3. resusitasi cairan dan anafilaktik syok

52
RESUSITASI CAIRAN Bagian Laboratorium Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara Tahun 2012

Upload: tengku-reza-maulana

Post on 03-Jan-2016

133 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

aaaaa

TRANSCRIPT

Page 1: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

RESUSITASI CAIRAN

Bagian Laboratorium KlinikFakultas KedokteranUniversitas Islam Sumatera UtaraTahun 2012

Page 2: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

PENDAHULUAN Terapi cairan adalah tindakan yang dilakukan

dengan melakukan pemberian cairan untuk mengatasi syok, dan menggantikan volume cairan yang hilang akibat adanya perdarahan, atau dehidrasi.

Tujuan dari resusitasi cairan adalah untuk mencegah terjadinya hipoksia dan iskemik pada organ tubuh vital terutama pada otak dan jantung melalui peningkatan preload dan curah jantung untuk mengembalikan volume sirkulasi efektif pada syok hipovolemik, mengembalikan oxygen carrying capacity pada syok hemoragik, dan mengoreksi gangguan metabolik.

Page 3: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

PENILAIAN KLINIS KEADAAN SYOK Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi

jika sirkulasi darah arteri tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan.

Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada tiga faktor utama yaitu curah jantung, volume darah, dan tonus vasomotor perifer. Bila terjadi gangguan pada salah satu dari ketiga faktor di atas, dan faktor lainnya tidak dapat melakukan kompensasi, maka akan terjadi syok.

Page 4: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

04

/20

/20

23

4

Shock adalah kondisi saat mana transport oksigen (DO2, delivery O2) ke jaringan

gagal memenuhi kebutuhan metabolik di jaringan tersebut.

DO2 < VO2

IT IS NOT LOW BLOOD PRESSURE !!!

IT IS HYPOPERFUSION…..

Page 5: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

PRE-LOAD CONTRACTILITY AFTER-LOAD

STROKE VOLUME HEART-RATE

CARDIAC OUTPUT TOTAL PERIPHERAL RESISTANCE

BLOOD PRESSURE

Hasanul, 2006

Tissue Perfusion

Page 6: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

20/04/2023 6

Type of shock

Hypovolemic

Cardiogenic

Distributive [vasomotordysfunction] . High or normal resistance

. Low resistance

Obstructive

Primary mechanism

Volume loss

Pump failure

Expanded venous capacitance[pooling], CO normal or low

Arteriovenous shuntingCO normal or highExtracardiac obstruction ofmain channel of blood flow

Clinical causes

Exogenous Blood loss due to hemorrhage Plasma loss due to burn, inflammation Fluid and electrolyte loss due to vomiting, diarrhea, dehydration, osmolal diuresis [diabetes]

Endogenous Extravasation due to inflammation, trauma, anaphylaxis, snake venom, pheochromocytoma

Myocardial infarctionHeart failureArrhythmia Intracardiac obstruction

Hypodynamic septic shock due to gram-negative enteric bacillarySpinal shock, Narcotic over dose, barbiturate intoxication

Pneumonia, peritonitis, abscess, reactive hyperemia

Vena caval obstruction, pericarditis [cardiac tamponade]pulmonary embolism, aorta dissecting aneurysm

Classification of shock states

Weil, MH et al : Cardiovascular System failure. In Principles and practice of emergency medicine. Schwartz. GR [ed] WB. Saunders 1986

Page 7: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

20/04/2023 7

Hemorrhagic

Sign & SymptomsPallor, faintingSkin clammy, coldTachycardiaOliguriaCollapse

Laboratory

Hct, Hb

Cardiogenic

Sign & SymptomsPallor, faintingSkin clammy, coldArrhythmiasOliguriaCollapse

Laboratory Cardiac enzymesECG

Traumatic

Sign & SymptomsHistory & Physicalevidence of injuryOliguriaTachycardiaCollapse

LaboratoryX-Rays, CT-scan

PathophysiologyDirect injury to organ

Therapy1. Repair injury2. Fluids3. Blood

Pathophysiology

Blood volume

Therapy1. Fluids2. Blood3. Control Bleeding

Pathophysiology Cardiac output

Therapy1. Antiarrhythmic2. Vasopressors3. Vasodilators

Septic

Sign & SymptomsFever, chillsSkin warmTachycardiaOliguriaAltered mental statusCollapseLaboratory[+] smears & culture

