2016, no. 17 tahun 2012

263
1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1 DAFTAR GAMBAR 3 DAFTAR TABEL 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 6 1.2 Dasar Hukum Penyusunan 7 1.3 Hubungan Antar Dokumen 9 1.4 Sistematika Penulisan 13 1.5 Maksud dan Tujuan 14 1.5.1 Maksud 14 1.5.2 Tujuan 14 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi 15 2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah 15 2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah 21 2.1.3 Wilayah Rawan Bencana 26 2.1.4 Aspek Demografi 27 2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 30 2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 30 2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial 35 2.3 Aspek Pelayanan Umum 40 2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib 40 2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan 46 2.4 Aspek Daya Saing Daerah 47 2.5 Sebagian Capaian Bidang/Sektor di Provinsi Papua Barat Tahun 2011 52 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 57 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 57 3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan MasaLalu 73 3.3 Kerangka Pendanaan Pembangunan Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 79 3.4 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Keuangan Daerah 86 3.4.1 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah 86

Upload: habao

Post on 12-Jan-2017

236 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2016, no. 17 tahun 2012

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1

DAFTAR GAMBAR 3

DAFTAR TABEL 5

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 6

1.2 Dasar Hukum Penyusunan 7

1.3 Hubungan Antar Dokumen 9

1.4 Sistematika Penulisan 13

1.5 Maksud dan Tujuan 14

1.5.1 Maksud 14

1.5.2 Tujuan 14

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Aspek Geografi dan Demografi 15

2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah 15

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah 21

2.1.3 Wilayah Rawan Bencana 26

2.1.4 Aspek Demografi 27

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 30

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 30

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial 35

2.3 Aspek Pelayanan Umum 40

2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib 40

2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan 46

2.4 Aspek Daya Saing Daerah 47

2.5 Sebagian Capaian Bidang/Sektor di Provinsi Papua Barat Tahun 2011 52

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 57

3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 57

3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan MasaLalu 73

3.3 Kerangka Pendanaan Pembangunan Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 79

3.4 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Keuangan Daerah 86

3.4.1 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah 86

Page 2: 2016, no. 17 tahun 2012

2

3.4.2 Strategi Pengelolaan Keuangan Daerah 87

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 89

4.1 Permasalahan Pembangunan 89

4.1.1 Permasalahan Internal 89

4.1.2 Pengaruh Eksternal 91

4.1.3 Analisis Lingkungan Internal 94

4.1.4 Analisis Lingkungan Eksternal 97

4.2 Isu Strategis 99

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 103

5.1 Visi Pembangunan 103

5.2 Misi Pembangunan 104

5.3 Tujuan dan Sasaran Pembangunan 108

5.3.1 Tujuan Pembangunan 108

5.3.2 Sasaran Pembangunan 110

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 115

6.1 Strategi Pembangunan 115

6.2 Arah Kebijakan Pembangunan 116

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN 133

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 180

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN 241

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 261

10.1 Pedoman Transisi 261

10.2 Kaidah Pelaksanaan 261

Page 3: 2016, no. 17 tahun 2012

3

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1-1 Skema Hubungan RPJPD Provinsi Papua Barat 2012-2031 dengan RPJMD

Provinsi Papua Barat 2012-2016 10

Gambar 1-2 Hubungan RPJMD dengan Rencana Strategis SKPD 11

Gambar 1-3 Skema Hubungan RPJMD dengan Dokumen Rencana Lainnya 13

Gambar 2-1 Persentase Kampung/Kelurahan Berdasarkan Karakteristik Wilayah 16

Gambar 2-2 Zona Rawan Gempa Bumi Berdasarkan Tingkat Kerawanan 26

Gambar 2-3 Zona Rawan Longsor Papua Barat Berdasarkan Tingkat Kerawanan 27

Gambar 2-4 Piramida Penduduk Provinsi Papua Barat 28

Gambar 2-5 Perbandingan Laju Pertumbuhan PDRH ADHK 2000 Dengan Migas dan Tanpa

Migas Tahun 2006-2010 31

Gambar 2-6 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010

(dalam %) 32

Gambar 2-7 Peranan Sektor Dominan Terhadap Penciptaan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2007-2010 (dalam %) 33

Gambar 2-8 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Menurut Lapangan Usaha Tahun

2007-2010 (dalam %) 33

Gambar 2-9 Peranan Sektor Dominan terhadap Penciptaan PDRB Tanpa Migas Atas Dasar

Harga Berlaku Tahun 2007-2010 (dalam %) 34

Gambar 2-10 Perkembangan Angka Melek Huruf dan Angka Buta Huruf di Provinsi Papua

Barat Tahun 2007-2010 36

Gambar 2-11 Perkembangan Angka Melek Huruf Berdasarkan Jenis Kelamin di Provinsi Papua

Barat Tahun 2007-2010 36

Gambar 2-12 Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Antar

Jenjang Pendidikan Tahun 2010 37

Gambar 2-13 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup di Provinsi Papua Barat 38

Gambar 2-14 Perbandingan Jumlah Penduduk Provinsi Papua Barat Berdasarkan Status

Kemiskinan Tahun 2010 39

Gambar 2-15 Cakupan Layanan Kesehatan di Provinsi Papua Barat Tahun 2006-2009 42

Gambar 2-16 Rencana Jaringan Transportasi Provinsi Papua Barat 43

Gambar 2-17 Kondisi Jalan Strategis di Provinsi Papua Barat 43

Gambar 2-18 Kelayakan Rumah di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Rumah Tangga Tahun

2007-2010 46

Gambar 2-19 Cakupan Pelayanan Listrik dan Air Bersih Pada Perkampungan 50

Gambar 2-20 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Papua Barat dan

Perkembangannya 52

Gambar 3-1 Struktur Penerimaan Daerah Provinsi Papua Barat 58

Gambar 3-2 Realisasi Dana Otonomi Khusus Papua Barat 62

Page 4: 2016, no. 17 tahun 2012

4

Gambar 3-3 Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua Barat (dalam Milyar Rupiah) 64

Gambar 3-4 Integrasi Perencanaan dan Penganggaran Keuangan 74

Gambar 3-5 Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah 74

Gambar 3-6 Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) 76

Gambar 3-7 Proses Penetapan Plafond Sementara atau PPAS 76

Gambar 3-8 Proses dan Mekanisme Penyusunan RKA-SKPD 77

Gambar 6-1 Pola Pembangunan Pemerintah dan Masyarakat Provinsi Papua Barat 115

Page 5: 2016, no. 17 tahun 2012

5

DAFTAR TABEL

Tabel 2-1 Daerah Administratif Provinsi Papua Barat menurut Kabupaten/Kota Tahun

2010 15

Tabel 2-2 Pembagian Satuan Wilayah Sungai di Provinsi Papua Barat 17

Tabel 2-3 Debit Sungai Dirinci Menurut DPS di Provinsi Papua Barat 19

Tabel 2-4 Luas dan Penyebaran Danau di Provinsi Papua Barat 20

Tabel 2-5 Keadaan Iklim menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2010 20

Tabel 2-6 Penggunaan Lahan di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota dan

Jenis Penggunaan Tahun 2010 (Ha) 21

Tabel 2-7 Indikator Kependudukan Provinsi Papua Barat Tahun 2008-2010 29

Tabel 2-8 Indikator Kependudukan Asli Papua dan Non Asli Papua di Provinsi Papua Barat 30

Tabel 2-9 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat Menurut Penggunaan Tahun

2006–2009 32

Tabel 2-10 Rencana dan Realisasi Saluran Irigasi Provinsi Papua Barat Tahun 2009 44

Tabel 2-11 Kondisi Investasi Provinsi Papua Barat 51

Tabel 3-1 Distribusi Persentase Realisasi Penerimaan Daerah Provinsi Papua Barat 59

Tabel 3-2 Alokasi Dana Bagi Hasil Provinsi Papua Barat (Milyar Rupiah) 60

Tabel 3-3 Penerimaan Transfer Provinsi Papua Barat Tahun 2008-2010 (Milyar Rupiah) 61

Tabel 3-4 Dana Alokasi Khusus Provinsi Papua Barat (dalam Milyar Rupiah) 61

Tabel 3-5 Pendapatan Asli Daerah Provinsi Papua Barat(Jutaan Rupiah) 62

Tabel 3-6 Posisi Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat(dalam Trilyun Rupiah) 63

Tabel 3-7 Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Provinsi Papua Barat 67

Tabel 3-8 Estimasi APBD Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 80

Tabel 3-9 Estimasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 80

Tabel 3-10 Estimasi Belanja Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 81

Tabel 3-11 Estimasi Pembiayaan Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 81

Tabel 3-12 Ringkasan Pembagian ke Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2012 81

Tabel 5-1 Matriks Keterkaitan Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan 112

Tabel 6-1 Matriks Keterkaitan Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Arah Kebijakan

Pembangunan 123

Tabel 7-1 Program Pembangunan Berdasarkan Misi Pembangunan 137

Tabel 7-2 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan 146

Tabel 8-1 Indikasi Rencana Program Pembangunan yang Disertai Kebutuhan Pendanaan 197

Tabel 8-2 Indikasi Rencana Program Prioritas Otsus yang Disertai Kebutuhan Pendanaan 232

Tabel 9-1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan

Urusan Pemerintahan Provinsi Papua Barat 242

Tabel 9-2 Indikator dan Target Capaian Program Pembangunan Implementasi Otonomi

Khusus 257

Page 6: 2016, no. 17 tahun 2012

6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Provinsi Papua Barat secara efektif menjadi wilayah administratif Provinsi sejak pelantikan Kepala

Daerah hasil Pilkada tahun 2006 dalam perkembangannya, berdasarkan Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2001 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008, wilayah ini

mendapatkan status sebagai Provinsi dengan Otonomi Khusus.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) serta Undang-Undang Nomor 32Tahun

2004 tentang Pemerintahan di Daerah, maka Kepala Daerah yang terpilih wajib menyusun dokumen

rencana berupa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)sebagai acuan dalam

pembangunan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun sesuai dengan masa baktiGubernurdan Wakil Gubernur

Provinsi Papua Barat yang terpilih secara demokratis.

Dengan berakhirnya masa bakti Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2006-2011, dan sesuai dengan

Undang-Undang tersebut diatas, maka dokumen RPJMD untuk periode 5 (lima) tahun berikutnya yaitu

tahun 2012-2016 perlu disiapkan.

RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 merupakan tahapan lima tahun pertama dalam rangka

mewujudkan visi dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Papua Barat

2012-2031, yaitu Mewujudkan Provinsi Papua Barat yang Mandiri, Berdaya Saing, Sejahtera, Adil

dan Lestari. Selain itu RPJMD memuat visi, misi, program kepala daerah, arah kebijakan, strategi

pembangunan daerah, kebijakan umum, program SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), program lintas

SKPD, proram kewilayahan, rencana kerja dalam kerangka regulasi dan rencana kerja dalam rangka

pendanaan yang bersifat indikatif. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan pasal 8 huruf b Undang-undang

nomoer 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah dan pasal 50 Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 54 Tahun 2010.

Pada hakikatnya RPJMD ini mengandung berbagai substansi yang berasal dari materi yang dirumuskan

Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Barat berupa visi pembangunanyang kemudian dikemas menjadi

dokumen resmi yang berfungsi sebagai acuan atau arah pembangunan yang akan dilaksanakan selama

jangka waktu 5 (lima) tahun kedepan dan berpedoman pada RTRW Provinsi Papua Barat.

Jabaran Visi dan Misi secara berjenjang dimuat dalamdokumen RPJMD, Rencana Kerja Pemerintah

Daerah, Rencana Strategis SKPD, dan Rencana Kerja SKPD. (Gambar 1-3). Penyusunan RPJMD Provinsi

Papua Barat 2012-2016 dilakukan secara komprehensif dan terpadu dengan mempertimbangkan aspirasi

dari seluruh stakeholder pembangunan.

Page 7: 2016, no. 17 tahun 2012

7

1.2 Dasar Hukum Penyusunan

RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 disusun dengan mengacu pada peraturan perundang-

undangan sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang PenyelenggaraanNegara yang Bersih dan Bebas

dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5234)

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan

Pertanggungjawaban Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4410);

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4421);

7. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

No. 1137), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

Tahun 2005–2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

Page 8: 2016, no. 17 tahun 2012

8

10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4725);

11. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Papua menjadi Undang-

Undang

12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4578);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4594);

14. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah(Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan(LN dan TLN);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4737);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4741);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Page 9: 2016, no. 17 tahun 2012

9

Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4817);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (LN

dan TLN);

21. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional Tahun 2010-2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan

Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi;

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan

Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

1.3 Hubungan Antar Dokumen

Dalam sistem perencanaan pembangunan sebagaimanadiatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2004, RPJMD merupakan satukesatuan yang utuh dari manajemen pembangunan di

lingkunganPemerintah Provinsi Papua Barat, khususnya dalam menjalankan agendapembangunan yang

telah tertuang dalam berbagai dokumen perencanaan. Hubungan antara RPJMD dengan dokumen

perencanaanlainnya adalah sebagai berikut:

1. Hubungan RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 dengan RPJPD Provinsi Papua Barat

Tahun 2012-2031

RPJMD merupakan dokumen perencanaan yang bersifat jangka menengah (lima tahunan) sebagai

jabaran dari visi, misi Kepala Daerah Provinsi Papua Barat dan dalam penyusunannya berpedoman

pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Papua Barat.

RPJMD Provinsi Papua Barat 2012–2016 merupakan rencanapembangunan tahap pertama dari

pelaksanaan Rencana PembangunanJangka Panjang Daerah 2012-2031. Oleh sebab itu,

penyusunanRPJMD selain memuat visi, misi, dan program prioritas Gubernur danWakil Gubernur

Papua Barat periode 2012-2016, harus berpedoman pada RPJPD Provinsi Papua Barat2012 – 2031,

dengan visi Mewujudkan Provinsi Papua Barat yang Mandiri, Berdaya Saing, Sejahtera, Adil

dan Lestari.

RPJPD Provinsi Papua Barat memberikan arahan untuk periode lima tahun yang pertama ini

pembangunan di Provinsi Papua Barat diprioritaskan untuk mewujudkan komponen visi

pertama, yaitu Provinsi Papua Barat yang Mandiri. Seperti yang telah dituangkan pada Misi

Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Papua Barat, mandiri diartikan sebagai kondisi dimana

Page 10: 2016, no. 17 tahun 2012

10

Provinsi Papua Barat telah menjadi wilayah dengan stabilitas politik, pertahanan, dan keamanan.

Selain itu Papua Barat juga memiliki ketahanan pangan, prasarana dan sarana wilayah yang

memadai, keuangan daerah dengan PAD sebagai komponen utama yang membiayai pembangunan,

yang kesemuanya merupakan hasil dari tata kelola pemerintahan yang baik.

Untuk lima tahun pertama dalam periode pembangunan jangka panjang ini, upaya mencapai Provinsi

Papua Barat yang Mandiri terutama ditekankan pada upaya mewujudkan ketahanan pangan,

pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana wilayah, serta pembenahan tata kelola

pemerintahan. Namun penekanan upaya-upaya tersebut bukan berarti mengabaikan arahan-arahan

kebijakan lainnya. Berikut ini adalah paparan sasaran pokok dan arahan kebijakan untuk

pembangunan jangka menengah pertama.

Gambar 0-1Skema Hubungan RPJPD Provinsi Papua Barat 2012-2025 dengan RPJMD

Provinsi Papua Barat 2012-2016

2. Hubungan RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 dengan Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Provinsi Papua Barat Serta Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten/Kota Yang Berdekatan.

RPJMD memiliki keterkaitan yang erat dengan RTRW baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota, bahkan

sampai rencana rinci tata ruang. Program serta kegiatan pembangunan yang muncul dalam RPJMD

membutuhkan ruang untuk implementasinya. Disitulah peran dokumen tata ruang diperlukan untuk

dapat menerjemahkan program dalam RPJMD dan menempatkan serta memberikan alokasi ruang

yang tepat agar dapat sejalan dengan pencapaian visi pembangunan jangka menengah.

Dalam menyeimbangkan kebutuhan(demand) dan ketersediaan (supply) ruang agar mendekati

kondisioptimal, maka pendekatan perencanaan dilakukan denganmenyerasikan kegiatan antar

sektor dengan kebutuhan ruang danpotensi sumberdaya alam yang berasaskan kelestarian

lingkunganmenuju pembangunan yang berkelanjutan. Pokok-pokok dalam visi pembangunan jangka

Page 11: 2016, no. 17 tahun 2012

11

menengah maupun jangka panjang juga harus serasi dengan visi penataan ruang wilayah. Provinsi

Papua Barat sebagai provinsi yang mengedepankan fungsi konservasi sebagai misi yang perlu

dijalankan untuk mencapai visi pembangunan jangka panjang dan menengah, tentunya sangat

bergantung kepada rencana tata ruang untuk menentukan, mengalokasikan, serta mengendalikan

perkembangan dan pertumbuhan wilayah dan aktivitas didalamnya agar selalu berjalan di dalam

koridor fungsi konservasi.

3. Hubungan RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 dengan Rencana Strategis (Renstra)

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

RPJMD secara langsung menjadi pedoman untuk dijadikan acuandalam penyusunan Renstra SKPD

dalam periode yang sama, yaitu kurun waktu 5(lima) tahunan. Renstra SKPD merupakan penjabaran

teknis RPJMDyang berfungsi sebagai dokumen perencanaan teknis operasionaldalam menentukan

arah kebijakan serta indikasi program dankegiatan setiap urusan bidang dan/atau fungsi

pemerintahan untukjangka waktu 5 (lima) tahun, yang disusun oleh setiap Satuan KerjaPerangkat

Daerah (SKPD) dan ditetapkan oleh Kepala Daerah setelahdiverifikasi terlebih dahulu oleh Bappeda

Provinsi Papua Barat. Dengandemikian kesinambungan dan konsistensi program-program

perencanaan pembangunan dengan rencana strategis SKPD sebagai eksekutornya diharapkam dapat

berjalan dengan baik.

Gambar 1-2 Hubungan RPJMD dengan Rencana Strategis SKPD

4. Hubungan RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 dengan Rencana Kerja Pemerintah

Page 12: 2016, no. 17 tahun 2012

12

Daerah (RKPD)

Selama 5 tahun periode pembangunan jangka menengah, pelaksanaan RPJMD Provinsi Papua Barat

Tahun 2012-2016 setiap tahunnya dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

sebagai suatu dokumen rencana kerja tahunan Pemerintah Provinsi Papua Barat yang berisi

sekumpulan bidang, sasaran, program prioritas sampai kepada pendanaan dan SKPD penanggung

jawab program dan kegiatannya. Rencana Kerja Pemerintah Daerah merupakan bahan utama

pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Daerah Provinsi Papua Barat

yang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat Kampung/Kelurahan, Distrik,

Kabupaten/Kota, hingga Provinsi.

Operasionalisasi segenap target yang tercantum dalam RPJMD lalu dituangkan ke dalam Rencana

Strategis SKPD untuk kurun waktu 5 (lima) tahunan yang sekaligus berisi indikasi pembiayaan baik

jumlah maupun sumber-sumbernya. Dari dokumen jangka menengah ini, kemudian dijabarkan

menjadi rencana tahunan atau RKPD.

Dokumen rencana tahunan ini menjadi acuan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah atau SKPD dalam

penyusunan Renja SKPD. Selanjutnya, berdasarkan dokumen tahunan ini, indikasi anggaran tahunan

dialokasikan untuk membiayai segenap program dan kegiatan yang telah diprioritaskan.

5. Hubungan RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 dengan RPJM Nasional (RPJMN)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010–2014 merupakan penjabaran dari

Visi, Misi, dan Program Presidenyang penyusunannya berpedoman pada Rencana

PembangunanJangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025. RPJMN 2010 – 2014menjadi pedoman

bagi pemerintah, masyarakat dan dunia usahadalam melaksanakan pembangunan. Visi RPJMN 2010

– 2014 adalah terwujudnya Indonesia yangSejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Untuk

mewujudkan visitersebut dijabarkan dalam 3 Misi, yaitu : 1) Melanjutkanpembangunan menuju

Indonesia yang sejahtera, 2) MemperkuatRPJMD penyelenggaraanpilar-pilar demokrasi, 3)

Memperkuat dimensi keadilan di semuabidang. Visi, Misi dan Program yang tercantum dalam RPJMN

2010 –2014 menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Provinsi Papua Baratdalam

menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan daerah yangterdapat dalam RPJMD Provinsi Papua

Barat 2010 - 2015 dalam rangkapencapaian sasaran pembangunan daerah dan

pembangunannasional.Implementasikebijakan dan prioritas nasional secara operasional mulai

dilaksanakan dalam tahun anggaran 2010termasuk dukungan pembangunan di Provinsi Papua

Barat.Dengan demikian, terdapat keterkaitan yang erat antara RPJMD dengan RPJMN guna

menjabarkan kebijakan dan prioritas nasionalkedalam wilayah Provinsi Papua Barat.Skema

keterkaitan antara RPJMD Provinsi Papua Barat dengan dokumen perencanaan lainnya secara rinci

disajikan pada Gambar 1-3.

Page 13: 2016, no. 17 tahun 2012

13

Gambar 1-3Skema Hubungan RPJMD dengan Dokumen Rencana Lainnya

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika substansi RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen, sistematika

penulisan, dan maksud & tujuan penyusunan RPJMD.

BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA BARAT

Berisi gambaran umum kondisi aspek geografi & demografi, kesejahteraan masyarakat,

aspek pelayanan umum, dan daya saing daerah.

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Berisi kinerja keuangan masa lalu, kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu, dan

kerangka pendanaan.

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Berisi permasalahan pembangunan dan isu strategis.

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Berisi visi, misi, tujuan, dan sasaran pembangunan jangka menengah.

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Berisi strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah.

Page 14: 2016, no. 17 tahun 2012

14

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Berisi kebijakan umum dan program pembangunan jangka menengah sektoral dan

berdasarkan wilayah-kawasan.

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN

PENDANAAN

Berisi rencana program prioritas yang dijabarkan sampai kepada target setiap tahun dan

kebutuhan pendanaannya.

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Berisi indikator yang merupakan ukuran keberhasilan pembangunan jangka menengah

daerah dari setiap program.

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

Berisi pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan program-program yang ada dalam

RPJMD.

1.5 Maksud dan Tujuan

1.5.1 Maksud

Penyusunan dokumen RPJMDProvinsi Papua Barat tahun 2012-2016dimaksudkan untuk menghasilkan

rumusan arah kebijakan dan program pembangunan yang efektif, efisien dan terpadu sebagai wujud

penjabaran visi, misi dan tujuan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan oleh Gubernur dan Wakil

Gubernur Provinsi Papua Barat, dengan memperhatikan keberlanjutan program pembangunan

sebelumnya dan dengan tetap berpedoman pada RPJPD, RPJMN dan berbagai aspirasi seluruh pemangku

kepentingan yang ada di Provinsi Papua Barat.

1.5.2 Tujuan

Tujuan penyusunan dokumen RPJMD Propinsi Papua Barat periode tahun 2012-2016 adalah sebagai

berikut:

1. Menyediakan acuan dan arahan bagi segenap Satuan Kerja Perangkat Daerah atau SKPD dan

Kementerian/Lembaga di Provinsi Papua Barat dalam menjabarkan Visi dan Misi Pembangunan

Daerah Provinsi Papua Barat ke dalam arah kebijakan dan program pembangunan, terarah dan

terukur bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat.

2. Menyediakan satu acuan resmi bagi SKPD Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat dalam

menentukan prioritas program pembangunan yang akan dilaksanakan di Provinsi Papua Barat.

3. Mendorong terwujudnya perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan yang terintegrasi dan

harmonis antar program dan antar sector.

4. Menyediakan tolak ukur untuk mengevaluasi kinerja setiap SKPD di lingkungan Pemerintah

Daerah Provinsi Papua Barat.

Page 15: 2016, no. 17 tahun 2012

15

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Luas wilayah Provinsi Papua Barat mencapai97.024,37 Km² (berdasarkan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2008) habis dibagi menjadi 10 Kabupaten dan 1 Kota, yang terdiri

atas 154 Distrik dan 1.421 Kampung.

Tabel 2-1.Daerah Administratif Provinsi Papua Barat menurut Kabupaten/Kota

Tahun 2010

Kabupaten/Kota Ibukota Jumlah

Distrik

Jumlah

Kampung

Jumlah

Kelurahan

Kabupaten Fakfak Fakfak 9 120 5

Kabupaten Kaimana Kaimana 7 84 2

Kabupaten Teluk Wondama Raisei 13 75 1

Kabupaten Teluk Bintuni Bintuni 24 115 2

Kabupaten Manokwari Manokwari 25 412 9

Kabupaten Sorong Selatan Teminabuan 13 117 2

Kabupaten Sorong Aimas 19 128 15

Kabupaten Raja Ampat Waisai 24 117 4

Kota Sorong Sorong 6 - 31

Kabupaten Tambrauw Sausapor 7 53 0

Kabupaten Maybrat Kumurkek 11 128 1

Total 154 1.421 72

Sumber: Provinsi Papua Barat Dalam Angka 2011

Sedangkan untuk batas wilayah secara administratif adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Samudera Pasifik

Sebelah Selatan : Laut Banda dan Provinsi Maluku

Sebelah Barat : Laut Seram dan Provinsi Maluku

Sebelah Timur : Provinsi Papua

Page 16: 2016, no. 17 tahun 2012

16

2. Letak dan Kondisi Geografis

a. Provinsi Papua Barat secara astronomis terletak pada 124°-132° Bujur Timur dan 0°-4°

Lintang Selatan, tepat berada di bawah garis khatulistiwa dengan ketinggian 0-100 meter

dari permukaan laut.

b. Wilayah Provinsi Papua Barat terdiri dari 7,95% merupakan puncak gunung, 18,73% berada

di lembah. Wilayah lain lebih dari separuhnya berada di daerah hamparan. Seluruh wilayah

Kabupaten/Kota di Papua Barat berbatasan dengan laut, namun hanya 37,04% Kampung

yang berada di daerah pesisir. Wilayah Kampung lainnya tidak berbatasan dengan laut

(bukan pesisir), yaitu sebesar 62,96%.

Gambar 2-1.Persentase Kampung/Kelurahan Berdasarkan Karakteristik Wilayah

Sumber: Sensus Potensi Kampung (Podes), 2011 (angka sementara)

3. Topografi

a. Kondisi topografi Provinsi Papua Barat sangat bervariasi membentang mulai dari dataran

rendah, rawa sampai dataran tinggi, dengan tipe tutupan lahan berupa hutan hujan tropis,

padang rumput dan padang alang-alang. Ketinggian wilayah di Provinsi Papua Barat

bervariasi dari 0 sampai dengan> 1000 m. Kondisi topografi antar wilayah di Provinsi Papua

Barat cukup bervariasi. Kondisi ini merupakan salah satu elemen yang menjadi barrier

transportasi antar wilayah, terutama transportasi darat, serta dasar bagi kebijakan

pemanfaatan lahan.

b. Sebagian besar wilayah Provinsi Papua Barat memiliki kelas lereng > 40% dengan bentuk

wilayah berupa perbukitan. Kondisi tersebut menjadi kendala utama bagi pemanfaatan lahan

baik untuk pengembangan sarana dan prasarana fisik, sistem transportasi darat maupun

Page 17: 2016, no. 17 tahun 2012

17

bagi pengembangan budidaya pertanian terutama untuk tanaman pangan. Sehingga,

dominasi pemanfaatan lahan diarahkan pada hutan konservasi disamping untuk mencegah

terjadinya bahaya erosi dan longsor.

4. Geologi

a. Secara geofisik, evolusi tektonik Wilayah Papua Barat (bersama Papua) merupakan produk

dari pertumbukan benua yang dihasilkan dari tubrukan Lempeng Samudera Pasifik dan

Lempeng Australia. Kondisi inilah yang menyebabkan wilayah ini rentan terhadap gempa

bumi, karena berada dalam lintasan sesar besar. Informasi yang dipetakan oleh Badan

Meteorogi dan Geofisika menunjukkan bahwa Papua Barat merupakan kawasan yang aktif

mengalami gempa bumi yang potensial menimbulkan tsunami.

b. Karakteristik bencana yang ada di Provinsi Papua Barat yaitu Gempa dan Tsunami. Kawasan

rawan bencana alam ini meliputi kawasan rawan gempa dan tsunami yang terletak di daerah

pesisir maupun daratan di Provinsi Papua. Umumnya daerah patahan aktif Sesar Sorong

merupakan zona yang sangat rawan gempa bumi. Wilayah Manokwari merupakan daerah

yang paling rawan gempa. Akan tetapi, secara umum wilayah Papua Barat rawan terhadap

gempa bumi.

5. Hidrologi

a. Di Provinsi Papua Barat terdapat beberapa sungai yang membentuk beberapa Daerah Aliran

Sungai (DAS). Sebagian besar Daerah Aliran Sungai yang terbentuk adalah pada kabupaten-

kabupaten di Wilayah Pengembangan Sorong. Sungai-sungai yang termasuk dalam kategoti

terpanjang adalah Sungai Kamundan (425 km), Sungai Beraur (360 km), dan Sungai

Warsamsan (320 km), sedangkan sungai-sungai yang termasuk kategori terlebar adalah

Sungai Kaibus (80-2700 m), Sungai Minika (40-2200 m), Sungai Karabra (40-1300 m),

Sungai Seramuk (45-1250 m), dan Sungai Kamundan (140-1200 m). Sungai-sungai ini

sebagian besar terletak di kabupaten-kabupaten di Wilayah Pengembangan Sorong.

Beberapa sungai yang memiliki kecepatan arus paling deras antara lain adalah Sungai

Seramuk (3,06 km/jam), Sungai Kaibus (3,06 km/jam), Sungai Beraur (2,95 km/jam), Sungai

Aifat (2,88 km/jam), dan Sungai Karabra (2,88 km/jam). Sungai-sungai tersebut terletak

pada Wilayah Pengembangan Sorong.

Tabel 2-2. Pembagian Satuan Wilayah Sungai di Provinsi Papua Barat

KABUPATEN WILAYAH SUNGAI NAMA DAS LUAS (KM2)

T. Bintuni, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Wasian 4.851,000

T. Bintuni, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Sebyar 12.981,400

Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Kasi 693,200

Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Mangopi 1.917,200

Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Prafi 1.169,300

Page 18: 2016, no. 17 tahun 2012

18

KABUPATEN WILAYAH SUNGAI NAMA DAS LUAS (KM2)

Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Maruni 193,320

Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Masabui 111,110

Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Ransiki 584,300

T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar Windesi 23,560

T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar Wosimi 617,400

T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar Wondiwoi 172,820

T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar Woworama 279,700

Kaimana, Nabire A2-27 Omba Omba 8.610,200

Kaimana A2-27 Omba Laenatum 379,500

Kaimana A2-27 Omba Lengguru 1.870,000

Kaimana A2-27 Omba Berari 1.029,900

Kaimana, Fak Fak A2-27 Omba Madefa 4.605,570

Fak Fak, Fak Fak A2-27 Omba Karufa 477,400

Fak Fak A2-27 Omba Bedidi 1.355,600

Fak Fak A2-27 Omba Fak Fak 88,760

Fak Fak, T. Bintuni A2-27 Omba Bomberai 2.033,300

Sorong Selatan, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Wariagar 6.720,000

Manokwari, Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar Kamundan 9.732,250

Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar Kais 4.232,740

Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar Sekak 830,700

Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar Waromga 810,430

Sorong Selatan, Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Seremuk 884,600

Sorong Selatan, Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Karabra 5.989,230

Sorong Selatan, Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Kladuk 3.131,150

Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Klasegun 848,510

Raja Ampat B-50 Kamundan-Sebyar Misol 848,160

Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Salawati 368,910

Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Samate 82,000

Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Batanta 69,490

Raja Ampat B-50 Kamundan-Sebyar Waigeo 598,160

Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Remu 46,440

Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Warsamson 2.437,131

Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Mega 1.048,340

MANOKWARI B-50 KAMUNDAN-SEBYAR MAON 682,300

Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Wesauni 626,933

T. Bintuni B-50 Kamundan-Sebyar Kasuari 1.971,850

T. Bintuni B-50 Kamundan-Sebyar Wagura 1.799,100

T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar Arumasa 2.497,000

T. Bintuni, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Muturi 5.381,300

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumberdaya Air, Jayapura 2005

b. Wilayah Provinsi Papua Barat dilewati beberapa sungai yang tersebar di beberapa wilayah

Kabupaten/Kota. Dari sungai besar di Papua Barat sebagian besar mengalir di wilayah

pengembangan Sorong. Sungai-sungai tersebut menjadi sebuah sistem daerah aliran sungai

yang mengalir sepanjang tahun.

Page 19: 2016, no. 17 tahun 2012

19

Tabel 2-3. Debit Sungai Dirinci Menurut DPSdi Provinsi Papua Barat

No No. DPS NAMA DPS SWS Catchment

Area (Km2) Qn (m3/s) Kabupaten

1 17 Omba B – 49 8,610.200 316.919 Kaimana, Nabire

2 18 Laenatum B – 49 379.500 29.086 Kaimana

3 19 Lengguru B – 49 1,870.000 141.454 Kaimana

4 20 Berari B – 49 1,029.900 96.869 Kaimana

5 21 Madefa B – 50 4,605.570 374.730 Kaimana, Fak Fak

6 22 Karufa B – 49 477.400 38.903 Kaimana, Fak Fak

7 23 Bedidi B – 49 1,355.600 107.968 Fak Fak

8 24 Fak Fak B – 49 88.760 11.747 Fak Fak

9 25 Bomberai B – 49 2,033.300 146.870 Fak Fak, T. Bintuni

10 26 Kasuari B – 50 1,971.850 142.232 T. Bintuni

11 27 Wagura B – 50 1,799.100 165.546 T. Bintuni

12 28 Arumasa B – 50 2,497.000 127.979 T,Wondama

13 29 Muturi B – 50 5,381.300 476.337 T. Bintuni, Manokwari

14 30 Wasian B – 50 4,851.000 364.562 T. Bintuni, Manokwari

15 31 Sebyar B – 50 12,981.400 825.032 T. Bintuni, Manokwari

16 32 Wariagar B – 50 6,720.000 432.319 Sorong Selatan, Manokwari

17 33 Kamundan B – 50 9,732.250 796.177 Manokwari, Sorong Selatan

18 34 Kais B – 50 4,232.740 221.554 Sorong Selatan

19 35 Sekak B – 50 830.700 46.634 Sorong Selatan

20 36 Waromga B – 50 810.430 50.282 Sorong Selatan

21 37 Seremuk B – 50 884.600 58.182 Sorong Selatan, Sorong

22 38 Karabra B – 50 5,989.230 302.739 Sorong Selatan, Sorong

23 38 a Kladuk B – 50 3,131.150 195.716 Sorong

24 39 Klasegun B – 50 848.510 58.497 Sorong

25 40 Misol B – 50 848.160 53.437 Raja Ampat

26 41 Salawati B – 50 368.910 27.064 Sorong

27 42 Samate B – 50 82.000 6.183 Sorong

28 43 Batanta B – 50 69.490 5.338 Sorong

29 44 Waigeo B – 50 216.500 13.309 Raja Ampat

30 45 Remu B – 50 46.440 4.721 Sorong

31 46 Warsamson B – 50 2,437.131 147.467 Sorong

32 47 Mega B – 50 1,048.340 120.947 Sorong

33 48 Koor B – 50 1,202.800 140.594 Sorong

34 49 Maon B – 50 682.300 104.163 Manokwari

35 50 Wesauni B – 50 626.933 108.648 Manokwari

36 51 Kasi B – 50 0.000 128.883 Manokwari

37 52 Mangopi B – 50 1,917.200 222.960 Manokwari

38 53 Prafi B – 50 1,169.300 161.814 Manokwari

39 54 Maruni B – 50 193.320 25.129 Manokwari

40 55 Masawui B – 50 111.110 18.958 Manokwari

41 56 Ransiki B – 50 584.300 76.153 Manokwari

42 57 Windesi B – 50 23.560 3.574 T,Wondama

43 58 Wasimi B – 50 617.400 45.854 T,Wondama

44 59 Wondiwoi B – 50 172.820 18.816 T,Wondama

45 60 Woworama B – 50 279.700 30.974 T,Wondama

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumberdaya Air, Jayapura 2005.

Page 20: 2016, no. 17 tahun 2012

20

Tabel 2-4. Luas dan Penyebaran Danau di Provinsi Papua Barat

No Nama Danau Luas (Ha) Kabupaten

01 Aiwasa 10,240 Kaimana

02 Laamora 16,740 Kaimana

03 Urema 12,600 Kaimana

04 Mbula 6,024 Kaimana

05 Kamakawalor 23,340 Kaimana

06 Berari 6,916 Kaimana

07 Makiri 7,527 Tel. Bintuni

08 Tanemot 17,640 Tel. Bintuni

09 Anggi Gigi 21,370 Manokwari

10 Anggi Gita 22,830 Manokwari

11 Ayamaru 10,850 Sorong Sel.

12 Hain 4,596 Sorong Sel.

Sumber: Dinas PU (2003). Studi Aplikasi SWS di Tanah Papua

6. Klimatologi

a. Provinsi Papua Barat memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan.

Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak

banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada

bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal

dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim penghujan.

b. Berdasarkan jumlah curah hujannya wilayah Papua Barat memiliki tiga kelas curah hujan,

yaitu kelas I dengan curah hujan antara 0 s.d. 1000 mm/tahun; kelas II dengan curah hujan

antara 1000 s.d. 2000 mm/tahun; kelas III dengan curah hujan antara 2000 s.d. 3000

mm/tahun; kelas IV dengan curah hujan antara 3000 s.d. 4000 mm/tahun; dan kelas V

dengan curah hujan antara 4000 s.d. 5000 mm/tahun. Hampir seluruh wilayah Papua Barat

memiliki kelas curah hujan tipe III pola C, dengan curah hujan sekitar 2000 s.d. 3000

mm/tahun.

Tabel 2-5. Keadaan Iklim menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2010

Uraian Minimum Maksimum

Suhu Udara Rata-rata 26,60

(Fakfak) 27,30

(Kab. Sorong)

Rata-rata Kelembaban Udara 83,00

(Kaimana) 85,60

(Fakfak)

Tekanan Udara Rata-rata 993,35

(Fakfak) 1.006,80

(Kab. Sorong)

Curah Hujan 1.581,0

(Manokwari) 4.306,0

(Kab. Sorong)

Hari Hujan 219

(Manokwari) 286

(Kab. Sorong)

Rata-rata Penyinaran Matahari 25,33

(Kaimana) 135,74

(Fakfak)

Sumber: Papua Barat Dalam Angka Tahun 2011

Page 21: 2016, no. 17 tahun 2012

21

7. Penggunaan Lahan

Pencatatan data mengenai penggunaan lahan di Papua Barat masih sangat terbatas. Data

mengenai lahan antara satu dan yang lainnya kerap menunjukkan perbedaan. Faktor kondisi fisik

Provinsi Papua Barat yang berbukit dengan banyak pulau menyebabkan pencatatan penggunaan

lahan relatif lebih sulit dilakukan. Berikut ini adalah data penggunaan lahan di Provinsi Papua

Barat yang dibedakan ke dalam beberapa kategori penggunaan lahan secara umum.

Tabel 2-6. Penggunaan Lahan di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota dan Jenis

Penggunaan Tahun 2010 (Ha)

Kampung/ Perumahan

Sawah Tegalan Kebun Kebun

Campur Hutan Semak

Tanah Rusak

Lain- lain

Fak-Fak - - - - - - - - -

Kaimana 1.754,73 - 424,27 4.426,73 5.395,91 173.280,12 37.489,11 84.731,3

Teluk Wondama

- - - - - - - - -

Teluk Bintuni 19.636,95 - 169,64 9.642,64 4.303,06 1.844.082,43 23.600,67 - 115.430,82

Manokwari 11.466,2 3.974,47 5.905,59 12.838,57 15.999,48 1.292.134,84 141.863,38 - 47.794,83

Sorong Selatan 3.907,35 - 90,52 - 29.372, 48 1.015.973,59 55.831,44 - 82.428,59

Sorong - - - - - - - - -

Raja Ampat 29.533,54 - 132,48 - 994,87 699.981,84 26.343,14 - 29.602,61

Kota Sorong - - - - - - - - -

Tambrauw - - - - - - - - -

Maybrat - - - - - - - - -

Papua Barat 66.289,77 3.974,47 6.712,50 26.889,76 55.955,79 6.590.452,82 285.127,74 - 359

Sumber: Papua Barat Dalam Angka Tahun 2011

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Sektor unggulan yang ada di Papua Barat adalah pertanian subsektor perikanan dan kehutanan,

pertambangan migas, dan bangunan. Untuk sektor pertanian dapat dikembangkan pada daerah datar

dengan kondisi keairan yang baik pada daerah tengah Kepala Burung. Untuk lebih detail mengenai

potensi pengembangan wilayah Papua Barat adalah sebagai berikut :

1. Pertanian

a. Sektor pertanian sampai dengan tahun 2008 selalu memberikan kontribusi utama dalam

perekonomian Papua Barat. Persentase penduduk yang bekerja sebagai petani pun sampai saat

ini selalu memiliki persentase tertinggi. Sejak tahun 2009, sektor pertanian menjadi kontributor

terbesar kedua dalam PDRB Papua Barat, di tahun 2010 kontribusinya sebesar 20,71% dan

persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian mencapai 54,04%. (Sumber: Statistik

Daerah Provinsi Papua Barat, 2011).

Page 22: 2016, no. 17 tahun 2012

22

b. Produksi dan luas panen tanaman jagung tahun 2010 kembali mengalami peningkatan. Luas

panen meningkat dari 965 Ha di tahun 2009 menjadi 1.162 Ha di tahun 2010. Sedangkan

produksinya kembali meningkat dari 1.584 ton di tahun 2009 menjadi 1.930 ton di tahun 2010.

Peningkatan luas panen dan produksi jagung turut mendongkrak produktivitas jagung. Di tahun

2010 produktivitasnya meningkat tipis menjadi 16,61 Kw/Ha dibandingkan dengan tahun 2009

sebesar 16,41 Kw/Ha.

c. Komoditas unggulan di subsektor perkebunan diantaranya adalah pala, kelapa sawit, dan kakao.

Perkebunan kelapa sawit berada di Kabupaten Manokwari, sedangkan perkebunan pala

terutama di Kabupaten Fakfak dan Kabupaten Kaimana.

i. Produksi pala tahun 2010 mencapai 1.921 ton dengan luas areal perkebunan seluas

5.492 Ha.

ii. Produksi kelapa sawit mencapai 17.116 ton dengan luas areal perkebunan seluas

15.937 Ha.

iii. Produksi kakaomencapai 5.152 ton dengan areal seluas 11.154 Ha.

d. Dari sisi peternakan, peningkatan yang paling signifikan adalah pada peternakan babi. Ternak

babi meningkat dari 43.678 ekor di tahun 2008 menjadi 53.706 ekor di Tahun 2009. Jumlah

tersebut kembali meningkat di tahun 2010 menjadi 63.138 ekor. Tingginya peningkatan jumlah

ternak babi diduga terjadi karena tingginya permintaan konsumsi daging babi. Sedangkan pada

ternak sapi dan kambing, peningkatannya tidak setinggi pada ternak babi.

e. Nilai produksi perikanan tahun 2010 mencapai 116.593,30 ton. Tiga Kabupaten/Kota dengan

produksi tertinggi adalah Kota Sorong yaitu 36.786,4 ton, Kabupaten Fakfak 24.571,2 ton, dan

Kabupaten Manokwari 11.987,2 ton.Beberapa komoditi ekonomis penting perikanan yang

merupakan sumberdaya perikanan dari perairan 4 (empat) wilayah pengembangan seperti

(kakap, kerapu dan napoleon) memiliki peluang ekspor yang besar dengan permintaan yang

tinggi di pasaran luar negeri.

f. Sumber daya kehutanan masih sangat potensial untuk lebih mengembangkan nilai tambah dari

produksi hasil hutan.

2. Pertambangan dan Energi

a. Papua Barat adalah salah satu provinsi yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Banyak potensi

SDA berupa bahan tambang di Papua Barat yang masih belum tereksplorasi maupun yang telah

dieksploitasi untuk dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat. Dua tambang besar yang dimiliki

Papua Barat adalah tambang minyak di Kabupaten Sorong dan tambang Liquid Natural Gas

(LNG) di Kabupaten Teluk Bintuni. Bahkan tambang LNG ini diperkirakan memiliki kandungan

gas alam cair yang besar dan termasuk tiga produsen LNG terbesar di Indonesia.

Page 23: 2016, no. 17 tahun 2012

23

b. Besarnya PDRB atas dasar harga berlaku sektor pertambangan dan penggalian Papua Barat

tahun 2010 mencapai 2.302,78 miliar Rupiah. Nilai tersebut setara dengan 10,22% dari total

PDRB Papua Barat yang mencapai 22.527,36 miliar Rupiah. Kontribusi sektor ini adalah yang

terbesar ketiga di Papua Barat setelah sektor industri pengolahan (35,45%) dan sektor pertanian

(20,71%).

c. Cadangan bahan tambang baik mineral logam maupun non logam masih tinggi. Potensi

pertambangan yang dieksplorasi dan dieksploitasi di Papua Barat adalah pertambangan nikel di

pulau-pulau sekitar Kepala Burung seperti Waigeo. Potensi batugamping dapat dijumpai di

sekitar Pegunungan Kemum.

d. Khusus untuk potensi minyak dan gas di daerah Papua Barat ada pada Cekungan Bintuni,

Cekungan Salawati, dan Cekungan Waiponga.

3. Industri Pengolahan

a. Kontribusi sektor industri pengolahan dalam perekonomian Papua Barat memiliki prospek yang

sangat baik. sektor ini terus mengalami peningkatan share terhadap total PDRB. Di tahun 2010

kontribusinya meningkat sangat signifikan menjadi 35,45%. Kontribusi sektor industri

pengolahan menempati posisi pertama dalam PDRB Papua Barat sejak tahun 2009.

b. Pada tahun 2010 sektor ini tumbuh mencapai 149,52% dibandingkan tahun 2009 dipicu oleh

mulai beroperasinya industri LNG di Kabupaten Teluk Bintuni.

c. Di tahun 2009, ada 21 perusahaan industri besar-sedang. Jenis industri terbanyak yaitu industri

makanan dan minuman sebesar 47,62%. Industri terbanyak kedua adalah industri kayu (selain

mebeller) yaitu sebesar 19,05%. Industri lainnya adalah industri penerbitan, percetakan, dan

reproduksi media rekam; industri barang-barang dari batubara, pengilangan dan pengolahan

minyak bumi; industri barang galian bukan logam; dan industri alat angkutan selain kendaraan

bermotor roda empat atau lebih dengan persentase kurang dari 35%.

d. Menurut sebarannya, industri besar-sedang hanya terdapat di 4 (empat) Kabupaten/Kota, yaitu

kabupaten Teluk Bintuni (5,92%), Manokwari (19,05%), Sorong (14,29%), dan Kota Sorong

(57,14%).

e. Menurut kepemilikanya, sebesar 9,52% adalahmilik pemerintah pusat; 4,76% milik pemerintah

daerah; 61,90% milik swasta nasional dan asing; serta 4,76% adalah milik pemerintah pusat dan

asing.

Page 24: 2016, no. 17 tahun 2012

24

4. Konstruksi

PDRB sektor konstruksi Papua Barat tahun 2009 mencapai 648,21 miliar Rupiah. Share sektor ini

terus mengalami peningkatan beberapa tahun ini. Kontribusinya sebesar 8,00% di Tahun 2009.

Walaupun bukan sebagai kontributor utama dalam PDRB Papua Barat namun pertumbuhannya

berada pada peringkat kedua setelah sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor

bangunan/konstruksi mampu menyerap banyak tenaga kerja (memiliki nilai pengganda tinggi).

5. Hotel dan Pariwisata

a. Subsektor hotel dan pariwisata cukup menjanjikan meskipun kontribusinya hanya sekitar 0,19%

dari total PDRB Papua Barat. Pertumbuhan subsektor ini cukup pesat. Pada tahun 2010 jumlah

hotel menjadi 80 unit, yang terdiri dari 10 hotel Bintang dan 70 hotel Melati. Hotel Berbintang

hanya tersebar di kabupaten Fakfak, Manokwari, dan Kota Sorong.

b. Jumlah objek wisata di Papua Barat tahun 2010 sebanyak 79 objek. Objek wisata tersebut terdiri

dari 20 objek wisata alam, 8 objek wisata tirta/bahari, 32 objek wisata budaya, dan 19 objek

wisata agro. Objek wisata yang telah mendunia saat ini adalah objek wisata bawah laut di

Kepulauan Raja Ampat

c. Papua Barat terkenal dengan panorama keindahan alam yang eksotis. Sebagian besar panorama

alam tersebut bahkan masih sangat alami dan belum terjamah komersialisasi pariwisata.

Sebagian besar objek wisata belum terekspos sehingga belum banyak dikenal khalayak umum.

Salah satu objek wisata yang mulai popular adalah wisata bawah laut Kepulauan Raja Ampat.

Kurang lebih ada 610 pulau. Hanya sekitar 35 pulau yang berpenghuni. Perairan Raja Ampat

merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Bahkan

diperkirakan menjadi nomor satu untuk kelengkapan dan keanekaragaman hayati flora dan

fauna bawah laut saat ini.

d. Wisata alam lain yang menjadi andalan Papua Barat adalah Taman Nasional Teluk Cendrawasih

(TNTC) yang terletak di Kabupaten Teluk Wondama. Panjang garis pantainya 500 Km dengan

luas daratan mencapai 68.200 ha, luas laut 1.385.300 ha dengan rincian 80.000 ha kawasan

terumbu karang dan 12.400 ha lautan.

e. Ekowisata di kepala burung pulau Papua terdapat Cagar AlamPegunungan Arfak di Kabupaten

Manokwari, dengan luas mencapai 68.325 ha dengan ketinggian mencapai 2.940 mdpl. Terdapat

juga Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gita yang berada pada ketinggian 2000 mdpl.

f. Baru-baru ini di Kabupaten Manokwari ditemukan sebuah goa yang diklaim sebagai goa

terdalam di dunia oleh Tim Ekspedisi Speleologi (Ahli Goa) Perancis di Kawasan Pegunungan

Lina di Iranmeda, Distrik Didohu dengan kedalaman gua mencapai 2000 meter.

Page 25: 2016, no. 17 tahun 2012

25

g. Di kabupaten Kaimana terdapat wisata pantai dan laut teluk Triton disamping keindahan

panorama Senja di Kaimana yang melegenda.

6. Transportasi dan Komunikasi

a. Dalam perekonomian Provinsi Papua Barat tahun 2010, sektor pengangkutan (transportasi) dan

komunikasi memang tidak memberikan kontribusi hanya 6,38% dengan nilai agregat PDRB

sebesar 1.437,07 miliar Rupiah (Atas Dasar Harga Berlaku) atau 612,20 miliar Rupiah (Atas

Dasar Harga Konstan).

b. Pada tahun 2010, sektor transportasi dan komunikasi memiliki angka pertumbuhan tertinggi

kedua terhadap tahun 2009 dibandingkan dengan sektor tersier lainnya.

c. Salah satu program pendukung percepatan pembangunan Papua Barat yang diamanahkan dalam

Perpres Nomor 65 Tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua

Barat adalah Program Pengembangan Infrastruktur Dasar. Program tersebut rencananya akan

membangun dan meningkatkan jalan Trans Papua dan Trans Papua Barat.

d. Sebagian besar orang memanfaatkan fasilitas perhubungan laut dan udara. Namun tren

pengguna fasilitas perhubungan laut cenderung menurun, sebaliknya jumlah pengguna fasilitas

perhubungan udara meningkat signifikan 2008-2010.

7. Perbankan dan Investasi

a. Dalam tiga tahun, fasilitas kredit perbankan yang disalurkan ke masyarakat baik rupiah maupun

valuta asing lebih banyak digunakan untuk investasi. Penggunaan kredit untuk keperluan modal

kerja/usaha justru lebih kecil digunakan dari penggunaan kredit untuk keperluan konsumsi.

b. Penggunaan kredit perbankan untuk investasi meningkat dari 40,58% di tahun 2007menjadi

57,60% di tahun 2010. Hal tersebut menyiratkan bahwa kesadaran masyarakat untuk

berinvestasi dalam perbankan semakin membaik. Sedangkan lebih tingginya penggunaan kredit

untuk konsumsi daripada untuk modal kerja menunjukkan perilaku konsumtif masyarakat

meskipun persentasenya berangsur-angsur menurun.

Page 26: 2016, no. 17 tahun 2012

26

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Secara geologi, Provinsi Papua Barat memiliki struktur yang cukup kompleks dengan kelurusan umum

kearahBarat-Timur (diapit dua lempeng tektonik, yaitu: Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik) yang

berpengaruh terhadap kerawanan terhadap gempa tektonik berpotensi diikuti oleh tsunami.Seluruh

wilayah kepala burung rawan gempa bumi. Dari data, daerah tsunami di wilayah ini, tingginya mencapai

15 m, meliputi daerah Oransbari, Yapen, dan Nabire.

Sebagai gambaran, zona rawan gempa bumi berdasarkan tingkat kerawanannya dapat dilihat pada

Gambar 2-2.Untuk tingkat kerawanan bencana lainnya seperti banjir dan longsor di wilayah Papua Barat,

kondisi lingkungan yang rata-rata memiliki tekstur pergunungan yang terjal dan dataran rendah di

bagian tengah yang mengalir sungai-sungai secara intensif berpotensi tinggi memberikan kontribusi

bencana yang fluktuatif. Sebagai gambaran, zona rawan longsor berdasarkan tingkat kerawanannya

dapat dilihat pada Gambar 2-3.

Gambar 2-2. Zona Rawan Gempa Bumi Berdasarkan Tingkat Kerawanan

(Zona 1 paling rawan gempa, sedangkan Zona 6 paling aman dari gempa)

Sumber:Draft RTRW Provinsi Papua Barat 2008-2028.

Page 27: 2016, no. 17 tahun 2012

27

Gambar 2-3. Zona Rawan Longsor Papua Barat Berdasarkan Tingkat Kerawanan

Sumber:Draft RTRW Provinsi Papua Barat 2008-2028.

Belum ada jalur resmi evakuasi bencana yang direncanakan, baik dalam skala regional maupun lokal.

Bencana alam besar yang terjadi pada Oktober 2010 di Kabupaten Teluk Wondama seharusnya menjadi

pemantik bagi pemerintah untuk segera membuat rencana jalur evakuasi bencana.

Alat pemadam kebakaran dinamis berupa mobil pemadam kebakaran dengan jumlah yang sangat

terbatas telah ada di setiap ibukota kabupaten kecuali di Kabupaten Tambrauw dan Kabupaten Maybrat.

Untuk alat pemadam kebakaran statis berupa hidran umum belum banyak terdapat di area publik atau

pusat permukiman penduduk, hanya terdapat di gedung-gedung tertentu saja misalnya gedung kantor

pemerintahan.

Perangkat posko bencana baru terdapat dengan jumlah yang terbatas di Kabupaten Manokwari,

selebihnya masih mengandalkan bantuan dari lembaga-lembaga pemerhati kebencanaan dan sifatnya

insidental. Perangkat peringatan dini belum dimiliki oleh wilayah-wilayah potensi bencana tsunami dan

gempa bumi. Perangkat evakuasi belum dimiliki selain mengandalkan kendaraan milik pemerintah, polisi,

dan tentara.

2.1.4. Aspek Demografi

1. Sejak pertama kali dilaksanakan sensus penduduk pada Tahun 1971, Papua Barat mengalami

pertumbuhan penduduk dengan oika kurva mirip distribusi logistik.

2. Data paling mutakhir jumlah penduduk Papua Barat diperoleh dari hasil sensus penduduk tahun

2010 adalah 760.422 jiwa, terdiri dari 402.398 laki-laki dan 358.024 perempuan. Jumlahtersebut

Page 28: 2016, no. 17 tahun 2012

28

menjadikannya sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terkecil di Indonesia, kontribusinya

hanya sekitar 0,32% terhadap total penduduk nasional.

3. Rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 3,71%. Laju pertumbuhan penduduk Papua

Barat adalah yang terbesar ke-empat di Indonesia setelah Provinsi Papua (5,39%), Provinsi

Kepulauan Riau (4,95%), dan Provinsi Kalimantan Timur (3,81%). Pertumbuhan penduduk yang

relatif tinggi ini juga dipengaruhi tingkatmigrasi masuk karena memiliki faktor penarik

migranakibat SDA dan prospek ekonominya. Laju pertumbuhan penduduk palimg tinggi di

Kabupaten Sorong (5,41% per tahun) dan terendah adalah Kabupaten Tambrauw (0,38% per

tahun).

4. Struktur penduduk Papua Barat dilihat dari piramida penduduk tergolong dalam struktur

penduduk muda. Struktur penduduk ini masih sangat dipengaruhi oleh tingginya fertilitas. Hal ini

terlihat pada alas piramida penduduk yang paling lebar pada kelompok umur 0-4 tahun. Dilihat

dari median umur pun semakin menguatkan bahwa komposisi penduduk muda begitu dominan.

Median umur penduduk Papua Barat adalah 18,60 tahun.Jumlah penduduk usia produktif

termasuk tinggi sehingga sumber daya manusia masih ada kesempatan untuk digali kembali.

Gambar 2-4. Piramida Penduduk Provinsi Papua Barat

Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010

5. Sebaran penduduk Provinsi Papua Barat menurut kabupaten/kota masih dominan di dua daerah

yaitu di Kota Sorong (25,07%) dan Kabupaten Manokwari (24,69%). Hampir setengah dari total

penduduk Papua Barat tinggal di kedua daerah tersebut. Kota Sorong menjadi pintu gerbangnya

Papua Barat dari “dunia luar” karena terdapat Bandar Udara dan pelabuhan kapal besar sebagai

pintu keluar masuk penumpang dan barang dari dan ke Papua Barat maupun kabupaten lainnya

di Papua Barat.

6. Kabupaten Manokwari semakin padat ketika Papua Barat dimekarkan dari Provinsi Papua dan

Kabupaten Manokwari ditetapkan sebagai ibukota dan pusat pemerintahan Provinsi Papua

Barat. Sebagai pusat pemerintahan, Kabupaten Manokwari aktif membangun, mulai dari fasilitas

Page 29: 2016, no. 17 tahun 2012

29

pemerintahan, akses transportasi, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur lainnya.

7. Jika dilihat dari kepadatan penduduknya, Papua Barat adalah provinsi dengan kepadatan

terendah di Indonesia. Kepadatan penduduknya hanya 8 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk

tertinggi di Papua Barat berada di Kota Sorong sebesar 290 jiwa/Km2 sementara kepadatan

penduduk terendah adalah Kabupaten Tambrauw yaitu 1 jiwa/Km2.

8. Sex ratio Papua Barat adalah sebesar 112,39%, artinya diantara 100 orang penduduk

perempuan, 112 orang adalah laki-laki. Sex ratio Papua Barat adalah yang tertinggi kedua di

Indonesia setelah Provinsi Papua (113,44%).

9. Dependency ratio atau rasio ketergantungan Papua Barat sebesar 55,72%, artinya dari 100 orang

usia produktif harus menanggung beban hidup sekitar 55-56 orang yang belum produktif dan

tidak produktif. Beban tanggungan perempuan lebih besar daripada laki-laki, terlihat dari

rasionya yaitu 54,21% untuk laki-laki dan 57,46% untuk perempuan.

Tabel 2-7. Indikator Kependudukan Provinsi Papua Barat Tahun 2008-2010

Uraian 2008 2009 2010

Jumlah Penduduk (jiwa) 729.962 743.860 760.422

Pertumbuhan Penduduk (%) 1,95 1,90 2,23

Sex Ratio (%) 110,44 110,20 112,39

Jumlah Rumah Tangga (ruta) 169.439 169.945 168.080

Rata-rata ART (jiwa/ruta) 4,31 4,38 4,52

Penduduk menurut kelompok umur (%)

0-14 32,16 31,08 34,13

15-64 68,33 67,39 64,22

65+ 1,47 1,53 1,65

Sumber: Proyeksi Penduduk dan SP 2010, BPS.

10. Penduduk Asli Papua di Papua Barat

a. Jumlah penduduk Asli Papuasebesar 405.074 jiwa, yang terdiri dari 208.658 laki-laki dan

196.416 perempuan. Dengan demikian, jumlah penduduk non asli Papua sudah hampir

berimbang dengan penduduk asli Papua dengan perbandingan 46,73% dan 53,27%.

b. Dari 405.074 jiwa penduduk Asli Papua, 91,76% benar-benar penduduk Asli Papua karena

memiliki ayah dan ibu Papua. Sementara itu, yang memiliki ayah Papua atau ibu Papua saja

sebesar 2,28% dan 2,12%.

c. Sex ratio Penduduk Asli Papua 106,23%.

d. Penduduk Asli Papua tersebar di seluruh kabupaten/kota di Papua Barat. Persentase

penduduk Asli Papua terbesar berada di Kabupaten Maybrat (96,04%) dan Kabupaten

Tambrauw (95,67%). Sementara penduduk Asli Papua terkecil berada di Kabupaten Sorong

(37,38%) dan Kota Sorong (32,56%).

