2020 - gold ismia

23
Buku Saku ini dapat dipergunakan oleh para pembuat kebijakan, penambang dan masyarakat umum untuk menambah pengetahuan tentang merkuri dan penggunaannya di sektor pertambangan emas skala kecil (PESK) . SERI BUKU SAKU STATUS MERKURI PADA PERTAMBANGAN EMAS SKALA KECIL DI INDONESIA 2020 BUKU 2: Penggunaan Merkuri dan Dampaknya Terhadap Lingkungan, Serta Sebaran Lokasi Pertambangan Emas Skala Kecil Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Upload: others

Post on 19-Nov-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Buku Saku ini dapat dipergunakan oleh para pembuat kebijakan, penambang dan masyarakat umum untuk menambah pengetahuan tentang merkuri dan penggunaannya di sektor pertambangan emas skala kecil (PESK)

SERI

.

SERI BUKU SAKU

STATUS MERKURI PADA

PERTAMBANGAN EMAS SKALA KECIL

DI INDONESIA

2020

BUKU 2: Penggunaan Merkuri dan Dampaknya Terhadap Lingkungan, Serta Sebaran Lokasi Pertambangan Emas Skala Kecil

Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Buku Saku ini dapat dipergunakan oleh para pembuat kebijakan, penambang dan masyarakat umum untuk menambah pengetahuan tentang merkuri dan penggunaannya di sektor pertambangan emas skala kecil (PESK)

SERI

.

SERI BUKU SAKU

STATUS MERKURI PADA

PERTAMBANGAN EMAS SKALA KECIL

DI INDONESIA

2020

BUKU 2: Penggunaan Merkuri dan Dampaknya Terhadap Lingkungan, Serta Sebaran Lokasi Pertambangan Emas Skala Kecil

Direktorat Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Halaman 1

Halaman 2

PRAKATA Permasalahan lingkungan dan kesehatan yang disebabkan oleh penggunaan Merkuri telah menjadi perhatian dunia. Salah satu sektor yang menjadi perhatian adalah sektor Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) yang disinyalir menjadi salah satu contributor utama lepasan dan emisi Merkuri ke media lingkungan. Oleh karenanya sebagai upaya pengelolaan Merkuri, Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi Minamata pada tahun 2017 melalui pengesahan UU 11/2017. Pasca ratifikasi, berbagai program dan kegiatan telah dikembangkan dan dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya pengelolaan Merkuri di Indonesia, diantaranya pengembangan kebijakan penghapusan Merkuri, penerapan teknologi pengolahan emas yang ramah lingkungan, serta pengendalian dampak lingkungan dan dampak kesehatan Merkuri. Sebagai upaya pendokumentasian jejak langkah pengelolaan Merkuri dan pemublikasian data Merkuri Indonesia, khususnya di sektor PESK di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selaku National Focal Point Konvensi Minamata dengan dukungan UNDP Indonesia melalui proyek GOLD-ISMIA, menerbitkan SERI BUKU SAKU Status Merkuri Pada Sektor Pertambangan Emas Skala Kecil di Indonesia tahun 2020. Seri BUKU SAKU ini terdiri atas 4 (empat) buah buku yang saling berkaitan satu sama lain. Keempat buku tersebut antara lain BUKU 1: Kebijakan Pengurangan dan Penghapusan Merkuri di Indonesia, BUKU 2: Penggunaan dan sebaran Merkuri di PESK serta Dampaknya Terhadap Lingkungan, BUKU 3: Dampak Merkuri pada Kesehatan Manusia di sektor PESK, dan BUKU 4: Teknologi Pengolahan Emas pada PESK di Indonesia. BUKU 2 berisi data dan informasi mengenai penggunaan dan sebaran Merkuri di PESK, serta data hasil pengukuran konsentrasi merkuri di media lingkungan. Harapan kami, semoga penerbitan seri BUKU SAKU Status Merkuri Pada Sektor Pertambangan Emas Skala Kecil di Indonesia tahun 2020 ini dapat menambah wawasan para pembaca mengenai isu Merkuri dan penggunaannya di PESK. Yun Insiani (Direktur Pengelolaan B3 KLHK)

Halaman i

DAFTAR ISI

PRAKATA ................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... iii

PROFIL PERTAMBANGAN EMAS SKALA KECIL ........................................................... 1

Estimasi produksi emas dari sektor PESK ..................................................................1 Sebaran lokasi PESK ...................................................................................................2 Profil penambangan emas .........................................................................................3

