2011 profil kesehatan bab iv

28
23 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan. Upaya Kesehatan Masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan sertamencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan masyarakat. Upaya Kesehatan Masyarakat meliputi upayaupaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan. Upaya Kesehatan Perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk mmelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya Kesehatan Perorangan meliputi upayaupaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan pada perorangan. Situasi upaya kesehatan di Kabupaten Jombang yang telah dilakukan pada tahun 2011 dapat disimak dalam uraian sebagai berikut : A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan dasar yang diberikan dengan cepat dan tepat diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah kesehatan masyarakat. Upayaupaya pelayanan kesehatan masyarakat diurakan sebagai berikut : 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua fasilitas kesehatan mulai dari Posyandu hingga rumah sakit. Kesehatan anak meliputi bayi, anak balita, balita dan remaja. a. Pelayanan Kesehatan Ibu hamil (K1 dan K4) Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya sesuai standar pelayanan Kebidanan (SPK); sedangkan tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelyanan pelayanan antenatal kepada bumil adalah dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan, dan perawat. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan pada ibu hamil (antenatal) adalah minimal

Upload: mardewi-handayani

Post on 26-Oct-2015

67 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

23

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 

 

  Secara  umum  upaya  kesehatan  terdiri  atas  dua  unsur  utama,  yaitu Upaya  Kesehatan 

Masyarakat  dan  Upaya  Kesehatan  Perorangan.  Upaya  Kesehatan Masyarakat  adalah  setiap 

kegiatan yang dilakukan pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan 

meningkatkan  kesehatan  sertamencegah  dan  menanggulangi  timbulnya  masalah  kesehatan 

masyarakat.  Upaya  Kesehatan  Masyarakat  meliputi  upaya‐upaya  promosi  kesehatan, 

pemeliharaan  kesehatan,  pemberantasan  penyakit  menular,  pengendalian  penyakit  tidak 

menular,  penyehatan  lingkungan  dan  penyediaan  sanitasi  dasar,  perbaikan  gizi masyarakat, 

kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan  zat adiktif dan 

bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan. 

Upaya Kesehatan Perorangan  adalah  setiap  kegiatan  yang dilakukan oleh pemerintah 

dan  atau  masyarakat  serta  swasta,  untuk  mmelihara  dan  meningkatkan  kesehatan  serta 

mencegah  dan  menyembuhkan  penyakit  serta  memulihkan  kesehatan  perorangan.  Upaya 

Kesehatan  Perorangan  meliputi  upaya‐upaya  promosi  kesehatan,  pencegahan  penyakit, 

pengobatan  rawat  jalan, pengobatan  rawat  inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang 

ditujukan pada perorangan. 

Situasi upaya kesehatan di Kabupaten  Jombang yang telah dilakukan pada tahun 2011 

dapat disimak dalam uraian sebagai berikut : 

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR 

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan  langkah penting dalam penyelenggaraan 

pelayanan  kesehatan  kepada  masyarakat.  Pelayanan  kesehatan  dasar  yang  diberikan 

dengan  cepat  dan  tepat  diharapkan  dapat  mengatasi  berbagai  masalah  kesehatan 

masyarakat. Upaya‐upaya pelayanan kesehatan masyarakat diurakan sebagai berikut : 

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak 

Kebijakan  tentang kesehatan  ibu dan bayi baru  lahir secara khusus berhubungan 

dengan  pelayanan  antenatal,  persalinan,  nifas  dan  perawatan  bayi  baru  lahir  yang 

diberikan  di  semua  fasilitas  kesehatan  mulai  dari  Posyandu  hingga  rumah  sakit. 

Kesehatan anak meliputi bayi, anak balita, balita dan remaja. 

a. Pelayanan Kesehatan Ibu hamil (K1 dan K4) 

Pelayanan  antenatal  merupakan  pelayanan  kesehatan  oleh  tenaga  kesehatan 

untuk  ibu  selama  masa  kehamilannya  sesuai  standar  pelayanan  Kebidanan  (SPK); 

sedangkan  tenaga  kesehatan  yang  berkompeten    memberikan  pelyanan  pelayanan 

antenatal kepada bumil adalah dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan, dan perawat. 

Ditetapkan pula  bahwa frekuensi pelayanan pada ibu hamil (antenatal) adalah minimal 

24

4  kali  selama  masa  kehamilannya.  Dengan  ketentuan  waktu  pemberian  pelayanan 

adalah 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan 

ketiga. 

Hasil  pencapaian  program  pelayanan    kesehatan  ibu  hamil  dapat  dinilai  dengan 

menggunakan  indikator  cakupan  K1  dan  K4.  Cakupan  pelayanan  K1  di  Kabupaten 

Jombang  pada  tahun  2011  adalah  22.085  ibu  hamil  (93,4%),  sedangkan  K4  adalah 

20.679 ibu hamil (87,5%). Tahun 2010 diketahui K1 sebesar 21.735 atau 92%, sedangkan 

cakupan  K4  adalah  sebesar  20.352  atau  86%.  Artinya  terjadi  peningkatan  cakupan 

pelayanan K1 dan K4 pada tahun 2011, walaupun sedikit. Tetapi kesenjangan antara K1 

dan  K4  seharusnya  dicari  penyebabnya  untuk  dibuatkan  penyelesaianya  sehingga 

seluruh ibu hamil mendapat pelayanan paripurna. 

Gambar 18  Cakupan Pemeriksaan K1 & K4 Menurut Puskesmas  

Kabupaten Jombang Tahun  2011  

 Sumber : Data tabel 28 Profil Kesehatan Kab. Jombang 

Berdasarkan gambar 18 dapat diketahui bahwa di  setiap puskesmas  cakupan K1 

lebih banyak daripada K4. Adanya kesenjangan cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka 

drop  out  K1‐K4.  Penyebab  kesenjangan  K1‐K4  karena  adanya  mobilitas  penduduk 

(perpindahan), kelahiran, perpindahan penduduk, dan  ibu hamil yang belum waktunya 

kontrol  (K2,  K3).  Jika  kesenjangan  K1‐K4  kecil menunjukkan  hampir  semua  ibu  hamil 

yang  melakukan  kunjungan  pertama  pelayanan  antenatal,  meneruskan  hingga 

kunjungan  keempat  pada  triwulan  3,  sehingga  kehamilan  dapat  terus  dipantau  oleh 

petugas kesehatan dan diharapkan semua ibu hamil melahirkan di tenaga kesehatan. 

Terdapat 14 puskesmas telah mencapai  target SPM untuk cakupan pelayanan K4 

(95%)  yaitu  Puskesmas  Bareng,  Mojoagung,  Gambiran,  Ploso,  Cukir,  Brambang, 

Jarakkulon, Tembelang, Japanan, Pulo Lor, Mayangan, Pulorejo, Sumobito, Peterongan, 

25

Japanan.  Jumlah  ini  meningkat  dibandingkan  tahun  2010  yang  hanya  terdapat  8 

puskesmas dengan capaian K4 sesuai target. 

b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan 

Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besar terhadap 

angka Kematian Ibu di Indonesia. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan 

kompetensi kebidanan.  

Estafet pertolongan persalinan sudah dilakukan sesuai dengan standar dan kematian 

ibu sebagian besar di RSUD. Komplikasi dan kematian  ibu maternal dan bayi baru  lahir 

sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal  ini disebabkan pertolongan 

tidak  dilakukan  oleh  tenaga  kesehatan  dengan  kompetensi  kebidanan  dipelayanan 

persalinan yang aman. 

Cakupan  persalinan  oleh  tenaga  kesehatan  di  Kabupaten  Jombang  tahun  2011 

adalah 20.900 (96,3%). Angka  ini telah mencapai target SPM Kabupaten Jombang yaitu 

sebesar  92%.    Ada  sebanyak  23  puskesmas  memiliki  angka  cakupan  pertolongan 

persalinan  sesuai  target  dan  bahkan  lebih.  Sedangkan  tahun  2010  hanya  ada  22 

Puskesmas yang memenuhi target SPM. 

Gambar 19  Cakupan Pertolongan persalinan oleh tenaga Kesehatan Menurut Puskesmas  

Kabupaten Jombang Tahun  2011  

 Sumber : Data tabel 28 Profil Kesehatan Kab. Jombang  

Data cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten diperoleh dari semua 

fasilitas kesehatan yang ada, meliputi puskesmas,  rumah sakit, polindes, bidan praktik 

swasta, rumah bersalin.  

