2012 april yohanes rante

25
Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol.3, No. 1, April 2012, 87-112 ISSN 2087-1090 87 Pengembangan, Peningkatan Daya Saing Produk Agribisnis dan Agroindustri di Kabupaten Keerom Provinsi Papua Guna Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Serta Menunjang Ekspor Non Migas Indonesia dalam Era Perdagangan Bebas Yohanes Rante Fakultas Ekonomi, Universitas Cendrawasih Jayapura, Kampus UNCEN Waena Jl. Camp. Wolker Jayapura Abstrak: Indonesia umumnya dan Papua khususnya di Kabupaten Keerom adalah merupakan negara agraris yang memang potensial untuk pengembangan produksi agribisnis dan agroindustri guna memacu peningkatan ekspor Indonesia. Di pasaran luar negeri produk-produk dari Indonesia sebagian besar masih kalah bersaing dengan produk dari negara pertanian lainnya seperti produk dari Thailand, Bangkok, Korea dan beberapa negara pertanian di Asia. Berdasarkan dalam rekaman data nasional, Daerah Keerom mengandung potensi sumber daya alam yang melimpah, yang kesemuanya dapat diolah menjadi berbagai jenis produk yang dapat memberikan nilai tambah kepada masyarakat, pertumbuhan ekonomi daerah dan pertumbuhan ekonomi nasional. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosial budaya, yang berdimensi memanusiakan manusia, khususnya masyarakat yang masih berada di pedalaman, membantu rakyat dalam mengatasi kesulitannya, dan dalam perencanaan pembangunan kita harus senantiasa sadar bahwa musuh utama yang ada di wilayah pedalaman Provinsi Papua adalah kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan. Kontribusi penelitian ini adalah (1) selain pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS), juga adalah (2) menunjang pembangunan dan pemecahan masalah-masalah pembangunan serta (3) pengembangan kelembagaan. Pada tahun pertama, penelitian ini akan dilakukan survey berdasarkan potensi, pemetaan berdasarkan wilayah/lokasi, inventarisasi dan identifikasi produk agrobisnis dan agroindustri di Kabupaten Keerom, kemudian dilakukan analisis berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam rangka mencari, mengkaji dan menentukan produk agrobisnis dan agroindustri yang menjadi andalan untuk dikembangkan di masa akan datang guna meningkatkan jumlah dan daya saing ekspor non migas, melakukan penerobosan pasar dan perluasan pasar internasional. Pada tahun kedua, dari sejumlah komoditi ekspor non migas Keerom yang telah ditetapkan berdasarkan kriteria pada tahun pertama, kemudian dari antaranya dipilih 12 (dua belas) komoditi andalan produk agribisnis dan agroindustri untuk dianalisis lebih lanjut. Pada tahun ke tiga, penelitian mencakup analisis pemasaran, saluran pemasaran marjin pemasaran dan konsentrasi pasar. Daerah penelitian dipilih secara sengaja berdasarkan luas areal dan potensi produksi agribisnis dan agroindustri yaitu Kabupaten Keerom. Kabupaten Keerom dipilih karena memiliki potensi dan memproduksi kelapa sawit, kakao, plywood, kayu gergajian, minyak lawang dan lain sebagainya. Adapun teknik pengumpulan data meliputi: data primer dikumpulkan dari Petani, Tokoh Masyarakat, Ondoafi, Kepala Suku, Pengarajin, Pengusaha, Pimpinan Perusahaan, Karyawan Perusahaan, Camat, Kepala-Kepala Dinas Terkait, Bank-Bank pemberi kredit dan Kepala Instansi yang terkait. Selain itu pengumpulan data ini dilakukan dengan survey dan pengamatan serta wawancara langsung dengan menggunakan daftar isian/kuesioner yang telah disiapkan terlebih dahulu. Dan data sekunder dikumpulkan dari BPS Pusat dan Daerah. Kantor Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Papua, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Kantor Dinas-dinas terkait (Perkebunan, Perikanan, Pertanian, Kehutanan, Peternakan dan Tanaman Pangan), Kadin, BKPMD, Bappeda, Assosiasi, Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) dan lain-lain. Sedangkan analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian guna menentukan pola dan strategi dalam memecahkan permasalahan pengembangan dan peningkatan daya saing ekspor non migas Indonesia, di Kabupaten Keerom ini digunakan analisa kualitatif dan kuantitatif. Kata kunci: Pengembangan, peningkatan daya saing agribisnis dan agroindustri, ekonomi rakyat-rakyat, ekspor non migas, kebodohan, keterbelakangan, dan kemiskinan.

Upload: danny-t-saputra

Post on 17-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

33

TRANSCRIPT

  • Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol.3, No. 1, April 2012, 87-112 ISSN 2087-1090

    87

    Pengembangan, Peningkatan Daya Saing Produk Agribisnis dan Agroindustri di Kabupaten Keerom

    Provinsi Papua Guna Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Serta Menunjang Ekspor Non Migas Indonesia dalam Era

    Perdagangan Bebas

    Yohanes Rante

    Fakultas Ekonomi, Universitas Cendrawasih Jayapura, Kampus UNCEN Waena Jl. Camp. Wolker Jayapura

    Abstrak: Indonesia umumnya dan Papua khususnya di Kabupaten Keerom adalah merupakan negara agraris yang memang potensial untuk pengembangan produksi agribisnis dan agroindustri guna memacu peningkatan ekspor Indonesia. Di pasaran luar negeri produk-produk dari Indonesia sebagian besar masih kalah bersaing dengan produk dari negara pertanian lainnya seperti produk dari Thailand, Bangkok, Korea dan beberapa negara pertanian di Asia. Berdasarkan dalam rekaman data nasional, Daerah Keerom mengandung potensi sumber daya alam yang melimpah, yang kesemuanya dapat diolah menjadi berbagai jenis produk yang dapat memberikan nilai tambah kepada masyarakat, pertumbuhan ekonomi daerah dan pertumbuhan ekonomi nasional. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosial budaya, yang berdimensi memanusiakan manusia, khususnya masyarakat yang masih berada di pedalaman, membantu rakyat dalam mengatasi kesulitannya, dan dalam perencanaan pembangunan kita harus senantiasa sadar bahwa musuh utama yang ada di wilayah pedalaman Provinsi Papua adalah kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan. Kontribusi penelitian ini adalah (1) selain pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS), juga adalah (2) menunjang pembangunan dan pemecahan masalah-masalah pembangunan serta (3) pengembangan kelembagaan. Pada tahun pertama, penelitian ini akan dilakukan survey berdasarkan potensi, pemetaan berdasarkan wilayah/lokasi, inventarisasi dan identifikasi produk agrobisnis dan agroindustri di Kabupaten Keerom, kemudian dilakukan analisis berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam rangka mencari, mengkaji dan menentukan produk agrobisnis dan agroindustri yang menjadi andalan untuk dikembangkan di masa akan datang guna meningkatkan jumlah dan daya saing ekspor non migas, melakukan penerobosan pasar dan perluasan pasar internasional. Pada tahun kedua, dari sejumlah komoditi ekspor non migas Keerom yang telah ditetapkan berdasarkan kriteria pada tahun pertama, kemudian dari antaranya dipilih 12 (dua belas) komoditi andalan produk agribisnis dan agroindustri untuk dianalisis lebih lanjut. Pada tahun ke tiga, penelitian mencakup analisis pemasaran, saluran pemasaran marjin pemasaran dan konsentrasi pasar. Daerah penelitian dipilih secara sengaja berdasarkan luas areal dan potensi produksi agribisnis dan agroindustri yaitu Kabupaten Keerom. Kabupaten Keerom dipilih karena memiliki potensi dan memproduksi kelapa sawit, kakao, plywood, kayu gergajian, minyak lawang dan lain sebagainya. Adapun teknik pengumpulan data meliputi: data primer dikumpulkan dari Petani, Tokoh Masyarakat, Ondoafi, Kepala Suku, Pengarajin, Pengusaha, Pimpinan Perusahaan, Karyawan Perusahaan, Camat, Kepala-Kepala Dinas Terkait, Bank-Bank pemberi kredit dan Kepala Instansi yang terkait. Selain itu pengumpulan data ini dilakukan dengan survey dan pengamatan serta wawancara langsung dengan menggunakan daftar isian/kuesioner yang telah disiapkan terlebih dahulu. Dan data sekunder dikumpulkan dari BPS Pusat dan Daerah. Kantor Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Papua, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Kantor Dinas-dinas terkait (Perkebunan, Perikanan, Pertanian, Kehutanan, Peternakan dan Tanaman Pangan), Kadin, BKPMD, Bappeda, Assosiasi, Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) dan lain-lain. Sedangkan analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian guna menentukan pola dan strategi dalam memecahkan permasalahan pengembangan dan peningkatan daya saing ekspor non migas Indonesia, di Kabupaten Keerom ini digunakan analisa kualitatif dan kuantitatif. Kata kunci: Pengembangan, peningkatan daya saing agribisnis dan agroindustri, ekonomi rakyat-rakyat, ekspor non migas, kebodohan, keterbelakangan, dan kemiskinan.

  • Widi Hidayat

    88

    Abstract: Indonesia of generally and Papua specifically in Keerom District is an agricultural country which is a potential for the development of agribusiness and agro-industry production in order to spur an increase in Indonesian exports. In foreign markets the products of Indonesia are still largely unable to compete with other agricultural products from countries such as the product of Thailand, Bangkok, Korea and several countries agriculture in Asia. Based on national data on the tape, Regional Keerom contain potential sources of abundant natural resources, all of which can be processed into various types of products that can provide added value to the community, regional economic growth and national economic growth. The approach used is a socio-cultural approach, the dimensionless humanize humans, especially people who are still in the interior, helping people to overcome difficulties, and in our development planning must always be aware that the main enemy in the interior province of Papua is ignorance, backwardness and of poverty. The contribution of this study were (1) in addition to the development of science, technology and art (science and technology), also is (2) support development and solving the problems of development and (3) institutional development. In the first year, this study will be conducted based on potential survey, mapping by region/location, inventory and identification of agribusiness and agro-products in the District of Keerom, then performed the analysis based on predefined criteria in order to find, assess and determine the agribusiness and agro-industry products that become pledge to be developed in the future to increase the number and competitiveness of non-oil exports, to break through the market and international market expansion. In the second year, the number of non-oil commodity exports Keerom based on criteria established in the first year, then from among the selected 12 (twelve) commodity agribusiness and agro-products for further analysis. In year three, the research includes analysis of marketing, marketing channels marketing margins and market concentration. Research areas were purposively selected based on acreage and potential production of agribusiness and agro Keerom District. Keerom District was chosen because it has the potential for and producing oil palm, cocoa, plywood, sawn timber, oil, mace and others. The data collection techniques include: primary data collected from farmers, community leader, Ondoafi, Chieftain, Crafter, Entrepreneur, Chairman of the Company, Company Employees, Head of the subdistrict, Relevant Agency Heads, creditor banks and the Head of the Institution concerned. Besides data collection is done by surveys and direct observations and interviews using checklists/ questionnaires that had been prepared beforehand. And secondary data collected from Central Connecticut and the Region. Office of Statistics, Office of Industry and Trade of Papua Province, Department of Agriculture, Forest Service, Office of the relevant agencies (Plantation, Fishery, Agriculture, Forestry, Animal Husbandry and Foodstuffs), KADIN, BKPMD, Planning Agency, Association, Agency for Export Development (NAFED) and others. While the analysis used to achieve the research objectives in order to determine patterns and strategies in solving problems of development and increased competitiveness of Indonesian non-oil exports, in the District Keerom used qualitative and quantitative analysis. Key words: Development, increase the competitiveness of agribusiness and agro-industry, the economy of peoples, non-oil exports, ignorance, backwardness, and poverty. PENDAHULUAN

    Indonesia umumnya dan Papua khususnya di Kabupaten Keerom adalah merupakan

    negara agraris yang memang potensial untuk pengembangan produksi agribisnis dan agroindustri guna memacu peningkatan ekspor Indonesia. Di pasaran luar negeri produk-produk dari Indonesia sebagian besar masih kalah bersaing dengan produk dari negara pertanian lainnya seperti produk dari Thailand, Bangkok, Korea dan beberapa negara pertanian di Asia.

