29 pengembangan perangkat pembelajaran ipa

15
29 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS PROBLEM-BASED LEARNING DI SMP Rina Rahayu 1 dan Endang W. Laksono FX 2 1 Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kelayakan perangkat pembelajaran IPA berbasis Problem-based Learning dalam pembelajaran IPA di SMP dan (2) perbedaan keterampilan memecahkan masalah dan scientific attitude antara pembelajaran yang menggunakan perangkat berbasis Problem-based Learning dengan pembelajaran menggunakan perangkat konvensional. Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D) yang dikembangkan oleh Borg & Gall. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) perangkat pembelajaran yang dikembangkan sudah layak digunakan berdasarkan pada hasil validasi ahli, uji coba terbatas, uji coba lapangan yang sesuai dengan Problem-based Learning, sehingga telah teruji secara teoritis dan empiris dan (2) terdapat perbedaan nilai keterampilan memecahkan masalah dan scientific attitude antara pembelajaran yang menggunakan perangkat berbasis Problem-based Learning dengan pembelajaran menggunakan perangkat konvensional. Kata kunci: keterampilan pemecahan masalah, perangkat pembelajaran, Problem-based Learning, sikap ilmiah THE DEVELOPMENT OF SCIENCE LEARNING BASED ON PBL KIT TO IMPROVE SKILL OF PROBLEM SOLVING AND SCIENTIFIC ATTITUDE Abstract The study aims to investigate: (1) The feasibility of learning kit based on Problem-based Learning in junior high school and (2) the difference of problem solving skill and scientific attitude taught using learning kit based PBL from using conventional learning kit. The study used research and development (R&D) of Borg and Gall model. The result of the research showed that: (1) according to experts judment, preliminary field test, main field test that appropriate to PBL, learning kit can be applied on learning and (2) there were difference of problem solvingskill and scientific attitude taught using learning kit based PBL from using conventional learning kit. Keywords: learning kit, Problem-based Learning, scientific attitude, skill of problem solving PENDAHULUAN Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting untuk mengembangkan kemampuan dan watak suatu bangsa berdasarkan tujuan dan cita-cita bangsa. Salah satu kemampuan yang perlu dikembangkan saat ini yaitu keterampilan pemecahan masalah. Keterampilan pemecahan masalah akan membentuk watak, salah satunya yaitu scientific attitude. Agung (2012: 42) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha terencana dan disengaja untuk mengembangkan kecerdasan peserta didik yaitu kecerdasan intelektual, spiritual, emosional, sosial, dan kinestis.

Upload: trinhthuan

Post on 31-Dec-2016

240 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: 29 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA

29

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPABERBASIS PROBLEM-BASED LEARNING DI SMP

Rina Rahayu1 dan Endang W. Laksono FX2

1Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta2Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

email: [email protected]

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kelayakan perangkat pembelajaran IPA

berbasis Problem-based Learning dalam pembelajaran IPA di SMP dan (2) perbedaan keterampilanmemecahkan masalah dan scientifi c attitude antara pembelajaran yang menggunakan perangkatberbasis Problem-based Learning dengan pembelajaran menggunakan perangkat konvensional.Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D) yang dikembangkan oleh Borg& Gall. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) perangkat pembelajaran yang dikembangkansudah layak digunakan berdasarkan pada hasil validasi ahli, uji coba terbatas, uji coba lapanganyang sesuai dengan Problem-based Learning, sehingga telah teruji secara teoritis dan empirisdan (2) terdapat perbedaan nilai keterampilan memecahkan masalah dan scientifi c attitude antarapembelajaran yang menggunakan perangkat berbasis Problem-based Learning dengan pembelajaranmenggunakan perangkat konvensional.

Kata kunci: keterampilan pemecahan masalah, perangkat pembelajaran, Problem-basedLearning, sikap ilmiah

THE DEVELOPMENT OF SCIENCE LEARNING BASED ON PBL KITTO IMPROVE SKILL OF PROBLEM SOLVING AND SCIENTIFIC ATTITUDE

Abstract The study aims to investigate: (1) The feasibility of learning kit based on Problem-based Learning

in junior high school and (2) the difference of problem solving skill and scientifi c attitude taughtusing learning kit based PBL from using conventional learning kit. The study used research anddevelopment (R&D) of Borg and Gall model. The result of the research showed that: (1) accordingto experts judment, preliminary fi eld test, main fi eld test that appropriate to PBL, learning kit canbe applied on learning and (2) there were difference of problem solvingskill and scientifi c attitudetaught using learning kit based PBL from using conventional learning kit.

Keywords: learning kit, Problem-based Learning, scientifi c attitude, skill of problem solving

PENDAHULUANPendidikan merupakan bagian yang

sangat penting untuk mengembangkankemampuan dan watak suatu bangsaberdasarkan tujuan dan cita-cita bangsa.Salah satu kemampuan yang perludikembangkan saat ini yaitu keterampilanpemecahan masalah. Keterampilan

pemecahan masalah akan membentukwatak, salah satunya yaitu scientifi c attitude.Agung (2012: 42) menyatakan bahwapendidikan merupakan usaha terencanadan disengaja untuk mengembangkankecerdasan peserta didik yaitu kecerdasanintelektual, spiritual, emosional, sosial, dankinestis.

Page 2: 29 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA

30

Pendidikan IPA pada hakikatnya adalahmembangun manusia, yaitu memanusiakanmanusia. Oleh karena itu, untuk menjawabtantangan global manusia Indonesia perlumemiliki kemampuan berfikir tingkattinggi. Pendidikan IPA dapat direalisasikanmelalui berbagai upaya, salah satunya yaitumelalui pembelajaran IPA. PembelajaranIPA memiliki potensi yang sangat besardalam upaya membangun bangsa, namunternyata selama ini hanya dianggap bebanberat yang kurang disenangi oleh pesertadidik. Hanya sedikit peserta didik yangberminat untuk belajar IPA, sehingga halini mengakibatkan kualitas pendidikan IPAmenjadi rendah.

Hasil studi lembaga internasionalProgramme for International StudentAssessment (PISA) tahun 2009 menunjukkanbahwa dimensi scientific processes orskills, concepts and content, context orapplication peserta didik SMP (OECD/PISA, 2000: 76) berada pada urutan50 dari 65 negara (Tim PISA, 2011).Hasil penelitian Trends in MathematicsandScience Study (TIMSS) tahun 2011menunjukkan bahwa dimensi knowing,applying, dan reasoning (Martin, et al..,2012: 119) peserta didik SMP menempatiurutan ke-40 dari 42 negara (Tim TIMSS,2011), ini menunjukkan pembelajaranIPA masih dalam level rendah (low level)dengan penekanan pembelajaran padakonsep (basic learning). Dettmer (2006:73) menjelaskan bahwa basic learninglebih mementingkan penguasaan konsepsehingga tujuan pencapaian pembelajaransebatas aspek mengetahui (know) danmemahami (comprehend).

