2013-08-23 metoda estimasi cadangan

121
METODE BLOK DAN BASIS DATA METODE ESTIMASI CADANGAN DIKLAT PERENCANAAN dan DESAIN TAMBANG TERBUKA Pusdiklat Mineral dan Batubara, Bandung, 24 AGUSTUS 2013 Dr. Eng. Syafrizal, ST., MT Kelompok Keahlian (KK) Eksplorasi dan Sumberdaya Mineral FTTM - ITB 1

Upload: adarta-muh

Post on 02-Oct-2015

196 views

Category:

Documents


36 download

DESCRIPTION

Metode estimasi cadangan

TRANSCRIPT

  • METODE BLOK DAN BASIS DATA

    METODE ESTIMASI CADANGAN

    DIKLAT PERENCANAAN dan DESAIN TAMBANG TERBUKA

    Pusdiklat Mineral dan Batubara, Bandung, 24 AGUSTUS 2013

    Dr. Eng. Syafrizal, ST., MT

    Kelompok Keahlian (KK)

    Eksplorasi dan Sumberdaya Mineral

    FTTM - ITB

    1

  • PENDAHULUAN

    2

  • Pendahuluan

    3

  • 4

    Pentahapan dan Laju Investasi

  • 5

    AREAL DAN

    TARGET EKSPLORASI

    MODEL GEOLOGI

    REGIONAL

    STUDI LITERATUR

    KOMPILASI

    DATA

    MODEL GEOLOGI

    BATUBARA SECARA

    REGIONAL

    RECONNAISSANCE

    PROSPEK ? TIDAK

    BERHENTI

    DESIGN PROGRAM

    EKSPLORASI

    YA

    SELEKSI DAERAH TARGET

    Tahapan Eksplorasi dan Pengambilan Keputusan (#1)

  • 6

    Tahapan Eksplorasi dan Pengambilan Keputusan (2)

    DAERAH TARGET

    PROSPEK ?

    PENERAPAN PROGRAM

    EKSPLORASI

    PEMASTIAN MODEL

    ENDAPAN BATUBARA

    GEOMETRI ENDAPAN

    BATUBARA

    STUDI GEOLOGI BATUBARA

    TIDAK BERHENTI

    YA SIMULASI dan EVALUASI

    CADANGAN

    KUANTIFIKASI CADANGAN STUDI KELAYAKAN

  • 7

    JORC

  • KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN

    (SNI 13-6011-1999 & SNI 5015:2011)

    8

    Upaya pengelompokan sumberdaya dan cadangan batubara berdasarkan keyakinan geologi dan kelayakan ekonomi.

    Dasar Klasifikasi : Aspek Geologi :

    berdasarkan tingkat keyakinan geologi, dimana sumberdaya terukur (measured) harus mempunyai tingkat keyakinan yang lebih besar dibandingkan dengan sumberdaya tertunjuk (indicated), dst.

    Sumberdaya terukur dan tertunjuk dapat ditingkatkan menjadi cadangan terkira dan terbukti apabila telah memenuhi kriteria layak.

    Aspek Ekonomi : ketebalan minimal lapisan batubara yang dapat ditambang dan ketebalan maksimal lapisan pengotor atau dirt parting yang tidak dapat dipisahkan pada saat ditambang, yang menyebabkan kualitas batubaranya menurun karena kandungan abunya meningkat.

  • Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan

    (SNI 5015:2011)

    9

    PARAMETER KONDISI GEOLOGI

    SEDERHANA MODERAT KOMPLEK

    I. Aspek Sedimentasi

    1. Variasi ketebalan Sedikit bervariasi Bervariasi Sangat bervariasi

    2. Kesinambungan Ribuan meter Ratusan meter Puluhan meter

    3. Percabangan Hampir tidak ada Beberapa Banyak

    II. Aspek Tektonik

    1. Sesar Hampir tidak ada Jarang Rapat

    2. Lipatan Hampir tidak terlipat Terlipat sedang Terlipat kuat

    3. Intrusi Tidak berpengaruh Berpengaruh Sangat berpengaruh

    4. Kemiringan Landai Sedang Curam

    III. Aspek Kualitas

    Variasi kualitas Sedikit bervariasi Bervariasi Sangat bervariasi

  • Hubungan Aspek Geologi dengan Klasifikasi

    10

    Persyaratan jarak titik informasi untuk setiap kondisi geologi

    dan kelas sumberdaya

    Kondisi

    Geologi Kriteria

    SUMBERDAYA

    Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur

    Sederhana Jarak titik informasi (m) Tidak

    Terbatas 1000 < X 1500 500 < X 1000 X 500

    Moderat Jarak titik informasi (m) Tidak

    Terbatas 500 < X 1000 250 < X 500 X 250

    Komplek Jarak titik informasi (m) Tidak

    Terbatas 200 < X 400 100 < X 200 X 100

  • Pelaporan (Reserve-Resources Balance)

    11

    Sumberdaya batubara hipotetik (hypothetical coal resource): Jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap survei tinjau.

    Sumberdaya batubara tereka (inferred coal resource): Jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap prospeksi.

    Sumberdaya batubara terindikasi (indicated coal resource): Jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.

    Sumberdaya batubara terukur (measured coal resource): Jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.

    Cadangan batubara terkira (probable coal reserve): Sumberdaya batubara terindikasi dan sebagian sumberdaya batubara terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan secara layak.

    Cadangan batubara terbukti (proved coal reserve): Sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan secara layak.

    No. Lokasi Jenis

    Batubara

    Sumberdaya Cadangan

    Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Terkira Terbukti

  • 12

    Endapan batubara (coal deposit) adalah :

    Endapan yang mengandung hasil akumulasi material organik yang berasal dari bekas tumbuhan yang telah melalui proses penggambutan dan

    pembatubaraan litifikasi untuk membentuk lapisan batubara.

    Material tersebut telah mengalami kompaksi, ubahan kimia dan proses metamorfosis oleh peningkatan panas dan tekanan selama periode geologis.

    Bahan-bahan organik yang terkandung dalam lapisan batubara mempunyai berat lebih dari 50% atau volume bahan organik tersebut, termasuk

    kandungan lengas bawaan (inherent moisture) lebih dari 70%.

    POTENSI SUMBERDAYA CADANGAN (SNI 5015:2011)

    Sumberdaya batubara (coal resources) adalah :

    Bagian dari endapan batubara dalam bentuk dan kuantitas tertentu serta mempunyai prospek beralasan yang memungkinkan untuk ditambang secara

    ekonomis.

    Lokasi, kualitas, kuantitas, karakteristik geologi dan kemenerusan dari lapisan batubara yang telah diketahui, diperkirakan atau diinterpretasikan

    dari bukti geologi tertentu.

    Sumberdaya batubara dibagi sesuai dengan tingkat kepercayaan geologi ke dalam kategori tereka, tertunjuk dan terukur.

  • 13

    POTENSI SUMBERDAYA CADANGAN (SNI 5015:2011)

    Keyakinan geologi (geological assurance) adalah :

    Tingkat kepercayaan tentang keberadaan lapisan batubara yang ditentukan oleh tingkat kerapatan dan kualitas titik informasi geologi serta interpretasi

    geologi yang meliputi ketebalan, kemiringan lapisan, kemenerusan, bentuk

    dan sebaran lapisan batubara, struktur geologi, ketebalan tanah penutup,

    kualitas dan kuantitas batubara sesuai dengan tingkat penyelidikan.

    Cadangan batubara (coal reserves) adalah :

    Bagian dari sumberdaya batubara tertunjuk dan terukur yang dapat ditambang secara ekonomis.

    Estimasi cadangan batubara harus memasukan perhitungan dilution dan losses yang muncul pada saat batubara ditambang.

    Penentuan cadangan secara tepat telah dilaksanakan yang mungkin termasuk studi kelayakan. Penentuan tersebut harus telah mempertimbangkan semua

    faktor-faktor yang berkaitan seperti metode penambangan, ekonomi,

    pemasaran, legal, lingkungan, sosial dan peraturan pemerintah.

    Cadangan batubara dibagi sesuai dengan tingkat kepercayaannya ke dalam cadangan batubara terkira dan terbukti.

  • 14

  • 15

    JORC

  • 16

    BASIS DATA KUALITAS BATUBARA

  • 17

    KONVERSI BASIS DATA KUALITAS BATUBARA

  • 18

    BASIS DATA KUALITAS BATUBARA

    As receive (ar), adalah basis dimana batubara dianalisis dalam kondisi sebagaimana di alam.

    Dalam hal ini kandungan air permukaan yang dapat menguap di udara bebas (surface moisture) masih terdapat dalam batubara.

    Air dry basis (adb), adalah basis dimana batubara dianalisis dalam kondisi kandungan air permukaannya sudah tidak ada.

    Sebelum analisis batubara harus diletakkan dalam kondisi terbuka dengan udara bebas sehingga kandungan air permukaan akan

    hilang dan berat batubara konstan.

    Dry basis (db), adalah basis dimana batubara sudah tidak mempunyai kandungan air termasuk air dalam pori-pori (inherent moisture).

    Untuk mencapai basis ini, sebelum analisis dilakukan batubara harus dipanaskan terlebih dahulu pada suhu sekitar 110 oC

    sehingga semua kandungan air akan terlepas.

  • Perhitungan Sumberdaya

    19

    Data Singkapan (x y z)

    Data Lubang Bor ( x y z )

    Peta Sebaran Titik Bor

    Rekapitulasi dan

    Tabulasi Data

    Poligon Pengaruh Lubang (titik) Bor

    Sumberdaya Batubara

    Klasifikasi Sumberdaya

    Batas KP Batasan Alamiah

    Struktur Geologi Batas Cropline

  • Teknik perhitungan sumberdaya

    batubara berdasarkan Sistem

    United States Geological Survey

    (1983)

    20

    Perhitungan tonase (W)

    batubara :

    W = L x t x BJ

    dimana :

    L = Luas daerah terhitung (m2)

    t = Tebal rata-rata batubara

    sejenis (m)

    BJ = Berat jenis batubara

    (ton/m3)

  • 21

    Cara perhitungan sumberdaya batubara

    dengan kemiringan 300 (b), (USGS, 1983)

  • Faktor-faktor Pembatas Sumberdaya

    Struktur geologi : jika terdapat beberapa struktur geologi (seperti patahan), maka dapat dipisahkan menjadi beberapa pit potensial.

    Domain Geologi : jika terdapat blok intrusi, maka blok intrusi tersebut harus ditentukan batasnya untuk pembatas pit potensial.

    Kondisi geografis : jika terdapat sungai yang besar dan secara teknis sungai tersebut tidak dapat dipindahkan, maka dapat dipisahkan menjadi beberapa pit potensial.

    Kondisi geoteknik : jika diketahui limit (batas) ketinggian lereng maksimum,

    Kondisi pembatas lain : misalnya adanya jalan, perkampungan, atau areal lindung, maka dengan memplotkan lokasinya dapat digunakan sebagai batas pit potensial.

    22

  • 23

    Mining Losses Secara umum, Strip Mining (10%), Tambang Bawah Tanah

    (Long Wall Rec. 60-70% ; Room & Pillar Rec. 40-60%), Auger Mining (Rec. 30-40%) sesuai dengan spesifikasi peralatannya.

    Pada Strip Mining (open pit), kadang-kadang juga digunakan pendekatan ketebalan lapisan yang akan ditinggalkan, yaitu 10 cm pada roof & 10 cm pada floor.

    Processing Losses Bergantung pada hasil uji ketercucian (washability test),

    dimana harga perolehan (yield) ditentukan dari hasil uji tersebut

    Mining Losses

  • 24

    Peta Poligon Sumberdaya

    Peta Isopach Overburden

    Peta Isopach Thickness

    Peta Iso- Kualitas

    Data Geoteknik (Tinggi Lereng Max)

    Pembatas Lain (Sungai, jalan, dll)

    Areal Sumberdaya

    Terukur

    LOKASI PIT

    POTENSIAL

    Pit Potensial

  • 25

    Jumlah Cadangan Tambang Dalam

    Jumlah Cadangan Auger Mining

    LOKASI PIT POTENSIAL

    Sebaran Garis Penampang

    Penampang Perhitungan Cadangan

    Jumlah Cadangan Tertambang

    Open Pit

    Rancangan Awal Penambangan

    Data Geoteknik (Geometri Lereng)

    Faktor Losses

    Optimasi Cadangan

    Jumlah Cadangan

  • 26

    Pit Limit

    Mineral Inventory(Resources)

    Mineable

    Ore

    Waste

    Waste

    0

    100

    50

    150

    S. Lawai

    0

    100

    50

    150

    Pit Limit

  • Hubungan antara kontinuitas dan homogenitas dengan konsep perhitungan cadangan.

    27

  • Aspek Geologi

    Jenis dan komposisi batuan proses mineralisasi dan tipe endapan.

    Struktur Geologi : Patahan (sesar) mengganggu susunan litologi

    pengetahuan umur penting untuk interpretasi kemenerusan endapan mineral.

    Lipatan membuat geometri menjadi lebih kompleks.

    Kerapatan dan arah rekahan/urat dapat mengontrol tatanan spasial mineralisasi.

    Urutan fase mineralisasi (paragenesa) dapat berpengaruh pada tingkat kompleksitas endapan.

    28

  • Perbedaan domain akibat keberadaan struktur geologi

    29

    Domain-1

    Domain-2

  • Kerapatan dan arah mineralisasi

    30

    Kerapatan rekahan (struktur)

    Dom

    inasi

    ara

    h s

    truktu

    r

    Mineralisasi

    Non Mineralisasi

  • Fakta dan interpretasi

    Fakta : merupakan data dasar dalam pemodelan.

    Interpretasi : dibutuhkan untuk membangun model 3D dari fakta-fakta yang ada.

    Interpolasi : menghubungkan unsur-unsur geologi diantara titik-titik data (fakta).

    Ekstrapolasi : meneruskan unsur-unsur geologi ke arah luar dari titik informasi (fakta).

    Fakta dan interpretasi didasarkan pada tingkat pengetahuan, pengalaman dan imajinasi.

    31

  • 32

    KORELASI LUBANG BOR

    KD-28 ; KD-36 ; KD-14 ; KD-27 ; KD-29 ; KD-30 ; KD-12

    KD-28KD-36

    KD-14KD-27

    KD-29

    KD-30

    KD-12

    ?

    ?

    ??

    ?

    Zona S

    esa

    r (h

    ancu

    ran)

    -40

    -20

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    ?

    ?(Seam B)(Seam A2) (Seam C) (Diperkirakan)

    Skala Vertikal : Horizontal = 1 : 1

    Intensitas data dan kondisi geologi berpengaruh besar pada kompleksitas model endapan

  • 33

    BATAS ORE DAN WASTE

    MERUPAKAN FUNGSI DARI SKALA

    Dari kiri ke kanan batas bijih berubah dari tegas menjadi semakin gradasi,

    Dari atas ke bawah batas bijih berubah dari bidang sederhana menjadi lebih kompleks (tidak teratur),

    Kedua fenomena tersebut (tajam/gradasi dan sederhana/tidak teratur) merupakan fungsi skala,

    Batas bijih semakin kompleks apabila besaran d semakin tebal relatif terhadap tebal.

  • Endapan Sedimen

    Karakteristik Implikasi

    Kontak dengan batuan samping tegas,

    Fluktuasi perubahan kadar gradual,

    Rentan dengan kemungkinan sisipan/parting,

    Variasi ketebalan gradual,

    Anomali-anomali (washout, struktur geologi)

    Sampling (interval),

    Design/pola data dapat bervariasi

    34

  • Kontak yang tegas

    35

  • Intensitas sisipan

    36

    Parting

    Parting

    Parting

  • Gangguan-gangguan selama pengendapan

    37

    Type Subtype Cross section Frequency

    Post

    depositional

    Depositional

    Tectonic Rather rare

    Erosional Common

    Due to synsedimetary

    karst Rare

    Rare

    Rather rare

    Common

    Common

    Common

    Due to synsedimetary

    faulting

    Due to synsedimetary

    erosion

    Due to synsedimetary

    subsidence (splitting)

    Due to synsedimetary

    bassin morphology

    Due to differenciated

    rate of coal accumulation

    VARIASI KETEBALAN LAPISAN BATUBARA

    (ESCAP Series on Coal, January 1987, hal 8)

  • Kontinuitas geologi (geometri) dan kontinuitas nilai.

    38

  • Kontinuitas

    Kontinuitas geologi Kontinuitas nilai

    Kontinuitas geologi adalah keterdapatan geometri atau fisik dari gejala geologi yang mengontrol lokalisasi dan disposisi endapan.

    Bentuk fisik geometri secara spasial dan fenomenanya.

    Primer: urat, shear fracture yang termineralisasi, perlapisan yang termineralisasi

    Sekunder: perlipatan atau pergeseran badan endapan mineral

    Kontinuitas nilai adalah ukuran karakteristik spasial kadar, kelimpahan mineral, ketebalan, atau nilai kualitas sejenis yang lain.

    Merupakan distribusi secara spasial berupa ukuran atau kondisi fisik endapan seperti kualitas, ketebalan dalam zona kontinuitas geologi.

    Besaran ditentukan oleh hubungan secara spasial dan arah homogenitas (trend).

    39

  • 40

    KONTINUITAS

    Kontinuitas Geometri

    Kontinuitas Nilai

  • 41

    KONSEP HOMOGENITAS dan METODA PERHITUNGAN

    CADANGAN

  • Proses Pembentukan Batubara

    42

    SKEMA PEMBENTUKAN BATUBARA

    MATERIAL ASALTumbuhan Dan Binatang

    AUTOCHTHON

    PENGGAMBUTANPerusakan oleh Mikroba dan

    Pembentukan Humin,

    Penurunan Keseimbangan Biotektonik

    RAWA GAMBUT/MOORDibedakan berdasarkan macam

    Lingkungan pengendapan/ Fasies

    BATUAN SEDIMEN ORGANIK

    BATUBARA

    GAMBUT

    LIGNITE

    SUB - BITUMINOUS

    HIGH VOL. BITUMINOUS

    MEDIUM VOL. BITUMINOUS

    LOW VOL. BITUMINOUS

    SEMI ANTHRACITE

    ANTRHRACITE

    Udara

    Air Tanah

    Air

    Sedimen

    ALL

    OCHTH

    ON

    M

    ater

    ial y

    ang

    terfu

    sinitkan

    DIA

    GE

    NE

    SA

    ME

    TA

    MO

    RF

    OS

    A

    BertambahBerkurang

    Air

    C % (daf)

    Rmax

    CV (af)

    H2O %

    VM % (daf)

    H % (daf)

    O % (daf)

  • Konsep-konsep dasar yang perlu dipahami sehubungan dengan penaksiran dan perhitungan cadangan

    43

  • 1. Resources vs Reserve

    Sumberdaya Mineral (Mineral Resource) adalah endapan mineral yang dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumberdaya mineral dengan keyakinan geologi

    tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.

    Cadangan (Reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, dan kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan, dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan

    44

  • 45

  • 2. BIJIH (ORE) vs WASTE

    BIJIH (ORE) : Menurut Kamus Pertambangan Umum (PPPTM,

    1997) bijih diartikan sebagai mineral yang mengandung satu logam berharga atau lebih yang dapat diolah dan diambil logamnya secara menguntungkan sesuai dengan kondisi teknologi dan ekonomi pada waktu itu.

    WASTE : Bagian bahan galian (material) yang bukan bijih.

    46

  • 3. Dilusi

    Pencampuran material bukan bijih (waste) ke dalam material bijih sehingga dapat menaikkan tonase dan menurunkan kadar rata-rata.

    Jenis Dilusi : Dilusi Internal : material kadar rendah terletak di

    dalam material kadar tinggi.

    Dilusi Eksternal : material kadar rendah terpisah dengan material kadar tinggi.

    47

  • 48

    DH-01 DH-02

    Batas endapan yang sebenarnya (aktual)

    Batas endapan yang sebenarnya (aktual)

    Batas endapan (interpretasi atau yang direncanakan)

    Bat

    as B

    ijih

    Bat

    as B

    ijih

    Kontak (batas) dilusi

    Kontak (batas) dilusi

    Ilustrasi Dilusi Eksternal

  • 4. Densitas (Density)

    Density : massa per unit volume.

    Specific Gravity : density relatif (tanpa satuan).

    SG = 2 adalah memiliki berat 2 kali terhadap berat air pada volume yang sama.

    Bulk density : digunakan sebagai dasar dalam menghitung tonnage factor pada suatu endapan.

    49

  • 5. LOSSES

    Geological losses : faktor koreksi (kehilangan) akibat proses interpretasi badan bijih,

    Mining losses : faktor koreksi (kehilangan) akibat proses penambangan,

    Processing/metallurgical losses : faktor koreksi (kehilangan) akibat proses pengolahan.

    50

  • 6. Stripping Ratio dan Cut off Grade

    51

  • Contoh Sederhana

    52

  • 7. VARIABEL TERREGIONAL

    Variabel terregional adalah variabel yang terdistribusi dalam ruang yang mempunyai struktur teratur.

    Sifat-sifat terstruktur disebut regionalisasi dan dicirikan bahwa sampel-sampel yang dekat lebih mempunyai nilai yang mirip daripada sampel-sampel yang terletak lebih berjauhan.

    53

  • 7. VARIABEL TERREGIONAL

    Umumnya variabel-variabel yang berhubungan dengan endapan mineral adalah variabel yang teregional misalnya tebal urat, kadar, kerapatan rekahan, dll.

    Variabel terregional seperti kadar juga mempunyai hubungan erat dengan support sampel.

    54

  • 7. VARIABEL TERREGIONAL

    Efek smoothing (menurunkan variabilitas) terhadap suatu nilai, atau disebut juga regularisasi, umumnya disertai dengan meningkatkan support

    55

  • 56

    7. VARIABEL TERREGIONAL

  • 57

    Efek Smoothing melalui komposit

  • Metoda triangular grouping, poligon, isoline, nearest point, inverse distance, penampang.

    58

  • Metoda perhitungan cadangan secara konvensional

    59

    DATA BASED

    DATA TURUNAN

    PEMBOBOTAN

    (Ply-Ply atau Komposit)

    KORELASI

    (Section)

    PETA-PETA ISOLINEPENAKSIRAN

    (Ply-Ply atau Komposit)

    PEMBOBOTAN

    (Ply-Ply atau Komposit)

    METODA

    IDS, NP, KRG

    MODEL

    BLOK

    METODA

    TG, PLGN

    METODA

    PENAMPANG

    METODA

    ISOLINE

    DATA DASAR

  • Penyusunan dan evaluasi data

    60

    DATA

    File Design Data Input

    Edit Data

    Outliners Composite Back Up Data

    Bivariate Univariate Multivariate

  • Konsep Penaksiran

    Penaksiran tanpa grid teratur Data awal :

    Data individual Data komposit.

    Informasi : kadar/kualitas, ketebalan, kadar nilai batas.

    Metoda : isoline, triangular grouping, poligon.

    Hasil : kadar rata-rata, outline bijih, volume bijih, tonase

    bijih.

    61

  • Penaksiran tanpa grid teratur

    62

  • Konsep Penaksiran

    Penaksiran dengan grid teratur Data awal :

    Data individual, data komposit, komposit bench.

    Informasi : kadar/kualitas, ketebalan, kadar nilai batas, ukuran grid.

    Metoda : Isoline (linier interpolation ?), nearest point, inverse

    distance

    Hasil : kadar rata-rata, outline bijih, volume bijih, tonase bijih.

    63

  • Konsep Penaksiran

    64

  • 1. Metoda Isoline

    Penerapan (aplikasi) : Penentuan kadar rata-rata.

    Penentuan volume (sumberdaya).