Page 30: 2016, no. 17 tahun 2012

30

e. Berdasarkan distribusinya, lebih dari seperempat penduduk Asli Papua tinggal di Kabupaten

Manokwari. Jumlahnya mencapai 107.857 jiwa (26,63%). Sedangkan Kota Sorong

memberikan kontribusi terbesar kedua, yaitu 62.070 jiwa (15,32%). Kontributor terkecil

penduduk Asli Papua adalah Kabupaten Tambrauw, yaitu 1,45%.

f. Struktur penduduk Asli Papua sangat berbeda dengan penduduk Non Asli Papua. Pada

piramida penduduk asli papua, penduduk usia muda sangat dominan karena dipengaruhi

oleh tingkat fertilitas yang tinggi. Sedangkan struktur penduduk Non Asli Papua didominasi

oleh penduduk usia produktif, terutama 25-29 tahun.

g. Dependency ratio pada penduduk Non Asli Papua hanya sebesat 47,27% sedangkan pada

penduduk asli papua sebesar 64,07. Rendahnya dependency ratio pada penduduk Non Asli

Papua tidak lepas dari tingginya persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang

mencapai 67,90, terutama disumbang oleh penduduk laki-laki.

Tabel 2-8. Indikator Kependudukan Asli Papua dan Non Asli Papua di Provinsi Papua Barat

URAIAN PENDUDUK ASLI PAPUA PENDUDUK NON ASLI PAPUA

Jumlah Penduduk (jiwa) 405.074 355.348

Laki-laki 208.658 193.740

Perempuan 196.416 161.608

Persentase Penduduk (%) 53,27 46,73

Sex Ratio (%) 106,23 119,88

Median Umur (th) 16,39 20,19

Dependency Ratio (%) 64,07 47,27

Penduduk menurut kelompok umur (%)

0-14 37,30 30,57

15-64 60,95 67,90

65+ 1,75 1,53

Jumlah Rumah Tangga 84.747 83.333

Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2011.

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan

sosial, serta seni budaya dan olahraga, dipaparkan sebagai berikut:

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1. Pertumbuhan PDRB

Dalam perkembangan PDRB Papua Barat, baik dari segi nilai tambah bruto maupun kontribusi

sektoral memiliki kontribusi terhadap PDB Nasional sekitar 0,26% di Tahun 2009, yang berarti

kapasitas perekonomian wilayah ini masih sebatas pada level lokal saja. Nilai absolut PDRB

Papua Barat (harga konstan Tahun 2000) pada Tahun 2008 sebesar Rp. 6.369,37 miliar, naik

menjadi Rp. 6.768,20 miliar pada Tahun 2009. Kenaikan ini cukup positif akan tetapi belum

Page 31: 2016, no. 17 tahun 2012

31

menunjukan perubahan yang signifikan terhdap pembangunan Provinsi Papua Barat

Gambar 2-5. Perbandingan Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000

Dengan Migas dan Tanpa Migas Tahun 2006-2010

Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2011

Terkait dengan tingkat kesejahteraan, meskipun PDRB Provinsi Papua Barat memiliki laju

pertumbuhan yang cukup baik namun prosentase tingkat kemiskinan Provinsi Papua Barat

berada di posisi kedua nasional. Berbagai faktor berpengaruh atas kenaikan garis kemiskinan

seperti kebijakan energi, kebijakan harga, kelancaran arus distribusi barang, kondisi alam dan

lain-lain. Papua Barat tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh dari luar disamping dari internal

wilayah ini sendiri. Garis kemiskinan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di

pekampungan karena perbedaan harga barang dan jasa antara Kota dan Kampung dimana harga

di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di peKampungan.

PDRB Dengan Migas

a. Dalam kurun waktu 2007-2010 Papua Barat dapat dikatakan stabil memperlihatkan

pertumbuhan yang tinggi dan menunjukkan percepatan setiap tahunnya. Hal ini jelas terlihat

dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 26,82% pada Tahun 2010 setelah memasukkan

nilai tambah gas alam cair (LNG). Sementara pertumbuhan tanpa migas mencapai 6,83%.

b. Pada Tahun 2010, pertumbuhan tertinggi sebesar 149,52% dicapai oleh sektor industri

pengolahan didorong oleh pertumbuhan subsektor migas terutama pertumbuhan gas alam

cair akibat tercakupnya produksi gas alam cair di Teluk Bintuni. Sementara sektor

pertambangan dan penggalian justru mengalami kontraksi mencapai minus o,84%.

c. Sektor pertanianm industri pengolahan, dan bangunan tetap menjadi sumber utama

pertumbuhan ekonomi. Bahkan 21,94% dari pertumbuhan ekonomi 26,82& pada Tahun

4.55 6.95 7.84 7.02

26.82

7.63 8.61 9.25 7.86 6.83

2006 2007 2008 2009 2010

PDRB Dengan Migas PDRB Tanpa Migas

Page 32: 2016, no. 17 tahun 2012

32

2010 berasal dari sektor industri pengolahan. Sektor pertanian memberikan kontribusi

pertumbuhan sebesar 0,93%.

d. Sektor-sektor utama perekonomian Papua Barat pada periode 2007-2010 adalah sektor

pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian. Ketiga

sektor tersebut memberikan kontribusi lebih dari 60% PDRB Papua Barat.

e. PDRB per kapita Papua Barat ADHB pada tahun 2010 meningkat 26,63% terhadap Tahun

2009, yaitu dari 23,40 juta Rupiah menjadi 29,62 juta rupiah. PDRB per kapita Papua Barat

ADHK mencapai 11,42 juta Rupiah atau meningkat 22,72% terhadap Tahun 2009 (9,31 juta

Rupiah).

Gambar 2-6. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun

2007-2010 (dalam %)

Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011

Tabel 2-9. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat Menurut Penggunaan

Tahun 2006–2009

NO SEKTOR 2006 2007 2008 2009

% % % %

1 Konsumsi Rumah Tangga 9.19 6.15 10.57 6.18

2 Lembaga Swasta Nirlaba 9.54 7.59 5.3 19.91

3 Konsumsi Pemerintah 19.21 15.61 10.62 5.45

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.08 5.53 2.46 4.01

5 Perubahan Stok 2.19 2.24 -0.38 -11.04

6 Ekspor 11.04 0.18 -6.99 -27.15

7 Dikurangi Impor 17.88 1.47 -3.98 -24.1

PDRB Dengan Migas 4.55 6.95 7.33 6.26

1.72 -0,13

21.94

0.03 0.93 0.42 0.88 0.25 0.80

Page 33: 2016, no. 17 tahun 2012

33

Gambar 2-7. Peranan Sektor Dominan Terhadap Penciptaan PDRB Atas Dasar

Harga Berlaku Tahun 2007-2010 (dalam %)

Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011

PDRB Tanpa Migas

a. Pertumbuhan ekonomi tanpa migas yang tercipta pada tahun 2010 sebesar 6,83%.

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh

12,20%. Kemudian diikuti oleh pertumbuhan di sektor keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan sebesar 11,02%; sektor pengangkuan dan komunikasi 10,93%; sektr bangunan

9,77%; sektor jasa-jasa 7,34%; sektor listrik dan air bersih 7,30%; sektor pertanian 6,20%;

sektor pengangkutan dan komunikasi 3,99%. Sementara sektor industri pengolahan hanya

tumbuh 2,77%.

Gambar 2-8. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2007-2010 (dalam %) Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011

0

20

40

60

80

100

2007 2008 2009 2010

62.27 62.27 62.29 66.37

37.28 37.73 37.71 33.63

Sektor Pertanian, Pertambangan & Penggalian, Industri Pengolahan Sektor Lainnya

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50 2.19

0.14 0.29

0.04

1.19

0.53

1.12

0.31

1.01

Page 34: 2016, no. 17 tahun 2012

34

b. Dalam rentang waktu empat tahun terakhir, tiga sektor utama yang mendominasi penciptaan

PDRB tanpa migas di Papua Barat adalah sektor pertanian, sektor bangunan, dan sektor

perdagangan, hotel dan restoran. Ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi lebih dari

60% terhadap PDRB tanpa migas Papua Barat.

Gambar 2-9. Peranan Sektor Dominan terhadap Penciptaan PDRB Tanpa Migas

Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010 (dalam %)

Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011

c. PDRB per kapita ADHB mencapai 18,01 juta Rupiah. Nilai tersebut mengalami peningkatan

sebesar 10,15% dibandingkan dengan PDRB per kapita pada Tahun 2009. Sementara PDRB

per kapita ADHK 2000 bernilai 7,55 juta Rupiah dan mengalami pertumbuhan sebesar 3,37%

dibandingkan keadaan tahun 2009.

2. Laju Inflasi Provinsi

a. Indeks Harga Konsumen (IHK) Papua Barat Tahun 2010 sebesar 143,49% artinya terjadi

kenaikan harga secara umum sebesar 43,49% dibandingkan dengan harga tahun dasar 2007,

atau dengan kata lain, harga secara umum saat ini hampir satu setengah kali lebih mahal

daripada tahun 2007. Selama tahun 2008-2011, inflasi lebih banyak terjadi daripada deflasi.

Bila mencermati fluktuasi yang ada, tampaknya perkembangan harga belum terkontrol

dengan baik

b. Selama Januari 2009 - September 2011 inflasi gabungan tertinggi sebesar 2,35% yang terjadi

di Juli 2010. Sedangkan deflasi terendah terjadi di September 2010 sebesar -0,76%.

c. Inflasi tahun 2010 tercatat 6,25%. Penyumbang inflasi terbesar dari kelompok pengeluaran

bahan makanan, yaitu sebesar 8,34%. Inflasi kelompok pengeluaran sandang memiliki

0

20

40

60

80

100

2007 2008 2009 2010

63.79 63.63 63.07 62.69

36.21 36.37 36.93 37.31

Sektor Pertanian, Bangunan, Perdagangan, Hotel, & Restoran

Sektor Lainnya

Page 35: 2016, no. 17 tahun 2012

35

tingkat inflasi terendah, yaitu hanya 2,36%. Pada tahun 2010 inflasi terjadi pada seluruh

kelompok pengeluaran.

d. Laju inflasi perKampungan tahun kalender tahun 2010 sebesar 5,86%, lebih tinggi dari tahun

2009 sebesar 4,53%. Berarti tingkat kenaikan harga di tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan

tahun 2009.

e. Selama Januari 2009 - September 2011 inflasi gabungan tertinggi sebesar 2,35% yang terjadi

di Juli 2010. Sedangkan deflasi terendah terjadi di September 2010 sebesar -0,76%.

f. Inflasi tahun 2010 tercatat 6,25%. Penyumbang inflasi terbesar dari kelompok pengeluaran

bahan makanan, yaitu sebesar 8,34%. Inflasi kelompok pengeluaran sandang memiliki

tingkat inflasi terendah, yaitu hanya 2,36%. Pada tahun 2010 inflasi terjadi pada seluruh

kelompok pengeluaran.

g. Laju inflasi perKampungan tahun kalender tahun 2010 sebesar 5,86%, lebih tinggi dari tahun

2009 sebesar 4,53%. Berarti tingkat kenaikan harga di tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan

tahun 2009.

3. Indeks Gini

Koefisien Gini pada tahun 2007 sebesar 0,33 naik menjadi 0,35 pada tahun 2009 dan pada tahun

2010 menjadi 0,37. Meskipun terjadi kenaikan koefisien gini, namun status ketimpangan

pendapatan masih pada posisi diantara ketimpangan rendah.

4. Tingkat Pemerataan Pendapatan Menurut Bank Dunia

a. Tingkat kemerataan menurut Bank Dunia, Provinsi Papua Barat masih dalam kategori

ketimpangan rendah.

b. Selama periode 2007-2010, proporsi pengeluaran dari kelompok penduduk 40% terbawah

terhadap total pengeluaran seluruh penduduk masih diatas 17%.

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

1. Pendidikan

a. Angka Melek Huruf (AMH) Provinsi Papua Barat tahun 2010 adalah sebesar 93,19%,. dan

92,34%.Angka melek huruf pada tahun 2010 meningkat dibandingkan dengan tahun 2009

sebesar 90,15%; tahun 2008 sebesar 92,15%; pada tahun 2007 sebesar 90,32%; dan tahun

2006 sebesar 88,55%. Semakin tinggi angka melek huruf maka kenaikan persentase angka

melek huruf ini akan cenderung semakin lambat. Dalam artian pertumbuhan angka melek

Page 36: 2016, no. 17 tahun 2012

36

hurufnya semakin kecil atau mengalami perlambatan. Dengan menggunakan angka melek

huruf dapat diketahui jumlah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang dapat

membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.

Gambar 2-10. Perkembangan Angka Melek Huruf dan Angka Buta Huruf di

Provinsi Papua Barat Tahun 2007-2010

b. AMH penduduk laki-laki tahun 2009 sebesar 94,95% atau mengalami peningkatan

dibandingkan dengan kondisi tahun 2008 yaitu sebesar 93,01% dan kembali mengalami

peningkatan pada tahun 2010 menjadi 95,33%.

c. AMH penduduk perempuan walaupun selalu lebih rendah daripada laki-laki namun selalu

mengalami peningkatan menjadi 90,83% di tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2009

dan 2008 yang masing masing sebesar 88,55% dan 88,35%.

Gambar 2-11. Perkembangan Angka Melek Huruf Berdasarkan Jenis Kelamin di

Provinsi Papua Barat Tahun 2007-2010

d. Angka rata-rata lama sekolah terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 rata-rata lama

sekolah sebesar 8,21 tahun atau mengalami peningkatan dari tahun 2009 dan 2008 yakni

sebesar 8,01 tahun dan 7,67 tahun. Artinya rata-rata penduduk baru mampu menempuh

pendidikan sampai kelas 2 SLTP. Berarti pencapaian pendidikan di Provinsi Papua Barat

90.32% 92.15% 92.94% 93.19%

9.68% 7.85% 7.06% 6.81%

2007 2008 2009 2010

Angka Melek Huruf Angka Buta Huruf

92.69 93.61 94.95 95.33

87.86 88.35 89.55

93.19

2007 2008 2009 2010

Laki - Laki Perempuan

Page 37: 2016, no. 17 tahun 2012

37

belum memenuhi Program Wajib Belajar 9 Tahun. Meskipun demikian, masih ada disparitas

gender, dimana penduduk perempuan belum sepenuhnya memperoleh pendidikan yang

setara dengan penduduk laki–laki. Sehingga perlu diperhatikan lagi faktor–faktor yang

menjadi penyebab masih lambatnya kemajuan peningkatan pendidikan bagi perempuan di

Provinsi Papua Barat.

e. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI pada tahun 2010 sebesar 91,91% meningkat dari

tahun 2009 sebesar 91,25%.APM SLTP/MTs meningkat menjadi 49,65% di tahun 2010

setelah tahun sebelumnya sebesar 49,03%. Artinya banyak penduduk yang tidak

melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP/MTs.APM SLTA/MA tahun 2010 hanya mencapai

43,93% atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 sebesar 43,55%.

Gambar 2-12. Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Partisipasi Murni (APM)

Antar Jenjang Pendidikan Tahun 2010

f. APK SD/MI tahun 2010 sebesar 115,00%, menurun dibandingkan tahun 2009 sebesar

117,50. Tertinggi di Kabupaten Raja Ampat (142,15%) dan terendah di Kabupaten

Tambrauw (107,98%).APK SLTP/MTs tahun 2009 sebesar 66,29% mengalami peningkatan

menjadi 66,68% pada tahun 2010 setelah sebelumnya mengalami penurunan dari 89,99%

tahun 2008. Tertinggi di Kabupaten Teluk Wondama (87,72%) dan terendah Kabupaten

Sorong Selatan (43,24%).APK SLTA/MA terus meningkat dari tahun 2008 sebesar 57,25%

menjadi 62,04% di tahun 2009 dan 72,07% di tahun 2010.

g. Angka Pendidikan yang Ditamatkan (APT) SD/MI mengalami penurunan pada tahun 2010

menjadi 26,24% sementara pendidikan tinggi (SLTA keatas) sebesar 32,95% dengan rincian

24,59% berpendidikan SLTA/sederajat dan 8,36% berpendidikan perguruan tinggi.

Meningkat 1,54% dibandingkan dengan tahun 2008 dan 2009. Menandakan terdapat

perbaikan kualitas pendidikan dengan menurunnya persentase pendidikan rendah dan

meningkatnya persentase pendidikan tinggi. Kota Sorong dengan tingkat pendidikan

tertinggi dan Kabupaten Tambrauw yang terendah.

94,04 89.95

58,98

14,45

91,91

49,65 43,93

7,36 SD/MI SMP/MTS SMA/SMK/MA PT

APS

APM

Page 38: 2016, no. 17 tahun 2012

38

2. Kesehatan

a. Angka rata-rata anak lahir hidup tahun 2010 sebesar 2,55 dan angka rata-rata anak masih

hidup sebesar 2,39%.

b. Secara umum Angka Harapan Hidup (AHH) di masing-masing daerah mengalami kemajuan.

di tahun 2010 AHH Papua Barat mencapai 68,51 pertahun. AHH tertinggi di Kota Sorong

sebesar 71,95pertahun dan terendah di Kabupaten Tambrauw sebesar 66,51pertahun.

Tahun 2009-2010 AHH mengalami kemajuan 0,31pertahun. Peningkatan tertinggi di

Kabupaten Raja Ampat dan Kota Sorong sebesar 0.42 pertahun dan terendah di Kabupaten

Sorong Selatan sebesar 0,17 pertahun.

c. Status gizi buruk pada Balita di Papua Barat tahun 2010 tercatat mencapai 9,1%, sedangkan

gizi kurang mencapai 17,4%. Angka ini masih diatas angka nasional yang hanya mencapai

4,9% dan 13,1%.

Gambar 2-13. Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup di Provinsi PapuaBarat

3. Kemiskinan

a. Dilihat dari aspek ekonomi, jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat mengalami

penurunan dari tahun ke tahun dalam kurun waktu tahun 2006 – 2010, meskipun sempat

mengalami peningkatan sebesar dari 35,12% pada tahun 2008 menjadi 35,71% pada tahun

2009 atau meningkat sebesar 0,59%. Bila dilihat perbandingan antara penduduk miskin dan

tidak miskin pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat, jumlah penduduk tidak miskin adalah

sebesar 65,12%, sedangkan penduduk miskin adalah sebesar 34,88% dengan persentase

penduduk miskin kota sebesar 1,32% dan penduduk miskin Kampung sebesar 33,56%.

b. Penurunan angka kemiskinan di perKampungan pada tahun 2009 sebesar 44,71% menjadi

43,48% di Tahun 2010 sedangkan angka kemiskinan di perkotaan naik dari 5,22% menjadi

5,73%.

36 32.7 31.6 30.5

2006 2007 2008 2009 2010

Angka Kematian Bayi

67.3 67.6 67.9 68.2 68.96

2006 2007 2008 2009 2010

Angka Harapan Hidup

Page 39: 2016, no. 17 tahun 2012

39

Gambar 2-14. Perbandingan Jumlah Penduduk Provinsi Papua Barat Berdasarkan

Status Kemiskinan Tahun 2010

c. Kabupaten Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Tambrauw, dan Maybrat memiliki angka

kemiskinan diatas 40% sehingga membutuhkan effort yg sangat besar untuk

penanggulangannya. Diduga karena wilayahnya yang terbilang cukup terisolir sehingga

tingginya biaya transportasi dalam pengadaan kebutuhan barang dan jasa.

d. Garis kemiskinan Provinsi Papua Barat tahun 2010 sebesar 294.727 Rupiah per kapita per

bulan, terdiri dari garis kemiskinan makanan sebesar 237.147 rupiah dan garis kemiskinan

non makanan sebesar 57.580 Rupiah. Kontribusi garis kemiskinan makanan terthadap garis

kemiskinan sebesr 80,46%. Dibandingkan tahun 2009, garis kemiskinan tahun 2010

mengalami kenaikan sebesar 6,24%. Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan (4,74%) lebih

rendah daripada kenaikan garis kemiskinan di perKampungan (6,74%).

e. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 10,47% di tahun 2010 menjadi 8,78% di tahun

2011.

f. Indeks Keparahan Kemiskinan juga mengalami penurunan dari 4,30% menjadi 3,43% di

tahun 2010.

g. Penurunan kedua indeks kemiskinan mengandung makna bahwa kondisi kemiskinan di

Papua Barat semakin membaik. Artinya rata-rata pendapatan penduduk miskin dengan garis

kemiskinan semakin dekat dan ketimpangan pendapatan antar penduduk miskin semakin

rendah.

4. Kesempatan Kerja

a. Dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2007-2010 mencapai 13,54% dan laju pertumbuhan

kesempatan kerja sebesar 0,65%, elastisitas kesempatan kerja Papua Barat hanya mencapai

0,05%. Artinya bahwa setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi 1% hanya akan menciptakan

kesempatan kerja sebesar 0,05%

Penduduk Miskin (Kota), 1.32%

Penduduk Miskin (Desa), 33.56%

Penduduk Tidak

Miskin, 65.12%

41.34 39.31

35.12 35.71 34.88

31.92

2006 2007 2008 2009 2010 2011

% Penduduk Miskin

Page 40: 2016, no. 17 tahun 2012

40

b. Angkatan kerja tahun 2010 meningkat menjadi 342.888 orang dari 330.121 orang di tahun

2009 dan 319.675 orang di tahun 2008. Pada periode 2008-2010, peningkatan angkatan

kerja diikuti oleh peningkatan penduduk yang bekerja namun jumlah penduduk yang

menganggur justru juga mengalami peningkatan. Jumlah penduduk bekerja meningkat dari

295.223 orang di tahun 2008 menjadi 316.547 orang di tahun 2010. Sementara jumlah

penganggur meningkat dari 24.452 orang di tahun 2008 menjadi 26.341 orang di tahun

2010.

2.3 Aspek Pelayanan Umum

Pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah

Daerah Provinsi Dan Kabupaten/Kota dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan

ketentuan perUndang-Undangan. Secara umum penjelasan mengenai pelayanan umum terbagi kedalam

dua urusan pokok yang terkait dengan layanan urusan wajib dan layanan urusan pilihan.

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib

1. Pendidikan

a. Pada tahun 2010, Angka Partisipasi Sekolah usia 7-12 tahun mencapai 94,04%, usia 13-15

tahun menurun menjadi 89,95%, usia 16-18 tahun mencapai 58,98%, dan untuk usia 19-24

hanya mencapai 14,45%.

b. Rasio Siswa/Guru: Untuk jenjang pendidikan SD, rasio siswa/guru pada tahun 2007

mencapai 22 siswa, pada tahun 2008 mencapai 20 siswa, pada tahun 2009 mencapai 21

siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 20 siswa.

c. Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswa/guru pada tahun 2007 mencapai 10 siswa, pada

tahun 2008 mencapai 9 siswa, pada tahun 2009 mencapai 11 siswa, dan pada tahun 2010

mencapai 14 siswa.

d. Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswa/guru pada tahun 2007 mencapai 13 siswa, pada

tahun 2008 mencapai 13 siswa, pada tahun 2009 mencapai 12 siswa, dan pada tahun 2010

mencapai 13 siswa.

e. Untuk jenjang pendidikan SD, rasio siswa/kelas pada tahun 2007 mencapai 23 siswa per

kelas, pada tahun 2008 mencapai 23 siswa per kelas, pada tahun 2009 mencapai 30 siswa

per kelas, dan pada tahun 2010 mencapai 25 siswa per kelas.

f. Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswa/kelas pada tahun 2007 mencapai 36 siswa per

kelas, pada tahun 2008 mencapai 27 siswa per kelas, pada tahun 2009 mencapai 33 siswa

Page 41: 2016, no. 17 tahun 2012

41

per kelas, dan pada tahun 2010 mencapai 33 siswa per kelas.

g. Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswa/kelas pada tahun 2007 mencapai 32 siswa, pada

tahun 2008 mencapai 33 siswa, pada tahun 2009 mencapai 33 siswa, dan pada tahun 2010

mencapai 32 siswa.

h. Rasio kelas/sekolah pada jenjang pendidikan SD bernilai 5,59 pada tahun 2008. Pada tahun

2009 rasio kelas/sekolah menurun menjadi 4,03. Namun pada tahun 2010 rasio tersebut

meningkat menjadi 6,15.

i. Rasio kelas/sekolah pada jenjang pendidikan SLTP bernilai 7,34 pada tahun 2008. Pada

tahun 2009 rasio kelas/sekolah menurun menjadi 5,87. Namun pada tahun 2010 rasio

tersebut meningkat menjadi 6,84.

j. Rasio kelas/sekolah pada jenjang pendidikan SLTA bernilai 10,26 pada tahun 2008. Pada

tahun 2009 rasio kelas/sekolah menurun menjadi 9,64. Pada tahun 2010 rasio tersebut

menurun menjadi 9,57.

2. Kesehatan

a. Pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat terdapat 110 Puskesmas, 367 Puskesmas

Pembantu, 145 Puskesmas Keliling, dan 297 Puskesmas Polindes. Ketersediaan fasilitas

kesehatan di Provinsi Papua Barat yang paling banyak di Kabupaten Manokwari jika

dibandingkan dengan kabupaten lainnya, yaitu terdapat 22 Puskesmas, 84 Puskesmas

Pembantu, 19 Puskesmas Keliling, dan 74 Unit Poliklinik Kampung.

b. Jika diamati dari jumlah penduduk, dapat dikatakan bahwa 14 Rumah Sakit yang ada di

Provinsi Papua Barat tahun 2010 melayani 760.433 penduduk. Hal ini berarti satu rumah

sakit melayani sekitar 54.316 penduduk.

c. Jika diperhatikan dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barattahun 2010 dan jumlah dokter

yang tersedia, maka rasio jumlah penduduk terhadap jumlah dokter di Provinsi Papua Barat

adalah sebesar 4.045 atau dengan kata lain satu dokter rata-rata melayani 4.045 orang.

Faktanya pada tahun 2010 jumlah dokter telah meningkat dan distribusinya telah tersebar

dengan alokasi yang lebih baik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Rasio ini menurun jika

dibandingkan dengan rasio 5.026 pada tahun 2009. Artinya terjadi coverage yang lebih baik

dalam hal tertanganinya penduduk dengan peningkatan jumlah dokter. Rasio penduduk

terhadap dokter tertinggi berada di Kota Sorong yaitu sebesar 9.531 penduduk dan yang

terkecil berada di Kabupaten Teluk Wondama dengan rasio sebesar 1.645 penduduk per

seorang dokter.

Page 42: 2016, no. 17 tahun 2012

42

Gambar 2-15. Cakupan Layanan Kesehatan di Provinsi Papua Barat Tahun 2006-2009

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

3. Lingkungan Hidup

Perkembangan akses penduduk di Provinsi Papua Barat terhadap air bersih pada tahun 2008-

2010 menunjukkan peningkatan. Peningkatan konsumsi air bersih untuk air minum dari 42,81

persen pada tahun 2008 menjadi 49,20 pada tahun 2009, dan 53,11 pada tahun 2011. Akses air

bersih tertinggi pada tahun 2010 di Kota Sorong yaitu 78,44 % dan terendah di Kabupaten

Maybrat yaitu sebesar 9,76 %.

4. Sarana dan Prasarana Umum

a. Jaringan Jalan

i. Infrastruktur utama yang berperan penting dalam aspek daya saing daerah merupakan

sarana dan prasarana yang terkait dengan sistem transportasi. Wilayah Papua Barat

secara regional sangat bergantung kepada moda transportasi udara yang menjangkau

hampir seluruh wilayah Kabupaten/Kota.

ii. Selain keberadaan transportasi udara, moda transportasi laut dan darat ikut berperan

dalam pengembangan wilayah Papua Barat. Untuk wilayah laut, keberadaan pelabuhan

sebagai simpul pengangkut orang maupun barang tersebar menjadi tiga pelabuhan

utama. Untuk Pelabuhan internasional wilayah Papua Barat terdapat di Kota Sorong,

sedangkan dua pelabuhan utama lainnya merupakan pelabuhan nasonal di wilayah

Manokwari dan Kaimana.

iii. Berbeda dengan kedua jenis transportasi sebelumnya, salah satu kunci pencapaian

transportasi darat terlihat dari perkembangan rasio panjang jalan per jumlah

kendaraan yang menunjukan angka perbandingan 1:0.077 pada tahun 2006. Angka ini

berarti setiap satu kendaraan dilayani oleh jalan dengan panjang 0,077 km.

Peningkatan pada sektor ini terjadi hingga menunjukan angka perbandingan 1:0,101

58.46% 58.46%

70.15%

68.18%

27.76% 27.76% 27.70%

26.22%

50.58% 55.99% 57.83%

60.43%

2006 2007 2008 2009

Cakupan puskesmas Cakupan puskesmas pembantu Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

Page 43: 2016, no. 17 tahun 2012

43

pada tahun 2009.

Gambar 2-16. Rencana Jaringan Transportasi Provinsi Papua Barat

Sumber: Draft RTRW Provinsi Papua Barat.

Gambar 2-17. Kondisi Jalan Strategis di Provinsi Papua Barat

Page 44: 2016, no. 17 tahun 2012

44

Sumber: Laporan Indikasi Program Pengembangan Infrastruktur Provinsi Papua Barat, 2009

b. Jaringan Irigasi

i. Banyaknya sungai besar yang mengalir di seluruh wilayah Provinsi Papua Barat dan

beberapa danau cukup menguntungkan dalam upaya penyediaan air bersih. Persentase

sumber air bersih berasal dari sungai mencapai 54,6%, mata air 45,3% dan sumber

lainnya 0,1%1. Namun tetap saja hal tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan air

bersih penduduk sampai ke rumah tangga di daerah-daerah terpencil karena

keterbatasan kapabilitas untuk menjangkau dari sumber air. Adanya keterbatasan ini

menuntut perlu dicari alternatif lokasi lain yang dapat dijadikan sebagai catchment

area/waduk guna dapat menampung air sungai.

ii. Sebagian besar wilayah memakai sistem pompa dan sistem gravitasi. Sistem pompa

dilakukan pada sumber pengambilan air (water intake) ke rumah pompa (water

treatment plant). Sedangkan dengan sistem gravitasi, air cukup dialirkan dari sumber

atau unit produksi ke unit/blok distribusi reservoir. Untuk mengetahui rencana dan

realisasi saluran irigasi Provinsi Papua Barat pada tahun 2009, dapat dilihat pada Tabel

2-3 berikut.

iii. Pengadaan saluran irigasi yang dapat meningkatkan kapasitas produksi pertanian terus

diupayakan pemenuhannya mencapai target yang telah ditetapkan. Hingga saat ini baru

dilakukan proses pembangunan saluran irigasi seluas 9.929 Ha, jauh dibawah target

realisasi seluas 28.651 Ha.

Tabel 2-10. Rencana dan Realisasi Saluran Irigasi Provinsi Papua Barat Tahun 2009

Rencana

(Ha) Realisasi

(Ha) Hambatan

Produksi (ton/Ha)

Kab. Manokwari 12,666 5,100 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 20.80

Kab. Teluk Bintuni 2,500 450 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 6.00

Kab. Sorong 9,104 2,413 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 44.85

Kab. Raja Ampat 250 155 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 8.60

Kab. Fakfak 1,431 1,431 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 6.25

Kab. Sorong Selatan 1,500 300 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 2.65

Kab. Teluk Wondama 1,200 80 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 6.00

Total 28,651 9,929

95.15

Sumber:Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009

1 Papua Barat Dalam Angka 2009

Page 45: 2016, no. 17 tahun 2012

45

c. Pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat terdapat 734 masjid, 1.531 gereja protestan, 163

gereja katholik, 46 pura, 5 vihara, dan 1 kelenteng. Secara total terdapat 2.479 tempat

peribadatan di Provinsi Papua Barat

5. Rumah Tinggal Bersanitasi

a. Persentase rumah tangga yang memiliki jamban sendiri, pembuangan akhir tinja, dan jenis

kloset angsa selama tahun 2009-2010 mengalami peningkatan. Rumah tangga yang memiliki

jamban sendiri mengalami peningkatan yaitu sebesar 59,48% tahun 2009 menjadi 61,07

pada tahun 2010.

b. Rumah tangga yang memiliki TPAT septik Tank/SPAL mengalami peningkatan yaitu sebesar

55,09% tahun 2009 menjadi 63,76 pada tahun 2010.Rumah tangga yang memiliki kloset

leher angsa mengalami peningkatan yaitu sebesar 46,04% tahun 2009 menjadi 66,35 pada

tahun 2010. Persentase rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB pada periode 2009-

2010 mengalami penurunan dari 17,16 menjadi 15,3

6. Persampahan

Persampahan belum betul-betul dikelola secara terpadu di Provinsi Papua Barat. Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) hanya dimiliki oleh Kabupaten Sorong tepatnya di Distrik Makbon.

Persampahan di Kota Sorong di Klasaman sudah tidak layak karena sangat dekat dengan

pemukiman dan dikhawatirkan akan terjadi pencemaran air tanah di pemukiman masyarakat

pada saat musim hujan (system open dumping). sedangkan di wilayah lainnya, pengelolaan

sampah dilakukan secara individual oleh masing-masing rumah tangga atau instansi, biasanya

dengan cara ditimbun, dibakar, atau bahkan dibuang ke sungai atau laut. Hingga saat ini memang

dianggap belum menumbulkan masalah karena jumlahnya belum signifikan, namun bukan

berarti tidak perlu diperbaiki dan dikelola secara terpadu.

7. Rumah Layak Huni

a. Terjadi peningkatan persentase rumah tangga yang memiliki tempat tinggal yang layak huni

pada tahun 2008-2010 berdasarkan empat indikator rumah layak huni.

b. Persentase rumah tangga yang memiliki lantai bukan tanah meningkat dari 91,08 pada tahun

2008, 91,6 pada tahun 2009, dan 93,02 pada tahun 2010.

c. Persentase rumah tangga yang memiliki atap layak (tidak beratap dedaunan) meningkat dari

90,64 pada tahun 2008, 93,6 pada tahun 2009, dan 94,85 pada tahun 2010.

d. Persentase rumah tangga yang memiliki dinding permanen meningkat dari 51,34 pada tahun

2008, 52,27 pada tahun 2009, dan 56,68 pada tahun 2010.

e. Persentase rumah tangga yang memiliki luas lantai per kapita < 10m2 menurun dari 43,26

Page 46: 2016, no. 17 tahun 2012

46

pada tahun 2008, 38,36 pada tahun 2009, dan 39,86 pada tahun 2010.

Gambar2-18. Kelayakan Rumah di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Rumah Tangga

Tahun 2007-2010

Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2011

2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan

1. Penanaman Modal

a. Jumlah proyek dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebanyak 40

proyek. Jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2008 dan 2009 dengan jumlah proyek

sebanyak 41 proyek.

b. Jumlah proyek dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebanyak 61

proyek. Jumlah ini mengalami kenaikan dari tahun 2008 dan 2009 dengan jumlah proyek

sebanyak 49 dan 58 proyek.

c. Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010

sebesar 1.185.429 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya

yaitu sebesar 967.478 juta rupiah.

d. Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010

sebesar 98,459 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2007 yaitu sebesar

78.360 juta rupiah.

Berlantai layak Berdinding layak

Atap layak Bersanitasi baik

90.10% 43.14% 87.01% 52.69%

91.08% 51.34% 92.40% 45.52%

91.60% 52.27% 93.60% 59.49%

93.02% 56.68% 94.85% 61.07%

2007

2008

2009

2010

Page 47: 2016, no. 17 tahun 2012

47

2. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, Koperasi terus tumbuh dengan persentase

pertumbuhan hampir mencapai 40%. Pada tahun 2008 sejumlah 916 unit Koperasi kemudian

tumbuh menjadi 967 unit sampai dengan tahun 2010 menjadi 1.257 unit dengan 701 unit

Koperasi aktif dan 556 Koperasi tidak aktif yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi

Papua Barat.

3. Ketenagakerjaan

a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Papua Barat terus mengalami peningkatan dari

tahun 2007-2009. TPAK tahun 2010 meningkat menjadi 69,29% dari kondisi tahun 2009

dan 2008 yakni 68,52% dan 68,15%.

b. TPAK tertinggi tahun 2010 dicapai oleh Kabupaten Manokwari yaitu sebesar 78,78%,

sementara TPAK terendah berada di Kabupaten Fakfak yaitu hanya mencapai 54,00%.

c. Jumlah penganggur tahun 2010 meningkat menjadi 26.341 orang dari sebelumnya sebanyak

24.452 orang pada tahun 2008. Sebanyak 32,90% penduduk yang bekerja termasuk kedalam

setengah pengangguran. Tingkat setengah pengangguran mencapai 30,37%. Umumnya

setengah pengangguran mempunyai produktivitas yang rendah, oleh karena itu perlu

dicermati dalammelihat jumlah penduduk yang bekerja, sebab dapat terjadi absolut

penduduk yang bekerja tinggi namun ternyata masih tercakup didalamnya setengah

pengangguran dalam jumlah yang tinggi.

d. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Papua Barat mengalami peningkatan dari tahun

2008 ke tahun2010. TPT meningkat dari 7,65% di tahun 2008 menjadi 7,68% di tahun

2010.

2.4 Aspek Daya Saing Daerah

1. Kemampuan Ekonomi Daerah

a. Meskipun proporsi konsumsi rumah tangga terhadap komoditi makanan masih cukup

dominan tetapi persentasenya menunjukkan penurunan selama tahun 2008-2009.

Peningkatan proporsi konsumsi non makanan berimbas pada peningkatan pengeluaran

rumah tangga untuk biaya pendidikan dan kesehatan.

b. Pada tahun 2008 proporsi konsumsi makanan oleh penduduk Papua Barat mendekati 60%,

tetapi pada tahun 2009 persentasenya berkurang menjadi 55,84%.

c. Proporsi konsumsi non makanan meningkat dari 41,21% pada tahun 2005 menjadi 44,07%

pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 menjadi 52,33%.

Page 48: 2016, no. 17 tahun 2012

48

d. Kondisi perumahan tahun 2010 di Papua Barat secara umum mengalami perbaikan kualitas

dibandingkan tahun 2009. Pada tahun 2010 di Papua Barat secara umum mengalami

perbaikan kualitas dibandingkan tahun 2009. Pada tahun 2010, hampir duapertiga rumah

tangga telah memiliki rumah dengan status milik sendiri sebesar 63,67%. Sedangkan untuk

status sewa 9,84%, kontrak 4,66% dan lainnya (dinas, bebas sewa, milik keluarga, lainnya)

21,83%

e. Nilai Tukar Petani (NTP) Papua Barat tahun 2011 (s/d September) sebesar 103,23% lebih

tinggi dibandingkan NTP 2010 sebesar 103,05%.

2. Fasilitas Wilayah / Infrastruktur

a. Aksesibilitas

i. Salah satu program pendukung percepatan pembangunan Papua Barat yang

diamanahkan dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2011 tentang Percepatan

Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat adalah Program Pengembangan

Infrastruktur Dasar. Selama ini belum seluruhnya Kabupaten/Kota belum terhubung

dengan jalan darat. Sebagian pembangunan jalan sedang dilakukan, meskipun

sebagian kabupaten telah terhubung namun belum dibuka untuk umum. Dengan

masih terbatasnya akses perhubungan lewat darat, sebagian besar orang

memanfaatkan fasilitas perhubungan melalui laut dan udara.

ii. Panjang jalan di Papua Barat tahun 2010 sepanjang 5.729,22 Km. Kondisi ini

mengalami perbaikan dibandingkan pada tahun 2008 yaitu sepanjang 5.400,71 Km.

Kondisi panjang jalan tersebut terbagi menjadi 412,31 Km (7,20%) jalan negara;

938,48 Km (76,42%) adalah jalan kabupaten. Sedangkan menurut jenis permukaannya

terbagi menjadi 1.328,49 Km (23,19%) jalan aspal; 1.639,25 Km (28,61%) jalan

dengan permukaan kerikil; 2.222,13 Km (38,79%) jalan dengan permukaan tanah; dan

539,35 Km (9,41%) jalan dengan permukaan lainnya.

iii. Pada tahun 2008 jumlah penumpang kapal datang 281.200 orang dan berangkat

277.700 orang dengan jumlah armada 880 kapal. Di tahun 2010 jumlahnya mengalami

penurunan menjadi 237.200 orang yang datang dan 252.900 orang yang berangkat

dengan jumlah armada yang juga menurun menjadi 669 unit.

iv. Jumlah penumpang pesawat udara cenderung memiliki tren meningkat signifikan

selama 2008-2010. Jumlah penumpang datang mencapai 334.700 orang dengan

jumlah penerbangan 11.656 dan berangkat 349.200 orang dengan jumlah

penerbangan 11.820 kali di tahun 2010. Rata-rata penumpang pesawat untuk

debarkasi 29 orang dan untuk embarkasi 30 orang.

Page 49: 2016, no. 17 tahun 2012

49

3. Penataan Ruang

Sampai dengan tahun 2011, belum ada RTRW baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota

(yang sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang) yang sudah

dijadikan Peraturan Daerah (Perda). Sehingga upaya pelaksanaan, pengawasan, dan

pengendalian penataan ruang pun belum optimal. Belum dapat diketahui berapa persen

ketaatan wilayah terhadap RTRWnya.

4. Fasilitas Keuangan dan Perbankan

Jumlah kantor bank di Provinsi Papua Barat terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari tahun

2007 yang hanya 49 unit (5 unit bank swasta nasional, 44 unit bank persero dan pemerintah)

menjadi 67 unit kantor bank (13 unit bank swasta nasional, 54 unit bank persero dan

pemerintah).

5. Fasilitas Air Bersih

Persentase terbesar rumah tangga pengguna air bersih memiliki sendiri fasilitasnya, sebesar

49,02%. Meningkat dari kondisi tahun 2009 yaitu sebesar 46,65% dari total rumah. Sementara

25,33% menggunakan air bersih secara bersama dan 16,73% masih menggunakan fasilitas

umum. 8,92% tidak memiliki akses terhadap air bersih.

6. Fasilitas Energi Listrik

Rumah tangga di Papua Barat hanya 57,67% yang menggunakan listrik PLN. Belum seluruh

Kampungdi Papua Barat teraliri listrik dan belum seluruh Kabupaten mendapatkan pasokan

listrik 24 jam dalam sehari. Masyarakat yang tidak teraliri listrik 24 jam biasanya menggunakan

genset. Untuk Kampung-Kampung yang tidak teraliri listrik, terutama di daerah yang jauh dari

ibukota Kabupaten umumnya menggunakan pelita/senter/obor/lainnya. Persentase rumah

tangga yang menggunakan jenis penerangan tersebut mencapai 17,83%.

Kondisi penggunaan energi listrik terutama yang memanfaatkan listrik negara (PLN) masih

belum maksimal. Belum seluruh Kabupaten mendapatkan pasokan listrik 24 jam, seperti

contohnya di Kabupaten Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Tambrauw, dan Maybrat. Hanya 32,37%

Kampungsaja yang telah terjangkau layanan PLN. Sulitnya kondisi geografis dan terbatasnya

ketersediaan energi listrik menjadi penyebab belum meratanya pasokan listrik. Dari total

168.000 rumah tangga di Papua Barat, hanya 80.421 rumah tangga yang terdaftar sebagai

pelanggan PLN.

Page 50: 2016, no. 17 tahun 2012

50

Gambar 2-19. Cakupan Pelayanan Listrik dan Air Bersih Pada Perkampungan

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009

7. Fasilitas Telekomunikasi

a. Untuk jaringan telekomunikasi di Provinsi Papua Barat berkembang pesat melalui pelayanan

provider telepon selular yang mulai mengembangkan jaringan paling tidak di kawasan

perkotaan ataupun ibukota setiap Distrik di masing-masing Kabupaten/Kota. Untuk di

kawasan perkampungan, penggunaan telepon satelit masih diandalkan.

b. Telekomunikasi menggunakan jaringan internet juga berkembang cukup pesat meskipun

hanya di kawasan perkotaan dengan layanan gabungan dari provider telepon seluler

maupun dari PT.Telkom sebagai perusahaan negara yang menangani masalah penyediaan

layanan komunikasi.Untuk sistem jaringan nirkabel untuk internet, belum dikembangkan

secara umum dan gratis dari pemerintah. Namun di banyak tempat umum, sudah mulai

disediakan dengan jenis dan ketentuan layanan yang berbeda-beda dan sebagian besar

bersifat komersil.

c. Kantor Pos juga masih diandalkan oleh masyarakat baik untuk pengiriman surat/dokumen

dan barang. Kantor Pos besar hanya terdapat di dua wilayah yaitu Kota Sorong dan

Manokwari sementara Kantor Pos Pembantu terdapat di semua wilayah kecuali Kabupaten

Raja Ampat. Kebutuhan pos di Raja Ampat dipenuhi oleh Rumah Pos dan Kantor Pos

Kampung.

8. Iklim Investasi

a. Kondisi investasi di Papua Barat menunjukan kecenderungan yang terus membaik.

Peningkatan jumlah proyek yang dijalankan memberikan gambaran meningkatnya

kepercayaan publik dalam menanamkan modal yang dimilikinya. Penanaman modal yang

berasal dari dalam negeri maupun asing atau luar negeri secara jumlah memang mengalami

peningkatan, namun secara nilai tidak terlalu meningkat.

2007 2008 2009

70.28%

53.41%

25.86%

89.47% 86.04% 89.13%

Cakupan pelayanan listrik pada kampung Cakupan pelayanan air bersih pada kampung

Page 51: 2016, no. 17 tahun 2012

51

Tabel 2-11. Kondisi Investasi Provinsi Papua Barat

Tahun

Realisasi Dalam Negeri Realisasi Asing

Jumlah Proyek Nilai Investasi

(dalam juta rupiah) Jumlah Proyek

Nilai Investasi

(dalam ribu USD)

2010 40 1.185.429 61 98.459

2009 41 967.468 58 98.459

2008 41 967.468 49 98.459

2007 38 967.468 26 78.360

2006 35 967.468 28 78.360

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010

b. Di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 telah terjadi 89 kasus kriminal. 74 kasus atau

sekitar 83,1% diantaranya telah ditangani oleh pihak yang berwenang. Kasus yang paling

banyak terjadi adalah kasus pencurian kendaraan bermotor yaitu sebanyak 15 kasus

(16,85%). Kasus yang paling sedikit terjadi adalah kasus pemerkosaan yaitu sebanyak 1 kali

(1,12%). Tidak ada kasus kejahatan terhadap kepala negara.

9. Sumber Daya Manusia

a. Dilihat dari latar belakang pendidikan, persentase penduduk yang bekerja ternyata sebagian

besar berpendidikan rendah. Sebesar 49,16% penduduk yang bekerja 26,91% belum

bersekolah/tidak tamat SD dan 22,25% tamat SD. 18,32% tamat SLTA. Hanya 9,50% yang

berijazah perguruan tinggi.

b. Kesejahteraan penduduk di suatu daerah dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) di daerah tersebut. IPM di Provinsi Papua Barat pada Tahun 2010 adalah

69,15.Meningkat dari kurun waktu tahun 2007 – 2009, yaitu sebesar 67, 28 pada tahun

2007, pada tahun 2008 sebesar 67,95 dan pada tahun 2009 sebesar 68,58. Kabupaten/Kota

yang memiliki nilai IPM terbesar di Provinsi Papua Barat pada tahun 2009 adalah Kota

Sorong, yaitu sebesar 76,84 diikuti oleh Kabupaten Fak-Fak dan Kaimana dengan masing-

masing nilai IPM sebesar 70,8 dan 69,8, sedangkan nilai IPM terendah terdapat di Kabupaten

Tambrauw yaitu sebesar 49,12.

Page 52: 2016, no. 17 tahun 2012

52

Gambar 2-20.Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Papua Barat dan Perkembangannya

Sumber: Buku IPM Provinsi Papua Barat 201.

2.5 Sebagian Capaian Bidang/Sektor di Provinsi Papua Barat Tahun 2011

2.5.1. Kehutanan

Berbeda halnya dengan bidang transmigrasi, di bidang kehutanan berbagai upaya rehabilitasi telah

digalakan terutama pada kawasan hutan dan lahan mangrove guna meningkatkan daya dukung lahan.

Capaian bidang kehutanan dalam 5 tahun terakhir diantaranya adalah sebagai berikut:

Terlaksananya kegiatan pemantapan keamanan dalam negeri dan konservasi sumber daya alam

melalui operasi pengamanan hutan gabungan terpusat.

Inventarisasi daerah rawan kebakaran hutan di wilayah Provinsi Papua Barat.

Penataan batas sementara dan pembuatan trayek batas hutan lindung terutama pada wilayah

Distrik Ayamaru, Kebar, Batanta Timur, Batanta Barat, dan hutan lindung pada kawasan Pulau

Gam.

Monitoring dan Evaluasi kegiatan pengusahaan hutan melalui monitoring ke lapangan baik yang

merupakan kegiatan rutin maupun yang berdasarkan pada laporan Dinas Kehutanan Kabupaten.

Mempertahankan luasan lahan konservasi sebesar 1,7 juta hektar pada tahun 2009.

Merehabilitasikan sekitar 48.385,47 hektar lahan kritis dari 1.785.441,79 hektar lahan kritis

dalam kawasan hutan.

Mempertahankan kerjasama dengan lembaga sosial masyarakat maupun lembaga donor

sehubungan dengan program kehutanan berbasis masyarakat.

2.5.2. Transmigrasi

Pelayanan bidang transmigrasi tidak terlepas pula dari upaya penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,

67.28

67.95

68.58

69.15

2007 2008 2009 2010

IPM Papua Barat

Kota Sorong

Fak-Fak

Kaimana

Sorong

Manokwari

Teluk Bintuni

Sorong Selatan

Maybrat

Teluk Wondama

Raja Ampat

Tambrauw

77.18

71.46

70.13

68.5

67.19

66.58

66.31

66

65.76

64.58

50.51

Page 53: 2016, no. 17 tahun 2012

53

hingga saat ini telah terealisasi 2 unit bina dengan jumlah 450 Kepala Keluarga di wilayah Manokwari dan

Teluk Wondama. Pembangunan tersebut dibarengi oleh pelaksanaan forum komunikasi, informasi dan

edukasi ketransmigrasian sebagai bagian dari pengembangan masyarakat. Capaian bidang transmigrasi

di Provinsi Papua Barat diantaranya adalah sebagai berikut:

Pembinaan pembangunan kawasan transmigrasi terutama pada wilayah Kabupaten Manokwari

dan Teluk Wondama yang terealisasi sebanyak 2 UPT terdiri dari 450 Kepala Keluarga (KK);

Terlaksananya forum komunikasi, informasi, dan edukasi ketransmigrasian selama 2 tahun pada

suatu wilayah;

Koordinasi dan konsultasi teknis pembinaan pembangunan dan pengembangan masyarakat dan

kawasan transmigrasi dengan Ditjen P2KT/ P2MKT Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Republik Indonesia;

Pembinaan Kampung Transmigrasi Kabupaten Teluk Wondama terhadap 200 KK;

Pembinaan Kampung Transmigrasi Kabupaten Manokwari terhadap 200 KK (Tahun 2010).

2.5.3. Pendidikan

Sub-Bidang Akses dan Pemerataan Pendidikan

Peningkatan partisipasi sekolah pada seluruh jenjang pendidikan.

Pemberian beasiswa berprestasi kepada 10 orang siswa-siswi berprestasi untuk kuliah di China

dan Jerman.

Pengembangan ICT di Kabupaten Manokwari dan Sorong dengan memanfaatkan jejaring

pendidikan nasional guna mencanangkan schoolnet untuk 40 sekolah yang akan berakses

internet dan intranet.

Peningkatan Angka Melek Huruf (AMH) Provinsi Papua Barat dari 88,55 persen pada tahun 2006,

menjadi 92,34 pada tahun 2009.

Sub-Bidang Mutu, Daya Saing, dan Relevansi Pendidikan

Peningkatan nilai rata-rata standar kompentensi kelulusan jenjang pendidikan Sekolah Dasar

atau sederajat (UASBN) dari 5,8 pada tahun 2009, menjadi 6,51 pada tahun 2010.

Peningkatan nilai rata-rata standar kompentensi kelulusan jenjang pendidikan Sekolah

Menengah Pertama atau sederajat (UNAS) dari 6,7 pada tahun 2009, menjadi 6,89 pada tahun

2010.

Nilai rata-rata standar kompentensi kelulusan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas atau

yang sederajat (UNAS) sebesar 7,01 pada tahun 2010.

Penurunan angka putus sekolah jenjang pendidikan Sekolah Dasar atau yang sederajatnya dari

3,5 persen pada tahun 2008, menjadi 1,21 persen pada tahun 2010 (Badan Pusat Statistik

Page 54: 2016, no. 17 tahun 2012

54

Provinsi Papua Barat).

Penurunan angka putus sekolah jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama atau yang

sederajatnya dari 8,3 persen pada tahun 2008, menjadi 2,89 persen pada tahun 2010 (Badan

Pusat Statistik Provinsi Papua Barat).

Penurunan angka putus sekolah jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas atau yang

sederajatnya dari 16,51 persen pada tahun 2008, menjadi 11,97 persen pada tahun 2010 (Badan

Pusat Statistik Provinsi Papua Barat).

Peningkatan angka rata-rata lama sekolah dari 7,2 tahun pada tahun 2006, menjadi 8,01 tahun

pada tahun 2009.

Perbaikan kualifikasi guru untuk tingkat PAUD dengan mayoritas merupakan lulusan SMA

sebesar 43,18 persen.

Perbaikan kualifikasi guru untuk tingkat SD dengan mayoritas merupakan lulusan SMA sebesar

43,24 persen (Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat).

Perbaikan kualifikasi guru untuk tingkat SMP dengan mayoritas merupakan lulusan S1 sebesar

37,25 persen dari seluruh tenaga pendidik tingkat SMP (Badan Pusat Statistik Provinsi Papua

Barat).

Perbaikan kualifikasi guru untuk tingkat SMA dengan mayoritas merupakan lulusan S1

berjumlah 943 (Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat).

Peningkatan kepemilikan perpustakaan pada setiap jenjang pendidikan.

(Sumber data: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat)

Sub-Bidang Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik

Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi program bidang pendidikan dalam kurun waktu 6

bulan sekali.

Pembangunan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Provinsi Papua Barat.

Sertifikasi guru perjenjang yang mencapai angka 447 untuk tingkat Sekolah Dasar, 276 untuk

Sekolah Menengah Pertama, 125 untuk Sekolah Menengah Atas dan 58 untuk jenjang Sekolah

Menengah Kejuruan.

Perbaikan angka putus sekolah dan mengulang sekolah di Provinsi Papua Barat

Capaian Kinerja Sektor Kesehatan

Sub-Bidang Pelayanan Kesehatan

Peningkatan usia harapan hidup Provinsi Papua Barat dari 67,3 tahun pada tahun 2006 menjadi

68,2 tahun pada tahun 2009 (Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat).

Prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk di Provinsi Papua Barat sebesar 26,5% (riset

kesehatan dasar, 2010).

Prevalensi Balita pendek dan sangat pendek di Provinsi Papua Barat sebesar 49,2% (riset

kesehatan dasar, 2010).

Page 55: 2016, no. 17 tahun 2012

55

Prevalensi Balita kurus dan sangat kurus di Provinsi Papua Barat sebesar 11,5% (riset kesehatan

dasar, 2010).

Prevalensi Balita gemuk di Provinsi Papua Barat sebesar 14,8% (riset kesehatan dasar, 2010).

Angka Kematian Bayi baru lahir di Provinsi Papua Barat sebesar 21 kematian per 1000 kelahiran

hidup (Survei Demografi Kesehatan Indonesia, 2007).

Angka Kematian Bayi di Provinsi Papua Barat sebesar 36 kematian per 1000 kelahiran hidup

pada tahun 2006, menurun menjadi 30,5 kematian pada tahun 2009. (Survei Demografi

Kesehatan Indonesia dan Badan Pusat Statistik, 2007-2010).

Angka Kematian Balita di Provinsi Papua Barat sebesar 62 kematian per 1000 kelahiran hidup

(Survei Demografi Kesehatan Indonesia, 2007).

Angka Kematian Ibu di Provinsi Papua Barat sebesar 56 kematian per 1000 kelahiran hidup

(Survei Demografi Kesehatan Indonesia, 2007).

Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan

Peningkatan jumlah Puskesmas sebanyak 76 unit pada tahun 2007 menjadi 105 unit pada tahun

2009 (Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat).

Rasio Puskesmas berbanding dengan 100.000 penduduk sebesar 14.

Peningkatan jumlah Rumah Sakit dari 10 unit pada tahun 2007 menjadi 13 unit pada tahun 2010.

Jumlah Rumah Tangga miskin yang menerima jaminan kesehatan meningkat menjadi 127.518.

Bidang Bina Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan

Rasio Dokter Umum per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 31,66, semakin

mendekati target nasional sebesar 40 per 100.000 penduduk (tahun 2009).

Rasio Dokter Gigi per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 6,3, berada jauh

dibawah target nasional sebesar 11 per 100.000 penduduk (tahun 2009).

Rasio Dokter Ahli per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 5,14, sementara target

nasional sebesar 6 per 100.000 penduduk (tahun 2009).

Rasio tenaga Perawat (Sarjana, DIII, dan SPK) per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat

sebesar 201, diatas target nasional sebesar 117,5 per 100.000 penduduk (tahun 2009).

Rasio tenaga Apoteker (Kefarmasian) per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar

3,97, berada jauh dibawah target nasional sebesar 10 per 100.000 penduduk (tahun 2009).

Rasio Tenaga Gizi per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 12,61, berada jauh

dibawah target nasional sebesar 22 per 100.000 penduduk (tahun 2009).

Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar

10,55, berada jauh dibawah target nasional sebesar 40 per 100.000 penduduk (tahun 2009).

Rasio Tenaga Sanitasi per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 5,76, sementara

target nasional sebesar 40 per 100.000 penduduk (tahun 2009).

Rasio Tenaga Teknisi Medis per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 48,79 (tahun

Page 56: 2016, no. 17 tahun 2012

56

2009).

Sub-Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan

Angka kesakitan DBD menunjukan perubahan dari 59 kasus, dengan 4 orang meninggal menjadi

309 kasus dengan 2 orang meninggal.

Anual Parasite Incidence (API) Provinsi Papua Barat adalah 82 positif Malaria per 1000

penduduk pada tahun 2008, menurun menjadi 64 positif malaria per 1000 penduduk pada tahun

2010.

Prevalensi pengidapan HIV/AIDS sebesar 1%.

Angka kematian Pneumoni Balita 4,8-3 per 1000 penduduk.

Angka kematian Balita akibat diare adalah 2,5 – 1,25 per 1000 penduduk.

Page 57: 2016, no. 17 tahun 2012

57

BAB III

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

SERTA KERANGKA PENDANAAN

3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu

Hal yang berkaitan dengan penerimaan daerah secara jelas telah diatur dalam regulasi nasional yaitu

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah.

Beberapa perubahan mendasar dalam sistem perencanaan pembangunan dan penganggaran daerah

menuntut dilakukannya sejumlah perbaikan dalam pengelolaan keuangan daerah, terutama dalam aspek

anggaran, akuntansi dan pemeriksaan. Serangkaian perubahan tersebut mengarahkan pengelolaan

keuangan daerah berdasarkan pada konsep money follow function yaitu pengelolaan keuangan daerah

secara ekonomis, efektif, efisien, transparan dan akuntabel yang implikasinya dalam sistem anggaran

berbasis kinerja. Konsep itu sendiri mengandung 3 (tiga) elemen yang harus dilakukan pemerintah

daerah dalam menjalankan fungsi pelayanan publiknya, yang meliputi: (1) secara ekonomis dapat

meminimalisir input yang digunakan; (2) efisien mencapai hasil yang optimal dengan biaya yang minimal

(output/input); (3) efektif mencapai target yang ditetapkan (outcome/output).

Kinerja keuangan Provinsi Papua Barat pada periode sebelumnya dapat diukur dari perkembangan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah periode dimaksud. Berdasarkan data yang ada, menujukkan

trend positif yang ditandai oleh meningkatnya realisasi Pendapatan Daerah. Namun apabila dicermati

lebih mendalam, trend positif yang ditunjukan oleh kinerja pendapatan daerah didominasi oleh semakin

meningkatnya perolehan pendapatan daerah yang berasal dari dana perimbangan dan lain-lain

pendapatan daerah yang sah.

