2012, no.917 24 -...

56
2012, No.917 24 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR KEP. 07 TAHUN 2012 TENTANG PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA PEDOMAN PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA TERHADAP BENDAHARA DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA BAB I PENDAHULUAN A. TUJUAN Diterbitkannya Peraturan Kepala Badan ini adalah untuk memberikan petunjuk pelaksanaan kepada Kepala Satuan Kerja/UPT/Para Pimpinan unit organisasi di lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), guna menangani masalah kerugian negara yang menjadi tanggung jawabnya, agar proses penyelesaian kerugian negara dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Adapun tujuannya adalah agar kerugian negara yang terjadi di lingkungan BMKG dapat segera ditangani sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, sehingga kerugian negara dapat segera diselesaikan. Disamping itu, dengan adanya Pedoman ini diharapkan disiplin dan tanggung jawab bendahara, para pegawai/ pejabat dapat meningkat seiring dengan pengelolaan uang dan administrasi yang lebih tertib. B. SISTEMATIKA Pedoman Penyelesaian Kerugian Negara Terhadap Bendahara Di Lingkungan BMKG disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan A. Tujuan B. Sistematika Bab II : Pengungkapan, Pembuktian, dan Pelaporan A. Pengungkapan Kerugian Negara Akibat Bendahara B. Pembuktian Kerugian Negara Akibat Bendahara C. Tim Penyelesaian Kerugian Negara (TPKN) D. Pelaporan Kerugian Negara Akibat Bendahara E. Verifikasi Berkas Laporan Kerugian Negara Akibat Bendahara www.djpp.depkumham.go.id

Upload: phamdiep

Post on 12-Aug-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

2012, No.917 24

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR KEP. 07 TAHUN 2012 TENTANG PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA

PEDOMAN PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA TERHADAP BENDAHARA DI

LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. TUJUAN

Diterbitkannya Peraturan Kepala Badan ini adalah untuk memberikan petunjuk pelaksanaan kepada Kepala Satuan Kerja/UPT/Para Pimpinan unit organisasi di lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), guna menangani masalah kerugian negara yang menjadi tanggung jawabnya, agar proses penyelesaian kerugian negara dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Adapun tujuannya adalah agar kerugian negara yang terjadi di lingkungan BMKG dapat segera ditangani sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, sehingga kerugian negara dapat segera diselesaikan. Disamping itu, dengan adanya Pedoman ini diharapkan disiplin dan tanggung jawab bendahara, para pegawai/ pejabat dapat meningkat seiring dengan pengelolaan uang dan administrasi yang lebih tertib.

B. SISTEMATIKA

Pedoman Penyelesaian Kerugian Negara Terhadap Bendahara Di Lingkungan BMKG disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

A. Tujuan

B. Sistematika

Bab II : Pengungkapan, Pembuktian, dan Pelaporan

A. Pengungkapan Kerugian Negara Akibat Bendahara

B. Pembuktian Kerugian Negara Akibat Bendahara

C. Tim Penyelesaian Kerugian Negara (TPKN)

D. Pelaporan Kerugian Negara Akibat Bendahara

E. Verifikasi Berkas Laporan Kerugian Negara Akibat Bendahara

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 25

Bab III : Penyelesaian Kerugian Negara Akibat Bendahara

A. Penyelesaian Melalui Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM)

B. Tuntutan Perbendaharaan

C. Kadaluarsa

D. Penuntutan Berdasarkan Ketentuan Hukum Pidana

Bab IV : Penyelesaian Administrasi

A. Penyelesaian Administrasi Kekurangan Uang dari Perhitungan Bendahara

B. Pengembalian Kelebihan Tagihan Negara

Bab V : Hubungan Antara Sanksi Pembebanan Dengan Sanksi Lainnya

A. Hubungan Dengan Sanksi Kepegawaian

B. Hubungan Dengan Sanksi di Bidang Perdata/Pidana

Bab VI : Tata Cara Penatausahaan

A. Unit Pelaksana Penatausahaan Penyelesaian Kerugian Negara

B. Penatausahaan Kasus Kerugian Negara

Bab VII : Penutup

Daftar Form

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 26

BAB II

PENGUNGKAPAN, PEMBUKTIAN DAN PELAPORAN

A. PENGUNGKAPAN KERUGIAN NEGARA

1. Sumber/Informasi

Informasi tentang kerugian negara dapat diketahui dari berbagai sumber/informasi yaitu:

a. Pengawasan dan/atau pemberitahuan Kepala Satuan Kerja/UPT: Kepala Satuan Kerja/UPT wajib melaporkan setiap kerugian negara kepada Kepala Badan dan memberitahukan kepada BPK paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah kerugian 26negara diketahui. Disamping itu Kepala Satuan Kerja/UPT wajib melaporkan kepada pimpinan unit eselon I yang bersangkutan secara berjenjang.

b. Hasil pengawasan/hasil pemeriksaan oleh Aparat Pengawasan Eksternal dan Aparat Pengawasan Fungsional/Internal Pemerintah:

1) BPK;

2) Inspektorat BMKG;

3) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Apabila dalam pelaksanaan pengawasan fungsional ditemukan/diduga terdapat Kerugian Negara, maka pengungkapan Kerugian Negara tersebut dilakukan segera pada kesempatan pertama.

c. Perhitungan oleh Pejabat Ex-Officio:

Dalam hal Bendahara lalai membuat pertanggungjawaban pengelolaan keuangan, berada dalam pengampuan, melarikan diri, atau meninggal dunia, dan tidak dapat segera dilakukan pengujian/ pemeriksaan kas, maka harus dibuatkan perhitungan secara ex-officio.

Perhitungan yang dibuat secara ex-officio ialah perhitungan yang dibuat oleh orang lain (bukan Bendahara bersangkutan), yaitu pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Badan c.q Kepala Satuan Kerja/UPT setempat. Bila dalam perhitungan yang dibuat secara ex-officio tersebut terdapat kerugian negara, maka kekurangan itu menjadi tanggung jawab Bendahara bersangkutan.

B. PEMBUKTIAN KERUGIAN NEGARA

1. Bendahara Mampu Bertanggung Jawab

a. Pengungkapan pertama pada kasus kerugian negara pada umumnya tidak/belum cukup memberikan data/bukti yang kuat untuk keperluan suatu tuntutan perbendahaaraan, maka langkah yang perlu dilakukan oleh Kepala Satuan Kerja/UPT adalah

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 27

membebastugaskan sementara Bendahara dari jabatannya dan segera mengadakan penelitian dan mengumpulkan bahan bukti tertulis untuk melengkapi laporan yang akan disampaikan, meliputi:

1) peristiwa terjadinya kerugian negara (jelaskan penyebab/bila terjadinya kerugian negara);

2) jumlah kerugian negara yang pasti yang dapat diketahui dari perhitungan bendahara;

3) siapa saja yang tersangkut (Bendahara, pejabat, pegawai maupun pihak ketiga) dengan melengkapi jawaban;

4) unsur salah (besar/kecilnya kesalahan) dari masing-masing pihak (penilaian oleh Kepala Satuan Kerja/UPT);

5) keterangan lain yang dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian adanya kerugian negara (misalnya adanya Keputusan Hakim, jumlah yang telah diganti dan sebagainya).

b. Hasil penelitian dan pengumpulan bahan bukti mengenai kerugian negara tersebut dilaporkan kepada Kepala Badan u.p Sekretaris Utama dengan tembusan kepada Kepala Biro Umum;

c. Kepala Satuan Kerja/UPT wajib menyimpan bukti-bukti/berkas-berkas yang berkaitan dengan kerugian negara tersebut.

2. Bendahara di Bawah Pengampuan/Berhalangan Tetap/Melarikan Diri/Meninggal Dunia.

Apabila Bendahara di bawah pengampuan/berhalangan tetap/melarikan diri/ meninggal dunia sehingga tidak dapat segera dilakukan pengujian/pemeriksaan kas, maka untuk menjaga kepentingan negara Kepala Satuan Kerja/UPT melakukan tindakan sebagai berikut:

a. Mengamankan

1) Buku Kas Umum/Buku Persediaan diberi garis penutup;

2) semua buku dan bukti-bukti lain disimpan di dalam lemari dan disegel;

3) Brankas/tempat penyimpanan uang/gudang/tempat penyimpanan barang disegel.

Tindakan untuk menjamin kepentingan negara dengan penyegelan tersebut dilakukan dengan membuat Berita Acara Penyegelan dengan disaksikan oleh paling kurang 2 (dua) orang pegawai pada kantor/satuan kerja bersangkutan.

b. Membentuk Tim Ex-Officio

Kepala Satuan Kerja/UPT membentuk Tim yang secara ex-officio mempunyai tugas membuat perhitungan dengan melakukan pemeriksaan kas/gudang dan penutupan buku kas/buku persediaan dan menyelesaikan laporan/pertanggungjawaban perhitungan secara ex-officio.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 28

Dalam Tim tersebut disertakan unsur pejabat yang menguasai bidang perbendaharaan.

Dalam melaksanakan tugasnya sedapat mungkin Tim memberi kesempatan kepada keluarga terdekat atau pengampu atau ahli waris Bendahara atau mereka yang memperoleh hak untuk melihat/memeriksa buku-buku dan bukti-bukti mengenai pengurusan Bendahara bersangkutan.

Tembusan keputusan tentang pembentukan Tim disampaikan kepada:

1) Kepala Badan u.p. Sekretaris Utama;

2) Pejabat Eselon I bersangkutan;

3) Kepala Biro Umum;

4) Atasan Langsung Kepala Satuan Kerja/UPT bersangkutan.

c. Membantu pejabat pembuat perhitungan secara ex-officio dalam pembuatan perhitungan tersebut.

d. Memberitahukan hasil perhitungan ex-officio kepada pengampu (wali) atau ahli waris atau mereka yang memperoleh hak peninggalan.

e. Menunjuk Bendahara Pengganti Sementara guna kelancaran tugas sehari-hari. Sebelum Bendahara Pengganti melaksanakan tugas diadakan serah terima dari Tim Ex-Officio kepada Bendahara.

f. Segera melaporkan hal tersebut pada huruf e kepada Kepala Badan u.p Sekretaris Utama secara berjenjang melalui pimpinan unit eselon I bersangkutan dan mengajukan usulan penggantian Bendahara kepada pimpinan unit eselon I bersangkutan.

g. Menyampaikan perhitungan ex-officio dan jawaban dari pengampu (wali) atau ahli waris atau mereka yang memperoleh hak peninggalan kepada Kepala Badan u.p Sekretaris Utama secara berjenjang melalui unit eselon I bersangkutan.

