25 tahun pelayanan pdt. suta prawira tali tiga … untuk kemulian bagi nama-nya. ... seperti kritik...

168

Upload: doandiep

Post on 21-Mar-2019

280 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TALITIGA

LEMBARTIDAK MUDAH DIPUTUSKAN

25 TAHUN PELAYANAN PDT. SUTA PRAWIRA

pengkhotbah 4:12b

25 tulisan Seputar pasutri dari para Sahabat

2

Tali Tiga Lembar Tidak Mudah Diputuskan

Pengkhotbah 4:12b25 Tulisan Seputar Pasutri dari Para Sahabat

Penanggung jawab: Majelis Jemaat GKI Gunung SahariPendamping: Pdt. Royandi Tanudjaya

Penulis:Pdt. Em. Flora DharmawanPdt. Royandi TanudjayaPdt. Nurhayati GirsangPdt. Imanuel KristoPdt. Suta PrawiraPdt. David SudartoPdt. Merry R. MalauPdt. Febe Oriana HermantoPdt. Arliyanus LarosaPdt. Daniel K. ListijabudiPdt. Em. Samuel SantosoKristina Simare-mare, S.Si.Teol.Yohanes Putra Pratama, S.Si.Teol. Ayunistya Dwita Prawira

Editor: Rudy Umar, YuliaDesain & Layout: Dina IsyanaPenerbit: PT. Adhitya Andrebina Agung

3

Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................... 5Kata Sambutan Majelis Jemaat GKI Gunung Sahari ............. 9

Ha Ishah (Perempuan) ....................................................... 11Azzab (Meninggalkan) ....................................................... 15Bicara Tentang Hakekat Perempuan .................................. 19Ketika Dua Menjadi Satu ................................................... 29Kasih Selalu Memberi Kebaikan ........................................ 37Panjang Sabar Itu Pahit, Tapi Buahnya Manis .................... 43Kasih Bukan Sekedar Kata .................................................. 49Cemburu Tidak Memperkuat Kasih ................................... 55Kasih Tidak Memegahkan Diri ........................................... 61Kasih Tidak Sombong......................................................... 67Kasih Tidak Melakukan Yang Tidak Sopan ......................... 71Kasih Itu Tidak Mencari Keuntungan Diri Sendiri .............. 75Kasih Itu Tidak Pemarah .................................................... 81Kalau Kamu Melakukannya Sekali Lagi.... ....................... 89Kasih Pasti Berlaku Adil...................................................... 99Kasih Menutupi Segala Sesuatu....................................... 105Kasih Percaya Segala Sesuatu .......................................... 109

4

Elpizo ............................................................................... 113Hupomone ....................................................................... 117Hupotasso........................................................................ 121Rendah Hati: Memberikan Penghargaan dan Menjembatani Perbedaan ........................................ 127Hidup Bijaksana Bersama Pasangan ................................ 137Jika Matamu Menyesatkan, Cungkillah! .......................... 145Cepat Mendengar ............................................................ 151Diam Bersama Dengan Rukun ......................................... 145

Biodata Pendeta Suta Prawira ......................................... 163Kasih Setia Tuhan ............................................................. 165

5

kata pengantar

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan yang menyatakan panggilan-Nya kepada saya melalui Gereja Kristen Indonesia baik di jalan HOS Cokroaminoto Cianjur, jalan Kebonjati No. 100 Bandung dan jalan Gunung Sahari IV/8 Jakarta, sehingga saya dapat tiba di persinggahan 25 tahun pelayanan. Dimana sejenak saya dapat menengok ke belakang, melihat betapa ajaibnya pekerjaan-Nya, yang membuat saya tidak ragu untuk melangkah ke depan hanya untuk kemulian bagi nama-Nya. Terima kasih kepada Majelis Jemaat GKI Gunung Sahari yang memungkinkan Pengucapan Syukur 25 Tahun Pelayanan ini terselenggara.

Penulisan renungan-renungan seputar pasangan suami istri ini dalam rangka Pengucapan Syukur 25 Tahun Pelayanan adalah prakarsa Pertemuan Kamis-an para pendeta GKI Gunsa, bukan karena kebiasaan, tapi supaya manakala pengucapan syukur pelayanan diselenggarakan ada sesuatu yang bermanfaat yang bisa diberikan bagi pembangunan jemaat, terlebih khusus bagi relasi suami dan istri. Saya menghaturkan terima kasih yang dalam atas dorongan rekan-rekan sepelayanan.

6

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang turut berkontribusi memperlengkapi buku ini dengan pelbagai ragam tulisan, rekan-rekan sepelayanan di GKI Gunsa yang saya kasihi: Pdt. Em. Flora Dharmawan, Pdt. Royandi Tanudjaya, Pdt. Nurhayati Girsang, Pdt. Imanuel Kristo, Pdt. David Sudarto, Pdt. Merry R. Malau, Pdt. Febe Oriana Hermanto, dan Sdri. Kristina Simare-mare, S.Si.Teol.; rekan-rekan yang saya hormati: Pdt. Daniel K. Listijabudi, Pdt. Arliyanus Larosa dan Pdt. Em. Samuel Santoso, serta generasi penerus yang terus menerus mencari kehendak Tuhan bagi jalan hidupnya: Sdr. Yohanes Putra Pratama, S.Si.Teol. dan Sdri. Ayunistya Dwita Prawira. Terima kasih juga untuk sebuah lagu Kasih Setia Tuhan yang dibuat istri saya yang lebih suka menggunakan inisial anak-anak kami, Judea (Julita, Devita dan Ayunistya), untuk karya-karyanya - turut menyemarakkan saat-saat yang diliputi rasa syukur ini.

Terima kasih pula kepada Sdri. Yulia dan Sdr. Rudy Umar yang bekerja keras dalam melakukan editing dan juga kepada Sdri. Dina Isyana untuk kreativitasnya membuat desain dan lay out buku ini serta PT. Adhitya Andrebina Agung yang telah mencetak tulisan-tulisan ini menjadi sebuah buku. Tak lupa pula kepada Pnt. Johannes Dhartono bersama seluruh rekan-rekan panitia yang tidak saya sebutkan namanya satu persatu.

Judul buku Pengucapan Syukur 25 Tahun Pelayanan ini diambil dari penggalan kata-kata bijak sang Pengkotbah (Pengkhotbah 4:12b) yang membandingkan kehidupan manusia yang individualistis dan kehidupan manusia dalam kebersamaan. Dimulai dengan paparan betapa berat dan sia-sianya hidup dalam kesendirian dan dilanjutkan dengan manfaat menjalani hidup dalam kebersamaan

Kata Pengantar

(bisa antara seseorang dengan sahabatnya atau antara seseorang dengan pasangan hidupnya) dan diakhiri dengan sebuah frasa yang menjadi judul buku ini: Tali Tiga Lembar Tidak Mudah Diputuskan, sebuah nasihat bijak untuk membuat hidup bersama menjadi hidup yang berkelanjutan.

Apa yang dimaksud dengan Tali Tiga Lembar, mengapa tidak empat atau tujuh lembar? Ahli pembuat tali mengatakan, Untuk membuat tali yang bersinggungan dan mengikat satu sama lain, paling banyak kita memakai 3 utas. Jika talinya kurang seutas, hanya dua utas, tali itu akan kurang kuat. Tetapi, jika ditambah menjadi 4 (empat) utas, tali itu tetap tidak lebih kuat, karena 4 utas tidak membuat seluruh tali bersinggungan dan mengikat satu sama lain. Tetapi tali 3 lembar tak akan mudah putus, sekalipun salah satu lembar tali, bahkan dua lembar tali mulai terlepas karena tegangan yang berat, asalkan lembar tali ke-3 masih tetap utuh.

Apabila benar bahwa kearifan pembuat tali ini yang ada dalam pikiran Pengkotbah, maka Pengkotbah hendak menyampaikan sebuah pesan penting: kalau kita ingin ikatan persahabatan atau ikatan antara suami istri tidak mudah putus mesti ada tali ke-3 dalam relasi kita, yaitu tali yang membuat dua tali bukan hanya sekedar bersinggungan tetapi mengikat satu dengan yang lainnya.

Jadi apabila kita membayangkan dua tali itu adalah dua orang sahabat, atau dua tali itu adalah sepasang suami istri, lalu siapakah yang dimaksud dengan tali ke-3 - tali yang sanggup membuat dua tali saling bersinggungan dan saling mengikat?

Satu-satunya tali yang sanggup membuat dua hati bertaut dan dua hati saling mengikat yaitu talinya Allah. Selama dalam

Kata Pengantar

8

kehidupan persahabatan dan juga dalam kehidupan berpasangan antara suami dan istri, kita memberi tempat bagi Allah maka tali kebersamaan kita menjadi tali yang tidak mudah diputuskan.

Buku ini berisi tulisan-tulisan yang mengungkapkan bagaimana hatinya Allah yang berguna bagi pasangan suami Istri dalam menjalani kehidupan bersama, sehingga diharapkan tulisan-tulisan dalam buku ini dapat memperlengkapi jemaat yang sedang mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan pernikahan dan menyegarkan kembali jemaat-jemaat yang sedang menjalani kehidupan pernikahan mereka. Biarlah ketika jemaat membacanya mereka selalu memberi tempat pada kehadiran Allah dalam relasi mereka, tali ke-3 yang membuat dua tali saling bersinggungan dan melekat serta mengikat.

Pdt. Suta Prawira

Kata Pengantar

9

kata SambutanMajelis Jemaat Gereja Kristen IndonesiaJalan Gunung Sahari IV/8, Jakarta 10610

Dalam kehidupan ini, kita sesungguhnya tidak pernah benar-benar sendiri walaupun terkadang kita mungkin menginginkannya. Kita selalu terhubung satu sama lain, mulai dari yang paling dekat atau intim sampai dengan mereka yang berada dalam arak-arakan kehidupan. Sendirian sebenarnya tidak benar-benar ada, kalaupun ada, mungkin itu ada di dalam perasaan kita saja. Pemazmur dalam perenungannya tiba pada sebuah kesimpulan bahwa dalam kesendiriannya ternyata Sang Mahahadir yaitu Allah yang adalah Gembala yang baik selalu ada bersamanya, bahwa tak ada satu ruang pun adalah ruang yang hampa kehadiran Allah. Mazmurnya itu dapat kita jumpai dalam pasal 139 Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku (Mazmur 139:5). Jadi, kehidupan kita selalu ada di dalam relasi dengan yang lain dan tiada ruang di mana yang lain nirperan dalam realitas obyektif yang kita jalani.

Terlewatinya 25 tahun masa pelayanan seorang pendeta, di samping ucapan syukur pribadi dan keluarga, adalah ucapan syukur

10

gereja dan para sahabat kepada Allah Tritunggal- Bapa, Anak dan Roh Kudus. Perjalanan pelayanan seseorang sesungguhnya adalah arak-arakan pelayanan keluarga, sahabat-sahabat, jemaat bahkan jemaat-jemaat, dalam pertolongan dan penyertaan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Salah satu bentuk ucapan syukur yang kita rayakan dalam rangka 25 tahun masa pelayanan Pendeta Suta Prawira, Majelis Jemaat menerbitkan sebuah buku yang berjudul Tali Tiga Lembar Tidak Mudah Putus. Buku ini berisi tulisan-tulisan para sahabat Pendeta Suta Prawira yang dipersembahkan dalam rangka perayaan syukur ini. Majelis Jemaat sangat berterima kasih kepada para sahabat yang telah dengan rela mempersembahkan tulisannya, juga kepada panitia dan semua pihak yang telah ikut serta dalam perayaan syukur ini. Semoga tulisan-tulisan dalam buku ini, semakin memperlengkapi kita untuk semakin arif dalam kehidupan termasuk di dalamnya semakin cakap memelihara relasi dengan Allah dan sesama dalam kearifan.

Akhirnya, dengan hati yang mengucap syukur, Majelis Jemaat menyampaikan selamat kepada Pendeta Suta, selamat kepada keluarga dan selamat kepada kita sebagai gereja dan sahabat untuk anugerah yang kita terima ini. Selamat membaca, Tuhan memberkati.

