editorial · 2019-04-26 · hemoglobin dewasa (hemoglobin a). kadar hbf >10% dapat mempengaruhi...

2
DIAGNOSTIC UPDATE Contributes for healthier life Volume 9/QI/2013 diagnostic update 1 Volume 9/QI/2013 Sejak diperkenalkan pada tahun 1970- an parameter HbA1c sebagai bentuk ikatan antara molekul glukosa dan hemoglobin telah menarik perhatian para diabetologist. Banyak penelitian telah membuktikan manfaat parameter ini untuk memantau kadar glukosa seseorang selama 2-4 bulan terakhir sehingga mencerminkan status kontrol glikemik dan metabolik jangka panjang. Penelitian Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) di Amerika Serikat telah membuktikan manfaat pemeriksaan HbA1c untuk pemantauan penderita diabetes melitus tipe 1. 1 Hasil serupa didapatkan pula pada penelitian United Kingdom Prospective Diabetes Study di Eropa pada penderita diabetes melitus tipe 2. 2 Banyak perkumpulan profesi yang berkaitan dengan diabetes melitus termasuk juga World Health Organization (WHO) telah sepakat menganjurkan untuk menggunakan pemeriksaan kadar HbA1c pada pengelolaan pasien diabetes melitus. Tujuannya ialah untuk memantau status kontrol glikemik jangka lama, menjadi sasaran keberhasilan pengobatan untuk mencegah timbulnya penyulit dan menjadi bagian integral pengelolaan pasien diabetes melitus. Kadar HbA1c <7.0 % menunjukkan status kontrol yang baik yang telah terbukti dapat menurunkan kejadian penyulit mikrovaskular serta makrovaskular. Kadar HbA1c antara 7.0 - 7.9 % menunjukkan status kontrol sedang dan kadar ‡ 8.0 % dianggap status kontrol yang buruk. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) dalam konsensus yang diterbitkan pada tahun 2002 dan diperbarui pada tahun 2011 juga sudah mengikutinya. 3 [Gambar 1] Meskipun demikian terdapat keterbatasan yang disebabkan kadar HbA1c dipengaruhi oleh kelainan genetik (thalasemia dan berbagai varian hemoglobin), kondisi klinis dengan perubahan usia dan jumlah eritrosit serta kadar hemoglobin, interferensi dengan zat lain seperti carbamylated-Hb pada EDITORIAL diagnostic update 4 Volume 9/QI/2013 Daftar Pustaka 1. Soewondo, P. Current Practice in the Management of Type 2 Diabetes in Indonesia: Results from the International Diabetes Management Practices Study (IDMPS). J Indon Med Assoc. 2011; 61: 474-81. 2. American Diabetes Association. Diabetes basics. http://www.diabetes.org/diabetes- basics/. Diunduh pada 18 Maret 2013. pk. 14.00 wib. 3. American Diabetes Association. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care 2008; 31(1): S62-S67. 4. Mahajan, R.D. & Mishra, B. Using Glycated Hemoglobin HbA1c for diagnosis of Diabetes melitus: An Indian perspective. Int J Biol Med Res 2011; 2(2): 508-12. 5. Ferri, S., Kim, S., Tsugawa, W. & Sode, K. Review of Fructosyl Amino Acid Oxidase Engineering Research: A Glimpse into the Future of Hemoglobin A1c Biosensing. Journal of Diabetes Sci Tech. 2009; 3(3): 585-92. 6. American Diabetes Association. Standards of Medical Care in Diabetes 2013. Diabetes Care 2013; 36(1): S11-S66. 7. Izumi M, Oi K, Kuroda M. and Miyazawa Y. Evaluation of the Glycohemoglobin Enzyme Assay Reagent “Norudia HbA1C” for Automatic Analyzer. JJCLA 2009; 34(5): 1-14. 8. Nasir NM, Thevarajah M & Yean CY. Hemoglobin variants detected by hemoglobin A1c (HbA1c) analysis and the effects on HbA1c measurements. Int J Diabetes Dev Ctries. 2010; 30(2): 86-90. Peran pemeriksaan kadar HbA1c pada pengelolaan penderita diabetes melitus. Kesimpulan Diabetes melitus merupakan penyakit multi etiologi yang dapat mengakibatkan komplikasi penyakit pada tubuh. Jumlah penyandang diabetes melitus dari tahun ke tahun selalu meningkat, karena pola hidup metropolitan yang relatif tidak sehat bagi tubuh. Konsumsi glukosa yang berlebihan menjadi salah satu faktor penting pada meningkatnya jumlah penderita. Dengan pemeriksaan laboratorium yang rutin, komplikasi dari diabetes melitus dapat dicegah sedini mungkin. Salah satu parameter pemeriksaan penting diabetes melitus ialah HbA1c (hemoglobin glikat). Dengan memeriksa HbA1c minimal 2 kali dalam satu tahun, penderita diabetes melitus dapat mengontrol kadar glukosanya sebagai salah satu tindakan preventif terhadap timbulnya komplikasi. uremia, juga banyak obat-obatan. 4-6 Selain itu terdapat pula perbedaan hasil pemeriksaan HbA1c antar laboratorium yang menggunakan metoda berbeda. Ada 3 kelompok metoda pemeriksaan kadar HbA1c, yaitu pertama berdasarkan perbedaan muatan [(ion exchange column chromatography, high performance liquid chromatography), elektroforesis, isoelectric focusing], kedua berdasarkan perbedaan struktur [affinity chromatography, immunoassay], dan yang ketiga terbaru dengan analisis kimia (fotometris dengan enzimatik direk). Masing-masing metoda mempunyai kelebihan dan keterbatasannya. Oleh karena itu laboratorium dan klinisi perlu waspada dan bekerjasama untuk mencari kepastian bila menjumpai hasil pemeriksaan kadar HbA1c yang meragukan, tidak sesuai dengan keadaan klinis. Metoda pemeriksaan HbA1c yang dianjurkan adalah yang memberikan hasil dengan presisi dan akurasi tinggi dan tidak banyak memberikan kesalahan oleh karena adanya gangguan. Metoda enzimatik yang baru diperkenalkan tampaknya menjanjikan untuk dipergunakan secara rutin. 