2010 - pergub no. 55 tahun 2010 ttg igd rs
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
1/63
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
2/63
- 2 -
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5063);
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang RumahSakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5072);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3637);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4502);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentangPedoman Pembinaan Dan pengawasan PenyelenggaraanPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4593);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentangPembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,Pemerintahan Daerah Provinsi Dan PemerintahanDaerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara RepublikIndonesia tahun 2007 Nomor 82, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4737);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentangOrganisasi Perangkat Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor512 Tahun 2007 tentang Izin Praktik dan PelaksanaanPraktik Kedokteran;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor269 Tahun 2008 Tentang Rekam Medis;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor290 Tahun 2008 Tentang Persetujuan TindakanKedokteran;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor147 Tahun 2010 Tentang Perizinan Rumah Sakit;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor143 Tahun2001 Tentang Standarisasi KendaraanPelayanan Medik;
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
3/63
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
4/63
- 4 -
Rujukan Rumah Sakit Provinsi Sulawesi Selatan (BeritaDaerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 Nomor115);
26. Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 139 Tahun
2009 tentang Petunjuk Teknis Penerapan StandarPelayanan Minimal Rumah Sakit Di Provinsi SulawesiSelatan (Berita Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun2009 Nomor 139).
Memperhatikan: Visi dan Misi Gubernur dan Wakil Gubernur SulawesiSelatan 2008-2013.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMANPELAKSANAAN INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)RUMAH SAKIT DI PROVINSI SULAWESI SELATAN
PASAL 1
Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan :1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotadi Sulawesi Selatan;
2. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di SulawesiSelatan;
3. Rumah Sakit selanjutnya disebut RS adalah institusipelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanankesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakanpelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
4. Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yangmembutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatannyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.
5. Instalasi Gawat darurat selanjutnya disebut IGD adalahfasilitas pelayanan kesehatan di RS yang memberikanpelayanan gawat darurat.
PASAL 2
Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Instalasi Gawat Darurat(IGD) Rumah Sakit di Provinsi Sulawesi Selatan sebagaimanatercantum pada Lampiran yang merupakan bagian tidakterpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.
PASAL 3
(1) Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2digunakan sebagai salah satu pedoman pemberian izinoperasional Rumah Sakit.
(2) Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2digunakan sebagai acuan bagi seluruh Rumah Sakit baikmilik pemerintah daerah maupun Swasta di Provinsi dan
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
5/63
- 5 -
kabupaten/kota serta pihak lain yang terkait dalammelaksanakan pelayanan di Instalasi Gawat Darurat(IGD).
PASAL 4
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Gubernur ini denganpenempatannya dalam Berita Daerah Provinsi SulawesiSelatan.
Ditetapkan di MakassarPada tanggal 26 Agustus 2010
GUBERNUR SULAWESI SELATAN,
Dr. H. SYAHRUL YASIN LIMPO, S.H., M.Si., M.H.
Diundangkan di Makassarpada tanggal 26 Agustus 2010
SEKRETARIS DAERAHPROVINSI SULAWESI SELATAN
H. A. MUALLIM, S.H., M,Si.
BERITA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2010 NOMOR 55
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
6/63
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
7/63
- 1 -
LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN
NOMOR : 55 TAHUN 2010
TANGGAL : 26 AGUSTUS 2010
TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT
DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT DI PROVINSI SULAWESI
SELATAN
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, diperoleh
gambaran bahwa prevalensi cedera secara keseluruhan di Sulawesi Selatan
sebesar 8,3% yang sedikit lebih tinggi dibanding prevalensi Nasional yaitu
7,5%. Penyebab terbanyak kasus cedera tersebut adalah jatuh, kecelakaan
transportasi darat dan terluka benda tajam/tumpul. Sedangkan untuk
penyebab cedera yang lain bervariasi tetapi prevalensinya rata-rata kecil atau
sedikit, seperti kontak racun, tenggelam, terbakar dan asfiksia.
Prevalensi cedera tersebut tentunya secara langsung menggambarkan
besarnya kasus yang ditangani Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit
karena kasus cedera tersebut termasuk kasus gawat darurat yang
memerlukan pelayanan yang cepat, tepat dan aman.
Untuk meningkatkan peran Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai fasilitaspenanganan kasus cedera yang masuk di RS maka diperlukan upaya
pengaturan pada manajemen pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD)
sehingga kecacatan atau kematian akibat cedera dapat dieliminasi.
Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit saat ini telah ditetapkan
melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 856 Tahun 2009 sebagai upaya
untuk meningkatkan manajemen Instalasi Gawat Darurat (IGD). Peraturan
tersebut menetapkan beberapa hal menyangkut manajemen Instalasi Gawat
Darurat (IGD), seperti klasifikasi Instalasi Gawat Darurat (IGD), persyaratan
tenaga serta persyaratan sarana dan prasarana Instalasi Gawat Darurat (IGD).
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
8/63
- 2 -
Agar manajemen Instalasi Gawat Darurat Rumah (IGD) Sakit di Provinsi
Sulawesi Selatan dapat lebih dioptimalkan maka masih diperlukan pengaturan
menyangkut pelaksanaan pelayanan yang harus diberikan.
Olehnya itu, disusun Pedoman Pelaksanaan pelayanan Instalasi Gawat
Darurat (IGD) yang akan digunakan sebagai acuan bagi Rumah Sakit di
Provinsi Sulawesi Selatan dalam melaksanakan pelayanan di IGD.
B. TUJUAN DAN SASARAN
1. Tujuan
a. Tersedianya pedoman pelaksanaan bagi Rumah Sakit di dalam
melaksanakan pelayanan Gawat Darurat yang cepat, tepat dan
aman.
b. Tersedianya pedoman bagi semua pihak yang terkait dalam
melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
serta pengawasan penyelenggaraan pelayanan gawat darurat di
RS.
c. Tersedianya tolok ukur untuk menentukan mutu pelayanan
gawat darurat di RS.
2. Sasaran
Seluruh Rumah Sakit baik milik Pemerintah Daerah maupun Swasta
di Provinsi dan kabupaten/kota di Sulawesi Selatan.
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
9/63
- 3 -
BAB IIIGD, KLASIFIKASI DAN RUJUKAN
A. IGD
1. Berbagai nama untuk Instalasi pelayanan gawat darurat di RS
diseragamkan menjadi INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD).
2. Logo IGD untuk seluruh RS lingkup di Provinsi Sulawesi Selatan
diseragamkan seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Logo IGD di Rumah Sakit Ling kup Provinsi Sulsel
3. Berbagai warna seragam yang digunakan petugas yang memberikan
pelayanan kesehatan IGD di RS diseragamkan menjadi WARNA
MERAH MARON.
4. Agar pasien/masyarakat mudah mengenali gedung IGD di dalam RS,
maka gedung IGD sebaiknya mempunyai tanda berupa pilar di depan
IGD yang BERWARNA MERAH. Pada Gambar 2 dapat dilihat contoh
pilar dimaksud.
Gambar 2. Contoh Pilar IGD di Rumah Sakit Lingkup Provinsi Sulsel
Sebelum diberi ilarSesudah diberi ilar
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
10/63
- 4 -
5. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat RS harus dapat memberikan
pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu secara
terus menerus.
6. RS tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasus
gawat darurat.
7. Pasien gawat darurat (emergency) tidak perlu mengikuti prosedur
rujukan untuk mendapatkan pelayanan tapi langsung menuju ke
fasilitas pelayanan terdekat walaupun fasilitas tersebut adalah RS
Tipe B atau Tipe A.
B. KLASIFIKASI IGDKlasifikasi Pelayanan Instalasi Gawat Darurat terdiri dari :
1. Pelayanan IGD Level IV sebagai standar minimal untuk RS Kelas A.
2. Pelayanan IGD Level III sebagai standar minimal untuk RS Kelas B.
3. Pelayanan IGD Level II sebagai standar minimal untuk RS Kelas C.
4. Pelayanan IGD Level I sebagai standar minimal untuk RS Kelas D.
C. RUJUKAN
Pelayanan rujukan RS adalah suatu proses terjadinya pelimpahan wewenang
dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan ke sarana
pelayanan kesehatan yang mempunyai kemampuan yang lebih baik.