Fakta rendahnya kualitas pendidikanmenuntut pemerintah untuk melakukanpembaharuan dalam sistem pendidikan.Salah satunya yaitu dikeluarkannyakurikulum 2013 sebagai dasar dalampelaksanaan proses pendidikan di Indone-

sia. Kurikulum 2013 yang dikembangkandengan berbasis kompetensi sangatdiperlukan sebagai instrumen untuk menga-rahkan peserta didik menjadi: (1) manusiaberkualitas yang mampu dan proaktifmenjawab tantangan zaman yang selaluberubah; (2) manusia terdidik yang berimandan bertaqwa kepada Tuhan Yang MahaEsa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warganegara yang demokrasi, bertanggung jawab(Kemendikbud, 2014: 2)

Kurikulum 2013 dirancang agarpeserta didik aktif mengkonstruksikonsep, hukum, atau prinsip melaluitahapan-tahapan mengamati, merumuskanmasalah, mengajukan atau merumuskanhipotesis, mengumpulkan data denganberbagai teknik, menganalisis data, menarikkesimpulan, dan mengkomunikasikankonsep, hukum atau prinsip yang ditemu-kan melalui pendekatan saintifi k (Hosnan,2014: 34). Pembelajaran IPA berdasarkankurikulum 2013 menuntut adanya suatuperubahan yang mendasar dalam prosespenyampaian dimana dapat memberikanpengalaman langsung bagi peserta didikmelalui observasi objek dan penilaiannya.

Keterlaksanaan kurikulum 2013berjalan dengan baik apabila prosespembelajarannya selalu mengintegrasikandomain sikap atau afektif, kognitif danpsikomotor. IPA memiliki dimensi sikapilmiah (scientifi c attitude), proses ilmiah(scientific process), dan produk ilmiah(scientifi c product), berupa pengetahuan(Kemendiknas, 2011: 1). Oleh karena itu,keberhasilan keterlaksanaan kurikulum2013 tidak hanya dipengaruhi oleh prosespembelajaran yang menuntut guru untukselalu kreatif dalam mengembangkanmetode yang digunakan tetapi tersedianyaperangkat pembelajaran juga penting dalammenunjang proses pembelajaran IPA. Akantetapi, fakta di lapangan menunjukkan

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43

Page 3: 29 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA

31

bahwa ketersediaan bahan ajar sepertiLKPD dan contoh instrumen penilaianmasih belum tersedia.

Hasil observasi dan wawancara padabulan Januari-Februari 2014 denganbeberapa guru IPA SMP di ProvinsiYogyakarta diantaranya yaitu SMPN 1Piyungan, SMPN 15 Yogyakarta, SMPN 2Patuk, SMPN 2 Lendah, SMPN 1 Sewondan SMPN 1 Sleman menunjukkan bahwakebanyakan guru masih bingung danmengalami kesulitan dalam membuatrubrik lembar penilaian. Terlebih lagirubrik penilaian yang dibuat dirasakanterlalu banyak sehingga membuat gurumerasa kesulitan dalam mengamati ataumenilai dari setiap peserta didik. Tidakhanya itu, RPP dikembangkan dari silabusyang telah ditetapkan oleh kementeriandan disusun secara berkelompok inimenyebabkan kreativitas guru terbatasdan kurang sesuai dengan karakteristikpeserta didik serta kondisi sekolah. Selainitu, kurikulum 2013 mengharuskan RPPterdiri dari kegiatan mengamati, menanya,mengeksplorasi, mengasosiasi dan meng-komunikasi (Kemendikbud, 2014: 7) yangpelaksanaannya membutuhkan waktu yanglebih banyak.

Perangkat pembelajaran kurikulum2013 yang ada antara silabus, buku gurudan buku peserta didik dirasa guru tidakada kesesuaian. Masih terdapat beberapasub materi dalam buku guru tidak ada padabuku siswa. Selain itu, materi dalam bukupembelajaran peserta didik dinilai masihsangat dangkal, sehingga guru masih perlumenambahkan materi dari sumber lain. Gurujuga merasa kesulitan dalam melaksanakanpembelajaran IPA secara holistik yaitudengan memadukan kajian keilmuanbiologi, fi sika, dan kimia dengan scientifi capproach sesuai dengan karakterisitikkurikulum 2013 karena peserta didik belumterbiasa untuk menemukan konsep pada

proses pembelajaran IPA. Kebanyakanguru IPA SMP masih berlatar belakangdari bidang kajian keilmuan biologi, fi sika,dan kimia, shingga mereka masih belumterbiasa dalam membelajarakan IPA secaraholistik.

Berdasarkan fenomena tersebut makadalam pembelajaran IPA masih diperlukanadanya suatu perangkat pembelajaranIPA yang dapat menunjang pelaksanaanproses pembelajarannya, khususnyadalam melaksanakan scientifi c approach.Chodijah, Fauzi & Wulan (2012: 10)menyatakan bahwa perangkat pembelajar-an merupakan segala alat dan bahan yangdigunakan guru untuk melakukan prosespembelajaran. Model Problem-basedLearning (PBL) merupakan salah satu modelpembelajaran yang direkomendasikan didalam kurikulum 2013 sebagai salah satumodel pembelajaran yang inovatif.

PBL merupakan model pembelajaranyang menyajikan masalah kontekstualsehingga merangsang peserta didik belajardalam kelompok untuk memecahkanmasalah dari permasalahan dunia nyatadan mengikat peserta didik pada rasa ingintahu terhadap pembelajaran, sehinggamereka memiliki model belajar sendiri(Kemendikbud, 2014: 39). Sejalandengan hal tersebut Suharia, Lisdianab,& Widiyaningrum (2013: 10) menyatakanbahwa PBL merupakan pembelajaran yangmenghadapkan siswa pada masalah dunianyata untuk memulai pembelajaran.

Peserta didik dapat memperolehinformasi dari lingkungan sekitar merekaberdasar pada permasalahan yang adadalam kehidupan sehari-hari merekadan mengajarkan kepada peserta didikagar memiliki kemampuan memecahkanmasalah dengan mencari solusi melaluiscientifi c attitude dari masalah-masalahyang berhubungan dengan obyek danperistiwa IPA. Susanto (2015) menyatakan

Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...

Page 4: 29 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA

32

bahwa PBL akan membuat peserta didikterbiasa menghadapi masalah dan tertantanguntuk menyelesaikan masalah baik di dalamkelas maupun dikehidupan sehari-hari (realworld). Lebih lanjut Atmojo (2013: 140)menegaskan model PBL menggunakanpembelajaran dengan explorasi lingkunganyang digunakan berupa pengalamankeseharian peserta didik sehingga dapatmeletakkan dasar-dasar yanng nyatauntuk berpikir. Selain itu, Sulistyarini &Santoso (2015: 61) menyatakan bahwalingkungan belajar dalam PBL bersifatterbuka, menggunakan proses demokrasi,dan menekankan pada peran aktif siswa.