PERHITUNGAN PENGGUNAAN MERKURI DALAM PROSES PENGOLAHAN EMAS ...... 5

DAMPAK PENGGUNAAN MERKURI KE MEDIA LINGKUNGAN ................................... 8

Pelepasan merkuri ke air dan tanah ..........................................................................8

Hasil pengukuran konsentrasi merkuri pada sampel air bersih ................ 8

Hasil pengukuran konsentrasi merkuri pada sampel air sungai ............... 9

Hasil pengukuran konsentrasi merkuri pada sampel sedimen ............... 10

Hasil Pengukuran Konsentrasi Merkuri Pada Sampel Tanah .................. 11

Hasil pengukuran konsentrasi merkuri pada sampel tanaman .............. 13

Hasil pengukuran konsentrasi merkuri pada sampel biota .................... 14

Pelepasan merkuri ke udara ....................................................................................15

Hasil pengukuran konsentrasi merkuri pada sampel udara ................... 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 16

Halaman ii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta Regional Geologi Indonesia. ............................................................. 1

Gambar 2. Peta Kegiatan PESK spot di 32 propinsi dari total 34 propinsi .................... 2

Gambar 3. Grafik Total Merkuri yang Digunakan ....................................................... 6

Gambar 4. Rasio Hg:Au di 5 Kabupaten ..................................................................... 7

Gambar 5. Pengukuran konsentrasi Hg pada air bersih .............................................. 8

Gambar 6. Pengukuran konsentrasi Hg pada air sungai .............................................. 9

Gambar 7. Pengukuran konsentrasi Hg pada sedimen ............................................. 10

Gambar 8. Pengukuran konsentrasi Hg pada tanah .................................................. 11

Gambar 9. Pengukuran konsentrasi Hg pada tanaman ............................................. 13

Gambar 10. Pengukuran konsentrasi Hg pada biota ................................................. 14

Gambar 10. Pengukuran konsentrasi Hg pada udara ................................................ 15

DAFTAR TABEL Tabel 1. Jumlah Penambang, Produksi emas, emisi merkuri serta penggunaan merkuri per-propinsi di Indonesia........................................................................................... 3

Tabel 2. Profil penambangan emas di beberapa kabupaten ....................................... 4

Tabel 3. Perhitungan Baseline Penggunaan Merkuri di PESK dengan mengikuti Metode UN Toolkit ........................................................ Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. Referensi Nilai Ambang Batas pada pengujian merkuri untuk air bersih ........ 8

Tabel 5. Referensi Nilai Ambang Batas pada pengujian merkuri untuk air sungai ........ 9

Tabel 6. Referensi Nilai Ambang Batas pada pengujian merkuri untuk sedimen ....... 10

Tabel 7. Referensi Nilai Ambang Batas pada pengujian merkuri untuk tanah ............ 11

Tabel 8. Referensi Nilai Ambang Batas pada pengujian merkuri untuk tanaman ....... 12

Halaman iii

Tabel 9. Referensi Nilai Ambang Batas pada pengujian merkuri untuk biota............. 13

Tabel 10. Referensi Nilai Ambang Batas pada pengujian merkuri untuk udara .......... 15

Halaman iv

PROFIL PERTAMBANGAN EMAS SKALA KECIL

Peta geologi Indonesia menunjukkan bahwa sebaran potensi cadangan emas di Indonesia merata diseluruh propinsi, menjadikan Indonesia ada di posisi ketujuh produsen emas terbanyak di dunia. Sekitar 190 ton cadangan emas tersimpan di negara kita, meningkat 36 ton atau 23% dibandingkan di tahun 2018. Sebagian besar produksi emas dihasilkan dari tambang emas Grassberg, Tembagapura (sumber https://pluang.com/belajar/blog/negara-penghasil-emas-terbesar-di-dunia/, dikutip tanggal 23 Juni 2020).

Gambar 1. Peta Regional Geologi Indonesia

Estimasi produksi emas dari sektor PESK Produksi emas nasional pada tahun 2019 adalah sebesar sekitar 109,2 ton. Produksi ini merupakan besaran angka dari perusahaan Kontrak Karya (KK) dan Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang tercatat di subsektor pertambangan mineral dan batubara (sumber http://modi.minerba.esdm.go.id/pimpinan/?t=2019). Produksi kegiatan emas dari sektor PESK dapat mencapai 20% per tahun dari produksi formal yaitu sekitar 21,84 ton. Dengan asumsi besaran royalti emas sesuai dengan PP No. 9 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, yaitu sebesar USD

Halaman 1

1,300/oz maka didapat potensi kehilangan penerimaan negara sekurangnya pada tahun 2019 sebesar USD 908.544.000 per tahun.