3.1.1 Kinerja Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Sumber penerimaan Daerah dapat berasal dari berbagai macam sumber penerimaan yang secara garis

besar dikelompokan menjadi tiga bagian yang terdiri atas:

1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil

Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-lain

Pendapatan Asli Daerah;

2) Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana

Alokasi Umum, serta Dana Alokasi Khusus;

3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah yang terdiri dari Dana Otonomi Khusus, Dana Tambahan

Page 58: 2016, no. 17 tahun 2012

58

Infrastruktur, serta Dana Penyesuaian.

Gambar 3-1. Struktur Penerimaan Daerah Provinsi Papua Barat

Berdasarkan data yang ada, perkembangan keuangan daerah Provinsi Papua Barat dalam kurun waktu

2011-2012 dari sisi realisasi pendapatan daerah cenderung mengalami kenaikan akan tetapi kontribusi

dana perimbangan dan pendapatan lain terutama dari dana terkait status Otonomi Khusus masih menjadi

yang paling dominan dalam pemasukan Daerah. Minimnya kontribusi Pendapatan Asli Daerah

merupakan gambaran minimnya daya saing wilayah dan tingkat ketergantungan ekonomi yang sangat

tinggi. Kebijakan dan strategi khusus perlu diperhatikan dalam mendorong pertumbuhan perekonomian

yang lebih baik. Distribusi persentase komponen pendapatan daerah secara keseluruhan terdistribusikan

dengan proporsi sebagai berikut:

Tabel 3-2. Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatanh Daerah Tahun 2011 – 2012 Provinsi Papua Barat

No. Uraian 2008 2009 2010 2011

(Rp)

2012

(Rp) s

1 PENDAPATAN

3,385,707,354,738 3,939,327,152,609.8

8 16.35

1.1. Pendapatan Asli Daerah 98,962,042,000 155,916,595,419.00 57.55

1.1.

1. Pajak daerah

66.640.510.000

.000

67.076.900.000.

000

41.184.500.000.

000 80,050,000,000 123,414,840,000.00 54.17

1.1.

2. Retribusi daerah

294.100.000.00

0

294.100.000.00

0

322.090.000.00

0 1,490,000,000.00 922,000,000.00 - 38.12

1.1.

3.

Hasil pengelolaan keuangan daerah yang

dipisahkan

4,386,860,000.00 8,809,755,419.00 100.82

1.1.

4. Lain-lain PAD yang sah

365,700.000.00

0

365,700.000.00

0

5.644.200.000.0

00 13,035,182,000.00 22,770,000,000.00 74.68

1.2. Dana Perimbangan 1,332,510,408,788.

00

1,596,161,163,190.8

8 19.79

1.2.

1.

Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan

pajak 1.289.100.000. 000

4.543.040.000.000

2.067.250.000.000

591,526,598,788.00 656,129,600,190.88 10.92

1.2.

2. Dana alokasi umum

59.576.000.000 60.579.000.000 700,444,910,000.00 901,398,453,000.00 28.69

Penerimaan Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Dana Perimbangan

Pendapatan Lain yang Sah

Page 59: 2016, no. 17 tahun 2012

59

No. Uraian 2008 2009 2010 2011

(Rp)

2012

(Rp) s

1.2.

3. Dana alokasi khusus

595.760.000.00

0

605.790.000.00

0 40,538,900,000.00 38,633,110,000.00 - 4.70

1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang

Sah

1,954,234,903,950.

00

2,187,249,394,000.0

0 11.92

1.3.

1 Hibah

- - - 1,037,958,000.00 - (100.00)

1.3.

4 Dana penyesuaian dan otonomi khusus

1.118.480.000.0

00

1.154.940.000.00

0

1,953,196,945,950.

00

2,187,249,394,000.0

0 11.98

Sumber: Badan Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah

Tabel 3-2. Distribusi Persentase Realisasi Penerimaan DaerahProvinsi Papua Barat

No. Komponen Pendapatan Tahun

2006 2007 2008 2009

1. Pendapatan Asli Daerah 2,25% 4,77% 5,09% 2,61%

1.1 Pajak Daerah 1,11% 3,70% 4,43% 2,31%

1.2 Retribusi Daerah 0% 0,01% 0% 0,01%

1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 0% 0% 0% 0%

1.4 Lain-Lain PAD yang Sah 1,14% 1,06% 0,66% 0,29%

2 Dana Perimbangan 95,89% 95,23% 57,01% 36,50%

3 Lain-Lain Pendapatan yang Sah 1,86% 0,00% 37,90% 60,89%

Jumlah 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

Sumber: Statistik Keuangan Daerah Provinsi Papua Barat, 2009.

Sedangkan, penjabaran kondisi perekonomian secara umum dan penerimaan daerah secara khusus yang

terkait dengan pendanaan program maupun kegiatan sesuai dengan prinsip desentralisasi Fiskal di

Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari Pendapatan APBN yang dialokasikan

kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka desentralisasi. Dana

perimbangan juga merupakan komponen paling dominan dalam Pendapatan Daerah yang terdiri

dari beberapa komponen, yaitu: Dana Bagi Hasil atau DBH, Dana Alokasi Umum atau DAU serta

Dana Alokasi Khusus atau DAK. Komposisi ini telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 33

Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah dan dilaksanakan

dari tahun ketahun.

a. Dana Bagi Hasil (DBH)

Dana Bagi Hasil sesungguhnya merupakan kontribusi Pemerintah Pusat kepada Daerah

sebagai wujud dari kesatuan wilayah Nasional Repbulik Indonesia. Besaran Dana Bagi

Hasil ini ditetapkan sesuai dengan tingkat pemanfaatan sumber daya alam di Provinsi

Page 60: 2016, no. 17 tahun 2012

60

Papua Barat. Tingginya besaran DBH sangat tergantung pada investasi yang terlaksana

terkait pemanfaatan potensi sumber daya alam yang terkandung di wilayah Papua Barat.

Berdasarkan pengertian tersebut, besarnya alokasi DBH bagi wilayah Papua Barat

sangat ditentukan sesuai kebijakan perekonomian khususnya dalam peningkatan

pemanfaatan Sumber Daya Alam. Adapun Dana Bagi Hasil itu sendiri terdiri dari

klasifikasi sebagai berikut:

i. Dana Bagi Hasil Pajak meliputi: Dana Bagi Hasil PBB, BPHTB, PPH dan Dana Bagi

Hasil Cukai. Beberapa komponen DBH ini belum dilaksanakan di Papua Barat.

ii. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam meliputi: Dana Bagi Hasil Kehutanan,

Pertambangan Umum, Perikanan dan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi.

Selama tahun 2008-2010, perkembangan alokasi pengeluaran transfer yang berasal dari

DBH Pemerintah Pusat ke Pemerintah Provinsi Papua Barat mengalami kondisi yang

tidak menentu. Perkembangan jumlah alokasi pada tahun 2008-2009 sangat berbeda

dengan perubahan yang terjadi pada tahun 2009-2010. Penurunan penerimaan alokasi

yang terjadi sangat mempengaruhi penerimaan pendapatan daerah secara umum di

Papua Barat, berikut merupakan rincian perubahan yang terjadi.

Tabel 3-1. Alokasi Dana Bagi Hasil Provinsi Papua Barat (Milyar Rupiah)

Klasifikasi Tahun

2008 2009 2010

DBH Sumber Daya Alam 382,63 2.617,70 1.130,90

DBH Pajak 906,47 1.925,34 936,35

Total DBH 1.289,10 4.543,04 2.067,25

Sumber: Kementerian Keuangan, 2010

b. Dana Alokasi Umum (DAU)

Prinsip dasar dari Dana Alokasi Umum atau DAU adalah merupakan upaya Pemerintah

Pusat melakukan pemerataan kemampuan keuangan Daerah. Transfer dana dari

Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah dalam bentuk DAU bermaksud menutupi

kesenjangan fiskal (fiscal gap) yang terjadi sebagai upaya perwujudan kemandirian

Pemerintah Daerah dalam melayani masyarakat.

Penetapan besaran DAU sendiri, didasari oleh ketersediaan data dasar celah fiskal yang

dirumuskan hingga menjadi jumlah penentuan alokasi DAU bagi Provinsi Papua Barat.

Oleh karenanya, secara tidak langsung intensifikasi besaran DAU ditentukan oleh mutu

data dasar yang antara lain berupa: jumlah penduduk, luas wilayah, tingkat harga,

Page 61: 2016, no. 17 tahun 2012

61

kondisi sumber daya manusia, serta PDRB per kapita.Realisasi pengeluaran transfer

dalam bentuk DAU dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami peningkatan.

Namun walaupun begitu jumlah realisasi penerimaan masih sangat jauh dibawah alokasi

penerimaan yang ditetapkan pemerintah pusat.

Tabel 3-2. Penerimaan Transfer Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2010 (Milyar Rupiah)

TAHUN ALOKASI PENERIMAAN2 REALISASIDAU3

2009 7.839,76 595,76

2010 3.418,07 605,79

Sumber: Kementerian Keuangan RI, 2010 dan BAKD Papua Barat, 2011

c. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana Alokasi Khusus ini berasal dari Pendapatan APBN dan dialokasikan ke Daerah

tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai dengan

kepentingan nasional. Kegiatan khusus yang dimaksud, memiliki kriteria kebutuhan

khusus yang ditetapkan melalui peraturan perundangan yang berlaku, sebagai berikut:

Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.

Kebutuhan yang digunakan untuk membiayai kegiatan reboisasi dan

penghijauan oleh daerah penghasil.

Kebutuhan yang tidak dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumusan

Dana Alokasi Umum.

Berdasarkan pemahaman tersebut, pada dasarnya DAK ditujukan untuk tujuan spesifik

yang telah tergambarkan berdasarkan kebutuhannya. Untuk wilayah Papua Barat

sendiri, dalam tiga tahun terakhir memiliki jumlah DAK yang berubah-ubah.

Menurunnya tingkat kebutuhan khusus yang ada di Papua Barat telah mendorong

terjadinya perubahan besaran DAK yang ditransfer Pemerintah Pusat kepada

Pemerintah Daerah Papua Barat. Berikut merupakan gambaran pengalokasian Dana

Alokasi Khusus atau DAK di Papua Barat:

Tabel 3-3. Dana Alokasi Khusus Provinsi Papua Barat (dalam Milyar Rupiah)

Tahun AlokasiDAK RealisasiDAK

2009 1.195,07 68,58

2Alokasi meliputi Provinsi Dan Kabupaten/Kota se Papua Barat (sumber: Kementerian Keuangan RI Tahun 2011)

3 Realisasi hanya Provinsi Papua Barat saja (sumber: BAKD Provinsi Papua Barat, Agustus 2011)

Page 62: 2016, no. 17 tahun 2012

62

2010 419,73 21,76

Sumber : Kementerian Keuangan RI, 2010 dan BAKD Papua Barat, 2011

2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh Daerah berdasarkan pungutan dana yang digunakan

untuk memenuhi keperluan daerah membiayai kegiatannya sesuai dengan peraturan daerah

yang mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi

Daerah, Bagian Laba Usaha Daerah, dan Penerimaan Lain-lain. Pendapatan Asli Daerah Provinsi

Papua Barat dalam kurun waktu jangka menengah kedepan diperkirakan akan terus meningkat.

Prediksi peningkatan PAD tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan Laba Usaha Daerah

yang berhubungan dengan pendapatan lain PAD.

Tabel 3-4. Pendapatan Asli Daerah Provinsi Papua Barat(Jutaan Rupiah)

NO JENIS

PENERIMAAN DAERAH

TAHUN

2007 2008 2009 2010

1 Pajak Daerah 25.436,70 66.640,51 67.076,90 41.184,50

2 Retribusi 73,10 294,10 294,10 322,09

3 Pendapatan Lain 7.285,65 365,70 365,70 5.644,20

Jumlah 32.795,45 67.300,31 67.736,70 47.150,79

Sumber: Dispenda Papua Barat, 2010, dan Statistik Keuangan Daerah, 2009.

3. Penerimaan Lain yang Sah

a. Dana Otonomi Khusus ( Provinsi Papua Barat )

Penetapan Provinsi Papua Barat sebagai daerah berkategori Otonomi Khusus

berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 sebagimana telah diubah

denganUndang-Undang Nomor 35 Tahun 2008, menyebabkan diberikannya dana

transfer berupa Dana Otonomi Khusus yang besarannya adalah 2 % dari Dana Alokasi

Umum atau DAU Nasional. Peningkatan angka DAU Nasional dari tahun ke tahun ikut

mendorong terjadinya peningkatan alokasi Dana Otonomi Khusus untuk wilayah Papua

Barat.

Gambar 3-2 Realisasi Dana Otonomi Khusus Papua Barat

Page 63: 2016, no. 17 tahun 2012

63

Sumber: BAKD Papua Barat, Agustus 2011.

Penetapan Dana Otonomi Khusus terkait dengan total belanja Pemerintah Pusat yang

pada tahun 2010 menunjukan angka Rp. 781,5 triliun atau sebesar 69, 40 % dari total

belanja keseluruhan. Sementara itu, alokasi dana transfer ke Daerah pada tahun yang

sama ditetapkan sebesar Rp. 344,6 triliun. bedasarkan besaran alokasi nasional dana

transfer tersebut, komponen Dana Alokasi Umum atau DAU sebesar 57,73 %, dimana

porsi Dana Otonomi Khusus adalah sebesar 2,7 % dari Dana Alokasi Umum.

Kemudian dalam tahun 2011, porsi belanja Pemerintah Pusat menunjukan peningkatan

menjadi sebesar Rp. 823, 6 triliun atau 68,52 % dari total belanja keseluruhan.

sementara alokasi dana transfer ke Daerah sebesar Rp. 378,4 triliun dengan nilai DAU

adalah sebesar 58,63 % dan selanjutnya Dana Otonomi Khusus Papua sebesar 2,72 %

dari DAU yang tersedia.

Tabel 3-5. Posisi Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat

(dalam Trilyun Rupiah)

KLASIFIKASI TAHUN

2010 2011

Total Belanja Pemerintah Pusat 781,50 823,60

Total Belanja Transfer Pusat ke Daerah 344,60 378,40

Persentase DAU dari total belanja transfer Pusat ke Daerah 57,73% 58,63%

Persentase Dana Otsus dari DAU 2,70% 2,72%

Persentase Alokasi Provinsi Papua Barat terhadap Dana Otsus 30% 30%

Sumber: Kementerian Keuangan RI, tahun 2010, Angka tahun 2011 adalah versi RAPBN 2011.

b. Dana Tambahan Infrastruktur Otonomi Khusus Papua Barat.

Realisasi alokasi Dana Tambahan Infrastruktur Otonomi Khusus Papua Barat hingga saat

ini belum menunjukan dampak pemanfaatan yang maksimal. Alokasi yang diusulkan

Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat ini, diupayakan pemanfaatannya dalam

900

950

1000

1050

1100

1150

1200

Mily

ar R

up

iah

Page 64: 2016, no. 17 tahun 2012

64

beberapa kurun waktu mendatang guna meningkatkan kemampuan pembangunan

infrastruktur.

Untuk wilayah Papua Barat sendiri realisasi pada tahun 2010 menunjukan angka Rp.

600 Milyar Rupiah, meningkat Rp. 30,5 Milyar dibandingkan jumlah yang terealisasi

pada tahun 2008. Berikut merupakan gambaran peningkatan jumlah realisasi dana

tambahan infrastruktur yang terjadi.

Gambar 3-3. Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua Barat

(dalam Milyar Rupiah)

Sumber: BAKD Provinsi Papua Barat, Agustus 2011

c. Dana Penyesuaian

Dana bantuan dari Pemerintah Pusat yang diberikan kepada Daerah yang mengalami

kekurangan anggaran DAU dan DBH sehubungan dengan komponen personil, peralatan,

pembiayaan dan dokumentasi (P3D) pelaksanaan Otonomi Daerah merupakan suatu

bentuk dana penyesuaian keuangan. Penerimaan dana penyesuaian untuk wilayah

Provinsi Papua Barat sendiri baru dirasakan pada tahun 2010 dengan besaran jumlah

sebesar Rp. 64,05 milyar untuk Pemerintah Provinsi, dan Rp. 594,17 milyar untuk

pemerintah Kabupaten/Kota. Penggunaan Dana Penyesuaian ini diarahkan untuk:

Dana Tambahan Penghasilan bagi Guru PNSD

Dana Tambahan Tunjangan Profesi Guru

Dana Insentif Daerah serta

Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )

d. Dana Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan

Page 65: 2016, no. 17 tahun 2012

65

Dana ini dimaksudkan untuk membiayai kegiatan atau program Kementerian dan

Lembaga di Provinsi Papua Barat dengan nilai alokasi pada tahun 2011 sebesar

Rp.3.094,37 Milyar (Kantor Wilayah Kementerian Keuangan Jayapura, 2011). Sedangkan

untuk jumlah besaran dana dekonsentrasi atau tugas perbantuan tahun-tahun

sebelumnya masih merupakan satu gabungan alokasi dana dengan Provinsi Papua.

4. Skema Penerimaan Lain

a. Pinjaman dan Hibah Dalam Negeri

Sekalipun diijinkan oleh regulasi keuangan daerah, penerimaan yang bersumber dari

Pinjaman dan Hibah dalam negeri belum dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Papua

Barat, termasuk Kabupaten/Kota.

Peluang pemanfaatan sumber penerimaan yang berasal dari pinjaman dan hibah dalam

negeri masih memerlukan regulasi di tingkat Daerah. Oleh sebab itu, penerimaan ini

masih lebih bersifat potensial dan belum effektif. Dalam periode 2012 - 2016, potensi ini

bisa dimanfaatkan untuk memperkuat kapasitas fiskal Papua Barat mengingat

pendapatan daerah ini dapat berbentuk devisa, rupiah, barang atau jasa, serta pelatihan

yang tidak perlu dibayarkan kembali.

b. Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Jenis penerimaan yang berasal dari Kekayaan Daerah yang dipisahkan maupun Hasil

Perusahaan Milik Daerah dalam wujud bentuk keuntungan usaha, bagian keuntungan

Badan Usaha Milik Daerah atau BUMD baik yang bersifat lembaga keuangan, non-

keuangan, maupun penyediaan pelayanan dasar hingga saat ini belum dimanfaatkan

secara optimal. Potensi kontribusi nyata dapat diberikan sehubungan dengan rencana

pengembangan BUMD Provinsi Papua Barat. Dalam kurun waktu perencanaan jangka

menengah kedepan tahun 2012-2016, peluang ini berusaha dihasilkan melalui perantara

BUMD guna memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan yang dibutuhkan Provinsi

Papua Barat terutama terkait dengan pengadaan infrastruktur dasar wilayah.

c. Sumber Pendanaan Luar Negeri.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pinjaman dan

Hibah Luar Negeri, dapat diusahakan masuknya dana dari mitra luar negeri dalam

bentuk Pinjaman dan Hibah. Hak dan kewenangan melakukan Pinjaman Luar Negeri dan

pengaliran Dana Hibah kepada Daerah ditetapkan melalui persetujuan Menteri

Keuangan Republik Indonesia berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

Besaran Dana Pinjaman dan Hibah Luar Negeri diteruskan kepada Pemerintah Daerah

hingga saat ini tidak tercatat dalam APBD Provinsi Papua Barat, akan tetapi

Page 66: 2016, no. 17 tahun 2012

66

pemanfaatannya dirasakan secara nyata untuk kepentingan sebagai berikut :

1. Hibah digunakan untuk membiayai program penguatan kapasitas kelembagaan,

peningkatan kualitas sumber daya aparatur, pembangunan sumber daya manusia,

pelayanan kesehatan dan pendidikan, penanggulangan kemiskinan, dan pengelolaan

lingkungan hidup.

2. Sedangkan untuk pinjaman (yang diteruskan ke Daerah) diarahkan untuk

pembangunan infrastruktur serta pembangunan berbagai program yang memiliki

nilai strategis yang tinggi serta memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat.

5. Skema pendanaan khusus.

Skema pendanaan khusus ini dapat dilaksanakan dalam bentuk pembangunan sarana tertentu

khususnya yang memiliki peluang pengembalian modal investasi dan dilaksanakan dalam bentuk

Publik Private Partnership (PPP) atau Kerangka Pembiayaan Swasta. Untuk wilayah Papua Barat,

dapat diusahakan pengembangan pola PPP dalam pemenuhan pengelolaan air bersih/air minum,

pemenuhan kebutuhan listrik, dan sarana pelabuhan komersial.

Diluar skema PPP, dapat diusahakan pendanaan melalui program kepedulian sosial dikalangan

dunia usaha atau Corporate Social Responsibility (CSR). Pola seperti ini dilaksanakan sejalan

dengan beroperasinya perusahaan-perusahaan yang berinvestasi dalam memanfaatkan potensi

sumber daya alam di Papua Barat dengan penanaman modal baik dari dalam negeri maupun luar

negeri. Sebagai contoh, pelaksanaan skema CSR ini telah berjalan seiring dengan operasional BP

Tangguh di Kabupaten Teluk Bintuni.

Page 67: 2016, no. 17 tahun 2012

67

3.1.2. Neraca Daerah

Tabel 3-6. Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2007 - 2011

No. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Pertumbu

han (%)

1 ASET 538.796.181.431,86 1.134.862.630.270,38 2.042.066.129.869,69 3.333.281.577.007,42 4.005.940.483.297,95 68,49%

1.1 ASET LANCAR 189.629.783.550,86 78.806.406.869,38 142.197.016.263,69 362.578.447.582,42 404.117.023.796,95 47,11%

1.1.1 Kas 188.253.783.625,86 75.865.371.054,38 131.502.834.234,69 358.977.892.215,42 398.982.993.830,95 49,44%

1.1.1.1 Kas di Kas Daerah 166.741.703.982,86

75.865.371.054,38 131.502.834.234,69

331.870.798.393,42 368.375.760.064,95 11,00%

1.1.1.2 Kas di Bendahara Pengeluaran

21.438.979.643,00 27.043.952.214,00 30.607.233.766,00 13,18%

1.1.1.3 Kas di Bendahara Penerimaan

73.100.000,00 63.141.608,00 0,00 -100,00%

1.1.1.4 Investasi Jangka Pendek 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

1.1.2 Piutang 0,00 993.512.432,00 56.146.909,00 240.508.364,00 5.134.029.966,00 756,22%

1.1.2.1 Piutang Pajak 0,00

0,00 0,00

0,00 0,00 0,00%

1.1.2.2 Piutang Retribusi 0,00 0,00 0,00 0,00%

1.1.2.3 Bagian lancar pinjaman kepada perusahaan negara

0,00 0,00 0,00 0,00%

1.1.2.4 Bagian lancar pinjaman kepada perusahaan daerah

0,00 0,00 0,00 0,00%

1.1.2.5 Bagian lancar pinjaman kepada Pemerintah Pusat

0,00 0,00 0,00 0,00%

1.1.2.6 Bagian lancar pinjaman kepada pemerintah daerah lainnya

0,00 0,00 0,00 0,00%

1.1.2.7 Bagian lancar taguhan penjualan angsuran

0,00 0,00 0,00 0,00%

1.1.2.8 Bagian lancar tuntutan 0,00 0,00 0,00 0,00%

Page 68: 2016, no. 17 tahun 2012

68

No. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Pertumbu

han (%) perbendaharaan

1.1.2.9 Bagian lancar tuntutan ganti rugi

0,00 0,00 0,00 0,00%

1.1.2.10 Piutang lainnya 0,00 993.512.432,00 56.146.909,00 240.508.364,00 5.134.029.966,00 756,22%

1.1.3 Persediaan 1.375.999.925,00 1.947.523.383,00 10.638.035.120,00 3.360.047.003,00 0,00 79,84%

1.2. INVESTASI JANGKA PANJANG

0,00 0,00 25.000.000.000,00 100.000.000.000,00 125.000.000.000,00 162,50%

1.2.1 Investasi Non Permanen 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

1.2.1.1 Pinjaman kepada perusahaan negara

0,00

0,00 0,00

0,00 0,00 0,00%

1.2.1.2 Pinjaman kepada perusahaan daerah

0,00 0,00 0,00 0,00%

1.2.1.3 Pinjaman kepada perusahaan daerah lainnya

0,00 0,00 0,00 0,00%

1.2.1.4 Investasi dalam Surat Utang Negara

0,00 0,00 0,00 0,00%

1.2.1.5 Investasi non permanen lainnya

0,00 0,00 0,00 0,00%

1.2.2 Investasi Permanen 0,00 0,00 25.000.000.000,00 100.000.000.000,00 125.000.000.000,00 162,50%

1.2.2.1 Penyertaan modal pemerintah daerah

0,00

0,00 25.000.000.000,00

100.000.000.000,00 125.000.000.000,00 25,00%

1.2.2.2 Penyertaan modal dalam proyek pembangunan

0,00 0,00 0,00 0,00%

1.2.2.3 Penyertaan modal perusahaan patungan

0,00 0,00 0,00 0,00%

1.2.2.4 Investasi permanen lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00%

1.3 ASET TETAP 349.166.397.881,00 1.056.056.223.401,00 1.874.869.113.606,00 2.870.703.129.425,00 3.476.823.459.501,00 88,55%

1.3.1 Tanah 12.190.279.525,00 40.374.699.775,00 61.873.919.775,00 91.738.556.775,00 112.533.856.775,00 88,85%

1.3.2 Peralatan dan mesin 90.016.716.848,00 214.358.047.404,00 314.601.444.788,00 476.292.865.793,00 628.234.955.342,00 67,05%

Page 69: 2016, no. 17 tahun 2012

69

No. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Pertumbu

han (%)

1.3.3 Gedung dan bangunan 103.504.249.445,00 279.331.085.495,00 477.217.057.886,00 923.250.691.142,00 1.083.730.540.221,00 87,89%

1.3.4 Jalan, irigasi, dan jaringan 114.218.175.209,00 398.359.510.333,00 690.761.274.219,00 1.274.217.674.715,00 1.523.543.761.163,00 106,55%

1.3.5 Aset tetap lainnya 12.485.475.000,00 44.277.511.550,00 74.047.206.000,00 105.203.341.000,00 128.780.346.000,00 96,59%

1.3.6 Konstruksi dalam pengerjaan

16.751.501.854,00 79.355.368.844,00 256.368.210.938,00 0,00 0,00 165,59%

1.3.7 Akumulasi penyusutan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

1.4 DANA CADANGAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

1.4.1 Dana cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

1.5 ASET LAINNYA 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

1.5.1 Tagihan penjualan angsuran

0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

1.5.2 Tagihan tuntutan ganti kerugian daerah

0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

1.5.3 Kemitraan dengan pihak kedua

0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

1.5.4 Aset tak berwujud 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

1.5.5 Aset lain-lain 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

JUMLAH ASET 538.796.181.431,86 1.134.862.630.270,38 2.042.066.129.869,69 3.333.281.577.007,42 4.005.940.483.297,95 68,49%

2. KEWAJIBAN 0,00 27.574.448.071,77 3.942.313.430,28 3.925.152.879,91 3.905.989.031,91 -28,88%

2.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

0,00 27.574.448.071,77 3.942.313.430,28 3.925.152.879,91 3.905.989.031,91 -28,88%

2.1.1 Utang perhitungan pihak ketiga 0,00 24.486.891.071,77 854.101.884,28 837.595.879,91 818.432.031,91 -33,58%

2.1.2 Utang bunga 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

2.1.3 Utang pajak 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

2.1.4 Bagian lancar utang jangka 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

Page 70: 2016, no. 17 tahun 2012

70

No. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Pertumbu

han (%) panjang - Utang bank

2.1.5 Bagian lancar utang jangka panjang - Utang obligasi 0,00 0,00 0,00 0,00%

2.1.6

Bagian lancar utang jangka panjang - Utang Pemerintah Pusat 0,00 0,00 0,00 0,00%

2.1.7

Bagian lancar utang jangka panjang - Utang pemerintah provinsi 0,00 0,00 0,00 0,00%

2.1.8

Bagian lancar utang jangka panjang - Utang pemerintah kabupaten/kota 0,00 0,00 0,00 0,00%

2.1.9 Pendapatan diterima di muka 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

2.1.10 Utang jangka pendek lainnya 0,00 3.087.557.000,00 3.088.211.546,00 3.087.557.000,00 3.087.557.000,00 0,00%

2.2 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

2.2.1 Utang dalam negeri - sektor perbankan 0,00

0,00 0,00

0,00 0,00 0,00%

2.2.2 Utang dalam negeri - obligasi 0,00 0,00 0,00 0,00%

2.2.3 Utang dalam negeri - Pemerintah Pusat 0,00 0,00 0,00 0,00%

2.2.4 Utang dalam negeri - Pemerintah provinsi 0,00 0,00 0,00 0,00%

2.2.5

Utang dalam negeri - Pemerintah kabupaten/kota 0,00 0,00 0,00 0,00%

2.2.6 Utang luar negeri - sektor perbankan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

Page 71: 2016, no. 17 tahun 2012

71

No. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Pertumbu

han (%)

3 EKUITAS DANA 538.796.181.431,86 1.107.288.182.198,61 2.038.123.816.439,41 3.329.356.424.127,51 4.002.034.494.266,04 68,28%

3.1 EKUITAS DANA LANCAR 189.629.783.550,86 51.231.958.797,61 138.254.702.833,41 358.653.294.702,51 400.211.034.765,04 66,97%

3.1.1 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 188.253.783.625,86 51.378.479.982,61 130.281.243.721,91 358.077.154.727,51 398.107.844.546,04 66,72%

3.1.2 Cadangan untuk piutang 0,00 993.512.432,00 56.146.909,00 240.508.364,00 5.134.029.966,00 756,22%

3.1.3 Cadangan untuk persediaan 0,00 1.947.523.383,00 10.638.035.120,00 3.360.047.003,00 0,00 92,61%

3.1.4

Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek 1.375.999.925,00 -3.087.557.000,00 -3.088.211.546,00 -3.087.557.000,00 -3.087.557.000,00 -81,10%

3.1.5 Pendapatan yang ditangguhkan 0,00 0,00 367.488.628,50 63.141.608,00 56.717.253,00 -46,50%

3.2 EKUITAS DANA INVESTASI 349.166.397.881,00 1.056.056.223.401,00 1.899.869.113.606,00 2.970.703.129.425,00 3.601.823.459.501,00 89,99%

3.2.1 Diinvestasikan dalam investasi jangka panjang 0,00 0,00 25.000.000.000,00 100.000.000.000,00 125.000.000.000,00 162,50%

3.2.2 Diinvestasikan dalam aset tetap 349.166.397.881,00 1.056.056.223.401,00 1.874.869.113.606,00 2.870.703.129.425,00 3.476.823.459.501,00 88,55%

3.2.3 Diinvestasikan dalam aset lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

3.2.4

Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka panjang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

3.3 EKUITAS DANA CADANGAN

0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

3.3.1 Diinvestasikan dalam dana cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

3.4 REKENING KORAN PPKD 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

3.4.1 Rekening koran PPKD 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 538.796.181.431,86 1.134.862.630.270,38 2.042.066.129.869,69 3.333.281.577.007,42 4.005.940.483.297,95 68,49%

Page 72: 2016, no. 17 tahun 2012

72

Page 73: 2016, no. 17 tahun 2012

73

3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan MasaLalu

1. Penyusunan dan Pemantapan Anggaran

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah, pengelolaan keuangan daerah harus dilaksanakan secara terpadu antara perencanaan

dan penganggaran, tertib, efektif, efisien, transparan, dan bertanggung jawab. Penyediaan

pendanaan program maupun kegiatan yang berasal dari keuangan daerah direncanakan dalam

dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) maupun dokumen acuan

lainnya yang berupa Rencana Strategis SKPD (Renstra SKPD) dan Rencana Kerja SKPD (Renja

SKPD). Khususnya dalam RPJMD, indikasi pembiayaan yang bersifat jangka menengah akan

dijabarkan menjadi pembiayaan tahunan yang tercermin dalam APBD dan APBN tahun

bersangkutan.

a. Penyiapan Dokumen Acuan Penganggaran

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, serta Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, penyusunan anggaran

mengacu kepada sejumlah dokumen perencanaan dan dokumen kerja lainnya. Dokumen

acuan tersebut terdiri dari dokumen acuan tahap perencanaan dan dokumen acuan

teknis sebelum menjadi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD).

Untuk dokumen acuan perencanaan terdiri dari dokumen RPJMD, Renstra SKPD, Renja

SKPD, dan RKPD, sedangkan dokumen teknis yang menjadi agenda lebih lanjut terdiri

dari Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Penetapan Plafond Anggaran Sementara (PPAS),

Rencana Kerja Anggaran (RKA) SKPD, dan RAPBD.

Keterikatan antara satu dokumen acuan dengan dokumen acuan lainnya menuntut

kinerja yang optimal dan penyelesaian tepat waktu dalam penyusunan berbagai

dokumen acuan tersebut. Hubungan antar dokumen acuan lebih lanjut tergambar pada

diagram keterpaduan berikut ini.

Berdasarkan struktur dokumen perencanaan wilayah, setiap SKPD wajib menyusun

rencana strategis yang nantinya menjadi acuan dalam penyusunan Renja SKPD. Renja

SKPD selanjutnya menjadi materi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah

Daerah atau RKPD yang merupakan penjabaran tahunan dari program jangka menengah

dalam RPJMD. Dokumen RKPD yang bersifat tahunan memuat materi mengenai

rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah

serta rencana kerja yang terukur berikut pendanaannya.

Page 74: 2016, no. 17 tahun 2012

74

Gambar 3-4. Integrasi Perencanaan dan Penganggaran Keuangan

Gambar 3-5. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih lanjut lagi, Rencana Kerja Pemerintah Daerah diterjemahkan kedalam rencana

penganggaran dalam bentuk Kebijakan Umum Anggaran atau KUA yang bersifat tahunan.

Gambaran mengenai prioritas kegiatan disampaikan oleh masing-masing SKPD dan

dituliskan dalam KUA sebagai arahan prioritas penyediaan anggaran tahunan daerah.

Berdasarkan informasi tersebut maka disusunlah Penetapan Plafond Anggaran

Sementara atau PPAS yang merupakan pedoman penyusuan APBD Provinsi Papua Barat.

Rencana Kerja Pemerintah

Daerah

(RKPD) Dokumen Rencana Tahunan

Muatan Materi:

1. Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah.

2. PrioritasPembangunan dan KewajibanDaerah.

3. Rencana Kerja Terukur.

4. Rencana Pendanaan.

Page 75: 2016, no. 17 tahun 2012

75

Page 76: 2016, no. 17 tahun 2012

76

Gambar 3-6. Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA)

b. Pemantapan Dokumen Acuan Penganggaran

Secara teknis, KUA dan PPAS dipaparkan dan dibahas lebih lanjut oleh lembaga eksekutif

maupun lembaga legislatif daerah. Pembahasan ini kemudian menghasilkan Nota

Kesepakatan antara Pimpinan DPRD dengan Gubernur/Kepala Daerah yang menjadi

persetujuan penyusunan dan pembahasan RKA SKPD. Program maupun kegiatan yang

terbahas dalam RKA SKPD secara nyata telah mengadposi kepentingan maupun prioritas

program yang menjadi upaya perwujudan misi pembangunan daerah.

Gambar 3-7. Proses Penetapan Plafond Sementara atau PPAS

Anggaran yang telah tercantum dalam PPAS selanjutnya dituangkan kedalam RKA-SKPD

dengan berlandaskan prinsip-prinsip Anggaran Berbasis Kinerja. Melalui prinsip tersebut

Kebijakan

Umum APBD

Muatan Materi Rancangan PPAS:

1. Skala prioritas urusan wajib dan pilihan.

2. Program-program setiap urusan beserta urutan.

3. Plafond sementara tiap program.

DPRD Pemerintah

Daerah

Rancangan

PPAS PPAS

Muatan Materi PPAS:

1. Program prioritas.

2. Anggaran maksimum setiap program.

(Acuan Penyusunan

Page 77: 2016, no. 17 tahun 2012

77

diharapkan seluruh penanggung jawab memahami betul hal-hal terkait dengan masukan,

keluaran, hasil, indikator kinerja, tolok ukur kinerja serta target kinerja yang akan

dievaluasi dari masing-masing pengguna anggaran.

Gambar 3-8. Proses dan Mekanisme Penyusunan RKA-SKPD

2. Alokasi Anggaran

Penggunaan anggaran yang diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah dengan perwujudan dalam

bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum

yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial, secara teknis, dapat menggunakan

perangkat kerangka kerja logis atau logical frame work guna mencapai pemanfaatan sumber daya

yang optimal. Perwujudan kualitas kehidupan masyarakat digambarkan dalam prestasi kinerja

dan pencapaian standar minimal pelayanan masing-masing satuan kerja.

Sesuai dengan pedoman penyusunan anggaran yang diterbitkan oleh Kementerian Dalam Negeri,

alokasi anggaran untuk satuan kerja terkelompokan menurut klasifikasi Urusan Wajib dan

Urusan Pilihan penyelenggaraan Pemerintahan. Dalam hubungan ini, faktor utama yang menjadi

pertimbangan adalah penyediaan anggaran atau dana berdasarkan asas pelaksanaan tugas

kelembagaan atau money follows function guna memberikan pengaruh manfaat yang sebesar-

besarnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pembagian tugas Pemerintah Pusat dan Daerah

dikelompokkan berdasarkan urusan sebagai berikut:

Urusan Wajib

1. Pendidikan

2. Kesehatan

3. Pekerjaan Umum

4. Perumahan

5. Penataan Ruang

6. Perencanaan Pembangunan

Page 78: 2016, no. 17 tahun 2012

78

7. Perhubungan

8. Lingkungan Hidup

9. Pertanahan

10. Kependudukan dan Catatan Sipil

11. Pemberdayaan Perempuan

12. Keluarga Berencana dan

Kesejahteraan Keluarga

13. Sosial

14. Tenaga Kerja

15. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

16. Penanaman Modal

17. Kebudayaan

18. Pemuda dan Olah Raga

19. Kesatuan Bangsa dan Politik DN

20. Pemerintahan Umum

21. Kepegawaian

22. Pemberdayaan Masyarakat Kampung

23. Statistik

24. Kearsipan

25. Komuniksasi dan Informatika.

Urusan Pilihan

1. Pertanian

2. Kehutanan

3. Energi dan Sumber Daya Mineral

4. Pariwisata

5. Kelautan dan Perikanan

6. Perdagangan

7. Perindustrian

8. Transmigrasi.

Berdasarkan klasifikasi urusan tersebut, maka alokasi anggaran dalam APBD tahunan ditetapkan

dan kemudian selanjutnya dijabarkan kedalam RKA-SKPD sesuai dengan bidang urusan yang ada.

3. Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja

Pencapaian sasaran maupun target pembangunan yang tertuang dalam dokumen RPJMD maupun

Renstra masing-masing SKPD diukur melalui penganggaran yang berbasis kinerja dan mengacu

pada pelaksanaan program-program. Penganggaran berbasis kinerja bertujuan untuk

memastikan bahwa dana yang dialokasikan bisa diukur efesiensi dan efektifitas dari capaian

suatu program. Dengan menggunakan kerangka kerja logis maka komponen anggaran berbasis

kinerja seperti: indikator kinerja, kinerja, keluaran, masukan dengan mudah bisa dicantumkan

dalam penyusunan Rencana Kerja Anggaran SKPD atau Kementerian/Lembaga.

Selain itu, pendekatan berbasis kinerja dalam penyediaan anggaran juga berupaya mencapai

keluaran atau output masukan berupa dana maupun komponen masukan lainnya yang tidak

terikat dengan pendanaan. Masukan atau Input yang dimaksud dapat berupa segenap sumber

daya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program atau kegiatan, sementara keluaran atau

output adalah semua barang dan jasa yang dihasilkan dari program atau kegiatan tersebut.

Hal penting yang menjadi bagian dari penganggaran berbasis kinerja adalah rumusan-rumusan

yang berhubungan dengan penetapan indikator, tolok ukur, serta target kinerja. Untuk indikator

kinerja sendiri terdiri dari masukan, keluaran, dan hasil kinerja. Sedangkan tolak ukur kinerja

meliputi ukuran prestasi kerja yang dapat dicapai berupa mutu, kuantitas, tingkat efisiensi,

efektifitas. Selanjutnya target kinerja yang merupakan dorongan upaya pelayanan yang diberikan

meliputi hal-hal yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan dari pencapaian program atau

Page 79: 2016, no. 17 tahun 2012

79

kegiatan berdasarkan tolok ukur yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Keseluruhan rumusan

tersebut kemudian dipertimbangkan dalam penyusunan RKA-SKPD maupun RKA tingkat

kementerian dan lembaga.

4. Tugas Dekonsentrasi dan Perbantuan

Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota disamping melaksanakan tugas desentraliasi juga

melaksanakan tugas dekonsentrasi dan perbantuan. Meskipun kedua jenis tugas tersebut

menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat, namun dalam kenyataannya tanggung jawab tersebut

didelegasikan kepada Kepala Daerah untuk melakukan proses koordinasi.

Untuk tugas-tugas dekonsentrasi, dana atau anggarannya disalurkan berdasarkan organisasi

kementerian dan lembaga di Daerah. Dalam tahun anggaran 2011, jumlah alokasi untuk wilayah

Papua Barat adalah sebesar Rp. 3.094,37 milyar.

Penerimaan Daerah Provinsi Papua Barat secara garis besar dipergunakan untuk membiayai belanja

pemerintah, baik yang bersifat belanja langsung maupun tidak langsung. Belanja langsung sendiri

dibedakan menjadi 8 (delapan) klasifikasi, sedangkan untuk belanjalangsung dibedakan menjadi 3 (tiga)

klasifikasi utama. Adapun belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta

belanja modal. Untuk belanja tidak langsung terdiri dari belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah,

belanja bantuan sosial, belanja pegawai, belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan juga

pemerintah Kampung, belanja bantuan keuangan bagi provinsi/kabupaten/kota dan juga Pemerintah

Kampung, serta belanja tidak terduga.

3.3 Kerangka Pendanaan Pembangunan Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016

Berdasarkan realisasi penganggaran pembangunan, target pertumbuhan ekonomi yang direncanakan

pada tahun 2012-2016 minimal sebesar 7,5% per tahun menuntut kebutuhan pendanaan pembangunan

setiap tahunnya paling kurang Rp. 10 trilyun. Kebutuhan tersebut tetap akan dipenuhi oleh sumber

pembiayaan pembangunan dari sektor pembiayaan fiskal. Pembiayaan sektor fiskal tersebut bersumber

dari APBN dalam bentuk dana transfer dari Pemerintah Pusat ke Daerah yang berupa DBH, DAU, DAK,

Dana Penyesuaian serta Dana Otonomi Khusus. Pembiayaan lain yang menjadi tulang punggung

merupakan dana program dekonsentrasi/tugas-tugas perbantuan guna membiayai kegiatan kementerian

di Papua Barat. Diluar pembiayaan utama tersebut, diupayakan sumber pendanaan lain berbentuk PAD,

dana lain serta dana hibah donor luar negeri. Komponen pembiayaan ini dibandingkan kedua komponen

bersumber APBN memiliki nilai yang relatif kecil. Secara rinci, keseluruhan sumber pembiayaan

pembangunan Provinsi Papua Barat diluar dana hibah luar negeri tercantum dalam dokumen APBN,

APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten/Kota se Papua Barat.

Page 80: 2016, no. 17 tahun 2012

80

Tabel 3-7. Estimasi APBD Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012

URAIAN ESTIMASI

Pendapatan Daerah 3.778.766.466.950

Belanja Daerah 3.883.765.466.950

Defisit (104.999.000.000)

Pembiayaan Daerah

- Penerimaan Pembiayaan 130.000.000.000

- Pengeluaran Pembiayaan 25.000.000.000

Pembiayaan Netto 105.000.000.000

Selisih lebih 1.000.000.00

Tabel 3-8. Estimasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012

URAIAN ESTIMASI

Pendapatan daerah 3.778.766.466.950

1 Pendapatan AsliDaerah 134.500.000.000

a Pajak Daerah 105.000.000.000

b Retribusi Daerah 1.000.000.000

c Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerahyg dipisahkan 5.000.000.000

d Lain-lain PAD yang sah 23.500.000.000

2 Dana perimbangan 1.690.031.563.000

a Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak 750.000.000.000

b Dana Alokasi Umum 901.398.453.000

c Dana Alokasi Khusus 38.633.110.000

3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah 1.954.234.903.950

a Hibah 1.037.958.000

b Dana Darurat -

c Dana Bagi Hasil Pajak dari Provdan pemda lainnya -

d Dana Otonomi Khusus 1.353.196.945.950

e Dana sarana prasarana 600.000.000.000

f Bantuan Keu dari Prov atau Pemda lainnya -

Page 81: 2016, no. 17 tahun 2012

81

Tabel 3-9. Estimasi Belanja Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012

URAIAN ESTIMASI

Belanja daerah 3.883.765.466.950

1 Belanja Tidak Langsung 2.069.885.775.100

a Belanja Pegawai 237.066.138.400

b Belanja Bunga -

c Belanja Subsidi -

d Belanja Hibah 204.452.611.000

e Belanja Bantuan Sosial 5.174.000.000

f Belanja Bagi Hasil Kepada Kab/Kota dan Pemdes 646.955.163.700

g Belanja Bantuan Keu Kepada Kab/Kota dan

Pemerintah Kampung 951.237.862.000

h Belanja Tidak Terduga 25.000.000.000

2 Belanja langsung 1.813.879.691.850

a BelanjaPegawai 126.284.362.500

b Belanja Barangdan Jasa 871.980.601.350

c Belanja Modal 815.614.728.000

Tabel 3-10. Estimasi Pembiayaan Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012

URAIAN PERKIRAAN

1 Penerimaan pembiayaan 130.000.000.000

2 Pengeluaranpembiayaan 25.000.000.000

Pembiayaan Netto 105.000.000.000

Tabel 3-11. Ringkasan Pembagian ke Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2012

URAIAN NILAI %

1 Jumlah Pendapatan 3.778.766.466.950 100,00

2 Ke Kab/Kota Berupa:

A Dana Otsus 951.237.862.000 25,00

B Dana Bagi Hasil 646.955.163.700 17,00

Page 82: 2016, no. 17 tahun 2012

82

URAIAN NILAI %

C Jumlah ke Kab/Kota 1.598.193.025.700 42,00

D Sisa dikelola Provinsi 2.180.573.441.250 58,00

Page 83: 2016, no. 17 tahun 2012

83

Analisis Pertumbuhan Pendapataan Daerah dan ProyeksiBelanja Daerah Provinsi Papua Barat

2012-2016

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan

daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak

dan kewajiban daerah.

Analisis pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran

tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan

daerah. Mengingat bahwa pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam suatu APBD maka analisis

pengelolaan keuangan daerah dilakukan terhadap APBD dan laporan keuangan daerah pada umumnya.

Analisis dilakukan terhadap penerimaan daerah yaitu pendapatan dari penerimaan pembiayaan daerah.

Kapasitas keuangan daerah pada dasarnya ditempatkan sejauh mana daerah mampu mengoptimalkan

penerimaan dari pendapatan daerah. Berbagai objek penerimaan daerah dianalisis untuk memahami

perilaku atau karakteristik penerimaan selama ini.

Analisis dilakukan berdasarkan pada data dan informasi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan

pendapatan daerah, antara lain:

(1) Angka rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah masa lalu;

(2) Asumsi indikator makro ekonomi (PDRB/laju pertumbuhan ekonomi, inflasi dan lain-lain);

(3) Kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah;

(4) Kebijakan dibidang keuangan negara.

Kemudian akan dilakukan lagi analisis proyeksi belanja daerah untuk memperoleh gambaran kebutuhan

belanja tidak langsung daerah dan belanja langsung Provinsi Papua Barat. Analisis dilakukan dengan

proyeksi 5 (lima) tahun kedepan untuk penghitungan kerangka pendanaan pembangunan daerah

terhitung mulai 2012- 2016.

Page 84: 2016, no. 17 tahun 2012

84

Tabel 3-12.Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan

Provinsi Papua Barat

No Uraian

Tahun 2012

(Rp)

Tingkat partum

buhan

(%)

Proyeksi

Tahun 2013

(Rp)

Tahun 2014

(Rp)

Tahun 2015

(Rp)

Tahun 2016

(Rp)

A Belanja TidakLangsung 2,330,898,319,267.92 10 2,563,988,151,194.71 2,820,386,966,314.18 3,102,425,662,945.60 3,412,668,229,240.16

1 Belanja Pegawai 254,897,739,260.00 10

280,387,513,186.00 308,426,264,504.60 339,268,890,955.06 373,195,780,050.57

2 Belanja Hibah 396,776,031,000.00 10

436,453,634,100.00 480,098,997,510.00 528,108,897,261.00 580,919,786,987.10

3 Belanja Bantuan Sosial 7,202,429,204.00

10 7,922,672,124.40 8,714,939,336.84

9,586,433,270.52

10,545,076,597.58

4 Belanja Bagi Hasil Kepada

Kabupaten/Kota

609,710,138,803.92

10 670,681,152,684.31 737,749,267,952.74 811,524,194,748.02 892,676,614,222.82

5

Belanja Bantuan Keuangan Kepada

Kabupaten, Kota, Distrik, Kelurahan

dan Kampung.

1,052,311,981,000.00 10

1,157,543,179,100.00 1,273,297,497,010.00

1,400,627,246,711.00

1,540,689,971,382.10

6 Belanja Tak Terduga 10,000,000,000.00

10

11,000,000,000.00 12,100,000,000.00 13,310,000,000.00 14,641,000,000.00

B Belanja Langsung 1,813,879,691,850.00 10

1,995,267,661,035.00 2,194,794,427,138.50 2,414,273,869,852.35 2,655,701,256,837.59

1 Belanja Pegawai. 126,599,662,500.00 10

139,259,628,750.00 153,185,591,625.00 168,504,150,787.50 185,354,565,866.25

2 Belanja Barang dan Jasa 871,008,602,600.00 10

958,109,462,860.00 1,053,920,409,146.00 1,159,312,450,060.60 1,275,243,695,066.66

3 Belanja Modal 816,271,426,750.00 10

897,898,569,425.00 987,688,426,367.50 1,086,457,269,004.25 1,195,102,995,904.68

TOTAL BELANJA 4,144,778,011,117.92 4,559,255,812,229.71 5,015,181,393,452.68 5,516,699,532,797.95 6,068,369,486,077.75

Page 85: 2016, no. 17 tahun 2012

85

Page 86: 2016, no. 17 tahun 2012

86

3.4 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Keuangan Daerah

Keuangan Daerah merupakan elemen penting pendukung penyelenggaraan pemerintahan dan

pelaksanaan kegiatan pelayanan kepada publik. Dalam upaya mewujudkan sasaran maupun target

pembangunan Provinsi Papua Barat, secara umum dibutuhkan dukungan pendanaan untuk seluruh

sektor pembangunan. Kebutuhan pendanaan baik yang bersumber dari dalam maupun luar negeri pada

umumnya merupakan hasil upaya pemerintah yang berasal dari masyarakat maupun dunia usaha secara

luas.

Berbagai permasalahan wilayah berupa tingginya angka kemiskinan, pelayanan infrastruktur yang

kurang memadai, dan persebaran pemukiman penduduk yang tidak merata mendorong penetapan target

pertumbuhan ekonomi wilayah Papua Barat dengan angka yang cukup tinggi. Penetapan target tersebut

sejalan dengan penetapan status otonomi khusus untuk wilayah Papua Barat yang diupayakan dalam

mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sumber daya manusia.

Dalam kurun waktu lima tahun kedepan, rencana target pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat

sebesar 7,5 % hingga 10 % per tahun membutuhkan dukungan sarana dan prasarana wilayah yang

memadai. Oleh karenanya, berbagai investasi yang terkait dengan sektor fiskal diarahkan penggunaannya

dalam membangun berbagai kebutuhan dasar berupa prasarana, peningkatan pelayanan, pembangunan

kelembagaan dan sumber daya manusia, penanggulangan kemiskinan, serta upaya penyelamatan

lingkungan. Untuk sumber pembiayaan lain yang tergolong dalam kelompok sektor non-fiskal termasuk

didalamnya investasi yang dilakukan sektor swasta, baik berupa investasi langsung maupun penanaman

kembali bagian keuntungannya diupayakan sesuai skenario pengembangan wilayah yang ditetapkan.

Sejalan dengan target peningkatan pertumbuhan ekonomi, karakteristik wilayah Papua Barat menuntut

kebutuhan pendanaan program maupun kegiatan yang lebih besar secara jumlah. Sehubungan dengan hal

tersebut, status Otonomi Khusus memberikan tambahan pendanaan dalam membiayai berbagai program

yang mampu mendorong percepatan pengembangan wilayah. Program-program percepatan tersebut

memiliki sasaran khusus dalam meningkatkan kinerja pembangunan infrastruktur dasar dan sumber

daya manusia sebagai katalisator peningkatan pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

3.4.1 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah

Formulasi kebijakan dalam mendukung pengelolaan anggaran pendapatan daerah akan lebih difokuskan

pada upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi. Kebijakan target pertumbuhan ekonomi yang

diperkirakan sebesar 7,5 hingga 10 persen per tahun, akan diupayakan melalui beberapa kebijakan yang

meliputi:

a. Kepastian penyediaan pendanaan untuk membiayai program prioritas dalam kurun waktu tahun

2012-2016, baik untuk Pemerintah Provinsi maupun bagi Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kepastian ini akan didasarkan pada prediksi yang tepat mengenai potensi penerimaan daerah

baik yang berupa pendapatan yang berasal dari APBN maupun APBD.

Page 87: 2016, no. 17 tahun 2012

87

b. Optimalisasi sumber pendanaan yang bertujuan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi

sumber pendapatan yang berasal dari dalam maupun luar daerah. Melalui kebijakan ini

diharapkan adanya dorongan upaya penggalangan sumber pendanaan dari pihak swasta,

masyarakat maupun kemitraan internasional yang lebih maksimal.

c. Pembentukan skema kerja sama mitra yang maksimum dalam pengupayaan sumber pendanaan

atas dasar kemitraan. Untuk kemitraan internasional pelaksanaannya disesuaikan dengan

ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman

dan Hibah. Penggunaan dana pinjaman atau hibah yang dimaksud, dilaksanakan berdasarkan

Standar Operasi dan Prosedur (SOP) dengan arahan pemanfaatan untuk pembiayaan program

yang mempunyai implikasi besar dan luas terhadap pengembangan wilayah Papua Barat.

d. Mengupayakan pendanaan dengan mekanisme pinjaman dan hibah dari luar negeri guna

membiayai berbagai program prioritas dalam pembangunan didaerah. Bentuk program prioritas

tersebut dapat berupa program penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan kelembagaan dan

sumber daya aparatur, pembangunan sumber daya manusia, dan program pengembangan

ekonomi kerakyatan.

e. Melanjutkan pemanfaatan dana hibah luar negeri dengan melibatkan secara langsung

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota se Papua Barat untuk berperan dalam

proses penyusunan dokumen kegiatan, ataupun penyediaan tenaga konsultan nasional melalui

penyediaan dana pendukung nasional atau counterpart budget baik yang berasal dari APBN

maupun APBD.

3.4.2 Strategi Pengelolaan Keuangan Daerah

Strategi utama pendanaan pembangunan yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Pengembangan sumber dan skema pendanaan pembangunan daerah baik yang sedang berjalan

maupun skema baru lainnya, seperti: mengupayakan pemanfaatan pendanaan karbon atau carbon

trading, dan mendorong pelaksanaan Corporate Social Responsibility atau CSR oleh pihak swasta.

Diharapkan dengan adanya kolaborasi skema pendanaan lama dan yang baru pemenuhan kebutuhan

pendanaan dapat lebih memadai khusus untuk pendanaan yang berkaitan dengan kelestarian

lingkungan hidup di Papua Barat.

b. Peningkatan mutu atau kualitas pemanfaatan sumber dan skema pendanaan pembangunan dengan

pembiayaan program strategis pembangunan. Melalui strategi ini, pengalokasian anggaran

difokuskan pada penyediaan dana bagi program prioritas dengan beban anggaran yang seminimum

mungkin.

c. Peningkatan alokasi pendanaan kegiatan yang bersifat mendukung pelaksanaan tugas dekonsentrasi

Page 88: 2016, no. 17 tahun 2012

88

atau tugas perbantuan guna mengimbangi keadaan keterbatasan fiskal di Provinsi Papua Barat.

Berdasarkan strategi ini maka kontribusi pendanaan APBN bagi Papua Barat merupakan salah satu

sumber utama pembiayaan pembangunan wilayah.

d. Memaksimalkan pemanfaatan dana transfer pemerintah pusat berupa Dana Otonomi Khusus dan

Dana Tambahan Infrastruktur yang difokuskan pada pendanaan program pembangunan bidang

pendidikan, pelayanan kesehatan masyarakat, pembangunan infrastruktur, serta pengembangan

ekonomi masyarakat, yang secara keseluruhan diupayakan keberpihakannya kepada peningkatan

kontribusi dan pelayanan bagi masyarakat Asli Papua.

Page 89: 2016, no. 17 tahun 2012

89

BAB IV

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Dari Analisis Lingkungan internal dan eksternal Papua Barat sesuai dengan yang dipaparkan dari masing-

masing SKPD kemudian disimpulkan menjadi isu-isu strategis umum Provinsi Papua Barat, sebagai

berikut:

4.1 Permasalahan Pembangunan

4.1.1 Permasalahan Internal

1. Secara geologi, tingkat kemampuan tanah sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi,semakin

banyak faktor penghambat yang dijumpai di suatu wilayah seperti lereng terjal, ketersediaan air

kurang dan mudah terjadi erosi maka dapat dikatakan kemampuan pada wilayah tersebut rendah.

2. Salah satu fenomena mencolok yang terdapat di Provinsi Papua Barat adalah kepadatan penduduk

yang masih sangat rendah yakni rata-rata 27 jiwa/km2 pada tahun 2008. Kotamadya yang terpadat

153 jiwa/km2 dan Kabupaten yang paling jarang penduduknya kurang dari 2 jiwa/km2. Dari satu sisi

gejala ini dapat dinilai sebagai pertanda besarnya peluang ekonomi, dari sisi lain rendahnya tingkat

hunian suatu wilayah dapat pula dilihat sebagai pertanda bahwa di wilayah tersebut ada sesuatu hal

atau banyak hal yang menyebabkan wilayah tersebut kurang menarik bahkan dihindari atau menjadi

pilihan terakhir.

3. Bila ditinjau dari latar belakang geomorfologi dan geologinya, tanah di Provinsi Papua Barat sangat

rawan erosi, rawan longsor, sementara tebing cenderung rawan gugur.

4. Dilihat dari sumberdaya alam darat Provinsi Papua Barat memiliki kekayaan alam yang besar berupa

hamparan hutan tropika humid yang sangat luas yang didalamnya terdapat kawasan lindung. Di

kawasan lindung ini pula terkandung sumberdaya andalan Provinsi Papua Barat berupa batu bara

dan mineral galian. Kombinasi keruangan yang paling rawan ialah batubara dan hutan. Sejarah Papua

Barat telah mencatat bahwa eksploitasi hutan di formasi yang mengandung batubara telah

menghasilkan bencana banjir.

5. Karena sifat fisik ruang habitatnya sumberdaya alam perairan laut cenderung tidak sepenuhnya

dapat dikuasai/dimanfaatkan oleh penduduk. Ada peluang infiltrasi pemanfaatan oleh kekuatan

ekonomi dari luar daerah, yang dari segi teknologi maupun organisasi produksi cenderung lebih

unggul. Meskipun demikian paling tidak ada dua zona di mana penduduk daerah mempunyai

keunggulan akses, baik dari segi fisik maupun segi hukum, yakni wilayah perairan zona I (<6mil) dan

perairan interface (payau). Sumber kerawanan utama di kawasan ini adalah apabila terjadi

eksploitasi yang berlebihan dan pencemaran air karena penambangan emas, batubara dan minyak

bumi.

Page 90: 2016, no. 17 tahun 2012

90

6. Secara kultural penduduk Asli Papua Barat masih terpisah oleh sekat-sekat nilai adat yang dalam

beberapa hal sangat eksklusif. Dari segi pendidikan, pendatang cenderung memiliki pendidikan lebih

tinggi. Orientasi adat asli dalam memanfaatkan sumber alam pada umumnya mengandung kebijakan

ekologi yang tinggi. Sementara itu sebagian besar pendatang berorientasi komersial. Ada semangat

datang, lihat, ambil dan hengkang (pergi). Papua Barat bagi mereka bukan habitat, tetapi tidak lebih

dari kesempatan investasi dan ekstrasi.

7. Jaringan jalan merupakan salah satu unsur utama yang diperlukan dalam proses pemaduan potensi-

potensi wilayah ke dalam satu sistem interaksi yang produktif. Melalui jaringan yang terangkai secara

sistemik sinergi keruangan yang produktif antara sumberdaya, baik yang ada di dalam wilayah

maupun yang ada di luar wilayah dapat dikembangkan di Provinsi Papua Barat. Dari segi fisik

pembangunan jalan berhadapan dengan medan pegunungan yang dari segi geomorfologi sangat

rawan. Ini berarti beban biaya konstruksi dan beban biaya perawatan yang mahal. Pengembangan

jaringan menerobos pegunungan yang sebagian berfungsi sebagai kawasan lindung dan kawasan

hutan produksi akan merangsang eksploitasi hutan dan tambang yang secara ekologis sulit

dikendalikan keamanannya.

