3. metodologi penelitian - lontar.ui.ac.idlontar.ui.ac.id/file?file=digital/126735-t 26288-evaluasi...

11
Universitas Indonesia 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Kualitatif dan Wawancara Penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi kinerja BKM Bina Budi Mulya ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui analisis kuantitatif. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu seting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik. 13 Selain pendekatan kualitatif, dilakukan juga pendekatan kuantitatif yang akan memberikan gambaran lebih akurat mengenai deskripsi wilayah, profil desa dan karakteristik objek penelitian. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan dukungan data statistik sekunder yang diperoleh dari hasil survey yang dilakukan sebelumnya, text book, literatur, artikel, situs-situs internet, laporan kegiatan di lokasi penelitian, jurnal penelitian, dan laporan hasil penelitian yang berhubungan dengan objek penelitian. Metodologi kuantitatif yang dipandang dapat mendukung analisis penelitian ini adalah Balance Scorecard. Alasan digunakannya pendekatan kuantitatif ini adalah diharapkan dapat melengkapi beberapa kelemahan yang dapat terjadi melalui pendekatan kualitatif, seperti antara lain objektivitas, validitas, dan reabilitas. Dalam sebuah penelitian kualitatif, ketiga aspek tersebut merupakan tantangan terbesar untuk mencapai sebuah penelitian kualitatif yang berkualitas. Untuk mendapatkan objektivitas, diperlukan kemampuan untuk mampu menanggalkan aspek subjektivitas, baik subjektivitas yang datang dari pihak peneliti, maupun subjektivitas yang datang dari sasaran penelitian. Tingkat validitas sebuah penelitian kualitatif juga sulit didapatkan jika alat ukur yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi di lapangan, sehingga reabilitas penelitian, yaitu seberapa besar suatu penelitian mendekati keadaan sebenarnya pun akan sulit didapatkan. 14 13 Hakekat dan Pengertian Penelitian, www.uny.ac.id/akademik/sharefile/files 14 Kupas Tuntas Penelitian Kualitatif, 42 Evaluasi kinerja kelembagaan..., Adwitiya Raditharini, FE UI, 2009

Upload: hacong

Post on 01-Sep-2018

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

42

Universitas Indonesia

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan Kualitatif dan Wawancara

Penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi kinerja BKM Bina Budi

Mulya ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui analisis kuantitatif.

Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam

tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu

individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu seting

konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan

holistik.13

Selain pendekatan kualitatif, dilakukan juga pendekatan kuantitatif yang

akan memberikan gambaran lebih akurat mengenai deskripsi wilayah, profil desa

dan karakteristik objek penelitian. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan

dukungan data statistik sekunder yang diperoleh dari hasil survey yang dilakukan

sebelumnya, text book, literatur, artikel, situs-situs internet, laporan kegiatan di

lokasi penelitian, jurnal penelitian, dan laporan hasil penelitian yang berhubungan

dengan objek penelitian. Metodologi kuantitatif yang dipandang dapat mendukung

analisis penelitian ini adalah Balance Scorecard.

Alasan digunakannya pendekatan kuantitatif ini adalah diharapkan dapat

melengkapi beberapa kelemahan yang dapat terjadi melalui pendekatan kualitatif,

seperti antara lain objektivitas, validitas, dan reabilitas. Dalam sebuah penelitian

kualitatif, ketiga aspek tersebut merupakan tantangan terbesar untuk mencapai

sebuah penelitian kualitatif yang berkualitas. Untuk mendapatkan objektivitas,

diperlukan kemampuan untuk mampu menanggalkan aspek subjektivitas, baik

subjektivitas yang datang dari pihak peneliti, maupun subjektivitas yang datang dari

sasaran penelitian. Tingkat validitas sebuah penelitian kualitatif juga sulit

didapatkan jika alat ukur yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi di lapangan,

sehingga reabilitas penelitian, yaitu seberapa besar suatu penelitian mendekati

keadaan sebenarnya pun akan sulit didapatkan.14

13 Hakekat dan Pengertian Penelitian, www.uny.ac.id/akademik/sharefile/files 14 Kupas Tuntas Penelitian Kualitatif,

42 Evaluasi kinerja kelembagaan..., Adwitiya Raditharini, FE UI, 2009

43

Universitas Indonesia

Pada penelitian ini metode wawancara mendalam merupakan salah satu

teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi. Penggunaan

metode ini didasarkan pada dua alasan, Pertama, dengan wawancara, peneliti dapat

menggali tidak hanya apa yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti, tetapi

juga apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian. Kedua, apa yang

ditanyakan kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu, yang

berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang, dan juga masa mendatang.

Penelusuran literatur juga dilakukan melalui dokumen milik BKM seperti Program

Jangka Menengah Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) BKM Bina Budi

Mulya, dan Laporan Review Keuangan BKM Bina Budi Mulya. Dokumen lain

maupun review terkait yang dilakukan oleh pihak P2KP juga digunakan sebagai

referensi dalam pengumpulan data dan informasi.

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam secara tidak

terstruktur, namun peneliti memiliki lembar acuan yang dipersiapkan untuk

mengarahkan pertanyaan-pertanyaan wawancara (Lampiran 17) . Dalam hal ini

peneliti dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan leluasa,

tanpa terikat oleh suatu susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Dengan teknik ini peneliti berharap wawancara berlangsung luwes; arahnya

bisa lebih terbuka, percakapan tidak membuat jenuh kedua belah pihak, sehingga

diperoleh informasi yang lebih kaya. Penentuan bobot dilakukan dengan analisis

subjektif peneliti berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh responden.

Wawancara di lokasi penelitian melibatkan kurang lebih sepuluh responden kunci

yang berasal dari BKM Bina Budi Mulya, Fasilitator Kelurahan, Koordinator Kota,

dan juga wakil masyarakat penerima manfaat, untuk periode pengumpulan data

kurang lebih selama 4 bulan, dari bulan September sampai dengan Desember 2008.

Proses wawancara mendalam diawali dengan pengantar. Pada pengantar ini,

secara terbuka dan jujur peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dari

wawancara. Selanjutnya peneliti menyampaikan pertanyaan yang bersifat luas, dan

diakhiri dengan bertanyaan terbuka. Pertanyaan diajukan dengan sesuai dengan

lembaran acuan yang telah dibuat sebelumnya (Lampiran 17), mampu mengarahkan

Evaluasi kinerja kelembagaan..., Adwitiya Raditharini, FE UI, 2009

44

Universitas Indonesia

responden untuk memberi informasi mengenai aspek-aspek mencakup kinerja

kelembagaan BKM Bina Budi Mulya.

Pada penelitian ini yang menjadi informan atau narasumber adalah mereka

yang mempunyai informasi lebih besar dan lebih menyeluruh berkaitan erat dengan

P2KP di Kelurahan Pancoran Mas Kota Depok. Pertama adalah narasumber yang

berasal dari pihak luar yang melakukan intervensi penanggulangan kemiskinan di

kelurahan tersebut, yaitu fasilitator kelurahan. Kemudian kedua, kepada warga desa

yang menjadi wakil masyarakat dalam upaya mewujudkan program pemberdayaan

P2KP ini, yaitu anggota BKM Bina Budi Mulya. Terakhir kepada warga masyarakat

yang menerima manfaat langsung dari P2KP itu sendiri.

Untuk tujuan mendapatkan data penilaian kinerja melalui pendekatan

Balance Scorecard, diperlukan adanya indikator-indikator keberhasilan program.

Oleh karena itu, melalui teknik wawancara mendalam dengan para informan yang

diarahkan sesuai dengan indikator generik dari sebuah organisasi. Analisis

dilakukan setelah data hasil wawancara didapatkan, dengan kriteria dan indikator-

indikator hasil dari penilaian subjektif yang dilakukan peneliti berdasar data yang

telah tersedia. Berdasarkan dokumen-dokumen terkait (khususnya hasil rekapitulasi

penilaian indikator kinerja BKM dan wawancara informan kunci), indikator kunci

untuk keefektifan kinerja BKM antara lain adalah kapasitas kelembagaan, kapasitas

perencanaan dan implementasi program, kapasitas pengelolaan keuangan dan

derajat akuntabilitas, kapasitas pengorganisasian relawan dan Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM), serta kapasitas kemitraan atau chanelling.

3.2. Pengukuran dengan Balance Scorecard

Penelitian diawali dengan turun langsung ke lapangan di Kelurahan

Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, pada lembaga BKM ’Bina

Budi Mulya’. Dari kegiatan ini akan diperoleh informasi mengenai pengukuran

kinerja yang dilakukan oleh organisasi selama ini untuk dilakukan pendeskripsian

sistem pengukuran kinerja organisasi berdasarkan data-data yang diperoleh. Data

yang diperoleh merupakan data primer hasil wawancara langsung dengan

narasumber dan data sekunder yang berupa dokumen hasil survey yang dilakukan

Evaluasi kinerja kelembagaan..., Adwitiya Raditharini, FE UI, 2009

45

Universitas Indonesia

Departemen Cipta Karya. Hasil review kelembagaan BKM yang secara periodik

dilakukan oleh unit monitoring dan evaluasi P2K juga merupakan sumber data yang

digunakan dalam penulisan penelitian ini (Lampiran 1).

Dalam Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa proses pembangunan kerangka

Balanced Scorecard dimulai dengan menerjemahkan visi, misi, serta strategi yang

telah ditetapkan ke dalam tujuan strategis perusahaan (Mulyadi, 2001). Dalam

kerangka ini Balanced Scorecard memerlukan data-data seperti visi, misi, tujuan

dan strategi organisasi yang dihasilkan setelah tahapan perumusan strategi yaitu

analisis terhadap lingkungan internal eksternal dan lingkungan makro.

Data-data yang telah diperoleh kemudian diterjemahkankan ke dalam

sasaran strategis berdasarkan keempat perspektif Balanced Scorecard. Keempat

perspektif Balanced Scorecard menjadi lini utama pola pikir dari konsep Balanced

Scorecard dan merupakan tonggak pilar utama pelaksanaan metode tersebut.

Balanced Scorecard mewajibkan personel perusahaan mengarahkan sasaran-sasaran

strategik pada perspektif nonkeuangan, baik secara langsung maupun tidak

langsung, untuk mewujudkan sasaran strategik di perspektif keuangan, yaitu

menghasilkan sustainable outstanding financial return.

Sasaran strategis ini berupa pernyataan kualitatif mengenai kondisi yang

berusaha diwujudkan oleh organisasi di masa depan. Setelah sasaran strategis

ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menentukan ukuran strategis yang

memungkinkan sasaran-sasaran tersebut menjadi terukur (measure), dapat dikelola,

hingga dapat diwujudkan. Ukuran strategis yang dilakukan dapat menggunakan Key

Performance Indicators (KPI) yang akan memberikan indikator-indikator penting

dalam sebuah organisasi.

KPI berbentuk matriks yang dapat digunakan untuk membantu organisasi

mengukur dan menetapkan perkembangan dari tujuan organisasi tersebut. Pada saat

organisasi tersebut dapat menganalisa misinya, mengidentifikasi semua stakeholder-

nya, dan dapat menentukan tujuannya, maka organisasi tersebut harus memiliki cara

untuk mengukur perkembangannya terkait dengan tujuan organisasi.15 KPI

merupakan pengukuran yang dikuantitatifkan, dapat disiapkan sebelumnya, dan

dapat menunjukkan critical success factor dari sebuah organisasi. KPI harus dapat

15 Key Performance Indicators, Wikipedia The Free Encyclopedia.

Evaluasi kinerja kelembagaan..., Adwitiya Raditharini, FE UI, 2009

46

Universitas Indonesia

merefleksikan tujuan organisasi, dan biasanya merupakan pertimbangan jangka

panjang. Karena definisi dari organisasi tersebut tidak akan berubah terlalu sering.

Indikator dalam KPI akan berubah seiring dengan perubahan yang tujaun

organisasi.16

Dalam menerapkan KPI sebagai sebuah alat untuk monitoring dan evaluasi

diperlukan beberapa kriteria berikut ini:17

• Langsung kepada sasaran (be direct) dan tidak menggunakan perhitungan yang

rumit

• Penilaian harus secara objektif (be objective)

• Penilaian cukup, tidak berlebihan, dan seimbang (be adequate)

• Sesuai dengan kenyataan atau prakteknya (be practical)

• Penilaian yang dilakukan dapat diandalkan atau dapat dipercaya (be reliable)

KPI dapat digunakan untuk beragam organisasi dengan sasaran tertentu.

Sebuah sekolah dapat menggunakan KPI dengan fokus kepada tingkat kelulusan

siswanya. Sebuah Bagian Pelayanan Pelanggan juga dapat menggunakan KPI yang

memfokuskan pada persentase pelanggan yang menjawab telepon pada panggilan

pertama Dalam penelitian ini, KPI sebagai bagian dari pendekatan Balance

Scorecard digunakan untuk mengukur sejauh mana kinerja BKM dalam P2KP. KPI

mengukur secara kuantitatif berdasar hasil wawancara dan survey yang melibatkan

masyarakat penerima manfaat program dan juga fasilitator.

Organisasi lebih lanjut menetapkan target yang dijadikan pertanda

keberhasilan pencapaian sasaran strategis tersebut. Setelah penetapan target,

langkah selanjutnya adalah menentukan inisiatif strategis. Inisiatif strategis

merupakan langkah-langkah strategis (action program) yang dipilih untuk

mewujudkan sasaran startegis perusahaan. Penetapan target dan inisiatif strategis

sepenuhnya berdasarkan wewenang dan pertimbangan manajemen perusahaan.

Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan terhadap pembobotan pada

masing-masing perspektif Balanced Scorecard beserta sasaran dan ukuran

strategisnya. Kemudian dilakukan pengukuran terhadap setiap aspek kinerja yang 16 F. John Reh, Key Performance Indicators, You Guide to Management, http://management.about.com/cs/generalmanagement/a/keyperfindic_2.htm 17 Developing Key Performance Indicators in Projects, http://www.visitask.com/Developing-key-performance-indicators.asp

Evaluasi kinerja kelembagaan..., Adwitiya Raditharini, FE UI, 2009

47

Universitas Indonesia

dapat dan mungkin diukur dengan Balanced Scorecard untuk memperoleh

gambaran umum kinerja BKM (Bina Budi Mulya, Pancoran Mas, Depok), pada

periode yang dikaji dalam penelitian.

Hasil pengukuran kemudian diidentifikasi dan dianalisis sehingga dapat

diketahui aspek-aspek mana yang kurang mendukung untuk pencapaian visi misi,

sehingga nantinya akan dilakukan tindakan perbaikan. Serangkaian proses ini pada

akhirnya akan menghasilkan sistem pengukuran kinerja organisasi dengan konsep

Balanced Scorecard dengan hasil pengukuran berupa kartu skor yang berisikan skor

penilaian terhadap tiap perspektif yang ada (Gambar 3.1).

Dari beberapa penelitian yang menggunakan metode Balance Scorecard,

didapatkan beberapa kelemahan metode ini yaitu tingkat subjektivitas yang tinggi.

Terkadang terjadi “negosiasi“ dalam penentuan improvement goal dan tidak

berdasarkan stakeholder requirement, fundamental process limits dan improvement

process capabilities. Istilah negosiasi ini dalam prakteknya diistilahkan dengan

“penghijauan“ skor, artinya supaya kinerjanya terlihat bagus bisa jadi target yang

diturunkan atau time frame-nya disesuaikan. Selain itu tidak ada metode dan sistem

improvement yang baku dalam penerapan balance scorecard.18 Selain itu menurut

Lee et.,al dalam Purwanto, 2003 beberapa kelemahan yang perlu dicermati dalam

penelitian Balance Scorecard antara lain adalah; (1) perangkat Balance Scorecard

akan lebih efektif mengukur implementasi strategi daripada mengukur penentuan

strategi, dan (2) tidak dapat mengidentifikasi kriteria penerima manfaat dari

program yang dijalankan, walaupun mampu berperan dalam memperkuat

keterkaitan antara inisiatif perbaikan hubungan masyarakat penerima manfaat

dengan strategi organisasi. Kelemahan ini akan menjadi perhatian saat

survey/wawancara ke lapangan.

18 Pernyataan konsultan Arthur M Schneiderman, senior examiner di Malcom Baldrige National Quality Award, dalam JSofian, Mengapa Penerapan Balance Scorecard Gagal, http://jsofian.wordpress.com/2007/04/07/mengapa-penerapan-balanced-scorecard-gagal/

Evaluasi kinerja kelembagaan..., Adwitiya Raditharini, FE UI, 2009

48

Universitas Indonesia

Gambar 3.1. Tahapan Analisis Balanced Scorecard

Visi dan Misi BKM Bina Budi Mulya

Sasaran Perspektif Pelanggan

Terjemahan visi dan misi organisasi ke dalam sasaran strategis pada empat perspektif Balanced Scorecard

Sasaran Perspektif

Proses Bisnis Internal

Sasaran Perspektif Keuangan

Sasaran Perspektif

Pembelajaran Pertumbuhan

Pembobotan tiap-tiap perspektif dan indikator (asaran dan ukuran)

Kinerja keseluruhan BKM Bina Budi Mulya

Pengukuran kinerja masing-masing perspektif Balanced Scorecard

Ukuran Strategis Target

Key Performance Indicators

Evaluasi kinerja kelembagaan..., Adwitiya Raditharini, FE UI, 2009

49

Universitas Indonesia

Observasi terlibat

Kepustakaan Studi Perbandingan dgn Penelitian lain

Pengolahan Data

Interpretasi

Kesimpulan

Foto kegiatan

Catatan Wawancara

Dokumen

Deskripsi Evaluatif

Gambar 3.2. Alur Analisis Deskripsi Evaluatif

3.3. Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan diinterpretasikan. Pengolahan dan analisis data pada penelitian

ini disesuaikan dengan tujuan dan permasalahan serta metode yang digunakan

dalam penelitian. Data yang diperoleh dari penelitian (baik data primer, data

sekunder, maupun informasi-informasi pendukung lainnya) akan diolah secara

manual dan dianalisa dengan menggunakan analisis:

a. Deskriptif Evaluatif

Digunakan untuk data-data kualitatif dari hasil wawancara dengan pihak BKM

dan informasi kualitatif lainnya yang diperoleh. penggunaan alat ini karena tidak

semua data diperoleh secara kuantitatif. Selain itu juga dapat memberikan

gambaran secara deskriptif tentang keadaan dan situasi BKM Bina Budi Mulya

pada saat periode penelitian. Hasil dari analisis data disajikan dalam bentuk

uraian, gambar atau bagan, berdasarkan konsep Balanced Scorecard. Urutan

analisis secara deskriptif evaluatif dapat dilihat pada Gambar 3.2.

b. Rasio

Digunakan untuk menilai baik buruknya kinerja organisasi dan faktor-faktor apa

saja yang mempengaruhi jalannya kegiatan BKM Bina Budi Mulya, Pancoran

Mas, Depok. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini merupakan alat ukur

Evaluasi kinerja kelembagaan..., Adwitiya Raditharini, FE UI, 2009

50

Universitas Indonesia

yang digunakan dan dipilih oleh stakeholder terkait seperti fasilitator kelurahan,

anggota BKM, dan masyarakat untuk mencapai sasaran strategiknya, melalui

wawancara tidak terstruktur.

c. Tabulasi deskriptif

Data yang disusun dalam bentuk tabulasi diuraikan secara deskriptif. Digunakan

untuk menginterpretasikan data hasil wawancara dengan memindahkan data

nilai dari wawancara ke dalam tabulasi. Kemudian dipindahkan ke lembar kerja

untuk dianalisis berdasarkan metode analisis yang ditentukan.

Sebelum melakukan pengukuran terlebih dahulu harus ditentukan bobot atau

tingkat kepentingan organisasi terhadap masing-masing perspektif Balanced

Scorecard, sasaran-sasaran strategis, dan ukuran strategisnya. Pembobotan

dilakukan agar pengukuran kinerja memberikan indikasi yang lebih terperinci dan

terkait langsung dengan kepentingan organisasi. Semakin penting suatu perspektif,

sasaran, dan ukuran hasil bagi organisasi, semakin besar bobot yang diberikan.

Penentuan nilai bobot kepentingan dari tiap perspektif beserta sasaran strategis dan

ukuran hasil utamanya diberikan agar dapat menghasilkan skor untuk dibandingkan

tingkat kepentingannya satu sama lain. Pengukurannya adalah menggunakan

metode pairwise comparison. Metode ini digunakan untuk menilai bobot dari

masing-masing perspektif yang memiliki sasaran strategis di mana setiap sasaran

strategis memiliki ukuran hasil utama. Caranya adalah dengan membandingkan

antara satu perspektif dengan perspektif lainnya,

membandingkan sasaran strategis dengan sasaran lainnya dan membandingkan

antara ukuran hasil lainnya.

Langkah-langkah dalam pemberian bobot bagi masing masing perspektif,

sasaran, dan ukuran hasil utama adalah:

1. Melakukan perbandingan antar suatu elemen (perspektif, sasaran strategis, atau

ukuran hasil) dengan elemen lainnya yang disajikan dalam bentuk tabulasi

(Tabel 3.1). Perbandingan dilakukan dengan memberikan nilai pada skala 1

sampai 5.

1 : tidak penting

2 : kurang penting

Evaluasi kinerja kelembagaan..., Adwitiya Raditharini, FE UI, 2009

51

Universitas Indonesia

3: tingkat kepentingan sama

4 : lebih penting

5 : sangat penting

Nilai yang telah dipertimbangkan, kemudian diisikan pada sel Aij. Perbandingan

antara dua unsur elemen yang sama tidak diberi nilai. Untuk sasaran yang hanya

memiliki satu ukuran, maka bobot dari ukuran tersebut disamakan dengan bobot

dari sasarannya.

2. Memberikan nilai kebalikan dari perbandingan pada langkah satu untuk mengisi

sel Aji, misalnya nilai 2 untuk kebalikan dari nilai 4.

3. Menjumlahkan masing-masing nilai unsur elemen tiap baris dan tiap kolom,

kemudian menjumlahkan hasilnya.

4. Melakukan perhitungan bobot untuk masing-masing perspektif, sasaran

strategis, dan ukuran strategis balanced scorecard elemen dengan cara

membandingkan total nilai masing-masing elemen dengan jumlah total nilai lalu

dikalikan dengan persentase keseluruhan perspektif.

Tabel 3.1. Matriks Perbandingan Berpasangan

Perspektif/Sasaran Strategis/Ukuran Hasil

A1

A2

A3

...

Aj

Bobot

A1 A12 A13 A1j A2 A21 A23 A2j A3 A31 A32 A3j ... Ai Ai1 Ai2 Ai3 Aij

Total

Perhitungan nilai bobot terhadap keempat perspektif Balanced Scorecard :

Bobot Ai = ( ∑ Ai / ∑ Aij ) Χ 100 % …………… (persamaan 1)

Setelah memperoleh pembobotan untuk masing-masing perspektif, kemudian

dilakukan pembobotan untuk masing-masing sasaran strategis dalam setiap

perspektif.

Bobot Ai = ( ∑ Ai / ∑ Aij ) Χ bobot setiap perspektif (%) …… (persamaan 2)

Kemudian dilakukan pembobotan untuk masing-masing ukuran strategis dari setiap

sasaran strategis.

Evaluasi kinerja kelembagaan..., Adwitiya Raditharini, FE UI, 2009

52

Universitas Indonesia

Bobot Ai = ( ∑ Ai / ∑ Aij ) Χ bobot setiap sasaran strategis (%)

…… (persamaan 3)

Setelah didapatkan keseluruhan bobot untuk ukuran strategis, barulah dapat

dilakukan pengukuran kinerja dengan Balanced Scorecard. Pengukuran dilakukan

dengan menghitung tingkat pencapaian ukuran hasil manajemen perusahaan selama

periode yang dikaji dalam penelitian dengan target yang telah ditetapkan oleh pihak

manajemen perusahaan sebelumnya.

Perhitungan nilai pencapaian ukuran hasil dalam Balanced Scorecard:

…………. (persamaan 4)

Setelah menghitung tingkat pencapaian, langkah selanjutnya adalah menghitung

skor kinerja yang dihasilkan dari masing-masing ukuran hasil. Skor kinerja

diperoleh dengan mengalikan tingkat pencapaian dengan bobot yang telah

ditetapkan. Total skor kinerja BKM Bina Budi Mulya, Pancoran Mas, Depok

diperoleh dengan menjumlahkan skor seluruh ukuran hasil yang digunakan.

Pencapaian =

Hasil yang diperoleh pada periode ( t )

Target

Χ 100%

Evaluasi kinerja kelembagaan..., Adwitiya Raditharini, FE UI, 2009