Sebaran lokasi PESK Kegiatan PESK terdapat hampir di seluruh provinsi di wilayah Indonesia. Dapat dilihat sebaran lokasi PESK sebagaimana pada peta di bawah ini:

Gambar 2. Peta. Kegiatan PESK spot di 32 propinsi dari total 34 propinsi (sumber:

Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, 2016)

Berdasarkan dokumen BCRC-SEA Minamata Initial Assessment, 2019, diperoleh data jumlah penambang, penggunaan merkuri, emisi merkuri dan produksi emas di 24 lokasi penambangan emas skala kecil yang tersebar di wilayah Indonesia.

Halaman 2

Tabel 1: Jumlah Penambang, Produksi Emas, Emisi Merkuri Serta Penggunaan Merkuri Per-Propinsi Di Indonesia [6]

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa total jumlah penambang di 24 lokasi PESK adalah sebanyak 105.600 orang di pertambangan emas primer, dan 73.600 orang di pertambangan emas sekunder dengan perkiraan jumlah penggunaan merkuri dalam setahun adalah sebesar 1.727,5 ton, perkiraan emisi merkuri sebesar 345,5 ton dan total perkiraan produksi emas sebanyak 53,8 ton dalam setahun.

Profil penambangan emas Berdasarkan Laporan Pemetaan Dampak Merkuri kerjasama antara KLHK dengan Institut Teknologi Bandung dan Universitas Brawijaya, diperoleh data profil penambangan emas sebagai berikut:

PROPINSI Penggunaan Emisi Merkuri Produksi EmasMerkuri

Jumlah Penambang Jumlah Penambang Hg (ton/tahun) Hg (ton/tahun) Emas (ton/tahun)1 Banten 12.000 0 180,0 36,0 3,62 Bengkulu 2.000 0 30,0 6,0 0,63 Gorontalo 2500 1500 40,4 8,1 1,24 Jambi 0 7000 13,7 2,7 2,15 Jawa Barat 8500 0 127,5 25,5 2,66 Jawa Tengah 6500 0 97,5 19,5 2,07 Jawa Timur 600 600 10,2 2,0 0,48 Kalimantan Barat 0 11500 22,4 4,5 3,59 Kalimantan Selatan 4000 2500 64,9 13,0 2,0

10 Kalimantan Tengah 4500 20000 106,5 21,3 7,411 Kalimantan Timur 500 2000 11,4 2,3 0,812 Kalimantan Utara 1000 1000 17,0 3,4 0,613 Lampung 1500 500 23,5 4,7 0,614 Maluku 7000 0 105,0 21,0 2,115 Maluku Utara 4500 500 68,5 13,7 1,516 Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) 5000 9500 93,5 18,7 4,417 Nusa Tenggara Barat (NTB) 11000 1000 167,0 33,4 3,618 Nusa Tenggara Timur (NTT) 0 2000 3,9 0,8 0,619 Papua 0 2500 4,9 1,0 0,820 Papua Barat 0 500 1,0 0,2 0,221 Riau 500 2000 11,4 2,3 0,822 Sulawesi Barat 4000 500 61,0 12,2 1,423 Sulawesi Selatan 0 2000 3,9 0,8 0,624 Sulawesi Tengah 16000 1000 242,0 48,4 5,125 Sulawesi Tenggara 500 1500 10,4 2,1 0,626 Sulawesi Utara 8500 0 127,5 25,5 2,627 Sumatera Barat 500 2500 12,4 2,5 0,928 Sumatera Selatan 0 1500 2,9 0,6 0,529 Sumatera Utara 4500 0 67,5 13,5 1,4

NoPERTAMBANGAN PERTAMBANGAN

EMAS PRIMER EMAS SEKUNDER

Halaman 3

Tabel 2. Profil penambangan emas di beberapa kabupaten

No Detail Lokasi

Pemrosesan Bahan Mentah (Batu/Ore

Pemrosesan Ekstraksi

Emas

Man

ual

Gel

undu

ng

Slui

cing

Dula

ng

Pem

bubu

h-an

zat k

imia

Sian

ida

Mer

kuri

1

Kecamatan Desa Pelangan, Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat.