8. Minimnya infrastruktur disuatu wilayah seperti kondisi jalan, alat transportasi, penerangan dan air

bersih seringkali menjadi penyebab kemiskinan suatu wilayah. Meskipun di wilayah tersebut

dihasilkan produk-produk pertanian atau lainnya, namun karena minimnya infrastruktur maka

produk tersebut tidak dapat dipasarkan dengan baik.

9. Di Bidang Perlindungan dan Pengamanan Masyarakat, permasalahan yang dihadapiadalah kurangnya

sumberdaya manusia yang menangani perlindungan dan pengamanan serta minimnya prasarana dan

sarana yang mendukung bidang tersebut, sementara di Provinsi Papua Barat merupakan wilayah

yang rawan bencana alam terutama Gempa Bumi dan Banjir.

10. Permasalahan yang dihadapi di Bidang Kependudukan dan sumberdaya manusia Provinsi Papua

Barat adalah kualitas dan kuantitas SDM yang masih rendah, SDM belum mampu bersaing dalam

dunia global yang semakin menuntut kompetensi tinggi, jumlah penduduk yang tidak merata dan

tersebar dalam kelompok-kelompok kecil di daerah pedalaman dan pulau-pulau terpencil, serta

cenderung terpusat di daerah perkotaan.

11. Permasalahan di Bidang Pendidikan yang terjadi di Provinsi Papua Barat antara lain perlunya

peningkatan pengetahuan masyarakat, pemerataan pendidikan di berbagai jenis dan jenjang

pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan di semua jenjang pendidikan, peningkatan

pelayanan serta sarana dan prasarana pendidikan.

12. Sementara di Bidang Kebudayaan, sebagaimana diketahui bahwa Provinsi Papua Barat memiliki

masyarakat yang heterogen dan multi etnis. Besarnya jumlah migran yang masuk ke wilayah Provinsi

Papua Barat telah menimbulkan berbagai persoalan budaya dalam interaksi antar etnik pendatang

dengan penduduk setempat. Salah satu persoalan yang menonjol yang dialami oleh Suku Asli Papua

Page 91: 2016, no. 17 tahun 2012

91

Barat adalah peliknya masalah hak ulayat.

13. Provinsi Papua Barat mempunyai luas wilayah 97.024,62 Km2, sebagian besar berupa daerah

hutan.Dengan luas hutan yang sedemikian besar maka produksi hasil hutan merupakan andalan

untuk memperoleh pendapatan bagi Provinsi Papua Barat. Masalah yang dihadapi dalam

pengembangan Sub Sektor Kehutanan antara lain adanya penurunan produktivitas hasil hutan alam

akibat konversi lahan dari lahan hutan sekunder ke areal HTI, perkebunan, transmigrasi,

pertambangan dan lain-lain. Pelanggaran lalu lintas hasil hutan, tebang liar serta perambahan hutan

cenderung meningkat sementara jumlah personil pengamanan perlindungan hutan (JAGAWANA)

terbatas dan belum didukung oleh sarana operasional yang memadai. Permasalahan lainnya adalah

belum adanya data yang akurat tentang luas dan letak lahan kritis sehingga kurang membantu dalam

penyusunan program. Pelaksanaan proyek reboisasi dan penghijauan di hutan lindung sering

terhambat dengan masalah okupasi lahan/perambahan hutan oleh masyarakat yang status

kepemilikannya belum jelas.

14. Dalam setiap kegiatan pengembangan wilayah, salah satu bidang yang sangat penting untuk

diperhatikan adalah bidang infrastruktur. Bila dilihat dari wilayah Provinsi Papua Barat yang sangat

luas dengan jarak antar Kota/ Kabupaten yang relatif jauh menjadikan permasalahan infrastruktur

terutama jalan menjadi hal yang sangat menKampungk.

15. Di Bidang Agroindustri, kendala yang dihadapi adalah pelaksanaan kegiatan yang belum

terkoordinasi dengan baik dan kesulitan mengubah pola pikir petani terhadap pembaharuan dan

penerimaan inovasi bidang agrobisnis dan agorindustri.

16. Di Bidang Sosial, penduduk Provinsi Papua Barat dengan latar belakang budaya dan etnis yang

beragam sangat rentan terhadap terjadinya konflik horisontal, terutama disebabkan adanya

kesenjangan sosial.

17. Di Bidang Pariwisata, realitas pembangunan kepariwisataan baik wisata alam maupun wisata buatan

di Provinsi Papua Barat dianggap masih sebatas skenario/wacana, sehingga belum dikembangkan

dan dikelola secara profesional.

4.1.2 Pengaruh Eksternal

Kebijakan Otonomi Khusus Papua

Melalui Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, memberikan Hak Otonomi Khusus bagi

Provinsi Papua Barat. Hal ini dikarenakan Provinsi Papua yang sebelumnya diberikan Otonomi Khusus

telah dimekarkan menjadi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Adanya Otonomi Khusus ini

memberikan keleluasaan bagi Provinsi Papua Barat untuk melakukan percepatan pembangunan

Page 92: 2016, no. 17 tahun 2012

92

khususnya bidang sosial, ekonomi, dan politik, serta infrastruktur. Kemudian dengan adanya Otonomi

Khusus Provinsi Papua Barat, aparat daerah dituntut lebih meningkatkan diri agar mampu berfikir

dengan kritis, bertindak efisien dan efektif dalam menyusun rencana untuk membangun dan

mengembangkan daerahnya. Perencanaan yang disusun harus bersifat strategis agar sumberdaya yang

dimiliki oleh Provinsi Papua Barat dapat dioptimalkan dengan baik.

Melalui Undang-Undang Otonomi Khusus, Provinsi Papua Barat memiliki wewenang yang luas, baik

dalam urusan pemerintahan maupun pelaksanaan pembangunan. Kewenangan yang luas di satu sisi

dapat dipandang sebagai kesempatan bagi wilayah untuk berkembang, tetapi di sisi lain merupakan

tantangan baru yang cukup berat. Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan Undang-Undang tersebut

dapat lebih leluasa menggunakan kewenangannya untuk mengurusi daerahnya, tetapi di lain pihak

Pemerintah Provinsi Papua Barat juga dibebani tanggung jawab yang lebih besar.

Potensi Provinsi Papua Barat dalam Konstelasi Nasional dan Konstelasi Pulau Papua

Dalam konteks Nasional, Provinsi Papua Barat mempunyai kedudukan dan peran yang strategis. Provinsi

Papua Barat memiliki 1 wilayah yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yaitu Kota

Sorong dan tiga wilayah yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Provinsi Papua Barat

terdiri dari Kabupaten Manokwari, Kabupaten Fak-Fak, dan Kabupaten Ayamaru. Pusat Kegiatan

Nasional (PKN) Kota Sorong berdampingan dengan Jayapura dan Timika untuk wilayah Provinsi Papua

dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kabupaten Manokwari, Kabupaten Fak-Fak, dan Kabupaten Ayamaru

berdampingan dengan 8 (delapan) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Provinsi Papua. Struktur Ruang

Nasional yang terbentuk memberikan peran yang lebih besar kepada kota-kota di Provinsi Papua Barat

untuk berkembang.

Berdasarkan prospek perkembangan yang terjadi, maka strategi pengembangan ruang wilayah Pulau

Papua untuk Provinsi Papua Barat adalah diarahkan sebagai Kota yang berfungsi sebagai pusat

Pertumbuhan Wilayah Nasional yang berorientasi pada aktivitas produksi hasil hutan, perikanan

budidaya, serta hasil tambang.

Peluang Pengembangan Industri Pendukung Agroindustri dan Agrobisnis

Mengingat tingginya resiko yang harus ditanggung oleh penduduk Provinsi Papua Barat karena

ketergantungan yang besar terhadap sektor yang bertumpu pada sumberdaya alam non lestari maka

perlu segera mengembangkan alternatif lain sektor ekonomi yang akan dijadikan sebagai leading sector

dalam perekonomian Provinsi Papua Barat. Sektor ekonomi terpilih yang akan dijadikan leading sektor

tersebut mulai dikembangkan sedini mungkin. Sehingga pada saat industri minyak dan gas kehabisan

bahan baku, maka sektor ekonomi yang terpilih tersebut sudah berkembang dengan mantap dan mampu

menggantikan posisi industri minyak dan gas sebagai penggerak utama perekonomian Provinsi Papua

Page 93: 2016, no. 17 tahun 2012

93

Barat. Beberapa hal dapat dijadikan sebagai kriteria bagi sektor ekonomi mampu berperan sebagai

leading sector. Kriteria-kriteria tersebut adalah kriteria peluang pasar, kemampuan bersaing, keterkaitan

ke belakang dan ke depan, ketersediaan dan kemudahan memperoleh bahanbaku/sumberdaya dalam

proses produksi dan daya serap pasar dan mempunyai jaminan keberlangsungan yang lestari.

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut sektor ekonomi yang diperkirakan mampu sebagai penggerak

utama perekonomian Papua Barat di masa mendatang setelah kemampuan industri minyak dan gas

menurun merupakan industri yang mendukung agrobisnis dan agroindustri. Industri ini diharapkan

dapat memberikan pasokan kebutuhan bagi kepentingan pengembangan agrobisnis dan agroindustri di

daerah-daerah dalam wilayah pulau Papua. Industri pendukung agrobisnis dan agroindustri mempunyai

peluang pasar yang sangat besar. Peluang pasar yang tercermin dari adanya potensi permintaan akan

produk hasil kegiatan sektor ekonomi tersebut di pasaran lokal, regional dan internasional. Potensi

permintaan lokal dapat dilihat dari kemungkinan semakin meningkatnya jumlah penduduk Provinsi

Papua Barat. Potensi permintaan regional terutama berasal dari wilayah Provinsi Papua yang mempunyai

rencana untuk mengembangkan agrobisnis dan agroindustri untuk pembangunan daerahnya. Sedangkan

potensi permintaan internasional dapat dikembangkan dari terkenalnya nama Provinsi Papua Barat

sebagai penghasil salah satu penhasil minyak dan gas terbesar di Indonesia di mata dunia. Kebutuhan

dunia terhadap sumberdaya mineral dan migas yang cukup tinggi dan mulai berkurangnya sumber-

sumber mineral dan migas di wilayah lain menjadikan Provinsi Papua Barat berpeluang besar terhadap

pasar internasional.

Dengan adanya permintaan regional dan internasional akan mempengaruhi permintaan perekonomian

daerah melalui 2 jalan yang masing-masing berdampak ganda. Di satu sisi permintaan tersebut akan

menentukan jumlah dan harga bahan yang akan dihasilkan dan diekspor oleh Daerah. Dengan demikian

permintaan tersebut akan menentukan secara langsung besarnya penerimaan pendapatan daerah, tinggi

rendahnya pendapatan penduduk, besar kecilnya kesempatan kerja yang ada dan permintaan barang dan

jasa di daerah itu sendiri. Dengan demikian selanjutnya dapat menentukan tinggi rendahnya kegiatan

ekonomi daerah secara keseluruhan baik dalam waktu yang berjalan maupun pada masa yang akan

datang. Permintaan pasaran regional dan internasional ini akan menentukan besar kecilnya penerimaan

dan devisa yang akan diperoleh. Sehingga pada gilirannya akan menentukan kemampuan daerah untuk

mengimpor barang dan jasa yang diperlukan bagi berbagai kegiatan produksi yang ada di daerah. Namun

di sisi lain bila dieksploitasi secara terus menerus dan tak terkendali akan mengancam kelestarian

lingkungan hidup.

Selain itu, kebutuhan dunia akan kayu tropis dan hasil hutan untuk bahan baku untuk obat-obatan/kimia

akan mendorong eksploitasi hutan di Provinsi Papua Barat. Industri pendukung agrobisnis dan

agroindustri mempunyai keterkaitan yang tinggi baik ke belakang maupun ke depan dengan sektor

ekonomi yang lain. Tingginya keterkaitan tersebut secara langsung dan tidak langsung akan

mengembangkan dan menggerakan sektor-sektor ekonomi yang lain. Meningkatnya berbagai aktivitas

sektor-sektor ekonomi tersebut akan meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat,

sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan ekonomi Provinsi Papua Barat secara

Page 94: 2016, no. 17 tahun 2012

94

keseluruhan.

4.1.3 Analisis Lingkungan Internal

Kekuatan (Strength)

Sumber Daya Alam (SDA)yang melimpah

Ketersediaan Sumber Daya Alam yang melimpah merupakan kekuatan yang harus dimanfaatkan sebesar-

besarnya untuk kesejahteraan masyarakat Papua Barat. Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang melimpah

ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah tingginya kemiskinan dan kesenjangan di

Provinsi Papua Barat. Sumber Daya Alam yang melimpah juga bukan hanya berguna bagi kepentingan

lokal, tetapi juga kepentingan regional dan bahkan internasional.

Budaya masyarakat yang khas

Budaya masyarakat yang khas akan memberikan nilai tambah bagi para investor yang hendak

berinvestasi di Provinsi Papua Barat, terutama terkait dengan potensi wisata yang cukup besar. Dengan

semakin banyaknya investor yang berinvestasi maka pembangunan Provinsi Papua Barat diharapkan

akan mengalami percepatan, terutama dari segi ekonomi.

Ekosistem masih terjaga dengan baik

Dengan kondisi ekosistem yang masih terjaga dengan baik diharapkan dapat menjadi indikator

pembangunan yang berwawasan lingkungan di Provinsi Papua Barat. Ekosistem yang baik juga

mengindikasikan bahwa sumber daya alam hayati yang terdapat di Provinsi Papua Barat masih sangat

besar dan bisa menjadi suatu komoditas andalan.

Posisi geografis yang strategis

Jalur perdagangan yang semula berpusat di Eropa (Samudera Atlantik) kini mulai bergeser menuju arah

Pasifik (Asia). Posisi Provinsi Papua Barat yang terletak di Samudera Pasifik sangat menguntungkan

karena berarti akan dilewati oleh jalur perdagangan internasional.

Kuatnya komitmen segenap pelaku pembangunan

Pelaksanaan pembangunan di Provinsi Papua Barat didukung dengan komitmen Kepala Daerah dan

pejabat struktural dalam melaksanakan pembangunan. Bentuk dari komitmen tersebut diwujudkan

dengan pelaksananaan Good Governance sebagai langkah awal penyelenggaraan pembangunan yang

berkomitmen.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor

Page 95: 2016, no. 17 tahun 2012

95

35 Tahun 2008 tentang Otonomi Khusus Bagi Papua dan Papua Barat

Dengan adanya peraturan perundang-undangan terkait Otonomi Khusus akan memberikan keleluasaan

bagi Provinsi Papua Barat untuk melakukan percepatan pembangunan khususnya di bidang sosial,

ekonomi, dan politik, serta infrastruktur.

Karakter masyarakat yang religius

Persentase pemeluk agama Nasrani adalah 57,39% dan merupakan pemeluk agama paling besar di

Provinsi Papua Barat diikuti oleh pemeluk agama Islam dengan persentase 42,27%. Kedua pemeluk

agama di Provinsi Papua Barat tersebut merupakan pemeluk agama yang taat. Hal ini bisa dijadikan

modal awal dalam membangun Papua Barat dalam bentuk pembangunan karakter dan akhlak.

Masyarakat yang taat kepada tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat

Di Provinsi Papua Barat terdapat dua hal yang dipercaya dan dipegang teguh penduduk, yang pertama

adalah adat dan yang kedua adalah agama, sehingga masyarakat memiliki kecenderungan untuk taat

kepada tokoh agama, adat dan tokoh masyarakat. Hal ini merupakan sebuah kekuatan karena para tokoh

adat dan agama bisa menjadi penghubung antara masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam upaya

mengembangkan Provinsi Papua Barat

Kelemahan (Weakness)

Sebaran permukiman penduduk yang luas dengan jumlah penduduk yang terbatas

Persebaran penduduk sampai ke pelosok yang sulit diakses akan berpotensi menimbulkan ketimpangan

pembangunan sumber daya manusia dan ketersampaian informasi, yang tentu saja memiliki pengaruh

terhadap proses pembangunan di Provinsi Papua Barat.

Minimnya infrastruktur wilayah

Di Provinsi Papua Barat masih terdapat daerah–daerah yang belum mendapat akses untuk menikmati

infrastruktur wilayah, salah satunya adalah infrastruktur air bersih dan listrik. Hal tersebut disebabkan

karena asksesibilitas di Provinsi Papua Barat belum mampu menjangkau sampai ke pelosok - pelosok

Kurangnya SDM yang memiliki kualitas dan daya saing

Kompetensi, kualitas serta daya saing penduduk Asli pada dasarnya sudah cukup banyak yang tinggi,

namun jumlahnya sangat sedikit dan masih kalah apabila dibandingkan dengan jumlah pendatang yang

memiliki kompetensi, kualitas serta daya saing yang sama atau bahkan di atas penduduk Asli.

Banyaknya potensi konflik tidak diimbangi dengan kesiapan aparat

Page 96: 2016, no. 17 tahun 2012

96

Tema sentral yang sering menjadi pemicu ketegangan/konflik diantara masyarakat adalah: perempuan,

babi dan tanah dan hingga saat ini masih sering terjadi perdebatan yang akhirnya berujung pada

kerusuhan. Hal tersebut tentu saja menimbulkan rasa tidak aman pada penduduk untuk melakukan

aktivitas yang berakibat pada terhambatnya pembangunan. Reaksi aparat penegak hukum dalam

mengatasi konflik yang terjadi di Provinsi Papua Barat juga masih kurang cepat.

Rendahnya kapasitas fiskal dan non fiskal Daerah

Berdasarkan statistik keuangan Provinsi Papua Barat, pada tahun 2008 persentase PAD Provinsi Papua

Barat adalah 5,09% dari total penerimaan daerah dan mengalami penurunan menjadi 2,61% pada tahun

2009.

Problem terkait hak ulayat belum terselesaikan dengan baik

Adanya beda pemahaman atas kepemilikan atas tanah terkait dengan hak ulayat, dimana menurut versi

masyarakat tidak dikenal hak perorangan atas sumber daya alam melainkan hak adat, sementara

menurut hukum nasional masyarakat hukum adat tidak memiliki akan tetapi hanya menguasai saja.

Pemerintah seharusnya menyesuaikan dengan kondisi masyarakat di Provinsi Papua Barat, karena biar

bagaimanapun juga hak ulayat merupakan bagian dari tataran adat masyarakat Papua sejak turun

temurun.

Tata kelembagaan yang belum terkelola dengan baik

Salah satu penyebab hal ini adalah minimnya SDM berkualitas dengan kompetensi yang dibutuhkan

untuk menempati suatu posisi, sehingga berakibat pada rendahnya kinerja kelembagaan seperti masih

belum tersedianya Standard Operational Procedure (SOP) pada masing-masing SKPD.

Dokumen-dokumen acuan belum memadai

Dokumen yang dijadikan acuan di dalam pembangunan suatu daerah adalah dokumen Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) yang di dalamnya memuat rencana dan strategi untuk mengembangkan daerah

tersebut, begitu pun dengan pembangunan di Provinsi Papua Barat, namun hingga saat ini RTRW Provinsi

Papua Barat masih dalam tahap mendapat persetujuan DPRD dan belum di-sahkan.

Data dan informasi sangat terbatas

Data dan informasi kewilayahan di Provinsi Papua Barat masih sangat minim dan bahkan masih banyak

instansi yang tidak memiliki data terkait bidang yang ditangani.

Lemahnya kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya alam

Page 97: 2016, no. 17 tahun 2012

97

Yang lebih jeli dalam memanfaatkan SDA di Provinsi Papua Barat bukanlah penduduk Asli, melainkan

para pendatang. Sebagai contoh adalah eksplorasi pertambangan BP Tangguh yang terletak di Kabupaten

Teluk Bintuni.

Kebijakan-kebijakan pembangunan yang kurang dapat mengakomodir kebutuhan-kebutuhan

daerah

Kebijakan pembangunan yang digunakan sebagai acuan di Provinsi Papua Barat sebagian besar

merupakan acuan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat (Standar Nasional) dan belum mengakomodir

implementasi Otonomi Khusus di Provinsi Papua Barat.

4.1.4 Analisis Lingkungan Eksternal

Peluang (Opportunity)

Adanya komitmen Nasional dalam memacu pembangunan Papua Barat melalui kebijakan-

kebijakan Nasional

Komitmen Nasional yang dimaksud salah satunya adalah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

65 dan Perpres 66 Tahun 2011 tentang Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat.

Wilayah yangsedang berkembang lebih mudah menyerap inovasi

Lebih mudah menyerap dan mengimplementasikan sistem-sistem baru dan inovasi-inovasi mutakhir

yang lebih efektif karena masih belum terkontaminasi dengan idealisme pembangunan yang banyak

terdapat di kota-kota metropolitan di Indonesia.

Tersedianya sumber-sumber penerimaan fiskal lain diluar PAD

Selain PAD, Provinsi Papua Barat juga memiliki sumber penerimaan dari Dana Alokasi Khusus (DAK)

terkait dengan Otonomi Khusus. Pada tahun 2008 dana Otonomi Khusus untuk Provinsi Papua Barat

adalah sebesar 37,90% dari total penerimaan dan pada tahun 2009 naik menjadi sebesar 60,89% dari

total penerimaan.

Munculnya keinginan pasar dunia akan produk-produk ramah lingkungan

Demand pasar dunia akan produk ramah lingkungan memberikan peluang untuk kemajuan

pembangunan Provinsi Papua Barat, karena produk ramah lingkungan tersebut dapat dijadikan

komoditas perdagangan Papua Barat untuk memenuhi demand pasar dunia yang tinggi.

Luasnya peluang usaha karena demand yang tinggi dengan supply yang terbatas

Page 98: 2016, no. 17 tahun 2012

98

Sebagai provinsi termuda di dalam NKRI, Papua Barat masih kesulitan di dalam memenuhi demand

masyarakat akan barang dan jasa. Hal ini berpotensi untuk dimanfaatkan oleh penduduk setempat

sebagai upaya meningkatkan taraf hidup mereka dengan membuka usaha baik skala kecil maupun

menengah untuk menyediakan supply barang dan jasa.

Dinamisasi perdagangan dunia yang bergeser ke wilayah Pasifik

Wilayah Provinsi Papua Barat merupakan salah satu simpul perdagangan yang strategis karena didukung

letaknya yang berada di jalur pelayaran internasional (Samudera Pasifik) sehingga diharapkan dapat

menjadi gerbang perdagangan skala internasional bagi Indonesia.

Isu-isu yang memberi peluang kapitalisasi SDA

Beberapa isu-isu ranah internasional memberikan peluang kepada Provinsi Papua Barat untuk dapat

mengambil nilai tambah dari SDA yang dimiliki. Misalnya saja isu perubahan iklim. Dengan luas kawasan

hutan lindung yang direncanakan di atas 70%, maka hutan di Provinsi Papua Barat memiliki fungsi

konservasi yang berskala internasional. Bentuk kapitalisasi SDA terkait dengan isu perubahan iklim

adalah dengancarbon trade.

Minat investasi yang tinggi baik dari dalam maupun luar negeri

Minat investor dalam maupun luar negeri dapat dimanfaatkan sebagai pemacu percepatan pembangunan

di Provinsi Papua Barat, dengan catatan tidak mengeksploitasi secara berlebihan sumber daya alam yang

ada di Provinsi Papua Barat.

Ancaman (Threat)

Sebagian besar wilayah merupakan wilayah rawan bencana

Provinsi Papua Barat terbentuk akibat tumbukan lempeng Samudera Pasifik dan lempeng Australia yang

menyebabkan wilayah ini sangat rentan terhadap gempa bumi karena berada di dalam lintasan sesar

besar, selain itu kondisi daratannya yang didominasi oleh pegunungan juga menjadikan Provinsi Papua

Barat menjadi wilayah rawan longsor.

Eksploitasi SDA yang berlebihan dan tidak ramah lingkungan

Eksploitasi sumber daya di Provinsi Papua Barat terutama terkait dengan kegiatan eksplorasi

pertambangan di Provinsi Papua Barat yang memiliki sumber daya mineral serta minyak dan gas bumi

sangat besar, apabila tidak dikendalikan maka bisa terjadi pemanfaatan SDA yang tidak berwawasan

lingkungan, selain itu penggundulan hutan juga masih sering ditemui di Provinsi Papua Barat, bahkan

sampai menyebabkan terjadinya bencana. Salah satu contohnya adalah bencana banjir bandang yang

terjadi di Wasior akibat penebangan hutan yang tidak berwawasan lingkungan.

Page 99: 2016, no. 17 tahun 2012

99

Komoditas perdagangan dan jasa yang sama dengan wilayah lain

Komoditas perdagangan dan jasa dari wilayah lain cenderung memiliki harga beli yang lebih murah,

dengan kata lain secara ekonomi komoditas perdagangan dan jasa dari wilayah lain lebih memiliki daya

saing, selain itu supply komoditas perdagangan dan jasa Provinsi Papua Barat masih rendah sehingga

belum dapat memenuhi demand.

Implikasi globalisasi termasuk perdagangan bebas internasional

Globalisasi akan mengakibatkan banyaknya pendatang dari luar Provinsi Papua Barat yang cenderung

memiliki kompetensi lebih tinggi jika dibandingkan dengan penduduk Asli di berbagai sektor yang

berpotensi mematikan kesempatan penduduk Asli, terutama dalam hal mencari kerja. Selain itu

perdagangan bebas internasional juga berpotensi mematikan usaha lokal di Provinsi Papua Barat,

terutama yang memiliki skala kecil akibat persaingan yang datang bukan hanya dari luar daerah namun

juga dari luar negeri.

Ada ancaman infiltrasi pemanfaatan oleh kekuatan ekonomi dari luar daerah

Apabila SDA yang terdapat di Provinsi Papua Barat lebih banyak dimanfaatkan oleh kekuatan ekonomi

dari luar daerah, maka hal tersebut dikhawatirkan justru akan berimbas negatif karena secara ekonomi

yang akan menikmati hasilnya bukan Provinsi Papua Barat melainkan daerah lain.

Kedudukannya sebagai wilayah terluar memberi ancaman infiltrasi kejahatan internasional,

misalnya narkoba dan human trafficking

Lokasi Papua Barat yang berada di wilayah terluar tidak didukung dengan pengamanan yang memadai

sehingga arus barang maupun manusia yang keluar masuk bisa tidak terkendali dan memberikan peluang

terjadinya tindak kejahatan, yang dalam hal ini adalah penyelundupan.

4.2 Isu Strategis

Isu-isu strategis yang di Provinsi Papua Barat saat ini yang paling menKampungk dan perlu diperhatikan

oleh pemerintah Provinsi dalam pelaksanaan pembangunan wilayah 5 (lima) tahun mendatang diuraikan

sebagai berikut.

Belum Efektifnya Implementasi Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat

Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua pada dasarnya adalah pemberian kewenangan yang lebih luas bagi

Provinsi dan rakyat Papua untuk mengatur dan mengurus diri sendiri di dalam kerangka Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Kewenangan yang lebih luas berarti pula tanggung jawab yang lebih besar

bagi Provinsi dan rakyat Papua untuk menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur pemanfaatan

kekayaan alam di Provinsi Papua untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua sebagai bagian

dari rakyat Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kewenangan ini berarti pula

Page 100: 2016, no. 17 tahun 2012

100

kewenangan untuk memberdayakan potensi sosial-budaya dan perekonomian masyarakat Papua,

termasuk memberikan peran yang memadai bagi orang-orang Asli Papua melalui para wakil adat, agama,

dan kaum perempuan. Peran yang dilakukan adalah ikut serta merumuskan kebijakan daerah,

menentukan strategi pembangunan dengan tetap menghargai kesetaraan dan keragaman kehidupan

masyarakat Papua, melestarikan budaya serta lingkungan alam Papua.Pembangunan yang telah

dilaksanakan selama ini menimbulkan berbagai masalah yang menyebabkan penduduk Asli Papua Barat

terabaikan.

Masih Rendahnya Peran Perempuan Dalam Pembangunan

Masalah peranan gender di Provinsi Papua Barat merupakan salah satu isu utama dalam pembangunan.

Peningkatan peran perempuan disejumlah bidang pembangunan pada umumnya masih lemah dan

terbatas. Hal ini disebabkan oleh karena kemampuan perempuan di Provinsi Papua Barat masih

memerlukan penguatan baik secara perorangan maupun kelembagaan. Aspek budaya masih kuat

pengaruhnya dalam pengembangan peran perempuan. Oleh sebab itu, pemberdayaan perempuan di

Provinsi Papua Barat akan menyentuh aspek budaya masyarakat disamping terus mengembangkan peran

aktif perempuan Provinsi Papua Barat yang saat ini telah mulai berkembang.

Dalam bidang politik, kedudukan perempuan mulai menunjukkan peran yang nyata dimana sejumlah

posisi legislatif telah berada ditangan kaum perempuan. Juga didalam lembaga eksekutif sejumlah posisi

penting kini telah dijalani oleh kaum perempuan. Demikian pula dalam lembaga pendidikan tinggi,

peneliti, pekerja atau pelayan sosial, atau fungsi kemasyarakatan lainnya telah banyak dilaksanakan oleh

kaum perempuan. Dimasa mendatang kondisi ini terus ditingkatkan terutama dikampung dan perkotaan

se-Provinsi Papua Barat. Pada intinya, perempuan harus mengambil peran di setiap proses pembangunan

Provinsi Papua Barat.

Masih Rendahnya Kuantitasdan Kualitas Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk Provinsi Papua Barat yang relatif sedikit bila dibandingkan dengan luas wilayahnya

serta kepadatan penduduk sangat rendah yang tersebar secara tidak merata dan hanya terkonsentrasi di

wilayah-wilayah tertentu saja menjadikan sulitnya percepatan pembangunan di Provinsi Papua Barat. Isu

lain yang muncul adalah kualitas penduduk Asli Papua Barat yang relatif lebih rendah jika dilihat dari

tingkat pendidikannya, sehingga belum mampu bersaing dengan penduduk pendatang dari luar wilayah

Provinsi yang sengaja mencari peluang di Provinsi Papua Barat. Di satu sisi para pendatang tersebut

mampu membawa pengaruh positif terhadap perkembangan wilayah dengan turut serta dalam kegiatan

pembangunan, namun di sisi lain akan mempersempit peluang bagi penduduk Asli dalam

memperebutkan kesempatan kerja.

Belum Terpenuhinya Infrastruktur Dasar

Belum rampungnya pembangunan Jalan Raya Trans Papua Barat menimbulkan persoalan dalam

Page 101: 2016, no. 17 tahun 2012

101

pembangunan Provinis Papua Barat. Hal ini dikarenakan jalan merupakan infrastruktur utama dalam

menggerakkan pertumbuhan perkenomian karena menyangkut perpindahan barang terutama komoditas

bernilai ekonomis tinggi dan penumpang. Dengan adanya jaringan jalan juga dapat mendorong

percepatan pembangunan karena mempermudah akses antar wilayah yang terdapat di Provinsi Papua

Barat. Kendala Utama dalam pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Papua adalah bentuk morfologi

yang didominasi oleh pegunungan sehingga membutuhkan biaya konstruksi dan biaya perawatan yang

tinggi.

Perlu adanya peningkatan Infrastruktur perhubungan laut mengingat wilayah Papua Barat yang dibatasi

oleh Laut untuk mencapai wilayah Provinsi lain, selain itu juga Transportasi Laut dapat digunakan

sebagai alternatif penghubung antar wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat. Kemudian selain

infrastruktur perhubungan; prasarana dasar menyangkut ketersediaan energi, kemudahan sarana

telekomunikasi, ketersediaan pasokan air bersih yang memadai, irigasi yang memadai, lingkungan

permukiman penduduk yang sehat juga menjadi isu strategis pembangunan Provinsi Papua Barat.

Degradasi Kualitas Lingkungan Alam dan Lingkungan Hidup

Dengan potensi sumberdaya alamnya yang begitu besar selain berdampak ekonomi terutama terhadap

Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Papua Barat, juga membawa dampak negatif terhadap

keberlangsungan lingkungan hidup. Kegiatan pengelolaan sumberdaya alam yang kurang bijak telah

mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup yang sudah cukup mengkhawatirkan kelestarian alam.

Beberapa kegiatan yang rawan berakibat kerusakan lingkungan hidup adalah kegiatan pertambangan dan

pembalakan liar.

Provinsi Papua Barat memiliki hutan 70% dari keseluruhan luas wilayah dan sebagian merupakan

kawasan lindung. Di kawasan lindung ini terkandung sumberdaya andalan Provinsi Papua Barat yang

berupa batu bara, minyak bumi, dan bahan galian mineral. Kombinasi keruangan yang paling rawan ialah

batubara dan hutan. Eksploitasi hutan yang berlebihan di kawasan hutan inilah yang telah menghasilkan

bencana banjir terburuk di Provinsi Papua Barat dalam 10 tahun terakhir pada tahun 2010. Pada bulan

Oktober 2010 di Provinsi Papua Barat telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian material

yang berupa kerusakan infrastruktur yang sangat besar.

Masih Rendahnya Kontinuitas dan Kualitas Produksi Pertanian

Bila ditinjau dari produksi beberapa komoditi pangan, hortikultura, dan perkebunan selama beberapa

tahun terakhir memperlihatkan peningkatan yang kurang signifikan. Kenyataan tersebut akan

mengurangi kemampuan berkembangnya sistem agrobisnis secara keseluruhan termasuk tidak

terjaminnya keberlanjutan pengembangan agrobisnis itu sendiri.

Pada sisi lain tampak pula bahwa masih banyak potensi yang belum dimanfaatkan sedangkan sisanya

masih berupa lahan tidur. Kondisi tersebut merupakan indikasi bahwa masyarakat terutama petani di

daerah ini masih belum mampu memanfaatkan potensi daerah secara optimal. Dari sisi ekonomi hal

tersebut menunjukkan masih terjadi under-capacity dari sistem agrobisnis yang secara umum akan

Page 102: 2016, no. 17 tahun 2012

102

menyebabkan inefisiensi dalam penggunaan sumberdaya.

Masih Rendahnya Kegiatan Perekonomian Wilayah dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

Dalam jangka waktu dari 2003-2006 peningkatan PDRB di sektor pertanian tidak sebesar pertumbuhan

sektor lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor pertanian yang menjadi sektor unggulan di

Provinsi Papua Barat belum kompetitif, ini terbukti dengan masih didatangkannya kebutuhan masyarakat

Papua Barat dari luar daerah atau antar pulau. Selain itu, persoalan yang dihadapi oleh sektor pertanian

adalah nilai tukar produk peKampungan tergolong rendah di Papua Barat dan kantong kemiskinan utama

di Papua Barat berada di wilayah peKampungan.

Dari data dan informasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang secara dinamis berkembang

dari waktu ke waktu dalam periode 5 tahun RPJMD Provinsi Papua Barat 2012-2016 perlu dilakukan

peninjauan tentang strategi pengembangan/perkembangan daerahnya yang sesuai dengan tingkat

berkecamuknya kehidupan yang berubah dan berkembang.

Page 103: 2016, no. 17 tahun 2012

103

BAB V

PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

5.1 Visi Pembangunan

Pembangunan Provinsi Papua Barat lima tahun kedepan Visi pembangunan Provinsi Papua Barat Tahun

2012-2016 adalah:

“PROVINSI PAPUA BARAT YANG MAJU, MANDIRI, BERMARTABAT, DAN LESTARI”

MAJU

Provinsi Papua Barat yang mengalami pergerakan kondisi ke arah yang

lebih baik yang merujuk kepada kemandirian yang dicita-citakan dalam

pembangunan jangka panjang Provinsi Papua Barat.

MANDIRI

Provinsi Papua Barat yang mampu melaksanakan kegiatan pemerintahan,

mengayomi kehidupan masyarakat, dan melaksanakan pembangunan

daerah dengan memanfaatkan modal-modal daerah yang dimiliki.

Kemandirian Provinsi Papua Barat diharapkan dapat tercermin dari

kemandirian prasarana dan sarana wilayah, keuangan daerah, ketahanan

pangan, tata kelola pemerintahan, serta stabilitas politik, pertahanan, dan

keamanan wilayah.

BERMARTABAT

Pemerintah dan Masyarakat Provinsi Papua Barat yang tangguh dalam

mengaktualisasikan budaya dan sistem nilai yang berkembang secara

positif dan mengaplikasikannya dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan

pembangunan Provinsi Papua Barat.

LESTARI

Provinsi Papua Barat yang senantiasa menjaga kualitas lingkungan hidup

serta keanekaragaman budaya dalam rangka menyediakan kualitas hidup

yang baik bagi generasi di masa yang akan datang.

Page 104: 2016, no. 17 tahun 2012

104

5.2 Misi Pembangunan

Visi pembangunan Provinsi Papua Barat yaitu Menuju Provinsi yang Maju, Mandiri, Bermartabat, dan

Lestari akan diwujudkan melalui penjabaran dalam Misi Pembangunan Provinsi Papua Barat. Penjabaran

Visi Pembangunan ke dalam Misi Pembangunan dilakukan dengan memperhatikan amanat Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008

tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat. Misi Pembangunan Provinsi Papua Barat periode Tahun

2012-2016 adalah sebagai berikut:

Misi 1 Menanamkan Amanat Otonomi Khusus Sebagai Paradigma Baru Pembangunan

Visi Terkait Maju, Mandiri, Bermartabat, Lestari

Secara spesifik, paradigma pembangunan di Provinsi Papua Barat berdasarkan Undang-Undang Otonomi

Khusus adalah pembangunan yang bukan semata-mata pada sektor ekonomi secara sempit akan tetapi

mengandung makna yang lebih dalam terhadap hubungannya dengan penanggulangan kemiskinan dan

penciptaan keadilan terhadap penduduk Asli Papua. Penekanan utamanya pada pembangunan dimana

nantinya keberhasilan perkembangan dan pertumbuhan wilayah diiringi dengan perubahan karakter

masyarakat, penciptaan keadilan, serta pemenuhan hak dasar khususnya bagi penduduk Asli Papua.

Amanat Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat haruslah diterapkan dalam setiap

sektor/bidang pembangunan. Sebagai koreksi terhadap pendekatan yang konvensional maka

implementasi amanat Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat bukan hanya membawa keuntungan

bagi masyarakat Asli Papua dalam jangka pendek, tetapi sampai pada keberjalanan kehidupan di Provinsi

Papua Barat di masa yang akan datang. Dengan kata lain, bukan hanya upaya-upaya pemberian

keuntungan secara langsung namun mengkader masyarakat untuk menyelenggarakan pembangunan

dari, oleh, dan untuk mereka sendiri. Secara lebih rinci, hal-hal utama yang termaknai dari Undang-

Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat adalah:

a. Perlindungan terhadap hak kekayaan dan hak intelektual orang Asli Papua sesuai dengan

peraturan perUndang-Undangan;

b. Pencerdasan akan hakikat hidup bermasyarakat dan bernegara, serta makna hidup mandiri dan

sejahtera;

c. Pemberdayaan, pemberian kesempatan dan pengutamaan orang Asli Papua untuk mendapatkan

pekerjaan dalam semua bidang pekerjaan di wilayah Provinsi Papua berdasarkan pendidikan

dan keahliannya; dan

Page 105: 2016, no. 17 tahun 2012

105

d. Penanaman tanggung jawab yang lebih besar bagi Provinsi Papua Barat dan rakyat Papua untuk

menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur pemanfaatan kekayaan alam di Provinsi Papua

Barat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua.

Secara khusus, fokus dalam pembangunan Provinsi Papua Barat menyangkut lima hal, yakni: (1)

pendidikan;(2) kesehatan;(3) ekonomi rakyat; (4) prasarana dan sarana; (5) ekonomirakyat; serta (6)

upaya affirmative action.

Misi 2 Memacu Peningkatan Perekonomian Wilayah

Visi Terkait Maju, Mandiri

Laju pertumbuhan ekonomi wilayah Provinsi Papua Barat jika dilihat secara umum berada di kisaran

angka yang cukup baik. Namun jika dilihat secara parsial, dari sisi realisasinya masih jauh dari maksimal.

Belum lagi jika dibandingkan dengan sumber daya yang ada dan kebutuhan pembiayaan daerah yang

jelas tidak sebanding. Artinya, modal-modal yang dimiliki masih belum dapat dimanfaatkan secara

optimal.Pertumbuhan ekonomi antar wilayah juga masih jauh dari pemerataan. Bahkan untuk wilayah

Kabupaten/Kota yang bersebelahan sekalipun. Misalnya saja antara Kota Sorong dengan Kabupaten

Tambrauw. Banyak sekali faktor yang menghalangi rantai penghubung kegiatan perekonomian

antarwilayah, yang paling vital misalnya infrastruktur.

Oleh karena itu, dalam pembangunan 5 tahun kedepan, perlu dicapai peningkatan perekonomian wilayah

yang signifikan bukan saja secara angka umum, tetapi peningkatan yang signifikan di setiap wilayah dan

setiap sektornya. Dalam upaya pencapaian misi ini, fokus pembangunan ada pada pembinaan SDM,

manajemen SDA, serta perbaikan sistem pemerintahan dalam rangka penciptaan iklim usaha dan iklim

investasi.

Misi 3 Menanggulangi Kemiskinan

Visi Terkait Maju, Mandiri

Walaupun angka kemiskinan telah menurun setiap tahunnya dengan angka yang cukup signifikan, akan

tetapi jika dimaknai lebih dalam dari indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan

kemiskinan,apalagi dengan melihat kenyataan di lapangan, angka kemiskinan masih sangat tinggi

terutama di perkotaan. Provinsi Papua Barat masih berada dalam peringkat tertinggi dari daftar wilayah

miskin di Indonesia.

Page 106: 2016, no. 17 tahun 2012

106

Menurunkan angka kemiskinan menjadi salah satu agenda utama yang harus dapat dicapai sebagai

pembuktian keberhasilan konsep Otonomi Khusus. Penanggulangan kemiskinan merupakan agenda

pembangunan yang sifatnya multisektor. Meskipun tingkat kemiskinan hanya diukur berdasarkan

ukuran-ukuran ekonomi, namun jika disusuri lebih dalam maka kuncinya ada di hampir semua sektor.

Untuk periode lima tahun ini, penanggulangan kemiskinan difokuskan pada pembenahan infrastruktur,

pendidikan, kesehatan, dan ekonomi rakyat, yang semuanya menekankan pada pemberdayaan SDM.

Misi 4 Membenahi Tata Kelola Pemerintahan

Visi Terkait Maju, Mandiri, Bermartabat

Tata kelola pemerintahan termasuk didalamnya menyediakan pelayanan primabagi masyarakat

merupakan salah satu isu nasional dan global saat ini. Tata kelola pemerintahan dan pelayanan yang

buruk cenderung menjadikan pemerintahan koruptif dan inefisien, sehingga tidak mampu menyajikan

pelayanan prima, yang berdampak melemahkan dan bahkan menurunkan kewibawaan Pemerintah di

mata masyarakat.

Misi ini ditujukan untuk menghapus citra buruk atas kondisi tata kelola Pemerintahan secara umum di

Indonesia dan khususnya Pemerintah Daerah. Hal tersebut sekaligus dimaksudkan untuk meningkatkan

kepercayaan masyarakat. Perbaikan tata kelola pemerintahandilakukan dengan penyelenggaraan teknis

Pemerintahan yang berdasarkan prinsip akuntabel, terkontrol, responsif, profesional, efisien dan efektif,

transparan, egaliter, visioner & strategis, partisipatif dan mengutamakan supremasi hukum.

Pelayanan kepada masyarakat khususnya di kampung dan pedalaman yang sebelumnya tidak tersentuh,

merupakan perhatian utama dari misi pembangunan ini sebagaimana yang telah diamanatkan dalam

Undang-Undang Otonomi Khusus.

Misi 5 Mewujudkan Pemerataan Pembangunan

Visi Terkait Maju, Mandiri

Kesenjangan tingkat kesejahteraan masyarakat Provinsi Papua Barat cukup mencolok. Baik antara

masyarakat Pendatang dan masyarakat Asli, maupun antara masyarakat yang tinggal di perkotaan

dengan masyarakat yang tinggal di perkampungan atau pedalaman. Sesuai dengan hakikat pembangunan

Page 107: 2016, no. 17 tahun 2012

107

nasional yang bertujuan untuk memeratakan tingkat kesejahteraan di semua wilayah dan semua lapisan

masyarakat, maka pengurangan kesenjangan sampai kesenjangan tersebut sirna menjadi target utama

dalam pembangunan Provinsi Papua Barat. Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat

mengamanatkan perlunya mengatasi masalah ini sesegera mungkin untuk menghindari masalah turunan

yang mungkin diakibatkan. Dengan demikian, program peningkatan kesejahteraan masyarakat akan

menjadi inti dari misi pembangunan daerah ini (pembangunan yang bersifat inklusif/inclusive

development).

Misi 6 Membangun Sumber Daya Manusia yang Kontributif Dalam Pembangunan

Visi Terkait Maju, Bermartabat

Sebagai titik sentral dalam pembangunan, sumber daya manusia menjadi target utama dari semua

bidang/sektor pembangunan. Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat menegaskan

tentang pentingnya aspek Sumber Daya Manusia khususnya warga Asli Papua untuk diprioritaskan. Hal

tersebut dilakukan demi menyiapkan warga Asli Papua untuk memegang tanggung jawab dalam

menggerakkan roda kehidupan Provinsi Papua Barat ke arah yang lebih baik. Untuk itulah dibutuhkan

SumberDaya Manusia yang berkarakter positif dengan tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan yang

baik.

Misi 7 Memanfaatkan Sumber Daya Alam Bagi Kesejahteraan Masyarakat

Visi Terkait Maju, Mandiri, Lestari

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Otonomi Khusus, kekayaan sumber daya alam yang dimiliki

Provinsi Papua Barat harusdiambil manfaatnya secara bijak bagi sebesar-besarnya kemakmuran

masyarakat. Ironis jika Provinsi Papua Barat yang kaya akan SDA namun kehidupannya tidak sejahtera.

Jika keadaannya demikian, tentunya ada yang belum optimal atau bahkan ada yang salah dalam pola

pemanfaatan SDA yang selama ini dilakukan.Karenanya pola pemanfaatan yang diupayakan lima tahun

kedepan harus dilakukan dengan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat Provinsi Papua Barat

umumnya, dan khususnya orangAsli Papua. Pemanfaatan Sumber Daya Alam ini juga yang nantinya

ditujukan untuk membantu mengatasi masalah tingginya kemiskinan dan kesenjangan di Provinsi Papua

Barat.

Page 108: 2016, no. 17 tahun 2012

108

Misi 8 Melestarikan Lingkungan Alam dan Budaya

Visi Terkait Lestari

Pembangunan yang mengabaikan aspek kelestarian lingkungan merupakan ancaman bagi kelangsungan

hidup umat manusia. Provinsi Papua Barat pada dasarnya memiliki kerentanan lingkungan yang tinggi

sehingga pengendalian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaaatan Sumber Daya Alam

menjadi sangat penting. Oleh karena itu, aspek lingkungan harus menjadi salah satu komponen utama

pertimbangan bagi kebijakan pembangunan sektoral maupun kewilayahan. Dalam hal ini, implementasi

berbagai regulasi terkait dengan penataan ruang merupakan salah satu program utama.

Keanekaragaman budaya sesungguhnya merupakan aset pembangunan yang jika dikelola secara baik dan

dipadukan dengan perkembangan wilayah akan memberikan nilai tambah lain baik dari sudut pandang

sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu, perlu ada pendalaman dan pengembangan nilai-nilai luhur yang

melekat dalam aneka ragam budaya yang murni berasal dari Provinsi Papua Barat. Aktualisasi aspek

sosial budaya masyarakat Provinsi Papua Barat merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari upaya

penguatan dan peningkatan martabat.

5.3 Tujuan dan Sasaran Pembangunan

Berdasarkan rumusan Visi dan Misi PembangunanJangka Menengah Provinsi Papua Barat Tahun 2012 -

2016,maka berikut ini dirumuskan tujuan-tujuan pembangunan Provinsi Papua Barat untuk lima tahun

kedepan yang selanjutnya dirinci lagi menjadi sasaran pembangunan.

5.3.1 Tujuan Pembangunan

Tujuan pembangunan adalah tujuan dari masing-masing misi pembangunan, yaitu sebagai berikut:

MISI PEMBANGUNAN TUJUAN PEMBANGUNAN

1. Menanamkan Amanat Otonomi Khusus

sebagai Paradigma Baru Pembangunan.

Menyelenggarakan pembangunan dengan

menomorsatukan perlindungan, pencerdasan,

dan pemberdayaan masyarakat (orang Asli

Papua).

Page 109: 2016, no. 17 tahun 2012

109

MISI PEMBANGUNAN TUJUAN PEMBANGUNAN

2. Memacu Peningkatan Perekonomian

Wilayah.

Meningkatkan kemampuan finansial Daerah

untuk membiayai pembangunan dari

Penerimaan Asli Daerah.

3. Menanggulangi Kemiskinan. Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan

kesejahteraan sosial masyarakat.

4. Membenahi Tata Kelola Pemerintahan.

Mendukung proses percepatan kegiatan

pembangunan Provinsi Papua Barat.

Memberikan pelayanan publik yang prima

bagi masyarakat.

5. Mewujudkan Pemerataan Pembangunan. Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan

kesejahteraan sosial masyarakat.

6. Membangun Sumber Daya Manusia yang

Kontributif Dalam Pembangunan.

Mendukung proses percepatan pembangunan

Provinsi Papua Barat.

7. Memanfaatkan Sumber Daya Alam Bagi

Kesejahteraan Masyarakat.

Menciptakan kesejahteraan ekonomi

masyarakatdengan kegiatan ekonomi

berbasis SDA sekaligus memberdayakan

masyarakat dalam upaya pelestarian

lingkungan alam.

8. Melestarikan Lingkungan Alam dan

Budaya.

Mempersiapkan dan menyediakan kualitas

lingkungan hidup yang baik bagi generasi

yang akan datang.

Page 110: 2016, no. 17 tahun 2012

110

5.3.2 Sasaran Pembangunan

Untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan yang telah dirumuskan diatas, maka sasaran pembangunan

yang harus dicapai adalah sebagai berikut:

1 Terjangkaunya pelayanan pendidikan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh masyarakat.

2 Terjangkaunya pelayanan kesehatan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh masyarakat.

3 Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan lingkungan yang menjangkau seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat.

4 Meningkatnya perekonomian wilayah dan tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat yang disertai dengan pengembangan keterampilan.

5 Terlaksananya affirmative action.

6 Meningkatnya realisasi investasi dalam dan luar negeri di sektor-sektor primer.

7 Meningkatnya pertumbuhan produktivitas sektor-sektor sekunder dan tersier.

8 Meningkatnya jalinan kerjasama ekonomi.

9 Meningkatnya indeks kesehatan.

10 Terbinanya masyarakat dalam upaya peningkatan indeks kesehatan.

11 Terpenuhinya kebutuhan perumahan layak huni.

12 Terbina dan terberdayakannya perempuan dan anak sebagai agen perubahan masyarakat.

13 Terbina dan terpeliharanya masyarakat yang memiliki kerawanan social.

14 Meningkatnya pertumbuhan dan produktivitas koperasi dan usaha kecil menengah.

15 Terberdayakannya masyarakat perkampungan.

16 Meningkatnya kesejahteraan petani.

17 Meningkatnya kompetensi dan profesionalitas aparatur pemerintahan.

18 Diterapkannya sistem pemerintahan dan sistem kerja pemerintah yang akuntabel, transparan, partisipatif, profesional, efisien, efektif, dan taat hokum.

19 Tersusunnya dokumen rencana pembangunan dan rencana kerja pemerintah.

20 Tersusunnya regulasi yang relevan dengan kebutuhan daerah.

21 Terpenuhinya kebutuhan prasarana dan sarana transportasi, utilitas publik, dan pelayanan publik di seluruh wilayah.

Page 111: 2016, no. 17 tahun 2012

111

22 Terciptanya SDM berkualitas dengan indeks pendidikan dan penguasaan keterampilan yang baik.

23 Terbinanya generasi pemuda sebagai aset strategis.

24 Meningkatnya kecerdasan serta meluasnya penguasaan pengetahuan dan informasi, serta meningkatnya motivasi untuk hidup yang lebih baik.

25 Terwujudnya ketahanan pangan wilayah dengan peningkatan produktivitas pertanian, perikanan, dan peternakan.

26 Meningkatnya kegiatan perkebunan rakyat.

27 Meningkatnya pemanfaatan sumber daya hutan.

28 Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pertambangan.

29 Mengelola pariwisata yang berbasis pengembangan masyarakat local.

30 Terjaganya keberadaan budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam.

31 Terehabilitasinya lingkungan yang statusnya kritis.

32 Terlaksananya upaya perlndungan lingkungan dan pengawasan lingkungan.

33 Menurunnya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA.

34 Tertanganinya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA.

35 Terlaksananya upaya mitigasi bencana alam.

Page 112: 2016, no. 17 tahun 2012

112

Tabel 6-1. Matriks Keterkaitan Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan

MISI TUJUAN SASARAN

1 Menanamkan Amanat Otonomi

Khusus Sebagai Paradigma Baru

Pembangunan

Menyelenggarakan pembangunan

dengan menomorsatukan

perlindungan, pencerdasan, dan

pemberdayaan masyarakat (Orang

Asli Papua)

1 Terjangkaunya pelayanan pendidikan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi

oleh seluruh masyarakat.

2 Terjangkaunya pelayanan kesehatan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi

oleh seluruh masyarakat.

3 Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi,

perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan lingkungan yang menjangkau

seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat.

4 Meningkatnya perekonomian wilayah dan tumbuhnya kegiatan ekonomi

masyarakat yang disertai dengan pengembangan keterampilan.

5 Terlaksananya affirmative action.

2 Memacu Peningkatan

Perekonomian Wilayah

Meningkatkan kemampuan

finansial daerah untuk membiayai

pembangunan dari penerimaan asli

daerah

1 Meningkatnya realisasi investasi dalam dan luar negeri di sektor-sektor primer.

2 Meningkatnya pertumbuhan produktivitas sektor-sektor sekunder dan tersier.

3 Meningkatnya jalinan kerjasama ekonomi.

3 Menanggulangi Kemiskinan Menciptakan kesejahteraan

ekonomi dan kesejahteraan sosial

masyarakat

1 Meningkatnya indeks kesehatan.

2 Terbinanya masyarakat dalam upaya peningkatan indeks kesehatan.

3 Terpenuhinya kebutuhan perumahan layak huni.

4 Terbina dan berdayanya perempuan dan anak sebagai agen perubahan

masyarakat.

Page 113: 2016, no. 17 tahun 2012

113

MISI TUJUAN SASARAN

5 Terbina dan terpeliharanya masyarakat yang memiliki kerawanan social.

6 Meningkatnya pertumbuhan dan produktivitas koperasi dan usaha kecil

menengah.

7 Terberdayakannya masyarakat perkampungan.

8 Meningkatnya kesejahteraan petani.

4 Membenahi Tata Kelola

Pemerintahan

Mendukung proses percepatan

kegiatan pembangunan Provinsi

Papua Barat

Memberikan pelayanan publik yang

prima bagi masyarakat

1 Meningkatnya kompetensi dan profesionalitas aparatur pemerintahan.

2 Diterapkannya sistem pemerintahan dan sistem kerja pemerintah yang

akuntabel, transparan, partisipatif, profesional, efisien, efektif, dan taat hokum.

3 Tersusunnya dokumen rencana pembangunan dan rencana kerja pemerintah.

4 Tersusunnya regulasi yang relevan dengan kebutuhan daerah.

5 Mewujudkan Pemerataan

Pembangunan

Menciptakan kesejahteraan

ekonomi dan kesejahteraan sosial

masyarakat

1 Terpenuhinya kebutuhan prasarana dan sarana transportasi, utilitas publik, dan

pelayanan publik di seluruh wilayah.

6 Membangun Sumber Daya

Manusia yang Kontributif Dalam

Pembangunan

Mendukung proses percepatan

pembangunan Provinsi Papua Barat

1 Terciptanya SDM berkualitas dengan indeks pendidikan dan penguasaan

keterampilan yang baik.

2 Terbinanya generasi pemuda sebagai aset strategis.

3 Meningkatnya kecerdasan serta meluasnya penguasaan pengetahuan dan

informasi, serta meningkatnya motivasi untuk hidup yang lebih baik

Page 114: 2016, no. 17 tahun 2012

114

MISI TUJUAN SASARAN

7 Memanfaatkan Sumber Daya

Alam Bagi Kesejahteraan

Masyarakat

Menciptakan kesejahteraan

ekonomi masyarakatdengan

kegiatan ekonomi berbasis SDA

sekaligus memberdayakan

masyarakat dalam upaya

pelestarian lingkungan alam

1 Terwujudnya ketahanan pangan wilayah dengan peningkatan produktivitas

pertanian, perikanan, dan peternakan.

2 Meningkatnya kegiatan perkebunan rakyat.

3 Meningkatnya pemanfaatan sumber daya hutan.

4 Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pertambangan.

5 Mengelola pariwisata yang berbasis pengembangan masyarakat local.

8 Melestarikan Lingkungan Alam

dan Budaya

Mempersiapkan dan menyediakan

kualitas lingkungan hidup yang

baik bagi generasi yang akan dating

1 Terjaganya keberadaan budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam.

2 Terehabilitasinya lingkungan yang statusnya kritis.

3 Terlaksananya upaya perlndungan lingkungan dan pengawasan lingkungan.

4 Menurunnya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA.

5 Tertanganinya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA.

6 Terlaksananya upaya mitigasi bencana alam.

Page 115: 2016, no. 17 tahun 2012

115

BAB VI

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

6.1 Strategi Pembangunan

Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang

dirumuskan dengan kriterianya mencakup:

a. hubungan yang rasional antara visi dan misi dengan prioritas program Kepala Daerah terpilih.

b. hubungan yang kuat dengan analisis daerah dan isu-isu strategic.

c. pernyataan yang umum guna memandu pengembangan program pembangunan tahunan selama

lima tahun.

d. dikembangkan dalam suatu pemetaan strategi daerah. Strategi diperlukan untuk memperjelas arah

pengembangan program prioritas Kepala Daerah.

Untuk mencapai kondisi yang dica-citakan dalam Visi Pembangunan Jangka Menengah Provinsi

Papua Barat, pembangunan dilakukan bersama-sama dari atas dan dari bawah. Artinya,

pembangunan pembangunan diletakkan pada pembenahan pemerintahan dan pembangunan

masyarakat sebagai kunci vital keberhasilan pembangunan. Gambarannya kira-kira sebagai berikut:

Gambar 6-1. Pola Pembangunan Pemerintah dan Masyarakat Provinsi Papua Barat

Page 116: 2016, no. 17 tahun 2012

116

Untuk mencapai pemerataan pembangunan, maka dilihat dari segi kewilayahan, harus dilakukan

pembukaan akses ke wilayah-wilayah terpencil dan terisolasi dengan membangun prasarana dan

sarana transportasi. Pembangunan prasarana dan sarana publik serta pelayanan pendidikan dan

kesehatan di perkampungan. Untuk meningkatkan perekonomian wilayah, pembangunan

dilakukan di kawasan-kawasan strategisekonomi yang secara lebih detail dipaparkan dalam

RTRW.

Dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan prasarana dan sarana serta pelayanan publik, maka

dihitung dengan mempertimbangkan aspek efektivitas terutama efektif dari segi jangkauan

pelayanan. Karena jika dihitung dengan model-model umum yang biasa digunakan pada wilayah

yang kompak, maka akan banyak wilayah atau penduduk yang tidak tersentuh.

Pembenahan tata kelola pemerintahan mutlak harus dilakukan. Reformasi institusional terkait

sistem dan kapasitasi aparatur menjadi salah satu kunci suksesnya pembangunan dimana

pemerintah memiliki multifungsi utama sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali meskipun

nantinya akan diselenggarakan bersama-sama dengan masyarakat.

Hal lain yang tidak kalah penting adalah mengenai pemetaan berbagai informasi dasar daerah

seperti potensi spesifik daerah, peluang investasi, kerawanan wilayah, hak ulayat, dan

sebagainya yang nantinya akan dipakai sebagai rujukan untuk menentukan porsi pembangunan

yang proporsional di masing-masing wilayah atau aspek pembangunan.

