2011-2-00456-mc 4

44
46 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Subyek Penelitian 4.1.1 Sejarah RSPI Rumah Sakit Pondok Indah diresmikan pada tanggal 1 Desember 1986 sebagai upaya memenuhi kebutuhan masyarakat luas akan adanya rumah sakit swasta komersial yang profesional di Indonesia seperti halnya keberadaan beberapa rumah sakit swasta profesional di luar negeri. Kehadiran Rumah Sakit Pondok Indah sebagai salah satu rumah sakit swasta bertaraf internasional dengan fasilitas canggih pertama di Indonesia yang dilengkapi layanan dan kenyamanan hotel berbintang, ternyata mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Tanggapan positif tersebut diiringi dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan yang lebih baik dan lebih lengkap. Untuk menjawab kebutuhan ini, Rumah Sakit Pondok Indah menambah kapasitas layanannya dengan memperluas bangunannya pada tahun 1996. Secara geografis Rumah Sakit Pondok Indah berada di pemukiman mewah Pondok Indah, tepatnya Jl. Metro Duta Kavling UE Pondok Indah Jakarta Selatan, Rumah Sakit Pondok Indah dibangun di atas tanah seluas 11.329 m 2 dengan luas bangunan 33.009,45 m 2 terdiri dari 7 (tujuh) lantai adapun batas-batas tanah dan bangunannya adalah sebagai berikut :

Upload: millaandinaf

Post on 17-Jan-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pendahuluan

TRANSCRIPT

Page 1: 2011-2-00456-mc 4

46

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Subyek Penelitian

4.1.1 Sejarah RSPI

Rumah Sakit Pondok Indah diresmikan pada tanggal 1 Desember 1986 sebagai

upaya memenuhi kebutuhan masyarakat luas akan adanya rumah sakit swasta komersial

yang profesional di Indonesia seperti halnya keberadaan beberapa rumah sakit swasta

profesional di luar negeri. Kehadiran Rumah Sakit Pondok Indah sebagai salah satu

rumah sakit swasta bertaraf internasional dengan fasilitas canggih pertama di Indonesia

yang dilengkapi layanan dan kenyamanan hotel berbintang, ternyata mendapat

tanggapan positif dari masyarakat. Tanggapan positif tersebut diiringi dengan

meningkatnya kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan yang lebih baik dan lebih

lengkap. Untuk menjawab kebutuhan ini, Rumah Sakit Pondok Indah menambah

kapasitas layanannya dengan memperluas bangunannya pada tahun 1996.

Secara geografis Rumah Sakit Pondok Indah berada di pemukiman mewah

Pondok Indah, tepatnya Jl. Metro Duta Kavling UE Pondok Indah Jakarta Selatan,

Rumah Sakit Pondok Indah dibangun di atas tanah seluas 11.329 m2 dengan luas

bangunan 33.009,45 m2 terdiri dari 7 (tujuh) lantai adapun batas-batas tanah dan

bangunannya adalah sebagai berikut :

Page 2: 2011-2-00456-mc 4

47

1. Sebelah Timur berbatasan dengan jalur hijau atau taman kota

2. Sebelah Barat berbatasan dengan Jl. Taman Duta

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jl. Sekolah Duta VI

4. Sebelah Utara berbatasan dengan Jl. Metro Duta I

Perkembangan teknologi kesehatan dan teknologi informasi yang terus melaju

dengan pesatnya di era globalisasi juga mendorong perkembangan tuntutan masyarakat

akan adanya peningkatan layanan kesehatan yang profesional. Rumah Sakit Pondok

Indah memandang perlu untuk mulai melakukan renovasi gedung serta penambahan

fasilitas peralatan kesehatan yang lebih modern dan canggih di pertengahan tahun 2006

ini dengan mengganti beberapa fasilitas yang telah ada sebelumnya. Renovasi serta

penyempurnaan fasilitas tersebut antara lain meliputi: Unit Gawat Darurat (Emergency),

Sistim Laboratorium Otomatis, modernisasi fasilitas radiologi dengan penggunaan alat

diagnostik terkini yaitu MSCT Scan 64 Slices, High Definition MRI 1.5T serta PACS

Server, yang merupakan salah satu jawaban dari Rumah Sakit Pondok Indah dalam

upaya memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pesatnya kemajuan teknologi informasi turut memacu tuntutan masyarakat akan

pelayanan kesehatan yang lebih baik secara terus menerus. Tidak bisa tidak, dunia

kesehatan khususnya di bidang perumah-sakitan perlu untuk terus menerus melakukan

upaya dalam memperbaiki mutu pelayanan kesehatan mereka, baik di bidang sumber

daya manusia, fasilitas dan peralatan kedokteran, teknologi informasi dan sebagainya.

Page 3: 2011-2-00456-mc 4

48

Kesadaran ini turut mendorong Rumah Sakit Pondok Indah untuk terus

melakukan upaya tanpa henti di segala bidang dalam usaha memenuhi kebutuhan

masyarakat. Berkat kerja keras bersama dari seluruh jajaran pimpinan, dokter, dan

karyawan Rumah Sakit Pondok Indah, sertifikat Akreditasi Rumah Sakit 16 Bidang

Pelayanan dan sertifikat ISO 9001:2000 Sistem Manajemen Mutu berhasil diraih pada

tahun 2005, dalam waktu yang hampir bersamaan.

Peningkatan Sumber Daya Manusia menjadi prioritas utama yang dilakukan

Rumah Sakit Pondok Indah untuk menghasilkan pelayanan yang bermutu dan

berkualitas. Hal ini nampak dari profesionalnya kinerja para pimpinan, dokter dan

perawat serta seluruh staf dan karyawan lainnya. Program-program peningkatan berupa

kepelatihan dalam dan luar negeri, managerial & clinical area, pendidikan formal,

langsung melakukan studi banding/benchmarks ke lembaga-lembaga kesehatan yang

kredibel di Singapura, dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan.

