2010 profil kesehatan bab iii

16
5 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Untuk menggambarkan situasi derajat kesehatan di Kabupaten Jombang digunakan indikator pembangunan kesehatan antara lain mortalitas, morbiditas dan status gizi. A. MORTALITAS Kejadian kematian dalam masyarakat sering digunakan sebagai indikator dalam menilaii keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. 1. Angka Kematian Bayi (AKB) Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi yang disebabkan faktor endogen terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Sedangkan kematian bayi yang disebabkan faktor eksogen terjadi setelah bayi berusia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Gambar 1 Estimasi Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Jombang Tahun 2005 - 2010 Sumber : Profil Kesehatan 2005 – 2010 Kabupaten Jombang Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Sebagaimana dalam gambar 1, AKB pada tahun 2010 adalah sebesar 10,3 per 1000 kelahiran hidup. Artinya di Kabupaten Jombang pada tahun 2010, diantara 1000 kelahiran hidup ada 10 bayi yang meninggal sebelum usia

Upload: eva-ristianti-uviyati

Post on 01-Jan-2016

71 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2010 Profil Kesehatan Bab III

5

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Untuk menggambarkan situasi derajat kesehatan di Kabupaten Jombang digunakan indikator

pembangunan kesehatan antara lain mortalitas, morbiditas dan status gizi.

A. MORTALITAS Kejadian kematian dalam masyarakat sering digunakan sebagai indikator dalam menilaii

keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.

1. Angka Kematian Bayi (AKB) Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi

belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi yang disebabkan faktor endogen terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Sedangkan kematian bayi yang disebabkan faktor eksogen terjadi setelah bayi berusia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

Gambar 1 Estimasi Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Jombang

Tahun 2005 - 2010

Sumber : Profil Kesehatan 2005 – 2010 Kabupaten Jombang

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun,

per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Sebagaimana dalam gambar 1, AKB pada tahun 2010 adalah sebesar 10,3 per 1000 kelahiran hidup. Artinya di Kabupaten Jombang pada tahun 2010, diantara 1000 kelahiran hidup ada 10 bayi yang meninggal sebelum usia

Page 2: 2010 Profil Kesehatan Bab III

6

tepat 1 tahun. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir ini memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Dibandingkan dengan AKB Propinsi Jawa Timur tahun 2009 yang sebesar 28,2 per 1000 KH, AKB Nasional 25,7 per 1000 KH, serta target MDG’s untuk penurunan AKB sebesar 19 per 1000 KH PADA TAHUN 2015, maka AKB Kabupaten Jombang tahun 2010 masih di bawah batas toleransi.

Berdasarkan tabel 4 lampiran Profil Kesehatan tahun 2010, tercatat 21.426 kasus lahir hidup dan 156 kasus lahir mati. Sedangkan jumlah kematian bayi sebanyak 220 bayi dan kematian balita sebanyak 13 balita. Jumlah kematian bayi terbanyak ada di wilayah kerja Puskesmas Perak dan jumlah kematian terendah di wilayah kerja Puskesmas Kesamben Ngoro. Namun data yang diperoleh dari catatan rutin belum bisa menggambarkan angka kematian bayi yang ada di Kabupaten Jombang.

2. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun

waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.

Target MDG’s untuk penurunan AKI adalah sebesar 110 per 100.000 KH pada tahun 2015. Pada tahun 2010, jumlah kematian ibu yang tercatat adalah 17 kasus terdiri dari 2 kematian ibu hamil, 1 kematian ibu bersalin dan 14 kematian ibu nifas dari 21.426 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu tahun 2010 cenderung naik pada masa nifas, hal ini membutuhkan perhatian yang maksimal baik dalam pelayanannya maupun para pemberi pelayanan.

Page 3: 2010 Profil Kesehatan Bab III

7

Tabel 1. Jumlah Kematian Ibu di Kabupaten Jombang Tahun 2006 - 2010 Tahun Jumlah Kelahiran Hidup Jumlah Kematian Ibu

2006 23.876 14 2007 19.042 18 2008 19.773 16 2009 20.360 14 2010 21.426 17

Sumber : Profil Kesehatan 2006 – 2010 Kabupaten Jombang

Berdasarkan tabel diatas, diketahui jumlah kematian ibu berfluktuasi dalam lima tahun terakhir di Kabupaten Jombang.