3. Kepala Satuan Kerja/UPT dapat membentuk Tim Ad Hoc untuk menyelesaikan kerugian negara yang terjadi dan melakukan pengumpulan data/informasi dan verifikasi kerugian negara, dan melaporkan pelaksanaan tugas Tim Ad Hoc kepada Kepala Badan dan secara berjenjang melaporkan kepada pimpinan unit eselon I yang bersangkutan dengan tembusan kepada TPKN untuk diproses lebih lanjut.

C. TIM PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA (TPKN)

Tim Penyelesaian Kerugian Negara (TPKN) bertugas membantu Kepala Badan dalam memproses penyelesaian kerugian negara terhadap Bendahara yang pembebanannya akan ditetapkan oleh BPK.

Dalam rangka melaksanakan tugas, TPKN menyelenggarakan fungsi untuk:

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 29

a. menginventarisasi kasus kerugian negara yang diterima;

b. menghitung jumlah kerugian negara;

c. mengumpulkan dan melakukan verifikasi bukti-bukti pendukung bahwa bendahara telah melakukan perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai sehingga mengakibatkan terjadinya kerugian negara;

d. menginventarisasi harta kekayaan milik bendahara yang dapat dijadikan sebagai jaminan penyelesaian kerugian negara;

e. menyelesaikan kerugian negara melalui SKTJM;

f. memberikan pertimbangan kepada Kepala Badan tentang kerugian negara sebagai bahan pengambilan keputusan dalam menetapkan pembebanan sementara;

g. menatausahakan penyelesaian kerugian negara; dan

h. menyampaikan laporan perkembangan penyelesaian kerugian negara kepada Kepala Badan dengan tembusan disampaikan kepada BPK.

Dalam hal menyelenggarakan fungsinya, TPKN dapat berkoordinasi dengan Biro Umum yang salah satu tugas dan fungsinya adalah menyiapkan bahan pertimbangan dan mengikuti pelaksanaan penyelesaian masalah ganti rugi dan penagihan di lingkungan BMKG.

D. PELAPORAN KERUGIAN NEGARA

1. Bilamana terdapat dugaan terjadi kerugian negara, maka Kepala Satuan Kerja/UPT mengambil tindakan sebagai berikut:

a. memerintahkan secara tertulis kepada Bendahara untuk menutup Buku Kas Umum/Buku Persediaan Barang dengan membuat Berita Acara Penutupan Kas dan register penutupan buku kas/barang;

b. melakukan pemeriksaan kas/fisik barang dengan membuat Berita Acara Pemeriksaan Kas/Fisik Barang;

c. memerintahkan Bendahara bersangkutan untuk membuat perhitungan sebagai pertanggungjawaban dalam pengurusannya;

d. membuat Berita Acara Pemeriksaan terhadap Bendahara yang bertanggung jawab atas pengurusan uang/barang;

e. melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada pihak kepolisian setempat dalam hal kerugian negara diakibatkan oleh perbuatan pihak ketiga (pencurian, perampokan, dan sebagainya);

f. membuat laporan kejadian kepada pihak berwajib, dalam hal kerugian negara diakibatkan peristiwa di luar kemampuan manusia (force majeur);

g. Kepala Satuan Kerja/UPT wajib melaporkan setiap kerugian negara kepada Kepala Badan dan memberitahukan BPK paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah kerugian negara diketahui. Disamping itu

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 30

Kepala Satuan Kerja/UPT wajib melaporkan kepada pimpinan unit eselon I yang bersangkutan secara berjenjang dengan melampirkan:

1) keputusan pengangkatan sebagai Bendahara atau sebagai pejabat yang melaksanakan fungsi kebendaharaan;

2) Berita Acara Pemeriksaan Kas/Barang;

3) Register Penutupan buku Kas/Barang;

4) surat keterangan tentang sisa uang yang belum dipertangungjawabkan dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;

5) surat keterangan bank tentang saldo kas di bank bersangkutan;

6) fotokopi/rekaman Buku Kas Umum (BKU) bulan bersangkutan yang menunjukkan adanya kerugian negara;

7) surat tanda lapor dari kepolisian dalam hal kerugian negara mengandung indikasi tindak pidana;

8) Berita Acara Pemeriksaan tempat kejadian perkara dari kepolisian dalam hal kerugian negara terjadi karena pencurian atau perampokan;

9) surat keterangan ahli waris dari kelurahan atau pengadilan;

10) laporan Hasil Pemeriksaan berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan;

11) bukti-bukti lain yang berkaitan dengan kasus.

Tembusan laporan disampaikan kepada:

1) Inspektur BMKG; dan

2) TPKN.

h. Kepala Satuan Kerja/UPT wajib menyampaikan fotokopi laporan kerugian negara kepada Kepala Badan dan pemberitahuan kepada BPK yang telah disampaikan kepada pimpinan unit eselon I yang bersangkutan secara berjenjang.

2. Apabila kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan Bendahara tersebut mengandung unsur tindak pidana, maka dalam laporan kepada Kepala Badan tersebut wajib dinyatakan adanya unsur pidana sedangkan penyerahan perkaranya kepada Kejaksaan dilakukan setelah adanya petunjuk dari Kepala Badan c.q Kepala Biro Hukum dan Organisasi.

3. Tindak lanjut penyelesaian kerugian negara dilaporkan oleh Kepala Satuan Kerja/UPT kepada TPKN dengan tembusan atasan langsung Kepala Satuan Kerja/UPT dan pimpinan unit eselon I yang bersangkutan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan dalam setiap tahap penyelesaian.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 31

4. Kepala Satuan Kerja/UPT berkewajiban melakukan pelaporan Kekurangan Perbendaharan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

E. VERIFIKASI BERKAS LAPORAN KERUGIAN NEGARA

Tim Penyelesaian Kerugian Negara mengumpulkan dan melakukan verifikasi dokumen-dokumen, antara lain:

a. keputusan pengangkatan sebagai bendahara atau sebagai pejabat yang melaksanakan fungsi kebendaharaan;

b. berita acara pemeriksaan kas/barang;

c. register penutupan buku kas/barang;

d. surat keterangan tentang sisa uang yang belum dipertanggungjawabkan dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;

e. surat keterangan bank tentang saldo kas di bank bersangkutan;

f. fotokopi/rekaman buku kas umum bulan yang bersangkutan yang memuat adanya kekurangan kas;

g. surat tanda lapor dari kepolisian dalam hal kerugian negara mengandung indikasi tindak pidana;

h. berita acara pemeriksaan tempat kejadian perkara dari kepolisian dalam hal kerugian negara terjadi karena pencurian atau perampokan;

i. surat keterangan ahli waris dari kelurahan atau pengadilan;

j. Laporan Hasil Pemeriksaan berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan.

Dalam hal melakukan verifikasi kerugian negara, Kepala Badan menugaskan TPKN berdasarkan laporan kerugian negara yang diterima dari Kepala Satuan Kerja/UPT untuk melakukan verifikasi berkas laporan kerugian negara yang diterima dari Kepala Satuan Kerja/UPT dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak memperoleh penugasan. Untuk selanjutnya Kepala Badan menyampaikan laporan hasil verifikasi kerugian negara kepada ketua BPK paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterima dari TPKN. Dalam hal ini BPK melakukan pemeriksaan atas laporan kerugian negara berdasarkan laporan hasil penelitian untuk menyimpulkan telah terjadi kerugian negara yang meliputi nilai kerugian negara, perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai, dan penanggung jawab. Apabila dari hasil pemeriksaan ternyata tidak terdapat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai, BPK mengeluarkan surat kepada Kepala Badan agar kasus kerugian negara dihapuskan dan dikeluarkan dari daftar kerugian negara.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 32

BAB III

PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA

A. PENYELESAIAN MELALUI SURAT KETERANGAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK

Apabila dari hasil pemeriksaan terhadap Laporan Hasil Verifikasi yang dilakukan BPK terbukti terdapat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai, BPK mengeluarkan surat kepada Kepala Badan untuk memproses penyelesaian kerugian negara melalui Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM). Kepala Badan berdasarkan surat tersebut memerintahkan kepada TPKN mengupayakan agar Bendahara bersedia membuat dan menandatangani SKTJM. TPKN mengupayakan hal tersebut melalui unit eselon I bersangkutan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima surat dari BPK.

1. Syarat Penyelesaian melalui SKTJM

a. Apabila Bendahara menandatangani SKTJM, maka yang bersangkutan wajib menyerahkan jaminan kepada TPKN yang nilainya sepadan dengan jumlah kerugian negara, antara lain dalam bentuk dokumen-dokumen sebagai berikut:

1) Surat penyerahan jaminan;

2) Bukti kepemilikan barang dan/atau kekayaan lain atas nama Bendahara;

3) Surat Kuasa Menjual dan/atau Mencairkan Barang dan/atau Kekayaan Lain dari Bendahara bersangkutan atau pengampu (wali) atau ahli waris atau mereka yang memperoleh hak peninggalan.

Kepala Satuan Kerja/UPT untuk dan atas nama TPKN menyimpan dokumen asli dan bertanggung jawab atas dokumen yang disimpannya. Adapun penilaian terhadap jaminan yang nilainya sepadan tersebut ditetapkan oleh Kepala Satuan Kerja/UPT.

Asli surat/bukti jaminan, Surat Pernyataan Jaminan, Surat Kuasa Untuk Menjual dan/atau Mencairkan Barang dan/atau Kekayaan Lain tersebut diserahkan kepada Kepala Satuan Kerja/UPT, sedangkan tembusan/fotokopi dokumen tersebut yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satuan Kerja/UPT disampaikan kepada pimpinan unit eselon I yang bersangkutan secara berjenjang dan TPKN.

Surat kuasa menjual dan/atau mencairkan barang dan/atau harta kekayaan yang dijaminkan berlaku setelah BPK mengeluarkan Surat Keputusan pembebanan.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 33

b. Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak menerima pemberitahuan dari BPK, Bendahara tidak bersedia menandatangani SKTJM, Kepala Satuan Kerja/UPT melaporkan kepada TPKN agar Kepala Badan menerbitkan Surat Keputusan Pembebanan Sementara kepada Bendahara yang bersangkutan.

2. Hal-Hal Yang Berkenaan Dengan Penyelesaian Melalui SKTJM.

a. Peranan Kepala Satuan Kerja/UPT yang bersangkutan dalam penyelesaian melalui SKTJM:

1) Kepala Satuan Kerja/UPT wajib mengawasi atas pelaksanaan SKTJM yang telah ditandatanganinya.

