2015 khotbah jangkep okt 2015

35
Tema Pelayanan Bulan Oktober Keluarga yang Berfokus pada Tuhan embali dan bersatu dengan Tuhan merupakan tujuan setiap insan. Dalam rangka meraih masa depan bersama, pengajaran perihal ini karenanya tidak bisa diabaikan. Di sinilah pentingnya keluarga sebagai basis bagi persemaian nilai dan keutamaan hidup yang mesti diperjuangkan bersama. Keluarga-keluarga Kristen, karenanya harus berfokus pada Tuhan sebagai asal dan tujuan hidup. Selama bulan Oktober, diharapkan perayaan dan pewartaan iman Gereja memberi perhatian akan pentingnya berfokus pada Tuhan, sumber kehidupan. K Catatan: Tema perayaan iman dengan judul khotbah bisa jadi berbeda atau pun sama. Tema perayaan iman diharapkan menjiwai keseluruhan tata perayaan karya penyelamatan Allah (ibadah), sedangkan judul khotbah kiranya memberi pemantapan pada pokok dan arah pewartaan iman yang dirayakan. Tema perayaan iman berdasarkan penanggalan liturgi sinode GKJ 2015, sedangkan judul khotbah dirumuskan oleh penulis Khotbah Jangkep. Ada beberapa keterangan terkait perayaan iman hari Minggu selama bulan Oktober. Menurut kalender Kitab Suci Perjanjian Lama, pada bulan September-Oktober dijumpai perayaan Undhuh-undhuh (Hari Raya Pondok Daun, Riaya Tanceping Tarub). Tahun ini, penutupan pesta undhuh-undhuh bila dilaksanakan pada hari Minggu jatuh pada 4 Oktober. Mengingat dalam tradisi Kekristenan belum begitu diperhatikan, maka sifat pesta ini fakultatif. Demi alasan teologi praktis, maka lebih disarankan pada Minggu penutupan Bulan Keluarga sekaligus diselenggarakan riaya undhuh-undhuh ini.

Upload: uchank-lobo

Post on 05-Dec-2015

224 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Bahan Khotbat 2015

TRANSCRIPT

Tema Pelayanan Bulan Oktober

Keluarga yang Berfokus pada Tuhan

embali dan bersatu dengan Tuhan merupakan tujuan setiap insan. Dalam rangka meraih masa depan bersama, pengajaran perihal ini karenanya tidak bisa diabaikan. Di sinilah pentingnya keluarga sebagai basis bagi persemaian nilai dan keutamaan hidup yang mesti

diperjuangkan bersama. Keluarga-keluarga Kristen, karenanya harus berfokus pada Tuhan sebagai asal dan tujuan hidup. Selama bulan Oktober, diharapkan perayaan dan pewartaan iman Gereja memberi perhatian akan pentingnya berfokus pada Tuhan, sumber kehidupan.

K

Catatan:Tema perayaan iman dengan judul khotbah bisa jadi berbeda atau pun sama. Tema perayaan iman diharapkan menjiwai keseluruhan tata perayaan karya penyelamatan Allah (ibadah), sedangkan judul khotbah kiranya memberi pemantapan pada pokok dan arah pewartaan iman yang dirayakan. Tema perayaan iman berdasarkan penanggalan liturgi sinode GKJ 2015, sedangkan judul khotbah dirumuskan oleh penulis Khotbah Jangkep.Ada beberapa keterangan terkait perayaan iman hari Minggu selama bulan Oktober. Menurut kalender Kitab Suci Perjanjian Lama, pada bulan September-Oktober dijumpai perayaan Undhuh-undhuh (Hari Raya Pondok Daun, Riaya Tanceping Tarub). Tahun ini, penutupan pesta undhuh-undhuh bila dilaksanakan pada hari Minggu jatuh pada 4 Oktober. Mengingat dalam tradisi Kekristenan belum begitu diperhatikan, maka sifat pesta ini fakultatif. Demi alasan teologi praktis, maka lebih disarankan pada Minggu penutupan Bulan Keluarga sekaligus diselenggarakan riaya undhuh-undhuh ini.

Minggu, 4 Oktober 2015Minggu Biasa XXVII (Hijau)

HPKD/HPII

Tema Perayaan ImanSTOP NATO (No Action, Talk Only)

Daftar Bacaan AlkitabBacaaan I : Kejadian 2:18-24Mazmur Antar Bacaan : Mazmur 8Bacaan II : Ibrani 1:1-4;2:5-12Bacaan Injil : Markus 10:2-16

Tujuan Perayaan ImanUmat menyadari bahwa tindakan umat dibutuhkan dalam rumah tangga.

Pelengkap Bacaan Untuk Liturgi IBerita Anugerah : Yohanes 3:16Petunjuk Hidup Baru : Matius 5:13-16Dasar Persembahan : Roma 11:36

Daftar Nyanyian Untuk Liturgi IBahasa IndonesiaPujian : KJ. 4:1,5,6Penyesalan dosa : KJ. 26:1,2Kesanggupan : KJ. 363:1,2,3Persembahan : KJ. 287b:1-Akhir kebaktian : KJ. 318:1,2

Bahasa JawaPamuji : BMGJ. 5:1,2,3Panelangsaning dosa : BMGJ. 46:1,2Kasanggeman : BMGJ. 46:3,4Pisungsung : BMGJ. 70:1-Pungkasaning pangabekti : BMGJ. 304:1,2

Pdt. Dian Tjahjadi Warto Hardjono (GKJ Tempurung-Gubug)

Dasar PemikiranKeluarga yang berbahagia adalah dambaan setiap insan, termasuk insan Kristen. Namun, fakta terkadang berbicara lain. Tidak sedikit keluarga Kristen yang kandas dalam perjalanan. Tidak sedikit pasangan suami-isteri Kristen yang kemudian memutuskan untuk bercerai. Padahal perceraian adalah hal yang tidak dikehendaki oleh Tuhan Allah yang telah menjodohkan suami-isteri menjadi satu. Dalam kenyataan kehidupan yang seperti itulah, setiap insan Kristen dalam keluarga dipanggil untuk mewujudkan kesatuan keluarga agar tercapai kebahagiaan hidup berkeluarga demi kemuliaan Tuhan Allah Bapa, pencipta langit dan bumi, Allah sejati.

Keterangan Tiap Bacaan Kejadian 2:18-24

Menarik bahwa cerita tentang Allah yang menjadikan dan memberikan penolong yang sepadan untuk manusia – karena, menurut Allah, tidak baik jika manusia itu seorang diri saja – ditindaklanjutioleh Allah dengan membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Mereka lalu dibawanya kepada manusia dan Allah melihat manusia itu memberi nama pada semua binatang dan burung itu. Setelah memberi nama kepada segala ternak, burung-burung di udara, dan segala binatang hutan, manusia merasa bahwa mereka semua bukan penolong yang sepadan baginya. Karenanya, Allah membuat manusia itu tidur nyenyak. Dalam keadaan tertidur nyenyak itulah Allah mengambil salah satu tulang rusuknya dan dibangun-Nyalah seorang perempuan. Ketika Allah membawa perempuan yang dibangun dari salah satu tulang rusuk manusia itu, manusia menanggapinya dengan seruan sukacita: ”Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.”Jodoh, pasangan hidup, adalah pemberian Tuhan. Kalau Tuhan Allah yang memberikan jodoh, tentulah itu yang terbaik. Sejatinya, setiap pasangan suami-isteri dipertemukan dan disatukan oleh Allah. Dipertemukan, disatukan, diciptakan menjadi satu kesatuan, agar masing-masing hidup dalam kebaikan.

Mazmur 8Mazmur Daud ini berisikan pujian akan betapa mulianya nama TUHAN. Kemuliaan dan keagungan nama TUHAN dirasakan pemazmur melalui karya-Nya pada manusia. Meskipun dibandingkan dengan langit dan bintang-bintang buatan jari TUHAN manusia tidak ada apa-apanya, tetapi TUHANtelah memahkotai dengan kemuliaan dan hormat sehingga menjadi hampir sama seperti Allah.TUHAN juga membuat manusia berkuasa atas buatan tangan TUHAN. Manusia berkuasa atas kambing domba dan binatang-binatang di padang, burung di udara dan ikan-ikan di lautan.Mazmur ini menggemakan kemuliaan TUHAN yang menciptakan manusia dan memberikan padanya kemuliaan di atas semua makhluk ciptaan.

Ibrani 1:1-4; 2:5-12Yesus Kristus adalah Anak Allah, penuh kemuliaan, yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia, Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah. Firman-Nya menopang segala yang ada. Firman-Nya penuh kekuasaan. Namun, Sang Anak berkenan untuk menjadi lebih rendah dari malaikat, menjelma menjadi manusia dan mengalami penderitaan maut. Itu semua dilakukan-Nya, supaya manusia dipimpin-Nya kepada keselamatan. Manusia dikuduskan-Nya dan dijadikan saudara-Nya. Yesus Kristus berkenan mengurbankan diri agar manusia yang dikasihi-Nya, beroleh selamat. Yesus Kristus meninggalkan segala kemuliaan dan kuasa, menjalani penderitaan maut, agar manusia yang hina karena dosa beroleh kemuliaan dan disebut saudara-Nya.

Markus 10:2-16Markus mencatat dua peristiwa terjadi ketika Yesus sedang mengajar orang-orang di daerah seberang sungai Yordan. Yang pertama adalah jawaban dan pengajaran Yesus atas pertanyaan orang-orang Farisi yang mencobai-Nya dengan bertanya kepada-Nya: ”Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?”. Atas pertanyaan ini, Yesus dengan tegas mengatakan bahwa apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. Meskipun pada waktu itu, sepertinya sudah umum terjadiperceraian dengan dibuatnya surat cerai, seperti ketetapan Musa. Yang kedua, Yesus memarahi murid-muridnya yang memarahi orang-orang yang membawa anak-anak kecil kepada Yesus. Biasanya kita hanya melihat pada anak. Padahal teksnya bisa juga dimengerti sebagai menekankan pada orang-orang yang membawa anak-anak kepada Yesus. Jadi, orang-orang yang membawa anak-anak kepada Yesus, adalah orang-orang yang mempunyai Kerajaan Allah. Lalu Yesus memeluk anak-anak itu dan memberkati mereka dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka.

Harmonisasi BacaanManusia diciptakan oleh Tuhan dengan kemuliaan dan kuasa atas makhluk lainnya (Mazmur). Manusia diciptakan laki-laki dan perempuan. Tuhan menjodohkan mereka menjadi pasangan suami-isteri agar kehidupan menjadi baik adanya (Kejadian). Ketika manusia jatuh ke dalam

dosa, Tuhan bertindak menyelamatkan manusia melalui karya pengurbanan Yesus. Manusia dikembalikan kepada kemuliaan dan disebut-Nya sahabat. (Ibrani). Karya pengurbanan Tuhan Yesus menjadi inspirasi bagi suami-isteri untuk mewujudkan kesatuan dan melestarikan perjodohan, karena Tuhan Allah tidak memperbolehkan perceraian oleh manusia. Tuhan Allah juga menghendaki agar anak-anak dibawa kepada Tuhan.

Renungan Atas BacaanKeluarga bahagia adalah idaman setiap insan. Untuk mewujudkan hal itu, diperlukan perjuangan yang sungguh-sungguh. Keluarga bahagia tidak cukup menjadi suatu bahan diskusi atau gambaran ideal yang dipercakapkan. Setiap insan yang mendambakannya harus melakukan tindakan-tindakan nyata untuk mewujudkannya. Didalam perjuangan itulah seringkali dibutuhkan tindakan nyata untuk berkurban. Masing-masing tidak bisa hanya menuntut agar orang lain yang mewujudkan keluarga bahagia yang menjadi idaman bersama. Masing-masing harus berkurban, bertindak nyata agar kebahagiaan keluarga terasakan bersama oleh semua anggota keluarga.

Pokok dan Arah PewartaanSetiap anggota keluarga harus menyadari bahwa masing-masing dipanggil Tuhan untuk mewujudkan kesatuan dan kelestarian keluarga, dengan bertindak nyata, sehingga kebahagiaan keluarga terwujud.

Khotbah Jangkep Bahasa IndonesiaJudul Khotbah:

Bertindaklah! Jangan Hanya Bicara!Jemaat yang dikasihi Tuhan.

Dari pembacaan Kitab Mazmur 8:1-10, kita mendapat pengajaran bahwa Tuhan,Pencipta langit dan bumi, menciptakan manusia sebagai makhluk yang mulia. Manusia, yang jika dibandingkan dengan langit dan bintang-bintang ciptaan Tuhan tidak ada apa-apanya, diberi kemuliaan dan hormat. Kepada manusia juga diberikan-Nya kuasa untuk berkuasa atas kambing domba dan lembu sapi, juga binatang-binatang di padang, burung-burung di udara, ikan-ikan di laut, dan segala yang melintasi arus lautan. Dari pembacaan Kitab Kejadian 2:18-24, kita menerima berita bahwa manusia ciptaan Tuhan itu diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan.Diciptakan laki-laki dan perempuan agar mereka menjadi suami-isteri. Berpasang-pasangan, menjadi satu, hidup bertolong-tolongan, sebagai penolong yang sepadan, menjadi baik dan merasa berbahagia.

Jemaat yang dikasihi Tuhan.

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap insan berkeluarga, pasti mendambakan keluarganya berbahagia. Begitu juga kita semua, orang-orang Kristen, tentulah kita juga mengidamkan keluarga kita berbahagia. Namun, pada kenyataannya, tidak sedikit dari pasangan-pasangan keluarga Kristen, yang telah ditetapkan dan diberkati hidup perkawinan mereka oleh Tuhan dalam sebuah ibadah pernikahan Kristen, memutuskan untuk bercerai. Gereja memang tidak menceraikan pasangan menikah tadi. Namun perundang-undangan di Indonesia, memungkinkan perceraian. Terjadilah perceraian diantara pasangan-pasangan suami-isteri Kristen.