Sejalan dengan VISI dan MISI Rumah Sakit Pondok Indah yaitu membantu

Pemerintah dalam upaya mensukseskan program-program kesehatan untuk menuju

Indonesia sehat ditahun 2010 dan siap memasuki era globalisasi, Pimpinan Rumah Sakit

Pondok Indah pun telah menetapkan beberapa kebijakan yang berkaitan dengan upaya

pengelolaan lingkungan. Manajemen Pengelolaan Lingkungan sebagai kepedulian

Rumah Sakit Pondok Indah terhadap lingkungannya tersebut telah mendapat

penghargaan dari Gubernur Provinsi DKI Jakarta dengan predikat baik dalam ketaatan

terhadap ketentuan pembuangan limbah cair. Pada tahun 2004 Rumah Sakit Pondok

Indah telah mendapat penghargaan sebagai pembina lingkungan terbaik II dalam rangka

Page 4: 2011-2-00456-mc 4

49

pelestarian lingkungan hidup di Provinsi DKI Jakarta, setelah sebelumnya mendapatkan

beberapa penghargaan di bidang pengelolaan lingkungan hidup

Rumah Sakit Pondok Indah dengan usia lebih dari 21 tahun didalam industri

kesehatan nasional dengan pengalaman dan dukungan sumber daya yang professional

maka Rumah Sakit Pondok Indah telah mengembangkan usaha sejenis berupa

pembangunan Rumah Sakit Puri Indah.yang berlokasi di Jl. Puri Indah Raya Blok S-2,

Kembangan Selatan, Jakarta Barat. Dengan selesainya pembangunan Rumah Sakit Puri

Indah ini maka Rumah sakit Pondok Indah merubah organisasinya dalam rangka

menyikapi perkembangan usaha rumah sakit menjadi Pondok Indah Healthcare Group.

Pada tanggal 12 Mei 2008, Pondok Indah Healthcare Group mempersembahkan

Rumah Sakit Puri Indah bagi masyarakat Indonesia khususnya penduduk Jakarta yang

tinggal di Jakarta Barat. Dilengkapi dengan peralatan modern dan konsep paperless,

serta tim dokter dan tim medis yang berpengalaman, Rumah Sakit Puri Indah telah siap

memberikan layanan terbaiknya.

Saat ini masyarakat yang tinggal di daerah Jakarta Barat dan sekitarnya telah

mendapatkan layanan kesehatan prima berkualitas dengan lebih mudah karena Rumah

Sakit Puri Indah telah hadir di tengah masyarakat Jakarta Barat. Rumah sakit yang

dibangun di atas tanah seluas 7.000 meter persegi, dibangun dengan gaya arsitektur

modern rancangan Silver-Thomas-Hanley, biro arsitek perencana ternama di Australia

yang berpengalaman khususnya dalam bangunan rumah sakit. Rumah Sakit Puri Indah

akan memiliki kapasitas 192 tempat tidur dengan 43 unit layanan poliklinik, sehingga

dapat memenuhi harapan masyarakat di bidang layanan kesehatan bermutu

tinggi.(www.rspondokindah.co.id)

Page 5: 2011-2-00456-mc 4

50

Profil Rumah Sakit Pondok Indah

Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Pondok Indah

Tipe Rumah Sakit : Utama

Alamat : Jl. Metro Duta Kav. UE Pondok Indah

Kecamatan : Kebayoran Lama

Kabupaten/Kota : Jakarta Selatan

Propinsi : DKI Jakarta

Telepon : + 62 21 765 7525, 769 2252, 769 2272, 769 2754

Fax : + 62 21 750 2324

E-mail : [email protected]

Website : www.rspondokindah.co.id

4.1.2 Visi, Misi, dan Moto RSPI

Seiring perkembangan organisasi yang semakin besar dan menyikapi

perkembangan usaha rumah sakit dalam Pondok Indah Healthcare Group serta untuk

memperjelas visi yang hendak dicapai, Misi yang harus dilakukan, Moto dan Nilai

Utama (Core Values) yang mendasari setiap kegiatan Operasional Pondok Indah

Healthcare Group maka ditetapkan Visi, Misi, Moto dan Core Values dari Pondok Indah

Healthcare Group berdasarkan SK.No. 401/SC-RSPI/2008, sebagai berikut :

Page 6: 2011-2-00456-mc 4

51

1. Visi

“Menjadi Rumah Sakit Pilihan dengan menyediakan layanan perawatan

kesehatan terbaik, aman, bermutu tinggi dan inovatif.”

2. Misi

“ Menyediakan pelayanan secara utuh, konsisten dan terpadu berfokus pada

pasien melalui praktek berbasis bukti yang sesuai dan pelayanan prima dengan

komitmen, kerja sama tim, keterlibatan dari pihak terkait dan peningkatan

kompetensi individu yang berkesinambungan.”

3. Moto

“ Kesehatan Anda, Prioritas Kami.”

4.1.3 Struktur Organisasi RSPI

RSPI Group dalam melaksanakan operasional pelayanan dipimpin oleh seorang

Direktur Eksekutif atau disebut dengan Chief Executive Officer (CEO) yang mempunyai

tanggung jawab dan wewenang penuh dalam melaksanakan seluruh kegiatan rumah

sakit untuk bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dibawah pengawasan langsung

dari Steering Committee. Dalam menjalankan tugasnya Direktur Eksekutif dibantu oleh

lima orang Direktur, antara lain :

a) Operational Director Pondok Indah

Direktur Operational Pondok Indah bertanggung jawab langsung kepada

Direktur Eksekutif dan dalam melaksanakan tugasnya Direktur Operational

Page 7: 2011-2-00456-mc 4

52

Pondok Indah membawahi satu orang senior manager, dua orang manager,

yaitu :

I. Senior Manager Pharmacy and Clinnical Support bertanggung

jawab langsung kepada Direktur Operational Pondok Indah

dibantu oleh :

a. Membawahi unit Radiology, Laboratory, Health Check Up,

Medical Rehabilitation dan Dietary masing-masing unit

dipimpin oleh seorang Kepala Unit atau disingkat “K.U”.

b. Manager Pharmacy yang membawahi In patient, Out

Patients retail (Apotik) masing-masing pelayanan dipimpin

oleh seorang “Leader”.

II. Manager Nursing Services yang membawahi pelayanan Rawat

jalan dan pelayanan rawat inap bertanggung jawab mulai dari

perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi pelayanan asuhan

keperawatan dan bertugas memimpin serta menyusun kebijakan,

memonitor pelaksanaan, melakukan koordinasi, dan melakukan

evaluasi pelaksanaan tugas-tugas departemen keperawatan mulai

dari pelayanan asuhan keperawatan, pendidikan dan kepelatihan

serta unit khusus (Operating Theatre, ICU/ICCU/NICU,

Angiography, Haemodialisa) masing-masing unit dipimpin oleh

seorang Kepala Unit Perawatan atau disingkat “K.U.P”.