Berikut ini rekaman cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan  tahun 2007‐2011.  

 

 

 

Target SPM 2011 92% 

(%)

26

Gambar  20 Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan  

 Di Kabupaten Jombang  Tahun 2007 – 2011  

       Sumber : Profil Kesehatan Jombang Tahun 2007 – 2011  

 

Untuk  memenuhi  kebutuhan  tenaga  kesehatan  yang  handal  dengan  kompetensi 

kebidanan,  Seksi  Kesehatan  Keluarga  pada  tahun  2011  telah  melakukan  berbagai 

pelatihan  untuk  tenaga  bidan  diantaranya  adalah  pelatihan  APN  (Asuhan  Persalinan 

Normal),  manajemen  asfiksia  bayi  baru  lahir,  manajemen  bayi  dengan  berat  lahir 

rendah, pelatihan kelas ibu hamil. 

c. Ibu Hamil Komplikasi yang Ditangani 

Komplikasi  kebidanan  adalah  keadaan  penyimpangan  dari  normal,  yang  secara 

langsung  menyebabkan  kesakitan  dan  kematian  ibu  maupun  bayi.  Komplikasi  yang 

dimaksud misalnya ketuban pecah dini, pendarahan melalui jalan lahir, hipertensi dalam 

kehamilan  dengan  atau  tanpa  edema  (bengkak)  pre  tibial,  ancaman  persalinan 

prematur, infeksi berat dalam kehamilan, persalinan macet atau tidak maju, dan infeksi 

masa nifas. 

Melalui pemeriksaan kehamilan secara rutin, dapat diketahui sejak dini apabila ada 

ibu  hamil  yang masuk  dalam  kategori  resiko  tinggi  atau  komplikasi  dan memerlukan 

pelayanan kesehatan rujukan.  

Jumlah  ibu hamil  risti  atau  komplikasi di Kabupaten  Jombang  tahun 2011    adalah 

4.639 bumil 98,1% dari sasaran ibu hamil. Sedangkan maksimal jumlah ibu hamil resiko 

tinggi   adalah 20% dari  ibu hamil yang ada.  Jika dibanding  tahun 2010 ada 4.378 atau 

93%  ibu  hamil  resiko  tinggi.    Adanya  kasus  ibu  hamil  resiko  tinggi  ini  perlu  diiringi 

dengan  peningkatan  kesadaran  masyarakat    untuk  memeriksakan  kehamilan  secara 

teratur dan pemenuhan gizi selama kehamilan, serta peningkatan kompetensi petugas. 

 

 

27

Gambar  21 Persentase Cakupan Komplikasi Kebidanan menurut Puskesmas  

 Di Kabupaten Jombang  Tahun  2011  

       Sumber : Data Tabel 31 Lampiran Profil Kesehatan Jombang Tahun  2011  

d. Pelayanan Ibu Nifas 

Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai stándar pada  ibu nifas mulai 6 

jam  sampai  42  hari  pasca  persalinan  oleh  tenaga  kesehatan.  Untuk  deteksi  dini 

komplikasi  pada  ibu  nifas  diperlukan  pemantauan  pemeriksaan  terhadap  ibu  nifas 

dengan melakukan  kunjungan  ibu nifas minimal 3  kali,  yaitu 6  jam  setelah persalinan 

sampai 3 hari, kunjungan yang kedua dilakukan  dilakukan dalam waktu hari ke‐4 sampai 

hari  ke  28  setelah  persalinan,  kunjungan  ke  tiga  dilakukan  dalam  waktu  hari  ke  29 

sampai dengan hari ke 42 setelah persalinan. 

Masa  nifas  adalah  masa  dimana  organ  reproduksi  mulai  mengalami  pemulihan 

untuk  kembali  normal  dan  baru  pulih  betul  setelah  tiga  bulan  pasca  persalinan. 

Kunjungan nifas ditujukan untuk memperkecil resiko kelainan dan kematian ibu. 

Berdasarkan  data    pelaporan  tahun  2011  cakupan  pelayanan  ibu  nifas  sebesar 

20.973 (96,6%) sedangkan seluruh ibu nifas yang ada adalah 21.703 orang.  

Pemberian kapsul vitamin A sangat penting bagi  ibu nifas karena untuk mencegah 

infeksi pada masa nifas. Karena ibu nifas mengalami masa transisi antara masa bersalin 

dengan masa kondisi tubuh normal (Masa antara).  

Berikut  ini perbandingan antara pelayanan  ibu nifas dengan pemberian Vitamin A 

pada ibu nifas. 

 

 

 

28

Gambar  22 Perbandingan Cakupan Pelayanan Ibu Nifas dengan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas  

 Di Kabupaten Jombang  Tahun 2011  

 Sumber : Data tabel 28 dan 32 Profil Kesehatan Jombang Tahun  2011 

 

Pada gambar 22 di atas nampak bahwa rata‐rata ibu nifas mendapat kapsul vitamin 

A seluruhnya atau hampir seluruhnya. Tetapi khusus di wilayah Puskesmas Cukir terjadi 

kondisi khusus dimana pemberian kapsul vitamin A  lebih sedikit  (830 bufas) dibanding 

bufas yang mendapat pelayanan (1.091 bufas). 

e. Pelayanan Kesehatan Neonatus  

Bayi hingga usia kurang dari satu bulan (0‐28 hari) merupakan golongan umur yang 

paling  rentan  atau  memiliki  risiko  gangguan  kesehatan  paling  tinggi.  Pelayanan 

Kesehatan  yang  diberikan  bagi  bayi  baru  lahir  antara  lain melaukan  persalinan  oleh 

tenaga  kesehatan  di  fasilitas  kesehatan  dan memberikan pelayanan  kesehatan  sesuai 

stándar pada kunjungan bayi baru lahir. 

Berdasar Riskesdas  tahun  2007,sebagian  besar  (78,5%)  kematian  neonatus  terjadi 

pada minggu pertama kehidupan (0‐6 hari). Mengingat besarnya resiko kematian pada 

minggu pertama ini , setiap bayi baru lahir harus mendapat pemeriksaan sesuai stándar 

lebih  sering  pada  minggu  pertama.  Terkait  hal  tersebut,  tahun  2008  ditetapkan 

perubahan  kebijakan dalam pelayanan bayi baru  lahir  (neonatus),  yang  semula  2  kali 

menjadi 3 kali. Sehingga jadwal Kunjungan Neonatus adalah pada waktu  bayi usia 6‐48 

jam, 3‐7 hari, dan umur 8‐28 hari.  

 

 

 

29

Gambar 23 Cakupan Kunjungan Neonatus (KN 2) di Kabupaten Jombang  

Tahun 2007 – 2011  

 Sumber : Profil Kesehatan Jombang 2007 – 2011  

Secara  keseluruhan  cakupan KN  lengkap di Kabupaten  Jombang pada  tahun  2011 

adalah 95.9 % dari 21.488 bayi,; dan capaian  ini menurun   dibanding tahun 2010 yaitu 

96,3%. 

Berikut  ini diagram cakupan KN  lengkap di wilayah kerja Puskesmas  se Kabupaten 

Jombang tahun 2011. 

Gambar 24 Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap (KN 3) menurut Puskesmas  

di Kabupaten Jombang  Tahun  2011  

              Sumber : Data tabel  36 Profil Kesehatan Jombang Tahun  2011 

Target SPM KN  lengkap 2011 adalah 80%. Pada gambar 19 diatas Nampak bahwa 

sebagian besar Puskesmas telah mencapai target KN lengkap, kecuali 4 Puskesmas yang 

belum  mencapai  target  SPM  yaitu  Puskesmas  Jatiwates,  Jabon,  Plandaan,  dan 

Tambakrejo. 

 

 

30

f. Pelayanan Kesehatan Bayi 

Pelayanan Kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan  sesuai  standar oleh  tenaga 

kesehatan  (Dokter, Bidan, dan Perawat) minimal 4  kali dalam  setahun,  yaitu  satu  kali 

pada umur 29 hari‐3 bulan, 1 kali pada umur 3‐6 bulan, 1 kali pada umur 6‐9 bulan, dan 

1 kali pada umur 9‐11 bulan. 

