2016, no. 17 tahun 2012
TRANSCRIPT
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1
DAFTAR GAMBAR 3
DAFTAR TABEL 5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 6
1.2 Dasar Hukum Penyusunan 7
1.3 Hubungan Antar Dokumen 9
1.4 Sistematika Penulisan 13
1.5 Maksud dan Tujuan 14
1.5.1 Maksud 14
1.5.2 Tujuan 14
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 Aspek Geografi dan Demografi 15
2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah 15
2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah 21
2.1.3 Wilayah Rawan Bencana 26
2.1.4 Aspek Demografi 27
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 30
2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 30
2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial 35
2.3 Aspek Pelayanan Umum 40
2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib 40
2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan 46
2.4 Aspek Daya Saing Daerah 47
2.5 Sebagian Capaian Bidang/Sektor di Provinsi Papua Barat Tahun 2011 52
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 57
3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 57
3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan MasaLalu 73
3.3 Kerangka Pendanaan Pembangunan Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 79
3.4 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Keuangan Daerah 86
3.4.1 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah 86
2
3.4.2 Strategi Pengelolaan Keuangan Daerah 87
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 89
4.1 Permasalahan Pembangunan 89
4.1.1 Permasalahan Internal 89
4.1.2 Pengaruh Eksternal 91
4.1.3 Analisis Lingkungan Internal 94
4.1.4 Analisis Lingkungan Eksternal 97
4.2 Isu Strategis 99
BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 103
5.1 Visi Pembangunan 103
5.2 Misi Pembangunan 104
5.3 Tujuan dan Sasaran Pembangunan 108
5.3.1 Tujuan Pembangunan 108
5.3.2 Sasaran Pembangunan 110
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 115
6.1 Strategi Pembangunan 115
6.2 Arah Kebijakan Pembangunan 116
BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN 133
BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 180
BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN 241
BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 261
10.1 Pedoman Transisi 261
10.2 Kaidah Pelaksanaan 261
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1-1 Skema Hubungan RPJPD Provinsi Papua Barat 2012-2031 dengan RPJMD
Provinsi Papua Barat 2012-2016 10
Gambar 1-2 Hubungan RPJMD dengan Rencana Strategis SKPD 11
Gambar 1-3 Skema Hubungan RPJMD dengan Dokumen Rencana Lainnya 13
Gambar 2-1 Persentase Kampung/Kelurahan Berdasarkan Karakteristik Wilayah 16
Gambar 2-2 Zona Rawan Gempa Bumi Berdasarkan Tingkat Kerawanan 26
Gambar 2-3 Zona Rawan Longsor Papua Barat Berdasarkan Tingkat Kerawanan 27
Gambar 2-4 Piramida Penduduk Provinsi Papua Barat 28
Gambar 2-5 Perbandingan Laju Pertumbuhan PDRH ADHK 2000 Dengan Migas dan Tanpa
Migas Tahun 2006-2010 31
Gambar 2-6 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010
(dalam %) 32
Gambar 2-7 Peranan Sektor Dominan Terhadap Penciptaan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2007-2010 (dalam %) 33
Gambar 2-8 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Menurut Lapangan Usaha Tahun
2007-2010 (dalam %) 33
Gambar 2-9 Peranan Sektor Dominan terhadap Penciptaan PDRB Tanpa Migas Atas Dasar
Harga Berlaku Tahun 2007-2010 (dalam %) 34
Gambar 2-10 Perkembangan Angka Melek Huruf dan Angka Buta Huruf di Provinsi Papua
Barat Tahun 2007-2010 36
Gambar 2-11 Perkembangan Angka Melek Huruf Berdasarkan Jenis Kelamin di Provinsi Papua
Barat Tahun 2007-2010 36
Gambar 2-12 Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Antar
Jenjang Pendidikan Tahun 2010 37
Gambar 2-13 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup di Provinsi Papua Barat 38
Gambar 2-14 Perbandingan Jumlah Penduduk Provinsi Papua Barat Berdasarkan Status
Kemiskinan Tahun 2010 39
Gambar 2-15 Cakupan Layanan Kesehatan di Provinsi Papua Barat Tahun 2006-2009 42
Gambar 2-16 Rencana Jaringan Transportasi Provinsi Papua Barat 43
Gambar 2-17 Kondisi Jalan Strategis di Provinsi Papua Barat 43
Gambar 2-18 Kelayakan Rumah di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Rumah Tangga Tahun
2007-2010 46
Gambar 2-19 Cakupan Pelayanan Listrik dan Air Bersih Pada Perkampungan 50
Gambar 2-20 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Papua Barat dan
Perkembangannya 52
Gambar 3-1 Struktur Penerimaan Daerah Provinsi Papua Barat 58
Gambar 3-2 Realisasi Dana Otonomi Khusus Papua Barat 62
4
Gambar 3-3 Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua Barat (dalam Milyar Rupiah) 64
Gambar 3-4 Integrasi Perencanaan dan Penganggaran Keuangan 74
Gambar 3-5 Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah 74
Gambar 3-6 Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) 76
Gambar 3-7 Proses Penetapan Plafond Sementara atau PPAS 76
Gambar 3-8 Proses dan Mekanisme Penyusunan RKA-SKPD 77
Gambar 6-1 Pola Pembangunan Pemerintah dan Masyarakat Provinsi Papua Barat 115
5
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1 Daerah Administratif Provinsi Papua Barat menurut Kabupaten/Kota Tahun
2010 15
Tabel 2-2 Pembagian Satuan Wilayah Sungai di Provinsi Papua Barat 17
Tabel 2-3 Debit Sungai Dirinci Menurut DPS di Provinsi Papua Barat 19
Tabel 2-4 Luas dan Penyebaran Danau di Provinsi Papua Barat 20
Tabel 2-5 Keadaan Iklim menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2010 20
Tabel 2-6 Penggunaan Lahan di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota dan
Jenis Penggunaan Tahun 2010 (Ha) 21
Tabel 2-7 Indikator Kependudukan Provinsi Papua Barat Tahun 2008-2010 29
Tabel 2-8 Indikator Kependudukan Asli Papua dan Non Asli Papua di Provinsi Papua Barat 30
Tabel 2-9 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat Menurut Penggunaan Tahun
2006–2009 32
Tabel 2-10 Rencana dan Realisasi Saluran Irigasi Provinsi Papua Barat Tahun 2009 44
Tabel 2-11 Kondisi Investasi Provinsi Papua Barat 51
Tabel 3-1 Distribusi Persentase Realisasi Penerimaan Daerah Provinsi Papua Barat 59
Tabel 3-2 Alokasi Dana Bagi Hasil Provinsi Papua Barat (Milyar Rupiah) 60
Tabel 3-3 Penerimaan Transfer Provinsi Papua Barat Tahun 2008-2010 (Milyar Rupiah) 61
Tabel 3-4 Dana Alokasi Khusus Provinsi Papua Barat (dalam Milyar Rupiah) 61
Tabel 3-5 Pendapatan Asli Daerah Provinsi Papua Barat(Jutaan Rupiah) 62
Tabel 3-6 Posisi Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat(dalam Trilyun Rupiah) 63
Tabel 3-7 Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Provinsi Papua Barat 67
Tabel 3-8 Estimasi APBD Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 80
Tabel 3-9 Estimasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 80
Tabel 3-10 Estimasi Belanja Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 81
Tabel 3-11 Estimasi Pembiayaan Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012 81
Tabel 3-12 Ringkasan Pembagian ke Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2012 81
Tabel 5-1 Matriks Keterkaitan Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan 112
Tabel 6-1 Matriks Keterkaitan Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Arah Kebijakan
Pembangunan 123
Tabel 7-1 Program Pembangunan Berdasarkan Misi Pembangunan 137
Tabel 7-2 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan 146
Tabel 8-1 Indikasi Rencana Program Pembangunan yang Disertai Kebutuhan Pendanaan 197
Tabel 8-2 Indikasi Rencana Program Prioritas Otsus yang Disertai Kebutuhan Pendanaan 232
Tabel 9-1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan Provinsi Papua Barat 242
Tabel 9-2 Indikator dan Target Capaian Program Pembangunan Implementasi Otonomi
Khusus 257
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Provinsi Papua Barat secara efektif menjadi wilayah administratif Provinsi sejak pelantikan Kepala
Daerah hasil Pilkada tahun 2006 dalam perkembangannya, berdasarkan Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2001 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008, wilayah ini
mendapatkan status sebagai Provinsi dengan Otonomi Khusus.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) serta Undang-Undang Nomor 32Tahun
2004 tentang Pemerintahan di Daerah, maka Kepala Daerah yang terpilih wajib menyusun dokumen
rencana berupa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)sebagai acuan dalam
pembangunan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun sesuai dengan masa baktiGubernurdan Wakil Gubernur
Provinsi Papua Barat yang terpilih secara demokratis.
Dengan berakhirnya masa bakti Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2006-2011, dan sesuai dengan
Undang-Undang tersebut diatas, maka dokumen RPJMD untuk periode 5 (lima) tahun berikutnya yaitu
tahun 2012-2016 perlu disiapkan.
RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 merupakan tahapan lima tahun pertama dalam rangka
mewujudkan visi dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Papua Barat
2012-2031, yaitu Mewujudkan Provinsi Papua Barat yang Mandiri, Berdaya Saing, Sejahtera, Adil
dan Lestari. Selain itu RPJMD memuat visi, misi, program kepala daerah, arah kebijakan, strategi
pembangunan daerah, kebijakan umum, program SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), program lintas
SKPD, proram kewilayahan, rencana kerja dalam kerangka regulasi dan rencana kerja dalam rangka
pendanaan yang bersifat indikatif. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan pasal 8 huruf b Undang-undang
nomoer 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah dan pasal 50 Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 54 Tahun 2010.
Pada hakikatnya RPJMD ini mengandung berbagai substansi yang berasal dari materi yang dirumuskan
Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Barat berupa visi pembangunanyang kemudian dikemas menjadi
dokumen resmi yang berfungsi sebagai acuan atau arah pembangunan yang akan dilaksanakan selama
jangka waktu 5 (lima) tahun kedepan dan berpedoman pada RTRW Provinsi Papua Barat.
Jabaran Visi dan Misi secara berjenjang dimuat dalamdokumen RPJMD, Rencana Kerja Pemerintah
Daerah, Rencana Strategis SKPD, dan Rencana Kerja SKPD. (Gambar 1-3). Penyusunan RPJMD Provinsi
Papua Barat 2012-2016 dilakukan secara komprehensif dan terpadu dengan mempertimbangkan aspirasi
dari seluruh stakeholder pembangunan.
7
1.2 Dasar Hukum Penyusunan
RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 disusun dengan mengacu pada peraturan perundang-
undangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang PenyelenggaraanNegara yang Bersih dan Bebas
dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234)
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan
Pertanggungjawaban Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4410);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421);
7. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
No. 1137), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005–2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
8
10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4725);
11. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Papua menjadi Undang-
Undang
12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4594);
14. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah(Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan(LN dan TLN);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4741);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
9
Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4817);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (LN
dan TLN);
21. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
1.3 Hubungan Antar Dokumen
Dalam sistem perencanaan pembangunan sebagaimanadiatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004, RPJMD merupakan satukesatuan yang utuh dari manajemen pembangunan di
lingkunganPemerintah Provinsi Papua Barat, khususnya dalam menjalankan agendapembangunan yang
telah tertuang dalam berbagai dokumen perencanaan. Hubungan antara RPJMD dengan dokumen
perencanaanlainnya adalah sebagai berikut:
1. Hubungan RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 dengan RPJPD Provinsi Papua Barat
Tahun 2012-2031
RPJMD merupakan dokumen perencanaan yang bersifat jangka menengah (lima tahunan) sebagai
jabaran dari visi, misi Kepala Daerah Provinsi Papua Barat dan dalam penyusunannya berpedoman
pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Papua Barat.
RPJMD Provinsi Papua Barat 2012–2016 merupakan rencanapembangunan tahap pertama dari
pelaksanaan Rencana PembangunanJangka Panjang Daerah 2012-2031. Oleh sebab itu,
penyusunanRPJMD selain memuat visi, misi, dan program prioritas Gubernur danWakil Gubernur
Papua Barat periode 2012-2016, harus berpedoman pada RPJPD Provinsi Papua Barat2012 – 2031,
dengan visi Mewujudkan Provinsi Papua Barat yang Mandiri, Berdaya Saing, Sejahtera, Adil
dan Lestari.
RPJPD Provinsi Papua Barat memberikan arahan untuk periode lima tahun yang pertama ini
pembangunan di Provinsi Papua Barat diprioritaskan untuk mewujudkan komponen visi
pertama, yaitu Provinsi Papua Barat yang Mandiri. Seperti yang telah dituangkan pada Misi
Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Papua Barat, mandiri diartikan sebagai kondisi dimana
10
Provinsi Papua Barat telah menjadi wilayah dengan stabilitas politik, pertahanan, dan keamanan.
Selain itu Papua Barat juga memiliki ketahanan pangan, prasarana dan sarana wilayah yang
memadai, keuangan daerah dengan PAD sebagai komponen utama yang membiayai pembangunan,
yang kesemuanya merupakan hasil dari tata kelola pemerintahan yang baik.
Untuk lima tahun pertama dalam periode pembangunan jangka panjang ini, upaya mencapai Provinsi
Papua Barat yang Mandiri terutama ditekankan pada upaya mewujudkan ketahanan pangan,
pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana wilayah, serta pembenahan tata kelola
pemerintahan. Namun penekanan upaya-upaya tersebut bukan berarti mengabaikan arahan-arahan
kebijakan lainnya. Berikut ini adalah paparan sasaran pokok dan arahan kebijakan untuk
pembangunan jangka menengah pertama.
Gambar 0-1Skema Hubungan RPJPD Provinsi Papua Barat 2012-2025 dengan RPJMD
Provinsi Papua Barat 2012-2016
2. Hubungan RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Provinsi Papua Barat Serta Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota Yang Berdekatan.
RPJMD memiliki keterkaitan yang erat dengan RTRW baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota, bahkan
sampai rencana rinci tata ruang. Program serta kegiatan pembangunan yang muncul dalam RPJMD
membutuhkan ruang untuk implementasinya. Disitulah peran dokumen tata ruang diperlukan untuk
dapat menerjemahkan program dalam RPJMD dan menempatkan serta memberikan alokasi ruang
yang tepat agar dapat sejalan dengan pencapaian visi pembangunan jangka menengah.
Dalam menyeimbangkan kebutuhan(demand) dan ketersediaan (supply) ruang agar mendekati
kondisioptimal, maka pendekatan perencanaan dilakukan denganmenyerasikan kegiatan antar
sektor dengan kebutuhan ruang danpotensi sumberdaya alam yang berasaskan kelestarian
lingkunganmenuju pembangunan yang berkelanjutan. Pokok-pokok dalam visi pembangunan jangka
11
menengah maupun jangka panjang juga harus serasi dengan visi penataan ruang wilayah. Provinsi
Papua Barat sebagai provinsi yang mengedepankan fungsi konservasi sebagai misi yang perlu
dijalankan untuk mencapai visi pembangunan jangka panjang dan menengah, tentunya sangat
bergantung kepada rencana tata ruang untuk menentukan, mengalokasikan, serta mengendalikan
perkembangan dan pertumbuhan wilayah dan aktivitas didalamnya agar selalu berjalan di dalam
koridor fungsi konservasi.
3. Hubungan RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 dengan Rencana Strategis (Renstra)
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
RPJMD secara langsung menjadi pedoman untuk dijadikan acuandalam penyusunan Renstra SKPD
dalam periode yang sama, yaitu kurun waktu 5(lima) tahunan. Renstra SKPD merupakan penjabaran
teknis RPJMDyang berfungsi sebagai dokumen perencanaan teknis operasionaldalam menentukan
arah kebijakan serta indikasi program dankegiatan setiap urusan bidang dan/atau fungsi
pemerintahan untukjangka waktu 5 (lima) tahun, yang disusun oleh setiap Satuan KerjaPerangkat
Daerah (SKPD) dan ditetapkan oleh Kepala Daerah setelahdiverifikasi terlebih dahulu oleh Bappeda
Provinsi Papua Barat. Dengandemikian kesinambungan dan konsistensi program-program
perencanaan pembangunan dengan rencana strategis SKPD sebagai eksekutornya diharapkam dapat
berjalan dengan baik.
Gambar 1-2 Hubungan RPJMD dengan Rencana Strategis SKPD
4. Hubungan RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 dengan Rencana Kerja Pemerintah
12
Daerah (RKPD)
Selama 5 tahun periode pembangunan jangka menengah, pelaksanaan RPJMD Provinsi Papua Barat
Tahun 2012-2016 setiap tahunnya dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
sebagai suatu dokumen rencana kerja tahunan Pemerintah Provinsi Papua Barat yang berisi
sekumpulan bidang, sasaran, program prioritas sampai kepada pendanaan dan SKPD penanggung
jawab program dan kegiatannya. Rencana Kerja Pemerintah Daerah merupakan bahan utama
pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Daerah Provinsi Papua Barat
yang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat Kampung/Kelurahan, Distrik,
Kabupaten/Kota, hingga Provinsi.
Operasionalisasi segenap target yang tercantum dalam RPJMD lalu dituangkan ke dalam Rencana
Strategis SKPD untuk kurun waktu 5 (lima) tahunan yang sekaligus berisi indikasi pembiayaan baik
jumlah maupun sumber-sumbernya. Dari dokumen jangka menengah ini, kemudian dijabarkan
menjadi rencana tahunan atau RKPD.
Dokumen rencana tahunan ini menjadi acuan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah atau SKPD dalam
penyusunan Renja SKPD. Selanjutnya, berdasarkan dokumen tahunan ini, indikasi anggaran tahunan
dialokasikan untuk membiayai segenap program dan kegiatan yang telah diprioritaskan.
5. Hubungan RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 dengan RPJM Nasional (RPJMN)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010–2014 merupakan penjabaran dari
Visi, Misi, dan Program Presidenyang penyusunannya berpedoman pada Rencana
PembangunanJangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025. RPJMN 2010 – 2014menjadi pedoman
bagi pemerintah, masyarakat dan dunia usahadalam melaksanakan pembangunan. Visi RPJMN 2010
– 2014 adalah terwujudnya Indonesia yangSejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Untuk
mewujudkan visitersebut dijabarkan dalam 3 Misi, yaitu : 1) Melanjutkanpembangunan menuju
Indonesia yang sejahtera, 2) MemperkuatRPJMD penyelenggaraanpilar-pilar demokrasi, 3)
Memperkuat dimensi keadilan di semuabidang. Visi, Misi dan Program yang tercantum dalam RPJMN
2010 –2014 menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Provinsi Papua Baratdalam
menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan daerah yangterdapat dalam RPJMD Provinsi Papua
Barat 2010 - 2015 dalam rangkapencapaian sasaran pembangunan daerah dan
pembangunannasional.Implementasikebijakan dan prioritas nasional secara operasional mulai
dilaksanakan dalam tahun anggaran 2010termasuk dukungan pembangunan di Provinsi Papua
Barat.Dengan demikian, terdapat keterkaitan yang erat antara RPJMD dengan RPJMN guna
menjabarkan kebijakan dan prioritas nasionalkedalam wilayah Provinsi Papua Barat.Skema
keterkaitan antara RPJMD Provinsi Papua Barat dengan dokumen perencanaan lainnya secara rinci
disajikan pada Gambar 1-3.
13
Gambar 1-3Skema Hubungan RPJMD dengan Dokumen Rencana Lainnya
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika substansi RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen, sistematika
penulisan, dan maksud & tujuan penyusunan RPJMD.
BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA BARAT
Berisi gambaran umum kondisi aspek geografi & demografi, kesejahteraan masyarakat,
aspek pelayanan umum, dan daya saing daerah.
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Berisi kinerja keuangan masa lalu, kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu, dan
kerangka pendanaan.
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
Berisi permasalahan pembangunan dan isu strategis.
BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
Berisi visi, misi, tujuan, dan sasaran pembangunan jangka menengah.
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Berisi strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah.
14
BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
Berisi kebijakan umum dan program pembangunan jangka menengah sektoral dan
berdasarkan wilayah-kawasan.
BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN
PENDANAAN
Berisi rencana program prioritas yang dijabarkan sampai kepada target setiap tahun dan
kebutuhan pendanaannya.
BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
Berisi indikator yang merupakan ukuran keberhasilan pembangunan jangka menengah
daerah dari setiap program.
BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN
Berisi pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan program-program yang ada dalam
RPJMD.
1.5 Maksud dan Tujuan
1.5.1 Maksud
Penyusunan dokumen RPJMDProvinsi Papua Barat tahun 2012-2016dimaksudkan untuk menghasilkan
rumusan arah kebijakan dan program pembangunan yang efektif, efisien dan terpadu sebagai wujud
penjabaran visi, misi dan tujuan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan oleh Gubernur dan Wakil
Gubernur Provinsi Papua Barat, dengan memperhatikan keberlanjutan program pembangunan
sebelumnya dan dengan tetap berpedoman pada RPJPD, RPJMN dan berbagai aspirasi seluruh pemangku
kepentingan yang ada di Provinsi Papua Barat.
1.5.2 Tujuan
Tujuan penyusunan dokumen RPJMD Propinsi Papua Barat periode tahun 2012-2016 adalah sebagai
berikut:
1. Menyediakan acuan dan arahan bagi segenap Satuan Kerja Perangkat Daerah atau SKPD dan
Kementerian/Lembaga di Provinsi Papua Barat dalam menjabarkan Visi dan Misi Pembangunan
Daerah Provinsi Papua Barat ke dalam arah kebijakan dan program pembangunan, terarah dan
terukur bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat.
2. Menyediakan satu acuan resmi bagi SKPD Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat dalam
menentukan prioritas program pembangunan yang akan dilaksanakan di Provinsi Papua Barat.
3. Mendorong terwujudnya perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan yang terintegrasi dan
harmonis antar program dan antar sector.
4. Menyediakan tolak ukur untuk mengevaluasi kinerja setiap SKPD di lingkungan Pemerintah
Daerah Provinsi Papua Barat.
15
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Luas wilayah Provinsi Papua Barat mencapai97.024,37 Km² (berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2008) habis dibagi menjadi 10 Kabupaten dan 1 Kota, yang terdiri
atas 154 Distrik dan 1.421 Kampung.
Tabel 2-1.Daerah Administratif Provinsi Papua Barat menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2010
Kabupaten/Kota Ibukota Jumlah
Distrik
Jumlah
Kampung
Jumlah
Kelurahan
Kabupaten Fakfak Fakfak 9 120 5
Kabupaten Kaimana Kaimana 7 84 2
Kabupaten Teluk Wondama Raisei 13 75 1
Kabupaten Teluk Bintuni Bintuni 24 115 2
Kabupaten Manokwari Manokwari 25 412 9
Kabupaten Sorong Selatan Teminabuan 13 117 2
Kabupaten Sorong Aimas 19 128 15
Kabupaten Raja Ampat Waisai 24 117 4
Kota Sorong Sorong 6 - 31
Kabupaten Tambrauw Sausapor 7 53 0
Kabupaten Maybrat Kumurkek 11 128 1
Total 154 1.421 72
Sumber: Provinsi Papua Barat Dalam Angka 2011
Sedangkan untuk batas wilayah secara administratif adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Samudera Pasifik
Sebelah Selatan : Laut Banda dan Provinsi Maluku
Sebelah Barat : Laut Seram dan Provinsi Maluku
Sebelah Timur : Provinsi Papua
16
2. Letak dan Kondisi Geografis
a. Provinsi Papua Barat secara astronomis terletak pada 124°-132° Bujur Timur dan 0°-4°
Lintang Selatan, tepat berada di bawah garis khatulistiwa dengan ketinggian 0-100 meter
dari permukaan laut.
b. Wilayah Provinsi Papua Barat terdiri dari 7,95% merupakan puncak gunung, 18,73% berada
di lembah. Wilayah lain lebih dari separuhnya berada di daerah hamparan. Seluruh wilayah
Kabupaten/Kota di Papua Barat berbatasan dengan laut, namun hanya 37,04% Kampung
yang berada di daerah pesisir. Wilayah Kampung lainnya tidak berbatasan dengan laut
(bukan pesisir), yaitu sebesar 62,96%.
Gambar 2-1.Persentase Kampung/Kelurahan Berdasarkan Karakteristik Wilayah
Sumber: Sensus Potensi Kampung (Podes), 2011 (angka sementara)
3. Topografi
a. Kondisi topografi Provinsi Papua Barat sangat bervariasi membentang mulai dari dataran
rendah, rawa sampai dataran tinggi, dengan tipe tutupan lahan berupa hutan hujan tropis,
padang rumput dan padang alang-alang. Ketinggian wilayah di Provinsi Papua Barat
bervariasi dari 0 sampai dengan> 1000 m. Kondisi topografi antar wilayah di Provinsi Papua
Barat cukup bervariasi. Kondisi ini merupakan salah satu elemen yang menjadi barrier
transportasi antar wilayah, terutama transportasi darat, serta dasar bagi kebijakan
pemanfaatan lahan.
b. Sebagian besar wilayah Provinsi Papua Barat memiliki kelas lereng > 40% dengan bentuk
wilayah berupa perbukitan. Kondisi tersebut menjadi kendala utama bagi pemanfaatan lahan
baik untuk pengembangan sarana dan prasarana fisik, sistem transportasi darat maupun
17
bagi pengembangan budidaya pertanian terutama untuk tanaman pangan. Sehingga,
dominasi pemanfaatan lahan diarahkan pada hutan konservasi disamping untuk mencegah
terjadinya bahaya erosi dan longsor.
4. Geologi
a. Secara geofisik, evolusi tektonik Wilayah Papua Barat (bersama Papua) merupakan produk
dari pertumbukan benua yang dihasilkan dari tubrukan Lempeng Samudera Pasifik dan
Lempeng Australia. Kondisi inilah yang menyebabkan wilayah ini rentan terhadap gempa
bumi, karena berada dalam lintasan sesar besar. Informasi yang dipetakan oleh Badan
Meteorogi dan Geofisika menunjukkan bahwa Papua Barat merupakan kawasan yang aktif
mengalami gempa bumi yang potensial menimbulkan tsunami.
b. Karakteristik bencana yang ada di Provinsi Papua Barat yaitu Gempa dan Tsunami. Kawasan
rawan bencana alam ini meliputi kawasan rawan gempa dan tsunami yang terletak di daerah
pesisir maupun daratan di Provinsi Papua. Umumnya daerah patahan aktif Sesar Sorong
merupakan zona yang sangat rawan gempa bumi. Wilayah Manokwari merupakan daerah
yang paling rawan gempa. Akan tetapi, secara umum wilayah Papua Barat rawan terhadap
gempa bumi.
5. Hidrologi
a. Di Provinsi Papua Barat terdapat beberapa sungai yang membentuk beberapa Daerah Aliran
Sungai (DAS). Sebagian besar Daerah Aliran Sungai yang terbentuk adalah pada kabupaten-
kabupaten di Wilayah Pengembangan Sorong. Sungai-sungai yang termasuk dalam kategoti
terpanjang adalah Sungai Kamundan (425 km), Sungai Beraur (360 km), dan Sungai
Warsamsan (320 km), sedangkan sungai-sungai yang termasuk kategori terlebar adalah
Sungai Kaibus (80-2700 m), Sungai Minika (40-2200 m), Sungai Karabra (40-1300 m),
Sungai Seramuk (45-1250 m), dan Sungai Kamundan (140-1200 m). Sungai-sungai ini
sebagian besar terletak di kabupaten-kabupaten di Wilayah Pengembangan Sorong.
Beberapa sungai yang memiliki kecepatan arus paling deras antara lain adalah Sungai
Seramuk (3,06 km/jam), Sungai Kaibus (3,06 km/jam), Sungai Beraur (2,95 km/jam), Sungai
Aifat (2,88 km/jam), dan Sungai Karabra (2,88 km/jam). Sungai-sungai tersebut terletak
pada Wilayah Pengembangan Sorong.
Tabel 2-2. Pembagian Satuan Wilayah Sungai di Provinsi Papua Barat
KABUPATEN WILAYAH SUNGAI NAMA DAS LUAS (KM2)
T. Bintuni, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Wasian 4.851,000
T. Bintuni, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Sebyar 12.981,400
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Kasi 693,200
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Mangopi 1.917,200
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Prafi 1.169,300
18
KABUPATEN WILAYAH SUNGAI NAMA DAS LUAS (KM2)
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Maruni 193,320
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Masabui 111,110
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Ransiki 584,300
T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar Windesi 23,560
T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar Wosimi 617,400
T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar Wondiwoi 172,820
T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar Woworama 279,700
Kaimana, Nabire A2-27 Omba Omba 8.610,200
Kaimana A2-27 Omba Laenatum 379,500
Kaimana A2-27 Omba Lengguru 1.870,000
Kaimana A2-27 Omba Berari 1.029,900
Kaimana, Fak Fak A2-27 Omba Madefa 4.605,570
Fak Fak, Fak Fak A2-27 Omba Karufa 477,400
Fak Fak A2-27 Omba Bedidi 1.355,600
Fak Fak A2-27 Omba Fak Fak 88,760
Fak Fak, T. Bintuni A2-27 Omba Bomberai 2.033,300
Sorong Selatan, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Wariagar 6.720,000
Manokwari, Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar Kamundan 9.732,250
Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar Kais 4.232,740
Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar Sekak 830,700
Sorong Selatan B-50 Kamundan-Sebyar Waromga 810,430
Sorong Selatan, Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Seremuk 884,600
Sorong Selatan, Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Karabra 5.989,230
Sorong Selatan, Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Kladuk 3.131,150
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Klasegun 848,510
Raja Ampat B-50 Kamundan-Sebyar Misol 848,160
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Salawati 368,910
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Samate 82,000
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Batanta 69,490
Raja Ampat B-50 Kamundan-Sebyar Waigeo 598,160
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Remu 46,440
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Warsamson 2.437,131
Sorong B-50 Kamundan-Sebyar Mega 1.048,340
MANOKWARI B-50 KAMUNDAN-SEBYAR MAON 682,300
Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Wesauni 626,933
T. Bintuni B-50 Kamundan-Sebyar Kasuari 1.971,850
T. Bintuni B-50 Kamundan-Sebyar Wagura 1.799,100
T. Wondama B-50 Kamundan-Sebyar Arumasa 2.497,000
T. Bintuni, Manokwari B-50 Kamundan-Sebyar Muturi 5.381,300
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumberdaya Air, Jayapura 2005
b. Wilayah Provinsi Papua Barat dilewati beberapa sungai yang tersebar di beberapa wilayah
Kabupaten/Kota. Dari sungai besar di Papua Barat sebagian besar mengalir di wilayah
pengembangan Sorong. Sungai-sungai tersebut menjadi sebuah sistem daerah aliran sungai
yang mengalir sepanjang tahun.
19
Tabel 2-3. Debit Sungai Dirinci Menurut DPSdi Provinsi Papua Barat
No No. DPS NAMA DPS SWS Catchment
Area (Km2) Qn (m3/s) Kabupaten
1 17 Omba B – 49 8,610.200 316.919 Kaimana, Nabire
2 18 Laenatum B – 49 379.500 29.086 Kaimana
3 19 Lengguru B – 49 1,870.000 141.454 Kaimana
4 20 Berari B – 49 1,029.900 96.869 Kaimana
5 21 Madefa B – 50 4,605.570 374.730 Kaimana, Fak Fak
6 22 Karufa B – 49 477.400 38.903 Kaimana, Fak Fak
7 23 Bedidi B – 49 1,355.600 107.968 Fak Fak
8 24 Fak Fak B – 49 88.760 11.747 Fak Fak
9 25 Bomberai B – 49 2,033.300 146.870 Fak Fak, T. Bintuni
10 26 Kasuari B – 50 1,971.850 142.232 T. Bintuni
11 27 Wagura B – 50 1,799.100 165.546 T. Bintuni
12 28 Arumasa B – 50 2,497.000 127.979 T,Wondama
13 29 Muturi B – 50 5,381.300 476.337 T. Bintuni, Manokwari
14 30 Wasian B – 50 4,851.000 364.562 T. Bintuni, Manokwari
15 31 Sebyar B – 50 12,981.400 825.032 T. Bintuni, Manokwari
16 32 Wariagar B – 50 6,720.000 432.319 Sorong Selatan, Manokwari
17 33 Kamundan B – 50 9,732.250 796.177 Manokwari, Sorong Selatan
18 34 Kais B – 50 4,232.740 221.554 Sorong Selatan
19 35 Sekak B – 50 830.700 46.634 Sorong Selatan
20 36 Waromga B – 50 810.430 50.282 Sorong Selatan
21 37 Seremuk B – 50 884.600 58.182 Sorong Selatan, Sorong
22 38 Karabra B – 50 5,989.230 302.739 Sorong Selatan, Sorong
23 38 a Kladuk B – 50 3,131.150 195.716 Sorong
24 39 Klasegun B – 50 848.510 58.497 Sorong
25 40 Misol B – 50 848.160 53.437 Raja Ampat
26 41 Salawati B – 50 368.910 27.064 Sorong
27 42 Samate B – 50 82.000 6.183 Sorong
28 43 Batanta B – 50 69.490 5.338 Sorong
29 44 Waigeo B – 50 216.500 13.309 Raja Ampat
30 45 Remu B – 50 46.440 4.721 Sorong
31 46 Warsamson B – 50 2,437.131 147.467 Sorong
32 47 Mega B – 50 1,048.340 120.947 Sorong
33 48 Koor B – 50 1,202.800 140.594 Sorong
34 49 Maon B – 50 682.300 104.163 Manokwari
35 50 Wesauni B – 50 626.933 108.648 Manokwari
36 51 Kasi B – 50 0.000 128.883 Manokwari
37 52 Mangopi B – 50 1,917.200 222.960 Manokwari
38 53 Prafi B – 50 1,169.300 161.814 Manokwari
39 54 Maruni B – 50 193.320 25.129 Manokwari
40 55 Masawui B – 50 111.110 18.958 Manokwari
41 56 Ransiki B – 50 584.300 76.153 Manokwari
42 57 Windesi B – 50 23.560 3.574 T,Wondama
43 58 Wasimi B – 50 617.400 45.854 T,Wondama
44 59 Wondiwoi B – 50 172.820 18.816 T,Wondama
45 60 Woworama B – 50 279.700 30.974 T,Wondama
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumberdaya Air, Jayapura 2005.
20
Tabel 2-4. Luas dan Penyebaran Danau di Provinsi Papua Barat
No Nama Danau Luas (Ha) Kabupaten
01 Aiwasa 10,240 Kaimana
02 Laamora 16,740 Kaimana
03 Urema 12,600 Kaimana
04 Mbula 6,024 Kaimana
05 Kamakawalor 23,340 Kaimana
06 Berari 6,916 Kaimana
07 Makiri 7,527 Tel. Bintuni
08 Tanemot 17,640 Tel. Bintuni
09 Anggi Gigi 21,370 Manokwari
10 Anggi Gita 22,830 Manokwari
11 Ayamaru 10,850 Sorong Sel.
12 Hain 4,596 Sorong Sel.
Sumber: Dinas PU (2003). Studi Aplikasi SWS di Tanah Papua
6. Klimatologi
a. Provinsi Papua Barat memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak
banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada
bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal
dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim penghujan.
b. Berdasarkan jumlah curah hujannya wilayah Papua Barat memiliki tiga kelas curah hujan,
yaitu kelas I dengan curah hujan antara 0 s.d. 1000 mm/tahun; kelas II dengan curah hujan
antara 1000 s.d. 2000 mm/tahun; kelas III dengan curah hujan antara 2000 s.d. 3000
mm/tahun; kelas IV dengan curah hujan antara 3000 s.d. 4000 mm/tahun; dan kelas V
dengan curah hujan antara 4000 s.d. 5000 mm/tahun. Hampir seluruh wilayah Papua Barat
memiliki kelas curah hujan tipe III pola C, dengan curah hujan sekitar 2000 s.d. 3000
mm/tahun.
Tabel 2-5. Keadaan Iklim menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2010
Uraian Minimum Maksimum
Suhu Udara Rata-rata 26,60
(Fakfak) 27,30
(Kab. Sorong)
Rata-rata Kelembaban Udara 83,00
(Kaimana) 85,60
(Fakfak)
Tekanan Udara Rata-rata 993,35
(Fakfak) 1.006,80
(Kab. Sorong)
Curah Hujan 1.581,0
(Manokwari) 4.306,0
(Kab. Sorong)
Hari Hujan 219
(Manokwari) 286
(Kab. Sorong)
Rata-rata Penyinaran Matahari 25,33
(Kaimana) 135,74
(Fakfak)
Sumber: Papua Barat Dalam Angka Tahun 2011
21
7. Penggunaan Lahan
Pencatatan data mengenai penggunaan lahan di Papua Barat masih sangat terbatas. Data
mengenai lahan antara satu dan yang lainnya kerap menunjukkan perbedaan. Faktor kondisi fisik
Provinsi Papua Barat yang berbukit dengan banyak pulau menyebabkan pencatatan penggunaan
lahan relatif lebih sulit dilakukan. Berikut ini adalah data penggunaan lahan di Provinsi Papua
Barat yang dibedakan ke dalam beberapa kategori penggunaan lahan secara umum.
Tabel 2-6. Penggunaan Lahan di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota dan Jenis
Penggunaan Tahun 2010 (Ha)
Kampung/ Perumahan
Sawah Tegalan Kebun Kebun
Campur Hutan Semak
Tanah Rusak
Lain- lain
Fak-Fak - - - - - - - - -
Kaimana 1.754,73 - 424,27 4.426,73 5.395,91 173.280,12 37.489,11 84.731,3
Teluk Wondama
- - - - - - - - -
Teluk Bintuni 19.636,95 - 169,64 9.642,64 4.303,06 1.844.082,43 23.600,67 - 115.430,82
Manokwari 11.466,2 3.974,47 5.905,59 12.838,57 15.999,48 1.292.134,84 141.863,38 - 47.794,83
Sorong Selatan 3.907,35 - 90,52 - 29.372, 48 1.015.973,59 55.831,44 - 82.428,59
Sorong - - - - - - - - -
Raja Ampat 29.533,54 - 132,48 - 994,87 699.981,84 26.343,14 - 29.602,61
Kota Sorong - - - - - - - - -
Tambrauw - - - - - - - - -
Maybrat - - - - - - - - -
Papua Barat 66.289,77 3.974,47 6.712,50 26.889,76 55.955,79 6.590.452,82 285.127,74 - 359
Sumber: Papua Barat Dalam Angka Tahun 2011
2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah
Sektor unggulan yang ada di Papua Barat adalah pertanian subsektor perikanan dan kehutanan,
pertambangan migas, dan bangunan. Untuk sektor pertanian dapat dikembangkan pada daerah datar
dengan kondisi keairan yang baik pada daerah tengah Kepala Burung. Untuk lebih detail mengenai
potensi pengembangan wilayah Papua Barat adalah sebagai berikut :
1. Pertanian
a. Sektor pertanian sampai dengan tahun 2008 selalu memberikan kontribusi utama dalam
perekonomian Papua Barat. Persentase penduduk yang bekerja sebagai petani pun sampai saat
ini selalu memiliki persentase tertinggi. Sejak tahun 2009, sektor pertanian menjadi kontributor
terbesar kedua dalam PDRB Papua Barat, di tahun 2010 kontribusinya sebesar 20,71% dan
persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian mencapai 54,04%. (Sumber: Statistik
Daerah Provinsi Papua Barat, 2011).
22
b. Produksi dan luas panen tanaman jagung tahun 2010 kembali mengalami peningkatan. Luas
panen meningkat dari 965 Ha di tahun 2009 menjadi 1.162 Ha di tahun 2010. Sedangkan
produksinya kembali meningkat dari 1.584 ton di tahun 2009 menjadi 1.930 ton di tahun 2010.
Peningkatan luas panen dan produksi jagung turut mendongkrak produktivitas jagung. Di tahun
2010 produktivitasnya meningkat tipis menjadi 16,61 Kw/Ha dibandingkan dengan tahun 2009
sebesar 16,41 Kw/Ha.
c. Komoditas unggulan di subsektor perkebunan diantaranya adalah pala, kelapa sawit, dan kakao.
Perkebunan kelapa sawit berada di Kabupaten Manokwari, sedangkan perkebunan pala
terutama di Kabupaten Fakfak dan Kabupaten Kaimana.
i. Produksi pala tahun 2010 mencapai 1.921 ton dengan luas areal perkebunan seluas
5.492 Ha.
ii. Produksi kelapa sawit mencapai 17.116 ton dengan luas areal perkebunan seluas
15.937 Ha.
iii. Produksi kakaomencapai 5.152 ton dengan areal seluas 11.154 Ha.
d. Dari sisi peternakan, peningkatan yang paling signifikan adalah pada peternakan babi. Ternak
babi meningkat dari 43.678 ekor di tahun 2008 menjadi 53.706 ekor di Tahun 2009. Jumlah
tersebut kembali meningkat di tahun 2010 menjadi 63.138 ekor. Tingginya peningkatan jumlah
ternak babi diduga terjadi karena tingginya permintaan konsumsi daging babi. Sedangkan pada
ternak sapi dan kambing, peningkatannya tidak setinggi pada ternak babi.
e. Nilai produksi perikanan tahun 2010 mencapai 116.593,30 ton. Tiga Kabupaten/Kota dengan
produksi tertinggi adalah Kota Sorong yaitu 36.786,4 ton, Kabupaten Fakfak 24.571,2 ton, dan
Kabupaten Manokwari 11.987,2 ton.Beberapa komoditi ekonomis penting perikanan yang
merupakan sumberdaya perikanan dari perairan 4 (empat) wilayah pengembangan seperti
(kakap, kerapu dan napoleon) memiliki peluang ekspor yang besar dengan permintaan yang
tinggi di pasaran luar negeri.
f. Sumber daya kehutanan masih sangat potensial untuk lebih mengembangkan nilai tambah dari
produksi hasil hutan.
2. Pertambangan dan Energi
a. Papua Barat adalah salah satu provinsi yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Banyak potensi
SDA berupa bahan tambang di Papua Barat yang masih belum tereksplorasi maupun yang telah
dieksploitasi untuk dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat. Dua tambang besar yang dimiliki
Papua Barat adalah tambang minyak di Kabupaten Sorong dan tambang Liquid Natural Gas
(LNG) di Kabupaten Teluk Bintuni. Bahkan tambang LNG ini diperkirakan memiliki kandungan
gas alam cair yang besar dan termasuk tiga produsen LNG terbesar di Indonesia.
23
b. Besarnya PDRB atas dasar harga berlaku sektor pertambangan dan penggalian Papua Barat
tahun 2010 mencapai 2.302,78 miliar Rupiah. Nilai tersebut setara dengan 10,22% dari total
PDRB Papua Barat yang mencapai 22.527,36 miliar Rupiah. Kontribusi sektor ini adalah yang
terbesar ketiga di Papua Barat setelah sektor industri pengolahan (35,45%) dan sektor pertanian
(20,71%).
c. Cadangan bahan tambang baik mineral logam maupun non logam masih tinggi. Potensi
pertambangan yang dieksplorasi dan dieksploitasi di Papua Barat adalah pertambangan nikel di
pulau-pulau sekitar Kepala Burung seperti Waigeo. Potensi batugamping dapat dijumpai di
sekitar Pegunungan Kemum.
d. Khusus untuk potensi minyak dan gas di daerah Papua Barat ada pada Cekungan Bintuni,
Cekungan Salawati, dan Cekungan Waiponga.
3. Industri Pengolahan
a. Kontribusi sektor industri pengolahan dalam perekonomian Papua Barat memiliki prospek yang
sangat baik. sektor ini terus mengalami peningkatan share terhadap total PDRB. Di tahun 2010
kontribusinya meningkat sangat signifikan menjadi 35,45%. Kontribusi sektor industri
pengolahan menempati posisi pertama dalam PDRB Papua Barat sejak tahun 2009.
b. Pada tahun 2010 sektor ini tumbuh mencapai 149,52% dibandingkan tahun 2009 dipicu oleh
mulai beroperasinya industri LNG di Kabupaten Teluk Bintuni.
c. Di tahun 2009, ada 21 perusahaan industri besar-sedang. Jenis industri terbanyak yaitu industri
makanan dan minuman sebesar 47,62%. Industri terbanyak kedua adalah industri kayu (selain
mebeller) yaitu sebesar 19,05%. Industri lainnya adalah industri penerbitan, percetakan, dan
reproduksi media rekam; industri barang-barang dari batubara, pengilangan dan pengolahan
minyak bumi; industri barang galian bukan logam; dan industri alat angkutan selain kendaraan
bermotor roda empat atau lebih dengan persentase kurang dari 35%.
d. Menurut sebarannya, industri besar-sedang hanya terdapat di 4 (empat) Kabupaten/Kota, yaitu
kabupaten Teluk Bintuni (5,92%), Manokwari (19,05%), Sorong (14,29%), dan Kota Sorong
(57,14%).
e. Menurut kepemilikanya, sebesar 9,52% adalahmilik pemerintah pusat; 4,76% milik pemerintah
daerah; 61,90% milik swasta nasional dan asing; serta 4,76% adalah milik pemerintah pusat dan
asing.
24
4. Konstruksi
PDRB sektor konstruksi Papua Barat tahun 2009 mencapai 648,21 miliar Rupiah. Share sektor ini
terus mengalami peningkatan beberapa tahun ini. Kontribusinya sebesar 8,00% di Tahun 2009.
Walaupun bukan sebagai kontributor utama dalam PDRB Papua Barat namun pertumbuhannya
berada pada peringkat kedua setelah sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor
bangunan/konstruksi mampu menyerap banyak tenaga kerja (memiliki nilai pengganda tinggi).
5. Hotel dan Pariwisata
a. Subsektor hotel dan pariwisata cukup menjanjikan meskipun kontribusinya hanya sekitar 0,19%
dari total PDRB Papua Barat. Pertumbuhan subsektor ini cukup pesat. Pada tahun 2010 jumlah
hotel menjadi 80 unit, yang terdiri dari 10 hotel Bintang dan 70 hotel Melati. Hotel Berbintang
hanya tersebar di kabupaten Fakfak, Manokwari, dan Kota Sorong.
b. Jumlah objek wisata di Papua Barat tahun 2010 sebanyak 79 objek. Objek wisata tersebut terdiri
dari 20 objek wisata alam, 8 objek wisata tirta/bahari, 32 objek wisata budaya, dan 19 objek
wisata agro. Objek wisata yang telah mendunia saat ini adalah objek wisata bawah laut di
Kepulauan Raja Ampat
c. Papua Barat terkenal dengan panorama keindahan alam yang eksotis. Sebagian besar panorama
alam tersebut bahkan masih sangat alami dan belum terjamah komersialisasi pariwisata.
Sebagian besar objek wisata belum terekspos sehingga belum banyak dikenal khalayak umum.
Salah satu objek wisata yang mulai popular adalah wisata bawah laut Kepulauan Raja Ampat.
Kurang lebih ada 610 pulau. Hanya sekitar 35 pulau yang berpenghuni. Perairan Raja Ampat
merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Bahkan
diperkirakan menjadi nomor satu untuk kelengkapan dan keanekaragaman hayati flora dan
fauna bawah laut saat ini.
d. Wisata alam lain yang menjadi andalan Papua Barat adalah Taman Nasional Teluk Cendrawasih
(TNTC) yang terletak di Kabupaten Teluk Wondama. Panjang garis pantainya 500 Km dengan
luas daratan mencapai 68.200 ha, luas laut 1.385.300 ha dengan rincian 80.000 ha kawasan
terumbu karang dan 12.400 ha lautan.
e. Ekowisata di kepala burung pulau Papua terdapat Cagar AlamPegunungan Arfak di Kabupaten
Manokwari, dengan luas mencapai 68.325 ha dengan ketinggian mencapai 2.940 mdpl. Terdapat
juga Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gita yang berada pada ketinggian 2000 mdpl.
f. Baru-baru ini di Kabupaten Manokwari ditemukan sebuah goa yang diklaim sebagai goa
terdalam di dunia oleh Tim Ekspedisi Speleologi (Ahli Goa) Perancis di Kawasan Pegunungan
Lina di Iranmeda, Distrik Didohu dengan kedalaman gua mencapai 2000 meter.
25
g. Di kabupaten Kaimana terdapat wisata pantai dan laut teluk Triton disamping keindahan
panorama Senja di Kaimana yang melegenda.
6. Transportasi dan Komunikasi
a. Dalam perekonomian Provinsi Papua Barat tahun 2010, sektor pengangkutan (transportasi) dan
komunikasi memang tidak memberikan kontribusi hanya 6,38% dengan nilai agregat PDRB
sebesar 1.437,07 miliar Rupiah (Atas Dasar Harga Berlaku) atau 612,20 miliar Rupiah (Atas
Dasar Harga Konstan).
b. Pada tahun 2010, sektor transportasi dan komunikasi memiliki angka pertumbuhan tertinggi
kedua terhadap tahun 2009 dibandingkan dengan sektor tersier lainnya.
c. Salah satu program pendukung percepatan pembangunan Papua Barat yang diamanahkan dalam
Perpres Nomor 65 Tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua
Barat adalah Program Pengembangan Infrastruktur Dasar. Program tersebut rencananya akan
membangun dan meningkatkan jalan Trans Papua dan Trans Papua Barat.
d. Sebagian besar orang memanfaatkan fasilitas perhubungan laut dan udara. Namun tren
pengguna fasilitas perhubungan laut cenderung menurun, sebaliknya jumlah pengguna fasilitas
perhubungan udara meningkat signifikan 2008-2010.
7. Perbankan dan Investasi
a. Dalam tiga tahun, fasilitas kredit perbankan yang disalurkan ke masyarakat baik rupiah maupun
valuta asing lebih banyak digunakan untuk investasi. Penggunaan kredit untuk keperluan modal
kerja/usaha justru lebih kecil digunakan dari penggunaan kredit untuk keperluan konsumsi.
b. Penggunaan kredit perbankan untuk investasi meningkat dari 40,58% di tahun 2007menjadi
57,60% di tahun 2010. Hal tersebut menyiratkan bahwa kesadaran masyarakat untuk
berinvestasi dalam perbankan semakin membaik. Sedangkan lebih tingginya penggunaan kredit
untuk konsumsi daripada untuk modal kerja menunjukkan perilaku konsumtif masyarakat
meskipun persentasenya berangsur-angsur menurun.
26
2.1.3. Wilayah Rawan Bencana
Secara geologi, Provinsi Papua Barat memiliki struktur yang cukup kompleks dengan kelurusan umum
kearahBarat-Timur (diapit dua lempeng tektonik, yaitu: Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik) yang
berpengaruh terhadap kerawanan terhadap gempa tektonik berpotensi diikuti oleh tsunami.Seluruh
wilayah kepala burung rawan gempa bumi. Dari data, daerah tsunami di wilayah ini, tingginya mencapai
15 m, meliputi daerah Oransbari, Yapen, dan Nabire.
Sebagai gambaran, zona rawan gempa bumi berdasarkan tingkat kerawanannya dapat dilihat pada
Gambar 2-2.Untuk tingkat kerawanan bencana lainnya seperti banjir dan longsor di wilayah Papua Barat,
kondisi lingkungan yang rata-rata memiliki tekstur pergunungan yang terjal dan dataran rendah di
bagian tengah yang mengalir sungai-sungai secara intensif berpotensi tinggi memberikan kontribusi
bencana yang fluktuatif. Sebagai gambaran, zona rawan longsor berdasarkan tingkat kerawanannya
dapat dilihat pada Gambar 2-3.
Gambar 2-2. Zona Rawan Gempa Bumi Berdasarkan Tingkat Kerawanan
(Zona 1 paling rawan gempa, sedangkan Zona 6 paling aman dari gempa)
Sumber:Draft RTRW Provinsi Papua Barat 2008-2028.
27
Gambar 2-3. Zona Rawan Longsor Papua Barat Berdasarkan Tingkat Kerawanan
Sumber:Draft RTRW Provinsi Papua Barat 2008-2028.
Belum ada jalur resmi evakuasi bencana yang direncanakan, baik dalam skala regional maupun lokal.
Bencana alam besar yang terjadi pada Oktober 2010 di Kabupaten Teluk Wondama seharusnya menjadi
pemantik bagi pemerintah untuk segera membuat rencana jalur evakuasi bencana.
Alat pemadam kebakaran dinamis berupa mobil pemadam kebakaran dengan jumlah yang sangat
terbatas telah ada di setiap ibukota kabupaten kecuali di Kabupaten Tambrauw dan Kabupaten Maybrat.
Untuk alat pemadam kebakaran statis berupa hidran umum belum banyak terdapat di area publik atau
pusat permukiman penduduk, hanya terdapat di gedung-gedung tertentu saja misalnya gedung kantor
pemerintahan.
Perangkat posko bencana baru terdapat dengan jumlah yang terbatas di Kabupaten Manokwari,
selebihnya masih mengandalkan bantuan dari lembaga-lembaga pemerhati kebencanaan dan sifatnya
insidental. Perangkat peringatan dini belum dimiliki oleh wilayah-wilayah potensi bencana tsunami dan
gempa bumi. Perangkat evakuasi belum dimiliki selain mengandalkan kendaraan milik pemerintah, polisi,
dan tentara.
2.1.4. Aspek Demografi
1. Sejak pertama kali dilaksanakan sensus penduduk pada Tahun 1971, Papua Barat mengalami
pertumbuhan penduduk dengan oika kurva mirip distribusi logistik.
2. Data paling mutakhir jumlah penduduk Papua Barat diperoleh dari hasil sensus penduduk tahun
2010 adalah 760.422 jiwa, terdiri dari 402.398 laki-laki dan 358.024 perempuan. Jumlahtersebut
28
menjadikannya sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terkecil di Indonesia, kontribusinya
hanya sekitar 0,32% terhadap total penduduk nasional.
3. Rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 3,71%. Laju pertumbuhan penduduk Papua
Barat adalah yang terbesar ke-empat di Indonesia setelah Provinsi Papua (5,39%), Provinsi
Kepulauan Riau (4,95%), dan Provinsi Kalimantan Timur (3,81%). Pertumbuhan penduduk yang
relatif tinggi ini juga dipengaruhi tingkatmigrasi masuk karena memiliki faktor penarik
migranakibat SDA dan prospek ekonominya. Laju pertumbuhan penduduk palimg tinggi di
Kabupaten Sorong (5,41% per tahun) dan terendah adalah Kabupaten Tambrauw (0,38% per
tahun).
4. Struktur penduduk Papua Barat dilihat dari piramida penduduk tergolong dalam struktur
penduduk muda. Struktur penduduk ini masih sangat dipengaruhi oleh tingginya fertilitas. Hal ini
terlihat pada alas piramida penduduk yang paling lebar pada kelompok umur 0-4 tahun. Dilihat
dari median umur pun semakin menguatkan bahwa komposisi penduduk muda begitu dominan.
Median umur penduduk Papua Barat adalah 18,60 tahun.Jumlah penduduk usia produktif
termasuk tinggi sehingga sumber daya manusia masih ada kesempatan untuk digali kembali.
Gambar 2-4. Piramida Penduduk Provinsi Papua Barat
Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010
5. Sebaran penduduk Provinsi Papua Barat menurut kabupaten/kota masih dominan di dua daerah
yaitu di Kota Sorong (25,07%) dan Kabupaten Manokwari (24,69%). Hampir setengah dari total
penduduk Papua Barat tinggal di kedua daerah tersebut. Kota Sorong menjadi pintu gerbangnya
Papua Barat dari “dunia luar” karena terdapat Bandar Udara dan pelabuhan kapal besar sebagai
pintu keluar masuk penumpang dan barang dari dan ke Papua Barat maupun kabupaten lainnya
di Papua Barat.
6. Kabupaten Manokwari semakin padat ketika Papua Barat dimekarkan dari Provinsi Papua dan
Kabupaten Manokwari ditetapkan sebagai ibukota dan pusat pemerintahan Provinsi Papua
Barat. Sebagai pusat pemerintahan, Kabupaten Manokwari aktif membangun, mulai dari fasilitas
29
pemerintahan, akses transportasi, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur lainnya.
7. Jika dilihat dari kepadatan penduduknya, Papua Barat adalah provinsi dengan kepadatan
terendah di Indonesia. Kepadatan penduduknya hanya 8 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk
tertinggi di Papua Barat berada di Kota Sorong sebesar 290 jiwa/Km2 sementara kepadatan
penduduk terendah adalah Kabupaten Tambrauw yaitu 1 jiwa/Km2.
8. Sex ratio Papua Barat adalah sebesar 112,39%, artinya diantara 100 orang penduduk
perempuan, 112 orang adalah laki-laki. Sex ratio Papua Barat adalah yang tertinggi kedua di
Indonesia setelah Provinsi Papua (113,44%).
9. Dependency ratio atau rasio ketergantungan Papua Barat sebesar 55,72%, artinya dari 100 orang
usia produktif harus menanggung beban hidup sekitar 55-56 orang yang belum produktif dan
tidak produktif. Beban tanggungan perempuan lebih besar daripada laki-laki, terlihat dari
rasionya yaitu 54,21% untuk laki-laki dan 57,46% untuk perempuan.
Tabel 2-7. Indikator Kependudukan Provinsi Papua Barat Tahun 2008-2010
Uraian 2008 2009 2010
Jumlah Penduduk (jiwa) 729.962 743.860 760.422
Pertumbuhan Penduduk (%) 1,95 1,90 2,23
Sex Ratio (%) 110,44 110,20 112,39
Jumlah Rumah Tangga (ruta) 169.439 169.945 168.080
Rata-rata ART (jiwa/ruta) 4,31 4,38 4,52
Penduduk menurut kelompok umur (%)
0-14 32,16 31,08 34,13
15-64 68,33 67,39 64,22
65+ 1,47 1,53 1,65
Sumber: Proyeksi Penduduk dan SP 2010, BPS.
10. Penduduk Asli Papua di Papua Barat
a. Jumlah penduduk Asli Papuasebesar 405.074 jiwa, yang terdiri dari 208.658 laki-laki dan
196.416 perempuan. Dengan demikian, jumlah penduduk non asli Papua sudah hampir
berimbang dengan penduduk asli Papua dengan perbandingan 46,73% dan 53,27%.
b. Dari 405.074 jiwa penduduk Asli Papua, 91,76% benar-benar penduduk Asli Papua karena
memiliki ayah dan ibu Papua. Sementara itu, yang memiliki ayah Papua atau ibu Papua saja
sebesar 2,28% dan 2,12%.
c. Sex ratio Penduduk Asli Papua 106,23%.
d. Penduduk Asli Papua tersebar di seluruh kabupaten/kota di Papua Barat. Persentase
penduduk Asli Papua terbesar berada di Kabupaten Maybrat (96,04%) dan Kabupaten
Tambrauw (95,67%). Sementara penduduk Asli Papua terkecil berada di Kabupaten Sorong
(37,38%) dan Kota Sorong (32,56%).
