3.5 modul spip penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja

44

Click here to load reader

Upload: abahutik

Post on 16-Nov-2015

195 views

Category:

Documents


67 download

DESCRIPTION

Modul SPIPUnsur 3: Kegiatan PengendalianSub Unsur 5: Penetapan dan Reviu atas Indikator dan Ukuran KInerja

TRANSCRIPT

  • BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

    PEDOMAN TEKNIS

    PENYELENGGARAAN SPIP

    SUB UNSUR

    PENETAPAN DAN REVIU ATAS INDIKATOR

    DAN UKURAN KINERJA

    (3.5)

    NOMOR : PER-1326/K/LB/2009

    TANGGAL : 7 DESEMBER 2009

  • 3.3 Pengendalian atas Pengelolaan Sistem Informasi i

    KATA PENGANTAR

    Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern

    Pemerintah (SPIP) merupakan tanggung jawab Badan Pengawasan

    Keuangan dan Pembangunan (BPKP), sesuai dengan

    pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang

    Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pembinaan ini merupakan

    salah satu cara untuk memperkuat dan menunjang efektivitas

    sistem pengendalian intern, yang menjadi tanggung jawab

    menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota, sebagai

    penyelenggara sistem pengendalian intern di lingkungan masing-

    masing.

    Pembinaan penyelenggaraan SPIP yang menjadi tugas dan

    tanggung jawab BPKP tersebut meliputi:

    1. penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP;

    2. sosialisasi SPIP;

    3. pendidikan dan pelatihan SPIP;

    4. pembimbingan dan konsultasi SPIP; dan

    5. peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern

    pemerintah.

    Kelima kegiatan dimaksud diarahkan dalam rangka penerapan

    unsur-unsur SPIP, yaitu:

    1. lingkungan pengendalian;

    2. penilaian risiko;

    3. kegiatan pengendalian;

    4. informasi dan komunikasi; dan

    5. pemantauan pengendalian intern.

  • 3.3 Pengendalian atas Pengelolaan Sistem Informasi ii

    Untuk memenuhi kebutuhan pedoman penyelenggaraan SPIP,

    BPKP telah menyusun Pedoman Teknis Umum Penyelenggaraan

    SPIP. Pedoman tersebut merupakan pedoman tentang hal-hal apa

    saja yang perlu dibangun dan dilaksanakan dalam rangka

    penyelenggaraan SPIP. Selanjutnya, pedoman tersebut dijabarkan

    ke dalam pedoman teknis penyelenggaraan masing-masing

    subunsur pengendalian. Pedoman teknis subunsur ini merupakan

    acuan langkah-langkah yang perlu dilaksanakan dalam

    penyelenggaraan subunsur SPIP.

    Pedoman Teknis Penyelenggaraan SPIP Penetapan dan

    Reviu atas Indikator dan Ukuran Kinerja pada unsur kegiatan

    pengendalian merupakan acuan yang memberikan arah bagi

    instansi pemerintah pusat dan daerah dalam menyelenggarakan

    subunsur tersebut, dan dapat disesuaikan dengan karakteristik

    masing-masing instansi, yang meliputi fungsi, sifat, tujuan, dan

    kompleksitas instansi tersebut.

    Pedoman ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

    masukan dan saran perbaikan dari pengguna pedoman ini, sangat

    diharapkan sebagai bahan penyempurnaan.

    Jakarta, Desember 2009

    Plt. Kepala,

    Kuswono Soeseno

    NIP 19500910 197511 1 001

  • 3.3 Pengendalian atas Pengelolaan Sistem Informasi iii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ................................................................ i

    DAFTAR ISI ............................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ........................................................ 1

    B. Sistematika Pedoman ............................................. 3

    BAB II GAMBARAN UMUM

    A. Pengertian ............................................................... 5

    B. Tujuan dan Manfaat ................................................. 7

    C. Peraturan Perundang-undangan Terkait .................. 7

    D. Parameter Penerapan ............................................. 8

    BAB III LANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARAAN

    A. Tahap Persiapan....................................................... 9

    B. Tahap Pelaksanaan.................................................. 13

    C. Tahap Pelaporan....................................................... 32

    BAB IV PENUTUP

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja iv

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem

    Pengendalian Intern Pemerintah (PP SPIP) pasal 18 yang

    mengatur tentang kegiatan pengendalian, menyebutkan bahwa

    pimpinan instansi pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan

    pengendalian, sesuai dengan ukuran kinerja, kompleksitas, serta

    sifat dari tugas dan fungsi instansi pemerintah yang bersangkutan.

    Kegiatan pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang

    dapat membantu memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan

    instansi pemerintah untuk mengurangi risiko yang telah

    diidentifikasi dalam proses penilaian risiko.

    Sub unsur kegiatan pengendalian yang mengatur

    penetapan dan reviu atas indikator serta ukuran kinerja

    memperjelas pentingnya indikator dan ukuran kinerja instansi

    pemerintah. Indikator dan ukuran kinerja harus dimiliki instansi

    pemerintah untuk mengukur pelaksanaan tugas pokok dan

    fungsinya dalam menyelenggarakan sebagian tugas

    pemerintahan.

    Untuk menjalankan tugas pokoknya, instansi pemerintah

    memiliki tujuan, strategi, dan sasaran spesifik yang hendak

    dicapai. Keberhasilan instansi pemerintah mencapai tujuannya

    baru bisa diukur bila tersedia standar pengukuran yang tepat,

    yang tertuang dalam indikator dan ukuran kinerja. Oleh karena

    tujuan dan sasaran pada setiap instansi pemerintah berbeda,

    indikator dan ukuran kinerjanya juga akan berbeda. Indikator dan

    ukuran kinerja menjadi alat bagi manajemen instansi pemerintah

    untuk memperbaiki pencapaian tujuan dan strategi organisasi.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 2

    Indikator dan ukuran kinerja merupakan alat ukur

    pencapaian suatu tujuan dan kegiatan dan sekaligus alat ukur

    yang sahih untuk mengevaluasi dan memantau kinerja. Apabila

    indikator atau ukuran kinerja yang ditetapkan oleh instansi

    pemerintah tidak tepat atau tidak terukur, maka tidak akan dapat

    digunakan untuk mengukur kinerja secara akurat dan perbaikan

    pencapaian tujuan dan strategi.

    Proses penetapan serta reviu atas indikator dan ukuran

    kinerja menjadi proses yang penting, sebagaimana diatur dalam

    PP SPIP pasal 35:

    1. Pimpinan instansi pemerintah wajib menetapkan serta mereviu

    indikator dan ukuran kinerja sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 18 ayat (3) huruf e.

    2. Dalam melaksanakan penetapan dan reviu indikator dan

    pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

    pimpinan instansi pemerintah harus:

    a. menetapkan indikator dan ukuran kinerja;

    b. mereviu dan melakukan validasi secara periodik atas

    ketepatan, dan keandalan indikator serta ukuran kinerja;

    c. mengevaluasi faktor penilaian pengukuran kinerja; dan

    d. membandingkan secara terus-menerus data capaian

    kinerja dengan sasaran yang ditetapkan dan selisihnya

    dianalisis lebih lanjut.

    Pedoman teknis penetapan dan reviu atas indikator serta

    ukuran kinerja bertujuan menjelaskan tahapan penyelenggaraan

    sub unsur penetapan dan reviu atas indikator, serta ukuran

    kinerja sebagai salah satu sub unsur kegiatan pengendalian.

    Pedoman ini akan menjadi acuan dalam penetapan dan reviu

    atas indikator, serta ukuran kinerja dalam rangka

    penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 3

    B. Sistematika Pedoman

    Pedoman ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

    Bab I Pendahuluan

    Menguraikan latar belakang, tujuan, dan sistematika

    pedoman

    Bab II Gambaran Umum

    Menguraikan pengertian, tujuan dan manfaat, peraturan

    terkait dan parameter penerapan sub unsur penetapan

    dan reviu atas indikator serta ukuran kinerja.

    Bab III Langkah-Langkah Penyelenggaraan

    Menguraikan tahap persiapan, pelaksanaan, dan

    pelaporan atas penyelenggaraan penetapan dan reviu

    atas indikator serta ukuran kinerja.

    Bab IV Penutup

    Menguraikan ringkasan dan faktor penentu keberhasilan.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 4

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 5

    BAB II

    GAMBARAN UMUM

    A. Pengertian

    Penetapan indikator dan ukuran kinerja ditetapkan untuk

    tingkat instansi pemerintah, kegiatan, dan pegawai. Penetapan

    indikator dan ukuran kinerja untuk tingkat instansi pemerintah,

    dimulai dengan kontrak manajemen, yaitu suatu bentuk

    kesepakatan sasaran dan target kinerja yang hendak dicapai.

    Kesepakatan ini akan menjadi suatu bentuk pengawasan

    terhadap proses pencapaian tujuan instansi pemerintah.

    Kesepakatan kinerja dalam kontrak manajemen dibuat antara

    pimpinan/pejabat dan pegawai dengan atasan langsungnya

    dalam suatu instansi pemerintah.

    Indikator dan ukuran kinerja yang tertuang dalam

    kesepakatan kontrak manajemen instansi pemerintah harus

    selaras antara indikator dengan ukuran kinerja tingkat instansi

    pemerintah dengan tingkat unit kerja organisasi dan pegawai.

    Indikator dan ukuran kinerja utama pada setiap tingkatan unit

    kerja organisasi, meliputi indikator dan ukuran kinerja keluaran

    (output) dan hasil (outcome), dengan uraian sebagai berikut:

    1. Indikator dan ukuran kinerja utama pada tingkat Kementerian

    Negara/Departemen/LPND/Pemerintah Provinsi/Pemerintah

    Kabupaten/Pemerintah Kota, sekurang-kurangnya adalah

    indikator hasil (outcome) sesuai dengan kewenangan,

    tugas,dan fungsi.

    2. Indikator dan ukuran kinerja utama pada unit organisasi

    setingkat Eselon I adalah indikator hasil (outcome) dan atau

    keluaran (output) yang setingkat lebih tinggi dari keluaran

    (output) unit kerja di bawahnya.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 6

    3. Indikator dan ukuran kinerja utama pada unit organisasi

    setingkat Eselon II/Satuan Kerja/SKPD/unit kerja mandiri,

    sekurang-kurangnya adalah indikator keluaran (output).

    Kegiatan pengendalian merupakan kegiatan organisasi

    untuk meyakinkan bahwa tujuan dan sasaran yang dituju akan

    tercapai. Kegiatan ini dilakukan organisasi setelah dilaksanakan

    penilaian risiko, yang diperkirakan menghambat tercapainya

    tujuan dalam jabaran indikator dan ukuran kinerja, yang

    disesuaikan dengan karakteristik instansi pemerintah dan

    diutamakan pada kegiatan-kegiatan utama. Hal ini perlu

    dipertimbangkan, mengingat jenis dan jumlah risiko yang

    dihadapi akan sangat memengaruhi penetapan target kinerja dari

    indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan.

    Selanjutnya, indikator dan ukuran kinerja dalam kontrak

    manajemen ditetapkan dalam Surat Keputusan Pimpinan Instansi

    (Penetapan Kinerja/Tapkin). Pelaksanaan pencapaian atas target

    indikator dan ukuran kinerja harus dilakukan dengan urutan

    prioritas dan dipantau secara berkala. Hasil pemantauan akan

    memperlihatkan hambatan pencapaian kinerja sehingga perlu

    dilakukan upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada.

    Kegiatan pengendalian dirancang dengan keharusan

    mempertimbangkan efektivitas pengendalian yang ada,

    berdasarkan kondisi lingkungan pengendalian secara umum,

    sehingga tidak terjadi undercontrol atau overcontrol. Kegiatan

    pengendalian juga harus diusahakan agar sedapat mungkin

    bentuk kegiatan pengendalian bersifat variatif, yaitu preventif dan

    detektif. Oleh karena itu, penetapan indikator dan ukuran kinerja

    juga harus bersifat preventif dan detektif.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 7

    B. Tujuan dan Manfaat

    Tujuan penetapan indikator dan ukuran kinerja sebagai alat

    untuk mengukur pencapaian suatu tujuan dan kegiatan instansi

    pemerintah, mengevaluasi dan memantau kinerja Instansi

    pemerintah.

    Manfaat indikator dan ukuran kinerja yang tepat antara lain:

    1. Keberhasilan instansi pemerintah menjadi lebih terukur;

    2. Pengelolaan sumber daya menjadi lebih efisien dan efektif;

    3. Perbaikan kinerja secara berkelanjutan dapat dilakukan

    dengan mengukur pencapaian kemajuan target dari waktu ke

    waktu dan penentuan tindakan korektif yang diperlukan;

    4. Sebagai bentuk akuntabilitas kinerja atas tujuan, kegiatan, dan

    tugas yang dijalankan.

    C. Peraturan Perundang-undangan Terkait

    Peraturan terkait dengan penetapan dan reviu indikator dan

    ukuran kinerja adalah:

    1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

    Negara;

    2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

    Perbendaharaan Negara;

    3. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan

    Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

    4. Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2007 tentang LPPD,

    LKPJ, dan IPPD Beserta Suplemennya;

    5. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2008 tentang Evaluasi

    Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Rencana

    Strategis Instansi Pemerintah, yang meliputi visi, misi, tugas

    dan fungsinya;

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 8

    6. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

    Kinerja Instansi Pemerintah;

    7. Peraturan Menpan Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang

    Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di

    Lingkungan Instansi Pemerintah.