Pembelajaran IPA harus dirancangsedemikian rupa sehingga apa yangdipelajari peserta didik dapat menyentuhpersoalan-persoalan yang berkembangdalam kehidupan sehari-hari. Komariyah& Manoy (2014: 188) menyatakan bahwaPBL merupakan kerangka konseptualyang menggambarkan proses rinciandan penciptaan lingkungan belajar yangmenggunakan masalah kontekstual sebagaifokus untuk mengembangkan keterampilanpemecahan masalah. Muhson (2009: 171)menegaskan bahwa PBL merupakan metodebelajar yang menggunakan masalah sebagailangkah awal dalam mengumpulkan danmengintegrasikan pengetahuan baru,berfokus pada keaktifan peserta didikyang diharapkan dapat mengembangkanpengetahuan mereka secara mandiri.Dengan demikian, peserta didik dapatmengembangkan keterampilan, sikap,dan nilai-nilai ilmiah dalam memecahkanpermasalahan.

Atas dasar inilah, peneliti berusahamengembangkan perangkat pembelajaranIPA berbasis PBL. Diharapkan pesertadidik dapat mempelajari IPA dengan lebihmenarik dan lebih mendalam, sehinggadapat mengembangkan keterampilanpemecahan masalah dan scientifi c attitude

sebagai upaya untuk menjawab segalapersoalan yang terjadi dari segi kajiankeilmuan IPA di masa mendatang.

METODEJenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu penelitian pe-ngembangan atau yang dikenal denganResearch and Development (R&D). Modelpengembangan yang digunakan yaitumodel pengembangan menurut Borg &Gall (1983: 775) yang menyebutkan bahwaterdapat 10 tahapan dalam penelitian danpengembangan yaitu (1) mengumpulkaninformasi dan penelitian pendahuluan;(2) melakukan perencanaan penelitian;(3) mengembangkan bentuk produk awal;(4) melakukan uji coba terbatas produkawal untuk menghasilkan produk utama(Preliminary fi eld test); (5) melakukan re-visi terhadap produk utama; (6) melakukanuji coba produk utama (Main fi eld test); (7)melakukan revisi terhadap produk utamauntuk menghasilkan produk final; (8)melakukan uji coba lapangan produk fi nal(operational fi eld test); (9) melakukan revisiterhadap produk fi nal; (10) mendiseminasidan mengimplementasikan produk.

Dalam peneli t ian ini prosedurpengembangan yang digunakan merupakanmodifi kasi dari model Borg & Gall (1983:775) yaitu (1) mengumpulkan informasidan penelitian pendahuluan; (2) desainproduk; (3) tahapan validasi; (4) melakukanuji coba dan revisi produk; (5) tahap produkakhir; (6) diseminasi produk akhir.

Pengumpulan informasi dilakukandengan melakukan studi pendahuluanyang meliputi studi pustaka dan surveilapangan. Studi pustaka dilakukan denganmengkaji teori mengenai pembelajaranIPA terpadu dan segala informasi yangdibutuhkan mengenai pengembanganperangkat pembelajaran IPA berbasis PBLyang mengacu pada Kurikulum 2013.

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43

Page 5: 29 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA

33

Sedangkan survei lapangan dilakukan diSMP agar memperoleh informasi mengenaipelaksanaan pembelajaran IPA berdasarkanKurikulum 2013 dan karakteristikpeserta didik. Oleh karena itu, melaluistudi pendahuluan ini dapat diketahuipermasalahan guru dan peserta didikmengenai pembelajaran IPA khususnyaberkaitan dengan pemecahan masalah danscientifi c attitude.

Desain produk dilaksanakan denganmelakukan perencanaan dan pengembang-an perangkat pembelajaran. Pada tahapanperencanaan dilakukan dengan mengana-lisis tugas yang meliputi analisis strukturisi, analisis konsep, dan analisis tujuanpembelajaran. Analisis struktur isi dilaku-kan pada KI dan KD yang akan dipadukandalam sebuah tema. Analisis konsepdilakukan dengan menganalisis berbagaikonsep yang akan dipadukan dalamtema yang akan digunakan. Pada tujuanpembelajaran dianalisis pada pencapaianpeserta didik setelah mempelajari materidalam sebuah tema tersebut.

Pengembangan perangkat pem-belajaran IPA dilakukan dengan menyusundraf produk awal yang akan dilakukandalam penelitian ini yaitu silabus, RPP,LKPD, dan instrumen penilaian. Tahapselanjutnya yaitu validasi dimana desanproduk perangkat pembelajaran IPAberupa silabus, RPP, LKPD dan instrumenpenilaian yang telah dirancang akan dinilai(validasi) oleh beberapa ahli yaitu ahlimateri, ahli media, dan guru IPA. Hasilnyaberupa kelayakan perangkat pembelajaran,masukan dan saran yang digunakan sebagaidasar untuk mengevaluasi dan revisi draftawal perangkat pembelajaran sebelumdiujicobakan lebih lanjut.

Tahap uji coba dan revisi produkmerupakan tahap dimana produk yangdihasilkan dapat di uji coba secara luassetelah melalui beberapa revisi. Revisi

I dilakukan berdasarkan penilaian dariahli validator, kemudian dihasilkan revisiI berupa draf II yang di uji coba secaraterbatas. Uji coba terbatas akan meng-hasilkan data berupa masukan yangdigunakan untuk revisi II. Hasil revisiII berupa draf III yang digunakan untukuji coba yang lebih luas. Uji coba lebihluas ini dilakukan agar mendapatkan databerupa informasi berupa data sebagaidasar untuk melakukan revisi III. RevisiIII merupakan akhir dari perbaikan produkperangkat pembelajaran IPA. Oleh karenaitu, tahap produk akhir pada perangkatpembelajaran yang digunakan sebagaipaduan pembelajaran IPA terpadu denganmodel PBL merupakan hasil akhir daripengembangan produk yang telah melaluiuji kevalidan oleh validator dan beberaparevisi serta uji coba produk.

Tahap diseminasi merupakan tahapakhir dari suatu penelitian pengembanganyang telah menghasilkan produk akhir. Haltersebut dilakukan dengan menyebarluas-kan produk hasil pengembangan dengantujuan agar dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak terkait misalnya ke sekolah-sekolahkhususnya SMP/MTs ataupun dinas yangterkait dengan penelitian. Diseminasi jugadapat dilakukan dengan seminar ilmiah danmengunggah fi le produk pada website.

Produk yang dikembangkan meliputiperangkat pembelajaran IPA berbasis PBLyang terdiri dari (1) silabus; (2) RencanaPelaksanaan Pembelajaran (RPP); (3)Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD);(4) instrumen penilaian peserta didikberupa angket scientifi c attitude dan soalketerampilan pemecahan masalah. Selainitu, terdapat beberapa instrumen lainyang dikembangkan guna melengkapidan menyempurnakan pengembanganperangkat pembelajaran tersebut yaitu (1)instrumen lembar validasi perangkat pem-belajaran dan instrumen penilaian bagi

Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...