2) SKTJM dibuat dalam 4 (empat) rangkap, masing-masing disampaikan oleh Kepala Satuan Kerja/UPT kepada:

a) lembar pertama, kepada Kepala Satuan Kerja/UPT dimana kerugian negara terjadi;

b) lembar kedua, kepada atasan langsung Kepala Satuan Kerja/UPT;

c) lembar ketiga, kepada Pimpinan unit Eselon I bersangkutan;

d) lembar keempat, kepada TPKN.

3) Kepala Satuan Kerja/UPT wajib melaporkan pelaksanaan penyelesaian melalui SKTJM kepada TPKN dan mengusulkan agar:

a) terhadap Bendahara bersangkutan dikenakan sanksi administratif berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b) terhadap Bendahara yang tidak melaksanakan SKTJM, dilakukan proses penuntutan melalui BPK;

Tembusan laporan pelaksanaan penyelesaian melalui SKTJM disampaikan kepada:

a) pimpinan unit eselon I yang bersangkutan;

b) atasan langsung Kepala Satuan Kerja/UPT yang bersangkutan.

b. Cara Penyelesaian melalui SKTJM :

1) pengembalian kerugian negara dilakukan secara tunai paling lambat 40 (empat puluh) hari sejak SKTJM ditandatangani;

2) dalam rangka pelaksanaan SKTJM, Bendahara dapat menjual dan/atau mencairkan harta kekayaan yang dijaminkan setelah mendapat persetujuan dan di bawah pengawasan TPKN;

3) dalam hal pengawasan ketentuan tidak dapat dilaksanakan oleh TPKN, TPKN dapat meminta Kepala Satuan Kerja/UPT untuk dan atas nama TPKN mengawasi pelaksanaan penjualan dan atau pencairan harta kekayaan;

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 34

4) Kepala Badan memberitahukan hasil penyelesaian kerugian negara melalui SKTJM atau surat pernyataan bersedia mengganti kerugian negara kepada BPK paling lambat 7 (tujuh) hari sejak menerima laporan TPKN;

5) dalam hal Bendahara telah mengganti kerugian negara, BPK mengeluarkan surat rekomendasi kepada Kepala Badan agar kasus kerugian negara dikeluarkan dari daftar kerugian Negara;

6) Kepala Badan memerintahkan kepada TPKN agar kasus kerugian negara dikeluarkan dari daftar kerugian negara berdasarkan surat rekomendasi dari BPK;

7) dalam hal kewajiban Bendahara untuk mengganti kerugian negara dilakukan pihak lain, pelaksanaannya dilakukan sebagaimana yang dilakukan oleh pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris.

B. TUNTUTAN PERBENDAHARAAN

1. Pembebanan Kerugian Negara Sementara

a. Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak SKTJM tidak diperoleh, maka Kepala Satuan Kerja/UPT wajib melaporkan kepada TPKN dan pimpinan unit eselon I yang bersangkutan secara berjenjang dalam hal SKTJM tidak diperoleh atau tidak dapat menjamin pengembalian kerugian negara, Kepala Badan mengeluarkan Surat Keputusan Pembebanan Sementara dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak Bendahara tidak bersedia menandatangani SKTJM.

b. TPKN menyampaikan Surat Keputusan Pembebanan Sementara yang disertai dengan tanda terima kepada Bendahara pada kantor yang bersangkutan melalui unit eselon I yang bersangkutan, Kepala Badan memberitahukan Surat Keputusan Pembebanan Sementara kepada BPK.

c. Surat Keputusan Pembebanan Sementara mempunyai kekuatan hukum untuk melakukan sita jaminan. Pelaksanaan sita jaminan diajukan oleh Kepala Badan kepada instansi yang berwenang melakukan penyitaan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah diterbitkannya Surat Keputusan Pembebanan Sementara.

d. Sebelum diajukan permohonan sita jaminan kepada instansi yang berwenang, Kepala Satuan Kerja/UPT dapat mengajukan permohonan kepada instansi yang berwenang untuk melakukan pemblokiran terhadap barang jaminan.

e. Dalam hal pengajuan sita jaminan sebagaimana dimaksud pada huruf c, Kepala Badan melimpahkan kewenangannya kepada Kepala Satuan Kerja/UPT dimana kasus kerugian negara terjadi.

2. Penetapan Batas Waktu

BPK mengeluarkan Surat Keputusan Penetapan Batas Waktu (SK-PBW)

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 35

apabila:

a. BPK tidak menerima Laporan Hasil Verifikasi Kerugian Negara dari Kepala Badan;

b. berdasarkan pemberitahuan Kepala Badan tentang pelaksanaan SKTJM, ternyata Bendahara tidak bersedia menandatangani SKTJM.

SK-PBW disampaikan oleh BPK kepada Bendahara melalui Kepala Satuan Kerja/UPT dengan tembusan kepada Kepala Badan dengan tanda terima dari Bendahara. Kepala Satuan Kerja/UPT harus menyampaikan SK-PBW kepada Bendahara dan meminta kepada Bendahara untuk menandatangani tanda terima.

Dalam hal Bendahara dibawah pengampuan/berhalangan tetap/melarikan diri/meninggal dunia, Kepala Satuan Kerja/UPT menyampaikan SK-PBW kepada Pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris. Tanda terima dari Bendahara/Pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris disampaikan kepada BPK oleh Kepala Satuan Kerja/UPT paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak SK-PBW diterima Bendahara.

Bendahara/pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris dapat mengajukan keberatan atas SK-PBW kepada BPK dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah tanggal penerimaan SK-PBW yang tertera pada tanda terima dengan tembusan kepada Kepala Badan dan Pimpinan unit eselon I bersangkutan. Apabila Bendahara bersangkutan telah membuat SKTJM, maka kepada Bendahara tersebut tidak diberikan kesempatan untuk mengajukan pembelaan diri/keberatan. Adapun putusan atas keberatan tersebut dapat diketahui dalam kurun waktu 6 (enam) bulan sejak surat keberatan dari Bendahara/Pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris tersebut diterima oleh BPK.

3. Pembebanan Kerugian Negara

BPK mengeluarkan Surat Keputusan Pembebanan apabila:

a. jangka waktu untuk mengajukan keberatan telah terlampaui dan Bendahara tidak mengajukan keberatan;

b. bendahara mengajukan keberatan tetapi ditolak;

c. telah melampaui jangka waktu 40 (empat puluh) hari sejak ditandatangani SKTJM namun kerugian negara belum diganti sepenuhnya.

Kepala Satuan Kerja/UPT harus menyampaikan Surat keputusan pembebanan kepada Bendahara dan meminta kepada Bendahara untuk menandatangani tanda terima. Surat Keputusan Pembebanan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum yang bersifat final. Terhadap tembusan Surat Keputusan Pembebanan, Kepala Badan memerintahkan TPKN untuk menindaklanjuti.

Cara Penyelesaian/Pelaksanaan Surat Keputusan Pembebanan

a. bendahara wajib mengganti kerugian negara dengan cara menyetorkan secara tunai ke kas negara dalam jangka waktu paling lambat 7

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 36

(tujuh) hari setelah menerima surat keputusan pembebanan dari BPK; b. dalam hal Bendahara telah mengganti kerugian negara secara tunai,

maka harta kekayaan yang telah disita dikembalikan kepada yang bersangkutan;

c. Surat keputusan pembebanan mempunyai kekuatan hukum untuk pelaksanaan sita eksekusi dan memiliki hak mendahului.

d. Keputusan Pembebanan oleh BPK mempunyai kekuatan hukum yang bersifat final;

e. apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sebagaimana telah terlampaui dan Bendahara tidak mengganti kerugian negara secara tunai, Kepala Badan menyerahkan pengurusan piutang kepada Panitia Urusan Piutang Negara untuk dilakukan pengurusan sesuai ketentuan di bidang pengurusan piutang negara;

f. apabila dari hasil penetapan BPK, terbukti bahwa Bendahara melakukan perbuatan melawan hukum maupun lalai, namun apabila status Bendahara telah diberhentikan dengan tidak hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil dan masih mempunyai kewajiban untuk mengembalikan kerugian negara dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah menerima Surat Pemberhentian Sebagai Pegawai Negeri Sipil, Bendahara tidak mengganti kerugian negara secara tunai, maka penagihan dilaksanakan sesuai dengan huruf e di atas;

g. apabila Bendahara tidak memiliki harta kekayaan untuk dijual atau hasil penjualan tidak mencukupi untuk penggantian kerugian negara, maka Kepala Satuan Kerja/UPT yang bersangkutan mengupayakan pengembalian kerugian negara melalui pemotongan paling rendah sebesar 50% (lima puluh persen) dari penghasilan tiap bulan sampai lunas.

h. apabila Bendahara memasuki masa pensiun, maka dalam Surat Keputusan Penghentian Pembayaran (SKPP) dicantumkan bahwa yang bersangkutan masih mempunyai utang kepada negara dan Tabungan Asuransi dan Pensiun (Taspen) yang menjadi hak Bendahara dapat diperhitungkan untuk mengganti kerugian negara.

Laporan Pelaksanaan Surat Keputusan Pembebanan

a. Kepala Satuan Kerja/UPT menyampaikan laporan atas pelaksanaan surat keputusan pembebanan kepada TPKN dan pimpinan unit eselon I yang bersangkutan secara berjenjang.

b. Untuk selanjutnya Kepala Badan menyampaikan laporan atas pelaksanaan surat keputusan pembebanan kepada BPK dengan dilampiri bukti setor.

4. Penyelesaian Kerugian negara Yang Bersumber Dari Perhitungan Ex Officio

Ketentuan-ketentuan dalam petunjuk pelaksanaan ini berlaku pula terhadap penyelesaian kasus kerugian negara yang diketahui berdasarkan perhitungan ex officio.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 37

Apabila pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris bersedia mengganti kerugian negara secara sukarela, maka yang bersangkutan membuat dan menandatangani surat pernyataan bersedia mengganti kerugian negara sebagai pengganti SKTJM.

Nilai kerugian negara yang dapat dibebankan kepada pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris terbatas pada kekayaan yang dikelola atau diperolehnya yang berasal dari Bendahara.

Dalam hal kewajiban Bendahara untuk mengganti kerugian negara dilakukan pihak lain, pelaksanaannya dilakukan sebagaimana yang dilakukan oleh pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris.

