234098541-ddh

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelainan bawaan pada sistem muskuloskeletal memiliki keistimewaan yakni selama perkembangannya baik pertumbuhan maupun pematangan dapat mengakibatkan kelainan menetap yang lebih berat, atau sebaliknya menghasilkan perbaikan sehingga kelainannya sama sekali hilang. Oleh karena itu pada pendekatan dan pengelolaan harus dipikirkan kemungkinan efek pertumbuhan dan maturasi dengan pengaruhnya terhadap anatomi dan faal. 1 Diagnosis pascanatal dini kelainan bawaan menjadi tanggung jawab dokter keluarga, dokter kebidanan dan dokter anak yang pertama kali memeriksa anak yang baru lahir. Sebagian kelainan bawaan sangat mudah didiagnosis karena jelas terlihat pascalahir, akan tetapi Developmental Dislocation of the Hip (DDH) sering tidak segera kelihatan pada waktu lahir dan hanya dengan pemeriksaan yang cermat dan khusus kelainan ini dapat diketahui. 1 DDH juga diistilahkan sebagai Developmental Displasia of the hip. Dahulu, lebih populer dengan nama CDH (Congenital Dislocation of the Hip) atau yang dalam bahasa Indonesia adalah Dislokasi Panggul Kongenital. Developmental Dislocation of the Hip (DDH) atau dislokasi panggul kongenital adalah satu fase dari 1

Upload: cindy-hmp-simangunsong

Post on 24-Jan-2016

20 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

A

TRANSCRIPT

Page 1: 234098541-Ddh

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelainan bawaan pada sistem muskuloskeletal memiliki keistimewaan

yakni selama perkembangannya baik pertumbuhan maupun pematangan dapat

mengakibatkan kelainan menetap yang lebih berat, atau sebaliknya menghasilkan

perbaikan sehingga kelainannya sama sekali hilang. Oleh karena itu pada

pendekatan dan pengelolaan harus dipikirkan kemungkinan efek pertumbuhan dan

maturasi dengan pengaruhnya terhadap anatomi dan faal.1

Diagnosis pascanatal dini kelainan bawaan menjadi tanggung jawab dokter

keluarga, dokter kebidanan dan dokter anak yang pertama kali memeriksa anak

yang baru lahir. Sebagian kelainan bawaan sangat mudah didiagnosis karena jelas

terlihat pascalahir, akan tetapi Developmental Dislocation of the Hip (DDH)

sering tidak segera kelihatan pada waktu lahir dan hanya dengan pemeriksaan

yang cermat dan khusus kelainan ini dapat diketahui. 1

DDH juga diistilahkan sebagai Developmental Displasia of the hip. Dahulu,

lebih populer dengan nama CDH (Congenital Dislocation of the Hip) atau yang

dalam bahasa Indonesia adalah Dislokasi Panggul Kongenital. Developmental

Dislocation of the Hip (DDH) atau dislokasi panggul kongenital adalah satu fase

dari berbagai ketidakstabilan pinggul pada bayi- bayi yang baru lahir. Biasanya

pada saat kelahiran, pinggul benar- benar stabil dan dipertahankan berfleksi

sebagian. Tetapi kadang- kadang sendi tak stabil dalam arti bahwa sendi itu

berdislokasi atau dapat berdislokasi, artinya meskipun biasanya berada di

tempatnya, sendi itu dengan mudah dapat dibuat berdislokasi dengan manipulasi

perlahan- lahan.2

Laporan insiden DDH bervariasi mulai dari 1.5 sampai 2.5 per 1000

kelahiran mengalami DDH. Dalam jurnal NCBI penelitian epidemiologi dari

DDH, didapatkan insiden 17,9% DDH pada bayi laki-laki dan 82,1% pada

perempuan yang artinya diislokasi panggul kongenital tujuh kali lebih banyak

pada perempuan daripada laki-laki. Sendi panggul kiri lebih sering terkena dan

hanya 1-5% yang bersifat bilateral. Kelainan ini banyak ditemukan pada orang

Amerika dan Jepang serta jarang ditemukan pada orang Indonesia.2,3,4,5,6

1

Page 2: 234098541-Ddh

Tujuan terapi adalah mencapai mempertahankan reduksi konsentris dari

dislokasi panggul, tanpa komplikasi nekrosis avaskular. Keadaan cacat yang

terdapat pada dislokasi panggul kongenital tersebut akan semain berat setelah

anak dapat berjalan. Sehingga terapi pun akan semakin sukar. Maka terapi perlu

secepat mungkin dilakukan.