7,8 National Glycated Hemoglobin Standardization Panel (NGSP) di Amerika Serikat bersama dengan College of American Pathologist (CAP) telah giat melakukan upaya pembakuan dan harmonisasi metoda pemeriksaan kadar HbA1c. International Federation of Clinical Chemistry and Laboratory Medicine (IFCC) telah berhasil membuat bahan rujukan (reference material ) untuk pemeriksaan kadar HbA1c. Dianjurkan semua pemeriksaan kadar HbA1c merujuk ke bahan rujukan IFCC tersebut sehingga memenuhi syarat (mampu telusur (tracebility). Antara satuan % yang dipergunakan oleh DCCT dan IFCC ada perbedaan namun telah didapatkan korelasi antara keduanya. 9 Pada umumnya laboratorium di Indonesia menggunakan satuan % menurut DCCT. IFCC menganjurkan satuan mmol/mol. Sejak pembakuan metoda, pemeriksaan kadar HbA1c telah diperluas penggunaannya selain untuk memantau pengobatan juga untuk mendiagnosis diabetes melitus. Kadar HbA1c 6,5% dapat dipakai untuk mendiagnosis diabetes melitus asalkan klinis jelas atau kadarnya tetap tinggi setelah diulang pada hari lain, kadar 5,7 - 6,4 % menunjukkan peningkatan risiko diabetes melitus (pradiabetes) dan 4,0 - 5,6 % normal. 10 Namun masih ada ketidaksepakatan terutama di negara- negara dengan prevalensi kelainan hemoglobin tinggi. Daftar Pustaka: 1. The Diabetes Control and Complications Trial Research Group. The effect of intensive treatment of diabetes on the development and progression of long-term complications in insulin-dependent diabetes mellitus. New Engl J Med 1993; 329:683-9. 2. UK Prospective Diabetes Study (UKPDS) Group. Intensive blood-glucose control with sulphonylureas or insulin compared with conventional treatment and risk of complications in patients with type 2 diabetes (UKPDS 33). The Lancet, 1998; 352: 837 - 53. 3. Perkeni. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB Perkeni 2011 p.31.38. 4. Cohen RM, Franco RS, Khera PK, et al. Red cell life span heterogeneity in hematologically normal people is sufficient to alter HbA1c. Blood. 2008; 112: 4284 - 91. 5. Lee KF, Szeto YT, Benzie IF. Glycohaemoglobin measurement: methodological differences in relation to interference by urea. Acta Diabetol 2002; 39(1):35-9. 6. Unnikrisham R, Anjana RM, Mohan V. Drugs affecting HbA1c levels, Indian J Endocr Metab. 2012; 16: 526 - 31. 7. How many HbA1c testing methods are available to clinical laboratories?http://www.diazyme.com/products/reagents/dz1 68a-2.php diunduh Mar 2013. 8. Little RR, Rohlfing CL. HbA1c. An Overview of Current Analytical Testing Issues. Clin Lab News 2011;37(2). http://www.aacc.org/publications/cln/2011/february/Pages/H bA1c.aspx, diunduh pada Maret 2013. 9. Sacks DB for the ADA/EASD/IDF Working Group of the HbA1c Assay. Global harmonization of Hemoglobin A1c. Clin Chem 2005; 51: 681-3. 10. American Diabetes Association. Standards of Medical Care in Diabetes 2010. Diabetes Care 2010;33:S11-S61. Editor : Prof. Dr. Marzuki Suryaatmadja, SpPK (K) Gambar 1. Pemantauan penderita diabetes melitus dengan pemeriksaan kadar HbA1c dan kadar glukosa darah yang menunjukkan status kontrol glikemik belum tercapai. Kadar HbA1c dapat memberikan informasi adanya kadar glukosa yang tinggi selama masa 2-3 bulan sebelumnya Kadar Glukosa darah Minggu 4 Kontrol Baik A1c Presisi dan akurasi pengukuran HbA1c dengan metoda enzimatik berkorelasi baik dengan metoda HPLC, baik pada serum normal maupun abnormal. Metoda enzimatik HbA1c memiliki tingkat presisi dan akurasi sebaik metoda HPLC dan kemudahan pengukuran seperti metoda immunoassay , merupakan alasan metoda ini diperkirakan menjadi metoda yang sangat baik sebagai pengukuran rutin kadar HbA1c. 7 Berikut merupakan beberapa varian Hb yang dapat menyebabkan gangguan pada hasil HbA1c. 8 Hb F berlebih Hemoglobin F (HbF) merupakan komponen hemoglobin utama dalam sirkulasi darah janin. Setelah lahir, HbF ini akan menurun dengan cepat dan segera setelah itu digantikan dengan hemoglobin dewasa (hemoglobin A). Kadar HbF >10% dapat mempengaruhi nilai kadar HbA1c yang diperiksa. Kelainan HbE Kadar HbE akan meningkat dari substitusi lysine untuk glutamic acid pada posisi 26 dari rantai beta-globin. HbE merupakan hemoglobinopati kedua terbanyak di seluruh dunia, dan kebanyakan ditemukan di daerah Timur dan Asia Tenggara. Kelainan HbS HbS disebabkan oleh substitusi asam amino dari glutamic acid ke valine pada posisi 6 dari rantai beta-globin. HbS merupakan varian hemoglobin terbanyak di seluruh dunia, dan paling banyak ditemukan di Barat dan Utara Afrika. Kelainan HbS dapat menyebabkan positif bias pada hasil kadar HbA1c. Kelainan HbD HbD disebabkan oleh substitusi asam amino dari glutamine ke glutamic acid pada posisi 121 dari rantai beta-globin. HbD biasa ditemukan di Sikhs (wilayah Punjab), India. Gambar 6. Pemetaan beberapa kelainan Hb di dunia Thalassermia HbS HbC Ovalocytosis HbE Pk deficiency HbE/beta thalassemia Hb E/beta thalassemia disebabkan oleh kombinasi dari Hb E dengan beta thalassemia. Kelainan HbC HbC disebabkan oleh substitusi dari glutamic acid ke lysine pada posisi 6 dari rantai beta-globin. HbC biasa ditemukan di Afrika Barat dan wilayah Karibia. HbC mungkin dapat menyebabkan bias positif. Thalassemia Thalassemia merupakan penyakit kelainan darah yang berasal dari kelainan genetik. Sintesis rantai globin tidak seimbang, sehingga menyebabkan produksi hemoglobin berkurang, kondisi eritrosit rentan dan berumur pendek.