- Ya - - - Ya Ya

2

Desa Tobongan, Kecamatan Modayag, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Propinsi Sulawesi Utara

- Ya - - - Ya Ya

3

Desa Lanut, Kecamatan Modayag, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Propinsi Sulawesi Utara

- Ya - - - Ya Ya

4

Desa Tatelu Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara, Propinsi Sulawesi Utara

- Ya - - - Ya Ya

5 Desa Siguntur, Kecamatan Sitiung, Kab. Dharmasraya, Propinsi Sumatera Barat

Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak Ya

6

Desa Koto Nan IV Dibauwah, Kecamatan IX Koto, Kabupaten Dharmasraya, Propinsi Sumatera Barat

Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak Ya

7 Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi

Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak

Halaman 4

No Detail Lokasi

Pemrosesan Bahan Mentah (Batu/Ore

Pemrosesan Ekstraksi

Emas

Man

ual

Gel

undu

ng

Slui

cing

Dula

ng

Pem

bubu

h-an

zat k

imia

Sian

ida

Mer

kuri

8

Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Proponsi Kalimantan Tengah

Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya

9 Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah

Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak Ya

PERHITUNGAN PENGGUNAAN MERKURI DALAM PROSES PENGOLAHAN EMAS

Perhitungan merkuri yang digunakan mengacu pada metode UN Toolkit yang dikeluarkan oleh United Environment Programme (UNEP). Merkuri yang digunakan dihitung dari rasio merkuri berbanding emas yang dihasilkan, dimana merkuri yang digunakan sama dengan merkuri yang telah melebur ke lingkungan. Total merkuri yang digunakan adalah total merkuri yang hilang ke air/tanah dan udara per lokasi PESK.

Pada tahun 2018, KLHK bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung dan Universitas Brawijaya telah melakukan perhitungan baseline pengunaan merkuri dalam proses pengolahan emas dengan Metode UN Toolkit di 5 lokasi PESK, yaitu di Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Merangin, Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Wonogiri. Hasil perhitungan dapat dilihat pada table di bawah ini.

Halaman 5

Tabel 3. Perhitungan Baseline Penggunaan Merkuri di PESK dengan mengikuti

Metode UN Toolkit

Gambar 3. Grafik Total Merkuri yang Digunakan

Rekapitulasi Perhitungan Baseline Penggunaan Merkuri di PESK

Rata-Rata Lombok Barat

Rata-Rata Bolaang

Mongondow Timur

Rata-Rata Kotawaringin

Barat

Rata-Rata Wonogiri

Rata-Rata Dharmasraya

Fase PencampuranA. berat merkuri + kemasan (g) 1.006,00 3.197,30 B. berat kemasan (g) 57,00 57,00 C. berat merkuri ditambahkan ke campuran (=A-B) 949,00 3.140,33 38,42 7,30 614,50 D. berat kemasan (g) 57,00 57,00 E. berat kemasan + cairan Hg & amalgam (g) 1.001,00 3.136,35 F. cairan Hg & amalgam dikeluarkan dari campuran (=E-D) 944,00 3.079,35 30,17 5,97 615,25 G. berat kemasan (g) 57,00 57,00 H. berat kemasan + cairan Hg (g) 998,00 3.133,21 I. cairan Hg yang didapatkan kembali dari pemerasan (=H-G) 941,00 25,05 4,01 610,50

Fase PemanasanJ. berat kemasan (g) 0,70 0,70 K. berat amalgam + kemasan (g) 3,88 3,60 L. berat amalgam (=K-J) 3,18 5,83 1,60 381,78 M. berat kemasan (g) 0,70 0,70 N. berat emas lunak + kemasan (g) 1,94 1,68 O. berat emas lunak (=N-M) 1,24 0,98 2,87 0,72 0,34 P. berat emas lunak dalam kemurnian 100% (24K) 0,78 0,59 3,29 0,80 0,24

1,94 1,93 2,97 0,88 2,25 Cross-check Pengukuran

944,18 3.079,11 Pemulihan di Retort

R. berat kemasan (g)S. berat merkuri + kemasan (g)T. berat merkuri yang didapatkan kembali di retort (=S-R) 1,19 U. efisiensi retort (%) (=T/Q*100) 67,89

Kesimpulan6,06 62,17 11,39 2,01 1,76 1,94 - 2,97 0,78 1,06 8,00 62,17 14,36 2,79 2,82 2,52 3,14 4,46 3,64 11,72

Perlakuan No.