Alasan pasangan-pasangan Kristen memutuskan bercerai banyak sekali. Salah satunya adalah masing-masing melihat adanya kekurangan-kekurangan dalam kehidupan pernikahan yang telah mereka jalani. Mendapatkan kekurangan-kekurangan yang ada,

terkadang yang sering muncul adalah keluhan, keluhan, dan keluhan. Kekecewaan, kekecewaan, dan kekecewaan. Menuntut, menuntut, dan menuntut. Kata-kata keluhan, perasaan kecewa dan sikap menuntut yang sering dinyatakan pada pasangan seringkali berbuahkan hal yang tidak baik. Percekcokan akan sering terjadi. Pertengkaran mungkin juga tidak bisa terhindarkan. Jika semuanya itu tidak menemukan jalan keluarnya, maka perceraian sepertinya menjadi jalan keluar yang baik.

Perceraian sepertinya menjadi jalan yang terbaik. Namun apakah itu juga sesuai dengan kehendak Tuhan Allah yang telah mempertemukan manusia laki-laki dan perempuan dalam satu ikatan pernikahan? Dari pembacaan Markus 10:2-12, kita mendapatkan jawaban bahwa Tuhan Allah tidak menghendaki adanya perceraian. Tuhan Allah menghendaki yang telah dipersatukan-Nya, tidak boleh diceraikan oleh manusia. Perceraian yang terjadi dan sepertinya itu diperbolehkan dengan adanya surat cerai, itu adalah karena ketegaran hati manusia. Jadi, meskipun perceraian sepertinya adalah menjadi jalan yang terbaik, tetapiTuhan Allah yang telah mempersatukan pasangan suami-isteri,, sebagaimana Yesus Kristus katakan, tidak menghendakinya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan.

Menghadapi kenyataan bahwa setiap keluarga Kristen juga tidak luput dari ancaman perceraian, bagaimana insan Kristen menyikapinya? Jika perceraian itu mengancam karena adanya kekurangan-kekurangan yang ada dalam kehidupan keluarga, maka masing-masing pasangan suami-isteri harus melakukan upaya-upaya nyata untuk memperbaikinya. Instropeksi diri dalam ketenangan hati dan pikir akan banyak menolong. Konsultasi pada pihak-pihak yang bisa dipercaya dan bisa diajak bicara untuk mencari jalan keluar atas persoalan yang ada, juga akan menolong untuk adanya perbaikan. Berhentilah mengeluh, kecewa, dan menuntut pada pasangan untuk adanya perbaikan. Mulailah dari diri kita sendiri. Karena Allah mempertemukan setiap pasangan untuk menjadi penolong yang sepadan bagi pasangan kita masing-masing. Kekurangan pasangan yang menjadikan kita menemukan adanya kekurangan-kekurangan atau perasaan tidak bahagia dalam hidup berkeluarga, itu menjadi kesempatan bagi kita untuk menyatakan kasih dan perhatian pada pasangan hidup, pemberian Tuhan, demi kebahagiaan hidup berkeluarga.

Mulai dari diri sendiri dalam melakukan upaya perbaikan, itu adalah permulaan yang sangat penting. Itulah pengurbanan diri. Hal itu bisa dilakukan oleh mereka yang tidak merasa paling benar, paling baik, paling berkuasa. Memulai perubahan dari diri sendiri, hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sungguh hidup dalam kasih yang sejati. Memulai perubahan dari diri sendiri adalah wujud dari diri yang sudah tidak dikuasai oleh keakuan, keegoisan. Yesus Kristus dalam karya pengurbanan-Nya demi keselamatan manusia, sebagaimana kita baca tadi dalam Ibrani 1:1-4, dilanjutkan Ibrani 2:5-12, menjadi teladan sempurna bagi kita setiap insan Kristen. Yesus Kristus yang adalah cahaya kemuliaan Allah, penuh kuasa, namun berkenan meninggalkan semuanya itu dan menjelma menjadi manusia dalam kerendahan dan penderitaan maut guna menyelamatkan manusia. Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus, berinisiatif untuk memulai karya penyelamatan atas manusia. Allah tidak menunggu manusia untuk menjadi baik. Allahlah yang memulainya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan.

Kebahagiaan dalam hidup berkeluarga, kiranya juga tidak hanya dirasakan oleh pasangan suami-isteri atau orang tua. Kebahagiaan dalam hidup berkeluarga juga harus dirasakan oleh anak-anak sebagai buah cinta kasih orang tua. Bagaimana hal itu bisa diupayakan? Para orang tua Kristen, harus sejak awal membawa anak-anak buah cinta kasih, pada Tuhan Yesus Kristus. Tidak hanya membaptiskan mereka, namun juga dalam tindakan keseharian, para orang tua harus mencerminkan Yesus yang hadir dalam keluarga. Hadir dalam tindakan nyata yang mengasihi, menuntun, dan membimbing anak-anak. Inilah para orang tua yang telah menemukan Kerajaan Allah dalam kehidupannya. Sebagaimana Yesus Kristus katakan di dalam Markus 10:14 ”….jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.”

Jemaat yang dikasihi Tuhan.

Dalam kenyataannya, ada orang-orang Kristen yang bercerai. Apakah bagi mereka tidak ada berita sukacita? Bagi mereka tetap ada berita sukacita. Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus adalah Mahapengampun. Oleh karenanya, jika perceraian telah terlanjur menjadi keputusan, para pelaku harus dengan kesungguhan hati memohon ampun kepada Allah atas ketegaran hatinya. Dan mereka melanjutkan hidup dengan sungguh-sungguh bersandar kepada Tuhan. Mereka juga harus mengajarkan kepada anak-anak mereka – jika mereka telah dikaruniai anak-anak – agarmereka tidak mengikuti jejak orang tua mereka yang menunjukkan ketegaran hati. Mereka juga bisa membagikan pengalaman hidup mereka kepada sesama agar tidak mudah mengambil keputusan bercerai dengan pasangan. Ya. Allah Bapa Mahapengampun. Allah Bapa juga adalah Sang Ahli Memperbaiki. Allah Bapa mampu mengubah mereka yang dengan ketegaran hatinya pernah menjalani perceraian, menjadi berkat kebahagiaan bagi keluarganya dan bagi keluarga-keluarga lainnya. Jangan tetap tinggal di dalam kekecewaan, kemarahan, dan keputusasaan. Lakukanlah sesuatu dan jadilah berkat bagi sesama.

Jemaat yang dikasihi Tuhan.

Kita semua mendambakan kehidupan keluarga yang bahagia. Itu tidaklah cukup dibicarakan, didiskusikan. Terlebih jika sekarang ini kita menemukan adanya kekurangan-kekurangan dalam keluarga kita. Kita harus melakukan tindakan nyata untuk mewujudkan kebahagiaan dalam keluarga kita. Satu hal yang tidak boleh kita lupakan: ingatlah bahwa Tuhan Yesus ada di tengah-tengah keluarga kita semua. Mendekat, berseru, dan memohonlahkepada-Nya. Dan jika kepada kita Allah membawa keluarga-keluarga yang diambang perceraian – mungkin itu keluarga dari anak-anak kita, atau keluarga dari saudara-saudara kita, atau siapapun juga mereka – jadilah pendamai, pemersatu, dan berkat dalam kata-kata dan ucapan kita. Tuhan memberkati kita semua. Amin.

Khotbah Jangkep Bahasa JawaIrah-irahaning Khotbah:

Samia Tumindak! Sampun Namung Sami Ngucap Kémawon!

Pasamuwan ingkang dipun kasihi déning Gusti.

Saking waosan Kitab Jabur Masmur 8:1-10, kita pikantuk piwulang bilih Gusti Allah, ingkang nitahaken langit kaliyan bumi, nitahaken manungsa minangka manungsa ingkang mulya. Manungsa ingkang menawi kabandhingaken kaliyan langit lan lintang-lintang ingkang katitahaken déning Gusti Allah punika boten wonten menapa-menapanipun, nanging kaparingan kaluhuran lan kamulyan. Manungsa ugi dipun paringi panguwaos kanggé nguwaosi sakathahing ménda tuwin lembu, ugi kéwan-kéwan ingkang wonten ing ara-ara, peksi ing awang-awang, ulam ing seganten saha samukawis ingkang langkung ing margining seganten. Saking waosan Purwaning Dumadi 2:18-24, kita ugi nampèni pangertosan bilih manungsa ingkang katitahaken punika manungsa jaler lan èstri. Katitahaken jaler lan èstri supados dados jodhonipun. Jaler lan èstri, jejodhoan, dados setunggal, gesang ing salebetipun lung-tinulung, minangka rowang ingkang sembada, gesangipun dados saé lan ngraosaken kabingahan.

Pasamuwan ingkang dipun kasihi déning Gusti.

Wonten ing gesang padintenan, sedaya ingkang sami gesang émah-émah, mesti gadhah pepénginan supados brayatipun kebak ing kabingahan. Mekaten ugi kita sedaya, inggih tiyang-tiyang Kristen, mestinipun kita ugi gadhah pepénginan supados brayat kita

ngraosaken kabingahan. Nanging, kasunyatanipun, boten sekedhik saking pasangan-pasanganing brayat Kristen ingkang sampun katetepaken lan binerkahan gesang nikahipun déning Gusti wonten ing pangibadahing pasamuwan, sami damel keputusan kanggé pegatan. Gréjapancènboten megataken pasangan nikah kalawau, nanging udhang-undhanging negari Indonésia, nyagedakan wontenipun pegatan. Mila, kalampahan wontenipun pasangan-pasangan nikah Kristen ingkang lajeng sami pegatan.

Déné ingkang dados alesan ngantos kalampahan wontenipun pegatan punika kathah sanget. Salah satunggalipun inggih punika sami-sami manggihaken kekirangan-kekirangan wonten ing gesang émah-émahipun. Manggihaken kekirangan-kekirangan ingkang wonten, asring ingkang kalair punika namung panggrundel. Ingkang kalair punika namung raos kuciwa. Ingkang kalair punika lajeng nuntut dhateng pasanganipun. Panggrundel, raos kuciwa, lan sikaping gesang ingkang namung nuntut dhateng pasanganipun punika ndadosaken wontenipun swasana ingkang botensaé, botenharmonis. Padudon, tukar padu, asring kapireng wonten ing brayat punika. Adu fisik, mbok bilih ugi boten saged dipun éndhani. Lah, menawi sedaya punika boten pikantuk jalan keluar, tembung pegat utawi cerai, pegatan, kados-kados dados pilihan ingkang saékanggé ngrampungaken persoalan.

Pegatan kados-kados dados margi ingkang saékanggé ngudhari persoalan. Nanging, punapa inggih bab pegatan punika nyondhongi kaliyan kersanipun Gusti Allah ingkang sampun manggihaken tiyang jaler lan èstri punika satunggal jodho ing gesang nenikahan? Saking waosan Markus 10:2-12, kita pikantuk wangsulan bilih Gusti Allah boten ngersakaken wontenipun pegatan. Gusti Allah ngersakaken supados ingkang sampun dipun dadosaken satunggal déning Gusti Allah, punika boten kapisahaken déning manungsa. Gesang pepisahan ingkang sampun kalampahan lan kadosipun dipun keparengaken kanthi wontenipun serat pegat, punika awit saking wangkoting manahipun manungsa. Dados sanadyan pegatan punika kados dados margi ingkang paling saékanggé ngudhari persoalan wonten ing gesang nenikahan, nanging Gusti Allah, kados ingkang kapangandikaken déning Gusti Yésus Kristus, Gusti Allah ingkang sampun ndadosaken suami-istri dados satunggal, punika boten ngersakaken wontenipun pegatan.

Ngadhepi kasunyatan bilih saben brayat Kristen ugi boten kalis saking pangancaming pegatan, kadospundi kedahipun sikapipun brayat Kristen? Menawi pangancam kala wau awit saking wontenipun kekirangan-kekirangan ingkang wonten ing salebetipun gesanging brayat, suami-istri wonten ing brayat kedah mbudidaya kanthi tumindak nyata kanggé ndandosi kawontenan ingkang karaosaken kirang kala wau. Mawas dhiri, niti priksa kawontenaning dhiri, mekaten ugi konsultasi – nyuwun pitedah, nasihat, masukan saking pihak-pihak ingkang dipun pitadosi lan saged dipun ajak pirembagan kanggé pados margi kanggé ngudhari persoalan ingkang wonten – sageddados margining pangluwaran. Kedah mandheg anggènipun tansah nglairaken panggresah, panggrundel dhateng pasangan. Kedah mandheg anggènipun ngraosaken kuciwa dhateng sémah. Mandheg anggènipun nuntut sémah awit saking kawontenan ingkang wonten. Kita kedah miwiti saking dhiri kita piyambak. Awit anggènipun Gusti Allah manggihaken kita kaliyan pasangan kita inggih punika supados kita gesang lung-tinulung. Kekirangan ingkang kita panggihaken wonten ing gesanging sémah, ngantos kita rumaos boten bingah wonten ing gesanging brayat kita, yektosipun punika dados wekdal mirunggan kanggé kita nglairaken katresnan, nglairaken kawigatosan, asung pambiyantu, mitulungi dhateng pasangan kita, peparingipun Gusti, murih kabingahaning gesang bebrayatan.

Pasamuwan ingkang dipun kasihi déning Gusti.

