24 februari new keynesian 16

52
BAB 16 MODEL MAKROEKONOMI NEW KEYNESIAN Dari padaran ini, makroekonomi Keynesian telah menolak beberapa asumsi khusus dan sebagian dari strategi pemodelan umum dari teori ekonomi klasik. Terutama, Keynes memastikan pentingnya karakteristik seperti ilusi uang dan Stickneys upah yang dianggap sebagai sesuatu yang mengalami konflik langsung dengan analisis mikroekonomi klasik. Lebih lanjut, tradisi Keynesian ini telah dibangun atas catatan bahwa kegagalan pasar dan bukti dari perilaku irrasional adalah sangat penting bagi kajian hasil ekonomi agregat perilaku yang menggunakan asumsi sebagai hipotesis yang ada dalam strategi pemodelan. Bagaimanapun, sebagaimana telah diperjelas pada bab sebelumnya dari teks ini, pemikiran terakhir dikalangan makroekonom mendorong model makroekonomi dengan dasar mikroekonomi yang kuat. Sejumlah penelitian awal dalam 1

Upload: erick-mangapul-gultom

Post on 15-Sep-2015

28 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

bab 16model makroekonomi new keynesianDari padaran ini, makroekonomi Keynesian telah menolak beberapa asumsi khusus dan sebagian dari strategi pemodelan umum dari teori ekonomi klasik. Terutama, Keynes memastikan pentingnya karakteristik seperti ilusi uang dan Stickneys upah yang dianggap sebagai sesuatu yang mengalami konflik langsung dengan analisis mikroekonomi klasik. Lebih lanjut, tradisi Keynesian ini telah dibangun atas catatan bahwa kegagalan pasar dan bukti dari perilaku irrasional adalah sangat penting bagi kajian hasil ekonomi agregat perilaku yang menggunakan asumsi sebagai hipotesis yang ada dalam strategi pemodelan.

Bagaimanapun, sebagaimana telah diperjelas pada bab sebelumnya dari teks ini, pemikiran terakhir dikalangan makroekonom mendorong model makroekonomi dengan dasar mikroekonomi yang kuat. Sejumlah penelitian awal dalam bidang ini telah diberikan oleh penulis klasik baru seperti Robert Barro, Robert Lucas dan Thomas Sargent. Belakangan, pertumbuhan litratur tentang model siklus bisnis real telah masuk ke dalam tradisi mikroekonomi klasik.

Tingkat kemajuan dari pendekatan klasik modern ini terhadap analisis makroekonomi telah menempatkan para pengamat dengan kesan bahwa sebagian besar analisis makroekonomi Keynesian adalah tidak sesuai dengan metodologi ekonomi yang biasa dalam memaksimumkan perilaku para pihak agen ekonomi. Dalam merespon kritikan itu, maka beberapa penelitian akhir-akhir ini telah dilakukan untuk memperlihatkan bahwa sebagian besar hasil gaya Keynesian adalah sesuai dengan teknik pemodelan mikroekonomi standar.

Model intuisi Keynesian juga menekankan setidaknya ada tiga karakter yang harus dimiliki oleh model untuk menjadi kandidat realsitis untuk menjelaksan kejadian ekonomi aktual. Pertama, model harus sesuai dengan eksistensi pengangguran. Kedua, model harus sesuai dengan catatan bahwa peningkatan dalam output agregat adalah selalu dapat mengalami perbaikan. Akhirnya, model ralistis harus memungkinkan gangguan nominal s ebagai shock moneter untuk menghasilkan perubahan dalam aktivitas ekonomi real.

Bab ini mensurvey dua cabang khuus dari bidang analisis makroekonomi Keynesian baru yang berkembang dengan pesat. Seksi 16.1 melihat efisiensi model upah dari pekerjaan dan penentuan output. Model dari kelas ini mengupas kemungkinan bahwa tingkatan usaha pekerja dapat dipengaruhi secara positif oleh perubahan dalam besaran upah yang dibayarkan oleh perusahaan. Efisiensi model upah ini memiliki kemampuan untuk menjelaskan kekakuan upah real dan kemunculan pengangguran sebagai hasil keseimbangan.

Meskipun efisiensi pertimbangan upah ini memiliki kemampuan menjelaskan kekakuan upah real, model ini tidak sesuai dengan jenis kekakuan nominal yang dibahas dalam bab 5 dan 13. Lebih lanjut, pertimbangan upah efisien adalah penting bukan hanya untuk kondisi yang cukup bagi ketiadadan netralitas moneter. Seksi 16.2 mempadarkan model makroekonomi dari pada usaha untuk mereasionalisasi kekakuan nominal sesuai dengan perilaku maksimisasi.

Dasar mikroekonomi dari model makroekonomi harga dari Keyneian baru adalah didasarkan atas tetpadan asumsi berikut. Pertama, kekakuan nominal dalam pasar produk adalah dimungkinkan mempengaruhi alokasi sumber dibandingklan dengan kekuatan nominal dalam pasar tenaga kerja karena besaran upah yang dibayarkan di pasar tenaga kerja mencerminkan pembayaran cicilan atas hubungan jangka panjang. Kedua, untuk harga yang ada pada kemunculan perilaku maksimisasi, maka fungsi profit perusahaan harus dilanjutkan dalam harga perusahaan. Pertimbangan ini tentu mengambil model kompetitif monopolistik yang lebih bermanfaat bagi analisis makroekonomi. Ketiga, karena jenis biaya yang dibebankan oleh pengamat pada perubahan harga adalah relatif kecil terhadap biaya kontraksi ekonomi agregat. Juga harus dilihat beberapa biaya penetpadan harga yang dihadapi oleh penentu harga individu yang memperbesar pengaruh agregat.

Model dalam seksi 16.2 adalah sesuai dengan sifat bahwa output agregat yang tinggi adalah terkait dengan peningkatan kesejahteradan dan potensi kebijakan moneter untuk mempengaruhi alokasi sumber.

16.1. Efisiensi model upah dari pengangguran

Secara umum persetujuan atas fakta yang telah ada dalam makroekonomi adalah eksistensi, setidaknya dalam beberapa kali dan di beberapa lokasi dsari pengangguran secara tidak sukarela. Pengangguran ini dikatakan ada ketika orang yang menganggur siap dan ingin bekerja lebih kecil dari nilai upah real yang telah ditetapkan. Pengangguran ini adalah tidak mampu mengikat pekerja yang ada untuk mendapatkan pekerjaannya.

Dalam bab 5 kita telah meneliti model dimana nilai upah nominal akan diperhitungkan untuk keberadadan pengangguran secara tidak sukarela. Model upah ini tunduk kepada kritikan bahwa lembaga penentu upah tidak pernah teridentifikasi secara eksiplisit dan tidak dalam pembenaran suara yang diberikan terutama mengpada lembaga ini gagal dengan cepat mengurangi upah dalam merespond kelebihan suplai tenaga kerja yang telah ada.