V. Hg yang hilang ke tanah dalam fase pencampuran (=C-I-Q)W. Hg yang hilang ke udara dalam fase pemanasan (=Q-T)

X. Total merkuri yang digunakan (hilang ke lingkungan (=V+W)Y. Rasio Hg:Au (=Q/P), tanpa retort

Y. Rasio Hg:Au (=X/P), dengan retort

cairan Hg dari pemerasan (I) + amalgam (L) - (harus =F)

Merkuri yang didapatkan kembali

di retort

Hg ditambahkan dalam campuran

Hg dikeluarkan dari pemerasan

Hg & amalgam dikeluarkan dari

campuran

Amalgam setelah pemanasan

Amalgam sebelum pemanasan

Q. berat Hg menguap (=L-O)

8

62,17

14,36 2,79 2,82

0

20

40

60

80

Rata-RataLombok Barat

Rata-RataBolaang

MongondowTimur

Rata-RataKotawaringin

Barat

Rata-RataWonogiri

Rata-RataDharmasraya

Total Merkuri yang Digunakan (gram)

Total merkuri yang digunakan (hilang ke lingkungan)…

Halaman 6

Gambar 4. Rasio Hg:Au di 5 Kabupaten

2,52 3,14 4,46 3,64

11,72

- 4,00 8,00

12,00 16,00

Rata-RataLombok Barat

Rata-RataBolaang

MongondowTimur

Rata-RataKotawaringin

Barat

Rata-RataWonogiri

Rata-RataDharmasraya

Rasio

Hg:

Au

Lokasi

Rasio Hg:Au di 5 Kabupaten

Halaman 7

DAMPAK PENGGUNAAN MERKURI KE MEDIA LINGKUNGAN

Pelepasan merkuri ke air dan tanah Proses amalgamasi seluruh bijih menyebabkan pelepasan merkuri ke lingkungan sekitar tambang. Ketika mengosongkan gelondong, sebagian merkuri terlepas bersama dengan air pembuangan ke tanah. Jika tempat pengolahan memiliki kolam limbah, maka lumpur yang dilepaskan dari gelondong akan terkumpul dalam kolam limbah. Namun air dari kolam akan meluap dan tumpah ke luar dan mengalir ke lingkungan sekitar. Air yang mengalir dapat bermuara ke sungai, dan danau terdekat, kemudian berakhir di laut.

Beberapa lokasi telah terpapar merkuri di media air bersih, air sungai, sedimen, dan tanah akibat kegiatan pengolahan emas bermerkuri. Data pengukuran konsentrasi merkuri pada media yang dimaksud dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini:

Hasil pengukuran konsentrasi merkuri pada sampel air bersih

Sebanyak 57 sampel air bersih diambil dari lokasi PESK secara random, kemudian sampel diekstraksi berdasarkan SNI 6989.78:2011. Analisis sampel menggunakan ICP-MS dengan perhitungan sampel mengacu pada SNI 7387:2009.

Tabel 4. Referensi Nilai Ambang Batas pada pengujian merkuri untuk air bersih

Media Lingkungan Referensi NAB Air Bersih Permenkes No. 416 tahun 1960 0,001 mg/L

Halaman 8

Gambar 5. Pengukuran konsentrasi Hg pada air bersih

Hasil pengukuran konsentrasi merkuri pada sampel air sungai

Sebanyak 33 sampel air sungai diambil dari lokasi PESK secara random, kemudian sampel diekstraksi dengan metode SNI 6989.78:2011. Sampel dianalisis dengan menggunakan ICP-MS. Perhitungan konsentrasi akhir merkuri mengacu pada SNI 7387:2009.