Pelayanan  yang  diberikan  meliputi  pemberian  imunisasi  dasar,  Stimulasi  Deteksi 

Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan 

bayi.  Tujuan  pelayanan  ini  adalah  agar  bayi  mendapat  pelayanan  kesehatan  dasar, 

diketahui  sejak  dini  adanya  kelainan  atau  penyakit,  dan  pemeliharaan  kesehatan  dan 

pencegahan penyakit. 

Cakupan pelayanan kesehatan bayi pada tahun 2011 adalah sebanyak   21.049 bayi 

dari 21.488 bayi yang ada atau 98%. Angka  ini  telah mencapai  target SPM yaitu 90%. 

Sedangkan  Puskesmas  yang  telah  mencapai  target  atau  belum  dapat  dilihat  dalam 

diagram berikut ini. 

Gambar 25 Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Puskesmas  

di Kabupaten Jombang Tahun 2011  

 Sumber : Data tabel  37 Profil Kesehatan Jombang Tahun  2011 

Terdapat  25 puskesmas  yang di wilayah  kerjanya memiliki  cakupan  kunjungan 

bayi  sesuai  atau melebihi  target.  Pencapaian  tertinggi  adalah  Puskesmas Mayangan 

(127,8%), Cukir (123%) dan Jelakombo (113%). Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan 

untuk meningkatkan  kunjungan  bayi  antara  lain  validasi  data  sasaran,  pelatihan  dan 

penerapan  SDIDTK,  pemenuhan  kebutuhan  sarana  dan  tenaga,  koordinasi  dengan  RS 

dan  swasta,  serta  kegiatan  menumbuhkan  peran  serta  masyarakat  dalam 

memanfaatkan UKBM terutama Posyandu. 

 

31

g. Pelayanan Kesehatan Balita 

Pelayanan Kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak umur 

12‐59 bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, 

pemantauan  perkembangan minimal  2  kali  setahun  dan  pemberian  vitamin  A  2  kali 

setahun (bulan februari dan Agustus). 

Pemantauan  pertumbuhan  dilakukan  dengan  penimbangan  Berat  Badan, 

pengukuran  Tinggi  Badan  di  Posyandu,  Bidan  Praktik  Swasta  atau  Puskesmas. 

Pemantauan  perkembangan  dilakukan  dengan  SDIDTK  oleh  petugas  kesehatan, 

pemberian Vitamin A dilaksanakan oleh petugas kesehatan di Posyandu, Poskesdes atau 

Puskesmas.  

Pada  tahun  2011  cakupan  pelayanan  kesehatan  anak    balita  (12‐59  bulan) 

sebesar 67,9% atau 57.549 dari 84.752 balita yang ada. 

Gambar  26 Cakupan Kunjungan Anak Balita dibanding balita Ditimbang dan Pemberian Vit A 2 x 

Setahun  Menurut Puskesmas  di Kabupaten Jombang Tahun 2011  

 Sumber : Data tabel  32, 43, 44 Profil Kesehatan Jombang Tahun  2011 

  Pada gambar 21 diatas terlihat pola kegiatan pelayanan pada anak balita di tiap wilayah 

kerja  Puskesmas  se  Kabupaten  Jombang.  Balita  yang  ada  yang  mendapat  pelayanan 

paripurna  atau  lengkap  4  kali  setahun  ternyata  tidak  selalu  berbanding  lurus  dengan 

Penimbangan Berat Badan Balita maupun pemberian Vitamin A 2 kali setahun. Puskesmas 

yang nampak paripurna dalam pelayanan pada anak balita adalah Puskesmas Tembelang, 

Jatiwates, Mayangan dan Peterongan. Selebihnya terjadi kesenjangan terutama Puskesmas 

Sumobito  nampak  bahwa  antara  Kunjungan  Balita  atau  balita  yang  diberi  pelayanan 

kesehatan dengan Balita Ditimbang dan balita yang mendapat Vitamin A 2 x pada  jumlah 

yang berbeda beda. Hal ini memiliki arti bahwa ada beberapa balita yang belum mendapat 

Target SPM 90%

32

pelayanan kesehatan atau terdeteksi tumbuh kembangnya. Selain Puskesmas Sumobito ada 

pula Puskesmas dalam kondisi semisal yaitu Puskesmas Tapen, dan Pulo Lor. 

  Sedangkan  Puskesmas  yang  telah  mencapai  target  kunjungan  balita  90  %  ada  4 

Puskesmas  yaitu  Puskesmas  Cukir  (100%),  Tembelang  (112%),  Jatiwates  (129%),  dan 

Mayangan (115%). 

 

2. Pelayanan Kesehatan Anak usia SD dan sederajat 

Berbagai  data  menunjukkan  bahwa  masalah  kesehatan  anak  usia  sekolah  semakin 

kompleks. Pada anak usia  sekolah dasar biasanya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih 

dan  sehat  (PHBS). Oleh  karena  itu  sangat  perlu  adanya  penjaringan  kesehatan  terhadap 

siswa SD atau MI kelas I. 

Pelayanan kesehatan pada kelompok anak usia  sekolah dasar dan  sederajat dilakukan 

dengan pelaksanaan penjaringan kesesehatan (screening) siswa kelas 1 SD atau sederajat ,  

dan pelayanan kesehatan atau pemeriksaan anak sekolah dasar/sederajat.  

Gambar 27 Cakupan Pejaringan Siswa SD Sederajat menurut Puskesmas  

di Kabupaten Jombang Tahun 2011  

 Sumber : Data Tabel 46 Profil Kesehatan 2011 Kab. Jombang  

 Dari  gambar  di  atas  terlihat  bahwa  sebagian  besar  Puskesmas  telah  melaksanakan 

penjaringan kelas  I SD/MI sesuai target SPM 100% bahkan  lebih. Hanya ada 13 Puskesmas 

yang belum dapat mencapai target. Capaian Penjaringan kesehatan Siswa SD/MI kabupaten 

Jombang  adalah  101%.  Sedangkan Pelayanan Kesehatan  siswa  SD/MI  secara  keseluruhan 

kelas adalah 30%. 

 

Target SPM 100%

33

3. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) 

Menurut  hasil  penelitian  usia  subur  seorang wanita  adalah  antara  usia  15‐49  tahun. 

Oleh karena itu perlu untuk mengatur jarak kehamilan, sehingga wanita/pasangan pada usia 

ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat kontrasepsi atau metode KB. 

Jumlah pasangan usia  subur  (PUS) menurut hasil pengumpulan data pada  tahun 2011 

sebesar  245.250  sedangkan  yang menjadi  peserta  KB  aktif  sebesar  182.956  orang  atau 

74,6%,  dan  peserta  KB  baru  sebesar  23.447  orang  (99%)    (Tabel  35  Lampiran  Profil 

Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2011). 

Adapun jenis kontrasepsi yang banyak digunakan akseptor baik KB aktif maupun KB baru 

adalah  suntik  dan  pilihan  terendah  adalah  kondom,  dengan  proporsi  persentase masing‐

masing alat kontrasepsi tersebut sebagai berikut : 

Gambar  28 Proporsi Jenis Kontrasepsi yang Digunakan oleh Peserta KB aktif  

di Kabupaten Jombang  Tahun 2011  

 Sumber : Data Tabel 34 Lampiran Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2011 

4. Pelayanan Kesehatan dan Usia Lanjut 

Dengan  meningkatnya  Usia  Harapan  Hidup,  maka  kesehatan  lanjut  usia  juga  perlu 

mendapatkan  perhatian  agar  para  lanjut  usia  dapat  menjalani  kehidupannya  secara 

berkualitas baik  fisik maupun mentalnya. Dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan 

pada  lansia,  telah dilakukan pelatihan peningkatan kemampuan petugas dalam pelayanan 

lansia,  pemenuhan  sarana  berupa  posyandu  lansia  kit,  pembinaan  posyandu  lansia  serta 

karang werda yang sudah ada.  

Cakupan  pelayanan  kesehatan  usia  lanjut  (>60  th)  pada  tahun  2011  di  Kabupaten 

Jombang sebesar 84,22% dari seluruh  jumlah usila yang dilaporkan yaitu sebanyak 46.247 

orang yang  terdaftar di posyandu usila. Adapun  jumlah usila  laki  laki adalah 22.077 orang 

dan yang mendapatkan pelayanan kesehatan hanya separuhnya (59,6%) sedangkan jumlah 

usila  perempuan  adalah  24.170  orang  dan  seluruhnya  mendapat  pelayanan  kesehatan 

34

(106,7%).   Cakupan pelayanan kesehatan terhadap usila ini meningkat dibandingkan tahun 

2010 yang hanya sebesar 71,82%. 

Gambar  29 Cakupan Pelayanan Usia Lanjut menurut Jenis Kelamin  

di Kabupaten Jombang  Tahun 2011  

 Sumber : Data Tabel 48 Lampiran Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2011 

 

5. Pelayanan Imunisasi 

Pelayanan  imunisasi adalah bagian dari upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai 

penularan  pada  penyakit  yang  dapat  dicegah  dengan  imunisasi  (PD3I).  Indikator  untuk 

menilai keberhasilan program imunisasi adalah angka UCI (Universal Child Immunization). 

Pencapaian  Universal  Child  Imunization  (UCI)  jika  dikaitkan  dengan  batasan  suatu 

wilayah  tertentu,  berarti  dalam  wilayah  tersebut  juga  tergambarkan  besarnya  tingkat 

kekebalan masyarakat  terhadap  penularan  PD3I.  Sejak  2003  indikator  penghitungan  UCI 

sudah mencakup semua jenis antigen, tidak terbatas pada antigen DPT3, Polio dan Campak 

saja. 

Cakupan pelayanan imunisasi bayi di Kabupaten Jombang pada tahun 2011 adalah : BCG 

sebesar 105%, DPT 1‐HB 1  sebesar 104%,   DPT 3‐HB 3    sebesar 102,7%, Polio 3    sebesar 

97,7%, Campak sebesar 98,6%. 

Sedangkan  jumlah  desa/kelurahan  yang  telah mencapai UCI  pada  tahun  2011  adalah 

157 desa / kelurahan (51,3%) dari 306 desa / kelurahan yang ada. Bila dibandingkan dengan 

tahun 2010 desa UCI sebanyak 195 desa/kelurahan atau 63.7%, jumlah desa UCI tahun 2011 

mengalami  penurunan  38  desa.  Hal  ini  disebabkan  karena  adanya  kegiatan  kampanye 

Campak  dan  Polio  pada  bulan  September  dan  Oktober  2011.    Angka  capaian  ini masih 

dibawah target Nasional yaitu 85%, dan target SPM Daerah 100%. 

 

 

 

 

35

Gambar  30 Sebaran  Desa / Kelurahan UCI Menurut Puskesmas  

di Kabupaten Jombang  Tahun 2010‐2011   

 Sumber : Data Tabel 38 Lampiran Profil Kesehatan 2011 Kab. Jombang 

 

Jika kita perhatikan gambar 25 di atas terlihat bahwa diagram batang tahun 2011 lebih 

sering lebih rendah dari pada diagram batang tahun 2010. 

Hanya terdapat 1 (satu) puskesmas dengan pencapaian UCI 100% pada tahun 2011 yaitu 

Puskesmas Mayangan. Padahal tahun 2010 terdapat 6 Puskesmas dengan pencapaian UCI 

100%. 

Upaya  untuk  peningkatan UCI  desa  adalah  dengan melaksanakan  pendataan  sasaran 

bayi,  Sweeping  Imunisasi,  dan  Krosnotifikasi  (pencocokan  data)  antar  desa  maupun 

Puskesmas. 

 

6. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 

Upaya  pemeliharaan  kesehatan  gigi  dan mulut  seharusnya  dilakukan  sejak  dini.  Usia 

sekolah  dasar  merupakan  saat  tepat  untuk  dilakukan  upaya  kesehatan  gigi  dan  mulut, 

karena pada usia tersebut merupakan awal tumbuh kembangnya gigi permanen. Kelompok 

usia ini juga paling beresiko mengalami kerusakan gigi.  

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan dalam bentuk upaya promotif, preventif 

dan kuratif sederhana seperti pencabutan, pengobatan, penambalan tetap dan sementara. 

Untuk pelaksanaan Upaya Kesehatan Gigi Sekolah  (UKGS) pada  tahun 2011 di Kabupaten 

Jombang  diketahui  bahwa  dari  seluruh  siswa  SD/MI  adalah  137.975  siswa  hanya  37.466 

siswa  SD/MI  yang  diperiksa  (27,2%),  dari  jumlah  siswa  yang  diperiksa  tadi  ada  sebanyak 

10.067 siswa perlu perawatan dan 6.388 siswa (63,5%) yang mendapat perawatan.  

36

Sedangkan dari tabel 52 (lampiran) diketahui bahwa rasio tambal dengan cabut adalah 1 

:  1,43.  Artinya  kasus  pencabutan  gigi  sedikit  lebih  banyak  dibandingkan  kasus 

tambal/tumpatan. 

 

7.  Penyuluhan Kesehatan 

Penyuluhan  kesehatan  adalah  pendidikan  yang  dilakukan  dengan  cara 

menyebarkan  pesan,  menanamkan  keyakinan  sehingga  masyarakat  sadar,  mau  dan 

mampu melakukan kegiatan yang menjadikan masyarakat sehat. 

  Pada tahun 2011 telah dilakukan 17.354 kegiatan penyuluhan kelompok, dimana 

7  diantaranya  dilakukan  oleh  Dinas  Kesehatan  sedangkan  selebihnya  dilakukan  oleh 

Puskesmas dan jajarannya. Sedangkan Penyuluhan massa dilakukan sebanyak 3.333 kali 

dan  290  diantaranya  dilakukan  oleh  Dinas  Kesehatan  selebihnya  dilakukan  oleh 

Puskesmas dan jajaranya. Data ini dapat disimak dalam lampiran tabel 54. 

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG 

1. Kesehatan Rujukan 

Sebagian  besar  sarana  pelayanan  di  Puskesmas  disediakan  untuk  memberikan 

pelayanan kesehatan dasar bagi para pengunjung Puskesmas baik dengan pelayanan rawat 

jalan maupun rawat  inap (khusus Puskesmas Perawatan yang memiliki sarana rawat  inap). 

Sedangkan  Rumah  sakit  dengan  berbagai  kelengkapan  sarana  dan  prasarana  disiapkan 

sebagai sarana rujukan bagi Puskesmas untuk kasus‐kasus yang membutuhkan penanganan 

lebih lanjut. Disamping Rumah sakit juga tetap membuka pelayanan rawat jalan. 

Pada  tahun 2011  jumlah masyarakat  Jombang yang  telah memanfaatkan Rumah Sakit 

untuk mendapat  pelayanan  rawat  jalan  sebanyak  271.149.  Sedangkan  pasien  rawat  inap 

yang ada di rumah sakit sebanyak 48.924 pasien. 

Selain Rumah Sakit Puskesmas  rawat  inap  juga  telah melayani pasien untuk ditangani 

lebih  khusus  dan  intensif.  Jumlah  pasien  rawat  inap  di  Puskesmas  Perawatan  adalah 

sebanyak 27.336 pasien sedangkan pelayanan rawat jalan oleh Puskesmas adalah sebanyak 

777.326 pasien. 

 

 

 

 

 

 

 

37

Gambar  31 Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di Puskesmas dan Rumah Sakit  

di Kabupaten Jombang  Tahun 2011  

 Sumber : Data Tabel 58 Lampiran Profil Kesehatan 2011 Kab. Jombang 

   

Sedangkan  tingkat  pemanfaatan  tempat  tidur  di  Rumah  Sakit  (Bed Occupancy  Rate  / 

BOR), rata‐rata hari rawat seorang pasien atau   Length of Stay (LOS), dan rata‐rata tempat 

tidur tidak dipakai   antar dua episode pemakaian atau diistilahkan Turn Over  interval (TOI) 

dapat dilihat pada lampiran tabel 60. Pada tahun 2011 ini angka BOR RSD Jombang sebesar 

80,14%,  sedangkan  BOR  rumah  sakit  se  –  Kabupaten  Jombang  baik  RSD maupun  swasta 

adalah sebesar 52,5 %. Angka  ini masih  jauh dari angka BOR  ideal yaitu 75% – 85%. Masih 

rendahnya  angka  BOR  rumah  sakit  se  –  Jombang  salah  satunya  dipengaruhi  oleh  faktor 

keberadaan rumah sakit swasta yang posisinya terpusat di Kota Jombang sehingga menjadi 

kendala bagi masyarakat yang berada di wilayah terluar Kab. Jombang untuk memanfaatkan 

rumah  sakit. Sedangkan  capaian aLOS‐nya adalah 3,2 hari, artinya pasien yang dirawat di 

rumah sakit memerlukan 3,2 hari untuk mendapat perawatan sampai sembuh dan hal  ini 

sudah memenuhi angka aLOS  ideal yaitu 3 – 12 hari. Rata –  rata  sebuah  tempat  tidur di 

rumah sakit tidak terisi (TOI) selama 2,9 hari, hal ini masih berada pada kondisi angka ideal 

TOI yaitu 1‐3 hari. 

 

2. UPTD Penunjang (Ketersediaan Obat di GFK) 

Ketersediaan obat yang dimaksud disini adalah meliputi persediaan obat, jumlah 

kebutuhan  dan  persentase  ketersediaan  obat  generik.  Persen  ketersediaan  obat 

dihitung menggunakan  indikator  obat  panduan  yang  berisikan  item  obat  obat  yang 

sering  digunakan,  wajib  tersedia  untuk  beberapa  penyakit  menular  dan  sangat 

dibutuhkan untuk pengobatan sepuluh penyakit dasar terbanyak.  

38

  Pemakaian  obat  terbanyak  selama  tahun  2011  adalah  Parasetamol  tablet  500 

mg,  sedangkan  obat  yang  tidak  ada  pemakaian  adalah  kloroquin  tablet, multivitamin 

sirup, OAT katagori 2 dan 3, dan OAT kategori sisipan. Obat – obat  ini masih terdaftar 

dalam  daftar  ketersediaan  obat,  Prosentase  tingkat  kecukupan  obat  terbesar  adalah 

tablet  tambah  darah  (522%)  dan  terendah  adalah  OAT  Kategori  Anak,  Salep  2‐4, 

pyrantel Pamoat 125 mg tablet masing‐masing adalah 66,7%. Data selengkapanya dapat 

dilihat dalam lampiran tabel 69. 

C. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR 

1. Penyakit Menular Langsung 

a. Penyakit TB Paru 

Jumlah penderita BTA (+) baru yang ditemukan pada tahun 2011 sebanyak 762 

orang  atau  CDR  sebesar  56,53%.  Capaian  ini  masih  dibawah  target  CDR  yang 

ditetapkan  yaitu  70%.  Kondisi  ini menunjukkan masih  banyak  penderita  TB  yang 

belum ditemukan.  

Upaya  untuk meningkatkan  angka  cakupan  penemuan  penderita  baru  BTA  (+) 

pada  tahun  2012  adalah  menjalin  kemitraan  dengan  LSM  keagamaan  (Aisyiah 

Cabang  Jombang)  dengan membentuk  kader  TB  di  10  (sepuluh)  kecamatan    dan 

memperluas  jangkauan  ekspansi  program  DOTS  ke  UPK  lain  (RS  Swasta  dan  BP 

Swasta di Kabupaten Jombang). 

Dalam mengukur  keberhasilan  pengobatan  TB  digunakan  Angka  Keberhasilan 

Pengobatan (Succes Rate = SR) yang mengindikasikan persentase pasien TB paru BTA 

positif  yang menyelesaikan pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalani 

pengobatan  lengkap diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat. Tahun 

2011 diketahui SR di Kabupaten Jombang adalah 89,78%. 

 

b.   Kusta 

Untuk menilai kinerja petugas dalam penemuan kasus penyakit kusta dan untuk 

mengetahui  tingkat  penularan  di masyarakat  dapat  dilihat melalui  angka  proporsi 

cacat tingkat II. Proporsi cacat tingkat II menunjukkan adanya keterlambatan dalam 

penemuan penderita, sedangkan proporsi anak menunjukkan masih adanya sumber 

penularan di masyarakat. penderita anak (0‐14 tahun) 4,59% dan tingkat kecacatan II 

sebesar 24,77%. 

Untuk  pencegahan  dan  penanggulangan  penyakit  kusta  dilakukan  melalui 

penemuan  penderita  secara  aktif  dan  pasif,  pengobatan  dengan  MDT,  untuk 

39

mencegah  kecacatan  dilakukan  pemeriksaan  POD  (Prevention  of Disability)  setiap 

bulan selama masa pengobatan dan rehabilitasi medis.  

c.   Penyakit HIV AIDS 

Upaya  pelayanan  kesehatan  dalam  rangka  penanggulangan  penyakit HIV/AIDS 

disamping  ditujukan  pada  penanganan  penderita  yang  ditemukan  juga  diarahkan 

pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita  secara dini yang dilanjutkan 

dengan kegiatan konseling. 

Upaya  penemuan  penderita  secara  aktif  dilakukan  dengan  pemantauan  pada 

kelompok  beresiko  Penderita Menular  Seksual  (PMS)  seperti Wanita  Penjaja  Seks 

dilakukan oleh tenaga Manager Kasus (dari KPA dan Global Fund) dengan cara turun 

langsung  pemeriksaan  pada  kelompok  beresiko  di  lapangan  oleh  Tim  VCT 

(Volountary  Conselling  Testing)  atau  KTS  (Konseling  Testing  Sukrela.  Kegiatan  ini 

biasa disebut dengan VCT mobile. Biasanya pemeriksaan dilakukan pada kelompok 

beresiko tinggi (Lokalisasi, Lapas, dan sebagainya).  

Upaya penanganan penyakit HIV/AIDS di Kabupaten Jombang dikomandani oleh 

KPAD (Komisi Penanggulangan AIDS daerah) dengan beranggotakan Dinas Kesehatan 

Dinas  Sosial,  Dinas  Pendidikan,  Kementerian  Agama  dan  Badan  Pemberdayaan 

Masyarakat dan Pemerintahan Desa. Dimana tiap‐tiap anggota menangani masalah 

HIV/AIDS  sesuai dengan  tupoksi masing‐masing. Dalam hal pendanaan  juga dijalin 

kerja sama dengan Global Fund. 

Selain  itu  penemuan  penderita  HIV/AIDS  juga  didapatkan    melalui  skrining 

HIV/AIDS  terhadap darah donor.  Informasi dari UPT PMI kabupaten  Jombang, dari 

13.333   darah pendonor darah yang ada, diskreening HIV sebanyak 13.259 sampel 

darah. Penderita baru HIV banyak dari kalangan perempuan,  sedangkan penderita 

baru  AIDS  banyak    terjadi  pada  laki‐laki.  Sedangkan.  Dan  hasil  screening 

menunjukkan 29 nya positif HIV.  

d.   Pneumonia 

Jumlah  balita  penderita  pneumonia  yang  dilaporkan  di  Kabupaten  Jombang 

tahun  2011  dari  24  puskesmas  sebanyak  689  penderita  yang  keseluruhannya 

mendapat  penanganan  sesuai  standar  yang  berlaku.  Angka  ini  menurun  drastis 

dibandingkan  tahun  2010  dimana  terdapat  1.099  kasus.  Upaya  pemberantasan 

penyakit ini difokuskan pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat 

dan tepat pada penderita.  

 

40

Gambar 32 Cakupan Penemuan dan Penanganan Pneumonia Balita menurut Puskesmas  

Kabupaten Jombang Tahun 2011  

 Sumber : Tabel 13 Profil Kesehatan 2011 Kab. Jombang 

 

2. Penyakit Menular dengan Perantara Binatang 

a. Penyakit Demam Berdarah Dengue 

Upaya pencegahan dan pemberantasan DBD dititikberatkan pada penggerakan 

potensi  masyarakat  untuk  dapat  berperan  serta  dalam  pemberantasan  sarang 

nyamuk  (gerakan 3 M), pemantauan Angka Bebas  Jentik  (ABJ) dengan membentuk 

Jumantik serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. 

 

3. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi 

a. Penyakit Tetanus Neonatorum 

Penanganan  kasus  tetanus  neonatorum  memang  tidak  mudah  tetapi  juga 

bukannya  tidak  mungkin  untuk  dicegah.  Yang  terpenting  adalah  upaya 

pencegahannya  melalui  pertolongan  persalinan  yang  higienis  ditunjang  dengan 

imunisasi TT pada ibu hamil. 

Adapun  upaya  yang  telah  dilakukan  adalah  dengan  peningkatan  pertolongan 

persalinan  oleh  tanaga  kesehatan  dan  pemberian  imunisasi  TT  5  dosis  serta 

perawatan tali pusat yang higienis (clean and safe delivery). 

b. Penyakit Campak 

Upaya untuk menekan kasus campak adalah dengan memberikan  imunisasi 

dasar  lengkap pada saat bayi dan pemberian makanan dengan menu gizi seimbang 

(peningkatan gizi). 

c. Penyakit Difteri 

41

Upaya menekan kasus Diphteri dilakukan melalui  imunisasi dasar pada bayi 

yaitu dengan vaksin DPT‐HB yang diberikan 3 kali yakni usia 2 bulan, 3 dan 4 bulan, 

pemberian  imunisasi  DT  dan  Td  pada  anak  sekolah,  serta memperhatikan  rantai 

dingin penyimpanan vaksin.  

d. Penyakit AFP 

Upaya  pencegahan  dan  pemberantasan  penyakit  polio  dilakukan  melalui 

imunisasi  polio  dan  ditindaklanjuti  dengan  surveilans  epidemiologi  secara  aktif 

terhadap  kasus  AFP  pada  kelompok  umur  <  15  tahun.  Kegiatan  surveilans 

epidemiologi  ini dilakukan di Puskesmas dan Rumah sakit bertujuan untuk mencari 

kemungkinan  adanya  virus  polio  liar  yang  berkembang  di  masyarakat    melalui 

pemeriksaan spesimen tinja penderita AFP yang ditemukan.  

D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 

1. Penanggulangan Gizi Buruk 

Untuk  mengatasi  masalah  gizi  terutama  pada  balita,  sejak  tahun  2009  telah 

dilakukan pencanangan   Penanggulangan Gizi Buruk dengan tema BERTABUR BINTANG 

yang merupakan  akronim  dari  Bersama  Tanggulangi  Balita  Gizi    Buruk melalui  Bina 

Keluarga,  Timbang  Anak,  Beri  Gizi  Seimbang.  Dimana  pencanangan  tersebut  diikuti 

langkah nyata dengan adanya Pusat Layanan Gizi yang dilengkapi dengan Rumah Pintar. 

Pusat Layanan Gizi memberikan layanan konsultasi masalah gizi secara gratis, serta telah 

memiliki akses dengan rumah sakit dalam rangka penanganan gizi buruk.  

Selain  itu telah dilakukan pelatihan Penanganan Balita Gizi Buruk pada Petugas gizi Puskesmas,  Bidan  serta  kader  tentang  Pelatihan  Positife Deviance  dan  pembentukan taman pemulihan gizi di desa.   Pada tahun 2010 terdapat 64 desa yang melaksanakan Taman Pemulihan Gizi. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah TPG meningkat menjadi 105 desa. 

Gambar  33 Sebaran Kasus Balita Gizi Buruk  di Kabupaten Jombang Tahun 2011 

Kabuh

Plandaan

WonosalamBareng

Keboan

Perak

Ploso

Megaluh

Cukir

Pulorejo

Japanan

Mojoagung

Sumobito

Tapen

Mojowarno

Jogoloyo

Brambang

Jatiwates Kesamben

Pulolor

MayanganBandar Kedung MulyoGambiran

TembelangPeterongan

Blimbing Gudo

Blimbing KesambenDukuh Klopo

Jabon

Kesamben Ngoro

Jarak KulonPlumbon Gambang

Jelakombo

 Sumber : Data Profil Kesehatan 2011 Kab. Jombang 

 

42

Upaya lain dalam menurunkan kasus gizi buruk adalah pembentukan Terapeutic 

Feeding Center  (TFC) di dua puskesmas yaitu Mojoagung dan Tembelang. Melalui TFC, 

balita  gizi  buruk  mendapatkan  perawatan  serta  terapi  asupan  gizi  selama  waktu 

tertentu.  Jumlah  balita  gizi  buruk  pada  tahun  2011  tercatat  35  balita  dan  semuanya 

telah mendapat perawatan.  

2. Pemberian Kapsul Vitamin A 

Program pemberian Vitamin A adalah salah satu bentuk  intervensi yang murah dan 

efektif dalam meningkatkan kelangsungan hidup anak. Program suplementasi Vitamin A 

yang  rutin  mencegah  kebutaan  pada  anak  dan  mengurangi  resiko  morbiditas  dan 

kematian  jutaan  anak‐anak  di  seluruh  dunia.  Indonesia  adalah  salah  satu  negara 

pertama  yang mengembangkan  program  suplementasi  Vitamin  A  nasional  bagi  anak 

usia pra‐sekolah.  

Gambar 34  Cakupan Bayi , Balita dan Ibu Nifas Mendapat Vitamin A   

di Kabupaten Jombang Tahun 2011  

 Sumber : Data tabel 32 lampiran Profil Kesehatan 2011 Kab. Jombang  

 

Cakupan pemberian kapsul vitamin A 2 kali pada bulan Februari dan Agustus untuk 

anak balita pada tahun 2011 di Kabupaten Jombang adalah 82.580 dari 84.753 sasaran 

anak balita atau 97,44%.   Target balita yang mendapat vitamin A 2 kali setahun adalah 

91% untuk  tahun 2011. Terdapat 25 puskesmas  yang mencapai  target  cakupan balita 

mendapat  vitamin  A  2  kali  setahun  pada  tahun  2011.  Tahun  2010  hanya  ada  20 

Puskesmas  yang  dapat mencapai  target.  Tingginya  cakupan  pemberian  vitamin  A  ini 

menandakan bahwa orang  tua  khususnya  ibu  telah menyadari pentingnya pemberian 

kapsul  vitamin A uintuk balita mereka  serta  ketersediaan  logistik  yang  sesuai dengan 

jumlah sasaran. 

 

 

 

43

Gambar 35 Rekaman Pemberian Vitamin A  2 Kali Setahun 

di Kabupaten Jombang Tahun 2007‐2011  

     Sumber :  Profil Kesehatan tahun 2007‐2011 Kab. Jombang 

 

3. Pemberian Tablet Besi (Fe) 

Menurut Survei Konsumsi Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 diketahui bahwa secara 

nasional prevalensi Anemia Gizi masih  tinggi, yaitu 26,4% pada wanita usia  subur dan 

40,1%  pada  ibu  hamil.  WUS  dan  ibu  hamil  merupakan  kelompok  yang  perlu 

mendapatkan perhatian serius terkait resiko Anemia Gizi Besi. Mengingat dampak yang 

ditimbulkan  antara  lain  perdarahan  saat  melahirkan  dan  bayi  yang  dilahirkan 

mempunyai  berat  badan  lahir  rendah.  Salah  satu  upaya  pencegahan  adalah melalui 

pemberian tablet Fe (zat besi) yang diberikan pada saat pelayanan antenatal. 

Pada tahun 2011, cakupan ibu hamil yang mendapatkan pemberian  tablet besi Fe1 

yaitu  ibu  hamil  trimester  I mendapat  30  tablet  tambah  darah  adalah  21.595  (91,4%) 

bumil dan tablet Fe3 (ibu hamil hingga trimester III mendapat 90 tablet tambah darah) 

sebanyak  20.396    atau    (86,3%).  Cakupan  pemberian  tablet  Fe  3  ini  mengalami 

peningkatan  dibanding  tahun  2010  yang  sebesar  82,87%.  Tetapi  pencapaian  tersebut 

masih  dibawah  target  SPM  yaitu  90%.  Karena  itu  petugas  kesehatan  tetap  harus 

memberikan motivasi  tentang  pentingnya mengkonsumsi  tablet  besi  dan memotivasi 

agar  tablet  besi  tersebut  benar‐benar  diminum  oleh  ibu  hamil  untuk  mencegah 

terjadinya anemia ibu hamil. 

 

 

 

 

 

 

44

Gambar 36 Cakupan K4 Dibanding Cakupan Pemberian Fe 3 Bumil Menurut Puskesmas 

di Kabupaten Jombang Tahun 2011  

 Sumber : Data  Tabel 28 dan 30 Lampiran Profil Kesehatan 2011  Pemberian  tablet  Fe  selama  kehamilan  merupakan  salah  satu  standar  kualitas 

pelayanan antenatal    (ANC). Sehingga  ibu hamil yang  tercatat  sebagai  cakupan dalam 

pemeriksaan  K4,  seharusnya  juga  tercatat  dalam  laporan  pemberian  Fe.  Adanya 

keterpaduan pencatatan ini akan menghasilkan cakupan K4 dan cakupan pemberian Fe 

yang tidak berbeda jauh.   

Terdapat  17  puskesmas  memiliki  cakupan  K4  dan  pemberian  Fe  yang  sama, 

sedangkan 17 lainnya masih terdapat kesenjangan. 

Berikut ini rekaman lima tahun terakhir cakupan pemberian tablet Fe 3 di Kabupaten 

Jombang. 

 Gambar 37 

Cakupan Pemberian Fe 3 Ibu Hamil menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2007‐ 2011 

 

     Sumber :  Profil Kesehatan tahun 2007‐2011 Kab. Jombang 

 

Target SPM Fe 3 90%

45

Dari gambar di atas nampak bahwa terjadi tren naik pada pelayanan pemberian 

tablet tambah darah bagi ibu hamil. Dan puncaknya terjadi pada tahun 2011. 

4. Pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0‐6 bulan 

  Air   susu  ibu merupakan makanan terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung 

zat  gizi  yang  paling  sesuai  kualitas  dan  kuantitasnya  untuk  pertumbuhan  dan 

perkembangan  bayi.  Sejak  lahir  bayi  hanya  diberi  ASI  saja  sampai  usia  6  bulan  yang 

disebut ASI Eksklusif. Selanjutnya pemberian ASI diteruskan sampai berusia 2 tahun. 

  Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan pemberian ASI 

di  Indonesia  saat  ini memprihatinkan.  Angka  persentase  bayi  yang mendapatkan  ASI 

eksklusif  sampai dengan 6 bulan hanya 15,3 persen. Sedangkan data  laporan cakupan 

ASI  Eksklusif  di  Kabupaten  Jombang  cenderung menurun  dari  tahun  ke  tahun.  Pada 

tahun 2009  capaiannya 65% dan  tahun 2010 menurun menjadi 53%, dan  tahun 2011 

meningkat menjadi 79,4% sedangkan target Nasional 80%.  

Gambar 38 Rekaman Cakupan ASI Ekskluif (%)  

di Kabupaten Jombang Tahun 2007‐2011  

     Sumber :  Profil Kesehatan tahun 2007‐2011 Kab. Jombang 

       Berbagai  upaya  telah  dilakukan  oleh  Pemerintah  Kabupaten  Jombang  untuk 

meningkatkan cakupan ASI Eksklusif. Adanya Peraturan Bupati yang   mengatur tentang 

Pemberian  ASI  bagi  Ibu  Pekerja  dan  telah  dilakukannya  Sosialisai  ASI  di  perusahaan‐

perusahaan yang memperkerjakan wanita di Kabupaten Jombang.  

 

3. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) 

Yang  dimaksud  KLB  adalah  terjadinya  peningkatan  kesakitan  atau  kematian  penyakit 

potensial KLB, penyakit karantina atau keracunan makanan. Berdasarkan laporan yang ada, 

tahun  2011  terdapat  28 KLB di  25 wilayah  kerja puskesmas.  Semuanya   ditangani dalam 

waktu kurang dari 24  jam  (100%). Kasus KLB dipilah menurut  jenis KLB maka KLB dengan 

penderita  terbanyak adalah DBD dengan 71 penderita. Kejadian  luar biasa  lainnya adalah 

46

Diphteri, AFP, dan Keracunan Makanan. Akan  tetapi KLB  ini hanyalah KLB  supect.  Jumlah 

penderita  secara  keseluruhan  adalah  89  orang.  Informasi  KLB  lebih  lengkap  berada  di 

lampiran profil tabel ke 50 dan 51. 

 

4. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN 

  Dalam  rangka meningkatkan  pelayanan  kesehatan  di  sarana  kesehatan  (Puskesmas 

dan jajarannya) maka pelayanan kefarmasian dan alat /perbekalan kesehatan di layani oleh 

UPTD GFK (Gudang Farmasi Kabupaten). Dengan mekanisme distribusi adalah setiap bulan 

dilakukan pengiriman obat dan perbekalan kesehatan,  jika dari  jumlah yang dikirim terjadi 

kekurangan stoc sebelum akhir bulan  maka pihak Puskesmas dapat mengambil lagi ke GFK.  

  Sedangkan  untuk  kebutuhan  program  imunisasi,  pemenuhan  kebutuhan  vaksin  di 

Puskesmas  dipenuhi  oleh  seksi  Surveilans  Episdeiologi  dan  Kesehatan  Khusus  Dinas 

Kesehatan Kabupaten Jombang. 

 

E. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA 

Untuk  penanganan  bencana  atau  wabah  secara  cepat  maka  Dinas  Kesehatan 

Kabupaten  Jombang  menyediakan  layanan  sms  melalui  kontak  person  yang  dibagiakan 

dalam bentuk stiker untuk ditempel di Balai Desa, Kantor Kecamatan, Puskesmas Pembantu 

(Pustu), dan Polindes. 

Selain pelayanan kesehatan di Kabupaten Jombang juga berkoordinasi dengan operasi 

Keselamatan  Jalan  Raya  terutama  saat menjelang Hari  Raya  Iedul  Fitri, Natal  dan  Tahun 

Baru. 

F. PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN 

   Diketahui  jumlah  peserta  JPKM  tahun  2011  adalah  412.285  (34,3%)  dari  jumlah 

penduduk dengan proporsi 5,5% berasal dari Askes PNS; 2,1% dari  Jamsostek, 21,2% dari 

Jamkesmas/Askeskin, dan 4,8% dari Jamkesda serta 0,7% berasal dari SPM. 

  Artinya penduduk Kabupaten Jombang yang terlindungi JPKM adalah 34,3%. Angka ini 

masih menunjukkan  sebagian besar masyarakat masih terbiasa dengan sistem pembayaran 

langsung untuk masalah kesehatan. 

Dalam  upaya  meningkatkan  akses  masyarakat  miskin  untuk  memperoleh  pelayanan 

kesehatan,  pemerintah  telah  memiliki  program  jaminan  pemeliharaan  kesehatan  bagi 

warga miskin  yang  dikenal  dengan  Jamkesmas  dan  Jamkesda. Warga miskin  yang  tidak 

tercakup dalam Jamkesmas dan Jamkesda, difasilitasi oleh pemerintah daerah melalui Surat 

Pernyataan Miskin (SPM) yang berlaku selama 3 bulan. 

47

  Hasil rekapitulasi data dari puskesmas, jumlah penduduk miskin yang dicakup Jaminan 

Pemeliharaan Kesehatan sebesar 320.367  jiwa atau 26,67% dari seluruh  jumlah penduduk 

di  Kabupaten  Jombang.  Adapun  rinciannya  adalah  Jamkesmas  255.130  jiwa,  Jamkesda 

57.291 jiwa dan Surat Pernyataan Miskin (SPM) 7.946 jiwa. Sebanyak 154.060 jiwa (58,6%) 

masyarakat miskin  dengan Kartu Jaminan ASKESKIN/Jamkesmas memanfaatkan pelayanan 

kesehatan rawat jalan di  puskesmas pada tahun 2011 dan yang mendapat pelayanan rawat 

inap  di  Puskesmas  sebanyak  5.295  (2,1%).  Sedangkan maskin  yang mendapat  pelayanan 

rawat  jalan di rumah sakit kabupaten sebanyak 11.085  jiwa  (4,2%) dan mendapat  layanan 

rawat inap 4.740 jiwa (1,9%) 

 

G. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT 

Untuk menggambarkan  keadaan  perilaku masyarakat  yang  berpengaruh  terhadap 

derajat kesehatan masyarakat, digunakan indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 

yang terdiri dari 10 indikator. 

1. Rumah Tangga Sehat 

  Pada tahun 2011 ini telah dilakukan survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 

padai tatanan Rumah Tangga Sehat terhadap 36.159 rumah tangga di 21 wilayah kerja 

puskesmas dan     menunjukkan hasil survei PHBS bahwa 15.789 rumah  tangga  (43,6%) 

yang  telah berperilaku hidup bersih dan  sehat. Pencapaian 2011  terlihat  lebih  rendah 

jika dibandingkan dengan tahun 2010 (44,9%), dan  jumlah rumah tangga yang disurvei 

tahun 2010 lebih sedikit daripada tahun 2011 (hanya 36.003 rumah tangga), Perbedaan 

tipis antara hasil survey PHBS tatanan Rumah Tangga Sehat tahun 2011 dengan tahun 

2010  dikarenakan  pemilihan  tempat  survey  (dusun/desa)  yang  berbeda  antara  tahun 

2011  dengan  tahun  2010,  disamping  perbedaan  jumlah  rumah  tangga  yang  disurvey 

antara tahun 2011 dengan tahun 2010. Target SPM tahun 2011 rumah tangga ber PHBS 

adalah 60%, sedangkan target tahun 2010 adalah 55%. Baik tahun 2010 maupun 2011 

kabupaten Jombang belum mencapai target rumah tangga sehat. 

  Diperlukan intervensi dari berbagai pihak terkait baik lintas program, lintas sektor, 

LSM,  swasta  dan  tokoh masyarakat  untuk  berperan  dalam membudayakan  perilaku 

hidup bersih dan sehat di masyarakat. 

 

2. ASI Eksklusif 

  ASI Ekslusif adalah pemberian ASI saja pada bayi mulai lahir sampai bayi berusia 6 

bulan  tanpa diberi makanan  lain selain ASI. Berdasarkan  laporan profil 2011 diketahui 

cakupan ASI Eksklusif sebesar 43% dari 21.488 sasaran bayi usia 0‐12 bulan. Tetapi  jika 

48

jumlah  bayi  dengan  ASI  Eksklusif  dibandingkan  dengan  jumlah  bayi  yang  seharusnya 

mendapat program ASI Eksklusif  yaitu usia 0‐6 bulan dimanan  jumlahnya 11.633 bayi 

maka capaian ASI Eksklusif kabupaten Jombang adalah 79,4%. 

  Banyak  faktor  yang  mempengaruhi  cakupan  ASI  Eksklusif  antara  lain  faktor 

ibu,faktor  budaya    dan  faktor  lain  yang  tidak  mendukung  ASI  Eksklusif.  Karena  itu 

dibutuhkan langkah‐langkah efektif untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif. 

  

H. KEADAAN LINGKUNGAN 

  Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa derajat kesehatan merupakan 

hasil interaksi dari empat faktor, yaitu faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan 

faktor  bawaan.  Dari  keempat  faktor  tersebut,  faktor  lingkungan merupakan  faktor  yang 

paling berpengaruh dibandingkan dengan ketiga faktor lainnya. 

Tujuan MDG’s poin 7 adalah menjamin kelestarian  lingkungan hidup, sedangkan target 

pada poin 7C adalah menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses 

berkelanjutan  terhadap  air minum  layak  dan  sanitasi  dasar  hingga  tahun  2015.  Indikator 

yang  digunakan  adalah  proporsi  rumah  tangga  dengan  akses  berkelanjutan  terhadap  air 

minum layak dan sanitasi dasar, baik di perkotaan maupun pedesaan. 

 

1. Rumah Sehat 

  Rumah  sehat adalah bangunan  rumah  tinggal yang memenuhi  syarat kesehatan, 

yaitu  bangunan  yang  memiliki  jamban  yang  sehat,  sarana  air  bersih,  tempat 

pembuangan  sampah,  sarana  pembuangan  air  limbah,  ventilasi  rumah  yang  baik, 

kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. 

Gambar 39 Cakupan Rumah Sehat menurut Puskesmas  di Kabupaten Jombang Tahun 2011  

 

 Sumber : Data Tabel 62 Lampiran Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2011 

49

 

  Dari  307.605  rumah  yang  ada,  pada  tahun  2011  telah  dilakukan  pemeriksaan 

terhadap  143.060  rumah  (22,89%)  dan  jumlah  rumah  sehat  secara  kumulatif  adalah 

111.834    rumah  (67.6%).  Persentase  rumah  sehat  tahun  2011  ini  meningkat 

dibandingkan  tahun  2010  yang  terdapat  87.316  (28,1%)  rumah  sehat.  Tidak  semua 

rumah dapat diperiksa oleh karena masalah klasik, yaitu keterbatasan tenaga dan biaya. 

  Sedangkan pesentase  rumah sehat  tertinggi  terdapat di wilayah kerja Puskesmas 

Brambang (92,7%), Puskesmas Jelakombo (87,7%), dan Puskesmas Jabon (80,3%).   

2. Kepemilikan Jamban Sehat 

    Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi persediaan 

air bersih  (PAB),  jamban,  tempat  sampah, dan Sarana Pengelolaan Air  Limbah  (SPAL). 

Dari 364.375 KK yang ada,  tidak semuanya bisa diperiksa karena keterbatasan sumber 

daya yang ada.  

  Terkait  masalah  jamban,  salah  satu  terobosan  dalam  program  Kesehatan 

Lingkungan adalah adanya program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat  (STBM). Ada 5 

pilar untuk mewujudkan STBM salah satunya adalah tidak buang air besar sembarangan 

atau  lebih dikenal dengan  istilah ODF (Open Defecation Free). Sebagai hasilnya banyak 

masyarakat yang membangun jamban sehat dengan mengadakan arisan jamban. 

  Dari jumlah KK yang ada tersebut dilakukan pemeriksaan terhadap 55.412 (15,2%) 

dan  hasil  pemeriksaan  diketahui  bahwa  252.688  KK memiliki  jamban  dan  dari  sekian 

jamban tersebut yang memiliki jamban sehat sebanyak 209.595 (82,9%).   

3. Tempat Umum dan Pengelola Makanan (TUPM) 

  Tempat  Umum  dan  Pengelola  Makanan  (TUPM)  yang  dibina  kesehatan 

lingkungannya  meliputi  hotel,  Restoran‐Makanan,  Pasar,  dan  TUPM  lainnya.  Jumlah 

TUPM yang ada di Kabupaten Jombang tahun 2011 adalah 616 buah, yang diperiksa 537 

buah dan yang memenuhi syarat atau yang sehat adalah sebesar 440  (81,94%) TUPM. 

Sedangkan  target  SPM  tahun  2011  TUPM  yang  memenuhi  syarat  sebesar  80%.  Ini 

berarti bahwa capaian kegiatan sudah mencapai target. 

4. Sarana Air Bersih 

  Sesuai  dengan  PP  nomor  16  Tahun  2005  tentang  Pengembangan  Sistem 

Penyediaan Air Minum,  istilah  air bersih  atau  sarana  air bersih disebut/dikonotasikan 

sebagai Air Minum. Sehingga sarana air bersih seperti PDAM, sistem jaringan perpipaan, 

50

sumur  gali,  sumur  pompa,  PMA  dll  disebut  sebagai  Sistem  Penyediaan  Air  Minum 

(SPAM), sebagaimana disebutkan pada Bab II Pasal 5. 

  Berbagai upaya dilakukan agar akses masyarakat  terhadap air bersih meningkat, 

salah  satunya melalui pendekatan partisipatori yang mendorong masyarakat berperan 

aktif dalam pembangunan perpipaan air bersih.  

  Akses air bersih yang digunakan masyarakat di Kabupaten Jombang berasal dari air 

ledeng,  sumur pompa  tangan,  sumur  gali, penampuangan  air hujan dan  lainnya. Dari 

laporan profil diketahui, sebagian besar masyarakat Kabupaten Jombang menggunakan 

air bersih berasal dari sumur gali (72,8%).  

  Sedangkan  cakupan  keluarga  dengan  akses  air  bersih  pada  tahun  2011  adalah 

6,61%, angka  ini masih belum mencapai  target yang ditetapkan yaitu 80%. Diperlukan 

upaya percepatan agar presentase penduduk dengan akses air bersih meningkat. 

Gambar 40 Proporsi Akses Air Bersih Di Kabupaten Jombang Tahun 2011 

 

 Sumber : Tabel 64 Lampiran Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2011