Jakarta, 13 Mei 2016Majelis Jemaat Gereja Kristen IndonesiaJalan Gunung Sahari IV/8, Jakarta 10610

Pdt. David SudartoKetua Umum

Pnt. Erdi Sutanto ChandraSekretaris Umum

Kata Sambutan

11

ha Ishah (perempuan)Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki. (Kejadian 2 : 23)

pdt. Daniel k. Listijabudi

Dalam kisah Penciptaan versi Kejadian 2:18, awalnya TUHAN Allah (Adonay/YHWH Ellohim) membawa segala binatang hutan dan burung di udara yang IA bentuk kepada Adam untuk diperiksa dan diberi nama (sambil memberi kesempatan kepada Adam untuk menemukan penolong yang sepadan di antara para binatang itu). Ini sungguh kisah yang rada satir namun juga humoris! Dinarasikan bahwa setelah Adam melakukan tugas itu, yakni memberi nama (sambil mengamat-amati apakah ini dan itu (catat: binatang) cocok sebagai penolong yang sepadan baginya, maka hasilnya negatif. Tak ada satupun yang cocok (syukurlah!).

Karena semua calon gagal, maka! TUHAN Allah terlibat lebih jauh dan melakukan sesuatu yang baru dalam kebelarasaan yang bertindak. TUHAN Allah membuat Adam tertidur dan dari rusuk (tsela) Adam, seorang lelaki (ish), dibangunNya (banah) seorang perempuan (ishah). Adam (artinya bisa berarti

12

Ha Ishah (Perempuan)

manusia) sendiri, tadinya, dibentuk (yatsar) dari debu tanah (avar haadamah) oleh TUHAN Allah, menjadi manusia laki-laki (ish). Dalam perbandingan dengan perempuan, kita mendapati ada perbedaan bahan baku (debu tanah dan rusuk) dan juga cara kerja (membentuk dan membangun). Namun mereka, keduanya, yakni lelaki dan perempuan, ish dan ishah mengandung suatu resonansi, gaung, yang mendasar. Kata yang dipakai untuk perempuan dalam Kejadian 2, adalah ishah (bandingkan dengan kata ish untuk lelaki). Apa maksudnya? Secara umum, dalam bentuk yang reguler, akhiran ah pada kata benda berbahasa Ibrani, merujuk pada genus feminin singular. Jadi kata ishah ini sama dengan kata ish (laki-laki), namun bergender feminin. Pertanyaan teologis, muncul di sini. Misalnya: apakah ini berarti perempuan adalah the second sex (yakni sebagai the other sedangkan laki-laki adalah the self ) seperti kritik yang diajukan dengan tajam oleh tokoh feminis seperti Simone Beauvoir?

Harus diakui, di sini, ada semacam ketegangan. Di satu pihak, dalam teks Kejadian 2:23 dikatakan bahwa ia akan disebut perempuan karena ia diambil dari laki-laki. Frase diambil dari bisa disalah mengerti sebagai ekspresi the other yang keluar dari the self. Namun, ada opsi kedua, yang justru terletak pada pemberian tekanan bahwa teks ini mendukung kritik yang diajukan oleh Beauvoir, bahwa hakikat perempuan adalah hakikat yang bernilai eksistensial dalam realitas kemanusiaan (bukan hanya laki-laki yang boleh dibilang eksis sebagai manusia). Kata ishah menempatkan perempuan sejajar denganish. Pembedaan pada ah, tidak merujuk pada mutu yang kurang atau keberlainan yang subordinatif, namun merujuk pada gender (jenis) dari kualitas

13

Ha Ishah (Perempuan)

kemanusiaan yang sama. Menjadi lain tidak harus berarti sub-ordinat, kurang atau pelengkap.

Jika kita membandingkannya pemasangan lelaki perempuan dalam Kejadian 2 dengan teks Kejadian 1:27, yang menyebut lelaki dan perempuan sebagai zakar dan neqebah, maka atmosfer teks Kejadian 2 yang menyebut lelaki perempuan sebagai ish dan ishah menekankan pada keberpasangan, jadi bisa diartikan juga sebagai suami dan istri (namun dengan menekankan kesamaan hakikat dalam perbedaan gender-nya). Yang hendak dikatakan, agaknya, tak lain tak bukan adalah: kesatuan dalam perbedaan, kemanunggalan dalam keragaman. Itulah sebabnya Adam berkata, Inilah dia tulang dari tulangku, dan daging dari dagingku (ayat 23). Pernikahan pertama, mengandung perbedaan dan semangat kesatuan.

Inilah pesan bagi semua pernikahan. Bagi calon pengantin yang sedang merancang hidup baru dan bulan madu hal semacam ini terasa menggairahkan, namun bagai suami istri yang sudah lama berumah tangga, perbedaan dalam kesatuan bisa jadi beban bahkan beban berat! Mungkin persoalannya bukan terletak pada perbedaan itu sendiri tapi pada pemikiran kita mengenai perbedaan. Alkitab mengajarkan bahwa pernikahan memang mengandung perbedaan. Perbedaan itu dirahmati TUHAN Allah. Siapa yang pintar mengelola perbedaan akan menemukan kesepadanan. Ish dan ishah, keduanya adalah manusia yang bereksistensi. Kelelakian dan keperempuanan merayakan keunikan dalam kesamaan hakikat, mengakui mendasarnya kemanusiaan dalam keragaman gender yang saling berpadu padan. Indahnya.....

14

15

Mengenai teks Kejadian 2:24, terutama tentang makna kata meninggalkan, di bagian berikut ini saya tuliskan ulang penelitian saya soal pernikahan di Israel kuno, dalam artikel di buku bunga rampai berjudul Perceraian di Persimpangan Jalan (BPK, 2015).

Dalam perayaan perkawinan yang penuh kegembiraan itu, yang menjadi acara pokok adalah masuknya mempelai perempuan ke rumah mempelai laki-laki (de Vaux, 1965:33). Namun menurut King dan Stager (2010:62), perayaan mungkin dimulai dengan datangnya mempelai laki-laki dan teman-temannya ke rumah mempelai perempuan (Kidung Agung 3:6-11) baru kemudian pengantin perempuan diboyong ke rumah mempelai laki-laki. Dengan diiringi teman-teman perempuan dari mempelai perempuan yang memainkan tamborin, dan dengan dandanan yang elok serta penuh perhiasan, mempelai perempuan yang memakai mahkota dan bercadar menuju ke rumah mempelai lelaki.

azzab (Meninggalkan)Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.(Kejadian 2:24)

pdt. Daniel k. Listijabudi

16

Ini terkait dengan sistem sosial bahwa perempuan bergabung dengan klan suaminya. Tentu dalam hal ini kita tahu bahwa patriarkalisme mempolakan sistem tertentu sehingga pihak perempuan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan suaminya di lingkup keluarga besar si suami. Namun demikian, tentulah dengan cepat kita mengingat bahwa di bagian favorit dari Alkitab yang sering dikutip dalam ibadah perkawinan yakni di Kejadian 1, ada informasi soal model alternatif. Dalam resensi saya terhadap buku Gerrit Singgih yang berjudul Dari Eden ke Babel (Kejadian 1-11) terbitan Kanisius, tahun 2011, diskusi ini sudah pernah terapungkan. Dalam bukunya Singgih menunjukkan bahwa dalam rumusan di akhir Kejadian 2:24 terkandung nada matrilinial mengingat manusia akan meninggalkan ayah ibunya dan bersatu dengan istrinya. Seperti Walter Lempp (yang juga menulis tafsir tentang Kejadian 1), Singgih melihat ini sebagai sesuatu yang aneh. Alasan dari keanehan ini karena di Israel kuno pada zaman penulis Yahwist, sistem yang berlaku adalah patrilinial, di mana istri yang meninggalkan ayah dan ibu untuk bergabung dengan suami. Apa gerangan maksud penulis? demikian Singgih menelisik (2011:97-98). Ia mengemukakan bahwa penulis mazhab Yahwist mau mengingatkan pembaca di zamannya, bahwa sistem patrilinial yang berlaku bukanlah sesuatu yang dari sono-nya sudah demikian....(sehingga) pembaca tidak bisa menerima sistem yang ada sebagai sesuatu yang mutlak.... Adat istiadat ini tidak perlu dianggap sebagai alasan untuk menganggap istri atau perempuan lebih rendah dari laki-laki (Singgih, 2011:98). Saya paham, bahwa Singgih hendak menggembosi patriarkalisme. Namun sebetulnya dalam diskusi tentang Y atau J (mazhab Yahwist) ada pendapat yang setapak lebih

Azzab (Meninggalkan)

17

berani maju daripada pendapat yang mengatakan bahwa Yahwist hendak mengimbangi patriakalisme. Pendapat itu dimunculkan oleh Harold Bloom dan David Rosenberg dalam buku The Book of J. Di buku ini mereka berani mengambil kesimpulan bahwa Yahwist adalah perempuan! Salah satu kalimat yang mengajukan posisi tegas misalnya menyatakan, My primary surmise is that J was a woman, and that she wrote for her contemporaries as woman, in a friendly competition with her only strong rival among those contemporaries, the male author of the court history narrative in 2 Samuel (Dugaan saya yang paling mendasar adalah bahwa J adalah perempuan, dan bahwa ia menulis untuk orang sezamannya sebagai perempuan, dalam suatu kompetisi yang bersahabat dengan satu-satunya rival kuat di antara rekan sezaman, yakni penulis lelaki dalam perhelatan sejarah narasi dalam kitab 2 Samuel), sebagaimana ditulis oleh Bloom dan Rosenberg, The Book of J, 1990:9. Itu sebabnya nada matrilinial muncul dalam Kejadian 2:24.

Jadi ini bukan penggembosan patriarkalisme, namun memang adalah pengetengahan matrikalisme dengan terang benderang namun sekaligus simpatik. Pendapat Bloom-Rosenberg bisa saja dianggap sebagai pendapat yang tidak dominan. Mungkin benar demikian. Namun kenyataan bahwa kita mendapati rumusan yang berjuta posisi terhadap rumusan umum dalam dunia Israel Alkitab semestinya membuat kita terbuka pada tilikan bahwa terkait dengan gerak absortif siapa terhisap ke klan siapa, maka diskusi tentang patriarkalisme dan matriarkalisme tidak bersifat sub-ordinatif absolut dalam praksis masyarakat dan atau gagasan ideal tentang perkawinan.

Azzab (Meninggalkan)

18

19

bicara tentang hakekat perempuanpdt. Merry R. Malau

Perbedaan perempuan dan laki-laki membuahkan persoalan walaupun dalam kenyataannya mereka saling membutuhkan. Untuk itulah, menafsirkan Kejadian 2:18 khususnya kata

Ezer Kenegdo (penolong yang sepadan) diharapkan- memberikan kontribusi positif atas ketegangan yang ada di

antara perempuan dan laki-laki.

Laki-laki vs perempuanPerempuan dan laki-laki sejak dulu kala ada dalam ketegangan

abadi; dan perbedaan di antara mereka disebut sebagai penyebabnya. Karena kondisi fisik, Perempuan dibatasi peran sosialnya yang mengakibatkan keterpenjaraan dan bahkan kemudian dianggap sebagai manusia golongan kedua. Hal itu dapat dilihat dalam banyak catatan sejarah, bagaimana para perempuan pernah mengalami masa kelam diperbudak oleh laki-laki.

20

Kekejaman dan kekelaman hidup yang diterima kaum perempuan itu menjadi latar belakang lahirnya revolusi kaum perempuan pada zaman pencerahan di Eropa. Satu gerakan emansipasi kaum feminis yang kemudian mendunia sebab ternyata kondisi serupa dialami perempuan secara global.

Perjuangan kaum feminis dulu memang sudah menghasilkan beberapa perubahan. Walaupun demikian harus diakui bahwa emansipasi menjadi suatu perjuangan panjang yang masih dilakukan sampai saat ini. Di era post modern sekalipun masih banyak perempuan di berbagai belahan dunia menderita karena pembedaan harkat dan martabatnya sebagai manusia.

perempuan Dalam budaya patriarki Pergerakan kaum feminis global menjadi tanda bahwa budaya

patriarki (budaya yang menerima pandangan laki-laki sebagai penentu norma sosial) telah menjadi pola umum di dunia. Bahkan, jika diperhatikan patriarki nampaknya tidak hanya menjadi suatu budaya tetapi telah menjadi ideologi yang sulit dihilangkan.

Pernyataan di atas dilatarbelakangi kenyataan bahwa walaupun peradaban telah memberikan ruang bagi kaum lemah otot untuk bisa tampil prima, akan tetapi ternyata kesetaraan menjadi isu yang terus diperjuangan kaum perempuan di berbagai tempat di seluruh dunia.

Mengapa demikian? Tidak lain karena stereotipe tentang perempuan sulit dihapuskan yang terjadi akibat pewarisan tradisi dimana agamapun ikut mempunyai andil di dalamnya.

Bicara Tentang Hakekat Perempuan

21

Melihat posisi perempuan Dalam kejadian 2:18 Sebagai Upaya Memahami karya Cipta allah

Bicara soal agama tentu kita akan bicara soal konsep teologi yang menjadi latar belakang ajaran agama. Untuk itulah kita akan mengkaji salah satu ayat yang sering disebutkan sebagai dasar pemahaman bahwa hakekat perempuan lebih rendah laki-laki yaitu dalam Kejadian 2:18.

Dalam Kejadian 2:18 pada Alkitab terjemahan LAI, TUHAN Allah berfirman, Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.

Ayat ini harus mendapat penafsiran yang tepat sehingga tidak disalahartikan. Sebab jika dibaca sekilas, kalimat tersebut mampu mendeskriditkan kaum perempuan. Kata penolong dipakai untuk merendahkan perempuan sebagai subyek yang nampak tidak penting dibandingkan dengan laki-laki yang menjadi subyek pertama dalam penciptaan manusia oleh Allah. Atau dapat diungkapkan dengan pertanyaan yang lebih sederhana, wanita diciptakan Allah sebagai tambahan dengan kedudukan yang lebih rendah daripada manusia laki-laki .

Untuk mencari kejelasan maka kita akan mencoba menelaah kata penolong (Ezer Kenegdo) yang disebut sebagai kunci memahami hakekat perempuan di mata Allah sebagai pencipta-Nya.

Hebrew (www.bible.ort.org) menuliskan Kejadian 2:18 demikian:

Bicara Tentang Hakekat Perempuan

22

Dengan Hebrew translit interlinear :

VAYOMER {dan Dia berkata} YEHOVAH (dibaca: Adonay,

TUHAN) ELOHIM {Allah} LO-TOV {tidak baik} HEYOT {dia

menjadi} HAADAM {manusia itu} LEVADO {dia sendirian}

EESEH {aku akan menjadikan}-LO {bagi dirinya} EZER

{penolong} KENEGDO {yang seperti dirinya/sepadan}

Sedangkan dalam Alkitab terjemahan King James Version teks

Kejadian 2:18 diterjemahkan sebagai: And the LORD God said, It is

not good that the man should be alone; I will make him an help meet

for him.

Jika teks-teks di atas diperhatikan maka kita bisa melihat bahwa

Allah bermaksud menciptakan sosok penolong bagi manusia (baca:

laki-laki) untuk keluar dari situasi kesendirian yang tidak baik.

Sosok penolong itu disebut sebagai yang sepandan atau yang seperti

manusia (baca: laki-laki).

Menangkap Makna kata ezer kenegdo Yang Menjadi Identitas perempuan Dalam kejadian 2:18

R. David Freedman dalam bukunya Woman, A Power Equel

to a Man, Biblical Archeology Review 9 [1983]:56-58 (yang sudah

diunduh dan dilihat dalam godswordtowomen.org/googleweblight.

com) menjelaskan bahwa istilah kata ezer dalam bahasa Ibrani

merupakan suatu bentuk gabungan dari dua akar kata: -z-r yang

berarti menyelamatkan, menolong dan g-z-r yang berarti

menjadi kuat.

Bicara Tentang Hakekat Perempuan

23

Untuk itu, Kejadian 2:18 dapat dibaca sebagai Aku akan

menjadikan kuasa (atau kekuatan) yang sepadan dengan laki-laki.

Freedman kemudian mengatakan bahwa kedua kata dalam

ungkapan Ibrani yang ditemukan dalam ayat ini sebaiknya diartikan

setara.

Jika memang demikian, maka dalam Kejadian 2:18 ini kita

dapat melihat bahwa Allah menjadikan bagi laki-laki itu seorang

perempuan yang sungguh setara dan sungguh sesuai dengannya.

Dengan demikian, maka kesendirian yang tidak baik bagi manusia

(laki-laki) akan lenyap.

perempuan Sebagai Yang SetaraUntuk itu, dalam terang pemahaman yang disodorkan

oleh Freedman maka perempuan tidak pernah dimaksudkan

sebagai pembantu atau rekan penolong bagi laki-laki. Istilah

mate (rekan) terselip ke dalam bahasa Inggris karena istilah ini

sedemikian dekatnya dengan istilah meet (tentu) dalam bahasa

Inggris kuno yang berarti cocok dengan atau sesuai dengan laki-

laki itu. Istilah tersebut berasal dari kalimat serupa dengan yang

pemah saya ungkapkan yang berarti setara dengan.

Maka dalam terjemahan Bahasa Inggris pun posisi perempuan

adalah diciptakan Allah untuk menjadi suatu kuasa atau

kekuatan bagi laki-laki yang dalam segala hal akan sesuai dengan

laki-laki atau menjadi setara baginya.

Bicara Tentang Hakekat Perempuan

24

perempuan dan hakekatnya Sebagai penolongKejadian 2:18-25 menjelaskan kepada kita bahwa perempuan

adalah ciptaan Allah yang dibentuk dari unsur yang sama dengan

laki-laki (ayat 21 menyebutkan bahwa Allah mengambil tulang rusuk

laki-laki untuk dijadikan unsur untuk membangun perempuan).

Dengan kata lain ayat ini menjelaskan bahwa perempuan dan laki-

laki berada dalam kualitas yang sama sehingga sebagai manusia

layak untuk diperlakukan sama pula.

Karena itu perbedaan fisik yang seringkali disebut sebagai

penyebab lain adanya diskriminasi terhadap perempuan karena

dianggap sebagai makhluk yang lemah juga harus dikaji ulang sudut

pandangnya. Sebab terlalu sempit jika menganggap perempuan

adalah makhluk yang lemah hanya dengan membandingkan

massa otot saja dan tidak melihatnya secara utuh. Kita tidak boleh

melupakan bahwa Allah menciptakan perempuan sebagai penolong

laki-laki, artinya Allah pasti meletakkan kemampuan/kekuatan

dalam diri perempuan sehingga ia mampu menjadi penolong yang

sepadan dengan laki-laki.

Kejadian 2 juga menegaskan bahwa kehadiran perempuan

merupakan insiatif Allah yang melihat kebutuhan laki-laki untuk

menjadi baik (sebab sendiri adalah tidak baik). Untuk itu kehadiran

seorang penolong bagi laki-laki tidak kemudian memberikan

keistimewaan bagi laki-laki untuk memperlakukan perempuan

sebagai budak pemenuh kebutuhannya; sebab Allah menghadirkan

perempuan karena ada ruang kosong yang hanya bisa diisi oleh

perempuan agar semua menjadi baik. Dengan kata lain kehadiran

Bicara Tentang Hakekat Perempuan

25

perempuan menjadikan hidup laki-laki menjadi utuh dan kokoh.

Untuk itu jelas bagi kita bahwa sebenarnya Kejadian 2:18

tidak dapat menjadi alasan pembedaan antara perempuan dan

laki-laki sebab jika dibaca utuh maka nampak dalam teks secara

utuh (Kejadian 2:18-25) peran perempuan istimewa sebab tidak

ditemukan laki-laki pada ciptaan Allah yang lain (lihat ayat 20).

Relasi perempuan dan Laki-laki Dalam perkawinan kristiani

Dalam Kejadian 2 kita juga dapat melihat Allah menciptakan

suatu relasi yang baik antara perempuan dan laki-laki. Allah

menciptakan suatu persekutuan yang kudus antara dua makhluk

yang berbeda yang dipersekutukan untuk saling melengkapi.

Lembaga perkawinan merupakan satu persekutuan yang Allah

prakarsai dengan tujuan mendatangkan kebaikan. Hal itu nampak

jelas ketika Allah dalam Kejadian 2:22 mengantarkan perempuan

yang telah dibangun dengan tangan-Nya itu kepada laki-laki, maka

selayaknya pula seorang ayah mengantarkan anak perempuannya

kepada laki-laki dalam ibadah pemberkatan pernikahan.

Oleh karena itu dalam pernikahan Kristiani, laki-laki dan

perempuan berada dalam relasi kesetaraan yang saling menerima

dan saling membangun. Sebab kehadiran laki-laki dan perempuan

merupakan insiatif Allah, oleh karena itulah keduanya harus saling

menghargai sebab satu dengan yang lain diberikan Allah sebagai

rahmat yang mendatangkan sukacita (baca: hidup yang lengkap).

Bicara Tentang Hakekat Perempuan

26

Kekristenan menolak pemahaman diskriminatif terhadap kaum

perempuan, karena ketika jika kita menganggap perempuan kurang

berkualitas daripada laki-laki maka hal tersebut menjadi suatu

bentuk penghinaan kepada sosok yang memberikannya yaitu Tuhan

yang berinsiatif dan berkarya menciptakan perempuan sebagai

jalan keluar dari persoalan kesendirian (laki-laki) yang tidak baik.

Kekristenan juga tidak melihat perempuan sebagai budak pemuas

kebutuhan laki-laki, sebab perempuan adalah patner laki-laki untuk

menjalani kehidupan yang Tuhan anugerahkan. Karena itu dalam

perkawinan Kristen hubungan laki-laki dengan perempuan ada

dalam satu relasi kasih dimana mereka saling melayani.

Hal itu didasarkan pemikiran bahwa dalam kehendak Allah yang

baik, IA ingin menjadikan persekutuan laki-laki dan perempuan

sebagai persekutuan mereka solid dan mendatangkan kesejahteraan.

Dalam pernikahan Kristiani, perbedaan perempuan dan laki-

laki dirayakan sebagai anugerah. Sebab Allah dengan sengaja

menghadirkan sosok yang berbeda (yaitu perempuan) namun

dalam perbedaan yang ada baik perempuan maupun laki-laki

hadir untuk saling memberikan kontribusi sehingga mereka saling

menopang dan menjadi kuat.

Oleh karena itu dengan penghayatan akan kesederajatan laki-

laki dan perempuan sebagai pribadi yang setara, maka Kekristenan

ada dalam pola perkawinan monogami yaitu antara satu laki-laki

dengan satu perempuan.

Bicara Tentang Hakekat Perempuan

27

penutupDengan demikian jelaslah bahwa Kejadian 2:18-25 menolong

kita melihat bahwa Allah tidak meletakkan dasar perbedaan harkat

dan martabat antara perempuan dan laki-laki. Kata penolong yang

dikenakan kepada perempuan menjelaskan kekuatan yang dimiliki

serta kesesuaiannya dengan laki-laki. Perempuan memiliki peran

istimewa bagi laki-laki sehingga layak untuk mendapat perlakuan

yang terhormat.

Kita juga melihat bagaimana Allah menghadirkan hubungan

saling mengisi antara perempuan dan laki-laki agar satu sama lain

saling memberi diri untuk mendatangkan kebaikan dalam hidup

persekutuan yang Tuhan anugerahkan.

Bicara Tentang Hakekat Perempuan

28

29

Pernikahan adalah lembaga sosial yang hadir dalam insiatif Allah. Dan Kejadian 2:24 khususnya kata Dabaq menjadi fondasi

pernikahan Kristiani. Untuk itu penting bagi kita memahaminya guna menyikapi dinamika pernikahan.

Dimulai Dengan kejadian 2:23-24 Kitab Kejadian bagi Kekristenan menyuguhkan beberapa fondasi

pemahaman iman sebab dalam kitab ini ada hal-hal mendasar yang menjadi sudut pandang suatu ajaran seperti halnya pernikahan. Dan Kejadian 2:23-24 secara khusus mengkaji pernikahan dalam kehidupan Kekristenan.

Berikut ini adalah tiga terjemahan yang dipilih dengan pertimbangan cukup mewakili dan memberikan kejelasan proporsional.

Hebrew,

ketika Dua Menjadi Satupdt. Merry R. Malau

30

Translit, VAYOMER HAADAM ZOT HAPAAM ETSEM MEATSAMAI UVASAR MIBSARI LEZOT YIQARE ISYAH KI MEISY LUKOKHAH-ZOT

Translit, AL-KEN {sebab itu} YAAZAV {dia akan meninggalkan} -ISH {seorang laki-laki} ET-AVIV {dari ayahnya} VEET-IMO {dan dari ibunya} VEDAVAQ {dan dia bersatu} BEISHTO {dengan istrinya} VEHAYU {dan mereka menjadi, Verb Qal Perfect 3rd Com. Pl.} LEVASAR {kepada daging} EKHAD {satu}

King James Version:

And Adam said, This is now bone of my bones, and flesh of my flesh: she shall be called Woman, because she was taken out of Man.

Therefore shall a man leave his father and his mother, and shall cleave unto his wife: and they shall be one flesh.

Lembaga Alkitab terjemahan baru:

2:23 Lalu berkatalah manusia itu, Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.

2:24 Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.

Sosok tak asingDari perbandingan kedua teks di atas kita bisa melihat dengan

mudah adanya permainan kata yang menjelaskan satu pemahaman yang menjelaskan keterkaitan perempuan dengan laki-laki. Khusus

Ketika Dua Menjadi Satu

31

ayat 23, kata Ibrani untuk orang laki-laki adalah - ISH/ ISY, dan kata perempuan adalah - ISHAH, secara harfiah adalah orang betina. Dinamai ISYAH sebab ia diambil dari ISH. Dengan kata lain pembentukan kata ishah terjadi saat ish mendapat akhiran feminim ah sehingga berubah menjadi kata benda feminim tunggal yang artinya perempuan.

Karena itulah maka bagi laki-laki, perempuan bukanlah sosok asing. Sebab perempuan adalah sosok yang telah dikenalnya (tulang dan dagingnya sendiri). Kita dapat pula merasakan penerimaan yang penuh dengan persahabatan dan kasih dari laki-laki atas perempuan yang adalah pemberian dari Allah.

Meninggalkan ayah dan IbuSelain itu, lewat teks kita juga melihat dampak dari penerimaan

laki-laki pada perempuan adalah lahirnya social institution (lembaga sosial) baru. Hal itu terjadi karena seorang laki-laki kemudian meninggalkan orang tuanya untuk ada dalam pernikahan dengan istrinya.

Kata meninggalkan yang digunakan dalam bahasa Ibrani adalah yeazab. Yeazab adalah kata kerja qal imperfek, orang ketiga maskulin tunggal yang artinya ia (laki-laki) akan meninggalkan. New International Version (NIV) menggunakan kata leave yang berarti meminta diri untuk berpamitan.

Untuk itu jelas bagi kita bahwa saat laki-laki meninggalkan ayah dan ibunya berarti bukan hanya meninggalkan begitu saja seperti peribahasa kacang lupa kulitnya atau tanpa berterima kasih dan tanpa pamitan namun laki-laki meninggalkan orangtuanya

Ketika Dua Menjadi Satu

32

tentunya dengan restu karena ada tujuan yang jelas yaitu bersatu dengan istrinya.

Kata meninggalkan ini juga tidak boleh menjadi pijakan sikap tidak hormat pada orangtua. Sebab kata meninggalkan ini sebenarnya hendak memberi gambaran situasi baru yang menandakan kedewasan yang mandiri. Anak yang semula ada dalam perlindungan ayah dan ibunya kemudian menjadi satu pribadi yang mandiri karena ia meninggalkan kenyamanan hidupnya untuk menjadi satu dengan istrinya.

Di sini terlihat adanya suatu penegasan bahwa posisi hubungan suami istri lebih erat daripada hubungan orangtua dengan anak. Sebab pernikahan adalah kesatuan sosial dan spiritual yang juga mewadahi kesatuan seksual. Satu lembaga sakral sebab Allah menjadi saksi peristiwa tersebut.

bersatu Dalam pernikahanLaki-laki setelah meninggalkan orangtuanya kemudian bersatu

dengan istrinya. Kata Ibrani yang digunakan adalah dabaq. Istilah dabaq diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai cling dan dalam bahasa Indonesia berarti melekat, berpaut, terikat yang kemudian diterjemahkan LAI menjadi bersatu.

Kata bersatu memiliki arti yang penting karena bukan hanya sekedar together atau bersama-sama. Cling artinya adalah berpegang teguh, berdampingan atau berlengketan, melengket atau melekat. Seorang suami bersatu dengan istrinya berarti benar-benar melekat dan bukan hanya hidup secara bersama dalam satu rumah.

Ketika Dua Menjadi Satu

33

Konsep dabaq itu kemudian digambarkan sebagai satu wujud nyata yaitu menjadi satu daging. Kata Ibrani yang dipakai adalah wehayu lebasar ekhad. Kata wehayu ini dapat diartikan become atau take place yang artinya dan mereka akan menjadi. Lebasar adalah gabungan dari kata dasar basar dengan awalan l. (le), basar dalam bahasa Inggris adalah flesh yang artinya daging sedangkan ekhad artinya adalah satu. Dengan demikian wehayu lebasar ekhad artinya adalah dan mereka akan menjadi satu daging.

potret pernikahanSeperti yang disebutkan di atas bahwa pernikahan adalah

lembaga sosial manusia, maka keberadaan manusia dengan budaya yang membangun kehidupannya memegang peranan penting yang juga menentukan bagaimana pernikahan itu dijalani.

Karena itu kita bisa melihat kehadiran manusia membuat pernikahan menjadi tidak berwujud tunggal tetapi mengikuti siapa yang menjalaninya. Pemikiran ini ada karena kita menemukan pernikahan yang monogami tapi ada juga yang poligami. Tidak hanya sampai di situ, sebab kemudian kita juga dapat melihat adanya kejadian perceraian antara suami dan istri. Hal-hal inilah yang menuntut kejelasan sikap dan membutuhkan penegasan konsep teologis. Apa dan bagaimana konsep pernikahan Kristinani?

Kejadian 2:23-24 menyediakan jawabannya yaitu sebagai berikut:

1. Monogami atau poligami?Secara etimologi kata monogami berasal dari bahasa Yunani

Ketika Dua Menjadi Satu

34

yaitu monos yang artinya satu atau sendiri, dan gamos yang berarti pernikahan. Jadi monogami adalah kondisi hanya memiliki satu pasangan pada pernikahan.

Sedangkan poligami asal katanya polus yang artinya banyak dan gamos yang berarti pernikahan. Dalam kasus poligami kita menemukan bentuk lain yang harus dibedakan yaitu poliandri. Poligami secara khusus menggambarkan seorang pria yang menikahi lebih dari satu perempuan (polus yang berarti banyak dan gune yang berarti perempuan). Sedangkan poliandri asal katanya polus (banyak) dan andros (manusia laki-laki).

Dalam Kejadian 2:23-24 dituliskan bahwa Allah meletakkan suatu hukum kelembagaan pernikahan adalah sebagai berikut:

a. Pernikahan yang digagas Tuhan bersifat monogami, sebab IA mempertemukan satu orang laki-laki dan satu orang perempuan. Pemahaman ini dilatarbelakangi peristiwa saat Allah membawa seorang perempuan (kata feminim tunggal) kepada seorang laki-laki.

b. Persekutuan antara laki-laki dan perempuan adalah suatu ikatan yang unik menjadi satu daging. Hal ini menunjukkan kesatuan biologis, rohani bahkan kesatuan jiwa dan kehendak. Dalam pernikahan hadir suatu keintiman total dari keduanya yang membuat keduanya ada dalam komitmen yang terwujud dalam kesatuan dua pikiran dan perasaan. Dan kesatuan sempurna macam itu hanya mungkin terjadi dalam pernikahan satu orang laki-laki dengan satu orang perempuan.

Ketika Dua Menjadi Satu

35

2. Selamanya atau bisa bercerai?a. Lembaga pernikahan adalah suatu perwujudan kehendak

Allah sebab atas inisiatif Allah terjadi peristiwa pernikahan; dan teks kita dengan tegas menyatakan Adam tidak berinisiatif tetapi ia bertindak meresponi kehendak Allah. Dengan demikian Allah yang mengatur dan memberkati lembaga pernikahan ini sejak awal.

b. Frasa - LEVASAR EKHAD didahului dengan verba Qal dengan tenses perfek: - VEHAYU merupakan wujud pernyataan kehendak Allah tentang persekutuan laki-laki dan perempuan dalam lembaga pernikahan yang tetap. Sehingga oleh Tuhan Yesus kemudian hal ini dinyatakan bahwa apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (Matius 19:6).

penutup dan RefleksiSetelah melihat dan memahami Kejadian 2:23-24 kita

menemukan banyak hal yang memperlengkapi cara pandang terhadap pernikahan. Hal ini tentu saja tidak sekedar pengetahuan belaka sebab dalam perjalanan memahami terjadi suatu perjumpaan berharga yaitu memahami kehendak Allah.

Sepanjang pemaparan kitab Kejadian 2:23-24 ini, kita dapat merasakan kasih Allah yang sempurna. IA nampak begitu memahami kebutuhan manusia sehingga Tuhan melihat ketidakbaikan saat manusia tidak memiliki teman. Kita juga dapat melihat bagaimana Allah merawat kehidupan manusia saat IA menciptakan seorang penolong yang kemudian menghadirkan kehidupan baru bagi

Ketika Dua Menjadi Satu

36

manusia. Tuhan juga memberikan cara menjalani kehidupan pernikahan sebagai tahapan baru bagi laki-laki dan perempuan. Hal itu nampak dari bagaimana Allah mengambil inisiatif dan mendorong pertumbuhan diri manusia (menjadi dewasa) dan berkembang melanjutkan kehidupan.

Dengan demikian, jelas bagi kita bahwa pernikahan bukan sekedar kesenangan semata. Sebab keberadaannya yang baru itu membuat laki-laki dan perempuan mengalami kehidupan baru yang baik dimana kasih dan tanggung jawab menjadi bagian di dalamnya.

Pernikahan adalah satu kesatuan solid antara laki-laki dan perempuan yang melibatkan Tuhan sebagai penggagas utama; satu persekutuan manusia yang tidak boleh diceraikan sebab Tuhan sudah merancangnya dengan sempurna.

Dengan demikian jelas bagi kita pernikahan bukan urusan manusia semata tetapi Tuhan hadir di dalamnya. Untuk itu maka keberadaannya harus dihormati dan dirawat secara bertanggung jawab demikian juga dengan hubungan yang ada di dalamnya. Sebab bukankah itu adalah satu bentuk ibadah terhadap kehendak-Nya yang mulia? Kiranya berkat Tuhan hadir bagi setiap rumah tangga.

Ketika Dua Menjadi Satu

37

Jika kepada kita ditanya, Mengapa sih mengerjakan kasih itu selalu lebih sulit daripada membicarakan kasih? Apakah jawab kita?

Di antara banyak jawaban yang bisa kita berikan, menurut hemat saya, inilah jawaban yang paling tepat.

Jawabnya adalah membicarakan kasih saja sudah sulit bukan main, apalagi mengerjakannya! (Mungkin ini juga salah satu penyebab mengapa para pendeta tidak pernah habis-habisnya membicarakan kasih dalam khotbah-khotbahnya).

Rasul Paulus pun tampaknya sependapat, ketika ia katakan, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus kasih melampaui segala pengetahuan (Ef. 3:18-19). Dengan perkataan lain, kasih itu bisa dirasakan, tapi sulit untuk dikatakan, apalagi dilakukan.

Mengapa kasih sulit dikatakan atau dibicarakan? Sebabnya adalah berbicara tentang kasih itu sama saja dengan berbicara tentang Allah. Seperti Yohanes berkata dengan tegas, Allah adalah

kasih Selalu Memberi kebaikanKasih tidak pernah berkesudahanHe agape udepote ekpiptei(1 Korintus 13:8)

pdt. Royandi tanudjaya

38

kasih (1 Yoh. 4:8,16). Dan, berbicara tentang Allah yang tidak kelihatan itu bukankah selalu sulit dan tidak pernah mudah?

Berbicara tentang kasih pun sama dengan berbicara tentang Yesus Kristus. Sebab, kasih Allah paling nyata dalam Yesus. Seperti Yohanes katakan, Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Padahal berbicara tentang Yesus juga tidak pernah mudah, apalagi bila menyangkut diri-Nya yang seratus persen manusia dan seratus persen Allah. Apakah kepala kita nggak mumet dibuatnya?

Begitu eratnya kaitan kasih dengan Allah dan Kristus, sehingga saya setuju dengan pendapat seorang ahli Alkitab yang mengatakan setiap kata kasih dalam Alkitab sesungguhnya dapat diganti dengan kata Allah, atau Yesus. Dan, karena Allah atau Yesus yang bangkit itu hidup kekal, maka kasih pun ikut bersifat kekal.

Karena kasih bersifat kekal, Rasul Paulus benar ketika berkata, Kasih tidak pernah berkesudahan. Untuk kata berkesudahan, ia memakai kata Yunani ekpiptei yang berasal dari kata kerja ekpipto.

Kata ekpipto sendiri berasal dari akar kata ek, berarti dari, dan kata pipto, berarti jatuh. Seperti bunga layu yang jatuh dari carangnya ke tanah, atau seperti air terjun yang jatuh dari tebing yang tinggi ke sungai. Namun dalam perkembangannya, orang memakai kata ekpipto dalam pengertian hilang, habis, berhenti, berakhir.

