3. bagian inti.docx

Upload: nur-fajrina-dewi

Post on 14-Oct-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Prosedur Pendirian BPR

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANAlasan Pemilihan JudulDalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung perkembangan usaha yang bersifat dinamis, diperlukan perbankan nasional yang tangguh, termasuk industri Bank Perkreditan rakyat yang sehat, kuat, produktif dan memiliki daya saing agar mampu melayani masyarakat, terutama pengusaha mikro dan kecil.Sejalan dengan visi perbankan nasional untuk mencapai sistem perbankan yang sehat, kuat, efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan maka kelembagaan industri Bank Perkreditan Rakyat perlu diperkuat, antara lain pada aspek permodalan dan aspek kompetensi anggota dan calon anggota direksi.Selain itu, dalam rangka meningkatkan fungsi intermediasi Bank Perkreditan Rakyat melalui perluasan jaringan kantor, ketentuan pembukaan Kantor Cabang perlu direlaksasi dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian berupa kemampuan permodalan dan aspek kelayakan usaha (feasibility study).Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengambil judul laporan praktik kerja lapangan mengenai Tinjauan Terhadap Prosedur Pendirian BPR Baru pada Bank Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI.Tujuan Praktik KerjaTujuan umum pelaksanaan Praktik Kerja adalah untuk melengkapi persyaratan penyelesaian studi pada program Diploma III Keuangan dan Perbankan Jurusan Akuntansi di Politeknik Negeri Bandung. Tujuan lain yang diharapkan bisa tercapai dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini adalah :1. Turut mengembangkan misi Politeknik Negeri Bandung sebagai penghasil lulusan yang berkualitas, profesional, dan berdisiplin serta mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi.2. Mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari dan diperoleh selama perkuliahan terhadap kegiatan yang terjadi langsung di lapangan.3. Mendapatkan pengalaman kerja dan mampu melatih kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi permasalahanpermasalahan yang terjadi di lapangan,dan mampu mempelajari permasalahan tersebut sehingga menjadi pembelajaran yang berharga bagi penulis untuk dikemudian hari.4. Memperoleh pengetahuan baru yang tidak diperoleh di tempat kuliah sebagai bahan perbandingan antara teoriteori yang dipelajari dengan keadaan dan situasi nyata secara langsung di lapangan.5. Mampu mengidentifikasikan masalahmasalah yang dihadapi dalam kegiatan di perusahaan, sehingga bisa memberikan solusi dan saran yang tepat untuk selanjutnya bisa menentukan strategi yang tepat, efektif dan efisien. 6. Mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki, khususnya dalam bidang keuangan dan perbankan.7. Melatih mental, meningkatkan rasa percaya diri dan memberikan gambaran secara nyata untuk menghadapi dunia kerja sesungguhnya.8. Mengetahui tugas pokok Bank Indonesia secara umum, khususnya Tim IDAB, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI.9. Mengetahui prosedur pembukaan BPR baru pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI.10. Mengetahui aspek-aspek yang harus dipenuhi dalam pembukaan BPR Baru.

Kegunaan Praktik KerjaPraktik Kerja ini mempunyai kegunaan yaitu sebagai berikut :1. Bagi Penulisa. Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dibangku perkuliahan.b. Untuk memperoleh pengalaman dunia kerja yang sesungguhnya.c. Untuk meningkatkan kompetensi, dan ilmu pengetahuan khususnya di bidang keuangan dan perbankan.d. Untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja setelah penulis menyelesaikan bangku pendidikan.2.Bagi Instansi tempat praktik kerjaa. Untuk membantu pekerjaan para staf dan karyawan KPw BI wil. VI.b. Untuk meningkatkan peran perusahaan dalam menunjang pendidikan vokasi seperti yang diterapkan di Politeknik Negeri Bandung3.Bagi Lembaga Pendidikana.Dapat tercapainya visi dan misi Politeknik Negeri Bandung khususnya Jurusan Akuntansi Program studi DIII Keuangan dan Perbankan guna menghasilkan ahli madya yang kompeten dibidangnya. b.Sebagai referensi di perpustakaan Politeknik Negeri Bandung, untuk penulisan laporan kerja praktik pada angkatan berikutnya. c.Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan DIII Jurusan Akuntansi Program Studi Keuangan dan Perbankan di Politeknik Negeri Bandungd.Sebagai bahan rujukan untuk membantu bilamana diperlukan.e.Sebagai bahan tinjauan kurikulum guna pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.

Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik KerjaPenulis melakukan kegiatan kerja praktik pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI yang berlokasi di Jalan Braga No. 108, Bandung. Mulai dari tanggal 8 Juli hingga tanggal 26 Juli 2013.Prosedur Pelaksanaan Praktik KerjaAgar dapat melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) di KPw BI wilayah VI, penulis mengajukan permohonan tertulis berupa surat pengantar pengajuan kerja praktik dari Jurusan Akuntansi, Prodi DIII Keuangan dan Perbankan, Politeknik Negeri Bandung.Selanjutnya penulis menyerahkan surat pengantar tersebut ke Unit Sumber Daya Manusia (SDM), KPw Bank Indonesia wil VI dengan melampirkan biodata diri penulis sebagai syarat melakukan PKL. Kemudian pihak BI mengkonfirmasi via telepon sebagai kesanggupan menerima dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kerja praktik. Setelah itu, penulis ditempatkan di Tim Informasi dan Administrasi Bank, selanjutnya disebut IDAB.Pelaksanaan Praktik KerjaBerikut ini adalah pelaksanaan praktik kerja lapangan di lingkungan KPw BI Wilayah VI :1. Waktu kerja masuk pukul 07.00 WIB, dan pulang pukul 16.15 WIB. Toleransi flexy time masuk hingga pukul 07.30 (pulang paling cepat pukul 16.35 WIB)2. Jumlah hari kerja adalah 15 hari kerja.3. Tata berpakaian dan penampilan diantaranya:a. Pakaian sopan, kemeja berwarna putih dan celana/rok hitam, dan batik untuk hari Selasa dan Jumat.b. Tetap mengindahkan larangan penggunaan pakaian sebagai berikut:1) Celana jeans dan baju kaos (baik berkerah atau non kerah) tidak diperkenankan digunakan selama masa PKL.2) Mahasiswi dilarang menggunakan celana pendek, rok mini, pakaian ketat, transparan, legging, dan stocking hitam legam.c. Memakai sepatu kerja (tidak diperbolehkan memakai sepatu olahraga atau sepatu santai, atau sandal) selama masa PKL.d. Mahasiswa harus berambut rapi, tidak boleh gondrong (menyentuh kerah atau menutupi telinga)4. Tidak diperkenankan mengambil atau merusak barang-barang milik BI.5. Dilarang merokok di lingkungan KPw BI wilayah VI.6. Dilarang memiliki, membawa, minum-minuman keras apalagi hingga mabuk dan menimbulkan keonaran di lingkungan KPw BI wilayah VI.7. Dilarang berjudi di lingkungan KPw BI wilayah VI.8. Dilarang membawa senjata tajam yang membahayakan keselamatan orang lain.9. Dilarang melakukan tindakan atau pelecehan seksual dalam bentuk:a. Berperilaku atau berkata yang tidak senonoh.b. Asusila atau melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan bagi orang lain.10. Menyusun laporan pelaksanaan PKL untuk diserahkan kepada masing-masing pembimbing di unit kerja pada akhir periode PKL.11. Wajib mengikuti klasikal sesual jadwalnya dan mengisi daftar hadir yang disediakan.12. Absen diwajibkan menggunakan kartu amano dengan menggunakan mesin amano yang terdapat di Lantai 2. Apabila terlupa absen, maka waktu kedatangan/kepulangan dituliskan secara manual di kartu amano dan wajib diparaf oleh pembimbing di masing-masing seksi.13. Apabila terpaksa berhalangan karena hal yang sangat penting, satu hari sebelumnya diwajibkan meminta izin di seksi SDM. Selanjutnya, kekurangan jumlah hari wajib digantikan di hari berikutnya.14. Pada jam kerja diharapkan membantu pekerjaan yang diberikan oleh pegawai. Apabila tidak diberikan maka diharapkan bersikap aktif, baik untuk menawarkan bantuan pekerjaan, maupun meminta informasi mengenai tugas, tanggung jawab, serta ilmu yang bias diperoleh dari masing-masing seksi.15. Sanksi-sanksi akan diberikan kepada mahasiswa apabila melanggar tata tertib baik dalam bentuk teguran, peringatan tertulis, ataupun diberhentikan dari kegiatan PKL.

