2010 - pergub no. 55 tahun 2010 ttg igd rs

Upload: hairullahmajid

Post on 05-Jul-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    1/63

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    2/63

    - 2 -

    4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5063);

    5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang RumahSakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5072);

    6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3637);

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2005 tentang

    Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4502);

    8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentangPedoman Pembinaan Dan pengawasan PenyelenggaraanPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4593);

    9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentangPembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,Pemerintahan Daerah Provinsi Dan PemerintahanDaerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara RepublikIndonesia tahun 2007 Nomor 82, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4737);

    10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentangOrganisasi Perangkat Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

    11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor512 Tahun 2007 tentang Izin Praktik dan PelaksanaanPraktik Kedokteran;

    12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor269 Tahun 2008 Tentang Rekam Medis;

    13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor290 Tahun 2008 Tentang Persetujuan TindakanKedokteran;

    14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor147 Tahun 2010 Tentang Perizinan Rumah Sakit;

    15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor143 Tahun2001 Tentang Standarisasi KendaraanPelayanan Medik;

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    3/63

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    4/63

    - 4 -

    Rujukan Rumah Sakit Provinsi Sulawesi Selatan (BeritaDaerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 Nomor115);

    26. Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 139 Tahun

    2009 tentang Petunjuk Teknis Penerapan StandarPelayanan Minimal Rumah Sakit Di Provinsi SulawesiSelatan (Berita Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun2009 Nomor 139).

    Memperhatikan: Visi dan Misi Gubernur dan Wakil Gubernur SulawesiSelatan 2008-2013.

    MEMUTUSKAN :

    Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMANPELAKSANAAN INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)RUMAH SAKIT DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

    PASAL 1

    Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan :1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Provinsi

    Sulawesi Selatan dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotadi Sulawesi Selatan;

    2. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di SulawesiSelatan;

    3. Rumah Sakit selanjutnya disebut RS adalah institusipelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanankesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakanpelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

    4. Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yangmembutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatannyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.

    5. Instalasi Gawat darurat selanjutnya disebut IGD adalahfasilitas pelayanan kesehatan di RS yang memberikanpelayanan gawat darurat.

    PASAL 2

    Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Instalasi Gawat Darurat(IGD) Rumah Sakit di Provinsi Sulawesi Selatan sebagaimanatercantum pada Lampiran yang merupakan bagian tidakterpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

    PASAL 3

    (1) Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2digunakan sebagai salah satu pedoman pemberian izinoperasional Rumah Sakit.

    (2) Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2digunakan sebagai acuan bagi seluruh Rumah Sakit baikmilik pemerintah daerah maupun Swasta di Provinsi dan

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    5/63

    - 5 -

    kabupaten/kota serta pihak lain yang terkait dalammelaksanakan pelayanan di Instalasi Gawat Darurat(IGD).

    PASAL 4

    Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Gubernur ini denganpenempatannya dalam Berita Daerah Provinsi SulawesiSelatan.

    Ditetapkan di MakassarPada tanggal 26 Agustus 2010

    GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

    Dr. H. SYAHRUL YASIN LIMPO, S.H., M.Si., M.H.

    Diundangkan di Makassarpada tanggal 26 Agustus 2010

    SEKRETARIS DAERAHPROVINSI SULAWESI SELATAN

    H. A. MUALLIM, S.H., M,Si.

    BERITA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2010 NOMOR 55

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    6/63

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    7/63

    - 1 -

    LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN

    NOMOR : 55 TAHUN 2010

    TANGGAL : 26 AGUSTUS 2010

    TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT

    DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT DI PROVINSI SULAWESI

    SELATAN

    BAB IPENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, diperoleh

    gambaran bahwa prevalensi cedera secara keseluruhan di Sulawesi Selatan

    sebesar 8,3% yang sedikit lebih tinggi dibanding prevalensi Nasional yaitu

    7,5%. Penyebab terbanyak kasus cedera tersebut adalah jatuh, kecelakaan

    transportasi darat dan terluka benda tajam/tumpul. Sedangkan untuk

    penyebab cedera yang lain bervariasi tetapi prevalensinya rata-rata kecil atau

    sedikit, seperti kontak racun, tenggelam, terbakar dan asfiksia.

    Prevalensi cedera tersebut tentunya secara langsung menggambarkan

    besarnya kasus yang ditangani Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit

    karena kasus cedera tersebut termasuk kasus gawat darurat yang

    memerlukan pelayanan yang cepat, tepat dan aman.

    Untuk meningkatkan peran Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai fasilitaspenanganan kasus cedera yang masuk di RS maka diperlukan upaya

    pengaturan pada manajemen pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD)

    sehingga kecacatan atau kematian akibat cedera dapat dieliminasi.

    Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit saat ini telah ditetapkan

    melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 856 Tahun 2009 sebagai upaya

    untuk meningkatkan manajemen Instalasi Gawat Darurat (IGD). Peraturan

    tersebut menetapkan beberapa hal menyangkut manajemen Instalasi Gawat

    Darurat (IGD), seperti klasifikasi Instalasi Gawat Darurat (IGD), persyaratan

    tenaga serta persyaratan sarana dan prasarana Instalasi Gawat Darurat (IGD).

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    8/63

    - 2 -

    Agar manajemen Instalasi Gawat Darurat Rumah (IGD) Sakit di Provinsi

    Sulawesi Selatan dapat lebih dioptimalkan maka masih diperlukan pengaturan

    menyangkut pelaksanaan pelayanan yang harus diberikan.

    Olehnya itu, disusun Pedoman Pelaksanaan pelayanan Instalasi Gawat

    Darurat (IGD) yang akan digunakan sebagai acuan bagi Rumah Sakit di

    Provinsi Sulawesi Selatan dalam melaksanakan pelayanan di IGD.

    B. TUJUAN DAN SASARAN

    1. Tujuan

    a. Tersedianya pedoman pelaksanaan bagi Rumah Sakit di dalam

    melaksanakan pelayanan Gawat Darurat yang cepat, tepat dan

    aman.

    b. Tersedianya pedoman bagi semua pihak yang terkait dalam

    melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian

    serta pengawasan penyelenggaraan pelayanan gawat darurat di

    RS.

    c. Tersedianya tolok ukur untuk menentukan mutu pelayanan

    gawat darurat di RS.

    2. Sasaran

    Seluruh Rumah Sakit baik milik Pemerintah Daerah maupun Swasta

    di Provinsi dan kabupaten/kota di Sulawesi Selatan.

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    9/63

    - 3 -

    BAB IIIGD, KLASIFIKASI DAN RUJUKAN

    A. IGD

    1. Berbagai nama untuk Instalasi pelayanan gawat darurat di RS

    diseragamkan menjadi INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD).

    2. Logo IGD untuk seluruh RS lingkup di Provinsi Sulawesi Selatan

    diseragamkan seperti pada Gambar 1.

    Gambar 1. Logo IGD di Rumah Sakit Ling kup Provinsi Sulsel

    3. Berbagai warna seragam yang digunakan petugas yang memberikan

    pelayanan kesehatan IGD di RS diseragamkan menjadi WARNA

    MERAH MARON.

    4. Agar pasien/masyarakat mudah mengenali gedung IGD di dalam RS,

    maka gedung IGD sebaiknya mempunyai tanda berupa pilar di depan

    IGD yang BERWARNA MERAH. Pada Gambar 2 dapat dilihat contoh

    pilar dimaksud.

    Gambar 2. Contoh Pilar IGD di Rumah Sakit Lingkup Provinsi Sulsel

    Sebelum diberi ilarSesudah diberi ilar

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    10/63

    - 4 -

    5. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat RS harus dapat memberikan

    pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu secara

    terus menerus.

    6. RS tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasus

    gawat darurat.

    7. Pasien gawat darurat (emergency) tidak perlu mengikuti prosedur

    rujukan untuk mendapatkan pelayanan tapi langsung menuju ke

    fasilitas pelayanan terdekat walaupun fasilitas tersebut adalah RS

    Tipe B atau Tipe A.

    B. KLASIFIKASI IGDKlasifikasi Pelayanan Instalasi Gawat Darurat terdiri dari :

    1. Pelayanan IGD Level IV sebagai standar minimal untuk RS Kelas A.

    2. Pelayanan IGD Level III sebagai standar minimal untuk RS Kelas B.

    3. Pelayanan IGD Level II sebagai standar minimal untuk RS Kelas C.

    4. Pelayanan IGD Level I sebagai standar minimal untuk RS Kelas D.

    C. RUJUKAN

    Pelayanan rujukan RS adalah suatu proses terjadinya pelimpahan wewenang

    dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan ke sarana

    pelayanan kesehatan yang mempunyai kemampuan yang lebih baik.