30
e. Berdasarkan distribusinya, lebih dari seperempat penduduk Asli Papua tinggal di Kabupaten
Manokwari. Jumlahnya mencapai 107.857 jiwa (26,63%). Sedangkan Kota Sorong
memberikan kontribusi terbesar kedua, yaitu 62.070 jiwa (15,32%). Kontributor terkecil
penduduk Asli Papua adalah Kabupaten Tambrauw, yaitu 1,45%.
f. Struktur penduduk Asli Papua sangat berbeda dengan penduduk Non Asli Papua. Pada
piramida penduduk asli papua, penduduk usia muda sangat dominan karena dipengaruhi
oleh tingkat fertilitas yang tinggi. Sedangkan struktur penduduk Non Asli Papua didominasi
oleh penduduk usia produktif, terutama 25-29 tahun.
g. Dependency ratio pada penduduk Non Asli Papua hanya sebesat 47,27% sedangkan pada
penduduk asli papua sebesar 64,07. Rendahnya dependency ratio pada penduduk Non Asli
Papua tidak lepas dari tingginya persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang
mencapai 67,90, terutama disumbang oleh penduduk laki-laki.
Tabel 2-8. Indikator Kependudukan Asli Papua dan Non Asli Papua di Provinsi Papua Barat
URAIAN PENDUDUK ASLI PAPUA PENDUDUK NON ASLI PAPUA
Jumlah Penduduk (jiwa) 405.074 355.348
Laki-laki 208.658 193.740
Perempuan 196.416 161.608
Persentase Penduduk (%) 53,27 46,73
Sex Ratio (%) 106,23 119,88
Median Umur (th) 16,39 20,19
Dependency Ratio (%) 64,07 47,27
Penduduk menurut kelompok umur (%)
0-14 37,30 30,57
15-64 60,95 67,90
65+ 1,75 1,53
Jumlah Rumah Tangga 84.747 83.333
Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2011.
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan
sosial, serta seni budaya dan olahraga, dipaparkan sebagai berikut:
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
1. Pertumbuhan PDRB
Dalam perkembangan PDRB Papua Barat, baik dari segi nilai tambah bruto maupun kontribusi
sektoral memiliki kontribusi terhadap PDB Nasional sekitar 0,26% di Tahun 2009, yang berarti
kapasitas perekonomian wilayah ini masih sebatas pada level lokal saja. Nilai absolut PDRB
Papua Barat (harga konstan Tahun 2000) pada Tahun 2008 sebesar Rp. 6.369,37 miliar, naik
menjadi Rp. 6.768,20 miliar pada Tahun 2009. Kenaikan ini cukup positif akan tetapi belum
31
menunjukan perubahan yang signifikan terhdap pembangunan Provinsi Papua Barat
Gambar 2-5. Perbandingan Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Dengan Migas dan Tanpa Migas Tahun 2006-2010
Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2011
Terkait dengan tingkat kesejahteraan, meskipun PDRB Provinsi Papua Barat memiliki laju
pertumbuhan yang cukup baik namun prosentase tingkat kemiskinan Provinsi Papua Barat
berada di posisi kedua nasional. Berbagai faktor berpengaruh atas kenaikan garis kemiskinan
seperti kebijakan energi, kebijakan harga, kelancaran arus distribusi barang, kondisi alam dan
lain-lain. Papua Barat tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh dari luar disamping dari internal
wilayah ini sendiri. Garis kemiskinan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di
pekampungan karena perbedaan harga barang dan jasa antara Kota dan Kampung dimana harga
di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di peKampungan.
PDRB Dengan Migas
a. Dalam kurun waktu 2007-2010 Papua Barat dapat dikatakan stabil memperlihatkan
pertumbuhan yang tinggi dan menunjukkan percepatan setiap tahunnya. Hal ini jelas terlihat
dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 26,82% pada Tahun 2010 setelah memasukkan
nilai tambah gas alam cair (LNG). Sementara pertumbuhan tanpa migas mencapai 6,83%.
b. Pada Tahun 2010, pertumbuhan tertinggi sebesar 149,52% dicapai oleh sektor industri
pengolahan didorong oleh pertumbuhan subsektor migas terutama pertumbuhan gas alam
cair akibat tercakupnya produksi gas alam cair di Teluk Bintuni. Sementara sektor
pertambangan dan penggalian justru mengalami kontraksi mencapai minus o,84%.
c. Sektor pertanianm industri pengolahan, dan bangunan tetap menjadi sumber utama
pertumbuhan ekonomi. Bahkan 21,94% dari pertumbuhan ekonomi 26,82& pada Tahun
4.55 6.95 7.84 7.02
26.82
7.63 8.61 9.25 7.86 6.83
2006 2007 2008 2009 2010
PDRB Dengan Migas PDRB Tanpa Migas
32
2010 berasal dari sektor industri pengolahan. Sektor pertanian memberikan kontribusi
pertumbuhan sebesar 0,93%.
d. Sektor-sektor utama perekonomian Papua Barat pada periode 2007-2010 adalah sektor
pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian. Ketiga
sektor tersebut memberikan kontribusi lebih dari 60% PDRB Papua Barat.
e. PDRB per kapita Papua Barat ADHB pada tahun 2010 meningkat 26,63% terhadap Tahun
2009, yaitu dari 23,40 juta Rupiah menjadi 29,62 juta rupiah. PDRB per kapita Papua Barat
ADHK mencapai 11,42 juta Rupiah atau meningkat 22,72% terhadap Tahun 2009 (9,31 juta
Rupiah).
Gambar 2-6. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun
2007-2010 (dalam %)
Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011
Tabel 2-9. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat Menurut Penggunaan
Tahun 2006–2009
NO SEKTOR 2006 2007 2008 2009
% % % %
1 Konsumsi Rumah Tangga 9.19 6.15 10.57 6.18
2 Lembaga Swasta Nirlaba 9.54 7.59 5.3 19.91
3 Konsumsi Pemerintah 19.21 15.61 10.62 5.45
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.08 5.53 2.46 4.01
5 Perubahan Stok 2.19 2.24 -0.38 -11.04
6 Ekspor 11.04 0.18 -6.99 -27.15
7 Dikurangi Impor 17.88 1.47 -3.98 -24.1
PDRB Dengan Migas 4.55 6.95 7.33 6.26
1.72 -0,13
21.94
0.03 0.93 0.42 0.88 0.25 0.80
33
Gambar 2-7. Peranan Sektor Dominan Terhadap Penciptaan PDRB Atas Dasar
Harga Berlaku Tahun 2007-2010 (dalam %)
Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011
PDRB Tanpa Migas
a. Pertumbuhan ekonomi tanpa migas yang tercipta pada tahun 2010 sebesar 6,83%.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh
12,20%. Kemudian diikuti oleh pertumbuhan di sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan sebesar 11,02%; sektor pengangkuan dan komunikasi 10,93%; sektr bangunan
9,77%; sektor jasa-jasa 7,34%; sektor listrik dan air bersih 7,30%; sektor pertanian 6,20%;
sektor pengangkutan dan komunikasi 3,99%. Sementara sektor industri pengolahan hanya
tumbuh 2,77%.
Gambar 2-8. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2007-2010 (dalam %) Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011
0
20
40
60
80
100
2007 2008 2009 2010
62.27 62.27 62.29 66.37
37.28 37.73 37.71 33.63
Sektor Pertanian, Pertambangan & Penggalian, Industri Pengolahan Sektor Lainnya
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50 2.19
0.14 0.29
0.04
1.19
0.53
1.12
0.31
1.01
34
b. Dalam rentang waktu empat tahun terakhir, tiga sektor utama yang mendominasi penciptaan
PDRB tanpa migas di Papua Barat adalah sektor pertanian, sektor bangunan, dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Ketiga sektor tersebut memberikan kontribusi lebih dari
60% terhadap PDRB tanpa migas Papua Barat.
Gambar 2-9. Peranan Sektor Dominan terhadap Penciptaan PDRB Tanpa Migas
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010 (dalam %)
Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011
c. PDRB per kapita ADHB mencapai 18,01 juta Rupiah. Nilai tersebut mengalami peningkatan
sebesar 10,15% dibandingkan dengan PDRB per kapita pada Tahun 2009. Sementara PDRB
per kapita ADHK 2000 bernilai 7,55 juta Rupiah dan mengalami pertumbuhan sebesar 3,37%
dibandingkan keadaan tahun 2009.
2. Laju Inflasi Provinsi
a. Indeks Harga Konsumen (IHK) Papua Barat Tahun 2010 sebesar 143,49% artinya terjadi
kenaikan harga secara umum sebesar 43,49% dibandingkan dengan harga tahun dasar 2007,
atau dengan kata lain, harga secara umum saat ini hampir satu setengah kali lebih mahal
daripada tahun 2007. Selama tahun 2008-2011, inflasi lebih banyak terjadi daripada deflasi.
Bila mencermati fluktuasi yang ada, tampaknya perkembangan harga belum terkontrol
dengan baik
b. Selama Januari 2009 - September 2011 inflasi gabungan tertinggi sebesar 2,35% yang terjadi
di Juli 2010. Sedangkan deflasi terendah terjadi di September 2010 sebesar -0,76%.
c. Inflasi tahun 2010 tercatat 6,25%. Penyumbang inflasi terbesar dari kelompok pengeluaran
bahan makanan, yaitu sebesar 8,34%. Inflasi kelompok pengeluaran sandang memiliki
0
20
40
60
80
100
2007 2008 2009 2010
63.79 63.63 63.07 62.69
36.21 36.37 36.93 37.31
Sektor Pertanian, Bangunan, Perdagangan, Hotel, & Restoran
Sektor Lainnya
35
tingkat inflasi terendah, yaitu hanya 2,36%. Pada tahun 2010 inflasi terjadi pada seluruh
kelompok pengeluaran.
d. Laju inflasi perKampungan tahun kalender tahun 2010 sebesar 5,86%, lebih tinggi dari tahun
2009 sebesar 4,53%. Berarti tingkat kenaikan harga di tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan
tahun 2009.
e. Selama Januari 2009 - September 2011 inflasi gabungan tertinggi sebesar 2,35% yang terjadi
di Juli 2010. Sedangkan deflasi terendah terjadi di September 2010 sebesar -0,76%.
f. Inflasi tahun 2010 tercatat 6,25%. Penyumbang inflasi terbesar dari kelompok pengeluaran
bahan makanan, yaitu sebesar 8,34%. Inflasi kelompok pengeluaran sandang memiliki
tingkat inflasi terendah, yaitu hanya 2,36%. Pada tahun 2010 inflasi terjadi pada seluruh
kelompok pengeluaran.
g. Laju inflasi perKampungan tahun kalender tahun 2010 sebesar 5,86%, lebih tinggi dari tahun
2009 sebesar 4,53%. Berarti tingkat kenaikan harga di tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan
tahun 2009.
3. Indeks Gini
Koefisien Gini pada tahun 2007 sebesar 0,33 naik menjadi 0,35 pada tahun 2009 dan pada tahun
2010 menjadi 0,37. Meskipun terjadi kenaikan koefisien gini, namun status ketimpangan
pendapatan masih pada posisi diantara ketimpangan rendah.
4. Tingkat Pemerataan Pendapatan Menurut Bank Dunia
a. Tingkat kemerataan menurut Bank Dunia, Provinsi Papua Barat masih dalam kategori
ketimpangan rendah.
b. Selama periode 2007-2010, proporsi pengeluaran dari kelompok penduduk 40% terbawah
terhadap total pengeluaran seluruh penduduk masih diatas 17%.
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial
1. Pendidikan
a. Angka Melek Huruf (AMH) Provinsi Papua Barat tahun 2010 adalah sebesar 93,19%,. dan
92,34%.Angka melek huruf pada tahun 2010 meningkat dibandingkan dengan tahun 2009
sebesar 90,15%; tahun 2008 sebesar 92,15%; pada tahun 2007 sebesar 90,32%; dan tahun
2006 sebesar 88,55%. Semakin tinggi angka melek huruf maka kenaikan persentase angka
melek huruf ini akan cenderung semakin lambat. Dalam artian pertumbuhan angka melek
36
hurufnya semakin kecil atau mengalami perlambatan. Dengan menggunakan angka melek
huruf dapat diketahui jumlah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang dapat
membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.
Gambar 2-10. Perkembangan Angka Melek Huruf dan Angka Buta Huruf di
Provinsi Papua Barat Tahun 2007-2010
b. AMH penduduk laki-laki tahun 2009 sebesar 94,95% atau mengalami peningkatan
dibandingkan dengan kondisi tahun 2008 yaitu sebesar 93,01% dan kembali mengalami
peningkatan pada tahun 2010 menjadi 95,33%.
c. AMH penduduk perempuan walaupun selalu lebih rendah daripada laki-laki namun selalu
mengalami peningkatan menjadi 90,83% di tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2009
dan 2008 yang masing masing sebesar 88,55% dan 88,35%.
Gambar 2-11. Perkembangan Angka Melek Huruf Berdasarkan Jenis Kelamin di
Provinsi Papua Barat Tahun 2007-2010
d. Angka rata-rata lama sekolah terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 rata-rata lama
sekolah sebesar 8,21 tahun atau mengalami peningkatan dari tahun 2009 dan 2008 yakni
sebesar 8,01 tahun dan 7,67 tahun. Artinya rata-rata penduduk baru mampu menempuh
pendidikan sampai kelas 2 SLTP. Berarti pencapaian pendidikan di Provinsi Papua Barat
90.32% 92.15% 92.94% 93.19%
9.68% 7.85% 7.06% 6.81%
2007 2008 2009 2010
Angka Melek Huruf Angka Buta Huruf
92.69 93.61 94.95 95.33
87.86 88.35 89.55
93.19
2007 2008 2009 2010
Laki - Laki Perempuan
37
belum memenuhi Program Wajib Belajar 9 Tahun. Meskipun demikian, masih ada disparitas
gender, dimana penduduk perempuan belum sepenuhnya memperoleh pendidikan yang
setara dengan penduduk laki–laki. Sehingga perlu diperhatikan lagi faktor–faktor yang
menjadi penyebab masih lambatnya kemajuan peningkatan pendidikan bagi perempuan di
Provinsi Papua Barat.
e. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI pada tahun 2010 sebesar 91,91% meningkat dari
tahun 2009 sebesar 91,25%.APM SLTP/MTs meningkat menjadi 49,65% di tahun 2010
setelah tahun sebelumnya sebesar 49,03%. Artinya banyak penduduk yang tidak
melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP/MTs.APM SLTA/MA tahun 2010 hanya mencapai
43,93% atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 sebesar 43,55%.
Gambar 2-12. Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Partisipasi Murni (APM)
Antar Jenjang Pendidikan Tahun 2010
f. APK SD/MI tahun 2010 sebesar 115,00%, menurun dibandingkan tahun 2009 sebesar
117,50. Tertinggi di Kabupaten Raja Ampat (142,15%) dan terendah di Kabupaten
Tambrauw (107,98%).APK SLTP/MTs tahun 2009 sebesar 66,29% mengalami peningkatan
menjadi 66,68% pada tahun 2010 setelah sebelumnya mengalami penurunan dari 89,99%
tahun 2008. Tertinggi di Kabupaten Teluk Wondama (87,72%) dan terendah Kabupaten
Sorong Selatan (43,24%).APK SLTA/MA terus meningkat dari tahun 2008 sebesar 57,25%
menjadi 62,04% di tahun 2009 dan 72,07% di tahun 2010.
g. Angka Pendidikan yang Ditamatkan (APT) SD/MI mengalami penurunan pada tahun 2010
menjadi 26,24% sementara pendidikan tinggi (SLTA keatas) sebesar 32,95% dengan rincian
24,59% berpendidikan SLTA/sederajat dan 8,36% berpendidikan perguruan tinggi.
Meningkat 1,54% dibandingkan dengan tahun 2008 dan 2009. Menandakan terdapat
perbaikan kualitas pendidikan dengan menurunnya persentase pendidikan rendah dan
meningkatnya persentase pendidikan tinggi. Kota Sorong dengan tingkat pendidikan
tertinggi dan Kabupaten Tambrauw yang terendah.
94,04 89.95
58,98
14,45
91,91
49,65 43,93
7,36 SD/MI SMP/MTS SMA/SMK/MA PT
APS
APM
38
2. Kesehatan
a. Angka rata-rata anak lahir hidup tahun 2010 sebesar 2,55 dan angka rata-rata anak masih
hidup sebesar 2,39%.
b. Secara umum Angka Harapan Hidup (AHH) di masing-masing daerah mengalami kemajuan.
di tahun 2010 AHH Papua Barat mencapai 68,51 pertahun. AHH tertinggi di Kota Sorong
sebesar 71,95pertahun dan terendah di Kabupaten Tambrauw sebesar 66,51pertahun.
Tahun 2009-2010 AHH mengalami kemajuan 0,31pertahun. Peningkatan tertinggi di
Kabupaten Raja Ampat dan Kota Sorong sebesar 0.42 pertahun dan terendah di Kabupaten
Sorong Selatan sebesar 0,17 pertahun.
c. Status gizi buruk pada Balita di Papua Barat tahun 2010 tercatat mencapai 9,1%, sedangkan
gizi kurang mencapai 17,4%. Angka ini masih diatas angka nasional yang hanya mencapai
4,9% dan 13,1%.
Gambar 2-13. Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup di Provinsi PapuaBarat
3. Kemiskinan
a. Dilihat dari aspek ekonomi, jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat mengalami
penurunan dari tahun ke tahun dalam kurun waktu tahun 2006 – 2010, meskipun sempat
mengalami peningkatan sebesar dari 35,12% pada tahun 2008 menjadi 35,71% pada tahun
2009 atau meningkat sebesar 0,59%. Bila dilihat perbandingan antara penduduk miskin dan
tidak miskin pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat, jumlah penduduk tidak miskin adalah
sebesar 65,12%, sedangkan penduduk miskin adalah sebesar 34,88% dengan persentase
penduduk miskin kota sebesar 1,32% dan penduduk miskin Kampung sebesar 33,56%.
b. Penurunan angka kemiskinan di perKampungan pada tahun 2009 sebesar 44,71% menjadi
43,48% di Tahun 2010 sedangkan angka kemiskinan di perkotaan naik dari 5,22% menjadi
5,73%.
36 32.7 31.6 30.5
2006 2007 2008 2009 2010
Angka Kematian Bayi
67.3 67.6 67.9 68.2 68.96
2006 2007 2008 2009 2010
Angka Harapan Hidup
39
Gambar 2-14. Perbandingan Jumlah Penduduk Provinsi Papua Barat Berdasarkan
Status Kemiskinan Tahun 2010
c. Kabupaten Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Tambrauw, dan Maybrat memiliki angka
kemiskinan diatas 40% sehingga membutuhkan effort yg sangat besar untuk
penanggulangannya. Diduga karena wilayahnya yang terbilang cukup terisolir sehingga
tingginya biaya transportasi dalam pengadaan kebutuhan barang dan jasa.
d. Garis kemiskinan Provinsi Papua Barat tahun 2010 sebesar 294.727 Rupiah per kapita per
bulan, terdiri dari garis kemiskinan makanan sebesar 237.147 rupiah dan garis kemiskinan
non makanan sebesar 57.580 Rupiah. Kontribusi garis kemiskinan makanan terthadap garis
kemiskinan sebesr 80,46%. Dibandingkan tahun 2009, garis kemiskinan tahun 2010
mengalami kenaikan sebesar 6,24%. Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan (4,74%) lebih
rendah daripada kenaikan garis kemiskinan di perKampungan (6,74%).
e. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 10,47% di tahun 2010 menjadi 8,78% di tahun
2011.
f. Indeks Keparahan Kemiskinan juga mengalami penurunan dari 4,30% menjadi 3,43% di
tahun 2010.
g. Penurunan kedua indeks kemiskinan mengandung makna bahwa kondisi kemiskinan di
Papua Barat semakin membaik. Artinya rata-rata pendapatan penduduk miskin dengan garis
kemiskinan semakin dekat dan ketimpangan pendapatan antar penduduk miskin semakin
rendah.
4. Kesempatan Kerja
a. Dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2007-2010 mencapai 13,54% dan laju pertumbuhan
kesempatan kerja sebesar 0,65%, elastisitas kesempatan kerja Papua Barat hanya mencapai
0,05%. Artinya bahwa setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi 1% hanya akan menciptakan
kesempatan kerja sebesar 0,05%
Penduduk Miskin (Kota), 1.32%
Penduduk Miskin (Desa), 33.56%
Penduduk Tidak
Miskin, 65.12%
41.34 39.31
35.12 35.71 34.88
31.92
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% Penduduk Miskin
40
b. Angkatan kerja tahun 2010 meningkat menjadi 342.888 orang dari 330.121 orang di tahun
2009 dan 319.675 orang di tahun 2008. Pada periode 2008-2010, peningkatan angkatan
kerja diikuti oleh peningkatan penduduk yang bekerja namun jumlah penduduk yang
menganggur justru juga mengalami peningkatan. Jumlah penduduk bekerja meningkat dari
295.223 orang di tahun 2008 menjadi 316.547 orang di tahun 2010. Sementara jumlah
penganggur meningkat dari 24.452 orang di tahun 2008 menjadi 26.341 orang di tahun
2010.
2.3 Aspek Pelayanan Umum
Pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah
Daerah Provinsi Dan Kabupaten/Kota dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan
ketentuan perUndang-Undangan. Secara umum penjelasan mengenai pelayanan umum terbagi kedalam
dua urusan pokok yang terkait dengan layanan urusan wajib dan layanan urusan pilihan.
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib
1. Pendidikan
a. Pada tahun 2010, Angka Partisipasi Sekolah usia 7-12 tahun mencapai 94,04%, usia 13-15
tahun menurun menjadi 89,95%, usia 16-18 tahun mencapai 58,98%, dan untuk usia 19-24
hanya mencapai 14,45%.
b. Rasio Siswa/Guru: Untuk jenjang pendidikan SD, rasio siswa/guru pada tahun 2007
mencapai 22 siswa, pada tahun 2008 mencapai 20 siswa, pada tahun 2009 mencapai 21
siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 20 siswa.
c. Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswa/guru pada tahun 2007 mencapai 10 siswa, pada
tahun 2008 mencapai 9 siswa, pada tahun 2009 mencapai 11 siswa, dan pada tahun 2010
mencapai 14 siswa.
d. Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswa/guru pada tahun 2007 mencapai 13 siswa, pada
tahun 2008 mencapai 13 siswa, pada tahun 2009 mencapai 12 siswa, dan pada tahun 2010
mencapai 13 siswa.
e. Untuk jenjang pendidikan SD, rasio siswa/kelas pada tahun 2007 mencapai 23 siswa per
kelas, pada tahun 2008 mencapai 23 siswa per kelas, pada tahun 2009 mencapai 30 siswa
per kelas, dan pada tahun 2010 mencapai 25 siswa per kelas.
f. Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswa/kelas pada tahun 2007 mencapai 36 siswa per
kelas, pada tahun 2008 mencapai 27 siswa per kelas, pada tahun 2009 mencapai 33 siswa
41
per kelas, dan pada tahun 2010 mencapai 33 siswa per kelas.
g. Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswa/kelas pada tahun 2007 mencapai 32 siswa, pada
tahun 2008 mencapai 33 siswa, pada tahun 2009 mencapai 33 siswa, dan pada tahun 2010
mencapai 32 siswa.
h. Rasio kelas/sekolah pada jenjang pendidikan SD bernilai 5,59 pada tahun 2008. Pada tahun
2009 rasio kelas/sekolah menurun menjadi 4,03. Namun pada tahun 2010 rasio tersebut
meningkat menjadi 6,15.
i. Rasio kelas/sekolah pada jenjang pendidikan SLTP bernilai 7,34 pada tahun 2008. Pada
tahun 2009 rasio kelas/sekolah menurun menjadi 5,87. Namun pada tahun 2010 rasio
tersebut meningkat menjadi 6,84.
j. Rasio kelas/sekolah pada jenjang pendidikan SLTA bernilai 10,26 pada tahun 2008. Pada
tahun 2009 rasio kelas/sekolah menurun menjadi 9,64. Pada tahun 2010 rasio tersebut
menurun menjadi 9,57.
2. Kesehatan
a. Pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat terdapat 110 Puskesmas, 367 Puskesmas
Pembantu, 145 Puskesmas Keliling, dan 297 Puskesmas Polindes. Ketersediaan fasilitas
kesehatan di Provinsi Papua Barat yang paling banyak di Kabupaten Manokwari jika
dibandingkan dengan kabupaten lainnya, yaitu terdapat 22 Puskesmas, 84 Puskesmas
Pembantu, 19 Puskesmas Keliling, dan 74 Unit Poliklinik Kampung.
b. Jika diamati dari jumlah penduduk, dapat dikatakan bahwa 14 Rumah Sakit yang ada di
Provinsi Papua Barat tahun 2010 melayani 760.433 penduduk. Hal ini berarti satu rumah
sakit melayani sekitar 54.316 penduduk.
c. Jika diperhatikan dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barattahun 2010 dan jumlah dokter
yang tersedia, maka rasio jumlah penduduk terhadap jumlah dokter di Provinsi Papua Barat
adalah sebesar 4.045 atau dengan kata lain satu dokter rata-rata melayani 4.045 orang.
Faktanya pada tahun 2010 jumlah dokter telah meningkat dan distribusinya telah tersebar
dengan alokasi yang lebih baik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Rasio ini menurun jika
dibandingkan dengan rasio 5.026 pada tahun 2009. Artinya terjadi coverage yang lebih baik
dalam hal tertanganinya penduduk dengan peningkatan jumlah dokter. Rasio penduduk
terhadap dokter tertinggi berada di Kota Sorong yaitu sebesar 9.531 penduduk dan yang
terkecil berada di Kabupaten Teluk Wondama dengan rasio sebesar 1.645 penduduk per
seorang dokter.
42
Gambar 2-15. Cakupan Layanan Kesehatan di Provinsi Papua Barat Tahun 2006-2009
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
3. Lingkungan Hidup
Perkembangan akses penduduk di Provinsi Papua Barat terhadap air bersih pada tahun 2008-
2010 menunjukkan peningkatan. Peningkatan konsumsi air bersih untuk air minum dari 42,81
persen pada tahun 2008 menjadi 49,20 pada tahun 2009, dan 53,11 pada tahun 2011. Akses air
bersih tertinggi pada tahun 2010 di Kota Sorong yaitu 78,44 % dan terendah di Kabupaten
Maybrat yaitu sebesar 9,76 %.
4. Sarana dan Prasarana Umum
a. Jaringan Jalan
i. Infrastruktur utama yang berperan penting dalam aspek daya saing daerah merupakan
sarana dan prasarana yang terkait dengan sistem transportasi. Wilayah Papua Barat
secara regional sangat bergantung kepada moda transportasi udara yang menjangkau
hampir seluruh wilayah Kabupaten/Kota.
ii. Selain keberadaan transportasi udara, moda transportasi laut dan darat ikut berperan
dalam pengembangan wilayah Papua Barat. Untuk wilayah laut, keberadaan pelabuhan
sebagai simpul pengangkut orang maupun barang tersebar menjadi tiga pelabuhan
utama. Untuk Pelabuhan internasional wilayah Papua Barat terdapat di Kota Sorong,
sedangkan dua pelabuhan utama lainnya merupakan pelabuhan nasonal di wilayah
Manokwari dan Kaimana.
iii. Berbeda dengan kedua jenis transportasi sebelumnya, salah satu kunci pencapaian
transportasi darat terlihat dari perkembangan rasio panjang jalan per jumlah
kendaraan yang menunjukan angka perbandingan 1:0.077 pada tahun 2006. Angka ini
berarti setiap satu kendaraan dilayani oleh jalan dengan panjang 0,077 km.
Peningkatan pada sektor ini terjadi hingga menunjukan angka perbandingan 1:0,101
58.46% 58.46%
70.15%
68.18%
27.76% 27.76% 27.70%
26.22%
50.58% 55.99% 57.83%
60.43%
2006 2007 2008 2009
Cakupan puskesmas Cakupan puskesmas pembantu Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
43
pada tahun 2009.
Gambar 2-16. Rencana Jaringan Transportasi Provinsi Papua Barat
Sumber: Draft RTRW Provinsi Papua Barat.
Gambar 2-17. Kondisi Jalan Strategis di Provinsi Papua Barat
44
Sumber: Laporan Indikasi Program Pengembangan Infrastruktur Provinsi Papua Barat, 2009
b. Jaringan Irigasi
i. Banyaknya sungai besar yang mengalir di seluruh wilayah Provinsi Papua Barat dan
beberapa danau cukup menguntungkan dalam upaya penyediaan air bersih. Persentase
sumber air bersih berasal dari sungai mencapai 54,6%, mata air 45,3% dan sumber
lainnya 0,1%1. Namun tetap saja hal tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan air
bersih penduduk sampai ke rumah tangga di daerah-daerah terpencil karena
keterbatasan kapabilitas untuk menjangkau dari sumber air. Adanya keterbatasan ini
menuntut perlu dicari alternatif lokasi lain yang dapat dijadikan sebagai catchment
area/waduk guna dapat menampung air sungai.
ii. Sebagian besar wilayah memakai sistem pompa dan sistem gravitasi. Sistem pompa
dilakukan pada sumber pengambilan air (water intake) ke rumah pompa (water
treatment plant). Sedangkan dengan sistem gravitasi, air cukup dialirkan dari sumber
atau unit produksi ke unit/blok distribusi reservoir. Untuk mengetahui rencana dan
realisasi saluran irigasi Provinsi Papua Barat pada tahun 2009, dapat dilihat pada Tabel
2-3 berikut.
iii. Pengadaan saluran irigasi yang dapat meningkatkan kapasitas produksi pertanian terus
diupayakan pemenuhannya mencapai target yang telah ditetapkan. Hingga saat ini baru
dilakukan proses pembangunan saluran irigasi seluas 9.929 Ha, jauh dibawah target
realisasi seluas 28.651 Ha.
Tabel 2-10. Rencana dan Realisasi Saluran Irigasi Provinsi Papua Barat Tahun 2009
Rencana
(Ha) Realisasi
(Ha) Hambatan
Produksi (ton/Ha)
Kab. Manokwari 12,666 5,100 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 20.80
Kab. Teluk Bintuni 2,500 450 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 6.00
Kab. Sorong 9,104 2,413 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 44.85
Kab. Raja Ampat 250 155 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 8.60
Kab. Fakfak 1,431 1,431 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 6.25
Kab. Sorong Selatan 1,500 300 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 2.65
Kab. Teluk Wondama 1,200 80 Pembebasan lahan/keterbatasan dana 6.00
Total 28,651 9,929
95.15
Sumber:Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009
1 Papua Barat Dalam Angka 2009
45
c. Pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat terdapat 734 masjid, 1.531 gereja protestan, 163
gereja katholik, 46 pura, 5 vihara, dan 1 kelenteng. Secara total terdapat 2.479 tempat
peribadatan di Provinsi Papua Barat
5. Rumah Tinggal Bersanitasi
a. Persentase rumah tangga yang memiliki jamban sendiri, pembuangan akhir tinja, dan jenis
kloset angsa selama tahun 2009-2010 mengalami peningkatan. Rumah tangga yang memiliki
jamban sendiri mengalami peningkatan yaitu sebesar 59,48% tahun 2009 menjadi 61,07
pada tahun 2010.
b. Rumah tangga yang memiliki TPAT septik Tank/SPAL mengalami peningkatan yaitu sebesar
55,09% tahun 2009 menjadi 63,76 pada tahun 2010.Rumah tangga yang memiliki kloset
leher angsa mengalami peningkatan yaitu sebesar 46,04% tahun 2009 menjadi 66,35 pada
tahun 2010. Persentase rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB pada periode 2009-
2010 mengalami penurunan dari 17,16 menjadi 15,3
6. Persampahan
Persampahan belum betul-betul dikelola secara terpadu di Provinsi Papua Barat. Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) hanya dimiliki oleh Kabupaten Sorong tepatnya di Distrik Makbon.
Persampahan di Kota Sorong di Klasaman sudah tidak layak karena sangat dekat dengan
pemukiman dan dikhawatirkan akan terjadi pencemaran air tanah di pemukiman masyarakat
pada saat musim hujan (system open dumping). sedangkan di wilayah lainnya, pengelolaan
sampah dilakukan secara individual oleh masing-masing rumah tangga atau instansi, biasanya
dengan cara ditimbun, dibakar, atau bahkan dibuang ke sungai atau laut. Hingga saat ini memang
dianggap belum menumbulkan masalah karena jumlahnya belum signifikan, namun bukan
berarti tidak perlu diperbaiki dan dikelola secara terpadu.
7. Rumah Layak Huni
a. Terjadi peningkatan persentase rumah tangga yang memiliki tempat tinggal yang layak huni
pada tahun 2008-2010 berdasarkan empat indikator rumah layak huni.
b. Persentase rumah tangga yang memiliki lantai bukan tanah meningkat dari 91,08 pada tahun
2008, 91,6 pada tahun 2009, dan 93,02 pada tahun 2010.
c. Persentase rumah tangga yang memiliki atap layak (tidak beratap dedaunan) meningkat dari
90,64 pada tahun 2008, 93,6 pada tahun 2009, dan 94,85 pada tahun 2010.
d. Persentase rumah tangga yang memiliki dinding permanen meningkat dari 51,34 pada tahun
2008, 52,27 pada tahun 2009, dan 56,68 pada tahun 2010.
e. Persentase rumah tangga yang memiliki luas lantai per kapita < 10m2 menurun dari 43,26
46
pada tahun 2008, 38,36 pada tahun 2009, dan 39,86 pada tahun 2010.
Gambar2-18. Kelayakan Rumah di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Rumah Tangga
Tahun 2007-2010
Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat 2011
2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan
1. Penanaman Modal
a. Jumlah proyek dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebanyak 40
proyek. Jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2008 dan 2009 dengan jumlah proyek
sebanyak 41 proyek.
b. Jumlah proyek dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebanyak 61
proyek. Jumlah ini mengalami kenaikan dari tahun 2008 dan 2009 dengan jumlah proyek
sebanyak 49 dan 58 proyek.
c. Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010
sebesar 1.185.429 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya
yaitu sebesar 967.478 juta rupiah.
d. Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010
sebesar 98,459 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2007 yaitu sebesar
78.360 juta rupiah.
Berlantai layak Berdinding layak
Atap layak Bersanitasi baik
90.10% 43.14% 87.01% 52.69%
91.08% 51.34% 92.40% 45.52%
91.60% 52.27% 93.60% 59.49%
93.02% 56.68% 94.85% 61.07%
2007
2008
2009
2010
47
2. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, Koperasi terus tumbuh dengan persentase
pertumbuhan hampir mencapai 40%. Pada tahun 2008 sejumlah 916 unit Koperasi kemudian
tumbuh menjadi 967 unit sampai dengan tahun 2010 menjadi 1.257 unit dengan 701 unit
Koperasi aktif dan 556 Koperasi tidak aktif yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi
Papua Barat.
3. Ketenagakerjaan
a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Papua Barat terus mengalami peningkatan dari
tahun 2007-2009. TPAK tahun 2010 meningkat menjadi 69,29% dari kondisi tahun 2009
dan 2008 yakni 68,52% dan 68,15%.
b. TPAK tertinggi tahun 2010 dicapai oleh Kabupaten Manokwari yaitu sebesar 78,78%,
sementara TPAK terendah berada di Kabupaten Fakfak yaitu hanya mencapai 54,00%.
c. Jumlah penganggur tahun 2010 meningkat menjadi 26.341 orang dari sebelumnya sebanyak
24.452 orang pada tahun 2008. Sebanyak 32,90% penduduk yang bekerja termasuk kedalam
setengah pengangguran. Tingkat setengah pengangguran mencapai 30,37%. Umumnya
setengah pengangguran mempunyai produktivitas yang rendah, oleh karena itu perlu
dicermati dalammelihat jumlah penduduk yang bekerja, sebab dapat terjadi absolut
penduduk yang bekerja tinggi namun ternyata masih tercakup didalamnya setengah
pengangguran dalam jumlah yang tinggi.
d. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Papua Barat mengalami peningkatan dari tahun
2008 ke tahun2010. TPT meningkat dari 7,65% di tahun 2008 menjadi 7,68% di tahun
2010.
2.4 Aspek Daya Saing Daerah
1. Kemampuan Ekonomi Daerah
a. Meskipun proporsi konsumsi rumah tangga terhadap komoditi makanan masih cukup
dominan tetapi persentasenya menunjukkan penurunan selama tahun 2008-2009.
Peningkatan proporsi konsumsi non makanan berimbas pada peningkatan pengeluaran
rumah tangga untuk biaya pendidikan dan kesehatan.
b. Pada tahun 2008 proporsi konsumsi makanan oleh penduduk Papua Barat mendekati 60%,
tetapi pada tahun 2009 persentasenya berkurang menjadi 55,84%.
c. Proporsi konsumsi non makanan meningkat dari 41,21% pada tahun 2005 menjadi 44,07%
pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 menjadi 52,33%.
48
d. Kondisi perumahan tahun 2010 di Papua Barat secara umum mengalami perbaikan kualitas
dibandingkan tahun 2009. Pada tahun 2010 di Papua Barat secara umum mengalami
perbaikan kualitas dibandingkan tahun 2009. Pada tahun 2010, hampir duapertiga rumah
tangga telah memiliki rumah dengan status milik sendiri sebesar 63,67%. Sedangkan untuk
status sewa 9,84%, kontrak 4,66% dan lainnya (dinas, bebas sewa, milik keluarga, lainnya)
21,83%
e. Nilai Tukar Petani (NTP) Papua Barat tahun 2011 (s/d September) sebesar 103,23% lebih
tinggi dibandingkan NTP 2010 sebesar 103,05%.
2. Fasilitas Wilayah / Infrastruktur
a. Aksesibilitas
i. Salah satu program pendukung percepatan pembangunan Papua Barat yang
diamanahkan dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2011 tentang Percepatan
Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat adalah Program Pengembangan
Infrastruktur Dasar. Selama ini belum seluruhnya Kabupaten/Kota belum terhubung
dengan jalan darat. Sebagian pembangunan jalan sedang dilakukan, meskipun
sebagian kabupaten telah terhubung namun belum dibuka untuk umum. Dengan
masih terbatasnya akses perhubungan lewat darat, sebagian besar orang
memanfaatkan fasilitas perhubungan melalui laut dan udara.
ii. Panjang jalan di Papua Barat tahun 2010 sepanjang 5.729,22 Km. Kondisi ini
mengalami perbaikan dibandingkan pada tahun 2008 yaitu sepanjang 5.400,71 Km.
Kondisi panjang jalan tersebut terbagi menjadi 412,31 Km (7,20%) jalan negara;
938,48 Km (76,42%) adalah jalan kabupaten. Sedangkan menurut jenis permukaannya
terbagi menjadi 1.328,49 Km (23,19%) jalan aspal; 1.639,25 Km (28,61%) jalan
dengan permukaan kerikil; 2.222,13 Km (38,79%) jalan dengan permukaan tanah; dan
539,35 Km (9,41%) jalan dengan permukaan lainnya.
iii. Pada tahun 2008 jumlah penumpang kapal datang 281.200 orang dan berangkat
277.700 orang dengan jumlah armada 880 kapal. Di tahun 2010 jumlahnya mengalami
penurunan menjadi 237.200 orang yang datang dan 252.900 orang yang berangkat
dengan jumlah armada yang juga menurun menjadi 669 unit.
iv. Jumlah penumpang pesawat udara cenderung memiliki tren meningkat signifikan
selama 2008-2010. Jumlah penumpang datang mencapai 334.700 orang dengan
jumlah penerbangan 11.656 dan berangkat 349.200 orang dengan jumlah
penerbangan 11.820 kali di tahun 2010. Rata-rata penumpang pesawat untuk
debarkasi 29 orang dan untuk embarkasi 30 orang.
49
3. Penataan Ruang
Sampai dengan tahun 2011, belum ada RTRW baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota
(yang sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang) yang sudah
dijadikan Peraturan Daerah (Perda). Sehingga upaya pelaksanaan, pengawasan, dan
pengendalian penataan ruang pun belum optimal. Belum dapat diketahui berapa persen
ketaatan wilayah terhadap RTRWnya.
4. Fasilitas Keuangan dan Perbankan
Jumlah kantor bank di Provinsi Papua Barat terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari tahun
2007 yang hanya 49 unit (5 unit bank swasta nasional, 44 unit bank persero dan pemerintah)
menjadi 67 unit kantor bank (13 unit bank swasta nasional, 54 unit bank persero dan
pemerintah).
5. Fasilitas Air Bersih
Persentase terbesar rumah tangga pengguna air bersih memiliki sendiri fasilitasnya, sebesar
49,02%. Meningkat dari kondisi tahun 2009 yaitu sebesar 46,65% dari total rumah. Sementara
25,33% menggunakan air bersih secara bersama dan 16,73% masih menggunakan fasilitas
umum. 8,92% tidak memiliki akses terhadap air bersih.
6. Fasilitas Energi Listrik
Rumah tangga di Papua Barat hanya 57,67% yang menggunakan listrik PLN. Belum seluruh
Kampungdi Papua Barat teraliri listrik dan belum seluruh Kabupaten mendapatkan pasokan
listrik 24 jam dalam sehari. Masyarakat yang tidak teraliri listrik 24 jam biasanya menggunakan
genset. Untuk Kampung-Kampung yang tidak teraliri listrik, terutama di daerah yang jauh dari
ibukota Kabupaten umumnya menggunakan pelita/senter/obor/lainnya. Persentase rumah
tangga yang menggunakan jenis penerangan tersebut mencapai 17,83%.
Kondisi penggunaan energi listrik terutama yang memanfaatkan listrik negara (PLN) masih
belum maksimal. Belum seluruh Kabupaten mendapatkan pasokan listrik 24 jam, seperti
contohnya di Kabupaten Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Tambrauw, dan Maybrat. Hanya 32,37%
Kampungsaja yang telah terjangkau layanan PLN. Sulitnya kondisi geografis dan terbatasnya
ketersediaan energi listrik menjadi penyebab belum meratanya pasokan listrik. Dari total
168.000 rumah tangga di Papua Barat, hanya 80.421 rumah tangga yang terdaftar sebagai
pelanggan PLN.
50
Gambar 2-19. Cakupan Pelayanan Listrik dan Air Bersih Pada Perkampungan
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009
7. Fasilitas Telekomunikasi
a. Untuk jaringan telekomunikasi di Provinsi Papua Barat berkembang pesat melalui pelayanan
provider telepon selular yang mulai mengembangkan jaringan paling tidak di kawasan
perkotaan ataupun ibukota setiap Distrik di masing-masing Kabupaten/Kota. Untuk di
kawasan perkampungan, penggunaan telepon satelit masih diandalkan.
b. Telekomunikasi menggunakan jaringan internet juga berkembang cukup pesat meskipun
hanya di kawasan perkotaan dengan layanan gabungan dari provider telepon seluler
maupun dari PT.Telkom sebagai perusahaan negara yang menangani masalah penyediaan
layanan komunikasi.Untuk sistem jaringan nirkabel untuk internet, belum dikembangkan
secara umum dan gratis dari pemerintah. Namun di banyak tempat umum, sudah mulai
disediakan dengan jenis dan ketentuan layanan yang berbeda-beda dan sebagian besar
bersifat komersil.
c. Kantor Pos juga masih diandalkan oleh masyarakat baik untuk pengiriman surat/dokumen
dan barang. Kantor Pos besar hanya terdapat di dua wilayah yaitu Kota Sorong dan
Manokwari sementara Kantor Pos Pembantu terdapat di semua wilayah kecuali Kabupaten
Raja Ampat. Kebutuhan pos di Raja Ampat dipenuhi oleh Rumah Pos dan Kantor Pos
Kampung.
8. Iklim Investasi
a. Kondisi investasi di Papua Barat menunjukan kecenderungan yang terus membaik.
Peningkatan jumlah proyek yang dijalankan memberikan gambaran meningkatnya
kepercayaan publik dalam menanamkan modal yang dimilikinya. Penanaman modal yang
berasal dari dalam negeri maupun asing atau luar negeri secara jumlah memang mengalami
peningkatan, namun secara nilai tidak terlalu meningkat.
2007 2008 2009
70.28%
53.41%
25.86%
89.47% 86.04% 89.13%
Cakupan pelayanan listrik pada kampung Cakupan pelayanan air bersih pada kampung
51
Tabel 2-11. Kondisi Investasi Provinsi Papua Barat
Tahun
Realisasi Dalam Negeri Realisasi Asing
Jumlah Proyek Nilai Investasi
(dalam juta rupiah) Jumlah Proyek
Nilai Investasi
(dalam ribu USD)
2010 40 1.185.429 61 98.459
2009 41 967.468 58 98.459
2008 41 967.468 49 98.459
2007 38 967.468 26 78.360
2006 35 967.468 28 78.360
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010
b. Di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 telah terjadi 89 kasus kriminal. 74 kasus atau
sekitar 83,1% diantaranya telah ditangani oleh pihak yang berwenang. Kasus yang paling
banyak terjadi adalah kasus pencurian kendaraan bermotor yaitu sebanyak 15 kasus
(16,85%). Kasus yang paling sedikit terjadi adalah kasus pemerkosaan yaitu sebanyak 1 kali
(1,12%). Tidak ada kasus kejahatan terhadap kepala negara.
9. Sumber Daya Manusia
a. Dilihat dari latar belakang pendidikan, persentase penduduk yang bekerja ternyata sebagian
besar berpendidikan rendah. Sebesar 49,16% penduduk yang bekerja 26,91% belum
bersekolah/tidak tamat SD dan 22,25% tamat SD. 18,32% tamat SLTA. Hanya 9,50% yang
berijazah perguruan tinggi.
b. Kesejahteraan penduduk di suatu daerah dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) di daerah tersebut. IPM di Provinsi Papua Barat pada Tahun 2010 adalah
69,15.Meningkat dari kurun waktu tahun 2007 – 2009, yaitu sebesar 67, 28 pada tahun
2007, pada tahun 2008 sebesar 67,95 dan pada tahun 2009 sebesar 68,58. Kabupaten/Kota
yang memiliki nilai IPM terbesar di Provinsi Papua Barat pada tahun 2009 adalah Kota
Sorong, yaitu sebesar 76,84 diikuti oleh Kabupaten Fak-Fak dan Kaimana dengan masing-
masing nilai IPM sebesar 70,8 dan 69,8, sedangkan nilai IPM terendah terdapat di Kabupaten
Tambrauw yaitu sebesar 49,12.
52
Gambar 2-20.Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Papua Barat dan Perkembangannya
Sumber: Buku IPM Provinsi Papua Barat 201.
2.5 Sebagian Capaian Bidang/Sektor di Provinsi Papua Barat Tahun 2011
2.5.1. Kehutanan
Berbeda halnya dengan bidang transmigrasi, di bidang kehutanan berbagai upaya rehabilitasi telah
digalakan terutama pada kawasan hutan dan lahan mangrove guna meningkatkan daya dukung lahan.
Capaian bidang kehutanan dalam 5 tahun terakhir diantaranya adalah sebagai berikut:
Terlaksananya kegiatan pemantapan keamanan dalam negeri dan konservasi sumber daya alam
melalui operasi pengamanan hutan gabungan terpusat.
Inventarisasi daerah rawan kebakaran hutan di wilayah Provinsi Papua Barat.
Penataan batas sementara dan pembuatan trayek batas hutan lindung terutama pada wilayah
Distrik Ayamaru, Kebar, Batanta Timur, Batanta Barat, dan hutan lindung pada kawasan Pulau
Gam.
Monitoring dan Evaluasi kegiatan pengusahaan hutan melalui monitoring ke lapangan baik yang
merupakan kegiatan rutin maupun yang berdasarkan pada laporan Dinas Kehutanan Kabupaten.
Mempertahankan luasan lahan konservasi sebesar 1,7 juta hektar pada tahun 2009.
Merehabilitasikan sekitar 48.385,47 hektar lahan kritis dari 1.785.441,79 hektar lahan kritis
dalam kawasan hutan.
Mempertahankan kerjasama dengan lembaga sosial masyarakat maupun lembaga donor
sehubungan dengan program kehutanan berbasis masyarakat.
2.5.2. Transmigrasi
Pelayanan bidang transmigrasi tidak terlepas pula dari upaya penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,
67.28
67.95
68.58
69.15
2007 2008 2009 2010
IPM Papua Barat
Kota Sorong
Fak-Fak
Kaimana
Sorong
Manokwari
Teluk Bintuni
Sorong Selatan
Maybrat
Teluk Wondama
Raja Ampat
Tambrauw
77.18
71.46
70.13
68.5
67.19
66.58
66.31
66
65.76
64.58
50.51
53
hingga saat ini telah terealisasi 2 unit bina dengan jumlah 450 Kepala Keluarga di wilayah Manokwari dan
Teluk Wondama. Pembangunan tersebut dibarengi oleh pelaksanaan forum komunikasi, informasi dan
edukasi ketransmigrasian sebagai bagian dari pengembangan masyarakat. Capaian bidang transmigrasi
di Provinsi Papua Barat diantaranya adalah sebagai berikut:
Pembinaan pembangunan kawasan transmigrasi terutama pada wilayah Kabupaten Manokwari
dan Teluk Wondama yang terealisasi sebanyak 2 UPT terdiri dari 450 Kepala Keluarga (KK);
Terlaksananya forum komunikasi, informasi, dan edukasi ketransmigrasian selama 2 tahun pada
suatu wilayah;
Koordinasi dan konsultasi teknis pembinaan pembangunan dan pengembangan masyarakat dan
kawasan transmigrasi dengan Ditjen P2KT/ P2MKT Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia;
Pembinaan Kampung Transmigrasi Kabupaten Teluk Wondama terhadap 200 KK;
Pembinaan Kampung Transmigrasi Kabupaten Manokwari terhadap 200 KK (Tahun 2010).
2.5.3. Pendidikan
Sub-Bidang Akses dan Pemerataan Pendidikan
Peningkatan partisipasi sekolah pada seluruh jenjang pendidikan.
Pemberian beasiswa berprestasi kepada 10 orang siswa-siswi berprestasi untuk kuliah di China
dan Jerman.
Pengembangan ICT di Kabupaten Manokwari dan Sorong dengan memanfaatkan jejaring
pendidikan nasional guna mencanangkan schoolnet untuk 40 sekolah yang akan berakses
internet dan intranet.
Peningkatan Angka Melek Huruf (AMH) Provinsi Papua Barat dari 88,55 persen pada tahun 2006,
menjadi 92,34 pada tahun 2009.
Sub-Bidang Mutu, Daya Saing, dan Relevansi Pendidikan
Peningkatan nilai rata-rata standar kompentensi kelulusan jenjang pendidikan Sekolah Dasar
atau sederajat (UASBN) dari 5,8 pada tahun 2009, menjadi 6,51 pada tahun 2010.
Peningkatan nilai rata-rata standar kompentensi kelulusan jenjang pendidikan Sekolah
Menengah Pertama atau sederajat (UNAS) dari 6,7 pada tahun 2009, menjadi 6,89 pada tahun
2010.
Nilai rata-rata standar kompentensi kelulusan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas atau
yang sederajat (UNAS) sebesar 7,01 pada tahun 2010.
Penurunan angka putus sekolah jenjang pendidikan Sekolah Dasar atau yang sederajatnya dari
3,5 persen pada tahun 2008, menjadi 1,21 persen pada tahun 2010 (Badan Pusat Statistik
54
Provinsi Papua Barat).
Penurunan angka putus sekolah jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama atau yang
sederajatnya dari 8,3 persen pada tahun 2008, menjadi 2,89 persen pada tahun 2010 (Badan
Pusat Statistik Provinsi Papua Barat).
Penurunan angka putus sekolah jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas atau yang
sederajatnya dari 16,51 persen pada tahun 2008, menjadi 11,97 persen pada tahun 2010 (Badan
Pusat Statistik Provinsi Papua Barat).
Peningkatan angka rata-rata lama sekolah dari 7,2 tahun pada tahun 2006, menjadi 8,01 tahun
pada tahun 2009.
Perbaikan kualifikasi guru untuk tingkat PAUD dengan mayoritas merupakan lulusan SMA
sebesar 43,18 persen.
Perbaikan kualifikasi guru untuk tingkat SD dengan mayoritas merupakan lulusan SMA sebesar
43,24 persen (Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat).
Perbaikan kualifikasi guru untuk tingkat SMP dengan mayoritas merupakan lulusan S1 sebesar
37,25 persen dari seluruh tenaga pendidik tingkat SMP (Badan Pusat Statistik Provinsi Papua
Barat).
Perbaikan kualifikasi guru untuk tingkat SMA dengan mayoritas merupakan lulusan S1
berjumlah 943 (Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat).
Peningkatan kepemilikan perpustakaan pada setiap jenjang pendidikan.
(Sumber data: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat)
Sub-Bidang Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik
Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi program bidang pendidikan dalam kurun waktu 6
bulan sekali.
Pembangunan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Provinsi Papua Barat.
Sertifikasi guru perjenjang yang mencapai angka 447 untuk tingkat Sekolah Dasar, 276 untuk
Sekolah Menengah Pertama, 125 untuk Sekolah Menengah Atas dan 58 untuk jenjang Sekolah
Menengah Kejuruan.
Perbaikan angka putus sekolah dan mengulang sekolah di Provinsi Papua Barat
Capaian Kinerja Sektor Kesehatan
Sub-Bidang Pelayanan Kesehatan
Peningkatan usia harapan hidup Provinsi Papua Barat dari 67,3 tahun pada tahun 2006 menjadi
68,2 tahun pada tahun 2009 (Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat).
Prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk di Provinsi Papua Barat sebesar 26,5% (riset
kesehatan dasar, 2010).
Prevalensi Balita pendek dan sangat pendek di Provinsi Papua Barat sebesar 49,2% (riset
kesehatan dasar, 2010).
55
Prevalensi Balita kurus dan sangat kurus di Provinsi Papua Barat sebesar 11,5% (riset kesehatan
dasar, 2010).
Prevalensi Balita gemuk di Provinsi Papua Barat sebesar 14,8% (riset kesehatan dasar, 2010).
Angka Kematian Bayi baru lahir di Provinsi Papua Barat sebesar 21 kematian per 1000 kelahiran
hidup (Survei Demografi Kesehatan Indonesia, 2007).
Angka Kematian Bayi di Provinsi Papua Barat sebesar 36 kematian per 1000 kelahiran hidup
pada tahun 2006, menurun menjadi 30,5 kematian pada tahun 2009. (Survei Demografi
Kesehatan Indonesia dan Badan Pusat Statistik, 2007-2010).
Angka Kematian Balita di Provinsi Papua Barat sebesar 62 kematian per 1000 kelahiran hidup
(Survei Demografi Kesehatan Indonesia, 2007).
Angka Kematian Ibu di Provinsi Papua Barat sebesar 56 kematian per 1000 kelahiran hidup
(Survei Demografi Kesehatan Indonesia, 2007).
Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan
Peningkatan jumlah Puskesmas sebanyak 76 unit pada tahun 2007 menjadi 105 unit pada tahun
2009 (Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat).
Rasio Puskesmas berbanding dengan 100.000 penduduk sebesar 14.
Peningkatan jumlah Rumah Sakit dari 10 unit pada tahun 2007 menjadi 13 unit pada tahun 2010.
Jumlah Rumah Tangga miskin yang menerima jaminan kesehatan meningkat menjadi 127.518.
Bidang Bina Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Rasio Dokter Umum per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 31,66, semakin
mendekati target nasional sebesar 40 per 100.000 penduduk (tahun 2009).
Rasio Dokter Gigi per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 6,3, berada jauh
dibawah target nasional sebesar 11 per 100.000 penduduk (tahun 2009).
Rasio Dokter Ahli per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 5,14, sementara target
nasional sebesar 6 per 100.000 penduduk (tahun 2009).
Rasio tenaga Perawat (Sarjana, DIII, dan SPK) per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat
sebesar 201, diatas target nasional sebesar 117,5 per 100.000 penduduk (tahun 2009).
Rasio tenaga Apoteker (Kefarmasian) per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar
3,97, berada jauh dibawah target nasional sebesar 10 per 100.000 penduduk (tahun 2009).
Rasio Tenaga Gizi per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 12,61, berada jauh
dibawah target nasional sebesar 22 per 100.000 penduduk (tahun 2009).
Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar
10,55, berada jauh dibawah target nasional sebesar 40 per 100.000 penduduk (tahun 2009).
Rasio Tenaga Sanitasi per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 5,76, sementara
target nasional sebesar 40 per 100.000 penduduk (tahun 2009).
Rasio Tenaga Teknisi Medis per 100.000 penduduk di Provinsi Papua Barat sebesar 48,79 (tahun
56
2009).
Sub-Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan
Angka kesakitan DBD menunjukan perubahan dari 59 kasus, dengan 4 orang meninggal menjadi
309 kasus dengan 2 orang meninggal.
Anual Parasite Incidence (API) Provinsi Papua Barat adalah 82 positif Malaria per 1000
penduduk pada tahun 2008, menurun menjadi 64 positif malaria per 1000 penduduk pada tahun
2010.
Prevalensi pengidapan HIV/AIDS sebesar 1%.
Angka kematian Pneumoni Balita 4,8-3 per 1000 penduduk.
Angka kematian Balita akibat diare adalah 2,5 – 1,25 per 1000 penduduk.
57
BAB III
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
SERTA KERANGKA PENDANAAN
3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu
Hal yang berkaitan dengan penerimaan daerah secara jelas telah diatur dalam regulasi nasional yaitu
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah.
Beberapa perubahan mendasar dalam sistem perencanaan pembangunan dan penganggaran daerah
menuntut dilakukannya sejumlah perbaikan dalam pengelolaan keuangan daerah, terutama dalam aspek
anggaran, akuntansi dan pemeriksaan. Serangkaian perubahan tersebut mengarahkan pengelolaan
keuangan daerah berdasarkan pada konsep money follow function yaitu pengelolaan keuangan daerah
secara ekonomis, efektif, efisien, transparan dan akuntabel yang implikasinya dalam sistem anggaran
berbasis kinerja. Konsep itu sendiri mengandung 3 (tiga) elemen yang harus dilakukan pemerintah
daerah dalam menjalankan fungsi pelayanan publiknya, yang meliputi: (1) secara ekonomis dapat
meminimalisir input yang digunakan; (2) efisien mencapai hasil yang optimal dengan biaya yang minimal
(output/input); (3) efektif mencapai target yang ditetapkan (outcome/output).
Kinerja keuangan Provinsi Papua Barat pada periode sebelumnya dapat diukur dari perkembangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah periode dimaksud. Berdasarkan data yang ada, menujukkan
trend positif yang ditandai oleh meningkatnya realisasi Pendapatan Daerah. Namun apabila dicermati
lebih mendalam, trend positif yang ditunjukan oleh kinerja pendapatan daerah didominasi oleh semakin
meningkatnya perolehan pendapatan daerah yang berasal dari dana perimbangan dan lain-lain
pendapatan daerah yang sah.