Upload: others

Post on 04-Jan-2020

34 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EDITORIAL · 2019-04-26 · hemoglobin dewasa (hemoglobin A). Kadar HbF >10% dapat mempengaruhi nilai kadar HbA1c yang diperiksa. Kelainan HbE Kadar HbE akan meningkat dari substitusi

D I A G N O S T I C U P D A T E

Contributes for healthier lifeVolume 9/QI/2013

diagnostic update 1Volume 9/QI/2013

Sejak diperkenalkan pada tahun 1970-an parameter HbA1c sebagai bentukikatan antara molekul glukosa danhemoglobin telah menarik perhatianpara diabetologist. Banyak penelitiantelah membuktikan manfaat parameterini untuk memantau kadar glukosaseseorang selama 2-4 bulan terakhirsehingga mencerminkan status kontrolglikemik dan metabolik jangka panjang.Penelitian Diabetes Control andComplication Trial (DCCT) di AmerikaSerikat telah membuktikan manfaatpemeriksaan HbA1c untuk pemantauanpenderita diabetes melitus tipe 1.1 Hasilserupa didapatkan pula pada penelitianUnited Kingdom Prospective DiabetesStudy di Eropa pada penderita diabetesmelitus tipe 2.2 Banyak perkumpulanprofesi yang berkaitan dengan diabetesmelitus termasuk juga World HealthOrganization (WHO) telah sepakatmenganjurkan untuk menggunakanpemeriksaan kadar HbA1c padapengelolaan pasien diabetes melitus.Tujuannya ialah untuk memantau statuskontrol glikemik jangka lama, menjadisasaran keberhasilan pengobatan untukmencegah timbulnya penyulit danmenjadi bagian integral pengelolaanpasien diabetes melitus. Kadar HbA1c<7.0 % menunjukkan status kontrol yangbaik yang telah terbukti dapatmenurunkan kejadian penyul i tmikrovaskular serta makrovaskular.Kadar HbA1c antara 7.0 - 7.9 %menunjukkan status kontrol sedang dankadar ³ 8.0 % dianggap status kontrolyang buruk. Perkumpulan EndokrinologiIndonesia (Perkeni) dalam konsensusyang diterbitkan pada tahun 2002 dandiperbarui pada tahun 2011 juga sudahmengikutinya.3 [Gambar 1]

Mesk ipun dem ik i an t e rdapa tketerbatasan yang disebabkan kadarHbA1c dipengaruhi oleh kelainangenetik (thalasemia dan berbagai varianhemoglobin), kondisi klinis denganperubahan usia dan jumlah eritrosit sertakadar hemoglobin, interferensi denganzat lain seperti carbamylated-Hb pada

EDITORIAL

diagnostic update4Volume 9/QI/2013

Daftar Pustaka

1. Soewondo, P. Current Practice in the Management of Type 2 Diabetes in Indonesia:Results from the International Diabetes Management Practices Study (IDMPS). J IndonMed Assoc. 2011; 61: 474-81.