    Tabel 1. Jenis pelayanan yang diberikan sesuai level IGD

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    11/63

    - 5 -

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pelayanan rujukan,

    yaitu :

    1. Pelayanan rujukan dari IGD RS ke RS lain dilakukan jika tindakan

    lanjutan diperlukan sebagai upaya penyembuhan pasien. Namun

    sebelum rujukan dilakukan, RS bersangkutan harus terlebih dahulu

    menstabilkan kondisi ABC (Airway, Breathing, Circulation) pasien yang

    akan dirujuk.

    2. Jika diperlukan proses rujukan maka sarana pelayanan penerima kasus

    gawat darurat dapat melakukan prosedur rujukan ke sarana pelayanan

    kesehatan setingkat lebih tinggi disertai dengan surat rujukan dari

    dokter. 3. Bentuk Surat rujukan dan tata cara pengisian surat rujukan dapat dilihat

    pada Format 1

    4. Dokter penerima rujukan di RS berkewajiban memberikan jawaban surat

    rujukan kepada dokter yang merujuk setelah pasien selesai dirawat/

    pulang.

    5. Bentuk Surat jawaban rujukan dan tata cara pengisiannya dapat dilihat

    pada Format 2 6. Pelayanan rujukan dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang yang

    dimulai dari Puskesmas (sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar),

    kemudian RS Type C (RS rujukan Tingkat Pertama), selanjutnya ke RS

    Type B (RS Rujukan Tingkat Region ) dan akhirnya ke RS Type A (RS

    Rujukan Tingkat Akhir), Jenjang rujukan dimaksud dapat dilihat pada

    Gambar 3.

    7. Untuk memudahkan proses rujukan maka warna kertas rujukan

    dibedakan sebagai berikut :

    a. RS yang masuk dalam region timur berwarna Kuning

    b. RS yang masuk dalam region utara berwarna Hijau Muda

    c. RS yang masuk dalam region tenggara berwarna Kuning

    d. RS yang masuk dalam region Selatan berwarna Hijau Muda

    e. RS yang masuk dalam region gerbang selatan berwarna Merah Muda

    f. RS yang masuk dalam region gerbang utara berwarna Biru Muda

    g. RS yang termasuk RS Pusat Rujukan Region berwarna Putih

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    12/63

    - 6 -

    KOP SURAT

    SURAT RUJUKANNomor :

    Kepada Yth : TS Dokter Spesialis : …………………

    RS : ……………………. 1)

    Mohon pemeriksaan dan perawatan lebih lanjut penderita :

    Nama : …………………………….

    Umur : …. Tahun/ Bulan Jenis kelamin : L / P *)

    Alamat : ………………………………………..

    ANAMNESA DAN RIWAYAT PENYAKIT :………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

    PEM. FISIK :…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

    PEM. PENUNJANG :………………………………………………………………………………………………………

    DIAGNOSIS SEMENTARA :………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

    TERAPI/ OBAT YANG TELAH DIBERIKAN :………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

    TINDAKAN TELAH DIBERIKAN :……………………………………………………………………………………………………………………………………………Atas Bantuannya diucapkan terima kasih

    Kab/ Kota, Tanggal, Bulan, Tahun

    DOKTER PEMERIKSAPuskesmas/ RS ……………….. *)

    2)

    FORMAT 1

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    13/63

    - 7 -

    KETERANGAN TATA CARA PENGISIAN FORMAT 1 :

    Keterangan 1) :a. Jika Puskesmas yang akan merujuk maka surat rujukan harus ditujukan

    ke RSUD masing masing dan dapat menyebutkan dokter spesialisnya.b. Jika RSUD yang akan merujuk maka Surat rujukan harus ditujukan ke RSPusat Rujukan Region dengan menyebutkan dokter spesialisnya.

    c. Jika RS Pusat Rujukan Region yang akan merujuk maka surat rujukanharus ditujukan ke RS Pusat Rujukan akhir dengan menyebutkan dokterspesialis/ Subspesialisnya.

    Keterangan 2) : Dokter harus mencantumkan nama jelas

    Keterangan *) : Coret yang tidak perlu

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    14/63

    - 8 -

    KOP SURAT

    JAWABAN RUJUKANNomor :

    Kepada Yth : TS Dokter : …………………

    RS : …………………….

    Telah dilakukan pemeriksaan dan perawatan lebih lanjut penderita :

    Nama : …………………………….

    Umur : …. Tahun/ Bulan Jenis kelamin : L / P *)

    Alamat : ………………………………………..

    HASIL PEMERIKSAAN :………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

    DIAGNOSIS : ………….

    TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN :…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

    TINDAKAN TELAH DIBERIKAN :……………………………………………………………………………………………………………………………………………

    ANJURAN TINDAK LANJUT :………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………Atas perhatiannya diucapkan terima kasih

    Kab/ Kota, Tanggal, Bulan, Tahun

    DOKTER PEMERIKSARS ………………..

    KETERANGAN :*) Coret yang tidak perlu

    FORMAT 2

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    15/63

    - 9 -

    GAMBAR 1

    JENJANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATANPROVINSI SULAWESI SELATAN

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    16/63

    - 10 -

    BAB IIIORGANISASI DAN MANAJEMEN

    A. STRUKTUR ORGANISASI

    Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan organisasi fungsional yang

    mempunyai struktur yang secara umum terdiri dari unsur pimpinan dan

    unsur staf pelaksana.

    Struktur dan bagan organisasi IGD ditetapkan oleh pimpinan/ Direktur RS,

    dengan susunan sebagai berikut :

    1. Unsur pimpinan

    - Kualifikasi : dokter/ dokter spesialis anastesi/ bedah- Bekerja purna waktu- Pernah mengikuti pelatihan penanggulangan kegawatdaruratan dengan

    memperoleh sertifikat

    2. Unsur pelaksana , minimal terdiri dari :

    2.1. Koordinator pelayanan/ perawatan- Kualifikasi : Perawat-

    Bekerja purna waktu- Pernah mengikuti pelatihan gawat darurat dengan memperoleh

    sertifikat- Terdiri dari unit triase, resusitasi, observasi dan unit

    tindakan/ ruang operasi minor

    2.2. Koordinator penunjang- Kualifikasi : Perawat- Bekerja purna waktu- Pernah mengikuti pelatihan gawat darurat dengan memperoleh

    sertifikat- Terdiri dari unit radiologi, farmasi, laboratorium dan unit

    evakuasi

    2.3. Tata usaha- Kualifikasi : Sarjana Kesehatan Masyarakat- Bekerja purna waktu

    - Pernah mengikuti pelatihan gawat darurat dengan memperoleh

    sertifikat- Terdiri dari unit pencatatan pelaporan/ rekam medis, logistik/

    inventaris, survailans dan kolektor/ keuangan

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    17/63

    - 11 -

    Adapun bagan struktur organisasi IGD seperti dibawah ini :

    Agar setiap unsur/ tenaga IGD mengetahui peran dan fungsinya dalam

    organisasi IGD maka Direktur RS harus membuat job specification/ rincian

    tugas masing-masing unsur/ tenaga IGD.

    Selain itu, agar pelayanan di RS dapat terintegrasi maka Direktur RS harus

    pula menetapkan mekanisme hubungan kerja dengan unit kerja lain, misalnya

    dengan rawat inap, Intensive care Unit dan instalasi/ unit lainnya.

    B. TENAGA

    Untuk memberikan pelayanan gawat darurat maka IGD harus memenuhi

    standar tenaga, yaitu :

    1. Jenis petugas

    2. Tingkat kemampuan

    3. Jadwal jaga

    1. Jenis petugas

    Jenis petugas yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi IGD adalah :

    a. Dokter ahli (Penyakit dalam, anak, bedah, Obsgin, anastesi, Radiologi

    dan dokter ahli lainnya)

    b. Dokter umum terlatih/ mahir gawat darurat

    c. Perawat terlatih/ mahir gawat darurat

    d. Petugas farmasi

    e. Petugas laboran

    f. Dokter ahli/ Penata Radiologi

    g. Tenaga kesehatan masyarakat/ administrator

    h. Perekam medis

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    18/63

    - 12 -

    Namun variasi keberadaan tenaga tersebut disesuaikan dengan level IGD,

    seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2 .