Tabel 1. Jenis pelayanan yang diberikan sesuai level IGD
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
11/63
- 5 -
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pelayanan rujukan,
yaitu :
1. Pelayanan rujukan dari IGD RS ke RS lain dilakukan jika tindakan
lanjutan diperlukan sebagai upaya penyembuhan pasien. Namun
sebelum rujukan dilakukan, RS bersangkutan harus terlebih dahulu
menstabilkan kondisi ABC (Airway, Breathing, Circulation) pasien yang
akan dirujuk.
2. Jika diperlukan proses rujukan maka sarana pelayanan penerima kasus
gawat darurat dapat melakukan prosedur rujukan ke sarana pelayanan
kesehatan setingkat lebih tinggi disertai dengan surat rujukan dari
dokter. 3. Bentuk Surat rujukan dan tata cara pengisian surat rujukan dapat dilihat
pada Format 1
4. Dokter penerima rujukan di RS berkewajiban memberikan jawaban surat
rujukan kepada dokter yang merujuk setelah pasien selesai dirawat/
pulang.
5. Bentuk Surat jawaban rujukan dan tata cara pengisiannya dapat dilihat
pada Format 2 6. Pelayanan rujukan dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang yang
dimulai dari Puskesmas (sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar),
kemudian RS Type C (RS rujukan Tingkat Pertama), selanjutnya ke RS
Type B (RS Rujukan Tingkat Region ) dan akhirnya ke RS Type A (RS
Rujukan Tingkat Akhir), Jenjang rujukan dimaksud dapat dilihat pada
Gambar 3.
7. Untuk memudahkan proses rujukan maka warna kertas rujukan
dibedakan sebagai berikut :
a. RS yang masuk dalam region timur berwarna Kuning
b. RS yang masuk dalam region utara berwarna Hijau Muda
c. RS yang masuk dalam region tenggara berwarna Kuning
d. RS yang masuk dalam region Selatan berwarna Hijau Muda
e. RS yang masuk dalam region gerbang selatan berwarna Merah Muda
f. RS yang masuk dalam region gerbang utara berwarna Biru Muda
g. RS yang termasuk RS Pusat Rujukan Region berwarna Putih
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
12/63
- 6 -
KOP SURAT
SURAT RUJUKANNomor :
Kepada Yth : TS Dokter Spesialis : …………………
RS : ……………………. 1)
Mohon pemeriksaan dan perawatan lebih lanjut penderita :
Nama : …………………………….
Umur : …. Tahun/ Bulan Jenis kelamin : L / P *)
Alamat : ………………………………………..
ANAMNESA DAN RIWAYAT PENYAKIT :………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
PEM. FISIK :…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
PEM. PENUNJANG :………………………………………………………………………………………………………
DIAGNOSIS SEMENTARA :………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
TERAPI/ OBAT YANG TELAH DIBERIKAN :………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
TINDAKAN TELAH DIBERIKAN :……………………………………………………………………………………………………………………………………………Atas Bantuannya diucapkan terima kasih
Kab/ Kota, Tanggal, Bulan, Tahun
DOKTER PEMERIKSAPuskesmas/ RS ……………….. *)
2)
FORMAT 1
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
13/63
- 7 -
KETERANGAN TATA CARA PENGISIAN FORMAT 1 :
Keterangan 1) :a. Jika Puskesmas yang akan merujuk maka surat rujukan harus ditujukan
ke RSUD masing masing dan dapat menyebutkan dokter spesialisnya.b. Jika RSUD yang akan merujuk maka Surat rujukan harus ditujukan ke RSPusat Rujukan Region dengan menyebutkan dokter spesialisnya.
c. Jika RS Pusat Rujukan Region yang akan merujuk maka surat rujukanharus ditujukan ke RS Pusat Rujukan akhir dengan menyebutkan dokterspesialis/ Subspesialisnya.
Keterangan 2) : Dokter harus mencantumkan nama jelas
Keterangan *) : Coret yang tidak perlu
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
14/63
- 8 -
KOP SURAT
JAWABAN RUJUKANNomor :
Kepada Yth : TS Dokter : …………………
RS : …………………….
Telah dilakukan pemeriksaan dan perawatan lebih lanjut penderita :
Nama : …………………………….
Umur : …. Tahun/ Bulan Jenis kelamin : L / P *)
Alamat : ………………………………………..
HASIL PEMERIKSAAN :………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
DIAGNOSIS : ………….
TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN :…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
TINDAKAN TELAH DIBERIKAN :……………………………………………………………………………………………………………………………………………
ANJURAN TINDAK LANJUT :………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………Atas perhatiannya diucapkan terima kasih
Kab/ Kota, Tanggal, Bulan, Tahun
DOKTER PEMERIKSARS ………………..
KETERANGAN :*) Coret yang tidak perlu
FORMAT 2
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
15/63
- 9 -
GAMBAR 1
JENJANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATANPROVINSI SULAWESI SELATAN
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
16/63
- 10 -
BAB IIIORGANISASI DAN MANAJEMEN
A. STRUKTUR ORGANISASI
Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan organisasi fungsional yang
mempunyai struktur yang secara umum terdiri dari unsur pimpinan dan
unsur staf pelaksana.
Struktur dan bagan organisasi IGD ditetapkan oleh pimpinan/ Direktur RS,
dengan susunan sebagai berikut :
1. Unsur pimpinan
- Kualifikasi : dokter/ dokter spesialis anastesi/ bedah- Bekerja purna waktu- Pernah mengikuti pelatihan penanggulangan kegawatdaruratan dengan
memperoleh sertifikat
2. Unsur pelaksana , minimal terdiri dari :
2.1. Koordinator pelayanan/ perawatan- Kualifikasi : Perawat-
Bekerja purna waktu- Pernah mengikuti pelatihan gawat darurat dengan memperoleh
sertifikat- Terdiri dari unit triase, resusitasi, observasi dan unit
tindakan/ ruang operasi minor
2.2. Koordinator penunjang- Kualifikasi : Perawat- Bekerja purna waktu- Pernah mengikuti pelatihan gawat darurat dengan memperoleh
sertifikat- Terdiri dari unit radiologi, farmasi, laboratorium dan unit
evakuasi
2.3. Tata usaha- Kualifikasi : Sarjana Kesehatan Masyarakat- Bekerja purna waktu
- Pernah mengikuti pelatihan gawat darurat dengan memperoleh
sertifikat- Terdiri dari unit pencatatan pelaporan/ rekam medis, logistik/
inventaris, survailans dan kolektor/ keuangan
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
17/63
- 11 -
Adapun bagan struktur organisasi IGD seperti dibawah ini :
Agar setiap unsur/ tenaga IGD mengetahui peran dan fungsinya dalam
organisasi IGD maka Direktur RS harus membuat job specification/ rincian
tugas masing-masing unsur/ tenaga IGD.
Selain itu, agar pelayanan di RS dapat terintegrasi maka Direktur RS harus
pula menetapkan mekanisme hubungan kerja dengan unit kerja lain, misalnya
dengan rawat inap, Intensive care Unit dan instalasi/ unit lainnya.
B. TENAGA
Untuk memberikan pelayanan gawat darurat maka IGD harus memenuhi
standar tenaga, yaitu :
1. Jenis petugas
2. Tingkat kemampuan
3. Jadwal jaga
1. Jenis petugas
Jenis petugas yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi IGD adalah :
a. Dokter ahli (Penyakit dalam, anak, bedah, Obsgin, anastesi, Radiologi
dan dokter ahli lainnya)
b. Dokter umum terlatih/ mahir gawat darurat
c. Perawat terlatih/ mahir gawat darurat
d. Petugas farmasi
e. Petugas laboran
f. Dokter ahli/ Penata Radiologi
g. Tenaga kesehatan masyarakat/ administrator
h. Perekam medis
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
18/63
- 12 -
Namun variasi keberadaan tenaga tersebut disesuaikan dengan level IGD,
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2 .
2. Tingkat kemampuan
Semua dokter dan tenaga keperawatan harus mempunyai keterampilan
khusus untuk melakukan teknik pertolongan hidup dasar (Basic LifeSupport). Untuk itu, Semua dokter telah terlatih PPGD DAN ATLS dan
tenaga keperawatan telah terlatih PPGD dan BTLS.
Sedangkan tenaga lainnya harus mempunyai keterampilan melakukan
RKP.
3. Jadwal jaga
Jadwal jaga bagi semua petugas IGD harus dibuat dan ditetapkan olehpimpinan/ Direktur RS sehingga ritme pelayanan IGD tetap cepat, tepat
dan aman.
Tabel 2. Kualifikasi Tenaga Berdasarkan Level IGD
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
19/63
- 13 -
Hal yang harus dipertimbangkan menyangkut jadwal jaga adalah :
a. Jadwal jaga dibuat/ di revisi setiap bulan tapi lebih baik dibuat setiap
minggu.
b. Adanya kemungkinan tenaga yang berhalangan untuk bertugas.
Olehnya itu, setiap petugas harus siaga untuk menjadi pengganti
petugas yang berhalangan tersebut.
c. Operan jaga harus dilakukan 15 menit sebelum perpindahan jaga
dilakukan
d. Operan jaga dilakukan dengan cara mengunjungi pasien sambil
membawa rekam medis masing-masing pasien.
e. Materi operan jaga minimal menyangkut :- Jumlah pasien
- Keadaan Umum
- Tindakan yang telah dan akan dilakukan kepada masing masing
pasien (penjelasan menggunakan Rekam Medis masing masing
pasien)
f. Jadwal jaga sebaiknya terbagi 3 kelompok (shift), yaitu : :-
Kelompok pagi (Morning Shift) : 07.00 – 14.00- Kelompok siang (Afternoon Shift) : 14.00 – 21.00- Kelompok malam (Night Shift) : 21.00 – 07.00
C. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Pendidikan dan pelatihan (Diklat) bagi seluruh petugas IGD sangat penting
dilakukan agar keilmuan dan keterampilan masing-masing pertugas dapat up-
date dan bermutu.
Untuk itu, Kepala IGD harus membuat program diklat yang dapat dilakukan
sendiri atau menggunakan sumber daya dari pihak luar.
Program pelatihan sebaiknya direncanakan setiap tahun sehingga
penganggarannya dapat dapat diperhitungkan sejak awal.
Agar program pelatihan dan pendidikan dapat berjalan secara efisien dan
efektif maka Kepala IGD harus membuat standar Prosedur operasional diklat
yang diikuti dengan program monitoring dan evaluasinya.
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
20/63
- 14 -
Pendidikan dan pelatihan harus pula diberikan bagi petugas baru di IGD
dalam bentuk Orientasi kerja. Olehnya itu, Kepala IGD harus pula
menetapkan dan membuat program orientasi bagi petugas baru, dengan
materi yang diberikan, minimal tentang :
a. Pengenalan RS.
b. Pengenalan tugas dan tata laksana di IGD.
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
21/63
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
22/63
- 16 -
Adapun format persetujuan dan penolakan tertulis atas tindakan yang akan
dilakukan dapat dilihat seperti pada Format 3 . Format persetujuan dan
penolakan tersebut harus ditetapkan pemberlakuannya oleh direktur RS
masing-masing.
Namun pada keadaan gawat darurat, ada pengecualian menyangkut
persetujuan tindakan kedokteran, seperti berikut ini, yaitu :
I. Dalam penjelasan pasal 45 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran disebutkan bahwa :
(1) Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien
tidak diperlukan persetujuan. Namun, setelah pasien sadar ataudalam kondisi yang sudah memungkinkan, segera diberikan
penjelasan dan dibuat persetujuan.
II. Dalam Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 17 Tahun 2006
Tentang Pedoman Penegakan Disiplin Profesi Kedokteran disebutkan
bahwa :
(1) Dalam kondisi dimana pasien tidak mampu memberikan
persetujuan dan tidak memiliki pendamping, maka dengan tujuanuntuk penyelamatan hidup (life safing) atau mencegah kecacatan
pasien yang berada dalam keadaan gawat darurat, tindakan medik
dapat dilakukan tanpa persetujuan pasien .
III. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290 Tahun 2008
Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran disebutkan bahwa :
(1) Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien
dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan
tindakan kedokteran.
(2) Keputusan untuk melakukan tindakan kedokteran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diputuskan oleh dokter atau dokter gigi dan
dicatat di dalam rekam medik.
(3) Dalam hal dilakukannya tindakan kedokteran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dokter atau dokter gigi wajib memberikan
penjelasan sesegera mungkin kepada pasie setelah pasien sadar atau
kepada keluarga terdekat.
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
23/63
- 17 -
B. REKAM MEDIS
Isi rekam medis untuk pasien gawat darurat, sekurang-kurangnya memuat :
a. identitas pasien;
b. kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan;
c. identitas pengantar pasien;
d. tanggal dan waktu;
e. hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit;
f. hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
g. diagnosis;
h. pengobatan dan/atau tindakan;i. ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat
darurat dan rencana tindak lanjut;
j. nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan;
k. sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan
ke sarana pelayanan kesehatan lain; dan
l.
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Adapun bentuk Kartu/ Rekam Medis pasien IGD dapat dilihat seperti pada
Format 4.
C. TANDA/ RAMBU
Agar pelayanan IGD lebih cepat, mudah dan tertib maka dipelukan tanda/
rambu yang menunjukkan arah, lokasi dan cara mencapai unit/ instalasi
Gawat Darurat dari jalan maupun dari dalam RS.
Tanda/ Rambu tersebut bersifat sebagai :
a. Perintah yang wajib dilaksanakan dengan Logo berdasar biru
b. Perbuatan yang dilarang dilakukan dengan logo berdasar merah
Adapun beberapa tanda/ Rambu yang harus ada di dalam atau disekitar IGD
Rumah Sakit seperti pada Tabel 4 .
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
24/63
- 18 -
Papan Nama IGD
Salah satu cara untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang
keberadaan IGD adalah dengan membuat papan nama IGD.
Adapun spesifikasi papan nama IGD, sebagai berikut :
a. Ukuran: 120 -150 Cm Lebar : 90 -100Cm
b. Bahan : Terbuat dari papan atau fiber
c. Warna : Dasar putih polos dan huruf warna hijau tua
d. Penulisan/ Fontasi:
- 1/3 bagian atas .
Tertulis UGD Dibagian bawahnya tertulis (Unit Gawat Darurat ) Ukuran
huruf menyesuaikan.
- 1/3 bagian tengah
Tergambar : Jumlah bintang sesuai klasifikasi UGD Dibawah
dituliskan “24 Jam”- 1/3 bagian bawah
Tertulis nama rumah sakit, Dibawahnya tertulis nomor telepon Hot line
UGD
e. Asesories
- Menggunakan lampu penerang- Rotator warna kuning dipasang dibagian atas papan, dibagian tengah
f. Penempatan Papan nama :
- Papan nama ditempatkan didepan pintu masuk rumah sakit atau
Unit Gawat Darurat- Papan nama dipasang dengan menggunakan tiang dengan tinggi
menyesuaikan.
D. ALUR PELAYANAN
Hal yang harus dipertimbangkan menyangkut alur pelayanan adalah :
1. Direktur harus menetapkan kebijakan, prosedur tertulis serta
pelaksanaan Triase.
Kebijakan ini harus diikuti dengan penetapan program, evaluasi serta
tindak lanjut dari evaluasi yang telah dilakukan.
2. Direktur harus menetapkan Standar prosedur operasional kegiatan
pelayanan RS
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
25/63
- 19 -
Prosedur ini harus diikuti dengan pelaksanaan evaluasi dan
selanjutnya dilakukan tindak lanjut terhadap evaluasi yang telah
dilakukan.
1. Triase
Triase adalah tata cara seleksi untuk melakukan pengenalan yang tepat dan
cepat kondisi pasien yang butuh pelayanan segera dengan cara menempatkan
pasien secara tepat diwaktu yang tepat dengan pemberi pelayanan yang tepat.
Triase sangat diperlukan terutama pada keadaan pasien datang dalam jumlah
banyak pada waktu bersamaan di IGD (misalnya pada bencana atau
kecelakaan massal/ gawat darurat massal).
Pada keadaan biasa (bukan kondisi bencana/ kecelakaan massal), triase
dilakukan untuk mengarahkan pasien menuju ruangan sesuai pelayanan yang
dibutuhkan Ruangan resusitasi, tindakan atau observasi).
Triase dilakukan dengan cara memprioritaskan pasien menjadi :
(a) Prioritas Pertama ( Merah ) :- Pasien yang masuk pada kelompok ini adalah pasien yang akan
mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat jika tidak diberikan
tindakan seperti gangguan ABC (Airway, Breathing, Circulation) atau
pasien yang mengalami cedera berat.
- Pasien yang mengalami gangguan ABC (Airway, Breathing,
Circulation) masuk ke ruang Resusitasi. Pasien yang masuk pada
kelompok ini antara lain gagal nafas, Henti jantung, Chest Pain, Sock
anafilaktik atau Diare berat disertai shock.- Pasien yang mengalami cedera berat masuk ke ruang Tindakan/ OK.
Pasien yang masuk pada kelompok ini antara lain pasien cedera
torako-abdominal, cedera kepala / maksilo-fasial berat, shok atau
perdarahan berat, luka bakar berat.
(b) Prioritas Kedua ( Kuning ) :- Pasien yang mengalami Cedera / gangguan kesehatan yang dipastikan
tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat, misalnya :cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi,
fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala / tulang belakang leher,
luka bakar ringan, Diare berat/ sedang yang tidak disertai shock.
- Pasien kelompok ini dimasukkan ke ruang Tindakan/ OK
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
26/63
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
27/63
- 21 -
E. SISTEM KEAMANAN IGD
Pada saat berada di Instalasi Gawat darurat, beberapa keadaan sering
dihadapi oleh pasien/ keluarga pasien atau petugas kesehatan antara lain :
1. Kurangnya kontrol keamanan
2. Kurangnya privasi
3. Rasa takut terhadap serangan dari keluarga pasien
4. Rasa cemas terhadap keluarga yang mengalami gawat darurat
Keadaan tersebut diatas menyebabkan pasien/ keluarga pasien atau petugas
kesehatan di IGD mengalami tekanan mental atau masuk pada keadaan
bahaya terutama pada saat pasien/keluarga pasien kurang mengontrol emosi
terhadap keadaan yang dialaminya di IGD.
Olehnya itu, IGD harus di tata agar keamanan dan kenyamanan dapat
diberikan sehingga pasien, keluarga pasien atau tenaga kesehatan tidak
merasa ketakutan atau cemas.
Beberapa cara untuk mengatur keamanan IGD, yaitu :
1. Penggunaan kamera2. Penggunaan kunci elektronik
3. Penempatkan polisi yang dilengkapi dengan detektor metal di pintu
masuk IGD
4. Penyediaan ruangan khusus untuk melindungi pasien yang mungkin
mendapat serangan dari luar
5. Triase harus pula menjamin kerahasiaan data pasien dan keamanan
pasien.
Untuk mengurangi kecemasan keluarga pasien maka IGD harus memberi rasa
nyaman dengan cara :
1. Ruang tunggu pasien ditata sehingga keluarga pasien sedapat mungkin
melihat ke dalam IGD dan tenaga kesehatan dapat melihat/ mengontrol
keluarga pasien di ruang tunggu
2. Pengeras suara di ruang tunggu harus disediakan sehingga
memudahkan keluarga untuk dipanggil jika diperlukan
3. Televisi, majalah, surat kabar atau bahan bacaan lainnya sebaiknya
disediakan di ruang tunggu sehingga keluarga pasien mempunyai
kegiatan selingan
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
28/63
- 22 -
RUMAH SAKIT …………….
Jl. …….
KABUPATEN/ KOTA ………
PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
N a m a : ………………………………………………………………………………………
Umur/ Kelamin : ……………………………………….. tahun, laki-laki/ perempuan *)
Alamat : ………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Bukti diri/ KTP : ………………………………………………………………………………………Menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan :
PERSETUJUAN
Untuk dilakukan tindakan kedokteran berupa **) : …………………………………………………………
Terhadap diri saya sendiri/ Isteri/ Suami/ Anak/ Ayah/ Ibu *) saya dengan :
N a m a : ………………………………………………………………………………………
Umur/ Kelamin : …………………………………… tahun, laki-laki/ perempuan *)
Alamat : ………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Bukti diri/ KTP : ………………………………………………………………………………………
Dirawat di : ………………………………………………………………………………………
Nomor Rekam Medis : ………………………………………………………………………………………
Yang tujuan, sifat dan perlunya tindakan kedokteran tersebut diatas, serta resiko yang ditimbulkan telah cukup
dijelaskan oleh Dokter dan telah mengerti sepenuhnya.
Demikian pernyataan persetujuanini saya buat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan.
………………Tgl……. Bulan …………… Tahun …………
Saksi Dokter Yang membuat pernyataan
Tanda tangan Tanda tangan Tanda tangan
1………………………..
(…………………………)Nama jelas
2………………………..
(…………………………)Nama jelas
1………………………..
(…………………………)Nama jelas
1………………………..
(…………………………)Nama jelas
**) Isi dengan jenis tindakan kedokteran yang akan dilakukan*) Coret yang tidak perlu
FORMAT 3
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
29/63
- 23 -
RUMAH SAKIT ………..
Jl. …….KABUPATEN/ KOTA …………..
PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
N a m a : ………………………………………………………………………………………
Umur/ Kelamin : ……………………………………….. tahun, laki-laki/ perempuan *)
Alamat : ………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Bukti diri/ KTP : ………………………………………………………………………………………
Menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan :
PENOLAKAN
Untuk dilakukan tindakan kedokteran berupa **) : …………………………………………………………
Terhadap diri saya sendiri/ Isteri/ Suami/ Anak/ Ayah/ Ibu *) saya dengan :
N a m a : ………………………………………………………………………………………
Umur/ Kelamin : …………………………………… tahun, laki-laki/ perempuan *)
Alamat : ………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Bukti diri/ KTP : ………………………………………………………………………………………
Dirawat di : ………………………………………………………………………………………
Nomor Rekam Medis : ………………………………………………………………………………………
Saya juga telah menyatakan dengan sesungguhnya dengan tanpa paksaan bahwa saya :Telah diberikan informasi dan penjelasan serta peringatan akan bahaya, resiko serta kemungkinan-kemungkinan yang timbul apabila tidak dilakukan tindakan kedokteran berupa **) …………………..
telah saya pahami sepenuhnya informasi dan penjelasan yang diberikan oleh dokter. Atas tanggungjawab dan resiko saya sendiri telah menolak untuk dilakukan tindakan kedokteran yangdianjurkan dokter.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan.
………………Tgl……. Bulan …………… Tahun …………
Saksi Dokter Yang membuat pernyataan
Tanda tangan Tanda tangan Tanda tangan
1………………………..
(…………………………)Nama jelas
2………………………..
(…………………………)Nama jelas
1………………………..
(…………………………)Nama jelas
1………………………..
(…………………………)Nama jelas
**) Isi dengan jenis tindakan kedokteran yang ditolak*) Coret yang tidak perlu
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
30/63
- 24 -
KARTU INSTALASI RAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ………………
PEMERIKSAAN FISIK :
No :
FORMAT 4
3. L e h e r : JPV. 5 ± : ....................................................................................................... Lain‐lain : .......................................................................................................
Tanggal : Hari : Jam :
Datang : Ambulance/ Sendiri / Diantar oleh Kelaurga / Tetangga / Teman / Polisi
ANAMNESE :
3. Keluhan Utama : ...........................................................................
4. Riwayat Penyakit sebelumnya : .................................................................
5. Lainnya : .....................................................................................................
1. K U : Kesadaran : CM / Apatis / Seporos / Komatus / Koma T : ...................Mm Hg N : ..................x / mm BB : .......................... S : ................... OC P : ..................x / mm TB : ..........................
2. Kepala : Mata : Cekung +/ ‐, Conjuktiva Anemis : +/ ‐, Skelera Ikterus +/ ‐Pupil : Isokor ki dan ka +/ ‐ Midriasis / Miosis Ukuran ..........cm
Refleks cahaya ki +/ ‐, ka +/ ‐Lain‐lain : ......................................................................................................
4. Thorax : ‐ Jantung : Bunyi I dan II Jelas/Tidak, Bunyi Tambahan +/ ‐, Murmur +/ ‐
‐ Paru : Ronkhi basah halus / kasar / nyaring / tak nyaring Ronkhi Kering +/ ‐
‐ Lain‐lain : ........................................................................................................
5. Ekstremitas : Sianosis +/ ‐, Clubing +/ ‐, Jari keriput +/ ‐ Dingin +/ ‐Edema +/ ‐, Sendi bengkak +/ ‐ di ................................................................ Paraparese +/ ‐ Superior / Interior, Hemiparese +/ ‐ kiri / kanan
IDENTITAS PASIEN :
1. N a m a : ............................................
2. U m u r : ..................... Laki / Wanita
3. A g a m a : ............................................
4. A l a m a t : ............................................................ Telepon : ........................
IDENTITAS PENGANTAR PASIEN :
1. N a m a : ............................................ 2. U m u r : ..................... Laki / Wanita
3. A g a m a : ............................................
4. A l a m a t : ............................................................ Telepon : ........................
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
31/63
- 25 -
9. Luka – luka
6. Abdomen : Datar / Cekung / Kembung / Lemas / Tegang Nyeri tekan +/ ‐Defans Muscoler +/ ‐, Turgor Normal / Turun Belotemen +/ ‐, Bising Usus : ↓ / ‐ / normal / n / ↑ / ↑↑
Hepar tidak teraba / membesar ................................. jpx ..............................jpa Kenyal / Lunak / Keras / Rata / Tidak Rata Nyeri Tekan +/ ‐Limpa : ............................................ Ginjal : ............................................ Kandung Kencing : ................................ Lain‐lain : ............................................
7. Kemampuan : GCS : E .............................. M : ............................... V : .................................
8. Pemeriksaan Tambahan : - Laboratorium :
- Foto Ronggent :- USG Abdomen :
- E K G :
- Lain – lain :
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
32/63
- 26 -
10.Tindakan : .............................................................................................................................
11. Diagnosa Sementara : 1. ....................................................................................................... 2. .......................................................................................................
12. Pengobatan :
1. Oksigen .......................... lt / mnt, jam : ...................................... 2. Infus .................................. Tetes / menit, jam : .......................... 3. Obat Oral : a. .........................................................................
b. ......................................................................... c. .........................................................................
4. Obat Suntik : a. ......................................................................... b. ......................................................................... c. .........................................................................
13. Keterangan : 1. Dipulangkan / sembuh / belum sembuh
2. Alih Rawatan ke Bagian .......................................................................
3. Alih Rawatan ke Rumah Sakit .............................................................. Karena tempat penuh / permintaan OS / Kel. Jam .............Tgl.............
4. Alih Rawat Jalan ke Poliklinik Bagian ..................................................
5. Meninggal sesudah dirawat ..................... Jam : ...........Hari : ...............
Sebab Kematian : ……………………………..........................................
6. Keluar dari IRD Tgl ………….…. Hari ..................... Jam.....................
Perawat Yang Bertugas, Dokter Tang Bertugas,
(.........................................) (........................................)
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
33/63
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
34/63
- 28 -
TATA CARA PENGISIAN
1. RUMAH SAKIT DAN LOGO : Diberi nama RS dan Logo (Jika RSmempunyai logo)
2. JUDUL SOP : Diberi judul/ nama SOP sesuai proses kerjanya, contoh :Konsultasi medis, biopsy ginjal, persiapan pasien operasi)
3. Nomor Dokumen : Diisi sesuai dgn ketentuan penomoran yang berlakudi RS Ybs yang dibuat sistematis agar ada keseragaman)
4. NOMOR REVISI : Diisi dengan status revisi, bias menggunakan HURUFatau ANGKA.
5. JUMLAH HALAMAN : Diisi nomor halaman dengan mencantumkan jugatotal halaman untuk SOP tersebut. Jika SOP mempunyai 5 halamanmaka pada halaman 1 ditulis 1/5, halaman kedua ditulis 2/5, dst
6. TANGGAL DITETAPKAN : Diberi tgl sesuai dengan tgl terbitnya yangharus disesuaikan dengan tgl diberlakukannya SOP tersebut.
7. DITETAPKAN : Diberi tanda tangan direktur dan nama jelas
8. PENGERTIAN : Berisi penjelasan dan atau defenisi tentang istilah yangmungkin sulit dipahami atau menyebabkan salah pengertian
9. TUJUAN : Tujuan pelaksanaan SOP secara spesifik. Kata kunci : “sebagaiacuan penerapan langkah langkah untuk ……….”
10. KEBIJAKAN : Bersi kebijakan (RS atau bidang/ departemen) yangmenjadi dasar dan garis besar dibuatnya SOP tsb. Dapat berisi (terkaitdengan) beberapa kebijakan yang mendasasi SOP tersebut. Dapat jugaterjadi satu kebijakan menjadi dasar beberapa SOP sehingga tercantumdalam beberapa SOP yang “dipayungi”
11.
PROSEDUR : Bagian ini merupakan bagian utama yang menguraikanlangkah2 kegiatan untuk menyelesaikan proses kerja tertentu, dan staf/petugas yang berwenang. Didalamnya dapat dicantuntumkan alat/formulir/ fasilitas yang digunakan, waktu, frekwensi dalam proses kerja
yang digunakan. Bila memungkinkan, diuraikan secara lengkap unsur2 yang menyangkut : SIAPA, DIMANA, KAPAN & BAGAIMANA (5W 1H)
12. UNIT TERKAIT : Berisi unit2 yang terkait dan atau prosedur terkaitdalam proses kerja tersebut
CATATAN :a. Heading (berwarna biru muda) diulang pada setiap halaman
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
35/63
- 29 -
FORMAT 6
RUMAH SAKITDAN
LOGO
STANDAR PROSEDUR OPERASIONALOPERAN JAGA PETUGAS
Nomor : ……… nomor revisi : Jumlah hal :2/3
PROSEDUR TETAP
Tanggal ditetapkan21 Januari 2010
Ditetapkan,Direktur
PENGERTIAN Pengaturan operasi jaga adalah tata cara serah terima jaga
TUJUAN 1.
Menjaga kesinambungan pelayanan/ tindakan/tugas secara menyeluruh
2. Agar petugas jaga tetap mempunyai detail
pelayan/ tugas/ tindakan yang telah dan akan
dilakukan
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentangRumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 269 Tahun 2008 Tentang Rekam Medis
PROSEDUR 1. Petugas pengganti datang 15 menit sebelum waktu
perpindahan jaga dilakukan.
2. Petugas pengganti selanjutnya datang langsung ambil
buku laporan harian dan petugas jaga sebelumnya
memberikan waktunya untuk menjelaskan tugas/
pelayanan/ tindakan yang telah dan akan dilakukan
3. Kedua petugas selanjutnya menandatangani buku
laporan jagaUNIT TERKAIT Keperawatan
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
36/63
- 30 -
Tabel 4 Tanda/ Rambu di didalam dan sekitar IGD RS
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
37/63
- 31 -
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
38/63
-32-
BAB VSARANA DAN PRASARANA
A. SARANA
1. Lokasi
a. Instalasi gawat darurat harus mudah diakses tanpa adanya hambatan
oleh kendaraan roda empat. Olehnya itu Lokasi RS harus berada di
bagian depan RS dengan alur jalan masuk dan keluar yang tersendiri
dan mempunyai tanda-tanda/ rambu yang jelas dari dalam dan dari
luar Rumah sakit.
b. Luas bangunan IGD disesuaikan dengan beban kerja RS dengan
memperhitungkan kemungkinan penanganan korban massal/
bencana.
c. Instalasi gawat darurat harus terpisah secara fisik dan atau fungsional
dengan pelayanan lain. Hubungan IGD dengan unit pelayanan lainnya
melalui koridor.
d. Pada keadaan ruangan laboratorium dan Radiologi tidak disediakan di
dalam IGD maka gedung IGD harus berdekatan dengan gedung
Laboratorium dan Radiologi. Selain itu diupayakan pula lokasi ruang
ICU dan kamar operasi tidak jauh dari IGD.e. Ambulans / kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di
depan pintu yang areanya terlindung dari panas dan hujan (catatan :
untuk lantai IGD yang tidak sama tinggi dengan jalan ambulans harus
membuat (ramp).
f. Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa menampung lebih
dari 2 ambulans (sesuai dengan beban RS)
g. Ruang triase harus dapat memuat minimal 2 (dua) brankar
2. Persyaratan kesehatan lingkungan ruang IGD
a) Dinding
Dinding IGD terbuat dari bahan porselin (tidak mudah menyerap air)
atau vinyl setinggi langit-langit atau dicat dengan cat epoxi yang
tidak luntur dan aman, berwarna terang. Dengan bahan tersebut
maka dinding mudah dibersihkan dan tidak menjadi tempat sarang
debu dan kotoran.
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
39/63
-33-
b) Langit-langit
Bahan langit langit IGD terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan
tinggi minimal 2,70 meter dari lantai. Bahan langit-langit harus
dipasang dengan rapat dan kuat sehingga tidak menghasilkan
kotoran atau debu.
c) Pintu
1) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter,
dan semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.
2) Pintu IGD harus cukup untuk dilewati kereta/ brankar serta
terdiri dari 2 daun pintu dan selalu dalam keadaan tertutup.
Lebar minimal 1,40 meter dengan tinggi minimal 2,10 meter,
3) Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda
dengan pintu utama (alur masuk kendaraan / pasien tidak
sama dengan alur keluar) kecuali pada klasifikasi IGD level 1
dan 2.
4) Harus disediakan pintu keluar tersendiri untuk jenazah dan
bahan kotor yang tidak terlihat oleh pasien dan pengunjung.
d) Lantai
Bahan lantai IGD dapat terdiri dari bahan vinyl yang rata ataukeramik dengan nat yang rata, dan mudah dibersihkan, kedap air,
dan berwarna terang.
e) Sumber air
Saluran air bersih PAM atau sumur BOR
f) Air kotor
Dilengkapi dengan saluran air kotor yang dihubungkan ke Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL)g) Listrik
1) Sumber daya listrik dari PLN, sebagai Sumber Listrik Utama.
2) Sumber daya listrik dan Genset sebagai sumber listrik
cadangan.
3) Kapasitas panel harus mampu melayani beban dengan minimal
1,5 kali dari beban yang terpasang pada saat gedung mulai
digunakan
4) Perhitungan Listrik, diperhitungkatn dengan jumlah alat dan
penerangan yang terpasang.
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
40/63
-34-
5) Pemasangan instalasi listrik, instalasi kotak kontak biasa, kotak
kontak khusus, harus mengacu PUIL 2000 khusus panel sistim
instalasi listrik pada fasilitas pelayanan kesehatan
h) Pendingin Ruangan
1) Ruang operasi dipasang pendingin untuk menciptakan ruangan
bersih/steril denagan Suhu ruangan berkisar 19 – 24 0 C
2) Ventilasi atau penghawaan sebaiknya menggunakan AC
tersendiri yang dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang
operasi yang terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan AC
minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk
ke dalam kamar operasi berasal dari atas ke bawah. Khususuntuk ruang bedah ortopedi atau transplantasi organ harus
menggunakan pengaturan udara UCA ( Ultra Clean Air ) System.
i) Pada ruang operasi di IGD, harus disediakan gelagar (gantungan)
lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang
sebelum pemasangan langit-langit.
j) Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai.k) Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar,
untuk itu harus dibuat ruang antara.
l) Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat ke dalam ruang
operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril
dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat dibuka
dan ditutup.
m) Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui bawah
lantai atau di atas langit-langit.
n) Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.
o) Tingkat kelembaban ruangan IGD sebesar 45 – 60%
p) Ruangan IGD menggunakan tekanan Positif
3. Jumlah ruangan
a. Instalasi gawat darurat minimal memiliki ruangan :
- triase,- resusitasi,- Ruangan tindakan/ operasi- ruang observasi,
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
41/63
-35-
- ruang petugas- ruang tunggu- ruang administrasi
Namun demikian, jumlah ruangan berdasarkan level IGD bervariasi,
dengan rincian sebagai berikut :
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
42/63
-36-
4. posisi ruangan
a. Agar pasien dapat memperoleh pelayanan yang cepat maka seyogyanya
IGD juga mempunyai ruangan :
- Laboratorium- Radiologi- Farmasi
b. Agar penempatan pasien yang masuk IGD dapat dilakukan secara cepat
sesuai hasil triase (Penilaian keadaan gawat darurat pasien) maka posisi
ruangan IGD seperti pada gambar 3 .
Pada gambar skematis diatas terlihat bahwa posisi ruang yang harus dekat
dengan pintu masuk IGD secara berurutan sebagai berikut :
1. Ruang resusitasi
2. Ruangan tindakan
3. Ruangan observasi
4. Ruangan penunjang (Radiologi, Laboratorium, Farmasi, ruang petugas,
ruang administrasi, ruang tunggu, WC dan ruang penunjang lainnya)
Gambar 3. Posisi masing masing ruangan IGD
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
43/63
-37-
B. PRASARANA
Fasilitas prasarana yang dibutuhkan disesuikan dengan level IGD masing,
sperti pada tabel dibawah ini.
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
44/63
-38-
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
45/63
-39-
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
46/63
-40-
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
47/63
-41-
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
48/63
-42-
Pemeriksaan, Pemeliharaan, dan Perbaikan Alat
Hal yang penting diperhatikan menyangkut peralatan IGD menyangkut
pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan alat.
Olehnya itu, hal yang harus dilakukan agar pemeriksaan, pemeliharaan danperbaikan alat dapat berjalan, yaitu :
a. Ada protap/ Juklak pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan alat
secara berkala
b. Ada jadwal pemeriksaan & pemeliharaan semua alat
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
49/63
-43-
c. Ada bukti pelaksanaan pemeliharaan semua alat
d. Ada bukti kalibrasi semua alat
e. Ada prosedur penggantian kerusakan alat
C. TRANPORTASI
Tranportasi penderita yang dilakukan melalui darat menggunakan
ambulance yang harus memenuhi persyaratan/ spesifikasi, yaitu :
1) Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspensi lunak
2) Tanda pengenal kendaraan :- di bagian depan tertulis : gawat darurat/ emergency- disamping tertulis : Ambulans dengan logo IGD PROVINSI
SULSEL
3) Menggunakan pengatur udara AC dengan pengendali di ruang
pengemudi.
4) Pintu belakang dapat dibuka ke arah atas.
5) Ruang penderita tidak dipisahkan dari ruang pengemudi
6) Tempat duduk petugas di ruang penderita dapat diatur/ dilipat
7) Dilengkapi sabuk pengaman bagi pengemudi dan pasien
8) Ruang penderita cukup luas untuk sekurangnya dua tandu. Tandudapat dilipat.
9) Ruang penderita cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri tegak
untuk melakukan tindakan
10) Gantungan infus terletak sekurang-kurangnya 90 sm di atas tempat
penderita
11) Stop kontak khusus 12 V DC di ruang penderita
12) Lampu ruangan secukupnya/ bukan neon dan lampu sorot yangdapat digerakan
13) Meja yang dapat dilipat
14) Lemari obat dan peralatan
15) Tersedia peta wilayah dan detailnya
16) Penyimpan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah
17) Sirine dua nada
18) Lampu rotator warna merah dan biru
19) Radio komunikasi dan telepon genggam di ruang kemudi
20) Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia
21) Peralatan rescue
22) Lemari obat dan peralatan
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
50/63
-44-
23) Tanda pengenal dari bahan pemantul sinar
24) Tabung oksigen dengan peralatan bagi 2 orang
25) Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/
bayi
26) Suction pump manual dan listrik 12 V DC
27) Peralatan monitor jantung dan nafas
28) Alat monitor dan diagnostik
29) Peralatan defibrilator untuk anak dan dewasa
30) Minor surgery set
31) Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya
32) Kantung mayat
33) Sarung tangan disposable
34) Sepatu boot
Agar pelayanan dapat berlangsung pada saat proses tarsportasi maka
petugas pendamping (dokter atau perawat) dan pengemudi harus
mempunyai kemampuan PPGD .
Tata tertib berkendara1. Saat menuju ke tempat penderita, pengemudi boleh menghidupkan
sirine dan lampu rotator. Namun selama mengangkut penderita hanya
lampu rotator yang dihidupkan.
2. Mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku
Kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa, 80 km di jalan
bebas hambatan.
3. Petugas membuat/ mengisi laporan selama perjalanan yang disebutdengan lembar catatan penderita yang mencakup identitas, waktu dan
keadaan penderita setiap 15 menit.
4. Petugas memakai seragam ambulans dengan identitas yang jelas.
Agar dapat diketahui perkembangan pasien yang berada di Ambulance,
maka sebaiknya ambulance mempunyai alat komunikasi yang terhubung
ke RS tempat merujuk.
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
51/63
-45-
D. SISTEM KOMUNIKASI
(1) Setiap RS harus mempunyai Unit informasi dan Komunikasi Rujukan
yang berfungsi untuk memberikan informasi dan atau menerima
informasi tentang pasien yang akan dirujuk.
(2) Fasilitas komunikasi yang harus dimiliki RS : Intercom,telepon
langsung, radio band
(3) RS harus mempunyai hubungan komunikasi antar unit dengan
konsulen, antara rumahsakit, unit pemadam kebakaran, kepolisian, dll
(4) Sebelum merujuk pasien, petugas terlebih dahulu menghubungi RS
yang dituju untuk menyampaikan kondisi pasien, indikasi merujuk,
cara pengiriman pasien dan informasi lain yang perlu.
(5) Pelaksanaan system ini akan diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis
Sistem informasi dan komunikasi RS.
Dengan adanya sistem komunikasi yang dimiliki RS maka pertolongan dapat
segera diberikan sehingga dapat meminimalkan resiko-resiko penyulit lanjutan
seperti syok hipovolemia akibat kehilangan darah yang berkelanjutan,
hipotermia akibat terpapar lingkungan dingin dan sebagainya.
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
52/63
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
53/63
- 46 -
Adapun penjelasan tentang Standar Pelayanan Minimal, sebagai berikut :
1. Kemampuan menangani lifesaving anak dan dewasa
Judul Kemampuan menangani life saving di Gawat darurat
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Tergambarnya kemampuan Rumah Sakit dalammemberikan Pelayanan Gawat Darurat
Definisi Operasional Life Saving adalah upaya penyelamatan jiwa manusiadengan urutan Airway, Breath, Circulation
Frekuensi PengumpulanData
Setiap bulan
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah kumulatif pasien yang mendapat pertolonganlife saving di Gawat Darurat
Denominator Jumlah seluruh pasien yang membutuhkanpenanganan life saving di Unit Gawat Darurat
Sumber Data Rekam Medik di Gawat Darurat
Standar 100 %
Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi Gawat Darurat
2. Jam buka pelayanan gawat darurat
Judul Jam buka pelayanan Gawat darurat
Dimensi Mutu Keterjangkauan
Tujuan Tersedianya Pelayanan Gawat Darurat 24 Jam disetiap Rumah Sakit
Definisi Operasional Jam buka 24 jam adalah Gawat Darurat selalu siapmemberikan pelayanan selama 24 jam penuh.
Frekuensi PengumpulanData
Setiap bulan
Periode Analisa Tiga bulan sekaliNumerator Jumlah kumulatif jam buka gawat darurat dalam satu
bulanDenominator Jumlah hari dalam satu bulan
Sumber Data Laporan Bulanan
Standar 24 Jam
Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi Gawat Darurat
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
54/63
- 47 -
3. Pemberi pelayanan kegawat daruratan yang bersertifikat
BLS/PPGD/GELS/ALS
Judul Tenaga kegawat daruratan yang bersertifikat
Dimensi Mutu Kompetensi teknis
Tujuan Tersedianya Pelayanan Gawat Darurat oleh tenagakompeten dalam bidang ke gawat daruratan
Definisi Operasional Tenaga kompeten pada gawat darurat adalah tenaga yang sudah memiliki sertifikat pelatihan BLS/PPGD/GELS/ALS
FrekuensiPengumpulan Data
Setiap bulan
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah tenaga yang bersertifikat BLS/ PPGD/GELS/ALS
Denominator Jumlah tenaga yang memberikan pelayanan kegawatdaruratan
Sumber Data Kepegawaian
Standar 100 %
Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala Pendidikan dan Pelatihan Rumah Sakit
4. Ketersediaan tim penanggulanagan bencana
Judul Ketersediaan tim penanggulanagan bencana
Dimensi Mutu Keselamatan dan efektifitas
Tujuan Kesiagaan rumah sakit untuk memberikan pelayananpenanggulangan bencana
Definisi Operasional Tim penanggulangan bencana adalah tim yangdibentuk di rumah sakit dengan tujuan untukpenanggulangan akibat bencana yang mungkin terjadisewaktu - waktu
Frekuensi PengumpulanData
Setiap bulan
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah Tim penanggulangan bencana yang ada dirumah sakit
Denominator Tidak ada
Sumber Data Instalasi gawat daruratStandar satu tim
Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi Gawat Darurat / Tim Mutu / PanitiaMutu
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
55/63
- 48 -
5. Waktu tanggap Pelayanan Dokter di Gawat Darurat
Judul Waktu tanggap Pelayanan Dokter di Gawat Darurat
Dimensi Mutu Keselamatan dan efektifitas
Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang cepat, responsif danmampu menyelamatkan pasien gawat darurat
Definisi Operasional Kecepatan pelayanan dokter di gawat darurat adalahKecepatan pasien dilayani sejak pasien datang sampaimendapat pelayanan dokter (menit)
Frekuensi PengumpulanData
Setiap bulan
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah kumulatif waktu yang diperlukansejakkedatanagan semua pasien yang di samplingsecara acak sampai dilayani dokter
Denominator Jumlah seluruh pasien yang di sampling(minimal n = 50 )
Sumber Data Sample
Standar ≤ 5 menit terlayani setelah pasien datang
Penanggung jawab
Pengumpulan data
Kepala Instalasi Gawat Darurat / Tim Mutu / Panitia
Mutu
6. Kepuasan Pelanggan pada Gawat Darurat
Judul Kepuasan Pelanggan pada Gawat Darurat
Dimensi Mutu Kenyamanan
Tujuan Terselenggaranya pelayanan gawat darurat yangmampu memberikan kepuasan pelanggan
Definisi Operasional Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi
pelanggan terhadap pelayanan yang di berikanFrekuensi PengumpulanData
Setiap bulan
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasienGawat Darurat yang di survey
Denominator Jumlah seluruh pasien Gawat Darurat yang di survey(minimal n = 50 )
Sumber Data Survey
Standar ≥ 70 %
Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi Gawat Darurat / Tim Mutu / PanitiaMutu
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
56/63
- 49 -
7. Kematian Pasien ≤ 24 jam di Gawat Darurat
Judul Kematian Pasien ≤ 24 jam di Gawat Darurat
Dimensi Mutu Efektifitas dan Keselamatan
Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang efektif dan mampumenyelamatkan pasien gawat darurat
Definisi Operasional Kematian ≤ 24 jam adalah kematian yang terjadi dalamperiode 24 jam sejak pasien datang
Frekuensi PengumpulanData
Tiga bulan
Periode Analisa Tiga bulan
Numerator Jumlah pasien yang meninggal dalam periode ≤ 24 jamsejak pasien datang
Denominator Jumlah seluruh yang ditangani di Gawat Darurat
Sumber Data Rekam Medik
Standar ≤ 2 perseribu
Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi Gawat Darurat
8. Tidak adanya keharusan untuk membayar uang muka
Judul Tidak adanya keharusan untuk bayar uang muka
Dimensi Mutu Akses dan Keselamatan
Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang mudah diakses danmampu segera memberikan pertolongan pada pasiengawat darurat
Definisi Operasional Uang muka adalah uang yang diserahkan kepada pihakrumah sakit sebagai jaminan terhadap pertolongan medis
yang akan diberikan
Frekuensi PengumpulanData
Tiga bulan
Periode Analisa Tiga bulan
Numerator Jumlah pasien gawat darurat yang tidak membayar uangmuka
Denominator Jumlah seluruh pasien yang datang di Gawat Darurat
Sumber Data Survei
Standar 100 %
Penanggung jawabPengumpulan data Kepala Instalasi Gawat Darurat
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
57/63
- 50 -
Sedangkan teknis Penerapan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit khusus
di IGD yang sesuai Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 139 Tahun
2009, sebagai berikut :
a. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa
Untuk mengetahui jumlah penanganan life saving yang mampu ditangani
di Unit Gawat Darurat (UGD) maka dibutuhkan pengumpulan data di UGD
dengan format seperti pada tabel 5 .
Adapun yang bertanggungjawab untuk mengumpulkan data penanganan
life saving di UGD adalah Kepala UGD.
b. Jam buka pelayanan Gawat Darurat
Untuk mengetahui jumlah jam buka UGD RS maka dibutuhkan
pengumpulan data di UGD dengan format seperti pada tabel 6 . Untuk itu
diperlukan penetapan oleh Direktur RS tentang jam buka UGD.
Adapun yang bertanggungjawab untuk mengumpulkan data jumlah jam
buka UGD RS adalah Kepala UGD.
Tabel 5. Jumlah penanganan Life saving di Unit gawat Darurat RS
Tabel 6. Jumlah am buka Unit awat Darurat RS …………
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
58/63
- 51 -
c. Pemberi pelayanan kegawat daruratan yang bersertifikat
BLS/PPGD/GELS/ALS
Untuk mengetahui jumlah tenaga yang bersertifikat BLS/ ALS/ PPGD/
GELS di UGD maka dibutuhkan pengumpulan data dengan format seperti
pada tabel 7.
Adapun yang bertanggungjawab untuk mengumpulkan data jumlah tenaga
bersertifikat UGD RS adalah Kepala Tata Usaha RS.
Hal yang perlu diperhatikan pada indikator jumlah tenaga bersertifikat di
UGD RS ini adalah :
a. Semua tenaga yang bertugas di GD ditetapkan melalui Keputusan
Direktur RS.
b. Tenaga dimaksud adalah dokter, perawat dan bidan.
c. Foto kopi bukti sertifikat yang masih berlaku harus tersimpan di UGD
RS.
d. Ketersediaan tim penanggulangan bencana
Untuk mengetahui adanya Tim Penanggulangan Bencana di UGD maka
dibutuhkan pengumpulan data dengan format seperti pada tabel 8 .
Hal yang perlu diperhatikan pada indikator jumlah tenaga bersertifikatUGD RS ini adalah :
1. Tim bencana yang dibentuk harus ditetapkan oleh Direktur RS.
2. Tim dimaksud telah mendapatkan pelatihan : ATLS/ BTLS/ PPGDT.
Tabel 7. Jumlah tenaga bersertifikat di UGD RS …………
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
59/63
- 52 -
3. Foto kopi bukti sertifikat yang masih berlaku harus tersimpan di UGD
RS.
Adapun struktur Tim Bencana di UGD RS sebagai berikut :
Penanggungjawab : Direktur RS ……Ketua : Kepala UGDSekretaris : Kepala TUAnggota1. Dokter spesialis :2. Dokter umum :3. Perawat UGD :4. Bidan UGD :5. Sopir Ambulance :6. Apotek :7. Survailans RS :
8. Sistem informasi dan komunikasi :9. Kepala Bangsal/ perawatan :10. Brigade Siaga Bencana (Jika ada) :11. Security RS :
e. Waktu tanggap pelayanan Dokter di UGD
Untuk menghitung waktu tanggap pelayanan dokter di UGD maka hal yang
perlu diperhatikan adalah :
a. Tatacara pengambilan sampelPengambilan sampel sebanyak 50 pasien (n= 50) dapat dilakukan
dengan cara Random Sampling pada hari yang sama atau pada hari
yang berbeda. Sampel dapat juga diambil dengan menetapkan 50
pasien pertama yang datang di UGD.
Tabel 8. Jumlah Tim Bencana di UGD RS …………
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
60/63
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
61/63
- 54 -
g. Kematian Pasien ≤ 24 jam di Gawat Darurat
Untuk mengetahui jumlah kematian ≤ 24 jam di UGD maka dibutuhkan
pengumpulan data di UGD dengan format seperti pada tabel 10 .
h. Tidak adanya keharusan untuk membayar uang muka
Untuk mengetahui data tidak adanya keharusan untuk membayar uang
muka di UGD maka dibutuhkan pengumpulan data dengan format seperti
pada tabel 11 .
Tabel 10. umlah kematian ≤ 24 jam di UGD RS …………
Tabel 11. jumlah pasien yang tidak membayar uang muka di UGD
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
62/63
- 55 -
B. Data dan Informasi
1. Data dan informasi tentang pelayanan gawat darurat serta
analisisnya harus disediakan dan disampaikan kepada unit lain yang
terkait
2. Data dan informasi disampaikan ke dalam RS dan ke luar RS
3. Informasi ke dalam RS diberikan pada saat pertemuan dalam RS,
atau dimasukkan ke dalam Bulletin.
4. Informasi ke luar RS dengan cara dipublikasikan atau di tempel di
papan pengumuman.
5. Dilakukan penyusun laporan tentang jumlah kunjungan,
penggunaan pemeriksaan penunjang, pola penyakit dan kecelakaan,(10 kasus terbanyak), angka kematian Death On Arrival (DOA) serta
kematian di IGD.
-
8/16/2019 2010 - Pergub No. 55 Tahun 2010 Ttg IGD RS
63/63
- 56 -
BAB VIIPEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Agar Pelaksanaan pelayanan Instalasi Gawat Drurat sesuai dengan pedoman
pelaksanaan ini maka Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing melakukan
pembinaan dan pengawasan kinerja IGD di Rumah Sakit. Kegiatan pembinaan
dan penagwasan dapat berbentuk bimbingan teknis, supervisi, konsultasi,
pendidikan dan latihan serta kegiatan pemberdayaan lain.
Pembinaan dan pengawasan tersebut diarahkan pada:
1. Kepatuhan semua RS untuk melaksanakan Peraturan ini.
2. Manajemen dan organisasi pelayanan IGD
3. Peningkatan mutu pelayanan IGD
GUBERNUR SULAWESI SELATAN,
Dr. H. SYAHRUL YASIN LIMPO, S.H., M.Si., M.H.