2. American Diabetes Association. Diabetes basics. http://www.diabetes.org/diabetes-basics/. Diunduh pada 18 Maret 2013. pk. 14.00 wib.

3. American Diabetes Association. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. DiabetesCare 2008; 31(1): S62-S67.

4. Mahajan, R.D. & Mishra, B. Using Glycated Hemoglobin HbA1c for diagnosis of Diabetesmelitus: An Indian perspective. Int J Biol Med Res 2011; 2(2): 508-12.

5. Ferri, S., Kim, S., Tsugawa, W. & Sode, K. Review of Fructosyl Amino Acid OxidaseEngineering Research: A Glimpse into the Future of Hemoglobin A1c Biosensing. Journalof Diabetes Sci Tech. 2009; 3(3): 585-92.

6. American Diabetes Association. Standards of Medical Care in Diabetes 2013. DiabetesCare 2013; 36(1): S11-S66.

7. Izumi M, Oi K, Kuroda M. and Miyazawa Y. Evaluation of the Glycohemoglobin EnzymeAssay Reagent “Norudia HbA1C” for Automatic Analyzer. JJCLA 2009; 34(5): 1-14.

8. Nasir NM, Thevarajah M & Yean CY. Hemoglobin variants detected by hemoglobin A1c(HbA1c) analysis and the effects on HbA1c measurements. Int J Diabetes Dev Ctries.2010; 30(2): 86-90.

Peran pemeriksaan kadar HbA1cpada pengelolaan penderita diabetesmelitus.

KesimpulanDiabetes melitus merupakan penyakitmulti etiologi yang dapat mengakibatkankomplikasi penyakit pada tubuh. Jumlahpenyandang diabetes melitus dari tahunke tahun selalu meningkat, karena polahidup metropolitan yang relatif tidaksehat bagi tubuh. Konsumsi glukosayang berlebihan menjadi salah satufaktor penting pada meningkatnyajumlah penderita.Dengan pemeriksaan laboratorium yangrutin, komplikasi dari diabetes melitusdapat dicegah sedini mungkin. Salahsatu parameter pemeriksaan pentingdiabetes mel i tus ia lah HbA1c(hemoglobin glikat). Dengan memeriksaHbA1c minimal 2 kali dalam satu tahun,penderita diabetes melitus dapatmengontrol kadar glukosanya sebagaisalah satu tindakan preventif terhadaptimbulnya komplikasi.

uremia, juga banyak obat-obatan.4-6

Selain itu terdapat pula perbedaan hasilpemeriksaan HbA1c antar laboratoriumyang menggunakan metoda berbeda.Ada 3 kelompok metoda pemeriksaankadar HbA1c , ya i tu per tamaberdasarkan perbedaan muatan [(ionexchange column chromatography, highperformance liquid chromatography),elektroforesis, isoelectric focusing],kedua berdasarkan perbedaan struktur[affinity chromatography, immunoassay],dan yang ketiga terbaru dengan analisiskimia (fotometris dengan enzimatikdirek). Masing-masing metodam e m p u n y a i k e l e b i h a n d a nketerbatasannya. Oleh karena itulaboratorium dan klinisi perlu waspadadan bekerjasama untuk mencarikepastian bila menjumpai hasilpemeriksaan kadar HbA1c yangmeragukan, tidak sesuai dengankeadaan klinis. Metoda pemeriksaanHbA1c yang dianjurkan adalah yangmemberikan hasil dengan presisi danakurasi tinggi dan tidak banyakmemberikan kesalahan oleh karenaadanya gangguan. Metoda enzimatikyang baru diperkenalkan tampaknyamenjanjikan untuk dipergunakan secararutin.7,8

National Glycated HemoglobinStandardization Panel (NGSP) diAmerika Serikat bersama denganCollege of American Pathologist (CAP)telah giat melakukan upaya pembakuandan harmonisasi metoda pemeriksaankadar HbA1c. International Federationof Clinical Chemistry and LaboratoryMedicine (IFCC) telah berhasil membuatbahan rujukan (reference material) untukpemeriksaan kadar HbA1c. Dianjurkansemua pemeriksaan kadar HbA1cmerujuk ke bahan rujukan IFCC tersebutsehingga memenuhi syarat (mamputelusur (tracebility). Antara satuan %yang dipergunakan oleh DCCT danIFCC ada perbedaan namun telahdidapatkan korelasi antara keduanya.9

Pada umumnya laboratorium diIndonesia menggunakan satuan %menurut DCCT. IFCC menganjurkansatuan mmol/mol.

Sejak pembakuan metoda, pemeriksaan

kadar HbA1c te lah d iper luaspenggunaannya selain untuk memantaupengobatan juga untuk mendiagnosisdiabetes melitus. Kadar HbA1c 6,5%dapat dipakai untuk mendiagnosisdiabetes melitus asalkan klinis jelas ataukadarnya tetap tinggi setelah diulangpada hari lain, kadar 5,7 - 6,4 %menunjukkan peningkatan risikodiabetes melitus (pradiabetes) dan 4,0- 5,6 % normal.10 Namun masih adaketidaksepakatan terutama di negara-negara dengan prevalensi kelainanhemoglobin tinggi.