6.2 Arah Kebijakan Pembangunan

Sejumlah isu pokok pembangunan di daerah memerlukan pengarusutamaan (mainstreaming) dalam

penyusunan kebijakan maupun program pembangunannya. Secara umum, kebijakan pembangunan yang

disusun harus memiliki dasar yang kuat terkait dengan hal-hal berikut:

1. Implementasi amanat Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat

Amanat Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat haruslah diterapkan dalam setiap

sektor/bidang pembangunan. Sebagai koreksi terhadap pendekatan yang konvensional maka

implementasi amanat Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat bukan hanya membawa keuntungan

bagi masyarakat Asli Papua dalam jangka pendek, tetapi sampai pada keberjalanan kehidupan di Provinsi

Papua Barat di masa yang akan datang. Dengan kata lain, bukan hanya upaya-upaya pemberian

keuntungan secara langsung namun mengkader masyarakat untuk menyelenggarakan pembangunan

dari, oleh, dan untuk mereka sendiri.Secara lebih rinci, hal-hal utama yang termaknai dari Undang-

Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat adalah:

a. Perlindungan terhadap hak kekayaan dan hak intelektual orang Asli Papua sesuai dengan

peraturan perUndang-Undangan;

Page 117: 2016, no. 17 tahun 2012

117

b. Pencerdasan akan hakikat hidup bermasyarakat dan bernegara, serta makna hidup mandiri dan

sejahtera;

c. Pemberdayaan, pemberian kesempatan dan pengutamaan orang Asli Papua untuk mendapatkan

pekerjaan dalam semua bidang pekerjaan di wilayah Provinsi Papua Barat berdasarkan

pendidikan dan keahliannya; dan

d. Penanaman tanggung jawab yang lebih besar bagi Provinsi Papua Barat dan rakyat Papua untuk

menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur pemanfaatan kekayaan alam di Provinsi Papua

Barat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua.

2. Pembangunan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas

Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator yang paling sederhana dengan komponen yang

empiris sebagai indikator tingkat kualitas masyarakat. Ukuran-ukuran didalamnyalah yang sejatinya

digunakan sebagai acuan dalam memilih alternatif kebijakan, program, maupun kegiatan yang tujuannya

untuk meningkatkan kualitas masyarakat di Provinsi Papua Barat.

Permasalahan kualitas Sumber Daya Manusia di Provinsi Papua Barat memang sudah sedemikian

kompleks. Karenanya perlu menjadi prioritas objek sekaligus subjek dalam penyelenggaraan

pembangunan. Dalam hal pengarusutamaan terkait Sumber Daya Manusia, beberapa hal yang perlu

diperhatikan diantaranya adalah:

a. Penempaan karakter masyarakat sehingga menghasilkan sumber daya manusia seperti tersurat

dalam misi pembangunan Provinsi Papua Barat;

b. Penciptaan Sumber Daya Manusia yang berkualitas melalui peningkatan kualitas pendidikan dan

kualitas kesehatan.

3. Penciptaan Kesempatan Kerja

Penciptaan kesempatan kerja khususnya bagi orang Papua bukan hanya menunggu kesempatan

datangnya investor yang membuka lapangan kerja tetapi juga upaya dalam mengoptimalkan

pengusahaan pemanfaatan sektor-sektor potensial dan modal-modal daerah yang dimiliki. Penciptaan

lapangan kerja ini juga berarti mendorong terciptanya unit-unit usaha baik dalam skala mini mikro,

mikro, kecil, menengah, maupun besar yang diupayakan secara profesional oleh masyarakat.

Hal lain yang dapat diupayakan bagi terciptanya lebih banyak kesempatan kerja khususnya bagi orang

Papua misalnya saja melalui penentuan kuota dan rekrutmen yang dapat diatur melalui penciptaan

regulasi. Jelasnya, bagaimanapun pemerintah serta segenap stakeholder pembangunan perlu

mengupayakan penciptaan kesempatan kerja khususnya bagi orang Papua demi kesejahteraan hidup

yang lebih baik dan demi peningkatan ekonomi wilayah.

Page 118: 2016, no. 17 tahun 2012

118

4. Penerapan Sistem Ekonomi yang Berkeadilan

Kelemahan yang selama ini terjadi adalah pembangunan bidang ekonomi yang hanya tertuju pada

kenaikan produksi (pertumbuhan) dan mengabaikan keterlibatan dan manfaat yang nyata kepada

masyarakat. Dengan demikian aspek keadilan diabaikan sehingga yang terjadi adalah marginalisasi

kelompok masyarakat tertentu. Sejalan dengan hal ini, maka misi Otonomi Khusus di Provinsi Papua

Barat menghendaki agar pembangunan ekonomi wilayah harus menjamin aspek keadilan bagi

masyarakat. Dalam hubungan ini, melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan, peran masyarakat lokal

diperkuat dan memiliki akses yang nyata dalam pemanfaatan Sumber Daya Alam Provinsi Papua Barat.

Sistem ekonomi yang berkeadilan dengan konsep ekonomi kerakyatannya merupakan salah satu konsep

aplikatif dari Undang-Undang Otonomi Khusus Papua Barat yang diusung demi membawa kemaslahatan

bagi penduduk Provinsi Papua Barat pada umumnya dan orang Asli Papua pada khususnya. Upaya keras

nantinya akan sangat dibutuhkan mengingat agar tepat sasaran, penerapan sistem ekonomi yang

berkeadilan ini membutuhkan orang Asli Papua khususnya untuk mengubah cara hidupnya dengan

membiasakan bekerja keras demi memenuhi kebutuhannya. Modal sumber daya alam yang melimpah

bukan lagi hanya milik investor-investor besar dengan peralatan yang mutakhir, namun menjadi milik

masyarakat yang mau berusaha. Titik tekan pada penerapan sistem ekonomi yang berkeadilan ini adalah:

a. Penguasaan faktor-faktor produksi oleh penduduk Provinsi Papua Barat umumnya, dan orang

Asli Papua khususnya;

b. Pemberdayaan penduduk Provinsi Papua Barat umumnya dan orang Asli Papua khususnya,

untuk berperan dalam sektor usaha;

c. Pengutamaan penduduk Provinsi Papua Barat umumnya dan orang asli Papua khususnya, untuk

menempati lapangan pekerjaan yang tersedia;

d. Pembagian keuntungan seadil-adilnya bagi penduduk Provinsi Papua Barat umumnya dan orang

asli Papua khususnya, atas pengusahaan potensi daerah.

5. Pembangunan Infrastruktur

Ketersediaan infrastruktur sifatnya sangat vital bagi pembangunan baik dalam skala wilayah maupun

dalam skala kebutuhan rumah tangga masyarakat. Pemenuhan kebutuhan infrastruktur wilayah dalam

skala yang lebih besar berpengaruh terhadap penciptaan kemudahan investasi skala besar. Pemenuhan

kebutuhan infrastruktur dasar masyarakat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan hidup

masyarakat. Walau bagaimanapun, infrastruktur adalah kebutuhan masyarakat yang wajib dipenuhi oleh

negara.

Minimnya infrastruktur di Papua Barat baik infrastruktur transportasi energi, air bersih, telekomunikasi,

pengelolaan lingkungan, infrastruktur sosial-ekonomi, dan sebagainya perlu dipacu pertumbuhannya

agar dalam 5 tahun ini bisa memenuhi kebutuhan segenap masyarakat Papua Barat khususnya orang

Papua. Banyak kendala ditemui dalam upaya pembangunannya, namun diharapkan dukungan dana dari

pihak eksternal dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin agar betul-betul dapat sampai ke masyarakat.

Page 119: 2016, no. 17 tahun 2012

119

6. Meningkatkan kemampuan tata kelola pemerintahan yang baik demi memberikan pelayanan

prima bagi masyarakat;

Salah satu masalah pokok di Provinsi Papua Barat adalah pengelolaan pembangunan. Sebagai wilayah

yang baru saja dikembangkan menjadi Provinsi, Provinsi Papua Barat membutuhkan pengelola

pembangunan berupa sumber daya aparatur yang berkualitas. Bidang ini menghadapi permasalahan

berupa keterbatasan baik dalam bentuk jumlah maupun kompetensi sehingga mempersulit

terlaksananya pelayanan kepada masyarakat. Disamping itu, kemampuan untuk mengelola pembangunan

yang terbatas menyebabkan juga mutu dan intensitas pelayanan kepada masyarakat ikut terkendala.

Seperti dijabarkan sebelumnya, tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dewasa ini telah

berkembang menjadi isu global. Kelemahan praktik pemerintahan hampir di seluruh bidang dan seluruh

wilayah di tanah air membawa dampak turunan yang lebih buruk di Provinsi Papua Barat.

Bagaimanapun, salah satu stakeholder penentu keberjalanan roda kehidupan di Provinsi Papua Barat

adalah aparat pemerintah. Pembenahan tata kerja atau sistem dan prosedur kerja menjadi pusat

perhatian dalam peningkatan kemampuan untuk melaksanakan pelayanan kepada masyarakat di

Provinsi Papua Barat. Pembentukan mainstream atas tata kelola pemerintahan yang baik diantaranya

bertumpu pada:

a. Pelibatan masyarakat sebesar-besarnya dan seluas luasnya, dari mulai tahap penyusunan,

penentuan, pengawasan, sampai pada tahap evaluasi dalam penyelenggaraan pemerintahan;

b. Pelibatan para wakil adat, agama, dan kaum perempuan dari mulai tahap penyusunan,

penentuan, pengawasan, sampai pada tahap evaluasi dalam penyelenggaraan pemerintahan;

c. Penyelenggaraan pemerintahan yang transparan dan bertanggungjawab kepada masyarakat;

d. Prioritas pembinaan kapabilitas teknis pemerintahan bagi orang Asli Papua sebagai calon

pemimpin dan pemangku jabatan struktural maupun fungsional di pemerintahan;

e. Peningkatan kapasitas aparat pemerintah dan pembenahan kelembagaan;

f. Sinergisasi antar Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat;

g. Sinkronisasi fungsi kelembagaan antar bidang melalui optimalisasi intensitas dan efektivitas

koordinasi.

7. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam bagi kesejahteraan masyarakat dengan

memperhatikan kelestarian dan kualitas lingkungan

Sumber daya alam dapat dikatakan menjadi modal terbesar bagi Provinsi Papua Barat. Logikanya, jika

dapat dimanfaatkan secara tepat guna dan tepat sasaran maka semestinya tidak ada masyarakat yang

tergolong miskin. Namun sayangnya pada kenyataannya sumber daya alam yang dimiliki kondisinya

menjadi dua kemungkinan. Dimanfaatkan, tapi oleh pihak asing sehingga tidak memberi keuntungan

signifikan bagi daerah ataupun masyarakat lokal. Kemungkinan yang kedua adalah belum dimanfaatkan

sama sekali karena minimnya minat investor dan minimnya keterjangkauan terhadap

teknologi.Karenanya pada rencana pembangunan jangka menengah ini, pengarusutamaan terkait sumber

daya alam Provinsi Papua Barat diantaranya adalah:

Page 120: 2016, no. 17 tahun 2012

120

a. Pemanfaatan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat lokal;

b. Penanaman tanggung jawab atas pemanfaatan sumber daya alam dan keberlanjutannya di masa

depan;

c. Penanaman prinsip untuk menjaga kelestarian lingkungan dalam kegiatan pemanfaatan sumber

daya alam;

d. Penanaman prinsip untuk menjaga kualitas lingkungan dalam kegiatan pemanfaatan sumber

daya alam.

8. Pemberantasan kemiskinan dalam arti luas

Kemiskinan dalam arti luas bukan hanya kemiskinan yang melulu diukur dengan indikator kepemilikan

aset pribadi, meskipun lebih mudah menggolongkan kemiskinan menggunakan ukuran-ukuran

kesejahteraan khususnya yang ada pada komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Tetapi di lain

sisi, termasuk juga didalamnya kemiskinan atas ketiadaan harapan di masa depan secara fisik dan mental.

Taraf hidup yang cenderung tidak berubah dan terlihat semakin terpuruk ditengah perkembangan global

juga bisa digolongkan sebagai salah satu ukuran kemiskinan. Pengarusutamaan pada persoalan

kemiskinan diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pemenuhan ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat dengan harga terjangkau;

b. Pemberian jaminan pelayanan terutama pelayanan kesehatan dan pendidikan;

c. Pembinaan mengenai upaya-upaya peningkatan taraf hidup dan kualitas hidup;

d. Memotivasi pertumbuhan dan perkembangan kegiatan wirausaha masyarakat lokal;

e. Pembinaan mengenai tata kelola usaha yang baik dan benar demi peningkatan kesejahteraan;

f. Perluasan pembukaan lapangan pekerjaan;

g. Mendorong berkembangnya budaya rajin menabung.

9. Menyeimbangkan kemajuan antarwilayah dan antarkelompok masyarakat di Provinsi Papua

Barat

Banyak kegagalan yang terjadi selama ini terkait dengan kurang dipahaminya dengan baik aspek

kewilayahan dan penataan ruang. Provinsi Papua Barat yang dominan memiliki kawasan konservasi dan

memerlukan perlakuan yang spesifik butuh pemahaman yang baik tentang aspek kewilayahan dan

penataan ruang.

Dari segi kewilayahan, kesenjangan yang terjadi selama ini oleh karena kurang dipahaminya dengan baik

aspek ini dalam penyusunan program maupun implementasinya. Bersamaan dengan hal ini, ketaatan

pada tata ruang sebagaimana yang digariskan dalam RTRW Provinsi Papua Barat dapat memberikan

kontribusi yang positif. Pemanfaatan sumber daya alam serta degradasi mutu lingkungan di Provinsi

Papua Barat sangat ditentukan oleh penyebaran kegiatan pembangunan serta ketaatan pada aturan

penataan ruang wilayah. Setelah RTRW Provinsi Papua Barat maka pada gilirannya akan disiapkan

Rencana Terinci dan Rencana Teknik Kawasan yang nantinya akan menjadi dasar dalam pemberian izin

Page 121: 2016, no. 17 tahun 2012

121

pemanfaatan ruang melalui ketentuan zonasi. Dalam kurun waktu jangka menengah kedepan, aspek ini

akan diutamakan penyelesaianya sehingga kebutuhan ruang bagi suatu program secara spesifik telah

nampak wilayah dan aspek keruangannya.

Ketimpangan antarwilayah dan antarkelompok bukan hanya berujung pada kemelaratan, tetapi juga

dapat menimbulkan perpecahan dan konflik. Karenanya salah satu visi pembangunan di masa depan

haruslah menuju kepada pemerataan pembangunan di semua wilayah dan semua lapisan masyarakat,

terutama kaitannya dengan aspek ekonomi serta sarana dan prasarana. Untuk menuju ke arah itu, pada

rencana pembangunan jangka menengah ini diupayakan dengan penentuan mainstream sebagai beriku:

a. Pemenuhan infrastruktur dasar di setiap wilayah terutama di sentra-sentra Permukiman

penduduk;

b. Penggalian dan inventarisasi potensi khas dan potensi unggulan setiap daerah sebagai sumber

Penerimaan Asli Daerah (PAD);

c. Penyuksesan program ketahanan pangan di seluruh wilayah;

d. Pentaatan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Papua Barat sebagai referensi dasar

pembangunan terutama aspek spasial;

e. Prioritas pembangunan pada wilayah tertinggal;

f. Mengaktifkan peran lembaga masyarakat kampung dan masyarakat adat;

g. Meleburkan klaster spasial maupun sosial antara masyarakat asli dan masyarakat pendatang;

h. Mengutamakan tata cara pengambilan keputusan yang menekankan musyawarah dan penggalian

masalah melalui dialog dan tukar pengalaman di antara para pihak.

10. Melanjutkan revitalisasi nilai sosial budaya masyarakat Provinsi Papua Barat.

Nilai sosial budaya terutama ditujukan untuk mengaktualisasikan jati diri, identitas dan karakter

masyarakat Papua berdasarkan nilai-nilai luhur, kearifan lokal, dan tatanan aturan dalam menyelesaikan

berbagai permasalahan dengan tetap memperhatikan tatanan secara nasional. Kemandirian budaya juga

berkaitan dengan perlindungan terhadap berbagai khasanah adat istiadat serta memahami

keragamannya sebagai suatu kekayaan untuk dijadikan inspirasi pembangunan sebagai upaya

transformasi untuk menjaga kelestariannya. Pentingnya nilai sosial budaya sehingga untuk Provinsi

Papua Barat perlu adanya penekanan dari segi ini terhadap pembangunan yang akan berjalan, dengan

pengarusutamaan sebagai berikut:

a. Inventarisasi kekayaan budaya daerah baik yang bersifat fisik maupun non fisik;

b. Pembangunan sentra-sentra kebudayaan;

c. Penyusunan mekanisme upaya proteksi budaya daerah;

d. Penetrasi pengenalan budaya daerah ke ranah pendidikan;

e. Pengawasan dan pengendalian pada penggunaan teknologi;

f. Pembinaan sekaligus pelestarian sekolah-sekolah adat yang masih tersisa;

g. Fasilitasi pengenalan dan promosi kekayaan budaya daerah seluas-luasnya;

h. Pembinaan masyarakat lokal untuk menjadi agen pewaris kebudayaan.

Page 122: 2016, no. 17 tahun 2012

122

11. Pemberdayaan perempuan

Masalah peranan gender di Provinsi Papua Barat merupakan salah satu isu utama dalam pembangunan.

Peningkatan peran perempuan disejumlah bidang pembangunan pada umumnya masih lemah dan

terbatas. Hal ini disebabkan oleh karena kemampuan perempuan di Provinsi Papua Barat masih

memerlukan penguatan baik secara perorangan maupun kelembagaan. Aspek budaya masih kuat

pengaruhnya dalam pengembangan peran perempuan. Oleh sebab itu, pemberdayaan perempuan di

Provinsi Papua Barat akan menyentuh aspek budaya masyarakat disamping terus mengembangkan peran

aktif perempuan Provinsi Papua Barat yang saat ini telah mulai berkembang.

Dalam bidang politik, kedudukan perempuan mulai menunjukkan peran yang nyata dimana sejumlah

posisi legislatif telah berada ditangan kaum perempuan. Juga didalam lembaga eksekutif sejumlah posisi

penting kini telah dijalani oleh kaum perempuan. Demikian pula dalam lembaga pendidikan tinggi,

peneliti, pekerja atau pelayan sosial, atau fungsi kemasyarakatan lainnya telah banyak dilaksanakan oleh

kaum perempuan. Dimasa mendatang kondisi ini terus ditingkatkan terutama dikampung dan perkotaan

se-Provinsi Papua Barat. Pada intinya, perempuan harus mengambil peran di setiap proses pembangunan

Provinsi Papua Barat.

Dari paparan arahan strategi dan kebijakan umum diatas, maka berikut ini adalah strategi pembangunan

dan arah kebijakan pembangunan yang spesifik, yang disusun berdasarkan urgensi pencapaian tujuan

dan misi pembangunan yang disajikan dalam tabel berikut:

Page 123: 2016, no. 17 tahun 2012

123

Tabel 6-1. Matriks Keterkaitan Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Arah Kebijakan Pembangunan

MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

1 Menanamkan Amanat

Otonomi Khusus Sebagai

Paradigma Baru

Pembangunan

Menyelenggarakan

pembangunan dengan

menomorsatukan

perlindungan, pencerdasan,

dan pemberdayaan

masyarakat (orang Asli

Papua)

1 Terjangkaunya pelayanan

pendidikan dilihat dari segi

lokasi dan segi ekonomi

oleh seluruh masyarakat

Penyediaan pelayanan

pendidikan yang dekat

dengan masyarakat

Pengakomodasian

masyarakat agar dekat

dengan pelayanan

pendidikan

Peringanan biaya

pendidikan

Penyesuaian pelayanan

pendidikan dengan

karakteristik wilayah dan

karakteristik masyarakat

Pelibatan masyarakat

dalam penyelenggaraan

pelayanan pendidikan

1 Menyediakan pelayanan pendidikan

di lokasi yang mudah diakses

masyarakat di seluruh wilayah baik

pendidikan formal maupun informal

2 Memfasilitasi masyarakat yang ingin

berada dekat dengan pelayanan

pendidikan dengan menyediakan

sistem pelayanan pendidikan dan

prasarana dan sarana spesifik

3 Menyediakan pelayanan pendidikan

yang murah bahkan bebas biaya bagi

masyarakat

4 Menyesuaikan pokok-pokok

pengajaran dengan kebutuhan

wilayah dan kearifan lokal yang ada

5 Melibatkan masyarakat dalam

penyelenggaraan layanan pendidikan

termasuk dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan

6 Menyediakan layanan pendidikan

dinamis yang mampu menyentuh

lokasi-lokasi terpencil dan terisolir

Page 124: 2016, no. 17 tahun 2012

124

MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

2 Terjangkaunya pelayanan

kesehatan dilihat dari segi

lokasi dan segi ekonomi

oleh seluruh masyarakat

Penyediaan pelayanan

kesehatan yang dekat

dengan masyarakat

Pengakomodasian

masyarakat agar dekat

dengan pelayanan

kesehatan

Peringanan biaya kesehatan

Penyesuaian pelayanan

kesehatan dengan

karakteristik wilayah dan

karakteristik masyarakat

Pelibatan masyarakat

dalam penyelenggaraan

pelayanan kesehatan

1 Menyediakan pelayanan kesehatan di

lokasi yang mudah diakses

masyarakat di seluruh wilayah

2 Menyediakan layanan kesehatan

dinamis yang mampu menyentuh

lokasi-lokasi terpencil dan terisolir

3 Menyediakan pelayanan kesehatan

yang murah bahkan bebas biaya

4 Menyesuaikanlayanan kesehatan

sesuai kebutuhan wilayah dan

kearifan lokal yang ada

5 Melibatkan masyarakat dalam

penyelenggaraan layanan kesehatan

termasuk dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan

3

Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan lingkungan yang menjangkau seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat;

Percepatan pembangunan

infrastruktur yang

menjangkau seluruh

kampung dan dapat

dinikmati seluruh

masyarakat

Penjalinan kerjasama

dengan investor maupun

1 Mempercepat pembangunan

infrastruktur transportasi, energi,

komunikasi, perumahan, air bersih,

sanitasi, dan pengelolaan lingkungan

yang menjangkau seluruh kampung

dan dapat dinikmati seluruh

masyarakat;

Page 125: 2016, no. 17 tahun 2012

125

MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

pemerintah pusat/provinsi

lain

Penyelesaian persoalan

pertanahan

Penyusunan rencana

pengembangan

infrastruktur terintegrasi

4

Meningkatnya

perekonomian wilayah dan

tumbuhnya kegiatan

ekonomi masyarakat yang

disertai dengan

pengembangan

keterampilan

Pengembangan sektor-

sektor potensial yang

berbasis pemanfaatan SDA

lokal

Stimulasi pertumbuhan

usaha kecil dan mikro serta

pembinaan efektivitas

usaha usaha mini mikro

Pembinaan keterampilan

kerja dan usaha masyarakat

Penciptaan lapangan kerja

1 Mengembangkan usaha pemanfaatn

sektor-sektor potensial yang

berbasis SDA lokal

2 Menstimulasi pertumbuhan usaha

menengah, kecil, dan mikro dengan

pemberian bantuan modal,

pemberian skema kredit ringan, dan

pembekalan keterampilan usaha

3 Memfasilitasi kebutuhan usaha mini

mikro agar berlangsung efisien dan

pembinaan keterampilan

pengembangan usaha

4 Membina keterampilan kerja dan

usaha masyarakat

5 Menciptakan lapangan kerja

Page 126: 2016, no. 17 tahun 2012

126

MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

5

Terlaksananya affirmative

action

Perekrutan orang asli

papua dalam pemerintahan

dan lapangan kerja/ usaha

Penentuan kuota

Promosi

Penyesuaian regulasi

1 rekrutmen orang asli papua dalam

pemerintahan, jasa kemasyarakatan,

perdagangan besar, dan industri

2 Penentuan kuota untuk rekrutmen

orang asli papua dan untuk target

capaian pembangunan

3 Promosi

4 Penyesuaian regulasi yang relevan

dengan kebutuhan Papua Barat

2 Memacu Peningkatan

Perekonomian Wilayah

Meningkatkan kemampuan

finansial daerah untuk

membiayai pembangunan

dari penerimaan asli

daerah

1 Meningkatnya realisasi

investasi dalam dan luar

negeri di sektor-sektor

primer

Penciptaan iklim investasi

yang kondusif

Penyiapan SDM lokal

Pemetaan potensi daerah

dan peluang investasi

Peningkatan promosi

potensi daerah dan peluang

investasi

Pengembangan klaster-

klaster pada simpul-simpul

strategis wilayah

Pengembangan komoditas

spesifik daerah.

1 Meningkatkan kualitas dan

produktivitas tenaga kerja lokal;

2 Meningkatnya

pertumbuhan produktivitas

sektor-sektor sekunder dan

tersier

2 Menciptakan iklim investasi yang

kondusif

3 Memantapkan kesatuan bangsa dan

politik internal wilayah

3 Meningkatnya jalinan

kerjasama ekonomi

4 Memantapkan kerjasama

perdagangan lokal, regional, dan

internasional melalui pengembangan

klaster pada kawasan strategis;

Page 127: 2016, no. 17 tahun 2012

127

MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Peredaman ekonomi biaya

tinggi dengan menyiasati

proses produksi dan

distribusi

5 Meningkatkan pertumbuhan dan

kontribusi industri kecil dan

menengah;

3 Menanggulangi Kemiskinan Menciptakan kesejahteraan

ekonomi dan kesejahteraan

sosial masyarakat

1 Meningkatnya indeks

kesehatan

Pelaksanaan program-

program spesifik otonomi

khusus

Peningkatan kuantitas dan

kualias pelayanan publik

Pemberdayaan masyarakat

Kemitraan dengan lembaga

agama, sosial, adat, dan

pihak pemerhati lainnya

1 Meningkatkan indeks kesehatan

masyarakat melalui upaya

peningkatan mutu tenaga kesehatan

dan layanan kesehatan bagi seluruh

lapisan masyarakat.

2 Terbinanya masyarakat

dalam upaya peningkatan

indeks kesehatan

2 Membina masyarakat dalam upaya

peningkatan kesehatan diri dan

lingkungan;

3 Terpenuhinya kebutuhan

perumahan layak hun

3 Memenuhi kebutuhan perumahan

layak huni bagi seluruh masyarakat;

4 Terbina dan

terberdayakannya

perempuan dan anak

sebagai agen perubahan

masyarakat

4 Membinaan dan memberdayakan

perempuan dan anak sebagai agen

perubahan kondisi masyarakat;

5 Terbina dan terpeliharanya

masyarakat yang memiliki

kerawanan sosial;

5 Membina dan Memelihara

masyarakat yang memiliki

kerawanan sosial;

6 Meningkatnya

pertumbuhan dan

6 Meningkatkan pertumbuhan dan

produktivitas koperasi dan usaha

Page 128: 2016, no. 17 tahun 2012

128

MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

produktivitas koperasi dan kecil menengah;

usaha kecil menengah

7 Terberdayakannya

masyarakat perkampungan

7 Memberdayakan masyarakat

perkampungan

8 Meningkatnya

kesejahteraan petani

8 Meningkatkan kesejahteraan petani.

4 Membenahi Tata Kelola

Pemerintahan

Mendukung proses

percepatan kegiatan

pembangunan Provinsi

Papua Barat serta

memberikan pelayanan

publik yang prima bagi

masyarakat

1 Meningkatnya kompetensi

dan profesionalitas

aparatur pemerintahan

Pelaksanaan sistem

pengawasan dan evaluasi

secara struktural dan

fungsional baik dari

internal pemerintah

Provinsi Papua Barat,

maupun dari Pemerintah

Pusat, masyarakat, dan

lembaga independen lain

1

2

Meningkatkan kinerja setiap SKPD

melalui perbaikan sistem kerja dan

perbaikan kualitas dan kapasitas

aparatur.

Merencanakan pembangunan

wilayah yang sinergis antarwilayah

dan antarsektor;

2 Diterapkannya sistem

pemerintahan dan sistem

kerja pemerintah yang

akuntabel, transparan,

partisipatif, profesional,

efisien, efektif, dan taat

hukum

3 Tersusunnya dokumen

rencana pembangunan dan

rencana kerja pemerintah

3 Memperbaiki kearsipan serta tata

administrasi kewilayahan dan

kependudukan

Page 129: 2016, no. 17 tahun 2012

129

MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

4 Tersusunnya regulasi yang

relevan dengan kebutuhan

daerah

4 Meningkatkan kapasitas lembaga

legislatif daerah

5 Menyusun berbagai regulasi yang

diperlukan

5 Mewujudkan Pemerataan

Pembangunan

Menciptakan kesejahteraan

ekonomi dan kesejahteraan

sosial masyarakat

1

Terpenuhinya kebutuhan

prasarana dan sarana

transportasi, utilitas publik,

dan pelayanan publik di

seluruh wilayah

Pembukaan akses ke

daerah-daerah terisolir dan

terpencil

Prioritas pembangunan

pada wilayah strategis,

daerah terisolir, dan daerah

terpencil

Prioritas pembangunan

ditujukan kepada

masyarakat miskin dan

orang asli Papua

Penerapan skema-skema

pembangunan non

konvensional

1 Menyelenggarakan perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendalian tata

ruang sesuai dengan RTRW provinsi

dan RTRW kabupaten/kota;

2 Memenuhi infrastruktur

transportasi, energi, telekomunikasi,

air bersih & air minum, dan

pengelolaan lingkungan di seluruh

wilayah, baik perkotaan maupun

perKampungan

3 Menyusun sistem pengelolaan

infrastruktur dan pengelolaan

lingkungan hidup

4 Meningkatkan pencapaian keluarga

sejahtera

5 Meratakan pembangunan wilayah

melalui transmigrasi

6 Membangun Sumber Daya

Manusia yang Kontributif

Mendukung proses

percepatan pembangunan

1 Terciptanya SDM

berkualitas dengan indeks

Peningkatan kualitas 1 Meningkatkan indeks pendidikan

melalui upaya peningkatan

Page 130: 2016, no. 17 tahun 2012

130

MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Dalam Pembangunan Provinsi Papua Barat

pendidikan dan

penguasaan keterampilan

yang baik

layanan pendidikan formal

dan informal

Pembinaan pemuda dan

pembinaan melalui

olahraga

Fasilitasi sarana

komunikasi dan informasi

partisipasi masyarakat, mutu tenaga

pendidik, layanan, dan manajemen

pendidikan formal dan non formal.

2 Terbinanya generasi

pemuda sebagai aset

strategis

2 Meningkatkan daya saing SDM

melalui pembinaan pemuda dan olah

raga

3 Meningkatnya kecerdasan

serta meluasnya

penguasaan pengetahuan

dan informasi, serta

meningkatnya motivasi

untuk hidup yang lebih baik

3 Mencerdaskan masyarakat melalui

sarana komunikasi dan informasi

7 Memanfaatkan Sumber

Daya Alam Bagi

Kesejahteraan Masyarakat

Menciptakan kesejahteraan

ekonomi

masyarakatdengan

kegiatan ekonomi berbasis

SDA sekaligus

memberdayakan

masyarakat dalam upaya

pelestarian lingkungan

alam

1 Terwujudnya ketahanan

pangan wilayah dengan

peningkatan produktivitas

pertanian, perikanan, dan

peternakan

Optimalisasi pemanfaatan

teknologi tepat guna

Pelaksanaan sistem

pengawasan atas

pemanfaatan SDA

Pemberdayaan masyarakat

lokal dalam pelaksanaan,

pengelolaan dan

pengawasan upaya

pemanfaatan SDA

1 Mewujudkan ketahanan pangan

wilayah melalui peningkatan

produktivitas pertanian dan

meningkatkan pendapatan

masyarakat dari kegiatan

perkebunan

2 Meningkatnya kegiatan

perkebunan rakyat

2 Memanfaatkan potensi Sumber Daya

Hutan dengan tetap berprinsip

kepada kelestarian dan

keberlanjutan lingkungan alam

3 Meningkatnya pemanfaatan

sumber daya hutan

3 Membina dan mengawasi

pengusahaan bidang pertambangan

Page 131: 2016, no. 17 tahun 2012

131

MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

4 Meningkatnya partisipasi

masyarakat dalam kegiatan

pertambangan

4 Mengembangkan kepariwisataan

daerah yang berbasis pengembangan

masyarakat lokal

5 Mengelola pariwisata yang

berbasis pengembangan

masyarakat local

5 Mengembangkan usaha kelautan dan

perikanan bagi masyarakat pesisir

terutama dengan meningkatkan

pertumbuhan usaha budidaya

perikanan

8 Melestarikan Lingkungan

Alam dan Budaya

Mempersiapkan dan

menyediakan kualitas

lingkungan hidup yang baik

bagi generasi yang akan

datang

1 Terjaganya keberadaan

budaya dan adat istiadat

yang beraneka ragam

Persiapan perangkat

mitigasi bencana dan

mitigasi bencana khusus

masyarakat di wilayah-

wilayah yang sulit diakses

serta mencerdaskan

seluruh masyarakat dalam

menghadapi bencana;

Selektif dalam memberikan

izin-izin usaha yang

berpotensi mengancam

eksistensi dan

kesejahteraan masyarakat,

lingkungan budaya, dan

lingkungan alam;

Taat kepada RTRW

provinsi, RTRW kabupaten

kota, dan rencana rincinya

dalam pengembangan

1 Pengembangan dan mengelola nilai

budaya dan kekayaan budaya;

2 Terehabilitasinya

lingkungan yang statusnya

kritis

2 Rehabilitasi dan perlindungan

lingkungan alam;

3 Terlaksananya upaya

perlndungan lingkungan

dan pengawasan

lingkungan

4 Menurunnya kasus

pelanggaran hukum dalam

pemanfaatan SDA

3 Peningkatan kesadaran dan

penegakan hukum dalam

pendayagunaan SDA

5 Tertanganinya kasus

pelanggaran hukum dalam

Page 132: 2016, no. 17 tahun 2012

132

MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

pemanfaatan SDA program-program

pembangunan

Pencarian solusi bagi

persoalan hak ulayat

Relokasi penduduk dari

wilayah rawan bencana ke

lokasi yang layak dan sesuai

dengan kultur

Pengerahan jajaran

pemerintah dan membina

seluruh masyarakat untuk

menjaga hutan dan SDA

dari eksploitasi yang

mengganggu

sustainabilitasnya

6 Terlaksananya upaya

mitigasi bencana alam

4 Implementasi mitigasi bencana alam.

Page 133: 2016, no. 17 tahun 2012

133

BAB VII

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN

Target dan sasaran misi pembangunan pada masa ini ditekankan pada upaya mencapai kemandirian

wilayah. Kemandirian wilayah yang tercermin dari kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur

penegak hukum dalam menjalankan tugasnya, ketersediaan SDM yang berkualitas dan mampu memenuhi

tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya, ketergantungan pembiayaan pembangunan yang

bersumber dari pendapatan regional yang makin kokoh sehingga ketergantungan kepada sumber lain

menjadi kecil, dan kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan pokok wilayahnya, yang diwujudkan

melalui kebijakan bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, ekonomi kerakyatan, affirmative action,

tata-kelola pemerintahan, dan kekuatan fiskal.

Dasar-dasar penentuan kebijakan mencapai Papua Barat yan mandiri dipengaruhi pertimbangan akan

ketersediaan pemasukan dan alokasi dana untuk sektor-sektor pembangunan, agenda nasional yang

memberikan pengaruh penting terhadap ekonomi lokal, serta variabel sensitif lain yang mempengaruhi

pertumbuhan pembangunan yang terjadi. Berdasarkan hal tersebut, secara khusus untuk bidang tata

kelola pemerintahan dan kekuatan fiskal,didasari akan, ketersediaan dan alokasi anggaran serta agenda

nasional yang diharapkan berujung pada upaya perwujudan meningkatnya kemampuan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat yang terlihat dari meningkatnya pendapatan serta tingginya angka

penyerapan tenaga kerja. Sedangkan untuk kelima bidang lainnya merupakan variabel sensitif

pembangunan dan agenda nasional yang memberikan tanggung jawab khusus sebagai daerah otonomi

khusus untuk melakukan percepatan pembangunan di Papua Barat. Keseluruhan bidang menjadi satu

kesatuan dalam menciptakan kemandirian yang meliputi skenario kebijakan utama:

1. Perbaikan tatanan pengelolaan, kinerja dan kapasitas kelembagaan daerah.

Seperti yang telah dipaparkan penekanan utama skenario menciptakan Papua Barat yang

mandiri adalah dengan memperbaiki tatanan pemerintahan yang diindikasikan dengan

ketersediaan perdasus dan perdasi pada tahun ketiga pembangunan, dan tersedianya perdasus

serta perdasi mengenai sistem kelembagaan daerah yang berbasis kinerja dengan kapasitas yang

baik pada akhir tahun rencana. Kebijakan tersebut tidak akan terlepas dari proses pembinaan

aparatur secara bertahap yang dipedomani alokasi anggaran pertahunnya hingga mencapai 20%

sehingga target pada akhir tahun rencana sebesar 100% aparatur terbina dapat tercapai.

2. Pemenuhan infrastruktur dasar yang menjangkau seluruh kampung.

Pemenuhan infrastruktur dasar menekankan pada peningkatan akses seluruh kampung terhadap

segala bentuk informasi dan kegiatan ekonomi dari luar daerahnya. Untuk sektor telekomunikasi

Page 134: 2016, no. 17 tahun 2012

134

kebijakan diarahkan pertambahan pemenuhan kebutuhan kampung yang terjangkau jaringan

telekomunikasi sebesar 15% setiap tahunnya, sehingga pada akhir periode rencana mencapai

75% diatas target sebesar 70%. Sedangkan pembukaan akses jalan diupayakan setiap tahunnya

ada pembukaan akses terhadap kampung yang terisolir sehingga menjadi dibawah sepuluh

persen pada akhir periode rencana. Sejalan dengan dua kebijakan diatas, untuk pelayanan

kebutuhan listrik juga diupayakan peningkatan akses rumah tangga terhadap energi listrik

sebesar 12% dari jumlah rumah tangga yang belum teraliri listrik melalui berbagai sumber

energi skala kecil, sehingga pada akhir tahun rencana 100% permukiman teraliri listrik.

3. Pengembangan kontribusi ekonomi kerakyatan.

Skenario kebijakan ini diupayakan melalui pencapaian pertumbuhan unit usaha mikro sebesar

7% setiap tahunnya, sehingga mencapai pertumbuhan usaha mikro lebih dari 30% pada akhir

tahun rencana. Untuk kampung-kampung yang belum memiliki sumber mata pencaharian

berkelanjutan maupun modal kerja berputar, pada tahun pertama akan dilakukan studi

menyeluruh sehingga dalam sisa empat tahun akan diupayakan realisasi mata pencaharian pada

kampung yang belum memiliki sumber utama sebesar 25% setiap tahunnya, dengan dukungan

modal kerja berputar untuk 15% kampung yang tidak memiliki modal setiap tahunnya.

4. Peningkatan akses, layanan dan kualitas pendidikan.

Kemandirian wilayah melalui akses, layanan, dan kualitas pendidikan diusahakan untuk

mengejar kenaikan angka melek huruf sebesar 1% setiap tahunnya sehingga 100% penduduk

papua melek huruf. Hal ini akan diupayakan dengan pembangunan sekolah berpola asrama yang

didukung program kemitraan pada minimal 15 distrik setiap tahunnya. Selain kedua taget

tersebut, setiap tahunnya dilakukan pembinaan tenaga pengajar di Papua Barat sebesar 20% dari

total pengajar dan kemudian diberikan stimulus dana ataupun rekrutmen baru untuk disebarkan

kedalam kampung-kampung terisolir secara merata dan bertahap.

5. Peningkatan akses pelayananan kesehatan dalam menunjang produktivitas SDM.

Kemandirian Papua Barat membutuhkan dukungan dari pelayanan kesehatan sehingga

menunjang produktivitas tenaga kerja untuk memajukan pembangunan. Dalam mengejar hal

tersebut program pembangunan diarahkan untuk memberikan jaminan kesehatan untuk 20%

rumah tangga di Papua Barat setiap tahunnya. Jaminan tersebut harus ditunjang dengan

pembangunan prasarana dan sarana kesehatan disetiap kampung dengan strategi pembangunan

untuk daerah yang terjangkau akses, maupun kegiatan pelayanan keliling untuk daerah terisolir,

sehingga diharapkan 100% kampung terlayani fasilitas kesehatan. Keseluruhan skenario

tersebut tidak terlepas dari pembinaan tenaga kesehatan secara berkala untuk 10% tenaga

kesehatan setiap tahunnya. Melalui pembinaan yang bekerjasama dengan pemerintah pusat

diharapkan dapat mendorong pelayanan kesehatan yang optimal.

Page 135: 2016, no. 17 tahun 2012

135

6. Peningkatan penyerapan dan pembinaan tenaga kerja lokal.

Kemandirian wilayah sangat bergantung pada penyerapan tenaga kerja lokal khususnya orang

Papua Barat asli. Untuk menciptakan perkembangan ekonomi yang mandiri, pembinaan tenaga

kerja lokal harus secara terbuka dilakukan pemerintah setiap tahunnya paling tidak sebesar 20%

dari total tenaga kerja. Dengan adanya pembinaan ini diharapkan adanya peningkatan kualitas

tenaga kerja dan pembukaan lapangan kerja baru yang mampu menyerap tenaga kerja lebih

besar dari pertumbuhannya ditambah peningkatan sebesar 10% dari tenaga kerja yang ada

setiap tahunnya.

7. Optimalisasi sumber pendapatan daerah.

Secara garis besar kebutuhan utama untuk mencapai kemandirian wilayah Papua Barat adalah

dengan dukungan fiskal pendapatan daerah yang dapat menutupi kebutuhan pembangunan

setiap tahunnya. Peningkatan sebesar 200 % dari PAD saat ini diperlukan, hal ini dapat terpenuhi

dengan peningkatan pendapatan disektor retribusi maupun pendapatan lain diluar pajak

minimal hingga berimbang pada akhir tahun rencana. Selain itu penerapan berbagai skema

pembiayaan pembangunan yang melibatkan sektor swasta dibutuhkan minimal pada pos-pos

anggaran pembangunan infrastruktur.

Agar dapat mencapai misi-misi pembangunan secara terarah dan tepat sasaran, maka ada beberapa

kebijakan umum yang dianggap tepat sebagai instrumen untuk mengatasi permasalahan-permasalah

pembangunan yang ada di Provinsi Papua Barat. Kebijakan-kebijakan umum tersebut antara lain adalah:

a. Percepatan pembangunan

Berbagai kebijakan nasional seperti dibentuknya Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua

dan Provinsi Papua Barat (UP4B), munculnya Instruksi Presiden mengenai percepatan

pembangunan Provinsi Papua Barat, serta masuknya koridor Papua-Maluku dalam Masterplan

Percepatan Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) adalah beberapa kebijakan

eksternal yang turut membantu pelaksanaan percapatan pembangunan di Papua Barat ini.

Idelanya pelaksanaan rencana aksi yang ada dari kebijakan tersebut harus sinergis dengan

rencana pembangunan yang ingin dicapai oleh Papua Barat dan perlu disambut baik oleh

segenap stakeholders pembangunan terutama pemerintah dan masyarakat. sehingga komunikasi

dan kinerja yang terbangun nantinya bersifat konstruktif.

b. SDM sebagai sasaran utama

Tidak ada yang menyangkal bahwa pembangunan SDM sebagai kunci dari keberhasilan

pembangunan untuk jangka waktu yang panjang, karena proses pembangunan tidak berhenti

dalam waktu dekat. Pembangunan SDM saat ini akan sangat bermanfaat dan bisa dihitung

sebagai investasi bagi pembangunan puluhan tahun kedepan. Dengan masih terbatasnya

kapasitas SDM Papua Barat, maka pembangunan saat ini diarahkan untuk membangun SDM agar

Page 136: 2016, no. 17 tahun 2012

136

berkualitas dan berdaya saing sehingga dapat berkontribusi bagi pembangunan Papua Barat

untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.

c. Aktualisasi kearifan lokal

Papua Barat memiliki karakteristik masyarakat yang khas, yang telah ada sejak sebelum

pemerintahan formal masuk. Kunci keberhasilan dari pembangunan adalah mengajak

masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan. Agar masyarakat mau ikut ambil bagian dalam

pembangunan maka kepentingannya perlu diakomodir, termasuk kepentingannya dalam hal

adat. Saat ini yang menjadi persoalan ketidakefektifan penyelenggaraan pembangunan salah

satunya adalah orang Papua secara tidak langsung termarginalkan karena kebijakan-kebijakan

yang diambil tidak berpihak kepada mereka. Maka untuk pembangunan saat ini diupayakan

semaksimal mungkin untuk mengakomodir kearifan lokal yang ada dan menunjukkan

keberpihakan penuh terhadap mereka.

d. Memacu aktivitas ekonomi

Seperti yang seringkali dibahas sebelumnya, aktivitas ekonomi terutama yang sifatnya riil

dikalangan masyarakat masih belum berputar. Begitu juga dengan investasi-investasi besar yang

ada yang diharapkan dapat memicu munculnya aktivitas ekonomi lainnya dengan masyarakat

lokal sebagai pelakunya belum memperlihatkan dampak langsung yang signifikan. Perlu ada

sistem baru untuk menggerakan ekonomi masyarakat yang masih berjalan pada tingkatan mikro

bahkan mini mikro.

e. Ramah lingkungan

Inisiatif untuk menjalankan suatu aktivitas yang ramah lingkungan biasanya baru muncul setelah

kerusakan lingkungan terjadi dalam stadium yang cukup parah. Papua Barat sendiri masih

memiliki kualitas lingkungan yang sangat baik, namun tidak ada salahnya jika asas ramah

lingkungan mulai dibiasakan untuk diterapkan dalam setiap kegiatan pembangunan. Manfaat

yang dapat diambil berupa lingkungan hidup yang berkualitas akan dapat dinikmati jauh

puluhan tahun kedepan. Bagaimanapun lingkungan hidup yang sehat akan menjadikan

masyarakat yang hidup disekitarnya menjadi sehat pula.

f. Penciptaan iklim investasi yang kondusif

Investasi baik dari dalam maupun luar negeri apalagi dengan skala yang besar tentunya masih

sangat dibutuhkan oleh Papua Barat demi memacu pertumbuhan ekonominya. Namun masuk

atau tidaknya investasi tentunya bukan tanpa alasan. Iklim investasi di satu wilayah terutama

menjadi salah satu pertimbangan utama investor. Karenanya program-program pembangunan

yang dipilih harus mendukung ke arah penciptaan iklim investasi yang kondusif.

Page 137: 2016, no. 17 tahun 2012

137

Tabel 7-1. Program Pembangunan Berdasarkan Misi Pembangunan

Program Berdasarkan Misi Pertama:

Program pendidikan gratis bagi orang Papua

Program wajib melek huruf dini bagi orang Papua

Program wajib melek huruf dewasa bagi orang Papua

Program SD kecil tingkat kampung

Program sekolah pola asrama tingkat distrik

Program pengiriman tenaga pengajar ke kampung terpencil dan kampung terisolir

Program pelibatan dan pembinaan orang tua siswa Papua dalam lembaga pendidikan

Program pendidikan guru bagi orang Papua

Program beasiswa ilmu khusus berbasis keunggulan lokal Papua Barat

Program penyesuaian kurikulum dengan muatan lokal Papua Barat

Program kemitraan pendidikan dengan lembaga agama, lembaga adat, dan lembaga masyarakat

Program dana stimulus bagi tenaga pengajar di daerah terpencil dan daerah terisolir

Program sekolah kejuruan berbasis keunggulan lokal Papua Barat

Program taman penitipan anak Papua

Program taman bacaan kampung bagi orang Papua

Program pembentukan perilaku gender dan life skill terkait pendidikan bagi orang Papua

Program jaminan pendidikan bagi orang Papua

Program pelayanan kesehatan door to door bagi orang Papua

Program jaminan kesehatan bagi orang Papua

Program pelayanan kesehatan dan obat-obatan gratis bagi orang Papua

Program pengembangan obat-obatan tradisional Papua

Program pengembangan cara-cara pengobatan tradisional Papua

Program pembinaan tenaga kesehatan tradisional Papua

Program pencegahan dan pengobatan khusus HIV, kusta, dan malaria bagi orang Papua

Program pengiriman dan pendisiplinan tenaga kesehatan ke ke kampung terpencil dan kampung terisolir

Program kemitraan kesehatan dengan lembaga agama, lembaga adat, dan lembaga masyarakat

Program pembangunan prasarana dan sarana kesehatan tingkat kampung

Program perencanaan dan pengendalian keluarga Papua

Program pembentukan perilaku gender dan life skill terkait kesehatan bagi orang Papua

Program rujukan kesehatan bagi orang Papua

Program rumah layak huni bagi orang Papua

Program penyediaan sanitasi bagi permukiman dan perumahan orang Papua

Program penyediaan air bersih bagi permukiman dan perumahan orang Papua

Page 138: 2016, no. 17 tahun 2012

138

Program Berdasarkan Misi Pertama:

Program penyediaan listrik bagi perumahan dan permukiman orang Papua

Program penyediaan telekomunikasi yang menjangkau kampung terpencil dan terisolir

Pembukaan akses transportasi ke seluruh kampung terpencil dan terisolir

Program pengelolaan sampah dan pembinaan orang Papua dalam mengelola sampah

Program pengembangan sistem usaha mikro bagi orang Papua

Program pembinaan usaha mini mikro bagi orang Papua

Program pengembangan pertanian tanaman pangan pokok orang Papua (keladi, jagung, ubi, kacang-kacangan, bunga pepaya, dan sebagainya)

Program pengembangan tanaman perkebunan khas Papua (pala, sagu, dan sebagainya)

Program pengelolaan kawasan lindung sekitar permukiman orang Papua

Program pengembangan peternakan hewan khas orang Papua (babi, rusa, dan sebagainya)

Program pengelolaan kawasan dan pembinaan orang Papua dengan skema transmigrasi lokal

Program pembukaan lapangan kerja bagi orang Papua

Program pengelolaan pariwisata berbasis Orang Papua

Program pengelolaan carbon trade

Program pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja dan usaha bagi tenaga kerja pemuda Papua

Program pengembangan mata pencaharian berkelanjutan berbasis pelatihan SDM Papua

Program pemberian dan perputaran modal kerja bagi orang Papua

Program pengembangan lembaga kredit dan usaha bersama orang Papua

Penyusunan regulasi penentuan kuota orang Papua dalam pemerintahan

Program rekruitmen orang Papua menjadi aparatur pemerintah

Program pembinaan orang Papua dalam pemerintahan

Program promosi orang Papua dalam pemerintahan

Penyusunan regulasi persyaratan izin usaha terkait pelibatan orang Papua

Penyusunan database kependudukan orang Papua

Program pemetaan tanah ulayat

Program pengelolaan administrasi hak ulayat

Penyusunan Perdasus dan Perdasi

Penyesuaian nomenklatur pada penyusunan data dan informasi statistik daerah

Program Berdasarkan Misi Kedua:

Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

Program Peningkatan Kesempatan Kerja

Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan

Page 139: 2016, no. 17 tahun 2012

139

Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi

Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah

Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan

Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal

Program pengembangan wawasan kebangsaan

Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaaan

Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan

Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat)

Program pendidikan politik masyarakat

Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional

Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor

Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri

Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan

Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan.

Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi

Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri

Program Penataan Struktur Industri

Program pengembangan sentra-sentra industri potensial

Program Berdasarkan Misi Ketiga:

Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

Program Pengawasan Obat dan Makanan

Program Pengembangan Obat Asli Indonesia

Program Perbaikan Gizi Masyarakat

Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

Program standarisasi pelayanan kesehatan

Program pelayanan kesehatan penduduk miskin

Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/ puskesmas pembantu dan jaringannya

Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata

Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/ rumah sakit mata

Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan

Page 140: 2016, no. 17 tahun 2012

140

Program Berdasarkan Misi Ketiga:

Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita

Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia

Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan

Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak

Program pengembangan lingkungan sehat

Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Program Upaya Kesehatan Masyarakat

Program Lingkungan Sehat Perumahan

Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan

Program Pengembangan Perumahan

Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial

Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran

Program pengelolaan areal pemakaman

Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan

Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak

Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan

Program peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan

Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak

Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya

Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

Program pembinaan anak terlantar

Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma

Program pembinaan panti asuhan /panti jompo

Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya)

Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial

Program penciptaan iklim usaha Usaha Kecil Menengah yang kondusif

Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah

Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah

Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi

Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat PerKampungan

Program pengembangan lembaga ekonomi peKampungan

Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun Kampung

Page 141: 2016, no. 17 tahun 2012

141

Program Berdasarkan Misi Ketiga:

Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah Kampung

Program peningkatan peran perempuan di perKampungan

Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

Program Berdasarkan Misi Keempat:

Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur

Program peningkatan disiplin aparatur

Program fasilitasi pindah/purna tugas PNS

Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan

Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah

Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/kota

Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan Kampung

Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH

Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan

Program penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan

Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi

Program mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat

Program Pendidikan Kedinasan

Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur

Program pembinaan dan pengembangan aparatur

Program pengembangan data/informasi

Program kerjasama pembangunan

Program Pengembangan Wilayah Perbatasan

Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

Program perencanaan pengembangan kota-kota menengah dan besar

Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah

Program perencanaan pembangunan daerah

Program perencanaan pembangunan ekonomi

Program perencanaan sosial dan budaya

Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam

Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana

Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

Page 142: 2016, no. 17 tahun 2012

142

Program Berdasarkan Misi Keempat:

Program Penataan Daerah Otonomi Baru

Program Penataan Administrasi Kependudukan

Program pengembangan data/informasi/statistik daerah

Program perbaikan sistem administrasi kearsipan

Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah

Program pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana kearsipan

Program peningkatan kualitas pelayanan informasi

Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah

Program Penataan Peraturan PerUndang-Undangan

Program Berdasarkan Misi Kelima:

Program Perencanaan Tata Ruang

Program Pemanfaatan Ruang

Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Program pembangunan sistem pendaftaran tanah

Program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah

Program penyelesaian konflik-konflik pertanahan

Program pengembangan sistem informasi pertanahan

Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ

Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan

Program peningkatan pelayanan angkutan

Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas

Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor

Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

Program Keluarga Berencana

Program Kesehatan Reproduksi Remaja

Program pelayanan kontrasepsi

Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB/KR yang mandiri

Program promosi kesehatan ibu, bayi dan anak melalui kelompok kegiatan dimasyarakat

Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR

Program peningkatan penanggulangan narkoba, PMS termasuk HIV/AIDS

Page 143: 2016, no. 17 tahun 2012

143

Program Berdasarkan Misi Kelima:

Program pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang ana

Program penyiapan tenaga pendamping kelompok bina keluarga

Program pengembangan model operasional BKB-Posyandu-PADU

Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi

Program Transmigrasi lokal

Program Transmigrasi regional

Program Berdasarkan Misi Keenam:

Program Pendidikan Anak Usia Dini

Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

Program Pendidikan Menengah

Program Pendidikan Non Formal

Program Pendidikan Luar Biasa

Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan

Program Manajemen Pelayanan Pendidikan

Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda

Program peningkatan peran serta kepemudaan

Program peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup pemuda

Program upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba

Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olah Raga

Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga

Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa

Program pengkajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi

Program fasilitasi Peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi

Program kerjasama informasi dengan mas media

Program Berdasarkan Misi Ketujuh:

Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan)

Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan

Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan

Page 144: 2016, no. 17 tahun 2012

144

Program Berdasarkan Misi Ketujuh:

Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan

Program pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan

Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak

Program peningkatan produksi hasil peternakan

Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan

Program peningkatan penerapan teknologi peternakan

Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan

Program pemanfaatan kawasan hutan industri

Program pembinaan dan penertiban industri hasil hutan

Program perencanaan dan pengembangan hutan

Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan

Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan

Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan

Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata

Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

Program Pengembangan Kemitraan

Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir

Program pengembangan budidaya perikanan

Program pengembangan perikanan tangkap

Program pengembangan sistem penyuluhan perikanan

Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan

Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar

Program Berdasarkan Misi Kedelapan:

Program Pengembangan Nilai Budaya

Program Pengelolaan Kekayaan Budaya

Program Pengelolaan Keragaman Budaya

Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya

Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritim kepada masyarakat

Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam

Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam

Program peningkatan pengendalian polusi

Page 145: 2016, no. 17 tahun 2012

145

Program Berdasarkan Misi Kedelapan:

Program pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan dikawasan-kawasan konservasi laut dan hutan

Program pengendalian kebakaran hutan

Program pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut

Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)

Program rehabilitasi hutan dan lahan

Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan

Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan

Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut

Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam

Program peningkatan mitigasi bencana alam laut dan prakiraan iklim laut

Page 146: 2016, no. 17 tahun 2012

146

Tabel 7-2. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Menyelenggarakan pembangunan dengan menomorsatukan perlindungan, pencerdasan, dan pemberdayaan masyarakat (orang asli papua)

1

Terjangkaunya pelayanan pendidikan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh masyarakat

1. Penyediaan pelayanan pendidikan yang dekat dengan masyarakat

2. Pengakomodasian masyarakat agar dekat dengan pelayanan pendidikan

3. Peringanan biaya pendidikan

4. Penyesuaian pelayanan pendidikan dengan karakteristik wilayah dan karakteristik masyarakat

5. Pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan

1. Menyediakan pelayanan pendidikan di lokasi yang mudah diakses masyarakat di seluruh wilayah baik pendidikan formal maupun informal

2. Memfasilitasi masyarakat yang ingin berada dekat dengan pelayanan pendidikan dengan menyediakan sistem pelayanan pendidikan dan prasarana dan sarana spesifik

3. Menyediakan pelayanan pendidikan yang murah bahkan bebas biaya bagi masyarakat

4. Menyesuaikan pokok-pokok pengajaran dengan kebutuhan wilayah dan kearifan lokal yang ada

5. Melibatkan

Persentase siswa Papua yang mendapat pendidikan gratis

1 Program pendidikan gratis bagi orang Papua

Wajib Dinas

Pendidikan

AMH siswa SD 2 Program wajib melek huruf dini bagi orang Papua

Wajib Dinas Pendidikan

AMH dewasa 3 Program wajib melek huruf dewasa bagi orang Papua

Wajib Dinas Pendidikan

Persentase kampung dengan SD kecil

4 Program SD kecil tingkat kampung

Wajib Dinas Pendidikan

Persentase distrik dengan sekolah pola asrama

5 Program sekolah pola asrama tingkat distrik

Wajib Dinas Pendidikan

Persentase kampung yang didatangi tenaga pengajar

6 Program pengiriman tenaga pengajar ke kampung terpencil dan kampung terisolir

Wajib Dinas

Pendidikan

Persentase orang tua siswa terlibat

7 Program pelibatan dan pembinaan orang tua siswa Papua dalam lembaga pendidikan

Wajib Dinas

Pendidikan

Jumlah guru Papua yang dididik

8 Program pendidikan guru bagi orang Papua

Wajib Dinas Pendidikan

Page 147: 2016, no. 17 tahun 2012

147

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

masyarakat dalam penyelenggaraan layanan pendidikan termasuk dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

6. Menyediakan layanan pendidikan dinamis yang mampu menyentuh lokasi-lokasi terpencil dan terisolir

Persentase siswa Papua yang mendapat beasiswa

9 Program beasiswa ilmu khusus berbasis keunggulan lokal Papua Barat

Wajib

Dinas Pendidikan

Jumlah kurikulum yang disesuaikan

10 Program penyesuaian kurikulum dengan muatan lokal Papua Barat

Wajib Dinas

Pendidikan

Persentase sekolah dengan program kemitraan

11 Program kemitraan pendidikan dengan lembaga agama, lembaga adat, dan lembaga masyarakat

Wajib

Dinas Pendidikan

Persentase tenaga pengajar yang mendapat dana stimulus

12 Program dana stimulus bagi tenaga pengajar di daerah terpencil dan daerah terisolir

Wajib

Dinas Pendidikan

Persentase distrik memiliki sekolah kejuruan berbasis keunggulan lokal

13 Program sekolah kejuruan berbasis keunggulan lokal Papua Barat

Wajib

Dinas Pendidikan

Persentase kampung memiliki taman penitipan anak Papua

14 Program taman penitipan anak Papua

Wajib Dinas Pendidikan

Persentase kampung memiliki taman bacaan

15 Program taman bacaan kampung bagi orang Papua

Wajib Dinas Pendidikan

Page 148: 2016, no. 17 tahun 2012

148

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Persentase kampung mendapat pembinaan

16 Program pembentukan perilaku gender dan life skill terkait pendidikan bagi orang Papua

Wajib Dinas

Pendidikan

Persentase orang Papua mendapat jaminan pendidikan

17 Program jaminan pendidikan bagi orang Papua

Wajib Dinas Pendidikan

2

Terjangkaunya pelayanan kesehatan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh masyarakat

1. Penyediaan pelayanan kesehatan yang dekat dengan masyarakat

2. Pengakomodasian masyarakat agar dekat dengan pelayanan kesehatan

3. Peringanan biaya kesehatan

4. Penyesuaian pelayanan kesehatan dengan karakteristik wilayah dan karakteristik masyarakat

5. Pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehataN

1. Menyediakan pelayanan kesehatan di lokasi yang mudah diakses masyarakat di seluruh wilayah

2. Menyediakan layanan kesehatan dinamis yang mampu menyentuh lokasi-lokasi terpencil dan terisolir

3. Menyediakan pelayanan kesehatan yang murah bahkan bebas biaya

4. Menyesuaikanlayanan kesehatan sesuai kebutuhan wilayah dan kearifan lokal yang ada

5. Melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan layanan kesehatan termasuk dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