Page 6: 29 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA

34

validator; (2) lembar observasi scientifi cattitude; (3) instrumen soal kognitif; (4)angket respon peserta didik terhadap LKPDyang dikembangkan dan keterlaksanaanpembelajaran.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANHasil penelitian dari pengembangan

perangkat pembelajaran IPA berbasisPBL dilihat dari data yang diperolehpada hasil pengembangan perangkat danhasil eksperimental. Hasil penelitianpengembangan dilihat dari penilaiandan masukan oleh beberapa dosen ahlidan pendidik IPA pada saat prosespengembangan dan oleh beberapa pesertadidik pada saat melakukan uji cobaterbatas. Pengembangan produk yangtelah dilakukan kemudian di validasi olehdua dosen ahli dan dua pendidik IPA. Hasilvalidasi menunjukkan bahwa perangkatpembelajaran berupa silabus, RPP, LKPD,dan instrumen penilaian yang dikembang-kan sudah layak untuk digunakan dalamproses pembelajaran IPA dengan kategorisangat baik. Hal tersebut dapat dilihat padaTabel 1.

Selain penilaian juga terdapatmasukan-masukan dalam menyempurna-kan perangkat pembelajaran IPA diantaranya yaitu 1) mengenai kegiatanpembelajaran pada silabus seharusnyasudah mencerminkan langkah-langkah darimodel PBL, 2) tujuan pada RPP sebaiknyalebih rinci dan menjawab indikator yangada, 3) materi pada RPP sebaiknya disusun

di bagian lampiran, 4) pertanyaaan dalamLKPD sebaiknya mudah dipahami olehsiswa SMP dan tidak menimbulkan asumsiganda, 5) pada akhir LKPD sebaiknya tetapterdapat bagian kesimpulan, 6) pertanyaanpada soal pemecahan masalah sebaiknyalebih komunikatif dan dapat dipahamioleh siswa SMP, selain itu juga dapatdiukur dengan instrumen penilaian karenamerupakan soal esai.

Masukan-masukan yang telah diberi-kan tersebut kemudian digunakan sebagaibahan revisi dalam mengembangkanperangkat pembelajaran yang dikem-bangkan. Hasil revisi produk perangkatpembelajaran akan digunakan sebagaidalam uji coba terbatas. Uji coba terbatasdilakukan dengan menggunakan 1 KelasVII yang mengukur keterlaksanaan prosespembelajaran berdasarkan RPP yang telahdikembangkan dan respon keterbacaansiswa terhadap LKPD. Keterbacaan LKPDdilakukan untuk mengetahui tanggapanpeserta didik terhadap LKPD tersebut.

Data keterlaksanaan proses pem-belajaran menunjukkan perlu adanyaperbaikan pada saat pengambilan datadiujicoba lapangan, di antaranya yaitupendidik masih kurang dalam memberikanpenjelasan pada saat melakukan pengamat-an terhadap pemutaran video kepada pesertadidik pada tahap orientasi masalah, pendidikkurang memberikan kesempatan kepadasemua kelompok untuk mempresentasikanhasil kerja kelompok di depan kelas padatahap mengembangkan dan menyajikan

Tabel 1. Rerata Data Validasi Perangkat Pembelajaran

Perangkat Pembelajaran Dosen Ahli Pendidik IPA KategoriSilabus 39 38,5 Sangat BaikRPP 54,5 54,5 Sangat BaikLKPD 47 47,5 Sangat BaikInstrumen Penilaian 27 27,5 Sangat Baik

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43

Page 7: 29 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA

35

hasil karya, dan pada saat bagian penutuppendidik kurang memberikan refl eksi dankonfi rmasi terhadap beberapa konsep yangtelah dipelajari.

Data keterbacaan LKPD sudah menun-jukkan bahwa siswa mudah memahamiLKPD yang dikembangkan. Hal tersebutdilihat dari berbagai aspek yaitu susunankalimat, petunjuk/perintah dalam LKPD,kejelasan gambar ataupun istilah-istilahyang digunakan. Data hasil uji coba terbatasdisajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Skor Angket Respon Peserta Didikterhadap LKPD

Penilai ke ∑ Skor1 452 52

3 494 415 426 407 478 489 4510 5111 42

12 45Rerata 45,58

Kategori sangat baik

LKPD yang dikembangkan jugadisesuaikan dengan tujuan pembelajarandan model pembelajaran yang digunakansehingga penyusunannya harus hati-hati.Adanya LKPD sangat membantu pesertadidik dalam memahami berbagai konsepdasar materi dengan lebih mengembangkankemampuan penyelesaian masalah. Halini didukung dengan pernyataan yangdikemukakan oleh Paidi (2011: 197)bahwa masalah kompleks yang ada dalamLKPD sangat potensial untuk melatih

kemampuan peserta didik masalah autentikdan menemukan alternatif solusinya.Wacana yang disajikan sederhana dansangat mudah dipahami oleh siswa SMP.Hal ini dilakukan agar siswa tidak memakanbanyak waktu untuk memahami bacaantersebut.

Hasil uji coba terbatas yang telahdilakukan menunjukkan bahwa perangkatpembelajaran yang dikembangkan sudahlayak untuk digunakan dalam kegiatanpembelajaran dikelas. Hasil tersebutmenunjukkan bahwa langkah-langkah pem-belajaran pada model PBL sudah terlihatselama proses pembelajaran berlangsung.Hal tersebut juga didukung dengan alokasiwaktu yang sudah sesuai. Selain itu,berbagai sarana yang sudah memadai,sumber belajar yang tersedia dan responsiswa terhadap kegiatan pembelajaran yangsangat baik.

Kegiatan pembelajaran dilakukanberdasarkan sintaks pembelajaran modelPBL dalam RPP yang telah dikembangkan.Pada pertemuan pertama guru sudahmampu mengajak siswa untuk memahamipermasalahan yang terjadi dan mengajakmereka untuk merumuskan berbagaipermasalahan tersebut. Akan tetapi terdapatbeberapa hal yang harus diperhatikan dandiperbaiki untuk pertemuan selanjutnyayaitu siswa kurang memahami perintah dantujuan dari kegiatan pembelajaran. Paidi(2011: 197) menyatakan bahwa denganpermasalahan yang ada membutuhkananalisis, upaya kooperatif, serta pemikirandari berbagai sudut pandang untuk dapatmengenal dan memecahkanya dengan baik.

LKPD sebagai salah satu mediapembelajaran yang digunakan oleh siswa,sehingga masih perlu dijelaskan apa danbagaimana kegiatan tersebut dilakukan.Pada kegiatan awal yaitu pemutaran video,siswa hanya mengamati dan memperhati-kan video dilayar LCD. Pada tahap orien-

Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...

Page 8: 29 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA

36

tasi masalah ini guru masih kurang dalammemberikan penjelasan mengenai videoyang disajikan. Hal ini ternyata sangatberpengaruh terhadap pola berfi kir siswadalam merumuskan permasalahan. Yin(2015) menyatakan bahwa guru sebagaiorang yang ahli dalam proses menyelesai-kan masalah mereka harus terlatih di la-pangan karena keberhasilan atau kegagalandari menyelesaikan masalah bergantungpada analisis kemampuan peserta didikyang baik. Oleh karena itu, sebaiknyaguru tetap membimbing dan memberikanpenjelasan mengenai berbagai fenomenayang ada dalam video tersebut. Kegiatanlain dalam LKPD sudah dapat terlaksanadengan baik, siswa mampu menjawabberbagai pertanyaan dan melakukankegiatan secara berkelompok. Hal ini sudahdidukung dengan adanya berbagai sumberreferensi maupun sarana yang memadai.