Daftar Pustaka:1. The Diabetes Control and Complications Trial Research Group.

The effect of intensive treatment of diabetes on the developmentand progression of long-term complications in insulin-dependentdiabetes mellitus. New Engl J Med 1993; 329:683-9.

2. UK Prospective Diabetes Study (UKPDS) Group. Intensiveblood-glucose control with sulphonylureas or insulin comparedwith conventional treatment and risk of complications in patientswith type 2 diabetes (UKPDS 33). The Lancet, 1998; 352: 837 - 53.

3. Perkeni. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetesmelitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB Perkeni 2011 p.31.38.

4. Cohen RM, Franco RS, Khera PK, et al. Red cell life spanheterogeneity in hematologically normal people is sufficient toalter HbA1c. Blood. 2008; 112: 4284 - 91.

5. Lee KF, Szeto YT, Benzie IF. Glycohaemoglobin measurement:methodological differences in relation to interference by urea.Acta Diabetol 2002; 39(1):35-9.

6. Unnikrisham R, Anjana RM, Mohan V. Drugs affecting HbA1clevels, Indian J Endocr Metab. 2012; 16: 526 - 31.

7. How many HbA1c testing methods are available to clinicallaboratories?http://www.diazyme.com/products/reagents/dz168a-2.php diunduh Mar 2013.

8. Little RR, Rohlfing CL. HbA1c. An Overview of Current AnalyticalTes t i ng I ssues . C l i n Lab News 2011 ;37 (2 ) .http://www.aacc.org/publications/cln/2011/february/Pages/HbA1c.aspx, diunduh pada Maret 2013.

9. Sacks DB for the ADA/EASD/IDF Working Group of the HbA1cAssay. Global harmonization of Hemoglobin A1c. Clin Chem2005; 51: 681-3.

10. American Diabetes Association. Standards of Medical Carein Diabetes 2010. Diabetes Care 2010;33:S11-S61.

Editor :Prof. Dr. Marzuki Suryaatmadja, SpPK (K)

Gambar 1. Pemantauan penderita diabetesmelitus dengan pemeriksaan kadar HbA1c

dan kadar glukosa darah yang menunjukkanstatus kontrol glikemik belum tercapai.

Kadar HbA1c dapat memberikan informasi adanya kadarglukosa yang tinggi selama masa 2-3 bulan sebelumnya

Kad

ar

Glukosa darah

Minggu4

KontrolBaik

A1c

Presisi dan akurasi pengukuran HbA1cdengan metoda enzimatik berkorelasibaik dengan metoda HPLC, baik padaserum normal maupun abnormal.Metoda enzimatik HbA1c memilikitingkat presisi dan akurasi sebaikmetoda HPLC dan kemudahanp e n g u k u r a n s e p e r t i m e t o d aimmunoassay, merupakan alasanmetoda ini diperkirakan menjadi metodayang sangat baik sebagai pengukuranrutin kadar HbA1c.7

Berikut merupakan beberapa varian Hbyang dapat menyebabkan gangguanpada hasil HbA1c.8

Hb F berlebihHemoglobin F (HbF) merupakankomponen hemoglobin utama dalamsirkulasi darah janin. Setelah lahir, HbFini akan menurun dengan cepat dansegera setelah itu digantikan denganhemoglobin dewasa (hemoglobin A).Kadar HbF >10% dapat mempengaruhinilai kadar HbA1c yang diperiksa.

Kelainan HbEKadar HbE akan meningkat darisubstitusi lysine untuk glutamic acidpada posisi 26 dari rantai beta-globin.HbE merupakan hemoglobinopatikedua terbanyak di seluruh dunia, dankebanyakan ditemukan di daerahTimur dan Asia Tenggara.Kelainan HbSHbS disebabkan oleh substitusi asamamino dari glutamic acid ke valinepada posisi 6 dari rantai beta-globin.HbS merupakan varian hemoglobinterbanyak di seluruh dunia, dan palingbanyak ditemukan di Barat dan UtaraAf r ika . Ke la inan HbS dapatmenyebabkan positif bias pada hasilkadar HbA1c.Kelainan HbDHbD disebabkan oleh substitusi asamamino dari glutamine ke glutamic acidpada posisi 121 dari rantai beta-globin.HbD biasa ditemukan di Sikhs (wilayahPunjab), India.

Gambar 6. Pemetaan beberapa kelainan Hb di dunia

Thalassermia

HbS

HbC

Ovalocytosis

HbE

Pk deficiency

HbE/beta thalassemiaHb E/beta thalassemia disebabkanoleh kombinasi dari Hb E dengan betathalassemia.Kelainan HbCHbC disebabkan oleh substitusi dariglutamic acid ke lysine pada posisi 6dari rantai beta-globin. HbC biasaditemukan di Afrika Barat dan wilayahKar ib ia. HbC mungkin dapatmenyebabkan bias positif.ThalassemiaThalassemia merupakan penyakitkelainan darah yang berasal darikelainan genetik. Sintesis rantai globint i d a k s e i m b a n g , s e h i n g g amenyebabkan produksi hemoglobinberkurang, kondisi eritrosit rentan danberumur pendek.