III. Manager Medical Services yang bertanggung jawab dalam

pelayanan dokter umum dan pelayanan dokter spesialis.

Page 8: 2011-2-00456-mc 4

53

b) Bussiness Marketing & Customer Management Director

Direktur Bisnis, Marketing dan Customer bertanggung jawab langsung

kepada Direktur Eksekutif dan dalam melaksanakan tugasnya Direktur Bisnis,

Marketing dan Customer membawahi satu orang manager, yaitu :

I. Manager Customer Relation and Corporate Communication

II. Manager Bussiness, Marketing and Customer Management yang

membawahi beberapa staff Business Project, Marketing and

Sales, dan International Links

c) Finance Procurement & Hospital Information System Director

Finance Procurement & Hospital Information System Director

bertanggung jawab langsung kepada Direktur Eksekutif dan dalam

melaksanakan tugasnya Finance Procurement & HIS Director membawahi tiga

orang manager, yaitu :

I. Manager Finance and Accounting, yang membawahi unit

Cashiers, Finance and accounting dan Income and Receivable

masing-masing unit dipimpin oleh seorang Kepala Unit atau

disingkat “K.U”.

II. Manager Purchasing, yang membawahi staff Purchasing,

Pharmacy Purchase, dan Inventory Management.

III. Manager Hospital Information System, yang membawahi User

Support, System Development, data Base Management, unit

Page 9: 2011-2-00456-mc 4

54

Medical Record dan unit Admission, masing-masing unit dipimpin

oleh seorang Kepala Unit atau disingkat “K.U”

d) General Services and Human Resources Director

General Services and Human Resources Director bertanggung jawab

langsung kepada Direktur Eksekutif dan dalam melaksanakan tugasnya General

Services and HR Director membawahi tiga orang manager, yaitu :

I. Manager Hospitality Service

II. Manager Human Resources and Legal, yang membawahi staff

Personnnel Administration, Recruitment and Selection, Training

Operation, Employee Relations, and Legal.

III. Manager Environmental Service

Page 10: 2011-2-00456-mc 4

55

Page 11: 2011-2-00456-mc 4

56

4.1.4 Sejarah Rehabilitas Medik RSPI

Sejarah berdirinya Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Pondok Indah dimulai

dari pengembangan Unit Fisioterapi yang telah ada sejak tahun 1986 bersamaan dengan

berdirinya Rumah Sakit Pondok Indah. Tuntutan kebutuhan pelayanan dan ketaatan

rumah sakit untuk melaksanakan akreditasi 16 bidang pelayanan sebagai tuntutan

masyarakat akan standar mutu pelayanan rumah sakit maka sejak tanggal 1 September

2005 sesuai SK No.844/Dir-RSPI/2005 unit Fisioterapi mengembangkan diri berganti

nama menjadi Unit Rehabilitasi Medik guna memenuhi standar akreditasi 16 bidang

pelayanan. Pada awalnya sebagai Unit Rehabilitasi Medik yang baru guna memenuhi

standar akreditasi maka dibutuhkan adanya layanan tambahan tidak hanya fisioterapi

saja tetapi adanya layanan Terapi Wicara, Okupasi Terapi, Ortotik Prostetik, Psikologi,

Pekerja Sosial Medik dan Perawat Rehabilitasi Medik. Dengan berjalannya waktu dan

dilakukan evaluasi mutu layanan maka Unit Rehabilitasi Medik saat ini terdiri dari

layanan : Fisioterapi, Terapi Wicara, Okupasi Terapi, dan Ortotik Prostetik.

4.1.5 Visi dan Misi Rehabilitasi Medik RSPI

Visi

Menjadi pelayanan Rehabilitasi Medik pilihan dengan menyediakan layanan

rehabilitasi medik terbaik, aman, bermutu tinggi dan inovatif serta terjangkau

oleh segenap lapisan masyarakat yang didukung oleh sumber daya manusia,

peralatan yang selalu mengikuti perkembangan teknologi kedokteran dalam

rangka menuju ”Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat” .

Page 12: 2011-2-00456-mc 4

57

Misi

Memberikan pelayanan Rehabilitasi Medik secara utuh dan terpadu berfokus

pada pasien melalui praktek berbasis bukti (evidence based) yang sesuai dan

pelayanan prima dengan komitmen, kerjasasama tim, keterlibatan dari pihak

terkait dan peningkatan kompetensi yang berkesinambungan agar masyarakat

Sehat.

4.1.6 Rehabilitasi Medik

Adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang

diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui paduan intervensi

medik, keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsi yang

optimal.

1. Fisioterapi

Bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok

untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh

sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,

peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan

fungsi, dan komunikasi.

2. Terapi wicara

Bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok

untuk memulihkan dan mengupayakan kompensasi/adaptasi fungsi komunikasi,

Page 13: 2011-2-00456-mc 4

58

bicara dan menelan dengan melalui pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi

(fisik, elektroterapeutis dan mekanis).

3. Terapi Okupasi

Bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok

untuk mengembangkan, memelihara , memulihkan fungsi dan atau

mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk aktifitas sehari-hari (Activity Day

Life), produktifitas dan waktu luang melalui pelatihan remediasi, stimulasi dan

fasilitasi

4. Ortotis-Prostetis

Bentuk pelayanan keteknisian medik yang ditujukan kepada individu untuk

merancang, membuat dan mengepas alat bantu guna pemeliharaan dan

pemulihan fungsi, atau pengganti anggota gerak.

4.1.7 Struktur Organisasi Unit Rehabilitasi Medik

Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Pondok Indah merupakan salah satu unit

produksi atau Revenue Center dari Departemen Penunjang Medik atau Clinical Support

Rumah Sakit Pondok Indah yang memiliki fungsi menerima pasien rujukan internal

rumah sakit (emergency, medical center, executive health check up, haemodialisa, ward,

dan ICU/ICCU) dan pasien rujukan eksternal (pasien drop in, rujukan RS International

Bintaro, RS MMC, RS Pertamina, RS Medistra, RS Mount Elizabeth,dll), Pelayanan

pasien rawat jalan dan rawat inap, Menjamin pelayanan tepat waktu dan tepat tindakan,

Page 14: 2011-2-00456-mc 4

59

Menjamin Mutu pelayanan (service excellent), Memperoleh keuntungan (profitable),

menjamin pelayanan yang efektif dan efisien.