Dalam bab 13, kita menguji model upah dan penentuan pekerjaan didasarkan atas eksistensi kontrak tenaga kerja implisit atau eksplisit. Model mikroekonomi dari kontak tenaga kerja menjelaskan keberadadan pengangguran itu sebagai ex post regret dari hasil kesepakastan pergeseran resiko yang berkeinginan memasuki ex ante dengan kedua pekerja dan perusahaan. Dalam model ini, pengangguran adalah tidak bersifat tidak sukarela. Sebagai alternatif, model makroekonomi dari kontrak tenaga kerja mengasumsikan bahwa biaya kontrak itu mengesampingkan penulisan kontrak yang digunakan untuk level ex post effiient dari pekerjaan. Pekerjaan dalam model ini adalah tergantung pada diskresi perusahaan yang menuntut kuantitas tenaga kerja dibandingkan yang kurang dari segi kuantitas yang disuplai pada tingkat upah spesifik.

Bagaimanapun, tidak ada model kontrak tenaga kerja yang menawarkan kepuasan sempurna dari pengangguran itu. Literatur kontrak mikroekonomi didorong untuk bergantung pada perbedaan dalam rasa untuk resiko yang telah ditanggung ntara pekerja dan perusahaan. Sebagian siswa dari pasar tenaga kerja tidak meyakini bahwa preferensi resiko ini cukup kuat untuk diperhitungkan bagi cakupan dan persistensi yang mencirikan pengangguran dimaksud. Lebih lanjut, beberapa mengemukakan bahwa sebagian besar dari pada yang telah ditandai sebagai pengangguran ini menunjukkan keberangkatan dari pekerjaan yang efisien dari jasa tenaga kerja selain dari solusi yang efisien untuk alokasi resiko. Sebagai alternatif, literatur makroekonomi terhadap kontrak tenaga kerja adalah didorong untuk bergantung pada biaya kontrak dalam mengidentifikasi sesuatu yang telah ada pada pekerja dan perusahaan dari berbagai transaksi yang menguntungkan.

Hipotesis efisiensi upah menawarkan model angka upah nominal dan alternatif dan model kontrak implisit sebagai dasar emikiran untuk keberadadan pengangguran yang bersifat tidak sukarela. Efisiensi model upah ini bergantung pada kemungkinan bahwa produktivitas pekerja tentu dapat dihubungkan langsung dengan angka upah yang dibayarkan oleh perusahaan. Bila link diantara produktivitas dan upah telah ada, maka sangat menarik untuk membayarkan nilai upah yang melebihi tingkat konsistensi dengan pasar dalam pasar tenaga kerja. Bahkan dengan pool dari pekerja pengangguran dapat tersedia bagi perusahaan pada angka yang lebih kecil dari besaran upah real sadat ini, pemotongan upah real ini tntu menimbulkan biaya dalam kehilangan produktivits dibandingkan dengan perolehan dengan tagihan upah yang lebih rendah. Dalam kerangka kerja ini, penampilan dari kelebihan tenaga kerja tentu akan sesuai dengan maksimisasi perilaku dari pekerja dan perusahaan yang sesuai dengan perolehan dari perdagangan untuk pasar tenaga kerja.

Model formal dari efisiensi upah

Efisiensi model upah adalah dippadarkan oleh Yellen (1984). Nyatakan bahwa perusahaan representatif menghasilkan output dengan tenaga kerja sebagai faktor variabel produksi. Asumsikan bahwa produksi itu diatur oleh : (Persamadan 16.1.1)

Dimana Y menotasikan output, L menotasikan layanan tenaga kerja dan menotasikan shock eksogen potensialk terhadap produktivitas.

Disamping asumsi umum bahwa L menunjukkan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan atau jumlah jam tenaga kerja yang dimanfaatkan oleh tenga kerja perusahaan, sekarang kita harus mengidentifiaksikan L sebagai jumlah unit tenaga kerja yang efisien. Unit efisien adalah sama dengan ukuran tenagga kerja N dikali dengan tingkat usaha pekerja, e. Identifikasi karakteristik teori upah efisien adalah asumsi bahwa usaha e adalah merupakan fungsi peningkatan dari nilai upah real w.

Profit perusahaan real yang didenotasikan oleh II/P, adalah diberikan dalam model ini oleh (Pers 16.1.2)

Sekarang nyatakan bahwa tenaga kerja yang disuplai secara tidak elastis pada N = N. bila usaha pekerja adalah tidak tergantung pada besaran upah real, maka keseimbangan dalam pasar tenaga kerja membutuhkan upah real yang sama dengan produktivitas marinal dari pekerja tambahan. Terutama, kita mendapatkan : (Pes 16.1.3)

Dimana e adalah level tetap dari usaha tenaga kerja. Besaran upah keseimbangan w* akan sama dengan penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja pada N = N, dan tidak ada penganggguran secara sukarela. Lebih lanjut, besaran upah real keseimbangan adalah (Poers 16.1.4)

Yang secara monoton meningkat dalam prameter produktivitas eksogen .

Sebagaimana dicatat di atas, teori efisiensi upah mengadopsi asumsi alternatif dimana usaha pekerja e adalah meningkat dalam angka upah real. Dengan asumsi alternatif, perusahaan representatif memilioh w dan N untuk memaksimumkan profit real. Dalamhal ini, masalah maksimisasi perusahaan diberikan oleh : (Pers 16.1.5)

Kondisi roder pertama untuk masalah maksimisasi ini diberikabn oleh : (Pers 16.1.6) dan (16.1.7)

Persamadan (16.1.6) adalah persamadan standar antara besaran upah real dan juga produk marginal dari tenaga kerja. Persamadan (16.1.7) menuntut perusahaan untuk meminimumkan biaya tenaga kerja per unit efisiensi. Dengan mengkombinasikan persamadan (16.1.6) dan (16.1.7) dan menyusunnya kembali kita dpadastkan : (Pers. 16.1.8)

Dalam hal ini, upah efisien adalah besaran upah yang mempersamakan elastisitas usaha dengan mengacu kepada upah real dengan unitas. Bila upah real melebihi upah real pasar kompetitif w*, maka pekerjaan lebih kecil dari N dan pengangguran secara tidak sukarela ada dalam keseimbangan. Pekerja potensial ini yang tidak bekerja akan berkeinginan bekerja dengan besaran upah yang rendah dan pekerja potensial ini tidak menemukan pekerjaannya.

