3188 pedoman pendayagunaan aset tetap perum perhutani

33
KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI NOMOR : 3188 / KPTS/DIR/2014 TENTANG PEDOMAN PENDAYAGUNAAN ASET TETAP PERUM PERHUTANI DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara mempunyai kegiatan usaha utama di bidang pengelolaan hutan dan kegiatan lainnya, antara lain usaha optimalisasi potensi sumber daya yang dimiliki antara lain berupa Aset Tetap; b. bahwa dalam rangka optimalisasi nilai perusahaan, Perum Perhutani perlu melakukan pendayagunaan Aset Tetap yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh Perusahaan; c. bahwa dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-13/MBU/9/2014 tentang Pendayagunaan Aset Tetap Badan Usaha Milik Negara, Keputusan Direksi Perum Perhutani No 2979/KPTS/DIR/2014 tanggal 22 Juli 2014 tentang Pedoman Aset Tetap Perum Perhutani sudah tidak sesuai dan perlu dilakukan penyesuaian; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c di atas, perlu menetapkan Keputusan Direksi Perum Perhutani tentang Pedoman Pendayagunaan Aset Tetap Perum Perhutani; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara; 4. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER- 19/MBU/2012 tentang Pedoman Penundaan Transaksi Bisnis Yang Terindikasi Penyimpangan dan/atau Kecurangan; 5. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER- 13/MBU/09/2014 tentang Pedoman Pendayagunaan Aset Tetap Badan Usaha Milik Negara; 6. Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep- 170/MBU/2011 jo Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor SK.10/MBU/2014 jo Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor SK-231/MBU/10/2014 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara; 7. Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 007/KPTS/DIR/2014 tentang Struktur Organisasi Perum Perhutani; 8. Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 3130/KPTS/DIR/2014 tentang Pembagian Tugas dan Wewenang Direksi Perum Perhutani;

Upload: achmad-hasan-al-banna

Post on 17-Nov-2015

538 views

Category:

Documents


53 download

DESCRIPTION

PEDOMAN PENDAYAGUNAAN ASET TETAP PERUM PERHUTANI

TRANSCRIPT

  • KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI NOMOR : 3188 / KPTS/DIR/2014

    TENTANG

    PEDOMAN PENDAYAGUNAAN ASET TETAP PERUM PERHUTANI

    DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI,

    Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara mempunyai kegiatan usaha utama di bidang pengelolaan hutan dan kegiatan lainnya, antara lain usaha optimalisasi potensi sumber daya yang dimiliki antara lain berupa Aset Tetap;

    b. bahwa dalam rangka optimalisasi nilai perusahaan, Perum Perhutani perlu melakukan pendayagunaan Aset Tetap yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh Perusahaan;

    c. bahwa dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-13/MBU/9/2014 tentang Pendayagunaan Aset Tetap Badan Usaha Milik Negara, Keputusan Direksi Perum Perhutani No 2979/KPTS/DIR/2014 tanggal 22 Juli 2014 tentang Pedoman Aset Tetap Perum Perhutani sudah tidak sesuai dan perlu dilakukan penyesuaian;

    b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c di atas, perlu menetapkan Keputusan Direksi Perum Perhutani tentang Pedoman Pendayagunaan Aset Tetap Perum Perhutani;

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara;

    2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara;

    3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara;

    4. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-19/MBU/2012 tentang Pedoman Penundaan Transaksi Bisnis Yang Terindikasi Penyimpangan dan/atau Kecurangan;

    5. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-13/MBU/09/2014 tentang Pedoman Pendayagunaan Aset Tetap Badan Usaha Milik Negara;

    6. Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-170/MBU/2011 jo Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor SK.10/MBU/2014 jo Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor SK-231/MBU/10/2014 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara;

    7. Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 007/KPTS/DIR/2014 tentang Struktur Organisasi Perum Perhutani;

    8. Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 3130/KPTS/DIR/2014 tentang Pembagian Tugas dan Wewenang Direksi Perum Perhutani;

  • Memperhatikan : 1. Surat Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: S-492/MBU/2012 tanggal 13 September 2012 perihal Tindak Lanjut SK Menteri BUMN Nomor SK-223/MBU/2012 tanggal 15 Juni 2102;

    2. Kajian Sucofindo Advisory Utama Nomor: 332/SA-IV/SJK/PST/2014 tanggal 29 April 2014 tentang Kajian Formulasi Penentuan Biaya Sewa Perum Perhutani Tahun 2014.

    MEMUTUSKAN :

    Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI TENTANG PEDOMAN

    PENDAYAGUNAAN ASET TETAP PERUM PERHUTANI KESATU : Direksi wajib melakukan inventarisasi dan menyusun daftar Aset Tetap

    yang kurang dan/atau tidak optimal pemanfaatannya disertai dengan penjelasan mengenai : a. lokasi; b. kondisi; c. status dan bukti kepemilikan; d. rencana awal pemanfaatan oleh perusahaan terhadap Aset Tetap

    berupa tanah dan bangunan disertai dengan penjelasan mengenai Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dimana Aset Tetap tersebut berada.

    KEDUA :

    (1) Pendayagunaan Aset Tetap dapat dilakukan sendiri oleh Perusahaan atau melalui

    kerjasama dengan pihak lain. (2) Pendayagunaan Aset Tetap yang dilakukan sendiri oleh Perusahaan, pelaksanaannya

    sepenuhnya menjadi kewenangan Direksi sesuai dengan mekanisme internal perusahaan.

    (3) Pendayagunaan Aset Tetap melalui kerjasama dengan pihak lain, dilakukan

    berdasarkan Pedoman sebagaimana Lampiran Keputusan ini.

    Pasal 3

    Bagi Anak Perusahaan Perum Perhutani dalam melakukan kegiatan pendayagunaan Aset

    Tetap di wilayah kerjanya, dapat membuat pedoman tersendiri dengan mengacu pada

    Keputusan ini.

    Pasal 4

    (1) Pendayagunaan Aset Tetap yang sudah dilaksanakan atau telah mendapat persetujuan

    Direksi dan/atau Dewan Pengawas dan/atau Menteri Badan Usaha Milik Negara

    sebelum ditetapkan Keputusan ini, dinyatakan tetap berlaku.

    (2) Pendayagunaan Aset Tetap yang sedang dalam proses pengkajian dan/atau proses

    persetujuan pada saat Keputusan ini ditetapkan, prosesnya mengikuti Keputusan ini.

  • Pasal 5 Dengan berlakunya Keputusan ini, Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 2979/KPTS/DIR/2014 tanggal 22 Juli 2014 tentang Pedoman Pendayagunaan Aset Perum Perhutani, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

    Pasal 6 Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan.

    Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 9 Desember 2014

    DIREKTUR UTAMA, ttd MUSTOHA ISKANDAR

    Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth. 1. Menteri Badan Usaha Milik Negara; 2. Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Industri Strategis Kementerian BUMN; 3. Ketua Dewan Pengawas; 4. Segenap Direktur; 5. Segenap Kepala Divisi; 6. Kepala Satuan Pengawasan Intern; 7. Deputi Direktur P2K; 8. Segenap Asisten Direktur; 9. Segenap Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan/KPH.

  • 1

    Lampiran Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor : 3188/KPTS/DIR/2014 Tanggal : 9 Desember 2014

    BAB I PENDAHULUAN

    I. UMUM Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara yang disingkat dengan Perum Perhutani selanjutnya disebut Perusahaan adalah badan usaha milik negara yang seluruh modalnya dimiliki negara berupa kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 1972 sebagaimana telah beberapa kali diubah dan diatur kembali, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara. Bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010, diatur maksud dan tujuan Perusahaan yaitu menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang berhubungan dengan Pengelolaan Hutan yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip Pengelolaan Hutan lestari dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Untuk mencapai maksud dan tujuan Perusahaan, Perusahaan menyelenggarakan kegiatan usaha utama dan kegiatan usaha lain. Kegiatan usaha lain dapat berupa : usaha optimalisasi potensi sumber daya yang dimiliki untuk trading house, agroindustrial complex, agrobisnis, properti, pergudangan, pariwisata, hotel, resort, rest area, rumah sakit, pertambangan galian C, prasarana telekomunikasi, pemanfaatan sumber daya air dan sumber daya alam lainnya. Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan usahanya tersebut, Perusahaan memiliki Aset Tetap yang kurang produktif dan belum termanfaatkan atau kurang optimal pemanfaatannya yang tersebar di seluruh wilayah Perum Perhutani. Aset Tetap yang kurang atau tidak optimal pemanfaatannya (idle) tersebut, akan menjadi beban bagi Perusahaan antara lain, beban biaya berupa Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), biaya pemeliharaan dan pengamanan, serta biaya-biaya lain, sedangkan Aset Tetap tersebut selama ini belum menghasilkan pendapatan guna menutupi biaya yang dikeluarkan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan Aset Tetap agar memperoleh pendapatan, perlu melakukan pendayagunaan terhadap Aset Tetap dimaksud. Dalam rangka pendayagunaan Aset Tetap tersebut, Perusahaan melakukan pemetaan terdapat Aset Tetap yang dimilikinya, sehingga Perusahaan memiliki daftar Aset Tetap yang kurang atau tidak optimal. Pelaksanaan pendayagunaan Aset Tetap harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) dan asas manfaat. Untuk itu, perlu adanya pedoman mengenai pendayagunaan Aset Tetap Perusahaan.

  • 2

    Bahwa Perusahaan telah menerbitkan Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor : 2979/KPTS/DIR/2014 tanggal 22 Juli 2014 tentang Pedoman Pendayagunaan Aset Tetap Perum Perhutani, namun dengan diterbitkannnya Peraturan Menteri BUMN Nomor P-13/MBU/09/2014 tanggal 18 September 2014 tentang Pedoman Pendayagunaan Aset Tetap BUMN, dirasakan sudah tidak sesuai dan untuk itu perlu untuk dilakukan penyesuaian. Sehubungan dengan hal tersebut diatas untuk lebih memperjelas dan memperlancar proses, mengoptimalkan hasil pelaksanaan pendayagunaan Aset Tetap dan sekaligus melakukan penyesuaian dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), sehingga perlu menyusun kembali Keputusan direksi Perum Perhutani tentang Pedoman Pendayagunaan Aset Tetap Perum Perhutani dalam bentuk manual (guideline).

    II. PENGERTIAN

    Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:

    1. Perusahaan adalah Perusahaan Umum (Perum ) Kehutanan Negara disingkat Perum Perhutani.

    2. Menteri adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara .

    3. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas Perusahan Umum (Perum) Kehutanan Negara.

    4. Direksi adalah Direksi Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara.

    5. Aset Tetap adalah aset berwujud berupa tanah dan/atau bangunan.

    6. Pendayagunaan Aset Tetap adalah upaya optimalisasi pemanfaatan Aset Tetap Perusahaan melalui kerjasama dengan Mitra.

    7. Bangun Guna Serah (Build Operate and Transfer), yang selanjutnya disebut BGS, adalah kerjasama Perusahaan dengan pihak lain untuk melakukan Pendayagunaan Aset Tetap berupa tanah dan/atau bangunan milik atau dikuasai Perusahaan dengan cara mendirikan bangunan, sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerjasama, untuk selanjutnya tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya diserahkan kepada Perusahaan setelah berakhirnya jangka waktu.

    8. Bangun Serah Guna (Build Transfer and Operate), yang selanjutnya disebut BSG, adalah kerjasama Perusahaan dengan pihak lain untuk melakukan Pendayagunaan Aset Tetap berupa tanah dan/atau bangunan milik atau dikuasai Perusahaan dengan cara mendirikan atau meningkatkan kualitas dan/atau kuantitas bangunan, sarana berikut fasilitasnya, kemudian setelah selesai pembangunan, bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya menjadi milik Perusahaan untuk kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.

    9. Kerjasama Operasi, yang selanjutnya disingkat KSO, adalah kerjasama dengan prinsip bagi hasil yang saling menguntungkan antara Perusahaan dengan mitra kerjasama, dimana Perusahaan ikut terlibat dalam manajemen pengelolaan.

    10. Kerjasama Usaha, yang selanjutnya disingkat KSU, adalah kerjasama dengan prinsip bagi hasil yang saling menguntungkan antara Perusahaan dengan mitra kerjasama dimana Perusahaan tidak ikut terlibat dalam manajemen pengelolaan.

  • 3

    11. Pinjam Pakai adalah pemanfaatan Aset Tetap oleh Mitra untuk jangka waktu tertentu dengan memberikan kompensasi,

    12. Sewa adalah pemanfaatan Aset Tetap oleh Mitra dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai.

    13. Mitra adalah pihak-pihak yang memanfaatkan Aset Tetap Perusahaan melalui kerjasama yang diikat dalam suatu perjanjian dengan prinsip saling menguntungkan.

    14. Studi Kelayakan adalah kajian secara komprehensif, baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang menunjukkan tingkat kelayakan suatu rencana Pendayagunaan Aset Tetap.

    15. Pemilihan Langsung adalah pemilihan Mitra melalui pemilihan kepada beberapa pihak terbatas sekurang-kurangnya 3 (tiga) calon Mitra potensial.

    16. Penunjukan Langsung adalah pemilihan Mitra yang dilakukan secara langsung kepada satu calon Mitra potensial.

    17. Anak Perusahaan BUMN adalah :

    a. Anak Perusahaan yang sahamnya minimum 90% dimiliki oleh Perum Perhutani ;

    b. Anak Perusahaan yang sahamnya minimum 90% dimiliki oleh BUMN lain;

    c. Perusahaan patungan dengan jumlah gabungan kepemilikan saham BUMN minimum 90%.

    18. Perusahaan Terafiliasi adalah perusahaan yang sahamnya minimum 90% dimiliki oleh anak perusahaan Perum Perhutani, Anak Perusahaan BUMN lain, gabungan anak perusahaan BUMN, atau gabungan anak perusahaan BUMN dengan BUMN.

    19. Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) adalah badan usaha yang telah mendapat izin usaha dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Penilai Publik dalam memberikan jasanya untuk memberikan estimasi dan pendapat atas nilai ekonomis suatu obyek penilaian pada saat tertentu sesuai dengan Standar Penilaian Indonesia.

    20. Nilai Investasi adalah nilai yang berhubungan dengan aliran kas keluar untuk keperluan investasi. Sebaiknya pengertian yang digunakan dalam rangka optmalisasi aset ini.

    21. Kompensasi atau Bagi hasil adalah bagian dari kerjasama yang menjadi hak Para Pihak yang bekerjasama, dapat berupa bagi hasil keuntungan, bagi hasil produksi, bagi pendapatan.

    22. Penilaian Aset Tetap adalah proses untuk melakukan estimasi nilai ekonomis dari suatu Aset Tetap.

    23. Proposal adalah rencana kerja yang disusun secara sistematis dan terinci untuk suatu kegiatan yang bersifat formal dan merupakan suatu usulan kegiatan perlu dukungan atau persetujuan pihak lain.

    24. Highest and Best Use (HBU) analysis adalah analisis penggunaan tertinggi terbaik dan terbaik tertinggi (Highest and Best Use) sebagai dasar pengembangan dapat diartikan kemungkinan terbesar dari penggunaan lahan yang secara fisik dimungkinkan, secara hukum diizinkan, secara keuangan layak dan akan memberikan Nilai tertinggi atas lahan tersebut.

    25. Basic Design adalah konsep pengembangan yang paling optimal dari aset yang memberikan manfaat tertinggi baik dari segi peruntukan, teknis, keuangan dan pola kerjasama yang akan diterima.

    26. Studi kelayakan atau Feasibility Study (FS) adalah studi yang dibuat untuk mendapatkan kelayakan dari suatu potensi bisnis, terutama dalam hal kelayakan finansial dan teknis dengan mengandalkan kepada analisa detail yang didukung dengan studi lanjutan untuk mendapatkan informasi yang lebih komprehensif.

  • 4

    27. Nilai Perkiraan Sendiri (NPS) adalah batas minimal pendapatan yang diterima oleh Perusahaan dari hasil pendayagunaan Aset Tetap.

    28. Request for Proposal (RFP) adalah bahan informasi dasar, bagi para calon mitra usaha yang berminat mengikuti seleksi rencana kerjasama dan merupakan dokumen acuan yang digunakan dalam proses seleksi mitra usaha.

    29. Due Diligence adalah tinjauan menyeluruh atau uji tuntas terhadap dokumen-dokumen antara lain dokumen keuangan, hukum, teknis dan dokumen pendukung lain yang relevan dalam rangka pengambilan keputusan suatu transaksi atau kerjasama.

    30. Detail Design adalah detail perencanaan atas suatu potensi pengembangan bisnis, baik secara finansial ataupun teknis yang dibuat oleh calon Mitra.

    31. Non Disclosure Agreement (NDA) adalah perjanjian kerahasiaan yang dipersyaratkan untuk ditandatangani kedua belah pihak sebagai perwujudan itikad baik untuk saling membuka informasi yang diperlukan dalam rangka mengkaji kelayakan dari suatu proyek baik dari aspek hukum, teknis maupun finansial.

    32. Business Review adalah dokumen yang disiapkan untuk memberikan gambaran informasi terhadap aset yang akan dikembangkan oleh Perusahaan. Dokumen ini bermanfaat untuk memberikan dasar dalam persetujuan pengembangan suatu proyek termasuk perkiraan biaya pengembangan yang dibutuhkan

    33. Pakta Integritas adalah surat pernyataan yang dibuat oleh Direksi yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan Perusahaan dan menjalankan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) dalam Pendayagunaan Aset Tetap Perusahaan.

    34. Sinking Fund adalah dana cadangan untuk pemeliharaan,perbaikan, dan/atau penggantian bagian dari Aset Tetap yang menjadi objek kerjasama.

    35. Escrow Account adalah rekening yang dibuka secara khusus untuk tujuan tertentu guna menampung dana bersama berdasarkan persyaratan tertentu sesuai dengan perjanjian tertulis.

    III. MAKSUD DAN TUJUAN

    1. Maksud

    Maksud dari penetapan Keputusan Direksi Perum Perhutani tentang Pedoman Pendayagunaan Aset Tetap Perusahaan ini adalah sebagai pedoman bagi Perusahaan dalam melaksanakan pendayagunaan Aset Tetap.

    2. Tujuan

    Tujuan dari penetapan Keputusan Direksi Perum Perhutani tentang Pedoman Pendayagunaan Aset Tetap Perusahaan adalah dalam rangka optimalisasi pemanfaatan Aset Tetap baik yang kurang atau tidak optimal guna lebih meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan.

    IV. RUANG LINGKUP

    Ruang lingkup pedoman pendayagunaan Aset Tetap ini meliputi :

    1. Prinsip umum pendayagunaan Aset Tetap.

    2. Pendayagunaan Aset Tetap melalui berbagai bentuk kerjasama.

    3. Proses pendayagunaan Aset Tetap dan persetujuan.

  • 5

    4. Perjanjian pendayagunaan Aset Tetap.

    5. Monitoring dan evaluasi.

    6. Pendayagunaan Aset Tetap dalam rangka pemindahtanganan.

    7. Pendayagunaan Aset Tetap dalam rangka penyelesaian permasalahan.

    8. Pendayagunaan Aset Tetap oleh BUMN lain dan/atau anak perusahaan BUMN untuk dan atas nama (vehicle) BUMN dan penugasan kepada anak perusahaan BUMN.

    9. Lain-lain.

  • 6

    BAB II PRINSIP UMUM

    Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan Pendayagunaan Aset Tetap adalah sebagai berikut :

    1. Pendayagunaan Aset Tetap dilakukan dengan memperhatikan asas transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran.

    2. Pendayagunaan Aset Tetap dilakukan dengan memperhatikan asas kemanfaatan.

    3. Pendayagunaan Aset Tetap harus sesuai dengan peruntukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    4. Pendayagunaan Aset Tetap tidak mengganggu kegiatan utama Perusahaan.

    5. Pendayagunaan Aset Tetap dilakukan untuk jangka waktu tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian dan tidak diperkenankan melakukan Pendayagunaan Aset Tetap tanpa batas waktu.

    6. Pendayagunaan Aset Tetap mengutamakan sinergi antar BUMN dan/atau Anak Perusahaan BUMN dan/atau Perusahaan Terafiliasi BUMN dan peningkatan peran serta usaha nasional.

    7. Aset Tetap yang dikerjasamakan dilarang untuk diagunkan oleh Mitra.

    8. Pihak eksternal dilarang ikut campur dan melakukan intervensi dalam proses dan pengambilan keputusan mengenai Pendayagunaan Aset Tetap dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan.

    9. Direksi bertanggungjawab atas pelaksanaan Pendayagunaan Aset Tetap untuk kepentingan perusahaan, serta menjamin bebas dari tekanan, paksaan dan campur tangan dari pihak lain.

    10. Direksi wajib mengevaluasi perjanjian Pendayagunaan Aset Tetap yang belum dilaksanakan, apabila Direksi berpendapat bahwa perjanjian yang sudah ditandatangani merugikan Perusahaan atau belum memberikan keuntungan yang optimal, dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan.

    11. Direksi dapat melakukan penundaan dan/atau pembatalan pelaksanaan perjanjian pendayagunaan Aset Tetap, apabila terdapat indikasi adanya penyimpangan dan/atau kecurangan.

  • 7

    BAB III PENDAYAGUNAAN ASET TETAP

    I. CARA PENDAYAGUNAAN ASET TETAP

    1. Pendayagunaan Aset Tetap dilakukan dengan cara, antara lain:

    a. Bangun Guna Serah /BGS;

    b. Bangun Serah Guna /BSG;

    c. Kerjasama Operasi /KSO;

    d. Kerjasama Usaha /KSU;

    e. Sewa; atau

    f. Pinjam Pakai.

    2. Pemilihan cara pendayagunaan Aset Tetap dilakukan berdasarkan karakteristik penggunaan/pemanfaatan Aset Tetap oleh mitra usaha, dan untuk kerjasama jangka panjang, pendayagunaan Aset Tetap dilakukan dengan cara Bangun Guna Serah (BGS), Bangun Serah Guna (BSG), Kerjasama Operasi (KSO), atau Kerjasama Usaha (KSU).

    3. Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara selain sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a sampai dengan huruf f di atas, prosedur, tata cara, persetujuannya tetap mengacu pada Keputusan ini.

    4. Terhadap Aset Tetap yang akan didayagunakan sebelumnya dilakukan penyerahan dari Direktorat atau Divisi Regional atau Divisi Komersial/Bisnis kepada Divisi PPA setelah penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara Direksi/Kepala Divisi PPA/GM KBM PPA dengan Mitra terpilih, penyerahan Aset Tetap dilaksanakan maksimal 7 (tujuh) hari setelah penetapan mitra.

    II. BANGUN GUNA SERAH DAN BANGUN SERAH GUNA (BGS DAN BSG)

    1. OBJEK

    1. 1. Yang menjadi obyek kerjasama pendayagunaan Aset Tetap dengan cara BGS dan BSG adalah Aset Tetap Perusahaan berupa tanah dan/atau bangunan. Setelah kerjasama berlangsung bangunan, sarana dan/atau prasarana yang dibangun/ditingkatkan kualitasnya, menjadi obyek kerjasama.

    1. 2. Apabila di atas tanah yang menjadi obyek kerjasama tersebut terdapat Aset Tetap lain dan Aset Tetap tersebut tidak dapat dijadikan sebagai objek kerjasama, maka Aset Tetap tersebut dihapusbukukan dan diperhitungkan dalam penetapan kompensasi.

    1. 3. Proses penghapusbukuan sebagaimana dimaksud pada angka 1.2. dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

  • 8

    2. PEMILIHAN MITRA

    2.1. Pemilihan Mitra dalam rangka kerjasama Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara BGS dan BSG, dilakukan dengan cara Pemilihan Langsung atau Penunjukan Langsung sesuai dengan kewenangannya masing-masing.

    2.2. Pelaksanaan pemilihan mitra didasarkan pada nilai perkiraan sendiri yang ditetapkan oleh Direksi.

    2.3. Tahap - Tahap Pemilihan Mitra :

    a. Pengumuman penawaran pendayagunaan Aset Tetap kepada calon mitra dapat dilakukan melalui media cetak dan/atau media elektronik dan/atau korespondensi dan/atau papan pengumuman;

    b. Dalam rangka pembuatan proposal untuk penawaran kerjasama, calon Mitra dapat meminta data Aset Tetap dan melakukan pendaftaran dengan mengisi Formulir Kerjasama;

    c. Jangka waktu pendaftaran paling lama 5 (lima) hari kerja dari tanggal pengumuman;

    d. Dalam hal data yang diminta adalah merupakan dokumen rahasia Perusahaan maka calon Mitra harus menandatangani perjanjian kerahasiaan (Non Disclusore Agreement (NDA));

    e. Dalam batas waktu minimal 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya pengumuman, Calon Mitra sudah harus mengajukan dokumen kualifikasi kerjasama kepada Perusahaan;

    f. Pengumuman hasil kualifikasi dilakukan secara terbuka di hadapan peserta calon Mitra dan dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh Divisi PPA dan saksi dari calon Mitra yang hadir;

    g. Penelaahan kualifikasi.

    1) Divisi PPA melaksanakan penelaahan kualifikasi terhadap peserta calon Mitra yang telah mengajukan dokumen kualifikasi yang dilengkapi dengan proposal yang memuat Feasibility Study secara lengkap, benar, dan tepat waktu untuk memperoleh Mitra yang memenuhi kualifikasi dan persyaratan guna mengikuti Pemilihan Mitra;

    2) Hasil penelaahan kualifikasi dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh Divisi PPA;

    3) Pemanggilan peserta calon Mitra.

    Divisi PPA melakukan pemanggilan peserta calon Mitra yang dinyatakan lulus kualifikasi untuk mengikuti pelaksanaan Pemilihan Mitra melalui surat tertulis dan/atau surat elektronik (e-mail).

    2.4. Pemilihan Langsung

    a. Pemilihan langsung dilakukan untuk mencari Mitra yang tepat dari calon Mitra yang lulus kualifikasi.

    b. Calon Mitra wajib menyetor uang jaminan penawaran sebesar 1 (satu) sampai 3 (tiga) persen dari penawaran dalam bentuk Bank Garansi atau Tunai, dan uang jaminan penawaran tersebut akan menjadi milik Perusahaan apabila calon Mitra mengundurkan diri setelah ditetapkan sebagai pemenang.

    c. Pemilihan langsung dilaksanakan sepanjang terdapat paling sedikit 3 (tiga) peserta calon Mitra yang memasukkan penawaran.

  • 9

    d. Penilaian terhadap penawaran calon Mitra mempertimbangkan sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut :

    1) Kelengkapan dokumen administrasi;

    2) Aspek Teknis meliputi Konsep Pengembangan Proyek dan Analisa

    Pasar;

    3) Aspek Keuangan meliputi Kinerja Perusahaan dan Kompensasi kepada

    Perusahaan.

    e. Hasil Pemilihan Langsung dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh Divisi PPA dan calon Mitra selaku pemenang.

    f. Apabila diperlukan Perusahaan dapat melakukan Due Dilligence terhadap calon Mitra yang dilakukan konsultan.

    g. Untuk penetapan Mitra yang menjadi kewenangan Direksi, Kepala Divisi PPA mengusulkan calon Mitra secara tertulis kepada Direksi berdasarkan berita acara hasil Pemilihan Langsung yang dilampiri dokumen pemilihan langsung.

    h. Pejabat Berwenang menetapkan pemenang Pemilihan Langsung sebagai Mitra kerjasama pendayagunaan Aset Tetap.

    i. Proses Pemilihan Langsung, dianggap gagal apabila :

    1) tidak terdapat peserta calon Mitra yang lulus kualifikasi

    2) ditemukan bukti/indikasi terjadi persaingan tidak sehat;

    3) dokumen yang disampaikan calon Mitra tidak sesuai dengan Pedoman ini

    4) calon Mitra mengundurkan diri.

    5) calon Mitra kurang dari 3 (tiga) peserta

    j. Terhadap proses Pemilihan Langsung gagal, tidak diberikan ganti rugi kepada calon Mitra.

    2.5. Pemilihan Langsung Ulang

    Pemilihan langsung ulang dilaksanakan apabila :

    a. Pemilihan Langsung dinyatakan gagal sebagaimana butir 2.4. huruf i.

    b. Tahapan Pemilihan Langsung, berlaku mutatis mutandis terhadap tahapan pada Pemilihan Langsung ulang.

    2.6. Penunjukan Langsung

    Penunjukan langsung dilakukan apabila memenuhi salah satu syarat sebagai berikut :

    a. Telah dilakukan Pemilihan Langsung kemudian dilanjutkan dengan pemilihan langsung ulang namun dinyatakan gagal.

    b. Lokasi Aset Tetap yang menyebabkan Aset Tetap tersebut hanya dapat dikerjasamakan dengan/kepada calon Mitra tertentu.

    c. Dalam rangka penyelesaian utang Perusahaan kepada calon Mitra.

    d. Dalam rangka penyelesaian permasalahan hukum terkait Aset Tetap dengan pihak yang berperkara.

    e. Calon Mitra adalah Anak Perusahaan BUMN atau Perusahaan Terafiliasi BUMN bersangkutan yang khusus dibentuk untuk mendayagunakan Aset Tetap BUMN.

    f. Calon Mitra adalah BUMN, Anak Perusahaan BUMN dan/atau Perusahaan Terafiliasi BUMN, selain yang dimaksud pada huruf e.

  • 10

    2.7. Apabila terdapat pihak tertentu yang menawarkan kerjasama Pendayagunaan Aset Tetap sebelum dilakukannya Pemilihan Langsung, maka proses penunjukan Mitra tetap dilakukan dengan cara Pemilihan Langsung, dengan ketentuan pihak tertentu dimaksud diberikan prioritas sepanjang yang bersangkutan bersedia untuk memberikan penawaran minimal sama dengan penawar terbaik (right to match/RTM).

    2.8. Sebelum penetapan Mitra, Direksi wajib melakukan negosiasi untuk memperoleh penawaran yang paling menguntungkan bagi Perusahaan.

    3. MITRA

    3. 1. Calon Mitra dalam rangka Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara BGS dan BSG adalah badan hukum yang wajib memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya sebagai berikut :

    a. Memiliki kemampuan keuangan/pendanaan yang dibuktikan dengan laporan keuangan yang telah diaudit dan/atau jaminan tertulis dari penyandang dana;

    b. Memiliki pengalaman dan/atau memiliki akses/jejaring kompetensi pada bidang usaha bersangkutan;

    c. Tidak pernah dinyatakan pailit oleh putusan pengadilan;

    d. Tidak bertindak sebagai perantara (broker) bagi pihak lain dalam pelaksanaan pendayagunaan Aset Tetap Perusahaan.

    3. 2. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 3.1 tidak berlaku bagi Calon Mitra yang merupakan Anak Perusahaan BUMN atau Perusahaan Terafiliasi BUMN bersangkutan yang khusus dibentuk untuk melakukan pendayagunaan Aset Tetap Perusahaan yang bersangkutan.