Page 2: EDITORIAL · 2019-04-26 · hemoglobin dewasa (hemoglobin A). Kadar HbF >10% dapat mempengaruhi nilai kadar HbA1c yang diperiksa. Kelainan HbE Kadar HbE akan meningkat dari substitusi

HbA1c (Glycated hemoglobin/hemoglobin glikat), parameterstandar pengendalian penyakitdiabetes melitus

Penyakit diabetes melitus (DM) akhir-akhir ini makin menonjol sebagai salahsatu penyakit yang menyumbang angkamorbiditas dan mortalitas yang tinggi.Salah satu sebab meningkatnya jumlahpenyandang diabetes melitus di duniaialah dikarenakan gaya hidup yang tidaksehat. Prevalensi diabetes melitus daritahun ke tahun terus meningkat secaradrastis, berkorelasi dengan angkamortalitas yang cenderung meningkat.Hal ini disebabkan diabetes melitusmemiliki banyak komplikasi penyakityang mengikutinya, salah satunyapenyakit yang mematikan ialah penyakitkardiovaskular.1 [Gambar 2]Diabetes melitus merupakan gangguanmetabolisme kronis dengan multi etiologiyang ditandai dengan tingginya kadarglukosa dalam darah, serta disertaidengan gangguan metabolismekarbohidrat, lipid dan protein sebagaiakibat insufisiensi insulin. Insufisiensiinsulin dapat disebabkan oleh gangguanfungsi insul in i tu sendir i , atauberkurangnya produksi insulin ataukedua proses tersebut bersama-sama.Diabetes melitus dapat dibedakanmenjadi 3 tipe utama, antara lain:2

1. Juvenile diabetes, insulin-dependentdiabetes melitus (IDDM) atau disebutdiabetes melitus tipe 1, yaitu:diabetes melitus yang disebabkanoleh kurang atau tidak adanyaproduksi insulin oleh pankreas.

2. Non-insulin-dependent diabetesmelitus (NIDDM) atau disebutdiabetes melitus tipe 2, yaitu:diabetes melitus yang disebabkanoleh resistensi kinerja insulin,sehingga penggunaan insulin olehtubuh menjadi tidak efektif. Diabetestipe 2 merupakan diabetes yangpaling umum ditemukan pada pasiendi seluruh dunia.

3. Gestational diabetes merupakandiabetes yang terjadi pada saatkehamilan. Diabetes gestasionaldapat membahayakan janin atau ibupenderita.

Selain itu masih ada kelompok kelainanyang dimasukkan kedalam tipe ke-4,tipe-tipe diabetes lainnya, antara lain:3

a) Kelainan genetik sel ß, yaitu tipediabetes yang spesifik secaragenetik terjadi kelainan pada selß pankreas. Beberapa wujuddiabetes dapat dikaitkan denganadanya cacat monogenetik padafungsi sel ß. Tipe-tipe diabetesini sering ditandai dengantimbulnya hiperglikemia pada usiadini (umumnya sebelum usia 25

tahun) yang dikenal sebagaimaturity-onset diabetes of theyoung (MODY).

b) Kelainan genetik pada aktivitasinsulin dimana diabetes terjadikarena ketidaknormalan aktivitasi n s u l i n s e c a r a g e n e t i k .Ketidaknormalan metabolikdikaitkan dengan mutasi darireseptor insulin yang berasal darih i p e r i n s u l i n e m i a d a nhiperg l ikemia sederhana.

c) Penyakit eksokrin pankreas.Setiap proses yang melukaipankreas dapat menyebabkandiabetes, antara lain: pankreatitis, trauma, infeksi, pankreatektomi,dan karsinoma pankreas.

d) Endokrinopati. Beberapa hormonseperti hormon pertumbuhan,kortisol, glukagon dan epinephrinedapat menghambat aktivitasinsulin. Kelebihan hormon tersebutdapat menyebabkan terjadinyadiabetes.

e) Diabetes yang terjadi karena obatatau kimiawi. Banyak obat yangdapat mengganggu seksresiinsulin. Obat-obat tersebutmungkin tidak secara langsungmenyebabkan diabetes, namundapat memicu diabetes padaindividu dengan resistensi insulin.

f) Infeksi. Virus tertentu telahdikaitkan dengan kerusakan selß. Diabetes ini dapat terjadi padapasien dengan rubella kongenital.

g) Diabetes yang terjadi karenadimediasi oleh kekebalan tubuh(immune system), yaitu padasindrom “stiff-man” dan reseptorantibodi yang memiliki reseptoranti-insulin.

h) Sindrom genetik lainnya kadang-kadang dikai tkan dengandiabetes. Banyak sindrom genetikyang disertai dengan peningkataninsiden diabetes mel i tus,termasuk kelainan kromosompada sindrom Down, sindromKlinefelter, dan sindrom Turner.[Gambar 3]