3.1.1 Kinerja Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Sumber penerimaan Daerah dapat berasal dari berbagai macam sumber penerimaan yang secara garis
besar dikelompokan menjadi tiga bagian yang terdiri atas:
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil
Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah;
2) Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana
Alokasi Umum, serta Dana Alokasi Khusus;
3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah yang terdiri dari Dana Otonomi Khusus, Dana Tambahan
58
Infrastruktur, serta Dana Penyesuaian.
Gambar 3-1. Struktur Penerimaan Daerah Provinsi Papua Barat
Berdasarkan data yang ada, perkembangan keuangan daerah Provinsi Papua Barat dalam kurun waktu
2011-2012 dari sisi realisasi pendapatan daerah cenderung mengalami kenaikan akan tetapi kontribusi
dana perimbangan dan pendapatan lain terutama dari dana terkait status Otonomi Khusus masih menjadi
yang paling dominan dalam pemasukan Daerah. Minimnya kontribusi Pendapatan Asli Daerah
merupakan gambaran minimnya daya saing wilayah dan tingkat ketergantungan ekonomi yang sangat
tinggi. Kebijakan dan strategi khusus perlu diperhatikan dalam mendorong pertumbuhan perekonomian
yang lebih baik. Distribusi persentase komponen pendapatan daerah secara keseluruhan terdistribusikan
dengan proporsi sebagai berikut:
Tabel 3-2. Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatanh Daerah Tahun 2011 – 2012 Provinsi Papua Barat
No. Uraian 2008 2009 2010 2011
(Rp)
2012
(Rp) s
1 PENDAPATAN
3,385,707,354,738 3,939,327,152,609.8
8 16.35
1.1. Pendapatan Asli Daerah 98,962,042,000 155,916,595,419.00 57.55
1.1.
1. Pajak daerah
66.640.510.000
.000
67.076.900.000.
000
41.184.500.000.
000 80,050,000,000 123,414,840,000.00 54.17
1.1.
2. Retribusi daerah
294.100.000.00
0
294.100.000.00
0
322.090.000.00
0 1,490,000,000.00 922,000,000.00 - 38.12
1.1.
3.
Hasil pengelolaan keuangan daerah yang
dipisahkan
4,386,860,000.00 8,809,755,419.00 100.82
1.1.
4. Lain-lain PAD yang sah
365,700.000.00
0
365,700.000.00
0
5.644.200.000.0
00 13,035,182,000.00 22,770,000,000.00 74.68
1.2. Dana Perimbangan 1,332,510,408,788.
00
1,596,161,163,190.8
8 19.79
1.2.
1.
Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan
pajak 1.289.100.000. 000
4.543.040.000.000
2.067.250.000.000
591,526,598,788.00 656,129,600,190.88 10.92
1.2.
2. Dana alokasi umum
59.576.000.000 60.579.000.000 700,444,910,000.00 901,398,453,000.00 28.69
Penerimaan Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dana Perimbangan
Pendapatan Lain yang Sah
59
No. Uraian 2008 2009 2010 2011
(Rp)
2012
(Rp) s
1.2.
3. Dana alokasi khusus
595.760.000.00
0
605.790.000.00
0 40,538,900,000.00 38,633,110,000.00 - 4.70
1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang
Sah
1,954,234,903,950.
00
2,187,249,394,000.0
0 11.92
1.3.
1 Hibah
- - - 1,037,958,000.00 - (100.00)
1.3.
4 Dana penyesuaian dan otonomi khusus
1.118.480.000.0
00
1.154.940.000.00
0
1,953,196,945,950.
00
2,187,249,394,000.0
0 11.98
Sumber: Badan Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah
Tabel 3-2. Distribusi Persentase Realisasi Penerimaan DaerahProvinsi Papua Barat
No. Komponen Pendapatan Tahun
2006 2007 2008 2009
1. Pendapatan Asli Daerah 2,25% 4,77% 5,09% 2,61%
1.1 Pajak Daerah 1,11% 3,70% 4,43% 2,31%
1.2 Retribusi Daerah 0% 0,01% 0% 0,01%
1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 0% 0% 0% 0%
1.4 Lain-Lain PAD yang Sah 1,14% 1,06% 0,66% 0,29%
2 Dana Perimbangan 95,89% 95,23% 57,01% 36,50%
3 Lain-Lain Pendapatan yang Sah 1,86% 0,00% 37,90% 60,89%
Jumlah 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
Sumber: Statistik Keuangan Daerah Provinsi Papua Barat, 2009.
Sedangkan, penjabaran kondisi perekonomian secara umum dan penerimaan daerah secara khusus yang
terkait dengan pendanaan program maupun kegiatan sesuai dengan prinsip desentralisasi Fiskal di
Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari Pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka desentralisasi. Dana
perimbangan juga merupakan komponen paling dominan dalam Pendapatan Daerah yang terdiri
dari beberapa komponen, yaitu: Dana Bagi Hasil atau DBH, Dana Alokasi Umum atau DAU serta
Dana Alokasi Khusus atau DAK. Komposisi ini telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah dan dilaksanakan
dari tahun ketahun.
a. Dana Bagi Hasil (DBH)
Dana Bagi Hasil sesungguhnya merupakan kontribusi Pemerintah Pusat kepada Daerah
sebagai wujud dari kesatuan wilayah Nasional Repbulik Indonesia. Besaran Dana Bagi
Hasil ini ditetapkan sesuai dengan tingkat pemanfaatan sumber daya alam di Provinsi
60
Papua Barat. Tingginya besaran DBH sangat tergantung pada investasi yang terlaksana
terkait pemanfaatan potensi sumber daya alam yang terkandung di wilayah Papua Barat.
Berdasarkan pengertian tersebut, besarnya alokasi DBH bagi wilayah Papua Barat
sangat ditentukan sesuai kebijakan perekonomian khususnya dalam peningkatan
pemanfaatan Sumber Daya Alam. Adapun Dana Bagi Hasil itu sendiri terdiri dari
klasifikasi sebagai berikut:
i. Dana Bagi Hasil Pajak meliputi: Dana Bagi Hasil PBB, BPHTB, PPH dan Dana Bagi
Hasil Cukai. Beberapa komponen DBH ini belum dilaksanakan di Papua Barat.
ii. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam meliputi: Dana Bagi Hasil Kehutanan,
Pertambangan Umum, Perikanan dan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi.
Selama tahun 2008-2010, perkembangan alokasi pengeluaran transfer yang berasal dari
DBH Pemerintah Pusat ke Pemerintah Provinsi Papua Barat mengalami kondisi yang
tidak menentu. Perkembangan jumlah alokasi pada tahun 2008-2009 sangat berbeda
dengan perubahan yang terjadi pada tahun 2009-2010. Penurunan penerimaan alokasi
yang terjadi sangat mempengaruhi penerimaan pendapatan daerah secara umum di
Papua Barat, berikut merupakan rincian perubahan yang terjadi.
Tabel 3-1. Alokasi Dana Bagi Hasil Provinsi Papua Barat (Milyar Rupiah)
Klasifikasi Tahun
2008 2009 2010
DBH Sumber Daya Alam 382,63 2.617,70 1.130,90
DBH Pajak 906,47 1.925,34 936,35
Total DBH 1.289,10 4.543,04 2.067,25
Sumber: Kementerian Keuangan, 2010
b. Dana Alokasi Umum (DAU)
Prinsip dasar dari Dana Alokasi Umum atau DAU adalah merupakan upaya Pemerintah
Pusat melakukan pemerataan kemampuan keuangan Daerah. Transfer dana dari
Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah dalam bentuk DAU bermaksud menutupi
kesenjangan fiskal (fiscal gap) yang terjadi sebagai upaya perwujudan kemandirian
Pemerintah Daerah dalam melayani masyarakat.
Penetapan besaran DAU sendiri, didasari oleh ketersediaan data dasar celah fiskal yang
dirumuskan hingga menjadi jumlah penentuan alokasi DAU bagi Provinsi Papua Barat.
Oleh karenanya, secara tidak langsung intensifikasi besaran DAU ditentukan oleh mutu
data dasar yang antara lain berupa: jumlah penduduk, luas wilayah, tingkat harga,
61
kondisi sumber daya manusia, serta PDRB per kapita.Realisasi pengeluaran transfer
dalam bentuk DAU dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami peningkatan.
Namun walaupun begitu jumlah realisasi penerimaan masih sangat jauh dibawah alokasi
penerimaan yang ditetapkan pemerintah pusat.
Tabel 3-2. Penerimaan Transfer Provinsi Papua Barat Tahun 2009-2010 (Milyar Rupiah)
TAHUN ALOKASI PENERIMAAN2 REALISASIDAU3
2009 7.839,76 595,76
2010 3.418,07 605,79
Sumber: Kementerian Keuangan RI, 2010 dan BAKD Papua Barat, 2011
c. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus ini berasal dari Pendapatan APBN dan dialokasikan ke Daerah
tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai dengan
kepentingan nasional. Kegiatan khusus yang dimaksud, memiliki kriteria kebutuhan
khusus yang ditetapkan melalui peraturan perundangan yang berlaku, sebagai berikut:
Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.
Kebutuhan yang digunakan untuk membiayai kegiatan reboisasi dan
penghijauan oleh daerah penghasil.
Kebutuhan yang tidak dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumusan
Dana Alokasi Umum.
Berdasarkan pemahaman tersebut, pada dasarnya DAK ditujukan untuk tujuan spesifik
yang telah tergambarkan berdasarkan kebutuhannya. Untuk wilayah Papua Barat
sendiri, dalam tiga tahun terakhir memiliki jumlah DAK yang berubah-ubah.
Menurunnya tingkat kebutuhan khusus yang ada di Papua Barat telah mendorong
terjadinya perubahan besaran DAK yang ditransfer Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah Papua Barat. Berikut merupakan gambaran pengalokasian Dana
Alokasi Khusus atau DAK di Papua Barat:
Tabel 3-3. Dana Alokasi Khusus Provinsi Papua Barat (dalam Milyar Rupiah)
Tahun AlokasiDAK RealisasiDAK
2009 1.195,07 68,58
2Alokasi meliputi Provinsi Dan Kabupaten/Kota se Papua Barat (sumber: Kementerian Keuangan RI Tahun 2011)
3 Realisasi hanya Provinsi Papua Barat saja (sumber: BAKD Provinsi Papua Barat, Agustus 2011)
62
2010 419,73 21,76
Sumber : Kementerian Keuangan RI, 2010 dan BAKD Papua Barat, 2011
2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh Daerah berdasarkan pungutan dana yang digunakan
untuk memenuhi keperluan daerah membiayai kegiatannya sesuai dengan peraturan daerah
yang mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi
Daerah, Bagian Laba Usaha Daerah, dan Penerimaan Lain-lain. Pendapatan Asli Daerah Provinsi
Papua Barat dalam kurun waktu jangka menengah kedepan diperkirakan akan terus meningkat.
Prediksi peningkatan PAD tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan Laba Usaha Daerah
yang berhubungan dengan pendapatan lain PAD.
Tabel 3-4. Pendapatan Asli Daerah Provinsi Papua Barat(Jutaan Rupiah)
NO JENIS
PENERIMAAN DAERAH
TAHUN
2007 2008 2009 2010
1 Pajak Daerah 25.436,70 66.640,51 67.076,90 41.184,50
2 Retribusi 73,10 294,10 294,10 322,09
3 Pendapatan Lain 7.285,65 365,70 365,70 5.644,20
Jumlah 32.795,45 67.300,31 67.736,70 47.150,79
Sumber: Dispenda Papua Barat, 2010, dan Statistik Keuangan Daerah, 2009.
3. Penerimaan Lain yang Sah
a. Dana Otonomi Khusus ( Provinsi Papua Barat )
Penetapan Provinsi Papua Barat sebagai daerah berkategori Otonomi Khusus
berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 sebagimana telah diubah
denganUndang-Undang Nomor 35 Tahun 2008, menyebabkan diberikannya dana
transfer berupa Dana Otonomi Khusus yang besarannya adalah 2 % dari Dana Alokasi
Umum atau DAU Nasional. Peningkatan angka DAU Nasional dari tahun ke tahun ikut
mendorong terjadinya peningkatan alokasi Dana Otonomi Khusus untuk wilayah Papua
Barat.
Gambar 3-2 Realisasi Dana Otonomi Khusus Papua Barat
63
Sumber: BAKD Papua Barat, Agustus 2011.
Penetapan Dana Otonomi Khusus terkait dengan total belanja Pemerintah Pusat yang
pada tahun 2010 menunjukan angka Rp. 781,5 triliun atau sebesar 69, 40 % dari total
belanja keseluruhan. Sementara itu, alokasi dana transfer ke Daerah pada tahun yang
sama ditetapkan sebesar Rp. 344,6 triliun. bedasarkan besaran alokasi nasional dana
transfer tersebut, komponen Dana Alokasi Umum atau DAU sebesar 57,73 %, dimana
porsi Dana Otonomi Khusus adalah sebesar 2,7 % dari Dana Alokasi Umum.
Kemudian dalam tahun 2011, porsi belanja Pemerintah Pusat menunjukan peningkatan
menjadi sebesar Rp. 823, 6 triliun atau 68,52 % dari total belanja keseluruhan.
sementara alokasi dana transfer ke Daerah sebesar Rp. 378,4 triliun dengan nilai DAU
adalah sebesar 58,63 % dan selanjutnya Dana Otonomi Khusus Papua sebesar 2,72 %
dari DAU yang tersedia.
Tabel 3-5. Posisi Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat
(dalam Trilyun Rupiah)
KLASIFIKASI TAHUN
2010 2011
Total Belanja Pemerintah Pusat 781,50 823,60
Total Belanja Transfer Pusat ke Daerah 344,60 378,40
Persentase DAU dari total belanja transfer Pusat ke Daerah 57,73% 58,63%
Persentase Dana Otsus dari DAU 2,70% 2,72%
Persentase Alokasi Provinsi Papua Barat terhadap Dana Otsus 30% 30%
Sumber: Kementerian Keuangan RI, tahun 2010, Angka tahun 2011 adalah versi RAPBN 2011.
b. Dana Tambahan Infrastruktur Otonomi Khusus Papua Barat.
Realisasi alokasi Dana Tambahan Infrastruktur Otonomi Khusus Papua Barat hingga saat
ini belum menunjukan dampak pemanfaatan yang maksimal. Alokasi yang diusulkan
Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat ini, diupayakan pemanfaatannya dalam
900
950
1000
1050
1100
1150
1200
Mily
ar R
up
iah
64
beberapa kurun waktu mendatang guna meningkatkan kemampuan pembangunan
infrastruktur.
Untuk wilayah Papua Barat sendiri realisasi pada tahun 2010 menunjukan angka Rp.
600 Milyar Rupiah, meningkat Rp. 30,5 Milyar dibandingkan jumlah yang terealisasi
pada tahun 2008. Berikut merupakan gambaran peningkatan jumlah realisasi dana
tambahan infrastruktur yang terjadi.
Gambar 3-3. Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua Barat
(dalam Milyar Rupiah)
Sumber: BAKD Provinsi Papua Barat, Agustus 2011
c. Dana Penyesuaian
Dana bantuan dari Pemerintah Pusat yang diberikan kepada Daerah yang mengalami
kekurangan anggaran DAU dan DBH sehubungan dengan komponen personil, peralatan,
pembiayaan dan dokumentasi (P3D) pelaksanaan Otonomi Daerah merupakan suatu
bentuk dana penyesuaian keuangan. Penerimaan dana penyesuaian untuk wilayah
Provinsi Papua Barat sendiri baru dirasakan pada tahun 2010 dengan besaran jumlah
sebesar Rp. 64,05 milyar untuk Pemerintah Provinsi, dan Rp. 594,17 milyar untuk
pemerintah Kabupaten/Kota. Penggunaan Dana Penyesuaian ini diarahkan untuk:
Dana Tambahan Penghasilan bagi Guru PNSD
Dana Tambahan Tunjangan Profesi Guru
Dana Insentif Daerah serta
Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )
d. Dana Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan
65
Dana ini dimaksudkan untuk membiayai kegiatan atau program Kementerian dan
Lembaga di Provinsi Papua Barat dengan nilai alokasi pada tahun 2011 sebesar
Rp.3.094,37 Milyar (Kantor Wilayah Kementerian Keuangan Jayapura, 2011). Sedangkan
untuk jumlah besaran dana dekonsentrasi atau tugas perbantuan tahun-tahun
sebelumnya masih merupakan satu gabungan alokasi dana dengan Provinsi Papua.
4. Skema Penerimaan Lain
a. Pinjaman dan Hibah Dalam Negeri
Sekalipun diijinkan oleh regulasi keuangan daerah, penerimaan yang bersumber dari
Pinjaman dan Hibah dalam negeri belum dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Papua
Barat, termasuk Kabupaten/Kota.
Peluang pemanfaatan sumber penerimaan yang berasal dari pinjaman dan hibah dalam
negeri masih memerlukan regulasi di tingkat Daerah. Oleh sebab itu, penerimaan ini
masih lebih bersifat potensial dan belum effektif. Dalam periode 2012 - 2016, potensi ini
bisa dimanfaatkan untuk memperkuat kapasitas fiskal Papua Barat mengingat
pendapatan daerah ini dapat berbentuk devisa, rupiah, barang atau jasa, serta pelatihan
yang tidak perlu dibayarkan kembali.
b. Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Jenis penerimaan yang berasal dari Kekayaan Daerah yang dipisahkan maupun Hasil
Perusahaan Milik Daerah dalam wujud bentuk keuntungan usaha, bagian keuntungan
Badan Usaha Milik Daerah atau BUMD baik yang bersifat lembaga keuangan, non-
keuangan, maupun penyediaan pelayanan dasar hingga saat ini belum dimanfaatkan
secara optimal. Potensi kontribusi nyata dapat diberikan sehubungan dengan rencana
pengembangan BUMD Provinsi Papua Barat. Dalam kurun waktu perencanaan jangka
menengah kedepan tahun 2012-2016, peluang ini berusaha dihasilkan melalui perantara
BUMD guna memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan yang dibutuhkan Provinsi
Papua Barat terutama terkait dengan pengadaan infrastruktur dasar wilayah.
c. Sumber Pendanaan Luar Negeri.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pinjaman dan
Hibah Luar Negeri, dapat diusahakan masuknya dana dari mitra luar negeri dalam
bentuk Pinjaman dan Hibah. Hak dan kewenangan melakukan Pinjaman Luar Negeri dan
pengaliran Dana Hibah kepada Daerah ditetapkan melalui persetujuan Menteri
Keuangan Republik Indonesia berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
Besaran Dana Pinjaman dan Hibah Luar Negeri diteruskan kepada Pemerintah Daerah
hingga saat ini tidak tercatat dalam APBD Provinsi Papua Barat, akan tetapi
66
pemanfaatannya dirasakan secara nyata untuk kepentingan sebagai berikut :
1. Hibah digunakan untuk membiayai program penguatan kapasitas kelembagaan,
peningkatan kualitas sumber daya aparatur, pembangunan sumber daya manusia,
pelayanan kesehatan dan pendidikan, penanggulangan kemiskinan, dan pengelolaan
lingkungan hidup.
2. Sedangkan untuk pinjaman (yang diteruskan ke Daerah) diarahkan untuk
pembangunan infrastruktur serta pembangunan berbagai program yang memiliki
nilai strategis yang tinggi serta memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat.
5. Skema pendanaan khusus.
Skema pendanaan khusus ini dapat dilaksanakan dalam bentuk pembangunan sarana tertentu
khususnya yang memiliki peluang pengembalian modal investasi dan dilaksanakan dalam bentuk
Publik Private Partnership (PPP) atau Kerangka Pembiayaan Swasta. Untuk wilayah Papua Barat,
dapat diusahakan pengembangan pola PPP dalam pemenuhan pengelolaan air bersih/air minum,
pemenuhan kebutuhan listrik, dan sarana pelabuhan komersial.
Diluar skema PPP, dapat diusahakan pendanaan melalui program kepedulian sosial dikalangan
dunia usaha atau Corporate Social Responsibility (CSR). Pola seperti ini dilaksanakan sejalan
dengan beroperasinya perusahaan-perusahaan yang berinvestasi dalam memanfaatkan potensi
sumber daya alam di Papua Barat dengan penanaman modal baik dari dalam negeri maupun luar
negeri. Sebagai contoh, pelaksanaan skema CSR ini telah berjalan seiring dengan operasional BP
Tangguh di Kabupaten Teluk Bintuni.
67
3.1.2. Neraca Daerah
Tabel 3-6. Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2007 - 2011
No. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Pertumbu
han (%)
1 ASET 538.796.181.431,86 1.134.862.630.270,38 2.042.066.129.869,69 3.333.281.577.007,42 4.005.940.483.297,95 68,49%
1.1 ASET LANCAR 189.629.783.550,86 78.806.406.869,38 142.197.016.263,69 362.578.447.582,42 404.117.023.796,95 47,11%
1.1.1 Kas 188.253.783.625,86 75.865.371.054,38 131.502.834.234,69 358.977.892.215,42 398.982.993.830,95 49,44%
1.1.1.1 Kas di Kas Daerah 166.741.703.982,86
75.865.371.054,38 131.502.834.234,69
331.870.798.393,42 368.375.760.064,95 11,00%
1.1.1.2 Kas di Bendahara Pengeluaran
21.438.979.643,00 27.043.952.214,00 30.607.233.766,00 13,18%
1.1.1.3 Kas di Bendahara Penerimaan
73.100.000,00 63.141.608,00 0,00 -100,00%
1.1.1.4 Investasi Jangka Pendek 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
1.1.2 Piutang 0,00 993.512.432,00 56.146.909,00 240.508.364,00 5.134.029.966,00 756,22%
1.1.2.1 Piutang Pajak 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00 0,00%
1.1.2.2 Piutang Retribusi 0,00 0,00 0,00 0,00%
1.1.2.3 Bagian lancar pinjaman kepada perusahaan negara
0,00 0,00 0,00 0,00%
1.1.2.4 Bagian lancar pinjaman kepada perusahaan daerah
0,00 0,00 0,00 0,00%
1.1.2.5 Bagian lancar pinjaman kepada Pemerintah Pusat
0,00 0,00 0,00 0,00%
1.1.2.6 Bagian lancar pinjaman kepada pemerintah daerah lainnya
0,00 0,00 0,00 0,00%
1.1.2.7 Bagian lancar taguhan penjualan angsuran
0,00 0,00 0,00 0,00%
1.1.2.8 Bagian lancar tuntutan 0,00 0,00 0,00 0,00%
68
No. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Pertumbu
han (%) perbendaharaan
1.1.2.9 Bagian lancar tuntutan ganti rugi
0,00 0,00 0,00 0,00%
1.1.2.10 Piutang lainnya 0,00 993.512.432,00 56.146.909,00 240.508.364,00 5.134.029.966,00 756,22%
1.1.3 Persediaan 1.375.999.925,00 1.947.523.383,00 10.638.035.120,00 3.360.047.003,00 0,00 79,84%
1.2. INVESTASI JANGKA PANJANG
0,00 0,00 25.000.000.000,00 100.000.000.000,00 125.000.000.000,00 162,50%
1.2.1 Investasi Non Permanen 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
1.2.1.1 Pinjaman kepada perusahaan negara
0,00
0,00 0,00
0,00 0,00 0,00%
1.2.1.2 Pinjaman kepada perusahaan daerah
0,00 0,00 0,00 0,00%
1.2.1.3 Pinjaman kepada perusahaan daerah lainnya
0,00 0,00 0,00 0,00%
1.2.1.4 Investasi dalam Surat Utang Negara
0,00 0,00 0,00 0,00%
1.2.1.5 Investasi non permanen lainnya
0,00 0,00 0,00 0,00%
1.2.2 Investasi Permanen 0,00 0,00 25.000.000.000,00 100.000.000.000,00 125.000.000.000,00 162,50%
1.2.2.1 Penyertaan modal pemerintah daerah
0,00
0,00 25.000.000.000,00
100.000.000.000,00 125.000.000.000,00 25,00%
1.2.2.2 Penyertaan modal dalam proyek pembangunan
0,00 0,00 0,00 0,00%
1.2.2.3 Penyertaan modal perusahaan patungan
0,00 0,00 0,00 0,00%
1.2.2.4 Investasi permanen lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00%
1.3 ASET TETAP 349.166.397.881,00 1.056.056.223.401,00 1.874.869.113.606,00 2.870.703.129.425,00 3.476.823.459.501,00 88,55%
1.3.1 Tanah 12.190.279.525,00 40.374.699.775,00 61.873.919.775,00 91.738.556.775,00 112.533.856.775,00 88,85%
1.3.2 Peralatan dan mesin 90.016.716.848,00 214.358.047.404,00 314.601.444.788,00 476.292.865.793,00 628.234.955.342,00 67,05%
69
No. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Pertumbu
han (%)
1.3.3 Gedung dan bangunan 103.504.249.445,00 279.331.085.495,00 477.217.057.886,00 923.250.691.142,00 1.083.730.540.221,00 87,89%
1.3.4 Jalan, irigasi, dan jaringan 114.218.175.209,00 398.359.510.333,00 690.761.274.219,00 1.274.217.674.715,00 1.523.543.761.163,00 106,55%
1.3.5 Aset tetap lainnya 12.485.475.000,00 44.277.511.550,00 74.047.206.000,00 105.203.341.000,00 128.780.346.000,00 96,59%
1.3.6 Konstruksi dalam pengerjaan
16.751.501.854,00 79.355.368.844,00 256.368.210.938,00 0,00 0,00 165,59%
1.3.7 Akumulasi penyusutan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
1.4 DANA CADANGAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
1.4.1 Dana cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
1.5 ASET LAINNYA 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
1.5.1 Tagihan penjualan angsuran
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
1.5.2 Tagihan tuntutan ganti kerugian daerah
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
1.5.3 Kemitraan dengan pihak kedua
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
1.5.4 Aset tak berwujud 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
1.5.5 Aset lain-lain 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
JUMLAH ASET 538.796.181.431,86 1.134.862.630.270,38 2.042.066.129.869,69 3.333.281.577.007,42 4.005.940.483.297,95 68,49%
2. KEWAJIBAN 0,00 27.574.448.071,77 3.942.313.430,28 3.925.152.879,91 3.905.989.031,91 -28,88%
2.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
0,00 27.574.448.071,77 3.942.313.430,28 3.925.152.879,91 3.905.989.031,91 -28,88%
2.1.1 Utang perhitungan pihak ketiga 0,00 24.486.891.071,77 854.101.884,28 837.595.879,91 818.432.031,91 -33,58%
2.1.2 Utang bunga 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
2.1.3 Utang pajak 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
2.1.4 Bagian lancar utang jangka 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
70
No. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Pertumbu
han (%) panjang - Utang bank
2.1.5 Bagian lancar utang jangka panjang - Utang obligasi 0,00 0,00 0,00 0,00%
2.1.6
Bagian lancar utang jangka panjang - Utang Pemerintah Pusat 0,00 0,00 0,00 0,00%
2.1.7
Bagian lancar utang jangka panjang - Utang pemerintah provinsi 0,00 0,00 0,00 0,00%
2.1.8
Bagian lancar utang jangka panjang - Utang pemerintah kabupaten/kota 0,00 0,00 0,00 0,00%
2.1.9 Pendapatan diterima di muka 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
2.1.10 Utang jangka pendek lainnya 0,00 3.087.557.000,00 3.088.211.546,00 3.087.557.000,00 3.087.557.000,00 0,00%
2.2 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
2.2.1 Utang dalam negeri - sektor perbankan 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00 0,00%
2.2.2 Utang dalam negeri - obligasi 0,00 0,00 0,00 0,00%
2.2.3 Utang dalam negeri - Pemerintah Pusat 0,00 0,00 0,00 0,00%
2.2.4 Utang dalam negeri - Pemerintah provinsi 0,00 0,00 0,00 0,00%
2.2.5
Utang dalam negeri - Pemerintah kabupaten/kota 0,00 0,00 0,00 0,00%
2.2.6 Utang luar negeri - sektor perbankan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
71
No. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Pertumbu
han (%)
3 EKUITAS DANA 538.796.181.431,86 1.107.288.182.198,61 2.038.123.816.439,41 3.329.356.424.127,51 4.002.034.494.266,04 68,28%
3.1 EKUITAS DANA LANCAR 189.629.783.550,86 51.231.958.797,61 138.254.702.833,41 358.653.294.702,51 400.211.034.765,04 66,97%
3.1.1 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 188.253.783.625,86 51.378.479.982,61 130.281.243.721,91 358.077.154.727,51 398.107.844.546,04 66,72%
3.1.2 Cadangan untuk piutang 0,00 993.512.432,00 56.146.909,00 240.508.364,00 5.134.029.966,00 756,22%
3.1.3 Cadangan untuk persediaan 0,00 1.947.523.383,00 10.638.035.120,00 3.360.047.003,00 0,00 92,61%
3.1.4
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek 1.375.999.925,00 -3.087.557.000,00 -3.088.211.546,00 -3.087.557.000,00 -3.087.557.000,00 -81,10%
3.1.5 Pendapatan yang ditangguhkan 0,00 0,00 367.488.628,50 63.141.608,00 56.717.253,00 -46,50%
3.2 EKUITAS DANA INVESTASI 349.166.397.881,00 1.056.056.223.401,00 1.899.869.113.606,00 2.970.703.129.425,00 3.601.823.459.501,00 89,99%
3.2.1 Diinvestasikan dalam investasi jangka panjang 0,00 0,00 25.000.000.000,00 100.000.000.000,00 125.000.000.000,00 162,50%
3.2.2 Diinvestasikan dalam aset tetap 349.166.397.881,00 1.056.056.223.401,00 1.874.869.113.606,00 2.870.703.129.425,00 3.476.823.459.501,00 88,55%
3.2.3 Diinvestasikan dalam aset lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
3.2.4
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka panjang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
3.3 EKUITAS DANA CADANGAN
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
3.3.1 Diinvestasikan dalam dana cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
3.4 REKENING KORAN PPKD 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
3.4.1 Rekening koran PPKD 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00%
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 538.796.181.431,86 1.134.862.630.270,38 2.042.066.129.869,69 3.333.281.577.007,42 4.005.940.483.297,95 68,49%
72
73
3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan MasaLalu
1. Penyusunan dan Pemantapan Anggaran
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah, pengelolaan keuangan daerah harus dilaksanakan secara terpadu antara perencanaan
dan penganggaran, tertib, efektif, efisien, transparan, dan bertanggung jawab. Penyediaan
pendanaan program maupun kegiatan yang berasal dari keuangan daerah direncanakan dalam
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) maupun dokumen acuan
lainnya yang berupa Rencana Strategis SKPD (Renstra SKPD) dan Rencana Kerja SKPD (Renja
SKPD). Khususnya dalam RPJMD, indikasi pembiayaan yang bersifat jangka menengah akan
dijabarkan menjadi pembiayaan tahunan yang tercermin dalam APBD dan APBN tahun
bersangkutan.
a. Penyiapan Dokumen Acuan Penganggaran
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, serta Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, penyusunan anggaran
mengacu kepada sejumlah dokumen perencanaan dan dokumen kerja lainnya. Dokumen
acuan tersebut terdiri dari dokumen acuan tahap perencanaan dan dokumen acuan
teknis sebelum menjadi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD).
Untuk dokumen acuan perencanaan terdiri dari dokumen RPJMD, Renstra SKPD, Renja
SKPD, dan RKPD, sedangkan dokumen teknis yang menjadi agenda lebih lanjut terdiri
dari Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Penetapan Plafond Anggaran Sementara (PPAS),
Rencana Kerja Anggaran (RKA) SKPD, dan RAPBD.
Keterikatan antara satu dokumen acuan dengan dokumen acuan lainnya menuntut
kinerja yang optimal dan penyelesaian tepat waktu dalam penyusunan berbagai
dokumen acuan tersebut. Hubungan antar dokumen acuan lebih lanjut tergambar pada
diagram keterpaduan berikut ini.
Berdasarkan struktur dokumen perencanaan wilayah, setiap SKPD wajib menyusun
rencana strategis yang nantinya menjadi acuan dalam penyusunan Renja SKPD. Renja
SKPD selanjutnya menjadi materi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah atau RKPD yang merupakan penjabaran tahunan dari program jangka menengah
dalam RPJMD. Dokumen RKPD yang bersifat tahunan memuat materi mengenai
rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah
serta rencana kerja yang terukur berikut pendanaannya.
74
Gambar 3-4. Integrasi Perencanaan dan Penganggaran Keuangan
Gambar 3-5. Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Lebih lanjut lagi, Rencana Kerja Pemerintah Daerah diterjemahkan kedalam rencana
penganggaran dalam bentuk Kebijakan Umum Anggaran atau KUA yang bersifat tahunan.
Gambaran mengenai prioritas kegiatan disampaikan oleh masing-masing SKPD dan
dituliskan dalam KUA sebagai arahan prioritas penyediaan anggaran tahunan daerah.
Berdasarkan informasi tersebut maka disusunlah Penetapan Plafond Anggaran
Sementara atau PPAS yang merupakan pedoman penyusuan APBD Provinsi Papua Barat.
Rencana Kerja Pemerintah
Daerah
(RKPD) Dokumen Rencana Tahunan
Muatan Materi:
1. Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah.
2. PrioritasPembangunan dan KewajibanDaerah.
3. Rencana Kerja Terukur.
4. Rencana Pendanaan.
75
76
Gambar 3-6. Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA)
b. Pemantapan Dokumen Acuan Penganggaran
Secara teknis, KUA dan PPAS dipaparkan dan dibahas lebih lanjut oleh lembaga eksekutif
maupun lembaga legislatif daerah. Pembahasan ini kemudian menghasilkan Nota
Kesepakatan antara Pimpinan DPRD dengan Gubernur/Kepala Daerah yang menjadi
persetujuan penyusunan dan pembahasan RKA SKPD. Program maupun kegiatan yang
terbahas dalam RKA SKPD secara nyata telah mengadposi kepentingan maupun prioritas
program yang menjadi upaya perwujudan misi pembangunan daerah.
Gambar 3-7. Proses Penetapan Plafond Sementara atau PPAS
Anggaran yang telah tercantum dalam PPAS selanjutnya dituangkan kedalam RKA-SKPD
dengan berlandaskan prinsip-prinsip Anggaran Berbasis Kinerja. Melalui prinsip tersebut
Kebijakan
Umum APBD
Muatan Materi Rancangan PPAS:
1. Skala prioritas urusan wajib dan pilihan.
2. Program-program setiap urusan beserta urutan.
3. Plafond sementara tiap program.
DPRD Pemerintah
Daerah
Rancangan
PPAS PPAS
Muatan Materi PPAS:
1. Program prioritas.
2. Anggaran maksimum setiap program.
(Acuan Penyusunan
77
diharapkan seluruh penanggung jawab memahami betul hal-hal terkait dengan masukan,
keluaran, hasil, indikator kinerja, tolok ukur kinerja serta target kinerja yang akan
dievaluasi dari masing-masing pengguna anggaran.
Gambar 3-8. Proses dan Mekanisme Penyusunan RKA-SKPD
2. Alokasi Anggaran
Penggunaan anggaran yang diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah dengan perwujudan dalam
bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum
yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial, secara teknis, dapat menggunakan
perangkat kerangka kerja logis atau logical frame work guna mencapai pemanfaatan sumber daya
yang optimal. Perwujudan kualitas kehidupan masyarakat digambarkan dalam prestasi kinerja
dan pencapaian standar minimal pelayanan masing-masing satuan kerja.
Sesuai dengan pedoman penyusunan anggaran yang diterbitkan oleh Kementerian Dalam Negeri,
alokasi anggaran untuk satuan kerja terkelompokan menurut klasifikasi Urusan Wajib dan
Urusan Pilihan penyelenggaraan Pemerintahan. Dalam hubungan ini, faktor utama yang menjadi
pertimbangan adalah penyediaan anggaran atau dana berdasarkan asas pelaksanaan tugas
kelembagaan atau money follows function guna memberikan pengaruh manfaat yang sebesar-
besarnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pembagian tugas Pemerintah Pusat dan Daerah
dikelompokkan berdasarkan urusan sebagai berikut:
Urusan Wajib
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Pekerjaan Umum
4. Perumahan
5. Penataan Ruang
6. Perencanaan Pembangunan
78
7. Perhubungan
8. Lingkungan Hidup
9. Pertanahan
10. Kependudukan dan Catatan Sipil
11. Pemberdayaan Perempuan
12. Keluarga Berencana dan
Kesejahteraan Keluarga
13. Sosial
14. Tenaga Kerja
15. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
16. Penanaman Modal
17. Kebudayaan
18. Pemuda dan Olah Raga
19. Kesatuan Bangsa dan Politik DN
20. Pemerintahan Umum
21. Kepegawaian
22. Pemberdayaan Masyarakat Kampung
23. Statistik
24. Kearsipan
25. Komuniksasi dan Informatika.
Urusan Pilihan
1. Pertanian
2. Kehutanan
3. Energi dan Sumber Daya Mineral
4. Pariwisata
5. Kelautan dan Perikanan
6. Perdagangan
7. Perindustrian
8. Transmigrasi.
Berdasarkan klasifikasi urusan tersebut, maka alokasi anggaran dalam APBD tahunan ditetapkan
dan kemudian selanjutnya dijabarkan kedalam RKA-SKPD sesuai dengan bidang urusan yang ada.
3. Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
Pencapaian sasaran maupun target pembangunan yang tertuang dalam dokumen RPJMD maupun
Renstra masing-masing SKPD diukur melalui penganggaran yang berbasis kinerja dan mengacu
pada pelaksanaan program-program. Penganggaran berbasis kinerja bertujuan untuk
memastikan bahwa dana yang dialokasikan bisa diukur efesiensi dan efektifitas dari capaian
suatu program. Dengan menggunakan kerangka kerja logis maka komponen anggaran berbasis
kinerja seperti: indikator kinerja, kinerja, keluaran, masukan dengan mudah bisa dicantumkan
dalam penyusunan Rencana Kerja Anggaran SKPD atau Kementerian/Lembaga.
Selain itu, pendekatan berbasis kinerja dalam penyediaan anggaran juga berupaya mencapai
keluaran atau output masukan berupa dana maupun komponen masukan lainnya yang tidak
terikat dengan pendanaan. Masukan atau Input yang dimaksud dapat berupa segenap sumber
daya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program atau kegiatan, sementara keluaran atau
output adalah semua barang dan jasa yang dihasilkan dari program atau kegiatan tersebut.
Hal penting yang menjadi bagian dari penganggaran berbasis kinerja adalah rumusan-rumusan
yang berhubungan dengan penetapan indikator, tolok ukur, serta target kinerja. Untuk indikator
kinerja sendiri terdiri dari masukan, keluaran, dan hasil kinerja. Sedangkan tolak ukur kinerja
meliputi ukuran prestasi kerja yang dapat dicapai berupa mutu, kuantitas, tingkat efisiensi,
efektifitas. Selanjutnya target kinerja yang merupakan dorongan upaya pelayanan yang diberikan
meliputi hal-hal yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan dari pencapaian program atau
79
kegiatan berdasarkan tolok ukur yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Keseluruhan rumusan
tersebut kemudian dipertimbangkan dalam penyusunan RKA-SKPD maupun RKA tingkat
kementerian dan lembaga.
4. Tugas Dekonsentrasi dan Perbantuan
Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota disamping melaksanakan tugas desentraliasi juga
melaksanakan tugas dekonsentrasi dan perbantuan. Meskipun kedua jenis tugas tersebut
menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat, namun dalam kenyataannya tanggung jawab tersebut
didelegasikan kepada Kepala Daerah untuk melakukan proses koordinasi.
Untuk tugas-tugas dekonsentrasi, dana atau anggarannya disalurkan berdasarkan organisasi
kementerian dan lembaga di Daerah. Dalam tahun anggaran 2011, jumlah alokasi untuk wilayah
Papua Barat adalah sebesar Rp. 3.094,37 milyar.
Penerimaan Daerah Provinsi Papua Barat secara garis besar dipergunakan untuk membiayai belanja
pemerintah, baik yang bersifat belanja langsung maupun tidak langsung. Belanja langsung sendiri
dibedakan menjadi 8 (delapan) klasifikasi, sedangkan untuk belanjalangsung dibedakan menjadi 3 (tiga)
klasifikasi utama. Adapun belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta
belanja modal. Untuk belanja tidak langsung terdiri dari belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah,
belanja bantuan sosial, belanja pegawai, belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan juga
pemerintah Kampung, belanja bantuan keuangan bagi provinsi/kabupaten/kota dan juga Pemerintah
Kampung, serta belanja tidak terduga.
3.3 Kerangka Pendanaan Pembangunan Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016
Berdasarkan realisasi penganggaran pembangunan, target pertumbuhan ekonomi yang direncanakan
pada tahun 2012-2016 minimal sebesar 7,5% per tahun menuntut kebutuhan pendanaan pembangunan
setiap tahunnya paling kurang Rp. 10 trilyun. Kebutuhan tersebut tetap akan dipenuhi oleh sumber
pembiayaan pembangunan dari sektor pembiayaan fiskal. Pembiayaan sektor fiskal tersebut bersumber
dari APBN dalam bentuk dana transfer dari Pemerintah Pusat ke Daerah yang berupa DBH, DAU, DAK,
Dana Penyesuaian serta Dana Otonomi Khusus. Pembiayaan lain yang menjadi tulang punggung
merupakan dana program dekonsentrasi/tugas-tugas perbantuan guna membiayai kegiatan kementerian
di Papua Barat. Diluar pembiayaan utama tersebut, diupayakan sumber pendanaan lain berbentuk PAD,
dana lain serta dana hibah donor luar negeri. Komponen pembiayaan ini dibandingkan kedua komponen
bersumber APBN memiliki nilai yang relatif kecil. Secara rinci, keseluruhan sumber pembiayaan
pembangunan Provinsi Papua Barat diluar dana hibah luar negeri tercantum dalam dokumen APBN,
APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten/Kota se Papua Barat.
80
Tabel 3-7. Estimasi APBD Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012
URAIAN ESTIMASI
Pendapatan Daerah 3.778.766.466.950
Belanja Daerah 3.883.765.466.950
Defisit (104.999.000.000)
Pembiayaan Daerah
- Penerimaan Pembiayaan 130.000.000.000
- Pengeluaran Pembiayaan 25.000.000.000
Pembiayaan Netto 105.000.000.000
Selisih lebih 1.000.000.00
Tabel 3-8. Estimasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012
URAIAN ESTIMASI
Pendapatan daerah 3.778.766.466.950
1 Pendapatan AsliDaerah 134.500.000.000
a Pajak Daerah 105.000.000.000
b Retribusi Daerah 1.000.000.000
c Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerahyg dipisahkan 5.000.000.000
d Lain-lain PAD yang sah 23.500.000.000
2 Dana perimbangan 1.690.031.563.000
a Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak 750.000.000.000
b Dana Alokasi Umum 901.398.453.000
c Dana Alokasi Khusus 38.633.110.000
3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah 1.954.234.903.950
a Hibah 1.037.958.000
b Dana Darurat -
c Dana Bagi Hasil Pajak dari Provdan pemda lainnya -
d Dana Otonomi Khusus 1.353.196.945.950
e Dana sarana prasarana 600.000.000.000
f Bantuan Keu dari Prov atau Pemda lainnya -
81
Tabel 3-9. Estimasi Belanja Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012
URAIAN ESTIMASI
Belanja daerah 3.883.765.466.950
1 Belanja Tidak Langsung 2.069.885.775.100
a Belanja Pegawai 237.066.138.400
b Belanja Bunga -
c Belanja Subsidi -
d Belanja Hibah 204.452.611.000
e Belanja Bantuan Sosial 5.174.000.000
f Belanja Bagi Hasil Kepada Kab/Kota dan Pemdes 646.955.163.700
g Belanja Bantuan Keu Kepada Kab/Kota dan
Pemerintah Kampung 951.237.862.000
h Belanja Tidak Terduga 25.000.000.000
2 Belanja langsung 1.813.879.691.850
a BelanjaPegawai 126.284.362.500
b Belanja Barangdan Jasa 871.980.601.350
c Belanja Modal 815.614.728.000
Tabel 3-10. Estimasi Pembiayaan Daerah Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2012
URAIAN PERKIRAAN
1 Penerimaan pembiayaan 130.000.000.000
2 Pengeluaranpembiayaan 25.000.000.000
Pembiayaan Netto 105.000.000.000
Tabel 3-11. Ringkasan Pembagian ke Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2012
URAIAN NILAI %
1 Jumlah Pendapatan 3.778.766.466.950 100,00
2 Ke Kab/Kota Berupa:
A Dana Otsus 951.237.862.000 25,00
B Dana Bagi Hasil 646.955.163.700 17,00
82
URAIAN NILAI %
C Jumlah ke Kab/Kota 1.598.193.025.700 42,00
D Sisa dikelola Provinsi 2.180.573.441.250 58,00
83
Analisis Pertumbuhan Pendapataan Daerah dan ProyeksiBelanja Daerah Provinsi Papua Barat
2012-2016
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban daerah.
Analisis pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran
tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan
daerah. Mengingat bahwa pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam suatu APBD maka analisis
pengelolaan keuangan daerah dilakukan terhadap APBD dan laporan keuangan daerah pada umumnya.
Analisis dilakukan terhadap penerimaan daerah yaitu pendapatan dari penerimaan pembiayaan daerah.
Kapasitas keuangan daerah pada dasarnya ditempatkan sejauh mana daerah mampu mengoptimalkan
penerimaan dari pendapatan daerah. Berbagai objek penerimaan daerah dianalisis untuk memahami
perilaku atau karakteristik penerimaan selama ini.
Analisis dilakukan berdasarkan pada data dan informasi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
pendapatan daerah, antara lain:
(1) Angka rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah masa lalu;
(2) Asumsi indikator makro ekonomi (PDRB/laju pertumbuhan ekonomi, inflasi dan lain-lain);
(3) Kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah;
(4) Kebijakan dibidang keuangan negara.
Kemudian akan dilakukan lagi analisis proyeksi belanja daerah untuk memperoleh gambaran kebutuhan
belanja tidak langsung daerah dan belanja langsung Provinsi Papua Barat. Analisis dilakukan dengan
proyeksi 5 (lima) tahun kedepan untuk penghitungan kerangka pendanaan pembangunan daerah
terhitung mulai 2012- 2016.
84
Tabel 3-12.Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan
Provinsi Papua Barat
No Uraian
Tahun 2012
(Rp)
Tingkat partum
buhan
(%)
Proyeksi
Tahun 2013
(Rp)
Tahun 2014
(Rp)
Tahun 2015
(Rp)
Tahun 2016
(Rp)
A Belanja TidakLangsung 2,330,898,319,267.92 10 2,563,988,151,194.71 2,820,386,966,314.18 3,102,425,662,945.60 3,412,668,229,240.16
1 Belanja Pegawai 254,897,739,260.00 10
280,387,513,186.00 308,426,264,504.60 339,268,890,955.06 373,195,780,050.57
2 Belanja Hibah 396,776,031,000.00 10
436,453,634,100.00 480,098,997,510.00 528,108,897,261.00 580,919,786,987.10
3 Belanja Bantuan Sosial 7,202,429,204.00
10 7,922,672,124.40 8,714,939,336.84
9,586,433,270.52
10,545,076,597.58
4 Belanja Bagi Hasil Kepada
Kabupaten/Kota
609,710,138,803.92
10 670,681,152,684.31 737,749,267,952.74 811,524,194,748.02 892,676,614,222.82
5
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Kabupaten, Kota, Distrik, Kelurahan
dan Kampung.
1,052,311,981,000.00 10
1,157,543,179,100.00 1,273,297,497,010.00
1,400,627,246,711.00
1,540,689,971,382.10
6 Belanja Tak Terduga 10,000,000,000.00
10
11,000,000,000.00 12,100,000,000.00 13,310,000,000.00 14,641,000,000.00
B Belanja Langsung 1,813,879,691,850.00 10
1,995,267,661,035.00 2,194,794,427,138.50 2,414,273,869,852.35 2,655,701,256,837.59
1 Belanja Pegawai. 126,599,662,500.00 10
139,259,628,750.00 153,185,591,625.00 168,504,150,787.50 185,354,565,866.25
2 Belanja Barang dan Jasa 871,008,602,600.00 10
958,109,462,860.00 1,053,920,409,146.00 1,159,312,450,060.60 1,275,243,695,066.66
3 Belanja Modal 816,271,426,750.00 10
897,898,569,425.00 987,688,426,367.50 1,086,457,269,004.25 1,195,102,995,904.68
TOTAL BELANJA 4,144,778,011,117.92 4,559,255,812,229.71 5,015,181,393,452.68 5,516,699,532,797.95 6,068,369,486,077.75
85
86
3.4 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Keuangan Daerah
Keuangan Daerah merupakan elemen penting pendukung penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan kegiatan pelayanan kepada publik. Dalam upaya mewujudkan sasaran maupun target
pembangunan Provinsi Papua Barat, secara umum dibutuhkan dukungan pendanaan untuk seluruh
sektor pembangunan. Kebutuhan pendanaan baik yang bersumber dari dalam maupun luar negeri pada
umumnya merupakan hasil upaya pemerintah yang berasal dari masyarakat maupun dunia usaha secara
luas.
Berbagai permasalahan wilayah berupa tingginya angka kemiskinan, pelayanan infrastruktur yang
kurang memadai, dan persebaran pemukiman penduduk yang tidak merata mendorong penetapan target
pertumbuhan ekonomi wilayah Papua Barat dengan angka yang cukup tinggi. Penetapan target tersebut
sejalan dengan penetapan status otonomi khusus untuk wilayah Papua Barat yang diupayakan dalam
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sumber daya manusia.
Dalam kurun waktu lima tahun kedepan, rencana target pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat
sebesar 7,5 % hingga 10 % per tahun membutuhkan dukungan sarana dan prasarana wilayah yang
memadai. Oleh karenanya, berbagai investasi yang terkait dengan sektor fiskal diarahkan penggunaannya
dalam membangun berbagai kebutuhan dasar berupa prasarana, peningkatan pelayanan, pembangunan
kelembagaan dan sumber daya manusia, penanggulangan kemiskinan, serta upaya penyelamatan
lingkungan. Untuk sumber pembiayaan lain yang tergolong dalam kelompok sektor non-fiskal termasuk
didalamnya investasi yang dilakukan sektor swasta, baik berupa investasi langsung maupun penanaman
kembali bagian keuntungannya diupayakan sesuai skenario pengembangan wilayah yang ditetapkan.
Sejalan dengan target peningkatan pertumbuhan ekonomi, karakteristik wilayah Papua Barat menuntut
kebutuhan pendanaan program maupun kegiatan yang lebih besar secara jumlah. Sehubungan dengan hal
tersebut, status Otonomi Khusus memberikan tambahan pendanaan dalam membiayai berbagai program
yang mampu mendorong percepatan pengembangan wilayah. Program-program percepatan tersebut
memiliki sasaran khusus dalam meningkatkan kinerja pembangunan infrastruktur dasar dan sumber
daya manusia sebagai katalisator peningkatan pembangunan ekonomi secara keseluruhan.
3.4.1 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah
Formulasi kebijakan dalam mendukung pengelolaan anggaran pendapatan daerah akan lebih difokuskan
pada upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi. Kebijakan target pertumbuhan ekonomi yang
diperkirakan sebesar 7,5 hingga 10 persen per tahun, akan diupayakan melalui beberapa kebijakan yang
meliputi:
a. Kepastian penyediaan pendanaan untuk membiayai program prioritas dalam kurun waktu tahun
2012-2016, baik untuk Pemerintah Provinsi maupun bagi Pemerintah Kabupaten/Kota.
Kepastian ini akan didasarkan pada prediksi yang tepat mengenai potensi penerimaan daerah
baik yang berupa pendapatan yang berasal dari APBN maupun APBD.
87
b. Optimalisasi sumber pendanaan yang bertujuan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi
sumber pendapatan yang berasal dari dalam maupun luar daerah. Melalui kebijakan ini
diharapkan adanya dorongan upaya penggalangan sumber pendanaan dari pihak swasta,
masyarakat maupun kemitraan internasional yang lebih maksimal.
c. Pembentukan skema kerja sama mitra yang maksimum dalam pengupayaan sumber pendanaan
atas dasar kemitraan. Untuk kemitraan internasional pelaksanaannya disesuaikan dengan
ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman
dan Hibah. Penggunaan dana pinjaman atau hibah yang dimaksud, dilaksanakan berdasarkan
Standar Operasi dan Prosedur (SOP) dengan arahan pemanfaatan untuk pembiayaan program
yang mempunyai implikasi besar dan luas terhadap pengembangan wilayah Papua Barat.
d. Mengupayakan pendanaan dengan mekanisme pinjaman dan hibah dari luar negeri guna
membiayai berbagai program prioritas dalam pembangunan didaerah. Bentuk program prioritas
tersebut dapat berupa program penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan kelembagaan dan
sumber daya aparatur, pembangunan sumber daya manusia, dan program pengembangan
ekonomi kerakyatan.
e. Melanjutkan pemanfaatan dana hibah luar negeri dengan melibatkan secara langsung
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota se Papua Barat untuk berperan dalam
proses penyusunan dokumen kegiatan, ataupun penyediaan tenaga konsultan nasional melalui
penyediaan dana pendukung nasional atau counterpart budget baik yang berasal dari APBN
maupun APBD.
3.4.2 Strategi Pengelolaan Keuangan Daerah
Strategi utama pendanaan pembangunan yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Pengembangan sumber dan skema pendanaan pembangunan daerah baik yang sedang berjalan
maupun skema baru lainnya, seperti: mengupayakan pemanfaatan pendanaan karbon atau carbon
trading, dan mendorong pelaksanaan Corporate Social Responsibility atau CSR oleh pihak swasta.
Diharapkan dengan adanya kolaborasi skema pendanaan lama dan yang baru pemenuhan kebutuhan
pendanaan dapat lebih memadai khusus untuk pendanaan yang berkaitan dengan kelestarian
lingkungan hidup di Papua Barat.
b. Peningkatan mutu atau kualitas pemanfaatan sumber dan skema pendanaan pembangunan dengan
pembiayaan program strategis pembangunan. Melalui strategi ini, pengalokasian anggaran
difokuskan pada penyediaan dana bagi program prioritas dengan beban anggaran yang seminimum
mungkin.
c. Peningkatan alokasi pendanaan kegiatan yang bersifat mendukung pelaksanaan tugas dekonsentrasi
88
atau tugas perbantuan guna mengimbangi keadaan keterbatasan fiskal di Provinsi Papua Barat.
Berdasarkan strategi ini maka kontribusi pendanaan APBN bagi Papua Barat merupakan salah satu
sumber utama pembiayaan pembangunan wilayah.
d. Memaksimalkan pemanfaatan dana transfer pemerintah pusat berupa Dana Otonomi Khusus dan
Dana Tambahan Infrastruktur yang difokuskan pada pendanaan program pembangunan bidang
pendidikan, pelayanan kesehatan masyarakat, pembangunan infrastruktur, serta pengembangan
ekonomi masyarakat, yang secara keseluruhan diupayakan keberpihakannya kepada peningkatan
kontribusi dan pelayanan bagi masyarakat Asli Papua.
89
BAB IV
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
Dari Analisis Lingkungan internal dan eksternal Papua Barat sesuai dengan yang dipaparkan dari masing-
masing SKPD kemudian disimpulkan menjadi isu-isu strategis umum Provinsi Papua Barat, sebagai
berikut:
4.1 Permasalahan Pembangunan
4.1.1 Permasalahan Internal
1. Secara geologi, tingkat kemampuan tanah sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi,semakin
banyak faktor penghambat yang dijumpai di suatu wilayah seperti lereng terjal, ketersediaan air
kurang dan mudah terjadi erosi maka dapat dikatakan kemampuan pada wilayah tersebut rendah.
2. Salah satu fenomena mencolok yang terdapat di Provinsi Papua Barat adalah kepadatan penduduk
yang masih sangat rendah yakni rata-rata 27 jiwa/km2 pada tahun 2008. Kotamadya yang terpadat
153 jiwa/km2 dan Kabupaten yang paling jarang penduduknya kurang dari 2 jiwa/km2. Dari satu sisi
gejala ini dapat dinilai sebagai pertanda besarnya peluang ekonomi, dari sisi lain rendahnya tingkat
hunian suatu wilayah dapat pula dilihat sebagai pertanda bahwa di wilayah tersebut ada sesuatu hal
atau banyak hal yang menyebabkan wilayah tersebut kurang menarik bahkan dihindari atau menjadi
pilihan terakhir.
3. Bila ditinjau dari latar belakang geomorfologi dan geologinya, tanah di Provinsi Papua Barat sangat
rawan erosi, rawan longsor, sementara tebing cenderung rawan gugur.
4. Dilihat dari sumberdaya alam darat Provinsi Papua Barat memiliki kekayaan alam yang besar berupa
hamparan hutan tropika humid yang sangat luas yang didalamnya terdapat kawasan lindung. Di
kawasan lindung ini pula terkandung sumberdaya andalan Provinsi Papua Barat berupa batu bara
dan mineral galian. Kombinasi keruangan yang paling rawan ialah batubara dan hutan. Sejarah Papua
Barat telah mencatat bahwa eksploitasi hutan di formasi yang mengandung batubara telah
menghasilkan bencana banjir.
5. Karena sifat fisik ruang habitatnya sumberdaya alam perairan laut cenderung tidak sepenuhnya
dapat dikuasai/dimanfaatkan oleh penduduk. Ada peluang infiltrasi pemanfaatan oleh kekuatan
ekonomi dari luar daerah, yang dari segi teknologi maupun organisasi produksi cenderung lebih
unggul. Meskipun demikian paling tidak ada dua zona di mana penduduk daerah mempunyai
keunggulan akses, baik dari segi fisik maupun segi hukum, yakni wilayah perairan zona I (<6mil) dan
perairan interface (payau). Sumber kerawanan utama di kawasan ini adalah apabila terjadi
eksploitasi yang berlebihan dan pencemaran air karena penambangan emas, batubara dan minyak
bumi.
90
6. Secara kultural penduduk Asli Papua Barat masih terpisah oleh sekat-sekat nilai adat yang dalam
beberapa hal sangat eksklusif. Dari segi pendidikan, pendatang cenderung memiliki pendidikan lebih
tinggi. Orientasi adat asli dalam memanfaatkan sumber alam pada umumnya mengandung kebijakan
ekologi yang tinggi. Sementara itu sebagian besar pendatang berorientasi komersial. Ada semangat
datang, lihat, ambil dan hengkang (pergi). Papua Barat bagi mereka bukan habitat, tetapi tidak lebih
dari kesempatan investasi dan ekstrasi.
7. Jaringan jalan merupakan salah satu unsur utama yang diperlukan dalam proses pemaduan potensi-
potensi wilayah ke dalam satu sistem interaksi yang produktif. Melalui jaringan yang terangkai secara
sistemik sinergi keruangan yang produktif antara sumberdaya, baik yang ada di dalam wilayah
maupun yang ada di luar wilayah dapat dikembangkan di Provinsi Papua Barat. Dari segi fisik
pembangunan jalan berhadapan dengan medan pegunungan yang dari segi geomorfologi sangat
rawan. Ini berarti beban biaya konstruksi dan beban biaya perawatan yang mahal. Pengembangan
jaringan menerobos pegunungan yang sebagian berfungsi sebagai kawasan lindung dan kawasan
hutan produksi akan merangsang eksploitasi hutan dan tambang yang secara ekologis sulit
dikendalikan keamanannya.
8. Minimnya infrastruktur disuatu wilayah seperti kondisi jalan, alat transportasi, penerangan dan air
bersih seringkali menjadi penyebab kemiskinan suatu wilayah. Meskipun di wilayah tersebut
dihasilkan produk-produk pertanian atau lainnya, namun karena minimnya infrastruktur maka
produk tersebut tidak dapat dipasarkan dengan baik.
9. Di Bidang Perlindungan dan Pengamanan Masyarakat, permasalahan yang dihadapiadalah kurangnya
sumberdaya manusia yang menangani perlindungan dan pengamanan serta minimnya prasarana dan
sarana yang mendukung bidang tersebut, sementara di Provinsi Papua Barat merupakan wilayah
yang rawan bencana alam terutama Gempa Bumi dan Banjir.
10. Permasalahan yang dihadapi di Bidang Kependudukan dan sumberdaya manusia Provinsi Papua
Barat adalah kualitas dan kuantitas SDM yang masih rendah, SDM belum mampu bersaing dalam
dunia global yang semakin menuntut kompetensi tinggi, jumlah penduduk yang tidak merata dan
tersebar dalam kelompok-kelompok kecil di daerah pedalaman dan pulau-pulau terpencil, serta
cenderung terpusat di daerah perkotaan.
11. Permasalahan di Bidang Pendidikan yang terjadi di Provinsi Papua Barat antara lain perlunya
peningkatan pengetahuan masyarakat, pemerataan pendidikan di berbagai jenis dan jenjang
pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan di semua jenjang pendidikan, peningkatan
pelayanan serta sarana dan prasarana pendidikan.
12. Sementara di Bidang Kebudayaan, sebagaimana diketahui bahwa Provinsi Papua Barat memiliki
masyarakat yang heterogen dan multi etnis. Besarnya jumlah migran yang masuk ke wilayah Provinsi
Papua Barat telah menimbulkan berbagai persoalan budaya dalam interaksi antar etnik pendatang
dengan penduduk setempat. Salah satu persoalan yang menonjol yang dialami oleh Suku Asli Papua
91
Barat adalah peliknya masalah hak ulayat.
13. Provinsi Papua Barat mempunyai luas wilayah 97.024,62 Km2, sebagian besar berupa daerah
hutan.Dengan luas hutan yang sedemikian besar maka produksi hasil hutan merupakan andalan
untuk memperoleh pendapatan bagi Provinsi Papua Barat. Masalah yang dihadapi dalam
pengembangan Sub Sektor Kehutanan antara lain adanya penurunan produktivitas hasil hutan alam
akibat konversi lahan dari lahan hutan sekunder ke areal HTI, perkebunan, transmigrasi,
pertambangan dan lain-lain. Pelanggaran lalu lintas hasil hutan, tebang liar serta perambahan hutan
cenderung meningkat sementara jumlah personil pengamanan perlindungan hutan (JAGAWANA)
terbatas dan belum didukung oleh sarana operasional yang memadai. Permasalahan lainnya adalah
belum adanya data yang akurat tentang luas dan letak lahan kritis sehingga kurang membantu dalam
penyusunan program. Pelaksanaan proyek reboisasi dan penghijauan di hutan lindung sering
terhambat dengan masalah okupasi lahan/perambahan hutan oleh masyarakat yang status
kepemilikannya belum jelas.
14. Dalam setiap kegiatan pengembangan wilayah, salah satu bidang yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah bidang infrastruktur. Bila dilihat dari wilayah Provinsi Papua Barat yang sangat
luas dengan jarak antar Kota/ Kabupaten yang relatif jauh menjadikan permasalahan infrastruktur
terutama jalan menjadi hal yang sangat menKampungk.
15. Di Bidang Agroindustri, kendala yang dihadapi adalah pelaksanaan kegiatan yang belum
terkoordinasi dengan baik dan kesulitan mengubah pola pikir petani terhadap pembaharuan dan
penerimaan inovasi bidang agrobisnis dan agorindustri.
16. Di Bidang Sosial, penduduk Provinsi Papua Barat dengan latar belakang budaya dan etnis yang
beragam sangat rentan terhadap terjadinya konflik horisontal, terutama disebabkan adanya
kesenjangan sosial.
17. Di Bidang Pariwisata, realitas pembangunan kepariwisataan baik wisata alam maupun wisata buatan
di Provinsi Papua Barat dianggap masih sebatas skenario/wacana, sehingga belum dikembangkan
dan dikelola secara profesional.
4.1.2 Pengaruh Eksternal
Kebijakan Otonomi Khusus Papua
Melalui Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, memberikan Hak Otonomi Khusus bagi
Provinsi Papua Barat. Hal ini dikarenakan Provinsi Papua yang sebelumnya diberikan Otonomi Khusus
telah dimekarkan menjadi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Adanya Otonomi Khusus ini
memberikan keleluasaan bagi Provinsi Papua Barat untuk melakukan percepatan pembangunan
92
khususnya bidang sosial, ekonomi, dan politik, serta infrastruktur. Kemudian dengan adanya Otonomi
Khusus Provinsi Papua Barat, aparat daerah dituntut lebih meningkatkan diri agar mampu berfikir
dengan kritis, bertindak efisien dan efektif dalam menyusun rencana untuk membangun dan
mengembangkan daerahnya. Perencanaan yang disusun harus bersifat strategis agar sumberdaya yang
dimiliki oleh Provinsi Papua Barat dapat dioptimalkan dengan baik.
Melalui Undang-Undang Otonomi Khusus, Provinsi Papua Barat memiliki wewenang yang luas, baik
dalam urusan pemerintahan maupun pelaksanaan pembangunan. Kewenangan yang luas di satu sisi
dapat dipandang sebagai kesempatan bagi wilayah untuk berkembang, tetapi di sisi lain merupakan
tantangan baru yang cukup berat. Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan Undang-Undang tersebut
dapat lebih leluasa menggunakan kewenangannya untuk mengurusi daerahnya, tetapi di lain pihak
Pemerintah Provinsi Papua Barat juga dibebani tanggung jawab yang lebih besar.
Potensi Provinsi Papua Barat dalam Konstelasi Nasional dan Konstelasi Pulau Papua
Dalam konteks Nasional, Provinsi Papua Barat mempunyai kedudukan dan peran yang strategis. Provinsi
Papua Barat memiliki 1 wilayah yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yaitu Kota
Sorong dan tiga wilayah yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Provinsi Papua Barat
terdiri dari Kabupaten Manokwari, Kabupaten Fak-Fak, dan Kabupaten Ayamaru. Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) Kota Sorong berdampingan dengan Jayapura dan Timika untuk wilayah Provinsi Papua
dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kabupaten Manokwari, Kabupaten Fak-Fak, dan Kabupaten Ayamaru
berdampingan dengan 8 (delapan) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Provinsi Papua. Struktur Ruang
Nasional yang terbentuk memberikan peran yang lebih besar kepada kota-kota di Provinsi Papua Barat
untuk berkembang.
Berdasarkan prospek perkembangan yang terjadi, maka strategi pengembangan ruang wilayah Pulau
Papua untuk Provinsi Papua Barat adalah diarahkan sebagai Kota yang berfungsi sebagai pusat
Pertumbuhan Wilayah Nasional yang berorientasi pada aktivitas produksi hasil hutan, perikanan
budidaya, serta hasil tambang.
Peluang Pengembangan Industri Pendukung Agroindustri dan Agrobisnis
Mengingat tingginya resiko yang harus ditanggung oleh penduduk Provinsi Papua Barat karena
ketergantungan yang besar terhadap sektor yang bertumpu pada sumberdaya alam non lestari maka
perlu segera mengembangkan alternatif lain sektor ekonomi yang akan dijadikan sebagai leading sector
dalam perekonomian Provinsi Papua Barat. Sektor ekonomi terpilih yang akan dijadikan leading sektor
tersebut mulai dikembangkan sedini mungkin. Sehingga pada saat industri minyak dan gas kehabisan
bahan baku, maka sektor ekonomi yang terpilih tersebut sudah berkembang dengan mantap dan mampu
menggantikan posisi industri minyak dan gas sebagai penggerak utama perekonomian Provinsi Papua
93
Barat. Beberapa hal dapat dijadikan sebagai kriteria bagi sektor ekonomi mampu berperan sebagai
leading sector. Kriteria-kriteria tersebut adalah kriteria peluang pasar, kemampuan bersaing, keterkaitan
ke belakang dan ke depan, ketersediaan dan kemudahan memperoleh bahanbaku/sumberdaya dalam
proses produksi dan daya serap pasar dan mempunyai jaminan keberlangsungan yang lestari.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut sektor ekonomi yang diperkirakan mampu sebagai penggerak
utama perekonomian Papua Barat di masa mendatang setelah kemampuan industri minyak dan gas
menurun merupakan industri yang mendukung agrobisnis dan agroindustri. Industri ini diharapkan
dapat memberikan pasokan kebutuhan bagi kepentingan pengembangan agrobisnis dan agroindustri di
daerah-daerah dalam wilayah pulau Papua. Industri pendukung agrobisnis dan agroindustri mempunyai
peluang pasar yang sangat besar. Peluang pasar yang tercermin dari adanya potensi permintaan akan
produk hasil kegiatan sektor ekonomi tersebut di pasaran lokal, regional dan internasional. Potensi
permintaan lokal dapat dilihat dari kemungkinan semakin meningkatnya jumlah penduduk Provinsi
Papua Barat. Potensi permintaan regional terutama berasal dari wilayah Provinsi Papua yang mempunyai
rencana untuk mengembangkan agrobisnis dan agroindustri untuk pembangunan daerahnya. Sedangkan
potensi permintaan internasional dapat dikembangkan dari terkenalnya nama Provinsi Papua Barat
sebagai penghasil salah satu penhasil minyak dan gas terbesar di Indonesia di mata dunia. Kebutuhan
dunia terhadap sumberdaya mineral dan migas yang cukup tinggi dan mulai berkurangnya sumber-
sumber mineral dan migas di wilayah lain menjadikan Provinsi Papua Barat berpeluang besar terhadap
pasar internasional.
Dengan adanya permintaan regional dan internasional akan mempengaruhi permintaan perekonomian
daerah melalui 2 jalan yang masing-masing berdampak ganda. Di satu sisi permintaan tersebut akan
menentukan jumlah dan harga bahan yang akan dihasilkan dan diekspor oleh Daerah. Dengan demikian
permintaan tersebut akan menentukan secara langsung besarnya penerimaan pendapatan daerah, tinggi
rendahnya pendapatan penduduk, besar kecilnya kesempatan kerja yang ada dan permintaan barang dan
jasa di daerah itu sendiri. Dengan demikian selanjutnya dapat menentukan tinggi rendahnya kegiatan
ekonomi daerah secara keseluruhan baik dalam waktu yang berjalan maupun pada masa yang akan
datang. Permintaan pasaran regional dan internasional ini akan menentukan besar kecilnya penerimaan
dan devisa yang akan diperoleh. Sehingga pada gilirannya akan menentukan kemampuan daerah untuk
mengimpor barang dan jasa yang diperlukan bagi berbagai kegiatan produksi yang ada di daerah. Namun
di sisi lain bila dieksploitasi secara terus menerus dan tak terkendali akan mengancam kelestarian
lingkungan hidup.
Selain itu, kebutuhan dunia akan kayu tropis dan hasil hutan untuk bahan baku untuk obat-obatan/kimia
akan mendorong eksploitasi hutan di Provinsi Papua Barat. Industri pendukung agrobisnis dan
agroindustri mempunyai keterkaitan yang tinggi baik ke belakang maupun ke depan dengan sektor
ekonomi yang lain. Tingginya keterkaitan tersebut secara langsung dan tidak langsung akan
mengembangkan dan menggerakan sektor-sektor ekonomi yang lain. Meningkatnya berbagai aktivitas
sektor-sektor ekonomi tersebut akan meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat,
sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan ekonomi Provinsi Papua Barat secara
94
keseluruhan.
4.1.3 Analisis Lingkungan Internal
Kekuatan (Strength)
Sumber Daya Alam (SDA)yang melimpah
Ketersediaan Sumber Daya Alam yang melimpah merupakan kekuatan yang harus dimanfaatkan sebesar-
besarnya untuk kesejahteraan masyarakat Papua Barat. Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang melimpah
ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah tingginya kemiskinan dan kesenjangan di
Provinsi Papua Barat. Sumber Daya Alam yang melimpah juga bukan hanya berguna bagi kepentingan
lokal, tetapi juga kepentingan regional dan bahkan internasional.
Budaya masyarakat yang khas
Budaya masyarakat yang khas akan memberikan nilai tambah bagi para investor yang hendak
berinvestasi di Provinsi Papua Barat, terutama terkait dengan potensi wisata yang cukup besar. Dengan
semakin banyaknya investor yang berinvestasi maka pembangunan Provinsi Papua Barat diharapkan
akan mengalami percepatan, terutama dari segi ekonomi.
Ekosistem masih terjaga dengan baik
Dengan kondisi ekosistem yang masih terjaga dengan baik diharapkan dapat menjadi indikator
pembangunan yang berwawasan lingkungan di Provinsi Papua Barat. Ekosistem yang baik juga
mengindikasikan bahwa sumber daya alam hayati yang terdapat di Provinsi Papua Barat masih sangat
besar dan bisa menjadi suatu komoditas andalan.
Posisi geografis yang strategis
Jalur perdagangan yang semula berpusat di Eropa (Samudera Atlantik) kini mulai bergeser menuju arah
Pasifik (Asia). Posisi Provinsi Papua Barat yang terletak di Samudera Pasifik sangat menguntungkan
karena berarti akan dilewati oleh jalur perdagangan internasional.
Kuatnya komitmen segenap pelaku pembangunan
Pelaksanaan pembangunan di Provinsi Papua Barat didukung dengan komitmen Kepala Daerah dan
pejabat struktural dalam melaksanakan pembangunan. Bentuk dari komitmen tersebut diwujudkan
dengan pelaksananaan Good Governance sebagai langkah awal penyelenggaraan pembangunan yang
berkomitmen.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor
95
35 Tahun 2008 tentang Otonomi Khusus Bagi Papua dan Papua Barat
Dengan adanya peraturan perundang-undangan terkait Otonomi Khusus akan memberikan keleluasaan
bagi Provinsi Papua Barat untuk melakukan percepatan pembangunan khususnya di bidang sosial,
ekonomi, dan politik, serta infrastruktur.
Karakter masyarakat yang religius
Persentase pemeluk agama Nasrani adalah 57,39% dan merupakan pemeluk agama paling besar di
Provinsi Papua Barat diikuti oleh pemeluk agama Islam dengan persentase 42,27%. Kedua pemeluk
agama di Provinsi Papua Barat tersebut merupakan pemeluk agama yang taat. Hal ini bisa dijadikan
modal awal dalam membangun Papua Barat dalam bentuk pembangunan karakter dan akhlak.
Masyarakat yang taat kepada tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat
Di Provinsi Papua Barat terdapat dua hal yang dipercaya dan dipegang teguh penduduk, yang pertama
adalah adat dan yang kedua adalah agama, sehingga masyarakat memiliki kecenderungan untuk taat
kepada tokoh agama, adat dan tokoh masyarakat. Hal ini merupakan sebuah kekuatan karena para tokoh
adat dan agama bisa menjadi penghubung antara masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam upaya
mengembangkan Provinsi Papua Barat
Kelemahan (Weakness)
Sebaran permukiman penduduk yang luas dengan jumlah penduduk yang terbatas
Persebaran penduduk sampai ke pelosok yang sulit diakses akan berpotensi menimbulkan ketimpangan
pembangunan sumber daya manusia dan ketersampaian informasi, yang tentu saja memiliki pengaruh
terhadap proses pembangunan di Provinsi Papua Barat.
Minimnya infrastruktur wilayah
Di Provinsi Papua Barat masih terdapat daerah–daerah yang belum mendapat akses untuk menikmati
infrastruktur wilayah, salah satunya adalah infrastruktur air bersih dan listrik. Hal tersebut disebabkan
karena asksesibilitas di Provinsi Papua Barat belum mampu menjangkau sampai ke pelosok - pelosok
Kurangnya SDM yang memiliki kualitas dan daya saing
Kompetensi, kualitas serta daya saing penduduk Asli pada dasarnya sudah cukup banyak yang tinggi,
namun jumlahnya sangat sedikit dan masih kalah apabila dibandingkan dengan jumlah pendatang yang
memiliki kompetensi, kualitas serta daya saing yang sama atau bahkan di atas penduduk Asli.
Banyaknya potensi konflik tidak diimbangi dengan kesiapan aparat
96
Tema sentral yang sering menjadi pemicu ketegangan/konflik diantara masyarakat adalah: perempuan,
babi dan tanah dan hingga saat ini masih sering terjadi perdebatan yang akhirnya berujung pada
kerusuhan. Hal tersebut tentu saja menimbulkan rasa tidak aman pada penduduk untuk melakukan
aktivitas yang berakibat pada terhambatnya pembangunan. Reaksi aparat penegak hukum dalam
mengatasi konflik yang terjadi di Provinsi Papua Barat juga masih kurang cepat.
Rendahnya kapasitas fiskal dan non fiskal Daerah
Berdasarkan statistik keuangan Provinsi Papua Barat, pada tahun 2008 persentase PAD Provinsi Papua
Barat adalah 5,09% dari total penerimaan daerah dan mengalami penurunan menjadi 2,61% pada tahun
2009.
Problem terkait hak ulayat belum terselesaikan dengan baik
Adanya beda pemahaman atas kepemilikan atas tanah terkait dengan hak ulayat, dimana menurut versi
masyarakat tidak dikenal hak perorangan atas sumber daya alam melainkan hak adat, sementara
menurut hukum nasional masyarakat hukum adat tidak memiliki akan tetapi hanya menguasai saja.
Pemerintah seharusnya menyesuaikan dengan kondisi masyarakat di Provinsi Papua Barat, karena biar
bagaimanapun juga hak ulayat merupakan bagian dari tataran adat masyarakat Papua sejak turun
temurun.
Tata kelembagaan yang belum terkelola dengan baik
Salah satu penyebab hal ini adalah minimnya SDM berkualitas dengan kompetensi yang dibutuhkan
untuk menempati suatu posisi, sehingga berakibat pada rendahnya kinerja kelembagaan seperti masih
belum tersedianya Standard Operational Procedure (SOP) pada masing-masing SKPD.
Dokumen-dokumen acuan belum memadai
Dokumen yang dijadikan acuan di dalam pembangunan suatu daerah adalah dokumen Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) yang di dalamnya memuat rencana dan strategi untuk mengembangkan daerah
tersebut, begitu pun dengan pembangunan di Provinsi Papua Barat, namun hingga saat ini RTRW Provinsi
Papua Barat masih dalam tahap mendapat persetujuan DPRD dan belum di-sahkan.
Data dan informasi sangat terbatas
Data dan informasi kewilayahan di Provinsi Papua Barat masih sangat minim dan bahkan masih banyak
instansi yang tidak memiliki data terkait bidang yang ditangani.
Lemahnya kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya alam
97
Yang lebih jeli dalam memanfaatkan SDA di Provinsi Papua Barat bukanlah penduduk Asli, melainkan
para pendatang. Sebagai contoh adalah eksplorasi pertambangan BP Tangguh yang terletak di Kabupaten
Teluk Bintuni.
Kebijakan-kebijakan pembangunan yang kurang dapat mengakomodir kebutuhan-kebutuhan
daerah
Kebijakan pembangunan yang digunakan sebagai acuan di Provinsi Papua Barat sebagian besar
merupakan acuan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat (Standar Nasional) dan belum mengakomodir
implementasi Otonomi Khusus di Provinsi Papua Barat.
4.1.4 Analisis Lingkungan Eksternal
Peluang (Opportunity)
Adanya komitmen Nasional dalam memacu pembangunan Papua Barat melalui kebijakan-
kebijakan Nasional
Komitmen Nasional yang dimaksud salah satunya adalah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
65 dan Perpres 66 Tahun 2011 tentang Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat.
Wilayah yangsedang berkembang lebih mudah menyerap inovasi
Lebih mudah menyerap dan mengimplementasikan sistem-sistem baru dan inovasi-inovasi mutakhir
yang lebih efektif karena masih belum terkontaminasi dengan idealisme pembangunan yang banyak
terdapat di kota-kota metropolitan di Indonesia.
Tersedianya sumber-sumber penerimaan fiskal lain diluar PAD
Selain PAD, Provinsi Papua Barat juga memiliki sumber penerimaan dari Dana Alokasi Khusus (DAK)
terkait dengan Otonomi Khusus. Pada tahun 2008 dana Otonomi Khusus untuk Provinsi Papua Barat
adalah sebesar 37,90% dari total penerimaan dan pada tahun 2009 naik menjadi sebesar 60,89% dari
total penerimaan.
Munculnya keinginan pasar dunia akan produk-produk ramah lingkungan
Demand pasar dunia akan produk ramah lingkungan memberikan peluang untuk kemajuan
pembangunan Provinsi Papua Barat, karena produk ramah lingkungan tersebut dapat dijadikan
komoditas perdagangan Papua Barat untuk memenuhi demand pasar dunia yang tinggi.
Luasnya peluang usaha karena demand yang tinggi dengan supply yang terbatas
98
Sebagai provinsi termuda di dalam NKRI, Papua Barat masih kesulitan di dalam memenuhi demand
masyarakat akan barang dan jasa. Hal ini berpotensi untuk dimanfaatkan oleh penduduk setempat
sebagai upaya meningkatkan taraf hidup mereka dengan membuka usaha baik skala kecil maupun
menengah untuk menyediakan supply barang dan jasa.
Dinamisasi perdagangan dunia yang bergeser ke wilayah Pasifik
Wilayah Provinsi Papua Barat merupakan salah satu simpul perdagangan yang strategis karena didukung
letaknya yang berada di jalur pelayaran internasional (Samudera Pasifik) sehingga diharapkan dapat
menjadi gerbang perdagangan skala internasional bagi Indonesia.
Isu-isu yang memberi peluang kapitalisasi SDA
Beberapa isu-isu ranah internasional memberikan peluang kepada Provinsi Papua Barat untuk dapat
mengambil nilai tambah dari SDA yang dimiliki. Misalnya saja isu perubahan iklim. Dengan luas kawasan
hutan lindung yang direncanakan di atas 70%, maka hutan di Provinsi Papua Barat memiliki fungsi
konservasi yang berskala internasional. Bentuk kapitalisasi SDA terkait dengan isu perubahan iklim
adalah dengancarbon trade.
Minat investasi yang tinggi baik dari dalam maupun luar negeri
Minat investor dalam maupun luar negeri dapat dimanfaatkan sebagai pemacu percepatan pembangunan
di Provinsi Papua Barat, dengan catatan tidak mengeksploitasi secara berlebihan sumber daya alam yang
ada di Provinsi Papua Barat.
Ancaman (Threat)
Sebagian besar wilayah merupakan wilayah rawan bencana
Provinsi Papua Barat terbentuk akibat tumbukan lempeng Samudera Pasifik dan lempeng Australia yang
menyebabkan wilayah ini sangat rentan terhadap gempa bumi karena berada di dalam lintasan sesar
besar, selain itu kondisi daratannya yang didominasi oleh pegunungan juga menjadikan Provinsi Papua
Barat menjadi wilayah rawan longsor.
Eksploitasi SDA yang berlebihan dan tidak ramah lingkungan
Eksploitasi sumber daya di Provinsi Papua Barat terutama terkait dengan kegiatan eksplorasi
pertambangan di Provinsi Papua Barat yang memiliki sumber daya mineral serta minyak dan gas bumi
sangat besar, apabila tidak dikendalikan maka bisa terjadi pemanfaatan SDA yang tidak berwawasan
lingkungan, selain itu penggundulan hutan juga masih sering ditemui di Provinsi Papua Barat, bahkan
sampai menyebabkan terjadinya bencana. Salah satu contohnya adalah bencana banjir bandang yang
terjadi di Wasior akibat penebangan hutan yang tidak berwawasan lingkungan.
99
Komoditas perdagangan dan jasa yang sama dengan wilayah lain
Komoditas perdagangan dan jasa dari wilayah lain cenderung memiliki harga beli yang lebih murah,
dengan kata lain secara ekonomi komoditas perdagangan dan jasa dari wilayah lain lebih memiliki daya
saing, selain itu supply komoditas perdagangan dan jasa Provinsi Papua Barat masih rendah sehingga
belum dapat memenuhi demand.
Implikasi globalisasi termasuk perdagangan bebas internasional
Globalisasi akan mengakibatkan banyaknya pendatang dari luar Provinsi Papua Barat yang cenderung
memiliki kompetensi lebih tinggi jika dibandingkan dengan penduduk Asli di berbagai sektor yang
berpotensi mematikan kesempatan penduduk Asli, terutama dalam hal mencari kerja. Selain itu
perdagangan bebas internasional juga berpotensi mematikan usaha lokal di Provinsi Papua Barat,
terutama yang memiliki skala kecil akibat persaingan yang datang bukan hanya dari luar daerah namun
juga dari luar negeri.
Ada ancaman infiltrasi pemanfaatan oleh kekuatan ekonomi dari luar daerah
Apabila SDA yang terdapat di Provinsi Papua Barat lebih banyak dimanfaatkan oleh kekuatan ekonomi
dari luar daerah, maka hal tersebut dikhawatirkan justru akan berimbas negatif karena secara ekonomi
yang akan menikmati hasilnya bukan Provinsi Papua Barat melainkan daerah lain.
Kedudukannya sebagai wilayah terluar memberi ancaman infiltrasi kejahatan internasional,
misalnya narkoba dan human trafficking
Lokasi Papua Barat yang berada di wilayah terluar tidak didukung dengan pengamanan yang memadai
sehingga arus barang maupun manusia yang keluar masuk bisa tidak terkendali dan memberikan peluang
terjadinya tindak kejahatan, yang dalam hal ini adalah penyelundupan.
4.2 Isu Strategis
Isu-isu strategis yang di Provinsi Papua Barat saat ini yang paling menKampungk dan perlu diperhatikan
oleh pemerintah Provinsi dalam pelaksanaan pembangunan wilayah 5 (lima) tahun mendatang diuraikan
sebagai berikut.
Belum Efektifnya Implementasi Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat
Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua pada dasarnya adalah pemberian kewenangan yang lebih luas bagi
Provinsi dan rakyat Papua untuk mengatur dan mengurus diri sendiri di dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Kewenangan yang lebih luas berarti pula tanggung jawab yang lebih besar
bagi Provinsi dan rakyat Papua untuk menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur pemanfaatan
kekayaan alam di Provinsi Papua untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua sebagai bagian
dari rakyat Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kewenangan ini berarti pula
100
kewenangan untuk memberdayakan potensi sosial-budaya dan perekonomian masyarakat Papua,
termasuk memberikan peran yang memadai bagi orang-orang Asli Papua melalui para wakil adat, agama,
dan kaum perempuan. Peran yang dilakukan adalah ikut serta merumuskan kebijakan daerah,
menentukan strategi pembangunan dengan tetap menghargai kesetaraan dan keragaman kehidupan
masyarakat Papua, melestarikan budaya serta lingkungan alam Papua.Pembangunan yang telah
dilaksanakan selama ini menimbulkan berbagai masalah yang menyebabkan penduduk Asli Papua Barat
terabaikan.
Masih Rendahnya Peran Perempuan Dalam Pembangunan
Masalah peranan gender di Provinsi Papua Barat merupakan salah satu isu utama dalam pembangunan.
Peningkatan peran perempuan disejumlah bidang pembangunan pada umumnya masih lemah dan
terbatas. Hal ini disebabkan oleh karena kemampuan perempuan di Provinsi Papua Barat masih
memerlukan penguatan baik secara perorangan maupun kelembagaan. Aspek budaya masih kuat
pengaruhnya dalam pengembangan peran perempuan. Oleh sebab itu, pemberdayaan perempuan di
Provinsi Papua Barat akan menyentuh aspek budaya masyarakat disamping terus mengembangkan peran
aktif perempuan Provinsi Papua Barat yang saat ini telah mulai berkembang.
Dalam bidang politik, kedudukan perempuan mulai menunjukkan peran yang nyata dimana sejumlah
posisi legislatif telah berada ditangan kaum perempuan. Juga didalam lembaga eksekutif sejumlah posisi
penting kini telah dijalani oleh kaum perempuan. Demikian pula dalam lembaga pendidikan tinggi,
peneliti, pekerja atau pelayan sosial, atau fungsi kemasyarakatan lainnya telah banyak dilaksanakan oleh
kaum perempuan. Dimasa mendatang kondisi ini terus ditingkatkan terutama dikampung dan perkotaan
se-Provinsi Papua Barat. Pada intinya, perempuan harus mengambil peran di setiap proses pembangunan
Provinsi Papua Barat.
Masih Rendahnya Kuantitasdan Kualitas Sumber Daya Manusia
Jumlah penduduk Provinsi Papua Barat yang relatif sedikit bila dibandingkan dengan luas wilayahnya
serta kepadatan penduduk sangat rendah yang tersebar secara tidak merata dan hanya terkonsentrasi di
wilayah-wilayah tertentu saja menjadikan sulitnya percepatan pembangunan di Provinsi Papua Barat. Isu
lain yang muncul adalah kualitas penduduk Asli Papua Barat yang relatif lebih rendah jika dilihat dari
tingkat pendidikannya, sehingga belum mampu bersaing dengan penduduk pendatang dari luar wilayah
Provinsi yang sengaja mencari peluang di Provinsi Papua Barat. Di satu sisi para pendatang tersebut
mampu membawa pengaruh positif terhadap perkembangan wilayah dengan turut serta dalam kegiatan
pembangunan, namun di sisi lain akan mempersempit peluang bagi penduduk Asli dalam
memperebutkan kesempatan kerja.
Belum Terpenuhinya Infrastruktur Dasar
Belum rampungnya pembangunan Jalan Raya Trans Papua Barat menimbulkan persoalan dalam
101
pembangunan Provinis Papua Barat. Hal ini dikarenakan jalan merupakan infrastruktur utama dalam
menggerakkan pertumbuhan perkenomian karena menyangkut perpindahan barang terutama komoditas
bernilai ekonomis tinggi dan penumpang. Dengan adanya jaringan jalan juga dapat mendorong
percepatan pembangunan karena mempermudah akses antar wilayah yang terdapat di Provinsi Papua
Barat. Kendala Utama dalam pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Papua adalah bentuk morfologi
yang didominasi oleh pegunungan sehingga membutuhkan biaya konstruksi dan biaya perawatan yang
tinggi.
Perlu adanya peningkatan Infrastruktur perhubungan laut mengingat wilayah Papua Barat yang dibatasi
oleh Laut untuk mencapai wilayah Provinsi lain, selain itu juga Transportasi Laut dapat digunakan
sebagai alternatif penghubung antar wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat. Kemudian selain
infrastruktur perhubungan; prasarana dasar menyangkut ketersediaan energi, kemudahan sarana
telekomunikasi, ketersediaan pasokan air bersih yang memadai, irigasi yang memadai, lingkungan
permukiman penduduk yang sehat juga menjadi isu strategis pembangunan Provinsi Papua Barat.
Degradasi Kualitas Lingkungan Alam dan Lingkungan Hidup
Dengan potensi sumberdaya alamnya yang begitu besar selain berdampak ekonomi terutama terhadap
Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Papua Barat, juga membawa dampak negatif terhadap
keberlangsungan lingkungan hidup. Kegiatan pengelolaan sumberdaya alam yang kurang bijak telah
mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup yang sudah cukup mengkhawatirkan kelestarian alam.
Beberapa kegiatan yang rawan berakibat kerusakan lingkungan hidup adalah kegiatan pertambangan dan
pembalakan liar.
Provinsi Papua Barat memiliki hutan 70% dari keseluruhan luas wilayah dan sebagian merupakan
kawasan lindung. Di kawasan lindung ini terkandung sumberdaya andalan Provinsi Papua Barat yang
berupa batu bara, minyak bumi, dan bahan galian mineral. Kombinasi keruangan yang paling rawan ialah
batubara dan hutan. Eksploitasi hutan yang berlebihan di kawasan hutan inilah yang telah menghasilkan
bencana banjir terburuk di Provinsi Papua Barat dalam 10 tahun terakhir pada tahun 2010. Pada bulan
Oktober 2010 di Provinsi Papua Barat telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian material
yang berupa kerusakan infrastruktur yang sangat besar.
Masih Rendahnya Kontinuitas dan Kualitas Produksi Pertanian
Bila ditinjau dari produksi beberapa komoditi pangan, hortikultura, dan perkebunan selama beberapa
tahun terakhir memperlihatkan peningkatan yang kurang signifikan. Kenyataan tersebut akan
mengurangi kemampuan berkembangnya sistem agrobisnis secara keseluruhan termasuk tidak
terjaminnya keberlanjutan pengembangan agrobisnis itu sendiri.
Pada sisi lain tampak pula bahwa masih banyak potensi yang belum dimanfaatkan sedangkan sisanya
masih berupa lahan tidur. Kondisi tersebut merupakan indikasi bahwa masyarakat terutama petani di
daerah ini masih belum mampu memanfaatkan potensi daerah secara optimal. Dari sisi ekonomi hal
tersebut menunjukkan masih terjadi under-capacity dari sistem agrobisnis yang secara umum akan
102
menyebabkan inefisiensi dalam penggunaan sumberdaya.
Masih Rendahnya Kegiatan Perekonomian Wilayah dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan
Dalam jangka waktu dari 2003-2006 peningkatan PDRB di sektor pertanian tidak sebesar pertumbuhan
sektor lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor pertanian yang menjadi sektor unggulan di
Provinsi Papua Barat belum kompetitif, ini terbukti dengan masih didatangkannya kebutuhan masyarakat
Papua Barat dari luar daerah atau antar pulau. Selain itu, persoalan yang dihadapi oleh sektor pertanian
adalah nilai tukar produk peKampungan tergolong rendah di Papua Barat dan kantong kemiskinan utama
di Papua Barat berada di wilayah peKampungan.
Dari data dan informasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang secara dinamis berkembang
dari waktu ke waktu dalam periode 5 tahun RPJMD Provinsi Papua Barat 2012-2016 perlu dilakukan
peninjauan tentang strategi pengembangan/perkembangan daerahnya yang sesuai dengan tingkat
berkecamuknya kehidupan yang berubah dan berkembang.
103
BAB V
PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
5.1 Visi Pembangunan
Pembangunan Provinsi Papua Barat lima tahun kedepan Visi pembangunan Provinsi Papua Barat Tahun
2012-2016 adalah:
“PROVINSI PAPUA BARAT YANG MAJU, MANDIRI, BERMARTABAT, DAN LESTARI”
MAJU
Provinsi Papua Barat yang mengalami pergerakan kondisi ke arah yang
lebih baik yang merujuk kepada kemandirian yang dicita-citakan dalam
pembangunan jangka panjang Provinsi Papua Barat.
MANDIRI
Provinsi Papua Barat yang mampu melaksanakan kegiatan pemerintahan,
mengayomi kehidupan masyarakat, dan melaksanakan pembangunan
daerah dengan memanfaatkan modal-modal daerah yang dimiliki.
Kemandirian Provinsi Papua Barat diharapkan dapat tercermin dari
kemandirian prasarana dan sarana wilayah, keuangan daerah, ketahanan
pangan, tata kelola pemerintahan, serta stabilitas politik, pertahanan, dan
keamanan wilayah.
BERMARTABAT
Pemerintah dan Masyarakat Provinsi Papua Barat yang tangguh dalam
mengaktualisasikan budaya dan sistem nilai yang berkembang secara
positif dan mengaplikasikannya dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan
pembangunan Provinsi Papua Barat.
LESTARI
Provinsi Papua Barat yang senantiasa menjaga kualitas lingkungan hidup
serta keanekaragaman budaya dalam rangka menyediakan kualitas hidup
yang baik bagi generasi di masa yang akan datang.
104
5.2 Misi Pembangunan
Visi pembangunan Provinsi Papua Barat yaitu Menuju Provinsi yang Maju, Mandiri, Bermartabat, dan
Lestari akan diwujudkan melalui penjabaran dalam Misi Pembangunan Provinsi Papua Barat. Penjabaran
Visi Pembangunan ke dalam Misi Pembangunan dilakukan dengan memperhatikan amanat Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008
tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat. Misi Pembangunan Provinsi Papua Barat periode Tahun
2012-2016 adalah sebagai berikut:
Misi 1 Menanamkan Amanat Otonomi Khusus Sebagai Paradigma Baru Pembangunan
Visi Terkait Maju, Mandiri, Bermartabat, Lestari
Secara spesifik, paradigma pembangunan di Provinsi Papua Barat berdasarkan Undang-Undang Otonomi
Khusus adalah pembangunan yang bukan semata-mata pada sektor ekonomi secara sempit akan tetapi
mengandung makna yang lebih dalam terhadap hubungannya dengan penanggulangan kemiskinan dan
penciptaan keadilan terhadap penduduk Asli Papua. Penekanan utamanya pada pembangunan dimana
nantinya keberhasilan perkembangan dan pertumbuhan wilayah diiringi dengan perubahan karakter
masyarakat, penciptaan keadilan, serta pemenuhan hak dasar khususnya bagi penduduk Asli Papua.
Amanat Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat haruslah diterapkan dalam setiap
sektor/bidang pembangunan. Sebagai koreksi terhadap pendekatan yang konvensional maka
implementasi amanat Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat bukan hanya membawa keuntungan
bagi masyarakat Asli Papua dalam jangka pendek, tetapi sampai pada keberjalanan kehidupan di Provinsi
Papua Barat di masa yang akan datang. Dengan kata lain, bukan hanya upaya-upaya pemberian
keuntungan secara langsung namun mengkader masyarakat untuk menyelenggarakan pembangunan
dari, oleh, dan untuk mereka sendiri. Secara lebih rinci, hal-hal utama yang termaknai dari Undang-
Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat adalah:
a. Perlindungan terhadap hak kekayaan dan hak intelektual orang Asli Papua sesuai dengan
peraturan perUndang-Undangan;
b. Pencerdasan akan hakikat hidup bermasyarakat dan bernegara, serta makna hidup mandiri dan
sejahtera;
c. Pemberdayaan, pemberian kesempatan dan pengutamaan orang Asli Papua untuk mendapatkan
pekerjaan dalam semua bidang pekerjaan di wilayah Provinsi Papua berdasarkan pendidikan
dan keahliannya; dan
105
d. Penanaman tanggung jawab yang lebih besar bagi Provinsi Papua Barat dan rakyat Papua untuk
menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur pemanfaatan kekayaan alam di Provinsi Papua
Barat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua.
Secara khusus, fokus dalam pembangunan Provinsi Papua Barat menyangkut lima hal, yakni: (1)
pendidikan;(2) kesehatan;(3) ekonomi rakyat; (4) prasarana dan sarana; (5) ekonomirakyat; serta (6)
upaya affirmative action.
Misi 2 Memacu Peningkatan Perekonomian Wilayah
Visi Terkait Maju, Mandiri
Laju pertumbuhan ekonomi wilayah Provinsi Papua Barat jika dilihat secara umum berada di kisaran
angka yang cukup baik. Namun jika dilihat secara parsial, dari sisi realisasinya masih jauh dari maksimal.
Belum lagi jika dibandingkan dengan sumber daya yang ada dan kebutuhan pembiayaan daerah yang
jelas tidak sebanding. Artinya, modal-modal yang dimiliki masih belum dapat dimanfaatkan secara
optimal.Pertumbuhan ekonomi antar wilayah juga masih jauh dari pemerataan. Bahkan untuk wilayah
Kabupaten/Kota yang bersebelahan sekalipun. Misalnya saja antara Kota Sorong dengan Kabupaten
Tambrauw. Banyak sekali faktor yang menghalangi rantai penghubung kegiatan perekonomian
antarwilayah, yang paling vital misalnya infrastruktur.
Oleh karena itu, dalam pembangunan 5 tahun kedepan, perlu dicapai peningkatan perekonomian wilayah
yang signifikan bukan saja secara angka umum, tetapi peningkatan yang signifikan di setiap wilayah dan
setiap sektornya. Dalam upaya pencapaian misi ini, fokus pembangunan ada pada pembinaan SDM,
manajemen SDA, serta perbaikan sistem pemerintahan dalam rangka penciptaan iklim usaha dan iklim
investasi.
Misi 3 Menanggulangi Kemiskinan
Visi Terkait Maju, Mandiri
Walaupun angka kemiskinan telah menurun setiap tahunnya dengan angka yang cukup signifikan, akan
tetapi jika dimaknai lebih dalam dari indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan
kemiskinan,apalagi dengan melihat kenyataan di lapangan, angka kemiskinan masih sangat tinggi
terutama di perkotaan. Provinsi Papua Barat masih berada dalam peringkat tertinggi dari daftar wilayah
miskin di Indonesia.
106
Menurunkan angka kemiskinan menjadi salah satu agenda utama yang harus dapat dicapai sebagai
pembuktian keberhasilan konsep Otonomi Khusus. Penanggulangan kemiskinan merupakan agenda
pembangunan yang sifatnya multisektor. Meskipun tingkat kemiskinan hanya diukur berdasarkan
ukuran-ukuran ekonomi, namun jika disusuri lebih dalam maka kuncinya ada di hampir semua sektor.
Untuk periode lima tahun ini, penanggulangan kemiskinan difokuskan pada pembenahan infrastruktur,
pendidikan, kesehatan, dan ekonomi rakyat, yang semuanya menekankan pada pemberdayaan SDM.
Misi 4 Membenahi Tata Kelola Pemerintahan
Visi Terkait Maju, Mandiri, Bermartabat
Tata kelola pemerintahan termasuk didalamnya menyediakan pelayanan primabagi masyarakat
merupakan salah satu isu nasional dan global saat ini. Tata kelola pemerintahan dan pelayanan yang
buruk cenderung menjadikan pemerintahan koruptif dan inefisien, sehingga tidak mampu menyajikan
pelayanan prima, yang berdampak melemahkan dan bahkan menurunkan kewibawaan Pemerintah di
mata masyarakat.
Misi ini ditujukan untuk menghapus citra buruk atas kondisi tata kelola Pemerintahan secara umum di
Indonesia dan khususnya Pemerintah Daerah. Hal tersebut sekaligus dimaksudkan untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat. Perbaikan tata kelola pemerintahandilakukan dengan penyelenggaraan teknis
Pemerintahan yang berdasarkan prinsip akuntabel, terkontrol, responsif, profesional, efisien dan efektif,
transparan, egaliter, visioner & strategis, partisipatif dan mengutamakan supremasi hukum.
Pelayanan kepada masyarakat khususnya di kampung dan pedalaman yang sebelumnya tidak tersentuh,
merupakan perhatian utama dari misi pembangunan ini sebagaimana yang telah diamanatkan dalam
Undang-Undang Otonomi Khusus.
Misi 5 Mewujudkan Pemerataan Pembangunan
Visi Terkait Maju, Mandiri
Kesenjangan tingkat kesejahteraan masyarakat Provinsi Papua Barat cukup mencolok. Baik antara
masyarakat Pendatang dan masyarakat Asli, maupun antara masyarakat yang tinggal di perkotaan
dengan masyarakat yang tinggal di perkampungan atau pedalaman. Sesuai dengan hakikat pembangunan
107
nasional yang bertujuan untuk memeratakan tingkat kesejahteraan di semua wilayah dan semua lapisan
masyarakat, maka pengurangan kesenjangan sampai kesenjangan tersebut sirna menjadi target utama
dalam pembangunan Provinsi Papua Barat. Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat
mengamanatkan perlunya mengatasi masalah ini sesegera mungkin untuk menghindari masalah turunan
yang mungkin diakibatkan. Dengan demikian, program peningkatan kesejahteraan masyarakat akan
menjadi inti dari misi pembangunan daerah ini (pembangunan yang bersifat inklusif/inclusive
development).
Misi 6 Membangun Sumber Daya Manusia yang Kontributif Dalam Pembangunan
Visi Terkait Maju, Bermartabat
Sebagai titik sentral dalam pembangunan, sumber daya manusia menjadi target utama dari semua
bidang/sektor pembangunan. Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat menegaskan
tentang pentingnya aspek Sumber Daya Manusia khususnya warga Asli Papua untuk diprioritaskan. Hal
tersebut dilakukan demi menyiapkan warga Asli Papua untuk memegang tanggung jawab dalam
menggerakkan roda kehidupan Provinsi Papua Barat ke arah yang lebih baik. Untuk itulah dibutuhkan
SumberDaya Manusia yang berkarakter positif dengan tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan yang
baik.
Misi 7 Memanfaatkan Sumber Daya Alam Bagi Kesejahteraan Masyarakat
Visi Terkait Maju, Mandiri, Lestari
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Otonomi Khusus, kekayaan sumber daya alam yang dimiliki
Provinsi Papua Barat harusdiambil manfaatnya secara bijak bagi sebesar-besarnya kemakmuran
masyarakat. Ironis jika Provinsi Papua Barat yang kaya akan SDA namun kehidupannya tidak sejahtera.
Jika keadaannya demikian, tentunya ada yang belum optimal atau bahkan ada yang salah dalam pola
pemanfaatan SDA yang selama ini dilakukan.Karenanya pola pemanfaatan yang diupayakan lima tahun
kedepan harus dilakukan dengan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat Provinsi Papua Barat
umumnya, dan khususnya orangAsli Papua. Pemanfaatan Sumber Daya Alam ini juga yang nantinya
ditujukan untuk membantu mengatasi masalah tingginya kemiskinan dan kesenjangan di Provinsi Papua
Barat.
108
Misi 8 Melestarikan Lingkungan Alam dan Budaya
Visi Terkait Lestari
Pembangunan yang mengabaikan aspek kelestarian lingkungan merupakan ancaman bagi kelangsungan
hidup umat manusia. Provinsi Papua Barat pada dasarnya memiliki kerentanan lingkungan yang tinggi
sehingga pengendalian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaaatan Sumber Daya Alam
menjadi sangat penting. Oleh karena itu, aspek lingkungan harus menjadi salah satu komponen utama
pertimbangan bagi kebijakan pembangunan sektoral maupun kewilayahan. Dalam hal ini, implementasi
berbagai regulasi terkait dengan penataan ruang merupakan salah satu program utama.
Keanekaragaman budaya sesungguhnya merupakan aset pembangunan yang jika dikelola secara baik dan
dipadukan dengan perkembangan wilayah akan memberikan nilai tambah lain baik dari sudut pandang
sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu, perlu ada pendalaman dan pengembangan nilai-nilai luhur yang
melekat dalam aneka ragam budaya yang murni berasal dari Provinsi Papua Barat. Aktualisasi aspek
sosial budaya masyarakat Provinsi Papua Barat merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari upaya
penguatan dan peningkatan martabat.
5.3 Tujuan dan Sasaran Pembangunan
Berdasarkan rumusan Visi dan Misi PembangunanJangka Menengah Provinsi Papua Barat Tahun 2012 -
2016,maka berikut ini dirumuskan tujuan-tujuan pembangunan Provinsi Papua Barat untuk lima tahun
kedepan yang selanjutnya dirinci lagi menjadi sasaran pembangunan.
5.3.1 Tujuan Pembangunan
Tujuan pembangunan adalah tujuan dari masing-masing misi pembangunan, yaitu sebagai berikut:
MISI PEMBANGUNAN TUJUAN PEMBANGUNAN
1. Menanamkan Amanat Otonomi Khusus
sebagai Paradigma Baru Pembangunan.
Menyelenggarakan pembangunan dengan
menomorsatukan perlindungan, pencerdasan,
dan pemberdayaan masyarakat (orang Asli
Papua).
109
MISI PEMBANGUNAN TUJUAN PEMBANGUNAN
2. Memacu Peningkatan Perekonomian
Wilayah.
Meningkatkan kemampuan finansial Daerah
untuk membiayai pembangunan dari
Penerimaan Asli Daerah.
3. Menanggulangi Kemiskinan. Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan
kesejahteraan sosial masyarakat.
4. Membenahi Tata Kelola Pemerintahan.
Mendukung proses percepatan kegiatan
pembangunan Provinsi Papua Barat.
Memberikan pelayanan publik yang prima
bagi masyarakat.
5. Mewujudkan Pemerataan Pembangunan. Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan
kesejahteraan sosial masyarakat.
6. Membangun Sumber Daya Manusia yang
Kontributif Dalam Pembangunan.
Mendukung proses percepatan pembangunan
Provinsi Papua Barat.
7. Memanfaatkan Sumber Daya Alam Bagi
Kesejahteraan Masyarakat.
Menciptakan kesejahteraan ekonomi
masyarakatdengan kegiatan ekonomi
berbasis SDA sekaligus memberdayakan
masyarakat dalam upaya pelestarian
lingkungan alam.
8. Melestarikan Lingkungan Alam dan
Budaya.
Mempersiapkan dan menyediakan kualitas
lingkungan hidup yang baik bagi generasi
yang akan datang.
110
5.3.2 Sasaran Pembangunan
Untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan yang telah dirumuskan diatas, maka sasaran pembangunan
yang harus dicapai adalah sebagai berikut:
1 Terjangkaunya pelayanan pendidikan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh masyarakat.
2 Terjangkaunya pelayanan kesehatan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh masyarakat.
3 Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan lingkungan yang menjangkau seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat.
4 Meningkatnya perekonomian wilayah dan tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat yang disertai dengan pengembangan keterampilan.
5 Terlaksananya affirmative action.
6 Meningkatnya realisasi investasi dalam dan luar negeri di sektor-sektor primer.
7 Meningkatnya pertumbuhan produktivitas sektor-sektor sekunder dan tersier.
8 Meningkatnya jalinan kerjasama ekonomi.
9 Meningkatnya indeks kesehatan.
10 Terbinanya masyarakat dalam upaya peningkatan indeks kesehatan.
11 Terpenuhinya kebutuhan perumahan layak huni.
12 Terbina dan terberdayakannya perempuan dan anak sebagai agen perubahan masyarakat.
13 Terbina dan terpeliharanya masyarakat yang memiliki kerawanan social.
14 Meningkatnya pertumbuhan dan produktivitas koperasi dan usaha kecil menengah.
15 Terberdayakannya masyarakat perkampungan.
16 Meningkatnya kesejahteraan petani.
17 Meningkatnya kompetensi dan profesionalitas aparatur pemerintahan.
18 Diterapkannya sistem pemerintahan dan sistem kerja pemerintah yang akuntabel, transparan, partisipatif, profesional, efisien, efektif, dan taat hokum.
19 Tersusunnya dokumen rencana pembangunan dan rencana kerja pemerintah.
20 Tersusunnya regulasi yang relevan dengan kebutuhan daerah.
21 Terpenuhinya kebutuhan prasarana dan sarana transportasi, utilitas publik, dan pelayanan publik di seluruh wilayah.
111
22 Terciptanya SDM berkualitas dengan indeks pendidikan dan penguasaan keterampilan yang baik.
23 Terbinanya generasi pemuda sebagai aset strategis.
24 Meningkatnya kecerdasan serta meluasnya penguasaan pengetahuan dan informasi, serta meningkatnya motivasi untuk hidup yang lebih baik.
25 Terwujudnya ketahanan pangan wilayah dengan peningkatan produktivitas pertanian, perikanan, dan peternakan.
26 Meningkatnya kegiatan perkebunan rakyat.
27 Meningkatnya pemanfaatan sumber daya hutan.
28 Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pertambangan.
29 Mengelola pariwisata yang berbasis pengembangan masyarakat local.
30 Terjaganya keberadaan budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam.
31 Terehabilitasinya lingkungan yang statusnya kritis.
32 Terlaksananya upaya perlndungan lingkungan dan pengawasan lingkungan.
33 Menurunnya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA.
34 Tertanganinya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA.
35 Terlaksananya upaya mitigasi bencana alam.
112
Tabel 6-1. Matriks Keterkaitan Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan
MISI TUJUAN SASARAN
1 Menanamkan Amanat Otonomi
Khusus Sebagai Paradigma Baru
Pembangunan
Menyelenggarakan pembangunan
dengan menomorsatukan
perlindungan, pencerdasan, dan
pemberdayaan masyarakat (Orang
Asli Papua)
1 Terjangkaunya pelayanan pendidikan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi
oleh seluruh masyarakat.
2 Terjangkaunya pelayanan kesehatan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi
oleh seluruh masyarakat.
3 Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi,
perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan lingkungan yang menjangkau
seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat.
4 Meningkatnya perekonomian wilayah dan tumbuhnya kegiatan ekonomi
masyarakat yang disertai dengan pengembangan keterampilan.
5 Terlaksananya affirmative action.
2 Memacu Peningkatan
Perekonomian Wilayah
Meningkatkan kemampuan
finansial daerah untuk membiayai
pembangunan dari penerimaan asli
daerah
1 Meningkatnya realisasi investasi dalam dan luar negeri di sektor-sektor primer.
2 Meningkatnya pertumbuhan produktivitas sektor-sektor sekunder dan tersier.
3 Meningkatnya jalinan kerjasama ekonomi.
3 Menanggulangi Kemiskinan Menciptakan kesejahteraan
ekonomi dan kesejahteraan sosial
masyarakat
1 Meningkatnya indeks kesehatan.
2 Terbinanya masyarakat dalam upaya peningkatan indeks kesehatan.
3 Terpenuhinya kebutuhan perumahan layak huni.
4 Terbina dan berdayanya perempuan dan anak sebagai agen perubahan
masyarakat.
113
MISI TUJUAN SASARAN
5 Terbina dan terpeliharanya masyarakat yang memiliki kerawanan social.
6 Meningkatnya pertumbuhan dan produktivitas koperasi dan usaha kecil
menengah.
7 Terberdayakannya masyarakat perkampungan.
8 Meningkatnya kesejahteraan petani.
4 Membenahi Tata Kelola
Pemerintahan
Mendukung proses percepatan
kegiatan pembangunan Provinsi
Papua Barat
Memberikan pelayanan publik yang
prima bagi masyarakat
1 Meningkatnya kompetensi dan profesionalitas aparatur pemerintahan.
2 Diterapkannya sistem pemerintahan dan sistem kerja pemerintah yang
akuntabel, transparan, partisipatif, profesional, efisien, efektif, dan taat hokum.
3 Tersusunnya dokumen rencana pembangunan dan rencana kerja pemerintah.
4 Tersusunnya regulasi yang relevan dengan kebutuhan daerah.
5 Mewujudkan Pemerataan
Pembangunan
Menciptakan kesejahteraan
ekonomi dan kesejahteraan sosial
masyarakat
1 Terpenuhinya kebutuhan prasarana dan sarana transportasi, utilitas publik, dan
pelayanan publik di seluruh wilayah.
6 Membangun Sumber Daya
Manusia yang Kontributif Dalam
Pembangunan
Mendukung proses percepatan
pembangunan Provinsi Papua Barat
1 Terciptanya SDM berkualitas dengan indeks pendidikan dan penguasaan
keterampilan yang baik.
2 Terbinanya generasi pemuda sebagai aset strategis.
3 Meningkatnya kecerdasan serta meluasnya penguasaan pengetahuan dan
informasi, serta meningkatnya motivasi untuk hidup yang lebih baik
114
MISI TUJUAN SASARAN
7 Memanfaatkan Sumber Daya
Alam Bagi Kesejahteraan
Masyarakat
Menciptakan kesejahteraan
ekonomi masyarakatdengan
kegiatan ekonomi berbasis SDA
sekaligus memberdayakan
masyarakat dalam upaya
pelestarian lingkungan alam
1 Terwujudnya ketahanan pangan wilayah dengan peningkatan produktivitas
pertanian, perikanan, dan peternakan.
2 Meningkatnya kegiatan perkebunan rakyat.
3 Meningkatnya pemanfaatan sumber daya hutan.
4 Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pertambangan.
5 Mengelola pariwisata yang berbasis pengembangan masyarakat local.
8 Melestarikan Lingkungan Alam
dan Budaya
Mempersiapkan dan menyediakan
kualitas lingkungan hidup yang
baik bagi generasi yang akan dating
1 Terjaganya keberadaan budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam.
2 Terehabilitasinya lingkungan yang statusnya kritis.
3 Terlaksananya upaya perlndungan lingkungan dan pengawasan lingkungan.
4 Menurunnya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA.
5 Tertanganinya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA.
6 Terlaksananya upaya mitigasi bencana alam.
115
BAB VI
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
6.1 Strategi Pembangunan
Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang
dirumuskan dengan kriterianya mencakup:
a. hubungan yang rasional antara visi dan misi dengan prioritas program Kepala Daerah terpilih.
b. hubungan yang kuat dengan analisis daerah dan isu-isu strategic.
c. pernyataan yang umum guna memandu pengembangan program pembangunan tahunan selama
lima tahun.
d. dikembangkan dalam suatu pemetaan strategi daerah. Strategi diperlukan untuk memperjelas arah
pengembangan program prioritas Kepala Daerah.
Untuk mencapai kondisi yang dica-citakan dalam Visi Pembangunan Jangka Menengah Provinsi
Papua Barat, pembangunan dilakukan bersama-sama dari atas dan dari bawah. Artinya,
pembangunan pembangunan diletakkan pada pembenahan pemerintahan dan pembangunan
masyarakat sebagai kunci vital keberhasilan pembangunan. Gambarannya kira-kira sebagai berikut:
Gambar 6-1. Pola Pembangunan Pemerintah dan Masyarakat Provinsi Papua Barat
116
Untuk mencapai pemerataan pembangunan, maka dilihat dari segi kewilayahan, harus dilakukan
pembukaan akses ke wilayah-wilayah terpencil dan terisolasi dengan membangun prasarana dan
sarana transportasi. Pembangunan prasarana dan sarana publik serta pelayanan pendidikan dan
kesehatan di perkampungan. Untuk meningkatkan perekonomian wilayah, pembangunan
dilakukan di kawasan-kawasan strategisekonomi yang secara lebih detail dipaparkan dalam
RTRW.
Dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan prasarana dan sarana serta pelayanan publik, maka
dihitung dengan mempertimbangkan aspek efektivitas terutama efektif dari segi jangkauan
pelayanan. Karena jika dihitung dengan model-model umum yang biasa digunakan pada wilayah
yang kompak, maka akan banyak wilayah atau penduduk yang tidak tersentuh.
Pembenahan tata kelola pemerintahan mutlak harus dilakukan. Reformasi institusional terkait
sistem dan kapasitasi aparatur menjadi salah satu kunci suksesnya pembangunan dimana
pemerintah memiliki multifungsi utama sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali meskipun
nantinya akan diselenggarakan bersama-sama dengan masyarakat.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah mengenai pemetaan berbagai informasi dasar daerah
seperti potensi spesifik daerah, peluang investasi, kerawanan wilayah, hak ulayat, dan
sebagainya yang nantinya akan dipakai sebagai rujukan untuk menentukan porsi pembangunan
yang proporsional di masing-masing wilayah atau aspek pembangunan.