    D. Parameter Penerapan

    Parameter penerapan sub unsur penetapan dan parameter

    penerapan adalah sebagai berikut:

    1. Ukuran dan indikator kinerja ditetapkan untuk tingkat instansi

    pemerintah, kegiatan, dan pegawai;

    2. Instansi pemerintah mereviu dan melakukan validasi secara

    periodik atas ketetapan dan keandalan ukuran dan indikator

    kinerja;

    3. Faktor penilaian pengukuran kinerja dievaluasi untuk

    meyakinkan bahwa faktor tersebut seimbang dan terkait

    dengan misi, sasaran, dan tujuan serta mengatur insentif yang

    pantas untuk mencapai tujuan dengan tetap memerhatikan

    peraturan perundang-undangan;

    4. Data capaian kinerja dibandingkan secara terus-menerus

    dengan sasaran yang ditetapkan dan selisihnya dianalisis

    lebih lanjut.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 9

    BAB III

    LANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARAAN

    Penyelenggaraan SPIP pada suatu instansi pemerintah,

    ditempuh melalui tahapan sebagai berikut:

    1. Tahap Persiapan, merupakan tahap awal implementasi, yang

    ditujukan untuk memberikan pemahaman atau kesadaran yang

    lebih baik, serta pemetaan kebutuhan penyelenggaraan.

    2. Tahap Pelaksanaan, merupakan langkah tindak lanjut atas hasil

    pemetaan, yang meliputi pembangunan infrastruktur dan

    internalisasi, serta upaya pengembangan berkelanjutan

    3. Tahap Pelaporan, merupakan tahap pelaporan kegiatan.

    Dalam pelaksanaannya, tahapan berikut langkah-langkahnya

    dapat dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan

    penyelenggaraan unsur/ sub unsur lainnya.

    Berikut ini merupakan langkah-langkah nyata yang perlu

    dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan sub unsur penetapan

    dan reviu atas indikator serta ukuran kinerja di setiap tahapan.

    A. Tahap Persiapan

    Langkah-langkah persiapan dalam menerapkan sub unsur

    penetapan dan reviu atas indikator serta ukuran kinerja adalah

    pemahaman dan pemetaan atas pemahaman mengenai hal-hal

    yang perlu diketahui pimpinan instansi. Satuan tugas SPIP tidak

    perlu dibentuk tersendiri untuk sub unsur ini namun terintegrasi

    dengan satuan tugas yang menangani seluruh unsur dan sub

    unsur pengendalian.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 10

    Tahap ini dimaksudkan untuk menyiapkan peraturan

    pelaksanaan penyelenggaraan SPIP di setiap kementerian,

    lembaga, dan pemerintah daerah. Berdasarkan peraturan

    penyelenggaraan SPIP, selanjutnya instansi pemerintah

    membuat rencana penyelenggaraan yang antara lain memuat:

    a. Jadwal pelaksanaan kegiatan;

    b. Waktu yang dibutuhkan;

    c. Dana yang dibutuhkan;

    d. Pihak-pihak yang terlibat.

    Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam penerapan SPIP,

    yang terdiri dari proses pemahaman dan pemetaan yaitu:

    1. Pemahaman (Knowing)

    Pada tahapan ini dilakukan sosialisasi mengenai

    manajemen kinerja, khususnya tentang penetapan dan reviu

    atas indikator serta ukuran kinerja, dan faktor kunci

    keberhasilan penyelenggaraannya. Pemahaman ini sangat

    dibutuhkan dalam membangun kesadaran tentang pentingnya

    penetapan dan reviu atas indikator serta ukuran kinerja dalam

    sistem manajemen kinerja. Kinerja instansi atau organisasi

    harus didukung oleh pencapaian kinerja unit-unit kerja dan

    individu-individu pegawai yang berada di dalamnya, dengan

    demikian peningkatan kinerja individu dan unit-unit kerja akan

    berpengaruh pada kinerja organisasi secara keseluruhan.

    Tahap pemahaman ini sangat penting karena penerapan

    sistem manajemen kinerja tidak akan dapat dilaksanakan

    tanpa komitmen seluruh komponen dalam organisasi.

    Komitmen bersama untuk mencapai visi, misi, tujuan, dan

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 11

    sasaran organisasi dalam kerangka manajemen kinerja.

    Kinerja adalah suatu kontrak atau kesepakatan tentang hal-hal

    yang akan dicapai dalam pelaksanaan tugas dengan indikator

    dan ukuran sebagai alat ukur kinerja. Pimpinan instansi

    pemerintah senantiasa melakukan pembinaan untuk

    mendorong peningkatan kinerja instansi, kegiatan, dan

    pegawai yang dipimpinnya. Penerapan manajemen kinerja

    juga membutuhkan komunikasi untuk pertukaran pengetahuan

    dan inovasi kinerja.

    Untuk memenuhi hal tersebut, instansi dapat memberikan

    pemahaman dengan beberapa pendekatan kegiatan antara

    lain:

    a. Menggunakan media komunikasi yang dilakukan dengan

    tatap muka, melalui ceramah, diskusi, seminar, rapat kerja,

    dan fokus grup.

    b. Website, media ini memiliki cakupan yang lebih luas,

    dengan tujuan transparansi kepada stakeholders.

    Pemuatan kode etik atau aturan perilaku dalam website

    perusahaan merupakan penyampaian harapan entitas atas

    perilaku kepada stakeholders.

    c. Menggunakan multimedia, biasanya lebih interaktif

    sehingga sebarannya lebih luas.

    d. Menggunakan majalah, yang memuat pesan-pesan etika

    secara runtut dan menggunakan bahasa yang sederhana

    dengan contoh konkret, misalnya diciptakan maskot etika

    dalam bentuk kartun untuk memberi contoh konkret

    penerapan etika.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 12

    e. Saluran mikrofon, misalnya dengan memperdengarkan

    setiap pagi melalui pengeras suara atau saluran

    komunikasi di kantor.

    f. Akses ke network, misalnya dengan menggunakan

    password yang harus dijawab pegawai untuk masuk ke

    network, harus menjawab pertanyaan yang berkaitan

    dengan kode etik.

    2. Pemetaan (Mapping)

    Tahap pemetaan dalam penetapan dan reviu indikator

    serta ukuran kinerja merupakan kegiatan untuk mengetahui

    kecukupan indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan

    instansi pemerintah sebagai alat ukur yang tepat untuk

    mengukur pencapaian tujuan dan kinerja Instansi. Pimpinan

    instansi pemerintah harus meyakinkan diri bahwa indikator

    dan ukuran kinerja tingkat instansi mampu menggambarkan

    pencapaian tujuan instansi, serta telah dijabarkan (cascading)

    pada tingkat unit kerja dan individu pegawai. Proses ini untuk

    memastikan bahwa indikator dan ukuran kinerja utama intansi

    pemerintah memiliki korelasi dengan indikator dan ukuran

    kinerja pendukung.

    Pemetaan juga dilakukan atas proses dan operasional instansi

    pemerintah sebagai acuan dalam penetapan indikator dan

    ukuran kinerja unit kerja di instansi yang telah menetapkan

    indikator dan ukuran kinerja dengan tepat. Pemetaan juga

    untuk memastikan apakah instansi pemerintah telah

    mempunyai standar pelayanan minimal (SPM) dan standar

    analisis belanja (SAB) sebagai dasar penetapan indikator dan

    ukuran kinerja, serta targetnya/ukurannya.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 13

    Indikator dan ukuran kinerja yang tepat adalah indikator yang

    memiliki keterkaitan antara indikator dan ukuran kinerja dalam

    penetapan kinerja (Tapkin), kegiatan atau program, dan uraian

    jabatan.