BAB IITINJAUAN UMUM1. 2. 2.1. Sejarah Singkat Bank SentralBank Indonesia yang kini menjadi Bank Sentral Negara Republik Indonesia berasal dari De Javasche Bank N.V yang merupakan salah satu bank milik pemerintah Belanda. De Javasche Bank N.V didirikan pada zaman penjajahan Belanda, tepatnya pada tanggal 10 Oktober 1827. Kemudian De Javasche Bank N.V dinasionalisasi oleh pemerintah Republik Indonesia tanggal 6 Desember 1951 dengan UU No. 24 tahun 1951 menjadi bank milik pemerintah Republik Indonesia.Pada periode 1959-1966, Bank Indonesia dan perbankan termasuk dalam jajaran yang dituntut berperan sebagai alat revolusi. Pada masa tersebut Bank Indonesia sebagai alat revolusi bertindak sebagi kasir pemerintah. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pada masa itu turut mempengaruhi kedudukan dan fungsi BI, termasuk fungsi pengawasan Bank Indonesia terhadap perbankan. Selanjutnya berdasarkan Penetapan Presiden No. 17 Tahun 1965, Bank Indonesia bersama bankbank lainnya dilebur ke dalam bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia (BNI). Bank Negara Indonesia ini terdiri dari BNI Unit I, BNI Unit II, BNI Unit III, BNI Unit IV dan BNI Unit V. Bank Negara Indonesia Unit 1 kemudian berfungsi sebagai Bank Sirkulasi, Bank Sentral dan Bank Umum dijadikan Bank Sentral di Indonesia dengan UU No. 13 tahun 1968.Pada tanggal 17 Mei 2010, UU No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, menetapkan Bank Indonesia sebagai lembaga tinggi Negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.1. 2. 2.1. 2.2. Visi dan Misi Bank IndonesiaVisi Bank Indonesia adalah menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil, untuk mencapai visi tersebut, Bank Indonesia berusaha untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan.KPw Bank Indonesia Wilayah VI memiliki misi untuk mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.Visi yang harus dicapai oleh KPw Bank Indonesia Wilayah VI yaitu menjadi kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

2.2. 2.3. Nilai Nilai StrategisNilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan berperilaku dalam rangka mencapai misi dan visinya terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan (KITA-Kompak).2.4. Tugas Pokok Bank IndonesiaSebagai Bank Sentral Negara Republik Indonesia, Bank Indonesia memiliki tugas pokok yaitu:

a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneterTugas pokok BI ini diatur dalam Undang-Undang BI pasal 10. Kegiatan yang dilakukan BI berkenaan dengan tugasnya ini yaitu: memperhatikan sasaran laju inflasi, melakukan pengendalian moneter, memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek, memberikan fasilitas pembiayaan darurat yang pendanaannya menjadi beban Pemerintah dalam hal suatu bank mengalami kesulitan keuangan yang berdampak sistemik dan berpotensi mengakibatkan krisis yang membahayakan sistem keuangan, melaksanakan kebijakan nilai tukar, dan mengelola cadangan devisa.b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,Tugas ini dilakukan dengan cara menetapkan penggunaan alat pembayaran, mengatur sistem kliring antar bank, menyelenggarakan kegiatan kliring, menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antar bank, dan mengeluarkan, mengedarkan, mencabut, menarik serta memusnahkan uang Rupiah dari peredaran. Kewenangan Bank Indonesia dalam mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran diatur dalam Pasal 15 sampai dengan Pasal 23 UU-BI.c. Mengatur dan mengawasi bank,Undang-Undang BI pasal 8 mengenai tugas BI dalam pengaturan dan pengawasan bank yaitu dalam hal memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegaitan usaha tertentu dari bank, menetapkan peraturan, melaksanakan pengawasan bank dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.Sedangkan KPw BI wilayah VI memiliki tugas pokok yaitu sebagai berikut:a. Memberikan masukan kepada Kantor Pusat tentang kondisi ekonomi dan keuangan daerah di wilayah kerjanya.b. Melaksanakan kegiatan operasional sistem pembayaran tunai dan/atau non tunai sesuai dengan kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya.c. Melaksanakan pengawasan terhadap perbankan di wilayah kerjanya.d. Memberikan saran kepada Pemerintah Daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian yang akurat.e. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung terlaksananya fungsi-fungsi utama.2.5. Organisasi Bank IndonesiaOrganisasi Bank Indonesia dikelompokkan dalam tiga bidang utama yang menggambarkan tugas-tugas pokoknya, yaitu Moneter, Perbankan, dan Sistem Pembayaran. Disamping itu, terdapat pula fungsi manajemen intern sebagai unit pendukung strategis (strategic support) untuk menjamin agar pelaksanaan tugas ketiga bidang utama dapat berjalan lancar, efektif, dan efisien.Dalam pelaksanaan tugasnya, Bank Indonesia memiliki jaringan kantor di seluruh wilayah Indonesia yang disebut dengan Kantor Bank Indonesia (KBI) dan beberapa perwakilan di luar negeri yang disebut dengan Kantor Perwakilan (KPw).Struktur organisasi Bank Indonesia tersebut terus mengalami penyempurnaan agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam dinamika perekonomian nasional dan internasional. Ke depan arsitektur organisasi Bank Indonesia diarahkan pada dua fokus tugas utama, yaitu Stabilitas Moneter dan Stabilitas Sistem Keuangan.

Gambar 2.1 Struktur Kepegawaian KPw BI Wilayah VI Jabar & Banten

BAB IIIHASIL KEGIATAN PRAKTIK KERJA1. 2. 3. 1. 2. 1. 2. Kegiatan Praktik KerjaKegiatan yang dilakukan selama penulis melakukan kegiatan praktik kerja lapangan adalah sebagai berikut:a. Mengikuti Klasikal (pemberian materi) mengenai masing-masing unit pekerjaan yang terdapat di Bank Indonesia sesuai dengan jadwal yang talah ditentukan, yakni mulai dari tanggal 10 Juli 2013 hingga tanggal 16 Juli 2013 diantara waktu kerja.b. Merekap data warkat realisasi anggaran Perjalanan Dinas Dalam Negeri (PDDN) pejabat Bank Umum dan BPR untuk region Jawa Barat dan Banten.c. Merekap data sanksi atas kesalahan pelaporan Laporan Keuangan Bank Umum dan BPR untuk region Jawa Barat dan Banten.d. Memvalidasi rekap warkat realisasi anggaran Perjalanan Dinas Dalam Negeri (PDDN) pejabat Bank Umum dan BPR.e. Membantu menyiapkan laporan hasil pemeriksaan Bank Umum dan pembinaan terhadap BPR untuk dikirim ke Kantor Pusat Bank Indonesia dan/atau masing-masing bank yang bersangkutan.f. Membantu menyiapkan berkas berupa buku panduan pelaporan laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).g. Mengarsipkan, dan menyiapkan surat keluar perihal komposisi kepemilikan BPR dan Bank Umum.

Bidang Praktik Kerja1. 2. 3. 3.1. 3.2. Pada Tim IDAB terdapat dua unit kerja yaitu:1. 2. 3. 3.1. 3.2. 3.2.1. Unit Koordinasi Pengawasan Dan PerizinanUnit Koordinasi Pengawasan dan Perizinan memiliki tugas antara lain: 1. Menjadi Liaison officer (LO) dalam penanganan tindak pidana perbankan (NK Jaksa Agung, Kapolri dan GBI)a. Mengajukan permohonan Surat Kuasa Gubernur BIb. Melakukan pelaporan dugaan tipibank c. Memantau dan melakukan pengkinian data perkembangan penanganan dugaan tipibankd. Melakukan penelitian terhadap surat panggilan saksi/ahli.e. Membuat surat penugasan bagi pendamping, saksi dan ahli.f. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemberian keterangan saksi/ahli.g. Menyusun laporan pendampingan.2. Menyelenggarakan pertemuan Tim Kerja dan Tim Pleno di KBI sehubungan dengan NK, yaitu:a. Meminta materi rapat Tim Kerja dan Tim Pleno.b. Menyusun Agenda Rapat.c. Mengundang Anggota Tim Kerja & Tim Pleno.d. Meminta konfirmasi kehadiran.e. Menyiapkan materi, sarana dan prasarana Rapat.f. Menyusun Risalah Rapat Tim Kerja .g. Menyusun Risalah Rapat Tim Pleno.h. Menyampaikan Risalah Rapat.3. Menyelenggarakan kegiatan fungsi mediasi bank, yaitu:a. Menerima pengaduan nasabah secara lisan maupun tertulis.b. Melakukan klarifikasi kepada bank terlapor.c. Memeriksa kelengkapan persyaratan pengajuan mediasi.d. Mengajukan permohonan mediasi nasabah kepada DIMP.3.2.2. Unit Data dan Administrasi BankUnit Data dan Administasi Bank memiliki tugas antara lain: 1. Menyediakan informasi/data keuangan Bank Umum dan BPR kepada stakeholder.2. Absensi laporan berkala.3. Surat Introduksi Pemeriksaan. 4. Memantau Pelaksanaan Pemeriksaan Tahunan.5. Mengelola User Id dan Password Sistem Informasi Perbankan.6. Monitoring penyelesaian LHP dan Penyampaian surat pembinaan kepada Bank.7. Menyampaikan surat-surat ke bank dan instasi terkait.8. Melakukan pemberian jasa giro GWM Rupiah.9. Melakukan upload koreksi laporan bulanan BPR.10. Administrasi absensi pegawai bidang perbankan.11. Penerimaan ATK dan barang inventaris.12. Mengelola permintaan bantuan teknisi/repairmen.13. Melakukan pemesanan konsumsi rapat intern dengan pengurus bank/pihak ketiga lainnya.14. Menatausahaan arsip oleh pemilik dokumen/pengawas.15. Menatausahaan bundel arsip dari pengawas.16. Membuat/mengkinikan jaringan kantor.17. Membuat/mengkinikan buku statistik perbankan.18. Melakukan pembebanan sanksi Bank Umum atas keterlambatan/kesalahan laporan.19. Melaksanakan pengenaan sanksi administratif BPR atas keterlambatan/kesalahan laporan.20. Menyelenggarakan knowledge sharing, dan sosialisasi atau pun seminar.21. Melakukan penggandaan dan menyampaikan ketentuan baru.22. Melakukan koordinasi dengan Perbarindo/Asbisindo dalam rangka pelatihan kepada BPR.23. Menyediakan informasi debitur dalam rangka pengawasan.24. Mengelola user Sistem Informasi Debitur (SID)Sebelum membahas mengenai prosedur perizinan pendirian BPR Baru, penulis akan membahas mengenai BPR secara umum.3.2.2. 3.2.2. 1. 2. 3. 3.1. 3.2. 3.2.1. 3.2.2. 3.2.3. Landasan HukumBerikut ini adalah landasan hukum perizinan pendirian BPR:1. Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998.2. Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2004.3. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.4. Undang-Undang No. 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah.5. Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.6. Peraturan Bank Indonesia No. 5/23/PBI/2003 tanggal 23 Oktober 2003 tentang penerapan prinsip menenal nasabah (know your customer) bagi BPR.7. Peraturan Bank Indonesia No. 8/26/PBI/2006 tanggal 8 November 2006 tentang BPR.8. Peraturan Bank Indonesia No. 6/23/PBI/2004 tanggal 9 Agustus 2004 tentang Penilaian Kemampuan & Kepatutan BPR.9. Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/31/DPBR tanggal 12 Desember 2006 tentang BPR.10. Surat Edaran no.10/72/intern tanggal 1 Desember 2008 tentang pedoman pelaksanaan perizinan BPR.3.2.4. Definisi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)Bank Perkreditan Rakyat, yang selanjutnya disebut BPR, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Pengertian tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.BPR merupakan lembaga keuangan mikro yang menyediakan layanan jasa keuangan berupa penghimpunan dana dan pemberian penjaman dalam jumlah kecil dan penyediaan jasa-jasa keuangan terkait yang ditunjukkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah.3.2.5. Fungsi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)Fungsi BPR tidak hanya sekedar menyalurkan kredit kepada para pengusaha mikro, kecil dan menengah, tetapi juga menerima simpanan dari masyarakat berupa tabungan dan deposito. Dalam penyaluran kredit kepada masyarakat menggunakan prinsip 3T, yaitu Tepat Waktu, Tepat Jumlah, Tepat Sasaran, karena proses kreditnya yang relatif cepat, persyaratan lebih sederhana, dan sangat mengerti akan kebutuhan Nasabah.3.2.6. Bentuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR)Bentuk badan hukum BPR dapat berupa :1. Perseroan Terbatas;2. Koperasi; atau3. Perusahaan Daerah.

3.2.7. Kegiatan Usaha BPRA. Berikut ini adalah kegiatan usaha BPR yang diperkenankan :1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;2. Memberikan kredit;3. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan pada Bank lain.B. Disamping itu, terdapat kegiatan usaha yang tidak diperkenankan dijalankan oleh BPR, diantaranya:1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran;2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai pedagang valuta asing (dengan izin Bank Indonesia);3. Melakukan penyertaan modal;4. Melakukan usaha perasuransian;5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha pada huruf A.3.2.8. Pengertian Umum1. Direksi:a. bagi BPR berbentuk hukum Perseroan Terbatas, adalah direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.b. bagi BPR berbentuk hukum Perusahaan Daerah, adalah direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.c. bagi BPR berbentuk hukum Koperasi, adalah pengurus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.2. Komisaris:a. bagi BPR berbentuk hukum Perseroan Terbatas, adalah komisaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.b. bagi BPR berbentuk hukum Perusahaan Daerah, adalah pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.c. bagi BPR berbentuk hukum Koperasi, adalah pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.3. Pengurus adalah anggota Direksi dan dewan komisaris.4. Pemilik adalah pemegang saham pengendali maupun non pengendali.5. Pemegang Saham Pengendali adalah badan hukum, perorangan dan/atau kelompok usaha yang:a. memiliki saham perusahaan atau BPR sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara; ataub. memiliki saham perusahaan atau BPR kurang dari 25% (dua puluh lima perseratus) dari jumlah saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara namun dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian BPR, baik secara langsung maupun tidak langsung.6. Pejabat Eksekutif adalah pejabat yang mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dan operasional BPR atau perusahaan, dan/atau bertanggungjawab langsung kepada Direksi, antara lain pemimpin Kantor Cabang.7. Penilaian kemampuan dan kepatutan (fit & proper test) adalah proses yang dilakukan terhadap:a. Calon PSP, untuk menilai bahwa yang bersangkutan memenuhi persyaratan intergritas dan kelayakan keuangan, termasuk dalam pengertian PSP ini adalah para calon non PSP yang secara keseluruhan memiliki saham palling sedikit mencapai 50% dalam hal tidak terdapat calon PSP.b. Calon pengurus, untuk menilai bahwa yang bersangkutan memenuhi persyaratan integritas, kompetensi dan reputasi keuangan.c. PSP, Pengurus dan Pejabat Eksekutif yang sedang menjabat di BPR, untuk menilai integritas, kelayakan keuangan,kompetensi, dan/atau reputasi keuangan yang bersangkutan yang dilakukan setiap waktu apabila berdasarkan hasil pengawasan, pemeriksaan, atau informasi dari sumber-sumber lainnya ditemukan indikasi adanya penyimpangan dari praktik perbankan yang sehat.8. Daftar tidak lulus, selanjutnya disebut DTL, adalah daftar pihak-pihak, yang mendapat predikat tidak lulus dalam penilaian fit & proper test terhadap PSP, pengurus dan/atau pejabat eksekutif.9. Lembaga Sertifikasi Profesi, yang selanjutnya disebut Lembaga Sertifikasi, adalah lembaga yang mengatur dan menetapkan sistem sertifikasi bagi anggota dan calon anggota Direksi BPR, telah memenuhi persyaratan minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan memiliki akreditasi dari instansi yang berwenang.10. Unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI adalah unit kerja yang memiliki tugas dan tanggung jawab melakukan proses perizinan BPR dalam rangka pendirian maupun operasional BPR,a. Di KPBI dilakukan oleh Bagian Perizinan dan Likuidasi BPR di Direktorat Kredit, BPR, UMKM (Bagian PLBPR-DKBU).b. Di KBI dapat dilakukan oleh Unit Kerja Pengawasan BPR atau unit kerja lainnya, sesuai struktur organisasi KBI.3.2.9. Pendirian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)BPR adalah badan hukum resmi yang hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin Bank Indonesia. BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh:1. warga negara Indonesia;2. badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga Negara Indonesia;3. Pemerintah Daerah; atau4. Dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam angka 1-3.

Gambar 3.1 Proses Pendirian BPRBerikut ini adalah uraian proses pendirian BPR:1. 2. 3. 3.1. 3.2. 3.2.1. 3.2.2. 3.2.3. 3.2.4. 3.2.5. 3.2.6. 3.2.7. 3.2.8. 3.2.9. 3.2.9.1. Izin Prinsip PendirianA. Penelitian AdministratifPenelitian administratif terhadap permohonan persetujuan prinsip pendirian BPR harus selesai paling lambat 40 (empat puluh) hari sejak permohonan tersebut berikut dokumen yang dipersyaratkan diterima di BI secara lengkap dan benar, dengan rincian kegiatan sebagi berikut:1. Unit Kerja Perizinan BPR di KPBI/KBI meneliti kelengkapan dan kebenaran dokumen sesuai dengan yang dipersyaratkan sebagaimana check list Lampiran 5 (dalam hal pengisian check list Lampiran 5 dapat dilakukan melalui SIMWAS BPR maka tidak perlu pengisisan secara manual):a. Apabila dinilai lengkap dan benar, Unit Kerja Perizinan BPR di KPBI/KBI menyampaikan surat pemberitahuan kepada pemohon bahwa permohonan telah dilengkapi dengan dokumen yang dipersyaratkan dan akan diproses sesuai mekanisme pemberian izin prinsip yang telah ditetapkan sebagaimana lampiran 6a. Apabila seluruh tahapan proses perizinan telah dipenuhi, maka dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak permohonan diterima BI akan memberikan keputusan berupa persetujuan/penolakan. b. Apabila dinilai tidak lengkap/tidak benar, Unit Kerja Perizinan BPR di KPBI/KBI menyampaikan surat pemberitahuan kepada pemohon mengenai ketidak-lengkapan dan/atau ketidakbenaran dokumen serta meminta agar pemohon segera melengkapi dokumen yang dipersyaratkan paling lambat 10 (sepuluh) hari sejak surat pemberitahuan BI disertai dengan penegasan bahwa apabila sampai dengan batas waktu tersebut dokumen yang dipersyaratkan belum disampaikan maka permohonan dimaksud tidak dapat diproses, sebagaimana Lampiran 6b.Jangka waktu 10 (sepuluh) hari untuk memenuhi kelengkapan data tidak termasuk dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari untuk menyelesaikan seluruh proses perizinan sampai dikeluarkannya persetujuan/ penolakan permohonan.Surat pemberitahuan BI tersebut disampaikan kepada pemohon paling lambat 9 (sembilan) hari sejak permohonan diterima BI.Dalam hal BPR tidak memenuhi permintaan kelengkapan dokumen dalam jangka waktu yang ditentukan, maka Unit Kerja Pengawasan BPR di KBI atau Unit Kerja Perizinan BPR di KPBI memberitahukan kepada yang bersangkutan bahwa permohonan persetujuan prinsip pendirian BPR tersebut tidak dapat diproses, sebagaimana lampiran 6c.2. Apabila fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) dan riwayat hidup calon pemilik dan/atau pengurus BPR dinilai lengkap, tanpa menunggu kelengkapan dokumen lain Unit Kerja Perizinan BPR di KPBI/KBI membuat memorandum kepada:a. Unit Kerja Data Bank (DtB) untuk meminta informasi apakah calon pemilik dan/atau pengurus tidak termasuk dalam DTL.b. Unit kerja informasi kredit (PIK) DPIP, untuk meminta informasi apakah calon pemilik dan/atau pengurus tidak termasuk dalam DKM. Dalam hal informasi DKM dapat diakses secara langsung melalui SID maka tidak diperlukan memorandum kepada PIK-DPIP.c. Satuan unit kerja terkait, untuk meminta informasi track record dalam hal calon pemilik dan pengurus pernah menjadi pemilik dan/atau pengurus atau pejabat eksekutif bank lain, apabila diperlukan.Dalam hal calon pemilik adalah badan hukum bukan merupakan Pemerintah Daerah, maka fotokopi KTP dan riwayat hidup yang disampaikan kepada BI adalah fotokopi KTP dan riwayat hidup pengurus badan hukum tersebut.3. Berdasarkan informasi yang diperoleh sebagaimana dimaksud dalam angka 2 maka apabila:a. Calon pemilik dan/atau pengurus BPR termasuk TDL, unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI menyampaikan surat pemberitahuan kepada pemohon bahwa calon pemilik dan/atau pengurus yang diajukan tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.b. Calon pemilik dan/atau pengurus BPR tidak termasuk dalam DKM, malakukan konfirmasi kepada yang bersangkutan. Dalam hal calon pemilik dan/atau pengurus tidak dapat membuktikan bahwa kredit macet tersebut telah diselesaikan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sejak tanggal surat pemberitahuan BI, unit kerja perizinan BPR KPBI/KBI menyampaikan surat pemberitahuan kepada pemohon bahwa calon pemilik dan/atau pengurus yang diajukan tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.c. Calon pemilik dan/atau pengurus BPR tidak termasuk dalam DTL dan DKM, maka dilanjutkan dengan proses wawancara dalam rangka fit & proper test.4. Dalam hal calon pemilik dan/atau pengurus termasuk DTL dan/atau DKM, unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI menyampaikan surat pemberitahuan kepada pemohon bahwa calon pemilik dan/atau pengurus yang diajukan tidak memenuhi persyaratan sebagai pemilik dan/atau pengurus BPR disertai permintaan kepada pemohon untuk mengajukan calon pemilik dan/atau pengurus baru paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak pemberitahuan BI dan penegasan bahwa apabila sampai dengan batas waktu tersebut pemohon tidak mengajukan calon pemilik dan/atau pengurus baru maka permohonan persetujuan prinsip pendirian BPR dimaksud tidak dapat diproses.Jangka waktu sejak surat pemberitahuan kepada pemohon sampai dengan pemohon mengajukan calon pemilik dan/atau pengurus baru tidak termasuk dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari untuk menyelesaikan seluruh proses perizinan sampai dikeluarkannya persetujuan/ penolakan permohonan.5. Apabila dalam kurun waktu 60 (enam puluh) hari sejak pemberitahuan BI pemohon belum mengajukan calon pemilik dan/atau pengurus baru, Unit Kerja Perizinan BPR di KPBI/KBI menindaklanjuti dengan melakukan kegiatan sebagai berikut:a. Membuat csatatan kepada pejabat yang yang berwenang mengenai terlampauinya jangka waktu 60 (enam puluh) hari bagi pemohon untuk mengajukan calon pemilik dan/atau pengurus baru, serta usulan bahwa permohonan persetujuan izin prinsip pendirian BPR dari pemohon tidak dapat diproses.b. Membuat surat pemberitahuan untuk ditandatangani oleh pejabat yang berwenang mengenai terlampauinya jangka waktu 60 (enam puluh) hari bagi pemohon untuk mengajukan calon pemilik dan/atau pengurus baru sehingga permohonan persetujuan izin prinsip pendirian BPR tidak dapat diproses.c. Menyampaikan surat pemberitahuan dimaksud kepada pemohon dengan tembusan kepada DAI.6. Dalam hal calon pemilik BPR adalah badan hukum, unit kerja pengawasan BPR di KBI atau unit kerja perizinan BPR di KPBI meneliti apakah nilai saham yang dimiliki badan hukum memenuhi ketentuan yang berlaku, yaitu setinggi-tingginya sebesar modal sendiri bersih badan hukum yang bersangkutan dan tidak melebihi jumlah yang diperkenankan bagi badan hukum tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. B. Penelitian Studi KelayakanPenelitian terhadap studi kelayakan pendirian BPR yang diajukan oleh pemohon harus diselesaikan paling lambat 40 (empat puluh) hari sejak permohonan berikut dokumen yang dipersyaratkan diterima Bank Indonesia secara lengkap dan benar, dengan rincian kegiatan sebagi berikut:1. Unit Kerja Perizinan BPR di KPBI/KBI meneliti kelengkapan data studi kelayakan sebagimana check list Lampiran 7 (dalam hal pengisian check list lampiran 7 dapat dilakukan melalui SIMWAS BPR maka tidak perlu pengisian secara manual) dan melakukan analisia terhadap studi kelayakan (menggunakan aplikasi penilaian studi kelayakan) untuk memastikan kelayakan pendirian BPR yang bersangkutan dan mengundang pemohon untuk melakuan presentasi kepada BI mengenai studi kelayakan dalam rangka pendirian BPR. Dalam hal penyusunan studi kelayakan mengunakan jasa konsultan maka presentasi studi kelayakan dapat dilakukan oleh konsultan yang bersangkutan, dengan dihadiri oleh calon pemilik/pemegang saham pengendali (PSP) dan calon pengurus.2. Berdasarkan hasil penelitian, analisis terhadap studi kelayakan dengan menggunakan data yang benar, hasil presentasi studi kelayakan dan pertimbangan professional judgement maka apabila pendirian BPR:a. Dinilai layak dan tidak dan tidak terdapat kesalahan data dan/atau asumsi proses perizinan dilanjutkan dengan tahap berikutnya.b. Dinilai layak namun masih terdapat kesalahan data dan/atau asumsi, unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI meminta pemohon melakukan revisi atas kesalahan data dan/atau asumsi yang digunakan dalam perhitungan. Revisi disampaikan kepada BI paling lambat 15 (lima belas) hari sejak tanggal surat pemberitahuan BI.Jangka waktu 15 (lima belas) hari untuk merevisi tidak termasuk dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari untuk menyelesaikan seluruh proses perizinan sampai dikeluarkannya persetujuan/ penolakan permohonan.Setelah revisi diterima, proses perizinan dilanjutkan dengan tahapan berikutnya.3. Dinilai tidak layak, unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI menindaklanjuti dengan proses penolakan.C. Pemeriksaan Setoran ModalUnit kerja perizinan di KPBI/KBI melakukan pemeriksaan setoran modal untuk mengetahui kebenaran setoran modal, kecuali yang bersumber dari anggaran pemerintah daerah (APBD), berkoordinasi dengan DPB 1, DPB 2, dan DPB 3 untuk menerbitkan surat introduksi pemeriksaan bagi tim pemeriksa dari unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI. Pemeriksaan tersebut harus diselesaikan paling lambat 40 (empat puluh) hari sejak permohonan persetujuan prinsip berikut dokumen yang dipersyaratkan diterima BI secara lengkap dan benar:1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa dana setoran modal tidak memenuhi syarat sesuai ketentuan yang berlaku, unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI menindaklanjuti dengan proses penolakan.2. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa dana setoran modal memenuhi syarat sesuai degan ketentuan yang berlaku, unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI melanjutkan proses berikutnya.D. Wawancara Dalam Rangka Fit & Proper TestUnit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI melakukan wawancara terhadap calon PSP dan/atau pengurus apabila, berdasarkan informasi dari satuan kerja terkait, calon PSP dan/atau pengurus tidak termasuk dalam DTL/DKM. Fit & Proper test harus diselesaikan paling lambat 45 (empat puluh lima) hari sejak permohonan berikut dokumen yang dipersyaratkan diterima BI secara lengkap dan benar. Dalam rangka wawancara fit & proper tes, unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI melakukan kegiatan sebagai berikut:1. Membuat catatan kepada pejabat yang berwenang mengenai pelaksanaan fit & proper test terhadap calon PSP dan/atau pengurus.2. Membuat surat undangan pelaksanaan wawancara dan menyampaikan surat dimaksud kepada pemohon.3. Melakukan wawancara terhadap calon PSP dan/atau pengurus termasuk menggali informasi mengenai track record yang bersangkutan serta kejelasan sumber dan setoran modal yang berdasarkan hasil pemeriksaan modal belum jelas sumbernya.4. Dalam hal calon PSP dan/atau pengurus pernah memiliki predikat tidak lulus dan telah menjalani masa sanksi pelanggaran menjadi PSP dan/atau pengurus dalam jangka waktu yang telah ditetapkan oleh BI, maka dalam hal yang bersangkutan telah dinilai memenuhi persyaratan (fit & proper test), yang bersangkutan diberikan predikat lulus bersyarat dan diwajibkan untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan BI yaitu menyampaikan surat pernyataan tertulis yang ditandatangani diatas materai, yang memuat pernyataan tidak akan melakukan dan/atau mengulangi perbuatan dan atau tindakan yang dinilai melanggar persyaratan faktor kompetensi, integritas, dan atau kelayakan/reputasi keuangan.5. Mengajukan hasil wawancara kepada pimpinan DKBU/KBI untuk ditetapkan sebagai hasil akhir fit & proper test:a. Apabila calon PSP dan/atau pengurus dinyatakan tidak lulus, unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI menyampaikan surat pemberitahuan kepada pemohon bahwa calon PSP dan/atau pengurus yang diajukan tidak lulus hasil fit & proper test disertai permintaan kepada pemohon untuk mengajukan calon PSP dan/atau pengurus baru paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak pemberitahuan BI dan penegasan bahwa apabila sampai batas waktu tersebut pemohon tidak mengajukan calon PSP dan atau pengurus baru maka permohonan pengajuan prinsip pendirian BPR tidak dapat disetujui.Jangka waktu tersebut tidak termasuk dalam jangka waktu (enam puluh) hari untuk menyelesaikan seluruh proses perizinan sampai dikeluarkannya persetujuan/penolakan.Dalam hal calon pengurus tidak lulus wawancara karena aspek kompetensi maka yang bersangkutan