Jika penyandang diabetes melitus tidakmengontrol gaya hidup dan polamakannya, maka akan ter jadipeningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia). Apabila hiperglikemiaberlangsung pada waktu yang sangatlama, akan menyebabkan komplikasikerusakan serius pada sistem tubuhkita, terutama pada saraf, mata ataupembuluh darah. Oleh karena itu, parapenyandang diabetes melitus harusmampu mengontrol kadar glukosa darahagar tidak terjadi komplikasi yang serius.Hasil studi The United KingdomProspective Diabetes Study (UKPDS)

melaporkan bahwa pengobatan dini dankontrol yang baik dari diabetes melitustipe 2 dapat menurunkan morbiditasdan mortalitas dengan mengurangi risikokomplikasi kronis dari diabetes tersebut.Salah satu cara terbaik dalampengontrolan diabetes melitus ialahdengan melakukan pemeriksaanlaboratorium secara rutin disampingmengedepankan pola hidup sehat.Salah satu dari parameter yang dapatdigunakan ia lah kadar HbA1c(hemoglobin glikat). Setiap penurunan1% kadar HbA1c, dikaitkan denganpenurunan risiko kematian akibatdiabetes melitus sebesar 21%,penurunan kejadian infark miokardsebesar 14%, dan penurunan komplikasim ik rovasku la r sebesar 37%. 1

HbA1c sebagai parameter kontroldiabetes melitus

Hemoglobin glikat (HbA1c) merupakanzat yang terbentuk dari reaksi kimiaantara glukosa dan hemoglobin, melaluireaksi non-enzimatik antara glukosadengan N-terminal valine pada rantaibeta hemoglobin A. Glukosa membentukikatan aldimine dengan N H2- dari valinedalam rantai beta, kemudian terjadireaksi Amadori yang mengubah formasitersebut sehingga menjadi ketoaminyang stabil.4,5 HbA1c normal terbentukdalam tubuh dan akan disimpan dalameritrosit, yang nantinya akan teruraisecara bertahap bersama denganberakhirnya masa hidup eritrosit.Pembentukan ikatan HbA1c terjadisecara lambat dan akan teruraibersamaan dengan umur eritrosit yaitusekitar 3-4 bulan. Jumlah hemoglobinyang terglikasi bergantung pada jumlahglukosa darah yang tersedia. Jika kadarglukosa darah meningkat selama waktuyang lama, eritrosit akan tersaturasidengan glukosa sehingga menghasilkanHbA1c. 4-6

Karena kadar glukosa yang menempelpada hemoglobin sangat stabil, makaHbA1c dijadikan salah satu parameterdiabetes melitus di seluruh dunia. HbA1cmenggambarkan kadar glukosa darahrata-rata selama periode 3-4 bulan.Jumlah HbA1c yang terbentuk sesuaidengan kadar g lukosa darah.Pemeriksaan kadar HbA1c digunakanuntuk status kontrol glukosa jangkapanjang pada penyandang diabetesmelitus. Pemeriksaan HbA1c dianjurkanuntuk dilakukan setiap 3 bulan sekaliatau 4 kali dalam setahun, atau setidak-tidaknya minimal 2 kali dalam setahun.6

[Gambar 4]

The International Diabetes Federationdan American College of Endocrinologymerekomendasikan nilai HbA1c dibawah 6.5%, sedangkan AmericanD i a b e t e s A s s o c i a t i o n

merekomendasikan nilai HbA1c dibawah 7.0% untuk hampir semuapasien yang menunjukkan status kontrolglikemik yang baik. Nilai kadar HbA1cdi atas 8.0% menunjukkan status kontrolyang kurang baik. Namun, klinisi harusdapat mempertimbangkan setiapkeadaan kesehatan, risiko hipoglikemia,dan risiko penyakit lainnya saatmenentukan target dari nilai HbA1c.Pasien dengan risiko komplikasimikrovaskular yang tinggi mungkin akanmendapat manfaat dari menurunkankadar HbA1c di bawah 7%. 4 . 5

Nilai rekomendasi HbA1c pada orangdewasa5

1. Penurunan HbA1c ²7.0% telahmenunjukkan terjadinya penurunankomplikasi mikrovaskular daridiabetes, dan jika diimplementasisegera setelah diagnosis diabetes,berkorelasi dengan penurunanpenyakit mikrovaskular dalam jangkapanjang.

2. Nilai sasaran HbA1c (6.5%) yanglebih ketat dapat disarankan kepadabeberapa individu pasien, jika halini dapat dicapai tanpa adanyahipoglikemia atau efek sampinglainnya dari pengobatan.

3. Pengurangan nilai sasaran HbA1c(<8.0%), dapat berguna untukpasien dengan riwayat hipoglikemia,harapan h idup yang kec i l ,mikrovaskular lanjutan ataukomplikasi mikrovaskular.