Kegiatan selanjutnya mempresen-tasikan hasil karya dengan menyajikan hasildiskusi kelompok berdasarkan kegiatanyang dilakukan di LKPD. Presentasilangsung menampilkan LKPD denganmenggunakan OHP yang dihubungandengan LCD, sehingga siswa tidak perlumenulis ulang hasil diskusi menggunakanmedia lain. Hal ini sangat efi sien sehinggakegiatan presentasi berjalan dengan baikdengan kegiatan diskusi yang dapat melatihsiswa untuk mengemukakan pendapatnya.Akan tetapi, kegiatan presentasi ini masihkurang memberikan kesempatan kepadasemua kelompok untuk mempresentasikanhasil diskusi karena waktu yang dibutuh-kan tidak cukup. Sehingga presesntasihanya dilakukan oleh satu sampai duakelompok saja.

Pada akhir kegiatan pembelajaranbelum berjalan dengan optimal. Hal inidikarenakan guru kurang memberikankonfirmasi mengenai beberapa konsepyang telah diperlajari. Guru masih kurang

dalam memberikan kejelasan, pemahaman,dan meluruskan berbagai konsep yangada. Padahal diharapkan dalam tahapanini siswa memiliki gambaran yang jelasterhadap apa yang sudah dipelajari. Olehkarena itu, karena pentingnya tahapan inimaka harus dilakukan tindakan yang dapatmengantisipasi hal tersebut.

Pengembangan perangkat pembe-lajaran ini memiliki kerangka pikir yangdianalisis secara teoretik hubungan antarvariabelnya. Hal ini telah dirumuskan padabab sebelumnya, dimana akan memberikaninformasi bahwa ada tidaknya perbedaanskor keterampilan pemecahan masalah danscientifi c attitude siswa yang menggunakanperangkat pembelajaran berbasis PBLdengan yang menggunakan perangkatkonvensional.

Uji coba lapangan dilakukan denganmenggunakan 2 Kelas VII. Satu kelassebagai kelas perlakuan dan satu kelas lagisebagai kelas kontrol. Kelas perlakuan yangdigunakan yaitu pada Kelas VII F. Prosespembelajaran yang dilakukan dengan meng-gunakan perangkat pembelajaran yangsudah dikembangkan. Pada kelas kontrolproses pembelajarannya menggunakanperangkat pembelajaran yang digunakanoleh guru IPA SMPN 1 Sleman yangdilakukan di Kelas VII C. Pelaksanaanuji coba lapangan di kelas eksperimendidasari oleh berbagai perbaikan dariuji coba terbatas. Hasil analisis denganmenggunakan MANOVA disajikan padaTabel 3.

Tabel 3 menunjukkan analisis multi-variat mengenai data hasil scientifi c attitudedan keterampilan pemecahan masalah an-tara yang menggunakan model PBL denganmodel konvensional menghasilkan nilaisignifi kansi 0,00 pada nilai F Wilk’s Lambda27,018. Hasil tersebut menunjukkan bahwanilai signifi kansinya <0,05. Hal ini berartidiperoleh kesimpulan bahwa terdapat

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43

Page 9: 29 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA

37

perbedaan hasil scientific attitude danketerampilan pemecahan masalah antarayang menggunakan model PBL denganmodel konvensional.

Hasil analisis MANOVA menunjukkanbahwa perangkat pembelajaran IPA berbasisPBL lebih efektif dalam meningkatkanketerampilan pemecahan masalah danscientifi c attitude peserta didik dibanding-kan dengan menggunakan perangkatpembelajaran konvensional. Keefektifanperangkat pembelajaran berbasis PBLini juga sesuai dengan pendapat Kilbane& Milman (2014: 295-296) menyatakanbahwa terdapat beberapa kelebihan yangdapat diperoleh dengan menerapkan modelPBL dalam proses kegiatan pembelajaran diantaranya meningkatkan keterampilan abad21, membantu peserta didik memahamipermasalahan nyata yang kompleks,meningkatkan kemampuan daya ingat yangpanjang. Dengan demikian, secara tidaklangsung dapat dikatakan bahwa proseskegiatan pembelajaran berlangsung denganbaik.

Istikomayanti (2015: 373) menam-bahkan bahwa PBL dapat mengembangkanpemikiran peserta didik serta mampum e n em u k a n s en d i r i p em a h am a nyang sudah dibangunnya. Selain itu,Handayani, Karyasa, & Suardana (2015)menyatakan bahwa model PBL merangsangpembelajaran aktif dengan meminta pesertadidik untuk menggunakan kata-katanyasendiri dalam meringkas dan mendorongmereka dalam menemukan hubungan antara

masalah mengenai apa yang telah merekapelajari.

Proses kegiatan pembelajaran di-lakukan dengan memperhatikan segalakekurangan yang terjadi pada saat ujicoba terbatas. Dalam hal ini guru sudahmenjalankan semua tahapan pembelajaranmodel PBL, khususnya pada tahaporientasi masalah dengan menggunakanbantuan media pembelajaran berupaLKPD, video, maupun gambar. Diharapkandengan media yang ada dapat membantupeserta didik dalam memahami fenomenamaupun materi yang ada. Kemudianguru membimbing peserta didik untukmerumuskan permasalahan yang terjadiberdasarkan pada video atau gambar yangdisajikan. Dalam tahap ini, peserta didiklebih aktif dan antusias mengemukakanpendapatnya terkait dengan fenomena padavideo atau gambar yang disajikan. Dengandemikian, mereka terlihat menjadi lebihterlatih dan terbiasa dalam membuat danmerumuskan permasalahan.

Selama kegiatan pembelajaran ber-langsung, aktifi tas peserta didik didalamkelas sangat aktif dan antusias dalammengikuti pembelajaran yang ditunjukkandari data scientific attitude. Hal inidikarenakan scientifi c attitude merupakansikap ilmiah yang selalu telihat selamakegiatan pembelajaran berlangsung. Astuti,Sumarno, & Sudarisman (2012: 57)menyatakan bahwa sikap tertentu yangdikembangkan untuk mencapai hasilyang diharapkan dengan menciptakan

Tabel 3. Uji Analisis Multivariat (MANOVA)

Effect Value FHypothesis

dfError

dfSig.

Model Wilks'Lambda

0,530 27,018 2,000 6,000 0,000

Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...

Page 10: 29 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA

38

proses pembelajaran dapat menggalidan meningkatkan scientific attitudepeserta didik. Selain itu, selama merekamelakukan kerja kelompok, setiapkelompok langsung mencatat apa yangmereka temukan dan memberitahukankepada teman sekelompoknya. Lebih lanjutJancirani, Dhevakrishnan, & Devi (2012:2) menjelaskan bahwa scientifi c attitudemerupakan gabungan dari banyak kualitasdan kebajikan, yang tercermin melaluiperilaku dan tindakan orang.