Wiwit saking dhiri pribadhi kanggé mbudidaya wontenipun éwah-éwahan ingkang saé, punika wiwitan ingkang wigati. Punika wujuding berkurban. Perkawis punika namung saged dipun tindakaken déning tiyang ingkang boten rumaos paling leres, paling saé, paling kwasa. Miwiti wontenipun éwah-éwahan ingkang saé saking dhiri, namung saged dipun tindakaken déning tiyang ingkang èstu-èstu gesang ing salebeting katresnan sejati. Tumindak punika minangka wujud dhiri ingkang sampun boten dipun kuwaosi déning raos égo. Yésus Kristus wonten ing pakaryan kasangsaran kanggé kawilujenganing manungsa,

kados ingkang kita waos wonten ing Ibrani 1:1-4 kalajengaken Ibrani 2:5-12, dados tepa tuladha ingkang sampurna kanggé kita, tiyang Kristen. Yésus Kristus, inggih cahya kamulyanipun Gusti Allah, kebak ing panguwaos, nanging kepareng kersa nilar sedaya kala wau sarta lajeng manjalma dados manungsa, nandhang kasangsaraning pepejah saperlu milujengaken manungsa. Gusti Allah wonten ing Yésus Kristus, kagungan kersa miwiti pakaryan kawilujenganing manungsa. Gusti Allah boten nengga manungsa dados saé langkung rumiyin. Gusti Allah piyambak kersa miwiti awit raos tresnanipun.

Pasamuwan kagunganipun Gusti.

Kabingahaning gesang bebrayan, mestinipun ugi karaosaken déning anak-anak minangka wohing katresnanipun tiyang sepuh. Lajeng, kadospundi supados perkawis punika saged kawujudaken? Tiyang sepuh Kristen, kedahipun sami purun mbekta anak-anak wiwit alit mila dhateng Gusti. Boten cekap namung mbaptisaken, boten cekap ugi namung ngancani nalika sékolah minggu, boten cekap namung mituturi. Anggènipun nyaketaken anak-anak dhumateng Gusti ugi kedah mawujud wonten ing tumindak nyata saben wekdal. Para tiyang sepuh kedah dados gegambaranipun Kristus ingkang wonten ing satengahing brayat. Rawuhipun Kristus mawujud wonten ing katresnan, panuntun, lan panggulawenthahipun tiyang sepuh dhateng anak-anak. Tiyang sepuh ingkang kados mekaten punika tiyang sepuh ingkang sampun manggihaken Kratoning Allah wonten ing gesangipun. Kados ingkang dipun ngendikakaken Gusti Yésus wonten ing Markus 10:14, ”… aja kokpenggak, amarga wong kang kaya mangkono iku kang nduwèni Kratoning Allah”.

Pasamuwan ingkang dipun kasihi déning Gusti Yésus Kristus.

Kasunyatanipun, wonten sedhèrèk-sedhèrèk Kristen ingkang sampun pegatan. Punapa tumrap sedhèrèk-sedhèrèk punika boten wonten kabar kabingahan? Tumrap sedhèrèk-sedhèrèk punika tetep wonten kabar kabingahan. Gusti Allah punika Maha Welas Asih. Mila, menawi wonten ingkang pegatan, sedhèrèk-sedhèrèkkala wau kedah nyuwun pangapunten dhumateng Gusti kanthi saèstu. Lajeng, sami nglajengaken gesang kanthi suméndhé dhumateng Gusti. Sedhèrèk-sedhèrèk punika ugi kedah mulangaken dhumateng anak-anak, menawi sampun kaparingan anak-anak, supados anak-anak boten tumindak kados tiyang sepuhipun anggènipun sampun sami pegatan. Sedhèrèk-sedhèrèk punika ugi saged ngedumaken pengalamaning gesangipun dhateng sesami, supados sami boten mendhet keputusan kanggé pegatan kaliyan jodhonipun. Nggih, Gusti Allah Maha Welas Asih. Temtu maringaken pangapunten dhateng tiyang ingkang nyuwun pangapunten lan mratobat. Sampun ngantos tetep kèndel ing raos getun, nesu lan tanpa pangajeng-ajeng. Makaryaa lan dados berkah tumrap sesami.

Pasamuwan ingkang dipun kasihi déning Gusti.

Kita sedaya gadhah pangajeng-ajeng supados brayat kita kebak ing kabingahan. Punika boten cekap namung dipun rembag. Punapa malih menawi sapunika kita manggihaken wontenipun kakirangan-kakirangan ing brayat kita. Kita kedah purun miwiti saking dhiri kita piyambak, tumindak nyata kanggé mujudaken brayat ingkang kebak ing kabingahan. Satunggal perkawis ingkang kita kedah tansah ènget inggih punika: Gusti Yésus wonten ing satengahing brayat kita. Nyaketa dhumateng Gusti, sesambata dhumateng Gusti, nyuwuna tulung dhumateng Gusti.Menawi Gusti marengaken kita kapangihaken kaliyan brayat-brayat ingkang saweg kaancam déning pegatan, dadosa punika brayatipun anak-anak kita, sedhèrèk kita utawi sintena kémawon, dadosa juru bedhamèn ingkang ngrukunaken. Dadosa berkah tumrap brayat sanès. Amin.

Minggu, 11 Oktober 2015Minggu Biasa XXVIII (Hijau)

Tema Perayaan ImanBerfokus Pada Tuhan

Daftar Bacaan AlkitabBacaaan I : Amos 5:6-7, 10-15Mazmur Antar Bacaan : Mazmur 90:12-17Bacaan II : Ibrani 4:12-16Bacaan Injil : Markus 10:17-31

Tujuan Perayaan ImanUmat menyadari pentingnya berfokus pada Tuhan.Umat mengambil keputusan untuk berfokus pada Tuhan.

Pelengkap Bacaan Untuk Liturgi IBerita Anugerah : Yesaya 1:18-20Petunjuk Hidup Baru : Yesaya 1:16-17Dasar Persembahan : Roma 12:1

Daftar Nyanyian Untuk Liturgi IBahasa IndonesiaPujian : KJ.10:1,5Penyesalan Dosa : KJ.25:1,2,5Kesanggupan : KJ.28:2,3,4Persembahan : KJ.365c:1-Akhir kebaktian : KJ.364:1,4

Bahasa JawaPamuji : BMGJ.14:1,2Pangakening Dosa : BMGJ.43:1,2Kasanggeman : BMGJ. 46:3,4Pisungsung : BMGJ.187:1-Pungkasaning Pangabekti : BMGJ.300:1,4

Pdt. Dian Tjahjadi Warto Hardjono (GKJ Tempurung-Gubug)

Dasar PemikiranSemua orang dan semua keluarga ingin berbahagia. Tidak hanya di dunia ini, tetapi juga di akhirat. Sayang sekali bahwa mereka memfokuskan hidup pada sesuatu yang sebetulnya bukan sumber kebahagiaan yang sesungguhnya. Mereka berfokus pada uang atau kekayaan. Mereka tidak berfokus pada Tuhan Allah yang adalah sumber suka cita, yang berkuasa untuk memberikan kebahagiaan pada manusia. Orang Kristen dan keluarga Kristen harus berjuang sungguh-sungguh untuk tetap berfokus kepada Tuhan, supaya dapat merasakan kebahagiaan

dalam hidup sekarang ini dan beroleh hidup kekal, merasakan kebahagiaan sejati di akhirat nanti.

Keterangan Tiap Bacaan Amos 5:6-7,10-15

Ajakan kepada umat Israel, keturunan Yusuf, untuk mencari TUHAN. Ajakan untuk bertobat. Ajakan bertobat ini diserukan karena umat tidak berbuat adil dan benar. Mereka membenci orang-orang yang memberi teguran di pintu gerbang, mereka berlaku keji kepada orang yang berkata dengan tulus ikhlas, menginjak-injak orang lemah dan mengambil pajak gandum darinya, menjepit orang-orang benar, menerima suap, mengesampingkan orang miskin dipintu gerbang. Perbuatan jahat mereka sangat banyak dan dosa mereka berjumlah besar. Jika mereka tidak bertobat, meskipun telah membangun rumah dari batu dan membuat kebun anggur yang indah, mereka tidak akan mendiami rumah dan minum anggur hasil kebun anggur mereka.

Mazmur 90:12-17Dalam mazmur doanya, Musa mengakui bahwa TUHAN adalah sumber sukacita umat dan berkuasa untuk meneguhkan (membuat berhasil) perbuatan tangan umat (pekerjaan umat). Musa memohon agar TUHAN yang telah meninggalkan umat sehingga umat hidup dalam tahun-thaun celaka dan hari-hari penindasan, kembali mengasihi umat-Nya.

Ibrani 4:12-16Jemaat penerima surat Ibrani diingatkan agar mereka berpegang teguh pada pengakuan iman bahwa Yesus adalah Anak Allah. Dialah Imam Besar yang telah melintasi semua langit, yang telah merasakan pencobaan sama seperti manusia, namun tidak berbuat dosa. Oleh karenanya jemaat juga dikuatkan supaya tidak takut menghadap Allah dan mempertanggungjawabkan hidup mereka di hadapan firman-Nya yang hidup dan kuat dan ketajamannya melebihi semua pedang bermata dua. Firman yang hidup dan kuat, yang sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati manusia. Mereka yang dengan teguh memegang pengakuan imannya akan menerima rahmat dan kasih karunia untuk mendapat pertolongan dari Yesus Kristus Sang Anak Allah.

Markus 10:17-31Seorang yang hartanya banyak dan telah hidup menuruti perintah Allah sejak mudanya, berlari-lari dan bertelut di hadapan Yesus, bertanya mengenai yang harus diperbuatnya untuk memperoleh hidup kekal. Yesus menjawab agar dia pergi, menjual miliknya dan memberikan hasil penjualan itu kepada orang-orang miskin, serta mengikut Yesus. Orang ini kemudian menjadi kecewa dan pergi dengan sedih. Orang kaya ini telah memfokuskan hidupnya pada harta. Hatinya melekat kepada harta. Baginya, harta lebih menarik daripada Kerajaan Allah. Maka, kata Yesus selanjutnya, bagi orang beruang yang memang telah melekatkan hatinya pada harta, sulit untuk masuk Kerajaan Allah. Akan lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada dia masuk Kerajaan Allah. Atas penyataan Petrus bahwa para murid telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus, Yesus berkata bahwa setiap orang yang karena Yesus dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki dan perempuan, ibunya atau bapaknya, anak-anaknya atau ladangnya, orang-orang semacam ini akan menerima kembali seratus kali lipat di dunia meskipun disertai penganiayaan dan pada zaman yang akan datang menerima hidup kekal.

Harmonisasi BacaanLebih mudah bagi seekor unta melewati lubang jarum dari pada orang kaya masuk ke Kerajaan Allah (Markus 10:17-31). Karena kekayaan bisa menjadikan manusia berlaku jahat terhadap sesamanya (Amos 5:6-7,10-15). Padahal TUHAN-lah yang mempunyai kuasa untuk membuat seseorang berhasil dalampekerjaannya dan beroleh harta kekayaan (Mazmur 90:12-17). Orang Kristen harus memfokuskan hidupnya kepada Yesus, Imam Besar sejati, yang menjadi perantara antara orang Kristen dengan Allah Bapa sehingga menerima kebahagiaan sejati (Ibrani 4:12-16).

Renungan Atas BacaanUntuk mencapai kebahagiaan hidup yang sejati, yaitu hidup kekal, tidak mudah. Terlebih bagi orang yang berharta banyak. Yesus mengatakan hal itu dengan menyebutkan bahwa lebih mudah bagi seekor unta melewati lubang jarum. (Markus 10:17-31). Mengapa? Karena kekayaan bisa menjadikan manusia berlaku jahat terhadap sesamanya, sebagaimana yang disiratkan dalam Amos 5:6-7,10-15. Orang-orang Israel kaya, bisa membangun rumah berbatu dan membuka kebun anggur. Namun mereka mendapatkan dan menambah-nambahkan kekayaannya dengan berbuat jahat terhadap sesamanya. Padahal TUHAN-lah yang mempunyai kuasa untuk membuat seseorang berhasil dalam pekerjaannya dan beroleh harta kekayaan (Mazmur 90:12-17).Bagaimana dengan orang Kristen? Orang Kristen mempunyai pengakuan iman bahwa Yesus adalah Anak Allah. Atas pengakuan iman ini maka Yesus menjadi Imam Besar bagi orang Kristen, perantara yang menghubungkan orang Kristen dengan Allah Bapa. Perantara yang tanpa dosa. Perantara yang akan menolong pada waktunya sehingga menyelamatkan orang Kristen ketika memberikan pertanggungjawaban akan hidupnya di hadapan firman yang hidup dan kuat serta mempunyai ketajaman melebihi semua pedang bermata dua (Ibrani 4:12-16). Hal masuk Kerajaan Allah adalah sangat mungkin bagi orang yang sungguh percaya dan memfokuskan hidupnya kepada Yesus Anak Allah, Sang Imam Besar sejati.Di tengah-tengah arus gaya hidup modern, serba instan, mengutamakan materi dan kebahagiaan duniawi, memiliki harta yang banyak seakan menjadi ukuran akan kebahagiaan hidup. Akhirnya, hampir semua manusia memfokuskan hidupnya pada harta. Harta atau uang menjadi segala-galanya. Segala cara dijalani untuk mendapatkan harta yang banyak. Kejahatan pun merebak. Orang menjadi kaya karena kejahatannya, tetapi tidak akan menemukan kebahagiaan di dunia ini maupun pada zaman yang kemudian. Jika orang ingin bahagia, seharusnya fokus hidupnya adalah Tuhan. Tuhanlah yang menjadikan seseorang mempunyai harta dan bisa menikmati hartanya dengan baik.

Pokok dan Arah PewartaanTuhan harus menjadi fokus dalam hidup dan kehidupan orang beriman pada Tuhan Yesus Kristus supaya beroleh kebahagiaan hidup.