6.2 Arah Kebijakan Pembangunan
Sejumlah isu pokok pembangunan di daerah memerlukan pengarusutamaan (mainstreaming) dalam
penyusunan kebijakan maupun program pembangunannya. Secara umum, kebijakan pembangunan yang
disusun harus memiliki dasar yang kuat terkait dengan hal-hal berikut:
1. Implementasi amanat Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat
Amanat Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat haruslah diterapkan dalam setiap
sektor/bidang pembangunan. Sebagai koreksi terhadap pendekatan yang konvensional maka
implementasi amanat Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat bukan hanya membawa keuntungan
bagi masyarakat Asli Papua dalam jangka pendek, tetapi sampai pada keberjalanan kehidupan di Provinsi
Papua Barat di masa yang akan datang. Dengan kata lain, bukan hanya upaya-upaya pemberian
keuntungan secara langsung namun mengkader masyarakat untuk menyelenggarakan pembangunan
dari, oleh, dan untuk mereka sendiri.Secara lebih rinci, hal-hal utama yang termaknai dari Undang-
Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat adalah:
a. Perlindungan terhadap hak kekayaan dan hak intelektual orang Asli Papua sesuai dengan
peraturan perUndang-Undangan;
117
b. Pencerdasan akan hakikat hidup bermasyarakat dan bernegara, serta makna hidup mandiri dan
sejahtera;
c. Pemberdayaan, pemberian kesempatan dan pengutamaan orang Asli Papua untuk mendapatkan
pekerjaan dalam semua bidang pekerjaan di wilayah Provinsi Papua Barat berdasarkan
pendidikan dan keahliannya; dan
d. Penanaman tanggung jawab yang lebih besar bagi Provinsi Papua Barat dan rakyat Papua untuk
menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur pemanfaatan kekayaan alam di Provinsi Papua
Barat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua.
2. Pembangunan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas
Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator yang paling sederhana dengan komponen yang
empiris sebagai indikator tingkat kualitas masyarakat. Ukuran-ukuran didalamnyalah yang sejatinya
digunakan sebagai acuan dalam memilih alternatif kebijakan, program, maupun kegiatan yang tujuannya
untuk meningkatkan kualitas masyarakat di Provinsi Papua Barat.
Permasalahan kualitas Sumber Daya Manusia di Provinsi Papua Barat memang sudah sedemikian
kompleks. Karenanya perlu menjadi prioritas objek sekaligus subjek dalam penyelenggaraan
pembangunan. Dalam hal pengarusutamaan terkait Sumber Daya Manusia, beberapa hal yang perlu
diperhatikan diantaranya adalah:
a. Penempaan karakter masyarakat sehingga menghasilkan sumber daya manusia seperti tersurat
dalam misi pembangunan Provinsi Papua Barat;
b. Penciptaan Sumber Daya Manusia yang berkualitas melalui peningkatan kualitas pendidikan dan
kualitas kesehatan.
3. Penciptaan Kesempatan Kerja
Penciptaan kesempatan kerja khususnya bagi orang Papua bukan hanya menunggu kesempatan
datangnya investor yang membuka lapangan kerja tetapi juga upaya dalam mengoptimalkan
pengusahaan pemanfaatan sektor-sektor potensial dan modal-modal daerah yang dimiliki. Penciptaan
lapangan kerja ini juga berarti mendorong terciptanya unit-unit usaha baik dalam skala mini mikro,
mikro, kecil, menengah, maupun besar yang diupayakan secara profesional oleh masyarakat.
Hal lain yang dapat diupayakan bagi terciptanya lebih banyak kesempatan kerja khususnya bagi orang
Papua misalnya saja melalui penentuan kuota dan rekrutmen yang dapat diatur melalui penciptaan
regulasi. Jelasnya, bagaimanapun pemerintah serta segenap stakeholder pembangunan perlu
mengupayakan penciptaan kesempatan kerja khususnya bagi orang Papua demi kesejahteraan hidup
yang lebih baik dan demi peningkatan ekonomi wilayah.
118
4. Penerapan Sistem Ekonomi yang Berkeadilan
Kelemahan yang selama ini terjadi adalah pembangunan bidang ekonomi yang hanya tertuju pada
kenaikan produksi (pertumbuhan) dan mengabaikan keterlibatan dan manfaat yang nyata kepada
masyarakat. Dengan demikian aspek keadilan diabaikan sehingga yang terjadi adalah marginalisasi
kelompok masyarakat tertentu. Sejalan dengan hal ini, maka misi Otonomi Khusus di Provinsi Papua
Barat menghendaki agar pembangunan ekonomi wilayah harus menjamin aspek keadilan bagi
masyarakat. Dalam hubungan ini, melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan, peran masyarakat lokal
diperkuat dan memiliki akses yang nyata dalam pemanfaatan Sumber Daya Alam Provinsi Papua Barat.
Sistem ekonomi yang berkeadilan dengan konsep ekonomi kerakyatannya merupakan salah satu konsep
aplikatif dari Undang-Undang Otonomi Khusus Papua Barat yang diusung demi membawa kemaslahatan
bagi penduduk Provinsi Papua Barat pada umumnya dan orang Asli Papua pada khususnya. Upaya keras
nantinya akan sangat dibutuhkan mengingat agar tepat sasaran, penerapan sistem ekonomi yang
berkeadilan ini membutuhkan orang Asli Papua khususnya untuk mengubah cara hidupnya dengan
membiasakan bekerja keras demi memenuhi kebutuhannya. Modal sumber daya alam yang melimpah
bukan lagi hanya milik investor-investor besar dengan peralatan yang mutakhir, namun menjadi milik
masyarakat yang mau berusaha. Titik tekan pada penerapan sistem ekonomi yang berkeadilan ini adalah:
a. Penguasaan faktor-faktor produksi oleh penduduk Provinsi Papua Barat umumnya, dan orang
Asli Papua khususnya;
b. Pemberdayaan penduduk Provinsi Papua Barat umumnya dan orang Asli Papua khususnya,
untuk berperan dalam sektor usaha;
c. Pengutamaan penduduk Provinsi Papua Barat umumnya dan orang asli Papua khususnya, untuk
menempati lapangan pekerjaan yang tersedia;
d. Pembagian keuntungan seadil-adilnya bagi penduduk Provinsi Papua Barat umumnya dan orang
asli Papua khususnya, atas pengusahaan potensi daerah.
5. Pembangunan Infrastruktur
Ketersediaan infrastruktur sifatnya sangat vital bagi pembangunan baik dalam skala wilayah maupun
dalam skala kebutuhan rumah tangga masyarakat. Pemenuhan kebutuhan infrastruktur wilayah dalam
skala yang lebih besar berpengaruh terhadap penciptaan kemudahan investasi skala besar. Pemenuhan
kebutuhan infrastruktur dasar masyarakat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan hidup
masyarakat. Walau bagaimanapun, infrastruktur adalah kebutuhan masyarakat yang wajib dipenuhi oleh
negara.
Minimnya infrastruktur di Papua Barat baik infrastruktur transportasi energi, air bersih, telekomunikasi,
pengelolaan lingkungan, infrastruktur sosial-ekonomi, dan sebagainya perlu dipacu pertumbuhannya
agar dalam 5 tahun ini bisa memenuhi kebutuhan segenap masyarakat Papua Barat khususnya orang
Papua. Banyak kendala ditemui dalam upaya pembangunannya, namun diharapkan dukungan dana dari
pihak eksternal dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin agar betul-betul dapat sampai ke masyarakat.
119
6. Meningkatkan kemampuan tata kelola pemerintahan yang baik demi memberikan pelayanan
prima bagi masyarakat;
Salah satu masalah pokok di Provinsi Papua Barat adalah pengelolaan pembangunan. Sebagai wilayah
yang baru saja dikembangkan menjadi Provinsi, Provinsi Papua Barat membutuhkan pengelola
pembangunan berupa sumber daya aparatur yang berkualitas. Bidang ini menghadapi permasalahan
berupa keterbatasan baik dalam bentuk jumlah maupun kompetensi sehingga mempersulit
terlaksananya pelayanan kepada masyarakat. Disamping itu, kemampuan untuk mengelola pembangunan
yang terbatas menyebabkan juga mutu dan intensitas pelayanan kepada masyarakat ikut terkendala.
Seperti dijabarkan sebelumnya, tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dewasa ini telah
berkembang menjadi isu global. Kelemahan praktik pemerintahan hampir di seluruh bidang dan seluruh
wilayah di tanah air membawa dampak turunan yang lebih buruk di Provinsi Papua Barat.
Bagaimanapun, salah satu stakeholder penentu keberjalanan roda kehidupan di Provinsi Papua Barat
adalah aparat pemerintah. Pembenahan tata kerja atau sistem dan prosedur kerja menjadi pusat
perhatian dalam peningkatan kemampuan untuk melaksanakan pelayanan kepada masyarakat di
Provinsi Papua Barat. Pembentukan mainstream atas tata kelola pemerintahan yang baik diantaranya
bertumpu pada:
a. Pelibatan masyarakat sebesar-besarnya dan seluas luasnya, dari mulai tahap penyusunan,
penentuan, pengawasan, sampai pada tahap evaluasi dalam penyelenggaraan pemerintahan;
b. Pelibatan para wakil adat, agama, dan kaum perempuan dari mulai tahap penyusunan,
penentuan, pengawasan, sampai pada tahap evaluasi dalam penyelenggaraan pemerintahan;
c. Penyelenggaraan pemerintahan yang transparan dan bertanggungjawab kepada masyarakat;
d. Prioritas pembinaan kapabilitas teknis pemerintahan bagi orang Asli Papua sebagai calon
pemimpin dan pemangku jabatan struktural maupun fungsional di pemerintahan;
e. Peningkatan kapasitas aparat pemerintah dan pembenahan kelembagaan;
f. Sinergisasi antar Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat;
g. Sinkronisasi fungsi kelembagaan antar bidang melalui optimalisasi intensitas dan efektivitas
koordinasi.
7. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam bagi kesejahteraan masyarakat dengan
memperhatikan kelestarian dan kualitas lingkungan
Sumber daya alam dapat dikatakan menjadi modal terbesar bagi Provinsi Papua Barat. Logikanya, jika
dapat dimanfaatkan secara tepat guna dan tepat sasaran maka semestinya tidak ada masyarakat yang
tergolong miskin. Namun sayangnya pada kenyataannya sumber daya alam yang dimiliki kondisinya
menjadi dua kemungkinan. Dimanfaatkan, tapi oleh pihak asing sehingga tidak memberi keuntungan
signifikan bagi daerah ataupun masyarakat lokal. Kemungkinan yang kedua adalah belum dimanfaatkan
sama sekali karena minimnya minat investor dan minimnya keterjangkauan terhadap
teknologi.Karenanya pada rencana pembangunan jangka menengah ini, pengarusutamaan terkait sumber
daya alam Provinsi Papua Barat diantaranya adalah:
120
a. Pemanfaatan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat lokal;
b. Penanaman tanggung jawab atas pemanfaatan sumber daya alam dan keberlanjutannya di masa
depan;
c. Penanaman prinsip untuk menjaga kelestarian lingkungan dalam kegiatan pemanfaatan sumber
daya alam;
d. Penanaman prinsip untuk menjaga kualitas lingkungan dalam kegiatan pemanfaatan sumber
daya alam.
8. Pemberantasan kemiskinan dalam arti luas
Kemiskinan dalam arti luas bukan hanya kemiskinan yang melulu diukur dengan indikator kepemilikan
aset pribadi, meskipun lebih mudah menggolongkan kemiskinan menggunakan ukuran-ukuran
kesejahteraan khususnya yang ada pada komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Tetapi di lain
sisi, termasuk juga didalamnya kemiskinan atas ketiadaan harapan di masa depan secara fisik dan mental.
Taraf hidup yang cenderung tidak berubah dan terlihat semakin terpuruk ditengah perkembangan global
juga bisa digolongkan sebagai salah satu ukuran kemiskinan. Pengarusutamaan pada persoalan
kemiskinan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pemenuhan ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat dengan harga terjangkau;
b. Pemberian jaminan pelayanan terutama pelayanan kesehatan dan pendidikan;
c. Pembinaan mengenai upaya-upaya peningkatan taraf hidup dan kualitas hidup;
d. Memotivasi pertumbuhan dan perkembangan kegiatan wirausaha masyarakat lokal;
e. Pembinaan mengenai tata kelola usaha yang baik dan benar demi peningkatan kesejahteraan;
f. Perluasan pembukaan lapangan pekerjaan;
g. Mendorong berkembangnya budaya rajin menabung.
9. Menyeimbangkan kemajuan antarwilayah dan antarkelompok masyarakat di Provinsi Papua
Barat
Banyak kegagalan yang terjadi selama ini terkait dengan kurang dipahaminya dengan baik aspek
kewilayahan dan penataan ruang. Provinsi Papua Barat yang dominan memiliki kawasan konservasi dan
memerlukan perlakuan yang spesifik butuh pemahaman yang baik tentang aspek kewilayahan dan
penataan ruang.
Dari segi kewilayahan, kesenjangan yang terjadi selama ini oleh karena kurang dipahaminya dengan baik
aspek ini dalam penyusunan program maupun implementasinya. Bersamaan dengan hal ini, ketaatan
pada tata ruang sebagaimana yang digariskan dalam RTRW Provinsi Papua Barat dapat memberikan
kontribusi yang positif. Pemanfaatan sumber daya alam serta degradasi mutu lingkungan di Provinsi
Papua Barat sangat ditentukan oleh penyebaran kegiatan pembangunan serta ketaatan pada aturan
penataan ruang wilayah. Setelah RTRW Provinsi Papua Barat maka pada gilirannya akan disiapkan
Rencana Terinci dan Rencana Teknik Kawasan yang nantinya akan menjadi dasar dalam pemberian izin
121
pemanfaatan ruang melalui ketentuan zonasi. Dalam kurun waktu jangka menengah kedepan, aspek ini
akan diutamakan penyelesaianya sehingga kebutuhan ruang bagi suatu program secara spesifik telah
nampak wilayah dan aspek keruangannya.
Ketimpangan antarwilayah dan antarkelompok bukan hanya berujung pada kemelaratan, tetapi juga
dapat menimbulkan perpecahan dan konflik. Karenanya salah satu visi pembangunan di masa depan
haruslah menuju kepada pemerataan pembangunan di semua wilayah dan semua lapisan masyarakat,
terutama kaitannya dengan aspek ekonomi serta sarana dan prasarana. Untuk menuju ke arah itu, pada
rencana pembangunan jangka menengah ini diupayakan dengan penentuan mainstream sebagai beriku:
a. Pemenuhan infrastruktur dasar di setiap wilayah terutama di sentra-sentra Permukiman
penduduk;
b. Penggalian dan inventarisasi potensi khas dan potensi unggulan setiap daerah sebagai sumber
Penerimaan Asli Daerah (PAD);
c. Penyuksesan program ketahanan pangan di seluruh wilayah;
d. Pentaatan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Papua Barat sebagai referensi dasar
pembangunan terutama aspek spasial;
e. Prioritas pembangunan pada wilayah tertinggal;
f. Mengaktifkan peran lembaga masyarakat kampung dan masyarakat adat;
g. Meleburkan klaster spasial maupun sosial antara masyarakat asli dan masyarakat pendatang;
h. Mengutamakan tata cara pengambilan keputusan yang menekankan musyawarah dan penggalian
masalah melalui dialog dan tukar pengalaman di antara para pihak.
10. Melanjutkan revitalisasi nilai sosial budaya masyarakat Provinsi Papua Barat.
Nilai sosial budaya terutama ditujukan untuk mengaktualisasikan jati diri, identitas dan karakter
masyarakat Papua berdasarkan nilai-nilai luhur, kearifan lokal, dan tatanan aturan dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan dengan tetap memperhatikan tatanan secara nasional. Kemandirian budaya juga
berkaitan dengan perlindungan terhadap berbagai khasanah adat istiadat serta memahami
keragamannya sebagai suatu kekayaan untuk dijadikan inspirasi pembangunan sebagai upaya
transformasi untuk menjaga kelestariannya. Pentingnya nilai sosial budaya sehingga untuk Provinsi
Papua Barat perlu adanya penekanan dari segi ini terhadap pembangunan yang akan berjalan, dengan
pengarusutamaan sebagai berikut:
a. Inventarisasi kekayaan budaya daerah baik yang bersifat fisik maupun non fisik;
b. Pembangunan sentra-sentra kebudayaan;
c. Penyusunan mekanisme upaya proteksi budaya daerah;
d. Penetrasi pengenalan budaya daerah ke ranah pendidikan;
e. Pengawasan dan pengendalian pada penggunaan teknologi;
f. Pembinaan sekaligus pelestarian sekolah-sekolah adat yang masih tersisa;
g. Fasilitasi pengenalan dan promosi kekayaan budaya daerah seluas-luasnya;
h. Pembinaan masyarakat lokal untuk menjadi agen pewaris kebudayaan.
122
11. Pemberdayaan perempuan
Masalah peranan gender di Provinsi Papua Barat merupakan salah satu isu utama dalam pembangunan.
Peningkatan peran perempuan disejumlah bidang pembangunan pada umumnya masih lemah dan
terbatas. Hal ini disebabkan oleh karena kemampuan perempuan di Provinsi Papua Barat masih
memerlukan penguatan baik secara perorangan maupun kelembagaan. Aspek budaya masih kuat
pengaruhnya dalam pengembangan peran perempuan. Oleh sebab itu, pemberdayaan perempuan di
Provinsi Papua Barat akan menyentuh aspek budaya masyarakat disamping terus mengembangkan peran
aktif perempuan Provinsi Papua Barat yang saat ini telah mulai berkembang.
Dalam bidang politik, kedudukan perempuan mulai menunjukkan peran yang nyata dimana sejumlah
posisi legislatif telah berada ditangan kaum perempuan. Juga didalam lembaga eksekutif sejumlah posisi
penting kini telah dijalani oleh kaum perempuan. Demikian pula dalam lembaga pendidikan tinggi,
peneliti, pekerja atau pelayan sosial, atau fungsi kemasyarakatan lainnya telah banyak dilaksanakan oleh
kaum perempuan. Dimasa mendatang kondisi ini terus ditingkatkan terutama dikampung dan perkotaan
se-Provinsi Papua Barat. Pada intinya, perempuan harus mengambil peran di setiap proses pembangunan
Provinsi Papua Barat.
Dari paparan arahan strategi dan kebijakan umum diatas, maka berikut ini adalah strategi pembangunan
dan arah kebijakan pembangunan yang spesifik, yang disusun berdasarkan urgensi pencapaian tujuan
dan misi pembangunan yang disajikan dalam tabel berikut:
123
Tabel 6-1. Matriks Keterkaitan Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Arah Kebijakan Pembangunan
MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
1 Menanamkan Amanat
Otonomi Khusus Sebagai
Paradigma Baru
Pembangunan
Menyelenggarakan
pembangunan dengan
menomorsatukan
perlindungan, pencerdasan,
dan pemberdayaan
masyarakat (orang Asli
Papua)
1 Terjangkaunya pelayanan
pendidikan dilihat dari segi
lokasi dan segi ekonomi
oleh seluruh masyarakat
Penyediaan pelayanan
pendidikan yang dekat
dengan masyarakat
Pengakomodasian
masyarakat agar dekat
dengan pelayanan
pendidikan
Peringanan biaya
pendidikan
Penyesuaian pelayanan
pendidikan dengan
karakteristik wilayah dan
karakteristik masyarakat
Pelibatan masyarakat
dalam penyelenggaraan
pelayanan pendidikan
1 Menyediakan pelayanan pendidikan
di lokasi yang mudah diakses
masyarakat di seluruh wilayah baik
pendidikan formal maupun informal
2 Memfasilitasi masyarakat yang ingin
berada dekat dengan pelayanan
pendidikan dengan menyediakan
sistem pelayanan pendidikan dan
prasarana dan sarana spesifik
3 Menyediakan pelayanan pendidikan
yang murah bahkan bebas biaya bagi
masyarakat
4 Menyesuaikan pokok-pokok
pengajaran dengan kebutuhan
wilayah dan kearifan lokal yang ada
5 Melibatkan masyarakat dalam
penyelenggaraan layanan pendidikan
termasuk dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan
6 Menyediakan layanan pendidikan
dinamis yang mampu menyentuh
lokasi-lokasi terpencil dan terisolir
124
MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
2 Terjangkaunya pelayanan
kesehatan dilihat dari segi
lokasi dan segi ekonomi
oleh seluruh masyarakat
Penyediaan pelayanan
kesehatan yang dekat
dengan masyarakat
Pengakomodasian
masyarakat agar dekat
dengan pelayanan
kesehatan
Peringanan biaya kesehatan
Penyesuaian pelayanan
kesehatan dengan
karakteristik wilayah dan
karakteristik masyarakat
Pelibatan masyarakat
dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan
1 Menyediakan pelayanan kesehatan di
lokasi yang mudah diakses
masyarakat di seluruh wilayah
2 Menyediakan layanan kesehatan
dinamis yang mampu menyentuh
lokasi-lokasi terpencil dan terisolir
3 Menyediakan pelayanan kesehatan
yang murah bahkan bebas biaya
4 Menyesuaikanlayanan kesehatan
sesuai kebutuhan wilayah dan
kearifan lokal yang ada
5 Melibatkan masyarakat dalam
penyelenggaraan layanan kesehatan
termasuk dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan
3
Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan lingkungan yang menjangkau seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat;
Percepatan pembangunan
infrastruktur yang
menjangkau seluruh
kampung dan dapat
dinikmati seluruh
masyarakat
Penjalinan kerjasama
dengan investor maupun
1 Mempercepat pembangunan
infrastruktur transportasi, energi,
komunikasi, perumahan, air bersih,
sanitasi, dan pengelolaan lingkungan
yang menjangkau seluruh kampung
dan dapat dinikmati seluruh
masyarakat;
125
MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
pemerintah pusat/provinsi
lain
Penyelesaian persoalan
pertanahan
Penyusunan rencana
pengembangan
infrastruktur terintegrasi
4
Meningkatnya
perekonomian wilayah dan
tumbuhnya kegiatan
ekonomi masyarakat yang
disertai dengan
pengembangan
keterampilan
Pengembangan sektor-
sektor potensial yang
berbasis pemanfaatan SDA
lokal
Stimulasi pertumbuhan
usaha kecil dan mikro serta
pembinaan efektivitas
usaha usaha mini mikro
Pembinaan keterampilan
kerja dan usaha masyarakat
Penciptaan lapangan kerja
1 Mengembangkan usaha pemanfaatn
sektor-sektor potensial yang
berbasis SDA lokal
2 Menstimulasi pertumbuhan usaha
menengah, kecil, dan mikro dengan
pemberian bantuan modal,
pemberian skema kredit ringan, dan
pembekalan keterampilan usaha
3 Memfasilitasi kebutuhan usaha mini
mikro agar berlangsung efisien dan
pembinaan keterampilan
pengembangan usaha
4 Membina keterampilan kerja dan
usaha masyarakat
5 Menciptakan lapangan kerja
126
MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
5
Terlaksananya affirmative
action
Perekrutan orang asli
papua dalam pemerintahan
dan lapangan kerja/ usaha
Penentuan kuota
Promosi
Penyesuaian regulasi
1 rekrutmen orang asli papua dalam
pemerintahan, jasa kemasyarakatan,
perdagangan besar, dan industri
2 Penentuan kuota untuk rekrutmen
orang asli papua dan untuk target
capaian pembangunan
3 Promosi
4 Penyesuaian regulasi yang relevan
dengan kebutuhan Papua Barat
2 Memacu Peningkatan
Perekonomian Wilayah
Meningkatkan kemampuan
finansial daerah untuk
membiayai pembangunan
dari penerimaan asli
daerah
1 Meningkatnya realisasi
investasi dalam dan luar
negeri di sektor-sektor
primer
Penciptaan iklim investasi
yang kondusif
Penyiapan SDM lokal
Pemetaan potensi daerah
dan peluang investasi
Peningkatan promosi
potensi daerah dan peluang
investasi
Pengembangan klaster-
klaster pada simpul-simpul
strategis wilayah
Pengembangan komoditas
spesifik daerah.
1 Meningkatkan kualitas dan
produktivitas tenaga kerja lokal;
2 Meningkatnya
pertumbuhan produktivitas
sektor-sektor sekunder dan
tersier
2 Menciptakan iklim investasi yang
kondusif
3 Memantapkan kesatuan bangsa dan
politik internal wilayah
3 Meningkatnya jalinan
kerjasama ekonomi
4 Memantapkan kerjasama
perdagangan lokal, regional, dan
internasional melalui pengembangan
klaster pada kawasan strategis;
127
MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
Peredaman ekonomi biaya
tinggi dengan menyiasati
proses produksi dan
distribusi
5 Meningkatkan pertumbuhan dan
kontribusi industri kecil dan
menengah;
3 Menanggulangi Kemiskinan Menciptakan kesejahteraan
ekonomi dan kesejahteraan
sosial masyarakat
1 Meningkatnya indeks
kesehatan
Pelaksanaan program-
program spesifik otonomi
khusus
Peningkatan kuantitas dan
kualias pelayanan publik
Pemberdayaan masyarakat
Kemitraan dengan lembaga
agama, sosial, adat, dan
pihak pemerhati lainnya
1 Meningkatkan indeks kesehatan
masyarakat melalui upaya
peningkatan mutu tenaga kesehatan
dan layanan kesehatan bagi seluruh
lapisan masyarakat.
2 Terbinanya masyarakat
dalam upaya peningkatan
indeks kesehatan
2 Membina masyarakat dalam upaya
peningkatan kesehatan diri dan
lingkungan;
3 Terpenuhinya kebutuhan
perumahan layak hun
3 Memenuhi kebutuhan perumahan
layak huni bagi seluruh masyarakat;
4 Terbina dan
terberdayakannya
perempuan dan anak
sebagai agen perubahan
masyarakat
4 Membinaan dan memberdayakan
perempuan dan anak sebagai agen
perubahan kondisi masyarakat;
5 Terbina dan terpeliharanya
masyarakat yang memiliki
kerawanan sosial;
5 Membina dan Memelihara
masyarakat yang memiliki
kerawanan sosial;
6 Meningkatnya
pertumbuhan dan
6 Meningkatkan pertumbuhan dan
produktivitas koperasi dan usaha
128
MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
produktivitas koperasi dan kecil menengah;
usaha kecil menengah
7 Terberdayakannya
masyarakat perkampungan
7 Memberdayakan masyarakat
perkampungan
8 Meningkatnya
kesejahteraan petani
8 Meningkatkan kesejahteraan petani.
4 Membenahi Tata Kelola
Pemerintahan
Mendukung proses
percepatan kegiatan
pembangunan Provinsi
Papua Barat serta
memberikan pelayanan
publik yang prima bagi
masyarakat
1 Meningkatnya kompetensi
dan profesionalitas
aparatur pemerintahan
Pelaksanaan sistem
pengawasan dan evaluasi
secara struktural dan
fungsional baik dari
internal pemerintah
Provinsi Papua Barat,
maupun dari Pemerintah
Pusat, masyarakat, dan
lembaga independen lain
1
2
Meningkatkan kinerja setiap SKPD
melalui perbaikan sistem kerja dan
perbaikan kualitas dan kapasitas
aparatur.
Merencanakan pembangunan
wilayah yang sinergis antarwilayah
dan antarsektor;
2 Diterapkannya sistem
pemerintahan dan sistem
kerja pemerintah yang
akuntabel, transparan,
partisipatif, profesional,
efisien, efektif, dan taat
hukum
3 Tersusunnya dokumen
rencana pembangunan dan
rencana kerja pemerintah
3 Memperbaiki kearsipan serta tata
administrasi kewilayahan dan
kependudukan
129
MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
4 Tersusunnya regulasi yang
relevan dengan kebutuhan
daerah
4 Meningkatkan kapasitas lembaga
legislatif daerah
5 Menyusun berbagai regulasi yang
diperlukan
5 Mewujudkan Pemerataan
Pembangunan
Menciptakan kesejahteraan
ekonomi dan kesejahteraan
sosial masyarakat
1
Terpenuhinya kebutuhan
prasarana dan sarana
transportasi, utilitas publik,
dan pelayanan publik di
seluruh wilayah
Pembukaan akses ke
daerah-daerah terisolir dan
terpencil
Prioritas pembangunan
pada wilayah strategis,
daerah terisolir, dan daerah
terpencil
Prioritas pembangunan
ditujukan kepada
masyarakat miskin dan
orang asli Papua
Penerapan skema-skema
pembangunan non
konvensional
1 Menyelenggarakan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian tata
ruang sesuai dengan RTRW provinsi
dan RTRW kabupaten/kota;
2 Memenuhi infrastruktur
transportasi, energi, telekomunikasi,
air bersih & air minum, dan
pengelolaan lingkungan di seluruh
wilayah, baik perkotaan maupun
perKampungan
3 Menyusun sistem pengelolaan
infrastruktur dan pengelolaan
lingkungan hidup
4 Meningkatkan pencapaian keluarga
sejahtera
5 Meratakan pembangunan wilayah
melalui transmigrasi
6 Membangun Sumber Daya
Manusia yang Kontributif
Mendukung proses
percepatan pembangunan
1 Terciptanya SDM
berkualitas dengan indeks
Peningkatan kualitas 1 Meningkatkan indeks pendidikan
melalui upaya peningkatan
130
MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
Dalam Pembangunan Provinsi Papua Barat
pendidikan dan
penguasaan keterampilan
yang baik
layanan pendidikan formal
dan informal
Pembinaan pemuda dan
pembinaan melalui
olahraga
Fasilitasi sarana
komunikasi dan informasi
partisipasi masyarakat, mutu tenaga
pendidik, layanan, dan manajemen
pendidikan formal dan non formal.
2 Terbinanya generasi
pemuda sebagai aset
strategis
2 Meningkatkan daya saing SDM
melalui pembinaan pemuda dan olah
raga
3 Meningkatnya kecerdasan
serta meluasnya
penguasaan pengetahuan
dan informasi, serta
meningkatnya motivasi
untuk hidup yang lebih baik
3 Mencerdaskan masyarakat melalui
sarana komunikasi dan informasi
7 Memanfaatkan Sumber
Daya Alam Bagi
Kesejahteraan Masyarakat
Menciptakan kesejahteraan
ekonomi
masyarakatdengan
kegiatan ekonomi berbasis
SDA sekaligus
memberdayakan
masyarakat dalam upaya
pelestarian lingkungan
alam
1 Terwujudnya ketahanan
pangan wilayah dengan
peningkatan produktivitas
pertanian, perikanan, dan
peternakan
Optimalisasi pemanfaatan
teknologi tepat guna
Pelaksanaan sistem
pengawasan atas
pemanfaatan SDA
Pemberdayaan masyarakat
lokal dalam pelaksanaan,
pengelolaan dan
pengawasan upaya
pemanfaatan SDA
1 Mewujudkan ketahanan pangan
wilayah melalui peningkatan
produktivitas pertanian dan
meningkatkan pendapatan
masyarakat dari kegiatan
perkebunan
2 Meningkatnya kegiatan
perkebunan rakyat
2 Memanfaatkan potensi Sumber Daya
Hutan dengan tetap berprinsip
kepada kelestarian dan
keberlanjutan lingkungan alam
3 Meningkatnya pemanfaatan
sumber daya hutan
3 Membina dan mengawasi
pengusahaan bidang pertambangan
131
MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
4 Meningkatnya partisipasi
masyarakat dalam kegiatan
pertambangan
4 Mengembangkan kepariwisataan
daerah yang berbasis pengembangan
masyarakat lokal
5 Mengelola pariwisata yang
berbasis pengembangan
masyarakat local
5 Mengembangkan usaha kelautan dan
perikanan bagi masyarakat pesisir
terutama dengan meningkatkan
pertumbuhan usaha budidaya
perikanan
8 Melestarikan Lingkungan
Alam dan Budaya
Mempersiapkan dan
menyediakan kualitas
lingkungan hidup yang baik
bagi generasi yang akan
datang
1 Terjaganya keberadaan
budaya dan adat istiadat
yang beraneka ragam
Persiapan perangkat
mitigasi bencana dan
mitigasi bencana khusus
masyarakat di wilayah-
wilayah yang sulit diakses
serta mencerdaskan
seluruh masyarakat dalam
menghadapi bencana;
Selektif dalam memberikan
izin-izin usaha yang
berpotensi mengancam
eksistensi dan
kesejahteraan masyarakat,
lingkungan budaya, dan
lingkungan alam;
Taat kepada RTRW
provinsi, RTRW kabupaten
kota, dan rencana rincinya
dalam pengembangan
1 Pengembangan dan mengelola nilai
budaya dan kekayaan budaya;
2 Terehabilitasinya
lingkungan yang statusnya
kritis
2 Rehabilitasi dan perlindungan
lingkungan alam;
3 Terlaksananya upaya
perlndungan lingkungan
dan pengawasan
lingkungan
4 Menurunnya kasus
pelanggaran hukum dalam
pemanfaatan SDA
3 Peningkatan kesadaran dan
penegakan hukum dalam
pendayagunaan SDA
5 Tertanganinya kasus
pelanggaran hukum dalam
132
MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN
pemanfaatan SDA program-program
pembangunan
Pencarian solusi bagi
persoalan hak ulayat
Relokasi penduduk dari
wilayah rawan bencana ke
lokasi yang layak dan sesuai
dengan kultur
Pengerahan jajaran
pemerintah dan membina
seluruh masyarakat untuk
menjaga hutan dan SDA
dari eksploitasi yang
mengganggu
sustainabilitasnya
6 Terlaksananya upaya
mitigasi bencana alam
4 Implementasi mitigasi bencana alam.
133
BAB VII
KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN
Target dan sasaran misi pembangunan pada masa ini ditekankan pada upaya mencapai kemandirian
wilayah. Kemandirian wilayah yang tercermin dari kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur
penegak hukum dalam menjalankan tugasnya, ketersediaan SDM yang berkualitas dan mampu memenuhi
tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya, ketergantungan pembiayaan pembangunan yang
bersumber dari pendapatan regional yang makin kokoh sehingga ketergantungan kepada sumber lain
menjadi kecil, dan kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan pokok wilayahnya, yang diwujudkan
melalui kebijakan bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, ekonomi kerakyatan, affirmative action,
tata-kelola pemerintahan, dan kekuatan fiskal.
Dasar-dasar penentuan kebijakan mencapai Papua Barat yan mandiri dipengaruhi pertimbangan akan
ketersediaan pemasukan dan alokasi dana untuk sektor-sektor pembangunan, agenda nasional yang
memberikan pengaruh penting terhadap ekonomi lokal, serta variabel sensitif lain yang mempengaruhi
pertumbuhan pembangunan yang terjadi. Berdasarkan hal tersebut, secara khusus untuk bidang tata
kelola pemerintahan dan kekuatan fiskal,didasari akan, ketersediaan dan alokasi anggaran serta agenda
nasional yang diharapkan berujung pada upaya perwujudan meningkatnya kemampuan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat yang terlihat dari meningkatnya pendapatan serta tingginya angka
penyerapan tenaga kerja. Sedangkan untuk kelima bidang lainnya merupakan variabel sensitif
pembangunan dan agenda nasional yang memberikan tanggung jawab khusus sebagai daerah otonomi
khusus untuk melakukan percepatan pembangunan di Papua Barat. Keseluruhan bidang menjadi satu
kesatuan dalam menciptakan kemandirian yang meliputi skenario kebijakan utama:
1. Perbaikan tatanan pengelolaan, kinerja dan kapasitas kelembagaan daerah.
Seperti yang telah dipaparkan penekanan utama skenario menciptakan Papua Barat yang
mandiri adalah dengan memperbaiki tatanan pemerintahan yang diindikasikan dengan
ketersediaan perdasus dan perdasi pada tahun ketiga pembangunan, dan tersedianya perdasus
serta perdasi mengenai sistem kelembagaan daerah yang berbasis kinerja dengan kapasitas yang
baik pada akhir tahun rencana. Kebijakan tersebut tidak akan terlepas dari proses pembinaan
aparatur secara bertahap yang dipedomani alokasi anggaran pertahunnya hingga mencapai 20%
sehingga target pada akhir tahun rencana sebesar 100% aparatur terbina dapat tercapai.
2. Pemenuhan infrastruktur dasar yang menjangkau seluruh kampung.
Pemenuhan infrastruktur dasar menekankan pada peningkatan akses seluruh kampung terhadap
segala bentuk informasi dan kegiatan ekonomi dari luar daerahnya. Untuk sektor telekomunikasi
134
kebijakan diarahkan pertambahan pemenuhan kebutuhan kampung yang terjangkau jaringan
telekomunikasi sebesar 15% setiap tahunnya, sehingga pada akhir periode rencana mencapai
75% diatas target sebesar 70%. Sedangkan pembukaan akses jalan diupayakan setiap tahunnya
ada pembukaan akses terhadap kampung yang terisolir sehingga menjadi dibawah sepuluh
persen pada akhir periode rencana. Sejalan dengan dua kebijakan diatas, untuk pelayanan
kebutuhan listrik juga diupayakan peningkatan akses rumah tangga terhadap energi listrik
sebesar 12% dari jumlah rumah tangga yang belum teraliri listrik melalui berbagai sumber
energi skala kecil, sehingga pada akhir tahun rencana 100% permukiman teraliri listrik.
3. Pengembangan kontribusi ekonomi kerakyatan.
Skenario kebijakan ini diupayakan melalui pencapaian pertumbuhan unit usaha mikro sebesar
7% setiap tahunnya, sehingga mencapai pertumbuhan usaha mikro lebih dari 30% pada akhir
tahun rencana. Untuk kampung-kampung yang belum memiliki sumber mata pencaharian
berkelanjutan maupun modal kerja berputar, pada tahun pertama akan dilakukan studi
menyeluruh sehingga dalam sisa empat tahun akan diupayakan realisasi mata pencaharian pada
kampung yang belum memiliki sumber utama sebesar 25% setiap tahunnya, dengan dukungan
modal kerja berputar untuk 15% kampung yang tidak memiliki modal setiap tahunnya.
4. Peningkatan akses, layanan dan kualitas pendidikan.
Kemandirian wilayah melalui akses, layanan, dan kualitas pendidikan diusahakan untuk
mengejar kenaikan angka melek huruf sebesar 1% setiap tahunnya sehingga 100% penduduk
papua melek huruf. Hal ini akan diupayakan dengan pembangunan sekolah berpola asrama yang
didukung program kemitraan pada minimal 15 distrik setiap tahunnya. Selain kedua taget
tersebut, setiap tahunnya dilakukan pembinaan tenaga pengajar di Papua Barat sebesar 20% dari
total pengajar dan kemudian diberikan stimulus dana ataupun rekrutmen baru untuk disebarkan
kedalam kampung-kampung terisolir secara merata dan bertahap.
5. Peningkatan akses pelayananan kesehatan dalam menunjang produktivitas SDM.
Kemandirian Papua Barat membutuhkan dukungan dari pelayanan kesehatan sehingga
menunjang produktivitas tenaga kerja untuk memajukan pembangunan. Dalam mengejar hal
tersebut program pembangunan diarahkan untuk memberikan jaminan kesehatan untuk 20%
rumah tangga di Papua Barat setiap tahunnya. Jaminan tersebut harus ditunjang dengan
pembangunan prasarana dan sarana kesehatan disetiap kampung dengan strategi pembangunan
untuk daerah yang terjangkau akses, maupun kegiatan pelayanan keliling untuk daerah terisolir,
sehingga diharapkan 100% kampung terlayani fasilitas kesehatan. Keseluruhan skenario
tersebut tidak terlepas dari pembinaan tenaga kesehatan secara berkala untuk 10% tenaga
kesehatan setiap tahunnya. Melalui pembinaan yang bekerjasama dengan pemerintah pusat
diharapkan dapat mendorong pelayanan kesehatan yang optimal.
135
6. Peningkatan penyerapan dan pembinaan tenaga kerja lokal.
Kemandirian wilayah sangat bergantung pada penyerapan tenaga kerja lokal khususnya orang
Papua Barat asli. Untuk menciptakan perkembangan ekonomi yang mandiri, pembinaan tenaga
kerja lokal harus secara terbuka dilakukan pemerintah setiap tahunnya paling tidak sebesar 20%
dari total tenaga kerja. Dengan adanya pembinaan ini diharapkan adanya peningkatan kualitas
tenaga kerja dan pembukaan lapangan kerja baru yang mampu menyerap tenaga kerja lebih
besar dari pertumbuhannya ditambah peningkatan sebesar 10% dari tenaga kerja yang ada
setiap tahunnya.
7. Optimalisasi sumber pendapatan daerah.
Secara garis besar kebutuhan utama untuk mencapai kemandirian wilayah Papua Barat adalah
dengan dukungan fiskal pendapatan daerah yang dapat menutupi kebutuhan pembangunan
setiap tahunnya. Peningkatan sebesar 200 % dari PAD saat ini diperlukan, hal ini dapat terpenuhi
dengan peningkatan pendapatan disektor retribusi maupun pendapatan lain diluar pajak
minimal hingga berimbang pada akhir tahun rencana. Selain itu penerapan berbagai skema
pembiayaan pembangunan yang melibatkan sektor swasta dibutuhkan minimal pada pos-pos
anggaran pembangunan infrastruktur.
Agar dapat mencapai misi-misi pembangunan secara terarah dan tepat sasaran, maka ada beberapa
kebijakan umum yang dianggap tepat sebagai instrumen untuk mengatasi permasalahan-permasalah
pembangunan yang ada di Provinsi Papua Barat. Kebijakan-kebijakan umum tersebut antara lain adalah:
a. Percepatan pembangunan
Berbagai kebijakan nasional seperti dibentuknya Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua
dan Provinsi Papua Barat (UP4B), munculnya Instruksi Presiden mengenai percepatan
pembangunan Provinsi Papua Barat, serta masuknya koridor Papua-Maluku dalam Masterplan
Percepatan Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) adalah beberapa kebijakan
eksternal yang turut membantu pelaksanaan percapatan pembangunan di Papua Barat ini.
Idelanya pelaksanaan rencana aksi yang ada dari kebijakan tersebut harus sinergis dengan
rencana pembangunan yang ingin dicapai oleh Papua Barat dan perlu disambut baik oleh
segenap stakeholders pembangunan terutama pemerintah dan masyarakat. sehingga komunikasi
dan kinerja yang terbangun nantinya bersifat konstruktif.
b. SDM sebagai sasaran utama
Tidak ada yang menyangkal bahwa pembangunan SDM sebagai kunci dari keberhasilan
pembangunan untuk jangka waktu yang panjang, karena proses pembangunan tidak berhenti
dalam waktu dekat. Pembangunan SDM saat ini akan sangat bermanfaat dan bisa dihitung
sebagai investasi bagi pembangunan puluhan tahun kedepan. Dengan masih terbatasnya
kapasitas SDM Papua Barat, maka pembangunan saat ini diarahkan untuk membangun SDM agar
136
berkualitas dan berdaya saing sehingga dapat berkontribusi bagi pembangunan Papua Barat
untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.
c. Aktualisasi kearifan lokal
Papua Barat memiliki karakteristik masyarakat yang khas, yang telah ada sejak sebelum
pemerintahan formal masuk. Kunci keberhasilan dari pembangunan adalah mengajak
masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan. Agar masyarakat mau ikut ambil bagian dalam
pembangunan maka kepentingannya perlu diakomodir, termasuk kepentingannya dalam hal
adat. Saat ini yang menjadi persoalan ketidakefektifan penyelenggaraan pembangunan salah
satunya adalah orang Papua secara tidak langsung termarginalkan karena kebijakan-kebijakan
yang diambil tidak berpihak kepada mereka. Maka untuk pembangunan saat ini diupayakan
semaksimal mungkin untuk mengakomodir kearifan lokal yang ada dan menunjukkan
keberpihakan penuh terhadap mereka.
d. Memacu aktivitas ekonomi
Seperti yang seringkali dibahas sebelumnya, aktivitas ekonomi terutama yang sifatnya riil
dikalangan masyarakat masih belum berputar. Begitu juga dengan investasi-investasi besar yang
ada yang diharapkan dapat memicu munculnya aktivitas ekonomi lainnya dengan masyarakat
lokal sebagai pelakunya belum memperlihatkan dampak langsung yang signifikan. Perlu ada
sistem baru untuk menggerakan ekonomi masyarakat yang masih berjalan pada tingkatan mikro
bahkan mini mikro.
e. Ramah lingkungan
Inisiatif untuk menjalankan suatu aktivitas yang ramah lingkungan biasanya baru muncul setelah
kerusakan lingkungan terjadi dalam stadium yang cukup parah. Papua Barat sendiri masih
memiliki kualitas lingkungan yang sangat baik, namun tidak ada salahnya jika asas ramah
lingkungan mulai dibiasakan untuk diterapkan dalam setiap kegiatan pembangunan. Manfaat
yang dapat diambil berupa lingkungan hidup yang berkualitas akan dapat dinikmati jauh
puluhan tahun kedepan. Bagaimanapun lingkungan hidup yang sehat akan menjadikan
masyarakat yang hidup disekitarnya menjadi sehat pula.
f. Penciptaan iklim investasi yang kondusif
Investasi baik dari dalam maupun luar negeri apalagi dengan skala yang besar tentunya masih
sangat dibutuhkan oleh Papua Barat demi memacu pertumbuhan ekonominya. Namun masuk
atau tidaknya investasi tentunya bukan tanpa alasan. Iklim investasi di satu wilayah terutama
menjadi salah satu pertimbangan utama investor. Karenanya program-program pembangunan
yang dipilih harus mendukung ke arah penciptaan iklim investasi yang kondusif.
137
Tabel 7-1. Program Pembangunan Berdasarkan Misi Pembangunan
Program Berdasarkan Misi Pertama:
Program pendidikan gratis bagi orang Papua
Program wajib melek huruf dini bagi orang Papua
Program wajib melek huruf dewasa bagi orang Papua
Program SD kecil tingkat kampung
Program sekolah pola asrama tingkat distrik
Program pengiriman tenaga pengajar ke kampung terpencil dan kampung terisolir
Program pelibatan dan pembinaan orang tua siswa Papua dalam lembaga pendidikan
Program pendidikan guru bagi orang Papua
Program beasiswa ilmu khusus berbasis keunggulan lokal Papua Barat
Program penyesuaian kurikulum dengan muatan lokal Papua Barat
Program kemitraan pendidikan dengan lembaga agama, lembaga adat, dan lembaga masyarakat
Program dana stimulus bagi tenaga pengajar di daerah terpencil dan daerah terisolir
Program sekolah kejuruan berbasis keunggulan lokal Papua Barat
Program taman penitipan anak Papua
Program taman bacaan kampung bagi orang Papua
Program pembentukan perilaku gender dan life skill terkait pendidikan bagi orang Papua
Program jaminan pendidikan bagi orang Papua
Program pelayanan kesehatan door to door bagi orang Papua
Program jaminan kesehatan bagi orang Papua
Program pelayanan kesehatan dan obat-obatan gratis bagi orang Papua
Program pengembangan obat-obatan tradisional Papua
Program pengembangan cara-cara pengobatan tradisional Papua
Program pembinaan tenaga kesehatan tradisional Papua
Program pencegahan dan pengobatan khusus HIV, kusta, dan malaria bagi orang Papua
Program pengiriman dan pendisiplinan tenaga kesehatan ke ke kampung terpencil dan kampung terisolir
Program kemitraan kesehatan dengan lembaga agama, lembaga adat, dan lembaga masyarakat
Program pembangunan prasarana dan sarana kesehatan tingkat kampung
Program perencanaan dan pengendalian keluarga Papua
Program pembentukan perilaku gender dan life skill terkait kesehatan bagi orang Papua
Program rujukan kesehatan bagi orang Papua
Program rumah layak huni bagi orang Papua
Program penyediaan sanitasi bagi permukiman dan perumahan orang Papua
Program penyediaan air bersih bagi permukiman dan perumahan orang Papua
138
Program Berdasarkan Misi Pertama:
Program penyediaan listrik bagi perumahan dan permukiman orang Papua
Program penyediaan telekomunikasi yang menjangkau kampung terpencil dan terisolir
Pembukaan akses transportasi ke seluruh kampung terpencil dan terisolir
Program pengelolaan sampah dan pembinaan orang Papua dalam mengelola sampah
Program pengembangan sistem usaha mikro bagi orang Papua
Program pembinaan usaha mini mikro bagi orang Papua
Program pengembangan pertanian tanaman pangan pokok orang Papua (keladi, jagung, ubi, kacang-kacangan, bunga pepaya, dan sebagainya)
Program pengembangan tanaman perkebunan khas Papua (pala, sagu, dan sebagainya)
Program pengelolaan kawasan lindung sekitar permukiman orang Papua
Program pengembangan peternakan hewan khas orang Papua (babi, rusa, dan sebagainya)
Program pengelolaan kawasan dan pembinaan orang Papua dengan skema transmigrasi lokal
Program pembukaan lapangan kerja bagi orang Papua
Program pengelolaan pariwisata berbasis Orang Papua
Program pengelolaan carbon trade
Program pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja dan usaha bagi tenaga kerja pemuda Papua
Program pengembangan mata pencaharian berkelanjutan berbasis pelatihan SDM Papua
Program pemberian dan perputaran modal kerja bagi orang Papua
Program pengembangan lembaga kredit dan usaha bersama orang Papua
Penyusunan regulasi penentuan kuota orang Papua dalam pemerintahan
Program rekruitmen orang Papua menjadi aparatur pemerintah
Program pembinaan orang Papua dalam pemerintahan
Program promosi orang Papua dalam pemerintahan
Penyusunan regulasi persyaratan izin usaha terkait pelibatan orang Papua
Penyusunan database kependudukan orang Papua
Program pemetaan tanah ulayat
Program pengelolaan administrasi hak ulayat
Penyusunan Perdasus dan Perdasi
Penyesuaian nomenklatur pada penyusunan data dan informasi statistik daerah
Program Berdasarkan Misi Kedua:
Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
Program Peningkatan Kesempatan Kerja
Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan
139
Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi
Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah
Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan
Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal
Program pengembangan wawasan kebangsaan
Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaaan
Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan
Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat)
Program pendidikan politik masyarakat
Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional
Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor
Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri
Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan
Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan.
Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi
Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
Program Penataan Struktur Industri
Program pengembangan sentra-sentra industri potensial
Program Berdasarkan Misi Ketiga:
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Program Pengembangan Obat Asli Indonesia
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
Program standarisasi pelayanan kesehatan
Program pelayanan kesehatan penduduk miskin
Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/ puskesmas pembantu dan jaringannya
Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata
Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/ rumah sakit mata
Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan
140
Program Berdasarkan Misi Ketiga:
Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita
Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia
Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan
Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak
Program pengembangan lingkungan sehat
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Program Lingkungan Sehat Perumahan
Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan
Program Pengembangan Perumahan
Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial
Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran
Program pengelolaan areal pemakaman
Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan
Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak
Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan
Program peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan
Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak
Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya
Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
Program pembinaan anak terlantar
Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma
Program pembinaan panti asuhan /panti jompo
Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya)
Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
Program penciptaan iklim usaha Usaha Kecil Menengah yang kondusif
Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah
Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat PerKampungan
Program pengembangan lembaga ekonomi peKampungan
Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun Kampung
141
Program Berdasarkan Misi Ketiga:
Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah Kampung
Program peningkatan peran perempuan di perKampungan
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Program Berdasarkan Misi Keempat:
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur
Program peningkatan disiplin aparatur
Program fasilitasi pindah/purna tugas PNS
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan
Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah
Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/kota
Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan Kampung
Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH
Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan
Program penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan
Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi
Program mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat
Program Pendidikan Kedinasan
Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur
Program pembinaan dan pengembangan aparatur
Program pengembangan data/informasi
Program kerjasama pembangunan
Program Pengembangan Wilayah Perbatasan
Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
Program perencanaan pengembangan kota-kota menengah dan besar
Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah
Program perencanaan pembangunan daerah
Program perencanaan pembangunan ekonomi
Program perencanaan sosial dan budaya
Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam
Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana
Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah
142
Program Berdasarkan Misi Keempat:
Program Penataan Daerah Otonomi Baru
Program Penataan Administrasi Kependudukan
Program pengembangan data/informasi/statistik daerah
Program perbaikan sistem administrasi kearsipan
Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah
Program pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana kearsipan
Program peningkatan kualitas pelayanan informasi
Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah
Program Penataan Peraturan PerUndang-Undangan
Program Berdasarkan Misi Kelima:
Program Perencanaan Tata Ruang
Program Pemanfaatan Ruang
Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Program pembangunan sistem pendaftaran tanah
Program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah
Program penyelesaian konflik-konflik pertanahan
Program pengembangan sistem informasi pertanahan
Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ
Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan
Program peningkatan pelayanan angkutan
Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas
Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
Program Keluarga Berencana
Program Kesehatan Reproduksi Remaja
Program pelayanan kontrasepsi
Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB/KR yang mandiri
Program promosi kesehatan ibu, bayi dan anak melalui kelompok kegiatan dimasyarakat
Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR
Program peningkatan penanggulangan narkoba, PMS termasuk HIV/AIDS
143
Program Berdasarkan Misi Kelima:
Program pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang ana
Program penyiapan tenaga pendamping kelompok bina keluarga
Program pengembangan model operasional BKB-Posyandu-PADU
Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi
Program Transmigrasi lokal
Program Transmigrasi regional
Program Berdasarkan Misi Keenam:
Program Pendidikan Anak Usia Dini
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
Program Pendidikan Menengah
Program Pendidikan Non Formal
Program Pendidikan Luar Biasa
Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan
Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda
Program peningkatan peran serta kepemudaan
Program peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup pemuda
Program upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba
Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olah Raga
Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga
Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa
Program pengkajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi
Program fasilitasi Peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi
Program kerjasama informasi dengan mas media
Program Berdasarkan Misi Ketujuh:
Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan)
Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan
Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan
144
Program Berdasarkan Misi Ketujuh:
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan
Program pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan
Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak
Program peningkatan produksi hasil peternakan
Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan
Program peningkatan penerapan teknologi peternakan
Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
Program pemanfaatan kawasan hutan industri
Program pembinaan dan penertiban industri hasil hutan
Program perencanaan dan pengembangan hutan
Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan
Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan
Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
Program Pengembangan Kemitraan
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
Program pengembangan budidaya perikanan
Program pengembangan perikanan tangkap
Program pengembangan sistem penyuluhan perikanan
Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan
Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar
Program Berdasarkan Misi Kedelapan:
Program Pengembangan Nilai Budaya
Program Pengelolaan Kekayaan Budaya
Program Pengelolaan Keragaman Budaya
Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya
Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritim kepada masyarakat
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam
Program peningkatan pengendalian polusi
145
Program Berdasarkan Misi Kedelapan:
Program pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan dikawasan-kawasan konservasi laut dan hutan
Program pengendalian kebakaran hutan
Program pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut
Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)
Program rehabilitasi hutan dan lahan
Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan
Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut
Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam
Program peningkatan mitigasi bencana alam laut dan prakiraan iklim laut
146
Tabel 7-2. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Menyelenggarakan pembangunan dengan menomorsatukan perlindungan, pencerdasan, dan pemberdayaan masyarakat (orang asli papua)
1
Terjangkaunya pelayanan pendidikan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh masyarakat
1. Penyediaan pelayanan pendidikan yang dekat dengan masyarakat
2. Pengakomodasian masyarakat agar dekat dengan pelayanan pendidikan
3. Peringanan biaya pendidikan
4. Penyesuaian pelayanan pendidikan dengan karakteristik wilayah dan karakteristik masyarakat
5. Pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan
1. Menyediakan pelayanan pendidikan di lokasi yang mudah diakses masyarakat di seluruh wilayah baik pendidikan formal maupun informal
2. Memfasilitasi masyarakat yang ingin berada dekat dengan pelayanan pendidikan dengan menyediakan sistem pelayanan pendidikan dan prasarana dan sarana spesifik
3. Menyediakan pelayanan pendidikan yang murah bahkan bebas biaya bagi masyarakat
4. Menyesuaikan pokok-pokok pengajaran dengan kebutuhan wilayah dan kearifan lokal yang ada
5. Melibatkan
Persentase siswa Papua yang mendapat pendidikan gratis
1 Program pendidikan gratis bagi orang Papua
Wajib Dinas
Pendidikan
AMH siswa SD 2 Program wajib melek huruf dini bagi orang Papua
Wajib Dinas Pendidikan
AMH dewasa 3 Program wajib melek huruf dewasa bagi orang Papua
Wajib Dinas Pendidikan
Persentase kampung dengan SD kecil
4 Program SD kecil tingkat kampung
Wajib Dinas Pendidikan
Persentase distrik dengan sekolah pola asrama
5 Program sekolah pola asrama tingkat distrik
Wajib Dinas Pendidikan
Persentase kampung yang didatangi tenaga pengajar
6 Program pengiriman tenaga pengajar ke kampung terpencil dan kampung terisolir
Wajib Dinas
Pendidikan
Persentase orang tua siswa terlibat
7 Program pelibatan dan pembinaan orang tua siswa Papua dalam lembaga pendidikan
Wajib Dinas
Pendidikan
Jumlah guru Papua yang dididik
8 Program pendidikan guru bagi orang Papua
Wajib Dinas Pendidikan
147
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
masyarakat dalam penyelenggaraan layanan pendidikan termasuk dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
6. Menyediakan layanan pendidikan dinamis yang mampu menyentuh lokasi-lokasi terpencil dan terisolir
Persentase siswa Papua yang mendapat beasiswa
9 Program beasiswa ilmu khusus berbasis keunggulan lokal Papua Barat
Wajib
Dinas Pendidikan
Jumlah kurikulum yang disesuaikan
10 Program penyesuaian kurikulum dengan muatan lokal Papua Barat
Wajib Dinas
Pendidikan
Persentase sekolah dengan program kemitraan
11 Program kemitraan pendidikan dengan lembaga agama, lembaga adat, dan lembaga masyarakat
Wajib
Dinas Pendidikan
Persentase tenaga pengajar yang mendapat dana stimulus
12 Program dana stimulus bagi tenaga pengajar di daerah terpencil dan daerah terisolir
Wajib
Dinas Pendidikan
Persentase distrik memiliki sekolah kejuruan berbasis keunggulan lokal
13 Program sekolah kejuruan berbasis keunggulan lokal Papua Barat
Wajib
Dinas Pendidikan
Persentase kampung memiliki taman penitipan anak Papua
14 Program taman penitipan anak Papua
Wajib Dinas Pendidikan
Persentase kampung memiliki taman bacaan
15 Program taman bacaan kampung bagi orang Papua
Wajib Dinas Pendidikan
148
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Persentase kampung mendapat pembinaan
16 Program pembentukan perilaku gender dan life skill terkait pendidikan bagi orang Papua
Wajib Dinas
Pendidikan
Persentase orang Papua mendapat jaminan pendidikan
17 Program jaminan pendidikan bagi orang Papua
Wajib Dinas Pendidikan
2
Terjangkaunya pelayanan kesehatan dilihat dari segi lokasi dan segi ekonomi oleh seluruh masyarakat
1. Penyediaan pelayanan kesehatan yang dekat dengan masyarakat
2. Pengakomodasian masyarakat agar dekat dengan pelayanan kesehatan
3. Peringanan biaya kesehatan
4. Penyesuaian pelayanan kesehatan dengan karakteristik wilayah dan karakteristik masyarakat
5. Pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehataN
1. Menyediakan pelayanan kesehatan di lokasi yang mudah diakses masyarakat di seluruh wilayah
2. Menyediakan layanan kesehatan dinamis yang mampu menyentuh lokasi-lokasi terpencil dan terisolir
3. Menyediakan pelayanan kesehatan yang murah bahkan bebas biaya
4. Menyesuaikanlayanan kesehatan sesuai kebutuhan wilayah dan kearifan lokal yang ada
5. Melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan layanan kesehatan termasuk dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
Persentase orang Papua sakit terlantar
1 Program pelayanan kesehatan door to door bagi orang Papua
Wajib Dinas
Kesehatan
Persentase orang Papua mendapat jaminan kesehatan
2 Program jaminan kesehatan bagi orang Papua
Wajib Dinas Kesehatan
Persentase orang Papua mendapat layanan dan obat gratis
3 Program pelayanan kesehatan dan obat-obatan gratis bagi orang Papua
Wajib Dinas
Kesehatan
Jumlah obat tradisional dikembangkan
4 Program pengembangan obat-obatan tradisional Papua
Wajib Dinas
Kesehatan
Jumlah cara pengobatan tradisional dikembangkan
5 Program pengembangan cara-cara pengobatan tradisional Papua
Wajib Dinas
Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan tradisional dibina
6 Program pembinaan tenaga kesehatan tradisional Papua
Wajib Dinas Kesehatan
Persentase pengidap HIV, kusta, dan malaria
7 Program pencegahan dan pengobatan khusus HIV, kusta, dan malaria bagi orang Papua
Wajib
Dinas Kesehatan
149
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
pengawasan Persentase kampung yang didatangi tenaga kesehatan
8 Program pengiriman dan pendisiplinan tenaga kesehatan ke ke kampung terpencil dan kampung terisolir
Wajib
Dinas Kesehatan
Persentase prasarana kesehatan dengan program kemitraan
9 Program kemitraan kesehatan dengan lembaga agama, lembaga adat, dan lembaga masyarakat
Wajib
Dinas Kesehatan
Persentase kampung memiliki prasarana dan sarana kesehatan
10 Program pembangunan prasarana dan sarana kesehatan tingkat kampung
Wajib
Dinas Kesehatan
Pertumbuhan jumlah orang Papua
11 Program perencanaan dan pengendalian keluarga Papua
Wajib Dinas
Kesehatan
Persentase kampung mendapat pembinaan
12 Program pembentukan perilaku gender dan life skill terkait kesehatan bagi orang Papua
Wajib Dinas
Kesehatan
Persentase pasien sakit berat dirujuk
13 Program rujukan kesehatan bagi orang Papua
Wajib Dinas Kesehatan
3
Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan
1. Percepatan pembangunan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan
1
Mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi, energi, komunikasi, perumahan, air bersih, sanitasi, dan pengelolaan lingkungan yang
Persentase keluarga Papua memiliki rumah layak
1 Program rumah layak huni bagi orang Papua
Wajib Dinas Pekerjaan
Umum
Persentase permukiman dan rumah memiliki sanitasi
2 Program penyediaan sanitasi bagi permukiman dan perumahan orang Papua
Wajib
Dinas Pekerjaan
Umum
150
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
lingkungan yang menjangkau seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat;
lingkungan yang menjangkau seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat
2. Penjalinan kerjasama dengan investor maupun pemerintah pusat/provinsi lain
3. Penyelesaian persoalan pertanahan
4. Penyusunan rencana pengembangan infrastruktur yang terintegrasi
menjangkau seluruh kampung dan dapat dinikmati seluruh masyarakat;
Persentase permukiman dan rumah memiliki air bersih
3 Program penyediaan air bersih bagi permukiman dan perumahan orang Papua
Wajib
Dinas Pekerjaan
Umum
Persentase permukiman dan rumah memiliki listrik
4 Program penyediaan listrik bagi perumahan dan permukiman orang Papua
Wajib Dinas
Pekerjaan Umum
Persentase kampung terjangkau telekomunikasi
5 Program penyediaan telekomunikasi yang menjangkau kampung terpencil dan terisolir
Wajib
Dinas Pekerjaan
Umum
Persentase kampung terisolir
6 Pembukaan akses transportasi ke seluruh kampung terpencil dan terisolir
Wajib Dinas
Pekerjaan Umum
Persentase kampung dengan pengelolaan sampah mandiri
7 Program pengelolaan sampah dan pembinaan orang Papua dalam mengelola sampah
Wajib Dinas
Pekerjaan Umum
4
Meningkatnya perekonomian wilayah dan tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat yang disertai dengan pengembangan
1. Pengembangan sektor-sektor potensial yang berbasis pemanfaatan SDA lokal
2. Stimulasi
1. Mengembangkan usaha pemanfaatn sektor-sektor potensial yang berbasis SDA lokal
2. Menstimulasi pertumbuhan usaha
Pertumbuhan unit usaha mikro
1 Program pengembangan sistem usaha mikro bagi orang Papua
Wajib
Dinas UMKM dan Koperasi
Persentase usaha mini mikro terbina
2 Program pembinaan usaha mini mikro bagi orang Papua
Wajib Dinas UMKM dan Koperasi
151
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
keterampilan pertumbuhan usaha kecil dan mikro serta pembinaan efektivitas usaha usaha mini mikro
3. Pembinaan keterampilan kerja dan usaha masyarakat
4. Penciptaan lapangan kerja
menengah, kecil, dan mikro dengan pemberian bantuan modal, pemberian skema kredit ringan, dan pembekalan keterampilan usaha
3. Memfasilitasi kebutuhan usaha mini mikro agar berlangsung efisien dan pembinaan keterampilan pengembangan usaha
4. Membina keterampilan kerja dan usaha masyarakat
5. Menciptakan lapangan kerja
Persentase kampung terpencil memiliki lahan pertanian tanaman pangan pokok
3 Program pengembangan pertanian tanaman pangan pokok orang Papua (keladi, jagung, ubi, kacang-kacangan, bunga pepaya, dan sebagainya)
Pilihan
Dinas Pertanian
Persentase kabupaten memiliki perkebunan tanaman khas Papua
4 Program pengembangan tanaman perkebunan khas Papua (pala, sagu, dan sebagainya)
Pilihan
Dinas Pertanian
Persentase permukiman sekitar kawasan lindung terbina
5 Program pengelolaan kawasan lindung sekitar permukiman orang Papua
Wajib
Dinas Kehutanan
Persentase kampung memiliki peternakan hewan khas Papua
6 Program pengembangan peternakan hewan khas orang Papua (babi, rusa, dan sebagainya)
Pilihan
Dinas Perternakan
Jumlah kawasan per kabupaten yang dibina dengan skema transmigrasi
7 Program pengelolaan kawasan dan pembinaan orang Papua dengan skema transmigrasi lokal
Pilihan Dinas Kependudukan,
Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi
Persentase tenaga kerja terserap
8 Program pembukaan lapangan kerja bagi orang Papua
Wajib Dinas Kependudukan,
Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi
152
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Persentase ODTW dikelola orang Papua
9 Program pengelolaan pariwisata berbasis Orang Papua
Pilihan Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
Persentase hutan lindung dikelola
10 Program pengelolaan carbon trade
Pilihan Dinas Kehutanan
Persentase pemuda Papua dididik dan dilatih
11 Program pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja dan usaha bagi tenaga kerja pemuda Papua
Wajib Dinas Kependudukan,
Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi
Persentase kampung memiliki mata pencaharian utama yang berkelanjutan
12 Program pengembangan mata pencaharian berkelanjutan berbasis pelatihan SDM Papua
Wajib Dinas Kependudukan,
Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi
Persentase kampung memiliki modal kerja berputar
13 Program pemberian dan perputaran modal kerja bagi orang Papua
Wajib
Persentase unit usaha milik orang Papua mendapat kredit
14 Program pengembangan lembaga kredit dan usaha bersama orang Papua
Wajib
5
Terlaksananya affirmative action
1. Perekrutan orang asli papua dalam pemerintahan dan lapangan kerja/
1. rekrutmen orang asli papua dalam pemerintahan, jasa kemasyarakatan, perdagangan besar,
Ketersediaan regulasi 1 Penyusunan regulasi penentuan kuota orang Papua dalam pemerintahan dan lapangan kerja/usaha
Wajib
153
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
usaha
2. Penentuan kuota
3. Promosi
4. Penyesuaian regulasi
dan industri
2. Penentuan kuota untuk rekrutmen orang asli papua dan untuk target capaian pembangunan
3. Promosi tenaga kerja lokal
4. Penyesuaian regulasi yang relevan dengan kebutuhan Papua Barat
Persentase orang Papua dalam pemerintahan
2 Program rekrutmen orang Papua dalam pemerintahan serta lapangan kerja jasa kemasyarakatan, perdagangan besar, dan industri
Wajib
Persentase aparatur pemerintah orang Papua yang dibina
3 Program pembinaan orang Papua dalam pemerintahan serta lapangan kerja jasa kemasyarakatan, perdagangan besar, dan industri
Wajib
Persentase aparatur pemerintah orang Papua yang mendapat promosi
4 Program promosi orang Papua dalam dalam pemerintahan serta lapangan kerja jasa kemasyarakatan, perdagangan besar, dan industri
Wajib
Ketersediaan regulasi 5 Penyusunan regulasi tentang pelibatan orang papua dalam pemerintahan serta lapangan kerja jasa kemasyarakatan, perdagangan besar, dan industri
Wajib
Ketersediaan database 6 Penyusunan database kependudukan orang Papua
Wajib
Ketersediaan peta tanah ulayat
7 Program pemetaan tanah ulayat
Wajib
154
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Ketersediaan peraturan administrasi hak ulayat
8 Program pengelolaan administrasi hak ulayat
Wajib
Ketersediaan Perdasus dan Perdasi
9 Penyusunan Perdasus dan Perdasi
Wajib
Kesesuaian nomenklatur statistik daerah
10 Penyesuaian nomenklatur pada penyusunan data dan informasi statistik daerah
Wajib
Meningkatkan kemampuan finansial daerah untuk membiayai pembangunan dari penerimaan asli daerah
1 Terciptanya iklim investasi yang kondusif
1 Penciptaan iklim investasi yang kondusif
1 Meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja lokal;
Persentase angkatan kerja yang terbina
1 Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
Wajib
2 Penyiapan SDM lokal
tingkat pengangguran terbuka
2 Program Peningkatan Kesempatan Kerja
Wajib
3 Pemetaan potensi daerah dan peluang investasi
Ketersediaan jaminan perlindungan dan lembaga ketenagakerjaan
3 Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan
Wajib
4 Peningkatan promosi potensi daerah dan peluang investasi
2 Menciptakan iklim investasi yang kondusif
Jumlah promosi dan kerjasama investasi baru
1 Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
Wajib
5 Pengembangan klaster-klaster pada simpul-simpul strategis wilayah
Persentase realisasi investasi
2 Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi
Wajib
Pemetaan sumber daya, sarana dan prasarana daerah potensial
3 Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah
Wajib
155
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
3 Meningkatnya jalinan kerjasama ekonomi
6 Pengembangan komoditas spesifik daerah
3 Memantapkan kesatuan bangsa dan politik internal wilayah
Tingkat keamanan dan kenyamanan lingkungan
1 Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan
Wajib
7 Peredaman ekonomi biaya tinggi dengan menyiasati proses produksi dan distribusi
Persentase tindak kriminal yang ditindak
2 Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal
Wajib
Persentase kampung yang mendapat pembinaan wawasan kebangsaan
3 Program pengembangan wawasan kebangsaan
Wajib
Persentase pembinaan wawasan kebangsaan berbasis kemitraan
4 Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaaan
Wajib
Persentase kegiatan penertiban dan pengamanan yang melibatkan masyarakat
5 Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan
Wajib
Persentase penyakit masyarakat yang diberantas
6 Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat)
Wajib
Tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang politik
7 Program pendidikan politik masyarakat
Wajib
4 Memantapkan kerjasama perdagangan lokal, regional, dan
Jumlah kerjasama perdagangan internasional yang baru
1 Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional
Pilihan
156
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
internasional melalui pengembangan klaster pada kawasan strategis;
Pertumbuhan nilai ekspor
2 Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor
Pilihan
Laju pertumbuhan nilai perdagangan dalam negeri
3 Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri
Pilihan
Jumlah kasus pelanggaran perdagangan yang ditindak
4 Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan
Pilihan
Persentase pedagang kaki lima yang terbina
5 Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan.
Wajib
3 Meningkatnya realisasi investasi dalam dan luar negeri di sektor-sektor primer
5 Meningkatkan pertumbuhan dan kontribusi industri kecil dan menengah;
Jumlah industri kecil dan menengah dengan sistem produksi berbasis Iptek
1 Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi
Pilihan
Pertumbuhan industri kecil dan menengah
2 Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Pilihan
Persentase industri yang memenuhi standar
3 Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
Pilihan
Jumlah industri yang saling terkait
4 Program Penataan Struktur Industri
Pilihan
sentra-sentra industri yang dikembangkan
5 Program pengembangan sentra-sentra industri potensial
Pilihan
157
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat
1 Meningkatnya indeks kesehatan
1 Pelaksanaan program-program spesifik otonomi khusus
1 Meningkatkan indeks kesehatan masyarakat melalui upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan dan layanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Persediaan obat dan perbekalan kesehatan
1 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
Wajib
2 Peningkatan kuantitas dan kualias pelayanan publik
Persentase kasus obat dan makanan bermasalah tertangani
2 Program Pengawasan Obat dan Makanan
Wajib
3 Pemberdayaan masyarakat
Jumlah obat asli Indonesia yang dikembangkan
3 Program Pengembangan Obat Asli Indonesia
Wajib
4 Kemitraan dengan lembaga agama, sosial, adat, dan pihak pemerhati lainnya
Persentase kampung bergizi buruk
4 Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Wajib
Persentase pengidap penyakit menular
5 Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
Wajib
Pemenuhan SPM kesehatan
6 Program standarisasi pelayanan kesehatan
Wajib
Persentase penduduk miskin mendapat layanan kesehatan
7 Program pelayanan kesehatan penduduk miskin
Wajib
158
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Persentase pemenuhan sarana prasarana puskesmas
8 Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/ puskesmas pembantu dan jaringannya
Wajib
Persentase pemenuhan sarana prasarana rumah sakit
9 Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata
Wajib
Penyusutan sarana dan prasarana
10 Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/ rumah sakit mata
Wajib
Persentase kegiatan pelayanan kesehatan berbasis kemitraan
11 Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan
Wajib
Kinerja pelayanan kesehatan anak balita
12 Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita
Wajib
Kinerja pelayanan kesehatan lansia
13 Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia
Wajib
159
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Persentase kasus makanan bermasalah yang ditangani
14 Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan
Wajib
Rasio kematian ibu dan anak
15 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak
Wajib
2 Terbinanya masyarakat dalam upaya peningkatan indeks kesehatan
2 Membina masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan diri dan lingkungan;
Persentase kampung dengan lingkungan sehat
1 Program pengembangan lingkungan sehat
Wajib
Persentase kampung yang dibina
2 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Wajib
Persentase kampung sehat
3 Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Wajib
Persentase perumahan dengan lingkungan sehat
4 Program Lingkungan Sehat Perumahan
Wajib
Persentase perumahan dengan komunitas aktif
5 Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan
Wajib
3 Terpenuhinya kebutuhan perumahan layak huni
3 Memenuhi kebutuhan perumahan layak huni bagi seluruh masyarakat;
Pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat
1 Program Pengembangan Perumahan
Wajib
Persentase perumahan direhabilitasi
2 Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial
Wajib
160
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Persentase perumahan yang dibina
3 Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran
Wajib
Persentase areal pemakaman yang dikelola dengan baik
4 Program pengelolaan areal pemakaman
Wajib
4 Terbina dan terberdayakannya perempuan dan anak sebagai agen perubahan masyarakat
4 Membinaan dan memberdayakan perempuan dan anak sebagai agen perubahan kondisi masyarakat;
Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan
1 Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan
Wajib
Tingkat keberhasilan pengarusutamaan gender dalam program pembangunan
2 Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak
Wajib
Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan
3 Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan
Wajib
Peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan
4 Program peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan
Wajib
Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan
5 Program penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak
Wajib
161
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
5 Terbina dan terpeliharanya masyarakat yang memiliki kerawanan sosial;
5 Membina dan Memelihara masyarakat yang memiliki kerawanan sosial;
Persentase fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang diberdayakan
1 Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya
Wajib
Cakupan pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial
2 Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
Wajib
Persentase anak terlantar yang dibina
3 Program pembinaan anak terlantar
Wajib
Persentase penyandang cacat dan trauma yang dibina
4 Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma
Wajib
Persentase panti asuhan/ panti jompo yang terbina
5 Program pembinaan panti asuhan /panti jompo
Wajib
Persentase eks penyandang penyakit sosial
6 Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya)
Wajib
Persentase lembaga kesejahteraan sosial yang terbedayakan
7 Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
Wajib
6 Meningkatnya pertumbuhan dan produktivitas koperasi dan usaha kecil menengah
6 Meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas koperasi dan usaha kecil menengah;
iklim usaha UKM yang kondusif
1 Program penciptaan iklim usaha Usaha Kecil Menengah yang kondusif
Wajib
162
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Persentase wirausaha dan UKM yang berkembang
2 Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah
Wajib
Ketersediaan sistem pendukung UMKM
3 Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
Wajib
Persentase koperasi aktif
4 Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
Wajib
7 Terberdayakannya masyarakat perkampungan
7 Memberdayakan masyarakat perkampungan
Persentase kampung mandiri
1 Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat PerKampungan
Wajib
Persentase kampung yang memiliki lembaga ekonomi
2 Program pengembangan lembaga ekonomi peKampungan
Wajib
Persentase kegiatan yang melibatkan masyarakat
3 Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun Kampung
Wajib
Persentase aparatur pemerintah Kampung yang dibina
4 Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah Kampung
Wajib
Persentase partisipasi perempuan
5 Program peningkatan peran perempuan di perKampungan
Wajib
8 Meningkatnya kesejahteraan petani
8 Meningkatkan kesejahteraan petani.
Persentase kesejahteraan petani meningkat
1 Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Wajib
163
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Mendukung proses percepatan kegiatan pembangunan Provinsi Papua Barat
1 Meningkatnya kompetensi dan profesionalitas aparatur pemerintahan
1
Pelaksanaan sistem pengawasan dan evaluasi secara struktural dan fungsional baik dari internal pemerintah Provinsi Papua Barat, maupun dari Pemerintah Pusat, masyarakat, dan lembaga independen lain
1 Meningkatkan kinerja setiap SKPD melalui perbaikan sistem kerja dan perbaikan kualitas dan kapasitas aparatur.
Kebutuhan administrasi perkantoran yang terpenuhi
1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Wajib
Memberikan pelayanan publik yang prima bagi masyarakat
2 Diterapkannya sistem pemerintahan dan sistem kerja pemerintah yang akuntabel, transparan, partisipatif, profesional, efisien, efektif, dan taat hukum
Sarana dan prasarana aparatur yang terpenuhi
2 Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur
Wajib
Persentase aparat yang terbukti melakukan pelanggaran disiplin
3 Program peningkatan disiplin aparatur
Wajib
Kebutuhan pindah/purna tugas PNS
4 Program fasilitasi pindah/purna tugas PNS
Wajib
Persentase sumber daya aparatur terbina
5 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Wajib
Akuntabilitas laporan capaian kinerja dan keuangan
6 Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan
Wajib
Tingkat akuntabilitas laporan pengelolaan keuangan daerah
7 Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah
Wajib
164
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Tingkat akuntabilitas laporan pengelolaan keuangan kabupaten/kota
8 Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/kota
Wajib
Tingkat akuntabilitas laporan pengelolaan keuangan Kampung
9 Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan Kampung
Wajib
Efektivitas dan efisiensi sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH
10 Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH
Wajib
Persentase tugas pemeriksanaan dan pengawasan yang dilaksanakan
11 Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan
Wajib
Ketersediaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan
12 Program penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan
Wajib
Persentase SKPD berbasis teknologi informasi
13 Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi
Wajib
Jumlah pengaduan masyarakat yang terselesaikan
14 Program mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat
Wajib
Persentase kegiatan pendidikan kedinasan
15 Program Pendidikan Kedinasan
Wajib
165
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Persentase aparatur pemerintah memenuhi standar kualifikasi
16 Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur
Wajib
Persentase aparatur yang dibina
17 Program pembinaan dan pengembangan aparatur
Wajib
Kota-kota menengah dan besar yang dikembangkan
18 Program perencanaan pengembangan kota-kota menengah dan besar
Wajib
Keterpaduan penyelenggaraan pembangunan
19 Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah
Wajib
3 Tersusunnya dokumen rencana pembangunan dan rencana kerja pemerintah
2 Merencanakan pembangunan wilayah yang sinergis antarwilayah dan antarsektor;
Pemenuhan kebutuhan data dan informasi
1 Program pengembangan data/informasi
Wajib
2 Program kerjasama pembangunan
Wajib
3 Program Pengembangan Wilayah Perbatasan
Wajib
Kawasan strategis dan cepat tumbuh yang dikembangkan
4 Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
Wajib
Kota-kota menengah dan besar yang dikembangkan
5 Program perencanaan pengembangan kota-kota menengah dan besar
Wajib
166
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Keterpaduan penyelenggaraan pembangunan
6 Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah
Wajib
Keterpaduan rencana pembangunan daerah
7 Program perencanaan pembangunan daerah
Wajib
Keterpaduan rencana pengembangan ekonomi
8 Program perencanaan pembangunan ekonomi
Wajib
Keterpaduan rencana bidang sosial dan budaya
9 Program perencanaan sosial dan budaya
Wajib
Keterpaduan rencana pengembangan dan pemanfaatan prasarana wilayah dan sumber daya alam
10 Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam
Wajib
Ketersediaan rencana pembangunan daerah rawan bencana
11 Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana
Wajib
Keterpaduan wilayah se Provinsi
12 Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah
Wajib
Kesiapan administrasi daerah otonom baru
13 Program Penataan Daerah Otonomi Baru
Wajib
3 Memperbaiki kearsipan serta tata administrasi kewilayahan dan kependudukan
Persentase kelengkapan data administrasi penduduk
1 Program Penataan Administrasi Kependudukan
Wajib
Pemenuhan data/informasi/statistik daerah
2 Program pengembangan data/informasi/statistik daerah
Wajib
167
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Tingkat kemudahan akses informasi
3 Program perbaikan sistem administrasi kearsipan
Wajib
Persentase pengarsipan dokumen/arsip daerah
4 Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah
Wajib
Persentase sarana prasarana dengan kategori baik
5 Program pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana kearsipan
Wajib
Pelayanan prima 6 Program peningkatan kualitas pelayanan informasi
Wajib
4 Tersusunnya regulasi yang relevan dengan kebutuhan daerah
4 Meningkatkan kapasitas lembaga legislatif daerah
Persentase tugas lembaga perwakilan rakyat daerah yang dilaksanakan
1 Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah
Wajib
5 Menyusun berbagai regulasi yang diperlukan
Pemenuhan peraturan perUndang-Undangan yang dibutuhkan
1 Program Penataan Peraturan PerUndang-Undangan
Wajib
Menciptakan kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat
1 Terpenuhinya kebutuhan prasarana dan sarana transportasi, utilitas publik, dan pelayanan publik di seluruh wilayah
1 Pembukaan akses ke daerah-daerah terisolir dan terpencil
1 Menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian tata ruang sesuai dengan RTRW provinsi dan RTRW kabupaten/kota;
Pemenuhan kebutuhan dokumen rencana tata ruang
1 Program Perencanaan Tata Ruang
Wajib
2 Prioritas pembangunan pada wilayah strategis, daerah terisolir, dan daerah terpencil
Persentase kesesuaian pemanfaatan ruang
2 Program Pemanfaatan Ruang
Wajib
168
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
3 Prioritas pembangunan ditujukan kepada masyarakat miskin dan orang asli Papua
Jumlah kasus pelanggaran penataan ruang
3 Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Wajib
Persentase lahan yang terdaftar
4 Program pembangunan sistem pendaftaran tanah
Wajib
4 Penerapan skema-skema pembangunan non konvensional
Persentase lahan dikelola dengan baik
5 Program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah
Wajib
Persentase konflik-konflik pertanahan yang ditangani sampai tuntas
6 Program penyelesaian konflik-konflik pertanahan
Wajib
Ketersediaan sistem informasi pertanahan yang mudah diakses dan termutakhirkan
7 Program pengembangan sistem informasi pertanahan
Wajib
2 Memenuhi infrastruktur transportasi, energi, telekomunikasi, air bersih & air minum, dan pengelolaan lingkungan di seluruh wilayah, baik perkotaan maupun perKampungan
Pemenuhan prasarana dan fasilitas perhubungan
1 Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
Wajib
169
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Persentase prasarana dan fasilitas perhubungan dengan kondisi baik (layak)
2 Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ
Wajib
Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana perhubungan
3 Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan
Wajib
3 Menyusun sistem pengelolaan infrastruktur dan pengelolaan lingkungan hidup
Pemenuhan kebutuhan layanan angkutan reguler
1 Program peningkatan pelayanan angkutan
Wajib
Pemenuhan SPM perhubungan (lalu lintas dan angkutan jalan)
2 Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas
Wajib
Persentase kendaraan bermotor layak yang jalan
3 Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor
Wajib
Persentase distrik dengan sistem pengelolaan sampah terpadu
4 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
Wajib
4 Meningkatkan pencapaian keluarga sejahtera
Laju pertumbuhan dari kelahiran
1 Program Keluarga Berencana
Wajib
Persentase partisipasi remaja terbina
2 Program Kesehatan Reproduksi Remaja
Wajib
Cakupan kampung yang terlayani alat kontrasepsi
3 Program pelayanan kontrasepsi
Wajib
170
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Persentase masyarakat yang terbina
4 Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB/KR yang mandiri
Wajib
Cakupan promosi kelompok kegiatan di masyarakat
5 Program promosi kesehatan ibu, bayi dan anak melalui kelompok kegiatan dimasyarakat
Wajib
Persentase distrik dengan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR
6 Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR
Wajib
Kasus narkoba, dan PMS yang ditanggulangi
7 Program peningkatan penanggulangan narkoba, PMS termasuk HIV/AIDS
Wajib
Ketersediaan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak
8 Program pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak
Wajib
Jumlah tenaga pendamping yang dipersiapkan
9 Program penyiapan tenaga pendamping kelompok bina keluarga
Wajib
Ketersediaan model operasional BKB-Posyandu-PADU
10 Program pengembangan model operasional BKB-Posyandu-PADU
Wajib
5 Meratakan pembangunan wilayah melalui
Kemandirian kawasan transmigrasi
1 Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi
Pilihan
171
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
transmigrasi
Jumlah kawasan yang Dibina dengan Skema Transmigrasi
2 Program Transmigrasi lokal
Pilihan
- 3 Program Transmigrasi regional
Pilihan
Mendukung proses percepatan pembangunan Provinsi Papua Barat
1 Terciptanya SDM berkualitas dengan indeks pendidikan dan penguasaan keterampilan yang baik
1 Peningkatan kualitas layanan pendidikan formal dan informal
1 Meningkatkan indeks pendidikan melalui upaya peningkatan partisipasi masyarakat, mutu tenaga pendidik, layanan, dan manajemen pendidikan formal dan non formal.
Cakupan pelayanan pendidikan anak usia dini
1 Program Pendidikan Anak Usia Dini
Wajib
2 Pembinaan pemuda dan pembinaan melalui olahraga
Cakupan pelayanan pendidikan dasar sembilan tahun
2 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
Wajib
3 Fasilitasi sarana komunikasi dan informasi
Cakupan pelayanan pendidikan menengah
3 Program Pendidikan Menengah
Wajib
Cakupan pelayanan pendidikan non formal
4 Program Pendidikan Non Formal
Wajib
Cakupan pelayanan pendidikan luar biasa
5 Program Pendidikan Luar Biasa
Wajib
Persentase pendidik dan tenaga kependidikan yang dibina
6 Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Wajib
172
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Persentase taman bacaan/perpustakaan aktif
7 Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan
Wajib
Kinerja pelayanan pendidikan
8 Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
Wajib
2 Terbinanya generasi pemuda sebagai aset strategis
2 Meningkatkan daya saing SDM melalui pembinaan pemuda dan olah raga
Ketersediaan kebijakan terkait kepemudaan
1 Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda
Wajib
Persentase partisipasi pemuda dalam kegiatan
2 Program peningkatan peran serta kepemudaan
Wajib
Banyaknya pemuda yang dibina
3 Program peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup pemuda
Wajib
Banyaknya pemuda yang dibina
4 Program upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba
Wajib
Cabang olahraga yang terbina dengan baik
5 Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olah Raga
Wajib
Raihan prestasi olah raga
6 Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga
Wajib
Persentase pemenuhan sarana dan prasarana olah raga
7 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga
Wajib
173
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
3 Meningkatnya kecerdasan serta meluasnya penguasaan pengetahuan dan informasi, serta meningkatnya motivasi untuk hidup yang lebih baik
3 Mencerdaskan masyarakat melalui sarana komunikasi dan informasi
Ketimpangan akses masyarakat terhadap informasi
1 Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa
Wajib
Jumlah pengkajian dan penelitian yang diselenggarakan
2 Program pengkajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi
Wajib
Jumlah pendidikan dan latihan yang diselenggarakan
3 Program fasilitasi Peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi
Wajib
Persentase informasi kegiatan yang disampaikan lewat media massa
4 Program kerjasama informasi dengan media massa
Wajib
Menciptakan kesejahteraan ekonomi masyarakatdengan kegiatan ekonomi berbasis SDA sekaligus memberdayakan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan alam
1 Terwujudnya ketahanan pangan wilayah dengan peningkatan produktivitas pertanian, perikanan, dan peternakan
1 Optimalisasi pemanfaatan teknologi tepat guna
1 Mewujudkan ketahanan pangan wilayah melalui peningkatan produktivitas pertanian dan meningkatkan pendapatan masyarakat dari kegiatan perkebunan
Peningkatan ketahanan pangan wilayah
1 Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan)
Pilihan
2 Pelaksanaan sistem pengawasan atas pemanfaatan SDA
Perluasan pasar produk pertanian
2 Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan
Pilihan
2 Meningkatnya kegiatan perkebunan rakyat
3 Pemberdayaan masyarakat lokal dalam pelaksanaan,
Persentase pertanian berbasis teknologi
3 Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan
Pilihan
174
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
pengelolaan dan pengawasan upaya pemanfaatan SDA
Peningkatan hasil panen
4 Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan
Pilihan
Jumlah kabupaten/kota dengan tenaga penyuluh terlatih
5 Program pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan
Pilihan
Persentase ternak yang terjangkit penyangkit
6 Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak
Pilihan
Peningkatan nilai produksi peternakan
7 Program peningkatan produksi hasil peternakan
Pilihan
Perluasan pasar produk peternakan
8 Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan
Pilihan
Persentase peternakan berbasis teknologi
9 Program peningkatan penerapan teknologi peternakan
Pilihan
3 Meningkatnya pemanfaatan sumber daya hutan
2 Memanfaatkan potensi Sumber Daya Hutan dengan tetap berprinsip kepada kelestarian dan keberlanjutan lingkungan alam
Peningkatan kontribusi sektor kehutanan
1 Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
Pilihan
Lahan hutan industri terlantar
2 Program pemanfaatan kawasan hutan industri
Pilihan
Persentase industri hasil hutan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
3 Program pembinaan dan penertiban industri hasil hutan
Pilihan
175
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Kesesuaian dengan RTRW
4 Program perencanaan dan pengembangan hutan
Pilihan
4 Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pertambangan
3 Membina dan mengawasi pengusahaan bidang pertambangan
Persentase usaha pertambangan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
1 Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan
Pilihan
Jumlah kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan yang ditertibkan
2 Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan
Pilihan
Peningkatan pasokan daya listrik
3 Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan
Pilihan
5 Mengelola pariwisata yang berbasis pengembangan masyarakat lokal
4 Mengembangkan kepariwisataan daerah yang berbasis pengembangan masyarakat lokal
Jumlah destinasi pariwisata unggulan yang dipromosikan
1 Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
Pilihan
Jumlah destinasi pariwisata yang dikembangkan
2 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
Pilihan
Jumlah kegiatan kemitraan pariwisata
3 Program Pengembangan Kemitraan
Pilihan
1 Terwujudnya ketahanan pangan wilayah dengan peningkatan produktivitas pertanian, perikanan, dan
5 Mengembangkan usaha kelautan dan perikanan bagi masyarakat pesisir terutama dengan meningkatkan pertumbuhan usaha budidaya perikanan
Peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir
1 Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
Pilihan
176
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
peternakan
Pertumbuhan nilai produksi budidaya perikanan
2 Program pengembangan budidaya perikanan
Pilihan
Pertumbuhan nilai produksi perikanan tangkap
3 Program pengembangan perikanan tangkap
Pilihan
Terciptanya sistem penyuluhan perikanan baru yang efektif
4 Program pengembangan sistem penyuluhan perikanan
Pilihan
Pertumbuhan nilai produksi perikanan
5 Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan
Pilihan
Persentase kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar yang dikembangkan
6 Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar
Pilihan
Mempersiapkan dan menyediakan kualitas lingkungan hidup yang baik bagi generasi yang akan datang
1 Terjaganya keberadaan budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam
1 Persiapan perangkat mitigasi bencana dan mitigasi bencana khusus masyarakat di wilayah-wilayah yang sulit diakses serta mencerdaskan seluruh masyarakat dalam menghadapi
1 Pengembangan dan mengelola nilai budaya dan kekayaan budaya;
Intensitas penyelenggaraan event kebudayaan lokal
1 Program Pengembangan Nilai Budaya
Wajib
Kekayaan budaya yang terkelola
2 Program Pengelolaan Kekayaan Budaya
Wajib
Keragaman budaya yang terkelola
3 Program Pengelolaan Keragaman Budaya
Wajib
177
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
bencana;
2 Selektif dalam memberikan izin-izin usaha yang berpotensi mengancam eksistensi dan kesejahteraan masyarakat, lingkungan budaya, dan lingkungan alam;
Jumlah kerjasama baru yang terjalin terkait pengelolaan kekayaan budaya
4 Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya
Wajib
3 Taat kepada RTRW provinsi, RTRW kabupaten kota, dan rencana rincinya dalam pengembangan program-program pembangunan
Persentase kampung pesisir yang tercerdaskan
5 Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritim kepada masyarakat
Wajib
2 Terehabilitasinya lingkungan yang statusnya kritis
4 Pencarian solusi bagi persoalan hak ulayat
2 Rehabilitasi dan perlindungan lingkungan alam;
Persentase kasus pencemaran dan kerusakan LH ditangani
1 Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Wajib
5 Relokasi penduduk dari wilayah rawan bencana ke lokasi yang layak dan sesuai dengan kultur
Kesesuaian pelaksanaan rencana perlindungan dan konservasi SDA
2 Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Wajib
6 Pengerahan jajaran pemerintah dan membina seluruh masyarakat untuk menjaga
Persentase cadangan SDH yang direhabilitasi dan dipulihkan
3 Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam
Wajib
178
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
hutan dan SDA dari eksploitasi yang mengganggu sustainabilitasnya
Tingkat polusi 4 Program peningkatan pengendalian polusi
Wajib
Tingkat kerusakan lingkungan kawasan-kawasan konservasi laut dan hutan akibat pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan
5 Program pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan dikawasan-kawasan konservasi laut dan hutan
Wajib
Kasus kebakaran hutan yang ditangani dengan baik
6 Program pengendalian kebakaran hutan
Wajib
Kondisi ekosistem pesisir dan laut
7 Program pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut
Wajib
Pemenuhan RTH kawasan perkotaan
8 Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)
Wajib
Penurunan jumlah hutan dan lahan kritis
9 Program rehabilitasi hutan dan lahan
Wajib
Sumber daya hutan terlindungi
10 Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan
Wajib
3 Terlaksananya upaya perlndungan lingkungan dan pengawasan lingkungan
3 Peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan SDA
Ketersediaan sistem informasi SDA dan LH
1 Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Wajib
179
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja
Capaian Kinerja Program Pembangunan
Daerah Bidang/ Urusan
SKPD Kondisi Awal
Kondisi Akhir
4 Menurunnya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA
Partisipasi masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan
2 Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan
Wajib
5 Tertanganinya kasus pelanggaran hukum dalam pemanfaatan SDA
Jumlah kasus pelanggaran pendayagunaan sumber daya laut yang ditindak
3 Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut
Wajib
6 Terlaksananya upaya mitigasi bencana alam
4 Implementasi mitigasi bencana alam.
Pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam terkoordinir dengan baik
1 Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam
Wajib
Penerapan mitigasi bencana di kawasan pesisir
2 Program peningkatan mitigasi bencana alam laut dan prakiraan iklim laut
Wajib
180
BAB VIII
INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI
KEBUTUHAN PENDANAAN
Dalam pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh SKPD terdiri dari Urusan Wajib dan Urusan
Pilihan yang menjadi tanggungjawab masing-masing SKPD.
PROGRAM LINGKUP SKPD PROVINSI
Pelaksanaan kebijakan yang melingkupi seluruh SKPD mencakup sumber daya dan proses tata kelola
pemerintahan dengan pelaksanaan maupun penyelenggaraan program dengan kode pembangunan
wilayah sebagai berikut:
Kode dan Program
X. XX. XX. 01 Program Peningkatan Pelayanan Administrasi Perkantoran
X. XX. XX. 02 Program Prasarana dan Sarana Aparatur
X. XX. XX. 03 Program Peningkatan Kapasitas dan Disiplin Aparatur
X. XX. XX. 04 Program Pengembangan Sistem Pelaporan dan Monitoring Capaian Kinerja dan
Keuangan
URUSAN WAJIB PEMERINTAH
Kode dan Program: 1. 01. XX.BIDANG PENDIDIKAN
Pembangunan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia menunjukan adanya
perbedaan mencolok antara kondisi sarana dan prasarana pendidikan pada wilayah di tingkat kampung,
baik didaerah pesisir, pedalaman, maupun pegunungan dengan sarana dan prasarana pendidikan di
kawasan perkotaan merupakan fokus utama dari pelaksanaan program bidang pendidikan.
Penyelenggaraan pendidikan yang tidak memadai dari segi jumlah maupun kualitas berdasarkan
kelompok usia, serta kondisi sosial ekonomi masyarakat dan aksesibilitas menuju fasilitas pendidikan
yang masih sulit terjangkau merupakan isue utama yang menjadi sasaran spesifik pembangunan bidang
pendidikan. Sasaran tersebut diupayakan tercapai dalam jangka menengah pembangunan melalui
pelaksanaan program utama dengan sebagai berikut:
181
Program Pendidikan Anak Usia Dini
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
Program Pendidikan Menengah
Program Pendidikan Non Formal
Program Pendidikan Tinggi
Program HIV aids
Kode dan Program: 1. 02. XX.BIDANG KESEHATAN
Kondisi cakupan pelayanan kesehatan saat ini belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat di Papua
Barat. Berbagai kesulitan yang dihadapi terutama menyangkut faktor lokasi fasilitas yang sulit
terjangkau, serta keterbatasan kemampuan sarana dan prasarana yang ada dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Gambaran kondisi tersebut, menjadi perhatian khusus dalam upaya memperbaiki indikator utama bidang
kesehatan yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi masyarakat melalui berbagai program utama yang
menjadi urusan wajib bidang kesehatan, sebagai berikut:
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Program Pengembangan Obat Asli Indonesia
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Program pengembangan lingkungan sehat
Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
Program standarisasi pelayanan kesehatan
Program pelayanan kesehatan penduduk miskin
Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/ puskesmas
pembantu dan jaringannya
Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah
sakit paru-paru/rumah sakit mata
Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-
paru/ rumah sakit mata
Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan
Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita
Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia
Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan
Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak
Program Peningkatan SDM Penanggulangan Nerkoba termasuk HIV/AIDS
182
Program Pengolahan Data, sistem dan jaringan Informasi di bidang P4GN
Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalagunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN)
Penegakan hukum dan telematika
Progam Terapi dan rehabilitasi penguna Narkoba
Kode dan Program: 1. 03. XX.PEKERJAAN UMUM
Salah satu permasalahan utama di Provinsi Papua Barat adalah minimnya ketersediaan prasarana dasar
kewilayahan seperti jalan, pengolahan air bersih maupun infrastruktur dasar lainnya baik untuk kawasan
perkotaan maupun perKampungan. Keterbatasan ini kemudian menyebabkan pelayanan masyarakat,
kegiatan pengembangan wilayah, maupun investasi berjalan sangat lambat perkembangannya dalam
kurun waktu beberapa tahun belakangan ini. Kegiatan pembangunan bidang pekerjaan umum kemudian
diarahkan untuk dapat menjamin ketersediaan sarana dan prasarana dasar yang dapat mendukung
keperluan pembangunan bidang ekonomi dan investasi melalui program pembangunan sebagai berikut:
Program pembangunan jalan dan jembatan
Program pembangunan turap/talud/bronjong
Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan
Program rehabilitasi/pemeliharaan talud/bronjong
Program tanggap darurat jalan dan jembatan
Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan
Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya
Program Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air
Lainnya
Program Pengendalian Banjir
Kode dan Program: 1. 04. XX. PERUMAHAN
Kualitas lingkungan perumahan baik di kampung maupun perkotaan akan menjadi perhatian utama yang
menjadi urusan wajib bidang perumahan guna menciptakan kualitas hidup masyarakat menjadi lebih
baik. Terkait dengan hal ini, penataan dan perbaikan bidang perumahan akan diisi dengan program
pembangunan dan perbaikan yang secara khusus akan dipisahkan perlakuannya untuk penduduk asli
Papua di perkampungan, perumahan tingkat distrik dan kawasan perkotaan. Penataan dan pembangunan
perumahan dilaksanakan secara bertahap dan diprioritaskan pada pemukiman penduduk di
perkampungan.
Program Pengembangan Perumahan
183
Kode dan Program: 1. 05. XX.PENATAAN RUANG
Kegiatan penataan ruang yang mencakup aspek perencanaan, pemanfaatan maupun pengendalian
memfokuskan pada ketersediaan dokumen maupun peraturan-peraturan bidang penataan ruang yang
akan dijadikan pedoman dalam proses pembangunan secara umum. Program-program yang mencakup
aspek penataan ruang diarahkan menjadi media dalam menciptakan kualitas lingkungan dan wilayah
yang memadai secara terus menerus dari waktu ke waktu.
Kode dan Program: 1. 06. XX. PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Kegiatan perencanaan pembangunan tidak hanya dibatasi oleh faktor geografis kewilayahan, akan tetapi
juga dibatasi oleh aspek pembangunan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan.
Berbagai ketersediaan data kewilayahan yang diolah menjadi informasi bidang pembangunan, diarahkan
dapat memberikan gambaran pentahapan pengembangan wilayah berdasarkan sumber daya dan potensi
yang dimiliki dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Upaya tersebut diterjemahkan kedalam
program-program dengan kode perencanaan pembangunan sebagai berikut:
Program pengembangan data/informasi
Program kerjasama pembangunan
Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah
Program perencanaan pembangunan daerah
Program perencanaan pembangunan ekonomi
Program perencanaan sosial dan budaya
Program evaluasi perencanaan pembangunan daerah
Program Penyusunan Pedoman
Program Analisis Kebutuhan
Program Penyusunan Kampungin Program dan Kegiatan
Program Penelitian (Ruang Lingkup/Topik)
Program Pengkajian (Ruang Lingkup/Topik)
Program Pengembangan (Ruang Lingkup/Topik)
Program Koordinasi,Konsultasi, dan Komunikasi Terkait Perencanaan dan Pelaksanaan
Program/Kegiatan Kelitbangan
Program Koordinasi, Konsultasi, dan Komunikasi Terkait Perencanaan dan
PelaksanaanProgram/Kegiatan Statistik
Program Fasilitasi Diseminasi/Sosialisasi Regulasi/Kebijakan Kelitbangan dan Statistik
Program Focus Group Discussion(FGD) Lingkup Kelitbangan dan Statistik
Program Verifikasi dan Validasi Data
Program Pemuktahiran Data Penduduk Asli Papua di Provinsi Papua Barat
Program Penyusunan Input-Output AnalysisProvinsi Papua Barat
184
Program Penyusunan/Pemutakhiran Direktori Potensi dan regulasi Pengembangan Iklim
Investasi Provinsi Papua Barat
Program Pelaksanaan Monitoring Program/Kegiatan Kelitbangan dan Statistik
Program Pelaksanaan Supervisi Program/Kegiatan Kelitbangan dan Statistik
Program Pelaksanaan Evaluasi Program/Kegiatan Kelitbangan dan Statistik
Program Pemetaan Kerjasama Lembaga Donor Di Provinsi Papua Barat
Program Pemetaan Kerjasama Pemerintah Provinsi Papua Barat dan Kabupaten/Kota di Lingkup
Provinsi Papua Barat dengan Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian
Program Kerjasama Kelitbangan Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan Kabupaten/Kota di
Wilayah Provinsi Papua Barat
Program Kerjasama Pengembangan Basis Data Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan
Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi Papua Barat
Kerjasama Pengembangan Basis Data Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan Lembaga Donor
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian, Pengembangan, dan Pengkajian
Penyusunan Laporan Hasil Pendataan dan Pemutakhiran Data
Penyusunan Laporan Hasil Kerjasama
Penyusunan Laporan Hasil Pembinaan dan Fasilitasi Program/Kegiatan Kelitbangan dan Statistik
Publikasi Hasil Kelitbangan dan Statistik Melalui Buku, Situs (Website) Pemerintah Provinsi
Papua Barat, dan Media Publikasi Lainnya
Kode dan Program: 1. 07. XX. PERHUBUNGAN
Kegiatan pembangunan bidang perhubungan darat, tetap akan menjadi fokus utama pembangunan
bidang perhubungan di Provinsi Papua Barat.Fokus tersebut diimbangi oleh pengembangan sarana
perhubungan lain baik perhubungan udara maupun melalui laut. Melalui kegiatan pembangunan bidang
perhubungan, diharapkan dalam kurun waktu jangka menengah dapat mengatasi keterisolasian antar
wilayah di Papua Barat. Harapan tersebut diterjemahkan kedalam beberapa program yang menjadi
urusan wajib bidang perhubungan sebagai berikut:
Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ
Program peningkatan pelayanan angkutan
Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan
Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas
Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor
Program Peningkatan Prasarana Perhubungan Udara
Program Peningkatan Sumber Daya Manusia Perhubungan
Program Peningkatan Keselamatan LLAJ
185
Kode dan Program: 1. 08. XX. LINGKUNGAN HIDUP
Provinsi Papua Barat merupakan daerah yang rentan terhadap perubahan bentang alam sehingga
pengelolaan lingkungan hidup menjadi salah satu aspek penting dalam proses pembangunan. Guna
mengatasi timbulnya permasalahan serius dimasa yang akan datang, pengelolaan bidang lingkungan
hidup sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam diharapkan dapat dilakukan secara bijaksana
oleh seluruh lapisan masyarakat. Pemikiran tersebut menjadi landasan pelaksanaan program bidang
lingkungan hidup yang menjadi urusan wajib penyelenggaraan tatanan pemerintahan berikut ini:
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Program peningkatan pengendalian polusi
Program pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan dikawasan-kawasan konservasi laut dan
hutan
Program pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut
Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)
Kode dan Program: 1. 09. XX. PERTANAHAN
Pemanfaatan ruang dalam proses penataan ruang merupakan suatu aspek utama yang harus
diperhatikan. Ruang wilayah permukaan yang secara fisik merupakan bidang tanah terkelompokan
penguasaannya oleh masing-masing strata masyarakat. Pendataan dan pengembangan sistem informasi
pertanahan di Papua Barat sangat penting dilakukan guna menghindari terjadinya konflik pertanahan
yang utamanya disebabkan status tanah adat (Hak Ulayat). Melalui program bidang pertanahan
diharapkan dapat ditentukan arah pengembangan wilayah yang tepat dalam penentuan lokasi setiap
fungsi ruang yang ingin direncanakan.
Berikut merupakan program-progam yang direncanakan dalam kurun waktu jangka menengah terkait
bidang pertanahan:
Pertanahan
Program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah
Program penyelesaian konflik-konflik pertanahan
Kode dan Program: 1. 10. XX. KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL
Peraturan perundangan mengenai otonomi khusus menekankan keberpihakan pada penduduk asli Papua
(lokal). Pemetaan mengenai pesebaran kependudukan harus didukung sistem administrasi
186
kependudukan yang baik dalam mendata seluruh lapisan masyarakat baik penduduk asli maupun
pendatang. Program urusan wajib bidang kependudukan dan catatan sipil berusaha mendapatkan data
dan informasi kependudukan yang baik, guna dijadikan acuan dalam perencanaan pembangunan
wilayah.Berikut merupakan program-progam yang direncanakan dalam kurun waktu jangka menengah
terkait bidang kependudukan dan catatan sipil:
1. 10. XX. 15 Program Penataan Administrasi Kependudukan
Kode dan Program: 1. 11. XX. PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Peningkatan peran perempuan disejumlah bidang pembangunan pada umumnya masih lemah dan
terbatas. Hal ini disebabkan oleh karena kemampuan perempuan di Provinsi Papua Barat masih
memerlukan penguatan baik secara perorangan maupun kelembagaan. Upaya pemberdayaan perempuan
berusaha menciptakan kesetaraan gender sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kapasitas
perempuan dalam kehidupan masyarakat. Kebijakan penyetaraan gender dan upaya penguatan kapasitas
kelembagaan perempuan maupun program lainnya diperlukan guna mendorong peran serta aktif
perempuan dalam setiap proses pembangunan.Berikut merupakan program-progam yang direncanakan
dalam kurun waktu jangka menengah terkait bidang pemberdayaan perempuan:
Program Peningkatan Kesejahteraaan dan Perlindungan Anak
Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak
Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan
Program peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan
Program penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
Kode dan Program: 1. 12. XX. KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA
PerkembanganKeluarga Berencanadi Papua Baratberbeda dengan di Pulau Jawa, pendekatan dan maksud
pelaksanaan kegiatannya memiliki suatu pemahaman tersendiri mengingat kondisi faktor ekonomi, sosial
dan budaya yang berbeda dengan wilayah di Pulau Jawa. Penekanan terhadap pencegahan perluasan
penyebaran penyakit HIV/ Aids dan peningkatan kesejahteraan keluarga ketimbangan mengurangi
kepadatan penduduk, menjadi perbedaan mencolok penyelenggaraan program bidang keluarga
berencana dan keluarga sejahtera di Papua Barat dengan di Pulau Jawa.Berdasarkan pemikiran tersebut,
program bidang keluarga berencana direncanakan dalam kurun waktu jangka menengah adalah sebagai
berikut:
Program penanggulangan bahaya narkoba termasuk HIV/AIDS
187
Kode dan Program: 1. 13. XX. SOSIAL
Kebijakan pembangunan yang berpihak kepada penanggulangan kemiskinan berupa penyelenggaraan
pelayanan sosial sangat diperlukan oleh wilayah Papua Barat mengingat kondisi kemiskinan yang masih
tinggi. Kebijakan tersebut perlu didukung oleh program bidang sosial yang dapat membantu mengurangi
tingkat kedalaman kemiskinan serta permasalahan kesejahteraan sosial lainnya. Perhatian kepada
kelompok usia lanjut maupun kepada penduduk yang memiliki kekurangan secara fisik perlu ditekankan
juga menjadi suatu program bidang sosial lainnya. Berikut merupakan program bidang sosial yang
direncanakan dalam kurun waktu jangka menengah di Provinsi Papua Barat:
Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya
Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
Program pembinaan anak terlantar
Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma
Program pembinaan panti asuhan /panti jompo
Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit
sosial lainnya)
Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
Program Pembangunan Rumah Daerah Tertinggal
Program Pelayanan Sosial Bagi Lanjut Usia
Publikasi dan Promosi Pembangunan Kesejahteraan Sosial
Program Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan kemiskinan
Program Penyediaan Air Minum dan MCK
Program Keluarga Harapan
Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak
Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Keagamaan
Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Keagamaan
Program Pemberdayaan Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran
Program Penanggulangan Bencana Alam dan Bencana Sosial
Program Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial
Program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh
Program Kepahlawanan,Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial
Program Pelatihan Keterampilan Berusaha bagi Keluarga tidak mampu
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan
188
Kode dan Program: 1. 14. XX. TENAGA KERJA
Pemenuhan kebutuhan pasar tenaga kerja yang memiliki standar kualitas dan produktivitas tertentu
pada dasarnya berupaya memanfaatkan sumber daya yang ada seoptimal mungkin. Peningkatan aktivitas
ekonomi juga terus diupayakan dalam menciptakan kesempatan kerja dengan maksud meningkatkan
penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang lebih besar sehingga pengangguran dapat diatasi.Kedua
upaya tersebut, merupakan gambaran fokus bidang tenaga kerja yang akan ditopang oleh lembaga
tersendiri dalam menciptakan perlindungan dan kenyamanan kerja sehingga tingkat kesejahteraan
tenaga kerja meningkat.Berikut merupakan program-progam yang direncanakan dalam kurun waktu
jangka menengah terkait bidang tenaga kerja:
Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
Program Peningkatan Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja
Program Peningkatan Kesempatan Kerja
Program Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja
Program Pengembangan Hubungan Industrial dan Peningkatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan
Program Perlindungan Tenaga Kerja dan Pengembangan Sistem Pengawasan Ketenagakerjaa
Kode dan Program: 1. 15. XX. KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH
Tanggung jawab dalam menanggulangi kemiskinan melalui pengembangan unit usaha kecil menengah
maupun koperasi diterjemahkan kedalam program yang berupaya menciptakan keunggulan komparatif
tiap jenis usaha. Penciptaan kondisi yang kondusif dan bantuan pengembangan usaha kecil menengah
diharapkan dapat meningkatkan peran dan kontribusi sektor ekonomi riil di Papua Barat. Rencana
program yang dijalankan terkait urusan wajib bidang koperasi dan usaha kecil menengah, terdiri atas:
Program penciptaan iklim usaha UKM yang kondusif
Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah
Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
Kode dan Program: 1. 16. XX. PENANAMAN MODAL DAERAH
Potensi sumber daya alam dalam bidang pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, kelautan,
kehutanan, pertambangan dan pariwisata di Papua Barat dapat dimanfaatkan untuk mendorong
berkembangnya penanaman modal di Provinsi Papua Barat. Belum terlaksananya penanaman modal
swasta di seluruh sektor potensial tersebut diakibatkan belum adanya dukungan lintas sektor dalam
memenuhi ketersediaan informasi, prasarana dasar, infrastruktur ekonomi, study kelayakan, insentif
investasi, kesiapan masyarakat di lokasi kegiatan serta petra jalan atau road map investasi di Provinsi
Papua Barat. Keseluruhan kebutuhan tersebut masih harus dipersiapkan, guna meningkatkan realisasi
189
penanaman modal yang akan membantu Provinsi Papua Barat dalam meningkatkan kinerja ekspor,
pembentukan modal atau nilai tambah serta penciptaan lapangan kerja baru. Berikut merupakan
program-progam yang direncanakan dalam kurun waktu jangka menengah terkait bidang penanaman
modal daerah:
Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi
Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah
Program Peningkatan Daya Saing Investasi
Program Pemantauan Tingkat Perkembangan Harga di Papua Barat
Program Penyusunan Data Base Produksi Daerah
Kode dan Program: 1. 17. XX. KEBUDAYAAN
Papua Barat memiliki keanekaragaman budaya yang masih memerlukan penataan dan pengembangan
lebih lanjut dalam upaya pelestariannya. Keanekaragaman budaya tersebut merupakan aset
pembangunan yang perlu terprogramkan karena memiliki arti penting sebagai identitas dan media
penguatan martabat Papua Barat menuju terciptanya kemandirian dalam pembangunan Papua Barat
secara umum. Penekanan akan pelestarian keanekaragaman budaya melalui mekanisme pengelolaan
yang baik menjadi landasan dalam seluruh program pembangunan bidang kebudayaan berikut ini:
Program Pengembangan Nilai Budaya
Program Pengelolaan Kekayaan Budaya
Program Pengelolaan Keragaman Budaya
Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya
Kode dan Program: 1. 18. XX. PEMUDA DAN OLAHRAGA
Pembangunan yang berhubungan dengan urusan kepemudaan dan olahragadiarahkan pada penyiapan
mereka untuk menjadi pemimpin masyarakat serta sebagai pelaku utama dalampembangunan. Untuk
memenuhi arahan tersebut diperlukan program-program yang beririsan dengan sektor lain, terutama
yang berkaitan dengan pendidikan, kesehatan, penguasaan managemen, kepemimpinan serta
peningkatan kemampuan profesional.
Program yang terkait urusan pemuda dan olahraga guna mewujudkan sumber daya pemuda yang
tangguh,berprestasi, dan berakhlak baik serta memiliki motivasi yang kuat, adalah sebagai berikut:
Program Peningkatan peran serta kepemudaan
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga
Program Pembinaan Generasi Muda Bangsa
190
Kode dan Program: 1. 19. XX. KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM NEGERI
Pembangunan politik dalam negeri di Papua Barat diarahkan untuk pengembangan demokrasi yang
tertib dan taat hukum. Sesuai dengan prinsip demokrasi, masyarakat Papua Barat mendapatkan akses
yang terbuka untuk penyaluran aspirasi melalui berbagai media baik level daerah maupun nasional.
peningkatan peran masyarakat dalam memberikan aspirasi yang responsif dan berkualitas menjadi
penekanan dalam bidang politik dalam negeri. Sedangkan untuk urusan kesatuan bangsa, faktor
pemeliharaan keamanan dan ketertiban menjadi target utama penyelenggaraan program-program
bidang kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, sebagai berikut:
Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan
Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal
Program pengembangan wawasan kebangsaan
Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan
Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan
Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat)
Program Pengawasan OA dan LA
Pemulihan Wilayah Pasca Konflik
Program Pemantapan Bina Ideologi dan Bela Negara
Program Pengembangan Data, Informasi/Statistik Daerah
Program pendidikan politik masyarakat
Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam
Program Penguatan Peraturan Perundangan dan Kapasitas Kelembagaan
Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana yang Terpadu
Program Penelitian, Pendidikan dan Pelatihan Kebencanaan
Program Pencegahan dan Mitigasi Bencana
Program Peningkatan Kapasitas dan Partisipasi Masyarakat serta Para Pemangku Kepentingan
Lainnya dalam RPB
Program Siaga Bencana
Program Darurat Bencana
Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Kode dan Program: 1. 20. XX. PEMERINTAHAN UMUM
Upaya membangun tata kelola pemerintahan yang baik dalam memberikan pelayanan prima kepada
segenap lapisan masyarakat menjadi capaian utama program bidang pemerintahan umum. Hal tersebut
dimaksudkan guna mencegah pemerintahan yang koruptif dan inefisien sehingga pada gilirannya dapat
melemahkan atau bahkan menurunkan kewibawaan pemerintah dimata masyarakat.