Berdasarkan Keputusan Direktur Eksekutif Rumah Sakit Pondok Indah No.

901A/Dir-RSPI/2005, maka Struktur Organisasi Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit

Pondok Indah terdiri dari :

1. Kepala Unit Rehabilitasi Medik

2. Penanggung Jawab SMF Rehabilitasi Medik (Staff Medik Fungsional)

3. Fisioterapi

4. Terapi Wicara

5. Okupasi Terapi (Outsource)

6. Ortotik Prostetik (Outsource)

7. Administrasi

8. Helper

Page 15: 2011-2-00456-mc 4

60

Page 16: 2011-2-00456-mc 4

61

Page 17: 2011-2-00456-mc 4

62

4.2 Prosedur Dalam Fisioterapi

4.2.1 Prosedur Rujukan Rawat Inap

1. Pengertian:

Prosedur rujukan fisioterapi pasien rawat inap ialah tatacara pelayanan fisioterapi

bagi pasien yang dirawat inap, dari sejak dirujuk, dilayani, dievaluasi dan dirujuk

kembali.

2. Tujuan :

Tersedianya pedoman kerja bagi Fisioterapis dan tenaga kesehatan lain, dalam

memberikan pelayanan fisioterapi untuk pasien yang dirawat inap.

3. Kebijakan :

Pedoman ini sebagai acuan kerja dalam melayani pasien yang dirawat inap dalam

lingkup :

3.1 Pasien yang dirawat inap dimungkinkan dilayani secara interdisipliner

dengan Dokter yang merawat berperan sebagai ketua tim.

3.2 Pemberian pelayanan fisioterapi atas dasar permintaan/ persetujuan Dokter

ketua tim.

3.3 Fisioterapis menerima rujukan dan melayani pasien sesuai dengan kaidah

dalam proses fisioterapi yang terbuka, dan melaporkan hasil evaluasi

pelayanan sebagai rujukan balik, kepada Dokter perujuk.

Page 18: 2011-2-00456-mc 4

63

3.4 Fisioterapis berkolaborasi dengan Perawat dan profesi lain dalam

memberikan pelayanan pada pasien.

3.5 Fisioterapis membuat catatan dokumentasi pelayanan fisioterapi,

menyesuaikan dengan sistem rekam medis yang berlaku.

4. Prosedur :

4.1 Dokter memeriksa pasien, menemukan indikasi fisioterapi dan mengisi

formulir rujukan fisioterapi

4.2 Perawat dengan membawa surat rujukan/ resep dokter mendaftar di

Poliklinik Fisioterapi.

4.3 Fisioterapis menerima dan melayani pasien sesuai dengan profesionalisme

fisioterapi dan kepentingan institusi.

4.4 Fisioterapis mengevaluasi/ reasesmen pasien.

4.5 Fisioterapis merujuk balik ke dokter perujuk awal.

4.6 Dokter menetapkan stop/ lanjut pelayanan fisioterapi.

4.7 Fisioterapis membuat dokumentasi dan administrasi biaya

bekerjasamadengan kasir RS.

5. Unit terkait :

5.1 Unit-Unit dalam instalasi rawat inap.

5.2 Unit penujang.

6. Acuan :

6.1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992, tentang kesehatan.

6.2 Peraturan pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1996, tentang tenaga kesehatan.

Page 19: 2011-2-00456-mc 4

64

6.3 Keputusan IFI, Nomor 101/VIII/2002/IFI, tentang Standar Praktek

Fisioterapi Indonesia.

6.4 Kepmenkes RI., Nomor 1363/MENKES/SK/12/2001, tentang Registrasi dan

Ijin Praktek Fisioterapi.

6.5 Deklarasi WCPT tahun 1995, 1996, 1999.

7. Lampiran : Diagram Alir Rujukan Fisioterapi Pasien Rawat Inap.

4.2.2 Prosedur Rujukan Rawat Jalan

1. Pengertian:

Prosedur rujukan rawat jalan pelayanan fisioterapi ialah tatacara yang perlu

ditempuh untuk mendapatkan pelayanan fisioterapi.

2. Tujuan:

Tersedianya pedoman pelayanan fisioterapi tentang rujukan masuk dan rujukan

keluar pelayanan fisioterapi bagi pasien rawat jalan rumah sakit/sarana

kesehatan.

3. Kebijakan:

3.1. Fisioterapis dapat menerima pasien/klien dengan atau tanpa rujukan.

3.2. Fisioterapis berwenang menerima pasien/klien tanpa rujukan, untuk :

3.2.1. Pelayanan yang bersifat promotif dan preventif.

3.2.2. Pelayanan untuk pemeliharaan kebugaran, memperbaiki postur,

memelihara sikap tubuh dan melatih irama pernafasan normal.

3.2.3. Pelayanan dengan keadaaan aktualisasi rendah dan bertujuan untuk

pemeliharaan.

Page 20: 2011-2-00456-mc 4

65

4. Prosedur:

4.1 Anggota masyarakat yang merasakan kebutuhan akan kesehatannya,

memeriksakan diri ke dokter atau ke fisioterapis

4.2 Pasien mendapatkan surat resep/rujukan fisioterapi

4.3 Pasien datang dan mendaftarkan diri ke Petugas Adm. Fisioterapi untuk

registrasi

4.4 Fisioterapis menerima pasien, melakukan asesmen :

4.4.1 Untuk pasien yang langsung ke fisioterapis :

Bila ditemukan tanda-tanda kontra indikasi, maka dirujuk ke dokter

yang sesuai

Bila ditemukan keadaan aktualisasi rendah, dilanjutkan ke proses

asuhan fisioterapi

4.4.2 Untuk dengan pasien langsung aktualisasi rendah dan rujukan dokter,

diteruskan pelaksanaan asuhan fisioterapi

4.5 Fisioterapis melaksanakan asuhan fisioterapi : Diagnosis, perencanaan,

interfensi, evaluasi, dokumentasi dan komunikasi.

4.6 Fisioterapis mengisi Form Slip Tindakan Fisioterapi rangkap 2 (dua).

4.7 Fisioterspis mengisi Form Evaluasi Tindakan Fisioterapi, menghentikan

tindakan atau mengirim ke dokter perujuk, rangkap 2 (dua)

4.8 Pasien membawa surat Evaluasi Tindakan Fisioterapi :

Kembali ke Dokter perujuk awal kembali ke nomor 5.1.,dst

Page 21: 2011-2-00456-mc 4

66

Menghentikan sendiri tindakan fisioterapi dan menanggung resiko

lanjut.

5. Unit terkait:

5.1 Unit/instalasi rawat jalan

5.2 Unit/instalasi gawat darurat.

6. Acuan:

6.1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992

6.2 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996

6.3 Keputusan Menteri Kesehatan RI.Nomor 1363/MENKES/SK/XII/2001

6.4 Keputusan Konggres Nasional IFI….

6.5 Keputusan General Assembel Word Confederatio for Physical Therapy…

6.6 Guide to Physical Therapist Praktice American Physical Therapy

Association 2001

7. Lampiran:

Diagram Alir Rujukan Fisioterapi Pasien Rawat Jalan.

4.3 Penyajian Data Penelitian

4.3.1 Analisis Karakteristik Responden

Peneliti memperoleh data primer dengan menyebarkan kuisioner yang salah

satunya menggambarkan karakteristik responden, yaitu: jenis kelamin, usia,

pekerjaan, sumber informasi pengobatan, dan banyaknya frekuensi pengobatan.

Page 22: 2011-2-00456-mc 4

67

Adapun data-data yang peneliti peroleh mengenai gambaran umum responden

yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah sebagai berikut:

a. Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent

L 35 54%

P 30 46%

Total 65 100%

Gambar 4.4 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada tabel 4.1 dan gambar 4.4 terlihat bahwa persentase responden yang

menggunakan pengobatan fisioterapi di RSPI yaitu responden pria sebanyak 35

orang dengan persentase sebesar 54% dan responden wanita sebanyak 30 orang

Page 23: 2011-2-00456-mc 4

68

dengan persentase sebesar 46%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

selisih responden pria lebih banyak dibandingkan dengan wanita yaitu sebesar 5

(8%). Hal ini menunjukkan bahwa responden pria lebih banyak menjalani

pengobatan fisioterapi di RSPI.

b. Usia

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Frequency Percent

30-35 thn 18 28%

36-40 thn 22 34%

41-45 thn 25 38%

Total 65 100%

Sumber : Data Primer yang sudah diolah

Gambar 4.5 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Page 24: 2011-2-00456-mc 4

69

Berdasarkan tabel 4.2 dan Gambar 4.5 diatas menunjukkan dari 65 responden

yang menjadi sampel penelitian, sebanyak 28% berusia 30-35 tahun, 34%

berusia 36-40 tahun, dan 38% berusia 41-45 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa

responden yang menggunakan pengobatan fisioterapi di RSPI berkisar antara

usia 41-45 tahun.

c. Pekerjaan

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden

Frequency Percent

Pegawai Negeri 6 9%

Pegawai Swasta 19 29%

Pengusaha 17 26%

Ibu Rumah

Tangga 20 31%

lain-lain 3 5%

Total 65 100%

Sumber : Data Primer yang sudah diolah

Page 25: 2011-2-00456-mc 4

70

Gambar 4.6 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan tabel 4.3 dan Gambar 4.6 di atas menunjukkan bahwa dari 65

responden, sebanyak 9% memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri, 29%

sebagai pegawai swasta, 26% sebagai pengusaha, 31% bekerja sebagai ibu

rumah tangga, dan 5% adalah pekerjaan lain. Maka dapat disimpulkan bahwa

responden yang menggunakan jasa fisioterapi RSPI kebanyakkan bekerja sebagai

ibu rumah tangga.

Page 26: 2011-2-00456-mc 4

71

d. Sumber Informasi Pengobatan

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi

Pengobatan

Frequency Percent

Mencari Sendiri 14 22%

Keluarga 18 27%

Teman 14 22%

Rekan Kerja 14 22%

lain-lain 5 7%

Total 65 100%

Sumber : Data Primer yang sudah diolah

Gambar 4.7 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan

Sumber Informasi Pengobatan

Page 27: 2011-2-00456-mc 4

72

Berdasarkan tabel 4.4 dan Gambar 4.7 diatas menunjukkan bahwa dari 65

responden sebanyak 22% mencari tahu sendiri tentang pengobatan fisioterapi ini,

27% tahu dari keluarga, 22% tahu dari teman, 22% tahu dari rekan kerja, dan 7%

lain-lain (dari informasi lain). Hal ini membuktikan bahwa kebanyakan

responden mengetahui pengobatan di RSPI ini melalui keluarga.

e. Frekuensi Pengobatan

Tabel 4.5 Karakteristik Berdasarkan Frekuensi Pengobatan

Frequency Percent

1 kali 3 5%

2-5 kali 25 38%

6-9 kali 21 32%

≥ 10 kali 16 25%

Total 65 100%

Sumber : Data Primer yang sudah diolah

Gambar 4.8 Diagram Karakteristik Berdasarkan Frekuensi Pengobatan

Page 28: 2011-2-00456-mc 4

73

Berdasarkan tabel 4.5 dan diagram 4.8 diatas, menunjukkan bahwa dari 65

responden sebanyak 5% baru pertama kali datang pengobatan, 38% sudah datang

2 (dua) sampai 5 (lima) kali, 32% sebanyak 6 (enam) sampai 9 (sembilan) kali,

dan 25% yang sudah datang lebih dari 10 kali. Hal ini membuktikan bahwa

frekuensi pengobatan yang sudah dijalani paling banyak sampai saat ini adalah

lebih dari 10 kali.

4.3.2 Alat Ukur Brand Image

Alat ukur brand image terdiri dari lima item. Dalam lima item ini

dikelompokkan menjadi empat Aspek. Aspek pertama tentang Asosiasi Merek,

aspek kedua tentang Favorability Asosiasi Merek, aspek ketiga tentang Kekuatan

Asosiasi Merek, dan aspek keempat tentang Keunikan Asosiasi Merek. Alat ukur

brand image menggunakan skala likert (1 hingga 5).

Aspek asosiasi merek mempelajari tentang atribut suatu merek dan

mengukur keuntungan yang bisa didapat dari merek tersebut. Contoh item dari

tahap asosiasi merek adalah: “Anda mengenal RSPI dari Logo yang

ditampilkan.”

Aspek favorability asosiasi merek mengukur keyakinan pelanggan bahwa

merek memiliki atribut dan manfaat yang dapat memuaskan kebutuhan

konsumen. Contoh item dari tahap favorability asosiasi merek adalah: “Anda

mengetahui bahwa RSPI menyediakan jasa fisioterapi.”

Page 29: 2011-2-00456-mc 4

74

Aspek kekuatan asosiasi merek mengukur sejauh mana merek tersebut

tertanam di dalam pikiran konsumen. Asosiasi yang kuat tergantung pada

bagaimana program pemasaran dan pengalaman konsumen dengan suatu merek.

Contoh item dari tahap kekuatan asosiasi merek adalah: “Anda mengenal RSPI

melalui media (billboard, flyer dan media cetak).”

Aspek keunikan asosiasi merek merupakan point pembeda dalam

keunggulan bersaing dan dapat memberikan alasan yang kuat mengapa

konsumen harus membeli merek tersebut. Contoh item dari tahap keunikan

asosiasi merek adalah: “RSPI memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan rumah sakit

lainnya.”

4.3.3 Alat Ukur Service

Alat ukur service terdiri dari tiga belas item. Dalam tiga belas item ini

dikelompokkan menjadi lima Aspek. Aspek pertama tentang reliability, Aspek

kedua tentang responsiveness, Aspek ketiga tentang assurance, Aspek keempat

tentang emphaty dan Aspek kelima tentang tangible. Alat ukur service

menggunakan skala likert (1 hingga 5).

Aspek reliability merupakan kemampuan untuk memberikan jasa sesuai

dengan yang dijanjikan dengan terpercaya dan akurat, konsisten dan kesesuaian

pelayanan. Contoh item dari tahap reliability adalah : ” Jadwal fisioterapi tepat

waktu.”

Page 30: 2011-2-00456-mc 4

75

Aspek responsiveness mengukur kesigapan karyawan dalam membantu

pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap. Contoh item dari

tahap responsiveness “Mudah untuk membuat appointment dengan pihak

fisioterapi RSPI.”

Aspek assurance merupakan kemampuan karyawan dalam menjelaskan

produk, keterampilan dalam memberikan informasi, kemampuan dalam

memberikan keamanan dalam memanfaatkan jasa, dan kemampuan dalam

menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. Contoh item dari

tahap assurance adalah: “Para Terapis RSPI dinilai dapat memberikan terapi

yang berkualitas.”

Aspek emphaty adalah kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan

pelanggan, dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan

pelanggannya. Contoh item dari tahap emphaty adalah: ”Para terapis mendengar

keluhan pasien dengan baik dan sabar.”

Aspek tangible yaitu penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan

ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan, dan

kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi, dan penampilan

karyawan. Contoh item dari tahap tangible adalah: “Peralatan fisioterapi RSPI

tersedia dengan lengkap.”

Page 31: 2011-2-00456-mc 4

76

4.3.4 Alat Ukur Kepuasan Konsumen

Alat ukur kepuasan konsumen terdiri dari Sembilan item. Dalam

sembilan item ini dikelompokkan menjadi lima aspek. Aspek pertama tentang

kualitas produk, Aspek kedua tentang harga, Aspek ketiga tentang kualitas

pelayanan, Aspek keempat tentang faktor emosional, dan Aspek kelima tentang

kemudahan. Alat ukur kepuasan konsumen menggunakan skala likert (1 hingga

5).

Aspek kualitas produk yang baik dapat dirasakan konsumen apabila

konsumen secara langsung menggunakan produk baik barang ataupun jasa

tersebut dan merasakan sendiri kualitasnya. Contoh item dari tahap kualitas

produk adalah: “Kinerja Terapis memuaskan.”

Aspek harga juga ikut menentukan kepuasan konsumen. Harga yang

murah dapat menimbulkan kepuasan tersendiri bagi mereka yang sensitif dengan

harga. Di samping itu, harga yang mahal tidak menjadi masalah bagi sebagian

orang apabila sesuai dengan kualitas yang didapatkan. Contoh item dari tahap

harga adalah: “Kualitas yang didapatkan sesuai dengan harga yang dibayar.”

Aspek kualitas pelayanan sangat mempengaruhi kepuasan konsumen

yang sangat bergantung pada sistem, teknologi dan manusia. Untuk memuaskan

pelanggan biasanya karyawan harus dipuaskan terlebih dahulu. Jika karyawan

merasa puas, akan lebih mudah bagi mereka untuk menerapkan kepada

pelanggan bagaimana rasa puas itu. Contoh item dari tahap kualitas pelayanan

adalah: “Staff dan fisioterapis bersikap sopan dan ramah.”

Page 32: 2011-2-00456-mc 4

77

Aspek faktor emosional merupakan salah satu hal yang sangat

mempengaruhi kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen timbul pada saat ia

sedang mengkonsumsi produk. Suatu produk akan memberikan kepuasan karena

merek yang sudah terkenal, kualitas yang baik dan harga yang tidak murah

karena harga yang mahal identik dengan kualitas produk yang tinggi dan

sebaliknya, serta pelayanan yang diberikan. Contoh item dari tahap faktor

emosional adalah: “Menggunakan jasa fisioterapi RSPI menimbulkan prestige

tersendiri bagi anda.”

Aspek kemudahan juga ikut menetukan kepuasan konsumen. Pelanggan

akan semakin puas, apabila produk relatif mudah dan efisien dalam

mendapatkannya. Contoh item dari tahap kemudahan adalah: “Kemudahan

dalam mendapatkan informasi tentang jadwal fisioterapi dan dokter.”

4.4 Pengolahan Data Penelitian

4.4.1 Tahap Pelaksanaan Penelitian

Selain menyiapkan alat ukur, peneliti juga mulai menyebarkan kuisioner

yang dilakukan selama sebulan, mulai dari tanggal 15 Maret sampai 15 April

2011. Data subjek yang diambil adalah subjek yang pernah menjadi pasien

fisioterapi low back pain di Rumah Sakit Pondok Indah atau dengan kata lain

mereka yang pernah menjalankan pengobatan fisioterapi minimal satu kali.

Page 33: 2011-2-00456-mc 4

78

Setelah data kuisioner sudah terisi dan terkumpul semua, maka data

diolah dengan menggunakan program SPSS 17.00 version for windows. Peneliti

menguji normalitas dengan tujuan mengetahui apakah distribusi atau penyebaran

data yang diperoleh normal atau tidak, yang nantinya akan menentukan jenis

perhitungan statistik yang dipakai. Berdasarkan uji normalitas Kolmogorov-

Smimov test, data dikatakan normal jika sig (p) > 0.05 (Priyatno, 2008, p28).

Uji normalitas pada data brand image adalah 0.241 yang menunjukkan

bahwa data tersebut normal. Uji normalitas pada data service adalah 0.134 yang

menunjukkan bahwa data tersebut normal. Uji normalitas pada data kepuasan

konsumen adalah 0.341 yang menunjukkan bahwa data tersebut normal.

4.4.2 Prosedur Pengolahan Data dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan analisis

data statistik, yaitu SPSS 17.00. Data yang ada dianalisis menggunakan analisis

regresi berganda untuk melihat apakah ada pengaruh brand image dan service

(independent variabel) terhadap kepuasan konsumen (dependent variabel) pasien

fisioterapi low back pain di Rumah Sakit Pondok Indah.

4.4.3 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Sampel keseluruhan berjumlah 65. Pengolahan sampel dengan

menggunakan uji reliabilitas Alpha Cronbach dengan program SPSS (Statistical

Program for Social Sciences) 17.00 Version for Windows. Alat ukur dikatakan

baik jika reliabilitasnya lebih besar atau sama dengan 0.2 (α ≥ 0.2) dan

Page 34: 2011-2-00456-mc 4

79

dibandingkan dengan angka-angka yang terdapat di kolom Correlation item-

Total correlation. Reliabilitas diperoleh dengan melakukan analisis butir, butir

yang dianggap baik (r ≥ 0.2) akan dipertahankan, sedangkan yang tidak baik

akan dibuang.

Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur Brand Image

Dimensi Butir Jumlah

Corrected

Item-Total

Correlation

Sebelum Setelah Sebelum Setelah

Analisis Butir Analisis Butir

Asosiasi Merek 1 1 1 1 0.540

Favorability

Asosiasi Merek 2 2 1 1 0.381

Kekuatan Asosiasi

Merek 3,4 3,4 2 2

0.475,

0.261

Keunikan Asosiasi

Merek 5 5 1 1 0.342

Jumlah 5 5

Setelah diuji, nilai korelasi Cronbach’s Alpha butir-butir dalam alat ukur

brand image seluruhnya bernilai 0.622, setelah itu dibandingkan dengan angka-

Page 35: 2011-2-00456-mc 4

80

angka pada kolom corrected item-total correlation seluruhnya di atas 0.2

sehingga dinyatakan valid (lampiran 1).

Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur Service

Dimensi Butir Jumlah

Corrected

Item-Total

Correlation

Sebelum Setelah Sebelum Setelah

Analisis Butir Analisis Butir

Reliability 1,2 1,2 2 2

0.269,

0.447

Responsiveness 3,4,5 3,4,5 3 3

0.216,

0.298,

0.208

Assurance 6,7 6,7 2 2

0.454,

0.251

Emphaty 8,9 8,9 2 2

0.416,

0.312

Tangible 10,11,12,13 10,11,12,13 4 4

0.343,

0.341,

0.366,

0.299

Jumlah 13 13

Page 36: 2011-2-00456-mc 4

81

Setelah diuji, nilai korelasi Cronbach’s Alpha butir-butir dalam alat ukur

Perceived Quality seluruhnya 0.692 dan dibandingkan dengan angka-angka

dalam kolom corrected item-total correlation seluruhnya di atas 0.2 sehingga

dinyatakan valid (lampiran 2).

Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur Kepuasan Konsumen

Dimensi Butir Jumlah

Corrected

Item-Total

Correlation

Sebelum Setelah Sebelum Setelah

Analisis Butir Analisis Butir

Kualitas Produk 1 1 1 1 0.454

Harga 2,3 2,3 2 2

0.245,

0.233

Kualitas Pelayanan 4 4 1 1 0.287,

Faktor Emosional 5,6 5,6 2 2

0.258,

0.395

Kemudahan 7,8,9 7,8 3 2

0.525,

0.531,

0,171

Jumlah 9 8

Page 37: 2011-2-00456-mc 4

82

Setelah diuji, nilai korelasi Cronbach’s Alpha butir-butir dalam alat ukur

kepuasan konsumen seluruhnya 0.626. Kemudian dibandingkan dengan angka-

angka dalam kolom corrected item-total correlation, ternyata terdapat satu butir

yang tidak valid (lampiran 3). Pada alat ukur keputusan pembelian tahap pre-

purchase research, butir keempat hanya bernilai 0.171 yang berarti kurang dari

0.2 atau tidak memenuhi syarat validitas sehingga harus dibuang.

4.4.4 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau

lebih variabel independen dengan variabel dependen. Analisis ini dilakukan

untuk melihat tingkat pengaruh variabel bebas pada variabel terikat (Priyatno,

2008, p73). Analisis regresi berganda dilakukan setelah proses uji validitas dan

reliabilitas. Maka, Persamaan regresi yang didapat dari hasil data yang diolah

adalah sebagai berikut :

Keterangan:

Y = tingkat keputusan pembelian

a = konstanta

b1, b2 = koefisien regresi

X1 = brand image

X2 = service

Y = a + b1X1 + b2X2

Y = 1.280 + 0.512X1 + 0.388X2

Page 38: 2011-2-00456-mc 4

83

Persamaan regresi tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Konstanta sebesar 1.280; artinya jika brand image (X1) dan service (X2) nilainya

adalah 0, maka nilai kepuasan konsumennya sebesar 1.280.

2. Koefisien regresi variabel brand image (X1) sebesar 0.512; artinya jika variabel

independen lain nilainya tetap dan brand image mengalami kenaikan sebesar 1%,

maka kepuasan konsumen (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0.512. Koefisien

bernilai positif, artinya terjadi hubungan positif antara brand image dengan kepuasan

konsumen, semakin naik tingkat brand image maka semakin meningkat pula tingkat

kepuasan konsumen.