Selama kegiatan pembelajaran ber-langsung, sebagian besar peserta didik aktifmencari tahu dengan menggunakan sumberlain. Sehingga dari kegiatan tersebut terjadidiskusi kelompok yang aktif dan salingmelengkapi dengan segala informasi yangmereka temukan pada sumber lain. Susanto(2015) menyatakan bahwa implementasiPBL ditandai dengan adanya kerjasamaantar peserta didik yang akan memberikanmotivasi untuk teribat dalam tugas danmeningkatkan kesempatan untuk bertukarpikiran serta melakukan dialog untukmengembangkan kecakapan sosial.

Olasehinde & Olatoye (2014: 446)juga mempertegas bahwa scientifi c attitudemerupakan kemampuan untuk bereaksisecara konsisten terhadap situasi yangbermasalah. Suasana kelas yang aktifsemacam inilah yang akan membuat pesertadidik lebih semangat dan termotivasi dalammemecahkan suatu permasalahan.

Peningkatan aspek berfi kir kritis dansikap kerjasama memang sangat terlihat saatpeserta didik melakukan kerja kelompok.Hal ini sejalan dengan pendapat dari Ferreira& Trudel (2012: 24) yang menyatakanbahwa model PBL dapat memfasilitasipengembangan rasa kebersamaan di dalamkelas. Hal ini dikarenakan pembelajaranberbasis masalah mengharuskan pesertadidik untuk memecahkan masalah secarakolaboratif, sehingga model ini memiliki

potensi yang sangat mempengaruhi suasanakelas. Khazaal (2015: 10-11) mempertegasbahwa ketika peserta didik bekerja dalamkelompok memperoleh hasil yang lebihbaik dengan tujuan yang sama dari metodepemecahan masalah. Selain itu, diskusikelompok memberikan kepada pesertadidik untuk menyampaikan pendapatnyadan belajar strategi dari satu dan yang lainserta menyiapkan mereka untuk bekerjadalam dunia nyata.

Scientific attitude peserta didikpada kelas kontrol terlihat masih kurangaktif dalam mencari tahu berbagaipermasalahan terhadap fenomena yangterjadi. Keingintahuan dalam diri sese-orang sangat penting untuk menyelesaikandan mempelajari dan menyelidiki berbagaifenomena yang ada. Pitafi & Farooq (2012:383) menyatakan bahwa keingintahuanseseorang ditunjukkan dengan mengajukanpertanyaan, membaca untuk mencari infor-masi, dan melaksanakan penelitian.

Toharudin, Hendarwati, & Rus-taman (2011: 45) menyatakan bahwamenggunakan alat indera sebaik mungkindalam menyelidiki suatu masalah yang di-lakukan dengan bersungguh-sungguh danbersemangat dalam melakukan percobaan.Selain itu juga dipengaruhi oleh caramembelajarkan suatu materi yang tidakdisesuaikan dengan model pembelajaran.Nursafi ah, Nurmaliah, & Rahmatan (2015:18) menegaskan bahwa scientifi c attitudeterlihat dari bagaimana peserta didikmemiliki rasa memahami suatu konsepbaru, sikap keingintahuan yang tinggi,mengevaluasi kinerjanya sendiri dankritis terhadap suatu permasalahan yangkebenaranya perlu dibuktikan.

Materi pencemaran merupakan materiyang kontekstual sehingga peserta didikdapat menemukannya dalam kehidupansehari-hari. Suprapto, Kusmayadi, & Sujadi(2015: 543) menyatakan bahwa masalah

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43

Page 11: 29 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA

39

kontekstual membuat peserta didik lebihtertarik dalam pembelajaran, memberikanrasa ingin tahu dan meningkatkan prestasi,kemampuan pemecahan masalah, analisis.Oleh karena itu, alangkah baiknya apabilamateri pencemaran dibelajarkan denganmenggunakan model yang tepat, salahsatunya yaitu PBL. Hal ini sejalan denganpendapat dari Fogarty (1997: 2) yangmenyatakan bahwa PBL merupakanmodel kurikulum yang dirancang untukmempelajari masalah kehidupan nyata,bersifat terbuka, dan menghasilkan banyakpenafsiran atau bersifat kompleks. Gregory& Chapman (2013: 171) lebih lanjutmenyatakan PBL menyediakan pesertadidik masalah yang menantang, kemudianmereka menggunakan informasi danproses dalam situasi yang nyata untukmemecahkan masalah tersebut.

Keterampilan pemecahan masalahdi kelas perlakuan menunjukkan bahwamodel PBL selain dapat meningkatkanketerampilan pemecahan masalahjuga membantu peserta didik dalammengkonstruksi berbagai permasalahanyang ada menjadi pengetahuan baruyang mudah dipahami oleh peserta didik.Amisyah, Sarong, & Nurmaliah (2013: 91)menyatakan bahwa kemampuan pemecah-an masalah akan mendorong semangat dankeinginan peserta didik untuk belajar.

Chakravarthi & Vijayan (2010: 41-42)juga melihat bahwa PBL dapat membantupeserta didik menjadi pembelajar yangmandiri, bertanggung jawab dalammengenal dan mengejar tujuan belajarmereka serta mengarahkan mereka untukbelajar sepanjang hayat. Dengan demikian,hal tersebut akan membuat peserta didikmemiliki retensi atau daya ingat yanglebih lama terhadap pengetahuan yangdimilikinya. Hal ini sejalan denganpendapat Kilbane & Milman (2014:295-296) menyatakan bahwa dengan

menerapkan model PBL dalam proseskegiatan pembelajaran dapat meningkatkanketerampilan abad 21, membantu pesertadidik memahami permasalahan nyata yangkompleks, meningkatkan kemampuan dayaingat yang panjang, memotivasi pesertadidik untuk belajar, dan menggunakanpengetahuan sebelumnya.

Keterampilan pemecahan masalahtermasuk dalam berfikir tingkat tinggi.Hal ini diperlukan analisis terhadap suatufenomena yang terjadi dengan mengumpul-kan informasi, meramal, rancangan, danmembuat kesimpulan terhadap permasalah-an yang ada. Sesuai dengan pendapat Moore(2015: 392-393) yang menyebutkan bahwapemecahan masalah melibatkan enamlangkah yaitu mengidentifi kasi masalah,pengumpulan data, mengidentifikasihambatan atau tujuan, mengidentifikasialternatif pemecahan, menyusun tingkatanalternatif pemecahan, dan memilih alternatifpemecahan yang terbaik.

Yin (2015) juga menyatakan bahwakerangka kerja mungkin digunakanuntuk pembelajaran aktif dan kolaboratifyang memungkinkan peserta didik untukmemecahkan masalah melalui analisis,aplikasi dan berbagai sumber yangdiperoleh. Purwati (2015: 44) menegaskanbahwa pemecahan masalah merupakanatura atau urutan yang dilakukan pesertadidik untuk memecah-kan soal-soal/tugas-tugas yang ada dengan melibatkanbeberapa informasi dan untuk mendapatkanpenyelesaian. Sehingga peserta didikharus dibimbing dan dilatih agar memilikiketerampilan pemecahan masalah yangbaik.