Khotbah Jangkep Bahasa IndonesiaJudul Khotbah:

Keluarga Bahagia

Jemaat yang dikasihi Tuhan.

Time is money. Waktu adalah uang. Kata-kata ini banyak dibenarkan oleh keluarga-keluarga pada zaman sekarang. Kata-kata ini tanpa disadari menuntun keluarga untuk menjalani hari-harinya dengan kegiatan mencari, mengumpulkan, dan menambahkan jumlah uang mereka. Kata-kata ini menjadikan uang atau harta benda sebagai titik perhatian, fokus, atau hal utama yang dicari dalam hidup sehari-hari. Hal ini bukan sesuatu yang aneh, karena pada zaman modern yang serba instan sekarang ini, materi dan hal menyenang-nyenangkan diri menjadi sesuatu yang sangat dicari. Pada zaman modern sekarang ini, tolok ukur sebuah keluarga dikatakan berbahagia adalah jumlah kekayaannya. Kekayaan dianggap sebagai segala-galanya. Kekayaan menjadi tuhan bagi sebagian besar masyarakat modern. Dan, mungkin juga, tidak sedikit dari keluarga-keluarga Kristen menjalani hidup seperti ini. Mungkin tidak sedikit dari keluarga-keluarga Kristen telah berfokus pada uang atau kekayaan. Mungkin tidak sedikit dari keluarga-keluarga Kristen tidak lagi sungguh-sungguh berfokus pada Tuhan.

Jemaat yang dikasihi Tuhan.

Betulkah bahwa jika sebuah keluarga itu kaya raya pasti ada kebahagiaan di sana? Tidak juga. Tidak sedikit keluarga-keluarga yang berlimpah kekayaan mengatakan bahwa hidup mereka tidak berbahagia. Bahkan tidak sedikit keluarga-keluarga yang dipandang kaya oleh orang kebanyakan, keadaan keluarganya penuh dengan persoalan. Misalnya, hubungan suami isteri dalam keluarga itu tidak harmonis. Terjadi perselingkuhan di antara mereka. Anak-anak dalam keluarga itu terjerat penyalahgunaan obat-obat terlarang, terkena kasus balap liar, tabrak lari, terjaring operasi pasangan tidak sah dihotel-hotel berbintang, penipuan, tawuran, dan lain sebagainya. Ada juga yang kemudian terjerat kasus suap, pungli, korupsi, penipuan investasi, dan lain sebagainya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa keluarga dengan kekayaan yang banyak belum tentu berbahagia. Walaupun ada juga keluarga-keluarga kaya yang hidup bahagia dan bahkan menjadi teladan bagi keluarga-keluarga yang lainnya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan.

Keluarga-keluarga Kristenjuga perlu menyadari bahwa kebahagiaan hidup tidaklah hanya menjadi impian di dunia ini. Kebahagiaan hidup di alam kekekalan juga harus menjadi impian keluarga kita semua. Hidup tidak hanya berhenti di dunia ini. Setelah kehidupan di dunia sekarang ini, ada kehidupan selanjutnya, yaitu hidup di alam kekekalan. Mereka yang hidupnya benar dan baik, seturut dengan kehendak Tuhan di dalam dunia ini, akan melanjutkan kebahagiaannya di alam kekekalan. Mereka bahagia di dunia dan menemukan kebahagiaan sejati, menemukan hidup kekal di alam kekekalan. Sehingga ada kata-kata dalam doa: semoga berbahagia di dunia dan di akhirat nanti.

Bagaimana kita mencapai itu semua? Bagaimana supaya keluarga kita berbahagia di dunia dan di akhirat? Dari apa yang kita baca dalam bacaan Injil Markus 10:17-31, kita mengetahui bahwa untuk mencapai kebahagiaan sejati atau hidup kekal itu tidak mudah. Terlebih bagi orang kaya yang memfokuskan hidupnya pada kekayaan yang dimilikinya. Sehingga ketika Yesus mengatakan kepada seorang kaya yang bertanya padanya cara untuk mencapai hidup kekal, mencapai kebahagiaan yang sejati, yaitu menjual harta miliknya dan membagikannya pada orang-orang miskin, orang itu menjadi kecewa dan pergi dengan sedih. Padahal dia kaya dan telah melakukan semua aturan perintah Allah dalam hidupnya sejak masih muda. Dia tidak membunuh, dia tidak berzinah, tidak mengucapkan saksi dusta, tidak mengurangi hak orang, dan menghormati orang tuanya. Namun, ternyata, hatinya telah melekat pada kekayaan yang dimilikinya. Sehingga ketika Yesus memintanya untuk meninggalkannya dengan menjualnya dan membagikan pada orang-orang miskin dan mengikuti Yesus, orang kaya ini tidak bisa. Mengumpulkan kekayaan dan menjadi kaya dengan memfokuskan diri pada kekayaan atau uang ternyata bukan cara untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia, terlebih kebahagiaan sejati yakni kehidupan kekal.

Jemaat yang dikasihi Tuhan.

Mengapa orang yang memfokuskan hidupnya pada harta atau kekayaan atau uang sulit merasakan kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan sejati atau hidup kekal?Karena orang yang telah memfokuskan diri pada kekayaan, biasanya akan menghalalkan segala cara untuk bisa mendapatkan kekayaan. Mereka bisa berlaku tidak jujur, berlaku tidak adil, memeras, merampas orang miskin, dan mengambil yang dipunyai simiskin. Mereka biasanya tidak menggubris teguran yang mengingatkan akan kejahatan yang telah mereka lakukan dan bahkan dengan harta miliknya melawan orang yang mengingatkan. Hal ini bisa kita rasakan dalam pembacaan Amos 5:6-7,10-15 tadi. Padahal mereka telah membangun rumah yang bagus dan memiliki semuanya, namun ternyata mereka tidak bisa menikmatinya.Meskipun kaya raya, mereka tidak berbahagia. Sehingga Amos mengingatkan agar orang-orang keturunan Yusuf yang telah memfokuskan hidupnya pada kekayaan bertobat dan kembali kepada Allah. Kembali memfokuskan hidupnya pada Allah.

Untuk merasakan kebahagiaan hidup di dunia ini dan kebahagiaan sejati atau hidup kekal di akhirat, kita dan keluarga kita harus memfokuskan hidup pada Tuhan. Mengapa? Karena, sebagaimana kita terima dari Mazmur 90 :12-17 tadi, Tuhan adalah sumber suka

cita dan Tuhanlah yang berkuasa untuk membuat setiap kerja dan usaha manusia berhasil baik. Memfokuskan hidup pada Tuhan atau berfokus pada Tuhan dalam menjalani hidup berarti hidup dengan benar di hadapan Tuhan. Hidup dengan memperhatikan perintah Tuhan. Hidup dengan melakukan perintah Tuhan dan tidak melakukan apa yang menjadi larangan-Nya. Bukankah Yesus juga berkata bahwa yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Tuhan dan memeliharanya? Jika kita dan keluarga kita senang mendengarkan firman Tuhan, memperhatikannya dengan sungguh-sungguh dan melakukan dalam hidup ini, sebagaimana dikatakan Yesus, kita dan keluarga kita akan berbahagia. Supaya bisa merasakan kebahagiaan dalamhidup di dunia dan akhirat, kita dan keluarga kita harus berfokus pada Tuhan.

Hidup berfokus pada Tuhan. Kata-kata yang mudah diucapkan, tetapi sulit untuk dilaksanakan. Banyak godaan yang bisa memikat hati kita sehingga kita tidak berfokus pada Tuhan. Keindahan dunia dan kenikmatan dunia bisa mengalihkan fokus kita dari Tuhan sumber suka cita dan keberhasilan. Kalau begitu, bagaimana caranya supaya kita dan keluarga kita bisa tetap fokus pada Tuhan dalam menjalani hidup pemberian Tuhan ini? Sebagai orang Kristen, sebagaimana dinasihatkan dalam Ibrani 4:12-17, tidak ada cara lain selain memegang teguh pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah. Dengan begitu, Yesus Kristus akan tetap menjadi Imam Besar bagi kita. Dia akanmenjadi pengantara kita dengan Tuhan Allah Bapa Sorgawi. Dia akan menolong kita ketika kita mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita di hadapan firman Tuhan Allah Bapa Surgawi. Dia akan menolong kita dan keluarga kita. Mari, tetaplah berfokus kepada Tuhan. Tuhan memberkati. Amin.

Khotbah Jangkep Bahasa JawaIrah-irahaning Khotbah:

Brayat Ingkang Kebak Ing KabingahanPasamuwan ingkang dipun kasihi déning Gusti.

Time is money. Waktu adalah uang. Wekdal punika arta. Kathah brayat wonten ing jaman sapunika ingkang ngleresaken pitembungan punika. Tanpa dipun sadhari, pitembungan waktu adalah uang punika sampun nuntun saben brayat anggènipun sami pados lan nglempakaken arta. Bab punika sanès perkawis ingkang nama anèh, awit wonten ing jaman modern ingkang sarwa instan punika, bandha lan perkawis damel senenging dhiri punika dados bab ingkang utami. Wonten ing jaman sapunika, ingkang dados ukuran bilih satunggaling brayat kebak ing kabingahan inggih punika kathahing bandhanipun. Bandha kadonyan sampun dados bab ingkang utami. Bandha kadonyan, kasugihan, sampun dados gusti tumrap sapérangan ageng masarakat modern. Mila lajeng sami ngeneraken gesangipun dhateng bandha, dhateng arta. Mbok bilih, boten sekedhik saking antawisipun brayat Kristen ingkang ugi sampun ngeneraken gesangipun dhateng bandha kadonyan. Mbok bilih, boten sekedhik saking antawisipun brayat Kristen ingkang sampun boten kanthi saèstu anggènipun ngeneraken gesangipun dhumateng Gusti.

Pasamuwan ingkang dipun kasihi déning Gusti Yésus Kristus.

Punapa sampun dados jaminan menawi satunggaling brayat punika sugih lajeng temtu kebak ing kabingahan? Botentemtu. Kasunyatanipun, boten sekedhik ugi brayat ingkang sugih secara kadonyan, nanging gesangipun boten ing salebetipun kabingahan. Malah boten sekedhik ugi brayat ingkang dipun sebat brayat ingkang sugih nanging gesangipun kebak persoalan. Umpaminipun, sesambetan ingkang botenharmonis ing antawisipun suami-isteri, kalampahan wontenipun perselingkuhan, anak-anakipun gadhahpersoalan wonten ing

sekolahanipun, sami ngginakaken narkoba, kagrebeg lan kacepeng wonten ing operasi pasangan boten sah, wonten ingkang kajiret wonten ing kasus suap, korupsi, investasi bodong, lan taksih kathah malih. Kasunyatanipun, boten saben brayat ingkang dipun sebat sugih punika temtu gesangipun kebak ing kabingahan. Nanging pancèn wonten ugi brayat ingkang sugih lan gesangipun saé lan kebak ing kabingahan. Nanging, kasugihan punika boten saged dados jaminan kanggé kabingahaning gesang.

Pasamuwan ingkang dipun kasihi déning Gusti Yésus.

Brayat-brayat Kristen ugi kedah émut bilih kabingahaning gesang punika boten namung wonten ing donya ngriki. Kabingahan wonten ing alam kalanggengan ugi kedah dados pangangen-angenipun saben brayat Kristen. Gesang boten namung mandheg wonten ing donya ngriki. Sasampunipun gesang ing wekdal punika wonten gesang ing alam kalanggengan. Tiyang ingkang gesang kanthi leres lan saé, manut miturut kaliyan Gusti Allah wonten ing donya, badhé nglajengaken kabingahaning gesangipun wonten ing alam kalanggengan. Sami manggihaken kabingahan wonten ing donya lan manggihaken kabingahan sejati inggih gesang langgeng wonten ing alam kalanggengan. Mila wonten pangucap ing pandonganipun manungsa: mugi manggihaken kabingahan wonten ing bumi lan mangkénipun ugi manggihaken kabingahan wonten ing akhirat.

Kadospundi caranipun kanggé manggihaken sedaya menika? Kadospundi caranipun supados brayat kita manggihaken kabingahan wonten ing bumi lan akhirat mangké? Saking waosan Injil Markus 10:17-31, kita mangertos bilih kanggé manggihaken sedaya punika boten gampil. Punapa malih tumrap manungsa ingkang sampun ngeneraken gesangipun dhateng bandha kadonyan, inggih punika kasugihan. Mila nalika wonten sedhèrèk ingkang sugih tanglet bab cara kanggégadhah gesang langgeng, inggih kabingahan sejati, lan wangsulanipun supados piyambakipun nyadé barang darbèkipun lan maringaken dhateng tiyang miskin lajeng ndhèrèk Gusti Yésus, piyambakipun lajeng kuciwa lan sedhih. Kamangka piyambakipun punika sugih lan sampun nindakaken punapa ingkang dipun ngendikakaken wonten ing pranataning Torèt, inggih pranataning agami. Nanging, kasunyatanipun, manahipun punika wonten ing bandhanipun. Mila nalika Gusti ngersakaken supados piyambakipun maringaken bandhanipun dhateng tiyang miskin, nglepasaken bandhanipun saking manahipun lajeng ndhèrèk Gusti Yésus lan nampèni gesang langgeng, piyambakipun boten saged. Ngeneraken gesang dhateng bandha kadonyan kanthi nglempakaken bandha lan dados tiyang sugih, sanès cara kanggé nggayuh kabingahaning gesang ing donya lan ing akhirat mangké.

Pasamuwan ingkang dipun kasihi déning Gusti Yésus.