Program bidang pemerintahan umum berupaya melakukan pembenahan tata kerja atau sistem dan
prosedur kerja dalam peningkatan kemampuan untuk melaksanakan pelayanan kepada masyarakat.
191
Berikut merupakan program-program yang menjadi urusan wajib penyelenggaraan pemerintahan dalam
kurun waktu 5 tahun ke depan.
Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah
Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah
Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah
Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/kota
Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH
Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan
Program penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan
Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi
Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi
Peningkatan peran serta masyarakat dalam perolehan informasi
Peningkatan SDM Aparatur BNPPapua Barat
Kerja sama informasi dengan media massa
Peningkatan kinerja dan kualitas petugas pengolah data dan informasi
Program mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat
Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah
Program Penataan Peraturan PerUndang-Undangan
Program Penataan Daerah Otonomi Baru
Peningktan dan Pengembangan Pengelolaan Barang Milik Daerah
Program Peningkatan Penerimaan Daerah
Program Pengembangan Sarana dan Prasarana Kerja Dalam Peningkatan Pajak & Retribusi
Daerah
Program Pembangunan Daerah dan Wilayah
Program Peningkatan Kesejahteraan Anggota Korpri
Program Unggulan
Program Bimbingan Mental dan Rohani
Kode dan Program: 1. 21. XX. KEPEGAWAIAN
Aparatur pemerintah merupakan ujung tombak penyelenggaraan kegiatan sistem pemerintahan daerah.
Kualitas dan kapasitas sumber daya aparatur yang memadai dapat mendorong terjadinya percepatan
proses pembangunan. Penekanan akan pembinaan aparatur pemerintah guna menjadi lebih berkualitas,
mendorong kebutuhan akan program bidang kepegawaian berikut ini:
Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur
Program pembinaan dan pengembangan aparatur
192
Kode dan Program: 1. 22. XX. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KAMPUNG
Partisipasi dan peningkatan kapasitas peran masyarakat, khususnya penduduk asli yang tinggal
dilingkungan peKampungan diharapkan dapat mendorong terjadinya pemerataan pembangunan. Sesuai
dengan kebijakan otonomi khusus di Pulau Papua, penyamarataan kesempatan bagi penduduk lokal
mendorong pentingnya pemberdayaan masyarakat Kampung mengingat mayoritas penduduk asli tinggal
di wilayah peKampungan. Berikut merupakan program-program pemberdayaan masyarakat Kampung
yang dibutuhkan dalam kurun waktu pembangunan menengah di Papua Barat.
Kode dan Program: 1. 23. XX. STATISTIK
Data dan informasi statistik suatu wilayah merupakan pondasi dasar dalam menciptakan kualitas
perencanaan pembangunan yang berkualitas. Tanpa keberadaan data dan informasi yang menunjang
tahapan pembangunan suatu wilayah tidak dapat tergambarkan secara lebih terstruktur. Pentingnya
pemenuhan kebutuhan akan data/ informasi statistik daerah yang memadai sebagai dasar perencanaan
wilayah Papua Barat diterjemahkan kedalam program bidang statistik daerah sebagai berikut:
Program pengembangan data/informasi/statistik daerah
Kode dan Program: 1. 24. XX. KEARSIPAN
Tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan yang tidak berbeda dari suatu organisasi, menuntut
sistem pengarsipan yang baik sebagai informasi perkembangan penyelenggaraan pemerintahan dari
tahun ke tahun. Arsip daerah yang merupakan bahan kerja dalam mencapai tujuan pemerintahan, harus
dapat terus terpelihara dan dilestarikan sebagaimana mestinya dalam menciptakan suatu tata kelola
administrasi yang baik. Kesadaran akan pentingnya arsip diseluruh jajaran pemerintahan menjadi titik
tekan tertentu penyelenggaraan program bidang kearsipan, sebagai berikut:
Kode dan Program: 1. 25. XX. KOMUNIKASI DAN INFORMASI
Dalam bidang komunikasi dan informasi, pembangunan diarahkan bagi penyediaan sarana komunikasi
yang efektif menjangkau pusat pemukiman perkampungan dan distrik diseluruh wilayah Provinsi Papua
Barat. Harapan akan wilayah Provinsi Papua Barat yang terhubung secara efektif melalui perantaraan
komunikasi dan informasi berbagai media diterjemahkan kedalam program-program berikut ini:
Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa
Program pengkajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi
Program fasilitasi Peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi
Program kerjasama informasi dengan media massa
Program Perencanaan dan Pengembangan Kegiatan Kominfo
193
URUSAN PILIHAN
Kode dan Program: 2. 01. XX. PERTANIAN
Produktivitas dan nilai tambah sektor pertanian yang masih rendah, tidak sejalan dengan kondisi fisik
wilayah Papua Barat yang sangat mendukung pengembangan program pertanian. Hal lainnya yang tidak
sejalan adalah telah tersedianya ragam informasi tentang peluang pemanfaatan sumber daya pertanian,
akan tetapi investasi yang terjadi pada bidang pertanian masih tergolong sangat minim. Kedua hal
tersebut menjadi suatu acuan perlu adanya penyesuaian pelaksanaan program pembangunan bidang
pertanian guna mencapai pemerataan tingkat kesejahteraan penduduk, khususnya petani yang
merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbesar.
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan)
Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan)
Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan
Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan
Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan
Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak
Program peningkatan produksi hasil peternakan
Program peningkatan penerapan teknologi peternakan
Kode dan Program: 2. 01. XX. KEHUTANAN
Program bidang kehutanan mengupayakan perbaikan kualitas hidup masyarakat yang bermukim
disekitar wilayah hutan dengan pemanfaatan sumber daya hutan yang terpadu dan berkelanjutan.
Kebijakan pengendalian kegiatan masyarakat agar tidak melakukan tindakan perambahan hutan serta
mencegah meluasnya perusakan hutan.
Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan
Program Pemanfaatan Kawasan Hutan Industri
Program Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan
Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan
Program Inventarisasi Hutan dan Pementapan Kawasan Hutan
Program Pengelolaan Carbon Trade (REDD Plus)
194
Program Penyuluhan dan Penguatan Kapasitas Kelembagaan SDM Kehutanan
Kode dan Program: 2. 01. XX. ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Kebutuhan akan pengembangan sumber energi baru terutama yang berasal dari non fosil dan
pemanfaatan gas hasil buangan minyak bumi serta sebaran galian mineral yang belum tereksplorasi lebih
lanjut, mendorong terciptanya suatu program bidang energi dan sumberdaya mineral dalam rencana
pembangunan diwilayah Papua Barat. Program tersebut berupaya membina dan mengawasi kegiatan
yang telah berjalan agar tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan, berikut merupakan program
bidang energi dan sumber daya mineral:
Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan mineral dan batubara
Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan
Program Kerjasama Antar Pemerintah Daerah
Program Pembinaan dan Pengawasan Usaha Migas
Program Pengelolaan Potensi Air Bawah Tanah
Program Pengembangan Sumber Daya Geologi Daerah
Program Pengelolaan Potensi Sumberdaya Energi Baru dan Terbarukan
Program Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Melalui Pengelolaan Sumber Daya Geologi
Program Pembinaan dan Pengendalian Lingkungan Pertambangan
Kode dan Program: 2. 01. XX. PARIWISATA
Potensi daya tarik wisata alam maupun budaya yang dimiliki Papua Barat dapat berkembang menjadi
suatu aktivitas yang bernilai ekonomi tinggi. Pengembangan bidang pariwisata dapat memberikan
kontribusi besar terhadap pembangunan wilayah jika dikelola dan direncanakan dengan baik terutama
pada daerah yang ditetapkan sebagai daerah destinasi wisata. Untuk mendukung hal tesebut maka
disusunlah program bidang pengembangan pariwisata di Papua Barat, sebagai berikut:
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
Program Pengembangan Kemitraan
Kode dan Program: 2. 01. XX. KELAUTAN DAN PERIKANAN
Penyeimbangan kegiatan pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan dengan peningkatan kapabilitas
masyarakat baik dalam bidang hukum, wawasan berkehidupan pesisir maupun sehubungan dengan
upaya mitigasi menghadapi perubahan iklim menjadi penekanan program pilihan bidang kelautan dan
perikanan. Pengembangan budidaya perikanan diharapkan mampu memberikan pendapatan nyata bagi
masyarakat dengan dukungan program pembangunan berikut ini.
195
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan
Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut
Program peningkatan mitigasi bencana alam laut dan prakiraan iklim laut
Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritin kepada masyarakat
Program pengembangan budidaya perikanan
Program pengembangan perikanan tangkap
Program pegembangan sistem penyuluhan perikanan
Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan
Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar
Program Peningkatan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan
Program Peningkatan Manajemen Informasi kelautan dan Perikanan
Program Pengawasan, Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan
Program Pembinaan dan Pengelolaan Kelautan dan Perikanan
Program Monitoring dan Evaluasi
Program Pengelolaan dan Pemberdayaan Wilayah Laut, Pesisir, Pulau-pulau Kecil dan Kawasan
Konservasi
Program Pengembangan Sarana dan Prasarana Kelautan dan Perikanan
Program Pengembangan Sumber Daya Perikanan
Kode dan Program: 2. 01. XX. PERDAGANGAN
Pengembangan ekonomi masyarakat yang bertumpu kepada sektor perdagangan hingga saat ini belum
memberikan muatan balik yang seimbang antara aliran barang yang masuk dengan yang keluar dari
pusat pasar di Papua Barat. Peningkatan kepercayaan konsumen dan kerjasama perdagangan dalam dan
luar negeri menjadi kebutuhan utama yang akan dipenuhi melalui penetapan program pilihan bidang
perdagangan berikut ini.
Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan
Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional
Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor
Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri
Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan.
Kode dan Program: 2. 01. XX. PERINDUSTRIAN
Peningkatan nilai tambah masih menunjukan perkembangan yang kurang signifikan, hal ini tidak sejalan
dengan keanekaragaman bahan mentah yang tersebar diseluruh wilayah Provinsi Papua Barat.
Kurangnya kemampuan dan kapasitas penguasaan teknologi, serta tidak terstrukturnya pembangunan
sektor industri menjadi sorotan utama pembangunan di bidang perindustrian. Untuk menjawab
196
tantangan tersebut dalam dokumen rencana pembangunan ini, ditetapkan program pembangunan
perindustrian sebagai berikut.
Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
Program Penataan Struktur Industri
Pengembangan Industri Pengelolaan Hasil Laut
Kode dan Program: 2. 01. XX. TRANSMIGRASI
Upaya menselaraskan pola penempatan transmigrasi dengan penataan permukiman dan pembangunan
sarana permukiman menjadi landasan berpikir dalam penentuan program bidang transmigrasi.
Penempatan transmigrasi juga tidak dapat dipisahkan dari upaya pengembangan kawasan sekitar lokasi
penempatan. Berbagai aspek diupayakan dalam mencapai keseimbangan pemenuhan kebutuhan sarana
dan prasarana lingkungan yang menunjang. Berikut merupakan program bidang pengembangan
transmigrasi diwilayah Papua Barat.
Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi
Program Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi
Program Transmigrasi lokal
Program Pembangunan Kawasan Transmigrasi
Pada Tabel 8.1 disajikan program pembangunan yang disertai pendanaan pembangunan.
197
Tabel 8-1. Indikasi Rencana Program Pembangunan yang Disertai Kebutuhan Pendanaan
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
PROGRAM DAN KEGIATAN PADA SETIAP SKPD
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Persentase Kebutuhan administrasi perkantoran yang terpenuhi
Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur
Persentase Sarana dan prasarana aparatur yang terpenuhi
Program peningkatan disiplin aparatur
Persentase/ jumlah aparat yang terbukti melakukan pelanggaran disiplin (menurun)
Program fasilitasi pindah /purna tugas PNS
Persentase/ jumlah PNS pindah/purna tugas yang terfasilitasi
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Persentase/ jumlah sumber daya aparatur terbina
Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan
Persentase/ jumlah SKPD yang laporan capaian kinerja & keuangannya WTP
URUSAN WAJIB Pendidikan
Program Pendidikan Anak Usia Dini
29 27 26 25 25 Dinas
Pendidikan
5 15.390.339.
000
Program Wajib 46 90.603.283 57 92.680.749 53 92.006.707. 51 17.673.134. 46 17.673.134.4 Dinas
198
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
.200 .600 200 400 00 Pendidikan
5
38.133.393.000
Program Pendidikan Menengah
41
256.989.272.928
48 259.364.67
2.928 45
258.093.872.928
47 257.922.872
.928 44
257.068.472.928
Dinas Pendidikan
3 25.728.146.
000
Program Pendidikan Non Formal
56.426.870
.041
68.471.342.174
69.167.130.
001
73.219.572.652
74.867.460.
341
Dinas Pendidikan
Program Pendidikan Tinggi
9 11 6 6 6
Dinas
Pendidikan
Program HIV aids
10 27.857.238.
000 8
29.833.638.000
6 10.337.238.
000 4
10.337.238.000
4 10.337.238.0
00
Dinas Pendidikan
Kesehatan
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
12 pt 5.241.000.0
00 12 pt
6.027.150.000
12 pt 6.931.222.5
00 12 pt
7.970.905.875
12 pt 9.166.541.75
6
Dinkes
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
2 pt 750.000.00
0 2 pt
862.500.000
2 pt 991.875.00
0 2 pt
1.140.656.250
Dinkes
Program Pengawasan Obat dan Makanan
1 pt 500.000.00
0 1 pt
575.000.000
1 pt 661.250.00
0 1 pt 760.437.500
Dinkes
Program Pengembangan Obat Asli Indonesia
1 pt 500.000.00
0 1 pt
575.000.000
1 pt 661.250.00
0 1 pt 760.437.500
Dinkes
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
1 pt 750.000.00
0 12 pt
862.500.000
1 pt 991.875.00
0 1 pt
1.140.656.250
Dinkes
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
1 pt 16.027.150.
000 1 pt
16.931.222.500
1 pt 17.970.905.
875 1 pt
19.166.541.756
Dinkes
Program pengembangan lingkungan sehat
1 pt 2.470.688.
000 1 pt
2.841.291.200
1 pt 3.267.484.8
00 1 pt
3.357.607.612
1 pt 4.321.248.75
3
Dinkes
Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
1 pt 2.795.934.
000 1 pt
3.215.324.675
1 pt 3.697.623.3
76 1 pt
4.252.266.000
1 pt 4.890.106.0
00
Dinkes
Program standarisasi
1 pt 500.000.00
0 1 pt
575.000.000
1 pt 661.250.00
0 1 pt 760.437.500
Dinkes
199
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
pelayanan kesehatan
Program pelayanan kesehatan penduduk miskin
1 pt 16.027.150.
000 1 pt
16.931.222.500
1 pt 17.970.905.
875 1 pt
19.166.541.756
Dinkes
Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/ puskesmas pembantu dan jaringannya
1 pt 11.007.000.
000 1 pt
11.007.000.000
1 pt 11.007.000.
000 1 pt
11.007.000.000
1 pt 11.007.000.0
00
Dinkes
Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata
1 pt 11.007.000.
000 1 pt
11.007.000.000
1 pt 11.007.000.
000 1 pt
11.007.000.000
Dinkes
Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/ rumah sakit mata
1 pt 3.215.324.6
75 1 pt
3.697.623.376
1 pt 4.252.266.0
00 1 pt
4.890.106.000
Dinkes
Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan
1 pt 500.000.00
0 1 pt
575.000.000
1 pt 661.250.00
0 1 pt 760.437.500
Dinkes
Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita
1 pt 500.000.00
0 1 pt
575.000.000
1 pt 661.250.00
0 1 pt 760.437.500
Dinkes
Program peningkatan pelayanan
1 pt 500.000.00
0 1 pt
575.000.000
1 pt 661.250.00
0 1 pt 760.437.500
Dinkes
200
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
kesehatan lansia
Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan
1 pt 500.000.00
0 1 pt
575.000.000
1 pt 661.250.00
0 1 pt 760.437.500
Dinkes
Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak
1 pt 750.000.00
0 12 pt
862.500.000
1 pt 991.875.00
0 1 pt
1.140.656.250
Dinkes
Program Peningkatan SDM Penanggulangan Nerkoba termasuk HIV/AIDS
1 pkt 1.311.076.3
50 1 pkt
1.442.183.985
1 pkt 1.442.183.9
85 1 pkt
1.442.183.985
1 pkt 1.442.183.98
5
Badan
Narkotika
Program Pengolahan Data, sistem dan jaringan Informasi di bidang P4GN
1 pkt 989.032.50
0 1 pkt
838.999.000
1 pkt 964.848.00
0 1 pkt
1.095.752.200
1 pkt 1.260.114.83
0
Badan
Narkotika
Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalagunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN)
155.830.10
0 171.413.100 1 pkt
1.885.544.110
1 pkt 2.074.098.5
21 1 pkt
2.281.508.373
Badan
Narkotika
Penegakan hukum dan telematika
1.204.731.0
00
1.325.204.010
1 pkt 1.457.724.4
00 1 pkt
1.457.724.400
1 pkt 1.457.724.00
0
Badan
Narkotika
Progam Terapi dan rehabilitasi penguna Narkoba
1.943.082.7
50
2.137.391.025
1 pkt 2.351.130.12
7 1 pkt
2.586.243.140
1 pkt 2.568.243.14
0
Badan
Narkotika
Pekerjaan Umum
Program pembangunan jalan dan jembatan
panjang jalan yang dibangun
100 km 165.000.00
0.000 120 km
240.000.000.000
140 km 350.000.00
0.000 170 km
465.000.000.000
200 km 600.000.00
0.000
200 km PU
Binamarga
201
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Program pembangunan turap/talud/bronjong
panjang turap/talud/bronjong yang dibangun
6 km 36.250.000
.000 5 km
30.000.000.000
10 km 60.000.000
.000 10 km
60.000.000.000
10 km 60.000.000.
000
140 km PU
pengairan
Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan
5.000.000.
000
10.000.000.000
15.000.000.
000
20.000.000.000
25.000.000.
000
Pu Bina Marga
Program rehabilitasi/pemeliharaan talud/bronjong
panjang talud/bronjong yang direhabilitasi/dipelihara
- - 5km 5.000.000.
000 5km
5.000.000.000
5km 5.000.000.
000 5km
5.000.000.000
20km PU
pengairan
Program tanggap darurat jalan dan jembatan
panjang jalan dan jembatan darurat yang dibangun
- - 5 km 5.000.000.
000 5 km
5.000.000.000
10 km 5.000.000.
000 10 km
5.000.000.000
30 km PU
pengairan
Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan
2.000.000.
000
4.000.000.000
6.000.000.
000
8.000.000.000
10.000.000.
000
Pu Bina Marga
Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya
Panjang jaringan irigasi yang dikembangkan
100 Ha 33.854.720.
000 400Ha
60.000.000.000
500 Ha 75.000.000
.000 500 Ha
75.000.000.000
500 Ha 75.000.000.
000
2000 Ha PU
pengairan
Program Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air Lainnya
luas sungai/danau/SDAir yang dikelola & dikonservasi
- - 4000 m3
20.000.000.000
4000 m3
20.000.000.000
4000 m3
20.000.000.000
4000 m3
20.000.000.000
16000 m3 PU
pengairan
Program Pengendalian Banjir
Panjang pengendali banjir dibangun/diperbaiki
6 km 14.000.000
.000 14 km
32.000.000.000
10 km 23.000.000
.000 10 km
23.000.000.000
10 km 23.000.000.
000
50 km PU
pengairan
Perumahan
Program Pengembangan Perumahan
Jumlah rumah yang terbangun
250 25.000.000 250
26.000.000.000
250 27.000.000
.000 250
27.000.000.000
1000
Duknakertrans
Penataan Ruang
202
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Perencanaan Pembangunan
Program pengembangan data/informasi
2.149.464.0
00
2.364.410.400
2.600.851.4
00
2.860.996.600
3.147.030.20
0
Kepegawaian Daerah
Program kerjasama pembangunan
440.000.0
00
484.000.000
532.400.00
0
585.640.000
644.204.000
Bappeda
Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah
1.700.000.
000
1.870.000.000
2.057.000.
000
2.262.700.000
2.488.970.0
00
Bappeda
Program perencanaan pembangunan daerah
6.972.352.0
00
7.669.587.200
8.436.545.
920
9.280.200.512
10.208.220.5
63
Bappeda
Program perencanaan pembangunan ekonomi
3.548.271.6
00
3.903.098.760
4.293.408.
636
4.722.749.500
5.195.024.45
0
Bappeda
Program perencanaan sosial dan budaya
9.141.268.0
00
10.055.394.800
11.060.934.
280
12.167.027.708
13.383.730.4
79
Bappeda
Program evaluasi perencanaan pembangunan daerah
1.500.000.
000
1.650.000.000
1.815.000.0
00
1.996.500.000
2.196.150.00
0
Bappeda
Penyusunan Pedoman
Bappeda
Analisis Kebutuhan
Bappeda
Penyusunan Kampungin Program dan Kegiatan
Bappeda
Penelitian (Ruang Lingkup/Topik)
Bappeda
Pengkajian (Ruang Lingkup/Topik)
Bappeda
Pengembangan (Ruang Lingkup/Topik)
Bappeda
203
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Koordinasi, Konsultasi, dan Komunikasi Terkait Perencanaan dan Pelaksanaan Program/Kegiatan Kelitbangan
Bappeda
Koordinasi, Konsultasi, dan Komunikasi Terkait Perencanaan dan Pelaksanaan Program/Kegiatan Statistik
600.000.00
0
660.000.000
726.000.00
0 798.600.000
Bappeda
Fasilitasi Diseminasi/Sosialisasi Regulasi/Kebijakan Kelitbangan dan Statistik
600.000.00
0
660.000.000
726.000.00
0 798.600.000
Bappeda
Focus Group Discussion(FGD) Lingkup Kelitbangan dan Statistik
600.000.00
0
660.000.000
726.000.00
0 798.600.000
Bappeda
Verifikasi dan Validasi Data
50.000.000 55.000.000 60.500.000 66.550.000
Bappeda
Pemuktahiran Data Penduduk Asli Papua di Provinsi Papua Barat
30.000.000 33.000.000 36.300.000 39.930.000
Bappeda
Penyusunan Input-Output AnalysisProvinsi Papua Barat
30.000.000 33.000.000 36.300.000 39.930.000
Bappeda
Penyusunan/Pemutakhiran Direktori Potensi dan regulasi Pengembangan Iklim Investasi Provinsi Papua
30.000.000 33.000.000 36.300.000 39.930.000
Bappeda
204
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Barat
Pelaksanaan Monitoring Program/Kegiatan Kelitbangan dan Statistik
Bappeda
Pelaksanaan Supervisi Program/Kegiatan Kelitbangan dan Statistik
Bappeda
Pelaksanaan Evaluasi Program/Kegiatan Kelitbangan dan Statistik
Bappeda
Pemetaan Kerjasama Lembaga Donor Di Provinsi Papua Barat
Bappeda
Pemetaan Kerjasama Pemerintah Provinsi Papua Barat dan Kabupaten/Kota di Lingkup Provinsi Papua Barat dengan Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian
Bappeda
Kerjasama Kelitbangan Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi Papua Barat
Bappeda
205
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Kerjasama Pengembangan Basis Data Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi Papua Barat
Bappeda
Kerjasama Pengembangan Basis Data Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan Lembaga Donor
Bappeda
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian, Pengembangan, dan Pengkajian
Bappeda
Penyusunan Laporan Hasil Pendataan dan Pemutakhiran Data
Bappeda
Penyusunan Laporan Hasil Kerjasama
Bappeda
Penyusunan Laporan Hasil Pembinaan dan Fasilitasi Program/Kegiatan Kelitbangan dan Statistik
Bappeda
Publikasi Hasil Kelitbangan dan Statistik Melalui Buku, Situs (Website) Pemerintah Provinsi Papua Barat, dan Media Publikasi Lainnya
Bappeda
206
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Perhubungan
Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
100% 7.500.000.
000
3.500.000.000
4.500.000.
000
5.000.000.000
6.000.000.0
00
Perhubunga
n
Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ
- 1.000.000.
000
1.500.000.000
2.000.000.
000
2.500.000.000
Perhubunga
n
Program peningkatan pelayanan angkutan
875.518.00
0
1.500.000.000
1.750.000.0
00
2.000.000.000
2.250.000.0
00.000
Perhubunga
n
Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan
32.964.962
.400
515.000.000.000
58.000.000
.000
65.000.000.000.
75.000.000.
000
Perhubunga
n
Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas
6.992.758.
000
17.315.000.000
22.500.000
.000
28.300.000.000
35.000.000.
000
Perhubunga
n
Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor
- 2.000.000.
000
5.000.000.000
7.500.000.
000
9.000.000.000
Perhubunga
n
Program Peningkatan Prasarana Perhubungan Udara
39.199.000
.000
493.500.000.000
65.000.000
.000
74.400.000.000
87.900.000.
000
Perhubunga
n
Program Peningkatan Sumber Daya Manusia Perhubungan
- 750.000.00
0
1.300.000.000
1.500.000.0
00
1.750.000.000
Perhubunga
n
Program Peningkatan Keselamatan LLAJ
- 1.250.000.0
00
2.250.000.000
2.750.000.0
00
3.250.000.000
Perhubungan
Lingkungan Hidup
207
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
Persentase Kab/Kota dengan sistem pengelolaan sampah terpadu
40% 3,000,000,
000 60%
4,000,000,000
80% 4,000,000,
000 100%
4,000,000,000
Bapedalda
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Persentase kasus pencemaran dan kerusakan LH ditangani
40% 4,000,000,
000 60%
4,000,000,000
80% 4,000,000,
000 100%
4,000,000,000
Bapedalda
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Kesesuaian pelaksanaan rencana perlindungan dan konservasi SDA
20% 2,000,000,
000 30%
2,500,000,000
40% 2,500,000,
000 50%
2,000,000,000
Bapedalda
Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam
Persentase cadangan SDH yang direhabilitasi dan dipulihkan
10% 3,000,000,
000 20%
3,000,000,000
30% 3,000,000,
000 40%
3,000,000,000
Bapedalda
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Ketersediaan sistem informasi SDA dan LH
30% 5,000,000,
000 60%
5,000,000,000
100% 5,000,000,
000 - -
Bapedalda
Program peningkatan pengendalian polusi
Tingkat polusi
5% 5,000,000 10% 5,000,000 15% 5,000,000 20% 5,000,000
Bapedalda
Program pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan dikawasan-kawasan konservasi laut dan hutan
Tingkat kerusakan lingkungan kawasan-kawasan konservasi laut dan hutan akibat pengembangan ekowisata dan jasa lingkungan
25% 5,000,000,
000 50%
5,000,000,000
60% 4,000,000,
000 75%
4,000,000,000
Bapedalda
208
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Program pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut
Kondisi ekosistem pesisir dan laut
20% 4,000,000,
000 40%
4,000,000,000
60% 4,000,000,
000 80%
4,000,000,000
Bapedalda
Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)
Pemenuhan RTH kawasan perkotaan
25% 5,000,000,
000 50%
5,000,000,000
75% 5,000,000,
000 100%
5,000,000,000
Bapedalda
Pertanahan
Program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah
5.080.000.
000
12.700.000.000
8.255.000.
000
8.255.000.000
8.255.000.0
00
Biro
Pemerintahan
Program penyelesaian konflik-konflik pertanahan
1.000.000.
000
1.000.000.000
1.000.000.
000
1.500.000.000
Biro
Pemerintahan
Kependudukan dan Catatan Sipil
Program Penataan Administrasi Kependudukan
Persentase kelengkapan data administrasi penduduk
80%
4.584.525.000
90% 6.500.000.
000 100%
7.100.000.000
100% 7.800.000.
000 100%
8.500.000.000
100%
Duknakertrans
80%
210.000.000
90% 350.000.00
0 100%
400.000.000
100% 450.000.00
0 100% 550.000.000
100%
Pemberdayaan Perempuan
Program Peningkatan Kesejahteraaan dan Perlindungan Anak
100% 3.224.777.0
00 100%
3.708.494.000
100% 4.264.768.
000 100%
4.904.483.000
100% 5.640.155.00
0
100% BP3AKB
Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak
100% 4.300.000.
000 100%
4.945.000.000
100% 5.686.750.
000 100%
6.539.763.000
100% 7.520.727.00
0
100% BP3AKB
Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan
100% 5.209.205.
000 100%
5.990.586.000
100% 6.889.174.0
00 100%
7.922.550.000
100% 9.110.932.00
0
100% BP3AKB
209
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Program peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan
100% 800.000.0
00 100%
920.000.000
100% 1.058.000.0
00 100%
1.216.700.000
100% 1.399.205.00
0
100% BP3AKB
Program penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
100% 1.717.473.0
00 100%
1.975.094.000
100% 2.271.358.0
00 100%
2.612.062.000
100% 3.003.871.00
0
100% BP3AKB
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Program penanggulangan bahaya narkoba termasuk HIV/AIDS
Kasus narkoba, dan PMS yang ditanggulangi
100% 450.000.00
0 100%
517.500.000
100% 595.125.00
0 100%
684.394.000
100% 787.053.000
BP3AKB
Sosial
Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya
Jumlah KK terberdayakan
54 KK 1.300.000.
000 110 KK
3.485.000.000
110 KK 3.985.000.
000 116 KK
4.357.000.000
110 KK 5.163.000.00
0
500 KK Dinsos
Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
500.000.0
00 25 PS
550.000.000
25 PS 600.000.00
0 25 PS
650.000.000
25 PS 700.000.000
100 PS Dinsos
Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
10.000.000
.000
10.020.000.000
10.030.000.
000
10.040.000.000
10.050.000.
000
BPKS
Program pembinaan anak terlantar
Jumlah anak terlantar yang dibina
20
562.250.000
50 646.625.00
0 50
743.620.000
50 844.542.00
0 30 971.210.000
200 Dinsos
210
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma
jumlah penyandang cacat dan trauma yang dibina
343 1.395.000.0
00 300
2.000.000.000
300 2.500.000.
000 200
3.000.000.000
200 3.500.000.0
00
1343 Dinsos
Program pembinaan panti asuhan /panti jompo
Persentase panti asuhan/ panti jompo yang terbina
25 500.000.00
0 25
600.000.000
25 700.000 .000
25 805.000.000
100 Dinsos
Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya)
Persentase eks penyandang penyakit sosial
18 475.503.00
0 20
500.000.000
22 570.000.00
0 20
625.000.000
20 675.000.000
100 Dinsos
Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
lembaga kesejahteraan sosial yang terberdayakan
30 798.995 30 850.000.00
0 30
900.000.000
30 950.000.00
0 30
1.000.000.000
150 Dinsos
Program Pembangunan Rumah Daerah Tertinggal
jumlah rumah yang dibangun di daerah tertinggal
125 5.000.000.
000 125
6.000.000.000
125 7.000.000.
000 125
8.000.000.000
500 Dinsos
Program Pelayanan Sosial Bagi Lanjut Usia
Jumlah penduduk lanjut usia yang terlayani
125 625.000.00
0 125
725.000.000
125 850.000.00
0 125
900.000.000
500 Dinsos
Publikasi dan Promosi Pembangunan Kesejahteraan Sosial
Terinformasikannya ,Publikasi dan Promosi Pembangunan Kesejahteraan Sosial
1 x 416.250.00
0 1 x
250.000.000
1 x 275.000.00
0 1x
300.000.000
1 x 350.000.000
5 x Dinsos
Program Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan kemiskinan
Jumlah keluarga miskin yang terlayani
125 450.000.00
0 125
500.000.000
125 550.000.00
0 125 650.000.000
500 Dinsos
Program Penyediaan Air Minum dan MCK
10.000.000
.000
10.020.000.000
10.030.000.
000
10.040.000.000
10.050.000.
000
BPKS
211
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Program Keluarga Harapan
jumlah rumah tangga sangat miskin yang terlayani)
250 1.150.000.0
00 250
1.460.500.000
250 1.671.000.0
00 250
1.714.000.000
500 Dinsos
Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak
Peningkatan kualitas hidup bagi Gender dan Anak
1 x 216.250.00
0 1x
250.000.000
1x 375.000.00
0 1x
425.000.000
1x 490.000.00
0
5x Dinsos
Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Keagamaan
sarana dan prasarana keagamaan yang dibangun
51 3.950.000.
000 50
4.445.000.000
50 5.567.000.
000 39
3.750.000.000
25 2.987.000.0
00
215 Dinsos
Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Keagamaan
10.000.000
.000
10.020.000.000
10.030.000.
000
10.040.000.000
10.050.000.
000
BPKS
Program Pemberdayaan Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran
Terbinanya korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran
20 300.000.0
00 100
900.000.000
60 750.000.00
0 60
850.000.000
60 900.000.00
0
300 Dinsos
Program Penanggulangan Bencana Alam dan Bencana Sosial
Terlayaninya korban bencana alam dan Sosial
195 3.400.000.
000 200
3.920.000.000
200 4.485.000.
000 200
5.157.000.000
205 6.000.000.0
00
1000 Dinsos
Program Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial
Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial yang telah mendapatkan bimbingan Teknis
- - 60 600.000.00
0 60
660.000.000
60 730.000.00
0 60 850.000.000
240 Dinsos
Program Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh
Jumlah penduduk daerah kumuh yang terlayani
- - 100 10.000.000
.000 100
11.000.000.000
100 12.000.000.
000 100
130.000.000.000
400 Dinsos
Program Kepahlawanan,Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial
Jumlah pejuang perintis kemerdekaan yang mendapatkan bantuan
- - 50 4.500.000.
000 50
5.500.000.000
50 6.000.000.
000 50
7.000.000.000
200 Dinsos
212
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Program Pelatihan Keterampilan Berusaha bagi Keluarga tidak mampu
15.000.000
.000
15.020.000.000
15.030.000.
000
15.040.000.000
15.050.000.0
00
BPKS
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan
5.000.000.
000
5.020.000.000
5.030.000.
000
5.040.000.000
5.050.000.0
00
BPKS
Tenaga Kerja
Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
Persentase angkatan kerja yang terbina
10% 2.340.000.
000 10%
2.580.000.000
10% 2.800.000.
000 10%
3.000.000.000
10% 3.300.000.0
00
50%
Duknakertrans
Program Peningkatan Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja
Persentase angkatan kerja yang terbina
10% 2.288.825.
000 10%
2.500.000.000
10% 2.750.000.
000 10%
3.000.000.000
10% 3.300.000.0
00
50%
Program Peningkatan Kesempatan Kerja
(1) Jumlah kerjasama baru yang terjalin dengan perusahaan besar untuk penyerapan tenaga kerja lokal (2) Jumlah tenaga kerja yang terserap akibat adanya kerjasama baru
(1) 11 perusahaan
(2) 330 orang
(1) 22 perusahaan
(2) 660 orang
1.000.000.000
(1) 33 perusahaan
(2) 990 orang
1.200.000.000
(1) 44 perusahaan
(2) 1320 orang
1.400.000.000
(1) 55 perusahaan
(2) 1650 orang
1.600.000.000
(1) 55 perusahaan (2) 1650
orang
Duknakertrans
Program Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja
1.771.711.00
0 1.850.000.0
00
Duknakertra
ns
Program Pengembangan Hubungan Industrial dan Peningkatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
2.000.000.000
2.200.000.000
2.420.000.000
2.666.000.000
2.900.000.000
Duknakertrans
Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan
(1) Ketersediaan regulasi perlindungan ketenagakerjaan (2) Pengawasan ketenagakerjaan yang dilaksanakan
(1) Tersedi
a (2) 100%
1.000.000.000
(1) Tersedi
a (2) 100%
2.000.000.000
(1) Tersedi
a (2) 100%
2.300.000.000
(1) Tersedi
a (2) 100%
2.600.000.000
(1) Tersedi
a (2) 100%
3.000.000.000
(1) Tersedia (2) 100%
Duknakertrans
Program Perlindungan Tenaga Kerja dan Pengembangan Sistem
2.087.989.000
2.290.000.000
2.580.000.000
2.835.000.000
3.100.000.000
Duknakertrans
213
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Pengawasan Ketenagakerjaa
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Program penciptaan iklim usaha UKM yang kondusif
10 Paket Keg.
1.000.000.000
10 Paket Keg.
1.000.000.000
10 Paket Keg.
1.000.000.000
10 Paket Keg.
1.000.000.000
10 Paket Keg.
1.000.000.000
100%
Dinkop/UMKM
20% 20% 20% 20% 20%
100
UKM, 5 Koperasi, 15%
350.000.000
500 UKM,
20 Koperasi, 20%
1.250.000.000
100 UKM,
20 Koperasi, 20 %
1.250.000.000
500 UKM,
20 Koperasi, 20%
1.250.000.000
100 UKM,
25 Koperasi, 25%
1.250.000.000
100%
10 Kab / 1 Kota
20%
500.000.000
10 Kab / 1 Kota
800.000.000
10 Kab / 1 Kota
800.000.000
10 Kab / 1 Kota
800.000.000
10 Kab / 1 Kota
800.000.000
100%
20% 20% 20% 20%
TPK / Psr
Koperasi, 2
Kabupaten, 4 Unit, 10%
3.600.000.000
TPK / Psr
Koperasi, 3
Kabupaten, 6 Unit, 30%
5.400.000.000
TPK / Psr
Koperasi, 3
Kabupaten, 6 Unit, 30%
5.400.000.000
TPK / Psr
Koperasi, 3
Kabupaten, 6 Unit, 30%
5.400.000.000
100%
Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah
100
UMK Non
Formal, 10 UMK Formal,
10%
500.000.000
500 UMK Non
Formal, 25 UMK Formal,
25%
1.250.000.000
500 UMK Non
Formal, 20 UMK Formal,
20%
1.200.000.000
500 UMK Non
Formal, 25 UMK Formal,
20%
1.250.000.000
500 UMK Non
Formal, 20
UMK Formal,
20%
1.200.000.000
100%
Dinkop/UMKM 10 Kab /
1 Kota, 10%
500.000.000
10 Kab / 1 Kota,
20%
800.000.000
10 Kab / 1 Kota,
20%
800.000.000
10 Kab / 1 Kota,
20%
800.000.000
10 Kab / 1 Kota,
20%
800.000.000
100%
Monev, 10 Kab / 1 Kota, 1 Paket,
20%
850.000.000
Monev, 10 Kab / 1 Kota, 1 Paket,
20%
850.000.000
Monev, 10 Kab / 1 Kota, 1 Paket,
20%
850.000.000
Monev, 10 Kab / 1 Kota, 1 Paket,
20%
850.000.000
Monev, 10 Kab / 1 Kota, 1 Paket,
20%
850.000.000
100%
214
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
100 PKL, 20
Kel. Usaha,
500 UMK,
10 Koperasi, 10%
1.000.000.000
500 PKL,
100 Kel. Usaha,
500 UMK,
20 Koperasi, 20%
3.000.000.000
500 PKL,
100 Kel. Usaha,
500 UMK,
30 Koperasi, 25%
3.500.000.000
500 PKL,
100 Kel. Usaha,
500 UMK,
20 Koperasi, 20%
3.000.000.000
100 PKL, 20
Kel. Usaha,
500 UMK,
10 Koperasi, 10%
3.500.000.000
100% Dinkop/UM
KM
Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
Regula
si -
Regulasi, 1
Paket, 25%
750.000.000
Regulasi, 1
Paket, 25%
750.000.000
Regulasi, 1
Paket, 25%
750.000.000
Regulasi, 1
Paket, 25%
750.000.000
100%
Dinkop/UMKM
5 Paket,
20%
800.000.000
10 Paket,
20%
3.200.000.000
10 Paket,
20%
3.200.000.000
10 Paket,
20%
3.200.000.000
10 Paket,
20%
3.200.000.000
100%
10 Kab / 1 Kota,
20%
500.000.000
10 Kab / 1 Kota,
20%
800.000.000
10 Kab / 1 Kota,
20%
800.000.000
10 Kab / 1 Kota,
20%
800.000.000
10 Kab / 1 Kota,
20%
800.000.000
100%
10 Kopera
si, 10 Kab / 1 Kota, 10%
500.000.000
30 Kopera
si, 10 Kab / 1 Kota, 25%
1.250.000.000
25 Kopera
si, 10 Kab / 1 Kota, 20%
1.200.000.000
30 Kopera
si, 10 Kab / 1 Kota, 25%
1.250.000.000
25 Kopera
si, 10 Kab / 1 Kota, 20%
1.200.000.000
100%
22 PNS, 1
Kegiatan, 25%
1.400.000.000
22 PNS, 1
Kegiatan, 25%
1.400.000.000
22 PNS, 1
Kegiatan, 25%
1.400.000.000
22 PNS, 1
Kegiatan, 25%
1.400.000.000
22 PNS, 1
Kegiatan, 25%
1.400.000.000
Dokumen
Laporan, 1
Paket, 20%
750.000.000
Dokumen
Laporan, 1
Paket, 20%
750.000.000
Dokumen
Laporan, 1
Paket, 20%
750.000.000
Dokumen
Laporan, 1
Paket, 20%
750.000.000
Dokumen
Laporan, 1
Paket, 20%
750.000.000
100%
TPKU, 2 Kabupaten, 6 Unit, 10%
780.000.000
TPKU, 3 Kabupaten, 9 Unit, 30%
1.170.000.000
TPKU, 3 Kabupaten, 9 Unit, 30%
1.170.000.000
TPKU, 3 Kabupaten, 9 Unit, 30%
1.170.000.000
100%
Data Base, 1 Paket, 100%
1.500.000.000
Data Base, 1 Paket, 100%
1.200.000.000
100%
215
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Penanaman Modal Daerah
Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
Jumlah promosi dan kerjasama investasi baru dan bahan promosi
5 lokasi
6.531.346.750
9 Lokasi
2.300.000.000
10 lokasi
2.500.000.000
10 lokasi
3.000.000.000
10 lokasi
3.500.000.000
44 lokasi Biro Ekin
Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi
Jumlah /Realisasi Investasi, kajian kebijakan penanaman modal dan jumlah kasus investasi
11 Daerah,
124 Proyek
2.766.839.250
11 daerah
2.400.000.000
11 daerah
3.000.000.000
11 daerah
3.500.000.000
11 daerah
3.500.000.000
11 Daerah, 124 Proyek
Biro Ekin
Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah
Pemetaan sumber daya, sarana dan prasarana daerah potensial
1 lokasi 589.000.0
00 3 lokasi
3.500.000.000
3 lokasi 3.700.000.
000 3 lokasi
3.900.000.000
3 lokasi 4.000.000.0
00
13 lokasi Biro Ekin
Program Peningkatan Daya Saing Investasi
Jumlah waktu, biaya, perizinan dan non perizinan
1
Instansi 850.150.00
0 3
Instansi 1.500.000.0
00 10
Instansi 1.700.000.0
00 12
instansi 1.800.000.
000 15
intansi 2.000.000.0
00
15 instansi Biro Ekin
Program Pemantauan Tingkat Perkembangan Harga di Papua Barat
Jumlah rapat pengedalian inflasi harga dan pembuatan data base produksi daerah
3 kali, 1 dokum
en
335.400.000
3 kali 519.600.00
0 3 kali
700.000.000
3 kali 800.000.00
0 3 Kali
900.000.000
15 kali Biro Ekin
Program Penyusunan Data Base Produksi Daerah
Jumlah dokumen database produksi daerah
1.114.100.0
00
8 Dokum
en
701.960.000
8 Dokum
en
1.072.147.200
8 Dokum
en
1.290.247.808
8 Dokum
en
1.593.784.979
Biro Ekin
Kebudayaan
Program Pengembangan Nilai Budaya
Intensitas penyelenggaraan event kebudayaan lokal
5 Keg.
1.574.125.000
14 Keg.
1.171.637.300
14 Keg.
1.171.637.300
14 Keg.
1.171.637.300
15 Keg.
1.171.637.300
57 Keg.
BUDPAR
8,80% 22,80% 22,80% 22,80% 22,80%
100%
Program Pengelolaan Kekayaan Budaya
Kekayaan budaya yang terkelola
2 Keg. 488.550.00
0
5 Keg. 556.823.60
0
5 Keg. 385.980.30
0
5 Keg. 285.798.60
0
5 Keg. 285.798.600
18 Keg. BUDPAR
11,12% 22,22% 22,22% 22,22% 22,22%
100%
216
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Program Pengelolaan Keragaman Budaya
Keragaman budaya yang terkelola
1 Keg. 300.000.0
00
5 Keg. 942.323.90
0
4 Keg. 366.893.90
0
4 Keg. 366.893.90
0
4 Keg.
366.893.900
17 Keg.
BUDPAR 5,88% 23,55% 23,53% 23,53% 23,53%
100%
Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya
Jumlah kerjasama baru yang terjalin terkait pengelolaan kekayaan budaya
4Keg.
3.675.000.000
4Keg.
3.675.000.000
4Keg.
3.675.000.000
4Keg.
3.675.000.000
16 Keg.
BUDPAR
25,00% 25,00% 25,00% 25,00%
100%
Pemuda dan Olah Raga
Program Peningkatan peran serta kepemudaan
1 pkt 2.072.800 1 pkt 2.172.800 1 pkt 2.172.800 1 pkt 2.227.800 1 pkt 2.227.800
5 pkt Badan
Narkotika
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga
1.000.000.
000
1.020.000.000
1.030.000.0
00
1.040.000.000
1.050.000.0
00
BPKS
Program Pembinaan Generasi Muda Bangsa
2.000.000.
000
2.020.000.000
2.030.000.
000
2.040.000.000
2.050.000.0
00
BPKS
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan
Jumlah kegiatan peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan
1 Keg 1.800.000.
000 1 Keg
1.980.000.000
1 Keg 2.078.000.
000 1 Keg
2.275.800.000
1 Keg 2.503.300.0
00
5 Keg Kesbangpol
Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal
Cakupan pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal
11 Kab/kot
a
1.513.000.000
11 Kab/kot
a
1.664.300.000
11 Kab/kot
a
1.830.730.000
11 Kab/kot
a
2.013.803.000
11 Kab/kot
a
2.215.183.300
11 kab/kota Kesbangpol
Program pengembangan wawasan kebangsaan
cakupan wilayah pengembangan wawasan kebangsaan
11 Kab/kot
a
400.000.000
11 Kab/kt
440.000.000
11 Kab/kot
a
484.000.000
11 Kab/kt
532.400.000
11 Kab/kt
585.640.000
11 kab/kota Kesbangpol
217
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan
Cakupan wilayah pembinaan wawasan kebangsaan berbasis kemitraan
11 Kab/kt
1.459.000.000
11 Kab/kt
1.604.900.000
11 Kab/kt
1.765.390.000
11 Kab/kt
1.941.929.000
11 Kab/kt
2.136.121.900
11 kab/kota Kesbangpol
Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan
Cakupan wilayah penertiban dan pengamanan yang melibatkan masyarakat
11
Kab/kt 600.000.00
0 11
Kab/kt 660.000.00
0 11
Kab/kt 726.000.00
0 11
Kab/kt 798.600.000
11 kab/kota Kesbangpol
Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat)
Jumlah kegiatan Pekat
1 Keg 1.000.000.
000 1 Keg
1.100.000.000
1 Keg 1.210.000.0
00 1 Keg
1.331.000.000
1 Keg 1.464.100.00
0
5 Keg Kesbangpol
Program Pengawasan OA dan LA
Terlaksananya Permendagri No. 49 Th 2010 dan Permendagri No. 50 Th 2010
1 Lap 474.250.00
0 3 Lap
521.675.000
4 Lap 573.842.50
0 2 Lap 631.226.700 3 Lap 694.349.300
Kesbangpol
Pemulihan Wilayah Pasca Konflik
Cakupan wilayah dengan Early warning sistem dan dapat merespon berbagai konflik
11 Kab/kt
1.121.520.000
11 Kab/kt
1.233.672.000
11 Kab/kt
1.357.039.200
11 Kab/kt
1.492.743.100
11 Kab/kt
1.642.017.400
Kesbangpol
Program Pemantapan Bina Ideologi dan Bela Negara
Terlaksananya Sosialisasi Ideologi dan Bela Negara Bagi Aparatur dan Elemen Masyarakat
80 Org 1.040.000.0
00 80 Org
1.144.000.000
80 Org 1.258.400.0
00 80 Org
1.384.200.000
Kesbangpol
Program Pengembangan Data, Informasi/Statistik Daerah
Cakupan wilayah Pengembangan Data, Informasi/Statis
11
Kab/kt 500.000.00
0 11
kab/kt 550.000.00
0 11
kab/kt 605.000.00
0 11
Kab/kt 665.500.000
Kesbangpol
218
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
tik Daerah
Program pendidikan politik masyarakat
Cakupan wilayah dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam bidang politik
11 Kab/kt
1.475.800.000
11 Kab/kt
1.623.380.000
11 Kab/kt
1.785.718.000
11 Kab/kt
2.160.718.700
11 Kab/kt
2.376.790.570
Kesbangpol
Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam
Jumlah kegiatan Pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam terkoordinir dengan baik
1 Keg 600.000.0
00 1 Keg
660.000.000
1 Keg 726.000.00
0 1 Keg
878.460.000
1 Keg 966.306.000
Kesbangpol
Program Penguatan Peraturan Perundangan dan Kapasitas Kelembagaan
Penyusunan Peraturan Perundangan dan Kapasitas Kelembagaan Penanggulangan Bencana
3.000.000.
000
800.000.000
800.000.00
0
BPBD
Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana yang Terpadu
Rencana Penanggulangan Bencana di Kabupaten/Kota yang telah memiliki BPBD
1.000.000.
000
1.000.000.000
1.000.000.
000
1.000.000.000
BPBD
Program Penelitian, Pendidikan dan Pelatihan Kebencanaan
Penelitian, Pendidikan dan Pelatihan terkait Kebencanaan
600.000.0
00
4.600.000.000
8.000.000.
000
2.600.000.000
1.600.000.0
00
BPBD
Program Pencegahan dan Mitigasi Bencana
Pencegahan dan Mitigasi Bencana Gempa Bumi, Tsunami, Banjir, Longsor, Abrasi, Kekeringan, Kebakaran Hutan, Angin
76.550.000
.000
88.800.000.000
92.550.000
.000
78.400.000.000
73.750.000.
000
BPBD
219
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Puting Beliung, Epidemi dan Kegagalan Teknologi
Program Peningkatan Kapasitas dan Partisipasi Masyarakat serta Para Pemangku Kepentingan Lainnya dalam RPB
Peningkatan Sektor-Sektor Penunjang Kebencanaan
1.500.000.
000
1.500.000.000
1.500.000.0
00
2.500.000.000
3.300.000.0
00
BPBD
Program Siaga Bencana
Penyediaan Logistik Bencana dan Peralatan Bencana, Pembentukan Satuan Reaksi Cepat
4.000.000.
000
27.000.000.000
52.000.000
.000
4.000.000.000
5.000.000.0
00
BPBD
Program Darurat Bencana
Pengerahan Sumber Daya Darurat Bencana dan Pembentukan Komando Tanggap Darurat
5.000.000.
000
5.000.000.000
5.000.000.
000
5.000.000.000
5.000.000.0
00
BPBD
Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kerusakan Akibat Bencana
3.000.000.
000
3.000.000.000
3.000.000.
000
3.000.000.000
3.000.000.0
00
BPBD
Pemerintahan Umum
Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah
Persentase tugas lembaga perwakilan rakyat daerah yang dilaksanakan
86.339.235.
500
101.507.159.050
111.657.864
.955
121.823.651.450
134.006.016.
595
Sekretariat
DPR
220
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah
Persentase peningkatan dan pengelolaan keuangan daerah
80% 4.587.701.0
00 85%
5.500.000.000
90% 6.300.000.
000 95%
7.500.000.000
100% 9.000.000.0
00
100% Dispenda
Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah
23.713.850.
000
25.297.425.000
26.500.000
.000
27.000.000.000
28.000.000.
000
BPKAD
Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/kota
3.673.950.
000
6.317.100.000
7.000.000.
000
8.000.000.000
9.000.000.0
00
BPKAD
Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH
Efektivitas dan efisiensi sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH
105 7.920.531.0
00 115
8.800.000.000
128 8.888.000.
000 141
9.700.000.000
156 12.197.000.0
00
Inspektorat
Program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan
Persentase tugas pemeriksanaan dan pengawasan yang dilaksanakan
86 1.396.575.0
00 110
1.540.000.000
120 1.600.000.
000 131
1.760.000.000
146 1.900.000.0
00
Inspektorat
Program penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan
Ketersediaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan
8 550.000.00
0 9
550.000.000
9 610.000.00
0 10
6.000.000.000
Inspektorat
Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi
17.000.000.
000
10.000.000.000
11.000.000.
000
12.000.000.00
Biro Umum
Program Optimalisasi
Banyaknya informasi yang
1 pkt
241.860.000
241.860.00
0
278.139.000
1 pkt 319.859.00
0 1 pkt 367.837.000
Badan Narkotika
221
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Pemanfaatan Teknologi Informasi
dapat di terima masyarakat
Peningkatan peran serta masyarakat dalam perolehan informasi
Presentase partisipasi masyarakat dalam menyampaikan informasi penyalahgunaan narkoba
1 pkt 264.000.00
0 1 pkt
264.000.000
1 pkt 303.600.00
0 1 pkt
349.140.000
1 pkt 401.511.000
Badan
Narkotika
Peningkatan SDM Aparatur BNPPapua Barat
Presentese tenaga teknis di bidang P4GN
248.510.000
1 pkt 285.786.00
0 pkt
329.253.800
1 pkt 378.640.000
Badan
Narkotika
Kerja sama informasi dengan media massa
Presentase informasi kegiatan yang disampaikan lewat media massa
1 pkt 375.000.00
0 1 pkt
431.250.000
1 pkt 495.937.000
Badan
Narkotika
Peningkatan kinerja dan kualitas petugas pengolah data dan informasi
Presentase sumberdaya Aparatur yang terbina
238.710.00
0 1 pkt
274.516.000
1 pkt 315.693.40
0 1 pkt 363.347.000
Badan
Narkotika
Program mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat
persentase pengaduan masyarakat yang terselesaikan
15 (__%) 600.000.00
0 17 (__%)
660.000.000
20 (__%)
720.000.000
22 (__%)
800.000.000
Inspektorat
Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah
Keterpaduan wilayah se Provinsi
500.000.000
625.000.00
0
781.250.000
1.015.625.00
0
Biro
Pemerintahan
Program Penataan Peraturan PerUndang-Undangan
Tersedianya Produk Hukum Daerah yang akuntabel
80% 1.100.000.0
00 85%
1.600.000.000
90% 1.800.000.
000 95%
2.500.000.000
100% 3.500.000.0
00
Dispenda
Program Penataan Daerah Otonomi Baru
5.000.000.000
6.250.000.
000
8.437.500.000
11.390.625.0
00
Biro Pemerintah
an
Peningktan dan Pengembangan Pengelolaan
12.000.000
.000
12.500.000.000
13.000.000.
000
13.500.000.000
14.000.000.
000
BPKAD
222
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Barang Milik Daerah
Program Peningkatan Penerimaan Daerah
Presentase Peningkatan Penerimaan Daerah
80% 1.484.000.
000 85%
1.850.000.000
85% 2.800.000.
000 95%
3.500.000.000
100% 5.000.000.0
00
Dispenda
Program Pengembangan Sarana dan Prasarana Kerja Dalam Peningkatan Pajak & Retribusi Daerah
Terpenuhi Sarana Prasarana Kerja Dalam Peningaktan Pajak Retribusi Daerah
80% 2.632.318.0
00 85%
3.500.000.000
85% 4.000.000.0
00 95%
5.000.000.000
100% 6.000.000.00
0
Dispenda
Program Pembangunan Daerah dan Wilayah
50.000.00
0.000
50.020.000.000
50.030.000
.000
50.040.000.000
50.050.000.
000
BPKS
Program Peningkatan Kesejahteraan Anggota Korpri
689.297.00
0
758.226.700
834.049.37
0 917.454.307
1.009.199.738
Korpri
Program Unggulan
689.297.00
0
32.050.000.000
7.030.000.
000
5.958.000.000
13.533.800.0
00
Korpri
Program Bimbingan Mental dan Rohani
800.000.00
0
880.000.000
968.000.00
0
1.064.800.000
Korpri
Kepegawaian
Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur
Persentase aparatur pemerintah memenuhi standar kualifikasi
850.000.0
00
Dispenda
Program pembinaan dan pengembangan aparatur
Persentase aparatur yang dibina
6.685.350.
000
7.353.885.000
8.089.273.5
00
8.898.200.900
9.788.020.9
00
Kepegawaia
n Daerah
Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung
Statistik
Program pengembangan data/informasi/statistik daerah
Pemenuhan data/informasi/statistik daerah
2.486.209.
000
2.734.829.900
3.008.312.8
90
3.309.144.179
3.640.058.5
97
Bappeda
223
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Kearsipan
Komunikasi dan Informatika
Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa
Ketimpangan akses masyarakat terhadap informasi
9.000.000.
000
11.000.000.000
13.250.000.
000
14.500.000.000
16.500.000.
000
Perhubunga
n
Program pengkajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi
Jumlah pengkajian dan penelitian yang diselenggarakan
1.000.000.
000
1.350.000.000
1.600.000.
000
1.950.000.000
Program fasilitasi Peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi
Jumlah pendidikan dan latihan yang diselenggarakan
300.000.0
00
375.000.000
450.000.00
0
490.000.000
550.000.000
Program kerjasama informasi dengan media massa
Persentase informasi kegiatan yang disampaikan lewat media massa
950.000.00
0
1.350.000.000
1.600.000.
000
1.900.000.000
Program Perencanaan dan Pengembangan Kegiatan Kominfo
100.000.00
0
225.000.000
1.000.000.
000
1.250.000.000
1.500.000.0
00
URUSAN PILIHAN Pertanian
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Persentase kesejahteraan petani meningkat
20% 2.787.000.
000 20%
2.787.000.000
20% 2.787.000.0
00 20%
2.787.000.000
20% 2.787.000.0
00
100% DPPKP
Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan)
Peningkatan ketahanan pangan wilayah
20% 4.000.000.
000 20%
4.000.000.000
20% 4.000.000.
000 20%
4.000.000.000
20% 4.000.000.0
00
100% DPPKP
Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan)
Peningkatan ketahanan pangan wilayah
20% 1.227.600.0
00 20%
1.227.600.000
20% 1.227.600.0
00 20%
1.227.600.000
20% 1.227.600.00
0
100% DPPKP
224
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Peningkatan ketahanan pangan wilayah
20%
1.999.400.000
20% 1.999.400.0
00 20%
1.999.400.000
20% 1.999.400.0
00 20%
1.999.400.000
100% DPPKP
Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Peningkatan ketahanan pangan wilayah
20%
1.710.000.000
20% 1.710.000.0
00 20%
1.710.000.000
20% 1.710.000.0
00 20%
1.710.000.000
100% DPPKP
Program Peningkatan Ketahanan Pangan
500.000.0
00
520.000.000
530.000.00
0
540.000.000
550.000.000
100% BPKS
Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan
Perluasan pasar produk pertanian
20% 2.500.000.