Tabel 5. Referensi Nilai Ambang Batas pada pengujian merkuri untuk air sungai

Media Lingkungan Referensi NAB Air Sungai Peraturan Pemerintah Nomor 82/2001

Kelas II 0,002 mg/L

0,23116

0,0005 0,0005

0,06

0,0001 0,0015

0,0008

0,0075 0,002 0,0002

0,0004 0,007

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kons

entr

asi H

g di

air

bers

ih(m

g/L)

Lokasi

Pengukuran Konsentrasi Hg Pada Air Bersih

Hg di air bersih NAB >0,001

1: Pelangan, Sekotong, Lombok Barat 2: Tobongan, Modayag, Bolaang Mongondow Timur 3: Lanut, Modayag, Bolaang Mongondow Timur 4: Tatelu, Dimembe, Minahasa Utara 5: Siguntur, Sitiung, Dharmasraya 6: Koto Nan IV Dibauwah, IX Koto, Dharmasraya

7: Sungai Manau, Merangin 8: Pangkut, Arut Utara, Kotawaringin Barat 9: Jendi, Selogiri, Wonogiri 10: Karangjaya, Tasikmalaya 11: Cineam, Tasikmalaya 12: Cibeber, Lebak

Halaman 9

Gambar 6. Pengukuran konsentrasi Hg pada air sungai

Hasil pengukuran konsentrasi merkuri pada sampel sedimen

Sebanyak 66 sampel sedimen diambil dari lokasi PESK secara random, kemudian sampel diekstraksi berdasarkan metode standar US-EPA 7471B. Analisis sampel menggunakan ICP-MS dengan perhitungan konsentrasi akhir merkuri berdasarkan SNI 06-6992.2-2004.

Tabel 6. Referensi Nilai Ambang Batas pada pengujian merkuri untuk sedimen

Media Lingkungan Referensi NAB Sedimen Canadian Sedimen Quality Guideline 0,13 mg/kg

0,0853

0,0005

0,16

0,0005 0,004 0,02 0,012

0,0003 0,0125

0,0004 0,0006 0,0003 0

0,04

0,08

0,12

0,16

0,2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kons

entr

asi H

g pa

da a

ir su

ngai

(mg/

L)

Lokasi

Pengukuran Konsentrasi Hg Pada Air Sungai

Hg di air sungai NAB >0,002

1: Pelangan, Sekotong, Lombok Barat 2: Tobongan, Modayag, Bolaang Mongondow Timur 3: Lanut, Modayag, Bolaang Mongondow Timur 4: Tatelu, Dimembe, Minahasa Utara 5: Siguntur, Sitiung, Dharmasraya 6: Koto Nan IV Dibauwah, IX Koto, Dharmasraya

7: Sungai Manau, Merangin 8: Pangkut, Arut Utara, Kotawaringin Barat 9: Jendi, Selogiri, Wonogiri 10: Karangjaya, Tasikmalaya 11: Cineam, Tasikmalaya 12: Cibeber, Lebak

Halaman 10

Gambar 7. Pengukuran konsentrasi Hg pada sedimen

Hasil Pengukuran Konsentrasi Merkuri Pada Sampel Tanah

Sebanyak 59 sampel tanah diambil dari lokasi PESK secara random, kemudian sampel diekstraksi berdasarkan US-EPA 7471 B menggunakan bahan kimia HCl dan HNO3. Pengujian sampel mengacu pada SNI 06-6992.2-2004 dengan metode uji ICP-MS.

Tabel 7. Referensi Nilai Ambang Batas pada pengujian merkuri untuk tanah

Media Lingkungan Referensi NAB Tanah Canadian Soil Quality Guideline 6,6 mg/kg

22,599

40,99

28,34

2,17

1,322751

0,04357 0,012

0,1113

13,03992

0,05 0,05

88

0

20

40

60

80

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kons

entr

asi H

g di

sedi

men

(mg/

kg)

Lokasi

Pengukuran Konsentrasi Hg Pada Sedimen

Hg di sedimen NAB >1,3

1: Pelangan, Sekotong, Lombok Barat 2: Tobongan, Modayag, Bolaang Mongondow Timur 3: Lanut, Modayag, Bolaang Mongondow Timur 4: Tatelu, Dimembe, Minahasa Utara 5: Siguntur, Sitiung, Dharmasraya 6: Koto Nan IV Dibauwah, IX Koto, Dharmasraya

7: Sungai Manau, Merangin 8: Pangkut, Arut Utara, Kotawaringin Barat 9: Jendi, Selogiri, Wonogiri 10: Karangjaya, Tasikmalaya 11: Cineam, Tasikmalaya 12: Cibeber, Lebak