Pathophysiology Peripheral resistance

Therapy1. Antibiotics2. Fluids3. Drain abscess

Approach to various etiologic types of shock

Shoemaker, Textbook of Critical Care, third ed. 1995

Page 8: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

O2

CARDIOGENIC

HYPOVOLEMIK

O2

O2

OBSTRUCTIVE

SEPTIC

Page 9: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

PENILAIAN KLINIS KEADAAN SYOK Terjadinya syok dapat dilakukan dengan

melakukan penilaian terhadap tingkat kesadaran pasien, penilaian tanda-tanda vital, terjadinya hipoperfusi perifer, dan penurunan jumlah urin (oliguria).

Page 10: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

Kesadaran (GCS) menurun sampai koma. Frekuensi nafas meningkat dari normal (lebih dari

20-24 kali per menit pada dewasa, atau lebih dari 36 kali per menit pada anak).

Nadi tidak teraba, atau teraba halus namun tidak penuh.

Tekanan darah menurun dan terjadi takikardia (puncak tekanan darah sistemik kurang dari 100 mmHg).

Tanda-tanda hipoperfusi dan vasokonstriksi perifer seperti kulit dingin, lembab, sianosis, dan melambatnya capillary refill time (lebih dari 3 detik). Capillary refill time dapat ditentukan dengan menekan ujung kuku, kemudian dilepaskan.

Turgor kulit menurun, mukosa mulut kering, ubun-ubun kepala tampak cekung, dan kulit tampak keriput, pada keadaan dehidrasi berat.

Oligouria, ditanda dengan jumlah urin kurang dari 1 cc/kgBB/jam.

Page 11: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

JALUR PEMBERIAN RESUSITASI CAIRAN Untuk mengatasi syok secepat mungkin, agar

terhindar dari kerusakan organ vital tubuh, pemberian resusitasi cairan dilakukan secara parenteral (intravena), dan intraoseus.

Pemberian secara intraoseus merupakan pilihan alternatif, apabila akses intravena sulit didapatkan, terutama pada keadaan kegawat daruratan pediatrik. Pada akses intraoseus, cairan dimasukkan ke dalam tubuh secara langsung melalui sumsum tulang.

Pada keterampilan klinik ini akan dilatihkan bagaimana cara melakukan resusitasi cairan secara intravena, adapun resusitasi cairan melalui intraoseus akan dilatihkan pada modul keterampilan klinik berikutnya.

Page 12: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

JALUR PEMBERIAN RESUSITASI CAIRAN

Akses Resusitasi Intravena Akses Resusitasi Intraosseus

Page 13: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

15

TOTAL BODY WATER : 60% TOTAL BODY WEIGHT

36 L

ISF

60 kg

9L

ISF IVF ICF

3L 24 L

Physiologic principles of fluid management

Hasanul, 2002

Page 14: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

04

/20

/20

23

16

ISF IVF ICF

Physiologic principles of fluid management

Perdarahan

Page 15: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

PERDARAHAN

HILANG VOLUME

HILANG ERITROSIT

Hasanul, 2003

Page 16: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

CAIRAN RESUSITASI Terdapat dua jenis cairan yang digunakan

pada resusitasi cairan, yaitu cairan kristaloid dan koloid.

Perlu diingat bahwa pemberian cairan infus yang mengandung dekstrosa (contoh dekstrosa 5%) secara bolus intravena, tidak boleh diberikan pada resusitasi cairan, karena dapat menyebabkan diuresis osmotik, serta dapat memperburuk defisit elektrolit kalium (hipokalemia), dan iskemia pada otak.