Untuk tahun 2010 didapatkan penyebab kematian ibu terbanyak adalah penyakit penyerta sejumlah 9 orang, penyebab bergeser dari tahun 2009 dimana penyebab tertinggi adalah PEB. Penyakit penyerta dalam hal ini antara lain jantung, gagal ginjal, epilepsi. Sedangkan kematian ibu menurut gravida adalah gravida I sebanyak 9 orang, gravida II sebanyak 4 orang, gravida III sebanyak 3 orang, gravida IV sebanyak 1 orang. Adapun menurut tempat meninggalnya ibu, 9 orang meninggal di RSU, 4 orang meninggal di RS Swasta, 1 orang di perjalanan, 1 orang di RS Dr. Soetomo, 1 orang di rumah klien, dan 1 orang di Rumah Bersalin.

Informasi mengenai AKI akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistim rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.

Salah satu upaya menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Kabupaten Jombang adalah dengan membentuk kelas ibu hamil. Semua permasalahan terkait ibu hamil dan persalinan dikupas tuntas dalam kelas dengan peserta ibu hamil ini. Diharapkan langkah tersebut dapat meningkatkan K4 ibu hamil dan agar semua persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih.

Page 4: 2010 Profil Kesehatan Bab III

8

3. Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup merupakan indikator untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam

meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya.

Dalam Indek Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Jombang tahun 2010 disebutkan bahwa ada penurunan untuk Angka Harapan Hidup (AHH). Tahun 2009 diketahui AHH Kabupaten Jombang adalah 71,23 dan menurun pada tahun 2010 menjadi 71,18.

Bila dikaitkan dengan kecenderungan angka kematian bayi yang turun pada tahun 2010, maka kemungkinan turunnya AHH adalah karena ada peningkatan jumlah kematian diatas usia lima tahun.

B. MORBIDITAS

Angka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari masyarakat (Community Based

Data) melalui studi morbiditas dan hasil pengumpulan data baik dari Dinas Kesehatan dalam hal ini bersumber dari puskesmas maupun dari sarana pelayanan kesehatan (Facility Based Data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.

Berdasarkan laporan dari puskesmas diketahui bahwa penyakit yang paling banyak diderita masyarakat di Kabupaten Jombang tahun 2010 meliputi penyakit infeksi dan degeneratif.

Tabel 2. Data 10 Penyakit Terbesar di Kabupaten Jombang Tahun 2010

No ICD X Jenis Penyakit Jumlah

1 J00 Nasofaringitis akut (common cold) 60708

2 J06 Infeksi akut pernafasan atas lainnya 59775

3 Z99 Lain - lain 34274

4 K31 Penyakit oesophagus, lambung dan usus duabelas jari 20376

5 I10 Hipertensi 17050

6 M79 Gangguan jaringan ikat, otot, sinovium, tendon dan jaringan 13718

7 A09 Diare dan Gastroenteritis lainnya yang diduga karena infeksi 13702

8 M25 Penyakit sendi 10335

9 L30 Dermatitis dan eksem 10125

10 J44 Asma dan penyakit kronis pernafasan bawah 9835 Sumber : Data Kesakitan Puskesmas 2010

Page 5: 2010 Profil Kesehatan Bab III

9

1. Penyakit Menular Langsung a. Penyakit TB Paru

Penyakit Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang lebih sering menginfeksi organ paru dibanding organ tubuh lainnya dan ditularkan melalui droplet (percikan dahak penderita). Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan merupakan penyebab kematian yang menyerang golongan usia produktif dan golongan social ekonomi tidak mampu. Bersama dengan Malaria dan HIV / AIDs, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs.

Dari data yang berhasil dikumpulkan di Kabupaten Jombang menunjukkan kasus BTA(+) pada kohort 2009 yang diobati sebanyak 534 penderita dan yang telah sembuh 477 penderita (89,3%). Angka kesembuhan ini telah melampaui target SPM tahun 2010 yang sebesar > 85%.

Sedangkan jumlah penderita BTA (+) baru yang ditemukan pada tahun 2010 sebanyak 692 orang atau CDR sebesar 51,34%. Capaian ini masih dibawah target CDR yang ditetapkan yaitu 70%. Kondisi ini menunjukkan masih banyak penderita TB yang belum ditemukan. Upaya untuk meningkatkan angka cakupan penemuan penderita baru BTA (+) pada tahun 2011 adalah ekspansi program DOTS ke UPK lain (RS Swasta dan BP Swasta di Kabupaten Jombang) perlu ditingkatkan.