Halaman 11

Gambar 8. Pengukuran konsentrasi Hg pada tanah

Pelepasan merkuri ke tanaman dan biota

Masyarakat PESK jarang sekali membuat bak penampungan limbah dan air limbah atau Instalasi Penanganan Air Limbah (IPAL), sehingga air mencemari lingkungan sekitar. Hal ini berdampak pada tanaman yang tumbuh di sekitar lokasi pengolahan emas. Ikan yang hidup di sungai atau perairan terdekat juga akan mendapat dampak dari pelepasan merkuri ke lingkungan. Hal ini sudah terjadi di Indonesia yang dapat dilihat pada penjelasan berikut:

134,2062

176,21 176,25

30,06

0,17507 2,47372

0,18219 2,70956

16,16162 0,600 0,640

28

0

40

80

120

160

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kons

entr

asi H

g di

tana

h (m

g/kg

)

Lokasi

Pengukuran Konsentrasi Hg Pada Tanah

Hg di tanah NAB >6,6

1: Pelangan, Sekotong, Lombok Barat 2: Tobongan, Modayag, Bolaang Mongondow Timur 3: Lanut, Modayag, Bolaang Mongondow Timur 4: Tatelu, Dimembe, Minahasa Utara 5: Siguntur, Sitiung, Dharmasraya 6: Koto Nan IV Dibauwah, IX Koto, Dharmasraya

7: Sungai Manau, Merangin 8: Pangkut, Arut Utara, Kotawaringin Barat 9: Jendi, Selogiri, Wonogiri 10: Karangjaya, Tasikmalaya 11: Cineam, Tasikmalaya 12:Cibeber, Lebak

Halaman 12

Hasil pengukuran konsentrasi merkuri pada sampel tanaman

Sebanyak 51 sampel tanaman diambil dari lokasi PESK secara random, kemudian sampel diekstraksi berdasarkan metode Ministry of The Environment Japan, 2004. Pengujian sampel dianalisis menggunakan ICP-MS dengan perhitungan yang mengacu pada SNI 2354.6:2016.

Tabel 8. Referensi Nilai Ambang Batas pada pengujian merkuri untuk tanaman

Media Lingkungan Referensi NAB Tanaman SNI 7387 tahun 2009 0,03 mg/kg

Gambar 9. Pengukuran konsentrasi Hg pada tanaman

280,7096

62,75

23,59 13,06 0,41651

1,9985 1,0415

0,1999 0,90892

0,05 5 -

50,0000

100,0000

150,0000

200,0000

250,0000

300,0000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Kons

entr

asi H

g di

tana

man

(mg/

kg)

Lokasi

Pengukuran Konsentrasi Hg Pada Tanaman

Hg di tanaman NAB >0,3

1: Pelangan, Sekotong, Lombok Barat 2: Tobongan, Modayag, Bolaang Mongondow Timur 3. Lanut, Modayag, Bolaang Mongondow Timur 4: Tatelu, Dimembe, Minahasa Utara 5: Siguntur, Sitiung, Dharmasraya 6: Koto Nan IV Dibauwah, IX Koto, Dharmasraya

7: Sungai Manau, Merangin 8: Pangkut, Arut Utara, Kotawaringin Barat 9: Jendi, Selogiri, Wonogiri 10: Cineam, Tasikmalaya 11: Cibeber, Lebak

Halaman 13

Hasil pengukuran konsentrasi merkuri pada sampel biota

Sebanyak 29 sampel biota diambil dari lokasi PESK secara random, kemudian sampel diekstraksi berdasarkan prosedur Ministry of The Environment Japan, 2004. Analisis sampel menggunakan ICP-MS dengan perhitungan konsentrasi akhir merkuri mengacu pada SNI 2354.6:2016

Tabel 9. Referensi Nilai Ambang Batas pada pengujian merkuri untuk biota

Media Lingkungan Referensi NAB Biota SNI 7387 tahun 2009 0,03 mg/kg

Gambar 10. Pengukuran konsentrasi Hg pada biota

0,56

0,4

0,27

0,05

0,86957

0,21739

0,83

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1 2 3 4 5 6 7

Kons

entr

asi H

g di

Bio

ta (m

g/kg

)

Lokasi

Pengukuran Konsentrasi Hg Pada Biota

Hg di biota NAB >0,5

1: Pelangan, Sekotong, Lombok Barat 2: Tobongon, Modayag, Bolaang Mongondow Timur 3: Lanut, Modayag, Bolaang Mongondow Timur 4: Tatelu, Dimembe, Minahasa Utara 5: Siguntur, Sitiung, Dharmasraya 6: Koto Nan IV Dibauwah, IX Koto, Dharmasraya 7: Jendi, Selogiri, Wonogiri