C. KADALUARSA

1. Kewajiban Bendahara untuk membayar ganti rugi menjadi kadaluarsa jika dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diketahuinya kerugian negara atau dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak terjadinya kerugian negara tidak dilakukan penuntutan ganti rugi.

2. Tanggung jawab ahli waris, pengampu, atau pihak lain yang memperoleh hak dari Bendahara menjadi hapus apabila 3 (tiga) tahun telah lewat sejak keputusan pengadilan yang menetapkan pengampuan kepada Bendahara, atau sejak Bendahara diketahui melarikan diri atau meninggal dunia tidak diberitahukan oleh pejabat yang berwenang tentang kerugian negara.

D. PENUNTUTAN BERDASARKAN KETENTUAN HUKUM PIDANA

Kerugian Negara selain dapat diselesaikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendahaaan Negara sebagaimana telah diuraikan tersebut di atas, juga dapat diselesaikan berdasarkan ketentuan hukum pidana apabila dalam kasus kerugian negara tersebut perbuatan Bendahara bersangkutan memenuhi unsur-unsur pidana.

Langkah-langkah Kepala Satuan Kerja/UPT dalam upaya penyelesaian kerugian negara yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana ini adalah:

1. Apabila dalam suatu peristiwa kerugian negara mengandung unsur-unsur tindak pidana, maka Kepala Satuan Kerja/UPT di dalam laporannya sebagaimana dimaksud pada BAB II huruf D wajib menyatakan adanya unsur-unsur tindak pidana tersebut, sedang penyerahan perkaranya kepada Kejaksaan dilakukan setelah mendapat petunjuk dari Kepala Badan c.q Kepala Biro Hukum dan Organisasi;

2. Memantau perkembangan penyelesaian kasus tersebut, dan melaporkan hasilnya kepada Kepala Badan u.p Sekretaris Utama secara berjenjang melalui eselon I bersangkutan dengan melampirkan:

a. Putusan pengadilan;

b. Eksekusi putusan pengadilan, meliputi:

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 38

1) nilai barang-barang yang dirampas untuk negara;

2) denda, pembayaran uang pengganti; dan/atau

3) sanksi-sanksi lain yang dapat dinilai dengan uang.

Tembusan laporan disampaikan kepada:

1) Inspektur BMKG;

2) Kepala Biro Hukum dan Organisasi ;

3) Kepala Biro Umum;

4) Atasan Langsung Kepala Satuan Kerja/UPT bersangkutan.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 39

BAB IV

PENYELESAIAN ADMINISTRASI

A. PENYELESAIAN ADMINISTRASI KEKURANGAN UANG DARI PERHITUNGAN BENDAHARA

Kekurangan uang dari perhitungan Bendahara terjadi karena terdapat perbedaan antara saldo buku dan saldo kas yang berada dalam pengurusan Bendahara. Untuk menanggulangi hal tersebut maka perlu diupayakan penyelesaian administrasi yang meliputi:

1. Penghapusan Kekurangan Uang Dari Perhitungan Bendahara.

Kegiatan dalam rangka penyelesaian administrasi dalam bentuk penghapusan kekurangan uang dari perhitungan Bendahara adalah:

a. Kepala Badan setelah menerima hasil pemeriksaan laporan hasil verifikasi kasus kerugian negara dari BPK yang menyatakan bahwa Bendahara tidak bersalah/lalai disamping menghapus dan mengeluarkan kasus kerugian negara dari daftar kerugian negara dan memberitahukan kepada bendahara melalui Kepala Satuan Kerja/UPT, Kepala Badan mengajukan usul penghapusan kekurangan uang dari perhitungan Bendahara kepada Kepala Badan c.q Sekretaris Utama dengan melampirkan hasil pemeriksaan laporan hasil verifikasi kerugian negara oleh BPK beserta dokumen pendukung yang telah diverifikasi.

b. Atas dasar persetujuan Kepala Badan c.q Sekretaris Utama tersebut, Kepala Badan c.q Sekretaris Utama BMKG menyampaikan persetujuan tersebut kepada Kepala Satuan Kerja/UPTuntuk ditindaklanjuti melalui unit Eselon I. Atas dasar surat persetujuan tersebut, Bendahara melaksanakan perbaikan pembukuan sesuai peraturan perundang-undangan.

2. Peniadaan Selisih

Kekurangan uang dari perhitungan Bendahara karena kesalahan/kelalaian Bendahara yang menyebabkan selisih antara saldo buku kas dan saldo kas yang tidak atau tidak segera dapat ditutup oleh Bendahara bersangkutan. Kegiatan dalam upaya penyelesaian administrasi yang berupa peniadaan selisih:

a. Kepala Badan setelah menerima hasil pemeriksaan laporan hasil verifikasi kasus kerugian negara dari BPK yang menyatakan bahwa Bendahara bersalah/lalai, disamping memerintahkan TPKN agar mengupayakan Bendahara bersedia membuat dan menandatangani SKTJM, Kepala Badan juga mengajukan usul peniadaan selisih antara saldo buku dan saldo kas kepada Kepala Badan c.q Sekretaris Utamadengan melampirkan hasil pemeriksaan laporan hasil verifikasi kerugian negara oleh BPK beserta dokumen pendukung yang telah diverifikasi beserta SKTJM atau Surat Keputusan Pembebanan

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 40

Sementara.

b. Atas dasar persetujuan Kepala Badan cq. Sekretaris Utama tersebut, Kepala Badan cq. Sekretaris Utama BMKG menyampaikan persetujuan tersebut kepada Kantor/Satuan Kerja untuk ditindaklanjuti melalui unit Eselon I. Atas dasar surat persetujuan peniadaan selisih antara saldo buku dan saldo kas tersebut Bendahara melaksanakan perbaikan pembukuan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

B. PENGEMBALIAN KELEBIHAN TAGIHAN NEGARA

Dalam hal dapat dibuktikan bahwa atas sejumlah uang yang telah disetorkan ke rekening kas negara sebagai pelunasan kerugian negara ternyata lebih besar dari yang seharusnya disetor, Bendahara yang bersangkutan/pengampu/ahli waris atau mereka yang memperoleh hak peninggalan dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan tagihan yang telah disetorkan ke rekening kas negara melalui prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 41

BAB V

HUBUNGAN ANTARA SANKSI PEMBEBANAN

DENGAN SANKSI LAINNYA

Bendahara yang telah ditetapkan untuk mengganti kerugian negara dapat dikenakan sanksi administratif dan atau sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kepala Satuan Kerja/UPT yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Bab II huruf D dapat dikenakan sanksi administratif berupa hukuman disiplin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

A. HUBUNGAN DENGAN SANKSI KEPEGAWAIAN.

Pembebanan penggantian kerugian negara yang telah dijatuhkan kepada Bendahara tidak menutup kemungkinan untuk dijatuhkan sanksi kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan kepada Bendahara bersangkutan.

Pengenaan masing-masing sanksi tersebut tidak perlu saling menunggu, namun demikian apabila sanksi pembebanan ternyata diputus lebih dahulu maka dapat dipakai sebagai pertimbangan bagi penjatuhan sanksi kepegawaian.

Sebaliknya bila sanksi kepegawaian diputuskan lebih dahulu, dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan besar kecilnya tingkat kesalahan.

B. HUBUNGAN DENGAN SANKSI DI BIDANG PERDATA/PIDANA.

Putusan hakim yang menjatuhkan hukuman terhadap seorang Bendahara yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dapat dijadikan bukti tentang perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai dalam proses Tuntutan Perbendaharaan.

1. Dalam hal nilai penggantian kerugian negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, berbeda dengan nilai kerugian negara dalam surat keputusan pembebanan, maka kerugian negara wajib dikembalikan sebesar nilai yang tercantum dalam surat keputusan pembebanan.

2. Apabila sudah dilakukan eksekusi atas putusan pengadilan untuk penggantian kerugian negara dengan cara disetorkan ke kas negara/daerah, pelaksanaan surat keputusan pembebanan diperhitungkan sesuai dengan nilai penggantian yang sudah disetorkan ke kas negara.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 42

BAB VI

TATA CARA PENATAUSAHAAN

A. UNIT PELAKSANA PENATAUSAHAAN PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA

1. Pada tingkat instansi vertikal Kepala Satuan Kerja/UPT dimana terjadi kerugian negara menugaskan pejabat yang berada di bawahnya untuk menatausahakan penyelesaian kerugian negara.

2. Pada tingkat kantor pusat pejabat eselon I dimana terjadi kerugian negara secara berjenjang menugaskan Kepala Bagian Keuangan/Pejabat lain yang ditunjuk untuk menatausahakan penyelesaian kerugian negara.

3. Pada tingkat BMKG, Kepala Badan menugaskan TPKN yang dalam hal pelaksanaan fungsinya, berkoordinasi dengan Biro Umum yang salah satu tugas dan fungsinya adalah menyiapkan bahan pertimbangan dan mengikuti pelaksanaan penyelesaian masalah ganti rugi dan penagihan di lingkungan BMKG.

B. PENATAUSAHAAN KASUS KERUGIAN NEGARA

1. Dalam rangka menunjang kelancaran penyelesaian kerugian negara, setiap pimpinan unit organisasi baik tingkat instansi vertikal maupun tingkat pusat di lingkungan BMKG wajib melaksanakan penatausahaan berkas kasus kerugian negara yang ada pada unitnya secara tertib, teratur dan kronologis.

2. Kepala Satuan Kerja/UPT tempat terjadinya kerugian negara wajib:

a. membuat “Daftar Kerugian Negara”;

b. mencatat perkembangan tindak lanjut penyelesaian kerugian negara dalam Daftar sebagaimana dimaksud pada butir 2.a. di atas dan melaporkannya kepada TPKN dengan tembusan atasan langsung Kepala Satuan Kerja/UPT dan pimpinan unit eselon I yangbersangkutan;

c. melaporkan kerugian negara sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan; dan

d. menyimpan dan mengamankan semua berkas/buku, dokumen/surat dan alat bukti lainnya yang terkait dengan peristiwa yang menimbulkan kerugian negara.

3. Atasan Kepala Satuan Kerja/UPT sebagaimana dimaksud pada angka 2 wajib:

a. membuat “Daftar Kerugian Negara” sebagaimana dimaksud pada butir 2 huruf a di atas, sebagai alat pemantau;

b. mencatat perkembangan tindak lanjut penyelesaian kerugian negara atas dasar laporan tindak lanjut dari Kepala Satuan Kerja/UPT

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 43

bersangkutan; dan

c. melaporkan perkembangan tindak lanjut penyelesaian kerugian negara di wilayah kerjanya kepada unit eselon I terkait.