    Data yang diperlukan/dihasilkan : Data kadar rata-rata,

    Luasan dan volume bidang pada interval kadar tertentu

    65

  • Penentuan kadar rata-rata melalui teknik isoline

    (konturing)

    66

    L1

    L2

    L3a

    L3b

    L4a

    L4b

    K1

    K1 K2

    K2

    K3 K3

    K4

    K4

    L = luas K = kadar

    Peta Isokadar (Isograde)

  • Metoda Isoline (penentuan kadar rata-rata)

    Untuk penentuan kadar rata-rata, diperlukan kontur data kadar (gi) dan luasan atau volume (vi) bidang pada interval kadar tertentu.

    Kadar rata-rata pada suatu bidang/panel (gp):

    67

    i

    ii

    pv

    ).v(g g

  • Metoda Isoline (penentuan kadar rata-rata)

    L1 = adalah luasan areal dengan kadar yang lebih besar daripada K1 tetapi lebih kecil daripada kadar K2.

    Digunakan asumsi bahwa kadar pada luasan L1 merupakan kadar rata-rata dari nilai kontur K1 dan K2.

    Asumsi yang sama dengan luasan dan nilai kontur yang lain.

    68

    Krata-rata =

    L1 ( (k1+k2)) + L2 ( (k2+k3)) + L3a (k3) + L3b ( (K3+K4)) + (L4a + L4b) k4

    L1 + L2 + L3a + L3b + L4a + L4b

  • Aplikasi metoda isoline untuk penentuan

    volume (bukit atau lembah)

    69

    Persamaan kerucut terpancung :

    3

    SSSSh V

    2121

  • 2. Metoda Segitiga (triangular grouping)

    Penerapan (aplikasi) : Penentuan kadar rata-rata.

    Penentuan volume (sumberdaya).

    Data yang diperlukan/dihasilkan : Data kadar rata-rata dengan pembobotan,

    Luasan dan volume bidang pada segitiga.

    70

  • Penentuan luas segitiga

    71

    (X2,Y2)

    (X1,Y1)

    (X3,Y3)

    A

    A1

    A2 A3

  • Penentuan luas segitiga

    Definisikan koordinat titik data.

    Hitung luas batas terluar sebagai luasan persegi panjang.

    Hitung luasan A1, A2, dan A3 dengan menggunakan rumus segitiga.

    Maka luasan A = (Luas persegipanjang) (Luas A1 + Luas A2 + Luas A3).

    72

  • Penentuan kadar rata-rata

    73

    (k2,t2)

    (k1,t1)

    (k3,t3)

    A

    K = kadar, dan t = tebal

  • Penentuan kadar rata-rata

    Kadar Rata-rata : Jika ketebalan homogen = (k1 + k2 + k3)/3.

    Jika ketebalan tidak homogen

    = {(k1.t1) + (k2.t2) + (k3.t3)} / (t1 + t2 + t3).

    Penentuan Volume : Jika tebal tidak homogen, maka :

    Volume A = Luasan A x Tebal rata-rata.

    74

  • Contoh triangular grouping

    75

  • Kelemahan metoda triangulasi

    (Sinclair, 2002)

    Proses smoothing hanya bersifat empiris.

    Pembobotan yang dilakukan berdasarkan 3 (tiga) sampel cukup beresiko, terutama pada heterogenitas tinggi.

    Belum memperhitungkan anisotrop.

    Sulit diterjemahkan menjadi sistem grid

    76

  • 3. Metoda Poligon

    Pada endapan-endapan yang relatif homogen dan geometri sederhana.

    Kadar pada suatu luasan tertentu ditaksir dengan nilai data yang berada di tengah-tengah poligon.

    Belum memperhitungkan tata letak (ruang) nilai data,

    Tidak ada batasan yang pasti sejauh mana nilai conto mempengaruhi distribusi ruang.

    77

  • 78

    Konstruksi Poligon

  • 79

  • 80

  • 81

  • 82

  • 83

  • Contoh konstruksi poligon

    84

  • Contoh daerah pengaruh

    85

  • 86

    Contoh aplikasi metoda poligon dalam endapan batubara.

  • 87

    Contoh aplikasi metoda poligon dalam endapan batubara.

  • Extended dan Included Area

    88

    Included Area Extended Area

  • 4. Rule of Nearest Point

    Merupakan penyederhanaan (turunan) dari metoda poligon

    Pada grid yang teratur, dapat diaplikasikan dalam model blok

    Menggunakan nilai titik terdekat sebagai nilai pada titik yang ditaksir.

    Umumnya digunakan untuk tipe parameter dengan kemenerusan tinggi.

    Contoh penerapan ketebalan, dan kualitas batubara, endapan plaser, endapan laterit, dll.