Dalam mengukur keberhasilan pengobatan TB digunakan Angka Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate = SR) yang mengindikasikan persentase pasien TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat. Tahun 2010 diketahui SR di Kabupaten Jombang adalah 92%.

b. Kusta

Penyakit Kusta atau sering disebut penyakit Lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae yang menyerang syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Indonesia merupakan penyumbang penderita kusta terbesar ketiga di dunia setelah India dan Brasil. Propinsi Jawa Timur menduduki peringkat pertama di Indonesia dalam jumlah penderita kusta, dan Kabupaten Jombang berada pada urutan ke-16 di Propinsi Jawa Timur berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur tahun 2009.

Page 6: 2010 Profil Kesehatan Bab III

10

Berdasarkan kohort 2009 di Kabupaten Jombang terdapat 18 penderita kusta PB dengan RFT (Release From Treatment) 94,4%. Sedangkan penderita kusta MB (kohort 2008) sebanyak 101 dengan RFT 96%.

Angka prevalensi rate kusta tahun 2010 adalah 0,63 per 10.000 penduduk, angka ini

sesuai target yaitu < 1 per 10.000 penduduk. Kabupaten Jombang mencapai eliminasi kusta pada tahun 2007 yaitu dengan prevalensi rate 0,89 per 10.000 penduduk. Terdapat 7 puskesmas yang memiliki prevalensi kusta > 1 per 10.000 penduduk.

Gambar 3 Prevalensi Kusta per 10.000 penduduk Menurut Puskesmas

Kabupaten Jombang Tahun 2010

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2

PR/10.000 Sumber : Tabel 10 Profil Kesehatan 2010 Kab. Jombang Angka penemuan kasus baru (CDR) penderita kusta di Kabupaten Jombang tahun

2010 adalah 6,82 per 100.000 penduduk, sedangkan target CDR adalah < 5 per 100.000 penduduk. Proporsi penderita anak 6% dan tingkat kecacatan II sebesar 22%.

Untuk pencegahan dan penanggulangan dilakukan melalui penemuan penderita, pengobatan dengan MDT, untuk mencegah kecacatan dilakukan pemeriksaan POD (Prevention of Disability) setiap bulan selama masa pengobatan dan rehabilitasi medis.

Page 7: 2010 Profil Kesehatan Bab III

11

c. Penyakit HIV AIDS Perkembangan penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan peningkatan, meskipun

berbagai upaya penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan, secara simultan telah memperbesar tingkat risiko penyebaran HIV/AIDS. Karena itu salah satu target MDGs 6A adalah mengendalikan penyebaran dan mulai

menurunkan jumlah kasus baru HIV dan AIDS hingga tahun 2015. Penemuan kasus dengan HIV positif di Kabupaten Jombang sejak tahun 2008-2010 sejumlah 152 orang dengan rincian penedrita HIV sebanyak 71 orang, penderita AIDs sebanyak 81 orang dan yang meninggal 58 orang. Untuk mencegah penyebaran lebih lanjut diperlukan penyuluhan tentang HIV/AIDS lebih sering dilakukan agar masyarakat paham dan dapat melindungi dari penyakit tersebut.

Diketahui bahwa berdasarkan tabel 8 Profil Kesehatan tahun 2010 jumlah kasus HIV AIDs terbanyak ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Kabuh (15 kasus).

Page 8: 2010 Profil Kesehatan Bab III

12

d. Pneumonia Pnemonia merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan balita. Kasus ISPA

yang berlanjut ke Pneumonia pada umumnya terjadi pada balita dengan gizi kurang dan berada pada lingkungan yang tidak sehat (asap rokok, polusi).

Jumlah balita penderita pneumonia yang dilaporkan di Kabupaten Jombang tahun 2010 dari 32 puskesmas sebanyak 1.099 penderita yang keseluruhannya mendapat penanganan sesuai standar yang berlaku. Angka ini menurun dibandingkan tahun 2009 yang terdapat 1.212 kasus. Upaya pemberantasan penyakit ini difokuskan pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat pada penderita.

e. Diare

Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan pada anak terutama balita. Secara umum penyakit diare sangat berkaitan dengan hygiene sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat, sehingga adanya peningkatan kasus diare merupakan cerminan penurunan kualitas kedua faktor tersebut. Jumlah penderita Diare di Kabupaten Jombang adalah 30.163 orang, dengan jumlah penderita balita sebanyak 11.152 (37%). Angka ini meningkat dibandingkan jumlah kasus pada tahun 2009 yang sebesar 21.932 kasus.