dapat diajukan kembali untuk dilakukan wawancara ulang secepat-cepatnya 10 (sepuluh) hari sejak tanggal surat pemberitahuan BI.Apabila dalam kurun waktu 60 (enam puluh) hari sejak pemberitahuaan BI, pemohon belum mengajukan calon PSP dan/atau pengurus baru atau permohonan wawancara ulang untuk calon pengurus BPR, unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI menindaklanjuti dengan proses penolakan.b. Apabila calon PSP dan/atau pengurus dinyatakan lulus, unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI menindaklanjuti proses berikutnya.E. Persetujuan/PenolakanApabila seluruh proses (huruf A s.d. D) telah diselesaikan maka persetujuan/permohonan harus diberikan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak permohonan persertujuan prinsip berikut dokumen yang dipersyaratkan diterima BI secara lengkap dan benar, dengan rincian kegiatan sebagai berikut:1. Bagi pendirian BPR di wilayah kerja KBI:a. Unit Kerja Perizinan BPR di KBI:1) Membuat catatan kepada pejabat yang berwenang mengenai:a) Hasil penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen yang dipersyaratkanb) Hasil analisis terhadap studi kelayakan pendirian BPR termasuk hasil presentasi.c) Hasil penelitian atau pemeriksaan setoran modal.d) Hasil wawancara persetujuan/penolakan dalam rangka fit & proper test terhadap calon PSP dan/atau pengurus BPR.e) Rekomendasi persetujuan/penolakan permohonan izin prinsip untuk direkomendasikan kepada DKBU.2) Menyampaikan memorandum mengenai rekomendasi persetujuan/penolakan permohonan persetujuan prinsip kepada DKBU paling lambat 50 (lima puluh) hari sejak permohonan persetujuan prinsip berikut dokumen yang dipersyaratkan diterima secara lengkap dan benar. Memorandum rekomendasi dimaksud wajib disampaikan terlebih dahulu kepada DKBU melalui faksimile pada hari yang sama dengan tanggal memorandum. b. Unit Kerja Perizinan BPR di KPBIUnit Kerja Perizinan BPR di KPBI meneliti kembali rekomendasi persetujuan/penolakan atas permohonan persetujuan prinsip pendirian BPR dari KBI sebagaimana dimaksud dalam huruf a. angka 1) dan menindaklanjuti dengan melakukan kegiatan sebagi berikut:1) Apabila dokumen pendukung tidak lengkap maka unit kerja perizinan BPR di KPBI akan menyampaikan memorandum kepada KBI terkait untuk segera melengkapi kekurangan dokumen sebelum batas waktu persetujuan/ penolakan permohonan.2) Apabila dokumen pendukung telah lengkap maka unit kerja perizinan BPR di KPBI akan menindaklanjuti dengan melakukan kegiatan sebagai berikut:a) Membuat catatan kepada pejabat yang berwenang mengenai rekomendasi persetujuan/ penolakan KBI serta usulan untuk menyetujui/menolak atas rekomendasi tersebut.b) Membuat surat persetujuan/penolakan permohonan persetujuan prinsip untuk ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dengan tembusan kepada KBI terkait dan DAI.c) Membuat memorandum kepada KBI terkait mengenai persetujuan/penolakan permohonan persetujuan prinsip, dilampiri dengan 1 (satu) set surat persetujuan/penolakan untuk disampai-kan kepada pemohon dan 1 (satu) set untuk KBI.3.2.9.2. Izin UsahaA. Penelitian AdministratifPenelitian administratif terhadap permohonan izin usaha BPR harus selesai paling lambat 35 (tiga puluh lima) hari sejak permohonan tersebut berikut dokumen yang dipersyaratkan diterima BI secara lengkap dan benar, dengan kegiatan berikut ini:1. Unit Kerja Perizinan BPR di KPBI/KBI meneliti kelengkapan dan kebenaran dokumen sesuai dengan yang dipersyaratkan sebagimana check list Lampiran 8.a) Apabila dinilai lengkap dan benar, Unit Kerja perizinan BPR di KPBI/KBI menyampaikan surat pemberitahuan kepada pemohon bahwa pemohon telah dilengkapi dengan dokumen yang dipersyaratkan dan akan diproses sesuai mekanisme pemberian izin usaha yang telah ditetapkan, sebagimana lampiran 6a. Apabila seluruh tahapan proses perizinan telah dipenuhi, maka dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak permohonan diterima, BI akan memberikan keputusan berupa persetujuan/penolakan.b) Apabila dinilai tidak lengkap atau tidak benar, unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI menyampaikan surat pemberitahuan kepada pemohon mengenai ketidaklengkapan dan/atau ketidakbenaran dokumen serta agar meminta pemohon segera melengkapi dokumen yang dipersyaratkan paling lambat 10 (sepuluh) hari sejak tanggal surat pemberitahuan BI disertai dengan penegasan bahwa dipersyaratkan belum disampaikan maka permohonan dimaksud tidak dapat diproses, sebagaimana lampiran 6b.Surat pemberitahuan BI disampaikan kepada pemohon paling lambat 9 (sembilan) hari sejak permohonan diterima BI.Dalam hal BPR tidak memenuhi permintaan kelengkapan dokumen dalam jangka waktu yang ditentukan, maka unit kerja pengawasan BPR di KBI atau unit perizinan BPR di KPBI memberitahukan kepada yang bersangkutan bahwa permohonan izin usaha BPR tersebut tidak dapat diproses, sebagaimana Lampiran 6c.2. Apabila terdapat perubahan dan/atau penambahan atas calon pemilik/PSP dan/atau pengurus yang telah disetujui pada saat permohonan persetujuan prinsip, unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI melakukan tahapan kegiatan seperti pada 3.2.9.1 A angka 2 hingga 5.B. Pemeriksaan Kesiapan OperasionalUnit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI melakuakan pemeriksaan langsung terhadap kesiapan operasional BPR yang harus diselesaikan paling lambat 35 (tiga puluh lima) hari sejak permohonan izin usaha berikut dokumen yang dipersyaratkan diterima BI secara lengkap dan benar.C. Pemeriksaan Setoran ModalUnit Kerja perizinan BPR di KPBI/KBI melakukan pemeriksaan untuk mengetahui kebenaran pemenuhan setoran modal, kecuali yang bersumber dari anggaran pemerintah daerah (APBD). Pemeriksaan tersebut harus diselesaikan paling lambat 35 (tiga puluh lima) hari sejak permohonan izin usaha berikut dokumen yang dipersyaratkan diterima BI secara lengkap dan benar, dengan rincian sebagai berikut:1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksan diketahui bahwa dana setoran modal tidak memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI menindaklanjuti dengan proses penolakan.2. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa dana setoran modal memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI melanjutkan proses berikutnya.