    89

  • 90

    Rule of Nearest Point

  • 91

    Rule of Nearest Point

  • Nearest Point vs Poligon

    92

    DH-01 DH-02

    DH-03

    DH-04 DH-05

    DH-06

    DH-07

    DH-08 DH-09 DH-10

    DH-11 DH-12 DH-13 DH-14

    DH-15 DH-16

    DH-17 DH-18 DH-19

    DH-20

    DH-21DH-22

    DH-23 DH-24

    DH-25 DH-26 DH-27

    DH-28

    DH-29 DH-30

    DH-31

    DH-32

    DH-33

    DH-34

    DH-35DH-36DH-37DH-38

    DH-39

    DH-40

    DH-41 DH-42 DH-43 DH-44

    DH-45DH-46

    DH-47 DH-48 DH-49 DH-50

    DH-51

    0

    0

    100

    100

    200

    200

    300

    300

    400

    400

    500

    500

    600

    600

    700

    700

    800

    800

    900

    900

    1,000

    1,000

    1,100

    1,100

    1,200

    1,200

    1,300

    1,300

    1,400

    1,400

    1,500

    1,500

    1,600

    1,600

    1,700

    1,700

    1,800

    1,800

    1,900

    1,900

    2,000

    2,000

    2,100

    2,100

    0

    0

    100

    100

    200

    200

    300

    300

    400

    400

    500

    500

    600

    600

    700

    700

    800

    800

    900

    900

    1,0

    00

    1,0

    00

    1,1

    00

    1,1

    00

    1,2

    00

    1,2

    00

    1,3

    00

    1,3

    00

    1,4

    00

    1,4

    00

    1,5

    00

    1,5

    00

    1,6

    00

    1,6

    00

    1,7

    00

    1,7

    00

    1,8

    00

    1,8

    00

    1,9

    00

    1,9

    00

    2,0

    00

    2,0

    00

    2,1

    00

    2,1

    00

    2.16 2.68

    1.91

    0.56 1.19

    2.30

    1.93

    4.10 4.01 0.22

    1.19 1.13 1.28 0.42

    2.42 2.67

    3.03 0.27 0.28

    0.53

    1.47 1.25

    0.65 2.06

    0.69 2.50 1.36

    1.23

    4.85 1.40

    0.19

    0.67

    0.08

    0.68

    1.43 2.15 0.96 1.18

    1.43

    0.31 0.07 2.75 1.56 0.12

    0.10 0.77

    0.50 1.22 2.99 0.04

    0.68

  • Nearest Point vs Poligon

    93

    DH-01 DH-02

    DH-03

    DH-04 DH-05

    DH-06

    DH-07

    DH-08 DH-09 DH-10

    DH-11 DH-12 DH-13 DH-14

    DH-15 DH-16

    DH-17 DH-18 DH-19

    DH-20

    DH-21DH-22

    DH-23 DH-24

    DH-25 DH-26 DH-27

    DH-28

    DH-29 DH-30

    DH-31

    DH-32

    DH-33

    DH-34

    DH-35DH-36DH-37DH-38

    DH-39

    DH-40

    DH-41 DH-42 DH-43 DH-44

    DH-45DH-46

    DH-47 DH-48 DH-49 DH-50

    DH-51

    0

    0

    100

    100

    200

    200

    300

    300

    400

    400

    500

    500

    600

    600

    700

    700

    800

    800

    900

    900

    1,000

    1,000

    1,100

    1,100

    1,200

    1,200

    1,300

    1,300

    1,400

    1,400

    1,500

    1,500

    1,600

    1,600

    1,700

    1,700

    1,800

    1,800

    1,900

    1,900

    2,000

    2,000

    2,100

    2,100

    0

    0

    100

    100

    200

    200

    300

    300

    400

    400

    500

    500

    600

    600

    700

    700

    800

    800

    900

    900

    1,0

    00

    1,0

    00

    1,1

    00

    1,1

    00

    1,2

    00

    1,2

    00

    1,3

    00

    1,3

    00

    1,4

    00

    1,4

    00

    1,5

    00

    1,5

    00

    1,6

    00

    1,6

    00

    1,7

    00

    1,7

    00

    1,8

    00

    1,8

    00

    1,9

    00

    1,9

    00

    2,0

    00

    2,0

    00

    2,1

    00

    2,1

    00

    2.16 2.68

    1.91

    0.56 1.19

    2.30

    1.93

    4.10 4.01 0.22

    1.19 1.13 1.28 0.42

    2.42 2.67

    3.03 0.27 0.28

    0.53

    1.47 1.25

    0.65 2.06

    0.69 2.50 1.36

    1.23

    4.85 1.40

    0.19

    0.67

    0.08

    0.68

    1.43 2.15 0.96 1.18

    1.43

    0.31 0.07 2.75 1.56 0.12

    0.10 0.77

    0.50 1.22 2.99 0.04

    0.68

  • Nearest Point vs Poligon

    94

  • Nearest Point vs Poligon

    95

  • Nearest Point vs Poligon

    96

  • Nearest Point vs Poligon

    97

  • Nearest Point vs Poligon

    98

  • 5. Inverse Distance

    Merupakan pengembangan dari Constant Distance Weight

    Hughes & Davey (1979) : Faktor bobot untuk jarak yang lebih

    dekat seharusnya lebih tinggi (besar) daripada jarak yang jauh pembobotan seperjarak.

    99

    n

    1i2

    i

    n

    1i2

    i

    i

    d

    1

    d

    g

    g

  • 100

    Aplikasi d (C-7) = 260 m d (C-41) = 158 m d (C-8) = 212 m d (C-46) = 158 m d (C-47) = 292 m d (C-28) = 212 m

    Dengan menggunakan metoda IDS, maka dapat dilakukan penaksiran kadar terhadap TITIK G.

    G = 0.411

    C-41 (0.023) C-8 (1.365)

    C-46 (0.258)

    C-47 (0.165)

    C-28 (0.409)

    C-7 (0.644)

    G = ??

  • Penerapan Inverse Distance

    Dalam prakteknya, karena dipengaruhi oleh jarak pengaruh dan kerapatan data, maka Hughes & Davey (1979) membuat aturan (rule of thumb) sebagai berikut:

    Harus ada pembatas jarak pengaruh

    Derajat (pangkat) yang digunakan m =2

    Sudut pencarian nearest point rule

    101

  • 102

    Jarak dalam meter, Kadar dalam %

    Blok yang ditaksir adalah titik B

  • Inverse Distance Square (IDS)

    Contoh Penerapan Aturan : Jarak pengaruh = 250 m. Derajat (pangkat) seperjarak yang digunakan m = 2 Sudut pencarian adalah 18.

    Konsekuensi :

    Titik G1 dan G8 tidak ikut diperhitungkan karena berada di luar radius pencarian data.

    Titik G5 dan G3 tidak ikut diperhitungkan karena adanya aturan nearest point untuk titik yang berada dalam bidang pencarian data (sudut pencarian 18).