    4. JANGKA WAKTU

    4. 1. Jangka waktu kerjasama dalam rangka Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara BGS dan BSG ditetapkan dalam perjanjian maksimal 30 (tiga puluh) tahun;

    4. 2. Setelah jangka waktu kerjasama berakhir, kerjasama tersebut dapat diperpanjang atau diikat dengan perjanjian baru, dengan ketentuan:

    a. Aset Tetap, termasuk sarana dan/atau prasarana yang diterima dari penyerahan kerjasama sebelumnya diperhitungkan sebagai milik Perusahaan dalam menghitung kompensasi yang akan diterima Perusahaan.

    b. Dalam hal terdapat peningkatan kualitas dan/atau kuantitas bangunan dan/atau sarana berikut fasilitas lainnya, maka perpanjangan dilakukan dengan menggunakan pola BSG.

    c. Dalam hal tidak terdapat peningkatan kualitas dan/atau kuantitas bangunan dan/atau sarana berikut fasilitas lainnya, maka perpanjangan dilakukan dengan menggunakan pola KSO, KSU, atau sewa.

    d. Pemilihan Mitra dilakukan sebagaimana pemilihan Mitra dalam angka 2, dan BUMN dapat memberikan hak kepada Mitra terdahulu untuk melakukan penawaran terhadap penawar terbaik (Right To Match/RTM).

  • 11

    5. KEWAJIBAN MITRA

    Selama jangka waktu kerjasama, kewajiban Mitra adalah sebagai berikut :

    5.1 Mitra wajib memberi kompensasi kepada Perusahaan setiap tahun atau periode tertentu yang jenis dan besarnya ditetapkan dalam perjanjian. Kompensasi tersebut harus memperhitungkan pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.

    5.2 Mengasuransikan bangunan, sarana dan/atau prasarana yang menjadi objek kerjasama atas beban Mitra.

    5.3 Membayar Pajak Bumi dan Bangunan dan/atau biaya-biaya lain yang ditimbulkan atas Aset Tetap yang dikerjasamakan atas beban Mitra.

    5.4 Menyampaikan laporan mengenai kondisi dan/atau perbaikan bangunan, sarana dan/atau prasarana yang menjadi objek kerjasama kepada Perusahaan secara periodik sesuai dengan perjanjian kerjasama.

    5.5 Memelihara bangunan, sarana dan/atau prasarana yang menjadi objek kerjasama.

    5.6 Menyerahkan Aset Tetap yang dikerjasamakan beserta bangunan, sarana dan/atau prasarana yang terletak di atas Aset Tetap yang dikerjasamakan tersebut kepada Perusahaan dalam keadaan baik/layak fungsi, membongkar Aset Tetap yang harus dibongkar, dan menjamin bebas dari segala tuntutan hukum dan hak-hak pihak ketiga pada saat berakhirnya perjanjian kerjasama.

    5.7 Menyediakan/memberikan jaminan berupa sinking fund selama perjanjian berlangsung dalam suatu escrow account yang disesuaikan dengan masa kerjasama (100% dibagi masa kerjasama), yang besarnya disepakati antara Perusahaan dengan Mitra sebagai jaminan dilakukannya pemeliharaan, perbaikan, dan/atau penggantian bagian dari Aset Tetap yang menjadi obyek kerjasama, sehingga penyerahan Aset Tetap kepada Perusahaan dalam keadaan baik/layak fungsi, termasuk membongkar Aset Tetap yang harus dibongkar sebagaimana dimaksud pada angka 5.6.

    5.8 Pelaksanaan sinking fund, dalam hal kerjasama dilakukan dengan BUMN, Anak Perusahaan BUMN, atau Perusahaan Terafiliasi BUMN, dilakukan sesuai dengan kesepakatan bersama..

    5.9 Apabila perjanjian telah berakhir, maka sinking fund dikembalikan kepada Mitra setelah diperhitungkan dengan biaya pemeliharaan, perbaikan, dan/atau penggantian bagian dari Aset Tetap dan/atau pembongkaran yang menjadi objek kerjasama yang belum dipenuhi oleh Mitra.

    III. KERJASAMA OPERASI DAN KERJASAMA USAHA (KSO DAN KSU)

    1. OBJEK

    1. 1. Yang menjadi obyek kerjasama Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara KSO dan KSU adalah Aset Tetap Perusahaan berupa tanah dan/atau bangunan.

    1. 2. Obyek KSO dan KSU tersebut diperhitungkan sebagai keikutsertaan Perusahaan dalam KSO dan KSU yang bersangkutan.

    2. PEMILIHAN MITRA

    Tata cara pemilihan Mitra dalam rangka kerjasama Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara BGS dan BSG, berlaku mutatis mutandis terhadap pemilihan mitra dalam rangka kerjasama Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara KSO dan KSU.

  • 12

    3. MITRA

    Persyaratan Mitra dalam rangka kerjasama Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara BSG dan BSG, berlaku mutatis mutandis terhadap persyaratan mitra dan dalam rangka kerjasama Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara KSO dan KSU.

    4. JANGKA WAKTU

    Ketentuan mengenai jangka waktu kerjasama Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara BGS dan BSG, berlaku mutatis mutandis terhadap ketentuan jangka waktu kerjasama Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara KSO dan KSU.

    5. KEWAJIBAN KSO ATAU KSU

    5.1. Memberi kompensasi kepada Perusahaan setiap tahun atau periode tertentu yang jenis dan besarnya ditetapkan dalam perjanjian. Kompensasi tersebut harus memperhitungkan pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

    5.2. Mengasuransikan bangunan, dan/atau Aset Tetap lainnya yang menjadi objek kerjasama atas nama Perusahaan.

    5.3. Membayar Pajak Bumi dan Bangunan dan/atau biaya-biaya lain yang ditimbulkan atas Aset Tetap yang dikerjasamakan.

    5.4. Menyampaikan laporan tentang perkembangan KSO dan KSU kepada Perusahaan secara periodik sesuai dengan perjanjian kerjasama.

    5.5. Memelihara tanah, bangunan, dan/atau Aset Tetap lainnya yang menjadi obyek KSO dan KSU.

    5.6. Menyerahkan tanah, bangunan, dan/atau Aset Tetap lainnya yang menjadi obyek KSO dan KSU kepada Perusahaan dalam keadaan baik/layak fungsi, membongkar Aset Tetap yang harus dibongkar, dan menjamin bebas dari segala tuntutan hukum dan hak-hak pihak ketiga setelah berakhirnya jangka waktu kerjasama.

    5.7. Menyediakan/memberikan jaminan berupa sinking fund selama perjanjian berlangsung dalam suatu escrow account yang disesuaikan dengan masa kerjasama (100% dibagi masa kerjasama), yang besarnya disepakati antara BUMN dengan Mitra sebagai jaminan dilakukannya pemeliharaan, perbaikan, dan/atau penggantian bagian dari Aset Tetap yang menjadi obyek kerjasama, sehingga penyerahan Aset Tetap kepada Perusahaan dalam keadaan baik/layak fungsi, termasuk membongkar Aset Tetap yang harus dibongkar sebagaimana dimaksud pada angka 5.6.

    5.8. Hak dan kewajiban Perusahaan dan Mitra dalam KSO dan KSU, termasuk hak untuk menempatkan wakil pada manajemen pengelolaan KSO dan KSU ditetapkan dalam perjanjian kerjasama.

    5.9. Apabila perjanjian telah berakhir, maka sinking fund dikembalikan kepada Mitra setelah diperhitungkan dengan biaya pemeliharaan, perbaikan, dan/atau penggantian bagian dari Aset Tetap dan/atau pembongkaran yang menjadi objek kerjasama yang belum dipenuhi oleh Mitra.

    IV. SEWA

    Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara Sewa dilakukan dengan tetap mengutamakan Pendayagunaan dengan cara BGS, BSG, KSO, dan KSU terlebih dahulu, kecuali dimungkinkan sesuai ketentuan internal perusahaan atau berdasarkan kajian bisnis cara Sewa lebih menguntungkan.

  • 13

    1. OBJEK

    Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara Sewa, dilakukan terhadap Aset Tetap Perusahaan berupa tanah dan/atau bangunan.

    2. PEMILIHAN MITRA

    2.1. Yang dapat menjadi calon mitra adalah badan usaha atau pihak lainnya.

    2.2. Pemilihan Mitra Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara Sewa, dalam rangka kerjasama yang berkarakter jangka panjang yaitu lebih dari 5 (lima) tahun (Sewa jangka panjang), diutamakan dilakukan sesuai dengan tata cara pemilihan Mitra dalam rangka Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara BGS dan BSG sebagaimana dimaksud dalam angka II (dua romawi) angka 2 Bab ini.

    2.3. Pemilihan Mitra dalam rangka kerjasama yang berkarakter jangka pendek yaitu sampai dengan 5 (lima) tahun (Sewa jangka pendek), dilakukan terhadap calon Mitra yang mengajukan permohonan untuk menyewa Aset Tetap tersebut.

    2.4. Dalam hal pemilihan Mitra dalam rangka Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara Sewa sebagaimana dimaksud pada angka 2.1. tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan terhadap calon Mitra yang mengajukan permohonan untuk menyewa Aset Tetap tersebut.

    3. JANGKA WAKTU SEWA

    Ketentuan mengenai jangka waktu kerjasama Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara sewa paling lama untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diberikan opsi perpanjangan setelah dilakukan evaluasi.

    4. UANG SEWA

    4.1. Perusahaan berhak mendapatkan uang Sewa tahunan atau periode tertentu dari Mitra yang dibayarkan sekaligus di muka yang dituangkan dalam perjanjian.

    4.2. Uang Sewa tersebut harus memperhitungkan:

    a. Pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.

    b. Asuransi objek Sewa.

    c. Biaya pemeliharaan objek Sewa termasuk sarana dan prasarana yang melekat pada objek Sewa.

    d. Pajak Bumi dan Bangunan.

    e. Biaya atau kewajiban lainnya yang terkait dengan objek Sewa.