Sedangkan morbiditas diare pada semua usia pada tahun 2010 adalah 24 per 1000 penduduk, meningkat dibandingkan tahun 2009 dengan morbiditas 18 per 1000 penduduk. Untuk tingkat kabupaten, morbiditas diare di Kabupaten Jombang masih dibawah angka morbiditas nasional yaitu 423 per 1000 penduduk.

Gambar 4 Angka Kesakitan Diare Semua Usia (per 1000 Penduduk) Menurut Puskesmas

Kabupaten Jombang Tahun 2010

Sumber : Tabel 8 Profil Kesehatan 2010 Kab. Jombang

Page 9: 2010 Profil Kesehatan Bab III

13

Angka kesakitan diare tertinggi untuk semua usia terdapat di wilayah kerja Puskesmas Bareng (58,7 per 1000 penduduk), sedangkan morbiditas diare terendah terdapat di wilayah kerja Puskesmas Perak ( 7 per 1000 penduduk).

2. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) Beberapa penyakit dapat menular dengan cepat sehingga berpotensi menumbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), namun diantara penyakit-penyakit tersebut ada yang dapat dicegah dengan imunisasi atau disingkat PD3I, antara lain : a. Tetanus Neonatorum

Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot. Tetanus Neonatorum menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak bersih dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Tetanus Neonatorum dapat menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara berkembang.

Pada tahun 2010 di Kabupaten Jombang dilaporkan tidak ada kasus Tetanus Neonatorum. Penanganan kasus tetanus neonatorum memang tidak mudah tetapi juga bukannya tidak mungkin untuk dicegah. Yang terpenting adalah upaya pencegahannya melalui pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi TT pada ibu hamil.

b. Campak Campak merupakan penyakit akut yang disebabkan virus measles yang disebarkan

melalui bersin / pilek dengan gejala awal demam, bercak kemerahan, batuk pilek lalu timbul ruam di seluruh tubuh. Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB).

Sepanjang tahun 2010 ditemukan jumlah kasus campak sebanyak 48 kasus yang ditemukan di 12 wilayah puskesmas. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun 2009 yang terdapat 122 kasus campak. Kasus campak tahun 2010 terbanyak terdapat diwilayah kerja Puskesmas Wonosalam (12 penderita), Dukuhklopo (9 penderita), dan Cukir 8 penderita. Dilihat dari status imunisasi, semua kasus campak yang ada di Kabupaten Jombang sudah mendapatkan imunisasi campak dan cakupan imunisasi campak di wilayah dengan kasus campak, rata-rata 90%. Perkembangan kasus campak di Kabupaten Jombang tahun 2008-2010 terlihat pada gambar berikut :

Page 10: 2010 Profil Kesehatan Bab III

14

Gambar 5. Perkembangan Kasus Campak di Kabupaten Jombang Tahun 2008-2010

Sumber : Profil Kesehatan 2008 - 2010 Kab. Jombang

c. Difteri

Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala demam tinggi, pembengkakan pada amandel ( tonsil ) dan terlihat selaput putih kotor (pseudo membran) yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui udara ( batuk / bersin ) selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontamiasi.

Difteri termasuk penyakit menular yang kasusnya relatif rendah tetapi cenderung meningkat. Tinggi rendahnya kasus difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Di Kabupaten Jombang selama kurun waktu 2009 tidak ditemukan kasus difteri, tetapi pada tahun 2010 ditemukan 13 kasus dimana 11 penderita telah mendapatkan imunisasi dan 2 penderita tidak mendapatkan imunisasi. Ke 13 kasus difteri yang ada di Kabupaten Jombang terjadi pada kelompok umur balita.

Upaya menekan kasus Diphteri dilakukan melalui imunisasi dasar pada bayi yaitu dengan vaksin DPT dan HB yang diberikan 3 kali yakni usia 2 bulan, 3 dan 4 bulan, pemberian imunisasi TD pada anak sekolah, serta memperhatikan rantai dingin penyimpanan vaksin.

d. AFP

Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flacid (layuh) terjadi secara akut (mendadak) dan bukan disebabkan oleh rudapaksa. Kasus AFP non polio adalah kasus AFP yang pada pemeriksaan spesimennya

Page 11: 2010 Profil Kesehatan Bab III

15

tidak ditemukan virus polio liar atau kasus AFP yang ditetapkan oleh tim ahli sebagai kasus AFP non polio dengan kriteria tertentu.

Gambar 6 Sebaran AFP non Polio Menurut Puskesmas

di Kabupaten Jombang Tahun 2010

Pada tahun 2010, di Kabupaten Jombang ditemukan 7 kasus AFP non Polio yang tersebar di 7 wilayah kerja puskesmas. Meliputi Puskesmas Brambang, Tambakrejo, Japanan, Kabuh, Peterongan, Dukuhklopo dan Mayangan. Dari 7 kasus yang ada, 5 penderita telah mendapat imunisasi dan 2 penderita tidak mendapat imunisasi. Sedangkan AFP non Polio Rate adalah 2.2 per 100.000 penduduk usia kurang dari 15 tahun. Artinya belum mencapai target yang ditetapkan SPM Kabupaten Jombang tahun 2010 yang sebesar > 3 per 100.000 penduduk usia < 15 tahun. Tetapi telah mencapai target Nasional sebesar ≥ 2 per 100.000 penduduk usia < 15 tahun. Untuk menghindari terjadinya kasus dari penderita yang telah mendapat imunisasi perlu adanya perhatian pada rantai dingin penyimpanan vaksin. Dan untuk meningkatkan penemuan kasus AFP, Surveilans Aktif Puskesmas perlu lebih ditingkatkan.

3. Penyakit Menular Bersumber Binatang a. Demam Berdarah Dengue

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah menyebar luas ke seluruh wilayah Kabupaten Jombang. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan angka kematian yang relatif tinggi. Jumlah kasus DBD di Kabupaten Jombang selama kurun waktu 2010 adalah sebanyak 433 kasus (Incidence Rate 34,5 per 100.000 penduduk) dengan CFR sebesar 0,46%. Jumlah kasus DBD ini menurun dibandingkan

Page 12: 2010 Profil Kesehatan Bab III

16

dengan kasus yang sama pada tahun 2009 (466 kasus DBD dengan 4 kasus kematian). Artinya Incidence Rate DBD di Kabupaten Jombang sesuai target nasional < 55/100.000 penduduk.

Gambar 7 Angka Insidens Penyakit DBD (per 100.000 penduduk)

di Kabupaten Jombang Tahun 2007 – 2010

Sumber : Profil Kesehatan Jombang Tahun 2007 – 2010 Sedangkan sebaran kasus DBD menurut wilayah kerja puskesmas dapat dilihat pada

gambar 8. Dari 433 kasus yang ada pada tahun 2010, terbanyak ditemukan di wilayah kerja puskesmas Cukir (41 kasus) dan terendah ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Kabuh (1 kasus).

Gambar 8 Jumlah Kasus DBD Menurut Puskesmas Kabupaten Jombang Tahun 2009

Sumber : Tabel 8 Profil Kesehatan 2009 Kabupaten Jombang

Upaya pencegahan dan pemberantasan DBD dititikberatkan pada penggerakan

potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3 M), pemantauan Angka Bebas Jentik (ABJ) dengan membentuk Jumantik serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga.

Angka Bebas Jentik (ABJ) tahun 2010 sebesar 89 %, bila dibanding dengan tahun 2009 terjadi kenaikan. Dibandingkan dengan target 2010, maka capaian ABJ tersebut masih dibawah target (>95%).

Page 13: 2010 Profil Kesehatan Bab III

17

b. Malaria Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi

komitmen global dalam MDGs. Malaria disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles.

Pada tahun 2010 terdapat 25 penderita malaria positif yang ditemukan di Kabupaten Jombang. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun 2009 yang terdapat 28 penderita. Dengan API sebesar 0,07 per 1.000 penduduk, maka Kabupaten Jombang termasuk kategori endemis rendah (API 0 – 1 per 1.000 penduduk).

C. STATUS GIZI

Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indicator, antara lain bayi dengan Berat Badan Rendah (BBLR), status gizi balita dan status gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Protein (WUS KEP).

1. Penanggulangan Gizi Buruk

Untuk mengatasi masalah gizi terutama pada balita, pada tahun 2009 telah dilakukan pencanangan Penanggulangan Gizi Buruk dengan tema BERTABUR BINTANG yang merupakan akronim dari Bersama Tanggulangi Balita Gizi Buruk melalui Bina Keluarga, Timbang Anak, Beri Gizi Seimbang. Dimana pencanangan tersebut diikuti langkah nyata dengan adanya Pusat Layanan Gizi yang dilengkapi dengan Rumah Pintar. Pusat Layanan Gizi memberikan layanan konsultasi masalah gizi secara gratis, serta telah memiliki akses dengan rumah sakit dalam rangka penanganan gizi buruk.