4. Unit eselon I u.p Kepala Bagian Keuangan atau pejabat lain yang ditunjuk wajib:

a. membuat “Daftar Kerugian Negara” berdasarkan laporan pimpinan unit organisasi yang berada di bawahnya sebagai alat pemantau;

b. mencatat perkembangan tindak lanjut penyelesaian kerugian negara atas dasar laporan tindak lanjut; dan

c. menyampaikan Daftar Kerugian Negara kepada Kepala Biro Umum.

5. Penatausahaan dalam hal Bendahara/Debitur pindah domisili.

a. Kewajiban Kepala Satuan Kerja/UPT tempat terjadinya kerugian negara:

1) Memberitahukan kepindahan Bendahara/penanggung hutang tersebut kepada Kepala Satuan Kerja/UPT domisili yang baru dengan menggunakan Surat Pemberitahuan, dengan tembusan kepada:

a) Unit Eselon I u.p Kepala Bagian Keuangan atau yang ditunjuk;

b) Kepala Biro Umum;

c) Atasan Langsung Kepala Satuan Kerja/UPT domisili baru;

d) Kepala KPPN pada domisili lama dan baru.

2) Mencatat kepindahan sebagaimana dimaksud pada angka 1) di atas dalam lajur keterangan pada form Daftar Kerugian Negara.

3) Mencatat tindak lanjut penyelesaian kerugian negara berdasarkan tembusan laporan yang diterimanya dari Kepala Satuan Kerja/UPT domisili baru.

b. Kewajiban Kepala Satuan Kerja/UPT domisili baru.

1) Membuat “Daftar Kerugian Negara” sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf a atas nama pegawai/ debitur bersangkutan.

2) Mencatat tindak lanjut penyelesaian kerugian negara bersangkutan dalam daftar sebagaimana dimaksud pada butir 1) di atas.

3) Melaporkan tindak lanjut penyelesaian kerugian negara kepada unit Eselon I u.p Kepala Bagian Keuangan atau yang ditunjuk dengan tembusan kepada:

a) Kepala Biro Umum;

b) Atasan Langsung Kepala Satuan Kerja/UPT bersangkutan;

c) Kepala Satuan Kerja/UPT tempat terjadinya kerugian negara.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 44

BAB VII

PENUTUP

Peraturan Kepala Badan tentang Pedoman Penyelesaian Kerugian Negara Terhadap Bendahara di Lingkungan BMKG disusun dengan berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Peraturan BPK Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelesaian Kerugian Negara Terhadap Bendahara. Peraturan Kepala Badan ini memuat ketentuan yang mengatur baik penyelesaian ganti kerugian negara maupun penyelesaian administrasi kekurangan uang dari perhitungan Bendahara di lingkungan BMKG.

Pedoman Penyelesaian Ganti Kerugian Negara Terhadap Bendahara di lingkungan BMKG menjadi petunjuk pelaksanaan bagi Kepala Satuan Kerja/UPT di lingkungan BMKG dalam rangka penyelesaian ganti kerugian negara terhadap Bendahara. Tidak tertutup kemungkinan Peraturan Kepala Badan tentang Pedoman Penyelesaian Ganti Kerugian Negara Terhadap Bendahara di lingkungan BMKG ini dikemudian hari mengalami penyempurnaan seiring dengan adanya perubahan peraturan perundang-undangan yang menjadi pedoman/ acuan dan perkembangan dinamis organisasi BMKG.

KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA, SRI WORO B. HARIJONO

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 45

LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR KEP. 07 TAHUN 2012 TENTANG PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA

CONTOH - CONTOH FORMAT

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 46

Contoh A. Format Daftar Pertanyaan Untuk Menyusun Laporan Kekurangan

Perbendaharaan Guna Keperluan Proses Tuntutan Perbendaharaan

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK MENYUSUN LAPORAN KEKURANGAN PERBENDAHARAAN GUNA KEPERLUAN

PROSES TUNTUTAN PERBENDAHARAAN Pertanyaan : Jawaban :

1. Bila dan bagaimana kekurangan diketahui? 2. Bila dan bagaimana kekurangan itu terjadi? 3. Siapa nama dan pangkat Bendaharawan yang

bersangkutan? 4. Dengan Surat Keputusan mana ia ditunjuk sebagai

Bendaharawan? 5. Apakah kesalahan dan atau kelalaian

Bendaharawan sehingga ia harus mempertanggungjawabkan atas kekurangan tersebut?

6. Berapa jumlah kekurangan uang, dan di mana posisi ketika uang itu hilang, serta berasal dari mata anggaran apa uang itu berasal? Jika kekurangan itu berupa barang, sebutkan jumlah dan jenis barang yang kurang, harga buku barang serta lokasi pada saat hilang?

7. Jika kekurangan itu berupa uang dari mana uang itu berasal? (UYHD, uang gaji, uang pendapatan pemungutan sewa atau sebagainya?)

8. Jika kekurangan itu berupa barang (Pasal 55 ICW) sebutkan jumlah-jumlah dan jenis barang yang ternyata kurang disertai dengan harga bukunya.

9. Jika kekurangan itu berupa penyimpanan terhadap kualitas/aspek teknis barang yang dibeli/diadakan, sebutkan jenis dan kualitas aspek teknis barang yang sebenarnya harus dibeli/diadakan.

10. Apakah Bendaharawan yang bersangkutan telah membuat dan menyampaikan perhitungan (SPJ) mengenai masa waktu dimana kekurangan itu ternyata (dapat dinyatakan) dalam perhitungan itu?

11. Jika mengenai batas waktu itu belum dibuat perhitungan, apakah sudah ditunjuk seorang pejabat yang secara ex-officio berdasarkan ICW Pasal 84 atau Pasal 86?

12. Atau telah dibuatkan suatu berita acara pemeriksaan yang menetapkan jumlah kekurangan tersebut?

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 47

13. Apakah kepada Bendaharawan telah dibebankan penggantian sementara berdasarkan ICW Pasal 82 dan atau dari padanya telah diterima surat keterangan tanggung jawab mutlak.

14. Berapa jumlah penggantian (sementara) yang telah diterima berdasarkan surat keterangan/surat keputusan pembebanan sementara itu?

15. Siapakah (Nama, jabatan/pangkat) yang ditugaskan melakukan pengawasan atas pekerjaan Bendaharawan?

16. Apakah ia dapat turut mempertanggungjawabkan atas kekurangan tersebut karena salah/lalai dalam melakukan tugas sebagai pengawasannya/

17. Apakah ada pegawai lainnya harus turut mempertanggungjawabkan karena salah/lalai sehingga terhadapnya harus dilakukan proses tuntutan ganti rugi (TGR) jika demikian buatlah laporan tersendiri?

18. Apakah ada pihak ke III yang dalam hal ini diuntungkan dan berapa jumlah serta atas dasar ketentuan mana Negara dapat menuntut penggantian/pembayaran kembali dari padanya?

Dengan laporan ini turut dilampirkan: (coret yang tidak perlu). 1. Salinan Berita Acara Pemeriksaan Kepolisian nomor .............. tanggal …… 2. Laporan Hasil Pemeriksaan tentang terjadinya kerugian Negara sebesar

Rp....................*) (…………dengan huruf………….) tanggal …………… Nama tempat, tanggal …… …………………………**)

Penjelasan: *) Selisih kurang antara saldo buku kas dengan saldo riil uang kas atau

selisih kurang antara saldo buku persediaan barang dengan saldo riil barang yang terdapat di gudang.

**) Ditandatangani oleh Kepala Satker ybs. Catatan: 1. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas hendaknya dijawab seluruhnya,

apabila didalam pengisian pertanyaan tersebut ada yang tidak dapat terjawab, maka mohon memberikan alasan.

2. Pertanyaan dapat dikembangkan sesuai dengan masalahnya.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 48

Contoh B. Format Daftar Pertanyaan Untuk Menyusun Laporan Kerugian Negara Guna Keperluan Proses Tuntutan Ganti Rugi

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK MENYUSUN LAPORAN KERUGIAN NEGARA GUNA

KEPERLUAN PROSES TUNTUTAN GANTI RUGI Pertanyaan : Jawaban : 1. Bila dan bagaimana peristiwa kerugian dapat diketahui?

2. Bila dan dengan cara bagaimana kekurangan itu terjadi?

3. Berapa jumlah kerugian yang diderita oleh Negara? Apabila belum dapat ditetapkan dengan pasti berapa kira – kira jumlah kerugian itu ?

4. Atas dasar apa penetapan/perkiraan jumlah kerugian itu dilakukan ?

5. Siapa saja (Nama, jabatan pangkat dan dalam kedudukan sebagai apa yang dianggap tersebut dalam perkara dan sampai dimana mereka harus dianggap turut/ berasalah / melalaikan kewajibannya sehingga mengakibatkan kerugian bagi negara ?

6. Apakah kepada yang bersangkutan telah dibebankan penggantian sementara atau dari padanya telah diterima surat keterangan tanggung jawab mutlak.

7. Apakah perkara ini sudah dilaporkan kepada pihak polisi dan telah ada keputusan hakim ? (Jika mungkin supaya dilampirkan pula cerita acara polisi dan keputusan hakim yang bersangkutan).

8. Apakah ada Pihak Ketiga (III) yang dalam hal ini dirugikan dan berapa jumlah serta atas dasar ketentuan mana negara dapat menuntut penggantian / pembayaran kembali dari padanya?

9. Apakah ada Pihak Ketiga (III) yang dalam hal ini diuntungkan dan berapa jumlah serta atas dasar ketentuan mana negara dapat menuntut penggantian / pembayaran kembali dari padanya?

10. Apakah perkara ini juga mengakibatkan terjadinya kekurangan perbendaharaan (Compotable tekort) ? Jika demikian apakah Bendaharawan yang bersangkutan juga bersalah / lalai dalam hal ini ? Jika Bendaharawan juga harus dianggap bersalah / lalai apakah telah diusulkan / dilakukan penghapusan kekurangan tersebut dari pertanggungjawabannya tersebut dari pertanggungjawabannya berdasarkan ketentuan dalam LN 1956 Nomor 35/36 ?

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 49

Dengan laporan ini turut dilampirkan : (Coret yang tidak perlu).

1. Salinan Berita Acara Pemeriksaan Polisi tanggal …………………… Nomor

………………………………………………………………………. . 2. Salinan Vonis Hakim …………….. Tanggal ………………………… Nomor

……………………………… . 3. Asli Surat Keterangan tanggung jawab mutlak atas nama …………...