    B. Tahap Pelaksanaan

    Adanya indikator dan ukuran kinerja di instansi pemerintah

    bertujuan agar instansi pemerintah mempunyai acuan dalam

    melaksanakan program atau kegiatannya. Kemana arah suatu

    instansi pemerintah akan akan diukur keberhasilannya

    berdasarkan indikator dan ukuran kinerja yang telah ditetapkan.

    Indikator dan ukuran kinerja juga akan menjadi salah satu kunci

    dalam penerapan pengelolaan anggaran dan keuangan berbasis

    kinerja.

    Selain sebagai acuan arah, indikator dan ukuran kinerja

    juga akan menjadi acuan dalam hal kuantitas atau output dan

    kualitas program atau kegiatan yang harus dicapai oleh suatu

    instansi pemerintah. Oleh karena itu, indikator dan ukuran kinerja

    harus ditentukan secara tepat, dengan mengoptimalkan sumber

    daya yang ada untuk mencapai tugas dan fungsi yang menjadi

    visi dan misi suatu instansi pemerintah.

    Dalam rangka menjamin ketepatan pelaksanaan penetapan

    indikator dan ukuran kinerja, penyelenggaraan kegiatan sub

    unsur ini perlu dirancang melalui tiga tahapan sebagai berikut:

    a. Pembangunan Infrastruktur (Norming)

    Pembangunan Infrastruktur merupakan tahapan untuk

    menetapkan kebijakan, pedoman, dan prosedur kegiatan baku

    atau SOP, yang perlu dijadikan acuan dalam rangka

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 14

    menetapkan indikator dan ukuran kinerja. Dalam membangun

    infrastruktur perlu memperhatikan peraturan perundang-

    undangan yang terkait, yang mengatur antara lain:

    1) Rencana kerja dan anggaran kementerian dan lembaga

    disusun berdasarkan prestasi yang akan dicapai

    Dengan mendasarkan atau berbasis pada prestasi kerja

    (kinerja), suatu instansi pemerintah memerlukan kriteria

    pengendalian kinerja dan evaluasi serta untuk menghindari

    duplikasi dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran

    kementerian negara/lembaga/perangkat daerah, maka perlu

    adanya penyatuan sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem

    penganggaran, dengan memperkenalkan sistem

    penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian

    negara/lembaga/perangkat daerah.

    2) Kewajiban instansi pemerintah untuk menyusun laporan

    keuangan dan laporan kinerja

    Setiap instansi pemerintah wajib menyusun laporan

    keuangan dan kinerja, sebagai wujud pertanggungjawaban

    pelaksanaan anggaran. Berkaitan dengan kewajiban untuk

    menyusun laporan keuangan, telah ada acuan yang baku,

    yaitu Sistem Akuntansi Instansi (SAI), namun sebaliknya

    untuk pelaporan kinerja, sampai dengan saat ini belum ada

    acuan yang baku, berupa Sistem Akuntabilitas Kinerja

    Instansi Pemerintah (SAKIP).

    3) Visi, misi, tujuan, dan sasaran yang hendak dicapai

    Untuk mewujudkan akuntabilitas kinerja, suatu instansi

    pemerintah perlu menyusun visi, misi, tujuan, dan sasaran

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 15

    yang hendak dicapai. Sasaran merupakan penjabaran dari

    tujuan, yaitu sesuatu yang akan dicapai/dihasilkan oleh

    instansi pemerintah dalam jangka waktu tahunan,

    semesteran, triwulan atau bulanan. Sasaran diusahakan

    dalam bentuk kuantitatif sehingga dapat diukur.

    4) Kewajiban instansi pemerintah menyusun indikator kinerja

    utama (IKU)

    Setiap instansi pemerintah wajib menyusun IKU dengan

    tujuan untuk memperoleh:

    a) informasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam

    menyelenggarakan manajemen kinerja secara baik;

    b) ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu tujuan dan

    sasaran strategis organisasi yang digunakan untuk

    perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja.

    IKU pada dasarnya ditetapkan pada setiap tingkat

    kepemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Pada

    kepemerintahan pusat, IKU ditetapkan tingkat Kementerian/

    Lembaga dan unit setingkat eselon 1, serta unit kerja

    mandiri di bawahnya, sedangkan pada kepemerintahan

    daerah IKU ditetapkan pada Gubernur/Bupati/Walikota dan

    Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) serta unit kerja

    mandiri di bawahnya. IKU diwujudkan dalam bentuk ukuran

    hasil (outcome) dan keluaran (output).

    Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan

    berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu

    program mengacu pada sasaran strategis dan tujuan yang

    telah ditetapkan.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 16

    Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh

    kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian

    sasaran strategis dan tujuan program dan kebijakan.

    Berdasarkan atas perundang-undangan yang terkait, pimpinan

    instansi pemerintah dapat menyusun dan menetapkan kebijakan

    atau pedoman pengembangan indikator dan ukuran kinerja di

    instansi yang dipimpinnya. Pedoman ini dapat digunakan

    sebagai acuan di instansi tersebut dalam membangun indikator

    dan ukuran kinerja pada tingkat kegiatan dan pegawai, serta

    memperbaiki indikator dan ukuran kinerja secara berkelanjutan

    pada tingkat instansi, kegiatan, dan pegawai.

    Pedoman pengembangan manajemen kinerja mengatur tentang:

    1) Perumusan sasaran strategis instansi pemerintah dikaitkan

    dengan visi, misi, dan strategi;

    2) Perumusan inisiatif strategis pada setiap tingkat yang

    merupakan penjabaran dari sasaran strategis instansi

    pemerintah;

    3) Perumusan indikator dan ukuran kinerja setiap inisiatif

    strategis;

    4) Pengukuran kinerja, pemantauan, dan pelaporan kinerja

    oleh unit kerja;

    Berdasarkan norma atau kriteria tersebut di atas, suatu instansi

    pemerintah perlu menyusun Standard Operating Procedure

    (SOP) penetapan indikator dan ukuran kinerja. Selain itu, agar

    capaian kinerja dapat diperoleh dengan cepat dan akurat perlu

    dibangun sistem pengumpulan data kinerja dengan melibatkan

    unsur-unsur terkait yang dilandasi dengan komitmen pimpinan

    dan dukungan seluruh pegawai.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 17

    b. Internalisasi (Forming)

    Tahapan internalisasi adalah tahap penetapan indikator dan

    ukuran kinerja kinerja. SPIP mengatur bahwa indikator dan

    ukuran kinerja ditetapkan untuk tingkat instansi pemerintah,

    kegiatan, dan pegawai. Indikator dan ukuran kinerja adalah

    ukuran kinerja yang bersifat keuangan dan non-keuangan yang

    digunakan untuk mengukur kemajuan atas pencapaian tujuan.

    Indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan akan mengukur

    kinerja terkait sasaran strategis yang tertuang dalam rencana

    strategis instansi pemerintah dan mengukur kinerja cara

    pencapaian sasaran tersebut melalui program dan kegiatan.

    Kegiatan pada tahapan ini setidak-tidaknya, yaitu:

    1) Penetapan Indikator dan ukuran kinerja tingkat Instansi

    Berdasarkan norma atau kriteria dalam peraturan

    perundangan tersebut di atas, suatu instansi pemerintah

    menetapkan indikator dan ukuran kinerja sebagai berikut:

    a) Menetapkan Indikator dan Ukuran Kinerja

    Mengingat penetapan indikator dan ukuran kinerja

    akan menjadi acuan dalam pelaksanaan anggaran

    pada tahun anggaran berikutnya, pada tahun berjalan

    suatu instansi pemerintah sudah wajib menetapkan

    indikator dan ukuran kinerja pada saat penyusunan

    RKA kementerian dan lembaga (K/L).

    Dalam penyusunan RKA K/L ini suatu instansi

    pemerintah harus memasukkan visi, misi, tujuan,

    kebijakan, program, hasil yang diharapkan, kegiatan,

    dan keluaran yang diharapkan.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 18

    Dalam penetapan keluaran yang diharapkan, suatu

    instansi pemerintah harus memperhatikan

    keterkaitannya dengan pendanaan, termasuk efisiensi

    dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.

    Indikator dan ukuran kinerja dikembangkan dengan

    pendekatan program logis, yaitu rencana strategis

    organisasi diturunkan dalam sasaran strategis dan

    program. Setiap program terdiri dari beberapa

    kegiatan yang kemudian ditetapkan indikator dan

    ukuran kinerja atas masing-masing kegiatan.

    b) Indikator dan ukuran kinerja tingkat instansi dapat

    dikembangkan dengan beberapa pendekatan, antara lain

    balanced scorecard dengan membuat peta strategi

    organisasi. Indikator dan ukuran kinerja tiap sasaran

    strategis yang tergambar dalam peta strategi ini akan

    memberi gambaran yang jelas bagaimana kinerja

    organisasi dalam mencapai tujuan dengan strategi yang

    telah ditetapkan. Setiap sasaran strategis akan ditentukan

    indikator dan ukuran kinerja yang tepat untuk mengukur

    keberhasilan pencapaian sasaran strategis.

    c) Kriteria Indikator

    Dalam Permenpan Nomor: PER/09/M.PAN/5/2007

    tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja

    Utama (IKU) di Lingkungan Instansi Pemerintah.

    Penetapan IKU di atas harus memperhatikan karakteristik

    sebagai berikut:

    (1) Spesifik;

    (2) Dapat dicapai

    (3) Relevan;

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 19

    (4) Menggambarkan keberhasilan sesuatu yang diukur;

    (5) Dapat dikuantifikasi dan diukur.

    Secara best practices, indikator dan ukuran kinerja yang

    baik harus memenuhi kriteria SMART (spesific,

    measurable, attributable, relevant dan timely), yaitu:

    Specific: indikator kinerja yang disusun harus jelas

    agar tidak ada kemungkinan kesalahan penafsiran

    (intepretasi).

    Measurable: indikator dan ukuran kinerja yang disusun

    harus menggambarkan sesuatu yang jelas atau dapat

    diukur dengan obyektif.

    Attributable: indikator dan ukuran kinerja yang

    ditetapkan harus bermanfaat untuk kepentingan

    pengambilan keputusan.

    Relevant: indikator dan ukuran kinerja harus sesuai

    dengan ruang lingkup program/kegiatan, serta dapat

    menggambarkan hubungan sebab akibat

    antarindikator dan ukuran kinerja.

    Timely: Indikator dan ukuran kinerja yang disusun

    harus didukung oleh ketersediaan data yang dapat

    diperoleh pada waktu yang tepat dan akurat, sehingga

    dapat digunakan sebagai bahan pengambilan

    keputusan pada saat yang dibutuhkan.

    d) Penetapan kinerja (Tapkin)

    Tapkin merupakan bentuk kontrak kinerja yang akan

    dicapai para pejabat struktural yang bertanggung jawab

    sebagai pelaksana kegiatan pada masing-masing uni,

    yang diatur dalam SE Menpan Nomor:

    SE/31/M.PAN/12/2004 tanggal 13 Desember 2004

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 20

    tentang penetapan kinerja. Tapkin adalah penetapan

    kinerja yang merupakan rencana kinerja yang disepakati

    bersama dan ditetapkan mulai Eselon II ke atas secara

    berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas, fungsi, dan

    kebutuhan instansi, serta unit organisasi masing-masing.

    2) Indikator dan ukuran kinerja tingkat kegiatan dan pegawai

    Indikator dan ukuran kinerja tidak cukup hanya pada tingkat

    instansi. Indikator dan ukuran kinerja tingkat instansi yang

    telah ditetapkan kemudian dijabarkan ke dalam tingkatan

    unit organisasi yang lebih rendah. Proses penjabaran

    indikator dan ukuran kinerja ini didahului dengan kegiatan

    penyelarasan sasaran strategik antar atasan dan bawahan.

    Proses ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa kegiatan unit

    kerja organisasi tingkat yang lebih rendah sejalan dan

    mendukung upaya atasannya untuk mencapai misi dan

    tujuan organisasi. Setelah sasaran strategis diselaraskan,

    selanjutnnya ditetapkan indikator dan ukuran kinerja yang

    tepat untuk masing-masing sasaran strategis setiap

    tingkatan eselon.

    Setelah penetapan indikator dan ukuran kinerja tingkat

    instansi dilanjutkan dengan penjabaran (cascading)

    indikator dan ukuran kinerja pada tingkat-tingkat (pejabat) di

    bawahnya. Indikator dan ukuran kinerja di tingkat yang lebih

    rendah menunjukkan kontribusi tiap unit dalam pencapaian

    tujuan instansi pemerintah. Penetapan indikator dan ukuran

    kinerja tingkat unit kerja dan pegawai sedapat mungkin

    memperjelas kontribusi unit kerja terhadap pencapaian

    strategi Instansi pemerintah.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 21

    Proses penjabaran (cascading) pada dasarnya adalah

    mengidentifikasi inisiatif strategis yang dilakukan untuk

    mencapai sasaran strategis instansi pemerintah. Inisatif

    tersebut merupakan kegiatan dan proses yang dilakukan

    oleh unit-unit yang lebih rendah dari tim bahkan pegawai

    dalam organisasi.

    Proses penjabaran indikator dan ukuran kinerja ini

    merupakan suatu proses yang dilakukan instansi

    pemerintah untuk memberi keyakinan bahwa setiap

    kegiatan yang dilakukan mendukung tercapainya sasaran

    strategik yang lebih tinggi. Dengan indikator dan ukuran

    kinerja yang tepat untuk setiap unit dan pegawai, maka

    capaian indikator dan ukuran kinerja dengan baik pada

    setiap kegiatan secara keseluruhan menunjukkan kinerja

    organisasi dalam mencapai tujuan.

