3. teori struktur tata guna lahan perkotaan

19
TEORI STRUKTUR T ATA GUNA LAHAN PERKOTA AN

Upload: spmbstan

Post on 04-Jul-2015

2.805 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3. Teori Struktur Tata Guna Lahan Perkotaan

TEORI STRUKTUR T

ATA

GUNA LAHAN P

ERKOTAAN

Page 2: 3. Teori Struktur Tata Guna Lahan Perkotaan

LATAR BELAKANG

Kota dipandang sebagai suatu objek dimana didalamnya terdapat masyarakat yang sangat komplek, dan mengalami hubungan antar manusia, dan manusia dengan lingkungannya.

Produk hubungan tersebut mengakibatkan terciptanya pola keteraturan penggunaan lahan

Menurut Park (1936), masyarakat manusia terorganisir dalam 2 tingkat:

Natural/biotic level; Cultural level.

Page 3: 3. Teori Struktur Tata Guna Lahan Perkotaan

1. CONCENTRIC ZONE MODEL (BURGESS, 1925)

Central Bussiness District (CBD) adalah pusat kota yang letaknya tepat di tengah kota dan berbentuk bundar yang merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi dalam suatu kota.

Model ini disajikan oleh Burgess (1925), yang digunakan untuk menjelaskan pola dari kota-kota di Amerika pada tahun 1920-an dengan membagi kota kedalam lingkaran-lingkaran konsentris yang dimulai dari pusat kota ke suburban.

Teori Burgess dibangun atas dasar hasil penelitian di berbagai kota di Amerika yang salah satunya Chicago.

Page 4: 3. Teori Struktur Tata Guna Lahan Perkotaan

1. CONCENTRIC ZONE MODEL (BURGESS, 1925)

Penjelasan:1. Central Business District2. Zona Peralihan (Transition Zone)3. Zona Perumahan Para Pekerja (Zone Of Working Men ‘S Homes)4. Zona Permukiman Yang Lebih Baik (Zone Of Better Residences)5. Zona Para Penglaju (Zone Of Commuters)

Page 5: 3. Teori Struktur Tata Guna Lahan Perkotaan

1. CONCENTRIC ZONE MODEL (BURGESS, 1925)

Asumsi: Adanya hubungan antara status sosial-ekonomi (penghasilan) rumah tangga dan jarak ke CBD.

Menurut model konsentris, kota dibagi dalam 6 zona konsentris:

Zone I : CBD Zone II : transisi Zone III : residensial pekerja Zona IV : residensial higher quality housing Zona V: penglaju

Page 6: 3. Teori Struktur Tata Guna Lahan Perkotaan

1. CONCENTRIC ZONE MODEL (BURGESS, 1925)

Menurut Burgess, pertumbuhan perkotaan adalah proses ekspansi dan konversi penggunaan tanah dengan kecenderungan masing-masing zona yang ada di dalam ekspansi ke zona yang lebih luar.

Kritik terhadap model ini: terlalu sederhana,tidak dapat diterapkn saat ini; dikembangkan ketika transportasi masih sangat terbatas; dikembangkan untuk kota-kota di Amerika & tidak cocok untuk

kota-kota pra-industri di Eropa; adanya pemisahan antara lokasi bekerja dan residensial yang

ini tidak selalu benar di abad 20;

Page 7: 3. Teori Struktur Tata Guna Lahan Perkotaan

2. SECTOR MODEL (HOYT, 1939)

Modifikasi dari model penggunaan lahan konsentris memperbaiki dan melengkapi teori Burgess dan bukannya merubah teori konsentris.

Hasil penelitiannya mengatakan bahwa persebaran pola sewa terlihat sejalan dengan sektor-sektor tertentu dengan kekhasan tertentu.

Sektor yang ada selalu mengikuti jalur tertentu, khususnya jalur komunikasi dan bukannya melingkar.

Tetap menerima keberadaan CBD, tetapi arah pertumbuhan kota/ memperluas keluar dari pusat kota di sepanjang jalan kereta api , jalan raya , dan arteri transportasi lainnya.

Dalam teori sektor ini terjadi proses penyaringan dari penduduk yang tinggal pada sektor-sektor yang ada, dan proses ini hanya berjalan baik jika “private housing market” berperanan besar dalam proses pengadaan rumah bagi warga kota.

Page 8: 3. Teori Struktur Tata Guna Lahan Perkotaan

2. SECTOR MODEL (HOYT, 1939)

Keterangan :1. CBD = Central Business District2. Zone Of Wholesale Light Manufacturing3. Zona Pemukiman Kelas Rendah4. Zona Pemukiman Kelas Menengah5. Zona Pemukiman Kelas Tinggi

Page 9: 3. Teori Struktur Tata Guna Lahan Perkotaan

3. TEORI KONSEKTORAL

3.1 Tipe Eropa (Peter Mann; 1965)

Merupakan gabungan antara pandangan konsentris dan pandangan sektoral, namun lebih ditekan pada konsentrisnya.

123

45

5 5

5

A

BC

D

Page 10: 3. Teori Struktur Tata Guna Lahan Perkotaan

3. TEORI KONSEKTORAL

3.1 Tipe Eropa (Peter Mann; 1965)

Keterangan:1. City center2. Transitional zone3. Sektor C & D: zone yang ditempati “small terace houses” Sektor B : zone rumah2 yg lebih besar Sektor A : zona rumah2 tua yg besar2

4. Daerah permukiman5. Desa yg dihuni para penglaju:

A. Sektor middle classB. Kelas menengah kebawahC. Kelas para pekerjaD. Industri & para pekerja kelas bawah

Page 11: 3. Teori Struktur Tata Guna Lahan Perkotaan

3. TEORI KONSEKTORAL

3.2 Tipe Amerika Latin (Griffin & Ford; 1980)

Bentuk awal kota karena pengaruh kolonialis Portugis Spanyol (sampai tahun 30-an):

Memiliki jaringan jalan “grid pattern”

Pada pusatnya terdapat central plaza

Blok terdekat dengannya berupa tempat tinggal orang kaya

Makin ke arah luar status sosial ekonomi penduduk semakin menurun.

Setelah tahun 30-an, berkembang American Style:

Pembangunan CBD, jalan, bangunan pencakar langit, shopping mall, terminal, hotel, dll

Gol penduduk kelas tinggi bergeser pindah keluar

Page 12: 3. Teori Struktur Tata Guna Lahan Perkotaan

3. TEORI KONSEKTORAL

3.2 Tipe Amerika Latin (Griffin & Ford; 1980)

6

5

4

1

23 3

Jalur utama perdagangan

Keterangan:1. CBD2. Zona perdagangan3. Sektor permukiman elit4. Zone of maturity5. Zone of insituaccretion6. Zone of peripheral

squatter settlements

Page 13: 3. Teori Struktur Tata Guna Lahan Perkotaan

4. TEORI KETINGGIAN BANGUNAN (BERGEL, 1955)Bergel menyatakan pentingnya memperhatikan

dimensi vertikal .

Hubungan variasi ketinggian bangunan dan penggunaan lahan hendaknya diperhatikan dalam merumuskan pola penggunaan lahan.

Variabel dimensi vertikal terkait dengan hak manusia untuk menikmati sinar matahari, menikmati keindahan alam dan pemanfaatan lahan dengan aksesibilitas fisik yang tinggi.

Page 14: 3. Teori Struktur Tata Guna Lahan Perkotaan

4. TEORI KETINGGIAN BANGUNAN (BERGEL, 1955)

residential

offices

retailing

residential

offices

residential

residential

B’

A’

OA B

Commercial zone

mixed zone

Inner residential zone

Distance from the center

Page 15: 3. Teori Struktur Tata Guna Lahan Perkotaan

5. TEORI POROS (BABCOCK, 1932)

Menitikberatkan pada peranan transportasi dalam mempengaruhi struktur keruangan kota.

Asumsi: mobilitas fungsi-fungsi dan penduduk mempunyai intensitas yang sama dan topografi kota seragam.

Faktor utama yang mempengaruhi mobilitas adalah poros transportasi yang menghubungkan CBD dengan daerah bagian luarnya.

Aksesibilitas memperhatikan biaya waktu dalam sistem transportasi yang ada.

Sepanjang poros transportasi akan mengalami perkembangan lebih besar dibanding zone diantaranya.

Zone yang tidak terlayani dengan fasilitas transport yang cepat, akan bersaing dalam time cost.

Page 16: 3. Teori Struktur Tata Guna Lahan Perkotaan

5. TEORI POROS (BABCOCK, 1932)

2

3

4

L

M 1Keterangan:1. CBD2. Transition zone

Major roads3. Low income housing

railways4. Middle income

housing

Page 17: 3. Teori Struktur Tata Guna Lahan Perkotaan

6. TEORI PUSAT KEGIATAN BANYAK (HARRIS & ULLMANN, 1945)

Kebanyakan kota-kota besar tidak tumbuh dalam ekspresi keruangan yang sederhana yang ditandai oleh satu pusat kegiatan saja, namun terbentuk sebagai suatu produk perkembangan dan integrasi yang berlanjut terus menerus dari sejumlah pusat-pusat kegiatan yang terpisah satu sama lain dalam satu sistem kota.

Lokasi zona keruangan yang terbentuk tidak ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor jarak dari CBD dan persebaran zona yang teratur, namun berasosiasi dengan sejumlah faktor dan pengaruh faktor ini akan menghasilkan pola-pola keruangan yang khas.

Page 18: 3. Teori Struktur Tata Guna Lahan Perkotaan

6. TEORI PUSAT KEGIATAN BANYAK (HARRIS & ULLMANN, 1945)

Faktor-faktor tersebut: Fasilitas khusus tertentu Ekonomi eksternal Saling merugikan antar fungsi yang tidak serupa Kemampuan ekonomi fungsi yang berbeda

Page 19: 3. Teori Struktur Tata Guna Lahan Perkotaan

Keterangan :1. Cbd = Central Business District2. Whole-sale Lightmanufacturing3. Low-class Residential4. Medium Class Residential5. High Class Residential6. Heavy Manufacturing7. Outlying Business District (Obd)8. Residential Sub-urb9. Industrial Sub-urb