    103

  • 104

    0 mE 100 mE 200 mE 300 mE 400 mE 500 mE

    100 mE 200 mE 300 mE 400 mE 500 mE

    100 m

    N200 m

    N300 m

    N400 m

    N500 m

    N

    DH-01 DH-02 DH-03

    DH-04

    DH-05

    DH-06

    DH-07 DH-08

    DH-09

    DH-10 DH-11

    2,4% 2,5% 1,9%

    2,6%

    2,1%

    1,9%

    2,3%

    1,7%

    1,8%

    1,4% 1,3%

    Jika titik yang akan ditaksir (namakan titik G) memiliki koordinat 400 mE ; 150 mN, maka jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini : a. Tentukan nilai taksiran kadar pada titik G

    dengan menggunakan metoda nearest point.

    b. Tentukan kadar rata-rata pada titik G tersebut dengan menggunakan metoda triangular grouping.

    c. Tentukan titik-tik bor yang dapat digunakan sebagai titik bor penaksir untuk titik G dengan menggunakan metoda IDS, jika digunakan radius pencarian data sebesar 150 meter.

    d. Tentukan titik bor yang akan memiliki faktor bobot terbesar untuk penaksiran titik G dengan menggunakan metoda IDS.

    e. Jika saudara diminta untuk memperkirakan nilai hasil taksiran pada titik G dengan metoda IDS, maka hasil taksiran tersebut akan berada pada rentang nilai kadar berapa ?

    Contoh Penerapan

  • Contoh IDS

    Nilai taksiran pada Titik G dengan metoda Nearest Point adalah sama dengan nilai kadar pada titik terdekat dengan Titik G, yaitu titik DH-11 = 1,3%.

    Titik bor yang dapat digunakan untuk menaksir kadar di Titik G adalah DH-08, DH-09 dan DH-11. Kadar rata-rata yang diperoleh untuk mewakili Titik G = (1,7 + 1,8 + 1,3)/3 = 1,6%.

    105

  • Titik bor yang dapat digunakan untuk menaksir kadar di Titik G dengan metoda IDS jika radius pencarian data = 150 meter adalah DH-6, DH-08, DH-09 dan DH-11.

    Titik bor yang akan memiliki bobot terbesar adalah DH-11, karena titik bor ini memiliki jarak terdekat kepada titik taksiran di titik G.

    Jika dilakukan penaksiran dengan metoda IDS, maka rentang nilai taksiran akan berada pada rentang 1,3% (DH-11) dan 2,3% (GH-06).

    0 mE 100 mE 200 mE 300 mE 400 mE 500 mE

    100 mE 200 mE 300 mE 400 mE 500 mE

    100 m

    N200 m

    N300 m

    N400 m

    N500 m

    N

    DH-01 DH-02 DH-03

    DH-04

    DH-05

    DH-06

    DH-07 DH-08

    DH-09

    DH-10 DH-11

    2,4% 2,5% 1,9%

    2,6%

    2,1%

    1,9%

    2,3%

    1,7%

    1,8%

    1,4% 1,3%

    Titik G

    106

  • 6. Metoda Penampang

    Badan bijih dibagi dalam beberapa penampang berdasarkan kondisi geologinya di sepanjang lintasan pemboran atau penampang

    Merupakan metode tradisional Dapat dilakukan dengan tangan

    Mudah untuk dimodifikasi

    Mudah untuk dipahami

    Mudah untuk dikoreksi

    Konsumsi waktu yang tinggi

    107

  • Model penampang vertikal

    108

    Pena

    mpan

    g - 1

    Jarak pengaruhPenampang - 1

    (d1)

    Luas Overburden PadaPenampang - 1

    Jarak pengaruhPenampang - 1

    (d2)

    Lubang bor

    Singkapan

  • Konsep Perhitungan

    Konsep : Perhitungan dilakukan dengan mengkuantifikasikan

    cadangan pada suatu areal dengan membuat penampang-penampang yang representatif (dapat mewakili model endapan pada daerah tsb.)

    Data Awal : Peta topografi dengan skala peta yang representatif. Peta model endapan atau distribusi titik bor. Peta batasan-batasan sumberdaya (struktur geologi,

    hidrologi, dll.) Rekomendasi metoda penambangan

    109

  • Prosedur dan Tahapan

    Penentuan lintasan penampang

    Konstruksi penampang (permukaan, geometri endapan, geometri pit, serta faktor pembatas lainnya)

    Perhitungan luas masing-masing elemen

    Pemilihan rumus perhitungan

    Perhitungan volume dan tonase

    110

  • 111

    KD-07

    KD-08

    KD-38

    KD-37

    KD-09

    KD-10

    KD-11

    KD-35

    KD-12

    KD-34

    KD-30

    KD-26KD-13

    KD-29

    KD-27KD-33

    KD-14

    KD-28

    KD-31

    KD-16

    120

    120110

    110 10

    0

    100

    110

    120

    130

    110

    110

    120

    120

    130

    140

    150

    110

    130

    130

    140

    140

    150

    160

    150

    160

    170

    180

    190

    200

    210

    220

    230

    240

    250

    260

    270

    280

    290

    300

    310 32

    0

    330

    340

    350

    360

    140

    150

    160

    170

    180

    190200

    210 220 230

    240250

    260270

    280290

    300

    310320

    160

    150

    140

    130

    120

    110

    100

    100

    160150

    140

    130

    130

    140

    150

    160

    120130

    140

    150

    110

    100

    90

    130

    120110

    100

    90

    90

    80

    100

    110

    120

    130

    140

    150

    150 140

    130

    160

    120

    110

    100 90

    359.400 359.600 359.800 360.000 360.200 360.400

    579.600

    579.400

    579.200

    579.000

    578.800

    578.600

    578.400

    578.200

    578.000

    577.800

    577.600

    KD-18

    P-11

    P-10

    P-9

    P-8

    P-7

    P-6

    P-5

    P-4

    P-3

    P-2

    P-1

    P-12

    P-13

    P-14

    P-15

    P-16

    P-17

    P-18

    P-19

    P-20

    P-21

    P-22

    P-23

    P-24

    P-25

    P-26

    P-27

    P-28

    P-29

    P-30

    P-31

    P-32

    P-33

    P-34

    P-35

    P-36

    P-37

    P-38

    P-39P-40P-41P-42P-4

    3P-44P-45P-46P-4

    7P-48

    ???