    5. KEWAJIBAN MITRA

    5.1. Selama jangka waktu Sewa, Mitra memiliki kewajiban sebagai berikut:

    a. Membayar uang Sewa kepada Perusahaan setiap tahun atau periode tertentu yang dibayarkan sekaligus di muka yang dituangkan dalam perjanjian. Uang Sewa tersebut, harus memperhitungkan pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.

    b. Mengasuransikan objek Sewa termasuk sarana dan/atau prasarana yang melekat dengan objek Sewa atas nama Perusahaan atas

  • 14

    beban Mitra, apabila objek Sewa tersebut belum diasuransikan oleh Perusahaan.

    c. Memelihara objek Sewa, termasuk sarana dan/atau prasarana yang melekat dengan objek Sewa.

    d. Membayar kewajiban perpajakan dan/atau biaya lainnya yang ditimbulkan atas objek Sewa.

    e. Menyerahkan objek Sewa kepada Perusahaan dalam keadaan baik/layak fungsi, membongkar Aset Tetap yang harus dibongkar, dan menjamin bebas dari segala tuntutan hukum dan hak-hak pihak ketiga pada saat berakhimya Sewa;

    f. Menyediakan/memberikan jaminan berupa sinking fund selama perjanjian berlangsung dalam suatu escrow account yang disesuaikan dengan masa kerjasama (100% dari nilai investasi dibagi masa kerjasama), yang disepakati antara Perusahaan dengan Mitra sebagai jaminan dilakukannya pemeliharaan, perbaikan, dan/atau penggantian bagian dari Aset Tetap yang menjadi objek kerjasama sehingga penyerahan Aset Tetap kepada Perusahaan dalam keadaan baik/layak fungsi, termasuk membongkar Aset Tetap yang harus dibongkar sebagaimana dimaksud pada huruf e, dalam hal kerjasama dilakukan dengan Sewa jangka panjang. Ketentuan ini tidak mengurangi kewenangan Direksi untuk memperjanjikan biaya lain sesuai dengan karakter kerjasama.

    5.2. Kewajiban Mitra untuk menyediakan/memberikan jaminan berupa sinking fund sebagaimana dimaksud pada huruf f, dikecualikan apabila Sewa dilakukan dalam jangka pendek.

    5.3. Pelaksanaan sinking fund, dalam hal kerjasama dilakukan dengan BUMN, Anak Perusahaan BUMN, atau Perusahaan Terafiliasi BUMN, dilakukan sesuai dengan kesepakatan bersama.

    5.4. Apabila perjanjian telah berakhir,maka sinking fund dikembalikan kepada Mitra setelah diperhitungkan dengan biaya pemeliharaan, perbaikan, dan/atau penggantian bagian dari Aset Tetap dan/atau pembongkaran yang menjadi objek kerjasama yang belum dipenuhi oleh Mitra.

    6. ASET TETAP SEWAAN

    6.1. Direksi dapat menetapkan Aset Tetap tertentu sebagai Aset Tetap untuk sewaan berdasarkan persetujuan Menteri. Persetujuan Menteri tersebut dapat diberikan sekaligus terhadap beberapa Aset Tetap.

    6.2. Penetapan Aset Tetap sewaan tersebut tidak boleh mengganggu kegiatan operasional perusahaan.

    6.3. Pendayagunaaan Aset Tetap sewaan dengan cara Sewa kepada Mitra dilakukan dengan memperhatikan ketentuan Sewa tersebut di atas.

    V. PINJAM PAKAI

    Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara Pinjam Pakai dilakukan dengan tetap mengutamakan Pendayagunaan dengan cara BGS, BSG, KSO, KSU, dan Sewa terlebih dahulu, kecuali :

    a. Dimungkinkan sesuai ketentuan internal Perusahaan.

  • 15

    b. Dilakukan dalam rangka kepentingan Perusahaan yang lebih besar antara lain sosial, pengamanan aset-aset atau citra perusahaan; atau

    c. Sepanjang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan pemanfaatan Aset Tetap dimaksud tidak dapat dilaksanakan dengan cara lain.

    1. OBYEK DAN TATA CARA PEMILIHAN MITRA

    Ketentuan mengenai obyek dan tata cara pemilihan Mitra dalam rangka Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara Sewa, mutatis mutandis berlaku terhadap Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara Pinjam Pakai.

    2. KOMPENSASI

    a. Perusahaan berhak mendapatkan kompensasi dari Mitra yang dituangkan dalam perjanjian.

    b. Kompensasi tersebut diutamakan berupa uang, namun dapat berupa non uang dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundangan-undangan.

  • 16

    BAB IV PROSES PENDAYAGUNAAN ASET TETAP TETAP DAN PERSETUJUAN

    I. PROSES PENDAYAGUNAAN ASET TETAP TETAP DAN PERSETUJUAN LINGKUP

    MENTERI Proses pendayagunaan Aset Tetap tetap dengan nilai kerjasama di atas Rp 50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah) dan/atau jangka waktu kerjasama diatas 5 (lima) tahun, wajib mendapat persetujuan tertulis dari Menteri. Pengajuan permohonan persetujuan pendayagunaan Aset Tetap dilakukan oleh Direksi dengan mekanisme kerjasama sebagai berikut :

    1. KBM PPA melakukan validasi terhadap Aset Tetap yang akan didayagunakan meliputi:

    a. Penjelasan tentang Rencana Umum Tata Ruang (RUTR);

    b. Status kepemilikan;

    c. Kondisi fisik Aset Tetap;

    d. Kemudian melaporkan hasilnya kepada Divisi PPA.

    2. Divisi PPA melakukan analisa terhadap hasil pengecekan Aset Tetap.

    3. Berdasarkan hasil analisa tersebut, Kepala Divisi PPA dapat mengajukan permohonan pembuatan Highest and Best Use (HBU) dan Basic Design kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada Direktorat PPB.

    4. Berdasarkan usulan Divisi PPA, Direktorat PPB melakukan kajian Highest and Best Use dan Basic Design dengan batas waktu paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja.

    5. Hasil HBU dan Basic Design dijadikan dasar pembuatan FS untuk menentukan Nilai Perkiraan Sendiri (NPS) dan penyusunan Request For Proposal terhadap Aset Tetap yang akan didayagunakan yang ditetapkan oleh Direksi.

    6. Berdasarkan NPS sebagaimana angka 5 Divisi PPA dan atau KBM PPA berwenang penuh melakukan kegiatan pemasaran terhadap semua Aset Tetap melalui penawaran terbuka terhadap Aset Tetap yang akan didayagunakan.

    7. KBM PPA melakukan proses pemilihan mitra dengan mekanisme sebagaimana diatur pada Bab III angka II (dua romawi) angka 2 kemudian hasil usulan pemenangnya dilaporkan kepada Divisi PPA.

    8. Kepala Divisi PPA menetapkan dan melaporkan proses pemilihan mitra dan penetapan pemenang kepada Direksi dilampiri naskah Kesepakatan Bersama yang ditandatangani Direktur Utama dan Calon Mitra.

    9. Berdasarkan laporan Divisi PPA, Direksi mengajukan permohonan rencana pendayagunaan Aset Tetap kepada Dewan Pengawas untuk mendapatkan tanggapan tertulis, disertai :

    a. Alasan dan pertimbangan pendayagunaan Aset Tetap;

    b. Penjelasan mengenai objek pendayagunaan Aset Tetap, sekurang-kurangnya tentang jenis, lokasi, dan kondisi Aset Tetap, status kepemilikan dan peruntukan Aset Tetap sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR);

    c. Penjelasan mengenai proses pemilihan mitra;

  • 17

    d. Penjelasan mengenai mitra, sekurang-kurangnya tentang nama, tempat kedudukan, jenis usaha, modal disetor, total Aset Tetap, susunan keanggotaan Direksi dan Dewan Komisaris;

    e. Hasil Studi Kelayakan secara komprehensif dan rencana bisnis yang meliputi aspek operasional, finansial, hukum dan pasar, serta kajian manajemen risiko dan mitigasi risiko tersebut;

    f. Dokumen pendukung sekurang-kurangnya terdiri dari bukti kepemilikan, data lokasi, dokumen penetapan RUTR, anggaran dasar, dan laporan keuangan mitra 2 (dua) tahun terakhir yang telah diaudit; dan

    g. Pakta Integritas yang ditandatangani oleh seluruh anggota Direksi.

    10. Apabila diperlukan Direksi dapat melakukan presentasi usulan pendayagunaan Aset Tetap kepada Dewan Pengawas;

    11. Dewan pengawas memberikan tanggapan tertulis selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari, yang ditujukan kepada Direksi setelah menerima permohonan dari Direksi;

    12. Dalam hal Dewan Pengawas belum dapat memberikan tanggapan tertulis karena memerlukan data atau informasi tambahan, maka hal tersebut disampaikan secara tertulis kepada Direksi dalam kurun waktu sebagaimana dimaksud pada angka 11;

    13. Apabila terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada angka 12, Dewan Pengawas sudah harus memberikan tanggapan tertulis kepada Direksi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak menerima atau memperoleh data atau informasi tambahan yang dibutuhkan;

    14. Dalam hal Dewan Pengawas tidak memberikan tanggapan tertulis dalam kurun waktu yang telah ditetapkan, maka Direksi dapat meminta persetujuan kepada Menteri disertai dengan penjelasan bahwa usulan tersebut tanpa tanggapan Dewan Pengawas karena belum diperoleh dalam kurun waktu yang ditetapkan;

    15. Dengan atau tanpa memperoleh tanggapan tertulis dari Dewan Pengawas, Direksi dapat mengajukan permohonan kepada Menteri disertai dengan:

    a. Alasan dan pertimbangan pendayagunaan Aset Tetap;

    b. Penjelasan mengenai objek pendayagunaan Aset Tetap tetap, sekurang-kurangnya tentang jenis, lokasi, dan kondisi Aset Tetap, status kepemilikan dan peruntukan Aset Tetap sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR);

    c. Penjelasan mengenai proses pemilihan mitra;

    d. Penjelasan mengenai mitra, sekurang-kurangnya tentang nama, tempat kedudukan, jenis usaha, modal disetor, total aktiva, susunan keanggotaan Direksi dan Dewan Pengawas;

    e. Hasil Studi Kelayakan secara komprehensif dan rencana bisnis yang meliputi aspek operasional, finansial, hukum dan pasar, serta kajian manajemen risiko dan mitigasi risiko tersebut;

    f. Dokumen pendukung sekurang-kurangnya terdiri dari bukti kepemilikan, data lokasi, dokumen penetapan RUTR, anggaran dasar, dan laporan keuangan Mitra dua tahun terakhir yang telah diaudit;

    g. Tanggapan tertulis Dewan Pengawas atau penjelasan mengenai tidak adanya tanggapan tertulis Dewan Pengawas;

  • 18

    h. Pakta Integritas yang ditandatangani oleh seluruh anggota Direksi.

    16. Berdasarkan persetujuan Menteri, Direktur Utama menandatangani perjanjian kerjasama dengan mitra.

    17. Penandatangan perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada angka 15 dapat dilimpahkan kepada pejabat lain berdasarkan surat kuasa Direktur Utama.