Diabetes melitus merupakan penyakit

yang memiliki banyak komplikasi yangberbahaya. Oleh sebab itu, pemeriksaanlaboratorium yang dapat menghitungkadar glukosa darah dalam jangkacukup panjang akan menjadi penanda yang lebih baik. Beberapa studi secarakonsisten memperlihatkan korelasi yangkuat antara retinopati dengan kadarHbA1c, sedangkan berkorelasi burukdengan kadar g lukosa puasa.Pemeriksaan HbA1c memiliki beberapakelebihan, antara lain: pengambilansampel yang mudah dan dapat diambilkapanpun tanpa perlu puasa selama 8-14 jam, sampel relatif stabil ditemperatur ruangan (dibandingkandengan Kadar Glukosa Puasa dimanamemerlukan puasa dan sampel yangtidak stabil pada suhu ruang).4

Selama ini pengukuran kadar HbA1csecara umum dilakukan di laboratoriumklinik menggunakan sejumlah sistempengukuran yang berbeda, antara lainH i g h - p e r f o r m a n c e l i q u i dchromatography (HPLC), immunoassaydan boronate af f in i ty . Metodaimmunoassay, akhir-akhir ini menjadisangat populer, dapat dikerjakan denganalat kimia klinik dengan jumlah sampelyang banyak dalam waktu singkat.Namun hasilnya dipengaruhi olehkeberadaan varian dari hemoglobin.Metoda immunoassay dilaporkanmenyebabkan kontaminasi pada kuvetalat kimia klinik otomatis yang dihasilkandari latex dari reagensia yangdigunakan. Metoda HPLC meski relatifmahal, banyak digunakan olehlabora to r ium. HPLC memi l i k i

produktifitas dan akurasi hasil yangtinggi, serta relatif lebih tidak dipengaruhioleh varian hemoglobin. Namun, HPLCmembutuhkan investasi alat khusus,staf yang terlatih dan pengerjaan sampelyang cukup lama.7

Saat ini telah dikembangkan metode baruyaitu metoda enzimatik untuk pengukuranHbA1c. Tes tersebut berdasarkan padaenzim fructosyl amino acid oxidase(FAOD). FAOD sendiri diharapkanmenjadi komponen penting bagipemeriksaan glikoprotein.6 [Gambar 5]

P e n g u k u r a n H b A 1 c d e n g a nmenggunakan metoda enzimatik yaituberdasarkan pengukuran dari N-terminalfructosyl valine (f-Val). Pengukuranberdasarkan FAOD telah diadaptasikanke alat kimia klinik otomatis, sehinggadapat dilakukan secara cepat denganjumlah sampel yang besar. Pengukurandengan sistem enzimatik memilikireproduktibilitas dan akurasi yang samadengan metoda HPLC, serta dengantingkat kemudahan yang sama denganmetoda immunoassay. Selain itu, tidakseperti metoda immunoassay, sistemenzimatik ini tidak terganggu oleh efekdari keberadaan varian hemoglobin.6

Hasil pengukuran dengan metodaenzimatik HbA1c tidak terpengaruh olehHb abnormal, karena menggunakanreaksi yang spesifik pada f-VH (fructosyl-valine-histidine). Reaksi spesifik padaf-VH adalah standar acuan pemeriksaanHbA1c di dunia yang direkomendasikanoleh International Federation of ClinicalChemistry and Laboratory Medicine(IFCC).7

Gambar 2. Pemetaan prevalensi penderita diabetes melitus di dunia Gambar 3. Komplikasi diabetes melitus

Gambar 4. Skema sederhana pembentukan HbA1c (Hemoglobin glikat) Gambar 5. Reaksi kimia pada sintesis dan pemeriksaan HbA1cdengan FAOD6

Map: IDF Regions and global projetions of the number of people with diabetes (20-79 years), 2011 and 2030

REGION

Africa

Middle East and North Africa

South-East Asia

South and Central America

Western Pacific

North America and Caribbean

Europe

World

14.7

MILLIONS

32.8

71.4

25.1

131.9

37.7

52.6

366.2

2011

28.0

MILLIONS

59.7

120.9

39.9

187.9

51.2

64.0

551.8

2030

90%

%

83%

69%

59%

42%

36%

22%

51%

INCREASE

Cerebrovascular diseaseRetinopathy

Coronary heart disease

Nephropathy

Peripheral vascular diseasein the lower limbs

Neuropathy

UIceration and amputation for diabetic foot

Major diabetescomplications

Glucose + Hemoglobin

Glycohemoglobin

RedBlood cell

A

HC=OHCOH

HOCHHCOHHCOH

CH2OH

Glucose

CH(CH3)2

NH2CHC=OR+

Hemoglobon(ß subunit)

H2O

H2O

CH(CH3)2

HC = N CHHCOH

HOCHHCOHHCOH

CH2OH

C=OR

Aldimine(Schiff base)

CH(CH3)2

H2C–NHCHC=O

HOCHHCOHHCOH

CH2OH

C=OR

HBA1c

B

CH(CH3)2

H2C NHCHC=O CO2H

HOCHHCOHHCOH

CH2OHFructisylValine

CH(CH3)2

HC = N CH

HOCHHCOH

HCOHHCOH

CH2OH

CO2H

Aldimine(Schiff base)

H2O HC=OC=O

HCOHHCOHHCOH

CH2OH

Glucosone

CH(CH3)2

NH2CHCO2H

Valine+

FAD FADH2

H2O2 O2

diagnostic update 3Volume 9/QI/2013diagnostic update2

Volume 9/QI/2013