270110130006 erika silviani kelas b tugas si 2 2013

22
STRATIGRAFI INDONESIA SEDIMENTARY BASIN Oleh : Erika Silviani 270110130006 Kelas B

Upload: erika-silviani

Post on 28-Jan-2016

224 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: 270110130006 Erika Silviani Kelas B Tugas SI 2 2013

STRATIGRAFI INDONESIASEDIMENTARY BASIN

Oleh :Erika Silviani270110130006

Kelas B

Fakultas Teknik GeologiUniversitas Padjajaran

2015

Page 2: 270110130006 Erika Silviani Kelas B Tugas SI 2 2013

Kata Pengantar

Segala puji hanya milik Allah, yang tidak pernah berhenti memberikan nikmat dan

karunia Nya kepada umat manusia. Segala puji hanya bagi-Nya, yang dengan segala taufik

dan pertolongan-Nya semata, apa pun wujud kepentingan, pasti dapat dilaksanakan dengan

baik.

Shalawat dan Salam semoga tercurah limpahkan kepada panutan alam yang

senantiasa menjadi suri tauladan yang baik bagi semua umat manusia yaitu Nabi Muhammad

S.A.W

Dengan kehendak-Nya, Alhamdulilah saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan

tepat waktu.

Manusia tempat nya lupa dan salah, makalah ini sangat jauh dari kata sempurna

sehingga kritik dan saran untuk mebuat suatu karya yang lebih baik lagi sangat di perlukan.

Jatinangor, September 2015

Penulis

Page 3: 270110130006 Erika Silviani Kelas B Tugas SI 2 2013

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPada awal berkembangnya studi ilmu geologi dari tahun 1860 hingga 1960an, hampir

semua geologis menganggap cekungan laut umumnya berbentuk seperti palung linear,

yang disebut geosinklin, dimana di sana terakumulasi endapan tebal yang didominasi

sedimen laut dangkal seiring dengan subsidens yang dialami geosinklin(Dott, 1974).

Dengan berkembangnya konsep tektonik lempeng pada akhir tahun 1950an dan awal

1960an, pemikiran geologi berpindah dari konsep geosinklin. Saat ini geologis mengenal

ada beberapa jenis cekungan dan bermacam-macam mekanisme yang mengakibatkan

suatu cekungan terbentuk. Di bawah rubik umum analisis cekungan, geologis menaruh

perhatian pada kontrol tektonik global yang membentuk suatu cekungan dan kontrol

geologi(perubahan muka air laut, suplai sedimen, subsidens cekungan, dll) yang

mempengaruhi proses pengisian cekungan.

Cekungan sedimen adalah semacam depresi yang memiliki kapabilitas untuk menjadi

tempat terakumulasinya endapan sedimen. Subsidens dari kerak bumi bagian atas harus

terjadi sehingga depresi yang sedemikian rupa bisa terbentuk. Mekanisme yang dapat

menghasilkan subsidens yang cukup untuk membentuk cekungan antara lain mencakup

proses penipisan kerak, pembebanan tektonik, pembebanan subkrustal, aliran

astenosferik, dan densifikasi krustasl (Dickinson, 1993). Dalam hal ini akan dipelajari

beberapa hal yang berkaitan dengan cekungan sedimen.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :

1. Memahami bagaimana mekanisme pembentukan cekungan sedimen

2. Mengetahui sedimen basin fill

3. Mengetahui evolusi dari basin fill

1.3 Rumusan Masalah

Batasan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana mekanisme pembentukan cekungan sedimen ?

2. Apa saja material sedimen basin fill ?

3. Bagimana evolusi basin fill ?

Page 4: 270110130006 Erika Silviani Kelas B Tugas SI 2 2013

BAB II

ISI

2.1 Mekanisme Pembentukan Cekungan Sedimen

Pembentukan cekungan sedimen erat hubungannya dengan gerakan kerak dan proses

tektonik yang dialami lempeng. Ingersol dan Busby (1995) menunjukkan bahwa

cekungan sedimen dapat terbentuk dalam 4 (empat) tataan tektonik: divergen, intraplate,

konvergen dan transform). Mekanisme pembentukan berdasarkan Dickinson (1993 dan

Ingersol dan Busby (1995) :

a. Penipisan kerak (crustal thinning) yaitu Perenggangan, erosi selama pengangkatan,

dan penarikan akibat magmatisme

b. Penebalan mantel litosper (mantle-lithospheric thickening) yaitu Pendinginan litosper

yang diikuti penghentian perenggangan atau pemanasan akibat peleburan adiabatik

atau naiknya lelehan astenosper

c. Pembebanan batuan sedimen dan gunungapi (sedimentary and volcanic loading) yaitu

Kompensasi isostatik lokal dari kerak dan perenggangan litosper regional, tergantung

kegetasan litosper,  selama sedimentasi dan kegiatan gunungapi

d. Pembenan tektonik (tectonic loading), Kompensasi isostatik lokal dari kerak dan

perenggangan litosper regional, tergantung kegetasan dibawah litosper,  selama

pensesaran naik (overthrusting) dan/atau tarikan (underpulling)

e. Pembenan subkerak (subcrustal loading), kelenturan litosper selama underthrusting

dari litosper padat

Page 5: 270110130006 Erika Silviani Kelas B Tugas SI 2 2013

f. Aliran astenosper (asthenospheric flow), pengaruh dinamik aliran astenosper,

umumnya karena penunjaman litosper

g. Penambahan berat kerak (crustal densification), Peningkatan berat jenis kerak akibat

perubahan tekanan/ temperatur dan/atau pengalihan tempat kerak berberat-jenis tinggi

ke kerak berberat-jenis rendah

2.1.1 Cekungan Intrakraton (Intracratonic Basin)Cekungan intrakraton umumnya cukup besar terletak di tengah suatu benua

yang jauh dari tepian lempeng. Subsiden pada cekungan jenis ini umumnya

disebabkan oleh penebalan mantel-litosfir dan bembebanan oleh batuan sedimen atau

gunungapi (Boggs, 2001). Beberapa cekungan intrakraton ini diisi oleh endapan

klastika laut, karbonat, atau sedimen evaporit yang diendapkan mulai dari laut

epikontinental sampai darat. Cekungan tua jenis ini di antaranya adalah Cekungan

Amadeus dan Carpentaria di Australia, Cekungan Parana di Amerika Latin, dan

Cekungan Paris di Perancis. Sedangkan contoh cekungan modern jenis ini adalah

Cekungan Chad di Afrika.

2.1.2 Renggang (Rift)Cekungan akibat perenggangan ini umumnya sempit tetapi memanjang,

dibatasi oleh lembah patahan. Ukuran berkisar dari beberapa km sampai sangat lebar

seperti pada Sistem Renggangan Afrika Timur, dimana mempunyai lebar 30-40 km

dan panjang hampir 300 km. Cekungan ini dapat terbentuk oleh berbagai tataan

tektonik, namun yang paling umum oleh divergen. Perenggangan lempeng benua

seperti antara Amerika Utara dan Eropa terjadi pada Trias menghasilkan Punggungan

Tengah Atlantik (Mid-Atlantic Ridge). Sistem renggangan pada Afrika Timur

merupakan contoh sistem renggangan modern.

Page 6: 270110130006 Erika Silviani Kelas B Tugas SI 2 2013

Aulakogen (Aulacogen)

Aulakogen adalah jenis khusus dari renggangan yang menyudut besar terhadap tepian

benua, dimana umumnya dianggap sebagai renggangan tetapi gagal dan kemudian

diaktifkan kembali selama tektonik konvergen. Palung yang sempit tapi panjang dapat

menggapai sampai kraton benua dengan sudut besar dari lajur sesar. Sedimen yang

mengisi cekungan jenis ini dapat berupa sedimen darat (misalnya kipas aluvium),

endapan paparan, dan endapan yang lebih dalam seperti endapan turbit. Contoh

aulakogen di antaranya Renggangan Reelfoot yang berumur Paleozoik dimana Sungai

Misisipi mengalir dan Palung Benue yang berumur Kapur dimana Sungai Niger

membelahnya.

2.1.3 Cekungan tepian benuaCekungan tepian benua dicirikan oleh kehadiran baji yang sangat besar dari

sedimen yang ke arah laut dibatasi oleh lereng landai dari benua dan sembulan.

Ketidakterusan struktur dijumpai di bawah sistem ini, antara kerak benua normal dan

kerak peralihan. Sedimen terendapkan pada sistem ini: pada paparan berupa pasir

neritik dangkal, lumpur, kabonat dan endapan evaporasi; pada lerengan terdiri atas

lumpur hemipelagik; dan pada sembulan benua berupa endapan turbit. Cekungan

renggangan (rift basin) dapat berhubungan dengan cekungan tepian benua. Contoh

yang baik dari cekungan jenis ini adalah pantai Amerika dan bagian selatan-timur

Kanada (Cekungan Blake Plateau, Palung Lembah Baltimor, Cekungan George Bank

dan Cekungan Nova Scotian) yang terbentuk pada akhir Trias- awal Jura oleh

Page 7: 270110130006 Erika Silviani Kelas B Tugas SI 2 2013

renggangan dan terpisahnya Pangea. Beberapa cekungan itu terpisahkan dari laut

membentuk lapisan tebal dari endapan klastik arkosik dan endapan lakustrin;

berselingan dengan batuan gunungapi basa. Cekungan yang lain berhubungan dengan

laut, membentuk sedimen yang berkisar dari endapan evaporit sampai delta, turbit,

dan serpih hitam.

2.1.4 Cekungan berhubungan dengan subduksi

Subduksi ditunjukkan dengan aktifnya tepian benus yang mana umumnya

dicirikan oleh adanya palung laut dalam, busur gunungapi aktif, rumpang parit-busur

(arc-trench gap) yang memisahkan ke duanya. Tataan subduksi terjadi lebih banyak

pada tepian benua dibandingkan pada besur samodra.

Sedimen terendapkan pada sistem subduksi ini lebih dikuasai oleh endapan

silisiklastik yang umumnya berupa batuan gunungapi berasal dari busur gunungapi.

Endapan ini dapat berupa pasir dan lumpur yang terendapkan pada paparan, lumpur

dan endapan turbit terendapkan dalam air yang lebih dapam pada lereng, cekungan,

dan parit. Sedimen pada parit dapat berupa endapan terigen yang terangkut oleh arus

turbit dari daratan, bersamaan dengan sedimen dari lempeng samodra yang

tersubduksikan. Ini umumnya membentuk kompleks akrasi. Batuan campuraduk

(melange) dapat terbentuk pada daerah akrasi ini, yang dicirikan oleh percampuran

dari batuan berbagai jenis yang tertanam pada masa dasar yang mengkilap (sheared

matrix).

Page 8: 270110130006 Erika Silviani Kelas B Tugas SI 2 2013

Contoh yang baik dari sistem subduksi ini adalah subduksi Sumatra, Jepang,

Peru, Chili dan Amerika Tengah. Contoh cekungan busur muka purba di antaranya

adalah cekungan busur muka Great Valley, Kalifornia; Midland Valley, Inggris dan

Coastal range, Taiwan. Contoh cekungan busur belakang di antaranya terjadi pada

Jura Akhir – Awal Kapur terbentuk di belakang Busur Andean di Chili selatan.

2.1.5 Cekungan berhubungan patahan mendatar/transform

Patahan yang dapat membentuk cekungan ini adalah patahan mendatar

yang menoreh dalam kerak sampai membatasai dua lempeng yang berbeda (transform

fault) dan patahan yang terbatas dalam suatu lempeng dan hanya menoreh bagian atas

kerak (Sylvester, 1988). Cekungan yang berhubungan dengan patahan mendatar

regional terbentuk sepanjang punggung pemekaran, sepanjang batas patahan antar

lempeng, pada tepian benua dan daratan dalam lempeng benua. Gerakan sepanjang

patahan mendatar regional dapat membentuk berbagai cekungan nendatar (pull-apart

basin). Cekungan yang dibentuk karena patahan mendatar umumnya kecil, garis

tengahnya hanya beberapa puluh kilometer, walaupun ada beberapa yang sampai 50

km. Karena patahan mendatar terbentuk pada berbagai tataan geologi, cekungan ini

dapat diisi sedimen laut maupun darat. Ketebalan sedimen cenderung sangat tebal,

karena kecepatan sedimentasi yang tinggi yang dihasilkan oleh erosi dari daerah

sekitarnya yang berelevasi tinggi, dan boleh jadi ditandai dengan banyaknya

perubahan fasies secara lokal. Di Indonesia Cekungan jenis ini banyak terdapat

sepanjang Patahan Sumatra.

2.2 Sedimentari Basin Fills

Page 9: 270110130006 Erika Silviani Kelas B Tugas SI 2 2013

Sedimen yang mengisi suatu cekungan merupakan faktor yang sangat

penting untuk dipelajari dalam analisa cekungan sedimen yang bersangkutan. Sedimen

tersebut dipelajari bagaimana proses terbentuknya, sifat batuan dan aspek ekonominya.

Proses pembentukan sedimen meliputi pelapukan, erosi, transportasi dan pengendapan,

sifat-sifat fisik, kimia dan biologi batuan; lingkungan pengendapan, dan posisi stratigrafi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengendapan dan sifat sedimen adalah:

1. Litologi batuan induk, akan sangat mempengaruhi komposisi sedimen yang berasal

dari batuan tersebut;

2. Topografi dan iklim dimana batuan induk berada, mempengaruhi kecepatan denudasi

yang menghasilkan sedimen yang kemudian diendapkan dalam cekungan;

3. Kecepatan penurunan cekungan bersamaan dengan kecepatan kenaikan/penurunan

muka laut; dan

4. Ukuran dan bentuk dari cekungan.

Analisa cekungan merupakan hasil interpretasi yang berdasarkan pada

proses sedimentasi, stratigrafi, fasies dan sistem pengendapan, peleoseanografi,

paleogeografi, iklim purba, analisa muka laut, dan petrografi/mineralogi (Klein, 1995;

Boggs, 2001). Penelitian sedimentologi dan analisa cekungan sekarang ini ditikberatkan

pada analisa fasies sedimen, siklus subsiden, perubahan muka laut, pola sirkulasi air laut,

iklim purba, dan sejarah kehidupan. Model pengendapan semakin meningkat digunakan

untuk mengetahui lebih baik tentang pengisian cekungan dan pengaruh berbagai

parameter pengisian cekungan seperti pasokan sedimen, besar butir, kecepatan penurunan

cekungan, dan perubahan muka laut. Sebagai bahan untuk analisa cekungan, dibutuhkan

berbagai data, mulai data dari singkapan sampai data bawah permukaan. Data tersebut

termasuk data hasil pemboran dalam, studi polarisasi magnetik dan eksplorasi geofisika.

Teknik analisa cekungan yang umum dilakukan pada sedimentary basin fill adalah :

1. Penampang Stratigrafi

Data lengkap dan akurat tentang sedimen dari singkapan maupun inti bor,

baik ketebalan maupun litologi setiap himpunan sedimen, merupakan hal yang sangat

penting untuk interpretasi sejarah bumi. Untuk menghimpun data tersebut diperlukan

pengukuran dan pemerian secara teliti dan akurat pada singkapan dan/atau inti bor.

Kegiatan menghimpun data ini jamak disebut pembuatan penampang stratigrafi

terukur, yang meliputi pemerian litologi, sufat-sifat perlapisan, dan kenampakan

lainnya dari batuan. Pemakaian teknik tertentu dalam melakukan pengukuran

penampang stratigrafi sangat tergantung pada kegunaan hasil pengukuran dan

Page 10: 270110130006 Erika Silviani Kelas B Tugas SI 2 2013

keadaan singkapan diukur di alam. Kottlowski (1965) menunjukkan beberapa cara

dan peralatan untuk melakukan pembuatan penampang stratigrafi.

Sejumlah penampang stratigrafi dapat dipakai dalam pembuatan

penampang melintang stratigrafi yang sangat bermanfaat dalam korelasi stratigrafi,

interpretasi struktur dan perubahan fasies yang boleh jadi diikuti oleh perubahan dari

lingkungan dan arti ekonomis. Penampang melintang digambarkan segai ilustrasi

yang menggambarkan keadaan lokal dari suatu cekungan, sering pula disiapkan dalam

rangka pembuatan peta fasies, atau bahkan menggambarkan runtunan stratigrafi

seluruh cekungan. Pada umumnya penampang stratigrafi menggambarkan dua

demensi dari litologi dan/atau ciri struktur dari suatu unit stratigrafi atau unit yang

memotong suatu wilayah geografi.

2. Diagram Pagar

Informasi stratigrafi dapat pula disajikan dalam diagram pagar yang

menggambarkan pandangan tiga dimensi stratigrafi dari suatu daerah atau wilayah

tertentu. Dengan cara ini hubungan antar satuan stratigrafi dapat dilihat dengan jelas.

Sayangnya, bagian pagar depan akan menutup sebagian belakangnya; sehingga

menyulitkan pembuat untuk menyuguhkan gambar yang baik dan jelas.

3. Peta Struktur

Untuk menggambarkan bentuk dan orientasi cekungan serta geometri

pengisian cekungan diperlukan peta struktur. Pada dasarnya, kontur pada peta ini

adalah kumpulan titik-titik yang mempunyai elevasi sama dari bagian atas atau bawah

suatu datum tertentu. Struktur lokal seperti antiklin dan sinklin dapat dengan mudah

dikenali pada peta jenis ini. Peta struktur ini sangat berguna dalam eksplorasi baik

hidrokarbon maupun mineral dan batubara. Dasar cekungan dapat digambarkan

dengan peta ini, apabila menggunakan datum bagian bawah lapisan tertua pengisi

cekungan yang bersangkutan. Dengan begitu topografi purba dapat diinterpretasi

dengan mudah.

4. Peta Isopak

Peta isopak adalah suatu peta yang konturnya menghubungkan titik-titik

yang mempunyai ketebalan sama dari suatu lapisan atau satuan batuan. Ketebalan

suatu satuan batuan tergantung dari kecepatan pasokan sedimen dan ruang yang

tersedia pada cekungan. Ruang pada cekungan merupakan fungsi dari geometri

cekungan dan kecepatan subsiden cekungan. Bagian yang menebal secara abnormal

merupakan pusat pengendapan, sebaliknya yang menipis abnormal adalah daerah

Page 11: 270110130006 Erika Silviani Kelas B Tugas SI 2 2013

yang sebelum pengendapan merupakan tinggian atau sudah lebih banyak tererosi

setelah pengendapan. Dengan peta jenis ini dapat digambarkan keadaan cekungan

sebelum dan selama pengendapan, sehingga apabila dilakukan analisa peta isopak

untuk setiap satuan pada cekungan dimana mereka diendapkan, akan mendapatkan

informasi perubahan struktur cekungan dari waktu ke waktu. 

5. Peta Paleogeologi

Peta paleogeologi adalah peta yang menggambarkan kondisi geologi

tertentu di bawah atau di atas suatu unit tertentu. Sebagai contoh, kita dapat mengupas

semua satuan batuan mulai dari unit stratigrafi tertentu untuk melihat satuan batuan di

bawah unit stratigrafi tertentu tersebut. Kemudian kita gambarkan peta geologi di atas

alas satauan batuan tersebut. Peta semacam ini disebut peta superkrop (supercrop

map). Dengan yang cara sama, satuan batuan di atas suatu formasi atau tubuh batuan

tertentu dapat pula digambarkan. Peta superkrop umumnya dibuat pada batas

ketidakselarasan, tetapi dapat pula dibuat pada suatu satuan batuan yang mempunyai

ciri tertentu. Manfaat peta jenis ini adalah untuk interpretasi pola aliran purba, pola

pengisian cekungan, pergeseran garis pantai, penimbunan secara gradual dari

paleotopografi.

6. Peta Litofasies

Peta fasies menggambarkan vareasi sifat litologi atau biolofi dari satuan

stratigrafi tertentu (Boggs, 2001). Peta fasies yang umum dipakai adalah peta

litofasies dimana menyajikan beberapa aspek komposisi dan tekstur batuan. Peta

litofasies yang umum dipakai adalah:

a. peta perbandingan klastik (clastic-ratio map) da

b. peta litofasies tiga komponen.

Peta perbadingan klastik menunjukkan kontur dari perbandingan klastik yang

sebanding. Sedangkan perbandingan klastik adalah perbandingan dari jumlah

kumulatif ketebalan endapan klastik dan jumlah kumulatif endapan non-klastik,

sebagai contoh:

(konglomerat + batupasir + serpih)

------------------------------------------

(batugamping + dolomit + evaporit + batubara)

Page 12: 270110130006 Erika Silviani Kelas B Tugas SI 2 2013

Peta jenis ini sangat bermafaat untuk melihat hubungan litologi dengan

tepi cekungan dimana sedimen tersebut diendapkan. Tentu saja bagian yang nilai

perbandingan klastiknya relatif tinggi menunjukan bagian tersebut dekat dengan asal

batuan atau sangat mungkin tepi cekungan. Sedangkan bagian yang nilai

perbandingan klastiknya rendah menunjukkan bagian tersebut relatif jauh dari tepi

cekungan. Dengan peta ini juga dapat diketahui arah tranportasi sedimen secara

regional dalam cekungan itu. Peta litofasies tiga komponen menyajikan rata-rata atau

pola kelimpahan relatif dalam suatu satuan stratigrafi dari tiga komponen litofasies

(Boggs, 2001).

7. Analisa Arus Purba

Analisa arus purba adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengetahui

arah aliran dari arus purba pembawa sedimen ke dalam suatu cekungan pengendapan

(Boggs, 2001). Tentu saja, dengan teknik ini akan diketahui juga arah kemiringan

lereng purba baik lokal maupun secara regional dan sekaligus asal dari sedimen yang

terendapkan. Analisa arus purba dapat dilakukan dengan mempelajari secara

mendalam dari berbagai struktur sedimen, seperti silang siur, alur sungai, dan ripple

mark. Geometri dan kecenderungan dari suatu unit batuan sering dapat membantu

untuk interpretasi lingkungan pengendapan dan arah arus purba. Orientasi dari

kepingan batuan berbutir besar (seperti kerakal dan brangkal), ketebalan lapisan,

vareasi litologi dalam suatu lapisan dapat dipakai untuk interpretasi arah arus purba

dan lokasi asal atau sumber batuan.

8. Studi Provenan (Asalmuasal) Batuan

Komposisi dari suatu batuan sedimen klastika yang mengisi suatu

cekungan sangat dipengaruhi oleh komosisi batuan sumbernya. Komposisi itu tentu

saja juga dipengaruhi oleh pelapukan dan iklim daerah yang bersangkutan. Studi

provenan meliputi: (a) Komposisi litologi dari asal batuan, (b) tataan tektonik dari

daerah asal batuan, dan (c) iklim, topografi, dan kemiringan daerah asal batuan

(Boggs, 2001). Vareasi litologi dari batuan asal dipelajari dari berbagai jenis mineral

dan kepingan batuan yang dijumpai pada suatu batuan sedimen klastika.

2.3 Evolusi Basin Fill

Ada banyak klasifikasi jenis cekungan sedimen, dengan menggunakan kriteria yang

berbeda dan tentu saja oleh orang yang memiliki pemikiran berbeda pula. Terminologi

yang digunakan pun macam-macam, bahkan kadang saling bertentangan. Untungnya,

tujuan klasifikasi cekungan ini cuma satu, yaitu : untuk membantu analisis evolusi

Page 13: 270110130006 Erika Silviani Kelas B Tugas SI 2 2013

struktur dan stratigrafi cekungan dalam rangka mencari hidrokarbon. Syn-depositional,

sedimentasi bersamaan dengan subsidence, jenis facies sedimen pengisi cekungan akan

dipengaruhi oleh perubahan akomodasi, pola penyebaran facies dapat diprediksi; di

bagian pinggiran facies dangkal, di tengah cekungan facies yang lebih dalam.

Post-depositional, cekungan terbentuk lebih belakangan dibandingkan dengan

sedimentasi yang lebih dulu terjadi. Pola penyebaran facies sedimen-sedimen yang lebih

tua tidak dikontrol oleh morfologi cekungan yang terbentuk belakangan tapi mengikuti

cekungan yang terbentuk lebih awal. Pre-depositional, cekungan terbentuk lebih dulu,

lalu subsidence terjadi dengan cepat karena tektonik sehingga lokasi depocentre dalam ,

baru kemudian sedimen masuk ke cekungan setelah tektonik berhenti.

Page 14: 270110130006 Erika Silviani Kelas B Tugas SI 2 2013

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembentukan cekungan sedimen erat hubungannya dengan gerakan kerak

dan proses tektonik yang dialami lempeng. Ingersol dan Busby (1995) menunjukkan

bahwa cekungan sedimen dapat terbentuk dalam 4 (empat) tataan tektonik : divergen,

intraplate, konvergen dan transform). Sedimen yang mengisi suatu cekungan

merupakan faktor yang sangat penting untuk dipelajari dalam analisa cekungan

sedimen yang bersangkutan. Sedimen tersebut dipelajari bagaimana proses

terbentuknya, sifat batuan dan aspek ekonominya. Ada banyak klasifikasi jenis

cekungan sedimen, dengan menggunakan kriteria yang berbeda dan tentu saja oleh

orang yang memiliki pemikiran berbeda pula. Terminologi yang digunakan pun

macam-macam, bahkan kadang saling bertentangan. Untungnya, tujuan klasifikasi

cekungan ini cuma satu, yaitu : untuk membantu analisis evolusi struktur dan

stratigrafi cekungan dalam rangka mencari hidrokarbon

3.2 Saran

Sangat penting memahami bagaimana karateristik suatu cekungan, proses terbentuk

nya serta material apa saja yang mengisi cekungan itu, hingga nanti nya dapat di

manfaatkan.

Page 15: 270110130006 Erika Silviani Kelas B Tugas SI 2 2013

Daftar Pustaka

Boggs, Jr. S.(2006): Principal of Sedimentology and Stratigraphy 4th edition, Hal 550-553, Pearson Education, inc., Upper Saddle River New Jersey.

http://seageost.blogspot.co.id/2014_10_01_archive.html

http://www.tulane.edu/~sanelson/eens211/earths_interior.htm,diakses tanggal 20

Septemberr 2015

Allen, 2005. Phillip A & Allen, John R. Basin Analysis. Oxford: Blackwell Publishing Ltd.

Hay, Edward A. 1975. Physical Geology Principle and Perspectives, Second Edition. New

Jersey : Prentice Hall, Inc.

Reynolds, et al. 2013. Exploring geology. New York : McGraw-Hill

USGS Paper : This Dynamic Earth : The Story of Plate Tectonics

http://apayangkaupikirkan.blogspot.co.id/2009/06/pengenalan-dasar-basin.html