.......................... Tanggal ……..............……………… . 4. Laporan lengkap tentang kerugian Negara sebesar Rp. …………………… Tanggal

……………………………... . 5. …………………………………………………………………….………….. . 6. ………………………………………………………………………………… .

…………..*), tanggal …… …………………………**)

Penjelasan: *) Diisi dengan nama kota ditandatanganinya daftar pertanyaan. **) Ditandatangani oleh Kepala Satker ybs.

Catatan: 1. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas hendaknya dijawab seluruhnya, apabila

didalam pengisian pertanyaan tersebut ada yang tidak dapat terjawab, maka mohon memberikan alasan.

2. Pertanyaan dapat dikembangkan sesuai dengan masalahnya.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 50

Contoh C. Format Surat Pemberitahuan Kepada BPK

NAMA UNIT ORGANISASI / SATUAN KERJA

Nomor : ...................................... Jakarta, ...................................... Lampiran : ...................................... Perihal : Surat Pemberitahuan Kepada Yth. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia di– .............................................. Bersama ini kami beritahukan dalam pengurusan uang / barang yang dilakukan bendahara a.n ………….. NIP. ……………………… yang pengawasannya menjadi tanggung jawab kami, telah terjadi kekurangan uang / barang (kas tekor/barang) sebesar Rp. ……………. (……..dengan huruf…….). Selanjutnya kami beritahukan bahwa atas peristiwa tersebut, tindakana yang telah kami ambil adalah: 1. …………………….. 2. …………………….. Sehubungan dengan hal tersebut, guna penyelesaian kekurangan uang / barang dimaksud bersama ini kami lampirkan : a. Berita Acara Pemeriksaan Kas / Fisik Barang b. Register Penutupan Kas c. Perhitungan yang dibuat Bendahara sebagai pertanggungjawaban d. Foto copy Buku Kas Umum (BKU) bulan bersangkutan e. Dan lain – lain (yang berkaitan dengan kasus) Dengan pemberitahuan kami untuk dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengenaan ganti kerugian terhadap Bendahara yang bersangkutan. Kami ucapkan terima kasih atas perhatiannya.

.................., .......................... 20............

Kepala Satuan Kerja/UPT/Tim Pemeriksa

( ......................................................... )

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 51

Petunjuk Pengisian :

1) Diisi dengan nama organisasi / satuan kerja tempat terjadinya kekurangan uang / barang

2) Diisi dengan tindakan pengamanan yang telah dilakukan, antara lain : Penyegelan brankas, penutupan BKU dan Buku Pembantu dilampiri dengan Berita Acara Penutupan Kas dan Register Penutupan Kas dan Register Penutupan Kas serta laporan kepada aparat yang berwenang

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 52

Contoh D. Format Keputusan Kepala Badan Tentang Penghapusan Tagihan Negara

KEPUTUSAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA

NOMOR : ………………………………………..

TENTANG

PENGHAPUSAN TAGIHAN NEGARA

KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA,

Menimbang : bahwa untuk kelancaran dan tercapainya tertib administrasi keuangan,

perlu ditetapkan Keputusan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan

Geofisika tentang penghapusan tagihan negara dari administrasi

keuangan negara Cq Badan Meteorologi, Klimatologi dan

Geofisika;

Mengingat : 1. Staatsblad 1901 Nomor 325 pasal 8 tentang penghapusan Tagihan

negara

2. Undang–undang Nomor 5 tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa

Keuangan (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 39, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3010);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974, tentang pokok-pokok

Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1973 Nomor 55, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3041);

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 53

4. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 47, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4287);

5. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4355);

6. Peraturan Pengurusan Administrasi (RAB) Staatsblad Tahun 1933

Nomor 381;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1956 tentang Pengganti

Peraturan Penghapusan Uang yang dicuri digelapkan atau hilang

dari perhitungan Bendaharawan yang bersangkutan (Lembaran

Negara Tahun 1956 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 1040);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1956 tentang mengubah

peraturan penghapusan barang – barang karena busuk, rusak,

dicuri atau hilang dari perhitungan Bendaharawan yang

bersangkutan (Staatsblad Tahun 1915 Nomor 3) (Lembaran Negara

tahun 1956 Nomor 36, tambahan Lembaran Negara Nomor 1041)

9. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002, tentang Pedoman

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

sebagaimana telah diubah terakhir dengan keputusan Presiden

Nomor 72 Tahun 2004;

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 54

10. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008 tentang

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika; 11. Keputusan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Nomor

KEP.005 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai

Besar Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Meteorologi, Stasiun

Klimatologi, dan Stasiun Geofisika sebagaimana diubah dengan

Peraturan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Nomor: 007/

PKBMG.01/2006;

12. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Nomor KEP.03 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;

13. Peraturan Kepala Badan .................................. Nomor

........................................... Tahun 2012, tentang

.............................................;

Mengingat : 1. Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1993 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengawasan.

2. Surat Keputusan Pembebasan Nomor …...........

Tanggal .....................................................;

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 55

3. Instruksi Badan Pemeriksa Keuangan (IAR) Staatsblad Tahun 1933

Nomor 320;

4. Surat Keputusan Pembebasan Nomor ............ Tanggal

..........................................................

5. Saran Inspektur .............................................. Nomor ...............

Tanggal ..........................;

6. Pendapat Menteri Keuangan dengan Surat Nomor ......... Tanggal

.................................;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN

GEOFISIKA TENTANG PENGHAPUSAN TAGIHAN NEGARA.

KESATU : Menghapuskan tagihan Negara sebesar Rp. ........................ (.........dengan

huruf.....................) atas nama :

Nama : ....................................................

Pangkat/NIP : ....................................................

Jabatan : ....................................................

Kantor : ....................................................

Dari pembukuan Bendahara Pengeluaran Kantor / Satuan Kerja.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 56

KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal

KEPALA BADAN METEOROLOGI,

KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

.................................(nama Kepala BMKG ditulis tanpa gelar dan NIP)

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada :

1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; 2. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika; 3. Menteri Keuangan; 4. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; 5. Direktur Jenderal Anggaran; 6. Inspektur; 7. Kepala Badan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika; 8. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara dan Kas Negara di .............; 9. Kepala ............................. .

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 57

Contoh E. Format Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak

SURAT KETERANGAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ………………………………………………………………………

NIP : ………………………………………………………………………

Pangkat : ………………………………………………………………………

Jabatan : ………………………………………………………………………

Alamat : ………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

Menerangkan dengan sebenarnya dan tidak akan menarik kembali pernyataan yang saya buat ini, bahwa saya bertanggung jawab atas kerugian negara / kekuarangan perbendaharaan sebesar Rp. …………………. (.................dengan huruf........................) yakni kerugian / kekurangan yang disebabkan ……………………………...

1. Jumlah kerugian / kekurangan tersebut telah saya ganti dengan menyetorkan sebesar Rp. ……………. (................dengan huruf..................) ke rekening kas negara di ………………………. Pada tanggal …………………… (salinan rekening kas negara di ………………….. pada tanggal ……………………… (salinan bukti tanda setor dilampirkan bersama ini);

2. Jumlah kerugian / kekurangan tersebut akan saya ganti dalam jangka waktu …………….. (…….dengan huruf………..) bulan dengan ketentuan sebagai berikut ………………………………….;

3. Sebagai jaminan atas pernyataan ini, saya serahkan barang – barang beserta bukti kepemilikan dan surat kuasa menjual sebagai berikut : a. ……………………………; b. ……………………………; c. ………………………… . Apabila dalam jangka waktu ……………… (…..…..dengan huruf……….) hari setelah saya menandatangani pernyataan ini ternyata saya tidak mengganti seluruh jumlah kerugian tersebut, mak negara dapat menjual atau melelang barang jaminan tersebut.

Saya selanjutnya telah maklum bahwa saya telah memberi keterangan ini tidak boleh mengajukan pembelaan diri dalam bentuk apapun dan menerima bahwa terhadap saya tidak dilakukan proses tuntutan menurut peraturan yang berlaku.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 58

Keterangan diatas tidak menutup kemungkinan :

a. Bahwa Negara dapat membebaskan saya dari pertanggungjawaban dan saya akan menerima kembali apa yang telah dibayar, jika setelah memberikan keterangan ini terdapat hal – hal yang sekiranya lebih dahulu akan menyebabkan negara membebaskan saya dari pertanggungjawabannya;

b. Bahwa negara masih dapat menghapuskan kekurangan perbendaharaan dan saya akan menerima kembali apa yang telah dibayar apabila setelah keterangan ini diberikan ternyata, bahwa kekurangan termaksud dapat diperhitungkan dengan kelebihan-kelebihan yang terdapat dalam pengurusannya atau kekurangan itu adalah akibat dari pengaruh alam, pencurian, rusak, hilang diluar kesalahan, kelalaian dan kealpaan;

c. Bahwa dalam pertanggungjawaban bersama kepada saya dapat diberi pembayaran kembali apa yang telah dibayar oleh saya lebih dari pada apa yang seharusnya dibebankan kepada saya;

.................., .........................

(................................................. )

Menyetujui Kepala Satuan Kerja/UPT

Tanda tangan

………………………. (nama)

……..……………………..(NIP)

Saksi – saksi : 1. .........................................

2. .........................................

coret yang tidak diperlukan

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 59

Contoh F. Format Pernyataan Penyerahan Barang Jaminan

NAMA UNIT ORGANISASI / UPT / SATUAN KERJA

SURAT PENYERAHAN JAMINAN

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : ……………………………………………………………………… NIP : ……………………………………………………………………… Pangkat : ……………………………………………………………………… Jabatan : ……………………………………………………………………… Alamat : ……………………………………………………………………… ………………………………………………………………………

Dengan ini menyatakan :

1. Bahwa sebagai tindak lanjut atas Surat Keterangan Tanggung jawab mutlak (SKTJM) yang saya buat tanggal ............................... dengan ini saya menyerahkan barang-barang, hak – hak atas barang, surat – surat berharga, hak – hak atas tagihan berupa : a. Tanah (sebutkan status Hak Milik / Adat / HGB, luas, lokasi / alamat, bukti pemilikan dan

lain – lain); b. Bangunan (sebutkan permanen, semi permanen, luas, lokasi / alamat, bukti pemilikan dan

lain – lain); c. Barang bergerak (sebutkan jenis nilai, bukti pemilikan dan lain – lain) d. Tagihan (sebutkan jenis, nilai, bukti pemilikan dan lain – lain); e. Surat – surat berharga (sebutkan jenis, nilai, bukti pemilikan dan lain – lain). Sebagai jaminana atas pengembalian kekurangan perbendaharaan yang menjadi tanggung jawab saya sebesar Rp. ................................ ( ....................dengan huruf............................. ).