Halaman 14

Pelepasan merkuri ke udara Pelepasan emisi merkuri ke lingkungan terjadi melalui udara sebagai akibat dari pembakaran amalgam yang tercampur merkuri. Ketika dibakar di tempat terbuka, amalgam melepaskan uap beracun yang mengandung merkuri. Orang yang membakar di sekitar tempat pembakaran akan banyak menghirup uap merkuri. Keadaan Ini disebut sebagai dampak lokal. Dampak lokal sudah terjadi di lokasi beberapa lokasi di Indonesia, sebagai berikut:

Hasil pengukuran konsentrasi merkuri pada sampel udara

Sebanyak 183 sampel udara diambil dari lokasi PESK secara random. Pengukuran sampel menggunakan alat RA-915+ Zeeman Mercury Analyzer.

Tabel 10. Referensi Nilai Ambang Batas pada pengujian merkuri untuk udara

Media Lingkungan Referensi NAB Udara WHO 1000 ng/m3

Gambar 11. Pengukuran Konsentrasi Hg Pada Udara

52.421,54 41.940,95

9.168,96 2.671,81

19.241,56

95.532,65

295,05 11.606,81

55.913,5

-

40.000,00

80.000,00

120.000,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kons

entr

asi H

g di

uda

ra (n

g/m

3)

Lokasi

Pengukuran Konsentrasi Hg Pada Udara

Hg di udara NAB >1000

1: Pelangan, Sekotong, Lombok Barat 2: Tobongan, Modayag, Bolaang Mongondow TImur 3: Lanut, Modayag, Bolaang Mongondow Timur 4: Tatelu, Dimembe, Minahasa Utara 5: Siguntur, Sitiung, Dharmasraya

6: Koto Nan IV Dibauwah, IX Koto, Dharmasraya 7: Sungai Manau, Merangin 8: Pangkut, Arut Utara, Kotawaringin Barat 9: Jendi, Selogiri, Wonogiri

Halaman 15

DAFTAR PUSTAKA 1. Arifudin Idrus, Sukmandaru et, all: some keys features and possible origin of the

Metamorphic Rock Hosted Gold Mineralization in Buru Island Indonesia. Journal of Geoscience, Geological Agent Ministry Energy and Mineral Resources, 2014.

2. http://modi.minerba.esdm.go.id/pimpinan/?t=2019 3. Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, 2016. 4. Laporan Akhir Pemetaan Dampak Merkuri Terhadap Lingkungan, Kesehatan,

dan Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitar Lokasi Pertambangan Emas Skala Kecil di Kabupaten Wonogiri, 2018

5. BCRC-SEA Minamata Initial Assessment, 2019. 6. Laporan Akhir Pemetaan Dampak Merkuri Terhadap Lingkungan, Kesehatan,

dan Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitar Lokasi Pertambangan Emas Skala Kecil di Kabupaten Dharmasraya, 2018

7. Laporan Akhir Pemetaan Dampak Merkuri Terhadap Lingkungan, Kesehatan, dan Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitar Lokasi Pertambangan Emas Skala Kecil di Kabupaten Kotawaringin Barat, 2018

8. Laporan Akhir Pemetaan Dampak Merkuri Terhadap Lingkungan, Kesehatan, dan Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitar Lokasi Pertambangan Emas Skala Kecil di Kabupaten Merangin, 2018

9. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pemetaan Dampak Merkuri Terhadap Kesehatan, Lingkungan dan Sosial Ekonomi Masyarakat di Lokasi Pertambangan Emas Skala Kecil di Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2018

10. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pemetaan Dampak Merkuri Terhadap Kesehatan, Lingkungan dan Sosial Ekonomi Masyarakat di Lokasi Pertambangan Emas Skala Kecil di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Provinsi Sulawesi Utara, 2018

11. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pemetaan Dampak Merkuri Terhadap Kesehatan, Lingkungan dan Sosial Ekonomi Masyarakat di Lokasi Pertambangan Emas Skala Kecil di Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara, 2018

12. Laporan Kegiatan Pemetaan Dampak Merkuri di Kabupaten Tasikmalaya, 2018 13. Laporan Kegiatan Pemetaan Dampak Merkuri di Kabupaten Lebak, 2018

Halaman 16