: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 21

disatu daerah rantai perpindahannya lebih panjang, maka uang tersebut akan mampu

membawa perputaran ekonomi lebih tinggi bagi daerah tersebut, sebaliknya bila rantai

perputarannya pendek maka tidak akan banyak memberi dampak kemajuan ekonomi.

Keberadaan hypermarket dan pasar modern jenis lainnya mampu menyulut gejolak sosial

dari pedagang pasar tradisional akibat menurunnya minat masyarakat lebih memilih pasar

modern (pola pikir konsumen/modern minded)

Dampak positif

Keberadaan pasar modern memberi keuntungan pajak yang lebih. Hal ini dapat dilihat

dari banyaknya pasar modern yang mampu memberi jumlah pajak yang jauh lebih

banyak. Jika dilihat dari pungutan pajak Pajak Pasar Modern sepererti Tunjungan Plaza

10 us $ tiap meter/bln, Royal, ITC,PTC : Rp. 60.000 tiap meter/bln sementara Pasar

Tradisional Keuntungan untuk pemkot berkisar Rp. 575.000.000 ( 2004 ) dan Rp.

1.700.000.000 ( 2005 ) dengan pungutan/setoran pedagang : Rp. 17.500/bulan

(contoh kasus PD.Surya) dari data ini kontribusi pajak pasar modern terhadap

pemasukan kota terlihat lebih besar dibading kontribusi pasar tradisional.

Pasar modern membuka lapangan pekerjaan tambahan. Lapangan pekerjaan disini dapat

dikatakan khususnya bagi tenaga kerja yang berskill ( Skill labour). Untuk dapat

membangun sebuah pasar modern, diperlukan banyak sekali tenaga kerja dengan

berbagai macam skill agar pasar tersebut dapat berjalan, contohnya seperti sebuah

hypermarket memerlukan tenaga khusus yang mengatur manajeman toko, system

pendingin ruang, operator untuk alat-alat khusus yang tidak dapat digunakan oleh

sembarang orang.

2.4 Fakta Empiri Pengaruh Pasar Moderen terhadap pasar tradisional di Kota Surabaya

Pertumbuhan pasar modern pada 2009 begitu luar biasa, berbanding terbalik dengan kondisi

pasar tradisional. Per 2009 ini, telah tercatat lebih dari 210 minimarket tersebar di 31 kecamatan

di Surabaya ini. Artinya, rata-rata di setiap kecamatan terdapat tujuh minimarket. Jumlah

tersebut belum termasuk super/hyper-market yang mencapai 10 gerai. Pada 2010, jumlah

Page 23: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 22

tersebut akan terus bertambah seiring semakin gencarnya pembangunan mal-mal baru di

Surabaya.

Perlu juga dicermati pola sebaran minimarket dan supermarket tersebut sangat tampak tidak

terkendali. Di kawasan Surabaya Selatan, misalnya, berdiri 48 persen di antara keseluruhan pasar

modern di Surabaya. Hal itu mengindikasikan bahwa tidak ada regulasi yang mengatur sebaran

pasar modern agar terdistribusi secara berimbang. Dengan kata lain, pertumbuhan pasar modern

di Surabaya bergerak begitu tidak terkendali.

Sebagai entitas yang merepresentasikan kekuatan ekonomi kapitalis, tidak ada yang salah

pada fenomena tersebut. Hal tersebut justru menjadi tujuan mereka. Modal yang besar menjadi

kekuatan inti mereka, selain kelihaian untuk membangun sebuah jaringan/kerajaan bisnis seluas

dan sebanyak mungkin hingga ke pelosok-pelosok pedesaan sekalipun.

Bandingkan dengan pasar tradisional. Nyaris tidak ada yang berubah dengan pasar

tradisional. Tetap kumuh, becek, bau tak sedap, bangkai tikus, asap pembakaran, sampah,

pengelolaan asal-asalan, sempit, dan seterusnya. Belum termasuk para pedagang yang seenaknya

membuka kios di pasar. Pasar-pasar tradisional yang sering disebut-sebut bahkan disanjung-

sanjung menjelang pemilu ini menjadi lawan yang tak sepadan bagi pasar modern yang secara

terbuka menjual barang-barang/produk yang sama. Konsumen yang sama serta harga yang relatif

sama, bahkan lebih murah.

Jumlah pasar tradisional di Surabaya saat ini tercatat 81 pasar. Hampir semua pasar tersebut

pada 15 tahun terakhir tidak tersentuh pembenahan fisik sama sekali. Karena itu, tidak aneh bila

kondisinya sangat memprihatinkan. Jumlah pedagang dan pembeli relatif terus menurun. Alih-

alih mengembangkan pasar tradisional, PD Surya justru sibuk dengan konflik internal yang jauh

dari kepentingan pasar tradisional.

Melihat kenyataan tersebut, pasar modern dan pasar tradisional tidak layak disebut sebuah

persaingan, tapi lebih pada praktik dominasi pasar modern terhadap pasar tradisional. Kalaupun

dua jenis pasar tersebut tetap dianggap sebagai persaingan, persaingan tersebut persaingan yang

tidak sehat. Berikut terlihat bahwa hingga tahun 2004 pertumbuhan minimarket dan supermarket

(pasar modern) semakin meningkat berbanding terbalik dengan pertumbuhan pasar tradisional

yang cenderung menurun tiap tahunnya.

Page 24: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 23

Gambar 5. Estimate: 2% per year drop in market share of traditional retail

Page 25: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 24

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil adalah Menjamurnya keberadaan pasar modern saat ini sangat

mempengaruhi keberadaan pasar tradisional yang semakin lama semakin terhimpit. Meskipun

pada hakikatnya pasar modern dan pasar tradisional mempunyai kelebihan masing-masing

dimana segmentasi pasar yang berbeda satu sama lainnya namun tetap saja keberadaan pasar

modern membuat pasar tradisional semakin terhimpit. Di pasar tradisional masih terjadi proses

tawar-menawar harga yang memungkinkan terjadinya kedekatan personal dan emosional antar

penjual dan pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika berbelanjanya di pasar modern,

dikarenakan harga di pasar modern sudah pasti dan ditetapkan dengan lebel harga.

Pasar tradisional yang tidak mampu bersaing, Etika bisnis yang buruk sehingga terdapat

persaingan tak wajar antar pesaing terus terjadi, Kurang berpihaknya pemerintah karena

pemerintah cenderung mementingkan proyek yang menguntungkan golongan berduit dari

pada rakyat kecil, Regulasi bagi operasionalisasi pasar modern dan pasar tradisional yang

telah ditetapkan pemerintah, tidak terlaksana dengan baik tetap saja regulasi tersebut bagi

golongan pemilik modal, Adanya ekonomi kapitalis yang menguntungkan pemilik modal

sehingga perputaran terdapat pada kalangan pemilik modal yang membuat terjadinya

kesenjangan ekonomi.

Selain faktor-faktor tersebut terdapat faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi

matinya pasar modern, yaitu Faktor eksternal dan internal dimana faktor eksternal

o Pedagang-pedagang dengan modal yang besar akan memberikan insentif yang lebih besar

kepada pemerintah daerah daripada pemerintah daerah tetap mempertahankan pedagang-

pedagang yang lemah secara modal di pasar tradisional.

o Aturan formal yang diformulasikan oleh pemerintah (daerah), misalnya Perda tentang

pasar, secara tidak langsung telah meminggirkan pedagang - pedagang kecil yang syarat

dengan nilai-nilai kearifan lokal dari pedagang-pedagang dengan modal besar.

o Perkembangan pasar retail modern di Indonesia, terutama pedagang pengecer telah

merambah wilayah-wilayah perdesaan.

Page 26: 37788115 Pasar Tradisional vs Modern Tugas Ekkot2

Ekonomi Kota Page 25

o Sudut pandang yang digunakan oleh pemerintah daerah (terutama timur Indonesia) hanya

berorientasikan kepada perwujudan surplus transaksi konsumen, yang berdampak pada

pemberian keleluasaan yang besar bagi retail eceran modern untuk memperluas usaha.

o Pergeseran pola perdagangan eceran di Indonesia, dari berbelanja di pedagang eceran

tradisional kepada retail modern. Sementara itu faktor Internal adalah: Manajemen yang

buruk, Rusaknya infrastruktur dan Ketidak beragaman jenis komoditas yang ditawarkan,

Pertumbuhan pasar modern yang semakin berkembang memberikan dampak yang sangat

signifikan terhadap keberadaan pasar tradisional, yaitu : Dampak negatif dari munculnya

pasar modern yakni pertama, munculnya ketidakadilan dalam persaingan. Dengan

hadirnya hipermarket dan suipermarket yang sangat gencar semakin memperparah

kondisi pasar rakyat/tradisonal. Akhirnya, pasar rakyat/tradisonal semakin termajinalkan.

Omzet pada pasar rakyat/tradisional semakin menurun. Menyebabkan terjadinya

perubahan secara signifikan atas tenaga kerja di pasar tradisional. Realitas tersebut dapat

terjadi karena untuk menarik para konsumen dari pasar tradisional, pasar modern

menggunakan strategi diskon, sehingga keuntungan yang didapatkan tidak mengalami

peningkatan yang besar. Tingkat pengangguran menjadi momok menakutkan ekonomi

kota. Tingginya angka pengangguran di masa krisis ekonomi telah membalikkan bandul

kekuatan ekonomi rakyat dari sektor formal ke informal. Matinya pasar tradisional.Hal

tersebut bisa terjadi karena pasar tradisional dan kios yang tutup setiap tahun karena

kalah bersaing dengan hypermarket. Keberadaan hypermarket dan pasar modern jenis

lainnya mampu menyulut gejolak sosial dari pedagang pasar tradisional akibat

menurunnya minat masyarakat lebih memilih pasar modern.