Kénging punapa tiyang ingkang ngeneraken gesangipun dhateng bandha kasugihan angel sanget mlebet dhateng Kratoning Gusti Allah? Awit, tiyang ingkang sampun ngeneraken gesangipun dhateng bandha kadonyan biasanipun lajeng menghalalkan semua carakanggé nglempakaken kasugihanipun. Sami tumindak boten jujur, boten adil, tegel dhateng sesaminipun, meres dhateng sesami ingkang sampun sèkèng lan apes gesangipun, botenperduli dhateng pitedah saé lan luhur ing bab gesang ingkang saé, sarta ngginakaken kasugihanipun kanggé nglawan tiyang sanès ingkang ngèngetaken piyambakipun bab tumindak awon ingkang sampun katindakaken. Bab punika saged kita panggihaken wonten ing waosan Amos 5:6-7 kalajengaken ayat 10-15 kala wau. Mila lajeng dipun ngendikani supados mratobat.

Pasamuwan ingkang dipun kasihi déning Gusti Yésus Kristus.

Kanggé manggihaken gesang ingkang bingah wonten ing donya lan manggihaken kabingahan sejati wonten ing alam kalanggengan inggih wonten ing akhirat mangké, kita lan brayat kita kedah ngeneraken gesang dhateng Gusti Allah. Kenging punapa? Awit kados ingkang kita tampèni saking Jabur Mazmur 20:12-17, Gusti Allah punika tuking kabingahan. Gusti Allah ugi ingkang kagungan panguwaos kanggé nemtokaken kasil lan botenipun pandamelipun manungsa. Tiyang ingkang ngeneraken gesangipun dhateng Gusti, punika tiyang ingkang gesang kanthi leres wonten ing ngarsanipun Gusti. Gesang kanthi nindakaken punapa ingkang dipun kersakaken déning Gusti lan boten nindakaken menapa

ingkang dados awisanipun Gusti. Gusti Yésus ugi paring pangandika bilih tiyang ingkang rahayu inggih punika tiyang ingkang mirengaken pangandikanipun Gusti lan dipun gatosaken. Menawi kita lan brayat kita remen mirengaken pangandikanipun Gusti lan migatosaken pangandikanipun Gusti kanthi nindakaken pangandika punika wonten ing gesang kita kados ingkang dipun ngendikakaken déning Gusti Yésus, kita lan brayat kita badhé manggihaken kabingahan. Supados manggihaken kabingahan wonten ing donya lan manggihaken kabingahan sejati wonten ing alam kalanggengan inggih wonten ing akhirat mangkénipun, kita lan brayat kita kedah ngeneraken gesang dhateng Gusti Allah.

Ngeneraken gesang dhateng Gusti. Punika pitembungan ingkang gampil kaucapaken nanging angèl kanggé dipun wujudaken. Kathah godhanipun. Kathah kaélokaning kadonyan ingkang saged méncutaken manah kita ngantos kita boten ngeneraken gesang dhumateng Gusti Allah. Kadospundi caranipun supados kita saged tetep ngeneraken gesang dhateng Gusti Allah? Minangka tiyang Kristen, kita nampèni pangandika wonten ing Ibrani 4:12-17. Kita kedah nyepengi kanthi kenceng pangaken bilih Yésus Kristus punika Putraning Allah. Kanthi mekaten Gusti Yésus badhé tansah dados Imam Agung tumrap kita. Gusti Yésus dados pantara kita, dados Juruwilujeng kita ingkang badhé mitulungi kita lan brayat kita. Menawi kita kepéngin kita lan brayat kita tansah wonten ing kawontenan ingkang kebak ing kabingahan, kita kedah ngeneraken gesang dhateng Gusti. Kita akeni kanthi saèstu bilih Yésus Kristus punika Putraning Allah, lan kita wujudaken pangaken kala wau wonten ing gesang ingkang nyondhongi kaliyan pangandikanipun. Amin.

Minggu, 18 Oktober 2015Minggu Biasa XXIX (Hijau)

Tema Perayaan ImanPerlombaan (Berlomba) Menjadi Hamba

Daftar Bacaan AlkitabBacaaan I : Yesaya 53:4-12Mazmur Antar Bacaan : Mazmur 91:9-16Bacaan II : Ibrani 5:1-10Bacaan Injil : Markus 10:35-45

Tujuan Perayaan ImanDalam rumah tangga kerap terjadi perlombaan untuk mencari perhatian. Yesus mengajarkan umat berlomba memberikan pelayanan.

Pelengkap Bacaan Untuk Liturgi IBerita Anugerah : Galatia 1:2-5Petunjuk Hidup Baru : Filipi 2:5-8 Dasar Persembahan : Yesaya 1:13

Daftar Nyanyian Untuk Liturgi IBahasa IndonesiaPujian : KJ. 3:1,2Penyesalan dosa : KJ. 29:1,2,3Kesanggupan : KJ. 364:1,2Persembahan : KJ. 291:1-Akhir Kebaktian : KJ. 376:1,4

Bahasa JawaPamuji : BMGJ. 15:1,2,3Panelangsaning Dosa : BMGJ. 42:1,2Kasanggeman : BMGJ. 87:1,2Pisungsung : BMGJ. 185:1-Pungkasaning Pangabekti : BMGJ. 304:1,2

Pdt. Dian Tjahjadi Warto Hardjono (GKJ Tempurung-Gubug)

Dasar PemikiranMenjadi yang terbesar dan terpandang di tengah keluarga adalah sesuatu yang normal manusiawi. Namun jika dilakukan dengan motivasi menguasai, memerintah, selalu mendapat pelayanan yang terbaik dan diutamakan dalam keluarga, hal itu akan menjadikan suasana dalam keluarga tidak menjadi baik. Nilai Kristiani, dalam hal ini pelayanan pada semua orang, harus menjadi pilihan pribadi Kristen dalam keluarga. Pribadi yang dengan tulus ikhlas melakukan pekerjaan baik bagi keluarga, tentu akan memunculkan perasaan hormat dan senang serta cinta dari anggota keluarga yang lainnya.

Keterangan Tiap Bacaan Yesaya 53:4-12

Ayat ini merupakan gambaran yang sungguh tepat tentang Hamba TUHAN yang menderita. Hidup-Nya dikehendaki Allah untuk menderita, menjadi korban penghapus dosa manusia. Dia tidak berdosa, tidak berbuat kejahatan, tetapi harus menanggung semua akibat dari dosa dan kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang lain. Dia sangat menderita dan dihinakan. Kuburan-Nyapun diantara para penjahat. Orang-orang yang diselamatkan dan didoakan untuk mendapat pengampunan dari Allah karena penderitaan-Nyapun, menganggapnya sebagai orang yang dihukum oleh Allah, orang yang dikutuk oleh Allah. Namun Hamba TUHAN ini menanggung itu semua dalam kesabaran. Oleh-Nya, kehendak Allah terlaksana. Dia pun menjadi Hamba yang menyenangkan hati Allah. Kepada-Nya, Allah berkenan.

Mazmur 91:9-16Allah adalah tempat perlindungan yang teguh. Orang yang berlindung dan berteduh kepada Allah, yaitu orang yang melekatkan hatinya pada Allah dan mencintai Allah dalam hidupnya, kepadanya Allah akan menjadi pelindung yang teguh. Malapetaka dan bencana tidak akan menimpanya, karena Allah menjadi bentengnya. Ketika dia dalam kesesakan dan berseru kepada Allah, Allah akan mendengarkan seruannya. Allah menyertainya dalam kesesakannya dan membebaskannya dari kesesakan serta memberikan kepadanya kemuliaan. Panjang umur dan keselamatan diberikan Allah kepadanya.

Ibrani 5:1-10Yesus Kristus, semasa hidupnya, hidup dalam kesalehan dan ketaatan kepada Allah. Meskipun Dia adalah Anak Bapa, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari penderitaan, Yesus Kristus menjalani hidup penderitaan-Nya dalam takut dan hormat kepada Bapa. Dia belajar taatdalam penderitaan. Diapun mencapai kesempurnaan sebagai Juru selamat bagi banyak orang yang taat kepada-Nya. Yesus Kristus menjadi Imam Besar bagi umat manusia. Sebagaimana imam besar, Yesus Kristus tidak mengangkat dirinya sendiri atau memuliakan dirinya sendiri sebagai imam besar. Yesus Kristus diangkat dan dimuliakan oleh Allah Bapa, yang mengangkat atau memuliakannya sebagai Imam Besar menurut peraturan Melkisedek. Melkisedek adalah tokoh raja Salem, raja kebenaran, imam Allah yang Mahatinggi. Lebih dari Abraham. Keimaman Melkisedek melebihi keimaman Harun. Jika Yesus Kristus keimamannya disebut menurut aturan Melkisedek, itu berarti keimaman Yesus Kristus melebihi keimaman suku Lewi pada zaman-Nya.

Markus 10:35-45Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mengajukan permintaan kepada Yesus Kristus yang adalah Guru mereka. Kedua anak Zebedeus ini tahu bahwa Yesus akan mendapatkan kemuliaan kelak di kemudian hari. Mereka meminta untuk mendapat posisi yang terhormat dan enak, yaitu duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus. Atas permintaan itu Yesus Kristus mengatakan bahwa hal duduk disebelah kiri dan kanan-Nya dalam kemuliaan kelak, adalah bukan hak-Nya. Hal itu disediakan bagi orang-orang yang memang kepada mereka tempat itu sudah disediakan.Permintaan Yakobus dan Yohanes menjadikan kesepuluh murid lain menjadi marah. Mungkin sebetulnya mereka juga mendambakan posisi itu. Hanya saja mereka tidak mau mengungkapkan dengan meminta langsung kepada Yesus Kristus. Mendapati hal yang seperti itu, Yesus berkata agar mereka mau menjadi hamba bagi semua jika mereka ingin menjadi yang terbesar di antara mereka. Para murid diajak untuk menjalani hidup sebagaimana Guru mereka. Yesus Kristus, Guru mereka, datang kedunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani; menjalani hidup sebagai hamba dan mengorbankan diri bagi keselamatan banyak orang.

Harmonisasi BacaanPermintaan Yohanes dan Yakobus adalah wajar sebagai manusia (Markus). Namun mereka lupa bahwa Yesus adalah Hamba TUHAN yang datang untuk melayani melalui penderitaan (Yesaya). Gaya hidup Yesus itu menjadi teladan bagi umat percaya (Ibrani). Sekalipun sulit, tetapi bisa dilakukan dalam perlindungan Allah (Mazmur)

Renungan Atas BacaanMenjadi terkenal dan mempunyai banyak penggemar tentu menyenangkan. Apalagi hal itu mendatangkan keuntungan secara posisi sosial dan finasial, yaitu mempunyai pengaruh dan bertambah kaya. Hal itu bisa dicapai melalui kerja keras, tetapi bisa juga karena hadiah kedekatan hubungan dengan penguasa. Maka permintaan Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, dalam bacaan Markus 10:35-45bisa dimengerti.Namun mereka lupa bahwa yang sedang diikuti adalah seorang Guru yang menjalani hidup sebagai hamba dalam ketertundukan penuh pada Allah, Bapa-Nya disorga, dengan menjalani hidup menderita supaya kehendak Bapa-Nya terlaksana (Yesaya 53:4-12). Itulah keteladanan Sang Guru kepada para murid, juga bagi kita semua yang hidup pada zaman serba mau enaknya sendiri ini. Ibrani 5:1-10 menginspirasi kita untuk meneladani gaya hidup Yesus Kristus. Memang tidak mudah menjalani hidup seperti Yesus, menghamba dalam hidup ditengah kecenderungan berkuasa. Namun Allah adalah tempat perlindungan bagi orang yang mau setia pada kehendak-Nya. (Mazmur 91:9-16).Hidup menghamba, merendah, dan menghilang dalam hiruk pikuk ketenaran, kemewahan, dan kenikmatan hidup adalah pilihan yang sulit dan sepertinya tidak menarik. Namun jika itu dilakukan dengan tulus, ikhlas, setia, dan taat kepada Allah, bagi kebaikan hidup keluarga, kepadanya akan datang sanjungan dan pujian serta rasa hormat dari semua anggota keluarga, bahkan dari orang lain.

Pokok dan Arah PewartaanMenghidupkan kembali semangat melayani dengan tulus ikhlas dalam keluarga Kristen.

Khotbah Jangkep Bahasa IndonesiaJudul Khotbah:

Yang Terbesar Adalah Yang Mau Melayani

Jemaat yang dikasihi Tuhan.

Secara kasat mata, yang namanya pemimpin itu hidupnya lebih enak dan menyenangkan daripada bawahan. Yang namanya tuan tentu hidupnya lebih enak, lebih menyenangkan, dan lebih nyaman daripada hamba. Secara kasat mata, pimpinan atau tuan lebih dihormati daripada bawahan atau hamba. Pimpinan atau tuan tinggal perintah ini dan itu, lalu bawahan atau hamba melakukannya. Bawahan atau hamba, secara kasat mata, harus melayani pimpinan atau tuannya. Jelas bahwa, secara kasat mata, menjadi hamba atau bawahan itu tidak mengenakkan, harus melayani. Melayani adalah aktivitas yang tidak mengenakkan bagi diri sendiri. Manusia cenderung lebih suka dilayani. Itulah sebabnya, dalam kehidupan bersama, semua orang ingin menjadi pemimpinatau, paling tidak, orang yang dekat dengan pemimpin. Lebih suka lagi jika bisa menjadi orang-orang kepercayaan pemimpin. Dengan demikian bisa ikut merasakan dilayani, dihormati, menjadi orang penting, menjadi pusat perhatian, menjadi ikut terkenal, dan keuntungan lain yang bisa dirasakan.

Dalam tayangan televisi, acara sinetron misalnya, gambaran tentang pemimpin atau tuan dan bawahan atau hamba juga menggambarkan hal yang sama, bahkan sering terlalu berlebihan. Hal ini juga menyumbang pada semakin kuatnya kecenderungan untuk dilayani dalam kehidupan zaman sekarang yang hidup dalam suasana materialistis dan kesenangan diri. Tidak sedikit keluarga-keluarga Kristen yang gelisah menghadapi situasi semacam ini. Mereka gelisah karena melihat bahwa anak zaman sekarang mempunyai kecenderungan

yang kuat untuk tidak peduli pada sekitar, maunya enak sendiri, yang penting aku enak, sehingga tidak peduli dan enggan untuk melayani yang lain dengan senang hati. Mereka menjadi generasi yang manja dan lembek, suka merengek dan mengeluh.

Jemaat yang dikasihi Tuhan.

Dari bacaan Injil Markus 10:35-45, kita melihat kondisi yang sama dengan zaman sekarang ini. Para murid, yang setiap hari hidup dan bergaul serta mendapatkan ajaran dari Yesus Kristus, juga mempunyai kecenderungan untuk lebih suka dilayani. Sehingga, tampaknya, semua ingin menjadi orang-orang yang mempunyai posisi penting di sekitar Yesus. Mereka mempunyai harapan bahwa jika kelak Yesus dimuliakan, menjadi raja seperti raja-raja didunia, maka mereka menjadi orang-orang dekat Yesus dan turut memerintah bersama Yesus. Itulah sebabnya, ketika Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, meminta kedudukan di kanan dan kiri Yesus, kesepuluh rekan mereka marah kepada keduanya. Mereka marah karena mereka juga mengharapkan posisi itu. Dalam keadaan yang seperti itu, Yesus memberikan pengajaran-Nya. Yesus tidak melarang para murid mempunyai harapan menjadi pemimpin, yang terbesar, yang utama dalam kelompok mereka. Namun jika mengharapkan posisi itu, mereka harus mau menjalani kehidupan sebagai hamba. Mereka harus mau menghamba bagi kelompoknya.

Bagi Yesus, menjadi yang terbesar dalam kelompok, bukan dilihat dari posisinya. Menjadi yang terbesar dilihat dari karya perbuatan baiknya yang mau melayani demi kebaikan dan kenyamanan semua anggota kelompok. Di dalam kehidupan Yesus, kita tahu bahwa Yesus tidak hanya mengajarkan, tetapi juga melakukan yang diajarkannya itu dalam hidup-Nya sebagai manusia. Dia menghamba kepada Allah Bapa dan melayanimanusia. Dengan menghamba kepada Allah, Bapa-Nya, maka kehendak Bapa-Nya untuk menyelamatkan manusia berdosa terlaksana. Setelah semuanya itu terjadi sempurna. Bapa-Nya memberi kemuliaan kepada-Nya. Tidak ada yang melebihi Yesus, baik di bumi maupun di sorga. Hal ini bisa kita lihat dalam Yesaya 53:4-12. Ibrani 5:1-10 juga memberikan kesaksian yang sama. Yesus tidak hanya mengajarkan, tetapi juga menjalankan hal yang diajarkan-Nya itu. Dalam ketaatan kepada Bapa-Nya, Dia menderita bagi manusia berdosa. Dia, yang seharusnya dilayani oleh manusia, mau melayani manusia dalam penderitaan hidup, sebagaimana kehendak Bapa, supaya manusia selamat.

Memilih hidup menghamba bagi kebaikan hidup bersama memang sangat sulit. Banyak tulisan di kantor-kantor pemerintah dan swasta seperti:”Kami siap melayani Anda”, ”Abdi Negara”,dan ”Kepuasan Anda adalah kebanggaan kami”. Tapi nyatanya? Mungkin kita pernah kecewa atas pelayanan mereka. Memang hidup menjadi hamba, hidup melayani sesama, tidak mudah. Itu adalah penderitaan karena melawan kecenderungan diri kita. Namun jika hal itu terus diperjuangkan dan dijalani dengan tulus ikhlas, dihayati sebagai ibadah kepada Allah, maka Allah akan menjadi pelindung. Allah adalah pelindung yang teguh, benteng yang kokoh, yang akan melindungi dan menolong kita, sebagaimana dikatakan dalam Mazmur 91:9-16.

Mau melayani dengan tulus ikhlas kepada sesama demi kebaikan hidup bersama, itulah yang Yesus Kristus kehendaki kita lakukan dalam hidup ini. Sekali lagi, ini adalah sesuatu yang tidak mudah atau ringan untuk dilakukan. Selain kita harus melawan kecenderungan diri kemanusiaan kita yang maunya dilayani, sepertinya dunia ini juga sudah disesaki oleh manusia-manusia yang maunya dilayani. Mari kita melakukan perubahan. Kita mulai dari diri sendiri. Kita mulai dari keluarga kita. Kita hidupkan gaya hidup mau melayani dengan tulus ikhlas dalam diri dan keluarga kita. Kita harus terus mengajarkan jalan hidup Yesus ini dalam keluarga kita dan kita laksanakan juga dalam kehidupan kita masing-masing. Jangan takut dan khawatirtentang harga diri kita dan keluarga kita. Juga jangan takut dan khawatir tentang terpenuhinya kebutuhan kita dan keluarga kita secara duniawi jika kita mau menjalani hidup seperti Yesus. Yesus Kristus yang adalah Guru dan Tuhan kita tentu akan melindungi, merawat, dan menolong kita. Amin.

Khotbah Jangkep Basa JawaIrah-irahaning Khotbah

Ingkang Paling Ageng Inggih Punika Ingkang Purun Ngladosi

Pasamuwan ingkang dipun kasihi déning Gusti Yésus Kristus.

Wonten ing gesang saben dinten, ketingal bilih gesangipun pemimpin punika langkung sekéca katimbang bawahanipun. Ingkang naminipun bendara, mesthinipun gesangipun ugi langkung sekéca, langkung ngremenaken, tinimbang kaliyan abdinipun. Bawahan utawi abdi, kedah ngladosi pimpinan utawi bendaranipun. Cetha bilih dados bawahan utawi abdi punika,sacara kadonyan, botensekéca. Piyambakipun kedah ngladosi. Ngladosi punika boten ngremenaken. Kénging punapa? Awit kita langkung remen dipun ladosi. Mila wonten ing gesang sesarengan kaliyan sesami, sedaya tiyang kepénginipun dados pemimpin, dados tiyang ingkang dipun ladosi. Utawi, menawi boten saged dados pemimpin, nggih dados tiyang ingkang celak utawi gadhah sesambetan utawi koneksi kaliyan pemimpin. Sokur-sokur, saged dados tangan kanan-ipun pemimpin. Kanthi mekaten saged tumut ngraosaken sekécanipun dipun ladosi déning tiyang sanes, tumut ngraosaken dipun urmati, tumut ngraosaken dados tiyang penting, dados pusatperhatian-ipun tiyang kathah, ndhèrèkterkenal, lan sapiturutipun.

Wonten ing acara televisi, contonipun wonten ing sinetron, gegambaran ngéngingi pemimpin utawi bendara kaliyan bawahan utawi abdi punika ugi sami kaliyan kasunyatan ingkang wonten, malah kepara langkung dipun dramatisir. Perkawis punika sangsaya ngiyataken pepénginan kanggé dipun ladosi wonten ing gesang. Lan wonten ing wekdal sapunika, boten sekedhik saking tiyang sepuh wonten ing brayat-brayat Kristen ingkang prihatos sambet kaliyan kawontenipun anak-anakipun. Sami prihatos awit anak-anakipun, sami kaliyan umumipun anak-anak jaman sapunika, sami botengadhah kawigatosan dhateng lingkunganipun, namung pados sekécanipun piyambak, boten purun ngladosi dhateng kabetahanipun sesami kanthi bingah. Sami dados generasi ingkang egois lan manja, gampil nggresah lan nggresula.

Pasamuwan ingkang dipun kasihi déning Gusti Yésus.

Saking waosan Injil Markus 10:35-45, kita ugi manggihi kawontenan ingkang sami. Para sakabatipun Gusti Yésus ingkang saben dinten gesang kaliyan Gusti, nampèni piwulang saking Gusti, ugi sami gadhah pepénginan dados pemimpin, dados tiyang ingkang dipun ladosi. Sedaya kepéngingadhah kalenggahan ingkang penting wonten ing paprentahanipun Gusti Yésus. Para sakabat gadhah pangajeng-ajeng sami dados tiyang ingkang celak piyambak kaliyan Gusti Yésus lan ndhèrèk mréntah sesarengan kaliyan Gusti wonten ing kratoninpun Gusti ingkang sami dipun gambaraken kados déné kraton kadonyan. Punika sebabipun, nalika Yakobus kaliyan Yokanan, anak-anakipun Zébédéus, sami nyuwun kalenggahan ing tengen lan kiwanipun Gusti Yésus, sakabat sedasa sanèsipun sami nesu dhateng sedhèrèk kekalih punika. Gusti Yésus lajeng maringaken piwulang dhateng para sakabatipun. Gusti Yésus boten ngawisi para sakabat menawi sami gadhah pangajeng-ajeng dados pemimpin, ingkang paling ageng ing patunggilanipun para sakabat. Nanging, menawi kepéngingadhah kalenggahan ingkang inggil piyambak, para sakabat kedah purun nglampahi gesang minangka abdi tumrap sesaminipun. Kedah sami purun dados abdi.

Tumrap Gusti Yésus, dados tiyang ingkang ageng piyambak wonten ing patunggilan punika boten dipun pirsani saking kalenggahanipun. Dados tiyang ingkang ageng piyambak punika dipun pirsani saking labuh labetipun anggènipun lelados wonten ing patunggilan, kanggé kasaénaning gesang patunggilan. Wonten ing gesangipun Gusti Yésus minangka manungsa, Gusti Yésus boten namung mucalaken bab gesang lelados punika. Gusti Yésus

ugi nindakaken lan èstu-èstu gesang ing salebetipun paladosan. Gusti Yésus kanthi setya dados abdinipun Gusti Allah lan ngladosi manungsa. Kanthi mekaten, punapa ingkang dados kersanipun Gusti Allah anggènipun milujengaken manungsa, kaleksanan wonten ing gesangipun Gusti Yésus.

Sasampunipun sedaya kalampahan kanthi sampurna, Gusti Allah Sang Rama lajeng maringaken kamulyan dhateng Gusti Yésus Kristus. Boten wonten makhluk ingkang saged nampèni kamulyanipun ingkang sami kaliyan Gusti Yésus, dadosa ingkang wonten ing bumi, ing sainggilipun bumi punapa déné ingkang wonten ing sangandhapipun bumi. Bab punika sampun kita pireng wonten ing waosan Yesaya 53:4-12 kala wau. Ibrani 5:1-10 maringi katrangan ingkang sami. Gusti Yésus boten namung mucalaken bab gesang peladosan, nanging ugi nindakaken wonten ing gesangipun. Kanthi setya tuhu, Gusti Yésus ngabdi dhumateng Gusti Allah. Gusti Yésus kersa nandhang sangsarakanggé manungsa ingkang dosa. Gusti Yésus ingkang kedahipun dipun ladosi déning manungsa, kersa ngladosi manungsa wonten ing kasangsaranipun kados ingkang kakersakaken déning Gusti Allah Sang Rama supados manungsa wilujeng.

Pancen gesang minangka abdi lan ngabdi dhateng sesami kanggé kasaénaning gesang sesarengan punika angel sanget. Kathah seratan wonten ing kantor-kantor pemerintah utawi swasta utawi wonten ing perusahaan-perusahaan ingkang kados mekaten: ”Kami siap melayani Anda”, ”Abdi Negara”, lan ”Kepuasan Anda adalah kebanggaan kami”. Kasunyatanipun? Mbok bilih kita langkung asring rumaos kuciwa. Pancen gesang minangka abdi lan ngabdi dhateng sesami punikaboten gampil. Punika kasangsaran awit lelawanan kaliyan pepénginaning dhiri kita piyambak. Nanging, menawi kita purun mbudidaya kanthi saèstu nglawan pepénginaning dhiri kamanungsan kita lan nglampahi kanthi tulus iklas lan dipun raosaken minangka pangibadah dhumateng Gusti Allah, Gusti Allah badhé dados bètèng kita. Gusti Allah badhé ngayomi kita, mitulungi kita, kados ingkang dipun ngendikakaken Mazmur 91:9-16.

Pasamuwan ingkang dipun kasihi déning Gusti Yésus.

Purun ngladosi dhateng sesami kanthi tulus iklas murih kasaénaning gesang sesarengan, punika ingkang dipun kersakaken déning Gusti Yésus. Sepisan malih, punika perkawis ingkang botenènthèng lan boten gampil. Kejawi kita kedah nglawan pepénginaning dhiri, kita ugi kedah ngadhepi kasunyatan bilih kados-kados jagad punika sampun dipun kebaki kaliyan manungsa-manungsa ingkang kepénginipun namung dipun ladosi. Nanging, awit Gusti piyambak ingkang ngersakaken, mila sumangga kita sami ngawontenaken éwah-éwahan ing gesang kita. Mangga sami sangsaya purun lan remen ngladosi minangka abdi dhateng sesami murih kasaénaning gesang sesarengan wonten ing bumi. Kita wiwiti saking dhiri kita piyambak-piyambak. Kita wiwiti saking brayat kita piyambak-piyambak. Kita gegesang malih gesang ingkang purun ngladosi dhateng sesami kanthi tulus iklas, ingkang ketingalipun sangsaya ical saking gesanging brayat lan masarakat kita. Gusti ingkang ngersakaken, Gusti ingkang paring dhawuh, boten sisah was sumelang bab gesang lan ajining dhiri kita. Gusti temtu paring pitulungan, lan ngreksa gesang kita lan brayat kita. Amin.

Minggu, 25 Oktober 2015Minggu Biasa XXX (Hijau)

Tema Perayaan ImanMencari Yesus Sang Pembebas

Daftar Bacaan AlkitabBacaaan I : Yeremia 31:7-9Mazmur Antar Bacaan : Mazmur 126Bacaan II : Ibrani 7:23-28Bacaan Injil : Markus 10:46-52

Tujuan Perayaan ImanKeluarga dipanggil untuk menjadi pembebas.

Pelengkap Bacaan Untuk Liturgi IBerita Anugerah : I Yohanes 2:1-2Petunjuk Hidup Baru : I Yohanes 2:15-17Dasar Persembahan : I Yohanes 3:17-18

Daftar Nyanyian Untuk Liturgi IBahasa IndonesiaPujian : KJ.14:1,2Penyesalan Dosa : KJ. 28:1,2Kesanggupan : KJ. 369a:1,3Persembahan : KJ. 302:1-Akhir kebaktian : KJ. 375 (2X)

Bahasa JawaPamuji : BMGJ. 28:1-5Panelangsaning Dosa : BMGJ. 51:1-3Kasanggeman : BMGJ. 82:1,4Pisungsung : BMGJ. 188:1-Pungkasaning Pangabekti : BMGJ. 251:1,3

Pdt. Dian Tjahjadi Warto Hardjono (GKJ Tempurung-Gubug)

Dasar PemikiranGambaran dunia tentang tokoh pembebas adalah tokoh dengan segala kehebatan. Tidak terkalahkan dan selalu menang dalam pertempuran. Peristiwa pembebasan selalu digambarkan dengan peristiwa kepahlawanan yang dibungkus dalam sebuah pertempuran melawan kejahatanserta berakhir dengan kematian si jahat dan keunggulan nan gemilang sang pembebas. Senjata dan kekerasan menjadi warna dominan dalam peristiwa pembebasan dan kehidupan sang pembebas.

Keterangan Tiap Bacaan Yeremia 31:7-9

Bacaan ini adalah bagian dari Nubuatan Nabi Yeremia atas Yehuda. Yeremia adalah nabi Allah yang berkarya mengingatkan bangsa Israel akan bencana yang akan dialami mereka karena dosa-dosa mereka. Yeremia juga menyaksikan dan mestinya turut merasakan bencana itu. Pada masa hidupnya, Yerusalem diduduki dan dijarah oleh Nebukadnezar, raja Babel. Raja dan rakyat Israel diangkut dan menjadi orang buangan di Babel. Dalam bacaan ini, Yeremia menubuatkan hal pembebasan yang akan dilakukan Allah atas Israel. Israel akan dikembalikan ke tanahnya. Israel dikembalikan dari Babel. Israel dibebaskan dari kekuasaan Babel. Allahlah yang membebaskan mereka dan itu semua dilakukan-Nya karena Allah mengasihi bangsa Israel dengan kasih yang kekal (bdk.Yeremia 31:3).

Mazmur 126Mazmur ini adalah nyanyian ziarah. Mestinya biasa dinyanyikan ketika bangsa Israel melakukan perjalanan peziarahan dari tempat tinggal mereka ke Yerusalem. Dalam nyanyian ini, mereka mengingat akan kasih Tuhan Allah kepada bangsa Israel. Kasih yang dinyatakan dengan perkara tak terduga yang mereka terima. Seperti mimpi ketika mereka menerimanya. Karya besar kasih Allah itu adalah ketika Allah membebaskan Israel. Setiap kali mereka berziarah dan menyanyikan nyanyikan ziarah ini, iman mereka dipertebal. Mereka diingatkan bahwa Allah adalah pembebas mereka. Mereka menyanyikan dengan menaikkan doa permohonan pertolongan kepada Tuhan Sang Pembebas Israel.

Ibrani 7:23-28Pada bacaan ini, penulis surat Ibrani menjelaskan hal keistimewaan Yesus Kristus sebagai Imam Besar. Keistimewaan itu menjadikan-Nya sebagai Juruselamat sempurna yang menyelamatkan orang yang karena-Nya datang kepada Allah. Yesus diangkat oleh Allah dengan sumpah Allah sendiri. Yesus tidak dikuasai oleh maut, sehingga keimamatan-Nya kekal. Dia saleh, tanpa salah, tanpa noda, suci, dan mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagi kurban yang dilakukannya sekali untuk selama-lamanya. Yesus adalah pengantara yang sejati, Sang Pembebas umat manusia.

Markus 10:46-52Bartimeus anak Timeus adalah seorang pengemis buta yang meminta-minta di jalan keluar dari kota Yerikho. Ketika dia mendengar bahwa Yesus dari Nazaret lewat, dia berseru agar Yesus, yang disebutnya Anak Daud, mengasihaninya. Orang-orang menegornya supaya diam. Namun ia justru semakin keras berseru agar Anak Daud itu mengasihaninya. Mendengar seruan itu, Yesus berhenti dan menyuruh orang memanggil Bartimeus. Bartimeus menanggalkan jubahnya, berdiri, dan mendekat pada Yesus. Ketika Yesus bertanya kepadanya mengenai hal yang dikehendakinya supaya Yesus perbuat baginya, Bartimeus menjawab bahwa supaya Yesus membuatnya melihat. Yesuspun menyuruh dia pergi, karena imannya telah menyelamatkannya. Bartimeus dibebaskan dari kebutaannya. Ia dapat melihat karena imannya kepada Yesus.

Harmonisasi BacaanMeskipun umat-Nya banyak berbuat dosa, Allah tetap mengasihi dan membebaskan mereka (Yeremia). Hal itu selalu diingat oleh orang Israel melalui nyanyian peziarahan mereka (Mazmur). Kasih Allah itu makin nyata dalam diri Yesus, Sang Imam Besar, Pengantara, dan Pembebas manusia dari dosa (Ibrani). Satu contoh pembebasan dilakukan Yesus dengan mencelikkan mata Bartimeus (Markus).

Renungan Atas BacaanAllah adalah Pembebas umat yang berdosa. Dia membebaskan karena kasih-Nya yang kekal kepada umat-Nya. Meskipun umat-Nya telah banyak berbuat dosa dan harus menerima konsekuensi dari dosa, tetapi Allah tetap mengasihi dan membebaskan mereka (Yeremia 31:7-9). Allah yang sungguh mengasihi umat-Nya, selalu dikenang oleh bangsa Israel. Hal itu diungkapkan dalam nyanyian yang dinyanyikan setiap kali umat melakukan peziarahan. Allah diingat sebagai Penolong yang mengherankan, Pembebas umat-Nya (Mazmur 126). Dalam hidup Yesus Kristus, kasih Allah menjadi semakin nyata. Dia telah meninggalkan kemuliaan-Nya dan

menjelma menjadi manusia dan ditetapkan dengan sumpah oleh Allah untuk menjadi Imam Besar bagi orang-orang yang datang kepada Allah karena Yesus. Ia menjadi Pengantara, Pembebas bagi manusia. Ia hidup suci tanpa dosa dan mengurbankan dirinya untuk menebus dosa manusia yang dikasihi-Nya, sekali dan untuk selama-lamanya. (Ibrani 7:23-28). Yesus akan menjadi Pembebas bagi manusia jika manusia sungguh beriman kepada-Nya. Hal itu bisa dilihat dari peristiwa penyembuhan Bartimeus, seorang pengemis buta di tepi jalan keluar dari kota Yerikho. (Markus 10:46-52).Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus adalah Sang Pembebas. Pembebas dari kuasa dosa. Hal itu dilakukan karena kasih Allah yang kekal. Jalan pembebasan yang dilakukan oleh Yesus adalah jalan penderitaan. Dia berkenan mengurbankan diri untuk manusia yang beriman kepada-Nya dan datang kepada Allah.

Pokok dan Arah PewartaanSetiap anggota keluarga Kristen dipanggiluntuk menjadi pembebas dalam hidup.

Khotbah Jangkep Bahasa IndonesiaJudul Khotbah:

Sang PembebasJemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.

Bagi dunia, sang pembebas sering digambarkan sebagai tokoh yang gagahperkasa, ahli persenjataan perang, ahli strategi dan pemberani yang tak terkalahkan. Peristiwa pembebasan yang dilakukannya adalah dengan mengalahkan tokoh jahat yang melakukan kejahatan, penindasan, dan pembelengguan. Suasananya penuh kekerasan dan diwarnai pertumpahan darah. Penggambaran tentang pembebas semacam ini dapat kita jumpai dalam cerita pewayangan, persilatan, dan cerita kepahlawanan (hero) pada zaman yang lebih modern seperti tokoh Superman, Batman, dan Spiderman. Penggambaran tokoh pembebas dan peristiwa pembebasan yang seperti itu seakan memberikan pelajaran bahwa kekerasan harus dilawan dengan kekerasan. Betul bahwa yang benar pasti menang, tetapi apakah kekerasan adalah satu-satunya cara? Pada kenyataannya, kekerasan akan berlanjut dengan kekerasan berikutnya. Hidup kemudian berjalan dalam bungkus sakit hati dan dendam.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,

Bagi umat pilihan Allah, Allah adalah Sang Pembebas umat. Ketika umat Israel harus mengalami penderitaan sebagai bangsa yang dikalahkan oleh Nebukadnezar, raja Babel, dan menjadi bangsa buangan di Kerajaan Babel akibat dosa-dosa umat Israel sendiri, Allah, yang mengasihi umat pilihan-Nya dengan kasih yang kekal, mengingat akan kekasih-Nya. Allah menjanjikan melalui nabi-Nya, Yeremia, bahwa Allah akan mengembalikan kekasih-Nya ke tanah tempat tinggalnya. Allah akan membebaskan umat-Nya. Janji itu sungguh-sungguh dilaksanakan dengan sempurna. Umat dituntun-Nya kembali ke tanah tempat tinggal mereka. Umat merasakan bahwa pembebasan yang dilakukan Allah sangat tidak disangka-sangka. Umat merasakan seperti sedang bermimpi saja. Semua dilakukan Sang Pembebas semata-mata karena kasih-Nya kepada umat. Bukan karena usaha umat untuk membebaskan diri. Ini menjadi sebuah peristiwa yang selalu dikenang umat, selalu dihidupkan dalam kehidupan umat. Melalui nyanyian yang selalu dinyanyikan ketika melakukan peziarahan, umat mengenang Sang Pembebas. Aktivitas mengenang Sang Pembebas melalui nyanyian ziarah inimenjadi sebuah proses pembelajaran umat tentang Allah Sang Pembebas. Akhirnya, umat sungguh mengerti bahwa hanya Allahlah Sang Pembebas.

Bagi orang-orang Kristen yang percaya kepada Yesus Kristus, Allah Sang Pembebas mewujud dalam diri dan karya Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah Imam Besar bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Yesus diangkat oleh Allah dengan sumpah untuk menjadi Imam Besar yang kekal. Dia tidak dikuasai maut, saleh, tanpa salah, tanpa noda, suci, dan mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban penebus dosa. Oleh karena itu, orang, yang datang kepada Allah melalui Yesus Kristus, diselamatkan. Yesus Kristus adalah Sang Pembebas yang sempurna.

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.

Sebagai Imam Besar yang diangkat oleh Tuhan Allah, Yesus Kristus tidak hanya membebaskan umat dari kuasa dosa. Yesus Kristus tidak hanya berkuasa menghapuskan manusia dari belenggu dosa. Yesus Kristus dalam karya-Nya juga berkuasa atas hal-hal jasmaniah yang membelenggu manusia. Disaksikan oleh penulis Injil Markus bahwa Yesus Kristus juga membebaskan Bartimeus dari kebutaan matanya. Karya pembebasan Yesus itu terjadi karena Bartimeus beriman kepada Yesus. Meskipun mendapat halangan dari orang-orang yang mencegahnya berteriak memohon belas kasih Yesus, Bartimeus tidak berubah imannya. Dia semakin keras berseru memohon belas kasih Yesus. Ketika Yesus mengajukan pertanyaan padanya, Bartimeuspun meminta seperti yang dia imani. Ia beriman bahwa Yesus bisa menjadikannya melihat. Maka diapun menjawab agar Yesus menjadikannya bisa melihat. Iman Bartimeus kepada Yesus menjadikan Yesus berbelas kasihan dan menjadi Pembebas baginya dari kebutaan.

Jemaat yang dikasihi Tuhan.

Tindak kejahatan, kekerasan, dan ketidakadilanada dalam kehidupan manusia hampir seusia umur manusia di muka bumi ini. Ada dalam lingkup kehidupan manusia paling luas, kehidupan hubungan internasional, sampai dalam kehidupan manusia paling kecil, yaitu keluarga. Di dalam kehidupan keluarga, kita juga menemukan adanya tindak kekerasan dan kejahatan, baik yang disadari karena sampai tampak dalam perlakuan fisik, maupun yang tidak disadari karena hanya terjadi secara kejiwaan dan verbal atau kata-kata. Ada kekerasan, kejahatan, dan penindasan yang tidak diketahui orang banyak karena tidak terberitakan melalui media. Ada pula tindak kejahatan, kekerasan, dan penindasan yang diketahui oleh orang banyak. Kejahatan, ketidakadilan, dan penindasan ada dalam keluarga, mungkin juga termasuk di dalam keluarga Kristen.

Bagaimana jika hal itu terjadi dalam keluarga Kristen? Jika hal itu terjadi, maka setiap insan Kristen dipanggil untuk menjadi pembebas. Namun bukan pembebas seperti digambarkan dan diajarkan oleh dunia. Setiap insan Kristen harus meneladani Yesus Kristus, Sang Pembebas. Bukan jalan kekerasan yang dianjurkan-Nya, melainkan jalan damai dengan mau mengurbankan diri dalam hidup melayani atas dasar kasih yang sejati. Itulah yang dianjurkan Yesus Kristus.

Jemaat yang dikasihi Tuhan.

Ada sebuah kisah nyata. Adalah seorang isteri dari seorang suami dengan dua orang anak yang sudah dewasa. Sebut saja namanya, ibu Love. Ketika sedang menantikan kelahiran cucu pertama dari anaknya yang tertua, dia mendapati bahwa anak-anaknya mengetahui ayah mereka selama ini telah berselingkuh dengan wanita lain dan mempunyai seorang anak kecil. Anak-anak ibu Love sangat marah kepada ayahnya. Mereka membenci ayahnya dan memutuskan hubungan dengan ayahnya. Karena mereka dari keluarga yang mapan dan mandiri, anak-anak ibu Love kemudian mengambil ibu Love dari rumah yang selama ini mereka tinggali. Ibu Love dicarikan kontrakan agar terpisah dari suaminya, ayah mereka. Dalam penderitaan yang seperti itu, ibu Love melanjutkan kehidupannya sebagai seorang pegawai dengan posisi yang lumayan tinggi disebuah kantor pemerintah. Dia tentunya sangat sedih sebab ini bukan perselingkuhan yang pertama. Lama sebelum yang ini, suaminya juga telah diketahuinya berselingkuh dengan wanita lain. Hanya waktu itu anak-anaknyamasih kecil. Suaminya meminta maaf ketika dia hendak memproses perceraiannya. Dia memaafkan dan perceraian tidak terjadi. Sekarang, bebannya menjadi bertambah sangat berat. Dia harus berjuang untuk membebaskan dirinya dari kemarahan

dan kebencian pada suaminya dan dia juga harus mendampingi anak-anak untuk tetap menghormati dan mencintai ayah mereka. Cerita ini terjadi satu tahun yang lalu. Jika tahun 2015 ini keluarga ibu Love tetap menjadi satu keluarga, ibu Love adalah sang pembebas yang telah meneladani Yesus Kristus. Dia tidak mau dibelenggu oleh rasa sakit hati dan amarah. Dia membebaskan dirinya sendiri dari kebencian kepada suaminya karena bagaimanapun juga dia adalah suaminya pemberian Tuhan. Dia ingin suaminya menjadi sosok manusia yang baik di hadapan Allah Sang Penyayang dan Pengasih. Dia juga tidak mau anak-anak buah cinta dengan suaminya dibelenggu oleh amarah dan kebencian kepada ayah mereka. Dia ingin anak-anak tetap menghormati dan mencintai ayah mereka. Ibu Love membebaskan anak-anak dari berbuat dosa. Dan jika tahun ini mereka tetap menjadi satu keluarga, serta suaminya meminta maaf dan ibu Lovemengampuninya lagi, kemudian suaminya hidup dalam pertobatan yang sungguh-sungguh,ibu Love juga menjadi pembebas bagi suami yang telah mengkhianati pernikahan mereka.

Jemaat yang dikasihi Tuhan.

Kisah ini kisah nyata terjadi. Apakah kisah ini juga mendorong kita untuk menjadi pembebas jika di tengah keluarga kita ada tindak kejahatan, kekerasan, dan ketidakadilan? Semoga. Sebab Yesus Kristus menghendakinya. Amin.

Khotbah Jangkep Basa JawaIrah-irahaning Khotbah

Juru PangluwaranPasamuwan ingkang dipun kasihi déning Gusti Yésus.

Tumraping donya, sang pembébas utawi juru pangluwaran utawi ’lakoné’, asring dipun gambaraken minangka tiyang ingkang gagah prakosa, ahli migunakaken senjata, ahli perang, kendel lan boten saged kawon. Lelampahan anggènipun ngluwari kanthi ngawonaken tiyang ingkang sampun tumindak awon, sampun nindhes tiyang sanès. Swasana anggènipun ngluwari punika kanthi kekerasan lan wonten rah ingkang kawutahaken. Gegambaran ngéngingi lelampahan pangluwaran ingkang kados mekaten punika asring kita panggihaken wonten ing cariyos wayang, cariyos silat, cariyos kungfu, lan cariyos pahlawan utawi hero ing jaman ingkang langkung modern kados Superman, Batman, lan Spiderman. Gegambaran ngéngingi juru pangluwaran lan lelampahan anggènipun ngluwari ingkang kados mekaten kala wau kados paring piwulang bilih kekerasan kedah dipun lawan kanthi kekerasan ugi. Pancèn, wonten ing gegambaran kala wau, tiyang ingkang leres temtu unggul. Nanging, punapa namung kanthi cara kekerasan kémawon sedaya kala wau saged karampungaken? Awit, ing kasunyatanipun, cara-cara kekerasan kala wau badhé nukulaken wontenipun kekerasan salajengipun. Gesangipun manungsa lajeng tansah wonten ing salebetipun manah ingkang tatu lan raos dendam.

Pasamuwan ingkang dipun kasihi déning Gusti.

Gusti Allah punika Juru Pangluwaran tumrap umat kagunganipun. Israèl boten ngabekti dhateng Gusti. Temahan sami nandhah kasangsaran, dipun kawonaken déning Prabu Nébukadnesar, raja ing Babil, lajeng kabucal dados bangsa bandhangan ing Babil. Nanging Gusti Allah ngèngeti umat kekasihipun awit saking katresnanipun dhumateng umatipun. Lumantar nabinipun, Yérémia, Gusti Allah paring pangandika bilih umat kagunganipun badhé kawangsulaken malih dhateng tanah panggènanipun. Prasetyan punika saèstu kalampahan. Umatipun Allah katuntun wangsul malih dhateng ing tanah ingkang dipun paringaken déning Gusti.

Umatipun Allah ngraosaken bilih sedaya kala wau kalampahan kados déné saweg nyupena kémawon. Ingkang katindakaken déning Gusti Allah punika boten kanyana-nyana déning umat. Sedaya katindakaken déning Gusti Allah awit saking katresnanipun dhateng umat. Boten awit saking kawontenanipun umat ingkang sampun saé wonten ing ngarsanipun Gusti Allah. Ugi boten awit saking budi dayanipun umat ngantos saged kaluwaran. Lelampahan punika dados lelampahan ingkang tansah dipun èngeti lan dipun gegesang wonten ing gesangipun umat. Lumantar kekidungan ingkang tansah dipun kidungaken nalika sami jiyarah, umatipun Allah ngèngeti bilih Gusti Allah punika Juru Pangluwaranipun. Tumindak ngènget-ènget bab Juru Pangluwaran kanthi ngrepèkaken kidung jiyarah punika dados caranipun umat sinau ngéngingi Gusti Allah, Juru Pangluwaranipun. Umat lajeng mangertos kanthi saèstu saha pitados bilih Gusti Allah punika Juru pangluwaranipun umat. Namung Allah ingkang kagungan panguwaos kanggé ngluwari umat nalika umat nandhang kasisahan.

Tumrap tiyang Kristen, inggih tiyang-tiyang ingkang pitados dhumateng Gusti Yésus, Gusti Allah Juru Pangluwaran punika mawujud wonten ing Gusti Yésus Kristus. Gusti Yésus dados Imam Agung tumrap tiyang ingkang pitados dhumateng Gusti Yésus. Gusti Yésus katetepaken déning Gusti Allah kanthi sumpah, dados Imam Agung ingkang langgeng. Gusti Yésus boten dipun kuwaosi déning pepejah, gesang salèh, tanpa dosa, gesang suci, lan sampun ngurbputraen dhiri minangka kurban panebusing dosa. Awit saking punika,tiyang ingkang sowan wonten ing ngarsanipun Gusti Allah lumantar Gusti Yésus, nampi kawilujengan. Nampi pangluwaran saking panguwaosing dosa. Kaluwaraken saking paukuman tumrap dosa. Gusti Yésus dados Juru Pangluwaran ingkang sampurna.

Pasamuwan ingkang dipun kasihi déning Gusti Yésus.

Minangka Imam Agung ingkang dipun tetepaken déning Gusti Allah, Yésus Kristus boten namung ngluwari umat saking panguwaosing dosa. Boten namung ing babagan karohanèn. Wonten ing pakaryan kawilujenganipun, Yésus Kristus ugi kagungan panguwaos kanggé nguwaosi perkawis-perkawis jasmaniah ingkang ndadosaken manungsa ngraosaken sisah. Kados ingkang dipun serat déning Markus, Yésus Kristus ugi ngluwari Bartiméus saking anggènipun nandhang wuta. Bartiméus kaluwaraken saking anggènipun nandhang wuta awit saking kapitadosanipun dhumateng Yésus Kristus. Sanadyan dipun penggak déning tiyang kathah supados mèndel saking anggènipun bengok-bengok nyuwun kawelasanipun Gusti Yésus Kristus, nanging piyambakipun malah sangsaya sora anggènipun matur nyuwun kawelasanipun Gusti. Sedaya punika dipun tindakaken amargi pitadosipun dhateng Gusti Yésus. Pramila, Gusti Yésus lajeng nggatosaken Bartiméus. Nalika Gusti mundhut pirsa bab punapa ingkang kedah katindakaken déning Gusti Yésus dhateng Bartiméus, Bartiméus ugi lajeng matur bilih piyambakipun kepéngin saged sumerep. Punika ugi wujuding kapitadosan, bilih Gusti Yésus saged ndadosaken piyambakipun boten wuta. Iman kapitadosanipun Bartiméus ndadosaken Bartiméus boten wuta malih lan saged mirsani. Bartiméus kaluwaran saking anggènipun nandhang wuta.

Pasamuwan ingkang dipun kasihi déning Gusti Yésus.

Tumindak awon, boten adil, lan nindhessesami punika sampun wonten ing gesangipun manungsa mèh sami kaliyan umuripun manungsa wonten ing bumi. Kalampahan wonten ing sesambetaninternasional, ngantos ing gesanging brayat. Saé punika ingkang ketingal amargi mawujud ing tindakan fisik, punapa déné ingkang boten ketingal sacara fisik lan boten dipun mangertosi tiyang sanès. Tumindak awon lan wontenipun panindhes punika saged kalampahan wonten ing brayat, kalebet brayatipun tiyang Kristen.

Kadospundi menawi sedaya kala wau kalampahan wointen ing brayat kita? Menawi punika kalampahan wonten ing brayat kita, kita sedaya katimbalan supados dados juru pangluwaran. Nanging, juru pangluwaran wonten ing ngriki boten kados juru pangluwaran ingkang diupun gambaraken déning donya lan kanthi cara-cara kadonyan. Anggèn kita dados juru pangluwaran kedah kados Gusti Yésus Kristus. Kanthi purun ngurbputraen dhiri wonten ning peladosan adhedhasar katresnan sejati, punika ingkang kakersakaken déning Gusti supados kita tindakaken nalika kedah dados juru pangluwaran.

Pasamuwan kagunganipun Gusti Yésus Kristus.

Wonten cariyos ingkang saèstu kalampahan. Wonten satunggalipun ibu, dipun sebat kémawon asmanipun Ibu Love. Ibu Love punika kagungan garwa lan kaparingan putra kalih, jaler lan èstri. Putra-putrainpun sampun diwasa. Nalika saweg nengga wekdal lairing wayahipun saking putranipun ingkang nomer setunggal, Ibu Love pirsa putra-putrainpun sami ngertos bilih bapakipun sampun selingkuh. Anggènipun selingkuh ngantos gadhah laré alit. Putra-putranipun ibu Love sanget anggènipun nesu dhateng bapakipun. Sami sengit dhateng bapakipun ngantos boten purun malih sesambetan kaliyan bapakipun. Awit sampun sami dados tiyang ingkang mapan sacaraekonomi, putra-putranipun ibu Love ngedalaken ibu Love saking dalemipun. Ibu Love dipun padosaken griya, celak kaliyan griyanipun putranipun Ibu Love. Taksih setunggal kompleks perumahan. Wonten ing kawontenan ingkang awrat kados mekaten, ibu Love nglajengaken gesangipun minangka pegawé kanthi kalenggahan ingkang saé wonten ing salah satunggalipun kantor pemerintah. Boten saged kagambaraken swasananing manahipun ibu Love, awit punika sanès perselingkuhan ingkang sepisanan. Sadèrèngipun punika, garwanipun ugi sampun naté konangan anggènipun tumindak selingkuh. Nanging, nalika semanten putra-putranipun taksih alit lan dèrèng mangertos bab punika. Nalika piyambakipun badhé ngajengaken pegatan wonten ing pangadilan, garwanipun ngakeni kalepatanipun lan nyuwun pangapunten. Ibu Love paring pangapunten, boten siyos pegatan. Sapunika, nalika garwanipun selingkuh malih, momotaning gesangipun sangsaya awrat. Piyambakipun kedah mbudidaya supados boten sengit kaliyan garwanipun lan ugi kedah mitulungi putra-putranipun supados tetep gadhah raos tresna lan urmat dhateng bapakipun. Cariyos punika kalampahan setunggal tahun kapengker. Menawi tahun punika, tahun 2015, brayatipun ibu Love tetep saged dados setunggal, ateges ibu Love sampun dados juru pangluwaran kados ingkang dipun kersakaken déning Gusti Yésus. Ibu Love boten marengaken dhirinipun dipun blenggu déning raos nesu lan sengit dhateng garwanipun. Ibu Love ugi ngluwari putra-putranipun saking tumindak dosa awit saking boten urmat dhateng bapakipun. Lan menawi garwanipun ibu Love lajeng èstu-èstu mratobat saking gesang perselingkuhan-ipun, ibu Love ugi ngluwari garwanipun saking panguwaosing dosa seksual.

Pasamuwan ingkang dipun kasihi déning Gusti,

Punika cariyos ingkang saèstu kalampahan. Punapa cariyos punika ugi saged mbereg kita supados kita sedaya saged dados juru pangluwaran wonten ing brayat kita piyambak-piyambak? Amin.