Implikasi dari model efisiensi upah adalah merupakan prediksi bahwa nilai upah real tidak tergantung pada shock produktivitas . Lebih lanjut, besaran upah real ini juga tidak tergantung pada gangguan sisi permintaan yang akan mudah dipadukan ke dalam model formal. Model upah efisiensi memberikan dasar pemikrian formal untuk kekakuan besaran upah real. Kedua, ketika angka upah keseimbangan tergantung pada shock produktivitas , maka tingkat pekerjaan tidak. Shock penawaran mengarah pada model untuk meningkatkan pekerjalan tanpa perubahan dalam besaran upah real. Model ini adalah kebal terhadap penolakan yang seringkali dimunculkan oleh kritik dari model upah nominal dan juga model informasi yang kurang sempurna dimana model ini menawarkan prediksi besaran upah real countersiklik, dengan penolakan prediksi oleh studi empiris.

Variasi dari model efisiensi upah adalah aplikasi pada skala pasar tenaga kerja ganda. Model pasar tenaga kerja ini meliputi sektor primer di dalam mana pertimbangan upah efisiensi adalah penting dan sektor sekunder dimana upah dan pekerjaan ditentukan dalam cara kompetitif tradisional. Dalam model pasar tenaga kerja ini, upah yang tinggi dibayarkan pada pekerja identik dalam sektor primer dibanidngkan dengan upah yang dibayarkan dengan pekerja yang dipekerjakan pada sektor sekunder. Pekerjaan ini dirasinalisasi dalam sektor primer dengan semua pekerja yang gagal memperoleh pekerjaan dalam sektor primer untuk mendapatkan pekerjaan dalam sektor sekunder dengan upah yang lebih rendah atau sebagai pekerja yang menganggur yang menunggu pekerjaan untuk bersedia di sektor primer. Karakteristik yang membedakan dari kedua model efisiensi upah dan pasar tenaga kerjanya adalah merupakan pengalaman individu yang identik dalam perbedaan besar secara potensial dalam tingkat utilitas. Dalam model dasar ini, pengalaman pekerja yang menganggur memiliki utiltias marginal waktu luang yang secara substansial lebih kecil dari upah real yang diterima oleh pekerja yang telah bekerja. Dalam versi pasar tenaga kerja ganda dari model upah efisien, maka pekerja identik lainnya tntu menerima perbedaan besaran upah real dalam keseimbangan.

Beberapa dasar pemikiran alternatif untuk efisiensi upah

Asumsi utama dalam model efisiensi upah adalah link langsung antara besaran upah real yang diterima oleh para pekerja dan juga tingkatan usahanya untuk pekerjaan. Bagian dari teori ini tntud padat dirasionalsiasidalam sejumlah pemikiran yang berbeda meskipun tidak dengan cara yang eksklusif.Barangkali link yang lebih konkrit antara roduktivitas dan upah adalah sebagaimana dihipotesakan oleh Leibenstein (1957). Dengan besaran upah yang mendekati level susbtansi, maka peningkatan dalam besaran upah real memungkinkan eprbaikan gizi pekerja dan meningkatan kekuatan fisiknya. Pekerja yang sehat tentu menghasilkan lebih banyak output per satuan waktu yang digunakan.

Dasar pemikiran alternatif untuk hubungan upah usaha diberikan oleh Shapiro dan Stiglitz (1984). Dalam model ini, usaha pekerja itu hanya dapat dimonitor pada biaya yang signifikan terhadap perusahaan. Oleh karena itu, sangat dimungkinkan bagi para pekerja untuk melalaikan pekerjaan dan menbghindrinya, meskiiopun mereka dapat memperoleh sesuatu dari pekerjaan mereka, yang segera akan memeroleh pekerjaan pada perusahaan lain dengan besaran upah yang sama. Oleh karena itu, tidak ada insentif yang tidak melalaikan dan semua pekerja melalaikannya dalam keseimbangan. Sebagai alternatif, perusahaan yang membayar upah real di atas level kompetitif juga memiliki mekanisme hukuman effektif untuk para pekerja yang tertangkap lalai dalam pekerjaannya. Individu ini tentu hanya mampu memperoleh ekerjadan pada sektor kompetitif dengan upah yang lebih rendah . struktur insentif ini dapat mengarah pada keseimbangan di dalam mana pekerja pada perusahaan dengan upah yang tinggi dalam usaha rata-rata yang lebih besar dari pada pekerja pada tingkat upah yang lebih rendah.

Sebagai alternatif, Salop (1979) memeprtimbangkan kemungkinkan bahwa perusahaan yang mengalami perputaran karyawan yang rendah tentu memiliki tingkat produktivitas karyawan yang juga lebih tinggi. Ekonomi seperti ini dalam produksi tentu akan muncul karena sebagian pekerja senior akan lebih produktif dan karena perusahaan dipaksa untuk menanggung biaya yang terjadi dari perputaran karyawan yang berpengalaman. Dalam model ini, upah real yang tinggi mengurangi nilai keluar yang dihadapi oleh perusahaan, dan oleh karena itu upah yang tinggi mengurangi perputaran dan meningkatkan produktivitas rata-rata.

Weiss (1980) memaparkan model seleksi dalam pengupahan yang juga memberikan dasar pemikiran untuk efisiensi upah. Dalam skenario ini, perusahaan mampu mengukur ex ante produktivitas dari pekerja yang homogen. Bila pekerja menyadari tentang produktivitasnya sendiri, upah yang diterima tentu akan berkorelasi secara positif dengan kemampuan pekerja. Oleh karena itu, besaran upah yang tinggi dapat menghasiklan kekuatan kerja produktif.

Akerlof (1982) memberikan motivasi untuk efisiensi upah yang lebih tridentifikasi sebagai sosiologi dalam artikulasi. Dalam model tipe pekerja ini dan perusahaan dalam pertukaran yang ada, perusahaan secara sukarela memberikan pekerja upah yang mel;ebihi upah komeptitif dan pekerja akan memberikan usaha kerja yang melebihi beberapa standar minimum. Dalam model ini, upah ini melebihi tingkat kompetitif yang dibutuhakan untuk mempertahankan keseimbangan pertukaran dan juga menghasilkan peningkatan produktivitas pekerja yang didorong melalui norma kerja, dan juga dengan tekanan dari temans ebaya. Yang menarik, Askerlof memperlihatkan bahwa beberapa hasil optimal adalah lebih layak dengan menggunakan pertukaran keahlian yang tidak didukung oleh mekanisme pasar.