2

Page 3: 234098541-Ddh

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Developmental Dysplasia Of The Hip (DDH) dahulu lebih popular dengan

nama Congenital Dislocation Of The Hip (CDH) atau dislokasi panggul

kongenital adalah deformitas ortopedik yang didapat segera sebelum atau pada

saat kelahiran. Kondisi ini bervariasi dari pergeseran minimal ke lateral sampai

dislokasi komplit dari caput femoris keluar acetabulum.2,3

Ada tiga pola yang terlihat: (1) Subluxation, caput femoris berada di

acetabulum dan dapat mengalami dislokasi parsial saat pemeriksaan; (2)

Dislocatable, pinggul dapat dislokasi seluruhnya dengan manipulasi tetapi berada

pada lokasi normal pada saat bayi istirahat; (3) Dislocated, Pinggul berada dalam

posisi dislokasi (Paling Parah).2,3

2.2 Epidemiologi

Developmental Dysplasia Of the hip merupakan fase Spekterum dari

ketidakstabilan sendi panggul. Dalam keadaan normal, panggul bayi baru lahir

dalam keadaan sedikit stabil dan fleksi.4

Laporan insiden DDH bervariasi mulai dari 1.5 sampai 2.5 per 1000

kelahiran mengalami DDH.4 Dalam jurnal NCBI penelitian epidemiologi dari

DDH, didapatkan insiden 17,9% DDH pada bayi laki-laki dan 82,1% pada

perempuan yang artinya diislokasi panggul kongenital tujuh kali lebih banyak

pada perempuan daripada laki-laki6. Sendi panggul kiri lebih sering terkena dan

hanya 1-5% yang bersifat bilateral.Kelainan ini banyak ditemukan pada orang

Amerika dan Jepang serta jarang ditemukan pada orang Indonesia.2,3,5

2.3 Anatomi

1. Anatomi Pelvis

Pelvis adalah bagian tubuh yang terletak di bawah abdomen.Walaupun

cavitas abdominalis dan cavitas saling berhubungan, kedua region ini dibicarakan

terpisah. Tulang pelvis memberikan hubungan yang kuat dan stabil antara batang

badan ekstremitas superior.7

3

Page 4: 234098541-Ddh

Fungsi utamanya adalah meneruskan berat badan dari collumna vertebralis

ke femur; memuat, menyokong dan melindungi viscera pelvis; dan menyediakan

tempat perlekatan otot-otot batang badan dan ekstremitas inferior. Anatomi pelvis

terdiri dari; Ossa. Coxae Os. Sacrum, Os illium, Os.Ischium, Os. Pubis,

Symphysis pubis, acetabulum.7

Gambar 2.1. Penampang pelvis tampak dari atas

4

Page 5: 234098541-Ddh

Gambar 2.2 Penampang pelvis depan

2. Anatomi Femur

Femur adalah tulang terpanjang, terkuat dan terberat dari semua tulang

pada rangka tubuh. Disebelah atas femur bersendi dengan acetabulum untuk

membentuk articulation coxae dan dibawah dengan tibia dan patella untuk

membentuk articulation genus.7

Ujung atas femur memiliki caput, collum, trochanter major dan trochanter minor;