Persentase orang Papua sakit terlantar

1 Program pelayanan kesehatan door to door bagi orang Papua

Wajib Dinas

Kesehatan

Persentase orang Papua mendapat jaminan kesehatan

2 Program jaminan kesehatan bagi orang Papua

Wajib Dinas Kesehatan

Persentase orang Papua mendapat layanan dan obat gratis

3 Program pelayanan kesehatan dan obat-obatan gratis bagi orang Papua

Wajib Dinas

Kesehatan

Jumlah obat tradisional dikembangkan

4 Program pengembangan obat-obatan tradisional Papua

Wajib Dinas

Kesehatan

Jumlah cara pengobatan tradisional dikembangkan

5 Program pengembangan cara-cara pengobatan tradisional Papua

Wajib Dinas

Kesehatan

Jumlah tenaga kesehatan tradisional dibina

6 Program pembinaan tenaga kesehatan tradisional Papua

Wajib Dinas Kesehatan

Persentase pengidap HIV, kusta, dan malaria

7 Program pencegahan dan pengobatan khusus HIV, kusta, dan malaria bagi orang Papua

Wajib

Dinas Kesehatan

Page 149: 2016, no. 17 tahun 2012

149

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

pengawasan Persentase kampung yang didatangi tenaga kesehatan

8 Program pengiriman dan pendisiplinan tenaga kesehatan ke ke kampung terpencil dan kampung terisolir

Wajib

Dinas Kesehatan

Persentase prasarana kesehatan dengan program kemitraan

9 Program kemitraan kesehatan dengan lembaga agama, lembaga adat, dan lembaga masyarakat

Wajib

Dinas Kesehatan

Persentase kampung memiliki prasarana dan sarana kesehatan

10 Program pembangunan prasarana dan sarana kesehatan tingkat kampung

Wajib

Dinas Kesehatan

Pertumbuhan jumlah orang Papua

11 Program perencanaan dan pengendalian keluarga Papua

Wajib Dinas

Kesehatan

Persentase kampung mendapat pembinaan

12 Program pembentukan perilaku gender dan life skill terkait kesehatan bagi orang Papua

Wajib Dinas

Kesehatan

Persentase pasien sakit berat dirujuk

13 Program rujukan kesehatan bagi orang Papua

Wajib Dinas Kesehatan

3

Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan

1. Percepatan pembangunan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan

1

Mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan lingkungan yang

Persentase keluarga Papua memiliki rumah layak

1 Program rumah layak huni bagi orang Papua

Wajib Dinas Pekerjaan

Umum

Persentase permukiman dan rumah memiliki sanitasi

2 Program penyediaan sanitasi bagi permukiman dan perumahan orang Papua

Wajib

Dinas Pekerjaan

Umum

Page 150: 2016, no. 17 tahun 2012

150

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

lingkungan yang menjangkau seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat;

lingkungan yang menjangkau seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat

2. Penjalinan kerjasama dengan investor maupun pemerintah pusat/provinsi lain

3. Penyelesaian persoalan pertanahan

4. Penyusunan rencana pengembangan infrastruktur yang terintegrasi

menjangkau seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat;

Persentase permukiman dan rumah memiliki air bersih

3 Program penyediaan air bersih bagi permukiman dan perumahan orang Papua

Wajib

Dinas Pekerjaan

Umum

Persentase permukiman dan rumah memiliki listrik

4 Program penyediaan listrik bagi perumahan dan permukiman orang Papua

Wajib Dinas

Pekerjaan Umum

Persentase kampung terjangkau telekomunikasi

5 Program penyediaan telekomunikasi yang menjangkau kampung terpencil dan terisolir

Wajib

Dinas Pekerjaan

Umum

Persentase kampung terisolir

6 Pembukaan akses transportasi ke seluruh kampung terpencil dan terisolir

Wajib Dinas

Pekerjaan Umum

Persentase kampung dengan pengelolaan sampah mandiri

7 Program pengelolaan sampah dan pembinaan orang Papua dalam mengelola sampah

Wajib Dinas

Pekerjaan Umum

4

Meningkatnya perekonomian wilayah dan tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat yang disertai dengan pengembangan

1. Pengembangan sektor-sektor potensial yang berbasis pemanfaatan SDA lokal

2. Stimulasi

1. Mengembangkan usaha pemanfaatn sektor-sektor potensial yang berbasis SDA lokal

2. Menstimulasi pertumbuhan usaha

Pertumbuhan unit usaha mikro

1 Program pengembangan sistem usaha mikro bagi orang Papua

Wajib

Dinas UMKM dan Koperasi

Persentase usaha mini mikro terbina

2 Program pembinaan usaha mini mikro bagi orang Papua

Wajib Dinas UMKM dan Koperasi

Page 151: 2016, no. 17 tahun 2012

151

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

keterampilan pertumbuhan usaha kecil dan mikro serta pembinaan efektivitas usaha usaha mini mikro

3. Pembinaan keterampilan kerja dan usaha masyarakat

4. Penciptaan lapangan kerja

menengah, kecil, dan mikro dengan pemberian bantuan modal, pemberian skema kredit ringan, dan pembekalan keterampilan usaha

3. Memfasilitasi kebutuhan usaha mini mikro agar berlangsung efisien dan pembinaan keterampilan pengembangan usaha

4. Membina keterampilan kerja dan usaha masyarakat

5. Menciptakan lapangan kerja

Persentase kampung terpencil memiliki lahan pertanian tanaman pangan pokok

3 Program pengembangan pertanian tanaman pangan pokok orang Papua (keladi, jagung, ubi, kacang-kacangan, bunga pepaya, dan sebagainya)

Pilihan

Dinas Pertanian

Persentase kabupaten memiliki perkebunan tanaman khas Papua

4 Program pengembangan tanaman perkebunan khas Papua (pala, sagu, dan sebagainya)

Pilihan

Dinas Pertanian

Persentase permukiman sekitar kawasan lindung terbina

5 Program pengelolaan kawasan lindung sekitar permukiman orang Papua

Wajib

Dinas Kehutanan

Persentase kampung memiliki peternakan hewan khas Papua

6 Program pengembangan peternakan hewan khas orang Papua (babi, rusa, dan sebagainya)

Pilihan

Dinas Perternakan

Jumlah kawasan per kabupaten yang dibina dengan skema transmigrasi

7 Program pengelolaan kawasan dan pembinaan orang Papua dengan skema transmigrasi lokal

Pilihan Dinas Kependudukan,

Tenaga Kerja, dan

Transmigrasi

Persentase tenaga kerja terserap

8 Program pembukaan lapangan kerja bagi orang Papua

Wajib Dinas Kependudukan,

Tenaga Kerja, dan

Transmigrasi

Page 152: 2016, no. 17 tahun 2012

152

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Persentase ODTW dikelola orang Papua

9 Program pengelolaan pariwisata berbasis Orang Papua

Pilihan Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata

Persentase hutan lindung dikelola

10 Program pengelolaan carbon trade

Pilihan Dinas Kehutanan

Persentase pemuda Papua dididik dan dilatih

11 Program pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja dan usaha bagi tenaga kerja pemuda Papua

Wajib Dinas Kependudukan,

Tenaga Kerja, dan

Transmigrasi

Persentase kampung memiliki mata pencaharian utama yang berkelanjutan

12 Program pengembangan mata pencaharian berkelanjutan berbasis pelatihan SDM Papua

Wajib Dinas Kependudukan,

Tenaga Kerja, dan

Transmigrasi

Persentase kampung memiliki modal kerja berputar

13 Program pemberian dan perputaran modal kerja bagi orang Papua

Wajib

Persentase unit usaha milik orang Papua mendapat kredit

14 Program pengembangan lembaga kredit dan usaha bersama orang Papua

Wajib

5

Terlaksananya affirmative action

1. Perekrutan orang asli papua dalam pemerintahan dan lapangan kerja/

1. rekrutmen orang asli papua dalam pemerintahan, jasa kemasyarakatan, perdagangan besar,

Ketersediaan regulasi 1 Penyusunan regulasi penentuan kuota orang Papua dalam pemerintahan dan lapangan kerja/usaha

Wajib

Page 153: 2016, no. 17 tahun 2012

153

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

usaha

2. Penentuan kuota

3. Promosi

4. Penyesuaian regulasi

dan industri

2. Penentuan kuota untuk rekrutmen orang asli papua dan untuk target capaian pembangunan

3. Promosi tenaga kerja lokal

4. Penyesuaian regulasi yang relevan dengan kebutuhan Papua Barat

Persentase orang Papua dalam pemerintahan

2 Program rekrutmen orang Papua dalam pemerintahan serta lapangan kerja jasa kemasyarakatan, perdagangan besar, dan industri

Wajib

Persentase aparatur pemerintah orang Papua yang dibina

3 Program pembinaan orang Papua dalam pemerintahan serta lapangan kerja jasa kemasyarakatan, perdagangan besar, dan industri

Wajib

Persentase aparatur pemerintah orang Papua yang mendapat promosi

4 Program promosi orang Papua dalam dalam pemerintahan serta lapangan kerja jasa kemasyarakatan, perdagangan besar, dan industri

Wajib

Ketersediaan regulasi 5 Penyusunan regulasi tentang pelibatan orang papua dalam pemerintahan serta lapangan kerja jasa kemasyarakatan, perdagangan besar, dan industri

Wajib

Ketersediaan database 6 Penyusunan database kependudukan orang Papua

Wajib

Ketersediaan peta tanah ulayat

7 Program pemetaan tanah ulayat

Wajib

Page 154: 2016, no. 17 tahun 2012

154

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Ketersediaan peraturan administrasi hak ulayat

8 Program pengelolaan administrasi hak ulayat

Wajib

Ketersediaan Perdasus dan Perdasi

9 Penyusunan Perdasus dan Perdasi

Wajib

Kesesuaian nomenklatur statistik daerah

10 Penyesuaian nomenklatur pada penyusunan data dan informasi statistik daerah

Wajib

Meningkatkan kemampuan finansial daerah untuk membiayai pembangunan dari penerimaan asli daerah

1 Terciptanya iklim investasi yang kondusif

1 Penciptaan iklim investasi yang kondusif

1 Meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja lokal;

Persentase angkatan kerja yang terbina

1 Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

Wajib

2 Penyiapan SDM lokal

tingkat pengangguran terbuka

2 Program Peningkatan Kesempatan Kerja

Wajib

3 Pemetaan potensi daerah dan peluang investasi

Ketersediaan jaminan perlindungan dan lembaga ketenagakerjaan

3 Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan

Wajib

4 Peningkatan promosi potensi daerah dan peluang investasi

2 Menciptakan iklim investasi yang kondusif

Jumlah promosi dan kerjasama investasi baru

1 Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi

Wajib

5 Pengembangan klaster-klaster pada simpul-simpul strategis wilayah

Persentase realisasi investasi

2 Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

Wajib

Pemetaan sumber daya, sarana dan prasarana daerah potensial

3 Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah

Wajib

Page 155: 2016, no. 17 tahun 2012

155

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

3 Meningkatnya jalinan kerjasama ekonomi

6 Pengembangan komoditas spesifik daerah

3 Memantapkan kesatuan bangsa dan politik internal wilayah

Tingkat keamanan dan kenyamanan lingkungan

1 Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan

Wajib

7 Peredaman ekonomi biaya tinggi dengan menyiasati proses produksi dan distribusi

Persentase tindak kriminal yang ditindak

2 Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal

Wajib

Persentase kampung yang mendapat pembinaan wawasan kebangsaan

3 Program pengembangan wawasan kebangsaan

Wajib

Persentase pembinaan wawasan kebangsaan berbasis kemitraan

4 Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaaan

Wajib

Persentase kegiatan penertiban dan pengamanan yang melibatkan masyarakat

5 Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan

Wajib

Persentase penyakit masyarakat yang diberantas

6 Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat)

Wajib

Tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang politik

7 Program pendidikan politik masyarakat

Wajib

4 Memantapkan kerjasama perdagangan lokal, regional, dan

Jumlah kerjasama perdagangan internasional yang baru

1 Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional

Pilihan

Page 156: 2016, no. 17 tahun 2012

156

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

internasional melalui pengembangan klaster pada kawasan strategis;

Pertumbuhan nilai ekspor

2 Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor

Pilihan

Laju pertumbuhan nilai perdagangan dalam negeri

3 Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri

Pilihan

Jumlah kasus pelanggaran perdagangan yang ditindak

4 Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan

Pilihan

Persentase pedagang kaki lima yang terbina

5 Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan.

Wajib

3 Meningkatnya realisasi investasi dalam dan luar negeri di sektor-sektor primer

5 Meningkatkan pertumbuhan dan kontribusi industri kecil dan menengah;

Jumlah industri kecil dan menengah dengan sistem produksi berbasis Iptek

1 Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi

Pilihan

Pertumbuhan industri kecil dan menengah

2 Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

Pilihan

Persentase industri yang memenuhi standar

3 Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri

Pilihan

Jumlah industri yang saling terkait

4 Program Penataan Struktur Industri

Pilihan

sentra-sentra industri yang dikembangkan

5 Program pengembangan sentra-sentra industri potensial

Pilihan

Page 157: 2016, no. 17 tahun 2012

157

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat

1 Meningkatnya indeks kesehatan

1 Pelaksanaan program-program spesifik otonomi khusus

1 Meningkatkan indeks kesehatan masyarakat melalui upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan dan layanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Persediaan obat dan perbekalan kesehatan

1 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

Wajib

2 Peningkatan kuantitas dan kualias pelayanan publik

Persentase kasus obat dan makanan bermasalah tertangani

2 Program Pengawasan Obat dan Makanan

Wajib

3 Pemberdayaan masyarakat

Jumlah obat asli Indonesia yang dikembangkan

3 Program Pengembangan Obat Asli Indonesia

Wajib

4 Kemitraan dengan lembaga agama, sosial, adat, dan pihak pemerhati lainnya

Persentase kampung bergizi buruk

4 Program Perbaikan Gizi Masyarakat

Wajib

Persentase pengidap penyakit menular

5 Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

Wajib

Pemenuhan SPM kesehatan

6 Program standarisasi pelayanan kesehatan

Wajib

Persentase penduduk miskin mendapat layanan kesehatan

7 Program pelayanan kesehatan penduduk miskin

Wajib

Page 158: 2016, no. 17 tahun 2012

158

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Persentase pemenuhan sarana prasarana puskesmas

8 Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/ puskesmas pembantu dan jaringannya

Wajib

Persentase pemenuhan sarana prasarana rumah sakit

9 Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata

Wajib

Penyusutan sarana dan prasarana

10 Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/ rumah sakit mata

Wajib

Persentase kegiatan pelayanan kesehatan berbasis kemitraan

11 Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan

Wajib

Kinerja pelayanan kesehatan anak balita

12 Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita

Wajib

Kinerja pelayanan kesehatan lansia

13 Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia

Wajib

Page 159: 2016, no. 17 tahun 2012

159

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Persentase kasus makanan bermasalah yang ditangani

14 Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan

Wajib

Rasio kematian ibu dan anak

15 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak

Wajib

2 Terbinanya masyarakat dalam upaya peningkatan indeks kesehatan

2 Membina masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan diri dan lingkungan;

Persentase kampung dengan lingkungan sehat

1 Program pengembangan lingkungan sehat

Wajib

Persentase kampung yang dibina

2 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Wajib

Persentase kampung sehat

3 Program Upaya Kesehatan Masyarakat

Wajib

Persentase perumahan dengan lingkungan sehat

4 Program Lingkungan Sehat Perumahan

Wajib

Persentase perumahan dengan komunitas aktif

5 Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan

Wajib

3 Terpenuhinya kebutuhan perumahan layak huni

3 Memenuhi kebutuhan perumahan layak huni bagi seluruh masyarakat;

Pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat

1 Program Pengembangan Perumahan

Wajib

Persentase perumahan direhabilitasi

2 Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial

Wajib

Page 160: 2016, no. 17 tahun 2012

160

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Persentase perumahan yang dibina

3 Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran

Wajib

Persentase areal pemakaman yang dikelola dengan baik

4 Program pengelolaan areal pemakaman

Wajib

4 Terbina dan terberdayakannya perempuan dan anak sebagai agen perubahan masyarakat

4 Membinaan dan memberdayakan perempuan dan anak sebagai agen perubahan kondisi masyarakat;

Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan

1 Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan

Wajib

Tingkat keberhasilan pengarusutamaan gender dalam program pembangunan

2 Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak

Wajib

Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan

3 Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan

Wajib

Peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan

4 Program peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan

Wajib

Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan

5 Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak

Wajib

Page 161: 2016, no. 17 tahun 2012

161

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

5 Terbina dan terpeliharanya masyarakat yang memiliki kerawanan sosial;

5 Membina dan Memelihara masyarakat yang memiliki kerawanan sosial;

Persentase fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang diberdayakan

1 Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya

Wajib

Cakupan pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial

2 Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

Wajib

Persentase anak terlantar yang dibina

3 Program pembinaan anak terlantar

Wajib

Persentase penyandang cacat dan trauma yang dibina

4 Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma

Wajib

Persentase panti asuhan/ panti jompo yang terbina

5 Program pembinaan panti asuhan /panti jompo

Wajib

Persentase eks penyandang penyakit sosial

6 Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya)

Wajib

Persentase lembaga kesejahteraan sosial yang terbedayakan

7 Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial

Wajib

6 Meningkatnya pertumbuhan dan produktivitas koperasi dan usaha kecil menengah

6 Meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas koperasi dan usaha kecil menengah;

iklim usaha UKM yang kondusif

1 Program penciptaan iklim usaha Usaha Kecil Menengah yang kondusif

Wajib

Page 162: 2016, no. 17 tahun 2012

162

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Persentase wirausaha dan UKM yang berkembang

2 Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah

Wajib

Ketersediaan sistem pendukung UMKM

3 Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah

Wajib

Persentase koperasi aktif

4 Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi

Wajib

7 Terberdayakannya masyarakat perkampungan

7 Memberdayakan masyarakat perkampungan

Persentase kampung mandiri

1 Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat PerKampungan

Wajib

Persentase kampung yang memiliki lembaga ekonomi

2 Program pengembangan lembaga ekonomi peKampungan

Wajib

Persentase kegiatan yang melibatkan masyarakat

3 Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun Kampung

Wajib

Persentase aparatur pemerintah Kampung yang dibina

4 Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah Kampung

Wajib

Persentase partisipasi perempuan

5 Program peningkatan peran perempuan di perKampungan

Wajib

8 Meningkatnya kesejahteraan petani

8 Meningkatkan kesejahteraan petani.

Persentase kesejahteraan petani meningkat

1 Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

Wajib

Page 163: 2016, no. 17 tahun 2012

163

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Mendukung proses percepatan kegiatan pembangunan Provinsi Papua Barat

1 Meningkatnya kompetensi dan profesionalitas aparatur pemerintahan

1

Pelaksanaan sistem pengawasan dan evaluasi secara struktural dan fungsional baik dari internal pemerintah Provinsi Papua Barat, maupun dari Pemerintah Pusat, masyarakat, dan lembaga independen lain

1 Meningkatkan kinerja setiap SKPD melalui perbaikan sistem kerja dan perbaikan kualitas dan kapasitas aparatur.

Kebutuhan administrasi perkantoran yang terpenuhi

1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

Wajib

Memberikan pelayanan publik yang prima bagi masyarakat

2 Diterapkannya sistem pemerintahan dan sistem kerja pemerintah yang akuntabel, transparan, partisipatif, profesional, efisien, efektif, dan taat hukum

Sarana dan prasarana aparatur yang terpenuhi

2 Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur

Wajib

Persentase aparat yang terbukti melakukan pelanggaran disiplin

3 Program peningkatan disiplin aparatur

Wajib

Kebutuhan pindah/purna tugas PNS

4 Program fasilitasi pindah/purna tugas PNS

Wajib

Persentase sumber daya aparatur terbina

5 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

Wajib

Akuntabilitas laporan capaian kinerja dan keuangan

6 Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan

Wajib

Tingkat akuntabilitas laporan pengelolaan keuangan daerah

7 Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah

Wajib

Page 164: 2016, no. 17 tahun 2012

164

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Tingkat akuntabilitas laporan pengelolaan keuangan kabupaten/kota

8 Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/kota

Wajib

Tingkat akuntabilitas laporan pengelolaan keuangan Kampung

9 Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan Kampung

Wajib

Efektivitas dan efisiensi sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH

10 Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH

Wajib

Persentase tugas pemeriksanaan dan pengawasan yang dilaksanakan

11 Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan

Wajib

Ketersediaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan

12 Program penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan

Wajib

Persentase SKPD berbasis teknologi informasi

13 Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi

Wajib

Jumlah pengaduan masyarakat yang terselesaikan

14 Program mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat

Wajib

Persentase kegiatan pendidikan kedinasan

15 Program Pendidikan Kedinasan

Wajib

Page 165: 2016, no. 17 tahun 2012

165

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Persentase aparatur pemerintah memenuhi standar kualifikasi

16 Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur

Wajib

Persentase aparatur yang dibina

17 Program pembinaan dan pengembangan aparatur

Wajib

Kota-kota menengah dan besar yang dikembangkan

18 Program perencanaan pengembangan kota-kota menengah dan besar

Wajib

Keterpaduan penyelenggaraan pembangunan

19 Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah

Wajib

3 Tersusunnya dokumen rencana pembangunan dan rencana kerja pemerintah

2 Merencanakan pembangunan wilayah yang sinergis antarwilayah dan antarsektor;

Pemenuhan kebutuhan data dan informasi

1 Program pengembangan data/informasi

Wajib

2 Program kerjasama pembangunan

Wajib

3 Program Pengembangan Wilayah Perbatasan

Wajib

Kawasan strategis dan cepat tumbuh yang dikembangkan

4 Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

Wajib

Kota-kota menengah dan besar yang dikembangkan

5 Program perencanaan pengembangan kota-kota menengah dan besar

Wajib

Page 166: 2016, no. 17 tahun 2012

166

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Keterpaduan penyelenggaraan pembangunan

6 Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah

Wajib

Keterpaduan rencana pembangunan daerah

7 Program perencanaan pembangunan daerah

Wajib

Keterpaduan rencana pengembangan ekonomi

8 Program perencanaan pembangunan ekonomi

Wajib

Keterpaduan rencana bidang sosial dan budaya

9 Program perencanaan sosial dan budaya

Wajib

Keterpaduan rencana pengembangan dan pemanfaatan prasarana wilayah dan sumber daya alam

10 Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam

Wajib

Ketersediaan rencana pembangunan daerah rawan bencana

11 Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana

Wajib

Keterpaduan wilayah se Provinsi

12 Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

Wajib

Kesiapan administrasi daerah otonom baru

13 Program Penataan Daerah Otonomi Baru

Wajib

3 Memperbaiki kearsipan serta tata administrasi kewilayahan dan kependudukan

Persentase kelengkapan data administrasi penduduk

1 Program Penataan Administrasi Kependudukan

Wajib

Pemenuhan data/informasi/statistik daerah

2 Program pengembangan data/informasi/statistik daerah

Wajib

Page 167: 2016, no. 17 tahun 2012

167

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Tingkat kemudahan akses informasi

3 Program perbaikan sistem administrasi kearsipan

Wajib

Persentase pengarsipan dokumen/arsip daerah

4 Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah

Wajib

Persentase sarana prasarana dengan kategori baik

5 Program pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana kearsipan

Wajib

Pelayanan prima 6 Program peningkatan kualitas pelayanan informasi

Wajib

4 Tersusunnya regulasi yang relevan dengan kebutuhan daerah

4 Meningkatkan kapasitas lembaga legislatif daerah

Persentase tugas lembaga perwakilan rakyat daerah yang dilaksanakan

1 Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah

Wajib

5 Menyusun berbagai regulasi yang diperlukan

Pemenuhan peraturan perUndang-Undangan yang dibutuhkan

1 Program Penataan Peraturan PerUndang-Undangan

Wajib

Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat

1 Terpenuhinya kebutuhan prasarana dan sarana transportasi, utilitas publik, dan pelayanan publik di seluruh wilayah

1 Pembukaan akses ke daerah-daerah terisolir dan terpencil

1 Menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian tata ruang sesuai dengan RTRW provinsi dan RTRW kabupaten/kota;

Pemenuhan kebutuhan dokumen rencana tata ruang

1 Program Perencanaan Tata Ruang

Wajib

2 Prioritas pembangunan pada wilayah strategis, daerah terisolir, dan daerah terpencil

Persentase kesesuaian pemanfaatan ruang

2 Program Pemanfaatan Ruang

Wajib

Page 168: 2016, no. 17 tahun 2012

168

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

3 Prioritas pembangunan ditujukan kepada masyarakat miskin dan orang asli Papua

Jumlah kasus pelanggaran penataan ruang

3 Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Wajib

Persentase lahan yang terdaftar

4 Program pembangunan sistem pendaftaran tanah

Wajib

4 Penerapan skema-skema pembangunan non konvensional

Persentase lahan dikelola dengan baik

5 Program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah

Wajib

Persentase konflik-konflik pertanahan yang ditangani sampai tuntas

6 Program penyelesaian konflik-konflik pertanahan

Wajib

Ketersediaan sistem informasi pertanahan yang mudah diakses dan termutakhirkan

7 Program pengembangan sistem informasi pertanahan

Wajib

2 Memenuhi infrastruktur transportasi, energi, telekomunikasi, air bersih & air minum, dan pengelolaan lingkungan di seluruh wilayah, baik perkotaan maupun perKampungan

Pemenuhan prasarana dan fasilitas perhubungan

1 Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

Wajib

Page 169: 2016, no. 17 tahun 2012

169

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Persentase prasarana dan fasilitas perhubungan dengan kondisi baik (layak)

2 Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ

Wajib

Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana perhubungan

3 Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan

Wajib

3 Menyusun sistem pengelolaan infrastruktur dan pengelolaan lingkungan hidup

Pemenuhan kebutuhan layanan angkutan reguler

1 Program peningkatan pelayanan angkutan

Wajib

Pemenuhan SPM perhubungan (lalu lintas dan angkutan jalan)

2 Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas

Wajib

Persentase kendaraan bermotor layak yang jalan

3 Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor

Wajib

Persentase distrik dengan sistem pengelolaan sampah terpadu

4 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

Wajib

4 Meningkatkan pencapaian keluarga sejahtera

Laju pertumbuhan dari kelahiran

1 Program Keluarga Berencana

Wajib

Persentase partisipasi remaja terbina

2 Program Kesehatan Reproduksi Remaja

Wajib

Cakupan kampung yang terlayani alat kontrasepsi

3 Program pelayanan kontrasepsi

Wajib

Page 170: 2016, no. 17 tahun 2012

170

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Persentase masyarakat yang terbina

4 Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB/KR yang mandiri

Wajib

Cakupan promosi kelompok kegiatan di masyarakat

5 Program promosi kesehatan ibu, bayi dan anak melalui kelompok kegiatan dimasyarakat

Wajib

Persentase distrik dengan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR

6 Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR

Wajib

Kasus narkoba, dan PMS yang ditanggulangi

7 Program peningkatan penanggulangan narkoba, PMS termasuk HIV/AIDS

Wajib

Ketersediaan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak

8 Program pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak

Wajib

Jumlah tenaga pendamping yang dipersiapkan

9 Program penyiapan tenaga pendamping kelompok bina keluarga

Wajib

Ketersediaan model operasional BKB-Posyandu-PADU

10 Program pengembangan model operasional BKB-Posyandu-PADU

Wajib

5 Meratakan pembangunan wilayah melalui

Kemandirian kawasan transmigrasi

1 Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi

Pilihan

Page 171: 2016, no. 17 tahun 2012

171

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

transmigrasi

Jumlah kawasan yang Dibina dengan Skema Transmigrasi

2 Program Transmigrasi lokal

Pilihan

- 3 Program Transmigrasi regional

Pilihan

Mendukung proses percepatan pembangunan Provinsi Papua Barat

1 Terciptanya SDM berkualitas dengan indeks pendidikan dan penguasaan keterampilan yang baik

1 Peningkatan kualitas layanan pendidikan formal dan informal

1 Meningkatkan indeks pendidikan melalui upaya peningkatan partisipasi masyarakat, mutu tenaga pendidik, layanan, dan manajemen pendidikan formal dan non formal.

Cakupan pelayanan pendidikan anak usia dini

1 Program Pendidikan Anak Usia Dini

Wajib

2 Pembinaan pemuda dan pembinaan melalui olahraga

Cakupan pelayanan pendidikan dasar sembilan tahun

2 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

Wajib

3 Fasilitasi sarana komunikasi dan informasi

Cakupan pelayanan pendidikan menengah

3 Program Pendidikan Menengah

Wajib

Cakupan pelayanan pendidikan non formal

4 Program Pendidikan Non Formal

Wajib

Cakupan pelayanan pendidikan luar biasa

5 Program Pendidikan Luar Biasa

Wajib

Persentase pendidik dan tenaga kependidikan yang dibina

6 Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Wajib

Page 172: 2016, no. 17 tahun 2012

172

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Persentase taman bacaan/perpustakaan aktif

7 Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan

Wajib

Kinerja pelayanan pendidikan

8 Program Manajemen Pelayanan Pendidikan

Wajib

2 Terbinanya generasi pemuda sebagai aset strategis

2 Meningkatkan daya saing SDM melalui pembinaan pemuda dan olah raga

Ketersediaan kebijakan terkait kepemudaan

1 Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda

Wajib

Persentase partisipasi pemuda dalam kegiatan

2 Program peningkatan peran serta kepemudaan

Wajib

Banyaknya pemuda yang dibina

3 Program peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup pemuda

Wajib

Banyaknya pemuda yang dibina

4 Program upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba

Wajib

Cabang olahraga yang terbina dengan baik

5 Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olah Raga

Wajib

Raihan prestasi olah raga

6 Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga

Wajib

Persentase pemenuhan sarana dan prasarana olah raga

7 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga

Wajib

Page 173: 2016, no. 17 tahun 2012

173

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

3 Meningkatnya kecerdasan serta meluasnya penguasaan pengetahuan dan informasi, serta meningkatnya motivasi untuk hidup yang lebih baik

3 Mencerdaskan masyarakat melalui sarana komunikasi dan informasi

Ketimpangan akses masyarakat terhadap informasi

1 Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa

Wajib

Jumlah pengkajian dan penelitian yang diselenggarakan

2 Program pengkajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi

Wajib

Jumlah pendidikan dan latihan yang diselenggarakan

3 Program fasilitasi Peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi

Wajib

Persentase informasi kegiatan yang disampaikan lewat media massa

4 Program kerjasama informasi dengan media massa

Wajib

Menciptakan kesejahteraan ekonomi masyarakatdengan kegiatan ekonomi berbasis SDA sekaligus memberdayakan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan alam

1 Terwujudnya ketahanan pangan wilayah dengan peningkatan produktivitas pertanian, perikanan, dan peternakan

1 Optimalisasi pemanfaatan teknologi tepat guna

1 Mewujudkan ketahanan pangan wilayah melalui peningkatan produktivitas pertanian dan meningkatkan pendapatan masyarakat dari kegiatan perkebunan

Peningkatan ketahanan pangan wilayah

1 Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan)

Pilihan

2 Pelaksanaan sistem pengawasan atas pemanfaatan SDA

Perluasan pasar produk pertanian

2 Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan

Pilihan

2 Meningkatnya kegiatan perkebunan rakyat

3 Pemberdayaan masyarakat lokal dalam pelaksanaan,

Persentase pertanian berbasis teknologi

3 Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan

Pilihan

Page 174: 2016, no. 17 tahun 2012

174

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

pengelolaan dan pengawasan upaya pemanfaatan SDA

Peningkatan hasil panen

4 Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan

Pilihan

Jumlah kabupaten/kota dengan tenaga penyuluh terlatih

5 Program pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan

Pilihan

Persentase ternak yang terjangkit penyangkit

6 Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak

Pilihan

Peningkatan nilai produksi peternakan

7 Program peningkatan produksi hasil peternakan

Pilihan

Perluasan pasar produk peternakan

8 Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan

Pilihan

Persentase peternakan berbasis teknologi

9 Program peningkatan penerapan teknologi peternakan

Pilihan

3 Meningkatnya pemanfaatan sumber daya hutan

2 Memanfaatkan potensi Sumber Daya Hutan dengan tetap berprinsip kepada kelestarian dan keberlanjutan lingkungan alam

Peningkatan kontribusi sektor kehutanan

1 Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan

Pilihan

Lahan hutan industri terlantar

2 Program pemanfaatan kawasan hutan industri

Pilihan

Persentase industri hasil hutan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

3 Program pembinaan dan penertiban industri hasil hutan

Pilihan

Page 175: 2016, no. 17 tahun 2012

175

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Kesesuaian dengan RTRW

4 Program perencanaan dan pengembangan hutan

Pilihan

4 Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pertambangan

3 Membina dan mengawasi pengusahaan bidang pertambangan

Persentase usaha pertambangan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

1 Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan

Pilihan

Jumlah kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan yang ditertibkan

2 Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan

Pilihan

Peningkatan pasokan daya listrik

3 Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan

Pilihan

5 Mengelola pariwisata yang berbasis pengembangan masyarakat lokal

4 Mengembangkan kepariwisataan daerah yang berbasis pengembangan masyarakat lokal

Jumlah destinasi pariwisata unggulan yang dipromosikan

1 Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata

Pilihan

Jumlah destinasi pariwisata yang dikembangkan

2 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

Pilihan

Jumlah kegiatan kemitraan pariwisata

3 Program Pengembangan Kemitraan

Pilihan

1 Terwujudnya ketahanan pangan wilayah dengan peningkatan produktivitas pertanian, perikanan, dan

5 Mengembangkan usaha kelautan dan perikanan bagi masyarakat pesisir terutama dengan meningkatkan pertumbuhan usaha budidaya perikanan

Peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir

1 Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir

Pilihan

Page 176: 2016, no. 17 tahun 2012

176

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

peternakan

Pertumbuhan nilai produksi budidaya perikanan

2 Program pengembangan budidaya perikanan

Pilihan

Pertumbuhan nilai produksi perikanan tangkap

3 Program pengembangan perikanan tangkap

Pilihan

Terciptanya sistem penyuluhan perikanan baru yang efektif

4 Program pengembangan sistem penyuluhan perikanan

Pilihan

Pertumbuhan nilai produksi perikanan

5 Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan

Pilihan

Persentase kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar yang dikembangkan

6 Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar

Pilihan

Mempersiapkan dan menyediakan kualitas lingkungan hidup yang baik bagi generasi yang akan datang

1 Terjaganya keberadaan budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam

1 Persiapan perangkat mitigasi bencana dan mitigasi bencana khusus masyarakat di wilayah-wilayah yang sulit diakses serta mencerdaskan seluruh masyarakat dalam menghadapi

1 Pengembangan dan mengelola nilai budaya dan kekayaan budaya;

Intensitas penyelenggaraan event kebudayaan lokal

1 Program Pengembangan Nilai Budaya

Wajib

Kekayaan budaya yang terkelola

2 Program Pengelolaan Kekayaan Budaya

Wajib

Keragaman budaya yang terkelola

3 Program Pengelolaan Keragaman Budaya

Wajib

Page 177: 2016, no. 17 tahun 2012

177

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

bencana;

2 Selektif dalam memberikan izin-izin usaha yang berpotensi mengancam eksistensi dan kesejahteraan masyarakat, lingkungan budaya, dan lingkungan alam;

Jumlah kerjasama baru yang terjalin terkait pengelolaan kekayaan budaya

4 Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya

Wajib

3 Taat kepada RTRW provinsi, RTRW kabupaten kota, dan rencana rincinya dalam pengembangan program-program pembangunan

Persentase kampung pesisir yang tercerdaskan

5 Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritim kepada masyarakat

Wajib

2 Terehabilitasinya lingkungan yang statusnya kritis

4 Pencarian solusi bagi persoalan hak ulayat

2 Rehabilitasi dan perlindungan lingkungan alam;

Persentase kasus pencemaran dan kerusakan LH ditangani

1 Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

Wajib

5 Relokasi penduduk dari wilayah rawan bencana ke lokasi yang layak dan sesuai dengan kultur

Kesesuaian pelaksanaan rencana perlindungan dan konservasi SDA

2 Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam

Wajib

6 Pengerahan jajaran pemerintah dan membina seluruh masyarakat untuk menjaga

Persentase cadangan SDH yang direhabilitasi dan dipulihkan

3 Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam

Wajib

Page 178: 2016, no. 17 tahun 2012

178

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

hutan dan SDA dari eksploitasi yang mengganggu sustainabilitasnya

Tingkat polusi 4 Program peningkatan pengendalian polusi

Wajib

Tingkat kerusakan lingkungan kawasan-kawasan konservasi laut dan hutan akibat pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan

5 Program pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan dikawasan-kawasan konservasi laut dan hutan

Wajib

Kasus kebakaran hutan yang ditangani dengan baik

6 Program pengendalian kebakaran hutan

Wajib

Kondisi ekosistem pesisir dan laut

7 Program pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut

Wajib

Pemenuhan RTH kawasan perkotaan

8 Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)

Wajib

Penurunan jumlah hutan dan lahan kritis

9 Program rehabilitasi hutan dan lahan

Wajib

Sumber daya hutan terlindungi

10 Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan

Wajib

3 Terlaksananya upaya perlndungan lingkungan dan pengawasan lingkungan

3 Peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan SDA

Ketersediaan sistem informasi SDA dan LH

1 Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Wajib

Page 179: 2016, no. 17 tahun 2012

179

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja

Capaian Kinerja Program Pembangunan

Daerah Bidang/ Urusan

SKPD Kondisi Awal

Kondisi Akhir

4 Menurunnya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA

Partisipasi masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan

2 Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan

Wajib

5 Tertanganinya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA

Jumlah kasus pelanggaran pendayagunaan sumber daya laut yang ditindak

3 Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut

Wajib

6 Terlaksananya upaya mitigasi bencana alam

4 Implementasi mitigasi bencana alam.

Pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam terkoordinir dengan baik

1 Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam

Wajib

Penerapan mitigasi bencana di kawasan pesisir

2 Program peningkatan mitigasi bencana alam laut dan prakiraan iklim laut

Wajib

Page 180: 2016, no. 17 tahun 2012

180

BAB VIII

INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI

KEBUTUHAN PENDANAAN

Dalam pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh SKPD terdiri dari Urusan Wajib dan Urusan

Pilihan yang menjadi tanggungjawab masing-masing SKPD.

PROGRAM LINGKUP SKPD PROVINSI

Pelaksanaan kebijakan yang melingkupi seluruh SKPD mencakup sumber daya dan proses tata kelola

pemerintahan dengan pelaksanaan maupun penyelenggaraan program dengan kode pembangunan

wilayah sebagai berikut:

Kode dan Program

X. XX. XX. 01 Program Peningkatan Pelayanan Administrasi Perkantoran

X. XX. XX. 02 Program Prasarana dan Sarana Aparatur

X. XX. XX. 03 Program Peningkatan Kapasitas dan Disiplin Aparatur

X. XX. XX. 04 Program Pengembangan Sistem Pelaporan dan Monitoring Capaian Kinerja dan

Keuangan

URUSAN WAJIB PEMERINTAH

Kode dan Program: 1. 01. XX.BIDANG PENDIDIKAN

Pembangunan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia menunjukan adanya

perbedaan mencolok antara kondisi sarana dan prasarana pendidikan pada wilayah di tingkat kampung,

baik didaerah pesisir, pedalaman, maupun pegunungan dengan sarana dan prasarana pendidikan di

kawasan perkotaan merupakan fokus utama dari pelaksanaan program bidang pendidikan.

Penyelenggaraan pendidikan yang tidak memadai dari segi jumlah maupun kualitas berdasarkan

kelompok usia, serta kondisi sosial ekonomi masyarakat dan aksesibilitas menuju fasilitas pendidikan

yang masih sulit terjangkau merupakan isue utama yang menjadi sasaran spesifik pembangunan bidang

pendidikan. Sasaran tersebut diupayakan tercapai dalam jangka menengah pembangunan melalui

pelaksanaan program utama dengan sebagai berikut:

Page 181: 2016, no. 17 tahun 2012

181

Program Pendidikan Anak Usia Dini

Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

Program Pendidikan Menengah

Program Pendidikan Non Formal

Program Pendidikan Tinggi

Program HIV aids

Kode dan Program: 1. 02. XX.BIDANG KESEHATAN

Kondisi cakupan pelayanan kesehatan saat ini belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat di Papua

Barat. Berbagai kesulitan yang dihadapi terutama menyangkut faktor lokasi fasilitas yang sulit

terjangkau, serta keterbatasan kemampuan sarana dan prasarana yang ada dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat.

Gambaran kondisi tersebut, menjadi perhatian khusus dalam upaya memperbaiki indikator utama bidang

kesehatan yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi masyarakat melalui berbagai program utama yang

menjadi urusan wajib bidang kesehatan, sebagai berikut:

Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

Program Upaya Kesehatan Masyarakat

Program Pengawasan Obat dan Makanan

Program Pengembangan Obat Asli Indonesia

Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Program Perbaikan Gizi Masyarakat

Program pengembangan lingkungan sehat

Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

Program standarisasi pelayanan kesehatan

Program pelayanan kesehatan penduduk miskin

Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/ puskesmas

pembantu dan jaringannya

Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah

sakit paru-paru/rumah sakit mata

Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-

paru/ rumah sakit mata

Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan

Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita

Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia

Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan

Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak

Program Peningkatan SDM Penanggulangan Nerkoba termasuk HIV/AIDS

Page 182: 2016, no. 17 tahun 2012

182

Program Pengolahan Data, sistem dan jaringan Informasi di bidang P4GN

Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalagunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN)

Penegakan hukum dan telematika

Progam Terapi dan rehabilitasi penguna Narkoba

Kode dan Program: 1. 03. XX.PEKERJAAN UMUM

Salah satu permasalahan utama di Provinsi Papua Barat adalah minimnya ketersediaan prasarana dasar

kewilayahan seperti jalan, pengolahan air bersih maupun infrastruktur dasar lainnya baik untuk kawasan

perkotaan maupun perKampungan. Keterbatasan ini kemudian menyebabkan pelayanan masyarakat,

kegiatan pengembangan wilayah, maupun investasi berjalan sangat lambat perkembangannya dalam

kurun waktu beberapa tahun belakangan ini. Kegiatan pembangunan bidang pekerjaan umum kemudian

diarahkan untuk dapat menjamin ketersediaan sarana dan prasarana dasar yang dapat mendukung

keperluan pembangunan bidang ekonomi dan investasi melalui program pembangunan sebagai berikut:

Program pembangunan jalan dan jembatan

Program pembangunan turap/talud/bronjong

Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan

Program rehabilitasi/pemeliharaan talud/bronjong

Program tanggap darurat jalan dan jembatan

Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan

Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya

Program Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air

Lainnya

Program Pengendalian Banjir

Kode dan Program: 1. 04. XX. PERUMAHAN

Kualitas lingkungan perumahan baik di kampung maupun perkotaan akan menjadi perhatian utama yang

menjadi urusan wajib bidang perumahan guna menciptakan kualitas hidup masyarakat menjadi lebih

baik. Terkait dengan hal ini, penataan dan perbaikan bidang perumahan akan diisi dengan program

pembangunan dan perbaikan yang secara khusus akan dipisahkan perlakuannya untuk penduduk asli

Papua di perkampungan, perumahan tingkat distrik dan kawasan perkotaan. Penataan dan pembangunan

perumahan dilaksanakan secara bertahap dan diprioritaskan pada pemukiman penduduk di

perkampungan.

Program Pengembangan Perumahan

Page 183: 2016, no. 17 tahun 2012

183

Kode dan Program: 1. 05. XX.PENATAAN RUANG

Kegiatan penataan ruang yang mencakup aspek perencanaan, pemanfaatan maupun pengendalian

memfokuskan pada ketersediaan dokumen maupun peraturan-peraturan bidang penataan ruang yang

akan dijadikan pedoman dalam proses pembangunan secara umum. Program-program yang mencakup

aspek penataan ruang diarahkan menjadi media dalam menciptakan kualitas lingkungan dan wilayah

yang memadai secara terus menerus dari waktu ke waktu.

Kode dan Program: 1. 06. XX. PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Kegiatan perencanaan pembangunan tidak hanya dibatasi oleh faktor geografis kewilayahan, akan tetapi

juga dibatasi oleh aspek pembangunan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan.

Berbagai ketersediaan data kewilayahan yang diolah menjadi informasi bidang pembangunan, diarahkan

dapat memberikan gambaran pentahapan pengembangan wilayah berdasarkan sumber daya dan potensi

yang dimiliki dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Upaya tersebut diterjemahkan kedalam

program-program dengan kode perencanaan pembangunan sebagai berikut:

Program pengembangan data/informasi

Program kerjasama pembangunan

Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah

Program perencanaan pembangunan daerah

Program perencanaan pembangunan ekonomi

Program perencanaan sosial dan budaya

Program evaluasi perencanaan pembangunan daerah

Program Penyusunan Pedoman

Program Analisis Kebutuhan

Program Penyusunan Kampungin Program dan Kegiatan

Program Penelitian (Ruang Lingkup/Topik)

Program Pengkajian (Ruang Lingkup/Topik)

Program Pengembangan (Ruang Lingkup/Topik)

Program Koordinasi,Konsultasi, dan Komunikasi Terkait Perencanaan dan Pelaksanaan

Program/Kegiatan Kelitbangan

Program Koordinasi, Konsultasi, dan Komunikasi Terkait Perencanaan dan

PelaksanaanProgram/Kegiatan Statistik

Program Fasilitasi Diseminasi/Sosialisasi Regulasi/Kebijakan Kelitbangan dan Statistik

Program Focus Group Discussion(FGD) Lingkup Kelitbangan dan Statistik

Program Verifikasi dan Validasi Data

Program Pemuktahiran Data Penduduk Asli Papua di Provinsi Papua Barat

Program Penyusunan Input-Output AnalysisProvinsi Papua Barat

Page 184: 2016, no. 17 tahun 2012

184

Program Penyusunan/Pemutakhiran Direktori Potensi dan regulasi Pengembangan Iklim

Investasi Provinsi Papua Barat

Program Pelaksanaan Monitoring Program/Kegiatan Kelitbangan dan Statistik

Program Pelaksanaan Supervisi Program/Kegiatan Kelitbangan dan Statistik

Program Pelaksanaan Evaluasi Program/Kegiatan Kelitbangan dan Statistik

Program Pemetaan Kerjasama Lembaga Donor Di Provinsi Papua Barat

Program Pemetaan Kerjasama Pemerintah Provinsi Papua Barat dan Kabupaten/Kota di Lingkup

Provinsi Papua Barat dengan Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian

Program Kerjasama Kelitbangan Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan Kabupaten/Kota di

Wilayah Provinsi Papua Barat

Program Kerjasama Pengembangan Basis Data Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan

Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi Papua Barat

Kerjasama Pengembangan Basis Data Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan Lembaga Donor

Penyusunan Laporan Hasil Penelitian, Pengembangan, dan Pengkajian

Penyusunan Laporan Hasil Pendataan dan Pemutakhiran Data

Penyusunan Laporan Hasil Kerjasama

Penyusunan Laporan Hasil Pembinaan dan Fasilitasi Program/Kegiatan Kelitbangan dan Statistik

Publikasi Hasil Kelitbangan dan Statistik Melalui Buku, Situs (Website) Pemerintah Provinsi

Papua Barat, dan Media Publikasi Lainnya

Kode dan Program: 1. 07. XX. PERHUBUNGAN

Kegiatan pembangunan bidang perhubungan darat, tetap akan menjadi fokus utama pembangunan

bidang perhubungan di Provinsi Papua Barat.Fokus tersebut diimbangi oleh pengembangan sarana

perhubungan lain baik perhubungan udara maupun melalui laut. Melalui kegiatan pembangunan bidang

perhubungan, diharapkan dalam kurun waktu jangka menengah dapat mengatasi keterisolasian antar

wilayah di Papua Barat. Harapan tersebut diterjemahkan kedalam beberapa program yang menjadi

urusan wajib bidang perhubungan sebagai berikut:

Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ

Program peningkatan pelayanan angkutan

Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan

Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas

Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor

Program Peningkatan Prasarana Perhubungan Udara

Program Peningkatan Sumber Daya Manusia Perhubungan

Program Peningkatan Keselamatan LLAJ

Page 185: 2016, no. 17 tahun 2012

185

Kode dan Program: 1. 08. XX. LINGKUNGAN HIDUP

Provinsi Papua Barat merupakan daerah yang rentan terhadap perubahan bentang alam sehingga

pengelolaan lingkungan hidup menjadi salah satu aspek penting dalam proses pembangunan. Guna

mengatasi timbulnya permasalahan serius dimasa yang akan datang, pengelolaan bidang lingkungan

hidup sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam diharapkan dapat dilakukan secara bijaksana

oleh seluruh lapisan masyarakat. Pemikiran tersebut menjadi landasan pelaksanaan program bidang

lingkungan hidup yang menjadi urusan wajib penyelenggaraan tatanan pemerintahan berikut ini:

Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam

Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam

Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Program peningkatan pengendalian polusi

Program pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan dikawasan-kawasan konservasi laut dan

hutan

Program pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut

Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)

Kode dan Program: 1. 09. XX. PERTANAHAN

Pemanfaatan ruang dalam proses penataan ruang merupakan suatu aspek utama yang harus

diperhatikan. Ruang wilayah permukaan yang secara fisik merupakan bidang tanah terkelompokan

penguasaannya oleh masing-masing strata masyarakat. Pendataan dan pengembangan sistem informasi

pertanahan di Papua Barat sangat penting dilakukan guna menghindari terjadinya konflik pertanahan

yang utamanya disebabkan status tanah adat (Hak Ulayat). Melalui program bidang pertanahan

diharapkan dapat ditentukan arah pengembangan wilayah yang tepat dalam penentuan lokasi setiap

fungsi ruang yang ingin direncanakan.

Berikut merupakan program-progam yang direncanakan dalam kurun waktu jangka menengah terkait

bidang pertanahan:

Pertanahan

Program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah

Program penyelesaian konflik-konflik pertanahan

Kode dan Program: 1. 10. XX. KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL

Peraturan perundangan mengenai otonomi khusus menekankan keberpihakan pada penduduk asli Papua

(lokal). Pemetaan mengenai pesebaran kependudukan harus didukung sistem administrasi

Page 186: 2016, no. 17 tahun 2012

186

kependudukan yang baik dalam mendata seluruh lapisan masyarakat baik penduduk asli maupun

pendatang. Program urusan wajib bidang kependudukan dan catatan sipil berusaha mendapatkan data

dan informasi kependudukan yang baik, guna dijadikan acuan dalam perencanaan pembangunan

wilayah.Berikut merupakan program-progam yang direncanakan dalam kurun waktu jangka menengah

terkait bidang kependudukan dan catatan sipil:

1. 10. XX. 15 Program Penataan Administrasi Kependudukan

Kode dan Program: 1. 11. XX. PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Peningkatan peran perempuan disejumlah bidang pembangunan pada umumnya masih lemah dan

terbatas. Hal ini disebabkan oleh karena kemampuan perempuan di Provinsi Papua Barat masih

memerlukan penguatan baik secara perorangan maupun kelembagaan. Upaya pemberdayaan perempuan

berusaha menciptakan kesetaraan gender sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kapasitas

perempuan dalam kehidupan masyarakat. Kebijakan penyetaraan gender dan upaya penguatan kapasitas

kelembagaan perempuan maupun program lainnya diperlukan guna mendorong peran serta aktif

perempuan dalam setiap proses pembangunan.Berikut merupakan program-progam yang direncanakan

dalam kurun waktu jangka menengah terkait bidang pemberdayaan perempuan:

Program Peningkatan Kesejahteraaan dan Perlindungan Anak

Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak

Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan

Program peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan

Program penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Kode dan Program: 1. 12. XX. KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

PerkembanganKeluarga Berencanadi Papua Baratberbeda dengan di Pulau Jawa, pendekatan dan maksud

pelaksanaan kegiatannya memiliki suatu pemahaman tersendiri mengingat kondisi faktor ekonomi, sosial

dan budaya yang berbeda dengan wilayah di Pulau Jawa. Penekanan terhadap pencegahan perluasan

penyebaran penyakit HIV/ Aids dan peningkatan kesejahteraan keluarga ketimbangan mengurangi

kepadatan penduduk, menjadi perbedaan mencolok penyelenggaraan program bidang keluarga

berencana dan keluarga sejahtera di Papua Barat dengan di Pulau Jawa.Berdasarkan pemikiran tersebut,

program bidang keluarga berencana direncanakan dalam kurun waktu jangka menengah adalah sebagai

berikut:

Program penanggulangan bahaya narkoba termasuk HIV/AIDS

Page 187: 2016, no. 17 tahun 2012

187

Kode dan Program: 1. 13. XX. SOSIAL

Kebijakan pembangunan yang berpihak kepada penanggulangan kemiskinan berupa penyelenggaraan

pelayanan sosial sangat diperlukan oleh wilayah Papua Barat mengingat kondisi kemiskinan yang masih

tinggi. Kebijakan tersebut perlu didukung oleh program bidang sosial yang dapat membantu mengurangi

tingkat kedalaman kemiskinan serta permasalahan kesejahteraan sosial lainnya. Perhatian kepada

kelompok usia lanjut maupun kepada penduduk yang memiliki kekurangan secara fisik perlu ditekankan

juga menjadi suatu program bidang sosial lainnya. Berikut merupakan program bidang sosial yang

direncanakan dalam kurun waktu jangka menengah di Provinsi Papua Barat:

Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya

Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

Program pembinaan anak terlantar

Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma

Program pembinaan panti asuhan /panti jompo

Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit

sosial lainnya)

Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial

Program Pembangunan Rumah Daerah Tertinggal

Program Pelayanan Sosial Bagi Lanjut Usia

Publikasi dan Promosi Pembangunan Kesejahteraan Sosial

Program Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan kemiskinan

Program Penyediaan Air Minum dan MCK

Program Keluarga Harapan

Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak

Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Keagamaan

Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Keagamaan

Program Pemberdayaan Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran

Program Penanggulangan Bencana Alam dan Bencana Sosial

Program Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial

Program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh

Program Kepahlawanan,Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial

Program Pelatihan Keterampilan Berusaha bagi Keluarga tidak mampu

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Page 188: 2016, no. 17 tahun 2012

188

Kode dan Program: 1. 14. XX. TENAGA KERJA

Pemenuhan kebutuhan pasar tenaga kerja yang memiliki standar kualitas dan produktivitas tertentu

pada dasarnya berupaya memanfaatkan sumber daya yang ada seoptimal mungkin. Peningkatan aktivitas

ekonomi juga terus diupayakan dalam menciptakan kesempatan kerja dengan maksud meningkatkan

penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang lebih besar sehingga pengangguran dapat diatasi.Kedua

upaya tersebut, merupakan gambaran fokus bidang tenaga kerja yang akan ditopang oleh lembaga

tersendiri dalam menciptakan perlindungan dan kenyamanan kerja sehingga tingkat kesejahteraan

tenaga kerja meningkat.Berikut merupakan program-progam yang direncanakan dalam kurun waktu

jangka menengah terkait bidang tenaga kerja:

Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

Program Peningkatan Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja

Program Peningkatan Kesempatan Kerja

Program Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja

Program Pengembangan Hubungan Industrial dan Peningkatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan

Program Perlindungan Tenaga Kerja dan Pengembangan Sistem Pengawasan Ketenagakerjaa

Kode dan Program: 1. 15. XX. KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH

Tanggung jawab dalam menanggulangi kemiskinan melalui pengembangan unit usaha kecil menengah

maupun koperasi diterjemahkan kedalam program yang berupaya menciptakan keunggulan komparatif

tiap jenis usaha. Penciptaan kondisi yang kondusif dan bantuan pengembangan usaha kecil menengah

diharapkan dapat meningkatkan peran dan kontribusi sektor ekonomi riil di Papua Barat. Rencana

program yang dijalankan terkait urusan wajib bidang koperasi dan usaha kecil menengah, terdiri atas:

Program penciptaan iklim usaha UKM yang kondusif

Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah

Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah

Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi

Kode dan Program: 1. 16. XX. PENANAMAN MODAL DAERAH

Potensi sumber daya alam dalam bidang pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, kelautan,

kehutanan, pertambangan dan pariwisata di Papua Barat dapat dimanfaatkan untuk mendorong

berkembangnya penanaman modal di Provinsi Papua Barat. Belum terlaksananya penanaman modal

swasta di seluruh sektor potensial tersebut diakibatkan belum adanya dukungan lintas sektor dalam

memenuhi ketersediaan informasi, prasarana dasar, infrastruktur ekonomi, study kelayakan, insentif

investasi, kesiapan masyarakat di lokasi kegiatan serta petra jalan atau road map investasi di Provinsi

Papua Barat. Keseluruhan kebutuhan tersebut masih harus dipersiapkan, guna meningkatkan realisasi

Page 189: 2016, no. 17 tahun 2012

189

penanaman modal yang akan membantu Provinsi Papua Barat dalam meningkatkan kinerja ekspor,

pembentukan modal atau nilai tambah serta penciptaan lapangan kerja baru. Berikut merupakan

program-progam yang direncanakan dalam kurun waktu jangka menengah terkait bidang penanaman

modal daerah:

Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi

Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah

Program Peningkatan Daya Saing Investasi

Program Pemantauan Tingkat Perkembangan Harga di Papua Barat

Program Penyusunan Data Base Produksi Daerah

Kode dan Program: 1. 17. XX. KEBUDAYAAN

Papua Barat memiliki keanekaragaman budaya yang masih memerlukan penataan dan pengembangan

lebih lanjut dalam upaya pelestariannya. Keanekaragaman budaya tersebut merupakan aset

pembangunan yang perlu terprogramkan karena memiliki arti penting sebagai identitas dan media

penguatan martabat Papua Barat menuju terciptanya kemandirian dalam pembangunan Papua Barat

secara umum. Penekanan akan pelestarian keanekaragaman budaya melalui mekanisme pengelolaan

yang baik menjadi landasan dalam seluruh program pembangunan bidang kebudayaan berikut ini:

Program Pengembangan Nilai Budaya

Program Pengelolaan Kekayaan Budaya

Program Pengelolaan Keragaman Budaya

Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya

Kode dan Program: 1. 18. XX. PEMUDA DAN OLAHRAGA

Pembangunan yang berhubungan dengan urusan kepemudaan dan olahragadiarahkan pada penyiapan

mereka untuk menjadi pemimpin masyarakat serta sebagai pelaku utama dalampembangunan. Untuk

memenuhi arahan tersebut diperlukan program-program yang beririsan dengan sektor lain, terutama

yang berkaitan dengan pendidikan, kesehatan, penguasaan managemen, kepemimpinan serta

peningkatan kemampuan profesional.

Program yang terkait urusan pemuda dan olahraga guna mewujudkan sumber daya pemuda yang

tangguh,berprestasi, dan berakhlak baik serta memiliki motivasi yang kuat, adalah sebagai berikut:

Program Peningkatan peran serta kepemudaan

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga

Program Pembinaan Generasi Muda Bangsa

Page 190: 2016, no. 17 tahun 2012

190

Kode dan Program: 1. 19. XX. KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI

Pembangunan politik dalam negeri di Papua Barat diarahkan untuk pengembangan demokrasi yang

tertib dan taat hukum. Sesuai dengan prinsip demokrasi, masyarakat Papua Barat mendapatkan akses

yang terbuka untuk penyaluran aspirasi melalui berbagai media baik level daerah maupun nasional.

peningkatan peran masyarakat dalam memberikan aspirasi yang responsif dan berkualitas menjadi

penekanan dalam bidang politik dalam negeri. Sedangkan untuk urusan kesatuan bangsa, faktor

pemeliharaan keamanan dan ketertiban menjadi target utama penyelenggaraan program-program

bidang kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, sebagai berikut:

Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan

Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal

Program pengembangan wawasan kebangsaan

Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan

Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan

Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat)

Program Pengawasan OA dan LA

Pemulihan Wilayah Pasca Konflik

Program Pemantapan Bina Ideologi dan Bela Negara

Program Pengembangan Data, Informasi/Statistik Daerah

Program pendidikan politik masyarakat

Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam

Program Penguatan Peraturan Perundangan dan Kapasitas Kelembagaan

Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana yang Terpadu

Program Penelitian, Pendidikan dan Pelatihan Kebencanaan

Program Pencegahan dan Mitigasi Bencana

Program Peningkatan Kapasitas dan Partisipasi Masyarakat serta Para Pemangku Kepentingan

Lainnya dalam RPB

Program Siaga Bencana

Program Darurat Bencana

Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Kode dan Program: 1. 20. XX. PEMERINTAHAN UMUM

Upaya membangun tata kelola pemerintahan yang baik dalam memberikan pelayanan prima kepada

segenap lapisan masyarakat menjadi capaian utama program bidang pemerintahan umum. Hal tersebut

dimaksudkan guna mencegah pemerintahan yang koruptif dan inefisien sehingga pada gilirannya dapat

melemahkan atau bahkan menurunkan kewibawaan pemerintah dimata masyarakat.