Memiliki keterampilan pemecahanmasalah berarti bahwa orang tersebutmampu berpikir kritis, logis dan kreatif.Syafi i & Yasin (2013: 222) menyatakanbahwa pemecahan masalah merupakanbelajar tingkat tertinggi dan lebih kompleks.

Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...

Page 12: 29 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA

40

Proses berifkir berfi kir dalam pemecahanmasalah membutuhkan keterampilan untukmemproses dan mengatur informasi yangdiperoleh untuk digunakan dalam prosespemecahan masalah. Santrock (2011: 26)menyatakan bahwa pemecahan masalahmelibatkan penemuan sebuah cara yangsesuai untuk mencapai suatu tujuan. Haltersebut dipertegas oleh Ikhwanuddin,Jaedun, & Purwantoro (2010: 216) fokusberfi kir pemecahan masalah merupakanberfi kir tentang tujuan dan cita-cita yangdapat ditentukan sehingga masalah akanditetapkan.

Perbedaan pencapaian keterampilanpemecahan masalah antara kelas perlakuandan kelas kontrol sangat dipengaruhi olehbagaimana seorang guru memberikanpengajaran terhadap peserta didik. Dengandemikian, sangat penting peran gurudalam memilih dan menggunakan modelpembelajaran yang tepat. Keterampilanpemecahan masalah dapat dilatih denganmenggunakan model PBL, seperti kegiatanpembelajaran yang dilakukan di kelasperlakuan.

Arends (2008: 41-43) menyatakanbahwa PBL bertujuan untuk membantupeserta didik untuk mengembangkanketerampilan berfikir dan keterampilanmengatasi masalah, mempelajari peranorang dewasa dan menjadi pelajar yangmandiri. Lebih lanjut Arends (2012: 396)menyatakan bahwa pembelajaran berbasismasalah guru berperan memberikanberbagai masalah autentik, memfasilitasipenyelidikan peserta didik, dan mendukungpembelajaran peserta didik. Perolehan dataketerampilan pemecahan masalah darikelas perlakuan mengalami peningkatan,sehingga hal tersebut terlihat bahwaketerampilan pemecahan masalah dapatterlatih dengan menggunakan modelpembelajaran yang tepat dan sesuai.Dalam penelitian ini disarankan agar

menggunakan model PBL untuk melatihdan meningkatkan keterampilan pemecahanmasalah.

Selama kegiatan pembelajaran di kelasperlakuan suasana pembelajarannya sangataktif dan semangat. Hal tersebut ditunjukkandengan berbagai tanggapan dan pertanyaanyang dikemukakan oleh peserta didik. Halini sangat menarik karena, sebagian besarpeserta didik ternyata sangat antusiasdalam menggali informasi terkait denganpenyebab dan solusi yang bisa dilakukan.Mereka tanpa rasa canggung atau sungkanmengemukakan pendapatnya yang disertaidengan penjelasan yang bisa diterima olehpeserta didik lainnya. Selain itu, beberapapendapat yang mereka kemukakan jugadisertai dengan fenomena atau kejadianyang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,misalnya menghemat pemakaian barangyang terbuat dari plastik dengan melakukankantong yang terbuat dari kertas, mendaurulang plastik dengan membuat sandal,bungan, tas dari limbah plastik, dan se-bagainya. Sejalan dengan Susanto (2015)mengemukakan bahwa masalah yangtimbul juga harus diselesaikan dengansolusi nyata.

SIMPULANPerangkat pembelajaran IPA berbasis

PBL berupa Silabus, RPP, LKPD, daninstrumen penilaian telah dikembangkanmelalui tahapan validasi dengan nilai Aatau sangat baik, uji coba terbatas, ujicoba lapangan dengan segala bentukrevisinya, sehingga menghasilkan perangkatpembelajaran yang dapat meningkatkanketerampilan memecahkan masalah danscientifi c attitude peserta didik. Dengandemikian perangkat pembelajaran IPAberbasis PBL layak digunakan dalampembelajaran IPA SMP/MTs.

Terdapat perbedaan pembelajaranantara yang menggunakan perangkat berbasis

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43

Page 13: 29 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA

41

PBL dengan pembelajaran menggunakanperangkat konvensional apabila ditinjaudari keterampilan memecahkan masalahdan scientifi c attitude.

DAFTAR PUSTAKAAgung, I. 2012. Strategi Penerapan Pen-

didikan Pembangunan Berkelanjutan(ESD) di Sekolah. Jakarta: Bee Media.

Amisyah, S., Sarong, M.A., & Nurmaliah,C. 2013. “Upaya Peningkatan HasilBelajar Kognitif melalui Model Pro-blem Based Learning”. Jurnal Biotik,I(2), 67-136.

Arends, R.I. 2008. Belajar untuk Mengajar.(Terj.: Helly P.S & Sri M.S). Yogya-karta: Pustaka Pelajar.

Arends, R.I. 2012. Learning to Teach. (9th

ed.). New York: McGraw-Hill.Astuti, R., Sumarno, W., & Sudarisman,

S. 2012. “Pembelajaran IPA denganPendekatan Keterampilan Proses SainsMenggunakan Metode EksperimenBebas Termodifi kasi dan EksperimenTerbimbing Ditinjau dari Sikap Ilmiahdan Motivasi Belajar Peserta Didik”.Jurnal Inkuiri, I(1), 51-59.

Atmojo, S.E. 2013. “Penerapan ModelPembelajaran Berbasis Masalah dalamPeningkatan Hasil Belajar PengelolaanLingkungan”. Jurnal Kependidikan,43(2), 134-143.

Borg, W.R., & Gall, M.D. 1983. EducationalResearch: On Introduction. (4th ed.).New York: Longman Inc.

Chakravarthi, S., & Vijayan, P. 2010.“Analysis of The Psychological Impactof Problem-based Learning (PBL)Towards Self Directed Learningamong Students in UndergraduateMedical Education”. InternationalJournal of Psychological Studies,II(1), 38-43.

Chodijah, S., Fauzi, A., & Wulan, R.2012. “Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Fisika MenggunakanModel Guided Inquiry yang Dileng-kapi Penilaian Portofolio pada MateriGerak Melingkar”. Jurnal PenelitianPembelajaran Fisika, (I), 1-19.

Dettmer, P., 2006. “New Blooms InEstablished Fields: Four Domainsof Learning and Doing”. ProQuestEducation Journals, XXVIII(2), 73.

Ferreira, M.M., & Trudel, A.R. 2012.“Student Attitudes Toward Science,Problem-Solving Skills, and Sense ofCommunity in The Classroom”. JurnalClasroom Interaction, XLVII(1), 23-30.

Fogarty, R. 1997. Problem-based Learning& Other Curiculum Model for TheMultiple Intelligences Classroom.Arlington Heights, IL: IRI/SkyLightTraining and Publishing.

Gregory, G.H., & Chapman, C. 2013. Diffe-rentiated Instructional Strategies. NewYork: SAGE Publication.