Page 17: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

CAIRAN KRISTALOID Cairan kristaloid adalah kelompok cairan non ionik

yang pada umumnya bersifat isotonik (isoosmolar). Cairan kristaloid tidak mengandung partikel onkotik

sehingga tidak menetap di intravaskular. Cairan ini baik untuk mengganti kehilangan volume, terutama cairan intertistial. KEUNTUNG

AN•Pemberian cairan kristaloid adalah murah, mudah didapat, dan tidak menimbulkan reaksi alergi.

KERUGIAN•Pemberian cairan kristaloid adalah hanya bertahan 15-30 menit di dalam pembuluh darah, dan untuk mengembalikan volume intravaskuler yang hilang, diperlukan cairan kristaloid dalam jumlah yang besar, sekitar 2-3 kali volume cairan yang hilang, sehingga bila tidak diberikan dengan benar dapat menimbulkan edema paru pada pasien.

Contoh cairan kristaloid adalah ringer laktat, ringer asetat (asering), dan NaCl 0,9% (normal saline).

Page 18: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

04

/20

/20

23

20ISF

9L

ISF IVF ICF

3L 24 L2250ml 750 ml

RL,NaCl

3L

Physiologic principles of fluid management

Hasanul, 2002

Page 19: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

CAIRAN KOLOID Cairan koloid adalah cairan yang mengandung partikel

onkotik yang dapat menyebabkan tekanan onkotik.

KEUNTUNGAN

•Cairan ini sebagian besar menetap di intravaskuler, dan jenis plasma ekspander dapat menarik cairan ekstravaskuler ke intravaskuler.

KERUGIAN•Pemberian cairan koloid adalah harganya yang mahal, dapat menyebabkan reaksi anafilaktik, resiko terjadinya overload lebih besar, dan pemberian secara berlebih dapat menyebabkan edema paru, tetapi tidak mneyebabkan edema perifer.

Contoh cairan koloid adalah darah (packet red cell, dan whole blood), plasma darah dan komponennya (albumin 5% dan 25%, fresh frozen plasmanate), dan koloid sintetik seperti poligelin (gelafundin, haemacell), dekstran 10% dan 40%, dan hetastarch (expafusin 6%).

Page 20: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

04

/20

/20

23

22ISF

9L

ISF IVF ICF

3L 24 L1L

Albumin-5%

1 L

Physiologic principles of fluid management

Hasanul, 2002

Page 21: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

04

/20

/20

23

23ISFISF IVF ICF

3L 24 L1000ml

HES-6%

1L

Physiologic principles of fluid management

Hasanul, 2002

9L

Page 22: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

04

/20

/20

23

24ISF

9L

ISF IVF ICF

3L 24 L500

Albumin-25%

100 cc

Physiologic principles of fluid management

Hasanul, 2002

400

Volume expander

Page 23: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

04

/20

/20

23

25ISFISF IVF ICF

3L 24 L700ml

Haemacel

1L

Physiologic principles of fluid management

Hasanul, 2002

9L300ml

Page 24: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

JENIS CAIRAN RESUSITASI

Cairan Kristaloid (NaCl 0,9%) Cairan Koloid (albumin 25%)

Page 25: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

PERSIAPAN ALAT & PENANGANAN AWAL Persiapkan alat dan cairan yang akan

digunakan untuk melakukan resusitasi seperti infus set makro, atau mikro, kateter i.v line disesuaikan dengan pasien, pada anak-anak, digunakan nomor 22-24 (sediaan berwarna biru, atau kuning).

Setelah melakukan penilaian ada tidaknya tanda-tanda syok, seperti tindakan resusitasi pada umumnya, terlebih dahulu bebaskan dan pertahankanlah jalan nafas (”clear and open airway”) dengan cara ”head tilt-chin lift”, atau ”jaw thrust”.

Page 26: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

PERSIAPAN ALAT & PENANGANAN AWAL Selanjutnya berikanlah oksigenasi dan

ventilasi adekuat dengan menggunakan nasal kanul.

Untuk memperbaiki sirkulasi, pasanglah akses intravena pada vena tubuh yang besar, dan mudah dipasang i.v line, dan jangan lupa untuk memasang kateter untuk memudahkan penghitungan jumlah urin.

Page 27: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

PROSEDUR RESUSITASI CAIRAN PADA ANAK

Bila perbaikan klinis tidak ada, berikan resusitasi cairan koloid (dekstran, HES, atau haemacell) sebanyak 10 ml/kgBB, pada 5 menit ketiga. Selanjutnya lakukanlah penilaian lagi ada tidaknya perbaikan klinis pasca resusitasi dengan cairan koloid.

Page 28: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

KETETAPAN1 cc = 20 tetes makro

1 cc = 60 tetes mikro

SEMUA DIKONVERSI MENJADI …..tetes/menit

Page 29: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

PROSEDUR RESUSITASI CAIRAN PADA ANAK

Bila syok teratasi, diberikan cairan pemeliharaan menurut Holiday-Segar dengan perhitungan jumlah cairan sebagai berikut : Bila berat badan pasien ≤ 10 kg, diberikan cairan

pemeliharaan sebanyak 100 cc/kgBB. Bila berat badan pasien antara 11-20 kg, diberikan cairan

pemeliharaan dengan rumus 1000 + (BB-10) × 50. Bila berat badan pasien antara 21-30 kg, diberikan cairan

pemeliharaan dengan rumus 1500 + (BB-20) × 20 Pada saat pemberian cairan pemeliharaan

(maintenance), lakukanlah pemantauan terhadap tanda-tanda vital, meliputi kesadaran, pernafasan, denyut nadi, tekanan darah, perfusi jaringan (bila perfusi baik kulit menjadi hangat, capillary refill time kurang dari 3 detik), dan jumlah urin (jumlah urin yang normal > 1 ml/kgBB/jam.

Page 30: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

CONTOH SKENARIO Anak laki-laki usia 3 tahun mengalami

kecelakaan pada saat bermain-main di taman kompleksnya. Terjadi patah tulang terbuka pada daerah betis dengan perdarahan yang terus-menerus. Dari kepala tampak adanya luka robek dengan perdarahan aktif. Berat badan= 12 kg.

DIAGNOSA?PENATALAKSANAAN?

Page 31: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

A

B

C

“LOOK, LISTEN AND FEEL” PENILAIAN JAW THRUST (PEMASANGAN COLLAR BRACE JIKA ADA)

NILAI PERNAFASAN OKSIGENASI DENGAN NASAL KANUL

NILAI SIRKULASI TANDA-TANDA SHOCK PEMASANGAN IV LINE DAN KATETER URIN

Page 32: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro

KEBUTUHAN CAIRAN KRISTALOID= 20 cc/kg x 12 kg= 240 cc= 240 cc x 20 tetes makro = 4.800 tetes makro/5 menit= 960 tetes makro/menit COR

KEBUTUHAN CAIRAN KOLOID= ½ KRISTALOID= 480 tetes makro/menit

Page 33: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro

HOLIDAY SEGAR= 1000 + (12-10) 50= 1000 + 100= 1100 cc/24 jam= 1100 cc x 20 tetes makro/24 jam= 22.000 tetes makro/24 jam= 22.000 tetes makro/24x60 menit= 15 tetes makro/menit

Page 34: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

Class I Class II Class III Class IV

Blood-Loss[ml] ->750 750-1500 1500-2000 >2000

Blood-loss [%BV] ->15% 15-30% 30-40% >40%

Pulse-Rate [x/min.] <100 >100 >120 >140

Blood-Pressure Normal Normal Decreased Decreased

Pulse-Pressure N or increased

Decreased Decreased Decreased

Respiratory Rate 14-20 20-30 30-35 >35

Urine out-put [ml/hour] >30 20-30 5-15 Negligible

Mental status/CNS Slightly anxious

Midly anxious

Anxious and confused

Confused and lethargic

Estimated Fluid and Blood Losses Based on Patient’s Initial Presentation

BV = 70 ml/kg Hasanul, 2003

Page 35: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

FLUID REPLACEMENT

3 : 1 RuleClass I Crystalloid

Class II Crystalloid + Colloid ?

Class III Crystalloid +Colloid, Blood

Class IV Crystalloid +Colloid, Blood

Hasanul, 2003

Page 36: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

Pola kerja penanganan shock perdarahan

Penderita datang dengan perdarahan

Pasang infus jarum kaliber besar (16G, 18G), ambil sample darah

Ukur tekanan darah, hitung nadi, nilai perfusi, produksi urine

Tentukan estimasi jumlah perdarahan, minta darah

Guyur cepat Ringer Laktat atau NaCl 0.9% [hangat, 390C] 3x

prakiraan lost-volume [1-2 liter] evaluasi

Hasanul, 2003

Page 37: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

PENATALAKSANAAN SYOK ANAFILAKTIK

Bagian Laboratorium KlinikFakultas KedokteranUniversitas Islam Sumatera UtaraTahun 2011

Page 38: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

PENDAHULUAN Definisi yang tepat untuk anafilaksis tidak begitu

penting jika dibandingkan dengan perlunya ketepatan dalam penanganan emergensi kasus-kasus tersebut.

Tidak ada definisi universal yang disetujui, tetapi menurut The European Academy of Allergology and Clinical Immunology Nomenclature Committee, menyebutkan bahwa anafilaksis merupakan manifestasi dari reaksi hipersensitif/alergi yang berat, mengancam jiwa, dan bersifat sistemik.

The American College of Allergy,Asthma and Immunology of Anaphylaxis Working Group, menyebutkan angka insidensi anafilaksis secara gobal adalah 30-950 kasus per 100.000 orang pertahunnya. Prevalensi ketahanan hidup antara 50-2000 episode per 100.000 orang adalah 0,05-2,0 %.

Page 39: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

FAKTOR PENCETUS Anafilaksis dapat terjadi oleh karena banyak sekali

faktor pencetus, yang paling banyak diidentifikasi adalah dari makanan, obat, dan juga racun.

Hubungan faktor pencetus tersebut dengan timbulnya anafilaksis bervariasi tergantung pada umur, dimana makanan menjadi penyebab umum pada masa anak-anak, dan obat-obatan menjadi faktor pencetus bagi orang yang lebih tua.

Banyak kelompok makanan atau obat yang berperan, jenis makanan yang paling sering berperan adalah kelompok kacang-kacangan, sedang dari obat dicetuskan dari golongan pelumpuh otot, antibiotika, NSAID dan Aspirin.

Tetapi, harus dicatat bahwa ada beberapa kasus yang penyebab anafilaksisnya tidak diketahui (idiopatik , tidak diperantarai IgE).

Page 40: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

FAKTOR PENCETUS Dibawah ini adalah tabel yang

mengemukakan penyebab anafilaksis di Britania Raya (United Kingdom) dari tahun 1992-2001.Kelompok: Jumlah: Penyebab:Sengatan 47 29 tawon, 4 lebah, 14 tidak diketahuiKacang-kacangan 32 10 kacang tanah, 6 kacang kenari, 2

kacang almond, 2 kacang brazil, 1 kacang hazel, 11 campuran atau tidak diketahui.

Makanan 13 5 susu, 2 ikan, 2 buncis, 2 udang-udangan, 1 pisang, 1 siput

Antibiotik 27 11 penisilin, 12 sefalosporin, 2 amfotericin, 1 ciprofloksasin, 1 vankomisin

Obat Anestesi 39 19 suksamethonium, 7 velkuronium, 6 atrakurium, 7 obat-obat induksi

Obat lainnya 24 6 NSAID, 3 ACE-Inhibitor, 5 gelatin, 2 protamin, 2 Vit-K,dll: Etoposide, Asetazolamid, petidin, anestesi lokal, diamorfin, streptokinase.

Medium Kontras 11 9 iodine, 1 technetium, 1 fluorescinelainnya 3 1 lateks, 1 pewarna rambut, 1 hydatidEmergency treatment of anaphylactic reactions, Guidelines for healthcare providers, Januari 2008.

Page 41: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

Beberapa jenis faktor pencetus yang dapat menyebabkan anafilaktik

Page 42: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

MANIFESTASI KLINIS REAKSI ANAFILAKSIS Diagnosis reaksi anafilaksis umumnya

didapatkan ketika seseorang yang terpapar dengan allergen berlanjut kepada gangguan yang datangnya tiba-tiba (biasanya dalam hitungan menit), dengan disertai perubahan kulit yang berlangsung sangat cepat dan membahayakan jalan nafas (airway), pernafasan (breathing) dan sirkulasi (circulation). Reaksi ini sungguh sangat tidak diharapkan.

Page 43: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

MANIFESTASI KLINIS REAKSI ANAFILAKSIS

Ada beberapa poin yang harus dicermati berhubungan dengan reaksi anafilaksis, yakni :

Anafilaksis biasanya merupakan gabungan dari 3 kriteria, yakni: Onset tiba-tiba dan gejala yang berkembang dengan sangat

cepat. Mengancam jiwa karena membahayakan jalan nafas,

pernafasan, dan sirkulasi. Adanya perubahan kulit dan mukosa (flushing, urtikaria dan

angioedema) Hal ini biasanya ditunjang oleh adanya paparan terhadap bahan

yang bersifat alergis pada pasien. Tetapi harus diingat bahwa perubahan kulit dan mukosa yang

timbul dengan cepat tanpa disertai gejala lainnya bukan merupakan reaksi anafilaksis. Perubahan kulit dan mukosa sering tidak terjadi dalam 20% kasus. Terkadang dijumpai gejala gastrointestinal (muntah, nyeri perut, dan inkontinensia).

Terkadang kita dibingungkan oleh adanya reaksi alergik parah yang dialami pasien, sebagai contoh, urtikaria menyeluruh, angioedema, dan rhinitis tidak dianggap sebagai reaksi anafilaksis apabila tidak terdapat ancaman terhadap jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi.

Page 44: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

MANIFESTASI KLINIS REAKSI ANAFILAKSIS Onset yang tiba-tiba dan gejala yang

berkembang cepat. Pasien akan tampak tidak sehat/ tidak nyaman. Kebanyakan reaksi terjadi dalam beberapa menit,

terkadang lebih lambat. Waktu onset dari timbunya reaksi anafilaksis tergantung

pada tipe pencetusnya. Obat yang masuk secara Intravena akan menimbulkan onset yang lebih cepat jika dibandingkan dengan sengatan serangga, yang juga lebih cepat menimbulkan onset bila dibandingkan dengan gejala yang ditimbulkan allergen yang masuk secara lokal.

Pasien biasanya merasa cemas dan merasakan sensasi seakan akan kiamat akan terjadi (sense of impending doom).

Page 45: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

MANIFESTASI KLINIS REAKSI ANAFILAKSIS Ancaman terhadap jalan nafas (airway),

pernafasan (breathing), dan sirkulasi (circulation).

Pasien dapat mengalami gangguan pada salah satu elemen diatas, bahkan keseluruhan tiga hal tersebut. Untuk memudahkan, dapat digunakan pendekatan A,B,C,D,E (Airway, Breathing, Circulation, Disability, dan Exposure).

Page 46: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

A (Airway)•Airway swelling (pembengkakan jalan nafas) misalnya pembengkakan tenggorokan dan lidah (edem faring dan laring). Pasien mengalami kesulitan bernafas dan menelan serta merasa tenggorokannya tercekat•Suara serak (hoarshness)•Stridor (mengorok) oleh karena obstruksi jalan nafas

B (Breathing)

•Pendeknya nafas, peningkatan frekuensi nafas.•Wheezing (mengi)•Pasien kelelahan•Kebingungan oleh karena hipoksia•Sianosis, biasanya timbul lebih lambat•Henti nafas

C (Circulation)

•Tanda-tanda syok- pucat•Peningkatan frekuensi nadi/jantung•Hipotensi, merasa pusing hingga pingsan•Penurunan kesadaran•Anafilaksis dapat menunjukkan gambaran miokard infark dan gambaran abnormal pada EKG meskipun orang tersebut memiliki sirkulasi koroner yang normal•Henti jantung

Gangguan Airway, Breathing dan Circulation, kesemuanya dapat mengganggu status neurologik pasien (disability problem) oleh karena penurunan perfusi ke otak, sehingga dapat timbul kebingungan, agitasi

dan penurunan kesadaran.

Page 47: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

MANIFESTASI KLINIS REAKSI ANAFILAKSIS Perubahan kulit dan mukosa

Hal ini dapat dinilai sebagai bagian dari Exposure, ketika menggunakan pendekatan A,B,C,D,E.

Merupakan tanda yang paling awal timbul dan terjadi pada 80% keseluruhan kasus anafilaksis.

Dapat berupa perubahan pada kulit saja, atau pada mukosa saja atau bisa keduanya.

Dapat berbentuk eritema-bercak-bercak, atau yang sifatnya generalisata.

Dapat berbentuk urtikaria menyeluruh pada tubuh, biasanya sangat gatal.

Angioedema hampir mirip dengan urtikaria,tetapi melibatkan jaringan yang letaknya lebih dalam, misalnya yang terjadi pada kelopak mata, bibir, mulut dan tenggorokan.

Page 48: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

Angioedema pada bibir serta urtikaria adalah perubahan kulit yang sering timbul pada reaksi

anafilaktik.

Page 49: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

PENATALAKSANAAN KASUS ANAFILAKTIK Dokter berhadapan dengan pasien yang diduga terkena

reaksi anafilatik setelah disuntikkan injeksi Penicillin yang disertai timbulnya bercak merah diseluruh tubuhnya.

Jika pasien sadar, maka tanyalah “ Apakah pasien baik-baik saja”, jika tampak tidak sadar, maka guncang bahunya dan panggil namanya, jika pasien merespon, maka pasien tidak memiliki gangguan pernafasan dan perfusi ke otak baik. Jika pasien tidak dapat merespon dapat merupakan tanda kritis.

Segera eliminasi kemungkinan faktor-faktor pencetus yang diduga menimbulkan reaksi anafilaksis ini.

Lihat tanda-tanda obstruksi jalan nafas, misal obstruksi baik yang partial maupun komplit yang menyebabkan gerakan paradoks dada dan abdomen (see-saw movements) dan penggunaan otot respirasi. Sianosis sentral merupakan tanda lambat daripada obstruksi jalan nafas.Pada obstruksi komplit, tidak ada suara nafas sama sekali, sedang yang partial biasanya timbul suara yang abnormal misalnya seperti berkumur, mengorok, dsb.

Page 50: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

Periksa pernafasan (breathing) pasien, apakah terdapat sesak, wheezing, fatique, sianosis, kebingungan atau saturasi O2 < 92 % dari pulse-oksimetri.

Periksa sirkulasi (circulation) pasien, apakah terdapat pucat, akral yang dingin, tekanan darah yang rendah,atau pingsan.

Segera panggil bantuan untuk dapat menolong anda, baringkan pasien dan elevasikan kedua kaki pasien ke atas.

Jika terjadi henti jantung, maka segera lakukan resusitasi jantung paru (RJP), dan berikan dosis adrenalin sesuai panduan secara intramuskuler, yakni 1:1000 dan ulangi setelah 5 menit jika tidak ada reaksi.

Jika peralatan dan obat tersedia, penolong lainnya dapat membantu melakukan pemasangan alat bantu nafas, oksigen dengan aliran tinggi, pemasangan akses Intravena, dan pemasangan monitor untuk memantau EKG, tekanan darah dan saturasi oksigen.

Jika akses intravena telah terpasang, maka dapat diberikan cairan dengan dosis 20ml/KgBB untuk anak, dan 500-1000 ml untuk dewasa.

Lakukan terus monitoring terhadap tanda vital sampai menunjukkan perbaikan.

Jika respon terhadap resusitasi awal baik, maka dapat diberikan injeksi Anti histamin atau steroid yang dosisnya sesuai panduan.

Page 51: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok
Page 52: 3. Resusitasi Cairan Dan Anafilaktik Syok

TERIMA KASIH