D. Wawancara Dalam Rangka Fit & Proper TestDalam hal terjadi perubahan dan /atau penambahan calon PSP dan/atau pengurus dari yang telah disetujui pada saat permohonan persetujuan prinsip maka terhadap calon PSP dan/atau pengurus baru tersebut harus dilakukan wawancara dalam rangka fit & proper test paling lambat 40 (empat puluh) hari sejak permohonan izin usaha berikut dokumen yang dipersyaratkan diterima BI secara lengkap dan benar, dengan tahapan kegiatan seperti 3.2.9.1 D.E. Persetujuan/PenolakanApabila seluruh proses (A hingga D) telah diselesikan maka persetujun/penolakan permohonan izin usaha harus diberikan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak permohonan izin usaha berikut dokumen yang dipersyaratkan diterima BI secara lengkap dan benar, dengan rincian kegiatan berikut ini:1. Bagi pendirian BPR di wlayah kerja KBIa. Unit Kerja Perizinan BPR di KBI membuat:1) Catatan kepada pejabat yang berwenang mengenai usulan persetujan/penolakan permohonan izin usaha untuk direkomendasikan kepada DKBU.2) Memorandum mengenai rekomendasi persetujuan/penolakan izin usaha disampaikan kepada DKBU paling lambat 40 (empat puluh) hari sejak permohonan izin usaha berikut dokumen yang dipersyaratkan diterima secara lengkap dan benar. Memorandum rekomendasi dimaksud wajib disampaikan terlebih dahulu kepada DKBU melalui faksimili pada hari yang sama dengan tanggal memorandum.b. Unit kerja perizinan BPR di KPBIUnit kerja perizinan BPR di KPBI meneliti kembali rekomendasi persetujuan/penolakan permohonan izin usha pendirian BPR dari KBI sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2) sebagai berikut:1) Apabila dokumen pendukung tidak lengkap maka unit kerja perizinan BPR di KPBI akan manyampaikan memorandum kepada KBI terkait segera melengkapi kekurangan dokumen sebelum batas waktu persetujuan/penolakan permohonan.2) Apabila dokumen pendukung telah lengkap dan unit kerja perizinan BPR di KBI merekomendasikan untuk menyetujui pemberian izin usaha BPR maka unit kerja perizinan BPR di KPBI menindaklanjuti dengan melakukan kegiatan sebagai berikut:a. Membuat catatan kepada Deputi Gubernur mengenai rekomendasi KBI untuk memberikan izin usaha yang ditandatangani oleh debitur DKBU dilampiri dengan surat Keputusan Pemberian Izin Usaha untuk ditandatangani Gubernur Bank Indonesia.b. Menyampaikan memorandum permintaan nomor surat keputusan pemberian izin usaha dilampiri dengan asli surat tersebut kepada bagian arsip-biro sekretariat.c. Membuat salinan keputusan pemberian izin usaha untk ditandatangani oleh direktur DKBU.d. Menyampaikan memorandum kepada KBI terkait mengenai persetujuan pemberian izin usaha BPR, dilampiri dengan 1 (satu) set Salinan Keputusan Pemberian Izin Usaha kepada DAI dan bagian informasi, dokumentasi, dan asministrasi (Bagian IDAd)-DKBU.3) Apabila dokumen pendukung telah lengkap dan unit kerja perizinan BPR di KBI merekomendasikan untuk menolak pemberian izin usaha BPR maka unit kerja perizinan BPR di KPBI:a) Membuat catatan mengenai rekomendasi KBI kepada pejabat yang berwenang disertai surat penolakan terhadap permohonan izin usaha BPR untuk ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.b) Menyampaikan memorandum kepada KBI terkait mengenai penolakan atas permohonan izin usaha pendirian BPR, dilampiri 1 (satu) set surat penolakan untuk disampaikan kepada Direksi BPR dan 1 (satu) set tembusan untuk KBI.F. Pemantauan1. Apabila salinan keputusan pemberian izin usaha telah diberikan, unit kerja pengawasan BPR di KPBI/KBI melakukan pemantauan terhadap pelaporan pelaksanaan kegiatan usaha yang wajib disampaikan oleh BPR kepada BI paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah dimulainya kegiatan operasional BPR.2. Apabila BPR tidak menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan usaha kepada BI lebih dari 10 (sepuluh) hari sejak tanggal dimulainya kegiatan operasional BPR maka unit kerja pengawasan BPR di KPBI/KBI terkait:a. Membuat catatan kepada pejabat yang berwenang atas pelanggaran BPR karena menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan usaha lebih dari 10 (sepuluh) hari sejak tanggal simulainya kegiatan operasional BPR, serta usulan pemberian teguran tertulis dan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah)b. Menyampaikan surat pemberitahuan kepada BPR mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh BPR, sebagaimana tersebut pada huruf a, serta pemberian teguran tertulis dan sanksi kewajiban membayar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah), dengan tembusan kepada DAI.3. Apabila setelah jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak batas akhir penyampaian laporan, BPR belum menyampaikan laporan sebagaimana tersebut pada angka 1 maka unit kerja pengawas di KPBI/KBI:a. Membuat catatan kepada pejabat yang berwenang mengenai pelanggaran BPR karena menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan operasional BPR lebih dari 30 (tiga puluh) hari sejak batas akhir penyampaian laporan, serta usulan pemberian teguran tertulis dan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah).b. Menyampaikan Surat Pemberitahuan kepada BPR mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh BPR sebagaimana tersebut pada huruf a, serta pengenaan sanksi teguran tertulis dan kewajiban membayar sebesar Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah), dengan tembusan kepada DAI.Evaluasi Praktik KerjaDari pengalaman kerja praktik ini penulis dapat melakukan evaluasi mengenai beberapa hal yaitu prosedur pendiriran BPR Baru pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI sesuai dengan prosedur dan pedoman maupun kebijakan yang berlaku. Praktik kerja yang telah dilaksanakan oleh penulis banyak memberikan manfaat dan wawasan mengenai dunia perbankan pada bidang praktik kerja yang penulis tekuni yaitu pada Tim IDAB, namun karena keterbatasan jangka waktu pelaksanaan praktik kerja dan peraturan yang mengikat penulis maka tidak banyak hal yang dapat penulis kemukakan.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN3.1. 1. 2. 3. 4. 4.1. KesimpulanKesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis setelah melaksanakan kegiatan praktik kerja pada KPw BI wilayah VI yaitu:Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung perkembangan usaha yang bersifat dinamis, diperlukan industri Bank Perkreditan Rakyat yang sehat, kuat, produktif dan memiliki daya saing agar mampu melayani masyarakat, terutama pengusaha mikro dan kecil.Untuk menciptakan Bank Perkreditan Rakyat yang sehat, kuat, produktif dan memiliki daya saing seperti yang telah penulis sebutkan, Bank Indonesia melakukan langkah awal dengan menerapkan prosedur perizinan pendirian BPR baru secara ketat. Hal tersebut diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari.Secara ringkas, prosedur pendirian BPR baru diawali dengan permohonan izin prinsip BPR kepada BI; presentasi studi kelayakan; fit and proper tes PSP dan pengurus BPR; Persetujuan atau penolakan izin prinsip; permohonan izin usaha BPR (setelah memperoleh IP); fit and proper tes PSP dan pengurus BPR (bila ada perubahan); dan diakhiri dengan penolakan atau persetujuan izin prinsip.4.2. SaranSetelah melakukan praktik kerja, penulis ingin memberikan saran bagi pembaca khususnya kepada pihak-pihak yang ingin mendirikan BPR baru agar mempertimbangkan dan mempersiapkan segala aspek dengan matang sebelum mengajukan perizinan pendirian BPR kepada BI. Berikut ini adalah saran penulis berkenaan dengan persiapan sebelum pengajuan pendirian BPR:1. Sediakan modal yang cukup untuk mempersiapkan pendirian BPR dan membiayai operasional BPR selanjutnya.2. Buat studi kelayakan seperti lazimnya memasuki sebuah bisnis baru, yang didalamnya tercakup pula pilihan lokasi BPR.3. Identifikasi potensi pasar UMK di wilayah usaha BPR. Selanjutnya, tetapkan target penghimpunan dan penyaluran dana serta segmen nasabah yang akan menjadi sasaran4. Pilih dan tentukan calon mitra bisnis dan calon pengurus yang bisa dipercaya dalam mengelola BPR. Keliru memilih mitra akan mengancam kelangsungan hidup BPR. Baiknya, mitra bisnis tersebut adalah figur yang memahami potensi masyarakat dimana BPR itu beroperasi.Selain itu, penulis berpesan hendaknya mempelajari ketentuan pendirian BPR dan sering-seringlah berkonsultasi dengan pihak Bank Indonesia dikarenakan lamanya proses perizinan serta prosedur pendiriannya yang cukup rumit. Demikian saran yang dapat penulis sampaikan. Semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian.

DAFTAR PUSTAKA

Dwisaputra, Rahmat, dll. 201. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan I. BandungPedoman Pelaksanaan Perizinan Bank Perkreditan Rakyathttp://www.bi.go.id/web/id/Tentang+BI/Dewan+Gubernur/http://www.bi.go.id/biweb/html/uu231999_id/index.htmlwww.bi.go.id/NR/rdonlyres/C7402D01-A030-454A.../ikhtisar.pdf?www.bi.go.id/NR/rdonlyres/C7402D01-A030-454A.../penjelasan.pdf?

Lampiran 1a Struktur Organisasi BI

Lampiran 4 Check List Feasibility Study

-45-