3. Koefisien regresi variabel service (X2) sebesar 0.388; artinya jika variabel

independen lain nilainya tetap dan service mengalami kenaikan sebesar 1%, maka

tingkat kepuasan konsumen (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0.388. Koefisien

bernilai positif, artinya terjadi hubungan positif antara service dengan kepuasan

konsumen, semakin naik tingkat service maka semakin meningkat pula tingkat

kepuasan konsumen.

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

4.5.1 Uji Normalitas

Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan One-Sample

Kolmogorov-Smirnov, variabel brand image memiliki signifikansi sebesar

0.241 (lampiran 5). Oleh karena sig. 2 tailed lebih besar dari 0.05, maka data

variabel brand image merupakan data normal. Variabel service memiliki

Page 39: 2011-2-00456-mc 4

84

signifikasi sebesar 0.134. Oleh karena sig. 2 tailed lebih besar dari 0.05, maka

data variabel service merupakan data normal. Variabel kepuasan konsumen

signifikasi sebesar 0.341. Oleh karena sig. 2 tailed lebih besar dari 0.05, maka

data variabel kepuasan konsumen merupakan data normal.

4.5.2 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh brand

image dan service secara mandiri terhadap kepuasan konsumen.

Koefisien Regresi

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardiz

ed

Coefficien

ts

T Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta

Toleran

ce VIF

1 (Consta

nt)

1.280 .635

2.015 .048

BI .512 .572 .320 2.162 .007 .843 1.187

S .388 .169 .436 3.484 .002 .843 1.187

Page 40: 2011-2-00456-mc 4

85

Analisis pertama dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh

variabel brand image terhadap variabel kepuasan konsumen (rumusan uji

hipotesis T-1). Berdasarkan hasil uji koefisien, terlihat bahwa t = 2.162 dan

angka signifikansi untuk brand image adalah 0.007 (lampiran 6). Karena Sig

brand image < 0.05 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada

hubungan linier antara variabel brand image secara mandiri terhadap variabel

kepuasan konsumen. Artinya, brand image memberikan pengaruh terhadap

kepuasan konsumen/ pasien low back pain di RSPI.

Analisis berikutnya dilakukan juga untuk melihat ada atau tidaknya

pengaruh variabel service terhadap kepuasan konsumen (rumusan uji hipotesis T-

2). Berdasarkan hasil uji koefisien, terlihat bahwa t = 3.484 angka signifikansi

untuk service adalah 0.002 (lampiran 6). Karena Sig service < 0.05 maka Ho

ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan linear antara variabel service

secara mandiri terhadap variabel kepuasan konsumen. Artinya, service

memberikan pengaruh terhadap kepuasan konsumen/ pasien low back pain di

RSPI.

Analisis data utama dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh

brand image dan service secara bersamaan terhadap kepuasan konsumen/ pasien

low back pain di RSPI (rumusan uji hipotesis T-3).

Page 41: 2011-2-00456-mc 4

86

B

B

Berdasarkan hasil uji anova, terlihat bahwa F = 16.950 dengan angka signifikansi

untuk kepuasan konsumen adalah 0.002 (lampiran 6). Karena Sig < 0.05 maka

Ho ditolak. Maka dapat dikatakan ada hubungan linier antara variabel brand

image dan service terhadap variabel kepuasan konsumen. Artinya, brand image

dan service memberikan pengaruh secara bersamaan terhadap kepuasan

konsumen/ pasien low back pain di RSPI.

Dari hasil analisis, variabel service lebih berpengaruh dibandingkan

dengan pengaruh brand image terhadap kepuasan konsumen (lihat nilai Beta

pada lampiran 6 : 0.436 dibandingkan 0.320). Nilai Beta dari service lebih tinggi

dibandingkan dengan nilai Beta dari brand image.

4.5.3 Analisis Pengaruh

Berdasarkan hasil analisis, nilai standardized beta brand image pada

persamaan Y = 1.280 + 0.512X1 + 0.388X2 (Y = a + b1X1 + b2X2) sebesar

0.320 dan signifikan pada 0.007 yang berarti brand image mempengaruhi

ANOVA Regresi

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 1.255 2 .627 16.950 .002a

Residual 5.596 62 .090

Total 6.851 64

Page 42: 2011-2-00456-mc 4

87

kepuasan konsumen sebesar 32%. Pada service, nilai standardized beta pada

persamaan Y = 1.280 + 0.512X1 + 0.388X2 (Y = a + b1X1 + b2X2) sebesar

0.436 dan signifikan pada 0.002 yang berarti service mempengaruhi kepuasan

konsumen sebesar 43.6%.

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan nilai R = 0.628, hal ini

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara brand image (X1) dan

service (X2) terhadap kepuasan konsumen (Y).

Besarnya angka Adjusted R Square (r2) adalah 0.353, hal ini berarti

35.3 % pengaruh kepuasan konsumen dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel

brand image dan variabel service. Sedangkan sisanya (100%-35.3%=64.7%)

dijelaskan oleh sebab-sebab di luar model (Nisfiannoor, 2009, p174).

4.5.4 Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas adalah untuk menguji korelasi antara independent

variabel yang satu dengan yang lainnya. Uji ini dilakukan ketika penelitian

menggunakan analisis regresi berganda. Selain itu bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara

variabel bebas. Uji Multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan

variance inflation factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila

nilai tolerance lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih kecil daripada 10 maka dapat

disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas (Santoso, 2002, p206).

Page 43: 2011-2-00456-mc 4

88

Pada penelitian kuantitatif yang menggunakan analisis regresi berganda

tidak diperbolehkan ada korelasi linear antara independent variabel yang satu

dengan yang lainnya atau penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas

(Priyatno, 2008, p39). Oleh karena itu, peneliti menggunakan uji

multikolinieritas untuk menguji apakah ada korelasi antara dua independent

variabel yang ada dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji

Multikolinieritas, nilai hasil perhitungan tolerance adalah 0.843. Kemudian VIF

(Variance Inflation Factor) menunjukkan bahwa tidak ada satu variabel

independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Nilai VIF untuk brand image

dan service adalah 1.187 (lampiran 6), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

korelasi antara variabel independen yaitu variabel brand image dan variabel

service

Page 44: 2011-2-00456-mc 4