2. Bahwa barang – barang, hak atas barang, surat – surat berharga, hak atas tagihan tersebut saya serahkan kepada negara yang dalam hal ini diwakili oleh : Nama : …………………………………………………………… NIP : …………………………………………………………… Pangkat : …………………………………………………………… Jabatan : …………………………………………………………… Unit Kerja : ……………………………………………………………

Dengan disaksikan oleh : a. Nama / NIP : ……………………………………………………………

Pangkat / Gol. : …………………………………………………………… Jabatan : …………………………………………………………… Unit Kerja : ……………………………………………………………

b. Nama / NIP : …………………………………………………………… Pangkat / Gol. : …………………………………………………………… Jabatan : …………………………………………………………… Unit Kerja : ……………………………………………………………

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 60

3. Menjamin bahwa barang-barang, hak – hak atas barang, surat-surat berharga, hak-hak atas tagihan tersebut pada butir 1 diatas, adalah benar – benar milik / saya pribadi yang sah serta tidak dalam keadaan sengketa dan tidak terdapat beban – beban lainnya.

4. Apabila sampai dengan tanggal .................................... ternyata saya tidak mampu mengembalikan seluruh kekurangan perbendaharaan, maka barang – barang, hak-hak atas barang, surat – surat berharga, hak – hak atas tagihan tersebut pada butir 1 diatas, saya serahkan sepenuhnya kepada negara untuk dijual, dilelang, ditagih ataupun diterima guna penyelesaian kewajiban saya berdasarkan kasus yang menjadi lampiran dari surat pernyerahan jaminan ini.

5. Apabila hasil penjualan / pelelangan / penagihan tersebut pada butir 4 diatas ternyata kurang dari jumlah kekurangan perbendaharaan yang harus saya kembalikan, maka kekurangan tetap menjadi tanggungjawab saya atau ahli waris saya.

6. Apabila hasil penjualan / pelelangan / penagihan tersebut pada butir 4 diatas ternyata melebihi jumlah kekurangan perbendaharaan yang harus saya kembalikan, maka kelebihannya akan saya / ahli waris saya terima kembalikan setelah dipotong biaya – biaya yang telah dikeluarkan oleh negara sehubungan dengan penjualan / pelelangan.

7. Bahwa dengan pencairan jaminan atas kekurangan perbendaharaan ini tidak menyampingkan tindakan hukum pihak yang berwajiban dan atau tindakan administrasi kepegawaian berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Demikian penyerahan ini saya buat dalam keadaan sehat, sadar tanpa adanya paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Yang menerima penyerahan jaminan

...............................................................

NIP .........................................................

.................., ...................

Yang menyerahkan,

.....................................................

NIP ................................................

Menyetujui Kepala Satuan Kerja/UPT

( ……………………………. )

Saksi – saksi : 1. .........................................

2. .........................................

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 61

Contoh G. Format Keputusan Pembebanan Penggantian Sementara

KEPUTUSAN .................... (Jabatan Eselon II)

NOMOR : ………………………………

TENTANG

PEMBEBANAN PENGGANTIAN SEMENTARA

TERHADAP SAUDARA / I ……………………………

....................................................., (Jabatan Eselon II)

Membaca : 1. Surat ........................... Nomor ...................... Tanggal ....................

2. Laporan hasil penelitian ….. ternyata pada tanggal ........................

Menimbang : a. bahwa .................... dapat dipermasalahkan karena lalai dalam menjalankan tugas kewajibannya;

b. bahwa pada kantor / Satuan Kerja ................................................ telah terjadi penyalahgunaan/penggelapan uang yang berada dalam tanggung jawab ..........................................................;

c. bahwa sampai saat penyelidikan ........................ saudara / i telah menyetor kembali kerugian negara sebesar Rp. ............................... ( ............................. )

d. bahwa untuk menjamin kepentingan negara kepada yang bersangkutan perlu dibebani penggantian sementara;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf f, perlu menetapkan Keputusan ................ tentang Pembebanan Penggantian Sementara Terhadap Saudara / I ……………………………;

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 62

Mengingat : 1. Undang – undang Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Tahun 1973 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3010);

2. Undang–undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok–pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041);

3. Undang–undang Perbendaharaan Negara Nomor 1 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

4. Peraturan Pengurusan Administrasi (RAB) staatsblad Tahun 1933 Nomor 381;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1956 tentang Pengganti Peraturan Penghapusan uang yang dicuri digelapkan atau hilang dari perhitungan Bendaharawan yang bersangkutan (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1040);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1956 tentang mengubah peraturan penghapusan barang – barang karena busuk, rusak, dicuri atau hilang dari perhitungan Bendaharawan yang bersangkutan (Staatsblad Tahun 1915 Nomor 3) (Lembaran Negara Thaun 1956 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomir 1041);

7. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005, tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;

8. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002, tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 72 tahun 2004;

9. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008 tentang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;

10. Keputusan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Nomor KEP.005 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Meteorologi, Stasiun Klimatologi, dan Stasiun Geofisika sebagaimana diubah dengan Peraturan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Nomor: 007/ PKBMG.01/2006;

11. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor KEP.03 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;

12. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor ....................................... Tahun 2012, tentang ..........................................;

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 63

Memperhatikan : 1. Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan;

2. Instruksi Badan Pemeriksa Keuangan (IAR) Staasblad Tahun 1933 Nomor 320;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN ............................. TENTANG PEMBEBANAN PENGGANTIAN SEMENTARA KEPADA SAUDARA / I ……………………….. .

PERTAMA : Membebani Penggantian sementara Saudara / i .................................... NIP .................................. sebesar Rp. ............................. (................dengan

huruf........................) dikurangi dengan jumlah yang telah disetor oleh yang bersangkutan.

KEDUA : Mempersilahkan Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara dan Kas Negara di ..................................... untuk menerbitkan surat penagihan atas nama Saudara / i ....................... NIP ..............................

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan..

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal :

........................ (Jabatan Eselon II)

........................... (Nama Pejabat Eselon II)

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada :

1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan 2. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika 3. Menteri Keuangan 4. Jaksa Agung RI 5. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 6. Kepala Badan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika 7. Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan 8. Inspektur BMKG; 9. Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan di ......... ; 10. Kepala Biro Umum BMKG 11. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara dan Kas Negara di .................. ; 12. Yang bersangkutan, untuk diketahui dan dilaksanakan.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 64

Contoh H. Format Keputusan Kepala BMKG Tentang Penghapusan Uang Dari Daftar Perhitungan Bendahara

KEPUTUSAN KEPALA BADAN METEROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA

NOMOR :................................

TENTANG

PENGHAPUSAN UANG DARI DAFTAR PERHITUNGAN BENDAHARAWAN ………………………………….……………………… ………….

KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA,

Membaca : Surat.................................................................................................... ....................................................................................;

Membaca : a. bahwa ........................................... telah menyebabkan kerugian negara/kekurangan kas .................................. (..........................);

b. bahwa dalam rangka tertib administrasi keuangan Negara maka kekurangan kas tersebut perlu dihapuskan dari perhitungan bendaharawan .............................................;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika tentang Penghapusan Uang Dari Daftar Perhitungan Bendaharawan …………....………;

Mengingat : 1. Undang – Undang Perbendaharaan Indonesia (ICW) Staatsblad tahun 1925 Nomor 448 sebagaimana telah diubah dan ditambah, terakhir dengan Undang – undang Nomor 9 tahun 1969 tentang perubahan Pasal 7 ICW sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 3 Drt, tahun 1954 (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara No. 2860);

2. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksaan Keuangan (Lembaran Negara Tahun 1973 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3010);

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 65

3. Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok – pokok kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041);

4. Undang – undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47.

5. Peraturan Pengurusan Administrasi (RAB) Staatsblad Tahun 1933 Nomor 381);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1956 tentang Pengganti Peraturan penghapusan uang yang di curi digelapkan atau hilang dari perhitungan bendaharawan yang bersangkutan (lembaran negara tahun 1956 nomor 35, tambahan lembaran negara tahun 1040);

7. Peraturan pemerintah nomor 21 tahun 1956tentang mengubah peraturan penghapusan barang-barang karena busuk,rusak,di curi/hilang dari perhitungan bendaharawan yang bersangkutan (Staatsblad tahun 1915 nomor 3) (lembaran negara tahun 1956 nomor 36,tambahan lembaran negara nomor 1041);

8. Keputusan presiden Nomor 44 tahun 1074 tentang pokok-pokok organisasi Departemen sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1983 (Lembaran Negara tahun 1983 Nomor 37);

9. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1984 tentang susunan Organisasi Departemen sebagaimana telah diubah terakhir dengan Kepetusan Presiden Nomor 9 Tahun 1991;

10. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang pedoman pelakdanaan anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimanatelah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004;

13. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008 tentang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;

14. Keputusan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Nomor KEP.005 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Meteorologi, Stasiun Klimatologi, dan Stasiun Geofisika sebagaimana diubah dengan Peraturan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Nomor: 007/ PKBMG.01/2006;

15. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor KEP.03 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;

16. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor ....................................... Tahun 2012, tentang ..........................................;

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 66

Memperhatikan : 1. Intruksi Badan Pemeriksa Keuangan (IAR) Staatsblad Tahun 1933 Nomor 320;

2. Intruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 tentang pedoman pelaksanaan Pengawasan;

3. Laporan Hasil Penyelidikan …………………………………;

4. Surat……………………………………………………………………............ ....................................................;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN METEORLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA TENTANG UANG DARI DAFTAR PERHITUNGAN BENDAHARAWAN ……………........................................... PADA ………………………………………….. .

KESATU : Menghapuskan uang dari daftar perhitungan Bendaharawan sebesar Rp....................... (............dengan huruf..............) akibat …………… .

KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal

KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

.................................(nama Kepala BMKG ditulis tanpa gelar dan NIP)

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada:

1. Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika; 2. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; 3. Menteri Keuangan c.q Direktur Jendral Anggaran; 4. Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan; 5. Direktur Pembendaharaan dan Kas Negara Kementrian Keuangan; 6. Kepala Kantor Wilayah Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan..; 7. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara di............................; 8. Kepala Kantor Tata Usaha Anggaran Kementerian Keuangan di....; 9. Inspektur Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika; 10. Kepala Badan............................................................; 11. Kepala Balai ........................................................; 12. Kepala Bagian Keuangan dan Perlengkapan Badan Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 67

Contoh I. Format Surat Laporan

Nomor : Jakarta, ………………………….