Karena itu, perkataan Rasul Paulus dapat diterjemahkan, Kasih

Kasih Selalu Memberi Kebaikan

39

tidak pernah ekpipto, atau hilang, atau habis, atau berakhir. Atau seperti terjemahan LAI, kasih tidak pernah berkesudahan.

Lalu, bagian apakah dari kasih yang tidak pernah hilang atau habis atau berakhir atau berkesudahan? Segala kebaikan yang dikerjakan oleh kasih! Itulah yang tidak pernah hilang, atau habis, atau berakhir, atau berkesudahan.

Seperti kata Rasul Paulus, Kasih tidak berbuat jahat (Rom. 13:10). Atau dengan perkataan lain, Kasih selalu berbuat baik.

Berbuat baik itulah yang Allah kerjakan setiap hari di dalam kehidupan manusia dan dunia ini. Seperti kata Yesus, Allah selalu berbuat baik dengan terbitkan matahari bagi orang yang jahat dan baik, dan turunkan hujan bagi orang yang benar dan tidak benar. (Mat. 5:45).

Dalam bahasa Indonesia, kasih yang adalah terjemahan dari kata Yunani agape, justru menemukan kedalaman pengertiannya. Kasih itu padanan kata dari memberi. Dan memang, pengertian kasih identik atau sama dengan pengertian selalu memberi kebaikan.

Karena kasih juga identik dengan Allah dan dengan Kristus yang selalu memberi kebaikan, maka kita yang kenal dan percaya Allah dalam Kristus perlu membuktikan pengenalan dan kepercayaan kita itu dengan mempersaksikan kasih yang selalu memberi kebaikan kepada sesama dan dunia ini.

Jika ada yang bertanya, Kasih itu memberi kebaikan yang seperti apa, sih? Maka jawabannya adalah sesungguhnya kasih merangkum semua kebaikan. Dan bila kebaikan itu ingin lebih dikonkritkan, Rasul Paulus pun berkenan memberikan contohnya.

Kasih Selalu Memberi Kebaikan

40

Menurut Rasul Paulus, secara konkrit, kebaikan yang bersumber dari kasih, di antaranya, adalah panjang sabar, baik hati; menaruh kepercayaan, sehati-sepikir, rendah hati, sopan, mencari keuntungan orang lain, menguasai diri, mengampuni, bersikap adil dan benar (1 Kor. 13:4-6).

Mengapa Allah mau agar kita yang percaya kepada-Nya juga mau mengasihi dengan selalu memberi kebaikan kepada sesama kita manusia? Sebab hanya kasih yang demikian dapat memenangkan hati manusia yang jahat kepada-Nya.

Allah sendiri telah membuktikannya. Hanya dengan terus memberi kebaikan kepada kita manusia yang memuncak pada pemberian Yesus, Anak Tunggal-Nya, Ia telah berhasil memenangkan hati kita manusia dari yang tadinya jahat menjadi manusia yang percaya dan taat kepada-Nya.

Karena itulah, menurut Rasul Paulus lagi, sebagai orang Kristen, kita harus berupaya untuk memenangkan kejahatan hati manusia bagi Allah dengan kasih yang selalu memberi kebaikan.

Seperti seruan Rasul Paulus, Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan (kasih yang selalu memberi) kebaikan! (Rom. 12:21). Pada akhirnya kasih selalu menang atas kejahatan.

Seorang istri Kristen pernah mengalami betapa amat susahnya mengerjakan kasih itu. Pernikahannya dengan suami Kristennya pernah berada di tubir kehancuran. Karena apa? Beberapa tahun setelah pernikahan, sang istri tahu bahwa suaminya masih bermain judi.

Sang istri menuduh suaminya telah berbohong kepadanya.

Kasih Selalu Memberi Kebaikan

41

Suami bertahan dengan alasan bahwa dia ingin tapi tidak bisa meninggalkan judi, karena judi sudah jadi bagian dari hidupnya.

Setelah itu, keributan demi keributan terjadi, sehingga perkataan cerai mulai terlontar dari mulut keduanya.

Pada saat yang kritis, sang istri bertemu dengan pendeta. Setelah banyak mendengarkan, pendeta menasihati agar ia tetap mengasihi suaminya. Jika perlu dengan memberi lebih banyak kebaikan di samping berdoa. Hanya itu yang dapat memungkinkan suaminya berubah.

Sejak itu sikap sang istri terhadap suaminya berubah nyaris seratus delapan puluh derajat. Ia nyaris tidak pernah marah dan memicu pertengkaran lagi. Sebaliknya, ia selalu ramah, hangat, perhatian, bahkan tak pernah lagi melarang suaminya berjudi.

Suatu hari malah sang istri memaksa diri untuk menemani suami berjudi dari malam hingga dini hari. Ternyata hal itu berlanjut. Setiap kali suaminya bermain judi, ia menunggu suaminya di mobil. Biasanya sampai tertidur. Sementara itu suaminya bermain judi dengan teman-temannya.

Akibatnya? Lama kelamaan hati suami tersentuh. Hatinya menaruh rasa kasihan dan tidak tahan melihat istrinya yang baik, sabar dan tak pernah mengeluh menunggu dirinya di mobil, sementara ia sendiri bermain judi.

Suatu hari, suaminya mengambil salah satu keputusan terbesar dalam hidupnya. Demi mengasihi, ia juga mau memberi kebaikan kepada istrinya dengan berhenti berjudi, untuk selamanya!

Kedua suami-istri Kristen itu membenarkan perkataan Rasul Paulus, Dengan selalu memberi kebaikan, kasih mampu

Kasih Selalu Memberi Kebaikan

42

mengalahkan kejahatan!

Ya, benar, kasih selalu memberi kebaikan. Dan, kebaikan dari kasih tidak pernah berkesudahan. Pada segala waktu dan keadaan. Sebab, kasih dan kebaikan dari kasih, bukan hanya berawal dari, tetapi juga akan berakhir pada Allah yaitu pada kekekalan.

Kasih Selalu Memberi Kebaikan

43

Dedi dan Dina (keduanya bukan nama sebenarnya) adalah pasangan suami istri. Mereka dikaruniai Tuhan sepasang anak perempuan. Kedua anaknya bahkan sudah berangkat remaja.

Hidup keluarga itu tampak rukun-rukun saja. Bila sesekali ada keributan-keributan kecil itu biasa. Kala hari Minggu tiba, mereka juga nyaris tidak pernah absen berkebaktian di gereja.

Sampai suatu hari terjadi peristiwa di mana Dedi hilang. Ia seperti ditelan bumi. Habis pergi kerja pada pagi hari biasanya ia pulang ke rumah pada sorenya. Tapi hari itu Dedi tidak pulang, dan begitu pada hari-hari selanjutnya.

Selidik punya selidik, akhirnya Dina dan kedua anak remaja perempuannya tahu. Suami dan ayah mereka bukan hilang diculik orang. Bukan juga karena kena amnesia, semacam penyakit hilang

panjang Sabar Itu pahit, tapi buahnya ManisKasih itu panjang sabarHe agape makrothumei

(1 Korintus 13:4)

pdt. Royandi tanudjaya

44

ingatan, sehingga ia lupa keluarga dan rumahnya. Ternyata ia minggat ke luar kota dengan seorang perempuan muda.

Sejak itu Dina dan kedua anaknya hidup prihatin. Mereka harus menanggung aib dan hidup susah. Tak sedikit orang di dalam dan di luar gereja yang menyuruh Dina untuk menceraikan saja suaminya. Tapi setiap kali Dina berkonsultasi, pendetanya selalu menasihati dirinya untuk bersabar.

Justru pada saat suami jatuh ke dalam dosa, kita harus mengasihinya. Kita teladani Tuhan yang telah berbuat demikian juga kepada kita orang berdosa. Karena mengasihi, Tuhan sabar dan tetap berbuat baik kepada kita sampai akhirnya kita bertobat. Semoga Ibu dan anak-anak juga mau bersabar dan tetap berbuat baik dengan mendoakannya terus-menerus. Semoga akhirnya ia bertobat dan kembali kepada keluarganya! begitu nasihat Pendetanya kepadanya.

Bersabar memang tidak pernah mudah. Sebab, bersabar selalu terkait dengan penghinaan, kesusahan, penderitaan, dan biasanya untuk suatu masa yang relatif panjang.

Sebagai Pendeta, Paulus juga menasihati jemaat di Korintus untuk bersabar. Kasih itu panjang sabar, katanya.

Kata Yunani yang dipakai Paulus untuk panjang sabar adalah kata makrothumei yang berasal dari kata kerja makrothumeo. Kata tersebut berasal dari dua kata yaitu makros yang berarti panjang atau lama, dan thumos yang berarti hati, keberanian, semangat, murka.

Secara hurufiah, makrothumeo berarti hati yang mau dan mampu menahan murka untuk masa yang lama. Atau, dalam kaitan dengan nasihat Paulus, makrothumeo berarti panjang sabar, teristimewa

Panjang Sabar itu Pahit, Tapi Buahnya Manis

45

terhadap perbuatan jahat atau tidak adil dari orang lain, tanpa diri sendiri tergoda untuk membalas dengan perbuatan yang sama.

Karena itulah Rasul Paulus mengaitkan sabar itu dengan kasih. Kasih itu panjang sabar. Bahkan, ia masih menambahkan Kasih itu baik hati.1

LAI menerjemahankan dengan kata murah hati. Terjemahan yang lebih tepat adalah baik hati. Bandingkan, terjemahan NRSV, love is kind. Perhatikan, Paulus juga mensejajarkan panjang sabar/kesabaran dan baik hati/ kebaikan dengan kasih, sebagai buah Roh, dalam Galatia 5:22.

Bila menghadapi perbuatan jahat dan tidak adil dari orang lain, seorang Kristen bisa panjang sabar dan tetap berbuat baik, maka dapat diyakini bahwa ia sudah memiliki kasih. Tapi, bila sebaliknya, ia malah berbuat yang sama maka ia belum memiliki kasih.

Lebih jauh, kepada jemaat di Korintus, sebetulnya Paulus mengaitkan panjang sabar dan baik hati itu dengan kasih kepada diri sendiri, orang lain dan Allah (1 Kor. 13:4-7).

Demi mengasihi diri sendiri, mereka harus sabar berbuat baik dengan tidak iri hati, tidak memegahkan diri, tidak menyombongkan diri, tidak melakukan yang tidak sopan, dan tidak mencari kepentingan diri sendiri (ayat 4).

Demi mengasihi orang lain, mereka harus sabar berbuat baik dengan tidak lekas marah, tidak menyimpan kesalahannya dan tidak bersukacita atas keadilan (tetapi turut bersukacita atas kebenaran) (ayat 4-5).1 Maksudnya, seorang yang sudah atau belum memiliki kasih itu dapat diketahui ketika ia menghadapi orang lain yang berbuat jahat atau tidak adil kepadanya.

Panjang Sabar itu Pahit, Tapi Buahnya Manis

46

Demi mengasihi Allah, mereka harus sabar berbuat baik dengan memikul, mempercayai, mengharapkan dan menanggung segala sesuatu (ayat 5-6).

Dengan demikian, makrothumeo atau panjang sabar itu bersifat aktif, bukan pasif. Dalam segala kesusahan dan penderitaannya, seorang yang panjang sabar akan tetap berbuat segala kebaikan kepada dirinya, sesamanya dan Allah.

Allah sendiri adalah kasih (1 Yoh. 4:8,16). Dalam kasih-Nya, Ia selalu panjang sabar. Di gunung Sinai dan di hadapan Musa, Allah berjalan lewat sambil berseru, TUHAN, TUHAN, Allah pengasih, panjang sabar (Kel. 34:6).

Sambil memohon pengampunan atas sungut-sungut bangsa Israel, Musa meyakini bahwa Allah itu, berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah (Bil. 14:18).

Terhadap orang-orang yang meragukan janji kedatangan kembali Yesus, Petrus katakan, Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, tetapi Ia sabar karena Ia menghendaki supaya semua orang berbalik dan bertobat (1 Pet. 3:9).

Dalam kasih-Nya, Allah juga selalu berbuat baik kepada semua orang, khususnya yang berdosa.

Kepada orang jahat atau baik, kepada orang benar atau tidak benar, Ia menerbitkan matahari dan menurunkan hujan (Mat. 5:45-48).

Ia mengorbankan Kristus dengan membiarkannya mati di kayu salib semata-mata demi manusia yang masih berbuat dosa dan belum bertobat (Rom. 5:8).

Karena itu, para pengikutnya, termasuk setiap anggota keluarga

Panjang Sabar itu Pahit, Tapi Buahnya Manis

47

Kristen, juga harus saling mengasihi. Mereka harus menyatakan atau mengerjakan kasih itu lewat panjang sabar dan kebaikan hatinya kepada orang lain (Kol. 3:12; 2 Kor. 6:4,6).

Kembali kepada Dina. Sesuai dengan nasihat pendetanya yang sesuai pula dengan nasihat Pendeta Paulus! dalam segala kesusahan dan penderitaannya, ia coba berpanjang sabar dengan tetap mendoakan suaminya supaya bertobat. Sementara itu, ia bekerja keras untuk mendapatkan nafkah setiap hari dan untuk tetap bisa menghidupi keluarganya.

Beberapa tahun kemudian, saat anak-anak tidak di rumah, tiba-tiba saja, suatu hari, Dedi, suami Dina pulang ke rumah. Di hadapan Dina, Dedi langsung tersungkur, sambil menangis bercucuran air mata.

Ia mengakui kesalahannya telah minggat dan selingkuh dengan seorang perempuan lain. Ia menyesal. Ia bertobat. Ia sudah tinggalkan perempuan muda selingkuhannya. Ia mau kembali lagi hidup bersama Dina dan kedua anaknya.

Hati Dina tidak segera percaya dan tersentuh, apalagi luluh. Tapi melihat kesungguhan pengakuan dan penyesalan Dedi, akhirnya Dina mau mengampuninya. Dina mau memberi kesempatan lagi kepada Dedi untuk jadi suami dan ayah yang baik dan setia.

Biarpun semula tidak bisa menerima ayahnya kembali, melihat kasih ibunya yang tetap mau berbuat baik dan mengampuni suaminya, akhirnya mereka pun mau menerima kembali ayahnya ke dalam kehidupan mereka.

Dalam perjalanan waktu, kedua anak perempuan mereka berhasil jadi sarjana, berhasil memperoleh jodoh yang sepadan, dan

Panjang Sabar itu Pahit, Tapi Buahnya Manis

48

berhasil pula dalam pekerjaan mereka.

Di masa tuanya, Dedi dan Dina bukan hanya dapat kembali hidup berbahagia sebagai suami istri. Mereka juga amat sangat dibahagiakan oleh kedua anak perempuan, mantu dan cucu-cucu mereka.

Tapi, bagaimana seandainya jika Dedi sebagai suami tidak pernah kembali lagi kepada Dina istrinya? Apakah Dina masih akan berbahagia juga?

Ya, Dina pasti akan tetap berbahagia! Sebab, ia tetap dapat menjadi teladan dari kasih Allah yang dalam segala keadaan tetap dengan sabar mau berbuat baik kepada dirinya, orang lain dan Tuhan.

Tanpa suaminya kembali lagi sekalipun, ia akan tetap berbahagia. Sebab, kedua anak, mantu serta cucu-cucunya yang diberkati Tuhan pasti akan terlebih lagi membahagiakan dirinya.

Semua itu hanya dapat terjadi, karena Dina mau berpanjang sabar, dan dalam panjang sabarnya ia tetap mau berbaik hati.

Semoga bukan hanya Dina, tetapi setiap anggota keluarga Kristen pun boleh mengalami kebenaran perkataan, Panjang sabar itu pahit, tapi buahnya manis.

Panjang Sabar itu Pahit, Tapi Buahnya Manis

49

kasih bukan Sekedar katakristina Simare-mare, S.Si.teol.

Mudah bagi kita untuk mengatakan bahwa kita mengasihi seseorang. Akan tetapi tidak selalu mudah bagi kita untuk mewujudnyatakan kasih. Terlebih karena kencenderungan manusia adalah lebih mengasihi diri sendiri dan menjadikan diri sendiri sebagai yang utama. Akan tetapi tidak demikian dengan pasangan suami-istri dalam kisah berikut. Mereka tidak sekedar mengatakan kasih tetapi mewujudnyatakan kasih itu.

Suatu hari sepasang suami-istri yang baru menikah datang kepada Bunda Teresa dan memberi kepadanya sejumlah uang yang sangat besar.

Dari mana kalian mendapatkan begitu banyak uang? tanya Bunda Teresa.

Dua hari yang lalu kami menikah. Sebelum kami menikah kami telah memutuskan untuk tidak mengadakan pesta pernikahan. Kami telah memutuskan bahwa uang untuk biaya pesta pernikahan kami ini akan kami berikan kepada orang-orang miskin, jawab salah satu dari mereka.

50

Mengapa kalian melakukan ini? Bunda Teresa kembali bertanya.

Karena kami saling mencintai satu sama lain dan ingin memulai kehidupan pernikahan kami dengan sebuah kebaikan, jawab mereka.

Bunda Teresa kagum melihat kemurahan hati mereka. Sungguh suatu pemberian dari Allah untuk bisa berbagi dengan orang lain.

Murah hati merupakan salah satu wujud dari kasih yang sudah semestinya dihidupi oleh orang-orang percaya tanpa terkecuali. Demikianlah yang tertulis dalam I Kor. 13:4: Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.

Kata kerja bahasa Yunani untuk murah hati adalah khresteumai. Kata ini hanya dipakai pada teks 1 Kor. 13:4 dalam Perjanjian Baru. Akan tetapi kata tersebut digunakan beberapa kali dalam dua bentuk yang berbeda.

1. Kata sifat khrestos yang berarti baik hati, menunjukkan kedermawanan yang aktif tanpa didasari motif tertentu (Luk. 6:35, Ef. 4:32)

2. Kata benda khrestotes yang berarti kegunaan, kebaikan, keunggulan (Kol. 3:12, Tit. 3:4)

Khresteumai menunjukkan sikap baik hati dan dermawan. Motif yang terdapat dari sikap murah hati adalah keinginan untuk mengusahakan kebaikan bagi orang lain. Jika seseorang melakukan tindakan kebaikan tetapi motifnya untuk kepentingan tertentu maka orang itu tidak dapat dikatakan sebagai orang yang murah hati.

Kasih Bukan Sekedar Kata

51

Dikisahkan ada seorang serdadu yang bernama Martinus. Pada suatu malam yang sangat dingin, Martinus bertemu dengan seorang miskin yang hampir tidak berpakaian. Tubuh orang itu menggigil kedinginan. Orang itu sedang berusaha mengemis kepada orang-orang yang lewat di pintu gerbang kota. Martinus tidak memiliki apa-apa kecuali senjata dan mantel yang sedang ia kenakan. Kemudian ia mengeluarkan pedangnya, memotong mantelnya menjadi dua bagian. Kemudian memberikan satu bagian kepada pengemis itu untuk menutupi badannya.

Orang-orang yang menyaksikan perbuatan Martinus tertawa pada penampilannya sekarang yang menjadi aneh, mengenakan mantel yang tinggal separuh sementara yang lainnya merasa malu karena tidak dapat menolong untuk meringankan nasib malang pengemis itu. Pada malam itu dalam tidurnya Martinus melihat Kristus memakai pakaian setengah baju yang ia berikan kepada pengemis itu dan mendengar Ia berkata, Martinus, engkau telah menutupi tubuhku dengan pakaian ini.

Melalui kisah ini kita diajak memahami bahwa sikap murah hati terwujudkan dalam sebuah pemberian. Pemberian yang mengorbankan diri. Pemberian yang cuma-cuma, yang tidak mengharapkan balasan kepada orang yang menerima pemberian maupun kepada Allah. Pemberian semata-mata hanya didasari keinginan untuk mengusahakan kebaikan bagi orang lain.

Namun pengertian murah hati tentu tidak terbatas pada sebuah tindakan memberi sesuatu. Sikap murah hati adalah wujud nyata dari kasih yang dapat dirasakan oleh orang lain. Salah seorang Bapa Gereja, Origenes memaknai murah hati sebagai sebuah sikap

Kasih Bukan Sekedar Kata

52

berbaik hati kepada semua orang. Dengan demikian kasih itu berlaku bagi siapapun.

Penelaahan makna murah hati juga memberikan kesimpulan kepada kita bahwa kasih bukan sekadar kata atau bersifat pasif. Kasih secara aktif melakukan hal-hal yang mencerminkan kemurahan hati yang senantiasa mengusahkan kebaikan bagi orang lain. Ketika setiap orang mampu untuk melakukannya maka sangat mungkin tercipta relasi yang dipenuhi dengan cinta kasih.

Rasanya tidak ada keluarga yang dapat merasakan kebahagian jika anggota keluarganya tidak memiliki sikap murah hati. Mewujudnyatakan sikap murah hati membutuhkan pengorbanan juga hasrat untuk mengutamakan pasangan. Persoalannya adalah siapa yang lebih dulu bersedia untuk berkorban dan mengutamakan pasangannya. Kenyataannya masih banyak orang yang menghayati bahwa ketika menikah maka ia harus dilayani senantiasa. Bahkan ada yang beranggapan bahwa tidak ada gunanya menikah jika masih terus melakukan berbagai tugas dalam urusan rumah tangga. Hal ini jelas bukanlah sikap kasih yang murah hati sebab diri sendiri masih ditempatkan sebagai fokus dalam relasi pernikahan. Atau sebaliknya, ketika kita menganggap bahwa kita sudah mengasihi pasangan kita secara berlebihan. Jika demikian, berarti kita belum cukup mengasihinya. Oleh karena itu sikap murah hati menjadi sikap yang penting untuk dikerjakan dalam relasi suami istri.

Suami dan istri hendaknya mengusahakan kebaikan bagi pasangannya dengan melakukan tindakan yang memancarkan kebaikan hati. Ketika kita mengasihi pasangan kita berarti kita melakukan tindakan yang disukai oleh pasangan kita. Ketika kita

Kasih Bukan Sekedar Kata

53

mengasihi pasangan kita berarti kita mau melakukan tindakan yang mendatangkan kebaikan untuk pasangan kita. Dengan melakukannya kita pun beroleh sukacita dan kebahagian. Misalnya kita tahu benar bahwa pasangan kita adalah orang yang menyenangi keteraturan dan kerapian, maka kita pun berusaha untuk turut menjaga keteraturan dan kerapian barang-barang dalam rumah.

Kita menyadari bahwa bukanlah suatu hal yang mudah untuk senantiasa mengusahakan kebaikan bagi pasangan. Bukan hal yang mudah pula untuk mengutamakan pasangan. Akan tetapi bukan berarti hal itu tidak dapat dilakukan. Akan lebih membuat menderita lagi jika mengutamakan kebaikan pasangan hanya dilakukan oleh salah satu pihak saja. Mungkin akan ada penderitaan yang dialami oleh salah satu pihak tersebut. Ketika terus demikian yang terjadi maka keharmonisan bahkan keutuhan rumah tangga dapat terancam.

Oleh karena itu dalam relasi suami-istri kata saling menjadi kunci untuk menyatakan sikap murah hati. Hendaknya pasangan suami istri saling melakukan tindakan kebaikan dan saling mengutamakan pasangan.

Semangat untuk melakukan tindakan yang mendatangkan kebaikan bagi pasangan akan muncul dengan sendirinya ketika kasih menjadi dasarnya. Seorang istri merasakan begitu kelelahan ketika ia harus melakukan bermacam pekerjaan yang sudah didaftarkan oleh suaminya. Ia melakukannya dengan perasaan terpaksa untuk suaminya yang sesungguhnya tidak dicintainya. Ia menikah dengan suaminya hanya karena mengikuti perjodohan yang dilakukan orangtua mereka. Hingga pada suatu hari sang suami meninggal

Kasih Bukan Sekedar Kata

54

karena sakit. Selang beberapa waktu setelah suaminya meninggal, ia menikah lagi dengan pria yang dicintainya. Pada suatu kali setelah selesai melakukan bermacam pekerjaan rumahnya, ia menemukan daftar pekerjaan yang pernah dibuat suaminya yang sudah meninggal. Ia menyadari bahwa daftar pekerjaan itu adalah pekerjaan yang juga dilakukannya saat ini. Akan tetapi yang berbeda adalah ia tidak merasakan kelelahan yang begitu berarti sebab ia melakukan itu semua untuk orang yang ia kasihi.

Kasihlah yang menjadi dasar. Hiduplah dalam kasih sebagai pasangan suami-istri yang saling mengusahakan kebaikan dan mengutamakan pasangan.