Sementara semua dasar pemikiran untuk fungsiusaha dengan kemirinan positif memiliki beberapa nilai, mereka juga menjadi subjek terhadap variasi tingkat kritikan yang ada. Model biologi murni dari usaha para pekerja ini hanya dapat diberlakukan pada ekonomi pasar yang berkembang. Permasalahan pengabaian pekerjaan, inefisiensi perputaran yang tinggi dan seleksi yang ada semuanya memiliki solusi alternatif di dalam mana perusahaan membutuhkan rekruitan baru dalam ikatan yang telah ada. Dalam kejadian itu, para pekerja akan menyusut dan juga dengan keluar lebih dini atau terakhir ditemukan kurang produktif dibandingkan dengan pada yang telah dikliam, ikatan kinerja ini terkait dengan perusahaan. Dalam kasus penjelasan sosiologi dari produktivitas pekerja, meskipun beberapa model telah memiliki sisi intutiif, maka sangat sulit untuk mengkuantifikasi faktor yang terlibat dalam hubungan pertukaran pemebrian dan penjelasannya sulit untuik ditetaopkans ebagaio hipotesis yang dapat digunakan kembali.

Barangkali bagian yang lebih memiliki kemampuan dari keberatan ini terhadap model efisiensi upah adalah kemungkinan ahwa ikatan kinerja ini tetap mempertahankan efisiensi upah yang tidak optimal. Ketegangan dalam model efisiensi upah alah merupakan sifat dari model yang mana upah yang dibayarkan melaksanakan dua fungsi : mengalokasikan sumber tenaga kerja yang langka dan memecahkan bentuk kegagalan pasar tertentu. Kegagalan pasar potensial ini lebih baik diselesaikan dengan menggunakan mekanisme independen dan ikatannya aladah merupakan kandidat yang jelas. Bagaimanapun, akan lebih baik bahwa ketidaksempurnadan dalam pasar modal adalah mempersulit bagi pekerja untuk mengajukan beberapa bond. Lebih lanjut, ada masalah bahaya moral yang muncul karena perusahaan tergoda untuk mengajukan klaim terhadap ikatan itu. Sementara kompensasi yang dimungkinkan untuk para pekerja ini dapat menyelesaikan kesulitan dengan ikatan kinerja, ini dapat dikembangkan daolam kombinasi ikatan kinerja dan efisiensi upah yang terbukti optimal dalam hubungna pasar tenaga kerja.

Penilaian kritis dari model efisiensi upah

Sementra model efisiensi upah memberikan penjelasan tentang pengangguran tidak sukarela dan juga kekakuan upah real, maka model ini sangat sulit untuk diverifikasi. Uji langsung dari teori upah yang efisien terhadap alternatif khusus adalah masih belum jelas. Bagaimanapun, kita dapat melihat implikasi dari teori efisiensi upah sebagai kemungkinan bahwa pekerja yang identik dapat menerima tingkat kompensasi yang sama.

Katz (1986) menggunakan sifat tertentu dari model efisiensi upah ini sebagai cara untuk menyediakan bukti tidak langsung terhadap pemanfatan model. Terutama, Katz meliht perbedaan upah dalam industri dan beberapa pekerjaan untuk melihat apakah perbedaan ada setelah memperbaiki karakteristik spesifik. Karena Katz ggal menemukan penjelasan kompetitif untuk yang lain, maka perbedaan upah yang relatif besar tetap ada, dan dia menginterpretasikan hasilnya sebagai suatu hipotesis upah efisien.

Disamping beberapa hasil yang dianjurkan, manfaat penjelasan efisiensi upah dari fenomena pasar tenaga kerja masih perlu dibuktikan. Kemudian terlihat bahwa kajian empiris yang ada terhadap perbedaan upah ini gagal untuk menangkap perbedaan individu dalam pelatihan dan keahlian. Sebagai alternatif, akan terlihat kasus penjelasan kompetitif yang lebih baik untuk poerbedadan yang masih belum ditemukan. Dalam hal ini, sebagian besar penelitian empiris dibutuhkan sebelum melakkan evaluasi terhadap model efisiensi upah.

Bagaimanapun, tidak masalah bagaimana penjelasan efisiensi upah itu dapat dipahami dengan karakteristik tertentu dari pasar tenaga kerja, pemanfaatan dari teori ini untuk memberikan penjelasan dari fenomena makroekonomi masih sangat terbatas. Pertama dari semua ini adalah teori efisiensi upah sementara secara potensial memiliki kemampuan untuk menjelaskan kekakuan upah real, yang memiliiki kemampuan menjelaskan kekakuan upah nominal yang diperlukan ubntuk mendukung model Keynesian tradisinal dari kekauan upah nominal yang diperlukan untuk mendukung model Keynesian. Lebih lanjut, teori efisiensi upah sedikit mengatakan tentang bagaimana upah dan pekerjaan itu melewati waktu dan ruang. Misalnya tidak ada alasan tertentu untuk menekankan efek upah efisiensi yang lebih atau kurang penting dalam pengembangan ekonomi sebagai sesuatu yang ebtolak belakang dengan kontraksi ekonomi.

Meskipun teori efisiensi upah tidak dapat memberikan penjelasan kandidat baru untuk sumber fluktuasi agregat, namun beberapa teori tentu mengarah pada bagian yang bermanfaat dari mekanisme oleh mana fluktuasi itu berkembang. Salah satu kebeatan untuk model siklus bisnis itu adalah berbagai bagian dari elastisitas suplai tenaga kerja. Model upah efisiensi ini tentu memiliki karakteristik yang bergerak dalam pekerjaan yang ada terutama oleh poertiombangan permintaan tenaga kerja dari pada penawaran tenaga kerja. Aspek efisiensi upah adalah termasukd lam model Keynesianj baru yang lengkaop dari pekerjaan dan penentuan output seperti Akerlof dan yellen (1985).

16.2. Makromodel kompetitif secara monopolistik dengan biaya menu

Dalam bagian sebelumnya, kita menganalisa model efisiensi upah dari pekerja dan dan penentuan output. Model ini sangat menarik karena mereka memberikan penjelasan tentang pengangguran secara tidak sukarela dan juga struktur upah yang relatif kaku. Bagaimanapun model ini mengarahkan berbagai isu tentang kekakuan upah real. Terutama, model ini adalah tidak perlu maupun bukan kondisi yang cukuop untuk keberadan kekakuan nominal dan link potensial antra variabel real sepeerti pekerjaan dan variabel output dan nominal seperti suplai uang nominal.

Lebih lanjnut, bahkan pada cakupan dimana model efisiensi upah atau model lain dari pasar tenaga kerja merujuk pada kekakuan jangka pendek dalam besaran upah nominal, beberapa kekakuan pasar tenaga kerja tidak dianggap penting sebagai sumber fluktuasi makroekonomi. Sebagaimana dikemukakan dalam bab 13, hubungan majikan karyawan dapat berlangsunbg lama dan juga upah real atau nominalk pada satuan waktu ini tidak menjadi peran alokatif yang penting.Beberapa kesulitan dengan dasar pasar tenaga kerja dari model makroekonomi Keynesianj juga telah memperbaharui kepentingan dalam dasar pemikiran yang mungkin untuk kekakuan nominalk dalam pasar produk. Terutama, Cecchetti (1986) menemukan bukti kekakuan nominal dalam harga majalah baru, pasar imana perubahabn dalam harga realk akan memiliki efek alokatif. Lebih lanjut, Blanchard mengemukakan bukti empiris bahwa harga nominal dapat lebih baik dibandingkan harga nominal.