    2. Tingkat kemampuan

    Semua dokter dan tenaga keperawatan harus mempunyai keterampilan

    khusus untuk melakukan teknik pertolongan hidup dasar (Basic LifeSupport). Untuk itu, Semua dokter telah terlatih PPGD DAN ATLS dan

    tenaga keperawatan telah terlatih PPGD dan BTLS.

    Sedangkan tenaga lainnya harus mempunyai keterampilan melakukan

    RKP.

    3. Jadwal jaga

    Jadwal jaga bagi semua petugas IGD harus dibuat dan ditetapkan olehpimpinan/ Direktur RS sehingga ritme pelayanan IGD tetap cepat, tepat

    dan aman.

    Tabel 2. Kualifikasi Tenaga Berdasarkan Level IGD

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    19/63

    - 13 -

    Hal yang harus dipertimbangkan menyangkut jadwal jaga adalah :

    a. Jadwal jaga dibuat/ di revisi setiap bulan tapi lebih baik dibuat setiap

    minggu.

    b. Adanya kemungkinan tenaga yang berhalangan untuk bertugas.

    Olehnya itu, setiap petugas harus siaga untuk menjadi pengganti

    petugas yang berhalangan tersebut.

    c. Operan jaga harus dilakukan 15 menit sebelum perpindahan jaga

    dilakukan

    d. Operan jaga dilakukan dengan cara mengunjungi pasien sambil

    membawa rekam medis masing-masing pasien.

    e. Materi operan jaga minimal menyangkut :- Jumlah pasien

    - Keadaan Umum

    - Tindakan yang telah dan akan dilakukan kepada masing masing

    pasien (penjelasan menggunakan Rekam Medis masing masing

    pasien)

    f. Jadwal jaga sebaiknya terbagi 3 kelompok (shift), yaitu : :-

    Kelompok pagi (Morning Shift) : 07.00 – 14.00- Kelompok siang (Afternoon Shift) : 14.00 – 21.00- Kelompok malam (Night Shift) : 21.00 – 07.00

    C. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

    Pendidikan dan pelatihan (Diklat) bagi seluruh petugas IGD sangat penting

    dilakukan agar keilmuan dan keterampilan masing-masing pertugas dapat up-

    date dan bermutu.

    Untuk itu, Kepala IGD harus membuat program diklat yang dapat dilakukan

    sendiri atau menggunakan sumber daya dari pihak luar.

    Program pelatihan sebaiknya direncanakan setiap tahun sehingga

    penganggarannya dapat dapat diperhitungkan sejak awal.

    Agar program pelatihan dan pendidikan dapat berjalan secara efisien dan

    efektif maka Kepala IGD harus membuat standar Prosedur operasional diklat

    yang diikuti dengan program monitoring dan evaluasinya.

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    20/63

    - 14 -

    Pendidikan dan pelatihan harus pula diberikan bagi petugas baru di IGD

    dalam bentuk Orientasi kerja. Olehnya itu, Kepala IGD harus pula

    menetapkan dan membuat program orientasi bagi petugas baru, dengan

    materi yang diberikan, minimal tentang :

    a. Pengenalan RS.

    b. Pengenalan tugas dan tata laksana di IGD.

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    21/63

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    22/63

    - 16 -

    Adapun format persetujuan dan penolakan tertulis atas tindakan yang akan

    dilakukan dapat dilihat seperti pada Format 3 . Format persetujuan dan

    penolakan tersebut harus ditetapkan pemberlakuannya oleh direktur RS

    masing-masing.

    Namun pada keadaan gawat darurat, ada pengecualian menyangkut

    persetujuan tindakan kedokteran, seperti berikut ini, yaitu :

    I. Dalam penjelasan pasal 45 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004

    tentang Praktik Kedokteran disebutkan bahwa :

    (1) Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien

    tidak diperlukan persetujuan. Namun, setelah pasien sadar ataudalam kondisi yang sudah memungkinkan, segera diberikan

    penjelasan dan dibuat persetujuan.

    II. Dalam Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 17 Tahun 2006

    Tentang Pedoman Penegakan Disiplin Profesi Kedokteran disebutkan

    bahwa :

    (1) Dalam kondisi dimana pasien tidak mampu memberikan

    persetujuan dan tidak memiliki pendamping, maka dengan tujuanuntuk penyelamatan hidup (life safing) atau mencegah kecacatan

    pasien yang berada dalam keadaan gawat darurat, tindakan medik

    dapat dilakukan tanpa persetujuan pasien .

    III. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290 Tahun 2008

    Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran disebutkan bahwa :

    (1) Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien

    dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan

    tindakan kedokteran.

    (2) Keputusan untuk melakukan tindakan kedokteran sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) diputuskan oleh dokter atau dokter gigi dan

    dicatat di dalam rekam medik.

    (3) Dalam hal dilakukannya tindakan kedokteran sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1), dokter atau dokter gigi wajib memberikan

    penjelasan sesegera mungkin kepada pasie setelah pasien sadar atau

    kepada keluarga terdekat.

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    23/63

    - 17 -

    B. REKAM MEDIS

    Isi rekam medis untuk pasien gawat darurat, sekurang-kurangnya memuat :

    a. identitas pasien;

    b. kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan;

    c. identitas pengantar pasien;

    d. tanggal dan waktu;

    e. hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat

    penyakit;

    f. hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;

    g. diagnosis;

    h. pengobatan dan/atau tindakan;i. ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat

    darurat dan rencana tindak lanjut;

    j. nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan

    tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan;

    k. sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan

    ke sarana pelayanan kesehatan lain; dan

    l.

    pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

    Adapun bentuk Kartu/ Rekam Medis pasien IGD dapat dilihat seperti pada

    Format 4.

    C. TANDA/ RAMBU

    Agar pelayanan IGD lebih cepat, mudah dan tertib maka dipelukan tanda/

    rambu yang menunjukkan arah, lokasi dan cara mencapai unit/ instalasi

    Gawat Darurat dari jalan maupun dari dalam RS.

    Tanda/ Rambu tersebut bersifat sebagai :

    a. Perintah yang wajib dilaksanakan dengan Logo berdasar biru

    b. Perbuatan yang dilarang dilakukan dengan logo berdasar merah

    Adapun beberapa tanda/ Rambu yang harus ada di dalam atau disekitar IGD

    Rumah Sakit seperti pada Tabel 4 .

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    24/63

    - 18 -

    Papan Nama IGD

    Salah satu cara untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang

    keberadaan IGD adalah dengan membuat papan nama IGD.

    Adapun spesifikasi papan nama IGD, sebagai berikut :

    a. Ukuran: 120 -150 Cm Lebar : 90 -100Cm

    b. Bahan : Terbuat dari papan atau fiber

    c. Warna : Dasar putih polos dan huruf warna hijau tua

    d. Penulisan/ Fontasi:

    - 1/3 bagian atas .

    Tertulis UGD Dibagian bawahnya tertulis (Unit Gawat Darurat ) Ukuran

    huruf menyesuaikan.

    - 1/3 bagian tengah

    Tergambar : Jumlah bintang sesuai klasifikasi UGD Dibawah

    dituliskan “24 Jam”- 1/3 bagian bawah

    Tertulis nama rumah sakit, Dibawahnya tertulis nomor telepon Hot line

    UGD

    e. Asesories

    - Menggunakan lampu penerang- Rotator warna kuning dipasang dibagian atas papan, dibagian tengah

    f. Penempatan Papan nama :

    - Papan nama ditempatkan didepan pintu masuk rumah sakit atau

    Unit Gawat Darurat- Papan nama dipasang dengan menggunakan tiang dengan tinggi

    menyesuaikan.

    D. ALUR PELAYANAN

    Hal yang harus dipertimbangkan menyangkut alur pelayanan adalah :

    1. Direktur harus menetapkan kebijakan, prosedur tertulis serta

    pelaksanaan Triase.

    Kebijakan ini harus diikuti dengan penetapan program, evaluasi serta

    tindak lanjut dari evaluasi yang telah dilakukan.

    2. Direktur harus menetapkan Standar prosedur operasional kegiatan

    pelayanan RS

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    25/63

    - 19 -

    Prosedur ini harus diikuti dengan pelaksanaan evaluasi dan

    selanjutnya dilakukan tindak lanjut terhadap evaluasi yang telah

    dilakukan.

    1. Triase

    Triase adalah tata cara seleksi untuk melakukan pengenalan yang tepat dan

    cepat kondisi pasien yang butuh pelayanan segera dengan cara menempatkan

    pasien secara tepat diwaktu yang tepat dengan pemberi pelayanan yang tepat.

    Triase sangat diperlukan terutama pada keadaan pasien datang dalam jumlah

    banyak pada waktu bersamaan di IGD (misalnya pada bencana atau

    kecelakaan massal/ gawat darurat massal).

    Pada keadaan biasa (bukan kondisi bencana/ kecelakaan massal), triase

    dilakukan untuk mengarahkan pasien menuju ruangan sesuai pelayanan yang

    dibutuhkan Ruangan resusitasi, tindakan atau observasi).

    Triase dilakukan dengan cara memprioritaskan pasien menjadi :

    (a) Prioritas Pertama ( Merah ) :- Pasien yang masuk pada kelompok ini adalah pasien yang akan

    mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat jika tidak diberikan

    tindakan seperti gangguan ABC (Airway, Breathing, Circulation) atau

    pasien yang mengalami cedera berat.

    - Pasien yang mengalami gangguan ABC (Airway, Breathing,

    Circulation) masuk ke ruang Resusitasi. Pasien yang masuk pada

    kelompok ini antara lain gagal nafas, Henti jantung, Chest Pain, Sock

    anafilaktik atau Diare berat disertai shock.- Pasien yang mengalami cedera berat masuk ke ruang Tindakan/ OK.

    Pasien yang masuk pada kelompok ini antara lain pasien cedera

    torako-abdominal, cedera kepala / maksilo-fasial berat, shok atau

    perdarahan berat, luka bakar berat.

    (b) Prioritas Kedua ( Kuning ) :- Pasien yang mengalami Cedera / gangguan kesehatan yang dipastikan

    tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat, misalnya :cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi,

    fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala / tulang belakang leher,

    luka bakar ringan, Diare berat/ sedang yang tidak disertai shock.

    - Pasien kelompok ini dimasukkan ke ruang Tindakan/ OK

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    26/63

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    27/63

    - 21 -

    E. SISTEM KEAMANAN IGD

    Pada saat berada di Instalasi Gawat darurat, beberapa keadaan sering

    dihadapi oleh pasien/ keluarga pasien atau petugas kesehatan antara lain :

    1. Kurangnya kontrol keamanan

    2. Kurangnya privasi

    3. Rasa takut terhadap serangan dari keluarga pasien

    4. Rasa cemas terhadap keluarga yang mengalami gawat darurat

    Keadaan tersebut diatas menyebabkan pasien/ keluarga pasien atau petugas

    kesehatan di IGD mengalami tekanan mental atau masuk pada keadaan

    bahaya terutama pada saat pasien/keluarga pasien kurang mengontrol emosi

    terhadap keadaan yang dialaminya di IGD.

    Olehnya itu, IGD harus di tata agar keamanan dan kenyamanan dapat

    diberikan sehingga pasien, keluarga pasien atau tenaga kesehatan tidak

    merasa ketakutan atau cemas.

    Beberapa cara untuk mengatur keamanan IGD, yaitu :

    1. Penggunaan kamera2. Penggunaan kunci elektronik

    3. Penempatkan polisi yang dilengkapi dengan detektor metal di pintu

    masuk IGD

    4. Penyediaan ruangan khusus untuk melindungi pasien yang mungkin

    mendapat serangan dari luar

    5. Triase harus pula menjamin kerahasiaan data pasien dan keamanan

    pasien.

    Untuk mengurangi kecemasan keluarga pasien maka IGD harus memberi rasa

    nyaman dengan cara :

    1. Ruang tunggu pasien ditata sehingga keluarga pasien sedapat mungkin

    melihat ke dalam IGD dan tenaga kesehatan dapat melihat/ mengontrol

    keluarga pasien di ruang tunggu

    2. Pengeras suara di ruang tunggu harus disediakan sehingga

    memudahkan keluarga untuk dipanggil jika diperlukan

    3. Televisi, majalah, surat kabar atau bahan bacaan lainnya sebaiknya

    disediakan di ruang tunggu sehingga keluarga pasien mempunyai

    kegiatan selingan

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    28/63

    - 22 -

    RUMAH SAKIT …………….

    Jl. …….

    KABUPATEN/ KOTA ………

    PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

    N a m a : ………………………………………………………………………………………

    Umur/ Kelamin : ……………………………………….. tahun, laki-laki/ perempuan *)

    Alamat : ………………………………………………………………………………………

    ………………………………………………………………………………………

    Bukti diri/ KTP : ………………………………………………………………………………………Menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan :

    PERSETUJUAN

    Untuk dilakukan tindakan kedokteran berupa **) : …………………………………………………………

    Terhadap diri saya sendiri/ Isteri/ Suami/ Anak/ Ayah/ Ibu *) saya dengan :

    N a m a : ………………………………………………………………………………………

    Umur/ Kelamin : …………………………………… tahun, laki-laki/ perempuan *)

    Alamat : ………………………………………………………………………………………

    ………………………………………………………………………………………

    Bukti diri/ KTP : ………………………………………………………………………………………

    Dirawat di : ………………………………………………………………………………………

    Nomor Rekam Medis : ………………………………………………………………………………………

    Yang tujuan, sifat dan perlunya tindakan kedokteran tersebut diatas, serta resiko yang ditimbulkan telah cukup

    dijelaskan oleh Dokter dan telah mengerti sepenuhnya.

    Demikian pernyataan persetujuanini saya buat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan.

    ………………Tgl……. Bulan …………… Tahun …………

    Saksi Dokter Yang membuat pernyataan

    Tanda tangan Tanda tangan Tanda tangan

    1………………………..

    (…………………………)Nama jelas

    2………………………..

    (…………………………)Nama jelas

    1………………………..

    (…………………………)Nama jelas

    1………………………..

    (…………………………)Nama jelas

    **) Isi dengan jenis tindakan kedokteran yang akan dilakukan*) Coret yang tidak perlu

    FORMAT 3

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    29/63

    - 23 -

    RUMAH SAKIT ………..

    Jl. …….KABUPATEN/ KOTA …………..

    PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

    N a m a : ………………………………………………………………………………………

    Umur/ Kelamin : ……………………………………….. tahun, laki-laki/ perempuan *)

    Alamat : ………………………………………………………………………………………

    ………………………………………………………………………………………

    Bukti diri/ KTP : ………………………………………………………………………………………

    Menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan :

    PENOLAKAN

    Untuk dilakukan tindakan kedokteran berupa **) : …………………………………………………………

    Terhadap diri saya sendiri/ Isteri/ Suami/ Anak/ Ayah/ Ibu *) saya dengan :

    N a m a : ………………………………………………………………………………………

    Umur/ Kelamin : …………………………………… tahun, laki-laki/ perempuan *)

    Alamat : ………………………………………………………………………………………

    ………………………………………………………………………………………

    Bukti diri/ KTP : ………………………………………………………………………………………

    Dirawat di : ………………………………………………………………………………………

    Nomor Rekam Medis : ………………………………………………………………………………………

    Saya juga telah menyatakan dengan sesungguhnya dengan tanpa paksaan bahwa saya :Telah diberikan informasi dan penjelasan serta peringatan akan bahaya, resiko serta kemungkinan-kemungkinan yang timbul apabila tidak dilakukan tindakan kedokteran berupa **) …………………..

    telah saya pahami sepenuhnya informasi dan penjelasan yang diberikan oleh dokter. Atas tanggungjawab dan resiko saya sendiri telah menolak untuk dilakukan tindakan kedokteran yangdianjurkan dokter.

    Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan.

    ………………Tgl……. Bulan …………… Tahun …………

    Saksi Dokter Yang membuat pernyataan

    Tanda tangan Tanda tangan Tanda tangan

    1………………………..

    (…………………………)Nama jelas

    2………………………..

    (…………………………)Nama jelas

    1………………………..

    (…………………………)Nama jelas

    1………………………..

    (…………………………)Nama jelas

    **) Isi dengan jenis tindakan kedokteran yang ditolak*) Coret yang tidak perlu

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    30/63

    - 24 -

    KARTU INSTALASI RAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ………………

    PEMERIKSAAN FISIK :

    No :

    FORMAT 4

    3. L e h e r : JPV. 5 ± : ....................................................................................................... Lain‐lain : .......................................................................................................

    Tanggal : Hari : Jam :

    Datang : Ambulance/ Sendiri / Diantar oleh Kelaurga / Tetangga / Teman / Polisi

    ANAMNESE :

    3. Keluhan Utama : ...........................................................................

    4. Riwayat Penyakit sebelumnya : .................................................................

    5. Lainnya : .....................................................................................................

    1. K U : Kesadaran : CM / Apatis / Seporos / Komatus / Koma T : ...................Mm Hg N : ..................x / mm BB : .......................... S : ................... OC P : ..................x / mm TB : ..........................

    2. Kepala : Mata : Cekung +/ ‐, Conjuktiva Anemis : +/ ‐, Skelera Ikterus +/ ‐Pupil : Isokor ki dan ka +/ ‐ Midriasis / Miosis Ukuran ..........cm

    Refleks cahaya ki +/ ‐, ka +/ ‐Lain‐lain : ......................................................................................................

    4. Thorax : ‐ Jantung : Bunyi I dan II Jelas/Tidak, Bunyi Tambahan +/ ‐, Murmur +/ ‐

    ‐ Paru : Ronkhi basah halus / kasar / nyaring / tak nyaring Ronkhi Kering +/ ‐

    ‐ Lain‐lain : ........................................................................................................

    5. Ekstremitas : Sianosis +/ ‐, Clubing +/ ‐, Jari keriput +/ ‐ Dingin +/ ‐Edema +/ ‐, Sendi bengkak +/ ‐ di ................................................................ Paraparese +/ ‐ Superior / Interior, Hemiparese +/ ‐ kiri / kanan

    IDENTITAS PASIEN :

    1. N a m a : ............................................

    2. U m u r : ..................... Laki / Wanita

    3. A g a m a : ............................................

    4. A l a m a t : ............................................................ Telepon : ........................

    IDENTITAS PENGANTAR PASIEN :

    1. N a m a : ............................................ 2. U m u r : ..................... Laki / Wanita

    3. A g a m a : ............................................

    4. A l a m a t : ............................................................ Telepon : ........................

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    31/63

    - 25 -

    9. Luka – luka

    6. Abdomen : Datar / Cekung / Kembung / Lemas / Tegang Nyeri tekan +/ ‐Defans Muscoler +/ ‐, Turgor Normal / Turun Belotemen +/ ‐, Bising Usus : ↓ / ‐ / normal / n / ↑ / ↑↑

    Hepar tidak teraba / membesar ................................. jpx ..............................jpa Kenyal / Lunak / Keras / Rata / Tidak Rata Nyeri Tekan +/ ‐Limpa : ............................................ Ginjal : ............................................ Kandung Kencing : ................................ Lain‐lain : ............................................

    7. Kemampuan : GCS : E .............................. M : ............................... V : .................................

    8. Pemeriksaan Tambahan : - Laboratorium :

    - Foto Ronggent :- USG Abdomen :

    - E K G :

    - Lain – lain :

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    32/63

    - 26 -

    10.Tindakan : .............................................................................................................................

    11. Diagnosa Sementara : 1. ....................................................................................................... 2. .......................................................................................................

    12. Pengobatan :

    1. Oksigen .......................... lt / mnt, jam : ...................................... 2. Infus .................................. Tetes / menit, jam : .......................... 3. Obat Oral : a. .........................................................................

    b. ......................................................................... c. .........................................................................

    4. Obat Suntik : a. ......................................................................... b. ......................................................................... c. .........................................................................

    13. Keterangan : 1. Dipulangkan / sembuh / belum sembuh

    2. Alih Rawatan ke Bagian .......................................................................

    3. Alih Rawatan ke Rumah Sakit .............................................................. Karena tempat penuh / permintaan OS / Kel. Jam .............Tgl.............

    4. Alih Rawat Jalan ke Poliklinik Bagian ..................................................

    5. Meninggal sesudah dirawat ..................... Jam : ...........Hari : ...............

    Sebab Kematian : ……………………………..........................................

    6. Keluar dari IRD Tgl ………….…. Hari ..................... Jam.....................

    Perawat Yang Bertugas, Dokter Tang Bertugas,

    (.........................................) (........................................)

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    33/63

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    34/63

    - 28 -

    TATA CARA PENGISIAN

    1. RUMAH SAKIT DAN LOGO : Diberi nama RS dan Logo (Jika RSmempunyai logo)

    2. JUDUL SOP : Diberi judul/ nama SOP sesuai proses kerjanya, contoh :Konsultasi medis, biopsy ginjal, persiapan pasien operasi)

    3. Nomor Dokumen : Diisi sesuai dgn ketentuan penomoran yang berlakudi RS Ybs yang dibuat sistematis agar ada keseragaman)

    4. NOMOR REVISI : Diisi dengan status revisi, bias menggunakan HURUFatau ANGKA.

    5. JUMLAH HALAMAN : Diisi nomor halaman dengan mencantumkan jugatotal halaman untuk SOP tersebut. Jika SOP mempunyai 5 halamanmaka pada halaman 1 ditulis 1/5, halaman kedua ditulis 2/5, dst

    6. TANGGAL DITETAPKAN : Diberi tgl sesuai dengan tgl terbitnya yangharus disesuaikan dengan tgl diberlakukannya SOP tersebut.

    7. DITETAPKAN : Diberi tanda tangan direktur dan nama jelas

    8. PENGERTIAN : Berisi penjelasan dan atau defenisi tentang istilah yangmungkin sulit dipahami atau menyebabkan salah pengertian

    9. TUJUAN : Tujuan pelaksanaan SOP secara spesifik. Kata kunci : “sebagaiacuan penerapan langkah langkah untuk ……….”

    10. KEBIJAKAN : Bersi kebijakan (RS atau bidang/ departemen) yangmenjadi dasar dan garis besar dibuatnya SOP tsb. Dapat berisi (terkaitdengan) beberapa kebijakan yang mendasasi SOP tersebut. Dapat jugaterjadi satu kebijakan menjadi dasar beberapa SOP sehingga tercantumdalam beberapa SOP yang “dipayungi”

    11.

    PROSEDUR : Bagian ini merupakan bagian utama yang menguraikanlangkah2 kegiatan untuk menyelesaikan proses kerja tertentu, dan staf/petugas yang berwenang. Didalamnya dapat dicantuntumkan alat/formulir/ fasilitas yang digunakan, waktu, frekwensi dalam proses kerja

    yang digunakan. Bila memungkinkan, diuraikan secara lengkap unsur2 yang menyangkut : SIAPA, DIMANA, KAPAN & BAGAIMANA (5W 1H)

    12. UNIT TERKAIT : Berisi unit2 yang terkait dan atau prosedur terkaitdalam proses kerja tersebut

    CATATAN :a. Heading (berwarna biru muda) diulang pada setiap halaman

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    35/63

    - 29 -

    FORMAT 6

    RUMAH SAKITDAN

    LOGO

    STANDAR PROSEDUR OPERASIONALOPERAN JAGA PETUGAS

    Nomor : ……… nomor revisi : Jumlah hal :2/3

    PROSEDUR TETAP

    Tanggal ditetapkan21 Januari 2010

    Ditetapkan,Direktur

    PENGERTIAN Pengaturan operasi jaga adalah tata cara serah terima jaga

    TUJUAN 1.

    Menjaga kesinambungan pelayanan/ tindakan/tugas secara menyeluruh

    2. Agar petugas jaga tetap mempunyai detail

    pelayan/ tugas/ tindakan yang telah dan akan

    dilakukan

    KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentangRumah Sakit

    2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 269 Tahun 2008 Tentang Rekam Medis

    PROSEDUR 1. Petugas pengganti datang 15 menit sebelum waktu

    perpindahan jaga dilakukan.

    2. Petugas pengganti selanjutnya datang langsung ambil

    buku laporan harian dan petugas jaga sebelumnya

    memberikan waktunya untuk menjelaskan tugas/

    pelayanan/ tindakan yang telah dan akan dilakukan

    3. Kedua petugas selanjutnya menandatangani buku

    laporan jagaUNIT TERKAIT Keperawatan

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    36/63

    - 30 -

    Tabel 4 Tanda/ Rambu di didalam dan sekitar IGD RS

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    37/63

    - 31 -

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    38/63

    -32-

    BAB VSARANA DAN PRASARANA

    A. SARANA

    1. Lokasi

    a. Instalasi gawat darurat harus mudah diakses tanpa adanya hambatan

    oleh kendaraan roda empat. Olehnya itu Lokasi RS harus berada di

    bagian depan RS dengan alur jalan masuk dan keluar yang tersendiri

    dan mempunyai tanda-tanda/ rambu yang jelas dari dalam dan dari

    luar Rumah sakit.

    b. Luas bangunan IGD disesuaikan dengan beban kerja RS dengan

    memperhitungkan kemungkinan penanganan korban massal/

    bencana.

    c. Instalasi gawat darurat harus terpisah secara fisik dan atau fungsional

    dengan pelayanan lain. Hubungan IGD dengan unit pelayanan lainnya

    melalui koridor.

    d. Pada keadaan ruangan laboratorium dan Radiologi tidak disediakan di

    dalam IGD maka gedung IGD harus berdekatan dengan gedung

    Laboratorium dan Radiologi. Selain itu diupayakan pula lokasi ruang

    ICU dan kamar operasi tidak jauh dari IGD.e. Ambulans / kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di

    depan pintu yang areanya terlindung dari panas dan hujan (catatan :

    untuk lantai IGD yang tidak sama tinggi dengan jalan ambulans harus

    membuat (ramp).

    f. Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa menampung lebih

    dari 2 ambulans (sesuai dengan beban RS)

    g. Ruang triase harus dapat memuat minimal 2 (dua) brankar

    2. Persyaratan kesehatan lingkungan ruang IGD

    a) Dinding

    Dinding IGD terbuat dari bahan porselin (tidak mudah menyerap air)

    atau vinyl setinggi langit-langit atau dicat dengan cat epoxi yang

    tidak luntur dan aman, berwarna terang. Dengan bahan tersebut

    maka dinding mudah dibersihkan dan tidak menjadi tempat sarang

    debu dan kotoran.

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    39/63

    -33-

    b) Langit-langit

    Bahan langit langit IGD terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan

    tinggi minimal 2,70 meter dari lantai. Bahan langit-langit harus

    dipasang dengan rapat dan kuat sehingga tidak menghasilkan

    kotoran atau debu.

    c) Pintu

    1) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter,

    dan semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.

    2) Pintu IGD harus cukup untuk dilewati kereta/ brankar serta

    terdiri dari 2 daun pintu dan selalu dalam keadaan tertutup.

    Lebar minimal 1,40 meter dengan tinggi minimal 2,10 meter,

    3) Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda

    dengan pintu utama (alur masuk kendaraan / pasien tidak

    sama dengan alur keluar) kecuali pada klasifikasi IGD level 1

    dan 2.

    4) Harus disediakan pintu keluar tersendiri untuk jenazah dan

    bahan kotor yang tidak terlihat oleh pasien dan pengunjung.

    d) Lantai

    Bahan lantai IGD dapat terdiri dari bahan vinyl yang rata ataukeramik dengan nat yang rata, dan mudah dibersihkan, kedap air,

    dan berwarna terang.

    e) Sumber air

    Saluran air bersih PAM atau sumur BOR

    f) Air kotor

    Dilengkapi dengan saluran air kotor yang dihubungkan ke Instalasi

    Pengolahan Air Limbah (IPAL)g) Listrik

    1) Sumber daya listrik dari PLN, sebagai Sumber Listrik Utama.

    2) Sumber daya listrik dan Genset sebagai sumber listrik

    cadangan.

    3) Kapasitas panel harus mampu melayani beban dengan minimal

    1,5 kali dari beban yang terpasang pada saat gedung mulai

    digunakan

    4) Perhitungan Listrik, diperhitungkatn dengan jumlah alat dan

    penerangan yang terpasang.

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    40/63

    -34-

    5) Pemasangan instalasi listrik, instalasi kotak kontak biasa, kotak

    kontak khusus, harus mengacu PUIL 2000 khusus panel sistim

    instalasi listrik pada fasilitas pelayanan kesehatan

    h) Pendingin Ruangan

    1) Ruang operasi dipasang pendingin untuk menciptakan ruangan

    bersih/steril denagan Suhu ruangan berkisar 19 – 24 0 C

    2) Ventilasi atau penghawaan sebaiknya menggunakan AC

    tersendiri yang dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang

    operasi yang terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan AC

    minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk

    ke dalam kamar operasi berasal dari atas ke bawah. Khususuntuk ruang bedah ortopedi atau transplantasi organ harus

    menggunakan pengaturan udara UCA ( Ultra Clean Air ) System.

    i) Pada ruang operasi di IGD, harus disediakan gelagar (gantungan)

    lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang

    sebelum pemasangan langit-langit.

    j) Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai.k) Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar,

    untuk itu harus dibuat ruang antara.

    l) Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat ke dalam ruang

    operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril

    dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat dibuka

    dan ditutup.

    m) Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui bawah

    lantai atau di atas langit-langit.

    n) Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.

    o) Tingkat kelembaban ruangan IGD sebesar 45 – 60%

    p) Ruangan IGD menggunakan tekanan Positif

    3. Jumlah ruangan

    a. Instalasi gawat darurat minimal memiliki ruangan :

    - triase,- resusitasi,- Ruangan tindakan/ operasi- ruang observasi,

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    41/63

    -35-

    - ruang petugas- ruang tunggu- ruang administrasi

    Namun demikian, jumlah ruangan berdasarkan level IGD bervariasi,

    dengan rincian sebagai berikut :

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    42/63

    -36-

    4. posisi ruangan

    a. Agar pasien dapat memperoleh pelayanan yang cepat maka seyogyanya

    IGD juga mempunyai ruangan :

    - Laboratorium- Radiologi- Farmasi

    b. Agar penempatan pasien yang masuk IGD dapat dilakukan secara cepat

    sesuai hasil triase (Penilaian keadaan gawat darurat pasien) maka posisi

    ruangan IGD seperti pada gambar 3 .

    Pada gambar skematis diatas terlihat bahwa posisi ruang yang harus dekat

    dengan pintu masuk IGD secara berurutan sebagai berikut :

    1. Ruang resusitasi

    2. Ruangan tindakan

    3. Ruangan observasi

    4. Ruangan penunjang (Radiologi, Laboratorium, Farmasi, ruang petugas,

    ruang administrasi, ruang tunggu, WC dan ruang penunjang lainnya)

    Gambar 3. Posisi masing masing ruangan IGD

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    43/63

    -37-

    B. PRASARANA

    Fasilitas prasarana yang dibutuhkan disesuikan dengan level IGD masing,

    sperti pada tabel dibawah ini.

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    44/63

    -38-

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    45/63

    -39-

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    46/63

    -40-

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    47/63

    -41-

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    48/63

    -42-

    Pemeriksaan, Pemeliharaan, dan Perbaikan Alat

    Hal yang penting diperhatikan menyangkut peralatan IGD menyangkut

    pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan alat.

    Olehnya itu, hal yang harus dilakukan agar pemeriksaan, pemeliharaan danperbaikan alat dapat berjalan, yaitu :

    a. Ada protap/ Juklak pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan alat

    secara berkala

    b. Ada jadwal pemeriksaan & pemeliharaan semua alat

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    49/63

    -43-

    c. Ada bukti pelaksanaan pemeliharaan semua alat

    d. Ada bukti kalibrasi semua alat

    e. Ada prosedur penggantian kerusakan alat

    C. TRANPORTASI

    Tranportasi penderita yang dilakukan melalui darat menggunakan

    ambulance yang harus memenuhi persyaratan/ spesifikasi, yaitu :

    1) Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak

    2) Tanda pengenal kendaraan :- di bagian depan tertulis : gawat darurat/ emergency- disamping tertulis : Ambulans dengan logo IGD PROVINSI

    SULSEL

    3) Menggunakan pengatur udara AC dengan pengendali di ruang

    pengemudi.

    4) Pintu belakang dapat dibuka ke arah atas.

    5) Ruang penderita tidak dipisahkan dari ruang pengemudi

    6) Tempat duduk petugas di ruang penderita dapat diatur/ dilipat

    7) Dilengkapi sabuk pengaman bagi pengemudi dan pasien

    8) Ruang penderita cukup luas untuk sekurangnya dua tandu. Tandudapat dilipat.

    9) Ruang penderita cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri tegak

    untuk melakukan tindakan

    10) Gantungan infus terletak sekurang-kurangnya 90 sm di atas tempat

    penderita

    11) Stop kontak khusus 12 V DC di ruang penderita

    12) Lampu ruangan secukupnya/ bukan neon dan lampu sorot yangdapat digerakan

    13) Meja yang dapat dilipat

    14) Lemari obat dan peralatan

    15) Tersedia peta wilayah dan detailnya

    16) Penyimpan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah

    17) Sirine dua nada

    18) Lampu rotator warna merah dan biru

    19) Radio komunikasi dan telepon genggam di ruang kemudi

    20) Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia

    21) Peralatan rescue

    22) Lemari obat dan peralatan

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    50/63

    -44-

    23) Tanda pengenal dari bahan pemantul sinar

    24) Tabung oksigen dengan peralatan bagi 2 orang

    25) Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/

    bayi

    26) Suction pump manual dan listrik 12 V DC

    27) Peralatan monitor jantung dan nafas

    28) Alat monitor dan diagnostik

    29) Peralatan defibrilator untuk anak dan dewasa

    30) Minor surgery set

    31) Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya

    32) Kantung mayat

    33) Sarung tangan disposable

    34) Sepatu boot

    Agar pelayanan dapat berlangsung pada saat proses tarsportasi maka

    petugas pendamping (dokter atau perawat) dan pengemudi harus

    mempunyai kemampuan PPGD .

    Tata tertib berkendara1. Saat menuju ke tempat penderita, pengemudi boleh menghidupkan

    sirine dan lampu rotator. Namun selama mengangkut penderita hanya

    lampu rotator yang dihidupkan.

    2. Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku

    Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa, 80 km di jalan

    bebas hambatan.

    3. Petugas membuat/ mengisi laporan selama perjalanan yang disebutdengan lembar catatan penderita yang mencakup identitas, waktu dan

    keadaan penderita setiap 15 menit.

    4. Petugas memakai seragam ambulans dengan identitas yang jelas.

    Agar dapat diketahui perkembangan pasien yang berada di Ambulance,

    maka sebaiknya ambulance mempunyai alat komunikasi yang terhubung

    ke RS tempat merujuk.

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    51/63

    -45-

    D. SISTEM KOMUNIKASI

    (1) Setiap RS harus mempunyai Unit informasi dan Komunikasi Rujukan

    yang berfungsi untuk memberikan informasi dan atau menerima

    informasi tentang pasien yang akan dirujuk.

    (2) Fasilitas komunikasi yang harus dimiliki RS : Intercom,telepon

    langsung, radio band

    (3) RS harus mempunyai hubungan komunikasi antar unit dengan

    konsulen, antara rumahsakit, unit pemadam kebakaran, kepolisian, dll

    (4) Sebelum merujuk pasien, petugas terlebih dahulu menghubungi RS

    yang dituju untuk menyampaikan kondisi pasien, indikasi merujuk,

    cara pengiriman pasien dan informasi lain yang perlu.

    (5) Pelaksanaan system ini akan diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis

    Sistem informasi dan komunikasi RS.

    Dengan adanya sistem komunikasi yang dimiliki RS maka pertolongan dapat

    segera diberikan sehingga dapat meminimalkan resiko-resiko penyulit lanjutan

    seperti syok hipovolemia akibat kehilangan darah yang berkelanjutan,

    hipotermia akibat terpapar lingkungan dingin dan sebagainya.

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    52/63

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    53/63

    - 46 -

    Adapun penjelasan tentang Standar Pelayanan Minimal, sebagai berikut :

    1. Kemampuan menangani lifesaving anak dan dewasa

    Judul Kemampuan menangani life saving di Gawat darurat

    Dimensi Mutu Keselamatan

    Tujuan Tergambarnya kemampuan Rumah Sakit dalammemberikan Pelayanan Gawat Darurat

    Definisi Operasional Life Saving adalah upaya penyelamatan jiwa manusiadengan urutan Airway, Breath, Circulation

    Frekuensi PengumpulanData

    Setiap bulan

    Periode Analisa Tiga bulan sekali

    Numerator Jumlah kumulatif pasien yang mendapat pertolonganlife saving di Gawat Darurat

    Denominator Jumlah seluruh pasien yang membutuhkanpenanganan life saving di Unit Gawat Darurat

    Sumber Data Rekam Medik di Gawat Darurat

    Standar 100 %

    Penanggung jawabPengumpulan data

    Kepala Instalasi Gawat Darurat

    2. Jam buka pelayanan gawat darurat

    Judul Jam buka pelayanan Gawat darurat

    Dimensi Mutu Keterjangkauan

    Tujuan Tersedianya Pelayanan Gawat Darurat 24 Jam disetiap Rumah Sakit

    Definisi Operasional Jam buka 24 jam adalah Gawat Darurat selalu siapmemberikan pelayanan selama 24 jam penuh.

    Frekuensi PengumpulanData

    Setiap bulan

    Periode Analisa Tiga bulan sekaliNumerator Jumlah kumulatif jam buka gawat darurat dalam satu

    bulanDenominator Jumlah hari dalam satu bulan

    Sumber Data Laporan Bulanan

    Standar 24 Jam

    Penanggung jawabPengumpulan data

    Kepala Instalasi Gawat Darurat

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    54/63

    - 47 -

    3. Pemberi pelayanan kegawat daruratan yang bersertifikat

    BLS/PPGD/GELS/ALS

    Judul Tenaga kegawat daruratan yang bersertifikat

    Dimensi Mutu Kompetensi teknis

    Tujuan Tersedianya Pelayanan Gawat Darurat oleh tenagakompeten dalam bidang ke gawat daruratan

    Definisi Operasional Tenaga kompeten pada gawat darurat adalah tenaga yang sudah memiliki sertifikat pelatihan BLS/PPGD/GELS/ALS

    FrekuensiPengumpulan Data

    Setiap bulan

    Periode Analisa Tiga bulan sekali

    Numerator Jumlah tenaga yang bersertifikat BLS/ PPGD/GELS/ALS

    Denominator Jumlah tenaga yang memberikan pelayanan kegawatdaruratan

    Sumber Data Kepegawaian

    Standar 100 %

    Penanggung jawabPengumpulan data

    Kepala Pendidikan dan Pelatihan Rumah Sakit

    4. Ketersediaan tim penanggulanagan bencana

    Judul Ketersediaan tim penanggulanagan bencana

    Dimensi Mutu Keselamatan dan efektifitas

    Tujuan Kesiagaan rumah sakit untuk memberikan pelayananpenanggulangan bencana

    Definisi Operasional Tim penanggulangan bencana adalah tim yangdibentuk di rumah sakit dengan tujuan untukpenanggulangan akibat bencana yang mungkin terjadisewaktu - waktu

    Frekuensi PengumpulanData

    Setiap bulan

    Periode Analisa Tiga bulan sekali

    Numerator Jumlah Tim penanggulangan bencana yang ada dirumah sakit

    Denominator Tidak ada

    Sumber Data Instalasi gawat daruratStandar satu tim

    Penanggung jawabPengumpulan data

    Kepala Instalasi Gawat Darurat / Tim Mutu / PanitiaMutu

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    55/63

    - 48 -

    5. Waktu tanggap Pelayanan Dokter di Gawat Darurat

    Judul Waktu tanggap Pelayanan Dokter di Gawat Darurat

    Dimensi Mutu Keselamatan dan efektifitas

    Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang cepat, responsif danmampu menyelamatkan pasien gawat darurat

    Definisi Operasional Kecepatan pelayanan dokter di gawat darurat adalahKecepatan pasien dilayani sejak pasien datang sampaimendapat pelayanan dokter (menit)

    Frekuensi PengumpulanData

    Setiap bulan

    Periode Analisa Tiga bulan sekali

    Numerator Jumlah kumulatif waktu yang diperlukansejakkedatanagan semua pasien yang di samplingsecara acak sampai dilayani dokter

    Denominator Jumlah seluruh pasien yang di sampling(minimal n = 50 )

    Sumber Data Sample

    Standar ≤ 5 menit terlayani setelah pasien datang

    Penanggung jawab

    Pengumpulan data

    Kepala Instalasi Gawat Darurat / Tim Mutu / Panitia

    Mutu

    6. Kepuasan Pelanggan pada Gawat Darurat

    Judul Kepuasan Pelanggan pada Gawat Darurat

    Dimensi Mutu Kenyamanan

    Tujuan Terselenggaranya pelayanan gawat darurat yangmampu memberikan kepuasan pelanggan

    Definisi Operasional Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi

    pelanggan terhadap pelayanan yang di berikanFrekuensi PengumpulanData

    Setiap bulan

    Periode Analisa Tiga bulan sekali

    Numerator Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasienGawat Darurat yang di survey

    Denominator Jumlah seluruh pasien Gawat Darurat yang di survey(minimal n = 50 )

    Sumber Data Survey

    Standar ≥ 70 %

    Penanggung jawabPengumpulan data

    Kepala Instalasi Gawat Darurat / Tim Mutu / PanitiaMutu

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    56/63

    - 49 -

    7. Kematian Pasien ≤ 24 jam di Gawat Darurat

    Judul Kematian Pasien ≤ 24 jam di Gawat Darurat

    Dimensi Mutu Efektifitas dan Keselamatan

    Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang efektif dan mampumenyelamatkan pasien gawat darurat

    Definisi Operasional Kematian ≤ 24 jam adalah kematian yang terjadi dalamperiode 24 jam sejak pasien datang

    Frekuensi PengumpulanData

    Tiga bulan

    Periode Analisa Tiga bulan

    Numerator Jumlah pasien yang meninggal dalam periode ≤ 24 jamsejak pasien datang

    Denominator Jumlah seluruh yang ditangani di Gawat Darurat

    Sumber Data Rekam Medik

    Standar ≤ 2 perseribu

    Penanggung jawabPengumpulan data

    Kepala Instalasi Gawat Darurat

    8. Tidak adanya keharusan untuk membayar uang muka

    Judul Tidak adanya keharusan untuk bayar uang muka

    Dimensi Mutu Akses dan Keselamatan

    Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang mudah diakses danmampu segera memberikan pertolongan pada pasiengawat darurat

    Definisi Operasional Uang muka adalah uang yang diserahkan kepada pihakrumah sakit sebagai jaminan terhadap pertolongan medis

    yang akan diberikan

    Frekuensi PengumpulanData

    Tiga bulan

    Periode Analisa Tiga bulan

    Numerator Jumlah pasien gawat darurat yang tidak membayar uangmuka

    Denominator Jumlah seluruh pasien yang datang di Gawat Darurat

    Sumber Data Survei

    Standar 100 %

    Penanggung jawabPengumpulan data Kepala Instalasi Gawat Darurat

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    57/63

    - 50 -

    Sedangkan teknis Penerapan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit khusus

    di IGD yang sesuai Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 139 Tahun

    2009, sebagai berikut :

    a. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa

    Untuk mengetahui jumlah penanganan life saving yang mampu ditangani

    di Unit Gawat Darurat (UGD) maka dibutuhkan pengumpulan data di UGD

    dengan format seperti pada tabel 5 .

    Adapun yang bertanggungjawab untuk mengumpulkan data penanganan

    life saving di UGD adalah Kepala UGD.

    b. Jam buka pelayanan Gawat Darurat

    Untuk mengetahui jumlah jam buka UGD RS maka dibutuhkan

    pengumpulan data di UGD dengan format seperti pada tabel 6 . Untuk itu

    diperlukan penetapan oleh Direktur RS tentang jam buka UGD.

    Adapun yang bertanggungjawab untuk mengumpulkan data jumlah jam

    buka UGD RS adalah Kepala UGD.

    Tabel 5. Jumlah penanganan Life saving di Unit gawat Darurat RS

    Tabel 6. Jumlah am buka Unit awat Darurat RS …………

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    58/63

    - 51 -

    c. Pemberi pelayanan kegawat daruratan yang bersertifikat

    BLS/PPGD/GELS/ALS

    Untuk mengetahui jumlah tenaga yang bersertifikat BLS/ ALS/ PPGD/

    GELS di UGD maka dibutuhkan pengumpulan data dengan format seperti

    pada tabel 7.

    Adapun yang bertanggungjawab untuk mengumpulkan data jumlah tenaga

    bersertifikat UGD RS adalah Kepala Tata Usaha RS.

    Hal yang perlu diperhatikan pada indikator jumlah tenaga bersertifikat di

    UGD RS ini adalah :

    a. Semua tenaga yang bertugas di GD ditetapkan melalui Keputusan

    Direktur RS.

    b. Tenaga dimaksud adalah dokter, perawat dan bidan.

    c. Foto kopi bukti sertifikat yang masih berlaku harus tersimpan di UGD

    RS.

    d. Ketersediaan tim penanggulangan bencana

    Untuk mengetahui adanya Tim Penanggulangan Bencana di UGD maka

    dibutuhkan pengumpulan data dengan format seperti pada tabel 8 .

    Hal yang perlu diperhatikan pada indikator jumlah tenaga bersertifikatUGD RS ini adalah :

    1. Tim bencana yang dibentuk harus ditetapkan oleh Direktur RS.

    2. Tim dimaksud telah mendapatkan pelatihan : ATLS/ BTLS/ PPGDT.

    Tabel 7. Jumlah tenaga bersertifikat di UGD RS …………

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    59/63

    - 52 -

    3. Foto kopi bukti sertifikat yang masih berlaku harus tersimpan di UGD

    RS.

    Adapun struktur Tim Bencana di UGD RS sebagai berikut :

    Penanggungjawab : Direktur RS ……Ketua : Kepala UGDSekretaris : Kepala TUAnggota1. Dokter spesialis :2. Dokter umum :3. Perawat UGD :4. Bidan UGD :5. Sopir Ambulance :6. Apotek :7. Survailans RS :

    8. Sistem informasi dan komunikasi :9. Kepala Bangsal/ perawatan :10. Brigade Siaga Bencana (Jika ada) :11. Security RS :

    e. Waktu tanggap pelayanan Dokter di UGD

    Untuk menghitung waktu tanggap pelayanan dokter di UGD maka hal yang

    perlu diperhatikan adalah :

    a. Tatacara pengambilan sampelPengambilan sampel sebanyak 50 pasien (n= 50) dapat dilakukan

    dengan cara Random Sampling pada hari yang sama atau pada hari

    yang berbeda. Sampel dapat juga diambil dengan menetapkan 50

    pasien pertama yang datang di UGD.

    Tabel 8. Jumlah Tim Bencana di UGD RS …………

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    60/63

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    61/63

    - 54 -

    g. Kematian Pasien ≤ 24 jam di Gawat Darurat

    Untuk mengetahui jumlah kematian ≤ 24 jam di UGD maka dibutuhkan

    pengumpulan data di UGD dengan format seperti pada tabel 10 .

    h. Tidak adanya keharusan untuk membayar uang muka

    Untuk mengetahui data tidak adanya keharusan untuk membayar uang

    muka di UGD maka dibutuhkan pengumpulan data dengan format seperti

    pada tabel 11 .

    Tabel 10. umlah kematian ≤ 24 jam di UGD RS …………

    Tabel 11. jumlah pasien yang tidak membayar uang muka di UGD

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    62/63

    - 55 -

    B. Data dan Informasi

    1. Data dan informasi tentang pelayanan gawat darurat serta

    analisisnya harus disediakan dan disampaikan kepada unit lain yang

    terkait

    2. Data dan informasi disampaikan ke dalam RS dan ke luar RS

    3. Informasi ke dalam RS diberikan pada saat pertemuan dalam RS,

    atau dimasukkan ke dalam Bulletin.

    4. Informasi ke luar RS dengan cara dipublikasikan atau di tempel di

    papan pengumuman.

    5. Dilakukan penyusun laporan tentang jumlah kunjungan,

    penggunaan pemeriksaan penunjang, pola penyakit dan kecelakaan,(10 kasus terbanyak), angka kematian Death On Arrival (DOA) serta

    kematian di IGD.

  • 8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS

    63/63

    - 56 -

    BAB VIIPEMBINAAN DAN PENGAWASAN

    Agar Pelaksanaan pelayanan Instalasi Gawat Drurat sesuai dengan pedoman

    pelaksanaan ini maka Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing melakukan

    pembinaan dan pengawasan kinerja IGD di Rumah Sakit. Kegiatan pembinaan

    dan penagwasan dapat berbentuk bimbingan teknis, supervisi, konsultasi,

    pendidikan dan latihan serta kegiatan pemberdayaan lain.

    Pembinaan dan pengawasan tersebut diarahkan pada:

    1. Kepatuhan semua RS untuk melaksanakan Peraturan ini.

    2. Manajemen dan organisasi pelayanan IGD

    3. Peningkatan mutu pelayanan IGD

    GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

    Dr. H. SYAHRUL YASIN LIMPO, S.H., M.Si., M.H.