Program bidang pemerintahan umum berupaya melakukan pembenahan tata kerja atau sistem dan

prosedur kerja dalam peningkatan kemampuan untuk melaksanakan pelayanan kepada masyarakat.

Page 191: 2016, no. 17 tahun 2012

191

Berikut merupakan program-program yang menjadi urusan wajib penyelenggaraan pemerintahan dalam

kurun waktu 5 tahun ke depan.

Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah

Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah

Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah

Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/kota

Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH

Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan

Program penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan

Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi

Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi

Peningkatan peran serta masyarakat dalam perolehan informasi

Peningkatan SDM Aparatur BNPPapua Barat

Kerja sama informasi dengan media massa

Peningkatan kinerja dan kualitas petugas pengolah data dan informasi

Program mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat

Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

Program Penataan Peraturan PerUndang-Undangan

Program Penataan Daerah Otonomi Baru

Peningktan dan Pengembangan Pengelolaan Barang Milik Daerah

Program Peningkatan Penerimaan Daerah

Program Pengembangan Sarana dan Prasarana Kerja Dalam Peningkatan Pajak & Retribusi

Daerah

Program Pembangunan Daerah dan Wilayah

Program Peningkatan Kesejahteraan Anggota Korpri

Program Unggulan

Program Bimbingan Mental dan Rohani

Kode dan Program: 1. 21. XX. KEPEGAWAIAN

Aparatur pemerintah merupakan ujung tombak penyelenggaraan kegiatan sistem pemerintahan daerah.

Kualitas dan kapasitas sumber daya aparatur yang memadai dapat mendorong terjadinya percepatan

proses pembangunan. Penekanan akan pembinaan aparatur pemerintah guna menjadi lebih berkualitas,

mendorong kebutuhan akan program bidang kepegawaian berikut ini:

Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur

Program pembinaan dan pengembangan aparatur

Page 192: 2016, no. 17 tahun 2012

192

Kode dan Program: 1. 22. XX. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KAMPUNG

Partisipasi dan peningkatan kapasitas peran masyarakat, khususnya penduduk asli yang tinggal

dilingkungan peKampungan diharapkan dapat mendorong terjadinya pemerataan pembangunan. Sesuai

dengan kebijakan otonomi khusus di Pulau Papua, penyamarataan kesempatan bagi penduduk lokal

mendorong pentingnya pemberdayaan masyarakat Kampung mengingat mayoritas penduduk asli tinggal

di wilayah peKampungan. Berikut merupakan program-program pemberdayaan masyarakat Kampung

yang dibutuhkan dalam kurun waktu pembangunan menengah di Papua Barat.

Kode dan Program: 1. 23. XX. STATISTIK

Data dan informasi statistik suatu wilayah merupakan pondasi dasar dalam menciptakan kualitas

perencanaan pembangunan yang berkualitas. Tanpa keberadaan data dan informasi yang menunjang

tahapan pembangunan suatu wilayah tidak dapat tergambarkan secara lebih terstruktur. Pentingnya

pemenuhan kebutuhan akan data/ informasi statistik daerah yang memadai sebagai dasar perencanaan

wilayah Papua Barat diterjemahkan kedalam program bidang statistik daerah sebagai berikut:

Program pengembangan data/informasi/statistik daerah

Kode dan Program: 1. 24. XX. KEARSIPAN

Tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan yang tidak berbeda dari suatu organisasi, menuntut

sistem pengarsipan yang baik sebagai informasi perkembangan penyelenggaraan pemerintahan dari

tahun ke tahun. Arsip daerah yang merupakan bahan kerja dalam mencapai tujuan pemerintahan, harus

dapat terus terpelihara dan dilestarikan sebagaimana mestinya dalam menciptakan suatu tata kelola

administrasi yang baik. Kesadaran akan pentingnya arsip diseluruh jajaran pemerintahan menjadi titik

tekan tertentu penyelenggaraan program bidang kearsipan, sebagai berikut:

Kode dan Program: 1. 25. XX. KOMUNIKASI DAN INFORMASI

Dalam bidang komunikasi dan informasi, pembangunan diarahkan bagi penyediaan sarana komunikasi

yang efektif menjangkau pusat pemukiman perkampungan dan distrik diseluruh wilayah Provinsi Papua

Barat. Harapan akan wilayah Provinsi Papua Barat yang terhubung secara efektif melalui perantaraan

komunikasi dan informasi berbagai media diterjemahkan kedalam program-program berikut ini:

Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa

Program pengkajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi

Program fasilitasi Peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi

Program kerjasama informasi dengan media massa

Program Perencanaan dan Pengembangan Kegiatan Kominfo

Page 193: 2016, no. 17 tahun 2012

193

URUSAN PILIHAN

Kode dan Program: 2. 01. XX. PERTANIAN

Produktivitas dan nilai tambah sektor pertanian yang masih rendah, tidak sejalan dengan kondisi fisik

wilayah Papua Barat yang sangat mendukung pengembangan program pertanian. Hal lainnya yang tidak

sejalan adalah telah tersedianya ragam informasi tentang peluang pemanfaatan sumber daya pertanian,

akan tetapi investasi yang terjadi pada bidang pertanian masih tergolong sangat minim. Kedua hal

tersebut menjadi suatu acuan perlu adanya penyesuaian pelaksanaan program pembangunan bidang

pertanian guna mencapai pemerataan tingkat kesejahteraan penduduk, khususnya petani yang

merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbesar.

Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan)

Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan)

Program Peningkatan Ketahanan Pangan

Program Peningkatan Ketahanan Pangan

Program Peningkatan Ketahanan Pangan

Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan

Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan

Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan

Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan

Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak

Program peningkatan produksi hasil peternakan

Program peningkatan penerapan teknologi peternakan

Kode dan Program: 2. 01. XX. KEHUTANAN

Program bidang kehutanan mengupayakan perbaikan kualitas hidup masyarakat yang bermukim

disekitar wilayah hutan dengan pemanfaatan sumber daya hutan yang terpadu dan berkelanjutan.

Kebijakan pengendalian kegiatan masyarakat agar tidak melakukan tindakan perambahan hutan serta

mencegah meluasnya perusakan hutan.

Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan

Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan

Program Pemanfaatan Kawasan Hutan Industri

Program Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan

Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan

Program Inventarisasi Hutan dan Pementapan Kawasan Hutan

Program Pengelolaan Carbon Trade (REDD Plus)

Page 194: 2016, no. 17 tahun 2012

194

Program Penyuluhan dan Penguatan Kapasitas Kelembagaan SDM Kehutanan

Kode dan Program: 2. 01. XX. ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Kebutuhan akan pengembangan sumber energi baru terutama yang berasal dari non fosil dan

pemanfaatan gas hasil buangan minyak bumi serta sebaran galian mineral yang belum tereksplorasi lebih

lanjut, mendorong terciptanya suatu program bidang energi dan sumberdaya mineral dalam rencana

pembangunan diwilayah Papua Barat. Program tersebut berupaya membina dan mengawasi kegiatan

yang telah berjalan agar tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan, berikut merupakan program

bidang energi dan sumber daya mineral:

Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan mineral dan batubara

Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan

Program Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

Program Pembinaan dan Pengawasan Usaha Migas

Program Pengelolaan Potensi Air Bawah Tanah

Program Pengembangan Sumber Daya Geologi Daerah

Program Pengelolaan Potensi Sumberdaya Energi Baru dan Terbarukan

Program Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Melalui Pengelolaan Sumber Daya Geologi

Program Pembinaan dan Pengendalian Lingkungan Pertambangan

Kode dan Program: 2. 01. XX. PARIWISATA

Potensi daya tarik wisata alam maupun budaya yang dimiliki Papua Barat dapat berkembang menjadi

suatu aktivitas yang bernilai ekonomi tinggi. Pengembangan bidang pariwisata dapat memberikan

kontribusi besar terhadap pembangunan wilayah jika dikelola dan direncanakan dengan baik terutama

pada daerah yang ditetapkan sebagai daerah destinasi wisata. Untuk mendukung hal tesebut maka

disusunlah program bidang pengembangan pariwisata di Papua Barat, sebagai berikut:

Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata

Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

Program Pengembangan Kemitraan

Kode dan Program: 2. 01. XX. KELAUTAN DAN PERIKANAN

Penyeimbangan kegiatan pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan dengan peningkatan kapabilitas

masyarakat baik dalam bidang hukum, wawasan berkehidupan pesisir maupun sehubungan dengan

upaya mitigasi menghadapi perubahan iklim menjadi penekanan program pilihan bidang kelautan dan

perikanan. Pengembangan budidaya perikanan diharapkan mampu memberikan pendapatan nyata bagi

masyarakat dengan dukungan program pembangunan berikut ini.

Page 195: 2016, no. 17 tahun 2012

195

Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir

Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan

Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut

Program peningkatan mitigasi bencana alam laut dan prakiraan iklim laut

Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritin kepada masyarakat

Program pengembangan budidaya perikanan

Program pengembangan perikanan tangkap

Program pegembangan sistem penyuluhan perikanan

Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan

Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar

Program Peningkatan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan

Program Peningkatan Manajemen Informasi kelautan dan Perikanan

Program Pengawasan, Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

Program Pembinaan dan Pengelolaan Kelautan dan Perikanan

Program Monitoring dan Evaluasi

Program Pengelolaan dan Pemberdayaan Wilayah Laut, Pesisir, Pulau-pulau Kecil dan Kawasan

Konservasi

Program Pengembangan Sarana dan Prasarana Kelautan dan Perikanan

Program Pengembangan Sumber Daya Perikanan

Kode dan Program: 2. 01. XX. PERDAGANGAN

Pengembangan ekonomi masyarakat yang bertumpu kepada sektor perdagangan hingga saat ini belum

memberikan muatan balik yang seimbang antara aliran barang yang masuk dengan yang keluar dari

pusat pasar di Papua Barat. Peningkatan kepercayaan konsumen dan kerjasama perdagangan dalam dan

luar negeri menjadi kebutuhan utama yang akan dipenuhi melalui penetapan program pilihan bidang

perdagangan berikut ini.

Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan

Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional

Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor

Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri

Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan.

Kode dan Program: 2. 01. XX. PERINDUSTRIAN

Peningkatan nilai tambah masih menunjukan perkembangan yang kurang signifikan, hal ini tidak sejalan

dengan keanekaragaman bahan mentah yang tersebar diseluruh wilayah Provinsi Papua Barat.

Kurangnya kemampuan dan kapasitas penguasaan teknologi, serta tidak terstrukturnya pembangunan

sektor industri menjadi sorotan utama pembangunan di bidang perindustrian. Untuk menjawab

Page 196: 2016, no. 17 tahun 2012

196

tantangan tersebut dalam dokumen rencana pembangunan ini, ditetapkan program pembangunan

perindustrian sebagai berikut.

Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri

Program Penataan Struktur Industri

Pengembangan Industri Pengelolaan Hasil Laut

Kode dan Program: 2. 01. XX. TRANSMIGRASI

Upaya menselaraskan pola penempatan transmigrasi dengan penataan permukiman dan pembangunan

sarana permukiman menjadi landasan berpikir dalam penentuan program bidang transmigrasi.

Penempatan transmigrasi juga tidak dapat dipisahkan dari upaya pengembangan kawasan sekitar lokasi

penempatan. Berbagai aspek diupayakan dalam mencapai keseimbangan pemenuhan kebutuhan sarana

dan prasarana lingkungan yang menunjang. Berikut merupakan program bidang pengembangan

transmigrasi diwilayah Papua Barat.

Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi

Program Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi

Program Transmigrasi lokal

Program Pembangunan Kawasan Transmigrasi

Pada Tabel 8.1 disajikan program pembangunan yang disertai pendanaan pembangunan.

Page 197: 2016, no. 17 tahun 2012

197

Tabel 8-1. Indikasi Rencana Program Pembangunan yang Disertai Kebutuhan Pendanaan

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

PROGRAM DAN KEGIATAN PADA SETIAP SKPD

Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

Persentase Kebutuhan administrasi perkantoran yang terpenuhi

Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur

Persentase Sarana dan prasarana aparatur yang terpenuhi

Program peningkatan disiplin aparatur

Persentase/ jumlah aparat yang terbukti melakukan pelanggaran disiplin (menurun)

Program fasilitasi pindah /purna tugas PNS

Persentase/ jumlah PNS pindah/purna tugas yang terfasilitasi

Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

Persentase/ jumlah sumber daya aparatur terbina

Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan

Persentase/ jumlah SKPD yang laporan capaian kinerja & keuangannya WTP

URUSAN WAJIB Pendidikan

Program Pendidikan Anak Usia Dini

29 27 26 25 25 Dinas

Pendidikan

5 15.390.339.

000

Program Wajib 46 90.603.283 57 92.680.749 53 92.006.707. 51 17.673.134. 46 17.673.134.4 Dinas

Page 198: 2016, no. 17 tahun 2012

198

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

.200 .600 200 400 00 Pendidikan

5

38.133.393.000

Program Pendidikan Menengah

41

256.989.272.928

48 259.364.67

2.928 45

258.093.872.928

47 257.922.872

.928 44

257.068.472.928

Dinas Pendidikan

3 25.728.146.

000

Program Pendidikan Non Formal

56.426.870

.041

68.471.342.174

69.167.130.

001

73.219.572.652

74.867.460.

341

Dinas Pendidikan

Program Pendidikan Tinggi

9 11 6 6 6

Dinas

Pendidikan

Program HIV aids

10 27.857.238.

000 8

29.833.638.000

6 10.337.238.

000 4

10.337.238.000

4 10.337.238.0

00

Dinas Pendidikan

Kesehatan

Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

12 pt 5.241.000.0

00 12 pt

6.027.150.000

12 pt 6.931.222.5

00 12 pt

7.970.905.875

12 pt 9.166.541.75

6

Dinkes

Program Upaya Kesehatan Masyarakat

2 pt 750.000.00

0 2 pt

862.500.000

2 pt 991.875.00

0 2 pt

1.140.656.250

Dinkes

Program Pengawasan Obat dan Makanan

1 pt 500.000.00

0 1 pt

575.000.000

1 pt 661.250.00

0 1 pt 760.437.500

Dinkes

Program Pengembangan Obat Asli Indonesia

1 pt 500.000.00

0 1 pt

575.000.000

1 pt 661.250.00

0 1 pt 760.437.500

Dinkes

Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

1 pt 750.000.00

0 12 pt

862.500.000

1 pt 991.875.00

0 1 pt

1.140.656.250

Dinkes

Program Perbaikan Gizi Masyarakat

1 pt 16.027.150.

000 1 pt

16.931.222.500

1 pt 17.970.905.

875 1 pt

19.166.541.756

Dinkes

Program pengembangan lingkungan sehat

1 pt 2.470.688.

000 1 pt

2.841.291.200

1 pt 3.267.484.8

00 1 pt

3.357.607.612

1 pt 4.321.248.75

3

Dinkes

Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

1 pt 2.795.934.

000 1 pt

3.215.324.675

1 pt 3.697.623.3

76 1 pt

4.252.266.000

1 pt 4.890.106.0

00

Dinkes

Program standarisasi

1 pt 500.000.00

0 1 pt

575.000.000

1 pt 661.250.00

0 1 pt 760.437.500

Dinkes

Page 199: 2016, no. 17 tahun 2012

199

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

pelayanan kesehatan

Program pelayanan kesehatan penduduk miskin

1 pt 16.027.150.

000 1 pt

16.931.222.500

1 pt 17.970.905.

875 1 pt

19.166.541.756

Dinkes

Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/ puskesmas pembantu dan jaringannya

1 pt 11.007.000.

000 1 pt

11.007.000.000

1 pt 11.007.000.

000 1 pt

11.007.000.000

1 pt 11.007.000.0

00

Dinkes

Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata

1 pt 11.007.000.

000 1 pt

11.007.000.000

1 pt 11.007.000.

000 1 pt

11.007.000.000

Dinkes

Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/ rumah sakit mata

1 pt 3.215.324.6

75 1 pt

3.697.623.376

1 pt 4.252.266.0

00 1 pt

4.890.106.000

Dinkes

Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan

1 pt 500.000.00

0 1 pt

575.000.000

1 pt 661.250.00

0 1 pt 760.437.500

Dinkes

Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita

1 pt 500.000.00

0 1 pt

575.000.000

1 pt 661.250.00

0 1 pt 760.437.500

Dinkes

Program peningkatan pelayanan

1 pt 500.000.00

0 1 pt

575.000.000

1 pt 661.250.00

0 1 pt 760.437.500

Dinkes

Page 200: 2016, no. 17 tahun 2012

200

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

kesehatan lansia

Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan

1 pt 500.000.00

0 1 pt

575.000.000

1 pt 661.250.00

0 1 pt 760.437.500

Dinkes

Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak

1 pt 750.000.00

0 12 pt

862.500.000

1 pt 991.875.00

0 1 pt

1.140.656.250

Dinkes

Program Peningkatan SDM Penanggulangan Nerkoba termasuk HIV/AIDS

1 pkt 1.311.076.3

50 1 pkt

1.442.183.985

1 pkt 1.442.183.9

85 1 pkt

1.442.183.985

1 pkt 1.442.183.98

5

Badan

Narkotika

Program Pengolahan Data, sistem dan jaringan Informasi di bidang P4GN

1 pkt 989.032.50

0 1 pkt

838.999.000

1 pkt 964.848.00

0 1 pkt

1.095.752.200

1 pkt 1.260.114.83

0

Badan

Narkotika

Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalagunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN)

155.830.10

0 171.413.100 1 pkt

1.885.544.110

1 pkt 2.074.098.5

21 1 pkt

2.281.508.373

Badan

Narkotika

Penegakan hukum dan telematika

1.204.731.0

00

1.325.204.010

1 pkt 1.457.724.4

00 1 pkt

1.457.724.400

1 pkt 1.457.724.00

0

Badan

Narkotika

Progam Terapi dan rehabilitasi penguna Narkoba

1.943.082.7

50

2.137.391.025

1 pkt 2.351.130.12

7 1 pkt

2.586.243.140

1 pkt 2.568.243.14

0

Badan

Narkotika

Pekerjaan Umum

Program pembangunan jalan dan jembatan

panjang jalan yang dibangun

100 km 165.000.00

0.000 120 km

240.000.000.000

140 km 350.000.00

0.000 170 km

465.000.000.000

200 km 600.000.00

0.000

200 km PU

Binamarga

Page 201: 2016, no. 17 tahun 2012

201

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Program pembangunan turap/talud/bronjong

panjang turap/talud/bronjong yang dibangun

6 km 36.250.000

.000 5 km

30.000.000.000

10 km 60.000.000

.000 10 km

60.000.000.000

10 km 60.000.000.

000

140 km PU

pengairan

Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan

5.000.000.

000

10.000.000.000

15.000.000.

000

20.000.000.000

25.000.000.

000

Pu Bina Marga

Program rehabilitasi/pemeliharaan talud/bronjong

panjang talud/bronjong yang direhabilitasi/dipelihara

- - 5km 5.000.000.

000 5km

5.000.000.000

5km 5.000.000.

000 5km

5.000.000.000

20km PU

pengairan

Program tanggap darurat jalan dan jembatan

panjang jalan dan jembatan darurat yang dibangun

- - 5 km 5.000.000.

000 5 km

5.000.000.000

10 km 5.000.000.

000 10 km

5.000.000.000

30 km PU

pengairan

Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan

2.000.000.

000

4.000.000.000

6.000.000.

000

8.000.000.000

10.000.000.

000

Pu Bina Marga

Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya

Panjang jaringan irigasi yang dikembangkan

100 Ha 33.854.720.

000 400Ha

60.000.000.000

500 Ha 75.000.000

.000 500 Ha

75.000.000.000

500 Ha 75.000.000.

000

2000 Ha PU

pengairan

Program Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air Lainnya

luas sungai/danau/SDAir yang dikelola & dikonservasi

- - 4000 m3

20.000.000.000

4000 m3

20.000.000.000

4000 m3

20.000.000.000

4000 m3

20.000.000.000

16000 m3 PU

pengairan

Program Pengendalian Banjir

Panjang pengendali banjir dibangun/diperbaiki

6 km 14.000.000

.000 14 km

32.000.000.000

10 km 23.000.000

.000 10 km

23.000.000.000

10 km 23.000.000.

000

50 km PU

pengairan

Perumahan

Program Pengembangan Perumahan

Jumlah rumah yang terbangun

250 25.000.000 250

26.000.000.000

250 27.000.000

.000 250

27.000.000.000

1000

Duknakertrans

Penataan Ruang

Page 202: 2016, no. 17 tahun 2012

202

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Perencanaan Pembangunan

Program pengembangan data/informasi

2.149.464.0

00

2.364.410.400

2.600.851.4

00

2.860.996.600

3.147.030.20

0

Kepegawaian Daerah

Program kerjasama pembangunan

440.000.0

00

484.000.000

532.400.00

0

585.640.000

644.204.000

Bappeda

Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah

1.700.000.

000

1.870.000.000

2.057.000.

000

2.262.700.000

2.488.970.0

00

Bappeda

Program perencanaan pembangunan daerah

6.972.352.0

00

7.669.587.200

8.436.545.

920

9.280.200.512

10.208.220.5

63

Bappeda

Program perencanaan pembangunan ekonomi

3.548.271.6

00

3.903.098.760

4.293.408.

636

4.722.749.500

5.195.024.45

0

Bappeda

Program perencanaan sosial dan budaya

9.141.268.0

00

10.055.394.800

11.060.934.

280

12.167.027.708

13.383.730.4

79

Bappeda

Program evaluasi perencanaan pembangunan daerah

1.500.000.

000

1.650.000.000

1.815.000.0

00

1.996.500.000

2.196.150.00

0

Bappeda

Penyusunan Pedoman

Bappeda

Analisis Kebutuhan

Bappeda

Penyusunan Kampungin Program dan Kegiatan

Bappeda

Penelitian (Ruang Lingkup/Topik)

Bappeda

Pengkajian (Ruang Lingkup/Topik)

Bappeda

Pengembangan (Ruang Lingkup/Topik)

Bappeda

Page 203: 2016, no. 17 tahun 2012

203

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Koordinasi, Konsultasi, dan Komunikasi Terkait Perencanaan dan Pelaksanaan Program/Kegiatan Kelitbangan

Bappeda

Koordinasi, Konsultasi, dan Komunikasi Terkait Perencanaan dan Pelaksanaan Program/Kegiatan Statistik

600.000.00

0

660.000.000

726.000.00

0 798.600.000

Bappeda

Fasilitasi Diseminasi/Sosialisasi Regulasi/Kebijakan Kelitbangan dan Statistik

600.000.00

0

660.000.000

726.000.00

0 798.600.000

Bappeda

Focus Group Discussion(FGD) Lingkup Kelitbangan dan Statistik

600.000.00

0

660.000.000

726.000.00

0 798.600.000

Bappeda

Verifikasi dan Validasi Data

50.000.000 55.000.000 60.500.000 66.550.000

Bappeda

Pemuktahiran Data Penduduk Asli Papua di Provinsi Papua Barat

30.000.000 33.000.000 36.300.000 39.930.000

Bappeda

Penyusunan Input-Output AnalysisProvinsi Papua Barat

30.000.000 33.000.000 36.300.000 39.930.000

Bappeda

Penyusunan/Pemutakhiran Direktori Potensi dan regulasi Pengembangan Iklim Investasi Provinsi Papua

30.000.000 33.000.000 36.300.000 39.930.000

Bappeda

Page 204: 2016, no. 17 tahun 2012

204

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Barat

Pelaksanaan Monitoring Program/Kegiatan Kelitbangan dan Statistik

Bappeda

Pelaksanaan Supervisi Program/Kegiatan Kelitbangan dan Statistik

Bappeda

Pelaksanaan Evaluasi Program/Kegiatan Kelitbangan dan Statistik

Bappeda

Pemetaan Kerjasama Lembaga Donor Di Provinsi Papua Barat

Bappeda

Pemetaan Kerjasama Pemerintah Provinsi Papua Barat dan Kabupaten/Kota di Lingkup Provinsi Papua Barat dengan Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian

Bappeda

Kerjasama Kelitbangan Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi Papua Barat

Bappeda

Page 205: 2016, no. 17 tahun 2012

205

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Kerjasama Pengembangan Basis Data Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi Papua Barat

Bappeda

Kerjasama Pengembangan Basis Data Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan Lembaga Donor

Bappeda

Penyusunan Laporan Hasil Penelitian, Pengembangan, dan Pengkajian

Bappeda

Penyusunan Laporan Hasil Pendataan dan Pemutakhiran Data

Bappeda

Penyusunan Laporan Hasil Kerjasama

Bappeda

Penyusunan Laporan Hasil Pembinaan dan Fasilitasi Program/Kegiatan Kelitbangan dan Statistik

Bappeda

Publikasi Hasil Kelitbangan dan Statistik Melalui Buku, Situs (Website) Pemerintah Provinsi Papua Barat, dan Media Publikasi Lainnya

Bappeda

Page 206: 2016, no. 17 tahun 2012

206

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Perhubungan

Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

100% 7.500.000.

000

3.500.000.000

4.500.000.

000

5.000.000.000

6.000.000.0

00

Perhubunga

n

Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ

- 1.000.000.

000

1.500.000.000

2.000.000.

000

2.500.000.000

Perhubunga

n

Program peningkatan pelayanan angkutan

875.518.00

0

1.500.000.000

1.750.000.0

00

2.000.000.000

2.250.000.0

00.000

Perhubunga

n

Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan

32.964.962

.400

515.000.000.000

58.000.000

.000

65.000.000.000.

75.000.000.

000

Perhubunga

n

Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas

6.992.758.

000

17.315.000.000

22.500.000

.000

28.300.000.000

35.000.000.

000

Perhubunga

n

Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor

- 2.000.000.

000

5.000.000.000

7.500.000.

000

9.000.000.000

Perhubunga

n

Program Peningkatan Prasarana Perhubungan Udara

39.199.000

.000

493.500.000.000

65.000.000

.000

74.400.000.000

87.900.000.

000

Perhubunga

n

Program Peningkatan Sumber Daya Manusia Perhubungan

- 750.000.00

0

1.300.000.000

1.500.000.0

00

1.750.000.000

Perhubunga

n

Program Peningkatan Keselamatan LLAJ

- 1.250.000.0

00

2.250.000.000

2.750.000.0

00

3.250.000.000

Perhubungan

Lingkungan Hidup

Page 207: 2016, no. 17 tahun 2012

207

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

Persentase Kab/Kota dengan sistem pengelolaan sampah terpadu

40% 3,000,000,

000 60%

4,000,000,000

80% 4,000,000,

000 100%

4,000,000,000

Bapedalda

Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

Persentase kasus pencemaran dan kerusakan LH ditangani

40% 4,000,000,

000 60%

4,000,000,000

80% 4,000,000,

000 100%

4,000,000,000

Bapedalda

Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam

Kesesuaian pelaksanaan rencana perlindungan dan konservasi SDA

20% 2,000,000,

000 30%

2,500,000,000

40% 2,500,000,

000 50%

2,000,000,000

Bapedalda

Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam

Persentase cadangan SDH yang direhabilitasi dan dipulihkan

10% 3,000,000,

000 20%

3,000,000,000

30% 3,000,000,

000 40%

3,000,000,000

Bapedalda

Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Ketersediaan sistem informasi SDA dan LH

30% 5,000,000,

000 60%

5,000,000,000

100% 5,000,000,

000 - -

Bapedalda

Program peningkatan pengendalian polusi

Tingkat polusi

5% 5,000,000 10% 5,000,000 15% 5,000,000 20% 5,000,000

Bapedalda

Program pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan dikawasan-kawasan konservasi laut dan hutan

Tingkat kerusakan lingkungan kawasan-kawasan konservasi laut dan hutan akibat pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan

25% 5,000,000,

000 50%

5,000,000,000

60% 4,000,000,

000 75%

4,000,000,000

Bapedalda

Page 208: 2016, no. 17 tahun 2012

208

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Program pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut

Kondisi ekosistem pesisir dan laut

20% 4,000,000,

000 40%

4,000,000,000

60% 4,000,000,

000 80%

4,000,000,000

Bapedalda

Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)

Pemenuhan RTH kawasan perkotaan

25% 5,000,000,

000 50%

5,000,000,000

75% 5,000,000,

000 100%

5,000,000,000

Bapedalda

Pertanahan

Program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah

5.080.000.

000

12.700.000.000

8.255.000.

000

8.255.000.000

8.255.000.0

00

Biro

Pemerintahan

Program penyelesaian konflik-konflik pertanahan

1.000.000.

000

1.000.000.000

1.000.000.

000

1.500.000.000

Biro

Pemerintahan

Kependudukan dan Catatan Sipil

Program Penataan Administrasi Kependudukan

Persentase kelengkapan data administrasi penduduk

80%

4.584.525.000

90% 6.500.000.

000 100%

7.100.000.000

100% 7.800.000.

000 100%

8.500.000.000

100%

Duknakertrans

80%

210.000.000

90% 350.000.00

0 100%

400.000.000

100% 450.000.00

0 100% 550.000.000

100%

Pemberdayaan Perempuan

Program Peningkatan Kesejahteraaan dan Perlindungan Anak

100% 3.224.777.0

00 100%

3.708.494.000

100% 4.264.768.

000 100%

4.904.483.000

100% 5.640.155.00

0

100% BP3AKB

Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak

100% 4.300.000.

000 100%

4.945.000.000

100% 5.686.750.

000 100%

6.539.763.000

100% 7.520.727.00

0

100% BP3AKB

Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan

100% 5.209.205.

000 100%

5.990.586.000

100% 6.889.174.0

00 100%

7.922.550.000

100% 9.110.932.00

0

100% BP3AKB

Page 209: 2016, no. 17 tahun 2012

209

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Program peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan

100% 800.000.0

00 100%

920.000.000

100% 1.058.000.0

00 100%

1.216.700.000

100% 1.399.205.00

0

100% BP3AKB

Program penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

100% 1.717.473.0

00 100%

1.975.094.000

100% 2.271.358.0

00 100%

2.612.062.000

100% 3.003.871.00

0

100% BP3AKB

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Program penanggulangan bahaya narkoba termasuk HIV/AIDS

Kasus narkoba, dan PMS yang ditanggulangi

100% 450.000.00

0 100%

517.500.000

100% 595.125.00

0 100%

684.394.000

100% 787.053.000

BP3AKB

Sosial

Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya

Jumlah KK terberdayakan

54 KK 1.300.000.

000 110 KK

3.485.000.000

110 KK 3.985.000.

000 116 KK

4.357.000.000

110 KK 5.163.000.00

0

500 KK Dinsos

Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

500.000.0

00 25 PS

550.000.000

25 PS 600.000.00

0 25 PS

650.000.000

25 PS 700.000.000

100 PS Dinsos

Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

10.000.000

.000

10.020.000.000

10.030.000.

000

10.040.000.000

10.050.000.

000

BPKS

Program pembinaan anak terlantar

Jumlah anak terlantar yang dibina

20

562.250.000

50 646.625.00

0 50

743.620.000

50 844.542.00

0 30 971.210.000

200 Dinsos

Page 210: 2016, no. 17 tahun 2012

210

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma

jumlah penyandang cacat dan trauma yang dibina

343 1.395.000.0

00 300

2.000.000.000

300 2.500.000.

000 200

3.000.000.000

200 3.500.000.0

00

1343 Dinsos

Program pembinaan panti asuhan /panti jompo

Persentase panti asuhan/ panti jompo yang terbina

25 500.000.00

0 25

600.000.000

25 700.000 .000

25 805.000.000

100 Dinsos

Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya)

Persentase eks penyandang penyakit sosial

18 475.503.00

0 20

500.000.000

22 570.000.00

0 20

625.000.000

20 675.000.000

100 Dinsos

Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial

lembaga kesejahteraan sosial yang terberdayakan

30 798.995 30 850.000.00

0 30

900.000.000

30 950.000.00

0 30

1.000.000.000

150 Dinsos

Program Pembangunan Rumah Daerah Tertinggal

jumlah rumah yang dibangun di daerah tertinggal

125 5.000.000.

000 125

6.000.000.000

125 7.000.000.

000 125

8.000.000.000

500 Dinsos

Program Pelayanan Sosial Bagi Lanjut Usia

Jumlah penduduk lanjut usia yang terlayani

125 625.000.00

0 125

725.000.000

125 850.000.00

0 125

900.000.000

500 Dinsos

Publikasi dan Promosi Pembangunan Kesejahteraan Sosial

Terinformasikannya ,Publikasi dan Promosi Pembangunan Kesejahteraan Sosial

1 x 416.250.00

0 1 x

250.000.000

1 x 275.000.00

0 1x

300.000.000

1 x 350.000.000

5 x Dinsos

Program Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan kemiskinan

Jumlah keluarga miskin yang terlayani

125 450.000.00

0 125

500.000.000

125 550.000.00

0 125 650.000.000

500 Dinsos

Program Penyediaan Air Minum dan MCK

10.000.000

.000

10.020.000.000

10.030.000.

000

10.040.000.000

10.050.000.

000

BPKS

Page 211: 2016, no. 17 tahun 2012

211

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Program Keluarga Harapan

jumlah rumah tangga sangat miskin yang terlayani)

250 1.150.000.0

00 250

1.460.500.000

250 1.671.000.0

00 250

1.714.000.000

500 Dinsos

Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak

Peningkatan kualitas hidup bagi Gender dan Anak

1 x 216.250.00

0 1x

250.000.000

1x 375.000.00

0 1x

425.000.000

1x 490.000.00

0

5x Dinsos

Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Keagamaan

sarana dan prasarana keagamaan yang dibangun

51 3.950.000.

000 50

4.445.000.000

50 5.567.000.

000 39

3.750.000.000

25 2.987.000.0

00

215 Dinsos

Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Keagamaan

10.000.000

.000

10.020.000.000

10.030.000.

000

10.040.000.000

10.050.000.

000

BPKS

Program Pemberdayaan Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran

Terbinanya korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran

20 300.000.0

00 100

900.000.000

60 750.000.00

0 60

850.000.000

60 900.000.00

0

300 Dinsos

Program Penanggulangan Bencana Alam dan Bencana Sosial

Terlayaninya korban bencana alam dan Sosial

195 3.400.000.

000 200

3.920.000.000

200 4.485.000.

000 200

5.157.000.000

205 6.000.000.0

00

1000 Dinsos

Program Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial

Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial yang telah mendapatkan bimbingan Teknis

- - 60 600.000.00

0 60

660.000.000

60 730.000.00

0 60 850.000.000

240 Dinsos

Program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh

Jumlah penduduk daerah kumuh yang terlayani

- - 100 10.000.000

.000 100

11.000.000.000

100 12.000.000.

000 100

130.000.000.000

400 Dinsos

Program Kepahlawanan,Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial

Jumlah pejuang perintis kemerdekaan yang mendapatkan bantuan

- - 50 4.500.000.

000 50

5.500.000.000

50 6.000.000.

000 50

7.000.000.000

200 Dinsos

Page 212: 2016, no. 17 tahun 2012

212

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Program Pelatihan Keterampilan Berusaha bagi Keluarga tidak mampu

15.000.000

.000

15.020.000.000

15.030.000.

000

15.040.000.000

15.050.000.0

00

BPKS

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan

5.000.000.

000

5.020.000.000

5.030.000.

000

5.040.000.000

5.050.000.0

00

BPKS

Tenaga Kerja

Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

Persentase angkatan kerja yang terbina

10% 2.340.000.

000 10%

2.580.000.000

10% 2.800.000.

000 10%

3.000.000.000

10% 3.300.000.0

00

50%

Duknakertrans

Program Peningkatan Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja

Persentase angkatan kerja yang terbina

10% 2.288.825.

000 10%

2.500.000.000

10% 2.750.000.

000 10%

3.000.000.000

10% 3.300.000.0

00

50%

Program Peningkatan Kesempatan Kerja

(1) Jumlah kerjasama baru yang terjalin dengan perusahaan besar untuk penyerapan tenaga kerja lokal (2) Jumlah tenaga kerja yang terserap akibat adanya kerjasama baru

(1) 11 perusahaan

(2) 330 orang

(1) 22 perusahaan

(2) 660 orang

1.000.000.000

(1) 33 perusahaan

(2) 990 orang

1.200.000.000

(1) 44 perusahaan

(2) 1320 orang

1.400.000.000

(1) 55 perusahaan

(2) 1650 orang

1.600.000.000

(1) 55 perusahaan (2) 1650

orang

Duknakertrans

Program Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja

1.771.711.00

0 1.850.000.0

00

Duknakertra

ns

Program Pengembangan Hubungan Industrial dan Peningkatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

2.000.000.000

2.200.000.000

2.420.000.000

2.666.000.000

2.900.000.000

Duknakertrans

Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan

(1) Ketersediaan regulasi perlindungan ketenagakerjaan (2) Pengawasan ketenagakerjaan yang dilaksanakan

(1) Tersedi

a (2) 100%

1.000.000.000

(1) Tersedi

a (2) 100%

2.000.000.000

(1) Tersedi

a (2) 100%

2.300.000.000

(1) Tersedi

a (2) 100%

2.600.000.000

(1) Tersedi

a (2) 100%

3.000.000.000

(1) Tersedia (2) 100%

Duknakertrans

Program Perlindungan Tenaga Kerja dan Pengembangan Sistem

2.087.989.000

2.290.000.000

2.580.000.000

2.835.000.000

3.100.000.000

Duknakertrans

Page 213: 2016, no. 17 tahun 2012

213

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Pengawasan Ketenagakerjaa

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Program penciptaan iklim usaha UKM yang kondusif

10 Paket Keg.

1.000.000.000

10 Paket Keg.

1.000.000.000

10 Paket Keg.

1.000.000.000

10 Paket Keg.

1.000.000.000

10 Paket Keg.

1.000.000.000

100%

Dinkop/UMKM

20% 20% 20% 20% 20%

100

UKM, 5 Koperasi, 15%

350.000.000

500 UKM,

20 Koperasi, 20%

1.250.000.000

100 UKM,

20 Koperasi, 20 %

1.250.000.000

500 UKM,

20 Koperasi, 20%

1.250.000.000

100 UKM,

25 Koperasi, 25%

1.250.000.000

100%

10 Kab / 1 Kota

20%

500.000.000

10 Kab / 1 Kota

800.000.000

10 Kab / 1 Kota

800.000.000

10 Kab / 1 Kota

800.000.000

10 Kab / 1 Kota

800.000.000

100%

20% 20% 20% 20%

TPK / Psr

Koperasi, 2

Kabupaten, 4 Unit, 10%

3.600.000.000

TPK / Psr

Koperasi, 3

Kabupaten, 6 Unit, 30%

5.400.000.000

TPK / Psr

Koperasi, 3

Kabupaten, 6 Unit, 30%

5.400.000.000

TPK / Psr

Koperasi, 3

Kabupaten, 6 Unit, 30%

5.400.000.000

100%

Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah

100

UMK Non

Formal, 10 UMK Formal,

10%

500.000.000

500 UMK Non

Formal, 25 UMK Formal,

25%

1.250.000.000

500 UMK Non

Formal, 20 UMK Formal,

20%

1.200.000.000

500 UMK Non

Formal, 25 UMK Formal,

20%

1.250.000.000

500 UMK Non

Formal, 20

UMK Formal,

20%

1.200.000.000

100%

Dinkop/UMKM 10 Kab /

1 Kota, 10%

500.000.000

10 Kab / 1 Kota,

20%

800.000.000

10 Kab / 1 Kota,

20%

800.000.000

10 Kab / 1 Kota,

20%

800.000.000

10 Kab / 1 Kota,

20%

800.000.000

100%

Monev, 10 Kab / 1 Kota, 1 Paket,

20%

850.000.000

Monev, 10 Kab / 1 Kota, 1 Paket,

20%

850.000.000

Monev, 10 Kab / 1 Kota, 1 Paket,

20%

850.000.000

Monev, 10 Kab / 1 Kota, 1 Paket,

20%

850.000.000

Monev, 10 Kab / 1 Kota, 1 Paket,

20%

850.000.000

100%

Page 214: 2016, no. 17 tahun 2012

214

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah

100 PKL, 20

Kel. Usaha,

500 UMK,

10 Koperasi, 10%

1.000.000.000

500 PKL,

100 Kel. Usaha,

500 UMK,

20 Koperasi, 20%

3.000.000.000

500 PKL,

100 Kel. Usaha,

500 UMK,

30 Koperasi, 25%

3.500.000.000

500 PKL,

100 Kel. Usaha,

500 UMK,

20 Koperasi, 20%

3.000.000.000

100 PKL, 20

Kel. Usaha,

500 UMK,

10 Koperasi, 10%

3.500.000.000

100% Dinkop/UM

KM

Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi

Regula

si -

Regulasi, 1

Paket, 25%

750.000.000

Regulasi, 1

Paket, 25%

750.000.000

Regulasi, 1

Paket, 25%

750.000.000

Regulasi, 1

Paket, 25%

750.000.000

100%

Dinkop/UMKM

5 Paket,

20%

800.000.000

10 Paket,

20%

3.200.000.000

10 Paket,

20%

3.200.000.000

10 Paket,

20%

3.200.000.000

10 Paket,

20%

3.200.000.000

100%

10 Kab / 1 Kota,

20%

500.000.000

10 Kab / 1 Kota,

20%

800.000.000

10 Kab / 1 Kota,

20%

800.000.000

10 Kab / 1 Kota,

20%

800.000.000

10 Kab / 1 Kota,

20%

800.000.000

100%

10 Kopera

si, 10 Kab / 1 Kota, 10%

500.000.000

30 Kopera

si, 10 Kab / 1 Kota, 25%

1.250.000.000

25 Kopera

si, 10 Kab / 1 Kota, 20%

1.200.000.000

30 Kopera

si, 10 Kab / 1 Kota, 25%

1.250.000.000

25 Kopera

si, 10 Kab / 1 Kota, 20%

1.200.000.000

100%

22 PNS, 1

Kegiatan, 25%

1.400.000.000

22 PNS, 1

Kegiatan, 25%

1.400.000.000

22 PNS, 1

Kegiatan, 25%

1.400.000.000

22 PNS, 1

Kegiatan, 25%

1.400.000.000

22 PNS, 1

Kegiatan, 25%

1.400.000.000

Dokumen

Laporan, 1

Paket, 20%

750.000.000

Dokumen

Laporan, 1

Paket, 20%

750.000.000

Dokumen

Laporan, 1

Paket, 20%

750.000.000

Dokumen

Laporan, 1

Paket, 20%

750.000.000

Dokumen

Laporan, 1

Paket, 20%

750.000.000

100%

TPKU, 2 Kabupaten, 6 Unit, 10%

780.000.000

TPKU, 3 Kabupaten, 9 Unit, 30%

1.170.000.000

TPKU, 3 Kabupaten, 9 Unit, 30%

1.170.000.000

TPKU, 3 Kabupaten, 9 Unit, 30%

1.170.000.000

100%

Data Base, 1 Paket, 100%

1.500.000.000

Data Base, 1 Paket, 100%

1.200.000.000

100%

Page 215: 2016, no. 17 tahun 2012

215

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Penanaman Modal Daerah

Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi

Jumlah promosi dan kerjasama investasi baru dan bahan promosi

5 lokasi

6.531.346.750

9 Lokasi

2.300.000.000

10 lokasi

2.500.000.000

10 lokasi

3.000.000.000

10 lokasi

3.500.000.000

44 lokasi Biro Ekin

Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

Jumlah /Realisasi Investasi, kajian kebijakan penanaman modal dan jumlah kasus investasi

11 Daerah,

124 Proyek

2.766.839.250

11 daerah

2.400.000.000

11 daerah

3.000.000.000

11 daerah

3.500.000.000

11 daerah

3.500.000.000

11 Daerah, 124 Proyek

Biro Ekin

Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah

Pemetaan sumber daya, sarana dan prasarana daerah potensial

1 lokasi 589.000.0

00 3 lokasi

3.500.000.000

3 lokasi 3.700.000.

000 3 lokasi

3.900.000.000

3 lokasi 4.000.000.0

00

13 lokasi Biro Ekin

Program Peningkatan Daya Saing Investasi

Jumlah waktu, biaya, perizinan dan non perizinan

1

Instansi 850.150.00

0 3

Instansi 1.500.000.0

00 10

Instansi 1.700.000.0

00 12

instansi 1.800.000.

000 15

intansi 2.000.000.0

00

15 instansi Biro Ekin

Program Pemantauan Tingkat Perkembangan Harga di Papua Barat

Jumlah rapat pengedalian inflasi harga dan pembuatan data base produksi daerah

3 kali, 1 dokum

en

335.400.000

3 kali 519.600.00

0 3 kali

700.000.000

3 kali 800.000.00

0 3 Kali

900.000.000

15 kali Biro Ekin

Program Penyusunan Data Base Produksi Daerah

Jumlah dokumen database produksi daerah

1.114.100.0

00

8 Dokum

en

701.960.000

8 Dokum

en

1.072.147.200

8 Dokum

en

1.290.247.808

8 Dokum

en

1.593.784.979

Biro Ekin

Kebudayaan

Program Pengembangan Nilai Budaya

Intensitas penyelenggaraan event kebudayaan lokal

5 Keg.

1.574.125.000

14 Keg.

1.171.637.300

14 Keg.

1.171.637.300

14 Keg.

1.171.637.300

15 Keg.

1.171.637.300

57 Keg.

BUDPAR

8,80% 22,80% 22,80% 22,80% 22,80%

100%

Program Pengelolaan Kekayaan Budaya

Kekayaan budaya yang terkelola

2 Keg. 488.550.00

0

5 Keg. 556.823.60

0

5 Keg. 385.980.30

0

5 Keg. 285.798.60

0

5 Keg. 285.798.600

18 Keg. BUDPAR

11,12% 22,22% 22,22% 22,22% 22,22%

100%

Page 216: 2016, no. 17 tahun 2012

216

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Program Pengelolaan Keragaman Budaya

Keragaman budaya yang terkelola

1 Keg. 300.000.0

00

5 Keg. 942.323.90

0

4 Keg. 366.893.90

0

4 Keg. 366.893.90

0

4 Keg.

366.893.900

17 Keg.

BUDPAR 5,88% 23,55% 23,53% 23,53% 23,53%

100%

Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya

Jumlah kerjasama baru yang terjalin terkait pengelolaan kekayaan budaya

4Keg.

3.675.000.000

4Keg.

3.675.000.000

4Keg.

3.675.000.000

4Keg.

3.675.000.000

16 Keg.

BUDPAR

25,00% 25,00% 25,00% 25,00%

100%

Pemuda dan Olah Raga

Program Peningkatan peran serta kepemudaan

1 pkt 2.072.800 1 pkt 2.172.800 1 pkt 2.172.800 1 pkt 2.227.800 1 pkt 2.227.800

5 pkt Badan

Narkotika

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga

1.000.000.

000

1.020.000.000

1.030.000.0

00

1.040.000.000

1.050.000.0

00

BPKS

Program Pembinaan Generasi Muda Bangsa

2.000.000.

000

2.020.000.000

2.030.000.

000

2.040.000.000

2.050.000.0

00

BPKS

Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan

Jumlah kegiatan peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan

1 Keg 1.800.000.

000 1 Keg

1.980.000.000

1 Keg 2.078.000.

000 1 Keg

2.275.800.000

1 Keg 2.503.300.0

00

5 Keg Kesbangpol

Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal

Cakupan pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal

11 Kab/kot

a

1.513.000.000

11 Kab/kot

a

1.664.300.000

11 Kab/kot

a

1.830.730.000

11 Kab/kot

a

2.013.803.000

11 Kab/kot

a

2.215.183.300

11 kab/kota Kesbangpol

Program pengembangan wawasan kebangsaan

cakupan wilayah pengembangan wawasan kebangsaan

11 Kab/kot

a

400.000.000

11 Kab/kt

440.000.000

11 Kab/kot

a

484.000.000

11 Kab/kt

532.400.000

11 Kab/kt

585.640.000

11 kab/kota Kesbangpol

Page 217: 2016, no. 17 tahun 2012

217

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan

Cakupan wilayah pembinaan wawasan kebangsaan berbasis kemitraan

11 Kab/kt

1.459.000.000

11 Kab/kt

1.604.900.000

11 Kab/kt

1.765.390.000

11 Kab/kt

1.941.929.000

11 Kab/kt

2.136.121.900

11 kab/kota Kesbangpol

Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan

Cakupan wilayah penertiban dan pengamanan yang melibatkan masyarakat

11

Kab/kt 600.000.00

0 11

Kab/kt 660.000.00

0 11

Kab/kt 726.000.00

0 11

Kab/kt 798.600.000

11 kab/kota Kesbangpol

Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat)

Jumlah kegiatan Pekat

1 Keg 1.000.000.

000 1 Keg

1.100.000.000

1 Keg 1.210.000.0

00 1 Keg

1.331.000.000

1 Keg 1.464.100.00

0

5 Keg Kesbangpol

Program Pengawasan OA dan LA

Terlaksananya Permendagri No. 49 Th 2010 dan Permendagri No. 50 Th 2010

1 Lap 474.250.00

0 3 Lap

521.675.000

4 Lap 573.842.50

0 2 Lap 631.226.700 3 Lap 694.349.300

Kesbangpol

Pemulihan Wilayah Pasca Konflik

Cakupan wilayah dengan Early warning sistem dan dapat merespon berbagai konflik

11 Kab/kt

1.121.520.000

11 Kab/kt

1.233.672.000

11 Kab/kt

1.357.039.200

11 Kab/kt

1.492.743.100

11 Kab/kt

1.642.017.400

Kesbangpol

Program Pemantapan Bina Ideologi dan Bela Negara

Terlaksananya Sosialisasi Ideologi dan Bela Negara Bagi Aparatur dan Elemen Masyarakat

80 Org 1.040.000.0

00 80 Org

1.144.000.000

80 Org 1.258.400.0

00 80 Org

1.384.200.000

Kesbangpol

Program Pengembangan Data, Informasi/Statistik Daerah

Cakupan wilayah Pengembangan Data, Informasi/Statis

11

Kab/kt 500.000.00

0 11

kab/kt 550.000.00

0 11

kab/kt 605.000.00

0 11

Kab/kt 665.500.000

Kesbangpol

Page 218: 2016, no. 17 tahun 2012

218

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

tik Daerah

Program pendidikan politik masyarakat

Cakupan wilayah dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam bidang politik

11 Kab/kt

1.475.800.000

11 Kab/kt

1.623.380.000

11 Kab/kt

1.785.718.000

11 Kab/kt

2.160.718.700

11 Kab/kt

2.376.790.570

Kesbangpol

Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam

Jumlah kegiatan Pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam terkoordinir dengan baik

1 Keg 600.000.0

00 1 Keg

660.000.000

1 Keg 726.000.00

0 1 Keg

878.460.000

1 Keg 966.306.000

Kesbangpol

Program Penguatan Peraturan Perundangan dan Kapasitas Kelembagaan

Penyusunan Peraturan Perundangan dan Kapasitas Kelembagaan Penanggulangan Bencana

3.000.000.

000

800.000.000

800.000.00

0

BPBD

Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana yang Terpadu

Rencana Penanggulangan Bencana di Kabupaten/Kota yang telah memiliki BPBD

1.000.000.

000

1.000.000.000

1.000.000.

000

1.000.000.000

BPBD

Program Penelitian, Pendidikan dan Pelatihan Kebencanaan

Penelitian, Pendidikan dan Pelatihan terkait Kebencanaan

600.000.0

00

4.600.000.000

8.000.000.

000

2.600.000.000

1.600.000.0

00

BPBD

Program Pencegahan dan Mitigasi Bencana

Pencegahan dan Mitigasi Bencana Gempa Bumi, Tsunami, Banjir, Longsor, Abrasi, Kekeringan, Kebakaran Hutan, Angin

76.550.000

.000

88.800.000.000

92.550.000

.000

78.400.000.000

73.750.000.

000

BPBD

Page 219: 2016, no. 17 tahun 2012

219

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Puting Beliung, Epidemi dan Kegagalan Teknologi

Program Peningkatan Kapasitas dan Partisipasi Masyarakat serta Para Pemangku Kepentingan Lainnya dalam RPB

Peningkatan Sektor-Sektor Penunjang Kebencanaan

1.500.000.

000

1.500.000.000

1.500.000.0

00

2.500.000.000

3.300.000.0

00

BPBD

Program Siaga Bencana

Penyediaan Logistik Bencana dan Peralatan Bencana, Pembentukan Satuan Reaksi Cepat

4.000.000.

000

27.000.000.000

52.000.000

.000

4.000.000.000

5.000.000.0

00

BPBD

Program Darurat Bencana

Pengerahan Sumber Daya Darurat Bencana dan Pembentukan Komando Tanggap Darurat

5.000.000.

000

5.000.000.000

5.000.000.

000

5.000.000.000

5.000.000.0

00

BPBD

Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kerusakan Akibat Bencana

3.000.000.

000

3.000.000.000

3.000.000.

000

3.000.000.000

3.000.000.0

00

BPBD

Pemerintahan Umum

Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah

Persentase tugas lembaga perwakilan rakyat daerah yang dilaksanakan

86.339.235.

500

101.507.159.050

111.657.864

.955

121.823.651.450

134.006.016.

595

Sekretariat

DPR

Page 220: 2016, no. 17 tahun 2012

220

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah

Persentase peningkatan dan pengelolaan keuangan daerah

80% 4.587.701.0

00 85%

5.500.000.000

90% 6.300.000.

000 95%

7.500.000.000

100% 9.000.000.0

00

100% Dispenda

Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah

23.713.850.

000

25.297.425.000

26.500.000

.000

27.000.000.000

28.000.000.

000

BPKAD

Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/kota

3.673.950.

000

6.317.100.000

7.000.000.

000

8.000.000.000

9.000.000.0

00

BPKAD

Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH

Efektivitas dan efisiensi sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH

105 7.920.531.0

00 115

8.800.000.000

128 8.888.000.

000 141

9.700.000.000

156 12.197.000.0

00

Inspektorat

Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan

Persentase tugas pemeriksanaan dan pengawasan yang dilaksanakan

86 1.396.575.0

00 110

1.540.000.000

120 1.600.000.

000 131

1.760.000.000

146 1.900.000.0

00

Inspektorat

Program penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan

Ketersediaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan

8 550.000.00

0 9

550.000.000

9 610.000.00

0 10

6.000.000.000

Inspektorat

Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi

17.000.000.

000

10.000.000.000

11.000.000.

000

12.000.000.00

Biro Umum

Program Optimalisasi

Banyaknya informasi yang

1 pkt

241.860.000

241.860.00

0

278.139.000

1 pkt 319.859.00

0 1 pkt 367.837.000

Badan Narkotika

Page 221: 2016, no. 17 tahun 2012

221

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Pemanfaatan Teknologi Informasi

dapat di terima masyarakat

Peningkatan peran serta masyarakat dalam perolehan informasi

Presentase partisipasi masyarakat dalam menyampaikan informasi penyalahgunaan narkoba

1 pkt 264.000.00

0 1 pkt

264.000.000

1 pkt 303.600.00

0 1 pkt

349.140.000

1 pkt 401.511.000

Badan

Narkotika

Peningkatan SDM Aparatur BNPPapua Barat

Presentese tenaga teknis di bidang P4GN

248.510.000

1 pkt 285.786.00

0 pkt

329.253.800

1 pkt 378.640.000

Badan

Narkotika

Kerja sama informasi dengan media massa

Presentase informasi kegiatan yang disampaikan lewat media massa

1 pkt 375.000.00

0 1 pkt

431.250.000

1 pkt 495.937.000

Badan

Narkotika

Peningkatan kinerja dan kualitas petugas pengolah data dan informasi

Presentase sumberdaya Aparatur yang terbina

238.710.00

0 1 pkt

274.516.000

1 pkt 315.693.40

0 1 pkt 363.347.000

Badan

Narkotika

Program mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat

persentase pengaduan masyarakat yang terselesaikan

15 (__%) 600.000.00

0 17 (__%)

660.000.000

20 (__%)

720.000.000

22 (__%)

800.000.000

Inspektorat

Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

Keterpaduan wilayah se Provinsi

500.000.000

625.000.00

0

781.250.000

1.015.625.00

0

Biro

Pemerintahan

Program Penataan Peraturan PerUndang-Undangan

Tersedianya Produk Hukum Daerah yang akuntabel

80% 1.100.000.0

00 85%

1.600.000.000

90% 1.800.000.

000 95%

2.500.000.000

100% 3.500.000.0

00

Dispenda

Program Penataan Daerah Otonomi Baru

5.000.000.000

6.250.000.

000

8.437.500.000

11.390.625.0

00

Biro Pemerintah

an

Peningktan dan Pengembangan Pengelolaan

12.000.000

.000

12.500.000.000

13.000.000.

000

13.500.000.000

14.000.000.

000

BPKAD

Page 222: 2016, no. 17 tahun 2012

222

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Barang Milik Daerah

Program Peningkatan Penerimaan Daerah

Presentase Peningkatan Penerimaan Daerah

80% 1.484.000.

000 85%

1.850.000.000

85% 2.800.000.

000 95%

3.500.000.000

100% 5.000.000.0

00

Dispenda

Program Pengembangan Sarana dan Prasarana Kerja Dalam Peningkatan Pajak & Retribusi Daerah

Terpenuhi Sarana Prasarana Kerja Dalam Peningaktan Pajak Retribusi Daerah

80% 2.632.318.0

00 85%

3.500.000.000

85% 4.000.000.0

00 95%

5.000.000.000

100% 6.000.000.00

0

Dispenda

Program Pembangunan Daerah dan Wilayah

50.000.00

0.000

50.020.000.000

50.030.000

.000

50.040.000.000

50.050.000.

000

BPKS

Program Peningkatan Kesejahteraan Anggota Korpri

689.297.00

0

758.226.700

834.049.37

0 917.454.307

1.009.199.738

Korpri

Program Unggulan

689.297.00

0

32.050.000.000

7.030.000.

000

5.958.000.000

13.533.800.0

00

Korpri

Program Bimbingan Mental dan Rohani

800.000.00

0

880.000.000

968.000.00

0

1.064.800.000

Korpri

Kepegawaian

Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur

Persentase aparatur pemerintah memenuhi standar kualifikasi

850.000.0

00

Dispenda

Program pembinaan dan pengembangan aparatur

Persentase aparatur yang dibina

6.685.350.

000

7.353.885.000

8.089.273.5

00

8.898.200.900

9.788.020.9

00

Kepegawaia

n Daerah

Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung

Statistik

Program pengembangan data/informasi/statistik daerah

Pemenuhan data/informasi/statistik daerah

2.486.209.

000

2.734.829.900

3.008.312.8

90

3.309.144.179

3.640.058.5

97

Bappeda

Page 223: 2016, no. 17 tahun 2012

223

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Kearsipan

Komunikasi dan Informatika

Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa

Ketimpangan akses masyarakat terhadap informasi

9.000.000.

000

11.000.000.000

13.250.000.

000

14.500.000.000

16.500.000.

000

Perhubunga

n

Program pengkajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi

Jumlah pengkajian dan penelitian yang diselenggarakan

1.000.000.

000

1.350.000.000

1.600.000.

000

1.950.000.000

Program fasilitasi Peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi

Jumlah pendidikan dan latihan yang diselenggarakan

300.000.0

00

375.000.000

450.000.00

0

490.000.000

550.000.000

Program kerjasama informasi dengan media massa

Persentase informasi kegiatan yang disampaikan lewat media massa

950.000.00

0

1.350.000.000

1.600.000.

000

1.900.000.000

Program Perencanaan dan Pengembangan Kegiatan Kominfo

100.000.00

0

225.000.000

1.000.000.

000

1.250.000.000

1.500.000.0

00

URUSAN PILIHAN Pertanian

Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

Persentase kesejahteraan petani meningkat

20% 2.787.000.

000 20%

2.787.000.000

20% 2.787.000.0

00 20%

2.787.000.000

20% 2.787.000.0

00

100% DPPKP

Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan)

Peningkatan ketahanan pangan wilayah

20% 4.000.000.

000 20%

4.000.000.000

20% 4.000.000.

000 20%

4.000.000.000

20% 4.000.000.0

00

100% DPPKP

Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan)

Peningkatan ketahanan pangan wilayah

20% 1.227.600.0

00 20%

1.227.600.000

20% 1.227.600.0

00 20%

1.227.600.000

20% 1.227.600.00

0

100% DPPKP

Page 224: 2016, no. 17 tahun 2012

224

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Program Peningkatan Ketahanan Pangan

Peningkatan ketahanan pangan wilayah

20%

1.999.400.000

20% 1.999.400.0

00 20%

1.999.400.000

20% 1.999.400.0

00 20%

1.999.400.000

100% DPPKP

Program Peningkatan Ketahanan Pangan

Peningkatan ketahanan pangan wilayah

20%

1.710.000.000

20% 1.710.000.0

00 20%

1.710.000.000

20% 1.710.000.0

00 20%

1.710.000.000

100% DPPKP

Program Peningkatan Ketahanan Pangan

500.000.0

00

520.000.000

530.000.00

0

540.000.000

550.000.000

100% BPKS

Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan

Perluasan pasar produk pertanian

20% 2.500.000.