    Proses penjabaran indikator dan ukuran kinerja sebagai

    berikut:

    Gambar 3.1

    Model Keselarasan Inisiatif Strategis

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 22

    a) Tetapkan sasaran strategis instansi pemerintah yang

    terkait dengan unit kerja;

    b) Identifikasi kegiatan dan proses yang menjadi inisiatif

    strategis untuk mencapai sasaran strategis untuk per

    jenjang unit kerja sampai dengan pegawai. Model

    Keselarasan Inisiatif Strategis dapat digunakan dalam

    pengembangan inisiatif strategis per tingkat jabatan

    (lihat gambar 1);

    c) Tetapkan indikator dan ukuran kinerja untuk masing-

    masing inisiatif strategis;

    d) Tetapkan target kinerja setiap indikator dan ukuran

    kinerja;

    e) Tetapkan informasi/data yang diperlukan untuk mengukur

    kinerja atas setiap indikator dan ukuran kinerja.

    Outcome

    Penetapan outcome dalam suatu instansi pemerintah harus

    mampu memadukan keluaran (output) yang dihasilkan

    dalam pelaksanaan anggaran dengan rencana strategis dan

    tujuan suatu instansi pemerintah. Sehubungan dengan hal

    tersebut, langkah-langkah yang diperlukan dalam

    penyusunan outcome adalah:

    - Mengidentifikasi visi dan misi, serta sasaran jangka

    menengah yang ingin dicapai oleh suatu instansi

    pemerintah;

    - Menetapkan hasil yang diharapkan atas suatu program

    atau kegiatan yang dilaksanakan.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 23

    Outcome suatu instansi pemerintah umumnya relatif sulit

    diukur pada tingkat kegiatan sehingga outcome dapat diukur

    pada tingkat yang lebih tinggi, seperti pada unit eselon I

    atau tingkat K/L, pemerintah provinsi/kabupaten/ kota.

    Output

    Output merupakan indikator dan ukuran kinerja minimal

    yang wajib ditetapkan pada setiap tingkat kegiatan atau

    program yang ada pada unit-unit pelaksana. Ukuran output

    dapat berupa satuan barang dan/atau jasa yang dihasilkan

    dari suatu kegiatan atau program yang diharapkan dapat

    mendukung pencapaian tujuan dan rencana strategis suatu

    instansi pemerintah. Sehubungan dengan hal tersebut,

    langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun output

    adalah:

    - Mengidentifikasi sasaran dan rencana kerja tahunan;

    - Menilai kesesuaian atau keselarasan antara rencana

    kerja tahunan dengan RPJMN/D;

    - Menetapkan ukuran kinerja dari program atau kegiatan

    sebagaimana tertuang dalam rencana kerja tahunan yang

    telah dilakukan revisi atau penyesuaian terhadap

    pencapaian sasaran jangka menengah;

    - Mengkuantifikasi ukuran kinerja dalam bentuk satuan

    antara lain:

    - Barang (unit/buah/paket);

    - Jasa (orang/paket/kegiatan);

    - Waktu (hari/bulan/tahunan).

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 24

    c. Pengembangan Berkelanjutan (Performing)

    Tahap pengembangan berkelanjutan merupakan tahap

    kegiatan reviu atas kecukupan indikator dan ukuran kinerja

    yang ditetapkan dan analisis data capaian kinerja instansi

    pemerintah.

    1) Reviu atas kecukupan Indikator dan ukuran kinerja

    PP SPIP mengatur bahwa instansi pemerintah mereviu dan

    melakukan validasi secara periodik atas ketepatan dan

    keandalan indikator dan ukuran kinerja yang telah

    ditetapkan. Penetapan indikator dan ukuran kinerja

    merupakan kebebasan (diskresi) dari instansi pemerintah

    yang bersangkutan. Oleh karena itu, sangat penting untuk

    menguji dan memastikan kecukupan indikator kinerja yang

    ditetapkan.

    Instansi Pemerintah secara berkala mereviu dan memvalidasi

    kebenaran dan integritas dari indikator dan ukuran kinerja

    untuk tingkat instansi, kegiatan, dan pegawai. Validasi dan

    reviu atas indikator dan ukuran kinerja digunakan untuk

    tujuan pengendalian operasional dan pelaporan keuangan.

    Validasi dapat digunakan dengan menggunakan kriteria

    indikator kinerja yang baik, yaitu: spesifik/jelas, relevan,

    dapat diukur secara obyektif, dan pengumpulan data yang

    berbiaya efektif (cost effective).

    Reviu dan melakukan validasi secara periodik atas ketepatan

    dan keandalan indikator dan ukuran kinerja juga dilakukan

    karena pada dasarnya suatu instansi pemerintah terus

    bergerak secara dinamis, sesuai dengan perkembangan

    lingkungan internal dan eksternalnya. Dinamika ini dapat

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 25

    menyebabkan adanya perubahan rencana strategis serta

    tugas dan fungsi suatu organisasi. Adanya perubahan ini

    perlu direspon dengan mereviu dan memvalidasi indikator

    dan ukuran kinerja secara periodik untuk memastikan bahwa:

    - indikator dan ukuran kinerja telah ditetapkan dengan

    tepat, mengarahkan pencapaian kegiatan sesuai dengan

    rencana strategis yang ditetapkan; dan

    - indikator dan ukuran kinerja telah cukup andal dalam

    menjamin pencapaian kinerja sesuai dengan yang

    ditargetkan.

    Reviu atas indikator dan ukuran kinerja juga bertujuan untuk

    mengevaluasi faktor penilaian pengukuran kinerja.

    Bila dalam reviu diperoleh kesimpulan adanya

    ketidaktepatan atau ketidaklayakan penetapan indikator dan

    ukuran kinerja, maka harus diperbaiki dan disesuaikan, bila

    perlu dicarikan indikator dan ukuran kinerja pengganti

    (surrogate) yang lebih menggambarkan ketercapaian

    sasaran strategis.

    2) Pendekatan reviu kecukupan kinerja

    Reviu terhadap indikator dan ukuran kinerja merupakan

    langkah penting karena berguna untuk menjamin bahwa

    indikator dan ukuran kinerja telah memenuhi kriteria yang

    diinginkan dan mampu memotivasi pimpinan dan pegawai

    dalam suatu organisasi untuk mencapai kinerja yang lebih

    baik. Pendekatan reviu secara umum memiliki langkah-

    langkah sebagai berikut:

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 26

    (a) Lakukan identifikasi terhadap indikator dan ukuran

    kinerja yang telah ditetapkan oleh suatu instansi

    pemerintah;

    (b) Lakukan penilaian apakah indikator dan ukuran kinerja

    tersebut telah sejalan dengan:

    - Rencana strategis instansi pemerintah yang meliputi

    visi, misi, tugas, dan fungsinya. Reviu ini dilakukan

    terutama untuk menjamin bahwa outcome yang

    dihasilkan telah sejalan dengan visi dan misi suatu K/L

    atau pemerintah provinsi/kabupaten/kota.

    - Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    Nasional/Daerah (RPJMN/D) suatu

    kementerian/lembaga (K/L).

    Reviu ini dilakukan untuk menilai apakah indikator dan

    ukuran kinerja pada tahun yang bersangkutan dan

    tahun-tahun sebelumnya telah mengacu pada

    indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan dalam

    target lima tahunan. Bila terdapat ketidaksesuaian

    atau ketidakselarasan harus segera direvisi.

    (c) Lakukan analisis kewajaran penetapan target kinerja

    dengan membandingkan capaian realisasi kinerja tahun-

    tahun sebelumnya. Analisis ini untuk meyakini kewajaran

    penetapan target kinerjanya.

    Berdasarkan hasil analisis di atas dapat diperoleh

    kemungkinan hasil sebagai berikut:

    - Apabila capaian kinerja beberapa tahun cenderung

    lebih tinggi atau sebanding dengan target kinerjanya,

    maka perlu dilakukan penilaian apakah capaian

    tersebut memang mencerminkan capaian kinerja yang

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 27

    tinggi/berhasil ataukah karena penetapan target

    kinerjanya yang terlalu rendah sehingga mudah

    dicapai.

    - Apabila capaian kinerja beberapa tahun cenderung di

    bawah target kinerja, maka perlu dicermati apakah

    kegagalan pencapaian ini karena rendahnya kinerja

    ataukah karena penetapan target kinerja yang terlalu

    tinggi sehingga tidak mungkin untuk dicapai.

    (d) Lakukan survei terhadap pimpinan dan pegawai yang

    terlibat dengan pengembangan dan pengukuran

    indikator dan ukuran kinerja yang telah berjalan.

    Berdasarkan hasil survei dapat dinilai kemungkinan dapat

    dilaksanakan dan relevansinya indikator dan ukuran

    kinerja dalam mendorong pencapaian kinerja suatu

    instansi pemerintah.

    3) Metode Reviu

    Metode reviu kecukupan indikator dan ukuran kinerja dapat

    menggunakan empat aspek penilaian, yaitu Relevant,

    Appropriate, Comprehensive, dan Fairly Represent.

    a) Relevant. Suatu indikator dan ukuran kinerja disebut

    relevan apabila indikator dan ukuran kinerja tersebut

    mempunyai hubungan yang logis dengan tujuan dan

    sasaran instansi pemerintah dan secara jelas menunjukkan

    output dan outcome yang mengomunikasikan apa yang

    akan diukur. Tujuan dan sasaran instansi pemerintah yang

    tercantum dalam pernyataan visi, misi, strategi, program,

    atau kegiatan akan digunakan dalam menilai relevansi

    suatu indikator dan ukuran kinerja.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 28

    b) Appropriate. Indikator dan ukuran kinerja dikatakan

    Appropriate (tepat) apabila memungkinkan para

    pengguna untuk menilai:

    (1) Capaian kinerja dibandingkan target dan tujuan yang

    ditetapkan (Performance relative to targets and goals);

    apakah organisasi telah mencapai sasaran-sasaran dan

    tujuan-tujuannya dan besarnya pencapaian tersebut.

    Untuk dapat mengidentifikasi kemajuan ke arah target

    kinerja secara mencukupi, ukuran-ukuran harus secara

    tepat mewakili target kinerja dan mencakup aspek-

    aspek utama kinerja instansi pemerintah;

    (2) Capaian kinerja dibandingkan dengan kinerja periode

    sebelumnya (Performance relative to previous

    performance); indikator dan ukuran kinerja harus

    memungkinkan pengguna untuk menilai apakah instansi

    menjadi lebih baik atau bahkan lebih buruk dalam

    melakukan apa yang menjadi kewajiban mereka. Oleh

    karena itu, indikator dan ukuran kinerja harus

    dihubungkan dengan indikator dan ukuran kinerja

    sebelumnya dan mengarah pada penyediaan informasi

    yang mencukupi untuk membuat suatu trend;

    (3) Capaian kinerja dibandingkan dengan kinerja

    organisasi sejenis (Performance relative to the

    performance of similar organizations); indikator dan

    ukuran kinerja harus memungkinkan pengguna untuk

    menentukan posisi instansi pemerintah ketika

    diperbandingkan dengan instansi pemerintah sejenis

    lainnya, baik di dalam negeri maupun di negara lain

    dan di antara grup klien dalam satu wilayah. Contoh,

    tingkat kinerja pada satu wilayah dapat digunakan

    sebagai target bagi wilayah lainnya, atau kinerja pada

    satu unit internal dengan unit lainnya yang serupa;

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 29

    (4) Capaian kinerja dibandingkan dengan standar umum

    atau standar mutu produk (Performance relative to

    industry standards); Pembandingan dengan standar

    industri atau standar profesi/asosiasi yang umum

    diterima seperti standar desain bangunan, standar

    struktur jalan raya, dan sebagainya.

    (5) Fairly Represent (Representasi yang sahih/wajar).

    Untuk menentukan bahwa indikator dan ukuran kinerja

    tersebut telah merupakan representasi yang

    sahih/wajar dari kinerja instansi pemerintah, maka

    indikator dan ukuran tersebut harus memiliki hubungan

    yang jelas dengan kinerja yang dimaksud atau

    ditunjukkan sebagai alat memrediksi kejadian,

    indikator, dan ukuran kinerja, juga tidak terlalu

    dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar kendali organisasi.

    c) Comprehensive. Indikator dan ukuran kinerja harus

    memberikan gambaran yang menyeluruh tentang kinerja

    instansi pemerintah. Dengan demikian, indikator dan

    ukuran kinerja harus mencakup semua area-area penting

    dan utama dari output dan outcome instansi pemerintah

    dan menyediakan kumpulan (range) indikator dan ukuran

    kinerja yang cukup bagi para pengguna untuk menilai

    kinerja. Indikator dan ukuran kinerja yang disajikan

    mungkin relevan dan tepat terhadap suatu output atau

    outcome, tetapi ada kemungkinan indikator dan ukuran

    kinerja tersebut tidak cukup (deficient) sehingga tidak

    mencakup semua area kunci untuk penilaian kinerja.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 30

    Untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai tingkat

    kecukupan masing-masing aspek tersebut, instansi

    pemerintah dapat mengembangkan suatu tolok ukur-tolok

    ukur untuk setiap aspek penilaian disesuaikan dengan

    kondisi masing-masing.

    4) Analisis kinerja

    PP SPIP mengatur bahwa data capaian kinerja

    dibandingkan secara terus-menerus dengan sasaran yang

    ditetapkan dan selisihnya dianalisis lebih lanjut.

    Analisis dilakukan sebagai upaya untuk melihat kewajaran

    penetapan target kinerja dengan membandingkan capaian

    realisasi kinerja tahun-tahun sebelumnya.

    Kewajaran target dapat dilihat dengan menganalisis:

    Sejauh mana keseluruhan output dan outcome kegiatan

    telah memberikan kontribusi pada pencapaian sasaran

    dan tujuan;

    Ada tidaknya gap kinerja, serta mengetahui apa

    penyebabnya;

    Ada tidaknya faktor faktor yang menyebabkan kegagalan;

    Permasalahan apa saja yang muncul;

    Bagaimana permasalahan diatasi.