Selain itu telah dilakukan pelatihan Penanganan Balita Gizi Buruk pada Petugas gizi Puskesmas, Bidan serta kader tentang Pelatihan Positife Deviance dan pembentukan taman pemulihan gizi di desa. Pada tahun 2010 terdapat 64 desa yang melaksanakan Taman Pemulihan Gizi.

Page 14: 2010 Profil Kesehatan Bab III

18

Gambar 9 Sebaran Kasus Balita Gizi Buruk di Kabupaten Jombang Tahun 2010

Sumber : Data Profil Kesehatan 2010 Kab. Jombang

Upaya lain dalam menurunkan kasus gizi buruk adalah pembentukan Terapeutic Feeding Center (TFC) di dua puskesmas yaitu Mojoagung dan Tembelang. Melalui TFC, balita gizi buruk mendapatkan perawatan serta terapi asupan gizi selama waktu tertentu. Jumlah balita gizi buruk pada tahun 2010 tercatat 38 balita dan semuanya telah mendapat perawatan. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun 2009 yang terdapat 70 balita gizi buruk. Balita gizi buruk ditemukan di 24 wilayah kerja puskesmas dengan jumlah 1 – 2 balita per puskesmas.

2. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama

yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena premature atau BBLR karena Intrauterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang.

Jumlah BBLR yang dilaporkan di Kabupaten Jombang tahun 2010 sebanyak 885 (4,25%) dari 21.426 kelahiran hidup. Jumlah bayi BBLR ini meningkat dibandingkan tahun 2009 yang terdapat 814 bayi BBLR. Bayi yang lahir dengan BBLR perlu perawatan khusus karena kondisinya rentan terkena masalah kesehatan.

Page 15: 2010 Profil Kesehatan Bab III

19

Gambar 10 Prosentase Bayi BBLR Menurut Puskesmas di Kabupaten Jombang Tahun 2010

Sumber : Tabel 13 Profil Kesehatan 2010 Kab. Jombang

Selama tahun 2010, bayi BBLR ditemukan hampir di semua wilayah kerja puskesmas di Kabupaten Jombang. Jumlah bayi BBLR terendah adalah di wilayah kerja Puskesmas Jabon (1,1%) dari kelahiran hidup.

3. Status Gizi Balita Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat status gizi

masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan pengukuran antopometri yang menggunakan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan per Tinggi Badan (BB/TB), dan Tinggi Badan per Umur (TB/U).

Untuk status gizi yang ditampilkan dalam profil ini menggunakan indikator BB/U. Indikator BB/U menggambarkan status gizi yang sifatnya umum, tidak spesifik. Tinggi rendahnya prevalensi gizi buruk dan kurang, mengindikasikan ada tidaknya masalah gizi pada balita tetapi tidak mengindikasikan apakah masalah gizi tersebut bersifat kronis atau akut. Untuk mengetahui status gizi yang sifatnya kronis biasanya menggunakan indikator TB/U dan untuk mengetahui masalah gizi akut menggunakan indikator BB/TB.

Jumlah balita di Kabupaten Jombang pada tahun 2010 adalah 106.240 balita, yang ditimbang sebanyak 73.973 balita (69,6%), yang naik berat badannya 46.950 balita (63,5%), balita BGM sebanyak 1.990 (2,69%) dan balita gizi buruk sebanyak 38 balita (0,05%). Jumlah balita BGM masih dibawah batas toleransi SPM tahun 2010 yang sebesar <13%.

Page 16: 2010 Profil Kesehatan Bab III

20

Gambar 11

Sebaran Kecamatan Bebas Rawan Gizi di Kabupaten Jombang Tahun 2010

Sumber : Data Profil Kesehatan 2010 Kab. Jombang

Sementara itu, berdasarkan prosentase status gizi balita kurang dan buruk, dapat diketahui jumlah kecamatan yang bebas rawan gizi pada tahun 2010 yaitu 18 kecamatan (86%) dengan sebaran sebagaimana pada gambar 16. Pencapaian ini telah melampaui target yang ditetapkan tahun 2010 yaitu 80%. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya dimana terdapat 15 kecamatan bebas rawan gizi pada 2009. Adapun tiga kecamatan yang rawan gizi adalah Kabuh, Kesamben dan Sumobito.