Klasifikasi :

Lampiran : Kepada

Perihal : Surat Pemberitahuan Yth. Sdr/i ……………………………

(Gugatan) di –

…………………………………..

Menurut Laporan Kepala Kantor / Satuan Kerja / Tim yang terdiri dari*) .............. tanggal ............. saudara / i telah melakukan perbuatan melawan hukum / melalaikan kewajiban sehingga karenanya baik langsung maupun tidak langsung menyebabkan negara menderita kerugian sebesar Rp. …………………….… (......……dengan huruf……………..) yang terdiri dari uang sebesar Rp. ……………… (……………dengan

huruf ………………) dan berupa barang dengan taksiran sebesar Rp. .........….…………… (…….dengan huruf..........……) vonis hakim Pengadilan Negeri di ...........…… tanggal ………….. Nomor yang menjatuhkan hukuman ......……….. dan hukuman jabatan berupa …………..**) tidak mengurangi hak negara untuk menuntut penggantian tersebut diatas berdasarkan Undang – undangan Perbendaharaan Negara Pasal 59 ayat (2) Dengan ini kepada Saudara / I bersedia mengganti dengan suka rela jumlah tersebut secara sekaligus dengan menyetorkan ke rekening Kas Negara ……… ataupun berjanji akan mengangsur dalam beberapa angsuran dengan memberi jaminan yang kuat, hendaknya Saudara memberitahukan hal ini.

A.N KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA,

SEKRETARIS UTAMA

Tanda tangan

………………………. (nama)

……..……………………..(NIP)

Tembusan Yth.

1. Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika 2. ...................................................................... 3. ......................................................................

*) Coret yang tidak perlu

**) Apabila telah ada putusan hakim atau hukuman jabatan

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 68

Contoh J. Format Keputusan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Tentang Penetapan Pembebanan Tuntutan Ganti Rugi

KEPUTUSAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA

NOMOR : …………………………………..

TENTANG

PENETAPAN PEMBEBANAN TUNTUTAN GANTI RUGI

TERHADAP SAUDARA / I .................................

KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA,

Membaca : Surat ................. Nomor ...................... Tanggal ................... dan Nomor ................ Tanggal ....................... Perihal ...................... terhadap penggunaan uang ................. secara tidak sah oleh saudara ............................... dan beberapa karyawan lainnya.

Menimbang : a. bahwa dalam tahun ............................... di kantor ............... telah diketahui adanya penggunaan uang secara tidak sah oleh Saudara .......................................... Bahwa kerugian Negara sebesar Rp........................... (........................dengan

huruf.............................) menjadi tanggung jawab para pejabat/ pegawai pada butir diatas;

b. bahwa sampai saat sekarang para pegawai yang bersangkutan baru dapat menyetor kembai sebesar Rp. .................................... (..........................dengan huruf...........................) kecuali saudara/i .......................................;

c. bahwa untuk menjamin kepentingan Negara kepada yang bersangkutan perlu dikenakan Tuntutan Ganti Rugi;

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 69

Menimbang : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Tahun 1973 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3010);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4287);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4287);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

5. Peraturan Pengurusan Administrasi (RAB) Staatsblad Tahun 1933 Nomor 381;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1956 tentang Pengganti Peraturan Penghapusan Uang yang dicuri digelapkan atau hilang dari perhitungan Bendaharawan yang bersangkutan (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1040);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1956 tentang mengubah Peraturan Penghapusan barang-barang karena busuk, rusak, dicuri atau hilang dari perhitungan Bendaharawan yang bersangkutan (Staatsblad Tahun 1915 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1041);

8. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005, tentang kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;

9. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002, tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapat dan Belanja Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004;

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 70

10. Keputusan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Nomor KEP.005 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Meteorologi, Stasiun Klimatologi, dan Stasiun Geofisika sebagaimana diubah dengan Peraturan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Nomor: 007/ PKBMG.01/2006;

11. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor KEP.03 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;

12. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor ....................................... Tahun 2012, tentang ..........................................;

Memperhatikan : 1. Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 tentang pedoman Pelaksanaan Pengawasan;

2. Instruksi Badan Pemeriksa Keuangan (RAB) Staatsblad Tahun 1933 Nomor 320;

3. Laporan ..........…………................ Tanggal ..........................................;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN METEROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA TENTANG PENETAPAN PEMBEBANAN TUNTUTAN GANTI RUGI TERHADAP SAUDARA/I .......................... .

KESATU : Membebani Tuntutan Ganti Rugi terhadap saudara/i .......................... NIP ........................... sebesar Rp. ................... (......... dengan

huruf.............).

KEDUA : Diminta Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara dan Kas Negara di .................................... untuk menerbitkan surat penagihan kepada ............................ sebagaiamana dimaksud dalam Ditkum KESATU dan menyetorkan hasil penagihan tersebut ke rekaning Kas Negara.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 71

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa apabila dikemduaian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di .......... pada tanggal ........... KEPALA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA, …………………………. (nama Kepala BMKG ditulis tanpa gelar dan NIP)

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada : 1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan 2. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika 3. Menteri Keuangan 4. Jaksa Agung RI 5. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 6. Inspektur Jenderal Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 7. Direktur Jenderal Anggaran Dep. Keuangan 8. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika 9. Kepala Biro Umum Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika 10. Kepala Badan Kantor .................................. di

............................................................. 11. Saudara ............................................................. untuk diketahui dan

dilaksanakan.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 72

Contoh K. Format Keputusan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Tentang Penetapan Pembebanan Tuntutan Ganti Rugi

KEPUTUSAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA

NOMOR : …………………………………..

TENTANG

PEMBEBASAN TAGIHAN NEGARA

KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan pertimbangan keadilan yang bersangkutan

perlu dibebaskan dari kewajibannya membayar tagihan Negara;

b. bahwa sehubungan hal tersebut butir a, perlu dikeluarkan keputusan pembebasan;

Mengingat : 1. Undang–undang Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Tahun 1973) Nomor 369, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3010);

2. Undang–undang Nomor 8 Tahun 1974, tentang Pokok – Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041);

3. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 47, Tambahan Lembaran 4287);

4. Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran NEGARA Nomor 4355);

5. Peraturan Pengurusan Administrasi (RAB) Staatsblad Tahun 1933 Nomor 381;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1956 tentang Pengganti Peraturan Penghapusan Uang yang dicuri digelapkan atau hilang dari perhitungan Bendaharawan yang bersangkutan (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 35, Tambahan Negara Nomor 1040);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1956 tentang mengubah peraturan penghapusan barang-barang karena busuk, rusak, dicuri atau hilang dari perhtungan Bendaharawan yang

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 73

bersangkutan (Staatsblad Tahun 1915 Nomor 3) (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 36, Tambahan Nomor Lembaran Negara Nomor 1041);

8. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002, tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004;

9. Keputusan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Nomor KEP.005 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Meteorologi, Stasiun Klimatologi, dan Stasiun Geofisika sebagaimana diubah dengan Peraturan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Nomor: 007/ PKBMG.01/2006;

10. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor KEP.03 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;

11. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Nomor ....................................... Tahun 2012, tentang ..........................................;

Memperhatikan : 1. Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan;

2. Instruksi Badan Pemeriksa Keuangan (IAR), Staatsblad Tahun 1933 Nomor 320;

3. Surat Permohonan yang bersangkutan tanggal ….… oleh dengan surat …………… tanggal ……………………..;

4. Surat Keputusan Pembebasan Nomor …………………. tanggal ……………………….;

5. Saran Inspektur Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Nomor ………….. tanggal ……………………….;

6. Pendapat Ketua Badan Pemeriksa Keuangan dengan surat Nomor ………….. tanggal ……………………….;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA TENTANG PEMBEBASAN TAGIHAN NEGARA.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 74

KESATU : Membebaskan tagihan Negara sebesar Rp. ..............................

(............dengan huruf...............) atas nama :

Nama : ................................................

Pangkat/NIP : ................................................

Jabatan : ................................................

Kantor : ................................................

KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di .......... pada tanggal ........... KEPALA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA, ………………………….(nama Kepala BMKG ditulis tanpa gelar dan NIP)

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada :

1. Ketua Badan Pemeriksaan Keuangan; 2. Menteri Keuangan; 3. Sekretariat Utama Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisikan 4. Inspektur Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisikan 5. ................................................. 6. ................................................. Yang bersangkutan.

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 75

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 76

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 77

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 78

Contoh N. Format SPKMKN

SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN MENGEMBALIKAN KERUGIAN NEGARA

(SPKMKN) Yang bertanda tangan di bawah ini 1):

Nama : .….…………………………………………………

NIP/NIK : …..…………………………………………………

Instansi/Perusahaan : ………………….…………………………………

Pekerjaan : ..……………………………………………………

Pangkat : …..…………………………………………………

Jabatan : ………………..……………………………………

Alamat Instansi/Perusahaan : ..…..………………………………………………

Menyatakan dengan sesungguhnya dan tidak akan menarik kembali bahwa saya bertanggung jawab atas kerugian negara sebesar Rp. …………………. (……………………….) yakni kerugian yang disebabkan ……………..………………… 2)

Terhadap kerugian negara tersebut di atas saya bersedia mengganti sepenuhnya

dan menyetorkan ke Kas Negara dengan cara tunai/mengangsur paling lama

................ bulan.

Apabila dikemudian hari ternyata saya dibebaskan baik sebagian atau

seluruhnya dari tanggung jawab untuk mengganti kerugian Negara, maka

saya berhak menerima kembali sebagian/seluruhnya jumlah yang telah saya

setorkan sesuai dengan tanggung jawab saya

Surat pernyataan ini saya buat dengan sadar dan tanpa paksaan dari pihak

manapun.

Mengetahui Kepala Unit Kerja

Tanda tangan

………………………. (nama)

……………………..(NIP)

............................................3) Materai cukup

Tanda tangan

………………………. (nama)

……………………..(NIP)

www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.917 79

Petunjuk pengisian : 1) Diisi dengan identitas lengkap PNS/Pihak Ketiga yang membuat pernyataan;

2) Diisi dengan jumlah kerugian Negara yang terjadi dan perbuatan yang dilakukan oleh PNS/Pihak Ketiga sehingga mengakibatkan terjadinya kerugian Negara;

3) Diisi nama, tempat dan tanggal SPKMKN ditandatangani.

KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA,

SRI WORO B. HARIJONO

www.djpp.depkumham.go.id