    KD-07

    KD-08

    KD-38

    KD-37

    KD-09

    KD-10

    KD-11

    KD-35

    KD-12

    KD-34

    KD-30

    KD-26

    KD-29

    KD-27KD-33

    KD-28

    KD-31

    KD-16

    KD-36

    359.400 359.600 359.800 360.000 360.200 360.400

    579.600

    579.400

    579.200

    579.000

    578.800

    578.600

    578.400

    578.200

    578.000

    577.800

    577.600

    KD-18

    359.400 359.600 359.800 360.000 360.200 360.400

    579.600

    579.400

    579.200

    579.000

    578.800

    578.600

    578.400

    578.200

    578.000

    577.800

    577.600

    KD-07

    KD-08

    KD-38

    KD-37

    KD-09

    KD-10

    KD-11

    KD-35

    KD-12

    KD-34

    KD-30

    KD-26

    KD-29

    KD-27KD-33

    KD-28

    KD-31

    KD-16

    KD-18

    359.400 359.600 359.800 360.000 360.200 360.400

    579.600

    579.400

    579.200

    579.000

    578.800

    578.600

    578.400

    578.200

    578.000

    577.800

    577.600

    359.400 359.600 359.800 360.000 360.200 360.400

    579.600

    579.400

    579.200

    579.000

    578.800

    578.600

    578.400

    578.200

    578.000

    577.800

    577.600

    0

    KD-07

    KD-08

    KD-39

    KD-37

    KD-09

    KD-10

    KD-11

    KD-35

    KD-12

    KD-34

    KD-30

    KD-26KD-13

    KD-29

    KD-27KD-33

    KD-14

    KD-28

    KD-31

    KD-16

    KD-32KD-17

    KD-18

    359.400 359.600 359.800 360.000 360.200 360.400

    579.600

    579.400

    579.200

    579.000

    578.800

    578.600

    578.400

    578.200

    578.000

    577.800

    577.600

    359.400 359.600 359.800 360.000 360.200 360.400

    579.600

    579.400

    579.200

    579.000

    578.800

    578.600

    578.400

    578.200

    578.000

    577.800

    577.600

    ???

    SEA

    M - A

    2SE

    AM

    - B

    SEA

    M - C

    1SE

    AM

    - C

    2

    SEA

    M -

    A2

    SEAM

    - B

    SEAM

    - C

    SEAM

    - A

    2

    SEAM

    - B

    SEAM

    - C

    1SEAM

    - C

    2

    SEAM -

    A2/B

    ???

    ???

    Contoh penentuan garis penampang pada endapan batubara

  • Pendekatan dan Rumus perhitungan

    Dapat dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) pendekatan :

    Metoda pindah langkah (step change method)

    Metoda berangsur-angsur pindah (gradual change method)

    112

  • Step Change (dengan 1 penampang)

    113

    Pena

    mpan

    g - 1

    Jarak pengaruhPenampang - 1

    (d1)

    Luas Overburden PadaPenampang - 1

    Jarak pengaruhPenampang - 1

    (d2)

    Volume = (A x d1) + (A x d2)

  • Pena

    mpan

    g - 1

    Luas Overburden Pada

    Penampang - 1

    Jarak antara

    Penampang-1 & Penampang-2

    Luas Overburden Pada

    Penampang - 2

    Pena

    mpan

    g - 2

    Gradual Change (dengan 2 penampang)

    114

  • Pendekatan Gradual Change

    Cara ini digunakan jika diasumsikan bahwa volume dihitung pada areal di antara kedua penampang tersebut.

    Yang perlu diperhatikan adalah variasi (perbedaan) dimensi antara kedua penampang tersebut.

    Jika tidak terlalu berbeda, maka dapat digunakan rumus mean area & rumus kerucut terpancung, tetapi jika perbedaannya terlalu besar maka digunakan rumus obelisk.

    115

  • Persamaan-persamaan

    Rumus mean area

    Rumus kerucut terpancung

    116

    d x 2

    )2A 1(A Volume

    d x )1A 2A 1(A Volume

    3

    2A.

  • Persamaan-persamaan

    Rumus obelisk :

    117

    a2

    S2

    S1

    a1

    b1

    b2

    d

    d x )

    2S 4m

    1(S Volume

    6

    2

    2

    b + 1

    b

    2

    2

    a + 1

    a = m

  • Dengan 3 penampang

    Digunakan jika diketahui adanya variasi (kontras) pada areal di antara 2 (dua) penampang, maka perlu ditambahkan penampang antara untuk mereduksi kesalahan.

    Digunakan rumus prismoida (A1 dan A3 adalah luas penampang 1 dan 3; A2 adalah luas penampang

    antara; d1 dan d2 adalah jarak antar penampang).

    118

    )2d

    1(d x )A 24A 1(A Volume

    6

    3

  • Jarak antara

    Penampang-1 & Penampang-2

    Pena

    mpan

    g - 1

    Pena

    mpan

    g - 2

    Luas Overburden PadaPenampang - 1

    Luas Overburden Pada

    Penampang - 2

    Pena

    mpan

    g - 3

    Luas Overburden Pada

    Penampang - 3

    Jarak antara

    Penampang-2 & Penampang-3

    Dengan 3 penampang

    119

  • Contoh Penerapan

    120

    a. Hitunglah masing-masing tonase batubara Seam A dan Seam B dengan menggunakan rumus mean area. Asumsikan SG = 1,3.

    b. Hitunglah volume overburden beserta nilai stripping ratio jika batubara seam B adalah batubara terbawah yang harus ditambang.

  • Contoh Sederhana Metoda Penampang

    Volume Waste

    Seam A Seam B OB IB TOTAL Seam A Seam B (BCM)

    1 9,630.00 21,784.00 12,661.00 70,840.00 83,501.00

    2 9,669.00 20,752.00 11,688.00 70,871.00 82,559.00 627,217.50 1,382,420.00 4,151,500.00

    3 8,900.00 20,400.00 10,528.00 68,403.00 78,931.00 603,492.50 1,337,440.00 4,037,250.00

    4 9,270.00 20,538.00 10,767.00 69,339.00 80,106.00 590,525.00 1,330,485.00 3,975,925.00

    1,821,235.00 4,050,345.00 12,164,675.00

    SR = 2.07

    TOTAL

    PenampangLuas Batubara (m2) Tonase BatubaraLuas Waste (m2)