3 petani (yuti)

16
Memahami Hak-Hak PETANI ? Oleh: Syahyuti [email protected]

Upload: syahyuti-si-buyuang

Post on 20-Nov-2014

145 views

Category:

Science


1 download

DESCRIPTION

Kita baru melakukan pembangunan pertanian. Ribut soal komoditas, ... padi, jagung, sapi. Belum perduli PETANI nya. Tentang Hak-Hak Petani, adakah yang perduli?

TRANSCRIPT

Page 1: 3   petani (yuti)

Memahami Hak-Hak PETANI ?

Oleh: [email protected]

Page 2: 3   petani (yuti)

Mengapa petani penting? Karena:

1. Pendekatan teknis-finansial telah meminggirkan aspek humanity

2. Target pembangunan berbasiskan nasional (sebagai unit analisis), mis. konsep swasembada

3. Small farmer feed the world (Laporan PBB) 4. Paradigma ekologis: biodiversitas, “land to

mouth”.5. Petani adalah SDM (=alat produksi)6. Metode penyuluhan era Revolusi Hijau

meminggirkan petani: dengan pendekatan “dipaksa, terpaksa, biasa”

Page 3: 3   petani (yuti)

Batasan tentang “petani” di legislasi Indonesia:

1. KBBI, petani = orang yang mata pencahariannya bercocok tanam.

2. Pada SP 1963 petani di bawah 1000 m2 dianggap bukan petani. Ini yang mendorong pendirian PSEKP.

3. SP 2003, RT pertanian = rumah tangga yang mengusahakan lahan untuk berbagai kegiatan budidaya atau bukan pengguna lahan namun memanfaatkan produk pertanian dalam usahanya (penangkaran, memungut hasil hutan), serta berusaha di bidang jasa pertanian

4. SP 2013, RT petanian = rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya memelihara tanaman/ternak/ikan baik untuk tujuan usaha maupun tidak.,

5. RUU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, petani = warga negara Indonesia perseorangan dan/atau beserta keluarganya yang melakukan usaha tani di bidang tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan

Page 4: 3   petani (yuti)

Batasan petani:6. Permentan No. 273/ 2007 tentang Pedoman

Pembinaan Kelembagaan Petani. Petani = perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani, minatani, agropasture, penangkaran satwa dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang. Ada definisi untuk peternak dan pekebun.

7. UU No. 16/2006 tentang penyuluhan, idem

8. UU No. 12/ 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, tidak ada batasan tentang petani.

Page 5: 3   petani (yuti)

RUU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani:

Pasal 46: “Petani yang telah ditingkatkan keahlian dan keterampilannya melalui pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 wajib melakukan tata cara budidaya, penanganan, dan pemasaran yang baik sesuai dengan petunjuk pelaksanaannya”

 Pasal 48 dan 49 tentang penyuluhan untuk petani,

namun tidak diatur bagaimana partisipasi dalam riset.

 Pasal 70: “Pemerintah dan pemerintah daerah

berkewajiban memberikan kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi”.

Page 6: 3   petani (yuti)

Persepsi terhadap petani di Indonesia:1. Petani berada dalam format relasi “negara- rakyat” 2. Basis petani adalah komoditas3. Petani lemah, di bawah, kurang berpengetahuan:

sehingga perlu diberdayakan4. Dimana kedaulatan petani atas pengetahuan?

“Pengetahuan adalah kekuasaan”5. Semua pengetahuan berasal dari luar dan atas petani.

Tidak ada perlindungan bagi pengetahuan yang dimiliki petani.

Cirinya:6. Hanya mendata petani secara riel dan temporer7. Tidak memasukkan “petani potensial”, yaitu mereka

yang ingin bertani, hanya memiliki keterampilan bertani, namun sedang tidak bertani

8. Tidak ada istilah “petani kecil” secara khusus.

Page 7: 3   petani (yuti)

Petani kecil (small holder farmer):

Small farmer feed the world (Laporan PBB) Penelitian Chappell dan Lavalle (Food security

and biodiversity: can we have both? An agroecological analysis): pertanian skala kecil dengan teknik-teknik pertanian alternatif 2-4 kali lebih efisien daripada pertanian konvensional besar. Pertanian skala kecil menghasilkan tingkat output yang lebih tinggi per satuan luas dari pertanian yang lebih besar

Terjadi perubahan pandangan terhadap petani kecil

Page 8: 3   petani (yuti)

Tahap dan pokok perhatian Justifikasi Bentuk kebijakan1. Productivity and Equity (1950-an)

Kesetaraan dan produktivitas Agenda kebangsaan, dekolonialisasi, kemakmuran rakyat), menghadang komunisme. Inverse Relationship (IR) theory , produktivitas = out put per area of land

Land to the tiller, land reform “from below” and “from above”

2. Productivity without Equity (1960-an)peningkatan produktivitas dan modernisasi pertanian

dicapai melalui technological change tanpa structural changeState-led developmentalism (negara dalam rekayasa sosial, penyediaan subsidi dan kredit, serta pengaturan harga dan pasar)Liberalisasi pasar finansial dan perdagangan

Revolusi Hijau

3. Liberalisation and efficiency (1980-qn)efisiensi pasar dan deregulasi Pasar akan mengefisienkan seluruh

mekanismeMarket-based land reformLand administrationLand titling (sertifikasi lahan)

4. Commercial Smallholders (abad 21)inkorporasi smallholders ke dalam mata rantai nilai global

-Kosep scale and linkages-kontrak antara smallholders dan perusahaan agribisnis

-Contract farming-inti-plasma-kemitraan bisnis -Visi neoliberal “transisi agraria” (World Development Report 2008)

Historik tahapan kebijakan mengenai Smallholders

Page 9: 3   petani (yuti)

The peasants' charter: The Declaration Of Principles And Programme Of Action Of The World

Conference On Agrarian Reform And Rural Development. FAO, Roma 1981.

Memberi kewajiban kepada pemerintahan. That the fundamental purpose of development is individual and social

betterment, development of endogenous capabilities and improvement of the living standards of all people, in particular the rural poor;

Bab VII. VII. Education, training and extension. “Increase interaction and communication between development

planners, rural educators, extension workers, and the members of broad-based people's organizations with respect to the objectives, design and implementation of rural development programmes”

…. is the creation and expansion of training and extension networks for both men and women to develop and improve skills and to increase productivity and income-generating capabilities. There is also need for establishment of effective linkages between extension and problem-solving research. In view of the great urgency of these needs and the magnitude of the task in relation to the resources of developing countries, low-cost techniques of education and training for short periods merit close consideration.

Page 10: 3   petani (yuti)

Dalam konteks pendidikan dan pelatihan:

(i) Give high priority to the achievement and maintenance of universal primary education …..

(ii) ….without prejudice to equality of opportunity to be provided by education, ….

(iii) Strengthen programmes of non-formal education, ….

(iv) Strengthen non-formal education for the promotion of skills required for, ….

(v) Promote grass-roots education and training in the use of local materials to promote employment and enhance community self-reliance.

(vi) Encourage coordination of in-school and out-of-school education, and promote the integration of the two systems.

Page 11: 3   petani (yuti)

Tentang tenaga lapang pemberdayaan:

(i) …. improve their understanding of the conditions and problems of rural areas and their ability to respond to the needs of the rural poor.

(ii) ……emphasis on problem-solving and adaptation to local conditions, drawing upon practical experience.

(iii) Increase interaction and communication between development planners, rural educators, extension workers, and the members of broad-based people's organizations …..

(iv) Recruit male and female extension and research workers and rural educators from rural communities and encourage them to return to work within their own communities.

(v) Improve communication and interchange between research institutions, extension agencies and farmers, and devise ways for participation by representatives of peasant groups in setting research, extension and training priorities …..

(vi) Make effective use of regional and national centres to serve as focal points for the dissemination of appropriate basic rural technological skills and crafts.

Page 12: 3   petani (yuti)

“Agenda 21”: Dokumen “embangunan berkelanjutan hasil KTT Bumi di Rio

tahun 1992. Membantu negara berkembang mengakses informasi ilmiah dan

keteknologian, Memfasilitasi akses dan alih teknologi berwawasan lingkungan, Memfasilitasi dan meningkatkan teknologi setempat yang

berwawasan lingkungan Menunjang pembangunan kemampuan setempat agar dapat

menelaah, memungut, menggunakan, dan memelihara teknologi berwawasan lingkungan

Pada bagian “Basis for action”, nomor 32.3. A farmer-centred approach is the key to the attainment of sustainability in both developed and developing countries and many of the programme areas in Agenda 21 address this objective. A significant number of the rural population in developing countries depend primarily upon small-scale, subsistence-oriented agriculture based on family labour.

Page 13: 3   petani (yuti)

Agenda 21:Dalam konteks data dan informasi, nomor 32.8.:

1. …to document, synthesize and disseminate local knowledge, practices and project experiences …

2. Establish networks for the exchange of experiences ….. (bahasa yang santun)

3. Develop pilot projects and extension services that would seek to build on the needs and knowledge base of women farmers.

Dalam konteks kerjasama teknologi (nomor 32.12):(b) Conduct studies of high-resource and low-resource agriculture to

compare their productivity and sustainability. The research should preferably be conducted under various environmental and sociological settings;

(c) Support research on mechanization that would optimize human labour and animal power and hand-held and animal-drawn equipment that can be easily operated and maintained. The development of farm technologies should take into account farmers' available resources and the role of animals in farming households and the ecology.

Page 14: 3   petani (yuti)

Sejarah perjuangan Hak-hak petani:

24 September 1960. Disepakati sebagai Hari Tani Nasional. Hari ditetapkan Undang-Undang N0. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Lalu ditetapkan dengan Keputusan Presiden Soekarno No 169/1963, “petani sebagai tulang punggung bangsa”.

16 December 1966. Lahirnya kovenan/perjanjian ekonomi internasional, hak sosial budaya (ICESCR) sebagai instrumen untuk melindungi hak petani.

1981. Lahirnya Piagam Petani yang dibuat oleh FAO.  17 April 1996. Tragedi penembakan 19 orang petani di El

Dorado dos Carajas, Brasil. Sejak tragedi ini, La Via Campesina menetapkan tanggal 17 April diperingati sebagai Hari Perjuangan Petani International.

1999. Keluarnya UU HAM No. 39 tahun 1999. Dalam aturan ini, petani tidak dianggap sebagai kelompok rentan.

 20 April 2001. Hari Hak Asasi Petani Indonesia, dalam acara Konferensi Nasional Pembaruan Agraria untuk Perlindungan dan Pemenuhan Hak-hak Asasi Petani di Cibubur Jakarta.

Page 15: 3   petani (yuti)

12 Januari 2002. Demo besar (60 bus besar) petani dan buruh Sekretariat Bersama Pemulihan Hak Hak Rakyat Indonesia

20 – 24 Juni 2008. Petani La Via Campesina menghadiri Konferensi Internasional Hak Asasi Petani di Jakarta. Dihasilkan Deklarasi Pertemuan Petani Perempuan Internasional untuk Hak Asasi Petani.

21 Oktober 2008. La Via Campesina, organisasi petani internasional, meluncurkan sebuah kampanye global tentang hak asasi petani. Kampanye tersebut ditujukan untuk mencapai sebuah konvensi internasional di dalam sistem Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

 Maret 2010. Dewan HAM PBB mengeluarkan resolusi tentang hak atas pangan yang walaupun tidak menyebutkan Hak Asasi Petani secara eksplisit, namun tetap bisa digunakan sebagai basis argumentasi bahwa diskriminasi dan pelanggaran hak atas pangan merupakan pelanggaran Hak Asasi Petani, dimana petani merupakan korban yang paling terkena dampaknya.

 8 Maret 2010. Dilangsungkan konferensi “Inisiatif Baru untuk Melindungi Hak Asasi Petani” (A New Initiative to Protect the Rights of Peasants), oleh Akademi Hukum Humaniter Internasional dan Hak Asasi Manusia Jenewa

Page 16: 3   petani (yuti)

The END