Kasih Bukan Sekedar Kata

55

Apakah, cemburu adalah tanda cinta? Pemaknaan cemburu yang diidentikkan dengan cinta di dalam sebuah relasi kerap memunculkan anggapan bahwa cinta harus diikuti dengan kecemburuan. Akibatnya tanpa kecemburuan dianggap tidak ada cinta atau kadar cintanya berkurang. Umumnya, seseorang menjadi cemburu karena takut dan tidak ingin kehilangan orang yang dicintainya, oleh karenanya cemburu sering dianggap menjadi bukti bahwa seseorang mencintai.

Tetapi fakta membuktikan justru kecemburuan seringkali membuat sebuah relasi menjadi rusak. Cemburu membuat seseorang melakukan tindakan-tindakan yang merugikan, melukai, dan mendatangkan penderitaan. Misalnya seorang suami melarang istrinya melakukan aktivitas apapun di luar rumah karena kuatir istrinya menjalin hubungan dengan mantan pacarnya semasa kuliah. Atau seorang istri melarang suami ambil bagian melayani di gereja karena iri melihat suaminya seolah bebas dari tanggung jawab mengurus pekerjaan rumah tangga. Bahkan seringkali kita

Cemburu tidak Memperkuat kasihkristina Simare-mare, S.Si.teol.

56

juga mendengar berita tentang seseorang yang tega menganiaya pasangannya karena dibakar api cemburu. Cemburu membuat seseorang merasa diri paling benar, cenderung ingin membalas dan menjatuhkan orang lain. Rasa cemburu dapat membuatnya hilangnya kepekaan seseorang kepada kehendak Tuhan. Dengan demikian cemburu tidak selalu identik dengan tanda cinta. Allah sendiri memerintahkan kita untuk mengasihi. Rasul Paulus memaknai bahwa kasih tidak cemburu.

apa Itu Cemburu? Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus mencatat,

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. (1 Kor. 13:4)

Di dalam teks tersebut kita melihat bahwa Paulus memperlihatkan bagaimana cara kasih itu bekerja. Paulus hendak mengatakan bahwa kasih bukan hanya sekadar emosi atau perasaan. Paulus memperlihatkan bahwa kasih bukanlah semata-mata apa yang dirasakan oleh seseorang melainkan apa yang dilakukannya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, cemburu diartikan: a. merasa tidak senang atau kurang senang melihat orang lain beruntung dsb.; b. sirik; c. kurang percaya; d. curiga (iri hati). Berdasarkan pengertian tersebut kata cemburu dalam bahasa Indonesia cenderung mengarah kepada arti negatif. Oleh karenanya cemburu yang seringkali dipahami cenderung bernuansa negatif. Akan tetapi dalam Alkitab kata cemburu tidak selalu mengarah pada arti negatif tetapi dapat digunakan untuk menggambarkan arti yang positif pula.

Cemburu Tidak Memperkuat Kasih

57

Kata cemburu yang digunakan dalam I Kor. 13:4 adalah dari kata kerja bahasa Yunani zeloo. Kata bendanya adalah zelos. Zeloo dan zelos keduanya dapat dipergunakan dalam arti yang positif juga dalam arti yang negatif.

Dalam arti yang positif kata zeloo mengandung makna berusaha atau bersemangat dengan gairah yang menggebu-gebu dalam mengejar sesuatu. Misalnya dalam 1 Kor. 14:1 kita dipanggil untuk mengejar kasih dan berusaha memperoleh karunia-karunia Roh. Kata zeloo juga bisa berarti suatu sifat baik pemberian Allah yang ingin melindungi seseorang yang dikasihi dari bahaya. Mengasihi sedemikian rupa untuk menjaga jangan sampai yang dikasihi tersesat dan menjadi tidak setia. Dalam arti yang positif inilah, Allah dikatakan sebagai Allah yang cemburu. Dikatakan Allah yang cemburu karena Allah begitu mengasihi umat-Nya dan tidak menghendaki umat-Nya mendua hati.

Alkitab dengan jelas menggambarkan bahwa Allah sebagai mempelai laki-laki dari umat-Nya sebagai mempelai perempuan. Maka untuk menggambarkan tuntutan kesetiaan umat Allah ini juga digunakan kata zelos. Allah yang Esa, sifat kesucian-Nya menuntut hak-Nya sebagai Satu-satunya Allah yang layak disembah dan Dia tidak sudi berbagi kemuliaan-Nya dengan berhala; Allah cemburu, karena Dia adalah satu-satunya Allah, dan Allah tidak menghendaki umat-Nya menyembah berhala, patung, sesuatu dan siapa pun juga. Cemburu Allah ini timbul untuk mempertahankan kekudusan-Nya. Jadi, manusia yang digambarkan sebagai mempelai perempuan harus memberikan kehormatan dan kemuliaan kepada-Nya, karena itu adalah mutlak hak-Nya seutuhnya.

Cemburu Tidak Memperkuat Kasih

58

Zeloo dan zelos dapat juga digunakan dalam arti yang negatif. Dalam arti yang negatif zeloo berarti iri hati atau kecemburuan. Kedua kata tersebut bisa mengandung maksud suatu emosi yang keliru dan menyimpang terhadap seseorang. Dalam pengertiannya cemburu tidak persis dapat diartikan dengan: begrudge (iri akan posisi dan hak), covet (keinginan memiliki), emulating (keinginan untuk menjadi seperti orang lain), bahkan dengan jealousy (khawatir direbut). Kita akan membandingkan cemburu dengan perasaan-perasaan tersebut:

a. Begrudge adalah keinginan supaya orang lain tidak memiliki apa yang ia sendiri inginkan. Seorang mahasiswa bisa iri pada teman sekelasnya yang mendapatkan kekasih yang cantik, karena diam-diam ia pun ingin memiliki gadis itu.

b. Covetous adalah keinginan pada sesuatu yang dimiliki orang lain, tanpa cemburu pada pemiliknya. Misalnya, ketika seorang melihat rumah baru milik tetangganya, maka ia juga ingin memiliki rumah seperti milik tetangganya.

c. To emulate adalah keinginan untuk menjadi sama dengan orang lain. Perasaan ini baik, karena mendorong seseorang untuk memiliki kemajuan hidup, tetapi mudah tergelincir menjadi cemburu.

d. To be jealous adalah perasaan kuatir jika yang dimilikinya direbut orang lain. Dibandingkan dengan covetous maka jealousy adalah kekuatiran yang kebanyakan positif. Allah disebut pencemburu (Kel.20:5), karena Ia tidak ingin bahwa Israel umat-Nya diambil dari pada-Nya. Meski demikian, jealousy bisa juga berarti negatif, yaitu ketika perasaan itu

Cemburu Tidak Memperkuat Kasih

59

muncul tanpa alasan yang benar, bahkan didasarkan pada kecurigaan yang tidak beralasan dan cara berpikir yang tidak sehat (paranoid tendency).

Konteks kata cemburu dalam 1 Kor. 13:4 dapat kita bandingkan dengan Kel. 20:17, Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu. Ketika seseorang mengasihi maka ia akan menyatakan kasihnya melalui sikap tidak cemburu.

Sebagai umat Allah, kita diajak untuk menghargai orang lain seutuhnya. Bukan hartanya atau materinya. Pribadi seseorang lebih penting daripada materi yang mereka miliki. Umat percaya diajar untuk tidak membenci. Tetapi sikap cemburu atau iri-hati terhadap milik orang lain bisa membawa manusia untuk berbuat dosa. Sikap cemburu seperti ini bukanlah sifat dari kasih. Kasih tidak cemburu, justru bermakna ia dengan sukacita mengakui sukses dan prestasi orang lain.

Cemburu Dalam Relasi pasangan Suami-istriCemburu adalah sifat manusiawi yang dapat muncul pada siapa

saja. Akan tetapi kita harus waspada terhadap reaksi yang muncul akitab perasaan cemburu itu. Caranya dengan mencari penyebab munculnya rasa cemburu dalam diri kita. Penyebab tersebut lah yang hendaknya dikomunikasikan kepada pasangan. Jikalau cemburu dibiarkan menguasai diri kita bahkan mengakibatkan perbuatan yang mengakibatkan dosa maka akan terjadi keretakan relasi dalam hubungan suami-istri. Hal ini dapat pula menimbulkan

Cemburu Tidak Memperkuat Kasih

60

konflik dan perpisahan.Dengan demikian pastilah relasi suami-istri menjadi jauh dari suasana harmonis. Misalnya ketika suami dan istri seringkali konflik karena salah satu pihak terbakar oleh api cemburu buta yang tidak benar atau cemburu yang mengarah kepada sikap mengekang pasangannya.

Surat 1 Kor. 13:7 mengatakan, Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

Kasih, percaya akan kesetiaan orang lain. Kasih, belajar melihat apa yang terbaik dalam diri pasangan, sehingga kita pun berhenti berprasangka buruk atau mencurigai pasangan kita. Jika kita memiliki kasih yang percaya, kecemburuan akan lenyap! Di pihak yang lain, kepercayaan yang diberikan juga sudah semestinya untuk dijaga. Hendaknya suami-istri menyadari kebutuhan masing-masing. Suami-istri hendaknya mampu saling menjaga perasaan dengan baik. Suami-istri tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan kecemburan. Misalnya ketika kita tahu bahwa pasangan kita akan cemburu jika kita pergi berdua dengan mantan kekasih kita maka sebaiknya kita pun tidak melakukannya.

Baik suami maupun istri perlu pula mengerti batas-batas yang boleh dan harus mereka taati dan yang tidak boleh mereka langgar. Misalnya senantiasa saling terbuka dan jujur terhadap satu dengan yang lain; memberikan informasi yang jelas jika pasangan bertanya terkait hal-hal yang mengitari kita. Dengan demikian tidak ada lagi rasa cemburu melainkan terciptanya hubungan yang sehat dan kuat dalam keharmonisan.

Cemburu Tidak Memperkuat Kasih

61

Saling Memegahkan Diri adalah kerugianIjinkan untuk saya memulai tulisan ini dengan sebuah ungkapan

yang mengatakan: Para pria menjadi termotivasi dan bersemangat saat mereka merasa dibutuhkan..... sementara wanita menjadi termotivasi dan bersemangat saat mereka dicintai. Itulah sebabnya seorang pria memilih menjadi pasif dan kehilangan gairah saat mereka merasa tidak di butuhkan tetapi jika mereka tampak begitu dibutuhkan maka mereka akan semakin bersemangat dan antusias untuk memberi lebih banyak. Sementara jika seorang wanita merasa semakin tidak dicintai maka mereka akan melakukan segala sesuatunya dengan perasaan terpaksa dan merasa sangat kelelahan tetapi jika perasaan dicintai itu terpenuhkan maka ia akan memberikan lebih banyak dari apa yang dapat dibayangkan.

Seorang pria akan beranggapan bahwa dirinya pantas mendapatkan nilai yang tinggi jika ia mampu melakukan sesuatu yang tampak hebat bagi pasangannya, padahal bagi seorang wanita

kasih tidak Memegahkan DiriOu Perpereuomai

pdt. Imanuel kristo

62

apapun yang dilakukan oleh seorang pria adalah sama itu adalah kewajiban cinta.

Perhatikanlah kasus ini:

James dan Jeany adalah sepasang suami istri yang memasuki pernikahan karena alasan cinta. Sampai sekali waktu Jeany berkata, Saya telah melakukan begitu banyak bagi James tetapi apa yang saya dapat? Dia mengabaikan saya dan dia hanya memperhatikan pekerjaannya saja. Menanggapi hal itu James berkata, Dari pekerjaan itulah saya dapat membangun rumah yang bagus untuknya, mengajaknya berlibur tiap tahun bukankah seharusnya dia merasa bahagia? Dari pembicaraan itu mereka kemudian bertengkar semakin hebat, saling menyalahkan satu sama lain dan saling memegahkan diri atas yang lain. James adalah seorang profesional yang berhasil dalam pekerjaannya, dia selalu berpikir bahwa semakin banyak yang dapat dia kumpulkan dan hasilkan dari pekerjaanya maka semakin sedikitlah kewajiban yang harus dia berikan di rumah terhadap keluarganya. Sementara Jeany merasa telah memberi lebih banyak dengan kesunguhannya mengurus dan mengelola rumah. Mereka berdua saling memegahkan diri atas apa yang dilakukannya, dan dengan semua itulah jua mereka menjadi saling melukai.

Menemukan keindahan CintaCinta pada dirinya sendiri adalah keutamaan yang luar biasa:

agung, luhur dan mulia. Cinta adalah awal dari segala sesuatu, pemberi warna yang indah dalam kehidupan. Bukankah kita ada karena cinta, kita menjalani semua aktivitas kita juga karena cinta.

Kasih Tidak Memegahkan Diri

63

Hati yang bahagia dan hati yang kecewa juga karena cinta, begitu luar biasanya cinta sehingga Jeane Moureau berkata, Usia tidak pernah melindungi Anda dari cinta tetapi cinta melindungi Anda dari usia. Itulah sebabnya siapapun yang memiliki cinta maka merekalah yang akan memiliki kebahagiaan.

Hal kedua tentang hebatnya cinta adalah karena cinta maka duri menjadi mawar dan cuka menjadi anggur. Cinta selalu menghadirkan keindahan bagi siapapun juga yang memilikinya. Karena cinta maka kebencian hilang dan permusuhan menjadi persaudaraan karena cinta juga maka siapapun juga yang ada di hadapan kita tampak menjadi begitu istimewa. Itulah yang seharusnya ada dalam relasi suami istri. Suami istri yang memiliki cinta akan mampu memiliki yang lain.

Hal itulah yang dipaparkan oleh Rasul Paulus dalam surat kirimannya kepada jemaat di Korintus. Betapa cinta atau kasih dilukiskan dengan begitu indah oleh Paulus.... salah satunya adalah cinta tidak pernah memegahkan diri. Kata memegahkan diri dalam surat pastoral Paulus ditulis dengan kata Ou Perpereuomai (O Perpereoma), dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan I show myself off. Pribadi yang demikian adalah pribadi yang gemar melakukan segala sesuatu tidak lebih sebagai sebuah upaya sebatas penampilan demi untuk membuat orang lain mengagumi dirinya. Paulus menegaskan bahwa kasih yang sungguh tidaklah demikian. Segala sesuatu yang dilakukan oleh suami istri yang saling mencinta pertama-tama dilakukan bukanlah untuk mendapatkan pujian dan penghargaan dari orang lain, bukan untuk dipertontonkan sehinga dirinya mendapatkan penghormatan. Tetapi semua itu dilakukan dengan tulus sekalipun tidak ada satu orangpun yang melihat

Kasih Tidak Memegahkan Diri

64

dan menghargainya karena cinta tidak pernah membutuhkan penghargaan di luar diri pelakunya. Cinta hanya cukup untuk cinta, dalam kepenuhan dirinya seutuhnya. Dan kebahagiaan mereka yang menjalaninya tidak pernah bergantung pada penilaian orang-orang di sekitarnya, tetapi kebahagiaannya diciptakan oleh mereka yang menjalaninya.

Ou Perpereuomai (O Perpereoma) juga diterjemahkan dengan I am boastful. Itu artinya dalam kata tersebut terkandung unsur kebohongan, apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan dalam pemahaman kata tersebut sangat kuat unsur membualnya. Suami istri yang ada dalam sikap demikian adalah suami istri yang mewarnai kebersamaannya dengan kebohongan dan praktek membual. Dan itu pastilah bukan cinta kasih yang sesungguhnya, karena mereka yang mempraktekkan cinta kasih yang sungguh pastilah tidak akan pernah berpikir untuk melakukan segala sesuatunya dengan kebohongan. Suami istri yang saling mengasihi akan menjalani segala sesuatunya dengan kejujuran. Cinta kasih yang dilakukan dalam kebohongan bukanlah cinta kasih. Bentuk-bentuk kemesraan dalam perkataan dan perbuatan yang diekspresikan oleh suami istri seharusnya dilakukan dalam ketulusan.

Pengertian yang ketiga dalam kata Ou Perpereuomai (O Perpereoma) adalah sikap dan perilaku yang angkuh. Padahal dalam cinta kasih yang sejati semua yang kasar, tidak bersahabat dan angkuh tidak mungkin diberi tempat. Dalam cinta kasih yang sunguh antara suami istri maka yang dikembangkan adalah sikap keramahan yang tulus, santun dan sikap mau merendahkan diri bagi kekasihnya tanpa keangkuhan.

Kasih Tidak Memegahkan Diri

65

Usaha bersamaAkhirnya, keberhasilan pasangan suami istri dalam menjalani

kehidupan berkeluarga adalah hasil usaha bersama. Oleh karena itu tidak boleh ada yang memegahkan diri di atas yang lain. Tidak pernah ada kebahagiaan keluarga yan dibangun hanya oleh salah satunya. Sikap memegahkan diri dari salah satunya hanya akan memperlemah hubungan di antara keduanya.

Setiap hubungan selalu bisa mengalami saat-saat sulit, dan saat-saat itu muncul karena berbagai alasan. Dalam kondisi yang demikian maka yang terindah untuk dilakukan bersama adalah komunikasi yang penuh cinta. Dalam komunikasi yang penuh cinta itulah mereka berdua akan mampu mengatasi kekecewaan-kekecewaan mereka. Di situlah keduanya saling berpartisipasi dalam kegembiraan dan menikmati keindahan berkeluarga.

Kasih Tidak Memegahkan Diri

66

67

antara pria dan WanitaJohn Gray, dalam bukunya: Men are from Mars, Women are

from Venus mengungkapkan perbedaan antara pria dan wanita. Menurut Gray, pria cenderung menghargai kekuasaan, keterampilan, efisiensi dan prestasi. Harga diri seorang pria dirumuskan melalui kemampuan mereka mencapai hasil-hasil. Mereka akan mengalami kepuasan terutama melalui sukses dan prestasi. Kaum pria asyik dengan hal-hal yang dapat menolong mereka mengungkapkan kekuatan dengan menciptakan hasil-hasil dan mencapai sasaran-sasaran mereka.

Sementara wanita menghargai cinta, komunikasi dan hubungan. Mereka menghabiskan banyak waktu untuk memberikan dukungan, menolong dan saling melayani. Bagi mereka komunikasi, berbagi dan membangun hubungan dianggap jauh lebih penting daripada mencapai sasaran atau keberhasilan.

Dua perbedaan itulah yang acapkali membuat relasi antara pria dan wanita menjadi relasi yang tidak selamanya mudah untuk

kasih.... tidak SombongOu Phusioo

pdt. Imanuel kristo

68

dijalani termasuk bagi pria dan wanita yang telah bersepakat untuk hidup bersama sebagai suami dan istri. Seorang pria atau seorang suami, akan merasa lebih nyaman menyendiri dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapinya sendiri. Sementara wanita lebih suka berkumpul bersama dengan banyak teman dan secara terbuka membicarakan masalah-masalah yang mereka hadapi. Jarak di antara mereka akan semakin jauh satu sama lain, ketika mereka mempertahankan kehendaknya masing-masing, ketika diri dan hati mereka di penuhi kesombongan dengan jalannya masing-masing.

ou phusioo - O PhsooKetika Paulus bicara soal kasih, maka Paulus menempatkannya

sebagai sesuatu yang agung. Kasih menjadi sesuatu yang oleh Paulus ditempatkan di atas segalanya, melebihi segalanya dan mengatasi segalanya. Dan kasih yang demikian adalah kasih yang Ou Phusioo (O Phsoo), sebuah kata yang hendak menyiratkan sifat-sifat yang sombong dalam pengertian menyombongkan diri, congkak dan angkuh. Ketiganya adalah sifat-sifat yang merusakkan cinta kasih.

Mereka yang bersepakat untuk hidup saling mencintai dan mengasihi tidak mungkin dapat menikmati kebersamaan di antara mereka jika di antara mereka ada perasaan paling yang berlebihan tentang dirinya sendiri di hadapan pasangannya. Mereka tidak akan dapat menikmati cinta di antara mereka jika ada di antara mereka yang merasa paling berperan dalam relasi tersebut. Carl G. Jung, berkata, Dimana cinta bertahta maka tidak akan ada kehendak untuk berkuasa, namun bila kehendak untuk menguasai yang bertahta maka cinta akan berkurang.

Kasih.... Tidak Sombong

69

Tidak jarang, suami atau istri merasa dirinya paling berperan dalam membiayai dan menafkahi kebutuhan keluarga hanya karena mereka merasa bahwa penghasilan yang mereka dapatkan lebih besar dari pasangannya. Saat itu kita merasa demikian maka kita beranggapan bahwa kitalah yang sepenuhnya menghidupi keluarga kita, dan semua orang dalam keluarga tampak bergantung pada kita. Dengan cara itu kita bukan saja tidak menghargai pasangan kita tetapi sekaligus juga menyakiti dan merendahkannya. Dia tampak tidak berguna, dan kemudian yang terjadi adalah dia mulai membatasi perannya dan ini tidak boleh terjadi. Perasaan yang bertolak belakang antara dua orang yang disatukan dalam ikatan pernikahan sangat berpotensi untuk menghidupkan budaya dominasi dari yang satu terhadap yang lainnya. Ini akan menjadi sesuatu yang tidak sehat sepanjang pernikahan yang mereka jalani. Ketidakseimbangan peran dalam sebuah pernikahan ditambah dominasi yang satu terhadap yang lain akan menjadi pintu masuk bagi banyak hal yang mengganggu pernikahan.

Ou Phusioo juga bisa berarti congkak, yaitu merasa dan bertindak, dengan memperlihatkan diri sendiri sedemikian rupa sehingga tampak begitu mulia. Padahal yang sesunguhnya tidaklah demikian, pribadi yang demikian adalah pribadi yang menyombongkan diri dengan kebohongan. Dengan demikian, dibalik kesombongannya ada ketidakjujuran dan kebohongan demi untuk sebuah pencitraan. Cinta kasih yang sejati dan relasi yang sehat tentu tidak pernah akan memberi tempat kepada Ou Phusioo (sikap congkak dan kebohongan).

Ou Phusioo juga hendak menunjukkan sifat angkuh, yaitu sikap yang suka memandang rendah kepada orang lain. Biasanya hal itu

Kasih.... Tidak Sombong

70

terjadi karena ada perbedaan yang cukup jauh dalam hal pendidikan formal, strata sosial dan popularitasnya di depan umum. Namun hal ini sebaiknya tidak terjadi dan dialami oleh dua pribadi yang bersepakat hidup dalam cinta kasih. Sifat angkuh bukanlah sarana yang baik untuk dapat mengekspresikan cinta. John Wolfgang van Goethe mengatakan, Kita dibentuk dan diperindah oleh apa yang kita cintai sementara Victor Hugo menambahkan, Kebahagiaan utama dalam hidup adalah harapan bahwa kita dicintai. Sifat angkuh akan secara perlahan-lahan akan meniadakan rasa dicintai dan mencintai.

kasih adalah kasihItulah yang seharusnya mewarnai setiap relasi cinta kasih di

antara pasangan suami istri. Cinta kasih pada dirinya sendiri adalah agung dan terhormat, dan oleh karenanya cinta bukanlah cinta jika pelakunya kehilanan penhormatan di hadapan sesamanya.

John Powel, mengingatkan..... setidaknya ada tiga segi yang harus terus menerus dijaga ketika kita mencinta dan dicinta, ketiga segi itu adalah:

1. Cinta berarti menghargai dan mengakui nilai asli dan unik dari orang yang kita cintai.

2. Cinta berarti mengakui dan mencoba memenuhi keperluan orang yang kita cintai.

3. Cinta berarti memaafkan dan melupakan kesalahan orang yang kita cintai.

Selamat menempatkan cinta sebagai cinta, dan selamat mempraktekkan cinta dengan penuh kegembiraan bersama dengan dia, yang sudah Tuhan hadirkan dalam kehidupan kita.

Kasih.... Tidak Sombong

71

Inikah Yang namanya CintaRinto dan Rita adalah pasangan suami-istri, yang menikah

karena cinta (begitu paling tidak yang mereka selalu ucapkan). Setelah sekian tahun menikah, mereka belum dikaruniai anak, namun tampaknya hal itu tidak terlalu mereka permasalahkan. Kehidupan pernikahan mereka dari luar tampak berjalan seperti biasa. Namun sesungguhnya tidaklah demikian, Rinto bukanlah suami yang senang memanjakan istri dalam banyak kesempatan dia bahlkan menyakiti hati Rita dengan prilakunya yang tampak tidak pantas ketika dia berada di luar rumah. Kesopanan yang sebelumnya mengesankan Rita, hampir-hampir tidak tampak lagi ketika Rinto berkumpul dengan teman-teman in group nya. Tanggapan teman-teman Rita atas keluh kesah dirinya terkait dengan prilaku Rinto seolah-olah menjadi referensi bagi Rita untuk segera mengambil sikap. Rinto juga bukan suami yang memiliki antusiasme dan ambisi tinggi dalam bekerja, seperti yang dilakukan

kasih tidak Melakukan yang tidak SopanOu Askemoneo

pdt. Imanuel kristo

72

oleh banyak suami yang bertanggung jawab. Itulah yang membuat Rita harus berjuang keras mencukupkan banya