    II. PROSES PENDAYAGUNAAN ASET TETAP TETAP DAN PERSETUJUAN LINGKUP DEWAN PENGAWAS

    Proses pendayagunaan Aset Tetap tetap dengan nilai kerjasama di atas Rp 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) sampai dengan Rp 50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah) dan/atau jangka waktu kerjasama diatas 2 (dua) sampai dengan 5 (lima) tahun, wajib mendapat persetujuan tertulis dari Dewan Pengawas. Pengajuan permohonan persetujuan pendayagunaan Aset Tetap dilakukan oleh Direksi dengan mekanisme kerjasama sebagai berikut : 1. KBM PPA melakukan validasi terhadap Aset Tetap yang akan didayagunakan meliputi:

    a. Penjelasan tentang Rencana Umum Tata Ruang (RUTR);

    b. Status kepemilikan;

    c. Kondisi fisik Aset Tetap;

    d. Kemudian melaporkan hasilnya kepada Divisi PPA.

    2. Divisi PPA melakukan analisa terhadap hasil pengecekan Aset Tetap.

    3. Berdasarkan hasil analisa tersebut, Kepala Divisi PPA dapat mengajukan permohonan pembuatan Highest and Best Use (HBU) dan Basic Design kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada Direktorat PPB.

    4. Berdasarkan usulan Divisi PPA, Direktorat PPB melakukan kajian Highest and Best Use dan Basic Design dengan batas waktu paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja.

    5. Hasil HBU dan Basic Design dijadikan dasar pembuatan FS untuk menentukan Nilai Perkiraan Sendiri (NPS) dan penyusunan Request For Proporsal terhadap Aset Tetap yang akan didayagunakan yang ditetapkan oleh Direksi.

    6. Berdasarkan NPS sebagaimana angka 5 Divisi PPA dan atau KBM PPA berwenang penuh melakukan kegiatan pemasaran terhadap semua Aset Tetap melalui penawaran terbuka terhadap Aset Tetap yang akan didayagunakan.

    7. KBM PPA melakukan proses pemilihan mitra dengan mekanisme sebagaimana diatur pada Bab III angka II (dua romawi) angka 2 kemudian hasil usulan pemenangnya dilaporkan kepada Divisi PPA.

    8. Kepala Divisi PPA menetapkan dan melaporkan proses pemilihan mitra dan penetapan pemenang kepada Direksi dilampiri naskah Kesepakatan Bersama (MoU) yang ditandatangani Direktur Utama dan Calon Mitra.

    9. Berdasarkan laporan Divisi PPA, Direksi mengajukan permohonan rencana pendayagunaan Aset Tetap tetap kepada Dewan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan tertulis, dengan dilampiri :

    a. Alasan dan pertimbangan pendayagunaan Aset Tetap;

  • 19

    b. Penjelasan mengenai objek pendayagunaan Aset Tetap, sekurang-kurangnya tentang jenis, lokasi, dan kondisi Aset Tetap, status kepemilikan dan peruntukan Aset Tetap sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR);

    c. Penjelasan mengenai proses pemilihan mitra;

    d. Penjelasan mengenai mitra, sekurang-kurangnya tentang nama, tempat kedudukan, jenis usaha, modal disetor, total Aset Tetap, susunan keanggotaan Direksi dan Dewan Komisaris;

    e. Hasil Studi Kelayakan secara komprehensif dan rencana bisnis yang meliputi aspek operasional, finansial, hukum dan pasar, serta kajian manajemen risiko dan mitigasi risiko tersebut;

    f. Dokumen pendukung sekurang-kurangnya terdiri dari bukti kepemilikan, data lokasi, dokumen penetapan RUTR, anggaran dasar, dan laporan keuangan mitra 2 (dua) tahun terakhir yang telah diaudit; dan

    g. Pakta Integritas yang ditandatangani oleh seluruh anggota Direksi.

    10. Apabila diperlukan Direksi dapat melakukan presentasi usulan pendayagunaan Aset Tetap kepada Dewan Pengawas;

    11. Dewan pengawas memberikan persetujuan tertulis selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah menerima permohonan dari Direksi;

    12. Dalam hal Dewan Pengawas belum dapat memberikan persetujuan tertulis karena memerlukan data atau informasi tambahan, maka hal tersebut disampaikan secara tertulis kepada Direksi dalam kurun waktu sebagaimana dimaksud pada angka 11;

    13. Apabila terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada angka 12, Dewan Pengawas sudah harus memberikan persetujuan tertulis kepada Direksi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak menerima atau memperoleh data atau informasi tambahan yang dibutuhkan;

    14. Apabila dalam jangka waktu 30 (tigapuluh) hari sebagaimana dimaksud pada angka 13 Dewan Pengawas belum memberikan tanggapan, maka Direksi harus segera menyampaikan permohonan kembali atas rencana pendayagunaan dimaksud dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak tanggal berakhirnya batas waktu pemberian persetujuan tertulis Dewan Pengawas.

    15. Berdasarkan persetujuan Dewan Pengawas, Direktur Utama menandatangani perjanjian kerjasama dengan mitra.

    16. Penandatangan perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada angka 15 dapat dilimpahkan kepada pejabat lain berdasarkan surat kuasa Direktur Utama.

    III. PROSES PENDAYAGUNAAN ASET TETAP TETAP DAN PERSETUJUAN LINGKUP DIREKSI

    Proses pendayagunaan Aset Tetap tetap dengan nilai kerjasama di atas Rp 5.000.000.000 (lima milyar rupiah) sampai dengan Rp 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) dan/atau jangka waktu kerjasama maksimal 2 (dua) tahun, dengan mekanisme kerjasama sebagai berikut :

    1. KBM PPA melakukan validasi terhadap Aset Tetap yang akan didayagunakan meliputi:

    a. Penjelasan tentang Rencana Umum Tata Ruang (RUTR);

    b. Status kepemilikan;

  • 20

    c. Kondisi fisik Aset Tetap;

    d. Kemudian melaporkan hasilnya kepada Divisi PPA.

    2. Divisi PPA melakukan analisa terhadap hasil pengecekan Aset Tetap.

    3. Berdasarkan hasil analisa tersebut, Kepala Divisi PPA dapat mengajukan permohonan pembuatan Highest and Best Use (HBU) dan Basic Design kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada Direktorat PPB.

    4. Berdasarkan usulan Divisi PPA, Direktorat PPB melakukan kajian Highest and Best Use dan Basic Design dengan batas waktu paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja.

    5. Hasil HBU dan Basic Design dijadikan dasar pembuatan FS untuk menentukan Nilai Perkiraan Sendiri (NPS) dan penyusunan Request For Proporsal terhadap Aset Tetap yang akan didayagunakan yang ditetapkan oleh Direksi.

    6. Berdasarkan NPS sebagaimana angka 5 Divisi PPA dan atau KBM PPA berwenang penuh melakukan kegiatan pemasaran terhadap semua Aset Tetap melalui penawaran terbuka terhadap Aset Tetap yang akan didayagunakan.

    7. KBM PPA melakukan proses pemilihan mitra dengan mekanisme sebagaimana diatur pada Bab III angka II (dua romawi) angka 2 kemudian hasil usulan pemenangnya dilaporkan kepada Divisi PPA.

    8. Kepala Divisi PPA menetapkan dan melaporkan proses pemilihan mitra dan penetapan pemenang kepada Direksi dilampiri naskah Kesepakatan Bersama (MoU) yang ditandatangani Direktur Utama dan Calon Mitra.

    9. Divisi PPA mengusulkan kepada Direksi sebagai dasar untuk memberikan persetujuan pendayagunaan Aset Tetap, dengan dilampiri :

    a. Alasan dan pertimbangan pendayagunaan Aset Tetap;

    b. Penjelasan mengenai objek pendayagunaan Aset Tetap, sekurang-kurangnya tentang jenis, lokasi, dan kondisi Aset Tetap, status kepemilikan dan peruntukan Aset Tetap sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR);

    c. Penjelasan mengenai proses pemilihan mitra;

    d. Penjelasan mengenai mitra, sekurang-kurangnya tentang nama, tempat kedudukan, jenis usaha, modal disetor, total Aset Tetap, susunan keanggotaan Direksi dan Dewan Komisaris;

    e. Hasil Studi Kelayakan secara komprehensif dan rencana bisnis yang meliputi aspek operasional, finansial, hukum dan pasar, serta kajian manajemen risiko dan mitigasi risiko tersebut;

    f. Dokumen pendukung sekurang-kurangnya terdiri dari bukti kepemilikan, data lokasi, dokumen penetapan RUTR, anggaran dasar, dan laporan keuangan mitra 2 (dua) tahun terakhir yang telah diaudit; dan

    10. Direksi sudah harus memberikan persetujuan tertulis selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah menerima permohonan dari Divisi PPA;

    11. Dalam hal Direktur Utama memberikan persetujuan maka Direksi membuat pakta integritas dan menandatangani perjanjian kerjasama dengan mitra.

    12. Penandatangan perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada angka 11 dapat dilimpahkan kepada pejabat lain berdasarkan surat kuasa Direktur Utama.

  • 21

    IV. PROSES PENDAYAGUNAAN ASET TETAP TETAP DAN PERSETUJUAN LINGKUP DIVISI PPA

    Proses pendayagunaan Aset Tetap tetap dengan nilai kerjasama di atas Rp 1.000.000.000 (satu milyar rupiah) sampai dengan Rp 5.000.000.000 (lima milyar rupiah) dan/atau jangka waktu kerjasama maksimal 2 (dua) tahun, dengan mekanisme kerjasama sebagai berikut :

    1. KBM PPA melakukan validasi terhadap Aset Tetap yang akan didayagunakan meliputi:

    a. Penjelasan tentang Rencana Umum Tata Ruang (RUTR);

    b. Status kepemilikan;

    c. Kondisi fisik Aset Tetap;

    d. Kemudian melaporkan hasilnya kepada Divisi PPA.

    2. Divisi PPA melakukan analisa terhadap hasil pengecekan Aset Tetap.

    3. Kepala Divisi PPA membuat kajian HBU dan Basic Design dan melaporkan hasilnya kepada Direktur Utama.

    4. Hasil HBU dan Basic Design dijadikan dasar Divisi PPA untuk menentukan Nilai Perkiraan Sendiri (NPS) terhadap Aset Tetap yang akan didayagunakan.

    5. Berdasarkan NPS sebagaimana angka 4 Divisi PPA dan KBM PPA melakukan kegiatan pemasaran Aset Tetap tetap melalui penawaran terbuka terhadap Aset Tetap yang akan didayagunakan.

    6. KBM PPA melakukan pemilihan mitra dengan mekanisme sebagaimana diatur pada Bab III angka II (dua romawi) angka 2.

    7. KBM PPA melaporkan hasil pemilihan mitra kepada Divisi PPA.

    8. Mitra terpilih membuat Detail Design dan Business Plan dan melakukan presentasi dihadapan Divisi PPA.

    9. Kepala Divisi PPA memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap Detail Design dan Business Plan yang telah divalidasi.

    10. Apabila tidak disetujui terhadap angka 9 dimaksud maka kepala Divisi memberitahukan secara tertulis kepada calon mitra.

    11. Apabila disetujui maka Kepala Divisi PPA menandatangani perjanjian kerjasama dengan mitra.

    12. Kepala Divisi PPA melaporkan hasil penandatanganan perjanjian kerjasama kepada Direktur Utama.

    V. PROSES PENDAYAGUNAAN ASET TETAP TETAP DAN PERSETUJUAN LINGKUP KBM PPA

    Proses pendayagunaan Aset Tetap tetap dengan nilai kerjasama sampai dengan Rp 1.000.000.000 (satu milyar rupiah) dan/atau jangka waktu kerjasama maksimal 2 (dua) tahun, dengan mekanisme kerjasama sebagai berikut :

    1. KBM PPA melakukan pengecekan terhadap Aset Tetap yang dimohon calon mitra meliputi:

    a. Penjelasan tentang Rencana Umum Tata Ruang (RUTR);

    b. Status kepemilikan;

  • 22

    c. Kondisi fisik Aset Tetap;

    d. Kemudian melaporkan hasilnya kepada Divisi PPA.

    2. KBM PPA melakukan penilaian Aset Tetap sebagai dasar penyusunan NPS.

    3. Berdasarkan NPS sebagaimana angka 2, KBM PPA melakukan kegiatan pemasaran Aset Tetap tetap melalui penawaran terbuka terhadap Aset Tetap yang akan didayagunakan.

    4. KBM PPA melakukan pemilihan mitra dengan mekanisme sebagaimana diatur pada Bab III angka II (dua romawi) angka 2.

    5. Mitra terpilih membuat Detail Design dan Business Plan dan melakukan presentasi dihadapan KBM PPA.

    6. GM KBM PPA memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap Detail Design dan Business Plan yang telah divalidasi.

    7. Apabila tidak disetujui terhadap angka 6 dimaksud maka GM KBM PPA memberitahukan secara tertulis kepada calon mitra.

    8. Apabila disetujui maka GM KBM PPA menandatangani perjanjian kerjasama dengan mitra.

    9. GM KBM PPA melaporkan hasil penandatanganan perjanjian kerjasama kepada Divisi PPA.

  • 23

    BAB V FORMULASI PENENTUAN NILAI KOMPENSASI PENGGUNAAN TANAH DAN

    BANGUNAN UNTUK PENDAYAGUNAAN ASET TETAP

    1. Jenis formulasi penentuan nilai kompensasi penggunaan tanah dan bangunan untuk sewa atau pinjam pakai adalah sebagai berikut :

    a. Formulasi Penentuan Biaya Sewa Tanah Formulasi penentuan biaya minimal sewa tanah adalah sebagai berikut :

    TST = (3,71% X LT X NT) / Fk

    Keterangan : TST = Tarif Sewa Tanah LT = Luas Tanah (m2) NT = Nilai Tanah (Rp/m2) Fk = Faktor Koreksi = 0,9 () = Sudah termasuk Pajak Sewa dengan asumsi 10% * Asumsi masa pengembalian investasi tanah selama 30 tahun.

    b. Formulasi Penentuan Biaya Sewa Bangunan Formulasi penentuan biaya minimal sewa bangunan adalah sebagai berikut :

    TSB = (10,04% X LBK X HsBB X Kb)/Fk

    Keterangan : TSB = Tarif Sewa Bangunan LBK = Luas Bangunan Kotor (m2) HsBB = Harga Satuan Bangunan Baru (Rp/m2) Kb = Kondisi Bangunan (%) = Umur Sisa Bangunan / 20 Tahun x 100% Fk = Faktor Koreksi = 0,9 () = Sudah termasuk Pajak Sewa dengan asumsi 10% * Asumsi umur bangunan 20 tahun.

    c. Formulasi Penentuan Biaya Sewa Tanah dan Bangunan Formulasi penentuan biaya minimal sewa tanah dan bangunan adalah sebagai berikut :

    TSTB = TST + TSB

    atau TSTB = ((3,71% X LT X NT)/Fk) + ((10,04% X LBK X HsBB X Kb)/Fk)

    Keterangan : TSTB = Tarif Sewa Tanah dan Bangunan TST = Tarif Sewa Tanah TSB = Tarif Sewa Bangunan LT = Luas Tanah (m2) NT = Nilai Tanah (Rp/m2) LBK = Luas Bangunan Kotor (m2) HsBB = Harga Satuan Bangunan Baru (Rp/m2) Kb = Kondisi Bangunan (%) Fk = Faktor Koreksi = 0,9

  • 24

    () = Sudah termasuk Pajak Sewa dengan asumsi 10% d.Formulasi Penentuan Biaya Sewa Tanah untuk Tower atau Menara dan sejenisnya Formula perhitungan tarif minimal sewa tanah untuk tower adalah sebagai berikut :

    TSTT = (3,71% X 3,14 /2 X TT2 X NT) / Fk Keterangan : TSTT = Tarif Sewa Tanah untuk Tower TT = Tinggi Tower dari Permukaan Tanah (m) NT = Nilai Tanah (Rp/m2) Fs = Faktor Keamanan = Fs = 3,14 Fk = Faktor Koreksi (100%-tarif PPh sewa) = 0,90 () = Sudah termasuk Pajak Sewa dengan asumsi 10% * Asumsi masa pengembalian investasi tanah selama 30 tahun

    e.Formulasi Penentuan Biaya Sewa Tanah untuk Papan Reklame dan sejenisnya. Formula perhitungan tarif minimal sewa tanah untuk papan reklame adalah sebagai berikut:

    TSTPR = (3,71% X TPR X LPR X 2 X NT) / Fk Keterangan : TSTPR = Tarif Sewa Tanah untuk Papan Reklame TPR = Tinggi Papan Reklame dari Permukaan Tanah (m) LPR = Lebar terluar Papan Reklame (m) NT = Nilai Tanah (Rp/m2) Fk = Faktor Koreksi = 0,9 () = Sudah termasuk Pajak Sewa dengan asumsi 10% * Asumsi masa pengembalian investasi tanah selama 30 tahun

    2. Formulasi sebagaimana butir a, dapat digunakan sebagai salah satu perhitungan untuk menentukan Nilai Perkiraan Sendiri (NPS) yang ditetapkan oleh Direksi pada cara pendayagunaan aset selain sewa dan pinjam pakai.

  • 25

    BAB VI

    CALON MITRA DAN PROPOSAL KERJASAMA

    1. Kerjasama pendayagunaan Aset Tetap dapat diajukan oleh badan usaha atau pihak lainnya.

    1.1. Badan Usaha yang berbentuk Badan Hukum adalah: a. BUMN; b. Anak Perusahaan BUMN; c. BUMD; d. Perseroan Terbatas; e. Koperasi; f. Yayasan.

    1.2. Badan Usaha yang tidak berbentuk badan hukum adalah : a. Commanditer Venootschaap (CV); b. Firma (Persekutuan).

    1.3. Pihak lainnya adalah sebagai berikut : a. Instansi Pemerintah; b. Pemerintah Daerah; c. Perorangan.

    2. Proposal penawaran kerjasama yang diajukan oleh calon mitra harus dilengkapi dengan lampiran sebagai berikut : 2.1. Untuk Badan Usaha, sekurang-kurangnya dilampiri foto copy sesuai aslinya :

    a. Anggaran Dasar atau Akta pendirian Perusahaan yang telah disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM disertau perubahan-perubahannya bila ada;

    b. Profil Perusahaan; c. Surat Ijin Usaha; d. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang masih berlaku; e. Nomor Wajib Pajak (NPWP); f. Bukti Setor Pajak (SPT) tahun sebelumnya; g. Laporan Neraca Keuangan; h. Sumber dana dan penggunaan dana untuk kerjasama; i. Referensi Bank Pemerintah/Swasta terpercaya; j. Perhitungan nilai sharing dan jangka waktu kerjasama; k. Rencana pemanfaatan/penggunaan aset yang dikerjasamakan; l. Persyaratan atau dokumen pendukung lainnya.

    2.2. Untuk Pihak Lainnya : a. Pemerintah Daerah atau Instansi Pemerintah cukup mengajukan permohonan

    disertai proposal rencana pemanfaatan aset dan dokumen lain yang relevan. b. Perorangan :

    1) Kartu Tanda Penduduk (KTP); 2) Keterangan Domisili dari instansi terkait; 3) Surat Keterangan lainnya yang relevan.

  • 26

    BAB VII

    PERJANJIAN PENDAYAGUNAAN ASET TETAP 1. Perjanjian dalam rangka melaksanakan Pendayagunaan Aset Tetap,

    sekurang-kurangnya mengatur tentang hal-hal sebagai berikut: a. Identitas para pihak, termasuk dasar kewenangan pihak yang m enandatangani; b. Objek perjanjian; c. Ruang lingkup; d. Saat mulai dan jangka waktu perjanjian; e. Kompensasi dan cara pembayaran atau penyerahan kompensasi; f. Hak dan kewajiban para pihak; g. Berakhirnya perjanjian serta konsekuensi yang ditimbulkan, termasuk

    penyerahan kembali objek perjanjian kepada BUMN; h. Mekanisme pengambilalihan Aset Tetap yang dikerjasamakan sebelum berakhirnya

    perjanjian, apabila dibutuhkan oleh BUMN; i. Cidera janji dan sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi Kewajibannya; j. Pemutusan kontrak secara sepihak; k. Keadaan memaksa (force majeure); l. Penyelesaian sengketa yang mengutamakan penyelesaian melalui musyawarah dan

    a lternatif penyelesaian sengketa beserta domisili hukum; dan m. Jaminan pihak Mitra untuk bertanggungjawab atas segala kewajiban kepada pihak

    Ketiga yang timbul selama masa perjanjian, apabila tidak diselesaikan sampai dengan berakhirnya masa perjanjian.

    n. Sinking fund (kecuali Pinjam Pakai atau Sewa jangka pendek).