    Pimpinan instansi harus menyakinkan diri bahwa atas

    indikator dan ukuran kinerja telah ditetapkan target yang

    realistis, diukur capaiannya, dan dimonitor secara berkala

    untuk mengetahui realisasi dibandingkan dengan rencana

    atau standar. Selanjutnya, dilakukan evaluasi gap kinerja

    sehingga langkah perbaikan yang diambil tepat.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 31

    Evaluasi secara umum ditujukan untuk mengkonversi data

    kinerja menjadi informasi tentang bagaimana kinerja saat itu

    dan apa yang sedang terjadi, serta mengetahui mengapa

    terjadi deviasi dari yang ditargetkan atau dari kinerja rata-

    rata di lingkungan instansinya.

    Adapun manfaat analisis data pengukuran kinerja antara lain:

    a) Memperbaiki standar kinerja

    Penetapan target harus sesuatu yang menantang

    (challenging), tetapi realistis. Kadang-kadang capaian

    kinerja bisa jadi secara internal sudah tercapai dengan baik,

    namun bila dilakukan benchmarking terhadap standar

    kinerja, misal standar pelayanan masih belum bagus.

    Untuk mencapai perbaikan berkelanjutan, standar harus

    dibandingkan dan disesuaikan dengan capaian kinerja,

    instansi lain. Dengan demikian, analisis kinerja akan

    memberikan masukan bagi perbaikan standar sehingga

    terjadi peningkatan kinerja.

    b) Memperbaiki proses

    Analisis kinerja juga memberikan manfaat bagi perbaikan

    proses. Tanpa perbaikan proses, maka sangat kecil

    kemungkinan dicapainya perbaikan kinerja yang lebih baik.

    c) Perbaikan indikator dan ukuran kinerja.

    Analisis capaian kinerja dapat juga memberikan masukan

    untuk melakukan perbaikan/perubahan rumusan indikator

    dan ukuran kinerja. Hal ini dihasilkan dari analisis

    ketepatan indikator dan ukuran kinerja yang sudah ada,

    sehingga dapat menjadi masukan untuk penetapan

    indikator dan ukuran kinerja yang lebih memenuhi kriteria

    SMART.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 32

    C. Tahap Pelaporan

    Tahap selanjutnya dalam penyelenggaraan SPIP adalah tahap

    pelaporan. Tahap ini sebagai bentuk pertanggungjawaban

    atas pelaksanaan penyelenggaraan sub unsur penetapan dan

    reviu atas indikator, serta ukuran kinerja, yang hasil

    pemantauannya dituangkan ke dalam dokumentasi berbentuk

    laporan. Laporan terdiri dari dua macam, yaitu laporan yang

    dibuat setelah suatu kegiatan (dalam rangka membangun

    penyelenggaraan kegiatan pengendalian berupa penetapan

    dan reviu atas indikator serta ukuran kinerja) dilaksanakan dan

    laporan periodik yang melaporkan secara keseluruhan

    mengenai kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dalam

    rangka penyelenggaraan sub unsur tersebut dalam suatu

    kurun waktu tertentu (misalkan: bulanan).

    Laporan per kegiatan merupakan dokumen pendukung bagi

    laporan keseluruhan kegiatan. Dalam laporan per kegiatan

    tersebut memuat antara lain:

    1. Pelaksanaan kegiatan

    Menjelaskan persiapan dan pelaksanaan kegiatan, serta

    tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut.

    2. Hambatan kegiatan

    Apabila ditemukan hambatan-hambatan dalam

    pelaksanaan kegiatan yang menyebabkan tidak

    tercapainya target/tujuan kegiatan tersebut, agar dijelaskan

    sebab-sebab terjadinya hambatan kegiatan.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 33

    3. Saran

    Saran diberikan berkaitan dengan adanya hambatan

    pelaksanaan kegiatan dan dicarikan saran pemecahan

    masalah untuk tidak berulangnya kejadian serupa dan guna

    peningkatan pencapaian tujuan. Saran/rekomendasi yang

    diberikan agar realistis dan benar-benar dapat

    dilaksanakan.

    4. Tindak lanjut atas saran/rekomendasi periode sebelumnya

    Disini dilaporkan tindak lanjut yang telah dilakukan atas

    saran/rekomendasi yang telah diberikan pada kegiatan

    periode sebelumnya.

    Dokumentasi ini merupakan bahan dukungan bagi

    penyusunan laporan berkala dan tahunan (penjelasan

    penyusunan laporan dapat dilihat pada Pedoman Teknis

    Penyelenggaraan SPIP). Kegiatan pendokumentasian menjadi

    tanggung jawab pelaksana kegiatan, yang hasilnya disampaikan

    kepada pimpinan instansi pemerintah sebagai bentuk

    akuntabilitas, melalui Satuan Tugas Penyelenggaraan SPIP di

    instansi pemerintah terkait.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 34

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 35

    BAB IV

    PENUTUP

    Pedoman teknis sub unsur penetapan dan reviu atas indikator

    serta ukuran kinerja ini adalah panduan awal dalam pelaksanaan

    SPIP oleh instansi pemerintah, yang dapat disesuaikan dengan

    tingkatan kebutuhan dan situasi, kondisi, masing-masing instansi

    pemerintah.

    Penetapan dan reviu atas indikator serta ukuran kinerja

    merupakan langkah awal bagi instansi pemerintah dalam rangka

    akuntabilitas kinerjanya. Dengan adanya indikator dan ukuran

    kinerja dapat diukur keberhasilan Instansi pemerintah mencapai

    tujuannya. Indikator dan ukuran kinerja merupakan alat manajemen

    untuk memperbaiki pencapaian tujuan dan strategi organisasi.

    Pedoman ini disusun untuk memberikan acuan praktis bagi

    pimpinan instansi pemerintah dalam menciptakan dan melaksanakan

    sistem pengendalian intern, khususnya pada unsur kegiatan

    pengendalian dengan sub unsur penetapan dan reviu atas indikator

    serta ukuran kinerja di lingkungan instansi yang dipimpinnya.

    Hal-hal yang dicakup dalam pedoman teknis ini adalah acuan

    mendasar yang berlaku secara umum bagi seluruh instansi

    pemerintah, yang minimal harus dipenuhi dalam menerapkan

    penetapan dan reviu atas indikator serta ukuran kinerja, serta tidak

    mengatur secara spesifik bagi instansi tertentu. Instansi pemerintah

    hendaknya dapat mengembangkan lebih jauh langkah-langkah yang

    perlu diambil sesuai dengan kebutuhan organisasi, dengan tetap

    mengacu dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

  • 3.5 Penetapan dan Reviu atas Indikator serta Ukuran Kinerja 36

    Sesuai dengan perkembangan teori dan praktik-praktik sistem

    pengendalian intern, pedoman ini dapat disesuaikan di kemudian

    hari.