Caput

Membentuk kira-kira dua pertiga dari bulatan dan bersendi dengan acetabulum

os coxae untuk membentuk articulation coxae. Pada pusat caput terbentuk

lekukan kecil yang disebut fovea capitis untuk meleketnya ligamentum capitis

femoris. Sebagian suplai darah untuk caput femoris dari a. obturatoria

dihantarkan melalui fovea capitis.7

Collum

Yang menghubungkan caput dan corpus,

Trochanter major dan minor7

5

Page 6: 234098541-Ddh

Merupakan tonjolan besar pada taut antara collum dan corpus7

Gambar 2.3 Anatomi Femur

2.4 Etiologi

Etiologi dari DDH adalah multifactorial. Abnormal kelemahan ligament

dan kapsul pinggul terlihat pada pasien dengan DDH. Ada Beberapa faktor

penyebab yang diduga berhubungan dengan terjadinya DDH, antara lain :2,3

1. FaktorGenetik

6

Page 7: 234098541-Ddh

Faktor genetik pasti berperan pada etiologi, karena dislokasi kongenital

cenderung berlangsung dalam keluarga dan bahkan dalam seluruh populasi

(misalnya orang Italia utara). Wynne-Davies (1970) menemukan dua ciri

warisan yang dapat mempengaruhi ketidakstabilan pinggul yakni sendi yang

longgar merata, suatu sifat yang dominan dan dysplasia acetabulum, suatu

sifat poligenik yang ditemukan pada kelompok yang lebih kecil (terutama

gadis) yang menderita ketidakstabilan yang menetap. Tetapi ini bukan

keterangan satu-satunya karena 4 dari 5 kasus hanya 1 yang mengalami

dislokasi.2,3

2. Faktor Hormonal

Yaitu tingginya kadar esterogen, progesterone dan relaksin pada ibu dalam

Beberapa minggu terakhir kehamilan, dapat memperburuk kelonggaran

ligamentum pada bayi. Hal ini dapat menerangkan langkanya ketidak stabilan

pada bayi premature, yang lahir sebelum hormon- hormon mencapai

puncaknya.2,3

Ditambahkan adalah pengamatan bahwa selama periode neonatal, nayi

relative membawa esterogen dari ibunya.Hal ini menenangkan ligament

didalam tubuh. Beberapa bayi sangat sensitive terhadap estrogen, sehingga

menyebabkan ligament panggul menjadi terlalu lemah dan panggul tidak

stabil.2,3

3. Faktor Pasca Kelahiran

Dapat membantu ketidakstabilan neonatal dan gangguan perkembangan

acetabulum. Dislokasi sering kali ditemukan pada orang Indian Amerika Utara

yang membedong bayinya dan menggendongnya dengan kaki merapat,

pinggul dan lutut sepenuhnya berekstensi, dan jarang pada orang cina selatan

dan Afrika yang membayi bayi pada punggungnya dengan kedua kaki

berabduksi lebar-lebar. Ada juga bukti dan percobaan bahwa ekstensi lutu dan

pinggul secara serentak mengakibatkan dislokasi pada panggul selama

perkembangan awal.2

2.5 Patologi

Saat kelahiran panggul, meskipun tak stabil mungkin bentuknya normal,

tetapi capsul sering merentang dan berlebih-lebihan. Selama masa kanak-kanak

Beberapa perubahan timbul, Beberapa diantaranya mungkin menunjukan

dysplasia primer pada acetabulum dan/ atau femur proksimal, tetapi kebanyakan

7

Page 8: 234098541-Ddh

di antaranya muncul karena adaptasi terhadap ketidak stabilan menetap dan

pembebanan sendi secara abnormal.2

Caput femoris mengalami dislokasi di bagian posterior tetapi dengan

ekstensi pinggul, caput itu pertama-tama terletak posterolateral dan kemudian

superolateral pada acetabulum. Soket tulang rawan terletak dangkal dan anteversi.

Caput femoris yang bertulang rawan ukurannya normal tetapi inti tulangnya

terlambat muncul dan osifikasinya tertunda selama masa bayi.2

Caput teregang dan ligamentum teres menjadi panjang dan hipertrofi di

bagian superior, labrum asetabulum dan tepi kapsulnya dapat di dorong ke dalam

ssoket oleh caput femoris yang berdislokasi; libus fibrokartilaginosa ini dapat

menghalangi usaha reduksi tertutup terhadap caput femoris.2

Setelah menyangga badan perubahan-perubahan ini lebih hebat.

Acetabullum dan colum femur tetap anteversi dan tekanan dari caput femoris

menyebabkan terbentuknya suatu soket palsu diatas acetabulum dan m.psoas,

menimbulkan suatu penempilan jam pasir (hour glass). Pada saatnya otot

disekelilingnya menyesuaikan diri dan memendek.2

2.6 Diagnosis

Diagnosis Developmental Dysplasia Of The Hip (DDH) berdasarkan atas

manifestasi klinis dan pemeriksaan Radiologi.

Manifestasi Klinis

Keadaan ideal yang masih belum tercapai adalah mendiagnosis setiap

kasus pada saat kelahiran. Karena alasan ini setiap bayi yang baru lahir harus

diperiksa untuk mencari tanda-tanda ketidakstabilan panggul. Bila teradapat

riwayat dislokasi kongenital dalam keluarga, disertai persentasi bokong, kita harus

berhati-hati dan bayi mungkin terpaksa diperiksa lebih dari sekali. Pada neonatus

terdapat beberapa cara untuk menguji ketidakstabilan.2

Gambaran klinis dislokasi panggul kongenital adalah asimetri pada

lipatan-lipatan kulit paha. Pemeriksaan klinik untuk mengetahui dislokasi panggul

kongenital pada bayi baru lahir.2

1. Uji Ortolani

Dalam uji Ortolani, bagian medial paha bayi dipegang dengan ibu jari dan

jari – jari diletakkan pada trokanter mayor; pinggul difleksikan sampai 90o dan

diabduksi perlahan – lahan. Biasanya abduksi berjalan lancar sampai hampir 90o.

8

Page 9: 234098541-Ddh

Pada dislokasi kongenital biasanya gerakan terhalang, tetapi kalau tekanan

diberikan pada trokanter mayor akan terdapat suatu bunyi halus sementara

dislokasi tereduksi, dan kemudian panggul berabduksi sepenuhnya (sentakan ke

dalam). Kalau abduksi berhenti di tengah jalan dan tidak ada sentakan ke dalam,

mungkin ada suatu dislokasi yang tak dapat direduksi.2

Gambar 2.4. Gambar skematis uji Ortolani.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan jalan mengembalikan kepala femur

yang mengalami dislokasi kembali ke asetabulum. Pertama-tama femur dipegang

dalam keadaan fleksi di daerah midline. Kemudian femur diabduksi secara

perlahan sambil mendorong torakanter nayor dengan jari-jari ke arah anterior.

2. Uji Barlow

Uji Barlow dilakukan dengan cara yang sama, tetapi di sini ibu jari

pemeriksa di tempatkan pada lipatan paha dan dengan memegang paha bagian

atas, diusahakan mengungkit caput femoris ke dalam dan keluar acetabulum

selama abduksi dan adduksi. Kalau caput femoris normalnya berada pada posisi

reduksi, tetapi dapat keluar dari sendi dan kembali masuk lagi, panggul itu

digolongkan sebagai dapat mengalami dislokasi (yaitu tak stabil).2

Gambar 2.5. Gambar skematis nuji Barlow.

9

Page 10: 234098541-Ddh

Femur difleksikan kemudian dengan hati-hati digeser ke arah midline.

Setelah itu femur didorong ke arah posterior secara perlahan. Bila terdapat

dislokasi sendi panggul maka akan terasa kepala femur terdorong keluar

asetabulum.

3. Tanda Galeazzi

Pada pemeriksaan ini kedua lutut bayi dilipat penuh dengan panggul dalam

keadaan fleksi 900 serta kedua paha saling dirapatkan. Keempat jari pemeriksa

memegang bagian belakang tungkai bawah dengan ibu jari di depan. Dalam

keadaan normal kedua lutut akan sama tinggi dan bila terdapat dislokasi panggul

kongenital maka tungkai yang mengalami dislokasi, lututnya akan terlihat lebih

rendah dan disebut sebagai tanda Galeazzi/ Allis positif.2

Setiap panggul yang memiliki tanda – tanda ketidakstabilan walaupun

sedikit diperiksa dengan ultrasonografi.Cara ini memperlihatkan bentuk

acetabulum dan posisi caput femoris.Kalau terdapat kelainan, bayi itu dibebat

dengan panggul yang berfleksi dan berabduksi dan diperiksa kembali 6 minggu

kemudian.Pada saat itu mungkin perlu dinilai apakah panggul berhasil direduksi

dan stabil, tereduksi tetapi tak stabil, mengalami subluksasi atau dislokasi. Di

tangan ahli yang berpengalaman, skrining pada neonatus sangat efektif untuk

menurunkan insidensi dislokasi yang muncul belakangan.2

Gambar 2.6. Gambar skematis pemeriksaan tanda Galeazi.

Dalam keadaan berbaring dan lutut dilipat, kedua lutut seharusnya sama

tinggi. Bila terdapat dislokasi panggul, maka lutut pada pada tungkai yang

bersangkutan akan terlihat lebih rendah.

Pemeriksaan Radiologi

10

Page 11: 234098541-Ddh

Pemeriksaan biasanya agak sulit dilakukan karena pusat osifikasi sendi

baru tampak pada bayi umur 3 bulan atau lebih sehingga pemeriksaan ini hanya

bermanfaat pada umur 6 bulan atau lebih

Rontgen Pelvis

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan indeks acetabuler, garis

horizontal Hilgenreiner, garis vertikal Perkin serta garis arkuata dari Shenton.

Keterangan:

Garis Hilgenreiner adalah garis horizontal yang melintasi tulang rawan tri-

radiatum.8

Garis Perkin adalah garis vertikal yang berjalan melalui aspek lateral dari

asetabulum. Tepi asetabulum pada bayi masih merupakan tulang rawan sehingga

tidak terlihat pada foto rontgen.8

Indeks Asetabular (Sudut Hilgenreiner)Dibentuk oleh perpotongan antara

garis sepanjang atap asetabulum dengan garis Hilgenreiner.8

Garis Shenton adalah garis yang melewati arkus antara tepi atas foramen

obturator dan bagian medial leher femur. Garis ini akan terpotong bila terdapat

dislokasi panggul.8

Gambar 2.7. Gambaran rontgen pelvis8

Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan USG pada bayi dilakukan untuk menggantikan pencitraan

panggul dengan foto rontgen.Pada bayibaru lahir, acetabulum dan caput femoris

dihubungkan oleh tulang rawan, sehingga pada foto polos biasa tidak terlihat.

11

Page 12: 234098541-Ddh

Dengan pemeriksaan USG, meskipun penderita berusia di bawah 3 bulan,

hubungan antara caput femoris dan acetabulum dapat diamati.9

Gambar. 2.8 Coronal View USG

Persiapan pemeriksaan pada USG:

1. Persiapan pasien

Umur yang sesuai untuk melakukan pemeriksaan USG pada bayi adalah di

atas 6 minggu.

12

Page 13: 234098541-Ddh

Bayi diposisikan secara supine (kaki bayi menghadap ke arah pemeriksa).

Bayi boleh diposisikan secara dekubitus dengan meletakkan bantal di

punggungnya.

Jika bayi memakai popok, popok dibuka supaya dapat di skaning secara

coronal pada panggul.

Bayi diiringi oleh tua.

2. Teknik Scanning

Panggul bayi discaning secara coronal dan transversal untuk mengevaluasi

panggul dalam posisi neutral, abduksi / adduksi dan fleksi.

USG secara luas telah menggantikan radiografi untuk pencitraan panggul

neonatus. Pada saat kelahiran, acetabulum dan caput femoris merupakan tulang

rawan sehingga tak kelihatan pada foto rontgen biasa. USG nyata memberikan

gambaran yang tepat mengenai tata hubungan antara satu dengan yang lainnya.9

Klasifikasi Graff.4

13

Page 14: 234098541-Ddh

Gambar 2.9 Derajat type klasifikasi Graff

Diagnosis dapat ditegakkan apabila terdapat gambaran:

Asimetris lipatan paha

Uji Ortolani dan Galeazzi positif

Asetabular indeks 40 derajat atau lebih besar

Disposisi lateral kaput femoris pada radiogram

Limitasi yang menetap dari gerakan sendi panggul dengan

atau tanpa gambaran radiologis yang abnormal

Kombinasi dari hal-hal yang disebutkan diatas

2.7 Penatalaksanaan

1. 3-6 bulan pertama

Kebijakan yang paling sederhana adalah menganggap semua bayi dengan

latar belakang yang berisiko tinggi (riwayat keluarga atau kelahiran sungsang

dengan ekstensi), atau dengan uji Ortholani atau uji Barlow positif, harus dicurigai

dan merawatnya dengan popok dobel atau suatu bantal abduksi selama 6 minggu

pertama. Pada stadium itu mereka diuji lagi, bayi yang panggulnya stabil

dibiarkan bebas tetapi tetap dalam pengawasan sekurang – kurangnya selama 6

bulan hingga panggul itu stabil dan rontgen memperlihatkan bahwa atap

acetabulum berkembang dengan memuaskan (biasanya 3-6 bulan).2,6

Tetapi karena 80 – 90% panggul yang tak stabil pada saat kelahiran akan

stabil secara spontan dalam 2-3 minggu, tampaknya akan lebih bijaksana bila

tidak memulai pembebatan dengan segera kecuali kalau panggul itu sudah

mengalami dislokasi. Hal ini mengurangi sedikit risiko (tetapi bermakna) akan

14

Page 15: 234098541-Ddh

terjadinya nekrosis epifisis yang menyertai setiap bentuk pembebatan pembatas

pada neonatus. Karena itu kalau panggul dapat mengalami dislokasi tetapi

biasanya tidak terjadi dislokasi, bayi itu tidak diberi terapi tetapi diuji lagi setiap

minggu, jika setelah 3 minggu pinggul masih tak stabil, pembebatan abduksi

diterapkan. Kalau panggul sudah mengalami dislokasi pada pengujian pertama,

dengan hati – hati panggul di tempatkan pada posisi reduksi dan pembebatan

abduksi dilakukan dari permulaan.Reduksi dipertahankan hingga panggul stabil,

ini dapat berlangsung hanya beberapa minggu, tetapi tindakan yang paling aman

adalah mempertahankan pembebatan hingga rontgen memperlihatkan suatu atap

acetabulum yang baik.1,2

Bila ada fasilitas untuk USG, dapat diterapkan protokol yang lebih

baik.Semua bayi baru lahir yang memiliki latar belakang berisiko tinggi atau

diduga memiliki ketidakstabilan pinggul diperiksa dengan USG.Kalau USG

memperlihatkan bahwa panggul dalam reduksi dan mempunyai struktur tulang

rawan yang normal, tidak diperlukan terapi tetapi anak itu tetap dalam

pengawasan selama 3- 6 bulan.Kalau secara anatomis kurang sempurna, panggul

dibebat dalam keadaan abduksi dan setelah 6 minggu USG dilakukan lagi.

Sekarang pada beberapa kasus, panggul akan tampak normal dan tidak

membutuhkan terapi lanjutan, kecuali pemeriksaan rutin selama 3-6 bulan.

Sebagian di antaranya akan memperlihatkan kelainan yang menetap dan untuk

kasus ini pembebatan dalam keadaan abduksi dilanjutkan sampai USG berikutnya

dalam 3 bulan atau rontgen dalam 6 bulan memperlihatkan terbentuknya atap

acetabulum yang baik. 1,2

Pembebatan. (Palvic Harness)

Tujuan pembebatan adalah mempertahankan panggul agak berfleksi dan

berabduksi; posisi ekstrim dihindari dan sendi – sendi harus dimungkinkan untuk

melakukan sedikit gerakan dalam bebat.Untuk bayi yang baru lahir, popok dobel

atau bantal abduksi yang empuk cukup memadai.Bebat Von Rosen adalah suatu

bebat lunak yang berbentuk – H yang bermanfaat karena mudah

digunakan.Pengikat pelvic (Pelvic Harness) lebih sulit dipakaikan tetapi lebih

banyak memberi kebebasan kepada anak sementara posisi masih dipertahankan.

Cara yang tidak terlalu rumit dan yang paling tidak disenangi ibu yaitu

penggunaan plaster lutut dengan batang melintang yang mempertahankan pinggul

15

Page 16: 234098541-Ddh

dalam 90o fleksi dan sekitar 45o abduksi, atau 10o lebih besar dari sudut dimana

sentakan ke dalamnya dapat diraba.1,2

Tiga aturan pembebatan yang terbaik adalah :

1. Pinggul harus direduksi sebagaimana mestinya sebelum dibebat

2. Posisi ekstrim harus dihindari

3. Pinggul harus dapat digerakkan.

Gambar 2.10. Contoh penggunaan bidai dari Cambridge untuk koreksi

dislokasi sendi panggul bawaan.

Tindak lanjut

Tindakan apapun yang telah diambil, tindak lanjut tetap diteruskan hingga

anak dapat berjalan. Kadang – kadang sekalipun dengan terapi yang paling hati-

hati, panggul dapat memperlihatkan tingkat displasia acetabulum tertentu di

kemudian hari. 2,3

2. Dislokasi yang menetap 6 – 18 bulan

Kalau setelah terapi dini, panggul belum seluruhnya direduksi atau kalau

anak itu di belakang hari menunjukkan adanya dislokasi yang tersembunyi,

panggul itu harus direduksi terutama dengan metode tertutup tetapi kalau perlu

dengan operasi dan tetap direduksi hingga perkembangan acetabulum

memuaskan. 2

Reduksi tertutup

16

Page 17: 234098541-Ddh

Cara ini ideal tetapi memiliki risiko rusaknya pasokan darah pada caput

femoris dan menyebabkan nekrosis. Untuk memperkecil risiko ini dilakukan

reduksi berangsur- angsur, traksi dilakukan pada kedua kaki secara vertikal dan

secara berangsur- angsur abduksi ditingkatkan hingga dalam 3 minggu, kedua

kaki terentang lebar- lebar. Manuver ini dapat mencapai reduksi konsentrik stabil

dan dicek dengan rontgen pelvis.1,2

Pembebatan panggul yang direduksi secara konsentrik ditahan dalam suatu

spika gips dalam keadaan 60o fleksi, 40o abduksi dan 20o rotasi internal. Setelah 6

minggu spika digantikan dengan bebat yang mencegah adduksi tetapi

memungkinkan gerakan suatu pengikat Pavlik atau gips lutut dengan batang

melintang. Bebat ini dipertahankan selama 3-6 bulan lagi dan diperiksa dengan

rontgen untuk memastikan caput femoris tereduksi secara konsentrik dan atap

acetabulum berkembang dengan normal. 1,2

Operasi

Kalau setiap tahap reduksi konsentrik belum dicapai, diperlukan operasi

terbuka.

3. Dislokasi menetap 18 bulan ke atas.6

Pada anak yang lebih tua, reduksi tertutup kemungkinan kurang berhasil;

banyak ahli bedah langsung melakukan atrografi dan reduksi terbuka.

Traksi dilakukan jika reduksi tertutup tidak berhasil.traksi membantu

melonggarkan jaringan dan menurunkan caput femoris berhadapan dengan

acetabulum.

Operasi kapsul sendi dibuka di bagian anteriornya, setiap limbus yang ke

dalam dibuang dan caput femoris ditempatkan pada acetabulum.Biasanya

diperlukan osteotomi derotasi.

Pembebatan dilakukan setelah operasi, panggul ditahan dalam spika gips

selama 3 bulan dan kemudian dengan bebat memungkinkan beberapa gerakan

pinggul selama 1- 3 bulan dan diperiksa dengan rontgen untuk memastikan telah

tereduksi dan sedang berkembang secara memuaskan.

2.8. Komplikasi

17

Page 18: 234098541-Ddh

Berbagai komplikasi yang mungkin dapat terjadi, termasuk redislocation,

kekakuan panggul, infeksi, kehilangan darah dan kemungkinan nekrosis paling

berat dari caput femur.Tingkat nekrosis caput femur bervariasi, pada penelitian ini

rentang tingkat dari 0% sampai 73%.

Nekrosis avaskuler pada epifisis femur kapital mungkin terjadi sebagai

komplikasi setelah reduksi, mungkin disebabkan oleh kerusakan paha atau

berkurangnya suplai darah untuk kepala femur. Membuat pangkal paha tidak

dapat bergerak dalam posisi abduksi yang ekstrim atau dipaksakan atau rotasi

internal mungkin merupakan penyebab paling penting nekrosis avaskuler kepala

femur.10

Penampilan radiografiknya dan perjalanan berikutnya akan sangat

menyerupai penampilan dan perjalanan penyakit Legg-Calve-Perthes, dan

perawatannya mengikuti prinsip yang sama dengan yang dijelaskan untuk

perawatan penyakit tersebut. 10

Penekanan karena menahan beban tubuh dan aktivitas sehari-hari pada

persendian yang tidak tepat, akan mempercepat terjadinya degenerasi tulang

rawan artikuler pada persendian pangkal paha. 10

Degenerasi ini mungkin berprogresi ke artritis degeneratif sekunder yang

berkembang penuh pada persendian pangkal paha dalam kehidupan dewasa, yang

memerlukan operasi rekonstruksi pangkal paha sekunder untuk mengurangi nyeri

dan disabilitas. 10

Banyak penelitian menunjukkan bahwa abduksi ekstrim, khususnya

dikombinasikan dengan ekstensi dan rotasi internal, menghasilkan nekrosis

avaskular yang lebih tinggi kecuali dikoreksi segera setelah lahir, penekanan

abnormal menyebabkan malformasi perkembanga tulang paha dengan gaya

berjalan pincang. Jika kasus kelainan panggul congenital terlambat diobati, anak

akan memiliki kesulitan berjalan yang dapat mengakibatkan rasa sakit seumur

hidup. Selain itu jika kondisi ini tidak diobati posisi pinggul abnormal akan

memaksa acetabulum untuk mencari posisi lain untuk menampung caput femur

2.10. Prognosis

Penanganan penderita dengan dislokasi panggul kongenital termasuk

dalam kedaruratan medis, artinya harus segera dilakukan reposisi. Semakin cepat

ditangani semakin baik prognosisnya. Tindakan yang lazim dilakukan adalah

18

Page 19: 234098541-Ddh

reposisi, umumnya perlu pembiusan total mengingat sakit yang berat dan otot

serta jaringan penunjangnya yang kuat.6

Akibat yang bisa terjadi bila terlambat ditangani adalah terjadinya nekrosis

avaskuler yang mengakibatkan kematian jaringan tulang dan sendi sampai

osteoartritis sendi yang terjadi lebih akhir dan ditandai kerusakan jaringan sendi

diikuti terbentuknya jaringan tulang baru yang abnormal. Idealnya jika kurang

dari 6 jam dislokasi sudah ditangani dapat mencegah komplikasi ini. Selain

direposisi juga dilakukan pemasangan traksi agar posisi sendi tidak bergeser lagi,

lebih kurang 2 minggu.6

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Developmental Dysplasia Of The Hip (DDH) dahulu lebih popular dengan

nama Congenital Dislocation Of The Hip (CDH) atau dislokasi panggul

kongenital adalah deformitas ortopedik yang didapat segera sebelum atau pada

19

Page 20: 234098541-Ddh

saat kelahiran. Kondisi ini bervariasi dari pergeseran minimal ke lateral sampai

dislokasi komplit dari caput femoris keluar acetabulum.2,3

Ada tiga pola yang terlihat: (1) Subluxation, (2) Dislocatable, dan (3)

Dislocated.

Laporan insiden DDH bervariasi mulai dari 1.5 sampai 2.5 per 1000

kelahiran mengalami DDH. Penelitian epidemiologi dari DDH, didapatkan

insiden 17,9% DDH pada bayi laki-laki dan 82,1% pada perempuan yang artinya

diislokasi panggul kongenital tujuh kali lebih banyak pada perempuan daripada

laki-laki.

Sendi panggul kiri lebih sering terkena dan hanya 1-5% yang bersifat

bilateral. Kelainan ini banyak ditemukan pada orang Amerika dan Jepang serta

jarang ditemukan pada orang Indonesia.

Penanganan penderita dengan dislokasi panggul kongenital termasuk

dalam kedaruratan medis, artinya harus segera dilakukan reposisi. Semakin cepat

ditangani semakin baik prognosisnya. Tindakan yang lazim dilakukan adalah

reposisi, umumnya perlu pembiusan total mengingat sakit yang berat dan otot

serta jaringan penunjangnya yang kuat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, Dejong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. Jakarta: EGC;

2005

2. Apley Graham dkk. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley Edisi ke-7.

Jakarta: Widya Medika; 1995

20

Page 21: 234098541-Ddh

3. Rasjad Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang

Lamumpatue; 2003

4. Rasad Sjahriar. Radiologi Diagnostik Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI; 2008

5. Kumpulan Bahan Kuliah Blok 18 FK Unand Padang.

6. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Developmental Dislocation

(Dysplasia) of the Hip (DDH). Diunduh tanggal 10 Juli 2014 dari

http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00347

7. Prognosis dan dislokasi panggul kongenital diunduh tanggal 10 Juli 2014 dari

http://books.google.co.id/books?

id=9yqqTP6teIC&pg=PA396&lpg=PA396&dq=Prognosis+dislokasi+panggul

+kongenital&source

8. Radiologi dislokasi panggul kongenital diunduh tanggal 10 Juli 2014 dari

http://books.google.co.id/books?

id=GTqUHHF4A6oC&pg=PA245&lpg=PA245&dq=Radiologi+dislokasi+pa

nggul+kongenital&source

9. Developmental Dislocation of the Hip diunduh tanggal 10 Juli 2014 dari

www.usp-neonatal-hips-winner.html

10. Perthes Disease diunduh tanggal 10 Juli 2014 available at www.ux-

perthes.html

11. Tamai J. Developmental Dislocation of the Hip diunduh tanggal 10 Juli 2014

dari http://emedicine.medscape.com/article/1248135-overview

21