    2. Perjanjian Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara Kerjasama BGS dan BSG, selain mengatur hal tersebut pada butir 1 di atas, sekurang-kurangnya juga mengatur tentang hal-hal sebagai berikut : a. Jaminan pelaksanaan; b. Standar kinerja pelayanan; c. Alih pengetahuan (transfer of knowledge); d. Larangan pengalihan subyek perjanjian kerjasama; e. Laporan keuangan dari mitra dalam rangka pelaksanaan perjanjian yang diperiksa

    secara tahunan oleh auditor independen; dan f. Mekanisme pengawasan kinerja mitra dalam pelaksanaan perjanjian.

    3. Perjanjian Pendayagunaan Aset Tetap dibuat dalam Bahasa Indonesia.

    4. Perjanjian Pendayagunaan Aset Tetap terhadap Aset Tetap yang berlokasi di luar wilayah Indonesia, dapat dilakukan dalam Bahasa Inggris.

  • 27

    BAB VIII MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

    1. Monitoring (1) Monitoring adalah kegiatan pengawasan langsung atau tidak langsung terhadap

    kegiatan pendayagunaan aset. (2) Evaluasi adalah kegiatan penilaian terhadap hasil monitoring yang dilakukan

    sedikitnya sekali dalam 3 (tiga) bulan. (3) Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Direktorat PPB/Divisi PPA/GM KBM PPA

    sesuai kewenangannya. (4) Rekomendasi hasil evaluasi menjadi bahan pertimbangan untuk kelanjutan suatu

    kerjasama dan/atau kegiatan pendayagunaan aset di masing-masing satuan kerja.

    2. Evaluasi (1) Dalam hal Pendayagunaan Aset Tetap dilakukan dengan cara BGS, BSG, KSO, dan

    KSU, Direktorat PPB wajib melakukan evaluasi secara periodik terhadap pelaksanaan Pendayagunaan Aset Tetap tersebut, yang meliputi: a. kinerja operasional dan keuangan; dan/atau b. pemenuhan kewajiban dan hak para pihak sesuai perjanjian.

    (2) Dalam hal Pendayagunaan Aset Tetap dilakukan dengan cara Sewa dan Pinjam

    Pakai, Direktorat PPB wajib melakukan evaluasi secara periodik terhadap pemenuhan kewajiban dan hak para pihak sesuai perjanjian.

    3. Pelaporan (1) Laporan pelaksanaan pendayagunaan aset yang disampaikan mencakup hal-hal

    mengenai : a. Rencana pendayagunaan aset yang akan dilaksanakan; b. Hasil monitoring, evaluasi dan proses pelaksanaan kegiatan pendayagunaan aset

    termasuk perjanjian kerjasamanya; c. Hasil Evaluasi pelaksanaan pendayagunaan Aset Tetap.

    (2) GM KBM PPA menyampaikan laporan kepada Kepala Divisi PPA, dan untuk Kepala Divisi PPA menyampaikan laporan kepada Direktur Utama dengan tembusan Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis.

    (3) Laporan pelaksaanaan kerjasama disampaikan secara berjenjang dan dilakukan setiap bulan.

    (4) Direksi menyampaikan laporan pelaksanaan kerjasama yang telah mendapat persetujuan Menteri BUMN atau Dewan Pengawas kepada Menteri BUMN dan Dewan Pengawas.

  • 28

    BAB IX PENDAYAGUNAAN ASET TETAP

    DALAM RANGKA PEMINDAHTANGANAN

    1. Perusahaan dapat melakukan Pendayagunaan Aset Tetap terlebih dahulu guna meningkatkan nilai Aset Tetap, dalam rangka Pemindahtanganan Aset Tetap dimaksud.

    2. Pemilihan dan persyaratan Mitra dalam rangka Pendayagunaan Aset Tetap sebagaimana dimaksud pada angka 1, dilakukan dengan menggunakan tata cara pemilihan dan persyaratan Mitra yang berlaku bagi kerjasama dalam bentuk BGS, BSG, KSO atau KSU.

    3. Dalam pengajuan permohonan persetujuan Pendayagunaan Aset Tetap dalam rangka Pemindahtanganan Aset Tetap sebagaimana dimaksud pada angka 1, dijelaskan bahwa Pendayagunaan Aset Tetap dilakukan untuk meningkatkan nilai Aset Tetap dan selanjutnya akan dilakukan Pemindahtanganan Aset Tetap dimaksud.

    4. Proses persetujuan Pendayagunaan Aset Tetap, berlaku mutatis mutandis terhadap proses persetujuan Pendayagunaan Aset Tetap dalam rangka Pemindahtanganan Aset Tetap.

    5. Persetujuan Pendayagunaan Aset Tetap dalam rangka Pemintahtanganan Aset Tetap diberikan dalam satu persetujuan.

    6. Jangka waktu persetujuan sebagaimana dimaksud pada angka 5 sesuai dengan hasil kajian bisnis Pendayagunaan Aset Tetap dalam rangka Pemindahtanganan Aset Tetap.

    7. Kajian bisnis sebagaimana dimaksud pada angka 6, antara lain meliputi perkiraan nilai Aset Tetap pada akhir jangka waktu kerjasama Pendayagunaan Aset Tetap atau pada saat Pemindahtanganan Aset Tetap dilakukan.

    8. Kajian bisnis sebagaimana dimaksud pada angka 6, dilakukan oleh Direksi dan dapat menggunakan jasa konsultan independen.

    9. Pemindahtanganan Aset Tetap dapat dilakukan kepada pihak Mitra yang bekerjasama dalam rangka Pendayagunaan Aset Tetap yang bersangkutan atau kepada pihak lain.

  • 29

    BAB X PENDAYAGUNAAN ASET TETAP

    DALAM RANGKA PENYELESAIAN PERMASALAHAN

    1. Pendayagunaan Aset Tetap termasuk Pendayagunaan dalam rangka Pemindahtanganan, dapat dilakukan terhadap Aset Tetap berupa tanah yang diduduki/dikuasai instansi pemerintah/masyarakat atau sedang dalam proses penyelesaian permasalahan hukum.

    2. Dalam pelaksanaan Pendayagunaan Aset Tetap sebagaimana dimaksud pada angka 1, Mitra berkewajiban untuk menyelesaikan permasalahan pendudukan/penguasaan Aset Tetap atau permasalahan hukum. Penyelesaian permasalahan dimaksud dapat dilakukan oleh perusahaan dengan ketentuan biaya yang timbul menjadi beban Mitra.

    3. Mitra yang bekerjasama dengan Perusahaan dalam rangka penyelesaian permasalahan sebagaimana dimaksud pada angka 1, kompensasinya dapat berupa sebagian dari Aset Tetap dimaksud.

    4. Kompensasi sebagaimana dimaksud pada angka 3, dilakukan apabila kompensasi tersebut merupakan alternatif yang paling menguntungkan bagi perusahaan.

    5. Dalam hal kompensasi berupa sebagian Aset Tetap sebagaimana dimaksud pada angka 3, pengajuan permohonan persetujuan Pendayagunaan Aset Tetap sekaligus permohonan Pemindahtanganan Aset Tetap sebagai kompensasi dimaksud.

  • 30

    BAB XI PENDAYAGUNAAN ASET TETAP

    OLEH BUMN LAIN DAN/ATAU ANAK PERUSAHAAN BUMN UNTUK DAN ATAS NAMA (VEHICLE) PERUSAHAAN

    DAN PENUGASAN KEPADA ANAK PERUSAHAAN SENDIRI

    1. Perusahaan dapat mendirikan atau bekerjasama dengan Anak Perusahaan sendiri, untuk dan atas nama perusahaan melaksanakan Pendayagunaan Aset Tetap perusahaan bekerjasama dengan pihak lain.

    2. Perusahaan dapat bekerjasama dengan BUMN lain atau Anak Perusahaan BUMN lain, untuk dan atas nama perusahaan melaksanakan Pendayagunaan Aset Tetap perusahaan bekerjasama dengan pihak lain.

    3. Dalam rangka sinergi, perusahaan dapat bekerjasama dengan BUMN lain dan/atau Anak Perusahaan BUMN lain sebagai Mitra untuk melakukan Pendayagunaan Aset Tetap, dimana dalam kerjasama dimaksud, perusahaaan memindahtangankan terlebih dahulu Aset Tetapnya kepada Mitra untuk didayagunakan, kompensasi yang diterima oleh perusahaan diperhitungkan seperti Pendayagunaan Aset Tetap tanpa memindahtangankan terlebih dahulu.

    4. Penunjukan Mitra untuk kerjasama sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2, dan angka 3, dapat dilakukan dengan Penunjukan Langsung dengan memprioritaskan Anak Perusahaan sendiri.

    5. Penunjukan pihak lain oleh Mitra sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2, dilakukan oleh Mitra dengan berpedoman dengan keputusan ini.

    6. Kompensasi sebagaimana dimaksud pada angka 3, dapat dilakukan dengan cara pembayaran tunai dan/atau bentuk lain yang mekanismenya harus diatur secara jelas dalam perjanjian kerjasama antara perusahaan dengan Mitra.

    7. Kerjasama perusahaan dengan BUMN lain dan/atau Anak Perusahaan BUMN sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2 dan angka 3, dituangkan dalam perjanjian. Perjanjian tersebut memuat diantaranya hak dan kewajiban masing-masing pihak.

    8. Pendayagunaan Aset Tetap oleh BUMN lain dan/atau Anak Perusahaan BUMN untuk dan atas nama perusahaan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2, dapat dilakukan dalam rangka menjadikan Aset Tetap yang tidak clear and clean menjadi clear and clean.

    9. Perusahaan dapat memberikan penugasan kepada Anak Perusahaan sendiri untuk melaksanakan Pendayagunaan Aset Tetap perusahaan.

    10. Dalam hal Pendayagunaan Aset Tetap perusahaan dilakukan melalui penugasan kepada anak perusahaan sebagaimana dimaksud pada angka 9, perusahaan memberikan kompensasi kepada Anak Perusahaan berupa penggantian biaya pokok pelaksanaan Pendayagunaan Aset Tetap perusahaan ditambah marjin dengan nilai yang wajar.

    DIREKTUR UTAMA, ttd

    MUSTOHA ISKANDAR

    ISI PEDOMAN PENDAYAGUNAAN ASET TETAP.pdfLAMPIRAN PEDOMAN PENDAYAGUNAAN ASET TETAP.pdf