Bagian ini tentu memapdrkan dasar mikroekonomi dari model harga produk yang kaku. Beberapa model tentu menjadi versi yang lebih spesifik dari analisis dalam bab 3. Untuk memberikan dasar mikroekonomi yang lebih kaku untuk harga barang nominal, beberapa sifat pemodelan umum terlihat dibutuhkan. Pertama, paradigma kompetitif dari juru lelang Walrasian tanpa friksi tentu perlu digantikan oleh struktur yabng memberikan identitas spesifik untuk agen penentu harga. Model makroekonomi Keynesian baru ssra umum lebih bergantung pada struktur pasar kompetitif secara monopolistik dimana masing-masing perusahaan memiliki kemampuan untuk menetapkan harganya pada rentang yang luas tanpa menghadapi permitnadan nol atau permintaan yang tidak terbatas pada produknya.

Kedua, penetpadan harga yang harus menghadapi biaya spesiik dari perubahan harga nominal. Biaya ini seringkali diidentifiaksikan sebagai biaya menu, yang kemudian melibatkan biaya penentuan harga baru atau menu. sebagai alternatif, Rotemberg (1982) menekankan kemungkinan bahwa perusahaan merubah harga nominalnya lebih sering dari pada yang dilihat secara eraktik dan perilaku ini tentu mengakiabtkan pengurangan penjualan.

Namun, beberapa biaya penentuan harga adalah sangat sulit ditekankan dan kemudian tidak dimungkinkan dalam agregat untuk memiliki ukuran yang dapat dibandingkan dengan jenis biaya dari makroekonom Keynesian yang terkait pada fluktuasi siklus bisnis.; persyaratan ketiga dari skenario Keynesian ini adalah menyangkut properti dalam biaya penentuan harga yang dapat mengarah pada fluktuasi ukuran pekerjaan dan output. Link ini diberikan oleh analisis Akerlof dan yellen (1985) yang memperlihatkan order kedua dari aksi tanpa friksi dari agen ekonomi individu yang mendorong pada hasil keseimbangan agregat.

Model makroekonomi kompetitif secara monoopolistik

Bagian ini akan memberikan analisis formal dari model makroekonomi kompetitif secara monopolistik diantara Rotemberg (1987). Ekonomi adalah terdiri dari J perusahaan masing-masing yang akan menghasilkan produk yang dapt dibedakan dengan tenaga kerja dalam input variabel ke dalam proses produksi. Ekonomi juga terdiri dari sejumlah besar keluarga yang memiliki perilaku yang ditangkap oleh aksi dari rumah perwakilan yang secara atomistik terkait dengan pasar produk dan tenaga kerja.

Untuk menyoroti keberadadan utama dari model makroekonomi kompetitif secara monopolistik, maka kita akan memusatkan perhatian pada analisis terhadap periode waktu. Fikus abstrak dari pertimbangan substitusi ini dalam suplay, investasi dan juga perilaku penghematan konsumsi daur hidup. Lebih lanjut kita mengasumsikan bahwa dewan perwakilan memilih tingkat konsumsi dan suplai tenaga kerja untuk memaksimumkan fungsi utilits dalam bentuk : (Peersamadan 16.2.1.)

Dimana dan adalah kosntanta, Ci merupakan konsumsi barang ke I dan L menunjukkan suplai tenaga kerja. Rumah perwakilan memilih konsumsi dan subjek suplai tenaga kerja untuk batasan pendapatan yang diberikan oleh (Pers 16.2.2)

Dimana Pi adalah harga basrang I, W menunjukkan besaran upah nominal dan II menotasikan profit nominal dari perusahaan I, yang kemudian didistribusikan pada rumah perwakilan.

Disamping terhada pioihan level kosumsi dan suplai tenaga kerja, rumah perwakilan tentu juga memilih penguasadan keseimbangan uang. Pilihan ini tentu dipadukan langsung ke dalam masalah maksimisasi dengan mengasumsikan bahwa saldo uang akan masuk ke dalam fungsi utilitas perwakilan. Alterntifnya kita menspesifikasikan permintaan untuk fungsi permintaan untuk uang adalam bentuk : (Persamadan 16.2.3)

Dimana (Persamadan (16.2.4)

Indeks harga dan (Pers 16.2.5)

Pendapatan real agregat. Lebih lanjut kita mengasumsikan bahwa pasar uang jelas bersifat kontinue dan dengan demikian : (Pers 16.2.6)

Rumah perwakilan memaksimumkan ekspresi Lagrangian : (Pers 16.2.7)

Kondisi roder pertama untuk maksimisasi problem ini diberikan oleh (Pers 16.2.8) dan (16.2.9)

Kondisi order pertama untuk suplai tenaga kerja optimal menyunjukkan bahwa = 1/W. dfengan melhiat kondisi order pertama ke dalam kondisi order opetama J, penjumlahan terhadap Jm, dan penyusunannya kiembali, kita dpastkan. (Pers 16.2.10)

Sekarang dnegan melihat definisi dari level harga agregat P di atas, kita dapat menyusun pernyataan ini sebagai berikut : (Pers (16.2.11)

Kondisi order pertama J dapat dituliskans ebagai (Pers 16.2.12)

Sekasrang, dengan memasukkan untuk (1/J) dari atas, kita dapatkan (Pers 16.2.13)

Oleh karena itu ktia telah memperlihatkan bahwa permintaan untuk barang I adalah berhubungan terbalik dengan harga relatif barang I, Pi/P dan juga berhubungan langsung dengan besaran upah real yang dinyatakan dalam satuan barang I, W/Pi.

Jumlahj pertama dari kondisi order pertama dapat dituliskan sebagai (Pers 16.2.14)

Tanpa memasukkan ke dalam (1/J), kita dapatkan (Pers 16.2.15)

Melalui analisis ini, kita dapat mengasumsikan bahwa teknologinya adalah real dan demikian kita pastikan bahwa Yi = Li dan dalam agregat Y = L. Kita kemudian dapat menginversio ekspresi di atas untuk memperoleh skedulk suplai tenaga kerja semi reduksi. (Pers 16.2.16).

Oleh karena itu ktia menemukan bahwa suplai tenaga kerja meningkat dalam upah real W/P.

Fungsi permintaan individu untuk barang diberikan dalam (Pers 16.2.17)

Bagaimanapun, karena pasar tenaga kerja dan pasar uang diasumsikan sudah jelas, maka kita sekarang mengethaui bahwa L = Oleh karena itu ktia menghubungkan fungsi permintaan barang dengan tingkat saldo uang rela sebadgaio (Pers 16.2.18).

Permitnadan untuk basdrang I adalah berhubungan terbalik dengan hrga rlatif ari barang I dan berhubungan langsung dengan tingkat keseimbangan realk M/P.

Klita akan mengembalikan perhatian kita pada perilaku perusahaan J. sebagaimana telah dicatat di atas, rwknologi itu sangat liner sehingga Yi = Li untuk semua perusahaan J. karena semua perusahaan menghadapi masalah identik, kita harus memeprtimbangkan proses pengambilan keputusan untuk perusahaan I yang dipilih. Perusahaan I diberikan oleh (Pers 16.2.19)

Fungsi tujuan (Pers 16.2.20) dan (16.2.21)

Dimana II menotasikan profit perusahaan I, Pi adalah harga yang dibebankan oleh perusahaan I, Li adalah jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan oleh perusahaan I, c adalah biaya mnenu dari perubahan harga dan Di adalah variabel keputusan biner yang mengambil nilai Di = 0- bila perusahaan I menetapkan Pi = Po dan Di = 1 jika perusahaan I menetapkan Pi Po. Melalui analisis ini, Po menotasikan harga periode dssar yang dibebankan oleh perusahaan tanpa menanggung biaya menu.

Keseimbangan tanpa friksi

Untuk mendapatkan beberapa intuisi ke dalam kerja model ini, kita pertama kali menanalisa kasus c = 0. Dalam hal ini kita akan mengabaikan komplikasi yang telah diperkenalkan oleh eksistensi biaya menu. Dengan pembatas ke dalam fungsi profit, problem maksimisasi diberikan oleh : (Pers 16.2.22)

Membedakan dengan Pio dan menysunnya kembali, kita mendapatkan kondisi order pertama : (Pes 16.2.23)

Dimana Pi* mentoasikan level harga perusahaan I dalam kasus biaya perubahan harga nol. Oleh karena itu kita menemukan bahwa harga perusahaan I adalah meningkat dalam besaran upah nominal. Lebih lanjut 0 < < 1, peningkatan dalam besaran upah nominal mengakiabtkan angka yang lebih beasr dari pada satu per satu dalam peningkatan level harga optimal perusahaan i. demikian juga ekspresi di atas untuk harga optimal yang termasuk ke dalam fungsi profit, kita dapatkan : (Pers 16.2.24) dan (16.2.25)

Kasus di dalam mana c = 0 adalah tolok ukur yang bermanfaat terhadap situasi perbandingan dimana eksistensi dari biaya menu dapat mendorong pada keseimbangan harga. Minat utama trposuat pada upah real dalam keseimbangan (W/P), keseimbangan agregat pekerjaan L* I LK dan output agregat keseimbangan Y*. Untuk melihat keseimbangan ekonomi, kita pertama kali mencatat bahwa kasrena masing-amsing perusahaan J menghadapi masalah yang identik, maka keseimbangan menuntut agar Pi* = Pj*, I j. Oleh karena itu kita menemukan (Pers 16.2.26) dan (16.2.27)

Kita sekarang mempersamakan ekspresi dari penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja untuk mendapatkan (Pers 16.2.28)

Karna level kesesimbangan pekerjaan, output, dan suplai uang real adalah sama, kita peroleh ()Pers 16.2.29)

Lebih lanjut, ktia menatat kasrena pekerjaan terletak pada kurva permintaan tenaga kerja dalam keseimbangan maka ini harus terlihat bahwa (Pers 16.2.30)

Kasus tolok ukur lain yang bermanfaat adalah bahwa dalam mana = 1. Ini berhubungan dengan situasi dimana rumah perwakilan memandang semua barang J sebagai substitut yang sempurna. Beberapa kasus ini mendorong perusahaan untuk bertindak sebagai pesaing yang sempurna. Dalam kasus ini kita mendapatkan (Pers 16.2.31)kasus dimana < 1 melibatkan tingkat output dan pekerjaan yang lebih kecil dari level kompetitif sempurna. Lebih lanjut, ktia menemukan bahwa besaran upah real adalah juga kurang dari pada preval dari pasar output yang bersifat kompetitif. Hasil ini tentu dtidak mengejuktkan. Teori makroekonomi mengatakan kepada kita bahwa perilaku monopolistik cenderung mengurangi level output keseimbangan.Juga informasi untuk mencatat level keluarga representatif dari utilitas dalam keseimbangan biaya menu diberikan oleh (Pers 16.2.32)

Kita dapat melhiat bagaimana level utilitas keluarga representatif yang dihubungkan dengan output agregat dengan menghitung (Pers 16.2.33)

Dalam keseimbangan itu ktia mendapatkan bahwa (Pers 16.2.34)

Sepanjang < 1. Oleh karena itu kita mencatat bahwa level keseimbangan kompetitif secara monopolistik dari otuput adalah terlalu rendah. Output yang terlalu tinggi akan memanfatkan perwakilan yang lebih baik. Juga tertarik untuk mencatat bahwa level partai optimal dari output diberikan oleh Y = 1. Tidakl mengejutkan level kompetitif sempurna dari output adalah juga Optimal Pareto.

Perilaku perusahaan dengan biaya menu non zero

Rwknologi perubahan harga yang dibahas pada bagian sebelumnya adalah bersifat ringkasan. Dalam hal ini, perubahan harga bukan nol menanggung biaya c yang tidak tergantung pada ukuran perubahan harga. Jenis perubahan ini tentu lebih identik dengan biaya menu. Untuk jenis teknologi perubahan harga ini, harus membandingkan level profit maksimum yang terkait dengan perubahan harga dengan level profit yang ditetapkan dalam Pi = Po.

Hal utama di dalam model jenis ini terpusat pada pertanyaan apakah keseimbangan harga itu ada. Terutama kita mempertanyakan apakah optimal bhgi perusahaan I untuk mempertahankan level harga Pi = Po bila semua perusahaan yang sama menetapkan Pj = Po, j i. bila ini menjadi kasus, maka ktia menetapkan harga tetap dari keseimbangan Nash.

Ini dinotasikan oleh II, maka level profit yang ditrima oleh perusahaan I ketika membebnankan Pi = Po dan semua perusahaan lain juga membebankan Po, Kita menogasikan II sebelum level profit biaya perubahan harga diterima oleh perusahaan I ketika perusahaan I membaut perubahan optimal dalam harga untuk level harga Pi ketika perusahaan lain juga mempertahankan level harga di Po. Perusahaan I juga bertahan dalam membuat perubahan harga : (Pers (16.2.35)

Fungsi profit untuk poerusahadan I ketika semua perusahaan membebankan Pio diberikan oleh (Pers 16.2.36)

Sekarang kita melihat bahwa dengan J yang lebih besar dan semua perusahaan lain yang membebankan Po, kita mendapatklan P = Po yang tidak tergantung pada Pi. Kita sekarang melihat bahwa keseimbangan pasar tenaga kerja menuntut bahwa W = P. Akhirnya dengan melhiat bahwa level harga keseimbangan harga fleksibel Po adalah didefinisikan oleh M. fungsi profit bagi perusahaan I adalah dituliskan sebagai (Pers 16.2.37)

Sekarang sangat bermanfaat untuk mengembangkan ekspresi di atas untuk A sebagai fungsi level harga original eksogen P dalam deret Taylor sektiar titik Po = P*. ini memungkinkan ktia mendekati keuntungan untuk perubahan harga sebagai fungsi perbedaan antara level harga keseimbangan tanpa friksi P* dan harga Po. Pengembangan deret Taylkor yang sesuai diberikan oleh : (Pers 16.2.38)

Dalam menghitung turunan di atas, maka sangat bermanfaat untuk menuliskan dA/dP (Pers 16.2.39)

Dengan pengembangan teorema dan sebagai hasil dfakta bahwa Pi dipilih untuk memaksimumkan II, maka istilah pertama dalam pernyatadan di atas adalah sama dengan nol. Sekarang relatif lurus untuk melakukan langkah dalam perhitungan pernyatadan deret Taylor. Kita menemukan bahwa (Pers 16.2.40)

Karakteristik yang penting dari ekspresi di atas adalah termasuk order kedua (lebih besar dari 2 dalam pernaytadan yang pasti) dalam perbedaan Po P*. untuk melihat apakah level harga tetap Po adalah keseimbangan nash, kita sekadang hanya membandingkan A dengan biaya perubahan harga. Bila A < c, maka tidak ada perubahan harga yang optimal untuk semua perusahaan. Lebih lkanjut karena A adalah sebanding dengan (Po P*)2, setiap biaya mnenu dapat dianggap sesuai dengan c > A,

Kita telah memperlihatkan bahwa biaya perubahan harga dari order besaran (Po P*) dapot menghasilkan keseimbangan harga tetap. Apakah keseimbangan harga tetap berkaitan dengan perubahan yang signifikan dalamk output agrgat relatif apoda Y, level keseimbangan harga fleksibel dari output ? Lebih lanjut, apakah keseimbangan ibni memiliki kemampuan untuk kehilangan kesejahteradan order pertama dengan mengacu kepada kesseimbanganahrga ? Ini tentu mengarahkan pada jawaban untuk kedua pertanyaan itu.Sebagai bagian dalam perhitungan level keseimbangan harga tetap dari output Yo, kita menatat bahwa level output Yi = Ci selalu terletak apoda kruva permintaan : (Pe5rs 16.2.41)Tetapi dalam keseimbangan harga yang seragam, Pi = P* untuk semua i. lebih lanjut, level harga keseimbangan harga fleksibel memecahkabn M = P*. Agregat atas perusahaan kita dapatkan : (Pers 16.2.42)

Dimana Yo menotasikan tingkat otuput dalam keseimbangan harga tetap. Poerbedadan diantara keseimbangan harga tetap dari ouput dan juga level keseimbangan harga fleksibeld ario ouoput dioberikan oleh (Pers 16.2.43)

Kita juga mencatat bahwa level keseimbangan dari utilitas perwakilan itu adalah sama dengan (Pers 16.2.44)

Perbedaan antara level utilitas dalam keseimbangan harga tetap dan keseimbangan haga fleksibel adalah sama dengan : (Pers 16.2.45) dan (16.2.46).

Oleh karena itu kita menegaskan penegasdan awal bahwa perubahan dalam level output dan tingkat utiltias terkait dengan ifnleksibiltias harga adalah order pertama dalam term P* - Po sementara dalam biaya perubahan harga hanya membutuhkan roder kedua dari P* - Po. Oleh karena itu, biaya erubahan harga dalam agregat, dapat terlihat dalam berbagai deviasi ekonomi dari keseimbangan harga yang tetap.

Menarik untuk diatat adanya asiemtris dasar dalam hasil yang tergantung pada apakah Po > P*. meskipun deviasi yang relatif kecild ari P* jauh dari Po dapat mengarah pada keseibmangan harga tetap di dalam mana YYo, seperti hasil harga tetap di ddalam mana P* > Po yang memperbaiki sisi relatif ari P* = Po, sementara hasil dimana P* < Po adalah tidak ambisius dalam mereduiksio P* = Po, oleh karena itu ktia melihat shock inflasiner yang mampu meningkatkan level harga agregat keseiombangan bila harga itu tetap, hasild alam perbaikand alam kondisi ekobnomi. Sebagai alternatif, shock deflaksioner akan mengurangi level harga agregt keseimbangan yang kemudian harus diarahkan pada kondisi ekonomi.

Asimetris dalam pengaruh perubahan dalam P* relatif terhadap Po dengan intuisi Keynesian tradisional. Pertama, ada notasi Keynesian yang mengarha pada harga yang lebih terkait dengan harga yang kaku.s ebagai alternatif pakar ekonomi dengan berbagai sudut pandang klasik mengembangkan berbagai gangguan yang ada. Kedua, ekonomi keynesian adalah diarahkan pada fungsi dalam peningkatan otuput. sebagai alternatif, makroekonomist klasik seringkali memandang pengembangan sebagai indikasi dari konsumsi waktu luang.

Implikasi kebijakan dari model makroekonomi Keynesian baru

Hasil dari bagian sebelumnya akan dipahami sebagai saran peran untuk kebijakan moneter aktivist. Bila ini menghasilkan peningkatan P* relatif terhadap Po tentu dapat mengarayh pada peningkatan output relatif terhadap Y* dan bila peningkatan output adalah meningkatkan kesejahteraan, maka ini tentu terlihat dalam bias inflasi dalam kebijakan moneter yang optimal. Sementara benar bahwa efek statistik komparatif dari peningkatan dalam M dalam model bagian ini dapat meningktkan utilitas representatif yang ada.

Model yang dippadarkan di atas tentu bersifat gaya dengan model statis yang berusaha untuk menangkaop beberapa sifat dari ekonomi dengan biaya menu. Analisis moneter alterntif dapat dikembangkan untuk model stokhastik dinamis. Namund emikian, perkembanganmodel ini masih baru dimulai. Rotemberg (1987) melihat beberapa usaha pada generalisasi dinamnis dari model sederhana yang dikembangkan dalam abgian ini dan menemujkan bahwa kasus untuk non netralitas moneter adalah lebiyh lemah dari ekstrapolasi kausal dari model statistik murni yang telah ada. Laju inflasi dipadukan dengan struktur yang tidak eprubahand ari biaya perubahan harga yang mengarah pada dinamika keseimbangan di dalam mamna harga mengalami perubahan lebih sering. Sementara perubahan dalam frekwensio perubahan harga tentu dapat atau tidak dapat mendorong ekonomi lebih dekat pada Y*. terlihat ada perubahan kebijakan yang memiliki kemamopuan menghasilkan level output rata-rata yang lebih tinggi.

Lebih lanjut, sebagaimana dikemukakan oleh Ball dan Romer (1987), penggunaan kebijakan moneter kemungkinan tidak menjadi cara efektif dalam mencoba untuk mendorong output pada level apreto optimal. Kemungkinan kebijakan subsidi output akan dimanfaatkan untuk memecahkan masalah oproduksi yang kurang dalam struktur pasar kompetitif. Ball dan Romer juga menguji pertanyaan efikasid ari klebjakan moneter yang berusaha menetapkan fluktuasi output relatif terhadap level rata-rat.a sementara Bll dan romer menemukan kebijakan yang berhasil, yang juga menemukan perolehan dalam beberapa kebijakan optimal dalam besaran biaya perubahan harga.

Poenilaian penting dari model makroekonomi new Keynesian

Meskipun setiap lityeratur teoritis tlah dikembangkan dan mengungkapkan kemungkinan memp0erkuat dasar makroekonomid ari makroekonomi keynesian, hingga sat ini ada sedikit usaha yang diarahkan pada model ini. Seperti dalam kasus ini, permadalahan utama yang terpusat pada disain dari test seri dari test ini akan mendiskrimiansi antara model Keynesian baru dan juga kompetisi yang telah ada.

Salah satu aspek kendala untuk verifikasi empiris dari model ini adalah bahwa beberapa versid ari kondisi itu ditandai oleh multi keeimbangan. Sebagai salah satu contoh, perhatikan model yang dianalisa dalam bagian ini. Sementara kita memperlihatkan kemungkinan eksistensi keseimbangan tanpa perubahan harga, keseimbangan yang tidak harus bersifat unik.

Konstruksid ari harga tetap keseimbangan Nash berlaku sepanjang garis. Kita menganalisa insentif yang dihadapi oleh satu perusahaan di bawah asumsi itu bahwa tidak ada perusahaan lain dalam hasdrga yang ada. Bila dalam keadadan itu, perusahaan juga mempertahankan harga kosntantnnya, maka keseimbangan harga tetap harus ada. Maka sangat dimungkinkan dalam keadadan yang sama untuk mengembangkan sisi optimal dari satu perusahaan untuk merubah harga pada harga P* bila semua perusahaan emlakukannya. Dalam keadadan itu, keseimbangan harga yang fleksibel juga memperlihatkan keseimbangan Nash. Sebagai alternatif, keseimbangan ada di dalam beberapa fraksi perusahaan dalam harga yang tidak ada.

Namun, ketika multi keseimbangan ada, maka seringkali tidak dimungkinkan untuk menentukan keseimbangan ekonomi mana yang akan ditetaopkan. Lebih lanjut, seringkali tidak dimungkinkan untuk mengatur kasus di dalam mana ekonomi akan maju mundur dari satu keseimbangan ke keseimbangan yang lainnya.

Meskipun sangat sulit untuk melihat buktid ari penjelasan New Keynesian dari makroekonomi agregat, Ball, Mankiw dan Romer (1988) memebriukan uji tidak langsung dsri model dengan fokus pada tetpadan implikasi model yang ada. Biaya perubahan harga sebagaimana ditentukand alam vriets yang ada, mendorong frekwensi eprubahanb harga yang muncul dalam keseimbangan dengan nilai inflasi rata-rata. Pada nilai inflasi yang tinggi, nilai harga nominal menjadi lebihc epat dan biaya menu menjadi lebih signifikan untuk bervbagaio poerubahan harga. Imopliaksi tertentu dari analisis ini adalah mengarah pada model new Keynesian yang telah dirpediksikand alam efek permintaan agregast nominal pada level output real yang telah ada.

Ball, Maknkiw dan Romer merancang test yang akan menyoroti varian test dari model makroekonomi klasik baru yang dilaksanakan oleh Lukas (1973). Dalam kajian Lukas ini, Lukas menemukan berbagai nilai inflasi variabel yang berkaitand engan efek laju inflasi yang lemah pada tingkat output agregat. Beberapa bukti adalah sesuai dengan hipotesis klasik baru dengan variabiltias yang leih besar pada level harga dan mendorong pada perubahan harga individu sebagai refleksi perubahan dalam harga agregat selaind ario perubahan dalam harga relatif. Perubahan dalam harga agregat ini tidak akan mempengarujhi perubahan dari tenaga kerja yang ada. Sebagai alternatif, model Keynesian baru menekankan nilai rata-rata inflasi selaiond ario rangkaian inflasi yang mengarah pada respoon output dari permintaan agregat,.

Bagaimanapun fakta dari kehidupan untuk jenis kerja empriis ini adalah memiliki korelasi yang sangat kut antara tingkat inflasi dan variabilitas angka inflasi. Oleh karena itu, hasil test dari Ball, Mankiw dan Romer cenderung lebih sensitif trhadap spesifiaksi tertentu yang dipilih dan juga tetpadan data tertentu yang tlah digunakan. Lebih lanjut, beberapa test, ketika mampu mendiskriminasikan klasik baru atau pendekatan New Keynesian , namun tentu memiliki sedikit hal yang dikatakan tentang batasan dari model new Keynesian rlatif trhadap model alternatif yang badaru dalam model siklus bisnis real.

Sebagioan besar penonjolan model bisnis real adalah diyakini oleh bukti empiris yang dikutiop dalam bab 15 bahwa dengan uang yang tidak diantisiapsi dan yang diantisipasi akan memiliki efek output agregat. Sementara tentu sangat dimungkinkan untuk membangun model Keynesian baru yang sesuai dengan netralitas moneter yang sempurna. Juga memperlihatkan ciri atau karakteristik dari model keynesian dalam shock moneter dan harus memiliki efek langsung pada level aktivitas ekonomi agregat. Oleh karena itu, kajian yang mendukung netralitas moneter akan dipahami sebagai bukti terhadap model makroekonomi Keynesian.

Sebagai bacadan dari bab terakhir maka makroekonomi ini adalah berada dalam kondisi fluks di dalam mana tidak akan ada pandangan atau strategi pemodelan yang memiliki pemahaman yang jelas. Bila ada thema khusus diantara pendekastan alternatif, maka akan terpusat pada teknologi yang digunakan. Oleh karena itu tentu akan memperlihatkan penelitian khusus dalam formulasio ekonomi model yang dibangun atas dasar memaksimumkan prilaku terhadap badgian agen ekonomi yang telah ada. Model makroekonomi konvensional dari masa yang akan datang dapat menjadi satu dasar mikroekobno0mi yang ada. 1