000 20%
2.500.000.000
20% 2.500.000.
000 20%
2.500.000.000
20% 2.500.000.0
00
100% DPPKP
Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan
Perluasan pasar produk pertanian
20% 5.250.000.
000 20%
5.250.000.000
20% 5.250.000.
000 20%
5.250.000.000
20% 5.250.000.0
00
100% DPPKP
Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan
Persentase pertanian berbasis teknologi
20% 2.049.000.
000 20%
2.049.000.000
20% 2.049.000.
000 20%
2.049.000.000
20% 2.049.000.0
00
100% DPPKP
Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan
Peningkatan hasil panen
20% 1.825.750.0
00 20%
1.825.750.000
20% 1.825.750.0
00 20%
1.825.750.000
20% 1.825.750.00
0
100% DPPKP
Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak
Persentase ternak yang terjangkit penyangkit
20% 1.500.000.
000 20%
1.500.000.000
20% 1.500.000.0
00 20%
1.500.000.000
20% 1.500.000.0
00
100% DPPKP
Program peningkatan produksi hasil peternakan
Peningkatan nilai produksi peternakan
20% 4.200.000.
000 20%
4.200.000.000
20% 4.200.000.
000 20%
4.200.000.000
20% 4.200.000.0
00
100% DPPKP
Program peningkatan penerapan teknologi peternakan
Persentase peternakan berbasis teknologi
20% 2.205.000.
000 20%
2.205.000.000
20% 2.205.000.
000 20%
2.205.000.000
20% 2.205.000.0
00
100% DPPKP
225
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Kehutanan
Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
Peningkatan Kontribusi Sektor Kehutanan
2.72 % 1.500.000.
000 14.54 %
8.000.000.000
21.81 % 12.000.000.
000 33.63 %
18.500.000.000
27.27 % 15.000.000.
000
100% Dishutbun
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Penurunan Jumlah Hutan dan Lahan Kritis
13.51%
1.250.000.000
19.60 % 6.000.000.
000 21.56 %
12.000.000.000
27.45 % 17.500.000.
000 21.56 %
8.000.000.000
100% Dishutbun
Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan
Sumberdaya Hutan Terlindungi
9.82 % 1.557.599.2
50 18.28 %
2.900.000.000
21.44 % 3.400.000.
000 3.30 %
3.750.000.000
26.80 % 4.250.000.0
00
100% Dishutbun
Program Pemanfaatan Kawasan Hutan Industri
Lahan Hutan Industri Terlantar yang dimanfaatkan
9.11 % 1.000.000.
000 37.81 %
4.150.000.000
28.98 % 3.325.000.0
00 22.78 %
2.500.000.000
100% Dishutbun
Program Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan
Presentase Industri Hasil Hutan Yang Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan
15.89 % 850.000.00
0 23.36 %
1.250.000.000
28.04% 1.500.000.0
00 32.71 %
1.750.000.000
100% Dishutbun
Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan
Kesesuaian Dengan RTRW
14,30% 1.000.000.
000 21.42 %
1.500.000.000
28.57 % 2.000.000.
000 35.71 %
2.500.000.000
100% Dishutbun
Program Inventarisasi Hutan dan Pementapan Kawasan Hutan
Inventarisasi dan Tata Batas Hutan
26.39 % 4.750.000.
000 29.17 %
5.250.000.000
23.61 % 4.250.000.
000 20.83 %
3.750.000.000
100% Dishutbun
Program Pengelolaan Carbon Trade (REDD Plus)
Pencegahan dan Penanggulangan Gas Rumah Kaca
12.5 % 500.000.00
0 25%
1.000.000.000
25% 1.000.000.
000 37.5 %
1.500.000.000
100% Dishutbun
Program Penyuluhan dan Penguatan Kapasitas Kelembagaan SDM Kehutanan
Operasional Penyuluhan Kehutanan berjalan efektif
20.29 % 700.000.00
0 24.64 %
850.000.000
26.09 % 900.000.00
0 28.99 %
1.000.000.000
100% Dishutbun
Energi dan Sumberdaya
226
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Mineral
Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan mineral dan batubara
Terlaksananya pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan
55% 7.024.060.
000 65%
7.524.060.000
70% 8.652.669.
000 80%
9.950.569.350
85% 11.443.154.75
3
85% Distamben
Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan
Terlaksananya pembinaan dan Pengembangan Bidang Ketenagalistrikan
40% 17.312.785.
000 42%
17.117.142.000
55% 19.684.713.
300 62%
22.637.420.295
68% 26.033.033.3
39
68% Distamben
Program Kerjasama Antar Pemerintah Daerah
Terlaksananya Kerjasama Antar Pemerintah Daerah
100% 600.000.0
00 100%
650.000.000
100% 747.500.00
0 100%
859.625.000
100% 988.568.750
100% Distamben
Program Pembinaan dan Pengawasan Usaha Migas
Terlaksananya Pembinaan dan Pengawasan Usaha Migas
4 kab 319.100.00
0 6 Kab
2.000.000.000
6 kab 2.300.000.
000 6 kab
2.645.000.000
6 kab 3.041.750.00
0
10 kab / 1
Kota Distamben
Program Pengelolaan Potensi Air Bawah Tanah
Terlaksananya Pengelolaan Potensi Air Bawah Tanah
8 titik
bor dan bak air
2.844.590.000
15 titik bor dan bak air
3.598.536.000
15 titik bor dan bak air
4.138.316.400
25 titik bor dan bak air
6.750.000.000
30 titik bor dan bak air
8.276.632.800
93 titik bor dan bak air
Distamben
Program Pengembangan Sumber Daya Geologi Daerah
Terlaksananya Pengembangan Sumber Daya Geologi Daerah
1 kab 625.410.00
0 2 kab
2.600.000.000
2 kab 3.400.000.
000 3 kab
4.200.000.000
3 kab 4.830.000.0
00
10 kab / 1
Kota Distamben
Program Pengelolaan Potensi Sumberdaya Energi Baru dan Terbarukan
terkelolanya Potensi Sumberdaya Energi Baru dan Terbarukan di ProvinsiPapua Barat
6 kab 6.000.000.
000 6 kab
6.000.000.000
4 kab 10.000.000
.000 4 kab
13.000.000.000
- 4 PLTMH, - 4PLTS
Terpusat - 2 Tersebar
Distamben
Program Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Melalui Pengelolaan Sumber Daya
Meningkatnya Ekonomi Kerakyatan Melalui Pengelolaan Sumber Daya Geologi di
3
paket/lokasi
180.000.000
4 paket/lokasi
260.000.000
5 paket/lokasi
350.000.000
6 paket/ lokasi
402.500.000
18 paket/loka
si Distamben
227
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Geologi Provinsi Papua Barat
Program Pembinaan dan Pengendalian Lingkungan Pertambangan
Terkendalinya Lingkungan pertambangan di Provinsi Papua Barat
4 kab 2.000.000.
000 4 kab
2.300.000.000
4 kab 2.645.000.
000 4 kab
3.041.750.000
10 kab / 1 Kota
Distamben
Pariwisata
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
4 Keg. 1.943.650.0
00
12 Keg. 6.759.000.
000
13 Keg. 8.399.000.
000
13 Keg 15.710.880.
000
15 Keg. 16.560.880.
000
57 Keg.
BUDPAR 7.02 % 21,06% 22,80% 22,80% 26,32%
100%
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
6 Keg. 6.677.085.
000
20 Keg. 98.712.837.
000
17 Keg. 64.697.000
.000
15 keg. 33.572.000.
000
15 Keg. 20.250.000.
000
73 Keg.
BUDPAR 8,22% 27,40% 23,28% 20,55% (%)
100%
Program Pengembangan Kemitraan
Jumlah kegiatan kemitraan pariwisata
6 Keg. 4.419.881.0
00
6 Keg 5.319.881.0
00
6 Keg. 5.919.881.0
00
6 Keg 6.319.881.00
0
24 Keg.
BUDPAR 25,00% 25,00% 25,00% 25,00%
100%
Kelautan dan Perikanan
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
Peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir
11
Kab/Kota
250.000.000
11 Kab/Ko
ta
500.000.000
11 Kab/Ko
ta
750.000.000
11 Kab/Ko
ta
1.000.000.000
11 Kab/Ko
ta
1.250.000.000
11
Kab/Kota DKP
Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan
Partisipasi masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan
11 Pokwas
-mas
250.000.000
11 Pokwas
-mas
500.000.000
11 Pokwas
-mas
750.000.000
11 Pokwas
-mas
1.000.000.000
11 Pokwas
-mas
1.250.000.000
22 Pokwas-mas
DKP
Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut
Jumlah kasus pelanggaran pendayagunaan sumberdaya laut yang ditindak
3 Kasus 250.000.00
0 5 Kasus
500.000.000
7 Kasus 750.000.00
0 9 Kasus
1.000.000.000
12 Kasus
1.250.000.000
15 Kasus DKP
Program peningkatan mitigasi bencana
Penerapan mitigasi bencana di
1 Kawasa
n
300.000.000
2 Kawasa
n
600.000.000
3 Kawasa
n
900.000.000
4 Kawasa
n
1.200.000.000
5 Kawasa
n
1.500.000.000
6 Kawasan DKP
228
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
alam laut dan prakiraan iklim laut
kawasan pesisir
Program peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan maritin kepada masyarakat
Jumlah kampung pesisir yang tercerdaskan
2 kampu
ng
500.000.000
4 kampu
ng
750.000.000
6 kampu
ng
1.000.000.000
8 kampu
ng
1.250.000.000
10 kampu
ng
1.500.000.000
12 kampung
DKP
Program pengembangan budidaya perikanan
Pertumbuhan nilai produksi budidaya perikanan
20
Pokdakan
2.000.000.000
40 Pokdak
an
4.000.000.000
60 Pokdak
an
6.000.000.000
80 Pokdak
an
8.000.000.000
100 Pokdak
an
10.000.000.000
100
Pokdakan DKP
Program pengembangan perikanan tangkap
Pertumbuhan nilai produksi perikanan tangkap
20 KUB 2.500.000.
000 40 KUB
5.000.000.000
60 KUB 7.500.000.
000 80 KUB
10.000.000.000
100 KUB
12.500.000.000
100 KUB DKP
Program pegembangan sistem penyuluhan perikanan
Terciptanya sistem penyuluhan perikanan baru yang efektif
1
Kelompok
250.000.000
2 Kelomp
ok
500.000.000
3 Kelomp
ok
750.000.000
4 Kelomp
ok
1.000.000.000
5 Kelomp
ok
1.250.000.000
6 Kelompok
DKP
Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan
Pertumbuhan nilai produksi perikanan
20 Poklahs
ar
1.000.000.000
40 Poklahs
ar
2.000.000.000
60 Poklahs
ar
3.000.000.000
80 Poklahs
ar
4.000.000.000
100 Poklahs
ar
6.000.000.000
100 Poklahsar
DKP
Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar
Persentase kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar yang dikembangkan
3 Kawasa
n
7.500.000.000
3 Kawasa
n
10.000.000.000
3 Kawasa
n
12.500.000.000
3 Kawasa
n
15.000.000.000
3 Kawasa
n
17.500.000.000
6 Kawasan DKP
Program Peningkatan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan
Persentase SDM Perikanan yang efektif
11
Kab/Kota
300.000.000
11 Kab/Ko
ta
400.000.000
11 Kab/Ko
ta
500.000.000
11 Kab/Ko
ta
600.000.000
11 Kab/Ko
ta 700.000.000
11 Kab/Kota
DKP
Program Peningkatan Manajemen Informasi kelautan dan Perikanan
Persentase Manajemen Data dan Informasi Kelautan dan
11
Kab/Kota
200.000.000
11 Kab/Ko
ta
300.000.000
11 Kab/Ko
ta
400.000.000
11 Kab/Ko
ta
500.000.000
11 Kab/Ko
ta
600.000.000
11 Kab/Kota
DKP
229
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Perikanan yang akurat
Program Pengawasan, Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan
Terciptanya sistem pengawasan dan pengelolaan Sumber Daya Kelautan
11 Kab/Ko
ta
500.000.000
11 Kab/Ko
ta
500.000.000
11 Kab/Ko
ta
500.000.000
11 Kab/Ko
ta
500.000.000
11 Kab/Ko
ta 500.000.000
11 Kab/Kota
DKP
Program Pembinaan dan Pengelolaan Kelautan dan Perikanan
Terbinanya masyarakat dalam pengelolaan kelautan dan perikanan
11 Kab/Ko
ta
2.000.000.000
11 Kab/Ko
ta
2.000.000.000
11 Kab/Ko
ta
2.000.000.000
11 Kab/Ko
ta
2.000.000.000
11 Kab/Ko
ta
2.000.000.000
11 Kab/Kota
DKP
Program Monitoring dan Evaluasi
Terkendalinya program dan kegiatan kelautan dan perikanan
11
Kab/Kota
200.000.000
11 Kab/Ko
ta
300.000.000
11 Kab/Ko
ta
400.000.000
11 Kab/Ko
ta
500.000.000
11 Kab/Ko
ta
600.000.000
11 Kab/Kota
DKP
Program Pengelolaan dan Pemberdayaan Wilayah Laut, Pesisir, Pulau-pulau Kecil dan Kawasan Konservasi
Penerapan Pengelolaan dan Pemberdayaan Wilayah Laut, Pesisir, Pulau-pulau Kecil dan Kawasan Konservasi
11 Kawasa
n
2.000.000.000
11 Kawasa
n
2.000.000.000
11 Kawasa
n
2.000.000.000
11 Kawasa
n
2.000.000.000
11 Kawasa
n
2.000.000.000
11 Kawasan DKP
Program Pengembangan Sarana dan Prasarana Kelautan dan Perikanan
Persentase Sarana dan Prasarana Kelautan dan Perikanan yang dikembangkan
7 Unit 8.000.000.
000 8 Unit
10.000.000.000
9 Unit 12.000.000.
000 10 Unit
14.000.000.000
11 Unit 16.000.000.
000
11 Unit DKP
Program Pengembangan Sumber Daya Perikanan
Persentase Sumber Daya Perikanan yang dikelola
1
Kebijakan
500.000.000
2 Kebijak
an
500.000.000
3 Kebijak
an
500.000.000
3 Kebijak
an
500.000.000
4 Kebijak
an 500.000.000
5
Kebijakan DKP
Perdagangan
Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan
2.885.000.
000
3.295.000.000
3.915.000.0
00
4.195.000.000
4.520.000.0
00
Disperindag
230
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Perdagangan
Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional
800.000.0
00
850.000.000
950.000.00
0
950.000.000
1.050.000.0
00
Disperindag
Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor
2.200.000.
000
2.300.000.000
2.350.000.
000
2.750.000.000
2.850.000.0
00
Disperindag
Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri
6.695.000.
000
7.080.000.000
7.950.000.
000
8.150.000.000
8.750.000.0
00
Disperindag
Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan.
2.000.000.
000
2.100.000.000
2.100.000.0
00
2.000.000.000
2.000.000.0
00
Disperindag
Perindustrian
Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
Pertumbuhan industri kecil dan menengah
5.400.000.
000
3.650.000.000
3.800.000.
000
4.000.000.000
4.100.000.0
00
Disperindag
Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
Persentase industri yang memenuhi standar
950.000.0
00
1.150.000.000
1.350.000.0
00
1.500.000.000
1.650.000.0
00
Disperindag
Program Penataan Struktur Industri
Jumlah industri yang saling terkait
11
200.000.000
11 250.000.00
0 11
250.000.000
11 250.000.00
0 11 300.000.000
Disperindag
Pengembangan Industri Pengelolaan Hasil Laut
Jumlah Usaha dan Bantuan Peralatan
4 usaha,
2 peralat
an
850.000.000
4 usaha,
2 peralat
an
1.050.000.000
4 usaha,
2 peralat
an
1.200.000.000
4 usaha,
2 peralat
an
1.400.000.000
4 usaha,
2 peralat
an
1.450.000.000
Disperindag
Transmigrasi
Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi
Kemandirian kawasan transmigrasi
100% 1.000.000.
000 100%
1.500.000.000
100% 2.000.000.
000 100%
2.500.000.000
100% 2.750.000.0
00
Duknakertra
ns
231
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM
PRIORITAS PEMBANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA
AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
SKPD
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 TARGET AKHIR PERIODE
Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
Program Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi
Persentase kawasan transmigrasi yang penduduknya mendapatkan pembinaan
100% 3.320.085.
000 100%
3.500.000.000
100% 3.750.000.
000 100%
4.000.000.000
100% 4.500.000.0
00
Duknakertra
ns
Program Transmigrasi lokal
Jumlah kawasan yang Dibina dengan Skema Transmigrasi
1 9.465.190.
000 2
17.000.000.000
2 19.000.000
.000 2
21.000.000.000
2 23.000.000.
000
Duknakertra
ns
Program Pembangunan Kawasan Transmigrasi
Persentase rumah di kawasan transmigrasi yang memenuhi kriteria 2C dan 4 L
> 30% 1.373.855.0
00 > 40%
1.500.000.000
> 50% 1.650.000.0
00 > 60%
1.800.000.000
> 70% 2.000.000.0
00
Duknakertra
ns
232
Tabel 8-2. Indikasi Rencana Program Prioritas Otsus yang Disertai Kebutuhan Pendanaan
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAH DAN
PROGRAM PRIORITAS
PEMGANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA DAN KEBUTUHAN PENDANAAN
SKPD Tahun ke-
1 Tahun ke-2
Tahun ke-3
Tahun ke-4 Tahun ke-5 Target Akhir
Periode
Target
Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
PENDIDIKAN
1 Program pendidikan gratis bagi orang Papua
Persentase siswa Papua yang mendapat pendidikan gratis
2
Program wajib melek huruf dini bagi orang Papua
AMH siswa SD
3
Program wajib melek huruf dewasa bagi orang Papua
AMH dewasa
4 Program SD kecil tingkat kampung
Persentase kampung dengan SD kecil
5 Program sekolah pola asrama tingkat distrik
Persentase distrik dengan sekolah pola asrama
6
Program pengiriman tenaga pengajar ke kampung terpencil dan kampung terisolir
Persentase kampung yang didatangi tenaga pengajar
7
Program pelibatan dan pembinaan orang tua siswa Papua dalam lembaga pendidikan
Persentase orang tua siswa terlibat
233
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAH DAN
PROGRAM PRIORITAS
PEMGANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA DAN KEBUTUHAN PENDANAAN
SKPD Tahun ke-
1 Tahun ke-2
Tahun ke-3
Tahun ke-4 Tahun ke-5 Target Akhir
Periode
Target
Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
8
Program pendidikan guru bagi orang Papua
Jumlah guru Papua yang dididik
9
Program beasiswa ilmu khusus berbasis keunggulan lokal Papua Barat
Persentase siswa Papua yang mendapat beasiswa
10
Program penyesuaian kurikulum dengan muatan lokal Papua Barat
Jumlah kurikulum yang disesuaikan
11
Program kemitraan pendidikan dengan lembaga agama, lembaga adat, dan lembaga masyarakat
Persentase sekolah dengan program kemitraan
12
Program dana stimulus bagi tenaga pengajar di daerah terpencil dan daerah terisolir
Persentase tenaga pengajar yang mendapat dana stimulus
13
Program sekolah kejuruan berbasis keunggulan lokal Papua Barat
Persentase distrik memiliki sekolah kejuruan berbasis keunggulan lokal
14 Program taman penitipan anak Papua
Persentase kampung memiliki taman penitipan anak Papua
234
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAH DAN
PROGRAM PRIORITAS
PEMGANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA DAN KEBUTUHAN PENDANAAN
SKPD Tahun ke-
1 Tahun ke-2
Tahun ke-3
Tahun ke-4 Tahun ke-5 Target Akhir
Periode
Target
Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
15 Program taman bacaan kampung bagi orang Papua
Persentase kampung memiliki taman bacaan
16
Program pembentukan perilaku gender dan life skill terkait pendidikan bagi orang Papua
Persentase kampung mendapat pembinaan
17 Program jaminan pendidikan bagi orang Papua
Persentase orang Papua mendapat jaminan pendidikan
KESEHATAN
1
Program pelayanan kesehatan door to door bagi orang Papua
Persentase orang Papua sakit terlantar
2 Program jaminan kesehatan bagi orang Papua
Persentase orang Papua mendapat jaminan kesehatan
3
Program pelayanan kesehatan dan obat-obatan gratis bagi orang Papua
Persentase orang Papua mendapat layanan dan obat gratis
4
Program pengembangan obat-obatan tradisional Papua
Jumlah obat tradisional dikembangkan
5
Program pengembangan cara-cara pengobatan
Jumlah cara pengobatan tradisional dikembangkan
235
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAH DAN
PROGRAM PRIORITAS
PEMGANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA DAN KEBUTUHAN PENDANAAN
SKPD Tahun ke-
1 Tahun ke-2
Tahun ke-3
Tahun ke-4 Tahun ke-5 Target Akhir
Periode
Target
Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
tradisional Papua
6
Program pembinaan tenaga kesehatan tradisional Papua
Jumlah tenaga kesehatan tradisional dibina
7
Program pencegahan dan pengobatan khusus HIV, kusta, dan malaria bagi orang Papua
Persentase pengidap HIV, kusta, dan malaria
8
Program pengiriman dan pendisiplinan tenaga kesehatan ke ke kampung terpencil dan kampung terisolir
Persentase kampung yang didatangi tenaga kesehatan
9
Program kemitraan kesehatan dengan lembaga agama, lembaga adat, dan lembaga masyarakat
Persentase prasarana kesehatan dengan program kemitraan
10
Program pembangunan prasarana dan sarana kesehatan tingkat kampung
Persentase kampung memiliki prasarana dan sarana kesehatan
11
Program perencanaan dan pengendalian keluarga Papua
Pertumbuhan jumlah orang Papua
236
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAH DAN
PROGRAM PRIORITAS
PEMGANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA DAN KEBUTUHAN PENDANAAN
SKPD Tahun ke-
1 Tahun ke-2
Tahun ke-3
Tahun ke-4 Tahun ke-5 Target Akhir
Periode
Target
Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
12
Program pembentukan perilaku gender dan life skill terkait kesehatanbagi orang Papua
Persentase kampung mendapat pembinaan
13
Program rujukan kesehatan bagi orang Papua
Persentase pasien sakit berat dirujuk
INFRASTRUKTUR
1 Program rumah layak huni bagi orang Papua
Persentase keluarga Papua memiliki rumah layak
2
Program penyediaan sanitasi bagi permukiman dan perumahan orang Papua
Persentase permukiman dan rumah memiliki sanitasi
3
Program penyediaan air bersih bagi permukiman dan perumahan orang Papua
Persentase permukiman dan rumah memiliki air bersih
4
Program penyediaan listrik bagi perumahan dan permukiman orang Papua
Persentase permukiman dan rumah memiliki listrik
5
Program penyediaan telekomunikasi yang menjangkau kampung terpencil dan terisolir
Persentase kampung terjangkau telekomunikasi
237
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAH DAN
PROGRAM PRIORITAS
PEMGANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA DAN KEBUTUHAN PENDANAAN
SKPD Tahun ke-
1 Tahun ke-2
Tahun ke-3
Tahun ke-4 Tahun ke-5 Target Akhir
Periode
Target
Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
6
Pembukaan akses transportasi ke seluruh kampung terpencil dan terisolir
Persentase kampung terisolir
7
Program pengelolaan sampah dan pembinaan orang Papua dalam mengelola sampah
Persentase kampung dengan pengelolaan sampah mandiri
EKONOMI RAKYAT
1
Program pengembangan sistem usaha mikro bagi orang Papua
Pertumbuhan unit usaha mikro
2
Program pembinaan usaha mini mikro bagi orang Papua
Persentase usaha mini mikro terbina
3
Program pengembangan pertanian tanaman pangan pokok orang Papua (keladi, jagung, ubi, kacang-kacangan, bunga pepaya, dan sebagainya)
Persentase kampung terpencil memiliki lahan pertanian tanaman pangan pokok
4
Program pengembangan tanaman perkebunan khas Papua (pala, sagu, dan sebagainya)
Persentase kabupaten memiliki perkebunan tanaman khas Papua
238
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAH DAN
PROGRAM PRIORITAS
PEMGANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA DAN KEBUTUHAN PENDANAAN
SKPD Tahun ke-
1 Tahun ke-2
Tahun ke-3
Tahun ke-4 Tahun ke-5 Target Akhir
Periode
Target
Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
5
Program pengelolaan kawasan lindung sekitar permukiman orang Papua
Persentase permukiman sekitar kawasan lindung terbina
6
Program pengembangan peternakan hewan khas orang Papua (babi, rusa, dan sebagainya)
Persentase kampung memiliki peternakan hewan khas Papua
7
Program pengelolaan kawasan dan pembinaan orang Papua dengan skema transmigrasi lokal
Jumlah kawasan per kabupaten yang dibina dengan skema transmigrasi
8
Program pembukaan lapangan kerja bagi orang Papua
Persentase tenaga kerja terserap
9
Program pengelolaan pariwisata berbasis Orang Papua
Persentase ODTW dikelola orang Papua
10
Program pengelolaan carbon trade
Persentase hutan lindung dikelola
11
Program pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja dan usaha bagi tenaga kerja pemuda Papua
Persentase pemuda Papua dididik dan dilatih
239
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAH DAN
PROGRAM PRIORITAS
PEMGANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA DAN KEBUTUHAN PENDANAAN
SKPD Tahun ke-
1 Tahun ke-2
Tahun ke-3
Tahun ke-4 Tahun ke-5 Target Akhir
Periode
Target
Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
12
Program pengembangan mata pencaharian berkelanjutan berbasis pelatihan SDM Papua
Persentase kampung memiliki mata pencaharian utama yang berkelanjutan
13
Program pemberian dan perputaran modal kerja bagi orang Papua
Persentase kampung memiliki modal kerja berputar
14
Program pengembangan lembaga kredit dan usaha bersama orang Papua
Persentase unit usaha milik orang Papua mendapat kredit
AFFIRMATIVE ACTION
1
Penyusunan regulasi penentuan kuota orang Papua dalam pemerintahan
Ketersediaan regulasi
2
Program rekruitmen orang Papua menjadi aparatur pemerintah
Persentase orang Papua dalam pemerintahan
3
Program pembinaan orang Papua dalam pemerintahan
Persentase aparatur pemerintah orang Papua yang dibina
4 Program promosi orang Papua dalam pemerintahan
Persentase aparatur pemerintah orang Papua yang mendapat
240
KODE
BIDANG URUSAN PEMERINTAH DAN
PROGRAM PRIORITAS
PEMGANGUNAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
KONDISI KINERJA AWAL RPJMD
(TAHUN 0)
CAPAIAN KINERJA DAN KEBUTUHAN PENDANAAN
SKPD Tahun ke-
1 Tahun ke-2
Tahun ke-3
Tahun ke-4 Tahun ke-5 Target Akhir
Periode
Target
Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp Target Rp
promosi
5
Penyusunan regulasi persyaratan izin usaha terkait pelibatan orang Papua
Ketersediaan regulasi
6
Penyusunan database kependudukan orang Papua
Ketersediaan database
7
Program pemetaan tanah ulayat
Ketersediaan peta tanah ulayat
8
Program pengelolaan administrasi hak ulayat
Ketersediaan peraturan administrasi hak ulayat
9
Penyusunan Perdasus dan Perdasi
Ketersediaan Perdasus dan Perdasi
10
Penyesuaian nomenklatur pada penyusunan data dan informasi statistik daerah
Kesesuaian nomenklatur statistik daerah
241
BAB IX
PENETAPAN INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN
Ukuran kinerja pembangunan yang disajikan dibawah ini terdiri dari program, indikator, dan target akhir
periode rencana, tepatnya pada Tahun 2016. Target yang ditetpkan berikut ini bersifat general, dimana
untuk mencapainya diperlukan target-target turunan yang ditetapkan berdasarkan program dan kegiatan
yang relevan. Indikator yang disajikan dipisahkan berdasarkan indikator umum pembangunan, indikator
capaian program implementasi Otsus, dan indikator capaian urusan wajib dan urusan pilihan.
242
Tabel 9-1. Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Papua Barat
NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA
PEMBANGUNAN DAERAH
KONDISI KINERJA
AWAL PERIODE RPJMD
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA
PADA AKHIR PERIODE RPJMD
2011 2012 2013 2014 2015 2016
ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
1.1. Pertumbuhan PDRB Migas 7,38% 7,41% 7,45% 7,48% 7,52% 7,55% 7,55%
Pertumbuhan PDRB Non Migas 11,74% 12,55% 13,36% 14,17% 14,98% 15,79% 15,79%
1.2. Laju inflasi provinsi 1,74
1.3. PDRB per kapita Migas
PDRB per kapita Non Migas
1.4. Indeks Gini
1.5. Pemerataan pendapatan versi Bank Dunia
40 persen terbawah
40 persen menengah
20 persen teratas
1.6. Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional)
1.7. Persentase penduduk miskin 31,92% 30,40% 28,69% 26,98% 25,27% 23,57% 23,57%
1.8. Angka kriminalitas yang tertangani
Fokus Kesejahteraan Masyarakat
1. Pendidikan
1.1. Angka melek huruf 94,50% 95,44% 96,38% 97,32% 98,26% 99,20% 99,20%
1.2. Angka rata-rata lama sekolah 8,50 8,77 9,04 9,31 9,58 9,85 9,85
1.3. Angka partisipasi kasar (APK)
SD/MI/Paket A
SMP/MTs/Paket B
SMA/SMK/MA/Paket C
PT
1.4. Angka pendidikan yang ditamatkan
243
NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA
PEMBANGUNAN DAERAH
KONDISI KINERJA
AWAL PERIODE RPJMD
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA
PADA AKHIR PERIODE RPJMD
2011 2012 2013 2014 2015 2016
SD/MI/Paket A
SMP/MTs/Paket B
SMA/SMK/MA/Paket C
PT
1.5. Angka Partisipasi Murni (APM)
SD/MI/Paket A 92,49% 93,09% 93,69% 94,29% 94,89% 95,49% 95,49%
SMP/MTs/Paket B 49,93% 50,30% 50,66% 51,03% 51,39% 51,76% 51,76%
SMA/SMK/MA/Paket C 44,02% 44,18% 44,34% 44,50% 44,66% 44,82% 44,82%
PT 7,86% 8,51% 9,16% 9,81% 10,46% 11,11% 11,11%
2. Kesehatan
2.1. Angka kelangsungan hidup bayi
2.2. Angka usia harapan hidup 69,17 69,56 69,95 70,34 70,74 71,13 71,13
2.3. Persentase balita gizi buruk
3. Pertanahan
3.1. Persentase penduduk yang memiliki lahan
4 Ketenagakerjaan
4.1. Rasio penduduk yang bekerja
Fokus Seni Budaya dan Olahraga
1. Kebudayaan
1.1. Jumlah grup kesenian
1.2. Jumlah gedung
2 Pemuda dan Olahraga
2.1. a. Jumlah klub olahraga
2.2. b. Jumlah gedung olahraga
ASPEK PELAYANAN UMUM
Fokus Layanan Urusan Wajib
1 Pendidikan
1.2.1. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
7-12
13-15
16 -18
19-24
244
NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA
PEMBANGUNAN DAERAH
KONDISI KINERJA
AWAL PERIODE RPJMD
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA
PADA AKHIR PERIODE RPJMD
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1.2.2 Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah
SD/MI
SMP/MTs
SMA/SMK/MA
1.2.3. Rasio guru terhadap murid
SD/MI
SMP/MTs
SMA/SMK/MA
1.2.4. Rasio guru terhadap murid per kelas rata- rata
SD/MI
SMP/MTs
SMA/SMK/MA
1.2.5. Penduduk yang berusia >15 Tahun melek huruf (tidak buta aksara)
1.3. Fasilitas Pendidikan:
1.3.1. Sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan baik
1.3.2. Sekolah pendidikan SMP/MTs kondisi bangunan baik
1.3.3 Sekolah pendidikan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik
1.4. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD):
1.4.1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
1.5. Angka Putus Sekolah:
1.5.1 Angka Putus Sekolah (APT) SD/MI
1.5.2 Angka Putus Sekolah (APT) SMP/MTs
1.5.3 Angka Putus Sekolah (APT) SMA/SMK/MA
1.6. AngkaKelulusan:
1.6.1. Angka Kelulusan (AL) SD/MI
1.6.2. Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs
1.6.3. Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA
1.6.4. Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs
1.6.5. Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA
1.6.6. Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV
245
NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA
PEMBANGUNAN DAERAH
KONDISI KINERJA
AWAL PERIODE RPJMD
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA
PADA AKHIR PERIODE RPJMD
2011 2012 2013 2014 2015 2016
2. Kesehatan
2.1. Rasio posyandu per satuan balita
2.2. Rasio (per satuan penduduk)
Puskesmas
Poliklinik
Pustu
2.3. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk
2.4. Rasio dokter per satuan penduduk
2.5. Rasio tenaga medis per satuan penduduk
2.6. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80%
2.7. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
90%
2.8. Cakupan Kampung/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 100%
2.9. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan 100%
2.10. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA
2.11. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD 100%
2.12. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 100%
2.13. Cakupan kunjungan bayi 90%
2.14. Cakupan puskesmas
2.15. Cakupan puskesmas pembantu
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 95%
Cakupan pelayanan nifas 90%
Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80%
Cakupan pelayanan anak balita 90%
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin
100%
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100%
Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 100%
246
NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA
PEMBANGUNAN DAERAH
KONDISI KINERJA
AWAL PERIODE RPJMD
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA
PADA AKHIR PERIODE RPJMD
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di kab/kota
100%
Cakupan Kampung/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam
100%
Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat cakupan Kampung siaga aktif
80%
3. PekerjaanUmum
3.1. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik
3.2. Rasio Jaringan Irigasi
3.3. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk
3.4. Persentase rumah tinggal bersanitasi
3.5. Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk
3.6. Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk
3.7. Rasio rumah layak huni
3.8. Rasio permukiman layak huni
3.9. Panjang jalan dilalui Roda 4
3.10. Jalan Penghubung dari ibukota Distrik ke kawasan pemukiman penduduk (mimal dilalui roda 4)
3.11. Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik ( > 40 KM/Jam )
3.12. Panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase/saluran pembuangan air ( minimal 1,5 m)
3.13. Sempadan jalan yang dipakai pedagang kaki lima atau bangunan rumah liar
3.14. Sempadan sungai yang dipakai bangunan liar
3.15. Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan aliran air tidak tersumbat
3.16. Pembangunan turap di wilayah jalan penghubung dan aliran sungai rawan longsor lingkup kewenangan kota
3.17. Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik
3.18. Lingkungan Pemukiman
4. Perumahan
247
NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA
PEMBANGUNAN DAERAH
KONDISI KINERJA
AWAL PERIODE RPJMD
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA
PADA AKHIR PERIODE RPJMD
2011 2012 2013 2014 2015 2016
4.1. Rumah pengguna air bersih 87,70% 90,16% 92,62% 95,08% 97,54% 100,00% 100,00%
4.2. Rumah pengguna listrik 78,77% 83,02% 87,26% 91,51% 95,75% 100,00% 100,00%
4.3. Rumah ber-Sanitasi 67,56% 74,05% 80,53% 87,02% 93,51% 100,00% 100,00%
4.4. Lingkungan pemukiman kumuh
4.5. Rumah layak huni
5. Penataan Ruang
5.1. Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB
5.2. Rasio bangunan ber- IMB per satuan bangunan
5.3. Ruang publik yang berubah peruntukannya
6. Perencanaan Pembangunan
6.1. Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yg telah ditetapkan dgn PERDA
6.2. Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD yg telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA
6.3. Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD yg telah ditetapkan dgn PERKADA
6.4. Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD
7. Perhubungan
7.1. Jumlah arus penumpang angkutan umum
7.2. Rasio ijin trayek
7.3. Jumlah uji kir angkutan umum
7.4. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis
7.5. Angkutan darat
7.6. Kepemilikan KIR angkutan umum
7.7. Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR)
7.8. Biaya pengujian kelayakan angkutan umum
7.9. Pemasangan Rambu-rambu
Angkutan umum yang melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan untuk jaringan jalan provinsi
100%
248
NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA
PEMBANGUNAN DAERAH
KONDISI KINERJA
AWAL PERIODE RPJMD
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA
PADA AKHIR PERIODE RPJMD
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tersedianya terminal angkutan penumpang tipe A pada setiap Provinsi untuk melayani angkutan umum dalam trayek.
100%
Tersedianya fasilitas perlengkapan jalan (rambu, marka dan guardrill) dan penerangan jalan umum (PJU) pada jalan Provinsi.
60%
Terpenuhinya standar keselamatan bagi angkutan umum yang melayani trayek Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP)
100%
Tersedianya SDM yang memiliki kompetensi sebagai pengawas kelaikan kendaraan pada perusahaan angkutan umum, pengelola terminal, dan pengelola perlengkapan jalan.
100%
Tersedianya angkutan sungai dan danau untuk melayani jaringan trayek antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi pada wilayah yang tersedia alur pelayaran sungai dan danau yang dapat dilayari.
75%
Tersedianya pelabuhan sungai dan danau untuk melayani kapal sungai dan danau yang beroperasi pada jaringan trayek antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi pada wilayah yang tersedia alur pelayaran sungai dan danau yang dapat dilayari.
60%
Terpenuhinya standar keselamatan bagi kapal sungai dan danau yang beroperasi pada trayek antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi.
100%
Tersedianya SDM yang memiliki kompetensi sebagai awak kapal angkutan sungai dan danau.
100%
Tersedianya kapal penyeberangan yang beroperasi pada lintas antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi yang menghubungkan jalan Provinsi yang terputus oleh perairan
75%
249
NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA
PEMBANGUNAN DAERAH
KONDISI KINERJA
AWAL PERIODE RPJMD
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA
PADA AKHIR PERIODE RPJMD
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tersedianya pelabuhan pada setiap ibukota Provinsi dan ibukota Kabupaten/Kota yang memiliki pelayanan angkutan penyeberangan yang beroperasi pada lintas antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi dan tidak ada alternatif jalan.
75%
Terpenuhinya standar keselamatan kapal dengan ukuran di bawah 7 GT dan kapal yang beroperasi pada lintas penyeberangan antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi.
100%
Tersedianya SDM yang memiliki kompetensi sebagai awak kapal penyeberangan dengan ukuran di bawah 7 GT.
100%
8. Lingkungan Hidup
8.1. Persentase penanganan sampah
8.2. Persentase Penduduk berakses air minum
8.3. Persentase Luas pemukiman yang tertata
8.4. Pencemaran status mutu air
8.5. Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Sumber Mata Air
8.6. Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal.
8.7. Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk
8.8. Penegakan hukum lingkungan
9. Pertanahan
9.1. Persentase luas lahan bersertifikat
9.2. Penyelesaian kasus tanah Negara
9.3. Penyelesaian izin lokasi
10. Kependudukan dan Catatan Sipil
10.1. Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk 100%
10.2. Rasio bayi berakte kelahiran 100%
10.3. Rasio pasangan berakte nikah
10.4. Kepemilikan KTP 100%
10.5. Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk 100%
10.6. Ketersediaan database kependudukan skala provinsi
10.7. Penerapan KTP Nasional berbasis NIK 100%
250
NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA
PEMBANGUNAN DAERAH
KONDISI KINERJA
AWAL PERIODE RPJMD
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA
PADA AKHIR PERIODE RPJMD
2011 2012 2013 2014 2015 2016
11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
11.1. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah
11.2. Partisipasi perempuan di lembaga swasta
11.3. Rasio KDRT
11.4. Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur
11.5. Partisipasi angkatan kerja perempuan
11.6. Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan
12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
12.1. Rata-rata jumlah anak per keluarga
12.2. Rasio akseptor KB
12.3. Cakupan peserta KB aktif 70%
12.4. Keluarga Pra Sejahtera
Keluarga Sejahtera I
13. Sosial
13.1. Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi
13.2. PMKS yg memperoleh bantuan sosial 80%
Panti sosial skala provinsi yang melaksanakan standar operasional pelayanan kesejahteraan sosial
60%
Panti sosial skala provinsi yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial
80%
Organisasi sosial/Yayasan/ LSM yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial luar panti.
60%
kabupaten/kota yang menggunakan sarana prasarana tanggap darurat lengkap untuk evakuasi korban bencana skala provinsi
80%
kabupaten/kota yang mengalami bencana memberikan bantuan sosial bagi korban bencana skala provinsi.
80%
kabupaten/kota yang menggunakan sarana prasarana tanggap darurat lengkap untuk evakuasi korban bencana skala provinsi.
80%
251
NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA
PEMBANGUNAN DAERAH
KONDISI KINERJA
AWAL PERIODE RPJMD
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA
PADA AKHIR PERIODE RPJMD
2011 2012 2013 2014 2015 2016
kabupaten/kota yang menyelenggarakan jaminan sosial bagi penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial.
40%
13.3. Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial
14. Ketenagakerjaan
14.1. Angka partisipasi angkatan kerja
14.2. Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun
14.3. Tingkat partisipasi angkatan kerja 70,29% 71,16% 72,03% 72,89% 73,76% 74,63% 74,63%
14.4. Pencari kerja yang ditempatkan
14.5. Tingkat pengangguran terbuka 6,73% 6,19% 5,64% 5,10% 4,56% 4,02% 4,02%
14.6. Keselamatan dan perlindungan
14.7. Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah
15. Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
15.1. Persentase koperasi aktif
15.2. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM
15.3. Jumlah BPR/LKM
15.4. Usaha Mikro dan Kecil
16 Penanaman Modal
16.1. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)
16.2. Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)
16.3. Rasio daya serap tenaga kerja
16.4. Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (milyar rupiah)
17 Kebudayaan
17.1. Penyelenggaraan festival seni dan budaya
17.2. Sarana penyelenggaraan seni dan budaya
17.3. Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan
18 Kepemudaan dan Olahraga
18.1. Jumlah organisasi pemuda
18.2. Jumlah organisasi olahraga
18.3. Jumlah kegiatan kepemudaan
18.4. Jumlah kegiatan olahraga
252
NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA
PEMBANGUNAN DAERAH
KONDISI KINERJA
AWAL PERIODE RPJMD
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA
PADA AKHIR PERIODE RPJMD
2011 2012 2013 2014 2015 2016
18.5. Gelanggang / balai remaja (selain milik swasta)
18.6. Lapangan olahraga
19 Kesatuan Bangsadan Politik Dalam Negeri
19.1. Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP
19.2. Kegiatan pembinaan politik daerah
20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
20.1. Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk
20.2. Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk
20.3. Rasio Pos Siskamling per jumlah Kampung/kelurahan
20.4. Pertumbuhan ekonomi
20.5. Kemiskinan
20.6. Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan adiministrasi pemerintah
20.7. Penegakan PERDA
20.8. Cakupan patroli petugas Satpol PP
20.9. Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) di Kabupaten
70%
20.10. Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten 50%
20.11. Cakupan pelayanan bencana kebakaran kabupaten 25%
20.12. Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)
75%
20.13. Cakupan sarana prasarana perkantoran pemerintahan Kampung yang baik
20.14. Sistim Informasi Manajemen Pemda
20.15. Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat
21. Ketahanan Pangan
21.1. Regulasi ketahanan pangan
21.2. Ketersediaan pangan utama
22. Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung
253
NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA
PEMBANGUNAN DAERAH
KONDISI KINERJA
AWAL PERIODE RPJMD
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA
PADA AKHIR PERIODE RPJMD
2011 2012 2013 2014 2015 2016
22.1. Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM)
22.2. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK
22.3. Jumlah LSM
22.4. LPM Berprestasi
22.5. PKK aktif
22.6. Posyandu aktif
22.7. Swadaya Masyarakat terhadap Program pemberdayaan masyarakat
22.8. Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan masyarakat
23. Statistik
23.1. Buku ”kabupaten dalam angka”
23.2. Buku ”PDRB kabupaten”
24. Kearsipan
24.1. Pengelolaan arsip secara baku
24.2. Peningkatan SDM pengelola kearsipan
25. Komunikasi dan Informatika
25.1. Jumlah jaringan komunikasi
25.2. Rasio wartel/warnet terhadap penduduk
25.3. Jumlah surat kabar nasional/lokal
25.4. Jumlah penyiaran radio/TV lokal
25.5. Web site milik pemerintah daerah
25.6. Pameran/expo
26. Perpustakaan
26.1. Jumlah perpustakaan
26.2. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun
26.3. Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah
Fokus Layanan Urusan Pilihan
1. Pertanian
1.1. Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar
1.2. Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB
254
NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA
PEMBANGUNAN DAERAH
KONDISI KINERJA
AWAL PERIODE RPJMD
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA
PADA AKHIR PERIODE RPJMD
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1.3. Kontribusi sektor pertanian (palawija) terhadap PDRB
1.4. Kontribusi subsektor perkebunan (tanaman keras) terhadap PDRB
1.5. Kontribusi Produksi kelompok petani terhadap PDRB
1.6. Cakupan bina kelompok petani
2. Kehutanan
2.1. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis
2.2. Kerusakan Kawasan Hutan
2.3. Kontribusi subsektor kehutanan terhadap PDRB
3. Energi dan Sumber Daya Mineral
3.1. Pertambangan tanpa ijin
3.2. Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB
4. Pariwisata
4.1. Kunjungan wisata
4.2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB
5. Kelautan dan Perikanan
5.1. Produksi perikanan (ton) 980 1074 1116 1165 1204 1225 1204 atau 5539
(kumulatif)
5.1.1 Perikanan tangkap (ton) 116 118 120 122 124 125 125 atau
600 (kumulatif)
5.1.2 Perikanan Budidaya (ton) 64 122 143 167 189 200 189 atau
685 (kumulatif)
5.1.3 Olahan (ton) 800 834 853 876 891 900 891 atau
4254 (kumulatif)
5.2. Konsumsi ikan (Kg/KAP/thn) 31,46 31,92 40,21 40,34 41,01 42 (41,01)
5.3. Cakupan bina kelompok nelayan (KUB) 10 20 30 40 50 100 50% atau
100% (kumulatif)
255
NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA
PEMBANGUNAN DAERAH
KONDISI KINERJA
AWAL PERIODE RPJMD
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA
PADA AKHIR PERIODE RPJMD
2011 2012 2013 2014 2015 2016
5.4. Produksi perikanan kelompok nelayan (ton) 10 20 30 40 50 101 50% atau
100% (kumulatif)
6. Perdagangan
6.1. Kontribusi subsektor perdagangan besar & eceran terhadap PDRB
6.2. Ekspor Bersih Perdagangan
6.3. Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal
7. Perindustrian
7.1. Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB
7.2. Kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB sektor Industri
7.3. Pertumbuhan Industri
7.4. Cakupan bina kelompok pengrajin
8. Ketransmigrasian
8.1. Transmigran swakarsa
8.2. Kontribusi transmigrasi terhadap PDRB
ASPEK DAYA SAING DAERAH
Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
1.1. Pengeluaran konsumsi makanan
1.2. Pengeluaran konsumsi non makanan
1.3. Produktivitas total daerah
2. Pertanian
2.1. Nilai tukar petani
Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastuktur
1. Perhubungan
1.1. Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan
1.2. Jumlah orang/ barang yang terangkut angkutan umum
256
NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA
PEMBANGUNAN DAERAH
KONDISI KINERJA
AWAL PERIODE RPJMD
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA
PADA AKHIR PERIODE RPJMD
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1.3. Jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/ terminal per tahun
2. Penataan Ruang
2.1. Ketaatan terhadap RTRW
2.2. Luas wilayah produktif
2.3. Luas wilayah industri
2.4. Luas wilayah kebanjiran
2.5. Luas wilayah kekeringan
2.6. Luas wilayah perkotaan
3. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
3.1. Jenis dan jumlah bank dan cabang
3.2. Jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang
3.3. Jenis, kelas, dan jumlah restoran
3.4. Jenis, kelas, dan jumlah penginapan/ hotel
4. Lingkungan Hidup
4.1. Persentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih
5. KomunikasI dan Informatika
5.1. Rasio ketersediaan daya listrik
5.2. Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik
5.3. Persentase penduduk yang menggunakan HP/telepon
Fokus Iklim Berinvestasi
1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
1.1. Angka kriminalitas
1.2. Jumlah demo
1.3. Lama proses perijinan
1.4. Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah
1.5. Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha
257
NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA
PEMBANGUNAN DAERAH
KONDISI KINERJA
AWAL PERIODE RPJMD
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN KONDISI KINERJA
PADA AKHIR PERIODE RPJMD
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1.6. Persentase Kampung berstatus swasembada
Fokus Sumber Daya Manusia
1. Ketenagakerjaan
1.1. Rasio lulusan S1/S2/S3
1.2. Rasio ketergantungan 54,78 53,78 52,79 51,79 50,80 49,80 49,80
Tabel 9-2. Indikator dan Target Capaian Program Pembangunan Implementasi Otonomi Khusus
Indikator Target Capaian Tahunan
Target Akhir Periode
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5
-1- -2- -3- -4- -5- -6- -7-
PENDIDIKAN
1 Persentase siswa Papua yang mendapat pendidikan gratis
2 AMH siswa SD
3 AMH dewasa
4 Persentase kampung dengan SD kecil
5 Persentase distrik dengan sekolah pola asrama
6 Persentase kampung yang didatangi tenaga pengajar
7 Persentase orang tua siswa terlibat
8 Jumlah guru Papua yang dididik
9 Persentase siswa Papua yang mendapat beasiswa
10 Jumlah kurikulum yang disesuaikan
11 Persentase sekolah dengan program kemitraan
258
Indikator Target Capaian Tahunan
Target Akhir Periode
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5
-1- -2- -3- -4- -5- -6- -7-
12 Persentase tenaga pengajar yang mendapat dana stimulus
13 Persentase distrik memiliki sekolah kejuruan berbasis keunggulan lokal
14 Persentase kampung memiliki taman penitipan anak Papua
15 Persentase kampung memiliki taman bacaan
16 Persentase kampung mendapat pembinaan
17 Persentase orang Papua mendapat jaminan pendidikan
KESEHATAN
1 Persentase orang Papua sakit terlantar
2 Persentase orang Papua mendapat jaminan kesehatan 65 70 75 80 85 75%85%
3 Persentase orang Papua mendapat layanan dan obat gratis 65 70 75 80 85 75%85%
4 Jumlah obat tradisional dikembangkan 1 1 1 1 1 5
5 Jumlah cara pengobatan tradisional dikembangkan 1 1 0 0 1 3
6 Jumlah tenaga kesehatan tradisional dibina 4 10 10 10 10 44
7 Persentase pengidap HIV, kusta, dan malaria <0.5; <0,04; <6.88 <0.5; <0,04;
<6.88 <0.5; <0,04;
<6.88 <0.5; <0,04;
<6.88 <0.5; <0,04;
<6.88 <0.5; <0,04; <6.88
8 Persentase kampung yang didatangi tenaga kesehatan 40 5 5 5 5 60
9 Persentase prasarana kesehatan dengan program kemitraan
10 Persentase kampung memiliki prasarana dan sarana kesehatan 36 38 40 42 44 40
11 Pertumbuhan jumlah orang Papua
12 Persentase kampung mendapat pembinaan
13 Persentase pasien sakit berat dirujuk 30 40 50 60 70 70
259
Indikator Target Capaian Tahunan
Target Akhir Periode
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5
-1- -2- -3- -4- -5- -6- -7-
INFRASTRUKTUR
1 Persentase keluarga Papua memiliki rumah layak
2 Persentase permukiman dan rumah memiliki sanitasi
3 Persentase permukiman dan rumah memiliki air bersih
4 Persentase permukiman dan rumah memiliki listrik
5 Persentase kampung terjangkau telekomunikasi
6 Persentase kampung terisolir
7 Persentase kampung dengan pengelolaan sampah mandiri
EKONOMI RAKYAT
1 Pertumbuhan unit usaha mikro
2 Persentase usaha mini mikro terbina
3 Persentase kampung terpencil memiliki lahan pertanian tanaman pangan pokok
4 Persentase kabupaten memiliki perkebunan tanaman khas Papua
5 Persentase permukiman sekitar kawasan lindung terbina
6 Persentase kampung memiliki peternakan hewan khas Papua
7 Jumlah kawasan per kabupaten yang dibina dengan skema transmigrasi
8 Persentase tenaga kerja terserap
9 Persentase ODTW dikelola orang Papua
10 Persentase hutan lindung dikelola
11 Persentase pemuda Papua dididik dan dilatih
12 Persentase kampung memiliki mata pencaharian utama yang berkelanjutan
260
Indikator Target Capaian Tahunan
Target Akhir Periode
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5
-1- -2- -3- -4- -5- -6- -7-
13 Persentase kampung memiliki modal kerja berputar
14 Persentase unit usaha milik orang Papua mendapat kredit
AFFIRMATIVE ACTION
1 Ketersediaan regulasi
2 Persentase orang Papua dalam pemerintahan
3 Persentase aparatur pemerintah orang Papua yang dibina
4 Persentase aparatur pemerintah orang Papua yang mendapat promosi
5 Ketersediaan regulasi
6 Ketersediaan database
7 Ketersediaan peta tanah ulayat
8 Ketersediaan peraturan administrasi hak ulayat
9 Ketersediaan Perdasus dan Perdasi
10 Kesesuaian nomenklatur statistik daerah
261
BAB X
PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN
Guna mengoptimalkan kinerja pemerintah dalam pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan agar
lebih efektif dan efisien, Pemerintah Provinsi Papua Barat menyusun dokumen perencanaan lima tahunan
berupa RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 yang merupakan acuan bagi seluruh Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD).
Keberhasilan pelaksanaan RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 tergantung pada sikap mental
berupa niat baik, tekad, semangat, ketaatan, dan disiplin serta komitmen bersama dari seluruh unsur
stakeholder, baik pemerintahan, masyarakat maupun dunia usaha. Oleh karena itu, seluruh unsur
stakeholder perlu secara bersungguh-sungguh melaksanakan program-program dan berbagai kegiatan
pembangunan sebagaimana yang tertuang dalam RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 agar
mampu memberikan pembangunan yang berdaya guna serta berhasil guna sehingga dapat dinikmati
secara adil dan merata oleh seluruh lapisan masyarakat dalam rangka mewujudkan Visi Pembangunan
Provinsi Papua Barat 2016.
10.1 Pedoman Transisi
Masa berlaku RPJMD Provinsi Papua Barat adalah terhitung mulai 2012 sampai dengan 2016;
RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012–2016 memuat Program dan Indikasi Kegiatan Prioritas selama
5 (lima) tahun;
Pada tahun kelima setelah periode Kepala Daerah masa bakti 2012–2016 berakhir, ditambahkan satu
tahun Indikasi Program Transisi untuk Tahun Anggaran 2016. Hal ini dilakukan sampai dengan
disusunnya RPJMD oleh Kepala Daerah Terpilih yang baru.
10.2 Kaidah Pelaksanaan
SKPD yang meliputi Dinas, Badan, Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, dan Kantor pada lingkup
Pemerintah Provinsi Papua Barat wajib menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan, akuntabel
dan partisipatif dalam melaksanakan program dan kegiatannya sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan untuk pencapaian tujuan, sasaran pada program dan kegiatan pembangunan daerah Provinsi
Papua Barat selama tahun 2012-2016.
262
Pelaksanaan semua kegiatan, mensyaratkan pentingnya keterpaduan dan sinkronisasi antar program dan
kegiatan, baik diantara kegiatan dalam satu program maupun kegiatan antar program dalam satu SKPD
dan antar SKPD, dengan tetap memperhatikan tugas pokok SKPD. Untuk mencapai keterpaduan dan
sinkronisasi pelaksanaan kegiatan yang telah diprogramkan, dapat dimanfaatkan antara lain melalui
Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (Forum SKPD) dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang).
Berdasarkan hal-hal di atas, maka perlu ditetapkan kaidah-kaidah pelaksanaan sebagai berikut:
RPJMD disusun setelah melalui rangkaian kegiatan diantaranya melalui forum Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) serta Musyawarah Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah
(Musrenbang) RPJMD dengan memperhatikan prinsip-prinsip perencanaan partisipatif, bottom–
up planning, sinergitas serta dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah;
RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012–2016 merupakan dokumen perencanaan yang harus
dipedomani serta dijabarkan ke dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renstra-SKPD) yang kemudian akan dijadikan bahan penyusunan Rencana Kerja Satuan
Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) tahunan serta penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD);
Bagi SKPD Provinsi Papua Barat, RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2016 merupakan
acuan dan pedoman dalam menyusun kebijakan publik, baik yang berupa kerangka regulasi
maupun kerangka anggaran dalam Aggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi
Papua Barat yang dituangkan setiap tahun. Untuk mengupayakan keterpaduan, sinkronisasi dan
harmonisasi pelaksanaan setiap program dalam rangka koordinasi perencanaan, maka masing-
masing SKPD Provinsi Papua Barat wajib menyusun Renstra SKPD Tahun 2012-2016 melalui
penjaringan aspirasi masyarakat dan dunia usaha dalam Forum SKPD sesuai dengan
kebutuhannya masing-masing;
Sehubungan dengan dilakukannya Revisi RPJMD Provinsi Papua Barat, maka setiap SKPD
diwajibkan untuk melakukan revisi Renstra SKPD.
SKPD Provinsi Papua Barat dengan dukungan masyarakat dan dunia usaha berkewajiban untuk
melaksanakan program-program RPJMD Provinsi Papua Barat tahun 2012-2016 dengan sebaik-
baiknya;
Masyarakat dapat berpartisipasi aktif seluas-luasnya dalam perancangan dan perumusan
kebijakan yang nantinya akan dituangkan dalam produk peraturan perundangan-undangan.
Berkaitan dengan pendanaan pembangunan, masyarakat luas dan dunia usaha dapat
berperanserta dalam pembangunan yang direncanakan melalui program-program pembangunan
berdasarkan rancangan peranserta masyarakat dalam kegiatan yang bersangkutan sesuai
dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku. Masyarakat luas juga dapat
263
berperanserta untuk mengawasi pelaksanaan kebijakan dan kegiatan dalam program-program
pembangunan;
Pada akhir setiap Tahun Anggaran, setiap SKPD wajib melakukan evaluasi pelaksanaan program
dan kegiatan yang meliputi evaluasi terhadap pencapaian sasaran kegiatan yang ditetapkan,
maupun kesesuaiannya dengan rencana alokasi anggaran yang ditetapkan dalam APBD serta
kesesuaiannya dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangan yang mengatur pelaksanaan
APBD dan peraturan-peraturan lainnya;
Untuk menjaga efektifitas pelaksanaan program dan kegiatan, setiap SKPD wajib melakukan
pemantauan pelaksanaan kegiatan, melakukan tindakan koreksi yang diperlukan dan
melaporkan hasil-hasil pemantauan secara berkala 3 (tiga) bulanan kepada Bupati sesuai dengan
ketentuan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku.