eprints.unlam.ac.ideprints.unlam.ac.id/1116/1/uad 2015 arezeki kader konservasi 1.pdf ·...

18

Upload: buikhue

Post on 03-May-2019

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: eprints.unlam.ac.ideprints.unlam.ac.id/1116/1/UAD 2015 ARezeki Kader konservasi 1.pdf · Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi untuk ... kapal-kapal tongkang pengangkut
Page 2: eprints.unlam.ac.ideprints.unlam.ac.id/1116/1/UAD 2015 ARezeki Kader konservasi 1.pdf · Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi untuk ... kapal-kapal tongkang pengangkut
Page 3: eprints.unlam.ac.ideprints.unlam.ac.id/1116/1/UAD 2015 ARezeki Kader konservasi 1.pdf · Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi untuk ... kapal-kapal tongkang pengangkut
Page 4: eprints.unlam.ac.ideprints.unlam.ac.id/1116/1/UAD 2015 ARezeki Kader konservasi 1.pdf · Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi untuk ... kapal-kapal tongkang pengangkut
Page 5: eprints.unlam.ac.ideprints.unlam.ac.id/1116/1/UAD 2015 ARezeki Kader konservasi 1.pdf · Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi untuk ... kapal-kapal tongkang pengangkut
Page 6: eprints.unlam.ac.ideprints.unlam.ac.id/1116/1/UAD 2015 ARezeki Kader konservasi 1.pdf · Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi untuk ... kapal-kapal tongkang pengangkut
Page 7: eprints.unlam.ac.ideprints.unlam.ac.id/1116/1/UAD 2015 ARezeki Kader konservasi 1.pdf · Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi untuk ... kapal-kapal tongkang pengangkut
Page 8: eprints.unlam.ac.ideprints.unlam.ac.id/1116/1/UAD 2015 ARezeki Kader konservasi 1.pdf · Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi untuk ... kapal-kapal tongkang pengangkut
Page 9: eprints.unlam.ac.ideprints.unlam.ac.id/1116/1/UAD 2015 ARezeki Kader konservasi 1.pdf · Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi untuk ... kapal-kapal tongkang pengangkut
Page 10: eprints.unlam.ac.ideprints.unlam.ac.id/1116/1/UAD 2015 ARezeki Kader konservasi 1.pdf · Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi untuk ... kapal-kapal tongkang pengangkut

ISBN: 978-602-72412-0-6

116

Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi untuk

Pelestarian Burung di Kawasan Taman Wisata Alam Pulau Bakut

Amalia Rezeki 1)

, Mochamad Arief Soendjoto 2)

1) Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Lambung Mangkurat,

Jalan Brigjend.H.Hasan Basry, Kayutangi, Banjarmasin 70123;

E-mail: [email protected]

2) Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat,

Jalan Ahmad Yani Km. 36 Banjarbaru 70714

Abstrak

Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut merupakan kawasan

konservasi ber-ekosistem lahan basah yang tergolong unik. Potensi fauna

yang diprioritaskan di kawasan ini adalah bekantan, sehingga fauna lain

seperti burung kurang diperhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun

modul konservasi burung di kawasan Taman Wisata Alam Pulau Bakut dan

menetapkan kader konservasi melalui pengukuran pengetahuan, kinerja dan

sikap. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, yaitu

calon kader konservasi selama mengikuti pendidikan dan pelatihan dinilai

berdasarkan skor dan kriteria yang telah ditentukan, kemudian dianalisis

secara deskriptif. Penelitian bertempat di kawasan konservasi TWA Pulau

Bakut. Data penelitian yang dikumpulkan berupa modul konservasi serta

penilaian pengetahuan, kinerja, dan sikap para calon kader konservasi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa (1) pengetahuan calon kader konservasi

dengan kategori minimal baik mencapai 83,33%, (2) kinerja calon kader

konservasi dengan kategori minimal baik mencapai 100%, (3) sikap calon

kader konservasi dengan kategori minimal baik mencapai 100%, (4) calon

kader konservasi yang ditetapkan menjadi kader konservasi berjumlah 12

orang dengan kategori minimal baik.

Kata kunci: kader konservasi, modul, burung, pulau bakut

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan data dari Balai Konservasi Sumber Daya Kalimantan Selatan (BKSDA)

Tahun 2008 terdapat 11 unit kawasan konservasi daratan yang tersebar di berbagai kabupaten

dengan areal total seluas 100.001,668 hektar. Salah satunya adalah kawasan konservasi

Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut yang terletak di Kabupaten Barito Kuala (BKSDA,

2008).

Kawasan ini memiliki potensi fauna yang beragam, selain bekantan, potensi lainnya

yaitu satwa burung. Satwa burung dapat dijadikan bioindikator lingkungan. Burung dapat

dipergunakan untuk mendeteksi perubahan lingkungan dan untuk mencerminkan stabilitas

habitat. Burung-burung raptor (bangsa elang dan bangsa burung hantu) dapat dijadikan

Page 11: eprints.unlam.ac.ideprints.unlam.ac.id/1116/1/UAD 2015 ARezeki Kader konservasi 1.pdf · Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi untuk ... kapal-kapal tongkang pengangkut

Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi

117

bioindikator stabilitas habitat, karena burung-burung raptor menduduki puncak piramida

makanan, yang sebenarnya berperan mengendalikan keseimbangan ekosistem (Riefani, 2009).

Besarnya potensi yang dimiliki oleh TWA Pulau Bakut lantas tidak menjadikannya

kawasan yang aman dari dampak negatif lingkungan sekitar. Keanekaragaman hayati TWA

ini khususnya burung sekarang berada dalam ancaman. Ancaman tersebut berupa tekanan

yang ditimbulkan oleh semakin padatnya lalu lintas pelayaran barang dan jasa, lalu lintas

kapal-kapal tongkang pengangkut batubara, dan pembuangan sampah secara sembarangan

oleh pengunjung tempat wisata Jembatan Barito. Hal ini tentunya dapat membahayakan

keberadaan flora dan fauna yang ada didalamnya.

Perhatian pemerintah dalam bidang konservasi sumber daya alam terus meningkat,

namun tidak dapat berjalan dengan baik jika tidak ada dukungan dari masyarakat, terutama

masyarakat yang bermukim di lingkungan sekitar TWA Pulau Bakut. Penanaman prinsip-

prinsip konservasi pada masyarakat perlu diciptakan agar terbentuk masyarakat yang sadar

dan cinta lingkungan. Cara untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat

salah satunya adalah dengan membentuk kader konservasi. Tujuan penelitian ini adalah

menyusun modul konservasi burung dan menetapkan kader konservasi berdasarkan

pengukuran pengetahuan, kinerja dan sikap.

II. METODE

Pengumpulan data dilaksanakan ± selama 8 (delapan) bulan mulai bulan Januari 2013

sampai dengan bulan Agustus 2013. Penelitian bertempat di kawasan Taman Wisata Alam

Pulau Bakut yang termasuk ke dalam wilayah administrasi Desa Beringin, Kecamatan Alalak,

Kabupaten Barito Kuala.

Subyek penelitian adalah siswa sekolah SMA Negeri 1 Alalak kelas X, dan sampelnya

sebanyak 12 orang yang mengikuti pendidikan dan pelatihan. Sampel ditentukan berdasarkan

latar belakang tempat tinggal calon kader konservasi yang berdekatan dengan lokasi

penelitian kawasan TWA Pulau Bakut, dan ditentukan berdasarkan hasil penjaringan calon

kader konservasi dalam bentuk uji wawasan lingkungan dalam bentuk soal studi kasus

lingkungan. Pendidikan dan pelatihan diselenggarakan selama 1 minggu dengan alokasi 25

jam pelajaran.

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk menganalisa

peningkatan pengetahuan, kinerja dan sikap kader konservasi setelah mengikuti kegiatan

konservasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2, yaitu: (1) data

kuantitatif berupa hasil tes pengetahuan calon kader konservasi sebelum dan sesudah

mengikuti kegiatan konservasi; (2) data kualitatif meliputi hasil pengukuran kinerja dan sikap

calon kader konservasi selama mengikuti kegiatan konservasi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembentukan kader konservasi melalui pengukuran pengetahuan, kinerja dan sikap

memperlihatkan hasil sesuai dengan harapan. Berdasarkan data Tabel 1, jumlah kader sesuai

dengan kriteria berjumlah 12 orang atau 100% setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan

program konservasi.

Page 12: eprints.unlam.ac.ideprints.unlam.ac.id/1116/1/UAD 2015 ARezeki Kader konservasi 1.pdf · Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi untuk ... kapal-kapal tongkang pengangkut

ISBN: 978-602-72412-0-6

118

Tabel 1. Ringkasan hasil perhitungan pengetahuan, kinerja, dan sikap calon kader konservasi

No. Aspek yang dinilai

Jumlah

calon

kader

Skor

∑ Calon kader

yang dinilai

Minimal baik (n)

∑ Kader

sesuai

dengan

kriteria (n)

Min. Max. Rerata n1 % n2 %

1. Pengetahuan

Pre-test 12 32 68 47,67 1 8,33 % - -

Post- test 12 60 100 82,00 10 83,33 % - -

2. Kinerja

- Diskusi 12 74 98 86,58 12 100 % - -

- Membuat leaflet 12 75 84 77,75 12 100 % - -

- Membuat poster 12 70 84 76,25 12 100 % 12 100%

- Penanaman bibit 12 79 95 86,83 12 100 % - - - Pelepasan burung 12 71 89 79,25 12 100 % - -

- Pemandu wisata 12 66 83 75,00 12 100 % - -

3. Sikap 12 67 96 98,42 12 100 % - -

Dari 12 calon kader konservasi, 6 orang dengan kategori amat baik mencapai skor 84-

100, 4 orang dengan kategori baik mencapai skor 72-80, 2 orang dengan kategori cukup baik

mencapai skor 67. Secara keseluruhan kinerja semua calon kader konservasi dapat dikatakan

mencapai 100% sesuai kriteria. Penilaian sikap dari 12 calon kader konservasi diperoleh hasil

4 orang (33,33%) yang memenuhi kriteria amat baik dan 8 orang (66,67%) yang memenuhi

kriteria baik. Penilaian skor dilakukan secara proporsional berdasarkan jumlah kuisioner. Skor

tertinggi yang dicapai sebesar 96, sedangkan skor terendah sebesar 80.

Penetapan kader konservasi ditetapkan setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan

program konservasi melalui pengukuran pengetahuan, kinerja dan sikap. Calon kader

konservasi yang ditetapkan menjadi kader konservasi adalah yang memenuhi penilaian

dengan kategori minimal baik. Kader konservasi yang berhasil ditetapkan yaitu:

1. Aprina, ketercapaian 6 parameter dengan kategori amat baik

2. Ariyadi, ketercapaian 5 parameter dengan kategori amat baik

3. Dwiky Dharmawan, ketercapaian 5 parameter dengan kategori amat baik

4. Ernawati, ketercapaian 7 parameter dengan kategori amat baik

5. Miswati Arifin, ketercapaian 5 parameter dengan kategori amat baik

6. Murjani, ketercapaian 6 parameter dengan kategori amat baik

7. Nuraidati Rahmi, ketercapaian 6 parameter dengan kategori amat baik

8. Reni Septriani, ketercapaian 6 parameter dengan kategori amat baik

9. Riana Andan Dewi, ketercapaian 5 parameter dengan kategori amat baik

10. Rusda Marliana, ketercapaian 5 parameter dengan kategori amat baik

11. Venna Filosofia, ketercapaian 8 parameter dengan kategori amat baik

12. Widayanti, ketercapaian 7 parameter dengan kategori amat baik

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar calon kader dapat menguasai materi yang

diberikan melalui modul konservasi dan pembelajaran langsung ke lingkungan. Tercapainya

hasil yang baik oleh para calon kader diduga juga didukung oleh latar belakang tempat

tinggal dan pengalaman mereka masing-masing. Seperti yang telah diketahui sebelumnya,

bahwa calon kader yang diberikan diklat, bertempat tinggal dan bersekolah di tempat yang

lokasinya cukup dekat dengan kawasan konservasi TWA Pulau Bakut.

Page 13: eprints.unlam.ac.ideprints.unlam.ac.id/1116/1/UAD 2015 ARezeki Kader konservasi 1.pdf · Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi untuk ... kapal-kapal tongkang pengangkut

Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi

119

Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Bloom dalam Sunarto (2006), faktor

dasar yang berpengaruh menonjol pada kemampuan kognitif dapat dibedakan dalam bentuk

lingkungan alamiah dan lingkungan yang dibuat. Perbedaan latar belakang dan pengalaman

mereka rnasing-masing dapat memperlancar prestasinya.

Ungkapan senada oleh Trianto (2009), perkembangan kognitif sebagian besar

tergantung kepada seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan

lingkungannya. Selain pembelajaran ke lingkungan, pendidikan dan pelatihan calon kader

konservasi menggunakan media belajar dengan modul. Penggunaan modul diduga turut

mempengaruhi keberhasilan tingkat pengetahuan calon kader, karena materi modul

disesuaikan dengan kondisi dimana penelitian dilaksanakan dan diberikan contoh-contoh

yang konkret sesuai dengan kondisi lingkungan di kawasan TWA Pulau Bakut.

Ketercapaian hasil sesuai dengan kriteria para calon kader konservasi diduga dengan

diterapkannya pendekatan lingkungan dalam pembelajaran. Dampak positif dari adanya

pembelajaran lingkungan pada siswa dilaporkan oleh Carrier (2010) dalam penelitiannya

yang memaparkan bahwa siswa yang pembelajarannya berbasis lapangan menunjukkan

kognitif yang lebih besar dibanding pembelajaran di kelas. Program-program lapangan

mendorong reaksi afektif yang berbeda dibanding program kelas.

Hal tersebut didukung pula dengan penelitian sebelumnya (Zaini,dkk, 2008; Lianah,

2008; Dwindiasih, 2011; Yulinda, 2011; Belawati, 2012; Krisnawati, 2012; Zulfiati, 2012;

Ma’moon, 2013; Yulihastarmi, 2013), dimana para peneliti ini pada dasarnya menemukan hasil

bahwa dengan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran, dapat meningkatkan hasil belajar

dan pengetahuan tentang lingkungan. Selain itu, hasil ini diperkuat oleh Apriana (2012) dalam

penelitiannya, bahwa pembelajaran biologi dengan pendekatan lingkungan mencapai hasil

pembelajaran yang efektif, siswa menjadi lebih peduli terhadap hutan dan lingkungan

terrestrial dengan melakukan tindakan konservasi secara nyata.

Senada menurut Sa’ud (2008) pembelajaran langsung ke lingkungan memberikan

makna tersendiri. Belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada

konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Terdapat hubungan

antara bahan pelajaran dengan bahan lainnya, teori dengan praktek, bahan yang bersifat

konsep dengan penerapan dalam kehidupan nyata.

Selain pemerolehan pengetahuan lingkungan yang baik, kinerja para calon kader

konservasi juga bagus berdasarkan ketercapaian paramater. Hasil ini didukung oleh

penelitian Chang, dkk. (2011), bahwa pembelajaran ke lingkungan berpengaruh positif

terhadap kinerja siswa. Siswa dapat memperoleh lebih banyak pengetahuan dan pengalaman

serta dapat mengekspresikan berbagai opini dan perspektif yang menghasilkan keterampilan

berpikir kritis.

Pencapaian kinerja yang bagus didukung dengan adanya pembelajaran langsung ke

lingkungan, seperti kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Krisnawati (2012) dan Zulfiati

(2012) disimpulkan hasil yang sama, bahwa kinerja calon kader konservasi setelah mengikuti

kegiatan pendidikan dan pelatihan di lingkungan langsung menunjukkan aktivitas yang

terkategori minimal baik.

Hasil ini berkaitan dengan yang dikemukakan oleh Simpson (1956) dalam Yulaelawati

(2007), hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan

Page 14: eprints.unlam.ac.ideprints.unlam.ac.id/1116/1/UAD 2015 ARezeki Kader konservasi 1.pdf · Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi untuk ... kapal-kapal tongkang pengangkut

ISBN: 978-602-72412-0-6

120

bertindak individu. Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan

(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

Temuan ini juga sejalan dengan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Belawati (2012);

Krisnawati (2012); Zulfiati (2012), bahwa psikomotor calon kader siswa sudah sesuai dengan

harapan yaitu dengan kategori baik.

Beberapa alasan positif penggunaan lingkungan sebagai bahan, konteks, dan sumber

belajar, adalah 1) lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar, 2) Penggunaaan

lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna dan fungsional,

sebab anak dihadapkan pada kondisi yang sebenarnya, 3) interaksi yang intensif dengan alam

sekitar lebih cenderung menyiapkan perasaan dekat dan positif bagi siswa terhadap berbagai

fenomena alam, 4) memberikan tantangan untuk berpikir kritis dan ber-problem solving,

karena lingkungan menyediakan permasalahan yang ill-structured dan kompleks (Paidi,

2012). Senada dengan penelitian Conde (2010), bahwa dengan melibatkan siswa dalam

pembelajaran lingkungan langsung dapat menimbulkan kesadaran hubungan mereka dengan

lingkungan.

Selain penilaian kinerja, para calon kader juga dinilai sikapnya, karena nantinya calon

kader diharapkan mampu menjadi contoh terutama bagi teman sebayanya, lingkungan

sekitar, dan masyarakat untuk dapat mendukung dan melestarikan kawasan TWA Pulau

Bakut. Sikap memberikan pengaruh langsung kepada respon individu terhadap semua objek

atau situasi yang berhubungan dengan objek itu. Sikap kepemimpinan erat hubungannya

dengan kegiatan konservasi yang dilakukan. Seorang kader konservasi lingkungan semestinya

memiliki sikap kepemimpinan yang kuat dan konsisten (Djaali, 2006).

Temuan ini juga sejalan dengan penelitian Hidayati (2012); dan Wahyudi (2010), bahwa

sikap dan motivasi kader sebagian besar baik setelah diberikan pendidikan dan pelatihan secara

berkala. Ditambahkan oleh hasil penelitian Prihatin (2011), yang menyatakan bahwa santri yang

mengikuti program konservasi memiliki sikap dan keterampilan yang tinggi yang terkait dengan

permasalahan lingkungan.

Hasil penetapan kader konservasi ini dapat dijadikan rekomendasi kepada pihak

BKSDA Kalimantan Selatan untuk melibatkan kader konservasi dalam setiap kegiatan

konservasi yang dilaksanakan di kawasan TWA Pulau Bakut, seperti penambahan pengetahuan

tentang kawasan, bimbingan teknis, dan pemberdayaan untuk meningkatkan nilai ekonomis

kawasan.

III. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:

1. Terjadi peningkatan pengetahuan, kinerja, dan sikap calon kader konservasi setelah

diberikan modul konservasi dan mengikuti kegiatan konservasi di kawasan TWA Pulau

Bakut menunjukkan hasil persentase 83,33% kategori minimal baik (pengukuran

pengetahuan); 100 % kategori minimal baik (pengukuran kinerja); dan 100 % kategori

minimal baik (pengukuran sikap).

2. Kader konservasi yang berhasil ditetapkan berdasarkan pengukuran pengetahuan, kinerja

dan sikap sebanyak 12 orang atau persentase 100% dengan rata-rata nilai terkategori

minimal baik.

Page 15: eprints.unlam.ac.ideprints.unlam.ac.id/1116/1/UAD 2015 ARezeki Kader konservasi 1.pdf · Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi untuk ... kapal-kapal tongkang pengangkut

Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi

121

V. DAFTAR PUSTAKA

Apriana, Evi. 2012. Pengintegrasian Konsep Biokonservasi dalam Pembelajaran Biologi sebagai

Upaya Menumbuhkan Literasi dan Kesadaran Lingkungan di Kalangan Siswa. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, 12(1):1-6.

Belawati, Octa. 2012. Pengetahuan Kepemimpinan, Proses Kinerja dan Berpikir Tingkat Tinggi pada

Pembelajaran Konsep Objek dan Permasalahan Biologi melalui Pendekatan Lingkungan untuk

Pembentukan Calon Kader Konservasi Mangrof. Tesis tidak dipublikasikan. Banjarmasin: Program Studi Magister Pendidikan Biologi Program Pascasarjana Universitas Lambung

Mangkurat.

BKSDA. 2008. Kawasan Konservasi Kalimantan Selatan. Banjarbaru: Balai Konservasi Sumber Daya Alam.

Carrier, Sarah J. 2009. Environmental Education in the Schoolyard: Learning Styles and Gender.

Journal of Environmental Education, 40 (3). (Online). http://www.eric.ed.gov, diakses 12 September 2013.

Chang, Cheng – Sian, dkk. 2011. The Study on Integrating Webquest with Mobile Learning for

Enviromental Education. Computer & Education 57 (1). (Online). http://www.eric ed.gov,

diakses 12 September 2013.

Conde Maria del Carmen. 2010. The School Curriculum and Enviromental Education: A School

Environmental Audit Experience. International Journal of Environmental and Science

Education. 5(4): 477-494.

Djali. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dwindiasih, Wahyuli. 2011. Pemahaman Konsep Keanekaragaman Hayati dan Etika Lingkungan

Siswa SMAN 3 Banjarbaru melalui Pendekatan Lingkungan. Tesis tidak dipublikasikan. Banjarmasin: Program Studi Magister Pendidikan Biologi Program Pascasarjana Universitas

Lambung Mangkurat.

Hidayati. 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Motivasi dengan Kinerja Perawat dalam

Pendokumentasian Proses Keperawatan di Ruang Rawat Inap Paviliun Garuda Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Kariadi Semarang. Abstrak. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Krisnawati, Tri. 2012. Pembentukan Kader Konservasi melalui Modul Konservasi Berbasis Ekowisata

untuk Pelestarian Cagar Alam Gunung Kentawan. Tesis tidak dipublikasikan. Banjarmasin: Program Studi Magister Pendidikan Biologi Program Pascasarjana Universitas Lambung

Mangkurat.

Lianah. 2008. Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Lingkungan dan Konservasi Sumber Daya Alam

Bervisi SETS terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Biologi IAIN Walisongo Semarang. Tesis tidak dipublikasikan. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.

Ma’moon, Oma Era. 2013. Pengetahuan, Kinerja dan Sikap Calon Kader Konservasi melalui

Pengembangan Modul Konservasi Anggrek di Loksado Kalimantan Selatan. Tesis tidak dipublikasikan. Banjarmasin: Program Studi Magister Pendidikan Biologi Program Pascasarjana

Universitas Lambung Mangkurat.

Paidi. 2012. Biologi, Sains, Lingkungan dan Pembelajarannya dalam Upaya Peningkatan Kemampuan dan Karakter Siswa. Prosiding Seminar Nasional IX. Solo. Universitas Sebelas Maret. 9(1):14-

18.

Prihatin, Siti. 2011. Rancangan Program Pendidikan Konservasi di Pesantren Darul Muttaqien

Bogor. Abstrak. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Riefani, Maulana Khalid. 2009. Sumber Daya Hayati sebagai Bioindikator (dalam Soendjoto, M.A.

dan M. K. Riefani. Merindukan Alam Asri Lestari). Banjarmasin: Universitas Lambung

Mangkurat Press. Halaman 38-43.

Sa’ud, S.U. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Page 16: eprints.unlam.ac.ideprints.unlam.ac.id/1116/1/UAD 2015 ARezeki Kader konservasi 1.pdf · Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi untuk ... kapal-kapal tongkang pengangkut

ISBN: 978-602-72412-0-6

122

Sunarto, B. Agung. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Wahyudi, Eko. 2010. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Kader dengan Penemuan Suspek Tuberculosis Paru di Puskesmas Kulon. Abstrak. Solo: Universitas Negeri Sebelas Maret Solo.

Yulaelawati. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran, Filosofi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya.

Yulinda, Ratna. 2011. Hasil Belajar, Kinerja, dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMA pada Pembelajaran Konsep Jenis dan Daur Ulang Limbah melalui Pendekatan Problem

Solving. Tesis tidak dipublikasikan. Banjarmasin: Program Pascasarjana Magister Pendidikan

Biologi Universitas Lambung Mangkurat.

Zaini, M. Dkk. 2008. Pengembangan Model Perangkat Pembelajaran Sains dan Matematika dan Penerapannya dalam Kegiatan Belajar Mengajar dengan Model Pembelajaran Sekolah Hijau

(For The Greening School) untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa Sekolah

Dasar. Laporan Penelitian. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.

Zulfiati, Ida. 2012. Kinerja dan Keterampilan Berpikir Calon Kader Konservasi Ekosistem Hutan

Rawa Gambut di Taman Nasional Sebangau. Tesis tidak dipublikasikan. Banjarmasin: Program

Pascasarjana Magister Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat.

Page 17: eprints.unlam.ac.ideprints.unlam.ac.id/1116/1/UAD 2015 ARezeki Kader konservasi 1.pdf · Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi untuk ... kapal-kapal tongkang pengangkut
Page 18: eprints.unlam.ac.ideprints.unlam.ac.id/1116/1/UAD 2015 ARezeki Kader konservasi 1.pdf · Pembentukan Kader Konservasi Melalui Modul Konservasi untuk ... kapal-kapal tongkang pengangkut