Handayani, I.D.A.T., Karyasa, I.W., &Suardana, I.N. 2015. “KomparasiPeningkatan Pemahaman Konsepdan Sikap Ilmiah Siswa SMA yangDibelajarkan dengan Model Pem-belajaran Problem-based Learningdan Project Based Learning”. JurnalPendidikan IPA, 5(1), 1-12.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifi k danKonstekstual dalam PembelajaranAbad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Ikhwanuddin, Jaedun, A., & Purwantoro,D. 2010. “Problem Solving dalamPembelajaran Fisika untuk Meningkat-kan Kemampuan Mahasiswa Berfi kirAnalitis”. Jurnal Kependidikan, 40(2),215-230.

Istikomayanti, Y. 2015. "PenerapanStrategi Inkuiri dan Problem-basedLearning (PBL) untuk MeningkatkanPemahaman Konsep dan KeterampilanProses pada Mata Kuliah Ekologi Tum-

Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...

Page 14: 29 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA

42

buhan Berbasis PTK-LS". Prosiding,Seminar Nasional Pendidikan Biologi2015, yang diselenggarakan oleh FKIPUniversitas Muhammadiyah Malang,21 Maret 2015.

Jancirani, R., Dhevakrishnan, R., & Devi, S.2012. “A Study on Scientifi c Attitudeof Adolescence Students in NamakkalDistrict”. International EducationalE-jurnal, I(4), 2-8.

Olasehinde, K.J., & Olatoye, R.A. 2014.”Scientific Attitude, Attitude toScience and Science Acievement ofSecondary School Students in KatsinaState, Nigeria”. Jurnal of Educationaland Social Research, 4(1), 445-452.

Kemendikbud. 2014. Materi PelatihanGuru Implementasi Kurikulum 2013Tahun Ajaran 2014/2015. Jakarta:Kemendikbud.

K e m e n d i k n a s . 2 0 1 1 . P a n d u a nPengembangan Pembelajaran IPAsecara Terpadu. Jakarta: KementrianPendidikan Nasional DirektoratJenderal Pendidikan Dasar direktoratPembinaan Sekolah MenengahPertama.

Khazaal, H.F. 2015. “Problem SolvingMethod Based on E-Learning Systemfor Engineering Education”. Jurnalof College Teaching & Learning, XII(1), 1-12.

Kilbane, C.R., & Milman, N.B. 2014.Teaching Models. Boston: PearsonEducation.

Komariyah, S., & Manoy, J.T. 2014.“Penerapan Problem-based Learning(PBL) dengan Metode CreativeProblem Solving (CPS) pada MateriBarisan dan Deret Aritmatika Kelas X”.Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika,III (2),187-194.

Martin, M.O., Mullis, I.V.S., Foy, P., &Stanco, G.M. 2012. TIMSS 2011International Results in Science .

Chesnut Hill: International Associationfor the Evaluation of EducationalAchievement (IEA).

Moore, K.D. 2015. Effective InstructionalStrategies. (4th ed.) Los Angeles:SAGE Publications.

Muhson, A. 2009. “Peningkatan MinatBelajar dan Pemahaman Mahasiswamelalui Penerapan Problem-basedLearning”. Jurnal Kependidikan,39(2), 171-182.

Nursafi ah, Nurmaliah, C., & Rahmatan, H.,2015. “Penerapan Model PembelajaranInkuiri Terbimbing pada Materi Foto-sintesis untuk Meningkatkan SikapIlmiah Peserta Didik di SMP Negeri 8Banda Aceh”. Jurnal EduBio Tropika,III(1), 15-18.

OECD/PISA. 2000. “Measuring StudentKnowledge and Skills, The PISA 2000Assessment of Reading, Mathema-tical and Scientific Literacy”, dari:http://www.oecd-ilibrary.org. Diunduh1 Maret 2014.

Paidi. 2011. ”Pengembangan PerangkatPembelajaran Biologi Berbasis Ma-salah”. Jurnal Kependidikan, 41(2),185-201.

Pitafi, A.I., & Farooq, M. 2012. “Mea-surement of Scientific Attitudeof Secondary School Students inPakistan”. Jurnal Academic ResearchInternational, II(2), 379-392

Purwati. 2015. “Efektifitas PendekatanCreative Problem Solving terhadapKemampuan Pemecahan MasalahMatematika pada Siswa SMA”. JurnalIlmiah Edukasi Matematika (JIEM), I(1), 39-55.

Santrock, J.W. 2011. Psikologi Pendidikan.(Terj.: Diana Angelica). New York:McGrawHill.

Suharia, M., Lisdianab, & Widiyaningrum,P. 2013. “Pengembangan PerangkatPembela jaan Zat Adik t i f dan

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 1, Mei 2015, Halaman 29-43

Page 15: 29 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA

43

Psikotropika dengan Problem-basedLearning di SMP”. Journal of Inno-vative Science Education, II (1), 8-13.

Sulistyarini, M.M., & Santoso, G.I. 2015.”Pengaruh Kecerdaasan Visual-Spasialterhadap Hasil Belajar Matematikadalam Problem-based Learning padaSiswa SMA Kelas X”. Jurnal IlmiahEdukasi Matematika (JIEM), I(1),56-72.

Suprapto, Kusmayadi, T.A., & Sujadi,I. 2015. “Eksperimentasi ModelPembelajaran Kooperatif Tipe GroupInvestigation (GI), Think-Pair-Share(TPS), dan Problem-based Learning(PBL) dengan Pendekatan Saintifi kpada Materi Eksponen dan LogaritmaDitinjau dari Kreativitas Siswa KelasX SMA Negeri di Kabupaten PacitanTahun Ajaran 2014/2015”. JurnalElektronik Pembelajaran Matematika,III (5), 540-552.

Susanto. 2015. “Meningkatkan Kemampu-an Kreativitas Berfi kir dengan ModelPembelajaran Problem-based Learningpada Pelajaran Kewirausahaan”.

Prosiding Seminar Nasional di Uni-versitas Negeri Surabaya, 9 Mei 2015.

Syafi i, W., & Yasin, R.M. 2013. “ProblemSolving Skills and Learning Achie-vements through Problem-BasedModule in Teaching and LearningBiology in High School”. Jurnal AsianSocial Science, IX(12), 220-228.

Tim PISA. 2011. “Survei InternasionalTIMSS”, dar i ht tp: / / l i tbang.kemdikbud.go.id/index. php/survei-internasional-timss. Diunduh 25 Juli2014.

Tim TIMSS. 2011. “Survei InternasionalTIMSS (Trends in InternationalMathematics and Science Study)”,dari http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-timss.Diunduh 15 Februari 2014.

Toharudin, U., Hendarwati, S., & Rustaman,A. 2011. Membangun Literasi SainsPeserta Didik. Bandung: Humaniora.

Yin, K.Y. 2015. “Collaborative ProblemSolving Promotes Students Interest”.Jurnal of Economics and EconomicEducation Research, XVI(1), 158-167.

Rina R. dan Endang W.L.FX: Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...