    Pada Negara Indonesia termasuk Provinsi Papua dan Kabupaten Keerom memiliki komoditas andalan agribisnis dan agroindustri yang sangat potensial. Persoalan yang dihadapi adalah bagaimana meningkatkan daya saing mutu produksi, efisiensi produksi dan innovasi produksi guna meningkatkan daya saing di pasar bebas. Merubah keunggulan-keunggulan yang dimiliki yaitu keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif. Diketahui bahwa

  • ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

    89

    Kabupaten Keerom memiliki kekayaan alam yang beragam dan hingga kini pengelolaannya masih sangat terbatas sehingga perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut.

    Berdasarkan dalam rekaman data nasional, Daerah Keerom mengandung potensi sumber daya alam yang melimpah, yang kesemuanya dapat diolah menjadi berbagai jenis produk yang dapat memberikan nilai tambah kepada masyarakat, pertumbuhan ekonomi daerah dan pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam pembangunan pertanian modern yang bercorak agribisnis dan argroindustri dilakukan dengan senantiasa mendorong kemampuan petani guna dapat meningkatkan kesejahteraan petani itu sendiri dan keluarganya, agar mampu mengejar kemajuan, sehingga pertanian modern yang kita idam-idamkan dapat secepatnya terwujud sebagai wahana untuk meningkatkan taraf hidup petani dan nelayan. Jadi menurut Wanggai (1996) pemberdayaan ekonomi rakyat adalah usaha untuk menumbuhkan/meningkatkan kemampuannya, yang pada saat nanti akan muncul petani-petani modern yang handal, maju, efisien dan tangguh, sehingga kemampuan dan kesejahteraan petani tersebut semakin meningkat.

    Propinsi Papua yang luas wilayahnya 414.800 km dengan 23 (dua puluh tiga) Kabupaten dan 1 (satu) Kota, 136 Distrik dengan jumlah penduduk kurang lebih 1.911.150 jiwa. Propinsi ini memiliki kekayaan alam yang beragam dan melimpah terutama dalam bidang per-tambangan dan bidang pertanian meliputi: (1) Sektor Perkebunan, komoditas yang potensial yaitu: kelapa sawit, kakao, kopi, jambu mente, pinang, vanili, pala dan kelapa, (2) Sub Sektor Perikanan, yaitu : perikanan laut (udang, ikan tuna, cakalang, sirip ikan hiu, ikan hias), dan perikanan air tawar (bandeng, mujair, lele dan ikan gabus), (3) Sub Sektor Kehutanan, yaitu: kayu, rotan, dan kulit buaya, minyak lawang, kayu gaharu dan sagu, (4) Sub Sektor Peternakan, yaitu : sapi, kambing, ayam buras, itik, entok, babi dan kerbau, (5) Sub Sektor Tanaman Pangan dan Holtikultura, yaitu: kacang kedelai, kacang tanah, padi, jagung, kacang hijau, bawang, sayur-sayuran, umbi-umbian, sagu, tomat, kentang, wortel, mangga, jeruk manis, pepaya, pisang, nenas, salak, rambutan, duku, jambu dan lain-lain.

    Pola dan program pembangunan sumber daya manusia pada suku-suku Papua harus disusun secara khusus dengan mengingat taraf pembangunan sosial dan budaya mereka pada dewasa ini. Hal ini berarti bahwa pola dan program pembangunan itu tidak disamaratakan dengan pola dan program pembangunan di daerah-daerah lain di tanah air. Suatu program pembangunan di daerah-daerah di luar Papua dapat berjalan dan bermanfaat bagi masyarakat setempat, belum tentu menimbulkan hasil yang sama di tengah suku-suku Papua.

    Alangkah baiknya apabila program pembangunan itu bagi suku-suku Papua disesuaikan dengan kemampuan mereka yang nyata, kesiapan serta potensi yang dimiliki masyarakat sesuai dengan kondisi sosial budaya dan sumber daya alam. Pembangunan di Papua supaya diartikan sebagai pembangunan suku-suku Papua dan tidak sebagai pembangunan fisik daerah saja. Kalau yang dibangun suku-suku Papua (sumber daya manusia masyarakat Papua) maka yang perlu diusahakan ialah antara lain kesehatan fisik masyarakat, pendidikan, pengetahuan umum, ekonomi yang menggunakan uang sebagai alat jual beli dan alat pengukur harga barang dan jasa, kesadaran sebagai warga negara Republik Indonesia, lagi pula kepercayaan pada kemampuan diri sendiri.

    Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosial budaya, yang berdimensi memanusiakan manusia, khususnya masyarakat yang masih berada di pedalaman, membantu rakyat dalam mengatasi kesulitannya, dan dalam perencanaan pembangunan kita harus senantiasa sadar bahwa musuh utama yang ada di wilayah pedalaman Provinsi Papua adalah kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan.

  • Widi Hidayat

    90

    Pengetahuan tentang suku-suku Papua belum banyak dipahami oleh instansi-instansi pemerintah yang dipercayakan menyusun program pembangunan, maka mereka cenderung untuk menggunakan standar nasional yang sering tidak berlaku bagi suku-suku Papua. Dikhawatirkan bahwa program yang demikian itu dapat menjadi Counter Effective karena tidak dapat dihargai oleh suku-suku Papua. Sebaliknya sebelum dibuat suatu program pembangunan bagi mereka diusahakan Iebih dahulu pengetahuan dan pengertian tentang tata hidup dan adat istiadat mereka. Untuk itu perlu studi penelitian yang mendalam oleh para sarjana yang berkompeten.

    Karena itu visi sektor agribisnis pada masa yang akan datang diharapkan yaitu sektor pertanian mampu menjadi swasembada pangan dan yang akan serta telah menyumbang devisa negara pada porsi yang lebih besar khususnya ekspor non migas, meningkatkan pendapatan nasional, menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Perumusan Masalah

    Untuk memacu pembangunan bidang pertanian di Provinsi Papua khususnya di

    Kabupaten Keerom dengan sistem agribisnis dan agroindustri, maka sumber daya manusia di daerah ini perlu ditingkatkan kemampuannya dalam berperilaku dan perubahan pola pikir untuk melaksanakan usaha tani dari tradisional dan sub sistem menjadi petani modern efisien, yang mengarah pada usaha pertanian produktif dan komersial. Tantangan yang dihadapi sekarang ini dan untuk masa yang akan datang dalam menghadapi era perdagangan bebas adalah bagaimana mempersiapkan tenaga-tenaga pelaksana pembangunan pertanian yang berkualitas di Papua, yang bukan saja mampu dan terampil dalam melakukan pekerjaan, akan tetapi yang juga mempunyai inovasi dan kreativitas tinggi serta mempunyai daya analisa dan pandangan jauh ke depan.

    Dalam pembinaan kualitas sumber daya manusia di Papua perlu suatu perlakuan khusus karena masyarakat tani/pedalaman dan mempunyai latar belakang lingkungan sosial budaya, lingkungan alam, motivasi dan ethos kerja yang berbeda dengan masyarakat lainnya di Indonesia.

    Berdasarkan uraian-uraian dan permasalahan di atas, maka rumusan pertanyaan per-masalahan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana latar belakang lingkungan sosial budaya yang ada pada masyarakat pedesaan

    di Kabupaten Keerom dalam hubungannya dengan ethos kerja dan pembinaan sumber daya alam di sektor pertanian.

    2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan rendahnya kualitas sumber daya alam dalam mendukung proses pembangunan pertanian di Kabupaten Keerom.

    3. Model pembinaan bagaimana yang seharusnya dilakukan terhadap pembangunan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam bidang pertanian di Kabupaten Keerom.

    4. Bagaimana tanggapan/persepsi dan keinginan-keinginan masyarakat pedesaan di Kabupaten Keerom terhadap pembinaan sumber daya manusia yang perlu dilakukan dalam pembangunan bidang pertanian.

    5. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perilaku manusia dalam pemanfaatan dan eksploitasi sumber daya alam, dalam usaha sektor pertanian di Kabupaten Keerom.

    6. Bagaimana merubah perilaku dan pola pikir petani tradisional dan petani sub sistem menuju ke arah pertanian yang modern dan berwawasan agribisnisl komersial.

    7. Bagaimana tingkat pengetahuan atau kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Keerom.

  • ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

    91

    8. Bagaimana memberdayakan ekonomi rakyat masyarakat tani dan pola kemitraan yang cocok bagi petani di Kabupaten Keerom.

    9. Bagaimana tingkat produktivitas dan kinerja usaha pertanian di Kabupaten Keerom. 10. Peluang-peluang apa dan masalah apa yang dihadapi dalam pengembangan usaha

    agribisnis dan agroindustri di Kabupaten Keerom. TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Daerah Penelitian

    Sumber daya alam Papua merupakan modal dasar sekaligus merupakan kunci keber-

    hasilan pembangunan. Bila sumber daya alam dapat ditingkatkan mutu dan pendayagunaan-nya, maka perekonomian akan tumbuh secara mantap untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan memberikan tingkat pendapatan yang merupakan kontribusi bagi Pem-bangunan Daerah dan Pembangunan Nasional (Cosmas Batubara, 1989).

    Untuk mengubah potensi alam yang masih terpendam khususnya sektor pertanian di Kabupaten Keerom menjadi potensi aktual yang berguna bagi pembangunan dan kesejahteraan manusia, maka pengembangan sumber daya manusia di Kabupaten Keerom adalah sangat penting dengan menempatkan manusia sebagai subjek dan objek dalam pembangunan. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan komoditi expor hasil pertanian khususnya ekspor non migas adalah masalah rendahnya produksi, rendahnya mutu, rendahnya produktivitas. Namun dimasa depan ekspor komoditi tersebut di Provinsi Papua menjanjikan prospek yang lebih baik.

    Menurut Agus Tulus (1989), bahwa manusia merupakan sumber daya paling penting dalam suatu usaha untuk mencapai keberhasilan. Sumber daya manusia ini menunjang ekspor non migas, bakat, kreativitas dan dorongan (motivasi). Betapapun sempurnanya aspek tek-nologi dan ekonomi, tanpa aspek manusia sulit kiranya tujuan-tujuan dapat dicapai.

    Menurut Selo Soemardjan (1988), bahwa mengingat taraf kebudayaan masyarakat Papua tidak dapat diharapkan sukses apabila pola pembangunan yang diterapkan di daerah-daerah lain disamaratakan buat suku-suku di daerah pedalaman Papua. Untuk mereka diperlukan model pembangunan yang khusus sifatnya.

    Setiap kelompok masyarakat memiliki dunia sendiri identitas diri yang mencakup keseluruhan pengetahuan, klasifikasi, dan pandangan hidup sebagai kerangka acuan untuk berkarya dan bertahan. Kerangka acuan ini dapat berubah karena kepentingan para warga yang bersangkutan dan dimungkinkan oleh belajar dari pengalaman. Berdasarkan klasifikasi tipologi desa di Indonesia yaitu antara lain desa pantai, desa dataran tinggi, desa dataran rendah, desa hutan dan desa kepulauan (Bappenas Dalam Kaji Tindak Program IDT 1994-1997).

    Sedangkan menurut Selo Soemardjan (1988) bahwa masyarakat Papua secara sosiologis dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu (1) Masyarakat kota yang bermukim di daerah kota seperti ibukota kabupaten serta kota-kota lain yang sederaja, (2) Masyarakat pantai yang bertempat tinggal di daerah pinggir laut, dan (3) Masyarakat pedalaman yang hidup di tengah-tengah hutan, di daerah rawa atau lereng-lereng gunung. Pembagian Wilayah Menurut Tipologi Desa

    Berdasarkan pengalaman dan pengamatan kami dalam melakukan penelitian-penelitian

    lain di pedalaman Propinsi Papua kususnya Kabupaten Keerom dimana sejumlah kondisi dapat dicatat berdasarkan pembagian tipologi desa/daerah diatas dapat diuraikan kondisinya

  • Widi Hidayat

    92

    sebagai berikut: (1) Kelompok Daerah Perbatasan dan Rawan, karena: (a) Sebagian penduduk masih peramu. (b) Sebagian masih memiliki perladangan berpindah-pindah, (c) Hasil diperoleh pada umumnya dikonsumsikan sendiri, (d) Pemukiman terpencar-pencar, (e) Belum semua masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan, (f) Terisolasi, (g) Prasarana dan sarana transportasi minim, (h) Minimnya pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, perumahan dan kesehatan, (i) Sebagian penduduk kurang berorientasi ke masa depan sehingga perencanaan untuk hidup lebih baik belum banyak dipikirkan oleh mereka, dan (j) Pembinaan masih relatif sulit dilaksanakan. (2) Kelompok Daerah Pedalaman dan Terisolir, karena (a) Pada umumnya masyarakat bertani secara sub sistem, (b) Sebagian sudah mempunyai perladangan yang berpindah-pindah, (c) Pemukiman masih terpencar-pencar, (d) Belum semua masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan, (e) Terisolasi dari pasar pusat pemerintahan, pendidikan dan informas, (f) Prasarana dan sarana transfortasi masih minim, (g) Minimnya pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, perumahan dan kesehatan, (h) Sebagian penduduk kurang berorientasi ke masa depan sehingga perencanaan untuk hidup lebih baik belum terpikirkan, dan (i) Pembinaan masih relatif sulit dilaksanakan, (3) Kelompok Daerah Transmigrasi, karena (a) Orientasi terhadap masa depan sudah ada, sehingga perencanaan untuk kehidupan lebih baik pada hari esok sudah secara nyata terpikirkan, (b) Pengenalan pasar sudah baik dan hasil produksi sebagian sudah dijual ke pasar lokal dan sebagian di konsumsi, (c) Penduduk pada umumnya sudah menempati lokasi pemukiman tetap dalam kelompok-kelompok yang besar, (d) Sudah sadar tentang pentingnya pendidikan tetapi karena keuangan yang kurang menunjang, sebagian besar belum melanjutkan pendidikan di tingkat menengah ke atas, (e) Jumlah hasil produksi masih terbatas, tetapi orientasi produksi sebagian sudah mengarah pada permintaan pasar, (f) Sarana transportasi untuk beberapa daerah masih dirasakan kurang lancar, (g) Pemenuhan kebutuhan pangan, kesehatan sudah lebih baik, dan (h) Pembinaan sudah lebih mudah dilaksanakan, (4) Kelompok Daerah Kota dan Pinggiran Kota, karena (a) Masyarakat kota mempunyai pemerintahan yang dibentuk oleh negara RI yang pada puncaknya tunduk pada pemerintah pusat di Jakarta, (b) Di dalam masyarakat kota sudah banyak orang-orang yang berpendidikan mulai dari SD sampai Sarjana, (c) Hubungan dengan dunia luar sudah cukup banyak sehingga pengaruh dari kebudayaan-kebudayaan lain sudah tampak dalam kehidupan sehari-hari, (d) Pembangunan didaerah kota dapat direncanakan dan dilaksanakan seperti di kota-kota di luar Papua, (f) Masyarakat pinggiran kota berada diantara masyarakat kota dan masyarakat pedalaman, dan (g) Makin dekat dengan kota, makin banyak unsur-unsur sosial budaya yang sama dengan unsur-unsur dalam masyarakat kota.

    Corak agribisnis dan agroindustri dalam pembangunan pertanian modern seperti disebutkan di atas ditandai dengan kemampuannya didalam mentransformasi dan sekaligus mengantisipasi setiap dinamika perkembangan global sampai ke tingkat mikro di pedesaan serta menghantarkan setiap keunggulan komparatif wilayah kepada suatu penghasilan produk yang mempunyai daya saing yang tinggi di pasaran ekspor. Namun disadari, kegiatan agribisnis dan agroindustri di Kabupaten Keerom, pada saat ini sebagaimana kita maklumi, masih diwarnai oleh keterbatasan aksebilitas petani terhadap pasar yang disebabkan oleh kecilnya skala usaha, belum efisiennya lembaga pemasaran serta iklim investasi dan permodalan yang belum kondusif bagi bisnis di bidang pertanian.

    Sementara itu kelembagaan petani di pedesaan masih belum mencitrakan suatu kelembagaan komersial yang berorientasi bisnis. Untuk mengantisipasi masa depan pertanian yang akan dicirikan dengan meningkatnya persaingan di bidang pemasaran maka telah diprogramkan berbagai langkah strategis, yang sekaligus merupakan antisipasi terhadap perubahan lingkungan strategis, dengan berbagai reorientasi pengembangan komoditas.

  • ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

    93

    Secara umum, dampak dan rendahnya jumlah dan kualitas SDM sektor pertanian menjalar di setiap segmen agribisnis. Keterbatasan pendidikan dan ketrampilan jelas mengakibatkan kurangnya kemampuan manajemen dan inovasi teknologi, kurang lancarnya penyerapan informasi yang pada gilirannya membatasi kemampuan dan jangkauan wawasannya. Situasi dan kondisi ini menuntut perbaikan tenaga baik kualitas maupun jumlahnya. Hal yang kurang lebih serupa juga terjadi pada segmen agroindustri atau pasca panen, yang secara umum masih memerlukan tenaga yang profesional, ditinjau dan masih rendahnya mutu hasil produksi yang profesional, ditinjau dan masih rendahnya mutu hasil produksi yang dipanen, dan dipasarkan serta masih seringnya produk kita ditolak atau ditahan oleh negara-negara importir dengan alasan mutu. Klasifikasinya adalah kita sering kurang cepat memanfaatkan teknologi dan kurang fleksibelnya dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian dan signal pasar.

    Beberapa hal mendasar yang perlu mendapat perhatian adalah: Pertama, perangkat informasi sudah saatnya untuk dikembangkan melalui pola-pola jaringan komunikasi yang saat ini juga berkembang di tingkat internasional, sehingga dengan demikian akses informasi tidak hanya terbatas antar lembaga pada tingkat domestik tetapi juga bisa akses langsung pada sumber-sumber informasi di tingkat internasional untuk pasaran ekspor. Kedua, masalah yang dikaitkan dengan pengembangan kelembagaan. Kebijaksanaan operasional untuk menumbuhkembangkan usaha pertanian yang berdaya saing antara lain harus kita arahkan kepada (1) pengembangan usaha tani melalui pola kemitraan usaha dan kewirausahaan. (2) pengembangan kelembagaan agribisnis pedesaan, dan (3) peningkatan keterkaitan sektor pertanian dengan sektor-sektor hilir.

    Sejalan dengan itu, jaringan kelembagaan agribisnis dan ogroindustri yang dibutuhkan adalah jaringan kelembagaan yang lebih menitik beratkan pada pemberdayaan petani sekaligus yang dapat mengarahkan para pelaku bisnis dalam menghadapi era perdagangan bebas. Dalam hal ini suatu kelembagaan agribisnis dan agroindustri yang perlu dimantapkan di tingkat lokalita seyogyanya mempunyai sedikitnya tiga visi yaitu (1) pertama, memberikan dorongan kepada pengusaha yang terkait sebagai pelaku-pelaku agribisnis untuk melakukan pembenahan-pembenahan di sektor produksi, visi (2) kedua adalah sebagai pusat informasi mengenai sektor agribisnis termasuk didalamnya agroindustri dan (3) ketiga, memberikan bimbingan kepada para pelaku agribisnis khususnya yang bergerak di sektor hulu, sehingga mereka mampu memperkuat posisi tawarnya dalam era pasar terbuka nantinya.

    Akhirnya, kita sadari sepenuhnya bahwa proses tersebut akan berlangsung secara bertahap dengan prioritas-prioritas kegiatan tertentu dan mulai prakondisi, prainvestasi, masa investasi, praoperasi, operasi dan optimasi. Dalam kaitan inilah diperlukan sinkronisasi terhadap tatalaksana pengembangan pertanian yang berwawasan agribisnis tersebut, terutama menyangkut aspek perencanaan dan rancang bangun pengembangannya, aspek bimbingan dan aspek koordinasinya. Sistem agribisnis yang kita rancang seperti tersebut di atas khususnya pada Kabupaten Keerom dilakukan secara berencana dan tumbuh dari bawah secara simultan dengan kebutuhan di tingkat makro, diharapkan garis kebijaksanaan untuk membangun pertanian modern bercirikan agribisnis akan mampu meningkatkan daya saing komoditas pertanian secara maksimal sesuai dengan dinamika pasar.

  • Widi Hidayat

    94

    TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan Penelitian

    Penelitian ini memilih bentuk penelitian deskriptif untuk mencari jawaban atas masalah-

    masalah yang telah dirumuskan di muka. Adapun beberapa tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Gambaran tentang latar belakang lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam suku-

    suku yang ada di Kabupaten Keerom dalam hubungannya dengan model perencanaan program pengembangan sumber daya alam di Kabupaten Keerom

    2. Memperoleh gambaran tentang faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Keerom dalam mendukung proses pertumbuhan peroduksi agribisnis dan agroindustri.

    3. Memperoleh gambaran tentang persepsi dan keinginankeinginan masyarakat Kabupaten Keerom terhadap sumber daya alam dalam pembangunan bidang agribisnis dan agroindustri yang dilakukan oleh pemerintah.

    4. Dari gambaran penelitian yang diperoleh dapat dirumuskan model-model pembinaan sesuai dengan kondisi mereka dan yang seharusnya dilakukan terhadap peningkatan kualitas sumber daya alam dalam era perdagangan bebas dan pembangunan di bidang agribisnis dan ogroindustri di Kabupaten Keerom.

    5. Dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam pengelolaan produksi pertama akan dapat ditingkatkan mutu dan produktivitas hasil produksi pertanian agribisnis dan ogroindustri untuk menghadapi era perdagangan bebas.

    6. Dengan peningkatan kualitas sumber daya di Kabupaten Keerom membuat mereka Iebih terampil dalam bidang agribisnis dan ogroindusti yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan mereka, menciptakan kesempatan kerja baru, mengurangi kesenjangan ekonomi dan kecemburuan sosial, mengurangi kesenjangan antara Pembangunan Kawasan Timur Indonesia dengan Pembangunan Kawasan Barat Indonesia.

    7. Untuk mengetahui perkembangan produk agribisnis dan agroindustri dan prospeknya dimasa depan sesuai potensi sumber daya alam yang dimiliki.

    8. Untuk mengetahui kemampuan/kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh usaha agribisnis dan agroindustri dalam mengelola usahanya, baik dilihat dari tingkat pendidikan maupun kemampuan managerial dan keterampilan yang dimiliki oleh para pekerja.

    9. Mengukur keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh usaha pertanian agribisnis dan agroindustri, serta keunggulan komperatif (comparative advantage), bila dilihat dari berbagai aspek usaha yaitu: kesuburan tanah, potensi pasar, dukungan sarana dan prasarana, penggunaan teknologi, mutu produk, cara pengolahan lahan dan manfaat lingkungan sekitar.

    10. Gambaran tentang kelemahan, peluang, ancaman, kesempatan dan kendala yang dihadapi dalam usaha mengembangkan agribisnis dan agroindustri dalam menghadapi era globalisasi.

    11. Untuk memperoleh gambaran tentang peranan dan keterkaitan antara BUMN, BUMS dengan keterkaitan terhadap bidang agribisnis dan agroindustri .

    12. Untuk mengetahui apakah pola dan strategi pembinaan serta kebijakan yang ada sekarang sudah sepenuhnya mendukung.

    13. Bila pola dan strategi pembinaan serta kebijakan yang ada sekarang dirasakan ada yang kurang sesuai, apa kekurangan-kekurangannya dan kelemahan-kelemahannya serta

  • ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

    95

    masalah apa yang dihadapi dan pola, strategi pembinaan serta kebijakan bagaimana yang seharusnya dilaksanakan dalam pengembangan usaha agribisnis dan agroindustri tersebut.

    14. Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tentang model, strategi, pola pembinaan dan kebijakan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah dalam hal pengembangan dan peningkatan jumlah, mutu produksi, efisiensi produksi, produktivitas, dan peluang pasar serta kebijakan-kebijakan yang diperlukan dalam pengembangan dan peningkatan daya saing produk.

    Manfaat Penelitian

    Kontribusi penelitian ini adalah (1) selain pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan

    seni (IPTEKS), juga adalah (2) menunjang pembangunan dan pemecahan masalah-masalah pembangunan serta (3) pengembangan kelembagaan, sehingga pentingnya dilakukan penelitian adalah: 1. Kontribusi Terhadap Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, meliputi: 1) Akan

    dapat memberikan kontribusi informasi, pemahaman dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi masyarakat serta para pengambil kebijakan, pembina dan pelaksana pembangunan di bidang agribisnis dalam hal cara/metode pembinaan dan pengembangan usaha pertanian serta pemberdayaan ekonomi rakyat, 2) Terciptanya alih pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat dalam hal teknik mengelolah hasil pertanian, pengelolaan lahan dan proses produksi agribisnis dan agroindustri serta efisiensi dan produktivitas, 3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat itu sendiri. Hasil penelitian ini akan merupakan referensi bagi penelitian, penulisan dan pengembangan ilmu-ilmu yang terkait selanjutnya, 4) Memberikan informasi tentang pola pembinaan bagaimana yang seharusnya dilaksanakan terhadap pembinaan dan pengembangan usaha agribisnis dan agroindustri, dalam rangka memantapkan perencanaan dan pelaksanaan pada program-program selanjutnya.

    2. Kontribusi Dalam Menunjang, Pembangunan dan Pemecahan Masalah Pembangunan, diharapkan: 1) Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan situasi dan kondisi yang sebenarnya dan nyata yang dialami oleh para petani, 2) Melalui penelitian ini akan dianalisis permasalahan-permasalahan yang dihadapi usaha agribisnis dan agroindustri dalam mengembangkan usahanya dan berdasarkan masalah-masalah diatas akan dirumuskan model-model dan strategi pengembangannya, 3) Dengan pengembangan usaha pertanian masyarakat maka akan tercipta peningkatan dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar khususnya dalam rangka pemberdayaan ekonomi rakyat guna pembangunan manusia Indonesia seutuhnya sesuai amanat GBHN. Dengan mengembangkan usaha agribisnis dan agroindustri dalam menciptakan kesempatan kerja baru yang berarti mengurangi pengangguran, 4) Mengembangkan usaha agribisnis dan agroindustri berarti pemerataan kesempatan berusaha, 5) Pencapaian struktur sektor gribisnis yang semakin sehat, kuat, mandiri dan modern, 6) Pengembangan usaha agribisnis dan agroindustri akan memberikan dampak terhadap perubahan struktur ekonomi daerah dan penguatan terhadap struktur sektor pertanian nasional, 7) Menambah pendapatan daerah yang pada gilirannya daerah tersebut mengurangi ketergantungan dari pusat, 8) Pada gilirannya akan memperkuat peningkatan ekspor non migas.

    3. Kontribusi Bagi Pengembangan Kelembagaan/Institusi adalah: a) Hasil penelitian ini akan dapat dipergunakan oleh pemerintah dan berbagai instansi pembina teknis lainnya dalam

  • Widi Hidayat

    96

    rangka mengambil kebijakan, strategi dan langkah-langkah yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan serta peningkatan daya saing agribisnis yang semakin maju dan modern, b) Sebagai bahan informasi berharga yang dapat dijadikan oleh kalangan dunia usaha untuk mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang berkaitan proses produksi agribisnis, peningkatan mutu, peningkatan efisiensi produksi, produktivitas, pemasaran dan manajemen modern, c) Kelembagaan dapat merumuskan model-model pembinaan yang Iebih strategi dalam memacu pertumbuhan agribisnis yang berskala menengah dan besar guna mempercepat laju pertumbuhan ekonomi daerah.

    Secara ringkas kontribusi luaran penelitian ini akan dapat dilihat manfaatnya terhadap

    segi pengembangan bidang ilmu pengetahuan yaitu akan memberi kontribusi kepada ilmu ekonomi khususnya pembangunan sumber daya alam. Kontribusi penelitian ini dapat nampak dalam: a) Pengkajian informasi atau desain baru tentang kondisi lingkungan sosial budaya, lingkungan alam, dan lingkungan keluarga masyarakat pedalaman Kabupaten Keerom, yang mempengaruhi pola berpikir, berprilaku, motivasi, cara memandang masa depan dan etos kerja mereka, b) Penemuan pendapat baru dan keinginan-keinginan yang sebenarnya ada dan tertanam dalam benak mereka tentang model dan pola pembinaan sumber daya alam Kabupaten Keerom, c) Penemuan hipotesis baru dan metodologi baru di dalam merancang model-model dan program pembangunan sumber daya alam di Kabupaten Keerom, d) Pengkajian perencanaan dan pengadaan material baru sesuai dengan metodologi baru yang dirumuskan dalam model-model pembinaan dan pengembangan sumber daya alam. METODE PENELITIAN Cakupan Penelitian

    Pada tahun pertama, penelitian ini akan dilakukan survey berdasarkan potensi, pemetaan

    berdasarkan wilayah/lokasi, inventarisasi dan identifikasi produk agrobisnis dan agroindustri di Kabupaten Keerom, kemudian dilakukan analisis berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam rangka mencari, mengkaji dan menentukan produk agrobisnis dan agroindustri yang menjadi andalan untuk dikembangkan di masa akan datang guna meningkatkan jumlah dan daya saing ekspor non migas, melakukan penerobosan pasar dan perluasan pasar internasional. Untuk mengantisipasi keadaan tersebut di masa mendatang, Indonesia khususnya Papua harus berupaya meningkatkan mutu produk dan terus mencari komoditi unggulan lain, agar bisa mempertahankan laju peningkatan ekspor.

    Komoditi andalan Kabupaten Keerom atas dukungan sumber daya alamnya diperkirakan banyak yang mempunyai potensi dan prospek untuk dikembangkan di masa akan datang terutama produk-produk agribisnis dan agroindustri. Persoalannya adalah perlu identifikasi secara baik, perlu terobosan untuk merubah pola dan strategi serta kebijakan dalam meningkatkan ekspor Indonesia dan Papua. Dalam analisis untuk : (1) menentukan komoditi unggulan digunakan indikator nilai ekspor dan laju pertumbuhan permintaan komoditi ekspor non migas di pasar dunia. Disamping itu juga dilakukan analisis market share, metode proyeksi ekspor, analisis indeks spesialisasi perdagangan, analisis keunggulan komparatif dan kompetitif, serta analisa SWOT untuk menentukan peluang dan kendala pengembangan ekspor non migas Papua.

    Pada tahun kedua, dari sejumlah komoditi ekspor non migas Keerom yang telah ditetapkan berdasarkan kriteria pada tahun pertama, kemudian dari antaranya dipilih 12 (dua

  • ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

    97

    belas) komoditi andalan produk agribisnis dan agroindustri untuk dianalisis lebih lanjut. Cakupan analisis dan 12 (dua belas) komoditi andaln tersebut adalah analisis pengendalian mutu, analisis proses produksi, produktivitas, efisiensi dan kualitas sumber daya manusia pengelola. Pada tahap ini juga dilakukan analisis terhadap permasalahan-permasalahan peningkatan daya saing ekspor non migas.

    Pada tahun ke tiga, penelitian mencakup analisis pemasaran, saluran pemasaran marjin pemasaran dan konsentrasi pasar. Dalam tahap ini juga akan dilakukan analisis rumusan pola dan strategi serta formula dan alternatif kebijakan pengembangan dan peningkatan daya saing ekspor non migas yang didasarkan pada hasil-hasil analisis yang telah dilakukan pada tahap pertama dan tahap kedua. Cakupan Daerah Penelitian

    Daerah penelitian dipilih secara sengaja berdasarkan luas areal dan potensi produksi

    agribisnis dan agroindustri yaitu Kabupaten Keerom. Kabupaten Keerom dipilih karena memiliki potensi dan memproduksi kelapa sawit, kakao, plywood, kayu gergajian, minyak lawang dan lain sebagainya. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini akan digunakan data primer dan data sekunder. Data primer

    dikumpulkan dari Petani, Tokoh Masyarakat, Ondoafi, Kepala Suku, Pengarajin, Pengusaha, Pimpinan Perusahaan, Karyawan Perusahaan, Camat, Kepala-Kepala Dinas Terkait, Bank-Bank pemberi kredit dan Kepala Instansi yang terkait. Selain itu pengumpulan data ini dilakukan dengan survey dan pengamatan serta wawancara langsung dengan menggunakan daftar isian/kuesioner yang telah disiapkan terlebih dahulu.

    Data sekunder dikumpulkan dari BPS Pusat dan Daerah. Kantor Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Papua, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Kantor Dinas-dinas terkait (Perkebunan, Perikanan, Pertanian, Kehutanan, Peternakan dan Tanaman Pangan), Kadin, BKPMD, Bappeda, Assosiasi, Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) dan lain-lain. Adapun jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini dirincikan sebagai berikut: 1. Data Primer

    a. Identitas Responden, meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, fungsi/jabatan.

    b. Profil daerah/kecamatan, meliputi: potensi sumber daya alam, jenis-jenis komoditi yang potensial/unggulan dan lokasinya, jumlah unit usaha yang beroperasi dan dalam bidang usaha apa saja, pemasaran komoditi, penanaman modal dan sumber modal serta perkembangan kegiatan ekonomi.

    c. Permasalahan-permasalahan yang timbul dan sedang dihadapi, penyebab kegagalan-kegagalan usaha, kekurangan-kekurangan dan kelemahan yang ada.

    d. Produksi, meliputi: kapasitas dan jumlah produksi, proses produksi, desain, sumber bahan baku, harga produk, kualitas produk, produktivitas, biaya-biaya produksi, pendidikan dari pengalaman karyawan.

    e. Pemasaran, meliputi: pasar, saluran pemasaran, keterkaitan pasar, promosi, harga dan masalah-masalah pemasaran.

    f. Komoditi potensial di masa akan datang.

  • Widi Hidayat

    98

    g. Kebijakan yang dirasakan mendorong dan menghambat perkembangan ekspor, pendapat dan saran responden.

    h. Pengumpulan dan kebutuhan data-data primer akan dikembangkan kemudian. 2. Data Sekunder

    Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari : a. Potensi sumber daya alam masing-masing distrik dan kampung. b. Luas areal dan produksi di masing-masing daerah. c. Perkembangan harga komoditi ekspor. d. Volume, nilai ekspor. e. Perkembangan harga komoditi ekspor di pasar dunia. f. Indeks harga produsen dan konsumen di setiap daerah. g. Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. h. Jumlah perusahaan agribisnis dan agroindustri. i. Jumlah investasi pada masing-masing sektor dan sumber modal investasi. j. Konsentrasi pasar, saluran pemasaran, tingkat mutu, pengendalian bahan dan proses

    produksi, pendapatan perkapita, jumlah penduduk negara pengimpor, keunggulan komparatif dan kompetitif, market share dan laju pertumbuhan ekspor.

    Metode Analisis

    Untuk mencapai tujuan penelitian guna menentukan pola dan strategi dalam

    memecahkan permasalahan pengembangan dan peningkatan daya saing ekspor non migas Indonesia, di Kabupaten Keerom ini digunakan analisa kualitatif dan kuantitatif.

    Analisa kualitatif akan digunakan untuk menjelaskan dan menyempurnakan hasil temuan yang secara kualitatif tidak dapat dijelaskan. Hal ini disadari benar oleh peneliti bahwa penggunaan suatu alat untuk menjelaskan sebagian dari fenomena yang diukur, karena itu penggunaan suatu model tak akan mampu menyelesaikan dan menjawab secara sempurna suatu fenomena atas permasalahan yang diamati/diteliti. Dengan itu pula dan disadari oleh pertimbangan penulis sehingga menggunakan beberapa model agar saling melengkapi satu sama lain.

    Analisis dan model-model analisis akan dikembangkan lebih lanjut sesuai kebutuhan dalam penelitian ini. Adapun analisis yang digunakan adalah: 1. Analisis Kriteria Komoditi Potensial Kriteria komoditi unggulan bertujuan untuk mengidentifikasi komoditi yang memiliki

    potensi dan prospek untuk dikembangkan di masa akan datang. Yang dlmaksud dengan komoditi yang telah ada saat ini dan yang belum ada tetapi mempunyai proses yang baik dalam 5 - 10 tahun yang akan datang. Kriteria komoditi potensial adalah: (1) Potensial dalam arti cukup tersedia bahan baku setempat atas dukungan sumber daya alam, (2) Adanya pasar atas komoditi tersebut baik pasar dalam wilayah, antara pulau dan terutama untuk ekspor, (3) Tersedianya dukungan prasarana dan sarana transportasi, komunikasi maupun prasarana pendukung lainnya, seperti perbaikan listrik dan sebagainya, (4) Adanya dukungan dan sumber tenaga kerja, (5) Menggunakan teknologi sederhana/tepat guna dan dapat menyerap teknologi baru/canggih, (6) Berdasarkan terhadap lingkungan, (7) Rotasi pertumbuhan : adanya keterkaitan sektoral, multiplier effect dan lain-lain, (8) Kebijakan pemerintah yang menyangkut pengembangan komoditi bersangkutan, (9) Proses produksi produk dapat ditingkatkan untuk memenuhi Standar Industri Indonesia (Sl) dan Standar Mutu Internasional (ISO).

  • ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

    99

    Sedangkan kriteria yang Iebih spesifik terhadap komoditi unggulan dalam perdagangan ekspor, selain yang telah disebutkan di atas, kriteria tambahan adalah: (1) Nilai ekspornya sudah lebih dari setengah miliar dollar A.S, (2) Laju pertumbuhan ekspornya antara 10-2-%., (3) Mutu produk dan proses produksinya dapat di tingkatkan untuk memenuhi standar mutu internasional.

    Kemudian berdasarkan kriteria komoditi potensial di atas, tiap komoditi yang ditetapkan sebagai komoditi potensial/unggulan akan dikiasifikasi lagi menjadi: (1) komoditi potensial tinggi, (2) potensial dan (3) potensial rendah. Penetapan klasifikasi didasarkan pada luasnya/cakupan pasar jumlah bahan baku/potensi sumber daya alam, sarana dan prasarana pendukung, tingkat keterampilan tenaga kerja dan keterkaitan usaha (Y. Rante, 1996).

    2. Analisa Laju Pertumbuhan Analisis laju pertumbuhan digunakan untuk melihat kinerja perkembangan ekspor suatu

    komoditi tertentu guna memperoleh gambaran apakah komoditi tersebut rnenunjukkan kinerja pertumbuhan yang menggembirakan dari tahun ke tahun atau sebaliknya. Selain laju pertumbuhan juga akan dilihat cakupan daerah pemasaran apakah ada negara-negara yang merupakan pasaran baru, apakah negara tujuan ekspor semakin bertambah atau sebaliknya.

    Laju Pertumbuhan Komoditi x =

    3. Analisa Market Share Analisa market share digunakan untuk menentukan proporsi atau posisi dan peranan

    ekspor suatu negara di pasaran internasional atau pada suatu negara yang merupakan mitra dagang Indonesia. Selain itu analisa market share juga mencerminkan daya saing suatu komoditi di pasaran internasional atau pada suatu negara. Tingkat persaingan dikatakan tinggi bilamana pangsa pasar yang dikuasai adalah relatif kecil dan demikian pula sebaliknya. (Faisal H. Basri, 1996).

    Laju Pertumbuhan Komoditi x =

    Atau =

    4. Analisis Keunggulan Komparatif Kriteria keunggulan komparatif berikut ini digunakan untuk menilai suatu proyek/usaha

    yang menghasilkan produksi dalam perdagangan internasional (tradable good), apakah usaha tersebut layak (fisible) untuk dikembangkan atau dilanjutkan dalam rangka meningkatkan ekspor. Selain itu dengan kriteria ini akan dapat dinilai tingkat efisiensi proyek-proyek yang telah berjalan dan menghasilkan tradable goods. Teori keunggulan komparatif oleh David Ricardo (1971: 227 - 39) mengutarakan bahwa sebaiknya suatu negara berspekulasi dan mengekspor barang-barang dimana negara tersebut memiliki keunggulan komparatif, dalam arti biaya produksinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara pengekspor lainnya.

    Kriteria Unit Domestic Resource Cost (UDRC) dan Effective Rate of Protection (ERP) bertitik tolak dari anggapan bahwa efisiensi tingkat produksi suatu produk tergantung pada daya saing produk tersebut di pasaran dunia. Daya saing ini ditunjukkan oleh perbandingan biaya produksi riil yang terdiri dari pemakaian sumber-sumber nasional (real cost input cost)

  • Widi Hidayat

    100

    sehingga harga jualnya (setelah dipotong segala macam pajak) tidak melebihi tingkat border price yang relevan.

    Rumus perhitungan UDCR adalah sebagai berikut (Suad Husnan, 1991:308 - 311): DRC/satuan =

    Nilai output - nilai input luar negeri = penghematan/penerimaan devisa yang diciptakan oleh proyek yang bersangkutan. Ketentuan yang digunakan dalam penerimaan atau penolakan proyek dengan kriteria UDRC ini adalah membandingkan antara UDRC dengan nilai tukar resmi (Official Exchange. Rate = OER) atau membandingkan dengan nilai tukar riil (Shadow Exchange Rate = SER).

    Jika: UDCR < OER Proyek diterima UDCR > OER Proyek ditolak UDCR < SER Proyek diterirna UDCR > SER Proyek ditolak Atau Proyek diterima Atau Proyek ditolak Suatu aktivitas dikatakan efisiensi dalam arti mempunyai keunggulan komparatif dilihat

    dari segi penghematan sumber daya domestik, jika rasio DRC

  • ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

    101

    (treaths = T) dan kelemahan (weakness = W) dari setiap komoditi yang telah ditetapkan sebagai komoditi potensial/unggulan.

    6. Analisis Produktivitas Analisis produktivitas dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang kinerja dan efisierisi

    proses produksi suatu usaha dalam menghasilkan komoditi tujuan ekspor. Analisis produktivitas juga akan merupakan indikator penting untuk mengukur adanya innovasi dan kreativitas suatu usaha yang selalu mencari cara baru, teknik baru, proses baru dan metode kerja baru untuk selalu memperbaiki dari waktu ke waktu apa yang telah dilakukan sebelunmya. Secara sederhana untuk mengukur tingkat produktivitas adalah dengan membandingkan nilai output usaha dengan nilai inputnya (Sinungan M, 1995), namun analisis akan dikembangkan secara lebih luas.

    Produktivitas =

    7. Analisis Pengendalian Mutu Analisis pengendalian mutu dengan menggunakan pendekatan ISO 9000 untuk mengukur

    dan atau mengevaluasi tentang sampai dimana penerapan ISO 9000 suatu usaha, karena pada dasarnya dalam praktek kerja tentu saja sudah ada usaha yang telah menerapkan ISO 9000 tersebut secara sebagian, walaupun pengusaha/usaha tersebut belum menyadari atau belum mengerti bahwa itu ISO 9000. Penerapan ISO 9000 dalam hubungannya dengan Total Quality Control adalah sistem jaminan mutu yang mau disamakan untuk seluruh dunia guna meningkatkan volume produksi dan volume perdagangan ekspor.

    Analisa pengendalian mutu akan dievaluasi pada usaha-usaha yang menghasilkan produk agribisnis dan agroindustri yang telah ditetapkan sebagai komoditi unggulan pada tahap pertama, yaitu apakah usaha tersebut telah menerapkan ISO 9000 dan bagaimana sistem penerapannya. Adapun beberapa item pendekatan ISO yang akan dievaluasi antara lain adalah sebagai berikut: 1) Evaluasi Sistem Manajemen Mutu, Yang mencakup evaluasi terhadap keseluruhan sistem yang digunakan dalam usaha

    antara lain: adanya komitmen manajemen puncak tentang jaminan mutu yang direncanakan, adanya pembentukan kelompok kerja mutu, adanya penetapan alokasi sumber dana untuk pengendalian mutu, adanya pelatihan manajemen mutu, adanya perumusan sistem penerapan, evaluasi dan perbaikan sistem, adanya audit mutu, adanya dokumen-dokumen/catatan tentang mutu keterpaduan dan konsistensi penerapan mutu, dengan motto : tulis apa yang dikerjakan, kerjakan apa yang ditulis dan buktikan.

    Jadi jaminan mutu didasarkan pada adanya sejumlah dokumen yang secara terpadu dimengerti dan ditaati di seluruh bagian perusahaan, pada semua jenjang manajemen dalam suatu kegiatan perusahaan.

    2) Evaluasi Pengendalian Proses Proses produksi merupakan salah satu kegiatan utama di dalam perusahaan. Dalam

    pelaksanaan proses produksi perusahaan, perlu adanya pengendalian yang cukup memadai, agar produk akhir perusahaan mempunyai kualitas yang baik. Hal-hal yang akan dievaluasi dalam pengendalian proses ini adalah jalannya proses produksi dengan jalan melihat pelaksanaan proses dan membandingkan dengan petunjuk yang terdapat di dalam standar proses. Selain itu dilihat dari metode yang digunakan, penggunaan peralatan produksi, kualitas SDM dalam proses produksi dari lingkungan kerja yang

  • Widi Hidayat

    102

    bersih, tertata dan indah sesuai tujuan penerapan 5 S terpadu di lingkungan kerja yaitu SEIRI, SEITON, SEISO, SEIKETSU dan SHITSUKE.

    3) Evaluasi Pengendalian Bahan Baku Bahan baku merupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap kualitas

    produksi akhir, karena hampir seluruh kualitas produksi akhir ditentukan oleh kualitas bahan baku, karena itu yang dievaluasi adalah : apakah ada syarat bahan baku, apakah dilakukan seleksi bahan baku dari sumber bahan baku, apakah ada penelitian kualitas supplier dan pemeriksaan penerimaan bahan.

    4) Evaluasi Pengendalian Produk Akhir Setelah suatu produk selesai diproduksikan pada umumnya dianggap sudah selesai dan

    tidak perlu lagi adanya pengendalian kualitas terhadap produk tersebut. Padahal sebenarnya kelangsungan hidup perusahaan sedikit banyak akan tergantung kepada adanya kepuasan konsumen terhadap pemakaian produk perusahaan. Karena itu hal-hal yang akan dievaluasi yaitu adanya jaminan produk, evaluasi terhadap pendapat konsumen atau kepuasan pembeli (sesuai kebutuhan, tepat waktu, aman) dan bebas cacat. Untuk menghitung proporsi produk yang cacat dilakukan dengan rumus (Eliwood S. Buffa, dalam Enock Kumendong, 2002):

    P = Dirnana: P = Rata-rata proporsi cacat N = Jumlah produksi yang diamati X = Jumlah produk yang cacat 5) Analisis Diagram Tulang Ikan Diagram tulang ikan digunakan untuk mendefinisikan situasi, mencari akar penyebab

    mutu rendah, melakukan tindakan perbaikan, evaluasi dan follow up rencana selanjutnya.

    8. Analisis Saluran dan Marjin Pemasaran 1) Analisis Saluran Pemasaran Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui jalur-jalur dari mata rantai pemasaran

    komoditi bersangkutan mulai dari tingkat produsen sampai dengan tingkat eksportir. Dalam saluran pemasaran ini akan diketahui persentase distribusi komoditi dari produsen sampai ke pihak eksportir yang menggunakan berbagai saluran yang ada di daerah bersangkutan. Dari analisis ini juga dapat diketahui peranan lembaga-lembaga pemasaran yang ada dalam mendistribusikan produk agribisnis dan agroindustri dari Papua yang berorientasi ekspor. Makin panjang mata rantai pemasaran suatu produk, makin tinggi costnya dan dengan demikian harga akan naik.

    2) Analisa Marjin Pemasaran Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui marjin keuntungan dari masing-

    masing lembaga pemasaran yang terlibat didalamnya, mulai dari tingkat produsen sampai ke tingkat eksportir. Dengan analisis marjin dapat diketahui komponen biaya pemasaran yang tertinggi, disamping itu juga dapat diketahui lembaga pemasaran mana yang paling besar memperoleh keuntungan. Marjin pemasaran didefinisikan sebagai perbedaan antara harga di tingkat pasar produsen dengan pasar di tingkat konsumen atau diatasnya.

  • ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

    103

    Marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut (Timer, 1974) M = Pu - (1/c)Pf Dimana :

    M = Adalah marjin pemasaran antara pasar di tingkat f dengan pasar di tingkat u. Pf = Adalah harga di tingkat produsen f Pu = Adalah harga tingkat pasar di atasnya u c = Adalah konversi kualitas antara kualitas pasar di tingkat f dengan pasar di

    tingkat u Marjin pemasaran ini dilihat untuk setiap tingkat pasar. Menurut Tomek and Robinson (1972), bahwa marjin pemasaran adalah selisih antara

    harga yang diterima oleh produsen dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Jadi jika penyaluran barang melalui banyak lembaga maka marjin pemasaran merupakan jumlah marjin diantara lembaga-lembaga bersangkutan. Adapun rumusnya untuk menghitung jumlah marjin pemasaran adalah:

    M = He - Hp Dimana:

    M = Marjin pemasaran persatuan barang He = Harga produsen persatuan barang Hp = Harga konsumen persatuan barang

    HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Data Umum Kabupaten Keerom Penduduk

    Jumlah penduduk Kabupaten Keerom tahun 2006 sebanyak 48.701 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata pada 10 (1994 - 2006) tahun terakhir sebesar 4,3%. Bila dirinci menurut jenis kelamin maka terdiri atas laki-laki 21.187 jiwa dan perempuan 27.814 jiwa. Dengan rincian jumlah penduduk perkecamatan sebagai berikut: Tabel 1. Penduduk Berumur 10 Tahun Ke atas yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2006

    Lapangan Usaha Utama 2002 2003 2004 2005 2006 (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, gas dan air 5. Bangunan 6. Perdagangan restoran dan hotel 7. Angkutan penggudangan dan komunikasi 8. Lembaga keuangan 9. Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan 10. Lainnya

    603.376. 5.725

    16.872 1.873

    15.573 41.051 8.786 3.906

    104.353 -

    620.979 5.884

    34.077 1.411

    20.115 41.162 11.095 4.014

    88.090 -

    638.854 4.063

    20.653 1.113

    16.063 44.475 13.595 2.133

    115.736 -

    658.751 3.021

    28.120 1.645

    10.003 65.754 18.194 1.645

    114.279 -

    697.015 11.760 34.410 2.755

    20.305 84.190 25.550 2.250

    112.020 -

    J u m l a h 807.025 829.357 857.666 901.412 990.255 Sumber: BPS, Jakarta. 2006

  • Widi Hidayat

    104

    Pertanian 1) Tanaman Pangan Produktivitas padi (padi sawah dan ladang) mengalami penurunan sebesar 24% selama

    tahun 2001, sehingga produksi padi dalam bentuk gabah kering giling juga mengalami penurunan dari 49.904 ton pada tahun 2000 menjadi 38.386 ton pada tahun 2001 atau turun sebesar 23,08% walaupun luas panen bertambah. Dari total produksi tersebut diatas adalah sebesar 27.605 ton padi sawah dan 10.781 ton padi ladang. Penurunan ini disebabkan karena musim kemarau yang melanda negara kita khususnya Provinsi Papua. Sentra produksi padi di Provinsi Papua terdapat di Kabupaten Merauke dengan luas panen 9.722,76 Ha, dengan jumlah produksi 24.053 ton atau 62,88% dari total produksi pada Provinsi Papua sedangkan Kabupaten Manokwari menyumbang 6.000,91 ton atau 15,63%.

    Produksi pangan lainnya yang menonjol di Provinsi Papua adalah ubi jalar, pada tahun 2001 produksi ubi jalar sebesar 229.538 ton atau turun 20,20%. Daerah potensial penghasil ubi jalar adalah Kabupaten Jayawijaya dengan produksinya sebesar 180,048,12 ton atau 78,44% diikuti oleh Kabupaten Paniai dengan produksinya sebesar 39.381,04 ton (17,16%). Sementara itu produktivitas keladi dan umbi-umbian meningkat selama tahun 2001 , sehingga produksi keladi dan umbi-umbian meningkat menjadi 31,259 ton dan sentra produksinya di Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Sorong.

    Produksi jagung mencapai 9.269 ton (naik 12,35%) dibanding tahun sebelumnya. Daerah potensial penghasil jagung adalah Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Jayapura dengan sumbangannya masing-masing 41,83% dan 25,51%. Sedangkan produksi kacang tanah dan kacang kedelai selama tahun 2001 masing-masing sebesar 3,191 ton (turun 0,80%) dan 6,376 ton (turun 16,28%). Produksi tanaman sayur-sayuran pada tahun 2001 secara keseluruhan menurun dibandingkan dengan tahun 2000, kecuali bawang putih, bawang daun dan kubis. Sedangkan produksi buah-buahan rata-rata meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, kecuali pisang, mangga, pepaya, jeruk dan jambu biji.

    2) Tanaman Perkebunan Produksi tanaman perkebunan rakyat pada tahun 2001 secara keseluruhan menurun 2,65%

    dibanding tahun 2000 walaupun luas panen meningkat. Sumbangan terbesar berasal dari komoditas kelapa sawit sebesar 81,69%, diikuti produksi kelapa sebesar 11,41% dan coklat 5,62%. Komoditi kelapa sawit dan kakao merupakan komoditi andalan Provinsi Papua, dimana kelapa sawit termasuk klasifikasi prosfektif, sedangkan kakao adalah potensial. Produksi kelapa sawit masih terbatas di Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Jayapura, sedangkan produksi kakao sentra produksinya di Kabupaten Jayapura, Paniai, Yapen waropen dan Sorong. Sementara daerah potensial penghasil kelapa terdapat di Kabupaten Jayapura, Sorong, Merauke dan Biak Numfort.

    Produksi Perkebunan Besar Negara dan swasta pada tahun 2001 secara keseluruhan tampak meningkat dibandingkan tahun 2000. Luas areal perkebunan besar pada tahun 2001 meningkat 142.15% dibandingkan tahun sebelumnya. Dari total luas tersebut diatas, luas yang menghasilkan baru mencapai 36,82% dan sisanya belum menghasilkan.

    3) Kehutanan Luas hutan menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) pada tahun 2001 mencapai

    37,85 Ha lebih, atau sebesar 89,69% dari total luas wilayah Papua. Dari luas tersebut 52,61% merupakan hutan produksi, 25,60% adalah hutan lindung, 18,37% hutan PPA dan sisanya adalah lainnya. Volume penjualan beberapa jenis produksi hasil hutan di dalam negeri selama tahun 2001 pada umumnya meningkat kecuali penjualan black board. Khusus

  • ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

    105

    produksi kayu bulat asal HPH di Papua keadaan tahun 2001 tampak meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

    4) Peternakan Populasi ternak besar dan kecil di Papua selama tahun 2001 pada umunya meningkat

    kecuali ternak domba. Populasi ternak sapi meningkat dari 65 ribu lebih pada tahun 2000 menjadi 69 ribu lebih dari pada tahun 2001 atau naik7,37%. Sementara itu populasi ternak babi dan kambing juga meningkat masing-masing sebesar 33,07% dan 14,48%. Daerah potensial untuk ternak sapi adalah di Kabupaten Merauke dengan populasi 17,877 ekor (25,61%) diikuti Kabupaten Jayapura sebanyak 15,017 ekor (21,51%) dan Kabupaten Manokwari 11,300 ekor (16,19%). Sedangkan daerah potensial untuk ternak babi adalah di Kabupaten Jayawijaya dengan populasi sebanyak 542.804 ekor (78,87%) dan Kabupaten Paniai sebesar 74.236 ekor (10,77%). Dari jumlah sapi sebanyak 69.800 ekor tersebut, sebanyak 28,14% dipotong di RPH selama tahun 2001. Sedangkan pemotongan di luar RPH umumnya adalah ternak kecil, seperti babi sebanyak 68.388 ekor dan kambing 5.466 ekor. Produksi ternak besar-kecil selama tahun 2001 secara keseluruhan menurun dibandingkan tahun 2002.

    Sementara populasi ternak unggas pada umumnya meningkat dibandingkan tahun 2000. Jenis unggas yang kenaikannya menjadi 317.040 ekor (naik 7,00%) diikuti ayam buras pedaging sebesar 1.252.200 ekor (naik 5,68%), itik/entok sebanyak 105.620 ekor (naik 5,00%) dan ayam kampung meningkat menjadi 1.395.400 ekor (naik 4,92%). Daerah potensial ternak unggas ayam dan itik/entok adalah Kabupaten Paniai, Sedangkan Kabupaten Jayapura penghasil ternak ayam ras dan ayam ras petelur.

    5) Perikanan Jumlah rumah tangga perikanan laut dan darat secara keseluruhan pada tahun 2001

    meningkat menjadi 53.498 rumah tangga (6,90%) dibandingkan tahun 2000 yang tercatat 50.044 rumah tangga. Dari jumlah tersebut 60,16% adalah rumah tangga perikanan laut, 1626% rumah tangga perairan umum dan sisanya adalah rumah tangga perikanan budidaya. Produksi perikanan secara keseluruhan selama tahun 2001 mencapai 151.132,70 ton, meningkat 19,58% dibanding tahun 2000, dengan rincian 97,03% adalah produksi perikanan laut dan sisanya adalah perikanan darat. Daerah potensial produksi perikanan laut adalah Kabupaten Merauke sebanyak 48.560,4 ton (31,75%) dan Kabupaten Sorong 44.429,8 ton (30,30%), sedangkan perikanan darat adalah Kabupaten Jayapura dengan produksi sebesar 1.366,5 ton (30,44%). Nilai produksi perikanan selama tahun 2001 mencapai Rp. 388,09 milliar lebih atau meningkat 15,06% dibandingkan tahun 2000. Dan lebih dari 95,77% merupakan nilai produksi perikanan laut. Sedangakan nilai produksi perikanan darat pada tahun 2001 menurun sebesar 5,36% dibanding tahun 2002.

    Pertanian di Kabupaten Keerom

    Luas panen tanaman pangan di Kabupaten Keerom tahun 2006 adalah 14.880 Ha dengan

    jumlah hasil produksi 54.717 ton terdiri dari : padi-padian 6.819 ton (11,3%), jagung 2.722 ton (4.97%), ubi-ubian 10.145 ton (18,54%), kacang tanah 628 ton (1,15%), kacang kedelai 4.951 ton (9.05%), kacang hijau 400 ton (0,73%), sayur-sayuran 24,223 ton (44,26%) dan buah-buahan 5.459 ton (10%).

  • Widi Hidayat

    106

    Tabel 2. Luas Areal Rata-Rata Hasil Per Ha dan Produksi Hasil Tanaman Pangan di Kabupaten Keerom Tahun 2006

    2000 2001 Jenis Tanaman Luas Panen

    (Ha) Produksi

    (Ton) Rata-Rata

    Hasil (Ton/Ha)

    Luas Panen (Ha)

    Produksi (Ton)

    Rata-rata Hasil

    (Ton/Ha) 1 2 3 4 5 6 7

    1. Padi-padian 2. Jagung 3. Ubi-ubian 4. Kacang tanah 5. Kacang kedele 6. Kacang hijau 7. Sayur-sayuran 8. Buah-buahan

    1.963 3.377 1.863 1.233 2.578 257

    3.249 6.451

    6.469 5.417 14.848 1.217 4.923 324

    16.793 54.380

    3.30 1.60 7.97 0.99 0.91 1.26 5.17 8.43

    1.542 2.178 1.556 758

    5.148 445

    2.568 685

    6.189 2.722 10.145

    628 4.951 400

    24.223 5.459

    4.01 1.25 6.52 0.83 0.98 0.90 9.43 7.97

    Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Keerom 2000

    Sedangkan luas areal tanaman perkebunan, jumlah petani perkebunan dan hasil produksi perkebunan tahun 2005 seperti pada tabel berikut: Tabel 3. Luas Areal, Jumlah Petani dan Hasil Produksi Perkebunan Tahun 2006

    No. Jenis Komoditi Perkebunan Petani (KK)

    Luas Areal (Ha)

    Hasil Produksi (Ton) %

    1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

    Kelapa Kakao Cengkeh Kelapa Sawit Kelapa Hibrida Jambu Mete Vanilli Kemiri Lada

    5.779 6.998 743

    1.207 797 10 45 78 15

    3.925 3.044 26.45 4.720 20.28 0.25* 8.15* 51*

    0.12*

    3.551,38 2.278,75

    35.76 120.28 8.21

    - - - -

    59,02 37,87 0,59 1.99 0.153

    - - - -

    J u m l a h 16.401 12.158,49 6.077,30 100 * Tanaman belum menghasilkan Sumber: Keerom Dalam Angka 2002

    Dari Tabel 3 tersebut dapat diketahui bahwa kelapa dan kakao adalah produksi utama

    masyarakat Kabupaten Keerom pada sub sektor perkebunan, menyusul urutan ke-3 adalah produksi kelapa sawit yang merupakan hasil perkebunan kelapa sawit. Kegiatan perkebunan di Kabupaten Keerom melibatkan/menyerapkan tenaga kerja sebagai usaha pencaharian utama sebanyak 16.401 KK dengan total luas areal perkebunan 12.158,49 Ha. Sedangkan total populasi ternak di Kabupeten Keerom pada tahun 2005 berjumlah 213.480 ekor dengan rincian sebagai berikut : sapi 11.010 ekor, kambing 3.150 ekor, babi 4.170 ekor, ayam ras 59.600 ekor, ayam kampung 127.250 ekor dan itik + entok 8.300 ekot.

    Populasi hasil perikanan di Kabupaten Keerom tahun 2005 berjumlah 3.573.1 ton, dan bila diperinci menurut sub sektor terdiri atas : perikanan laut 2.682,1 ton (75,06%), darat 315.1 ton (8,82%) dan perikanan umum 575.9 ton (16,12%). Kegiatan/usaha perikanan di Kabupaten Keerom melibatkan/menyerap tenaga kerja sebagai usaha pencaharian sebanyak 6.670 KK

  • ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

    107

    dengan rincian sebagai berikut: perikanan laut 1.652 KK (24,76%), darat 1.513 KK (22,68%) dan perikanan umum 3.505 KK (52,56%). Untuk produksi kayu kehutanan dan hasil hutan di Kabupaten Keerom diperinci menurut jenis kayu tahun 2001 meliputi : kayu bulat meranti 356.512,43 m3, kayu bulat R. campuran 57.421,21 m3, kayu gergajian meranti 12.272 m3, kayu gergajian R. campuran 2.013,70 m3, rotan 13 ton, kulit masohi 5.883 ton, gaharu 0,3 ton dan kemedangan 0.6 ton (Keerom Dalam Angka 2005).

    Tabel 4. Populasi Ternak Diperinci Menurut Jenis Ternak Per Distrik Tahun 2005

    No. Distrik Sapi Kerbau Kambing Kuda Babi Domba 1 2 3 4 5

    Arso Skamto Waris Senggi Web

    160 2.450

    15 - -

    - - - - -

    810 410 14 14 -

    - - - - -

    105 85 50 45 40

    - - - - -

    Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Keerom

    Tabel 5. Penduduk Kabupaten Keerom Menurut Distrik Tahun 2006

    Penduduk No Distrik Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Arso 11.472 9.984 21.456 2 Skamto 5.819 5.228 11.048 3 Waris 1.204 1.161 2.365 4 Senggi 1.234 9.974 11.208 5 Web 1.458 2.624 2.624

    J u m l a h 48.704 Sumber: Keerom dalam Angka, 2004

    Di Kabupaten Keerom, maka Distrik yang terbanyak penduduknya adalah Distrik Arso, menyusul Distrik Senggi dan berikutnya Distrik Skamto. Sedangkan Distrik yang terkurang penduduknya adalah Distrik Web dan Waris. Kabupaten Keerom terbagi atas 5 Distrik, dengan jumlah desa 48.

    Tabel 6. Penduduk Kabupaten Keerom Menurut Distrik Tahun 2006

    Penduduk No Distrik Kelurahan Desa 1 Arso - 21 2 Skamto - 8 3 Waris - 6 4 Senggi - 6 5 Web - 7

    Sumber: Biro Pemerintah Kabupaten Kerom

    Penduduk Kabupaten Keerom bila dirinci menurut lapangan kerja utama tahun 2004 adalah sebagai berikut:

  • Widi Hidayat

    108

    Tabel 7. Penduduk Kabupaten Keerom Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Selama Seminggu yang Lalu Tahun 2006

    No Lapangan Usaha Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 2 3 4 5

    Pertanian Industri Perdangan Jasa Lainnya

    15,223 382

    1,369 8,167 1,808

    5,223 141

    1,278 2,036

    -

    20,446 523

    2,647 10,198 1,808

    Jumlah 26,944 8,678 35,622

    Lapangan kerja yang terbanyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian (57,4%), menyusul sektor jasa (28,6%).

    Tabel 8. Potensi Usaha Agribisnis dan Agroindustri Pertanian di Kabupaten Keerom

    No. Potensi Luas lahan Hasil Produksi (Ton) Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

    Perkebunan Sawit Perkebunan Kakao Perkebunan lain Peternakan Sapi Peternakan Babi Hasil Hutan Sayur-sayuran Buah-buahan

    4.720 3.044

    110.175 2.625 ekor 690 ekor 5.454,31

    2.568 685

    120.28 2.278,75 47.521,38

    - -

    50.980 24.223 5.459

    Arso,Skamto Arso Skamto, Semua Distrik Semua Distrik Waris, Arso, Web Semua distrik Semua Distrik Semua Distrik

    Pembahasan Hasil Penelitian

    Prospek pembinaan dan pengembangan sektor agribisnis dan agroindustri di Kabupaten

    Keerom adalah sangat prospektif di masa depan bila dilihat dari kesuburan lahan, ketersediaan lahan yang cukup luas dan potensi berbagai sumber daya alam pertanian agribisnis dan agroindustri baik sub sektor tanaman pangan, peternakan, perkebunan, perikanan dan kehutanan.

    Sebagai gambaran tentang potensi sumber daya alam dalam berbagai sub sektor pertanian agribisnis dan agroindustri baik yang sudah dikembangkan maupun yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Keerom adalah sebagai berikut: 1. Sub Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura meliputi : jagung, kacang tanah, kacang

    kedelai, kacang hijau, bawang, sayur-sayuran, umbi-umbian, tomat, mangga, jeruk manis, papaya, nangka, pisang, salak, rambutan, duku, jambu, dan lain-lain.

    2. Sub Sektor Peternakan meliputi : sapi, ayam buras, kerbau, kambing, babi, itik, entog dan lain-lain.

    3. Sub Sektor Perkebunan meliputi : kelapa, kakao, cengkeh, kelapa sawit, kelapa hibrida, vanili, kemiri dan lain-lain.

    4. Sub Sektor Perikanan meliputi : ikan tawar yaitu ikan mujair, lele dan ikan mas serta ikan sembilan.

    5. Sub Sektor Kehutanan meliputi : kayu bulat, kayu gergajian dan kayu bulat. Produksi hasil hutan adalah rotan, kulit masoi, minyak lawang, anggrek, kayu gaharu, sagu,

    dan arang.

  • ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

    109

    Berdasarkan pada sektor hasil pertanian agribisnis dan agroindustri yang terdapat di Kabupaten Keerom, cukup banyak dan prospektif di masa depan, namun belum dikembangkan sesuai dengan potensinya akibat relatif rendahnya kualitas sumber daya manusia yang bekerja dalam sektor pertanian. Sebagian terbesar para petani di Keerom masih berpola tani tradisional dan sub sistim dan sebagian sudah berorientasi pasar belum berorientasi ke pertanian komersial dan modern terutama untuk produksi pertanian yang pasarnya ada dan mempunyai nilai tukar yang bagus. Salah satu indikator untuk menilai perkembangan struktur ekonomi suatu daerah adalah dengan melihat komposisi PDRB menurut sektor. Sumbangan sektor pertanian terhadap total PDRB adalah sebesar 14,31 %. Sektor pertanian merupakan salah satu jenis usaha yang mampu menjadi motor penggerak ekonomi, sebab mampu bertahan terhadap krisis ekonomi, menampung tenaga kerja yang cukup banyak (Papua 74% dan Indonesia 54%), peningkatan devisa melalui eksport non migas dan penyedia konsumsi/pangan bagi manusia.

    Khusus untuk Papua peranan sektor pertanian terhadap PDRB mencapai 17,96 terhadap total PDRB, sebab total PDRB Papua masih didominasi oleh sektor pertambangan dengan sumbangan sebesar 53,31%. Potensi sektor pertanian di Kabupaten Keerom perlu dikembangkan dengan baik mengingat peranannya yang begitu penting seperti diuraikan di atas, dengan cara pengembangan kualitas sumber manusia melalui pembinaan dan bimbingan intensif, penyuluhan intensif, studi banding ke daerah yang pertaniannya lebih maju, penyediaan bibit unggul, pupuk dan bantuan pemasaran basil produksi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

    Berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya, sesuai hasil penelitian dan pembahasan

    hasil penelitian, maka ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Prospek pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Keerom adalah sangat cerah untuk

    dikembangkan di masa depan, bila dilihat dari tingkat kesuburan tanah, ketersediaan lahan yang cukup luas, sehingga potensial dikembangkan berbagai sumber daya alam pertanian baik sub sektor tanaman pangan, sub sektor peternakan, sub sektor perkebunan, sub sektor perikanan dan sub sektor kehutanan. Namun potensi sumber daya alam tersebut belum dikembangkan sesuai potensinya, akibat relatif rendahnya kualitas sumber daya manusia yang bekerja dalam sektor pertanian di Kabupaten Keerom.

    2. Tingkat pendidikan para petani di Kabupaten Keerom pada umumnya rendah, yaitu rata-rata setingkat SD, sehingga kurang memiliki pengetahuan dan aspek manajemen usaha tani, walaupun para petani tersebut rata-rata telah cukup lama menekuni usaha tani, tetapi karena motivasi, ethos kerja dan jiwa wirausaha tani rendah sehingga produktivitas dan pendapatan para petani tetap rendah akibatnya tidak mampu meningkatkan ekonomi/pemberdayaan ekonomi mereka yang pada akhirnya mutu kehidupan tetap rendah.

    3. Persoalan kualitas sumber daya manusia petani di pedalaman Papua termasuk di Keerom harus kita pahami secara utuh dan komprehensif. Kita tidak boleh pahami secara sepotong-potong, apalagi berangkat dari asumsi yang kita buat sendiri atas dasar pengalaman yang di peroleh pada daerah dan masyarakat lain. Padahal keberhasilan program pembangunan pertanian ditentukan oleh sejauh mana mereka ditingkat mikro itu atau masyarakat di Kabupaten Keerom bisa memahami, mengadaptasi dan mengadopsi program-program yang diperkenalkan.

  • Widi Hidayat

    110

    4. Berdasarkan prioritas usaha petani terdapat berbagai komoditas pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Keerom sebagai berikut: 1) Tanaman Pangan

    (1) Sangat potensial, yaitu cabai, bawang, pisang, pepaya, jeruk. (2) Potensial, yaitu bayam, kangkung, sawi, kubis, seledri, tomat, ketimun, mangga,

    salak, semangka, manggis. 2) Perkebunan Rakyat.

    (1) Sangat Potensial, yaitu cokiat dan kelapa sawit. (2) Potensial, yaitu kopi, kelapa, lada dan pala.

    3) Peternakan. (1) Sangat potensial, yaitu sapi, kambing, domba. (2) Potensial, yaitu kerbau, babi dan ayam kampung.

    4) Pengolahan Hasil Hutan Rakyat (1) Sangat potensial, yaitu kayu gergajian dan rotan

    5) Perikanan (1) Sangat potensial, yaitu cabai, bawang, pisang, pepaya, jeruk. (2) Potensial, yaitu berbagai jenis ikan laut, bandeng, ikan mas dan mujair.

    5. Pola Kemitraan yang cocok untuk dikembangkan di Kabupaten Keerom adalah pola kemitraan program Pemerintah.

    6. Tingkat produktivitas pertanian di Kabupaten Keerom umumnya sangat rendah bila dibandingkan dengan tingkat produktivitas nasional.

    7. Para petani di Kabupaten Keerom sebagian besar masih berpola tani tradisional dan sub sistem, hanya sebagian kecil yang mulai melakukan pertanian berorientasi pasar.

    Saran 1. Masyarakat setempat di Kabupaten Keerom, untuk dapat merubah prilaku dan pola pikir

    masyarakat tani dan berpola tani tradisional/sub sistim ke pola pertanian modern, akan dapat berubah jika mereka ditempatkan berdampingan dengan masyarakat petani pendatang. Selain itu perlu dibuatkan contoh-contoh atau kebun percontohan di sekitarnya. Selain itu juga akan berubah pola pikirnya Jika tokoh masyarakat merupakan contoh di daerah tersebut diajak untuk melakukan magang pada daerah lain yang Iebih maju pertaniannya.

    2. Para petani di Keerom sangat penting untuk ditingkatkan kemampuan ekonominya/ diberdayakan melalui pembinaan usaha tani yang berkelanjutan seperti: bimbingan intensif, pelatihan, magang, studi banding serta bantuan permodalan, pemberian kredit usaha tani (KUT), subsidi pupuk dan bantuan pemasaran hasil produksi pertanian.

    3. Komoditas pertanian di Kabupaten Keerom yang mempunyai skala prioritas sangat potensial dan perlu mendapat prioritas utama dikembangkan oleh masyarakat setempat.

    Selain itu perlu dilakukan promosi investasi untuk mengundang para investor terutama untuk sub sektor perkebunan dan sub sektor perikanan yaitu coklat, kelapa sawit, perikanan laut dan perikanan darat.

    4. Pola kemitraan, program pemerintah dengan sistim bapak angkat dan anak angkat dalam rangka pemberdayaan ekonomi rakyat adalah dengan pola kemitraan yang saling membutuhkan dan saling menguntungkan antara kedua belah pihak.

    5. Pola pembinaan yang perlu dilakukan adalah untuk menumbuhkan dan memperkuat kemampuan penduduk miskin untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan memberdaya-

  • ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai

    111

    kan ekonomi para petani melalui pembinaan keterampilan, bantuan permodalan, pemberian bibit unggul, penyediaan pupuk/ obat-obatan dan bantuan pemasaran hasil.

    DAFTAR PUSTAKA