000 20%

2.500.000.000

20% 2.500.000.

000 20%

2.500.000.000

20% 2.500.000.0

00

100% DPPKP

Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan

Perluasan pasar produk pertanian

20% 5.250.000.

000 20%

5.250.000.000

20% 5.250.000.

000 20%

5.250.000.000

20% 5.250.000.0

00

100% DPPKP

Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan

Persentase pertanian berbasis teknologi

20% 2.049.000.

000 20%

2.049.000.000

20% 2.049.000.

000 20%

2.049.000.000

20% 2.049.000.0

00

100% DPPKP

Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan

Peningkatan hasil panen

20% 1.825.750.0

00 20%

1.825.750.000

20% 1.825.750.0

00 20%

1.825.750.000

20% 1.825.750.00

0

100% DPPKP

Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak

Persentase ternak yang terjangkit penyangkit

20% 1.500.000.

000 20%

1.500.000.000

20% 1.500.000.0

00 20%

1.500.000.000

20% 1.500.000.0

00

100% DPPKP

Program peningkatan produksi hasil peternakan

Peningkatan nilai produksi peternakan

20% 4.200.000.

000 20%

4.200.000.000

20% 4.200.000.

000 20%

4.200.000.000

20% 4.200.000.0

00

100% DPPKP

Program peningkatan penerapan teknologi peternakan

Persentase peternakan berbasis teknologi

20% 2.205.000.

000 20%

2.205.000.000

20% 2.205.000.

000 20%

2.205.000.000

20% 2.205.000.0

00

100% DPPKP

Page 225: 2016, no. 17 tahun 2012

225

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Kehutanan

Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan

Peningkatan Kontribusi Sektor Kehutanan

2.72 % 1.500.000.

000 14.54 %

8.000.000.000

21.81 % 12.000.000.

000 33.63 %

18.500.000.000

27.27 % 15.000.000.

000

100% Dishutbun

Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Penurunan Jumlah Hutan dan Lahan Kritis

13.51%

1.250.000.000

19.60 % 6.000.000.

000 21.56 %

12.000.000.000

27.45 % 17.500.000.

000 21.56 %

8.000.000.000

100% Dishutbun

Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan

Sumberdaya Hutan Terlindungi

9.82 % 1.557.599.2

50 18.28 %

2.900.000.000

21.44 % 3.400.000.

000 3.30 %

3.750.000.000

26.80 % 4.250.000.0

00

100% Dishutbun

Program Pemanfaatan Kawasan Hutan Industri

Lahan Hutan Industri Terlantar yang dimanfaatkan

9.11 % 1.000.000.

000 37.81 %

4.150.000.000

28.98 % 3.325.000.0

00 22.78 %

2.500.000.000

100% Dishutbun

Program Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan

Presentase Industri Hasil Hutan Yang Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan

15.89 % 850.000.00

0 23.36 %

1.250.000.000

28.04% 1.500.000.0

00 32.71 %

1.750.000.000

100% Dishutbun

Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan

Kesesuaian Dengan RTRW

14,30% 1.000.000.

000 21.42 %

1.500.000.000

28.57 % 2.000.000.

000 35.71 %

2.500.000.000

100% Dishutbun

Program Inventarisasi Hutan dan Pementapan Kawasan Hutan

Inventarisasi dan Tata Batas Hutan

26.39 % 4.750.000.

000 29.17 %

5.250.000.000

23.61 % 4.250.000.

000 20.83 %

3.750.000.000

100% Dishutbun

Program Pengelolaan Carbon Trade (REDD Plus)

Pencegahan dan Penanggulangan Gas Rumah Kaca

12.5 % 500.000.00

0 25%

1.000.000.000

25% 1.000.000.

000 37.5 %

1.500.000.000

100% Dishutbun

Program Penyuluhan dan Penguatan Kapasitas Kelembagaan SDM Kehutanan

Operasional Penyuluhan Kehutanan berjalan efektif

20.29 % 700.000.00

0 24.64 %

850.000.000

26.09 % 900.000.00

0 28.99 %

1.000.000.000

100% Dishutbun

Energi dan Sumberdaya

Page 226: 2016, no. 17 tahun 2012

226

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Mineral

Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan mineral dan batubara

Terlaksananya pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan

55% 7.024.060.

000 65%

7.524.060.000

70% 8.652.669.

000 80%

9.950.569.350

85% 11.443.154.75

3

85% Distamben

Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan

Terlaksananya pembinaan dan Pengembangan Bidang Ketenagalistrikan

40% 17.312.785.

000 42%

17.117.142.000

55% 19.684.713.

300 62%

22.637.420.295

68% 26.033.033.3

39

68% Distamben

Program Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

Terlaksananya Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

100% 600.000.0

00 100%

650.000.000

100% 747.500.00

0 100%

859.625.000

100% 988.568.750

100% Distamben

Program Pembinaan dan Pengawasan Usaha Migas

Terlaksananya Pembinaan dan Pengawasan Usaha Migas

4 kab 319.100.00

0 6 Kab

2.000.000.000

6 kab 2.300.000.

000 6 kab

2.645.000.000

6 kab 3.041.750.00

0

10 kab / 1

Kota Distamben

Program Pengelolaan Potensi Air Bawah Tanah

Terlaksananya Pengelolaan Potensi Air Bawah Tanah

8 titik

bor dan bak air

2.844.590.000

15 titik bor dan bak air

3.598.536.000

15 titik bor dan bak air

4.138.316.400

25 titik bor dan bak air

6.750.000.000

30 titik bor dan bak air

8.276.632.800

93 titik bor dan bak air

Distamben

Program Pengembangan Sumber Daya Geologi Daerah

Terlaksananya Pengembangan Sumber Daya Geologi Daerah

1 kab 625.410.00

0 2 kab

2.600.000.000

2 kab 3.400.000.

000 3 kab

4.200.000.000

3 kab 4.830.000.0

00

10 kab / 1

Kota Distamben

Program Pengelolaan Potensi Sumberdaya Energi Baru dan Terbarukan

terkelolanya Potensi Sumberdaya Energi Baru dan Terbarukan di ProvinsiPapua Barat

6 kab 6.000.000.

000 6 kab

6.000.000.000

4 kab 10.000.000

.000 4 kab

13.000.000.000

- 4 PLTMH, - 4PLTS

Terpusat - 2 Tersebar

Distamben

Program Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Melalui Pengelolaan Sumber Daya

Meningkatnya Ekonomi Kerakyatan Melalui Pengelolaan Sumber Daya Geologi di

3

paket/lokasi

180.000.000

4 paket/lokasi

260.000.000

5 paket/lokasi

350.000.000

6 paket/ lokasi

402.500.000

18 paket/loka

si Distamben

Page 227: 2016, no. 17 tahun 2012

227

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Geologi Provinsi Papua Barat

Program Pembinaan dan Pengendalian Lingkungan Pertambangan

Terkendalinya Lingkungan pertambangan di Provinsi Papua Barat

4 kab 2.000.000.

000 4 kab

2.300.000.000

4 kab 2.645.000.

000 4 kab

3.041.750.000

10 kab / 1 Kota

Distamben

Pariwisata

Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata

4 Keg. 1.943.650.0

00

12 Keg. 6.759.000.

000

13 Keg. 8.399.000.

000

13 Keg 15.710.880.

000

15 Keg. 16.560.880.

000

57 Keg.

BUDPAR 7.02 % 21,06% 22,80% 22,80% 26,32%

100%

Program Pengembangan Destinasi Pariwisata

6 Keg. 6.677.085.

000

20 Keg. 98.712.837.

000

17 Keg. 64.697.000

.000

15 keg. 33.572.000.

000

15 Keg. 20.250.000.

000

73 Keg.

BUDPAR 8,22% 27,40% 23,28% 20,55% (%)

100%

Program Pengembangan Kemitraan

Jumlah kegiatan kemitraan pariwisata

6 Keg. 4.419.881.0

00

6 Keg 5.319.881.0

00

6 Keg. 5.919.881.0

00

6 Keg 6.319.881.00

0

24 Keg.

BUDPAR 25,00% 25,00% 25,00% 25,00%

100%

Kelautan dan Perikanan

Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir

Peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir

11

Kab/Kota

250.000.000

11 Kab/Ko

ta

500.000.000

11 Kab/Ko

ta

750.000.000

11 Kab/Ko

ta

1.000.000.000

11 Kab/Ko

ta

1.250.000.000

11

Kab/Kota DKP

Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan

Partisipasi masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan

11 Pokwas

-mas

250.000.000

11 Pokwas

-mas

500.000.000

11 Pokwas

-mas

750.000.000

11 Pokwas

-mas

1.000.000.000

11 Pokwas

-mas

1.250.000.000

22 Pokwas-mas

DKP

Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut

Jumlah kasus pelanggaran pendayagunaan sumberdaya laut yang ditindak

3 Kasus 250.000.00

0 5 Kasus

500.000.000

7 Kasus 750.000.00

0 9 Kasus

1.000.000.000

12 Kasus

1.250.000.000

15 Kasus DKP

Program peningkatan mitigasi bencana

Penerapan mitigasi bencana di

1 Kawasa

n

300.000.000

2 Kawasa

n

600.000.000

3 Kawasa

n

900.000.000

4 Kawasa

n

1.200.000.000

5 Kawasa

n

1.500.000.000

6 Kawasan DKP

Page 228: 2016, no. 17 tahun 2012

228

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

alam laut dan prakiraan iklim laut

kawasan pesisir

Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritin kepada masyarakat

Jumlah kampung pesisir yang tercerdaskan

2 kampu

ng

500.000.000

4 kampu

ng

750.000.000

6 kampu

ng

1.000.000.000

8 kampu

ng

1.250.000.000

10 kampu

ng

1.500.000.000

12 kampung

DKP

Program pengembangan budidaya perikanan

Pertumbuhan nilai produksi budidaya perikanan

20

Pokdakan

2.000.000.000

40 Pokdak

an

4.000.000.000

60 Pokdak

an

6.000.000.000

80 Pokdak

an

8.000.000.000

100 Pokdak

an

10.000.000.000

100

Pokdakan DKP

Program pengembangan perikanan tangkap

Pertumbuhan nilai produksi perikanan tangkap

20 KUB 2.500.000.

000 40 KUB

5.000.000.000

60 KUB 7.500.000.

000 80 KUB

10.000.000.000

100 KUB

12.500.000.000

100 KUB DKP

Program pegembangan sistem penyuluhan perikanan

Terciptanya sistem penyuluhan perikanan baru yang efektif

1

Kelompok

250.000.000

2 Kelomp

ok

500.000.000

3 Kelomp

ok

750.000.000

4 Kelomp

ok

1.000.000.000

5 Kelomp

ok

1.250.000.000

6 Kelompok

DKP

Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan

Pertumbuhan nilai produksi perikanan

20 Poklahs

ar

1.000.000.000

40 Poklahs

ar

2.000.000.000

60 Poklahs

ar

3.000.000.000

80 Poklahs

ar

4.000.000.000

100 Poklahs

ar

6.000.000.000

100 Poklahsar

DKP

Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar

Persentase kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar yang dikembangkan

3 Kawasa

n

7.500.000.000

3 Kawasa

n

10.000.000.000

3 Kawasa

n

12.500.000.000

3 Kawasa

n

15.000.000.000

3 Kawasa

n

17.500.000.000

6 Kawasan DKP

Program Peningkatan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan

Persentase SDM Perikanan yang efektif

11

Kab/Kota

300.000.000

11 Kab/Ko

ta

400.000.000

11 Kab/Ko

ta

500.000.000

11 Kab/Ko

ta

600.000.000

11 Kab/Ko

ta 700.000.000

11 Kab/Kota

DKP

Program Peningkatan Manajemen Informasi kelautan dan Perikanan

Persentase Manajemen Data dan Informasi Kelautan dan

11

Kab/Kota

200.000.000

11 Kab/Ko

ta

300.000.000

11 Kab/Ko

ta

400.000.000

11 Kab/Ko

ta

500.000.000

11 Kab/Ko

ta

600.000.000

11 Kab/Kota

DKP

Page 229: 2016, no. 17 tahun 2012

229

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Perikanan yang akurat

Program Pengawasan, Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

Terciptanya sistem pengawasan dan pengelolaan Sumber Daya Kelautan

11 Kab/Ko

ta

500.000.000

11 Kab/Ko

ta

500.000.000

11 Kab/Ko

ta

500.000.000

11 Kab/Ko

ta

500.000.000

11 Kab/Ko

ta 500.000.000

11 Kab/Kota

DKP

Program Pembinaan dan Pengelolaan Kelautan dan Perikanan

Terbinanya masyarakat dalam pengelolaan kelautan dan perikanan

11 Kab/Ko

ta

2.000.000.000

11 Kab/Ko

ta

2.000.000.000

11 Kab/Ko

ta

2.000.000.000

11 Kab/Ko

ta

2.000.000.000

11 Kab/Ko

ta

2.000.000.000

11 Kab/Kota

DKP

Program Monitoring dan Evaluasi

Terkendalinya program dan kegiatan kelautan dan perikanan

11

Kab/Kota

200.000.000

11 Kab/Ko

ta

300.000.000

11 Kab/Ko

ta

400.000.000

11 Kab/Ko

ta

500.000.000

11 Kab/Ko

ta

600.000.000

11 Kab/Kota

DKP

Program Pengelolaan dan Pemberdayaan Wilayah Laut, Pesisir, Pulau-pulau Kecil dan Kawasan Konservasi

Penerapan Pengelolaan dan Pemberdayaan Wilayah Laut, Pesisir, Pulau-pulau Kecil dan Kawasan Konservasi

11 Kawasa

n

2.000.000.000

11 Kawasa

n

2.000.000.000

11 Kawasa

n

2.000.000.000

11 Kawasa

n

2.000.000.000

11 Kawasa

n

2.000.000.000

11 Kawasan DKP

Program Pengembangan Sarana dan Prasarana Kelautan dan Perikanan

Persentase Sarana dan Prasarana Kelautan dan Perikanan yang dikembangkan

7 Unit 8.000.000.

000 8 Unit

10.000.000.000

9 Unit 12.000.000.

000 10 Unit

14.000.000.000

11 Unit 16.000.000.

000

11 Unit DKP

Program Pengembangan Sumber Daya Perikanan

Persentase Sumber Daya Perikanan yang dikelola

1

Kebijakan

500.000.000

2 Kebijak

an

500.000.000

3 Kebijak

an

500.000.000

3 Kebijak

an

500.000.000

4 Kebijak

an 500.000.000

5

Kebijakan DKP

Perdagangan

Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan

2.885.000.

000

3.295.000.000

3.915.000.0

00

4.195.000.000

4.520.000.0

00

Disperindag

Page 230: 2016, no. 17 tahun 2012

230

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Perdagangan

Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional

800.000.0

00

850.000.000

950.000.00

0

950.000.000

1.050.000.0

00

Disperindag

Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor

2.200.000.

000

2.300.000.000

2.350.000.

000

2.750.000.000

2.850.000.0

00

Disperindag

Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri

6.695.000.

000

7.080.000.000

7.950.000.

000

8.150.000.000

8.750.000.0

00

Disperindag

Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan.

2.000.000.

000

2.100.000.000

2.100.000.0

00

2.000.000.000

2.000.000.0

00

Disperindag

Perindustrian

Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

Pertumbuhan industri kecil dan menengah

5.400.000.

000

3.650.000.000

3.800.000.

000

4.000.000.000

4.100.000.0

00

Disperindag

Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri

Persentase industri yang memenuhi standar

950.000.0

00

1.150.000.000

1.350.000.0

00

1.500.000.000

1.650.000.0

00

Disperindag

Program Penataan Struktur Industri

Jumlah industri yang saling terkait

11

200.000.000

11 250.000.00

0 11

250.000.000

11 250.000.00

0 11 300.000.000

Disperindag

Pengembangan Industri Pengelolaan Hasil Laut

Jumlah Usaha dan Bantuan Peralatan

4 usaha,

2 peralat

an

850.000.000

4 usaha,

2 peralat

an

1.050.000.000

4 usaha,

2 peralat

an

1.200.000.000

4 usaha,

2 peralat

an

1.400.000.000

4 usaha,

2 peralat

an

1.450.000.000

Disperindag

Transmigrasi

Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi

Kemandirian kawasan transmigrasi

100% 1.000.000.

000 100%

1.500.000.000

100% 2.000.000.

000 100%

2.500.000.000

100% 2.750.000.0

00

Duknakertra

ns

Page 231: 2016, no. 17 tahun 2012

231

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM

PRIORITAS PEMBANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA

AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

SKPD

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE

Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

Program Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi

Persentase kawasan transmigrasi yang penduduknya mendapatkan pembinaan

100% 3.320.085.

000 100%

3.500.000.000

100% 3.750.000.

000 100%

4.000.000.000

100% 4.500.000.0

00

Duknakertra

ns

Program Transmigrasi lokal

Jumlah kawasan yang Dibina dengan Skema Transmigrasi

1 9.465.190.

000 2

17.000.000.000

2 19.000.000

.000 2

21.000.000.000

2 23.000.000.

000

Duknakertra

ns

Program Pembangunan Kawasan Transmigrasi

Persentase rumah di kawasan transmigrasi yang memenuhi kriteria 2C dan 4 L

> 30% 1.373.855.0

00 > 40%

1.500.000.000

> 50% 1.650.000.0

00 > 60%

1.800.000.000

> 70% 2.000.000.0

00

Duknakertra

ns

Page 232: 2016, no. 17 tahun 2012

232

Tabel 8-2. Indikasi Rencana Program Prioritas Otsus yang Disertai Kebutuhan Pendanaan

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAH DAN

PROGRAM PRIORITAS

PEMGANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

SKPD Tahun ke-

1 Tahun ke-2

Tahun ke-3

Tahun ke-4 Tahun ke-5 Target Akhir

Periode

Target

Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

PENDIDIKAN

1 Program pendidikan gratis bagi orang Papua

Persentase siswa Papua yang mendapat pendidikan gratis

2

Program wajib melek huruf dini bagi orang Papua

AMH siswa SD

3

Program wajib melek huruf dewasa bagi orang Papua

AMH dewasa

4 Program SD kecil tingkat kampung

Persentase kampung dengan SD kecil

5 Program sekolah pola asrama tingkat distrik

Persentase distrik dengan sekolah pola asrama

6

Program pengiriman tenaga pengajar ke kampung terpencil dan kampung terisolir

Persentase kampung yang didatangi tenaga pengajar

7

Program pelibatan dan pembinaan orang tua siswa Papua dalam lembaga pendidikan

Persentase orang tua siswa terlibat

Page 233: 2016, no. 17 tahun 2012

233

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAH DAN

PROGRAM PRIORITAS

PEMGANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

SKPD Tahun ke-

1 Tahun ke-2

Tahun ke-3

Tahun ke-4 Tahun ke-5 Target Akhir

Periode

Target

Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

8

Program pendidikan guru bagi orang Papua

Jumlah guru Papua yang dididik

9

Program beasiswa ilmu khusus berbasis keunggulan lokal Papua Barat

Persentase siswa Papua yang mendapat beasiswa

10

Program penyesuaian kurikulum dengan muatan lokal Papua Barat

Jumlah kurikulum yang disesuaikan

11

Program kemitraan pendidikan dengan lembaga agama, lembaga adat, dan lembaga masyarakat

Persentase sekolah dengan program kemitraan

12

Program dana stimulus bagi tenaga pengajar di daerah terpencil dan daerah terisolir

Persentase tenaga pengajar yang mendapat dana stimulus

13

Program sekolah kejuruan berbasis keunggulan lokal Papua Barat

Persentase distrik memiliki sekolah kejuruan berbasis keunggulan lokal

14 Program taman penitipan anak Papua

Persentase kampung memiliki taman penitipan anak Papua

Page 234: 2016, no. 17 tahun 2012

234

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAH DAN

PROGRAM PRIORITAS

PEMGANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

SKPD Tahun ke-

1 Tahun ke-2

Tahun ke-3

Tahun ke-4 Tahun ke-5 Target Akhir

Periode

Target

Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

15 Program taman bacaan kampung bagi orang Papua

Persentase kampung memiliki taman bacaan

16

Program pembentukan perilaku gender dan life skill terkait pendidikan bagi orang Papua

Persentase kampung mendapat pembinaan

17 Program jaminan pendidikan bagi orang Papua

Persentase orang Papua mendapat jaminan pendidikan

KESEHATAN

1

Program pelayanan kesehatan door to door bagi orang Papua

Persentase orang Papua sakit terlantar

2 Program jaminan kesehatan bagi orang Papua

Persentase orang Papua mendapat jaminan kesehatan

3

Program pelayanan kesehatan dan obat-obatan gratis bagi orang Papua

Persentase orang Papua mendapat layanan dan obat gratis

4

Program pengembangan obat-obatan tradisional Papua

Jumlah obat tradisional dikembangkan

5

Program pengembangan cara-cara pengobatan

Jumlah cara pengobatan tradisional dikembangkan

Page 235: 2016, no. 17 tahun 2012

235

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAH DAN

PROGRAM PRIORITAS

PEMGANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

SKPD Tahun ke-

1 Tahun ke-2

Tahun ke-3

Tahun ke-4 Tahun ke-5 Target Akhir

Periode

Target

Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

tradisional Papua

6

Program pembinaan tenaga kesehatan tradisional Papua

Jumlah tenaga kesehatan tradisional dibina

7

Program pencegahan dan pengobatan khusus HIV, kusta, dan malaria bagi orang Papua

Persentase pengidap HIV, kusta, dan malaria

8

Program pengiriman dan pendisiplinan tenaga kesehatan ke ke kampung terpencil dan kampung terisolir

Persentase kampung yang didatangi tenaga kesehatan

9

Program kemitraan kesehatan dengan lembaga agama, lembaga adat, dan lembaga masyarakat

Persentase prasarana kesehatan dengan program kemitraan

10

Program pembangunan prasarana dan sarana kesehatan tingkat kampung

Persentase kampung memiliki prasarana dan sarana kesehatan

11

Program perencanaan dan pengendalian keluarga Papua

Pertumbuhan jumlah orang Papua

Page 236: 2016, no. 17 tahun 2012

236

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAH DAN

PROGRAM PRIORITAS

PEMGANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

SKPD Tahun ke-

1 Tahun ke-2

Tahun ke-3

Tahun ke-4 Tahun ke-5 Target Akhir

Periode

Target

Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

12

Program pembentukan perilaku gender dan life skill terkait kesehatanbagi orang Papua

Persentase kampung mendapat pembinaan

13

Program rujukan kesehatan bagi orang Papua

Persentase pasien sakit berat dirujuk

INFRASTRUKTUR

1 Program rumah layak huni bagi orang Papua

Persentase keluarga Papua memiliki rumah layak

2

Program penyediaan sanitasi bagi permukiman dan perumahan orang Papua

Persentase permukiman dan rumah memiliki sanitasi

3

Program penyediaan air bersih bagi permukiman dan perumahan orang Papua

Persentase permukiman dan rumah memiliki air bersih

4

Program penyediaan listrik bagi perumahan dan permukiman orang Papua

Persentase permukiman dan rumah memiliki listrik

5

Program penyediaan telekomunikasi yang menjangkau kampung terpencil dan terisolir

Persentase kampung terjangkau telekomunikasi

Page 237: 2016, no. 17 tahun 2012

237

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAH DAN

PROGRAM PRIORITAS

PEMGANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

SKPD Tahun ke-

1 Tahun ke-2

Tahun ke-3

Tahun ke-4 Tahun ke-5 Target Akhir

Periode

Target

Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

6

Pembukaan akses transportasi ke seluruh kampung terpencil dan terisolir

Persentase kampung terisolir

7

Program pengelolaan sampah dan pembinaan orang Papua dalam mengelola sampah

Persentase kampung dengan pengelolaan sampah mandiri

EKONOMI RAKYAT

1

Program pengembangan sistem usaha mikro bagi orang Papua

Pertumbuhan unit usaha mikro

2

Program pembinaan usaha mini mikro bagi orang Papua

Persentase usaha mini mikro terbina

3

Program pengembangan pertanian tanaman pangan pokok orang Papua (keladi, jagung, ubi, kacang-kacangan, bunga pepaya, dan sebagainya)

Persentase kampung terpencil memiliki lahan pertanian tanaman pangan pokok

4

Program pengembangan tanaman perkebunan khas Papua (pala, sagu, dan sebagainya)

Persentase kabupaten memiliki perkebunan tanaman khas Papua

Page 238: 2016, no. 17 tahun 2012

238

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAH DAN

PROGRAM PRIORITAS

PEMGANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

SKPD Tahun ke-

1 Tahun ke-2

Tahun ke-3

Tahun ke-4 Tahun ke-5 Target Akhir

Periode

Target

Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

5

Program pengelolaan kawasan lindung sekitar permukiman orang Papua

Persentase permukiman sekitar kawasan lindung terbina

6

Program pengembangan peternakan hewan khas orang Papua (babi, rusa, dan sebagainya)

Persentase kampung memiliki peternakan hewan khas Papua

7

Program pengelolaan kawasan dan pembinaan orang Papua dengan skema transmigrasi lokal

Jumlah kawasan per kabupaten yang dibina dengan skema transmigrasi

8

Program pembukaan lapangan kerja bagi orang Papua

Persentase tenaga kerja terserap

9

Program pengelolaan pariwisata berbasis Orang Papua

Persentase ODTW dikelola orang Papua

10

Program pengelolaan carbon trade

Persentase hutan lindung dikelola

11

Program pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja dan usaha bagi tenaga kerja pemuda Papua

Persentase pemuda Papua dididik dan dilatih

Page 239: 2016, no. 17 tahun 2012

239

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAH DAN

PROGRAM PRIORITAS

PEMGANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

SKPD Tahun ke-

1 Tahun ke-2

Tahun ke-3

Tahun ke-4 Tahun ke-5 Target Akhir

Periode

Target

Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

12

Program pengembangan mata pencaharian berkelanjutan berbasis pelatihan SDM Papua

Persentase kampung memiliki mata pencaharian utama yang berkelanjutan

13

Program pemberian dan perputaran modal kerja bagi orang Papua

Persentase kampung memiliki modal kerja berputar

14

Program pengembangan lembaga kredit dan usaha bersama orang Papua

Persentase unit usaha milik orang Papua mendapat kredit

AFFIRMATIVE ACTION

1

Penyusunan regulasi penentuan kuota orang Papua dalam pemerintahan

Ketersediaan regulasi

2

Program rekruitmen orang Papua menjadi aparatur pemerintah

Persentase orang Papua dalam pemerintahan

3

Program pembinaan orang Papua dalam pemerintahan

Persentase aparatur pemerintah orang Papua yang dibina

4 Program promosi orang Papua dalam pemerintahan

Persentase aparatur pemerintah orang Papua yang mendapat

Page 240: 2016, no. 17 tahun 2012

240

KODE

BIDANG URUSAN PEMERINTAH DAN

PROGRAM PRIORITAS

PEMGANGUNAN

INDIKATOR KINERJA

PROGRAM (OUTCOME)

KONDISI KINERJA AWAL RPJMD

(TAHUN 0)

CAPAIAN KINERJA DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

SKPD Tahun ke-

1 Tahun ke-2

Tahun ke-3

Tahun ke-4 Tahun ke-5 Target Akhir

Periode

Target

Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp

promosi

5

Penyusunan regulasi persyaratan izin usaha terkait pelibatan orang Papua

Ketersediaan regulasi

6

Penyusunan database kependudukan orang Papua

Ketersediaan database

7

Program pemetaan tanah ulayat

Ketersediaan peta tanah ulayat

8

Program pengelolaan administrasi hak ulayat

Ketersediaan peraturan administrasi hak ulayat

9

Penyusunan Perdasus dan Perdasi

Ketersediaan Perdasus dan Perdasi

10

Penyesuaian nomenklatur pada penyusunan data dan informasi statistik daerah

Kesesuaian nomenklatur statistik daerah

Page 241: 2016, no. 17 tahun 2012

241

BAB IX

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN

Ukuran kinerja pembangunan yang disajikan dibawah ini terdiri dari program, indikator, dan target akhir

periode rencana, tepatnya pada Tahun 2016. Target yang ditetpkan berikut ini bersifat general, dimana

untuk mencapainya diperlukan target-target turunan yang ditetapkan berdasarkan program dan kegiatan

yang relevan. Indikator yang disajikan dipisahkan berdasarkan indikator umum pembangunan, indikator

capaian program implementasi Otsus, dan indikator capaian urusan wajib dan urusan pilihan.

Page 242: 2016, no. 17 tahun 2012

242

Tabel 9-1. Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Papua Barat

NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA

PEMBANGUNAN DAERAH

KONDISI KINERJA

AWAL PERIODE RPJMD

TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA

PADA AKHIR PERIODE RPJMD

2011 2012 2013 2014 2015 2016

ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

1.1. Pertumbuhan PDRB Migas 7,38% 7,41% 7,45% 7,48% 7,52% 7,55% 7,55%

Pertumbuhan PDRB Non Migas 11,74% 12,55% 13,36% 14,17% 14,98% 15,79% 15,79%

1.2. Laju inflasi provinsi 1,74

1.3. PDRB per kapita Migas

PDRB per kapita Non Migas

1.4. Indeks Gini

1.5. Pemerataan pendapatan versi Bank Dunia

40 persen terbawah

40 persen menengah

20 persen teratas

1.6. Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional)

1.7. Persentase penduduk miskin 31,92% 30,40% 28,69% 26,98% 25,27% 23,57% 23,57%

1.8. Angka kriminalitas yang tertangani

Fokus Kesejahteraan Masyarakat

1. Pendidikan

1.1. Angka melek huruf 94,50% 95,44% 96,38% 97,32% 98,26% 99,20% 99,20%

1.2. Angka rata-rata lama sekolah 8,50 8,77 9,04 9,31 9,58 9,85 9,85

1.3. Angka partisipasi kasar (APK)

SD/MI/Paket A

SMP/MTs/Paket B

SMA/SMK/MA/Paket C

PT

1.4. Angka pendidikan yang ditamatkan

Page 243: 2016, no. 17 tahun 2012

243

NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA

PEMBANGUNAN DAERAH

KONDISI KINERJA

AWAL PERIODE RPJMD

TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA

PADA AKHIR PERIODE RPJMD

2011 2012 2013 2014 2015 2016

SD/MI/Paket A

SMP/MTs/Paket B

SMA/SMK/MA/Paket C

PT

1.5. Angka Partisipasi Murni (APM)

SD/MI/Paket A 92,49% 93,09% 93,69% 94,29% 94,89% 95,49% 95,49%

SMP/MTs/Paket B 49,93% 50,30% 50,66% 51,03% 51,39% 51,76% 51,76%

SMA/SMK/MA/Paket C 44,02% 44,18% 44,34% 44,50% 44,66% 44,82% 44,82%

PT 7,86% 8,51% 9,16% 9,81% 10,46% 11,11% 11,11%

2. Kesehatan

2.1. Angka kelangsungan hidup bayi

2.2. Angka usia harapan hidup 69,17 69,56 69,95 70,34 70,74 71,13 71,13

2.3. Persentase balita gizi buruk

3. Pertanahan

3.1. Persentase penduduk yang memiliki lahan

4 Ketenagakerjaan

4.1. Rasio penduduk yang bekerja

Fokus Seni Budaya dan Olahraga

1. Kebudayaan

1.1. Jumlah grup kesenian

1.2. Jumlah gedung

2 Pemuda dan Olahraga

2.1. a. Jumlah klub olahraga

2.2. b. Jumlah gedung olahraga

ASPEK PELAYANAN UMUM

Fokus Layanan Urusan Wajib

1 Pendidikan

1.2.1. Angka Partisipasi Sekolah (APS)

7-12

13-15

16 -18

19-24

Page 244: 2016, no. 17 tahun 2012

244

NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA

PEMBANGUNAN DAERAH

KONDISI KINERJA

AWAL PERIODE RPJMD

TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA

PADA AKHIR PERIODE RPJMD

2011 2012 2013 2014 2015 2016

1.2.2 Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah

SD/MI

SMP/MTs

SMA/SMK/MA

1.2.3. Rasio guru terhadap murid

SD/MI

SMP/MTs

SMA/SMK/MA

1.2.4. Rasio guru terhadap murid per kelas rata- rata

SD/MI

SMP/MTs

SMA/SMK/MA

1.2.5. Penduduk yang berusia >15 Tahun melek huruf (tidak buta aksara)

1.3. Fasilitas Pendidikan:

1.3.1. Sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan baik

1.3.2. Sekolah pendidikan SMP/MTs kondisi bangunan baik

1.3.3 Sekolah pendidikan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik

1.4. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD):

1.4.1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

1.5. Angka Putus Sekolah:

1.5.1 Angka Putus Sekolah (APT) SD/MI

1.5.2 Angka Putus Sekolah (APT) SMP/MTs

1.5.3 Angka Putus Sekolah (APT) SMA/SMK/MA

1.6. AngkaKelulusan:

1.6.1. Angka Kelulusan (AL) SD/MI

1.6.2. Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs

1.6.3. Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA

1.6.4. Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs

1.6.5. Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA

1.6.6. Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV

Page 245: 2016, no. 17 tahun 2012

245

NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA

PEMBANGUNAN DAERAH

KONDISI KINERJA

AWAL PERIODE RPJMD

TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA

PADA AKHIR PERIODE RPJMD

2011 2012 2013 2014 2015 2016

2. Kesehatan

2.1. Rasio posyandu per satuan balita

2.2. Rasio (per satuan penduduk)

Puskesmas

Poliklinik

Pustu

2.3. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk

2.4. Rasio dokter per satuan penduduk

2.5. Rasio tenaga medis per satuan penduduk

2.6. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80%

2.7. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

90%

2.8. Cakupan Kampung/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 100%

2.9. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan 100%

2.10. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA

2.11. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD 100%

2.12. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 100%

2.13. Cakupan kunjungan bayi 90%

2.14. Cakupan puskesmas

2.15. Cakupan puskesmas pembantu

Cakupan kunjungan ibu hamil K4 95%

Cakupan pelayanan nifas 90%

Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80%

Cakupan pelayanan anak balita 90%

Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin

100%

Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100%

Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 100%

Page 246: 2016, no. 17 tahun 2012

246

NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA

PEMBANGUNAN DAERAH

KONDISI KINERJA

AWAL PERIODE RPJMD

TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA

PADA AKHIR PERIODE RPJMD

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di kab/kota

100%

Cakupan Kampung/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam

100%

Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat cakupan Kampung siaga aktif

80%

3. PekerjaanUmum

3.1. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik

3.2. Rasio Jaringan Irigasi

3.3. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk

3.4. Persentase rumah tinggal bersanitasi

3.5. Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk

3.6. Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk

3.7. Rasio rumah layak huni

3.8. Rasio permukiman layak huni

3.9. Panjang jalan dilalui Roda 4

3.10. Jalan Penghubung dari ibukota Distrik ke kawasan pemukiman penduduk (mimal dilalui roda 4)

3.11. Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik ( > 40 KM/Jam )

3.12. Panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase/saluran pembuangan air ( minimal 1,5 m)

3.13. Sempadan jalan yang dipakai pedagang kaki lima atau bangunan rumah liar

3.14. Sempadan sungai yang dipakai bangunan liar

3.15. Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan aliran air tidak tersumbat

3.16. Pembangunan turap di wilayah jalan penghubung dan aliran sungai rawan longsor lingkup kewenangan kota

3.17. Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik

3.18. Lingkungan Pemukiman

4. Perumahan

Page 247: 2016, no. 17 tahun 2012

247

NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA

PEMBANGUNAN DAERAH

KONDISI KINERJA

AWAL PERIODE RPJMD

TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA

PADA AKHIR PERIODE RPJMD

2011 2012 2013 2014 2015 2016

4.1. Rumah pengguna air bersih 87,70% 90,16% 92,62% 95,08% 97,54% 100,00% 100,00%

4.2. Rumah pengguna listrik 78,77% 83,02% 87,26% 91,51% 95,75% 100,00% 100,00%

4.3. Rumah ber-Sanitasi 67,56% 74,05% 80,53% 87,02% 93,51% 100,00% 100,00%

4.4. Lingkungan pemukiman kumuh

4.5. Rumah layak huni

5. Penataan Ruang

5.1. Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB

5.2. Rasio bangunan ber- IMB per satuan bangunan

5.3. Ruang publik yang berubah peruntukannya

6. Perencanaan Pembangunan

6.1. Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yg telah ditetapkan dgn PERDA

6.2. Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD yg telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA

6.3. Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD yg telah ditetapkan dgn PERKADA

6.4. Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD

7. Perhubungan

7.1. Jumlah arus penumpang angkutan umum

7.2. Rasio ijin trayek

7.3. Jumlah uji kir angkutan umum

7.4. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis

7.5. Angkutan darat

7.6. Kepemilikan KIR angkutan umum

7.7. Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR)

7.8. Biaya pengujian kelayakan angkutan umum

7.9. Pemasangan Rambu-rambu

Angkutan umum yang melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan untuk jaringan jalan provinsi

100%

Page 248: 2016, no. 17 tahun 2012

248

NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA

PEMBANGUNAN DAERAH

KONDISI KINERJA

AWAL PERIODE RPJMD

TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA

PADA AKHIR PERIODE RPJMD

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Tersedianya terminal angkutan penumpang tipe A pada setiap Provinsi untuk melayani angkutan umum dalam trayek.

100%

Tersedianya fasilitas perlengkapan jalan (rambu, marka dan guardrill) dan penerangan jalan umum (PJU) pada jalan Provinsi.

60%

Terpenuhinya standar keselamatan bagi angkutan umum yang melayani trayek Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP)

100%

Tersedianya SDM yang memiliki kompetensi sebagai pengawas kelaikan kendaraan pada perusahaan angkutan umum, pengelola terminal, dan pengelola perlengkapan jalan.

100%

Tersedianya angkutan sungai dan danau untuk melayani jaringan trayek antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi pada wilayah yang tersedia alur pelayaran sungai dan danau yang dapat dilayari.

75%

Tersedianya pelabuhan sungai dan danau untuk melayani kapal sungai dan danau yang beroperasi pada jaringan trayek antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi pada wilayah yang tersedia alur pelayaran sungai dan danau yang dapat dilayari.

60%

Terpenuhinya standar keselamatan bagi kapal sungai dan danau yang beroperasi pada trayek antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi.

100%

Tersedianya SDM yang memiliki kompetensi sebagai awak kapal angkutan sungai dan danau.

100%

Tersedianya kapal penyeberangan yang beroperasi pada lintas antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi yang menghubungkan jalan Provinsi yang terputus oleh perairan

75%

Page 249: 2016, no. 17 tahun 2012

249

NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA

PEMBANGUNAN DAERAH

KONDISI KINERJA

AWAL PERIODE RPJMD

TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA

PADA AKHIR PERIODE RPJMD

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Tersedianya pelabuhan pada setiap ibukota Provinsi dan ibukota Kabupaten/Kota yang memiliki pelayanan angkutan penyeberangan yang beroperasi pada lintas antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi dan tidak ada alternatif jalan.

75%

Terpenuhinya standar keselamatan kapal dengan ukuran di bawah 7 GT dan kapal yang beroperasi pada lintas penyeberangan antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi.

100%

Tersedianya SDM yang memiliki kompetensi sebagai awak kapal penyeberangan dengan ukuran di bawah 7 GT.

100%

8. Lingkungan Hidup

8.1. Persentase penanganan sampah

8.2. Persentase Penduduk berakses air minum

8.3. Persentase Luas pemukiman yang tertata

8.4. Pencemaran status mutu air

8.5. Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Sumber Mata Air

8.6. Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal.

8.7. Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk

8.8. Penegakan hukum lingkungan

9. Pertanahan

9.1. Persentase luas lahan bersertifikat

9.2. Penyelesaian kasus tanah Negara

9.3. Penyelesaian izin lokasi

10. Kependudukan dan Catatan Sipil

10.1. Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk 100%

10.2. Rasio bayi berakte kelahiran 100%

10.3. Rasio pasangan berakte nikah

10.4. Kepemilikan KTP 100%

10.5. Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk 100%

10.6. Ketersediaan database kependudukan skala provinsi

10.7. Penerapan KTP Nasional berbasis NIK 100%

Page 250: 2016, no. 17 tahun 2012

250

NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA

PEMBANGUNAN DAERAH

KONDISI KINERJA

AWAL PERIODE RPJMD

TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA

PADA AKHIR PERIODE RPJMD

2011 2012 2013 2014 2015 2016

11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

11.1. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah

11.2. Partisipasi perempuan di lembaga swasta

11.3. Rasio KDRT

11.4. Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur

11.5. Partisipasi angkatan kerja perempuan

11.6. Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan

12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

12.1. Rata-rata jumlah anak per keluarga

12.2. Rasio akseptor KB

12.3. Cakupan peserta KB aktif 70%

12.4. Keluarga Pra Sejahtera

Keluarga Sejahtera I

13. Sosial

13.1. Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi

13.2. PMKS yg memperoleh bantuan sosial 80%

Panti sosial skala provinsi yang melaksanakan standar operasional pelayanan kesejahteraan sosial

60%

Panti sosial skala provinsi yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial

80%

Organisasi sosial/Yayasan/ LSM yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial luar panti.

60%

kabupaten/kota yang menggunakan sarana prasarana tanggap darurat lengkap untuk evakuasi korban bencana skala provinsi

80%

kabupaten/kota yang mengalami bencana memberikan bantuan sosial bagi korban bencana skala provinsi.

80%

kabupaten/kota yang menggunakan sarana prasarana tanggap darurat lengkap untuk evakuasi korban bencana skala provinsi.

80%

Page 251: 2016, no. 17 tahun 2012

251

NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA

PEMBANGUNAN DAERAH

KONDISI KINERJA

AWAL PERIODE RPJMD

TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA

PADA AKHIR PERIODE RPJMD

2011 2012 2013 2014 2015 2016

kabupaten/kota yang menyelenggarakan jaminan sosial bagi penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial.

40%

13.3. Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial

14. Ketenagakerjaan

14.1. Angka partisipasi angkatan kerja

14.2. Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun

14.3. Tingkat partisipasi angkatan kerja 70,29% 71,16% 72,03% 72,89% 73,76% 74,63% 74,63%

14.4. Pencari kerja yang ditempatkan

14.5. Tingkat pengangguran terbuka 6,73% 6,19% 5,64% 5,10% 4,56% 4,02% 4,02%

14.6. Keselamatan dan perlindungan

14.7. Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah

15. Koperasi Usaha Kecil dan Menengah

15.1. Persentase koperasi aktif

15.2. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM

15.3. Jumlah BPR/LKM

15.4. Usaha Mikro dan Kecil

16 Penanaman Modal

16.1. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)

16.2. Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)

16.3. Rasio daya serap tenaga kerja

16.4. Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (milyar rupiah)

17 Kebudayaan

17.1. Penyelenggaraan festival seni dan budaya

17.2. Sarana penyelenggaraan seni dan budaya

17.3. Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan

18 Kepemudaan dan Olahraga

18.1. Jumlah organisasi pemuda

18.2. Jumlah organisasi olahraga

18.3. Jumlah kegiatan kepemudaan

18.4. Jumlah kegiatan olahraga

Page 252: 2016, no. 17 tahun 2012

252

NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA

PEMBANGUNAN DAERAH

KONDISI KINERJA

AWAL PERIODE RPJMD

TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA

PADA AKHIR PERIODE RPJMD

2011 2012 2013 2014 2015 2016

18.5. Gelanggang / balai remaja (selain milik swasta)

18.6. Lapangan olahraga

19 Kesatuan Bangsadan Politik Dalam Negeri

19.1. Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP

19.2. Kegiatan pembinaan politik daerah

20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

20.1. Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk

20.2. Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk

20.3. Rasio Pos Siskamling per jumlah Kampung/kelurahan

20.4. Pertumbuhan ekonomi

20.5. Kemiskinan

20.6. Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan adiministrasi pemerintah

20.7. Penegakan PERDA

20.8. Cakupan patroli petugas Satpol PP

20.9. Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) di Kabupaten

70%

20.10. Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten 50%

20.11. Cakupan pelayanan bencana kebakaran kabupaten 25%

20.12. Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)

75%

20.13. Cakupan sarana prasarana perkantoran pemerintahan Kampung yang baik

20.14. Sistim Informasi Manajemen Pemda

20.15. Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat

21. Ketahanan Pangan

21.1. Regulasi ketahanan pangan

21.2. Ketersediaan pangan utama

22. Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung

Page 253: 2016, no. 17 tahun 2012

253

NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA

PEMBANGUNAN DAERAH

KONDISI KINERJA

AWAL PERIODE RPJMD

TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA

PADA AKHIR PERIODE RPJMD

2011 2012 2013 2014 2015 2016

22.1. Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM)

22.2. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK

22.3. Jumlah LSM

22.4. LPM Berprestasi

22.5. PKK aktif

22.6. Posyandu aktif

22.7. Swadaya Masyarakat terhadap Program pemberdayaan masyarakat

22.8. Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan masyarakat

23. Statistik

23.1. Buku ”kabupaten dalam angka”

23.2. Buku ”PDRB kabupaten”

24. Kearsipan

24.1. Pengelolaan arsip secara baku

24.2. Peningkatan SDM pengelola kearsipan

25. Komunikasi dan Informatika

25.1. Jumlah jaringan komunikasi

25.2. Rasio wartel/warnet terhadap penduduk

25.3. Jumlah surat kabar nasional/lokal

25.4. Jumlah penyiaran radio/TV lokal

25.5. Web site milik pemerintah daerah

25.6. Pameran/expo

26. Perpustakaan

26.1. Jumlah perpustakaan

26.2. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun

26.3. Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah

Fokus Layanan Urusan Pilihan

1. Pertanian

1.1. Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar

1.2. Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB

Page 254: 2016, no. 17 tahun 2012

254

NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA

PEMBANGUNAN DAERAH

KONDISI KINERJA

AWAL PERIODE RPJMD

TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA

PADA AKHIR PERIODE RPJMD

2011 2012 2013 2014 2015 2016

1.3. Kontribusi sektor pertanian (palawija) terhadap PDRB

1.4. Kontribusi subsektor perkebunan (tanaman keras) terhadap PDRB

1.5. Kontribusi Produksi kelompok petani terhadap PDRB

1.6. Cakupan bina kelompok petani

2. Kehutanan

2.1. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis

2.2. Kerusakan Kawasan Hutan

2.3. Kontribusi subsektor kehutanan terhadap PDRB

3. Energi dan Sumber Daya Mineral

3.1. Pertambangan tanpa ijin

3.2. Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB

4. Pariwisata

4.1. Kunjungan wisata

4.2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB

5. Kelautan dan Perikanan

5.1. Produksi perikanan (ton) 980 1074 1116 1165 1204 1225 1204 atau 5539

(kumulatif)

5.1.1 Perikanan tangkap (ton) 116 118 120 122 124 125 125 atau

600 (kumulatif)

5.1.2 Perikanan Budidaya (ton) 64 122 143 167 189 200 189 atau

685 (kumulatif)

5.1.3 Olahan (ton) 800 834 853 876 891 900 891 atau

4254 (kumulatif)

5.2. Konsumsi ikan (Kg/KAP/thn) 31,46 31,92 40,21 40,34 41,01 42 (41,01)

5.3. Cakupan bina kelompok nelayan (KUB) 10 20 30 40 50 100 50% atau

100% (kumulatif)

Page 255: 2016, no. 17 tahun 2012

255

NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA

PEMBANGUNAN DAERAH

KONDISI KINERJA

AWAL PERIODE RPJMD

TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA

PADA AKHIR PERIODE RPJMD

2011 2012 2013 2014 2015 2016

5.4. Produksi perikanan kelompok nelayan (ton) 10 20 30 40 50 101 50% atau

100% (kumulatif)

6. Perdagangan

6.1. Kontribusi subsektor perdagangan besar & eceran terhadap PDRB

6.2. Ekspor Bersih Perdagangan

6.3. Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal

7. Perindustrian

7.1. Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB

7.2. Kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB sektor Industri

7.3. Pertumbuhan Industri

7.4. Cakupan bina kelompok pengrajin

8. Ketransmigrasian

8.1. Transmigran swakarsa

8.2. Kontribusi transmigrasi terhadap PDRB

ASPEK DAYA SAING DAERAH

Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

1.1. Pengeluaran konsumsi makanan

1.2. Pengeluaran konsumsi non makanan

1.3. Produktivitas total daerah

2. Pertanian

2.1. Nilai tukar petani

Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastuktur

1. Perhubungan

1.1. Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan

1.2. Jumlah orang/ barang yang terangkut angkutan umum

Page 256: 2016, no. 17 tahun 2012

256

NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA

PEMBANGUNAN DAERAH

KONDISI KINERJA

AWAL PERIODE RPJMD

TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA

PADA AKHIR PERIODE RPJMD

2011 2012 2013 2014 2015 2016

1.3. Jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/ terminal per tahun

2. Penataan Ruang

2.1. Ketaatan terhadap RTRW

2.2. Luas wilayah produktif

2.3. Luas wilayah industri

2.4. Luas wilayah kebanjiran

2.5. Luas wilayah kekeringan

2.6. Luas wilayah perkotaan

3. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

3.1. Jenis dan jumlah bank dan cabang

3.2. Jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang

3.3. Jenis, kelas, dan jumlah restoran

3.4. Jenis, kelas, dan jumlah penginapan/ hotel

4. Lingkungan Hidup

4.1. Persentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih

5. KomunikasI dan Informatika

5.1. Rasio ketersediaan daya listrik

5.2. Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik

5.3. Persentase penduduk yang menggunakan HP/telepon

Fokus Iklim Berinvestasi

1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

1.1. Angka kriminalitas

1.2. Jumlah demo

1.3. Lama proses perijinan

1.4. Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah

1.5. Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha

Page 257: 2016, no. 17 tahun 2012

257

NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA

PEMBANGUNAN DAERAH

KONDISI KINERJA

AWAL PERIODE RPJMD

TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA

PADA AKHIR PERIODE RPJMD

2011 2012 2013 2014 2015 2016

1.6. Persentase Kampung berstatus swasembada

Fokus Sumber Daya Manusia

1. Ketenagakerjaan

1.1. Rasio lulusan S1/S2/S3

1.2. Rasio ketergantungan 54,78 53,78 52,79 51,79 50,80 49,80 49,80

Tabel 9-2. Indikator dan Target Capaian Program Pembangunan Implementasi Otonomi Khusus

Indikator Target Capaian Tahunan

Target Akhir Periode

Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5

-1- -2- -3- -4- -5- -6- -7-

PENDIDIKAN

1 Persentase siswa Papua yang mendapat pendidikan gratis

2 AMH siswa SD

3 AMH dewasa

4 Persentase kampung dengan SD kecil

5 Persentase distrik dengan sekolah pola asrama

6 Persentase kampung yang didatangi tenaga pengajar

7 Persentase orang tua siswa terlibat

8 Jumlah guru Papua yang dididik

9 Persentase siswa Papua yang mendapat beasiswa

10 Jumlah kurikulum yang disesuaikan

11 Persentase sekolah dengan program kemitraan

Page 258: 2016, no. 17 tahun 2012

258

Indikator Target Capaian Tahunan

Target Akhir Periode

Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5

-1- -2- -3- -4- -5- -6- -7-

12 Persentase tenaga pengajar yang mendapat dana stimulus

13 Persentase distrik memiliki sekolah kejuruan berbasis keunggulan lokal

14 Persentase kampung memiliki taman penitipan anak Papua

15 Persentase kampung memiliki taman bacaan

16 Persentase kampung mendapat pembinaan

17 Persentase orang Papua mendapat jaminan pendidikan

KESEHATAN

1 Persentase orang Papua sakit terlantar

2 Persentase orang Papua mendapat jaminan kesehatan 65 70 75 80 85 75%85%

3 Persentase orang Papua mendapat layanan dan obat gratis 65 70 75 80 85 75%85%

4 Jumlah obat tradisional dikembangkan 1 1 1 1 1 5

5 Jumlah cara pengobatan tradisional dikembangkan 1 1 0 0 1 3

6 Jumlah tenaga kesehatan tradisional dibina 4 10 10 10 10 44

7 Persentase pengidap HIV, kusta, dan malaria <0.5; <0,04; <6.88 <0.5; <0,04;

<6.88 <0.5; <0,04;

<6.88 <0.5; <0,04;

<6.88 <0.5; <0,04;

<6.88 <0.5; <0,04; <6.88

8 Persentase kampung yang didatangi tenaga kesehatan 40 5 5 5 5 60

9 Persentase prasarana kesehatan dengan program kemitraan

10 Persentase kampung memiliki prasarana dan sarana kesehatan 36 38 40 42 44 40

11 Pertumbuhan jumlah orang Papua

12 Persentase kampung mendapat pembinaan

13 Persentase pasien sakit berat dirujuk 30 40 50 60 70 70

Page 259: 2016, no. 17 tahun 2012

259

Indikator Target Capaian Tahunan

Target Akhir Periode

Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5

-1- -2- -3- -4- -5- -6- -7-

INFRASTRUKTUR

1 Persentase keluarga Papua memiliki rumah layak

2 Persentase permukiman dan rumah memiliki sanitasi

3 Persentase permukiman dan rumah memiliki air bersih

4 Persentase permukiman dan rumah memiliki listrik

5 Persentase kampung terjangkau telekomunikasi

6 Persentase kampung terisolir

7 Persentase kampung dengan pengelolaan sampah mandiri

EKONOMI RAKYAT

1 Pertumbuhan unit usaha mikro

2 Persentase usaha mini mikro terbina

3 Persentase kampung terpencil memiliki lahan pertanian tanaman pangan pokok

4 Persentase kabupaten memiliki perkebunan tanaman khas Papua

5 Persentase permukiman sekitar kawasan lindung terbina

6 Persentase kampung memiliki peternakan hewan khas Papua

7 Jumlah kawasan per kabupaten yang dibina dengan skema transmigrasi

8 Persentase tenaga kerja terserap

9 Persentase ODTW dikelola orang Papua

10 Persentase hutan lindung dikelola

11 Persentase pemuda Papua dididik dan dilatih

12 Persentase kampung memiliki mata pencaharian utama yang berkelanjutan

Page 260: 2016, no. 17 tahun 2012

260

Indikator Target Capaian Tahunan

Target Akhir Periode

Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5

-1- -2- -3- -4- -5- -6- -7-

13 Persentase kampung memiliki modal kerja berputar

14 Persentase unit usaha milik orang Papua mendapat kredit

AFFIRMATIVE ACTION

1 Ketersediaan regulasi

2 Persentase orang Papua dalam pemerintahan

3 Persentase aparatur pemerintah orang Papua yang dibina

4 Persentase aparatur pemerintah orang Papua yang mendapat promosi

5 Ketersediaan regulasi

6 Ketersediaan database

7 Ketersediaan peta tanah ulayat

8 Ketersediaan peraturan administrasi hak ulayat

9 Ketersediaan Perdasus dan Perdasi

10 Kesesuaian nomenklatur statistik daerah

Page 261: 2016, no. 17 tahun 2012

261

BAB X

PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

Guna mengoptimalkan kinerja pemerintah dalam pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan agar

lebih efektif dan efisien, Pemerintah Provinsi Papua Barat menyusun dokumen perencanaan lima tahunan

berupa RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 yang merupakan acuan bagi seluruh Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD).

Keberhasilan pelaksanaan RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 tergantung pada sikap mental

berupa niat baik, tekad, semangat, ketaatan, dan disiplin serta komitmen bersama dari seluruh unsur

stakeholder, baik pemerintahan, masyarakat maupun dunia usaha. Oleh karena itu, seluruh unsur

stakeholder perlu secara bersungguh-sungguh melaksanakan program-program dan berbagai kegiatan

pembangunan sebagaimana yang tertuang dalam RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 agar

mampu memberikan pembangunan yang berdaya guna serta berhasil guna sehingga dapat dinikmati

secara adil dan merata oleh seluruh lapisan masyarakat dalam rangka mewujudkan Visi Pembangunan

Provinsi Papua Barat 2016.

10.1 Pedoman Transisi

Masa berlaku RPJMD Provinsi Papua Barat adalah terhitung mulai 2012 sampai dengan 2016;

RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012–2016 memuat Program dan Indikasi Kegiatan Prioritas selama

5 (lima) tahun;

Pada tahun kelima setelah periode Kepala Daerah masa bakti 2012–2016 berakhir, ditambahkan satu

tahun Indikasi Program Transisi untuk Tahun Anggaran 2016. Hal ini dilakukan sampai dengan

disusunnya RPJMD oleh Kepala Daerah Terpilih yang baru.

10.2 Kaidah Pelaksanaan

SKPD yang meliputi Dinas, Badan, Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, dan Kantor pada lingkup

Pemerintah Provinsi Papua Barat wajib menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan, akuntabel

dan partisipatif dalam melaksanakan program dan kegiatannya sesuai dengan kebijakan yang telah

ditetapkan untuk pencapaian tujuan, sasaran pada program dan kegiatan pembangunan daerah Provinsi

Papua Barat selama tahun 2012-2016.

Page 262: 2016, no. 17 tahun 2012

262

Pelaksanaan semua kegiatan, mensyaratkan pentingnya keterpaduan dan sinkronisasi antar program dan

kegiatan, baik diantara kegiatan dalam satu program maupun kegiatan antar program dalam satu SKPD

dan antar SKPD, dengan tetap memperhatikan tugas pokok SKPD. Untuk mencapai keterpaduan dan

sinkronisasi pelaksanaan kegiatan yang telah diprogramkan, dapat dimanfaatkan antara lain melalui

Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (Forum SKPD) dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan

(Musrenbang).

Berdasarkan hal-hal di atas, maka perlu ditetapkan kaidah-kaidah pelaksanaan sebagai berikut:

RPJMD disusun setelah melalui rangkaian kegiatan diantaranya melalui forum Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) serta Musyawarah Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah

(Musrenbang) RPJMD dengan memperhatikan prinsip-prinsip perencanaan partisipatif, bottom–

up planning, sinergitas serta dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah;

RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012–2016 merupakan dokumen perencanaan yang harus

dipedomani serta dijabarkan ke dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat

Daerah (Renstra-SKPD) yang kemudian akan dijadikan bahan penyusunan Rencana Kerja Satuan

Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) tahunan serta penyusunan Rencana Kerja Pemerintah

Daerah (RKPD);

Bagi SKPD Provinsi Papua Barat, RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 merupakan

acuan dan pedoman dalam menyusun kebijakan publik, baik yang berupa kerangka regulasi

maupun kerangka anggaran dalam Aggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi

Papua Barat yang dituangkan setiap tahun. Untuk mengupayakan keterpaduan, sinkronisasi dan

harmonisasi pelaksanaan setiap program dalam rangka koordinasi perencanaan, maka masing-

masing SKPD Provinsi Papua Barat wajib menyusun Renstra SKPD Tahun 2012-2016 melalui

penjaringan aspirasi masyarakat dan dunia usaha dalam Forum SKPD sesuai dengan

kebutuhannya masing-masing;

Sehubungan dengan dilakukannya Revisi RPJMD Provinsi Papua Barat, maka setiap SKPD

diwajibkan untuk melakukan revisi Renstra SKPD.

SKPD Provinsi Papua Barat dengan dukungan masyarakat dan dunia usaha berkewajiban untuk

melaksanakan program-program RPJMD Provinsi Papua Barat tahun 2012-2016 dengan sebaik-

baiknya;

Masyarakat dapat berpartisipasi aktif seluas-luasnya dalam perancangan dan perumusan

kebijakan yang nantinya akan dituangkan dalam produk peraturan perundangan-undangan.

Berkaitan dengan pendanaan pembangunan, masyarakat luas dan dunia usaha dapat

berperanserta dalam pembangunan yang direncanakan melalui program-program pembangunan

berdasarkan rancangan peranserta masyarakat dalam kegiatan yang bersangkutan sesuai

dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku. Masyarakat luas juga dapat

Page 263: 2016, no. 17 tahun 2012

263

berperanserta untuk mengawasi pelaksanaan kebijakan dan kegiatan dalam program-program

pembangunan;

Pada akhir setiap Tahun Anggaran, setiap SKPD wajib melakukan evaluasi pelaksanaan program

dan kegiatan yang meliputi evaluasi terhadap pencapaian sasaran kegiatan yang ditetapkan,

maupun kesesuaiannya dengan rencana alokasi anggaran yang ditetapkan dalam APBD serta

kesesuaiannya dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangan yang mengatur pelaksanaan

APBD dan peraturan-peraturan lainnya;

Untuk menjaga efektifitas pelaksanaan program dan kegiatan, setiap SKPD wajib melakukan

pemantauan pelaksanaan kegiatan, melakukan tindakan koreksi yang diperlukan dan

melaporkan hasil-hasil pemantauan secara berkala 3 (tiga) bulanan kepada Bupati sesuai dengan

ketentuan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku.